ANALISIS SECOND ORDER DENGAN PENDEKATAN WarpPLS …repository.ub.ac.id/179287/1/Armita Dwi...

74
ANALISIS SECOND ORDER DENGAN PENDEKATAN WarpPLS PADA MODEL INDEKS PEMBANGUNAN MASYARAKAT KOTA MALANG SKRIPSI Oleh: ARMITA DWI FAIRUZ 155090500111013 PROGRAM STUDI SARJANA STATISTIKA JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2019

Transcript of ANALISIS SECOND ORDER DENGAN PENDEKATAN WarpPLS …repository.ub.ac.id/179287/1/Armita Dwi...

  • ANALISIS SECOND ORDER DENGAN PENDEKATANWarpPLS PADA MODEL INDEKS PEMBANGUNAN

    MASYARAKAT KOTA MALANG

    SKRIPSI

    Oleh:ARMITA DWI FAIRUZ

    155090500111013

    PROGRAM STUDI SARJANA STATISTIKAJURUSAN STATISTIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG2019

  • i

    ANALISIS SECOND ORDER DENGAN PENDEKATAN

    WarpPLS PADA MODEL INDEKS PEMBANGUNAN

    MASYARAKAT KOTA MALANG

    SKRIPSI

    Oleh:

    ARMITA DWI FAIRUZ

    155090500111013

    PROGRAM STUDI SARJANA STATISTIKA

    JURUSAN STATISTIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2019

  • ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    ANALISIS SECOND ORDER DENGAN PENDEKATAN

    WarpPLS PADA MODEL INDEKS PEMBANGUNAN

    MASYARAKAT KOTA MALANG

    Oleh:

    Armita Dwi Fairuz

    15509050011013

    Setelah dipertahankan di depan Majelis Penguji

    Pada tanggal 17 Juli 2019

    dan dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Statistika dalam bidang Statistika

    Dosen Pembimbing

    Dr. Solimun, MS

    196112151987031002

    Mengetahui,

    Ketua Jurusan Statistika

    Fakultas MIPA

    Universitas Brawijaya

    Rahma Fitriani, S.Si., M.Sc., Ph.D

    NIP. 197603281999032001

  • iii

    LEMBAR PERNYATAAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Armita Dwi Fairuz

    NIM : 155090500111013

    Jurusan : Statistika

    Skripsi Berjudul :

    ANALISIS SECOND ORDER DENGAN PENDEKATAN

    WarpPLS PADA MODEL INDEKS PEMBANGUNAN

    MASYARAKAT KOTA MALANG

    Dengan ini menyatakan bahwa:

    1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya

    sendiri dan tidak menjiplak karya orang lain, selain nama-

    nama yang termaktub di isi dan tertulis di daftar pustaka

    dalam skripsi ini.

    2. Apabila di kemudian hari ternyata skripsi yang saya tulis

    terbukti hasil jiplakan, maka saya akan bersedia menanggung

    risiko.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan segala

    kesadaran.

    Malang, 17 Juli 2019

    yang menyatakan,

    Armita Dwi Fairuz

    NIM. 155090500111013

  • iv

    ANALISIS SECOND ORDER DENGAN PENDEKATAN

    WarpPLS PADA MODEL INDEKS PEMBANGUNAN

    MASYARAKAT KOTA MALANG

    ABSTRAK

    Analisis WarpPLS merupakan pengembangan dari analisis Partial

    Least Square (PLS). Analisis second order dengan pendekatan

    WarpPLS bermanfaat sebagai theoritical utility, yaitu pengembangan

    sub-dimensi yang lebih spesifik untuk menjelaskan karakter sebuah

    variabel laten yang bersifat umum. Tujuan penelitian ini adalah untuk:

    (1) mengetahui seberapa tepat item dan indikator yang digunakan pada

    data penelitian dalam menjelaskan karakter variabel laten; (2)

    mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan Masyarakat (IPMas) dan

    Indeks Modal Sosial (IMS) terhadap Indeks Kepuasan Layanan

    Infrastruktur (IKLI). Penelitian ini menggunakan analisis second

    order dengan pendekatan WarpPLS menggunakan data sekunder yang

    diperoleh dari Barenlitbang Kota Malang dengan tiga variabel yaitu

    IPMas, IMS dan IKLI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh

    item dan indikator penelitian dapat digunakan sebagai alat ukur

    masing-masing variabel laten. Selain itu, terdapat pengaruh positif

    variabel IMS terhadap variabel IPMas, variabel IKLI terhadap

    variabel IPMas, dan variable IKLI terhadap variabel IPMas melalui

    variabel IMS. Berdasarkan pengaruh hubungan tersebut diketahui

    bahwa pengaruh variabel IKLI terhadap variabel IPMas lebih besar

    jika dimediasi oleh variabel IMS.

    Kata Kunci: Analisis Second Order, WarpPLS, Partial Least Square.

  • v

    SECOND ORDER ANALYSIS WITH THE WarpPLS

    APPROACH TO THE COMMUNITY DEVELOPMENT

    INDEX MODEL OF MALANG CITY

    ABSTRACT

    WarpPLS analysis is a development of Partial Least Square (PLS)

    analysis. Second order analysis with the WarpPLS approach is useful

    as a theoretical utility, namely the development of sub-dimensions that

    are more specific to explain the character of a general latent variable.

    The purpose of this study is to: (1) find out how precisely the items

    and indicators used in the research data in explaining the character of

    latent variables; (2) knowing the effect of the Community

    Development Index (IPMas) and the Social Capital Index (IMS) on

    the Infrastructure Service Satisfaction Index (IKLI). This study uses a

    second order analysis with the WarpPLS approach using secondary

    data obtained from the Barenlitbang Malang City with three variables,

    namely IPMas, IMS and IKLI. The results of the study indicate that

    all items and indicators of the study can be used as a measure of each

    latent variable. In addition, there is a positive effect of the IMS

    variable on the IPMas variable, the IKLI variable on the IPMas

    variable, and the IKLI variable on the IPMas variable through the IMS

    variable. Based on the influence of the relationship it is known that the

    effect of the IKLI variable on the IPMas variable is greater if it is

    mediated by the IMS variable.

    Keywords: Second Order Analysis, WarpPLS, Partial Least Square.

    KATA PENGANTAR

  • vi

    Alhamdulillah puji syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT

    atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Analisis

    Second Order dengan Pendekatan WarpPLS pada Model Indeks

    Pebangunan Kota Malang” dapat terselesaikan. Kelancaran dalam

    penyusunan skripsi ini tidak lepas dari berbagai bantuan, dukungan

    dan doa berbagai pihak. Oleh karena itu, secara khusus penulis

    sampaikan terima kasih kepada:

    1) Dr. Ir. Solimun, MS selaku dosen pembimbing atas dukungan,

    waktu dan bimbingan yang telah diberikan.

    2) Nurjannah, S.Si., M.Phil., Ph.D selaku dosen penguji II atas

    bimbingan, saran dan masukan yang telah diberikan.

    3) Rahma Fitriani, S.Si, M.Sc, Ph.D selaku dosen penguji I dan

    Ketua Jurusan Statistika FMIPA Universitas Brawijaya.

    4) Papa, Mama, Rania dan Isma serta seluruh keluarga besar atas

    kasih sayang, doa dan dukungan yang tak pernah putus.

    5) Bapak dan Ibu dosen KKU.PSBM atas pengalaman dan

    bimbingan yang diberikan.

    6) Teman-teman P-UB yang senantiasa menyemangati,

    mengingatkan dan membersamai dalam kebaikan.

    7) Teman-teman KKU.PSBM khususnya Batch 4 (Agatha, Trias,

    Chacha, Puput, Hanny, Putri, Bella, Lyshe, Isam, Iqbal dan Briga)

    atas semua bentuk dukungan dan kenangan susah-senang selama

    proses penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.

    8) Debby, Ariz, Novan, Wafi, Azzam, Alsa, Hanna dan Abam yang

    telah mendukung, membersamai dan mewarnai masa-masa akhir

    beramanah di kampus, semoga Allah ridho.

    9) Keluarga besar Kontrakan As-Syifa khususnya mbak-mbak

    panutan dan teman-teman yang selalu menyenangkan sejak maba

    (Mbak Safda, Mbak Indri, Mbak Marwa, Mbak Rania, Mbak

    Mayla, Dije, Fiqah, Ocha, Anggun dan Devy).

  • vii

    10) Agatha Purenda Shafirra dan Fathimah Yasmin, dua orang

    ‘perceivers’ yang selalu menjadi bagian dari supporting system

    terbaik, semoga selalu Allah temani dalam setiap urusan.

    11) Teman-teman Statistika 2015 yang selalu mendukung dan

    memberikan semangat selama masa kuliah hingga proses

    penyusunan skripsi.

    Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

    masukkan dan kritikan sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini

    bermanfaat bagi semua pihak.

    Juli 2019

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    Hal

    HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN ............................................................... ii

    LEMBAR PERNYATAAN ............................................................. iii

    ABSTRAK ........................................................................................ iv

    ABSTRACT ....................................................................................... v

    KATA PENGANTAR ....................................................................... vi

    DAFTAR ISI ................................................................................... vii

    DAFTAR TABEL .......................................................................... viii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................ ix

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... x

    BAB I. PENDAHULUAN .............................................................. 1

    1.1. Latar Belakang .............................................................. 1

    1.2. Rumusan Masalah ......................................................... 3

    1.3. Batasan Masalah ........................................................... 3

    1.4. Tujuan Penelitian .......................................................... 3

    1.5. Manfaat Masalah .......................................................... 3

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................... 5

    2.1. Pemodelan Persamaan Struktural (SEM) ..................... 5

    2.2. Model Sistem Persamaan untuk Variabel Laten ........... 6

    2.3. Pendekatan WarpPLS pada SEM ................................. 7

    2.4. Metode WarpPLS ......................................................... 7

    2.5. Analisis Second Order .................................................. 8

    2.6. Model Pengukuran pada Persamaan Struktural ............ 9

    2.6.1. Model Indikator Reflektif ................................... 9

    2.6.2. Model Indikator Formatif .................................. 10

    2.6.3. Perbandingan Model Indikator Reflektif dan

    Formatif ............................................................. 11

    2.7. Langkah-langkah Analisis WarpPLS ......................... 12

    2.7.1. Merancang Model Struktural (Inner Model) ..... 12

    2.7.2. Merancang Model Pengukuran (Outer Model) . 12

    2.7.3. Mengkontruksi Diagram Jalur ........................... 12

    2.7.4. Konversi Diagram Jalur ke Sistem Persamaan . 14

    2.7.5. Estimasi Parameter ............................................ 20

    2.7.6. Evaluasi Godness of Fit .................................... 24

  • ix

    2.7.7. Pengujian Hipotesis ........................................... 26

    2.8. Pengukuran Variabel .................................................. 29

    2.9. Kajian Teoritis Variabel Penelitian ............................ 29

    2.9.1. Indeks Pembangunan Masyarakat (IPMas) ....... 29

    2.9.2. Indeks Kepuasan Layanan Infrstruktur (IKLI) .. 30

    2.9.3. Indeks Modal Sosial (IMS) ............................... 31

    BAB III. METODE PENELITIAN .................................................. 33

    3.1. Sumber Data ............................................................... 33

    3.2. Variabel Penelitian ..................................................... 33

    3.3. Metode Analisis .......................................................... 39

    3.4. Diagram Alir Penelitian .............................................. 40

    BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................... 43

    4.1. Uji Linieritas ............................................................... 43

    4.2. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) ............... 43

    4.2.1. Evaluasi Model Pengukuran pada Model First

    Order ............................................................... 44

    4.2.2. Evaluasi Model Pengukuran pada Model

    Second Order ..................................................... 49

    4.2.3. Diagram Jalur dan Persamaan Model

    Pengukuran ........................................................ 51

    4.3. Evaluasi Model Struktural (Inner Model) ................... 54

    4.3.1. Evaluasi Goodness of Fit Model ....................... 54

    4.3.2. Pengujian Hipotesis ........................................... 55

    4.4. Hubungan Antar Variabel Penelitian ......................... 56

    4.4.1. Pengaruh Langsung ........................................... 56

    4.4.2. Pengaruh Tidak Langsung: IMS Sebagai

    Mediasi .............................................................. 57

    BAB V. PENUTUP .......................................................................... 59

    5.1. Kesimpulan ................................................................. 59

    5.2. Saran ........................................................................... 59

    DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 61

    LAMPIRAN ..................................................................................... 62

    DAFTAR TABEL

  • x

    Hal

    Tabel 2.1. Deskripsi Analisis SEM, PLS, GSCA dan WarpPLS ....... 6

    Tabel 2.2. Perbandingan Model Indikator Reflektif dan

    Model Indikator Formatif ................................................. 11

    Tabel 2.3. Model Fit and Quality Indices......................................... 26

