analisis zat gizi makro
-
Upload
natasha-fredlina-ginting -
Category
Documents
-
view
238 -
download
17
description
Transcript of analisis zat gizi makro
Laporan Praktikum Ke-2 Tanggal Mulai: 25 Februari 2013MK. Analisis Zat Gizi Makro
PENETAPAN KADAR AIR DENGAN METODE DESTILASI
Oleh :
Kelompok 2 Laorensia Oktavia Rajuni I14110068Yufri Karelius K. I14110070Elma Alfiah I14110071Dian Prawitasari I14110072Rahmadini I14110082Nisfa Laila I14110107
Asisten Praktikum:
Hayu Ning DewiNandika Hidayati
Dosen Mata Kuliah:
Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, MS.
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Suatu bahan pangan pasti mengandung air di dalamnya walaupun hanya
sedikit kadarnya. Kadar air dalam bahan pangan akan mempengaruhi penampakan,
tekstur, dan citarasa bahan pangan tersebut. Selain itu, banyak atau sedikitnya
kadar air dalam bahan pangan juga akan menentukan kesegaran dan daya awet
dari bahan pangan tersebut. Kadar air yang tinggi akan menyebabkan bahan
pangan tersebut menjadi mudah membusuk dan menjamur (Sandjaja 2009).
Dalam menentukan kadar air dalam suatu bahan pangan dapat dilakukan
beberapa metode pengujian yang prinsipnya adalah dengan perlakuan dengan suhu
tinggi pada bahan pangan yang ingin diketahui kadar airnya. Metode pengujian yang
dapat dan mudah dilakukan adalah pengujian kadar air dengan metode oven biasa
(thermogavimetri) dan metode destilasi. Prinsip dari penetapan kadar air dengan
metode oven biasa ini adalah dengan menguapkan air yang terdapat dalam suatu
bahan pangan dengan pengeringan tanpa pemanasan tetapi dengan menggunakan
H2SO4 pekat di dalam desikator hingga mencapai berat konstan. Berat konstan dari
bahan yang telah dikeringkan tersebut dapat menunjukan jumlah air yang telah
diuapkan. Metode ini digunakan untuk bahan-bahan yang tahan dan tetap stabil
pada pemanasan suhu tinggi dan bahan yang memiliki kandungan glukosa dan
sukrosa yang rendah (Sudarmadji 1997).
Sedangkan penetapan kadar air dengan metode destilasi pada prinsipnya
adalah pemanasan bahan pangan dengan menggunakan larutan yang bersifat
immiscible dan mudah menguap. Bahan pangan yang dilakukan dengan
menggunakan metode ini sebaiknya bahan pangan yang mengandung lemak,
memiliki kadar air yang tinggi, dan mudah menguap. Senyawa-senyawa yang
diuapkan oleh kondensor tersebut akan turun kembali sebagai cairan ke tabung
Aufhauser dan akan terbaca volumenya yang terlihat dengan skala pada tabung
tersebut. Volume air yang terbaca tersebut merupakan kadar air yang terkandung di
dalam bahan pangan yang diuji (AOAC 1984).
Praktikum penetapan kadar air dalam bahan pangan ini penting dilakukan
untuk dapat mengetahui kadar air yang terdapat dalam bahan pangan sehingga
dapat diketahui pula kandungan zat gizi lainnya yang terkandung di dalamnya. Hal
ini disebabkan karena setiap bahan pangan dapat mengalami perubahan kadar
airnya demikian pula dengan kandungan zat gizi penting lainnya sesuai dengan
kondisi lingkungan yang mempengaruhi bahan pangan tersebut.
Tujuan
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan zat gizi yang terdapat
dalam jahe, kunyit, dan laos dengan menetapkan kadar airnya dengan metode
destilasi.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum penetapan kadar air metode destilasi ini dilaksanakan pada hari
Senin, 25 Februari 2013 pukul 15.00-18.00 WIB di Laboratorium Metabolisme Zat
Gizi II, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pisau, timbangan, talenan,
tabung penerima (Tabung Bidwell, dan Sterling atau modifikasinya atau tabung
Aufhauser atau Stark Dean), kondensor, labu didih 250 ml, dan mantel pemanas
yang dihubungkan dengan pengontrol tangan. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah Pelarut immiscible yaitu Xylene dan sampel yaitu; jahe, kunyit, dan laos.
