ANALISIS SPASIAL KERENTANAN WILAYAH TERHADAP …
Transcript of ANALISIS SPASIAL KERENTANAN WILAYAH TERHADAP …
ANALISIS SPASIAL KERENTANAN WILAYAH TERHADAP
GEMPABUMI DI KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyeleseikan Program Studi Strata I
Pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi
Oleh :
AGUS ADI PERMANA
E100160105
PROGRAM STUDI GEOGRAFI
FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
ALAMAN PERSETUJUAN
ANALISIS SPASIAL KERENTANAN WILAYAH TERHADAP
GEMPABUMI DI KABUPATEN SUKABUMI, JAWABARAT
PUBLIKASI ILMIAH
OLEH :
AGUS ADI PERMANA
E100160105
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :
Dosen Pembimbing
Dr. Kuswaji Dwi Priyono, M.Si.
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam plubikasi ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis
diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya
diatas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 20 Oktober 2020
Penulis
AGUS ADI PERMANA
E100160105
1
ANALISIS SPASIAL KERENTANAN WILAYAH TERHADAP
GEMPABUMI DI KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT
Abstrak
Kabupaten Sukabumi memiliki kedekatan wilayah dengan zona subduksi dan
wilayah pertemuan Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Akibatnya
Kabupaten Sukabumi memiliki tingkat kerawanan dan kerentanan gempa bumi.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana kerawanan wilayah
terhadap gempabumi dan menganalisis bagaimana tingkat kerentanan wilayah
terhadap gempabumi. Untuk itu wilayah rawan gempa bumi dan kerentanan
terhadap gempa bumi perlu ditentukan sebagai upaya mitigasi bencana gempa
bumi. Faktor - faktor seperti litologi, struktur geologi, lereng, dan nilai PGA
(Peak Ground Acceleration) dapat digunakan untuk menentukan wilayah rawan
gempa bumi dengan metode skoring. Kerentanan wilayah terhadap gempa bumi
ditentukan dengan metode weighted overlay dengan pembobotan, dengan
menggunakan faktor sosial dan ekonomi. Kerawanan merupakan aspek fisik
dalam penentuan kerentanan, sedangkan kepadatan penduduk, jumlah penduduk
wanita, ratio ketergantungan, dan penyandang disabilitas digunakan dalam
penentuan kerentanan aspek sosial. Kerentanan aspek ekonomi menggunakan
indikator penduduk miskin. Hasil penelitian menunjukkan wilayah rawan gempa
bumi sedang mendominasi, dengan luas 1.860.419 Km². Wilayah rawan
gempabumi sedang tersebar pada bagian utara dan bagian selatan Kabupaten
Sukabumi. Dalam kerentanan wilayah terhadap Gempabumi, Terdapat 3
Kecamatan di kabupaten Sukabumi yang rentan tinggi terhadap gempabumi yaitu
Kecamatan Plabuhanratu, Surade, dan Kecamatan Sukaraja, kerentanan dengan
klasifikasi tinggi terhadap gempabumi seluas 266.56 km2.
Kata Kunci : Gempabumi, Kabupaten Sukabumi, Wilayah Rawan, Kerentanan Wilayah
Abstract
Sukabumi Regency is close to the subduction zone and the area where the Indo-
Australian Plate and the Eurasian Plate meet. As a result, Sukabumi Regency has
a level of earthquake vulnerability and vulnerability. This study aims to analyze
how susceptible the area is to earthquakes and to analyze how vulnerable the area
is to earthquakes. For this reason, earthquake-prone areas and earthquake
vulnerability need to be determined as an effort to mitigate earthquake disasters.
Factors such as lithology, geological structure, slopes, and PGA (Peak Ground
Acceleration) values can be used to determine earthquake prone areas using the
scoring method. The susceptibility of an area to earthquakes is determined using a
weighted overlay method using social and economic factors. Vulnerability is a
physical aspect in determining vulnerability, while population density, female
population, dependency ratio, and persons with disabilities are used in
determining the vulnerability of social aspects. The vulnerability of the economic
2
aspect uses the indicator of the poor. The results showed that the earthquake-
prone areas were dominating, with an area of 1,860,419 km². Earthquake-prone
areas are scattered in the northern and southern parts of Sukabumi Regency. In the
area of vulnerability to earthquakes, there are 3 subdistricts in Sukabumi district
that are highly susceptible to earthquakes, namely Plabuhanratu, Surade and
Sukaraja Districts, with a high classification of vulnerability to earthquakes
covering an area of 266.56 km2.
