KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR...

21
214 KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA DALAM PENGORGANISASIAN KAWASAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN (Study of the Implementation of Norms, standards, Procedures and Criteria in Forest Management Unit Organization) Sylviani¹ & Elvida Yosefi Suryandari² 1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Jl. Gunung Batu No 5 Bogor 16118.Telp (0251) 8633944, Fax: (0251) 8634924 Email: [email protected], [email protected] y Diterima 05 Februari 2013, direvisi 16 Mei 2013, disetujui 26 Juli 2013 ABSTRACT Forest Management Unit (FMU) is an area of forest land in site level that managed to meet sustainable forest management in a long term plan. One or more forest functions (conservation, protection and production) can be included in an FMU, but the FMU will be classified by its dominant forest function. KPH has been established in several provinces, but a few them has not yet operational. Institutional aspects such as policy and organization are having problem in the implementation of FMU. The objective of the study are : (1) to analyze the implementation of norms, standards, procedures and criteria (NSPC) of FMU and (2) to analyze the organization's policies in the management of FMU. The study was held at the Dampelas Tinombo FMU in Central Sulawesi; Way Terusan FMU, and Batu Tegi FMU in Lampung Province. In polic analysis used a retrospective method model, while in organizational structure analysis used qualitative descriptive method. The results showed that the policy about FMU NSPC has been implemented by each FMU in research location. It can be seen from the master plan of "forest management planning and forest governance". This study examines the FMU organization through the current organizational structure. There are similarities in the organizational structure of FMU indicated through the division of labor, authority, span of control and division of the department. However, there are differences in the classification of departmentalizing types. The differences are caused by differences in local conditions, as well as the potential for each policy in research location. Form of organizational FMU at the site study has a characteristics "functional organizational structure". The positives of this organization type will continue to adapt to their environment in order to keep growing towards the vision and mission that have been made. If there is a policy changes, organizations need to change the internal of organization, for example by adjusting its organizational structure. Form of FMU Organizational as Regional Technical Implementation Unit, FMU can accommodate the interests of the goverment through departmentalizing based on NSPC criteria approach. Coordination among stakeholders through funding has done, either by the central or local governments. For better management of the FMU it is recommended : (1) Derivatives policy is required on the tasks and role of FMU in detail, to fasilitate implementation and management, and (2) Prefaring the conditions of FMU organizations to make adaptation if there is a policy change related to FMU organization. In terms of funding, the central government should allocate funds through related technical unit until FMU can operate independently and the rules about capabilities and mobilization of human resources are needed. Keywords: Policy, organizational structure and FMU

Transcript of KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR...

Page 1: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

214

KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR DANKRITERIA DALAM PENGORGANISASIAN KAWASAN

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN(Study of the Implementation of Norms, standards, Procedures and Criteria in

Forest Management Unit Organization)

Sylviani¹ & Elvida Yosefi Suryandari²1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Jl. Gunung Batu No 5 Bogor 16118.Telp (0251) 8633944, Fax: (0251) 8634924Email: [email protected], [email protected]

y

Diterima 05 Februari 2013, direvisi 16 Mei 2013, disetujui 26 Juli 2013

ABSTRACT

Forest Management Unit (FMU) is an area of forest land in site level that managed to meet sustainableforest management in a long term plan. One or more forest functions (conservation, protection and production)can be included in an FMU, but the FMU will be classified by its dominant forest function. KPH has beenestablished in several provinces, but a few them has not yet operational. Institutional aspects such as policy andorganization are having problem in the implementation of FMU.

The objective of the study are : (1) to analyze the implementation of norms, standards, procedures andcriteria (NSPC) of FMU and (2) to analyze the organization's policies in the management of FMU. The study washeld at the Dampelas Tinombo FMU in Central Sulawesi; Way Terusan FMU, and Batu Tegi FMU in LampungProvince. In polic analysis used a retrospective method model, while in organizational structure analysisused qualitative descriptive method.

The results showed that the policy about FMU NSPC has been implemented by each FMU in researchlocation. It can be seen from the master plan of "forest management planning and forest governance". This studyexamines the FMU organization through the current organizational structure. There are similarities in theorganizational structure of FMU indicated through the division of labor, authority, span of control and divisionof the department. However, there are differences in the classification of departmentalizing types. The differencesare caused by differences in local conditions, as well as the potential for each policy in research location. Form oforganizational FMU at the site study has a characteristics "functional organizational structure". The positives ofthis organization type will continue to adapt to their environment in order to keep growing towards the visionand mission that have been made. If there is a policy changes, organizations need to change the internal oforganization, for example by adjusting its organizational structure. Form of FMU Organizational as RegionalTechnical Implementation Unit, FMU can accommodate the interests of the goverment throughdepartmentalizing based on NSPC criteria approach. Coordination among stakeholders through funding hasdone, either by the central or local governments. For better management of the FMU it is recommended : (1)Derivatives policy is required on the tasks and role of FMU in detail, to fasilitate implementation andmanagement, and (2) Prefaring the conditions of FMU organizations to make adaptation if there is a policychange related to FMU organization. In terms of funding, the central government should allocate funds throughrelated technical unit until FMU can operate independently and the rules about capabilities and mobilizationof human resources are needed.

Keywords: Policy, organizational structure and FMU

Page 2: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

215

Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari

ABSTRAK

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) merupakan kawasan hutan di tingkat tapak yang dikelolauntuk memenuhi pengelolaan hutan lestari dalam rencana jangka panjang. Satu atau lebih fungsi hutan(konservasi, lindung dan produksi) dapat dimasukkan dalam suatu KPH, tetapi KPH diklasifisikanberdasarkan fungsi hutan yang dominan. KPH telah ditetapkan di beberapa provinsi, tetapi ada yangbelum operasional. Aspek kelembagaan seperti kebijakan dan organisasi merupakan kendala dalampelaksanaan KPH.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji implementasi Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria(NSPK) pengelolaan KPH dan (2) mengkaji kebijakan organisasi dalam pengelolaan KPH. Kegiatan inidilaksanakan di KPH Dampelas Tinombo di Sulawesi Tengah serta KPH Way Terusan dan KPH BatuTegi di Provinsi Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis retrospektif, sedangkanuntuk mengkaji struktur organisasi menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan NSPK pengelolaan KPH telah diimplementasikanoleh masing-masing KPH. Hal ini dapat dilihat dari adanya mengenai ”perencanaanpengelolaan hutan dan tata hutan”. Terdapat kesamaan dalam struktur organisasi KPH yang ditunjukkanmelalui pembagian kerja, wewenang, rentang kendali dan departemenisasi. Namun, terdapat perbedaanyaitu pengelompokkan jenis departemenisasi. Perbedaan ini disebabkan oleh : perbedaan kondisi daerah,potensi kawasan serta kebijakan setiap daerah. Bentuk organisasi KPH pada lokasi penelitian memilikikarakteristik ” Organisasi tipe ini akan senantiasa beradaptasi denganlingkungannya agar tetap berkembang menuju visi dan misi yang telah dibuat. Apabila terdapatperubahan kebijakan, organisasi perlu mengubah internal organisasi, misalnya dengan menyesuaikanstruktur organisasinya. Dengan bentuk struktur organisasi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD), KPHdapat mengakomodasi kepentingan pusat melalui departementalisasi dengan pendekatan kriteria dalamNSPK. Koordinasi dalam hal pendanaan telah mulai dilakukan, baik dengan pemerintah pusat maupunpemerintah daerah. Saran studi ini meliputi : (1) Perlunya kebijakan turunan, mengenai tugas dan peranKPH secara rinci untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan pengelolaan dan (2) Perlu penyiapankondisi pemungkin dalam organisasi apabila terdapat perubahan kebijakan terkait organisasi KPH.Pemerintah pusat mengalokasikan dana melalui UPT terkait sampai KPH mandiri dan perlu aturantentang kapabilitas dan mobilisasi SDM.

Kata kunci: Kebijakan, struktur organisasi, dan KPH

master plan

struktur organisasi fungsional”.

I. PENDAHULUAN

Kondisi hutan Indonesia akhir-akhir inisangat memprihatinkan, ditandai denganmeningkatnya laju deforestasi dan degradasihutan, kurang berkembangnya investasi dibidang kehutanan, rendahnya kemajuanpembangunan hutan tanaman, serta kurangterkendalinya penebangan liar. Salah satufaktor penyebab terjadinya deforestasi dandegradasi hutan adalah belum terbentuknyainstitusi yang mengelola wilayah hutan yangada secara menyeluruh, sehingga diperlukan

institusi yang dapat mengelola kawasan hutandengan lebih baik. Institusi pengelola yangdimaksud adalah unit-unit manajemenpengelolaan hutan atau yang disebut denganKesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).

