ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL...

download ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETTY RAHAYU EVI YULIA PURWANTI, SE, M.Si

of 27

description

jurnal skripsi

Transcript of ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL...

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    1/27

    ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP

    REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI

    KABUPATEN GUNUNGKIDUL

    BETTY RAHAYU

    EVI YULIA PURWANTI, SE, M.Si

    ABSTRACT

    Hotel tax is the ones tax of revenue that very important in Gunungkidul regency. Its for

    territory revenue source or Native revenue Hotel. Tax hopes become priority source revenue

    because condition and territory potential (lay out ) in Gunungkidul regency is support orpotential.but in the fact, Hotel Tax in Gunungkidul regency is very bad. Its indicate from value

    and growth from year to year (2005 2009) is decreasing and negative growth value. Beside

    that, diferent (infact ) between realization hotel tax of revenue with hotel tax of reneue it

    happen. Its indicate that potential hotel tax is not territory source revenue yet .The purpose from this research is for knows how big hotel tax potential in Gunungkidul

    regency and how far the government take care for increase hotel tax potential and some of the

    aspect for the increase that. To show that hotel tax potential used method which include tax rateof hotel tax, average rate of rooms, amount of day and amount of romms in the hotel.

    The result of research indicate that potential revenue and value of hotel tax is very big,

    above of realization hotel tax of revenue value. Measuring of this comparison can be observe

    from effectiveness hotel tax that the value always decrease from year to year (2005 2009 )eventhe value not more than 5% every year. Result of research indicate that hotel tax in Gunungkidul

    regency still far from the good quality. Both management system and some action as support the

    government for the hotel tax increase.

    Keywords : Hotel Tax, Potential Hotel Tax, Taxs Revenue of Hotel, Effectiveness HotelTax, Gunungkidul Regency.

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    2/27

    A.PENDAHULUAN

    Penerimaan pemerintah daerah yang digunakan untuk membiayai pembangunan berasal

    dari beberapa sumber, salah satu sumber penerimaan tersebut adalah pajak. Untuk dapat

    membiayai dan memajukan daerah dapat ditempuh suatu kebijaksanaan dengan mengoptimalkan

    penerimaan pajak, dimana setiap orang wajib membayar pajak sesuai dengan kewajibannya.

    Salah satu pajak daerah yang potensinya semakin berkembang seiring dengan semakin

    diperhatikannya komponen sektor jasa dan pariwisata dalam kebijakan pembangunan sehingga

    dapat menunjang berkembangnya bisnis rekreasi (pariwisata) adalah pajak hotel. Semula

    menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 pajak atas hotel disamakan dengan pajak

    restoran dengan nama pajak hotel dan restoran. Namun, dengan adanya perubahan undang-

    undang tentang pajak daerah dan retribusi, dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun

    2000, pajak hotel dan pajak restoran dipisahkan menjadi jenis pajak yang berdiri sendiri. Ini

    mengindikasikan besarnya potensi akan keberadaan pajak hotel dalam pembangunan suatu

    daerah.

    Dalam usaha menopang eksistensi otonomi daerah yang maju, sejahtera, mandiri dan

    berkeadilan, suatu daerah dihadapkan pada suatu tantangan dalam mempersiapkan strategi dalam

    perencanaan pembangunan yang akan diambil. Adanya Undang-Undang Otonomi Daerah

    memberi peluang lebih banyak bagi daerah untuk menggali potensi sumber-sumber penerimaan

    daerah dibanding peraturan-peraturan sebelumnya yang lebih banyak memberi keleluasaan padapemerintah di atasnya. Meskipun harus diakui bahwa kedua undang-undang itu dapat

    merangsang daerah untuk melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber

    penerimaannya. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan yang tepat dengan memperhatikan

    potensi yang dimiliki terutama dalam mengidentifikasi keterkaitan antara sektor perdagangan,

    hotel dan restoran dengan sektor yang lainnya.

    Kabupaten Gunungkidul, salah satu kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,

    memiliki potensi wisata berupa pantai, gua, pegunungan kars dan hutan wisata yang cukup

    potensial untuk dikembangkan sehingga di sini sektor pariwisata dan beberapa sektor terkait,

    misal sektor perdagangan dan penyediaan jasa, merupakan salah satu sumber pendapatan daerah

    yang bisa digali dan terus dikembangkan. Adanya potensi wisata alam dan budaya yang

    merupakan salah satu andalan Kabupaten Gunungkidul ini sudah selayaknya memberikan

    kontribusi terhadap beberapa penerimaan pajak yang ada. Kontribusi penerimaan daerah tersebut

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    3/27

    dapat berasal dari pajak maupun retribusi yang dipungut atas dasar pemberian jasa dan pelayanan

    oleh tempat wisata di Kabupaten Gunungkidul. Akan tetapi kenyataan yang terjadi justru

    penerimaan pajak daerah dari sisi pajak hotel dan pajak restoran hanya memiliki nilai kontribusi

    yang kecil bahkan penerimaan pajak hotel yang ada memiliki angka pertumbuhan negatif.

    Tabel 1.1 menggambarkan berbagai jenis pajak yang ada di Kabupaten Gunungkidul.

    Terlihat bahwa dari sekian pajak yang ada, pajak hotel merupakan satu-satunya pajak yang

    memiliki angka pertumbuhan yang negatif dengan nilai yang cukup besar yaitu negatif 72,3%.

    Beberapa pajak yang lainnya selalu mengalami pertumbuhan yang cukup baik dari tahun ke

    tahun sehingga angka pertumbuhan yang dihasilkan cukup tinggi bahkan pertumbuhan pajak

    reklame mencapai 201,3% sepanjang tahun 2005-2009. Ini menjadi bukti bahwa pajak hotel

    masih cukup tertinggal dalam proses pemaksimalan pemungutannya dibandingkan dengan pajak-

    pajak daerah yang lain yang ada di Kabupaten Gunungkidul.

    TABEL 1.1

    Penerimaan Pajak Daerah

    Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009

    Jenis Pajak

    Tahun Anggaran (Rp)

    2005 2006 2007 2008 2009

    Sumber : Pemda Kabupaten Gunungkidul, 2011

    Berikut adalah gambaran pertumbuhan penerimaan pajak hotel dan kontribusinya terhadap

    Pendapatan Asli Daerah (PAD).

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    4/27

    TABEL 1.2

    Kontribusi Terhadap PAD dan Pertumbuhan Penerimaan Pajak Hotel

    Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009

    Tahun

    Anggaran

    RealisasiPajak

    Hotel

    (Rp)

    PertumbuhanPajak Hotel

    (%)

    PendapatanAsli Daerah

    (PAD)

    (Rp)

    KontribusiPajak Hotel

    Terhadap PAD

    (%)

    Sumber : data sekunder diolah, 2011

    Pada tabel 1.3 dapat dilihat besarnya target yang diharapkan akan diterima oleh Pemerintah

    Daerah Kabupaten Gunungkidul dibandingkan dengan besarnya realisasi penerimaan pajak hotel

    yang terjadi serta proporsi target dari penerimaan Pajak Hotel terhadap realisasi penerimaan

    Pajak Hotel, dimana terdapat selisih yang sangat besar antara keduanya dan menimbulkan

    permasalahan dengan melihat pada persentase proporsi yang dihasilkan.

    TABEL 1.3

    Perkembangan Realisasi dan Target Penerimaan Pajak Hotel

    Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009

    Sumber : Pemda Kabupaten Gunungkidul, 2011

    Gambar 1.1 adalah kurva yang menggambarkan perkembangan realisasi penerimaan pajak

    hotel dibandingkan dengan target penerimaan pajak hotel yang ditetapkan oleh Pemerintah

    Daerah Kabupaten Gunungkidul sepanjang tahun 2005 hingga tahun 2009 :

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    5/27

    GAMBAR 1.1

    Perkembangan Realisasi Pajak Hotel dan Target Pajak Hotel

    Kabupaten Gunungkidul Tahun 2005-2009

    Sumber : data sekunder diolah, 2011

    Sektor Perdagangan dan Hotel merupakan sektor potensial di Kabupaten Gunungkidul,

    sehingga dengan adanya potensi sumber daya yang tersedia diharapkan kontribusi yang

    diberikan oleh sektor Perdagangan dan Hotel, khususnya hotel dapat memacu pembangunan

    ekonomi di Kabupaten Gunungkidul dan pada akhirnya nanti dapat meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat Kabupaten Gunungkidul. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi mengenai variabel-

    variabel yang terkait dengan usaha peningkatan penerimaan pajak hotel serta tindakan/usaha-

    usaha yang kiranya perlu dilakukan dalam rangka memanfaatkan potensi pajak hotel yang belum

    optimal. Lebih lanjut dijelaskan dalam Modul APBD (Yuniyarti, 2006), kebijakan dan strategi

    yang dapat dilakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan penerimaan daerah salah satunya

    yaitu menghitung potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD).

    Rumusan Masalah

    Dengan dimulainya era otonomi daerah yang ditandai dengan dikeluarkannya Undang-

    Undang Nomor 22 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 yang diperbaharui dengan

    Undang-Undang Nomor 32 dan Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

    Daerah maka masing-masing daerah berlomba-lomba menggali potensi penerimaan daerah yang

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    6/27

    dimilikinya untuk meningkatkan sumber pembiayaan pembangunan daerah. Potensi penerimaan

    daerah ini dapat bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, penerimaan dari dinas, laba bersih

    dari perusahaan daerah (BUMD) dan penerimaan lainnya.

    Berdasarkan tabel 1.2 dan tabel 1.3 dijelaskan bahwa kontribusi pajak hotel terhadap

    Pendapatan Asli Daerah (PAD) relatif mengalami penurunan. Bahkan pertumbuhan yang terjadi

    juga relatif mengalami penurunan dengan nilai pertumbuhan yang negatif. Selain itu nilai

    realisasi yang relatif selalu lebih besar daripada target menyebabkan timbulnya selisih yang

    sangat besarantara realisasi penerimaan pajak hotel dengan penerimaan yang di targetkan oleh

    Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul. Ini mengindikasikan kemungkinan bahwa potensi

    pajak hotel belum tergali secara optimal berdasarkan potensi nyata yang dimiliki Kabupaten

    Gunungkidul.

    Dengan permasalahan di atas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai

    berikut:

    a.

    Seberapa besar potensi pajak hotel yang dimiliki oleh Kabupaten Gunungkidul ?

    b.

    Sejauh mana efektifitas pajak hotel yang ada di Kabupaten Gunungkidul ?

    c.

    Bagaimana pengelolaan hotel-hotel yang ada di Kabupaten Gunungkidul guna meningkatkan

    penerimaan pajak hotel?

    B. TINJAUAN PUSTAKA

    Dalam suatu negara pastilah terdapat pemerintahan yang berperan mengatur seluruh

    kepentingan masyarakat dan dalam menjalankan roda pemerintahan diperlukan biaya yang

    jumlahnya sangat besar untuk memperlancar jalannya pemerintahan tersebut. Biaya itu berasal

    dari pendapatan-pendapatan pemerintah, yang salah satunya bersumber dari pajak.

    Pajak adalah suatu cara Negara untuk membiayai pengeluaran secara umum disamping

    kewajiban suatu warga Negara. Secara politik pajak merupakan partisipasi masyarakat dalam

    proses pembangunan dan pertahanan menuju masyarakat yang berkeadilan. Oleh karena itu pajak

    merupakan alat yang paling efektif dari kebijakan fiskal untuk menggerakkan partisipasi rakyat

    kepada Negara.

    Pajak juga dapat dipandang dari berbagai aspek, dari sudut pandang ekonomi pajak

    merupakan alat untuk menggerakkan ekonomi yang digunakan untuk meningkatkan

    kesejahteraan masyarakat. Pajak juga digunakan sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    7/27

    rakyat. Dari sudut pandang hukum pajak adalah masalah keuangan Negara, sehingga diperlukan

    peraturan-peraturan pemerintah untuk mengatur permasalahan keuangan Negara. Dari sudut

    pandang keuangan pajak dipandang sebagai bagian yang sangat penting.

    Dari pengertian-pengertian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur

    pajak adalah :

    1. Iuran masyarakat kepada negara, dimana swasta atau pihak lain tidak boleh memungut.

    2. Berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dimana mempunyai kekuatan hukum.

    3.

    Tanpa balas jasa (prestasi) dari negara yang dapat langsung ditunjuk.

    4.

    Untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

    5.

    Apabila terdapat surplus dipakai untuk membiayaipublic investment.

    Secara umum tujuan diberlakukannya pajak adalah untuk mencapai kondisi

    meningkatnya ekonomi suatu Negara (1) untuk membatasi konsumsi dan dengan demikian

    mentransfer sumber dari konsumsi (2) untuk mendorong tabungan dan menanam modal (3)

    untuk mentransfer sumber dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah sehingga

    memungkinkan adanya investasi pemerintah (4) untuk memodifikasi pola investasi (5) untuk

    mengurangi ketimpangan ekonomi (6) untuk memobilisasi surplus ekonomi (Nurksel, 1971

    dalam Muklis, 2002).

    Terdapat 2 (dua) fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan negara) dan

    fungsi regulerrend (mengatur), (Resmi,2004,h.2).a. FungsiBudgetary ( sumber keuangan negara )

    Pajak mempunyai fungsi budgetary artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan

    pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber

    keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas

    negara. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan

    pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak.

    b. FungsiRegulatory ( mengatur )

    Pajak mempunyai fungsi mengatur artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau

    melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, dan mencapai tujuan-

    tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Sebagai fungsi regulatory, yaitu megatur perekonomian

    guna menuju pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, mengadakan distribusi pendapatan serta

    stabilitas ekonomi.

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    8/27

    Dalam pembayaran pajak agar tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan maka harus

    memenuhi beberapa syarat (Tjahjono dan Husein, 2005, h.17), yaitu :

    1. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan).

    2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang- undang (syarat yuridis).

    3. Tidak menganggu perekonomian (syarat ekonomis).

    4. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial).

    5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.

    Menurut Davey (1988), terdapat empat kriteria untuk menilai potensi pajak daerah yaitu :

    1.

    Kecukupan dan elastisitas

    Adalah kemampuan untuk menghasilkan tambahan pendapatan agar dapat menutup tuntutan

    yang sama atas kenaikan pengeluaran pemerintah dan dasar pengenaan pajaknya berkembang

    secara otomatis. Contoh : karena terjadi inflasi maka akan terjadi kenaikan harga-harga juga ada

    peningkatan jumlah penduduk dan bertambahnya pendapatan suatu daerah.

    Dalam hal ini elastisitas mempunyai dua dimensi yaitu :

    a.

    Pertumbuhan potensi dari dasar pengenaan pajak itu sendiri

    b.Sebagai kemudahan untuk memungut pertumbuhan pajak tersebut

    Elastisitas dapat diukur dengan membandingkan hasil penerimaan selama beberapa tahun dengan

    perubahan-perubahan dalam indeks harga, penduduk maupun pendapatan nasional per kapita

    (GNP).2. Keadilan

    Prinsip keadilan yang dimaksud disini adalah bahwa pengeluaran pemerintah haruslah

    dipikul oleh semua golongan masyarakat sesuai dengan kekayaan dan kesanggupan masing-

    masing golongan.

    3. Kemampuan administrasi

    Kemampuan administrasi yang dimaksud disini mengandung pengertian bahwa waktu yang

    diberikan dan biaya yang dikeluarkan dalam menetapkan dan memungut pajak sebanding dengan

    hasil yang mampu dicapai.

    4. Kesepakatan politis

    Kesepakatan politis diperlukan dalam pengenaan pajak, penetapan struktur tarif,

    memutuskan siapa yang harus membayar dan bagaimana pajak tersebut ditetapkan dan

    memberikan sanksi bagi yang melanggarnya

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    9/27

    Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Pengertian hotel di sini termasuk juga

    rumah penginapan yang memungut pembayaran. Pengenaan pajak hotel tidak mutlak ada pada

    seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan

    yang diberikan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan

    suatu jenis pajak kabupaten/kota. Oleh karena itu, untuk dapat dipungut pada suatu daerah

    kabupaten/kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah tentang

    pajak hotel. Peraturan itu akan menjadi landasan hukum operasional dalam teknis pelaksanaan

    pengenaan dan pemungutan Pajak Hotel di daerah kabupaten atau kota yang bersangkutan

    (Siahaan, 2005,h. 245).

    Berdasarkan Perda No.3 tahun 2003 tentang pajak hotel dan Perda No. 4 tahun 2003

    tentang restoran dijelaskan mengenai nama, objek, dan subjek pajak hotel dan restoran.

    1. Dengan nama pajak hotel, restoran dan usaha sejenis dipungut atas pelayanan yang disediakan

    dengan pembayaran di hotel, restoran dan usaha sejenis.

    2. Subjek pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di hotel, restoran

    dan usaha sejenis.

    3. subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan

    hotel, restoran dan usaha sejenis.

    Pemungutan pajak hotel di Indonesia saat ini didasarkan pada dasar hukum yang jelas

    dan kuat sehingga harus dipatuhi oleh masyarakat dan pihak terkait. Adapun dasar hukumtentang pajak hotel antara lain :

    1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-

    Undang Noomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan teribusi daerah.

    2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang pajak daerah.

    3. Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang pajak hotel.

    4. Keputusan bupati/walikota yang mengatur tentang pajak hotel sebagai aturan pelaksanaan

    peraturan daerah tentang pajak hotel pada kabupaten/kota dimaksud.

    Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotel. Jika

    pembayaran dipengaruhi oleh hubungan istimewa, harga jual atau penggantian dihitung atas

    dasar harga pasar yang wajar pada saat pemakaian jasa hotel. Contoh hubungan istimewa adalah

    orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa hotel dengan pengusaha hotel, baik langsung

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    10/27

    atau tidak langsung, berada di bawah pemilikan atau penguasaan orang pribadi atau badan yang

    sama.

    1. Pembayaran adalah jumlah uang yang harus dibayar oleh subjek pajak kepada wajib

    pajak untuk harga jual jumlah uang yang dibayarkan maupun penggantian yang

    seharusnya diminta wajib pajak sebagai penukaran atas pemakaian jasa tempat

    penginapan dan fasilitas penunjang termasuk pula semua tambahan dengan nama apapun

    juga dilakukan berkaitan dengan usaha hotel.

    2.

    Tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar sepuluh persen dan ditetapkan dengan

    peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan untuk

    memberikan keleluasaan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk menetapkan tarif

    pajak yang dipandang sesuai dengan kondisi masing-masing daerah kabupaten/kota.

    Dengan demikian, setiap daerah kabupaten/kota diberi kewenangan untuk menetapkan

    besarnya tarif pajak yang mungkin berbeda dengan kabupaten/kota lainnya, asalkan tidak

    lebih dari sepuluh persen.

    3.

    Besarnya pokok pajak hotel yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak

    dengan dasar pengenaan pajak. Secara umum perhitungan pajak hotel adalah dengan

    rumus sebagai berikut :

    Pajak terutang = Tarif pajak X Dasar pengenaan pajak

    = Tarif pajak X Jumlah pembayaran yang dilakukan kepada hotelC. METODE PENELITIAN

    Definisi operasional variabel :

    1.Hotel adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan

    yang disediakan secara khusus, untuk setiap orang dapat menginap, makan,

    memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran.

    2. Hotel Bintang adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian

    bangunan yang disediakan secara khusus, dimana setiap orang dapat menginap,

    makan, memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas lainnya dengan

    pembayaran, dan telah memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang seperti yang

    ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata.

    Persyaratan tersebut antara lain mencakup :

    a.

    Persyaratan fisik, seperti lokasi hotel, kondisi bangunan.

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    11/27

    b. Bentuk pelayanan yang diberikan.

    c. Kualifikasi tenaga kerja, seperti pendidikan dan kesejahteraan karyawan.

    d. Fasilitas olahraga dan rekreasi lainnya yang tersedia.

    e. Jumlah kamar yang tersedia.

    3. Akomodasi lainnya adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau

    sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, dimana setiap orang dapat

    menginap dengan atau tanpa makan dan memperoleh pelayanan serta menggunakan

    fasilitas lainnya dengan pembayaran. Akomodasi lainnya meliputi : hotel melati yaitu

    hotel yang belum memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang seperti yang

    ditentukan Direktorat Jenderal Pariwisata, penginapan remaja, pondok wisata dan jasa

    akomodasi lainnya.

    a.

    Hotel Melati/Losmen/Penginapan adalah usaha pelayanan penginapan bagi

    umum yang dikelola secara komersial dengan menggunakan sebagian atau

    seluruh bagian bangunan.

    b.

    Penginapan Remaja/Youth Hostel adalah usaha penyediaan jasa akomodasi

    dalam rangka kegiatan pariwisata dengan tujuan untuk rekreasi, memperluas

    pengetahuan / pengalaman dan perjalanan.

    c. Pondok Wisata/Home Stay adalah usaha penyediaan jasa pelayanan

    penginapan bagi umum dengan pembayaran harian, yang dilakukanperseorangan dengan menggunakan sebagian dari tempat tinggalnya.

    d. Jasa Akomodasi lainnya adalah usaha penyediaan jasa pelayanan penginapan

    yang tidak termasuk pada Hotel Melati, Penginapan Remaja dan Pondok

    Wisata misalnya Wisma, Gubuk Istirahat.

    4.Potensi pajak hotel adalah hasil temuan pendataan di lapangan yang berkaitan dengan

    jumlah serta frekuensi objek pajak yang kemudian dikalikan dengan tarif dasar pajak.

    5.Penerimaan pajak hotel adalah penerimaan yang diterima oleh Pemerintah Daerah atas

    pelayanan operasional yang dilakukan oleh hotel.

    6.Tarif Kamar Rata-Rata adalah yang diterima hotel sebagai pendapatan, dihitung dengan

    cara membagi pendapatan dari kamar dengan jumlah kamar yang ada.

    7.

    Jumlah Kamar adalah banyaknya kamar yang ada dan tersedia untuk dihuni.

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    12/27

    8.Tarif Pajak adalah besarnya tarif hotel yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan

    besarnya sesuai dengan keputusan Pemerintah masing-masing daerah. Dalam

    penelitian ini besarnya Tarif Pajak Hotel yang ditetapkan adalah sebesar 10%.

    Populasi penelitian

    Populasi adalah sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat-syarat tertentu yang

    berkaitan dengan masalah penelitian. Kasus-kasus tersebut dapat berupa orang, barang, binatang,

    hal atau peristiwa ( Rahmanto, 2007, Mardalis, 2003:53). Populasi dalam penelitian ini adalah

    semua hotel di Kabupaten Gunungkidul termasuk hotel pondok wisata, penginapan remaja

    (youth hostel), melati, bintang 3 dan jasa akomodasi lainnya (yang tidak termasuuk pada hotel

    melati, penginapan remaja, pondok wisata dan hotel bintang 3), yang berjumlah 44 unit di tahun

    2005, 48 unit di tahun 2006 dan 2007, 54 unit di tahun 2008 dan 45 unit di tahun 2009. Dimana

    mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

    1. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek.

    2. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal

    jangka pendek yang sifatnya memberi kemudahan dan kenyamanan.

    3. Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel dan bukan

    untuk umum.

    4. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.

    5. Penjualan makanan dan minuman ditempat disertai dengan fasilitas penyantapan.Dalam penelitian ini diambil responden dari seluruh populasi yang ada yaitu hotel

    sebagai objek penelitian dan para pemilik ataupun para pengelola hotel sebagai sumber data

    (responden) penelitian, selama tahun 2005 hingga tahun 2009.

    Jenis dan Sumber Data

    Dalam penelitian ini terdapat dua jenis data yang dikumpulkan yaitu data primer dan data

    sekunder.

    1. Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama, baik dari individu atau

    perorangan seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan

    peneliti. Dalam penelitian ini data primer yang dikumpulkan adalah data harga sewa

    kamar per malam, tingkat pemakaian kamar pada kondisi-kondisi tertentu, klasifikasi

    hotel yang ada di Kabupaten Gunungkidul, lama menginap tamu hotel, sistem

    pengelolaan hotel dan jumlah kamar yang ada.

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    13/27

    2. Data sekunder adalah data yang diambil dari catatan atau sumber lain yang telah ada yang

    sudah diolah oleh pihak ketiga, secara berkala (time series) untuk melihat perkembangan

    objek penelitian selama periode tertentu. Dalam penelitian ini data sekunder yang

    dikumpulkan adalah data realisasi dan target penerimaan pajak hotel, data pajak daerah,

    data Pendapatan Asli Daerah (PAD), jumlah hotel dan jumlah kamar.

    Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari pihak pengelola

    hotel/penginapan di Kabupaten Gunungkidul, sedangkan sumber data-data sekunder diperoleh

    dari beberapa sumber, yaitu dari publikasi instansi-instansi pemerintah seperti :

    1.

    Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi DIY

    2.

    Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul Bidang Keuangan Anggaran Daerah

    3.

    Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul Bidang Pajak Daerah

    4.

    Badan Pariwisata Daerah Propinsi DIY

    Metode Analisis

    Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

    1.

    Perhitungan Potensi

    Analisis perhitungan potensi mutlak diperlukan dalam analisis menetapkan target

    rasional. Dengan potensi yang ada, setelah dibandingkan penerimaan untuk masa yang akan

    datang, maka akan didapatkan besarnya potensi yang terpendam, sehingga akan dapat

    diperkirakan rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk menggali potensi yang terpendamtersebut untuk menentukan berapa besarnya rencana penerimaan yang akan datang.

    Untuk menghitung potensi pajak hotel digunakan rumus yang disampaikan oleh Harun

    (2001) sebagai berikut :

    PPH = A X B X C x D

    Dimana :

    A : Jumlah Kamar

    B : Tarif kamar rata-rata

    C : Jumlah hari

    D : Tarif pajak hotel

    Dalam perhitungan potensi Pajak Hotel digunakan beberapa asumsi untuk memberi

    batasan dan definisi terkait variabel-variabel yang digunakan, antara lain :

    a.

    Jumlah hari dalam 1 tahun : 360 hari (tahun takwim 360 hari)

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    14/27

    b. Tarif Pajak Hotel : 10%

    c.Tarif Harian Rata-Rata Kamar (Averrage Daily Rate) yang dipakai

    2. Analisis Efektifitas

    Menurut Devas (1989), efektifitas yaitu hubungan antara output dan tujuan atau dapat

    juga dikatakan merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output tertentu, kebijakan dan prosedur

    dari organisasi. Efektifitas juga berhubungan dengan derajat keberhasilan suatu operasi pada

    sektor publik sehingga suatu kegiatan dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai

    pengaruh besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan

    sasaran yang telah ditentukan (Simanjuntak, 2001). Efektifitas digunakan untuk mengukur

    hubungan antara hasil pungutan suatu pajak dengan tujuan atau potensi riil yang telah dimiliki

    suatu daerah (Mardiasmo dalam Hapsari, 2011, hal 65).

    Untuk menghitung efektifitas pengelolaan pajak hotel digunakan rumus sebagai berikut :

    (

    Dari pengertian efektifitas tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas bertujuan untuk

    mengukur rasio keberhasilan, semakin basar rasio maka semakin efektif, standar minimal rasio

    keberhasilan adalah 100% atau 1 (satu) dimana realisasi sama dengan target yang telah

    ditentukan. Rasio dibawah standar minimal keberhasilan dapat dikatakan tidak efektif. Selama

    ini belum ada ukuran baku mengenai kategori efektifitas, ukuran efektifitas biasanya dinyatakan

    secara kualitatif dalam bentuk pernyataan saja. Tingkat efektifitas dapat digolongkan ke dalam

    beberapa kategori yaitu :

    1.Hasil perbandingan tingkat pencapaian diatas 100% berarti sangat efektif.

    2.Hasil perbandingan tingkat pencapaian 100% berarti efektif.

    3.Hasil perbandingan tingkat pencapaian dibawah 100% berarti tidak efektif.

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    15/27

    D. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Identitas Responden

    Sebelum mengadakan pembahasan dan pengujian, terlebih dahulu akan disajikan gambaran

    mengenai diri responden dari hasil penelitian yang dapat dilihat sebagai berikut :

    a.

    Pengelola Hotel

    Dalam penelitian ini Pengelola Hotel merupakan unit analisis dimana subjek penelitian

    adalah para pemilik atau pengelola hotel dan objek penelitian adalah beberapa variabel terkait

    penelitian yaitu tarif kamar, jumlah kamar, besarnya tingkat hunian kamar dan sistem

    pembayaran pajak hotel. Sedangkan sumber data adalah para pemilik ataupun para pengelola

    hotel, yang kemudian disebut sebagai responden.

    b. Klasifikasi Hotel

    Hotel/penginapan di Kabupaten Gunungkidul letaknya sebagian besar terpusat di pusat kota

    maupun di pusat wisata-wisata seperti pantai dengan jarak 25km dari pusat kota dan pusat

    pemerintahan. Sebagian besar hotel/penginapan tersebut telah beroperasi selama 5-15 tahun.

    Berikut ini dipaparkan mengenai jenis dan jumlah hotel yang ada di Kabupaten Gunungkidul

    selama tahun 2005 2009.

    Tabel 1.4

    Klasifikasi dan Jumlah Hotel

    Kabupaten Gunungkidul tahun 2005 2009

    No Klasifikasi HotelJumlah

    2005 % 2006 % 2007 % 2008 % 2009 %

    1 Penginapan 2 5 1 2 1 2 1 2 18 40

    2 Penginapan Remaja 16 36 20 42 20 42 19 35 6 13

    3 Gubuk Istirahat 7 16 5 10 5 10 4 7 0 0

    4 Pondok Wisata 10 23 11 23 11 23 5 9 3 7

    5 Hotel Melati 8 18 10 21 10 21 16 30 17 38

    6 Hotel Bintang 3 1 2 1 2 1 2 0 0 0 0

    7 Lainnya 0 0 0 0 0 0 9 17 1 2

    Total 44 100 48 100 48 100 54 100 45 100

    Sumber : Data sekunder diolah, 2011

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    16/27

    Dari tabel 4.3 dapat diketahui klasifikasi dan jumlah hotel dalam penelitian ini sebagian

    besar adalah Hotel Melati dan Penginapan Remaja, sedangkan jumlah yang paling sedikit adalah

    Hotel Bintang 3 yang hanya ada satu. Di tahun 2009 jumlah hotel yang terbanyak adalah jenis

    Penginapan dan hotel Melati dengan proporsi masing-masing sebesar 40% untuk jenis

    Penginapan dan 38% untuk jenis hotel Melati. Dalam tahun-tahun terakhir ternyata ada beberapa

    jenis hotel yang sudah non aktif, baik non aktif sementara maupun non aktif selamanya. Di tahun

    2009 jenis Gubuk Istirahat dan Hotel Bintang 3 sudah tidak beroperasi lagi. Tidak beroperasinya

    lagi kedua jenis hotel tersebut karena ada beberapa faktor antara lain bencana gempa bumi

    membuat satu-satunya Hotel Bintang 3 di Kabupaten Gunungkidul tersebut mengalami

    kerusakan yang sangat parah karena hotel tersebut terletak hampir berdekatan dengan pusat

    gempa yaitu di perbatasan antara Kabupaten Gunungkidul dengan Kabupaten Bantul. Kerusakan

    serta letaknya yang demikian membuat tingkat hunian hotel Bintang 3 ini turun drastis dan

    perolehan penerimaannya tidak menutup biaya operasional perbaikan sehingga menyatakan non

    aktif sementara.

    Sedangkan untuk gubuk istirahat, menurut sumber di lapangan keberadaannya mulai

    terpinggirkan bahkan menurut pengelola operasionalnya tidak memberikan keuntungan dan para

    pengunjung lebih cenderung menggunakan jenis hotel Penginapan yang memiliki fasilitas lebih

    baik namun dengan harga yang relatif hampir sama sehingga di tahun 2009 sudah tidak ada lagi

    keberadaan Gubuk Istirahat.Banyak terjadi perubahan jenis-jenis hotel atau peralihan kelas hotel, misalnya dari yang

    tahun-tahun sebelumnya jenis wisma atau pondok wisata beralih menjadi jenis penginapan atau

    hotel melati. Prospek jenis penginapan dan hotel melati di anggap lebih menjanjikan atau masih

    tinggi minat tingkat huninya sehingga banyak para pengelola perhotelan yang mengubah jenis

    ataupun kelas kamar hotelnya sehingga di tahun 2009 jenis hotel/penginapan terbanyak adalah

    jenis Penginapan dan Hotel Melati sedangkan jenis Penginapan Remaja dan jenis Akomodasi

    lainnya jumlahnya berkurang sangat signifikan.

    Besarnya potensi Pajak Hotel di Kabupaten Gunungkidul dapat dihitung dari tahun ke

    tahun dengan berdasar pada data-data yang ada terkait analisis serta beberapa asumsi yang

    digunakan terkait perhotelan. Dalam perhitungan potensi Pajak Hotel diperlukan data-data

    mengenai tarif rata-rata dari tiap kamar dan tiap jenis hotel serta jumlah kamar yang dihuni.

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    17/27

    Perhitungan tarif rata-rata dari tiap kamar dan tiap jenis hotel serta banyaknya jumlah kamar

    yang dihuni dapat dilihat pada Lampiran A.

    Berdasarkan rumus perhitungan potensi Pajak Hotel yang telah disajikan di Bab III dan

    tarif rata-rata yang ada serta berdasarkan beberapa asumsi yang digunakan maka dapat dihitung

    besarnya potensi Pajak Hotel Kabupaten Gunungkidul setiap tahun selama tahun 20052009 dan

    untuk perhitungan potensi Pajak Hotel tahun 2005 yaitu sebagai berikut :

    Tabel 1.5

    Perhitungan Potensi Pajak Hotel

    Kabupaten Gunungkidul tahun 2005

    Klasifikasi HotelJumlah

    Kamar (unit)

    Tarif Rata-Rata

    (Rp)

    Potensi Pajak

    (Rp)

    Proporsi

    (%)

    Penginapan 11 29.833 11.813.868 0,94

    Penginapan Remaja 121 51.519 224.416.764 17,94

    Gubuk Istirahat 18 19.643 12.728.664 1,02

    Pondok Wisata 101 37.779 137.364.444 10,98

    Melati 91 35.426 116.055.576 9,28

    Bintang 3 38 547.026 748.331.568 59,83

    Total 380 1.250.710.884 100

    Sumber : data primer dan sekunder diolah, 2011Asumsi : jumlah hari (360 hari) dan tarif pajak 10%

    Untuk perhitungan potensi Pajak Hotel Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2006 adalahsebagai berikut :

    Tabel 1.6

    Perhitungan Potensi Pajak Hotel

    Kabupaten Gunungkidul tahun 2006

    Klasifikasi Hotel

    Jumlah

    Kamar

    (unit)

    Tarif Rata-Rata

    (Rp)

    Potensi Pajak

    (Rp)

    Proporsi

    (%)

    Penginapan 3 10.000 1.080.000 0,17

    Penginapan Remaja 144 22.679 117.567.936 18

    Gubuk Istirahat 14 14.000 7.056.000 1,08

    Pondok Wisata 105 21.274 80.415.720 12,31

    Melati 114 31.734 130.236.336 19,94

    Bintang 3 38 231.579 316.800.072 48,50

    Total 418 653.156.064 100

    Sumber : data primer dan sekunder diolah, 2011

    Asumsi : jumlah hari (360 hari) dan tarif pajak 10%

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    18/27

    Untuk perhitungan potensi Pajak Hotel Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2007 sebagai

    berikut :

    Tabel 1.7

    Perhitungan Potensi Pajak Hotel

    Kabupaten Gunungkidul tahun 2007

    Klasifikasi Hotel

    Jumlah

    Kamar

    (unit)

    Tarif Rata-Rata

    (Rp)

    Potensi

    Pajak (Rp)

    Proporsi

    (%)

    Penginapan 3 23.333 2.519.964 0,23

    Penginapan Remaja 144 42.655 221.123.520 20,33

    Gubuk Istirahat 14 23.750 11.970.000 1,10

    Pondok Wisata 105 36.540 138.121.200 12,70

    Melati 114 39.653 162.735.912 14,96

    Bintang 3 38 402.947 551.231.496 50,68

    Total 418 1.087.702.092 100

    Sumber : data primer dan sekunder diolah, 2011

    Asumsi : jumlah hari (360 hari) dan tarif pajak 10%

    Untuk perhitungan potensi Pajak Hotel Kabupaten Gunungkidul di tahun 2008 adalah

    sebagai berikut :

    Tabel 1.8

    Perhitungan Potensi Pajak Hotel

    Kabupaten Gunungkidul tahun 2008

    Klasifikasi Hotel

    Jumlah

    Kamar

    (unit)

    Tarif Rata-Rata

    (Rp)

    Potensi Pajak

    (Rp)

    Proporsi

    (%)

    Penginapan 3 50.000 5.400.000 0,73

    Penginapan Remaja 138 59.197 294.090.696 39,57

    Gubuk Istirahat 12 23.438 10.125.216 1,36

    Pondok Wisata 61 42.684 93.734.064 12,61

    Melati 158 48.541 276.101.208 37,15

    Lainnya 48 36.852 63.680.256 8,57

    Total 420 743.131.440 100

    Sumber : data primer dan data sekunder diolah, 2011

    Asumsi : jumlah hari (360) dan tarif pajak 10%

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    19/27

    Untuk perhitungan potensi Pajak Hotel Kabupaten Gunungkidul di tahun 2009 adalah sebagai

    berikut :

    Tabel 1.9

    Perhitungan Potensi Pajak Hotel

    Kabupaten Gunungkidul tahun 2009

    Sumber : data primer dan sekunder diolah, 2011

    Asumsi : jumlah hari (360 hari) dan tarif pajak 10%

    Berikut adalah hasil kesimpulan dari uraian perhitungan potensi Pajak Hotel di Kabupaten

    Gunungkidul selama tahun 2005 2009 :

    Tabel 1.10

    Potensi Pajak Hotel dan Pertumbuhan

    Kabupaten Gunungkidul tahun 2005 2009

    TahunPotensi Pajak

    (Rp)

    Pertumbuhan

    (%)

    2005 1.250.710.884 -

    2006 653.156.064 -47,78

    2007 1.087.702.092 66,53

    2008 743.131.440 -31,68

    2009 814.614.552 9,62

    Sumber : data primer diolah, 2011

    Dengan hasil perhitungan potensi Pajak Hotel yang diperoleh dan berdasarkan data-data

    mengenai Realisasi Penerimaan Pajak Hotel serta Target Pajak Hotel yang ditetapkan oleh

    Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul maka dapat dibuat suatu perbandingan antara

    potensi Pajak Hotel dan realisasi penerimaan Pajak Hotel yang terjadi terhadap target

    penerimaan Pajak Hotel yang ditetapkan.

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    20/27

    Tabel 1.11

    Perbandingan Potensi Pajak Hotel, Realisasi Penerimaan Pajak Hotel

    terhadap Target Penerimaan Pajak Hotel, Potensi terhadap Realisasi

    Kabupaten Gunungkidul tahun 2005 2009

    Sumber : data primer diolah, 2011

    Besarnya Efektifitas Pajak Hotel di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2005 2009

    adalah sebagai berikut

    Tabel 1.12

    Efektifitas Pajak Hotel

    Kabupaten Gunungkidul tahun 2005 2009

    Tahun

    Realisasi

    Penerimaan

    (Rp)

    Potensi Pajak

    (Rp)

    Efektifitas

    (%)Interpretasi

    2005 40.169.363 1.250.710.884 3,21 Tidak Efektif

    2006 9.645.000 653.156.064 1,48 Tidak Efektif

    2007 36.092.165 1.087.702.092 3,32 Tidak Efektif

    2008 11.190.000 743.131.440 1,51 Tidak Efektif

    2009 11.140.000 814.614.552 1,37 Tidak Efektif

    Sumber : data primer diolah, 2011

    Berdasarkan hasil analisis perhitungan potensi Pajak Hotel di Kabupaten Gunungkidul

    selama tahun 20052009 diketahui bahwa potensi Pajak Hotel yang ada sebenarnya sangat besar

    nilainya bila dibandingkan dengan realisasi penerimaan Pajak Hotel yang terjadi. Ini

    menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah masih belum optimal/maksimal dalam menggali potensi

    Pajak Hotel yang ada sehingga realitanya justru Pajak Hotel di Kabupaten Gunungkidul

    termasuk pajak yang memberikan kontribusi kecil terhadap penerimaan daerah padahal

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    21/27

    seharusnya mengingat Kabupaten Gunungkidul kaya akan potensi daerah dan menjadi Daerah

    Tujuan Wisata (DTW) maka Pajak Hotel tentunya memberikan kontribusi besar terhadap

    penerimaan daerah. Lebih mengkhawatirkan lagi ternyata nilai potensi Pajak Hotel di Kabupaten

    Gunungkidul juga relatif mengalami penurunan dari tahun 2005 sampai 2009. Di tahun 2006,

    baik nilai potensi maupun nilai realisasi penerimaan yang terjadi menurun cukup tajam. Hal ini

    dikarenakan di tahun 2006 ini terjadi bencana alam gempa bumi sebesar 6,7 SR di Propinsi

    Daerah Istimewa Yogyakarta dengan pusat gempa berada di perbatasan antara Kabupaten

    Gunungkidul dengan Kabupaten Bantul. Terjadinya gempa bumi yang dahsyat ini menimbulkan

    banyak kerugian baik kerugian materiil maupun non materiil. Banyaknya infrastruktur yang

    rusak dan menurunnya kunjungan wisatawan serta tingkat hunian hotel/penginapan secara

    langsung mempengaruhi usaha akomodasi yang ada di Kabupaten Gunungkidul sehingga nilai

    perolehan yang terjadi sangat kecil. Bahkan di tahun 2009 terdapat beberapa hotel/penginapan

    non aktif sehingga ini mengurangi potensi dan realisasi Pajak Hotel yang terjadi.

