Anarchy & the “strawman” fallacy

3
6/10/2014 Anarchy & the “Strawman” Fallacy | bilalmubaraqi http://bilalmubaraqi.wordpress.com/2014/10/03/anarchy-strawman-fallcy/ 1/3 bilalmubaraqi beyond the meaning Anarchy & the “Strawman” Fallacy Posted on 3 Oktober 2014 by mubaraqi Baru-baru ini saya dimasukan ke dalam sebuah grup di media sosial. Sebagai orang yang berlabel ‘aktivis’ islam, saya pun dimasukan ke dalam grup yang membahas tentang islam. Ini bukanlah kali pertama, sebelumnya saya pun pernah dimasukan ke dalam sebuah grup yang dalam waktu dekat akan menjadi oposisi bagi pemerintah terpilih. Sekali lagi, orang yang memasukan saya ke dalam grup tersebut mungkin merasa perlu memasukan saya ke dalam grup itu karena saya (melalui posting-an saya) terkesan sebagai aktivis islam (yang cerdas dan mempunyai daya nalar tajam J). Atau murni untuk mencari dukungan?! Selintas, saya berfikir “untung nggak dimasukin ke grup berisi komunitas ‘homo’ atau lainnya”. Anyway, ada fenomena yang kembali mengganggu pikiran saya. Ternyata grup yang saya kunjungi baru-baru ini bukanlah grup yang sebatas membicarakan keislaman, namun lebih tepatnya memperdebatkan keislaman. Rupanya, grup tersebut adalah grup dialog muslim-non muslim. Seperti biasa perdebatan seputar Tuhan, Nabi, dan Al Qur’an menjadi polemik di sana. Namun bukan itu yang menjadi alasan tulisan ini dibuat. (h ttps://bilalmubaraqi.files.wordpress.com/2014/10/fallacy.jpg) Satu hal yang selalu mewarnai forum diskusi (lebih tepatnya sih ‘debat’) beda agama itu adalah fallacy. Terhadap siapa? Tentu terhadap Islam. Diantaranya ada sebuah gambar dengan tulisan “ISLAM ADALAH AGAMA KEDAMAIAN. TIDAK BERIMAN? AKAN SAYA LEDAKAN”. Sebuah poster beraroma paradoxal. Lagi, pikiran saya kalut. Bagaimana seharusnya merespon? Memang bukan perkara baru bagi non-muslim melakukan falacy semacam ini. Tanpa argumentasi dan lebih mengedepankan emosi. Sebagai muslim, yang saya sangat khawatirkan bukanlah kemulian islam (bukan berarti tidak khawatir akan kemuliaan Islam). Tetapi ada hal

Transcript of Anarchy & the “strawman” fallacy

Page 1: Anarchy & the “strawman” fallacy

6/10/2014 Anarchy & the “Strawman” Fallacy | bilalmubaraqi

http://bilalmubaraqi.wordpress.com/2014/10/03/anarchy-strawman-fallcy/ 1/3

bilalmubaraqi

beyond the meaning

Anarchy & the “Strawman” Fallacy

Posted on 3 Oktober 2014 by mubaraqiBaru-baru ini saya dimasukan ke dalam sebuah grup di media sosial. Sebagai orang yangberlabel ‘aktivis’ islam, saya pun dimasukan ke dalam grup yang membahas tentang islam. Inibukanlah kali pertama, sebelumnya saya pun pernah dimasukan ke dalam sebuah grup yangdalam waktu dekat akan menjadi oposisi bagi pemerintah terpilih. Sekali lagi, orang yangmemasukan saya ke dalam grup tersebut mungkin merasa perlu memasukan saya ke dalamgrup itu karena saya (melalui posting-an saya) terkesan sebagai aktivis islam (yang cerdas danmempunyai daya nalar tajam J). Atau murni untuk mencari dukungan?! Selintas, saya berfikir“untung nggak dimasukin ke grup berisi komunitas ‘homo’ atau lainnya”.

Anyway, ada fenomena yang kembali mengganggu pikiran saya. Ternyata grup yang sayakunjungi baru-baru ini bukanlah grup yang sebatas membicarakan keislaman, namun lebihtepatnya memperdebatkan keislaman. Rupanya, grup tersebut adalah grup dialog muslim-nonmuslim. Seperti biasa perdebatan seputar Tuhan, Nabi, dan Al Qur’an menjadi polemik disana. Namun bukan itu yang menjadi alasan tulisan ini dibuat.

(https://bilalmubaraqi.files.wordpress.com/2014/10/fallacy.jpg)Satu hal yang selalu mewarnaiforum diskusi (lebih tepatnya sih ‘debat’) beda agama itu adalah fallacy. Terhadap siapa? Tentuterhadap Islam. Diantaranya ada sebuah gambar dengan tulisan “ISLAM ADALAH AGAMAKEDAMAIAN. TIDAK BERIMAN? AKAN SAYA LEDAKAN”. Sebuah poster beraromaparadoxal. Lagi, pikiran saya kalut. Bagaimana seharusnya merespon?

