ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural...

148
ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA : PENDEKATAN INPUT – OUTPUT MIYAZAWA ADI HADIANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Transcript of ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural...

Page 1: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN

DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA : PENDEKATAN INPUT – OUTPUT MIYAZAWA

ADI HADIANTO

SEKOLAH PASCASARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR2010

Page 2: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Pertumbuhan Sektor Berbasis Kehutanan dan Dampaknya Terhadap Distribusi Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia : Pendekatan Input – Output Miyazawaadalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2010

Adi HadiantoNRP A151040071

Page 3: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

ABSTRACT

ADI HADIANTO1. A Growth Analysis of Forestry Based Sectors and Its Impact on Income Distribution and Employment in Indonesia : Miyazawa Input-Output Approach. Under the Direction of ARIEF DARYANTO2 and RINA OKTAVIANI3.

Forestry based sectors have role important to economy, but its problems are output of forestry based sectors have decreased during the last one decade which showed from decreasing its contribution to total Gross Domestic Product (GDP). This condition will impact on economy as a whole especially in economic growth, employment, household income and others sectors which have related. One of the strategy to increase its output by increase factors which is become sources of its output growth are consist of exsport exspansion, domestic demand, import substitution and technological change.

This research is aimed to (1) analyze sources of output growth in forestry based sectors, (2) analyze impact of increasing output on household income distribution and employment, and (3) analyze linkages of forestry based sectors. This research analysis using the input-output miyazawa model. The model is extension from Indonesia input-output table. Forestry based sectors are divided into five sub sectors such as forestry, sawntimber industry, pulp industry, plywood industry and furniture industry. The results showed that sources of output growth in forestry, sawntimber industry, furniture industry and plywood industry mainly are caused by domestic demand factor, meanwhile in pulp industry is caused by exsport exspansion. Increasing output of forestry based sectors are able to increase household income and employment. Increasing income especially in low income group in rural area. All forestry based sectors except furniture industry,have strong forward linkages. Thre are three sectors which have strong backward linkages are furniture, pulp and plywood industry.

Key Words : Input-Output Miyazawa, Growth, Household Income, Employment, Forward and Backward Linkages

Page 4: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

RINGKASAN

ADI HADIANTO. Analisis Pertumbuhan Sektor Berbasis Kehutanan dan Dampaknya Terhadap Distribusi Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja diIndonesia : Pendekatan Input-Output Miyazawa. Dibawah bimbingan ARIEF DARYANTO dan RINA OKTAVIANI.

Sektor berbasis sumberdaya alam seperti sektor berbasis kehutanan masih menjadi andalan dalam pembangunan ekonomi Indonesia ke depan. Selama ini peran sektor berbasis kehutanan telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam menghasilkan devisa, sumber pendapatan masyarakat melalui penyerapan tenaga kerja dan menciptakan pertumbuhan ekonomi. Namun demikian,eksploitasi berlebih terhadap sumberdaya hutan yang berlangsung hampir lebih dari tiga dekade selama ini, berdampak pada degradasi kualitas dan kuantitas sumberdaya hutan. Kondisi tersebut berimplikasi terhadap menurunnya output hasil hutan terutama kayu dan hasil kayu olahan lainnya.

Menurunnya output sektor berbasis kehutanan tersebut dapat dilihat dari penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) dan kontribusinya terhadap PDB nasional. Kondisi ini berdampak secara langsung terhadap pertumbuhan output, penyerapan tenaga kerja, pendapatan masyarakat terutama yang bekerja di sektor tersebut dan sektor lainnya yang terkait. Oleh karena itu, analisis terhadap pertumbuhan dan faktor-faktor yang menjadi sumber pertumbuhan output sektor berbasis kehutanan menjadi sangat penting sebagai informasi untuk merumuskan strategi peningkatan output sektor berbasis kehutanan ke depan.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis pertumbuhan dan sumber-sumber pertumbuhan gross output sektor berbasis kehutanan di Indonesia, (2) menganalisis dampak peningkatan gross output terhadap distribusi pendapatan rumahtangga pada berbagai golongan pendapatan rumahtangga dan penyerapan tenaga kerja, dan (3) menganalisis keterkaitan sektor berbasis kehutanan dengan sektor perekonomian lainnya. Tujuan pertama dianalisis dengan menggunakan dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output Indonesia Tahun 2005 dan 2008 dan tujuan kedua dan ketiga dianalisis dengan menggunakan analisis dampak berdasarkan tabel input-output Miyazawa Tahun 2008 yang merupakan pengembangan dari model input-output Indonesia Tahun 2008. Sektor berbasis kehutanan dikelompokan menjadi sektor kehutanan(kayu dan hasil hutan lainnya), industri kayu gergajian, industri kayu lapis, industri pulp dan industri mebel dan kerajinan kayu-rotan.

Hasil analisis menunjukkan sumber pertumbuhan output selama periode 2005-2008 pada sektor kehutanan, industri kayu gergajian, industri kayu lapis dan industri mebel dan kerajinan kayu-rotan sebagian besar disebabkan oleh faktor domestic demand. Besarnya domestic demand untuk sektor kehutanan disebabkan oleh meningkatnya permintaan kayu bulat untuk pasokan bahan baku industri kayu dalam negeri dan adanya larangan ekspor kayu bulat oleh pemerintah sejak tahun 1985. Untuk sektor industri kayu gergajian dan industri mebel dan kerajinan dari kayu-rotan, besarnya domestik demand disebabkan karena skala produksi yang kecil (kapasitas terpasang di bawah 6 000 m3 ) menyebabkan sebagian besar hasil produksi dialokasikan untuk pemenuhan konsumsi dalam negeri. Faktor

Page 5: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

lainnya adalah bertambahnya jumlah penduduk yang mendorong meningkatnya kebutuhan terhadap furnitur dan papan serta berkembangnya sektor properti dalam negeri. Sedangkan pada industri kayu lapis, menurunnya daya saing di pasar ekspor menyebabkan produksi banyak di jual di pasar domestik. Penurunan daya saing kayu lapis Indonesia disebabkan oleh langkanya pasokan bahan baku berkualitas tinggi sehingga dan hadirnya negara – negara produsen kayu lapis dunia. Sementara itu sumber pertumbuhan output pada sektor industri pulp lebih besar disebabkan oleh faktor exsport exspansion. Sebagian besar produksi pulp nasional untuk memenuhi permintaan pasar ekspor dan besarnya kapasitas terpasang industri pulp nasional menjadikan Indonesia sebagai produsen utama pulp dunia.

Dampak meningkatnya output pada sektor-sektor berbasis kehutanan mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar dan meningkatkan pendapatan rumahtangga terutama golongan pendapatan rendah di perdesaan. Khusus untuk sektor industri kayu lapis dan pulp, peningkatan pendapatan juga dirasakan oleh rumahtangga golongan pendapatan sedang di perkotaan. Sektor-sektor berbasis kehutanan memiliki keterkaitan yang cukup tinggi dalam mendorong pertumbuhan sektor hulu-hilirnya.. Sektor kehutanan memiliki keterkaitan ke depan terutama dengan sektor bangunan dan industri kehutanan, keterkaitan ke belakang dengan sektor industri mesin alat angkut dan jasa angkutan. Sektor industri kehutanan memiliki keterkaitan ke depan maupun ke belakang terutama dengan sektor bangunan dan industri kehutanan sendiri.

Rekomendasi kebijakan yang disarankan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan output sektor-sektor berbasis kehutanan adalah meningkatkan investasi di HTI dalam rangka peningkatan produksi kayu bulat untuk memenuhi kekurangan pasokan bahan baku bagi industri kayu olahan, pengembangan pasar ekspor untuk produk industri kehutanan bernilai tambah tinggi, revitalisasi kelembagaan pemasaran hasil hutan dengan mengefektifkan kembali sistem pemasaran bersama untuk meningkatkan daya saing dan posisi tawar, peningkatan efisiensi produksi dan pengendalian operasi industri khusus pada industri kayu lapis dan pulp untuk mengatasi masalah kapasitas industri yang terlalu besar, sehingga tingkat produksi sejalan dengan pasokan bahan baku lestari sekaligus mengurangi praktek illegal logging. Selain itu, perlu dukungan regulasi dan kebijakan pemerintah di bidang investasi dan pengelolaan sumberdaya hutan dalam rangka mendukung pengembangan sektor-sektor berbasis kehutanan. Hal ini penting dilakukan mengingat sektor-sektor berbasis kehutanan memiliki potensi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan rumahtangga terutama rumahtangga golongan pendapatan rendah dalam rangka pengentasan kemiskinan. Kondisi ini sejalan dengan Triple Track Strategy pembangunan sektor ekonomi yang menitikberatkan pada Pro-Growth, Pro-Employment dan Pro-Poor.

Kata Kunci : Pertumbuhan, Distribusi Pendapatan, Penyerapan Tenaga Kerja,Keterkaitan, Tabel Input-Output.

Page 6: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010

Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

Page 7: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan ridho-Nya

penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Analisis Pertumbuhan Sektor

Berbasis Kehutanan dan Dampaknya Terhadap Distribusi Pendapatan dan

Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia : Pendekatan Input-Output Miyazawa”.

Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam penyelesaian studi Magister

Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut

Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

memberikan arahan, saran dan motivasi dalam penulisan tesis ini.

2. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu

Ekonomi Pertanian yang sangat membantu kelancaran penyelesaian studi.

3. Dr. Ir. Dodik Ridho Nurrochmat, M.Sc.F.Trop selaku dosen penguji utama

yang juga telah memberikan waktu luang dan masukan khususnya tentang

analisis kebijakan pada sektor berbasis kehutanan.

4. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku dosen penguji wakil program studi.

5. Dwi Nurlia Tjahyani Hadianto, istri yang selalu setia memberikan motivasi

bagi penyelesaian tesis ini.

6. Orang Tua, Kakak dan Adik yang telah memberikan do’a dan dorongan atas

penyelesaian tesis ini.

7. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, MA.Ec dan Dr. Ir. Yundi Hafizrianda, M.Si

yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyelesaian tesis ini.

8. Ir. Tauhid Ahmad, ME atas bantuan data dan motivasinya selama ini.

9. Ibu Aviliani, SE, M.Si yang telah memberikan saran dan motivasi bagi

penyelesaian tesis ini.

10. Bapak/Ibu staf pada bagian Neraca Produksi Barang dan Jasa, Badan Pusat

Statistik, yang telah memberikan kemudahan data untuk keperluan penulisan

tesis ini dan waktu luang atas diskusi yang telah diberikan.

Page 8: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

11. Bapak Ocid yang telah memberikan motivasi dan saran selama penyelesaian

tesis ini.

12. Rekan-rekan : Handian Purwawangsa, Yuhka Sundaya, Santi Chintya, Faisal

Ali, Hendra Khaerizal, Muhammad Isbayu, Beginner Subhan dan seluruh staf

pengajar Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL), Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Terimakasih atas

kerjasama dan dukungannya dalam penyelesaian tesis ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi

pemerintah dan masyarakat luas khususnya kalangan perguruan tinggi sebagai

referensi dalam melakukan penelitian sejenis.

Bogor, Juli 2010

Adi Hadianto

Page 9: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 17 Juni 1979 dari pasangan

Mamat Slamet (Almarhum) dan Murnasih yang merupakan anak keempat dari

lima bersaudara. Penulis menikah dengan Dwi Nurlia Tjahyani, SE pada

Desember 2007 dan saat ini telah dikaruniai seorang anak bernama Aisha Kirana

Putri Hadianto.

Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1991 dari SDN I

Lemahabang, Bekasi. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama diselesaikan pada

tahun 1994 dari SMPN I Lemahabang, Bekasi. Pendidikan Sekolah Menengah

Atas diselesaikan pada tahun 1997 dari SMUN I Cikarang, Bekasi. Selama

menempuh studi pada SMUN I Cikarang, penulis mendapat Beasiswa dari Bank

Tabungan Negara sebagai siswa berprestasi. Gelar Sarjana Pertanian diperoleh

pada tahun 2003 pada Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya,

Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor. Selama menempuh studi S1, penulis mendapatkan beasiswa dari

Australian and New Zealand Association (ANZA). Penulis juga aktif pada

berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB, Dewan Perwakilan

Mahasiswa IPB dan Sekretaris Umum HMI Cabang Bogor.

Tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan S2 pada Program Studi Ilmu

Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor dengan

Beasiswa (BPPS) dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen

Pendidikan Nasional. Sejak tahun 2005 hingga sekarang, penulis bekerja sebagai

Dosen pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, IPB.

Page 10: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .............................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR........................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ viii

I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 7

1.3. Tujuan dan Manfaat ..................................................................... 10

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................ 10

1.5. Keterbatasan Penelitian ................................................................ 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 14

2.1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi ................................................... 14

2.2. Sumber-Sumber Pertumbuhan ...................................................... 14

2.3. Kebijakan Pembangunan Sektor Berbasis Kehutanan di Indonesia 16

2.4. Kerangka Tabel Input-Output Miyazawa ...................................... 19

2.5. Keterkaitan Antar Sektor .............................................................. 24

2.6. Dekomposisi Pertumbuhan Struktural dalam Sistem Input-Output 26

2.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu ...................................................... 27

III. KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................... 30

3.1. Kerangka Teoritis ........................................................................ 30

3.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi ............................................ 30

3.1.2. Konsep Permintaan Akhir ................................................. 35

3.1.3. Pengaruh Permintaan Akhir Terhadap Pertumbuhan ......... 39

3.1.4. Pengaruh Pertumbuhan Terhadap Pendapatan dan LapanganLapangan Kerja ................................................................ 42

3.2. Kerangka Pemikiran ..................................................................... 45

3.3. Hipotesis ...................................................................................... 46

Page 11: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

ii

IV. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 48

4.1. Jenis dan Sumber Data ................................................................. 48

4.2. Struktur Tabel Input-Output Miyazawa Indonesia ........................ 48

4.3. Penyusunan Tabel Input-Output Miyazawa Tahun 2008 ............... 54

4.3.1. Agregasi atau Disagregasi Sektor ..................................... 54

4.3.2. Penentuan Jenis Tabel Transaksi ....................................... 55

4.3.3. Penyusunan Matriks Inter-Relational Income Multipliers . 56

4.3.4. Rekonsiliasi Data .............................................................. 60

4.4. Analisis Data ................................................................................ 61

4.4.1. Analisis Pertumbuhan Struktural ....................................... 61

4.4.2. Analisis Dampak .............................................................. 63

4.4.3. Analisis Keterkaitan Antar Sektor ..................................... 64

V. ANALISIS PERTUMBUHAN GROSS OUTPUT SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN ................................................................ 66

5.1. Profil Sektor Berbasis Kehutanan di Indonesia ............................. 66

5.1.1. Profil Sektor Kayu dan Hasil Hutan Lainnya (Kehutanan) 66

5.1.2. Profil Sektor Industri Kayu Gergajian ............................... 69

5.1.3. Profil Sektor Industri Kayu Lapis ...................................... 70

5.1.4. Profil Sektor Industri Pulp ................................................ 72

5.1.5. Profil Sektor Industri Mebel dan Kerajinan Kayu-Rotan ... 73

5.2. Pertumbuhan Struktural Sektor Berbasis Kehutanan ..................... 74

5.2.1. Pertumbuhan Struktural Sektor Kayu dan Hasil Hutan Lainnya (Kehutanan) ........................................................ 74

5.2.2. Pertumbuhan Struktural Sektor Industri Kayu Gergajian ... 76

5.2.3. Pertumbuhan Struktural Sektor Industri Kayu Lapis ......... 78

5.2.4. Pertumbuhan Struktural Sektor Industri Pulp .................... 79

5.2.5. Pertumbuhan Struktural Sektor Mebel dan KerajinanKayu-Rotan ...................................................................... 81

5.3. Strategi Peningkatan Pertumbuhan Output Sektor Berbasis Kehutanan di Indonesia ................................................................ 82

Page 12: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

iii

VI. DAMPAK PERTUMBUHAN OUTPUT SEKTOR BERBASISKEHUTANAN TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATANRUMAHTANGGA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA ........... 85

6.1. Struktur Pendapatan Rumahtangga dan Ketenagakerjaan ............. 85

6.1.1. Struktur Pendapatan Rumahtangga ................................... 86

6.1.2. Struktur Ketenagakerjaan .................................................. 87

6.2. Dampak Peningkatan Output Sektor Berbasis Kehutanan Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga dan Penyerapan Tenaga Kerja.. 89

6.2.1. Sektor Kayu dan Hasil Hutan Lainnya (Kehutanan) .......... 90

6.2.2. Sektor Industri Kayu Gergajian ......................................... 92

6.2.3. Sektor Industri Kayu Lapis ............................................... 94

6.2.4. Sektor Industri Pulp .......................................................... 97

6.2.5. Sektor Industri Mebel dan Kerajinan Kayu-Rotan ............. 99

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN . 103

7.1. Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan ........................................ 103

7.2. Komposisi Penggunaan Input-Output Sektor Berbasis Kehutanan. 105

VIII. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 109

8.1. Simpulan ...................................................................................... 109

8.2. Saran ............................................................................................ 110

8.2.1. Saran Kebijakan ............................................................... 110

8.2.2. Saran Penelitian Selanjutnya.............................................. 112

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 113

LAMPIRAN ..… ................................................................................. 117

Page 13: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

iv

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai Ekspor Sektor Berbasis Kehutanan Tahun 1991-2008 .............. 2

2. Kontribusi Sektor Berbasis Kehutanan Terhadap PDB NasionalTahun 2000 – 2008 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 ........... 5

3. Perkembangan Investasi Asing Pada Sektor Berbasis Kehutanan di Indonesia Tahun 2001 - 2008 ........................................................ 17

4. Perkembangan Investasi Domestik Pada Sektor Berbasis Kehutanan di Indonesia Tahun 2001 – 2008 ....................................................... 18

5. Kerangka Dasar Tabel Input – Output ............................................... 20

6. Kerangka Dasar Tabel Input – Output Miyazawa ............................. 23

7. Agregasi Sektor Pada Tabel Input – Output Miyazawa Tahun 2008 .. 49

8. Struktur Tabel Input – Output Miyazawa Tahun 2008 ..................... 52

9. Klasifikasi Rumahtangga Berdasarkan Golongan Pendapatan ........... 57

10. Klasifikasi Konsumsi Rumahtangga Berdasarkan Golongan Pendapatan ....................................................................................... 59

11. Jumlah Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Golongan Pendapatandan Wilayah di Indonesia Tahun 2008............................................... 88

12. Dampak Peningkatan Output Sektor Kehutanan Sebesar Rp.1 MiliarTerhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga .................................. 91

13. Dampak Peningkatan Output Sektor Kehutanan SebesarRp.1 Miliar Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja............................. 92

14. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Kayu GergajianSebesar Rp.1 Miliar Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga .. 93

15. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Kayu GergajianSebesar Rp.1 Miliar Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja ................ 94

16. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Kayu Lapis SebesarRp.1 Miliar Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga ............... 95

17. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Kayu Lapis SebesarSebesar Rp.1 Miliar Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja ................ 97

Page 14: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

v

18. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Pulp SebesarRp.1 Miliar Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga ............... 98

19. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Pulp SebesarRp.1 Miliar Terhadap Pencipataan Lapangan Kerja ........................... 99

20. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Meubel dan Kerajinan Sebesar Rp. 1 Miliar Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga . 100

21. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Meubel dan Kerajinan Sebesar Rp.1 Miliar Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja ............... 101

22. Indeks Forward dan Backward Linkages Sektor – Sektor Berbasis Kehutanan Tahun 2008 ....................................................... 104

Page 15: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

vi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kuadran Matriks Tabel Input – Output ............................................. 20

2. Harga Sewa Modal ............................................................................ 37

3. Perubahan Konsumsi Terhadap Output Nasional ............................. 40

4. Hubungan Suku Bunga, Investasi dan Output Nasional .................... 41

5. Perubahan Nilai Tukar Terhadap Output Nasional ............................ 42

6. Investasi, Pendapatan Nasional dan Harga ........................................ 43

7. Upah Riil dan Kesempatan Kerja di Pasar Tenaga Kerja ................... 44

8. Kerangka Pemikiran Penelitian ......................................................... 46

9. Proses Penyusunan Tabel Input-Output Miyazawa Tahun 2008 ................. 60

10. Produksi Kayu Gergajian Indonesia Tahun 1996 - 2008 ................... 70

11. Produksi Kayu Lapis Indonesia Tahun 1996 - 2008........................... 71

12. Produksi Pulp Indonesia Tahun 1996 - 2008...................................... 72

13. Radar Chart Sumber – Sumber Pertumbuhan Sektor Kayu dan HasilHutan Lainnya (Kehutanan) Tahun 2005 - 2008 ............................... 75

14. Radar Chart Sumber – Sumber Pertumbuhan Sektor IndustriKayu Gergajian Tahun 2005 - 2008................................................... 77

15. Radar Chart Sumber – Sumber Pertumbuhan Sektor IndustriKayu Lapis Tahun 2005 - 2008.......................................................... 78

16. Radar Chart Sumber – Sumber Pertumbuhan Sektor IndustriIndustri Pulp Tahun 2005 - 2008 ....................................................... 80

17. Radar Chart Sumber – Sumber Pertumbuhan Sektor IndustriMeubel dan Kerajinan Tahun 2005 - 2008 ......................................... 82

18. Struktur Pendapatan Rumahtangga Menurut GolonganPendapatan dan Wilayah di Indonesia Tahun 2008 ............................ 86

19. Backward dan Forward Linkages Sektor Kayu dan Hasil Hutan Lainnya (Kehutanan) Berdasarkan Komposisi Penggunaan Input-Output Tahun 2008 ...................................................................................... 106

Page 16: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

vii

20. Backward dan Forward Linkages Sektor Industri Kehutanan Berdasarkan Komposisi Penggunaan Input – Output Tahun 2008...... 108

Page 17: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2005 ....................................... 117

2. Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 ...................................... 120

3. Tabel Input-Output Miyazawa Indonesia Tahun 2008 ....................... 123

4. Matriks Kebalikan Leontief (I-A)-1 Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2005 ....................................................................................... 127

5. Matriks Kebalikan Leontief (I-A)-1 Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 ....................................................................................... 129

6. Matriks Kebalikan Leontief Untuk Matriks Miyazawa (I-M)-1 Tahun 2008 ....................................................................................... 131

7. Matriks Rasio Penawaran Domestik (μ0 = I-m) Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2005 ...................................................................... 133

8. Matriks Rasio Penawaran Domestik (μ1 = I-m) Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 ...................................................................... 135

9. Hasil Analisis Dekomposisi Pertumbuhan Struktural Sektor-Sektor Berbasis Kehutanan Tahun 2005-2008 ............................................. 137

10. Dampak Peningkatan Output Sektor Kayu dan Hasil Hutan Lainnya (Kehutanan) Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga ............. 138

11. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Kayu Gergajian Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga ................................. 139

12. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Kayu Lapis Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga ................................................. 140

13. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Pulp Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga ................................................. 141

14. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Mebel dan Kerajinan Kayu-Rotan Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga ............. 142

15. Dampak Peningkatan Output Sektor Kayu dan Hasil Hutan Lainnya (Kehutanan) Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja ........................... 143

16. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Kayu Gergajian Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja ............................................... 144

Page 18: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

ix

17. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Kayu Lapis Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja .............................................................. 145

18. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Pulp Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja .............................................................. 146

19. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Mebel dan Kerajinan Kayu-Rotan Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja ........................... 147

20. Bacward Linkages Sektor-Sektor Berbasis Kehutanan ...................... 148

21. Forward Linkages Sektor-Sektor Berbasis Kehutanan ...................... 149

Page 19: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi merupakan proses terjadinya

perubahan kondisi perekonomian ke arah yang lebih baik. Menurut Hess dan Ross

(2000) pembangunan ekonomi memerlukan adanya perubahan struktural,

mengurangi tingkat kemiskinan, peningkatan derajat kesehatan, pendidikan dan

kehidupan yang layak bagi masyarakat. Pembangunan ekonomi juga harus

mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (sustained

economic growth).

Di banyak negara termasuk Indonesia, pertumbuhan ekonomi masih

menjadi salah satu tujuan utama pembangunan, disamping upaya pengentasan

kemiskinan dan mengurangi tingkat kesenjangan yang ada. Hal ini tertuang dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang kemudian

dijabarkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Pertumbuhan ekonomi ini

diharapkan dapat mendorong penciptaan lapangan kerja baru dan terciptanya

berbagai peluang ekonomi di masa mendatang.

Tentu saja pertumbuhan ekonomi ini juga sangat tergantung pada pola dan

sumber pertumbuhannya. Jika diamati lebih jauh, pembangunan ekonomi

Indonesia selama ini masih bertumpu pada sektor-sektor yang berbasis

sumberdaya alam (natural resources based sectors). Sejak tahun 1980-an selain

sektor migas, sektor berbasis sumberdaya alam terutama sektor berbasis

kehutanan telah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian

nasional.

Page 20: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

2

Sektor berbasis kehutanan yang dimaksud adalah sektor yang outputnya

terdiri dari kayu, hasil hutan non kayu, dan kayu olahan. Berdasarkan tabel Input-

Ouput (I-O) Indonesia Tahun 2005 klasifikasi 175 sektor, diperoleh informasi

bahwa sektor-sektor berbasis kehutanan terdiri dari sektor tanaman kayu dan hasil

hutan lainnya dan sektor industri kayu olahan yang terdiri dari kayu gergajian,

kayu lapis, bubur kertas dan industri perabot rumahtangga dari kayu, bambu dan

rotan atau disebut industri mebel dan kerajinan.