Pembentukan KPH merupakan upayapemerintah untuk mewujudkan pengelolaanhutan secara lestari dipandang dari aspekekonomi, ekologi dan sosial budaya.Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dariempat aspek (sosek masyarakat, institusi,kesiapan infrastruktur dan perencanaan),aspek institusi memegang peranan paling

Page 3: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

216

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234

penting dalam operasional suatu organisasiKPH yaitu bentuk dan struktur organisasiKPH dan peraturan pendukung sertaimplementasinya (Suryandari , 2009).

Pasal 3 Peraturan Menteri Kehutanan No.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar,Prosedur dan Kriteria (NSPK) dijelaskanbahwa tugas dan fungsi KPH adalahmenyelenggarakan pengelolaan hutan(penyusunan rencana, pemanfaatan hutan,penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi danreklamasi, perlindungan dan konservasihutan). NSPK yang dimaksud adalah semuaketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintahpusat yang dapat dijadikan pegangan olehPemerintah Daerah untuk menjalankandesentralisasi kewenangannya terutama dalampengelolaan kawasan hutan. Permasalahanyang dihadapi saat ini oleh beberapa KPH yangsudah ditetapkan adalah 1) Kurangnyakesiapan di masing-masing daerah terutamadalam pendanaan 2) Belum disepakatinyabentuk organisasi KPH dan 3) Kurangnyaketersediaan sumber daya manusia .Diharapkan dengan peraturan ini sudahmengakomodasi NSPK dan dapat dijadikanpendekatan untuk melihat sejauh manapelaksanaan pengelolaan hutan, tugas danfungsi KPH serta peran pemerintah pusatdalam pengembangan KPH. Dalam tulisan inidisajikan hasil penelitian implementasi aturanmengenai Norma, Standar, Prosedur danKriteria (NSPK) dalam Pengelolaan KPH dankebijakan organisasi dalam pengelolaan KPHserta persepsi para pihak dalam pengelolaanhutan dengan ditetapkannya suatu unitmanajemen KPH.

Kegiatan penelitian ini dilakukan diProvinsi Sulawesi Tengah yaitu KPHP Model

et al

II. METODE PENELITIAN

Lokasi PenelitianA.

Dampelas Tinombo dan Kabupaten LampungTengah yaitu KPHP Reg 47 Way Terusan danKPHL Batu Tegi. Alasan pemilihan lokasididasarkan pada perbedaan kemajuanperkembangan organisasi untuk melihatsejauh mana implementasi terkait NSPKpengelolaan KPH. Dampelas Tinombo adalahKPHP lintas Kabupaten yaitu KabupatenDonggala dan Kabupaten Parigi Montongdengan bentuk organisasi UPTD DinasKehutanan Provinsi yang hingga saat ini sudahoperasional. Register 47 Way Terusan adalahKPHP Kabupaten dengan bentuk organisasiUPTD Dinas Kehutanan Kabupaten danhingga saat ini belum operasional. SedangkanBatu Tegi adalah KPHL lintas Kabupaten dibawah tanggung jawab Dinas KehutananProvinsi, hingga saat ini baru penunjukanbelum ditetapkan.

Metode pengumpulan data dilakukanmelalui pengumpulan data sekunder danwawancara dengan para pengambil kebijakandi setiap lokasi KPH yang diteliti baik berupadata primer maupun sekunder. Tekniksampling yang digunakan adalah

di mana sampel diambil denganmaksud atau tujuan tertentu. Seseorang yangmewakili para pihak tertentu diambil sebagaisampel karena dianggap orang tersebutmemiliki informasi yang diperlukan bagipenelitian. Responden dalam penelitian inimeliputi: (1) UPT pusat seperti BPKH,BPDAS, BP2HP, (2) Dinas Kehutananprovinsi, (3) Dinas Kehutanan kabupaten, (4)KPH, (5) Bappeda provinsi/kabupaten, (6)Masyarakat dalam kawasan KPH dan parapihak lain yang terkait dengan kegiatan KPH.Dari masing-masing para pihak diambil duasampai tiga responden yang paling berkepen-tingan/terkait dan mengerti permasalahanorganisasi KPH. Adapun jenis data yangdikumpulkan, sumber data dan metode

B. Pengumpulan Data

purposivesampling

Page 4: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

217

Tabel 1. Jenis data dan sumber dataTable 1. Kind and sources of data

No Metode pengumpulandata/Collecting datametode

Sumber data/Sources of data Jenis data/Kind of data

1 Pengumpulan datasekunder

Dephut Peraturan perundangan NSPK pengelolaanKPH

2 Pengumpulan datasekunder

Dephut, Depdagri Menpan Peraturan bersama tiga menteri mengenaiorganisasi KPH

3 Pengumpulan datasekunder

Pemerintah Daerah Perda dan Peraturan Gubernur tentangpembentukan UPTD KPH

4 WawancaraPengumpulan datasekunder

UPTD KPH Bagan struktur dan susunan organisasi KPH,tujuan, visi dan misi, rencana & program-program KPH

5 WawancaraPengumpulan datasekunder

Dinas Kehutanan Tugas Pokok dan Fungsi, persepsi tentangstruktur & susunan org KPH sertaperundangan terkait

6 WawancaraPengumpulan datasekunder

BPKH, BPDAS, BP2HP,Bapeda

Tugas Pokok dan Fungsi instansi, persepsitentang struktur & susunan org KPH sertaperundangan terkait

7 Bapeda provinsi dankabupaten

Wawancara mendalamFoto copy dokumen

8 KPHDinas kehutanan

Wawancara mendalam

C. Kerangka Analisis

Kinerja pengelolaan hutan pada KPH saatini belum dapat dilihat secara nyata karenamasih terdapat permasalahan dalampembentukan KPH baik dari segi kebijakanmaupun kelembagaan. Dari segi kelembagaan,struktur dan susunan organisasi yang tepatdiharapkan dapat mengakomodir keinginanpusat dan daerah. Organisasi adalah suatusistem yang terdiri dari pola aktivitaskerjasama yang dilakukan secara teratur danberulang-ulang oleh sekelompok orang untukmencapai suatu tujuan tertentu (Suryono,

2010). Empat bentuk keputusan yang pentingdalam struktur organisasi meliputi : pembagiankerja, departementalisasi, rentang kendali danwewenang untuk menganalisis strukturoraganisasi yang telah terbentuk. Ciriorganisasi yang baik adalah perilaku terarahpada tujuan ( ). Artinyaorganisasi tersebut harus mencapai tujuan dansasaran yang dapat dicapai secara lebih efisiendan lebih efektif di mana perilaku, struktur danproses yang terarah dan teratur dari suatuorganisasi terkait dengan visi, misi danstrateginya (Noor, 2004).

goal directed behavior

Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari

Page 5: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

218

Pengelolaan KPH

Kebijakan

Pusat Daerah

Struktur & Susunan

Organisasi

Pembagian kerja

DepartementalisasiRentang kendali

Wewenang

Pengelolaan KPH

Norma

StandarProsedur

Kriteria

i

mpl

e

me

nta

si

Gambar 1. Kerangka analisis penelitianFigure 1. Framework of research analysis

Struktur organisasi didefinisikan sebagaikerangka antar hubungan satuan-satuanorganisasi di dalamnya terdapat pejabat, tugasdan wewenang yang masing-masing mem-punyai peranan tertentu dalam satu kesatuanyang utuh (Noor, 2004). Secara umumkerangka analisis penelitian dapat dilihat padaGambar 1.

NSPK pengelolaan KPH dianalisis dengananalisis retrospektif, yaitu model analisiskebijakan yang kajiannya mengarah kepadaakibat-akibat kebijakan setelah suatu kebi-jakan diimplementasikan (Dunn, 1991). Salahsatunya untuk melihat bagaimana konse-kuensinya terhadap para pihak terkait setelahsuatu kebijakan ditetapkan dan adakahkebijakan-kebijakan baru yang muncul danimplementatif di lapangan dan mengevaluasihasil implementasi aturan NSPK yang ada.

