Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap...

83
Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap Tiongkok Pada Masa Pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte Tahun 2016 Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Fikri Mahir Lubis 1111113000044 PRORAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017

Transcript of Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap...

Page 1: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap

Tiongkok Pada Masa Pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte

Tahun 2016

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Fikri Mahir Lubis

1111113000044

PRORAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017

Page 2: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan
Page 3: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan
Page 4: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan
Page 5: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

iv

Abstrak

Skripsi ini menganalisa tentang perubahan kebijakan yang terjadi di Filipina pada masa

pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte periode tahun 2016. Tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisis perubahan kebijakan Filipina terhadap Tiongkok dan pengaruhnya terhadap

hubungan bilateral Filipina-Tiongkok, serta untuk menjelaskan alasan terjadinya perubahan

kebijakan tersebut. Penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka dengan data yang diperoleh

melalui data sekunder yaitu buku,jurnal, karya akademik dan literatur lainnya. Peneliti

menemukan bahwa ada perubahan kebijakan luar negeri Filipina terhadap Tiongkok yang terjadi

pada masa pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte dimana hubungan Filipina-Tiongkok yang

dulunya buruk di bawah pemerintahan Presiden Benigno Aquino kini menjadi semakin intens

pada masa Presiden Duterte. Tidak hanya sekedar menjalin kerjasama yang intens dengan

Tiongkok saja, Filipina yang dulunya adalah sekutu Amerika Serikat di ASEAN juga mulai

menjauh dari Amerika Serikat pada masa pemerintahan Preside Duterte ini. Hal ini kemudian

menjadi sebuah pertanyaan besar mengapa Filipina mengubah kebijakan luar negerinya terhadap

Tiongkok yang akan melalui tahapan analisa dari kebijakan luar negeri Filipina terhadap

Tiongkok pada masa Presiden Aquino sampai terjadi perubahan di masa Presiden Duterte dan

dijawab dengan menggunakan kerangka teoretis.

Kerangka teoretis yang digunakan dalam skripsi ini adalah kebijakan luar negeri

menurut Mohtar Mas’oed dan Rational Actor Model menurut Graham T. Alison. Dari hasil

analisa menggunakan dua teori di atas dapat disimpulkan bahwa Filipina sebagai aktor yang

rasional perlu mengambil kebijakan untuk mempertahankan keberlangsungan negaranya.

Sehingga keputusan untuk mengubah kebijakan luar negerinya terhadap Tiongkok merupakan

pilihan yang rasional karena adanya kekosongan kekuatan setelah memburuknya hubungan

Filipina dan Amerika Serikat yang merupakan sekutu terkuatnya. Kekosongan kekuatan ini

membuat Filipina berada dalam kondisi security dilemma dan kerjasama dengan Tiongkok

merupakan pilihan yang rasional dalam kondisi tersebut.

Kata Kunci: Hubungan Bilateral, Amerika Serikat, Tiongkok, Duterte, Aquino.

Page 6: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Perubahan

Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap Tiongkok pada masa pemerintahan Presiden Rodrigo

Duterte Tahun 2016” dengan baik.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi tugas akhir sebagai syarat

wajib kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial (S.Sos) di Program Studi Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dengan keterbatasan yang dimiliki penulis, penyusunan skripsi ini tidak akan mampu

diselesaikan tanpa bantuan dan bimbingan pihak lainnya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

izinkan penulis untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Allah SWT karena dengan segala rahmat, ridha dan kasih saying-Nya sehingga saya mampu

menyelesaikan pendidikan saya sampai selesai dan mendapat gelar sarjana.

2. Bapak Muhamad Adian Firnas dan Ibu Eva Mushofa selaku Kaprodi dan Sekprodi yang telah

membantu saya dalam segala proses administrasi perkuliahan hingga saya lulus. Terimakasih

telah menjadi pimpinan kampus yang perduli kepada mahasiswanya.

3. Bapak Ahmad Syaifuddin Zuhri selaku pembimbing skripsi saya yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing skripsi saya ini sehingga menjadi skripsi yang baik.

Terimakasih atas ilmunya, semoga bisa bermanfaat bagi saya dan orang lain nantinya dan

semoga bapak dan keluarga senantiasa diberikan kesehatan oleh Allah SWT.

4. Seluruh jajaran dosen FISIP UIN Jakarta yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu karena

telah mengajarkan saya banyak hal dari tahun 2011 sampai sekarang. Terimakasih atas ilmu

yang bapak/ibu berikan sehingga saya mampu mendapatkan gelar sarjana.

5. Kedua almarhum orang tua saya Prof. DR. Nur Ahmad Fadhil Lubis M.A. dan Mekar Sari

Dewi yang telah memberikan amanah kepada saya untuk kuliah dan selalu mendukung saya

apapun permasalahan dan kegagalan yang saya hadapi. Kepada ayah dan umi penulis

meminta maaf karena terlambat membuat kalian bangga mudah-mudahan ini bisa membayar

keterlambatan itu. Dan juga kepada Umi DR. Nurhayati M.Ag., terimakasih telah menjadi

pengganti sosok Ibu di hidup saya semoga semua yang Umi berikan dibalas lebih oleh Allah

SWT. Semoga Umi selalu diberikan kesehatan dan keberkahan oleh Allah SWT.

6. Kepada Saudara penulis yaitu Risyad Fakar Lubis dan Naufal Dzaki Lubis, yang sepeninggal

nya ayah selalu membantu dan mendukung penulis agar bisa terus kuliah dan menyelesaikan

studi. Terimakasih atas segala nasehat, bimbingan serta bantuannya sehingga penulis mampu

merah gelar sarjana. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan keberkahan

kepada abang dan keluarga.

Page 7: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

vi

7. Kepada istri tercinta Niyomi Devita yang selalu mendampingi dalam semua proses

penyelesaian skripsi ini. Terimakasih atas dukungan penuhnya semoga kamu juga akan diberi

kelancaran dalam segala urusan. Juga kepada kedua putri penulis Shakeela Zahran Fadhillah

Lubis dan Adreena Calluella Parveen Lubis yang senantiasa menjadi pelipur lara dan

suntikan semangat dikala penulis jenuh. Semoga kita sekeluarga senantiasa diberi kesehatan

dan keberkahan oleh Allah SWT.

8. Kepada sahabat penulis, Abe, Imam, Mora, Anggi, Uki, Edo, Ode, Fikri Mul, Ikhsan, Ahsan,

Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan dukungan dan menjadi sahabat selama

penulis kuliah di FISIP UIN Jakarta. Semoga kedepannya kita mendapatkan kesuksesan yang

selalu dimimpikan.

9. Kepada sahabat-sahabati HI PMII Komfisip, Gilang, Sarah, Tika, Melati, Alika, Karim,

Malik, Luthfan, Jaya, Arkan, Agoy, Muchsin, Rixza, Salsa, Gaby, Amanda dan masih

banyak lagi yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Terimakasih atas perjuangan

kalian semua, dan semoga perjuangan kalian kedepannya bisa tetap menghasilkan yang

terbaik untuk kalian serta dipermudah segala urusan perkuliahan agar bisa mendapatkan gelar

sarjana dengan baik.

10. Kepada segenap sahabat-sahabati PMII KOMFISIP baik yang masih kuliah ataupun para

alumni, penulis ucapkan terimakasih karena telah memberikan pengalaman yang luar biasa

dalam beorganisasi di kampus semoga hal ini bisa menjadi modal dalam memulai tahapan

hidup yang baru setelah lulus. Dan semoga kita semua senantiasa diberi kesehatan dan

keberkahan oleh Allah SWT untuk terus berjuang.

11. Anak-anak PONCER Agung, Hafizh, Yugo, Yanda, Reyhan, Ero, Farid, Ical, Ucok, Ujo dan

yang lain yang mungkin luput dari tulisan ini. Terimakasih sudah menjadi teman diskusi

yang baik dan teman nongkrong yang menarik. Sukses selalu untuk kita semua!

12. Kepada seluruh teman-teman serta orang-orang terdekat penulis yang tidak dapat disebutkan

satu persatu karena keterbatasan penulis. Terimakasih kepada semuanya yang telah

berkontribusi dalam hidup penulis sehingga mampu membuat penulis mendapatkan gelar

sarjana.

Mengingat seluruh keterbatasan, penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan. Meskipun demikian, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan

manfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkannya.

Page 8: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

vii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME…………………………………………..…......i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI………………………………………….……ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI……………………………………………..iii

ABSTRAKSI…………………………………………………………………….……….......iv

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...…………...v

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….………......vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................………..…vii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………..……1

I.A Pernyataan Masalah………………………………………………………………... 1

I.B Pertanyaan Penelitian……………………………………………………..………….5

I.C Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................…….....…..5

I.D Tinjauan Pustaka ......................................................................................…………..6

I.E Kerangka Pemikiran .................................................................................…………..11

I.F Metodologi Penelitian ..............................................................................………….13

I.G Sistematika Penulisan ..............................................................................………….14

BAB II HUBUNGAN FILIPINA TIONGKOK……………………………………….....17

II.A Saling Klaim Wilayah Laut Tiongkok Selatan.......................................…………..17

II.B Usaha Penyelesaian Konflik di Mahkamah Arbitrase Internasional ......……..……19

BAB III PERUBAHAN KEBIJAKAN FILIPINA DI MASA PRESIDEN BENIGNO

AQUINO DAN PRESIDEN RODRIGO DUTERTE…………………………..24

III.A Kebijakan Filipina terhadap Tiongkok pada masa Presiden Benigno Aquino…...24

III.B Kebijakan Filipina terhadap Tiongkok pada masa Presiden Rodrigo Duterte……27

Page 9: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

viii

BAB IV ANALISIS RATIONAL ACTOR MODEL TERHADAP PERUBAHAN

KEBIJAKAN LUAR NEGERI FILIPINA KEPADA TIONGKOK PADA MASA

PEMERINTAHAN PRESIDEN RODRIGO DUTERTE………………………39

IV.A Identifikasi Tujuan ................................................................................…………..42

IV.B Identifikasi Alternatif dan Konsekuensi ...............................................…………..47

IV.B.1 Melakukan Kerjasama dengan ASEAN ....................................…………..47

IV.B.2 Melakukan Kerjasama dengan Tiongkok ..................................…………..51

IV.C Melakukan Kerjasama dengan Tiongkok Merupakan Pilihan yang Rasional…….55

BAB V PENUTUP

V.A Kesimpulan ............................................................................................………..…58

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................…………...ix

Lampiran-lampiran………………………………………………………………………......

Page 10: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

ix

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Perhitungan Untung-Rugi Kerjasama dengan ASEAN..................2

Tabel IV.2 Perhitungan Untung-Rugi Kerjasama dengan Tiongkok................48

Tabel IV.3 Perhitungan Untung-Rugi Opsi-Opsi Alternatif.............................51

Page 11: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Skripsi ini menganalisis tentang perubahan kebijakan luar negeri Filipina terhadap

Tiongkok pada masa pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte, dimana pada masa Presiden

sebelumnya yaitu Presiden Benigno Aquino hubungan bilateral antara Filipina dengan

Tiongkok sangat buruk. Sedangkan pada masa pemerintahan Presiden Duterte, Filipina dan

Tiongkok melakukan pertemuan pada 20 Oktober 2016 dan menandatangani 13 perjanjian

kerjasama yang salah satunya meliputi bidang maritim, perdagangan dan investasi.1 Hal ini

tentu menjadi sebuah titik balik dari hubungan bilateral Filipina dan Tiongkok yang

belakangan sangat buruk karena kasus sengketa Laut Tiongkok Selatan.

Filipina pada masa pemerintahan Presiden Benigno Aquino mempunyai 3 (tiga) pilar

penting dalam pengambilan kebijakan luar negeri mereka. Pilar yang pertama adalah

pemantapan keamanan nasional, yang berfokus pada kondisi geopolitik global yang sudah

memasuki babak baru setelah berlalunya perang dingin.2 Lalu pilar yang kedua adalah

peningkatan diplomasi di bidang ekonomi dimana hal ini sangat diperlukan untuk membantu

peningkatan angka pertumbuhan ekonomi di Filipina. Yang terakhir adalah tentang

perlindungan hak-hak dan kesejahteraan warga negara Filipina yang berada di luar negeri.3

Presiden Aquino dengan 3 (tiga) pilar kebijakan luar negerinya ini terbukti mampu

untuk membuat Filipina menjadi negara dengan tingkat pertumbuhan yang tertinggi di

ASEAN (Asociation of Southeast Asia Nation) dengan angka 7.5 persen. Sesuai dengan

1 Tim VOA Indonesia, “Presiden Filipina Duterte Nyatakan ‘Perpisahan’ dari AS,” VOA Indonesia, 20 Oktober

2016. http://www.voaindonesia.com/a/duterte-nyatakan-perpisahan -dari-as-/3559450.html diakses 22 Oktober 2016 pukul 15.09 WIB 2 Secretary Albert del Rosario, Philippine Foreign Today, Stratbase Research Institute, 2011, 2

3 Rosario, Philippine Foreign Policy Today, 2

Page 12: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

2

perkataan Presiden Aquino pada pertemuan APEC CEO Summit di bali yaitu “Good

governance is a good economy.”4

Namun dibalik keberhasilan Presiden Aquino menjadikan Filipina menjadi negara

yang maju secara ekonomi, ada masalah lain yaitu hubungan Filipina dengan Tiongkok yang

menjadi sorotan dunia. Pada masa pemerintahan Presiden Aquino hubungan Filipina dengan

Tiongkok benar-benar mengalami masa-masa sulit, dimana pada masa pemerintahan Presiden

Aquino sama sekali tidak mau bersentuhan secara langsung dengan Tiongkok kecuali

hubungan multilateral melalui organisasi regional yaitu ASEAN. Hal ini terlihat pada

pertemuan ASEAN Plus One, ASEAN Plus Three, dan ASEAN Regional Forum.5

Hubungan Filipina dengan Tiongkok yang buruk pada masa pemerintahan Presiden

Aquino ini dimulai dari memanasnya kembali sengketa maritim Laut Tiongkok Selatan.

Filipina di bawah kepemimpinan Presiden Aquino mengajukan keberatan atas klaim

Tiongkok di Laut Tiongkok Selatan kepada Mahkamah Arbitrase di Den Haag, Belanda.

Namun Tiongkok menolak putusan Mahkamah Arbitrase ini dengan mengajak negara-negara

lain untuk mendukung penolakannya, serta mengklaim bahwa sudah ada 60 negara yang

mendukungnya.6 Padahal pada kenyataannya hanya beberapa negara saja yang menyatakan

mendukung penolakan Tiongkok terhadap putusan Mahkamah Arbitrase Internasional

tersebut.

Hal ini membuat Filipina di bawah pemerintahan Presiden Aquino merasa terancam

sehingga hubungan Filipina dengan Tiongkok yang sudah buruk menjadi semakin buruk.

4 Didik Purwanto, “Ini Kunci Sukses Filipina Jadi Terbaik Se-Asia,” Kompas.com, 6 Oktober 2013.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/10/06/1510112/Ini.Kunci.Sukses.Filipina.Jadi.Terbaik.Se-Asia diakses pada 5 Juni 2017 pukul 00.18 5 Julio S. Amador III, Louie Dane Merced and Joycee Teodoro, The Philippine’s Foreign Policy and Relation

Towards Major Power, 2015, Asia Centre dan DGRIS, 5 6 Pascal S Bin Sanju, “Ini Putusan Mahkamah Arbitrase Internasional Atas Laut Cina Selatan,” National

Geographic News Indonesia, 13 Juli 2016 http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/07/ini-putusan-mahkamah-arbitrase-internasional-atas-laut-cina-selatan diakses 4 Januari 2017 pukul 23.12

Page 13: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

3

Pada masa ini terjadi peningkatan kekuatan militer Filipina yang sangat signifikan demi

mempertahankan kedaulatan negaranya. Tiongkok juga tidak tinggal diam, mereka juga

melakukan peningkatan militer dan terus melakukan patroli maritim di wilayah sengketa ini.7

Yang berimbas pada semakin rapuhnya hubungan kedua negara ini.

Kebijakan luar negeri Filipina di masa pemerintahan Presiden Aquino lebih banyak

bersifat kerjasama militer dan teknologi untuk memperkuat pertahanan nasional Filipina.8 Hal

ini disebabkan Filipina yang mengalami security dilemma karena penolakan Tiongkok

terhadap putusan Mahkamah Arbitrase. Dan ini bertahan sampai akhir kepemimpinan

Presiden Aquino di pertengahan 2016.

Lalu pada Mei 2016 Rodrigo Duterte resmi menjadi Presiden Filipina ke-16 pasca

memenangkan pemilihan umum Presiden.9 Di masa pemerintahan Presiden Duterte yang

masih terbilang baru ini Presiden Duterte sudah banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan

yang sangat kontroversial. Seperti kebijakan Presiden Duterte untuk menembak mati para

pengedar narkoba (narkotika dan obat-obatan terlarang) yang menolak untuk ditangkap.10

Kebijakan Duterte yang terbilang ekstrem ini mengundang perhatian dari berbagai

pihak termasuk organisasi internasional tertinggi yaitu PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)

yang menanggap kebijakan Presiden Duterte ini telah melanggar hukum internasional tentang

HAM (Hak Asasi Manusia). PBB dan beberapa negara di DK-PBB (Dewan Keamanan-

Perserikatan Bangsa-Bangsa) meminta Presiden Duterte untuk menghentikan kebijakan

tersebut karena telah melanggar hukum internasional. Namun bukannya menghentikan

7 Amador, Merced and Teodoro, The Philippine’s Foreign Policy and Relation Towards Major Powers, 5

8 Amador, Merced and Teodoro, The Philippine’s Foreign Policy and Relation Towards Major Powers, 5

9 Tim VOA Indonesia, “Presiden Filipina Duterte Nyatakan ‘Perpisahan’ dari AS,” VOA Indonesia, 20 Oktober

2016. http://www.voaindonesia.com/a/duterte-nyatakan-perpisahan -dari-as-/3559450.html diakses 22 Oktober 2016 pukul 15.09 WIB 10

Tim BBC Indonesia, “Perang Narkoba di Filipina, Lebih dari 1900 Orang Tewas,” BBC Indonesia, 23 Agustus 2016. http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/08/160823_dunia_filipina_narkoba diakses 4 Januari 2017 pukul 23.51

Page 14: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

4

kebijakan tersebut, Presiden Duterte malah mengancam untuk keluar dari PBB dan berdalih

penembakan tersangka narkoba oleh polisi tersebut adalah sebuah pembelaan diri.11

Bukan hanya kebijakan pemberantasan narkoba dan ancaman keluar dari PBB yang

membuat dunia tercengang. Namun juga kebijakan luar negeri Filipina pada masa

pemerintahan Presiden Duterte tentang hubungan dengan Tiongkok. Dalam waktu kurang

lebih lima bulan setelah resmi menjadi Presiden Filipina, Duterte mengubah wajah haluan

kebijakan luar negeri Filipina yang anti Tiongkok menjadi mesra dengan Tiongkok. Hal ini

ditandai dengan pertemuan Presiden Duterte dengan Presiden Tiongkok, Xi Jinping yang

menghasilkan penandatangan 13 kerjasama bilateral Filipina-Tiongkok dalam bidang budaya,

ekonomi, pariwisata, perdagangan, anti-narkotika, dan kelautan serta penandatanganan nota

kesepahaman (MoU) kedua negara ini untuk membentuk komite bersama antara penjaga

pantai dalam daerah sengketa.12

Kerjasama ini tentu sangat berpengaruh terhadap kondisi geopolitik global, terutama

di kawasan Asia. 13

Kawasan Asia Tenggara yang sedang berusaha untuk memukul mundur

Tiongkok dalam sengketa Laut Tiongkok Selatan akan semakin kesulitan untuk mencapai

tujuannya. Hal ini akan membuat semua negara di Asia Tenggara bahkan Amerika Serikat

dan Jepang berhitung ulang tentang langkah-langkah yang akan diambil terkait kawasan ini.

