ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

144
ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA PROPOSAL TESIS Oleh HERU PRANATA 117003067/PWD SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Transcript of ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Page 1: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

PROPOSAL TESIS

Oleh

HERU PRANATA

117003067/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

PROPOSAL TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

HERU PRANATA

117003067/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Judul Tesis : ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK

PETERNAKAN DI KABUPATEN PADANG LAWAS

UTARA

Nama Mahasiswa : Heru Pranata

Nomor Pokok : 117003067

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

(Prof. Erlina, SE, M.Si) (Ir. Supriadi, MS)

Pembimbing I Pembimbing II

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Iic rer reg. Sirojuzilam, SE) (Prof. Dr. Erman Munir, MSc)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI

KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

ABSTRAK

Padang Lawas Utara (Paluta) yang dahulunya lebih dikenal dengan nama

Padang Bolak (Padang yang luas = bolak) terkenal sebagai padang penggembalaan

yang luas sangat terkenal pula penghasil ternak kerbau, lembu, dan kambing,

sehingga hal ini menjadi ikon Padang Lawas Utara. Tujuan Penelitian adalah : 1)

Menganalisis potensi, peran dan kelembagaan subsektor peternakan terhadap

pembangunan ekonomi Kabupaten Padang Lawas Utara , 2) Menganalisis strategi

pengembangan peternakan dalam rangka meningkatkan peran subsektor peternakan

di Kabupaten Padang Lawas Utara. Penelitian ini menggunakan Analisis Location

Quotient (LQ), analisis Shift Share, Interpretative Structural Modelling (ISM) dan

analisis Strategi Pengembangan menggunakan SWOT dan QSPM. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa : 1) potensi, peran dan kelembagaan subsektor peternakan

terhadap pembangunan ekonomi Kabupaten Padang Lawas Utara, adalah : nilai LQ

subsektor peternakan pada tahun 2012 adalah 2,36, pertumbuhan sektor peternakan

di Kabupaten Padang Lawas Utara berada pada Kuadran III dengan nilai pergeseran

bersihnya mengalami pertumbuhan negatif sebesar 51,89 persen, Hasil analisis

interpretative structural modelling diperoleh bahwa Dinas Peternakan dan Perikanan,

Badan Perencanaan Pembangunan, Dinas Koperasi dan UMKM, Peternak, dan

Lembaga Pendidikan, adalah termasuk peubah bebas, yang berarti lembaga-lembaga

ini memiliki kekuatan penggerak (driver power) yang besar, namun punya sedikit

ketergantungan terhadap lembaga lain, 2) Beberapa strategi pengembangan

peternakan dalam rangka meningkatkan peran subsektor peternakan di Kabupaten

Padang Lawas Utara, secara berurut sebagai berikut : Peningkatan dan

pengembangan SDM Peternak; Peningkatan infrastruktur jalan dan sarana prasarana

peternakan; Fasilitasi kerjasama kelompok peternak dengan stakeholder (pendidikan,

LSM, lembaga keuangan); Penguatan pemanfaatan dan produktifitas produk lokal;

Peningkatan peran penyuluh peternakan ke masyarakat peternak; Pengembangan

integrasi peternakan dengan perkebunan; Penguatan aturan pemanfaatan lahan.

Kata kunci : peternakan, Location Quotient (LQ), analisis Shift Share, Interpretative

Structural Modelling (ISM), analisis Strategi Pengembangan

menggunakan SWOT dan QSPM.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan tesis ini.

Pembahasan utama dalam tesis ini adalah latar belakang, lokasi penelitian

serta metodologi yang digunakan dalam menganalisa strategi meningkatkan potensi

peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara, dan diharapkan hasilnya dapat

dimanfaatkan sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan

pembangunan sektor pertanian khususnya pada sub sektor peternakan di Kabupaten

Padang Lawas Utara, untuk menciptakan dan meningkatkan tingkat kesejateraan

masyarakat.

Tulisan ini ini merupakan usaha maksimal yang dapat dilakukan oleh penulis.

Untuk itu sangat diharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di masa mendatang.

Medan, Agustus 2014

Heru Pranata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

UCAPAN TERIMA KASIH

Selama melakukan penyusunan tesis ini, Penulis banyak memperoleh bantuan

moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp,A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Iic rer reg. Sirojuzilam, SE selaku Ketua Program Studi

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. Erlina, SE, M.Si selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis dalam penyusunan proposal tesis ini.

5. Bapak Ir. Supriadi, MS, selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penyusunan proposal tesis ini.

6. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah membesarkan, mendidik dan

memberikan dukungan moral ataupun materil kepada penulis.

7. Bapak dan ibu mertua saya, yang telah meluangkan waktu memberikan

dukungan moril dan materil kepada penulis.

8. Istri saya tercinta Dini Sungkono, serta kakak saya Pepy dan abanganda Wiwin,

juga adik saya Shinta yang selalu memberikan dorongan semangat kepada

penulis dalam mengikuti studi selama ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari

sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh

pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua.

Medan, Agustus 2014

Heru Pranata

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Heru Pranata, lahir di Natal pada tanggal 03 November 1981

dari pasangan Chairuddin dan Masyulida. Saat ini penulis

bertempat tinggal di Jl. SM Raja, Linkungan I Pasar

Gunungtua, Kecamatan Padang Bolak – Kabupaten Padang

Lawas Utara, Sumatera Utara.

Penulis memulai pendidikan tahun 1987 di SDN 1 Muarasoma Kecamatan

Batang Natal, Kabupaten Mandailing Natal (d/h Kabupaten Tapanuli Selatan),

hingga kelas 4, untuk selanjutnya pindah dan tamat di SDN 7 Gunungtua, Kecamatan

Padang Bolak pada tahun 1993. Pada tahun 1997 menyelesaikan pendidikan tingkat

menengah pertama di SMPN 3 Padang Bolak, dan pendidikan tingkat menengah

umum di SMU 1 Padang Bolak pada tahun 2000. Pada tahun yang sama, penulis

melanjutkan pendidikan ke Universitas Sumatera Utara Jurusan Teknik Industri

Fakultas Teknik, dan berhasil mendapatkan gelar Sarjana Teknik pada tahun 2006.

Riwayat pekerjaan penulis dimulai pada tahun 2006 – 2008 di PT. BAT

Indonesia, Tbk.; 2008 – 2009 di PT. Unilever Indonesia, Tbk. ; dan pada tahun 2009

– sekarang sebagai PNS di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten

Padang Lawas Utara.

Pada tahun 2011 penulis mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan

S2 di Program Studi Perencanaan Wilayah Pedesaan Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Sumatera Utara, hingga saat penulisan tesis ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................i

ABSTRACRT .....................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................iii

UCAPAN TERIMA KASIH ...........................................................................iv

RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................vi

DAFTAR ISI .....................................................................................................vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2.Perumusan Masalah ................................................................................. 6

1.3.Tujuan Penelitian .................................................................................... 7

1.4.Manfaat Penelitian .................................................................................. 7

1.5.Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Perencanaan Pembangunan Wilayah ...................................................... 9

2.2. Keterkaitan Sub Sektor Peternakan dan Pembangunan Wilayah ........... 11

2.3. Pembangunan Sub Sektor Peternakan ................................................... 12

2.4. Teori ekonomi basis ................................................................................ 13

2.5. Analisis Shift Share ................................................................................ 16

2.6. Analisis Kelembagaan ............................................................................ 19

2.7. Konsep Manajemen Strategi .................................................................. 20

2.7.1. Formulasi Strategi ........................................................................ 22

2.7.1.1. Analisis Lingkungan Eksternal ........................................ 22

2.7.1.2. Analisis Lingkungan Internal .......................................... 23

2.7.1.3. Matriks I-E ....................................................................... 23

2.7.1.4. Matriks SWOT ................................................................ 24

2.7.2. Matrik QSPM ............................................................................... 25

2.8. Kerangka Pemikiran Operasional .......................................................... 25

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 30

3.2. Pendekatan studi ..................................................................................... 31

3.3. Tahapan Penelitian .................................................................................. 32

3.4. Teknik pengumpulan data ....................................................................... 33

3.5. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 35

3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 36

3.6.1. Location Quotient (LQ) ............................................................... 37

3.6.1.1. Surplus Pendapatan ......................................................... 38

3.6.1.2. Kousien Lokalisasi (Loi) ................................................. 39

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

3.6.2. Analisis Shift Share ...................................................................... 40

3.6.2.1 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah ..................... 40

3.6.3. Interpretative Structural Modelling (ISM) .................................. 43

3.6.4. Perumusan Strategi ...................................................................... 45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Padang Lawas Utara ............................. 52

4.1.1. Geografi dan Wilayah Pemerintahan .......................................... 52

4.1.2. Kondisi Fisik Wilayah ................................................................ 53

4.1.2.1. Kondisi Topografi ......................................................... 53

4.1.2.2. Hidrologis Kawasan ...................................................... 53

4.1.2.3. Iklim .............................................................................. 54

4.1.2.4. Kondisi Geologi ............................................................ 55

4.1.3. Kependudukan ........................................................................... 56

4.1.3.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk ............................. 56

4.1.3.2. Persebaran (Distribusi) dan Kepadatan Penduduk ....... 57

4.1.3.3. Penduduk Menurut Mata Pencaharian ......................... 59

4.1.4. Potensi Sumber Daya Alam ....................................................... 60

4.1.4.1. Kesesuaian Lahan ........................................................ 60

4.1.5. Kondisi Perekonomian Daerah .................................................. 62

4.1.5.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) .................. 62

4.1.5.2. Pendapatan Perkapita Daerah ....................................... 65

4.1.6. Visi Misi Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2013-2018 ... 65

4.2. Peran Subsektor Peternakan ................................................................... 67

4.2.1. Potensi Subsektor Peternakan .................................................... 67

4.2.2. Perkembangan Peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara . 67

4.2.3. Kondisi Peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara ............ 68

4.3. Analisis Peran Subsektor Peternakan. ..................................................... 70

4.3.1. Analisis LQ subsektor peternakan ............................................. 72

4.3.2. Surplus Pendapatan Subsektor Peternakan ................................ 73

4.3.3. Kuosien Lokalisasi (Loi) Subsektor Peternakan ........................ 74

4.3.4. Analisis Shift Share ..................................................................... 74

4.3.4.1. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah .................. 75

4.3.5. Analisis Kelembagaan ............................................................... 78

4.4. Analisis Faktor–Faktor Strategi Pengembangan Subsektor

Peternakan. ............................................................................................. 86

4.4.1. Analisis Faktor Strategi Internal .............................................. 86

4.4.1.1. Faktor Kekuatan ........................................................... 86

4.4.1.2. Faktor Kelemahan ........................................................ 88

4.4.2. Faktor Strategis Eksternal ......................................................... 91

4.4.2.1. Peluang ......................................................................... 91

4.4.2.2. Ancaman ...................................................................... 94

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

4.5. Evaluasi Faktor – Faktor Strategis ......................................................... 96

4.5.1. Evaluasi Faktor Internal ............................................................. 96

4.5.2. Evaluasi Faktor Eksternal .......................................................... 97

4.5.3. Analisis SWOT .......................................................................... 99

4.5.4. Rekomendasi Prioritas Strategi ................................................102

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ..........................................................................................105

5.2. Saran ...................................................................................................106

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 108

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. PDRB Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2008 – 2012 Atas

Dasar Harga Berlaku menurut lapangan usaha ................................. 4

Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Padang Lawas Utara dan Sumatera

Utara Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2008 – 2012 ......................... 5

Tabel 1.3. PDRB Perkapita Penduduk Kab. Padang Lawas Utara, Sumatera Utara

Tahun 2008 – 2012 atas dasar harga berlaku .................................... 5

Tabel 1.4. Peranan Sektor Pertanian Terhadap PDRB Kab. Padang Lawas Utara

(Persen) .............................................................................................. 6

Tabel 3.1. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal .......................................... 46

Tabel 3.2. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal ....................................... 47

Tabel 3.3. Matriks IFE ........................................................................................ 48

Tabel 3.4. Matriks EFE ....................................................................................... 48

Tabel 3.5. Matriks SWOT ................................................................................... 49

Tabel 3.6. Format Dasar QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) ....... 51

Tabel 4.1. Jumlah Curah Hujan dan Banyaknya Hari Hujan di Kabupaten Padang

Lawas Utara Tahun 2012 ................................................................... 55

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2008 – 2012

............................................................................................................ 57

Tabel 4.3. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Padang Lawas Utara

2012 .................................................................................................... 58

Tabel 4.4. Penduduk Menurut Lapangan Usaha Utama Kabupaten Padang Lawas

Utara Tahun 2012 ............................................................................... 60

Tabel 4.5. PDRB Menurut Harga Konstan Dan Harga Berlaku Kabupaten

Padang Lawas Utara Tahun 2012....................................................... 62

Tabel 4.6. Populasi Ternak Besar di Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2008

– 2012 ................................................................................................. 69

Tabel 4.7. Data Jumlah Kelompok Petani Peternak di Kabupaten Padang Lawas

Utara Tahun 2012 ............................................................................... 70

Tabel 4.8. Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Padang Lawas Utara

Tahun 2012 ......................................................................................... 72

Tabel 4.9. Nilai LQ Sektor Pertanian Tahun 2012 Atas Dasar Harga Berlaku .. 73

Tabel 4.10. Matrik Evaluasi Faktor Internal ......................................................... 97

Tabel 4.11. Matrik Evaluasi Faktor Eksternal ...................................................... 98

Tabel 4.12. Matriks SWOT

............................................................................................................ 10

2

Tabel 4.13. Alternatif strategis pengembangan potensi peternakan di Kabupaten

Padang Lawas Utara

............................................................................................................ 10

3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Analisis Shift Share

............................................................................................................ 1

7

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional........................................................ 29

Gambar 3. Matrik Profil Pertumbuhan ................................................................. 42

Gambar 4. Profil Pertumbuhan Peternakan Tahun 2008-2012 ............................ 77

Gambar 5. Diagram Struktural Lebaga Pengembangan Peternakan ..................... 84

Gambar 6. Matriks Driver Power-Dependence untuk Kelembagaan ................... 85

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pada tahun 1999 konsep otonomi daerah disahkan melalui UU No. 22/1999,

yang kemudian direvisi dengan UU No. 32 Tahun 2004. Otonomi daerah yang

tertuang pada pasal 1 (6) UU No. 32/2004 adalah daerah otonom memiliki

kewenangan mengatur dan mengorganisir kepentingan masyarakat setempat menurut

prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Otonomi daerah ini menitik beratkan pada wilyah kabupaten dan

kota dengan memberi kewenangan secara penuh dan luas mengenai sosial ekonomi

daerah bersangkutan.

Kewenangan yang diberikan kepada kabupaten dan kota salah satunya adalah

menurut pasal 14 ayat 2 UU No. 32/2004 dimana urusan pemerintahan

kabupaten/kota yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata

ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan

kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

Terkait dengan pemanfaatan sumber daya dan potensi daerah tersebut

memiliki akar pada sumber daya domestik, salah satunya sektor pertanian. Sekarang

mulai timbul kesadaran bahwa pertanian dalam suatu sistem agribisnis merupakan

sektor tangguh yang mampu bertahan dalam kondisi krisis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Pertanian juga merupakan sumber mata pencaharian utama penduduk,

sehingga dapat dijadikan penggerak dalam meningkatkan pendapatan masyarakat,

menciptakan kesempatan bekerja dan berusaha. Pertumbuhan subsektor peternakan

masih dijumpai beberapa permasalahan. Pada industri unggas penyediaan bibit dan

pakan masih tergantung impor. Pada industri ruminansia besar, sumber bibit yang

menghandalkan usaha peternakan rakyat tidak mampu memenuhi permintaan yang

terus meningkat, dan industri pakannya belum diusahakan dengan baik, serta

tuntutan perubahan manajemen pembangunan sejalan dengan pelaksanaan otonomi

daerah dan partisipasi masyarakat. Terbatasnya infrastruktur dan perdagangan ternak

hidup tanpa kendali berpeluang penyebaran penyakit dan tidak terjaminnya kualitas

dan keamanan produk. Dari sisi konsumsi, terjadi senjang penawaran dan

permintaan, khususnya pada daging sapi sehingga harus dipenuhi dari impor (Ilham,

2007).

Pembangunan pertanian secara keseluruhan termasuk didalamnya pembangunan

peternakan yang berperan sebagai penyedia protein hewani penyedia bahan baku

industri, penyerapan tenaga kerja dan investasi serta memperbaiki kondisi kehidupan

masyarakat desa dengan cara meningkatkan output dan pendapatan (Usman, 2006).

Dengan melihat peranan yang cukup potensial ini, selayaknya peternakan dapat

dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peranan

peternakan dapat ditingkatkan melalui pengembangan dengan memanfaatkan peluang

dan sumberdaya yang dimiliki setiap daerah.

Pengembangan subsektor peternakan diharapkan dapat mempercepat

pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

sehingga dapat memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan daerah. Selain itu

pembangunan peternakan juga diharapkan dapat menarik dan mendorong perkembangan

sektor-sektor lain yang berkaitan, sehingga memungkinkan terjadinya gerakan dan

dinamika dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Untuk mencapai sasaran tersebut,

pemerintah berupaya melaksanakan serangkaian kebijakan dan program, namun

demikian kendala yang dihadapi cukup besar sehingga beberapa target belum tercapai

seperti yang diharapkan.

Kabupaten Padang Lawas Utara dalam mengimplementasikan otonomi

daerah berusaha untuk memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Salah satu potensi

yang akan dikembangkan salah satunya adalah sektor peternakan, mengingat

sebelum sektor perkebunan berkembang pesat, sebagian besar penduduk di wilayah

Kabupaten Padang Lawas Utara selain sebagai peternak yang menjadikan Kabupaten

Padang Lawas Utara yang dulunya masih merupakan bagian dari Kabupaten

Tapanuli Selatan dikenal sebagai penghasil ternak untuk beberapa wilayah di

Sumatera Utara bahkan hingga ke Provinsi Sumatera Barat.

Padang Lawas Utara (Paluta) yang dahulunya lebih dikenal dengan nama

Padang Bolak (Padang yang luas = bolak) terkenal sebagai padang penggembalaan

yang luas sangat terkenal pula penghasil ternak kerbau, lembu, dan kambing,

sehingga hal ini menjadi ikon Padang Lawas Utara. Hasil ternak biasanya digunakan

untuk keperluan kegiatan adat/budaya, peringatan hari-hari besar, dan lain-lain

hingga ekspor dalam negeri. Sampai pertengahan 1980-an, jika setiap kepala

keluarga memiliki ternak kerbau 60 ekor saja dikali lebih kurang 35.000 kepala

keluarga berarti sama dengan 1.920.000 ekor kerbau yang dimiliki masyarakat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Paluta. Belum dihitung Lembu dan Kambing/Domba (Drs. H. Syamsul Bahri

Ritonga, M.Si).

Untuk itu, potensi yang dimiliki Kabupaten Padang Lawas Utara pada

subsektor peternakan ini diharapkan dapat dikembalikan dan mampu meningkatkan

Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) yang menjadi salah satu indikator

peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Nilai PDRB Kabupaten Padang Lawas Utara dari tahun 2008 – 2012 dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1.1 PDRB Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2008 – 2012 Atas

Dasar Harga Berlaku menurut lapangan usaha

Lapangan Usaha 2008 2009 2010 2011 2012

Pertanian 868.250,54 990.722,99 1.219.007,83 1.386.885,74 1.544.018,41

Pertambangan dan

Penggalian

9.030,49 9.856,55 11.494,94 12.992,46 15.068,54

Industri 47.615,89 49.939,78 55.227,33 62.185,02 68.957,16

Listrik, Gas & Air

Minum

1.549,78 1.653,45 1.818,05 2.116,23 2.445,88

Bangunan 75.439,05 81.140,67 93.708,85 111.536,78 128.044,43

Perdagangan, Hotel dan

Restoran

117.250,77 127.626,49 149.502,11 166.692,08 194.106,32

Pengangkutan dan

Komunikasi

17.129,81 18.315,98 19.833,16 23.026,89 25.403,63

Keuangan, Real

Estate&Jasa Perusahaan

6.525,04 7.037,89 7.931,06 8.854,56 9.988,07

Jasa-jasa 128.866,83 138.175,31 166.724,11 183.608,82 201.589,11

Laju Pertumbuhan 7,05 5,70 6,74 6,81 6,38

Sumber : PDRB Kab. Padang Lawas Utara Menurut Lapangan Usaha 2008 - 2012

Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Padang Lawas Utara pada tahun 2012

menunjukkan angka sebesar 6,38 persen, menunjukkan adanya perlambatan

pertumbuhan ekonomi jika dibandingkan laju pertumbuhan PDRB pada tahun 2011

yang mencapai 6,81. Akan tetapi angka laju pertumbuhan ini masih lebih baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

dibandingkan dengan rata-rata laju pertumbuhan Propinsi Sumatera Utara seperti

terlihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan PDRB Kab. Padang Lawas Utara dan Sumatera

Utara Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2008 – 2012

Laju Pertumbuhan 2008 2009 2010 2011 2012

Kab. Padang Lawas Utara 7,05 5,70 6,74 6,81 6,38

Sumatera Utara 6,39 5,07 6,42 6,63 6,22

Sumber : PDRB Kab. Padang Lawas Utara Menurut Lapangan Usaha 2008 – 2012

Selain PDRB, indikator kesejahteraan masyarakat lainnya adalah PDRB

Perkapita Penduduk, yang dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut :

Tabel 1.3 PDRB Perkapita Penduduk Kab. Padang Lawas Utara, Sumatera

Utara Tahun 2008 – 2012 atas dasar harga berlaku

Pendapatan Perkapitan 2008 2009 2010 2011 2012

Kab. Padang Lawas Utara 5.918.103 6.487.097 7.718.157 8.677.821 9.558.990

Sumatera Utara 16.813.290 18.381.013 21.236.780 23.974.864 26.568.860

Sumber : PDRB Kab. Padang Lawas Utara Menurut Lapangan Usaha 2008 – 2012 ; Sumatera Utara

Dalam Angka 2013.

PDRB perkapita Kabupaten Padang Lawas Utara sejak terbentuk mengalami

peningkatan setiap tahunnya yakni pada tahun 2008 sebesar Rp.5.918.103 menjadi

Rp.9.558.990 pada tahun 2012. Meskipun demikian PDRB perkapita Kabupaten

Padang Lawas Utara masih sangat kecil apabila dibandingkan dengan PDRB per

kapita Provinsi Sumatera Utara. PDRB per kapita hanya 36,19 persen dari PDRB

perkapita Propinsi Sumatera Utara.

Sektor pertanian yang merupakan unggulan Kabupaten Padang Lawas Utara

menjadi penyumbang terbesar dalam PDRB Kabupaten Padang Lawas Utara

menurut lapangan usaha yaitu mencapai 70,52 persen pada tahun 2012 terhadap total

PDRB Kabupaten Padang Lawas Utara. Dimana subsektor tanaman perkebunan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

menjadi penyumbang terbesar terhadap PDRB yaitu sebesar 43,41 persen pada tahun

2012 disusul oleh subsektor tanaman bahan makanan sebesar 21,22 persen, subsektor

peternakan 4,75 persen, subsektor kehutanan sebesar 0,89 persen, dan subsektor

perikanan 0,24 persen.

Secara umum sektor pertanian mengalami peningkatan seperti terlihat pada

Tabel 1.4, sedangkan sub sektor peternakan cenderung mengalami penurunan.

Tabel 1.4 Peranan Sektor Pertanian Terhadap PDRB Kab. Padang Lawas

Utara (Persen)

No. Sektor 2008 2009 2010 2011 2012

1. Tanaman Bahan Makanan 21,88 22,65 22,22 21,84 21,22

2. Tanaman Perkebunan 39,42 40,05 42,19 43,20 43,41

3. Peternakan dan Hasil-hasilnya 5,61 5,52 5,03 4,86 4,75

4. Kehutanan 1,1 1,07 0,98 0,94 0,89

5. Perikanan 0,28 0,27 0,25 0,25 0,24

Sumber : PDRB Kab. Padang Lawas Utara Menurut Lapangan Usaha 2008 – 2012

Dari tabel 1.4 di atas dapat dilihat penurunan peranan sub sektor peternakan

dan hasil-hasilnya terhadap PDRB Kabupaten Padan Lawas Utara mulai dari tahun

2008 sampai 2012, dari 5,61 persen menjadi 4,75 persen.

I.2. Perumusan Masalah

Dari penjelasan di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan

diteliti, yaitu :

1. Bagaimana potensi, peran dan kelembagaan subsektor peternakan terhadap

pembangunan dan pengembangan ekonomi Kabupaten Padang Lawas Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

2. Bagaimana strategi pengembangan peternakan dalam rangka meningkatkan

peran subsektor peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah seperti telah diuraikan di

atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis potensi, peran dan kelembagaan subsektor peternakan terhadap

pembangunan ekonomi Kabupaten Padang Lawas Utara.

2. Menganalisis strategi pengembangan peternakan dalam rangka meningkatkan

peran subsektor peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Pemerintah daerah Kabupaten Padang Lawas Utara khususnya Dinas Peternakan

dan Perikanan untuk dijadikan acuan awal dalam membuat kebijakan

pembangunan pertanian terutama pengembangan komoditi peternakan.

2. Pihak-pihak lain atau instansi lain yang akan melakukan penelitian mengenai

potensi dan pengembangan peternakan atau pemerhati keadaan peternakan di

Kabupaten Padang Lawas Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

3. Bagi penulis menambah wawasan berpikir dalam menganalisis permasalahan

pembangunan ekonomi dan pengembangan wilayah di daerah khususnya di

bidang peternakan.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam ruang lingkup kajian peran subsektor

peternakan terhadap pembangunan Kabupaten Padang Lawas Utara. Agar bahasan

tidak terlalu meluas, maka penelitian ini hanya menggunakan indikator pendapatan.

Penelitian ini dibatasi sampai tahap rekomendasi strategi, implementasi dapat

diserahkan kepada pihak Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Padang

Lawas Utara selaku badan yang berperan dalam perencanan dan Dinas Peternakan

dan Perikanan Kabupaten Padang Lawas Utara sebagai dinas teknis bidang

peternakan. Peternakan merupakan suatu sektor ekonomi bukan sebagai komoditi,

tapi peternakan merupakan penjumlahan keseluruhan dari berbagai komoditi hasil

peternakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan Pembangunan Wilayah

Menurut Rustiadi at al. (2009), perencanaan pengembangan wilayah

merupakan bidang kajian yang mengintegrasikan berbagai cabang ilmu untuk

memecahkan masalah-masalah pembangunan serta aspek-aspek politik, manajemen,

dan administrasi perencanaan pembangunan yang berdimensi ruang atau wilayah.