Prosedur Kerja
1.Standarisasi Alat
Alat dipasang seperti yang terdapat pada gambar.
↓
Bagian dalam alat dibersihkan dan dikeringkan.
↓
Tabung volumetrik dan bagian dalam kondensor dicuci dengan Xylene.
↓
Dikeringkan dan segera dipasang kondensor pada alat. Semua air dihilangkan dari
bagian luar alat.
↓
Dimasukkan 5 ± 0,0001 gram air dan 75 ml Xylene pada labu didih dan dihubungkan
dengan labu penerima kondensor.
↓
Dipanaskan sampai mulai refluks dan diatur panas untuk destilasi pada kecepatan
0,25 – 0,5 ml per menit. Dinaikkan kecepatan refluks secara bertahap hingga
maksimum.
↓
X
X
↓
Bila tidak ada lagi air yang menguap maka ditambahkan beberapa milliliter Xylene
pada labu sampel dan biarkan mendidih.
↓
Prosedur diulangi sampai tidak ada lagi air yang menguap.
↓
Tabung aufhauser didinginkan dan volume dibaca dari air yang terkumpul.
↓
Keseluruhan prosedur diulangi minimal 4 kali.
↓
Dari data-data tersebut akan didapatkan faktor recovery destilasi (D yaitu = gram
H2O yang ditambahkan dibagi gram H2O yang didapat).
Gambar 1 Bagan prosedur kerja stardarisai alat
2.Pengukuran Kadar Air
Sampel dicacah (sehalus mungkin dan memiliki luas permukaan yang lebar).
↓
Ditimbang sebanyak 5g dan dimasukkan kedalam labu lemak (Erlenmeyer Asah).
↓
Kedalam tabung ditambahkan ±75 ml pelarut Xylene.
↓
Dipasang pada rangkaian alat aufhauser.
↓
Dipnaskan pada kondensor dan ditunggu ± 1 jam.
↓
Kemudian dibaca volume air yang terkumpul dan hitung kadar air.
Gambar 2 Bagan prosedur kerja pengukuran kadar air
TINJAUAN PUSTAKA
Metode Destilasi
Metode destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan
atau didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik
didih (Darmadji 2002). Metode ini digunakan untuk produk yang banyak
mengandung lemak dan komponen mudah menguap di samping air atau relatif
banyak mengandung senyawa volatile. Prinsip mengukuran air dengan metode
destilasi adalah menguapkan air bahan dengan cara destilasi menggunakan pelarut
immicible, kemudian air ditampung dalam tabung yang diketahui volumenya. Pelarut
yang digunakan mempunyai titik didih lebih besar dari air tapi mempunyai berat jenis
lebih kecil dari air. Air dan pelarut akan terpisah dan air akan berada di bagian
bawah. Contoh senyawa yang dapat dijadikan pelarut yaitu toluene, xylene, dan
benzene (Legowo 2007). Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan
Hukum Dalton (Darmadji 2002).
Xylene
Xylene (dymethyl benzene), merupakan campuran dari tiga macam isomer:
ortho, metha, dan para-xylena yang mempunyai titik didih hampir sama (144, 139,
dan 139oC) sehingga sulit dipisahkan dengan proses distilasi. Xylene bersifat
immiscible atau tidak dapat bercampur dengan air. Xylene memiliki titik didih sedikit
lebih tinggi daripada titik didih air. Tergolong hidrokarbon golongan aromatis.
Struktur molekulnya mengandung ikatan aromatis (benzene), C6H6. Daya larutnya
lebih kuat dibanding senyawa-senyawa hidrokarbon aliphatic (Susyanto 2009).
Jahe
Bagian tanaman jahe yang paling banyak digunakan adalah rimpangnya.
Rimpang jahe merupakan batang yang tumbuh dalam tanah dan dipanen setelah
berumur 9-11 bulan. Rimpang jahe digunakan sebagai rempah-rempah, permen,
manisan, selai, obat-obatan, atau diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya (Farrel
1990). Komponen yang terdapat dalam rimpang jahe diantaranya air, pati, minyak
atsiri, oleoresin, serat kasar, dan abu. Komponen terbesar penyusun jahe segar
adalah air (Purseglove et al. 1981). Kadar air jahe makin tua makin menurun. Kadar
air terbesar 89,32% pada umur 3,5 bulan, 89,21% pada umur 4,5 bulan, dan 82,79%
pada umur 5 bulan (Risfahari 1988).
