ANALISIS RESIKO KEGAGALAN IMPLEMENTASI...
Click here to load reader
Transcript of ANALISIS RESIKO KEGAGALAN IMPLEMENTASI...
149
ANALISIS RESIKO KEGAGALAN IMPLEMENTASI REDD+DI PROVINSI RIAU
(Risk Analysis of REDD+ Implementation Failure at Riau Province)
Yanto Rochmayanto1
1Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan KebijakanJl. Gunung Batu No. 5. PO BOX 182 Bogor 16610.
Mekanisme REDD+ menghadapi ketidakpastian tinggi, sehingga sangat membutuhkan studitentang resiko kegagalan implementasinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui resikokegagalan implementasi REDD+ di tingkat sub nasional Provinsi Riau. Penelitian ini menggunakanmetode analisis resiko (ERM) dan analisis . Hasil penelitianmenunjukkan bahwa resiko kegagalan implementasi REDD+ meliputi empat level, yaitu: paling utama,utama, sedang dan rendah. Pemerintah Provinsi Riau perlu memprioritaskan penanganan terhadaptingkat resiko paling utama, yaitu : (a) munculnya konflik baru dalam alokasi distribusi pembayaran, (b)REDD+ menjadi obyek baru korupsi, (c) kepastian hak penggunaan lahan tidak terjamin, (d) kesulitanmenjaga kebocoran, dan (e) data tidak memenuhi standar MRV. Sejumlah tindakan diperlukan untukmengatasi resiko tersebut, yaitu: pembentukan lembaga , auditor independen, penetapan tataruang, perlindungan kawasan hutan, penciptaan lapangan kerja dan integrasi semua lembagapenyedia data aktivitas dan klimatis di tingkat provinsi.
Kata kunci : Analisis resiko, resiko kegagalan implementasi, REDD+, Riau
Diterima 4 Juni 2012, direvisi 14 Januari 2013, disetujui 16 Januari 2013
ABSTRACT
REDD+ mechanism facing high uncertainty, accordingly we need the risk analysis of its implementationfailure. The objective of this study is to know risk of REDD+ implementation failure at sub national Province ofRiau. This research applied risk analysis through Enterprise Risk Management combined to stakeholder anaysis.This research show that risk of REDD+ implementation failure consisted of four levels : extreme, high, mediumand low. Riau Province goverment necessary to prioritize risk management toward extreme level risk, i.e. : (a)the emergent new conflicts on payment distribution allocation, (b) REDD+ becomes the new object ofcorruption, (c) land tenure right is not secure, (d) difficulty to keep the leakage, and (e) unqualified data for MRV.Some actions are needed to manage the risks, namely : establishment trust fund institution, independentauditor, ascertainment of spatial planning, protecting forest area, creating off- farm vocations, and integratingwhole institutions of activity and climatic data supplier at province level.
Keywords : Risk analysis, risk of implementation failure, REDD+, Riau.
Enterprise Risk Management stakeholder
trust fundoff-farm
ABSTRAK
150
Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 149 - 165
I. PENDAHULUAN
Perjanjian Cancun pada tahun 2010berhasil menyediakan kerangka kerja untukbeberapa komponen penting dalam upayamengatasi perubahan iklim, antara lainmekanisme REDD+ (
).Perjanjian Cancun memberi kerangka kuatbagi masuknya hutan hujan tropis dalamagenda utama penanganan perubahan iklim,melalui skema REDD+, adaptasi, konservasidan peningkatan cadangan karbon hutan danpengelolaan hutan berkelanjutan (Murjani,2011).
Melihat data kuantitatif laju deforestasi,kekayaan lahan hutan gambut dan luas hutanyang masih tersisa, Provinsi Riau sangatpotensial untuk berpartisipasi dalammekanisme REDD+. Namun demikian,untuk berpartisipasi pada level sub nasionalbelum diketahui bagaimana resiko kegagalanimplementasi REDD+. Oleh karena itu,kajian ini menjadi penting karena keberhasilanprogram atau aktivitas tertentu (kebijakanpublik, investasi atau aktivitas lainnya) dapatdinilai dan diprediksi melalui identifikasiseberapa besar resiko yang dihadapi dan dariaspek mana saja resiko tersebut berasal.
Semua pihak yang terlibat dalam skemaREDD+ menghadapi ketidakpastian.Tantangan manajemen adalah perlunyamenentukan seberapa besar ketidakpastiantersebut dapat diterima sebagai modal untukbekerja keras dalam menumbuhkan nilai parapihak. Ketidakpastian berisi 2 (dua) hal, yaitu :resiko dan peluang. Keduanya berpotensidapat menurunkan maupun meningkatkannilai (COSO, 2004).
Terminologi resiko didefinisikan sebagaikemungkinan kerugian/kehilangan ataupeningkatan akibat dari sebuah ketidakpsatian(Rodger and Petch, 1999; EuropeanCommission, 1996). Dalam pengertian yang
Reducing Emissions fromDeforestation and Forest Degradation, carbonstock enhancement and forest conservation
sama disebutkan bahwa resiko adalahkombinasi peluang dari suatu peristiwa dansegala konsekuensinya. Resiko yang dihadapisuatu organisasi dan operasionalnya dapatberasal dari faktor internal dan eksternalorganisasi. (IRM, AIRMIC and ALARM,2002).
Beberapa pertanyaan riset yang ingindijawab dalam kajian ini antara lain: apa sajaresiko kegagalan implementasi REDD+ diProvinsi Riau? Bagaimana upaya untukmeminimalkan resiko dan siapa saja para pihakyang berkepentingan meminimalkan resikoini? Karena untuk mengetahui dan mengukurresiko ini perlu alat atau cara yang digunakan,maka penelitian ini sekaligus diharapkan dapatmenjawab metode yang dapat digunakanuntuk mengukur resiko kegagalan.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1)mengidentifikasi jenis resiko kegagalanimplementasi REDD+, (2) mengetahui carameminimalkan resiko kegagalan implementasiREDD+, dan (3) mengetahui para pihak yangpal ing berkepentingan untuk dapatmeminimalkan resiko kegagalan REDD+ diProvinsi Riau.
Lokasi penelitian di tingkat sub nasionalprovinsi dilakukan di Provinsi Riau dan lokasipenelitian di tingkat sub nasional kabupatendilakukan di 2 (dua) kabupaten, yaituKabupaten Rokan Hulu dan KabupatenPelalawan. Waktu penelitian adalah tahun2011.