Tabel 1. Nilai Ekspor Sektor Berbasis Kehutanan Tahun 1991 – 2008 (Juta US$)

Sektor 1991 1994 1998 2001 2003 2005 2008I. Tan Pangan dan Hortikultura

85 139 143 95 99 216 382

II. Peternakan dan Perikanan 1 189 1 946 2 000 1 335 1 383 1 375 1 754

III.Perkebunan 879 1 439 1 479 987 1 023 1 273 2 411IV. Berbasis Kehutanan 5 477 6 095 5 691 4 317 4 313 4 079 4 353

- Kayu dan Hasil Hutan Lainnya

19 30 31 21 22 25 38

- Kayu Gergajian

4 170 164 90 303 3 56

- Kayu Lapis 3 549 3 720 2 078 1 838 1 663 1 375 1 374

- Bubur Kertas 552 644 690 564 791 934 1 425 - Industri Mebel dan Kerajinan Kayu

1 354 1 530 2 728 1 804 1 535 1 741 1 460

V. Tekstil 2 731 3 206 4 988 4 531 7 172 8 604 10 144

VI. Lainnya 7 886 17 534 26 675 32 419 33 418 50 882 88 850

VII. Migas 10 895 9 694 7 872 12 636 13 651 19 232 29 126

TOTAL 29 142 40 053 48 848 56 321 61 058 85 660 137 020

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2005a dan 2009a

Peran yang cukup menonjol dari sektor berbasis kehutanan dapat dilihat

dari kontribusinya terhadap pertumbuhan ekspor nasional. Sampai dengan tahun

1990-an, sektor berbasis kehutanan memberikan kontribusi terhadap pendapatan

devisa kedua terbesar setelah migas, dan menempati urutan ketiga dibawah migas

dan tekstil sejak awal tahun 2000 seperti yang terlihat pada Tabel 1. Kondisi ini

Page 21: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

3

telah berhasil menciptakan “The Indonesian Miracle” dengan laju pertumbuhan

ekonomi rata-rata tidak kurang dari 7 persen per tahun hingga krisis ekonomi

menerpa pada pertengahan Tahun 1997.

Hutan sebagai renewable resources memiliki peranan penting dalam

berbagai aspek kehidupan ekonomi, sosial, pembangunan, dan lingkungan hidup.

Pemanfaatan hutan secara komersial dimulai sejak dikeluarkannya Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1967 yang mengatur tentang Penanaman Modal Asing

(PMA) dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 mengenai Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN). Selanjutnya lahir pula Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1967 tentang Undang-undang Pokok Kehutanan yang mampu meningkatkan laju

pertumbuhan ekonomi nasional yang bersanding dengan Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1967 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968.

Implementasinya, lahirlah Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1970 tentang

Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hak Pemungutan Hasil Hutan (HPHH) serta

berbagai insentif ekonomi dalam pengusahaan hutan sehingga merangsang

tumbuhnya usaha bidang kehutanan khususnya dalam bentuk HPH telah

menempatkan sektor kehutanan sebagai salah satu penggerak perekonomian

nasional.

Pada Tabel 1, sektor berbasis kehutanan terutama industri bubur kertas

(pulp) dan industri kayu lapis, menjadi salah satu kontributor utama terhadap

ekspor nasional. Pada periode 1990-an, industri bubur kertas dan kayu lapis

merupakan salah satu sektor penting penyumbang devisa. Nilai ekspor bubur

kertas rata-rata per tahun sebesar US$ 629 juta dan untuk industri kayu lapis pada

periode yang sama rata-rata per tahun sebesar US$ 3 116 juta. Komoditi kayu

Page 22: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

4

lapis dan bubur kertas hingga saat ini masih merupakan salah satu komoditi

unggulan nasional dan menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara

eksportir utama kayu lapis dan bubur kertas di dunia.

Peran strategis lainnya dari sektor berbasis kehutanan adalah menciptakan

lapangan kerja yang dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan masyarakat.

Berdasarkan data Survey Angkatan Kerja Nasional, Badan Pusat Statistik

(BPS, 2008a) jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor ini pada tahun 2008

sebesar 4.09 juta orang, dimana 1.65 juta orang bekerja di sektor kayu dan hasil

hutan lainnya dan sekitar 2.44 juta orang bekerja di sektor industri kayu olahan.

Sektor industri kayu olahan merupakan sektor yang memberikan kontribusi paling

besar dalam menyerap tenaga kerja setelah sektor industri tekstil.

Departemen Kehutanan (2006a) menyatakan bahwa pembangunan sektor

berbasis kehutanan terkait erat dengan pengentasan kemiskinan karena sebagian

besar penduduk miskin berada di wilayah perdesaan termasuk kawasan sekitar

hutan dan bekerja di sektor tersebut. Sehingga pembangunan sektor berbasis

kehutanan terkait dengan masalah pemerataan pembangunan dan kesejahteraan

masyarakat. Terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan pada kelompok

rumahtangga selama ini, maka pertumbuhan sektor berbasis kehutanan diharapkan

dapat meningkatkan pendapatan masyarakat terutama pada kelompok

rumahtangga berpendapatan rendah yang sebagaian besar berada di wilayah

perdesaan.

Berdasarkan uraian di atas, sektor-sektor berbasis kehutanan memiliki

peran besar dalam mendukung perekonomian nasional. Namun demikian,

terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 memberikan dampak

Page 23: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

5

negatif terhadap pertumbuhan sektor berbasis kehutanan serta terhadap

pertumbuhan sektor-sektor perekonomian lainnya secara keseluruhan. Belum

pulihnya sektor tersebut sebagai akibat dampak krisis yang berkepanjangan saat

itu, menyebabkan sektor berbasis kehutanan mengalami fase dekonstruktif dan

tumbuh negatif hingga akhir pertengahan tahun 2000.

Tabel 2. Kontribusi Sektor Berbasis Kehutanan Terhadap PDB Nasional Tahun 2000 – 2008 Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000

Tahun

PDB (Rp. Trilyun)Kontribusi TerhadapPDB Nasional (%)

Sektor Kayu dan

Hasil Hutan

Lainnya

Sektor Industri

Kayu Olahan

Sektor Berbasis

Kehutanan

SektorKayu dan

Hasil Hutan

Lainnya

Sektor Industri Kayu

Olahan

Sektor Berbasis

Kehutanan

(a) (b) (c) = (a)+(b) (d) (e) (f) = (d)+(e)

2000 16.34 20.28 36.62 1.18 1.46 2.63

2001 16.74 20.38 37.12 1.16 1.42 2.58

2002 17.13 20.51 37.64 1.14 1.36 2.50

2003 17.21 20.75 37.97 1.09 1.32 2.41

2004 17.43 20.33 37.76 1.05 1.23 2.28

2005 17.18 20.14 37.32 0.98 1.15 2.13

2006 16.69 20.01 36.69 0.90 1.08 1.99

2007 16.50 19.66 36.16 0.84 1.00 1.84

2008 16.44 20.34 36.78 0.79 0.98 1.77

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009a

Pada Tabel 2 terlihat bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) sektor berbasis

kehutanan mengalami kecenderungan yang terus menurun sejak tahun

2000 - 2008. Hal ini menyebabkan kontribusi sektor berbasis kehutanan terhadap

PDB nasional terus menurun. Kontribusi sektor berbasis kehutanan pada tahun

2000 terhadap PDB nasional sebesar 2.63 persen terus menurun menjadi 2.58

Page 24: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

6

persen pada tahun 2001, 2.50 persen pada tahun 2002, 2.41 persen pada tahun

2003, 2.28 persen pada tahun 2004, 2.13 persen pada tahun 2005, 1.99 persen

pada tahun 2006, 1.84 persen pada tahun 2007 dan 1.77 persen pada tahun 2008.

Kondisi ini pun diperkirakan akan terus mengalami penurunan ke depan jika tidak

ada upaya untuk meningkatkan output sektor tersebut.

Menurut Departemen Kehutanan (2007a), salah satu faktor yang

menyebabkan PDB sektor berbasis kehutanan dan kontribusinya terhadap PDB

nasional terus mengalami penurunan antara lain belum optimalnya pemanfaatan

hasil hutan bukan kayu (non-timber based) dan jasa lingkungan (environmental

services) dalam meningkatkan kontribusi sektor berbasis kehutanan terhadap

pendapatan nasional. Artinya selama ini pemanfaatan hutan masih terfokus pada

hasil hutan berbasis kayu (timber based) yang ketersediaannya semakin terbatas.

Selain itu, menurunnya output sektor industri kayu olahan akibat terbatasnya

pasokan bahan baku kayu bulat dan rendahnya investasi turut memicu

menurunnya PDB sektor berbasis kehutanan.

Meningkatnya output sektor berbasis kehutanan sangat penting dalam

memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional di masa

mendatang, tidak hanya berperan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, tetapi

juga mampu menyediakan lapangan kerja dan menjadi sumber pendapatan

masyarakat. Selain itu, adanya keterkaitan sektor berbasis kehutanan dengan

sektor perekonomian lainnya maka sektor berbasis kehutanan berperan dalam

mendorong pertumbuhan sektor hulu maupun sektor hilirnya.

Hasil evaluasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) tahun 2004 – 2009 terhadap sektor-sektor berbasis kehutanan

Page 25: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

7

disebutkan bahwa salah satu upaya untuk lebih meningkatkan peranan sektor

tersebut dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan nilai tambah atau

output melalui pengelolaan kawasan hutan yang didukung oleh regulasi yang

mendorong pengembangan usaha kehutanan dari hulu hingga hilir

(Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2009).

Berdasarkan uraian di atas, untuk mengetahui pertumbuhan output sektor

berbasis kehutanan dalam pembangunan ekonomi nasional, maka dilakukan

penelitian yang menganalisis pertumbuhan sektor berbasis kehutanan dan

dampaknya terhadap distribusi pendapatan dan tenaga kerja di Indonesia dengan

menggunakan pendekatan input – output Miyazawa. Sonis dan Hewings (2000),

menyatakan bahwa model input-output Miyazawa mampu memotret

pembangunan sektoral suatu negara dengan melihat keterkaitan dan kontribusi

suatu sektor terhadap perekonomian serta dampak peningkatan permintaan akhir

suatu sektor terhadap output, penyerapan tenaga kerja dan distribusi pendapatan.

1.2. Perumusan Masalah

Sektor berbasis sumberdaya alam seperti sektor berbasis kehutanan masih

menjadi andalan dalam pembangunan ekonomi Indonesia ke depan. Selama ini

peran sektor berbasis kehutanan telah memberikan kontribusi yang cukup besar

dalam menghasilkan devisa, sumber pendapatan masyarakat melalui penyerapan

tenaga kerja dan menciptakan pertumbuhan ekonomi.

Eksploitasi berlebih terhadap sumberdaya hutan yang berlangsung hampir

lebih dari tiga dekade selama ini, berdampak pada degradasi kualitas dan kuantitas

sumberdaya hutan. Kondisi tersebut berimplikasi terhadap menurunnya produksi

hasil hutan terutama kayu yang merupakan output utama sektor kehutanan.

Page 26: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

8

Menurunnya produksi kayu secara langsung tidak hanya berdampak

terhadap penurunan output sektor kehutanan tetapi juga berdampak terhadap

menurunnya output sektor berbasis kehutanan lainnya seperti industri kayu olahan

yang menggunakan kayu sebagai input produksinya. Menurut Departemen

Kehutanan (2007b), kebutuhan terhadap kayu bulat untuk memenuhi pasokan

bahan baku industri kayu olahan dalam negeri saat ini mencapai 50 - 60 juta m3

per tahun, sementara pasokan kayu bulat hanya sekitar 25 - 30 m3 yang artinya

terjadi kesenjangan permintaan dan pasokan sekitar 25 - 30 m3 per tahun.

Menurunnya produksi tersebut berimplikasi terhadap menurunnya kontribusi

sektor-sektor berbasis kehutanan terhadap PDB nasional selama beberapa tahun

terakhir.

Pada Tabel 2 terlihat bahwa PDB sektor berbasis kehutanan relatif konstan

sejak tahun 2000 hingga tahun 2008 yaitu dari Rp 36.62 trilyun pada tahun 2000

menjadi sebesar Rp 36.16 trilyun pada tahun 2007 dan pada tahun 2008 hanya

sebesar Rp 36.78 trilyun. Berbeda dengan nilai PDB, kontribusi relatif sektor

berbasis kehutanan terhadap PDB nasional terus mengalami penurunan setiap

tahunnya yaitu rata-rata penurunan sebesar 0.11 persen. Penurunan kontribusi ini

diperkirakan akan terus berlanjut apabila tidak ada upaya perbaikan dalam

meningkatkan output sektor tersebut.

Menurunnya output pada sektor berbasis kehutanan juga berimplikasi

secara langsung terhadap penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat

terutama yang bekerja di sektor tersebut. Oleh karena itu, analisis terhadap

pertumbuhan dan faktor-faktor yang menjadi sumber pertumbuhan output sektor

berbasis kehutanan menjadi sangat penting sebagai informasi untuk merumuskan

Page 27: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

9

strategi peningkatan output sektor berbasis kehutanan ke depan. Selain itu, dapat

diketahui sejauh mana dampak pertumbuhan output sektor berbasis kehutanan

terhadap perekonomian makro khususnya dari sisi penyerapan tenaga kerja dan

pendapatan masyarakat serta keterkaitannya dengan sektor lainnya.

Berdasarkan Triple Track Strategy pembangunan ekonomi nasional,

agenda pertumbuhan ekonomi (pro-growth) di sektor berbasis kehutanan ke depan

diarahkan pada peningkatan output seperti pengembangan pasar ekspor dan

investasi baru. Sementara itu, agenda penyediaan lapangan kerja (pro-job)

dimaksudkan untuk menggerakkan industri kayu olahan dalam rangka menyerap

tenaga kerja. Adapun agenda pengentasan kemiskinan (pro-poor) diarahkan pada

peningkatan pendapatan masyarakat melalui pemberian akses atas usaha

pemanfaatan hutan produksi dan kegiatan industri perkayuan (Departemen

Kehutanan, 2008a).

Oleh karena itu, upaya pembangunan sektor berbasis kehutanan ke depan

diarahkan untuk mendorong faktor-faktor yang menjadi sumber pertumbuhan

output sektor berbasis kehutanan sehingga dalam jangka pendek mampu

menyerap tenaga kerja dan mendorong pertumbuhan sektor lainya, kemudian

dalam jangka panjang mampu mengurangi tingkat kemiskinan melalui

peningkatan pendapatan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, ada tiga pokok permasalahan yang ingin

dijawab dalam penelitian ini yaitu :

1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi sumber pertumbuhan sektor berbasis

kehutanan di Indonesia ?

Page 28: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

10

2. Bagaimanakah dampak pertumbuhan sektor berbasis kehutanan terhadap

distribusi pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di Indonesia ?

3. Seberapa jauh keterkaitan sektor berbasis kehutanan dengan sektor

perekonomian lainnya ?

1.3. Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini yaitu :

1. Menganalisis pertumbuhan dan sumber-sumber pertumbuhan gross output

sektor berbasis kehutanan di Indonesia.

2. Menganalisis dampak peningkatan gross output sektor berbasis kehutanan

terhadap distribusi pendapatan rumahtangga pada berbagai golongan

pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.

3. Menganalisis keterkaitan sektor berbasis kehutanan dengan sektor

perekonomian lainnya.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak

terkait khususnya pemerintah, dalam hal ini Departemen Kehutanan sebagai

masukan dalam merumuskan kebijakan nasional pembangunan sektor kehutanan

ke depan dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi nasional.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini meliputi analisis pertumbuhan gross output sektor

berbasis kehutanan di Indonesia. Sektor berbasis kehutanan yang menjadi fokus

analisis dalam penelitian ini diklasifikasi menjadi lima sektor perekonomian yang

terdiri dari sektor kayu dan hasil hutan lainnya, industri kayu gergajian, industri

Page 29: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

11

kayu lapis dan sejenisnya, industri bubur kertas dan industri meubel yang didapat

dari hasil agregasi tabel I-O Indonesia Tahun 2008. Periode analisis pertumbuhan

gross output yaitu antara tahun 2005 – 2008 berdasarkan tabel I-O Indonesia

Tahun 2005 dan 2008.

Adapun golongan pendapatan rumahtangga dalam analisis distribusi

pendapatan diklasifikasi menjadi enam golongan pendapatan, yaitu

(1) rumahtangga kota pendapatan rendah, (2) rumahtangga kota pendapatan

sedang, (3) rumahtangga kota pendapatan tinggi, (4) rumahtangga desa

pendapatan rendah, (5) rumahtangga desa pendapatan sedang, dan (6)

rumahtangga desa pendapatan tinggi. Klasifikasi golongan rumahtangga tersebut

didasarkan pada analisis I-O Miyazawa Tahun 2008 yang dikembangkan dari

model I-O Indonesia Tahun 2008. Menurut Jackson dan Murray (2002), model

I-O Miyazawa adalah pengembangan model input-output dengan melakukan up-

dating matriks Leontief input-output dengan memasukan informasi struktur

pendapatan rumahtangga.

Adapun keunggulan model I-O Miyazawa adalah sebagai berikut :

1. Model I-O Miyazawa telah memasukan klasifikasi pendapatan rumahtangga

kedalam matriks transaksi antar industri. Dengan demikian, model ini dapat

menganalisis dampak pertumbuhan output suatu sektor terhadap pendapatan

rumahtangga pada berbagai golongan pendapatan.

2. Sebagai analisis kuantitatif, model I-O Miyazawa dapat digunakan untuk

menganalisis dampak perubahan output atau permintaan akhir suatu sektor

terhadap sektor perekonomian lainnya.

Page 30: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

12

3. Sebagai pengembangan model I-O Leontief, model I-O Miyazawa dapat

menganalisis transaksi antar industri dalam suatu perekonomian.

1.5. Keterbatasan Penelitian

Penggunaan model I-O Miyazawa sebagai instrumen pengkajian dan

analisis mengandung banyak keterbatasan. Sebagai pengembangan model input-

output, secara umum keterbatasan model I-O Miyazawa sama dengan model

I-O Leontief. Menurut West (1993), transaksi-transaksi yang digunakan dalam

penyusunan Tabel I-O didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut :

1. Asumsi keseragaman (Homogenitas)

Artinya tiap sektor dalam perekonomian memproduksi satu output tunggal

dengan struktur input tunggal.

2. Asumsi kesebandingan (Proporsionalitas)

Artinya dalam proses produksi, hubungan antara input dan output merupakan

fungsi linier yaitu tiap jenis input yang diserap oleh sektor tertentu naik (atau

turun) sebanding dengan kenaikan (atau penurunan) output tersebut.

3. Asumsi penjumlahan (Additivitas)

Asumsi ini menjelaskan bahwa dampak total pelaksanaan produksi

di berbagai sektor dihasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah. Ini

berarti di luar sistem input-output semua pengaruh dari luar diabaikan.

Sebagai sebuah model analisis kuantitatif, adanya asumsi-asumsi tersebut

menandakan adanya keterbatasan model I-O itu sendiri. Asumsi keseragaman

menganggap setiap sektor memiliki struktur input tunggal, maka asumsi ini tidak

mempertimbangkan adanya kemungkinan setiap sektor produksi untuk melakukan

Page 31: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

13

substitusi input, misalnya karena faktor harga yang lebih murah. Setiap sektor

hanya memproduksi suatu output tunggal, maka setiap sektor tidak mungkin

melakukan variasi produk. Asumsi kesebandingan menganggap rasio input-output

tetap dan konstan sepanjang periode analisis, dengan demikian produsen tidak

dapat menyesuaikan perubahan-perubahan inputnya atau mengubah proses

produksinya. Asumsi ini tidak mempertimbangkan adanya kemajuan teknologi

atau produktivitas. Selanjutnya asumsi penjumlahan menganggap proses produksi

hanya dipengaruhi faktor dalam sistem input-output. Asumsi ini tidak

mempertimbangkan faktor luar yang sebenarnya berpengaruh terhadap proses

produksi.

Page 32: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Hess dan Ross (2000), pertumbuhan ekonomi merupakan

peningkatan total barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara pada periode

waktu tertentu yang direpresentasikan oleh peningkatan output per kapita. Lebih

jauh menurut Mankiw (2000), dalam terminologi fungsi produksi pertumbuhan

ekonomi merupakan peningkatan total output dalam proses produksi akibat

peningkatan faktor produksi dan kemajuan teknologi pada periode waktu tertentu.

Dornbush (1992) mengklasifikasikan pengukuran output suatu

perekonomian melalui indikator PDB, dibagi dalam dua pendekatan yaitu

pendekatan sisi penerimaan (income side) dan pendekatan sisi pengeluaran

(expenditure side). PDB dari sisi penerimaan merupakan nilai tambah yang

dihasilkan oleh suatu perekonomian. Sementara PDB dari sisi pengeluaran terdiri

dari konsumsi masyarakat, pengeluaran pemerintah, pengeluaran investasi dan

ekspor bersih.

2.2. Sumber – Sumber Pertumbuhan

Output merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk

mengukur tingkat keberhasilan pembangunan perekonomian suatu negara.

Analisis terhadap pertumbuhan output, perlu didasarkan pada sumber-sumber

yang menjadi pendorong pertumbuhan output itu sendiri.

Hess dan Ross (2000), menjelaskan sumber pertumbuhan output dilihat

dari sisi produksi terdiri dari tenaga kerja, modal, sumberdaya alam dan teknologi.

Tenaga kerja yang dimaksud adalah jumlah angkatan kerja yang merupakan input

Page 33: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

15

produksi. Stok barang modal merupakan input produksi yang akan mendorong

pertumbuhan output nasional di masa yang akan datang. Menurut Dornbusch

(1992) stok barang modal terdiri dari pabrik, mesin, kantor dan produk-produk

tahan lama lainnya yang digunakan dalam proses produksi. Barang modal juga

meliputi pembelian rumah tempat tinggal baru dan persediaan. Investasi adalah

pengeluaran yang ditambahkan kepada komponen-komponen barang modal ini.

Sedangkan sumberdaya alam seperti lahan, sumber energi, merupakan faktor

produksi tetap (fix input) yang dapat digunakan dalam proses produksi. Sementara

itu, teknologi direpresentasikan sebagai pengetahuan yang dapat digunakan untuk

memproduksi barang dan jasa. Kemajuan teknologi melalui penemuan baru

(inventions) dan inovasi (innovations) akan menghasilkan output yang lebih besar

dengan sejumlah input yang sama.

Menurut Miller dan Blair (1985), output suatu negara dalam model input-

output merupakan penjumlahan antara input antara (intermediate input) dan

permintaan akhir (final demand). Permintaan akhir terdiri atas permintaan

domestik (domestic final demand) dan permintaan luar negeri atau disebut sebagai

ekspor. Selain itu, dalam proses perdagangan internasional, produksi barang dan

jasa membutuhkan faktor input yang berasal dari impor. Dengan demikian,

sumber pertumbuhan output suatu negara ditentukan oleh perubahan koefisien

input antara yang merupakan bentuk kemajuan teknologi (technological change),

ekspansi permintaan domestik (expansion of domestic final demand), ekspansi

ekspor (exsport expansion) dan substitusi impor (import substitution). Empat

faktor tersebut dapat menjelaskan sumber-sumber pertumbuhan output sektoral

dalam perekonomian suatu negara.

Page 34: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

16

2.3. Kebijakan Pembangunan Sektor Berbasis Kehutanan di Indonesia

Menurunnya output sektor-sektor berbasis kehutanan dalam beberapa

tahun terakhir menyebabkan kontribusi sektor berbasis kehutanan terhadap output

nasional terus berkurang. Oleh karena itu maka esensi pembangunan sektor-sektor

berbasis kehutanan ke depan yaitu mendorong peningkatan produksi dan

pemasaran produk kayu olahan terutama ke pasar ekspor untuk meningkatkan

output sektor tersebut. Peningkatan output yang terjadi diharapkan mampu

menyerap tenaga kerja, mengurangi kemiskinan melalui peningkatan pendapatan

masyarakat dan dalam jangka panjang dapat kembali menyumbangkan perolehan

devisa dan penerimaan negara lainnya secara lebih signifikan.

Hasil evaluasi terhadap RPJMN 2004 – 2009 terhadap sektor-sektor

berbasis kehutanan disebutkan bahwa salah satu kebijakan prioritas pembangunan

sektor berbasis kehutanan adalah peningkatan produksi dengan mendorong

adanya investasi baru secara proporsional antara pengusaha besar, menengah dan

kecil khususnya di sektor hulu dan upaya pengembangan pasar di sektor hilir

dalam rangka mendorong pertumbuhan output sektor berbasis kehutanan.

Peningkatan produksi di sektor hulu dilakukan melalui penguatan aspek

legal sebagai landasan hukum untuk memberikan kepastian usaha melalui

perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 menjadi Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 jo PP No. 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan

dan Penyusunan rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan beserta

berbagai aturan turunannya. Untuk jaminan berusaha diberikan selama 65 tahun

sesuai dengan Undang-Undang Penanaman Modal. Adapun untuk hutan tanaman,

Page 35: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

17

PMA berbadan hukum Indonesia diberi kesempatan sebagai pemegang izin usaha

(Departemen Kehutanan, 2008a).