Proses kajian perencanaan dan pembangunan wilayah memerlukan pendekatan

pendekatan yang mencakup: (1) aspek pemahaman, yaitu aspek yang menekankan

pada upaya memahami fenomena fisik alamiah hingga sosial ekonomi di dalam dan

antar wilayah. Oleh karena itu diperlukan pemahaman pengetahuan mengenai teknik-

teknik analisis dan model-model sistem sebagai alat (tools) untuk mengenal potensi

dan memahami permasalahan pembangunan wilayah. Selanjutnya (2) aspek

perencanaan, mencakup proses formulasi masalah, teknik teknik desain dan

pemetaan hingga teknis perencanaan, dan (3) aspek kebijakan, mencakup pendekatan

evaluasi, perumusan tujuan pembangunan dan proses pelaksanaan pembangunan

seperti proses politik, administrasi, dan manajerial pembangunan. Dengan demikian

bidang kajian ini ingin menjawab tidak saja pertanyaan “mengapa keadaan wilayah

demikian adanya”, tetapi juga menjawab “bagaimana wilayah dibangun”. Oleh

karenanya akan mencakup aspek-aspek perencanaan yang bersifat spasial (spatial

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

planning), tata guna lahan (land use planning), hingga perencanaan kelembagaan

(structural planning) dan proses perencanaan itu sendiri (Rustiadi at al. 2009).

Adanya kesadaran kritis tentang semakin terbatasnya sumber daya alam yang

tersedia dan kebutuhan manusia yang terus meningkat mengharuskan pendekatan

pemanfaatan sumber daya alam yang efisien. Lebih dari itu, pemanfaatan sumber

daya tidak boleh mengorbankan hak pemenuhan kebutuhan generasi yang akan

datang. Dalam konteks perencanaan dan pengembangan wilayah, konsep ini dikenal

sebagai pembangunan berkelanjutan (sustainable development), yakni suatu konsep

pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa

mengorbankan generasi yang akan datang (Rustiadi at al. 2009).

Pembangunan adalah kemajuan yang dicapai oleh sebuah masyarakat di

segala bidang. Pada terminologi ilmu ekonomi pembangunan sering kali dibahas

dalam pengertian pertumbuhan material yang dapat memberi kesejahteraan bagi

masyarakat. Pembangunan ekonomi suatu wilayah dapat berhasil bila angka

pertumbuhan ekonominya cukup tinggi dan sekaligus membawa perubahan yang ada

di masyarakat pada kondisi kehidupan yang lebih baik (Soekartawi, 1994).

Sampai saat ini indikator keberhasilan pembangunan yang dilakukan suatu

negara adalah daerah ataupun wilayah adalah besarnya pendapatan perkapita.

Berdasarkan kenyataan inilah maka pembangunan dikatakan berhasil apabila

terdapat kenaikan pendapatan perkapita pada periode tertentu, sebab dengan

kenaikan tersebut akan menimbulkan efek berantai pada kegiatan ekonomi lainnya.

Makin tinggi pendapatan perkapita maka makin tinggi pula kemampuan ekonomi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

dan sosial bagi masyarakat. Pembangunan dikatakan berhasil bila telah mengatasi

tiga masalah pokok yaitu kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintahan

daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber daya yang ada dan membentuk

suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

meciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan ekonomi

(pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut).

2.2. Keterkaitan Sub Sektor Peternakan dan Pembangunan Wilayah

Sektor peternakan yang merupakan sub sektor dari pertanian, merupakan

usaha, sebagaimana usaha lainnya yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Akan

tetapi selain tujuan tersebut, dalam proses kegiatan usaha sub sektor peternakan juga

diharapkan dapat memiliki kegunaan yang optimal baik dalam bentuk daging, susu,

telor, tenaga kerja dan pupuk. Proses kegiatan usaha peternakan juga diharapkan

dapat memenuhi kebutuhan protein asal ternak, memperluas kegiatan industri dan

perdagangan, dan mempertinggi daya guna tanah.

Pertumbuhan pendudukan yang tidak dapat dihambat, di satu sisi merupakan

sebuah peluang bagi berbagai sektor usaha, termasuk peternakan. Dengan

bertambahnya jumlah penduduk, akan bertambah pula permintaan terhadap produk

hasil usaha peternakan. Selain pertumbuhan penduduk, sektor lain seperti industri

dan jasa juga dapat menjadi pasar potensial untuk produk hasil peternakan yaitu

salah satunya produk hasil olahan daging, susu dan telor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Keberhasilan pembangunan suatu daerah secara otomatis akan meningkatkan

pendapatan per kapita. Dengan meningkatnya pendapatan perkapita, biasanya akan

diikuti dengan peningkatan konsumsi masyarakat. Sebagai produk yang memiliki

nilai income elasticity of demand, produk-produk peternakan akan mendapatkan

keuntungan dari peningkatan nilai pendapatan per kapita masyarakat tersebut.

Permintaan terhadap produk hasil peternakan akan meningkat seiring meningkatnya

pendapatan perkapita masyarakat dan kebutuhan akan protein. Oleh sebab itu,

pengembangan peternakan dan pengembangan wilayah memiliki keterkaitan yang

saling membutuhkan.

2.3. Pembangunan Sub Sektor Peternakan

Pembangunan agribisnis peternakan berbasis peternakan yang bersifat makro

ini harus didukung oleh struktur, perilaku dan kinerja mikro peternakan itu sendiri.

Pembangunan peternakan yang tangguh memiliki ciri yaitu mampu memanfaatkan

sumberdaya secara optimal, menangkal gejolak teknis maupun ekonomis,

mengembangkan struktur produksi memenuhi tuntutan pasar dan berperan dalam

pembangunan nasional, daerah dan kawasan (Soehadji 1994). Pengembangan

agribisnis peternakan ini bukan saja pengembangan komoditas peternakan saja tetapi

lebih dari itu, yakni pembangunan ekonomi (wilayah) yang berbasis pertanian yang

didalamnya termasuk peternakan (Saragih 1998). Konsep kawasan dalam

pembangunan peternakan adalah :

a. Suatu konsep mengenai pengembangan sistem pemanfaatan ternak lahan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

b. Suatu pendekatan yang mengintegrasikan ternak dengan tanaman sehingga

ternak lebih berbasis lahan daripada sebagai bagian dari suatu sistem produksi

suatu wilayah.

c. Fokusnya adalah pada pemanfaatan lahan dan sumberdaya secara lebih baik,

pelestarian lingkungan, ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan.

Kawasan peternakan terdiri dari atas kawasan khusus peternakan, merupakan

daerah prioritas dengan komoditas unggulan, dengan memperhatikan kesesuaian

agroekosistem dan agriclimate serta tata ruang wilayah. Kawasan terpadu merupakan

sistem integrasi ternak dengan tanaman pangan hortikulutura, perkebunan dan

perikanan (program lintas subsektor). Kawasan agropolitan merupakan kota

pertanian yang dihela oleh desa-desa hinterland. Pembangunan sistem agropolitan

meliputi industri pengolahan makanan dan pakan, industri pengolahan pertanian lain,

industri peralatan dan input-input pertanian, serta barang konsumsi lain.

2.4 Teori ekonomi basis

Inti dari model ekonomi basis adalah arah dan pertumbuhan suatu wilayah

ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Ekspor tersebut dapat berupa barang-barang

dan jasa, termasuk tenaga kerja. Pendapatan pada sektor basis adalah fungsi dari

permintaan dari luar (exogeneous), yaitu permintaan dari luar yang mengakibatkan

terjadinya ekspor dari wilayah tersebut (Budiharsono, 2001).

Teori ekonomi basis dikembangkan oleh Tiebout (1962) dan Pfouts (1960)

dalam Budiharsono (2001). Berdasarkan teori ini ekonomi perkotaan memiliki dua

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

bagian utama yaitu (1) aktifitas basis yang menghasilkan barang dan jasa untuk

diekspor dan (2) aktifitas basis yang menghasilkan barang dan jasa untuk di

konsumsi lokal. Teori ekonomi basis menyatakan bahwa faktor penentu utama

pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berkaitan langsung dengan permintaan

barang dan jasa dari luar daerah.

Model ekonomi basis dikembangkan oleh Tiebout tahun 1962 dalam

Budiharsono (2001). Dalam model ekonomi basis Tiebout ini alat ukur yang

digunakan adalah pendapatan bukan tenaga kerja. Penggunaan alat ukur tenaga kerja

mempunyai banyak kelemahan seperti konversi pekerja paruh waktu, dan pekerja

musiman menjadi pekerja penuh tahunan. Sehingga penggunaan tenaga kerja relatif

kurang peka untuk mengukur perubahan terutama dalam jangka pendek.

Kelebihan pendapatan sebagai alat ukur terutama apabila model digunakan

untuk mengukur dampak potensial sebagai pasar dan mengetahui peran suatu

perekonomian. Kelemahan dengan menggunakan pendapatan adalah masalah

ketersediaan dan kepercayaan data.

Sektor ekonomi basis atau non basis dapat diketahui dengan menggunakan

beberapa metode yaitu pengukuran langsung dan metode pengukuran tidak langsung.

metode pengukuran langsung dapat dilakukan dengan survei langsung untuk

mengidentifikasi sektor mana yang merupakan sektor basis. Metode ini dapat

digunakan untuk menentukan sektor basis dengan tepat, akan tetapi memerlukan

biaya, waktu dan tenaga kerja yang banyak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Metode kedua adalah metode pengukuran tidak langsung yaitu (1) metode

melalui pendekatan asumsi, (2) metode location quotient, (3) kombinasi metode (1)

dan (2), dan metode kebutuhan menimum. Dari keempat metode diatas Glason

(2004) menyarankan menggunakan metode location quotient (LQ) dalam penentuan

sektor basis. Model ekonomi basis akan sangat baik digunakan untuk daerah yang

belum berkembang, kecil dan tertutup.

location quotient merupakan teknil analisis yang tergolong sederhana dalam

menentukan kegiatan ekonomi yang dapat dikembangkan dalam suatu wilayah.

Asumsi yang dipakai adalah adanya persamaan permintaan pada wilayah yang kecil

dengan wilayah yang lebih luas. Kebutuhan lokal masyarakat akan dipenuhi terlebih

dahulu dari hasil daerah namun jika berlebih maka dapat diekspor/dijual ke daerah

lain (Kadariah, 1985 dalam Budiharsono 2001).

Penyebab mundurnya sektor basis adalah transportasi dan komunikasi yang

terus berkembang, pendapatan dan penerimaan daerah terus meningkat, teknologi

yang berkembang serta prasarana ekonomi sosial yang memadai. Kemunduran sektor

basis disebabkan oleh permintaan yang berubah di luar daerah, cadangan sumber

daya alam habis, kemajuan teknologi yang merubah komposisi input.

2.5. Analisis Shift Share

Bagi suatu negara yang mempunyai wilayah dan sektor ekonomi yang

beragam, adalah wajar apabila ada beberapa yang maju dan beberapa lainnya

pertumbuhannya lamban. Walaupun negara yang bersangkutan telah berusaha untuk

menerapkan kebijakan pembangunan wilayahnya agar tidak terjadi kesenjangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Adanya keragaman dalam struktur industri atau sektor ekonomi menimbulkan

perbedaan pertumbuhan output produksi dan kesempatan kerja.

Untuk mengidentifikasikan sumber atau komponen pertumbuhan, lazim

digunakan analisis shift share. Analisis ini pertama kali diperkenalkan oleh Perloff et

al pada tahun 1960. Analisis shift share ini digunakan dalam menganalisis perubahan

berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi, kesempatan kerja dan

pendapatan pada dua titik waktu di suatu wilayah. Dari hasil ini dapat diketahui

bagaimana perkembangan suatu sektor di suatu wilayah relatif dengan sektor-sektor

lainnya apakah bertumbuh cepat atau lamban. Analisis ini merupakan metode untuk

melihat aktifitas ekonomi di suatu wilayah dengan menggunakan berbagai data.

Perubahan indikator kegiatan ekonomi dilihat dari dua titik waktu, yaitu

tahun akhir analisis dan tahun dasar analisis. Secara skematik analisis shift share

disajikan pada Gambar 1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Gambar 1. Model Analisis Shift Share

Pertumbuhan sektor perekonomian pada suatu wilayah dipengaruhi beberapa

komponen, yaitu : komponen pertumbuhan regional (regional growth component)

disingkat PN. Komponen pertumbuhan proporsional (proportional or industrial mix

growht component) disingkat PP dan komponen pangsa wilayah (regional share

growth component) disingkat PPW. Dari ketiga komponen tersebut didentifikasi

pertumbuhan suatu sektor perekonomian, apakah pertumbuhan cepat atau lambat.

Apabila PP +PPW ≥ 0, maka pertumbuhan sektor perekonomian termasuk ke dalam

kelompok progresif (maju). Tetapi apabila PP +PPW ≤ 0 berarti sektor

perekonomian tersebut memiliki pertumbuhan yang lambat.

1. Komponen Pertumbuhan Regional

Komponen pertumbuhan nasional adalah perubahan produksi suatu wilayah

yang disebabkan oleh perubahan produksi nasional, atau perubahan dalam halhal

yang mempengaruhi perekonomian suatu sektor dan wilayah. Bila diasumsikan

bahwa tidak ada perbedaan karakteristik ekonomi antar sektor dan antar wilayah,

maka adanya perubahan akan membawa dampak yang sama terhadap semua sektor

Komponen

Pertumbuhan

Wilayah

Komponen

pertumbuhan

pangsa pasar

Wilayah ke j

(sektor ke i)

Wilayah ke

j (sektor ke)

Komponen

Pertumbuhan

Proporsional

Maju

Pp + ppw ≥ 0

Mundur

Pp + ppw ≤ 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

dan wilayah. Akan tetapi pada kenyataannya beberapa sektor dan wilayah tumbuh

lebih cepat daripada sektor dan wilayah lainnya.

2. Komponen Pertumbuhan Proporsional

Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan sektor dalam

permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedan

dalam kebijakan industri dan perbedaan dan struktur dan keragaman pasar.

3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Pasar

Timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam

suatu wilayah dibandingkan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan

ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan kelembagaan,

prasarana sosial dan ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah

tersebut.

Walaupun dapat melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu

wilayah, baik itu laju pertumbuhan maupun daya saing sektor tersebut, akan tetapi

analisis shift share juga memiliki keterbatasan. Keterbatasan-keterbatasan terdiri

dari:

1. Analisis shift share merupakan suatu teknik pengukuran yang mencerminkan

suatu teknik sistem akunting atau analitik. Oleh karena itu, analisis ini tidak

dapat menjelaskan mengapa. Misalnya pengaruh daya saing adalah positif di

beberapa wilayah, tetapi negatif di wilayah-wilayah lainnya.

2. Komponen pertumbuhan nasional secara implisit mengemukakan bahwa

pertumbuhan sektor perekonomian di suatu wilayah ekuivalen dengan laju

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

pertumbuhan nasional. Gagasan tersebut terlalu sederhana, karena mengabaikan

sebab-sebab pertumbuhan ekonomi.

3. Arti ekonomi dari kedua pertumbuhan wilayah (PP dan PPW) tidak

dikembangkan dengan baik. Keduanya berkaitan dengan prinsip-prinsip

ekonomi yang sama, seperti perubahan penawaran dan permintaan, perubahan

teknologi dan perubahan lokasi.

4. Analisis shift share secara implisit mengambil asumsi bahwa semua barang

dijual secara nasional, padahal tidak semua demikian. Bila pasar suatu wilayah

bersifat lokal maka barang itu tidak dapat bersaing dengan wilayah lain yang

menghasilkan barang yang sama, sehingga tidak mempengaruhi permintaan

agregat.

2.6. Analisis Kelembagaan

Keberhasilan pengembangan peternakan yang berorientasi agribisnisnis tidak

saja ditentukan oleh dinas peternakan semata, tetapi juga didukung oleh lembaga

yang berpengaruh atau stakeholder (Eriyatno, 2007). Lembaga tersebut terdiri dari

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang berfungsi dalam hal penyusunan

perencanaan pembangunan; Dinas Peternakan dan Perikanan sebagai dinas teknis

yang melakukan pengelolaan terhadap sektor peternakan, mulai dari penyediaan bibit

ternak, pembinaan peternak, hingga pengembangan teknologi pasca panen; Dinas

Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura dalam hal penyediaan pakan ternak;

Dinas Perdagangan dan Perindustrian dalam hal kemudahan pemasaran, Dinas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Koperasi UMKM dalam hal pengelolaan koperasi-koperasi peternak; Dinas

Kehutanan dan Perkebunan dalam hal upaya pengintegrasian lahan perkebunan

sebagai lahan penggembalaan; Lembaga keuangan dalam penyediaan modal; serta

lembaga-lembaga lain yang terlibat. Interpretative Structural Modelling (ISM) dapat

membantu dalam mengukur tingkat keterlibatan masing-masing lembaga tersebut.

2.7. Konsep Manajemen Strategi

Strategi adalah penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi

dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan strategi

tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara tepat,

sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai. Menurut Umar (2003)

suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang

dituju. Jadi, pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan.

Menurut David (2004) strategi merupakan cara untuk mencapai sasaran

jangka panjang. Strategi bisnis dapat termasuk perluasan geografis, diversifikasi,

akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, pengurangan bisnis, divestasi,

likuidasi dan usaha patungan. Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan

keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang

besar. Selain itu, strategi mempengaruhi kemakmuran perusahaan dalam jangka

panjang dan berorientasi ke masa depan. Strategi memiliki konsekuensi yang

multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal

dan internal yang dihadapi perusahaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Manajemen strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial

yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis

meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi, implementasi strategi dan

evaluasi serta pengendalian manajemen strategi merupakan serangkaian keputusan

dan tindakan menejerial yang menentukan keragaan perusahaan dalam jangka

panjang. Proses manajemen strategi adalah menentukan cara dan jalan yang mana

yang dapat diambil para perencana strategi dalam menentukan sasaran-sasaran,

kebijakan dan kegiatan pengambilan keputusan perusahaan.

Manajemen strategis merupakan metode untuk mendapatkan dan

mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Keunggulan

kompetitif dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan dengan sangat

baik oleh sebuah perusahaan dibandingkan dengan pesaingnya. Ketika sebuah

perusahaan dapat melakukan sesuatu dan perusahaan lainnya tidak dapat atau

memiliki sesuatu yang diinginkan pesaingnya, hal tersebut menggambarkan

keunggulan kompetitif. Memiliki dan menjaga keunggulan kompetitif sangat penting

untuk keberhasilan jangka panjang dari suatu organisasi. Mengejar keunggulan

kompetitif akan mengarah kepada kesuksesan atau kegagalan organisasi.

Proses manajemen strategi adalah alur dimana penyusun strategi menentukan

sasaran dan menyusun keputusan strategi. Menurut David (2004), proses manajemen

strategis terdiri dari tiga tahap yaitu tahap perumusan strategi, implementasi strategi

dan evaluasi strategi. Proses manajemen strategi dapat dipelajari dan diterapkan

dengan menggunakan sebuah model, dimana setiap model menggambarkan semacam

proses. Proses manajemen strategi bersifat dinamis dan berkelanjutan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

2.7.1. Formulasi Strategi

Formula strategi adalah menentukan aktivitas-aktivitas yang berhubungan

dengan pencapaian tujuan. Tahap formulasi strategi terdiri dari (1) pernyataan visi,

misi dan tujuan; (2) analisa lingkungan eksternal; (3) analisa lingkungan internal; (4)

menetapkan alternatif strategi.

2.7.1.1. Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari variabel-variabel (peluang dan

ancaman) yang berada di luar organisasi dan tidak secara khusus ada dalam

pengendalian jangka pendek dalam manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut

membentuk keadaan dimana organisasi ini hidup.

Analisis lingkungan eksternal menekankan pada pengenalan dan

mengevaluasi kecenderungan pada peristiwa yang di luar kendali sebuah perusahaan.

Analisis lingkungan eksternal mengungkapkan peluang kunci dan ancaman yang

dihadapi suatu organisasi, sehingga manajer dapat merumuskan strategi untuk

memanfaatkan peluang dan menghindari/mengurangi dampak ancaman. Tujuan

analisis lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan daftar terbatas peluang

yang dapat dimanfaatkan perusahaan dan ancaman yang harus dihindari.

2.7.1.2. Analisis Lingkungan Internal

Analisis lingkungan internal terdiri dari variabel-variabel (kekuatan dan

kelemahan) yang ada di dalam organisasi tetapi biasanya tidak dalam pengendalian

jangka pendek dari manajemen puncak. Variabel-variabel tersebut membentuk

suasana dimana pekerjaan dilakukan (David, 2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Lingkungan internal terdiri dari komponen-komponen atau variabel

lingkungan yang berasal atau berada di dalam organisasi/perusahaan atau berada di

dalam jangkauan intervensi mereka. Karena sifatnya yang berasal dari dalam

organisasi, maka organisasi/perusahaan lebih memiliki bargain value untuk

berkompromi atau menyiasati komponen-komponen yang berada di dalam

lingkungan internal.

Semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam berbagai bidang

fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang sama kuatnya atau lemahnya dalam

semua bidang.

2.7.1.3.Matriks I-E

Matriks I-E (Internal-Eksternal) merupakan salah satu parameter yang

meliputi matrik parameter kekuatan internal dan pengaruh eksternal perusahaan yang

masing-masing akan diidentifikasi ke dalam elemen eksternal dan internal melalui

matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) dan Evaluasi Faktor Eksternal (EFE). Tujuan

penggunaan matriks I-E adalah untuk memperoleh strategi bisnis ditingkat

perusahaan yang lebih detail.

Matriks I-E merupakan penggabungan matrik EFE dan IFE yang

menghasilkan sembilan macam sel dengan memperlihatkan kombinasi total nilai

terbobot dari matriks-matriks IFE dan EFE. Pada prinsipnya kesembilan sel dapat

dikelompokkan menjadi tiga strategi utama yang memiliki implikasi strategi yang

berbeda, yaitu pertumbuhan (growth strategy), strategi pertahanan dan pemeliharaan

(stability strategy), serta strategi panen/divestasi (retrenchment strategy).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

2.7.1.4. SWOT

Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) adalah

identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan.

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts)

dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weakness) dan ancaman (threats).

Matrik SWOT merupakan alat pencocokan yang penting membantu manajer

mengembangkan empat tipe strategi, yaitu (1) strategi SO (Strenghts- Opportunity)

yaitu menggunakan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk merebut dan

memanfaatkan peluang yang ada; (2) strategi WO (Weakness-Opportunity) bertujuan

untuk pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada;

(3) strategi ST (Strenghts-threats) yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk

mengatasi dampak ancaman yang ada; (4) strategi WT (Weaknessthreats) merupakan

taktik defensif yang diarahkan untuk meminimalkan kelemahan yang ada dan

menghindari ancaman eksternal.

2.7.2. Matrik QSPM

QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) merupakan alat yang

memungkinkan ahli strategi untuk mengevaluasi strategi alternatif secara objektif

berdasarkan pada faktor-faktor kritis untuk sukses eksternal dan internal yang

dikenali sebelumnya, serta memerlukan penilaian intuitif yang baik. Kegunaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

QSPM adalah untuk menetapkan daya tarik relatif dari tindakan alternatif yang layak

dan memutuskan strategi mana yang terbaik.

Dalam beberapa hal, QSPM memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan,

yaitu: (1) strategi dapat diperiksa secara berurutan atau bersamaan; (2) tidak ada

batas jumlah strategi yang dapat diperiksa atau dievaluasi; (3) membutuhkan

ketelitian dalam memadukan faktor-faktor eksternal dan internal yang terkait dalam

proses keputusan.

2.8. Kerangka Pemikiran Operasional

Dengan diterbitkannya Undang-undang otonomi daerah yang telah

memberikan kesepatan kepada daerah untuk dapat lebih merencanakan pebangunan

daerahnya sesai dengan potensi wilayah masing-masing merupakan peluang bagus

bagi daerah untuk dapat berkembang. Daerah dapat terus berusaha untuk

meningkatkan perekonomian dengan memanfaatkan potensi yang ada. Otonomi

daerah sifatnya adalah sebuah kebijakan yang ditentukan oleh pusat untuk melihat

sejauh mana daerah siap dalam melaksanakan semua yang ada di undang-undang

otonomi daerah.

Lima tahun ke depan terdapat lima unggulan bisnis yang diperkirakan mampu

memacu pertumbuhan pembangunan perekonomian wilayah Kabupaten Padang

Lawas Utara lima unggulan bisnis tersebut adalah: Pertanian, Pariwisata, Indstri

Kecil dan menengah, Industri manufaktur, perdagangan dan jasa. Dari kelima

unggulan perekonomian tersebut, sektor pertanian termasuk didalamnya subsektor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

peternakan diharapkan akan berperan besar dalam perekonomian Kabupaten Padang

Lawas Utara.

Pemerintah Kabupaten Padang Lawas Utara melalui Dinas Peternakan dan

Perikanan memiliki program dan kebijakan untuk menjadikan peternakan menjadi

salah satu penggerak ekonomi terutama bagi pertanian, menjadi lumbung ternak bagi

provinsi Sumatera Utara dan menyediakan pangan asal ternak dengan jumlah

memadai dan berkualitas serta meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Namun

untuk mencapai hal itu terkendala oleh pertumbuhan sektor ekonomi yang rendah

dan laju pertumbuhan Pendapatan Daerah Regional Bruto subsektor peternakan yang

mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Pembangunan subsektor peternakan dapat menjadi sektor yang dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik dari penyerapan tenaga kerja dan

peningkatan pendapatan. Melihat fenomena ini, diperlukan suatu rencana yang

strategis untuk pengembangan peternakan sehingga dapat memberikan peranan nyata

terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian daerah.

Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan suatu penelitian untuk penentuan strategi

pengembangan subsektor peternakan dalam rangka meningkatkan peran dalam

pembangunan Kabupaten Padang Lawas Utara.