(ERM)memungkinkan manajemen untuk mem-perhitungkan resiko dan ketidakpastian sertapeluang peluang peningkatan kapasitas untuk
II. METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
B. Kerangka Konseptual
Enterprise Risk Management
151
Analisis Resiko Kegagalan Implementasi REDD+ . . .Yanto Rochmayanto
membangun nilai secara efektif. ERMmembantu manajemen mencapaitertentu dan target yang menguntungkan sertapencegahan kehilangan sumberdaya. ERMadalah suatu disiplin (ilmu) dimana organisasidapat menilai, mengontrol, mengeksploitasi,membiayai dan memonitor resiko dari semuasumber yang bertujuan untuk meningkatkannilai jangka pendek maupun jangka panjangorganisasi bagi nya (
, 2003). Komponen ERMsaling berkaitan (COSO, 2004) antara lain:lingkungan internal, tujuan (
), , ,, , informasi-
komunikasi dan monitoring (COSO, 2004).Analisis resiko kegagalan implementasi
performance
stakeholder CasualtyActuarial Society
setting objectivessetting event identifications risk assessmentrisk response control activities
REDD+ ini menggunakan pendekatan ERMdan Analisis yang dilakukan dalam2 (dua) tahap, yaitu: (1) analisis resiko (yangmeliputi identifikasi resiko, penilaian resikodan pemetaan resiko), dan (2) manajemenresiko (yang meliputi identifikasi para pihak,analisis manajemen resiko, tindakanpenanganan resiko dan monitoring resiko).
Tahapan tersebut dilaksanakan sebagaisebuah siklus yang dilakukan terus menerussebagai bentuk kontinuitas evaluasi terhadapmanajemen resiko yang diberikan. Secarakonseptual, kerangka pikir kombinasi metodeERM dengan analisis untukmanajemen resiko kegagalan implementasiREDD+ disajikan pada Gambar 1.
Stakeholder
stakeholder
Gambar 1. Kerangka pikir metode ERM-Analisis r untuk manajemen resikokegagalan implementasi REDD+
stakeholde
Figure 1. Frame work of ERM-stakeholder analysis method to managing risk of REDD+implementation failure
152
C. Prosedur Penelitian
1. Identifikasi jenis resikoIdentifikasi resiko dilakukan sebagaiberikut (Wiryono dan Suharto, 2008; IRM,AIRMIC ALARM, 2002) :a. Identifikasi resiko, dengan tahapan: (1)
pemahaman kerangka kerja termasukidentifikasi sistem REDD+ hinggadiketahui batas internal dan eksternal,(2) identifikasi jenis resiko kepadalembaga-lembaga yang berkaitandengan kehutanan dan lingkungan diProvinsi Riau, Kabupaten Pelalawandan Kabupaten Rokan Hulu. Identifi-
and
kasi jenis resiko dilakukan denganwawancara mendalam terhadap infor-man kunci, enyusunan daftarresiko (4) penilaian ahli (
) terhadap daftar resiko, (5)kategorisasi resiko (aspek, internal/eksternal), dan (6) deskripsi resiko danpenilaian keterkaitan antar resiko.
b. Penilaian resiko. Penilaian resikokegagalan implementasi REDD+dilakukan pada parameter: (1)(kualitas, seberapa berdampak), dan (2)
(kuantitas, seberapa mung-kin terjadi). Keduanya diukur dengan 3(tiga) level, sebagaimana Tabel 1.
(3) p, expert
judgement
impact
likelihood
Tabel 1. Parameter penilaian tingkat resikoTable 1. Assessment parameters of risk level
ParameterParameter)
Skor(Score)
Level(Level)
Indikator (Indicator)Interpretasi(Interpreta -
tion)
Carapengukuran
(Measurementtechnique)
1 Minor/Low Dampak bersifat teknis, dapatdiantisipasi, tidak menimbulkankerugian ekonomi rendah, tidakberimplikasi hukum.
Berdampakkecil
2 Moderat/Medium
Dampak bersifat teknis,menimbulkan kerugian ekonomirendah, menyebabkan penundaankontrak, berimplikasi hukumdomestik.
Berdampaksedang
Impact
3 Major/High Dampak bersifat strategis,menimbulkan kerugian ekonomitinggi, menyebabkan pembatalankontrak, menyebabkan penalti,berkenaan dengan hukuminternasional
Berdampakbesar
Wawancara ,Studidokumentasi,Observasi
1 Unlikely low Hampir tidak pernah terjadi,peluang terjadi sangat kecil,sporadis
Jarang
2 Possible/medium
Mungkin saja terjadi, frekuensiterjadi 50% dari skala waktukontrak, meliputi 50% area.
Kadang-kadang
Likelihood
3 Likely /high Kemungkinan besar terjadi,frekuensi mendekati 100% skalawaktu kontrak, meliputi hampirseluruh area
Sering
Wawancara ,StudidokumentasiObservasi
Sumber ( ) : modifikasi dari Casualty Actuarial Society, Enterprise Risk Management Committee (2003); IRM, AIRMIC and ALARM(2002); Rodger and Petch (1999); Wiryono & Suharto (2008).
Sources(modified from Casualty Actuarial Society, Enterprise Risk
Management Committee (2003); IRM, AIRMIC & ALARM (2002); Rodger and Petch (1999); Wiryono & Suharto (2008))
Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 149 - 165
153
c. Pemetaan resikoPemetaan dilakukan dengan metodedua dimensi yang dibangun dariparameter dan .Berdasarkan pemetaan tersebutkemudian resiko diklasifikasikan kedalam 4 (empat) level, yaitu: level I(paling utama ), level II(utama/ ), level III (biasa/ ),dan level IV (rendah/ ).
Cara meminimalkan resiko dilakukanmelalui wawancara dan studi literatur.Analisis cara meminimalkan resikodilakukan secara deskriptif melaluipendekatan penanganan resiko, yaituupaya untuk mengurangi dampak resikodan mengurangi kemungkinan terjadinyaresiko (Wiryono dan Suharto, 2008).
Identifikasi para pihak yang ber-kepentingan terhadap pengurangan resiko
impact likelihood
/extremehigh medium
low
2. Analisis cara meminimalkan resiko
3. Identifikasi para pihak
kegagalan implementasi REDD+ di Riaudilakukan melalui metoda analisis
(Schmeer, 1999).dikelompokkan menjadi : lembagapemerintah, swasta, akademisi, LSM danmasyarakat. Karakteristik yangdianalisis adalah pengetahuan ( ),kepentingan ( ), posisi terhadapkebijakan ( ) implementasiREDD+, serta aliansi potensial terhadap
lain ( ).