Untuk mengkaji struktur dan susunanorganisasi KPH menggunakan analisis

D. Analisis Data

deskriptif kualitatif, dengan menggunakanpendekatan kriteria-kriteria asas organisasi(Sutarto 2006). Kriteria-kriteria dalam asasorganisasi untuk menganalisis strukturorganisasi dapat dilihat dari pembagian kerja,departementalisasi (sekelompok aktivitassejenis berdasarkan pelaksanaannya), wewe-nang dan rentang kendali (Gibson ., 1997).

Landasan hukum tentang NSPK penge-lolaan KPH adalah Peraturan MenteriKehutanan No.6/Menhut-II/2010 yangmengatur tentang (1) Tugas dan fungsi KPHPdan KPHL, (2) Tata hutan dan perencanaanhutan, (3) Pemanfaatan hutan, (4) Penggunaankawasan hutan, (5) Rehabilitasi dan reklamasihutan, (6) Perlindungan hutan dan (7)Pembinaan, pengendalian dan pengawasan.Selanjutnya implementasi NSPK padabeberapa KPH dibahas sebagai berikut.

et al

III. HASIL PENELITIAN

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234

Page 6: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

219

A. -Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Pengelolaan KPH

1. Tugas dan fungsi KPH

Pengurusan hutan dilakukan bersama-sama baik oleh pemerintah pusat maupunpemerintah daerah dalam menyelenggarakanfungsi administrasi pengurusan hutan sepertiperencanaan, pengelolaan, pengawasan,penyuluhan, penelitian dan pengembangandan pendidikan dan latihan. Melalui organisasiKPH sebagian tugas pengurusan hutan akandiserahkan, dimana organisasi KPH me-nyelenggarakan fungsi manajemen ataupengelolaan.

Dalam pasal 3 dijelaskan bahwa tugas danfungsi KPH adalah menyelenggarakanpengelolaan hutan meliputi tata hutan danpenyusunan rencana pengelolaan hutan,pemanfaatan hutan, penggunaan kawasanhutan, rehabilitasi dan reklamasi, perlin-dungan dan konservasi hutan, menjabarkankebijakan kehutanan nasional, provinsi dankabupaten serta membuka peluang investasikehutanan.

Peran kelembagaan dalam NSPK dijabar-kan tentang pembagian peran pusat/ daerahdengan organisasi KPH. Pemerintah pusatmenyusun pedoman pelaksanaan tata hutansedangkan pemerintah daerah (Dinasprovinsi/kabupaten) melakukan fungsipembinaan, pengawasan, pengendalian dankoordinasi dalam pelaksanaan pengelolaanhutan. Pemerintah pusat melalui UnitPelaksana Teknis (UPT) dapat melakukanfungsi supervisi, pendampingan dan fasilitasipelaksanaaan pengelolaan hutan. Dari 3 KPHModel yang menjadi obyek penelitian hanya 2KPH yang sudah melaksanakan tugas danfungsi yaitu menyelenggarakan pengelolaanhutan melalui tata hutan dan penyusunanrencana pengelolaan hutan, sementarapengelolaan hutan lainnya belum direalisasi-

kan karena ketidaksiapan KPH dari aspekpendanaan dan ketersediaaan SDM.

Sebagaimana tertuang dalam PermenhutNo 6/Menhut-II/2010 tentang NSPK BAB IIIpasal 4 dijabarkan bahwa kegiatan tata hutanterdiri dari inventarisasi hutan, pembagiankedalam blok, pembagian petak, tata batasdalam wilayah KPH serta pemetaan. Sejauhmana kegiatan tersebut telah direalisasikanoleh masing-masing KPH Model adalah sepertiberikut.

Penetapan KPHP Model Way Terusan diKabupaten Lampung Tengah adalah melaluiSK Menteri Kehutanan Nomor SK.794/Menhut-II/2009 tanggal 7 Desember 2009seluas ± 12.500 ha. Kawasan Hutan Produksiini telah terokupasi oleh masyarakat perambahyang datang dari berbagai daerah bahkan dariluar provinsi. Di dalam Kawasan ini juga adaSatuan Pemukiman (SP) transmigrasi seluas350 ha. Kawasan yang telah digarap olehmasyarakat untuk pemukiman dan perla-dangan menggambarkan bahwa kondisinyatidak mendukung kelestarian fungsi kawasanhutan.

Implementasi NSPK pengelolaaan KPHdapat diketahui dari rencana maupun realisasikegiatan pengelolaan KPH model yang dipilih.Kegiatan pembangunan KPHP Way Terusanmeliputi areal seluas 12.500 ha; yang terbagimenjadi areal perlindungan/rawa 5.000 ha danpemanfaatan/darat 7.500 ha yang terdiri daripemanfaatan areal sekitar pemukiman 400 hadan tegalan seluas 7.100 ha. Adapun kegiatantata hutan yang telah dilakukan padapengelolaan KPHP Way Terusan Register 47adalah seperti pada Tabel 2.

2. Tata hutan dan rencana pengelolaanhutan

KPHP Way Terusan, KabupatenLampung Tengah

a.

Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari

Page 7: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

220

Tabel 2. Rencana Pengelolaan KPHP Way Terusan Reg 47Table 2. Management Planning of Way Terusan PFMU Reg 47

No Kawasan/Areal Luas/Area Rencana kegiatan/ Planned activities

1 Rawa/ Perlindungan 5.000 ha (40%) Rehabilitasi/Reklamasi/Pemanfaatan Kawasan Hutanmelalui pengkayaan tanaman kehutanan (kayu-kayuan,buah-buahan, bambu) dan jenis lain yang sesuai dengankarakteristik lahan.

2 Darat/pemukiman 400 ha (3%) Pembinaan / Pemanfaatan lahan dengan tanaman apotikhidup (tanaman obat-obatan/tanaman rempah) dan warunghidup (tanaman sayur-sayuran serta untuk pemeliharaanternak.

3 Darat/tegalan 7.100 ha (57%) Kegiatan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) seluas 5.600 Ha(40%)Kegiatan Hutan Kemasyarakatan (HKm) seluas 1.500Ha.(17%)

Jumlah 12 500 ha (100%)

Sumber ( ) : RPJP KPHP Way Terusan (2009) (Way Terusan PFMU RPJP (2009)Source

Dari Tabel 2 terlihat bahwa KPHP WayTerusan sudah melaksanakan beberapakegiatan tata hutan dalam pengelolaan KPH,hal ini mencerminkan bahwa kebijakan NSPKsudah dipahami dan diimplementasikanwalaupun masih dalam tahap perencanaan.

Kawasan hutan seluas 7.100 ha yang akandikembangkan dengan program HTR danHKM melalui pola polikultur dengan fokuspada spesies cepat tumbuh yaitu sengon( ) yang dikombinasidengan jabon ( danakasia ( ) dengan daur 7 tahundan sistem pertanaman yang akan diterapkanadalah termasukdengan maksud untuk meningkatkan aktivitaspetani, meningkatkan pendapatan danmengoptimalkan pemanfaatan sumberdayaalam yang ada.

Ada beberapa kegiatan yang dilakukan danmelibatkan beberapa pihak terkait (BPKH IIPalembang, Dishutbun Kabupaten, UNILA,IPH Provinsi, ICRAF, Dishut Provinsi)antara lain: Pembinaan Kelompok PengelolaHutan, Pengukuran kembali dan Tata BatasDefinitif Reg 47 Way Terusan, Pembentukan

Paraserianthes falcatriaAnthocephalus cadamba)

Acacia mangium

agroforestri silvopastura

Satgas Percepatan Pengelolaan KPHP Reg 47Way Terusan, Konsultasi Publik PenyusunanRencana Pengelolaan KPHP, PelatihanPenanganan Manajemen Konflik utamanyamasalah tenurial. Dari uraian ini terlihatbahwa hanya 3 kegiatan yang sudah dilakukanoleh KPH Way Terusan, sementara untuk tatabatas dan pemetaan baru dilakukan tata batasluar sedangkan tata batas di dalam kawasanbelum dilakukan. Peran UPT Pusat dalam tatabatas wilayah adalah supervisi dan fasilitasi.

