3.patofisiologi jantung koroner

7
Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner Dr. Yudi Her Oktaviono, Sp.JP-K Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/ RSU Dr. Soetomo Surabaya Pendahuluan Penyakit jantung koroner (PJK), yang disebut juga coroner artery disease (CAD) atau penyakit aterosklerosis koroner. PJK merupakan salah satu penyebab kematian utama di beberapa negara termasuk Indonesia. Timbulnya PJK didasari oleh proses aterosklerosis yang bersifat progresif, telah dimulai sejak masa kanak-kanak . Patologi Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koroner sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka resistensi terhadap aliran darah akan meningkat, bila penyakit ini semakin lanjut maka penyempitan lumen akan diikuti perubahan pembuluh darah yang mengurangi kemampuan pembuluh darah untuk melebar menyebabkan ketidakseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan oksigen, sehingga membahayakan miokardium yang terletak di distal dari daerah lesi. Lesi aterosklerosis terutama terjadi pada lapisan paling dalam dari dinding arteri yaitu lapisan intima. Lesi tersebut meliputi endapan lemak (fatty streak), plak fibrosa (fibrous plaque), dan plak lanjut (advance plaque). (Gambar1,2,3)

Transcript of 3.patofisiologi jantung koroner

Page 1: 3.patofisiologi jantung koroner

Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner

Dr. Yudi Her Oktaviono, Sp.JP-KFakultas Kedokteran Universitas Airlangga/ RSU Dr. Soetomo Surabaya

Pendahuluan

Penyakit jantung koroner (PJK), yang disebut juga coroner artery disease (CAD) atau penyakit aterosklerosis koroner. PJK merupakan salah satu penyebab kematian utama di beberapa negara termasuk Indonesia. Timbulnya PJK didasari oleh proses aterosklerosis yang bersifat progresif, telah dimulai sejak masa kanak-kanak .

Patologi

Aterosklerosis menyebabkan penimbunan lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koroner sehingga secara progresif mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka resistensi terhadap aliran darah akan meningkat, bila penyakit ini semakin lanjut maka penyempitan lumen akan diikuti perubahan pembuluh darah yang mengurangi kemampuan pembuluh darah untuk melebar menyebabkan ketidakseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan oksigen, sehingga membahayakan miokardium yang terletak di distal dari daerah lesi. Lesi aterosklerosis terutama terjadi pada lapisan paling dalam dari dinding arteri yaitu lapisan intima. Lesi tersebut meliputi endapan lemak (fatty streak), plak fibrosa (fibrous plaque), dan plak lanjut (advance plaque). (Gambar1,2,3)

Gambar1. A. Arteri normal. B. Tampak plak didalam arteri.

Page 2: 3.patofisiologi jantung koroner

Gambar2. Perubahan patologis progresif pada penyakit jantung koroner.

Gambar 3. Tahapan terjadinya ruptur plak

Endapan lemak (fatty streak), yang terbentuk sebagai tanda awal aterosklerosis, lesi ini terdiri dari makrofag dan sel otot polos yang mengandung lemak yaitu kolesterol dan kolesterol oleat pada daerah tunika intima (lapisan terdalam arteri). Endapan lemak mendatar dan bersifat non-obstruktif dan terlihat oleh mata sebagai bercak kekuningan pada permukaan endotel pembuluh darah. Fatty streak mula-mula tampak pada dinding aorta yang jumlahnya semakin banyak pada usia 10 tahun dan baru tampak pada arteri koroner pada usia 15 tahun.

Plak fibrous merupakan kelanjutan dari fatty streak diamana terjadi proliferasi sel, penumpukan lemak lebih lanjut dan terbentuknya jaringan ikat serta bagian dalam yang terdiri dari campuran lemak

Page 3: 3.patofisiologi jantung koroner

dan sel debris sebagai akibat dari proses nekrosis. Lesi yang semakin matang ini tampak pada usia sekitar 25 tahun. Secara makros lesi ini tampak berbentuk kubah berwarna putih dengan permukaan semakin meninggi ke dalam lumen arteri. Bila lesi ini semakin berkembang maka diameter lumen akan semakin sempit dan akan mengganggu aliran darah. Pada fase ini terjadi proliferasi dari sel otot polos dimana sel ini akan membentuk fibrous cap. Fibrous cap ini akan menutup timbunan lemak ekstraseluler dan sel debris.

Plak lanjutan (Advance plaque). Pada lesi yang telah lanjut jaringan nekrosis yang merupakan inti dari lesi semakin membesar dan sering mengalami perkapuran, fibrous cap menjadi semakin tipis dan pecah sehingga lesi ini akan mengalami ulserasi dan perdarahan serta terjadi trombosis yang dapat menyebabkan terjadinya oklusi aliran darah.