Perubahan sikap yang terjadi seperti yang sudah dipaparkan di atas membuat hal ini

penting dan sangat menarik untuk diteliti. Karena Filipina merupakan salah satu negara

sekutu terkuat Amerika Serikat di wilayah ASEAN, sehingga sangat berbahaya jika Filipina

dan Amerika mulai mesra. Lalu mengenai hubungan Filipina dengan ASEAN yang pada

dasarnya sudah menyepakati untuk menyelesaikan kasus sengketa Laut Tiongkok Selatan ini

11

Tim BBC Indonesia, “Perang Narkoba di Filipina, Lebih dari 1900 Orang Tewas.” 12

Tim VOA Indonesia, “Presiden Filipina Duterte Nyatakan ‘Perpisahan’ dari AS.” 13

Richard Javad Heydarian, What Duterte Portends for Philippine Foreign Policy, S. Rajaratnam School of International Studies, 2016, 2

Page 15: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

5

secara regional, tetapi tiba-tiba melakukan upaya penyelesaian secara bilateral tanpa

melibatkan negara anggota ASEAN lain yang terlibat kasus sengketa ini.

Atas dasar di atas maka skripsi ini menjadi penting untuk diteliti karena hubungan

Filipina dan Tiongkok menjadi salah satu yang akan dapat mengubah geopolitik dunia.

Apalagi Amerika Serikat yang akan kehilangan sekutu terkuatnya di ASEAN dan akan

menyebabkan menurunnya pengaruh Amerika Serikat di ASEAN digantikan oleh pengaruh

Tiongkok yang menguat. Hal ini bisa dijawab setelah mengetahui alasan serta faktor-faktor

yang mendukung perubahan sikap Filipina terhadap Tiongkok yang akan dibahas dan

dijawab dalam skripsi ini.

B. Pertanyaan Penelitian

Dengan berdasarkan pemaparan di atas tentang kebijakan luar negeri Filipina pada

masa Presiden Aquino dan pada masa pemerintahan Presiden Duterte maka jelas sekali

terjadi perubahan sikap yang dilakukan oleh Filipina terkait hubungannya dengan Tiongkok.

Sehingga skripsi ini akan berusaha menjawab pertanyaan penelitian yaitu :

Mengapa Filipina mengubah kebijakan politik luar negerinya terhadap Tiongkok pada

masa Presiden Duterte?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Menjelaskan perubahan kebijakan luar negeri yang terjadi pada masa

pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte terhadap hubungan Filipina dengan

Tiongkok.

Page 16: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

6

2. Menjelaskan alasan dan motif Filipina pada masa pemerintahan Presiden Rodrigo

Duterte mengubah kebijakan luar negerinya terhadap hubungan Filipina dengan

Tiongkok.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menjadi salah satu karya ilmiah yang dapat membantu civitas akademika terutama

mahasiswa program studi hubungan internasional dalam memahami geopolitik

ASEAN dan Tiongkok terutama Filipina.

2. Menjadi salah satu karya ilmiah yang dapat membantu pemerintah khususnya

Indonesia dalam mengambil kebijakan luar negeri yang sesuai dengan kebutuhan

negara dalam memenuhi kepentingan nasional yang paling penting.

3. Menjadi salah satu karya ilmiah yang dapat membantu para aktivis internasional

yang aktif di NGO (Non-Government Organization) dan LSM (Lembaga Swadaya

Masyarakat) dalam memahami kebutuhan dan urgensi regional ASEAN terkait

hubungannya dengan Tiongkok. Dengan harapan NGO atau LSM yang bergerak

di sektor dan wilayah ASEAN dapat menentukan program-program yang sesuai

dengan keadaan sosial, politik dan ekonomi sekarang.

D. Tinjauan Pustaka

Pada bagian tinjauan pustaka ini, penulis akan menguraikan penelitian-penelitian yang

terlebih dahulu telah membahas mengenai kebijakan luar negeri Filipina terutama kebijakan

luar negeri terkait hubungannya dengan Tiongkok. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk

menunjukkan kedudukan dari hasil penelitian yang penulis lakukan diantara penelitian-

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Sehingga akan terlihat nantinya persamaan dan

perbedaan penelitian tersebut dengan skripsi ini.

Page 17: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

7

Tinjauan pustaka pertama merupakan sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Asia Centre

pada September 2015 dengan judul “The Philippines’ Foreign Policy and Relation Towards

Major Power” yang ditulis oleh Julio S. Amador III, Louie Dane Merced, dan Joycee

Teodoro. Jurnal ini berisi pembahasan tentang karakteristik kebijakan luar negeri Filipina

pada 2015 dan pembahasan tentang hubungan Filipina dengan negara-negara yang

mempunyai kekuatan militer dan ekonomi yang cukup besar di dunia internasional seperti,

Amerika Serikat, Jepang, Tiongkok, Uni Eropa dan ASEAN.

Pertama, pembahasan soal karakteristik kebijakan luar negeri Filipina yang dijelaskan

dalam jurnal ini adalah kebijakan luar negeri yang idealis dan pragmatis. Dua ciri yang sangat

bertolak belakang ini bukan berarti ada kontradiksi di dalam pengambilan keputusan

kebijakan luar negeri Filipina, namun ini membuktikan bahwa negara-negara dunia ketiga

atau negara-negara dengan kekuatan militer dan ekonomi yang kecil perlu tetap bersikap

idealis dan berpendirian demi menjaga kedaulatan negaranya, namun di sisi lain ketika

dibutuhkan negara juga harus bisa bersikap pragmatis untuk bertahan hidup atau survival. Hal

ini lah yang menurut penulis sebagai karakteristik kebijakan luar negeri Filipina.

Lalu yang kedua adalah tantangan-tantangan hubungan Filipina dengan negara-negara

atau regional yang mempunyai kekuatan militer dan ekonomi seperti, hubungan Filipina dan

Amerika Serikat yang semakin menguat dan akan berpotensi menjadi hubungan yang cukup

stabil, menjadikan Filipina menjadi salah satu sekutu terkuat Amerika Serikat di wilayah

ASEAN. Lalu hubungan Filipina dengan Jepang yang belakangan juga membaik, dimana

Jepang menjadi rekan kerjasama perdagangan Filipina yang paling besar. Selanjutnya

hubungan Filipina dengan Uni Eropa yang semakin membaik juga pasca terbentuknya EU-

Philippines Partnership Cooperation Agreements pada Juli 2012. Juga hubungan Filipina

dengan ASEAN yang sudah mengakar, dimana kepentingan ASEAN menjadi salah satu

pertimbangan dalam pengambilan kebijakan luar negeri Filipina.

Page 18: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

8

Namun hubungan yang baik ini tidak terjadi dengan Tiongkok, dimana hubungan

Filipina dan Tiongkok pada masa ini benar-benar mengalami tantangan yang amat sangat

berat. Tidak adanya kerjasama bilateral yang terjalin antara Filipina dan Tiongkok menjadi

suatu pertanda penting atas hubungan kedua negara ini. Adapun hubungan yang terjadi

hanyalah hubungan multilateral melalui ASEAN seperti ASEAN Plus One, ASEAN Plus

Three dan ASEAN Regional Summit.

Dalam kebijakan luar negeri Filipina yang dikatakan oleh Sekertaris Hubungan Luar

Negeri Filipina, Albert Del Rosario bahwa Filipina adalah teman semua negara dan bukan

musuh negara manapun, hal ini sangat bertolak belakang. Hubungan Filipina dan Tiongkok

menjadi bukti bahwa Filipina masih ada dibawah bayang-bayang Amerika Serikat karena

menutup hubungan dengan Tiongkok. Kedepannya Filipina harus bisa menganalisa dan

menghitung kembali kebijakan luar negeri mereka dan mengambil keputusan yang benar-

benar bisa menguntungkan mereka dengan menjalin hubungan kepada negara-negara yang

adidaya dan negara-negara menengah.

Dalam skripsi saya ini akan mencoba menjelaskan bagaimana Filipina pada 2016

mengubah kebijakan luar negerinya terhadap Tiongkok yang sudah dijelaskan dalam jurnal

tersebut bahwa tidak ada hubungan bilateral dan hubungan yang sangat buruk menjadi mesra

dan koperatif. Jadi secara tidak langsung skripsi atau penelitian saya ini akan bisa lebih

menjelaskan hubungan Filipina dan Tiongkok pada masa sekarang.

Tinjauan pustaka yang kedua adalah Tesis dari Universitas Indonesia yang berjudul

“Sikap Asertif China Sebagai Great Power Studi Kasus: Laut China Selatan (2008-2011)”

yang ditulis oleh mahasiswi pasca sarjana Universitas Indonesia Ruth Ivanna Sihite. Tesis ini

berisi pembahasan tentang bagaimana sikap Tiongkok sebagai negara yang mempunyai

Page 19: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

9

kekuatan militer dan ekonomi kuat dalam berhubungan dengan negara-negara yang lebih

lemah terutama dalam sengketa Laut Tiongkok Selatan.

Tesis ini membahas secara mendalam tentang alasan Tiongkok yang tidak mau

bernegosiasi dengan negara-negara lain yang terlibat dalam sengketa Laut Tiongkok Selatan

seperti Malaysia, Taiwan, Filipina dan Vietnam yang dianggapnya lebih lemah dari

negaranya. Ivanna juga menjelaskan bahwa kepentingan Tiongkok untuk memenangkan

sengketa Laut Tiongkok Selatan ini adalah untuk mendapatkan pengakuan kekuatan dari

negara-negara sengketa tersebut. Tiongkok ingin kekuatan dan pengaruhnya diakui dan

disegani, sehingga dia dapat mempengaruhi negara-negara tersebut untuk mendapatkan

kepentingannya demi bersaing dengan Amerika Serikat.

Ivanna juga menyebutkan bahwa Tiongkok menjadi sangat percaya diri dengan

hadirnya dia sebagai negara terkuat di kawasan Asia baik dalam bidang ekonomi maupun

militer. Menurut Ivanna hal ini seharusnya dapat dibendung jika ASEAN sebagai organisasi

regional berusaha memfokuskan kepentingan bersama untuk membendung pengaruh

Tiongkok dan memperjuangkan kemenangan negara-negara anggota ASEAN dalam sengketa

Laut Tiongkok Selatan tersebut. Jika hal ini berjalan lancar maka ASEAN akan bisa tumbuh

menjadi salah satu regional yang berpengaruh di Asia bahkan dunia. Dan akan mampu

menjadi independen dalam pengambilan keputusan sesuai kepentingan bersamanya.

Tesis ini membantu skripsi saya dalam menjelaskan posisi hubungan Filipina dan

Tiongkok yang sangat buruk pada kasus sengketa Laut Tiongkok Selatan. Sehingga penulis

dapat melihat dan menganalisa keputusan yang diambil oleh Filipina pada masa itu terhadap

Tiongkok. Setelah mengetahui hasilnya penulis akan memasukkannya sebagai bahan untuk

menganalisa perubahan sikap yang terjadi dalam kebijakan luar negeri Filipina terhadap

Page 20: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

10

Tiongkok dan yang paling penting tesis ini mampu memperjelas jawaban skripsi saya apakah

Filipina ataukah Tiongkok yang lebih koperatif dalam hubungan baru mereka.

Tinjauan pustaka yang ketiga adalah sebuah jurnal yang diterbitkan oleh S.

Rajaratnam School of International Studies yang berjudul “What Duterte Portends for

Philippine Foreign Policy” yang ditulis oleh Richard Javad Heydarian. Jurnal ini berisi

tentang pembahasan tentang kebijakan luar negeri Filipina di bawah kepemimpinan Presiden

Rodrigo Duterte. Bukan hanya itu dalam jurnal ini juga diceritakan sedikit tentang perjalanan

politik Duterte dan proses terpilihnya Duterte sebagai Presiden Filipina.

Dalam jurnal ini disebutkan bahwa personal Presiden Duterte yang bisa terbilang

kasar dan tidak suka basa-basi membuat citranya di dunia internasional menjadi buruk.

Namun dalam hal kebijakan luar negeri yang diambil Filipina di bawah kepemimpinannya

adalah sebuah kebijakan yang sangat realistis. Melihat kondisi geopolitik dunia saat ini

menurut Richard, Duterte adalah seseorang yang sangat realistis. Richard juga menyebutkan

bahwa kebijakan yang diambil Duterte berusaha untuk menyeimbangkan posisi Amerika

Serikat dan Tiongkok dalam hubungannya dengan Filipina. Sehingga Filipina akan mampu

mendapatkan keuntungan dari kedua hubungan ini.

Dalam jurnal ini dijelaskan bagaimana pola kebijakan luar negeri yang dikeluarkan

oleh Presiden Duterte dan akan membantu penulisan skripsi ini dalam menganalisa dan

menjelaskan kebijakan luar negeri Filipina di bawah kepemimpinan Presiden Duterte.

Dengan begitu akan membuat hasil dari penelitian ini semakin kuat dengan berbagai bukti

yang dimunculkan dalam jurnal ini. Lalu yang menjadi pembeda skripsi ini dengan jurnal

yang ditulis oleh Richard ini adalah dari pemfokusan bahasannya. Richard dalam tulisannya

memfokuskan pada penjelasan personal Duterte sebagai seorang pemimpin dan akhirnya

memperoleh hasil, sementara skripsi ini akan memfokuskan pada perubahan sikap Filipina

Page 21: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

11

terhadap Tiongkok dengan melihat proses pengambilan keputusannya. Mempertimbangkan

pilihan rasional yang ada dan segala kepentingan dan pengaruh yang ada dalam pengambilan

keputusan tersebut dan juga untung rugi dalam keputusan yang akan diambil.

E. Kerangka Teoretis

Dalam teori pilihan rasional Graham T. Allison mengajukan tiga mode untuk

menjelaskan proses pembuatan keputusan kebijakan luar negeri. Ada tiga model yang

diajukan oleh Allison yaitu, Model Aktor Rasional, Model Proses Organisasi, Model Politik

Birokratik.14

Dalam menjelaskan perubahan kebijakan luar negeri Filipina terhadap Tiongkok

penulis menggunakan model yang pertama yaitu, Model Aktor Rasional. Skripsi ini

menggunakan model tersebut untuk mempermudah mendeskripsikan proses pengambilan

kebijakan luar negeri Filipina terhadap Tiongkok tersebut.

Mohtar Mas’oed dalam bukunya, “Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan

Metodologi” mengatakan bahwa kebijakan luar negeri merupakan sebuah akibat dari

tindakan aktor rasional dalam sistem pemerintahan yang monolit dan dilakukan dengan

sengaja untuk mencapai suatu tujuan. Dimana dalam hal ini perilaku pemerintah dijelaskan

layaknya seorang individu yang memiliki nalar dan koordinasi. Pemerintah melakukan

serangkaian tahapan intelektual untuk menentukan pilihan atas alternatif kebijakan yang ada

berdasarkan nalar pemerintah tersebut. Hal ini membuat proses analisis kebijakan luar negeri

harus berfokus pada kepentingan nasional dan tujuan dari suatu bangsa dengan penghitungan

untung-rugi dari alternatif-alternatif kebijakan yang ada.15

14

Graham T. Allison, “Conceptual Models and the Cuban Missile Crisis”, The American Political Science Review, Volume 63, Issue 3, 1969, 690 15

Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi (Jakarta: LP3S, 1990), 234

Page 22: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

12

Negara menurut Allison merupakan aktor rasional yang selalu bertindak berdasarkan

kepentingan dirinya sendiri. Dalam Model Aktor Rasional ini proses pengambilan kebijakan

luar negeri memiliki 4 (empat) komponen. Pertama, adanya aktor nasional sebagai

pengambil kebijakan luar negeri. Kedua, isu dan masalah yang menjadi faktor penting.

Dimana aktor yang akan mengambil kebijakan akan melakukan analisa masalah dan

mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang akan timbul dari kebijakan yang dipilih

dengan dasar isu atau masalah tersebut. Ketiga, adalah perhitungan value pada alternatif-

alternatif kebijakan. Yang dimaksud dengan hal ini adalah pengambil kebijakan akan

mempertimbangkan beberapa tindakan yang relevan dengan masalah dan salah satu dari

beberapa pilihan itu akan menjadi solusi. Keempat, adalah kebijakan yang diambil sebagai

pilihan rasional itu memiliki sifat value-maximizing. Pilihan yang memiliki sifat value-

maximizing ini dapat dilihat melalui dua proposisi yaitu: Pertama, semain banyak kerugian

dalam suatu pilihan maka semakin tinggi kemungkinan untuk tidak dipilih. Kedua, semakin

sedikit kerugian dalam suatu pilihan maka semakin tinggi kemungkinan untuk dipilih.16

Dalam Model Aktor Rasional ada batasan-batasan dalam pengambilan keputusan

dimana batasan-batasan ini dipengaruhi oleh lingkungan dimana kebijakan tersebut diambil.

Alex Mintz dan DeRouen menjabarkan ada 9 (sembilan) kondisi yang mempengaruhi proses

pengambilan keputusan yaitu, keterbatasan waktu, keterbatasan informasi, akuntabilitas,

resiko, tekanan, ambiguitas familiaritas, setting dinamis dan statis, serta setting interaktif.17

Dalam konteks Model Aktor Rasional itu sendiri hanya tiga kondisi yang

mempengaruhi proses pengambilan kebijakannya yaitu, pertama adanya keterbatasan waktu

yang dapat mendesak pengambil keputusan untuk mengambil keputusan secara cepat

sehingga akan menimbulkan kesulitan dalam mengambil keputusan secara rasional. Kedua,

16

Allison, “Conceptual Models and the Cuban Missile Crisis,” 694 17

Alex Mintz dan Karl DeRouen Jr, Understanding Foreign Policy Decision Making, (Cambridge: Cambridge University Press, 2010), 26-28

Page 23: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

13

adanya keterbatasan informasi yang membuat pengambil keputusan sulit untuk menganalisis

situasi sehingga akan sulit membandingkan alternatif atau melihat potensi-potensi

konsekuensi yang ada. Namun politik luar negeri memang tidak dapat analisis secara utuh

dan pasti karena banyaknya informasi yang tidak lengkap dan akurat. Lalu kondisi yang

ketiga adalah kondisi setting interaktif dimana keputusan atau kebijakan suatu negara dapat

mempengaruhi dan sebaliknya dapat dipengaruhi oleh tindakan aktor lain. Dengan kata lain

pengambilan keputusan adalah sebuah proses interaktif yang terdiri dari aksi dan reaksi antar

aktor pengambil keputusan sebab pertimbangan dari lawan politik akan berpengaruh pada

pencapaian kebijakan setelah dikeluarkan nantinya.18

F. Metodologi Penelitian

Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analitis.

Metode penelitian kualitatif didefinisikan sebagai sebuah penelitian yang menggunakan latar

alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan metode

alamiah.19

Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, maka akan diperoleh

pemahaman terhadap tindakan Filipina dibawah kepemimpinan Presiden Duterte untuk

merubah kebijakan luar negerinya terhadap Tiongkok.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapatkan

melalui data-data yang tersedia di publik, seperti laporan dari institusi baik pemerintah

maupun non-pemerintah, buku, jurnal, artikel, tulisan akademik, media, maupun data online.

Setelah melewati proses pengumpulan data ini, langkah selanjutnya adalah melakukan

analisis data. Pada tahap ini data-data tersebut dikelompokkan sesuai dengan topik

pembahasan yang dibutuhkan. Kemudian dapat dipahami, dimaknai, dan ditampilkan dalam

18

Mintz dan DeRouen, Understanding Foreign Policy Decision Making, 26-28 19

Lexy J. Molelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), 5

Page 24: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

14

bentuk kesimpulan-kesimpulan sederhana yang bisa digunakan untuk menjelaskan data-data

yang akan dianalisis terutama mengenai alasan Filipina dibawah kepemimpinan Presiden

Duterte mengubah kebijakan luar negeri terhadap Tiongkok tahun 2016

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penelitian merupakan penjelasan mengenai alur pembahasan yang penulis

akan sampaikan dalam penelitian ini, sehingga skripsi ini dapat dipahami sebagai sebuah

kesatuan yang terstruktur dengan baik. Sistematika penelitian dalam skripsi ini terbagi

kedalam lima bab.