Perumusan strategi pengembangan peternakan dilakukan melalui identifikasi

potensi, peran dan kelembagaan subsektor peternakan. Identifikasi potensi dapat

dilihat dari keadaan geografi, demografi, perkembangan perekonomian dan

perkembangan peternakan Kabupaten Padang Lawas Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Peran subsektor peternakan dilakukan dengan menelaah data PDRB

Kabupaten Padang Lawas Utara dan PDRB Propinsi Sumatera Utara dan menilai

pertumbuhan subsektor peternakan. Analisis Location Quotient dilakukan untuk

menilai apakah peternakan berperan menjadi sektor basis di suatu wilayah dalam

periode tertentu dengan mengukur konsentrasi sektor tersebut di wilayah yang

bersangkutan dan membandingkan pada wilayah pembanding yang lebih luas

indikator. Surplus peternakan dilakukan untuk mengetahui besaran pemenuhan

kebutuhan masyarakat yang disumbangkan subsektor peternakan. Kuosien Lokalisasi

untuk mengetahui penyebaran peternakan. Analisis Identifikasi sektor basis dan

nonbasis akan menggambarkan ekonomi Kabupaten Padang Lawas Utara secara

sektoral dan regional yang bermanfaat bagi perencanaan pembangunan selanjutnya.

Analisis shift share digunakan untuk menganalisis pertumbuhan subsektor

peternakan sehingga dapat diketahui apakah sektor peternakan memiliki petumbuhan

yang cepat atau lambat diantara sektor lainnya. Pengembangan peternakan tidak

hanya ditentukan oleh Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan saja. Banyak

lembaga-lembaga lain yang dapat menunjang atau mendukung percepatan

pengembangan subsektor peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara. Metode

interpretative structural modelling dapat membantu menganalisis kelembagaan baik

struktur dan keterkaitan dalam pengembangan peternakan.

Perumusan strategi dilakukan dengan analisis faktor-faktor internal dan

eksternal, analisis SWOT dan dilanjutkan dengan analisis Quantitative Strategic

Planning Matriks (QSPM) untuk mengevaluasi strategi alternatif secara objektif.

Strategi ini dapat menjadi acuan awal kebijakan pengembangan peternakan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

diimplementasikan. Kerangka Pemikiran dapat dilihat pada Gambar 2 berikut.

Pembangunan

Kabupaten Padang Lawas Utara

Perdagangan

dan Jasa-jasa

Industri dan

ManufakturPertanian Pariwisata IKM

Peternakan

Permasalahan :

1. Menjadi penggerak ekonomi.

2. Menjadi lumbung ternak di Sumatera Utara

3. Penyedia pangan asal ternak dan tenaga kerja

4. Peningkatan pendapatan dan investasi

5. Pertumbuhan ekonomi yang lemah

6. Laju pertumbuhan peternakan yang lemah.

Strategi Pengembangan Subsektor Peternakan dalam

Pembangunan Kabupaten Padang Lawas Utara

Analisis Potensi

Subsektor Peternakan :

1. Geografi

2. Demografi

3. Perkembangan

Perekonomian

4. Perkembangan

Peternakan

Analisis Peranan

Subsektor Peternakan :

1. Analisis Location

Quotient

2. Kuosien Lokalisasi

3. Surplus Pendapatan

4. Analisis Shift Share

Analisis Kelembagaan

Subsektor Peternakan :

1. Struktur kelembagaan

2. Keterkaitan Lembaga

Perumusan Strategi Pengembangan

Subsektor Peternakan

Rekomendasi Strategi Pengembangan

Subsektor Peternakan di Kabupaten

Padang Lawas Utara

Gambar 2.

Kerangka Pemikiran Operasional

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Kabupaten Padang Lawas Utara Provinsi

Sumatera Utara. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa Padang Lawas Utara sebagai daerah otonomi baru yang

terbentuk berdasarkan UU nomor 37 tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten

Padang Lawas Utara di Provinsi Sumatera Utara, sedang dalam proses penentuan

wilayah sentra pengembangan sektor peternakan dalam penyusunan dokumen

Rencana Tata Ruang Wilayah dan juga merupakan daerah yang dalam dokumen

Rencana Pembangunan Jangka Menengah memiliki rencana pengembangan sektor

peternakan.

Guna melakukan Analisis Strategi Pengembangan Potensi Peternakan

Kabupaten Padang Lawas Utara, maka diperlukan suatu metode penelitian.

Metodologi penelitian adalah ilmu yang membicarakan tata cara atau jalan

sehubungan dengan pelaksanaan penelitian (Hasan, 2002:30). Metode penelitian

akan menjelaskan mengenai pendekatan penelitian, kerangka analisis, kebutuhan

data, teknik sampling dan teknik analisis yang akan digunakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

3.2 Pendekatan studi

Pendekatan studi yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif yang ditetapkan sebagai dasar acuan dalam melakukan suatu proses

penelitian. Menurut Whitney (dalam Nazir 1988:63), metode deskriptif adalah

pencarian fakta dengan interprestasi terhadap data atau informasi. Metode ini

meneliti masalah-masalah yang terjadi dalam masyarakat, tata cara yang berlaku

dalam situasi tertentu, termasuk hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap, pandangan serta

proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena.

Penelitian deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan berbagai fakta dan

menemukan gejala yang ada dan menganalisis berdasarkan berbagai pilihan yang

telah diidentifikasi sebelumnya. Pendekatan yang sesuai dengan tujuan dan

permasalahan penelitian ini adalah pendekatan survei, baik survei primer maupun

sekunder yaitu melalui upaya pencarian dan pengumpulan data atau informasi

langsung di lapangan atas suatu fenomena yang terjadi maupun data-data sekunder

yang diperoleh dari instansi-instansi pemerintah terkait dengan penelitian yang

dilakukan.

Pencarian dan pengumpulan data serta informasi yang akan dilakukan

sehubungan dengan penelitian ini adalah data-data dan informasi mengenai kegiatan

peternakan di masyarakat dan strategi yang digunakan oleh pemerintah daerah dalam

upaya mengembangkan potensi sektor peternakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

3.3 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian terdiri dari beberapa tahap, antara lain: Tahapan

persiapan, kajian literatur, pengumpulan data, analisis serta kesimpulan dan

rekomendasi.

Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahapan Persiapan:

Dalam tahapan ini dilakukan persipan penelitian mengenai tujuan dan sasaran

penelitian, metode yang akan digunakan, kebutuhan data dan rancangan kegiatan

penelitian

2. Kajian literatur:

Pada tahapan ini, mempelajari dan memilih teori-teori atau konsep-konsep

yang berhubungan dengan penelitian, berupa metode-metode yang digunakan dalam

analisis data.

3. Pengumpulan data:

Setelah tahapan persiapan selesai, dilakukan pengumpulan data sesuai dengan

rencana yang telah dibuat pada tahapan persiapan.

4. Analisis:

Data-data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan

hasil sesuai dengan tujuan dan sasaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

5. Kesimpulan dan rekomendasi:

Berdasarkan hasil analisis, tahap selanjutnya menetukan suatu kesimpulan

penelitian dan merumuskan suatu rekomendasi untuk memperbaiki keadaan keadaan

yang dianggap kurang baik pada saat penelitian.

3.4 Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan langkah yang terpenting dalam metode ilmiah.

Menurut Nazir (2003:174) pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan

standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode

mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan. Data yang

dikumpulkan harus relevan dan dapat digunakan sebagai bahan analisis, hal tersebut

merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan studi ini.

Data yang telah dihasilkan dalam pengumpulan umumnya belum dapat

langsung dipergunakan dalam tahap analisis. Menurut Riduwan (2002:5) data adalah

bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan,

baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukan fakta.

Data menurut jenisnya terdiri atas data kualitatif dan data kuantitatif. Data

kualitatif adalah data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik yang

berwujud berupa kata-kata. Sedangkan data kuantitatif adalah data yang berwujud

angka-angka yang diperoleh dari pengukuran langsung maupun angka angka yang

diperoleh dengan mengubah data kualitatif menjadi kuantitatif (Riduwan, 2002:5).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Informasi yang merupakan data dan dikumpulkan langsung dari sumbernya disebut

sebagai data primer, sedangkan informasi yang dikumpulkan pihak lain untuk

dimanfaatkan dalam penelitian disebut data sekunder. Data primer dan sekunder

dibedakan dari cara memperolehnya.

Kebutuhan data dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder. Data

primer diperoleh wawancara langsung dengan pihak-pihak atau dinas yang terkait

langsung dengan kebijakan pembangunan peternakan. Pengambilan responde untuk

penentuan kekuatan eksternal dan internal, analisis SWOT, dan analisis QSPM

dilakukan dengan metode Purposive Sampling. Responden adalah orang yang

mengenal betul dinamika perkembangan peternakan di Kabupaten Padang Lawas

Utara.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai instansi seperti Bappeda,

BPS, Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikultura, serta instansi lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder

terdiri dari data yang berkaitan dengan jumlah populasi dan sebaran ternak, jumlah

produksi hasil peternakan; data jumlah sarana dan prasarana pendukung peternakan;

kebijakan yang dilaksanakan pemerintah serta rencana pengembangan potensi

peternakan; peta rencana tata guna lahan; peta administrasi Kabupaten Padang Lawas

Utara; data geologi; data Geohidrologi; dan data Klimatologi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

3.5. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pihak-pihak atau

dinas yang terkait langsung dengan kebijakan pembangunan peternakan.

Pengambilan responde untuk penentuan kekuatan eksternal dan internal, analisis

SWOT, dan analisis QSPM dilakukan dengan metode Purposive Sampling,

responden dengan metode purposive sampling, responden dengan sengaja dipilih

sebanyak 5 orang. Responden adalah orang yang mengenal betul dinamika

perkembangan peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara.

Responden tersebut adalah :

1. Kabid Produksi dan Pengembangan Dinas Peternakan dan Perikanan;

2. Kasi Penyuluhan dan Pengembangan SDM Dinas Peternakan dan Perikanan;

3. Kasubbag Program Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura;

4. Kasubbag Program Dinas Kehutanan dan Perkebunan;

5. Kasubbid. Ekonomi Bidang Perencanaan Makro Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah.

Responden untuk analisis kelembagaan juga dilakukan dengan purposive

sampling. Analisis kelembagaan menggunakan 6 responden yang berasal dari

Bappeda, Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

Hortikltura , Dinas Koperasi UMKM, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas

Kehutanan dan Perkebunan. Responden tersebut adalah orang mengetahui hubungan

kerjasama antar lembaga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Responden tersebut adalah

1. Kasubbag. Program Dinas UMKM dan Koperasi;

2. Kasubbag. Program Dinas Perindustrian dan Perdagangan;

3. Kasubbag. Program Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura;

4. Kasubbid. Ekonomi Bidang Perencanaan Makro Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah;

5. Kasubbag. Program Dinas Perkebunan dan Kehutanan;

6. Kasubbag. Program Dinas Peternakan dan Perikanan.

Data sekunder diperoleh dari hasil penelitian terdahulu dan berbagai literatur.

Data sekunder yang utama berasal dari BPS yakni data series antara tahun 2008

sampai 2012. Sumber-sumber lain diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti

Dinas Perikanan dan Peternakan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan

Dinas Pertanian atau instansi dan lembaga lainnya terkait dengan tujuan penelitian.

3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

Pemakaian metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan kondisi dan keragaan

pembangunan khususnya sektor peternakan yaitu keadaan umum wilayah potensi

wilayah keadaan sosial ekonomi dan lain-lain yang berkaitan dengan tujuan

penelitian. Analisis interpretative structural modelling untuk analisis kelembagaan

dalam pengembangan peternakan. Analisis LQ untuk mengetahui basis peternakan di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Kabupaten Padang Lawas Utara dan Kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten

Padang Lawas Utara. Analisis shift share untuk mengetahui pertumbuhan subsektor

peternakan.

3.6.1 Location Quotient (LQ)

Metode LQ adalah perbandingan antar pangsa relatif pendapatan sektor

tertentu pada tingkat wilayah terhadap pendapatan total wilayah dengan pangsa

relatif pendapatan sektor tertentu terhadap pada tingkat nasional terhadap pendapatan

nasional (Budiharsono, 2001). Diperlukan beberapa asumsi yang berkaitan dengan

pengembangan sektor peternakan yaitu:

a. Kegiatan perekonomian Kabupaten Padang Lawas Utara adalah homogen

b. Terdapat pola permintaan yang sama antara kabupaten dan provinsi

c. Sistem perekonomian yang masih berkembang atau tertutup dalam Kabupaten

Padang Lawas Utara, artinya seluruh kebutuhan akan terlebih dahulu oleh

diproduksi dalam wilayah itu dan apabila terjadi kekurangan maka akan diambil

dari wilayah lain

d. Penjualan hasil peternakan sesuai dengan spesialisasinya

Dalam mengidentifikasi komoditi basis dan bukan komoditi basis pertanian,

penggunaan LQ adalah sebagai berikut:

LQ =

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Dimana:

LQ = Besarnya kuosien lokasi subsektor peternakan di Kabupaten Padang

Lawas Utara termasuk kecamatan di wilayah Kab. Padang Lawas Utara.

Si = Jumlah PDRB subsektor peternakan pada tingkat kecamatan/kabupaten

Sj = Jumlah total PDRB disetiap kecamatan/kabupaten

Ni = Jumlah PDRB Subsektor peternakan pada tingkat kabupaten/propinsi

Nj = Jumlah total PDRB pada tingkat kabupaten/propinsi

Jika LQ > = 1, maka sektor tersebut termasuk sektor basis, artinya sektor tersebut

lebih berperan bagi perekonomian di suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah

diatasnya.

3.6.1.1. Surplus Pendapatan

Setelah diketahui sektor basis atau non basis, maka perlu dihitung nilai

mutlak (rupiah) yang diperoleh dari sektor peternakan. Surplus pendapatan bertujuan

mengetahui besaran yang disumbangkan subsektor peternakan pada wilayah tertentu.

Jika suatu sektor menjadi positif maka sektor memiliki surplus pendapatan positif.

SP = ((Si/Sj)-(Ni-Nj)) * Si

Si = Jumlah PDRB subsektor peternakan pada tingkat kecamatan/Kabupaten

Padang Lawas Utara

Sj = Jumlah total PDRB disetiap kecamatan/kabupaten

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Ni = Jumlah PDRB Subsektor peternakan pada tingkat Kabupaten Padang Lawas

Utara atau Propinsi Sumatera Utara

Nj = Jumlah total PDRB pada tingkat Kabupaten Padang Lawas Utara atau

Propinsi Sumatera Utara

Jika surplus subsektor peternakan bernilai positif maka komoditi ini dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat. Sebaliknya jika surplus komoditi ini negatif maka

tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

3.6.1.2 Kousien Lokalisasi (Loi)

Digunakan untuk mengetahui penyebaran kegiatan peternakan di suatu

daerah sehingga diketahui tingkat aglomerasinya

Loi = (Si/Sj)- (S/Nj)

Si = Jumlah PDRB subsektor peternakan pada tingkat kecamatan/Kabupaten

Padang Lawas Utara

Sj = Jumlah total PDRB disetiap kecamatan/kabupaten

Ni = Jumlah PDRB Subsektor peternakan pada tingkat Kabupaten Padang Lawas

Utara atau Propinsi Sumatera Utara

Nj = Jumlah total PDRB pada tingkat Kabupaten Padang Lawas Utara atau

Propinsi Sumatera Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Bila nilai kousien lokalisasi lebih dari satu maka produksi suatu komoditi lebih

memusat dan beraglomerasi pada satu wilayah. Sedangkan nilai kuosien lokalisasi

kurang dari satu maka komoditi tersebut lebih bersifat menyebar.

3.6.2. Analisis Shift Share

Analisis shift share adalah metode yang digunakan untuk melihat perubahan

PDRB yang terjadi pada dua titik waktu. Tahun analisis yang digunakan adalah tahun

2008 sampai tahun 2012. Perubahan tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan

sebagai berikut :

Δ Yij = Y’ij – Yij....................................................................................(3.1)

3.6.2.1 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah

Pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah dipengaruhi oleh

tiga komponen yaitu Pertumbuhan Nasional (PN), Pertumbuhan Proporsional (PP),

dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW). Ketiga Komponen tersebut dapat

dirumuskan sebagai berikut:

PNij = (Ra) Yij...................................................................................(3.2)

PPij = (Ri-Ra) Yij..............................................................................(3.3)

PPWij = (ri – Ri) Yij.............................................................................(3.4)

Dimana :

Ra = (Y’..-Y..)/Y..

Ri = (Y’i.-Yi)/Yi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Ri = (Y’ij-Yij)/Yij

Dimana :

Y’.. = PDRB Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2012

Y.. = PDRB Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2008

Y’i = PDRB Propinsi Sumatera Utara dari sektor i pada tahun 2012

Yi. = PDRB Propinsi Sumatera Utara dari sektor i pada tahun 2008

Y’ij = PDRB Kabupaten Padang Lawas Utara sektor i pada wilayah ke j 2012

Yij = PDRB Kabupaten Padang Lawas Utara sektor i pada wilayah ke j 2008

Δ Yij = PNij + PPij + PPWij...............................................................(3.5)

Apabila persamaan (3.1), (3.2),(3.3), dan (3.4) disubtitusikan ke persamaan (3.6)

maka didapat :

Y’ij-Yij = (Ra) Yij + (Ri-Ra) Yij + (ri-Ri) Yij.......................................(3.7)

Apabila Ppij < 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah ke j laju

pertumbuhannya melambat, sedangkan apabila Ppij > 0 menunjukkan bahwa sektor i

pada wilayah laju ke laju pertumbuhannya cepat. Apabila PPW < 0, sektor i tidak

dapat bersaing dengan baik bila dibandingkan dengan wilayah lainnya, sedangkan

apabila PPW > 0, maka wilayah ke j mempunyai daya saing yang baik untuk

perkembangan sektor i bila dibandingkan dengan wilayah lainnya.

Cara Efektif untuk mengevaluasi pertumbuhan produksi (PDRB) subsektor

Peternakan ataupun sektor lain pada kurun waktu 2008-2012 adalah dengan cara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

mengekspresikan persen perubahan komponen pertumbuhan proporsional (PP) dan

pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Sumbu PP sebagai absis dan PPW sebagai

ordinat (Gambar 3).

Gambar 3. Matrik Profil Pertumbuhan Sumber: Budiharsono 2001

Profil pertumbuhan hasil analisis shift share dibagi menjadi 4 kuadran yaitu:

1. Kuadran I menunjukkan bahwa PP dan PPW bernilai positif. Hal ini berarti

sektor-sektor di wilayah tersebut pertumbuhannya cepat demikian juga daya

saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik apabila dibandingkan dengan

wilayah-wilayah lainnya. Hal ini juga menunjukkan bahwa pergesaran bersih

bernilai positif yang berarti sektor-sektor tersebut merupakan wilayah progresif.

2. Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang berada di wilayah

yang pertumbuhannya cepat, tetapi daya saing daya sektor tersebut tidak baik

dibandingkan sektor lain.

Sektor IV Sektor I

Sektor II Sektor III

PPW

PP

PB

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

3. Kuadran III menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi pada wilayah tertentu

mengalami pertumbuhan lambat dan daya saing yang rendah. Hal ini juga

menunjukkan bahwa semua sektor yang berada di kuadran III nilai pergesesaran

bersihnya negatif yang berarti sektor-sektor tersebut merupakan wilayah lamban.

4. Kuadran IV menunjukkan sektor-sektor yang berada pada wilayah tertentu

mengalami pertumbuhan negatif, tetapi memiliki daya saing yang baik

dibandingkan dengan sektor-sektor lain.

5. Garis yang memotong kuadran II dan IV melalui sumbu yang membentuk sudut

450. garis tersebut merupakan nilai PB = 0, sehingga bagian atas tersebut

merupakan PB positif (Pbij ≥ 0) sehingga menunjukkan sektor-sektor yang

progresif. Sebaliknya di bawah garis tersebut berarti menunjukkan sektor-sektor

yang lambat (PB ≤ 0).

3.6.3. Interpretative Structural Modelling (ISM)

Teknik ISM adalah suatu alat dalam pemodelan strukturalisasi hubungan

langsung yang diproses melalui pengkajian kelompok guna memotret masalah yang

komplek dari suatu sistem oleh suatu tim atau seorang peneliti (Eriyatno, 2007).

Teknik ini kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan dapat digunakan untuk

membuat pembandingan dari masing-masing lembaga yang merupakan stakeholder

dalam pengembangan peternakan yang berorientasi agribisnis. Dengan demikian

dapat diketahui lembaga mana yang paling berpengaruh dalam menunjang

keberhasilan program pengembangan ternak. Model ini dibagi menjadi 2 bagian

yaitu penyusunan hirarki dan klasifikasi subelemen yang dapat memberikan manfaat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

dan guna meramu sistem secara efektif untuk pengambilan keputusan yang lebih

baik.

Langkah analisa teknik ISM adalah sebagai berikut :

a. Menyusun Struktural Self Interaction Matrix (SSIM) dengan menggunakan

simbol V, A, X, O yaitu:

Nilai V bila eij bernilai 1 dan eji bernilai 0

Nilai A bila eij bernilai 0 dan eji bernilai 1

Nilai X bila eij bernilai 1 dan eji bernilai 1

Nilai O bila eij bernilai 0 dan eji bernilai 0

Pengertian nilai satu adalah terdapat atau ada hubungan kontekstual,

sedangkan nilai nol memiliki pengertian tidak terdapat adanya hubungan

kontekstual antara elemen i (horizontal) dan j (vertikal) dan sebaliknya.

b. Membuat tabel Reachability Matrix (RM) dengan mengganti V, A, X, O

menjadi nilai riil 1 dan 0

c. Lakukan perhitungan menurut aturan transitivity kemudian dilakukan koreksi

terhadap SSIM sampai terjadi model yang terhubung.

Pengolahan lebih lanjut adalah penetapan pilihan jenjang (level partition).

Pengolahan bersifat tabulatif dengan pengisian format dan bisa dibantu dengan

komputer. Klasifikasi subelemen berdasarkan tabel RM dengan menyusun

’Drive- Power-Dependence’ dalam 4 sektor yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

a) Sektor 1, yaitu weak driver - weak dependent variables (autonomous).

Peubah disektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau mempunyai

hubungan tetapi kecil walaupun hubungan tersebut bisa saja kuat.

b) Sektor 2, yaitu weak driver – strongly dependent variables (dependents)

umumnya peubah disini tidak bebas

c) Sektor 3, yaitu strong driver – strongly dependent variables (linkage). Pada

sektor ini peubah harus dikaji secara lebih hati-hati karena hubungan antar

peubah tidak stabil.

d) Sektor 4, strong driver – weak dependent variables (independent). Pada

sektor ini peubah merupakan bagian sisa dari sistem yang disebut peubah

bebas.

3.6.4. Perumusan Strategi

Evaluasi faktor eksternal (External Factor Evaluation-EFE) digunakan untuk

mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan. Pada matriks analisis EFE

dikembangkan daftar peluang yang dapat dimanfaatkan dan ancaman yang harus

dihindari. Sedangkan matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal

perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting.

Tahapan-tahapan dalam menyusun matriks EFE dan IFE adalah sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

1. Identifikasi Faktor-Faktor Eksternal dan Internal

Langkah awal yang harus dilakukan yaitu mengidentifikasi faktor internal baik

itu kekuatan dan kelemahan serta identifikasi eksternal organisasi dengan

mendaftarkan peluang dan ancaman yang dimiliki organisasi.

2. Teknik Pembobotan

Penentuan bobot pada analisis faktor eksternal dan internal perusahaan

dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan pada pihak manajemen atau ahli

strategi dengan menggunakan metode paired comparison (Tabel 6-7). Metode

tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap variabel

penentu eksternal dan internal dengan membandingkan setiap variabel pada baris

(horizontal) dengan variabel pada kolom (vertikal). Skala yang digunakan untuk

pengisian kolom adalah:

1 = Jika faktor horizontal kurang penting daripada faktor vertikal

2 = Jika faktor horizontal sama penting dengan faktor vertikal

3 = Jika faktor horizontal lebih penting daripada faktor vertikal

Tabel 3.1 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal

Faktor Strategi

Internal A B C … Total Bobot

A

B

C

...

Total

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Tabel 3.2 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal

Faktor Strategi

Eksternal A B C D … Total Bobot

A

B

C

...

Total

Bobot setiap faktor diperole dengan menentukan nilai setiap faktor terhadap

jumlah nilai keseluruhan faktor. Bobot yang diberikan pada setiap faktor berada pada

kisaran 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (paling penting). Faktor-faktor yang dianggap

mempunyai pengaruh terbesar pada prestasi perusahaan diberi bobot tertinggi, tanpa

mempedulikan apakah faktor tersebut kunci kekuatan dan kelemahan serta peluang

dan ancaman. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada setiap faktor harus sama

dengan 1,0. Bobot dari setiap faktor diperoleh dengan membagi jumlah nilai setiap

variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

Ai =

3. Penentuan Rating

Menurut David (2004), rating (peringkat) menggambarkan seberapa besar

efektif strategi perusahaan saat ini dalam merespon faktor strategis yang ada.

Keterangan :

ai = Bobot faktor ke-i

Xi = Nilai faktor ke-i

i = 1, 2,..., n

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

4. Perkalian Bobot dan Peringkat

Langkah selanjutnya, nilai dari pembobotan disusun dengan rating

(peringkat) pada tiap faktor dan nilai tertimbang dari setiap faktor kemudian

dijumlahkan untuk memperoleh total nilai tertimbang organisasi (Tabel 3.1 – 3.2).

Tabel 3.3 Matriks IFE

Faktor-Faktor Internal Kunci Bobot Rating Nilai Tertimbang

(b) (a) (c) =(a) x (b)

Kekuatan

1. .............

2. .............

3. .............

Kelemahan

1. .............

2. .............

3. .............

Jumlah 1,0

Sumber: David, 2004

Tabel 3.4 Matriks EFE

Faktor-Faktor Internal Kunci Bobot Rating Nilai Tertimbang

(b) (a) (c) =(a) x (b)

Peluang

1. .............

2. .............

3. .............

Ancaman

1. .............

2. .............

3. .............

