ANALISIS WACANA PESAN BERBAKTI KEPADA...
Transcript of ANALISIS WACANA PESAN BERBAKTI KEPADA...
ANALISIS WACANA
PESAN BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA
DALAM FILM TENDANGAN DARI LANGIT
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
AHMAD FAUZAN
NIM: 1113051000135
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H. / 2017 M.
iv
ABSTRAK
Ahmad Fauzan
Analisis Wacana Pesan Berbakti kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan
dari Langit
Film merupakan salah satu media yang efektif untuk menyampaikan pesan
termasuk pesan-pesan dakwah. Dakwah melalui film dinilai efektif
mempengaruhi masyarakat karena bersifat audio visual dan dikemas dalam bentuk
cerita. Salah satu permasalahan yang ada saat ini ialah kurangnya moral manusia
untuk berbakti kepada orang tua. Film Tendangan dari Langit merupakan salah
satu film yang memuat pesan dakwah khususnya berbakti kepada kedua orang tua.
Hanung Bramantyo mampu menyelipkan pesan tersebut dalam film yang
menceritakan perjuangan seorang anak dalam menggapai impiannya menjadi
pesepakbola. Film ini pun sukses masuk nominasi empat besar film terbaik tahun
2011 pada ajang Festival Film Indonesia.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaannya ialah bagaimana
wacana pesan berbakti kepada kedua orang tua dalam film Tendangan dari Langit
dilihat dari level teks, kognisi sosial dan juga konteks sosial?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis
wacana Teun A. Van Dijk. Van Dijk membagi tiga level pembentuk wacana yakni
teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Level teks melihat bagaimana struktur teks
membentuk wacana yang terdiri dari struktur makro, superstruktur dan struktur
mikro. Kognisi sosial melihat bagaimana pembuat teks dalam hal ini penulis
skenario memahami dan memaknai suatu peristiwa. Konteks sosial melihat
wacana yang berkembang di masyarakat.
Hasil penelitiannya ialah dari level teks, berbakti kepada kedua orang tua
digambarkan melalui beberapa adegan di antaranya saat Wahyu membantu
ayahnya berjualan, pamit saat bepergian, bersikap lemah lembut terhadap orang
tua serta memberikan ayahnya kuda dan alat sholat dari hasil ia bermain sepak
bola. Bahasa yang digunakan ialah bahasa sehari-hari dan juga bahasa Jawa. Dari
level kognisi sosial, Fajar Nugros selaku penulis skenario mendekatkan Wahyu
sebagai tokoh utama kepada dirinya. Fajar berasal dari daerah yakni Jogja
sedangkan Wahyu dari Malang yang sama-sama berjuang menggapai cita-cita.
Dari level konteks sosial, banyaknya anak yang lupa dengan orang tua ketika
sudah sukses dan banyaknya orang tua yang melarang bakat dan impian anaknya
dalam sepak bola membuat film ini hadir untuk menjawab permasalahan tersebut
dan untuk mengingatkan setiap orang agar jangan lupa dengan kedua orang tua.
Film Tendangan dari Langit memuat pesan berbakti kepada kedua orang
tua. Pesan tersebut di antaranya ialah seorang anak hendaknya selalu bersikap
lemah lembut terhadap orang tuanya sekalipun mereka berlaku kasar. Selalu pamit
saat bepergian, taat dan membantu urusan orang tua. Mensedekahkan harta
kepada orang tua dan selalu ingat ibu yang menimang ketika masih kecil.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi robbil ‘alamin, puji syukur
penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan nikmat, dan kasih sayang-
Nya yang senantiasa diberikan kepada hamba-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa senantiasa tercurah
kepada Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Semoga
kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapatkan
syafaatnya kelak.
Setelah menghabiskan waktu selama kurang lebih 5 bulan, Alhamdulillah
skripsi ini dapat penulis selesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Sosial pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam,
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi selama
menyelesaikan skripsi ini, baik dalam diri penulis smaupun faktor lainnya. Namun
atas izin Allah SWT, semua hambatan dan rintangan dapat diatasi hingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak dapat
dilepaskan dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa
hormat, penulis mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi sekaligus dosen pembimbing penulis. Terima kasih
vi
banyak atas bimbingan dan masukan-masukannya kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Suparto, M.Ed, Ph.D selaku wakil Dekan I Bidang Akademik, Ibu
Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi
Umum, serta Bapak Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang
Kemahasiswaan dan Kerjasama.
3. Bapak Drs. Masran, MA dan Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua
dan Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Ibu Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku dosen penasihat akademik kelas KPI
C. Terima kasih atas bimbingan dan segala masukannya.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Terima
kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan.
6. Segenap pimpinan hingga seluruh staf tata usaha Fakultas Ilmu Dawah
dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis dalam segala urusan
administrasi.
7. Segenap pimpinan hingga seluruh staf perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan juga Perpustakaan Utama yang telah
membantu penulis dalam pencarian bahan penulisan skripsi.
8. Ayahanda tercinta, Bapak Sutrisno, BA dan almarhumah ibu tercinta, Ibu
Nurhayati dan juga ibu penulis saat ini, Ibu Nurjanah, S.Ag. Terima kasih
atas doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya yang tak pernah lelah
dan tak henti-henti diberikan kepada penulis.
9. Kakak-kakak saudara kandung penulis, Febrian Kurnia Akbar, SE dan
juga Ahmad Yanuar Dwi Tama, S.Sy. Adik penulis, Muhammad Said
vii
Ibroohiim, kakak ipar penulis, Siti Nuryanti dan juga seluruh keluarga
besar penulis. Terima kasih atas segala masukan, do’a, dukungan dan
motivasinya.
10. Bapak Fajar Nugros selaku Penulis Skenario Film Tendangan dari Langit
dan juga ibu Susanti Dewi beserta seluruh kru Demi Istri Production yang
telah meluangkan waktunya untuk wawancara dan melengkapi data
penulis.
11. Seluruh teman-teman seperjuangan jurusan KPI angkatan 2013,
khususnya kelas KPI C yang setia memilih kelas C dari awal hingga akhir
semester. Terima kasih atas kerja sama serta dukungannya.
12. Keluarga besar DNK TV yang telah memberikan ilmu serta pengalaman-
pengalaman dalam memproduksi suatu program selama kurang lebih tiga
tahun masa jabatan.
13. Teman-teman KKN BETTER beserta seluruh masyarakat Desa Daru.
Terima kasih atas pengalaman berharga yang telah diberikan selama satu
bulan penuh saat pelaksanaan KKN.
14. Nur Asiah Aisyah Zaldi. Terima kasih telah menjadi penyemangat,
memberikan doa, dukungan dan tak pernah lelah menemani penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
15. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi
ini dan penulis terbuka atas saran dan kritik membangun dari semua pihak.
Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang penulis lakukan baik yang
viii
disengaja maupun tidak sengaja. Dengan segala hormat, penulis persembahkan
skripsi yang berjudul “ANALISIS WACANA PESAN BERBAKTI KEPADA
KEDUA ORANG TUA DALAM FILM TENDANGAN DARI LANGIT”.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik dari segi akademis maupun praktis.
Jakarta, 21 Agustus 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................1
B. Fokus dan Rumusan Masalah ........................................................................6
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................................6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................6
E. Metodologi Penelitian ....................................................................................7
F. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 11
G. Sistematika Penulisan ................................................................................. 14
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................................... 16
A. Analisis Wacana .......................................................................................... 16
B. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk .............................................................. 20
1. Teks ......................................................................................................... 22
2. Kognisi Sosial .......................................................................................... 25
3. Konteks Sosial ......................................................................................... 26
C. Film ............................................................................................................. 26
1. Definisi Film ............................................................................................ 26
2. Klasifikasi Film ....................................................................................... 27
3. Jenis-jenis Film ........................................................................................ 31
4. Struktur Film ........................................................................................... 33
5. Unsur-Unsur Film .................................................................................... 34
D. Konsep Berbakti Kepada Kedua Orang Tua.................................................. 36
x
1. Hak dan Keistimewaan Orang Tua ........................................................... 36
2. Keutamaan Berbakti kepada Kedua Orang Tua......................................... 38
3. Bentuk-bentuk Berbakti kepada Kedua Orang Tua ................................... 41
BAB III GAMBARAN UMUM FILM TENDANGAN DARI LANGIT ................... 43
A. Sinopsis Film Tendangan dari Langit ........................................................... 43
B. Keunggulan Film Tendangan dari Langit ...................................................... 44
C. Riwayat Sutradara Film Tendangan dari Langit ............................................ 45
D. Riwayat Penulis Skenario Film Tendangan dari Langit ................................. 47
E. Riwayat Pemain Film Tendangan dari Langit ................................................ 48
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ................................................................. 53
A. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari
Langit dilihat dari Teks ..................................................................................... 53
1. Struktur Makro (Tematik) ........................................................................ 53
2. Superstruktur (Skematik) ......................................................................... 65
3. Struktur Mikro ......................................................................................... 72
B. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari
Langit dilihat dari Kognisi Sosial ...................................................................... 89
C. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari
Langit dilihat dari Konteks Sosial ..................................................................... 92
BAB V PENUTUP ....................................................................................................... 95
A. Kesimpulan .................................................................................................. 95
B. Saran ............................................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 99
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................ 102
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Elemen Wacana Van Dijk .................................................................. 21
Tabel 4.1 Berbakti kepada Ayah ....................................................................... 54
Tabel 4.2 Berbakti kepada Ayah ....................................................................... 55
Tabel 4.3 Berbakti kepada Ayah ....................................................................... 57
Tabel 4.4 Berbakti kepada Ibu ........................................................................... 59
Tabel 4.5 Berbakti kepada Ibu ........................................................................... 61
Tabel 4.6 Cinta Orang Tua terhadap Anak ........................................................ 62
Tabel 4.7 Cinta Orang Tua terhadap Anak ........................................................ 63
Tabel 4.8 Cinta Orang Tua terhadap Anak ........................................................ 64
Tabel 4.9 Opening Bill Board ........................................................................... 66
Tabel 4.10 Opening Scene ................................................................................ 67
Tabel 4.11 Conflict Scene ................................................................................. 68
Tabel 4.12 Anti Klimaks ................................................................................... 70
Tabel 4.13 Ending ............................................................................................. 71
Tabel 4.14 Stilistik ............................................................................................ 81
Tabel 4.15 Grafis .............................................................................................. 84
Tabel 4.16 Metafora .......................................................................................... 86
Tabel 4.17 Ekspresi ........................................................................................... 88
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Hanung Bramantyo ......................................................................... 46
Gambar 3.2 Fajar Nugros ................................................................................... 47
Gambar 3.3 Yosie Kristanto ............................................................................... 49
Gambar 3.4 Sudjiwo Tedjo ................................................................................ 50
Gambar 3.5 Yati Surachhman ............................................................................ 51
Gambar 3.6 Agus Kuncoro ................................................................................. 52
Gambar 4.1 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ....................................... 54
Gambar 4.2 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ....................................... 55
Gambar 4.3 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ........................................ 57
Gambar 4.4 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah ........................................ 57
Gambar 4.5 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah.......................................... 57
Gambar 4.6 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu............................................ 59
Gambar 4.7 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu............................................ 60
Gambar 4.8 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu............................................ 61
Gambar 4.9 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak ......................... 62
Gambar 4.10 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak ....................... 63
Gambar 4.11 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak ....................... 64
Gambar 4.12 Opening Bill Board ....................................................................... 66
Gambar 4.13 Opening Scene .............................................................................. 67
Gambar 4.14 Conflict Scene .............................................................................. 68
Gambar 4.15 Conflict Scene .............................................................................. 68
Gambar 4.16 Conflict Scene................................................................................. 68
Gambar 4.17 Conflict Scene .............................................................................. 69
Gambar 4.18 Conflict Scene .............................................................................. 69
Gambar 4.19 Conflict Scene................................................................................. 69
Gambar 4.20 Anti Klimaks ................................................................................ 70
Gambar 4.21 Ending .......................................................................................... 71
Gambar 4.22 Stilistik ......................................................................................... 81
Gambar 4.23 Stilistik ......................................................................................... 81
Gambar 4.24 Stilistik ......................................................................................... 82
xiii
Gambar 4.25 Stilistik............................................................................................ 82
Gambar 4.26 Stilistik ......................................................................................... 83
Gambar 4.27 Stilistik............................................................................................ 83
Gambar 4.28 Grafis ............................................................................................ 84
Gambar 4.29 Grafis ............................................................................................ 85
Gambar 4.30 Metafora ....................................................................................... 86
Gambar 4.31 Metafora ....................................................................................... 86
Gambar 4.32 Metafora ....................................................................................... 87
Gambar 4.33 Ekspresi ........................................................................................ 88
Gambar 4.34 Ekspresi........................................................................................... 87
Gambar 4.35 Ekspresi........................................................................................... 88
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Film merupakan salah satu media untuk menyampaikan pesan.
Dalam komunikasi, pesan disampaikan melalui media oleh komunikator
kepada komunikan. Melalui film, pesan-pesan dapat disampaikan secara
efektif oleh pembuat film seperti sutradara, penulis skenario dan tim produksi
lainnya. Film biasanya diperankan oleh aktor-aktor ternama yang dapat
menarik khalayak untuk menontonnya.
Film adalah teknik audio visual yang sangat efektif dalam
mempengaruhi penonton-penontonnya. Film merupakan kombinasi dari
drama dengan paduan suara dan musik, serta drama dengan paduan dari
tingkah laku dan emosi yang dapat dinikmati oleh penontonnya sekaligus
dengan mata dan telinga baik di ruang yang gelap maupun terang.1
Sebagai salah satu media audio visual, film dapat menjadi media
yang tepat untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah kepada masyarakat.
Dakwah melalui film lebih komunikatif dibandingkan dengan media lainnya.
Materi dakwah di dalam film diproyeksikan dalam skenario film yang
menyentuh dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat.2 Film
dapat menjadi media dakwah yang efektif karena dibuat dengan pendekatan
seni budaya berdasarkan kaidah sinematografi. Pesan dakwah dalam film
1 Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2008, cet ke-5), h. 84. 2 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif;Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi
Da’wah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 39.
2
disajikan dalam bentuk cerita sehingga memiliki daya pengaruh yang besar
kepada penontonnya.3
Di Indonesia, banyak sekali film yang hanya bertemakan hiburan
dan tidak mengedukasi masyarakat. Film bertema kisah cinta remaja, film
yang menampilkan pergaulan bebas, film bergenre horror yang mengumbar
aurat dan adegan-adegan dewasa merupakan film yang diproduksi hanya
untuk meraih keuntungan dan penonton yang sebanyak-banyaknya. Film ini
beberapa kali hadir di industri perfilman Indonesia dan membawa dampak
negatif terhadap masyarakat. Walau begitu, tidak semua film di Indonesia
tidak mendidik. Beberapa film bersifat edukatif dan memiliki nilai-nilai
religius di dalamnya termasuk berbakti kepada kedua orang tua.
Berbakti kepada kedua orang tua merupakan kewajiban dari setiap
orang. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Isra ayat 23-24 yang
berbunyi:
ا يبلغن عندك وقضى ربك أال تعبدوا إال إياه وبالوال الكبر دين إحسانا إم
o ماتنهرهما وقل لهما قوال كري تقل لهما أف وال أحدهما أو كالهما فال
ب حمة وقل ر ارحمهما كما ربياني واخفض لهما جناح الذل من الر
o صغيرا
Artinya:
“Dan Rabb-mutelah memerintahkan kepada manusia janganlah ia
beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan berbuat baik kepada kedua orang
tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-
duanya telah berusia lanjut di sisimu, maka janganlah ketakan kepada
keduanya ‘ah’ dan janganah kamu membentak keduanya”, “Dan katakanlah
kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap
keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, ‘Wahai Rabb-ku,
3 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer; Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2011), h. 106.
3
sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil’.”
(QS. Al-Isra ayat 23-24).
Dari ayat tersebut, jelas bahwa Allah memerintahkan manusia
untuk berbakti kepada kedua orang tua. Seorang anak wajib mendoakan orang
tua dan memperlakukannya dengan kasih sayang. Allah juga melarang
manusia untuk membentak dan berlaku kasar kepada keduanya.
Dalam kenyataannya, masih banyak anak-anak yang tidak hormat
kepada kedua orang tua, bahkan ada yang tega membunuh orang tua hanya
karena sering dimarahi. Seperti kasus pembunuhan orang tua yang terjadi di
Brebes, Jawa Tengah. Seorang anak tega membunuh ayah dan ibu
kandungnya hanya karena sering dimarahi. Ia membunuh ayahnya ketika
sedang tertidur pulas pada malam hari tepatnya hari selasa, 9 Desember 2014.
Ia memukul kepala ayahnya dengan palu dan menyayat pipinya dengan
golok. Melihat kejadian tersebut, ibunya ingin menolong ayahnya, namun
sang anak justru membunuh ibunya. Tak hanya itu, ia pun melukai kedua
saudara kandungnya yang ingin menyelamatkan orang tuanya.4 Dari kasus
tersebut tentu diperlukan adanya upaya yang mampu mengingatkan
masyarakat untuk berbakti kepada kedua orang tua. Di antaranya yang efektif
ialah melalui film.
Salah satu film yang memuat pesan berbakti kepada kedua orang
tua ialah film Tendangan dari Langit. Film ini menceritakan tentang kisah
seorang pemuda bernama Wahyu yang gemar bermain sepak bola. Namun
dalam menjalani hobinya,Wahyu terhalang oleh ayahnya sendiri yang
4 Mohamad Taufik, “Kejamnya Anak di Brebes,Tega Bunuh Kedua Orang Tua Kandung”,
artikel diakses pada 15 Agustus 2017 dari https://www.merdeka.com/peristiwa/kejamnya-anak-di-brebes-tega-bunuh-kedua-orangtua-kandung/bunuh-orangtua-cuma-karena-sering-dimarahi.html,
4
bernama Pak Darto. Pak Darto tidak mengizinkan Wahyu untuk berkarir dan
menggantungkan harapan di dunia sepak bola karena ia mengalami masa
pahit di dunia sepak bola. Dahulu, Pak Darto hampir menjadi pesepakbola
klub Persema atau Persatuan Sepakbola Malang tetapi berhenti karena cedera
yang menghantam kakinya. Cederanyapun tak diobati sehingga angan-
angannya untuk menjadi pesepakbola pupus begitu saja. Inilah yang menjadi
sebab Pak Darto melarang keras Wahyu untuk bermain sepak bola.
Film ini berisi semangat pantang menyerah seorang Wahyu yang
amat mencintai sepak bola. Wahyu ialah sosok yang amat menghormati
kedua orang tuanya. Ia tidak melawan ayahnya yang melarang ia bermain
sepak bola tetapi tetap berusaha meyakinkan ayahnya dengan prestasi dan
kemampuannya. Dalam kesehariannya, Wahyu membantu ayahnya berjualan
mie seduh dan minuman hangat di Bromo. Ia juga memberikan ayahnya kuda
dan alat sholat dari hasil ia bermain sepak di desa Karang Sari. Di dalam film
ini juga terapat nilai-nilai persahabatan antara Wahyu dengan dua orang
sahabatnya yakni Mitro dan Purnomo. Inilah yang membuat film ini memiliki
rasa humor yang baik.
Untuk membuat film ini lebih menarik, Hanung menarik dua
pemain tim nasional Indonesia yang digandrungi oleh remaja yakni Irfan
Bachdim dan juga Kim Jeffrey Kurniawan. Ini merupakan penampilan
perdana mereka dalam membintangi sebuah film. Selain itu, film ini juga
menyelipkan kisah cinta antara Wahyu dengan Indah, gadis tercantik di
sekoalahnya yang diperankan oleh Maudy Ayunda. Film Tendangan dari
Langit memuat nilai-nilai religi tetapi tetap dapat menghibur penontonnya
5
dengan dialog-dialog yang natural dengan beberapa kali menggunakan bahasa
Jawa sebagai latar tempat cerita film dibuat.
Film ini merupakan karya dari sutradara terkenal dan salah satu
yang terbaik di Indonesia yakni Hanung Bramantyo. Hanung telah banyak
memproduksi film-film bioskop berkualitas di Indonesia. Film-film Hanung
banyak yang bertemakan religi dan memuat nilai-nilai Islami serta pelajaran
hidup. Beberapa film yang bertema religi dan memuat pesan dakwah karya
Hanung ialah film Ayat-Ayat Cinta, Sang Pencerah, dan Tanda Tanya. Ketiga
film tersebut sangat populer dan mendapatkan antusiasme yang tinggi dari
masyarakat. Begitu juga dengan film Tendangan dari Langit yang memiliki
pesan dakwah dan dikemas dengan menarik.
Pada tahun 2011, film ini menjadi salah satu dari empat nominasi
film bioskop terbaik pada acara Festival Film Indonesia (FFI). Empat film
tersebut di antaranya ialah Sang Penari, The Mirror Never Lies, ? (Tanda
Tanya), dan Tendangan dari Langit. Di antara empat film terbaik tahun 2011
tersebut, Hanung berhasil membawa dua film karyanya yang masuk ke dalam
nominasi yakni Tanda Tanya dan Tendangan dari Langit. Meski tidak
memenangkan nominasi ini, film Tendangan dari Langit berhasil memberikan
penghargaan kepada tim produksi film khususnya pada kategori Pengarah
Artistik Terbaik.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Wacana Pesan Berbakti
Kepada Kedua Orang Tua dalam Film Tendangan dari Langit”.
