Anatomi dan Patofisiologi Jantung

27
Anatomi dan Patofisiologi Penyakit Jantung Oleh: Dwi Notosusanto, 0906622656 (Mahasiswa FKUI Angkatan 2005) Anatomi Jantung Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Jantung memiliki bentuk jantung cenderung berkerucut tumpul. Ukuran jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan pemiliknya. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah. Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus, terlindungi oleh tulang rusuk. Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, 1

description

Buat yang mau tahu lebih jauh tentang Jantung.

Transcript of Anatomi dan Patofisiologi Jantung

Page 1: Anatomi dan Patofisiologi Jantung

Anatomi dan Patofisiologi Penyakit Jantung

Oleh: Dwi Notosusanto, 0906622656 (Mahasiswa FKUI Angkatan 2005)

Anatomi Jantung

Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk

oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel

kanan dan kiri. Jantung memiliki bentuk jantung cenderung berkerucut tumpul. Ukuran

jantung kira-kira panjang 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm.

Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar

dari kepalan tangan pemiliknya. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam

masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter

darah.

Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah dada,

bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus

xiphoideus, terlindungi oleh tulang rusuk.

Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III

dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis

pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum

Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra

di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm

di kiri linea medioclavicularis.

Selaput yang membungkus jantung disebut pericardium dimana teridiri antara

lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavum pericardii berisi 50 cc yang berfungsi sebagai

1

Page 2: Anatomi dan Patofisiologi Jantung

pelumas agar tidak ada gesekan antara pericardium dan epicardium. Epicardium adalah

lapisan paling luar dari jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan miokardium dimana

lapisan ini adalah lapisan yang paling tebal. Miokardium merupakan lapisan otot

jantung yang berperan penting dalam memompa darah melalui pembuluh arteri.Lapisan

terakhir adalah lapisan endocardium.

Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan

sisanya adalah ventrikel. Pada orang awan atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel

dikenal dengan bilik. . Keempat rongga tersebut terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian

kanan dan kiri yang dipisahkan oleh dinding otot yang dikenal dengan istilah septum.

Sesuai dengan etimologis, jantung pada dunia medis memiliki istilah cardio /

kardio. Ialah berasal dari bahasa latin, cor. Dimana cor dalam bahasa latin memiliki

arti : sebuah rongga. Sebagaimana bentuk dari jantung yang memiliki rongga berotot

yang memompa darah lewat pembuluh darah dalam kontraksi berirama yang berulang

dan berkonsistensi.

Pun, dalam kedokteran istilah kardiak memiliki makna segala sesuatu yang

berhubungan dengan jantung. Dalam bahasa Yunani, cardia sendiri digunakan untuk

istilah jantung.

Ruang Jantung terbagi atas empat ruang.

a.Serambi kanan dan serambi kiri yang dipisahkan oleh septum intratrial,

b.Bilik kanan dan bilik kiri yang dipisahkan oleh septum interventrikular

2

Page 3: Anatomi dan Patofisiologi Jantung

Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya

tekanan yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot

yang tebal terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari

ventrikel kanan.

Perikardium

Perikardium merupakan semancam kantung dengan 2 lapisan yang mengelilingi

jantung. Lapisan serosa yang dalam (perikard viseralis) menempel ke bagian luar

dinding jantung dipisahkan dari pericard parietalis oleh lapisan tipis cairan pericard.

Katup Jantung

Ada 4 tipe katup jantung yang mengatur aliran darah dalam jantung, yaitu:

Katup trikuspid: mengatur aliran darah antara atrium kanan dan ventrikel kanan

Katup pulmonalis mengontrol aliran darah dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis,

yang membawa darah ke paru untuk mengambil oksigen

Katup mitral membiarkan darah kaya oksigen dari paru yang masuk ke atrium kiri

untuk menuju ventrikel kiri

Katup aorta memberikan jalan bagi darah yang kaya oksigen dari ventrikel kiri ke

aorta, arteri terbesar tubuh yang nantinya akan dikirim ke seluruh tubuh

Katup trikuspid dan katup mitral dihubungkan oleh chorda tendinae ke papillary muscle.

Hal ini mencegah regurgutasi saat ventikel kontraksi

Sistem Konduksi

3

Page 4: Anatomi dan Patofisiologi Jantung

Impuls elektris dari otot jantung (myocardium) menyebabkan jantung berdetak

(kontraksi). Sinyal elektrik ini dimulai di nodus SA, lokasinya pada puncak atrium

kanan. Nodus SA sering disebut ‘pacu jantung alami’. Katika impuls elektris dilepaskan

dari pacu jantung alami, antrium berkontraksi. Sinyal kemudian diteruskan ke nodus

AV. Nodus AV kemudian mengirimkan sinyal ke serat-serat otot ventrikel,

menyebabkan kontraksi ventrikel.

Nodus SA mengirimkan impuls elektrik dengan laju tertentu, tapi frekuesnsi

detak jantung masih dapat berubah tergantung pada kebutuhan fisik, stress atau factor

hormonal.