    Selisih yang cukup besar antara potensi Pajak Hotel yang ada dengan realisasi penerimaan

    Pajak Hotel yang terjadi sangat meprihatinkan dan menjadi permasalahan yang cukup konkrit

    sebenarnya bagi Kabupaten Gunungkidul karena penerimaan ini pada nantinya juga akan

    menyangkut pembiayaan yang dilakukan. Selain itu berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa

    proporsi potensi Pajak Hotel terhadap target Pajak Hotel yang ditetapkan oleh Pemerintah

    Daerah jauh lebih besar daripada proporsi realisasi penerimaan Pajak Hotel terhadap target yangditetapkan bahkan proporsi potensi terhadap target tersebut mencapai digit ribuan. Ini adalah

    suatu fakta bahwa terdapat potensi Pajak Hotel yang sangat besar sekali nilainya dan selama ini

    Pemerintah Daerah sepertinya kurang memahami adanya potensi ini. Terbukti berdasarkan tren

    yang digambarkan dalam gambar 1.1 terlihat bahwa sepertinya Pemerintah Daerah hanya

    mengikuti tren tahun-tahun sebelumnya dalam penetapan target Pajak Hotel tahun anggaran

    berikutnya sehingga pastilah realisasi penerimaan Pajak Hotel yang terjadi selalu mencapai

    target yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Ini menjadi keadaan yang sungguh sangat

    memprihatinkan sebenarnya bagi daerah tersebut karena Pemerintah Daerah hanya terpaku pada

    pencapaian hasil tanpa memperhatikan situasi dan kondisi yang terjadi sebenarnya dan ini juga

    menjadi suatu kerugian yang sangat besar bagi Kabupaten Gunungkidul karena penerimaan yang

    selayaknya bernilai besar dan dapat menjadi sumber pembiayaan pembangunan daerah nyatanya

    hanya terealisasi dengan nilai yang kecil sehingga proses pembangunan di Kabupaten

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    22/27

    Gunungkidul terlihat agak tertinggal bila dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lainnya di

    Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

    Efektifitas pajak hotel yang terjadi di Kabupaten Gunungkidul juga menunjukkan angka yang

    sangat meprihatinkan. Nilai efektifitas pajak hotel terus mengalami penurunan dari tahun ke

    tahun sepanjang tahun 2005-2009 bahkan angka efektifitas yang ada tidak lebih dari 5% setiap

    tahunnya. Ini menunjukkan bahwa aktivitas pemungutan pajak hotel di Kabupaten Gunungkidul

    masih jauh dari efektif. Jadi rasio antara realisasi penerimaan pajak hotel yang terjadi dengan

    potensi pajak hotel yang ada bisa dikatakan belum berhasil. Efektif atau tidaknya aktivitas

    pemungutan pajak hotel ini juga sangat bergantung kepada fiskus (pemungut pajak) serta peran

    Pemerintah Daerah terkait.

    Berbagai sumber permasalahan terjadinya selisih perolehan antara target,realisasi dan

    potensi yang ada juga dapat ditinjau dari aspek administratif maupun dari sisi kredibilitas kinerja

    aparatur Pemerintah Daerah bersangkutan. Berdasarkan hasil studi di lapangan diketahui bahwa

    memang terdapat selisih dalam hal penentuan pajak yang harus dibayarkan oleh para wajib pajak

    hotel. Data di lapangan menyebutkan bahwa para wajib pajak rata-rata hanya membayar Pajak

    Hotel sebesar Rp 200.000 Rp 300.000 per tahun anggaran kepada Kantor Pajak, sedangkan

    berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan berdasarkan data-data yang terdapat di lapangan

    menghasilkan nilai potensi Pajak Hotel yang ada sampai sebesar puluhan juta untuk tiap jenis

    hotel. Selain itu terdapat bentuk pembayaran yang harus dibayarkan para wajib pajak hotel selainpajak hotel yaitu pajak wisata dengan nominal sebesar Rp 100.000 Rp 200.000 tiap masa

    pajak. Bentuk pembayaran-pembayaran tersebut dibayarkan secara langsung kepada petugas

    pajak di Kantor Pajak setempat. Terdapat perbedaan dalam penentuan pajak terbayar ini

    mengindikasikan masih belum adanya akurasi dalam pelaksanaan pemungutan pajak daerah dan

    pengelolaan suatu anggaran. Tujuan utama penyelenggaraan suatu kebijakan anggaran saat ini

    hanya terpaku pada pencapaian target kerja saja sehingga adanya potensi-potensi dari pajak

    daerah belum dimaksimalkan penggaliannya. Selain itu, penentuan Pajak Hotel oleh para

    aparatur Pemerintah Daerah yang hanya berdasarkan pada tahun-tahun sebelumnya dalam

    menentukan target penerimaan Pajak Hotel ini menyebabkan pencapaian ini bukan menjadi

    ukuran efektifitas Pajak Hotel itu sendiri karena nilainya tidak mencerminkan keadaan yang

    sesungguhnya terjadi.

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    23/27

    Adanya aturan-aturan mengenai bagaimana perhitungan pajak hotel yang harus dibayarkan

    dan berbagai bentuk pelaksanaan pemungutan dan pembayaran pajak hotel yang ada ternyata

    tidak banyak diketahui oleh para pengelola hotel (wajib pajak). Para wajib pajak hanya

    mengetahui bahwa setiap masa pajak harus membayarkan pajak hotel sebesar Rp 200.000 Rp

    300.000 ke Kantor Pajak. Menurut beberapa sumber di lapangan menyebutkan bahwa

    Pemerintah Daerah tidak pernah melakukan sosialisasi secara rinci terkait pajak hotel baik itu

    perhitungan maupun pelaksanaan pemungutannya, bahkan aturan undang-undang terkait pajak

    daerah khususnya pajak hotel tidak pernah didapatkan oleh para wajib pajak hotel.

    Sejauh ini Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul telah melakukan berbagai tindakan

    dan program dalam rangka peningkatan penerimaan daerah melalui pemungutan pajak-pajak

    daerah yang ada. Sebagai bukti Kabupaten Gunungkidul telah dinobatkan sebagai Daerah Tujuan

    Wisata (DTW) di Propinsi DIY, merupakan bentuk usaha Pemerintah Daerah dalam

    mempromosikan dan mengembangkan daerahnya agar memberikan pemasukan berupa pajak-

    pajak terkait seperti misalnya pajak hotel. Selain itu, pasca terjadinya gempa bumi di Kabupaten

    Gunungkidul yang merusakkan hampir sebagian besar infrastruktur perhotelan yang ada,

    Pemerintah Daerah memberikan bantuan pembangunan infrastruktur dalam bentuk material

    maupun bantuan keuangan untuk proses rehabilitasi hotel/penginapan yang rusak.

    Dari para pengelola sendiri selalu melakukan penyesuaian keadaan-keadaan yang terjadi

    agar pendapatan hotelnya tetap stabil bahkan meningkat. Berbagai bentuk promosi dan hiburanditawarkan untuk selalu menarik para pengunjung hotel/penginapan. Ketika keadaan normal,

    sepi, para pengelola hotel memberlakukan tarif kamar standar, akan tetapi ketika masa-masa

    liburan atau hari-hari besar maka para pengelola hotel akan menaikkan tarif kamar mereka

    hingga dua kali lipat karena berapapun tarif yang mereka pasang, para pengunjung tetap akan

    memakai jasa hotel tersebut. Selain itu berbagai hiburan disajikan ketika masa-masa liburan

    untuk lebih banyak menarik para pengunjung seperti misal kesenian daerah setempat yang

    tentunya menarik bagi para pengunjung luar daerah. Fasilitas dan sarana kamar hotel yang

    disajikan juga sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang mereka peroleh. Ketika para

    pengelola hotel mampu mnyediakan fasilitas yang lebih baik maka akan ditetapkan pula tarif

    yang lebih tinggi. Para pengunjung tentunya juga akan lebih tertarik pada hotel/penginapan yang

    memiliki fasilitas yang lebih lengkap.

