Anama Dan Li TRI22B
-
Upload
tri-kurniati -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
description
Transcript of Anama Dan Li TRI22B
Nama : Tri kurniati
NIM : 0401181320065 (PSPD A 2013)
Analisis Masalah
1. Apa penyebab dan mekanisme abnormal keluhan?
Penyebab keluhan kaki melengkung kedalam pada CTEV belum diketahui secara
pasti.
Mekanisme:
Adanya oligohidroamnion (sedikitnya cairan amnion pada kehamilan)
menyebabkan janin terjepit dan berakibat akhir pada kondisi kaki janin mengalami
endorotasi yang berbentuk varus.
2. Berapa berat badan lahir normal?
Berat badan lahir normal 2500 – 4000 gram
3. Apa definisi equines foot dan varus of the foot?
Equines foot adalah posisi kaki, dan juga pergelangan kaki yang mengarah pada
bagian bawah dan juga belakang. Pemendekan otot-otot gastrocnemius, soleus,tibialis
posterior,flexor hallucis longus dan flexor digitorum longus.
Varus of the foot adalah posisi kaki yang memutar pada bagian dalam, atau telapak
kaki yang menghadap pada bagian dalam. Pemendekan otot-otot tibialis anterior dan
posterior, flexor hallucis longus dan flexor digitorum longus.
4. Bagaimana patofisiologi pada kasus?
Beberapa teori yang mendukung patogenesis terjadinya CTEV, antara lain:
a. Terhambatnya perkembangan fetus pada fase fibular
b. Kurangnya jaringan kartilagenosa talus
c. Faktor neurogenik
Telah ditemukan adanya abnormalita histokimia pada kelompok otot peroneus
pada pasien CTEV. Hal ini diperkirakan karena adanya perubahan inervasi
intrauterine karena penyakit neurologis, seperti stroke. Teori ini didukung dengan
adanya insiden CTEV pada 35% bayi dengan spina bifida.
d. Retraksi fibrosis sekunder karena peningkatan jaringan fibrosa di otot dan
ligamen. Pada penelitian postmortem, ponsetti menemukan adanya jaringan
kolagen yang sangat longgar dan dapat teregang pada semua ligamen dan struktur
tendon (kecuali achilees). Sebaliknya, tendon achilees terbuat dari jaringan
kolagen yang sangat padat dan tidak dapat teregang. Zimmy dkk,menemukan
adanya mioblast pada fasia medialis menggunakan mikroskop ektron. Mereka
mengemukakan hal inilah yang menyebabkan kontraktur medial.
e. Anomalipada insersi tendon
Inclan mengajukan hipotesa bahwa CTEV dikarenakan adanya anomali pada
insersi tendon. Tetapi hal ini tidak di dukung oleh penelitian lain. Hal ini
dikarenakan adanya distorsi pada posisi anatomis CTEV yang membuat tampak
terlihat adanya kelainan pada insersi tendon.
f. Variasi iklim
Robertson mencatat adanya hubungan antara perubahan iklim dengan insiden
epidemiologi kejadian CTEV. Hal ini sejalan dengan adanya variasi yang serupa
pada insiden kasus poliomeilitis di komunitas. CTEV dikatakan merupakan
keadaan sequele dari prenatal poliolike condition. Teori ini di dukung oleh adanya
perubahan motor neuron pada spinal cord anterior bayi-bayi tersebut.
Tindakan konservatif dan operatif
Tujuan penatalaksanaan CTEV adalah:
1. Mencapai reduksi konsentrik dislukasi atau subluksasi sendi talocalcaneonavikular
2. Mempertahankan reduksi
3. Mengembalikan alignment persendian tarsal dan pergelangan kaki yang normal
1. Mewujudkan keseimbangan otot antara evertor dan invertor; dan otot
dorsofleksor
dan plantarfleksor
5. Mendapatkan kaki yang mobile dengan fungsi dan weight bearing yang normal
Penatalaksanaan CTEV kompleks dan memerlukan ketelitian serta ketrampilan
penanganan.
Penatalaksanaan harus dimulai sedini mungkin, lebih baik segera sesudah
lahir. Tiga minggu pertama setelah lahir merupakan periode emas/golden period,
sebab jaringan ligamentosa bayi baru lahir masih kendor karena pengaruh hormon
maternal. Fase ini adalah fase kritis dimana jaringan lunak yang kontraktur dapat
dielongasi dengan manipulasi berulang setiap hari. Jika mengharapkan metoda
reduksi tertutup akan mencapai keberhasilan, inilah waktu yang tepat.
Segera setelah bayi lahir, dokter harus menjelaskan kepada orangtuanya sasaran/goal,
sifat dan hakekat CTEV serta tahap-tahap penanganan. Mereka harus diberi
pengertian bahwa pengelolaan CTEV sangat lama, dapat berlanjut dalam periode
bertahun-tahun sampai dewasa, saat maturitas skeletal kaki terjadi, dan keharusan
perawatan serta perhatian yang terus menerus dibutuhkan sepanjang stadium
pertumbuhan tulang.