Jumlah 1,0

Sumber: David, 2004

Total nilai tertimbang pada matriks IFE dan EFE akan berada pada kisaran

1,0 (terendah) hingga 4,0 (tertinggi), dengan nilai rata-rata 2,5. Semakin tinggi total

nilai tertimbang perusahaan pada matriks IFE dan EFE mengindikasikan perusahaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

merespon kekuatan dan kelemahan (faktor internal) atau peluang dan ancaman

(faktor eksternal) dengan sangat baik, begitu pula sebaliknya.

5. Tahap Pencocokan (Matching Stage)

Tahap pencocokan merupakan tahapan untuk menghasilkan alternatif strategi

yang layak dengan memadukan faktor-faktor internal dan eksternal yang telah

dihasilkan pada tahap input.

6. Matriks Strenght-Weakness-Opportunity-Threat (SWOT)

Matriks SWOT didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif akan

memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Kombinasi faktor-faktor eksternal dan intenal dalam matriks SWOT, yaitu stategi

kekuatan-peluang (S-O), strategi kelemahan-peluang (W-O), strategi kelemahan-

ancaman (W-T) dan stategi kekuatan-ancaman (S-T). Analisis matriks SWOT akan

menghasilkan beberapa alternatif strategi yang dapat dipilih perusahan dalam

mengembangkan usahanya (Tabel 10).

Tabel 3.5 Matriks SWOT

Kekuatan

(Strengths – S)

Kekuatan-kekuatan

internal perusahaan.

Kelemahan

(Weaknesses – W)

Kelemahan-kelemahan

internal perusahaan. Peluang

(Opportunities – O)

Peluang-peluang eksternal

perusahaan.

Strategi SO

Gunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang.

Strategi WO

Atasi kelemahan dengan

memanfaatkan peluang.

Ancaman

(Threats – T)

Ancaman-ancaman

eksternal perusahaan.

Strategi ST

Gunakan kekuatan untuk

menghindari ancaman.

Strategi WT

Minimalkan kelemahan

dan hindari ancaman.

Sumber: David, 2004

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

7. Tahap Keputusan (Decision Stage)

Tahap terakhir dari formulasi strategi yaitu tahap pengambilan keputusan.

Analisis yang digunakan pada tahap ini adalah matriks QSPM (Quantitative

Strategic Planning Matrix). David (2004) menyatakan bahwa QSPM adalah alat

yang memungkinkan penyusunan strategi untuk mengevaluasi alternatif strategi

secara objektif, berdasarkan faktor keberhasilan kunci internal dan eksternal yang

telah diidentifikasi sebelumnya.

Langkah-langkah penyusunan strategi terpilih melalui QSPM adalah sebagai

berikut:

a. Mendaftar peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan. Input datanya diperoleh

dari matriks IFE dan EFE yang telah dibuat.

b. Memberikan bobot untuk setiap faktor sukses kritis internal dan ekstertal. Bobot

ini identik dengan yang digunakan pada matriks IFE dan EFE.

c. Mengidentifikasi strategi alternatif yang diperoleh dari matriks SWOT yang

layak untuk diimplementasikan.

d. Menetapkan skor kemenarikan relatif (Attractiveness Score/AS) untuk masing-

masing strategi alternatif yang terpilih.

Nilai 1 = tidak menarik,

Nilai 2 = agak menarik,

Nilai 3 = menarik, dan

Nilai 4 = sangat menarik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Nilai Attractiveness Score adalah seberapa besar daya tarik relatif

alternatif strategi dalam mengatasi faktor-faktor eksternal dan internal.

e. Menghitung Total Attractiveness Score (TAS) yang diperoleh dari perkalian

bobot dengan AS pada masing-masing baris. TAS menunjukkan relative

attractiveness dari masing-masing altematif strategi.

f. Menghitung jumlah Total Attractiveness Score, dengan cara menjumlahkan

semua Total Attractiveness Score pada setiap kolom QSPM. Nilai TAS yang

tertinggi menunjukkan bahwa strategi tersebut yang paling baik untuk

diimplementasikan. Tabel 3.6 merupakan contoh dari QSPM.

Tabel 3.6 Format Dasar QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)

Faktor-faktor Bobot

Alternatif Strategi

Strategi I Strategi II Strategi III

AS TAS AS TAS AS TAS

Faktor Internal

-

-

Faktor Eksternal

-

-

Total

Sumber: David, 2004

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kabupaten Padang Lawas Utara

4.1.1 Geografi dan Wilayah Pemerintahan

Kabupaten Padang Lawas Utara berada di bagian Selatan Provinsi Sumatera

Utara terletak pada garis 1°13'50"-2°2'32" Lintang Utara dan 99°20'44"-100°19'10

Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu, sebelah

timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu Selatan dan Provinsi Riau,

sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas dan sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan.

Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2007, wilayah administrasi Kabupaten

Padang Lawas Utara, yang meliputi 9 kecamatan yaitu : Kecamatan Batang Onang,

Kecamatan Dolok, Kecamatan Dolok Sigumpulon, Kecamatan Halongonan,

Kecamatan Hulu Sihapas, Kecamatan Padang Bolak Julu, Kecamatan Padang Bolak,

Kecamatan Portibi, Kecamatan Simangambat serta memiliki 386 desa dan 2

kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara adalah 3.918,05 km2.

Berdasarkan luas daerah menurut kecamatan di Padang Lawas Utara, luas

daerah terbesar adalah Kecamatan Simangambat dengan luas 1.036,68 Km2, atau

sekitar 26,46 persen dari total luas Padang Lawas Utara, diikuti Kecamatan Padang

Bolak dengan luas 792,14 Km2 atau 20,22 persen. Sedangkan luas daerah terkecil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

adalah Kecamatan Portibi dengan luas 142,35 Km2 atau 3,63 persen dari total luas

Padang Lawas Utara.

4.1.2. Kondisi Fisik Wilayah

Fisik lingkungan Kabupaten Padang Lawas Utara terdiri dari kondisi

topografi, hidrologis wilayah, iklim, dan geologi.

4.1.2.1 Kondisi Topografi

Secara topografis wilayah Padang Lawas Utara didominasi oleh kemiringan

lahan bergunung yaitu 174.719 Ha atau 44,59 % dari luas daerah dan diikuti dengan

topografi berbukit yaitu seluas 137.640 Ha atau 35,13 % serta topografi datar dan

landai seluas 79.446 Ha atau 20,28 % dari luas daerah.

Dengan demikian kondisi faktual topografi daerah Kabupaten Padang Lawas

Utara 20,28 % dengan topografi datar dan landai secara garis besar sesuai untuk

pengembangan budi daya pertanian tanaman pangan dan holtikultura dan 35,13 %

dengan topografi berbukit secara ideal sesuai untuk pengembangan budi daya

perkebunan tanaman keras dan 44,59 % lainnya dengan topografi bergunung secara

ideal pengembangannya berfungsi sebagai hutan lindung.

4.1.2.2 Hidrologis Kawasan

Kondisi hidrologi di Kabupaten Padang Lawas Utara terdiri dari air

permukaan yaitu sungai, danau dan air bawah tanah. Sungai yang ada dimanfaatkan

untuk kebutuhan sehari-hari, sumber air minum dan untuk irigasi, sebagian wilayah

di Kab Padang Lawas Utara yang dilalui Satuan Wilayah Sungai lintas Provinsi dan

lintas Kab/Kota, yaitu desa Sipiongot di Kecamatan Dolok yang dilalui oleh WS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Barumun-Kualuh lintas Kab/Kota dan Satuan Wilayah Sungai Rokan lintas

Provinsi.Terdapat Danau kecil di wilayah Kab Padang Lawas Utara yaitu Danau Tao

dengan luas ± 25 Ha yang terdapat di Kecamatan Batang Onang yang potensinya

belum dimanfaatkan dengan optimal bagi lahan pertanian dan pertambakan.

4.1.2.3 Iklim

Karena Kabupaten Padang Lawas Utara terletak dekat garis khatulistiwa,

sehingga tergolong kedalam daerah beriklim tropis. Ketinggian permukaan daratan

Kabupaten Padang Lawas Utara berada pada 0-1.915 Meter diatas permukaan laut,

sebagian daerahnya datar, beriklim cukup panas bisa mencapai 34,20⁰C, sebagian

daerah berbukit dengan kemiringan curam, berbukit dan bergunung, beriklim sedang

yang suhu minimalnya mencapai 17,6⁰C. Sebagaimana musim di Indonesia pada

umumnya, Kabupaten Padang Lawas Utara mempunyai musim kemarau dan musim

penghujan.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Padang Lawas Utara dalam angka Tahun

2012, curah hujan bervariasi antar kecamatan, curah hujan tertinggi rata-rata

mencapai 323 mm yang terjadi pada bulan Februari, sementara curah hujan terendah

rata-rata mencapai 13,6 mm yang terjadi pada bulan Juni. Musim kemarau biasanya

terjadi sekitar bulan Mei hingga September dan musim hujan terjadi pada bulan

Oktober hingga bulan April. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan curah hujan

dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Jumlah Curah Hujan dan Banyaknya Hari Hujan Di Kabupaten

Padang Lawas Utara Tahun 2012

NO BULAN CURAH HUJAN HARI HUJAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

(mm)

1 Januari 57,70 12

2 Februari 393,70 16

3 Maret 92,70 13

4 April 330,90 18

5 Mei 66,90 10

6 Juni 102,50 12

7 July 120,00 11

8 Agustus 47,80 10

9 September 74,80 15

10 Oktober 259,90 24

11 November 277,40 20

12 Desember 449,30 26

Rata-rata 189,47 15,58

Sumber : BPS Kabupaten Padang Lawas Utara dalam angka tahun 2013 (data

diolah)

4.1.2.4 Kondisi Geologi

Secara geologis, wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara memiliki struktur

tanah dan batuan yang kompleks dicirikan oleh bentuk bentang alam perbukitan.

Tetapi sebagian wilayah potensial menimbulkan tanah longsor terhadap 40-50 %

dari luas daerah Kabupaten Padang Lawas Utara yang mencakup 5 wilayah

kecamatan merupakan kawasan yang rentan gerakan tanah longsor.

4.1.3 Kependudukan

4.1.3.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Dari data penduduk Kabupaten Kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2012

menunjukkan jumlah penduduk Kabupaten Kabupaten Padang Lawas Utara

sebanyak 225,621 jiwa dengan cakupan wilayah seluas 3.918,05 Km2. Jumlah

penduduk suatu daerah merupakan Man Power daerah itu dalam melaksanakan

aktivitas pembangunan di segala bidang. Namun demikian jumlah penduduk harus

seimbang dengan sumber-sumber ekonominya agar dapat memperoleh kenaikan

pendapatan yang setara dengan perkembangan penduduknya.

Analisis jumlah penduduk ini dimaksud untuk mengetahui jumlah penduduk

dikaitkan dengan sumberdaya lahan yang tersedia, distribusi dan proyeksi penduduk.

Dari data penduduk BPS Tahun 2013 dapat dilihat sebaran dan perkembangan

penduduk di Kabupaten Kabupaten Padang Lawas Utara boleh dikatakan merata

disemua kecamatan dengan tingkat kepadatan masih jarang (< 100 Org/ Km²).

Kecamatan terbesar laju pertumbuhan penduduknya adalah Kecamatan Simangambat

sebesar 10,32 % per tahun, kemudian laju pertumbuhan penduduk terkecil adalah

Kecamatan Padang Bolak Julu hanya sebesar 0,51 % per tahun. Secara rinci jumlah

dan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kabupaten Padang Lawas Utara selama 5

(lima) tahun terakhir dari Tahun 2008 sampai Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel

4.2

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Padang Lawas Utara

Tahun 2008 – 2012

No KEC/DESA 2008 2009 2010 2011 2012

Pertum

buhan

(%)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

No KEC/DESA 2008 2009 2010 2011 2012

Pertum

buhan

(%)

1 Batang Onang 12.369 12.434 12.790 12.867 13.065 1,03

2 Padang Bolak Julu 9.254 9.308 9.972 9.993 10.165 0,92

3 Portibi 20.996 21.122 23.228 23.440 23.732 1,04

4 Padang Bolak 51.911 52.215 58.560 59.183 60.058 1,22

5 Simangambat 35.389 35.963 46.769 47.278 48.043 1,30

6 Halongonan 23.355 23.663 29.058 29.343 29.807 1,23

7 Dolok 21.990 22.023 22.573 22. 755 23.093 1,10

8 Dolok Sigumpolon 13.785 13.807 15.898 16.045 16.294 1,19

9 Hulu Sihapas 4.229 4.239 4.638 4.717 4.807 1,26

Jumlah 193.278 194.774 223.531 225.621 229.064 1,18

Sumber: Padang Lawas Utara Dalam Angka 2013

4.1.3.2 Persebaran (Distribusi) dan Kepadatan Penduduk

Pemusatan penduduk pada suatu wilayah (kabupaten/ kecamatan/ desa) dapat

ditunjukkan oleh kepadatan penduduk yang diperoleh dengan membagi jumlah

penduduk dengan luas wilayah administrasi atau luas wilayah daerah terbangun

(lahan pekarangan). Analisis kepadatan penduduk ini dimaksud untuk mengetahui

jumlah dan tingkat kepadatan penduduk dikaitkan dengan sumberdaya lahan yang

tersedia.

Luas Kabupaten Kabupaten Padang Lawas Utara secara keseluruhan 3.918,05

Km2 dengan kepadatan rata-rata 58.46 jiwa/ Km2. Daerah terluas terdapat di

Kecamatan Simangambat seluas 1.036,68 Km2 dan Padang Bolak, 792,14 Km2

kemudian Kecamatan Halongonan seluas 569,26 Km2dan Kecamatan Dolok dengan

luas 492,45 Km2selanjutnya terkecil di Kecamatan Hulu Siapas 82,98 Km2 dan

Kecamatan Portibi 142,35 Km2.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Berdasarkan kepadatan penduduk, kecamatan yang terpadat penduduknya

terdapat di Kecamatan Portibi (166,72 jiwa/Km2) kemudian menyusul Kecamatan

Padang Bolak (75,82 jiwa/Km2 ), sedangkan Kecamatan Dolok Sigompulon (59,87

jiwa/Km2) dan Kecamatan Hulu Sihapas (57,93 jiwa/ Km2) merupakan kecamatan

dengan kepadatan terendah..

Secara umum kepadatan penduduk di Kabupaten Kabupaten Padang Lawas

Utara ini masih relatif rendah, oleh sebab itu daerah ini masih sangat potensial untuk

dikembangkan dikaitkan dengan sumberdaya lahan yang tersedia, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Padang Lawas Utara

Tahun 2012

No KEC/DESA Penduduk

Luas

Wilayah

(Km2)

Kepadatan

(Jiwa/Km2)

Distribusi

(%)

1 Batang Onang 13.065 286,69 45,57 5,70

2 Padang Bolak Julu 10.165 243,33 41,77 4,44

3 Portibi 23.732 142,35 166,72 10,36

4 Padang Bolak 60.058 792,14 75,82 26,22

5 Simangambat 48.043 1.036,68 46,34 20,97

6 Halongonan 29.807 569,26 52,36 13,01

7 Dolok 23.093 492,45 46,89 10,08

8 Dolok Sigumpolon 16.294 272,17 59,87 7,11

9 Hulu Sihapas 4.807 82,98 57,93 2,10

Jumlah 229.064 3.918,05 58,46 100

Sumber: Kabupaten Padang Lawas Utara dala angka 2013

Meskipun terjadi peningkatan kepadatan penduduk di Kabupaten Padang

Lawas Utara selama 5 tahun terakhir namun secara nasional kepadatan penduduk di

Kabupaten Padang Lawas Utara masih termasuk jarang, apabila dibandingkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

dengan beberapa daerah di Pulau Jawa bahkan ada yang mencapai ratusan jiwa per

ha.

Sedangkan persebaran/distribusi penduduk seperti yang ditampilkan tabel di

atas, sebagian besar penduduk terkonsentrasi di pusat-pusat tersediannya sarana dan

prasarana pelayanan, seperti di Kecamatan Padang Bolak (26.22 %) penduduk dan

Simangambat (20.97%), sedangkan konsentrasi penduduk terkecil terdapat di

wilayah Kecamatan Hulu Sihapas (2.10%).

4.1.3.3 Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Mata pencaharian utama penduduk berusia diatas 15 tahun yang diusahakan

di Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dikelompokkan menjadi; pertanian

(perkebunan, kehutanan, perikanan), industri dan Perdagangan, dan Jasa-jasa. Dari

semua jenis mata pencaharian ini, kegiatan usaha yang paling dominan dilakukan di

kabupaten ini adalah pertanian (76%) termasuk didalamnya perkebunan, kehutanan,

peternakan, dan perikanan kemudian disusul oleh Industri dan Perdagangan (1%),

dan Jasa-jasa (23%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Penduduk Menurut Lapangan Usaha Utama Kabupaten Padang

Lawas Utara Tahun 2012

No Jenis Lapangan Usaha Jumlah Persentase

1 Pertanian 72.096 76

2 Industri dan Perdagangan 602 1

3 Jasa 22.072 23

Jumlah 94.770 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Sumber: Kabupaten Padang Lawas Utara dala angka 2013

4.1.4 Potensi Sumber Daya Alam

4.1.4.1 Kesesuaian Lahan

Penilaian kesesuaian lahan dilakukan untuk penentuan alokasi pemanfaatan

lahan terutama bagi kawasan lindung yang ada dan lahan budidaya pertanian dan

perkebunan dalam upaya ketahanan pangan dan penyiapan lahan pertanian abadi.

Selanjutnya dilakukan penilaian bagi kesesuaian bagi pemanfaatan pariwisata,

pertambangan, peternakan, industri, perikanan terhadap kawasan permukiman bagi

pemanfaatan ruang yang optimal dan meminimalkan konflik antar kegiatan

pemanfaatan ruang.

Secara umum kesesuaian lahan di Kabupaten Padang Lawas Utara dibagi

dalam 4 (empat) kategori, yaitu :

1. Kesesuaian lahan untuk pertanian tanaman pangan lahan basah

Lahan yang sesuai untuk budidaya pertanian tanaman pangan lahan basah

tersebar secara mengelompok dengan luasan yang kecil-kecil hampir di seluruh

wilayah kabupaten Padang Lawas Utara yang tersebar di sebagian besar wilayah

kecamatan, sebagian kecil pada kecamatan Dolok dan Hulu Siapas. Kecamatan

yang bertindak basis ketahanan pangan adalah Kecamatan Portibi, Kecamatan

Padang Bolak, Kecamatan Batang Konang. Kecamatan Portibi dan Kecamatan

Padang Bolak dilayani oleh irigasi teknis Batang Ilung seluas 4.300 Ha.

2. Kesesuaian lahan untuk pertanian tanaman pangan lahan kering

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Lahan yang sesuai untuk pertanian tanaman pangan lahan kering tersebar hampir

di seluruh kabupaten Padang Lawas Utara yang terletak di sebagian wilayah

Kecamatan Batang Onang, Hulu Sihapas, Padang Bolak, Padang Bolak Julu,

Portibi, Halongonan dan Simangambat.

3. Kesesuaian lahan untuk tanaman tahunan atau Perkebunan

Lahan yang sesuai untuk budidaya tanaman tahunan atau perkebunan meliputi

hampir dua per tiga wilayah Padang Lawas Utara, terutama di kecamatan

Padang Bolak, Padang Bolak Julu, Portibi, Simangambat,Dolok, Dolok

Sigompulan, Batang Onang, Halongonan. Sedangkan kawasan yang tidak sesuai

untuk perkebunan berada di bagian Tengah kecamatan Hulu Siapas dan Portibi.

4. Kesesuaian lahan untuk peternakan

Lahan yang sesuai untuk budidaya peternakan mengikuti kawasan perkebunan,

kawasan tanaman pangan lahan kering, dan kawasan tanaman pangan lahan

basah yang tidak berada pada ketinggian > 1000 m dpl. Kawasan yang sesuai

untuk peternakan tersebut di Kecamatan Batang Onang, Hulu Sihapas, Padang

Bolak, Portibi, Halangonan dan Simangambat.

4.1.5 Kondisi Perekonomian Daerah

4.1.5.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto adalah salah satu indikator yang dapat

dijadikan sebagai ukuran perkembangan ekonomi suatu daerah, kendatipun Produk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Domestik Regional Bruto tersebut tidak dapat dijadikan sebagai jaminan ukuran

pemerataan kesejahteraan penduduk suatu daerah.

Berdasarkan perhitungan BPS Padang Lawas Utara bahwa Produk Domestik

Regional Bruto Kabupaten Padang Lawas Utara pada tahun 2012 adalah Rp.

656.656,19 juta berdasarkan harga konstan dan Rp. 2.189.621,54 juta berdasarkan

harga berlaku. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut.

Tabel 4.5 PDRB Menurut Harga Konstan Dan Harga Berlaku Kabupaten

Padang Lawas Utara Tahun 2012 (Dalam Juta Rupiah)

NO. LAPANGAN USAHA HARGA KONSTAN HARGA BERLAKU

JUMLAH % JUMLAH %

1. PERTANIAN 551.686,67 61,95% 1.544.018,74 70,52%

a. Tanaman Bahan Makanan 162.361,84 18,23% 464.605,95 21,22%

b. Tanaman Perkebunan 331.421,84 37,12% 950.580,29 43,41%

c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 46.040,33 5,17% 103.930,39 4,75%

d. Kehutanan 9.478,63 1,06% 19.576,44 0,89%

e. Perikanan 2.384,04 0,27% 5.325,35 0,24%

2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 4.281,44 0,48% 15.068,54 0,69%

a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 0,00 0,00

b. Pertambangan Tanpa Migas 0,00 0,00 0,00

c. Penggalian 4.281,44 100,00% 15.068,54 0,69%

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 35.858,80 4,03% 68.957,16 3,15%

a. Industri Migas 0,00 0,00

1) Pengilangan Minyak Bumi 0,00 0,00

2) Gas Alam Cair 0,00 0,00

b. Industri Tanpa Migas 35.858,80 4,03% 68.957,16 3,15%

4. LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH 896,60 0,10% 2.445,88 0,11%

a. Listrik 870,13 0,10% 2.353,02 0,10%

b. Gas Kota 0,00 0,00 0,00

c. Air Bersih 26,47 0,00% 92,86 4,17%

5. BANGUNAN 85.025,44 9,55% 128.044,43 5,85%

6. PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 89.359,57 10,03% 194.106,32 8,86%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

NO. LAPANGAN USAHA HARGA KONSTAN HARGA BERLAKU

JUMLAH % JUMLAH %

a. Perdagangan Besar dan Eceran 88.753,58 9,97% 192.743,30 8,80%

b. Hotel 5,74 0,00% 14,50 0,00%

c. Restoran 600,26 0,07% 1.348,52 0,06%

7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 11.060,00 1,24% 25.403,63 1,16%

a. Pengangkutan 3.130,08 0,35% 8.317,86 0,38%

1) Angkutan Rel 0,00 0,00% 0,00

2) Angkutan Jalan Raya 2.600,72 0,29% 7.043,17 0,32%

3) Angkutan Laut 0,00 0,00% 0,00

4) Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan 0,00 0,00% 0,00

5) Angkutan Udara 256,55 0,03% 540,38 0,02%

6) Jasa Penunjang Angkutan 272,82 0,03% 734,31 0,03%

b. Komunikasi 7.929,92 0,89% 17.085,77 0,78%

8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN 4. 717,72 0,53% 9.988,07 0,46%

a. Bank 490,85 0,06% 928,27 0,04%

b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 89,60 0,01% 197,04 0,01%

c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 0,00% 0,00

d. Sewa Bangunan 3.980,06 89,83% 8.633,83 0,39%

e. Jasa Perusahaan 157,21 0,45% 228,92 0,01%

9. JASA-JASA 107.707,21 12,09% 201.589,11 9,21%

a. Pemerintahan 102.070,68 11,46% 192.082,43 8,77%

1) Adm. Pemerintahan dan Pertahanan 64.054,56 7,19% 126.734,80 5,79%

2) Jasa Pemerintahan Lainnya 38.016,12 4,27% 65.347,63 2,98%

b. Swasta 5.636,53 0,63% 9.506,68 0,43%

1) Sosial Kemasyarakatan 1.468,23 0,17% 2.861,13 0,13%

2) Hiburan dan Rekreasi 114,26 0,01% 167,46 0,01%

3) Perorangan dan Rumah Tangga 3.990,50 0,45% 6.478,09 0,30%

JUMLAH 656.656,19 2.189.621,54

PDRB per Kapita penduduk tahun 2012 adalah Rp.3.261.639,97 menurut HK dan Rp.5.733.549,39 menurut HB

Sumber : BPS, Padang Lawas Utara dalam angka tahun 2013

Dari data tersebut di atas dapat dilihat bahwa struktur ekonomi daerah

Kabupaten Padang Lawas Utara pada tahun 2012 masih didominasi oleh bidang

pertanian. Konstribusi bidang pertanian terhadap PDRB menurut harga konstan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2012 adalah sebesar 61,95% dan diikuti oleh

jasa-jasa sebesar 12,09%, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 10,03%, bangunan

9,55%, industri pengolahan 4,03%, pengangkutan dan komunikasi 1,24%, keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan 0,53%, pertambangan dan penggalian 0,48% serta

listrik, gas dan air bersih 0,10%.

Sedangkan konstribusi bidang pertanian terhadap PDRB menurut harga

berlaku Kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2012 adalah sebesar 70,52% dan

diikuti oleh jasa-jasa sebesar 9,21%, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,86%,

bangunan 5,85%, industri pengolahan 3,15%, pengangkutan dan komunikasi 1,16%,

keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 0,46%, pertambangan dan penggalian

0,69% serta listrik, gas dan air bersih 0,11%.

Dari kondisi PDRB tersebut dapat digambarkan bahwa kondisi

perkembangan ekonomi daerah Kabupaten Padang Lawas Utara masih tergolong

pada kategori daerah sedang berkembang. Karena berdasarkan teori ekonomi

disebutkan bahwa ciri-ciri suatu negara ataupun daerah sedang berkembang

(developing countries/region) ditandai bahwa konstribusi PDRBnya didominasi oleh

bidang pertanian, sedangkan ciri-ciri suatu negara ataupun daerah maju (developed

countries/region) ditandai bahwa konstribusi PDRBnya didominasi oleh bidang

industri dan jasa-jasa.

