ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA...

25
ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 06/ARBT/BPSK-TPI/XI/2016 ANTARA YESI HASYIM MELAWAN PT KARYA CITRA LESTARI NASKAH PUBLIKASI Oleh DELLA MONIKA ( 130574201017 ) PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALIHAJI TANJUNGPINANG 2017

Transcript of ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA...

Page 1: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA

KONSUMEN KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 06/ARBT/BPSK-TPI/XI/2016

ANTARA YESI HASYIM MELAWAN PT KARYA CITRA LESTARI

NASKAH PUBLIKASI

Oleh

DELLA MONIKA

( 130574201017 )

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALIHAJI

TANJUNGPINANG

2017

Page 2: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Yang bertandatangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi Mahasiswa yang

disebutkan dibawah ini:

Nama : Della Monika

NIM : 130574201017

Jurusan/Prodi : Ilmu Hukum

Alamat : Jalan Sultan Sulaiman No.16

Nomor Telp : 081266702224

Email : [email protected]

Judul Naskah : ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN KOTA

TANJUNGPINANG NOMOR 06/ARBT/BPSK-

TPI/XI/2016 ANTARA YESI HASYIM MELAWAN

PT KARYA CITRA LESTARI

Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan

untuk dapat diterbitkan.

Tanjungpinang, 18 Agustus 2017

Yang menyatakan,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Muhammad Fajar Hidayat, S.H., M.H. Marnia Rani, S.H., M.H.NIDN.1007068702 NIP.198103082014042001

Page 3: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETAKONSUMEN KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 06/ARBT/BPSK-

TPI/XI/2016 ANTARA YESI HASYIM MELAWAN PT KARYA CITRALESTARI

DELLA MONIKA

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Ilmu Sosial dan PolitikUniversitas Maritim Raja Ali Haji

Sejarah perkembangan pola pemenuhan kebutuhan manusia yang salingindependen, terdapat dua posisi yang saling berhadapan antara produsen dankonsumen. Perlindungan terhadap konsumen dipandang secara material maupunformal makin terasa sangat penting, sebagai motor penggerak bagi produktivitas danefisiensi produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapaisasaran usaha. Permasalahan yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah Bagaimanaanalisis yuridis putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) KotaTanjungpinang Nomor 06/ARBT/BPSK-TPI/XI/2016 dan apa upaya hukum yangdapat dilakukan oleh pelaku usaha yang tidak menerima putusan Badan PenyelesaianSengketa Konsumen (BPSK) Kota Tanjungpinang Nomor 06/ARBT/BPSK-TPI/XI/2016 tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakanHukum Normatif (normative law research). Penelitian hukum normatif menggunakanstudi kasus hukum normatif berupa produk perilaku hukum. Penelitian ini mengacupada ketentuan hukum atau perundang-undangan yang berlaku yaitu mengacu padaUndang-Undang Perlindungan Konsumen dan Putusan Badan Penyelesaian SengketaKonsumen. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan yaitu perjanjianyang dilakukan batal demi hukum karena tidak memenuhi syarat objektif dari suatuperjanjian sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 18 ayat 1 Undang-UndangNomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Perjanjian yang dibuatberpotensi merugikan konsumen. Apabila terdapat pihak yang berkeberatan terhadapputusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen tersebut maka pihak tersebut dapatmengajukan keberatan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah menerimapemberitahuan putusan tersebut. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen khususnya pasal 56 ayat 2.

Kata kunci : BPSK, Perlindungan Konsumen, UUPK

Page 4: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

ABSTRACT

The history of the development of human needs that are mutually independent, thereare two positions facing each other between producers and consumers. Consumer protectionis seen as materially and formally more important, as a driving force for productivity andproducer efficiency of the goods or services it produces in order to achieve business goals.The problem to be seen in this research is how juridical analysis of Badan PenyelesaianSengketa Konsumen Kota Tanjungpinang No. 06 / ARBT / BPSK-TPI / XI / 2016 and whatlegal efforts can be made by business actors who do not accept decision of BadanPenyelesaian Sengketa Konsumen Kota Tanjungpinang Number 06 / ARBT / BPSK-TPI / XI/ 2016. This research is using Normative Law (normative law research). Normative legalresearch uses normative legal case studies of legal behavioral products. This study refers tothe applicable law or legislation that refers to the Consumer Protection Act and Decision ofBadan Penyelesaian Sengketa Konsumen. The results obtained from the research that hasbeen done is the agreement that is done is cancelled by law and void because it does not meetthe objective requirements of an agreement as referred to in Article 18 paragraph 1 of LawNo. 8 of 1999 on Consumer Protection. Agreements made are potentially harmful toconsumers. If there are any parties who object to the decision of the Badan PenyelesaianSengketa Konsumen then such party may file an objection within 14 (fourteen) days afterreceiving the notification of the decision. This is in accordance with Law No. 8 of 1999 onConsumer Protection, particularly article 56 paragraph 2.

