KEGAGALAN GTT

43
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh karies, trauma, penyakit periodontal atau atrisi yang berat. Kehilangan gigi– geligi dapat menimbulkan berbagai dampak, yaitu dampak fungsional, sistemik dan emosional. Dampak fungsional yaitu berkurangnya kemampuan mengunyah, menggigit serta berbicara. Dampak sistemik berupa penyakit sistemik seperti defisiensi nutrisi, osteoporosis dan penyakit kardiovaskular, akibat status kesehatan gigi–geligi yang buruk dan perubahan pola konsumsi. Dampak emosional kehilangan gigi–geligi menyebabkan berkurangnya rasa percaya diri sehingga dapat mengakibatkan keterbatasan aktivitas. Untuk dapat mengembalikan fungsi tersebut maka dibuatkan gigi tiruan yang dapat menggantikan gigi yang hilang. Gigi tiruan adalah suatu protesa yang berfungsi untuk menggantikan sebagian atau seluruh gigi asli yang hilang dan digunakan pada rahang atas maupun rahang bawah. Gigi tiruan dapat dibagi menjadi dua macam yaitu gigi tiruan lepasan (GTL) dan gigi tiruan cekat (GTC). Gigi tiruan lepasan terdiri atas gigi tiruan penuh (GTP) dan gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL). Gigi tiruan cekat (GTC) adalah gigi tiruan jembatan. Pemilihan jenis gigi tiruan yang dibutuhkan

description

gigi tiruan tetap

Transcript of KEGAGALAN GTT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh karies, trauma, penyakit periodontal atau

atrisi yang berat. Kehilangan gigi–geligi dapat menimbulkan berbagai dampak, yaitu

dampak fungsional, sistemik dan emosional. Dampak fungsional yaitu berkurangnya

kemampuan mengunyah, menggigit serta berbicara. Dampak sistemik berupa penyakit

sistemik seperti defisiensi nutrisi, osteoporosis dan penyakit kardiovaskular, akibat status

kesehatan gigi–geligi yang buruk dan perubahan pola konsumsi. Dampak emosional

kehilangan gigi–geligi menyebabkan berkurangnya rasa percaya diri sehingga dapat

mengakibatkan keterbatasan aktivitas. Untuk dapat mengembalikan fungsi tersebut maka

dibuatkan gigi tiruan yang dapat menggantikan gigi yang hilang. Gigi tiruan adalah suatu

protesa yang berfungsi untuk menggantikan sebagian atau seluruh gigi asli yang hilang dan

digunakan pada rahang atas maupun rahang bawah.

Gigi tiruan dapat dibagi menjadi dua macam yaitu gigi tiruan lepasan (GTL) dan

gigi tiruan cekat (GTC). Gigi tiruan lepasan terdiri atas gigi tiruan penuh (GTP) dan gigi

tiruan sebagian lepasan (GTSL). Gigi tiruan cekat (GTC) adalah gigi tiruan jembatan.

Pemilihan jenis gigi tiruan yang dibutuhkan oleh seorang pasien disesuaikan dengan jumlah

elemen gigi yang hilang, kondisi jaringan pendukung gigi tiruan, lokasi gigi yang hilang,

usia pasien, kesehatan sistemik pasien, keinginan dan kebutuhan pasien. Gigi tiruan

jembatan adalah gigi tiruan yang mengganti satu atau lebih gigi yang hilang, dan dilekatkan

ke satu atau lebih gigi asli atau akar gigi yang bertindak sebagai penyangga. Jembatan dapat

terlepas setelah dipasangkan beberapa lama di dalam rongga mulut. Terlepasnya jembatan

dapat disebabkan karena perubahan bentuk retainer, gigi penyangga yang goyah, terlarutnya

semen, kesalahan dalam pemilihan retainer, karies, dan bentuk preparasi yang kurang

memberikan retensi bagi retainer.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis bermaksud untuk membahas

faktor kegagalan gigi tiruan jembatan serta penatalaksanaan dari kegagalan gigi tiruan

jembatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa saja faktor kegagalan gigi tiruan jembatan?

2. Bagaimana evaluasi kegagalan pada gigi tiruan jembatan?

3. Bagaimana rangkaian penatalaksanaan secara kompleks dari kegagalan gigi tiruan

jembatan?

4. Bagaimana upaya pencegahan kegagalan gigi tiruan jembatan?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Mampu memahami dan menjelaskan faktor kegagalan dari gigi tiruan jembatan.

2. Mampu memahami dan menjelaskan evaluasi kegagalan pada gigi tiruan jembatan.

3. Mampu memahami dan menjelaskan rangkaian penatalaksanaan secara kompleks dari

kegagalan gigi tiruan jembatan.

4. Mampu mengetahui dan menjelaskan pencegahan kegagalan gigi tiruan jembatan.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari penulisan laporan tutorial ini adalah dapat

melengkapi informasi tentang faktor kegagalan gigi tiruan jembatan serta penatalaksanaan

dari kegagalan gigi tiruan jembatan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gigi Tiruan Jembatan

2.1.1 Definisi

Gigi tiruan jembatan adalah gigi tiruan yang menggantikan kehilangan satu atau

lebih gigi-geligi asli yang dilekatkan secara permanen dengan semen serta didukung

sepenuhnya oleh satu atau beberapa gigi, akar gigi atau implan yang telah dipersiapkan.

2.1.2 Tujuan Pemakaian

Kegunaan pemakaian gigi tiruan jembatan antara lain:

1. Memperbaiki penampilan

Pada pasien dengan kehilangan gigi, terutama gigi anterior, tentu saja

penampuilan harus diperhatikan.

2. Kemampuan mengunyah

Banyak pasien tidak bisa makan dengan baik karena banyaknya gigi yang

hilang.

3. Stabilitas Oklusal

Stabilitas oklusal dapat hilang karena adanya gigi yang hilang. Kehilangan

gigi dapat menyebabkan gigi disekitarnya ekstrusi, migrasi dan merusak

stabilitas oklusi pasien.