Penatalaksanaan ada 2 cara, yaitu:
Konservatif
Operatif
A. Terapi Konservatif
Tehnik reduksi dengan manipulasi tertutup ini terutama dilakukan untuk tipe postural,
dimana deformitas dapat dikoreksi dengan manipulasi pasif. Program rehabilitasi medik
dibagi dalam beberapa fase, yaitu:
A.1. Fisioterapi
1. Mobilisasi/manipulasi pasif
Tehnik mobilisasi bertujuan untuk melakukan elongasi pada jaringan lunak yang
kontraktur. Mobilisasi tidak boleh dilakukan oleh terapis yang tidak mempunyai
pengetahuan mendetail tentang anatomi normal dan patologi kaki, ditambah
kewaspadaan akan plastisitas kaki bayi.
Aturan utamanya adalah dilakukan dengan lembut dan hati-hati. Jaringan lunak,
yaitu ligamen dan kapsul, bersifat kuat sedangkan jaringan keras, yaitu kartilago
persendian, bersifat lembut dan rentan terhadap trauma iatrogenik. Manipulasi yang
kasar dan cast untuk stretching lebih radikal daripada pembedahan.
a. Elongasi otot triceps Surae, kapsul posterior dan lig. pergelangan kaki dan
sendi subtalar
Tehnik manipulasi adalah sebagai berikut: terapis memegang os calcanueus
dengan telunjuk dan ibu jari dari 1 tangan, lalu tarik ke arah distal, sehingga
tumit tertarik ke bawah dan terdorong menjauhi medial maleolus fibular.
Dengan tangan yang lain, area calcaneocuboid didorong ke posisi dorsofleksi
sehingga seluruh bagian kaki inversi ringan. Tidak boleh melakukan stretching
bagian tengah kaki dengan memaksakan posisi dorsofleksi forefoot atau
deformitas ‘rocker-bottom’ karena akan menyebabkan ‘patah’ sendi secara
transversal. Posisi yang telah diregang dipertahankan dalam hitungan 10,
kemudian dilepaskan. Stretching pasif ini diulang 20-30 kali tiap sesi.
b. Elongasi otot tibia posterior dan ligamen tibionavicularis
Navicular teregang kearah maleolus medial karena kontraktur otot tibia
posterior dan calcaneonavikular plantaris dan ligamen tibionavikularis. Untuk
melakukan stretching, os calcaneus dipegang dengan jari telunjuk dan ibu jari 1
tangan dan ditarik ke bawah ke arah distal, sedangkan tangan yang lain
menjepit navikular dengan jari telunjuk dan ibu jari lalu menarik navikular dan
midfoot kearah distal ibu jari kaki kemudian di abduksi. Korpus os talus
dipegang si tempat pada lekukan pergelangan kaki. Penting untuk tidak
melakukan rotasi lateral di lekukan pergelangan kaki pada talus, karena dapat
menyebabkan ‘patah’ sendi secara horisontal.
c. Elongasi ligamen calcaneoclavicular plantaris (atau pegas) dan jaringan lunak
plantar
Lebih dari 100 tahun yang lalu, Hugh Owens Thomas menekankan pentingnya
jaringan lunak plantar sebagai penghalang koreksi CTEV. Akan tetapi, baru
akhir-akhir ini kita menaruh perhatian tentang pendapat itu melalui ajaran
Wilbur Westin. Ligamen calcaneoclavicular plantaris harus dielongasi jika
tulang navicular harus berposisi diatas kaput talus. Tehnik stretching
manipulatifnya sederhana saja: Dengan 1 tangan, tumit didorong naik, dan
dengan tangan yang lain, midfoot didorong ke arah dorsofleksi. Ibu jari 1
tangan berada diatas maleolus medialis dan ibu jari tangan yang lain di atas
navicular. Dan, harus dijaga untuk tidak melakukan tindakan yang
menyebabkan rotasi lateral talus pada lekuk pergelangan kaki. Deformitas
iatrogenik berupa celah horisontal harus dihindari. Seperti pada elongasi triceps
surae, tiap posisi teregang dipertahankan dalam hitungan 10, kemudian
dilepaskan dan diulang 20-30 kali.
Saat manipulasi, semua elemen jaringan lunak yang kontraktur
dielongasi. Hal ini bertentangan dengan tehnik tradisional Kite yang
menyatakan bahwa clubfoot harus dikoreksi bertahap dari depan ke belakang
dan terapis tidak boleh meneruskan tahap selanjutnya sampai deformitas
distalnya telah benar-benar terkoreksi. Yang pertama dikoreksi adalah varus
pada forefoot, kemudian inversi pada hindfoot dan terakhir equinus
pergelangan kaki dan sendi subtalar. Dia memperingatkan akan bahaya
dorsofleksi prematur sebagai penyebab celah transversal sendi midtarsal yang
berakibat terjadinya kaki ‘rocker-bottom’, yaitu terbaliknya arkus longitudinal
sehingga permukaan plantar berbentuk konveks, bukannya konkav.