    Tabel 3.1. Struktur Data Penelitian .................................................. 33

    Tabel 3.2. Variabel Indeks Modal Sosial (Y1) ................................. 34

    Tabel 3.3. Variabel Indeks Pembangunan Masyarakat (Y2) ............ 34

    Tabel 3.4. Variabel Indeks Kepuasan Layanan Infrastruktur (X) .... 35

    Tabel 4.1. Hasil Uji Linieritas .......................................................... 43

    Tabel 4.2. Evaluasi Model Formatif First Order Variabel IKLI ..... 44

    Tabel 4.3. Evaluasi Model Formatif Second Order Variabel IKLI .. 47

    Tabel 4.4. Evaluasi Model Reflektif First Order Variabel IMS ...... 49

    Tabel 4.5. Evaluasi Model Reflektif Second Order Variabel IMS .. 50

    Tabel 4.6. Evaluasi Model Formatif First Order Variabel IPMas ... 52

    Tabel 4.7. Evaluasi Model Reflektif Second Order Variabel

    IPMas ............................................................................... 53

    Tabel 4.8. Model Fit and Quality Indices......................................... 55

    Tabel 4.9. Nilai Koefisien Jalur Inner Model ................................... 56

    Tabel 4.10. Perbandingan Jenis Pengaruh ........................................ 57

    DAFTAR GAMBAR

  • xi

    Hal

    Gambar 2.1. Tipe Second-Order Construct ....................................... 9

    Gambar 2.2. Diagram Jalur Penelitian ............................................. 12

    Gambar 2.3. Konstruk Diagram Model Formatif-Formatif .............. 16

    Gambar 2.4. Konstruk Diagram Model Reflektif-Reflektif .............. 17

    Gambar 2.5. Konstruk Diagram Model Formatif-Reflektif .............. 18

    Gambar 2.6. Konstruk Diagram Model Struktural ........................... 19

    Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian ............................................... 40

    Gambar 4.1. Diagram Jalur Outer Model Variabel IKLI ................. 48

    Gambar 4.2. Diagram Jalur Outer Model Variabel IMS .................. 51 Gambar 4.3. Diagram Jalur Outer Model Variabel IPMas ............... 54

    Gambar 4.2. Diagram Jalur Model Struktural .................................. 56

    DAFTAR LAMPIRAN

  • xii

    Hal

    Lampiran 1. Data Penelitian ............................................................. 63

    Lampiran 2. Source Code Uji Linieritas dengan metode RESET .... 64

    Lampiran 3. Hasil Uji Linieritas dengan RRT ................................. 65

    Lampiran 4. Nilai Loading dan Cross Loading ................................ 66

    Lampiran 5. Nilai Indicator Weight ................................................. 70

    Lampiran 6. Model Fit and Quality Indices ..................................... 73

    Lampiran 7. Koefisien Jalur dan Diagram Jalur ............................... 74

    Lampiran 8. Koefisien Pengaruh Tidak Langsung ........................... 75

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan

    (barenlitbang) Kota Malang merupakan salah satu lembaga

    pemerintahan daerah yang memiliki tugas pokok berupa pelaksanaan

    pemerintahan di bidang perencanaan, penelitian dan pengembangan

    sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Penyusunan RPJMD

    (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) menjadi salah satu

    program kerja penting Barenlitbang Kota Malang. RPJMD merupakan

    dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk jangka waktu lima

    tahun. Tujuan RPJMD adalah untuk menciptakan masyarakat yang

    makmur, berbudaya dan terdidik berdasarkan nilai-nilai spiritual yang

    agamis, toleran dan setara, meningkatkan kualitas pelayanan publik

    yang adil, terukur dan akunTabel, mengembangkan potensi daerah

    berwawasan lingkungan yang berkesinambungan, adil, memperkuat

    ekonomi, meningkatkan kualitas pendidikan, serta meningkatkan

    kualitas kesehatan masyarakat Kota Malang baik fisik maupun mental

    untuk menjadi masyarakat yang produktif.

    Pembangunan merupakan proses transformasi jangka panjang

    untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan manusia. Dalam

    konteks ini, pembangunan lebih banyak bernuansa ekonomi dengan

    penekanan pada pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Sebaliknya,

    nuansa sosial seperti sikap percaya, toleransi, kelompok dan jejaring

    antar manusia cenderung masih terabaikan. Pada tahun 2011, sebuah

    organisasi kerjasama ekonomi, OECD (Organization for Economic

    Co-operation and Development) menempatkan modal sosial sebagai

    salah satu indikator input untuk mencapai tujuan pembangunan.

    Kohesi sosial sangat penting bagi masyarakat untuk mencapai

    kesejahteraan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan.

    Pembangunan juga erat kaitannya dengan infrastruktur.

    Familoni (2004) menjelaskan bahwa infrastruktur dibedakan menjadi

    infrastruktur ekonomi dan sosial. Infrastruktur eknonomi memegang

    perana penting dalam mendorong kinerja pertumbuhan ekonomi di

    berbagai negara, sementara infrastruktur sosial meliputi infrastruktur

    pendidikan dan kesehatan. Pertumbuhan ekonomi erat kaitannya

    dengan modal manusia (human capital). Dalam hal ini, modal manusia

    dapat diartikan sama dengan modal sosial merujuk pada OECD (2011)

    bahwa modal sosial terbentuk dari hubungan sosial antar manusia.

  • 2

    Penelitian ini berfokus untuk mengetahui pengaruh Indeks

    Pembangunan Masyarakat (IPMas) dan Indeks Modal Sosial (IMS)

    terhadap Indeks Kepuasan Layanan Infrastruktur (IKLI) Kota Malang.

    Variabel yang digunakan dalam penelitian ini tidak dapat diukur

    secara langsung sehingga disebut variabel laten, dimana masing-

    masing variabel laten diukur oleh beberapa indikator. Dalam

    penelitian ini, setiap indikator memiliki alat ukur yang disebut butir

    atau item. Struktur yang terdiri dari variabel, indikator dan item

    tersebut disebut dengan second-order construct, sehingga menjadi

    dasar dalam penelitian ini untuk menggunakan analisis second-order.

    Becker dkk. (2012) melakukan penelitian analisis PLS-SEM

    second-order dengan tipe model reflektif-formatif dan menggunakan

    software SmartPLS. Afthanorhan (2014) juga melakukan penelitian

    yang sama, yaitu menggunakan model tipe reflektif-formatif pada

    analisis second order permodelan PLS-SEM dengan software

    SmartPLS.

    Salah satu metode statistika yang dapat digunakan untuk

    menganalisis model struktural dengan model hubungan antar variabel

    laten bersifat rekursif maupun tidak rekursif adalah analisis WarpPLS.

    WarpPLS merupakan pengembangan dari analisis Partial Least

    Square (Solimun dkk., 2017). Partial Least Square (PLS) disebut juga

    dengan Structural Equation Modelling (SEM) berbasis varian.

    Analisis SEM berbasis varian (PLS) memiliki kelebihan daripada

    metode SEM berbasis kovarian, yaitu mampu mengatasi masalah

    jumlah sampel yang kecil dan data yang tidak berdistribusi normal dan

    dalam perancangan model tidak harus berlandaskan teori, sehingga

    keterbaruan ide dapat lebih mudah digali.

    Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu karena

    mengaplikasikan tiga dari empat tipe model second order sekaligus,

    yaitu reflektif-reflektif, formatif-reflektif dan formatif-formatif. Selain

    itu, pada penelitian terdahulu analisis second order lebih banyak

    menggunakan metode PLS dengan software SmartPLS.

    Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan analisis second-

    order dengan pendekatan WarpPLS pada model Indeks Pembangunan

    Masyarakat Kota Malang.

  • 3

    1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, dapat

    dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1) Apakah dimensi indikator dan item (second order) yang digunakan dapat menjelaskan karakter variabel Indeks Kepuasan Layanan

    Infrastruktur (IKLI), Indeks Modal Sosial (IMS) dan Indeks

    Pembangunan Masayarakat (IPMas)? 2) Apa saja indikator dan item yang paling kuat dalam membentuk dan

    mencerminkan indikator maupun variabel laten? 3) Bagaimana pengaruh IKLI dan IMS terhadap IPMas?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

    1) Mengkonfirmasi bahwa indikator dan item (second order) yang

    digunakan dapat menjelaskan karakter variabel Indeks Kepuasan

    Layanan Infrastruktur (IKLI), Indeks Modal Sosial (IMS) dan

    Indeks Pembangunan Masayarakat (IPMas)

    2) Mengetahui indikator dan item yang paling kuat dalam membenuk dan mencerminkan variabel.

    3) Menganalisis pengaruh IKLI dan IMS terhadap IPMas.

    1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian tugas akhir ini adalah:

    1) Memahami penerapan analisis second order dengan pendekatan WarpPLS.

    2) Menentukan indikator dan item yang dapat mengukur dan menjelaskan karakteristik IKLI, IMS dan IPMas.

    3) Sebagai masukan bagi pihak Barenlitbang Kota Malang untuk mendapatkan hasil IPMas terbaik.

    1.5. Batasan Masalah

    Batasan masalah pada penelitian ini adalah:

    1) Data yang digunakan adalah data IKLI, IMS dan IPMas Barenlitbang Kota Malang Tahun 2018.

    2) Algoritma resampling yang digunakan adalah bootstrap.. 3) Algoritma inner model yang digunakan adalah Warp.

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Pemodelan Persamaan Struktural (SEM)

    Pemodelan statistika yang melibatkan hubungan antar variabel

    dan model indikator secara bersama-sama disebut model persamaan

    struktural atau Structural Equation Model (SEM) (Solimun dkk.,

    2017). SEM merupakan teknik analisis multivariat yang

    dikembangkan guna menutupi keterbatasan yang dimiliki oleh model-

    model analisis sebelumnya yang telah digunakan secara luas dalam

    penelitian statistik. Model-model yang dimaksud diantaranya adalah

    analisis regresi, analisis jalur, dan analisis faktor konfirmatori (Hox

    dan Bechger, 1998).

    Menurut Santoso (2011) SEM adalah teknik statistik multivariat

    yang merupakan kombinasi dari analisis faktor dan analisis regresi

    (korelasi) dan bertujuan untuk menguji hubungan antar variabel yang

    ada pada sebuah model, baik antara indikator dengan variabel laten

    maupun hubungan antar variabel laten. Sementara, Ghozali (2014)

    mendeskripsikan SEM sebagai suatu teknik analisis multivariat

    generasi kedua yang menggabungkan antara analisis faktor dan

    analisis jalur sehingga memungkinkan peneliti untuk menguji dan

    mengestimasi secara simultan hubungan antara variabel eksogen dan

    endogen dengan banyak indikator.

    Dengan demikian SEM adalah salah satu teknik analisis

    multivariat yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar

    variabel yang lebih kompleks dibandingkan dengan analisis regresi

    berganda dan analisis faktor.

