Anatomi, Faal,Histo,Bikimia Ren

19
A. Anatomi Ada dua buah, berbentuk seperti kacang merah dengan ukuran 11 cm, lebar 6 cm dan tebal 3 cm. lokalisasi di dalam cavum abdominis, berada di sebelah kiri dan kanan columna vertebralis. Ujung cranial disebut polus superior (polus cranialis) dan ujung caudal disebut polus inferior (polus caudalis), membentuk facies anterior dan facies posterior. Kedua permukaan tersebut membentuk margo lateralis dan margo medialis. Pada margo medialis terdapat hilum renale, yang merupakan tempat keluar masuk arteri renalis, vena renalis, ureter dan serabut – serabut saraf. Pada polus superior terdapat glandula suprarenalis. 1. Struktur Ren

Transcript of Anatomi, Faal,Histo,Bikimia Ren

Page 1: Anatomi, Faal,Histo,Bikimia Ren

A. Anatomi

Ada dua buah, berbentuk seperti kacang merah dengan ukuran 11 cm, lebar 6 cm dan tebal 3 cm. lokalisasi di dalam cavum abdominis, berada di sebelah kiri dan kanan columna vertebralis. Ujung cranial disebut polus superior (polus cranialis) dan ujung caudal disebut polus inferior (polus caudalis), membentuk facies anterior dan facies posterior. Kedua permukaan tersebut membentuk margo lateralis dan margo medialis. Pada margo medialis terdapat hilum renale, yang merupakan tempat keluar masuk arteri renalis, vena renalis, ureter dan serabut – serabut saraf. Pada polus superior terdapat glandula suprarenalis.

1. Struktur Ren

Page 2: Anatomi, Faal,Histo,Bikimia Ren

Ren terdiri dari cortex dan medulla renalis. Cortex berwarna pucat, permukaan kasar. Medulla renalis berwarna agak gelap yang terdiri dari 12-20 pyramidales. Basis dari pyramis, disebut basis pyramis yang berada pada cortex. Apex dari pyramis disebut papilla renalis terletak menghadap kea rah medial yang bermuara pada calyx minor. Diantara satu pyramid dengan pyramid lain terdapat jaringan cortex disebut columna renalis bertini. Setiap pyramid bersama – sama dengan columna renalis bertini yang ada di sampingnya membentuk lobus renalis, berjumlah 5 – 14 buah. Pada setiap papilla renalis bermuara 10 – 40 buah ductus yang mengalirkan urine ke calyx minor.

Hilum renale meluas membentuk sinus renalis, dan merupakan pembesaran dari ureter ke arah cranialis. Pelvis renalis terbagi menjadi 2 – 3 calies renalis majors dan setiap calyx major terbagi menjadi 3 – 4 buah calices renalis minores.

2. Lokalisasi Ren

Ren terletak di bagian posterior caavum abdominis, retroperitoneal, di kiri dan kanan columna vertebralis, setinggi vertebra lumbalis 1-4. Ren dexter terletak lebih rendah dari ren sinister disebabkan oleh hepar berada di sebelah cranial dari ren.

Ren sinister dan ren dexter terletak berdampingan dengan organ – organ yang berada di sekitarnya, baik pada facies anterior maupun pada facies posteriornya.

Facies anterior berbentuk cembung, berhadapan dengan organ – organ sebagai berikut:

Ren sinister berbatasan dengan: pancreas, gaster, lien, duodenum, flexura coli sinistra. Ren dexter letak berbatasan dengan: facies posterior lobus dexter hepatis, flexura coli dexter, duodenum.

Facies posterior ren terletak berhadapan dengan organ sebagai berikut:

a. Ren sinister berbatasan dengan costa XI, costa XII, processus transverses vertebra lumbalis I, m. tranversus abdominis, m. quadrates lomborum.

b. Ren dexter berbatasan dengan processus transverses abdominis, m. quadrates lomborum, m. psoas major dan processus tranversus vertebra lumbalis II.

