PERAN PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN DALAM PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN...
Transcript of PERAN PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN DALAM PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN...
1
PERAN PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN DALAM PEMBANGUNAN SEKTOR
PERTANIAN PADA TAHUN 2015
( Studi Kecamatan Toapaya )
Naskah Publikasi
Oleh
Zikra Ugita
NIM. 120565201037
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNG PINANG
2017
2
ABSTRAK
Pandangan baru tentang paradigma pembangunan menitik beratkan pada strategi pembangunan
yang diantaranya melalui sektor pertanian. Kabupaten Bintan sendiri merupakan salah satu daerah
yang berupaya untuk meningkatkan pembangunan di sektor pertanian yang terletak diwilayah
Kecamatan Toapaya. Akan tetapi meski Kabupaten Bintan mempunyai potensi lahan pertanian yang
cukup menjanjikan yang berlokasi di Kecamatan Toapaya namun potensi lahan tersebut belum
dimanfaatkan secara optimal sehingga menimbulkan dampak kekurangan bahan pokok yang
mengharuskan pemerintah Kabupaten Bintan untuk menyuplai barang dari luar. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengkaji peran pemerintah daerah Kabupaten Bintan dalam pembangunan sektor
pertanian di Kecamatan Toapaya. Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah penelitian
kualitatif. Konsep teori yang digunakan merupakan teori dari Mudrajad Kuncoro yang menyebutkan
peran pemerintah dalam proses pembangunan dengan dimensi operasionalnya antara lain:
Wirausaha, Koordinator dan Fasilisator. Hasil penelitian bahwa: Peran pemerintah Kabupaten
Bintan sebagai wirausaha pemerintah mendukung para petani secara materil maupun non materil.
Lalu dimensi Koordinator yang ditinjau dari Koordinasi antara Pemerintah Kabupaten Bintan
dengan Petani, serta Peran Fasilisator sebagai indikator terakhir untuk melihat Peran pemerintah
daerah Kabupaten Bintan dalam memfasilitasi para petani, meliputi pengefisienan proses
pembangunan, perbaikan prosedur perencanaan dan penetapan peraturan untuk sektor pertanian di
kawasan Kecamatan Toapaya, Kabupaten Bintan.
Kata Kunci : Peran Pemerintah Daerah, Pembangunan Sektor Pertanian.
3
ABSTRACT
The new view of the development paradigm focuses on development strategies that include through
the agricultural sector. Bintan regency itself is one area that seeks to increase development in the
agricultural sector located in the District of Toapaya. However, although Bintan Regency has a
promising potential agricultural land located in Toapaya Sub-district but the potential of the land
has not been utilized optimally, causing the impact of lack of basic commodities that require the
government of Bintan Regency to supply goods from outside. The purpose of this study is to examine
the role of local government of Bintan Regency in the development of agricultural sector in Toapaya
Sub-district. The research method that researchers use is qualitative research. The concept of theory
used is the theory of Mudrajad Kuncoro which mentions the role of government in the development
process with its operational dimensions such as: Entrepreneur, Coordinator and Facilitator. Results
of research: The role of the government of Bintan Regency as a government entrepreneur supports
the farmers both materially and non-material. Then the coordinator dimension being reviewed from
the Coordination between the Government of Bintan Regency and the Farmers, and the Role of
Facilitators as the last indicator to see the role of local government of Bintan Regency in facilitating
the farmers, including the efficiency of the development process, improvement of planning
procedures and regulations for the agricultural sector in Toapaya Sub-district, Bintan Regency.
Keywords: Role of Local Government, Agricultural Sector Development.
4
I. pendahuluan
A. Latar Belakang
Pertanian dalam arti luas, yaitu suatu
bidang usaha yang mencangkup bidang
tanaman, bidang peternakan dan bidang
perikanan. Kelebihan dari defenisi tersebut
yaitu: pertanian disini tidak hanya membahas
arti pertanian yang sebenarnya, yaitu yang
berhubungan dengan tanaman saja, tetapi
juga membahas bahwa pertanian juga
mencangkup tentang hewan-hewan yang juga
dibudidayakan ( Luthfi fatah, 2007 : 29 ).
Pembangunan yang dilaksanakan setiap
negara berkembang mempunyai perbedaan
prinsip yang dilandasi falsafah, hakikat,
tujuan, strategi ataupun kebijaksanaan dan
program pembangunannya. Namun
demikian, pembangunan yang dilakukan
negara berkembang secara umum merupakan
suatu proses kegiatan yang terencana dalam
upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
perubahan sosial, dan perubahan kearah
modernisasi guna meningkatkan kualitas
hidup manusia dan kesejahteraan
masyarakat.
Pandangan baru tentang paradigma
pembangunan tersebut menitik beratkan pada
strategi pembangunan dari bawah ke atas
dengan didasarkan pada mobilisasi sumber
daya manusia, sumber daya alam dan
kelembagaan, dengan tujuan memenuhi
kebutuhan dasar penduduk wilayah itu.
Strategi ini harus didukung oleh sumberdaya
manusia yang memiliki prakarsa dan daya
kreasi tinggi untuk itu perlu campur tangan
pemerintah melalui berbagai macam
usaha/kegiatan. Menurut Ndraha ( 2003 :
436) pengelolaan usaha-usaha yang demikian
memerlukan tenaga-tenaga pemerintahan/
birokrasi berketerampilan tinggi dan siap
untuk menggerakkan mesin pembangunan
secara profesional.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 klasifikasi urusan pemerintahan
terdiri dari 3 urusan yakni urusan
pemerintahan absolut, urusan pemerintahan
konkuren, dan urusan pemerintahan umum.
Urusan pemerintahan absolut adalah urusan
pemerintahan yang sepenuhnya menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat. Urusan
pemerintahan konkuren adalah urusan
pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah
Pusat dan daerah Provinsi dan daerah
Kabupaten/Kota. Urusan pemerintahan
umum adalah urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala
pemerintahan. Untuk urusan konkuren atau
urusan pemerintahan yang dibagi antara
Pemerintah Pusat dan daerah Provinsi dan
daerah Kabupaten/Kota dibagi menjadi
urusan pemerintahan wajib dan urusan
pemerintahan pilihan. Urusan pemerintahan
wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh semua daerah.
Sedangkan urusan pemerintahan pilihan
adalah urusan pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh daerah sesuai dengan
potensi yang dimiliki daerah. ( Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014).