6
B. Fokus dan Rumusan Masalah
Untuk membatasi penelitian agar tidak terlalu luas, maka penulis
memfokuskan penelitian ini pada Pesan Berbakti kepada Kedua Orang Tua
yang terdapat dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari teks, kognisi
sosial, dan konteks sosial.
Penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam
film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari teks?
2. Bagaimana pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam
film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari kognisi sosial?
3. Bagaimana pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat dalam
film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari konteks sosial?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat
dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari teks
2. Untuk mengetahui pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat
dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari kognisi sosial
3. Untuk mengetahui pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat
dalam film “Tendangan Dari Langit” dilihat dari konteks sosial
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari segi akademis
maupun dari segi praktis.
7
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pengetahuan dan wawasan mengenai pesan berbakti kepada kedua orang
tua dalam film Tendangan dari Langit yang dianalisis menggunakan model
analisis wacana Teun A. Van Dijk. Selain itu, penelitian ini diharapkan
dapat menjadi referensi ilmiah di bidang studi dakwah dan komunikasi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada
masyarakat mengenai pesan berbakti kepada bedua orang tua yang
dituangkan dalam sebuah film. Pesan-pesan yang dianalisis menggunakan
model Teun A. Van Dijk diharapkan dapat daplikasikan oleh masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian penelitian ini juga diharapkan
dapat memberikan motivasi kepada sutradara dan penulis skenario agar
dapat memproduksi film-film yang memuat pesan-pesan positif, tidak
hanya menghibur, tetapi juga dapat memberikan edukasi kepada
masyarakat.
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang
menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan
sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.5
5 Dr. Juliansyah Noor, S.E., M.M., Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya
Ilmiah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 32.
8
Pada penelitian ini, penulis menggunakan paradigma
konstruktivisme. Guba menjelaskan tentang kontruktivisme yang berarti
pengetahuan dapat digambarkan sebagai hasil atau konsekuensi dari
aktivitas manusia, pengetahuan merupakan kontruksi manusia, tidak
pernah dipertanggungjawabkan sebagai kebenaran yang tetap merupakan
permasalahan dan selalu berubah.6
2. Pendekatan dan Metode Penelitian
Dalam Penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara
deksripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.7
3. Subjek dan objek penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Film Tendangan dari Langit
sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah analisis wacana
pesan berbakti kepada kedua orang tua yang dilihat dari teks, kognisi
sosial, dan konteks sosial.
4. Teknik pengumpulan data
Langkah – langkah dalam teknik pengumpulan data sebagai betikut
a. Wawancara
6 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, (Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2013). h. 49. 7 Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2006
cet ke 22), h. 6.
9
Menurut Kartono dalam buku Metode Penelitian Kualitatif yang
ditulis oleh Lexy J. Moleong, wawancara adalah suatu percakapan
yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dimana prosesnya terdiri
dari tanya jawab lisan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih
berhadap-hadapan secara fisik.8 Dalam penelitian ini, penulis
melakukan wawancara dengan penulis skenario film “Tendangan dari
Langit” yakni Fajar Nugros. Penulis melakukan wawancara pada hari
Minggu, 30 Juli 2017 di Kantor Demi Istri Production, Jalan Depsos I,
No. 30, Komplek Depsos, Jakarta Selatan.
b. Observasi
Observasi merupakan kegiatan memerhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan
antar aspek dalam fenomena tersebut.9 Penulis melakukan observasi
dengan menonton film “Tendangan dari Langit” lewat bentuk soft
copy. Penulis mencatat bagian-bagian yang penting di dalam film yang
memiliki pesan berbakti kepada kedua orang tua untuk kemudian
dijadikan bahan analisis. Penulis juga menyesuaikan dialog-dialog
yang terdapat dalam film dengan yang ada pada naskah skenario.
c. Dokumentasi
Menurut Sugiyono dalam buku Metode Penelitian Kualitatif yang
ditulis oleh Imam Gunawan, dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya
monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
8 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 160. 9 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 143.
10
penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian akan
lebih dapat dipercaya jika didukung oleh dokumen. Teknik
dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber
noninsani. Sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman. Sedangkan
kata dokumen digunakan untuk mengacu setiap tulisan selain rekaman,
yaitu tidak dipersiapkan secara khusus untuk tujuan tertentu, seperti
surat-surat, buku harian, naskah pidato, dan sebagainya.10 Pada
penelitian ini, penulis mengumpulkan dokumen-dokumen terkait
dengan film “Tendangan dari Langit”. Dokumen tersebut di antaranya
dalam bentuk soft copy film dan juga naskah skenario film Tendangan
dari Langit.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan
pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan dan materi-materi
lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai
materi-materi dan untuk menyajikan apa yang sudah ditemukan kepada
orang lain. Analisis melibatkan pekerjaan dengan data, penyusunan dan
pemecahannya ke dalam unit-unit yang dapat ditangani,
perangkumannya, pencarian pola-pola, dan penemuan apa yang
penting.11
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan model analisis wacana
Teun Van Dijk dimana wacana terbentuk melalui tiga level yakni level
10 Imam Gunawan, SP.d M.Pd, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik, h. 176. 11 Prof. Dr. Emzir, M. Pd., Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2012, cet ke-3), h. 85.
11
teks, kognisi sosial dan juga konteks sosial. Pada level teks, terdapat tiga
elemen struktur di antaranya:12
1. Struktur Makro (Tematik) : Elemen ini berisi makna umum dari
sebuah teks biasa juga disebut sebagai tema ataupun topik.
2. Superstruktur (Skematik) : Elemen ini berisi bagaimana sebuah teks
disusun sedemikian rupa sehingga dapat membentuk sebuah makna atau
pesan yang disampaikan.
3. Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik, Reotris) : Elemen ini
berisi hubungan antar kalimat, kata, proposisi, latar, detail, sampai
kepada gaya bahasa yang dipakai dalam suatu teks.
Dalam struktur wacana Van Dijk, tidak hanya meneliti sebuah teks,
melainkan juga bagaimana teks tersebut dibuat dan disusun sehingga
memunculkan makna. Hal inilah yang kemudian disebut dengan kognisi
sosial dan juga konteks sosial. Penulis melakukan analisis sesuai dengan
tiga konsep wacana dari Van Dijk yang terdiri dari teks, kognisi sosial dan
juga konteks sosial.
F. Penelitian Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan tinjauan
pustaka ke Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tinjauan pustaka
dilakukan untuk memastikan belum ada penelitian yang sama dengan
penelitian yang akan dilakukan penulis dan juga sebagai bahan rujukan untuk
penelitian. Penulis menemukan beberapa skripsi yang memiliki kemiripan
12 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), h.
228.
12
dengan judul penelitian penulis yang kemudian dijadikan langkah awal untuk
menjadi rujukan penelitian. Adapun beberapa skripsi yang ditemukan antara
lain :
1. Zakiyah Al-Wahdah, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun
2014. Zakiyah Al-Wahdah menulis skripsi berjudul “Analisis Wacana
Percintaan Beda Agama dalam Film Cinta Tapi Beda”. Di dalam skripsi
ini dijelaskan tentang percintaan beda agama yang terdapat dalam film
Cinta Tapi Beda. Zakiyah Al-Wahdah menjelaskan bahwa banyak
masyarakat di Indonesia yang mengalami percintaan beda agama seperti
dalam film tersebut. Persamaan dengan skripsi yang akan diteliti ialah
sama-sama meneliti analisis wacana dalam sebuah film. Perbedaannya
terletak pada subjeknya. Zakiyah Al-Wahdah meneliti film Cinta Tapi
Beda, sedangkan penulis meneliti film Tendangan dari Langit.
2. Sutrisno Sugiyono, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun
2013. Sutrisno Sugiyono menulis skripsi berjudul “Analisis Wacana
Berbakti kepada Ibu dalam Lagu Keramat Karya Rhoma Irama”. Di dalam
skripsinya dijelaskan tentang perintah dan nasihat untuk berbakti kepada
ibu yang terdapat dalam lirik lagu Keramat. Persamaan dengan skripsi
yang akan diteliti yakni sama-sama meneliti tentang Analisis Wacana
berbakti kepada orang tua. Namun Sutrisno Sugiyono memfokuskan pada
ibu dan meneliti sebuah lagu, sedangkan penulis meneliti film. Perbedaan
13
terletak pada subjeknya. Sutrisno Sugiyono meneliti lagu Keramat Karya
Rhoma Irama, sedangkan penulis meneliti film Tendangan dari Langit.
3. Putri Rizky Handayani, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun
2016. Putri Rizky Handayani menulis skripsi berjudul “Analisis Wacana
Dakwah dalam Film Kartun Syamil dan Dodo”. Di dalam skripsi ini
dijelaskan tentang pesan dakwah yang terdapat dalam film kartun Syamil
dan Dodo. Putri Rizky Handayani menjelaskan bahwa film ini memiliki
pesan-pesan dakwah yang berhubungan dengan aqidah dan syariah.
Persamaan dengan skripsi yang akan diteliti ialah sama-sama meneliti
analisis wacana dalam sebuah film. Perbedaanya terletak pada subjeknya.
Putri Rizky Handayani meneliti film kartun Syamil dan Dodo, sedangkan
penulis meneliti film Tendangan dari Langit.
4. Sugeng Priyanto, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, tahun 2013. Sugeng Priyanto menulis skripsi
berjudul “Pendidikan Karakter dalam Film Tendangan dari Langit (Kajian
Semiotik Dalam Perspektif PPKn)”. Di dalam skripsi ini dijelaskan tentang
pendidikan karakter para tokoh yang terdapat dalam film Tendangan dari
Langit. Hasil penelitian ini ialah bahwa film Tendangan dari Langit
memiliki muatan karakter yang pantang menyerah, kerja keras,
persahabatan dan nasionalisme yang terdapat pada tokoh utama Wahyu.
Persamaan dengan skripsi yang akan diteliti terletak pada subjeknya, yakni
sama-sama meneliti film Tendangan dari Langit. Sedangkan perbedaannya
terletak pada objeknya. Sugeng Priyanto meneliti pendidikan karakter.
14
dengan menggunakan kajian semiotik, sedangkan penulis menggunakan
analisis wacana.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, penulis mengambil
kesimpulan bahwa belum ada penelitian yang sama dengan penelitian
penulis. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul
Analisis Wacana Pesan Berbakti kepada Kedua Orang Tua dalam Film
Tendangan dari Langit.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini dibagi menjadi lima bab yang terdiri
dari beberapa sub bab, sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, fokus dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi kerangka teori penelitian yang di dalamnya
diuraikan tentang pengertian analisis wacana, analisis wacana
menurut Teun A Van Dijk, film dan juga konsep berbakti
kepada kedua orang tua.
BAB III GAMBARAN UMUM FILM TENDANGAN DARI
LANGIT
Bab ini memaparkan tentang sinopsis film, keunggulan film,
15
profil sutradara, profil penulis skenario, dan juga profil pemain
film Tendangan dari Langit.
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang pembahasan dan analisis data
yang berbentuk uraian hasil temuan lapangan. Di dalamnya
diuraikan pesan berbakti kepada kedua orang tua yang terdapat
dalam film Tendangan dari Langit dilihat dari teks, kognisi
sosial dan konteks sosial.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari penulis.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Analisis Wacana
Kata “Analisis” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya. Analisis juga berarti penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya
dan penelaahan begian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.131
Sedangkan kata “Wacana” berarti komunikasi verbal, percakapan,
keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan. Wacana juga berarti satuan
bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh,
seperti novel, buku, artikel, pidato atau khutbah.2
Istilah Wacana belum dipakai di Indonesia pada tahun 1960-an karena
pada mulanya wacana berasal dari kata discourse yang terdapat dalam Kamus
Inggris-Indonesia yang ditulis oleh Echols dan Shadily pada tahun 1975. Dalam
kamus tersebut, kata discourse berarti pidato, tulisan, percakapan atau ceramah.
Penjelasan dari kamus tersebut menggambarkan pengertian umum tentang wacana
yang digunakan di Indonesia. Segala hal yang berkaitan dengan ujaran atau
penggunaan bahasa pidato, tulisan, percakapan disebut sebagai wacana.3
1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Keempat,
(Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 58. 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Keempat, h.
1552. 3 Herudjati Purwoko, Discourse Analysis; Kajian Wacana bagi Semua Orang, (Jakarta:
Indeks, 2008), h.1.
17
Secara bahasa, wacana juga berasal dari bahasa Sansekerta yakni dari kata
“wac” atau “wak” atau “vak”, yang artinya “berkata” atau “berucap”. Kemudian
kata tersebut mengalami perubahan menjadi wacana. Tambahan “na” di belakang
kata “wac” adalah bentuk akhiran yang bermakna “membendakan”. Dengan
demikian, kata “wacana” dapat diartikan sebagai perkataan atau tuturan. Kata
wacana dalam kamus bahasa kontemporer memiliki tiga arti. Pertama,
percakapan, ucapan, atau tuturan. Kedua, keseeluruhan percakapan yang
merupakan satu kesatuan. Ketiga satuan bahasa terbesar yang realisasinya
merupakan bentuk karangan yang utuh.4
Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang wacana dan juga analisis
wacana. Wahab dalam buku Analisis Wacana yang ditulis oleh Nurlaksana Eko
Rusminto, menyatakan bahwa,
“Wacana dapat diartikan sebagai organisasi bahasa yang lebih luas
dari kalimat atau klausa, dan oleh karena itu dapat juga dimaksudkan
sebagai satuan linguistik yang lebih besar, misalnya percakapan lisan
atau naskah tulisan. Oleh karena itu, wacana tidak dapat dibatasi
hanya pada bentuk-bentuk linguistik yang terpisah dari tujuan dan
fungsi bahasa dalam proses interaksi manusia.”5
Menurut J.S. Badudu pada tahun 2000 dalam buku Analisis Wacana yang
ditulis oleh Aris Badara, Wacana adalah kalimat-kalimat yang berkaitan yang
menghubungkan suatu proposisi dengan proposisi lainnya. Proposisi yang telah
terhubung satu sama lain membentuk makna di antara kalimat-kalimat tersebut.
Wacana merupakan satuan bahasa tertinggi di atas kalimat maupun klausa dengan
4 E. Zainal Arifin, dkk, Wacana: Transaksional dan Interaksional dalam Bahasa Indonesia,
(Tangerang: Pustaka Mandiri, 2013), h. 20. 5 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2015, cet. pertama), h. 2.
18
koherensi dan kohesi yang tinggi. Wacana dapat disampaikan secara lisan maupun
tertulis. 6
Rani dalam buku Analisis Wacana yang ditulis oleh Nurlaksana Eko
Rusminto, menyatakan bahwa, Wacana merupakan satuan bahasa di atas kalimat
yang digunakan untuk melakukan proses komunikasi dalam konteks sosial.
Wacana dapat berupa rangkaian kalimat atau ujaran dalam bentuk lisan atau
tulisan, baik bersifat transaksional atau interaksional. Secara lisan, wacana ialah
proses komunikasi antara penyapa dan pesapa. Sedangkan secara tulisan, wacana
ialah ungkapan gagasan atau ide dari penyapa.7
Objek kajian wacana pada umumnya berpusat pada bahasa yang
digunakan sehari-hari, baik yang berupa lisan maupun teks tertulis. Objek
kajiannya adalah unit bahasa di atas kalimat atau ujaran yang memiliki kesatuan
mekna dan kepaduan bentuk dalam kehidupan sehari-hari, seperti naskah pidato,
rekaman percakapan yang telah dinaskahkan, percakapan langsung, catatan rapat
dan sebagainya. Kajian atau analisis wacana pada dasarnya merupakan
pembahasan terhadap hubungan antara konteks-konteks yang terdapat dalam teks.
Pembahasan itu bertujuan menjelaskan hubungan antarkalimat atau antarujaran,
yang membentuk wacana. Dengan demikian, rentetan kalimat yang berkaitan yang
menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lain itu membentuk
kesatuan yang dinamakan wacana.8
6 Dr. Aris Badara, M. Hum, Analisis Wacana; Teori, Metode dan Penerapannya pada
Wacana Media. (Jakarta; Kencana Prenada Media Grup, 2012), h. 16-17. 7 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, h. 3. 8 E. Zainal Arifin, dkk, Wacana: Transaksional dan Interaksional dalam Bahasa Indonesia,
h. 20-21.
19
Wacana merupakan satuan bahasa tertinggi dan terlengkap di atas kalimat
atau klausa. Tarigan menggambarkan kedudukan wacana dalam satuan bahasa
yakni sebagai berikut.
Skema 2.1
Satuan Bahasa9
WACANA
Kalimat
Klausa
Frase
Kata
Morfem
Fonem
Menurut Stubs dalam buku Analisis Wacana yng ditulis oleh Aris Badara,
analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa
yang digunakan secara alamiah, yakni penggunaan bahasa dalam komunikasi
sehari-hari. Wacana dapat digunakan baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Definisi ini sejalan dengan Cook yang menyatakan bahwa analisis wacana
merupakan kajian yang membahas tentang wacana, sedangkan wacana merupakan
bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.10
Rani dalam buku Analisis Wacana yang ditulis oleh Nurlaksana Eko
Rusminto menyimpulkan bahwa
9 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, h. 4. 10 Dr. Aris Badara, M. Hum, Analisis Wacana; Teori, Metode dan Penerapannya pada
Wacana Media, h. 18.
20
“Analisis wacana menginterpretasikan makna sebuah ujaran atau
tulisan dengan memperhatikan konteks yang melatarinya baik konteks
linguistik maupun konteks etnografi. Konteks linguistik merupakan
rangkaian kata yang mengikuti satuan bahasa tertentu, sedangkan
konteks etnografi merupakan ciri atau faktor dari pemakai bahasa
seperti faktor budaya, tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku di
masyarakat.”11
Ada beberapa ahli yang memiliki perspektif terhadap analisis wacana di
antaranya ialah Foucault, Roger Fowler, Robert Hodge, Gunther Kress, Tony
Trew, Theo Van Leeuwen, Sara Mills, Norman Fairclogh, dan Teun A. Van Dijk.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan model Analisis Wacana milik Teun
A. Van Dijk.
B. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk
Model analisis wacana yang dipakai oleh Van Dijk sering disebut sebagai
“Kognisi Sosial”. Pendekatan ini menjelaskan bahwa wacana terbentuk tidak
hanya dari teks karena teks merupakan suatu bentuk hasil dari praktik produksi
yang juga harus diamati. Pengetahuan mengenai bagaimana suatu teks diproduksi
diperlukan dalam analisis kognisi sosial.12
Menurut Van Dijk, analisis wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis
yang membongkar maksud-maksud tertentu. Wacana adalah suatu upaya
pengungkapan maksud tersembunyi dari sang subjek yang mengemukakan suatu
pernyataan. Teun Van Dijk mengembangkan pendekatan kognisi sosial . Ia
melihat faktor kognisi sebagai elemen penting dalam produksi wacana.
11 Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis, h. 5. 12 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), h.
221.
21
Van Dijk berpendapat bahwa hal yang dapat membedakan wacana atau
bukan adalah adanya kesatuan, baik struktur maupun teksturnya. Struktur dan
tekstur dapat dipahami sebagai kohesi dan koherensi. Van Dijk menjelaskan bawa
elemen-elemen struktur wacana antara lain ialah tematik atau apa yang dikatakan,
skematik atau cara informasi disusun, semantik atau makna yang ditekankan,
sintaksis atau bagaimana pendapat disampaikan, stilistik atau pemilihan kata, dan
retoris atau cara penekanan itu dilakukan.13
Struktur elemen wacana yang dikemukakan oleh Van Dijk dapat
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Elemen Wacana Van Dijk14
Struktur Wacana Hal yang Diamati Elemen
Struktur Makro Tematik (Apa yang
dikatakan?)
Topik
Superstruktur Skematik (Bagaimana
pendapat disusun dan
dirangkai?)
Skema
Struktur Mikro Semantik (Makna yang
ingin ditekankan dalam
teks berita)
Latar, detail, maksud,
praanggapan,
nominalisasi
Struktur Mikro Sintaksis (Bagaimana
pendapat disampaikan)
Bentuk kalimat,
koherensi, kata ganti
Struktur Mikro Stilistik (Pilihan kata apa
yang dipakai?)
Leksikon
Struktur Mikro Retoris (Bagaimana dan
dengan cara apa
penekanan dilakukan?)
Grafis, metafora, ekspresi
Menurut Teun Van Dijk, makna atau pesan dari suatu teks tidak hanya
dilihat dari teksnya saja melainkan juga dilihat dari kesadaran pembuat teks dan
juga kehidupan sosial masyarakat yang juga mempengaruhi. Van Dijk
13 E. Zainal Arifin, dkk, Wacana: Transaksional dan Interaksional dalam Bahasa Indonesia,
h. 5-6. 14 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 228
22
membagikan tiga elemen pembentuk makna dari suatu wacana yakni elemen teks,
kognisi sosial dan juga konteks sosial. Jika digambarkan, model analisis wacana
Van Dijk ialah sebagai berikut:
Skema 2.2
Model Analisis Wacana Van Dijk15
Teks
Kognisi Sosial
Konteks Sosial
1. Teks
Van Dijk membagi struktur teks ke dalam tiga tingkatan yakni struktur
makro, superstruktur, dan juga struktur mikro.16
a. Struktur Makro (Tematik)
Struktur makro ialah makna global dari suatu teks yang dapat
dipahami dengan melihat topiknya. Struktur makro biasa disebut dengan
tematik. Tematisasi merupakan proses pengaturan tekstual yang berguna
untuk memberikan perhatian pada bagian-bagian terpenting dari isi teks,
kepada pembaca.