4. Memperbaiki pengucapan

Kehilangan gigi insisivus atas dapat menganggu pengucapan seseorang.

5. Sebagai splinting periodontal

Kehilangan gigi dapat menyebabkan gigi tetangganya goyang, jadi gigi

tiruan jembatan dapat berfungsi juga sebagai splinting.

6. Membuat pasien merasa sempurna

Pasien percaya jika penggunaan gigi tiruan dapat memberikan banyak

keuntungan terhadap kesehatannya secara umum.

2.1.3 Indikasi dan Kontra Indikasi

Adapun indikasi dari pemakaian gigi tiruan jembatan, adalah sebagai berikut :

1. Kehilangan satu atau lebih gigi

2. Kurangnya celah karena pergeseran gigi tetangga ke daerah edentulus

3. Gigi di sebelah daerah edentulus miring

4. Splintbagi gigi yang memiliki ketebalan email yang cukup untuk dietsa.

Adapun kontraindikasi dari pemakaian gigi tiruan jembatan adalah sebagai berikut

:

1. Pasien yang tidak kooperatif

2. Kondisi kejiwaan pasien kurang menunjang

3. Kelainan jaringan periodonsium

4. Prognosis yang jelek dari gigi penyangga

5. Diastema yang panjang

6. Kemungkinan kehilangan gigi pada lengkung gigi yang sama

7. Resorbsi lingir alveolus yang besar pada daerah anodonsia.

2.1.4 Komponen Gigi Tiruan Jembatan

Adapun komponen dari gigi tiruan jembatan adalah sebagai berikut:

1. Retainer

Retainer merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan

gigi tiruan tersebut dengan gigi penyangga. Retainer berfungsi untuk

memegang/menahan (to retain) gigi tiruan agar tetap stabil di tempatnya serta

menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi penyangga.

2. Konektor

Konektor adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Konektor dapat

berupa sambungan yang disolder, struktur cor (alumina derajat tinggi, jika terbuat

dari porselen seluruhnya).

3. Pontik

Pontik merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi

asli yang hilang dan berfungsi untuk mengembalikan fungsi kunyah dan bicara,

estetis, rasa nyaman, serta mempertahankan hubungan antar gigi tetangga untuk

mencegah migrasi atau hubungan gigi tersebut dan ektrusi gigi lawan.

4. Penyangga (abutment)

Abutment adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan untuk

menahan gigitiruan cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti daerah membran

periodontal, panjang serta jumlah akar.

2.2 Dampak Desain Gigi Tiruan Jembatan yang Buruk

Desain gigitiruan yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan pengaruh buruk

pada beberapa jaringan di rongga mulut, terutama pada jaringan gingiva, misalnya :

a. Tidak adanya rest, dan rest yang jelek atau patah karena preparasi yang tidak cukup,

umumnya dapat mengakibatkan migrasi dari komponen-komponen logam ke apikal

sehingga terjadi gingivitis hiperplasia. Jika migrasi dibiarkan berlanjut, maka dapat

terjadi dehiscence dan penetrasi akar..

b. Celah antara lengan cengkram dan tepi gingiva menyebabkan makanan terperangkap dan

meningkatkan kemungkinan besar pembusukan makanan dan gingivitis.

c. Penempatan cengkram atau konektor yang terlalu cepat ke tepi gingiva.

d. Adanya penimbunan sisa makanan diantara pinggiran basis gigitiruan dan gigi alami.

Timbunan sisa makanan akan mendorong tepi gingiva keluar dari perlekatannya terhadap

inflamasi jaringan akibat toksin yang dibentuk oleh mikroorganisme yang berinkubasi.

e. Penekanan atau penutupan basis yang terlalu menekan pada tepi gingiva dapat

mengakibatkan trauma mekanik, respon inflamasi dan jika dalam keadaan kronik, dapat

mempercepat terbentuknya poket.

f. Kontrol plak yang kurang dari pasien

g. Kurangnya perawatan di rumah, baik pada kebersihan gigitiruan cekat maupun

kebersihan mulut yang menyebabkan respon tidak menguntungkan karena makanan

terperangkap. Dengan berkurangnya perawatan di rumah, maka masalah jaringan

periodontal sering mengikuti gingivitis dan karies gigi.

h. Konstruksi GTC yang tidak benar mempengaruhi kondisi kesehatan rongga mulut,

menghambat kemampuan saliva sebagai self-cleaning, trauma mekanis pada gingiva,

mengalami kesulitan dalam membersihkan rongga mulut yang dapat menimbulkan bau

mulut.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Faktor Kegagalan Gigi Tiruan Jembatan

3.1.1 Faktor Biologis

1. Karies pada gigi penyangga

Karies pada gigi penyangga merupakan kegagalan biologis yang paling

umum. Karies dapat mempengaruhi jembatan dalam beberapa cara, baik secara

langsung pada margin dari retainer atau tidak langsung dengan di tempat lain pada

gigi dan menyebar ke permukaan casting atau mungkin disebabkan karena kegagalan

sementasi.

Penyebab :

- Tepi retainer yang terlalu panjang

- Tepi retainer yang terbuka

- Kerusakan atau keausan pada retainer

- Oral hygiene yang buruk

- Kesalahan pemilihan retainer

Pemeriksaan :

- Pemeriksaan visual (diskolorasi di sekitar margin)

- Melakukan sondasi pada retainer dengan eksplorer yang tajam

- Radiografi pada karies interproksimal

Penatalaksanaan

- Apabi lesi karies kecil maka dapat dilakukan prosedur konservatif

- Lapian emas adalah pilihan bahan yang tepat untuk karies pada margin

- Pada daerah dengan akses yang terbatas, amalgam lebih dipilih daripada emas

karena marginal seal jangka panjang

- Pada area yang membutuhkan estetik dapat digunakan glass ionomer

- Apabila karies terletak di proksimal, protesa harus dilepas untuk meningkatkan

akses. Apabila lesi kecil maka dilakukan perluasan untuk mengambil jaringan

kariesnya kemudian ditumpat dengan menggunakan amalgam.