Kabupaten Bintan mempunyai potensi
lahan pertanian yang cukup menjanjikan
namun potensi lahan tersebut belum
dimanfaatkan secara optimal. Besarnya
potensi lahan pertanian yang belum
5
dimanfaatkan merupakan tantangan bagi
pemerintah daerah ke depan untuk
mengembangkan sektor pertanian menjadi
salah satu sektor andalan daerah. Kawasan
pertanian yang ada di Kabupaten Bintan
meliputi: Kawasan Tanaman Pangan Lahan
Kering, yaitu kawasan yang diperuntukkan
bagi tanaman pangan lahan kering untuk
holtikultura dan tanaman pangan; Kawasan
Perikanan Darat, yaitu kawasan yang
diperuntukkan bagi perikanan, baik berupa
pertambakan/kolam maupun perairan darat
lainnya; serta Kawasan Perikanan Air Payau
dan Laut, yaitu kawasan yang diperuntukkan
untuk kegiatan perikanan air payau dan laut
baik dalam bentuk budidaya maupun
penangkapan ( RPJMD Kabupaten Bintan
Tahun 2010-2015 ). Jenis pemanfaatan lahan
untuk kegiatan pertanian di Kabupaten
Bintan didominasi kawasan pertanian berupa
pertanian lahan kering untuk tanaman
holtikultura dan tanaman pangan.
Sektor pertanian merupakan salah satu
sektor pendukung perekonomian di
Kecamatan Toapaya, karena memberikan
kontribusi terbesar terhadap PDRB
Kecamatan Toapaya. Pada subsektor tabama,
ubi kayu mendominasi dibandingkan
tanaman bahan makanan lainnya. Untuk
tahun 2015 produksi ubi kayu mencapai 395
ton dengan luas tanam sebesar 66.58 ha.
Subsektor holtikultura pada kelompok
sayuran, sawi dan pare merupakan komoditas
utama karena menghasilkan produksi yang
terbesar dibandingkan dengan komoditas
sayuran lainnya. Di tahun 2015 produksi sawi
mencapai 2.414,80 ton dan produksi pare
sebesar 900 ton. Pada kelompok buah-buahan
yang menghasilkan produksi terbesar di
tahun 2015 adalah pepaya sebesar 1.640 ton,
diikuti pisang sebesar 870 ton, dan nenas
sebanyak 850 ton (BPS Kabupaten Bintan
tahun 2016).
Potensi Kawasan Free Trade Zone
sebagai Pasar Komoditi Pertanian, Kawasan
Batam, Bintan dan Karimun (BBK) yang
merupakan kawasan perdagangan dan
pelabuhan bebas dapat menjadi potensi pasar
bagi berkembangnya sektor Pertanian.
Meningkatnya aktifitas di Kawasan Batam,
Bintan dan Karimun secara tidak langsung
akan menarik berbagai aktifitas, tenaga kerja,
dan penduduk, sehingga kebutuhan akan
produk pangan juga akan meningkat.
Semakin bertambahnya jumlah penduduk di
kota Batam, Tanjungpinang, dan Bintan oleh
pendatang dari Kabupaten lain dan
menyebabkan ketergantungan yang tinggi
terhadap kebutuhan tanaman pangan dan
holtikultura yang sangat terbatas dan dijual di
pasar dengan harga yang tinggi dalam kondisi
tertentu ( misalnya cuaca kurang bagus,
distribusi kurang lancar, gagal panen di Jawa
/ Sumatera ). Potensi besar pertanian dan
perkebunan di Kabupaten Bintan, dapat
menyuplai ( menyediakan ) kebutuhan
pangan masyarakat baik skala lokal dan
seluruh Kabupaten/kota di Provinsi
Kepulauan Riau khususnya ke kawasan Free
Trade Zone ( FTZ ) Batam, Bintan dan
Karimun ( http://bappeda.kepriprov.go.id ).
Peraturan Daerah Kabupaten Bintan
Nomor 2 Tahun 2012 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Bintan 2011-
6
2031. Pasal 30, Kawasan budidaya
sebagaimana dimaksud pasal 22 ayat (1)
huruf b terdiri atas :
a. Kawasan hutan produksi
b. Kawasan pertanian
c. Kawasan perkebunan
d. Kawasan peternakan
e. Kawasan perikanan
f. Kawasan pertambangan
g. Kawasan industri
h. Kawasan pariwisata
i. Kawasan pemungkinan
j. Kawasan peruntukan lainnya.
Pasal 32
(1) Kawasan pertanian sebagaimana
yang dimaksud dalam pasal 30 huruf
b, tersebar diseluruh wilayah
Kabupaten Bintan yang memiliki
potensi dan sesuai untuk
pengembangan tanaman pangan dan
hortikultura, dan terdiri dari:
a. Kawasan pertanian tanaman
pangan lahan kering
dikembangkan di seluruh
Kabupaten Bintan yang
memiliki kesesuaian lahan
untuk kegiatan pertanian
pangan lahan kering terutama di
KecamatanBintan Timur.
b. Kawasan pertanian tanaman
hortikultura dikembanggakan
di seluruh wilayah Kabupaten
Bintan yang memiliki
kesesuaian lahan untuk
kegiatan pertanian holtikulta.
(2) Kawasan pertanian dataran tinggi
(up land) dikembangkan melalui
pola agropolitan ditetapkan di
Kecamatan Toapaya.
(3) Kawasan pesisir dan/atau pertanian
dataran rendah (low land)
dikembangakan melalui agropolitan
ditetapkan pada Kecamatan Gunung
Kijang, Kecamatan Bintan Pesisir,
Kecamatan Tambelan, Kecamatan
Mantang dan Kecamatan Timur.
Kurangnya pengembangan sektor
pertanian di Kabupaten Bintan menimbulkan
dampak kekurangan bahan pokok sehingga
mengharuskan pemerintah menyuplai barang
dari luar. Maka pengembangan sektor
pertanian yang maksimal diharapkan ke
depannya bisa sampai memasok kebutuhan
masyarakat Kabupaten Bintan dan keseluruh
wilayah Kepulauan Riau. Hal ini mewakili
peran pemerintah dalam fungsi pengendalian
dan pemberdayaan. Pemerintah Kabupaten
Bintan sebagai pihak yang berwewenang dan
berperan dalam pengembangan sektor
pertanian di Kabupaten Bintan selayaknya
harus terus melakukan inovasi dan dorongan
dalam pengembangan sektor pertanian guna
memaksimalkan potensi lahan yang ada Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji
bagaimana peran pemerintah kabupaten
Bintan dalam pengembangan sektor
pertanian di Kepulauan Riau khususnya
Kabupaten Bintan, Kecamatan Toapaya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka ditarik
permasalahan yaitu bagaimana peran
pemerintah Kabupaten Bintan dalam
pembangunan sektor pertanian di Kecamatan
Toapaya tahun 2015.