Tema kerap disandingkan dengan topik. Topik dapat digambarkan
sebagai bagian dari informasi penting dari suatu wacana atau inti pesan
yang disampaikan oleh komunikator. Dalam kerangka Van Dijk, topik
15 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 225. 16 Alex Sobur, Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2004. Cet. Ke-3), h. 75-84.
23
dalam suatu teks didukung oleh beberapa subtopik Masing-masing
subtopik ini mendukung, memperkuat, bahkan membentuk topik utama.
b. Superstruktur (Skematik)
Superstruktur menggambarkan bentuk umum dari suatu teks.
Bentuk wacana umum itu disusun dengan sejumlah kategori atau
pembagian umum seperti pendahuluan, isi, kesimpulan pemecahan
masalah, penutup, dan sebagainya. Struktur skematik merupakan strategi
bagaimana menempatkan bagian yang penting dari suatu teks. Struktur
skematik memberikan penekanan bagian yang ingin didahulukan oleh
pembuat teks. Dalam film, skematik dapat berupa alur dari film tersebut.
c. Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik, Retoris):
1.) Semantik
Dalam skema Van Dijk, semantik dikategorikan sebagai makna
lokal. Makna lokal merupakan makna yang muncul dari hubungan antar
kalimat, hubungan antarproposisi yang membangun makna tertentu
dalam suatu teks. Latar, detail dan maksud dari suatu teks merupakan
bagian dari strategi semantik.
Latar merupakan bagian yang dapat mempengaruhi arti yang ingin
ditampilkan. Latar menentukan ke arah mana pandangan khalayak
dibawa. Detil merupakan kontrol informasi yang ditampilkan oleh
seseorang. Detil yang panjang dan lengkap ialah suatu penonjolan yang
disengaja dengan tujuan untuk menciptakan makna tertentu kepada
24
khalayak. Maksud ialah informasi yang disampaikan oleh komunikator
baik secara implisit ataupun eksplisit.17
2.) Sintaksis
Sintaksis merupakan pemakaian kata ganti, aturan tata kata,
pemakaian kalimat aktif atau pasif, peletakkan anak kalimat, pemakaian
kalimat yang kompleks dan sebagainya. Koherensi atau jalinan antarkata,
bentuk kalimat dan kata ganti merupakan bagian dari strategi sintaksis.
Bentuk kalimat ialah makna yang dibentuk lewat susunan kalimat.
Bentuk kalimat menentukan subjek yang diekspresikan secara eksplisit
ataupun implisit dan teks menggunakan kalimat aktif atau pasif dengan
struktur deduktif ataupun induktif. Koherensi ialah jalinan antar kata,
atau kalimat dalam teks. Suatu kalimat dapat memiliki hubungan sebab
akibat, keadaan, waktu, kondisi dan sebagainya melalui kata hubung
yang digunakan. Sementara kata ganti ialah struktur teks untuk
menunjukkan posisi komunikator dalam wacana.18
3.) Stilistik
Stilistik ialah cara yang digunakan penulis atau pengarang untuk
menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana.
Gaya bahasa mencakup diksi tau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas,
dan citraan yang digunakan seorang sastrawan yang terdapat dalam
sebuah karya sastra.
4.) Retoris
17 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 235-240. 18 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 242-254.
25
Retoris berhubungan erat dengan bagaimana pesan disampaikan
kepada khalayak. Strategi retoris muncul dalam bentuk interaksi yakni
bagaimana pembicara menempatkan atau memposisikan dirinya di antara
khalayak dengan menggunakan gaya formal, informal atau santai. Grafis,
metafora dan ekspresi merupakan bagian dari retoris.
Grafis merupakan bagian yang ditekankan dan ditonjolkan dalam
teks. Penekanan dapat dilakukan dengan membedakan tulisan yang satu
dengan yang lain seperti dengan menggunakan huruf tebal, besar, miring
dan sebagainya sedangkan metafora ialah pemakaian ungkapan, atau
kiasan.19
2. Kognisi Sosial
Dalam pandangan Van Dijk, analisis wacana tidak dibatasi hanya pada
struktur teks, karena struktur wacana itu sendiri menunjukkan atau menandakan
sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk membongkar bagaimana makna
tersembunyi dari teks, dibutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial.
Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna,
tetapi makna itu diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya proses
kesadaran mental dari pemakai bahasa.
Peristiwa dapat dimengerti dan dipahami berdasarkan pada skema atau
model dan juga memori dari komunikator. Skema digunakan untuk memproses
informasi yang datang dari lingkungan dan diintegrasikan dengan informasi baru
yang menggambarkan bagaimana peristiwa dipahami., ditafsirkan, dan
19 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 257-259.
26
dimasukkan sebagai bagian dari pengetahuan. Sedangkan memori mengandung
pemasukan dan penyimpanan pesan-pesan untuk memandang realitas.20
3. Konteks Sosial
Wacana adalah bagaimana wacana yang berkembang dalam masyarakat,
sehingga untuk meneliti teks perlu dilakukan analisis intertekstual dengan
meneliti bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi di
dalam masyarakat. Dalam kerangka Van Dijk, perlu dilakukan penelitian
mengenai wacana diproduksi dan dikonstruksi oleh masyarakat. Titik penting dari
anaisis ini ialah bagaimana wacana yang dihayati bersama-sama.21
C. Film
1. Definisi Film
Film adalah teknik audio visual yang sangat efektif dalam mempengaruhi
penonton-penontonnya. Film merupakan kombinasi dari drama dengan paduan
suara dan musik, serta drama dengan paduan dari tingkah laku dan emosi yang
dapat dinikmati oleh penontonnya sekaligus dengan mata, telinga dan di ruang
yang gelap dan terang.22
Film adalah medium komunikasi massa yang tidak hanya berfungsi
sebagai hiburan, melainkan juga pendidikan dan juga penerangan. Film dapat
digunakan untuk alat bantu memberikan penjelasan, ceramah-ceramah,
penerangan atau pendidikan. Bukan hanya sebagai alat bantu, bahkan secara
penuh film berfungsi sebagai penerangan dan pendidikan. Sejak audio visual
20 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 260-264. 21 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 272. 22 Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2008, cet ke-5), h. 84.
27
dianggap sebagai media yang terbaik dalam pendidikan, berbagai universitas,
sekolah, industri, lembaga kesehatan, polisi lalu lintas dan sebagainya
menggunakan film untuk mengintensifkan usahanya. Film juga merupakan alat
yang ampuh untuk memberikan penerangan, petunjuk, dan instruksi kepada
orang-orang yang tidak bisa membaca dan menulis.23
Film dapat menyampaikan banyak pesan. Melalui film, orang yang buta
huruf dapat ikut menikmatinya dibandingkan dengan media cetak. Mimik dalam
film dapat diperlihatkan dengan jelas dengan melakukan big close up pada wajah.
Begitu juga dengan gerak-gerik dan teknik suara yang diperlihatkan. Film
merupakan media yang paling banyak menampilkan lambang untuk menunjang
penyampaian pesan.24
2. Klasifikasi Film
Film dapat diklasifikasikan berdasarkan genre, yang di antaranya:25
a. Aksi
Film bergenre aksi merupakan film yang berisi adegan-adegan fisik
adegan menegangkan dan adegan berbahaya dengan tempo yang cepat.
Film aksi menayangkan adegan perkelahian, tembak-menembak, balapan,
ledakan serta aksi-aksi fisik lainnya. Dalam film ini, umumnya tokoh
protogonis berperan sebagai penegak hukum seperti polisi, detektif, agen
pemerintah, tentara dan sebagainya. Film aksi banyak menggunakan
karakter laki-laki sebagai tokoh utama dan sasaran penonton juga
ditujukan untuk laki-laki.
23 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT Citra Aditya
Bakti, 2003) h. 209. 24 Amura, Perfilman di Indonesia dalam Era Orde Baru, (Jakarta: Lembaga Komunikasi
Massa Islam di Indonesia, 1989), h. 136-137. 25 Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), h. 13-20.
28
b. Drama
Film drama umumnya berhubungan dengan tema, cerita, karakter
serta suasana yang sesuai dengan kehidupan nyata. Tema-tema film ini
mengangkat isu-isu sosial di masyarakat seperti ketidakadilan, kekerasan,
dikriminasi, penyakit, kemiskinan, poiltik, dan sebagainya. Cerita dari film
drama kerap kali merupakan cerita yang diadaptasi dari novel, puisi,
biografi dan karya sastra lainnya. Film drama dapat ditonton oleh semua
kalangan namun biasanya tertuju pada kalangan penonton seperti keluarga,
remaja dan anak-anak.
c. Epik Sejarah
Film epik sejarah menceritakan tentang peristiwa sejarah masa
lampau dengan latar sebuah kerajaan yang menjadi mitos ataupun legenda.
Film kolosal ini menggunakan setting mewah, megah dan menampilkan
berbagai kostum yang unik, perlengkapan perang, seperti pedang, tombak,
kereta kuda, panah dan sebagainya. Tokoh utama dalam film ini biasanya
merupakan sosok yang gagah dan disegani oleh lawannya.
d. Fantasi
Film fantasi ialah film yang menampilkan peristiwa, tempat, serta
karakter yang tidak nyata. Film ini berhubungan dengan mitos, dongeng,
imajinasi, halusinasi serta alam mimpi. Cerita dari film ini banyak
mengadaptasi kisah 1001 malam, dan mitos dewa-dewi Yunani. Genre ini
biasanya juga berhubungan dengan fiksi ilmiah, petualangan, supernatural,
dan horror. Film fantasi ditujukan untuk penonton remaja dan anak-anak,
namun mampu juga memikat kalangan dewasa.
29
e. Fiksi Ilmiah
Film fiksi ilmiah berhubungan dengan teknologi serta kekuatan
yang berada di luar jangkauan teknologi masa kini. Film ini umumnya
menceritakan tentang masa depan, perjalanan luar angkasa, penjelajahan
waktu, invasi atau kehancuran bumi. Karakter dari film ini biasanya bukan
manusia melainkan makhluk asing, robot, monster, hewan purba, dan
sebagainya. Sasaran penonton film ini bervariasi namun umumnya disukai
oleh laki-laki.
f. Horror
Film horror ialah film yang bertujuan untuk memberikan efek rasa
takut, kejutan ataupun terror yang mendalam bagi penontonnya. Plot dari
film ini yakni bagaimana usaha manusia untuk melawan kekuatan jahat
yang berhubungan dengan dimensi supernatural atau sisi gelap manusia.
Pelaku terror berbentuk menyeramkan yang dapat berwujud manusia,
makhluk goib, monster, hingga makhluk asing. Film ini memiliki suasana
yang gelap dengan diiringi oleh musik yang mencekam.
g. Komedi
Komedi ialah film yang dibuat untuk membuat penontonnya
tertawa dan terhibur. Film komedi berisi drama yang melebih-lebihkan
aksi, situasi, bahasa hingga karakternya. Film komedi dibagi menjadi dua
jenis yakni komedi situasi dan juga komedi lawakan. Dalam komedi
situasi, unsur komedi menyatu dengan cerita, sedangkan dalam komedi
lawakan bergantung pada figur komedian.
30
h. Kriminal dan Gangster
Film kriminal umumnya menampilkan aksi-aksi kriminal seperti
pencurian, perampokan, perjudian, pembunuhan dan lain sebagainya.
Perseteruan antara pelaku kriminal dan penegak hukum seperti detektif
swasta, polisi atau pengacara biasanya terdapat dalam film ini. Berbeda
dengan film bergenre aksi, film ini menampilkan aksi kekerasan yang
lebih sadis. Latar tempat dalam film ini umumnya mengambil kota-kota
besar yang padat penduduk.
i. Musikal
Film musikal adalah film yang mengkombinasikan unsur musik,
lagu, tari, dan gerak. Lagu-lagu dan tarian biasanya ditampilkan sepanjang
film dan menyatu dengan cerita. Penggunaan musik dan lagu beserta
liriknya ialah untuk mendukung jalannya alur cerita yang umumnya
berkisah tentang percintaan, kesuksesan serta popularitas. Sasaran dari
film ini lebih ditujukan untuk keluarga, remaja dan anak-anak.
j. Petualangan
Film petualangan ialah film yang mengisahkan tentang perjalanan,
eksplorasi atau ekspedisi ke suatu wilayah yang belum pernah dikunjungi.
Film-film ini menampilkan pemandangan atau panorama alam seperti
hutan rimba, pegunungan, savana, gurun pasir, lautan, serta pulau
terpencil. Dalam film ini, umumnya menceritakan tentang pencarian
sesuatu yang berharga seperti harta karun, artefak, emas, berlian dan
lainnya. Film ini juga dapat berupa penaklukan suatu wilayah atau usaha
penyelamatan diri dari suatu wilayah tertentu.
31
k. Perang
Film perang ialah film yang menampilkan adegan pertempuran
baik di darat, laut, maupun udara. Berbeda dengan film epik sejarah, film
ini umumnya menampilkan perang dengan menggunakan kostum,
peralatan serta perlengkapan dan strategi yang modern mulai dari seragam,
sepatu, pistol, tank, helikopter, kapal selam dan sebagainya.
l. Western
Western ialah film yang berasal dari Amerika. Film ini berisi
konflik dari pihak yang baik dan juga jahat. Latar tempat dari film ini
biasanya ialah kota kecil, bar, sungai, pohon kaktus, peternakan, serta
perkampungan suku Indian. Ciri khas dari film ini dilihat dari karakternya
seperti koboi, sheriff¸ Indian dan kavaleri yang memiliki perlengkapan
seperti pistol, senapan, jaket kulit, topi dan sepatu boot. Film ini umumnya
menampilkan aksi tembak-menembak, berkuda, dan aksi duel.
3. Jenis-jenis Film
Berdasarkan sifatnya, film terdiri dari jenis-jenis sebagai berikut:
a. Film Cerita
Film cerita merupakan film yang mengandung suatu cerita yang
lazim dipertunjukkan di bioskop dengan bintang film yang ternama. Film
yang bersifat auditif visual disajikan kepada publik dalam bentuk gambar
dan suara. Film ini dapat membuat penonton tertawa, menangis, marah,
terharu, tegang dan lain sebagainya dengan cerita yang dapat diambil dari
kejadian sehari-hari, cerita nyata, sejarah, atau juga khayalan.26
26 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 212.
32
Film cerita memiliki berbagai jenis genre seperti drama, horror,
perang, fiksi ilmiah, komedi dan sebagainya. Film cerita dapat diartikan
sebagai pengutaraan cerita atau ide dengan pertolongan gambar-gambar,
gerak dan suara. Dalam pembuatannya, diperlukan proses pemikiran dan
proses teknis. Proses pemikiran berupa ide, gagasan, atau cerita,
sedangkan proses teknis berupa keterampilan artistik untuk mewujudkan
cerita tersebut menjadi film yang menarik untuk ditonton.27
b. Film Berita
Film berita adalah film mengenai fakta atau peristiwa yang benar-
benar terjadi. Dengan adanya TV yang sifatnya auditif visual seperti film,
maka berita yang difilmkan dapat ditayangkan kepada publik melalui TV
dengan lebih cepat daripada dipertunjukkan di bioskop yang mayoritas
diawali film cerita.28
c. Film Dokumenter
Istilah dokumenter dipopulerkan oleh John Gierson berkebangsaan
Prancis yang menyebut karya dari Robert Flaherty, warga Amerika Serikat
yang berjudul Moana, 1926. Ia mendefinisikan film dokumenter sebagai
perlakuan kreatif atas peristiwa.29 Film dokumenter menitikberatkan pada
fakta atau peristiwa yang sedang terjadi. Film dokumenter berkisar pada
hal-hal yang merupakan perpaduan manusia dan alam.30
d. Film Kartun
27 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, (Jakarta: PT Grasindo 1996), h. 10-13. 28 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 212. 29 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 14. 30 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 214.
33
Film kartun menitikberatkan pada seni lukis. Ditemukannya
sinematografi membuat para pelukis memiliki gagasan unutuk
menghidupkan lukisan-lukisannya. Lukisan tersebut dapat menjadi
menarik karena dapat memegang peran apa saja yang tidak dapat
diperankan oleh manusia. Tokoh dalam film kartun dapat menjadi ajaib
seperti terbang, menghilang, menjadi besar atau kecil secara tiba-tiba.31
4. Struktur Film
Semua film memiliki struktur yang berguna untuk membagi segmentasi
plot film secara sistematik. Struktur fisik film terbagi menjadi shot, adegan dan
juga sekuen:32
a. Shot
Shot dapat diartikan berdasarkan dua bagian yakni saat produksi
berlangsung dan pasca produksi. Shot selama produksi ialah proses
perekaman gambar dari mulai kamera roll atau aktif hingga kamera
dihentikan. Shot saat produksi biasa disebut dengan take atau pengambilan
gambar. Sementara shot pasca produksi ialah suatu rangkaian gambar utuh
yang tidak terinterupsi oleh potongan gambar. Shot merupakan unsur
terkecil dari film karena dapat berdurasi kurang dari satu detik, namun bisa
beberapa menit atau bahkan jam. Sekumpulan shot dapat menjadi sebuah
adegan dimana satu adegan memiliki belasan hingga puluhan shot.
b. Adegan (Scene)
Adegan adalah suatu segmen pendek dari keseluruhan cerita yang
memperlihatkan satu aksi yang berkesinambungan. Suatu adegan diikat
31 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 216. 32 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 29-30.
34
oleh waktu, cerita, tema, karakter atau motif. Dalam sebuah film, biasanya
tediri dari tiga puluh hingga lima puluh adegan dan dalam satu adegan
terdiri dari beberapa shot yang saling berhubungan.
c. Sekuen
Sekuen adalah suatu bagian dari sebuah film yang memperlihatkan
satu rangkaian peristiwa yang utuh. Satu sekuen dikelompokkan
berdasarkan satu periode, lokasi, atau satu rangkaian aksi panjang yang
terdiri dari beberapa adegan yang saling berhubungan. Sebuah film cerita
biasanya terdiri dari delapan hingga lima belas sekuen.
5. Unsur-Unsur Film
Dalam memproduksi sebuah film, diperlukan orang-orang yang bekerja
untuk membuat dan mengemas film tersebut sehingga layak untuk ditonton.
Unsur-unsur film tersebut di antaranya:33
a. Sutradara
Sutradara ialah orang tertinggi dalam sebuah film dari segi artistik.
Ia memimpin sebuah film dari segi apa yang dilihat oleh penonton.
Sutradara bertanggung jawab untuk mengarahkan dialog dan akting,
mengontrol posisi kamera, pencahayaan, suara dari awal produksi hingga
tahap penyelesaian.
b. Penulis Skenario
Penulis skenario ialah orang yang memiliki keahlian untuk
menuangkan sebuah film dalam bentuk tertulis. Ia bertugas untuk
33 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 34-80.
35
menjabarkan gagasan, jalan cerita, perwatakan dan bahasa. Ia menyusun
dialog ke dalam bahasa yang hidup dan sesua dengan karakter para tokoh.
c. Penata Fotografi
Penata fotografi atau yang biasa dikenal dengan cameraman ialah
orang yang bertugas untuk menentukan jenis-jenis shot bersama dengan
sutradara. Ia menentukan jenis lensa, filter, diafragma dan mengatur lampu
untuk mendapatkan efek pencahayaan yang diinginkan.
d. Penyunting / Editor
Editor atau penyunting ialah orang yang bertugas menyusun
gambar-gambar dan suara dari hasil syuting untuk membentuk cerita. Ia
dapat memotong, menyempurnakan dan membentuk kembali gambar dan
suara tersebut untuk mendapatkan isi yang diinginkan dalam setiap bagian
dan film secara keseluruhan.
e. Penata Artistik
Penata artistik ialah orang yang menentukan setting dari sebuah
film. Setting ialah tempat dan waktu berlangsungnya cerita film.
f. Penata Suara
Penata suara bertugas untuk merekam suara baik di lapangan
maupun di studio. Selain itu, seorang penata suara bertugas mengolah
materi suara dari berbagai sistem rekaman.
g. Penata Musik
Penata musik ialah orang yang bertanggung jawab untuk menata
paduan bunyi yang berfungsi untuk menambah nilai dramatik seluruh
cerita film.
36
h. Pemeran
Pemeran ialah orang yang memainkan peran dari tokoh dalam
sebuah film. Ia melakukan proses penokohan, menyajikan penampilan,
seperti cara bertingkah laku, ekspresi emosi, mimik, gerak-gerik, dan cara
berdialog sebagai tokoh yang diperankan.