Keywords: BPSK, Consumer Protection, UUPK

Page 5: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

A. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sejarah perkembangan pola

pemenuhan kebutuhan manusia yang

saling independen, terdapat dua

posisi yang saling berhadapan antara

produsen dan konsumen. Pihak

pembuat atau penghasil suatu barang

disebut dengan produsen. Dalam hal

ini permasalahan yang akan dikaji

adalah perlindungan hukum terhadap

konsumen dalam jual beli rumah.

Dewasa ini banyak para pengembang

yang menginvestasikan modalnya

untuk melaksanakan pembangunan

rumah dalam bentuk real estate,

perumnas maupun perumahan

sederhana lainnya dengan tujuan

untuk dijual kepada para konsumen

yang menginginkannya. Cara

pembayaran pembelian rumah

tersebut dapat dilakukan dengan

tunai maupun kredit.

BPSK dalam hal ini berfungsi

ganda, disatu sisi Undang-Undang

Perlindungan Konsumen (UUPK)

memberikan kewenangan yudikatif

untuk menyelesaikan sengketa

konsumen dan disisi lain diberikan

kewenangan eksekutif kepada BPSK

untuk mengawasi pencantuman

klausula baku yang dibuat sepihak

oleh pelaku usaha. Proses

penyelesaian sengketa konsumen

secara perdata melalui BPSK

dilakukan dengan konsiliasi atau

mediasi atau arbitrase, yang bersifat

nonlitigasi. Sedangkan proses

penyelesaian sengketa perdata

melalui badan peradilan umum,

bersifat litigasi.1 Salah satu contoh

bentuk penyelesaian sengketa di luar

pengadilan dapat dilihat dari peran

BPSK melalui jalur arbitrase.

Arbitrase adalah cara penyelesaian

1 Kemeterian Perdagangan RepublikIndonesia, Himpunan PeraturanPerlindungan Konsumen Seri Kelembagaan, Jakarta, hal V.

Page 6: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

suatu sengketa perdata di luar

peradilan umum yang didasarkan

pada perjanjian arbitrase yang dibuat

secara tertulis oleh para pihak yang

bersengketa.2

Sebagai contoh peran BPSK

dalam penyelesaian sengketa, dapat

dilihat dari salah satu kasus yang

terjadi dalam perjanjian antara

produsen dan konsumen pada jual

beli rumah yang terjadi di kota

Tanjungpinang. Umumnya produsen

membuat perjanjian yang hanya

menguntungkan satu pihak yaitu

pihak produsen sedangkan dilain

pihak yaitu konsumen merasa

dirugikan. Maka disini pihak

konsumen memberatkan atas hal

tersebut sebagimana dalam putusan

Nomor 06/ARBT/BPSK-

TPI/XI/2016 dapat dilihat bahwa

konsumen sangat dirugikan.

2 Pasal 1 Angka 1 Undang-UndangNomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrasedan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Hal ini mengakibatkan pada

pihak konsumen (Yesi Hasyim)

dengan produsen (PT Karya Citra

Lestari) pada perjanjian yang dibuat

tidak mempertimbangkan klausula

baku sesuai dengan pasal 18 ayat

(1a) Undang-Undang No. 8 tahun

1999 tentang perlindungan

konsumen. Dalam perjanjian tersebut

pihak konsumen ditawarkan untuk

menyetujui semua pasal yang ada di

dalam perjanjian yang dibuat

bersama produsen apabila pihak

konsumen ingin membeli rumah

bersubsidi di lokasi perumahan bukit

anugrah lestari blok b no 4

Tanjungpinang. Pihak konsumen

tidak memiliki kesempatan untuk

merubah pasal yang ada di dalam

perjanjian tersebut, maka hal tersebut

membuat konsumen setuju untuk

mengajukan permohonan pembelian

rumah bersubsidi tersebut dengan

keinginan ingin memiliki rumah.

Page 7: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

Namun seiring berjalannya

waktu, pihak konsumen ingin

membatalkan perjanjian pada

pembelian rumah dan ingin meminta

kembali setoran uang yang telah

dibayarkan kepada produsen, tetapi

pihak produsen menegaskan kembali

untuk mengacu pada perjanjian yang

telah di tandatangani oleh pihak

pelaku usaha (PT Karya Cahaya

Lestari) dan Konsumen (Yesi

Hasyim). Pihak konsumen merasa

tidak memiliki keadilan serta

dirugikan atas hasil perjanjian yang

dibuat sepihak tersebut. Atas dasar

hal ini konsumen mengajukan

gugatan di luar pengadilan kepada

BPSK untuk menyelesaikan

perselisihan antara konsumen dan

produsen.

Dari uraian latar belakang masalah

tersebut di atas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan

judul “Analisis Yuridis Putusan

Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen Kota Tanjungpinang

Nomor 06/ARBT/BPSK-

TPI/XI/2016 Antara Yesi Hasyim

Melawan PT. Karya Citra Lestari”.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah analisis yuridis

putusan Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK)

Kota Tanjungpinang Nomor

06/ARBT/BPSK-

TPI/XI/2016 ?