KPHP model ini ditetapkan berdasarkanKeputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.792/MENHUT-II/2009 tanggal 7 Desember2009 yang melintasi dua Kabupaten yaituKabupaten Donggala dan Kabupaten ParigiMoutong, Provinsi Sulawesi Tengah sertaadministrasi pengelolaan kawasan hutannyaoleh Dinas Perkebunan dan KehutananKabupaten Donggala dan Dinas Kehutanandan Perkebunan Kabupaten Parigi Moutong.Luas kawasan hutan KPHP Model Dampelas

b. KPH Dampelas Tinombo SulawesiTengah

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234

Page 8: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

221

Tabel 3. Program KPH berdasarkan rencana aksiTable 3. Program of FMU according to action planning

No. Kegiatan/ Activities Luas /Area(ha)

1 Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) 5.452,732 Pengembangan Hutan Tanaman Unggulan Lokal (HTUL) 3.258,483 Pengembangan HTI 7.762,144 Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) 26.267,655 Pembangunan Hutan Kemasyarakatan (HKm) 1.496,576 Pembangunan Area Perlindungan/Konservasi Eboni 15.115,547 Pengembangan Kegiatan RHL/GERHAN 5388 Pemantapan fungsi kawasan ser ta pemanfaatan terbatas hasil hutan bukan

kayu dan jasa lingkungan Hutan Lindung (HL)28.461,53

9 Pembangunan/penyelenggaraan Hutan Desa 3.500

Sumber ( : Perkembangan Pembangunan KPH Dampelas Tinombo 2010 (Source) Development Progress of Dampelas TinombuFMU 2010)

c. KPHL Batu Tegi, Kabupaten LampungBarat

Penetapan KPHL Model Batutegi diKabupaten Lampung Barat, KabupatenLampung Tengah dan Kabupaten Tanggamussesuai Surat Keputusan Menteri KehutananNomor SK.650/Menhut-II/2010 tanggal 22November 2010 seluas ± 58.162 ha, yangseluruhnya merupakan hutan lindung.Pembentukan kelembagaan berupa UnitPelaksana Teknis Dinas (UPTD) KPH Dinaskehutanan Provinsi Lampung. Sebagian besarfungsi pada kawasan KPH Batu Tegi adalahkawasan hutan lindung. Hingga saat ini masihbelum terdapat kegiatan atau operasionalprogram pada KPH Batu Tegi. Pada KPH

Tinombo adalah 100.912 ha melintasi 3Kecamatan di wilayah Kabupaten Donggalaserta 3 wilayah Kecamatan di Kabupaten ParigiMoutong.

Berdasarkan peraturan NSPK menurutpasal 4 sampai dengan pasal 9 KPH DampelasTinombo telah mengimplementasikan tata

hutan dengan melakukan inventarisasi,pembagian petak-petak sesuai denganpemanfaatannya, tata batas serta pemetaan.Sementara itu berdasarkan rencana penge-lolaan hutan pasal 10 hingga pasal 13 KPHtelah melakukan rencana jangka panjang danjangka pendek terhadap pembangunan KPH.

tersebut terdapat Bendungan Batu Tegi yangbermanfaat untuk PLTA dan pengairan sawah.Bendungan ini dikelola oleh pemerintahdaerah kabupaten bekerja sama denganPerusahaan Air Minum Daerah. Perludilakukan rehabilitasi terhadap tegakan pohonyang berada disekitar bendungan, karenadikhawatirkan akan mengurangi debit airbendungan. Dalam KPH ini juga terdapattanaman masyarakat seperti kopi dan coklat,karena mayoritas mata pencaharian masya-rakat adalah petani. Masyarakat memilikiketergantungan yang tinggi terhadap hutan,sehingga pemberdayaan masyarakat dalamperencanaan pengelolaan KPH sangatlahdibutuhkan.

Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari

Page 9: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

222

Gambar 3. Bendungan Batu Tegi dan kondisi hutan di sekitarnyaFigure 3. Batu Tegi Dam and its surrounding forest condition

Hasil peninjauan lapangan menunjukkanbahwa tata hutan yang telah dilakukan hanyainventarisasi kawasan. Sementara itu rencanapengelolaan hutan akan melakukan pem-berdayaan masyarakat melalui program HutanKemasyarakatan (HKM) yang akan difasilitasidan disupervisi oleh BPDAS Wilayah ProvinsiLampung.

Berdasarkan peraturan NSPK BAB IVpasal 14 hingga pasal 18 pemanfaatan hutandapat dilakukan melalui pemanfaatankawasan, jasa lingkungan, hasil hutan kayu danbukan kayu serta pemungutan hasil hutankayu dan bukan kayu. Kepala KPH juga wajibmelaksanakan pembinaan, pemantauan danevaluasi atas pelaksanaan ijin pemanfaatanhutan. Pemanfaatan dan penggunaan kawasanyang dapat diimplementasikan terutama padaKPHP Way Terusan dan KPHP DampelasTinombo baik melalui program HTR, HKMmaupun melalui ijin-ijin yang sudah ada. Bagiijin yang sudah tidak aktif maka KPHPbertanggung jawab atas pengamanan danperlindungan hutan di bekas areal yangbersangkutan. Apabila ada ijin perpanjanganpemanfaatan hutan maka Dinas Kehutanan

3. Pemanfaatan dan penggunaan kawasanhutan

setempat hendaknya berkoordinasi denganKPH yang bertanggung jawab terhadappengelola kawasan.

Kegiatan rehabilitasi hutan diselenggara-kan oleh KPH melalui beberapa kegiatanantara lain: reboisasi, pemeliharaan danpengayaan tanaman serta konservasi.Rehabilitasi yang dilakukan oleh KPHP WayTerusan adalah melalui pengkayaan jenistanaman kehutanan dan buah-buahanterutama di kawasan rawa, sementara itu dikawasan darat (tegalan dan perkarangan)dengan tanaman obat dan program HKm.Sedangkan di KPHP Dampelas Tinomborehabilitasi lahan dilakukan melalui kegiatanpengembangan program HTR untuk arealIUPKHH yang sudah tidak aktif lagi, HKmuntuk kawasan yang sudah diokupasi olehmasyarakat serta pengembangan HutanTanaman Unggulan (HTUL). Sementara itukegiatan reklamasi hutan dilakukan olehKPHL Batu Tegi karena kawasan hutanlindung ini telah mengalami perubahanpermukaan tanah dan penutupan lahan denganadanya bendungan waduk PLTA sebagaisumber air. Kegiatan reklamasi ini merupakantanggung jawab pemegang ijin.

4. Rehabilitasi dan reklamasi hutan

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234

Page 10: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

223

5. Perlindungan hutan

Prinsip-prinsip perlindungan hutansebagaimana tertuang dalam peraturan NSPKBAB VII pasal 28 sampai pasal 30 adalahbertujuan untuk mengamankan areal kerja,mencegah kerusakan dan lingkungan agarfungsi lindung, konservasi dan fungsi produksidapat tercapai secara optimal. Kegiatan inimerupakan kewajiban bagi setiap KPH untukmengamankan dan melindungi kawasan sertamenyediakan sarana prasarana dan tenagapengamanan hutan sesuai dengan kebutuhan.Implementasi bab ini belum sepenuhnyadilakukan oleh KPH Model mengingatketerbatasan yang ada misalnya tenagapengamanan hutan.

6. -Pembinaan, pengendalian dan pengawasan

Kegiatan ini dapat dilakukan oleh Menterimelalui Eselon I yang terkait atau olehPemerintah Daerah melalui Gubernur atauBupati/walikota. Kegiatan ini sudah dilakukanoleh kementerian dengan dilakukannyapendidikan dan latihan terhadap kepala KPHataupun jajarannya terutama tentang materiperencanaan pengelolaan hutan. Berdasarkanpaparan di atas tentang implementasiPermenhut No 6/Menhut-II/2010 tentangNSPK Pengelolaan Hutan pada KPHL danKPHP terutama untuk KPH Model yangmenjadi sampel maka secara tabulasi tahapankegiatan tersebut dapat digambarkan sepertiterlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Implementasi kebijakan NSPK dalam pengelolaan KPHTable 4. NSPK policy implementation in FMU management

No Substansi/Substancies

KPH DampelasTinombo/

DampelasTinomboFMU

KPH Way Terusan/Way Terusan FMU

KPH Batu Tegi/Batu Tegi FMU

Penyelenggaraan pengelolaanKPH

A Tata Hutan & rencanapengelolaan hutan

Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi

1 Kegiatan/program inventarisasihutan

√ √ √ √ √ √

2 Pembagian blok dan petakberdasarkanbiofisik, sosek masy, potensiSDA, ijin-ijin yang adaProduktifitas & potensi lahan;kawasan lindung

√ √√

√ √√

3 Tata batas dalam wilayahpengelolaan KPH

√ - √ - √ √

4 Pembuatan peta wilayah KPHberdasarkan pembagian blok danpetak

√ √ √

5 Rencana pengelolaan jangkapendek (1 tahun) dan jangkapanjang (10 tahun) mengacu padaRKN; dan memperhatikanaspirasi masyarakat