D. Konsep Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
1. Hak dan Keistimewaan Orang Tua
Secara umum, khususnya di Indonesia, hak dan kewajiban orang tua dan
anak dapat dilihat pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan. Pada Bab X yang berjudul Hak dan Kewajiban antara Orang Tua dan
Anak, pasal 46 butir 1 disebutkan bahwa anak wajib menghormati orang tua dan
mentaati kehendak mereka yang baik. Kemudian pada butir ke 2 disebutkan
bahwa jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya,
orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas, bila mereka itu memerlukan
bantuannya.34
Kemudian di dalam Islam, Allah SWT memberi wahyu kepada nabi untuk
menghormati kedua orang tua yakni dengan mengetahui hak-hak orang tua. Orang
tua memiliki dua hak, yang pertama ketika masih hidup, seorang anak wajib taat
dan patuh. Kemudian yang kedua ketika sudah meninggal, seorang anak wajib
mendoakan keduanya.35
34 Martiman Prodjohaamidjojo, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Indonesia Legal
Center Publishing, 2011), cet. Ke-3, h. 84. 35 Jejen Musfah, Bahkan Tuhan Pun Bersyukur; Memahami Rahasia Hati, (Jakarta: Hikmah,
2003). h. 65.
37
Berbakti kepada kedua orang tua ialah hak kedua orang tua yang
dilaksanakan oleh seorang anak selama perintah dari orang tua tidak untuk
melakukan hal-hal yang dibenci oleh Allah SWT. Seorang anak diperbolehkan
untuk melawan perintah orang tua apabila perintah tersebut menyimpang dari
ajaran-ajaran Islam.36
Setiap orang tua memiliki keistiewaan dan kemuliaan yang dikaruniai oleh
Allah SWT. yang diantaranya ialah:37
a. Taat Orang Tua sama dengan Taat Allah
Orang tua ialah orang yang mulia, maka setiap kehendaknya
menjadi istimewa. Allah memerintahkan setiap manusia untuk taat kepada
orang tua selama ketaatan itu tidak melanggar aturan dan ketentuan Allah.
b. Ridha Allah sama dengan Ridha Orang Tua, dan Murka Allah sama
dengan Murka Orang tua
عبد وعن رضي - عمر بن للا الن عن , -عنهما للا عليه هللا صلى بي
رضا :قال وسلم وسخط , الوالدين رضا في للا الوالدين سخط في للا
Artinya:
“Dari Abdillah bin Amr bin Ash’ radliallahu ‘anhuma dikatakan
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ridha Allah
ada pada ridha orang tua dan murka Allah juga ada pada murka orang tua.”
HR Tirmidzi.38
Allah memerintahkan manusia untuk taat dan tidak mendurhakai
orang tua. Meski seseorang telah taat dan bersyukur kepada Allah belum
cukup jika tidak taat dan bersyukur kepada orang tua.
36 Ahmad Isa Asyur, Birrul Walidain, Penerjemah H. Salim Basyarahil, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1992), h. 14. 37 Mahmud Asy-Syafrowi, Orang Tuaku Pintu Surgaku, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015),
h. 40-52. 38 Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Ensiklopedia Hadits 6: Jami’ at-Tirmidzi,
Penerjemah Misbahul Khaer, dkk. Bab Keutamaan Keridhaan Kedua Orang Tua, (Jakarta: Almahira, 2013, Cet. Ke- 1), h. 646.
38
c. Melaknat Orang Tua Sama dengan Melaknat Diri Sendiri
Laknat, cacian atau celaan seorang anak yang ditujukan kepada
orang tua merupakan dosa besar yang dapat mendatangkan laknat dari
Allah SWT.
d. Doa Orang Tua sama dengan Doa Nabi
Doa orang tua ialah salah satu doa yang mustajab yang ditrangkan
dalam hadits
ودعوة المسافر ودعوة المظلوم دعوة فيهن شك ال مستجابات دعوات ثالث
ولده على الوالد
“Ada tiga doa yang akan dikabulkan oleh Allah dan tidak ada keraguan
padanya; doa orang yang terdzalimi, doa seorang musafir, dan doa orang
tua kepada anaknya.” HR Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi.39
e. Orang Tuamu sama dengan Surga dan Nerakamu
Orang tua ialah sosok yang berpengaruh terhadap usaha seorang
anak untuk masuk surga. Berbakti dan menaati kedua orang tua ialah sebab
dekatnya seorang anak memasuki surga.
2. Keutamaan Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Berbakti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata Bakti
yang berarti pernyataan tunduk dan hormat. Imbuhan ber di awal kata bakti berarti
berbuat sehingga berbakti berarti berbuat bakti.40 Berbakti kepada kedua orang tua
merupakan perbuatan yang harus diutamakan oleh setiap orang. Beberapa
keutamaan berbakti kepada Kedua Orang tua antara lain:41
39 Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Ensiklopedia Hadits 6: Jami’ at-Tirmidzi,
Penerjemah Misbahul Khaer, dkk. Bab Doa Kedua Orang Tua, (Jakarta: Almahira, 2013, Cet. Ke- 1), h. 648.
40 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahas; Edisi Keempat, (Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), 123.
41 Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Birrul Walidain; Berbakti kepada Kedua Orang Tua, (Jakarta: Darul Qolam, 2002), h. 27-36.
39
a. Amal yang Paling Utama
Berdasarkan hadits nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang
disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Abu Abdirrahman
Abdullah bin Mas’ud radliallahu ‘anhu:
Artinya:
“Dari Abdullah bin Mas’ud katanya, “Aku bertanya kepada nabi
shalllallahu ‘alaihi wasallam tentang amal-amal yang paling utama dan
dicintai Allah? Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Pertama
sholat pada waktunya, kedua, berbakti kepada kedua orang tua. Ketiga,
jihad di jalan Allah’.” (HR Bukhari I/134, Muslim No. 85, Fathul Baari
2/9).42
Dari hadits ini dapat diketahui bahwa perbuatan berbakti kepada
kedua orang tua merupakan amal yang paling utama setelah melaksanakan
sholat pada waktunya.
b. Ridha Allah tergantung kepada Ridha Orang Tua
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul
Mufrad, Ibnu Hibban, Hakim dan Imam Tarmidzi dari sahabat Abdillah
bin Amr dikatakan:
عبد وعن رضي - عمر بن للا الن عن , -عنهما للا عليه هللا صلى بي
رضا :قال وسلم وسخط , الوالدين رضا في للا الوالدين سخط في للا
Artinya:
“Dari Abdillah bin Amr bin Ash’ radliallahu ‘anhuma dikatakan
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ridha Allah
42 Ibrahim Al-Abyari, Tarjamah Shahih Bukhari, Penerjemah Zeid Husein Al-Hamid.
(Surabaya: Mutiara Ilmu, t.t.), h. 221.
40
ada pada ridha orang tua dan murka Allah juga ada pada murka orang tua.”
HR Tirmidzi.43
c. Menghilangkan Kesulitan yang Dapat Dialami
Perbuatan berbakti kepada kedua orang tua yang pernah dilakukan
dapat digunakan untuk bertawassul kepada Allah ketika seseorang berada
dalam kesulitan. Dengan bertawassul, kesulitan itu insya Allah akan
hilang.
d. Diluaskan Rezeki dan Dipanjangkan Umur
Orang yang berbakti kepada orang tua akan diluaskan rezeki dan
dipanjangkan umur. Berdasarkan hadits yang disepakati oleh Bukhari dan
Muslim, dari sahabat Anas Radliallahu ‘anhu bersabda:
فى أثره فليصل رحمه من أحب أن يبسط له فى رزقه، وينسأ له
Artinya:
“Barangsiapa yang suka diluaskan rezekinya dan dipanjangkan
umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi. (HR Bukhari
7/72, Muslim 2257, Abu Dawud 1693)”44
Silaturahmi kepada kedua orang tua wajib didahulukan sebelum
silaturahmi kepada orang lain.
e. Dimasukkan ke surga
Anak yang berbuat baik kepada orang tua akan dimasukkan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala ke surga. Seorang anak yang berbuat baik
43 Abu Isa Muhammad bin Isa at-Tirmidzi, Ensiklopedia Hadits 6: Jami’ at-Tirmidzi,
Penerjemah Misbahul Khaer, dkk. Bab Keutamaan Keridhaan Kedua Orang Tua, (Jakarta: Almahira, 2013, Cet. Ke- 1), h. 646.
44 An-Naisaburi Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi, Ensiklopedia Hadits 4; Shahih Muslim 2, Cet. Ke- 1, Penerjemah Masyhari, dkk.Bab Menjalin Tali Silaturahim dan Keharaman Memutuskannya, (Jakarta: Almahira, 2012), h. 550.
41
kepada kedua orang tuanya, Allah subhanahu wa ta’ala akan
menghindarkannya dari malapetaka dengan izin Allah.
3. Bentuk-Bentuk Berbakti kepada Kedua Orang Tua
Bentuk bentuk berbuat baik kepada kedua orang tua antara lain:45
a. Bergaul dengan Cara yang Baik
Memberikan kebahagiaan kepada seorang mu’min termasuk
sedekah, dan lebih utama lagi memberikan kebahagian kepada kedua
orang tua. Seorang suami wajib berbuat baik dan membahagiakan kedua
orang tua lebih daripada membahagiakan istri.
b. Berkomunikasi dengan Perkataan yang Lemah Lembut
Berbicara dengan kedua orang tua berbeda dengan berbicara
dengan seorang anak., teman atau dengan yang lainnya. Berbicara dengan
perkataan yang mulia dengan kedua orang tua, tidak mengucapkan kata
“ah”. Mencaci, mencemooh atau melaknat keduanya merupakan bentuk
durhaka seorang anak kepada orang tuanya. Seorang anak tidak boleh
berkata kasar kepada kedua orang tuanya walaupun dalam kondisi orang
tua tersebut belum memenuhi keinginan dari anak tersebut.
c. Tawadlu
Seorang anak yang telah meraih sukses dan memiliki jabatan di
dunia tidak boleh sombong kepada kedua orang tua melainkan harus
bersikap rendah diri. Taat dan melakukan sesuatu yang diperintahkan
orang tuamerupakan kesempatan bagi seorang anak untuk berbuat baik
selagi kedua orang tua masih hidup.
45 Yazid bin Abdul Qodir Jawas, Birrul Walidain; Berbakti kepada Kedua Orang Tua, h. 61-
69.
42
d. Memberikan infaq kepada orang tua
Semua harta dari seorang anak adalah harta dari orang tuanya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 215
yang berbunyi:
يسألونك ماذا ينفقون قل ما أنفقتم من خير فللوالدين والقربين واليتامى
به عليم والمساكين وابن السبيل وما تفعلوا من خير فإن للا
Artinya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan.
Jawablah, “Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu,
bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-
orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu
perbuat, sesungguhnya Allah maha mengetahui.” (QS. Al-Baqarah ayat
215)
Setiap orang tua memiliki hak atas harta yang dimiliki oleh
anaknya. Seorang anak yang sudah berkecukupan hendaknya memberi
nafkah yang pertama kepada kedua orang tuanya, kemudian kaum kerabat,
anak yatim dan orang-orang yang dalam perjalanan.
e. Mendo’akan Kedua Orang Tua
Berbakti kepada kedua orang tua dapat dilakukan dengan
mendoakan kedua orang tua. Apabila kedua orang tua telah meninggal,
yang pertama dilakukan oleh seorang anak ialah meminta ampun kepada
Allah Ta’ala dengan taubat yang benar bila pernah berbuat durhaka
kepada kedua orang tua sewaktu masih hidup. Kemudian yang selanjutnya
ialah mendoakan keduanya.
43
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM TENDANGAN DARI LANGIT
A. Sinopsis Film Tendangan dari Langit
Film Tendangan dari Langit ialah film karya sutradara Hanung Bramantyo
yang diproduksi pada tahun 2011. Film ini masuk ke dalam jenis film cerita yang
dengan genre drama. Film yang diproduksi oleh Sinemart Pictures ini
menceritakan tentang perjuangan dari seorang Wahyu yang diperankan oleh Yosie
Kristanto dalam menggapai impiannya untuk menjadi pemain sepak bola. Wahyu
ialah sosok remaja yang berasal dari Desa Langitan, di Lereng Gunung Bromo
yang memiliki bakat besar dalam bermain sepak bola. Ia sosok yang hidup
sederhana bersama dengan ayahnya, Pak Darto yang diperankan oleh Sudjiwo
Tedjo dan juga ibunya yang diperankan oleh Yati Surachman. Wahyu ialah anak
yang berbakti kepada kedua orang tuanya yang digambarkan dari kehidupan
sehari-harinya dimana ia membantu ayahnya untuk menjual minuman keliling.
Pada mulanya, bakat dari Wahyu disadari oleh pamannya yang biasa
dipanggil Lik Hasan yang diperankan oleh Agus Kuncoro. Ia kemudian merekrut
Wahyu untuk bermain di tim Desa Karang Sari. Bersama Wahyu, tim Desa
Karang Sari menjadi tim yang diperhitungkan oleh tim-tim lainnya. Di sisi lain,
Pak Darto tidak menyetujui Wahyu untuk bermain dan menggantungkan harapan
di dunia sepak bola. Pak Darto selalu melarang Wahyu untuk bermain sepak bola
karena dahulu ia juga merupakan pemain sepak bola. Namun dalam
perjalanannya, ia mengalami cedera dan dibuang oleh tim Persatuan Sepak Bola
Malang (Persema) yang membuat kariernya rusak dan sengsara di masa tuanya.
Hal itulah yang membuat Pak Darto marah hingga menampar Wahyu setiap kali ia
44
mengetahui Wahyu bermain sepak bola. Walau begitu, Wahyu tetap menghormati
ayahnya. Ia tidak melawan, melainkan membuktikan kepada ayahnya bahwa
sepak bola dapat menghasilkan sesuatu dan membanggakan kedua orang tua, serta
teman-temannya.
Wahyu terus berusaha membuktikan kepada ayahnya, hingga pada suatu
waktu ia berhasil memberikan hewan kesukaan ayahnya, yakni kuda. Tak hanya
itu, Wahyu juga membelikan ayahnya peralatan sholat agar dapat menjadi imam
bagi keluarganya. Semuanya itu ialah hasil dari bermain sepak bola di Desa
Karang Sari. Setelah kejadian itu, hati Pak Darto luluh dan mulai mengizinkan
Wahyu untuk menggantungkan harapannya di dunia sepak bola.
Dalam perjalanannya, Wahyu sempat dilirik oleh Coach Timo, pelatih
Persema dan dipanggil untuk melakukan training bersama Persema di Stadion
Gajayana Malang. Ia lolos seleksi dan masuk ke dalam tim utama Persema untuk
mengarungi kompetisi liga di Indonesia. Namun perjalanannya tak mulus, ia
sempat divonis tidak dapat bermain sepak bola karena mengalami cedera dan
kelainan di kakinya. Pak Darto sempat marah besar mendengar kabar ini kepada
Lik Hasan. Namun beberapa hari berselang, cedera Wahyu ternyata dapat diobati
dan ia dapat bermain sepak bola lagi. Di akhir cerita, Wahyu dimainkan oleh
Coach Timo sebagai pemain pengganti dan berhasil mencetak gol kemenangan
bagi timnya.
B. Keunggulan Film Tendangan dari Langit
Film ini memiliki berbagai pesan dakwah yang dapat diambil, terutama
pesan berbakti kepada kedua orang tua. Selain itu, film ini juga memuat nilai
45
nasionalisme, persahabatan, perjuangan, hingga kritik terhadap persepakbolaan
Indonesia. Untuk membuat film ini menarik, Hanung memasukkan dua pemain
Tim Nasional Indonesia untuk berakting dalam film ini, yakni Irfan Bachdim dan
juga Kim Jeffrey Kurniawan. Kemudian diselipkan kisah cinta antara Wahyu dan
juga Indah, yang diperankan oleh Maudy Ayunda. Hanung juga menyelipkan
dialog-dialog humor dan persahabatan antara Wahyu dengan Mitro dan Purnomo
agar penonton tidak jenuh dan dapat menghibur semua kalangan.
Pada tahun 2011, film ini masuk ke dalam nominasi Film Bioskop Terbaik
pada ajang Festival Film Indonesia (FFI). Film ini masuk ke dalam empat film
terbaik bersama dengan Film Sang Penari, Tanda Tanya (?), dan The Mirror
Never Lies. Meski tidak memenangkan penghargaan sebagai Film Bioskop
Terbaik, film ini berhasil memenangkan penghargaan individu kepada tim
produksi film yakni pada kategori Pengarah Artistik Terbaik. Selain itu, film ini
juga mengantarkan Yosie Kristanto dan Agus Kuncoro masuk dalam nominasi
Aktor Pendatang Baru Terbaik dan juga Aktor terbaik.1 Film ini sukses meraup
penonton sebanyak 491.077 penonton. Jumlah ini merupakan peringkat ke 9
terbanyak dari total 84 film yang diproduksi pada tahun 2011.2
C. Riwayat Sutradara Film Tendangan dari Langit
Hanung Bramantyo ialah sutradara ternama Indonesia yang lahir di
Yogyakarta, 1 Oktober 1975. Pria yang bernama lengkap Setiawan Hanung
Bramantyo ini merupakan suami dari aktris Zaskia Adya Mecca. Hanung pernah
1 “Daftar Nominasi Festival Film Indonesia 2011”, artikel diakses pada 06 Juni 2017 dari
http://www.armylookfashion.com/2011/11/28/daftar-nominasi-festival-film-indonesia-2011.html/
2 “Data Penonton”, artikel diakses pada 06 Juni 2017 dari http://filmindonesia.or.id/movie/viewer/2011#.WTYcFhIrV9w
46
menempuh pendidikan di Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia sebelum
pindah ke jurusan Film, Fakultas Film dan Televisi, Institut Kesenian Jakarta
untuk menuntut ilmu-ilmu perfilman. Hanung telah menyutradarai beberapa film
di antaranya ialah Sayekti dan Hanafi (2005), Catatan Akhir Sekolah (2005),
Lentera Merah (2006), Get Married, Perempuan Berkalung Sorban, Ayat-Ayat
Cinta, Sang Pencerah, Tanda Tanya (?), dan film yang akan penulis teliti yakni
Tendangan dari Langit (2011).3
Gambar 3. 1 Hanung Bramantyo4
Hanung berhasil meraih beberapa prestasi dan penghargaan lewat karya-
karyanya. Dalam Festival Film Indonesia pada tahun 2005, Hanung mendapatkan
penghargaan sebagai sutradara terbaik dan mendapatkan Piala Citra lewat filmnya
yang berjudul Brownies. Kemudian ia juga menjadi nominasi Sutradara Terbaik
dalam film lainnya yakni Sayekti dan Hanafi. Lalu pada tahun 2007, Hanung
kembali meraih penghargaan serupa sebagai Sutradara Terbaik lewat filmnya
yang berjudul Get Married. Pada tahun 2011, ia berhasil membawa dua film
3 “Profil Hanung Bramantyo, Sutradara Kenamaan Asal Indonesia”, artikel diakses pada 29
Mei 2017 dari http://www.profilpedia.com/2016/04/profil-hanung-bramantyo.html 4 Gambar diambil dari “Hanung Bramantyo”, artikel diakses pada 29 Mei 2017
https://profil.merdeka.com/indonesia/h/hanung-bramantyo/
47
karyanya masuk ke dalam nominasi Film Bioskop Terbaik yakni pada Film Tanda
Tanya (?) dan juga Film Tendangan dari Langit.5
D. Riwayat Penulis Skenario Film Tendangan dari Langit
Fajar Nugros ialah seorang penulis yang lahir di Yogyakarta, 29 Juli 1979.
Pria yang memiliki nama asli Fajar Nugroho ini mulanya ialah seorang penulis
cerita pendek yang dimuat dalam sebuah blog. Ia berharap tulisan dalam cerita
pendek yang ditulis dapat difilmkan. Fajar mulai tertarik di dunia perfilman sejak
usia remaja dimana ia membentuk sebuah komunitas film yang bernama
Nugrossinema. Komunitas tersebut menciptakan banyak film yang bertemakan
tentang ketegangan sosial. Pada tahun 2006, Fajar menulis karya pertamanya
dalam sebuah buku yang berjudul Buaya Jantan yang diterbikan oleh Gama
Media. Kemudian pada tahun 2010, Fajar kembali menulis novel yang berjudul
Adriana: Labirin Cinta di Kilometer Nol.6
Gambar 3.2 Fajar Nugros7
Di dunia perfilman, Fajar awalnya membuat beberapa film pendek yang
dimulai pada tahun 2003. Film tersebut yakni Jagjolik: Jakarta Jogja Bolak Balik,
5 “Hanung Bramantyo” artikel diakses pada 29 Mei 2017 dari
https://profil.merdeka.com/indonesia/h/hanung-bramantyo/ 6 “Profil Fajar Nugros”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari
https://www.kapanlagi.com/indonesia/f/fajar_nugros/ 7 Gambal diambil dari “Fajar Nugroho”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari
http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/fajar-nugroho.html
48
kemudian film Dilarang Mencium di Malam Minggu di tahun yang sama. Lalu
juga film Sangat Laki-Laki di tahun 2004, dan film Jogja Needs A Hero pada
tahun 2005. Fajar mulai menyutradarai film layar lebar pada tahun 2009 lewat
film Queen Bee. Beberapa karya film yang sukses ia buat ialah Film Cinta
Brontosaurus bersama dengan Raditya Dika yang rilis pada tahun 2013.