Ren difiksasi oleh:

a. Fasia renalisb. Vasa renalisc. Corpus adiposum

3. Vascularisasi Rena. Arteri renalis

Page 3: Anatomi, Faal,Histo,Bikimia Ren

Dipercabangkan dari arteri aorta abdominalis di caudal dari pangkal a. mesenterica superior, setinggi discus intervertebralis V.L 1 – V.L 2.a.renalis mempercabangkan ramus anterior (ramus primer) dan ramus posterior di dalam sinus renalis. Batas antara kedua ramus tersebut dinamakan Broedel’s Line.b. Vena renalisArteriola glomerularis efferens (vasa efferens) yang meninggalkan glomerulusplexus arteriosusarteriola recta(vasa recta)plexusvenulae rectaevenae interlobularesvenae arcuataevenae interlobarisvena cavac. Nodus lymphaticus inferiorPembuluh lymphe pada ren membentuk 3 plexus yaitu:1) Pembuluh lymphe di substansi ren2) Pembuluh lymphe di profunda capsula fibrosa3) Pembuluh lymphe di dalam corpus adiposum pararenaled. InnervasiPlexus renalis dipercabangkan dair plexus coleliacus, serabut – serabut sarafnya berjalan bersama vasa renalis.Plexus renalis mengandung komponen simpatis dan parasimpatis yang dibawa N. Vagus. Stimulus dari pelvis renalis dan ureter bagian cranialis dibawa oleh N. splanchnicus.

Referensi:

R. Putz, editor. Sobotta Jilid 2 Atlas Anatomi manusia Edisi 21. Jakarta: EGC; h. 181, 184.

Theopilus, Buranda, dkk. 2008. Anatomi Umum, hal. 67,68. Makassar: Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

B. Histologi

Ren

Ginjal dibungkus oleh suatu kapsula yang disebut kapsula renalis terdiri dari jaringan ikat padat kolagen yang biasanya mudah dikupas. Bila ginjal dibelah sejajar dengan permukaan maka akan membagi dua ginjal sama tebalnya dan tampaklah 2 bagian yaitu korteks dan medulla.

Korteks ginjal tampak merah gelap dan begranula, korteks menutupi seluruh medulla. Medulla tebalnya sekitar 2 kali korteks terdiri dari bagian seperti kerucut yang lebih pucat dari korteks disebut pyramid ginjal. Dari dasar tiap pyramid ada garis – garis tipis yang berjalan sejajar berasal dari medulla berjaaln memancar keluar masuk ke korteks disebut medullary rays.

Page 4: Anatomi, Faal,Histo,Bikimia Ren

Unit fungsional ginjal disebut tubulus uriniferus yang jumlahnya lebih dari satu juta pada tiap ginjal. Tiap tubulus uriniferus terdiri dari nefron dan duktus coligentes.

Tiap nefron mulai dengan ujung buntu lebar yang melekuk ke dalam diisi oleh kumparan kaplire seperti jambul untuk membentuk bangunan bulat kecil disebut korpuskel ginjal. Tiap korpuskel terdiri dari jumbaian kapiler yaitu glomerulus yang dibungkus oleh kapsula bowman, yang terdiri dari dua lapisan, yaitu:

1. Lapisan parietalis, terdiri dari epitel selapis gepeng yang duduk di atas membrane basalis yang pada kutub vaskuler berhubungan dengan lapian viseralis dan pada kutub urinarius melanjutkan diri sebagai epitel tubular.

2. Lapisan viseralis, terdiri dari selapis epitel yang dengan E.M terlihat mempunyai bentuk yang sangat rumit, sel – sel ini disebut podosit (podos = kaki).

Page 5: Anatomi, Faal,Histo,Bikimia Ren

Pada korpuskel ginjal terdapat dua kutub:

1. Kutub urinarius, dimana ruang korpuskel berhubungan langsung dengan lumen tubulus proksimal dan lapisan parietalis korpuskel akan melanjutkan diri ke epitel tubuler.

2. Kutub vascular, letaknya bersebrangan dengan kutub urinarius, sebagai tempat masuknya arteriol aferen glomeruli ke korpuskel dan tempat keluarnya arteriol eferen glomeruli, di kutub ini lapisan parietalis dan viseralis berhubungan langsung.

Korpuskel ginjal berhubungan dengan tubulus ginjal yang terbagi lagi menjadi sejumlah segmen – segmen dengan fungsi dan struktur berbeda, segmen – segmen ini adalah:

1. Segmen pertama disebut tubulus proksimalis, tubulus berjaaln berkelok – kelok, disebut juga tubulus kontortus proksimalis. Segmen ini terdiri dari epitel selapis kubis rensah dan epitel selapis kubis tinggi (selapis torak rendah).