√ √

Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari

Page 11: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

224

No Substansi/Substancies

KPH DampelasTinombo/

DampelasTinomboFMU

KPH Way Terusan/Way Terusan FMU

KPH Batu Tegi/Batu Tegi FMU

B Pemanfaatan Hutan1 Mekanisme perijinan

pemanfaatan hutan- - - -

2 Pemanfaatan kawasan hutan, jasalingkungan, pemanfaatan danpemungutan hasil hutan kayudan bukan kayu;

- - - -

3 Mekanisme pemantauanpemanfaatan hutan

- - - -

C Penggunaan Hutan1 Ijin pinjam pakai kawasan dalam

KPH√ - √ -

2 Koordinasi antara pemberi ijindengan KPH

√ - √ -

D Rehabilitasi dan reklamasiReboisasi; pemeliharaan dan

pengayaan tanaman danpenerapan teknik KTA

√ - √ - √

E Perlindungan HutanPeraturan tentang prinsip-prinsipperlindungan hutan dalam

mencegah dan membatasikerusakan hutanmempertahankan dan menjagahak negara, masyarakat ataskawasan hutan, hasil hutan,investasi serta lembaga yangberhubungan denganpengelolaan hutan

√ - √ - √

Tabel 4. LanjutanTable 4. Continued

Pada Tabel 4 terlihat bahwa, ketiga KPHtelah menyusun tata hutan dan perencanaanpengelolaan hutan yang merupakan tahappertama dalam peraturan kebijakan tentangNSPK pengelolaan KPH. Kegiatan yang telahdilakukan pada tahap tata hutan dan rencanapengelolaan hutan adalah inventarisasi potensikawasan hutan dan pembuatan RencanaPengelolaan Jangka Panjang, OperasionalitasKPH ini telah dimulai pada tahun 2009 yangmeliputi kegiatan sosialisasi KPH daninventarisasi dalam kawasan KPH. Kegiatan

inventarisasi difokuskan pada penggunaanlahan untuk pemukiman, eks HTI, adatidaknya pemegang ijin dalam kawasan,masalah sosek masyarakat dan inventarisasivegetasi untuk mengetahui potensi yangterdapat dalam kawasan KPH. Kegiatan tatabatas KPH belum dilakukan, yang ada adalahtata batas luar kawasan KPH yang dilakukanberkoordinasi dengan UPT Pusat yang terkaitDirjen Planologi. Sedangkan peta wilayahdidasarkan pada peta penunjukkan wilayahpengelolaan berdasarkan SK Menhut.

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234

Page 12: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Walaupun UPTD KPH Way Terusan telahterbentuk, akan tetapi kegiatan KPH belumdapat dilakukan karena belum memiliki Satkersendiri untuk masalah pendanaan dalampengelolaan KPH. Berdasarkan rencanapengelolaan yang telah disusun oleh KPH Wayterusan telah sesuai dengan NSPK baikkegiatan tata hutan dan rencana pengelolaanhingga perlindungan hutan. Akan tetapi sejauhini belum terdapat realisasi kegiatan penge-lolaan hutan. Berbeda dengan KPHP ModelDampelas Tinombo sudah selangkah lebihmaju karena KPH ini sudah mempunyaiSatker dimana pada tahun 2010 sudahmelakukan kegiatan inventarisasi dan peng-ukuran tata batas dalam kawasan KPH.

Dari pembahasan di atas diketahui bahwaimplementasi NSPK pengelolaan KPH hanyaterbatas pada pelaksanaan kebijakan pusat,belum ada petunjuk yang secara teknismengatur untuk kegiatan tata hutan danperencanaan pengelolaan, pemanfaatan hutan,penggunaan hutan, rehabilitasi dan reklamasidan perlindungan hutan. Hal ini akan mem-permudah organisasi KPH dalam melaksana-kan tahapan-tahapan dalam kegiatan penge-lolaan KPH.

Pembentukan KPH di provinsi Lampungberdasarkan SK Gubernur No 522/4577/

B.

1.

Struktur dan Susunan OrganisasiPengelolaan KPH

Struktur organisasi UPTD KPH WayTerusan

III.16/2009 tanggal 14 Desember 2009sejumlah 16 unit KPH dengan luas kawasan542.705 ha. Sedangkan berdasarkan SKMenhut 58/Manhut-II/2010 terdapat pene-tapan 16 unit KPH dengan luas 518.913 ha. Adatiga unit KPH lintas kabupaten yang menjadikewenangan provinsi dalam pengelolaannyayaitu KPHL Batu Tegi, KPHP Gedong Wani,dan KPH Muara Duo. KPH Way Terusanmerupakan KPH Model yang ditetapkanberdasarkan SK Menhut Nomor 794/Menhut-II/2008.Upaya Pemerintah KabupatenLampung Tengah dalam melaksanakanpembangunan bidang Kehutanan dan Perke-bunan agar lebih baik, terarah serta terencanasecara berkesinambungan sampai pada tingkatunit/wilayah pengelolaan terkecil, makadibentuklah organisasi/lembaga yang disebutUnit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), dalambentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi(KPHP) sesuai Peraturan Bupati LampungTengah Nomor : 10 Tahun 2008. UPTDKPHP mempunyai tugas pokok menyeleng-garakan penyiapan rencana pengelolaan,pemeliharaan, penanaman, pengolahan,pemasaran hasil hutan, penanaman kembalikawasan hutan dan melakukan koordinasidengan Camat di wilayah kerjanya. Strukturorganisasi UPTD-KPHP Reg. 47 sesuaiPeraturan Bupati Lampung Tengah No : 10Tahun 2008 adalah seperti Gambar 4.

Kepala UPTD

Petugas PemangkuanKawasan Darat

Petugas PemangkuanKawasan Rawa

Sub Bagian Tata UsahaKepala UPTD

Gambar 4. Struktur organisasi UPTD KPH Way TerusanFigure 4. Way Terusan FMU organisational structure

225

Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari

Page 13: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Jabatan kepala UPTD adalah eselon IVadan Kepala sub tata usaha eselon IVb. Adapunusulan rincian tugas masing-masing sesuai

jabatan pada struktur organisasi adalah sepertiTabel 5.

Tabel 5. Tugas pokok KPHP Way TerusanTable 5. Way Terusan PFMU tasks

No Jabatan/Position Uraian tugas / Job description

1 Kepala UPTD - Menyiapkan rencana pengelolaan- Menginventarisasi kondisi dan aspirasai masyarakat- Penyusunan rancangan Jangka Pendek- Memfasilitasi kebijakan pusat dan daerrah-

-

Mengendalikan dan mengkoordinasikan sebagian tugas teknis dinaskehutanan kabupaten.

2 Subbag TU Ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan kantor3 Kelompok jabatan

fungsional- Bimbingan dan uji coba teknis pembangunan hutan- Pembinaan & pelatihan- Pemberdayaan petani sekitar hutan- Memfasilitasi tata batas kawasan

4 Petugas pemangkuankawasan darat

- Rehabilitasi hutan dan lahan pada kawasan darat- Upaya pengembangan aneka usaha hasil hutan- Perlindungan dan pengamanan kawasan darat- Penertiban hasil hutan illegal dan merekomendasikan pemberian sanksi

atas pelanggaran pemanfaatan hutan- Bimbingan masyarakat tani hutan dlm pelaksanaan pengembangan dan

pemeliharaan tanaman hutan5 Petugas pemangkuan

kawasan rawa- Rehabilitasi hutan dan lahan pada kawasan rawa- Upaya pengembangan aneka usaha hasil hutan- Perlindungan dan pengamanan kawasan rawa- Penertiban hasil hutan illegal dan merekomendasikan pemberian sanksi

atas pelanggaran pemanfaatan hutan- Bimbingan program pengembangan dan pemeliharaan kawasan hutan

rawa.

2. Struktur Organisasi KPHL Batu Tegi

KPH Batu Tegi ini masih dalam prosespembentukan kelembagaan UPTD DinasKehutanan Provinsi Lampung. Kawasan KPHterletak pada dua kabupaten yaitu KabupatenTanggamus dan Lampung Barat. Adapunusulan bentuk organisasi KPHL Batu Tegiadalah seperti Gambar 5. Usulan bentuk

organisasi disampaikan kepada GubernurLampung oleh Dinas Kehutanan ProvinsiLampung melalui surat permohonan No.061.1/1472/III.16/2010 tanggal 23 Maret 2010dan surat no. 061.11571/III.16/2010 tanggal 8April 2010 tentang penataan kelembagaan danrincian tugas.