Kemudian film Get Married 2 dan juga film yang akan penulis teliti yakni film
Tendangan dari Langit.8
E. Riwayat Pemain Film Tendangan dari Langit
Beberapa peran penting dalam Film Tendangan dari Langit ialah Yosie Kristanto
sebagai Wahyu, Sudjiwo Tedjo sebagai Pak Darto atau Ayah Wahyu, Yati
Surachman sebagai Ibu Wahyu, dan Agus Kuncoro sebagai Lik Hasan:
1. Yosie Kristanto (Wahyu)
Yosie Kristanto biasa dipanggil Yosi lahir di Malang, 14 Januari 1995. Ia
menjadi tokoh utama film ini lewat audisi. Ia mengalahkan ratusan peserta lainnya
di seluruh Indonesia. Yosie mulai menggemari dunia seni sejak SMP dengan
bergabung ke dalam ekstrakurikuler teater. Pada tahun 2012, Yosie berhasil
masuk ke dalam dua nominasi kategori penghargaan di ajang Indonesia Movie
Award. Kategori tersebut ialah Aktor Pendatang Baru Terbaik, dan Pendatang
Baru Pria Terfavorit. Keduanya ia raih lewat perannya dalam film Tendangan dari
Langit.9
8 “Profil Fajar Nugros”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari
https://www.kapanlagi.com/indonesia/f/fajar_nugros/ 9 “Yosie Kristanto”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari
http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/yosie-kristanto.html
49
Gambar 3.3 Yosie Kristanto10
Yosie Kristanto merupakan tokoh utama dalam film ini yakni tokoh
Wahyu. Ia berwatak pekerja keras dan sangat gemar bermain sepak bola. Wahyu
ialah anak yang berbakti kepada kedua orang tua. Ia selalu membantu ayah dan
ibunya berjualan minuman hangat keliling setelah pulang sekolah. Bahkan ia
memberikan kuda dan juga peralatan sholat kepada ayahnya dari hasil ia
bertanding sepak bola.
2. Sudjiwo Tedjo (Pak Darto)
Sudjiwo Tedjo memiliki nama lengkap Agus Hadi Sudjiwo merupakan
seorang dalang, penulis, pemusik, pelukis, dan juga budayawan. Ia lahir di
Jember, 31 Agustus 1962. Karya dan pentasnya banyak mengangkat akar budaya
Indonesia. Ia berkeinginan agar kesenian di Indonesia merujuk kepada akar
budaya namun diolah dengan kreatif dan tetap modern. Sudjiwo Tedjo
mengenyam pendidikan formal di jurusan Matematika ITB pada tahun 1980-1985
dan juga di jurusan Teknik Sipil ITB pada tahun 1981-1988.11
10 Gambal diambil dari “Yosie Kristanto”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari
http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/yosie-kristanto.html 11 “Profil”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari http://sujiwotejo.com/profil/
50
Gambar 3. 4 Sudjiwo Tedjo12
Sujiwo Tedjo memiliki berbagai karya dari berbagai bidang kesenian.
Dalam perwayangan, ia menciptakan lakon wayang kulit Semar Mesem sebagai
karya pertamanya. Dalam bidang musik, Tedjo merupakan penyanyi yang
menciptakan beberapa album. Salah satunya yakni album Suatu Ketika yang
berhasil meraih video klip terbaik pada Grand Final Video Musik Indonesia 1999.
Di bidang teater, Tedjo pernah menggelar pertunjukan Teater Laki-Laki di
Gedung Kesenian Jakarta dan Teater Utan Kayu pada tahun 1999. Kemudian di
dunia film, Tedjo pernah menjadi sutradara dan juga aktor di berbagai film di
Indonesia. Film pertamanya yakni film Telegram pada tahun 1996. Tedjo
membintangi film-film ternama lainnya seperti Film Kafir, Sang Pencerah dan
Tendangan dari Langit.13
Dalam film Tendangan dari Langit, Tedjo berperan sebagai Pak Darto,
yakni ayahnya Wahyu. Ia berwatak keras dan kasar. Namun perlakuannya
terhadap Wahyu merupakan bentuk kasih sayangnya agar Wahyu tidak bernasib
sama dengan dirinya yang gagal di dunia sepak bola. Namun, ia akhirnya luluh
setelah Wahyu memberikannya kuda. Pak Darto kemudian mengizinkan Wahyu
untuk bermain sepak bola dan melatihnya dengan kuda tersebut.
12 Gambal diambil dari “Galeri Foto”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari
http://sujiwotejo.com/galeri-foto/?nggpage=2 13 “Agus Hadi Sudjiwo”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari
https://profil.merdeka.com/indonesia/a/agus-hadi-sudjiwo/
51
3. Yati Surachman (Ibunya Wahyu)
Yati Surachman ialah aktris legendaris Indonesia yang lahir di Jakarta, 8
Agustus 1957. Yati terkenal setelah membintangi film berjudul Perawan Desa
yang diproduksi pada tahun 1978. Melalui film ini, Yati berhasil meraih
penghargaan “The Best Actress” pada Festival Film Asia Pasifik yang
diselenggarakan pada tahun 1980. Tidak hanya di dunia film, Yati juga
merupakan aktris di dunia sinetron. Pada tahun 1995, Yati masuk dalam nominasi
Pemain Wanita Utama untuk Piala Vidia di ajang Festival Sinetron Indonesia.14
Gambar 3.5 Yati Surachhman15
Dalam film Tendangan dari Langit, Yati berperan sebagai ibu dari Wahyu. Ia
berwatak lembut dan menyayangi anaknya dan beberapa kali menenangkan Pak
Darto ketika sedang marah.
4. Agus Kuncoro (Lik Hasan)
Agus Kuncoro memiliki nama lengkap Agus Kuncoro Adi, lahir di
Jakarta, 11 Agustus 1972. Namanya terkenal setelah ia membintangi film
pertamanya yang berjudul Saur Sepuh IV. Kemudian salah satu film yang paling
14 Erik Priana, “Biodata Yati Surachman Lengkap, Aktris Legend Masih Eksis Hingga
Sekarang”, artikel diakses pada 31 Mei 2017 dari http://www.bioseleb.com/2016/02/biodata-yati-surachman-lengkap-aktris.html
15 Gambal diambil dari “Yati Surachman”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/yati-surachmiati-agustina.html
52
terkenal yang pernah ia bintangi ialah film tahunan religi yakni Para Pencari
Tuhan. Film ini tayang setiap hari selama bulan Ramadhan. Selain Film
Tendangan Dari Langit, Agus membintangi banyak film seperti Sang Kiai, Comic
8, Malaikat Tanpa Sayap, Sang Pencerah dan film-film lainnya.16
Gambar 3.6 Agus Kuncoro17
Dalam film Tendangan dari Langit, Agus berperan sebagai Lik Hasan, paman dari
Wahyu. Ia menemukan bakat Wahyu dan memasukkan nama Wahyu ke dalam
tim Desa Karang Sari.
16 “Agus Kuncoro”, artikel diakses pada 31 Mei 2017 dari
http://www.pemeranfilm.com/agus-kuncoro/ 17 Gambal diambil dari “Agus Kuncoro”, artikel diakses pada 30 Mei 2017
http://www.wowkeren.com/seleb/agus_kuncoro/
53
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film
Tendangan dari Langit dilihat dari Teks
Dalam skema analisis wacana Teun A. Van Dijk, struktur teks terbagi
menjadi tiga tingkatan yakni struktur makro, superstruktur dan juga struktur
mikro.1
1. Struktur Makro (Tematik)
Struktur makro atau tematik merupakan struktur yang menggambarkan
tema atau topik dari suatu teks. Topik menggambarkan tema umum dari suatu
teks. Topik atau tema besar didukung oleh beberapa sub topik yang membentuk
topik umum dari suatu teks.2
Sebuah film memiliki tema besar berdasarkan cerita yang ditampilkan.
Tema tersebut berisi pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh penulis skenario
dan juga sutradara kepada penontonnya. Tema besar yang terdapat dalam film
Tendangan dari Langit ialah kerja keras dimana tema lainnya ialah berbakti
kepada kedua orang tua. Penulis memfokuskan penelitian ini pada tema Berbakti
kepada Kedua Orang Tua. Tema ini terdapat dalam beberapa adegan yang
didukung oleh tiga sub topik di antaranya:
a. Berbakti kepada Ayah
Film Tendangan dari Langit beberapa kali menampilkan adegan yang
memuat pesan berbakti kepada ayah. Scene-scene tersebut di antaranya:
1 Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media, h. 75 2 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 230.
54
Tabel 4.1
Berbakti kepada Ayah
Scene Potongan Adegan
6
Gambar 4.1 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah
Skenario dan Keterangan
Wahyu: Pa e Wahyu berangkat sekolah dulu. Bu..
Ibu: Iya hati-hati
Pak Darto: Hati-hati, mulai sekolah langsung pulang, gausah main-
main, apalagi main bal-balan. Kutunggu di Bromo
Wahyu: Njeh pak
Ket: Wahyu meminta izin dan pamit kepada kedua orang tuanya untuk
berangkat ke sekolah.
Pada adegan ini, Wahyu pamit kepada ayah dan ibunya untuk berangkat
sekolah. Wahyu pamit dengan mencium kedua tangan orang tuanya dan dengan
perkataan yang sopan dan lemah lembut, “Pa e Wahyu berangkat sekolah dulu.
Bu..“. Dalam hal ini, sutradara dan penulis skenario menyampaikan pesan
berbakti kepada kedua orang tua melalui sikap Wahyu yakni dengan meminta
izin, menghormati kedua orang tua dengan mencium tangannya, lalu berbicara
dengan cara yang lemah lembut. Hal inilah yang semestinya dilakukan oleh semua
orang kepada kedua orang tuanya jika hendak bepergian.
55
Tabel 4.2
Berbakti kepada Ayah
Scene Potongan Adegan
26
Gambar 4.2 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah
Skenario dan Keterangan
Wahyu: Pak, maafin Wahyu ya pak. Wahyu mau ngajak bapak ke
tempat pak Kades pak.
Pak Darto: Opo le? Kades?
Wahyu: Mmm.. Nonton bareng timnas lawan Malaysia pak.
Pak Darto: Opo? Bal-balan maneh?
Wahyu: Maksud, maksud Wahyu, kalo kita jualan mie seduh sama
minuman hangat disana pasti laku keras pak.
Pak Darto: Iyo yo.. pinter koe. Asu yo.
Ket: Wahyu meminta maaf kepada Pak Darto karena bermain bola dan
mengajaknya untuk berdagang ke rumah pak Kades saat ada nonton
bareng tim nasional.
Pada adegan ini, Wahyu meminta maaf kepada Pak Darto. Ia meminta
maaf karena setelah pulang sekolah ia tidak langsung pulang melainkan menerima
ajakan Lik Hasan untuk bermain sepak bola. Seusai sholat, Wahyu menghampiri
Pak Darto dan meminta maaf, lalu ia mengajak Pak Darto untuk berjualan
minuman hangat di rumah Pak RT yang sedang mengadakan acara nonton bareng
Tim Nasional Indonesia, ”maksud Wahyu, kalo kita jualan mie seduh sama
minuman hangat disana pasti laku keras pak”. Mendengar ajakan Wahyu, Pak
56
Darto pun tersenyum dan memujinya. Wahyu pun membantu berjualan pada
adegan selanjutnya.
Perbuatan Wahyu tersebut merupakan perbuatan berbakti kepada kedua
orang tua khususnya ayah. Ia membantu ayahnya mencari nafkah untuk keluarga.
Wahyu memberikan kebahagiaan kepada ayahnya dengan membantu berjualan
mie seduh dan minuman hangat. Ia tidak menyimpan rasa dendam kepada
ayahnya setelah ditampar akibat bermain sepak bola, melainkan membalas dengan
berbuat kebaikan kepada ayahnya. Pesan yang ingin disampaikan bahwa setiap
anak hendaknya selalu menyayangi kedua orang tuanya. Walaupun ayahnya
berkata kasar, seorang anak dilarang membalas dengan perlakuan kasar kepada
orang tua.
Allah berfirman dalam surat Al-Isra ayat 23-24 yang berbunyi:
ا يبلغن عندك ال وا إال إياه وبالوالد وقضى ربك أال تعبد كبر ين إحسانا إم
o نهرهما وقل لهما قوال كريماأحدهما أو كالهما فال تقل لهما أف وال ت
حمة وقل ب واخفض لهما جناح الذل من الر رحمهما كما ربيانيار
o اصغير
Artinya:
“Dan Rabb-mutelah memerintahkan kepada manusia janganlah ia
beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan berbuat baik kepada kedua orang tua
dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya
telah berusia lanjut di sisimu, maka janganlah ketakan kepada keduanya ‘ah’ dan
janganah kamu membentak keduanya”, “Dan katakanlah kepada keduanya
perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh
kasih sayang. Dan katakanlah, ‘Wahai Rabb-ku, sayangilah keduanya
sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil’.” (QS. Al-Isra ayat 23-24)
57
Tabel 4.3
Berbakti kepada Ayah
Scene Potongan Adegan
35
Gambar 4.3 Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah
Skenario dan Keterangan
Wahyu: Kuda siapa lik?
Lik Hasan: Pak Gatot, kenopo?
Pak Gatot: Bukan kuda kesayangan. Di rumah saya itu masih ada lagi.
Lebih bagus dari kuda ini.
Wahyu: Boleh kuda itu buat saya pak? Saya bakal bikin banyak gol
buat tim Karang Sari. Tapi kuda itu buat saya, mau saya
berikan buat bapak sebagai hadiah.
Ket: Wahyu meminta kuda Pak Gatot (Pemilik Tim Karang Sari)
untuk diberikan kepada ayahnya dengan perjanjian memberikan
kemenangan kepada Tim Karang Sari.
Scene Potongan Adegan
63
Potongan Adegan Berbakti kepada Ayah
Gambar 4.4 Gambar 4. 5
Skenario dan Keterangan
Pak Darto: Buat apa jadi pemain bola? Taik.. taik..
58
Wahyu: Ini pak. Kuda ini. (Wahyu memegang Kuda) Wahyu main
bola supaya bisa beliin bapak kuda. Supaya bapak gagah,
supaya gak terus-terusan jualan mie seduh di Bromo pak. Ini
pak. (Wahyu memegang alat sholat) Wahyu juga beliin ini
buat bapak. Supaya bapak bisa jadi imam lagi buat Wahyu
dan ibu pak. Maafin Wahyu pak. Wahyu janji gak akan main
bola lagi.
Ket: Pak Darto marah besar mengetahui Wahyu bermain bola. Namun
Wahyu langsung memberikan Kuda dan alat sholat kepada Pak Darto
sebagai hasil dari ia bermain sepak bola.
Pada scene 35, Wahyu yang sedang bermain sepak bola dipanggil oleh Lik
Hasan untuk diperkenalkan dengan pemilik tim Kecamatan Karang Sari. Setelah
berkenalan dengan Pak Gatot, Wahyu melihat kuda Pak Gatot dan meminta kuda
tersebut. Ia pun berjanji akan membuat banyak gol dan memberikan kemenangan
untuk Tim Karang Sari demi mendapatkan kudanya. Ia berniat memberikan kuda
itu kepada ayahnya yang memang menyukai kuda.
Pada scene 63, Wahyu kembali ditampar oleh Pak Darto setelah
mengetahui ia bermain bola lagi. Namun Wahyu sudah mendapatkan kuda dan
membeli alat sholat dari hasil ia bermain sepak bola. Diapun memberikan kuda
dan alat sholat tersebut kepada ayahnya, “Ini pak. Kuda ini. Wahyu main bola
supaya bisa beliin bapak kuda. Supaya bapak gagah, supaya gak terus-terusan
jualan mie seduh di Bromo pak. Ini pak. Wahyu juga beliin ini buat bapak.
Supaya bapak bisa jadi imam lagi buat Wahyu dan ibu pak”.
Perbuatan Wahyu tersebut merupakan perbuatan berbakti kepada kedua
orang tua. Wahyu memberikan hartanya yang berupa kuda dan alat sholat agar
ayahnya dapat menjadi ojek kuda karena memang ia menyukai kuda. Lalu alat
59
sholat agar ia dapat menjadi imam untuk keluarga. Di tengah kesederhanaannya,
Wahyu masih terpikir untuk membahagiakan ayahnya dengan bersedekah.
Perbuatan Wahyu sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat
215 yang berbunyi
يسألونك ماذا ينفقون قل ما أنفقتم من خير فللوالدين والقربين واليتامى
به عليم والمساكين وابن السبيل وما تفعلوا من خير فإن للا
Artinya:
“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah,
“Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu, bapakmu, kaum
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat, sesungguhnya
Allah maha mengetahui.” (Al-Baqarah ayat 215)
b. Berbakti kepada Ibu
Tabel 4.4
Berbakti kepada Ibu
Scene Potongan Adegan
6
Gambar 4.6 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu
Skenario dan Keterangan
Wahyu: Pa e Wahyu berangkat sekolah dulu. Bu..
Ibu: Iya hati-hati
Pak Darto: Hati-hati, mulai sekolah langsung pulang, gausah main-
main, apalagi main bal-balan. Kutunggu di Bromo
Wahyu: Njeh pak
60
Ket: Wahyu pamit kepada kedua orang tuanya untuk berangkat ke
sekolah.
Scene Potongan Adegan
71
Gambar 4.7 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu
Skenario dan Keterangan
Wahyu : Bu Wahyu berangkat dulu.
Ibu Wahyu: Ati-ati le
Wahyu: Pak Wahyu berangkat dulu
Pak Darto: Yowis ati-ati wedimu. Ati-ati yoo..
Wahyu: Iyo
Ket: Wahyu meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk menemani
Indah (teman sekelasnya) dalam lomba debat Bahasa Inggris.
Pada scene 6, Wahyu pamit kepada kedua orang tuanya untuk berangkat
ke sekolah. Ia pamit dengan mencium tangan ayah dan ibunya. Lalu pada scene
71, Wahyu meminta izin kepada ayah dan ibunya untuk menemani Indah, teman
sekelasnya untuk lomba debat Bahasa Inggris. Pesan yang ingin disampaikan pada
adegan ini ialah melalui perbuatan Wahyu. Perbuatan Wahyu tersebut merupakan
perbuatan berbakti kepada kedua orang tua. Sebagai seorang anak, sepatutnya
meminta izin kepada kedua orang tua jika ingin bepergian kemanapun. Lalu pamit
dengan mencium tangan merupakan sikap tunduk, hormat dan tidak sombong
61
kepada kedua orang tua. Allah memerintahkan setiap manusia agar berbakti dan
tidak sombong kepada ibu.
Allah berfirman dalam surat Maryam ayat 32:
ا بوالدتي ولم يجعلني جبارا شقيا وبر
Artinya:
“Dan Allah memerintahkan aku berbakti kepada ibuku dan tidak
menjadikan seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam ayat 32).
Tabel 4.5
Berbakti kepada Ibu
Scene Potongan Adegan
Gambar 4.8 Potongan Adegan Berbakti kepada Ibu
Skenario dan Keterangan
Pak Darto : Tapi tenang le, koe sih nduwe bapak le. Eling ibumu ndise
le. Ketika ngudang kamu waktu kecil. Ojo lali anakku yo
ngger.
Ket: Pak Darto meminta maaf kepada Wahyu dan meminta ia untuk
ingat kepada ibunya yang telah mengandung dan mengasuhnya.
Pada adegan ini, Pak Darto meminta maaf kepada Wahyu karena telah
memberikan angan-angan di dunia sepak bola. Pak Darto meminta maaf sekaligus
memberikan pesan kepada Wahyu agar jangan lupa dengan ibunya. Dalam hal ini,
sutradara juga penulis skenario menyampaikan pesan berbakti kepada ibu melalui
62
ucapan dari Pak Darto. Dalam dialog, Pak Darto menenangkan Wahyu dan
meminta untuk selalu berbakti kepada ibunya yang telah menimangnya di waktu
kecil. Hal ini sesuai dengan perintah Allah pada surat Luqman ayat 14 yang
berbunyi:
ه وهنا على وهن وفصاله في عامين أن نسان بوالديه حملته أم ينا ال ووص
اشكر لي ولوالديك إلي المصير
Artinya:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang
tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah
lemah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan
kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kalian kembali.” (QS. Luqman
ayat 14)
c. Cinta Orang Tua terhadap Anak
Tabel 4.6
Cinta Orang Tua terhadap Anak
Scene Potongan Adegan
71
Gambar 4.9 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak
Skenario dan Keterangan
Ibu Wahyu: Kamu disana jangan lupa sholat yo
Wahyu: Iyo bu. Bu Wahyu berangkat dulu.
Ket: Ibu Wahyu mengingatkan Wahyu agar jangan lupa sholat saat
63
pamit untuk menemani Indah lomba debat.
Pada adegan ini, Ibu Wahyu mengingatkan Wahyu agar jangan lupa sholat
ketika ia menemani Indah lomba debat Bahasa Inggris. Hal ini merupakan bentuk
cinta orang tua terhadap anak agar selalu ingat kewajiban menjalankan sholat 5
waktu dimanapun dan kapanpun. Sebagaimana tertera dalam Hadits Riwayat Abu
Daud yang artinya berbunyi:
“Dari Umar bin Syu’aib dari ayahnya, yang didengar dari kakeknya,
bahwa Nabi SAW pernah bersabda, yang artinya, ‘Perintahkan anak-anakmu
sholat pada usia tujuh tahun, pada usia sepuluh tahun pukul mereka kalau tidak
mau sholat dan pada umur tersebut pisahkan tempat tidur di antara mereka’.” (HR
Abu Daud)3.