Jenis resiko kegagalan implementasiREDD+ yang dilakukan dengan metode ERMteridentifikasi sebanyak 35 faktor. REDD+berpotensi atau beresiko akan mengalamikegagalan apabila menghadapi salah satu ataubeberapa situasi tersebut (Tabel 2).
stakeholder Stakeholder
stakeholderknowledge
interestposition
stakeholder alliance
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Jenis Resiko Kegagalan ImplementasiREDD+
Tabel 2. Jenis resiko kegagalan implementasi REDD+ di Provinsi RiauTable 2. Kind of the risk of REDD+ implementation failure at Riau Province
Klasifikasi (Classification)
Aspek (Aspect)Karakter operasional
(Operational characteristic)
Asal
(Origina
lity)
NoJenis resiko
(Kind of risk)
S E M I C D TI R KS SDM P Rp In Ex
1 Objek baru korupsi √ √ √2 Distribusi kompensasi tidak adil √ √ √3 Kapasitas organisasi lemah √ √ √4 Integrasi antar lembaga lemah √ √ √5 Inakurasi data √ √ √6 Ketersediaan dan validitas data √ √ √7 Pengelolaan dana dan pengorganisasian
tidak efektif dan efisien√ √ √
8 Komitmen pimpinan (Gubernur, Bupati
dan Representasinya) kurang√ √ √
9 Pengetahuan/pemahaman masyarakat
lemah√ √ √
10 Daya tarik kompetitor penggunaan lahan
cenderung ke perkebunan kepala sawit√ √ √
11 Organisasi tidak ada yang representatif √ √ √
Analisis Resiko Kegagalan Implementasi REDD+ . . .Yanto Rochmayanto
154
Klasifikasi (Classification)
Aspek (Aspect)Karakter operasional
(Operational characteristic)
Asal
(Origina
lity)
NoJenis resiko
(Kind of risk)
S E M I C D TI R KS SDM P Rp In Ex
12 Kepastian penggunaan lahan sangat
lemah√ √ √
13 Ketiadaan peraturan implementasi yang
reliable√ √ √
14 Resiliensi masyarakat terhadap program
baru rendah√ √ √
15 Negosiasi internasional yang panjang dan
bernuansa bisnis√ √ √
16 Kontrak keluar dari ruh lingkungan √ √ √17 Mekanisme pembayaran tidak menarik √ √ √18 Kesulitan menjaga kebocoran √ √ √19 Munculnya konflik baru dalam alokasi
distribusi pembayaran√ √ √
20 Koordinasi antar stakeholder kurang √ √ √21 Bencana alam √ √ √22 Politik lokal yang tidak kondusif √ √ √23 Pengetahuan/pemahaman para pihak
lemah√ √ √
24 Interest stakeholder kurang √ √ √25 Hubungan pemerintah-masyarakat lemah √ √ √26 Pembayaran tidak transparan √ √ √27 Pendapatan masyarakat rendah √ √ √28 Alternatif sumber pendapatan masyarakat
sedikit√ √ √
29 Aksesibilitas rendah √ √ √30 Mekanisme benefit sharing belum ada √ √ √31 MRV belum jelas √ √ √32 REL belum jelas √ √ √33 Mekanisme penyelesaian konflik tidak
tersedia√ √ √
34 SESA belum ada √ √ √35 Perubahan politik ekonomi internasional √ √ √
Tabel 2. LanjutanTable 2. Continued
Keterangan ( ) : S = Sosial ( ); E = Ekonomi ( ); M = Manajemen ( ); I = Infrastruktur ( ); C =Kejahatan ( ); D = bencana ( ); T=Teknologi Informasi ( ); R = Regulasi ( );KS = Kerjasama ( ); SDM = Sumber Daya Manusia( ); P = Pasar ( ); R = Reputasi( ); In = Internal ( ); Ex = Eksternal ( )
Remarks social economic management infrastructurecrime disaster information technology regulation
cooperation human resources marketreputation intern extern
Berdasarkan berbagai kriteria, jenis-jenisresiko kegagalan tersebut dapat diklasifikasiberdasarkan aspek, kriteria operasional danposisinya. Berdasarkan aspeknya, jenis-jenisresiko kegagalan implementasi REDD+ dapatdibagi menjadi resiko aspek sosial, aspekekonomi, aspek manajemen birokrasi danaspek infrastruktur.
Aspek sosial meliputi resiko yang berasaldari pengetahuan dan pemahaman masyarakatlemah, pengetahuan dan pemahaman
rendah, daya tarik kompetitorpenggunaan lahan cenderung ke perkebunankepala sawit, resiliensi masyarakat terhadapprogram baru rendah, munculnya konflikbaru dalam alokasi distribusi pembayaran dan
stakeholder
Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 149 - 165
155
kepentingan terhadap REDD+.Adapun aspek ekonomi terdiri atas resiko yangberasal dari: REDD+ menjadi obyek barukorupsi, distribusi kompensasi tidak adil,mekanisme pembayaran tidak menarik,pembayaran tidak transparan, pendapatanmasyarakat rendah, ketersediaan alternatifsumber pendapatan masyarakat, danperubahan politik ekonomi internasional.
Aspek manajemen dan birokrasi meliputiresiko yang berasal dari: kapasitas organisasilemah, integrasi antar lembaga lemah,komitmen pimpinan (Gubernur, Bupati danrepresentasinya) kurang, ketersediaan per-aturan implementasi yang , negosiasiinternasional yang panjang dan bernuansabisnis, kontrak keluar dari ruh lingkungan,koordinasi antar kurang dan politiklokal yang tidak kondusif. Aspekinfrastruktur terdiri atas resiko yang disebab-kan oleh kepastian hak penggunaan lahansangat lemah, kesulitan menjaga kebocoran,bencana alam, aksesibilitas ke
, mekanisme , MRV( ), ketersediaanmekanisme penyelesaian konflik dan keter-sediaan
(SESA).Berdasarkan karakter operasional yang
diklasifikasi Wiryono dan Suharto (2008),jenis-jenis resiko yang teridentifikasi dapatdiklasifikasikan ke dalam beberapa macam,yaitu : resiko kejahatan ( ), resiko bencana( ), resiko teknologi dan informasi,resiko regulasi, resiko kerjasama, resikosumberdaya manusia, resiko pasar, dan resikoreputasi.
Berdasarkan posisi asal penyebabnya, jenis-jenis resiko tersebut dapat diklasifikasikansebagai resiko internal dan resiko eksternal
stakeholder
reliable
stakeholder
site REDD+acivity benefit sharingmesurable, reportable, verifiable
strategy environmental and socialassessment
crimedisaster
(IRM, AIRMIC and ALARM, 2002). Resikointernal yang dimaksud adalah sumber resikoyang berasal dari entitas manajemen REDD+dan dapat dipengaruhi secara langsung sifatresikonya oleh entitas manajemen REDD+,sedangkan resiko eksternal adalah sumberresiko yang berasal dari entitas di luarmenejemen REDD+ dan tidak dapatdipengaruhi secara langsung oleh entitasmanajemen REDD+.
