Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

download Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

of 28

Transcript of Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    1/28

    39

    BAB III

    METODE WAVELET THRESHOLDING UNTUK DATA RUNTUN

    WAKTU

    3.1. Analisis Runtun Waktu Menggunakan Wavelet Thresholding

    Misalkan data runtun waktu membentuk model yang akan dilakukanTransformasi Wavelet Diskrit. dinyatakan sebagai hasil estimasi data dan adalah residual yang berdistribusi IID dengan mean nol. adalah matriksorthonormal yang disebut filter yang digunakan untuk mencari koefesienwavelet, yang ditunjukkan adalah vektor kolom dengan panjang , dengan koefesien vektor wavelet dan adalahkoefisien DWT level ke elemen ke pada { , kemudian

    maka (3.1.1)Dengan adalah element ke dari masing-masing dan

    . Jika dan dilakukan perbandingan kuadrat terhadap dan harusmemenuhi : |||||| ||||||.

    Untuk mengestimasi (thresholding) dengan mengikuti pola persamaan(2.6.1) maka diperoleh:

    (3.1.3)Dari persamaan (2.6.1) menyatakan pendefinisian koefisien dari detail

    dan

    koefisien dari aproksimasi dengan dan ,maka dapatdituliskan :

    (3.1.4)yang menggambarkan analisis multiresolusi (MRA) , yaitu mendefinisikanderet sebagai jumlah dari sebuah konstanta vektor dan jumlahan koefisien

    dengan

    .

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    2/28

    40

    3.1.1. Langkah-langkah Thresholding

    Skema thresholding untuk mengestimasi fungsi D terdiri dari tiga langkah dasar

    yaitu:

    1.Dihitung koefisien wavelet melalui Transformasi Wavelet Diskrit (DWT)yaituWX.

    2.Dibentuk koefisien thresholding W(t), dilakukan sesuai fungsi yangdiinginkan (fungsi soft atau hard thresholding)

    3.Diestimasi D melalui TW(t) atau invers dari koefisien DWT yangtelah dithresholding.

    3.1.2.Fungsi ThresholdingAda dua jenis fungsi thresholding yaitu:

    a. Hard ThresholdingDimana koefisien thresholding menjadi dengan elemennya :

    (3.1.5)b.Soft Thresholding

    Dimana koefisien thresholding menjadi dengan elemennya : {} (3.1.6)dengan

    = ;

    merupakan parameter thresholding.

    (Percival dan Walden,2000)Visualisasi fungsi Hard Thresholding dan Soft Thresholding dapat dilihat

    pada gambar berikut:

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    3/28

    41

    a.Plot data Asli b. Plot Hard Thresholding c. Plot Soft ThresholdingGambar 3.1.1. Contoh Plot Hard dan Soft Thresholding

    Fungsi Hard thresholding lebih dikenal karena terdapat diskontinyudalam fungsi thresholding sehingga nilai yang berada di atas threshold tidakdisentuh dengan prinsip mereduksi semua koefesien menjadi nol yang nilainya

    lebih kecil dari threshold. Sebaliknya, fungsi soft thresholding kontinyuyaitu sejak nilai berada diatas threshold . Motivasi penggunaan softthresholding berasal dari prinsip bahwa noise mempengaruhi seluruh koefisien

    wavelet. Juga kekontinyuan dari fungsi soft thresholding membuat kondisi yang

    lebih baik untuk alasan statistik.

    (Ogden,1997)

    3.1.3. Pemilihan Parameter Thresholding

    Pada estimasi fungsi dengan metode wavelet thresholding, tingkat kemulusan

    estimator ditentukan oleh level resolusi , fungsi thresholding dan parameterthreshold . Namun pemilihan level dan fungsi threshold tidak sedominanpemilihan parameter . Nilai yang terlalu kecil memberikan estimasi fungsiyang sangat tidak mulus (under smooth) sedangkan nilai yang terlalu besarmemberikan estimasi yang sangat mulus (over smooth). Oleh karena itu perlu

    dipilih parameter threshold yang optimal untuk mendapatkan fungsi yang optimal.

    Untuk memilih nilai threshold optimal, ada dua kategori pemilihan yaitu

    memilih satu harga threshold untuk seluruh level resolusi (pemilihan secara

    global) dan pemilihan threshold yang tergantung pada level resolusi.

    1.Global ThresholdingGlobal thresholding berarti memilih satu nilai parameter thresholding yangdigunakan untuk seluruh level resolusi

    . Ogden (1997) memberikan dua

    2 4 6 8 10

    -6

    -4

    -2

    0

    2

    4

    6

    x

    origin

    signal

    2 4 6 8 10

    -6

    -4

    -2

    0

    2

    4

    6

    x

    hard

    thresholding

    2 4 6 8 10

    -6

    -4

    -2

    0

    2

    4

    6

    x

    softthresholding

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    4/28

    42

    pemilihan threshold yang hanya bergantung pada banyaknya data pengamatan

    Nyaitu :

    a. Minimax ThresholdSebuah threshold optimal dapat diperoleh berdasarkan ukuran sampel disebut dengan minimax threshold , telah ditabelkan oleh Donoho danJohnstone (1994) sebagai berikut :