Kunyit
Kunyit (Curcuma domestica) adalah salah satu jenis rempah-rempah yang
banyak digunakan sebagai bumbu dalam berbagai jenis masakan. Tanaman kunyit
termasuk jenis tanaman herba yaitu tanaman tahunan yang memiliki tinggi hampir
mencapai 1 meter, berbatang pendek, dan berdaun jumbai (Sumangat et al. 1994).
Kunyit biasanya dipanen pada umur berkisar 7-9 bulan setelah penanaman,
yang ditandai dengan batang tumbuhan mulai layu atau mengering. Kunyit yang
baru dipanen biasanya memiliki kadar air sekitar 90% (Sumangat et al. 1994) atau
81,4-81,5% (Jusuf 1980).
Laos
Laos atau lengkuas merah (Alpinia galanga) adalah rempah rempah populer
dalam tradisi boga dan pengobatan tradisional Indonesia maupun daerah Asia
Tenggara lainnya. Berdasarkan penelitian kandungan zat yang sudah diketahui
adalah minyak terbang, pinen, pineol, campher, methylcinnamaat, basorin, eugenol,
galangin, dan galangol (Soenanto 2009). Senyawa kimia utama laos adalah minyak
atsiri yang tersusun atas eugenol, seskuiterpen, pinen, metil-sinamat, kaemferida,
galangan, dan galangol. Minyak atsiri laos/lengkuas merah mengandung 12
senyawa dan didominasi oleh sineol, Jaranol, dan farnesen (Jamal et al. 1996).
Rimpang lengkuas/laos segar mengandung air sebesar 75%, dalam bentuk
kering mengandung 22,44% karbohidrat, 3,07% protein, dan sekitar 0,7% senyawa
kamferid (Darwis et al. 1991). Pemanfaatan laos/lengkuas biasanya dengan
mememarkan atau memotong tipis kemudian dimasukkan ke dalam masakan.
Beberapa manfaat dari laos adalah menambah tenaga, masuk angin,
menyembuhkan diare, gangguan perut (kembung dan mulas), penyakit kulit (eksim
dan kurap), radang telinga, bronchitis, pereda kejang (Soenanto 2009).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan pangan mengandung zat gizi yang beraneka ragam. Zat gizi dalam
bahan pangan tersebut dapat diukur atau diperkirakan persentasenya dengan
menggunakan berat kering dari bahan pangan tersebut. Akan tetapi selain
mengandung banyak zat gizi, bahan pangan juga mengandung air yang
persentasinya bervariasi pada berbagai jenis bahan pangan. Oleh karena itu dalam
praktikum ini akan diukur kadar air dalam bahan pangan dengan menggunakan
metode destilasi.
Metode destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan
atau didefinisikan juga teknik pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik
didih (Darmadji 2002). Metode ini digunakan untuk produk yang banyak
mengandung lemak dan komponen mudah menguap di samping air atau relatif
banyak mengandung senyawa volatil. Bahan yang banyak mengandung volatil
contohnya rempah-rempah. Praktikum ini akan menguji kadar air dalam jahe, kunyit,
dan laos. Prinsip mengukuran air dengan metode destilasi adalah menguapkan air
bahan dengan cara destilasi menggunakan pelarut immiscible, kemudian air
ditampung dalam tabung yang diketahui volumenya. Contoh senyawa yang dapat
dijadikan pelarut yaitu toluene, xylen, dan benzene (Legowo 2007). Praktikum ini
menggunakan bahan jahe, kunyit dan laos sebanyak 5 gram dan dicampur dengan
pelarut xylen sebanyak 50 ml dalam labu didih.