Memang bukan perkara baru bagi non-muslim melakukan falacy semacam ini. Tanpaargumentasi dan lebih mengedepankan emosi. Sebagai muslim, yang saya sangat khawatirkanbukanlah kemulian islam (bukan berarti tidak khawatir akan kemuliaan Islam). Tetapi ada hal

Page 2: Anarchy & the “strawman” fallacy

6/10/2014 Anarchy & the “Strawman” Fallacy | bilalmubaraqi

http://bilalmubaraqi.wordpress.com/2014/10/03/anarchy-strawman-fallcy/ 2/3

lain yang lebih saya khawtirkan. Sebagaimana dinyatakan oleh Cheryl Benard (2003), “…contemporary Islam in a volatile state, engage in an internal and external struggle over itsvalues. Its identities, and its place in the world”.

Saya khawatir bahwa berbagai fallacy itu menyebabkan muslim kehilangan arah, tak mampumelawan, dan tak berdaya menghadapi berbagai tuduhan dan hujatan. Akhirnya sikap“defensive apologetic” menjadi pilihan. Fenomena “defensive apologetic” merupakan sebuahrespon mengalah dan berusaha mengalihkan tuduhan-tuduhan ke arah yang lebih toleran.Secara halus pelaku “defensive apologetic” membenarkan tuduhan tersebut. Namun merekatidak menyadari dampak dari tindakannya itu, karena mereka menutup mata sebagai bentukproteksi diri dan keyakinannya.

Realitas inilah yang sesungguhnya digambarkan Benard sebagai perjuangan identitas. Darisini, munculah kelompok islam modernis dan fundamentalis. Kedua kelompok ini sengajadipertentangkan untuk dijadikan model islam ‘yang diharapkan’ dan ‘yang tidak diharapkan’dunia. Inilah cara Barat menjauhkan kaum muslimin dari pemikiran islam yang sebenarnya.Kaum modernis dijadikan model islam yang diharapkan oleh barat. Mereka tidak menolaknilai-nilai demokrasi, dan memiliki misi untuk memposisikan islam dengan modernitas.

Sedangkan kaum fundamentalis dianggap sebagai ancaman nyata, karena merekamenginginkan dominasi politik dan spiritual yang mengatur kehidupan bernegara (Benard :2003, pg. ix). Mereka adalah ancaman bagi kepentingan luar negeri barat terutama AS.Setidaknya ada dua hal yang menjadi tujuan utama kebijakan luar negeri AS; mewujudkankeamanan nasional dan mendukung kemakmuran domestik (Akilnov : 2005, Mubaraqi : 2014).Barat khususnya amerika khawatir apabila kelompok fundamental ini berkembang, maka akanmenciptakan ketidak percayaan terhadap AS dan demokrasi. Ketidakpercayaan inilah yangakhirnya akan menuntun pada pergantian sistem yang menyebabkan hilangnya dominasiamerika atas daerah jajahannya.

Upaya yang dilakukan untuk mencegah hal tersebut adalah, dengan mengangkat tokoh-tokohmuslim yang ‘direstui’ Amerika. Yaitu mereka yang memiliki pandangan sama berkaitandengan demokrasi dan kebijakan negeri. Mereka yang secara sadar ataupun tidak sadarmenyampaikan fallacy.

(Bagaimana seharusnya kita merespon?)

Seringkali teman diskusi yang setia mendengar ocehan saya kebingungan. Lantas apa yangharus dilakukan? Kemampuan kita terbatas, sedangkan permasalahan sudah menjadi serumitini. Membungkam media masa dengan pena? Sedang perlu ilmu tuk membuat sang penamenari di atas lembar kertas putih. Lantas apa? Bagaimana?

Ketahuilah.. bahwa kondisi seperti ini bukan yang pertama kali. Munculnya para pelakusejarah yang berhasil mengubah arah dunia, mereka pun berkonfrontasi dengan kebiasaanumum masyarakatnya. Begitulah sejarah mengajarkan kita untuk tidak menyerah membukamata. Rasulullah, manusia paling berpengaruh di jagat raya pun menghadapi konfrontasi darikaumnya. Namun, dengan visi dan misi yang kuat dan terperinci. Beliau berhasil mengangkattaraf berfikir orang-orang Jahiliyah menjadi luar biasa bahkan yang terbaik sepanjang masa.

Jadi sejatinya harapan itu selalu ada. Berawal dari diri kita. Namun kita tidak memahami

Page 3: Anarchy & the “strawman” fallacy

6/10/2014 Anarchy & the “Strawman” Fallacy | bilalmubaraqi

http://bilalmubaraqi.wordpress.com/2014/10/03/anarchy-strawman-fallcy/ 3/3

Jadi sejatinya harapan itu selalu ada. Berawal dari diri kita. Namun kita tidak memahami(meski sering kali sadar) bahwa kitalah yang harus merekalisasikannya. Dengan dakwah,bersama-sama kita berkarya. Kita perbanyak dialog-dialog seputar isu yang dipertentangkan.Kita tunjukan kelemahan berbagai fallacy yang dituduhkan terhadap kita. Tunjukanargumentasi yang dapat membuka cakrawala akal dan nurani. Masyarakat hanya perlu fokusyang lebih luas untuk memandang masalah. Mereka hanya perlu kita untuk menjadi lensa.Oleh karena itu kelemahan dan kebodohan intelektual muslim merupakan lonceng kematinbagi umat islam.

This entry was tagged "strawman" fallacy, opini. Bookmark the permalink.

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com. | The Superhero Theme.