Keywords: Earthquakes, Sukabumi Regency, Prone Areas, Vulnerability Areas
1. PENDAHULUAN
Menurut Howel dalam Mulyo (2004), gempabumi berasal dari getaran dari
kulit bumi yang menyebar ke segala arah dan bersifat tidak abadi. Gempa
bumi terjadi ketika permukaan bumi bergetar karena pelepasan energi seismik
mengikuti pergerakan cepat dari blok besar kerak di sepanjang sesar (Tadjer
dan Bensaibi, 2017).
Bencana alam yang sering terjadi di Indonesia salah satunya gempabumi,
Indonesia berada pada zona pertemuan tiga lempeng tektonik yang besar yang
terus menerus bergerak (triple junction plates) yakni lempeng tekntonik
Eurasia, lempeng tektonik Indonesia Indo-Australia dan lempeng tektonik
Pasifik. Selain lempeng-lempeng tersebut, masih ada lempeng-lempeng
tektonik kecil lainya, yaitu: Laut Maluku, Halmahera, dan Sangihe.
Pergerakan lempeng-lempeng tektonik tersebut menjadi generator utama
terjadinya gempabumi tektonik di Indonesia dan akibatnya Indonesia
merupakan salah satu negara yang mempunyai tingkat kegempaan yang tinggi
di dunia (Santoso, 2005: 13). Wilayah Indonesia terdiri atas ribuan pulau besar
dan kecil, membujur dari utara ke selatan dan melintang dari barat ke timur
dimana hampir 80% nya terletak diwilayah sebaran gempabumi serta memiliki
penduduk yang padat dan berkembang pesat.
Menurut Sunarjo, dkk (2012), tingkat kerawanan gempa bumi yang pernah
terjadi di Indonesia dapat dilihat dalam katalog gempabumi Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. Indonesia dalam jangka waktu 30
tahun, dari tahun 1976 hingga 2006 telah terjadi gempa bumi dengan
magnitudo lebih dari 6,0 SR sebanyak 3.486 kejadian. Dalam penelitian yang
3
dilakukan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, terjadi 27
kejadian gempa bumi merusak dan 13 kejadian gempa bumi yang
menimbulkan tsunami di wilayah Indonesia. Sejarah gempabumi di Indonesia
bisa dilihat di Tabel 1.
Tabel. 1 Kejadian Gempabumi yang merusak di Indonesia
No Tahun Kabupaten/Provinsi Maghnitudo Korban Tewas Korban
Luka-
Luka
1 2004 Gempa Aceh 9,3 SR 220.000 37.063
2 2005 Gempa Nias 8,7 SR 1.346 46.517
3 2006 Gempa Pangandaran 7,7 SR 668 9.399
4 2006 Gempa Yogyakarta 6,3 SR 6.234 19.401
5 2009 Gempa Padang 7,6 SR 1.117 3.214
6 2018 Gempa Lombok 6,4 SR 460 7.733
7 2018 Gempa Palu 7,4 SR 8.034 4.612
8 2018 Gempa Banten,
Lampung
6,9 SR 7.451 7.206
Sumber : Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2019
Sepanjang 2019 BMKG mencatat telah terjadi 11.573 kali aktivitas
gempabumi dalam berbagai magnitudo dan kedalaman, Ada 17 gempa yang
menyebabkan kerusakan dan jatuhnya korban. Dibandingkan tahun 2018 dengan
jumlah gempa sebanyak 11.920 maka aktivitas gempa selama 2019 mengalami
sedikit penurunan jumlah.
Aktivitas gempa dengan magnitudo di atas M5,0 terjadi 344 kali sedangkan
dengan kekuatan kurang dari M5,0 terjadi 11.229 kali. Dapat disimpulkan
selama 2019 aktivitas gempa bumi di Indonesia didominasi oleh aktivitas gempa
bumi berkekuatan di bawah M5,0, sedangkan gempa yang guncangannya
dirasakan masyarakat selama 2019 terjadi sebanyak 1.107 kali.