2. Degenerasi pulpa

Saat pemeriksaan pasien mengeluhkan adanya sensitivitas pada gigi

abutment pasca insersi gigi tiruan jembatan, rasa sakit spontan atau kelainan periapikal

yang terdeteksi pada gambaran radiografi.

Penyebab:

- Panas yang berlebih pada saat preparasi

- Pengurangan gigi yang berlebihan

- Trauma oklusal

- Keterlibatan semen

Penatalaksanaan

- Membuat perforasi dan direstorasi dengan gold foil atau amalgam

- Apabila retainer logam menjadi longgar atau terjadi fraktur porselen maka

dilakukan pembuata protesa baru

- Dilakukan perawatan endodontic untuk mengembalikan kualitas dan kuantitas

truktur gigi untuk pendukung dan retensi dari protesa.

1. Kerusakan jaringan periodontal

Pemeriksaan klinis menunjukkan adanya resesi gingiva, keterlibatan daerah

furkasi, pembentukan poket, dan kegoyangan gigi. Halini dapat berupa kerusakan

periodontal yang menyeluruh di rongga mulut yang mungkin berhubungan dengan

drifting gigi atau mungkin terlokalisasi pada abutment jembatan.

Penyebab :

- Instruksi tidak adekuat pada prosthesis hygiene atau pasien dengan implementasi

rendah

- Protesa yang menghalangi oral hygiene yang baik

o Adaptasi marginal buruk

o Permukaan axial over kontur

o Konektor terlalu besar sehingga membatasi embrasur pada servikal

o Kontak pontik yang besar pada puncak edentolous

o Protesa dengan permukaan yang kasar sehingga menyebabkan akumulasi

plak

- Trauma oklusi

- Jumlah gigi abutment kurang

Penatalaksanaan

- Apabila penyakit periodontal ringan hingga sedang dilakukan scaling dan root

planning serta kontroll plask

- Apabila penyakit periodontal sedang hingga berat dilkukan bedah flap, bone

graft, dsb.

- Occlusal adjustment

- Apabila prognosis dari gigi abutment menurun, maka gigi tersebut harus dicabut

2. Masalah oklusal

Kegagalan gigi tiruan jembatan yang berhubungan dengan masalah oklusal dapat

ditandai dengan adanya facet yang besar, kegoyangan gigi, rasa nyeri pada saat di

perkusi, kontak yang terbuka, fraktur cusp, dan keterlibatan nyeri pada otot-otot

pengunyahan.

Penatalaksanaan

- Kontak oklusal yang sentrik dan eksentrik dapat menyebabkan egoyangan gigi.

Apabila dapat terdeteksi secara dini, hal ini dapat dihilangkan dengan cara

occlusal adjustment

- Pada pasien dengan kebiasaan buruk bruxism, maka dibuatkan night guard atau

occlusal splint.

- Ketidanyamanan neuromuscular berhubungan dengan oklusi yang salah dalam

kegagalan gigi tiruan cekat dapat diatasi dengan cara membentuk kembali kontak

giginya

3. Perforasi gigi

Lubang pasak atau pasak yang digunakan dalam restorasi dengan pin retained yang

teletak salah dapat menyebabkan perforasi lateral.

- Apabila perforasi terletak lebih ke oklusal ligamen periodontal, maka preparasi

diperluas untuk menutupi defek.

- Apabila perforasi meluas ke ligamen periodontal maka dilakukan bedah

periodontal untuk menghaluskan atau menempatkan restorasi pada area perforasi.

- Appabila area tersebut tidak dapat diakses maka gigi tersebut harus diekstraksi.

4. Intrusi gigi pendukungIntrusi gigi pendukung dapat terjadi karena perubahan yang terjadi dimana posisi

gigi pendukung menjauhi bidang oklusal.

3.1.2 Kegagalan mekanis

1. Kehilangan retensi

Hal ini terjadi akibat pengaruh beban oklusi yang tidak seimbang pada

bagian lain dari gigi tiruan jembatan. Retainer yang longgar menyebabkan kerusakan

yang cepat dari gigi abutment. Pasien mungkin menyadari kelonggaran atau

sensitivitas terhadap suhu atau permen. juga mungkin ada rasa tidak enak yang

berulang dan bau, yang harus dibedakan dari gejala serupa yang disebabkan oleh

kebersihan atau periodontal masalah mulut yang buruk.

Penatalaksanaan :

- Apabila retainer menjadi longgar, gigi tiruan jembatan harus dilepas sehingga

gigi abutment dapat dievaluasi.

- Apabila restorasi dapat dilepas dari gigi yang dipreparasi tanpa kerusakan dan

tidak ada karies, maka penyemenan kembali dapat dilakukan. Prosedur

penyemenan yang salah, seperti kontaminasi dengan pelembab atau ruang kosong

pada semen meningkat mungkin dapat menyebabkan masalah.

2. Fraktur konektor

Rangka jembatan atau konektor yang kaku seperti patutan yang disolder

dapat patah. Mobilitas tiap bagian akan menyebabkan kegagalan tersebut, tetapi perlu

diperiksa juga gangguan oklusi dengan palpasi jari, kertas artikulasi, atau malam

indikator oklusal.

Penatalaksanaan :

- Fraktur konektor sulit untuk dideteksi pada gigi penyangga dengan tanpa

mobilitas. Wedges ditempatkan di bawah konektor untuk memisahkan

komponen gigi tiruan jembatan untuk memastikan diagnosis. Kadang-kadang

inlay seperti preparasi Dovetail dapat dikembangkan dalam logam untuk

menjangkau lokasi fraktur dan casting dapat disemen untuk menstabilkan

prostesa.

- Jika hal ini tidak mungkin dan pembuatan ulang tidak dapat dengan cepat

dicapai, konektor tersebut harus dihilangkan dengan memotong melalui konektor

utuh. Gigi tiruan sebagian lepasan sementara dapat diinsersikan untuk menjaga

ruang yang ada dan memenuhi persyaratan estetika.