    Tabel 3.1.1. Nilai Threshold Minimax

    N N 2

    4

    8

    16

    32

    64

    128

    256

    0

    0

    0

    1,200

    1,270

    1,474

    1,669

    1,860

    512

    1024

    2048

    4096

    8192

    16384

    32768

    65536

    2,074

    2,232

    2,414

    2,594

    2,773

    2,952

    3,131

    3,310

    (Ogden,1997)

    b.Universal ThresholdMerupakan alternatif lain dalam global thresholding yang digunakan untuk

    memilih parameter thresholding, Donoho dan Jhonstons (1994) menyarankan

    menggunakan parameter universal threshold jika residual berdistribusiGaussian (IID) multivariate dengan mean nol dan kovarian atau. adalah vektor elemen ke-l dari residual dari persamaan(3.1.1) berdistribusi normal dengan mean nol dan variansi konstan yaitu : dan ketika , (3.1.6)

    Untuk mengecek apakah residual mengikuti proses Gaussian maka

    dilakukan Uji Normalitas Residual, Uji Indepedensi Residual, Uji Homogenitas

    Variansi. Uji Normalitas Residual digunakan Uji Kolmogorov Smrinov seperti

    pada materi ARIMA dan untuk uji homogenitas Variansinya digunakan Uji

    Korelasi Rank Spearman yaitu:

    Uji Hipotesis :

    H0 : Variansi residual konstan

    H1 : Variansi residual tidak konstan

    Taraf Signifikansi :

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    5/28

    43

    Statistik Uji :

    .Keterangan : nilai korelasi Rank Spearman selisih antara ranking dengan ranking nilai mutlak || ukuran sampelKriteria Uji :

    H0 ditolak jika atau P-value Parameter optimal yang disarankan oleh Donoho dan Jhonston yaitu universalthreshold sebagai berikut :

    (3.1.7) harus diestimasi dari data melalui dan adalah ukuran sampel.Ogden (1997) memberikan estimasi berdasarkan koefisien wavelet empiris

    pada level resolusi tertinggi

    (koefesien wavelet level pertama) dengan

    fungsi Median Deviasi Absolut (MAD) yaitu: {} (3.1.8)Jika ukuran sampel (N) besar mengakibatkan variansi sama dengan satu,

    maka pemilihan parameter universal threshold adalah .(Percival dan Walden, 2000)

    2.Level-Dependent ThresholdingLevel-dependent thresholding berarti memilih parameter bergantung levelresolusi dengan demikian ada kemungkinan perbedaan nilai threshold yang dipilih untuk tiap level resolusi. Jika model (3.3.1) residual tidakberdistribusi Gaussian (non-IID) multivariate dan sebuah merupakan vektorke dari residual dengan variansi tidak konstan dan tidak independen makaparameter threshold optimal yang digunakan adalah Adaptive Threshold.Pemilihan threshold ini didasarkan pada prinsip untuk meminimalkan Stein

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    6/28

    44

    Unbiased Risk Estimator (SURE) pada suatu level resolusi. Threshold adapt

    untuk himpunan koefisien detail yang beranggotakan koefisiendidefinisikan sebagai :

    (3.1.9)dengan

    Keterangan : = jumlah koefesien Wavelet pada masing-masing level resolusi

    = parameter yang dicoba-coba dalam rentang tertentu

    = koefesien Wavelet pada masing-masing level resolusi(Antoniadis dan Bigot, 2003)

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    7/28

    45

    3.2.Perbandingan Analisis Data Runtun Waktu antara ARIMA dan WaveletThresholding

    Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perbandingan analisis data runtun waktu

    antara metode ARIMA dan Wavelet Thresholding, Langkah-langkah penyelesaian

    kedua metode dapat dijelaskan dalam diagram alir berikut :

    a. Diagram alir atau flowchart penyelesaian masalah dengan metode ARIMA

    Gambar 3.2.1 Diagram Alir Pengolahan Data dengan Metode ARIMA

    Start

    Data

    Plot Time Series, ACF, PACF

    dan Dickey Fuller

    Tidak

    Differensi atau

    Transformasi

    Stasioner

    Ya

    Identifikasi Model

    Estimasi Parameter Model

    Verifikasi Model

    Model dengan

    MSE terkecil

    End

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    8/28

    46

    b. Diagram alir atau flowchart penyelesaian masalah dengan metode waveletthresholding

    Gambar 3.2.2 Diagram Alir Pengolahan Data dengan Wavelet Thresholding

    Setelah diperoleh hasil terbaik dari metode ARIMA dan Wavelet Thresholding,

    kemudian dibandingkan kedua MSE-nya untuk memilih estimasi yang terbaik.