Detak Jantung

Detak jantung ialah aksi memompa dari 2 bagian yang membutuhkan waktu

sekitar 1 detik. Saat darah berkumpul di chamber atas (atrium kanan dan kiri), pacu

jantung alami (nodus SA) mengirimkan sinyal elektrik yang menyebabkan kedua atrium

kontraksi. Kontraksi ini mendorong darah melalui katup tricuspid dan mitral ke

chamber bawah (ventrikel kanan dan kiri). Bagian fase memompa ini (bagian yang lebih

lama) disebut diastole.

Bagian ke-2 dari fase memompa mulai ketika ventrikel terisi penuh darah.

Sinyal elektrik dari nodus SA berjalan melalui jalur di sepanjang sel-sel ventrikel,

menyebabkan kontraksi. Ini disebut sistol. Saat katup trikuspid dan pulmonal tertutup

erat untuk mencegah regurgitasi darah, katup pulmonalis dan aorta didorong terbuka.

Ketika darah didorong dari ventrikel kanan ke paru untuk mengambil oksigen, darah

4

Page 5: Anatomi dan Patofisiologi Jantung

yang kaya oksigen mengalir dari ventrikel kiri ke jantung dan seluruh bagian tubuh

lainnya.

Setelah darah pindah ke arteri pulmonalis dan aorta, ventrikel relaksasi dan katu

aorta maupun pulmonalis tertutup. Tekanan yang rendah pada ventrikel menyebabkan

katup trikuspid dan mitral terbuka, dan siklus dimulai kembali. Serenteean kontraksi ini

diulang terus-menerus, meningkat ketika aktiviitas fisik dan berkurang ketika istirahat.

Normalnya jantung berdetak 60 hingga 80 kali saar istirahat, tapi ini bisa bervariasi.

Semakin tua frekuensi detak jantung saat istirahat makin meningkat. Pada prang yang fit

secara fisik frekuensinya lebih rendah. Jantung tidak bekerja sendiri. Otakl mendeteksi

kondisi sekitar, seperti iklim, stress, level aktifitas fisik dan menyesuaikan system

kardiovaskuler untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Otot jantung manusia didisain untuk tetap kuat selama seratus tahun bahkan

lebih. Dengan mengurangi faktor risiko penyakit KV, kita dapat menjaga kesehatan

sistem KV.

Pembuluh di Jantung

Pembuluh di di jantung terdiri dari arteri coronaria, vena dan limfe. Komponen terbesar

struktur ini berada di antara jaringan ikat longgat di lemak epicard.

Arteri Coronaria:

Oleh karena itu jantung tidak pernah istirahat untuk berkontraksi demi

memenuhi kebutuhan tubuh, maka jantung membutuhkan lebih banyak darah

dibandingkan dengan organ lain. Aliran darah yang mengandung oksigen dan nutrisi

untuk jantung diperoleh dari arteri koroner kanan dan kiri. Kedua arteri koroner ini

5

Page 6: Anatomi dan Patofisiologi Jantung

keluar dari aorta kira-kira ½ inchi diatas katup aorta dan berjalan dipermukaan

pericardium.

Arteri coronaria utama kiri berjalan diantara atrium kiri dan trunkus pulmonallis

untuk mencapai AV groove. Di sana akan bercabang menjadi arteri coronaria left

anterior decending (LAD) dan circumflex (LCx). LAD berjalan pada anterior

interventricular groove menuju apex jantung. Selama perjalanan menujunnya di

permukaan anterior, LAD memberikan cabang-cabang septal yang memperdarahi 2/3

septum interventricular anterior dan bagian apeks dari anterior papillary muscle. LAD

juga memberikan percabangan diagonal yang mensuplai permukaan anterior dari

ventrikel kiri. Arteri circumflex berlanjut pada AV groove kiri dan melalui batas

jantung kiri untuk mencapai permukaan posterior. LCx memberikan percabangan obtuse

marginal yang mensuplai dinding posterior dan lateral ventrikel kiri.

Arteri koroner kanan (RCA) berjalan pada AV groove kanan, di posterior

berjalan antara atrium kanan dan ventrikel. RCA memberikan suplai darah ke ventrikel

kanan via percabangan acute marginal. Pada kebanyakan orang, RCA distal

memberikan percabangan besar, arteri posterior decending. Arteri ini berjalan dari aspek

inferoposterior jantung ke apeks dan mensuplai darah di dinding inferior dan posterior

ventrikel dan posterior 1/3 septum interventricular. Tepat sebelum memberikan

percabangan posterior decending, RCA biasanya memberikan cabang arteri AV nodal.

Dari lokasi epikardial, arteri koroner mengirimkan cabang yang mempenetrasi

hingga ke otot ventrikular yang membentuk percabangan dan anastomosis di dinding

seluruh chamber jantung. Dari pleksus ini timbullah sejumlah besar kapiler. Serat otot

berada tepat di bawah endokardium, khususnya papillary muscle dan ventrikel kiri

disuplai oleh cabang terminal arteri coronaria atau langsung dari rongga ventrikel

melalui channel vaskular, vena thebesian.

Koneksi kolateral, biasanya diameter < 200 µm, ada pada level subarteriolar di

antara arteri coronaria. Pada jantung normal, beberapa pembuluh koleteral terlihat.

