Analisis skenario
-
Upload
pradipta-shiva -
Category
Documents
-
view
215 -
download
2
description
Transcript of Analisis skenario
Analisis skenario :
PENYEBAB TERJADINYA GERAKAN MASSA
Adanya dorongan, di dasari struktur kepribadian Sigmund Freud
Model kepribadian yang dikembangkan Freud (1933) kemudian dikenal sebagai
model structural. Berdasarkan penggambaran bahwa seringkali kita merasa sebagian dari
diri kita ingin melakukan sesuatu sementara sebagian lainnya tidak, Freud
mengemukakan pembelahan kepribadian (dissection of the personality) menjadi 3
bagian, yaitu it, I, dan above-I. Tiap – tiap bagian menunjukkan aspek pribadi yang
berbeda dan memiliki peran yang berbeda dalam pemgambil keputusan. ‘It’
menggambarkan aspek naluriah dan tidak bermoral dari kepribadian. It sudah ada sejak
lahir. It ingin dipuaskan dan tidak mau menerima penundaan atau ditolak keinginannya. I
adalah aspek yang menjembatani tuntutan it maupun dunia luar. I berperan sebagai
pembuat keputusan. I berkembang melalui pengalaman dalam menghadapi segala sesuatu
dalam kehidupan, I juga mengembangkan kemampuan untuk berpikir secara logis.
Above-I adalah aspek kepribadian yang terbentuk dari pengaruh figur yang otoriter dan
membatasi tindakan – tindakan yang diizinkan, misalnya orang tua. Sesuai dengan
ketaatan terhadap larangan – larangan itu, above-I bisa memberikan penghargaan berupa
harga diri maupun hukuman. Untuk selanjutnya , ketiga aspek kepribadian ini disebut id
(it), ego (I), dan superego (above-I).
Ketiga istilah itu memang tidak diapakai oleh Freud, melainkan ditambahkan oleh
mereka yang menerjemahkan karya – karya Freud agar teorinya tampil lebh ilmiah.
Kendati agak aneh, istikah ‘It’, ‘I’, dan ‘above-I’ lebih baik dalam menggambarkan
pemikiran yang ingin disampaikan Freud, yaitu perasaan bahwa kita didorong ke arah
yang berbeda- beda oleh pengaruh yang berbeda – beda. Untuk menggambarkan
hubungan ketiga aspek kepribadian itu, Travis dan Wade menggunakan lelucon lama
sebagai berikut, “Id berkata, ‘Aku ingin itu sekarang’;superego berkata, ‘Kau tidak boleh
mengambilnya. Itu tidak baik untukmu’; dan ego sebagai penengah yang rasional berkata,
‘Baiklah, mungkin kamu boleh memperolehnya sedikit, tapi nanti ya’.
Adanya ketidak puasan pemenuhan kebutuhan
Maslow (1954) mengembangkan teori motivasi manusia yang tujuannya
menjelaskan segala jenis kebutuhan manusia dan mengurutkannya menurut tingkat
prioritas manusia dalam pemenuhannya. maslow membedakan D-needs atau deficiency
needs yang muncul dari kebutuhan akan pangan, tidur, rasa aman, dan lain lain, serta B-
needs dan being needs seperti keinginan untuk memenuhi potensi diri. Kita baru dapat
memenuhi B-needs jika D-needs sudah terpenuhi. Gambar Hierarki kebutuhan menurut
Maslow .
Urutan pemenuhan kebutuhan menrutu urutannya berjalan dari bawah ke atas.
Prioritas kebutuhan pertama kita adalah kebutuhan fisiologis (physiological needs)
seperti makan dan kehangatan, karena kita tidak bisa hidup tanpa dua hal tersebut. Jika
kebutuhan tersebut telah terpenuhi, kita akan mencari rasa aman (safety). Saat kita sudah
merasa aman, makan kebutuhan berikut yang kita cemaskan adalah kebutuhan social
(social needs, yaitu menjadi bagian dari kelompok dan menjalin hubungan dengan orang
lain. Ketika kebutuhan social terpenuhi, kebutuhan berikutnya yang terpenting adalah
kebutuhan dihargai (esteem needs). Agar kebutuhan tersebut terpenuhi, kita harus
berprestasi, menjadi kompeten, dan mendapat pengakuan sebagi orang yang berprestasi
dan kompeten, begitu kebutuhan ini terpenuhi, perhatian kita akan beralih pada
pemenuhan kebutuhan intelektual (intellectual needs) kita, termasuk di dalamnya adalah
memperoleh pemahaman dan pengetahuan. Kebutuhan berikut di atas kebutuhan
intelektual adalah kebutuhan estetis (aesthetic needs), yaitu kebutuhan akan keindahan,
kerapian, dan keseimbangan. Kebutuhan terakhir manusia menurut Maslow adalah
kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri (self-actualization), yaitu menemukan
pemenuhan pribadi dan mencapai potensi diri.
PENGENDALIAN GERAKAN MASSA
Berikut adalah cara kita menyikapi suatu prilaku massa atau pengendalian prilaku massa :
1. Memahami bentuk perilaku kolektif : apakah massa itu tergolong dalam crowd, mob
2. Memahami motif perilaku kolektif : apakah massa melakukan itu gara-gara politik,
kepentingan pribadi, atau kepentingan bersama.
3. setelah kita mengetahui motif dan bentuk prilaku massa tersebut barulah kita membuat
perencanaan penyelesaian yang matang
4. Kesiapan mental para petugas yang akan digunakan dalam menyikapi atau
mengendalikan prilaku massa tersebut
5. di butuhkan pengendalian diri yang baik agar kita tidak terpengaruh dengan prilaku
massa tersebut
6. Keberanian dalam bersikap dan mengambil keputusan dalam pengendalian atau
menyikapi suatu prilaku massa
Kemudian dapat juga dilakukan pengolahan konflik
- Negosiasi : secara interpersonal sengan asumsi bahwa tiap orang akan mendapatkan
keuntungan dengan adanya situasi
- Distributive issues : negosiasi berhasil, satu pihak puas, pihak yang lain mengikuti karena
pihak yang lain itu memiliki power
- Integrative issues : negosiasi berhasil, kedua pihak merasa puas (win win solution)
- Membangun kepercayaan : dengan mengkomunikasikan keinginan individu secara hati-
hati dan harus konsisten antara apa yang diomongkan dengan perilaku aktualnya