Salah satu pulau di Indonesia yang sering terjadi gempabumi adalah Pulau
Jawa dikarenakan wilayahnya berdekatan dengan lempeng. Pulau Jawa terletak
pada sepanjang tepi utara zona subduksi Jawa, pada wilayah tersebut terdapat
4
lempeng Indo-Australia (Hall et al., 2011). Lempeng Indo-Australia tersebut
terjadi tumbukan dengan lempeng Eurasia di bagian selatan Pulau Jawa. Batas
penujaman kedua lempeng tersebut diperjelas dengan adanya Parit Jawa atau Java
Trench. Pulau Jawa memiliki kepadatan penduduk dan infrastuktur yang tinggi
dan terbangun. Pulau Jawa termasuk ke dalam bagian busur sangat aktif dan busur
aktif dalam satuan seismotektoniknya. Satuan seismotektonik busur sangat aktif
terdapat pada Jawa Barat bagian barat dan Sumatera, sedangkan satuan
seismotektonik busur aktif terdapat pada keseluruhan pulau Jawa (Soehaimi,
2008).
Jawa Barat merupakan provinsi yang paling padat penduduknya dibandingkan
dengan provinsi lain yang ada di pulau jawa yaitu 49,02 juta (BPS Jawa Barat
2019). Menurut katalog gempabumi yang dikeluarkan oleh BMKG Kabupaten
Sukabumi adalah salah satu daerah yang rawan terhadap bencanna gempabumi,
yang dipengaruhi oleh tatanan geologi yang kompleks, di Kabupaten Sukabumi
ada dua sesar yang masih aktif yang selalu menyebabkan Kabupaten Sukabumi di
guncang Gempabumi yaitu sesar Cimandiri dan sesar Citarik, sesar Citarik
memiliki orientasi utara timur laut-selatan barat daya, memanjang namun
tersegmentasi melalui Pelabuhan Ratu, Bogor hingga Bekasi, dengan mekanisme
sesar geser atau mendatar mengiri (sinistral strike slip). Sementara sesar
Cimandiri memiliki orientasi timur timur laut-barat barat daya memanjang dan
dan tersegmentasi dalam 5 segmen mulai dari Pelabuhan Ratu samapai Gandasoli
dengan mekanisme yang sama dengan sesar Citarik. (BMKG).
Pada 10 Maret 2020 Sukabumi diguncang Gempabumi dengan energi M 5,0
dan skala intensitas mencapai VI MMI sehingga ada potensi merusak, pada
Gempabumi 10 Maret tersebut dipicu akibat aktivitas sesar Citarik. Pada 22 maret
2020 Kabupaten Sukabumi diguncang Gempabumi berkekuatan M 3,5 dengan
episenter terletak pada koordinat 7,07 LS dan 106,56 BT tepatnya didarat pada
jarak 44 km Barat Daya Kabupaten Sukabumi, pada kedalaman 2 km dengan
skala intensitas II MMI dimana hanya menyebabkan getara dirasakan oleh
beberapa orang dan benda-benda ringan bergoyang, Gempabumi ini dipicu akibat
5
aktivitas sesar Cimandiri. Gambar 1 Sebagai berikut :
Gambar 1 Sesar Cimandiri menurut beberapa peneliti (Noraedi, at al.,1994;
Haryanto,2004; Clemands and Hall 2007).
Tabel 1 Kejadian Gempabumi di Kabupaten Sukabumi yang merusak
Tahun Dampak Sumber
1879 Merusak BMKG
14 Januari 1900 Merusak BMKG
21 Januari 1912 Merusak BMKG
2 November 1969 Merusak BMKG
26 November 1973 Merusak BMKG
10 Februari 1982 Merusak; 7 Luka BMKG
Tahun Dampak Sumber
12 Juli 2000 1.900 Rumah Rusak BMKG
12 Juni 2011 136 Rumah Rusak BMKG
4 Juni 2012 104 Rumah Rusak BMKG
11 Maret 2020 760 Rumah Rusak BMKG
Sumber: Penulis, 2020
6
Sejarah gempabumi menunjukan bahwa sesar Cimandiri dan sesar
Citarik sama-sama sudah beberapa kali memicu terjadinya Gempabumi
merusak, sehingga dari ke dua sesar yang masih aktif inilah Kabupaten
Sukabumi sering terjadi gempabumi dan masuk pada daerah yang rawan
terhadap gempabumi. Selain dari tatanan geologi nya yang kompleks
Kabupaten Sukabumi merupakan Kabupaten terbesar ke-2 di pulau Jawa
setelah Kabupaten Banyuwangi, dengan luas 4.161 km², 47 kecamatan dan
jumlah penduduk sekitar 2.470.219. (BPS 2020).