Namun, itu dapat menjadi lebih besar dan fungsional ketika arterosklerosis

mengobstruksi suatu arteri coronaria, sehingga menyediakan aliran darah ke distal

pembuluh darah dari tetangga yang tidak terobstruksi.

Vena Coronaria:

6

Page 7: Anatomi dan Patofisiologi Jantung

Sesudah terjadi pertukaran O2 dan CO2 di kapiler , aliran vena dari kapiler

miokard dibawa melalui vena koroner terutama sinus coronarius dan langsung masuk

ke atrium kanan dimana aliran darah vena dari seluruh tubuh akan bermuara. Tidak

terdapat katup pada vena coronaria.

Pembuluh Limfe

Limfe di jantung didrainase oleh pleksus pembuluh berkatup di jaringan ikat sub

endokard di ke-4 ruang jantung. Kemudian akan berlanjut ke beberapa pembuluh limfe

yang lebih besar, mengikuti persebaran arteri koronaria dan vena. Tiap pembuluh itu

kemudian bergabung di AV groove untuk membentuk pembuluh limfe tunggal yang

keluar dari jantung menuju pleksus limfe mediastinal dan akhirnya ke ductus

thoraksikus.

Sikulasi Darah

Sirkulasi darah ditubuh ada 2 yaitu sirkulasi paru dan sirkulasi sistemis.

Sirkulasi paru mulai dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis, arteri besar dan kecil,

kapiler lalu masuk ke paru, setelah dari paru keluar melalui vena kecil, vena pulmonalis

dan akhirnya kembali ke atrium kiri. Sirkulasi ini mempunyai tekanan yang rendah kira-

kira 15-20 mmHg pada arteri pulmonalis.

Sirkulasi sistemis dimulai dari ventrikel kiri ke aorta lalu arteri besar, arteri

kecil, arteriole lalu ke seluruh tubuh lalu ke venule, vena kecil, vena besar, vena cava

inferior, vena cava superior akhirnya kembali ke atrium kanan.

Penyakit Jantung Iskemik

Gejala penyakit jantung iskemik merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan

antara suplai oksigen myocardium dengan kebutuhan, yang sering oleh aterosklerosis

arteri coronaria. Proses atherosklerotik pada pembuluh koroner biasanya bersifat

multipel, dan umumnya mengenai bagian awal dari pembuluh-pembuluh koroner utama.

Penelitian terkini menunjukkan penurunan aliran darah pada kondisi ini akibat dari

kombinasi penyempitan menetap pembuluh darah dan abnormalitas tonus pembuluh

darah, berkontribusi pada disfungsi endotel yang menginduksi aterosklerosis. Disfungsi

endotel tersebut berupa vasokonstriksi inappropriate arteri coronaria dan kehilangan

properti antitrombotik.

Penyebab lain iskemi miokard meliputi: penurunan tekanan perfusi akibat

hipotensi (misalnya pada hipovolemia atau septic shock), dan penurunan signifikan

7

Page 8: Anatomi dan Patofisiologi Jantung

kandungan oksigen darah (misalnya pada anemia berat atau oksigenisasi darah pada

paru terganggu).

Di sisi lain, peningkatan signifikan kebutuhan oksigen miokard dapat

menyebabkan iskemi walaupun tanpa kehadiran aterosklerosis. Misalnya pada rapid

takikardi, profound acute hypertension, atau stenosis aorta berat.

Sindrom iskemia yang dapat terjadi, antara lain: stable angina, unstable angina, veriant

angina, silent ischemia, dan syndrom X.

Infark Miokardium

Jika aliran darah miokardium terganggu secara nyata maka akan terjadi kematian

(infark) pada miokardium. Infark miokardium dapat berupa:

1. Infark subendokardial. Adalah infark yang tidak meliputi seluruh lapisan

dinding jantung.

2. Infark transmural. Adalah infark miokardium yang meliputi seluruh ketebalan

dinding ventrikel. Infark transmural lebih berat dibanding infark subendokardial.

Infark transmural selalu berasala dari adanya peningkatan penyempitan atau oklusi

total pembuluh arteri yang memperdarahi area tersebut atau peningkatan tiba-tiba

kebutuhan oksigen miokardium pada arteri yang sebelumnya sangat stenostik.

Sebagian besar infark miokardium transmural bersifat tidak homogen; tidak seluruh

otot di area tersebut mati, tetapi masih terdapat pulau-pulau otot hidup dalam beberapa

ukuran dan jumlah.

Proses sebenarnya dari infark miokard tidak sederhana. Dari percobaan dengan

binatang; diketahui bahwa sel otot jantung akan mati dalam waktu 20-60 menit setelah

oklusi total arteri koroner. Akan tetapi terdapat proses reperfusi yang segera terjadi 3-4

menit pasca oklusi total arteri terutama pada perbatasan daerah iskemik dan non-

iskemik. Proses reperfusi ini menguntungkan oleh karena segera mengurangi dan

melokalisasi area infark, serta menurunkan angka kematian. Di samping itu, reperfusi

juga berdampak instabilitas elektrik, edema, atau hemorrahage, yang justru

memperburuk keadaan secara umum.