Labu didih yang telah disambungkan dengan pipa selanjutnya dipanaskan
dalam suhu tertentu sehingga kedua bahan tersebut menguap. Uap dari rempah-
rempah dan xylen mengalir dalam pipa kondensor. Uap akan mengembun dan
ditampung dalam tabung penampung yang memiliki skala. Xylen sebagai pelarut
yang digunakan mempunyai titik didih lebih besar dari air tapi mempunyai berat jenis
lebih kecil dari air. Air dan pelarut akan terpisah dan air akan berada di bagian
bawah (Legowo 2007). Proses destilasi dalam praktikum ini dilakukan selama
kurang lebih satu jam. Pada akhir percobaan ini dihasilkan air dalam rempah-
rempah yang diukur dalam tabung penampung.
Perhitungan persentase kadar air dapat dihitung dengan membagi volume air
yang didestilasidari contoh dengan berat contoh. Selanjutnya nilai dari perhitungan
itu dikalikan faktor destilasi dan dikalikan 100 persen. Faktor destilasi dihitung
dengan membagi berat air yang akan didestilasi dalam gram dengan volume air
yang didestilasi (dalam ml). Faktor destilasi dianggap bernilai satu karena berat jenis
dari air satu. Penjelasannya, jika volume yang terdestilasi sebanyak 10 ml, beratnya
dianggap juga 10 gram. Jika keduanya dibagi akan mengahasilkan nilai satu
(Legowo 2007).
Sampel yang digunakan dalam praktikum ini yaitu jahe, kunyit, dan laos
dicacah halus lalu dimasukkan ke dalam labu didih sebanyak 5 gram dan diberi
pelarut xylene. Setelah itu labu dihubungkan dengan kondensor dan dipanaskan
hingga refluks (± 1 jam). Dari percobaan diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 1 Hasil percobaan penetapan kadar air dengan metode destilasi No.
Sampel Kadar air (%) Kadar air literatur (%)
1 Jahe 1 81,6782,79
2 Jahe 2 81,993 Kunyit 1 88,50
81,4-904 Kunyit 2 79,215 Laos 1 97,89
756 Laos 2 85,77
Berdasarkan tabel hasil percobaan diperoleh bahwa kadar air pada jahe
sebesar 81,67% untuk jahe pertama (berat 5,02 gram) dan 81,99% untuk jahe kedua
(berat 5,0009 gram). Hasil ini tidak berbeda jauh dengan literatur yang diperoleh,
yaitu sebesar 82,79%. Perbedaan hasil yang diperoleh dapat dipengaruhi oleh jenis
jahe yang digunakan dengan literatur berbeda. Selain itu, menurut Risfahari (1988)
kadar air pada jahe dipengaruhi oleh umur, semakin tua maka semakin sedikit kadar
airnya.
Kadar air yang diperoleh dari hasil percobaan sebesar 88,50% untuk kunyit
pertama (berat 5,3105 gram) dan 79,21% untuk kunyit kedua (berat 5,05 gram).
Hasil yang diperoleh dari sampel pertama sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa kadar air pada kunyit sebesar 81,4-90% (Sumangat et al. 1994 dan Jusuf
1980). Namun pada sampel yang kedua kadar air kunyit dinyatakan sebesar
79,21%, perbedaan kadar air yang didapat saat praktikum dengan kadar air yang
dinyatakan dalam literatur dapat terjadi karena perbedaan jenis kunyit yang
digunakan, perbedaan jenis pelarut, atau kontaminasi air tambahan dari luar.
Praktikum ini juga menggunakan dua potong laos, masing-masing laos
memiliki berat 5,0058 gram dan 5,0138 gram. Kadar air yang terkandung dalam laos
seberat 5,0058 gram adalah 4,9 ml. Jika dipersentasekan maka kadar air dalam laos
pertama ialah 97,886 %. Sementara laos kedua yang memiliki berat 5,0138 gram
mengandung air sebanyak 4,3 ml. Jika dipersentasekan maka kadar air dalam laos
kedua ialah 85,673 %.
Menurut literatur kadar air yang terkandung dalam laos umumnya adalah
75% (Darwis 1991). Hal ini menunjukkan bahwa kandungan air dalam laos yang
diukur saat praktikum lebih tinggi dari literatur. Perbedaan ini mungkin disebabkan
jenis laos yang digunakan berbeda, pelarut yang digunakan saat praktikum berbeda
dengan pelarut yang digunakan oleh peneliti dari literature, dan laos yang digunakan
telah terkena air.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kandungan zat gizi suatu bahan makanan dapat ditentukan dengan
menggunakan berat kering makanan tersebut dengan cara memisahkan kandungan
airnya terlebih dahulu. Metode destilasi dapat dilakukan untuk mengetahui berapa
besar kandungan air dalam suatu bahan makanan, yang nantinya berguna untuk
menentukan kandungan gizinya.