2. Apa upaya hukum yang dapat

dilakukan oleh pelaku usaha

yang tidak menerima putusan

Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK) Kota

Tanjungpinang Nomor

06/ARBT/BPSK-

TPI/XI/2016 tersebut ?

C. Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan

masalah yang telah diuraikan di atas,

maka tujuan penelitian ini sebagai

berikut:

Page 8: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

1. Untuk mengetahui analisis

yuridis putusan Badan

Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK) Kota

Tanjungpinang Nomor

06/ARBT/BPSK-

TPI/XI/2016.

2. Untuk mengetahui upaya

hukum yang dapat dilakukan

oleh pelaku usaha yang tidak

menerima putusan Badan

Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK) Kota

Tanjungpinang Nomor

06/ARBT/BPSK-

TPI/XI/2016 tersebut.

D. Manfaat PenelitianPenelitian yang dilakukan

diharapkan dapat memberikan

manfaat kepada berbagai pihak yang

berkepentingan. Adapun manfaat

yang diharapkan adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat secara teoretis

Diharapkan hasil penelitian

ini dapat bermanfaat dalam

bentuk sumbangan pemikiran

untuk pengembangan ilmu

hukum, yang saya

kembangkan melalui skripsi

terutama dalam bidang

hukum perdata bisnis

khususnya pada perlindungan

hukum terhadap konsumen

melalui arbitrase sebagai

salah satu penyelesaian

hukum perdata bidang bisnis.

2. Manfaat secara praktis

Pembahasan dalam penelitian

ini diharapkan dapat memberi

masukan yang akurat

terhadap permasalahan yang

diteliti dan disamping itu

hasil penelitian ini dapat

berguna pihak-pihak yang

membutuhkan seperi pihak

akademisi sebagai bahan ajar,

pihak advokat dalam

Page 9: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

pengembangan ilmu juga

pihak BPSK untuk

pembangan ilmu-ilmu

berkaitan dengan

perlindungan hukum terhadap

konsumen bidang bisnis.

E. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan

pendukung dalam

membangun atau berupa

penjelasan permasalahan

yang dianalisis. Kerangka

teori memuat uraian

sistematis tentang teori dasar

yang relevan terhadap fakta

hukum dan hasil penelitian

sebelumnya yang berasal dari

pustaka mutakhir yang

memuat teori, proposisi,

konsep atau pendekatan

terbaru yang berhubungan

dengan penelitian yang

dilakukan.3 Undang-undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen,

bahwa perlindungan

konsumen yaitu “segala

upaya perlindungan terhadap

konsumen”.4 Perlindungan

konsumen berdasarkan

manfaat, keadilan,

keseimbangan, keamanan,

dan keselamatan konsumen,

serta kepastian hukum.

UUPK membuka

kemungkinan pemberlakuan

hukum konsumen pada pasal

64 Ketentuan Peralihan UU

Nomor 8 Tahun 1999:

“segala ketentuan peraturan

perundang-undangan yang

bertujuan melindungi

konsumen yang tealah ada

3 Johnny Ibrahim, 2006, Teori &Metodologi Penelitian Hukum Normatif,Bayumedia, Malang, hlm.293.

4 Pasal 1 angka 1 Undang-UndangNomor 8 Tahun 1999 Tentang PerlindunganKonsumen.

Page 10: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

pada saat undang-undang ini

diundangkan, dinyatakan

tetap berlaku sepanjag tidak

diatur secara khusus dan/atau

tidak bertentangan dengan

ketetuan undang-undang

ini”.5 Dalam upaya

perlindugan terhadap

konsumen telah dibentuk

suatu badan yang bertugas

untuk menyelesaikan

sengketa konsumen yaitu

BPSK

2. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah

penggambaran antara konsep-konsep

khusus yang merupakan kumpulan

dalam arti yang berkaitan, dengan

istilah yang akan diteliti dan/atau

diuraikan dalam karya ilmiah.6

Adapun yang menjadi kerangka

5 Pasal 64 Ketentuan Peralihan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 TentangPerlindungan Konsumen.

6 Soerjono Soekanto, 1986, PengantarPenelitian Hukum, UI Press, Jakarta,hlm.132.

konsep dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Perlindungan Hukum adalah

tindakan atau upaya untuk

melindungi masyarakat dari

perbuatan sewenang-wenang

oleh penguasa yang tidak

sesuai dengan aturan hukum

untuk mewujudkan ketertiban

dan ketentraman sehingga

memungkinkan manusia

untuk menikmati martabatnya

sebagai manusia.7

2. Perlindungan Konsumen

adalah segala upaya yang

menjamin adanya kepastian

hukum untuk memberi

perlindungan kepada

konsumen.8

3. Perjanjian adalah persetujuan

secara tertulis atau lisan yang

dibuat dua pihak atau lebih

7 Op.Cit hlm.3.8 Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang PerlindunganKonsumen.

Page 11: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

dimana masing-masing

berjanji akan mentaati

persetujuan yang dibuat;

Persetujuan atau kesepakatan

resmi antara dua orang atau

pihak atau negara atau lebih

dalam bidang-bidang

tertentu.9.