Berdasarkan publikasi Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM) tahun 2009 disebutkan bahwa perkembangan investasi sektor berbasis

kehutanan selama satu dekade terakhir sangat fluktuatif dan minat investor baik

asing maupun domestik cenderung menanamkan modalnya di kegiatan industri

kayu (hilir) dibanding sektor kehutanan (hulu). Kondisi ini lebih disebabkan

karakteristik usaha sektor kehutanan yang memiliki risiko usaha tinggi dan

bersifat jangka penjang dibandingkan dengan usaha di sektor industri kayu olahan.

Selain itu, investasi sektor kehutanan saat ini diarahkan pada kegiatan pembukaan

areal atau penanaman baru dibandingkan kegiatan penebangan (logging) yang

memiliki minat investasi rendah.

Tabel 3. Perkembangan Investasi Asing Pada Sektor Berbasis Kehutanan di Indonesia Tahun 2001 - 2008

Tahun

Kehutanan Industri Kayu Olahan Jumlah Investasi

Nilai Investasi (US$ 000)

Jumlah Investasi

Nilai Investasi (US$ 000)

2001 - - 9 44 6882002 - - 12 19 2522003 - - 24 158 6462004 - - 6 4 0622005 2 118 768 18 75 4982006 1 30 968 18 58 8982007 - - 17 127 8532008 - - 4 64 352

Sumber : Badan Koordinasi dan Penanaman Modal, 2009

Investasi asing (PMA) selama periode 2001 – 2008 untuk usaha kehutanan

tercatat sebesar US$ 149 736 dengan jumlah investasi baru sejumlah 3 investasi

lebih kecil dibandingkan nilai investasi di usaha industri kayu olahan sebesar

Page 36: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

18

US$ 702 983 dengan jumlah investasi sejumlah 108 investor. Investasi baru

untuk usaha kehutanan terjadi pada tahun 2005 dan 2006, sementara investasi

masuk di industri kayu olahan terjadi sepanjang tahun.

Tabel 4. Perkembangan Investasi Domestik Pada Sektor Berbasis Kehutanan di Indonesia Tahun 2001 - 2008

TahunKehutanan Industri Kayu Olahan

Jumlah Investasi

` Nilai Investasi (Rp juta)

Jumlah Investasi

Nilai Investasi (Rp juta)

2001 - - 7 280 9952002 2 150 398 2 232 8762003 1 452 779 12 356 1722004 - - 4 888 8822005 1 993 410 9 198 7932006 - - 9 709 0122007 1 8 878 3 38 7622008 - - 1 17 754

Sumber : Badan Koordinasi dan Penanaman Modal, 2009

Sementara itu, nilai investasi domestik (PMDN) di sektor berbasis

kehutanan dalam periode 2001 – 2008 tercatat sebesar Rp 4.32 trilyun dimana

Rp 2.72 trilyun adalah investasi di sektor industri kayu olahan dan sisanya

sebesar Rp 1.60 trilyun adalah investasi untuk sektor kehutanan. Adapun jumlah

investasi baru di sektor kehutanan sejumlah 5 investasi dan ada 47 investasi baru

di industri kayu olahan.

Adapun strategi pengembangan pasar untuk sektor hilir (industri kayu

olahan) adalah dengan mempertahankan pasar yang ada (pasar tradisional), dan

menangkap pasar potensial (captive market) terutama untuk pasar ekspor perlu

ditingkatkan. Perluasan pasar ekspor dilakukan melalui promosi, penetrasi dan

ekspansi (Departemen Kehutanan, 2007b).

Page 37: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

19

2.4. Kerangka Tabel Input-Output Miyazawa

Tabel Input-Output (I-O) pertama kali diperkenalkan oleh Profesor

Wassily W. Leontief pada tahun 1951 sebagai instrumen yang digunakan untuk

mengukur dampak ekonomi. Publikasi pertama dilakukan pada tahun 1965 hingga

akhirnya mendapatkan nobel di bidang ekonomi pada tahun 1973. Review untuk

penemuannya dilakukan pada maret 1999 melalui Survey of Current Business.

Tabel I-O pada dasarnya merupakan uraian statitstik dalam bentuk matriks

yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa serta saling

keterkaitan antar satu satuan kegiatan ekonomi (sektor) dalam suatu wilayah pada

suatu periode waktu tertentu. Dalam analisisnya Tabel I-O menggunakan prinsip

keseimbangan umum (General Equilibrium), artinya jika terjadi keseimbangan

(atau ketidakseimbangan) di satu sektor berpengaruh terhadap keseimbangan (atau

ketidakseimbangan) di sektor-sektor lain.

Hasil analisis dari Tabel I-O dapat menggambarkan seberapa besar

kontribusi setiap sektor terhadap pembentukan output wilayah, penyerapan tenaga

kerja, struktur permintaan akhir (PDRB dari sisi pengeluaran) dan komponen nilai

tambah (PDRB dari sisi penerimaan). Selain itu analisis Input-Output dapat

merekomendasikan sektor kunci dalam perekonomian wilayah tersebut melalui

hasil analisis keterkaitan sektor baik ke belakang (backward linkage) maupun

keterkaitan ke depan (forward linkage).

Badan Pusat Statistik (BPS) mengembangkan Tabel Input-Output sebagai

dasar pengembangan model Input-Output dengan tiga kuadran yaitu matriks

input – output (kuadran I), matriks permintaan akhir (kuadran II) dan matriks

input antara (kuadran III) seperti pada Gambar 1.

Page 38: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

20

Xij

( Kuadran I )

Fik

( Kuadran II )

Vmj

( Kuadran III )

Gambar 1. Kuadran Matriks Tabel Input - Output

Keterangan :

Kuadran I : transaksi antar industri; output sektor i menjadi input sektor j,

Kuadran II : transaksi antara konsumen akhir (rumahtangga, pemerintah,

investor dan ekspor) dengan industri penghasil barang dan jasa.

Kuadran III : menggambarkan transaksi antara pihak-pihak pemilik faktor

produksi (tenaga kerja dan pemilik modal) dengan unit-unit

ekonomi yang menggunakannya.

Secara ilustratif, kerangka dasar Tabel Input-Output disajikan seperti pada

Tabel 5.

Tabel 5. Kerangka Dasar Tabel Input-Output

SektorPenjual

Sektor PembeliPermintaan

AkhirTotal

Output1 2 … n

12...n

x11

x21

..

.

xn1

x12

x11

.

.

.

xn2

……...

x1n

x2n

.

.

.

xnn

F1

F2

.

.

.

Fn

X1 X2

.

.

. Xn

Nilai Tambah

v1 v2 … vn

Impor IM1 IM2 … IMn Total Input

X1 X2 … Xn

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2000

Page 39: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

21

Keterangan :

1) Permintaan akhir (F) terdiri dari konsumsi rumahtangga (C), konsumsi

pemerintah (G), pembentukan modal/investasi (I), dan ekspor (E)

2) xij = besarnya output sektor i yang digunakan sebagai input oleh sektor j,

dan Fi (Ci , Gi , Ii , Ei) besarnya output sektor i yang digunakan sebagai

permintaan akhir

3) vj adalah nilai tambah dan IMj adalah impor

4) Xi =

n

j 1

aijXj +fi adalah total input = total output

5) Koefisien langsung, aij = xij / Xj, xij = aij Xj, matriks A = [ aij ]

6) AX + F = X dengan melakukan transformasi maka diperoleh (I-A)-1 F = X

7) (I-A)-1 adalah matriks kebalikan Leontief.

Matriks kebalikan Leontief mengandung informasi penting tentang

bagaimana kenaikan produksi dari suatu sektor (industri) akan mempengaruhi

pertunbuhan sektor-sektor lainnya. Karena setiap sektor memiliki pola transaksi

pembelian maupun penjualan dengan sektor lain yang berbeda-beda, maka

dampak dari perubahan produksi dari suatu sektor terhadap total produksi sektor-

sektor lainnya juga berbeda-beda. Matriks kebalikan Leontief merangkum seluruh

dampak dari perubahan produksi dari suatu sektor terhadap total produksi sektor-

sektor lainnya ke dalam koefisien-koefisien yang disebut sebagai multiplier (ij).

Multiplier ini adalah angka-angka yang terlihat di dalam matriks (I - A)-1.

Tabel I-O nasional yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik saat ini

hanya hanya memperlihatkan struktur transaksi dari beberapa industri yang

berbeda dalam satu negara atau wilayah. Tabel ini tidak memberikan informasi

Page 40: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

22

lebih lanjut tentang strata rumahtangga (pemilik faktor produksi tenaga kerja)

yang berpendapatan tinggi, sedang atau rendah. Oleh karena itu, diperlukan

pengembangan model input-output yang memasukan informasi mengenai strata

rumahtangga ke dalam suatu model. Pada penelitian ini, pengembangan model

tersebut digunakan model Input-Output Miyazawa yang merupakan

pengembangan model Input-Output Leontief.

Input-Output Miyazawa diperkenalkan pada tahun 1960 dan 1968 yang

kemudian ditulis kembali pada tahun 1976. Model ini membuat generalisasi

keynesian income multipliers kedalam bentuk matriks inter-relational income

multipliers (Sonis and Hewings, 2000).

Model matriks Miyazawa dalam tabel input-output diformulasikan seperti

pada persamaan (1). Variabel A merupakan matriks koefisien langsung, X

merupakan gross output, F adalah permintaan akhir, vektor T merupakan total

pendapatan, matriks V merupakan rasio pendapatan rumahtangga, g merupakan

pendapatan eksogen dan matriks C menunjukan pengeluaran konsumsi

rumahtangga.

g

F

T

XC

V

A

T

X

0…………………………….………………. (1)

Pada model Miyazawa ini, permintaan akhir (final demand) merupakan

komponen yang terdiri selain dari konsumsi rumahtangga yaitu antara lain

konsumsi pemerintah, pembentukan modal (investasi), dan ekspor. Sama halnya

dengan nilai tambah (value added), merupakan komponen nilai tambah selain

pendapatan rumahtangaa atau upah. Pada penelitian ini kerangka dasar model

Input-Output Miyazawa disajikan pada Tabel 6.

Page 41: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

23

Tabel 6. Kerangka Dasar Tabel Input-Output Miyazawa

SektorPenjual

Sektor PembeliPermintaan

Akhir

TotalOutput1 2 … n Konsumsi RT

Menurut Golongan

Pendapatan12...n

x11

x21

..

.

xn1

x12

x11

.

.

.

xn2

……...

x1n

x2n

.

.

.

xnn

C11

C21

.

.

.Cnn

F1

F2

.

.

.

Fn

X1 X2

.

.

. Xn

Pendapatan RT V11 V12 … Vnn 0 gn Tn

Nilai Tambah v1 v2 … vn 0

Impor IM1 IM2 … IMn Cm

Total Input

X1 X2 … Xn Cn

Sumber : Sonis and Hewings, 2000

Pada persamaan (1), jika diilustrasikan kerangka tabel input-output

Miyazawa terdiri dari 2x2 blok matriks, maka matriks Miyazawa dapat dituliskan

sebagai berikut :

0

C

V

AM ………………………...………….……………………. (2)

M adalah matriks Miyazawa yang merupakan matriks koefisien input-

output dalam model Leontief, disimbulkan dengan A. Dengan demikian, matriks

kebalikan Leontief untuk matriks Miyazawa dapat dituliskan sebagai berikut :

1 MIB ………………………………………...………………… (3)

Dengan melakukan transformasi pada persamaan (2) dan (3), maka

diperoleh persamaan matriks koefisien antar strata pendapatan adalah sebagai

berikut :

Page 42: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

24

1)( MIB

=

I

BC

0

I

N

0

0

I

I

0

VB

B =

N

BCN

NVB

BCNVBB

=

I

0

V

I

I

0

0

I

C

0

I=

CVI

AC

VB……………….....………….… (4)

H = VBC adalah matriks koefisien antar golongan pendapatan (matriks of

inter-income coefficients). Pada persamaan (4) diperoleh persamaan multiplier

antar pendapatan Miyazawa (Miyazawa interreltional income multiplier) atau

disebut juga Keynesian multiplier yang ditulis sebagai berikut :

CVIVBCIHIN 11 )()( ………………........……………..(5)

Pada persamaan (4) diperoleh matriks kebalikan Leontief yang diperbesar

yaitu dengan memasukan matriks V dan matriks C yang dituliskan menjadi

sebagai berikut :

BBCNVBBCVAI 1)( …………...……………………… (6)

Pada persamaan (6) maka diperoleh VΔ = nVB dan ΔC = BCN.

2.5. Keterkaitan Antar Sektor

Menurut Miller dan Blair (1985) dalam model input-output, produksi

barang dan jasa suatu sektor ekonomi memiliki dampak ekonomi terhadap sektor

lainnya. Apabila suatu sektor j meningkatkan outputnya, maka akan berdampak

terhadap sektor penyedia input sektor j dan sektor pengguna output sektor j.

Keterkaitan antar sektor perekonomian tersebut dinamakan backward linkage dan

forward linkage.

Page 43: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

25

Adanya penggunaan input antara yang berasal dari output sektor produksi

lain dan penggunaan input primer seperti tenaga kerja dan modal, membuat suatu

sektor produksi menjadi terintegrasi dengan sektor-sektor lainnya dalam suatu

perekonomian.

Lebih lanjut menurut Miller dan Blair, keterkaitan ke belakang (backward

linkage) terdiri dari keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkage)

dan keterkaitan total ke belakang (total backward linkage). Sementara itu,

keterkaitan ke depan (forward linkage) terdiri dari keterkaitan langsung ke depan

(direct forward linkage) dan keterkaitan total ke depan (total forward linkage).

Pada model input-output, direct dan forward linkage merupakan pengaruh

langsung atau pengaruh tidak langsung dari kegiatan produksi suatu sektor

terhadap sektor lain baik sektor hulu maupun hilirnya. Sedangkan total backward

dan forward linkage merupakan pengaruh total baik langusng maupun tidak

langsung dari kegiatan produksi suatu sektor terhadap sektor lain baik sektor hulu

maupun hilirnya.

Secara operasional, pengaruh langsung (direct effect) adalah pengaruh

yang secara langsung dirasakan oleh suatu sektor yang menggunakan output

sektor lain sebagai input produksinya. Sebagai contoh kenaikan produksi industri

furnitur akan menyebabkan bertambahnya permintaan input kayu yang merupakan

input langsung digunakan dalam produksi industri furnitur. Sementara pengaruh

tidak langsung atau indirect effect menunjukkan pengaruh tidak langsung yang

dirasakan oleh suatu sektor akibat kenaikan output sektor lain. Misalkan kenaikan

produksi industri furnitur bisa menyebabkan pula kenaikan permintaan jasa-jasa

transportasi untuk mengangkut hasil produksinya ke pasar, di mana dalam hal ini

Page 44: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

26

jasa transportasi bukan merupakan input langsung untuk memproduksi furniture.

Sementara itu, pengaruh total atau total effect adalah pengaruh secara keseluruhan

dalam perekonomian dimana sektor yang bersangkutan berada. Misalkan dalam

dua contoh di atas yang dimaksud pengaruh total adalah penjumlahan dari

pengaruh langsung dengan tidak langsung dari produksi pakaian dalam

perekonomian.

2.6. Dekomposisi Pertumbuhan Struktural dalam Sistem Input-Output

Dekomposisi pertumbuhan dalam sistem input-output merupakan upaya

mengidentifikasi sumber-sumber pertumbuhan gross output X dari suatu sektor

perekonomian. Adapun sumber-sumber pertumbuhan gross output X terdiri dari

empat sumber, yaitu :

1. The expansion of domestic Final Demand (FD) menjelaskan dampak

langsung dan tidak langsung dari perluasan permintaan akhir domestik

(expantion of domestic final demand).

2. Export Expansion (EE) merupakan dampak langsung dan tidak langsung

dari perluasan perdagangan internasional ekspor (expantion of

international export).

3. Import Substitution (IS) adalah dampak langsung dan tidak langsung

akibat perubahan dalam proporsi perdagangan internasional impor (change

in international import proportions).

4. Technological change menunjukkan dampak langsung dan tidak langsung

dari perubahan koefisien input-output (change in input-output

coefficients).

Page 45: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

27

2.7. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian yang terkait dengan peranan sektor berbasis kehutanan

dalam perekonomian telah banyak dilakukan sebelumnya diantaranya oleh

Departemen Kehutanan (2007a) tentang reposisi kehutanan Indonesia. Penelitian

ini bertujuan untuk mengukur kontribusi sektor kehutanan terhadap perekonomian

nasional dengan menggunakan model input-output. Hasil penelitian menunjukan

bahwa kontribusi sektor kehutanan terhadap PDB nasional sangat rendah yaitu

di bawah satu persen dalam kurun waktu satu dekade terakhir. Namun demikian,

sektor kehutanan memiliki kontribusi besar dalam menyumbang devisa. Strategi

yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kontribusi sektor kehutanan terhadap

perekonomian nasional yaitu dengan meningkatkan investasi.

Penelitian lainnya yang terkait dilakukan oleh Suwarna (2007) tentang

dampak bantuan dana rehabilitasi lahan milik terhadap pendapatan masyarakat

dan perekonomian wilayah di Kabupaten Garut. Metode analisis yang digunakan

adalah sistem neraca sosial ekonomi, model ekonometrika dan analisis biaya

manfaat. Hasil analisis menunjukan bahwa dana rehabilitasi lahan milik

di Kabupaten Garut belum dapat secara nyata memperbaiki pendapatan

masyarakat yang melaksanakan kegiatan rehabilitasi. Namun demikian dana

rehabilitasi tersebut berperan untuk meningkatkan perekonomian wilayah.

Kegiatan rehabilitasi lahan milik dengan komoditi utama tanaman kayu secara

finansial memberikan manfaat lebih kepada petani pemilik apabila dilakukan

pemanfaatan lahan diantara tanaman kayu dengan mengusahakan komoditi

tanaman sela. Kelembagaan kelompok tani memberikan kontribusi yang cukup

besar terhadap produktivitas kelompok dalam kegiatan rehabilitasi lahan.

Page 46: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

28

Santosa (2006) meneliti tentang peranan ekonomi kehutanan di Propinsi

Jawa Tengah. Berbeda dengan penelitian lainnya, pada penelitian ini analisis

peranan sektor kehutanan tidak hanya dilihat dari sisi PDRB saja tetapi juga dari

manfaat ekonomi lain seperti jasa lingkungan yang dihasilkan sumber daya hutan.

Manfaat ekonomi lain yang diperhitungkan berupa hasil yang langsung

dikonsumsi masyarakat, illegal logging, illegal trading, nilai tambah, nilai air,

udara bersih dan manfaat berupa efisiensi kelembagaan dan

keberadaan/pelestarian hutan yang memberikan tambahan output sektor

kehutanan. Disamping itu, juga diperhitungkan manfaat ekonomi yang bersifat

negatif berupa deforestasi dan erosi. Dengan demikian dihasilkan kontribusi

bersih sektor kehutanan terhadap perekonomian wilayah dalam bentuk PDRB

hijau Propinsi Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukan bahwa kontribusi sektor

kehutanan akan lebih kecil dengan memperhitungkan kerusakan lingkungan

sehingga PDRB bersih Propinsi Jawa Tengah juga mengalami penurunan.

Noor (2004) menganalisis sektor ekonomi yang berpengaruh terhadap

adanya deforestasi dan reforestasi hutan di Kabupaten Kutai Timur dengan

menggunakan pendekatan sistem neraca sosial ekonomi (SNSE). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi yang mempengaruhi kegiatan deforestasi

disebabkan adanya pengaruh Perdagangan, Restoran, dan Hotel (PRH) yang

ditunjukkan oleh empat jalur Modal Swasta Dalam Kabupaten (MSDK) ke kayu

yang memiliki pengaruh global paling kuat adalah melalui PRH. Dengan kata lain

pengaruh MSDK terhadap kegiatan penebangan hutan paling besar terjadi melalui

PRH. Sektor PRH ini sangat besar pengaruhnya, karena sektor inilah yang banyak

menggunakan kayu untuk keperluan usaha, bangunan, dan untuk bahan bakar.

Page 47: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

29

Sementara itu kegiatan ekonomi yang berpengaruh terhadap kegiatan

reforestasi disebabkan adanya pengaruh sektor Tenaga Kerja Pertanian Bukan

Penerima Upah dan Gaji (TKPBUG). Sektor TKPBUG ini sangatlah besar

pengaruhnya sebagai gambaran kegiatan masyarakat/pengusaha yang bekerja di

sektor pertanian. TKPBUG ini juga menggambarkan pemilik lahan yang berusaha

dibidang pertanian dengan menanam beberapa jenis tanaman seperti sawit, karet,

umbi-umbian, lada, dan lain sebagainya.

Hardjanto (2003), menganalisis keragaan dan pengembangan Usaha Kayu

Rakyat (UKR) di Pulau Jawa. Tujuan utama dari penelitian adalah untuk

mengupayakan pengembangan sistem UKR dengan menggunakan tiga pendekatan

yaitu analisis SWOT untuk memformulasikan strategi pengembangan, metode

Interpretative Structural Modeling (ISM) digunakan untuk menemukan model

struktural dan mengkaji kelembagaan dan Analisis Hierarki Proses (AHP)

digunakan dalam seluruh tahap analisis. Hasil analisis menunjukan bahwa UKR

berada pada posisi pertumbuhan, sehingga perlu dikembangkan melalui strategi

integrasi horizontal, integrasi vertikal dan diversifikasi. Lembaga yang

berpengaruh dalam pengembangan UKR ini meliputi institusi yang terkait

ke belakang (backward linkages) dan ke depan (forward linkages), institusi

pemerintah terkait, lembaga swadaya masyarakat (LSM), perguruan tinggi serta

lembaga penelitian.

Page 48: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Teoritis

3.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Berbagai model pertumbuhan ekonomi telah banyak dikemukakan oleh

para ahli ekonomi. Teori pertumbuhan yang dikembangkan dimaksudkan untuk

mengukur dampak kegiatan ekonomi terhadap penciptaan output wilayah.

Pertumbuhan wilayah tersebut merupakan indikator perkembangan ekonomi suatu

wilayah. Analisis terhadap pertumbuhan output akan diperoleh informasi yang

dapat dijadikan dasar kebijakan dalam pengembangan wilayah khususnya

terhadap sektor-sektor yang memiliki efek pengganda (multiplier) dan keterkaitan

tinggi (linkages) sebagai motor penggerak perekonomian.

3.1.1.1. Harrod – Domar Model

Menurut Basu (2000) terdapat tiga kelompok besar dalam pengembangan

teori pertumbuhan saat ini yaitu pertama model pertumbuhan Harrod dan Domar

atau sering dikenal sebagai Harrod-Domar Model. Kedua model pertumbuhan

Neo Klasik (Neo-Classical Model) yang merupakan respon terhadap model

pertumbuhan Harrod-Domar. Tokoh yang mengawali dan paling berperan dalam

model pertumbuhan Neo Klasik adalah Robert Sollow sehingga dikenal dengan

model pertumbuhan Sollow (Sollow Growth Model). Ketiga adalah teori

pertumbuhan endogen (theory of endogenous growth) yang dikemukakan oleh

Romer dan Lucas sebagai respon terhadap model pertumbuhan Sollow.

Model Harrod - Domar telah berupaya memasukan unsur dinamyc path (t)

dari model pertumbuhannya. Model ini pada intinya menjelaskan bahwa

Page 49: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

31

pertumbuhan output perekonomian (Yt) dideterminasi oleh pertumbuhan

penduduk (population grows, n), tingkat tabungan (saving rate, s) dan tingkat

modal (capital rate,c) sebagai faktor exsogen. Secara umum model pertumbuhan

Harrod-Domar ditulis sebagai berikut :

c

ssvKt

................................................................................................ (7)

dimana v adalah output-capital ratio dan

tK adalah tingkat pertumbuhan modal

pada periode t. Pendapatan diasumsikan proporsional dengan modal dalam model,

maka persamaan pertumbuhan output pada periode t dapat ditulis menjadi sebagai

berikut :

c

sY t .................................................................................................... (8)

Pertumbuhan penduduk (n) akan mempengaruhi tingkat tabungan (s) dan modal

(c) maka persamaan pertumbuhan output pada periode t menjadi

nc

sY t

............................................................................................... (9)

3.1.1.2. Neo – Classical Model

Dalam kelompok aliran pemikiran neo-klasik, model pertumbuhan Sollow

(Sollow Growth Model) dianggap sebagai representatif dalam menangkap ide

utama dalam teori pertumbuhan neo-klasik (Basu, 2000). Dalam model

pertumbuhan Sollow dijelaskan bagaimana tabungan, pertumbuhan penduduk

dan kemajuan teknologi mempengaruhi tingkat pertumbuhan output sepanjang

waktu.

Dalam model neo-klasik, output merupakan fungsi dari modal dan tenaga

kerja yang direpresentasikan dalam persamaan berikut :

Page 50: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

32

),( LKfY ............................................................................................. (10)

dimana K adalah modal dan L adalah tenaga kerja. Dalam model juga diasumsikan

fungsi produksi constant return to scale sehingga persamaan fungsi produksi

menjadi

),( LKfY .................................................................................... (11)

Persamaan (11) menjelaskan bahwa besarnya output dalam perekonomian adalah

relatif terhadap besarnya tenaga kerja dimana λ ≥ 0, ),(),( LKfLKf ,

λ= 1/L, sehingga persamaan fungsi produksi baru menjadi :

)1,/(/ LKfLY ................................................................................... (12)

persamaan (12) menunjukan output per tenaga kerja (Y/L) merupakan fungsi dari

modal per tenaga kerja (K/L). Dalam bentuk lain persamaan (12) dapat ditulis

menjadi

)(kfy ................................................................................................ (13)

dimana y adalah (Y/L) dan k adalah (K/L). Persamaan ini menjelaskan

pertumbuhan output per tenaga kerja dapat meningkat hanya jika rasio modal-

tenaga kerja meningkat.