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    24/27

    E. KESIMPULAN DAN SARAN

    KESIMPULAN

    Berdasarkan uraian hasil analisis data dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka

    diperoleh kesimpulan penelitian sebagai berikut :

    1. Berdasarkan perhitungan diperoleh fakta bahwa terdapat selisih yang sangat besar antara

    potensi Pajak Hotel yang ada dengan realisasi penerimaan Pajak Hotel yang terjadi.

    2. Dengan melihat proporsi potensi Pajak Hotel dan realisasinya terhadap target Pajak Hotel

    yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah tidak

    memperhitungkan potensi yang ada dalam penetapan target Pajak Hotelnya serta belum

    optimalnya penggalian potensi pajak yang ada.

    3.

    Penetapan target penerimaan pajak hotel yang hanya didasarkan pada anggaran tahun-tahun

    sebelumnya serta penetapan standar perhitungan pajak hotel yang harus dibayar yang tidak

    jelas menyebabkan timbulnya ketidakakuratan dalam proses perhitungan pajak yang

    seharusnya dibayarkan wajib pajak dan yang diterima fiskus.

    4.

    Pelaksanaan pemungutan pajak hotel di Kabupaten Gunungkidul tergolong tidak efektif

    karena nilai efektifitas yang ada tidak lebih dari 5%, jauh dibawah kriteria efektif yaitu

    sebesar 100%.

    5.

    Proporsi potensi terhadap target dan proporsi potensi terhadap realisasi yang mencapai angkadigit ribuan menunjukkan bahwa nilai potensi pajak hotel yang ada sangat besar. Begitu pula

    proporsi realisasi terhadap target yang besar juga menunjukkan bahwa realisasi penerimaan

    pajak hotel yang terjadi jauh lebih besar daripada target yang ditetapkan Pemerintah Daerah.

    SARAN

    Dari berbagai kesimpulan yang telah dirangkumkan di atas, sebagai masukan bagi Pemerintah

    Daerah Kabupaten Gunungkidul dalam upaya peningkatan penerimaan Pajak Hotel, maka dapat

    disarankan sebagai berikut :1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi pajak hotel yang ada berpengaruh sangat kuat

    terhadap realisasi penerimaan pajak hotel yang terjadi sehingga akan lebih baik bila

    Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul dalam penetapan pajaknya memperhatikan

    aspek-aspek yang berpengaruh terhadap penerimaan pajak hotel, seperti besarnya tingkat

    hunian kamar hotel, tarif rata-rata hotel dan jumlah kamar yang dimiliki hotel.

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    25/27

    2. Dalam penentuan target penerimaan pajak hotel hendaknya tidak hanya berdasar pada

    anggaran tahun-tahun sebelumnya saja tetapi juga memperhatikan potensi pajak hotel yang

    ada serta keadaan yang terjadi di lapangan.

    3. Dengan potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu Daerah

    Tujuan Wisata (DTW) di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, diharapkan Pemerintah

    Daerah sigap dan tanggap dalam menyikapi keadaan yang ada agar menjadi peluang dalam

    meningkatkan penerimaan daerah khususnya dari aspek pajak hotel sehingga dapat

    meningkatkan pembangunan daerahnya.

    4.

    Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk memakai variabel tingkat hunian dalam

    perhitungan potensi agar memudahkan dalam perhitungan dan tidak menimbulkan

    kemungkinan bias perhitungan.

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    26/27

    DAFTAR PUSTAKA

    Acmad Tjahjono dan Muhammad Fachri Husein. 2005. Perpajakan. Jakarta : AkademiManajemen Perusahaan YKPN.

    Agus Rahmanto. 2007. Efektifitas Pajak Hotel dan Kontribusinya terhadap Pajak Daerah di

    Kabupaten Semarang tahun 2000-2004. Ekonomi : Universitas Negeri Semarang.

    Anto Dajan. 1986. Pengantar Metode Statistik. Jakarta : LP3ES.

    Armida Fentika. 2005. Intensifikasi Pajak Hotel Melalui Pengembangan Pariwisata di Kota

    Tanjungpinang. Tesis Tidak Dipublikasikan. Semarang : Universitas Diponegoro.

    Bambang Kesit Prakoso. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Yogyakarta :UII Press.

    Davey, Nick. 1989. Pembiayaan Pemerintah Daerah Terjemahan Amanulah. Jakarta : UI Press.

    Devas, K.J. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia.Jakarta. UI Press.

    Eno Suhendi. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Hotel dan

    Restoran di Kota Yogyakarta tahun 1991-2005. Ekonomi : Universitas Islam Indonesia.

    Haula Rosdiana dan Rasin Tarigan. 2005. Perpajakan : Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

    Indra Widhi Ardiyansyah. 2005. Analisis Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran terhadapPendapatan Asli Daerah Kabupaten Purworejo tahun 1989-2003. Ekonomi : UniversitasIslam Indonesia.

    Mardiasmo. 2000. Perpajakan. Yogyakarta : Andi.

    Marihot P. Siahaan. 2005. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta : PT Raja Grafindo

    Persada.

    Nur Aini Yuniyarti. 2006. Modul Pembelajaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

    Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

    Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul. 2006.Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2005. Gunungkidul.

    Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul. 2007.Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2006. Gunungkidul.

  • 5/20/2018 ANALISIS POTENSI PAJAK HOTEL TERHADAP REALISASI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BETT

    27/27

    Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul. 2008.Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2007. Gunungkidul.

    Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul. 2009.Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2008. Gunungkidul

    Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul. 2010.Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

    Kabupaten Gunungkidul Tahun Anggaran 2009. Gunungkidul.

    Purbayu Budi Santoso dan Retno Puji Rahayu. 2005. Analisis Pendapatan Asli Daerah dan

    Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di

    Kabupaten Kediri. Dinamika Pembangunan, Vol 2, No 1.

    Purbayu Budi Santoso dan Muliawan Hamdani. 2007. Statistika Deskriptif Dalam Bidang

    Ekonomi dan Niaga. Jakarta : Erlangga.

    Rachmat Soemitro. 1986.Azaz dan Dasar Perpajakan I. Bandung : PT. Rafika Adi Tama.

    Raharjo Nuryono. 2005. Potensi Pencapaian Pajak Restoran dan Pajak Hotel BerdasarkanPeraturan Daerah Kota Bengkulu Nomor 20 Tahun 2002 Tentang Pajak Restoran dan

    Nomor 21 Tahun 2002 Tentang Pajak Hotel. Majalah Keadilan, Vol 4, No 2.

    Singgih Santoso. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta : PT Elex Media

    Kompatindo.

    Siti Resmi. 2003. Perpajakan : Teori dan Kasus. Jakarta : Salemba Empat.

    Syahri Alhusin. 2003.Aplikasi Statistik dengan SPSS 10 for Windows. Yogyakarta : Graha Ilmu.

    Sudarsono. 1988.Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta : Universitas Terbuka.

    Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

    Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 34

    Tahun 2004 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

    Wahana Komputer. 2006. Pengolahan Data Statistik dengan SPSS 14. Jakarta : Salemba Infotek.

    Wirawan Ilyas dan Waluyo. 2003. Perpajakan Indonesia. Jakarta : Salemba Empat.

    Yusuf Wibisono. 2005.Metode Statistik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

    . Direktori Hotel dan Akomodasi Lainnya DIY berbagai edisi. Yogyakarta :

    Badan Pusat Statistik Propinsi DIY.