Jumlah penduduk Kabupaten Sukabumi setiap tahun meningkat sehingga
Kabupaten Sukabumi merupakan daerah yang rentan terhadap bencana
Gempabumi, Kepadatan penduduk mempunyai pengaruh dimana semakin
tinggi kepadatan penduduk maka akan semakin tinggi potensi kerentanan,
selain itu persentase jumlah penduduk wanita, persentase penduduk miskin,
dan laju pertumbuhan penduduk juga menjadi penentu kerentanan sosial
ekonomi. Pertumbuhan Penduduk yang terus meningkat bisa dilihat di
Gambar 1.2.
Gambar 2 Grafik Jumlah Penduduk Kabupaten Sukabumi dari tahun 2011-2020
Sumber: BPS Kabupaten Sukabumi 2020
2,376,495 2,393,191
2,408,417 2,422,113
2,434,221 2,444,616
2,453,498 2,460,693
2,466,272 2,470,219
2,320,0002,340,0002,360,0002,380,0002,400,0002,420,0002,440,0002,460,0002,480,000
JUMLAH
Jumlah Penduduk Kabupaten Sukabumi dari tahun 2011-2020
2020 2019 2018 2017 2016 2015 2014 2013 2012 2011
7
Untuk mewaspadai adanya bencana gempabumi di Kabupaten Sukabumi,
perlu dilakukan penelitian terkait penentuan wilayah rawan gempabumi dan
wilayah kerentanan terhadap gempabumi. Selanjutnya diharapkan penelitian
tersebut dapat membantu perencanaan mitigasi yang tepat apabila suatu saat
terjadi kembali gempabumi yang datangnya tidak dapat dipastikan. Perencanaan
mitigasi yang dapat diusahakan yaitu dengan memprioritaskan pembangunan
didaerah dengan kerentanan rendah terhadap gempabumi sehingga diharapkan
dapat memperkecil kerugian materi dan korban jiwa yang timbul jika terjadi
gempabumi.
2. METODE
Data sekunder adalah data yang dipilih untuk melakukan analisis dengan
metode scoring dan overlay sesuai dengan parameter yang telah ditentukan yang
mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21 Tahun 2007 untuk
mengetahui kerawanan dan Perka Badan Penanggulangan Bencana Nomor 2
Tahun 2012 untuk mengetahui kerentanan suatu wilayah terhadap gempabumi
Data pada penilitian ini dianalisis dengan teknik pengolahan data dengan
mengscoring seriap paramaeter kerawanan (PGA, Litologi, Jarak Terhadap
Patahan, dan Kemiringan Lereng) dan mengscoring setiap parameter kerentanan
sosial dan ekonomi (Kepadatan Penduduk, Penyandan disabilitas, Jumlah
Penduduk Wanita, Ratio Ketergantungan dan Jumlah Penduduk Miskin),
kemudian meng overlay ke-2 parameter tersebeut sehingga akan menghasilkan
daerah kerentanan terhadap gempabumi di Kabupaten Sukabumi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Wilayah Rawan Gempabumi
Wilayah rawan gempabumi dipengaruhi oleh sebaran nilai peak ground
acceleration (PGA), struktur geologi, litologi, dan lereng. Dalam penentuan
wilayah kerawanan, melakukan scoring setiap variabel (PGA, Struktur geologi,
Litologi dan Lereng) sesuai pedoman yang diacu yaitu Kementrian Pekerjaan
Pekerjaan Umum (2007) kemudian dilkukan overlay dari keempat variabel
8
tersebut, hasil dari pengolahan data tersebeut menghasilkan output peta
kerawanan gempabumi di Kabupaten Sukabumi dengan unit alisis perkecamatan
bisa dilihat di gambar 3. Dalam penentuan wilayah kerawanan, Kabupaten
Sukabumi dibagi menjadi tiga kelas yaitu kerawanan rendah, kerawanan sedang,
dan kerawanan tinggi. Dalam penentuan kerawanan gempabumi di Kabupaten
Sukabumi, didapatkan bahwa Kabupaten Sukabumi memiliki rawan gempa bumi
sedang yang lebih dominan, dengan luas mencapai 1.860.419 Km². Pada wilayah
rawan gempabumi sedang, mayoritas sebaran wilayahnya terletak pada bagian
tengah dan tenggara Kabupaten Sukabumi, Mayoritas wilayah rawan gempa bumi
sedang memiliki nilai peak ground acceleration 127 – 144 gal dan memiliki jarak
pada patahan 10 km.