Proses penyembuhan jaringan nekrotik dari area miokardium akan menimbulkan

jaringan parut. Sebagian besar jaringan parut ini terdiri dari jaringan fibrotik dan sel-sel

miokardium yang viabel dalam komposisi berbeda-beda. Hal ini terbukti dari adanya

perubahan kontraktilitas area tersebut setelah dilakukan tindakan revaskularisasi (PCI

8

Page 9: Anatomi dan Patofisiologi Jantung

atau CABG). Bila area jaringan parut hanya terdiri dari jaringan ikat saja, maka daerah

tersebut akan menipis, akinetik, dan aneurismatik.

Faktor yang mempengaruhi infark miokardium: adanya oklusi total atau

subtotal, dan ada tidaknya peredaran kolateral ke daerah iskemia.

Sedangkan faktor yang mempengaruhi kematian (mortalitas) pasca infark:

1.Luas dan beratnya infark.

2.Makin banyaknya sistem koroner yang terlibat (1/2/3 vessels)

3.Riwayat infark sebelumnya.Penyebab kematian pasca infark terutama oleh karena gagal jantung akut atau

sub-akut, yang seringkali diinduksi oleh adanya aritmia ventrikel. Gagal jantung kronik

merupakan penyebab kematian lain dalam frekuensi yang jauh lebih sedikit yang

terutama disebabkan oleh luasnya jaringan parut pada jantung. Sekitar 20% pasien CAD

mengalami sudden death yang kemungkinan besar disebabkan oleh infark akut yang

diikuti oleh fibrilasi atau asistole.

Penyakit Jantung Katup

Penyakit jantung rematik bisa berupa acute rheumatic fever (ARF), penyakit

katup mitral (mitral stenosis, mitral regurgitation, mitral prolapse), penyakit katup aorta

(stenosis aorta, regurgitasi aorta), penyakit katup trikuspid (tricuspid stenosis, tricuspid

regurgitation), kenyakit katup pulmonal (stenosis pulmonal, regurgitasi pulmonal),

katup prostetik, dan endokarditis infektif.

Pada awal diastol di jantung normal, katup mitral terbuka dan darah mengalir

bebas dari atrium kiri ke ventrikel kiri, sehingga ada sedikit perbedaan tekanan antara

dua ruang rongga jantung. Dalam MS, ada obstruksi aliran darah melewati katup

sehingga pengosongan atrium kiri terhambat dan ada perbedaan tekanan abnormal

antara atrium kiri dan ventrikel kiri. Akibatnya, tekanan atrium kiri lebih tinggi dari

normal. Normalnya luas orifisium katup mitral ialah 4 sampai 6 cm2. Secara

hemodinamik MS secara signifikan tampak ketika luasnya berkurang hingga < 2 cm2.

Walaupun tekanan ventrikel kiri biasanya normal pada MS, gangguan pengisian rongga

jantung akibat penyempitan katup mitral dapat menurunkan volume sekuncup ventrikel

kiri dan output jantung. Tekanan atrium kiri yang tinggi pada MS secara pasif

ditransmisikan ke sirkulasi pulmonal, menghasilkan peningkatan tekanan vena dan

kapiler pulmonal. Peningkatan tekanan hidrostatik di vaskular pulmonal dapat

menyebabkan transudasi plasma ke interstisial paru dan alveoli. Oleh karena itu pasien

9

Page 10: Anatomi dan Patofisiologi Jantung

mengalami dyspnea dan gejala CHF lainnya. Pada kasus yang berat, peningkatan

signifikan tekanan vena pulmonal mengakibatkan terbukanya chanel kolateral antara

vena pulmonal dan bronkhial. Kemudian, tekanan vaskular vena yang tinggi dapat

menyebabkan ruptur vena bronkhial ke parenkim paru, sehingga terjadi batuk darah

(hemopthysis).

Peningkatan tekanan atrium kiri pada MS dapat mengakibatkan 2 tipe hipertensi

pulmonal: pasif dan reaktif. Kebanyakan pasien dengan MS menunjukkan hipertensi

pulmonal pasif, terkait transmisi balik dari peningkatan tekanan atrium kiri ke

perdarahan pulmonal. Ini menunjukkan keharusan peningkatan tekanan di arteri

pulmonal yang berkembang untuk penjamin aliran maju pada seting peningkatan

tekanan atrium kiri dan vena pulmonal. Selain itu, sekitar 40% pasien dengan MS

menunjukkan hipertensi pulmonal reaktif dengan hipertrofi medial dan fibrosis intima

arteriol pulmonal. Hipertensi pulmonal reaktif bisa penting karena peningkatan

resistensi arteriol menghambat aliran darah ke kapiler pulmonal yang bengkak dan

mengurangi tekanan hidrostatik kapiler. Namun, keuntungan ini juga berakibat pada

penurunan aliran darah ke vaskular pulmonal yang menimbulkan peningkatan tekanan

jantung kanan., mengingat ventrikel kanan memompa untuk melawan peningkatan

resistensi. Peningkatan tekanan ventrikel kanan kronis menyebabkan hipertrofi dan

dilatasi ruang jantung serta berakhir pada gagal jantung kanan.

Overload kronis tekanan atrium kiri mengyababkan pembesaran atrium kiri.