    Start

    Data

    Plot Time Series

    Transformasi Wavelet

    Diskrit

    Thresholding

    Pemilihan Fungsi

    Thresholding

    Pemilihan Parameter

    Threshold

    Invers Hasil

    Hasil Estimasi dengan

    End

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    9/28

    47

    3.3. Contoh PenerapanPada contoh ini digunakan data bulanan tingkat berat ekspor Indonesia dalam

    miliar ton dari bulan Januari 2001 sampai September 2011 yang diperoleh dari

    situswww.bps.go.id, terdapat pada lampiran 1. Dengan jumlah yaitu sebanyak128 data observasi sehingga j maksimal = 7.3.3.1. Analisis Data Runtun Waktu dengan Metode ARIMA

    3.3.1.1. Uji Stasioneritas

    Berdasarkan plot time series yang terdapat pada Lampiran 3 terlihat bahwa

    data belum stasioner karena mean dan variannya belum konstan. Selain itu juga

    dapat dilihat dari Plot Fungsi Autokorelasi garis-garis lagnya menurun secara

    eksponensial dan Plot Fungsi Autokorelasi Parsial menunjukkan bahwa ada lag

    yang muncul mendekati nilai satu maka dikatakan data belum stasioner.

    Uji stasioneritas secara visual cenderung sangat lemah maka perlu

    dilakukan uji akar unit Dickey-Fuller dengan bantuan EVIEWS seperti terlihat

    dalamLampiran 3. Analisis uji Dickey-Fuller sebagai berikut :

    Uji Hipotesis :

    H0 : (data tidak stasioner)H1 : (data stasioner)Taraf Signifikansi : Statistik Uji:

    0.148872

    se

    -

    Atau nilai Probabilitas

    Kriteria Uji :

    H0 ditolak jika < nilai statistik DF atau nilai probabilitas Kesimpulan :Dari output uji root Dickey-Fuller diperoleh atau maka H0 diterima. Jadidapat disimpulkan bahwa secara formal data belum stasioner.

    http://www.bps.go.id/http://www.bps.go.id/http://www.bps.go.id/http://www.bps.go.id/
  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    10/28

    48

    Langkah selanjutnya adalah melakukan differensi data satu kali dan

    uji stasioneritas kembali baik secara visual maupun formal. Setelah data

    didifferensi terlihat pada plot time series pada Lampiran 3 data sudah stasioner

    karena mean dan variannya konstan. Selain itu dapat dilihat juga dari plot Plot

    Fungsi Autokorelasi dan Plot Fungsi Autokorelasi Parsial menunjukkan bahwa

    terdapat lag yang muncul di atas garis standar error maka dikatakan data

    stasioner.

    Uji stasioneritas secara formal perlu dilakukan untuk mengecek asumsi

    stasioneritas data seperti dalam Lampiran 3. Analisis uji Dickey-Fuller

    sebagai berikut :

    Uji Hipotesis :

    H0 : (data tidak stasioner)H1 : (data stasioner)Taraf Signifikansi : Statistik Uji:

    -12.94082

    se

    -

    Atau nilai Probabilitas Kriteria Uji :H0 ditolak jika nilai statistik DF atau nilai probabilitas Kesimpulan :

    Dari output uji root Dickey-Fuller diperoleh ( 12.94082) atau maka H0 ditolak. Jadidapat disimpulkan bahwa secara formal data sudah stasioner.

    Untuk mengetahui apakah model ARIMA yang sesuai dapat dilihat pada

    Plot Fungsi Autokorelasi dan Fungsi Autokorelasi Parsial dari data yang sudah

    didifferensikan. Dari Plot Fungsi Autokorelasi, rk melebihi batas standar error

    terdapat satu lag, sehingga terlihat model MA (1). Sedangkan pada Plot Fungsi

    Autokorelasi Parsial, rk muncul tiga buah lag yang melebihi batas standar

    error, sehingga terlihat model AR (4).

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    11/28

    49

    3.3.1.2.Identifikasi Model

    Sehingga identifikasi model awal yang terbentuk adalah ARIMA (4,1,0), ARIMA

    (0,1,1), dan ARIMA (4,1,1). Sebelum mengetahui model mana yang terbaik

    terlebih dahulu dilakukan overfit atau underfit terhadap semua model antara lain :

    ARIMA (3,1,1), ARIMA (3,1,0),ARIMA (2,1,1), ARIMA (2,1,0), ARIMA

    (1,1,1), ARIMA (1,1,0).

    3.3.1.3.Estimasi Parameter

    Setelah kita melakukan identifikasi model maka tahap berikutnya adalah estimasi

    model. Estimasi model ini dilakukan untuk menguji apakah koefisien parameter

    signfikan atau tidak.

    Uji Siginifikansi Parameter

    Uji Hipotesis :

    H0 : Parameter tidak siginifikan terhadap model

    H1 : Parameter siginifikan terhadap model

    Taraf Signifikansi : Statistik Uji :

    atau P-valueKriteria Uji :

    Tolak H0 jika > atau P-value < Dengan n = jumlah pengamatan dan s = jumlah parameter.