Kontroversi yang lain adalah pendapat Lloyd-Roberts (1971) yang menyatakan
koreksi dini ditekankan pada equinus hindfoot. Sesuai dengannya adalah
observasi Attenborough (1996) bahwa tumit bayi tidak dapat diposisikan
valgus atau eversi jika masih dalam posisi equinus.
Yang perlu diperhatikan dalam setiap tindakan mobilisasi adalah lutut sisi yang
sedang dimanipulasi harus dipegang dalam keadaan fleksi. Hal ini untuk
menghindari terjadinya strain ligamentum medialis pada lutut. Jika kaki
dieversi dalam keadaan tungkai ekstensi, dapat berakibat strain ligamentum
medialis lutut sehingga terjadi deformitas valgus.Resiko mencoba mengkoreksi
terlalu kasar pada elemen plantarfleksi akan cenderung menyebabkan
‘pecahnya’ sendi midtarsal, sehingga kaki akan berbentuk ‘rocker-shaped’.
Pseudokoreksi ini dapat dihindari jika terapis bermaksud untuk mendapatkan
perbaikan sedikit demi sedikit pada hindfoot dan peningkatan mobilitas
daripada terburu-buru mencoba mendapatkan derajat koreksi yang terlalu
besar.
d. Reduksi tertutup dislokasi medial dan plantar sendi talocalcaneonavikular
Jika jaringan lunak yang kontraktur telah cukup terelongasi, langkah
selanjutnya adalah reduksi tertutup dislokasi medial dan plantar pada sendi
talocalcaneonavikular. Prinsip dasarnya adalah memberikan traksi kearah distal
garis deformitas. Tehnik: genggam hindfoot dengan 1 tangan, jari telunjuk
diatas korpus talus, sebelah anterior dan distal dari maleolus lateral dan ibu jari
tangan yang sama di anterior maleolus medial, mendorong navikular ke distal.
Dengan tangan yang lain, genggam forefoot dan midfoot dengan ibu jari dan
telunjuk dan berikan traksi longitudinal ke arah distal garis deformitas, yaitu
posisi kaki equinus dan inversi. Manipulasi ini akan menyebabkan distraksi
forefoot dan midfoot dari hindfoot dan elongasi kaki. Selanjutnya reduksi
dislokasi talocalcaneonavikular didapatkan dengan mengabduksikan midfoot,
memindahkan navikular ke lateral dan mendorong ujung anterior talus ke
medial dengan ibujari lainnya. Calcaneus di rotasi ke lateral os cuboid saat kaki
didorsofleksi pada pergelangan kaki dan sendi subtalarnya. Secara klinis,
reduksi menunjukkan kontur eksternal kaki yang normal pada postur istirahat.
Keberhasilan reduksi dikonfirmasi dengan radiografi posisi anteropsterior dan
lateral yang dibuat dengan posisi standar. Dari anteroposterior menunjukkan
sudut talocalcaneus harus lebih besar dari 20º dan sudut talo-metatarsal I
kurang dari 15º; Dari foto lateral, sudut talocalcaneus harus 30º-45º. Posisi kaki
dan tehnik radiografi yang benar sangat menentukan.
Metoda apapun yang dipakai, manipulasi pasif selalu dilakukan
terlebih dahulu segera sesudah lahir. Biasanya dilakukan pada hari ke-2
atau ke-3. Kombinasi manipulasi dengan metoda strapping yang diulang
tiap minggu, biasanya menampakkan hasil dalam 3-6 minggu, tanpa
memandang tipe deformitas mudah atau resisten.
2. Koreksi aktif
Koreksi ini adalah aspek terpenting dalam penatalaksanaan CTEV. Mobilisasi kaki
bayi diikuti dengan usaha menstimulasi eversi dan dorsofleksi aktif dengan menepuk-
nepuk sisi lateral kaki dengan ujung jari mengarah ke tumit. Jika kaki dapat menapak,
bayi mungkin dapat diberdirikan sebentar dengan berat badan dtumpukan pada kaki
yang sakit dan tumit didorong kebawah, gerakkan dengan lembut dari sisi ke sisi dan
kedepan-belakang untuk menstimulasi kontrol muskular aktif melalui eversi dan
dorsofleksi. Pada usia 5 bulan, bayi normal akan menjangkau dan memegang serta
mempermainkan jari-jari kaki dengan posisi telentang, hal ini harus diupayakan oleh
ibu untuk mendapatkan koreksi aktif. Perlu distimulasi untuk memegang jari-jari sisi
lateral untuk merangsang eversi. Saat mulai duduk pada usia 6-7 bulan, dia dirangsang
bermain dengan kakinya. Menstimulasi sisi anterolateral kaki akan menrangsang
eversi dan dorsofleksi aktif. Banyak metoda lain yang dapat dipakai untuk
menstimulasi gerakan yang diinginkan, karena itu perlu eksplorasi oleh terapisnya.