Dalam perekonomian tingkat pendapatan (y) akan dialokasikan untuk

konsumsi (C) dan investasi (i),sehingga y=C+i, sementara fungsi konsumsi

adalah C=(1-s)y maka persamaan investasi menjadi i = sy. Kemudian dengan

memasukan persamaan (13) kedalam persamaan investasi maka diperoleh

persamaan investasi sebagai berikut :

)(ksfi ................................................................................................ (14)

Page 51: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

33

Investasi merupakan penjumlahan investasi bersih dan pergantian

penyusutan barang modal atau dengan kata lain perubahan stok modal merupakan

selisih antara investasi dengan tingkat penyusutan. Maka persamaan perubahan

stok modal dapat ditulis sebagai berikut :

kik .............................................................................................. (15)

atau kksfk )( ...................................................................................... (16)

Dengan memasukan faktor pertumbuhan penduduk (n) maka persamaan

perubahan stok modal menjadi :

knksfk )()( ............................................................................. (17)

Persamaan (17) menujukan bahwa perubahan stok modal dipengaruhi oleh

besarnya pertumbuhan kn)( . Dengan kata lain model Sollow menjelaskan

bagaimana tabungan dan pertumbuhan penduduk mempengaruhi keseimbangan

stok modal (steady-state capital stock) dan keseimbangan pendapatan per kapita

(steady-state level of income per capita) dalam jangka panjang (Mankiw, 2000).

Satu hal yang menjadi kekuatan model pertumbuhan Sollow adalah

dengan memasukan faktor perkembangan teknologi (g) kedalam model seperti

ditulis dalam persamaan (17). Persamaan ini menganggap perkembangan

teknologi sebagai faktor eksogen.

kgnksfk )()( ....................................................................... (18)

3.1.1.3. Endogeonous Growth Model

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam model

pertumbuhan Sollow teknologi merupakan faktor eksogen yang mempengaruhi

Page 52: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

34

output. Sementara dalam model pertumbuhan endogen (endogenous growth) ini

perkembangan teknologi dianggap sebagai faktor endogen yang akan

mempengaruhi output dalam jangka panjang, sehingga disebut sebagai model

Endogenous Growth.

Fungsi produksi dalam model endogen diulistrasikan sebagai berikut :

AKY .................................................................................................. (19)

dimana Y adalah output, K adalah stok modal dan A adalah konstanta yang

mengukur sejumlah output yang diproduksi per unit modal. Sementara persamaan

(16) disebutkan bahwa perubahan stok modal (Δk) merupakan selisih antara

investasi (sY) dengan tingkat penyusutan modal (δk), dengan memasukan

persamaan (19) kedalam persamaan (16) maka diperoleh :

sAKKYY // ........................................................................ (20)

Persamaan (20) menunjukan bagaimana tingkat pertumbuhan modal

(ΔK/K) atau pertumbuhan output (ΔY/Y) akan terus tumbuh selama sA > δ meski

tanpa asumsi adanya perkembangan teknologi. Dalam model pertumbuhan Sollow

dijelasakan bahwa modal mendorong pertumbuhan output untuk sementara, tetapi

dengan diminishing return to capital pertumbuhan terjadi hanya jika ada

perkembangan teknologi. Hal ini kontras dengan model pertumbuhan endogen,

dimana investasi dan tabungan mampu mendorong pertumbuhan sepanjang

waktu.

Model endogen menganggap pengetahuan merupakan faktor input

produksi dimana barang dan jasa yang dihasilkan sebenarnya hasil perkembangan

ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, dalam model endogen pengetahuan

Page 53: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

35

merupakan modal yang tidak mungkin bersifat diminishing return tetapi

diasumsikan constant return to scale.

3.1.2. Konsep Permintaan Akhir

Pada Bab 2 telah dijelaskan bahwa permintaan akhir (final demand) terdiri

dari permintaan domestik dan net ekspor sebagai rest of world. Permintaan akhir

domestik merupakan permintaan terhadap barang dan jasa di dalam negeri yang

dihasilkan oleh sektor perekonomian dengan tujuan barang dan jasa yang diminta

tidak untuk dijadikan kegiatan produksi lebih lanjut. Permintaan akhir domestik

terdiri dari konsumi, pengeluaran pemerintah, dan investasi atau perubahan stok

modal.

3.1.2.1. Konsumsi Rumahtangga dan Pemerintah

Mankiw (2000) menjelaskan bahwa konsumsi merupakan permintaan

akhir sejumlah barang dan jasa oleh rumahtangga (household) dalam suatu

perekonomian. Besarnya konsumsi dipengaruhi oleh disposable income yang

merupakan total penerimaan rumahtangga setelah dikurangi pajak. Persamaan

fungsi konsumsi dituliskan pada persamaan (21), dimana C adalah konsumsi

rumahtangga, T adalah pajak, dan (Y-T) adalah besarnya disposable income.

)( TYCC …………………………………………..…………..….. (21)

Sementara itu, pengeluaran pemerintah (government purchases)

merupakan belanja pemerintah yang dikeluarkan untuk barang dan jasa serta

transfer payment. Pada model persamaan pendapatan nasional (Y), pengeluaran

pemerintah merupakan variabel eksogen (Mankiw, 2000).

GG ……………………………………………….……………..….. (22)

Page 54: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

36

3.1.2.2. Modal dan Investasi

Modal (capital) dan investasi (investment) merupakan konsep yang saling

berhubungan hanya saja modal merupakan konsep stock dan investasi merupakan

konsep flow. Perusahaan membeli barang investasi untuk menambah sejumlah

stok modal dan mengganti barang modal yang telah rusak atau habis

(Mankiw, 2000).

Dalam konsep produksi, modal (K) bersama tenaga kerja (L) merupakan dua

faktor produksi yang penting dalam menghasilkan sejumlah output (Y). Dalam

fungsi produksi Cobb-Douglas dinyatakan dalam 1LAKY , dimana α, β

adalah parameter yang mengukur share kapital terhadap output dan A adalah

parameter yang mengukur tingkat teknologi.

Harga setiap faktor produksi merupakan balas jasa dari faktor produksi,

dimana sewa (rent) adalah balas jasa dari penggunaan faktor produksi modal.

Perusahaan akan memutuskan berapa banyak modal yang digunakan (disewa)

dengan membandingkan biaya (cost) dan manfaat (benefit) dari setiap unit modal.

Jika perusahaan menyewakan modal pada tingkat harga sewa R dan menjualnya

pada tingkat harga P, maka harga riil per unit modal (real rent price) adalah R/P.

Sementara manfaat riil per unit modal adalah tambahan output yang diproduksi

karena menambah satu unit modal atau disebut marginal product of capital

(MPK). MPK disini merupakan permintaan dari modal itu sendiri, karena slope

MPK yang negatif karena MPK semakin turun apabila stok modal meningkat.

Keuntungan maksimum yang diperoleh perusahaan jika perusahaan menyewakan

modal sampai MPK turun dan sama dengan harga sewa riil (R/P). Hubungan

Page 55: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

37

antara harga sewa riil (R/P), stok modal (K) dan marginal product of capital

(MPK) disajikan pada Gambar 1.

MPK

K

Harg

a se

wa

riil,

R/P

Stok Modal, K

Sumber : Mankiw, 2000

Gambar 2. Harga Sewa Modal

Manfaat dari memiliki modal adalah sewa modal yang diperoleh sebagai

balas jasa kepemilikan modal. Sementara biaya kepemilikan modal tergantung

pada harga relatif modal, tingkat suku bunga dan tingkat penyusutan yang

direpresentasikan pada persamaan matematik berikut :

Biaya Modal = KKK PPiP ………………………..……….….. (23)

= )/( KKK PPiP …………………….………….. (24)

dimana i adalah tingkat suku bunga nominal, PK adalah harga barang modal dan

δ adalah tingkat penyusutan. Jika diasumsikan harga barang modal akan

meningkat dengan meningkatnya harga barang lainnya, maka ΔPK/PK sama

dengan tingkat inflasi π. Karena i – π sama dengan tingkat suku bunga riil r,

persamaan biaya modal menjadi :

Biaya Modal = PK (r + δ) ……………………………...….…………. (25)

Page 56: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

38

Kemudian biaya kepemilikan modal adalah relatif terhadap barang lainnya dalam

perekonomian, maka biaya riil dari kepemilikan modal ditulis dalam persamaan

sebagai berikut :

Biaya Riil Modal = (PK / P) (r + δ) ………………………....……...…. (26)

dimana PK/P adalah harga relatif barang modal. Tingkat keuntungan dari

kepemilikan per unit modal adalah selisih antara penerimaan (R/P) sebagai harga

sewa riil dan biaya riil (PK / P) (r + δ) dituliskan menjadi :

Keuntungan = Penerimaan – Biaya

= R/P - (PK / P) (r + δ) ……………………..….……… (27)

karena harga sewa riil sama dengan marginal product of capital (MPK), maka

tingkat keuntungan kepemilikan modal menjadi :

Keuntungan = MPK - (PK / P) (r + δ) ……….………...…….……… (28)

Perubahan dalam stock modal atau investasi bersih (net – investment)

tergantung pada perbedaan antara marginal product of capital (MPK) dengan

biaya riil modal (PK / P) (r + δ). Jika MPK lebih besar dari biaya riil modal, akan

menguntungkan jika menambah persediaan modal. Jika MPK lebih kecil dari

biaya riil modal, maka dibiarkan persediaan modal mengecil (Mankiw, 2000).

Dengan demikian dapat ditulis persamaan investasi sebagai berikut :

ΔK = In [ MPK - (PK / P) (r + δ)] ……………………..…...…………… (29)

dimana In merupakan fungsi yang menunjukan seberapa besar investasi bersih

respon terhadap insentif untuk berinvestasi. Dengan demikian investasi (I)

merupakan penjumlahan investasi bersih dan pergantian penyusutan barang modal

yang dapat ditulis pada persamaan berikut :

Page 57: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

39

I = In [ MPK - (PK / P) (r + δ)] ……………………...…….…………… (30)

Persamaan (30) menunjukan bagaimana investasi dipengaruhi oleh tingkat

suku bunga riil r. Penurunan dalam tingkat suku bunga riil mengurangi biaya

modal, oleh karena itu memiliki modal lebih menguntungkan, demikian juga

sebaliknya. Kemudian dalam jangka panjang, marginal product of capital (MPK)

sama dengan biaya modal riil. Investasi akan menguntungkan jika nilai MPK

lebih besar dari tingkat suku bunga riil. Dengan demikian seberapa besar investor

akan menanamkan modalnya dipengaruhi juga oleh kebijakan tingkat suku bunga.

3.1.2.3. Ekspor Bersih

Pada model perekonomian terbuka (open economy), pendapatan nasional

atau output perekonomian (Y) dipengaruhi oleh ekspor bersih (net eksport) yang

merupakan selisih antara ekspor dan impor. Besarnya ekspor bersih dipengaruhi

oleh nilai tukar (exchange rate). Mengacu pada model Mundell-Fleming,

persamaan ekspor bersih dapat dituliskan pada persamaan (31), dimana NX(e)

adalah ekspor bersih yang dipengaruhi oleh nilai tukar.

GrITYCYeNX )()()( ……..…………………….……..….. (31)

3.1.3. Pengaruh Permintaan Akhir Terhadap Pertumbuhan

Berdasarkan persamaan (31), output atau pendapatan nasional dapat

dituliskan sebagai berikut :

)()()( eNXGrITYCY ........................................................... (32)

Donrbush dan Fisher (1992) menyatakan bahwa output nasional berada

pada tingka kesetimbangan (equilibrium) apabila output sama dengan permintaan

Page 58: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

40

agregat (AD) atau ketika akumulasi modal yang direncanakan sama dengan nol,

dimana persamaan output dapat ditulis menjadi

ADY .................................................................................................. (33)

dengan memasukan persamaan (32) kedalam persamaan (33) maka didapat

persamaan output baru yaitu

)()()( eNXGrITYCYAEAD ........................................ (34)

Pada persamaan (34), dapat dijelaskan bagaimana masing-masing

komponen pembentuk output tersebut berpengaruh terhadap pertumbuhan output

nasional. Perubahan konsumsi rumahtangga dapat dilihat berdasarkan kemiringan

fungsi konsumsi yang disebut Marginal Propensity to Consume (MPC). MPC

merupakan besarnya perubahan konsumsi karena peningkatan disposable income

sebesar satu satuan nilai uang. Dampak perubahan konsumsi karena peningkatan

disposable income terhadap output nasional, dimana faktor lain dianggap konstan

disajikan pada Gambar 3.

AS

Δ CAD'

Y1 Y2

Gene

ral P

rice

(P)

P2

P1

AD = C + I + G + NX

Y

Sumber : Mankiw, 2000

Gambar 3. Perubahan Konsumsi Terhadap Output Nasional

Page 59: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

41

Sementara itu, perubahan investasi terhadap pendapatan nasional dapat

digambarkan melalui kombinasi fungsi investasi dengan diagram perpotongan

Keynessian. Untuk mempermudah analisis kita asumsikan konsumsi, pengeluaran

pemerintah dan ekspor bersih dianggap konstan, sehingga dampak perubahan

investasi terhadap pendapatan nasional dapat dilihat dengan jelas.

Pada Gambar 4, dijelaskan bahwa fungsi investasi berhubungan terbalik

dengan tingkat suku bunga. Jika suku bunga menurun dari r1 ke r2 akan

meningkatkan jumlah investasi dari I1 ke I2. Peningkatan jumlah investasi ini

akan menggeser fungsi pengeluaran (AE) ke atas. Pergeseran dalam fungsi

pengeluaran ini menyebabkan tingkat pendapatan nasional meningkat dari

Y1 ke Y2. Kurva IS meringkas hubungan antara tingkat suku bunga dan

pendapatan. Kurva IS mengkombinasikan interaksi antara r dan I yang ditunjukan

oleh fungsi investasi, dan interaksi antara I dan Y yang ditunjukan dengan

perpotongan Keynessian.

E

AE2

AE1

Y1 Y2

Suku Bunga

r1 r1

r2 r2

ISI (r )

I (r1 ) I (r1) Y1 Y2Investasi

Income, Output (Y)

Income, Output (Y)

Sumber : Mankiw, 2000

Gambar 4. Hubungan Suku Bunga, Investasi dan Output Nasional

Page 60: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

42

Pada persamaan (31) dijelaskan bahwa perubahan terhadap ekspor bersih

dipengaruhi oleh nilai tukar. Oleh karena itu, perubahan terhadap nilai tukar akan

mempengaruhi perubahan output nasional melalui perubahan ekspor bersih

dengan asumsi faktor lain dianggap konstan.

Mengacu pada model Mundell-Fleming dalam small open economy

dengan menganut floating exchange rate, terjadinya perubahan ekspor bersih

karena perubahan nilai tukar berdampak terhadap perubahan kurva IS-LM yang

selanjutnya akan merubah output nasional seperti yang terlihat pada Gambar 5.

e1

e2

IS

LM (P2)Nilai Tukar riil (e)

LM (P1)

Ouput (Y)Y1 Y2

Sumber : Mankiw, 2000

Gambar 5. Perubahan Nilai Tukar Terhadap Output Nasional

3.1.4. Pengaruh Pertumbuhan Terhadap Pendapatan dan Lapangan Kerja

Pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan pengentasan

kemiskinan melalui peningkatan pendapatan masyarakat merupakan variabel

makroekonomi yang selalu menjadi sasaran pembangunan. Menurut Winoto dan

Page 61: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

43

Siregar (2005), pertumbuhan ekonomi ini dapat mendorong penciptaan lapangan

kerja dan pengurangan kemiskinan.

Pada Gambar 6 terlihat jika terjadi peningkatan salah satu variabel

permintaan akhir dan variabel yang lain dianggap tetap, maka aggregate demand

bergeser ke kanan atas yang menyebabkan pendapatan nasional meningkat dari

(Y1) ke (Y2) dan tingkat harga umum menjadi naik dari (P1) ke (P2).

AS

Δ AD AD'

Y1 Y2 Y, PDB

Gen

eral

Pric

e (P

)

AD = C + I + G + NX

P2

P1

Sumber : Donrbush dan Fisher, 1992

Gambar 6. Investasi, Pendapatan Nasional dan Harga

Kenaikan pendapatan nasional dan tingkat harga umum menyebabkan

kenaikan terhadap kesempatan kerja. Pertama jika pendapatan nasional meningkat

berarti produksi nasional meningkat. Kenaikan produksi nasional akan mendorong

penggunaan faktor produksi diseluruh perekonomian seperti tenaga kerja dan

faktor produksi lainnya. Artinya terjadinya pertumbuhan pendapatan nasional

Page 62: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

44

akan menyerap tenaga kerja. Dengan demikian jelas pengaruh pertumbuhan

mendorong pembukaan lapangan kerja baru bagi masyarakat.

Kenaikan pendapatan nasional juga menyebabkan kenaikan tingkat harga

umum (P). Kenaikan tingkat harga umum ini menyebabkan upah riil (W/P)

di pasar tenaga kerja menjadi turun. Penurunan tingkat upah riil akan

menyebabkan permintaan terhadap tenaga kerja meningkat.

PWMPL / .......................................................................................... (35)

Perusahaan akan menggunakan tenaga kerja tambahan selama produk

marginal tenaga kerja (marginal product of labour, MPL) melebihi biaya

tambahan karena menggunakan tenaga kerja tambahan (MPL > W/P). Kemiringan

kurva MPL yang negatif mencerminkan permintaan tenaga kerja, dimana

perusahaan akan mempekerjakan tenaga kerja tambahan jika tingkat upah riil

mengalami penurunan. Secara ringkas bagaimana upah riil mempengaruhi

permintaan tenaga kerja disajikan pada Gambar 7.

Supply Tenagakerja

L1 L2 Kesempatan Kerja (L)

Upa

h Ri

il (W

/P)

W(P1)

W(P2)

MPL = Permintaan Tenagakerja

Sumber : Donrbush dan Fisher, 1992

Gambar 7. Upah Riil dan Kesempatan Kerja di Pasar Tenaga Kerja

Page 63: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

45

3.2. Kerangka Pemikiran

Terjadinya penurunan output sektor-sektor berbasis kehutanan selama

beberapa tahun terakhir yang tercermin dari penurunan kontribusi PDB sektor

kehutanan terhadap PDB nasional. Penurunan output tersebut tentunya berdampak

terhadap perekonomian secara keseluruhan terutama terhadap penyerapan tenaga

kerja dan pendapatan masyarakat yang berkerja di sektor tersebut. Selain itu,

penurunan output pada sektor-sektor berbasis kehutanan berdampak terhadap

sektor lainnya yang terkait kuat dengan sektor tersebut. Oleh karena itu, penelitian

ini akan difokuskan pada tiga aspek yaitu menganalisis pertumbuhan dan sumber-

sumber pertumbuhan gross output sektor-sektor berbasis kehutanan yang

diklasifikasi kedalam enam sektor, menganalisis dampak perubahan output

tersebut terhadap penyerapan tenaga kerja dan pendapatan rumahtangga pada

berbagai golongan pendapatan serta melihat keterkaitan sektor berbasis kehutanan

dengan sektor lainnya.

Untuk menjawab ketiga hal tersebut, digunakan pendekatan model

I-O Miyazawa Tahun 2008 yang dianggap mampu menjelaskan sumber-sumber

pertumbuhan output sektor berbasis kehutanan, menguraikan secara lebih jelas

perubahan output terhadap penyerapan tenaga kerja dan pendapatan masyarakat

pada berbagai kelompok pendapatan dan sektor-sektor mana yang memiliki

keterkaitan kuat (linkages) dengan sektor berbasis kehutanan.

Model I-O Miyazawa pada penelitian ini dikembangkan dari Tabel I-O

Indonesia Tahun 2008 yang didukung oleh data Survey Angkatan Kerja Nasional

(Sakernas) Tahun 2008 (BPS, 2008a), Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)

Page 64: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

46

Tahun 2008 (BPS, 2008b) serta data-data statistik lainnya. Secara keseluruhan

kerangka pemikiran dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 8.

Model I-O Miyazawa Tahun 2008

Output Sektor Berbasis Kehutanan Terus

Menurun

Golongan Pendapatan

Rumahtangga

Analisis Pertumbuhan Gross Output dan Sumber

Pertumbuhan

Tabel I-O Indonesia Tahun 2008 dan 2005

- Data Susenas 2008- Data Sakernas 2008- Data Statistik

Pendapatan Rendah

Pendapatan Sedang

Pendapatan Tinggi

DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA (KOTA+ DESA)

Penyerapan Tenagakerja

Linkages Antar Sektor

Gambar 8. Kerangka Pemikiran Penelitian

3.3. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dalam

penelitian ini diajukan beberapa hipotesis yaitu :

1. Secara umum, sumber pertumbuhan output sektor-sektor berbasis kehutanan

berdasarkan dekomposisi struktural lebih disebabkan oleh faktor domestc

final demand, dan khusus untuk industri pulp sumber pertumbuhan output

disebabkan oleh faktor ekspor.

2. Peningkatan output sektor-sektor berbasis kehutanan berdampak terhadap

penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan rumahtangga,

Page 65: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

47

terutama golongan rumahtangga berpendapatan rendah di wilayah

perdesaan.

3. Sektor-sektor perekonomian lain yang diduga memiliki keterkaitan kuat

terhadap sektor-sektor berbasis kehutanan antara lain sektor bangunan, jasa

perdagangan dan jasa angkutan.

Page 66: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder seperti tabel I-O Indonesia

klasifikasi 175 sektor tahun 2005 dan 2008, Survey Sosial Ekonomi Nasional

(Susenas) tahun 2008, Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2008,

Statistik Indonesia tahun 2008 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, serta

data Statistik Kehutanan Indonesia tahun 2008, Statistik Bina Produksi Kehutanan

tahun 2006-2009 yang bersumber dari Departemen Kehutanan serta data-data

hasil studi literatur lainnya yang menunjang penelitian.

4.2. Struktur Tabel Input-Output Miyazawa

Penelitian ini menggunakan model I-O Miyazawa yang pertama kali

diperkenalkan pada tahun 1968 oleh Miyazawa dan ditulis kembali pada tahun

1976. Model ini membuat generalisasi keynesian income multipliers kedalam

bentuk matriks inter-relational income multipliers. Model I-O Miyazawa

merupakan pengembangan lebih lanjut dari model I-O Leontief. Kelebihan model

I-O Miyazawa dibanding model I-O lainnya, model ini telah memasukan

golongan pendapatan rumahtangga dalam model. Dengan demikian dapat

melakukan analisis dampak perubahan final demand suatu sektor perekonomian

terhadap pendapatan rumahtangga pada berbagai golongan pendapatan

rumahtangga.

Penggunaan model I-O Miyazawa di Indonesia masih sangat terbatas.

Oleh karena itu, pada penelitian ini dibangun tabel I-O Miyazawa untuk Indonesia

Tahun 2008 sebagai langkah awal untuk menjawab tujuan penelitian. Tabel I-O

Page 67: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

49

Miyazawa pada penelitian ini diklasifikasi menjadi 30 sektor perekonomian yang

dikembangkan dari tabel I-O Indonesia Tahun 2008 ditambah institusi

rumahtangga sebagai sektor perekonomian yang diklasifikasi menjadi enam

golongan pendapatan yaitu rumahtangga kota untuk pendapatan rendah, sedang

dan tinggi serta rumahtangga desa untuk pendapatan rendah, sedang dan tinggi.

Selain itu untuk mempertajam pembahasan, sektor-sektor berbasis kehutanan yang

menjadi fokus pada penelitian ini dilakukan disagregasi menjadi lima sektor yaitu

sektor kayu dan hasil hutan lainnya, industri kayu gergajian, industri kayu lapis,

industri bubur kertas dan industri mebel dan kerajinan. Rincian sektor

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Agregasi Sektor Pada Tabel Input-Output Miyazawa Tahun 2008No. Agregasi Sektor Kelompok1 Tanaman bahan makanan Padi, jagung, ketela pohon, ubi jalar,

umbi-umbian, kacang, kedelai, kacang lainnya, sayuran, buah-buahan, padi-padian dan bahan makanan lainnya

2 Tanaman perkebunan Karet, tebu, kelapa, kelapa sawit, hasil tanaman serat, tembakau, kopi, teh, cengkeh, kakao, jambu mete, hasil perkebunan lainnya, hasil pertanian lainnya dan jasa pertanian

3 Peternakan Ternak dan hasil-hasilnya kecuali susu segar, susu segar, unggas dan hasil-hasilnya, hasil pemeliharaan hewan lainnya, daging, jeroan dan sejenisnya

4 Perikanan Ikan laut dan hasil laut lainnya, ikan darat dan hasil perairan darat, udang, jasa pertanian

5 Kayu dan hasil hutan lainnya(Kehutanan)

Kayu dan hasil hutan lainnya

6 Industri kayu gergajian Kayu gergajian dan awetan

7 Industri kayu lapis dan sejenisnya

Kayu lapis dan sejenisnya

Page 68: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

50

Tabel 7. LanjutanNo. Agregasi Sektor Kelompok8 Industri mebel dan kerajinan Bahan bangunan dari kayu, perabot

rumahtangga dan barang terbuat dari kayu, bambu dan rotan, barang anyaman selain dari plastik

9 Industri bubur kertas Bubur kertas

10 Pertambangan dan penggalian

Minyak bumi, gas bumi dan panas bumi, Batu bara, bijih timah, nikel, bauksit, tembaga, emas, perak, biji dan pasir besi, barang tambang logam lainnya, barang tambang mineral bukan logam, garam kasar, garam galian segala jenis

11 Industri makanan Daging olahan awetan, makanan dan minuman dari susu, buah-buahan dan sayuran olahan dan awetan, ikan kering dan asin, ikan olahan dan awetan, kopra, minyak hewani dan nabati, beras, tepung terigu, tepung lainnya, roti, mie makaroni, gula biji-bijian kupasan, coklat dan kembang gula, kopi giling dan kupasan, teh olahan, hasil pengolahan kedele, makanan lainnya dan pakan ternak.

12 Industri minuman Minuman beralkohol dan tak beralkohol

13 Industri rokok Tembakau olahan dan rokok

14 Industri pemintalan Kapuk bersih, benang

15 Industri tekstil, pakaian dan kulit

Tekstil, tekstil jadi kecuali pakaian, barang rajutan, pakaian jadi, permadani dan tekstil lainnya, kulit dan olahan, barang dari kulit, alas kaki

16 Industri kertas dan barang cetakan

Kertas dan karton, barang-barang dari kertas dan karton, barang cetakan

17 Industri pupuk, kimia dan barang dari karet

Kimia dasar kecuali pupuk, pupuk, pestisida, damar sintetis bahan plastik, cat, obat-obatan, jamu, sabun, barang kosmetik, bahan kimia lainnya, karet remah dan asap, ban, barang dari karet dan plastik

18 Industri migas Barang-barang hasil kilang minyak, gas alam cair (LNG)

19 Industri semen Semen

Page 69: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

51

Tabel 7. LanjutanNo. Agregasi Sektor Kelompok20 Industri barang mineral

bukan logamKeramik dan barang dari tanah liat, kaca, bahan bangunan dari kaca dan tanah liat, semen, barang bukan logam

21 Industri logam dasar, besi dan baja

Besi dan baja dasar, barang-barang dari besi dan baja, logam dasar bukan besi, barang dari logam bukan besi, alat dapur dari logam, perabot dari logam, bahan bangunan dari logam, barang logam lainnya

22 Industri alat angkutan, mesin, peralatan dan lainnya

Mesin penggerak mula, mesin dan perlengkapannya, mesin pembangkit dan motor listrik, mesin listrik, barang elektronika dan komunikasi, alat-alat listrik untuk rumahtangga, perlengkapan listrik lainnya, baterai dan aki, kapal dan jasa perbaikannya, kereta api, kendaraan bermotor selain sepeda motor, sepeda motor, alat angkut lainnya, pesawat terbang, alat ukur fotografi optik dan jam, barang perhiasan, alat musik dan olahraga, barang industri lainnya

23 Listrik, gas dan air bersih Listrik, gas, air bersih

24 Bangunan Bangunan tempat tinggal dan bukan, prasarana pertanian, jalan jembatan dan pelabuhan, bangunan untuk instalasi listrik gas air dan komunikasi

25 Perdagangan Jasa perdagangan

26 Restoran dan hotel Jasa perhotelan dan restoran

27 Angkutan Jasa angkutan kereta api, jalan raya, laut, danau dan sungai, udara, dan jasa penunjang angkutan

28 Komunikasi Jasa komunikasi

29 Keuangan dan jasa perusahaan

Bank, lembaga keuangan lainnya, asuransi, dana pensiun, sewa bangunan dan sewa tanah, jasa perusahaan

30 Jasa - jasa Jasa pemerintahan umum, jasa pendidikan, kesehatan dan lainnya dari pemerintah dan swasta, jasa perorangan

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009b

Page 70: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

52

Matriks dalam tabel I-O Miyazawa pada penelitian ini terdiri dari matriks

permintaan antara, matriks permintaan akhir dan matriks input primer. Matriks

permintaan antara atau sering disebut matriks input antara merupakan transaksi

input-output antar sektor perekonomian yang terdiri dari 30 sektor perekonomian

ditambah dengan institusi rumahtangga dengan enam klasifikasi golongan

pendapatan yaitu rumahtangga golongan pendapatan rendah, sedang dan tinggi

baik di perkotaan dan perdesaan. Dimasukannya institusi rumahtangga dalam

matriks permintaan antara merupakan ciri khas model I-O Miyazawa yang

membedakannya dengan tabel input-output lainnya yaitu adanya generalisasi

keynesian income multipliers kedalam bentuk matriks inter-relational income

multipliers.

Tabel 8. Struktur Tabel Input-Output Miyazawa Tahun 2008Kolom

Baris

Sektor180 302 303 304 305 409 600

1 2 3 … 30 31 … 36

123...

30

31...

36

190

202

203

204

210

Page 71: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

53

Keterangan :

a) Sisi baris

Baris 1 s.d 30 = sektor ekonomi sebagai penghasil/penyedia produk yang

digunakan oleh sektor lain (sektor kolom) sebagai input

antara

Baris 31 = rumahtangga kota pendapatan rendah

Baris 32 = rumahtangga kota pendapatan sedang

Baris 33 = rumahtangga kota pendapatan tinggi

Baris 34 = rumahtangga desa pendapatan rendah

Baris 35 = rumahtangga desa pendapatan sedang

Baris 36 = rumahtangga desa pendapatan tinggi

Baris 190 = jumlah input antara

Baris 202a = surplus usaha sisa

Baris 203 = penyusutan

Baris 204 = pajak tak langsung bersih

Baris 210 = jumlah input

b) Sisi kolom

Kolom 1 s.d 30 = sektor ekonomi sebagai penghasil/penyedia produk

yang digunakan oleh sektor lain (sektor kolom) sebagai

input antara

Kolom 31 = konsumsi rumahtangga kota pendapatan rendah

Kolom 32 = konsumsi rumahtangga kota pendapatan sedang

Kolom 33 = konsumsi rumahtangga kota pendapatan tinggi

Kolom 34 = konsumsi rumahtangga desa pendapatan rendah

Kolom 35 = konsumsi rumahtangga desa pendapatan sedang

Kolom 36 = konsumsi rumahtangga desa pendapatan tinggi

Kolom 180 = jumlah permintaan antara

Kolom 302 = konsumsi pemerintah

Kolom 303 = pembentukan modal tetap bruto

Kolom 304 = perubahan inventori

Kolom 305 = jumlah ekspor untuk barang dan jasa

Page 72: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

54

Kolom 409 = jumlah impor untuk barang dan jasa

Kolom 600 = jumlah output

Matriks permintaan akhir dalam model I-O Miyazawa terdiri dari

konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan inventori dan

jumlah ekspor bersih (barang dan jasa). Adapun matriks input primer terdiri dari

surplus usaha, pajak tak langsung bersih dan penyusutan. Untuk kepentingan

analisis dan kemudahan dalam membaca tabel, maka setiap sektor diberi nomor

kode sesuai dengan klasifikasi yang dibuat oleh Badan Pusat Statistik seperti

dalam tabel I-O Indonesia klasifikasi 175 sektor.

Nomor kode lain yang juga digunakan pada tabel I-O Indonesia Tahun

2008 yang menjadi data dasar dalam penyusunan tabel I-O Miyazawa diantaranya

adalah konsumsi rumahtangga (kode 301) yang ditempatkan pada kolom

permintaan akhir serta upah dan gaji (kode 201) yang ditempatkan pada kolom

input primer.

4.3. Penyusunan Tabel Input-Output Miyazawa Tahun 2008

4.3.1. Agregasi atau Disagregasi Sektor

Langkah awal yang dilakukan dalam penyusunan tabel I-O Miyazawa

adalah melakukan agregasi atau disagregasi sektor perekonomian yang didasarkan

pada tabel I-O pada tahun yang sama. Agregasi atau disagregasi sektor dilakukan

menurut kepentingan penelitian. Pada penelitian ini, dilakukan agregasi sektor

perekonomian menjadi 30 sektor yang didasarkan pada tabel I-O Indonesia Tahun

2008 sebagai tabel dasar. Namun demikian, jika tabel I-O yang dijadikan tabel

dasar pada tahun yang akan dianalisis belum tersedia, maka langkah awal yang

Page 73: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

55

perlu dilakukan adalah menyusun tabel baru atau melakukan up-dating terhadap

tabel I-O yang sudah ada sebelumnya.

Menurut BPS (2000), berdasarkan jenis data yang tersedia maka metode

penyusunan tabel I-O dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu metode survey,

metode semi survey dan metode non-survey. Metode survey digunakan apabila

seluruh data yang diperlukan dikumpulkan secara langsung melalui survey atau

penelitian lapangan. Metode semi survey digunakan apabila sebagian data yang

diperlukan dikumpulkan secara langsung melalui survey terutama data pendukung

pembentukan matriks kuadran I. Sementara metode non-survey digunakan apabila

seluruh data yang diperlukan diperoleh dari suatu tabel I-O lain yang sudah ada.

4.3.2. Penentuan Jenis Tabel Transaksi

Jenis tabel transaksi yang digunakan dalam penyusunan tabel Input –

Output Miyazawa Tahun 2008 adalah tabel transaksi total atas dasar harga

produsen. Nilai transaksi pada tabel ini mencakup nilai dari semua transaksi

barang/jasa baik impor maupun domestik dengan menggunakan harga produsen.

Oleh karena itu, margin perdagangan dan biaya pengangkutan diperlakukan

sebagai input antara yang berasal dari sektor perdagangan dan biaya

pengangkutan.

Tabel transaksi total atas dasar harga produsen ini berperan penting dalam

melakukan analisis dengan model yang diturunkan dari tabel I-O karena transaksi

pada tabel ini benar-benar mencerminkan kegiatan ekonomi di suatu wilayah,

dalam hal ini perekonomian Indonesia, yang dinilai dengan harga dari sisi

produsen.

Page 74: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

56

4.3.3. Penyusunan Matriks Inter-Relational Income Multipliers

Penyusunan tabel I-O Miyazawa Tahun 2008 memerlukan data–data

pendukung untuk menyusun matriks inter-relational income multipliers dalam

matriks transaksi input antara. Pada penelitian ini, matriks inter-relational income

multipliers pada sisi baris dan kolom terdiri dari baris 31 hingga baris 36. Pada

sisi baris menjelaskan pendapatan rumahtangga pada berbagai golongan

pendapatan di perkotaan maupun perdesaan. Sementara itu, sisi kolom

menjelaskan konsumsi rumahtangga pada berbagai golongan pendapatan

di perkotaan maupun perdesaan.

Data yang digunakan untuk menyusun matriks inter-relational income

multipliers yaitu data Susenas Tahun 2008, data Sakernas Tahun 2008 dan data

statistik lainnya yang diperoleh dari Bagian Konsolidasi Neraca Sosial Ekonomi,

Badan Pusat Statistik.

1. Penyusunan Matrik Baris

Menurut Sonis dan Hewings (2000), matriks inter-relational income

multipliers sisi baris diperoleh dari pendapatan rumahtangga sebagai balas jasa

atas faktor produksi yang dimilikinya. Pada penelitian ini, klasifikasi

penggolongan pendapatan rumahtangga rendah, sedang dan tinggi baik

di perkotaan maupun perdesaan, didasarkan pada data Upah Minimum Provinsi

(UMP) seluruh Indonesia tahun 2008 yang bersumber dari Asosiasi Pengusahan

Indonesia (Apindo, 2009) dan komposisi struktur pendapatan rumahtangga dalam

Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia Tahun 2005 (BPS, 2008c).

Data UMP yang dimaksud adalah rata-rata UMP seluruh Indonesia. Data

UMP ini digunakan untuk melakukan klasifikasi rumahtangga pendapatan rendah.

Page 75: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

57

Pada penelitian ini diasumsikan rumahtangga pendapatan rendah baik

di perkotaan maupun di perdesaan adalah rumahtangga yang memiliki pendapatan

di bawah UMP. Berdasarkan publikasi Apindo (2009), rata-rata UMP seluruh

Indonesia tahun 2008 sebesar Rp 739 263 per bulan.

Sementara itu, data SNSE Indonesia Tahun 2005 digunakan untuk

melakukan klasifikasi rumahtangga pendapatan tinggi. Hasil perhitungan

diperoleh bahwa rumahtangga pendapatan tinggi adalah rumahtangga yang

memiliki pendapatan rata-rata di atas Rp 1 801 021 per bulan.

Adapun rumahtangga pendapatan sedang adalah rumahtangga yang

memiliki pendapatan lebih besar dari rumahtangga pendapatan rendah (di atas

UMP) dan lebih kecil dari rumahtangga pendapatan tinggi seperti yang terlihat

pada Tabel 9.

Tabel 9. Klasifikasi Rumahtangga Berdasarkan Golongan Pendapatan

Golongan Rumahtangga Pendapatan Rata-Rata (Rp / bulan)

Pendapatan Rendah < 739 263

Pendapatan Sedang 739 263 < pendapatan < 1 801 021

Pendapatan Tinggi > 1 801 021

Sumber : 1. Badan Pusat Statistik, 2008c (diolah) 2. Asosiasi Pengusaha Indonesia, 2009 (diolah)

Menurut Sonis dan Hewings (2000), pengisian sel pendapatan

rumahtangga pada sisi baris (matriks V) dilakukan dengan mengalikan proporsi

pendapatan rumahtangga dari setiap sektor dengan total pendapatan rumahtangga

menurut golongan pendapatan. Adapun proses perhitungan pendapatan

rumahtangga dari setiap sektor menurut golongan pendapatan adalah sebagai

berikut :

Page 76: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

58

ΣSj(P) = ΣCi - ΣWj

R = ΣSj(P) / ΣSj

ΣSj(P) = R*Sj

Ij = Wj + Sj(P)

ΣSj(S) = Sj - Sj(P)

θj = Ij / ΣIj

Vj(l,m,h)(U,R) = θj*ΣI(l,m,h)(U,R)

dimana :

Ci = konsumsi rumahtangga

Wj = upah/gaji

Sj = surplus usaha

ΣSj(P) = surplus usaha parsial

ΣSj(S) = surplus usaha sisa

R = rasio surplus usaha parsial dengan surplus usaha

ΣIj = total pendapatan rumahtangga

θj = proporsi pendapatan rumahtangga

Vj(l,m,h) = pendapatan rumahtangga pada berbagai golongan pendapatan

l,m,h = rumahtangga pendapatan rendah, sedang, tinggi

U,R = rumahtangga perkotaan dan perdesaan

i,j = sektor ke-i dan j

2. Penyusunan Matrik Kolom

Sonis dan Hewings (2000), pengisian sel pada kolom tabel I-O Miyazawa

tahun 2008 (matriks C) dilakukan dengan mengalikan proporsi konsumsi

rumahtangga setiap sektor dengan total konsumsi rumahtangga menurut golongan

pendapatan. Pada penelitian ini, klasifikasi konsumsi rumahtangga menurut

golongan pendapatan didasarkan pada komposisi pengeluaran konsumsi

rumahtangga dalam Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Indonesia Tahun

2005 (BPS, 2008c).

Page 77: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

59

Hasil perhitungan diperoleh informasi bahwa untuk wilayah perdesaan,

konsumsi rata-rata rumahtangga pendapatan rendah sebesar Rp 517 969 per bulan

dan rumahtangga pendapatan tinggi sebesar Rp 1 104 674 per bulan. Sedangkan

konsumsi rumahtangga pendapatan sedang adalah rumahtangga yang tingkat

konsumsinya lebih besar dari konsumsi rumahtangga pendapatan rendah dan lebih

kecil dari konsumsi rumahtangga pendapatan tinggi.

Sementara itu untuk wilayah perkotaan, konsumsi rata-rata rumahtangga

pendapatan rendah sebesar Rp 818 686 per bulan dan rumahtangga pendapatan

tinggi sebesar Rp 1 558 333 per bulan. Sedangkan konsumsi rumahtangga

pendapatan sedang adalah rumahtangga yang tingkat konsumsinya lebih besar dari

konsumsi rumahtangga pendapatan rendah dan lebih kecil dari konsumsi

rumahtangga pendapatan tinggi.

Klasifikasi konsumsi atau pengeluaran rumahtangga pada berbagai

golongan pendapatan rumahtangga pendapatan rendah, sedang dan tinggi baik

di wilayah perkotaan maupun wilayah perdesaan secara lengkap disajikan pada

Tabel 10.

Tabel 10. Klasifikasi Konsumsi Rumahtangga Berdasarkan Golongan Pendapatan

Golongan Rumahtangga Konsumi Rata-Rata (Rp / bulan)

Desa

Pendapatan Rendah < 517 969

Pendapatan Sedang 517 969 < konsumsi < 1 104 674

Pendapatan Tinggi > 1 104 674

Kota

Pendapatan Rendah < 818 686

Pendapatan Sedang 818 686 < konsumsi < 1 558 333

Pendapatan Tinggi > 1 558 333

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008c (diolah)

Page 78: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

60

Proses perhitungan besarnya konsumsi rumahtangga tiap sektor menurut

golongan pendapatan adalah sebagai berikut :

ήi = Ci / ΣCi

Ci (U,R) (l,m,h) = ήi * ΣC (U,R) (l,m,h)

dimana :

ήi = proporsi konsumsi rumahtangga

Ci = konsumsi rumahtangga

ΣC = total konsumsi pada berbagai golongan pendapatan

i = sektor ke-i

l,m,h = rumahtangga pendapatan rendah, sedang, tinggi

U,R = rumahtangga perkotaan dan perdesaan

4.3.4. Rekonsiliasi Data

Tahap rekonsiliasi data dilakukan dalam rangka penyesuaian data dalam

penyusunan tabel I-O Miyazawa. Rekonsiliasi data terutama untuk memeriksa

konsistensi antar sel. Selain itu keseimbangan input-output juga menjadi hal

penting yang dilakukan dalam proses rekonsiliasi data.

Penyusunan Tabel I-O /Up-dating

Agregasi/Disagregasi Sektor

Tidak

Ya

Ketersediaan Tabel Dasar

Tabel I-O 2008

Penyusunan Matriks Inter-Relational Income

Multipliers

Konsistensi Data

Tabel I-O Miyazawa 2008

- Susenas 2008- Sakernas 2008- Data statistik lain

Ya

Tidak

Gambar 9. Proses Penyusunan Tabel Input-Output Miyazawa Tahun 2008

Page 79: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

61

4.4. Analisis Data

4.4.1. Analisis Pertumbuhan Struktural

Pada penelitian ini analisis terhadap faktor-faktor pertumbuhan gross

output berdasarkan sistem I-O difokuskan untuk menganalisis perkembangan dan

sumber-sumber pertumbuhan gross output sektor berbasis kehutanan di Indonesia.

Analisis pertumbuhan gross output didasarkan pada perubahan gross output tahun

dasar (I-O tahun 2005) dengan tahun analisis (I-O tahun 2008).

West (1993) menyatakan bahwa dalam tabel I-O, total output merupakan

penjumlahan antara permintaan antara (intermediate input), permintaan akhir

domestik (domestic final demand), ekspor minus impor. Secara matematik dapat

dituliskan sebagai berikut :

iiiii IMEFdAXX …..……...………………..…………..… (36)

dimana :

Xi = total output sektor i

A = matriks koefisien input – output

Fdi = permintaan akhir domestik sektor i

Ei = ekspor sektor i

IMi = impor sektor i

Perubahan gross output (ΔX) merupakan selisih antara Xt dan X0, dimana

(t) menunjukan tahun dasar (tahun 2005) dan (0) menunjukan tahun proyeksi

(tahun 2008). Dengan demikian perubahan gross output disebabakan oleh empat

komponen penting yaitu expansion of domestic final demand (FD), exsport

expansion (EE), import substitution (IS) dan technological change (IO).

Zuhdi (1999), jika impor diasumsikan dalam fungsi permintaan total,

maka persamaan impor dapat dituliskan menjadi :

Page 80: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

62

)( EFdAXmIM atau

))(1( EFAXIM ………………….…...………..……………(37)

dimana :

μ = 1- m = rasio penawaran domestik terhadap produksi total

m = IM/D = koefisien impor

D = permintaan total

IM = impor

Dengan demikian formulasi untuk variabel output (X) dapat dituliskan

menjadi :

EfAXX ………………………………………..………... (38)

dimana :

μ = rasio penawaran domestik terhadap produksi total

A = matriks koefisien input - output

X = total output

Fd = permintaan akhir domestik

E = ekspor

Menurut pendekatan ini matriks input-output domestik (A = μ A) adalah

matriks yang relevan, sehingga bentuk persamaan keseimbangan adalah :

EFdAXX …………..………...…………………………… (39)

))(( EFdAIX …………..……………………………………(40)

Selanjutnya untuk menguraikan sumber – sumber pertumbuhan output dari

satu waktu ke waktu lainnya, digunakan bentuk umum persamaan dekomposisi

pertumbuhan output yang dituliskan sebagai berikut :

01101111 )( AXFdAXEFdX ……...…..….(41)

])()()[( 01011 XAFdAXEFdX ….....…..…… (42)

Page 81: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

63

dimana :

Δ = perubahan nilai dari variabel dan parameter

X = total output

α1 = (I – A)-11 = invers matriks identitas dikurangi matriks koefisien

input-output domestik tahun proyeksi

μ1 = matriks rasio penawaran domestik terhadap permintaan total

tahun proyeksi

Fd = permintaan akhir domestik

E = ekspor

4.4.2. Analisis Dampak

Sonis dan Hewings (2000), analisis dampak (impact analysis) pada model

I-O Miyazawa dapat digunakan untuk mengukur besarnya dampak peningkatan

output suatu sektor, dalam hal ini sektor-sektor berbasis kehutanan, terhadap

distribusi pendapatan rumahtangga. Pada model I-O Miyazawa, pendapatan

rumahtangga pada berbagai kelompok pendapatan dimasukan dalam matriks

kuadran I (matriks M) atau matriks A pada Tabel I-O Leontief.

Analisis dampak pada penelitian ini digunakan untuk melihat besarnya

dampak perubahan output sektor berbasis kehutanan terhadap distribusi

pendapatan rumahtangga dengan menggunakan matriks Miyazawa (M) dan

penciptaan lapangan kerja dengan menggunakan matriks Leontief (A). Miller dan

Blair (1985), persamaan analisis dampak secara umum dituliskan sebagai berikut :

iiji FX dimana :

ΔX = perubahan pendapatan rumahtangga menurut golongan

pendapatan atau perubahan lapangan kerja

αij = matriks kebalikan leontief (I-A)-1atau matriks kebalikan leontief

untuk matriks Miyazawa (I-M)-1

Page 82: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

64

ΔF = perubahan output karena perubahan permintaan akhir

i = sektor berbasis kehutanan

4.4.3. Analisis Keterkaitan Antar Sektor

Analisis keterkaitan merupakan analisis untuk melihat sejauhmana suatu

sektor perekonomian, dalam hal ini sektor berbasis kehutanan, mampu mendorong

pertumbuhan sektor hulu maupun sektor hilirnya. Analisis keterkaitan juga

mengindikasikan apakah sektor berbasis kehutanan dapat menjadi sektor kunci

dalam perekonomian nasional atau tidak. Analisis keterkaitan pada penelitian ini

menggunakan Tabel I-O Indonesia tahun 2008.

Analisis indeks keterkaitan mulanya dikembangkan oleh Rasmussen

(1956) dan Hirschman (1958) untuk melihat keterkaitan antar sektor, terutama

untuk menentukan strategi kebijakan pembangunan. Konsep ini kemudian

diperbaiki oleh Cella (1984) dan diterapkan oleh Clements dan Rossi (1991).

Dikenal dua jenis keterkaitan yaitu keterkaitan ke belakang (backward linkages)

dan keterkaitan ke depan (forward linkages).

Keterkaitan ke belakang mencerminkan kemampuan suatu sektor untuk

meningkatkan pertumbuhan sektor hulunya. Sektor j dikatakan mempunyai

keterkaitan ke belakang yang tinggi apabila BLj mempunyai nilai lebih besar dari

satu. Rumus yang digunakan untuk mencari nilai indeks total keterkaitan

ke belakang adalah :

BLj =

n

i

n

j

ij

n

i

ijn

1 1

1

dimana: BLj = indeks total keterkaitan ke belakang sektor j

αij = matriks kebalikan leontief

Page 83: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

65

Keterkaitan ke depan merupakan kemampuan suatu sektor untuk

mendorong pertumbuhan produksi sektor-sektor lain yang memakai input dari

sektor tersebut. Sektor i dikatakan mempunyai indeks total keterkaitan ke depan

yang tinggi apabila nilai FLi lebih besar dari satu. Secara matematis dapat

dirumuskan sebagai berikut :

FLi =

n

i

n

j

ij

n

j

ijn

1 1

1

dimana:

FLi = indeks total keterkaitan ke depan sektor i

αij = matriks kebalikan leontief

Tabel I-O Indonesia Tahun 2008 merupakan bentuk model I-O sisi

permintaan (demand driven model) yang mengasumsikan perekonomian tumbuh

apabila ada peningkatan final demand sebagai exogenous factor. Sementara model

I-O sisi penawaran (supply side model) diasumsikan perekonomian dimungkinkan

dapat tumbuh bukan oleh final demand tetapi karena adanya perubahan biaya

input primer sebagai exogenous factor.

Terkait dengan perhitungan keterkaitan sektor, menurut West (1993)

menyatakan bahwa keterkaitan ke belakang (backward linkage) dalam model I-O

sisi permintaan merupakan forward linkage dalam model model I-O sisi

penawaran.

Page 84: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

V. ANALISIS PERTUMBUHAN GROSS OUTPUT

SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN

5.1. Profil Sektor Berbasis Kehutanan di Indonesia

Sektor berbasis kehutanan adalah sektor yang outputnya terdiri dari kayu,

hasil hutan non kayu, dan kayu olahan. Berdasarkan klasifikasi sektor dalam tabel

I-O Indonesia, sektor berbasis kehutanan terdiri dari sektor kayu dan hasil hutan

lainnya (kehutanan) dan sektor industri kayu yang dirinci menjadi industri kayu

gergajian, industri kayu lapis, industri pulp dan industri barang yang terbuat dari

kayu, bambu dan rotan atau disebut sebagai industri mebel dan kerajinan. Sektor-

sektor tersebut memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

Adapun perkembangan secara umum masing-masing sektor diuraikan berikut ini.

5.1.1. Profil Sektor Kayu dan Hasil Hutan Lainnya (Kehutanan)

Peran sektor kayu dan hasil hutan lainnya atau sektor kehutanan pada

dekade 1980-an merupakan sektor strategis dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi nasional saat itu yang masih bertumpu pada sumberdaya alam,

khususnya kayu dan produk turunannya dalam menghasilkan devisa. Namun

demikian, saat ini kondisi sumberdaya hutan Indonesia berada dalam kondisi yang

kritis akibat eksploitasi yang berlebihan tanpa memperhitungkan aspek kelestarian

dan lingkungan.

Selama ini pemanfaatan hutan khususnya kayu dilakukan dengan cara

menebang besar-besaran di hutan alam yang ketersediaannya semakin menipis.

Oleh karena itu, esensi pembangunan kehutanan ke depan yaitu mengoptimalkan

pengelolaan hutan yang masih tersisa melalui pengelolaan hutan lestari. Dengan

Page 85: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

67

pengelolaan ini diharapkan kontribusi sektor kehutanan dapat lebih berperan

dalam pembangunan ekonomi nasional ke depan khususnya dalam kontribusinya

terhadap PDB nasional yang selama satu dekade terakhir terus menurun,

penyerapan tenaga kerja, mengurangi kemiskinan melalui peningkatan pendapatan

masyarakat dan dalam jangka panjang sektor kehutanan diharapkan dapat kembali

menyumbangkan perolehan devisa dan penerimaan negara lainnya secara lebih

signifikan.

Dalam revitalisasi sektor kehutanan yang tertuang dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004 - 2009 disebutkan

bahwa salah satu kebijakan prioritas pembangunan sektor kehutanan adalah

mendorong investasi yang difokuskan pada pembangunan Hutan Tanaman

Industri (HTI) karena luasan hutan pada hutan alam semakin menipis. Menurut

Departemen Kehutanan (2009a), areal pengusaan hutan pada hutan alam hingga

tahun 2008 sebagian besar tersebar di pulau Kalimantan sekitar 12.2 juta hektar

dari total 26.2 juta hektar dan paling sedikit tersebar di pulau Maluku sekitar 1.5

juta hektar.

Pengembangan HTI dilatarbelakangi oleh kondisi kesenjangan antara

kapasitas industri perkayuan dengan pasokan bahan baku kayu yang pada waktu

itu hanya mengandalkan dari kayu hutan alam. Jenis tanaman HTI yang

dibudidayakan pada umumnya jenis kayu cepat tumbuh seperti akasia, sengon,

eucaliptus, gmelina dan lainnya. Pada saat itu pembangunan HTI ditargetkan

seluas 6 juta hektar, dengan perkiraan pada waktu panen akan mampu mendukung

kebutuhan industri bersama-sama kayu dari hutan alam.

Page 86: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

68

Pembangunan investasi HTI sendiri dimulai sejak tahun 1990. Pada

mulanya, pembangunan HTI diarahkan pada areal hutan yang tidak produktif

dengan kriteria potensi pohon berdiameter 50 cm kurang dari 20 m3 per hektar.

Kemudian berkembang berdasarkan jumlah ketersediaan pohon serta anakan

dengan jumlah tertentu. Sejak tahun 2000 pemerintah hanya mengeluarkan ijin

HTI di dalam kawasan hutan produksi pada areal-areal non hutan (tanah kosong,

alang-alang, semak belukar) sehingga pada areal-areal tersebut tentunya tidak

akan diterbitkan Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) yang selama ini seringkali dicurigai

sebagai motivasi utama dari investor yang berinvestasi dalam usaha hutan

tanaman. Kebijakan tersebut sekaligus merupakan komitmen untuk mulai

mengkonservasi dan memelihara sisa hutan alam di Indonesia.

Kebijakan pemberian ijin HTI atau Usaha Hutan Tanaman hanya pada

areal non hutan di dalam kawasan hutan produksi ditetapkan melalui Keputusan

Menteri Kehutanan No. 10.1/Kpts-II/2000 tanggal 6 November 2000 tentang

Pedoman Pemberian Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman

(IUPHHK-HT). Istilah tersebut mengacu kepada UU 41/1999 tentang Kehutanan,

menggantikan istilah Hutan Tanaman Industri (HTI).

Pada perkembangannya, investasi pada IUPHHK-HT belum optimal

dilakukan dan realisasinya masih jauh dari yang diharapkan. Sampai dengan

pertengahan tahun 2001, tanaman yang terealisasi pada areal Usaha Hutan

Tanaman seluas 1.9 juta hektar (tidak termasuk hutan tanaman yang

dikembangkan Perum Perhutani di Jawa, hutan tanaman unggulan yang

dikembangkan secara swakelola oleh Dinas-Dinas Kehutanan di Indonesia, serta

hutan rakyat yang dikembangkan pada lahan milik masyarakat). Sedangkan

Page 87: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

69

jumlah ijin yang telah diberikan secara definitif sebanyak 104 unit, terdiri dari 21

unit HTI pulp, 32 unit HTI pertukangan dan 51 unit HTI-Trans. Kemudian sampai

dengan tahun 2006, pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) mencapai

sekitar 3 juta hektar dan pada akhir tahun 2007 mencapai 3.57 juta hektar. Angka

ini baru mencapai separuh dari yang ditargetkan oleh Departemen Kehutanan

yaitu sekitar 5 juta hektar (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2009).

Menurut Departemen Kehutanan (2009), sampai dengan bulan Desember

2008 perusahaan IUPHHK-HT sebanyak 227 unit perusahaan dengan total areal

kerja seluas 10.04 juta hektar. Pada tahun 2008 realisasi tanaman pada HTI seluas

4.31 juta hektar.

Hingga saat ini, pemerintah dalam hal ini Departemen Kehutanan terus

mendorong pengembangan investasi di Hutan Tanaman Industri untuk mendorong

pembangunan industri kayu olahan yang mengalami kekurangan pasokan kayu

bulat yang selama ini masih mengandalkan dari hutan alam yang persediaannya

semakin menipis. Adanya investasi ini juga diharapkan dapat meningkatkan peran

sektor kehutanan terhadap perekonomian nasional ke depan.

5.1.2. Profil Sektor Industri Kayu Gergajian

Kondisi industri kayu gergajian (sawn timber) di Indonesia umumnya

merupakan industri kecil dan menengah yang memiliki kapasitas terpasang

di bawah 6 000 m3. Menurut Departemen Kehutanan (2007b), hampir 90 persen

anggota Indonesia Sawmill and Woodworking Association (ISWA) merupakan

perusahaan Usaha Kecil Menengah (UKM) dan tidak mempunyai HPH. Jumlah

perusahaan terdaftar dan berorientasi ekspor yang aktif dari tahun ke tahun terus

Page 88: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

70

menurun. Negara tujuan utama ekspor kayu gergajian adalah Jepang dan China,

sedangkan ekspor ke negara-negara eropa volumenya sangat kecil.

Produksi kayu gergajian sejak tahun 1990an mengalami kecenderungan

yang terus menurun. Pada tahun 1996, produksi kayu gergajian sebesar 3.56 juta

m3 menurun tajam pada tahun 2001 menjadi sebesar 674 ribu m3 dan pada tahun

2008 hanya sebesar 530 ribu m3. Menurunnya produksi setiap tahunnya, maka

sebagian besar output yang dihasilkan digunakan untuk pemenuhan konsumsi

dalam negeri.

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

Prod

uksi

(M3

)

Sumber : Departemen Kehutanan, 2006b, 2007c, 2008b dan 2009b

Gambar 10. Produksi Kayu Gergajian Indonesia Tahun 1996 - 2008

5.1.3. Profil Sektor Industri Kayu Lapis

Industri kayu lapis (Plywood) merupakan salah satu industri kehutanan

yang menjadi sumber penghasil devisa utama dan industri ini berkembang pesat

di Indonesia sejak hutan dimanfaatkan secara komersial pada tahun 1970-an.

Indonesia hingga saat ini merupakan produsen kayu lapis terbesar di dunia.

Namun demikian, perkembangan industri kayu lapis Indonesia akhir-akhir ini

Page 89: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

71

terus mengalami penurunan, bahkan disinyalir industri kayu lapis telah mengalami

“sunset industries”. Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya pangsa ekpsor kayu

lapis Indonesia di pasar internasional karena rendahnya daya saing yang

diakibatkan oleh ketidakpastian pasokan bahan baku kayu bulat yang semakin

langka dan ketidakefisienan produksi akibat mesin-mesin yang sudah tua.

Asosiasi Panel Kayu Indonesia (APKINDO) mencatat bahwa jumlah

perusahaan kayu lapis hingga saat ini kurang dari 130 perusahaan dan yang aktif

hanya berjumlah 68 perusahaan dengan kapasitas produksi 6.1 juta m3 /tahun

dimana hanya 19 unit yang berproduksi normal (1.54 juta m3 /tahun).

Sementara itu, dilihat dari sisi produksi, sejak tahun 1996 hingga 1998

produksi kayu lapis Indonesia terus mengalami penurunan. Pada tahun 1996,

produksi kayu lapis mencapai 10.2 juta m3 dan terus mengalami penurunan setiap

tahunnya dan mencapai puncaknya pada tahun 2002 yaitu menjadi 1.69 juta m3,

dan pada tahun 2008 produksi kayu lapis sebesar 3.35 juta m3.

-

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

Prod

uksi

(M3

)

Sumber : Departemen Kehutanan, 2006b, 2007c, 2008b dan 2009b

Gambar 11. Produksi Kayu Lapis Indonesia Tahun 1996 - 2008

Page 90: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

72

5.1.4. Profil Sektor Industri Pulp

Sektor industri pulp mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah,

karena keberadaannya amat terkait dengan sumber bahan baku kayu yang berasal

dari hutan alam. Industri pulp merupakan salah satu industri kehutanan yang terus

mengalami perkembangan yang sangat pesat. Produksi pulp sejak tahun 2000 –

2008 rata-rata sebesar 4.9 juta ton. Besarnya produksi pulp ini disebabkan

kapasitas terpasang industri pulp yang terus meningkat yaitu dari 0.5 juta ton pada

tahun 1987 meningkat menjadi 5.2 juta ton pada tahun 2000 dan pada tahun 2008

mencapai 6.4 juta ton. Pemenuhan bahan baku industri pulp bersumber dari HTI

dan hutan alam. Ketidakseimbangan ketersediaan bahan baku kayu dengan

kapasitas terpasang industri pulp yang besar merupakan masalah utama dalam

perkembangan industri pulp di Indonesia saat ini.

0

1000000

2000000

3000000

4000000

5000000

6000000

1996 1998 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2008

Prod

uksi

(ton

)

Sumber : 1. Departemen Kehutanan, 2009a 2. Indonesia Pulp and Paper Association, 2005

Gambar 12. Produksi Pulp Indonesia Tahun 1996 - 2008

Berdasarkan data statistik kehutanan 2007, tercatat ada 13 pabrik dengan

total kapasitas terpasang 6.5 juta ton dimana 86 persen dari kapasitas terpasang

Page 91: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

73

tersebut berlokasi di Sumatera, khususnya Riau. Sementara itu, 53 persen dari

pabrik pulp dan kertas merupakan perusahaan swasta PMA (Private Company

Foreign Investments). Berkembangnya industri pulp di Indonesia ini menjadikan

Indonesia sebagai pemain utama pulp dunia bersama-sama dengan China dan

Brazil.

5.1.5. Profil Sektor Industri Mebel dan Kerajinan Kayu-Rotan

Industri mebel dan kerajinan kayu-rotan sebagian besar didominasi oleh

usaha kecil menengah dengan sistem home industry yang bekerjasama dengan

industri-industri besar. Sentra-sentra produksi mebel dan kerajinan terutama di

Pulau Jawa seperti Semarang, Jepara, Solo, Yogyakarta, Surabaya dan Cirebon.

Badan Pusat Statistik (2009a) mencatat bahwa nilai ekspor mebel dan

kerajinan dari kayu bambu dan rotan pada tahun 2003 sebesar US$ 1.53 milyar,

meningkat menjadi US$ 1.74 milyar pada tahun 2005 dan pada tahun 2008

mengalami penurunan menjadi sebesar US$ 1.46 milyar. Asosiasi Mebel

Indonesia (ASMINDO, 2008) menyatakan bahwa penurunan ekspor ini

disebabkan karena menurunnya permintaan negara-negara importir mebel asal

Indonesia seperti Amerika Serikat dan Eropa.

Menurut Departemen Kehutanan (2007b), sumber bahan baku industri

mebel dan kerajinan sebagian besar berbahan baku kayu dan/atau rotan.

Sementara itu, produksi mebel dan kerajinan sebagian besar untuk memenuhi

permintaan domestik disamping untuk memenuhi permintaan ekspor terutama ke

beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jepang dan sejumlah negara-negara

Eropa seperti Inggris, Belanda dan Perancis.

Page 92: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

74

5.2. Pertumbuhan Struktural Sektor Berbasis Kehutanan

Analisis terhadap gross output sektor-sektor berbasis kehutanan akan

memberikan informasi sumber-sumber yang menjadi pendorong pertumbuhan

sektor tersebut. Adapun trend waktu yang digunakan untuk mengamati perubahan

struktur adalah tahun 2005 dan tahun 2008, dimana tahun 2005 dijadikan sebagai

tahun awal sedangkan tahun 2008 merupakan tahun akhir. Selisih nilai output

diantara kedua waktu tersebut didekomposisi ke dalam empat faktor penyebab

perubahan yakni : (1) Domestic Final Demands (DD), (2) Exsport Expansions

(EE), (3) Import Substitutions (IS), dan (4) Changes in Input-Output Coefficients

atau Technological Change (IO). Penyajian pertumbuhan struktural menggunakan

perhitungan rata-rata proporsi dari masing-masing faktor pertumbuhan terhadap

nilai total perubahan.

5.2.1. Pertumbuhan Struktural Sektor Kayu dan Hasil Hutan Lainnya(Kehutanan)

Hasil analisis menunjukkan bahwa sumber pertumbuhan sektor kayu dan

hasil hutan lainnya atau sektor kehutanan dalam kurun waktu 2005 – 2008

disebabkan oleh adanya dorongan domestic demand (DD) seperti yang terlihat

pada Gambar 13. Kontribusi domestic demand terhadap pertumbuhan gross output

sektor kehutanan sekitar 60.3 persen. Besarnya domestic demand disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain; pertama meningkatnya permintaan produk kayu bulat

untuk pasokan bahan baku industri kayu dalam negeri, bahkan terjadi kesenjangan

antara permintaan dengan pasokan kayu bulat untuk industri kayu dalam negeri.

Menurut Departemen Kehutanan (2007b), kesenjangan antara permintaan dengan

pasokan kayu bulat untuk industri perkayuan dalam negeri sekitar 42 juta m3.

Page 93: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

75

Adanya kesenjangan ini menimbulkan maraknya praktek illegal logging untuk

memenuhi kebutuhan pasokan kayu bulat bagi industri perkayuan di dalam negeri.

Faktor kedua yang menyebabkan besarnya domestic demand dideterminasi oleh

meningkatnya jumlah penduduk sehingga mendorong permintaan terhadap papan

menjadi terus meningkat. Faktor lainnya adalah adanya larangan ekspor kayu

bulat oleh pemerintah sejak tahun 1985 yang menyebabkan kayu bulat sebagai

output utama sektor kehutanan praktis hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam

negeri.

-100

10203040506070

DD

EE

IS

IO

Gambar 13. Radar Chart Sumber - Sumber Pertumbuhan Sektor Kayu dan Hasil Hutan Lainnya (Kehutanan) Tahun 2005 – 2008

Faktor pendorong pertumbuhan sektor kehutanan lainnya adalah

perkembangan teknologi yang memberikan kontribusi terhadap penciptaan

perubahan nilai output sektor kehutanan sebesar 39.2 persen. Kegiatan di sektor

kehutanan adalah kegiatan penanaman dan penebangan yang dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan besar pemegang konsesi hak pengusahaan hutan.

Teknologi yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan tersebut telah

Page 94: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

76

berkembang, sehingga output yang dihasilkan khusunya kayu bulat menjadi lebih

besar.

Sementara itu, faktor impor hanya berkontribusi kecil sekitar 2.6 persen

atau kurang berpengaruh terhadap pertumbuhan gross output sektor kehutanan

selama periode 2005 – 2008. Impor dilakukan hanya untuk menutupi kekurangan

pasokan kayu bulat untuk industri kayu yang silit diperoleh dari dalam negeri.

Disamping impor, faktor exsport expansion juga kurang memberikan kontribusi

terhadap pertumbuhan gross output sektor kehutanan, bahkan terjadi perubahan

ekspor yang negatif dari tahun 2005 ke tahun 2008.

5.2.2. Pertumbuhan Struktural Sektor Industri Kayu Gergajian

Sama halnya dengan sektor kehutanan, sumber pertumbuhan gross output

industri kayu gergajian selama periode 2005 – 2008 disebabkan oleh faktor

domestic demand sekitar 56.5 persen seperti yang terlihat pada Gambar 14.

Besarnya domestic demand disebabkan karena sebagian besar industri kayu

gergajian merupakan golongan industri kecil dan menengah yang memiliki

kapasitas terpasang di bawah 6 000 m3. Skala produksi yang kecil menyebabkan

sebagian besar hasil produksi dialokasikan untuk pemenuhan konsumsi dalam

negeri.

Faktor lainnya yang mendorong besarnya permintaan dalam negeri adalah

bertambahnya jumlah penduduk. Jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar

menyebabkan meningkatnya kebutuhan terhadap papan serta berkembangnya

sektor properti dalam negeri yang turut mendorong meningkatnya permintaan

output kayu gergajian.

Page 95: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

77

-10.00.0

10.020.030.040.050.060.0

DD

EE

IS

IO

Gambar 14. Radar Chart Sumber - Sumber Pertumbuhan Sektor Industri Kayu Gergajian Tahun 2005 – 2008

Sumber pertumbuhan gross output lainnya pada industri kayu gergajian

adalah technological change dan import substitution. Perubahan teknologi

terutama pada industri kayu gergajian skala menengah meskipun sebagian besar

pada industri kayu gergajian masih menggunakan mesin-mesin yang sudah tua

(Departemen Kehutanan, 2007b). Selanjutnya dorongan impor terhadap kayu

gergajian disebabkan faktor harga produk kayu gergajian impor terutama yang

berasal dari China yang jauh lebih murah dibandingkan kayu gergajian dalam

negeri.

Sementara itu, faktor ekspor justru memberikan kontribusi negatif

terhadap pertumbuhan gross output industri kayu gergajian selama periode 2005 –

2008. Faktor tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya rendahnya daya

saing produk kayu gergajian dalam negeri di pasar internasional karena kualitas

dan harga yang tidak mampu bersaing dengan produk-produk negara kompetitor

seperti China, Brazil dan negara Amerika Latin lainnya. Adanya brand image

yang negatif terhadap maraknya illegal logging di Indonesia turut berdampak

terhadap ekspor produk kayu gergajian Indonesia di pasar internasional.

Page 96: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

78

5.2.3. Pertumbuhan Struktural Sektor Industri Kayu Lapis

Hasil analisis menunjukan bahwa sumber pertumbuhan utama gross output

industri kayu lapis selama periode 2005-2008 sebagian besar disebabkan oleh

faktor domestic demand. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perkembangan

industri kayu lapis Indonesia akhir-akhir ini terus mengalami penurunan karena

daya saing di pasar ekspor yang terus menurun. Akibatnya produksi banyak

di jual di pasar domestik.

0.010.020.030.040.050.060.0

DD

EE

IS

IO

Gambar 15. Radar Chart Sumber - Sumber Pertumbuhan Sektor Industri Kayu Lapis Tahun 2005 – 2008

Exsport exspansion hanya berkontribusi kecil (7.4 persen) terhadap

pertumbuhan gross output sektor industri kayu lapis selama periode 2005-2008.

Kayu lapis merupakan salah satu komoditas andalan ekspor industri kehutanan

selama ini, namun rendahnya daya saing dalam beberapa tahun terakhir

menyebabkan ekspor kayu lapis terus menurun. Menurut kajian Institut Pertanian

Bogor (2007), menurunnya daya saing kayu lapis Indonesia disebabkan oleh

langkanya pasokan bahan baku berkualitas tinggi dan hadirnya negara – negara

Page 97: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

79

produsen kayu lapis dunia seperti Malaysia. Tidak adanya kepastian pasokan

bahan baku selama ini menjadi hambatan pemenuhan permintaan pasar ekspor

kayu lapis, akibatnya berdampak terhadap beralihnya konsumen luar negeri

ke negara-negara lain.

Dibubarkannya Badan Pemasaran Bersama (Joint Market Bodies)-

APKINDO dalam butir kesepakatan atau Letter of Intent (LoI) antara pemerintah

Indonesia dengan Badan Moneter Internasional (IMF) saat krisis ekonomi pada

tahun 1998, turut menjadi pemicu turunnya daya saing produk kayu lapis

Indonesia. Dibubarkannya Badan Pemasaran Bersama tersebut, posisi tawar kayu

lapis Indonesia menjadi lemah dan tidak adanya pengendalian produksi dan harga.

Sementara itu, faktor import substitution dan technological change

menjadi faktor penting dalam pertumbuhan gross output industri kayu lapis

nasional. Kurangnya pasokan bahan baku untuk memproduksi kayu lapis, maka

pemenuhan kebutuhan kayu lapis dalam negeri harus dipenuhi melalui impor dari

negara lain seperti China, Malaysia dan Jepang. Faktor teknologi turut mendorong

terjadinya produktifitas, sehingga mendorong pertumbuhan output kayu lapis.

Departemen Kehutanan (2007b) menyebutkan bahwa perusahaan yang bergerak

di sektor industri kayu lapis umumnya adalah perusahaan berskala besar yang

sudah menggunakan teknologi modern, meskipun banyak industri yang masih

menggunakan mesin-mesin yang sudah tua.

5.2.4. Pertumbuhan Struktural Sektor Industri Pulp

Sektor industri kehutanan mendapat perhatian cukup besar dalam

pembangunan ekonomi nasional, karena dapat berperan sebagai dinamisator yang

akan membawa sektor perekonomian pada tingkat laju pertumbuhan yang lebih

Page 98: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

80

tinggi. Diantara berbagai jenis industri kehutanan yang ada, industri pulp

merupakan salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi nasional terutama sebagai

penghasil devisa. Hasil analisis pertumbuhan struktural diperoleh informasi

bahwa faktor exsport expansion merupakan faktor utama pendorong pertumbuhan

gross output industri pulp selama periode 2005 – 2008 seperti yang terlihat pada

Gambar 16. Exsport expansion memberikan kontribusi sekitar 35.4 persen

terhadap pertumbuhan gross output industri pulp.

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0DD

EE

IS

IO

Gambar 16. Radar Chart Sumber - Sumber Pertumbuhan Sektor Industri Pulp Tahun 2005 – 2008

Pada tahun 2008, pulp merupakan penyumbang ekspor terbesar di sektor

industri kehutanan menggeser kayu lapis yang selama ini memiliki kontribusi

terbesar terhadap ekspor industri kehutanan. Ekspor pulp pada tahun 2005 sebesar

US$ 934 juta meningkat menjadi US$ 1 065 juta tahun 2007 dan menjadi US$ 1

425 juta pada tahun 2008 (Badan Pusat Statistik, 2009a).

Besarnya kapasitas terpasang menjadikan Indonesia sebagai produsen

utama pulp dunia. Menurut Departemen Kehutanan (2007b), sekitar 73 persen

dari pertumbuhan kapasitas industri pulp dunia merupakan kontribusi dari tiga

Page 99: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

81

negara saja yaitu Brazil, Indonesia dan China. Kondisi ini menggambarkan bahwa

faktor teknologi berperan penting dalam pertumbuhan output sektor industri pulp

di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan kontribusi technological change

terhadap pertumbuhan output pulp sebesar 29.1 persen.

Faktor lain yang menjadi sumber pertumbuhan gross output industri pulp

adalah domestic demand dan import substitution yang masing-masing

berkontribusi sebesar 21.8 persen dan 13.7 persen. Permintaan pulp dalam negeri

dan pengadaan impor pulp sebagian besar untuk memenuhi konsumsi industri

kertas. Impor disebabkan kurangnya pasokan pulp dari industri pulp dalam negeri

untuk industri kertas. Sejak tahun 2005 – 2008, rata-rata impor pulp Indonesia

sebesar US$ 500 juta. Impor pulp sebagian besar berasal dari Kanada, Brazil,

Afrika Selatan dan Jepang (Departemen Kehutanan, 2008c).

5.2.5. Pertumbuhan Struktural Sektor Industri Mebel dan Kerajinan Kayu-Rotan

Hasil analisis pertumbuhan struktural terhadap industri mebel dan

kerajinan menunjukkan sekitar 89.3 persen pertumbuhan output sektor ini

dideterminasi oleh faktor domestic demand seperti yang terlihat pada Gambar 17.

Hal ini disebabkan karena skala usaha industri mebel dan kerajinan sebagian besar

merupakan usaha kecil menengah yaitu dengan kapasitas produksi di bawah 6 000

m3 dimana sebagian besar pemasaran produknya berorientasi pasar dalam negeri..

Industri ini berkembang pesat terutama di Pulau Jawa yaitu antara lain

Jepara, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Cirebon dan kota-kota lainnya.

Industri mebel dan kerajinan ini telah lama dikenal di Indonesia dan merupakan

usaha turun temurun.

Page 100: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

82

-20.00.0

20.040.060.080.0

100.0DD

EE

IS

IO

Gambar 17. Radar Chart Sumber - Sumber Pertumbuhan Sektor Industri Meubel dan Kerajinan Tahun 2005 – 2008

Sumber pertumbuhan gross output lainnya yaitu faktor exsport exspansion,

import substitution dan technological change kurang memberikan kontribusi

terhadap pertumbuhan gross output. Hal ini disebabkan ketatnya persaingan

di pasar internasional untuk produk mebel dan kerajinan, terutama produk-produk

yang berasal dari China yang memiliki harga yang relatif lebih murah. Bahkan

impor untuk produk meubel dan kerajinan cenderung meningkat selama beberapa

tahun terakhir. Selain itu industri mebel dan kerajinan dalam negeri banyak yang

merupakan home industry dengan penggunaan teknologi yang sederhana,

sehingga efisiensi produksinya rendah.

5.3. Strategi Peningkatan Pertumbuhan Output Sektor Berbasis Kehutanan di Indonesia

Berdasarkan hasil analisis terhadap sumber-sumber pertumbuhan gross

output terhadap sektor-sektor berbasis kehutanan, diperoleh gambaran bahwa

pertumbuhan sektor berbasis kehutanan perlu terus ditingkatkan guna

menciptakan nilai tambah yang lebih besar terutama pada faktor yang menjadi

Page 101: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

83

sumber pertumbuhan dan mengatasi faktor yang kurang memberikan kontribusi

terhadap pertumbuhan gross output.

Upaya tersebut sangat diperlukan mengingat pertumbuhan output sektor-

sektor berbasis kehutanan selama satu dekade terakhir terus mengalami penurunan

yang tercermin dari penurunan kontribusi sektor berbasis kehutanan terhadap PDB

nasional. Oleh karena itu, untuk memulihkan kondisi sektor-sektor berbasis

kehutanan yang mengalami kelesuan diperlukan suatu upaya yang komprehensif

dan sistematis, tidak hanya di sektor hulu (penanaman dan produksi hasil hutan

kayu), tetapi juga sektor hilir (industri dan pemasaran) secara terarah dan

terintegrasi.

Strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan gross-

output sektor-sektor berbasis kehutanan antara lain :

1. Meningkatkan investasi di HTI. Investasi diperlukan dalam rangka

meningkatkan output sektor kehutanan terutama kayu dan untuk

memenuhi kekurangan pasokan bagi industri kayu olahan. Hal ini dapat

dilakukan dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif seperti

pemberian insentif fiskal dengan mengurangi jumlah jenis pungutan yang

selama ini menjadi keluhan investor yang menanamkan modalnya

di usaha kehutanan.

2. Mempercepat pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu

(IUPHHK) baik hutan industri (IUPHHK-HI), hutan alam (IUPHHK-HA)

dan hutan tanaman rakyat (IUPHHK-HTR) khusus pada areal-areal yang

saat ini tidak ada pengelolaannya.

Page 102: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

84

3. Rehabilitasi dan konservasi sumberdaya hutan dalam rangka pemulihan

lahan kritis dan pembenihan tanaman hutan.

4. Pengendalian operasi industri kayu lapis dan pulp untuk mengatasi

masalah kapasitas industri yang terlalu besar, sehingga tingkat produksi

sejalan dengan pasokan bahan baku lestari sekaligus mengurangi praktek

illegal logging.

5. Meningkatkan daya saing produk kayu olahan di pasar ekspor. Hal ini

dapat dilakukan melalui pengaktifan kembali (revitalisasi) badan

pemasaran bersama, kebijakan promosi ekspor dan melakukan

diversifikasi produk dalam rangka meningkatkan nilai tambah. Untuk

produk mebel dan kerajinan, diversifikasi produk diarahkan dengan

memproduksi produk-produk unik, khas dan bernuansa etnis.

6. Pemanfaatan jasa lingkungan hutan seperti nilai manfaat tata air melalui

mekanisme Payment Environmental Services (PES) yang mempunyai

potensi besar dalam meningkatkan output sektor kehutanan. Menurut

Nurrochmat, et al (2010), nilai jasa lingkungan tata air ini dapat

direalisasikan dengan memberikan kompensasi kepada daerah penghasil

atau daerah yang melakukan konservasi tata air (hulu) oleh daerah

penerima manfaat (hilir). Nilai jasa lingkungan tata air ini berpotensi

meningkatkan output sektor kehutanan jauh lebih besar dibandingkan jasa

lingkungan hutan dengan mekanisme perdagangan karbon.

Page 103: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

VI. DAMPAK PENINGKATAN OUTPUT SEKTOR BERBASIS

KEHUTANAN TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN

RUMAHTANGGA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA

6.1. Struktur Pendapatan Rumahtangga dan Ketenagakerjaan

Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara, salah satunya dapat

dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi yang positif, dimana pertumbuhan

ekonomi tersebut merupakan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang

mampu menciptakan pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat serta

terbukanya kesempatan kerja yang luas bagi masyarakat. Menurut Hess dan Ross

(2000), pertumbuhan ekonomi yang tidak berkualitas merupakan bentuk dari

growth without development. Lebih jauh Todaro (2000) menyatakan bahwa

pertumbuhan yang tidak berkualitas hanya menciptakan kesenjangan pendapatan

antar golongan pendapatan masyarakat, akibatnya kemiskinan yang menjadi

faktor penghambat pembangunan sulit untuk dituntaskan.

Berdasarkan landasan pemikiran tersebut, maka pemerintah sudah

seharusnya memberikan perhatian lebih terhadap sektor-sektor yang tidak hanya

memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi

yang jauh lebih penting sektor tersebut dapat meciptakan lapangan pekerjaan yang

luas bagi masyarakat dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama

masyarakat golongan pendapatan rendah.

Pada pembahasan ini akan diuraikan bagaimana struktur pendapatan

rumahtangga menurut golongan pendapatan dan wilayah serta struktur

ketenagakerjaan di Indonesia berdasarkan tabel input - output Miyazawa Tahun

2008.

Page 104: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

86

6.1.1. Struktur Pendapatan Rumahtangga

Pada Gambar 18 diperoleh informasi bahwa secara keseluruhan

rumahtangga di Indonesia sebagian besar merupakan rumahtangga golongan

pendapatan rendah yaitu sekitar 46.5 persen, sedangkan rumahtangga golongan

pendapatan sedang sekitar 40.0 persen dan hanya sekitar 13.5 persen merupakan

rumahtangga berpendapatan tinggi. Rumahtangga pendapatan rendah sebagian

besar berada di wilayah perdesaan yaitu sekitar 25.4 persen dari 46.5 persen

rumahtangga pendapatan rendah di Indonesia. Sementara itu, rumahtangga

pendapatan sedang dan tinggi sebagian besar berada di perkotaan masing-masing

sekitar 25.0 persen dan 10.6 persen.

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

45.0

50.0

Pendapatan Rendah

Pendapatan Sedang

Pendapatan Tinggi

21.125.0

10.6

25.4

15.0

2.9

46.5

40.0

13.5

Prop

orsi

Pen

dpat

an (%

)

Kota

Desa

Kota + Desa

Sumber : Tabel Input - Output Miyazawa Tahun 2008

Gambar 18. Struktur Pendapatan Rumahtangga Menurut Golongan Pendapatan dan Wilayah di Indonesia Tahun 2008

Adanya kesenjangan pendapatan antar wilayah dan masih besarnya

rumahtangga berpendapatan rendah mengindikasikan masih banyaknya

rumahtangga miskin yang sangat rentan terhadap goncangan. Jebakan kemiskinan

akibat pendapatan rendah, menyebabkan banyaknya rumahtangga miskin tetap

berada dalam lingkaran kemiskinan yang permanen.

Page 105: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

87

Pertumbuhan ekonomi tidaklah cukup untuk mengatasi masalah

kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Oleh karena itu, disamping terus

meningkatkan pertumbuhan ekonomi juga perlu diimbangi dengan intervensi

kebijakan yang terarah dan efektif. Implikasinya, pemerintah perlu membuat suatu

kebijakan anti kemiskinan yang bersifat bottom-up, menyeluruh dan konsisten

diantaranya dengan cara memperluas kesempatan kerja melalui pengembangan

sektor – sektor berbasis perdesaan dan mampu menyerap tenaga kerja besar.

Berdasarkan uraian di atas, maka terkait dengan tujuan penelitian ini

terdapat permasalahan yang ingin dijawab yaitu seberapa besar pertumbuhan atau

peningkatan output sektor-sektor berbasis kehutanan berdampak terhadap

peningkatan pendapatan rumahtangga pada berbagai golongan pendapatan,

sehingga dapat diketahui peranan sektor-sektor berbasis kehutanan terhadap

permasalahan kesenjangan distribusi pendapatan rumahtangga di Indonesia.

6.1.2. Struktur Ketenagakerjaan

Menurut Yudhoyono dan Boediono (2009), permasalahan utama dalam

pasar kerja Indonesia yang hingga saat ini belum dapat ditangani sepenuhnya

antara lain (1) persentase sektor informal yang relatif tinggi, (2) adanya

kesenjangan upah antara sektor formal dengan sektor informal, (3) adanya

kecenderungan peningkatan pengangguran terbuka pada kelompok usia muda dan

(4) penurunan produktivitas tenaga kerja, terutama di sektor manufaktur.

Upaya mengatasi masalah tersebut bukanlah hal yang mudah mengingat

kompleksitas permasalahan ketenagakerjaan terkait dengan banyak aspek. Dengan

mempertimbangkan kondisi perekonomian nasional saat ini yang baru berangsur

pulih akibat dampak krisis ekonomi global, maka dalam jangka pendek setidaknya

Page 106: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

88

pemerintah harus memprioritaskan penanganan masalah pengangguran yang

cenderung meningkat dengan menciptakan lapangan kerja baru. Upaya tersebut

harus dilakukan melalui integrasi kebijakan makro-mikro, diantaranya melalui

perbaikan iklim investasi di pusat maupun di daerah sehingga kesempatan kerja

baru dapat tercipta serta pemihakan kepada perbaikan kesempatan berusaha untuk

sektor usaha kecil dan menengah sebagai tiang penyerap tenaga kerja Indonesia

selama ini.

Tabel 11. Jumlah Pekerja Menurut Lapangan Usaha, Golongan Pendapatan dan Wilayah di Indonesia Tahun 2008

(ribu orang)

SektorPendapatan Rendah Pendapatan Sedang Pendapatan Tinggi

Kota Desa Kota Desa Kota Desa

Pertanian 4 616 26 452 1 390 8 919 333 979Pertambangan dan Penggalian

57 257 134 290 195 129

Industri Pengolahan 2 575 1 969 4 486 1 904 1 308 199Listrik, Gas, Air Bersih

26 14 56 29 64 19

Bangunan 625 747 1 407 1 491 300 164Perdagangan, Hotel, Restoran

5 399 2 268 8 343 2 056 2 416 203

Angkutan dan Komunikasi

929 771 1 856 1 036 1 129 294

Keuangan dan Jasa Perusahaan

161 61 463 148 541 65

Jasa-Jasa 2 879 1 689 2 629 1 260 3 089 1 232Total 17 267 34 228 20 762 17 133 9 376 3 283

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2008a

Pada Tabel 11, secara sektoral terlihat jumlah pekerja di Indonesia pada

tahun 2008 sebagian besar bekerja di sektor pertanian, perdagangan dan industri

pengolahan. Pada sektor pertanian, jumlah tenaga yang terserap pada tahun 2008

sejumlah 42.7 juta orang dari 102 juta orang atau sekitar 41.8 persen. Sementara

di sektor perdagangan, jumlah tenaga kerja yang terserap sejumlah 20.7 juta orang

Page 107: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

89

atau sekitar 20.1 persen. Sedangkan di sektor industri pengolahan, jumlah tenaga

kerja yang terserap sejumlah 12.4 juta orang atau sekitar 12.2 persen.

Berdasarkan data tersebut nampak jelas bahwa sektor pertanian sebagian

besar merupakan sektor informal dengan skala usaha kecil dan menengah dan

berada sebagian besar di wilayah perdesaan. Sama halnya pada sektor

perdagangan, hotel dan restoran, khususnya sektor perdagangan dan restoran

sebagian besar juga merupakan sektor informal dengan skala usaha kecil dan

menengah yang tersebar luas di wilayah perkotaan. Sementara pada sektor industri

pengolahan, seperti industri kayu gergajian, industri meubel dan kerajinan, juga

merupakan kelompok industri yang sebagian besar berskala kecil dan menengah

dan bersifat informal. Sektor-sektor penyerap tenaga kerja besar tersebut harus

mendapat perhatian khusus dari pemerintah untuk terus dikembangkan khususnya

dalam rangka mengatasi masalah pengangguran.

Terkait dengan pemikiran tersebut, maka dalam penelitian ini mencoba

menganalisis bagaimana peranan sektor-sektor berbasis kehutanan terhadap

penyerapan tenaga kerja dalam rangka mengatasi masalah pengangguran

di Indonesia apabila terjadi pertumbuhan atau peningkatan output pada sektor-

sektor berbasis kehutanan.

6.2. Dampak Peningkatan Output Sektor Berbasis Kehutanan TerhadapDistribusi Pendapatan Rumahtangga dan Penyerapan Tenaga Kerja

Terjadinya transformasi struktural ekonomi Indonesia pasca krisis, yang

dicirikan dengan meningkatnya pangsa output domestik dari sektor industri dan

jasa, menyebabkan pembangunan sektor berbasis kehutanan menjadi sangat

penting dalam mendukung pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Meski adanya

Page 108: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

90

fakta bahwa pangsa sektor berbasis kehutanan terhadap PDB nasional semakin

menurun selama satu dekade terakhir (Tabel 2), sesungguhnya sektor ini masih

memiliki potensi dan peluang besar untuk dapat dipulihkan di masa mendatang.

Potensi dan peluang terjadinya pertumbuhan output pada sektor-sektor

berbasis kehutanan tersebut didukung oleh beberapa faktor antara lain, (1) hutan

merupakan sumber daya alam terbaharui (renewable resources) sehingga

pemanfaatan secara terus-menerus akan menjadikan sektor usahanya

berkelanjutan, (2) sektor-sektor berbasis kehutanan merupakan natural resources

based sector sehingga komoditasnya murni bersifat local content, (3) produk

industri kayu sebagian besar berorientasi ekspor dan produknya tidak dapat

disubstitusi dengan bahan-bahan sintetis, dan (4) adanya dukungan ketersediaan

lahan dan kesesuaian iklim.

Pada bagian ini secara khusus dibahas bagaimana dampak terjadinya

pertumbuhan atau peningkatan gross output sektor berbasis kehutanan terhadap

distribusi pendapatan rumahtangga pada berbagai golongan pendapatan dan

seberapa besar penyerapan tenaga kerja akibat peningkatan gross output tersebut.

Pembahasan tentang dampak peningkatan gross output sektor-sektor berbasis

kehutanan terhadap distribusi pendapatan rumahtangga dan penyerapan tenaga

kerja didasarkan pada analisis tabel I-O Miyazawa Tahun 2008 dan tabel I-O

Indonesia Tahun 2008.

6.2.1. Sektor Kayu dan Hasil Hutan Lainnya (Kehutanan)

Hasil analisis terhadap tabel I-O Miyazawa Tahun 2008 menunjukkan

bahwa terjadinya peningkatan gross-output di sektor kehutanan sebesar

Page 109: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

91

Rp 1 miliar akan meningkatkan pendapatan rumahtangga terutama golongan

pendapatan rendah di wilayah perdesaan seperti yang terlihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Dampak Peningkatan Output Sektor Kehutanan Sebesar Rp 1 Miliar Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga

No. Golongan Pendapatan RumahtanggaPeningkatan Pendapatan

(Rp Miliar)1 Pendapatan Rendah – Wilayah Perkotaan 1.322 Pendapatan Sedang – Wilayah Perkotaan 1.423 Pendapatan Tinggi – Wilayah Perkotaan 0.694 Pendapatan Rendah – Wilayah Perdesaan 1.765 Pendapatan Sedang – Wilayah Perdesaan 0.846 Pendapatan Tinggi – Wilayah Perdesaan 0.20

Sumber : Tabel Input – Output Miyazawa 2008 (diolah)

Peningkatan pendapatan rumahtangga lebih besar pada rumahtangga

golongan pendapatan rendah mengindikasikan bahwa sektor kehutanan

merupakan sektor berbasis ekonomi rakyat yang memiliki keterkaitan kuat dengan

usaha kecil menengah yang sebagian besar berada di wilayah perdesaan. Upaya

untuk mendorong peningkatan pertumbuhan output di sektor kehutanan akan

mampu meningkatan pendapatan masyarakat secara lebih luas, khususnya pada

rumahtangga di wilayah perdesaan.

Oleh karena itu, perhatian terhadap pembangunan sektor kehutanan jangan

dilihat dari sisi kontribusi output atau PDB yang kecil, namun perlu ditinjau dari

aspek lain yang lebih strategis, bahwa membangun sektor kehutanan berarti

membangun upaya pengentasan kemiskinan yang disebabkan tingkat pendapatan

yang rendah dan sebagian besar penduduk miskin tersebut berada di wilayah

perdesaan.

Peran strategis sektor kehutanan disamping akan meningkatkan

pendapatan rumahtangga pendapatan rendah, juga merupakan penyedia lapangan

Page 110: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

92

kerja dan penyedia input produksi bagi sektor hilirnya (linkages). Pada Tabel 13

terlihat bahwa terjadinya peningkatan output pada sektor kehutanan sebesar

Rp 1 Miliar mampu menciptakan lapangan kerja baru di sektor kehutanan sendiri

sejumlah 31 orang dan di seluruh sektor perekonomian sejumlah 42 orang.

Adapun empat sektor paling besar lainnya yang dapat menciptakan

lapangan pekerjaan baru sebagai dampak peningkatan output sektor kehutanan

adalah sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, perdagangan dan angkutan.

Sektor tanaman bahan makanan dan perkebunan adalah sektor hilir dari sektor

kehutanan dimana output sektor kehutanan khususnya kayu banyak digunakan

untuk proses produksi sektor tersebut. Sementara itu, sektor perdagangan dan

angkutan berperan penting terutama dalam pemasaran dan proses pengangkutan

hasil tebangan kayu dari hutan ke lokasi industri atau pabrik.

Tabel 13. Dampak Peningkatan Output Sektor Kehutanan Sebesar Rp.1 Miliar Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja

No SektorPenciptaan Lapangan

Kerja (orang)

1 Sektor Kehutanan 312 Sektor Tanaman Bahan Makanan 33 Sektor Perkebunan 24 Sektor Perdagangan 25 Sektor Angkutan 16 Total Perekonomian 42

Sumber : Tabel Input – Output Indonesia Tahun 2008 (diolah)

6.2.2. Sektor Industri Kayu Gergajian

Seperti pada penjelasan di awal, sebagian besar industri kayu gergajian

(sawn timber) adalah industri berskala kecil menengah dengan kapasitas produksi

di bawah 6 000 m3. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan output sektor

industri kayu gergajian akan meningkatkan pendapatan rumahtangga terutama

Page 111: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

93

golongan pendapatan rendah di wilayah perdesaan seperti yang terlihat pada

Tabel 14. Kondisi tersebut dapat dijelaskan mengingat lokasi industri kayu

gergajian banyak ditemukan di wilayah perdesaan yang dekat dengan kawasan

hutan serta di wilayah pinggiran kota dengan sistem home industry.

Tabel 14. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Kayu Gergajian Sebesar

Rp 1 Miliar Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga

No. Golongan Pendapatan RumahtanggaPeningkatan Pendapatan

(Rp Miliar)1 Pendapatan Rendah – Wilayah Perkotaan 1.282 Pendapatan Sedang – Wilayah Perkotaan 1.433 Pendapatan Tinggi – Wilayah Perkotaan 0.664 Pendapatan Rendah – Wilayah Perdesaan 1.465 Pendapatan Sedang – Wilayah Perdesaan 0.776 Pendapatan Tinggi – Wilayah Perdesaan 0.18

Sumber : Tabel Input – Output Miyazawa 2008 (diolah)

Pengembangan industri kecil menengah seperti industri kayu gergajian

memiliki peran penting sebagai pilar perekonomian berbasis kerakyatan dalam

rangka meningkatkan pendapatan masyarakat terutama bagi masyarakat golongan

bawah di perdesaan yang rata-rata berpendidikan rendah. Disamping itu, sektor

industri kayu gergajian yang sebagian besar merupakan sektor informal menjadi

alternatif bagi penciptaan lapangan kerja baru bagi masyarakat berpendidikan

rendah tersebut. Menurut kajian yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor

(2007) tentang industri kehutanan nasional, bahwa industri kayu gergajian perlu

dikembangkan mengingat keterbatasan pasokan kayu bulat sebagai bahan baku

industri kayu dan besarnya permintaan kayu gergajian domestik terutama untuk

keperluan konstruksi, disamping dari sisi keragaan ekonominya yang efisien.

Sementara itu, apabila dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerja, industri

kayu gergajian ternyata menyerap jumlah tenaga kerja yang cukup besar

Page 112: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

94

di sektor itu sendiri maupun di sektor usaha lainnya. Pada Tabel 15 terlihat bahwa

lapangan kerja baru yang akan tercipta apabila terjadi peningkatan output di sektor

industri kayu gergajian sebesar Rp 1 Miliar adalah sejumlah 24 orang di sektor itu

sendiri atau 43 orang di seluruh sektor perekonomian. Adanya peningkatan output

tersebut juga berdampak terhadap penciptaan lapangan kerja baru di sektor

lainnya terutama sektor kehutanan sebagai sektor hulunya, sektor tanaman bahan

makanan yang banyak menggunakan kayu gergajian untuk kegiatan produksinya

serta sektor perdagangan dan angkutan yang berperan dalam pemasaran dan

transportasi produk kayu gergajian. Berdasarkan informasi tersebut, jelas bahwa

sektor industri kayu gergajian memiliki potensi dan peran besar dalam

mendukung pembangunan ekonomi nasional ke depan, khsusunya terhadap

peningkatan pendapatan masyarakat berpendapatan rendah di perdesaan dan

penciptaan lapangan kerja baru.

Tabel 15. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Kayu Gergajian Sebesar Rp 1 Miliar Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja

No SektorPenciptaan Lapangan

Kerja (orang)

1 Sektor Industri Kayu Gergajian 242 Sektor Kehutanan 63 Sektor Tanaman Bahan Makanan 54 Sektor Perdagangan 35 Sektor Angkutan 16 Total Perekonomian 43

Sumber : Tabel Input – Output Indonesia Tahun 2008 (diolah)

6.2.3. Sektor Industri Kayu Lapis

Kayu lapis merupakan produk industri kehutanan yang menghasilkan

devisa non-migas bagi negara yang utama sampai saat ini. Kenyataan yang ada

sejak tahun 1980-an menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah dibidang industri

Page 113: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

95

kehutanan sangat mendorong berkembangnya industri kayu lapis, sehingga

industri ini berkembang pesat dibandingkan industri kehutanan lainnya. Meskipun

pada beberapa tahun terakhir, industri kayu lapis mengalami fase dekonstruktif

dengan terus menurunnya ekspor yang diakibatkan kurangnya pasokan bahan

baku kayu dan munculnya pemain baru kayu lapis dunia.

Berkembangnya industri kayu lapis tidak hanya membuka lapangan

pekerjaan bagi masyarakat, tetapi juga diharapkan dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat yang berkerja di sektor tersebut. Hasil analisis dengan

menggunakan tabel I-O Miyazawa Tahun 2008 menunjukan bahwa peningkatan

output di sektor industri kayu lapis sebesar Rp 1 Miliar mampu meningkatkan

pendapatan masyarakat terutama rumahtangga pendapatan rendah di wilayah

perdesaan dan rumahtangga pendapatan sedang di wilayah perkotaan seperti yang

terlihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Kayu Lapis Sebesar Rp 1 Miliar Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga

No. Golongan Pendapatan RumahtanggaPeningkatan Pendapatan

(Rp Miliar)1 Pendapatan Rendah – Wilayah Perkotaan 1.292 Pendapatan Sedang – Wilayah Perkotaan 1.453 Pendapatan Tinggi – Wilayah Perkotaan 0.684 Pendapatan Rendah – Wilayah Perdesaan 1.465 Pendapatan Sedang – Wilayah Perdesaan 0.786 Pendapatan Tinggi – Wilayah Perdesaan 0.19

Sumber : Tabel Input – Output Miyazawa 2008 (diolah)

Industri kayu lapis merupakan industri berskala besar yang terintegrasi

antara hulu-hilir dimana perusahaan-perusahaan kayu lapis mengoperasikan

usahanya berada di sekitar kawasan hutan (perdesaan) dan sebagian besar pabrik

pengolahannya berada di wilayah perkotaan. Keberadaan lokasi industri inilah

Page 114: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

96

banyak memperkerjakan tenaga kerja di perdesaan sebagai buruh dengan

pendapatan rendah dan tenaga kerja di perkotaan dengan pendapatan sedang.