    Keputusan :

    Berdasarkan output Final Estimates of Parameters dapat disajikan dalam

    tabel sebagai berikut :

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    12/28

    50

    Tabel 3.3.1 Uji Siginifikansi untuk Model Runtun WaktuDifferensi Pertama

    Model Nilai P-value Keputusan

    ARIMA (4,1,1)

    1 = 0.190

    2 = 0.1043 = 0.331

    4 = 0.081

    1 = 0.694

    c = 0.151

    H0 diterima

    H0 diterimaH0 diterima

    H0 diterima

    H0 diterima

    H0 diterima

    ARIMA (4,1,0)

    1 = 0.000

    2 = 0.000

    3 = 0.190

    1 = 0.104

    c = 0.140

    H0 ditolak

    H0 ditolak

    H0 diterima

    H0 diterima

    H0 diterima

    ARIMA (3,1,1)

    1 = 0.256

    2 = 0.244

    3 = 0.602

    1 = 0.497

    c = 0.240

    H0 diterima

    H0 diterima

    H0 diterima

    H0 diterima

    H0 diterima

    ARIMA (3,1,0)

    1 = 0.000

    2 = 0.000

    3 = 0.553

    c = 0.2090

    H0 ditolak

    H0 ditolak

    H0 diterima

    H0 diterima

    ARIMA (2,1,1)

    1 = 0.399

    2 = 0.164

    1= 0.169

    c = 0.165

    H0 diterima

    H0 diterima

    H0 diterima

    H0 diterima

    ARIMA (2,1,0)

    1 = 0.000

    2 = 0.000

    c = 0.231

    H0 ditolak

    H0 ditolak

    H0 diterima

    ARIMA (1,1,1)1 = 0.7351= 0.000

    c = 0.118

    H0 diterimaH0 ditolak

    H0 diterima

    ARIMA (1,1,0)1 = 0.000

    c = 0.364

    H0 ditolak

    H0 diterima

    ARIMA (0,1,1)1= 0.000

    c = 0.129

    H0 ditolak

    H0 diterima

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    13/28

    51

    Kesimpulan :

    Berdasarkan tabel 3.3.1. dapat diperoleh model terbaiknya yaitu : model

    ARIMA (2,1,0), ARIMA (1,1,0), dan ARIMA (0,1,1) dengan masing-

    masing konstanta tidak signifikan sehingga dibentuk model baru tanpa

    konstannya yaitu model ARIMA (2,1,0) tanpa konstan, ARIMA (1,1,0)

    tanpa konstan, dan ARIMA (0,1,1) tanpa konstan yang akan dilakukan

    verifikasi modelnya.

    3.3.1.3.Verifikasi ModelSetelah mengestimasi model dan melakukan uji signifikansi parameter maka

    langkah selanjutnya adalah melakukan uji diagnostik. Dalam suatu runtun

    waktu, residual yang dihasilkan oleh model yang signifikan harus mengikuti

    proses white noise. Proses white noise merupakan proses stasioner. Proses

    dimana artinya residual independen berdistribusi normaldengan mean 0 dan variansi konstan. Untuk mengetahui apakah residual

    mengikuti proses white noise maka dilakukan pengujian sebagai berikut :

    1. Uji Normalitas Residual.Berdasarkan pada Lampiran 6 maka dapat dikatakan residual semua model

    berdistribusi normal karena residual tersebar mengikuti pola garis lurus

    sehingga asumsi normalitas residual terpenuhi. Uji secara visual cenderung

    lemah sehingga perlu dilakukan uji secara formal yaitu dengan menggunakan

    Uji Kolmogorov-Smirnov berikut :

    Uji Hipotesis :

    H0 : Residual berdistribusi normal

    H1 : Residual tidak berdistribusi normalTaraf Signifikansi : Statistik Uji :

    D=sup | | atau P-valueKriteria Uji :

    Tolak H0 jika atau P-value < Keputusan :

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    14/28

    52

    Tabel 3.3.2. Uji Normalitas Residual

    Model P-value Keputusan

    ARIMA (2,1,0) 0.131 H0 diterima

    ARIMA (2,1,0) tanpa konstan 0.030 H0 ditolak

    ARIMA (1,1,0) 0.010 H0 ditolak

    ARIMA (1,1,0) tanpa konstan 0.030 H0 ditolak

    ARIMA (0,1,1) 0.045 H0 ditolak

    ARIMA (0,1,1) tanpa konstan 0.010 H0 ditolak

    Kesimpulan :

    Berdasarkan tabel 3.3.2. dari ketiga model tersebut yang memenuhi

    asumsi normalitas residual hanya ARIMA (2,1,0) dengan konstan

    sehingga dilakukan analisis lebih lanjut untuk model tersebut..

    2. Uji Independensi ResidualUji Hipotesis :

    H0 : Tidak ada korelasi antar lag (residual independen)

    H1 : Ada korelasi residual antar lag (residual dependen)

    Taraf Signifikansi : Statistik Uji : Kriteria Uji :

    H0 ditolak jika atau P-value dengan m=lag maksimum dan s = jumlah parameter yang diestimasi.

    Keputusan :

    Tabel 3.3.3. Uji Independensi Residual

    Model Lag Df P-value KeputusanARIMA

    (2,1,0)

    12 9 10.1 0.340 H0 diterima

    24 21 27.5 0.154 H0 diterima

    36 33 41.9 0.137 H0 diterima

    48 45 48.9 0.318 H0 diterima

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    15/28

    53

    Kesimpulan

    Berdasarkan tabel 3.3.3. model ARIMA (2,1,0) memenuhi asumsi

    independensi residual, artinya tidak ada korelasi antar lag.