4. Jual Beli adalah suatu

perjanjian, dengan mana

pihak yang satu mengikatkan

dirinya untuk menyerahkan

suatu kebendaan dan pihak

yang lain untuk membayar

harga yang telah dijanjikan.10

5. Putusan adalah pernyataan

hakim sebagai pejabat negara

yang melaksanakan tugas

kekuasaan kehakiman yang

diberi wewenang untuk itu

yang diucapkan di

persidangan dan bertujuan

9 Charlie Rudyat, Kamus Hukum, PustakaMahardika, hlm.351.

10 Pasal 1457 KUHPerdata.

untuk menyelesaikan suatu

perkara.11

F. Tinjauan Tentang Analisis

Yuridis dan Putusan

Analisis merupakan usaha

untuk menggambarkan pola-pola

secara konsisten dalam data sehingga

hasil analisis dapat dipelajari dan

diterjemahkan dan memiliki arti.12

Yuridis merupakan suatu kaidah

yang dianggap hukum atau dimata

hukum dibenarkan keberlakuannya,

baik yang berupa peraturan-

peraturan, kebiasaan, etika bahkan

moral yang menjadi dasar

penilaiannya.

Putusan adalah pernyataan

hakim sebagai pejabat negara yang

melaksanakan tugas kekuasaan

kehakiman yang diberi wewenang

untuk itu yang diucapkan di

11 Soeparmono, 2005, Hukum AcaraPerdata dan Yurisprudensi, Mandar Maju,Bandung, hlm.146.

12 Surayin., 2001, Kamus Umum BahasaIndonesia, Analisis, Yrama Widya,Bandung, hlm. 10.

Page 12: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

persidangan dan bertujuan untuk

menyelesaikan suatu perkara.13

G. Tinjauan Tentang Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen

BPSK adalah lembaga non

strutural yang berkedudukan

diseluruh Kabupaten dan Kota yang

mempunyai fungsi “menyelesaikan

sengketa konsumen diluar

pengadilan”. Keanggotaan BPSK

terdiri dari unsur Pemerintah,

konsumen dan unsur pelaku usaha.

BPSK diharapkan dapat

mempermudah, mempercepat dan

memberikan suatu jaminan kepastian

hukum bagi konsumen untuk

menuntut hak-hak perdatanya kepada

pelaku usaha yang tidak benar

H. Tinjauan Tentang Perjanjian

1. Pengertian Perjanjian

Dalam Pasal 1313 Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata

(KUHPerdata) disebutkan bahwa

13 Soeparmono, 2005, Hukum AcaraPerdata dan Yurisprudensi, Mandar Maju,Bandung, hlm.146.

perjanjian atau persetujuan adalah

suatu perbuatan dengan mana satu

orang atau lebih mengikatkan dirinya

terhadap satu orang lain atau lebih.

Kata persetujuan tersebut merupakan

terjemahan dari perkataan

overeekomst dalam bahasa Belanda.

Kata overeekomst tersebut lazim

diterjemahkan juga dengan kata

perjanjian.

Jadi, persetujuan dalam Pasal 1313

KUHPerdata tersebut sama artinya

dengan perjanjian. Menurut Subekti,

suatu perjanjian merupakan suatu

peristiwa dimana seseorang berjanji

kepada orang lain, atau dimana dua

orang saling berjanji untuk

melaksanakan sesuatu hal.14

2. Syarat Sahnya Perjanjian

Syarat sahnya suatu

perjanjian diatur dalam Pasal 1320

14 Subekti, 2001, Pokok-Pokok HukumPerdata, PT. Intermasa, Jakarta, hlm. 26.

Page 13: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

KUHPerdata yang mengemukakan

empat syarat,yaitu:15

1. Adanya kesepakatan kedua belahpihak;2. Kecakapan untuk melakukanperbuatan hukum;3. Adanya suatu hal tertentu;4. Adanya sebab yang halal

3. Asas-Asas Perjanjian

Menurut pasal 1338 ayat (1)

KUHPerdata disebutkan semua

perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai undang-undang bagi

mereka yang membuatnya. Namun

apabila dicermati pasal ini

mengandung empat hal pokok (asas)

yang terkandung di dalamnya, yaitu;

1Azas Kebebasan Berkontrak

2. Azas Konsensualisme

3. Azas Mengikatnya Kontrak

(Pacta Sunt Servanda)

4. Asas Itikad Baik

I. Tinjauan Tentang Perlindungan

Konsumen

1. Pengertian Konsumen

15 Pasal 1320 Kitab Undang-UndangHukum Perdata (KUHPerdata).

Konsumen adalah setiap

orang pemakai barang dan/atau jasa

yang tersedia dalam masyarakat, baik

bagi kepentingan diri sendiri,

keluarga, orang lain, maupun

makhluk hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan. Konsumen dapat

dikelompokkan yakni konsumen

antara dan konsumen akhir.