    Terdapat dua pendekatan dalam analisis SEM yaitu berbasis

    kovarian dan berbasis komponen atau varian. Penggunaan SEM

    berbasis varian dipengaruhi oleh beberapa syarat seperti distribusi

    normal multivariat, jumlah sampel yang besar, dan dalam membentuk

    variabel laten indikatornya bersifat reflektif.

    Analisis SEM berbasis varian memandang teori mempunyai

    peranan yang sangat penting dalam membangun hubungan kausalitas

    model struktural dan tujuannya hanya ingin mengkonfirmasi apakah

    model berdasarkan teori tidak berbeda dengan model empirisnya.

    Berbeda dengan SEM berbasis kovarian, SEM berbasis varian seperti

    Partial Least Square (PLS) dan Generalized Structured Component

    Analysis (GSCA) tidak membutuhkan asumsi. SEM berbasis varian

  • 6

    dapat digunakan jika data tidak dapat dianalisis dengan SEM berbasis

    kovarian (Ghozali, 2008).

    2.2. Model Sistem Persamaan untuk Variabel Laten

    Sampai saat ini, terdapat beberapa analisis Permodelan

    Persamaan Struktural atau Structural Equation Modelling (SEM) yang

    aplikasinya berkembang di Indonesia, antara lain SEM dengan

    software AMOS/LISREL, PLS software dengan SmartPLS, GSCA

    dengan software GesCA dan WarpPLS dengan software WarpPLS.

    Pemilihan metode analisis kelompok ini utamanya tergantung dari dua

    hal, yaitu model indikator (outer model) dan model hubungan antar

    variabel laten (inner model).

    Deskripsi mengenai metode analisis dan software yang

    digunakan dijelaskan pada Tabel 2.1 (Solimun dkk., 2017).

    Tabel 2.1 Deskripsi Analisis SEM, PLS, GSCA dan WarpPLS

    No Outer

    Model Inner Model

    Metode

    Analisis

    Software (Paket

    Program)

    1 Reflektif

    Kausalitas

    satu arah

    (memenuhi

    salah satu

    sifat model

    rekursif

    SEM AMOS & LISREL

    PLS SmartPLS

    GSCA GeSCA (online)

    WarpPLS WarpPLS

    2 Reflektif Tidak

    rekursif

    SEM AMOS & LISREL

    GSCA GeSCA (online)

    WarpPLS WarpPLS

    3

    Formatif

    dan

    Reflektif

    Kausalitas

    satu arah

    (memenuhi

    rekursif)

    PLS SmartPLS

    GSCA GeSCA (online)

    WarpPLS WarpPLS

    4

    Formatif

    dan

    Reflektif

    Tidak

    rekursif

    GSCA GeSCA (online)

    WarpPLS WarpPLS

  • 7

    Pada penelitian ini, metode analisis yang digunakan adalah WarpPLS

    yang diaplikasikan pada software dengan nama yang sama.

    2.3. Pendekatan WarpPLS (Partial Least Square) pada SEM

    Analisis WarpPLS adalah pengembangan dari analisis Partial

    Least Square (PLS) yang pertama kali dikembangkan oleh Herman.

    Model PLS dikembangkan sebagai alternatif ketika perancangan

    model memiliki teori yang lemah atau belum ditemukan dan terdapat

    indikator yang tidak dapat diukur dengan pengukuran reflektif. PLS

    merupakan metode yang powerful karena asumsi pada model PLS

    tidak terlalu diperlukan, dan ukuran sampel yang diperlukan bisa besar

    ataupun kecil. PLS selain dapat digunakan untuk pengujian hipotesis

    juga dapat digunakan untuk membangun hubungan yang belum ada

    landasan teori dan juga digunakan untuk pengujian proporsi.

    Analisis WarpPLS juga berlaku seperti pada analisis PLS.

    Bilamana model struktural yang dianalisis memenuhi model reflektif

    atau memenuhi model formatif, maka analisis yang dapat diterapkan

    salah satunya adalah model PLS (Partial Least Square) (Solimun dkk.,

    2017). Model struktural pada WarpPLS terdiri dari dua hal, yaitu:

    1) Outer model adalah data variabel laten yang bersumber dari indikatornya.

    2) Inner model adalah model hubungan antar variabel laten yang bersifat rekursif dan tidak rekursif.

    2.4. Metode WarpPLS

    Metode resampling merupakan sebuah pendekatan

    nonparametrik sehingga tepat digunakan dalam analisis SEM-PLS

    untuk memperoleh nilai signifikansi statistik tanpa harus memenuhi

    asumsi-asumsi yang ketat (Kock, 2013 dan Hair dkk., 2011).

    WarpPLS menyediakan tiga pilihan algoritma metode

    resampling, yaitu:

    1) Bootstrapping, yaitu metode resampling dengan algoritma menciptakan jumlah subsampel (resampel) dengan metode yang

    dikenal sebagai pengambilan sampel dengan penggantian

    (resampling with replacement) dan merupakan pilihan terbaik

    untuk ukuran sampel besar (>100) dengan data yang terdistribusi

    merata.

    2) Jackknifing, metode yang menciptakan jumlah resample sama dengan ukuran sampel orisinil dimana setiap resample mempunyai

  • 8

    satu baris yang dibuang. Algoritma ini merupakan pilihan yang

    baik untuk menangani masalah adanya outlier.

    3) Blindfolding, metode dengan algoritma resampling yang memiliki karakter di antara jackknifing dan bootstraping. Jika jumlah

    resample mendekati ukuran sampel awal, khususnya untuk sampel

    kecil dan berisi outlier, hasil blindfolding akan sama dengan

    jackknifing. Sebaliknya, untuk ukuran sampel yang besar dengan

    data terdistribusi merata, hasil blindfolding akan sama dengan

    bootstraping.

    Metode resampling yang akan digunakan pada penelitian ini

    adalah bootstrap karena ukuran sampel yang digunakan lebih dari

    seratus.

    2.5. Analisis Second-Order

    Pada beberapa model penelitian, variabel laten konstruk dapat

    terdiri atas berbagai dimensi atau komponen sehingga disebut

    konstruk multidimensi, dimana setiap dimensi atau indikator diukur

    dengan beberapa indikator atau item. Konstruk seperti ini biasa disebut

    sebagai second order construct (Sholihin dan Ratmono, 2013).

    Analisis second order construct juga disebut sebagai higher-order

    model atau hierarchical component model (HCM) (Hair dkk., 2013).

    Edwards (2001) menyatakan bahwa high order component

    bermanfaat sebagai theoretical utility, dalam hal ini konstruk yang

    bersifat lebih umum dapat lebih didukung oleh dimensi spesifik yang

    membentuknya (kasus formative) atau dimensi spesifik yang

    merefleksikannya (kasus reflective), sehingga dapat ditelusuri secara

    lebih mendetail melalui pengembangan sub-dimensi yang lebih

    spesifik untuk menjelaskan karakter sebuah konstruk yang bersifat

    umum.

    Mengutip dari Becker, dkk. (2012), terdapat empat tipe second-

    order construct, yaitu reflective first order dan reflective second order,

    reflective first order dan formative second order, formative first order

    dan reflective second order, formative first order dan formative second

    order seperti pada Gambar 2.1.

  • 9

    Gambar 2.1. Tipe Second-Order Construct

    2.6. Model Pengukuran pada Persamaan Struktural

    Perumusan model pengukuran tergantung pada arah hubungan

    antara item dengan indikator dan indikator dengan variabel laten.

    Dalam hal pemodelan persamaan struktural dikenal dua model

    pengukuran, yaitu model pengukuran reflektif dan pengukuran

    formatif.

    2.6.1. Model Indikator Reflektif

    Menurut Solimun dkk (2017), model indikator reflektif adalah

    model dengan variabel sikap atau perilaku yang tercermin, terlihat dan

    terefleksi. Model ini dikembangkan berdasarkan pada classical test

    theory yang mengasumsikan bahwa variasi nilai variabel laten

    merupakan fungsi dari true score. Jadi variabel laten seolah-olah

    X13

    X22

    X31

    X33

    X32

    Reflektif – Reflektif, Tipe 1

    X23

    X21

    X12

    X11 1

    FO1

    FO2

    FO3

    SO X23

    Formatif – Reflektif, Tipe 2

    1

    1

    1

    FO1

    FO2

    FO3

    SO

    X33

    X32

    X31

    X22

    X21

    X13

    X12

    X11

    X21

    X23

    X12

    X13 FO1

    FO2

    FO3

    SO

    Reflektif – Formatif, Tipe 3

    X33

    X32

    X31

    X22

    X11 1

    X32

    X31

    X22

    X13

    X12

    Formatif – Formatif, Tipe 4

    X33

    X23

    X21

    X11 1

    1

    1

    FO1

    FO2

    FO3

    SO

  • 10

    (seperti) mempengaruhi indikator atau seolah-olah arah kausalitas dari

    variabel ke indikator. Model reflektif sering juga disebut confirmatory

    factor model di mana data variabel laten berupa skor faktor dan

    diperoleh menggunakan analisis faktor.

    Ciri-ciri model indikator reflektif menurut Solimun dkk. (2017),

    yaitu:

    1) Arah kausalitas seolah-olah (seperti) dari variabel laten (Fi) ke indikator (Xi).

    2) Antar indikator diasumsikan saling berkorelasi (harus memiliki faktor bersama atau common factors).

    3) Menghilangkan satu indikator tidak akan merubah makna dan arti variabel laten.

    4) Kesalahan pengukuran (error) pada setiap (tingkat) indikator dilambangkan dengan εi.

    Salah satu contoh model indikator reflektif adalah variabel yang

    berkaitan dengan sikap (attitude) dan niat membeli (purchase

    intention) (Jarvis et al., 2003). Sikap biasanya dipandang sebagai

    respon dalam bentuk favorable (menguntungkan) atau unfavorable

    (tidak menguntungkan) terhadap suatu obyek dan biasanya diukur

    dengan skala multi item dalam bentuk semantik diferensial seperti

    good-bad, like-dislike, dan favorable-unfavorable. Sedangkan niat

    membeli umumnya diukur dengan ukuran subyektif seperti howlikely-

    unlikely, probable-improbable, dan atau possible-impossible.

    2.6.2. Model Indikator Formatif

    Asal usul model formatif dapat ditelusuri kembali berdasarkan

    definisi operasional. Dari definisi operasional, dapat ditarik

    kesimpulan model indikator mana yang tepat digunakan antara model

    indikator formatif atau reflektif. Pada model formatif variabel

    komposit seolah-olah dipengaruhi (ditentukan) oleh indikatornya. Jadi

    arah hubungan kausalitas seolah-olah dari indikator ke variabel laten

    (Jaya dan Sumertajaya, 2008). Ciri-ciri model indikator formatif

    adalah:

    1) Arah hubungan kausalitas seolah-olah (seperti) dari indikator ke

    variabel laten.

    2) Antar indikator diasumsikan tidak berkorelasi.

    3) Menghilangkan satu indikator berakibat merubah makna dari

    konstruk.

    4) Kesalahan pengukuran diletakkan pada tingkat variabel laten (εi).

  • 11

    Secara umum ada yang berpandangan bahwa variabel laten yang

    model indikatornya formatif dibentuk dari indikator-indikator yang

    datanya bersifat kuantitas, misal kesejahteraan masyarakat dengan

    indikator pendapatan perkapita, lama pendidikan, dan usia harapan

    hidup, dimana semua indikator datanya berupa kuantitas dan bukan

    persepsi (Solimun, 2010).

    2.6.3. Perbandingan Model Indikator Reflektif dan Formatif

    Penjelasan mengenai model indikator reflektif dan model indikator

    formatif secara sederhana dapat disimpulkan ke dalam bentuk

    perbandingan yang ditunjukkan pada Tabel 2.2.