    3.3.1.4. Pemilihan Model ARIMA Terbaik

    Dari output E-Views 4 dan minitab, setelah dilakukan analisis dengan beberapa

    uji asumsi maka data tingkat eksport Indonesia dalam miliar ton memiliki model

    terbaik ARIMA (2,1,0) dengan MSE 3.3.2. Analisis Data Runtun Waktu dengan Metode Wavelet Thresholding

    Diketahui bahwa data Tingkat Ekspor Indonesia dari bulan Januari 2001 sampai

    dengan September 2011 bahwa tidak stasioner (pada analisis sebelumnya). Data

    tersebut bisa langsung dianalisis dengan metode wavelet karena dalam metode

    wavelet tidak memerlukan asumsi-asumsi yang harus dipenuhi seperti metode

    klasik.

    Wavelet merupakan alat matematika yang menjadi alternatif untuk analisis

    time series. Keunggulan dari analisis wavelet adalah mampu menganalisis data

    menjadi komponen yang memiliki frekuensi berbeda melalui translasi

    (pergeseran) dan dilatasi (penskalaan) dengan cara mendekomposisikan data.

    Sehingga wavelet mampu menyederhanakan dan mengurangi noise (gangguan)

    tanpa memperlihatkan penurunan mutu data.

    Dalam tugas akhir ini analisis data digunakan metode wavelet

    thresholding, seperti telah dijelaskan sebelumnya, data yang tak stasioneritas

    tersebut dilakukan DWT (Transformasi Wavelet Diskrit). Di sini filter yang

    digunakan dari keluarga orthogonal Daubechies dengan panjang bandwitch 4biasa ditulis dengan . Digunakan data sebanyak atau , dengan levelmaksimal yaitu , namun level yang digunakan hanya sampai level ke-6 , sehingga menghasilkan koefisien DWT yaitu: . (dapat dilihat pada lampiran 7)

    Estimasi dengan fungsi soft dan hard thresholding, untuk parameter

    threshold (batas ambang) optimalnya yaitu universal threshold, minimax

    threshold, adaptive threshold.

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    16/28

    54

    Parameter threshold yang digunakan telah optimal sesuai metodenya yang

    memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Tetapi tugas akhir ini ketiga

    metode pemilihan threshold yang disebutkan akan dicobakan, untuk mencari

    parameter mana yang terbaik untuk kasus yang diangkat dengan ukuran ketepatan

    MSE(Mean Square Error).

    Berikut penyelesaian masalah dengan menggunakan tiga metode

    pemilihan parameter threshold () optimal tersedia dalam Software R dengan

    package wmtsa :

    1.Minimax ThresholdPada tugas akhir ini data yang digunakan adalah

    sehingga parameter

    optimal dengan metode minimax threshold adalah yang diperolehdari tabel 3.1.1. digunakan pada semua level resolusi dan metode ini tidakmensyaratkan data berdistribusi Gaussian atau tidak sehingga dapat langsung

    diestimasi sebagai berikut (program terdapat pada lampiran 8):

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    Soft Minimax Level 1

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    Hard Minimax Level 1

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    Soft Minimax Level 2

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    Hard Minimax Level 2

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    Soft Minimax Level 3

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    Hard Minimax Level 3

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    17/28

    55

    Gambar 3.3.1. Plot Soft dan Hard Thresholding Minimax Level Resolusi 1

    Sampai 6

    Keterangan : : Plot Data asli

    : Hasil Thresholding

    Tabel 3.3.4. Nilai MSE pada Tiap Fungsi dan Level Thresholding

    Level Resolusi Fungsi Thresholding MSE

    Pertamasoft 3.918186

    hard 4.071956

    Keduasoft 5.694302

    hard 6.153827

    Ketigasoft 7.362951

    hard 7.979811

    Keempat soft 7.334119hard 7.566342

    Kelimasoft 8.2824

    hard 8.602822

    Keenamsoft 8.748088

    hard 7.821032

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    Soft Minimax Level 4

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    Hard Minimax Level 4

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    Soft Minimax Level 5

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    Hard Minimax Level 5

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    Soft Minimax Level 6

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    Hard Minimax Level 6

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    18/28

    56

    Dari gambar 3.3.1 dengan parameter minimax dengan fungsi soft dan hard

    thresholding, pada level resolusi yang berbeda, dapatdiketahui estimasi wavelet

    thresholding yang paling mendekati dengan plot data aslinya adalah pada

    ) yang merupakan estimasi pertama dari soft thresholding dianggapsebagai yang terbaik dan memiliki MSE yang terkecil yaitu 3.918186.2.Universal ThresholdParameter optimal dengan metode universal threshold adalah :

    =

    Keterangan : diestimasi dari {} Parameter universal threshold digunakan jika residual dari hasil estimasi

    berdistribusi Gaussian pada persamaan (3.1.1) asumsi normalitas, independensi

    dan variansi konstan harus dipenuhi. Untuk mengetahui apakah residual

    mengikuti proses Gausian maka dilakukan pengujian sebagai berikut :

    a.Uji Normalitas Residual.Berdasarkan pada Lampiran 9 dengan Uji Kolmogorov-Smirnov dilakukan

    uji normalitas residual pada masing-masing level resolusi untuk mengetahuiapakah parameter universal ini bisa digunakan atau tidak sebagai berikut :

    Uji Hipotesis :

    H0 : Residual berdistribusi normal

    H1 : Residual tidak berdistribusi normal

    Taraf Signifikansi : Statistik Uji :D=sup | | atau P-valueKriteria Uji :