4.1.5.2 Pendapatan Perkapita Daerah

Secara keseluruhan perekonomian Padang Lawas Utara pada tahun 2012

meningkat sebesar 6,81 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. PDRB

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

perkapita Padang Lawas Utara tahun 2012 sebesar Rp.8.677.821 meningkat dari

Rp.7.718.157 pada tahun 2011. Sementara itu berdasarkan harga konstan 2000,

PDRB perkapita tahun 2012 juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011,

yaitu sebesar Rp.3.506.278 pada tahun 2011 menjadi Rp.3.710.435 pada tahun 2012.

4.1.6 Visi Misi Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2013 – 2018

Visi Kabupaten Padang Lawas Utara sebagaimana tercantum pada

Rancangan Awal RPJMD Kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2013 – 2018 adalah

: “ Bersama Membangun Padang Lawas Utara Beriman, Cerdas, Maju Dan

Beradat”. Visi ini merupakan lanjutan visi kepala daerah yang kembali terpilih

untuk memimpin Kabupaten Padang Lawas Utara untuk periode 2013 – 2018.

Sebagai visi lanjutan, misi yang diusung merupakan penguatan dan penyempurnaan

terhadap misi yang telah dicapai pada periode pemerintahan 2008 – 2013.

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, pada

Rancangan Awal RPJMD Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2013 – 2018, misi

yang dicanangkan terdapat dalam beberapa butir yang akan mendukung pencapaian

target tersebut, antara lain :

1. Melanjutkan pembangunan infrastruktur pedesaan dalam rangka

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan pemenuhan kebutuhan dasar;

2. Meningkatkan kualitas dan kompetensi para tenaga kerja dengan

meningkatkan keahlian dan keterampilan tenaga kerja melalui pelatihan

secara intensif dan berkesinambungan;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

3. Menjaga iklim yang dinamis dan kondusif bagi pertumbuhan dan

perkembangan usaha-usaha kecil dan menengah serta penguatan pertumbuhan

ekonomi daerah;

4. Menerapkan prinsip ekonomi kerakyatan yang berbasis pada sumber daya

alam;

5. Optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan tidur menjadi lahan produktif melalui

regulasi dan kebijakan perangsangan berproduksi.

Misi – misi tersebut di atas juga akan didukung dengan peningkatan kapasitas

aparatur pemerintah yang profesional, disiplin, dan berorientasi terhadap kinerja

untuk menciptakan pemerintahan yang efektif dan akuntabel.

4.2 Peran Subsektor Peternakan

4.2.1 Potensi Subsektor Peternakan

Posisi Kabupaten Padang Lawas Utara yang cukup strategis di Provinsi

Sumatera Utara yang menghubungkan jalur lintas pantai barat dan pantai timur,

memberikan potensi bagi daerah ini sebagai pemasok ternak bagi daerah tetangga

seperti Kabupaten/Kota dalam wilayah Sumatera Utara hingga ke wilayah Provinsi

Riau dan Sumatera Barat.

Kesesuaian lahan untuk peternakan di beberapa kecamatan dan perkebunan

yang nantinya dapat diitegrasikan dengan peternakan, timbulan kelapa sawit, serta

ketersediaan hijauan, biji-bijian dan produksi hasil pertanian lainnya menjadi

keunggulan dalam pengembangan peternakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

4.2.2 Perkembangan Peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara

Hingga tahun 2012, secara umum sektor peternakan mengalami

perkembangan setiap tahunnya baik jumlah populasi ternak maupun produksi daging.

Akan tetapi sarana fisik peternakan, seperti pasar hewan, tidak mengalami

perkembangan bahkan cenderung tidak berubah.

4.2.3 Kondisi Peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara

Hingga awal tahun 1990-an, di Kabupaten Padang Lawas Utara, yang pada

saat itu masih merupakan bagian dari Kabupaten Tapanuli Selatan, masih banyak

terdapat lahan-lahan yang dijadikan sebagai lahan-lahan penggembalaan ternak sapi,

kerbau dan kambing. Dengan sistem pengelolaan tradisional, pada siang hari hewan-

hewan ternak digembala dengan sistem lepas bebas pada lahan-lahan penggembalaan

tersebut.

Seiring dengan mulai berkembangnya industri perkebunan, masyarakat di

Kabupaten Padang Lawas Utara juga mulai meminati industri ini, ditandai dengan

mulai banyaknya lahan-lahan yang ditanami dengan tanaman-tanaman perkebunan

yang memiliki pangsa pasar eksport seperti sawit, karet, kakau, dan lain-lain

sehingga secara berangsur-angsur lahan-lahan yang dulunya difungsikan sebagai

lahan penggembalaan ternak, beralih fungsi menjadi lahan perkebunan. Hal ini

berdampak langsung terhadap penurunan jumlah populasi ternak dan jumlah

masyarakat yang menjalankan usaha peternakan. Hewan-hewan ternak yang

sebelumnya banyak terlihat berkeliaran di lahan-lahan terbuka, sudah mulai

menghilang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Kondisi ini tentu saja membutuhkan penanganan pemerintah untuk dapat

membuat kebijakan pengelolaan usaha peternakan dari cara konvensional yang

membutuhkan lahan yang luas ke cara yang lebih baik dengan mengintegrasikan

lahan-lahan perkebunan sebagai lahan penggembalaan dan pemanfaatan timbulan

tanaman perkebunan seperti sawit untuk dijadikan pakan ternak, serta meningkatkan

kembali minat masayarakat untuk beternak.

Berdasarkan data, sejak tahun 2008, populasi ternak besar mulai mengalami

peningkatan. Pada tahun 2012 tercatat populasi ternak sapi sebanyak 13.983 ekor,

kerbau 6.777 ekor, kambing 15.255 ekor, domba 5.645 ekor. Perkembangan populasi

ternak besar dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6 Populasi Ternak Besar di Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun

2008 – 2012

Jenis Ternak Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Sapi Perah - - - - -

Sapi Potong 7.754 7.879 7.423 12.262 13.983

Kerbau 7.035 7.053 6.866 5.565 6.777

Domba 2.898 3.845 1.322 3.822 5.645

Kambing 9.459 10.468 10.041 10.782 15.255

Jumlah 17.687 18.777 15.611 21.649 26.405

Sumber : BPS, Padang Lawas Utara dalam Angka Tahun 2013, Database Profil

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Padang Laws Utara, Tahun 2011, data diolah

Dalam hal pemeliharaan, masyarakat lebih dominan memelihara hewan

ternak secara perseorangan. Namun demikian, di beberapa kecamatan yang menjadi

basis peternakan juga terdapat beberapa peternak yang tergabung dalam kelompok

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

petani ternak. Berikut data jumlah kelompok petani peternak yang terdapat di

Kabupaten Padang Lawas Utara :

Tabel 4.7 Data Jumlah Kelompok Petani Peternak di Kabupaten Padang

Lawas Utara Tahun 2012

Nama Kecamatan Jumlah Kelompok Jumlah Anggota (orang)

Portibi 8 152

Padang Bolak 10 169

Halongonan 7 127

Batang Onang 5 99

Padang Bolak Julu 4 67

Hulu Sihapas 2 43

Sumber : Data Base Profil Pembangunan Peternakan dan Perikanan Kabupaten

Padang Lawas Utara tahun 2011.

Sedangkan untuk sarana dan prasarana, hingga tahun 2012, tercatat hanya

terdapat 4 (empat) Rumah Potong Hewan dan 1 (satu) Pasar Hewan yaitu Pasar

Hewan Aek Godang, Kecamatan Hulu Sihapas. Disamping keterbatasan jumlah

sarana dan prasanara, akses jalan menuju lokasi sentra-sentra peternakan juga masih

tergolong minim, yang mengakibatkan distribusi hewan ternak jadi kurang efisien.

4.3 Analisis Peran Subsektor Peternakan

Sebelum melakukan analisis LQ untuk sektor pertanian khususnya

subsektor peternakan, terlebih dahulu dilakukan analisis LQ untuk masing-masing

sektor ekonomi di Kabupaten Padang Lawas Utara sebagai gambaran umum dengan

pembanding Propinsi Sumatera Utara. Penjabaran secara makro tentang nilai LQ

seluruh sektor perekonomian akan membantu menentukan sektor dan subsektor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

unggulan yang layak diprioritaskan dalam pembangunan daerah selanjutnya.

Tahun 2012 menunjukkan bahwa hanya 1 (satu) sektor perekonomian yang

menjadi basis yaitu sektor pertanian. Pada tahun 2012 itu sektor pertanian memiliki

kedudukan sangat kuat dalam basis Kabupaten Padang Lawas Utara dengan nilai

LQ 3,15. Ini berarti sektor pertanian memiliki keunggulan nilai kontribusi dalam

perbandingan antar wilayah di tingkat Provinsi Sumatera Utara. Hal ini selaras

dengan kontribusi sektor pertanian yang mencapai 70,52 persen.

Hal ini didukung bahwa mata pencaharian utama penduduk Kabupaten

Padang Lawas Utara adalah pada sektor pertanian. Berdasarkan data BPS tahun

2013, sebanyak 76,07 persen penduduk Kabupaten Padang Lawas Utara adalah

petani.

Tabel 4.8 Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Padang Lawas Utara

Tahun 2012

No. Lapangan Usaha LQ

1 Pertanian 3.15

2 Pertambangan dan Penggalian 0.52

3 Industri 0.14

4 Listrik, Gas & Air Minum 0.12

5 Bangunan 0.87

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.46

7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.12

8 Keuangan, Real Estate&Jasa Perusahaan 0.06

9 Jasa-jasa 0.83

Sumber : Hasil olahan data

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

4.3.1 Analisis LQ subsektor peternakan

Analisis LQ digunakan untuk menentukan basis subsektor peternakan

diantara subsektor pertanian lainnya. Selain itu digunakan untuk menganalisis

peranan sumber penerimaan subsektor peternakan dari wilayah kabupaten terhadap

wilayah Propinsi sehingga diketahui potensi peternakan di wilayah tersebut.

Tabel dibawah ini menunjukkan bahwa beberapa subsektor pertanian

merupakan basis ekonomi bagi perekonomian Kabupaten Padang Lawas Utara. Pada

tahun 2012 subsektor peternakan menempati urutan ketiga setelah subsektor tanaman

bahan makanan dan sektor perikanan. Nilai LQ subsektor peternakan adalah 2,36.

Dengan demikian subsektor peternakan termasuk subsektor yang sangat penting

peranannya dalam perekonomian wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara dan layak

untuk dikembangkan.

Tabel 4.9 Nilai LQ Sektor Pertanian Tahun 2012 Atas Dasar Harga Berlaku

No. Lapangan Usaha LQ

1 Tanaman Bahan Makanan 2,83

2 Tanaman Perkebunan 4,50

3 Peternakan dan Hasil-hasilnya 2,36

4 Kehutanan 0,96

5 Perikanan 0,11

Sumber : Hasil olahan data

Subsektor Peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara merupakan basis

namun ekonomi basis bukan menjadi jaminan bagi peningkatan kesejahteraan penduduk

di wilayah tersebut. Sektor basis disini hanya menjadi penerimaan potensial dan

merupakan aset bagi wilayah. Sehingga peternakan perlu dipertahankan dan

dikembangkan lagi guna membayar pembangunan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

4.3.2 Surplus Pendapatan Subsektor Peternakan

Besarnya surplus pendapatan subsektor peternakan dipengaruhi oleh pola

permintaan nilai semua wilayah provinsi dan sistem perekonomian tertutup. Dengan

asumsi ini kegiatan peternakan akan memberikan surplus pendapatan pada kabupaten

Padang Lawas Utara. Nilai surplus pendapatan ini merupakan indikator apakah suatu

wilayah dapat mencukupi kebutuhannya dan mengekspor atau mengimpor dari luar

wilayah. Surplus peternakan adalah melihat besaran nilai (rupiah) yang diperoleh

dari kegiatan peternakan. Bila positif berarti daerah mampu menjual produk-produk

peternakan ke daerah lain.

Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor basis menghasilkan surplus

pendapatan yang positif sedangkan untuk komoditi non basis menghasilkan surplus

pendapatan yang negatif. Subsektor peternakan Kabupaten Padang Lawas Utara

mengalami surplus pendapatan yaitu pada tahun 2012 adalah sebesar Rp.898.987,04

(juta). Dengan adanya surplus pendapatan yang cukup tinggi maka Kabupaten

Padang Lawas Utara dapat memenuhi kebutuhan masyarakat setempat juga

masyarakat di kabupaten lainnya, sehingga memberikan keuntungan bagi kabupaten

untuk membeli komoditi non basis guna memenuhi kebutuhan masyarakat di

wilayahnya.

4.3.4 Kuosien Lokalisasi (Loi) Subsektor Peternakan

Kousien lokalisasi digunakan untuk mengidentifikasikan tingkat

pemusatan dan penyebaran suatu kegiatan. Kousien lokalisasi yang mendekati nilai

satu maka produksi peternakan lebih memusat dan beraglomerasi pada satu wilayah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Sedangkan nilai kuosien lokalisasi bila mendekati nol maka komoditi tersebut

menyebar disetiap wilayah. Nilai Kuosien lokalisasi subsektor peternakan Kabupaten

Padang Lawas Utara ditingkat Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 0,01

(Lampiran 4), yang artinya kegiatan sub sektor peternakan di Kabupaten Padang

Lawas Utara menyebar di beberapa wilayah/kecamatan.

4.3.5 Analisis Shift Share

Shift Share adalah salah satu alat analisis untuk mengidentifikasi sumber

ekonomi dari sisi tenaga kerja atau pendapatan suatu wilayah tertentu. Anlisis Shift

Share ini menggunakan dua titik periode data, yang dala hal ini dianalisis dari segi

pendapatan daerah yait mengambil PDRB pada tahun 2008 dan 2012 pada sub sektor

peternakan. Shift Share ini berguna untuk melihat perkembangan wilayah terhadap

wilayah yang lebih luas misal perkembangan kabupaten terhadap propinsi atau

propinsi terhadap nasional. Dengan Shift Share dapat diketahui perkembangan sektor

- sektor dibanding sektor lainnya serta dapat membandingkan laju perekonomian

disuatu wilayah.

Dari hasil analisis menggunakan data PDRB Kabupaten Padang Lawas Utara

tahun 2008 – 2012, perubahan indikator kegiatan ekonomi sub sektor peternakan

adalah sebesar Rp. 505.000 juta, dengan rasio sebesar 0,13. Dari hasil ini, dapat

dilihat gambaran pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Padang Lawas Utara

mengalami peningkatan yang positif dari sejak pemekaran hingga tahun 2012. Hasil

analisis Shift Share selanjutnya adalah menganalisis komponen pertumbuhan wilayah

sub sektor peternakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

4.3.5.1 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah

Kontribusi sektor perekonomian di Kabupaten Padang Lawas Utara maupun

Propinsi Sumatera Utara telah mengalami peningkatan pada era otonomi daerah

tahun 2008-2012, maka tiap sektor ekonomi akan memiliki rasio yang berbeda-beda.

Rasio sektor perekonomian di Kabupaten Padang Lawas Utara dan Propinsi

Sumatera Utara disajikan dalam bentuk nilai Ra (Rasio perekonomian tingkat

propinsi), Ri (Rasio perekonomian tingkat propinsi pada sektor i), dan ri (Rasio

perekonomian tingkat kabupaten pada sektor i ). (Lampiran 3).

Nilai Ra didasarkan pada perhitungan selisih antara PDRB total propinsi

Sumatera Utara tahun 2012 dengan total Propinsi Sumatera Utara tahun 2008,

sehingga nilai Ra adalah yang didapat tiap sektor di seluruh kabupaten/kota yang ada

di Propinsi Sumatera Utara memiliki nilai yang sama. Nilai Ra adalah sebesar 65,2

persen. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2008-2012 rasio perekonomian

Propinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan sebesar 65,2 persen.

Nilai Ri dihitung berdasarkan selisih antara PDRB Propinsi Sumatera Utara

subsektor Peternakan pada tahun 2012 dengan PDRB Propinsi Sumatera Utara

subsektor peternakan pada tahun 2008 dibagi dengan PDRB Propinsi Sumatera Utara

subsektor peternakan pada tahun 2008. Sehingga nilai Ri pada subsektor peternakan

di seluruh kabupaten/kota di Propinsi Sumatera Utara memiliki nilai yang sama

besar. Nilai Ri subsektor peternakan adalah sebesar 13 persen. Hal ini berarti ada

peningkatan rasio kontribusi sub sektor peternakan sebesar 13 persen terhadap PDRB

Sumatera Utara.

Nilai ri memiliki perhitungan yang berbeda dengan nilai Ra dan Ri. Adapun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

perhitungan nilai ri didasarkan pada selisih antara PDRB sub sektor peternakan

Kabupaten Padang Lawas Utara tahun 2012 dibagi dengan PDRB subsektor

peternakan tahun 2008 dibagi dengan PDRB subsektor peternakan tahun 2008. Nilai

ri PDRB subsektor peternakan adalah sebesar 18 persen, yang artinya rasio subsektor

peternakan mengalami peningkatan sebesar 18 persen.

Pertumbuhan subsektor peternakan termasuk sektor lainnya dipengaruhi oleh

tiga komponen pertumbuhan wilayah. Ketiga komponen tersebut adalah

pertumbuhan regional (PR), pertumbuhan proporsional (PP) dan pertumbuhan

pangsa wilayah (PPW). Pengaruh pertumbuhan regional menjelaskan seberapa besar

PDRB Kabupaten Padang Lawas Utara meningkat bila jumlah PDRB Propinsi

Sumatera Utara persektor bertambah dengan laju yang sama dengan pertumbuhan

regional, sehingga persentase komponen regional sama dengan persentase laju

pertumbuhan, yaitu sebesar 65,2 persen.

Komponen pertumbuhan proporsional sebagai pengaruh kedua,

menjelaskan perbedaan kenaikan PDRB tingkat propinsi dengan kenaikan PDRB

sektor perekonomian untuk semua sektor di seluruh kabupaten/kota yang ada di

Propinsi Sumatera Utara sama besar. Sektor peternakan memiliki persentase yang

negatif (PP>0), berarti pertumbuhan subsektor termasuk peternakan lamban.

Subsektor peternakan mengalami penurunan kontribusi terhadap sektor

perekonomian sebesar 49,02 persen atau sebesar 19.563,84 juta.

Subsektor peternakan memiliki daya saing yang rendah dibandingkan

dengan sektor-sektor lain. Hal ini ditunjukkan dengan persentase pertumbuhan

pangsa wilayah mengalami penurunan sebesar 2,87. Profil pertumbuhan sektor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

perekonomian digunakan untuk mengevaluasi pertumbuhan sektor peternakan

dengan cara mengekspresikan persen perubahan PP dan PPW. Persentase PP pada

sumbu absis dan PPW pada sumbu sebagai ordinat (Gambar 4).

Gambar 4. Profil Pertumbuhan Peternakan Tahun 2008-2012

Gambar diatas menunjukkan posisi peternakan berada pada Kuadran III yang

berarti pertumbuhan sektor peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara termasuk

lambat. Sehingga nilai pergeseran bersihnya mengalami pertumbuhan negatif sebesar

51,89 persen.

Besarnya nilai pergeseran pertumbuhan ini juga menunjukkan pengelolaan

sub sektor peternakan selama ini belum mendapatkan perhatian yang besar dari para

pelaku peternakan seperti pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya serta

peternak itu sendiri. Namun demikian, kondisi ini dapat dijadikan sebagai peluang

besar untuk ditingkatkan, karena pangsa pasar pada sub sektor ini masih terbuka.

4.3.6 Analisis Kelembagaan

Untuk mendapatkan lembaga yang memiliki pengaruh yang paling tinggi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

dalam upaya pengembangan sub sektor peternakan ini, dilakukan analisa

kelembagaan dengan menggunakan teknik Interpretative Structural Modelling

(ISM). Metode ini merupakan metode yang dapat menggambarkan pengaturan dari

lembaga-lembaga dan hubungan antar lembaga tersebut dalam membentuk suatu

sistem. Dalam sistem, struktur adalah dasar dari setiap sistem yang kompleks. Oleh

karena itu, kajian terhadap struktur menjadi sangat penting, sebab manajemen yang

efektif salah satunya bisa dilakukan melalui penelusuran dari struktur sistem itu

sendiri.

Lembaga-lembaga yang menunjang dan mendukung untuk pengembangan

peternakan adalah Dinas Peternakan dan Perikanan, Badan Perencanaan Daerah,

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Bank Pembangunan Daerah atau

lembaga keuangan lain, Lembaga Pendidikan, Dinas Perkebunan dan Kehutanan,

Kantor Lingkungan Hidup, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Perindustrian dan

Perdagangan, Kantor Lingkungan Hidup dan Peternak itu Sendiri. Setiap lembaga

memliki masing-masing peran dan keterkaitan dalam pembangunan Kabupaten

Padang Lawas Utara. Setiap lembaga bisa langsung maupun tidak mempengaruhi

pengembangan peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara. Peran tersebut

masing-masing lembaga tersebut adalah sebagai berikut:

1. Dinas Peternakan dan Perikanan

Dinas peternakan merupakan lembaga yang paling bertanggung jawab dalam

pengembangan peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara. Lembaga ini

merupakan yang melaksanakan teknis dan operasional peternakan. Baik

pelaksanaan, pembinaan dan peningkatan, hingga ke pengawasan produksi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

peternakan.

2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah merupakan pelaksanan koordinasi

antar lembaga di Kabupaten Padang Lawas Utara. Lembaga ini berperan untuk

merencanakan, merancang, mengkoordinasikan, mengalokasikan dana, dan

monitoring serta mengevaluasi suatu program pembangunan peternakan. Selain

itu menyusun kebijakan tentang peternakan bersama Dinas Peternakan dan

Perikanan dan beberapa lembaga lain yang berkepentingan.

3. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Ketersediaan hijauan sebagai pakan ternak merupakan salah satu pendukung

usaha peternakan. Oleh sebab itu, keberadaan Dinas Pertanian Tanaman Pangan

dan Hortikultura dapat berperan sebagai lembaga yang membantu pengelolaan

dan penyedia bahan makanan ternak seperti hijauan, biji-bijian, dan berbagai

limbah pertanian lainnya.

4. Peternak (produsen)

Peternak merupakan pelaksana dalam mengusahakan usaha peternakan.

Peternaklah yang terjun langsung dalam teknis pemeliharaan, pembibitan,

penggemukan, dan perawatan termasuk penjualan ternak. Baik buruknya

produksi peternakan tergantung dari pengelolaan pelaksanaan usaha peternakan

dari para peternak.

5. Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Dinas ini berperan dalam pencarian wilayah pemasaran dan distribusi hasil-hasil

peternakan serta pengembangan teknologi yang tepat guna terutama pengolahan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

hasil-hasil peternakan agar memiliki nilai tambah. Selain itu mengatur masalah

perijinan pendirian usaha peternakan dan pengawasan keamanan produk hasil-

hasil peternakan.

6. Dinas Koperasi dan UMKM

Dinas ini berperan dalam pengembangan sumberdaya manusia usaha peternakan

terutama di dalam manajemen usaha agar lebih efisien dan efektif, dengan

mendorong para peternak untuk membentuk kelompok maupun koperasi-

koperasi peternak. Hal ini juga akan mempermudah penanganan permasalahan

dan upaya pengembangan peternakan oleh pemerintah maupun lembaga-

lembaga yang memiliki perhatian terhadap pengembangan peternakan.

7. Lembaga Keuangan

Lembaga ini berperan sebagai penyedia kredit bagi peternak atau lembaga lain

untuk mengusahakan peternakan. Peranan lembaga ini begitu penting terutama

bagi peternak yang kekurangan modal untuk mengembangkan usahanya atau

bagi orang/perusahaan yang ingin membuka usaha peternakan.

8. Lembaga Pendidikan

Lembaga Pendidikan berperan sebagai pusat riset pengembangan peternakan

terutama dibidang pengembangan teknologi peternakan seperti pakan, bibit,

teknologi pascapanen serta pembinaan dan pelatihan sumber daya peternak.

9. Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Seiring perkembangan teknologi, sumber hijauan untuk pakan ternak juga

mengalami perkembangan. Selain berasal dari produk-produk hasil pertanian,

limbah perkebunan juga dapat dijadikan sebagai sumber hijauan untuk pakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

ternak. Lahan perkebunan juga dapat dijadikan sebagai lahan penggembalaan

dengan tetap memperhatikan keselamatan tanaman perkebunan itu sendiri.

Untuk itu, Dinas Kehutanana dan Perkebunan juga dapat mengambil peran

dalam upaya pengembangan potensi peternakan dengan memfasilitasi peternak

untuk mendapatkan akses kerjasama dengan pihak perkebunan.

10. Kantor Lingkungan Hidup

Setiap aktifitas makhluk hidup termasuk hewan, akan selalu menimbulkan

limbah. Di samping limbah ternak itu sendiri, kegiatan peternakan juga dapat

menimbulkan dampak negatif (polusi) terhadap lingkungan sekitar lokasi.

Pengendalian dampak lingkungan ini adalah menjadi salah satu tanggungjawab

Kantor Lingkungan Hidup agar tidak menimbulkan gangguan bagi lingkungan

serta membantu dalam mengubah limbah peternakan itu menjadi sesuatu yang

bermanfaat.

Sesuai dengan tahapan teknik analisa Interpretative Structural Modelling

(ISM), kesepuluh lembaga ini dilakukan penilaian hubungan kontekstual pada

matriks perbandingan berpasangan/Structural Self Interaction Matrix (SSIM) dengan

melakukan survey kepada para pakar yang telah ditentukan (lampiran ). SSIM dibuat

dalam bentuk tabel Reachability Matrix (RM) dengan mengganti V, A, X dan O

menjadi bilangan 1 dan 0. Matriks tersebut dikoreksi lebih lanjut sampai menjadi

matriks tertutup yang memenuhi aturan transitivity (lampiran 13). Klasifikasi sub

elemen mengacu pada hasil olahan dari Reachability Matrix (RM) yang telah

memenuhi aturan transitivitas. Hasil olahan tersebut didapatkan nilai Driver-Power

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

(DP) dan nilai Dependence (D) untuk menentukan klasifikasi sub elemen (lampiran

13).