226

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234

Page 14: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Kepala UPTD

Seksi Rencana Teknik

& EvaluasiSeksi Bina Hutan

Sub Bagian Tata Usaha

Gambar 5. Organisasi UPTD KPHL Batu TegiFigure 5. Batu Tegi PFMU Organisation

UPTD ini memiliki tugas yaitu melak-sanakan teknis operasional pengelolaan daerahtangkapan air ( ) Waduk BatuTegi yang meliputi kawasan hutan Way WayaRegister 22, kawasan hutan lindung BukitRindingan Register 32 dan sebagian kawasanhutan lindung Kota Agung Utara Register 39.Sedangkan fungsi UPTD adalah :

catchment area

a.

b.

c.

Perencanaan, pembinaan, pemanfaatan danperlindungan KPHL Batu Tegi.Pengelolaan sarana dan prasana daerahtangkapan air Waduk Batu Tegi.Pelaksanaan urusan ketatausahaan danrumah tangga kantor.Adapun usulan rincian tugas masing-

masing sesuai jabatan pada struktur organisasiadalah seperti pada Tabel 6.

Tabel 6. Tugas pokok KPHL Batu TegiTable 6. Batu Tegi PFMU tasks

No Jabatan ( )Position Uraian tugas ( )Job description

1 Kepala UPTD Memimpin, mengendalikan & mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pokoksesuai kebijaksanaan yg ditetapkan kepala dinas kehutananprovinsiLampung

2 Sub bagian tata usaha Ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan kantor UPTD3 Seksi rencana teknik

dan evaluasi- Penyusunan program- Rencana teknik- Evaluasi hasil kegiatan

4 Seksi bina hutan - Pembinaan hutan- Pembinaan masyarakat/lembaga masy sekitar hutan- Kerjasama dengan stakeholder lain

3. Struktur organisasi KPH DampelasTinombo

Direktorat Jenderal Planologi Kehutanansesuai surat Arahan Pencadangan WilayahKPH No. S.443/VII-PW/2008 tanggal 28 Juli2008 beserta arahan peruntukannya (KPHP,KPHL dan KPHK) di Provinsi SulawesiTengah, terdapat 24 Unit KPH. Berdasarkanarahan tersebut diatas ditindaklanjuti dengankesepakatan bersama antara Dinas Kehutanan

dan Perkebunan Kabupaten Parigi Moutong,Dinas Perkebunan dan Kehutanan KabupatenDonggala, Dinas Kehutanan Provinsi SulawesiTengah dan Balai Pemantapan Kawasan HutanWilayah. XVI Palu, disepakati bahwa lokasiKPH Model yang diusulkan dari ProvinsiSulawesi Tengah adalah KPH unit V DampelasTinombo seluas ±103.208,66 Ha yangdiperkuat dengan surat kepala DinasKehutanan Provinsi Sulawesi Tengah No :

227

Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari

Page 15: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

522.21/47.52/PTGH tgl 16 Juni 2008. Usulandari Dinas Kehutanan Provinsi ditindaklanjutidengan :

Keputusan Menteri Kehutanan No. SK79/Menhut-II/2010 tanggal 10 Pebruari2010 tentang Penetapan Wilayah KPHLdan KPHP Provinsi Sulawesi Tengah.Keputusan Menteri Kehutanan No.792/Kpts-II/2009 tanggal 7 Desember 2009

a.

b.

tentang Penetapan KPHP Model DampelasTinombo Kabupaten. Donggala danKabupaten. Parigi Moutong ProvinsiSulteng.Organisasi KPHP Model merupakan

UPTD Dinas Kehutanan Provinsi yangdibentuk dengan Peraturan GubernurSulawesi Tengah No. 5 Tahun 2009. denganstruktur seperti Gambar 6.

Kepala UPTD/Eselon IIIa

Seksi Perencanaan/IVa Seksi Pengelolaan/IVa

Subag Tata Usaha /Iva

Gambar 6. Struktur organisasi UPTD Dampelas TinomboFigure 6. Dampelas Tinombo UPTD organizational structure

Berdasarkan struktur organisasi di atas,maka tugas pokok KPH Dampelas Tinombobeserta seksi dibawahnya adalah sepertiterlihat pada Tabel 8. Misi yang dibawa oleh

KPH Dampelas adalah terwujudnyapengelolaan hutan berkelanjutan yangmenjamin kelestarian manfaat hutan untukmeningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tabel 7. Tugas pokok KPH Dampelas TinomboTable 7. Dampelas Tinombo FMU tasks

No Jabatan (Position) Uraian tugas ( )Job description

1 Kepala UPTD Memimpin, mengendalikan & mengkoordinasikan pelaksanaan sebagianfungsi Dinas Kehutanan provinsi dalam melaksnanakankebijakan,bimbingana teknis dan evaluasi thd pengelolaan hutan wilayahKPH, implementasi kebijakana nasional/provinsi/kabupaten dan membukapeluang investasi.

2 Sub bagian tata usaha Tugas melaksanakan dan mengelola kepegawaian, umum, keuangan danasset.

3 Seksi perencanaanhutan

Menyiapkan bahan dan melaksanakan penataan hutan dan penyusunanrencana pengelolaan hutan dalam wilayah KPH.

4 Seksi pengelolaankawasan

Menyiapkan bahan dan melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan yangmeliputi ; pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi hutandan reklamasi, serta perlindungan hutan dan konservasi alam dalam wilayahKPH.

228

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234

Page 16: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Adapun visinya adalah (1) Membangun danmengembangkan sistem pengelolaan danpemanfaatan aneka fungsi hutan di KPHmodel Dampelas-Tinombo yang meliputi;lindung, produksi kayu, non-kayu dan jasalingkungan dan (2) Mengoptimalkan manfaathutan sebagai lingkungan sosial, budaya danekonomi yang seimbang dan lestari. Daribentuk struktur organisasi pada beberapamodel KPH tersebut dapat disimpulkan bahwabentuk organisasi yang digunakan adalahorganisasi fungsional di mana kekuasaanpimpinan dilimpahkan kepada satuan dibawahnya dalam satuan bidang pekerjaantertentu. Setiap kepala dari satuan mempunyaikekuasaan untuk memerintah dan mengawasisemua pejabat bawahan sepanjang mengenaibidangnya.

Berdasarkan visi dan misi yang terdapatdalam KPH, struktur organisasi yangditetapkan berdasarkan Peraturan GubernurNo. 5/2009 dirasa masih kurang memadai.Menurut pendapat pihak KPH, perluditambahkan 1 kepala seksi yaitu kepala seksikerjasama dan investasi seperti terlihat padaGambar 7, karena untuk mengoptimalkanpengelolaan hutan secara menyeluruhdiperlukan kerjasama dengan pihak-pihak lainyang terkait. Selain itu, KPH memangdiharapkan untuk bisa mandiri dalam artidapat mengelola hutannya dengan pendanaandari pihak ketiga sehingga dapat menarikinvestasi dari luar dengan tanpa mengabaikankelestarian hutan yang ada.

Kepala KPH

Kasie PengelolaanKasie PerencanaanKasie Kerjasama &

Investasi

Kasubag Tata Usaha

Kabag Bagian Hutan Dampelas Kabag Bagian Hutan Tinombo

Gambar 7. Struktur organisasi KPH Dampelas TinomboFigure 7. Dampelas Tinombo FMU organizational structure

Untuk melihat struktur organisasi telahmengakomodasi kepentingan pusat, dapatdiketahui dengan pendekatan kriteria-kriteria

dalam NSPK pengelolaan KPH seperti terlihatpada Tabel 8.

229

Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari

Page 17: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Berdasarkan pendekatan NSPK penge-lolaan KPH, struktur organisasi UPTD KPHWay Terusan telah memenuhi fungsipengelolaan, dimana dalam struktur organisasisudah mengikuti kriteria NSPK, dimana untukrencana pengelolaan dilakukan oleh kelompokjabatan fungsional dan untuk kriteria lainnyamerupakan tugas pokok bagi pemangkukawasan. Sedangkan kriteria dalam NSPKuntuk KPH Dampelas Tinombu merupakan

tugas pokok masing-masing seksi misalnyakriteria rencana pengelolaan merupakan tugasseksi perencanaan untuk kriteria lainnyamerupakan tugas seksi pengelolaan kawasan.Sementara itu untuk KPH Batu Tegi karenabelum operasional maka berdasarkan strukturorganisasi hanya ada dua seksi yangmempunyai tugas untuk melaksanakankriteria NSPK.