    Tolak H0 jika atau P-value Keputusan :

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    19/28

    57

    Tabel 3.3.5. Uji Normalitas Residual

    Level Resolusi Fungsi P-value Keputusan

    Pertama

    soft 0.03184 H0 ditolak

    hard 0.05213 H0 diterima

    Keduasoft 0.3886 H0 diterima

    hard 0.5205 H0 diterima

    Ketigasoft 0.9647 H0 diterima

    hard 0.9647 H0 diterima

    Keempatsoft 0.607 H0 diterima

    hard 0.7665 H0 diterima

    Kelimasoft 0.1612 H0 diterima

    hard 0.4726 H0 diterima

    Keenamsoft 0.06265 H0 diterima

    hard 0.8025 H0 diterima

    Kesimpulan :

    Berdasarkan tabel 3.3.5. semua level resolusi telah memenuhi asumsi

    normalitas residual kecuali pada resolusi pertama dengan fungsi soft

    thresholding.

    b. Uji Independensi ResidualUji Hipotesis :

    H0 : Tidak ada korelasi antar lag (residual independen)

    H1 : Ada korelasi residual antar lag (residual dependen)

    Taraf Signifikansi :

    Statistik Uji : Kriteria Uji :

    H0 ditolak jika atau P-value dengan m=lagmaksimum dan s = jumlah parameter yang diestimasi.

    Keputusan :

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    20/28

    58

    Tabel 3.3.6 Uji Independensi Residual

    Level Resolusi Fungsi Lag P-value Keputusan

    Pertama

    SoftThresholding

    12

    H0 ditolak

    24 H0 ditolak36 H0 ditolak48 H0 ditolak

    Hard

    Thresholding

    12 8.7 H0 ditolak24 4.9 H0 ditolak36 9.3 H0 ditolak48 3.4 H0 ditolak

    Kedua

    SoftThresholding

    12 H0 ditolak24

    H0 ditolak

    36 H0 ditolak48 0.00062 H0 ditolakHard

    Thresholding

    12 H0 ditolak24 H0 ditolak36 6. H0 ditolak48 H0 ditolak

    Ketiga

    SoftThresholding

    12 H0 diterima24

    H0 diterima

    36 H0 diterima48 H0 diterimaHard

    Thresholding

    12 H0 diterima24 H0 diterima36 H0 diterima48 H0 diterima

    Keempat

    Soft

    Thresholding

    12 0.005951 H0 ditolak

    24

    H0 ditolak

    36 H0 ditolak48 H0 ditolakHard

    Thresholding

    12 H0 diterima24 0.05222 H0 diterima

    36 0.06422 H0 diterima

    48 0.08836 H0 diterima

    Soft

    Thresholding

    12 0.000627 H0 ditolak

    24 0.003978 H0 ditolak

    36

    H0 ditolak

    48 0.0006228 H0 ditolak

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    21/28

    59

    Kelima

    Hard

    Thresholding

    12 0.7461 H0 diterima

    24 0.1442 H0 diterima

    36 0.1079 H0 diterima

    48 0.1569 H0

    diterima

    Keenam

    Soft

    Thresholding

    12 H0 ditolak24 H0 ditolak36 H0 ditolak48 2 H0 ditolak

    Hard

    Thresholding

    12 0.7004 H0 diterima

    24 0.1849 H0 diterima

    36 0.132 H0 diterima

    48 0.1983 H0 diterima

    Kesimpulan

    Berdasarkan tabel 3.3.6. diketahui pada fungsi soft thresholding pada

    level resolusi ketiga dan fungsi hard thresholding pada level resolusi

    ketiga,keempat, kelima dan keenam memenuhi asumsi independensi

    residual sedangkan sisanya tidak memenuhi.

    c. Uji Homogenitas VariansiBerdasarkan padaLampiran 9 dengan Uji Rank Korelasi Spearman dilakukan

    uji homogenitas variansi (variansi konstan) sebagai berikut :Uji Hipotesis :

    H0 : Variansi residual konstan

    H1 : Variansi residual tidak konstan

    Taraf Signifikansi : Statistik Uji :

    Kriteria Uji :

    H0 ditolak jika atau P-value Keputusan

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    22/28

    60

    Tabel 3.3.7. Uji Variansi Konstan

    Level Resolusi Fungsi P-value Keputusan

    Pertamasoft

    H0 ditolak

    hard H0 ditolakKedua soft H0 ditolakhard H0 ditolak

    Ketigasoft 2.7 H0 ditolakhard 2.7 H0 ditolak

    Keempatsoft 1.7 H0 ditolakhard 9.6 H0 ditolak

    Kelimasoft 2.5 H0 ditolakhard 6.9

    H0 ditolak

    Keenam soft 2.2 H0 ditolakhard 2.1 H0 ditolakKesimpulan

    Berdasarkan tabel 3.3.6 diketahui semua level resolusi dengan fungsi soft

    maupun hard thresholding variansinya tidak konstan.

    Setelah residual dianalisis untuk mengetahui apakah berdistribusi Gaussian

    (normal) dengan mean nol dan variansi konstan .Analisis untuk asumsi normalitas digunakan metode Kolmogorov Smirnovdengan hasil semua level resolusi berdistribusi Gaussian kecuali pada levelresolusi pertama dengan fungsi soft thresholding.

    Analisis untuk asumsi indepedensi residual digunakan uji Ljung-Box

    dengan hasil fungsi soft thresholding pada level resolusi ketiga dan fungsi hard

    thresholding pada level resolusi ketiga,keempat, kelima dan keenam memenuhi

    asumsi independensi residual sedangkan sisanya tidak memenuhi

    Analisis untuk asumsi variansi konstan digunakan uji Korelasi Rank

    Spearman dengan hasil semua variansi tidak konstan. Berdasarkan uji yang telah

    dilakukan terhadap residual dari hasil estimasi tidak berdistribusi IID maka

    parameter universal threshold tidak bisa digunakan dan alternative penggantinya

    adalah Adaptive threshold yang tidak mengasumsikan residualnya berdistribusi

    IID.

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    23/28

    61

    3.Adapitve ThresholdAdapitve threshold adalah metode pemilihan threshold optimal yangberbeda-beda di tiap level resolusi yang berdasarkan nilai minimal dari SURE,

    metode ini hanya berlaku untuk fungsi soft thresholding dan mensyaratkan

    residual dari hasil estimasi wavelet thresholding tidak berdistribusi

    Gaussian(non-IID). Nilai SURE dan threshold Adaptive dengan bantuan

    Software R adalah:

    a. Pada level resolusi pertama nilai SURE-nya adalah 62.43799,60.95267, 59.57841, 59.42883, 58.17989, 56.84549, 60.15993,

    58.50630, 57.04048, 61.59035, 60.66998, 66.29687, 64.56366,

    75.58181, 81.28552, 85.05097, 90.03939, 91.06175, 95.66040,

    120.66313, 119.03283, 122.69552, 145.11525, 148.27007, 160.16271,

    158.61135 ,163.68460, 163.78391, 167.82771, 168.87947, 170.33278,

    194.40896, 196.51964, 195.32402, 199.89312, 224.01216, 226.41340,

    236.34377, 244.12847, 249.54631, 248.51365, 250.87293, 249.92796,

    258.62728, 277.87813, 277.25806, 296.35338, 299.09874, 298.81137,

    321.34046, 323.01153, 343.52215, 356.69216, 366.52840, 382.99167,

    385.78745, 455.67844, 477.71364, 481.32315, 483.09902, 490.88320,

    496.57246, 499.33623, 560.40066 dan SURE terkecil yaitu 56.84549

    terletak pada koefisien wavelet dengan nilai 0.2814951, yang menjadi

    parameter threshold adaptive level pertama.

    b. Pada level resolusi kedua nilai SURE-nya adalah 30.03772,31.57924, 32.37120, 32.32245, 31.78551, 31.60590, 39.13404,

    37.36413, 38.57883, 39.90197, 40.35585, 43.60083, 44.72521,

    48.45289, 47.64225, 52.52913, 52.46532, 51.19119, 59.42147,58.63732, 73.61238, 104.00150, 128.1444, 148.60532, 175.66205,

    181.76869, 216.36406, 220.16970, 267.15849, 266.51833, 271.28686,

    334.31719 dan SURE terkecil yaitu 30.03772 terletak pada koefisien

    wavelet dengan nilai 0.03433075, yang menjadi parameter threshold

    adaptive level kedua.

    c. Pada level resolusi ketiga nilai SURE-nya adalah 14.06952,17.60220, 31.88997, 32.82356, 45.04598, 45.01133, 69.68333,

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    24/28

    62

    75.24553, 88.37732, 105.95683, 130.89783, 132.20187, 134.87005,

    145.66146 dan SURE terkecil yaitu 14.06952 terletak pada koefisien

    wavelet dengan nilai 0.06591596, yang menjadi parameter threshold

    adaptive level ketiga.

    d. Pada level resolusi keempat nilai SURE-nya adalah 40.80675,96.32413, 868.28077, 2983.91298, 40.80675 dan SURE terkecil yaitu

    40.80675terletak pada koefisien wavelet dengan nilai , yangmenjadi parameter threshold adaptive level keempat.

    e. Pada level resolusi kelima nilai SURE-nya adalah 11.10746,15.19176, 24.96749, 26.55638, 63.18195, 233.29707, 235.89960,

    1124.31213 dan SURE terkecil yaitu 11.10746 terletak pada koefisien

    wavelet dengan nilai 3.114753, yang menjadi parameter threshold

    adaptive level kelima.

    f. Pada level resolusi keenam nilai SURE-nya adalah 3683.856,3695.398 dan SURE terkecil yaitu 3683.856 terletak pada koefisien

    wavelet dengan nilai 42.91769, yang menjadi parameter threshold

    adaptive level keenam.