Tabel 4.7
Cinta Orang Tua terhadap Anak
Scene Potongan Adegan
90
Gambar 4. 10 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak
Skenario dan Keterangan
Pak Darto : Ono opo le?
Wahyu : Gapopo pak
Pak Darto : Kalo gakpopo kok diem aja?
Wahyu: Wahyu lagi males ngapa-ngapain pak
Pak Darto : Looh.. jangan dipikir terlalu dalem, jangan dipikir terlalu
jero. Hidup itu naik turun, itu pesen bung karno itu temennya
itu gandi lubu pasang potonya itu, naik turun ada seneng, ada
sedih, ada cintaa, cintaa, tapi ada kehilangan juga le, biasa.
Gausah dipikir.
3 Ahmad Isa Asyur, Birrul Walidain, Penerjemah H. Salim Basyarahil, h. 67.
64
Ket: Pak Darto melihat Wahyu murung di luar rumah dan memberikan
nasihat agar jangan terlalu dalam memikirkan permasalahan yang
dihadapi.
Pada adegan ini, Pak Darto menenangkan Wahyu yang sedang murung.
Pak Darto menenangkan Wahyu dan memberi nasihat agar jangan terlalu
memikirkan permasalahan yang dihadapi karena kehidupan itu naik turun, ada
senang dan ada sedih. Ucapan Pak Darto terhadap Wahyu tersebut merupakan
bentuk cinta orang tua terhadap anak yakni dengan menenangkan Wahyu dari
segala permasalahan yang dihadapi. Sebagaimana dalam Tarikh Al Bukhari
dikatakan bahwa Nabi SAW bersabda
“Tidak ada pemberian ayah kepada anak-nya yang lebih utama dari budi
pekerti yang baik”. (Tarikh Al Bukhari).4
Tabel 4.8
Cinta Orang Tua terhadap Anak
Scene Potongan Adegan
91
Gambar 4. 11 Potongan Adegan Cinta Orang Tua terhadap Anak
Skenario dan Keterangan
Pak Darto: Ambil bola kamu!
Wahyu : Opo pak?
Pak Darto : Ambil bolamu!
4 Ahmad Isa Asyur, Birrul Walidain, Penerjemah H. Salim Basyarahil, h. 67.
65
Wahyu : Kok bapak tau?
Pak Darto : Apa yang bapak gatau dari kamu. Ambil! Ambil! Bapak
mau ajari kamu, main bola yang bener. Ayo. Ayo. Taro bola
kamu di tanah.
Ket: Pak Darto mengajarkan Wahyu bermain sepak bola dengan
kudanya dan mulai mengizinkan Wahyu untuk bermain sepak bola.
Pada adegan ini, Pak Darto mengajarkan Wahyu bermain sepak bola. Ia
mengajarkan Wahyu menggunakan kuda yang dibelikan olehnya. Dalam adegan
ini pula, Pak Darto mulai mengizinkan Wahyu untuk bermain sepak bola.
Perbuatan Pak Darto tersebut merupakan bentuk rasa cinta orang tua terhadap
anaknya dengan mendidik atau mengajari sesuatu yang menjadi hobi anaknya.
Sebagaimana dalam Hadits Riwayat Al-Baihaqi yang berbunyi:
“Dari Ibnu Abbas, Ra, katanya mereka pernah bertanya kepada Rasulullah
SAW, ‘Ya Rasulullah, kami sudah mengetahui hak dan kewajiban anak kepada
ayahnya, lalu apa hak dan kewajiban ayah kepada anaknya?’. Maka sabda beliau,
‘Memilihkan nama yang baik dan mendidiknya dengan cara yang baik pula’.”5
2. Superstruktur (Skematik)
Superstruktur menggambarkan bentuk umum dari suatu teks. Bentuk
wacana umum itu disusun dengan sejumlah kategori atau pembagian umum
seperti pendahuluan, isi, kesimpulan, pemecahan masalah, penutup, dan
sebagainya.6 Dalam Film Tendangan dari Langit, penulis skenario membagi lima
tahap untuk menyampaikan pesan.
a. Opening Bill Board
5 Ahmad Isa Asyur, Birrul Walidain, Penerjemah H. Salim Basyarahil, h. 67. 6 Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media, h. 76.
66
Opening Bill Board menampilkan cuplikan-cuplikan pertandingan sepak
bola Tim Nasional Indonesia. Kemudian disambung dengan Coach Timo yang
sedang menonton pertandingan Final piala AFF 2010 antara Indonesia melawan
Malaysia dengan skor akhir 3-0 untuk kemenangan Malaysia. Coach Timo
menelepon Mathias untuk menyampaikan pesan kepada Irfan Bachdim agar
jangan menyerah karena masih ada pertandingan pada final leg ke-2.
Tabel 4.9
Opening Bill Board
Scene Potongan Adegan
1
Gambar 4.12 Opening Bill Board
Skenario dan Keterangan
Cuplikan pertandingan-pertandingan sepak bola Tim Nasional
Indonesia dari mulai Piala Asia 1996. Kemudian Piala Tiger 1998 dan
2006. Lalu pertandingan final leg pertama piala AFF 2010 diakhiri
dengan ditarik keluarnya Irfan Bachdim. Coach Timo menonton TV
yang menampilkan kekalahan Indonesia atas Malaysia pada
pertandingan Final Piala AFF 2010.
b. Opening Scene
Adegan pertama menampilkan Wahyu yang sedang bermain sepak bola
bersama teman-temannya. Adegan ini menonjolkan kehebatan Wahyu dalam
67
bermain sepak bola. Kemudian Lik Hasan menonton permainan Wahyu dari jauh
dan memberikan pujian kepada Wahyu setelah ia selesai bermain sepak bola.
Tabel 4.10
Opening Scene
Scene Potongan Adegan
3
Gambar 4.13 Opening Scene
Skenario dan Keterangan
Lik Hasan: Kakimu, jangkrik tenan leee..
Wahyu : Maksud sampean lik?
Lik Hasan : Gocekanmu, tendanganmu, larimu, giringanmu
mengingatkan aku pada timnas jaman dulu dari mulai
Kurniawan, Widodo, Bambang Pamungkas. Semuanya punya
bakat kayak kamu.
Ket: Wahyu sedang bermain sepak bola bersama teman-temannya. Lik
Hasan melihat permainan Wahyu dari jauh dan memuji permainannya.
c. Conflict Scene
Cocnflict Scene ialah adegan yang berisi konflik-konflik dalam sebuah
film. Beberapa konflik yang terdapat dalam film Tendangan dari Langit ialah saat
Pak Darto marah besar mengetahui Wahyu bermain sepak bola. Lalu ketika
Wahyu memberikan kuda dan alat sholat kepada Pak Darto dimana ia berjanji
tidak akan bermain sepak bola lagi. Lalu pernyataan Coach Timo kepada Wahyu
terkait hasil tes kesehatan bahwa ia tidak dapat bermain sepak bola lagi.
68
Kemudian yang terakhir ketika Pak Darto meminta maaf kepada Wahyu atas
segala angan-angan yang diberikan kepada Wahyu untuk menjadi pesepakbola.
Tabel 4.11
Conflict Scene
Scene Potongan Adegan
23
Gambar 4.14 Conflict Scene
Skenario dan Keterangan
Pak Darto : Bapak nyari duit sampe modiar kamu enakan balan!
Wahyu : Pak!
Pak Darto : Sejak kapan kamu punya bakat melawan orang tua.
Ibu Wahyu : Pak! Ojo pak, sudah!
Pak Darto : Meneng! meneng!
Wahyu : Pak ojo pak
Ibu Wahyu : Yu.. Wahyu!
Pak Darto : Liat matamu, liat matamu! Ini balasan buat anak yang
berani ke orang tua.
Ket : Pak Darto marah mengetahui Wahyu bermain sepak bola. Ia
menampar Wahyu dan membakar sepatunya.
Scene Potongan Adegan
63
Gambar 4.15 Conflict Scene Gambar 4.16 Conflict Scene
Skenario dan Keterangan
Pak Darto: Buat apa jadi pemain bola? Taik.. taik..
69
Wahyu: Ini pak. Kuda ini. (Wahyu memegang kuda) Wahyu main
bola supaya bisa beliin bapak kuda. Supaya bapak gagah,
supaya gak terus-terusan jualan mie seduh di Bromo pak. Ini
pak. (Wahyu memegang alat sholat) Wahyu juga beliin ini
buat bapak. Supaya bapak bisa jadi imam lagi buat Wahyu
dan ibu pak. Maafin Wahyu pak. Wahyu janji gak akan main
bola lagi.
Scene Potongan Adegan
129
Gambar 4.17 Conflict Scene
Skenario dan Keterangan
Coach Timo : Ya, jadi dari hasil tes kesehatan, mas Mathias
menemukan kelainan pada lutut kananmu. Sebuah kelainan
yang sering terjadi pada anak remaja seusiamu. Biasanya
karena lututnya dibebani terlalu banyak.
Ket : Coch Timo dan Mathias menjelaskan kepada Wahyu hasil dari
tes kesehatan bahwa Wahyu memiliki kelainan di kaki kanan yang
menyebabkan ia tidak dapat bermain sepak bola lagi.
Scene Potongan Adegan
Gambar 4.18 Conflict Scene Gambar 4.19 Conflict Scene
Skenario dan Keterangan
Pak Darto : Le, bapak Jawis puro. Selama ini, bapak, gak sengojo
nyekoki kamu dengan mimpi-mimpi, angen-angen untuk
suatu yang mustahil, jadi pemain bola. Di negeri ini, yang
70
gak mustahil itu cuman jadi maling, jadi maling le. Ya
maling duit, maling politik, maling bal-balan. Orang baik
ada tapi kalo gak meneng, diem, pergi, ngopo le. Apalagi
Persema, klub kecil, gak punya suporter, sekuyo-kuyo, dia
bisa kondang hanya karena pemain bule, pemain bule
yang digandrungi arek retno.Tapi tenang le, koe sih nduwe
bapak le. Eling ibumu ndise le. Ketika ngudang kamu
waktu kecil. Ojo lali anakku yo ngger.
d. Anti Klimaks
Anti klimaks merupakan penyelesaian atas konflik-konflik yang terjadi.
Setelah Wahyu dinyatakan tidak dapat bermain sepak bola lagi, Mathias bersama
dengan Coach Timo, Irfan Bachdim dan juga Kim Jeffrey Kurniawan mendatangi
rumah Wahyu. Mathias menyatakan bahwa cedera Wahyu dapat diatasi apabila
diobati dan diiringi dengan latihan-latihan yang benar. Wahyu dapat bermain
sepak bola lagi dan masuk ke dalam tim Persema Malang.
Tabel 4.12
Anti Klimaks
Scene Potongan Adegan
163
Gambar 4.20 Anti Klimaks
Skenario dan Keterangan
Mathias : Gini bu, saya tuh bukan dokter, saya seorang fisioterapis.
Ibu Wahyu : Opo?
Mathias : Fisioterapis. Jadi tugas saya tuh merawat kakinya Wahyu
supaya Wahyu tuh bisa bermain bola lagi. Nah saya juga
berikan ke dia latihan yang benar. Gitu bu, pak.
Ket: Mathias mengobati cedera Wahyu dan menjelaskan bahwa cedera
71
Wahyu dapat diobati dan dapat bermain sepak bola lagi.menyebabkan
ia tidak dapat bermain sepak bola lagi.
e. Ending
Ending merupakan akhir cerita dari sebuah film. Akhir cerita dari film ini
yakni ketika pertandingan persema menghadapi tim Jakarta. Pada mulanya Wahyu
tidak bermain. Persema tertinggal satu gol di babak pertama. Kemudian pada
babak kedua, Coach Timo memasukkan Wahyu untuk menggantikan pemain
Persema yang cedera. Setelah Wahyu masuk, Persema mencetak 2 gol dan Wahyu
mencetak gol kemenangan bagi Persema.
Tabel 4.13
Ending
Scene Potongan Adegan
192
Gambar 4.21 Ending
Skenario dan Keterangan
Ket : Wahyu masuk dari bangku cadangan menggantikan pemain
Persema yang cedera. Dia mencetak gol kemenangan untuk tim
Persema.
72
3. Struktur Mikro
a. Semantik
Semantik dikategorikan sebagai makna lokal yakni makna yang muncul
dari hubungan antar kalimat, hubungan antarproposisi yang membangun makna
tertentu dalam suatu teks. Selain menonjolkan bagian penting dari struktur
wacana, semantik digunakan untuk mengarahkan pandangan khalayak atas suatu
peristiwa. Elemen dari strategi semantik ialah latar, detail dan maksud.7
1.) Latar
Latar merupakan bagian yang dapat mempengaruhi arti yang ingin
ditampilkan. Melalui latar, penulis menentukan ke arah mana pandangan khalayak
dibawa. Latar umumnya ada di awal teks dengan maksud mempengaruhi khalayak
bahwa pendapat penulis beralasan sehingga digunakan sebagai pembenar atas
gagasan yang diajukan dalam suatu teks.8
Latar dalam film Tendangan dari Langit mengarahkan khalayak kepada
burukya persepakbolaan di Indonesia. Ini tergambar dalam beberapa adegan dan
dialog di dalam film ini. Di awal film, sutradara langsung mengarahkan khalayak
kepada buruknya persepakbolaan Indonesia dimana adegan dimulai dengan
cuplikan-cuplikan pertandingan sepakbola Tim Nasional Indonesia. Pada adegan
tersebut, pelatih Persema Malang yakni Coach Timo menonton kekalahan Tim
Nasional Indonesia atas Malaysia di ajang final piala AFF. Lalu di bagian tengah
juga kembali diperlihatkan kekalahan tersebut. Beberapa bagian terdapat dialog
yang mengkritik persepakbolaan di Indonesia. Inilah yang menjadi latar belakang
7 Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media, h. 78. 8 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 235.
73
sutradara dan penulis skenario untuk mengarahkan khalayak dan membenarkan
bahwa masih banyak kekurangan di dalam persepakbolaan di Indonesia.
Dalam film ini, ayah Wahyu yang bernama Pak Darto tidak mengizinkan
Wahyu untuk bermain sepak bola dan menggantungkan harapan di dunia sepak
bola. Pak Darto tidak mengizinkan Wahyu bermain sepak bola karena ia memiliki
masa lalu yang pahit di dunia sepak bola. Dahulu dia merupakan pemain sepak
bola yang gagal di dalam karirnya. Pak Darto gagal melanjutkan usahanya untuk
menggapai cita-cita menjadi pesepakbola karena cedera yang menghantam
kakinya. Cedera tersebut tidak dapat disembuhkan lagi sehingga ia terpaksa
berhenti menjadi pesepakbola. Hal ini tak dapat dilepaskan dari buruknya
persepakbolaan di Indonesia. Buruknya persepakbolaan inilah yang menjadi latar
belakang sutradara dan penulis skenario untuk mengarahkan khalayak bahwa Pak
Darto pantas melarang Wahyu bermain sepak bola. Inilah yang menjadikan
Wahyu berusaha keras membuktikan kepada ayahnya dan ibunya bahwa
pesepakbola dapat meraih kesuksesan.
Wahyu juga merupakan sosok anak yang sangat berbakti kepada kedua
orang tua. Dia tidak melawan orang tua ketika dilarang bermain sepak bola,
namun membuktikannya dengan membelikan kuda dan alat sholat untuk ayahnya.
Dalam kesehariannya, Wahyu juga terus membantu orang tuanya berjualan mie
seduh dan minuman hangat di Bromo
2.) Detail
Detil merupakan kontrol informasi yang ditampilkan oleh seseorang. Detil
yang panjang dan lengkap ialah suatu penonjolan yang disengaja dengan tujuan
74
untuk menciptakan citra tertentu kepada khalayak.9 Dalam film ini, elemen detail
terdapat pada scene 3. Adegan ini menampilkan dialog antara Lik Hasan dengan
Wahyu. Pada adegan ini, Lik Hasan menonton Wahyu yang sedang bermain sepak
bola dan memuji permainannya setelah ia selesai.
Lik Hasan : Gocekanmu, tendanganmu, larimu, giringanmu
mengingatkan aku pada timnas jaman dulu dari mulai
Kurniawan, Widodo, Bambang Pamungkas. Semuanya
punya bakat kayak kamu.
Ucapan Lik Hasan kepada Wahyu tersebut merupakan pujian yang
disampaikan secara detail atas bakat yang dimiliki oleh Wahyu. Penulis skenario
ingin menggambarkan besarnya bakat Wahyu secara detail pada dialog ini dengan
menyebut gocekan, tendangan, lari dan giringan serta menyamakan dengan
pemain seperti Kurniawan, Widodo dan Bambang Pamungkas.
3.) Maksud
Maksud ialah informasi yang disampaikan oleh komuikator baik secara
implisit ataupun eksplisit. Informasi yang menguntungkan komunikator diuraikan
secara eksplisit, sedangkan yang merugikan diuraikan secara implisit atau
tersamar.10 Dalam film ini, elemen maksud terdapat pada scene 63. Adegan ini
menampilkan dialog antara Wahyu dengan Pak Darto. Pada adegan ini, Wahyu
kembali ketahuan bermain sepak bola oleh Pak Darto. Pak Darto marah besar dan
menanyakan kepada Wahyu.
Pak Darto : Buat apa jadi pemain bola? Taik! taik!
Wahyu : Ini pak. Kuda ini. Wahyu main bola supaya bisa beliin
bapak kuda. Supaya bapak gagah, supaya gak terus-terusan
jualan mie seduh di Bromo pak.
9 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 238. 10 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 240.
75
Ucapan Wahyu tersebut menggambarkan maksud ia bermain sepak bola.
Ia membelikan ayahnya kuda dari hasil bermain sepak bola. Ia ingin ayahnya
gagah dengan menunggangi kuda dan tidak terus-terusan berjualan mie seduh.
Penulis skenario menjelaskan tujuan Wahyu bermain sepak bola secara jelas.
4.) Praanggapan
Elemen praanggapan berisi pernyataan yang digunakan untuk mendukung
makna dari suatu teks. Praanggapan berfungsi untuk mendukung pendapat dengan
memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan merupakan
pernyataan yang berisi pendapat yang belum terbukti kebenarannya, namun
dijadikan dasar untuk mendukung suatu gagasan.11 Dalam film Tendangan dari
Langit, praanggapan terdapat pada scene 153. Adegan ini menampilkan dialog
antara Mathias, Ibu Wahyu, Purnomo dan juga Meli. Pada adegan tersebut,
Mathias mendatangi rumah Wahyu untuk memberitahu bahwa cedera Wahyu
dapat diobati. Ia bertemu dengan Ibu Wahyu dan teman-teman Wahyu.
Mathias : Ya begini bu, kami datang kesini diutus oleh Coach Timo
untuk melihat keadaan Wahyu. Memang lututnya
bermasalah, tetapi kalau ditangani secara tepat, Wahyu bisa
bermain bola lagi bu.
Ibu Wahyu : Jadi Wahyu punya kesempatan untuk main di Persema
lagi?
Mathias : Betul bu, kalau ibu mempercayai saya untuk menangani dia,
nanti Wahyu bisa bermain lagi dengan Persema.
Purnomo : Bu, bu. Wahyunya neng endi sekarang?
Ibu Wahyu : Lagi pertandingan dengan tim Kabupaten di lapangan
Karang Sari
Mathias : Loh Wahyunya bermain bola toh bu?!
Ibu Wahyu : Loh memangnya gak boleh toh?!
Mathias : Seharusnya kakinya Wahyu diistirahatkan total bu!
Meli : Loh loh loh loh emang kalo dia main bola tuh kenapa toh?
Mathias : Bisa lumpuh dia!
Ibu Wahyu : Aduh..
11 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 256.
76
Kalimat “bisa lumpuh dia” yang diucapkan oleh Mathias merupakan
pernyataan atau pendapat yang belum tentu terbukti kebenarannya. Kalimat ini
digunakan untuk mendukung suatu gagasan bahwa kakinya Wahyu harus
diistirahatkan karena sedang mengalami cedera. Kalimat tersebut berfungsi untuk
mendukung pendapat dari Mathias.
b. Sintaksis
Sintaksis merupakan pemakaian kata ganti, aturan tata kata, pemakaian
kalimat aktif atau pasif, peletakkan anak kalimat pemakaian kalimat yang
kompleks dan sebagainya.12
1.) Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat menentukan subjek yang diekspresikan secara eksplisit
ataupun implisit dan teks menggunakan kalimat aktif atau pasif dengan struktur
deduktif ataupun induktif.13
Dalam film Tendangan dari Langit, bentuk kalimat dapat dilihat pada
scene 26. Adegan ini menampilkan dialog antara Wahyu dengan Pak Darto. Pada
adegan tersebut, Wahyu meminta maaf kepada Pak Darto karena ia bermain sepak
bola dan tidak membantu ayahnya berjualan di sore hari. Kemudian Wahyu
mengajak Pak Darto untuk berjualan di rumah Pak RT pada acara nonton bareng
Tim Nasional.
Wahyu : Pak, maafin Wahyu ya pak. Wahyu mau ngajak bapak ke
tempat pak Kades pak.
Pak Darto : Opo le? Kades
Wahyu : Mmm.. Nonton bareng timnas lawan Malaysia pak
Pak Darto : Opo? Bal-balan maneh?
Wahyu : Maksud, maksud Wahyu, kalo kita jualan mie seduh sama
minuman hangat disana pasti laku keras pak.
12 Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media, h. 80. 13 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media, h. 252-253.
77
Pada dialog tersebut, ucapan Wahyu menggunakan kalimat aktif dengan
struktur kalimat induktif. Struktur kalimat aktif tersebut yakni
“Wahyu mau ngajak bapak ke tempat Pak Kades pak.”
S P O K
Kemudian dialog tersebut menggunakan struktur induktif karena inti kalimat
diletakkan pada akhir kalimat. Wahyu mengajak Pak Darto untuk ke rumah Pak
RT yakni untuk membantunya berjualan mie seduh dan minuman hangat karena
sedang diadakan acara nonton bareng Tim Nasional.
Selain itu, bentuk kalimat juga terdaat pada scene 28. Adegan tersebut
menampilkan dialog antara Lik Hasan dengan Wahyu. Pada adegan tersebut,
Wahyu yang sedang berjualan diminta Lik Hasan untuk membuat kopi untuknya.
Kemudian Lik Hasan mengajak Wahyu untuk mengikuti pertandingan lagi.
Lik Hasan : Yu, heh.. Kamu ikut pertandingan. Duitnya nanti bisa
kamu belikan untuk apa yang jadi kepengenan bapakmu.
Kalimat tersebut menggunakan struktur induktif karena inti kalimat
diletakkan pada bagian akhir. Lik Hasan mengajak Wahyu untuk mengikuti
pertandingan agar ia dapat membelikan apa yang menjadi keinginan Pak Darto.
2.) Koherensi
Koherensi ialah jalinan antar kata, atau kalimat dalam teks. Koherensi dapat
diamati dari kata hubung yang dipakai. Suatu kalimat dapat memiliki hubungan
sebab akibat, keadaan, waktu, kondisi dan sebagainya melalui kata hubung yang
digunakan.14
14 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media,h. 242-243.
78
Dalam Film Tendangan dari Langit, koherensi dapat dilihat pada scene 35.
Adegan ini menampilkan dialog antara Wahyu, Pak Gatot (pemilik tim karang
sari) dan juga Lik Hasan. Pada adegan tersebut, Lik Hasan yang sedang berbicara
dengan Pak Gatot memperkenalkan Wahyu sebagai pemain Desa Karang Sari. Ia
menceritakan bahwa Wahyu ialah anak yang berbakat dalam bermain sepak bola.
Kemudian Wahyu melihat kuda di sebelah Pak Gatot. Ia meminta kuda tersebut
untuk diberikan kepada Pak Darto sebagai hadiah.
Wahyu : Boleh kuda itu buat saya pak? Saya bakal bikin banyak gol
buat tim Karang Sari. Tapi kuda itu buat saya, mau saya
berikan buat bapak sebagai hadiah.
Kata “tapi” pada ucapan wahyu tersebut merupakan kata hubung antara
kalimat pertama dengan kalimat kedua. Kata hubung “tapi” pada ucapan Wahyu
tersebut menandakan hubungan sebab akibat yakni apabila Wahyu mencetak
banyak gol, maka ia akan mendapatkan kuda tersebut dan diberikan kepada
ayahnya.
Selain itu koherensi juga terdapat pada scene 63. Adegan ini menampilkan
dialog antara Lik Hasan dengan Wahyu. Pada adegan tersebut, Wahyu baru
mengetahui bahwa Pak Darto merupakan mantan pemain Persema di masa
mudanya. Lik Hasan meceritakan kepada Wahyu tentang perjuangan Pak Darto
dahulu untuk menjadi pemain sepak bola.
Wahyu : Persema? Jadi bapakku dulu pemain persema lik?
Penjaga Warung : Heh? Bapakke Wahyu pemain Persema?
Lik Hasan : Pernah tryout disana sebulan, tapi ya itu, sayangnya
sebelum dia bermain di Senayan, kakinya sengklek. Tapi
karena impian dia untuk bermain di Gelora Bung Karno
begitu besar, dia maksa untuk main. Apa yang terjadi?
Kakinya hancur, rusak, gak bisa lagi main bola. Kasian
bapakmu itu tuh, kasian.
79
Kata “tapi” yang diucapkan oleh Lik Hasan tersebut merupakan kata
hubung antara kalimat pertama dengan kalimat selanjutnya. Kedua kata “tapi”
tersebut menjelaskan adanya hubungan sebab dan akibat. Pak Darto terlalu
memaksakan untuk terus berlatih dan bermain sepak bola yang berakibat pada
cedera pada kakinya. Berawal dari situ, Pak Darto terpaksa harus menerima
kenyataan tidak dapat bermain sepak bola lagi dan mengakhiri karirnya sebagai
pesepakbola.
3.) Kata Ganti
Kata ganti ialah struktur teks untuk menunjukkan posisi komunikator dalam
wacana.15 Dalam Film Tendangan dari Langit, kata ganti dapat dilihat pada scene
6. Adegan ini menampilkan dialog antara Wahyu dengan Pak Darto dan Ibu
Wahyu. Pada adegan tersebut, Wahyu pamit dengan kedua orang tuanya untuk
berangkat ke sekolah.
Wahyu : Pa e Wahyu berangkat sekolah dulu
Kata “Pa e” dalam ucapan Wahyu tersebut merupakan kata ganti dari Pak
Darto. Dalam film ini, Wahyu memanggil Pak Darto dengan sebutan Pa e karena
film ini menggunakan latar tempat di Jawa. Dalam bahasa Jawa, kata Pa e berarti
Bapak.
Selanjutnya, kata ganti terlihat pada scene 47. Adegan ini menampilkan
dialog antara Wahyu dengan Lik Hasan. Pada adegan tersebut, Wahyu telat datang
ke pertandingan dan meminta maaf kepada Lik Hasan.
Wahyu : Lik, maaf lik tadi aku..
Lik Hasan : Alasan, alasan gausah banyak ngomong koe. Ini Wahyu,
cepet ganti kamu.
Wahyu : Main sekarang lik?
15 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media,h.253.
80
Kata “lik” dalam ucapan Wahyu terseput merupakan kata ganti dari Lik
Hasan yakni pamannya. Dalam film ini, Wahyu memanggil Lik Hasan dengan
sebutan Lik. Lik merupakan bahasa Jawa yang berasal dari kata “bapak cilik” atau
disingkat “pak lik” yang berarti paman atau adik dari ayah kandung.
Selain itu, kata ganti juga terlihat pada scene 95. Adegan ini menampilkan
dialog antara Wahyu dengan Lik Hasan. Pada adegan ini, Lik Hasan menanyakan
kepada Wahyu apakah dirinya masih kapok bermain sepak bola. Wahyu
menjelaskan bahwa ayahnya sudah mengizinkannya. Kemudian Lik Hasan
menawarkan kepada Wahyu untuk bermain sepak bola lagi agar dapat
memberikan ayahnya mobil jika menang.
Lik Hasan : Yu, koe punya bakat, koe lebih mateng dari bapakmu, koe
bisa jadi orang besar, koe bisa kaya Irfan Bachdim.
Kata “koe” pada ucapan Lik Hasan merupakan kata ganti dari Wahyu. Koe
merupakan bahasa Jawa yang berarti kamu.
c. Stilistik
Stilistik ialah cara yang digunakan penulis atau pengarang untuk
menyatakan maksudnya dengan menggunakan bahasa sebagai sarana. Gaya
bahasa mencakup diksi tau pilihan leksikal, struktur kalimat, majas, dan citraan
yang digunakan seorang sastrawan yang terdapat dalam sebuah karya sastra.16
Dalam film Tendangan dari Langit, gaya bahasa yang digunakan selain
bahasa Indonesia ialah bahasa daerah yakni bahasa Jawa. Hal ini karena latar
tempat cerita film tersebut diambil di Desa Langitan, Bromo, Jawa. Beberapa
adegan menampilkan dialog dengan menggunakan bahasa Jawa.
16 Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media, h. 82.
81
Tabel 4.14
Stilistik
Scene Potongan Adegan
90
Gambar 4.22 Stilistik
Skenario dan Keterangan
Wahyu : Wahyu cinta sama Indah, wahyu juga cinta sepak bola pak.
Wahyu juga menghargai keduanya pak.
Pak Darto : Gak iso. Cinta itu ngawiji, mantengintyas, ngeningken
cipto. Kalo kamu cinta dua-duanya, kamu ngelarani salah
satu. Paham?
Ket: Dalam adegan ini, Pak Darto menasihati Wahyu untuk memilih
dan mencintai salah satu. Menurutnya, cinta itu menyatu, hening dan
tunggal. Kata ngelarani berarti melukai atau menyakiti.
Scene Potongan Adegan
95
Gambar 4.23 Stilistik
Skenario dan Keterangan
Lik Hasan : Masih kapok main bola kamu?
Wahyu : Kalo bapak si wis wolehi,
Lik Hasan : Terus?
Wahyu : Gare akune ae
82
Ket: Wahyu menjelaskan bahwa Pak Darto sudah mengizinkan ia
bermain bola. “Gare akune ae” berarti “tinggal akunya saja”.
Scene Potongan Adegan
107
Gambar 4.24 Stilistik Gambar 4.25 Stilistik
Skenario dan Keterangan
Wahyu : Mas arep nang Malang yo?
Sopir mobil bak : Iyo kenopo?
Wahyu : Aku nunut nang Gajayana ngono mas
Sopir mobil bak : Kamu Persema?
Wahyu : Iyo mas
Sopir mobil bak : Aku Arema. Le le.. iki kancamu Persema arep nang
Gajayana. Oleh melu nggak?
Temen sopir mobil bak : Koe persema toh?
Wahyu : Iyo mas
Temen sopir mobil bak : Endi buktine?
Wahyu : Iki mas.
Temen sopir mobil bak : Oh yowis. Ayo melu.
Ket: Dalam adegan ini, Wahyu menanyakan kepada dua orang supir
mobil bak arah tujuan mereka apakah ke Malang, Wahyu meminta ikut
menumpang ke Gajayana, stadion Persema. Supir yang satu
menanyakan apakah Wahyu Persema. Lalu ia menjelaskan bahwa dia
Arema. Kemudian ia menanyakan kepada temannya yang penggemar
Persema apakah Wahyu diizinkan untuk numpang ke Gajayana. Lalu
temannya meminta bukti kepada Wahyu bahwa dia Persema. Wahyu
83
menunjukkan posternya dan ia pun diizinkan untuk ikut ke Gajayana.
Kata “arep nang” berarti “mau ke”. Kalimat “Le le.. iki kancamu
Persema arep nang gajayana. Oleh melu nggak?” berarti Le (panggilan
bagi orang Jawa, berasal dari kata tole), ini temanmu Persema, mau ke
Gajayana. Boleh ikut?. Kata “endi buktine” berarti “mana buktinya”.
Scene Potongan Adegan
Gambar 4. 26 Stilistik Gambar 4. 27 Stilistik
Skenario dan Keterangan
Pak Darto : Tapi tenang le, koe sih nduwe bapak le. Eling ibumu ndise
le. Ketika ngudang kamu waktu kecil. Ojo lali anakku yo
ngger.
Ket: Pak Darto menenangkan Wahyu bahwa ia masih memiliki bapak.
Lalu Pak Darto mengingatkan Wahyu agar selalu ingat ibunya yang
telah menimangnya waktu kecil. Kalimat “koe sih nduwe” berarti
“kamu masih punya”. “Eling ibumu ndise” berarti “ingat ibumu dulu”.
Kata “ngudang” berarti “menimang”. “Ojo lali” berarti “jangan lupa”.
d. Retoris
Retoris berhubungan erat dengan bagaimana pesan disampaikan kepada
khalayak. Strategi retoris muncul dalam bentuk interaksi yakni bagaimana
pembicara menempatkan atau memposisikan dirinya di antara khalayak dengan
menggunakan gaya formal, informal atau santai. Strategi retoris digunakan untuk
84
menarik perhatian khalayak. Elemen dari strategi retoris ialah grafis, metafora
dan ekspresi.17
1.) Grafis
Grafis merupakan bagian yang ditekankan dan ditonjolkan dalam teks.
Penekanan dapat dilakukan dengan membedakan tulisan yang satu dengan yang
lain seperti dengan menggunakan huruf tebal, besar, miring dan sebagainya.
Elemen grafis juga dapat berupa foto , gambar, atau tabel yang digunakan untuk
mendukung gagasan komunikator. Bagian yang ditonjolkan menekankan
pentingnya bagian tersebut untuk disampaikan kepada khalayak18
Dalam Film Tendangan dari Langit, terdapat beberapa adegan yang
menonjolkan gambar tertentu dengan menggunakan teknik pengambilan gambar
close up.
Tabel 4.15
Grafis
Scene Potongan Adegan
4
Gambar 4.28 Grafis
Skenario dan Keterangan
Dalam scene ini, terdapat teknik pengambilan gambar close up.
Gambar close up diambil pada objek tugu yang bertuliskan
17 Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media, h. 84. 18 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media,h. 257-258.
85
“Langitan”. Melalui teknik ini, sutradara dan penulis ingin
menunjukkan kepada kalayak bahwa lokasi cerita dalam film ini
bertempat di Desa Langitan.
Scene Potongan Adegan
63
Gambar 4. 29 Grafis
Skenario dan Keterangan
Dalam scene ini, terdapat teknik pengambilan gambar close up.
Gambar close up diambil pada objek peralatan sholat dengan tangan
Wahyu dan Pak Darto. Melalui teknik ini, sutradara dan penulis ingin
menonjolkan objek tersebut agar dapat terlihat jelas oleh khalayak.
2.) Metafora
Metafora ialah pemakaian ungkapan, atau kiasan dalam suatu teks. Metafora
dipakai sebagai landasan berpikir, alasan pembenar atas gagasan tertentu.
Metafora dapat berupa peribahasa, pepatah, petuah leluhur, bahkan mungkin
ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang digunakan untuk memperkuat
suatu pesan.19
Dalam Film Tendangan dari Langit, terdapat dua kalimat yang
mengandung kiasan atau majas.
19 Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media,h. 259.
86
Tabel 4.16
Metafora
Scene Potongan Adegan
61
Gambar 4.30 Metafora
Skenario dan Keterangan
Penjaga Warung : Yu, Wahyu. Kayaknya Persema itu butuh tendangan
dari Langitan iku le.
Ket: Penjaga Warung memuji Wahyu dan mengungkapkan bahwa
Persema butuh Tendangan Wahyu yang berasal dari Desa
Langitan
Scene Potongan Adegan
63
Gambar 4.31 Metafora
Skenario dan Keterangan
Lik Hasan : Semua pemain sepak bola di Indonesia, gak punya yang
namanya akhir perjalanan hidup yang menyenangkan.
Semuanya kayak bintang, terang benderang di langit. Uuuuhh
redup. Lagi masa jayanya, woah semua orang hebat! woah
iku hebat! Hebat! Hebat! Akhirnya opo? Tragis, asu.
87
Ket : Lik Hasan menceritakan kepada Wahyu tentang persepakbolaan
di Indonesia. Pak Darto mengibaratkan pemain sepak bola di
Indonesia seperti bintang yang terang di langit, namun suatu
saat redup. Ketika sedang sukses dipuja namun tidak
mendapat perhatian di masa tuanya
Scene Potongan Adegan
90
Gambar 4.32 Metafora
Skenario dan Keterangan
Pak Darto : Seimbang? Cinta iku eling almarhum Gombloh. Kalo
cinta melekat tai kucing terasa coklat! Hahah.. Harus total le,
jatuh cinta itu.
Ket: Pak Darto menasihati Wahyu agar mencintai suatu hal dengan
total dan memilih mencintai salah satu di antara Indah atau sepak bola.
Ucapan Pak Darto tersebut merupakan petuah dari musisi Gombloh
yang berarti sepahit-pahitnya suatu hal, kalau sudah mencintai semua
akan terasa indah.
88
3.) Ekspresi
Ekspresi digunakan untuk menonjolkan atau menghilangkan bagian tertentu
dari teks. Ekspresi dapat berbentuk grafis seperti gambar, atau foto yang
digunakan untuk mendukung suatu gagasan.20
Tabel 4.17
Ekspresi
Scene Potongan Adegan
17
Gambar 4.33 Ekspresi Gambar 4.34 Ekspresi
Skenario dan Keterangan
Dalam scene ini, terdapat dua gambar yang memiliki arti untuk
disampaikan kepada khalayak. Gambar pertama ialah gambar Pak
Darto sedang melihat ke arah depan. Sedangkan gambar kedua ialah
gambar kuda bersama dengan pemiliknya. Melalui teknik ini,
sutradara dan penulis ingin menyampaikan pesan kepada khalayak
bahwa Pak Darto menyukai kuda melalui ekspresi wajah Pak Darto.
Scene Potongan Adegan
63 Gambar 4. 35 Ekspresi
20 Drs. Alex Sobur, M.Si, Analisis Teks Media, h. 84.
89
Skenario dan Keterangan
Wahyu : Ini pak. Kuda ini. Wahyu main bola supaya bisa beliin
bapak kuda. Supaya bapak gagah, supaya gak terus-terusan
jualan mie seduh di Bromo pak.
Ket: Dalam scene ini, Sutradara dan penulis ingin menunjukkan
ekspresi sedih dari Wahyu. Setelah Wahyu ditampar oleh Pak Darto, ia
meringis dan langsung menuju ke kudanya untuk diberikan kepada
ayahnya.
B. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film
Tendangan dari Langit dilihat dari Kognisi Sosial
Dalam skema analisis wacana Van Dijk, teks merupakan suatu hasil dari
kesadaran mental pembuat teks yang membuat teks tersebut. Kognisi sosial
membahas tentang proses terbentuknya suatu teks yakni bagaimana suatu
peristiwa ditafsirkan, disimpulkan dan dimaknai oleh seorang penulis. Menurut
Van Dijk, analisis kognisi sosial memusatkan perhatian pada struktur mental
penulis. Proses pemaknaan dan mental dari penulis untuk memahami sebuah
peristiwa atau fenomena merupakan bagian dari proses produksi suatu teks.21
Setiap film memiliki naskah skenario yang berisi penjelasan dari setiap
adegan. Skenario tersebut berisi dialog-dialog yang akan dimainkan oleh pemain
21 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media,h. 266-267.
90
beserta tempat, waktu, shot dan detail adegan lainnya. Naskah skenario ditulis
oleh penulis skenario dibantu oleh sutradara. Dalam film Tendangan dari Langit,
skenario dibuat oleh Fajar Nugros selaku penulis skenario dan juga Hanung
Bramantyo yang merangkap sebagai sutradara. Penulis melakukan wawancara
dengan Fajar Nugros selaku penulis skenario.
Film Tendangan dari Langit merupakan film tentang perjuangan dari
seorang anak yang bernama Wahyu untuk meraih mimpinya menjadi pemain
sepak bola. Selain karena menceritakan tentang sepak bola, film ini diberi judul
Tendangan dari Langit karena latar tempat dalam film ini terletak di di Desa
Langitan, lereng gunung Bromo, Malang. Ide cerita dari film ini merupakan ide
dari Coach Timo yang merupakan pelatih dari Irfan Bachdim dan juga Kim
Kurniawan di klub Persema Malang pada tahun itu. Ketiga pemain tersebut
bermain dalam film ini dengan nama dan peran yang sama seperti aslinya. Fajar
Nugros selaku penulis skenario menterjemahkan cerita dari Coach Timo ke dalam
skenario film.
“Semua rekaan, idenya dari Coach Timo. Ide ceritanya dari dia terus
saya rapiin ke skenario”22
Fajar Nugros mendekatkan tokoh Wahyu seperti dirinya dimana Wahyu
merupakan sosok remaja dari desa yang ingin sukses di dunia sepak bola. Dia
terus berjuang untuk meraih mimpinya dengan berlatih dan bermain sepak bola.
Tokoh Wahyu dan juga Fajar Nugros memiliki kesamaan yakni dari suku Jawa
yang sama-sama ingin meraih sukses. Meskipun berbeda kota yakni Wahyu dari
Malang dan juga Fajar Nugros dari Yogyakarta. Oleh karena itu, film ini banyak
menampilkan dialog-dialog bahasa Jawa.
22 Wawancara pribadi dengan Fajar Nugros, Minggu, 30 Juli 2017.
91
“Kalo pengalaman pribadi kan biasanya penulis itu atau sutradara itu
mendekatkan karyanya ke dirinya kan. Saya juga dari daerah, dari
Jogja ke Jakarta mau sukses, ya sama seperti Wahyu situasinya. Kita
dari desa, dia mau meraih impiannya ke Jakarta.”23
Selain memuat nilai-nilai perjuangan meraih impian, film ini juga berisi
pesan berbakti kepada kedua orang tua. Wahyu sebagai sosok remaja pada film
ini, membantu ayahnya berjualan mie seduh di Bromo. Meskipun ayahnya berlaku
kasar kepadanya, Wahyu tetap hormat dan tunduk kepada ayahnya. Lalu ia juga
memberikan ayahnya kuda dari hasil ia bermain sepak bola. Wahyu juga berbakti
kepada ibunya dan ayahnya selalu mengingatkan Wahyu agar jangan lupa dengan
ibunya. Melalui adegan-adegan tersebut, Fajar Nugros ingin menyampaikan pesan
berbakti kepada kedua orang tua.