2. Segmen tengah disebut ansa henle merupaak bagian yang berjalan lurus ke arah medulla lalu melengkung dan kembali berjaaln lurus ke korteks sehingga disebut juga lengkungan henle, segmen ini sangat tipis. Segmen ini terdiri dari selapis epitel gepeng.

3. Segmen terakhir disebut tubulus distalis yang juga berjalan verkelok – kelok tetapi kelokan di sini hanya sedikit saja, disebut juga tubulus kontortus distalis yang terletak di korteks ginjal, bagian ini mulai dari macula densa. Dibentuk oleh sel kubis rendah.

Apparatus jukstaglomerularis dibentuk oleh:

1. Macula densaMerupakan lempeng selular memanjang yang dibentuk oleh sel – sel tubulus distalis pada tempat peralihan dari bagian yang berjalan berkelok – kelok, berdekatan dengan daerah mesangium di sebelah luar gromeruli pada daerah pola vaskuler di antara vas aferen dan eferen. Sel – sel dinding tubulus pada daerah ini melekat dengan daerah mesangial

Page 6: Anatomi, Faal,Histo,Bikimia Ren

ekstraglomerular, macula densa ini bersama – sama dengan sel jukstaglomerular dan jaringan mesangial disebut apparatus jukstaglomerular.Sel – sel macula densa dipisahkan dari sel mesangial ekstraglomerular oleh lamina basalis yang tipis tetapi kontinyu, sel ini walaupun berasal dari tubulus distalis tetapi ia tidak mempunyai lipatan basal melainkan tonjolan ke arah lamina basalis.

2. Sel – sel mesangial ekstraglomerularSel ini berhubungan langsung dengan sel mesangial intraglomeruli dimaa strukturnya sangat mirip dengan yaitu sitoplasma pucat dengan beberapa sel mempunyai granular dan filament.

3. Sel jukstaglomerularisBerasal dari sel – sel otot polos dari tunika media arteriol aferen yang pada saat mendekati glomerulus akan beubah menjadi sel epiteloid yang bulat, besar, dan pucat yang pada sitoplasmanya terdapat granula yang berisi renin.

Ureter

Secara histologik ureter terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan adventisia. Lapisan mukosa

terdiri atas epitel transisionalyang disokong oleh lamina propria. Epitel transisional ini terdiri

atas 4-5 lapis sel. Sel permukaan bervariasi dalam hal bentuk mulai dari kuboid (bila kandung

kemih kosong atau tidak teregang) sampai gepeng (bila kandung kemih dalam keadaan

penuh/teregang). Sel-sel permukaan ini mempunyai batas konveks (cekung) pada lumen dan

dapat berinti dua. Sel-sel permukaan ini dikenal sebagai sel payung. Lamina propria terdiri atas

jaringan fibrosa yang relatif padat dengan banyak serat elastin. Lumen pada potongan melintang

tampak berbentuk bintang yang disebabkan adanya lipatan mukosa yang memanjang. Lipatan ini

terjadi akibat longgarnya lapis luar lamina propria, adanya jaringan elastin dan muskularis.

Lipatan ini akan menghilang bila ureter diregangkan.

Lapisan muskularisnya terdiri atas atas serat otot polos longitudinal disebelah dalam dan sirkular

di sebelah luar (berlawan dengan susunan otot polos di saluran cerna). Lapisan adventisia atau

serosa terdiri atas lapisan jaringan ikat fibroelsatin.

Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang diproduksi oleh ginjal ke dalam kandung kemih. Bila

ada batu disaluran ini akan menggesek lapisan mukosa dan merangsang reseptor saraf sensoris

sehingga akan timbul rasa nyeri yang amat sangat dan menyebabkan penderita batu ureter akan

berguling-gulung, keadaan ini dikenal sebagai kolik ureter.

Vesica Urinaria

Page 7: Anatomi, Faal,Histo,Bikimia Ren

Vesica Urinaria terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan serosa/adventisia. Mukosanya

dilapisi oleh epitel transisional yang lebih tebal dibandingkan ureter (terdiri atas 6-8 lapis sel)

dengan jaringan ikat longgar yang membentuk lamina propria dibawahnya. Tunika

muskularisnya terdiri atas berkas-berkas serat otot polos yang tersusun berlapis-lapis yang

arahnya tampak tak membentuk aturan tertentu. Di antara berkas-berkas ini terdapat jaringan ikat

longgar. Tunika adventisianya terdiri atas jaringan fibroelastik.