- Akan lebih baik bila memungkinkan untuk menggabungkan beberapa satuan

jembatan dengan menyolder sendi pada tengah pontics sebelum porselen

ditambahkan. Hal ini dapat memberikan luas permukaan yang lebih besar

untuk sendi yang disolder dan juga diperkuat oleh porselen penutup.

3. Fraktur gigi

- Fraktur koronal

Fraktur koronal dapat disebabkan karena karies pada gigi abutment.

Fraktur juga dapat disebabkan karena preparasi gigi yang berlebihan sehingga

menyebabkan struktur gigi tidak mampu untuk menahan beban oklusal.

Penatalaksanaan :

o Apabila defek kecil dapat direstorasi dengan amalgam, gold foil, atau

resin.

o Apabila terdapat fraktur koronal yang besar di sekeliling retainer, maka

dibuatkan ful coverage retainer.

o Apabila fraktur menyebabkan terbukanya pulpa, maka dilakukan

perawatan endodontic.

- Fraktur akar

Fraktur akar sering terjadi pada gigi yang mengalami trauma. Fraktur juga

dapat terjadi selama perawatan endodontik akibat preparasi yang berlebihan.

Apabila fraktur akar terletak jauh dibawah tulang alveolar, maka harus

diekstraksi dan dibuatkan protesa baru.

4. Fraktur porselen

Fraktur porselen terjadi baik dengan logam keramik dan restorasi all ceramic.

Sebagian besar fraktur porcelain fused to metal dapat dikaitkan dengan karakteristik

desain yang tidak tepat dari kerangka logam atau masalah yang berhubungan dengan

oklusi. Restorasi all ceramic umumnya gagal karena kekurangan dalam preparasi

gigi atau adanya gaya oklusal yang berat. Sudut yang tajam atau sudut tajam atau

daerah yang sangat kasar dan tidak teratur di atas area pelapisan bertindak sebagai

titik konsentrasi tegangan yang menyebabkan penjalaran retak dan patah keramik.

Pengecoran logam yang terlalu tipis tidak cukup mendukung porselen, sehingga

lentur dan patah pada porselen. porselen yang tidak didukung oleh logam dalam

porcelain fused to metal mungkin patah karena kegagalan kohesif dalam porselen.

Penanganan yang tidak tepat dari alloy selama pengecoran, finishing atau aplikasi

dari porselen dapat menyebabkan kontaminasi logam.

Penatalaksanaan :

- Metode terbaik adalah membuat protesa baru.

- Bahan resin sering digunakan untuk membangun kembali bentuk porselen di

daerah dimana fraktur terjadi, memadai untuk pencocokan warna yang baik dapat

dicapai. Retensi dari material ini umumnya dengan mechanical interlocking,

apabila diletakkan pada gigi dengan tekanan kunyah yang besar seringkali

mengalami kegagalan.

- Apabila fraktur disebabkan karena tekanan oklusal yang besar, bagian yang

berkontak dengan gigi tersebut dihindarkan mada metal-ceramic junction dan

harus 1.5 mm dari junction.

5. Kegagalan penyemenan

Kegagalan penyemenan dapat disebabkan karena melonggarnya retainer

karena retensi mekanis yang tidak memadai sebagai kekuatan adhesi kimia, dan

kekuatan kohesif semen yang terbatas. Kegagalan penyemenan juga dapat terjadi

karena teknik sementasi yang buruk. Semen resin dianggap paling kuat. Namun

kelemahan utama dari semen resin yaitu perembesan H2O yang menyebabkan

peningkatan tekanan pada interface yang bertindak sebagai ruang hidrolik, yang

mengarah ke kegagalan.

6. Gigi tiruan jembatan yang lepas dari penyangga

Gigi tiruan jembatan yang lepas dari gigi penyangga dapat terjadi karena

sebagai berikut :

- Adanya torsi atau ungkitan

- Kesalahan teknik penyemenan (bahan semen kurang baik atau pengadukan yang

kurang sempurna)

- Terlarutnya semen karena terbukanya tepi restorasi

- Gigi penyangga goyang

- Gigi penyangga mengalami karies

- Kesalahan dalam pemilihan retainer

- Restorasi tidak akurat

3.1.3 Kegagalan estetis

1. Ketidakcocokan warna

Ketidakcocokan warna disebabkan oleh sebagai berikut :

- Ketidakmampuan operator untuk mencocokkan gigi alami pasien dengan tersedia

warna porselen.

- Pilihan warna yang tidak memadai karena metamerism.

- Pengurangan gigi tidak cukup atau kegagalan untuk karena bentuk yang salah

atau desain kerangka yang menampilkan logam.

- Di samping itu, gigi alami mengalami perubahan warna yang tidak terjadi dalam

porselen, sehingga pencocokan warna tidak dapat diterima.

- Bentuk margin atau bentuk serviks dari protesa dapat meningkatkan akumulasi

plak, menyebabkan inflamasi gingiva, yang menghasilkan warna jaringan lunak

yang tidak wajar atau bentuk yang estetis tidak dapat diterima

2. Hilangnya facing (porcelain)

Hilangnya facing atau lapisan estetik dapat disebabkan karena kurangnya

retensi, perubahan dari kerangka logam, maloklusi dan pengolahan bahan pelapis yang

salah serta keausan bahan.

3.2 Evaluasi Kegagalan Gigi Tiruan Jembatan

Setelah GTJ selesai difabrikasi dari laboratorium (belum jadi sepenuhnya baru

backing logam), sebelum dipasangkan pada pasien GTJ ini perlu dievaluasi terlebih dahulu,

terutama pada kualitas backing logam dan facing porcelainnya (pada tipe PFM), namun jika

tidak menggunakan bahan ini maka tidak perlu dievaluasi. Disini dievaluasi kecekatan GTC,

ketepatan marginal, kontak proksimal, ruang untuk facing, kontak oklusal dan artikulasi.

Jika evaluasinya baik, maka backing logam ini dikembalikan lagi ke laboratorium untuk

dibuatkan facing porselennya. Setelah jadi sepenuhnya, kembali dilakukan evaluasi

pemeriksaan di gigi pasien namun belum disementasi secara permanen. Evaluasi ini

meliputi:

- Kecekatan ( fitness/self retention ). GTC harus memiliki kecekatan yang maksudnya

saat dipasangkan bisa pas dan tidak jatuh saat dipasang di gigi hasil preparasi dan

mampu melawan gaya-gaya ringan yang berlawanan dengan arah insersi tanpa

sementasi.

- Marginal fitness & integrity. Diperiksa pada bagian tepi servikal restorasi menggunakan

sonde half- moon; apakah ada bagian yang terlalu pendek atau terbuka serta dilakukan

pemeriksaan mengelilingi servikal. Kemudian dilihat juga kondisi gusi, apakah

mengalami kepucatan (menandakan tepi servikal yang terlalu panjang sehingga

menekan gusi). Disini perlu dilakukan pengurangan panjang namun jangan sampai

terlalu pendek yang dapat berakibat terbukanya tepi restorasi.

- Kontak proksimal. Kontak tidak boleh terlalu menekan, overhanging, atau overkontur

(terlalu ke labial atau lingual atau oklusal). Perhatikan juga efek dari ACF karena gaya

ini sangat berpengaruh terhadap kondisi inklinasi gigi. Pengecekan dilakukan dengan

menggunakan benang gigi dan dilewatkan di proksimal gigi tetangga ataupun antar

GTC. Disini benang harus mengalami hambatan ringan namun tidak sampai merobek

benang.

- Stabilitas dan adaptasi ke mukosa gingiva. Merupakan kedudukan pada gigi penyangga

harus tetap dan tepat, sehingga tidak goyang, memutar, ataupun terungkit meskipun

tidak diberi gaya. Untuk masalah faktor ungkit umumnya diperiksa dengan menekan

salah satu gigi penyangga. Adaptasi mukosa tentu perlu karena nantinya GTJ akan

menekan gusi meskipun ringan namun tetap tidak boleh membuat perubahan warna

pada gusi yang dapat berujung pada resesi serta untuk memaksimalkan efek self

cleansing pada daerah embrasurnya.

- Penyesuaian oklusal. Pemeriksaan dilakukan menggunakan kertas artikulasi dan

diletakan di titik kontak dan titi oklusi dan suruh pasien menggigit kertas tersebut dalam

kondisi oklusi sentris. Hasil yang baik adalah tidak adanya tanda pada hasil restorasi

yang menandakan bahwa oklusi sudah nyaman dan tidak ada yang mengganjal atau

ketidaknyamanan saat beroklusi. Hal ini perlu karena ketidaknyamanan ini dapat

berujung pada gangguan sistem mastikasi.

- Estetika. Syarat estetis selalu menjadi poin utama dalam setiap restorasi, khususnya

pada masa kini dimana pasien menginginkan restorasinya sewarna gigi dan seideal

mungkin, maka pada bagian yang terlihat saat tersenyum (anterior dan sebagian kecil

posterior) maka restorasi harus sewarna gigi tetangganya dan harus mengikuti kontur,

anatomi, dan bentuk normal gigi tersebut.

3.3 Rangkaian Penatalaksanaan Gigi Tiruan Jembatan

1. Perawatan bahan

Syarat-syarat bahan secara umum adalah memiliki aspek:

- Biologis. Bahan hendaknya tidak menimbulkan iritasi, non toksik, dan kariostatik

- Kelarutan. Bahan tersebut harus tahan terhadap saliva (tidak larut dalam saliva)

- Mekanis. Memiliki daya tahan abrasi yang baik dan momdulus elastisitasnya

sama dengan enamel dan dentin.

- Sifat termis. Koefisien muai panas sama dengan enamel dan dentin.

Macam-macam bahan gigi tiruan adalah sebagai berikut :

- All porcelain bridge

Bahan porselen adalah bahan yang sangat populer saat ini. Kelebihannya

adalah pilihan gradasi warna yang sangat estetis dan permukaannya mengkilat.

Bahan porselen sangat sulit dibedakan dengan gigi yang asli. Kekuatannya lebih

besar daripada akrilik namun tidak sekuat logam. Kekurangan dari bahan porselen

ini bersifat rapuh sehingga tidak dapat diasah dan tidak dapat diletakkan pada

permukaan oklusal gigi belakang. Biasanya juga digunakan untuk gigi yang

memerlukan estetik tinggi. Bahan porselen ini tidak cocok digunakan pada pasien

dengan kebiasaan buruk bruxism karena gesekan yang terus menerus dengan gigi

antagonisnya akan menyebabkan porcelain cepat pecah.

- All acrylic bridge

Bahan akrilik biasanya digunakan untuk pembuatan mahkota jaket

sementara (menunggu mahkota jaket permanen). Bahan akrilik biasanya

dikombinasikan dengan logam karena sifat bahan akrilik tidak kuat menahan

beban kunyah. Kelebihan dari bahan akrilik warnanya dapat disesuaikan dengan

gigi asli, namun mudah berubah warnyanya. Harganya pun murah tetapi tampilan

menarik. Kontraindikasi dari bahan ini adalah tidak digunakan pada gigi yang

memiliki beban kunyah yang besar karena kekerasan akrilik hanya 1/16

kekerasan dentin. Gigi tiruan yang menggunakan bahan ini juga tidak cocok

digunakan pada penderita dengan bruxism.

- All metal bridge

Gigi tiruan permanen yang terbuat dari logam atau emas mempunyai

kekuatan yang sangat bagus bahkan dapat bertahan sampai bertahun-tahun,

keuntungan yang lain adalah logam dan emas tidak korosif dan tidak berkarat.

Tetapi gigi tiruan dari bahan logam dan emas tampilan warnanya sangat berbeda

dengan gigi asli. Biasanya diindikasikan pada gigi posterior dan

kontraindikasinya adalah gigi abutment yang digunakan mempunyai ketebalan

dentin yang kecil.

- Porcelain fused to metal

Porcelain fused to metal adalah jenis hibrida antara mahkota logam dan

mahkota porselen. Mereka terutama dipilih untuk gigi depan tetapi tidak

menutup kemungkinan juga digunakan pada gigi posterior. Porcelain fused to

metal ini lebih kuat dari all porcelain bridge. Meskipun porcelain fused to metal

dipilih untuk penampilan yang sangat baik karena keestetikannya, ada beberapa

kelemahan utama yang terkait dengan logam yang menyatu di dalamnya.

Kelemahan porcelain fused to metal adalah ketidaknyamanan gigi akibat

sensitive terhadap panas dan dingin. Hal ini disebabkan karena gigi masih vital

dan logam merupakan konduktr termal yang baik. Selain itu, ada beberapa kasus

dimana permukaan mahkota menimbukan keausan pada gigi antagonisnya.

- In ceram (keramik bridge)

Terbuat dari porselen alumina yang sangat kuat. Memiiki estetika yang sangat

baik dan cukup kuat untuk dapat di semen den semen gigi konvensional.

a. Spinell. Porselen spinel digunakan untuk anterior unt tunggal yang

memerlukan estetika dan translusensi yang baik.

b. Alumina. Porsselen alumina digunakan untuk posterior unit tunggal dan kasus

anterior, dan sampai restorasi 3 unit jembatan.

c. Zirkonia. Zirkonia porselen digunakan untuk posterior tunggal dan kasus

anterior, dan sampai restorasi 5 unit jembatan.

2. Perawatan pendahuluan

Perawatan pendahuluan adalah tindakan yang dilakukan terhadap gigi, jaringan

lunak maupun keras, dalam rangka mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan.

Keberhasilan atau gagalnya gigitiruan sebagian lepasan tergantung pada beberapa

faktor diantarnya meliputi:

1. Kondisi mulut pasien

2. Keadaan periodontal gigi yang dipilih

3. Prognosa gigi tersebut.

Tujuan perawatan pendahuluan selain untuk mengadakan sanitasi mulut, juga

untuk menciptakan kondisi oklusi normal, yang menjamin kesehatan gigi dan jaringan

pendukungnya.

Usaha mempersiapkan mulut untuk menerima gigitiruan ada 2 (dua) hal

penting yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Pemeriksaan mulut, gigi geligi dan jaringan mulut lainnya.

2. Usaha mempersiapkan gigi dan mulut dalam menerima gigitiruan.

Perawatan pendahuluan meliputi:

1. Tindakan yang berhubungan dengan perawatan bedah

Umumnya pembedahan mencakup jaringan keras dan jaringan lunak yang

memerlukan waktu penyembuhan yang cukup sebelum pembuatan gigi tiruan.

Makin lama jarak waktu pembedahan dengan pencetakan makin sempurna

penyembuhan sehingga gigi tiruan lebih stabil.

a. Pencabutan.

Gigi yang akan dicabut harus ditentukan dengan teliti. Setiap gigi

diperiksa apakah cukup penting dan masih dapat dipertahankan untuk

keberhasilan gigitiruan yang akan dibuat atau harus dicabut. Gigi yang cukup

kuat yang akan dijadikan sandaran dapat dipertahankan sebaliknya gigi yang

dapat menimbulkan kesulitan dalam pembuatan gigitiruan sebaiknya dicabut.

b. Penyingkiran sisa akar yang tinggal dan gigi impaksi

Pengambilan sisa akar yang terpenting dapat dilakukan dari permukaan

labial/bukal, atau palatal tanpa mengurangi tinggi alveolar ridge. Pengambilan

gigi yang impaksi dilakukan sedini mungkin agar dapat mencegah infeksi akut

dan kronis.

c. Kista dan tumor odontogenik

Semua gambaran radiolusen dan radiopak harus diselidiki. Penderita

harus diyakinkan tentang keadaan mulutnya yang mempunyai kelainan

berdasarkan laporan akhir patologis.

d. Penonjolan tulang

Penonjolan tulang yang menghalangi pemasangan gigitiruan harus

disingkirkan. Misalnya torus palatinus yang meluas sampai pada pertemuan

palatum mole sehingga menghalangi adanya posteror palatal seal, torus

palatinus yang sangat besar sehingga memenuhi palatum dan akan

menyebabkan ketidakstabilan gigitiruan, torus palatinus yang menyebabkan

penumpukan debris.

e. Bedah periodontal

Bedah periodontal dilakukan untuk mendapatkan keadaan jaringan

yang sehat sebagai pendukung gigitiruan. Penyingkiran saku gusi dapat

dilakukan dengan cara kuretase dan eksisi surgical. Misalnya gingivectomy,

reposisi flap.

2. Tindakan-tindakan yang berhubungan dengan perawatan jaringan pendukung.

Hal ini berguna untuk mendapatkan jaringan yang sehat pada gigi yang ada

sehingga dapat memberikan dukungan dan fungsi yang baik untuk gigitiruan, antara

lain:

a. Menghilangkan kalkulus

b. Menghilangkan pocket periodontal

c. Melakukan splinting terhadap gigi-gigi yang mobiliti

d. Memperbaiki tambalan yang tidak baik, seperti tambalan menggantung.

e. Menghilangkan gangguan oklusal

f. Tindakan Konservasi

Sebelum merencanakan gigitiruan harus diketahui perbaikan yang akurat

terhadap gigi-gigi yang ada, antara lain :

a. Penambalan

b. Pembuatan inlay, dsb

c. Kedudukan rest

3. Tindakan-tindakan ortodonti

Tindakan ini misalnya ada kasus diastema sentralis, sebaiknya dilakukan

perawatan ortodonti terlebih dahulu sebelum pembuatan gigitiruan.

Skenario : Gangguan Pengunyahan

Ibu Akhamd 49 tahun merasakan adanya ketidaknyamanan karena adanya

kegoyangan gigi tiruan tetap pada rahang atas kiri. Keadaan ini telah dirasakan 3 hari

yang lalu setelah mengunyah makanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan foto panoramic

dan periapikal yaitu pada gigi 25 menunjukkan post perawatan endodontic dengan

pemasangan pasak, radiolucent berbatas jelas pada apical gigi dan tampak fraktur pada

retainer. Pada gigi 27 menunjukkan fraktur pada akar palatal, radiolucent pada bagian

apical gigi dan resorbsi tulang alveolar sampai 2/3 panjang akar gigi. Secara klinis gigi 25

dan 27 merupakan retainer dengan desain extracoronal retainer berupa porcelain fuse to

metal dan pontic pada gigi 26 dengan tipe ridge lap pontic. Retainer dan pontic

dihubungkan dengan connector tipe fixed-fixed bridge. Disamping itu pada gigi 25

terdapat karies permukaan akarpada bagian bukal dan gigi 27 tampak adanya resesi

gingival dan karies permukaan akar pada bagian bukal dan palatal. Tampak adanya

pengelupasan lapisan estetik (lapisan porcelain) pada oklusal retainer gigi 25. Penderita

menginginkan penggantian gigi tiruan tersebut.

Penatalaksanaan pada skenario tersebut adalah Gigi tiruan sebagian lepasan

karena kondisi gigi 25 dan 27 tidak dapat dipertahankan lagi dikarenakan kondisi yang

telah disebutkan di skenario. Maka gigi 25 dan 27 diindikasikan untuk dilakukan

ekstraksi. Selain itu, dilihat dari data foto panoramik di skenario, tampak gambarak

radiolusen pada beberapa gigi seperti pada gigi 16, 17, 36, 37, 45, 46 dan 47 yang

menandakan bahwa telah dilakukan perawatan pada gigi tersebut. Selain itu terlihat

resorbsi tulang alveolar horizontal yang terjadi secara general dari gigi 37 sampai 47.

Oleh karena itu pasien diindikasikan untuk menggunakan GTSL.

3. Pemilihan desain

Pertimbangan pemilihan desain gigi tiruan cekat adalah sebagai berikut :

1. Retainer

Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yg menghubungkan gigi

tiruan tersebut dengan gigi penyangga. Fungsinya:

a. Memegang/menahan (to retain) supaya gigi tiruan tetap stabil di tempatnya.

b. Menyalurkan beban kunyah (dari gigi yang diganti) ke gigi penyangga.

Macam-macam retainer:

a. Extra Coronal Retainer

Yaitu retainer yang meliputi bagian luar mahkota gigi, dapat berupa:

1) Full Veneer Crown Retainer

Indikasi:

- Tekanan kunyah normal/besar

- Gigi-gigi penyangga yang pendek

- Intermediate abutment pasca perawatan periodontal

- Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang

Keuntungan

- Indikasi luas

- Memberikan retensi dan resistensi yg terbaik

- Memberikan efek splinting yg terbaik

Kerugian:

- Jaringan gigi yg diasah lebih banyak

- Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)

Gambar 3. Extra Coronal Retainer

2) Partial Veneer Crown Retainer

Indikasi :

- Gigi tiruan jembatan yang pendek

- Tekanan kunyah ringan/normal

- Bentuk dan besar gigi penyangga harus normal

- Salah satu gigi penyangga miring

Gambar 4. Partial Veneer Crown Retainer

Keuntungan

- Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit

- Estetis lebih baik daripada full veneer crown retainer

Kerugian:

- Indikasi terbatas

- Kesejajaran preparasi antar gigi penyangga sulit

- Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi kurang

- Pembuatannya sulit (dlm hal ketepatan).

b. Intracoronal Retainer

Yaitu retainer yang meliputi bagian dalam mahkota gigi penyangga.

Bentuk dari intracoronal retainer dapat berupa:

- Onlay

- Inlay MO/DO/MOD

Indikasi:

- Gigi tiruan jembatan yang pendek

- Tekanan kunyah ringan atau normal

- Gigi penyangga dengan karies kelas II yang besar

- Gigi penyangga mempunyai bentuk/besar yang normal

Keuntungan:

- Jaringan gigi yang diasah sedikit

- Preparasi lebih mudah

- Estetis cukup baik

Kerugian:

- Indikasi terbatas

- Kemampuan dlm hal retensi resistensi kurang

- Mudah lepas/patah

Gambar 5. Intra Coronal Retainer Bentuk Onlay.

c. Dowel retainer

Adalah retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau

tanpa jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang berdiri

sendiri.

Indikasi:

- Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf

- Gigi tiruan pendek

- Tekanan kunyah ringan

- Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi

Keuntungan:

- Estetis baik

- Posisi dapat disesuaikan

Kerugian:

- Sering terjadi fraktur akar

Gambar 6. Dowel Retainer.

2. Pontik

Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli

yang hilang dan berfungsi untuk mengembalikan:

- Fungsi kunyah dan bicara

- Estetis

- Comfort (rasa nyaman)

- Mempertahankan hubungan antar gigi tetanggaà mencegah migrasi /

hubungan dengan gigi lawan à ektrusi

Berdasarkan hubungan dengan jaringan lunak, pontik dapat dibagi

menjadi:

1. Pontik Sanitary

Pada pontik ini, dasar pontik tidak berkontak sama sekali dengan

linggir alveolus sehingga terdapat ruangan/jarak antara dasar pontik dengan

linggir alveolus (1-3 mm), dan permukaan dasar pontik cembung dalam segala

aspek. Tujuan pembuatan dasar pontik ini adalah agar sisa-sisa makanan dapat

dengan mudah dibersihkan. Adanya bentuk pontik yang demikian

mengakibatkan kekurangan dalam hal estetis sehingga hanya diindikasikan

untuk pontik posterior rahang bawah.

Gambar 7. Pontik Sanitary

2. Pontik Ridge Lap

Bagian labial/bukal dari dasar pontik berkontak dengan linggir

alveolus sedangkan bagian palatal menjauhi linggir ataupun sedikit

menyentuh mukosa dari linggir. Hal ini mengakibatkan estetis pada bagian

labial/bukal lebih baik, dan mudah dibersihkan pada bagian palatal. Walaupun

demikian menurut beberapa hasil penelitian, sisa makanan masih mudah

masuk ke bawah dasar pontik dan sulit untuk dibersihkan. Pontik jenis ini

biasanya diindikasikan untuk jembatan anterior dan posterior.

Gambar 8. Pontik Ridge Lap

3. Pontik Conical Root

Pontik conical root biasanya diindikasikan untuk jembatan imediat

yang dibuatkan atas permintaan pasien yang sangat mengutamakan estetis

dalam kegiatan sehari-hari. Pontik ini dibuat dengan cara bagian dasar pontik

masuk ke dalam soket gigi yang baru dicabut kira-kira 2 mm. pontik ini

dipasang segera setelah dilakukannya pencabutan dan pada pembuatan ini

tidak menggunakan restorasi provisional.4

Gambar 9. Pontik Conical Root.

3. Konektor (Connector)

Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan pontik

dengan retainer, pontik dengan pontik atau retainer dengan retainer sehingga

menyatukan bagian-bagian tersebut untuk dapat berfungsi sebagai splinting dan

penyalur beban kunyah.

Terdapat 2 macam konektor, yakni:

1. Rigid connector

2. Non Rigid Connnector

4. Penyangga (Abutment)

Sesuai dgn jumlah, letak dan fungsinya dikenal istilah:

1. Single abutment hanya mempergunakan satu gigi penyangga

2. Double abutment bila memakai dua gigi penyangga

3. Multiple abutment bila memakai lebih dari dua gigi penyangga

4. Terminal abutment

5. Intermediate/pier abutment

6. Splinted abutment

7. Double splinted

Gambar 10. Contoh Gambar Double Abutment dan Terminal Abutment.

Gambar 11. Contoh Gambar Intermediet/ Pier Abutment

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan gigi tiruan jembatan adalah sebagai

berikut :

1. Oklusi gigi

Bila pasien kehilangan satu atau beberapa gigi dalam satu area di dalam

rongga mulut, bila tidak dibuatkan fixed bridge, maka gigi-gigi yang ada di antara

gigi yang hilang tersebut akan bergerak ke daerah yang kosong, sedangkan gigi

lawannya (oklusinya) akan cenderung memanjang karena tidak ada gigi yang

menopangnya pada saat oklusi. Bergeraknya gigi kedaerah yang kosong dinamakan

shifting/drifting, sedangkan gigi yang memanjang dinamakan elongation/extrusion.

Gambar 12. Gigi Bergerak ke Daerah yang Kosong (Shifting/drifting.)

Gambar 13. Gigi yang Memanjang (elongation/extrusion).

Bila kondisi ini berlanjut, maka akan menyebabkan :

a. Sakit pada rahang (terutama pada TMJ/Temporo Mandibular Joint)

b. Retensi sisa-sisa makanan diantara gigi-gigi (food Impaction) dan dapat

menyebabkan penyakit periodontal .

c. Berakhir dengan pencabutan pada gigi-gigi dan juga gigi lawannya. Beban

fungsional pada oklusal pontik terutama gigi posterior dapat dikurangi dengan

mempersempit lebar buko-lingual atau buko-palatal untuk mengurangi beban

oklusi yang dapat merusak gigi tiruan pada pasien-pasien tertentu.

2. Oral hygiene

3. Jaringan periodontal

Hukum Ante menyatakan bahwa daerah membran periodontal pada akar-

akar dari gigi abutment harus sekurang-kurangnya sama dengan daerah membran

periodontal yang ada pada gigi-gigi yang akan diganti.

4. Posisi gigi dan kesejajaran gigi

Abutment yang melibatkan gigi anterior hanya gigi gigi insisivus biasanya

mempunyai inklinasi labial yang serupa dan tidak terlalu sulit untuk menyusun

kesejajarannya. Apabila abutment melibatkan gigi anterior seperti caninus dan

gigi posterior seperti premolar kedua atas supaya diperoleh kesejajaran, kaninus

harus dipreparasi pada arah yang sama seperti premolar.

5. Jumlah dan lokasi kehilangan gigi

6. Kegoyangan gigi

7. Frekwensi karies

8. Discoloration

3.4 Pencegahan Kegagalan Gigi Tiruan Jembatan

Usaha pencegahan yang dilakukan terhadap kegagalan gigi tiruan jembatan adalah :

1. Mengetahui pemilihan jumlah dan distribusi gigi pendukung. Pemilihan jumlah dan

distribusi gigi pendukung yang baik dapat mengurangi resiko terjadinya kegagalan gigi

tiruan jembatan. Hukum Ante tetap merupakan acuan utama untuk menentukan distribusi

jumlah gigi yang tepat pada gigi tiruan jembatan, idealnya dua pendukung digunakan

untuk satu pontik yang terletak pada ujung-ujungnya.

2. Dokter gigi mengetahui dengan baik prosedur perawatannya

3. Pasien menjaga oral hygiene dengan baik agar tidak ada akumulasi plak

4. Aplikasi bahan pelapis lunak

5. Pemakaian stres absorbing elemen

6. Pemakaian konektor non rigid. Perbedaan gerakan gigi dan implan dapat menyebabkan

berbagai bentuk kegagalan pemakaian gigi tiruan jembatan dukungan gigi dan implant.

Usaha yang paling penting untuk diperhatikan dalam mencegah berbagai bentuk

kegagalan tersebut adalah dengan mencegah terjadinya tekanan berlebihan pada

pendukung gigi tiruan jembatan yang timbul akibat perbedaan pergerakan tersebut.

7. Pada pasien dengan indeks karies yang tinggi, mengatur waktu kunjungan untuk

melakukan control plak perlu dilakukan. Serta menggunakan pasta gigi dan obat kumur

yang mengandung fluoride.