A.2. Ortotik prostetik
1. Strapping dengan perban adhesif
Metode ini bertujuan untuk mempertahankan hasil reduksi yang telah dicapai dan
dikonfirmasi dengan radiografi.
Imobilisasi dengan Plaster of Paris cast
Plaster of Paris cast merupakan alat retensi statis.Aplikasi plaster cast yang benar
pada kaki bayi membutuhkan ketrampilan karena harus dipasang dengan akurat
dan detail yang tepat. Dibutuhkan kerjasama 3 orang, yaitu ayah/ibu yang
memegang bayi agar diam (karena mungkin bayi meronta-ronta), seorang asisten
yang akan membantu menggulung lembaran kapas dan ‘plaster of Paris cast’ dan
dokter yang memegang dan membentuk gips.Gips harus terpasang sepanjang
tungkai, dari jari kaki sampai ke lipat paha dengan lutut fleksi 60º-80º untuk
mengontrol tumit dan mencegah gips tergelincir. Tungkai dioles tinktura benzoin
lalu ditutup dengan lembaran kapas selebar 1-1½ inci pada kaki dan tungkai
bawah dan selebar 2 inci pada tungkai atas, lutut dan paha. Lembaran digulung
rapi melawan deformitas varus, tidak terlalu kencang ataupun longgar. Gulungan
harus licin dan tidak berkerut. Kemudian dokter memegang kaki dan pergelangan
kaki pada posisi koreksi yang diinginkan dan asisten menggulungkan plaster of
Paris cast, digulung melawan deformitas varus, dimulai dari sisi lateral kaki,
kedorsal, kemudian keplantar dan kembali ke lateral. Cast diganti dengan interval
2-3 minggu pada bayi baru lahir, karena pertumbuhan kaki yang cepat.
Yang perlu diingat, plaster of Paris cast adalah alat retentif, bukan korektif.
Tehnik dari Sir Robert Jones (1900) berupa above-knee cast (Gambar 9)
Gips atas lutut ini menggunakan perban ortopedik adhesif yang diganti 2-3 hari
sekali. Pembalutan ini merupakan splint nonrigid dan dinamis yang mencegah
atrofi disuse dan mendukung berfungsinya otot peroneus dan dorsofleksor
pergelangan kaki pada minggu-minggu pertama setelah lahir.
Tehnik: pertama, sepanjang ekstremitas dicuci dengan air dan sabun, kemudian
dibersihkan dan dikeringkan dengan alkohol. Tinktura benzoin dioleskan pada
kaki dan seluruh tungkai (antara lutut dan maleolus) dan paha bagian distal yaitu
3-5cm diatas lutut. Tinktura ini akan melindungi kulit dan memperbaiki pelekatan
strapping. Kemudian kain perban adhesif selebar 3-5cm digulung dengan lembut
melingkar, tetapi tidak semuanya, sekitar kaki dengan tepi 1cm dari garis tengah
dorsum kaki. Strapping sirkumferensial (Jones) relatif aman pada bayi usia 1-3
minggu. Penting untuk menempatkan tepi distal dari lembaran kapas (dan strap
adhesif) di ujung basis jari kaki untuk menopang kaput metatarsal dan secara
dinamis meregang forefoot keluar dari posisi equinus.
Tehnik strapping dan gesper
Tehnik ini untuk memegang kaki dalam posisi terkoreksi, derajat koreksi dapat
diubah dengan menyesuaikan tarikan pada gesper. Jika kaki dapat dipertahankan
dalam posisi eversi, akan memfasilitasi kontraksi aktif otot evertor dan
dorsofleksor tiap kali bayi melakukan gerakan ekstensi tungkai.
Metoda pemasangan (gambar 10): Strap dipotong menjadi beberapa bagian,
gesper dipasang, lalu strap dijahit. Sebelum memasang strap, terapis memobilisasi
kaki. Tinktura benzoin dioleskan ke kulit dengan kapas dan dibiarkan mengering
sebelum strapping.
Tahap I
Potongan A dipasang pada kaki (gambar 10-1). Harus cukup lebar dan
memanjang dari belakang tumit sampai ujung proksimal. jari-jari. Potongan ini
juga harus cukup panjang sehingga menutupi dorsum pedis, melingkari sisi
medial, permukaan plantar dan naik lutut.
Tahap II
Potongan B dipasang pada dorsum pedis, mulai dari sisi medial melewati dorsum
pedis sampai bertemu potongan A di sisi lateral (Gambar 10-2). Potongan ini
disatukan dengan potongan A didekat permukaan plantar untuk menarik kaki ke
posisi dorsofleksi dan eversi.
Tahap III
Potongan C dipasang (gambar 10-3). Titik dimana kedua potongan strap dijahit
dipasang pada sisi medial calcaneus dengan potongan horisontal lewat dari ibu
jari melingkari tumit sampai ke basis jari V. Potongan vertikal kemudian di taruh
dibawah tumit dan dilekatkan pada pertemuan potongan A dan B. Potongan ini
memperkuat tarikan dorsofleksi dan eversi.