Patogenesis aterosklerosisAda beberapa teori terjadinya aterosklerosis, dimana teori response to injury hypothesis paling

banyak diterima. Dimana endotel yang intak berfungsi sebagai barier yang bersifat permeabel dan mempunyai sifat thromboresistant sehingga akan menjamin aliran darah koroner berjalan lancar. Bebrapa faktor seperti hiperkolesterolemia, meningkatnya shear stress, merokok, hipertensi, diabetes, toxin, imunologis, virus, bahan bersifat oksidan dapat merusak dinding endotel (endotelial injury) sehingga terjadi gangguan fungsi (endothelial dysfunction). Dengan terganggunya fungsi endotel maka fungsi barrier serta sifat tromboresistant terganggu dan memudahkan masuknya lipoprotein (LDL teroksidasi) maupun makrofag ke dinding arteri. Interaksi antara endotelial injury dengan platelet, monosit, dan jaringan ikat terutama kolagen menyebabkan terjadi penempelan platelet (platelet adherence) dan agregasi trmbosit (platelet aggregation). Dengan adanya kontak antara aliran darah dengan lapisan dibawah endotel akan merangsang terjadinya proliferasi dan migrasi dari sel otot polos yang dirangsang oleh pelepasan growth factors. Keadaan ini juga dipermudah karena pada keadaan disfungsi endotel, produksi prostasiklin sebagai vasodilator dan thrombus resistent menurun.

Patofisiologi penyakit jantung koronerIskemia. Kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah yang

mengalami gangguan aterosklerosis menyebabkan terjadinya iskemia yang bersifat sementara pada tingkat sel dan jaringan, dan menekan fungsi miokardium. Berkurangnya kadar oksigen mendorong miokardium mengubah metabolisme aerob menjadi anaerob menyebabkan terjadinya asidosis. Akibat dari hipoksia, berkurangnya energi dan asidosis akan mengganggu fungsi ventrikel kiri. Hal ini menyebabkan berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakan jantung yang akan mengganggu hemodinamika. Perubahan hemodinamika bervariasi sesuai lokasi dan luas daerah iskemia, dan derajat respons refleks kompensasi sistem sarat otomom. Menurunnya fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung (hipotensi) sehingga memperbesar volume ventrikel dan meningkatkan tekanan jantung kiri dan kapiler paru-paru. Timbulnya nyeri dada (angina pektoris) akibat adanya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan akan oksigen miokard. Disertai perubahan EKG akibat perubahan elektrofisiologi sel yaitu gelombang T inversi dan segmen ST depresi.(gambar 4)

Page 4: 3.patofisiologi jantung koroner

Gambar 4.1. Segmen ST depresi Gambar 4.2. Gelombang T inversi

Gambar 4. EKG gelombang T terbalik dan segmen ST depresi.Injury. Fibrous cap yang menutupi plak aterosklerosis menjadi semakin tipis dan pecah sehingga

lesi ini akan mengalami ulserasi dan perdarahan serta terjadi trombosis yang dapat menyebabkan terjadinya oklusi aliran darah koroner (gambar 5). Akan disertai keluhan Angina pectoris tipikal yaitu nyeri >30menit, lokasi substernal, diprovokasi oleh aktifitas atau stres emosional, nyeri menghilang dengan istirahat atau dengan pemberian nitrogliserin. Disertai EKG yaitu gelombang T tinggi, elevasi segmen ST (gambar 6). Dan peningkatan enzim jantung CKMB dan Troponin I.

Nekrosis. Kerusakan miokardium yang bersifat irreversible atau permanen. Ditandai dengan gelombang Q patologis pada EKG. (gambar 7)

Gambar 5. A. Gambar jantung dan arteri koroner pada serangan jantung. B. Potongan melintang arteri koroner dengan plak dan bekuan darah.

Gambar 6. Segmen ST elevasi.

Page 5: 3.patofisiologi jantung koroner

Gambar 7. Bentuk qR: nekrosis dengan sisa miokard yang masih banyak. Bentuk Qr: nekrosis tebal dengan sisa miocard sehat yang tipis. Bentuk QS: nekrosis seluruh tebal miokard, yaitu transmural.

--- O ---Bibliografi

1. Iwan N Boestan, Rurus Suryawan. Penyakit Jantung Koroner. Dalam: Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya: Airlangga University Press;2003. p.121-134.

2. Bruce Furie, Barbara Furie. Mechanisms of Thrombus Formation. In: The New England Journal of Medicine. Massachusetts: Nejm; 2008. P 938-49.

3. http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Cad/CAD_WhatIs.html 4. Sunoto Pratanu. Penyakit Jantung Koroner. Dalam: Kursus Elektrokardiografi. Surabaya: Karya

Pembina Swajaya; 2000. P. 61-68.5. Carol T Brown. Penyakit Aterosklerosis Koroner. Dalam: Patofisiologi, konsep klinis prosese-

prosese penyakit. Jakarta: EGC; 2003. P 576-612.