Tabel 8. Struktur organisasi berdasarkan NSPKTable 8. Organizational structure based on NSPK

Bagian (Departement)

NoKriteria dalam NSPK

(Criteria in NSPK)KPH Dampelas

Tinombo (DampelasTinombo FMU)

KPH Batutegi

(Batu Tegi FMU)

KPH Way Terusan

(Way Terusan FMU)

1 Tata hutan dan rencanapengelolaan

Seksi perencanaan Seksi rencana teknik& evaluasi

Kelompok jabatanfungsional

2 Pemanfaatan Hutan Seksi pengelolaankawasan

Petugas pemangkuankawasan darat/rawa

3 Penggunaan Hutan Seksi pengelolaankawasan

Petugas pemangkuankawasan darat/rawa

4 Rehabilitasi danreklamasi

Seksi pengelolaankawasan

Petugas pemangkuankawasan darat/rawa

5 Perlindungan Hutan Seksi pengelolaankawasan

Seksi bina hutan Petugas pemangkuankawasan darat/rawa

230

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234

Analisis struktur organisasi berdasarkankriteria azas organisasi dibedakan ataspembagian kerja, departementalisasi, rentangkendali dan wewenang seperti terlihat padaTabel 9. Pembagian kerja merupakan prosesmembagi pekerjaan ke dalam pekerjaan yangrelatif khusus untuk mencapai keunggulanspesialisasi. Pekerjaan dapat dibagi kedalam 3cara (Gibson .,1997):

Bidang keahlian personal (spesialisasiberdasarkan profesionalitas).Spesialisasi horizontal (Urutan/tahapanpekerjaan)Speasialisasi vertikal (berdasarkan hierarki

et ala.

b.

c.

wewenang dari manajer terendah kemanajer tertinggi).Sedangkan departementalisasi adalah

proses di mana suatu organiasi secarastruktural dibagi dengan mengkombinasikanpekerjaan dalam departemen berdasarkankarakteristik atau dasar tertentu. Sehinggadepartementalisasi dapat didasarkan padafungsi, teritorial, produk dan lain-lain.Rentang kendali adalah jumlah individu yangbertanggung jawab pada manajer tertentu.Sedangkan yang dimaksud dengan wewenangadalah bagaimana proses distribusi wewenangke bawah dalam suatu organisasi.

Page 18: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Tabel 9. Struktur organiasi berdasarkan kriteria asas organisasiTable 9. Organizational structure based on organizational basis criteria

Kriteria (Criteria)KPH Way

Terusan (WayTerusan FMU)

KPH Batu Tegi(Batu Tegi FMU)

KPH DampelasTinombo (Dampelas

Tinombo FMU)

Keterangan

(Remark)

Pembagian kerja Keahlianprofesional

Keahlianprofesional

Keahlian profesional Pembagiankerja tinggi

Departementalisasi Sesuai fungsikawasan

Sesuai fungsikawasan

Sesuai fungsi kawasan Homogen

Rentang kendali - - 5-6 0rang Tidak terdapatstandar yg jelas

Wewenang Desentralisasi Desentralisasi Desentralisasi

Sumber ( ) : Data primer diolah (Source Primary data processed)

Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa pem-bagian kerja pada setiap KPH berdasarkankeahlian dimana setiap pekerjaan didistribusi-kan secara profesional dan pimpinan akanmembagi total tugas organisasi kedalampekerjaan yang cukup spesifik. Sehingga secaraumum pembagian kerja didasarkan padaspesialisasi yang tinggi dan akan membatasikeleluasaan bagi staf. Departementalisasi tugaspada masing-masing KPH berdasarkan fungsidan menjadikan pekerjaan dengan tingkatkesamaan yang cukup besar. Keuntungandepartemen ini adalah efisiensi dalammelaksanakan tugas organisasi. Hal yangsedikit berbeda dijumpai pada KPH WayTerusan, dimana tugas fungsinya berdasarkanwilayah teritorial karena struktur organisasidibagi atas pemangkuan kawasan rawa dandaratan kering. Rentang kendali dalam suatuorganisasi belum terdapat aturan yang jelas,begitu pula dalam pengelolaan KPH ketentuanmengenai berapa jumlah SDM yang ideal yangdapat bertanggung jawab pada masing-masingmanajer. Ketentuan ini sebaiknya didasarkanatas kualitas SDM, tugas yang dilakukan sertaluas kawasan wilayah KPH. Kriteriakewenangan dari pengelola KPH bersifatdesentralisasi (delegasi wewenang yang tinggi)dimana konsekuensi dari sifat ini membutuh-kan semacam monitoring dan pencatatan(pengarsipan semua dokumen) yang jelas.

Struktur organisasi memiliki kesamaandalam pembagian kerja, wewenang, rentangkendali dan departemenisasi, tetapi terdapatperbedaan dalam pengelompokkan ”jenis/nama departemenisasi”. Hal ini disesuaikandengan kondisi daerah, potensi kawasan sertakebijakan masing-masing daerah. Sepertistruktur organisasi KPH Way Terusan lebihramping dimana hanya ada 2 seksi teknis, halini disebabkan karena wilayah KPH terbagimenjadi dua wilayah darat dan rawa, dansebagian besar kawasan telah diokupasi olehmasyarakat sehingga perlu dilakukan evaluasiterhadap kawasan. Sementara jabatanfungsional bertugas untuk melakukanpembinaan kepada kelompok-kelompok tani.Struktur organisasi KPH Dampelas Tinombopengelompokannya lebih besar dan jenjangtugas lebih banyak. Hal ini disebabkan karenakondisi kawasan yang beraneka ragam dalampemanfaatan sehingga menuntut lebih banyakpembagian tugas.

Kesamaan bentuk struktur organisasifungsional KPH ini memiliki kelebihan antaralain:

Sesuai untuk lingkungan yang stabil.Dapat mencapai efisiensi pada setiapbidang/bagian.Sesuai untuk organisasi kecil hingga sedang.Mampu mencapai sasaran fungsi.Adapun kelemahan sruktur organisasi ini

diidentifikasi sebagai berikut :

a.b.

c.d.

231

Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari

Page 19: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

a.

b.

c.

Respon organisasi terhadap perubahanlingkungan agak lambat (misal : perubahankebijakan).Pengambilan keputusan menumpuk pada

.Pandangan terhadap sasaran organisasi agakterbatas, karena masing-masing bagianterfokus pada bagiannya saja.Organisasi akan senantiasa beradaptasi

dengan lingkungannya agar tetap berkembangdan mencapai visi dan misi yang telah dibuat.Apabila terdapat perubahan kebijakan,organisasi perlu mengubah internal organisasi,misalnya dengan menyesuaikan strukturorganisasinya, sehingga perlu kondisi

top management

pemungkin untuk mengantisipasi adanyaperubahan kebijakan. Struktur organisasidengan spesialisasi yang cukup tinggi(fungsional) memerlukan koordinasi yang baikantar bagian, serta monitoring yang tepat.

Terdapat beberapa permasalahan sertapersepsi para pihak yang timbul dalampengelolaan KPH hingga pada tahappengembangan seperti terlihat pada Tabel 10.Yang dimaksud dengan para pihak antara lainDinas Kehutanan Provinsi dan kabupaten,UPT, KPH dan tokoh masyarakat.

C. Persepsi Para Pihak dalam Pemba-ngunan KPH

232

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234

Tabel 10. Permasalahan dan persepsi para pihak terhadap pembangunan KPHTable 10. Problems and perception of the parties of FMU contruction

No Aspek (Aspect)KPH Way Terusan(Way Terusan FMU)

KPH DampelasTinombo (Dampelas

Tinombo FMU)

KPH Batu Tegi (Batu TegiFMU)

A Permasalahan1 Kebijakan Pemanfaatan hutan tidak

sesuai fungsinyaTumpang tindih denganTransmigrasi .