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu :
a. Berdasarkan Perumusan masalah
diatas Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengkaji peran pemerintah
daerah Kabupaten Bintan dalam
pembangunan sektor pertanian di
Kecamatan Toapaya.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi minimnya
pengembangan sektor pertanian di
Kecamatan Toapaya.
2. Manfaat Penelitian
Setiap hasil penelitian pada
prisipnya harus berguna sebagai
penunjuk praktek pengambilan
keputusan dalam artian yang cukup
jelas. Manfaat tersebut baik bagi
perkembangan ilmu pengetahuan,
manfaat bagi obyek yang diteliti,
maupun manfaat bagi peneliti
sendiri,maka manfaat penilitian ini
adalah :
a. Bagi pemerintah daerah
Kabupaten Bintan, penelitian
ini diharapkan dapat menjadi
bahan acuan evaluasi dalam
pengoptimalisasian
pengembangan sektor
pertanian.
b. Bagi pihak akademisi,
penelitian yang mengkaji
tentang peran pemerintah
daerah dalam pengembangan
sektor pertanian masih kurang
populis. karena itu, diharapkan
penelitian ini dapat menjadi
referensi bagi peneliti yang
ingin mengkaji permasalahan
tentang pengembangan sektor
pertanian secara lebih
mendalam.
c. Bagi peneliti sendiri, penelitian
ini dapat berguna sebagai
sarana belajar untuk memahami
permasalahan yang menjadi
topik kajian.
II. Konsep Teoritis
Blakely dalam Mudrajad Kuncoro (2004
: 113-114) menyatakan bahwa peran
pemerintah dapat mencakup peran-peran
wirausaha (entrepreneur), koordinator,
fasilitator dan stimulator.
a. Wirausaha (entrepreneur), sebagai
wirausaha pemerintah daerah
bertanggung jawab untuk
menjalankan suatu usaha bisnis.
Pemerintah daerah dapat
memanfaatkan potensi tanah dan
bangunan untuk tujuan bisnis. Tanah
atau bangunan dapat dikendalikan
oleh pemerintah daerah untuk tujuan
konservasi atau alasan-alasan
lingkungan lainnya, dapat juga untuk
alasan perencanaan pembangunan
atau juga dapat digunakan untuk
tujuan-tujuan lain yang bersifat
ekonomi. Hal tersebut bisa membuka
peluang kerja bagi masyarakat dan
bisa mensejahterakan perekonomian
di sekitar.
b. Koordinator, pemerintah daerah
dapat bertindak sebagai koordinator
8
untuk menetapkan kebijakan atau
mengusulkan strategi-strategi bagi
pembangunan di daerahnya. Peranan
pengembangan pariwisata daerah
atau perencanaan pengembangan
ekonomi daerah yang telah
dipersiapkan di wilayah tertentu,
mencerminkan kemungkinan
pendekatan di mana sebuah
perencanaan disusun sebagai suatu
kesepakatan bersama antara
pemerintah, pengusaha, dan
kelompok masyarakat lainnya.
c. Fasilitator, pemerintah daerah dapat
mempercepat pembangunan melalui
perbaikan lingkungan perilaku di
daerahnya. Peran ini dapat meliputi
pengefisienan proses pembangunan,
perbaikan prosedur perencanaan dan
penetapan peraturan.
d. Stimulator, pemerintah daerah dapat
menstimulasi penciptaan dan
pengembangan usaha melalui
tindakan-tindakan khusus yang akan
mempengaruhi perusahaan-
perusahaan untuk masuk ke daerah
tersebut dan menjaga agar
perusahaan-perusahaan yang ada
tetap berada di daerah tersebut.
III. Metode Penelitian
Burhan Bungin (2001:15) mengatakan
bahwa: Metode atau aspek kemetodean
dalam rancangan penelitian kualitatif
sesungguhnya tidak dituntut untuk dirinci
sedemikian rupa. Untuk menganalisis latar
belakang masalah diatas, berikut aspek yang
penyusun Gunakan : Jenis penelitian, Lokasi
penelitian, Jenis Data, Populasi dan Sampel,
dan Teknik Pengumpulan Data.
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode penelitian
kualitatif. Metode deskriptif-analitik ini
digunakan untuk menggambarkan suatu
masalah, menjelaskan masalah tersebut,
dan menganalisis dengan perangkat
teori-teori serta konsep-konsep yang
relevan. Metode ini peneliti gunakan
untuk menganalisis data yang peneliti
dapat dan untuk menjawab pertanyaan
analisis dari topik yang peneliti angkat.
Dari topik yang peneliti angkat tentu
yang harus dijawab adalah peranan
pemerintah daerah Kabupaten Bintan
dalam pembangunan pertanian di daerah
maritim, maka dari itu metode deskriptif-
analisis diperlukan agar dapat
memberikan jawaban yang lebih jelas
dan terperinci. Disamping itu
pendekatan kualitatif lebih peka dan
lebih dapat menyesuaikan diri dengan
penajaman pengaruh bersama terhadap
pola-pola nilai yang dihadapi dan situasi
yang berubah-ubah selama penelitian
berlangsung.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di
Kecamatan Toapaya, Kabupaten Bintan.
3. Jenis Data
Data yang akan dikumpulkan terdiri
dari data primer dan data sekunder
meliputi data kuantitatif dan data
kualitatif.
a. Data primer
9
Dalam buku metodologi
penelitian kuantitatif, menurut
Burhan Bungin data primer adalah
data yang langsung diperoleh dari
sumber data pertama di lokasi
penelitian atau objek penelitian.
Data Primer diperoleh dari sumber
data primer, yaitu sumber pertama
di mana sebuah data dihasilkan.
Data Primer dikumpulkan dari para
responden dan informan. Data
primer yang dikumpulkan terdiri
dari gambaran dan keterangan
informan mengenai peran
pemerintah daerah Kabupaten
Bintan dalam pembangunan sektor
pertanian .
b. Data sekunder
Menurut Burhan Bungin, data
sekunder adalah data yang diperoleh
dari sumber kedua atau sumber
sekunder dari data yang kita
butuhkan.