    Tabel 2.2. Perbandingan Model Indikator Reflektif dan Model

    Indikator Formatif.

    Karakteristik Analisis faktor:

    Reflektif

    Analisis komponen

    utama: Formatif

    Model

    matematika

    − Faktor terkandung

    di dalam variabel

    asal

    − Variabel asal

    merupakan fungsi

    dari faktor

    − Komponen utama

    merupakan

    kombinasi linier

    dari variabel asal

    − Komponen utama

    merupakan fungsi

    dari variabel asal

    Variabel asal

    Harus memiliki faktor

    bersama (common

    factor)

    Tidak memiliki atau

    memiliki faktor

    bersama

    Metode

    pendugaan

    loading /

    weight

    Konsep nilai eigen

    dan vektor eigen

    − PCA solution

    − MLE

    Metode

    pengukuran

    Berupa “faktor” yang

    direfleksikan oleh

    indicator

    Berupa “variabel”

    yang dibentuk oleh

    indicator

  • 12

    2.7. Langkah-langkah Analisis WarpPLS

    Untuk melakukan pemodelan struktural dengan pendekatan

    WarpPLS, perlu dilakukan langkah-langkah yang dijelaskan berikut.

    2.7.1. Merancang Model Struktural (Inner model)

    Langkah pertama yaitu melakukan perancangan inner model.

    Inner model merupakan model yang menggambarkan hubungan yang

    ada di antara variabel laten berdasarkan path substantive theory. Inner

    model biasa disebut sebagai inner relation atau structural model.

    Perancangan inner model didasarkan pada rumusan masalah atau

    hipotesis penelitian. Kelebihan dari analisis PLS/WarpPLS

    dibandingkan dengan SEM adalah perancangan model tidak hanya

    bisa berbasiskan teori, melainkan sebagai berikut (Solimun dkk.,

    2017).

    1) Norma finalitas (kitab suci) 2) Aksioma 3) Teorema/teori/dalil 4) Hasil penelitian empiris 5) Adopsi teori dan hasil penelitian empiris tentang hubungan

    antar variabel dari bidang ilmu yang lain 6) Norma tidak final, misal peraturan pemerintah, undang-undang,

    SOP, dan lain sebagainya. 7) Kondisi empiris 8) Expert judgement 9) Intuisi/logika

    2.7.2. Merancang Model Pengkuran (Outer Model)

    Outer model adalah model yang menggambarkan hubungan

    antara variabel laten dengan indikatornya. Outer model biasa disebut

    sebagai outer relation atau measurement model. Merancang outer

    model bertujuan untuk menentukan apakah sifat indikator masing-

    masing variabel bersifat reflektif atau formatif. Pengukuran yang tidak

    sesuai dalam membangun sebuah model hubungan akan memperoleh

    hasil analisis yang tidak tepat (Solimun dkk., 2017).

    2.7.3. Mengkonstruksi Diagram Jalur

    Perancangan inner model dan outer model perlu dinyatakan

    dalam bentuk jalur untuk lebih mudah dipahami. Adapun bentuk jalur

  • 13

    pada penelitian ini menggunakan analisis WarpPLS sebagaimana

    ditunjukkan pada Gambar 2.2.

    Y2.3

    Y2.2

    Y2.1

    Y2.1.6Y2.1.5Y2.1.4Y2.1.3Y2.1.2Y2.1.1

    Y2.2.5

    Y2.2.4

    Y2.2.3

    Y2.2.1

    Y2.2.2

    Y2.3.3Y2.3.2Y2.3.1

    ε15ε14ε13ε12ε11

    ε20

    ε19

    ε17

    ε16

    ε18

    ε23ε22ε21

    r5

    r6

    βy2.1

    βy3.1

    βy1

    βy3

    βy2

    βy1.2 βy1.3 βy1.4 βy1.5 βy1.6

    βy2.2

    βy2.3

    βy2.4

    βy2.5

    βy3.2βy3.3

    ζ2

    X2.14

    X4.15

    X5.14

    X5

    X4

    X3

    X2

    X1.1

    X2...

    X2.1

    X3.15

    X3...

    X3.1

    X4...

    X4.1

    X5...

    X5.1

    e2

    e3

    e4

    e5

    βx1.1

    βx3.1

    βx4.1

    βx5.1

    βx1

    βx5

    βx2

    βx3

    βx4

    βx2.14

    βx3...

    βx3.15

    βx4...

    βx4.15

    βx5...

    βx5.14

    X

    Y1

    Y2

    Y1.3Y1.2

    Y1.1.2 Y1.2.1Y1.1.1 Y1.1.5Y1.1.4Y1.1.3 Y1.2.1 Y1.3.2Y1.3.1

    ε1 ε9ε8ε7ε6ε5ε4ε3ε2

    ε10

    r3r2

    r4

    λy1.1 λy1.2 λy1.3 λy1.4 λy1.5

    λy2.1 λy2.2

    λy3.1 λy3.2

    βy1.1

    λy2 λy3λy1

    ζ1

    Y1.1

    X1

    X1.13X1..r1

    e1

    βx2.1

    βx2...

    βx1... βx1.13

    Y1

    Gambar 2.2. Diagram Jalur Penelitian

    Keterangan:

    X : variabel laten eksogen

    Yg : variabel laten endogen ke-g

    Xi : indikator ke-i variabel eksogen

    Yg.k : indikator ke-k variabel endogen ke-g

    λ : koefisien loading

    β : koefisien weight

    Xi.j : item ke-j dari indikator ke-i variabel eksogen

    Yg.k.l : item ke-l dari indikator ke-k variabel endogen ke-g

    : galat model struktural ke-h

    : galat pengukuran pada variabel manifes untuk variabel laten

    eksogen

    l : galat pengukuran ke-l pada item dari variabel laten endogen

    ie : galat pengukuran ke-i pada indikator dari variabel eksogen

    kr : galat pengukuran ke-k pada indikator variabel endogen

    g : banyak variabel endogen

    m : banyak item pada variabel eksogen, i=1,2,...,m

    γ2

    γ1 α

  • 14

    n : banyak indikator pada variabel eksogen, j=1,2,..., n

    o : banyak item pada variabel endogen, l=1,2,...,o

    p : banyak indikator pada variabel endogen, k=1,2,...,p

    2.7.4. Konversi Diagram Jalur ke Sistem Persamaan

    Setelah mengkonstruksi diagram jalur, perlu dilakukan konversi

    ke sistem persamaan. Persamaan yang akan didapatkan berasal dari

    outer model dan inner model.

    1) Outer Model

    Outer model adalah spesifikasi hubungan antara variabel laten

    dengan indikator, juga sebagai pendefinisian karakteristik variabel

    laten dengan indikatornya. Terdapat dua tipe model yaitu model

    reflektif dan formatif. Model reflektif berbasis pada Analisis Faktor,

    sedangkan model formatif berbasis pada Analisis Komponen Utama.

    Penelitian ini menggunakan analisis second-order dengan tiga

    variabel laten. Berdasarkan Gambar 2.2 diketahui terdapat dua model

    utama yaitu model first order dan model second order, di mana

    masing-masing model terdiri dari hubungan reflektif dan hubungan

    formatif.

    Model reflektif first order menggambarkan hubungan item yang

    dicerminkan oleh indikator, sementara model formatif first order

    menggambarkan hubungan item yang membentuk indikator. Model

    pengukuran reflektif first order dapat ditulis seperti pada persamaan

    (2.1) dan (2.2).

    .. i ji j x i j

    x X = + (2.1)

    . .. . .g k lg k l y g k l

    y Y = + (2.2)

    Keterangan:

    .i jx : koefisien loading item ke-j dari indikator variabel eksogen ke-i

    . .g k ly : koefisien loading item ke-l dari indikator ke-k pada variabel

    endogen ke-g

    xi.j : item ke-j dari indikator ke-i variabel eksogen

    yg.k.l : item ke-l dari indikator ke-k pada variabel endogen ke-g

    Xi : indikator ke-i dari variabel laten eksogen

    Yg.k : indikator ke-k dari variabel laten endogen ke-g

    j : galat pengukuran ke-j pada item dari variabel laten eksogen

    l : galat pengukuran ke-l pada item dari variabel laten endogen

  • 15

    m : banyak item pada indikator ke-i dari variabel eksogen, j= 1,2,...,m

    n : banyak indikator pada variabel eksogen, i=1,2,..., n

    o : banyak item pada indikator ke-k dari variabel endogen ke-g,

    l=1,2,...,o

    p : banyak indikator pada variabel endogen ke-g, k=1,2,...,p

    g : banyak variabel endogen

    Model pengukuran formatif first order dapat ditulis seperti pada

    persamaan (2.3) dan (2.4).

    . .i ji x i j iX x e= + (2.3)

    . .. . .g k lg k y g k l k

    Y y e= + (2.4)

    Keterangan:

    .i jx : koefisien weight dari item terhadap indikator X

    . .g k ly : koefisien weight dari variabel laten endogen terhadap indikator

    (matriks loading)

    xi.j : item ke-j dari indikator ke-i variabel eksogen

    yg.k.l : item ke-l dari indikator ke-k pada variabel endogen ke-g

    Xi : indikator ke-i dari variabel laten eksogen

    Yg.k : indikator ke-k dari variabel laten endogen ke-g

    ei : galat pengukuran ke-i pada indikator dari variabel eksogen

    ek : galat pengukuran ke-k pada indikator dari variabel endogen

    m : banyak item pada indikator ke-i dari variabel eksogen,

    j= 1,2,...,m

    n : banyak indikator pada variabel eksogen, i=1,2,..., n

    o : banyak item pada indikator ke-k dari variabel endogen ke-g,

    l=1,2,...,o

    p : banyak indikator pada variabel endogen ke-g, k=1,2,...,p

    g : banyak variabel endogen

    Sementara itu, model reflektif second order menggambarkan

    hubungan indikator yang dicerminkan oleh variabel laten, sementara

    model formatif second order menggambarkan hubungan indikator

    yang membentuk variabel laten. Model pengukuran reflektif second

    order dapat ditulis seperti pada persamaan (2.5) dan (2.6).

    ii x iX X e= + (2.5)

    .. g kg k y g k

    Y Y r= + (2.6)

    Keterangan:

  • 16

    ix : koefisien loading indikator ke-i dari variabel eksogen

    .g ky : koefisien loading indikator ke-k dari variabel endogen ke-g

    X : variabel eksogen

    Yg : variabel endogen ke-g

    Xi : indikator ke-i dari variabel laten eksogen

    Yg.k : indikator ke-k dari variabel laten endogen ke-g

    ei : galat pengukuran ke-i pada indikator dari variabel laten eksogen

    rk : galat pengukuran ke-k pada indikator dari variabel laten endogen

    n : banyak indikator pada variabel eksogen, i=1,2,..., n

    p : banyak indikator pada variabel endogen, k=1,2,...,p

    g : banyak variabel endogen

    Model pengukuran formatif second order dapat ditulis seperti

    pada persamaan (2.7) dan (2.8).

    ix i

    X X = + (2.7)

    . .g kg y g k g

    Y Y = + (2.8)

    Keterangan:

    ix : koefisien weight dari item terhadap indikator X

    ky : koefisien weight dari variabel laten endogen terhadap indikator

    (matriks loading)

    X : variabel laten eksogen

    Yg : variabel laten endogen ke-g

    Xi : indikator ke-i dari variabel laten eksogen

    Yg.k : indikator ke-k dari variabel laten endogen ke-g

    δ : galat pengukuran pada variabel laten eksogen

    ζg : galat pengukuran ke-g pada variabel laten endogen

    n : banyak indikator pada variabel eksogen, i=1,2,..., n

    p : banyak indikator pada variabel endogen, k=1,2,...,p

    g : banyak variabel endogen

    Berdasarkan diagram jalur pada Gambar 2.2, terdapat tiga tipe

    model pengukuran yaitu formatif first order - formatif second order

    (formatif - formatif), reflektif first order - reflektif second order

    (reflektif - reflektif) dan formatif first order - reflektif second order

    (formatif - reflektif).

    a. Formatif - Formatif Model pengukuran formatif first order - formatif second order

    berdasarkan Gambar 2.2 ditunjukkan pada Gambar 2.3.