Wilayah rawan gempabumi rendah terletak pada bagian barat laut, barat
daya, timur laut dan sebagian ditengah Kabupaten Sukabumi yang meliputi
Kecamatan Kabandungan, Cisolok, Cikakak, Cikidang, Ciracap, Sukaraja,
Nyalindung, Jampangtengah, Purbaya, Sagaranten dan Kecamatan Kalibunder,
Pada wilayah rawan gempa bumi rendah mayoritas memiliki nilai peak ground
accleration yang rendah dan memiliki jarak lebih dari 10 km dengan patahan.
Wilayah dengan jarak 1 km dari patahan dan memiliki nilai peak ground
acceleration 145 – 163 gal terletak pada bagian utara dan selatan Kabupaten
Sukabumi yaitu meliputi Kecamatan, Plabuhanratu, Surade, Cikembar,
Cicantayan, Gunungguruh, Caringin, Cisaat, Cibadak, Parungkuda,
Bojonggenteng, Parakansalak, Cidahu, Cicurug, Nagrak, Sukabumi dan
Kecamatan Kebonpedes. 16 Kecamatan tersebut termasuk dalam wilayah rawan
gempabumi tinggi.
Kerawanan gempa bumi di Kabupaten Sukabumi memiliki persebaran
yang acak, hal ini disebabkan karena komlpleksnya formasi batuan yang ada,
tersebarnya struktur geologi, beragamnya tingkat kemiringan lereng dan nilai
PGA yang bergam. Tingkat kerawan sedang di Kabupaten Sukabumi memliki
jumlah yang cukup banyak yaitu berjumlah 21 Kecamatan.
9
Gambar 3 Peta Kerawanan Gempabumi Kabupaten Sukabumi
10
3.2 Kerentanan Sosial dan Ekonomi
Pada kerentanan sosial dan ekonomi Kabupaten Sukabumi, terdapat 3
kelas kerentanan yaitu rentan rendah, rentan sedang, dan rentan tinggi. Kecamatan
yang memiliki tingkat kerentanan sosial dan ekonomi rendah mayoritas menyebar
di bagian selatan Kabupaten Sukabumi, meliputi Kecamatan Simpenan, Ciracap,
Ciemas, Lengkong, Waluran, Cibitung, Tegalbuled, Kalibunder, Jampangtengah,
Pabuaran, Cidolog, Cidadap, Sagranten, Purbaya, Nyalindung, dan Kecamatan
curugkembar, dan sebagain kecamatan yang memiliki tingkat kerentanan sosial
dan ekonomi rendah berada di utara kabupaten Sukabumi yaitu di Kecamatan
Cisolok, Cikakak, Cikidang, Kabandungan, Sukaraja dan Kecamatan Kadudampit.
Dilihat dari gambar 4 Ada sepuluh Kecamatan yang memiliki tingkat
kerentanan sosial dan ekonmi sedang yaitu Kecamatan Surade, Jampangkulon,
Cimanggu, Bantargadung, Warungkiara, Kalapanunggal, Ciambar, Sukalarang,
Cireunghas dan Kecamatan Gegerbitung, tingkat kerentanan sosial ekonomi
sedang ini menyebar atau tidak berfokus disatu kawasan, ini terjadi karena aspek
sosial dan ekonomi ini bersifat dinamis. Dan untuk kerentanan sosial dan ekonomi
tinggi yaitu di Kecamatan Plabuhanratu, Cibadak, Cikembar, Cicantayan,
gunungguruh, Cisaat, Caringin, Nagrak, Parungkuda, Bojonggenteng,
Parakansalak, Cidahu, Cicurug, Nagrak, Sukabumi dan Kecamatan Kebonpedes.