4. Informan Penelitian
Informan adalah orang yang
memiliki informasi tentang objek yang
ingin diketahui dalam penelitian.Secara
teknis informan adalah orang yang dapat
memberikan penjelasan tentang suatu
kejadian secara terperinci untuk
memudahkan peneliti dalam melakukan
penelitian yang dilakukan. Ada beberapa
kriteria untuk mengetahui apakah
seseorang memiliki kapasitas untuk
dipilih sebagai informan, yaitu sebagai
berikut (dalam Sugiyono, 2011 : 221) :
a. Mereka yang memahami atau
menguasai sesuatu melalui
proses enkulturasi, sehingga
sesuatu itu bukan sekedar
diketahui tetapi juga
dihayatinya.
b. Mereka yang tergolong masih
sedang berkecimpung atau
terlibat pada kegiatan yang
tengah diteliti.
c. Mereka yang tidak cenderung
menyampaikan informasi hasil
“kemasannya” sendiri.
d. Mereka yang mempunyai
waktu yang memadai untuk
dimintai informasi.
e. Mereka yang pada mulanya
tergolong “cukup asing”
dengan penelitian sehingga
lebih menggairahkan untuk
dijadikan semacam guru atau
narasumber.
Dari penjelasan tentang kriteria
informan diatas, maka peneliti memilih
informan yang cocok untuk
diwawancarai berkaitan dengan
penelitian, diantaranya :
a. Informan kunci (key Informan)
yang terdiri dari kepala Dinas
Pertanian dan Kehutan Kabupaten
Bintan.
b. Informan terdiri dari kepala
Kecamatan Toapaya, kepala
Desa/Kelurahan yang ada di
Kecamatan Toapaya dan
masyarakat petani Kecamatan
Toapaya
10
5. Teknik dan Alat Pengumpulan
Data
a. Teknik Pengumpulan Data
a) Wawancara (interview)
Metode wawancara adalah
suatu metode pengumpulan
data dengan tanya jawab
sepihak yang dikerjakan secara
sistemik dan berdasarkan pada
tujuan penelitian.
Pewawancara mengajukan
pertanyaan dan yang
diwawancarai yang
memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Dalam hal ini
penyusun menggunakan
wawancara terpimpin, ini akan
memberi kemudahan baik
dalam mengemukakan
pertanyaan maupun dalam
menganalisa untuk mengambil
kesimpulan. Selain itu, juga
menggunakan wawancara
bebas, karena hal ini akan
memudahkan diperolehnya
data secara mendalam.
Wawancara dilakukan kepada
beberapa informan, yakni:
Kepala Dinas Pertanian dan
Kehutan Kabupaten Bintan dan
masyarakat petani.
b) Observasi
Selain itu pengumpulan
data juga dilakukan dengan
observasi, yakni
memperhatikan atau
mengadakan pengamatan
dengan menggunakan panca
indera. Kegiatan ini dilakukan
secara pasif atau bersifat non
partisipasi.
b. Alat Pengumpulan Data
Instrumen dalam penelitian ini
adalah peneliti sendiri, yang
bertindak sebagai perencana,
pelaksana dalam pengumpulan data,
melakukan analisis, menafsirkan
data dan menulis laporan penelitian
yang dibantu dengan interview
guide atau pedoman wawancara.
6. Teknik Analisa Data
Metode analisa data yang dipakai
dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif secara induktif. Artinya, mula-
mula data dikumpulkan, disusun dan
diklasifikasi ke dalam tema-tema yang
akan disajikan kemudian dianalisis dan
dipaparkan dengan kerangka penelitian
lalu diberi interpretasi sepenuhnya untuk
kemudian dikaitkan dengan
konseptualisasi proses pengawasan.
IV PEMBAHASAN
A. Peran Pemerintah Kabupaten Bintan
Sebagai Wirausaha (Entrepreneur)
Dalam Pembangunan Sektor
Pertanian Di Kecamatan Toapaya
Tahun 2015
Peranan pemerintah daerah sebagai
entrepreneur yaitu, pemerintah daerah dapat
mendorong tumbuhnya entrepreneur melalui
kebijakan kecil atau industri kecil. Kebijakan
bagi usaha kecil yaitu melalui pemberian
bantuan dan peminjaman modal kepada
usaha perorangan untuk meningkatkan
11
usahanya. jika ada pengusaha yang
kekurangan modal maka pemerintah bisa
membantu dengan memberi kredit dan
subsidi kepada pengusaha di daerah.
Diharapkan dengan subsidi dan kredit
tersebut pengusaha kecil akan mempunyai
tingkat yang cukup besar untuk
pengembangan usaha lebih lanjut.
Pemerintah daerah sebagai entrepreneur
memiliki peran penting dalam kegiatan
produktif yang mendorong pertumbuhan
ekonomi di daerah maupun negara. Bahwa
dengan adanya entrepreneur di daerah akan
menciptakan inovasi proses produksi secara
berani mengambil resiko dalam melakukan
usaha. Usaha baru yang dibangun akan
membuka lapangan pekerjaan, mengurangi
pengangguran, dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi
jumlah entrepreneur maka semakin tinggi
pula pertumbuhan ekonomi.
a. Peran Pemerintah Kecamatan
Sebagai Wirausaha Di
Kecamatan Toapaya
Kecamatan adalah pembagian
wilayah administratif di bawah
Kabupaten/Kota. Kecamatan terdiri dari
atas Desa-Desa dan Kelurahan-
Kelurahan. Dalam konteks otonomi
daerah di Indonesia, Kecamatan
merupakan Satuan Kerja Perangkat
Daerah ( SKPD ) Kabupaten/Kota yang
mempunyai wilayah kerja tertentu yang
dipimpin oleh seorang Camat. Menurut
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah pada pasal
1 angka 24 disebutkan bahwa:
Kecamatan atau disebut dengan nama
lain adalah bagian wilayah dari Daerah
Kabupaten/Kota yang dipimpin oleh
Camat ( Undang-Undang Nomor 23
tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah ). Pemerintah Kecamatan
memiliki peran penting sebagai
administrator dibidang pembangunan,
antara lain pengarahan usaha dan
mensukseskan pelaksanaan
pembangunan guna membantu
kelancaran dan keberhasilan proyek-
proyek pemerintah yang dilaksanakan di
wilayah Kecamatan.