  • 17

    X2.14

    X4.15

    X5.14

    X

    X5

    X4

    X3

    X2

    X1

    X1.13X1..X1.1

    X2...

    X2.1

    X3.15

    X3...

    X3.1

    X4...

    X4.1

    X5...

    X5.1

    e2

    e1

    e3

    e4

    e5

    ßx1.1

    ßx2.1

    ßx2...

    ßx3.1

    ßx4.1

    ßx5.1

    ßx1

    ßx5

    ßx2

    ßx3

    ßx4

    ßx1... ßx1.13

    ßx2.14

    ßx3...

    ßx3.15

    ßx4...

    ßx4.15

    ßx5...

    ßx5.14

    Gambar 2.3 Konstruk Diagram Model Formatif-Formatif

    Pada Gambar 2.3, hubungan formatif first order ditunjukkan

    oleh item X1.1, X1..., X1.13, X2.1 hingga X5.14 dengan indikator X1 hingga

    X5, sementara hubungan formatif second order ditunjukkan oleh

    indikator X1 hingga X5 dengan variabel . Berdasarkan Gambar 2.3,

    model pengukuran formatif first order mengikuti persamaan (2.3)

    sehingga didapatkan model seperti yang ditunjukkan pada persamaan

    (2.9), sedangkan model pengukuran formatif second order mengikuti

    persamaan (2.7) sehingga didapatkan model seperti yang ditunjukkan

    pada persamaan (2.10).

    𝑋1 = 𝛽𝑥1.1𝑋1.1 + 𝛽𝑥1.2𝑋1.2+. . +𝛽𝑥1.13𝑋1.13 + 𝑒1

    𝑋2 = 𝛽𝑥2.1𝑋2.1 + 𝛽𝑥2.2𝑋2.2+. . . +𝛽𝑥2.14𝑋2.14 + 𝑒2

    𝑋3 = 𝛽𝑥3.1𝑋3.1 + 𝛽𝑥3.2𝑋3.2 + ⋯ + 𝛽𝑥3.15𝑋3.15 + 𝑒3

    𝑋4 = 𝛽𝑥4.1𝑋4.1 + 𝛽𝑥4.2𝑋4.2 + ⋯ + 𝛽𝑥4.15𝑋4.15 + 𝑒4

    𝑋5 = 𝛽𝑥5.1𝑋5.1 + 𝛽𝑥5.2𝑋5.2+. . . +𝛽𝑥5.14𝑋5.14 + 𝑒5 (2.9)

    𝑋 = 𝛽𝑥1𝑋1 + 𝛽𝑥2𝑋2+. . . +𝛽𝑥5𝑋5 + 𝛿1 (2.10)

    Formatif

    second order

    Formatif first

    order

  • 18

    b. Reflektif - Reflektif

    Model pengukuran formatif first order - formatif second order

    berdasarkan Gambar 2.2 ditunjukkan pada Gambar 2.4.

    Y1.3Y1.2

    Y1.1.2 Y1.2.1Y1.1.1 Y1.1.5Y1.1.4Y1.1.3 Y1.2.1 Y1.3.2Y1.3.1

    ε1 ε9ε8ε7ε6ε5ε4ε3ε2

    r3r2

    λy1.1 λy1.2 λy1.3 λy1.4 λy1.5

    λy2.1 λy2.2

    λy3.1 λy3.2

    λy2 λy3

    Y1

    λy1

    ζ1

    Y1.1

    r1

    Gambar 2.4 Konstruk Diagram Model Reflektif-Reflektif

    Pada Gambar 2.4, hubungan reflektif first order ditunjukkan

    oleh item Y1.1, Y1.2 hingga Y3.2 dengan indikator Y1, Y2 dan Y3,

    sementara hubungan reflektif second order ditunjukkan oleh indikator

    Y1, Y2 dan Y3 dengan variabel η1. Berdasarkan Gambar 2.3, model pengukuran reflektif first order mengikuti persamaan (2.2) sehingga

    didapatkan model seperti yang ditunjukkan pada persamaan (2.11),

    sedangkan model pengukuran reflektif second order mengikuti

    persamaan (2.6) sehingga didapatkan model seperti yang ditunjukkan

    pada persamaan (2.12).

    𝑌1.1.1 = 𝜆𝑦1.1𝑌1.1 + ε1

    𝑌1.1.2 = 𝜆𝑦1.2𝑌1.1 + ε2

    𝑌1.1.3 = 𝜆𝑦1.3𝑌1.1 + ε3

    𝑌1.1.4 = 𝜆𝑦1.4𝑌1.1 + ε4

    𝑌1.1.5 = 𝜆𝑦1.5𝑌1.1 + ε5

    𝑌1.2.1 = 𝜆𝑦2.1𝑌1.2 + ε6

    𝑌1.2.2 = 𝜆𝑦2.2𝑌1.2 + ε7

    𝑌1.3.1 = 𝜆𝑦3.1𝑌1.3 + ε8

    𝑌1.3.2 = 𝜆𝑦3.2𝑌1.3 + ε9 (2.11)

    𝑌1.1 = 𝜆𝑦1𝑌1 + 𝑟1

    𝑌1.2 = 𝜆𝑦2𝑌1 + 𝑟2

    𝑌1.3 = 𝜆𝑦3𝑌1 + 𝑟3 (2.12)

    Reflektif

    first order

    Reflektif

    second order

  • 19

    c. Formatif – Reflektif Model pengukuran formatif first order - reflektif second

    order berdasarkan Gambar 2.2 ditunjukkan pada Gambar 2.5.

    Y2.3

    Y2.2

    Y2.1

    Y2.1.6Y2.1.5Y2.1.4Y2.1.3Y2.1.2Y2.1.1

    Y2.2.5

    Y2.2.4

    Y2.2.3

    Y2.2.1

    Y2.2.2

    Y2.3.3Y2.3.2Y2.3.1

    ε15ε14ε13ε12ε11

    ε20

    ε19

    ε17

    ε16

    ε18

    ε23ε22ε21

    r5

    r6

    βy2.1

    βy3.1

    βy1

    βy3

    βy2

    βy1.2 βy1.3 βy1.4 βy1.5 βy1.6

    βy2.2

    βy2.3

    βy2.4

    βy2.5

    βy3.2βy3.3

    Y2

    ε10

    r4

    βy1.1

    Gambar 2.5 Konstruk Diagram Model Formatif-Reflektif

    Pada Gambar 3.5, hubungan formatif first order ditunjukkan

    oleh item Y4.1, Y4.2, Y4.3 hingga Y6.3 dengan indikator Y4, Y5 dan Y6,

    sementara hubungan reflektif second order ditunjukkan oleh indikator

    Y4, Y5 dan Y6 dengan variabel η2. Berdasarkan Gambar 2.5, model pengukuran formatif first order mengikuti persamaan (2.4) sehingga

    didapatkan model seperti yang ditunjukkan pada persamaan (2.13),

    sedangkan model pengukuran reflektif second order mengikuti

    persamaan (2.6) sehingga didapatkan model seperti yang ditunjukkan

    pada persamaan (2.14).

    𝑌2.1 = 𝛽𝑦1.1𝑌2.1.1 + 𝛽𝑦1.2𝑌2.1..2+. . . +𝛽𝑦1.6𝑌2.1.6 + 𝑟4

    𝑌2.2 = 𝛽𝑦2.1𝑌2.2.1 + 𝛽𝑦2.2𝑌2.2.2+. . . +𝛽𝑦2.5𝑌2.2.5 + 𝑟5

    𝑌2.3 = 𝛽𝑦2.3.1𝑌6.1 + 𝛽𝑦3.2𝑌2.3.2 + 𝛽𝑦3.3𝑌2.3.3 + 𝑟6 (2.13)

    𝑌2 = 𝛽𝑦1𝑌2.1 + 𝛽𝑦2𝑌2.2 + 𝛽𝑦3𝑌2.3 + 𝜁2 (2.14)

    Formatif

    first order

    Reflektif

    second order

  • 20

    2) Inner model

    Inner model adalah spesifikasi hubungan antar variabel laten

    (model struktural) atau biasa disebut dengan inner relation yang

    menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan teori

    substansif penelitian. Model persamaan inner model dapat ditulis

    seperti pada persamaan (2.15).

    Y Y X = + + (2.15)

    Keterangan :

    : koefisien jalur yang menghubungkan variabel laten endogen

    dengan endogen : koefisien jalur yang menghubungkan variabel laten eksogen

    dengan endogen

    Y : vektor variabel laten endogen

    X : vektor variabel laten eksogen

    : vektor galat inner model

    Berdasarkan Gambar 2.2, model struktural yang digunakan

    dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 2.6.

    Y1

    Y2

    ζ2

    X

    ζ1

    Gambar 2.6 Konstruk Diagram Model Struktural

    Mengikuti persamaan (2.15), berdasarkan Gambar 2.6

    didapatkan dua persamaan model struktural yang akan digunakan pada

    penelitian ini yang ditunjukkan pada persamaan (2.16).

    𝑌1 = 𝛼1𝑋+𝜁1

    𝑌2 = 𝛾1𝑌1 + 𝛼2𝑋 + 𝜁2 (2.16)

    2.7.5. Estimasi Parameter

    Analisis WarpPLS merupakan pengembangan analisis PLS.

    Oleh karena itu pada pendekatan WarpPLS juga berlaku seperti pada

    PLS. Menurut Solimun (2010), pendugaan parameter di dalam PLS

    meliputi tiga tahapan yaitu:

    α1 γ1

    α2

  • 21

    1) Weight estimate, yaitu pendugaan outer weight. Digunakan untuk menghitung nilai variabel laten.

    2) Path estimate, yaitu pendugaan koefisien jalur yang menghubungkan antar variabel laten dan antara variabel laten

    dengan variabel manifesnya (loading).

    3) Means estimate, yaitu pendugaan parameter berdasarkan resampling dengan tujuan untuk pengujian hipotesis parameter.

    Metode pendugaan parameter di dalam PLS adalah metode

    kuadrat terkecil. Proses perhitungan dilakukan dengan cara iterasi,

    PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap sehingga pada setiap

    iterasi menghasilkan nilai pendugaan.

    Pada tahap pertama, nilai penduga setiap variabel laten

    diperoleh melalui dua cara, yaitu outside approximation dan inside

    approximation. Untuk memperoleh outside approximation weight

    digunakan penduga inner model, sedangkan untuk memperoleh inside

    approximation weight digunakan penduga outer model. Proses iterasi

    akan berhenti ketika tercapai kondisi konvergen yaitu apabila

    persentase perubahan setiap bobot aproksimasi outside relatif terhadap

    proses iterasi sebelumnya kurang dari 0,001 (Solimun, 2010).