Dari Interpretasi Output teknik Interpretative Structural Modelling (ISM)

didapatkan nilai Driver-Power (DP) dan nilai Dependence (D) yang selanjutnya

sebagai dasar penentuan rangking dan level masing-masing elemen, sehingga dapat

dibuat hirarki setiap sub elemen secara manual dimana sub elemen dengan ranking

yang lebih tinggi akan berada pada hirarki yang lebih rendah. Hasil analisa ini

didapat bahwa Dinas Peternakan dan Perikanan sebagai elemen dengan ranking yang

paling tinggi sehingga selanjutnya berada pada level 6 pada struktur dalam

pengembangan peternakan. Secara berurut, hierarki 10 lembaga tersebut adalah :

- Level 1 (Kantor Lingkungan Hidup, Dinas Perindustrian dan Perdagangan,

Lembaga Keuangan/Bank);

- Level 2 (Dinas Pertanian TPH, Dinas Kehutanan dan Perkebunan);

- Level 3 (Lembaga Pendidikan);

- Level 4 (Dinas Koperasi dan UMKM,);

- Level 5 (Badan Perencanaan Pembangunan dan Peternak).

- Level 6 (Dinas Peternakan dan Perikanan)

Lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 5 berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Gambar 5. Diagram Struktural Lembaga Pengembangan Peternakan

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa Dinas Peternakan dan Perikanan

merupakan elemen kunci pada struktur ini, yang artinya lembaga inilah yang

memegang peranan penting dalam upaya peningkatan dan pengembangan potensi

sektor peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara. Hal ini memang sesuai dengan

tupoksi lembaga ini yaitu merencanakan, mengelola dan mengevaluasi program-

program pemerintah pada bidang peternakan dan perikanan.

Sedangkan untuk penentuan posisi kesepuluh lembaga ini dalam Matriks

Driver Power-Dependence, dapat dilihat lembaga-lembaga ini berada pada dua

sektor yaitu :

I. Sektor IV (independent), menyatakan bahwa Dinas Peternakan dan Perikanan,

Badan Perencanaan Pembangunan, Dinas Koperasi dan UMKM, Peternak, dan

Lembaga Pendidikan, adalah termasuk peubah bebas, yang berarti lembaga-

Level 1

Level 2

Level 3

Level 4

Level 5

Dinas Peternakan dan

Perikanan

Dinas Koperasi UMKM

Bappeda

Lembaga Pendidikan

Peternak

Dinas Pertanian TPH

Lembaga Keuangan

/Bank

Dinas Kehutanan dan

Perkebunan

Dinas Perindustrian dan

Perdagangan

Kantor Lingkungan

Hidup

Level 6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

lembaga ini memiliki kekuatan penggerak (driver power) yang besar, namun

punya sedikit ketergantungan terhadap lembaga lain, kecuali Peternak yang

posisinya mendekati sektor III yang berarti memiliki sedikit ketergantungan

terhadap lembaga lain.

II. Sektor II (dependent) yang terdiri dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan,

Lembaga Keuangan/Bank, Dinas Pertanian TPH, Dinas Kehutanan dan

Perkebunan, dan Kantor Lingkungan Hidup termasuk kategori peubah

(dependent), yang diartikan bahwa ke lima lembaga ini memiliki peranan

sebagai pendukung keberhasilan upaya pengembangan potensi sektor peternakan

ini.

Lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 6 berikut :

Ga

mb

ar

6.

Ma

trik

s

Dri

ver

Power-Dependence untuk Kelembagaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

4.4. Analisis Faktor–Faktor Strategi Pengembangan Subsektor Peternakan

4.4.1 Analisis Faktor Strategi Internal

Dari hasil diskusi dengan beberapa narasumber/responden, diperoleh beberapa

beberapa faktor strategi yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan

peternakan dalam Kabupaten Padang Lawas Utara.

4.4.1.2 Faktor Kekuatan

Faktor kekuatan adalah bagian dari faktor strategis internal. Dianggap sebagai

kekuatan karena dapat mendukung terhadap pengembangan Kabupaten Padang

Lawas Utara, oleh karena itu faktor kekuatan harus dimanfaatkan secara maksimal.

Faktor kekuatan yang dimiliki Kabupaten Padang Lawas Utara dalam pengembangan

peternakan adalah sebagai berikut:

1. Basis Ekonomi Peternakan

Dengan menggunakan indikator pendapatan, subsektor peternakan merupakan

basis dengan nilai LQ ditingkat kabupaten sebesar 2,41 yang berarti peranan

peternakan cukup penting bagi perekonomian Kabupaten Padang Lawas Utara.

Dengan nilai LQ sebesar itu Kabupaten Padang Lawas Utara mampu memenuhi

kebutuhan hasil-hasil peternakan dan mengirimkan ke daerah lain.

2. Potensi sumber daya alam

Menurut Direktorat Penyebaran dan Pengembangan Peternakan (1995),

pemanfaatan lahan untuk peternakan didasarkan pada proporsi bahwa lahan

merupakan sumber pakan ternak; semunya jenis lahan cocok sebagai sumber

pakan; pemanfatan lahan untuk peternakan diartikan sebagai usaha penyerasian

antara peruntukan lahan dengan sistem produksi pertanian; hubungan antara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

lahan dan ternak bersifat dinamis. Keempat faktor inilah yang harus dapat

dikelola sebaik mungkin agar potensi sumber daya alam ini dapat dimanfaatan

secara maksimal.

Dilihat dari aspek sumber daya alam seperti luas lahan serta potensi bahan pakan

wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara memiliki keunggulan tersendiri bagi

pengembangan peternakan. Sebagian besar lahan di Kabupaten Padang Lawas

Utara merupakan lahan perkebunan, dengan luas lahan sawit yaitu seluas 26.525

Ha, yang dapat diintegrasikan dengan peternakan. Di samping itu, timbulan

sawit ini dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak. Sungai-sungai besar

dan kecil terdapat cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber

pengairan bagi pertanian dan peternakan.

3. Budaya beternak

Seperti telah disampaikan pada bagian terdahulu, masyarakat di Kabupaten

Padang Lawas Utara telah memiliki budaya beternak dari sejak zaman dahulu.

Berdasarkan catatan beberapa tokoh Padang Lawas Utara, pada masa kejayaan

peternakan di Padang Lawas Utara, kepemilikan terhadap ternak, terutama sapi

dan kerbau, dapat dijadikan sebagai ukuran strata ekonomi dan martabat sebuah

keluarga.

4. Posisi Strategis Kewilayahan

Secara geografis, posisi Kabupaten Padang Lawas Utara dapat dikatakan cukup

strategis. Berada di tengah-tengah beberapa kabupaten dengan jarak tempuh

yang relatif singkat, seperti Kabupaten Tapanuli Selatan, Kota

Padangsidimpuan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Di samping itu, Kabupaten Padang Lawas Utara berada memiliki akses langsung

ke ibu kota Propinsi Sumatera Utara, Propinsi Riau, dan Propinsi Sumatera

Barat. Dengan posisinya tersebut, peternak Kabupaten Padang Lawas Utara

dapat menjadikan kota-kota tersebut menjadi peluang target pasar, dan didukung

dengan sarana transportasi yang cukup memadai, upaya pemasaran produk hasil

peternakan akan lebih mudah dan lebih murah

5. Otonomi daerah

Berlakunya otonomi daerah sejak tahun 1999 dengan lahirnya Undang-undang

Nomor 22 Tahun 1999 dan kemudian digantikan dengan Undang-undang Nomor

32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, memberikan kesempatan kepada

masyarakat di daerah untuk mengatur diri sendiri melalui local self government

dan melaksanakan pembangunan sesuai prakarsa dan karakteristik daerah

masing-masing. Dengan terbukanya kesempatan tersebut, diharapkan

masyarakat dan pemerintahan kabupaten dapat berpacu untuk lebih kreatif dalam

membangun daerahnya masing-masing.

4.4.1.2 Faktor Kelemahan

Beberapa faktor dianggap sebagai kelemahan dalam sebuah strategi

disebabkan adanya kemungkinan faktor-faktor tersebut akan menjadi kendala dalam

pengembangan usaha peternakan. Faktor kelemahan yang dapat dimimalisir dalam

upaya pengembangan peternakan antara lain:

1. Sumber Daya Manusia Peternak

Salah satu inefisiensi dalam pengusahaan pengembangan peternakan adalah

ketidak harmonisan antara pelaku dan pembina. Faktor ketidak harmonisan ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

adalah rendahnya kualitas sumber daya manusia peternakan. Masih rendah dan

terbatasnya kemampuan sumberdaya manusia akan menjadi hambatan dalam

percepatan proses transfer teknologi dan pengetahuan kepada peternak dalam

memanfaatkan dan mengembangkan sumberdaya yang tersedia.

2. Penyebaran peternakan

Bila nilai kousien lokalisasi kurang dari satu maka sektor tersebut menyebar

merata. Berdasarkan hasil perhitungan, kousien lokalisasi subsektor peternakan

di Kabupaten Padang Lawas Utara bernilai 0,01, yang artinya peternakan sangat

menyebar diseluruh Kabupaten Padang Lawas Utara.. Lokasi peternakan yang

menyebar ini juga dapat menggambarkan kemungkinan sebagian besar usaha

peternakan masih merupakan usaha sampingan.

Dengan penyebaran peternakan ini akan membuat pengembangan peternakan

menjadi lebih sulit karena membutuhkan biaya, waktu dan tenaga yang lebih

besar untuk menjangkau lokasi usaha peternakan. Kebijakan pembangunan

peternakan menjadi kurang efektif dan efisien karena informasi, bantuan teknis,

pembimbingan dan lain-lain terhadap peternakan tidak sampai kepada peternak

secara merata. Sebagai akibatnya usaha pengembangan peternakan berjalan

lambat.

3. Adopsi Teknologi

Perkembangan informasi dan teknologi merupakan pendorong nilai tambah

ekonomi yang juga dapat mendorong peningkatan daya saing bangsa.

Kemampuan dalam pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan iptek di

Indonesia mengalami peningkatan. Berbagai hasil penelitian, pengembangan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

rekayasa teknologi telah banyak dimanfaatkan baik oleh pihak industri maupun

masyarakat umum. Meskipun demikian, kemampuan nasional dalam penguasaan

pemanfaatan teknologi masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing.

Adopsi Teknologi yang rendah terjadi karena peternak secara umum kekurangan

informasi dan atau masih berkaitan erat dengan terbatasnya kemampuan sumber

daya peternak atau lembaga pembina.

4. Ketersediaan Sarana Prasarana

Sarana Prasarana Peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara belum tersedia

secara memadai. Sarana peternakan pun tidak terdistribusi secara merata. Pasar

Hewan yang masih tradisional dan belum terjaga kebersihannya, serta jumlah

dan lokasinya yang hanya terdapat satu pasar, akses jalan ke sentra peternakan

banyak yang rusak sehingga menyebabkan tambahan biaya bagi produsen.

5. Kemampuan Modal Usaha

Salah satu faktor penyebab menurunnya minat masyarakat untuk beternak adalah

keterbatasan modal usaha, padahal usaha peternakan memerlukan modal yang

cukup besar. Ketidakmampuan menyediakan modal ini terjadi karena masih

rendahnya pendapatan penduduk. Selain itu akses modal petani terhadap fasilitas

kredit cukup sulit karena persyaratan cukup banyak dan tingkat kepercayaan

lembaga keuangan masih rendah terhadap sektor pertanian pada umumnya.

6. Laju pertumbuhan peternakan

Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa subsektor peternakan merupakan

sektor yang pertumbuhannya lambat dan memiliki daya saing yang rendah

dibandingkan sektor-sektor lain. Laju pertumbuhan proporsional peternakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

tahun 2008-2012 mengalami penurunan sebesar 49,02 persen dan pertumbuhan

pangsa wilayah tahun 2012 menurun sebesar 2,87 persen.

4.4.2 Faktor Strategis Eksternal

Faktor strategis internal terdiri dari peluang yang dapat dimanfaatkan dan

ancaman yang harus dihindari untuk mencapai keberhasilan dalam upaya

pengembangan peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara.

4.4.2.1 Peluang

Faktor yang dianggap sebagai peluang adalah faktor yang bisa dimanfaatkan

dalam upaya mencapai tujuan. Faktor-faktor yang merupakan peluang yang dapat

dimanfaatkan dalam upaya pengembangan peternakan di Kabupaten Padang Lawas

Utara Antara lain:

1. Potensi pasar

Pertumbuhan penduduk Kabupaten Padang Lawas Utara yang cukup tinggi yaitu

sebesar 1,18 persen, dan rata-rata Sumatera Utara sebesar 1,22 persen pertahun

sehingga menjadi peluang pasar baru. Berdasarkan data Bank Indonesia Medan,

pada tahun 2011, permintaan terhadap daging sapi di Sumatera Utara adalah

sebesar 25.155,35 Ton pertahun, sedangkan produksi baru mencapai 16.243,9

Ton. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemenuhan gizi terutama protein

yang semakin tinggi akan berpotensi menaikkan konsumsi hasil-hasil

peternakan.

2. Ketersediaan kredit

Sejak tahun 2011, pemerintah melalui BI dan beberapa bank baik nasional

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

maupun bank-bank swasta, telah mengucurkan program kredit khusus kepada

peternak seperti Kredit Usaha Pebibitan Sapi (KPS) dan Kredit Ketahanan

Pangan dan Energi (KPPE). Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), pada tahun

2012, realisasi kredit peternakan di Sumatera Utara adalah sebesar Rp. 671.092

miliar atau naik sebesar 55.79% dibandingkan periode yang sama pada tahun

2011. Pada tahun 2013, berdasarkan data Dirjen Peternakan dan Kesehatan

Hewan, realisasi Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) untuk sub sektor

peternakan adalah sebesar Rp.948,851 miliar, yang merupakan realisasi terbesar

dibandingkan sub sektor lain (tanaman pangan, perkebunan, hortikultura, dan

penge pangan). Hal ini dapat menjadi peluang untuk menyediakan modal bagi

pengembangan peternakan.

3. Kebijakan Pemerintah

Kebijakan adalah suatu keputusan yang memberikan arahan untuk memberi

solusi terhadap permasalahan khusus yang berkembang dikalangan masyarakat.

Kebijakan yang tepat akan memberikan dampak positif yang sesuai dengan yang

diharapkan. Keberpihakan pemerintah terhadap pengembangan peternakan akan

terlihat dari seberapa besar dukungan pemerintah melalui kebijakan dalam

bentuk program kegiatan ataupun peraturan-peraturan yang dikeluarkan.

4. Pertumbuhan ekonomi

Besarnya laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat berdasarkan kenaikan PDRB

setiap tahunnya. Berdasarkan data BPS pada Kabupaten Padang Lawas Utara

tahun 2013 menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Padang Lawas

Utara pada tahun 2012 meningkat menjadi 6,38 dari tahun 2011 dan. Sedangkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara hanya mengalami peningkatan sebesar

yaitu dari 6,22 persen tahun 2012. Dengan semakin baiknya pertumbuhan

ekonomi tersebut maka akan meningkatkan daya beli masyarakat, dengan

demikian permintaan komoditi peternakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

protein hewani masyarakat akan semakin baik.

5. Tuntutan keamanan produk (ASUH)

Selain tuntutan kuantitas terhadap kebutuhan pokok produk peternakan, saat ini

masyarakat luas telah mulai sadar akan pentingnya keamanan pangan yaitu

produk hasil ternak yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH). Pada saat ini

standar kualitas ditentukan oleh konsumen. Konsumen mempunyai kekuatan

penuh untuk memilih produk yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.

Tuntutan keamanan produk dapat menjadi peluang yang menambah nilai bagi

produsen

4.4.2.2 Ancaman

Faktor ancaman adalah faktor yang dianggap bisa menghambat

pengembangan peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara. Ancaman yang dapat

mengganggu kelangsungan upaya pengembangan peternakan di Kabupaten Padang

Lawas Utara adalah sebagai berikut:

1. Kejadian penyakit ternak

Kejadian penyakit ternak akan mempengaruhi tingkat keamanan dan produksi

ternak. Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Padang

Lawas Utara, terdapat beberapa penyakit yang tercatat pernah menyerang ternak

antara lain cacingan, diare/mencret, kembung, scabies, demam, dan lumpuh.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

2. Kejadian Pencurian Ternak

Pengelolaan peternakan yang masih sangat tradisional, yang ditandai dengan

kondisi kandang yang tidak dilengkapi dengan sarana pengamanan yang

memadai bahkan tidak jarang hewan ternak tidak dikandangkan pada malam

hari, dan metode penggembalaan pada lahan terbuka yang masih banyak

dilakukan para peternak menyebabkan ancaman kehilangan hewan ternak sangat

mungkin terjadi.

3. Impor Produk Peternakan

Berdasarkan data Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian,

realisasi impor daging sapi pada tahun 2013 mencapai 55.840,6 ton, atau

meningkat dibanding tahun 2012 yang sebesar 41.027,2 ton. Untuk sapi bakalan,

realisasinya mencapai 312.687 ekor, dan impor sapi potong mencapai 94.949

ekor, dimana pada tahun sebelumnya tidak ada. Impor daging sapi ini dilakukan

pemerintah untuk memenuhi kekurangan kebutuhan akan daging sapi sebesar

549.670 ton. Walaupun dari data tersebut, jumlah impor daging hanya berkisar

10 % dari kebutuhan daging nasional, akan tetapi dengan adanya impor ini dapat

mengancam keberadaan peternak-peternak lokal yang disebabkan kualitas

daging impor lebih baik dengan harga yang lebih murah.

4. Alih Fungsi Lahan

Seiring dengan perkembangan industri perkebunan, wilayah Kabupaten Padang

Lawas Utara yang selama ini dikenal luas sebagai lahan penggembalaan ternak,

mulai mengalami perubahan fungsi lahan. Lahan yang sebelumnya merupakan

lahan penggembalaan ternak, saat ini banyak berubah menjadi lahan perkebunan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

karet dan sawit. Pembukaan lahan perkebunan ini bukan hanya oleh masyarakat

setempat, akan tetapi lebih banyak oleh para pemilik modal baik perseorangan

maupun perusahaan nasional.

Permasalahan alih fungsi lahan ini juga secara tidak langsung membuat banyak

masyarakat yang dulunya beternak, juga mulai beralih menjadi petani kebun,

dengan mengalihkan modalnya dari ternak ke komoditi perkebunan seperti karet

dan sawit, atau menjadi buruh di perkebunan perseorangan maupun perusahaan.

Kedaan ini juga dapat mengancam ketahanan pangan yang diakibatkan semakin

berkurangnya lahan pertanian seperti sawah, ladang, dan lainnya.

5. Pengaruh Ekonomi Global

Kondisi ekonomi global tidak dapat dipungkiri memliki pengaruh langsung

maupun tidak langsung bagi usaha peternakan. Menurunnya harga

bahan/komoditi perkebunan di pasar global, cukup mempengaruhi daya beli

masyarakat termasuk terhadap hasil produksi ternak seperti daging.

4.5. Evaluasi Faktor – Faktor Strategis

Metode yang digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap faktor-faktor

strategis yang dapat mempengaruhi pengembangan peternakan di Kabupaten Padang

Lawas Utara matriks evaluasi faktor internal untuk faktor internal, dan evaluasi

faktor eksternal untuk faktor strategis eksternal. Tujuan dari matriks IFE/EFE adalah

untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor strategi internal/eksternal

mempengaruhi keberhasilan pengembangan peternakan di Kabupaten Padang Lawas

Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

4.5.1 Evaluasi Faktor Internal

Hasil perhitungan bobot dan rating dari faktor-faktor strategis internal yang

mempengaruhi pengembangan peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara terlihat

pada Tabel 4.10. Elemen kekuatan terdiri dari lima faktor yaitu basis ekonomi,

potensi sumber daya alam, posisi strategis kewilayahan, budaya beternak dan

otonomi daerah. Nilai bobot masing-masing faktor tersebut adalah 0,09; 0,09; 0,10;

0,09; dan 0,11. Setelah dikombinasikan dengan ranking masing-masing faktor,

kekuatan utama dalam pengembangan peternakan adalah posisi strategis

kewilayahan, otonomi daerah, dan potensi sumber daya alam.

Sedangkan untuk elemen kelemahan, terdiri dari enam faktor kelemahan,

yaitu penyebaran peternakan, sumber daya manusia peternak, adopsi teknologi,

ketersediaan sarana prasarana, kemampuan modal usaha, dan laju pertumbuhan

peternakan. Dari keenam tersebut, faktor yang menjadi kelemahan utama adalah

penyebaran peternakan, sumber daya manusia peternak, dan laju pertumbuhan

peternakan dengan nilai 0,08; 0,08;0,09.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 107: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Tabel 4.10 Matrik Evaluasi Faktor Internal

Faktor internal Bobot Rata-rata Skor total rata-rata

Basis Peternakan 0.09 2.80 0.25

Potensi sumberdaya alam 0.09 3.20 0.29

Posisi Strategis kewilayahan 0.10 2.40 0.25

Budaya beternak 0.09 1.80 0.17

Otonomi Daerah 0.11 2.60 0.28

0.49 12.80 1.24

Penyebaran peternakan 0.08 2.60 0.21

Sumber daya manusia peternak 0.08 3.00 0.24

Adopsi teknologi 0.09 1.40 0.13

Ketersediaan sarana prasarana 0.09 1.80 0.16

Kemampuan modal usaha 0.09 2.20 0.19

Laju Pertumbuhan Peternakan 0.09 2.80 0.25 0.51 13.80 1.17

2.41

Sumber : Hasil olahan data kuisioner

Berdasarkan hasil olahan data kuisioner di atas, dapat dilihat respon kekuatan

sebesar 1.24 dan respon kelemahan sebesar 1,17 (lampiran 5). Jumlah skor total

elemen kekuatan dan kelemahan sebesar 2.41 yang berada di bawah rata 2.5, berarti

bahwa para pelaku peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara selama ini kurang

merespon faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan internal untuk

pengembangan peternakan. Hal ini dapat dianggap sebagai salah satu faktor

penyebab kurang berkembangnya sub sektor peternakan di Kabupaten Padang Lawas

Utara bahkan cenderung mengalami penurunan.

4.5.2 Evaluasi Faktor Eksternal

Elemen peluang terdiri dari lima faktor yaitu potensi pasar, ketersediaan

kredit, Kebijakan Pemerintah, dan tuntutan keamanan produk, masing-masing bobot

faktor peluang tersebut adalah 0.09, 0,09, 0,13, 0,10 dan 0,12. Peluang yang dapat

direspon dengan baik dalam pengembangan peternakan adalah kebijakan pemerintah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 108: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

dan tuntutan keamanan produk. Hal ini berarti kebijakan pemerintah selama ini

dipandang telah berpengaruh dalam meningkatkan produksi peternakan. Hasil

perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut :

Tabel 4.11 Matrik Evaluasi Faktor Eksternal

Faktor eksternal Bobot Rata-rata Skor total rata-rata

Potensi Pasar 0.09 3.40 0.31

Ketersediaan Kredit 0.09 3.20 0.30

Kebijakan Pemerintah 0.13 3.00 0.39

Pertumbuhan Ekonomi 0.10 2.80 0.27

Tuntutan Keamanan produk 0.12 3.60 0.43

0.53 16.00 1.71

Kejadian penyakit ternak 0.09 2.20 0.20

Kejadian pencurian ternak 0.09 2.40 0.22

Impor produk peternakan 0.10 1.60 0.15

Alih fungsi lahan 0.09 2.40 0.23

Pengaruh ekonomi global 0.09 2.20 0.21

0.47 10.80 1.01

2.71

Sumber : Hasil olahan data kuisioner

Tabel ini juga menunjukkan ancaman yang mempengaruhi pengembangan

peternakan adalah kejadian pencurian ternak dan kejadian penyakit ternak dengan

bobot masing-masing adalah 0,090 dan 0,093. Sedangkan tiga faktor ancaman

kurang kuat pengaruhnya terhadap pengembangan peternakan di Kabupaten Padang

Lawas Utara.

Dilihat dari skor total sebesar 2, 71 berarti nilai tersebut berada di atas 2,50

hal ini berarti Pemerintah Kabupaten Padang Lawas Utara telah cukup bagus dalam

usahanya memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. Respon terhadap

elemen peluang (total skor 1,71), lebih tinggi dibandingkan respon terhadap ancaman

(total skor 1,01). Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Padang Lawas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 109: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Utara telah lebih memanfaatkan peluang yang ada.

4.5.3 Analisis SWOT

Hasil Analisis SWOT menghasilkan beberapa alternatif strategi seperti

ditampilkan pada Tabel

1. Strategi Strength-Opportunities (S-O)

Merujuk kepada hasil kuisioner swot pada bagian terdahulu, Potensi

sumberdaya alam menjadi salah satu faktor yang memiliki bobot yang tinggi.

Oleh sebab itu, faktor ini dapat diadikan sebagai penunjang dalam menjawab

peluang besarnya potensi pasar produk hasil peternakan.

Keberadaan beberapa perkebunan baik yang dimiliki perusahaan maupun

milik masyarakat dapat diintegrasikan dengan usaha peternakan dengan

menjadikan lahan-lahan perkebunan tersebut (dengan kondisi tertentu)

sebagai lahan penggembalaan ternak. Pemanfaatan pelepah daun sawit

(dengan terlebih dahulu melalui proses pengolahan menggunakan mesin

pencacah) dan limbah lumpur sawit (solid) sebagai sumber pakan ternak juga

dapat dijadikan sebagai potensi untuk meningkatkan ketersediaan pakan

ternak yang merupakan faktor biaya terbesar dalam usaha peternakan.

Dengan pengintegrasian ini, diharapkan dapat menciptakan kondisi yang

saling menguntungkan bagi perkebunan dan bagi peternak.

2. Strategi Strength-Treaths (S-T)

Dengan berlakunya otonomi daerah, setiap pemerintah daerah diberikan

kewenangan dalam mengelola wilayahnya sesuai dengan potensi daerah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 110: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

masing-masing, termasuk kewenangan dalam mengelola pemanfaatan lahan.

Untuk itu, agar ancaman alih fungsi lahan ini tidak terjadi, diharapkan

pemerintah daerah Kabupaten Padang Lawas Utara dapat lebih menegaskan

pemberlakuan aturan yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan sesuai

dengan Rencana Tata Ruang Wilayah daerah yang telah disesuaikan dengan

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Nasional.

Di samping mempertegas aturan tentang alih fungsi lahan, dengan

kewenangan sebagai daerah otonom, pemerintah daerah Kabupaten Padang

Lawas Utara juga dapat melakukan pengawasan terhadap masuknya ternak

dari luar daerah dengan terus berupaya meningkatkan pemanfaatan dan

produktifitas produk lokal.