Pemerintah kecamatan Toapaya
telah berperan sebagai wirausaha, guna
mencapai tujuan pembangunan,
pemerintah Kecamatan Toapaya
mendukung secara moral dan materil
kegiatan pertanian. Pada tahun 2015
pemerintah Kecamatan Toapaya
bekerjasama dengan pemerintah
Kabupaten Bintan dan Desa/Kelurahan
yang ada di Kecamatan Toapaya telah
menyalurkan bantuan berupa bibit
tanaman, bantuan subisidi pupuk, dan
pemberian modal usaha kepada
GAPOKTAN (gabungan kelompok tani)
b. Peran Pemerintah Desa/
Kelurahan Sebagai Wirausaha di
Kecamatan Toapaya
Dalam undang-undang desa yang
baru yaitu Undang-Undang Nomor 6
tahun 2016 pasal 1, di artikan bahwa:
Desa adalah desa dan desa adat atau yang
disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut desa, adalah kesatuan
12
masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal-usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia ( Undang-
Undang Nomor 6 tahun 2016 tentang
pemerintahan Desa )
Kedudukan Desa tercermin dalam
pasal 2, sebagai berikut:
Penyelenggaraan pemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan Desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa
berdasarkan Pancasila. Undang-undang
dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia , dan Bineka Tunggal Ika. Dan
Pasal 5 mengatakan bahwa: “Desa
berkedudukan di wilayah
Kabupaten/Kota” ( Undang-Undang
Nomor 6 tahun 2016 ).
Peran pemerintah Desa sebagai
wirausaha sangat menetukan
pertumbuhan perekonomian masyarakat
di Kecamatan Toapaya karna mengingat
sebagian besar masyarakatnya
merupakan petani, disamping itu
Kecamatan Toapaya memiliki pontensi
pertanian yang sangat besar yang dapat
dimamfaatkan untuk memproduksi hasil
pertanian ataupun untuk mengolah hasil
produksi pertanian.
Maka dapat di simpulkan bahwa
memang benar Kecamatan Toapaya
memiliki potensi yang sangat besar.
Peran pemerintah sebagai wirausaha
seharusnya pemerintah mampu
merasang (stimulasi) pelaku usaha tani
untuk mengembangkan potensi
pertanian yang ada di Kecamatan
Toapaya yang gunanya untuk menujang
tumbuh kembangnya perekonomian
masyarakat, namun apa yang ditemukan
di lapangan jauh dari harapan, masih
banyak masyarakat petani hidup dengan
taraf ekonomi yang lemah. Pemerintah
dituntut berperan lebih aktif lagi dalam
mengelola potensi pertanian yang ada di
Kecamatan Toapaya dan memberikan
solusi yang lebih tepat untuk
memecahkan permasalahan yang terjadi
di lapangan. Adapun bentuk dukungan
yang telah diberikan oleh pemerintah
Kabupaten Bintan untuk mendukung
para pengusaha tani adalah memberikan
bantuan bibit dan alat-alat pertanian
berupa handtraktor dan mesin air yang
diberikan oleh Dinas Pertanian melalui
Desa/Kelurahan, membangun Pasar Tani
untuk memasarkan hasil pertanian yang
dibangun oleh Pemerintah Kabupaten
Bintan, merekomendasikan kelompok
tani yang berhak mendapat bantuan yang
dilakukan oleh pemerintah
Desa/Kelurahan, terakhir menyediakan
imformasi dan menyampaikan informasi
yang berkaitan dengan pertanian kepada
petani oleh pemerintah Desa/Kelurahan,
pemerintah Kecamatan, maupun oleh
pemerintah Kabupaten Bintan.
13
B. Peran Pemerintah Daerah Kabupaten
Bintan Sebagai Koordinator
Pembanguan Pertanian Di
Kecamatan Toapaya Tahun 2015
Istilah koordinasi berasal dari kata
Inggris “coordination”. Kata coordinate
terbentuk dari dua kata yaitu co dan ordinate
yang mempunyai arti mengatur. Dengan
demikian dalam istilah koordinasi sudah
terkandung makna pengaturan. Koordinasi
dan hubungan kerja adalah dua pengertian
yang saling terkait. Dengan kata lain
koordinasi hanya dapat dicapai atau terjalin
bila terjadi hubungan kerja yang efektif.
Hubungan kerja adalah bentuk komunikasi
administrasi yang mendukung tercapainya
koordinasi. Karena itu dikatakan bahwa hasil
akhir dari komunikasi (hubungan kerja) ialah
tercapainya koordinasi dengan cara yang
berhasil guna dan berdaya guna (efektif dan
efisien).
Menurut Awaluddin Djamin, koordinasi
adalah suatu usaha kerja sama antara badan,
instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas
tertentu sedemikian rupa, sehingga terdapat
saling mengisi, saling membantu, dan saling
melengkapi. Menurut Sondang P. Siagian,
koordinasi adalah pengaturan tata hubungan
dari usaha bersama untuk memperoleh
kesatuan tindakan dalam usaha pencapaian
tujuan bersama pula. Koordinasi adalah suatu
proses yang mengatur agar pembagian kerja
dari berbagai orang atau kelompok dapat
tersusun menjadi suatu kebulatan yang ter-
integrasi dengan cara yang seefisien mungkin
( Purwanti Wismasari, 2015 : 18 ).
Menurut Terry dalam Ndraha ( 2003 : 82
) koordinasi adalah suatu sinkronisasi yang
tertib dalam upaya untuk memberikan jumlah
yang tepat, waktu dan mengarahkan
pelaksanaan yang mengakibatkan harmonis
dan tindakan terpadu untuk tujuan lain.
Pandangan mengenai koordinasi ini menarik
perbedaan antara koordinasi dengan kerja
sama. Kerja sama diartikan sebagai aksi
kolektif satu orang dengan yang lain atau
orang lain menuju tujuan bersama.
a. Peran Dinas Pertanian sebagai
koordinator dalam pembangunan
sektor pertanian di Kecamatan
Toapaya
Dinas Pertanian Kabupaten Bintan
merupakan unsur pelaksana Pemerintah
Daerah dibidang Pertanian. Dalam
pembangunan sektor pertanian tentu
tidak terlepas dari yang namanya
koordinasi antara satu organisasi dengan
organisasi lainnya, sama halnya dengan
Dinas Pertanian Kabupaten Bintan
dalam mewujudkan pembangunan
pertanian di Kecamatan Toapaya perlu
adanya koordinasi mulai dari koordinasi
dengan pemerintah Pusat sampai
pemerintah Desa/Kelurahan bahkan
sampai kepada masyarakat petani,
sehinga program yang dijalan sampai
kepada masyarakat sesuai apa yang di
inginkan, sehingga terwujudnya
masyrakat yang sejahtera, seperti yang
termuat dalam visi dari dinas pertanian
itu sendiri yaitu: “Terwujudnya
Masyarakat Pertanian dan Kehutanan
yang Sejahtera, Berdaya saing, Melalui
14
Pengelolaan Sumber Daya Alam secara
Optimal dan Lestari”.
b. Peran Kecamatan Sebagai
Koordinator Dalam
Pembangunan Sektor Pertanian
Di Kecamatan Toapaya
Dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah pasal 221 ayat 1 (satu),
menyebutkan bahwa: Daerah Kabupaten
/Kota membentuk kecamatan dalam
rangka meningkatkan koordinasi
penyelenggaraan pemerintahan,
pelayanan publik, dan pemberdayaan
masyarakat desa/kelurahan.