Dilatasi atrium kiri meregangkan serat konduksi atrium dan dapat merusak intergritas

sistem konduksi jantung, sehingga terjadi fbrilasi atrial (ritme jantung yg cepat dan

ireguler). Fibrilasi atrial menyebabkan output jantung menurun jauh pada MS karena

peningkatan frekuensi detak jantung memperpendek diastol. Ini menurunkan waktu

yang ada untuk aliran darah melalui katup mitral yg terobstruksi menuju ventrikel kiri.

Stagnasi relatif aliran darah pada atrium kiri yang terdilatasi di pasien MS,

khususnya ketika dikombinasikan dengan perkembangan fibrilasi atrium, rentan

terhadap pembentukan trombus intra-atrial. Tromboemboli ke organ-organ perifer dapat

terjadi kemudian, menyebabkan komplikasi berat seperti oklusi serebrovaskular

(stroke). Kecendrungan berkembangnya komplikasi tromboemboli sistemik pada pasien

dengan MS terkait usia pasien dan dimensi atrium kiri (porsi atrium kiri); ini berbading

10

Page 11: Anatomi dan Patofisiologi Jantung

terbalik dengan output jantung. Pasien yang mengembangkan fibrilasi atrium berisiko

tinggi terkena stroke dan membutuhkan terapi antikoagulan jangka panjang.

Penutupan normal katup mitral selama sistolik membutuhkan aksi terkoordinasi

dari tiap komponen aparatus katup. Oleh karena itu, regurgitasi mitral (MR) dapat

terjadi akibat abnormalitas struktur anulus mitralm daun katup, chorda tendinea atau

papillary muscle. Pada MR, porsi volume sekuncup ventrikel kiri diejeksi balik ke

atrium kiri bertekanan rendah selama sistol. Akibatnya, output jantung yang maju (ke

aorta) lebih sedikir daripada output total ventrikel kiri (aliran maju+kebocoran balik).

Jadi, konsekuensi langsung dari MR meliputi (1)peningkatan volume dan tekanan

atrium kiri), (2) reduksi output jantung yang maju dan (3) stress terkait volume pada

vantrikel kiri karena volume yang regurgitasi kembali ke ventrikel kiri saat diastol

beserta aliran balik vena pulmonal normal. Untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi

normal dan mengejeksi volume tambahan, volume sekuncup ventrikel kiri harus

meningkat. Peningkatan ini dicapai oleh mekanisme Frank-Starling, dimana

peningkatan volume diastolik, dengan hal itu peningkatan volume diatol ventrikel kiri

mengaugmentasi regangan miofilbril dan volume sekuncup tiap kali kontraksi.

Konsekuensi hemodinamik lanjut dari MR bervariasi tergantung derajat regurgitasi dan

lama waktu kehadirannya.

Derajat keparahan MR dan rasio output jantung yang maju terhadap aliran

mundur ditentukan oleh 5 faktor: (1) Ukuran orifisium mitral selama regurgitasi, (2)

perbedaan tekanan sistolik antara ventrikel kiri dan atrium kiri, (3) tahanan vaskular

sistemik yang melawan aliran darah maju dari ventrikel kiri, (4) komplians atrium kiri

dan (5) durasi regurgitasi pad tiap kontraksi sistolik.

Pada MR akut (misal akibat ruptur korda tendinea), komplians atrium kiri

mengalami perubahan tekanan kecil yang mendadak. Karena atrium kiri relatif kaku,

tekanannya meningkat ketika mendadak terekspus volume regurgitan. Peningkatan

tekanan ini mencegah regurgitasi lebih lanjut; namun, tekanan tinggi juga

ditransmisikan balik ke sirkulasi pulmonal. Oleh karena itu, MR akut bisa menyebabkan

kongesti paru dan edema dengan cepat, suatu kegawatdaruratan medis.

Berbeda dengan hal di atas, perkembangan yang lebih perlahan pada MR kronis

(misal pada penyakit katup rematik) mengizinkan atrium kiri mengalami perubahan

kompensatorik yang meminimalisir efek regurgitasi pada sirkulasi pulmonal. Secara

11

Page 12: Anatomi dan Patofisiologi Jantung

khusus, atrium kiri berdilatasi dan komplians meningkat sehingga ruang rongga jantung

dapat mengakomodasi volume yang lebih besar tanpa peningkatan tekanan yang berarti.

Dilatasi atrium kiri bersifat adaptif untuk mencegah peningkatan signifikan tekanan

vaskular pulmonal. Namun, adaptasi ini terjadi disertai output jantung yang inadekuat,

karena atrium kiri yang komplians jadi lebih ‘tenggelam’ dalam tekanan rendah bagi

ejeksi ventrikel, dibandingkan dengan impedansi aorta. Sebagai konsekuensinya, makin

besar fraksi darah yang regurgitasi ke atrium kiri, jeluhan gejala MR kronis berupa

output maju jantung (kelemahan dan fatigue). Selain itu, dilatasi kronis atrium rentan

terhadap perkembangan fibrilasi atrium.