Saran
Sebaiknya jenis bahan makanan yang digunakan lebih variatif dan
memasukkan sampel buah-buahan di dalam bahan yang diamati kadar airnya,
mengingat bahwa buah-buahan memiliki kadar air yang tinggi jika dibandingkan
dengan jenih bahan makanan lain.
DAFTAR PUSTAKA
AOAC. 1984. Official Methods of Analysis of The Association of Official Analyical Chemistry14th Edition. Virginia: AOC Inc.
Bohm GM. 1962. Chalcones, Aurones and Dihydrochalcons. Dalam Harborne, J.B., T.J. Marby and H. Marby (Ed.). The Flavonoids. Part 1. New York: Academic Press.
Darmadji P. 2002. Optimasi Pemurniaan Asap Cair dengan Metoda Redistilasi Volum XIII. Buletin Kimia. Bogor. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan FATETA IPB.
Darwis SN, M Indo, S Hasiyah. 1991. Tumbuhan obat Family Zingiberaceae. Pusat penelitian dan pengembangan tanaman industry, Bogor
Farrel KT. 1990, Spices, Condiments, and Seasoning. Avi Pub. Co., New York.
Jamal Y, T Murningsih, PN Evita. 1996. Identifikasi Minyak Atsiri dan Uji Kuantitatif dari Lengkuas Merah (Alpinia galanga L.). Bogor: Puslitbang Biologi, LIPI.
Juruf R. 1980. Analisis Kandungan Kurkumin pada Rimpang Beberapa Jenis Curcuma dari Jawa. Jakarta: Universitas Nasional.
Legowo AM. 2007. Academic Curriculum Development Buku Ajar Analisis Pangan. Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang.
Purseglove JW, EG Brown, CL Green, dan SRJ Robins. 1981. Spices Tropical Agriculture Series. Vol. 2 Longman, London, and New York.
Risfahari. 1988. Pembuatan Pikel Jahe. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah, Bogor.
Sandjaja. 2009. Kamus Gizi: Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta: Kompas.
Sinaga, E. 2000. Alpinia galangal Willd. www.warintek.apiji.or.id/artikel/ttg_tanaman_ obat/unas [1 Maret 2013].
Soenanto, Hardi, Kuncoro S. 2009. Obat Tradisional. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Sudarmadji S, B Haryono, Suhardi. 1997. Prosedur untuk Uji Analisis Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.
Sumangat D, Anggraeni, MP Laksmanahardja. 1994. Tanaman Rempah-Rempah. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Edisi Khusus LITTRO. Vol. X No. 2 : 94.
Susyanto H. 2009. Solvent. www.oocities.org/heri_susyanto/Solvent.htm. [27 Februari 2013].
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel berat sampel yang dianalisis.Kelompok Bahan Berat (gram)
I Jahe 1 5,02II Jahe 2 5,000II Kunyit 1 5,3105IV Kunyit 2 5,05V Laos 1 5,0058VI Laos 2 5,0135
Lampiran 2 Tabel kadar air seluruh sampel.Sampel % Kadar AirJahe 1 81,67Jahe 2 81,99
Kunyit 1 88,50Kunyit 2 79,21Laos 1 97,89Laos 2 85,77
Lampiran 3 perbandingan kadar air sampelSampel % Kadar air yang didapat % Kadar SNI % Kadar DKBMJahe 1 81,67
Maksimum 12,0 86,2Jahe 2 81,99
Kunyit 1 88,50Maksimum 12,0 84,9
Kunyit 2 79,21Laos 1 97,89
Maksimum 12,0Laos 2 85,77
Sumber: Standar Nasional Indonesia (1995)
Contoh Perhitungan:
% Kadar air Jahe 2 = fx 100%
= 1 4,08 100% = 81,67%
5,000
Gambar 3 Pemanasan sampel 2 (kanan)dan sampel 6 (Kiri)