Dari hasil observasi di lapangan,
memang ada fungsi koordinasi
pemerintah kecamatan dengan semua
instansi yang ada di wilayah kecamatan
dalam setiap pelaksanaan program
kegiatan, koordinasi tersebut dilakukan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan
kegiatan sampai pada evaluasi program
yang telah dilaksanakan. Dari data yang
didapat dari hasil wawancara dengan
informan mengenai koordinasi telah
dilakukan di Kecamatan Toapaya
dengan pihak terkait agar program yang
telah direncanakan berjalan dengan baik,
adapun bentuk koordinasi yang
dilakukan oleh pihak kecamatan bersifat
rapat kerja, rapat koordinasi, permintaan
penyampaian data, pemberian informasi,
konsultasi serta sosialisasi kepada
masyarakat yang umumnya dilakukan
dengan cara mengundang untuk datang
dalam suatu forum.
c. Peran Pemerintah Desa/
Kelurahan Sebagai Koordinator
Dalam Pembangunan Sektor
Pertanian Di Kecamatan Toapaya
Pentingnya suatu koordinasi diakui
oleh beberapa informan dan sangat
penting dilakukan, karena koordinasi
dalam pembangunan pada hakekatnya
merupakan upaya untuk menyerasikan
dan menyelaraskan aktivitas
pembangunan yang dilaksanakan oleh
berbagai komponen, baik pemerintah,
swasta, maupun masyarakat. Dalam
pelaksanaan koordinasi Pemerintah
Kabupaten Bintan menerapkan dalam
keseluruhan proses pembangunan sejak
dari perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian dan pengawasan sampai
kepada evaluasinya, jadi dalam hal ini
koordinasi meliputi keseluruhan proses
manajemen pembangunan.
C. Peran Pemerintah Daerah Kabupaten
Bintan Sebagai Fasilisator Dalam
Pembangunan Sektor Pertanian Di
Kecamatan Toapaya Tahun 2015
Peran dan fungsi pemerintah dalam
konsep pendampingan sosial berubah tidak
sekedar sebagai institusi pelayanan
masyarakat tetapi dalam masyarakat yang
demokratis memiliki peran pokok sebagai
fasilitator. Pemerintah tidak hanya bertugas
memberikan pelayanan umum saja tetapi
lebih ditekankan pada upaya mendorong
kemampuan masyarakat untuk memutuskan
dan bertindak didasarkan pada pertimbangan
lingkungan, kebutuhan dan tantangan ke
depan.
15
Peran pemerintah Kabupaten Bintan
sebagai fasilitator adalah menciptakan
kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan
pembangunan untuk menjembatani berbagai
kepentingan masyarakat dalam
mengoptimalkan pembangunan daerah.
Sebagai fasilitator, pemerintah bergerak
dibidang pendampingan melalui pelatihan
dan peningkatan keterampilan. Pemerintah
sebagai fasilisator artinya pemerintah
memfasilitasi petani ataupun kelompok tani
dalam pengembangan pertanianya berupa
peraturan yang mendukung tumbuh
kembangnya pertanian, memberikan fasilitas
kepada masyarakat tani bertujuan agar
pengembangan pertanian tercapai.
Fasilitator tidak sekedar dituntut untuk
menguasai teknik tertentu untuk
memfasilitasi tetapi juga harus mampu
membangun kemampuan pelaku lainnya
mengenai program secara keseluruhan.
Untuk melihat peran pemerintah Kabupaten
Bintan sebagai fasilitator dalam
mengembangkan potensi pertanian di
Kecamatan Toapaya tahun 2015 dapat
diindikasikan sebagai berikut:
a. Pemerintah memfasilitasi
masyarakat yang ikut dalam
merencanakan pembangunan
Masyarakat yang ikut
merencanakan pembangunan yang
masing-masing Desa/Kelurahan untuk
menumbuhkan rasa peduli tentang
program yang akan dilaksanakan demi
tercapainya pembangunan, terutama
pembangunan sektor pertanian yang
dilaksanakan di Kecamatan Toapaya dan
mereka bisa bertanggungjawab dengan
program yang mereka ajukan dalam
MUSREMBANG tingkat
Desa/Kelurahan maupun ditingkat
Kecamatan dan seterusnya. Semakin
tinggi tingkat kesadaran masyarakat
akan pentingnya perencanaan
pembangunan maka akan semakin cepat
pula proses pembangunan tersebut,
karna pada dasarnya untuk menggali
potensi pertanian lebih dipahami oleh
masyarakat itu sendiri, khususnya
masyarakat petani.
Dari hasil wawancara di atas maka
dapat disimpulkan bahwa masih
kurangnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya perencanaan pembangunan,
padahal pemerintah sendiri sudah
berupaya memfasilitasi masyarakat
dalam MUSREMBANG ataupun dalam
musawarah lainnya yang akan
dilaksanakan ditinggkat Desa maupun
ditingkat Kecamatan, adapun bentuk
fasilitas yang diberikan oleh pemerintah
adalah menyampaikan informasi kepada
masyarakat bahwasanya akan
dilaksanakn musyawarah dan
pemerintah menyediakan tempat/wadah
untuk melaksanakan musyawarah agar
masyarakat dapat menyampaikan
gagasan, pendapat, ide ataupun saran
kepada pemerintah dalam rangka
pembangunan.
b. Pemerintah menfasilitasi
masyarakat dalam meningkatan
potensi atau daya yang dimiliki
oleh masyarakat petani
16
Sumberdaya manusia merupakan
salah satu faktor kunci dalam reformasi
ekonomi, yaitu menciptakan
sumberdaya manusia yang berkualitas
dan memiliki keterampilan serta berdaya
saing tinggi dalam menghadapi
persaingan global. Dalam kaitan itu ada
dua hal yang penting yang menyangkut
kondisi sumberdaya manusia pertanian
di daerah yang perlu mendapatkan
perhatian yaitu sumberdaya petugas dan
sumberdaya petani. Kedua sumberdaya
tersebut merupakan pelaku dan
pelaksana yang mensukseskan program
pembangunan pertanian.
