Anatomi Jalan Napas

8
Anatomi Jalan Napas Ada dua gerbang untuk masuk ke jalan nafas pada manusia yaitu hidung yang menuju nasofaring (pars nasalis), dan mulut yang menuju orofaring (pars oralis). Kedua bagian ini di pisahkan

description

Anatomi Jalan Napas

Transcript of Anatomi Jalan Napas

Page 1: Anatomi Jalan Napas

Anatomi Jalan Napas

Ada dua gerbang untuk masuk ke jalan nafas pada manusia yaitu hidung yang menuju

nasofaring (pars nasalis), dan mulut yang menuju orofaring (pars oralis). Kedua bagian ini di

pisahkan oleh palatum pada bagian anteriornya, tapi kemudian bergabung di bagian posterior

dalam faring (gambar 5-1). Faring berbentuk U dengan struktur fibromuskuler yang memanjang

Page 2: Anatomi Jalan Napas

dari dasar tengkorak menuju kartilago krikoid pada jalan masuk ke esofagus. Bagian depannya

terbuka ke dalam rongga hidung, mulut, laring, nasofaring, orofaring dan laringofaring (pars

laryngeal). Nasofaring dipisahkan dari orofaring oleh garis imaginasi mengarah ke posterior.

Pada dasar lidah, secara fungsional epiglotis memisahkan orofaring dari laringofaring (atau

hipofaring). Epiglotis mencegah terjadinya aspirasi dengan menutup glotis- gerbang laring- pada

saat menelan. Laring adalah suatu rangka kartilago yang diikat oleh ligamen dan otot. Laring

disusun oleh 9 kartilago (gambar 5-2) : tiroid, krikoid, epiglotis, dan (sepasang) aritenoid,

kornikulata dan kuneiforme.

Saraf sensoris dari saluran nafas atas berasal dari saraf kranial (gambar 5-3). Membran

mukosa dari hidung bagian anterior dipersarafi oleh divisi ophthalmic (V1) saraf trigeminal (saraf

ethmoidalis anterior) dan di bagian posterior oleh divisi maxila (V2) (saraf sphenopalatina). Saraf

palatinus mendapat serabut saraf sensori dari saraf trigeminus (V) untuk mempersarafi

permukaan superior dan inferior dari palatum molle dan palatum durum. Saraf lingual (cabang

dari saraf divisi mandibula [V3] saraf trigeminal) dan saraf glosofaringeal (saraf kranial yang ke

9) untuk sensasi umum pada dua pertiga bagian anterior dan sepertiga bagian posterior lidah.

Cabang dari saraf fasialis (VII) dan saraf glosofaringeal untuk sensasi rasa di daerah tersebut.

Saraf glosofaringeal juga mempersarafi atap dari faring, tonsil dan bagian dalam palatum molle.

Page 3: Anatomi Jalan Napas

Saraf vagus (saraf kranial ke 10) untuk sensasi jalan nafas dibawah epiglotis. Saraf laringeal

superior yang merupakan cabang dari saraf vagus dibagi menjadi saraf laringeus eksternal yang

bersifat motoris dan saraf laringeus internal yang bersifat sensoris untuk laring antara epiglotis

dan pita suara. Cabang vagus yang lainnya yaitu saraf laringeal rekuren, mempersarafi laring

dibawah pita suara dan trakhea.

Otot laring dipersarafi oleh saraf laringeal rekuren (cabang dari saraf laringeal superior)

dengan pengecualian otot krikotiroid, yang dipersarafi oleh saraf laringeal externa (motoris).

Otot krikotiroid posterior mengabduksi pita suara, seraya otot krikoaritenoid lateral adalah

adduktor utama.

Fonasi merupakan kerja yang simultan dari beberapa otot laring. Kerusakan saraf motoris

yang mempersarafi laring, menyebabkan gangguan bicara (tabel 5-1). Gangguan persarafan

unilateral dari otot krikotiroid menyebabkan gangguan klinis. Kelumpuhan bilateral dari saraf

laringeal superior bisa menyebabkan suara serak atau suara lemah, tapi tidak membahayakan

kontrol jalan nafas.

Paralisis unilateral dari saraf laringeal rekuren menyebabkan paralisis dari pita suara

ipsilateral, menyebabkan kemunduran dari kualitas suara. Pada saraf laringeal superior yang

intact, kerusakan akut saraf laringeal rekuren bilateral dapat menyebabkan stridor dan distress

pernafasan karena masih adanya tekanan dari otot krikotiroid. Jarang terdapat masalah jalan

Page 4: Anatomi Jalan Napas

nafas pada kerusakan kronis saraf laringeal rekuren bilateral karena adanya mekanisme

kompensasi (seperti atropi dari otot laringeal).