Tahap IV
Potongan D dipasang pada sisi lateral paha dengan gesper tepat dibawah lutut.
Posisi tepatnya tergantung pada sudut tarikan yang dibutuhkan untuk mengkoreksi
kaki.
Tahap V
Potongan E dan F dipasang disekitar paha bagian atas dan tungkai bawah bagian
atas untuk menahan potongan D pada posisinya. Pemasangan harus hati-hati,
tanpa tekanan, untuk menghindari oklusi sirkulasi. Potongan F tidak boleh
dipasang di atas fossa poplitea.
Tahap VI
Strap yang terlalu lebar untuk melewati gesper, harus dipotong bagian anterior
secukupnya. Karena tarikan ini diperlukan khususnya dari hindfoot, maka bukan
bagian posterior yang dipotong.
Tahap VII
Gabungan potongan A, B dan C dikaitkan pada gesper setelah kaki tertarik pada
posisi koreksi.
Pada metoda ini, ibu harus diajari cara membuka gesper untuk memobilisasi kaki
setiap hari dan bagaimana memasangnya kembali tanpa terlalu banyak menekan
kaki.
Sirkulasi kaki harus diperiksa secara teliti dengan mengobservasi respons kapiler
terhadap tekanan pada jari-jari. Jika jari menjadi berwarna gelap, sirkulasi normal
dikembalikan dengan melonggarkan strapping. Instruksi diberikan pada ibu bayi
untuk merawat strapping dan kulit dan tujuan strapping dijelaskan. Harus dihindarkan
strapping basah saat ibu memandikan bayi, dan harus memasang popok dengan
kencang dan menggantinya secara teratur agar tidak bocor dan basah.
Jika kulit bayi alergi terhadap strapping, pertimbangkan metoda lain.
2. Splinting
Split logam tipe Dennis Browne
Splint ini terdiri dari 2 potong aluminium yang dibentuk menjadi foot plate
dengan bagian memanjang pada sisi lateral tungkai. Foot plate harus sesuai
ukuran kaki bayi, jika terlalu lebar, strapping tidak dapat mengontrol adduksi.
Sedangkan pemanjangan bagian lateral harus setinggi tungkai bawah. Jika terlalu
pendek akan mengurangi kekuatan yang dibutuhkan untuk mempertahankan
posisi eversi.
Pada deformitas unilateral, kaki yang normalpun harus dipasang splint. Splint
kanan dan kiri disatukan dengan palang melintang yang dapat digerakkan. Palang
ini ditempelkan pada foot plate dengan sekrup kupu-kupu . Palang dapat ditekuk
membentuk sudut kecil dan jika tungkai dan kaki dalam posisi rotasi eksterna
maka foot plate akan memfasilitasi eversi dan dorsofleksi saat tungkai bayi
ekstensi.
Metoda: splint dilapisi dengan lembaran kapas. Ganjal/wedge kecil dari
lembaran kapas dipasang dibawah cuboid sepanjang tepi lateral permukaan
plantar kaki. Banyaknya potongan lembaran kapas yang menentukan ketebalan
wedge, tergantung pada derajat koreksi yang diinginkan.
Sepotong kapas tipis yang cukup panjang untuk dipasang pada sisi medial kaki
dari ibu jari sampai calcaneus.
Untuk memasangnya butuh bantuan. Ibu bayi memegang kaki dengan kencang
pada splint untuk menmperoleh koreksi yang diinginkan, terapis memasang splint.
Saat pemasangan tidak boleh ada pemaksaan tekanan. Terapis memegang kaki
dengan 1 tangan pada jari-jari sedangkan tangan lain pada lutut. Lutut yang
difleksikan dan ditekan ke bawah dengan lembut, akan menjaga dorsofleksi
maksimal pergelangan kaki.Sesudah tinktura benzoin dioleskan dari ujung
proksimal jari kaki sampai lutut, wedge dipasang pada splint atau kaki,
memanjang ke lateral dari cuboid sampai jari-jari untuk menahan kaki tetap
eversi. Strapping diputar melingkar, tanpa celah dimulai dari ujung proksimal jari-
jari. Strapping dilakukan sedemikian rupa hingga tercapai dorsofleksi maksimal
pergelangan kaki, caranya dengan melilitkan strap berulang kali melingkari
pergelangan kaki dan dibawah tumit, dilanjutkan ke atas menuju tungkai dan
ujung atas splint.
Potongan lembaran kapas tipis yang berada di medial dililitkan dari tumit
sampai ibu jari untuk mencegah adduksi kaki terhadap splint. Sekrup dibawah
foot plate harus bebas dari strapping. Palang ditempelkan (jika melengkung,
lengkungan harus konveks ke bawah) dengan sekrup pada tungkai yang rotasi
eksternal maksimal.Sekrup kupu-kupu kemudian dikencangkan.