    Terdapat 4 langkah dalam pendugaan parameter tahap pertama

    berdasarkan algoritma PLS (Chinn, 2000), yaitu:

    langkah 1: menghitung inner weight dengan pendekatan centroid

    vji = {sign cor(Yj; Yi), jika Yj dan Yi berdekatan

    0, lainnya

    langkah 2: Inside approximation :

    j ji iiZ v Y= (2.17)

    langkah 3: Outer weight

    j j jk k j ky w Z e= + pada model reflektif (2.18)

    j jj k k jkZ w y d= + pada model formatif (2.19)

    langkah 4: Outside approximation

    j jj k kk

    Y w y= (2.20) Keterangan:

    jY : variabel laten outside approximation

    jZ : variabel laten inside approximation

  • 22

    jky : variabel manifes

    d : residual validitas

    e : residual outer v : inner weight

    w : koefisien weight

    j : 1,2,3,...,Q untuk banyak variabel laten

    i : 1,2,3,....,T untuk banyak variabel laten tetangga

    jk : 1,2,3,...,R untuk banyak hubungan variabel manifes tanpa j

    n : 1,2,3,....,N untuk banyak pengamatan Setelah skor variabel laten di estimasi pada tahap satu, maka

    tahap kedua adalah mengestimasi hubungan jalur dengan ordinary

    least square. Jika estimasi pada tahap dua menghasilkan nilai yang

    berarti maka parameter mean untuk indikator dan variabel laten

    diestimasi pada tahap ketiga. Pendugaan pada tahap ketiga dilakukan

    dengan cara mean setiap indikator dihitung terlebih dahulu dengan

    menggunakan data asli, kemudian menggunakan bobot yang didapat

    dari tahap satu, mean untuk setiap variabel laten dihitung. Dengan

    nilai mean untuk setiap variabel laten dan koefisien path dari tahap

    kedua, maka parameter untuk setiap variabel dependent dihitung

    sebagai perbedaan antara mean yang baru saja dihitung dengan

    systematic part accounted oleh variabel laten eksogen yang

    mempengaruhinya (Solimun, 2010).

    Terdapat beberapa estimasi parameter outer model dan inner

    model pada pemodelan menggunakan WarpPLS. Algoritma analisis

    outer model pada dasarnya adalah proses perhitungan data variabel

    laten yang bersumber dari data indikator. Terdapat 5 algoritma outer

    model pada WarpPLS (Solimun dkk., 2017) yaitu:

    1) PLS Regression, yaitu inner model tidak mempengaruhi outer model.

    2) PLS Mode M, yaitu inner model mempengaruhi outer model. 3) PLS Mode A, untuk model indikator reflektif. 4) PLS Mode B, untuk model indikator formaif. 5) Robust Path Analysis, yaitu data variabel laten berupa rata-rata

    skor indikator.

    Penelitian ini menggunakan algoritma outer model PLS

    Regression. Sedangkan algoritma analisis pada inner model adalah

    metode dan proses perhitungan koefisien jalur, atau koefisien

  • 23

    pengaruh antara variabel laten. Terdapat dua algoritma inner model,

    yaitu:

    1) Linier, model hubungan antar variabel laten memenuhi asumsi linier.

    2) Warp, model hubungan antar variabel laten tidak memenuhi asumsi linier.

    Untuk menentukan algoritma inner model yang akan digunakan,

    maka diperlukan uji linieritas. Metode Regression Specification Error

    Test (RESET) dapat digunakan untuk melakukan uji linieritas. Dalam

    pendekatannya Ramsey RESET menggunakan Ordinary Least Square

    (OLS) untuk meminimumkan jumlah dari error yang dikuadratkan

    dari setiap observasi (Gujarati, 2004).

    Langkah-langkah uji linieritas menggunakan metode RESET adalah

    sebagai berikut:

    1) Persamaan regresi pertama yaitu: 𝑌𝑖= 𝛽0+ 𝛽1𝑋1𝑖+ . . . . . + 𝛽𝑝𝑋𝑝𝑖+ 𝜀1 (2.21)

    Pendugaan parameter dengan pendekatan Ordinary Least Square

    (OLS) kemudian diperoleh pendugaan sebagai berikut.

    �̂�𝑖=�̂�0 + �̂�1𝑋1𝑖+ . . . . + �̂�𝑝𝑋𝑝𝑖

    Kemudian melakukan perhitungan 𝑅12 yang pertama dengan

    persamaan (2.22).

    2

    2 11 2

    1

    ( )1

    ( )

    n

    iii

    n

    i ii

    Y YR

    Y Y

    =

    =

    −= −

    (2.22)

    2) Lalu dilakukan OLS untuk Persamaan regresi kedua yaitu:

    𝑌𝑖= 𝛼0+ 𝛼1𝑋1𝑖+ . . .+ 𝛼𝑝𝑋𝑝𝑖+ 𝛼𝑝+1�̂�𝑖2 + 𝛼𝑝+2�̂�𝑖

    3+ 𝜀1 (2.23)

    �̂�𝑖= �̂�0+ �̂�1𝑋1𝑖+ . . .+ �̂�𝑝𝑋𝑝𝑖+ �̂�𝑝+1�̂�𝑖2 + �̂�𝑝+2�̂�𝑖

    3 (2.24)

    Kemudian melakukan perhitungan 𝑅12 lagi untuk menghasilkan

    nilai 𝑅12.

    3) Pengujian bentuk hubungan variabel prediktor dan variabel respon linier atau nonlinier.

    Hipotesis yang digunakan untuk uji RESET:

    𝐻0: 𝛼𝑝+1= 𝛼𝑝+2= 0 vs

    𝐻0: minimal ada satu 𝛼𝑗≠ 0, 𝑗 = 𝑝 + 1, 𝑝 + 2

    dengan statistik uji mengikuti sebaran F seperti pada persamaan

    (2.25).

  • 24

    ( )2 22 1

    2

    2

    / 2

    (1 ) / ( 2)

    R RF

    R n p

    −=

    − − + (2.25)

    Keputusan untuk menolak H0 jika Statistik Uji F > (1 ;2; ( 2))F T p− − +

    atau p-value < 0,05 yang berarti hubungan antara variabel prediktor

    dan variabel respon adalah nonlinier.

    2.7.6. Evaluasi Goodness of Fit

    Dasar evaluasi model PLS adalah pengukuran prediksi yang

    mempunyai sifat nonparametrik. Terdapat dua evaluasi model yaitu

    outer model dan inner model.

    1) Outer Model Outer model berkaitan tentang pengujian validitas dan reliabilitas

    instrumen penelitian. Hasil dari validitas konvergen dan diskriminan

    pada indikatornya digunakan untuk mengevaluasi model pengukuran

    indikator reflektif, sedangkan composite reliability untuk semua

    indikator. Substantive content digunakan untuk mengevaluasi outer

    model dengan indikator formatif, yaitu dengan membandingkan

    besarnya relatif weight serta melihat signifikan dan ukuran weight

    tersebut (Solimun, 2017).

    a. Validitas Konvergen Validitas konvergen dapat dilihat dari koefisien korelasi antara

    skor indikator reflektif dengan skor variabel laten (Solimun, dkk.,

    2017). Pada variabel laten yang memiliki indikator antara tiga

    sampai tujuh, kriteria yang sering digunakan pada nilai loading

    adalah sebesar 0,5 sampai 0,6 dan nilai tersebut dapat dikatakan

    valid.

    b. Validitas Diskriminan Validitas diskriminan dari model pengukuran reflektif dapat

    dihitung berdasarkan nilai cross loading dan nilai loading. Jika nilai

    loading variabel laten dengan setiap indikatornya lebih besar dari

    pada cross loading pada variabel laten lainnya, maka variabel laten

    tersebut dapat dikatakan memprediksi indikatornya lebih baik

    daripada variabel laten lainnya dan memenuhi validitas diskriminan.

    Selain itu, validitas diskriminan juga dapat dihitung dengan

    membandingkan nilai square root of average variance extracted

    (AVE). Metode ini untuk melihat validitas diskriminan keseluruhan

    indikator. Fornell dan Lacker dalam Ghozali (2008) mengatakan

    bahwa apabila nilai AVE lebih tinggi dari pada nilai korelasi di

  • 25

    antara variabel laten, maka validitas diskriminan dapat dianggap

    tercapai. Direkomendasikan nilai AVE lebih besar dari 0,5. Rumus

    hitung AVE ditunjukkan pada persamaan (2.26).

    2

    2 21

    i

    i i

    AVE

    =

    + −

    (2.26)

    dimana 𝜆𝑖2 adalah komponen loading factor dan

    21 var( )i i − =

    merupakan error pengukuran indikator ke-i.

    c. Composite Reliability Composite reliability adalah indeks yang menunjukkan sejauh

    mana suatu alat pengukur dapat dipercaya untuk diandalkan.

    Reliabilitas menunjukkan konsistensi alat pengukur pada gejala

    yang sama. Nilai reliabilitas komposit (ρc) pada peubah laten

    merupakan nilai yang mengukur kestabilan dan kekonsistenan dari

    pengukuran reliabilitas gabungan. Perhitungan reliabilitas komposit

    dapat dilakukan dengan rumus yang ditunjukkan pada persamaan

    (2.27). 2

    2

    ( )

    ( ) var( )

    i

    i i

    c

    =+

    (2.27)

    Keterangan:

    i : nilai loading factor indikator ke-i

    i : error pengukuran indikator ke-i

    Kuesioner dapat dikatakan memiliki reliabilitas komposit yang

    baik apabila nilai reliabilitas ≥ 0,7 meskipun bukan standar yang

    absolut (Solimun dkk.., 2017).

    2) Inner Model Goodness of Fit Model merupakan indeks dan ukuran kebaikan

    hubungan antar variabel laten. Goodness of Fit Model digunakan

    untuk mengevaluasi model struktural. Untuk mengetahui nilai

    Goodness of Fit Model salah satunya dengan melihat persentase

    varians yang dijelaskan yaitu dengan melihat R2 untuk konstruk laten

    dependen.

    Evaluasi Goodness of Fit Model pada WarpPLS menggunakan

    Model Fit and Quality Indices seperti yang ditunjukkan pada Tabel

    2.3. Kriteria yang digunakan bersifat rule of thumb, sehingga

    selayaknya tidak berlaku secara kaku dan mutlak. Apabila terdapat

    satu atau dua indikator Model Fit and Quality Indices yang terpenuhi

    model masih dapat digunakan.

  • 26

    Tabel 2.3. Model Fit and Quality Indices

    No Model fit and quality indices Kriteria Fit

    1 Average Path coefficient (APC) Diterima jika p < 0.05

    2 Average R-squared (ARS) Diterima jika p < 0.05

    3 Average adjusted R-squared Diterima jika p < 0.05

    4 Average block VIF (AVIF) Diterima jika ≤ 5

    5 Average full collinearity VIF Diterima jika ≤ 5

    6 Tenenhaus GoF (GoF) Kecil > 0.1,

    Sedang > 0.25,

    Besar > 0.36

    7 Symphson’s paradox ratio Diterima jika ≥ 0.7

    8 R squared contribution ratio Diterima jika ≥ 0.9

    9 Statistical suppression ratio Diterima jika ≥ 0.7

    10 Nonlinier bivariate causality

    direction ratio (NLBCDR) Diterima jika ≥ 07

    2.7.7. Pengujian Hipotesis

    Pada WarpPLS pengujian hipotesis dilakukan menggunakan

    algoritma resampling, dimulai dari pendugaan parameter, perhitungan

    varians dan p-values. Algoritma resampling yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah bootstrap.

    Resampling bootstrap merupakan metode untuk

    memperkirakan parameter masing-masing sampel bootstrap B buah yang merupakan sampel acak berukuran n dan diambil dengan pengembalian. Resampling dilakukan sebanyak B kali dengan

    jumlah B disyaratkan cukup besar agar estimasi parameter yang

    diperoleh konvergen. Misalkan F)

    sebuah distribusi empiris dengan

    peluang observasi terpilih menjadi sampel bootstrap sebesar 1/ n

    untuk setiap nilai amatan ix , 1, 2,...,i n= .

    Efron dan Tibshirani (1993) mendefinisikan sampel bootstrap

    sebagai sampel acak berukuran n yang diambil dari F)

    . Sampel

  • 27

    bootstrap dapat dituliskan sebagai ( )1 2* *, *,..., *nx x x x=%

    atau dapat

    dituliskan seperti persamaan 2.28.

    1 2* ( *, *,..., *)nF x x x x→ =)

    % (2.28)

    Notasi bintang menunjukkan bahwa *x%

    merupakan hasil dari

    proses acak atau resample yang diambil dari satu set data asli.