Kerusakan bilateral dari saraf vagus mempengaruhi kedua saraf laringeal rekuren dan

superior. Jadi, denervasi vagus bilateral menyebabkan pita suara flasid dan midposisi mirip

seperti setelah pemberian suksinilkolin. Walaupun fonasi terganggu berat pada pasien ini,

kontrol jalan nafas jarang terjadi masalah.

Pasokan darah untuk laring berasal dari cabang arteri tiroidea. Arteri krikoaritenoid berasal dari

arteri tiroidea superior itu sendiri, cabang pertama dari arteri karotis externa dan menyilang pada

membran krikotiroid bagian atas, yang memanjang dari kartilago krikoid ke kartilago tiroid.

Arteri tiroidea superior ditemukan sepanjang tepi lateral dari membran krikotiroid. Ketika

merencanakan krikotirotomi, anatomi dari arteri krikoid dan arteri tiroid harus dipertimbangkan

tetapi jarang berefek pada praktek klinis. Teknik paling baik adalah untuk tetap pada garis

tengah, antara kartilago krikoid dan tiroid.

Pengetahuan tentang anatomi hipofaring penting untuk manajemen airway.

Batas hipofaring disebelah superior adalah tepi atas epiglottis, batas anterior ialah laring, batas

inferior ialah esofagus, serta batas posterior ialah vertebra cervical. Bila hipofaring diperiksa

dengan kaca tenggorok pada pemeriksaan laring tidak langsung atau dengan laringoskop pada

pemeriksaan laring langsung, maka struktur pertama yang tampak dibawah dasar lidah ialah

valekula. Bagian ini merupakan dua buah cekuangan yang dibentuk oleh ligamentum

glossoepiglotika medial dan ligamnetum glossoepiglotika lateral pada tiap sisi. Valekula disebut

juga “kantong pil”, sebab pada beberapa orang kadang-kadang bila menelan pil akan tersangkut

disitu.

Page 5: Anatomi Jalan Napas

Daerah yang sering mengalami sumbatan jalan napas adalah hipofaring, terjadi pada pasien

koma ketika otot lidah dan leher yang lemas tidak dapat mengangkat dasar lidah dari dinding

belakang faring. Ini terjadi jika kepala pada posisi fleksi atau posisi tengah. Oleh karena itu

ekstensi kepala merupakan langkah pertama yang terpenting dalam resusitasi, karena gerakan ini

akan meregangkan struktur leher anterior sehingga dasar lidah akan terangkat dari dinding

belakang faring. Kadang-kadang sebagai tambahan diperlukan pendorongan mandibula kedepan

untuk meregangkan leher anterior, lebih-lebih jika sumbatan hidung memerlukan pembukaan

mulut. Hal ini akan mengurangi regangan struktur leher tadi. Kombinasi ekstensi kepala,

pendorongan mandibula kedepan dan pembukaan mulut merupakan ”gerak jalan napas tripel”.

Pada kira-kira 1/3 pasien yang tidak sadar rongga hidung tersumbat selama ekspirasi karena

palatum molle bertindak sebagai katup. Selain itu rongga hidung dapat tersumbat oleh kongesti,

darah atau lendir Jika dagu terjatuh, maka usaha inspirasi dapat ”menghisap” dasar lidah ke

posisi yang menyumbat jalan napas. Sumbatan jalan napas oleh dasar lidah bergantung kepada

posisi kepala dan mandibula serta dapat saja terjadi lateral, terlentang atau telungkup. Walaupun

Page 6: Anatomi Jalan Napas

gravitasi dapat menolong drainase benda asing cair, gravitasi ini tidak akan meringankan

sumbatan jaringan lunak hipofaring, sehingga gerak mengangkat dasar lidah seperti diterangkan

diatas tetap diperlukan.

Penyebab lain sumbatan jalan napas adalah benda asing, seperti muntahan atau darah

dijalan napas atas yang tidak dapat ditelan atau dibatukkan keluar oleh pasien yang tidak sadar.

Laringospame biasanya disebabkan oleh rangsangan jalan nafas atas pada pasien stupor atau

koma dangkal. Sumbatan jalan nafas bawah dapat disebabkan oleh bronkospasme, sekresi

bronkus, sembeb mukosa, inhalasi isi lambung atau benda asing.