Saat aplikasi mudah terjadi oklusi sirkulasi, karena itu harus diperhatikan
warna jari-jari, dan harus diperiksa sampai periode 10 menit. Ibu bayi dianjurkan
untuk terus memeriksanya secara periodik sampai beberapa jam setelah
pemasangan. Jika tampak adanya oklusi sirkulasi, jika obstruksi tidak dapat
dikurangi, splint harus dibuka dan dipasang kembali.
Splint dipasang selama 1 minggu. Di akhir minggu pertama, splint dilepas
dengan memotong strap sisi lateral. Bayi dapat dimandikan dan diperbolehkan
bebas selama beberapa jam sebelum splint dipasang kembali.
Anjuran pada ibu tentang perawatan splint dan cara membuka serta memasang
palang kembali perlu diberikan, karena hal tersebut harus dilakukan jika ibu
melepas atau memakaikan bayi pakaian.
Medial plaster splint
Splint ini berguna jika deformitas kaki sangat berat dan tidak dapat
dimobilisasi sehingga strapping maupun dplint tipe Dennis Browne tidak efektif
dan aman, yaitu saat metoda splint yang lain tidak dapat dipergunakan tanpa
ancaman kerusakan pada kaki bayi.
Splint ini mulai dipakai beberapa hari setelah awal terapi sampai koreksi
elemen adduksi dan inversi diperoleh dan segera dilanjutkan dengan splinting
yang membantu koreksi aktif.
Metoda: Sepotong busa plastik dan plaster/gips tebal dipotong-potong sesuai
dengan permukaan anterior, medial dan posterior kaki dan tungkai, dari bawah
tuberculum tibia sampai ujung jari-jari. Satu potongan yang menuruni sisi lateral
dibiarkan bebas. Kaki dimobilisasi sebelum aplikasi plaster. Plaster tebal dibasahi
dan ditaruh diatas busa, lalu kerutan dihaluskan. Gabungan plaster dan busa ini
menempatkan busa di sisi yang menghadap kulit tungkai dan kaki. Deformitas
adduksi dan inversi dikoreksi dengan hati-hati seperti pada tehnik mobilisasi dan
ditahan sampai plaster terpasang. Indentasi karena tekanan jari harus dihindari.
Saat plaster masih basah, perban dicelupkan dalam air kemudian dililitkan
disekeliling splint dan kaki. Jari-jari dibiarkan terbuka.
Posterior plaster splint
Plaster splint berbantalan dibuat untuk menahan kaki pada midposisi atau
inversi dan dorsofleksi. Tipe ini tidak berguna untuk CTEV berat karena ada
tendensi relaps, meskipun dengan pembalutan, tidak dapat mengontrol tendensi
kembali ke posisi equinovarus. Akan tetapi, splint ini berguna pada deformitas
postural yang ringan untuk mempertahankan koreksi sampai anak dapat
mengkoreksi sendiri, pada bayi dengan meningocele dimana tungkai flaksid,
keseimbangan otot tidak ada, dan koreksi harus dipertahankan sampai operasi
stabilisasi untuk koreksi dapat dilakukan.
Dennis Browne night splint
Splint ini kadang-kadang diberikan sebagai alat untuk mempertahankan
koreksi yang telah didapatkan dari strapping atau splint logam Denis Browne.
Terdiri dari sepasang sepatu boot yang ditempelkan pada piringan logam diatas
palang melintang
Prinsipnya mirip dengan splint logam. Tungkai dipegang pada posisi rotasi
eksternal dan kaki dieversi dan dorsofleksikan. Splint ini dipakai siang dan malam
atau saat malam hari hanya jika anak berjalan.
Bell-Grice splint
Konstruksi splint ini mirip dengan Dennis Browne tetapi memiliki keunggulan
tertentu, yaitu logam pada foot plate terbentuk dengan baik sehingga pembalutan
dengan lembaran kapas tidak diperlukan dan ‘boating’ pada kaki tidak terjadi.
Keuntungan lain adalah tidak ada pemanjangan metal ke lateral untuk menekan sisi
luar tungkai, sehingga kelemahan otot, antara lain evertor dapat dihindari.
Foot plate dan splint terpisah dari palang melintang dan dilapisi dengan
lapisan adhesif lipis lembaran kapas, 2 potong strap selebar 2cm dipasang pada
sol/bagian belakang sepatu diatas sekrup, 1 diantaranya lewat dari dalam keluar
melalui sisi bawah, yang lain dari dalam keluar melalui sisi atas. Seorang asisten
menahan ekstremitas dan kaki bayi diletakkan pada bagian sol. Lalu dilakukan
strapping, melewati dorsum pedis keatas dan kebawah melewati pergelangan kaki.
Potongan strap yang kedua dipasang dengan cara yang sama. Potongan
ketigadigunakan untuk menahan tumit pada foot plate lalu dikencangkan dengan
sepotong strap yang melimgkari ekstremitas. Kaki akan berposisi eversi maksimal
dan terkunci pada foot plate.
Aplikasi plaster seperti biasa. Tekanan diberikan pada sendi cacaneocuboid.