    Sementara itu, 1 2*, *,..., *nx x x merupakan observasi dalam sampel

    bootstrap yang diperoleh secara acak dengan pengembalian data set

    asli 1 2, ,..., nx x x .

    Pada data berpasangan, pengambilan sampel bootstrap

    dilakukan secara berpasangan. Pengamatan yang diambil secara acak

    berupa nomer observasi dari data berpasangan. Sampel bootstrap

    untuk data berpasangan dapat ditulis sebagai berikut.

    ( )1 2* *, *, , *nF x x x→ =x)

    K% % %

    (2.29)

    Dari persamaan (2.29), 1 2*, *, , *nx x xK% % %

    adalah data berpasangan

    yang terpilih menjadi dalam sampel bootstrap.

    Pada program WarpPLS default dari jumlah resampling adalah

    100, namun dapat diganti sesuai dengan yang diperlukan (Ghozali,

    2014). Metode bootstrap dapat digunakan untuk berbagai hal, salah

    satunya adalah menentukan nilai t statistik seperti yang dilakukan

    dalam model SEM Partial Least Square. Solimun dkk (2017)

    menyebutkan bahwa statistik uji hipotesis yang digunakan dalam

    evaluasi model WarpPLS adalah statistik t atau uji t yang didapatkan

    dari algoritma PLS dengan teknik bootstrap, dengan hipotesis statistik

    sebagai berikut.

    1) Hipotesis statistik untuk outer model

    0 1: 0 vs : 0i iH H =

    2) Hipotesis statistik untuk inner model Pengaruh variabel laten eksogen terhadap endogen

    0 1: 0 vs : 0i iH H =

    Pengaruh variabel laten endogen terhadap endogen

    0 1: 0 vs : 0i iH H =

    Terdapat dua macam statistik uji t yang digunakan yaitu staistik

    uj t outer model dan statistik uji t inner model.

  • 28

    1) Statistik uji t outer model ditunjukkan pada persamaan (2.30). ˆ

    ˆ( )

    tSE

    = (2.30)

    2) Statistik uji inner model dibagi menjadi dua yaitu statistik uji untuk pengaruh variabel laten eksogen terhadap endogen dan

    pengaruh variabel laten eksogen terhadap endogen sebagaimana

    yang ditunjukkan pada persamaan (2.31) dan (2.32).

    Pengaruh variabel laten eksogen terhadap endogen

    ˆ

    ˆ( )

    tSE

    = (2.31)

    Pengaruh variabel laten endogen terhadap endogen ˆ

    ˆ( )

    tSE

    = (2.32)

    Apabila didapatkan p-value ≤ 0,10 (alpha 10%) maka dikatakan

    weakly significant, jika p-value ≤ 0,05 (alpha 5%) maka dikatakan

    significant, dan jika p-value ≤ 0,01 (alpha 1%) maka dikatakan highly

    significant.

    Langkah-langkah metode bootstrap untuk menduga standard

    error (SE) adalah sebagai berikut (Efron dan Tibshirani, 1993).

    1) Menentukan banyaknya B sebagai besaran resampling sehingga

    diperoleh sampel bootstrap 1 2* , * , , *Bx x xK yang diperoleh dari

    pengambilan secara acak dan dengan pengembalian sebanyak nelemen dari sampel data asli.

    2) Menghitung replikasi bootstrap untuk setiap sampel bootstrap. Pada setiap sampel bootstrap diterapkan fungsi yang sama dengan

    fungsi yang diterapkan pada sampel asli. Jika pada sampel asli

    pendugaan parameter dilakukan dengan OLS, maka pada sampel

    bootstrap pendugaan parameter juga dilakukan dengan OLS.

    ( ) ( )* *bb s = x)

    , dimana 1,2,...,b B=

    ( )*bs x merupakan hasil dari penerapan fungsi yang sama yang diterapkan pada set sampel data asli terhadap set sampel

    bootstrap.

    3) Mengestimasi standard error dengan menggunakan standar

    deviasi untuk bootstrap yang direplikasi sebanyak B kali.

  • 29

    ( ) ( )

    ( )1

    * * .

    1

    B

    bB

    b

    seB

    =

    − =

    ) )

    ) (2.33)

    dimana

    ( )( )

    1

    ** .

    B

    b

    b

    B

    =

    =

    ))

    (2.34)

    Keterangan :

    Bse)

    : standard error bootstrap

    ( )* b)

    : penduga parameter pada proses bootstrap ke-b

    ( )* .)

    : rata-rata penduga parameter proses bootstrap

    B : besaran resampling

    Pada outer model, hasil pengujian signifikan berarti bahwa

    variabel manifes dapat digunakan sebagai instrumen pengukur

    variabel laten. Sedangkan pada inner model hasil pengujian signifikan

    berarti terdapat pengaruh yang bermakna antara variabel laten satu

    dengan variabel laten lainnya.

    2.8. Pengukuran Variabel

    Variabel adalah karakteristik, sifat atau atribut dari suatu obyek

    penelitian yang relevan dengan permasalahan yang akan dilakukan

    pengukuran dan harus memliki suatu nilai yang bervariasi antar obyek

    yang satu dengan obyek lainnya (Solimun dkk., 2017).

    Ditinjau berdasarkan jenis pengukuran, variabel dibagi menjadi

    dua (Solimun, 2010), yaitu variabel manifes (observable) dan variabel

    laten (unobservable). Variabel manifes merupakan variabel yang

    dapat diukur secara langsung sedangkan variabel laten merupakan

    variabel yang tidak dapat diukur secara langsung sehingga diperlukan

    konstruk yang lebih spesifik.

    Dalam jenis hubungan antar variabel, Solimun dkk. (2017)

    menyebutkan terdapat dua jenis variabel yaitu variabel moderasi dan

    variabel mediasi. Variabel moderasi adalah variabel yang bersifat

    memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel prediktor terhadap

    variabel respon, sementara variabel mediasi adalah variabel yang

    bersifat menjadi perantara dari hubungan variabel penjelas dengan

    variabel respon.

  • 30

    2.9. Kajian Teoritis Variabel Penelitian

    2.9.1. Indeks Pembangunan Masyarakat (IPMas)

    Menteri PPN/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro

    menegaskan pentingnya penghargaan pada keberagaman.

    Menurutnya, masyarakat Indonesia perlu terus menghargai

    keberagaman dan perbedaan, mengukuhkan solidaritas sosial dan daya

    rekat di antara sesama, membangun harmoni sosial dengan

    memberikan pengakuan terhadap keunikan dan identitas khusus yang

    melekat pada setiap kelompok berbeda. Pembangunan, khususnya

    bidang kebudayaan harus tetap memberi ruang yang cukup bagi

    tumbuhnya nilai-nilai lokal, pengakuan atas keunikan lokalitas, dan

    keragaman budaya daerah, yang menemukan saluran artikulasi

    melalui otonomi dan desentralisasi.

    Progres dari pembangunan masyarakat tersebut salah satunya

    dituangkan dalam Indeks Pembangunan Masyarakat (IPMas). Berikut

    ini adalah indikator dari Indeks Pembangunan Masyarakat (Solihin

    dan Ratmono, 2013).

    1) Indeks Gotong-royong Indeks ini digunakan untuk mengukur modal sosial, yang terdiri

    atas kepercayaan, tolong-menolong, aksi kolektif, dan jejaring

    sosial.

    2) Indeks Toleransi Indeks ini digunakan untuk mengukur kohesi sosial, yang terdiri

    dari toleransi antar suku dan toleransi antar agama.

    3) Indeks Rasa Aman Indeks ini digunakan untuk mengukur rasa aman yang dirasakan

    masyarakat.

    2.9.2. Indeks Kepuasan Layanan Infrastruktur (IKLI)

    Indeks Kepuasan Layanan Infrastruktur (IKLI) merupakan,

    ukuran yang digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan

    masyarakat atas pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah Pusat

    dan Pemerintah Daerah. IKLI diharapkan menjadi suatu alat yang

    menghasilkan gambaran mengetahui perspektif masyarakat secara

    obyektif, komprehensif dan kredibel, baik dalam aspek pembangunan

    fisik maupun aspek manfaat.

    Berikut ini adalah tujuan yang ingin dicapai dengan adanya

    pengukuran IKLI.

  • 31

    1) Mengetahui secara obyektif persepsi masyarakat terhadap kinerja pembangunan infrastruktur.

    2) Membangun sebuah model indikator pencapaian sasaran pembangunan infrastruktur. Hasil pengukuran dan analisisnya

    akan menjadi masukan bagi pemerintah dalam menetapkan

    kebijakan dan menyusun program/kegiatan tahun selanjutnya.

    Sasaran dari kegiatan ini adalah tersusunnya formula

    perhitungan Indeks Kepuasan Layanan Infrastruktur (IKLI).

    Perhitungan nilai indeks tersebut secara obyektif merupakan bahan

    masukan dalam perencanaan dan perumusan kebijakan pembangunan

    infrastruktur di Kota Malang.

    Manfaat yang dapat diperoleh dari perhitungan IKLI antara lain:

    1) Mengetahui ekspektasi dan persepsi masyarakat terhadap pembangunan infrastruktur di Kota Malang.

    2) Mengetahui kebutuhan, keinginan, persyaratan dan harapan masyarakat terhadap pembangunan infrastruktur di Kota Malang.

    3) Sebagai bahan penyusunan rencana dan strategi perbaikan kinerja secara menyeluruh pada tahun berikutnya.

    4) Media komunikasi dan komitmen pemerintah kota untuk meningkatkan kualitas pelayanan infrastruktur kepada

    masyarakat.

    Berikut ini adalah layanan sektor infrastruktur dasar di Kota Malang

    yang akan dinilai.

    1) Penyediaan jalan dan jembatan yang berkualitas. 2) Penyediaan transportasi (darat). 3) Penyediaan infrastruktur air bersih. 4) Penyediaan infrastruktur perumahan. 5) Penyediaan infrastruktur ruang publik.

    2.9.3. Indeks Modal Sosial (IMS)

    Teori modal sosial pertama kali diperkenalkan secara sistematis

    oleh Bourdieu pada tahun 1972 dan Coleman pada tahun 1988

    (Hauberer, 2011). Definisi mendasar yang diperkenalkan adalah

    modal sosial merupakan sumber daya yang melekat dalam hubungan

    sosial. Individu yang terlibat dalam hubungan sosial dapat

    memanfaatkan sumber daya tersebut untuk kepentingan pribadi

    maupun kelompok. Hasbullah (2006) merangkum definisi dari

    beberapa tokoh dengan memaparkan bahwa jati diri modal sosial yang

    sebenarnya adalah nilai-nilai dan norma yang dipedomani sebagai

  • 32

    acuan bersikap, bertindak dan bertingkah laku, serta berhubungan

    dengan pihak lain yang mengikat kepada proses perubahan dan upaya

    masyarakat untuk mencapai suatu tujuan. Nilai dan unsur tersebut

    terwujud dalam sikap partisipatif, sikap saling memperhatikan, saling

    memberi dan menerima, saling percaya, kemauan masyarakat atau

    kelompok tersebut untuk secara terus menerus proaktif baik dalam

    mempertahankan nilai, membentuk jaringan-jaringan kerja sama

    maupun dengan penciptaan kreasi dan ide-ide baru, yang

    keseluruhannya diperkuat oleh nilai-nilai dan norma yang

    mendukungnya.

    Kerangka teori modal sosial yang paling lengkap diajukan oleh

    Lin (1999), dimana model modal sosial Lin terbagi dalam tiga

    kelompok, yaitu ketidaksetaraan, pembentukan modal sosial dan

    dampak modal sosial. Lin menjelaskan adanya ketidaksetaraan

    individu dalam mengakses modal sosial yang disebabkan karena

    perbedaan aset bersama dan posisi individu dalam struktur sosial. Aset

    bersama mencakup partisipasi ekonomi, teknologi, sosial-politik dan

    budaya. Termasuk pula sikap percaya, nilai-nilai, dan norma yang

    dipedomani sebagai acuan bersikap, bertindak dan bertingkah laku

    dalam suatu hubungan sosial yang berlaku secara umum dalam suatu

    komunitas.