2. Pengertian Perlindungan

Konsumen

Az. Nasution berpendapat

bahwa hukum perlindungan

konsumen adalah bagian dari hukum

konsumen yang memuat asas-asas

atau kaidah-kaidah yang bersifat

mengatur dan mengandung sifat yang

melindungi kepentingan konsumen,

sedangkan hukum konsumen adalah

hukum yang mengatur hubungan dan

masalah antara berbagai pihak satu

sama lain berkaitan dengan barang

Page 14: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

atau jasa konsumen di dalam

pergaulan hidup.16

3. Asas Perlindungan Konsumen

Beberapa asas perlindungan

konsumen dapat kita lihat dalam

Pasal 2 UUPK sebagai berikut:

a. Asas Manfaat

b. Asas Keadilan

c. Asas Keseimbangan

d. Asas Keamanan dan

Keselamatan Konsumen

e. Asas Kepastian Hukum

J. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian hukum normatif

(normative law research)

menggunakan studi kasus hukum

normatif berupa produk perilaku

hukum, misalnya mengkaji

rancangan undang-undang. Pokok

kajiannya adalah hukum yang

dikonsepkan sebagai norma atau

kaidah yang berlaku dalam

masyarkat dan menjadi acuan

16 Ibid, hlm. 11.

perilaku setiap orang. Sehingga

penelitian hukum normatif berfokus

pada inventaris hukum positif, asas-

asas dan doktrin hukum, penemuan

hukum dalam perkara in concreto,

sistematik hukum, taraf sinkronisasi

hukum, perbandingan hukum, dan

sejarah hukum.17 Selain penelitian

hukum normatif, maka diperlukan

juga sifat penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian

yang mengacu pada norma hukum

yang terdapat dalam peraturan

perundang-undangan dan putusan

pengadilan serta norma-norma yang

hidup dan berkembang dalam

masyarakat.18

K. Data dan Sumber Data

Pada penelitian normatif,

bahan pustaka merupakan data dasar

yang dalam (ilmu) penelitian

17 Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukumdan Penelitian Hukum, PT Citra AdityaBakti, Bandung, hlm.52.

18 Zainudin Ali, 2009, Metode PenelitianHukum, Sinar Grafka, Jakarta, hlm.105

Page 15: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

digolongkan sebagai data sekunder.

Maka penulis memutusan

menggunakan jenis data sekunder

yang berkaitan dengan informasi

tertulis yang diperoleh dari sumber-

sumber bahan hukum (law material).

Di dalam suatu penelitian hukum,

data sekunder mencakup:

1. Bahan hukum primer, yaitu

bahan-bahan hukum yang

mengikat dan terdiri dari:

a. Norma (dasar) atau

kaidah dasar, yaitu

Pembukaan Undang-

Undang Dasar 1945

b. Peraturan Dasar:

i. Batang Tubuh

Undang-Undang

Dasar 1945

ii. Ketetapan-ketetapan

Majelis

Permusyawaratan

Rakyat

c. Peraturan Perundang-

undangan

i. Undang-undang dan

peraturan yang

setaraf

ii. Peraturan

Pemerintah dan

peraturan yang

setaraf

iii. Keputusan Presiden

dan Peraturan yang

setaraf

iv. Keputusan Menteri

dan Peraturan yang

setaraf

v. Peraturan-peraturan

Daerah

d. Bahan hukum yang tidak

dikodifikasikan, seperti

hukum adat

e. Yurisprudensi

f. Traktat

Bahan hukum dari zaman

penjajahan yang hingga kini masih

Page 16: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

berlaku, seperti Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana (yang

merupakan terjemahan yang secara

yuridis formal bersifat tidak resmi

dari Wetboek van Strafrecht).19

L. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data

dalam penelitian ini, penulis

menggunakan metode pengumpulan

data sebagai berikut:

1. Penelitian kepustakaan

(library research), melalui

penelitian ini diperoleh data

sekunder dengan cara

membaca literatur maupun

buku-buku dan mempelajari

dokumen-dokumen serta

peraturan perundang-

undangan yang berhubungan

dengan objek penelitian.

2. Wawancara (interview), yaiu

pengumpulan data secara

langsung melalui tanya jawab

19 Ibid, hlm.13.

berdasarkan daftar pertanyaan

yang telah disiapkan

(wawancara berstruktur) dan

melakukan wawancara tidak

berstruktur untuk

memperoleh data yang

diperlukan. Wawancara

dilakukan kepada Anggota

Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK) Kota

Tanjungpinang

M. Metode Penulisan

Dalam penyusunan penelitian

ini penulis menggunakan metode

penulisan sesuai dengan sistematika

penulisan yang ada pada Buku

Pedoman Penulisan Skripsi, Program

Studi Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Maritim Raja Ali Haji

Tanjungpinang tahun 2016.

Page 17: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

N. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data dan

informasi dalam proses penelitian

skripsi ini, penulis memilih lokasi

penelitian di Kota Tanjungpinang,

yaitu pada kantor Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK) di Jalan Pramuka Nomor 5

(Kantor Dinas Perdagangan dan

Perindustrian), penulis memilih

lembaga tersebut sebagai tempat

penelitian karena sesuai dengan

masalah yang di angkat penulis

mengenai perlindungan konsumen

yang erat kaitannya dengan judul

skrispsi ini.

O. Analisis Data

“Didalam penelitian hukum normatif,

maka analisis data pada hakekatnya

berarti kegiatan untuk mengadakan

sistematisasi terhadap bahan-bahan

hukum tertulis. Sistematisasi berarti,

membuat klasifikasi terhadap bahan-

bahan hukum tertulis untuk

memudahkan pekerjaan analisis dan

kontruksi”.20

P. Analisis Putusan Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen

Kota Tanjungpinang Nomor

06/ARBT/BPSK-TPI/XI/016

Perkara bermula pada tanggal

09 bulan April tahun 2016, Yesi

Hasyim sebagai penggugat

mendatangi PT. Karya Cahaya

Lestari untuk mengajukan

permohonan pembelian rumah

bersubsidi yang berlokasi di Perum

Bukit Anugrah Lestari Blok B No. 4

Tanjungpinang. Sebelum tanggal 09

April 2016. Yesi Hasyim meminta

kepada PT. Karya Cahaya Lestari

untuk memberikan lokasi rumah

yang memiliki kelebihan tanah dan

pihak PT. Karya Cahaya Lestari

menunjukkan lokasi di Perum Bukit

Anugrah Lestari, Blok B No. 4

Tanjungpinang. Lokasi tersebut

20 Soerjono Soekanto, Loc.cit, hlm. 251.

Page 18: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

memiliki kelebihan tanah sebesar 3,5

M x 1,5 M serta telah diplaster,

namun Yesi Hasyim dikenakan biaya

plaster sebesar Rp. 8.000.000

(delapan juta rupiah).

Yesi Hasyim telah membayar

sebesar Rp. 25.000.000 (dua puluh

lima juta rupiah). Pada gugatan Yesi

Hasyim kepada PT. Karya Cahaya

Lestari, Yesi Hasyim sebagai pihak

penggugat mengajukan tuntutan

kepada PT. Karya Cahaya Lestari

sebagai tergugat terhadap perjanjian

jual beli rumah yang berlokasi di

Perum Bukit Anugrah Lestari Blok B

No. 4 Tanjungpinang. Yesi Hasyim

mengajukan tuntutan pengembalian

setoran uang muka yang telah

dibayarkan kepada PT. Karya

Cahaya Lestari sebesar Rp.

23.000.000 (dua puluh tiga juta

rupiah).

Kemudian pada jawaban PT.

Karya Cahaya Lestari Sebagai

Tergugat PT. Karya Cahaya Lestari

sebagai tergugat menyatakan bahwa

pengaduan Yesi Hasyim sebagai

penggugat berdasarkan Nomor

Perkara 06/ARBT/BPSK-

TPI/XI/2016. Pada putusan Majelis

Arbitrase Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) Kota

Tanjungpinang, dalam putusannya

Nomor : 06/ARBT/BPSK-

TPI/XI/2016 tanggal 07 November

2016 memutuskan bahwa:

1. Mengabulkan gugatan

penggugat sebahagian untuk

mengembalikan uang Rp.

23.000.000 (dua puluh tiga

juta rupiah) dengan perincian

uang muka Rp 19.000.000

(Sembilan belas juta rupiah)

dan pembayaran uang

kelebihan tanah sebesar Rp.

4.000.000 (empat juta

rupiah).

Page 19: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

2. Memerintahkan tergugat

untuk mengembalikan uang

Rp. 23.000.000 (dua puluh

tiga juta rupiah) dengan

perincian uang muka Rp.

19.000.000 (Sembilan belas

juta rupiah) dan pembayaran

uang kelebihan tanah Rp.

4.000.000 (empat juta rupiah)

semenjak putusan dibacakan.

Pada Perjanjian pengikatan

jual beli yang dilakukan antara Yesi

Hasyim dengan PT. Karya Cahaya

Lestari tidak memenuhi syarat sah

perjanjian menurut pasal 1320

KUHPerdata. Menurut Pasal 1320

KUHPerdata suatu perjanjian harus

memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Sepakat mereka yangmengikatkan dirinya;

2. Kecakapan untuk membuatsuatu perikatan;

3. Suatu hal tertentu;4. Suatu sebab yang halal.

Kesepakatan dan kecakapan

merupakan syarat subjektif dalam

suatu kontrak. Suatu pokok persoalan

tertentu dan suatu sebab yang tidak

dilarang merupakan objektif. Tidak

dipenuhinya syarat subjektif,

perjanjian dapat dibatalkan. Para

pihak dapat meminta kepada hakim

untuk membatalkan perjanjian. Tidak

dipenuhinya syarat objektif,

perjanjian batal demi hukum,

dianggap tidak pernah dilahirkan

kontrak.21

Maka dari hasil penelitian penulis,

tidak memenuhi pada poin 4 Suatu

sebab yang tidak dilarang. Syarat

terakhir mengenai syarat sahnya

perjanjian adalah suatu sebab yang

tidak dilarang. Syarat ini khusus

membahas tentang isi perjanjian.

Menurut Pasal 1337 KUHPerdata,

suatu sebab yang tidak dilarang

adalah apabila sebab tersebut tidak

dilarang oleh undang-undang atau

apabila sebab itu tidak bertentangan

21Marnia Rani, 2015, Pengatar HukumBisnis, CV Milaz Grafika, Tanjungpinang,hlm.23

Page 20: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

dengan kesusilaan atau ketertiban

umum.

Adapun perkara yang

dilanggar sebagaimana yang

bertentangan dengan Undang-

Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen adalah Bab

II Azas dan Tujuan pada Pasal 2 dan

Bab V Ketentuan Pencantuman

Klausula Baku pasal 18 yaitu:

1. Pasal 2 (Azas dan Tujuan)

Perlindungan konsumen

berasaskan manfaat, keadilan,

keseimbangan, keamanan dan

keselamatan konsumen serta

kepastian hukum. Pasal 2 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen

yakni dalam perjanjian yang dibuat

oleh PT. Karya Cahaya Lestari

berbunyi Uang tanda jadi (Booking

Fee) mengikat selama 2 (dua)

minggu dan jika batal maka booking

fee dianggap hangus dan uang muka

dipotong sebesar 40% (empat puluh

persen).

2. Pasal 18 ayat 1 Pelaku usaha

dalam menawarkan barang dan /

atau jasa yang ditujukan untuk

diperdagangkan dilarang

membuat atau mencantumkan

klausula baku pada setiap

dokumen dan / atau perjanjian

dapat dilihat pada pasal-pasalnya

beserta perjanjian yang dibuat

pelaku usaha yaitu:

a. Pada poin a yang berbunyi

“Menyatakan pengalihan

tanggung jawab pelaku usaha”,

yang mana yang seharusnya

seluruh dokumen persyaratan

dan proses sampai dinyatakan

penggugat mendapatkan kredit

perumahan oleh pihak bank

merupakan tanggung jawab dari

tergugat.

b. Pada poin c yang berbunyi “

Menyatakan bahwa pelaku usaha

Page 21: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

berhak menolak penyerahan

kembali uang yang dibayarkan

atas barang dan / atau jasa yang

dibeli oleh konsumen”,hal ini

sangat dilarang dapat dibuktikan

pada perjanjian “apabila

penggugat dalam waktu 3 (tiga)

bulan berturut-turut tidak

membayar dianggap batal dan

seluruh uang muka dipotong

sebesar 40% (empat puluh

persen)”.

c. Pada poin e yang berbunyi

“Mengatur perihal pembuktian

atas hilangnya kegunaan barang

atau pemanfaatan jasa yang

dibeli oleh konsumen”, hal ini

dilarang dibuktikan pada

perjanjian “Pihak kedua

menyatakan telah melihat contoh

rumah yang ditawarkan oleh

Pihak Pertama melalui brosur,

dan menerima kondisi fisik

bangunan rumah tersebut apa

adanya termasuk fasilitas yang

disediakan oleh Pihak

Pertama/Developer seperti lisrik,

air, jalan, sarana dan prasarana

lainnya yang belum ada”.

d. Pada point f yang berbunyi

“Memberi hak kepada pelaku

usaha untuk mengurangi

manfaat jasa atau mengurangi

harta kekayaan konsumen yang

menjadi obyek jual beli jasa”,

hal ini dilarang dibuktikan pada

perjanjian “Pihak kedua tidak

boleh merubah bentuk depan

rumah atau membangun sampai

melebihi batas depan rumah asli

dalam jangka waktu 5 (lima)

tahun sejak serah terima kunci”.

e. Pada point h yang berbunyi

“Menyatakan bahwa konsumen

memberi kuasa kepada pelaku

usaha untuk pembebanan hak

tanggungan, hak gadai, atau hak

jaminan terhadap barang yang

Page 22: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

dibeli oleh konsumen secara

angsuran”. Hal ini dilarang

dibuktikan pada perjanjian

“Pihak Kedua membatalkan atau

KPR nya ditolak oleh Pihak

Bank atas kesalahan Pihak

Kedua atau tidak KPR pada

tanggal yang dijadwalkan

tersebut di atas, maka dianggap

telah melakukan pembatalan

sebagai calon pembeli (batal

dengan sendirinya) dan seluruh

pembayaran yang telah

disetorkan oleh Pihak Kedua

baik secara angsuran maupun

dibayar lunas akan dikembalikan

setelah dipotong dari uang muka

sebesar 60% (enam puluh

persen) sebagai ganti kerugian

sedangkan bookingg fee/tanda

jadi hagus”. Dan pada perjanjian

juga memuat “Harga rumah

sewaktu-waktu dapat berubah

tanpa pemberitahuan kepada

Pihak Kedua jika pada tanggal

yang dijadwalkan KPR tersebut

diatas Pihak Kedua tidak juga

KPR atau menunda KPR, maka

harga rumah yang telah

disepakati tersebut menjadi naik

yang besarnya akan disesuaikan

dengan harga yang terbaru”.