3. Strategi Weakness-Opportunities (W-O)

Keterbatasan pengetahuan peternak dala mengelola usaha peternakan, telah

menjadi salah satu faktor menurunnya pertumbuhan sub sektor peternakan.

Pengelolaan konvensional yang selama ini dijalankan peternak, telah

membuat usaha peternakan ini kurang produktif baik dari segi kuantitas,

kualitas serta nilai keekonomisan hasil-hasil peternakan. Untuk itu, upaya

peningkatan kapasitas SDM peternak dalam hal pengelolaan dan penggunaan

teknologi peternakan, dapat dilakukan secara bertahap dengan melibatkan

lembaga-lembaga diluar pemerintahan seperti dunia pendidikan, LSM, serta

perbankan yang juga dapat sekaligus menjawab keterbatasan kemampuan

modal peternak dalam upaya pengembangan usaha peternakannya.

4. Strategi Weaknesses- Treaths (W-T)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 111: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Tersebarnya usaha-usaha peternakan di berbagai wilayah Kabupaten Padang

Lawas Utara cukup mempersulit pengumpulan data dan informasi

permasalahan peternakan. Hal ini menyebabkan para peternak seperti berjalan

sendiri-sendiri dalam menjalankan usaha peternakannya. Peningkatan

infrastruktur jalan diharapkan dapat mengurangi permasalahan tersebarnya

usaha peternakan tersebut, karena akan meningkatkan aksesibilitas keluar

masuk orang ke wilayah peternakan, serta arus barang/jasa lainnya.

Ketersediaan sarana dan prasarana sektor peternakan seperti pos pemantau

lalu lintas produk ternak, rumah potong hewan, pasar hewan, serta balai-balai

kesehatan dan penyuluhan hewan. Dengan ketersediaan sarana dan prasarana

sektor peternakan ini, diharapkan dapat mengendalikan arus keluar masuk

hewan ternak, mengurangi kejadian penyakit ternak, meningkatkat nilai jual

hewan ternak, serta mendekatkan peran pemerintah dalam memberikan

bantuan penyuluhan melalui tenaga-tenaga penyuluh peternakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 112: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Tabel 4.12 Matriks SWOT

Faktor Kekuatan (S) Faktor Kelemahan (W)

S1 Basis Peternakan W1 Penyebaran peternakan

S2 Potensi sumberdaya alam W2 Sumber daya manusia peternak

S3 Posisi Strategis kewilayahan W3 Adopsi teknologi

S4 Budaya beternak W4 Ketersediaan sarana prasarana

S5 Otonomi Daerah W5 Kemampuan modal usaha

W6 Laju Pertumbuhan Peternakan

Faktor Peluang (O) S-O W-O

O1 Potensi Pasar 1 Pengembangan integrasi

peternakan dengan perkebunan

(S2,S3,O1,O3)

4 Peningkatan dan

pengembangan SDM Peternak

(W2, W3, O3, O5) O2 Ketersediaan Kredit

O3 Kebijakan Pemerintah 5 Fasilitasi kerjasama kelompok

peternak dengan stakeholder

(pendidikan, LSM,lebaga

keuangan) (W3,W4, O3, O5)

O4 Pertumbuhan Ekonomi

O5 Tuntutan Keamanan

produk

Faktor Ancaman (T) S-T W-T

T1 Kejadian penyakit ternak 2 Penguatan aturan pemanfaatan

lahan

6 Peningkatan peran penyuluh

peternakan ke masyarakat

peternak T2 Kejadian pencurian ternak

T3 Impor produk peternakan 3 penguatan pemanfaatan dan

produktifitas produk lokal T4 Alih fungsi lahan 7 Peningkatan infrastruktur jalan

dan sarana prasarana

peternakan T5 Pengaruh ekonomi global

Sumber: Tanggapan Responden (data diolah)

4.5.4 Rekomendasi Prioritas Strategi

Beberapa alternatif srategi yang didapatkan dari matrik SWOT

selanjutnya dianalisis menggunakan metode QSPM untuk menetapkan strategi

prioritas yang akan digunakan. Hal ini dilakukan dengan penentuan peringkat

pedoman pada total daya tarik (TAS) masing-masing alternatif strategi yang ada.

Jumlah nilai tertinggi berarti menunjukkan bahwa strategi tersebut lebih menarik

dilaksanakan dibanding strategi lain. Alternatif-alternatif strategi yang didapatkan

dari matrik SWOT tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan integrasi peternakan dengan perkebunan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 113: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

2. Penguatan aturan pemanfaatan lahan

3. Penguatan pemanfaatan dan produktifitas produk lokal

4. Peningkatan dan pengembangan SDM Peternak

5. Fasilitasi kerjasama kelompok peternak dengan stakeholder (lembaga pendidikan,

LSM, lembaga keuangan)

6. Peningkatan peran penyuluh peternakan ke masyarakat peternak

7. Peningkatan infrastruktur jalan dan sarana prasarana peternakan

Berdasarkan hasil penilaian dari matriks QSPM, maka diperoleh urutan

strategi dari yang nilai TAS paling tinggi hingga paling rendah. Dari urutan tersebut

dapat dihasilkan strategi yang paling menarik untuk diimplementasikan dalam

pengembangan peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara (Tabel 4.13).

Tabel 4.13 Alternatif strategis pengembangan potensi peternakan di Kabupaten

Padang Lawas Utara

No. Alternatif Strategi TAS Rangking

1. Pengembangan integrasi peternakan dengan perkebunan

6.351 VI

2. Penguatan aturan pemanfaatan lahan 5.616 VII

3. Penguatan pemanfaatan dan produktifitas produk lokal

6.565 IV

4. Peningkatan dan pengembangan SDM Peternak 7.141 I

5.

Fasilitasi kerjasama kelompok peternak dengan

stakeholder (pendidikan, LSM, lembaga

keuangan)

6.576 III

6. Peningkatan peran penyuluh peternakan ke masyarakat peternak

6,440 V

7. Peningkatan infrastruktur jalan dan sarana prasarana peternakan

6,662 II

Sumber: Tanggapan Responden (data diolah)

Dari hasil analisis di atas, dapat dilihat bahwa strategi prioritas dalam upaya

pengembangan potensi peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara adalah dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 114: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia peternak, dilanjutkan dengan

peningkatan infrastruktur jalan dan sarana prasarana peternakan serta dengan

memfasilitasi peternak dengan lembaga-lembaga yang memiliki perhatian dan

keterkaitan dengan sektor peternakan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 115: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dengan menggunakan beberapa metode, dapat disimpulkan

beberapa hal berkaitan dengan tujuan penelitian ini, yaitu :

1. Analisis potensi, peran dan kelembagaan subsektor peternakan terhadap

pembangunan ekonomi Kabupaten Padang Lawas Utara, sebagai berikut :

- Sub sektor peternakan merupakan sektor basis di Kabupaten Padang

Lawas Utara dengan nilai LQ sebesar 2,36. Hal ini juga menunjukkan

bahwa sub sektor peternakan mengalami surplus pendapatan sebesar

Rp.898.987,04 (juta), dengan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten

Padang Lawas Utara sebesar 4,75%.

- Nilai Kuosien lokalisasi subsektor peternakan Kabupaten Padang Lawas

Utara ditingkat Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 0,01, yang berarti

sub sektor peternakan ini memiliki algoritma yang menyebar di berbagai

wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara.

- Dengan menggunakan metode Analisis Shift Share, dapat diketahui

bahwa tingkat perekonomian Kabupaten Padang Lawas Utara pada tahun

2008-2012 mengalami pertumbuhan Kabupaten Padang Lawas Utara

meningkat sebesar 65,2 persen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 116: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

- Daya saing sub sektor peternakan Kabupaten Padang Lawas Utara masih

tergolong rendah dengan persentase pertumbuhan pangsa wilayah

mengalami penurunan sebesar 2,87.

- Dari hasil analisa kelembagaan menggunakan metode ISM, dapat dilihat

lembaga yang memiliki peranan kunci dalam pengembangan peternakan

di Kabupaten Padang Lawas Utara dipegang oleh Dinas Peternakan dan

Perikanan yang berada pada level 6 pada diagram struktur kelembagaan

pengembangan peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara.

2. Beberapa strategi pengembangan peternakan dalam rangka meningkatkan

peran subsektor peternakan di Kabupaten Padang Lawas Utara, secara berurut

sebagai berikut (1) Peningkatan dan pengembangan SDM Peternak; (2)

Peningkatan infrastruktur jalan dan sarana prasarana peternakan; (3) Fasilitasi

kerjasama kelompok peternak dengan stakeholder (pendidikan, LSM,

lembaga keuangan); (4) Penguatan pemanfaatan dan produktifitas produk

lokal; (5) Peningkatan peran penyuluh peternakan ke masyarakat peternak;

(6) Pengembangan integrasi peternakan dengan perkebunan; (7) Penguatan

aturan pemanfaatan lahan.

5.2. Saran

Dari beberapa kesimpulan yang telah diambil, selanjutnya dapat diberikan

saran, sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas SDM peternak dalam beberapa hal seperti

peningkatan pengetahuan pengelolaan peternakan dan penggunaan teknologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 117: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

peternakan. Hal ini dapat dilakukan bekerjasama dengan lembaga-lembaga

yang memiliki keterkaitan dengan peternakan seperti lembaga pendidikan,

LSM, perusahaan, dan lembaga- lembaga lainnya, membuka akses dengan

pihak keuangan/perbankan untuk membantu permodalan, serta membuka

akses pasar ke berbagai wilayah yang berdekatan dengan Kabupaten Padang

Lawas Utara, dan dapat juga dengan mengikuti berbagai kegiatan promosi

untuk memperkenalkan produk hasil peternak lokal dan meningkatkan

pangsa pasar prodk hasil peternakan.

2. Dari beberapa strategi alternatif yang dihasilkan, dapat dilihat bahwa akan

sangat dibutuhkan koordinasi dari berbagai instansi/SKPD baik yang

berkaitn langsung dengan sektor peternakan, maupun SKPD lain yang dapat

berperan dalam upaya pengembangan potensi peternakan ini seperti Dinas

Pekerjaan Umum Pertambangan dan Energi, Badan Penyuluh Pertnian dan

Ketahanan Pangan, Dinas Pendidikan, BPMD/K, dan Dinas Sosial Tenaga

Kerja dan Transmigrasi.

Dengan beberapa saran tersebut, diharapkan dapat menjawab beberapa

permasalahan sub sektor peternakan seperti pemenuhan kebutuhan produk hasil

peternakan yang sesuai dengan potensi pasar dan tuntutan kualitas konsumen yang

ada, yang pada akhirnya bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat Kabupaten

Padang Lawas Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 118: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R. 2005. Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Arfa`i dan Erison, Dirgahayu. 2005. Analisis Potensi Pengembangan Ternak Sapi

Potong Melalui Pendekatan Lahan Dan Sumberdaya Peternak Di Kabupaten

Padang Pariaman, Sumatera Barat. Laporan Penelitian Dosen Muda.

Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang.

Agustinus N. Kairupan dan Derek Polakitan. 2011. Kajian Perkembangan Dan

Evaluasi Kinerja Pembangunan Peternakan Sapi Potong Di Sulawesi Utara.

Seminar Regional Inovasi Teknologi Pertanian, mendukung Program

Pembangunan Pertanian Propinsi Sulawesi Utara. Balai Pengkajian dan

Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Utara.

B. Sandjaja dan Albertus Heriyanto. 2006. Panduan Penelitian. Prestasi

Pustakakarya. Cetakan Keenam, Jakarta.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Padang Lawas Utara. 2013.

Draft Awal RPJMD 2013 – 2018 Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah. Kabupaten Padang Lawas Utara. Gunungtua.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Padang Lawas Utara. 2013.

RTRW 2013 – 2033. Rencana Tata Ruang Wilayah. Kabupaten Padang Lawas

Utara. Gunungtua.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Lawas Utara. 2013. Produk Domestik

Regional Bruto Kabupaten Padang Lawas Utara 2008-2012.

Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara. 2013. Sumatera Utara Dalam Angka

2013.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Lawas Utara. 2013. Padang Lawas Utara

Dalam Angka 2013.

Bambang Maulana Hermansyah. 2006. Kajian Pengembangan Peternakan Sapi

Potong Di Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur. Skripsi Program Studi

Sosial Ekonomi Peternakan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor,

Bogor.

Budiharsono, S. 2001. Teknik Pengembangan Wilayah Pesisir dan Lautan. Pradnya

Paramita. Jakarta.

David, Fred R. 2004. Manajemen Strategis dan Konsep. New Jersey: Prentice Hall

Inc.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 119: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Padang Lawas Utara. 2013. Data Base

Profil Pembangunan Peternakan dan Perikanan Kabupaten Padang Lawas

Utara. Gunungtua.

Fadhilah Prasetyaningtyassakti Nardiyah. 2013. Perumusan Strategi Pada Giant

Supermarket Pulosari Malang Berdasarkan Quantitative Strategic Planning

Matrix. Abstrak. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Brawijaya.

Malang.

Heri Apriyanto, Dadang Subarna dan Prima Jiwa Osly. 2011. Penerapan

Teknikinterpretive Structural Modeling (ISM) Dan Analytical Hierarchy

Process (AHP). Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan

Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah : Perspektif

Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. LP3ES. Cetakan Kedua. Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2010. Pedoman Umum Program Swasembada Daging Sapi

2014.

Kholil, Eriatno, Surono Hadi S., Sudarsono Hardjo S. 2008. Pengembangan Model

Kelembagaan Pengelolaan Sampah Kota dengan metode ISM (Interpretative

Structural Modelling), Studi Kasus Jakarta Selatan. Sodality : Jurnal

Trasndisiplin Sosiologi, Komunikasi dan Ekologi Manusia. Vol. 02, No. 01.

Kodri Yanto dan Dewi Febrina. 2008. Potensi Lumpur Sawit (SOLID) Sebagai Pakan

Ruminansia di Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Agripet : Vol (8) No. 2:

35-41.

Kuncoro, M. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi,

Perencanaan,Strategi dan Peluang. Erlangga, Jakarta.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk.

Penerbit Grasindo, Jakarta.

Purnomo, Arbi. 2009. Analisa Kelayakan dan Strategi Pengembangan Usaha Sapi

Potong. Studi Kasus : Desa Kesuma, Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten

Deli Serdang. Skripsi. Program Studi Agribisnis Departemen Sosial Ekonomi

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rachman Jaya, Machfud, Muhammad Ismail. 2008. Aplikasi Teknik ISM Dan ME-

MCDM Untuk Identifikasi Posisi Pemangku Kepentingan Dan Alternatif

Kegiatan Untuk Perbaikan Mutu Kopi Gayo. Jurnal Teknologi Industri

Pertanian Vol. 21 (1), 1-8.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 120: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Rajesh, Attri. Nikhil, Dev. and Vivek, Sharma. 2013. Interpretive Structural

Modelling (ISM) approach: An Overview. Research Journal of Management

Sciences. Vol. 2(2), 3-8 (www.isca.in).

Rangkuti, F. 2001. Analisa Swot : Teknik Membedah Kasus Bisnis – Reorientasi

Konsep Perencanaan Strategi Untuk Menghadapi Abad 21. Gramedia

Pustaka Utama. Jakarta.

Ropingi. 2003. Aplikasi Analisis Shift Share Esteban-Marquillas Pada Sektor

Pertanian Di Kabupaten Boyolali. Skripsi. Jurusan/Program Studi Sosial

Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian, Universitas Negeri

Sebelas Maret. Surakarta.

Saragih, Bungaran. 1998. Agribisnis Berbasis Peternakan, Kumpulan Pemikiran.

Bogor: Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian Institut Pertanian

Bogor.

Soehadji. 1994. Membangun Peternakan yang Tangguh. Bandung: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Padjadjaran. Orasi Ilmiah

Slamet, Widodo. 2010. Pengembangan Potensi Agribisnis dalam Upaya

Pemberdayaan Ekonomi Pondok Pesantren (Kajian Ekonomi dan

Sosiokultural). Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo.

Embryo. Vol. 7 No. 2.

Sutrisno, Badri. Penguatan Pola Partnership Inti-Plasma Dengan Teknik

Intrepretative Structural Modelling (ISM). Abstrak. Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi-Universitas Widya Dharma Klaten.

Todaro, Michael, P. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Penerbit

Erlangga. Edisi Keenam, Jakarta.

Tarigan, 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. PT. Bumi Aksara. Cetakan

Keempat, Jakarta.

Winwork, Sinaga. 2009. Analisis Peran Dan Strategi Pengembangan Subsektor

Peternakan Dalam Pembangunan Kabupaten Cianjur. Skripsi. Departemen

Agribisnis Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 121: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Lampiran 1.

Peta Administrasi Kabupaten Padang Lawas Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 122: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Lampiran 2.

Logo Kabupaten Padang Lawas Utara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 123: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Lampiran 3

Analisis LQ Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2012

No. Lapangan Usaha Y’ij Yij Y’i Yi Ra Ri ri Pert.

Regional % Ri-Ra

Pert.

Proporsional % ri-Ri

Pert.

Pangsa

Pasar

%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1 Tanaman Bahan Makanan 162.361,84 132.941,15 9.599.000 8.398.000 0,65 0,13 0,18 86.672,32 65,20 (0,53) (70.039,09) (52,68) 0,06 7.456,31 5,61

2 Tanaman Perkebunan 331.421,84 242.746,85 13.187.000 10.236.000 0,65 0,22 0,27 158.261,25 65,20 (0,43) (103.939,12) (42,82) 0,04 10.627,04 4,38

3 Peternakan dan Hasil-hasilnya 46.040,33 39.913,74 3.121.000 2.616.000 0,65 0,16 0,13 26.022,16 65,20 (0,49) (19.563,84) (49,02) (0,03) (1.147,00) (2,87)

4 Kehutanan 9.478,63 9.279,42 1.504.000 1.415.000 0,65 0,06 0,02 6.049,81 65,20 (0,59) (5.500,70) (59,28) (0,04) (354,09) (3,82)

5 Perikanan 2.384,04 2.058,01 3.368.000 2.636.000 0,65 0,22 0,14 1.341,74 65,20 (0,43) (894,45) (43,46) (0,08) (165,84) (8,06)

6 Pertambangan dan Penggalian 4.281,44 3.098,05 4.635.320 1.304.350 0,65 0,72 0,28 2.019,80 65,20 0,07 206,47 6,66 (0,44) (1.369,98) (44,22)

7 Industri 35.858,80 30.585,34 77.484.960 24.305.230 0,65 0,69 0,15 19.940,42 65,20 0,03 1.051,01 3,44 (0,54) (16.493,49) (53,93)

8 Listrik, Gas & Air Minum 896,60 678,45 3.178.780 772.940 0,65 0,76 0,24 442,32 65,20 0,10 71,16 10,49 (0,51) (348,41) (51,35)

9 Bangunan 85.025,44 64.021,46 23.595.940 7.090.650 0,65 0,70 0,25 41.739,43 65,20 0,05 3.043,39 4,75 (0,45) (28.967,49) (45,25)

10 Perdagangan, Hotel dan Restoran 89.359,57 69.469,09 67.027.280 19.515.520 0,65 0,71 0,22 45.291,07 65,20 0,06 3.951,55 5,69 (0,49) (33.779,54) (48,63)

11 Pengangkutan dan Komunikasi 11.060,00 8.636,52 32.854.360 9.883.240 0,65 0,70 0,22 5.630,67 65,20 0,05 407,82 4,72 (0,48) (4.146,04) (48,01)

12 Keuangan, Real Estate&Jasa

Perusahaan 4.717,72 3.674,55 26.442.210 7.479.840 0,65 0,72 0,22 2.395,66 65,20 0,07 239,45 6,52 (0,50) (1.822,60) (49,60)

13 Jasa-jasa 107.707,21 87.582,73 39.061.180 10.519.960 0,65 0,73 0,19 57.100,44 65,20 0,08 6.894,50 7,87 (0,54) (47.630,61) (54,38)

Total 890.593,46 694.685,36 305.059.030 106.172.730 8,48 6,50 2,50 452.907,10 (1,97) (184.071,85) (197,12) (4,00) (118.141,76) (400,12)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 124: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Lampiran 4

Kuosien Lokalisasi (Loi) Subsektor Peternakan

No. Lapangan Usaha Kab. Padang

Lawas Utara Prov. Sumatera Utara Si/Ni Sj/Nj LQ si/sj ni/nj xi-xj S. Pend kuo

1 Tanaman Bahan

Makanan

464.605.950 25.742.000.000 0,23 0,08 2,83

0,02 0,00637112

0,01

5.425.407,84 0,15

0,01

2 Tanaman

Perkebunan

950.580.290 33.186.000.000 0,48 0,11 4,50

0,03 0,00637112

0,02

21.172.177,70 0,37

0,02

3 Peternakan dan

Hasil-hasilnya

103.930.390 6.919.000.000 0,05 0,02 2,36

0,02 0,00637112

0,01

898.987,04 0,03

0,01

4 Kehutanan

19.576.440 3.196.000.000 0,01 0,01 0,96

0,01 0,00637112

(0,00)

(4.812,34) 0,00

(0,00)

5 Perikanan

5.325.350 7.769.000.000 0,00 0,02 0,11

0,00 0,00637112

(0,01)

(30.278,11)

-

0,02

(0,01)

6 Pertambangan dan

Penggalian

15.068.540 4.635.320.000 0,01 0,01 0,51

0,00 0,00637112

(0,00)

(47.018,49)

-

0,01

(0,00)

7 Industri

68.957.160 77.484.960.000 0,03 0,25 0,14

0,00 0,00637112

(0,01)

(377.966,25)

-

0,21

(0,01)

8 Listrik, Gas & Air

Minum

2.445.880 3.178.780.000 0,00 0,01 0,12

0,00 0,00637112

(0,01)

(13.701,03)

-

0,01

(0,01)

9 Bangunan

128.044.430 23.595.940.000 0,06 0,08 0,85

0,01 0,00637112

(0,00)

(120.947,23)

-

0,01

(0,00)

10

Perdagangan,

Hotel dan

Restoran

194.106.320 67.027.280.000 0,10 0,21 0,45

0,00 0,00637112

(0,00)

(674.555,81)

-

0,12

(0,00)

11 Pengangkutan dan

Komunikasi

25.403.630 32.854.360.000 0,01 0,11 0,12

0,00 0,00637112

(0,01)

(142.206,93)

-

0,09

(0,01)

12

Keuangan, Real

Estate&Jasa

Perusahaan

9.988.070 26.442.210.000 0,01 0,08 0,06

0,00 0,00637112

(0,01)

(59.862,35)

-

0,08

(0,01)

13 Jasa-jasa

201.589 39.061.180,000 0,00 0,00 0,81

0,01 0,00637112

(0,00)

(243,98) 0,00

(0,00)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 125: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Lampiran 5

Faktor Penentu Internal

Faktor Penentu A B C D E F G H I J K ∑ Bobot Rank

A Basis Peternakan 2 2 2 2 1 2 3 3 3 1 21 0,09 2

B Potensi sumberdaya alam 2 2 1 2 2 2 1 3 3 2 20 0,09 1

C Posisi Strategis kewilayahan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 0,09 1

D Budaya beternak 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 20 0,09 2

E Otonomi Daerah 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 25 0,11 1

F Penyebaran peternakan 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 19 0,08 2

G Sumber daya manusia

peternak 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 18 0,08 1

H Adopsi teknologi 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 21 0,09 1

I Ketersediaan sarana prasarana 3 3 2 2 2 2 1 2 3 2 22 0,10 1

J Kemampuan modal usaha 3 3 2 2 3 1 1 2 3 2 22 0,10 1

K Laju Pertumbuhan Peternakan 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 20 0,09 3

228 1,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 126: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Faktor Penentu A B C D E F G H I J K ∑ Bobot Rank

A Basis Peternakan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 0,09 4

B Potensi sumberdaya alam 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 18 0,08 4

C Posisi Strategis kewilayahan 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 28 0,13 3

D Budaya beternak 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19 0,09 1

E Otonomi Daerah 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 27 0,12 4

F Penyebaran peternakan 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 18 0,08 2

G Sumber daya manusia

peternak 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 17 0,08 3

H Adopsi teknologi 2 2 1 2 1 2 3 2 2 2 19 0,09 1

I Ketersediaan sarana prasarana 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 18 0,08 1

J Kemampuan modal usaha 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 18 0,08 2

K Laju Pertumbuhan Peternakan 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 18 0,08 2

220 1,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 127: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Faktor Penentu A B C D E F G H I J K ∑ Bobot Rank

A Basis Peternakan 1 3 1 3 2 1 1 1 1 1 15 0,08 2

B Potensi sumberdaya alam 1 3 2 3 1 1 3 1 2 1 18 0,09 4

C Posisi Strategis kewilayahan 3 3 2 1 2 1 3 2 1 1 19 0,10 4

D Budaya beternak 1 2 2 3 1 1 3 2 1 2 18 0,09 4

E Otonomi Daerah 3 3 1 3 1 1 3 2 2 2 21 0,11 2

F Penyebaran peternakan 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 15 0,08 4

G Sumber daya manusia

peternak 1 1 1 1 1 1 3 2 2 3 16 0,08 4

H Adopsi teknologi 1 3 3 3 3 1 3 2 1 2 22 0,11 2

I Ketersediaan sarana prasarana 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 18 0,09 3

J Kemampuan modal usaha 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 16 0,08 3

K Laju Pertumbuhan Peternakan 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 18 0,09 4

196 1,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 128: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Faktor Penentu A B C D E F G H I J K ∑ Bobot Rank

A Basis Peternakan 2 3 2 3 2 1 1 1 1 3 19 0,09 2

B Potensi sumberdaya alam 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 25 0,12 3

C Posisi Strategis kewilayahan 3 3 2 2 2 1 1 1 1 1 17 0,08 1

D Budaya beternak 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 26 0,12 1

E Otonomi Daerah 3 3 2 3 1 1 1 1 1 1 17 0,08 2

F Penyebaran peternakan 2 3 2 3 1 1 1 1 1 1 16 0,07 3

G Sumber daya manusia

peternak 1 2 1 2 1 1 3 3 2 3 19 0,09 4

H Adopsi teknologi 1 2 1 3 1 1 3 2 2 2 18 0,08 2

I Ketersediaan sarana prasarana 1 2 1 3 1 1 3 2 2 2 18 0,08 3

J Kemampuan modal usaha 1 2 1 3 1 1 2 2 2 3 18 0,08 3

K Laju Pertumbuhan Peternakan 3 3 1 2 1 1 3 2 2 3 21 0,10 3

214 1,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 129: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Faktor Penentu A B C D E F G H I J K ∑ Bobot Rank