“Ya pasti. Karena kan itu kan nilai-nilai Jawa kan. Apapun, kamu
pergi kemanapun, kamu merantau, meraih mimpi, ya jangan lupa
untuk berbakti kepada orang tua, jangan lupa sama roots kan.”24
Menurut Fajar Nugros, orang tua mendidik anak sesuai dengan apa yang
orang tua ketahui. Bila sesuatu itu buruk, maka ia akan melarang anaknya untuk
melakukan hal tersebut.
“Orang tua mendidik anak itu sebenernya dari apa yang mereka tau.
Kita tidak bisa menyalahkan mereka cara ngedidiknya keliru, karena
kita sudah di Jakarta, kita tahu seperti apa dunia yang lebih modern
dan ilmu yang lebih banyak terus kita nyalahin orang tua kita dulu
mendidik , kan gak gitu juga. Mereka hanya mendidik kita dengan
nilai-nilai yang mereka tau kan, misalnya si bapaknya juga gak mau,
secara konteksnya si bapaknya juga taunya dulu dia pernah main bola,
dia kecelakaan, dia cedera ya dia yang tau ya anaknya jangan sampe
kaya dirinya, kan sesederhana itu.”25
Inilah salah satu konflik yang dibuat oleh Fajar Nugros dalam film ini
dimana Pak Darto tidak mengizinkan Wahyu untuk menggantungkan
23 Wawancara pribadi dengan Fajar Nugros, Minggu, 30 Juli 2017. 24 Wawancara pribadi dengan Fajar Nugros, Minggu, 30 Juli 2017. 25 Wawancara pribadi dengan Fajar Nugros, Minggu, 30 Juli 2017.
92
harapan di dunia sepak bola. Meskipun begitu, Wahyu tetap menghormati
kedua orang tuanya. Ia bekerja keras untuk meyakinkan ayahnya bahwa
sepak bola itu dapat menghasilkan yakni dengan memberikannya kuda dan
juga alat sholat, hingga ayahnya mengizinkan Wahyu mengejar mimpinya.
C. Wacana Pesan Berbakti Kepada Kedua Orang Tua dalam Film
Tendangan dari Langit dilihat dari Konteks Sosial
Dalam meneliti wacana dari suatu teks, perlu adanya penelitian atas
wacana yang berkembang di masyarakat. Analisis konteks sosial meneliti
bagaimana wacana tentang suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam
masyarakat.26 Dalam hal ini, wacana yang berkembang di masyarakat
mempengaruhi skenario film Tendangan dari Langit yang dibuat oleh Fajar
Nugros.
Pada mulanya, film ini dibuat dengan latar belakang pesepakbola yang
sedang populer di Indonesia yakni Irfan Bachdim dan juga Kim Kurniawan.
Kedua pemain ini merupakan pemain naturalisasi yang bermain di Indonesia
dimana Irfan Bachdim mencetak gol untuk Indonesia di ajang Piala AFF 2010.
Kala itu, Irfan yang juga pemain Persema merupakan pemain yang sangat populer
di kalangan remaja.
“Latar belakang pembuatan filmnya karena Irfan Bachdim populer
waktu itu , sama Kim ya, lagi hits pemain bule naturalisasi,
sebenernya latarnya itu. Terus produser datang kita punya Irfan
Bachdim sama Kim Kurniawan nih. Coba dibuatin filmnya”27
26 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 271. 27 Wawancara pribadi dengan Fajar Nugros, Minggu, 30 Juli 2017.
93
Film ini berisi perjuangan Wahyu dari Desa Langitan untuk meraih
mimpinya menjadi pemain sepak bola. Dalam meraih impiannya, Wahyu sempat
mengalami cedera akibat berlatih terus menerus. Cedera tersebut dideranya ketika
menjalani tryout bersama klub Persema. Setelah diketahui cedera Wahyu, klub
Persema menyatakan tidak dapat mengobati Wahyu dan tidak dapat menerima
Wahyu masuk ke dalam klub tersebut. Kejadian dalam film ini sesuai dengan
fenomena sepak bola di Indonesia dimana pemain yang cedera tidak dapat diobati
dan “dibuang”.
“Sebenernya orang tua kan gak mau anaknya lebih buruk dari dia aja.
Kalo fenomena bola di situ kita samakan dengan situasi kenyataan di
sepak bola. Biasanya gitu klub kita. Kalo di luar negeri cedera, lu
dirawat, ada asuransi, ada apa. Kalo disini ya dibuang.”28
Oleh karena itu, banyak orang tua di masyarakat yang melarang anaknya
menggantungkan harapan di dunia sepak bola, seperti dalam film ini dimana Pak
Darto selalu melarang anaknya bermain sepak bola akibat kisah buruknya dahulu
ketika menjadi pemain sepak bola.
“Kan itu fenomena umum ya. Orang tua gak mau anaknya jadi
sutradara, bisa idup nggak? Atau mau jadi anak band? Dan
sebagainya.”29
Walau banyak memuat tentang persepakbolaan di Indonesia, film ini
memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan berbakti kepada kedua orang tua, dan
juga memberikan harapan bahwa dengan kerja keras setiap orang akan
mendapatkan hasil yang terbaik. Tidak sedikit anak yang lupa dengan orang tua
ketika mereka sukses dengan hasil usaha mereka. Dalam wawancara dengan Fajar
28 Wawancara pribadi dengan Fajar Nugros, Minggu, 30 Juli 2017. 29 Wawancara pribadi dengan Fajar Nugros, Minggu, 30 Juli 2017.
94
Nugros, ia mengatakan bahwa film ini dibuat untuk mengingatkan mereka yang
lupa dengan orang tua ketika sudah sukses.
“Kalo dulu si kebanyakan intinya kita suka lupa akar ya, lupa akar
berarti lupa orang tua sih, orang udah sukses di Jakarta, kita
melupakan itu, melupakan rootsnya dari mana, lupa diri gitu. Nah film
ini kan supaya ngingetin bahwa dengan kerja keras, sukses, kamu gak
bisa lupa sama roots kamu.”30
Dalam film ini, Wahyu selalu ingat dengan orang tuanya ketika ia bekerja
keras. Bahkan dalam kerja kerasnya, ia berniat memberikan ayahnya kuda hingga
akhirnya menjadi kenyataan. Ia memberikan kuda yang merupakan kesukaan
ayanya agar ayahnya gagah dan tidak hanya berjualan mie seduh di Bromo. Selain
itu, pesan berbakti kepada kedua orang tua juga dituangkan melalui Pak Darto
dimana ia mengingatkan Wahyu agar jangan lupa dengan ibunya yang
mengurusnya di waktu kecil. Hal inilah yang ditonjolkan dari film ini untuk
menjawab wacana yang berkembang di masyarakat tentang anak-anak yang lupa
dengan orang tuanya.
30 Wawancara pribadi dengan Fajar Nugros, Minggu, 30 Juli 2017.
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa wacana
pesan berbakti kepada kedua orang tua yang dianalisis melalui skema analisis
wacana Van Dijk dalam film Tendangan dari Langit terdiri dari analisis teks,
kognisi sosial dan konteks sosial sebagai berikut:
1. Teks
a. Struktur Makro
Tema besar yang diangkat dalam film ini yakni mengenai kerja keras dan
juga berbakti kepada kedua orang tua. Pesan berbakti kepada kedua orang tua
disampaikan melalui sosok Wahyu yang hormat terhadap ayah ibunya. Ia
membantu ayahnya berjualan mie seduh di Bromo dan membelikan ayahnya Kuda
dari hasil bermain sepak bola. Lalu pesan berbakti kepada ibu disampaikan
melalui tokoh ayah Wahyu atau Pak Darto yang berpesan kepada Wahyu agar
jangan lupa dengan ibunya yang menimangnya waktu kecil.
b. Superstruktur
Superstruktur atau skematik berupa alur dalam sebuah film dari awal hingga
akhir. Dalam film tendangan dari langit, terdapat lima tahapan alur di antaranya
Opening Bill Board yang menampilkan Coach Timo sedang menonton TV
kekalahan Timnas Indonesia, lalu Opening Scene dimana Lik Hasan memuji
permainan Wahyu. Kemudian Conflict Scene yang terdiri dari larangan Pak Darto
kepada Wahyu bermain sepak bola, Wahyu memberikan kuda, dan juga Wahyu
96
divonis cedera. Kemudian Anti Klimaks dimana cederaWahyu dapat diobati, dan
juga Ending Wahyu mencetak gol kemenangan bagi klub Persema.
c. Struktur Mikro
Struktur mikro terdiri dari strategi semantik, sintaksis, stilistik dan juga
retoris. Dalam semantik, penulis skenario menonjolkan latar buruknya
persepakbolaan Indonesia, lalu detail bakat Wahyu dan juga maksud Wahyu
bermain sepak bola yakni untuk memberikan ayahnya kuda. Kemudian sintaksis
berisi bentuk kalimat, kata ganti dan koherensi dimana penulis menggunakan
struktur kalimat induktif di berbagai adegan. Kata ganti le, koe, dan koherensi
dengan kata hubung tapi. Kemudian stilistik merupakan gaya bahasa yang dalam
film ini menggunakan bahasa sehari-hari diselingi bahasa Jawa. Serta elemen
retoris yang menampilkan petuah dari gombloh, ekspresi Wahyu saat memberikan
kuda dan juga beberapa pengambilan gambar close up.
2. Kognisi Sosial
Film ini merupakan ide dari Coach Timo dimana Fajar Nugros selaku
penulis merapikannya ke dalam bentuk skenario film. Fajar mendekatkan
karyanya kepada dirinya terutama pada tokoh Wahyu. Fajar yang berasal dari
Jogja menggantungkan impiannya di Jakarta sebagai sutradara dan penulis
skenario. Sementara Wahyu berasal dari Malang juga menggantungkan
harapannya di dunia sepak bola. Keduanya berasal dari Jawa sehingga film ini
banyak menampilkan dialog bahasa Jawa. Fajar juga menuangkan nilai-nilai Jawa
dalam film ini dengan tokoh Wahyu yang penuh sopan santun dan juga tidak lupa
dengan kedua orang tuanya.
97
3. Konteks Sosial
Film ini dibuat dengan latar belakang pesepakbola yang sedang naik daun
yakni Irfan Bachdim dan juga Kim Kurniawan. Wacana yang berkembang di
masyarakat yakni banyaknya anak yang tidak diizinikan menggantungkan harapan
di dunia sepak bola. Kemudian banyak anak-anak yang lupa dengan orang tuanya
ketika meraih sukses. Film ini dibuat dengan tujuan mengingatkan kepada
masyarakat bahwa dengan kerja keras setiap orang dapat meraih yang terbaik dan
juga agar tidak lupa dengan orang tua.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian penulis terhadap wacana film Tendangan dari
Langit, penulis ingin memberikan saran kepada beberapa pihak di antaranya:
1. Kepada Bapak Hanung Bramantyo selaku sutradara juga Fajar Nugros
selaku penulis skenario film, agar terus menciptakan karya-karya yang
mendidik melalui film dengan memuat nilai-nilai religius dan
kemanusiaan.
2. Kepada seluruh masyarakat agar dapat menjadi penonton yang cerdas
dengan mengambil pesan-pesan yang baik dan menjauh konten-konten
yang kurang baik dalam sebuah film.
3. Kepada seluruh anak agar senantiasa berbakti kepada kedua orang tua
walaupun sudah sukses dan kepada kedua orang tua agar mendukung
bakat dan cita-cita anaknya.
4. Kepada pengurus PSSI agar terus bekerja keras demi persepakbolaan
Indonesia yang lebih baik lagi.
98
5. Kepada seluruh insan perfilman Indonesia agar dapat membuat karya-
karya yang tidak hanya menghibur, melainkan juga memberikan edukasi
kepada masyarakat dan juga menghilangkan konten-konten negatif dalam
sebuah film.
99
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abyari, Ibrahim. Tarjamah Shahih Bukhari, Penerjemah Zeid Husein Al-
Hamid. Surabaya: Mutiara Ilmu, t.t.
At-Tirmidzi, Abu Isa Muhammad bin Isa. Ensiklopedia Hadits 6: Jami’ at-
Tirmidzi, , Penerjemah Misbahul Khaer, dkk. Jakarta: Almahira, 2013. Cet.
Ke- 1. Al-Qusyairi, An-Naisaburi Muslim bin al-Hajjaj, Ensiklopedia Hadits 4; Shahih
Muslim 2, Penerjemah Masyhari, dkk. Jakarta: Almahira, 2012. Cet. Ke-1.
Amura, Perfilman di Indonesia dalam Era Orde Baru. Jakarta: Lembaga
Komunikasi Massa Islam di Indonesia, 1989.
Arifin, Anwar. Dakwah Kontemporer; Sebuah Studi Komunikasi. Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2011.
Arifin, E. Zainal, dkk. Wacana; Transaksional dan Interaksional dalam Bahasa
Indonesia. Tangerang: Pustaka Mandiri, 2013.
Asyur, Ahmad Isa. Birrul Walidain, Penerjemah H. Salim Basyarahil. Jakarta:
Gema Insani Press, 1992.
Asy-Syafrowi, Mahmud. Orang Tuaku Pintu Surgaku. Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2015.
Badara, Aris. Analisis Wacana; Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana
Media. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesi;: Edisi
Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT
Citra Aditya Bakti, 2003.
Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2012. Cet ke-3.
Eriyanto, Analisis Wacana; Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: Lkis,
2001.
Ghazali, M. Bahri, Dakwah Komunikatif; Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Da’wah. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997.
100
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013.
Jawas, Yazid bin Abdul Qodir. Birrul Walidain; Berbakti kepada Kedua Orang
Tua. Jakarta: Darul Qolam, 2002.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006. Cet ke-22.
Musfah, Jejen. Bahkan Tuhan Pun Bersyukur; Memahami Rahasia Hati. Jakarta:
Hikmah, 2003.
Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya
Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2004. Cet. Ke-3.
Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2008. Cet ke-5.
Pratista, Himawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008.
Sumarno, Marselli. Dasar-Dasar Apresiasi Film. Jakarta: PT Grasindo 1996.
Prodjohaamidjojo, Martiman. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta: Indonesia
Legal Center Publishing, 2011.
Purwoko, Herudjati. Discourse Analysis; Kajian Wacana bagi Semua Orang.
Jakarta: Indeks, 2008.
Rusminto, Nurlaksana Eko. Analisis Wacana; Kajian Teoritis dan Praktis.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015. Cet ke-1.
Wawancara pribadi dengan Fajar Nugros. Minggu, 30 Juli 2017
Website
“Agus Hadi Sudjiwo”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari
https://profil.merdeka.com/indonesia/a/agus-hadi-sudjiwo/
“Agus Kuncoro”, artikel diakses pada 31 Mei 2017 dari
http://www.pemeranfilm.com/agus-kuncoro/
101
“Agus Kuncoro”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari
http://www.wowkeren.com/seleb/agus_kuncoro/
“Daftar Nominasi Festival Film Indonesia 2011”, artikel diakses pada 06 Juni
2017 dari http://www.armylookfashion.com/2011/11/28/daftar-nominasi-
festival-film-indonesia-2011.html/
“Data Penonton”, artikel diakses pada 06 Juni 2017 dari
http://filmindonesia.or.id/movie/viewer/2011#.WTYcFhIrV9w
Erik Priana, “Biodata Yati Surachman Lengkap, Aktris Legend Masih Eksis
Hingga Sekarang”, artikel diakses pada 31 Mei 2017 dari
http://www.bioseleb.com/2016/02/biodata-yati-surachman-lengkap-
aktris.html
“Fajar Nugroho”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari
http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/fajar-nugroho.html
“Galeri Foto”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari http://sujiwotejo.com/galeri-
foto/?nggpage=2
“Hanung Bramantyo” artikel diakses pada 29 Mei 2017 dari
https://profil.merdeka.com/indonesia/h/hanung-bramantyo/
“Profil”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari http://sujiwotejo.com/profil/
“Profil Fajar Nugros”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari
https://www.kapanlagi.com/indonesia/f/fajar_nugros/
“Profil Hanung Bramantyo, Sutradara Kenamaan Asal Indonesia”, artikel diakses
pada 29 Mei 2017 dari http://www.profilpedia.com/2016/04/profil-hanung-
bramantyo.html
Taufik, Mohamad. “Kejamnya Anak di Brebes,Tega Bunuh Kedua Orang Tua
Kandung”, artikel diakses pada 15 Agustus 2017 dari
https://www.merdeka.com/peristiwa/kejamnya-anak-di-brebes-tega-bunuh-
kedua-orangtua-kandung/bunuh-orangtua-cuma-karena-sering-
dimarahi.html
“Yati Surachman”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari
http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/yati-surachmiati-agustina.html
“Yosie Kristanto”, artikel diakses pada 30 Mei 2017 dari
http://www.indonesianfilmcenter.com/cc/yosie-kristanto.html
102
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Poster Film Tendangan dari Langit
Surat Izin Penelitian
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Fajar Nugros (Penulis Skenario)
Hari, Tanggal : Minggu, 30 Juli 2017
Waktu : 15.00 – 15.30 WIB
Tempat : Jalan Depsos 1, no. 30, Komplek Departemen Sosial, Jakarta Selatan
(Kantor Demi Istri Production)
1. Apa yang melatarbelakangi pembuatan film Tendangan dari Langit?
Latar belakang pembuatan filmnya karena Irfan Bachdim populer waktu
itu , sama Kim ya, lagi hits pemain bule naturalisasi, sebenernya latarnya itu.
Terus produser datang kita punya Irfan Bachdim sama Kim Kurniawan nih. Coba
dibuatin filmnya, udah itu doang. Secara komersil itu sih.
2. Mungkin abis AFF juga kali ya mas?
Ya, abis dia bikin gol, Irfan. Jadi tidak ada hubungannya dengan, ya kalo
produser komersil kan liatnya oo itu lagi happening gitu
3. Apakah ini diangkat dari kisah nyata?
Gak ada. Semua rekaan, idenya dari Coach Timo. Ide ceritanya dari dia
terus saya rapiin ke skenario
4. Ada inspirasi lain gak si mas misalnya dari pengalaman pribadi Mas Fajar
Nugros?
Eh kalo pengalaman pribadi kan dideketin ke biasanya penulis itu atau
sutradara itu mendekatkan karyanya ke dirinya kan. Saya juga dari daerah, dari
Jogja ke Jakarta mau sukses, ya sama seperti Wahyu situasinya. Kita dari desa, dia
mau meraih impiannya ke Jakarta.
5. Kalo pemilihan Persema itu dari mana?
Persema karena klubnya Irfan waktu itu Persema kan
6. Ada gak si kesengajaan untuk menyampaikan pesan berbakti kepada
orang tua dalam film ini?
Ya pasti. Karena kan itu kan nilai-nilai Jawa kan. Apapun, kamu pergi
kemanapun, kamu merantau, meraih mimpi, ya jangan lupa untuk berbakti kepada
orang tua, jangan lupa sama roots kan.
7. Terus ini pandangan aja ya mas, menurut mas pandangan terhadap
perilaku anak-anak ke orang tua gimana si?
Kalo dulu si kebanyakan intinya kita suka lupa akar ya, lupa akar berarti
lupa orang tua sih, orang udah sukses di Jakarta, kita melupakan itu, melupakan
rootsnya dari mana, lupa diri gitu. Nah film ini kan supaya ngingetin bahwa
dengan kerja keras, sukses, kamu gak bisa lupa sama roots kamu.
8. Gimana harusnya orang tua mendidik anak-anaknya?
Orang tua mendidik anak itu sebenernya dari apa yang mereka tau. Kita
tidak bisa menyalahkan mereka cara ngedidiknya keliru, karena kita sudah di
Jakarta, kita tahu seperti apa dunia yang lebih modern dan ilmu yang lebih banyak
terus kita nyalahin orang tua kita dulu mendidik , kan gak gitu juga. Mereka hanya
mendidik kita dengan nilai-nilai yang mereka tau kan, misalnya si bapaknya juga
gak mau, secara bodohnya, secara konteksnya si bapaknya juga taunya dulu dia
pernah main bola, dia kecelakaan, dia cedera ya dia yang tau ya anaknya jangan
sampe kaya dirinya, kan sesederhana itu.
9. Mungkin fenomenanya sekarang juga kaya gitu kali ya Mas?
Sebenernya orang tua kan gak mau anaknya lebih buruk dari dia aja. Kalo
fenomena bola di situ kita samakan dengan situasi kenyataan di sepak bola.
Biasanya gitu klub kita. Kalo di luar negeri cedera, lu dirawat, ada asuransi, ada
apa. Kalo disini ya dibuang.
10. Tapi banyak gak si mas nemuin orang tua yang melarang anaknya main
bola?
Ya salah satunya ya Wahyu itu.
11. Kalo aslinya?
Aslinya banyak. Kan itu fenomena umum ya. Orang tua gak mau anaknya
jadi sutradara, bisa idup nggak? Atau mau jadi anak band? Dan sebagainya.
12. Di dalam film ini, tema apa saja yang ingin ditonjolkan?
Kerja keras doang sebenernya, itu ngasih hope bahwa kalo lu kerja keras
ya lu bisa sukses, gitu. Siapapun kamu ya mau dari desa mau dari mana.
Narasumber,
Fajar Nugros
(Penulis Skenario Film Tendangan dari Langit)
Foto Bersama Fajar Nugros
(Penulis Skenario Film Tendangan dari Langit)