Q. Upaya Hukum yang Dapat

Dilakukan Oleh Pelaku Usaha /

Konsumen yang Tidak Menerima

Putusan Nomor 06/ARBT/BPSK-

TPI/XI/2016

Menurut Pasal 54 Ayat (3)

Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan

Konsumen disebutkan bahwa

putusan Majelis Badan Penyelesaian

Sengketa Konsumen (BPSK) bersifat

final dan mengikat. Hal ini berarti

bahwa tidak ada upaya banding dan

kasasi. Namun menurt Pasal 56 ayat

(2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan

Page 23: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

Konsumen menyebutkan bahwa para

pihak dapat mengajukan keberatan

kepada pengadilan negeri paling

lambat 14 hari kerja setelah

pemberitahuan putusan Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK). Hal ini menunjukkan bahwa

putusan tersebut belum bersifat final

karena masih dibukanya kesempatan

untuk mengajukan keberatan ke

pengadilan negeri.

Menurut pasal 54 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan

Konsumen maka putusan bersifat

final Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK) adalah tidak ada

upaya hukum banding dan kasasi.

Apabila dihubungkan dengan

ketentuan pada pasal 56 ayat (2)

Undang-undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan

Konsumen maka dapat diketahui

bahwa istilan Final Putusan Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen

(BPSK) hanya dimaknai pada upaya

banding tetapi tidak termasuk upaya

mengajukan keberatan kepada

pengadilan negeri yang ternyata atas

putusan pengadilan negeri ini,

Undang- Undang Perlindungan

Konsumen masih membuka

kesempatan untuk mengajukan

kasasi kepada Mahkamah Agung.22

R. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang

telah penulis deskripsikan dalam

skripsi ini maka kesimpulan akhir

dalam penulisan ini adalah sebagai

berikut:

1. Pada Putusan Badan

Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK) Kota

Tanjungpinang Nomor

06/ARBT/BPSK-

TPI/XI/2016 sudah

22 Ahmad Miru dan Sutarman Yodo,2007, Hukum Perlindungan Konsumen PT.Raja Grafindo . Persada, Jakarta, Hlm. 264.

Page 24: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

melaksanakan sebagian

ketentuan dan pasal lain yang

tidak dipergunakan pada

Undang-Undang

Perlindungan Kosumen

terkait dengan pencantuman

klausula baku dan pada

putusan juga hanya ada

faktor-faktor lain yang

seharusnya tidak jadi dasar

dimasukkan. Kemudian

ditinjau pada landasan teori

komersial yang dipergunakan

pada hasil putusan dari Badan

Penyelesaian Sengketa

Konsumen (BPSK) tergolong

masih lemah dengan

kurangnya landasan teori

mengenai kajian ilmu hukum

yang dipergunakan pada

kasus tersebut.

2. Apabila pihak pelaku usaha

dalam kasus ini yaitu PT.

Karya Cahaya Lestari dan

konsumen Yesi Hasyim

berkeberatan terhadap

putusan Majelis Badan

Penyelesaian Sengketa

Konsumen Kota

Tanjungpinang maka PT.

Karya Cahaya Lestari dapat

mengajukan keberatan

melalui Pengadilan Negeri

paling lambat 14 (empat

belas) hari kerja setelah

menerima pemberitahuan

putusan tersebut. Putusan dari

Badan Penyelesaian

3. Sengketa Konsumen (BPSK)

bersifat final dan mengikat apabila

telah melewati 14 (empat belas)

hari kerja apabila pihak dari

PT.Karya Cahaya Lestari tidak

mengajukan keberatan atas hasil

putusan tersebut dan pihak pelaku

usaha maupun konsumen juga

berhak mematuhi atas putusan

tersebut. Hal ini sesuai dengan

Page 25: ANALISIS YURIDIS PUTUSAN BADAN PENYELESAIAN SENGKETA …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec... · 2017. 8. 23. · pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara

Pasal 56 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

S. SARAN

Berdasarkan uraian penelitian yang

dilakukan maka penulis dapat memberikan

saran sebagai berikut:

1. Pada komesioner yang ada pada

Badan Penyelesaian Sengketa

(BPSK) Konsumen Kota

Tanjungpinang walaupun tidak

memiliki background pada

Sarjana Hukum diharapkan

agar lebih belajar lagi dan

memiliki ilmu pengetahuan

yang lebih khususnya pada

Ilmu Hukum mengenai

Perlindungan Konsumen.

2. Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen Khususnya Badan

Penyelesaian Sengketa

Konsumen Kota

Tanjungpinang agar dapat

memberikan pengetahuan

terlebih dahulu terkait dengan

Undang-Undang dan aturan-

aturan lain terkait dengan

perlindungan konsumen kepada

pihak konsumen dan pelaku

usaha sebelum terjadinya

pelaporan yang dibuat,

sehingga pada konsumen

maupun pelaku usaha dapat

lebih cerdas bertindak dalam

pelaporan khususnya dalam

jual beli. Hal ini bertujuan

untuk melindungi pelaku usaha

maupun konsumen dalam

memenuhi hak-haknya.