Selanjutnya pengukuran resiko dilakukanuntuk menilai faktor apa yang menjadiprioritas untuk diantisipasi atau ditangani.Hasil pengukuran tersebut menghasilkanklasifikasi resiko ke dalam 4 (empat) levelberdasarkan parameter danyaitu: I (paling utama/ ), II(utama/ ), III (sedang/ ), dan
IV (rendah/ ) (Gambar 2).
impact likelihoodlevel extereme level
high level mediumlevel low
3
[A1] [A3][A4] [B3]
[B5]
[D6] [A5] [B1][D1] [D2]
[D5]
2
[A2] [A6]
[C4]
[B2] [C2]
[C5] [C6]
[C7] [D7]
[B4] [C3]
Like-
lihood
1[C1] [D4] [B6] [B7]
[C8] [D3]
Level 1 2 3
Impact
Keterangan ( ):[A1], [A2], … [D7] : kode jenis resiko, lihat lampiran (
): paling utama ( ): utama ( ): ( ): rendah ( )
Remarksrisk code,
see attachmentextreme
highsedang medium
low
Gambar 2. Pemetaan tingkat resiko kegagalanimplementasi REDD+
Figure 2. Risk level maping of REDD+implementation failure
Analisis Resiko Kegagalan Implementasi REDD+ . . .Yanto Rochmayanto
156
Pada level paling utama teridentifikasi 5(lima) faktor yang harus diprioritaskan, yaitu:munculnya konflik baru dalam alokasidistribusi pembayaran, obyek baru korupsi,kepastian hak penggunaan lahan, kesulitanmenjaga kebocoran, dan data tidak memenuhistandar MRV (
). Kelima faktor tersebut terdiri atas 1(satu) faktor termasuk resiko dari aspek sosial,1 (satu) faktor berasal dari aspek ekonomi, dan3 (tiga) faktor lainnya berasal dari aspekmanajemen birokrasi.
Pada level utama teridentifikasi 3 (tiga)faktor untuk diperhatikan setelah 5 (lima)faktor , yaitu: transparansi pem-bayaran kompensasi, komitmen pimpinan(Gubernur, Bupati, Kepala Dinas terkait)kurang, dan mekanisme penyelesaian konflikyang handal tidak tersedia.
Resiko lainnya yang tergolong pada kelassedang dan rendah untuk sementara dapatdiprioritaskan kemudian, tanpa mengabaikanantisipasi dan konsepsi tindakan yangdiperlukan. Hanya saja, penempatannya dalamprioritas lebih rendah menunjukkan skalakonsentrasi dan urutan penanganan.
Klasifikasi ini akan sangat berguna bagipenyusunan skala prioritas dan pembagiankewenangan melakukan antisipasi danpenanganan resiko. Prioritas dilakukanterhadap faktor-faktor yang memberikandampak besar dan memiliki peluang terjadisangat tinggi. Pembuatan skala prioritastersebut merupakan cara penanganan yangbaik karena entitas yang berkepentinganuntuk meminimalkan resiko memilikisumberdaya yang terbatas.
Cara meminimalkan resiko kegagalanimplementasi REDD+ di Provinsi Riauterlebih dahulu dilakukan analisis kausalmengenai penyebab resiko tersebut munculdan identifikasi pihak-pihak yang terkaitdengan situasi tersebut. Pada tahap berikutnya,
measureble, reportable andverifiable
extreme
B. Cara Meminimalkan Resiko
cara meminimalkan resiko dapat dianalisismelalui mekanisme antisipasi yang mungkindan tindakan yang diperlukan.
Resiko munculnya konflik baru dalamalokasi distribusi pembayaran diprediksiterjadi akibat transparansi pembayaran yangtidak memadai, terjadi ketidakadilan distribusibenefit, dan pemahaman sosial yang rendahterhadap distribusi manfaat. Pada situasitersebut, seluruh entitas di tingkat pusat dandaerah akan terlibat. Dengan demikiandiperlukan kepastian mekanisme transparansiyang diakui oleh semua entitas dan diperlukanadanya lembaga pengawas. Sebagai tindakanaktual dapat dilakukan pembentukan lembagakeuangan terpercaya dan penunjukkan auditorindependen.
Resiko kegagalan akibat korupsi jugadikhawatirkan berbagai pihak, sebab terkaitdengan kepentingan politik kelompoktertentu maupun kepentingan pribadi setiapentitas yang terlibat. Dalam konteks ini,lembaga dan auditor independendiperlukan selain penegakan hukum yangkuat.
Faktor resiko kegagalan yang diakibatkanoleh kepastian hak penggunaan lahan harusmenjadi prioritas yang ditangani sejak saat ini.Situasi ini dihadapi sejak beberapa tahunterakhir terkait dengan Rencana Tata RuangWilayah Provinsi (RTRWP) yang belumselesai. Kondisi tersebut bukan hanyamemberi risiko terhadap kegagalan implemen-tasi REDD+ di tahap awal, tetapi jugamerupakan landasan hukum yang legal bagiseluruh aktivitas semua entitas di ProvinsiRiau dalam melakukan pembangunan yangberbasis lahan secara sektoral.
Resiko berikutnya pada level paling utamaadalah kesulitan menjaga kebocoran. Upayamenjaga kebocoran ini perlu didekati dari 2(dua) arah, yaitu dari pendekatan perlindunganhutan dan pendekatan sosial. Pendekatansosial harus mentargetkan penurunan danpenghilangan ketergantungan masyarakat
trust fund
Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 149 - 165
157
terhadap lahan dan hutan. Jika pendekatanyang dilakukan hanya dari sisi perlindunganhutan saja, kebocoran diprediksi akan tetapterjadi karena tekanan terhadap lahan tetaptinggi akibat kebutuhan sosial terhadappangan, perumahan dan lapangan kerja terusmeningkat.
Resiko kegagalan yang diakibatkan olehstandar data (akurasi, , kelengkapan,dan lain-lain yang memenuhi standar MRV)juga merupakan situasi yang penting menjadiprioritas. Sampai dengan tahun 2010,kehandalan data masih sangat rendah, tidaktersedia secara berkala, dan mengandalkan datastatistik dengan tingkat kepercayaan relatifrendah. Oleh karena itu diperlukan integrasisemua sektor, termasuk sinergi dengan DitjenBUK Kementerian Kehutanan agar dukungandata dapat diberikan ke tingkat provinsi dankabupaten (Lampiran 1).
Pada level kedua (faktor resiko yangtergolong utama), komitmen kepala daerahmenjadi perhatian utama. Secara politis,komitmen gubernur sudah terlihat darilangkah strategisnya membentuk PusatInformasi Perubahan Iklim (PIPI) Riau danpembentukan Satuan Tugas REDD+ ProvinsiRiau. Namun demikian, komitmen strategistersebut tidak memberikan pengaruh berartiapabila tidak diikuti oleh langkah strategisbupati untuk menjalankan target penguranganemisi di tingkat kabupaten, serta tidak diikutioleh jabaran operasional pada masing-masingSatuan Kerja Pemerintah Daeah (SKPD) yangbertanggung jawab secara teknis. Pada konteksini diperlukan upaya kuat daripemerintah pusat ke provinsi, dan dariprovinsi ke kabupaten, serta dari kepala daerahke masing-masing SKPD dalam rangkamemprioritaskan upaya pengurangan emisisecara terstruktur dan terencana (Lampiran 2).