Dasar dari kerentanan tinggi ini karena jumlah penduduk banyak, sehingga aspek
sosial dan ekonmi pun akan tinggi juga jumlahnya, seperti di Kecamatan
Plabuhanratu, sebagai Ibu kota kabupaten Sukabumi sekaligus terletak dengan
pantai sehingga penduduk tinggi, dan aspek sosial dan ekonomi akan tinggi juga,
sehingga kerentananya pun paling tinggi.
11
Gambar 4 Peta Kerentanan Sosial Ekonomi Kabupaten Sukabumi
12
3.3 Kerentanan Wilayah Terhadap Gempabumi di Kabupaten Sukabumi
Berdasarkan wilayah rawan gempa bumi, kerentanan sosial, dan
kerentanan ekonomi, Pada gambar 5 menjelaskan tentang sebaran wilayah rentan
terhadap gempa bumi menggunakan unit analisis kecamatan. Kabupaten
Sukabumi terbagi menjadi tiga kelas yaitu kerentanan rendah, kerentanan sedang,
dan kerentanan tinggi. Kerentanan dengan luas terbesar merupakan kerentanan
sedang.. kerentan sedang dominan dibagian barat, dan selatan Kabupaten
Sukabumi. Ada 24 Kecamatan yang memiliki kerentanan sedang yaitu Kecamatan
Cisolok, Cikidang, Cidahu, Cicurug, Parungkuda, Nagrak, Cibadak, Cisaat,
Cicantayan, Bantargadung, Warungkiara, Cikembar, Nyalindung, Gegerbitung,
Cireunghas, Jampangtengah, Purbaya, Pabuaran, Sagaranten, Curugkembar,
Cibitung, Jampangkulon, Ciracap dan Kecamatan Ciemas. Kerentanan wilayah
sedang mayoritas dikarenakan wilayah tersebut memiliki tingkat kerawanan
sedang dan kerentanan sosial, dan ekonomi sedang atau tingkat kerawanan tinggi
dan kerentanan sosial, dan ekonomi rendah atau tingkat kerawanan rendah dan
kerentanan sosial, dan ekonomi tinggi.
Kerentanan wilayah terhadap gempabumi rendah dikarenakan tingkat
kerawanan rendah dan kerentanan sosial, dan ekonomi rendah. Ada 20
Kecamatan yang memiliki tingkat kerentanan, dibagian tengah Kabupaten
Sukabumi meliputi Kecamatan Lengkong, Cimanggu, Kalibunder, Waluran, dan
Kecamatan Simpenan, disebelah Utara Kabupaten Sukabami Kecamatan yang
memiliki kerentanan rendah yaitu Kecamatan Cikakak, Kabandungan,
Kalapanunggal, Bojonggenteng, Parakansalak, Ciambar, Caringin, Kadudampit,
Gunungguruh, Kebonpedes, Sukalarang dan Kecamatan Sukabumi, kerentanan
sedang di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi meliputi Kedcamatan Tegalbuled,
Cidolog dan Kecamatan Cidadap.
Terdapat 3 Kecamatan Dikabupaten Sukabumi yang rentan tinggi terhadap
gempabumi yaitu Kecamatan Plabuhanratu, Surade, dan Kecamatan Sukaraja,
kerentanan dengan klasifikasi tinggi terhadap gempabumi seluas 266.56 km2.
13
Kerentanan tinggi terjadi dikarenakan Kecamatan tersebut memiliki tingkat
kerawanan yang tinggi dan tingkat kerentanan sosial, dan ekonomi, yang tinggi.
Gambar 5 Peta Kerentanan Wilayah Terhadap Gempabumi Kabupaten Sukabumi
14
4. PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
- Dalam penentuan wilayah kerawanan, Kabupaten Sukabumi
dibagi menjadi tiga kelas yaitu kerawanan rendah, kerawanan
sedang, dan kerawanan tinggi. Dalam penentuan kerawanan
gempabumi di Kabupaten Sukabumi, didapatkan bahwa
Kabupaten Sukabumi memiliki rawan gempa bumi sedang yang
lebih dominan.