Dinamika Perpu yangcepatmobilisasi sumber

dana lambat

Perbedaan persepsiantar KabHL mrpk cost center,dan kurangkontribusinya dalamPAD

2 Kelembagaan Struktur organisasibelum sempurnaBelum ada aturantentang organisasi

Keterbatasan SDMbaik dalam jumlahmaupun kualitaslemahnya kapasitaskelembagaan

Melibatkan sektor lainsehingga perlu koordinasiintensif

3 Sosial/Lingkungan

Belum ada saprasKetergantungan masya-rakat terhadap hutan tinggi.Masalah Land TenurePerambah hutan

Konflik kepentinganantar pihak

B Persepsi para pihak tentang pembangunan KPH

Program KPH yang dibangun oleh pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi laju kerusakanhutan, dapat membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan hutan yang lebih terencana dan terarahhingga ke unit wilayah terkecil. Keberadaan hutan baik sebagai fungsi produksi (kayu/non kayu)maupun sebagai fungsi lindung/penyangga kehidupan bagi masyarakat sekitar hutan dan masyarakatpada umumnya harus dipertahankan. Diharapkan melalui KPH ini konflik yang terjadi terutamadalam hal penguasaan lahan dapat diatasi, disamping itu kebijakan yang dikeluarkan oleh pusathendaknya memperhatikan kondisi wilayah dan biofisik serta kesiapan daerah (SDM, pendanaan).

Sumber ( ): Data primer setelah diolah (Source Primer Data Process)

Page 20: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Hasil wawancara yang telah dilakukandengan para pihak terkait menunjukkanbahwa pada KPH Way Terusan dalampemanfaatan hutan masih terjadi tumpangtindih dengan sektor lain terutama pertam-bangan sehingga perencanaan kawasan harusdilakukan kembali sebagaimana tercantumdalam NSPK di samping bentuk strukturorganisasi yang sesuai dengan kondisi kawasan,hal ini perlu dilakukan sebelum KPHoperasional. Masalah tenurial di dalamkawasan KPH Way Terusan perlu segeraditemukan solusinya.

Masalah pendanaan di KPH DampelasTinombo merupakan hal utama karena sejakditetapkan sebagai UPTD Dinas KehutananProvinsi belum mempunyai Satuan Kerjasendiri sehingga untuk operasional masihtergantung pada sumber anggaran DinasKehutanan. Ketersediaan Sumber DayaManusia merupakan hal yang segera harusdiselesaikan dengan cara melakukan pere-krutan tenaga yang profesional. Di dalamkawasan KPHP Dampelas ini juga ada kawasanbudidaya eks HTI yang menjadi konflik diantara pihak yang berkepentingan. Sementaraitu di dalam kawasan KPHL Batu Tegi terdapatPLTA untuk memenuhi kebutuhan air diProvinsi Lampung, di mana setelah ditetapkankawasan ini sebagai KPHL. PLTA tersebutbelum berkoordinasi dengan pihak kehutananterutama untuk berkontribusi dalampenerimaan PAD.

Persepsi yang berhasil dihimpun terutamadari masyarakat atau petani yang berada didalam kawasan, telah menggarap lahan cukuplama, sehingga memicu konflik lahan karenamasyarakat menuntut status kepemilikanlahan. Dengan adanya unit manajemen KPHdalam pengelolaan kawasan diharapkanmasalah konflik lahan dapat ditemukansolusinya.

IV. KESIMPULAN DANREKOMENDASI

A. Kesimpulan

1.

2.

3.

4.

Kebijakan NSPK pengelolaan KPH telahdiimplementasikan oleh KPH DampelasTinombo dan KPH Way Terusan semen-tara KPHL Batu Tegi belum diimplemen-tasikan. Kedua KPH tersebut telahmenyusun perencanaan pengelolaan hutandan tata hutan antara lain inventarisasipotensi kawasan hutan dan pembuatanRencana Pengelolaan Jangka Panjang.Bentuk organisasi KPH di lokasi penelitianadalah UPTD. Struktur organisasi darimasing-masing KPH Model menunjukkanadanya kesamaan dalam pembagian kerja,wewenang, rentang kendali dan departe-menisasi, terdapat sedikit perbedaan dalampengelompokkan jenis/nama departe-menisasi. Hal ini disesuaikan dengan kon-disi daerah, potensi kawasan serta kebijakanmasing-masing daerah. Bentuk UPTDakan mempengaruhi keterbatasan sumberdana yang diperoleh dari APBD karena (1)Pendanaan harus melalui Dinas Kehutananterlebih dahulu, dan (2) sektor kehutanan didaerah merupakan urusan pilihan.Kesamaan bentuk organisasi KPH ini dapatdikelompokkan pada karakteristik struk-tur organisasi fungsional. Organisasi akansenantiasa beradaptasi dengan lingkungan-nya agar tetap berkembang menuju visi danmisi yang telah dibuat. Apabila terdapatperubahan kebijakan, organisasi perlumengubah internal organisasi, misalnyadengan menyesuaikan struktur organisasi-nya.Struktur organisasi UPTD yang meng-akomodasi kepentingan pusat, dapatdiketahui dari departementalisasi denganpendekatan kriteria dalam NSPK penge-lolaan KPH. KPH Way Terusan dan KPHDampelas Tinombo telah memenuhi

233

Kajian Implementasi Norma, Standar, Prosedur dan . . .Sylviani & Elvida Sosefi Suryandari

Page 21: KAJIAN IMPLEMENTASI NORMA, STANDAR, PROSEDUR …puspijak.org/uploads/kebijakan_2013/Analisis_Kebijakan_10.3.2013-3...1,2 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

kriteria tersebut, sedangkan KPH Batu Tegimasih perlu penyempurnaan dalam usahamenuju visi dan misi organisasi dalamkegiatan pemanfaatan dan penggunaanhutan serta rehabilitasi hutan.Pengelolaan hutan bagi KPH denganstruktur organisasi yang sesuai dengankondisi kawasan sudah dapat operasionaldengan memperhatikan ketentuan yang adadalam NSPK mulai dari perencanaan hinggapengamanan kawasan terutama untuk KPHDampelas dan KPH Way Terusan,sementara untuk KPHL Batu Tegi perlu adapenyesuaian struktur organisasi.

Sebaiknya organisasi KPH tidak diseragam-kan untuk semua daerah tapi sesuai dengankarakteristik daerah.Masih diperlukan Permenhut yang memuattugas dan peran KPH secara detail mulaidari rencana pengelolaan, pemanfaatan,penggunaan dan rehabilitasi kawasan hutanuntuk mempermudah KPH dalammelaksanakan kegiatan pengelolaan secaramenyeluruh.Perlu tindakan preventif apabila terdapatperubahan-perubahan kebijakan terkaitorganisasi KPH, misalnya dalam halpendanaan, seyogyanya pemerintah pusatmengalokasikan dana melalui UPT terkaitsampai KPH mandiri dan perlu aturantentang kapabilitas dan mobilisasi SDM.

Anonim. 2009. Dinas Kehutanan Lampung.Rencana Pengelolaan Jangka PanjangUPTD KPHP Reg 47 Way Terusan.

_______. 2010 Rancang Bangun KPH P ModelDampelas Tinombo Sulawesi Tengah.

5.

1.

2.

3.

B Rekomendasi

DAFTAR PUSTAKA

.

Biro Perencanaan dan Keuangan. 2007.Pembiayaan Dalam Operasional KesatuanPengelolaan Hutan. Sekretariat JenderalDepartemen Kehutanan. Jakarta.

Departemen Kehutanan. 2007. KesatuanPengelolaan Hutan dan Upaya Mitigasiterhadap Perubahan Iklim Global. Tidakditerbitkan.

Dunn, William N. 1991. Public PolicyAnalysis. Englewood Cliffs, PrenticeHall,New Jersey.

Effendi, Agus. 2010. Perkembangan Pem-bangunan KPH Model Unit V DampelasTinombo Sulawesi Tengah. DinasKehutanan Provinsi Sulawesi Tengah.Palu.

Gibson, JL; JM. Ivancevich, dan JH Donnely.1997. Organisasi : Perilaku, Struktur danProses. Binarupa Aksara. Jakarta.

Noor, A. 2004 Diklat dalam Perencanaan :Manajemen Organisasi tanggal 7September 2004. Universitas IslamBandung.

Suryandari EY.dan I Alviya. 2009. Kajiank o n s e p s i K P H P d a l a m k o n t e k sdesentralisasi. Laporan tidak diterbitkan.Puslitsosek, Bogor.

Suryono, A. 2010. Bahan kuliah tentangOrganisasi. Universitas Brawijaya Malang.

Sutarto. 2006. Dasar-dasar Organisasi. GajahMada University Press. Yogyakarta.

Sugardiman, RA. 2010. Indonesia's NationalCarbon Accounting System. Makalahdalam “Sosialisasi National CarbonAccounting System“ tanggal 24 Maret2010. Dirjen Planologi, KementerianKehutanan. Bogor

.,

.

234

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 3, Desember 2013 : 214 - 234