A Basis Peternakan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 0,09 4

B Potensi sumberdaya alam 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 18 0,08 4

C Posisi Strategis kewilayahan 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 28 0,13 3

D Budaya beternak 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 19 0,09 1

E Otonomi Daerah 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 27 0,12 4

F Penyebaran peternakan 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 18 0,08 2

G Sumber daya manusia

peternak 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 17 0,08 3

H Adopsi teknologi 2 2 1 2 1 2 3 2 2 2 19 0,09 1

I Ketersediaan sarana prasarana 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 18 0,08 1

J Kemampuan modal usaha 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 18 0,08 2

K Laju Pertumbuhan Peternakan 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 18 0,08 2

220 1,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 130: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Lampiran 6

Rekapitulasi Faktor Penentu Internal

Faktor

Internal

Bobot Rata-

rata

Rating Rata-

rata total

R1 R2 R3 R4 R5 R1 R2 R3 R4 R5

Kekuatan

A 0,09 0,09 0,08 0,09 0,09 0,09 2 4 2 2 4 2,8 0,246

B 0,09 0,08 0,09 0,12 0,08 0,09 1 4 4 3 4 3,2 0,294

C 0,09 0,13 0,10 0,08 0,13 0,10 1 3 4 1 3 2,4 0,249

D 0,09 0,09 0,09 0,12 0,09 0,09 2 1 4 1 1 1,8 0,171

E 0,11 0,12 0,11 0,08 0,12 0,11 1 4 2 2 4 2,6 0,282

0,49 1,242

Kelemahan

F 0,08 0,08 0,08 0,07 0,08 0,08 2 2 4 3 2 2,6 0,207

G 0,08 0,08 0,08 0,09 0,08 0,08 1 3 4 4 3 3,0 0,242

H 0,09 0,09 0,11 0,08 0,09 0,09 1 1 2 2 1 1,4 0,129

I 0,10 0,08 0,09 0,08 0,08 0,09 1 1 3 3 1 1,8 0,157

J 0,10 0,08 0,08 0,08 0,08 0,09 1 2 3 3 2 2,2 0,187

K 0,09 0,08 0,09 0,10 0,08 0,09 3 2 4 3 2 2,8 0,247

0,51 1,170

2,412

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 131: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Lampiran 7

Faktor Penentu Eksternal

Responden 1

Responden 2

Faktor Penentu A B C D E F G H I J ∑ Bobot Rank

A Potensi Pasar 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 0,10 4

B Ketersediaan Kredit 2 1 2 1 2 2 2 2 2 16 0,09 4

C Kebijakan Pemerintah 2 3 3 2 3 3 3 3 3 25 0,14 3

D Pertumbuhan Ekonomi 2 2 1 2 2 2 2 2 2 17 0,09 1

E Tuntutan Keamanan produk 2 3 2 2 3 3 3 3 3 24 0,13 4

F Kejadian penyakit ternak 2 2 1 2 1 2 2 2 2 16 0,09 2

G Kejadian pencurian ternak 2 2 1 2 1 2 1 2 2 15 0,08 3

H impor produk peternakan 2 2 1 2 1 2 3 2 2 17 0,09 1

I alih fungsi lahan 2 2 1 2 1 2 2 2 2 16 0,09 1

J pengaruh ekonomi global 2 2 1 2 1 2 2 2 2 16 0,09 2

180 1,00

Faktor Penentu A B C D E F G H I J ∑ Bobot Rank

A Potensi Pasar 2 3 2 2 2 1 1 1 1 15 0,08 3

B Ketersediaan Kredit 2 1 3 2 2 2 2 2 2 18 0,09 1

C Kebijakan Pemerintah 3 1 3 3 3 3 3 3 3 25 0,13 2

D Pertumbuhan Ekonomi 2 3 3 2 2 2 2 2 2 20 0,11 4

E Tuntutan Keamanan produk 2 2 3 2 2 3 2 2 2 20 0,11 3

F Kejadian penyakit ternak 2 2 3 2 2 1 2 3 2 19 0,10 4

G Kejadian pencurian ternak 1 2 3 2 3 1 2 2 2 18 0,09 2

H impor produk peternakan 1 2 3 2 2 2 2 2 2 18 0,09 3

I alih fungsi lahan 1 2 3 2 2 3 2 2 2 19 0,10 4

J pengaruh ekonomi global 1 2 3 2 2 2 2 2 2 18 0,09 2

190 1,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 132: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Responden 3

Faktor Penentu A B C D E F G H I J ∑ Bobot Rank

A Potensi Pasar 2 3 1 1 1 3 3 3 2 19 0,08 4

B Ketersediaan Kredit 2 3 3 3 3 3 3 3 3 26 0,11 4

C Kebijakan Pemerintah 3 3 2 3 3 3 3 3 3 26 0,11 4

D Pertumbuhan Ekonomi 1 3 2 1 3 3 3 3 3 22 0,09 4

E Tuntutan Keamanan produk 1 3 3 1 3 3 3 3 3 23 0,10 4

F Kejadian penyakit ternak 1 3 3 3 3 1 3 3 3 23 0,10 2

G Kejadian pencurian ternak 3 3 3 3 3 1 3 3 3 25 0,10 3

H impor produk peternakan 3 3 3 3 3 3 3 1 3 25 0,10 2

I alih fungsi lahan 3 3 3 3 3 3 3 1 3 25 0,10 4

J pengaruh ekonomi global 2 3 3 3 3 3 3 3 3 26 0,11 3

240 1,00

Responden 4

Faktor Penentu A B C D E F G H I J ∑ Bobot Rank

A Potensi Pasar 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 0,10 2

B Ketersediaan Kredit 2 1 2 1 2 2 2 2 2 16 0,09 3

C Kebijakan Pemerintah 2 3 3 2 3 3 3 3 3 25 0,14 3

D Pertumbuhan Ekonomi 2 2 1 2 2 2 2 2 2 17 0,09 4

E Tuntutan Keamanan produk 2 3 2 2 3 3 3 3 3 24 0,13 3

F Kejadian penyakit ternak 2 2 1 2 1 2 2 2 2 16 0,09 1

G Kejadian pencurian ternak 2 2 1 2 1 2 1 2 2 15 0,08 1

H impor produk peternakan 2 2 1 2 1 2 3 2 2 17 0,09 1

I alih fungsi lahan 2 2 1 2 1 2 2 2 2 16 0,09 2

J pengaruh ekonomi global 2 2 1 2 1 2 2 2 2 16 0,09 2

180 1,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 133: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Responden 5

Faktor Penentu A B C D E F G H I J ∑ Bobot Rank

A Potensi Pasar 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 0,10 4

B Ketersediaan Kredit 2 1 2 1 2 2 2 2 2 16 0,09 4

C Kebijakan Pemerintah 2 3 3 2 3 3 3 3 3 25 0,14 3

D Pertumbuhan Ekonomi 2 2 1 2 2 2 2 2 2 17 0,09 1

E Tuntutan Keamanan produk 2 3 2 2 3 3 3 3 3 24 0,13 4

F Kejadian penyakit ternak 2 2 1 2 1 2 2 2 2 16 0,09 2

G Kejadian pencurian ternak 2 2 1 2 1 2 1 2 2 15 0,08 3

H impor produk peternakan 2 2 1 2 1 2 3 2 2 17 0,09 1

I alih fungsi lahan 2 2 1 2 1 2 2 2 2 16 0,09 1

J pengaruh ekonomi global 2 2 1 2 1 2 2 2 2 16 0,09 2

180 1,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 134: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Lampiran 8

Rekapitulasi Faktor Penentu Eksternal

Faktor

Eksternal

Bobot

Rata-

rata

Rating

Rata-

rata total

R1 R2 R3 R4 R5 R1 R2 R3 R4 R5

Kekuatan

A 0,08 0,10 0,08 0,10 0,10 0,09 3 4 4 2 4 3,40 0,31

B 0,09 0,09 0,11 0,09 0,09 0,09 1 4 4 3 4 3,20 0,30

C 0,13 0,14 0,11 0,14 0,14 0,13 2 3 4 3 3 3,00 0,39

D 0,11 0,09 0,09 0,09 0,09 0,10 4 1 4 4 1 2,80 0,27

E 0,11 0,13 0,10 0,13 0,13 0,12 3 4 4 3 4 3,60 0,43

0,53 1,71

Kelemahan

F 0,10 0,09 0,10 0,09 0,09 0,09 4 2 2 1 2 2,20 0,20

G 0,09 0,08 0,10 0,08 0,08 0,09 2 3 3 1 3 2,40 0,22

H 0,09 0,09 0,10 0,09 0,09 0,10 3 1 2 1 1 1,60 0,15

I 0,10 0,09 0,10 0,09 0,09 0,09 4 1 4 2 1 2,40 0,23

J 0,09 0,09 0,11 0,09 0,09 0,09 2 2 3 2 2 2,20 0,21

0,47 1,01

1,72

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 135: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Lampiran 9

Responden 1

Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Srategi 4 Srategi 5 Srategi 6 Srategi 7

Faktor Kekuatan AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Basis Peternakan 0,09 4 0,351 3 0,264 4 0,351 4 0,351 3 0,264 3 0,264 4 0,351

Potensi sumberdaya alam 0,09 4 0,368 4 0,368 3 0,276 3 0,276 2 0,184 3 0,276 3 0,276

Posisi Strategis kewilayahan 0,10 3 0,311 3 0,311 3 0,311 4 0,415 3 0,311 4 0,415 4 0,415

Budaya beternak 0,09 3 0,284 3 0,284 3 0,284 4 0,379 4 0,379 3 0,284 3 0,284

Otonomi Daerah 0,11 4 0,433 4 0,433 4 0,433 4 0,433 3 0,325 3 0,325 4 0,433

Faktor Kelemahan

Penyebaran peternakan 0,08 3 0,239 2 0,159 3 0,239 3 0,239 3 0,239 3 0,239 4 0,319

Sumber daya manusia peternak 0,08 4 0,323 3 0,242 4 0,323 4 0,323 4 0,323 4 0,323 3 0,242

Adopsi teknologi 0,09 4 0,369 3 0,277 4 0,369 4 0,369 3 0,277 4 0,369 3 0,277

Ketersediaan sarana prasarana 0,09 4 0,349 2 0,174 4 0,349 4 0,349 3 0,262 3 0,262 4 0,349

Kemampuan modal usaha 0,09 2 0,170 2 0,170 3 0,256 3 0,256 4 0,341 2 0,170 3 0,256

Laju Pertumbuhan Peternakan 0,09 3 0,265 3 0,265 3 0,265 4 0,353 3 0,265 3 0,265 3 0,265

Faktor Peluang

Potensi Pasar 0,09 4 0,366 3 0,275 3 0,275 4 0,366 4 0,366 3 0,275 3 0,275

Ketersediaan Kredit 0,09 3 0,282 2 0,188 3 0,282 3 0,282 4 0,376 3 0,282 3 0,282

Kebijakan Pemerintah 0,13 4 0,525 3 0,394 3 0,394 4 0,525 4 0,525 3 0,394 4 0,525

Pertumbuhan Ekonomi 0,10 4 0,384 4 0,384 4 0,384 4 0,384 3 0,288 3 0,288 4 0,384

Tuntutan Keamanan produk 0,12 3 0,361 2 0,240 4 0,481 4 0,481 3 0,361 2 0,240 3 0,361

Faktor Ancaman

Kejadian penyakit ternak 0,09 2 0,185 2 0,185 3 0,278 4 0,370 3 0,278 4 0,370 3 0,278

Kejadian pencurian ternak 0,09 2 0,180 2 0,180 2 0,180 4 0,359 3 0,269 3 0,269 3 0,269

Impor produk peternakan 0,10 3 0,289 3 0,289 4 0,386 4 0,386 2 0,193 4 0,386 2 0,193

Alih fungsi lahan 0,09 4 0,377 4 0,377 3 0,283 3 0,283 3 0,283 3 0,283 3 0,283

Pengaruh ekonomi global 0,09 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 4 0,376 3 0,282 3 0,282

6,788 5,836 6,773 7,555 6,483 6,26 6,598

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 136: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Responden 2

Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Srategi 4 Srategi 5 Srategi 6 Srategi 7

Faktor Kekuatan AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Basis Peternakan 0,09 3 0,264 2 0,176 4 0,351 4 0,351 3 0,264 3 0,264 3 0,264

Potensi sumberdaya alam 0,09 4 0,368 4 0,368 3 0,276 2 0,184 2 0,184 4 0,368 4 0,368

Posisi Strategis kewilayahan 0,10 2 0,207 2 0,207 3 0,311 3 0,311 3 0,311 2 0,207 4 0,415

Budaya beternak 0,09 3 0,284 2 0,190 3 0,284 4 0,379 4 0,379 3 0,284 3 0,284

Otonomi Daerah 0,11 3 0,325 3 0,325 3 0,325 3 0,325 3 0,325 3 0,325 3 0,325

Faktor Kelemahan

Penyebaran peternakan 0,08 2 0,159 2 0,159 3 0,239 3 0,239 3 0,239 3 0,239 4 0,319

Sumber daya manusia peternak 0,08 2 0,162 2 0,162 3 0,242 4 0,323 4 0,323 4 0,323 4 0,323

Adopsi teknologi 0,09 3 0,277 2 0,184 3 0,277 4 0,369 3 0,277 4 0,369 4 0,369

Ketersediaan sarana prasarana 0,09 3 0,262 2 0,174 3 0,262 3 0,262 3 0,262 3 0,262 4 0,349

Kemampuan modal usaha 0,09 2 0,170 2 0,170 3 0,256 3 0,256 4 0,341 3 0,256 3 0,256

Laju Pertumbuhan Peternakan 0,09 3 0,265 3 0,265 3 0,265 3 0,265 3 0,265 3 0,265 3 0,265

Faktor Peluang

Potensi Pasar 0,09 4 0,366 3 0,275 3 0,275 4 0,366 4 0,366 3 0,275 4 0,366

Ketersediaan Kredit 0,09 3 0,282 2 0,188 3 0,282 3 0,282 4 0,376 2 0,188 3 0,282

Kebijakan Pemerintah 0,13 4 0,525 4 0,525 3 0,394 3 0,394 4 0,525 3 0,394 3 0,394

Pertumbuhan Ekonomi 0,10 3 0,288 2 0,192 2 0,192 3 0,288 3 0,288 2 0,192 4 0,384

Tuntutan Keamanan produk 0,12 2 0,240 2 0,240 4 0,481 3 0,361 3 0,361 4 0,481 2 0,240

Faktor Ancaman

Kejadian penyakit ternak 0,09 2 0,185 2 0,185 2 0,185 4 0,370 3 0,278 4 0,370 3 0,278

Kejadian pencurian ternak 0,09 2 0,180 2 0,180 2 0,180 4 0,359 3 0,269 3 0,269 2 0,180

impor produk peternakan 0,10 2 0,193 2 0,193 4 0,386 3 0,289 2 0,193 3 0,289 3 0,289

alih fungsi lahan 0,09 4 0,377 4 0,377 3 0,283 3 0,283 3 0,283 3 0,283 4 0,377

pengaruh ekonomi global 0,09 3 0,282 2 0,188 2 0,188 3 0,282 4 0,376 3 0,282 4 0,376

5,661 4,923 5,932 6,538 6,483 6,184 6,701

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 137: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Responden 3

Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Srategi 4 Srategi 5 Srategi 6 Srategi 7

Faktor Kekuatan AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS AS TAS

Basis Peternakan 0,09 3 0,264 3 0,264 3 0,264 4 0,351 3 0,264 3 0,264 3 0,264

Potensi sumberdaya alam 0,09 4 0,368 4 0,368 3 0,276 3 0,276 3 0,276 3 0,276 3 0,276

Posisi Strategis kewilayahan 0,10 3 0,311 3 0,311 3 0,311 3 0,311 3 0,311 3 0,311 3 0,311

Budaya beternak 0,09 3 0,284 3 0,284 4 0,379 4 0,379 4 0,379 3 0,284 3 0,284

Otonomi Daerah 0,11 4 0,433 4 0,433 3 0,325 3 0,325 3 0,325 3 0,325 4 0,433

Faktor Kelemahan

Penyebaran peternakan 0,08 3 0,239 2 0,159 3 0,239 4 0,319 3 0,239 3 0,239 3 0,239

Sumber daya manusia peternak 0,08 4 0,323 2 0,162 3 0,242 4 0,323 4 0,323 4 0,323 4 0,323

Adopsi teknologi 0,09 4 0,369 3 0,277 4 0,369 4 0,369 3 0,277 4 0,369 3 0,277

Ketersediaan sarana prasarana 0,09 3 0,262 3 0,262 4 0,349 4 0,349 3 0,262 4 0,349 4 0,349

Kemampuan modal usaha 0,09 2 0,170 2 0,170 3 0,256 3 0,256 4 0,341 3 0,256 3 0,256

Laju Pertumbuhan Peternakan 0,09 3 0,265 3 0,265 4 0,353 4 0,353 4 0,353 4 0,353 3 0,265

Faktor Peluang

Potensi Pasar 0,09 4 0,366 3 0,275 4 0,366 4 0,366 4 0,366 3 0,275 4 0,366

Ketersediaan Kredit 0,09 3 0,282 2 0,188 2 0,188 4 0,376 4 0,376 3 0,282 3 0,282

Kebijakan Pemerintah 0,13 4 0,525 4 0,525 4 0,525 4 0,525 4 0,525 4 0,525 4 0,525

Pertumbuhan Ekonomi 0,10 3 0,288 3 0,288 4 0,384 3 0,288 4 0,384 3 0,288 3 0,288

Tuntutan Keamanan produk 0,12 3 0,361 3 0,361 4 0,481 4 0,481 3 0,361 4 0,481 3 0,361

Faktor Ancaman

Kejadian penyakit ternak 0,09 3 0,278 2 0,185 4 0,370 4 0,370 3 0,278 4 0,370 3 0,278

Kejadian pencurian ternak 0,09 3 0,269 3 0,269 3 0,269 3 0,269 3 0,269 4 0,359 3 0,269

impor produk peternakan 0,10 3 0,289 3 0,289 4 0,386 4 0,386 3 0,289 3 0,289 3 0,289

alih fungsi lahan 0,09 4 0,377 4 0,377 3 0,283 3 0,283 3 0,283 4 0,377 4 0,377

pengaruh ekonomi global 0,09 3 0,282 4 0,376 4 0,376 4 0,376 3 0,282 3 0,282 4 0,376

6,605 6,088 6,991 7,331 6,762 6,876 6,687

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 138: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Lampiran 10 (jawaban Quisioner)

Responden 1

SI S2 S3 S4 S5 S6 S7

Faktor Kekuatan AS AS AS AS AS AS AS

Basis Peternakan 4 3 4 4 3 3 4

Potensi Sumberdaya Alam 4 4 3 3 3 3 3

Posisi Strategis Kewilayahan 3 3 3 4 4 4 4

Budaya beternak 3 3 3 4 4 3 3

Otonomi Daerah 4 4 4 4 4 3 4

Faktor Kelemahan

Penyebaran Peternakan 3 2 3 3 3 3 4

Sumberdaya Manusia Peternak 4 3 4 4 4 4 3

Adopsi Tekonologi 4 3 4 4 3 4 3

Ketersediaan Sarana dan Prasarana 4 2 4 4 4 3 4

Kemampuan Modal Usaha 2 2 3 3 4 2 3

Laju Pertumbuhan Peternakan 3 3 3 4 4 3 3

Faktor Peluang

Potensi Pasar 4 3 3 4 3 3 3

Ketersediaan kredit 3 2 3 3 4 3 3

Kebijakan Pemerintah 4 3 3 4 4 3 4

Pertumbuhan ekonomi 4 4 4 4 4 3 4

Tuntutan Keamanan Produk 3 2 4 4 3 2 3

Faktor Ancaman

Kejadian penyakit ternak 2 2 3 4 3 4 3

Kejadian pencurian ternak 2 2 2 4 3 3 3

Impor produk peternakan 3 3 4 4 3 4 2

Alih Fungsi Lahan 4 4 3 3 3 3 3

Pengaruh Ekonomi Global 4 4 4 4 3 3 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 139: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Responden 2

SI S2 S3 S4 S5 S6 S7

Faktor Kekuatan AS AS AS AS AS AS AS

Basis Peternakan 3 2 4 4 3 3 3

Potensi Sumberdaya Alam 4 4 3 2 2 4 4

Posisi Strategis Kewilayahan 2 2 3 3 3 2 4

Budaya beternak 3 2 3 4 4 3 3

Otonomi Daerah 3 3 3 3 3 3 3

Faktor Kelemahan

Penyebaran Peternakan 2 2 3 3 3 3 4

Sumberdaya Manusia Peternak 2 2 3 4 4 4 4

Adopsi Tekonologi 3 2 3 4 3 4 4

Ketersediaan Sarana dan Prasarana 3 2 3 3 3 3 4

Kemampuan Modal Usaha 2 2 3 3 4 3 3

Laju Pertumbuhan Peternakan 3 3 3 3 3 3 3

Faktor Peluang

Potensi Pasar 4 3 3 4 4 3 4

Ketersediaan kredit 3 2 3 3 4 2 3

Kebijakan Pemerintah 4 4 3 3 4 3 3

Pertumbuhan ekonomi 3 2 2 3 3 2 4

Tuntutan Keamanan Produk 2 2 4 3 3 4 2

Faktor Ancaman

Kejadian penyakit ternak 2 2 2 4 3 4 3

Kejadian pencurian ternak 2 2 2 4 3 3 2

Impor produk peternakan 2 2 4 3 2 3 3

Alih Fungsi Lahan 4 4 3 3 3 3 4

Pengaruh Ekonomi Global 3 2 2 3 4 3 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 140: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Responden 3

SI S2 S3 S4 S5 S6 S7

Faktor Kekuatan AS AS AS AS AS AS AS

Basis Peternakan 3 3 3 4 3 3 3

Potensi Sumberdaya Alam 4 4 3 3 3 3 3

Posisi Strategis Kewilayahan 3 3 3 3 3 3 3

Budaya beternak 3 3 4 4 4 3 3

Otonomi Daerah 4 4 3 3 3 3 4

Faktor Kelemahan

Penyebaran Peternakan 3 2 3 4 3 3 3

Sumberdaya Manusia Peternak 4 2 3 4 4 4 4

Adopsi Tekonologi 4 3 4 4 3 4 3

Ketersediaan Sarana dan Prasarana 3 3 4 4 3 4 4

Kemampuan Modal Usaha 2 2 3 3 4 3 3

Laju Pertumbuhan Peternakan 3 3 4 4 4 4 3

Faktor Peluang

Potensi Pasar 4 3 4 4 4 3 4

Ketersediaan kredit 3 2 2 4 4 3 3

Kebijakan Pemerintah 4 4 4 4 4 4 4

Pertumbuhan ekonomi 3 3 4 3 4 3 3

Tuntutan Keamanan Produk 3 3 4 4 3 4 3

Faktor Ancaman

Kejadian penyakit ternak 3 2 4 4 3 4 3

Kejadian pencurian ternak 3 3 3 3 3 4 3

Impor produk peternakan 3 3 4 4 3 3 3

Alih Fungsi Lahan 4 4 3 3 3 4 4

Pengaruh Ekonomi Global 3 4 4 4 3 3 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 141: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Lampiran 11

Rekapitulasi hasil Quisioner penentuan strategi.

Strategi 1 Strategi 2 Strategi 3 Strategi 4 Strategi 5 Strategi 6 Srategi 7

Pakar 1 6,788 5,836 6,773 7,555 6,483 6,260 6,598

Pakar 2 5,661 4,923 5,932 6,538 6,483 6,184 6,701

Pakar 3 6,605 6,088 6,991 7,331 6,762 6,876 6,687

6,351 5,616 6,565 7,141 6,576 6,440 6,662

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 142: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Lampiran 12

Pengolahan hasil Interpretative Structural Modelling

R1

P10 P9 P8 P7 P6 P5 P4 P3 P2 P1

p1 V V V X O O V V X

p2 X X X O O X X X

p3 O V X X V V V

p4 O O O X V O

p5 A A A X V

p6 O O O A

p7 V V V

p8 O X

p9 V

p10

R2

P10 P9 P8 P7 P6 P5 P4 P3 P2 P1

p1 X X X X V V X X X

p2 V V V O V V V V

p3 V V V X V V X

p4 O O O O O O

p5 O O O A O

p6 O O O A

p7 V V V

p8 O V

p9 V

p10

R3

P10 P9 P8 P7 P6 P5 P4 P3 P2 P1

p1 X X X X V V X X X

p2 X X X O V X X X

p3 V V V V O V V

p4 O V V V O V

p5 O A A V O

p6 O O O A

p7 V X X

p8 V X

p9 V

p10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 143: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Lampiran 13

Rekapitulasi hasil kuisoner

P10 P9 P8 P7 P6 P5 P4 P3 P2 P1

P1 V V V X O O V V X

P2 V V V O O V V V

P3 O O V V O V V

P4 O O O O O O

P5 O O O V O

P6 O O O A

P7 V V V

P8 O V

P9 V

P10

Pembuatan Reachibilty Matrik (mengubah lambang V,X, O, A pada Matrik

SSIM)

Tabel Reachibility Matrik

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10

P1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1

P2 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1

P3 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0

P4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

P5 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0

P6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

P7 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1

P8 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0

P9 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

P10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 144: ANALISIS STRATEGI PENINGKATAN PROSPEK PETERNAKAN DI ...

Lampiran 13 (lanjutan)

Tabel RM

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 DP Rank

P1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1

P2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 2

P3 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 2

P4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 5

P5 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 6 3

P6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 5

P7 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 2

P8 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 4

P9 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 4

P10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5

Tabel RM setelah transformasi matrik

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 DP Rank

P1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 1

P2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 2

P3 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 3

P4 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 6

P5 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 4

P6 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 6

P7 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 2

P8 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 2 5

P9 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 5

P10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 6

D 3 3 4 5 4 5 5 6 7 7

L 1 1 2 3 2 3 3 4 5 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA