ANALISIS POTENSI WILAYAH UNTUK...

download ANALISIS POTENSI WILAYAH UNTUK …kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/semnas2014/56_eni.pdf · Kalimantan Selatan merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang ... Permintaan

If you can't read please download the document

Transcript of ANALISIS POTENSI WILAYAH UNTUK...

  • Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi,

    Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 493

    ANALISIS POTENSI WILAYAH UNTUK PENGEMBANGAN

    USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN TANAH LAUT,

    KALIMANTAN SELATAN

    Eni Siti Rohaeni

    Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan Selatan

    Jl. Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan

    e-mail : [email protected]

    ABSTRAK

    Daya dukung usaha ternak selain dipengaruhi oleh sumber daya manusia juga dipengaruhi

    oleh sumber daya lahan serta komoditas tanaman yang diusahakan dan dapat dimanfaatkan

    oleh ternak sebagai sumber pakan. Dalam pengembangan ternak di suatu wilayah, maka

    perlu dianalisis potensi. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanah Laut yang dilakukan

    pada bulan Juni-Juli 2012. Data yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi data primer dan

    data sekunder. Data sekunder diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas dan

    komprehensip dari apa yang teramati dan terukur di lapangan. Data sekunder berupa

    keadaan umum wilayah, populasi dan jenis ternak, jumlah penduduk, penggunaan lahan,

    fasilitas ekonomi dan lainnya. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait diantaranya :

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas

    Peternakan, Dinas Pertanian, Kecamatan, dan Kantor Desa. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui potensi wilayah untuk pengembangan usaha ternak sapi potong di Kabupaten

    Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Metode yang digunakan untuk melakukan analisis

    digunakan analisis kepadatan ternak dan analisis potensi wilayah dengan menggunakan

    data-data yang diperlukan. Hasil penelitian diperoleh bahwa berdasarkan perhitungan dari

    kombinasi kepadatan (kepadatan : ekonomi, usahatani, wilayah dan penduduk) diketahui

    bahwa kecamatan yang mendapatan prioritas pertama dalam pengembangan ternak sapi

    potong adalah Jorong, Bati-bati dan Bumi Makmur, prioritas kedua pada kecamatan Kintap

    dan Kurau, dan Kecamatan Takisung mendapatkan prioritas terakhir. Rekomendasi yang

    diberikan pada setiap kecamatan akan berbeda-beda, sesuai dengan kultur, kebiasaan,

    ketrampilan dan aspek sosial penting lainnya. Kriteria pengembangan dari semua unsur

    yang dinilai untuk semua kecamatan di Tanah Laut memenuhi syarat untuk pengembangan

    ternak sapi potong. Daerah yang memiliki nilai kriteria tertinggi tiga diantaranya adalah

    Kecamatan Panyipatan, Takisung dan Batu Ampar.

    Kata kunci : potensi, pengembangan, sapi potong, Tanah Laut

    Pendahuluan

    Secara nasional populasi ternak sapi potong dan produksi daging yang dihasilkan

    masih belum dapat memenuhi permintaan konsumen, sementara Indonesia memiliki

    beberapa potensi diantaranya sumberdaya alam (SDA) berupa lahan yang luas dan

    mailto:[email protected]

  • Eni Siti Rohaeni : Analisis potensi wilayah untuk usaha pengembangan ternak| 494

    sumberdaya manusia (SDM) berupa penduduk yang banyak merupakan modal untuk

    mengembangkan usaha ternak sapi potong yang spesifik lokasi.

    Kalimantan Selatan merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang termasuk dalam

    kawasan Indonesia Timur dengan sektor pertanian basis penting yang ditunjukkan dengan

    22,34% penduduknya bermatapencaharian sebagai petani (BPS Provinsi Kalimantan

    Selatan, 2010). Salah satu komoditas yang diusahakan oleh petani di Kalimantan Selatan

    adalah beternak sapi yang terbatas sebagai usaha sampingan.

    Tanah Laut merupakan salah satu daerah sentra pengembangan ternak sapi potong di

    Kalimantan Selatan dengan agroekosistem lahan kering. Kontribusi Pendapatan Domestik

    Regional Bruto (PDRB) dari sektor pertanian cukup besar tidak saja sebagai sentra tanaman

    pangan, perkebunan tapi juga peternakan dan perikanan. Namun dengan kondisi lahan

    sebagai lahan kering dan marginal maka diperlukan input yang tinggi sementara usaha yang

    dilakukan petani masih bersifat subsisten. Potensi yang dimiliki yaitu adanya ternak sapi

    lokal yang diusahakan petani, luasnya lahan, SDM yang tangguh dan ulet karena sebagian

    besar adalah transmigrasi dan dukungan pemerintah terhadap pengembangan ternak sapi

    melalui program swasembada daging sapi dan kerbau (PSDSK) dan pengembangan satu juta

    ekor ternak.

    Permintaan akan produk daging sapi di Kalimantan Selatan cenderung meningkat,

    hal ini harus diimbangi dengan upaya peningkatan produktivitas ternak melalui program

    pusat dan pemerintah daerah dan diperlukan strategi dalam pengembangannya. Upaya

    pengembangan produktivitas ini didukung dengan potensi sumberdaya alam yang masih

    cukup terbuka seperti lahan yang luas dan limbah pertanian dan agroindustri yang belum

    dimanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak (Badan Litbang Pertanian, 2007) dan

    sumberdaya manusia.

    Rendahnya perkembangan ternak sapi potong disebabkan karena petani dihadapkan

    pada berbagai kendala yaitu sempitnya lahan untuk penyediaan pakan ternak (khusus di

    Pulau Jawa), modal rendah, dan kurangnya kemampuan petani dalam mengelola usahanya

    (Widiati dkk., 2002). Menurut Wiyatna (2002), pendekatan yang dilakukan dalam

    memanfaatkan keragaman sumberdaya alam adalah dengan pengembangan usahatani

    terpadu.

    Nasrullah dkk. (2004) menjelaskan bahwa daya dukung usaha ternak selain

    dipengaruhi oleh sumber daya manusia juga dipengaruhi oleh sumber daya lahan serta

    komoditas tanaman yang diusahakan dan dapat dimanfaatkan oleh ternak sebagai sumber

    pakan. Sumberdaya lahan yang dimiliki Kalimantan Selatan cukup luas yaitu sekitar 37.377

    km2 dengan kondisi agroekosistem seperti lahan kering, lahan pasang surut, tadah hujan,

    lebak dan lainnya memegang peranan penting dalam sumbangannya terhadap potensi

    ketersediaan hijauan pakan (Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Selatan, 2011).

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi wilayah untuk pengembangan

    usaha ternak sapi potong di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan.

    Metodologi

    Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanah Laut yang dilakukan pada bulan Juni-

    Juli 2012. Data yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi data primer dan data sekunder.

    Data sekunder diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas dan komprehensip

  • Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi,

    Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 495

    dari apa yang teramati dan terukur di lapangan. Data sekunder berupa kedaan umum

    wilayah, populasi dan jenis ternak, jumlah penduduk, penggunaan lahan, fasilitas ekonomi

    dan lainnya. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait diantaranya : Badan Perencanaan

    Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Peternakan, Dinas

    Pertanian, Kecamatan, dan Kantor Desa.

    Analisis Kepadatan Ternak

    Penelitian ini, dalam menghitung kepadatan ternak digunakan metode analisis yang

    digunakan Ashari dkk., (1995). Dijelaskan bahwa kepadatan ternak dibedakan menjadi tiga

    macam yaitu kepadatan ekonomi, kepadatan usahatani dan kepadatan wilayah, dengan

    rumus pada Tabel 1.

    Tabel 1. Rumus kepadatan ternak

    No Uraian Rumus Kriteria

    1 Kepadatan

    ekonomi

    pop. sapi potong (ST) x 1000

    penduduk

    Sangat padat > 300

    Padat (100-300)

    Sedang 50-100

    Jarang < 50

    2 Kepadatan

    usahatani

    pop. sapi potong (ST)

    Luas lahan garapan (ha)

    Sangat padat > 2

    Padat 1-2

    Sedang 0,25-1

    Jarang < 0,25

    3 Kepadatan

    wilayah

    pop. sapi potong (ST)

    Luas wilayah (km2)

    Sangat padat > 50

    Padat 20-50

    Sedang 10-20

    Jarang

  • Eni Siti Rohaeni : Analisis potensi wilayah untuk usaha pengembangan ternak| 496

    Tabel 2. Kriteria wilayah pengembangan ternak ruminansia (Sumanto dan Juarini, 2004)

    Kepadatan ekonomi ternak

    (ST/1000 jiwa)

    Kepadatan penduduk (jiwa/km2)

    Rendah/jarang Sedang Padat Sangat Padat

    Rendah/jarang WPP WPP WP WM

    Sedang WPP WP WM WM

    Padat WP WP WK WK

    Sangat padat WP WM WK WK

    Keterangan : WPP : wilayah penyebaran dan pengembangan; WP : wilayah pengembangan; WM :

    wilayah pemantapan; WK : wilayah konsumen;

    Tabel 3. Nilai kriteria karakterisasi kunci

    No Unsur Kriteria kunci Batas nilai

    1 SDM

    Pendidikan

    Penguasaan lahan

    Pola mata pencaharian penduduk

    Kepadatan penduduk

    12

    2 Peran kelembagaan

    masukan

    KUD

    kelompok ternak

    perusahaan peternakan

    pasar/kios

    penyuluh pertanian

    Bank

    2,5

    3 Peran kelembagaan

    keluaran

    KUD

    kelompok ternak

    perusahaan peternakan

    pasar/kios

    Bank

    1

    4 SDA

    luas kesesuaian lahan ternak

    luas arahan pengembangan ternak

    daya dukung pakan alami (IDD)

    kepadatan ekonomi ternak

    17

    5 Teknologi peternakan

    teknologi prabudidaya

    teknologi budidaya

    teknologi pasca panen

    teknologi pemasaran

    2

    6 Perkembangan

    wilayah

    status perkembangan kecamatan

    listrik

    sarana jalan

    pelabuhan

    3

    Sumber : Sumanto dan Juarini, 2004

  • Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi,

    Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 497

    Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dimodifikasi untuk penentuan kriteria

    pengembangan ternak ruminansia, tidak hanya kepadatan ekonomi dengan kepadatan

    penduduk saja, namun dapat antara kepadatan ekonomi dengan usahatani, wilayah atau

    kepadatan usahatani dengan wilayah. Berdasarkan penilaian tim peneliti bahwa kombinasi

    penilaian yang cukup penting untuk dilakukan di Kabupaten Tanah Laut adalah kepadatan

    ekonomi, kepadatan usahatani dan kepadatan wilayah, untuk kepadatan penduduk masih

    dinilai skornya kurang karena jumlah penduduk di Kalsel pada umumnya belum terlalu

    padat. Tabel 3 ditampilkan nilai kriteria karakterisasi kunci untuk melakukan analisis

    potensi wilayah dari aspek SDM, SDA dan kelembagaan.

    Hasil dan Pembahasan

    Analisis Kepadatan Ternak

    Dengan menggunakan rumus yang ditampilkan pada Tabel 1 (dalam metodologi)

    berdasarkan data perhitungan maka diketahui bahwa kepadatan ekonomi di Kabupaten

    Tanah Laut masuk dalam kategori padat, kepadatan usahatani termasuk jarang dan wilayah

    kepadatannya termasuk sedang (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa kepadatan ekonomi

    untuk ternak sapi padat jika dibandingkan terhadap jumlah penduduk dengan nilai 144,94

    ST/jiwa. Jika dilihat dari kepadatan usahatani, masih memiliki peluang yang besar untuk

    terus dikembangkan dengan nilai 0,06 ST/ha, luasnya lahan garapan yang tersedia masih

    memungkinkan untuk menampung ternak yang akan dikembangkan demikian juga untuk

    kepadatan wilayah, Kabupaten Tanah Laut masih layak untuk dikembangkan potensinya.

    Namun data dan penilaian untuk tiap kecamatan akan menghasilkan informasi yang berbeda

    pada tiap kepadatan baik ekonomi, usahatani dan wilayah. Kecamatan yang secara ekonomi

    termasuk sangat padat adalah Kecamatan Panyipatan, Takisung dan Batu Ampar. Untuk

    kepadatan usahatani, sebagian kecamatan termasuk dalam kriteria jarang, sehingga masih

    memungkinkan untuk dikembangkan. Bila dilihat dari kepadatan wilayah, tidak ada

    kecamatan yang sangat padat, hanya ada dalam kriteria padat yaitu Kecamatan Panyipatan

    dan Takisung. Hal ini menunjukkan bahwa dari aspek SDA, Kecamatan di Tanah Laut

    masih memiliki potensi dalam pengembangan ternak sapi, namun dari aspek jumlah SDM

    tergolong padat. Informasi ini dapat memberikan alternatif dalam pengembangan ternak sapi

    sebaiknya dilakukan lebih intensif agar tenaga kerja yang digunakan lebih hemat dan

    penggunaan fasilitas alsin dapat disarankan dengan aplikasi pemanfaatannya pada

    masyarakat dilakukan secara kelompok kecuali untuk perusahaan

    Tabel 4. Nilai dan kriteria kepadatan ternak di Kabupaten Tanah Laut

    No

    Kecamatan

    Kepadatan

    Ekonomi Ket Usahatani Ket Wilayah Ket

    1 Panyipatan 336.24 sangat padat 0.18 jarang 21.17 Padat

    2 Takisung 329.81 sangat padat 0.27 sedang 26.92 Padat

    3 Kurau 55.79 Sedang 0.05 jarang 5.09 Jarang

    4 Bumi Makmur 7.50 Jarang 0.00 jarang 0.63 Jarang

  • Eni Siti Rohaeni : Analisis potensi wilayah untuk usaha pengembangan ternak| 498

    Lanjutan Tabel 4. Nilai dan kriteria kepadatan ternak di Kabupaten Tanah Laut

    No

    Kecamatan

    Kepadatan

    Ekonomi Ket Usahatani Ket Wilayah Ket

    5 Bati-bati 34.01 Jarang 0.05 jarang 5.60 Jarang

    6 T Ulang 148.20 Padat 0.14 jarang 13.76 Sedang

    7 Pelaihari 95.02 Sedang 0.16 jarang 16.00 Sedang

    8 Bajuin 143.37 Padat 0.09 jarang 11.65 Sedang

    9 B Ampar 316.80 sangat padat 0.13 jarang 13.43 Sedang

    10 Jorong 141.56 Sedang 0.07 jarang 6.54 Jarang

    11 Kintap 66.11 Sedang 0.01 jarang 4.69 Jarang

    Jumlah 144.94 Padat 0.06 jarang 11.83 Sedang

    Sumber : Data primer hasil survei yang telah diolah

    Sesuai dengan metode yang digunakanyang ditampilkan dalam Tabel 2, dihasilkan

    beberapa kombinasi kepadatan terhadap pengembangan usaha ternak sapi potong di

    Kabupaten Tanah Laut, datanya disajikan pada Tabel 5. Hasil perhitungan dari kombinasi

    kepadatan diketahui bahwa kecamatan yang mendapatan prioritas pertama dalam

    pengembangan ternak sapi potong adalah Jorong, Bati-bati dan Bumi Makmur, prioritas

    kedua pada kecamatan Kintap dan Kurau, dan Kecamatan Takisung mendapatkan prioritas

    terakhir. Rekomendasi yang diberikan pada setiap kecamatan akan berbeda-beda, sesuai

    dengan kultur, kebiasaan, ketrampilan dan aspek sosial penting lainnya. Daerah dengan

    prioritas yang samapun memerlukan masukan rekomendasi yang berbeda. Misalnya

    Kecamatan Bati-bati dan Bumi Makmur yang sebagian besar penduduknya suku Banjar

    yang pengalaman beternak sapi relatif rendah maka diperlukan pembinaan dan penyuluhan

    yang intensif jika wilayah tersebut nantinya akan dikembangkan untuk usaha ternak sapi

    yang disesuaikan dengan kondisi lahan di daerah tersebut yang sebagian besar merupakan

    daerah rawa lebak dan pasang surut. Demikian juga untuk daerah yang mendapat prioritas

    pengembangan kedua yaitu Kintap dan Kurau. Kedua kecamatan tersebut memiliki ciri baik

    sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang berbeda.

    Tabel 5. Rekap kombinasi kepadatan dalam pengembangan usaha ternak sapi potong di

    Kabupaten Tanah Laut

    No

    Kecamatan

    Kombinasi kepadatan Tot Ket

    EU EW UW EP UP WP

    1 Panyipatan WP WK WP WM WPP WP 16 5

    2 Takisung WM WK WM WM WP WP 13 6

    3 Kurau WPP WPP WPP WP WPP WPP 23 2

    4

    Bumi

    Makmur

    WPP WPP WPP WPP WPP WPP 24 1

    5 Bati-bati WPP WPP WPP WPP WPP WPP 24 1

  • Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi,

    Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 499

    Lanjutan Tabel 5. Rekap kombinasi kepadatan

    No

    Kecamatan

    Kombinasi kepadatan Tot Ket

    EU EW UW EP UP WP

    6 T Ulang WP WP WPP WP WPP WP 20 4

    7 Pelaihari WPP WP WPP WP WPP WP 21 3

    8 Bajuin WP WP WPP WP WPP WP 20 4

    9 B Ampar WP WM WPP WP WPP WPP 20 4

    10 Jorong WPP WPP WPP WPP WPP WPP 24 1

    11 Kintap WPP WPP WPP WP WPP WPP 23 2

    Sumber : Data primer hasil survei yang telah diolah. Keterngan EU : kepadatan ekonomi vs