Pada anak, lutut difleksikan pada sudut yang tepat dan dipasang elastoplast seputar
tungkai dibawah ujung atas below-knee plaster, untuk mencegah anak menendang
plaster hingga lepas. Jika perlu, plaster diganti.
A.3. Okupasi Terapi
Okupasi terapis memberi latihan berupa koreksi aktif dengan aktivitas atau
permainan.
A.4. Sosial Medik
Petugas sosial medik memberikan pengertian pada orang tua penderita
mengenai:
◦ Kelainan apa yang terjadi pada CTEV serta kemungkinan faktor penyebab.
◦ Pengelolaan CTEV membutuhkan waktu yang cukup lama dan bila tidak
ditangani akan berakibat buruk.
◦ Kemungkinan akan terjadi kekambuhan.
A.5. Psikologis
Psikolog memberikan pengertian pada orang tua penderita mengenai keadaan anaknya
dan memberi support mental bahwa kelainan tersebut dapat disembuhkan apabila
ditangani secara dini dan terus menerus sampai usia pertumbuhan.
B. Perawatan Selama Terapi Konservatif
Metoda fiksasi apapun yang dipilih, perawatan yang perlu diingat dan
dilakukan adalah:
Karena penderita biasanya menjalani rawat jalan, maka jangan pernah
memperbolehkan anak meninggalkan rumah sakit atau klinik sampai yakin
betul bahwa sirkulasi jari kaki adekuat.Instruksikan ibu untuk mengamati
jari kaki dan segera menghubungi bila sesuatu yang tidak biasa terjadi.
Perlu antisipasi pembengkakan jari kaki yang ditandai dengan jari berwarna
kemerahan saat jepitan digital pada jari kaki dilepaskan. Pembengkakan
menyeluruh bersama dengan hilangnya warna yang harus diwaspadai.
Fiksasi mungkin harus diperbarui, tapi tidak boleh dilepas seluruhnya
karena akan kehilangan posisi koreksi. Dinding plaster posterior pada
posisi koreksi dapat dipasang untuk sementara.
Kaki harus terjaga kebersihannya dan kering. Saat penggantian splint, cuci
kaki dan tungkai dengan hati-hati, pertahankan posisi koreksi. Beri
perhatian khusus pada area-area yang menerima tekanan. Usahakan
menjaga pemasangan splint tetap kering. Sepotong lembaran kapas dapat
dipakai untuk melindungi basis ibu jari atau jari V dari tekanan. Strapping
yang baru tidak dipasang pada area kulit yang sama dengan sebelumnya.
Jangan menghentikan splinting karena ulkus dekubitus atau iritasi kulit.
Melepaskan kaki yang telah terkoreksi sebagian akan menjadi lebih
resisten terhadap penanganan daripada yang belum pernah dikoreksi sama
sekali. Dinding plaster posterior dapat dipakai untuk mempertahankan
posisi koreksi.
Splinting harus dikombinasi dengan stretching pasif yang teratur oleh
orang tua bayi. Setelah anak dapat berjalan dengan baik dan sepatu Dennis
Browne terakhir yang dipakai bereversi 10º, splint dapat dihentikan tetapi
stretching pasif dilanjutkan sampai kurang lebih usia 2 atau 3 tahun dan
tidak tampak tanda-tanda rekurensi.
Jika rekurensi deformitas terjadi, dokter harus memutuskan apakah akan
diberikan tambahan casting atau koreksi operatif.
C. Komplikasi Terapi Konservatif
Masalah dan komplikasi yang mungkin terjadi pada sendi pergelangan kaki dan kaki
karena tindakan dalam terapi konservatif, antara lain sebagai berikut:
◦ Kegagalan koreksi deformitas equinovarus
◦ Gangguan pertumbuhan tulang tibia anterior distal
◦ Flat-top talus, yaitu atap talus yang tampak datar pada radiografi posisi lateral.
Disebabkan oleh karena manipulasi yang berlebihan
◦ Kontraktur pergelangan kaki anterior yang disebabkan pemakaian cast terlalu
lama dalam posisi kaki dorsofleksi maksimal
◦ Deformitas rocker-bottom
◦ Subluksasi sendi cuboid
D. Terapi Operatif
Indikasi pemilihan pelaksanaan terapi operatif adalah adanya komplikasi yang terjadi
setelah terapi konservatif. Pada kasus resisten, terapi operatif paling baik dilakukan
pada usia 3-6 minggu, ketika tidak tampak adanya perbaikan yang signifikan setelah
menjalani terapi konservatif yang teratur.
Ada beberapa macam prosedur operatif untuk koreksi CTEV. Pemilihan prosedur
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Usia anak
Derajat rigiditas
Deformitas yang ditemukan
Komplikasi yang didapat dari penanganan sebelumnya
Prosedur terapi operatif adalah:
D.1. Koreksi jaringan lunak
Koreksi jaringan lunak dilakukan pada bayi dan anak dibawah 5 tahun. Pada usia ini,
biasanya belum ada deformitas pada tulang-tulang kaki, bila dilakukan operasi pada
tulang dikhawatirkan malah merusak tulang dan sendi kartilago anak yang masih
rentan.