Penyuluhan pertanian sebagai
bagian integral pembangunan pertanian
merupakan salah satu upaya
pemberdayaan petani untuk
meningkatkan produktivitas, pendapatan
dan kesejahteraannya. Untuk itu
kegiatan penyuluhan pertanian harus
dapat mengakomodasikan aspirasi dan
peran aktif petani melalui pendekatan
partisipatif bukan penyuluh yang searah.
Penyuluh harus bisa hidup di antara
petani, hadir di dalam semangat petani
serta terlibat secara partisipatif dalam
kegiatan petani. Jadi, penyuluh tidak
hanya memberikan teori budidaya serta
masalah hama dan penyakit tanaman,
namun harus bisa membukakan dan
menguatkan petani untuk berkarya.
Pengembangan pembangunan
pertanian di masa mendatang perlu
memberikan perhatian yang khusus
terhadap penyuluhan pertanian, karena
penyuluhan pertanian merupakan salah
satu kegiatan yang strategis dalam upaya
pencapaian tujuan pembangunan
pertanian. Melalui kegiatan penyuluhan,
petani ditingkatkan kemampuannya agar
dapat mengelola usaha taninya dengan
produktif, efisien dan menguntungkan,
sehingga petani dan keluarganya dapat
meningkatkan kesejahteraanya.
Meningkatnya kesejahteraan petani dan
keluarganya adalah tujuan utama dari
pembangunan pertanian.
Dari keterangan berbagai informan
maka dapat ditarik benang merah
bahwasanya pentingnya peran pemerintah
sebagai fasilitator, yaitu memfasilitasi para
petani, petani di sini yang dimaksud adalah
petani yang tergabung dalam kelompok tani
atau GAPOKTAN ( gabungan kelompok tani
), adapun bentuk fasilitas yang pernah
diberikan adalah, memberikan pelatihan atau
bimbingan yang diberikan oleh tenaga
penyuluh kepada petani.
V Penutup
A. Kesimpulan
Untuk melihat peran pemerintah
Kabupaten Bintan dalam pembangunan
sektor pertanian di Kecamatan Toapaya,
peniliti telah melakukan melakukan
penelitian dalam bentuk observasi ,
wawancara, dan dokumentasi. Maka dapat
dilihat peran pemerintah sebagai berikut :
1. Peran pemerintah daerah
Kabupaten Bintan sebagai
wirausaha
Kecamatan Toapaya yang memiliki
3 (tiga) Desa dan 1 (satu) Kelurahan, di
17
Kecamatan tersebut terdapat kelompok
usaha bersama yang bergerak dibidang
pertanian (KUBE) atau juga disebut
kelompok tani. Dari hasil wawancara
dengan informan key dan informan,
peneliti mendapat data bahwa pada tahun
2015, pemerintah daerah Kabupaten
Bintan yaitu Pemerintah Kecamatan
Toapaya dan Pemerintah
Desa/Kelurahan yang ada di Kecamatan
Toapaya telah berperan sebagai
pendorong tumbuh kembangnya
wirausahawan di Kecamatan tersebut,
adapun bentuk dorongan yang diberikan
pemerintah kabupaten mendukung para
petani secara materil maupun non
materil, secara materil petani
mendapatkan bantuan dari pemerintah
berupa bantuan alat-alat produksi
pertanian, bantuan pupuk subsidi,
bantuan modal. Bentuk dukungan
pemerintah secara non materil adalah
pemerintah mendukung petani dengan
mengembangakan sumberdaya petani
melalui pembinaan.
Adapun faktor pendukung untuk
berkembangan usaha pertanian di
Kecamatan Toapaya adalah:
a. Kecamatan Toapaya memiliki
potensi yang sangat besar dibidang
pertanian, Kecamatan Toapaya
menjadi penyumbang terbesar untuk
hasil pertanian di Kabupaten Bintan
b. Pemerintah ikut serta dalam
mendukung tumbuh kembangnya
wirausaha di Kecamatan Toapaya,
pemerintah merupakan pihak yang
berwewenang di suatu wilayah tentu
dengan kekuasaan yang di miliki
pemerintah dapat menjalan roda
perekonomian pertanian di tingkat
Kecamatan.
Faktor penghambat tumbuh
kembangnya usaha pertanian di
Kecamatan Toapaya
a. Harga yang tidak stabil
menyebabkan ketidak stabilan
pendapatan masyarakat petani,
seringkali petani mengalami
kerugian ketika harga tanaman
murah, sementara modal untuk
pertanian cukup besar
b. Keterbatasan modal pelaku usaha,
modal usaha merupakan dasar untuk
melakuan kegiatan pertanian,
kegiatan pertanian memerlukan
modal yang besar mulai dari proses
pengolahan sampai proses
pemaneman. Adapun bantuan
modal yang di berikan pemerintah
sifatnya cuman satu kali penerimaan
kepada setiap kelompok yang
terdaftar.
2. Peran pemerintah Kabupaten
Bintan sebagai koordinator
pembangunan sektor pertanian
di Kecamatan Toapaya tahun
2015
Dari hasil penelitian yang telah di
lakukan bentuk koordinasi yang
dilakukan oleh pemerintah daerah
kabupaten bintan dalam
mengembangkan pertanian adalah, rapat
18
koordinasi, rapat kerja,
pertanggungjawaban.
3. Peran pemerintah Kabupaten
Bintan sebagai fasilisator
pembangunan sektor pertanian
di Kecamatan Toapaya tahun
2015
Bentuk peran pemerintah sebagai
fasilitator adalah:
a. Pemerintah memfasilitasi
masyarakat yang ikut dalam
merencanakan pembanguan,
pemerintah menyediakan wadah
untuk masyarakat petani dalam
menyampai aspirasinya dan untuk
menentukan arah kebijakan
pemerintah kedepannya, adapun
bentuk fasilitas yang di berikan
adalah pemerintah melibatkan
masyarakat petani dalam
musyawarah seperti
MUSREMBANG.
b. Pemerintah memfasilitasi
masyarakat dalam meningkatkan
sumber daya masyarakat,
sumberdaya merupakan salah satu
faktor kunci keberhasilan
pembangunan ekonomi, semakin
baik SDM yang di miliki maka akan
semakin baik pula
pembangunannya, upaya yang
dilakukan untuk meningkat SDM
petani adalah melalui pelatihan dan
penyuluhan.