Faktor resiko sedang dan rendah tidakberarti dapat diabaikan. Upaya penangananresiko pada tingkat sedang dan rendah ini harus
time series
top down
tetap dijalankan namun bisa dilakukan dalamkonsentrasi yang lebih kecil, mekanismepenanganan yang lebih teknis, serta peng-gunaan tingkat kewenangan yang lebih rendah(Lampiran 3 dan 4).
Pengetahuan dan pemahaman terhadapfaktor-faktor yang meningkatkan resikokegagalan implementasi REDD+ di tingkatsub nasional tidak cukup untuk melakukantindakan koreksi agar resiko dapat dikelola,dikurangai atau dihilangkan. Identifikasi
yang berkepentingan terhadapREDD+ perlu dilakukan agar diketahui pihakmana saja yang memiliki kepentinganmenurunkan resiko. Tindakan tersebut sangatmembantu dalam menentukan sistem sinergiantar . dalam entitasnasional dan sub nasional (provinsi dankabupaten) harus dianggap sebagai sumber-daya yang penting dalam membangunkeberhasilan implementasi REDD+.
Total responden analisissebanyak 23 orang tersebar di 5 (lima)kelompok. Pengelompokkan tersebutmengikuti posisi lembaga, yaitu: UnitPelaksana Teknis (UPT) Pemerintah Pusatyang berada di daerah, Pemerintah Provinsi,Pemerintah Kabupaten, Akademisi danLembaga Swadaya Masyarakat. Klasifikasi parapihak yang digunakan oleh Dwiprabowo danEkawati (2010) tidak melakukan pembagiansecara detail di tingkat sub nasional. Dalamentitas nasional, entitas sub nasional hanyadisebut sebagai Pemerintah Daerah Provinsidan Kabupaten. Klasifikasi tersebut tidakmerinci pihak mana yang berkaitan denganimplementasi REDD+ tingkat provinsi dankabupaten.
Berdasarkan penilaiandiketahui bahwa pada umumnyamemiliki pemahaman yang baik terhadapREDD/REDD+, kecuali
C. Analisis Kepentingan Stakeholder
stakeholder
stakeholder Stakeholder
stakeholder
stakeholderstakeholder
stakeholder
Analisis Resiko Kegagalan Implementasi REDD+ . . .Yanto Rochmayanto
158
Pemerintah Kabupaten. Akademisi dan LSMmemiliki jaringan informasi luas sehinggamemiliki tingkat pemahaman yang baik.Perbedaan pemahaman tingkat provinsidengan kabupaten terjadi karena aksesinformasi ke tingkat kabupaten lebih sulitdibanding di tingkat provinsi (PemerintahProvinsi dan UPT Pusat di daerah). Entitas ditingkat kabupaten memiliki jaringan infor-masi yang terbatas dari pemerintah provinsi,LSM dan media massa. Sedangkan lembaga-lembaga di provinsi memiliki akses informasidari: media sosial (koran, internet), sosialisasi/
yang diselenggarakan PemerintahPusat (Kementerian Lingkungan Hidup,Kementerian Kehutanan, DNPI, UKP4/Satgas REDD+ Nasional), penelitian lembagaasing dan pusat di provinsi (CIFOR,PUSPIJAK) dan Perguruan Tinggi.
Seluruh entitas di provinsi dan kabupatenmemiliki kepentingan yang tinggi terhadapimplementasi REDD+. Tingginya kepen-tingan tersebut terdorong oleh tugas pokokdan fungsi lembaga yang berkaitan denganlingkungan. Adapun lembaga yang kepen-tingannya netral seperti LSM memilikipandangan bahwa implementasi REDD+ bisamemberi dampak positif atau negatif ter-gantung prasyarat. Dampak positif diperolehjika REDD+ memberi ruang kepadamasyarakat lokal untuk memperoleh manfaatdan haknya terhadap lahan dan hutandihormati. Dampak negatif diperoleh jikaREDD+ dilaksanakan dengan berlandaskanbisnis konservasi atau bisnis karbon yangmengabaikan prasyarat.
Posisi terhadap kebijakanREDD+ secara umum mencerminkandukungan yang positif. Bentuk dukunganpemerintah provinsi sudah memperlihatkanaktivitas yang lebih konkret, antara lainpembentukan organisasi Pusat InformasiPerubahan Iklim dan Satgas REDD yangmelibatkan banyak lembaga antara lain BLH,Bappeda, Universitas dan Dinas teknis,
workshop
stakeholder
termasuk Balai Penelitian Teknologi SeratTanaman Hutan. Aktivitas lainnya sudahmulai diinisiasi dan dilaksanakan penyusunanRencana Aksi Mitigasi Perubahan Iklim,pengumpulan data dan informasi tutupanlahan, perhitungan simpanan karbon danemisi, peningkatan kapasitas organisasi ditingkat provinsi maupun kabupaten dan
untuk menjaring masukan dandiseminasi kebijakan mitigasi ke tingkatkabupaten.
Peran pemerintah provinsi tersebut lebihaktif dibandingkan dengan pemerintahkabupaten dan UPT pemerintah pusat didaerah. UPT pusat menunjukkan dukungan-nya dalam program-program dan kegiatantupoksi yang menghasilkan per-lindungan hutan dan peningkatan cadangankarbon, sedangkan di tingkat kabupaten masihdijumpai pertentangan kepentingan antaraperlindungan hutan untuk mendukungREDD+ dengan kebutuhan lahan sektor nonkehutanan. Realita pemenuhan mata pen-caharian dan kebutuhan ekonomi masihmewarnai kebijakan pragmatis pemerintahkabupaten dan sulit menyelaraskan denganpertimbangan kebijakan jangka panjangseperti REDD+. Situasi tarik-menarikkepentingan ini juga tercermin dari RTRWPyang belum definitif dan masih terus berprosesdengan sangat lambat.