    usahatani, EW : ekonomi vs wilayah, UW : usahatani vs wilayah, EP : ekonomi vs

    penduduk, UP : usahatani vs penduduk, WP : wilayah vs penduduk

    Kecamatan Takisung dan Panyipatan yang prioritas pengembangannya rendah,

    maka diarahkan bahwa daerah tersebut dapat sebagai sumber bibit. Populasi yang ada agar

    ditingkatkan dan dimantapkan sebagai sentra bibit yang bermutu yang dapat memasok

    ternak ke kecamatan lain atau kabupaten lain. Teknologi yang diperlukan adalah teknologi

    intensif baik dalam hal breeding, feeding dan manajemennya. Pada saat bibit sapi dipasok

    ke luar kecamatan, maka daerah tersebut perlu untuk dipertahankan populasinya baik

    dengan cara pengadaan dari luar daerah yang bermutu sehingga tidak terjadi pengurasan

    populasi ternak.

    Analisis Potensi Pengembangan Wilayah

    Hasil penelitian di Blora yang dilaporkan oleh Sumarjono dkk. (2008), bahwa

    pengembangan sapi potong dapat dilakukan melalui peningkatan potensi lahan, sumberdaya

    manusia, pakan dan pola pakan. Hasil lain yang dilakukan di Rembang oleh Mukson dkk.

    (2008), bahwa faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan ternak sapi potong sebesar

    92,3% dipengaruhi oleh luas lahan, ketersediaan hijauan pakan ternak, tenaga kerja, dan

    modal. Hal ini menunjukkan bahwa luasnya ketersediaan lahan dan potensi limbah

    pertanian yang dihasilkan merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan untuk

    pengembangan usaha ternak sapi potong termasuk di Kalimantan Selatan.

    Mengacu pada Tabel 3 untuk melihat nilai kriteria karakterisasi kunci, penilaian

    dari unsur SDM untuk semua kecamatan di Tanah Laut nilainya di atas 12, hal ini berarti

    bahwa persyaratan untuk pengembangan ternak sapi potong terpenuhi (Tabel 6).

    Penilaian dari unsur kelembagaan baik masukan dan keluaran nilainya melebihi dari

    batas minimal, hal ini menunjukkan bahwa semua kecamatan di Tanah Laut memenuhi

    untuk pengembangan sapi. Penilaian untuk unsur SDA, yang datanya tersedia adalah dari

    daya dukung pakan alami (IDD) dan kepadatan ekonomi ternak, sedang untuk kriteria luas

    kesesuaian lahan dan luas arahan pengembangan ternak tidak tersedia. Berdasarkan

    perhitungan, total nilai unsur SDA dari setiap kecamatan lebih besar dari 17 yang berarti

    semua kecamatan memenuhi syarat untuk pengembangan ternak sapi potong.

  • Eni Siti Rohaeni : Analisis potensi wilayah untuk usaha pengembangan ternak| 500

    Tabel 6. Rekap nilai kriteria karakterisasi kunci di Kabupaten Tanah Laut

    Kecamatan

    SDM

    Kelemba-

    gaan

    SDA

    Tekno

    logi

    PW

    Total

    Peringkat

    Panyipatan 19 16.5 340.311102 3 9 387.81 1

    Takisung 19 16.5 332.5147833 4 10 382.01 2

    Kurau 19 16.5 71.49247269 3 6.5 116.49 9

    Bumi

    Makmur 19 16.5 230.3624092 3 6.5 275.36 4

    Bati-bati 17.75 19.5 48.55001012 5 9 99.80 11

    T Ulang 19 16.5 154.6822193 4 9 203.18 5

    Pelaihari 20 19.5 99.81789062 6 9 154.32 8

    Bajuin 19 16.5 150.0928145 3 8 196.59 7

    B Ampar 18 16.5 320.9394574 3 8 366.44 3

    Jorong 19.25 19.5 147.8182592 5 9 200.57 6

    Kintap 16.5 16.5 70.19952602 3 7.5 113.70 10

    Sumber : Data primer hasil survei yang telah diolah; SDM : sumberdaya manusia; SDA :

    sumberdaya alahm; PW : Pengembangan wilayah

    Unsur teknologi peternakan, nilai yang diperoleh lebih besar dari 2, sehingga semua

    kecamatan memenuhi untuk dikembangan sapi potong. Unsur perkembangan wilayah,

    semua kecamatan memenuhi untuk pengembangan sapi potong. Berdasarkan semua unsur

    yang diperhitungan, diketahui bahwa semua kecamatan di Tanah Laut, memiliki potensi

    untuk pengembangan ternak sapi potong.

    Pada Tabel 6, terlihat bahwa semua unsur yang dinilai untuk semua kecamatan di

    Tanah Laut memenuhi kriteria untuk pengembangan ternak sapi. Selanjutnya untuk melihat

    kecamatan mana yang memiliki nilai kriteria tertinggi semua unsur nilainya ditotal sehingga

    diketahui bahwa kecamatan yang memiliki nilai tertinggi tiga diantaranya adalah Kecamatan

    Panyipatan, Takisung dan Batu Ampar. Kecamatan yang nilai kriterianya terendah adalah

    Kintap dan Bati-bati. Kecamatan Kintap dan Bati-bati memiliki nilai rendah karena dari

    unsur SDA.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil kajian ini dapat disimpulkan bahwa :

    1. Hasil perhitungan dari kombinasi kepadatan (kepadatan : ekonomi, usahatani, wilayah dan penduduk) diketahui bahwa kecamatan yang mendapatan prioritas pertama dalam

    pengembangan ternak sapi potong adalah Jorong, Bati-bati dan Bumi Makmur, prioritas

    kedua pada kecamatan Kintap dan Kurau, dan Kecamatan Takisung mendapatkan

    prioritas terakhir. Rekomendasi yang diberikan pada setiap kecamatan akan berbeda-

    beda, sesuai dengan kultur, kebiasaan, ketrampilan dan aspek sosial penting lainnya.

  • Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi,

    Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 501

    2. Kriteria pengembangan dari semua unsur yang dinilai untuk semua kecamatan di Tanah Laut memenuhi syarat untuk pengembangan ternak sapi potong. Daerah yang memiliki

    nilai kriteria tertinggi tiga diantaranya adalah Kecamatan Panyipatan, Takisung dan

    Batu Ampar.

    Daftar Pustaka

    Ashari E, Juarini E, Sumanto, Wibowo, Suratman. 1995. Pedoman Analisis Potensi Wilayah

    Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. Jakarta: Balai Penelitian Ternak dan

    Direktorat Bina Penyebaran dan Pengembangan Peternakan.

    Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan

    Agribisnis Sapi. Departemen Pertanian. Jakarta.

    Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. 2010. Kalimantan Selatan Dalam

    Angka. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin.

    Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan. 2011. Buku Saku Peternakan. Banjarbaru.

    Mukson, S. Marzuki, P. I. Sai, dan H. Setiyawan. 2008. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

    Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong Rakyat di Kecamatan Kaliori, Kabupaten

    Rembang, Jawa Tengah. J. Indon. Trop. Anim. Agric. Vol 33 (4) : 305-312.

    Nasrullah, B. Tappa, S. Said dan E. M. Kaiin. 2004. Ketersediaan Pakan Ternak

    Ruminansia di Kalimantan Selatan. Makalah disampaikan pada Seminar Sehari

    dalam rangka Bulan Bakti Peternakan dan Kesehatan Hewan. Banjarbaru, 16

    September 2004.

    Sumanto dan E. Juarini. 2004. Pedoman Identifikasi Potensi Wilayah dan Implementasi.

    Kerjasama Bagrpo Pembinaan Pengembangan Peternakan Pusat dan Balitnak Bogor.

    Sumarjono, D., Sumarsono dan Sutiyono. 2008. Penerapan Analisis Jalur untuk

    Pengembangan Sapi Potong Berbasis Potensi Lahan Usahatani di Kabupaten Blora,

    Jawa Tengah. J. Indon. Trop. Anim. Agric. Vol. 33 (3) : 231-237.

    Widiati, R., K. A. Santosa, S. Widodo dan Masyhuri. 2002. Optimalisasi alokasi

    sumberdaya rumahtangga tani melalui integrasi usahatani tanaman dan sapi potong di

    Gunung Kidul Yogyakarta. Agro Ekonomi. Vol IX (2) : 65-79.

    Wiyatna, M. F. 2002. Potensi dan Strategi Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten

    Sumedang Propinsi Jawa Barat. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian

    Bogor. Bogor.