- Keretananan wilayah terhadap gempa bumi di Kabupaten Sukabumi
terdiri dari 3 kelas, yaitu kerentanan rendah, kerentanan sedang, dan
kerentanan tinggi. Kerentanan wilayah dengan luas atau jumlah
terbesar di Kabupaten Sukabumi yaitu kerentenan sedang. Tingkat
kerentanan paling tinggi terhadap gempabumi terdapat di
Kecamatan Plabuhanratu.
4.2 SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai
berikut :
1. Masyarakat Kabupaten Sukabumi
-Untuk masyarakat Kabupaten Sukabumi harus paham dan sadar
bahwa Kabupaten Sukabumi terletak diwilayah yang rentan
terhadap gempabumi sehingga harus mengetahui dan paham apa
yang dilakukan jika terjadi gempabumi.
2. Instansi terkait baik tingkat daerah maupun tingkat nasional
15
-Untuk Instansi terkait baik tingkat daerah di Kabupaten Sukabumi
maupun tingkat nasional harus benar-benar memperhatikan dengan
sangat bahwa Kabupaten Sukabumi rentan terhadap gempabumi,
sehingga harus ada upaya dalam pengurangan resiko terhadap
gempabumi, baik dari sosialisasi terhadap masyarakat, dan
peraturan dalam mendirikan suatu bangunan dan bahan atau desain
kontruksi bangunan didaerah yang rentan terhadap gempabumi.
3. Peneliti selanjutnya
-Untuk peneleti selanjutnya, karena dalam penelitian ini hanya
membahas tingkat kerawanannya saja tidak menyinggung mitigasi
yang harus direncanakan atau dipersiapkan, jadi alangkah baiknya
untuk peneliti selanjutnya mengangkat dari sisi mitigasinya.
DAFTAR FUSTAKA
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2012). Pedoman Umum Pengajian
Risiko Bencana Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No.
02 Tahun 2012. Jakarta
BMKG/Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. (2018). Katalog Gempa
Bumi Signifikan dan Merusak Tahun 1821 – 2018. Pusat Gempabumi dan
Tsunami Kedeputian bidang Geofisika.
BPS Jawa Barat 2019/BPS Kabupaten Sukabumi 2020
Charis, C. Tedjo, P. Martono, B. (2012). Analisis Dampak Kepadatan Penduduk
Terhadap Kualitas Hidup Masyarakat Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah.
UNTAG Semarang.
Departemen Pekerjaan Umum. (2009). Kamus Penataan Ruang. Jakarta:
Departemen Pekerjaan Umum
Douglas, J (2003). "Earthquake ground motion estimation using strong-motion
records: a review of equations for the estimation of peak ground accelerasion and
response spectral ordinates" (PDF). Earth-Science Reviews. 61 (1–2): 43–104 Erizal. (2011). Stabilitas Lereng. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Institut
Pertanian Bogor
Hapsoro, A. W. Buchori, I. (2015). Kajian Kerentanan Sosial Dan Ekonomi
Terhadap Bencana Banjir (Studi Kasus: Wilayah Pesisir Kota Pekalongan). Jurnal
Teknik PWK. Vol. 4. No. 4.
16
Hastuti. (2016). Peran Perempuan Dalam Menghadapi Bencana di Indonesia.
Jurnal Geomedia, Vol. 14, No. 2. https://ilmugeografi.com/fenomena /proses-terjadinya-gempa-bumi
https://www.slideshare.net/100410/seismologi-dan-gempa-bumi
Noor, D. 2005.Geologi Lingkungan. Graha Ilmu.Yogyakarta.
Nurwati, N. (2008). Kemiskinan : Model Pengukuran , Permasalahan dan
Alternatif Kebijakan. Jurnal Kependudukan Padjadjaran Vol. 10, 1–11.
Ramadhanti, T. (2010). Kerentanan Wilayah Terhadap Gempa Bumi di
Tasikmalaya.Skripsi Depok: Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia
Supartoyo, dan Surono. 2008. Katalog Gempa Bumi Merusak di Indonesia tahun
1629-2007. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Geologi Pusat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.159 hal.