    Berikut hasil estimasinya (program terdapat pada lampiran 10) :

    Gambar 3.3.2. Plot Soft Thresholding Adaptive Level Resolusi 1 Sampai 6

    Keterangan : : Plot Data asli

    : Hasil Thresholding

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    Soft Adaptive Level 1

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    Soft Adaptive Level 2

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    Soft Adaptive Level 3

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    Soft Adaptive Level 4

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    Soft Adaptive Level 5

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    0 20 40 60 80 100 120

    20

    30

    40

    50

    Soft Adaptive Level 6

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    25/28

    63

    Tabel 3.3.8. Nilai MSE pada Tiap Fungsi dan Level Thresholding

    Level Resolusi Fungsi Thresholding MSE

    Pertama Soft 4.093113

    Kedua Soft 3.946578Ketiga Soft 6.250947

    Keempat Soft 5.462676

    Kelima Soft 5.591824

    Keenam Soft 8.934713

    Dari gambar 3.3.2. dengan parameter threshold optimal Adaptive

    Threshold dengan fungsi soft thresholding dapat dianalisis bahwa plot

    mendekati data aslinya terdapat pada level resolusi pertama dan kedua. Untuk

    mengetahui yang terbaik dari kedua estimasi dibandingkan MSE yang terkecil

    yaitu 3.946578 dengan parameter adalah 0.03433075 yang terdapat padaestimasi fungsi soft thresholding pada level resolusi kedua.

    Hasil dari ketiga metode pemilihan parameter optimal maka dihasilkan

    estimasi yang terbaik yaitu :

    a. Untuk metode minimax threshold yang terbaik adalah estimasi fungsi softthresholding pada level resolusi pertama dengan nilai MSEyaitu.

    b. Untuk metode universal threshold tidak bisa digunakan karena residualnyatidak berdistribusi Gaussian.

    c. Untuk metode adaptive threshold yang terbaik adalah estimasi fungsi softthresholding pada level resolusi kedua dengan nilai MSE yaitu.

    Dari pernyataan diatas memperlihatkan bahwa dengan parameter optimalminimax threshold pada level resolusi pertama dengan fungsi soft thresholding memberikan estimasi data runtun waktu data ekspor Indonesia yangterbaik karena menghasilkan MSE yang terkecil.

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    26/28

    64

    3.3.3.Membandingkan Kebaikan Estimasi antara ARIMA dan AnalisisWavelet Thresholding

    Gambar 3.3.3 Plot Gabungan Data Asli, Fits ARIMA (2,1,0), dan Wavelet

    Thresholding Dari Gambar 3.3.3, diketahui pendekatan dengan Wavelet Thresholding danARIMA cukup mendekati data asli. Untuk lebih memperkuat keyakinan, maka

    digunakan ukuran kebaikan model berdasarkan nilai MSE. Analisis runtun waktu

    dengan Wavelet Thresholding mempunyai MSE terkecil dengan parameter

    threshold minimax di level yaitu sebesar . Dalam lampiran 6,diperoleh MSE model ARIMA (2,1,0) sebesar . Sehingga analisis runtunwaktu dengan Wavelet Thresholding menghasilkan estimasi model data runtun

    waktu yang lebih baik dibanding ARIMA untuk contoh kasus tersebut.

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    27/28

    65

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Berdasarkan pada pembahasan dari bab-bab sebelumnya dapat diambil

    kesimpulan sebagai berikut :

    1. Penggunaan metode ARIMA dalam estimasi data nonstasioner,memiliki kelemahan karena adanya beberapa asumsi yang harus

    terpenuhi, sedangkan untuk metode Wavelet yang merupakan metode

    tanpa parameter dan tanpa asumsi sebagaimana metode ARIMA.

    2. Dalam analisis runtun waktu dengan Wavelet Thresholding adabeberapa langkah yaitu Transformasi Wavelet Diskrit, kemudian

    mereduksi koefisien wavelet dengan fungsi Soft dan Hard

    Thresholding dengan parameter threshold yang optimal. Pada tugas

    akhir ini parameter optimal yang digunakan yaitu : Minimax

    Threshold, Universal Threshold dan Adaptive Threshold.

  • 7/31/2019 Aneh Lag Bab 3tak Mw Diprint

    28/28

    66

    DAFTAR PUSTAKA

    Antoniadis,A. and Bigot, J. 2003. Wavelet Estimators in Nonparametric

    Regression: A Comparative Simulation Study. Nicosia :University Joseph Fourier.

    Anton, H. 1995.Aljabar Linear Elementer. Edisi kelima. Jakarta : Erlangga.

    Box, G.E.P., Jenkins, G.M., and Reissel. G.C. 1994. Time Series Analysis

    Forecasting and Control, 3rd edition, Englewood Cliffs : Prentice Hall.

    Bruce, A. and Gao, HY. 1996.Applied Wavelet Analysis with S-PLUS. New York

    : Springer-Verlag.

    Makridakis, S, Wheelwright, S.C., and McGee, V.E. 1999. Jilid 1 edisi kedua,

    Terjemahan Ir. Hari Suminto, Metode dan Aplikasi Peramalan. Jakarta : Bina

    Rupa Aksara.

    Nason, G.P. 2006. Wavelet Methods in Statistics with R. Springer. Bristol:

    University Walk.

    Odgen, R.T. 1997. Essential Wavelets for Statistical Application and Data

    Analysis. Boston :Birkhauser.

    Percival, D.B. & Walden, A.T. 2000. Wavelet Methods for Time Series analysis,

    1stpublished. New York : Cambridge University Press.

    http://bps.go.id/ekspor indonesia