Dari penelitian yang peniliti lakukan dari
tahun 2016 sampai juni 2017 peneliti
menemukan fakta di lapangan yang menjadi
faktor penghambat berkembangnya
pembangunan sektor pertanian di Kecamatan
Toapaya tahun 2015 adalah sebagai berikut :
a. Kurangnya modal usaha petani
Modal usaha adalah faktor penentu suatu
usaha dapat di jalankan atau tidak, dapat
berkembang atau tidak, begitu juga dengan
pertanian, walaupun pemerintah membantu
masyarakat petani akan tetapi itu belum
cukup untuk memenuhi kebutuhan modal
karna sifat bantuan yang di berikan oleh
pemerintah hanya dapat satu kali dalam
setahun sementara untuk pemodalan produksi
pertanian membutuhkan modal setiap hari.
b. Banyaknya lahan yang dikuasai oleh
pihak swasta
Salah satu yang menjadi faktor
penghambat pembangunan di Kecamatan
Toapaya adalah banyaknya lahan yang
dikuasai oleh pihak swatan namun lahan yang
dikuasai dijadikan lahan tidur.
c. Belum maksimalnya dukungan yang
diberikan oleh pemerintah kepada petani
pada tahun 2015
Dukungan dari pemerintah menentukan
berjalannya pembangunan pertanian di
Kecamatan Toapaya , terutama dukungan
dari pemerintah Desa, pada tahun 2015
Pemerintah Desa hanya melakukan
pendataan terhadap masyarakat petani
sementra pembinaan ataupun pelatihan
belum bisa dilaksanakan karna dibatasi oleh
anggaran dana yang dimiliki Desa.
d. Masih kurangnya sarana dan prasarana
pendukung kegiatan
Dari hasil observasi dilapangan peneliti
melihat dan mengamati masyarakat sangat
19
membutuhkan akses tertuma akses jalan,
banyak lahan masyarakat yang jauh dari jalan
raya, sehingga untuk kegiatan produksi
ataupun membawa hasil produksi keluar
menuju jalan raya menjadi permasalahan
tersendiri.
B. SARAN
Dari penelitian yang di lakukan di
kecamatan toapaya tentang peran pemerintah
daerah Kabupaten Bintan dalam
pembangunan sektor pertanian pada tahun
2015, maka saran yang dapat di berikan
adalah sebagai berikut:
1. Pihak pemerintah Kabupaten Bintan,
diharapakan tetap bisa menjadi
dinamisator pembangunan sektor
pertanian, melalui bantuan-bantuan
berjangka pendek, karna dalam
mengembangkan usaha pertanian tidak
cukup hanya dengan potensi yang di
miliki akan tetapi didukung dengan
modal yang mumpuni dan keterampilan
(skill) petani yang didapat melalui
pelatihan dan pembinaan selain itu
pemerintah juga dapat membangun
infrastruktur untuk memudahkan akses
kegiatan masyarakat petani.
2. Bagi masyarakat Kecamatan Toapaya,
mengingat potensi yang ada, sudah
seharusnya potensi tersebut
dimamfaatkan dengan semaksimal
mungkin, karna pertanian merupakan
salah satu sektor yang dapat menunjang
kesejahteraan masyarakat di Kecamatan
Toapaya dan dengan memamfaatkan
potensi pertanian di Kecamatan Toapaya
juga akan membuka potensi yang
lainnya seperti membuka peluang bisnis
home industry pengolahan hasil
pertanian menjadi produk yang bernilai
daya jual yang tinggi dan dapat di ekspor
keluar daerah ataupun kekancah
internasional.
3. Bagi pihak swasta pemilik lahan, dari
hasil obeservasi di lapangan peneliti
menemukan begitu luas lahan yang
dikuasai oleh pihak swasta dan lahan
tersebut dijadikan lahan tidur maka
untuk memaksimalkan potensi pertanian
yang ada di Kecamatan Toapaya
sekiranya pihak pemilik lahan dapat
berkerja sama dengan pemerintah
Kabupaten Bintan ataupun dengan
masyarakat sekitar Kecamatan Toapaya.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Affifudin. 2010. Pengantar Administrasi Pembangunan , Konsep, Teori Dan Implikasinya Di Era
Reformasi. Bandung : Alfabeta
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Bratakusumah, Deddy Supriady & Riyadi. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Penelitian Kuantitatif Dan
Kualitatif. Surabaya: Airlangga Universitas Pers
-------------------. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada
Davey, K.J, 2003. Pembiayaan Pemerintah Daerah. Jakarta : Pt. Gramedia Pustaka Utama.
Fatah, Luthfi. 2007. Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Banjarmasin: Pustaka Banua.
Kuncuro, Mudrajad. 2004. Otonomi Dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi Dan
Peluang. Jakarta: Erlangga
Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Ndraha, Taliziduhu, 2003. Ilmu Pemerintahan (Kybernology), Jakarta: Rineka Cipta
Poerwardaminta, W.J.S. 2005.Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Tjokrowinoto, Moeljarto. 2004. Pembangunan Dilemma Dan Tantangan. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Sadyohutomo, Mulyono. 2008. Manajemen Kota Dan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara
Siagian, Sondang P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Soekanto, Soerjono. 2002. Teori Peranan, Jakarta: Bumi Aksara
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
2. Dokumen/ Jurnal
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bintan Tahun 2016
Purwanti wismasari. Peran Dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bintan
Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Pada Urusan Pilihan Bidang Pariwisata. 2016
RPJMD Kabupaten Bintan Tahun 2010-2015
3. Peraturan Perundang-Undangan
Peraturan daerah Bintan No 2 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bintan 2011-
2031
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2016 Tentang Desa
21
4. Website
http://bappeda.kepriprov.go.id/index.php/data-informasi/potensi-daerah/47-potensi-daerah/203-sektor-
pertanian-perkebunan-dan-peternakan ( di akses pada tanggal 15 November 28, 2016 )
http://haluankepri.com/bintan/80184-pertanian-bintan-diyakini-berkembang.html (diakses pada tanggal
22 September 2016 )
http://www.haluankepri.com/index.php?option=com_content&view=article&id=7257:toapaya-akan-
kembangkan-wisata-agro&catid=54:wisata&Itemid=56 (diakses pada tanggal 22 September 2016 )
https://bintankab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Bintan-Dalam-Angka-2015.pdf (diakses pada tanggal
1 desember 2016)
http://distanhut.bintankab.go.id (diakses pada tanggal 4 desember 2016)
http://pemerintah.net/pembagian-urusan-pemerintahan-daerah-uu-no-232014/ (diakses pada tanggal 8
januari 2017)