Pada stenosis aorta (AS), aliran darah yang melalui katup aorta terhambat

selama sistolik.Ketika luas orifisium katup tereduksi lebih dari 50% ukuran normalnya,

peningkatan signifikan tekanan ventrikel kiri dibutuhkan untuk mendorong darah ke

aorta. Pada AS lanjut, tampak perbedaan tekanan sistolik puncak >100 mmHg antara

ventrikel kiri dengan aorta. Karena Av berkembang secara kronis, vantrikel kiri dapat

mengkompensasi dengan mengalami hipertrofi konsentrik sebagai respun terhadap

tingginya tekanan sistolik yang harus dihasilkan.. Hipertrofi berperan penting dalam

menurunkan stress dinding ventrikel.; namun itu juga menurunkan komplians ventrikel.

Hasil peningkatan tekanan ventrikel kiri diastolik ventrikel kiri juga menyebabkan

hipertrofi atrium kiri untuk mengisi ventrikel kiri yang ‘kaku’. Walaupun kontraksi

atrium kiri hanya berkontribusi sedikit pada volume sekuncup ventrikel di individu

normal, itu dapat menyediakan lebih dari 25% volume sekuncup ke ventrikel kiri yang

kaku pada pasien AS. Jadi, hipertrofi atrium kiri penting dan kehilangan kontraksi

efektif atrium (misal pada fibrilasi atrium) dapat menyebabkan perburukan klinis yang

berat.

Terdapat 3 manifestasi yang dapat terjadi pada pasien dengan AS lanjut: (1)

angina, (2) sikop eksersional, (3) gagal jantung kongestif.

AS dapat menyebabkan angina karena menyebabkan ketidakseimbangan antara

suplai oksigen miokard dan kebutuhan. Kebutuhan oksigen miokard meningkat dalam 2

cara. Pertama, massa otot ventrikel kiri yang hipertrofi meningkat, membutuhkan

perfusi lebih dari normal. Kedua, Stress pada didnding meningkat karena peningtakan

tekanan sistolik ventrikel. Selain itu, AS menurunkan suplai oksigen miokard karena

12

Page 13: Anatomi dan Patofisiologi Jantung

peningkatan tekanan diastolik ventrikel menurunkan gredian tekanan perfusi koroner

antara aorta dan miokard.

AS dapat menyebabkan sinkop selama aktifitas fisik yang berat. Walaupun

hipertrofi ventrikel kiri mengizinkan ruang rongga jantung menghasilkan tekanan yang

tinggi dan menjaga output jantung tetap normal saat istirahat, ventrikel tidak dapat

secara signifikan meningkatkan output jantung selama olahraga karena terfiksasinya

orifisium katup aorta yang stenosis. Selain itu, olahraga menyebabkan vasodilatasi

pembulih darah perifer di otot. Jadi, kombinasi antara vasodilatasi perifer dan

ketidakmampuan meningkatkan output jantung berkontribusi menurunkan tekanan

perfusi serebral dan berpotensi menimbulkan kehilangan sesadaran saat olahraga.

AS juga dapat menyebabkan gejala gagal jantung kongestif. Pada awal

perkembangan AS, peningkatan tekanan abnormal atrium kiri terjadi khusunya pada

akhir diastol ketika atrium kiri berkontraksi ke ventrikel kiri yang menebal

nonkomplians. Akibatnya, rerata tekanan atrium kiri dan venal pulminal tidak signifikan

terpengaruh pada awal penyakit. Namun, dengan progresi stenosis, ventrikel kiri dapat

mengembangkan disfungsi kontraktil karena afterload yang terlalu tinggi.tidak bisa

ditangani, sehingga terjadi peningkatan volume distolik ventrikel kiri dan tekanan.

Peningkatan signifikan tekanan vena pulmonal dan atrium kiri yang mengikuti

menyebabkan kongesti alveolar pulmonal dan gejala gagal jantung kongestif.

Luas normal orifisium katup aorta 3-4 cm2 . Ketika luas katup berkurang hingga

kurang dari 2 cm2, gradien tekanan antara ventrikel kiri dan aorta hadir pertama kali (AS

ringan). AS moderat dicirikan dengan luas katup antara 1 dan 1,5 cm2. Ketika luas latup

berkurang hingga kurang dari 1 cm2 terjadi obstruksi berat pada katup.

Pada regurgitasi aorta (AR), regurgitasi abnormal darah dari aorta ke ventrikel

kiri terjadi saat diastol. Oleh karena itu, pada tiap kontraksi, ventrikel kiri harus

memompa volume regurgitant + jumlah darah normal yang kembali dari atrium kiri.

Kompensasi hemodinamik bergantung pada mekanisme Frank-Starling untuk

meningkatkan volume sekuncup. Faktor yang menentukan derajat keparahan AR

analogi dengan MR: (1) ukuran orifisium katup aorta yang regurgitan, (2) gradien

tekanan melalui katup aorta selama diastol dan (3) durasi diastol.

Seperti juga pada MR, abnormalitas hemodinamik dan gejala berbeda antara

akut dan kronis AR. Pada AR akut, ventrikel kiri berukuran normal dan relatif

13

Page 14: Anatomi dan Patofisiologi Jantung

nonkomplians. Jadi, load volume regurgitasi menyebabkan tekanan ventrikel kiri naik

signifikan. Peningkatan tekanan distolik LV yang mendadak tinggi ditransmisikan ke

atrium kiri dan sirkulasi pulmonal, sering menyebabkan dyspnea dan edema pulmonal.

Jadi, AR akut berat biasanya merupakan kegawatdaruratan bedah, membutuhkan

penggantian katup segera.

Pada AR kronis, ventrikel kiri mengalami adaptasi kompensatorik sebagai

respon terhadap regurgitasi jangka panjang. AR memaparkan ventrikel kiri terutama

dengan overload volum juga dengan load tekanan berlebih; oleh karena itu, ventrikel

mengkompensasi dengan dilatasi dan pada level yang lebih rendah, hipertrofi. Sejalan

dengan waktu, dilatasi meningkatkan komplians ventrikel kiri dan membuatnya dapat

mengakomodasi volume regurgitan yang lebih besar denag lebih sedikit peningkatan

tekanan diastolik, menurunkan tekanan yang ditransmisi ke atrium kiri dan sirkulasi

pulmonal. Namun, dengan mengakomodasi volume sekuncup ventrikel kiri yang tinggi,

tekanan diastolik aorta (arteri sistemik) menurun. Kombinasi antara volume sekuncup

ventrikel kiri yang tinggi dengan penerurunan tekanan diastolik aorta menghasilkan

pulse pressure yang lebar (perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik arterial).

Akibat penurunan tekanan diastolik aorta, terjadi penurunan tekanan perfusi arteri

koroner, potensial menurunkan suplai oksigen miokard. Hal ini ditambah lagi dengan

peningkatan ukuran ventrokel kiri (yang menyebabkan peningkatan stress dinding dan

kebutuhan oksigen miokard) dapat menghasilkan angina, walaupun tanpa kehadiran

penyakit jantung koroner aterosklerosis.

Karena kompensasi dilatasi ventrikel kiri dan hipertrofi umumnya cukup

memenuhi kebutuhan AR kronis, pasien yang terkena biasanya asimptomatik selama

beberapa tahun. Perlahan, remodeling progresif pada vantrikel kiri terjadi, menyebabkan

disfungsi sistolik. Ini menyebabkan penurunan output jantung maju juga peningkatan

tekanan atrium kiri dan vaskular pulmonal. Pada titik itu, pasien mengalami gejala gagal

jantung.

Kardiomiopati

Kardiomiopati merupakan sekumpulan gangguan jantung dimana abnormalitas

struktur utama terbatas pada myocardium. Kardiomiopati dibagi menjadi 3 tipe

berdasarkan tampilan anatomis dan fisiologi abnormal dari ventrikel kiri.

14

Page 15: Anatomi dan Patofisiologi Jantung

Dilated cardiomyopathy: dicirikan dengan pembesaran ruang ventrikel dengan

fungsi kontraktil sistolik terganggu.Hyperthrophic cardiomyopathy: dicirikan dengan

dinding ventrikel yang menebal abnormal dengan relaksasi diastol abnormal tapi

biasanya fungsi sistolik intak. Restrictive cardiomyopathy: dicirikan dengan miokard

yang kaku abnormal (karena proses fibrosis dan infiltratif) sehingga relaksasi diastol

terganggu tapi biasanya fungsi kontraktil sistolik normal atau mendekati normal.

Penyakit Jantung Kongenital

Terbagi menjadi acyanotic lesions dan cyanotic lesions. Acyanotic lesions antara

lain: atrial septal defect (ASD), ventricular septal defect (VSD), patent ductus arteriosus

(PDA), congenital aortic stenosis (AS), pulmonic stenosis, coarctatio aorta. Cyanotic

lesions antara lain: tetralogy of Fallot (VSD, subvalvular pulmonic stenosis, overriding

aorta, right ventricular hypertrophy), transposition of the great arteries (TGA). Namun,

terdapat pula Eissenmenger syndrome yaitu cyanotic lesions berkembang dari acyanotic

lesions kronis.

Penyakit Pericardium

Penyakit pericardium bervariasai dari yang jinak dan sembuh sendiri seperti

pericarditis hingga yang mengancam nyawa seperti Tamponade jantung.

Pericarditis akut merupakan inflamasi pada lapisan pericardium. Penyebabnya

bisa infeksi (viral, TB, bakteri piogen) atau non-infeksi (post miokard infark,

neoplasma, induksi dari radiasi, penyakit jaringan ikat, induksi dari obat). Sama seperti

proses inflamasi lain, perikarditis dicirikan dengan 3 fase: (1) vasodilatasi lokal dengan

transudasi cairan yang miskin protein dan bebas sel ke ruang pericard, (2) peningkatan

permeabilitas vaskular dengan kebocoran protein ke rongga pericard, (3) eksudasi

leukosit awalnya dengan neutrofil, diikuti oleh sel mononuklear. Leukosit penting

karena membantu mengeliminasi ibfeksi dan agen autoimun. Namun, produk metabolik

yang dilepaskan oleh sel-sel ini dapat memperpanjang inflamasi, menyebabkan nyeri

dan kerusakan seluler lokal dan memediasi gejala somatis seperti demam. Oleh karena

itu, respon imun terhadap cedera pericard dapat secara signifikan berkontribusi pada

keusakan jaringan dan simptomatologi.

Efusi pericard merupakan akumulasi cairan berlebih pada ruang pericard.