Hal-hal yang perlu menjadi perhatianseluruh entitas adalah bahwa para pihak akanmenghentikan dukungan apabila:- Bertentangan dengan kebijakan umum
pemerintah pusat dan daerah serta kebijakansektoral
- Bertentangan dengan pola tata ruang yangsudah ditetapkan
- Menimbulkan gejolak sosial- Ditunggangi kepentingan politik dan
ekonomi- Tidak terdapat kontribusi nyata, pembagian
hasil tidak jelas
workshop
output
Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 149 - 165
159
- Insentif tidak signifikan bagi masyarakat,masyarakat terabaikan
- Dana pendukung di Pemda tidak tersedia- Program tidak berlanjut- Manajemen tertutup/tidak transparan
Berdasarkan opini di atas, dapatdikelompokkan aliansi dalammenyikapi rencana implementasi REDD+.Aliansi yang memberikan dukung-an adalah: pemerintah pusat, pemerintahprovinsi, pemerintah kabupaten, Universitasdan LSM. Syahril (2011) memiliki pandanganberbeda yang menyatakan bahwa tidak semuaLSM memberikan dukungan, misalnya Walhicenderung bersikap menentang konsepREDD+ yang dikembangkan saat ini. Namundemikian, secara potensial lembaga-lembagaseperti PT Sinar Mas Group, PT RAPP, WWF,Jikalahari dan “ ” memberikandukungan operasional dan konseptual ter-hadap REDD+ di Provinsi Riau.
1. Jenis resiko tingkat paling utama adalah : (a)munculnya konflik baru dalam alokasidistribusi pembayaran, (b) REDD+menjadi obyek baru korupsi, (c) kepastianhak penggunaan lahan tidak terjamin, (d)kesulitan menjaga kebocoran, dan (e) datatidak memenuhi standar ,
, . Adapun jenis resikoutama adalah : (a) transparansi pembayarankompensasi yang lemah, (b) komitmenpimpinan daerah kurang dan (c) mekanismepenyelesaian konflik yang handal tidaktersedia.
2. Beberapa tindakan penting dilakukanuntuk mengurangi resiko paling utama,antara lain: pembentukan lembaga
, penunjukkan auditor independen,penetapan tata ruang, perlindungan
stakeholderstakeholder
stakeholder
Scale Up
measurablereportable verifiable
trustfund
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
kawasan hutan, Sistem Verifikasi LegalitasKayu, penciptaan lapangan kerja ,integrasi semua lembaga penyedia dataaktivitas dan klimatis.
1. Terhadap sumber dan jenis resiko palingutama perlu diprioritaskan untuk dilaku-kan penanganan dan antisipasi oleh semuapihak.
2. Pemerintah kabupaten merupakan pihakyang diprioritas untuk diberikan informasimendalam dan penanganan antisipasi resikokegagalan implementasi REDD+.
3. Konsep danAnalisis dapat digunakansebagai alat untuk melakukan analisis danmanajemen resiko kegagalan implementasiREDD+.
Aurora, L. 2011. Pemerintah perlu menanganikorupsi untuk menanggulangi pem-balakan Liar .
. [diakses pada tanggal 25Desember 2011].
Casualty Actuarial Society. 2003. Overview ofEnterprise Risk Management. CasualtyActuarial Society, Enterprise RiksManagement Committee. Without town.
[COSO] Committee of Sponsoring Organiza-tion of the Treadway Commission. 2004.Enterprice Risk Management IntegratedFramework : Executive Summary.Committee of Sponsoring Organization ofthe Treadway Commission. America.
off-farm
Enterprise Risk ManagementStakeholder
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Http://www.redd-indonesia.org/index.php?option=com_c o n t e n t & v i e w = a r t i c l e&id=337:pemerintah-perlu-menangani-k o r u p s i - u n t u k - m e n g e n d a l i k a n -pemba lakan - l i a r -&ca t id=1 : fokus -redd&Itemid=50
Analisis Resiko Kegagalan Implementasi REDD+ . . .Yanto Rochmayanto
160
Dwiprabowo, H., dan S. Ekawati. 2010.REDD+ dan Forest Governance.Masrifatin N dan C Wulandari (2010)REDD & Forest Governance (2010). PusatPenelitian dan Pengembangan PerubahanIklim dan Kebijakan. Bogor.
European Commission. 1996. Guidance onRisk Assessment at Work, Health andSafety. European Commission DirectoratGeneral V Employment, IndustrialRelations and Social Affairs. Luxembourg.
Hardjasoemantri, K. 2003. Good governancedalam pembangunan berkelanjutan diIndonesia. Makalah Untuk LokakaryaPembangunan Hukum Nasional ke VIII diB a l i , t a n g g a l 1 5 J u l i 2 0 0 3 .
.[diakses pada tanggal 25 Desember 2011].
[IRM, AIRMIC and ALARM]. The Instituteof Risk Management ( IRM),TheAssociation of Insurance and RiskManagers (AIRMIC) and ALARM TheNational Forum for Risk Management inthe Public Sector. 2002. A RiskManagement Standard. The Institute ofRisk Management. ALARM The NationalForum for Risk Management in the PublicSector and The Association of Insuranceand Risk Managers. London.
Krisnawati, H. 2010. Status Data Stok Karbondalam Biomas Hutan di IndonesiaMasrifatin N. dan C. Wulandari Ed. (2010)REDD & Forest Governance (2010). PusatPenelitian dan Pengembangan PerubahanIklim dan Kebijakan. Bogor.
Murjani, N. 2011. Perjanjian Cancun danR E D D + d i I n d o n e s i a .
. [diakses pada tanggal 31Maret 2012].
DalamEd.
dalam
http://www.lfip.org/english/pdf/bali-seminar/Good%20Governance%20-%20koesnadi%20hardjasoemantri.pdf
http://blog.cifor.org/1311/perjanjian-c a n c u n - d a n - r e d d - d i - i n d o n e s i a /#.T3ZiY8UgfqE
Nova, S. 2010. Kepemimpinan dan Komitmen.
. [diakses pada tanggal25 Desember 2011].
Rodger, C. and J. Petch. 1999. Uncertainty andRisk Analysis. Business Dynamic Price-waterhouse Cooper. United Kingdom.
Schmeer, K. 1999. Guidelines for Conducting aStakeholder Analysis. November 1999.,Partnerships for Health Reform, AbtAssociates Inc. Bethesda.
Wibisono, B. K. 2011. Pemahaman tentangR E D D b e l u m s e r a g a m .
.[diakses pada tanggal 25 Desember 2011].
Wiryono, S.K. dan Suharto. 2008. Analisisresiko operasional di PT TELKOM denganpendekatan metode ERM. Jurnal Manaje-men Teknologi Vol 7 No 1 tahun 2008.Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Wiyono, A. 2006. Duduk bersama menepiskonflik. Dalam: Yuliani, E.L., Tadjudin,Dj., Indriatmoko, Y., Munggoro, D.W.,Gaban, F., Maulana, F. (editor). KehutananMultipihak: Langkah Menuju Perubahan.CIFOR, Bogor, Indonesia.
Santoso, I. 2008. Kepastian tenure masyarakatdalam pelaksanaan REDD. Warta TenureNo. 6 September 2008.
. [diakses padatanggal 25 Desember 2011].