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai pernyataan masalah yang penulis angkat dalam

skripsi ini, serta pertanyaan penelitian yang akan dijawab dan menjadi fokus dalam

pembahasannya. Selanjutnya dipaparkan pula mengenai tujuan dan manfaat dari skripsi ini

dengan harapan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembacanya. Lalu bab ini juga

memaparkan tinjauan pustaka yaitu, penelitian yang telah terlebih dahulu dilakukan dan

membahas mengenai permasalah yang serupa dengan yang penulis angkat dalam skripsi ini

dan mengungkapkan perbedaannya. Terakhir bab ini akan memaparkan juga tentang

kerangka teori dan metode penelitian yang akan digunakan oleh penulis untuk menganalisa

serta mengumpulkan dan memilah data.

BAB II HUBUNGAN FILIPINA-TIONGKOK

Bab ini berisi tentang pembahasan mengenai hubungan bilateral Filipina dan

Tiongkok secara umum. Pada bab ini akan memaparkan bagaimana hubungan Filipina-

Tiongkok dari awal konflik serta menjelaskan seburuk apa kondisi hubungan kedua negara

ini sebelum pergantian pemerintahan ke Presiden Rodrigo Duterte.

Page 25: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

15

BAB III PERUBAHAN KEBIJAKAN FILIPINA DI MASA PRESIDEN BENIGNO

AQUINO DAN RODRIGO DUTERTE

Bab ini akan membahas tentang bagaimana hubungan Filipina dan Tiongkok pada

masa pemerintahan Presiden Benigno Aquino dan Rodrigo Duterte. Dimana dalam bab ini

akan dibahas bagaimana pola hubungan Filipina dan Tiongkok pada masa pemerintahan

Presiden Benigno Aquino serta apa saja kebijakan yang diambil Filipina terkait hubungannya

dengan Tiongkok.

Selanjutnya Bab ini juga akan membahas tentang pola hubungan Filipina dan

Tiongkok di masa pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte yang di dalam skripsi ini sangat

penting karena menjadi pokok pembahasan, yaitu perubahan kebijakan yang dilakukan

Presiden Rodrigo Duterte terhadap Tiongkok.

BAB IV ANALISIS RATIONAL ACTOR MODEL TERHADAP PERUBAHAN

KEBIJAKAN FILIPINA DI MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN RODRIGO

DUTERTE

Dalam bab ini akan memaparkan analisis penulis menggunakan teori pilihan rasional

dengan konsep Model Aktor Rasional terhadap kebijakan luar negeri Filipina terkait

hubungannya dengan Tiongkok. Akan dipaparkan juga bagaimana kebijakan luar negeri

Filipina terkait hubungannya dengan Tiongkok pada masa pemerintahan Presiden Aquino dan

pada masa pemerintahan Presiden Duterte serta menggambarkan proses pengambilan

keputusan dan analisisnya. Sehingga bab ini akan menghasilkan jawaban dari pertanyaan

penelitian yang menjadi fokus penulis.

BAB V PENUTUP

Page 26: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

16

Bab ini akan memaparkan mengenai kesimpulan yang penulis peroleh terkait dengan

jawaban dari pertanyaan yang penulis angkat dalam skripsi ini berdasarkan kerangka

pemikiran dan metodologi penelitian yang telah penulis gunakan.

Page 27: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

17

BAB II

HUBUNGAN FILIPINA TIONGKOK

Filipina dan Tiongkok merupakan dua negara yang terlibat dalam konflik sengketa

wilayah Laut Tiongkok Selatan. Dimana sejak awal konflik ini muncul keadaan antara negara-

negara yang berada di kawasan tersebut menjadi buruk dan semakin memanas. Sehingga

membuat konflik ini sangat mencuri perhatian dunia internasional. Dalam bab ini akan dibahas

mengenai hubungan Filipina dan Tiongkok secara umum.

A. Saling Klaim Wilayah Laut Tiongkok Selatan

Hubungan Filipina dengan Tiongkok memang merupakan hubungan yang tidak baik,

dimana dari awal konflik Laut Tiongkok Selatan hubungan kedua negara ini terus-terusan

memanas. Konflik ini diawali dari klaim yang dibuat oleh Tiongkok terkait dengan kepemilikan

pulau Spratly dan Paracel pada tahun 1974 dan 1992.1 Dimana klaim ini langsung mendapat

respon dari negara-negara yang mempunyai batas langsung dengan Laut Tiongkok Selatan

terutama negara-negara ASEAN yaitu Vietnam, Brunei Darussalam, Filipina dan Malaysia.2

Saling klaim ini akhirnya menyebabkan kondisi di kawasan semakin memanas diantara negara-

negara yang terlibat konflik.

Terutama hubungan antara Filipina dan Tiongkok semakin memburuk pada tahun 2011

1 Evelyn Goh,”Meeting the China Challenge: The US in Southeast Asian Regional Security Strategies,” East-West

Center Washington, 2005, 31 2 David Arase,”China's Militant Tactics in the South China Sea,” East Asia Forum, 2011,

http://www.eastasiaforum.org/2011/06/29/china-s-militant-tactics-in-the-south-china-sea diakses pada 13 Juni

2017 pukul 21.34 WIB

Page 28: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

18

akibat klaim kedua belah pihak atas Kepulauan Spratly. Dimana Filipina melalui Badan

Administrasi Atmosferik, Geofisika, dan Astronomik Filipina (PAGASA) telah menyatakan

bahwa kepulauan tersebut merupakan bagian wilayah Filipina Selatan dan laut tersebut selalu

disebut sebagai Laut Filipina.3 Sebenarnya bukan hanya klaim saja yang berlawanan dan berbeda

namun sebutan atau nama dari wilayah sengketa tersebut juga berbeda-beda, dimana bangsa

barat yang dulu berkuasa di daerah tersebut menyebutnya sebagai kepulauan Spratly sementara

Tiongkok menyebutnya sebagai Kepulauan Nansha.4

Setelah pernyataan dari PAGASA tersebut, hal yang semakin membuat keadaan memanas

adalah dimana pada 2012 Filipina akan melelang tiga wilayah di Laut Tingkok Selatan yaitu blok

di dekat Provinsi Palawan, dekat Malampaya dan Sampaguita yang juga diklaim oleh Tiongkok

untuk kegiatan eksplorasi minyak dan gas, dimana diketahui bahwa wilayah sengketa ini

memang kaya akan sumber daya dan menjadi salah satu alasan mengapa konflik ini begitu alot

dan negara-negara sengketanya sangat bersikeras dengan klaimnya masing-masing.5 Upaya

Filipina untuk mendapatkan hak kedaulatan eksklusif dan otoritas untuk mengeksplorasi dan

eksploitasi sumber alam di wilayah itu memicu ketegangan antara negara-negara yang

bersengketa terutama Tiongkok yang langsung meningkatkan aktivitas maritim negaranya di

wilayah tersebut.6

Peningkatan aktifitas militer Tiongkok di wilayah Laut Tiongkok Selatan ini memaksa

Filipina untuk melakukan peningkatan keamanan wilayah negaranya. Hal ini dapat dibuktikan

dari penandatanganan perjanjian dengan Amerika Serikat Enhanced Defense Cooperation

3 Muhammad Eko Prasetyo, Resolusi Potensi Konflik Regional, (Lampung: Universitas Negeri Lampung, 2016), 79

4 Prasetyo, Resolusi Potensi Konflik Regional, 79

5 Prasetyo, Resolusi Potensi Konflik Regional, 80

6 Tim BBC, “Hubungan antara China dan Filipina menurun menyusul sengketa wilayah di Scarborough Shoal,”

BBC Indonesia, 23 November 2015,

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/07/120731_southchinasea.shtml diakses pada 14 Juni 2017 pukul

19.43 WIB

Page 29: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

19

Agreement, dengan tujuan menambah kekuatan pertahanan Filipina di wilayah konflik Laut

Tiongkok Selatan.7 Hal ini juga menunjukkan bahwa hubungan Filipina dan Tiongkok tidak

dapat dipisahkan dari campur tangan Amerika Serikat, dan dapat diketahui juga bahwa pada

masa pemerintahan Presiden Benigno Aquino ini Amerika Serikat menjadi malaikat penolong

untuk Filipina dalam hal keamanan terutama dalam konflik Laut Tiongkok Selatan yang memang

menjadi satu-satunya hubungan Filipina Tiongkok dalam masa pemerintahan Presiden Benigno

Aquino.

Dalam memahami kebijakan luar negeri Filipina yang memutuskan untuk melaporkan

kasus sengketa Laut Tiongkok Selatan ke Mahkamah Arbitrase maka kita harus mengetahui

tidak hanya hubungan buruk kedua negara yang sudah dijelaskan, namun juga harus memahami

pilar atau landasan pengambilan kebijakan Filipina. Kebijakan Luar Negeri Fiipina memiliki 3

(tiga) landasan yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusannya, yaitu yang pertama dan

yang terpenting adalah peningkatan keamanan nasional, kedua peningkatan diplomasi ekonomi,

dan yang terakhir adalah perlindungan hak-hak dan kesejahteraan warga negaranya yang berada

di luar negeri, sehingga dapat dikatakan keputusan yang diambil oleh Filipina adalah keputusan

yang tepat berdasarkan dengan landasan kebijakannya, karena klaim Tiongkok telah dengan

sangat jelas mengancam keamanan nasional Filipina.8

B. Usaha Penyelesaian Konflik di Mahkamah Arbitrase International

Peningkatan aktivitas Tiongkok di wilayah konflik pada tahun 2013 membuat Filipina

semakin panas dan merasa terancam. Hal ini membuat Filipina melalui Menteri Luar Negeri

7 Carl Thayer, “Analyzing the US-Philippines Enhanced Defense Cooperation Agreement,” The Diplomat, 19

Oktober 2014, http://thediplomat.com/2014/05/analyzing-the-us-philippines-enhanced-defense-cooperation-

agreement/, diakses pada 14 Juni 2017 pukul 20.29 WIB 8 Rosario, “Philippine Foreign Policy Today,” 5

Page 30: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

20

Filipina Albert Del Rosario membuat laporan terhadap Tiongkok ke Permanent Court of

Arbitration (PCA) dengan harapan ada penyelesaian sengketa. Setelah upaya Filipina untuk

melelang wilayah Kepulauan Spratly membuat semakin memanasnya hubungan Filipina dan

Tiongkok yang dapat berubah menjadi perang kapan saja.9 Tindakan yang diambil oleh Filipina

melalui menlunya ini ditanggapi oleh Tiongkok pada tahun 2015 melalui Menteri Luar Negeri

Tiongkok Wang Yi, yang menyebutkan bahwa kasus sengketa Laut Tiongkok Selatan di

Mahkamah Arbitrase telah membuat semakin gentingnya hubungan Beijing dan Manila.10

Namun hal ini tidak mempengaruhi keputusan Filipina dan proses putusan di PCA tetap berjalan.

Walaupun pelaporan sengketa ke PCA ini membuat hubungan Filipina dan Tiongkok berada pada

titik yang paling kritis.

Selama proses penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh PCA ini Tiongkok tidak

tinggal diam. Tiongkok diam-diam menggalang dukungan kepada negara-negara lain terkait

dengan klaimnya terhadap wilayah Laut Tiongkok Selatan. Walaupun tidak ada daftar yang resmi

terkait negara-negara yang mendukung klaimnya tersebut, namun Tiongkok mengaku telah

mendapatkan dukungan dari 40 negara. Dimana dukungan tersebut ditujukan untuk mendukung

diterimanya klaim Tiongkok dalam kawasan Laut Tiongkok Selatan di PCA.11

Akhirnya setelah melalui proses selama 3 (tiga) tahun, pada 12 Juli 2016 Mahkamah

Arbitrase Permanent atau PCA (Permanent Court of Arbitration) mengeluarkan putusan terkait

laporan yang diajukan oleh Filipina pada tahun 2013 tentang konflik Laut Tiongkok Selatan.

PCA memutuskan Tiongkok telah melakukan pelanggaran terhadap kedaulatan Filipina dengan

9 Erik Purnama Putra, “Saling Klaim Laut China Selatan, Menlu China Peringatkan Filipina,” Republika, 11

November 2015, http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/15/11/11/nxmttx334-saling-

klaim-laut-cina-selatan-menlu-cina-peringatkan-filipina, diakses pada 14 Juni 2017 pukul 20.02 WIB 10

Putra, “Saling Klaim Laut China Selatan, Menlu China Peringatkan Filipina.” 11

Ritchie B. Tongo, “China Klaim Didukung 40 Negara Terkait Laut China Selatan,” Kompas, 20 Mei 2016, http://internasional.kompas.com/read/2016/05/20/20402521/china.klaim.didukung.40.negara.terkait.laut.china.selatan diakses pada 14 Juni 2017 pukul 20.09

Page 31: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

21

berdasarkan Konvensi Internasional tentang Hukum Laut (UNCLOS) dan PCA juga menegaskan

bahwa pembangunan pulau-pulau yang dilakukan Tiongkok telah menyebabkan kerusakan

lingkungan di wilayah Laut Tiongkok Selatan.12

Filipina sebagai negara yang mengajukan laporan atas klaim Tiongkok atas wilayah Laut

Tiongkok Selatan ke PCA tentu sangat diuntungkan dengan keputusan PCA ini. Bahkan warga

Filipina di sejumlah tempat di Manila mengadakan pawai dan mengibarkan bendera kebangsaan

mereka sebagai bentuk perayaan atas keputusan PCA yang menyatakan klaim Tiongkok atas

wilayah Laut Tiongkok Selatan adalah salah dan telah melanggar kedaulatan Filipina.13

Sementara Tiongkok disisi lain sebagai pihak yang dirugikan dengan keputusan PCA ini

dengan tegas menyatakan tidak akan menerima putusan PCA ataupun tindakan yang diambil

berdasarkan dengan putusan PCA. Hal ini disampaikan langsung oleh Presiden Tiongkok Xi

Jinping di Beijing, Jinping juga menegaskan bahwa akan tetap menjaga perdamaian di wilayah

Laut Tiongkok Selatan. Lalu dalam pernyataan Kementrian Luar Negeri Tiongkok menyatakan

bahwa keputusan PCA itu adalah hampa dan tidak mengikat sehingga tidak akan berpengaruh

terhadap kepentingan dan kedaulatan Tiongkok di wilayah Laut Tiongkok Selatan.14

Sementara itu dunia internasional juga ikut melakukan respons terhadap putusan PCA

dan sebagian besar seperti Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, Jepang, Amerika Serikat dan

negara-negara Eropa sangat menghormati keputusan PCA dan berharap Tiongkok dan Filipina

mampu mewujudkan putusan yang sudah dikeluarkan oleh PCA. Sekalipun memang keputusan

12

Simela Victor Muhamad, “Isu Laut China Selatan Pasca-Putusan Mahkamah Arbitrase: Tantangan ASEAN,” Majalah Info Singkat Hubungan Internasional, Juli 2016, 5; tersedia di http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VIII-13-I-P3DI-Juli-2016-7.pdf diunduh pada 16 Juni 2017 pukul 16:32 WIB 13

Muhamad, Isu Laut China Selatan, 6 14

Muhamad, Isu Laut China Selatan, 6

Page 32: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

22

PCA tidak sekuat ICJ (International Court Justice) yang mampu menegakkan putusannya, namun

Filipina melalui pengacaranya di PCA percaya bahwa tekanan internasional akan membuat

Tiongkok memenuhi tuntutan dari PCA tersebut.15

Namun sepertinya apa yang diharapkan oleh Filipina tidak akan terjadi karena Tiongkok

sangat bersikeras bahwa wilayah tersebut adalah wilayah mereka dan menganggap putusan PCA

adalah hampa dan tidak mengikat. Ditambah lagi dengan pernyataan Kementerian Luar Negeri

Tiongkok melalui juru bicaranya Hua Chunying menjelaskan bahwa dukungan terhadap klaim

yang dilakukan oleh Tiongkok semakin banyak. Pada saat pernyataan itu dikeluarkan setidaknya

sudah ada 40 negara yang mendukung klaim Tiongkok atas wilayah Laut Tiongkok Selatan.16

Hal ini membuat Tiongkok semakin percaya diri bahwa tindakannya menolak putusan PCA

adalah hal yang tepat karena memang tidak mengikat dan dunia internasional mulai mengakui

klaimnya atas wilayah Laut Tingkok Selatan yang diduga kaya akan minyak itu.

Pada putusan ini Filipina telah dipimpin oleh Presiden Rodrigo Duterte yang baru saja

terpilih. Benigno Aquino dalam sebuah artikel menyatakan bahwa hubungan bilateral yang baik

tidak akan bisa dilakukan selama konflik Laut Tingkok Selatan masih berlangsung.17

Rodrigo

Duterte sebagai penerus Aquino diharapkan dapat menyelesaikan sengketa wilayah Laut

Tiongkok Selatan ini sehingga hubungan negara-negara di Asia bisa membaik.

Laporan kepada PCA pada tahun 2013 lalu itu dilakukan disaat Filipina berada dibawah

kepemimpinan Presiden Benigno Aquino. Dimana pola hubungan yang terjadi antara Filipina

15

Muhamad, Isu Laut China Selatan, 7 16

Amanda Puspita Sari, “China Mengaku 40 Negara Dukung Klaimnya di Laut China Selatan,” CNN Indonesia, 24 Juni 2016, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160624072607-113-140547/china-mengaku-40-negara-dukung-klaimnya-di-laut-china-selatan/ diakses pada 16 Juni 2016 pukul 17.40 WIB. 17

Ani Nursalikah, “Benigno Aquino Komentari Keputusan Arbitrase Laut China Selatan,” Republika, 13 Juli 2016, http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/16/07/13/oa8s4o366-beniqno-aquino-komentari-keputusan-arbitrase-laut-cina-selatan diakses pada 16 Juni 2017 pukul 17:08 WIB.

Page 33: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

23

dan Tiongkok pada masa itu memang sangat buruk, bahkan hubungan bilateral yang baik bisa

dikatakan tidak ada. Sampai akhir masa jabatannya Filipina dan Tiongkok masih mengalami

ketegangan karena pelaporan yang dilakukan Filipina ke PCA tersebut. Namun sebelum putusan

PCA keluar Benigno Aquino telah lengser dan digantikan oleh Rodrigo Duterte sebagai

pemenang Pemilu Presiden Filipina pada 2016 .

Pada awal putusan PCA dikeluarkan lalu dianjutkan dengan penolakan Tiongkok

terhadap keputusan tersebut, Filipina melalui Menteri Luar Negeri Perfecto Yasay mendesak

Tiongkok untuk menghormati keputusan PCA dan akan membawa isu tersebut ke Konferensi

Tingkat Tinggi Asia-Eropa sebegai bentuk perlawanan terhadap penolakan yang dilakukan oleh

Tiongkok.18

Namun Tiongkok tidak memperdulikan desakan yang diberikan oleh Filipina

tersebut karena merasa keputusan yang dikeluarkan oleh PCA tersebut tidak mengikat bagi

Tiongkok, sehingga tidak ada yang bisa memaksa Tiongkok untuk mematuhi putusan PCA

tersebut.

Jika dilihat pada pernyataan dari Menteri Luar Negeri Filipina tersebut maka dapat

dipastikan bahwa pada masa-masa awal pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte hubungan

Filipina dan Tiongkok masih mengalami ketegangan dan belum menemukan titik temu untuk

menyelesaikan atau bahkan bekerjasama dalam penyelesaian sengketa wilayah Laut Tiongkok

Selatan, karena lagi-lagi klaim yang berbeda dari kedua belah pihak terkait putusan PCA.

Dimana Filipina sebagai pihak yang dapat dikatakan diuntungkan dalam putusan ini menerima

dengan penuh dan mendesak Tiongkok juga mematuhi putusan PCA ini, sementara itu disisi lain

Tiongkok sebagai pihak terlapor dan dirugikan dari putusan PCA ini menolak dan menganggap

18

Ervan Hardoko Ed., “Filipina Desak China Patuhi Keputusan Mahkamah Arbitrase,” Kompas.com, 14 Juli 2016, http://internasional.kompas.com/read/2016/07/14/10094481/filipina.desak.china.patuhi.keputusan.mahkamah.arbitrase. Diakses pada 16 Juni 2017 pukul 17:19 WIB.

Page 34: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

24

putusan PCA ini bukanlah keputusan yang mengikat dan tidak berpengaruh apapun terhadap

kepentingan dan kedaulatan Tiongkok di wilayah Laut Tiongkok Selatan.

Page 35: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

25

BAB III

PERUBAHAN KEBIJAKAN FILIPINA

DI MASA PRESIDEN BENIGNO AQUINO DAN RODRIGO DUTERTE

Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana pola hubungan antara Filipina dan Tiongkok di

masa pemerintahan dua presiden yang berbeda akan dijelaskan juga perubahan kebijakan

Filipina yang terjadi pada masa transisi kepemimpinan. Dimana Presiden Rodrigo Duterte naik

menggantikan Presiden Benigno Aquino..

A. Kebijakan Filipina terhadap Tiongkok pada masa Presiden Benigno Aquino

Konflik Laut Tiongkok Selatan mulai memanas kembali pada tahun 1992 dimana saling

klaim yang dilakukan oleh negara-negara yang terlibat dalam konflik tersebut disertai dengan

aktifitas militer yang tinggi juga. Sehingga membuat negara-negara yang terlibat saling merasa

terancam dan akhirnya seakan-akan menjadi lomba peningkatan aktifitas dan kualitas militer.

ASEAN sebagai sebuah organisasi yang 4 (empat) negara anggotanya terlibat dalam konflik ini

tentu melihat peningkatan aktifitas militer ini akan sangat mengancam keamanan di kawasan

ASEAN itu sendiri. Sehingga ASEAN mengambil inisiatif untuk ikut turun dalam melakukan

upaya penyelesaian konflik ini.

ASEAN yang pada masa awal konflik ini sedang membangun integrasi regional

tentu melihat ini sebagai sebuah ancaman terhadap usaha tersebut sehingga membuat ASEAN

dalam ARF (ASEAN Regional Forum) menetapkan konflik Laut Tiongkok Selatan ini menjadi

permasalahan yang akan diselesaikan secara kolektif regional yang dituangkan dalam

Page 36: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

26

kesepakatan Declaration on Conduct of Parties in the South China Sea.1 Hal ini dilakukan untuk

memantapkan fungsi ASEAN sebagai organisasi regional sesuai dengan fungsi dan tujuan

ASEAN yaitu menciptakan dan menjamin kestabilan keamanan di wilayah Asia Tenggara

sehingga integrasi regional yang sedang diusahakan oleh ASEAN dapat tercapai tanpa terhalang

oleh konflik Laut Tiongkok Selatan ini.2

Kesepakatan negara-negara anggota ASEAN diatas yang akhirnya membuat pola

hubungan antara negara-negara anggota ASEAN dengan Tiongkok, terutama Filipina yang akan

dibahas dalam skripsi ini. Dalam skripsi ini saya akan memfokuskan hubungan Filipina dengan

Tiongkok pada masa Presiden Benigno Aquino dimana pada masa ini hubungan antara kedua

negara sangat panas, ketika pada 2011 bagian Administrasi Atmosferik, Geofisika, dan

Astronomik Filipina (PAGASA) mengeluarkan pernyataan resmi bahwa kawasan Kepulauan

Spratly merupakan kawasan Filipina dan akan selalu disebut sebagai Laut Filipina.3 Hal ini tentu

membuat Tiongkok semakin marah dan membuat situasi antara kedua negara semakin

menegang. Ditambah dimulai dari 2002-2012 hubungan antara Filipina dengan Tiongkok

merupakan hubungan multilateral yaitu melalui forum-forum ASEAN dan Tiongkok.4 Ini

membuat kesepahaman diantara keduanya semakin kecil.

Pola penyelesaian konflik Laut Tiongkok Selatan secara regional ini dimulai dari tahun

2002 dimana ditandatanginya Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea

(DOC) yang berisi tentang penyelesaian sengketa secara damai dan sesuai dengan UN

1 Aris Heru Utomo, “Pertemuan ASEAN dan Ketidakpastian Kawasan,” Kompasiana, 26 Juni 2015,

https://www.kompasiana.com/arisheruutomo/petemuan-asean-dan-ketidakpastian-

kawasan_5500fdbfa33311a872512a4d diakses pada 13 Juni 2017 pukul 22.02 WIB. 2 Utomo, “Pertemuan ASEAN dan Ketidakpastian Kawasan.”

3 Nurul Chintya Irada, Peran ASEAN Regional Forum (ARF) dalam Menjembatani Penyelesaian Konflik Laut China

Selatan Tahun 2002-2011, (Surabaya: Universitas Airlangga, 2013), 5. 4 ASEAN, ASEAN Security Outlook 2015, Malaysia: ASEAN, 2015, hal. 12, http://www.asean.org/wp-

content/uploads/2015/12/ASEAN-SECURITY-OUTLOOK-2015.pdf, diakses pada 13 Juni 2017,pukul 22.42

WIB.

Page 37: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

27

Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) pada 1982.5 Dalam perjanjian ini juga ditekankan

keterbukaan antara negara anggota agar terjadi dialog yang dapat membuka pola penyelesaian

dalam konflik ini.6 Filipina dalam pertemuan ini diwakili oleh Sekretaris Hubungan Luar Negeri

Filipina Blas F. Ople, sementara Tiongkok diwakili oleh Wakil Menteri Luar Negeri Wang Yi.7

Lalu pertemuan antara Filipina dan Tiongkok selanjutnya terjadi pada tahun 2011 pada

pertemuan ASEAN Regional Forum di Bali yang menghasilkan Guidelines for the

Implementation of DOC yang kembali menekankan bahwa semua anggota DOC mempunyai

kewajiban untuk menyelesaikan konflik secara damai dan bertahap dan terbuka serta tetap

menjaga etikat baik untuk membuka dialog secara intens untuk bertukar informasi dalam upaya

penyelesaian konflik ini.8 Dialog yang dimaksud dalam perjanjian ini adalah dialog dalam

pertemuan tingkat menteri antara anggota DOC yang diselenggarakan oleh ASEAN Regional

Forum.

Lalu pada 2012 dalam pertemuan tingkat menteri ASEAN dan Tiongkok di Phnom Penh,

Kamboja para negara anggota DOC mengeluarkan Statement if the ASEAN Foreign Ministers:

ASEAN's Six Point Principles on the South China Sea, dimana 6 point tersebut adalah pernyataan

untuk memenuhi perjanjian DOC pada 2002, lalu panduan implementasi DOC pada 2011,

penyelesaian konflik atau dialog secara regional, penyelesaian dengan dasar UNCLOS, menahan

diri untuk tidak menggunakan kekerasan dalam penyelesaian sengketa dan melakukan resolusi

damai berdasarkan hukum internasional termasuk UNCLOS.9 Dalam pernyataan yang terakhir

ini lebih ditekankan tentang penyelesaian sengketa secara regional untuk tujuan menyatukan

5 ASEAN, Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea 2002, Kamboja: ASEAN, 2002,

http://www.aseansec.org/13163.html diakses pada 13 Juni 2017 pukul 22.58 WIB. 6 ASEAN, Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea 2002.

7 ASEAN, Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea 2002.

8 ASEAN, Guidelines for the Implementation of the DOC 2011, China: ASEAN, 2011,

http://www.aseansec.org/13163.html diakses pada 13 Juni 2017 pukul 23.01 WIB. 9 ASEAN, Statement of the ASEAN Foreign Ministers: ASEAN's Six Point Principles on the South China Sea 2012,

Kamboja: ASEAN, 2012, http://www.aseansec.org/13163.html diakses pada 13 Juni 2017 pukul 23.14 WIB.

Page 38: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

28

persepsi anggota-anggota ASEAN sekaligus mencapai integrasi regional yang diimpikan

ASEAN selama ini.

Dari data-data diatas dapat diketahui bahwa pola hubungan antara Filipina dan Tiongkok

pada masa pemerintahan Preside Benigno Aquino adalah pola hubungan multilateral yang

melibatkan ASEAN sebagai organisasi regional yang menaungi negara-negara ASEAN.

Sehingga pertemuan antara kedua negara ini secara bilateral sangat sulit terjadi dikarenakan

sikap yang sudah saling bermusuhan dari lama sejak awal konflik Laut Tiongkok Selatan ini

mencuat.

B. Kebijakan Filipina terhadap Tiongkok pada masa Presiden Rodrigo Duterte

Setelah pada penjelasan sebelumnya sudah dijelaskan bagaimana hubungan Filipina dan

Tiongkok pada masa pemerintahan Presiden Benigno Aquino serta bagaimana panasnya situasi

hubungan kedua negara ini. Maka pada bagian ini akan dibahas juga bagaimana hubungan

Filipina Tiongkok pada masa pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte. Apakah hubungan dengan

pola multilateral masih dipertahankan atau diubah dan apakah hubungan buruknya menjadi

membaik ataukah makin memburuk yang akan coba dijelaskan dalam bab ini.

Presiden Rodrigo Duterte terpilih sebagai pemenang pemilu Filipina pada Mei 2016 lalu

yang membuat banyak perubahan dalam kebijakan luar negeri Filipina terutama terkait dengan

kedaulatan dan keamanan negara. Seperti kebijakan Duterte yang sangat kontroversial di awal

kepemimpinannya yaitu soal penembakan ditempat kepada para bandar narkoba yang melarikan

diri saat akan ditangkap.10

Hal ini sebenarnya yang membuat akhirnya kebijakan-kebijakan

Duterte sebagai Presiden Filipina yang baru sangat diperhatikan oleh masyarakat Filipina

10

Tim BBC News,“Perang Narkoba di Filipina, Lebih dari 1900 Orang Tewas”. BBC Indonesia, 23 Agustus 2016. http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/08/160823_dunia_filipina_narkoba diakses 4 Januari 2017 pukul 20.05 WIB.

Page 39: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

29

maupun Internasional. Ada pro dan kontra dalam pendapat di masyarakat terkait kebijakan-

kebijakan yang dikeluarkan oleh Duterte sehingga membuat nama Duterte seketika menjadi

perbincangan di dunia Internasional.

Ditambah lagi dengan sikap yang tidak peduli dengan citranya dimata orang lain bahkan

dunia internasional membuat Duterte tidak segan berkata kasar di depan media jika ada yang

tidak sesuai dengan pemikirannya. Ini terjadi saat dia mengatakan bahwa Filipina harus

mempunyai kebijakan luar negeri yang independen dan Obama sebagai Presiden Amerika

Serikat pada waktu itu berusaha untuk mengintervensi soal penegakan HAM di Filipina karena

adanya perang melawan narkoba yang menewaskan ribuan orang, namun Duterte tidak mau

diintervensi dan mengatakan bahwa AS harus menghormati kedaulatan Filipina dan mengatakan

kata-kata kasar tentang Obama.11

Hal ini juga membuat Duterte semakin disorot oleh dunia

internasional.

Tidak hanya soal kebijakan-kebijakannya yang kontroversial, Duterte juga menjadi

perhatian dunia internasional karena kebijakannya yang memutuskan untuk menjalin hubungan

bilateral yang baik dengan Tiongkok untuk menyelesaikan sengketa Laut Tiongkok Selatan

secara bilateral dan damai. Hal ini dibuktikan dengan kunjungan Presiden Rodrigo Duterte ke

Tiongkok pada 23 Januari 2017 yang menghasilkan penandatangan kerjasama senilai US$3.7

miliar atau setara denga Rp49,4 triliun.12

Ini sangat berbeda dengan pendahulunya Presiden

Benigno Aquino yang bersikap sangat keras terhadap kepada Tiongkok karena menanggap

Tiongkok telah melanggar kedaulatan Filipina.

11

Amanda Puspita Sari, “Disebut ‘Anak Pelacur’ Obama Batalkan Bertemu dengan Duterte,” CNN Indonesia, 6 September 2016, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160906065443-106-156308/disebut-anak-pelacur-obama-batalkan-bertemu-dengan-duterte/ diakses 4 Januari 2017 20.13 WIB. 12

Hanna Azarya Samosir,”China-Filipina Sepakati 30 Proyek Kerja Sama Senilai Rp49,4 T,” CNN Indonesia, Senin, 23 Januari 2017, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20170123155033-113-188304/china-filipina-sepakati-30-proyek-kerja-sama-senilai-rp494-t/ diakses pada 4 Januari 2017 pukul 21.02 WIB.

Page 40: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

30

Tidak hanya dalam bidang ekonomi, namun dalam bidang pertahanan juga Filipina

melakukan kerjasama dengan Tiongkok yang seharusnya ini tidak terjadi karena selama ini

Filipina sangat bergantung bidang keamanan dan pertahanannya kepada Amerika Serikat.

Namun seketika di masa kepemimpinan Presiden Rodrigo Duterte kebijakan Filipina seolah-olah

banting stir dari ketergantungan kepada Amerika Serikat menjadi mesra dengan Tiongkok.

Dibuktikan dengan ditandatanganinya perjanjian kesepakatan untuk membentuk badan khusus

kerjasama maritim yang meliputi bidang keamanan, perdagangan, pariwisata, pertanian,

kesehatan dan infrastruktur.13

Bahkan dalam perkembangan isu kebijakan luar negeri Filipina pada tahun 2017 ini,

bukan hanya menjauh dari Amerika Serikat dan mendekat ke Tiongkok. Filipina juga membuka

kerjasama dengan Rusia yang ini sangat membuktikan semakin menguatkan perpisahan Filipina

dengan Amerika Serikat. Dimana Presiden Rodrigo Duterte menandatangani perjanjian

kerjasama dengan Rusia yang meliputi investasi, industri, transportasi, budaya, kesenian dan

yang paling menarik adalah bidang pertanahan dan energi nuklir.14

Dari terbukanya kerjasama Filipina dengan kedua negara yang pada masa pendahulunya

merupakan negara yang di jauhi atau bahkan dapat disebut „musuh‟ karena kedekatan Filipina

kepada Amerika Serikat, dapat disimpulkan sebenarnya bahwa Amerika Serikat sudah tidak lagi

mempunyai pengaruh terhadap Filipina dan ini bisa berdampak pada kepentingan Amerika

Serikat di wilayah Asia. Karena seperti kita ketahui bahwa Filipina adalah negara sekutu yang

paling loyal dan paling kuat bagi Amerika Serikat, sehingga kehilangan pengaruhnya akan

13

Samosir, ”China-Filipina Sepakati 30 Proyek Kerja Sama Senilai Rp49,4 T.” 14

RT Samus, “Rusia & Filipina tandatangani perjanjian kerjasama pertahanan, menegaskan kembali kesatuan melawan terorisme,” ZE Journal, Jum’at, 26 Mei 2017, http://www.zejournal.mobi/id/index.php/news/show_detail/10728 diakses pada 10 Desember 2017 pukul 13:58 WIB.

Page 41: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

31

sangat banyak juga berpengaruh terhadap kepentingan Amerika Serikat di wilayah Asia terutama

dalam konflik Laut Tiongkok Selatan.

Pada kunjungan bilateral yang pertama Presiden Rodrigo Duterte ke Tiongkok pada 18

Oktober 2016 membawa niat baik untuk menghentikan kondisi buruk antara Filipina dan

Tiongkok. Presiden Rodrigo Duterte memimpin sekitar 200 rombongan yang berisi para

pemimpin bisnis di Filipina, dimana hal ini bertujuan untuk membahas kerjasama ekonomi

secara lebih mendalam dengan Tiongkok.15

Dalam kunjungan empat hari Presiden Rodrigo

Duterte ke Tiongkok inilah yang sangat menentukan arah kebijakan luar negeri Filipina

kedepannya terutama di masa pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte.

Dalam kunjungan ini ada beberapa bidang kerjasama yang dibahas yaitu ekonomi seperti

sudah disebutkan di atas bahwa Duterte membawa 200 rombongan yang berisi para pemimpin

bisnis di Filipina. Lalu ada juga pembahasan tentang aliansi dagang antara Filipina dan Tiongkok

sebesar US$13,5 miliar yang ditandatangani pada kunjungan tersebut, tidak hanya itu Presiden

Rodrigo Duterte juga mengumumkan „perceraian‟ Filipina dengan Amerika Serikat pada

kunjungan itu.16

Perceraian Filipina dengan Amerika Serikat bukan berarti sepenuhnya menutup

akses Amerika Serikat, namun ini menjelaskan bahwa Filipina akan bersikap lebih independen

dalam kebijakan luar negerinya tidak lagi bergantung pada pandangan dan pendapat Amerika

Serikat. Filipina bertujuan untuk membuka hubungan kerjasama dengan negara manapun demi

memenuhi kepentingan nasional negaranya. Hal ini membuktikan bahwa tidak menutup

15

RFA, “Presiden Filipina Mulai Kunjungan Kenegaraan di China,” OKE Zone, Selasa, 18 Oktober 2016, https://news.okezone.com/read/2016/10/18/18/1517803/presiden-filipina-mulai-kunjungan-kenegaraan-di-china diakses pada 10 Desember 2017 pukul 15.02 WIB.

16

Reva Dessthania Suastha,”Di China Duterte Umumkan 'Perceraian' Filipina Dengan AS,” CNN Indonesia, Jum’at, 21 Oktober 2016, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20161021140144-106-167019/di-china-duterte-umumkan-perceraian-filipina-dengan-as/ diakses pada 10 Desember 2017 pukul 15.38 WIB.

Page 42: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

32

kemungkinan bahwa akan lebih banyak lagi negara yang akan dikunjungi oleh Presiden Rodrigo

Duterte.

Dalam bidang keamanan dan pertahanan juga Filipina dan Tiongkok sepakat

mengesampingkan konflik Laut Tiongkok Selatan serta hubungan lama yang buruk dan akan

segera memperbaiki hubungan dengan membina hubungan bilateral yang lebih baik dan tentu

kerjasama di bidang militer juga akan menjadi fokus utama mereka untuk menjaga

keberlangsungan hubungan yang baik tersebut. 17

Hubungan ini berbentuk aliansi serta badan

khusus yang akan membahas persoalan jalur laut serta keamanan kedua negara dan akan menjadi

titik cerah penyelesaian sengketa Laut Tiongkok Selatan.

Banyaknya kerjasama yang dilakukan Filipina dengan Tiongkok di awal masa

pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte memang bisa menguntungkan Filipina, namun juga bisa

membuat Filipina kembali merugi karena akan terlalu bergantung kepada Tiongkok. Bagaimana

tidak, bahwa Tiongkok berinvestasi ke Filipina sebesar US$15 miliar untuk membangun

infrastruktur dan sebagainya.18

Ditambah dengan perjanjian perdagangan yang juga besar di

angka US$ 13,5 miliar, serta kerjasama di bidang militer yaitu jalur transportasi di wilayah

sengketa serta keamanannya. Semua hal ini dapat membuat Filipina sangat bergantung kepada

Tiongkok. apalagi Amerika Serikat yang selama ini dapat membentengi pengaruh Tiongkok ke

Filipina sudah „dicerai‟ oleh Presiden Rodrigo Duterte, sehingga tidak ada lagi tameng yang

dapat membentengi Filipina jika saja sewaktu-waktu kerjasama kedua negara ini tidak berjalan

baik dan mulus.

17

Victor Maulana, “Rujuk, Filipina-China Kembali Jalin Kerjasama Militer,” SindoNews, Kamis, 20 Oktober 2016, https://international.sindonews.com/read/1148816/40/rujuk-filipina-china-kembali-jalin-kerjasama-militer-1476958805 diakses pada 10 Desember 2017 pukul 15.52 WIB. 18

Arif Wicaksono, “Delegasi Tiongkok Bicarakan Investasi USD 15 Miliar dengan Filipina,” Metro News, Minggu, 22 Januari 2017, http://ekonomi.metrotvnews.com/globals/akWwJAdk-delegasi-tiongkok-bicarakan-investasi-usd-15-miliar-dengan-filipina diakses pada 10 Desember 2017 pukul 16.04 WIB.

Page 43: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

33

Dengan pertimbangan yang seperti disebutkan di atas maka Presiden Rodrigo Duterte

terlihat lebih aktif membangun hubungan dengan negara lain agar tidak terlalu bergantung

kepada keberadaan Tiongkok yang saat ini sedang menjadi cahaya penerang bagi pembangunan

Filipina. Sebagai penangkal kebergantungan Filipina terhadap Tiongkok diketahui bahwa

Filipina menjalin kerjasama militer dengan Jepang, yaitu dibuktikan dengan kunjungan Presiden

Rodrigo Duterte ke Jepang pada 28 Oktober 2016 yang fokus membahas persoalan strategi

regional di bidang kemanan dan maritime, dimana Jepang berjanji akan megucurkan kredit

sebesar US$ 201 juta kepada Filipina yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur

maritim Filipina serta Jepang akan memberikan 2 (dua) buah kapal patrol besar dan 1 (satu) buah

pesawat latihan jenis TC-90 dimana ini membuktikan bahwa dalam bidang militer dan

kemaritiman Filipina masih tetap hati-hati dan tidak membuka pintu terlalu lebar kepada

Tiongkok untuk mendominasi.19

Namun walaupun demikian dikunjungan pertamanya ke Tiongkok pada Oktober 2016

Presiden Rodrigo Duterte telah membicarakan persoalan keamanan di wilayah sengketa Laut

Tiongkok Selatan yaitu terkait patroli gabungan di wilayah Laut Tiongkok Selatan untuk

menjaga keamanan wilayah dari segala macam kegiatan illegal seperti jalur penyelundupan dan

pembajakan. Patroli gabungan ini diberi nama Joint Coast Guard Committee (JCGC) yang juga

menjadi komite untuk membicarakan segala hal terkait konflik Laut Tiongkok Selatan termasuk

keamanan di wilayah tersebut.20

19

Tim ParsToday, “Kerjasama Strategis Jepang dan Filipina,” Pars Today, Jum’at, 28 Oktober 2016, http://parstoday.com/id/news/world-i24295-kerja_sama_strategis_jepang_dan_filipina diakses pada 10 Desember 2017 pukul 16.20 WIB. 20

Prashanth Parameswaran, “Whats’s Behing the New China-Philippines Coast Guard Exercise?,” The Diplomat, 15 Maret 2017, https://thediplomat.com/2017/03/whats-behind-the-new-china-philippines-coast-guard-exercise/ diakses pada 11 Desember pukul 1.19 WIB.

Page 44: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

34

JCGC ini memiliki pertemuan rutin yang diperuntukkan untuk berdiskusi serta bertukar

informasi untuk memperkuat pertahanan dan keamanan diwilayah tersebut serta membahas

tentang berbagai macam hal terkait hubungan Filipina Tiongkok. Ini dapat terlihat pada

pertemuan kedua JCGC pada 20-22 Februari di teluk subic Filipina yang membahas tentang

pengimplementasian perjanjian kerjasama ini terhadap penyelendupan narkoba, perlindungan

alam, serta respon darurat jika terjadi sesuatu di wilayah tersebut.21

Bahkan dalam artikel terkait

disebutkan bahwa Filipina dan Tiongkok akan sering melakukan kunjungan atau lebih tepatnya

latihan bersama militer terkait pertahanan bahkan sampai ilmu huum terkait maritime dan laut.

Dengan hal ini dapat disimpulkan bahwa memang hubungan Filipina Tiongkok sangat

baik dan dapat kita pastikan bahwa konflik Laut Tiongkok Selatan sudah memasuki babak baru

penyelesaian, yang tidak lagi menggunakan diplomasi multilateral serta acuh dan tetap bersikeras

pada klaim masing-masing sehingga menyebabkan penyelesaian yang alot. Saat ini penyelesaian

sengketa Laut Tiongkok Selatan menggunakan pola diplomasi bilateral dengan negara-negara

konflik dan menggunakan persepsi keterbukaan dimana negara-negara ini sekarang bersikap

lebih terbuka, mengesampingkan konflik dan lebih mengedepankan kerjasama yang dapat saling

menguntungkan sambil berdiskusi untuk mencari solusi dari konflik yang sudah menjadi konflik

yang sangat besar dan melibatkan banyak pihak yang bahkan tidak ada di teritori tersebut.

Pada masa awal kepemimpinan Presiden Rodrigo Duterte dapat dikatakan bahwa

kebijakan luar negeri Filipina sangat berpihak kepada Tiongkok, dimana dari segala bidang

mulai dari perdagangan, investasi, bantuan, keamanan serta militer semuanya mempunyai

kerjasama dengan Tiongkok. Ini dapat diartikan bahwa sebenarnya Filipina bukan ingin

independen melainkan ingin berganti induk dari Amerika Serikat ke Tiongkok. Karena pada

21

Parameswaran, “Whats’s Behing the New China-Philippines Coast Guard Exercise?.”

Page 45: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

35

masa awal pemerintahan Presdien Rodrigo Duterte sangat jelas sekali semua kebijakan sudah

pasti berhubungan dengan Tiongkok dan kepentingannya. Walaupun Filipina juga mendapatkan

manfaat dari kerjasama tersebut, namun tidak sebesar manfaat yang diterima oleh Tiongkok.

Sebelum mendekat ke Tiongkok Filipina merupakan salah satu negara di Asia Tenggara

yang sangat dekat dengan Amerika Serikat, dari sejak Filipina merdeka Filipina selalu

mempunyai kebijakan luar negeri yang sangat memikirkan kepentingan mereka dan sekutunya

yaitu Amerika Serikat. Namun setelah terpilihnya Rodrigo Duterte sebagai Presiden Filipina

pada Mei 2016 hubungan Filipina dengan Amerika Serikat semakin buruk. Dari mulai perang

statement di media antara Duterte dan Obama sampai diusirnya pasukan Amerika Serikat dari

wilayah laut Filipina.

Padahal seperti kita ketahui bahwa Amerika Serikat adalah negara yang selama ini

menjaga keamanan dan memperkuat pertahanan Filipina selama Filipina terlibat dalam kasus

sengketa Laut Tiongkok Selatan. Namun Presiden Rodrigo Duterte seolah tidak memperdulikan

dan melupakan semua kisah mesra Filipina dengan Amerika Serikat yang dilakoni oleh para

pendahulunya dan membuat pengakuan „cerai‟ dari Amerika Serikat dengan dalih kebijakan luar

negeri yang lebih independen tanpa ada kepentingan Amerika Serikat didalamnya dan focus

terhadap pencapaian kepentingan nasional mereka sendiri.

Pasca pengusiran para pasukan Amerika Serikat dari wilayah Filipina, Presiden Rodrigo

Duterte melakukan kunjungan kenegaraan ke Tiongkok dengan membawa 200 rombongan yang

terdiri dari para pemimpin bisnis di Filipina.22

Hal ini tentu membuat dunia internasional

beranggapan bahwa Filipina telah melepaskan diri dari Amerika Serikat dan berpindah induk ke

22

RFA, “Presiden Filipina Mulai Kunjungan Kenegaraan di China.”

Page 46: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

36

gTiongkok. Namun menariknya adalah hal ini akan membuat perbedaan yang sangat signifikan

terhadap sengketa Laut Tiongkok Selatan. Dimana kedua kekuatan besar Filipina yang dulunya

dianggap kekautan besar karena dibentengi oleh Amerika Serikat dan Tiongkok akan membuat

alot pembahasan penyelesaian masalah karena terbenturnya kepentingan masing-masing, setelah

ini akan membuat babak baru yang sangat menarik untuk dicermati karena adanya kerjasama

bilateral yang baik disaat kedaulatan negara sedang terancam.

Pada kunjungan kenegaraan yang dilakukan Presiden Rodrigo Duterte ke Tiongkok pada

2016 itu bukan hanya membahas persoalan ekonomi seperti investasi dan perdagangan namun

juga membahas soal patroli laut bersama di wilayah Laut Tiongkok Selatan.23

Dimana hal ini

bertujuan untuk melindungi keamanan wilayah bersama serta menghilangkan kecurigaan-

kecurigaan yang dapat memicu konflik kembali. Patroli bersama ini disebut Filipina Tiongkok

Joint Coast Guard Committee (JCGC). Patroli bersama ini akan fokus kepada keresahan bersama

terhadap penyelundupan narkoba serta pembajakan di wilayah Laut Tiongkok Selatan serta

kedua negara.

Setelah pertemuan pertama pembahasan patroli bersama ini pada Oktober 2016 lalu,

pertemuan ini dilanjutkan pada bulan februari 2017. Dimana dalam pertemuan ini dibahas

tentang ketentuan-ketentuan serta aturan-aturan yang akan menjadi guide kepada Filipina dan

Tiongkok dalam mengambil tindakan terkait dengan patroli bersama atau JCGC ini.24

Di dalam

pertemuan ini juga diambil kesimpulan yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa fokus dari

JCGC ini adalah penjagaan keamanan wilayah seperti persoalan penyelundupan narkoba dan

23

RFA, “Presiden Filipina Mulai Kunjungan Kenegaraan di China.” 24

Parameswaran“Whats’s Behing the New China-Philippines Coast Guard Exercise?.”

Page 47: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

37

pembajakan. Serta mengumpulkan informasi-informasi, melakukan pelatihan militer dan

pendidikan bersama demi mencapai solusi dari sengketa Lau Tiongkok Selatan ini.25

Dengan disepakatinya aturan-aturan atau norma perjanjian internasional antara Filipina

dan Tiongkok ini tentu akan membuat kerjasama antar kedua negara ini menjadi lebih baik dan

lebih stabil. Dimana setelah membaiknya hubungan Filipina dan Tiongkok, membuat Tiongkok

juga lebih mudah untuk mendekati negara-negara yang terlibat konflik Laut Tiongkok Selatan

secara bilateral. Karena kesulitan selama ini adalah peran ASEAN yang begitu besar dalam

penyelesaian sengketa secara multilateral sehingga setiap proses perundingan menjadi alot

dikarenakan kepentingan bersama ASEAN yang didahulukan sementara tidak semua negara

ASEAN terlibat dalam konflik tersebut.

Lalu pertemuan berikutnya dari JCGC antara Filipina dan Tiongkok ini dilakukan pada 7

November 2017 dimana pertemuan ini merupakan implementasi dari kesepakatan patroli

bersama seperti sudah dijelaskan diatas bahwa salah satu ketentuan dan aturan dari patroli

bersama ini adalah dengan diadakannya pertemuan-pertemuan serta bertukar informasi dan

pelatihan bersama antar kedua negara untuk bisa menjaga hubungan baik.26

Dalam pertemuan ini

juga Filipinda dan Tiongkok sepakat bahwa menjalin kerjasama yang baik dan saling

keterbukaan lebih bisa membantu kepentingan kedua negara dalam menjaga kemanan kawasan

dari kejahatan internasional serta dapat menghambat penyebaran narkoba internasional, dimana

ini memang menjadi fokus dari kedua negara.

25

Parameswaran“Whats’s Behing the New China-Philippines Coast Guard Exercise?.” 26

Xinhua, “Chinese, Philippine coast guards meet in Beijing on cooperation,” Xinhua Net, 8 November 2017, http://news.xinhuanet.com/english/2017-11/08/c_136735016.htm diakses pada 11 Desember 2017 pukul 10.10 WIB.

Page 48: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

38

Dari pertemuan pertama sejak pembahasan patroli bersama ini memang sudah dapat

diprediksikan bahwa Filipina benar-benar serius untuk menjalin hubungan dengan Tiongkok.

Dimana pada kunjungan pertama yang dihadiri oleh 200 pemimpin bisnis dari Filipina ini

menunjukkan keseriusan Filipina untuk berkolaborasi dengan Tiongkok dan mengesampingkan

persoalan sengketa wilayah Laut Tiongkok Selatan. Lalu ditambah dengan patroli bersama yang

menjadi ujung tombak kerjasama kedua negara ini, dimana dari patroli bersama ini masing-

masing pihak menerapkan prinsip keterbukaan dengan bertukar informasi, pelatihan bersama dan

penumpasan kejahatan transnasional dan pengedaran narkoba internasional yang menjadi fokus

dari kedua negara terutama Presiden Rodrigo Duterte yang memang sudah memulai perang

melawan narkoba sejak dirinya dilantik menjadi Presiden Filipina.

Namun kedekatan Filipina dengan teman barunya ini yaitu Tiongkok tentu akan membuat

sekutu lamanya Amerika Serikat tidak tinggal diam. Seperti sudah dijelaskan juga pada

pembahasan di bab sebelumnya bagaimana baiknya hubungan Filipina dan Amerika Serikat serta

dukungan penuh dari segi politik sampai militer demi menjaga kedaulatan negara Filipina yang

terancam akibat kasus sengketa wilayah Laut Tiongkok Selatan ini. Dan sangat tidak menutup

kemungkinan bahwa Tiongkok menerima Filipina sebagai teman barunya karena memang

memiliki kepentingan yang lain dan bisa saja sewaktu-waktu ketika kepentingan kedua negara

ini sudah tidak bertemu lagi maka Tiongkok akan kembali menjadi musuh besar Filipina yang

sangat menginginkan wilayah Laut Tiongkok Selatan.

Lalu ada satu kemungkinan lagi yang sebenarnya paling menakutkan bagi Filipina yaitu

ketergantungan Filipina terhadap Tiongkok. Karena baru 1 (satu) tahun lebih berjalan

kepemimpinan Presiden Rodrigo Duterte dan baru 1 (satu) tahun juga hubungan kedua negara ini

membaik, Tiongkok sudah mulai memasuki pasar Filipina dalam bidang perdagangan, Tiongkok

Page 49: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

39

juga mendanai banyak sekali pembangunan negara, serta investasi di bidang transportasi yang

juga menjadi fokus program pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte. Kenyamanan dan

kemudahan seperti ini sudah menjadi ciri khas dari Tiongkok untuk membuat negara yang

menerima bantuan atau kerjasama dengan Tiongkok menjadi bergantung dan akhirnya Tiongkok

mampu memperluas dan menguatkan pengaruhnya terhadap negara tersebut seperti yang kita

lihat saat ini di Afrika bagaimana Tiongkok menjadi sahabat yang sangat baik bagi beberapa

negara di Afrika. Ini harus menjadi konsen bagi Filipina apalagi ASEAN karena pengaruh

Tiongkok yang begitu besar mampu membuat ketidakseimbangan kekuatan di ASEAN yang

nantinya akan berakibat buruk terhadap keberlangsungan ASEAN kedepannya.

Keindependensian ASEAN dapat hilang karena pengaruh dari luar yang sangat besar.

Dalam masa pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte Filipina lebih terlihat pragmatis dan

rasional dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Ini terlihat dari langkah yang diambil Duterte

yaitu penyelesaian sengketa dengan cara kerjasama bilateral sehingga membuat pembicaraan

terkait resolusi konflik Laut Tiongkok Selatan ini dapat berjalan sekaligus memberikan

keuntungan kepada Filipina sekaligus. Namun tentu ada konsekuensi yang harus diterima oleh

Filipina sebagai bentuk dari konsekuensi kebijakannya ini yaitu memburuknya hubungannya

dengan Amerika Serikat yang selama ini membentengi pertahanan Filipina di kawasan sengketa

tersebut.

Dari kerjasama yang dilakukan oleh Filipina dengan Tiongkok di masa pemerintahan

Presiden Rodrigo Duterte ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa pola hubungan atara Filipina

dan Tiongkok pada saat ini adalah pola kerjasama bilateral yang saling menguntungkan karena

meredam konflik yang membuat perkenomian kedua negara tetap berjalan baik bahkan berkat

kerjasama Filipina mendapatkan investor dan Tiongkok mendapatkan pasar yang selama ini

Page 50: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

40

sama sekali tidak bisa disentuh karena adanya pembentengan dari Amerika Serikat. Sehingga ini

membuat Filipina dan Tiongkok menjadi lebih dingin dalam membicarakan penyelesaian konflik

Laut Tiongkok Selatan ini..

Page 51: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

41

BAB IV

ANALISIS RATIONAL ACTOR MODEL TERHADAP PERUBAHAN KEBIJAKAN

FILIPINA DI MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN RODRIGO DUTERTE

Filipina merupakan salah satu dari beberapa negara yang terlibat dalam konflik Laut

Tiongkok Selatan dan merupakan negara yang membawa sengketa wilayah ini ke Mahkamah

Arbitrase Internasional dan menang, yang membuat Filipina sangat diperhitungkan dalam

konflik ini. Namun kondisi pertahanan negara Filipina yang cenderung lemah membuat Filipina

harus mempunyai sokongan dari asing yang kuat untuk membantu bertahan dari Tiongkok.

Dalam hal ini keberuntungan Filipina adalah Filipina merupakan sekutu terdekat Amerika

Serikat di Asia Tenggara, sehingga Filipina mendapatkan banyak bantuan dari Amerika Serikat

baik dari segi politik sampai militer untuk menjaga daerah kedaulatan Filipina.

Konflik wilayah Laut Tiongkok Selatan ini sudah berlangsung lama dan sangat alot

akibat adanya saling klaim dari negara-negara yang terlibat dan semua negara berusaha untuk

memenangkan klaim atas wilayah ini. Dimana dalam wilayah ini terdapat begitu banyak sumber

daya yang membuat negara-negara yang berkonflik semakin yakin untuk memenangkan

klaimnya atas wilayah Laut Tiongkok Selatan ini.1 Jadi bukan hanya faktor sejarah wilayah

kedaulatan melainkan ada faktor ekonomi disana yang mendorong konflik ini menjadi semakin

besar.

Jika dilihat dari sangat alotnya penyelesaian sengketa wilayah Laut Tiongkok Selatan ini.

Maka dukungan atau koalisi dibutuhkan untuk menambah kekuatan demi mempertahankan

klaim. Tiongkok sebagai negara superpower mungkin tidak membutuhkan koalisi, namun

1 Irada, Peran ASEAN Regional Forum (ARF) dalam Menjembatani Penyelesaian Konflik Laut China Selatan Tahun

2002-2011, 2.

Page 52: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

42

negara-negara dunia ketiga seperti Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei pasti butuh koalisi

dan dukungan untuk tetap bertahan dalam pertarungan klaim ini. Filipina tentu lebih yakin

karena jelas mendapat dukungan penuh dari Amerika Serikat yang merupakan sekutunya,

sementara Vietnam, Malaysia dan Brunei akhirnya sepakat untuk menyelesaikan sengketa

melalui jalur diplomasi multilateral dengan menggunakan badan ASEAN sebagai organisasi

regional Asia Tenggara.2 Hal ini akhirnya juga memaksa Filipina untuk ikut menyelesaikan

sengketa melalui ASEAN sehingga terjadi balance dalam konflik yang akhirnya malah membuat

konflik ini sangat sulit menemukan solusi.

Panjangnya waktu dalam diskusi serta pertemuan yang dilakukan untuk mencari solusi

konflik ini. Membuat Filipina yang dipimpin oleh Presiden baru yaitu Rodrigo Duterte merasa

peran ASEAN sebagai fasilitator dan negosiator tidak begitu berfungsi. Karena sudah begitu

lama namun belum ada titik temu dari konflik tersebut. Presiden Rodrigo Duterte akhirnya

menempuh jalur lain dengan cara langsung melakukan kerjasama dengan Tiongkok secara

bilateral dan mengesampingkan urusan konflik tersebut terlebih dahulu untuk memenuhi

kepentingan nasionalnya yang lain terlebih dahulu.3 Bahkan bukan hanya membuka kerjasama

dengan Tiongkok, Presiden Rodrigo Duterte juga mengumumkan perpisahan dengan Amerika

Serikat serta mengusir seluruh pasukan Amerika Serikat dari wilayah kedaulatan Filipina.4

Hal ini tentu saja menunjukkan perubahan sikap yang sangat cepat yang dilakukan oleh

Presiden Rodrigo Duterte di tahun pertama dia dilantik langsung mengubah arah kebijakan luar

2 Irada, Peran ASEAN Regional Forum (ARF) dalam Menjembatani Penyelesaian Konflik Laut China Selatan Tahun

2002-2011, 7 3 Tim Kompas, “Filipina Tinggalkan ASEAN dan Mendekat ke China,” Kompas, 2 Juni 2016,

http://internasional.kompas.com/read/2016/06/02/14230531/filipina.tinggalkan.asean.dan.mendekat.ke.china diakses pada 11 Desember 2017 pukul 15.23 WIB. 4 Rita Uli Hutapea, “Duterte Umumkan Perpisahan Dari AS, Ini Penjelasan Menteri Filipina,” Detik News, Jum’at, 21

Oktober 2016, https://news.detik.com/internasional/d-3326383/duterte-umumkan-perpisahan-dari-as-ini-penjelasan-menteri-filipina diakses pada 11 Desember 2017 pukul 15.41 WIB.

Page 53: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

43

negeri Filipina yang dulunya sangat anti Tiongkok pada masa pemerintahan Presiden Benigno

Aquino menjadi pro dan sangat mesra dengan Tiongkok. Ditambah lagi disaat awal

pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte keluar putusan Mahkamah Arbitrase yang menyatakan

Filipina menang dalam sengketa tersebut. Namun bukannya memperjuangkan putusan tersebut,

Presiden Rodrigo Duterte malah menjalin hubungan dengan Tiongkok dan melupakan sejenak

persoalan konflik Laut Tiongkok Selatan tersebut.5 Maka dalam bab ini akan dijelaskan analisis

penulis terhadap perubahan sikap yang terjadi di masa pemerintaha Presiden Rodrigo Duterte

dan membahas alasan-alasan pengambilan keputusan serta membuktikan rasional atau tidaknya

pilihan kebijakan politik luar negeri yang diambil oleh Presiden Rodrigo Duterte itu sendiri.

Seperti sudah dijelaskan pada bab I bahwa analisis perubahan sikap ini menggunakan

teori rational actor model, dimana dalam menganalisa kebijakan dalam teori ini mengenal 4

komponen dalam proses pengambilan kebijakan itu sendiri. Pertama, adalah adanya aktor

nasional pengambil kebijakan tersebut. Kedua, kebijakan diambil berdasarkan respon atau untuk

sebuah isu dan permasalahan, maksudnya adalah ketika sebuah kebijakan diambil akan ada

alasan dibalik diambilnya kebijakan tersebut yang berarti itu adalah isu dan permasalahan yang

melatarbelakangin diambilnya keputusan tersebut. Ketiga, adanya proses seleksi yaitu, proses

pertimbangan dimana ada perbandingan antara beberapa tindakan yang dapat diambil dalam

kepentingan merespon atau menyelesaikan isu tersebut sampai akhirnya mendapatkan kebijakan

tersebut sebagai solusinya.6

Keempat, tindakan atau kebijakan tersebut merupakan pilihan rasional yang meliputi;

pertama tujuan untuk menjaga dan memenuhi keamanan serta kepentingan nasional, kedua

merupakan tindakan alternatif yang dapat diambil oleh pengambil keputusan dalam situasi

5 Tim Kompas, “Filipina Tinggalkan ASEAN dan Mendekat ke China.”

6 Allison, “Conceptual Models and the Cuban Missile Crisis,” 694.

Page 54: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

44

tersebut, ketiga memiliki konsekuensi baik keuntungan maupun kerugian, keempat kebijakan

tersebut merupakan alternative yang diambil karena merupakan alternaalternative persentase

keuntungan paling tinggi dibandingkan dengan alternative kebijakan yang lain.7

Selanjutnya untuk menganalisa dan mengetahui apakah kebijakan luar negeri yang

diambil oleh Filipina pada masa pemerintahan Presiden Rodrigo Duterte ini memenuhi keempat

unsur yang sudah dijelaskan diatas, teori Rational Actor Model ini memiliki 3 (tiga) tahapan

analisis. Pertama, adalah tahapan identifikasi masalah dimana dalam penelitian ini yang

dimaksud adalah identifikasi masalah utama yang dihadapi oleh Filipina yaitu masalah keamana

dan kepentingan nasional yang menjadi latar belakang pengambilan kebijakan. Lalu tahap kedua

adalah, proses identifikasi pilihan alternatif dimana sebelumnya sudah dijelaskan dalam Rational

Actor Model harus ada beberapa opsi pilihan kebijakan sebelum mengambil suatu kebijakan

yang rasional, sehingga dalam penelitian akan diidentifikasi apa saja pilihan alternatif yang bisa

diambil Filipina dan membandingkan serta menghitung untung rugi nya dengan opsi membuka

hubungan dengan Tiongkok. Tahapan yang terakhir adalah mengidentifikasi pilihan yang akan

diambil berdasarkan dengan hitungan keuntungan tertinggi atau disebut dengan value

maximizing yang akan menjadi pilihan rasional. Dimana ketiga tahap ini akan dilakukan secara

berurutan hingga nanti akan menghasilkan jawaban penelitian ini.8

A. Identifikasi Tujuan

Konflik sengketa wilayah Laut Tiongkok Selatan sudah menjadi sebuah yang konflik

yang sudah sangat panjang. Dimana sudah banyak cara penyelesaian sengketa ini mulai dialog

7 Allison, “Conceptual Models and the Cuban Missile Crisis,” 694.

8 Allison, “Conceptual Models and the Cuban Missile Crisis,” 694.

Page 55: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

45

antar negara, regional, bahkan sampai dibawa ke mahkamah arbitrase Internasional. Namun

konflik yang sangat rumit ini tetap saja belum menemukan solusi yang terbaik. Sementara itu

hubungan antar negara yang berkonflik kian memburuk dan bisa saja memicu perang kembali

terjadi.

Pada masa pemerintahan Presiden Benigno Aquino Filipina mengikuti pola penyelesaian

sengketa secara regional, namun selama kurang lebih 10 tahun dari ditandatanganinya

Declaration on Conduct of Parties in the South China Sea pada tahun 2012 berusaha untuk

melelang beberapa blok di wilayah Laut Tiongkok Selatan untuk eksplorasi minyak yang

menyebabkan Tiongkok meningkatkan aktifitas militernya di wilayah Laut Tiongkok Selatan dan

membuat rencana tersebut gagal.9 Kegagalan rencana tersebut memicu Filipina di bawah

pemerintahan Benigno Aquino semakin marah dan melaporkan sengketa wilayah Laut Tiongkok

Selatan tersebut ke mahkamah arbitrase internasional.10

Pelaporan ini tentu semakin memanaskan hubungan antara Filipina dan Tiongkok yang

membuat Tiongkok semakin gencar melakukan operasi militer untuk patroli mengamankan

wilayah sengketa Laut Tiongkok Selatan. Sementara Filipina yang mempunyai kekuatan militer

yang lemah tidak mampu melakukan patroli balasan karena jika terjadi kontak senjata maka

Filipina jelas akan kalah. Namun Presiden Benigno Aquino sudah menyadari hal tersebut dan

lebih dulu melakukan kerja sama militer dengan Amerika Serikat yang disebut Enhanced

9 Prasetyo, Resolusi Potensi Konflik Regional, 80

10 Erik Purnama Putra, “Saling Klaim Laut China Selatan, Menlu China Peringatkan Filipina,” Republika, 11

November 2015, http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/15/11/11/nxmttx334-saling-klaim-laut-cina-selatan-menlu-cina-peringatkan-filipina, diakses pada 14 Juni 2017 pukul 20.02 WIB.

Page 56: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

46

Defense Cooperation Agreement untuk menambah pasukan militer Amerika Serikat di wilayah

Laut Tiongkok Selatan demi menjaga keamanan dan kedaulatan Filipina.11

Lalu setelah keluarnya putusan mahkamah arbitrase internasional terkait kasus sengketa

wilayah Laut Tiongkok Selatan yang memenangkan Filipina, Tiongkok langsung mengeluarkan

pernyataan menolak putusan tersebut dan menganggap putusan tersebut illegal karena wilayah

tersebut merupakan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Tiongkok.12

Putusan mahkamah

arbitrase internasional tersebut memang mengikat namun tidak bisa dipaksakan, sehingga

Filipina dengan power yang lebih kecil dibanding dengan Tiongkok tidak akan dapat mendesak

Tiongkok untuk mematuhi keputusan tersebut. Bahkan ASEAN Regional Forum dan KTT Asia-

Eropa pun tidak mampu mendesak Tiongkok untuk melakukan negosiasi kembali terkait putusan

mahkamah arbitrase internasional.13

Konfrontasi yang terus dilakukan oleh Filipina terhadap Tiongkok ternyata tidak

membuahkan hasil apapun hanya menyebabkan kondisi semakin memburuk. Ditambah lagi

dengan karena terlalu banyak energi dan fokus negara terhadap konflik tersebut membuat banyak

permasalahan internal yang tidak teratasi seperti dengan kelompok separatis dan pengedaran

narkoba yang sudah sangat menjamur di Filipina. Walaupun seperti sudah disebutkan

sebelumnya bahwa Filipina memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup besar namun

permasalahan sosial di negaranya tidak terselesaikan dengan baik karena banyaknya tenaga yang

11

Carl Thayer, “Analyzing the US-Philippines Enhanced Defense Cooperation Agreement,” The Diplomat, 19

Oktober 2014, http://thediplomat.com/2014/05/analyzing-the-us-philippines-enhanced-defense-cooperation-

agreement/ diakses pada 14 Juni 2017 pukul 20.29 WIB.

12

Puti Almas, “China Tolak Keputusan Mahkamah Internasional Soal LCS,” Republika, Selasa, 12 Juli 2017, http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/16/07/12/oa7erf282-cina-tolak-keputusan-mahkamah-internasional-soal-lcs diakses pada 12 Desember 2017 pukul 2.34 WIB. 13

Hardoko, “Filipina Desak China Patuhi Keputusan Mahkamah Arbitrase.”

Page 57: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

47

dikeluarkan untuk terus berkonfrontasi dengan Tiongkok dalam sengketa wilayah Laut Tiongkok

Selatan.

Pada Mei 2016, pemilihan presiden di Filipina menetapkan Rodrigo Duterte sebagai

pemenang dan menggantikan Benigno Aquino sebagai presiden Filipina setelah ditetapkan oleh

rapat paripurna Dewan dan Senat.14

Tidak lama setelah dilantiknya Rodrigo Duterte sebagai

Presiden Filipina yang baru, ia langsung mengeluarkan kebijakan perang terhadap narkoba yang

ini sangat kontroversi dan mengundang banyak sekali pro kontra dimana baru dalam beberapa

pekan operasi pemberantasan narkoba ini dilakukan sudah menimbulkan korban jiwa sebanyak

hampir 750 orang dan korban lainnya masih diselidiki penyebab kematian.15

Bukan hanya Pro Kontra, namun juga kecaman datang dari berbagai organisasi dan

aktifis HAM bahkan dari negara-negara internasional terutama Amerika Serikat yang merupakan

sekutu Filipina yang selama ini selalu mendukung dan melindungi Filipina.16

Namun Presiden

Rodrigo Duterte tidak mengindahkan peringatan Amerika Serikat untuk menghentikan perang

narkoba yang memakan banyak korban tersebut, malah Presiden Rodrigo Duterte memaki

Presiden Obama dan mengancam akan keluar dari PBB jika ada yang mengintervensi Filipina

dalam melakukan perang terhadap narkoba.17

Sikap dan pernyataan yang tidak baik dari Filipina

ini membuat Amerika Serikat tersinggung sampai-sampai Presiden Obama membatalkan

kunjungannya ke Filipina karena pernyataan yang dibuat oleh Presiden Rodrigo Duterte

14

Tim BBC Indonesia, “Parlemen: Duterte Resmi Presiden Terpilih Filipina,” BBC Indonesia, 30 Mei 2016, http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/05/160530_dunia_filipina_duterte diakses pada 12 Desember pukul 22.27 WIB. 15

Tim BBC Indonesia, “Perang Narkoba di Filipina, Lebih dari 1900 orang Tewas,” BBC Indonesia, 23 Agustus 2016, http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/08/160823_dunia_filipina_narkoba diakses pada 12 Desember 2017 pukul 22.40 WIB. 16

Tim BBC Indonesia, “Perang Narkoba di Filipina, Lebih dari 1900 orang Tewas.” 17

Tim BBC Indonesia, “Perang Narkoba di Filipina, Lebih dari 1900 orang Tewas.”

Page 58: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

48

dianggap telah menghinanya.18

Hal ini mulai jadi pemicu memburuknya hubungan Filipina

dengan Amerika Serikat.

Memburuknya hubungan Filipina bukan hanya karena pernyataan kasar Presiden Rodrigo

Duterte kepada Presiden Obama namun juga pada 12 September 2016 dalam pidatonya Presiden

Rodrigo Duterte meminta Amerika Serikat menarik pasukannya dari wilayah Filipina yang

dianggap menjadi pemicu pemberontakan kelompok Muslim di wilayah Filipina Selatan.19

Ditambah lagi dengan satu pernyataan lagi yang menjadi puncak perpisahan Filipina dan

Amerika Serikat yaitu pada Oktober 2016 saat kunjungan kenegaraan Presiden Rodrigo Duterte

ke Tiongkok dimana ia menyatakan perpisahan dengan Amerika Serikat dalam pidatonya di

Tiongkok tersebut.20

Hal itu membuat jelas tentang hubungan Filipina dan Amerika Serikat

semenjak memburuk pasca pernyataan kasar terhadap Presiden Obama dilontarkan oleh Presiden

Rodrigo Duterte.

Pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Rodrigo Duterte di atas dilakukan pada saat

kunjungan kenegeraan ke Tiongkok dimana dalam kunjungan itu Filipina dan Tiongkok

menandatangani banyak kesepakatan kerjasama di bidang ekonomi dan keamanan serta Filipina

menyatakan mendukung Tiongkok dalam menyelesaikan konflik Laut Tiongkok Selatan.21

Sehingga dapat dikatakan bahwa Filipina sudah dengan jelas melepaskan diri dari pengaruh

Amerika Serikat dan merapat ke Tiongkok untuk mendapatkan keuntunga yang lebih besar serta

18

SIA, “Obama Batalkan Pertemuan dengan Presiden Filipina Karena Komentar Kasar,” VOA Indonesia, 6 September 2016, https://www.voaindonesia.com/a/obama-duterte-penghinaan-publik/3495326.html diakses pada 12 Desember 2017 pukul 22.49 WIB. 19

EM, “Duterte Ingin Pasukan AS Keluar dari Filipina Selatan,” VOA Indonesia, 13 September 2016, https://www.voaindonesia.com/a/duterte-ingin-pasukan-as-keluar-dari-filipina-selatan-/3504547.html diakses pada 12 Desember 2017 pukul 22.57 WIB. 20

Avit Hidayat, “Duterte Nyatakan Pisah dari AS dan Bergabung dengan China,” Tempo.co, Kamis, 20 Oktober 2016, https://dunia.tempo.co/read/813929/duterte-nyatakan-pisah-dari-as-dan-bergabung-dengan-cina diakses pada 12 Desember 2017 pukul 23.07 WIB. 21

Hidayat, “Duterte Nyatakan Pisah dari AS dan Bergabung dengan China.”

Page 59: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

49

menyelesaikan konflik Laut Tiongkok Selatan yang sudah sangat lama menguras energi Filipina

yang terus berkonfrontasi dengan Tiongkok.

Tidak adanya dukungan dari Amerika Serikat terhadap kebijakan-kebijakan yang

dilakukan oleh Filipina dibawah kepemimpinan Presiden Rodrigo Duterte, terutama kebijakan

terkait peperangan melawan narkoba membuat Filipina merasa Amerika Serikat tidak lagi

menjadi sekutu yang menguntungkan. Untuk melepaskan diri dari Amerika Serikat tentu tidak

akan mudah karena Filipina sudah bergantung sangat lama kepada Amerika Serikat, ditambah

dengan kondisi Filipina yang sedang terlibat dalam konflik Laut Tiongkok Selatan. Hal ini

menjadi pemicu utama Filipina berani untuk mendekat kepada Tiongkok yaitu untuk memastikan

keamanan mereka terlebih dahulu jika ingin melepaskan diri dari Amerika Serikat dan sekaligus

mendapatkan kerjasama yang menguntungkan untuk memenuhi kepentingan nasional Filipina.

B. Identifikasi Alternatif dan Konsekuensi

Tahapan kedua dalam proses analisis kebijakan menggunakan Rational Actor Model

adalah adanya kebijakan alternatif yang akan menjadi pertimbangan pengambil kebijakan.

Pengambil kebijakan akan memiliki beberapa pilihan kebijakan dan akan menghitung value dari

tiap opsi kebijakan untuk nantinya menentukan kebijkan mana yang paling menguntungkan.

Dalam kasus ini ada dua alternatif yang dapat diambil oleh Filipina demi mengamankan

posisinya dalam kondisi konflik Laut Tiongkok Selatan tanpa dukungan dari Amerika Serikat.

Yaitu menggantikan posisi Amerika Serikat dengan memaksimalkan kerjasama dengan seluruh

negara ASEAN, yang kedua adalah membuka kerjasama dengan Tiongkok untuk mendinginkan

suasana agar tidak harus terus berkonfrontasi. Dimana kedua opsi kebijakan ini tentu akan

memiliki konsekuensi dan hitungan untung rugi yang berbeda dan dalam penelitian ini lah akan

Page 60: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

50

terungkap alasan-alasan pengambilan kebijakan dan apakah memang pilihan yang diambil oleh

Presiden Rodrigo Duterte untuk mendekat ke Tiongkok rasional atau tidak.

1. Melakukan Kerjasama dengan ASEAN

ASEAN dapat dikatakan sebagai satu-satunya organisasi regional yang turun langsung

untuk menyelesaikan konflik Laut Tiongkok Selatan. Hal ini dikarenakan memang ASEAN

memiliki negara terbanyak yang terlibat dalam konflik ini. Sehingga pada tahun 2002 konflik

Laut Tiongkok Selatan dimasukkan kedalam agenda resmi ASEAN Regional Forum (ARF) yaitu

forum yang dibuat ASEAN untuk membicarakan dan mencari solusi dari segala permasalahan

bilateral ataupun multilateral di ASEAN atau memiliki pengaruh terhadap negara-negara

ASEAN.22

Namun sampai pada tahun 2011 pertemuan yang dilakukan oleh ARF belum

membuahkan solusi untuk penyelesaian konflik Laut Tiongkok Selatan.

Tapi walaupun tidak menemukan solusi untuk menyelesaikan konflik tersebut ARF telah

memainkan perannya dalam konflik Laut Tiongkok Selatan dengan sangat baik. Hal ini

dibuktikan dengan dicapainya perjanjian untuk menyelesaikan konflik secara damai yang

dituangkan dalam Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea yang

ditandatangani pada 4 November 2002.23

Lalu untuk menguatkan pengimplementasian dari

deklarasi tersebut dan untuk menjaga agar tidak terjadi perang antara negara-negara yang

berkonflik, pada tahun 2012 ARF kembali membuat deklarasi yaitu ASEAN’s Six Points

Principles on the South China Sea dimana ada 6 poin yang menegaskan bahwa semua negara

22

Irada, ”Peran ASEAN Regional Forum (ARF) dalam Menjembatani Penyelesaian Konflik Laut China Selatan Tahun 2002-2011,” 8 23

ASEAN, “Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea 2002.”

Page 61: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

51

yang berpartisipasi dalam deklarasi 2002 harus mematuhi segala poin dan aturan yang tertuang

didalamnya serta menjaga keamanan wilayah tersebut.24

Beberapa perjanjian yang dihasilkan oleh ARF di atas sebenarnya sudah memastikan

bahwa penyelesaian konflik Laut Tiongkok Selatan akan dilakukan dengan cara damai, karena

dengan sangat jelas semua negara yang berkonflik dalam wilayah Laut Tiongkok Selatan

tersebut ada dan menyetujui deklarasi terebut. Sehingga jika Filipina kehilangan dukungan dari

Amerika Serikat tidak akan banyak mempengaruhi karena penyelesaian konflik bukan

berdasarkan besarnya kekuatan negara melainkan dengan dialog bersama yang difasilitasi ARF.

Hanya saja dalam pelaksanaannya lebih sulit untuk menyatukan pemikiran masing-masing

negara yang terlibat konflik Laut Tiongkok Selatan ini untuk mencari solusi.

Filipina yang saat itu sudah merasa dialog yang difasilitasi ARF sudah semakin alot

berusaha melakukan upaya lain yaitu dengan melaporkan sengketa tersebut ke mahkamah

arbitrase internasional yang menghasilkan putusan yang memenangkan Filipina dan menolak

klaim Tiongkok atas wilayah Laut Tiongkok Selatan tersebut dan menganggap Tiongkok telah

merusak alam di wilayah tersebut.25

Filipina bisa membawa putusan ini kembali sebagai bahan

dialog di ARF untuk mendesak Tiongkok mematuhi putusan tersebut atau melakukan negosiasi

kembali dari hasil putusan tersebut. Karena Tiongkok jelas sudah terikat dengan ARF karena

telah menyepakati penyelesaian sengketa tersebut secara multilateral. Sehingga tanpa adanya

Amerika Serikat yang mendukung pun seharusnya Filipina mampu untuk bertahan dalam konflik

Laut Tiongkok Selatan dan terus melakukan konfrontasi klaim Tiongkok melalui dialog dalam

ARF.

24

ASEAN, “Statement id the ASEAN Foreign Ministers: ASEAN's Six Point Principles on the South China Sea

2012.”

25

Muhamad, “Isu Laut China Selatan Pasca-Putusan Mahkamah Arbitrase: Tantangan ASEAN,” 5.

Page 62: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

52

Lalu jika ARF terbukti berhasil menyelesaikan dan menemukan solusi terbaik untuk

konflik Laut Tiongkok Selatan ini maka sudah pasti ASEAN akan menjadi organisasi regional

yang diperhitungkan di dunia internasional karena mampu menyatukan negara-negara

anggotanya yang memiliki kepentingan dan karakteristik yang sangat berbeda. Hal ini juga akan

membuat negara-negara ASEAN terutama Filipina menjadi lebih kuat di dunia internasional

serta dapat fokus kepada pembangungannya yang selama ini terganggu oleh konflik ini agar bisa

menjadi negara maju.

Namun tentu opsi ini juga akan memiliki konsekuensi, jika ARF tidak berhasil

menyelesaikan sengketa maka akan lebih banyak lagi tenaga yang akan habis untuk bertarung

dan berkonfrontasi dalam penyelesaian sengketa ini. Walaupun hal itu akan membuat ASEAN

sebagai sebuah organisasi regional semakin kuat namun akan mengeluarkan tenaga yang tidak

sedikit untuk mampu bertahan. Lalu setelah sengketa selesai dan memiliki solusi Tiongkok tetap

akan menjadi negara yang kuat dan Filipina tidak akan bisa melakukan kerjasama yang baik

dengan Tiongkok karena konfrontasi yang kuat pada penyelesaian konflik tersebut.

Sementara Filipina yang pada saat itu juga sedang mengalami kondisi nasional yang

genting dimana darurat narkoba juga semakin gencarnya gerakan separatis di wilayah Filipina

Selatan. Dengan begitu Filipina akan semakin kesulitan mengejar ketertinggalan jika terus

menerus melakukan konfrontasi dengan Tiongkok. Ditambah lagi seperti sudah dijelaskan diatas

perpisahan Filipina dengan Amerika Serikat juga jelas membuat pekerjaan keamanan dan

pertahanan Filipina semakin bertambah.

Page 63: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

53

Tabel IV.1. Rangkuman Konsekuensi Positif-Negatif Kerjasama dengan ASEAN

No. Positif Negatif

1 Penyelesaian konflik secara damai Penyelesaian konflik yang lama

2 Memperkuat hubungan dengan negara-

negara ASEAN sebagai organisasi

regional

Permasalahan nasional susah teratasi karena

menjadi pemeran utama penyelesaian konflik

3 Menghilangkan ketergantungan dari

Amerika Serikat

Sulit untuk menjalin hubungan dengan

Tiongkok pasca konflik

4 Mandiri sebagai sebuah negara tanpa ada

ketergantungan dengan negara lain

Tidak mendapatkan pengganti Amerika

Serikat sebagai investor di Filipina

Sumber: Hasil Pengolahan Data Bab IV.B.1.

2. Melakukan Kerjasama dengan Tiongkok

Filipina adalah negara yang memiliki kekuatan militer yang lemah dimana hal ini terlihat

dari banyaknya kerjasama militer yang dilakukan Filipina dengan Amerika Serikat untuk

melindungi wilayah Filipina dari ancaman klaim Tiongkok dalam sengketa wilayah Laut

Tiongkok Selatan. Dari perjanjian Mutual Defense Treaty yang ditandatangani pada tahun 1951

sampai Enhanced Defense Cooperation Agreement yang ditandatangani pada 2014 disaat kondisi

hubungan antara Filipina dan Tiongkok sedang dipuncak krisis karena pelaporan kasus sengketa

Laut Tiongkok Selatan ke mahkamah arbitrase oleh Filipina.26

Tidak hanya menempatkan

pasukannya di wilayah Filipina dalam konflik tersebut, namun Amerika Serikat juga

26

Sindy Apvionita Ebri, Motivasi Filipina Melakukan Kerjasama Pertahanan dan Keamanan dengan Amerika Serikat dalam Enhanced Defense Cooperation Agreement (EDCA) Tahun 2014, (Riau: FISIP Universitas Riau, 2016),9.

Page 64: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

54

memberikan banyak sekali bantuan alutsista untuk memodernisasi militer Filipina seperti

memberikan Kapal BRP Ramon Alcaraz, BRP Gregorio, 27.200 pucuk senapan M4 dan 114

kendaraan militer lapis baja untuk menunjang pertumbuhan militer Filipina.27

Tidak hanya dalam segi kekuatan militer, Filipina juga memiliki Gross Domestic Product

yang jauh jika dibandingkan dengan Tiongkok, hal itu terlihat pada daftar World Bank dimana

Tiongkok menduduki posisi GDP ke-2 dunia sedangkan Filipina hanya menempati posisi ke-

40.28

Peringkat ini bahkan dengan bantuan yang sudah diberikan Amerika Serikat yaitu investasi

asing langsung (FDI) sebesar US$1,3 miliar, US$150 juta bantuan pembangunan, dan US$4,7

miliar investasi perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.29

Hal ini tentu memperlihatkan betapa

jauhnya perbedaan kekuatan antara Filipina dengan Tiongkok baik dari segi militer maupun

ekonomi. Dan perpisahan dengan Amerika Serikat tentu akan membuat perjuangan Filipina

dalam konflik sengketa wilayah Laut Tiongkok Selatan semakin berat untuk dimenangkan.

Setelah memburuknya hubungan Filipina dengan Amerika Serikat yang dipicu dari

pernyataan Presiden Rodrigo Duterte yang menghina Presiden Obama, sampai akhirnya Filipina

menyatakan perpisahan dengan Amerika Serikat, membuat Filipina harus berfikir lebih keras

untuk memenuhi kepentingan nasionalnya serta menjaga keamanannya. Namun Presiden

Rodrigo Duterte sepertinya telah lebih dulu mengetahui kegentingan tersebut dan langsung

membukan hubungan dengan Tiongkok secara spontan dengan membawa 200 pemimpin bisnis

27

Ebri, Motivasi Filipina Melakukan Kerjasama Pertahanan dan Keamanan dengan Amerika Serikat dalam Enhanced Defense Cooperation Agreement (EDCA) Tahun 2014, 9. 28

Ebri, Motivasi Filipina Melakukan Kerjasama Pertahanan dan Keamanan dengan Amerika Serikat dalam Enhanced Defense Cooperation Agreement (EDCA) Tahun 2014, 5. 29

Riva Dessthania Suastha, “Kisruh Filipina-AS, Menang jadi Abu Kalah jadi Arang,” CNN Indonesia, Rabu 26 Oktober 2016, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20161026160550-113-168168/kisruh-filipina-as-menang-jadi-abu-kalah-jadi-arang/ diakses pada 13 Desember 2017 pukul 2.14 WIB.

Page 65: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

55

di Filipina ke Tiongkok untuk membicarakan kerjasama perdagangan dan invetasi.30

Tidak hanya

itu, Filipina bukan hanya butuh sokongan terkait perekonomian namun juga persoalan keamanan

karena militernya yang dapat dikatakan lemah sehingga Filipina dan Tiongkok juga menyepakati

patroli bersama di wilayah konflik Laut Tiongkok Selatan yang disebut Joint Coast Guard

Committee (JCGC).31

Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa keamanan Filipina akan terus

terjaga karena semua gerak-gerik militer kedua negara akan dibuka dalam pertukaran informasi

yang akan dilakukan secara berkala dalam pertemuan JCGC ini.

Namun dengan banyaknya kerjasama dan bantuan yang dilakukan Filipina dan Tiongkok,

hal ini akan memicu Filipina menjadi terlalu bergantung kepada Tiongkok yang secara nyata

adalah musuhnya dalam sengketa wilayah Laut Tiongkok Selatan yang mengancam kedaulatan

Filipina itu sendiri. Ditambah lagi dari awal konflik belum ada titik temu dari klaim yang

dilakukan oleh Tiongkok dan Filipina sehingga hal ini akan menjadi sebuah bom waktu untuk

kedaulatan Filipina di wilayah Laut Tiongkok Selatan.

Filipina di bawah kepemimpinan Presiden Rodrigo Duterte seperti sudah mengetahui

segala konsekuensi kedekatannya dengan Tiongkok dan memperkecil kemungkinan itu dengan

melakukan kerjasama dengan banyak negara lain sehingga pengaruh Tiongkok tidak terlalu besar

kepada Filipina. Seperti kerjasama yang dilakukan Filipina dengan Jepang yaitu bantuan kredit

sebesar US$201 juta yang akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur maritime serta

pemberian dua kapal patroli tipe TC-90.32

Bukan hanya dengan Jepang Filipina juga melakukan

kerjasama militer dengan negara-negara ASEAN seperti Thailand dan Malaysia, serta melakukan

30

RFA, “Presiden Filipina Mulai Kunjungan Kenegaraan di China.” 31

Parameswaran, “Whats’s Behing the New China-Philippines Coast Guard Exercise?.” 32

Tim ParsToday, “Kerjasama Strategis Jepang dan Filipina.”

Page 66: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

56

kerjasama dengan Rusia dengan melakukan latihan militer bersama.33

Hal ini tentu akan

membuat Filipina lebih terbuka kepada siapapun dan membuat satu negara atau kekuatan

eksternal sulit untuk mempengaruhi Filipina sebagai sebuah negara yang berdaulat.

Hubungan yang baik dengan Tiongkok juga akan memudahkan dialog yang akan

dilakukan Filipina dan Tiongkok untuk menemukan solusi menyelesaikan kasus sengketa

wilayah Laut Tiongkok Selatan. Bahkan bisa saja akhirnya wilayah sengketa tersebut akan

dibagi secara rata kepada negara-negara yang berkonflik jika memang tercipta sebuah kerjasama

yang saling menguntungkan diantara negara-negara tersebut terutama Tiongkok dan Filipina.

Lalu seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Presiden Rodrigo Duterte menyatakan

bahwa Amerika Serikat sebagai pemicu gerakan separatis Muslim, sehingga dengan mendekat ke

Tiongkok dan melepaskan diri dari Amerika Serikat dapat memberikan Presiden Rodrigo Duterte

bahan untuk merundingkan kembali perdamaian dengan kelompok tersebut. Filipina akan

kembali utuh menjadi negara yang berdaulat tanpa ada pengaruh kepentingan dari asing.

Tabel IV.2. Rangkuman Konsekuensi Positif-Negatif Melakukan Kerjasama dengan

Tiongkok

No. Positif Negatif

1 Melepaskan diri dari pengaruh Amerika

Serikat

Kehilangan bantuan dari segi Ekonomi dan

Militer dari Amerika Serikat

2 Mendapatkan garansi keamanan di

wilayah Laut Tiongkok Selatan

Ketergantungan terhadap Tiongkok

33

Denny Armandhanu, “Duterte: Filipina Siap Latihan Militer dengan Rusia dan China,” CNN Indonesia, Selasa, 18 Oktober 2016, https://www.cnnindonesia.com/internasional/20161018075637-134-166170/duterte-filipina-siap-latihan-militer-dengan-rusia-dan-china diakses pada 13 Desember 2017 pukul 2.37 WIB.

Page 67: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

57

3 Mendapatkan pengganti Amerika

Serikat sebagai investor dan donatur

Tidak ada jaminan kerjasama dengan

Tiongkok dapat bertahan

4 Dapat melakukan kerjasama dengan

siapapun ( berdaulat seutuhnya ) tanpa

ada pengaruh atau halangan dari luar

5 Memiliki peluang perdamaian dengan

kelompok separatis (MILF) di Filipina

Selatan

6 Penyelesaian sengketa Laut Tiongkok

Selatan dengan lebih intens secara

bilateral

Sumber: Hasil Pengolahan Data Bab IV.B.2.

C. Melakukan Kerjasama dengan Tiongkok Sebagai Pilihan Rasional

Berdasarkan dari analisa yang sudah dilakukan di atas dapat diketahui bahwa setiap opsi

kebijakan pasti memiliki konsekuensi atau lebih tepatnya memiliki keuntungan dan kerugian

masing-masing. Dimana keuntungan dan kerugian tersebut yang membuat opsi ini dapat

dipertimbangkan dan mencari opsi terbaik dan paling rasional untuk diambil sebagai kebijakan

yang paling menguntungkan. Berikut adalah tabel yang berisi keuntungan dan kerugian dari dua

opsi yang sudah dianalisa di atas.

Page 68: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

58

Tabel IV.3. Rangkuman Konsekuensi Positif-Negatif Opsi-Opsi Alternatif

No. Kerjasama dengan ASEAN Kerjasama dengan Tiongkok

Untung Rugi Untung Rugi

1 Penyelesaian

konflik secara

damai

Penyelesaian

konflik yang lama

Melepaskan diri

dari pengaruh

Amerika Serikat

Kehilangan bantuan

dari segi Ekonomi

dan Militer dari

Amerika Serikat

2 Memperkuat

hubungan dengan

negara-negara

ASEAN sebagai

organisasi

regional

Permasalahan

nasional susah

teratasi karena

menjadi pemeran

utama penyelesaian

konflik

Mendapatkan

garansi keamanan

di wilayah Laut

Tiongkok Selatan

Ketergantungan

terhadap Tiongkok

3 Menghilangkan

ketergantungan

dari Amerika

Serikat

Sulit untuk menjalin

hubungan dengan

Tiongkok pasca

konflik

Mendapatkan

pengganti Amerika

Serikat sebagai

investor dan

donatur

Tidak ada jaminan

kerjasama dengan

Tiongkok dapat

bertahan

Page 69: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

59

4 Mandiri sebagai

sebuah negara

tanpa ada

ketergantungan

dengan negara

lain

Tidak mendapatkan

pengganti Amerika

Serikat sebagai

investor di Filipina

Dapat melakukan

kerjasama dengan

siapapun (

berdaulat

seutuhnya ) tanpa

ada pengaruh atau

halangan dari luar

5 Memiliki peluang

perdamaian dengan

kelompok separatis

(MILF) di Filipina

Selatan

6 Penyelesaian

sengketa Laut

Tiongkok Selatan

dengan lebih intens

secara bilateral

Sumber: Hasil Penggabungan Tabel IV.1. dan IV.2.

Dalam analisa diatas telah didapatkan keempat komponen yang menjadi syarat dari

proses pengambilan kebijakan dalam Rational Actor Model, yaitu yang pertama adalah aktor

nasional pengambil keputusan yaitu dalam penelitian ini aktor tersebut adalah Presiden Rodrigo

Duterte. Lalu yang kedua adalah adanya isu atau permasalahan yang menjadi dasar pengambilan

kebijakan yaitu dalam penelitian ini adalah memburuknya hubungan Filipina dengan Amerika

Page 70: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

60

Serikat. Lalu yang ketiga adalah penyeleksian opsi kebijakan yang sudah dijelaskan diatas pada

Tabel IV.3. Lalu yang terakhir adalah pengambilan keputusan dengan pilihan rasional, dimana

pilihan rasional yang dimaksud adalah pemilihan opsi yang memiliki kerugian yang paling

sedikit.34

Dimana jika dilihat dari tabel diatas pilihan untuk melakukan kerjasama dengan

Tiongkok memang pilihan yang rasional karena memiliki kerugian yang lebih sedikit dari opsi

melakukan kerjasama dengan ASEAN.

Dari penjelasan tersebut maka berdasarkan analisa Rational Actor Model, kebijakan yang

dipilih atau dikeluarkan oleh Presiden Rodrigo Duterte dengan melakukan kerjasama dengan

Tiongkok adalah sebuah pilihan yang rasional. Dengan tingkat kerugian yang lebih kecil

dibanding opsi lainnya dan dengan keuntungan yang lebih banyak untuk Filipina.

34

Allison, “Conceptual Models and the Cuban Missile Crisis,” 694.

Page 71: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

61

BAB V

KESIMPULAN

Filipina di bawah pemerintahan Presiden Benigno Aquino mengeluarkan kebijakan luar

negeri yang sangat anti Tiongkok. Hal ini dikarenakan konflik sengketa wilayah Laut Tiongkok

Selatan yang telah membuat hubungan Filipina dan Tiongkok menjadi semakin buruk. Ditambah

lagi pengaruh Amerika Serikat yang begitu besar sehingga sangat wajar demi menjaga agar

pengaruh Tiongkok tidak kian menyebar di wilayah Asia maka Amerika Serikat memaksa

Filipina untuk mengeluarkan kebijakan anti Tiongkok.

Pada masa itu memang sangat menjanjikan bagi Filipina untuk menuruti Amerika Serikat

dikarenakan Amerika Serikat memberikan dari segi militer sampai ekonomi yang membuat

Filipina dapat memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang paling pesat diantara negara-negara

ASEAN. Serta memberikan keamanan bagi Filipina yang sampai saat ini masih terlibat dalam

sengketa wilayah Laut Tiongkok Selatan.

Pandangan Presiden Benigno Aquino terhadap konflik ini dan tujuan utama negara

mempertahankan kedaulatan membuat konfrontasi adalah satu-satunya cara untuk dapat

memenuhi tujuan tersebut. Namun setelah sekian lama melakukan konfrontasi dan dialog tidak

ditemukan titik temu penyelesaian sengketa wilayah Laut Tiongkok Selatan tersebut. Pola

konfrontasi atau bermusuhan ini akhirnya terbukti tidak efektif dan hanya membuat Filipina

semakin jauh masuk kedalam pengaruh Amerika Serikat.

Dari mulai meningkatkan kegiatan militer di wilayah konflik, penyelesaian secara

bilateral, lalu penyelesaian secara multilateral melalui ASEAN Regional Forum, sampai

pelaporan sengketa ke mahkamah arbitrase internasional. Semuanya tidak membuahkan hasil

Page 72: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

62

yang memuaskan bagi Filipina. Suasana malah menjadi semakin panas setelah semua upaya

yang dilakukan oleh Filipina tersebut.

Bergantinya pucuk kepemimpinan Filipina dari Presiden Benigno Aquino kepada

Presiden Rodrigo Duterte, membuat Filipina memasuki babak baru dalam menyelesaikan segala

permasalahan. Dimana yang paling terlihat di awal adalah persoalan kebijakan pemberantasan

narkoba yang dikeluarka oleh Presiden Rodrigo Duterte. Dimana kebijakan ini memakan banyak

korban jiwa dan mendapat banyak protes dari masyarkat internasional termasuk Amerika Serikat.

Amerika Serikat meminta Presiden Rodrigo Duterte menghentikan kebijakan tersebut karena

melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).