Fungsi kandung kemih adalah menampung urin yang akan dikeluarkan kedunia luar melalui

uretra. Vesika urinaria terletak di belakang os pubis,vesika uranaria yang kosong berbentuk limas

yang mempunyai puncak (apex), permukaan dorsal (sebagai dasar), dinding superior dan dua

dinding lateroinferior. Jika vesika urinaria terisi penuh, permukaan atasnya akan menonjol ke

rongga perut, dan berbentuk ovoid (seperti telur), membran mukosa tidak lagi berbentuk lipatan-

lipatan. Pada sudut superior terdapat ureter, pada sudut inferior terdapat orificium urethra

internum.

Proses berkemih dalam vesika urinaria merupakan Suatu proses refleks yang diatur oleh pusat-

pusat refleks di otak. Rangsang (impuls) yang terjadi akibat teregangnya dinding Vesika Urinaria

dihantarkan oleh neuron-neuron sensoris viseral aferen melalui n. splanchnicus memasuki

medulla spinalis segmen sacral 2,3,dan 4. Rangsang saraf menyebabkan otot-otot polos Vesika

Urinaria berkontraksi, m. sphincter vesicae melemas. Neuron-neuron eferen para simpatis

mengambil jalan melalui n. pudendus (S2,3, dan 4) menuju ke sphincter urethra.Pengontrolan

berkemih anak-anak mulai umur 3-4 tahun.

Uretra

Panjang uretra pria antara 15-20 cm dan untuk keperluan deskriptif terbagi atas 3 bagian yaitu:

1. Pars Prostatika, yaitu bagian uretra mulai dari muara uretra pada kandung kemih hingga

bagian yang menembus kelenjar prostat. Pada bagian ini bermuara 2 saluran yaitu duktus

ejakulatorius dan saluran keluar kelenjar prostat.

2. Pars membranasea yaitu bagian yang berjalan dari puncak prostat di antara otot

rangka  pelvis menembus membran perineal dan berakhir pada bulbus korpus

kavernosus   uretra.

3. Pars kavernosa atau spongiosa yaitu bagian uretra yang menembus korpus kavernosum dan

bermuara pada glands penis.

Page 8: Anatomi, Faal,Histo,Bikimia Ren

Epitel uretra bervariasi dari transisional di uretra pars prostatika, lalu pada bagian lain berubah

menjadi epitel berlapis atau bertingkat silindris dan akhirnya epitel gepeng berlapis pada ujung

uretra pars kavernosa yang melebar yaitu di fosa navikularis. Terdapat sedikit sel goblet

penghasil mukus. Di bawah epitel terdapat lamina propria terdiri atas jaringan ikat fibro-elastis

longgar.

Pada wanita uretra jauh lebih pendek karena hanya 4 cm panjangnya. Epitelnya bervarias dari

transisional di dekat muara kandung kemih, lalu berlapis silindris atau bertingkat hingga berlapis

gepeng di bagian ujungnya. Muskularisnya terdiri atas 2 lapisan otot polos tersusun serupa

dengan ureter .

Referensi:

Robby N. Lianury, editor. Histologi Jilid 4. Makassar: Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; h. 70-72, 74,76,77,80.

School of Anatomy and Human Biology – The University of Western Australia. Bulue Histology – Urinary System.[online]. 2009 Agustus 06 [cited 2013 Maret 06]; Available from: URL: http://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/corepages/urinary/urinary.htm

C. Fisiologi

Ginjal melakukan fungsi – fungsi spesifik berikut, yang sebagian besar membantu mempertahankan stabilitas lingkungan cairan internal.

1. Mempertahankan keseimbagan H2O di tubuh2. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai, terutama melalui regulasi

keseimbangan H2O. fungsi ini penting untuk mencegah fluks –fluks osmotic masuk atau keluar sel, yang masing – masing dapat menyebabkan pembengkakan atau penciutan sel yang merugikan

3. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES, termasuk natrium, klorida, bikarbonat, kalium, kalsium, ion hydrogen, fosfat, sulfat, dan magnesium. Bahkan fluktuasi kecil konsentrasi sebagian elektrolit ini dalam CES dapat berpengaruh besar.

4. Mempertahankan volume plasma yang tepat, yang penting dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran regulatorik ginjal dalam keseimbangan garam dan H2O

5. Membantu mempertahankan keseimbangan asam basa tubuh yang tepat dan menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3

- di urin6. Mengeluarkan produk – produk akhir (sisa) metabolism tubuh, misalnya urea, asam urat,

dan kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk maka bahan – bahan sisa ini menjadi racun terutama bagi otak

Page 9: Anatomi, Faal,Histo,Bikimia Ren

7. Mengeluarkan banyak senyawa asing misalnya obat, aditif makanan, pestisida, dan bahan eksogen non-nutritif lain yang masuk ke tubuh

8. Menghasilkan eritropoietin, suatu hormone yang merangsang produksi sel darah merah9. Menghasilkan recnin, suatu hromon enzim yang memicu suatu reaksi berantai yang penting

dalam penghematan garam oleh ginjal10. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya

Komponen vascular:

1. Arteriol aferen, membawa darah ke glomerulus2. Glomerulus, suatu kuntum kapiler yang menyaring plasma bebas protein ke dalam

komponen tubulus3. Arteriol eferen, membawa darah dari glomerulus4. Kapiler pertubulus, mendarahi jaringan ginjal; terlibat dalam pertukaran dengan cairan di

lumen tubulus.

Komponen kombinasi vascular/tubular:

Aparutus jukstaglomerulus, menghasilkan bahan – bahan yang berperan dalam kintrol fungsi ginjal.

Komponen tubular:

1. Kapsul bowman, mengumpulkan filtrate glomerulus

Page 10: Anatomi, Faal,Histo,Bikimia Ren

2. Tubulus prksimal, reabsorpisi dan sekresi tak terkontrol bahan – bahan tertentu terjadi di sini

3. Ansa henle, membentuk gradient osmotic di medulla ginjal yang penting bagi kemapuan ginjal untuk menghasilkan urin dengan konsentrasi beragam

4. Tubulus distal dan duktus koligentes, reabsorpsi terkontrol beragam Na+ dan H2O serta sekresi K+ dan H+ terjadi di sini; cairan yang meninggalkan duktus koligentes adalah urin, yang masuk ke pelvis ginjal.

Referensi:

Lauralee Sherwood, editor. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, Edisi 6. Jakarta: EGC; 2011, h. 554, 557

D. Biokimia Ginjal1. Sifat – sifat urinea. Volume urine

Volume urine dalam 24 jam tergantung factor fisiologik (misalnya intake cairan, suhu, dan kerja fisik) dan factor patologik (misalnya penyakit ginjal, diabetes mellitus dan sebagainya). Beberapa obat misalnya golongan diuretic, kopi, alcohol dapat mempengaruhi volume urine. Pada manusia, normalnya urine antara 600 – 2500 ml/24jam. – kelainan dalam volume urine:Poliuri : bila volume urine > 2500 ml/24 jamOligouri : bila volume urine < 600 ml/24 jamAnuri : bila tidak terbentuk urinekelainan

b. Berat jenis urineBerat jenis urine normal antara 1,003-1,030 tergantung pada jumlah zat – zat yang larut didalamnya dan volume urine. Jumlah total zat padat dalam urine 24 jam kira – kira 50 gram. Berat jenis urine berubah terutama pada penyakit ginjal.

c. pH urineurin dapat bersifat asam, netral, atau basa dengan pH antara 4,7 – 8,0. Tetapi urine yang dikumpulkan selama 24 jam biasanya bersifat asam. Urine yang diambil pada waktu – waktu tertentu mempunyai pH yang berbeda – beda. Beberapa waktu setelah makan, urine akan bersifat netral bahkan alkalis. Ini disebut alkalin tide. Bila dibiarkan untuk waktu lama,urin dapat mengalami ammoniacal fermentation atau acid fermentation. Hal ini disebabkan oleh bakteri dan pH urine menjadi basa.

d. Bau, warna, dan kekeruhanUrine yang baru dikeluarkan mempunyai bau khas. Bila urine mengalami dekomposisi, timbul bau ammonia yang tidak enak. Warna urine berbeda – beda sesuai dengan kepekatanya, tetapi dalam keadaaan normal urine berwarna kuning muda. Warna terutama disebabkan oleh pigmen urokrom yang berwarna kuning dan sejumlah kecil oleh urobilin dan hematoporfirin.

Page 11: Anatomi, Faal,Histo,Bikimia Ren

Dalam keadaan demam karena pemekatan, warna urine berubah menjadi kuning tua atau agak coklat. Pada penyakit hati, pigmen empedu dapat menyebabkan urine menjadi hijau, coklat atau kuning tua. Darah / hemoglobin menyebabkan warna urine merah, sedangkan methemoglobin atau asam hemogentisat menyebabkan warna urine coklat tua.Urine normal biasanya jernih paa waktu dikeluarkan, tetapi bila dibiarkan dalam waktu lama akan timbul kekeruhan disebabkan oleh nucleoprotein, mukoid atau sel – sel epitel. Selain itu pada urin yang alkalis, kekeruhan dapat disebabkan oleh endapan fosfat sedangakan pada urine asam biasanya disebabkan oleh endapan urat.

2. Zat – zat fisiologik urinea. Klorida

Merupakan zat padat yang jumlahnya terbanyak kedua setelah urea dan urin. Ekskresi melalui urine utamanya dalam bentuk NaCl sekitar 10 – 15 gr/24 jam tergantung intake. Dengan menentukan jumlah klorida maka kita dapat menetukan jumlah NaCl yang diekskresikan melalui urine. Ekskresinya menurun pada perspirasi berlebihan, retensi natrium, radang ginjal menahun, diare, dan sebagainya. Sedangkan pada isufisiensi korteks adrenal, ekskresinya akan bertambah.

b. BelerangDalam keadaaan normal 1gram belerang dikeluarkan dalam 24 jam. Belerang adalah zat sisa metabolism asam amino yang mengandung S, tiosulfat, tiosianat, sulfide dan sebagainya. Belerang yang diekskresikan terdapat dalam 2 bentuk yakni:1) Belerang yang tak teroksidasi (belerang netral)2) Belerang yang teroksidasi (oxidized sulfur)

Belerang teroksidasi ada 2 bentuk yaitu:

1) Sulfat anorganik, bagian terbear dari belerang teroksidasi2) Sulfat eterial yang terpenting dalam urine adalah indikan

Indikan merupakan zat yang berasal dari pembusukan triptofan dalam usus atau di tempat lain dalam tubuh. Jumlah indikan yang diekskresikan dalam urine kira – kira 10 – 20 mg / 24jam. Ekskresi indikan meninggi paa beberapa keadaan seperti stagnasi usus, pembusukan dalam usus meningkat dan pada pemecahan protein jaringan atau protein cairan tubuh (abses, gangrene, emfisema, dan sebagainya).

c. FosfatPada umumnya jumlah ekskresi fosfat melalui urine kira – kira 1,1 gram / 24 jam. Sebagian besar dalam bentuk fosfat anorganik dan hanya 1 – 4 % dalam bentuk fosfat organic. Jumlah fosfat meningkat pada beberapa penyakit misalnya hiperparatiroidisme, pada beberapa penyakit tulang seperti osteomalasia, ricketsia, dan sebagainya. Sedangkan ekskresi fosfat menurun pada hipoparatiroidisme, penyakit ginjal, kehamilan, dan lain – lain.

d. Ammonia

Page 12: Anatomi, Faal,Histo,Bikimia Ren

Merupakan hasil akhir metabolisme proteinyang mengandung N. ini merupakan kedua yang terpenting setelah urea. Dalam urine, ammonia terdapat dalam betuk garam ammonium dan jumlahnya kira – kira 0,7 gram/24 jam atau 2,5 – 4,5 % dari nitrogen total/24jam.

3. Sisa – sisa metabolismea. Urea

Merupakan komponen terbanyak zat padat dalam urine. Urine merupakan sisa metabolism asam amino. Biosintesis urea dari asam amino terjadi dalam 4 tahap:

1) Transaminasi2) Deaminasi oksidatif3) Pengangkutan ammonia4) Reaksi pada siklus urea

Kebanyakan urea dibentuk di dalam hati dan pada penyakit hati berat, nitrogen urea darah (BUN) turun dan NH3 darah meninggi. Enzim ini terlibat dalam sintesi urea adalah ormitin karbamoiltransferase. Defisiensi enzim ini akan menyebabkan keracunan NH3, sekalipun organ – organ yang heterozigot untuk defisiensi ini.

Ekskresi urea dalam urin jumlahnya sangat dipengaruhi oleh 3 hal yang intake makanan berprotein tinggi, metabolism protein dalam tubuh dan kemampuan ginjal dalam filtrasi dan reabsorpsi urea. Pada penderita gagal ginjal dimana terjadi gangguan pada filtrasi urea akan menyebabkan terjadinya peninggian urea dalam darah disebut uremia.

b. Asam urat

Asam urat dibentuk dari purin dan dengan sintesis langsung dari 5-fosforibosil pirofosfat (5-PRPP) dan glutamine. Kadar asam urat darah normal pada manusia adalah sekitar 4mg/dl. Pada manusia asam urat diekskresikan melalui urin, tetapi pada mamalia yang lain dioksidasi menjadi allantoin sebelum diekskresikan.

Ekskresi asam urat melalui urine jumlahnya dipenaruhi oleh intake makanan sehingga kurang tepat dalam mengekspresikan laji filtrasi glomerulus. Dalam urin, asam urat dapat membentuk Kristal yang mengendap dan menyebabkan batu ginjal. Peningkatan asam urat dalam darah (hiperurisemia) dan urin terjadi pada peningkatan intake makanan kaya purin yang meningkat pada penderita anemia hemolitik dan kanker dan penderita penyakit sendi. Hierurisemia juga terjasi pada penderita gagal ginjal.

c. KreatininKreatinin disintesis dalam hati dari asam amino methionin, glisin, dan arginin. Dalam otot rangka, kreatinin difosforilasi menjadi fosforil kreatinin yang merupakan simpanan energy penting untuk sintesis ATP. Kreatinin di dalam urine dibentuk dari fosforilkreatinin. Kreatinin tidak dikonversi secara langsung menjadi kreatinin.

Page 13: Anatomi, Faal,Histo,Bikimia Ren

Kecepatan ekskresi relative konstan setiap hari, jumlahnya tidak dipengaruhi oleh intake makanan dan tidak direabsorpsi oleh ginjal. Hal ini memungkinkan ekskresi kreatinin menunjukkan kemampuan laju filtrasi glomerulus yang dinyatakn sebagai kreatini klirens.

4. Zat – zat patologik dalam uriniea. Glukosa

Pada keadaan normal, tidak lebih dari 1 gram diekskresikan dalam 24 jam bila kadar glukosa dalam urine tinggi disebut glukosuria.Pada keadaan fisiologik, glukosuria dapat terjadi setelah makan banyak karbohidrat, sedangkan pada keadaan patologik glukosuria dapat disebabkan:

1) Ambang ginjal untuk glukosa urin menurun. Pada keadaan ini, gula darah dalam batas – batas normal. Hal ini terjadi pada beberapa kelainan ginjal dan disebut renal diabetes.

2) Gangguan metabolisme karbohidrat. Ini menyebabkan kadar glukosa darah meningkat sehingga ambang dilampaui dan glukosa dikeluarkan ke dalam urine. Misalnya terdapat pada penyakit diabetes mellitus, hipopituitarisme dan hiperadrenalisme. b. Zat – zat keton

Yang termasuk zat – zat keton ialah asam asetoasetat, beta hidroksibutirat dan aseton. Zat – zat ini merupakan zat antara pada pemecahan asam lemak di dalam hati dan selanjutnya mengalami pemecahan pada jaringan ekstrahepatik. Pada beberapa keadaan patologik, terjadi penimbunan zat – zat keton dalam darah (ketonemia) dan dikeluarkan melalui urine dalam jumlah besar (ketonuria). Keadaan ini disebut ketosis.

c. ProteinDalam keadaan normal, tidak 30 – 200 mg protein diekskresi dalam 24 jam yang dimaksud dengan protenuria ialah terdapatnya protein dalam jumlah yang abnormal dalam urine. Urine normal tidak member hasil postif dengan tes – tes terhadap protein yang biasa dikerjakan.

d. DarahBila dalam urine terdapat darah, keadaan ini disebut hematuria atau hemoglobinuria. Hematuria terjadi karena darah masuk ke dalam urine misalnya pada radang atau kerusakan ginjal dan saluran kemih. Sedangkan hemoglobinuria terjadi karena hemolisis sehingga hemobilin dibebaskan

e. BilirubinBilirubin normalnya terdapat tidak terdapat dalam urine. Pada keadaan – keadaan patologik seperti hepatitis dan batu empedu maka bilirubin akan meninggi kadarnya di dalam darah dan kemudian akan diekskresikan melalui urine.

Referensi:

Staf Pengajar Bagian Biokimia FK UNHAS, editor. Penuntun Praktikum Biokimia, Biomedik II. Makassar: laboratorium Biokimia FK UNHAS; h. 28 – 44.