Satriastanti, F.E. 2011. REDD picu KonflikSosial di Kalteng,
. [diakses padatanggal 25 Desember 2011].
Siagian, Y.L. Dan Neldysavrino. 2007. Aksikolektif penguatan hak masyarakat ataslahan. Governance Brioef Juli 2007 No.35(b). Center for International ForestryResearch. Bogor. Indonesia.
http://www.managementf i le .com/journal.php?id=201&sub=journal&page=strategic&awal=0
h t t p : / /www.antaranews.com/berita/289354/pemahaman-tentang-reed-belum-seragam
Http://www.wgtenure.org/file/ Warta_Tenure/Edisi_06/ 02b.Kajian02.pdf
http://www.beritasatu.com/nasional/14719-redd-picu-konflik-sosial-di-kalteng.html
Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 149 - 165
161
Lampiran 1. Upaya meminimalkan resiko paling utamaAppendix 1. Effort to minimize the extreme risk
Sumber resiko (Source of risk )Cara meminimalkan resiko ( How to
minimize the risk )No
Jenis danKode resiko
(Type andRisk code )
Penyebab(Cause)
Pihak terkait(RelatedParties)
Antisipasi(Anticipation)
Tindakan(Action)
Rujukan(Reference)
1 Munculnyakonflik barudalam alokasidistribusipembayaran(A.5)
- Tidaktransparan
- Tidak adil- Tidak sesuai
peruntukkan- Pemahaman
sosial rendah
Masyarakat,Kemenhut,Pemprov,Pemkab,LSM,Swastakehutanan
- Proporsi benefitsharingtransparan danadil
- Ada pengawas
- Pembentukanlembaga trustfund
- Penunjukkanauditorindependent
- SESA
Wibisono(2011)Satriastanti(2011)
2 Obyek barukorupsi(B.1)
- Kepentinganpolitik
- Kepentinganpribadi
Semua personalyang terlibatpada semualembaga
- Lembaga trustfund
- Audit internaldan eksternal
- Pembentukanlembaga trustfund
- Penunjukkanauditorindependent
- Penegakkanhukum
Wiyono (2006)
3 Kepastian hakpenggunaanlahan(D.1)
Tata ruangbelum jelas
KemenhutBPNPemprov,Pemkab,
- Pengakuanlegalpemerintah
- Pengakuanlegal buyer
- Tata ruang yangsah
- Tertuang padaperjanjian
Santoso(2008)Siagian danNeldysavrino. 2007
4 Kesulitanmenjagakebocoran(D.2)
- Illegal logging- Pengembanga
n sektorpertanian/perkebunan/pemukiman
- PemerintahPusat
- PemerintahProvinsi
- PemerintahKabupaten
- Sektor swastakehutanan,perkebunan,pertanian,property
- Perlindunganhutan
- Penguranganketergantunganterhadap lahan
- Perlindungankawasan hutan
- Penegakkanhukum
- SVLK- Pembentukan
dan penguatanKPH
- Penciptaanlapangan kerjaoff -farm
Aurora(2011)Dwiprabowodan Ekawati.(2010)
5 Data tidakmemenuhistandar MRV(D.5)
- Lembagapenyedia datatidakterkoordinasi
- Data tidak ter-record secarateratur danlengkap
Dinaskehutanan,BMKG,DinasPerkebunan,DinasPertanian,BPN,PIPI,Satgas REDD+
- Kelengkapandata sektoraldan time series
- Peningkatanakurasi data
- PenggunaanMetodeyang verifiable
- Penyusunansistemperhitungankarbon subnasional tingkatprovinsi dankabupaten
- Integrasi semualembagapenyedia dataaktivitas danklimatis
- Sinergi denganDitjen BPKKemenhut
- Pembuatan plotpermanen
- Penelitian danpengembangan
Krisnawati(2010)
Analisis Resiko Kegagalan Implementasi REDD+ . . .Yanto Rochmayanto
Lampiran 2. Upaya meminimalkan resiko utamaAppendix 2. Effort to minimize the high risk
Sumber resiko(Source of risk )
Cara meminimalkan resiko
No.
Jenis danKode resiko
(Type andRisk code )
Penyebab(Cause)
PihakTerkait(RelatedParties)
Antisipasi(Anticipation)
Tindakan(Action)
Rujukan(Reference)
1 Transparansipembayarankompensasi(B.4)
- Kapasitasorganisasilemah
- Kepentingan
Masyarakatsekitarhutan,Pemerintahpusat,Pemprov,Pemkab
- Lembaga trustfund
- Audit internaldan eksternal
- Pembentukanlembaga trustfund
- Penunjukkanauditorindependent
Hardjasoemantri(2003)
2 Komitmenpimpinan(Gubernur,Bupati,Kepala Dinasterkait)kurang(C.3)
Kepentinganpolitik lokal
PemerintahProvinsiPemerintahKabupaten
- Pendekatanpolitik dariPemerintahPusat
- Penyamaanpersepsitujuan, benefitdan resiko
- Top down- Transaksional
Nova (2010)
3 Mekanismepenyelesaiankonflik yanghandal tidaktersedia(D.6)
- Kompleksitasmasalah,
- Fasilitator danmediatorkurang
Masyarakatsekitar huta,Pemerintahpusat,Pemprov,Pemkab.LSM
- Penyelesaianmasalah landtenure,
- Penggunaanfasilitator danmediator sosial
Pemberdayaanfasilitator/mediatorindependen
Wiyono (2006)
Lampiran 3. Upaya meminimalkan resiko untuk faktor resiko sedangAttachment 3. Effort to minimize the medium risk
Sumber resiko(Source of risk )
Cara meminimalkan Resiko(How to minimize the risk )
No
Jenis dan KodeResiko
(Type and RiskCode)
Penyebab(Cause)
Pihak terkait(RelatedParties)
Antisipasi(Anticipation)
Tindakan
RujukanReference)
1 Pengetahuan danpemahamanmasyarakat rendah(A.1)
Sosialisasibelum sampai
Kemenhut,Pemprov,Pemkab,Masyarakatsekitar hutan
Peningkatansosialisasi yangefektif dan efisien
- Workshop ditingkat kabupaten
- Publikasi ketingkat kabupatendan desa sekitarhutan
Wibisono(2011)
Satriastanti(2011)
2 Pengetahuan danpemahamanstakeholder tidaksama(A.2)
Aksesinformasi,
Kemenhut,Pemprov,Pemkab,Masyarakatsekitar hutan
Diversifikasimedia informasike semua entitas
Publikasi berkaladan perkembanganinsidentil di mediamasa lokal (TV,radio, koran lokal)
162
Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 149 - 165
Lampiran 3. LanjutanAppendix 3. Continued
Sumber resiko(Source of risk )
Cara meminimalkan resiko(How to minimize the risk )