Namun Presiden Rodrigo Duterte yang merasa diintervensi tidak terima dan memaki

Obama serta mengancam akan keluar dari PBB jika ada negara yang berani ikut campur dan

mengintervensi kebijakannya. Karena menurut Presiden Rodrigo Duterte negaranya sudah

darurat narkoba dan harus segera memberantas pengedaran narkoba untuk menyelematkan

generasi penerus.

Tanpa disangka hal itu menjadi pemicu memburuknya hubungan Filipina dengan

Amerika Serikat dimana Presiden Obama membatalkan pertemuan dengan Presiden Rodrigo

Duterte karena pernyataan tersebut dan meminta dia meminta maaf atas perkataannya. Situasi

yang memanas tersebut akhirnya memuncak pada saat kunjungan Presiden Rodrigo Duterte ke

Tiongkok dimana dalam pidatonya dia menyatakan perpisahannya dengan Amerika Serikat dan

siap mendukung Tiongkok dalam proses penyelesaian sengketa wilayah Laut Tiongkok Selatan.

Hal ini yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini. Dimana ada perubahan sikap yang terjadi

di Filipina dimana sangat drastis perubahannya dari yang anti Tiongkok menjadi mesra dengan

Tiongkok ditandai dengan 48 kerjasama yang disepakati pada saat kunjungan tersebut ditambah

Page 73: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

63

dengan kesepakatan kerjasama patroli di wilayah Laut Tiongkok Selatan atau yang disebut Joint

Coast Guard Committee (JCGC).

Semua kerjasama yang dilakukan oleh Filipina dan Tiongkok menguntungkan kedua

belah pihak. Dimana Filipina mendapatkan banyak bantuan serta kepastian keamanan dari

Tiongkok. yang walaupun sedang bersengketa tetapi dari JCGC maka kemanan kedua belah

pihak aka terjaga sambil membicarakan soal penyelesaian sengketa. Lalu banyak bantuan kepada

Filipina yang membuat Filipina akan mampu merealisasikan program-program pembangunannya

dengan efisien. Lalu Tiongkok di sisi lain juga mendapatkan pasar baru yaitu Filipina dimana

selama ini memang tidak ada kerjasama yang signifikan yang dilakukan antara Filipina dan

Tiongkok karena terhalang persolan konfik sengketa wilayah Laut Tiongkok Selatan.

Dalam analisis menggunakan Rational Actor Model dapat diketahui bahwa dalam kasus

ini Filipina mempunyai dua opsi yaitu melakukan kerjasama dengan ASEAN, atau lebih tepatnya

memaksimalkan peran ASEAN untuk menyelesaikan kasus sengkea wilayah Laut Tiongkok

Selatan sehingga membuat Filipina menjadi lebih diperhitungkan di dunia internasional dan tidak

akan bergantung kepada negara superpower lain lagi seperti Amerika serikat. Sementara opsi

kedua ada melakukan kerjasama dengan Tiongkok seperti yang dilakukan oleh Presiden Rodrigo

Duterte sekarang ini.

Rational Actor Model dalam proses analisisnya mengharuskan 4 (empat) komponen

wajib yang harus dimiliki sebuah kebijakan agar dapat dikatakan sebagai pilihan yang rasional.

Pertama adalah adanya aktor nasional pengambil kebijakan dalam skripsi ini adalah Presiden

Rodrigo Duterte. Kedua adanya isu atau permasalahan yang akan direspon dengan kebijakan ini

dan dalam skripsi ini adalah perpisahan Filipina dengan Tingkok yang membuat posisi Filipina

sangat terancam. Ketiga adanya opsi alternatif dari kebijakan tersebut yang akan menjadi bahan

Page 74: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

64

pertimbangan dimana dalam analisis di skripsi ini didapat dua opsi yaitu melakukan kerjasama

dengan ASEAN dan melakukan kerjasama dengan Tiongkok. Yang terakhir adalah pilihan yang

rasional ditandai dengan pilihan yang memiliki kerugian paling sedikit yaitu dalam hal ini adalah

melakukan kerjasama dengan Tiongkok.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan dari skripsi ini bahwa kebijakan yang diambil

oleh Presiden Rodrigo Duterte merupakan kebijakan yang rasional dengan nilai kerugian yang

paling sedikit. Selain itu kebijakan untuk melakukan kerjasama dengan Tiongkok ini juga

memiliki nilai keuntungan yang lebih banyak. Jika melihat dari sisi Filipina maka keputusan

yang diambil oleh Presiden Rodrigo Duterte bukan hanya rasional namun juga sangat

menguntungkan bagi Filipina. Kerjasama dengan Tiongkok tidak hanya menyelesaikan

permasalahan ekonomi dan keamanan, namun juga dapat menyelesaikan permasalahan sosial

yang selama ini tidak bisa diselesaikan dengan adanya Amerika Serikat terutama permasalahan

sengketa wilayah Laut Tiongkok Selatan.

Page 75: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

x

Daftar Pustaka

Buku

Allison, Graham T. “Conceptual Models and the Cuban Missile Crisis.” The American

Political Science Review Volume 63, Issue 3, 1969.

Mas‟oed, Mohtar. Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3S,

1990.

Mintz, Alex dan Karl DeRouen Jr. Understanding Foreign Policy Decision Making.

Cambridge: Cambridge University Press, 2010.

Molelong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.

Karya Ilmiah

Ebri, Sindy Apvionita. Motivasi Filipina Melakukan Kerjasama Pertahanan dan Keamanan

dengan Amerika Serikat dalam Enhanced Defense Cooperation Agreement (EDCA)

Tahun 2014. Riau: FISIP Universitas Riau, 2016.

Irada, Nurul Chintya. Peran ASEAN Regional Forum (ARF) dalam Menjembatani

Penyelesaian Konflik Laut China Selatan Tahun 2002-2011. Surabaya: Universitas

Airlangga, 2013.

Prasetyo, Muhammad Eko. Resolusi Potensi Konflik Regional. Lampung: Universitas Negeri

Lampung, 2016.

Sihite, Ruth Ivanna. Sikap Asertif China Sebagai Great Power Studi Kasus: Laut China

Selatan (2008-2011). Depok: Universitas Indonesia, 2011.

Page 76: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

xi

Jurnal

Amador III, Julio S., Louie Dane Merced and Joycee Teodoro. The Philippine’s Foreign

Policy and Relation Towards Major Powers. Asia Centre dan DGRIS. 2015.

Arase, David.”China's Militant Tactics in the South China Sea.” East Asia Forum. 2011.

http://www.eastasiaforum.org/2011/06/29/china-s-militant-tactics-in-the-south-china-

sea diakses pada 13 Juni 2017 pukul 21.34 WIB.

Goh, Evelyn.”Meeting the China Challenge: The US in Southeast Asian Regional Security

Strategies.” East-West Center Washington, 2005.

Heydarian, Richard Javad. What Duterte Portends for Philippine Foreign Policy. S.

Rajaratnam School of International Studies. 2016.

Muhamad, Simela Victor. “Isu Laut China Selatan Pasca-Putusan Mahkamah Arbitrase:

Tantangan ASEAN.” Majalah Info Singkat Hubungan Internasional. Juli 2016. tersedia

di http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VIII-13-I-P3DI-Juli-

2016-7.pdf diunduh pada 16 Juni 2017 pukul 16:32 WIB.

Rosario, Secretary Albert del. “Philippine Foreign Policy Today”. Journal of Department of

Foreign Affairs. Stratbate Research Institute. 2011.

Situs Berita Online

Almas, Puti. “China Tolak Keputusan Mahkamah Internasional Soal LCS.” Republika. Selasa, 12 Juli

2017. http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/16/07/12/oa7erf282-

cina-tolak-keputusan-mahkamah-internasional-soal-lcs diakses pada 12 Desember 2017 pukul

2.34 WIB.

Page 77: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

xii

Armandhanu, Denny. “Duterte: Filipina Siap Latihan Militer dengan Rusia dan China.” CNN

Indonesia. Selasa, 18 Oktober 2016.

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20161018075637-134-166170/duterte-

filipina-siap-latihan-militer-dengan-rusia-dan-china diakses pada 13 Desember 2017

pukul 2.37 WIB.

BBC, Tim “Perang Narkoba di Filipina, Lebih dari 1900 Orang Tewas”. BBC Indonesia. 23

Agustus 2016

http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/08/160823_dunia_filipina_narkoba . diakses

pada 4 Januari 2017 pukul 23.51 WIB.

BBC, Tim. “Hubungan antara China dan Filipina menurun menyusul sengketa wilayah di

Scarborough Shoal.” BBC Indonesia. 23 November 2015.

http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/07/120731_southchinasea.shtml diakses

pada 14 Juni 2017 pukul 19.43 WIB.

BBC, Tim. “Perang Narkoba di Filipina, Lebih dari 1900 orang Tewas.” BBC Indonesia. 23 Agustus

2016. http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/08/160823_dunia_filipina_narkoba diakses

pada 12 Desember 2017 pukul 22.40 WIB.

BBC,Tim.“Perang Narkoba di Filipina, Lebih dari 1900 Orang Tewas.” BBC Indonesia, 23

Agustus 2016.

http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/08/160823_dunia_filipina_narkoba diakses 4

Januari 2017 pukul 20.05 WIB.

Dessthania, Suastha, Reva. ”Di China Duterte Umumkan 'Perceraian' Filipina Dengan AS.”

CNN Indonesia. Jum‟at, 21 Oktober 2016.

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20161021140144-106-167019/di-china-

Page 78: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

xiii

duterte-umumkan-perceraian-filipina-dengan-as/ diakses pada 10 Desember 2017 pukul

15.38 WIB.

EM. “Duterte Ingin Pasukan AS Keluar dari Filipina Selatan.” VOA Indonesia. 13 September 2016.

https://www.voaindonesia.com/a/duterte-ingin-pasukan-as-keluar-dari-filipina-selatan-

/3504547.html diakses pada 12 Desember 2017 pukul 22.57 WIB.

Hardoko, Ervan Ed. “Filipina Desak China Patuhi Keputusan Mahkamah Arbitrase.”

Kompas.com. 14 Juli 2016.

http://internasional.kompas.com/read/2016/07/14/10094481/filipina.desak.china.patuhi.k

eputusan.mahkamah.arbitrase diakses pada 16 Juni 2017 pukul 17:19 WIB.

Hidayat, Avit. “Duterte Nyatakan Pisah dari AS dan Bergabung dengan China.” Tempo.co. Kamis, 20

Oktober 2016. https://dunia.tempo.co/read/813929/duterte-nyatakan-pisah-dari-as-dan-

bergabung-dengan-cina diakses pada 12 Desember 2017 pukul 23.07 WIB.

Hutapea, Rita Uli. “Duterte Umumkan Perpisahan Dari AS, Ini Penjelasan Menteri Filipina.”

Detik News. Jum‟at, 21 Oktober 2016. https://news.detik.com/internasional/d-

3326383/duterte-umumkan-perpisahan-dari-as-ini-penjelasan-menteri-filipina diakses

pada 11 Desember 2017 pukul 15.41 WIB.

Kompas, Tim. “Filipina Tinggalkan ASEAN dan Mendekat ke China.” Kompas. 2 Juni 2016.

http://internasional.kompas.com/read/2016/06/02/14230531/filipina.tinggalkan.asean.da

n.mendekat.ke.china diakses pada 11 Desember 2017 pukul 15.23 WIB.

Maulana, Victor. “Rujuk, Filipina-China Kembali Jalin Kerjasama Militer.” SindoNews.

Kamis, 20 Oktober 2016. https://international.sindonews.com/read/1148816/40/rujuk-

filipina-china-kembali-jalin-kerjasama-militer-1476958805 diakses pada 10 Desember

2017 pukul 15.52 WIB.

Page 79: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

xiv

Nursalikah, Ani. “Benigno Aquino Komentari Keputusan Arbitrase Laut China Selatan.”

Republika. 13 Juli 2016.

http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/16/07/13/oa8s4o366-

beniqno-aquino-komentari-keputusan-arbitrase-laut-cina-selatan diakses pada 16 Juni

2017 pukul 17:08 WIB.

Parameswaran, Prashanth. “Whats‟s Behing the New China-Philippines Coast Guard

Exercise?.” The Diplomat. 15 Maret 2017. https://thediplomat.com/2017/03/whats-

behind-the-new-china-philippines-coast-guard-exercise/ diakses pada 11 Desember

pukul 1.19 WIB.

ParsToday, Tim. “Kerjasama Strategis Jepang dan Filipina.” Pars Today. Jum‟at, 28 Oktober

2016. http://parstoday.com/id/news/world-i24295-

kerja_sama_strategis_jepang_dan_filipina diakses pada 10 Desember 2017 pukul 16.20

WIB.

Purwanto, Didik.“Ini Kunci Sukses Filipina Jadi Terbaik Se-Asia”. Kompas.com. 6 Oktober

2013.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/10/06/1510112/Ini.Kunci.Sukses.Filipina.J

adi.Terbaik.Se-Asia diakses pada 5 Juni 2017 pukul 00.18 WIB.

Putra, Erik Purnama. “Saling Klaim Laut China Selatan, Menlu China Peringatkan Filipina.”

Republika. 11 November 2015.

http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/15/11/11/nxmttx334-

saling-klaim-laut-cina-selatan-menlu-cina-peringatkan-filipina diakses pada 14 Juni

2017 pukul 20.02 WIB.

Page 80: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

xv

Putra, Erik Purnama. “Saling Klaim Laut China Selatan.Menlu China Peringatkan Filipina.”

Republika. 11 November 2015.

http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/15/11/11/nxmttx334-

saling-klaim-laut-cina-selatan-menlu-cina-peringatkan-filipina diakses pada 14 Juni

2017 pukul 20.02 WIB.

RFA. “Presiden Filipina Mulai Kunjungan Kenegaraan di China.” OKE Zone. Selasa, 18

Oktober 2016. https://news.okezone.com/read/2016/10/18/18/1517803/presiden-filipina-

mulai-kunjungan-kenegaraan-di-china diakses pada 10 Desember 2017 pukul 15.02

WIB.

Samosir, Hanna Azarya. ”China-Filipina Sepakati 30 Proyek Kerja Sama Senilai Rp49,4 T,”

CNN Indonesia. Senin, 23 Januari 2017.

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20170123155033-113-188304/china-

filipina-sepakati-30-proyek-kerja-sama-senilai-rp494-t/ diakses pada 4 Januari 2017

pukul 21.02 WIB.

Samus, RT. “Rusia & Filipina tandatangani perjanjian kerjasama pertahanan, menegaskan

kembali kesatuan melawan terorisme.” ZE Journal. Jum‟at, 26 Mei 2017.

http://www.zejournal.mobi/id/index.php/news/show_detail/10728 diakses pada 10

Desember 2017 pukul 13:58 WIB.

Sanju, Pascal S Bin.“Ini Putusan Mahkamah Arbitrase Internasional Atas Laut Cina Selatan”.

National Geographic News Indonesia. 13 Juli 2016

http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/07/ini-putusan-mahkamah-arbitrase-

internasional-atas-laut-cina-selatan diakses pada 4 Januari 2017 pukul 23.12.

Page 81: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

xvi

Sari, Amanda Puspita. “China Mengaku 40 Negara Dukung Klaimnya di Laut China

Selatan,” CNN Indonesia. 24 Juni 2016.

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160624072607-113-140547/china-

mengaku-40-negara-dukung-klaimnya-di-laut-china-selatan/ diakses pada 16 Juni 2016

pukul 17.40 WIB.

Sari, Amanda Puspita. “Disebut „Anak Pelacur‟ Obama Batalkan Bertemu dengan Duterte”.

CNN Indonesia. 6 September 2016.

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160906065443-106-156308/disebut-

anak-pelacur-obama-batalkan-bertemu-dengan-duterte/ diakses 4 Januari 2017 20.13

WIB.

SIA. “Obama Batalkan Pertemuan dengan Presiden Filipina Karena Komentar Kasar.” VOA

Indonesia. 6 September 2016. https://www.voaindonesia.com/a/obama-duterte-

penghinaan-publik/3495326.html diakses pada 12 Desember 2017 pukul 22.49 WIB.

Suastha, Riva Dessthania. “Kisruh Filipina-AS, Menang jadi Abu Kalah jadi Arang.” CNN

Indonesia. Rabu 26 Oktober 2016.

https://www.cnnindonesia.com/internasional/20161026160550-113-168168/kisruh-

filipina-as-menang-jadi-abu-kalah-jadi-arang/ diakses pada 13 Desember 2017 pukul

2.14 WIB.

Thayer, Carl. “Analyzing the US-Philippines Enhanced Defense Cooperation Agreement.”

The Diplomat. 19 Oktober 2014, http://thediplomat.com/2014/05/analyzing-the-us-

philippines-enhanced-defense-cooperation-agreement/ diakses pada 14 Juni 2017 pukul

20.29 WIB.

Page 82: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

xvii

Thayer, Carl. “Analyzing the US-Philippines Enhanced Defense Cooperation Agreement.”

The Diplomat. 19 Oktober 2014. http://thediplomat.com/2014/05/analyzing-the-us-

philippines-enhanced-defense-cooperation-agreement/ diakses pada 14 Juni 2017 pukul

20.29 WIB.

Tongo, Ritchie B.“China Klaim Didukung 40 Negara Terkait Laut China Selatan.” Kompas,

20 Mei 2016.

http://internasional.kompas.com/read/2016/05/20/20402521/china.klaim.didukung.40.ne

gara.terkait.laut.china.selatan diakses pada 14 Juni 2017 pukul 20.09 WIB.

Utomo, Aris Heru. “Pertemuan ASEAN dan Ketidakpastian Kawasan.” Kompasiana. 26 Juni

2015. https://www.kompasiana.com/arisheruutomo/petemuan-asean-dan-ketidakpastian-

kawasan_5500fdbfa33311a872512a4d diakses pada 13 Juni 2017 pukul 22.02 WIB.

VOA, Tim“Presiden Filipina Duterte Nyatakan „Perpisahan‟ dari AS”. VOA Indonesia, 20

Oktober 2016. http://www.voaindonesia.com/a/duterte-nyatakan-perpisahan -dari-as-

/3559450.html diakses pada 22 Oktober 2016 pukul 15.09 WIB.

Wicaksono, Arif. “Delegasi Tiongkok Bicarakan Investasi USD 15 Miliar dengan Filipina.”

Metro News. Minggu, 22 Januari 2017.

http://ekonomi.metrotvnews.com/globals/akWwJAdk-delegasi-tiongkok-bicarakan-

investasi-usd-15-miliar-dengan-filipina diakses pada 10 Desember 2017 pukul 16.04

WIB.

Xinhua. “Chinese, Philippine coast guards meet in Beijing on cooperation.” Xinhua Net. 8

November 2017. http://news.xinhuanet.com/english/2017-11/08/c_136735016.htm

diakses pada 11 Desember 2017 pukul 10.10 WIB.

Dokumen Online

Page 83: Analisis Perubahan Kebijakan Luar Negeri Filipina Terhadap ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42891/1/FIKRI... · Azmi, Habibi, Mail. Terimakasih telah memberikan

xviii

ASEAN. ASEAN Security Outlook 2015. Malaysia: ASEAN, 2015. 12. http://www.asean.org/wp-

content/uploads/2015/12/ASEAN-SECURITY-OUTLOOK-2015.pdf, diakses pada 13 Juni

2017,pukul 22.42 WIB.

ASEAN. Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea 2002, Kamboja:

ASEAN, 2002. http://www.aseansec.org/13163.html diakses pada 13 Juni 2017 pukul

22.58 WIB.

ASEAN. Guidelines for the Implementation of the DOC 2011. China: ASEAN, 2011.

http://www.aseansec.org/13163.html diakses pada 13 Juni 2017 pukul 23.01 WIB.

ASEAN. Statement of the ASEAN Foreign Ministers: ASEAN's Six Point Principles on the

South China Sea 2012. Kamboja: ASEAN, 2012. http://www.aseansec.org/13163.html

diakses pada 13 Juni 2017 pukul 23.14 WIB.