    Selanjutnya, pembentukan modal sosial tergantung pada

    besarnya akses terhadap sumber daya yang ditentukan oleh lokasi

    jejaring dan sumber daya sosial yang dapat dimobilisasi. Dengan

    demikian, semakin baik akses individu terhadap modal sosial, semakin

    banyak sumber daya melekat yang dapat dimanfaatkan.

    Modal sosial pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan

    kesejahteraan manusia. Dampak modal sosial dapat dikelompokkan

    berdasarkan jenis tindakan investasi modal sosial yang dilakukan,

    yaitu dampak instrumental seperti kekayaan, otoritas, reputasi, dan

    dampak ekspresif seperti kesehatan fisik dan mental serta keuasan

    hidup.

  • 33

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1. Sumber Data

    Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data

    sekunder yang terdiri dari satu variabel eksogen dan dua variabel

    endogen dengan sampel sebanyak 686. Masing-masing variabel laten

    tersusun oleh indikator dan item. Data diperoleh dari penelitian Studi

    Perencanaan Pembangunan Daerah Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks

    Gini serta penelitian Indikator Kinerja Daerah, Indeks Pembangunan

    Manusia dan Angka Kemiskinan yang dilakukan oleh Badan

    Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Barenlitbang)

    Pemerintah Kota Malang. Struktur data penelitian yang didapatkan

    dari sumber data dapat dilihat pada Tabel 3.1.

    Tabel 3.1. Struktur Data Penelitian

    Respon-

    den

    Item

    X1.1 X1.2 L X5.14 Y1.1.1 Y1.1.2 L Y2.3.3

    1 X1.1.1 X1.1.2 L X1.5.14 Y1.1.1.1 Y2.1.1.2 L Y1.2.3.3

    2 X2.1.1 X2.1.2 L X2.5.14 Y2.1.1.1 Y3.1.1.2 L Y2.2.3.3 3 X3.1.1 X3.1.2 L X3.5.14 Y3.1.1.1 Y4.1.1.2 L Y3.2.3.3

    M M M O M M M O M

    n Xn.1.1 Xn.1.2 L Xn.3.5.14 Yn.1.1.1 Yn.1.1.2 L Yn.2.3.3

    Keterangan:

    n : banyak objek penelitian

    3.2. Variabel Penelitian

    Terdapat tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini,

    yaitu Indeks Modal Sosial (IMS), Indeks Pembangunan Masyarakat

    (IPMas) dan Indeks Kepuasan Layanan Infrastruktur (IKLI). Ketiga

    variabel tersebut bersifat laten atau tidak dapat diukur secara langsung

    sehingga memerlukan konstruk yang lebih spesifik berupa indikator

    dan item. Definisi dari masing-masing varibel dijelaskan dalam

    subbab 2.9.

    Variabel IMS beserta masing-masing indikator dan item yang

    digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.

  • 34

    Tabel 3.2. Variabel Indeks Modal Sosial (Y1)

    Indikator Item

    Sikap Percaya dan

    Toleransi (Y1.1)

    Sikap Percaya (Y1.1.1)

    Toleransi Agama (Y1.1.2)

    Toleransi Sosial (Y1.1.3)

    Toleransi Suku (Y1.1.4)

    Toleransi Politik (Y1.1.5)

    Aksi Bersama (Y1.2)

    Resiprositas (Kerja Sama dan Usaha)

    (Y1.2.1)

    Aksi Bersama (Y1.2.2)

    Kelompok dan

    Jejaring (Y1.3)

    Partisipasi dan Kelompok (Y1.3.1)

    Jejaring (Y1.3.2)

    Variabel IPMas beserta masing-masing indikator dan item yang

    digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3.

    Tabel 3.3. Variabel Indeks Pembangunan Masyarakat (Y2)

    Indikator Item

    Indeks Gotong

    Royong (Y2.1)

    Saling Percaya (Y2.1.1)

    Kemudahan Mendapatkan Pertolongan (Y2.1.2)

    Kesediaan Membantu Warga (Y2.1.3)

    Keaktifan Melakukan Kegiatan Sosial (Y2.1.4)

    Hubungan Baik antar Tetangga (Y2.1.5)

    Saling Bekerjasama (Y2.1.6)

    Indeks Toleransi

    (Y2.2)

    Saling Menghormati dan Menghargai antar

    Agama (Y2.2.1)

    Saling Menghormati dan Menghargai antar

    Suku (Y2.2.2)

  • 35

    Tabel 3.3. (Lanjutan)

    Indikator Item

    Indeks Toleransi

    (Y2.2)

    Saling Menghormati dan Menghargai

    antar Status Sosial (Y2.2.3)

    Saling Menghormati dan Menghargai

    antar Status Ekonomi (Y2.2.4)

    Saling Menghormati dan Menghargai

    antar Partai Politik (Y2.2.5)

    Indeks Rasa Aman

    (Y2.3)

    Keamanan Lingkungan Tempat Tinggal

    (Y2.3.1)

    Perasaan Aman di Jalan Umum (Y2.3.2)

    Perasaan Aman di Tempat Ramai (Y2.3.3)

    Variabel IKLI beserta masing-masing indikator dan item yang

    digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.4.

    Tabel 3.4. Indeks Kepuasan Layanan Infrastruktur (X)

    Indikator Item

    Ketersediaan Fisik

    (Availability) (X1)

    Ketersediaan Jalan antar Kecamatan di

    Kota Malang (X1.1)

    Ketersediaan Jalan antar Kota Malang

    dengan Pusat Kegiatan Lokal (X1.2)

    Ketersediaan Jalan antar Pusat Kegiatan

    Lokal (X1.3)

    Ketersediaan Jalan antar Pusat Pelayanan

    dalam Kota (X1.4)

    Ketersediaan Jalan antar Pusat Pelayanan

    dengan Perumahan (X1.5)

    Ketersediaan Jalan antar Pemukiman

    (X1.6)

    Ketersediaan Jembatan Penghubung

    antar Wilayah (X1.7)

  • 36

    Tabel 3.4. Lanjutan

    Indikator Item

    Ketersediaan Fisik

    (Availability) (X1)

    Ketersediaan Angkutan Umum dalam

    Kota (X1.8)

    Ketersediaan Bis antar Kota/Kabupaten

    (X1.9)

    Ketersediaan Infrastruktur Penyedia Air

    Bersih (X1.10)

    Ketersediaan Infrastruktur Perumahan

    (X1.11)

    Ketersediaan Fasilitas Terminal Tipe C

    (X1.12)

    Ketersediaan Penerangan Jalan Umum

    (X1.13)

    Kualitas Fisik

    (Quality) (X2)

    Jalan antara Pusat Kota dengan

    Kecamatan-kecamatan Baik (X2.1)

    Jalan antar Kecamatan Baik (X2.2)

    Jalan antara Kota dengan Pusat Kegiatan

    Lokal Baik (X2.3)

    Jalan antar Pusat Kegiatan Lokal Baik

    (X2.4)

    Jalan antar Pusat Pelayanan dalam Kota

    Baik (X2..5)

    Jalan antara Pusat Pelayanan dengan

    Perumahan Baik (X2.6)

    Jalan antar Pemukiman Baik (X2.7)

    Jembatan Penghubung antar Wilayah

    Baik (X2.8)

    Angkutan Umum dalam Kota Layak

    (X2.9)

    Bis antar Kota Layak (X2.10)

    Infrastruktur Penyedia Air Bersih dalam

    Kondisi Baik (X2.11)

  • 37

    Tabel 3.4. Lanjutan

    Indikator Item

    Kualitas Fisik

    (Quality) (X2)

    Infrastruktur Perumahan Baik (X2.12)

    Terminal Tipe C di Kota Baik (X2.13)

    Penerangan Jalan dalam Kondisi Baik

    (X2.14)

    Kesesuaian

    (Appropriateness)

    (X3)

    Pembanguan Jalan Penghubung Kota dan

    Kecamatan Sesuai Kebutuhan Masyarakat

    (X3.1)

    Pembangunan Jalan antar Kecamatan

    Sesuai Kebutuhan Masyarakat (X3.2)

    Pembangunan Jalan antara Kota dengan

    Pusat Kegiatan Lokal Sesuai Kebutuhan

    Masyarakat (X3.3)

    Pembangunan Jalan Penghubung Pusat

    Kegiatan Lokal Sesuai Kebutuhan

    Masyarakat (X3.4)

    Pembangunan jalan penghubung pusat

    pelayanan dalam kota sesuai kebutuhan

    masyarakat (X3.5)

    Pembangunan Jalan Penghubung Pusat

    Pelayanan dengan Perumahan Sesuai

    Kebutuhan Masyarakat (X3.6)

    Pembangunan Jalan

    Penghubung Pemukiman Sesuai Kebutuhan

    Masyarakat (X3.7)

    Pembangunan Jembatan Penghubung

    Wilayah Terpisah Sungai Sesuai Kebutuhan

    Masyarakat (X3.8)

    Penyediaan Angkutan Umum dalam Kota

    Sesuai Kebutuhan Masyarakat (X3.9)

    Pembangunan Infrastruktur Penyedia Air

    Bersih Sesuai Kebutuhan Masyarakat (X3.10)

  • 38

    Tabel 3.4. Lanjutan

    Indikator Item

    Kesesuaian

    (Appropriateness)

    (X3)

    Pembangunan Infrastruktur Perumahan

    Memadai (X3.11)

    Pembangunan Trotoar Sesuai Kebutuhan

    Masyarakat (X3.12)

    Pembangunan Pedestrian Sesuai

    Kebutuhan Masyarakat (X3.13)

    Pembangunan Terminal Tipe C Sesuai

    Kebutuhan Masyarakat (X3.14)

    Penerangan Jalan Umum di Kota

    Memenuhi Kebutuhan Masyarakat (X3.15)

    Jalan Penghubung Pusat Kota dengan

    Pusat Kabupaten/Kota Mempermudah

    Aktivitas Masyarakat (X4.1)

    Jalan Penghubung Antarara Kota dengan

    Kecamatan Mempermudah Aktivitas

    Masyarakat (X4.2)

    Jalan Penghubung antar Mempermudah

    Aktivitas Masyarakat (X4.3)

    Pemanfaatan

    (utility)

    (X4)

    Jalan Penghubung antara Kota dengan

    pusat Kegiatan Lokal Mempermudah

    Aktivitas Masyarakat (X4.4)

    Jalan Penghubung antar Pusat Kegiatan

    Lokal Mempermudah Aktivitas

    Masyarakat (X4.5)

    Jalan Penghubung antar Pusat Pelayanan

    dalam Kota Mempermudah Aktivitas

    Masyarakat (X4.6)

    Jalan Penghubung antar Pusat Pelayanan

    dengan Perumahan Mempermudah

    Aktivitas Masyarakat (X4.7)

    Jalan Penghubung antar Pemukiman

    Mempermudah Aktivitas Masyarakat (X4.8)

  • 39

    Tabel 3.4. Lanjutan

    Indikator Item

    Pemanfaatan

    (utility)

    (X4)

    Jembatan Penghubung Wilayah yang

    Terpisah Sungai Mempermudah Aktivitas

    Masyarakat (X4.9)

    Angkutan Umum dalam Kota

    Mempermuah Aktivitas Masyarakat (X4.10)

    Bis antar Kota Mempermudah Kegiatan

    Masyarakat (X4.11)

    Infrastruktur Penyediaan Air Bersih dapat

    Memenuhi Kebutuhan Sehari-hari (X4.12)

    Infrastruktur Perubahan yang Disediakan

    Pemerintah Membantu Masyarakat (X4.13)

    Ter