No
Jenis dan Koderesiko
(Type and Riskcode )
Penyebab(Cause)
Pihak terkait(Relatedparties)
Antisipasi(Anticipation)
Tindakan
Rujukan(Reference)
3 Daya tarikkompetitorpenggunaan lahanuntuk perkebunansawit lebih tinggi(A.3)
Strukturpasar REDDbelum riil,Prosedurrumit
Investor, bank,pemerintahpusat,masyarakatsekitar hutan
Pasar riil Perumusanprosedur PES yangsimple
4 Resiliensimasyarakatterhadap programbaru(A.4)
Pemahamanproses yangbelum utuh
Masyarakat,pemerintahdaerah,pemerintahpusat
Peningkatansosialisasi yangefektif dan efisien
- Workshop ditingkat kabupaten
- Publikasi ketingkat kabupatendan desa sekitarhutan
Wibisono(2011)Satriastanti(2011)
5 Kepentinganstakeholderterhadap REDD+(A.6)
PemahamanlemahterhadapREDD+
Masyarakat,pemerintahdaerah
Peningkatansosialisasi yangefektif dan efisien
- Workshop ditingkat kabupaten
- Publikasi ketingkat kabupatendan desa sekitarhutan
6 Mekanismepembayaran tidakmenarik(B.3)
Termin atauex-post
Buyer,pemerintahpusat,pemerintahdaerah
Inovasi danperumusan skemapembayaran yanglebih menarik
Uji cobamekanismepembayaran hasilriset
7 Pendapatanmasyarakat rendah(B.5)
Masyarakatagrarisdengan luaskepemilikanlahan kecil
Masyarakat,pemerintahdaerah,pemerintahpusat
Penyediaanlapangan kerja off-farm, intensifikasilahan
Penyediaanlapangan kerja off -farm, intensifikasilahan
8 Distribusikompensasi (benefitsharing) tidak adil(B.2)
Persepsikeadilan yangberbeda
Masyarakat,pemerintahdaerah,pemerintahpusat,pengembang
Negosiasi yangfair dan berkala
Review secaraberkala terhadapPermenhut
9 Ketersediaanalternatif sumberpendapatanmasyarakat(B.6)
Lapangankerja terbatas
Masyarakat,pemerintahdaerah,pemerintahpusat
Penyediaanlapangan kerja off-farm, intensifikasilahan
Penyediaanlapangan kerja off-farm, intensifikasilahan
10 Perubahan politikekonomiinternasional(B.7)
AgendaekonomiNegara majuberubah
Buyer,pemerintahpusat
Negosiasi Negosiasi
163
Analisis Resiko Kegagalan Implementasi REDD+ . . .Yanto Rochmayanto
Sumber resiko(Source of risk )
Cara meminimalkan resiko(How to minimize the risk )
No
Jenis dan Koderesiko
(Type and Riskcode )
Penyebab(Cause)
Pihak terkait(Relatedparties)
Antisipasi(Anticipation)
Tindakan
RujukanReference)
11 Integrasi antarlembaga kurang(C.2)
Kepentinganorganisasiberbeda
PemerintahProvinsiPemerintahKabupaten
- Pendekatanpolitik dariPemerintahdaerah
- Penyamaanpersepsi tujuan,benefit danresiko
- Top down- Transaksional
12 Peraturanimplementasi yangkurang reliable(C.4)
Peraturandisusundengan datalapanganyang kurang
Pemerintahpusat,pemerintahdaerah
Uji publik Konsultasi publik,revisi
13 Jangka waktunegosiasiinternasionalpanjang(C.5)
KepentinganpolitikNegaraindustri
Entitasinternasional,negosiatorpemerintahpusat
Penguatan konsepnegosiasi,penguatannetworking
Penguatan konsepnegosiasi,penguatannetworking
14 Substansi kontrakkeluar dari ruhlingkungan,menjadi bisniskonservasi (C.6)
KepentinganpolitikNegaraindustri
Entitasinternasional,negosiatorpemerintahpusat
Peningkatanbargainingposission
Pemilihan Negarabuyer secaraselektif
15 Koordinasi antarstakeholder kurang(C.7)
Kepentinganorganisasiberbeda
PemerintahProvinsiPemerintahKabupaten
- Pendekatanpolitik dariPemerintahdaerah
- Penyamaanpersepsi tujuan,benefit danresiko
- Top down- Transaksional
16 Politik lokal tidakkondusif(C.8)
Kepentinganpolitik lokal
PemerintahProvinsiPemerintahKabupaten
- Pendekatanpolitik dariPemerintahPusat
- Penyamaanpersepsi tujuan,benefit danresiko
- Top down- Transaksional
17 Bencana alam(D.3)
Karaktervulkanologi,biogeografi,
Pemerintahpusat,pemerintahdaerah
Penguatanmitigasi bencana,
Pemetaan resikobencana, sistemperingatan dini,memasukkandalam konsiderasidalam klausulkontrak
Lampiran 3. LanjutanAppendix 3. Continued
164
Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 149 - 165
Sumber resiko(Source of risk )
Cara meminimalkan resiko(How to minimize the risk )
No
Jenis dan Koderesiko
(Type and Riskcode )
Penyebab(Cause)
Pihak terkait(Relatedparties)
Antisipasi(Anticipation)
Tindakan
Rujukan(Reference)
18 SESA (StrategicEnvironmental andSocial SafeguardAssessment) tidaktersedia(D.7)
Belum adaasistensi,kapasitasorganisasi
Pemerintahpusat,pemerintahdaerah, LSM,masyarakat
Asistensi proaktifke pemerintahpusat dan lembagariset nasional/internasional
Perumusan SESAdi tingkatkabupaten danProvinsi
Lampiran 3. LanjutanAppendix 3. Continued
Lampiran 4. Upaya meminimalkan resiko rendahAttachment 4. Effort to minimize the low risk
Sumber resiko (Source of risk )Cara meminimalkan resiko(How to minimize the risk )
No
Jenis dan Koderesiko
(Type and Riskcode)
Penyebab(Cause)
Pihak terkait(Relatedparties)
Antisipasi(Anticipation)
Tindakan
Rujukan(Reference)
1 Kapasitasorganisasi rendah(C.1)
Pemerintahprovinsi,pemerintahkabupaten
Program Capacitybuilding
Perbaikanmetoderekruitmen,pendidikan,pelatihan
2 Aksesibilitas tinggiterhadapsumberdaya hutan(D.4)
Kawasan memilikiakses yang terbukaoleh jalan
Pemerintahpusat,pemerintahdaerah
Pendekatankeamanan,pendekatan sosialkemasyarakatan
Penataan arealpenyanggakawasan
165
Analisis Resiko Kegagalan Implementasi REDD+ . . .Yanto Rochmayanto