Koreksi dilakukan pada:
1. otot dan tendon
Achilles : tehnik pemanjangan tendo (Z-lengthening)
Tibia posterior: tehnik pemanjangan tendo atau transfer
Abduktor hallucis longus: tehnik reseksi atai eksisi
Fleksor hallucis longus dan fleksor digitorum longus: tehnik pemanjangan atau
reseksi muskulotendineus
Fleksor digitorum brevis
2. Kapsul dan ligamen
Talonavicular
Subtalar
Sendi calcaneocuboid
Kapsul pergelangan kaki, antara lain bagian dari lig. deltoid
Ligamen yang kontraktur pada sisi posterolateral pergelangan kaki dan sendi
subtalar:
◦ Lig. calcaneofibular
◦ Lig. Talofibular posterior
◦ Retinakulum peroneal superior
Ligamen interoseus talocalcaneal
D.2. Koreksi jaringan keras
Operasi pada tulang atau osteotomi dilakukan setelah usia anak 5-10 tahun. Karena
pada usia ini biasanya telah terjadi deformitas struktur tulang dan koreksi yang
diharapkan tidak mungkin berhasil tanpa pembenahan tulang. Tindakan berupa:
1. Osteotomi calcaneus untuk koreksi inversi
2. Wedge reseksi sendi calcaneocuboid
3. Osteotomi cuboid
4. Osteotomi cuneiformis untuk koreksi adduksi yang berlebihan
5. Osteotomi tibia dan fibula, jika torsi tibia berlebihan (jarang terjadi)
Tindakan pada anak dengan usia lebih tua, lebih dari 10 tahun, biasanya:
1. Rekonstuksi tarsal, termasuk triple arthrodesis. Dilakukan pada kaki yang rigid dan
seringkali diserta nyeri serta tidak berespon pada gips serial atau prosedur operasi
yang lain.
2. Osteotomi femur
E. Program Rehabilitasi Medik Paska Operasi
E.1. Ortotik prostetik
Ortose
Pemasangan long leg cast/above knee cast dengan lutut ekstensi selama 2-3
minggu. Saat cast diganti, luka diperiksa, jahitan diangkat, koreksi posisi, pasang
kembali short leg cast selama 3 minggu. Total imobilisasi kaki adalah 6 minggu.
Selanjutnya pasang splint Dennis Browne.
Jika dilakukan prosedur wedge dengan bonegraft maka perlu waktu 10 minggu,
untuk konsolidasi bonegraft, sebelum weight bearing. Karena jika weight bearing
terlalu dini akan terjadi kolaps graft dan koreksi menjadi berubah.
Dilakukan follow-up tiap bulan. Jika anak sudah dapat berdiri dan berjalan,
dipasang sepatu biasa atau sepatu sudut membuka keluar dengan thomas heel
terbalik.
Sepatu Koreksi
Pada dasarnya maksud pemberian sepatu koreksi adalah untuk membantu kaki
memperbaiki keseimbangan pada waktu berdiri dan berjalan dengan cara antara lain
modifikasi sepatu:
◦ Outflare last
◦ High shoes
◦ High and long lateral counter
◦ Heel and sole modification
E.2. Fisioterapi
Dilakukan stretching tendo achilles secara hati-hati.
F. Komplikasi Paska Terapi Operatif
Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain:
1. Pada pergelangan kaki
Deformitas calcaneus dan Kelemahan triceps surae
Restriksi plantarfleksi pergelangan kaki
Valgus pada pergelangan kaki
Equinus
Terhambatnya pertumbuhan tulang fisis tibia posterior dan fibula distal
karena trauma pada growth plate saat operasi
2. pada sendi subtalar
Valgus pada sendi subtalar
Varus pada sendi subtalar
Restriksi LGS sensi subtalar
3. Pada sendi tarsal proksimal
Subluksasi talocalcaneus
Subluksasi calcaneocuboid
Cavus posterior
Arkus longitudinal medial kolaps
Deformitas supinasi sendi talonavicular
4. Pada sendi metatarsal
Metatarsus varus dan valgus
Anterior pes valgus
Terhambatnya pertumbuhan tulang fisis metatarsal I
Penanganan dari komplikasi-komplikasi yang terjadi dapat berupa terapi
konservatif maupun operatif, tergantung dari deformitas yang ada.
Daftar Pustaka
1. Gartland, John J. Fundamental of Orthopaedics. 4th ed. Philadelphia: W.B. Saunders
Company, 1987:55-58.
2. Brotzman S. Brent. Clinical Orthopaedic Rehabilitation. Missouri: Mosby Co., 1996:
348-350.
3. Sinaki Mehrsheed. Basic Clinical Rehabilitation Medicine. 2nd ed. St. Louis: Mosby
Co. 1993:409-410.