Penyebabnya bisa berasal dari pericarditis akut atau efusi serosa non inflamasi. Efusi

serosa non inflamasi bisa karena berbagai kondisi, yaitu: (1)peningkatan permeabilitas

15

Page 16: Anatomi dan Patofisiologi Jantung

kapiler (pada hipotiroidisme), (2) peningkatan tekanan hidrostatik kapiler (pada gagal

jantung kongestif), (3) penurunan tekanan onkotik plasma (pada sirosis atau sindrom

nefrotik). Efusi chylous dapat terjadi pada obstruksi limfe yang mendrainasi pericard,

kebanyakan karena neoplasma dan TB. Karena pericard merupakan struktur yang relatif

kaku, hubungan antara volume internal dan tekanan tidak linear. Pada volume rendah

yang secara normal ada di pericard, peningkatan volume yang kecil hanya

mengakibatkan peningkatan kecil tekanan. Tapi, ketika volume intrapericard

mengembang di atas level kritis, peningkatan tekanan secara dramatis akan terjadi

mengingat keberadaanya dalam kantung yang tidak bisa mengembang. Pada titik

tersebut, walaupun volume hanya meningkat sedikit akan dirubah menjadi gaya

kompresi hebat terhadap jantung. Ada 3 faktor yang menentukan apakah efusi pericard

tetap tetang secara klinis atau menimbulkan gejala akibat kompresi jantung. (1)volume

cairan, (2) laju terakumulasinya cairan, (3) karakter komplians pericardium. Suatu

peningkatan mendadak volume perikard, contohnya pada kasus trauma dada dengan

perdarahan intrapericard, mengakibatkan peningkatan signifikan tekanan perikard dan

berpotensi menimbulkan kompresi berat pada ruang rongga jantung. Jumlah cairan yang

sedikitpun dapat meningkatkan peningkatan signifikan tekanan jika pericard secara

patologis non-komplians, misalnya pada keberadaan tumor atau fibrosis kantung.

Berbeda dengan hal-hal tersebut, jika efusi perikard terakumulasi dengan lambat, dalam

jangka waktu mingguan hingga bulanan, perikard perlahan teregang. Dengan adaptasi,

perikard bisa mengakomodasi volume yang lebih besar tanpa peningkatan signifikan

tekanan intraperikardial.

Tamponade jantung merupakan akumulasi cairan pericard dengan tekanan

tinggi, menekan ruang rongga jantung dan sangat membatasi pengisian jantung.

Akibatnya volume sekuncup ventrikel dan output jantung menurun, berpotensi

menimbulkan syok hipotensi dan kematian. Tamponade jantung bisa merupakan

kelanjutan dari perikarditis neopalstik, postviral atau uremik. Perdarahan akut pada

rongga perikard juga bisa menjadi penyebab, misalnya pada (1) trauma tumpul atau

tusuk dada, (2) ruptur ventrikel kiri setelah infark miokard, atau (3) komplikasi dari

aneurisma aorta diseksi. Akibat dari adanya cairan perikard yang menegang, jantung

terkompresi. Tekanan diastolik di dalam tiap ruang rongga jantung meningkat

menyamai tekanan perikard. Karena ruang jantung yang compromised tidak bisa

16

Page 17: Anatomi dan Patofisiologi Jantung

mengakomodasi aliran balik normal vena, tekanan vena sistemik dan pulmonal

meningkat. Peningkatan tekanan vena sistemik menimbulkan tanda gagal jantung kanan

(distensi vena jugular), sedangkan peningkatan tekanan balik bena pulmonal

menyebabkan kongesti vena. Selain itu, penurunan pengisian ventrikel selama distol

menurunkan volume sekuncup, dan uotput jantung. Mekanisme kompensasi timbul

untuk menjamin perfusi, pada awalnya dengan aktivasi saraf simpatis. Namun,

kegagalan mengevakuasi efusi berujung pada perfusi inadekuat ke organ vital, syok, dan

akhirnya kematian.

Pericarditis konstriktif bisa merupakan komplikasi dari penyakit pericard namun

bisa juga idiopatik.(dalam hitungan bulan hingga tahun setelah perikarditis akut viral

atau idiopatik). Kelainan patofisiologi pada perikarditis konstriktif terjadi selama

diastol; kontraksi sistolik biasanya normal. Pada kondisi ini, perikardium yang kaku,

memiliki skar melingkari jantung dan menghambat pengisian normal ruang jantung.

Sebagai contoh, saat darah dari atrium kanan menuju ventrikel kanan selama diastol,

ukuran ventrikel kanan mengembang dan secara cepat mencapai batasan yang

diakibatkan oleh perikardium yang terkonstriksi. Pada titik itu, pengisian lebih jauh

mendadak berhenti dan aliran balik vena yang menuju jantung kanan berhenti.

Kemudian tekanan vena sistemik akan naik, dan tanda gagal jantung kanan lama

kelamaan akan muncul.Selain itu, gangguan pengisian pada ventrikel kiri menyebabkan

reduksi pada volume sekuncup dan output jantung, yang menyebabkan penurunan

tekanan darah.

Daftar Pustaka

Lilly, L.S. Pathophysiology of Heart Disease-4th Ed. Lippincott Williams & Wilkins:

Philadelphia, 2007.

17