Menurut data Statistik Struktur Upah tahun 2007 (BPS, 2007), upah pekerja pada

industri kayu olahan seperti industri kayu lapis dan sejenisnya di wilayah

perkotaan rata-rata sekitar Rp 1.09 juta per bulan yang merupakan kelompok

pendapatan sedang.

Pemain utama industri kayu lapis Indonesia antara lain PT. Kayu Lapis

Indonesia (KLI) yang berlokasi di Jawa Tengah dengan kapasitas terpasang

sebesar 504 000 m3 dan PT. Henrison Iriana yang beroperasi di Papua dengan

kapasitas terpasang 264 000 m3. Kedua perusahaan ini menguasai hampir 10

persen kapasitas produksi kayu lapis Indonesia (Greenpeace Southeast Asia

Jakarta, 2006).

Keberadaan industri kayu lapis juga berperan dalam penyerapan tenaga

kerja di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis, jika terjadi peningkatan output

sebesar Rp 1 Miliar di sektor industri kayu lapis mampu menciptakan lapangan

kerja baru di sektor itu sendiri sejumlah 11 orang atau sejumlah 30 lapangan

pekerjaan baru tercipta di seluruh perekonomian seperti yang tersaji pada

Tabel 17.

Terjadinya peningkatan output di sektor industri kayu lapis juga

berdampak terhadap penciptaan lapangan kerja baru di sektor perekonomian

lainnya, terutama di sektor kehutanan, tanaman bahan makanan, perdagangan dan

angkutan. Sektor kehutanan adalah pemasok bahan baku industri kayu lapis,

sehingga peningkatan output industri kayu lapis mendorong permintaan bahan

baku kayu yang berarti membutuhkan tenaga kerja baru di sektor kehutanan. Hal

Page 115: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

97

yang sama juga terjadi untuk sektor tanaman bahan makanan yang menggunakan

kayu lapis untuk aktivitas produksinya, sektor perdagangan dan angkutan untuk

kegiatan pemasaran dan transportasi produk atau bahan baku kayu lapis.

Tabel 17. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Kayu Lapis Sebesar Rp 1 Miliar Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja

No SektorPenciptaan Lapangan

Kerja (orang)

1 Sektor Industri Kayu Lapis 112 Sektor Kehutanan 43 Sektor Tanaman Bahan Makanan 44 Sektor Perdagangan 35 Sektor Angkutan 26 Total Perekonomian 30

Sumber : Tabel Input – Output Indonesia Tahun 2008 (diolah)

6.2.4. Sektor Industri Pulp

Industri pulp atau bubur kertas adalah industri kehutanan yang

berkembang cepat di Indonesia. Menurut Indonesia Pulp and Paper Association

(2005) dan Departemen Kehutanan (2009a), produksi pulp Indonesia meningkat

tajam sejak awal tahun 2000 dimana pada tahun 1999 produksi pulp sebesar 685

ribu ton meningkat tajam pada tahun 2000 menjadi 4.1 juta ton dan pada tahun

2008 menjadi 4.7 juta ton. Berkembangnya produksi ini tentu berdampak terhadap

penyerapan tenaga kerja yang selanjutnya meningkatkan pendapatan masyarakat.

Hasil analisis dengan menggunakan tabel I-O Miyazawa Tahun 2008

menunjukkan bahwa sektor jika terjadi peningkatan output sebesar Rp 1 Miliar

di sektor industri pulp mampu meningkatkan pendapatan rumahtangga terutama

rumahtangga berpendapatan rendah di perdesaan dan rumahtangga berpendapatan

sedang di perkotaan seperti yang terlihat pada Tabel 18.

Page 116: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

98

Kondisi ini dapat dijelaskan bahwa industri pulp merupakan industri

berskala besar yang terintegrasi antara unit usaha hulu untuk proses penyediaan

bahan baku kayu dan unit hilirnya untuk proses pengolahan pulp. Keberadaan unit

usaha hulu yang beroperasi di areal sekitar kawasan hutan tentunya

memperkerjakan masyarakat yang berada di wilayah perdesaan sebagai buruh

dengan upah rendah, sementara lokasi pabrik pengolahannya yang dekat dengan

wilayah perkotaan akan menyerap tenaga kerja di wilayah perkotaan. Menurut

data Statistik Struktur Upah tahun 2007 (BPS, 2007), upah pekerja untuk status

pekerja buruh pada industri kertas rata-rata sekitar Rp 1.45 juta per bulan yang

merupakan kelompok pendapatan sedang.

Tabel 18. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Pulp Sebesar Rp 1 Miliar Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga

No. Golongan Pendapatan RumahtanggaPeningkatan Pendapatan

(Rp Miliar)1 Pendapatan Rendah – Wilayah Perkotaan 1.342 Pendapatan Sedang – Wilayah Perkotaan 1.503 Pendapatan Tinggi – Wilayah Perkotaan 0.714 Pendapatan Rendah – Wilayah Perdesaan 1.505 Pendapatan Sedang – Wilayah Perdesaan 0.806 Pendapatan Tinggi – Wilayah Perdesaan 0.20

Sumber : Tabel Input – Output Miyazawa 2008 (diolah)

Pemain utama dalam industri pulp di Indonesia dikuasai oleh dua

kelompok perusahaan yaitu Sinar Mas Group yang menguasai 40 persen kapasitas

pulp nasional dan kelompok perusahaan Raja Garuda Mas yang menguasai 33.3

persen kapasitas pulp nasional (Departemen Kehutanan, 2007b).

Besarnya kapasitas terpasang pada industri pulp di Indonesia

menyebabkan tingkat produksi terus meningkat dan hal ini tentu berdampak

terhadap permintaan tenaga kerja untuk mengimbangi besarnya kapasitas produksi

Page 117: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

99

tersebut. Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukkan pada Tabel 19, terjadinya

peningkatan output di sektor industri pulp sebesar Rp 1 Miliar mampu

menciptakan lapangan kerja baru di sektor industri pulp sendiri sejumlah 14 orang

atau sejumlah 35 lapangan kerja baru di seluruh sektor perekonomian.

Adanya peningkatan output di sektor industri pulp juga berdampak

terhadap penciptaan lapangan kerja baru di sektor perekonomian lainnya, terutama

di sektor perdagangan, kehutanan, angkutan dan jasa-jasa. Sektor perdagangan

dalam hal ini perdagangan besar berperan dalam pemasaran produk pulp terutama

untuk pasar ekspor. Sementara itu sektor kehutanan adalah pemasok bahan baku

industri pulp, sehingga peningkatan output industri pulp mendorong permintaan

bahan baku kayu yang berarti membutuhkan tenaga kerja baru di sektor

kehutanan. Hal yang sama juga terjadi untuk sektor angkutan yang berperan untuk

pengangkutan produk atau bahan baku pulp.

Tabel 19. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Pulp Sebesar Rp 1 Miliar Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja

No SektorPenciptaan Lapangan

Kerja (orang)

1 Sektor Industri Pulp 142 Sektor Perdagangan 53 Sektor Kehutanan 24 Sektor Angkutan 25 Sektor Jasa-Jasa 16 Total Perekonomian 35

Sumber : Tabel Input – Output Indonesia Tahun 2008 (diolah)

6.2.5. Sektor Industri Mebel dan Kerajinan Kayu - Rotan

Sektor industri mebel dan kerajinan memiliki peran penting sebagai

sumber pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja. Seperti yang telah

dijelaskan pada bagian awal, industri mebel dan kerajinan merupakan budaya

Page 118: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

100

turun-temurun yang selama ini menjadi sumber pendapatan masyarakat.

Kelompok industri ini banyak tersebar di wilayah perdesaan dan pinggiran

perkotaan. Berkembangnya industri ini jelas turut membantu meningkatkan

pendapatan masyarakat, khususnya golongan pendapatan rendah dan sedang.

Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan output di sektor

ini sebesar Rp 1 Miliar akan meningkatkan pendapatan rumahtangga terutama

rumahtangga golongan pendapatan rendah di perdesaan. Sedangkan di wilayah

perkotaan, distribusi pendapatan ini sebagian besar dirasakan oleh rumahtangga

pendapatan sedang seperti yang terlihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Mebel dan KerajinanKayu-Rotan Sebesar Rp 1 Miliar Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga

No. Golongan Pendapatan RumahtanggaPeningkatan Pendapatan

(Rp Miliar)1 Pendapatan Rendah – Wilayah Perkotaan 1.382 Pendapatan Sedang – Wilayah Perkotaan 1.543 Pendapatan Tinggi – Wilayah Perkotaan 0.724 Pendapatan Rendah – Wilayah Perdesaan 1.575 Pendapatan Sedang – Wilayah Perdesaan 0.836 Pendapatan Tinggi – Wilayah Perdesaan 0.20

Sumber : Tabel Input – Output Miyazawa 2008 (diolah)

Belum pulihnya kinerja sektor industri akibat rendahnya daya saing

produk dan sebagai dampak krisis ekonomi global, memaksa banyak industri

terutama industri berbasis labour intensive melakukan pemutusan hubungan kerja

(PHK) dalam kerangka efisiensi. Atas dasar itu, maka keberadaan industri meubel

dan kerajinan ini memainkan peran penting dalam mengatasi semakin

meningkatnya angka pengangguran tersebut.

Page 119: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

101

Hasil analisis menunjukan bahwa terjadinya peningkatan output di sektor

industri mebel dan kerajinan sebesar Rp 1 Miliar, mampu menciptakan lapangan

kerja baru di sektor tersebut sejumlah 10 orang atau sejumlah 37 lapangan kerja

baru tercipta di seluruh sektor perekonomian terutama di sektor industri kayu

gergajian, kehutanan, perdagangan dan tanaman bahan makanan seperti yang

terlihat pada Tabel 21. Oleh karena itu, adanya intervensi kebijakan pemerintah

untuk mengembangkan industri ini sangat diperlukan, selain mampu menciptakan

lapangan kerja dan membantu peningkatan pendapatan masyarakat, juga dapat

lebih berdaya saing tidak hanya di pasar domestik tetapi juga di pasar

internasional yang memiliki peluang pasar cukup besar bagi produk mebel dan

kerajinan kayu-rotan Indonesia.

Tabel 21. Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Mebel d an Kerajinan Kayu-Rotan Sebesar Rp1 Miliar Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja

No SektorPenciptaan Lapangan

Kerja (orang)1 Industri Mebel dan Kerajinan Kayu- 102 Industri Kayu Gergajian 53 Kehutanan 54 Tanaman Bahan Makanan 55 Perdagangan 46 Total Perekonomian 37

Sumber : Tabel Input – Output Indonesia Tahun 2008 (diolah)

Berdasarkan hasil analisis di atas membuktikan bahwa terjadinya

pertumbuhan atau peningkatan output pada sektor - sektor berbasis kehutanan

mampu menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan

rumahtangga terutama rumahtangga golongan pendapatan rendah di wilayah

perdesaan dan rumahtangga golongan pendapatan sedang di wilayah perkotaan.

Page 120: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

102

Dalam konteks tersebut, maka upaya rekonstruksi sektor berbasis

kehutanan sebagai sektor strategis dalam perekonomian nasional mutlak

dilakukan melalui integrasi kembali sektor berbasis kehutanan ke dalam kebijakan

makro ekonomi dan perbaikan di tingkat mikro. Kondisi ini sejalan dengan Triple

Track Strategy pembangunan sektor ekonomi yang menitikberatkan pada Pro-

Growth, Pro-Employment dan Pro-Poor. Artinya seberapa besar sektor tersebut

memiliki efek multiplier yang besar baik terhadap penciptaan lapangan kerja,

peningkatan output nasional maupun peningkatan pendapatan masyarakat dalam

rangka pengentasan kemiskinan.

Page 121: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR

BERBASIS KEHUTANAN

7.1. Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan

Peran strategis suatu sektor tidak hanya dilihat dari kontribusi terhadap

pertumbuhan output, peningkatan pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga

kerja, namun hal lain yang juga penting adalah apakah sektor tersebut memiliki

daya dukung yang kuat terhadap pertumbuhan sektor hulu maupun sektor hilirnya

(forward and backward linkage).

Menurut Millier dan Blair (1989), forward and backward linkage

digunakan sebagai dasar perumusan strategi pembangunan ekonomi dengan

melihat keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian (sebuah

negara). Bacward linkage suatu sektor menunjukkan hubungan keterkaitan

tentang pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit final demand pada sektor

tersebut terhadap total pembelian input semua sektor di dalam suatu

perekonomian. Forward linkage menunjukkan hubungan keterkaitan tentang

pengaruh yang ditimbulkan oleh satu unit final demand suatu sektor terhadap total

penjualan output semua sektor di dalam suatu perekonomian. Sektor yang

memiliki indeks bacward dan forward linkage yang kuat jika bernilai lebih

dari satu ( > 1).

Terkait dengan hal tersebut, pada bagian ini akan dibahas secara khusus

seberapa kuat keterkaitan sektor-sektor berbasis kehutanan dengan sektor

perekonomian lainnya. Artinya apakah sektor-sektor berbasis kehutanan tersebut

mampu menjadi sektor kunci (key sector) dalam mendorong perekonomian

nasional. Analisis ini sangat penting untuk mengetahui peranan sektor-sektor

Page 122: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

104

berbasis kehutanan yang sedang mengalami fase dekonstruktif selama hampir satu

dekade terakhir, dimana kontribusi output sektor berbasis kehutanan terus

mengalami penurunan terhadap output nasional, baik untuk sektor hulu (sektor

kehutanan) maupun sektor hilirnya (sektor industri kayu).

Tabel 22. Indeks Forward dan Backward Linkages Sektor – Sektor Berbasis Kehutanan Tahun 2008

SektorBackward Linkages

Forward Linkages

Industri Pulp 1.35 1.58Industri Mebel dan Kerajinan Kayu-Rotan 1.14 0.66Industri Kayu Lapis 1.02 1.00Industri Kayu Gergajian 0.87 1.15Kayu dan Hasil Hutan Lainnya (Kehutanan) 0.73 1.16

Sumber : Tabel Input – Output Indonesia Tahun 2008 (diolah)

Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor-sektor berbasis kehutanan

merupakan sektor yang memiliki keterkaitan kuat dengan sektor perekonomian

lainnya seperti yang terlihat pada Tabel 22. Adanya keterkaitan yang kuat

ke depan maupun ke belakang pada sektor industri pulp dan kayu lapis,

menunjukkan peran strategis sektor tersebut dalam mendorong pertumbuhan

sektor hulu – hilirnya.

Dilihat dari keterkaitan ke depan, terlihat bahwa semua sektor berbasis

kehutanan kecuali sektor industri mebel dan kerajinan kayu-rotan, memiliki

indeks forward linkages lebih besar dari satu (>1) atau memiliki keterkaitan kuat

dengan sektor hilirnya. Kuatnya keterkaitan ke depan ini disebabkan output sektor

tersebut merupakan row material untuk sektor lainnya maupun sektor berbasis

kehutanan sendiri. Dengan kata lain, produk sektor berbasis kehutanan lebih

bersifat intermediate input yang akan digunakan untuk proses produksi lebih

lanjut.

Page 123: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

105

Sementara itu dilihat dari keterkaitan ke belakang, terlihat bahwa sektor

industri pulp, industri mebel dan kerajinan kayu-rotan serta sektor industri kayu

lapis memiliki indeks backward linkages lebih besar dari satu (>1) atau memiliki

keterkaitan kuat dengan sektor hulunya. Kuatnya keterkaitan ke belakang ini

disebabkan sektor-sektor tersebut merupakan sektor berbasis sumberdaya alam

dimana input produksinya sulit disubstitusikan dengan input lain.

7.2. Komposisi Penggunaan Input – Output Sektor Berbasis Kehutanan

Besarnya keterkaitan suatu sektor perekonomian baik ke depan maupun

ke belakang dapat dilihat dari struktur penggunaan input–output sektor yang

bersangkutan oleh sektor lain. Pada bagian ini akan diuraikan bagaimana

keterkaitan ke depan maupun ke belakang sektor-sektor berbasis kehutanan

berdasarkan struktur penggunaan input-output.

Pada Gambar 19 terlihat bahwa sektor kehutanan memiliki keterkaitan

kuat ke depan terutama dengan sektor bangunan dan sektor-sektor pada industri

kehutanan. Keterkaitan ke depan dengan sektor bangunan karena output sektor

kehutanan seperti kayu banyak digunakan sebagai bahan material utama dalam

sektor bangunan. Sementara itu, adanya keterkaitan ke depan yang kuat sektor

kehutanan dengan sektor industri kehutanan disebabkan karena komoditas kayu

merupakan bahan baku utama untuk menghasilkan output pada sektor industri

kehutanan.

Sementara itu, sektor kehutanan memiliki keterkaitan ke belakang yang

kuat terutama dengan sektor industri mesin dan alat angkutan, perkebunan, migas,

angkutan dan bangunan. Penggunaan input yang berasal dari industri mesin dan

alat angkutan digunakan sebagai alat atau mesin pemotong kayu, input dari

Page 124: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

106

industri migas digunakan sebagai bahan bakar mesin dan alat pemotong, input

dari sektor angkutan sebagai jasa transportasi untuk mengangkut kayu hasil

tebangan, dan input dari sektor bangunan dalam bentuk sarana prasarana seperti

pembangunan jalan, instalasi listrik, dan sebagainya.

0 10 20 30 40 50

Bangunan

Angkutan

Industri Migas

Perkebunan

Industri Alat Angk, Mesin,Peralatan …

Industri Pulp

Industri Kayu gergajian

Industri Kayu lapis

Industri Mebel dan Kerajinan Kayu-…

Bangunan

8.99.0

12.017.118.2

2.413.713.7

18.243.7

Komposisi Penggunaan Input-Output (%)

Sumber : Tabel Input – Output Indonesia Tahun 2008 (diolah)

Gambar 19. Backward dan Forward Linkages Sektor Kayu dan Hasil Hutan Lainnya (Kehutanan) Berdasarkan Komposisi Penggunaan Input – Output Tahun 2008

Sementara itu pada Gambar 20 terlihat bahwa untuk sektor industri

kehutanan, dalam hal ini industri kayu gergajian, kayu lapis, industri mebel dan

kerajinan kayu-rotan dan industri pulp memiliki keterkaitan ke depan yang kuat

terutama dengan sektor bangunan dan sektor industri kehutanan sendiri.

Keterkaitan ke depan dengan sektor bangunan karena sebagian besar

output sektor industri kehutanan seperti kayu lapis, kayu gergajian dan barang

kerajinan dari kayu banyak digunakan sebagai bahan baku bangunan, khususnya

untuk bangunan tempat tinggal, gedung dan lainnya. Sementara keterkaitan

Forward Linkage

Backward Linkage

Page 125: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

107

dengan sektor industri kehutanan sendiri terutama antara industri kayu gergajian

dan industri kayu lapis sebagai sektor hulu dengan industri mebel dan kerajinan

kayu sebagai sektor hilirnya. Output kayu lapis dan kayu gergajian adalah bahan

baku utama pembuatan mebel dan kerajinan dari kayu.

Lebih lanjut keterkaitan ke depan industri kehutanan dengan industri

barang dari kertas, disebabkan oleh penggunaan pulp sebagai bahan baku utama

industri barang dari kertas. Keterkaitan industri kehutanan dengan sektor

perdagangan dan industri logam berkaitan dengan jasa pemasaran dan penggunaan

output industri kehutanan untuk proses produksi dalam industri logam.

Sedangkan dilihat dari sisi keterkaitan ke belakang, sektor-sektor industri

kehutanan memiliki keterkaitan yang kuat terutama dengan sektor kehutanan dan

industri kehutanan sendiri. Keterkaitan dengan sektor kehutanan karena bahan

baku utama pembuatan kayu gergajian, kayu lapis, mebel dari kayu dan pulp

adalah kayu bulat yang berasal dari sektor kehutanan. Sementara keterkaitan

dengan sektor industri kehutanan sendiri terutama antara industri kayu gergajian

dan industri kayu lapis dengan industri mebel dari kayu. Bahan baku pembuatan

mebel dan kerajinan dari kayu sebagian besar merupakan kayu gergajian dan kayu

lapis.

Sedangkan input yang berasal dari sektor perdagangan dan angkutan

digunakan dalam bentuk jasa pemasaran dan pengangkutan bahan baku ke lokasi

industri atau pabrik pengolahan kayu olahan. Kemudian penggunaan input yang

berasal dari industri kimia digunakan sebagai bahan baku pembuatan kayu lapis,

pulp, kayu gergajian serta mebel dan kerajinan dari kayu. Hasil selengkapnya

Page 126: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

108

bagaimana keterkaitan ke belakang yang kuat sektor-sektor industri kehutanan

dapat dilihat pada Gambar 20.

0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0

Industri Kimia, Pupuk & Barang dari …Angkutan

PerdaganganKehutanan

Industri Kehutanan

Industri Logam Dasar, Besi & BajaPerdagangan

Industri barang dari kertas, karton …Industri Kehutanan

Bangunan

8.49.2

11.518.5

32.1

2.53.4

11.431.8

47.7

Komposisi Penggunaan Input-Output (%)

Sumber : Tabel Input – Output Indonesia Tahun 2008 (diolah)

Gambar 20. Backward dan Forward Linkages Sektor Industri Kehutanan Berdasarkan Komposisi Penggunaan Input – Output Tahun 2008

Backward Linkage

Forward Linkage

Page 127: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

8.1. Simpulan

1. Sumber pertumbuhan struktural untuk sektor kehutanan (kayu dan hasil

hutan lainnya), industri kayu gergajian, industri mebel dan kerajinan dari

kayu-rotan serta industri kayu lapis berdasarkan Tabel I-O Indonesia

Tahun 2005 dan 2008, sebagian besar didorong oleh faktor domestic

demand. Besarnya domestic demand ini disebabkan oleh beberapa hal,

antara lain : (1) meningkatnya jumlah penduduk sehingga mendorong

meningkatnya permintaan terhadap papan, (2) khusus sektor kehutanan,

semakin meningkatnya permintaan produk kayu bulat untuk pasokan

bahan baku industri kehutanan serta adanya larangan ekspor kayu bulat

oleh pemerintah sejak tahun 1985 yang menyebabkan kayu bulat hanya

untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, dan (3) untuk kayu lapis,

turunnya daya saing dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan ekspor

kayu lapis terus menurun, sehingga hasil produksi banyak di jual di pasar

domestik. Sementara untuk sektor industri pulp, sumber pertumbuhan

output sebagian besar didorong oleh faktor exsport expansion. Hal ini

disebabkan industri pulp lebih berorientasi ekspor karena dorongan harga

dan permintaan di pasar dunia yang terus meningkat.

2. Struktur pendapatan rumahtangga dan tenaga kerja di Indonesia masih

didominasi oleh rumahtangga golongan pendapatan rendah terutama

di wilayah perdesaan. Hasil analisis dampak dengan menggunakan tabel

I-O Miyazawa Tahun 2008 menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan

output pada sektor-sektor berbasis kehutanan dapat menciptakan lapangan

Page 128: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

110

kerja baru yang cukup tinggi di seluruh perekonomian dan meningkatkan

pendapatan rumahtangga terutama rumahtangga golongan pendapatan

rendah di wilayah perdesaan. Khusus pada industri kayu lapis dan pulp,

selain mampu meningkatkan pendapatan rumahtangga pendapatan rendah

di perdesaan, juga mampu meningkatkan pendapatan rumahtangga

golongan pendapatan sedang di wilayah perkotaan.

3. Sektor-sektor berbasis kehutanan dapat menjadi sektor kunci dalam

perekonomian nasional karena memiliki keterkaitan ke belakang

(backward linkages) dan keterkaitan ke depan (forward linkages) yang

kuat dengan sektor hulu-hilirnya. Untuk sektor kehutanan (kayu dan hasil

hutan lainnya), keterkaitan ke depan terutama dengan sektor bangunan dan

sektor-sektor pada industri kehutanan, sementara keterkaitan ke belakang

terutama dengan sektor industri mesin alat angkutan, bangunan dan

angkutan. Sedangkan untuk sektor industri kehutanan, keterkaitan ke

depan maupun ke belakang terutama dengan sektor bangunan dan sektor-

sektor pada industri kehutanan sendiri. Namun demikian, industri

kehutanan juga memiliki keterkaitan ke depan dengan industri kertas dan

cetakan serta sektor perdagangan, dan memiliki keterkaitan ke belakang

dengan sektor perdagangan, angkutan dan industri pupuk dan kimia.

8.2. Saran

8.2.1. Saran Kebijakan

1. Untuk meningkatkan pertumbuhan output sektor-sektor berbasis

kehutanan ke depan, ada beberapa hal yang perlu dilakukan pemerintah,

antara lain: (1) meningkatkan investasi di HTI dalam rangka peningkatan

Page 129: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

111

produksi kayu bulat untuk memenuhi kekurangan pasokan bahan baku

bagi industri kayu olahan, (2) pengembangan pasar ekspor untuk produk

industri kehutanan bernilai tambah tinggi dengan mempertahankan pasar

yang sudah ada dan melakukan kebijakan promosi dan penetrasi ekspor di

pasar baru, (3) revitalisasi kelembagaan pemasaran hasil hutan dengan

mengefektifkan kembali sistem pemasaran bersama, (4) melakukan

modifikasi peralatan mesin-mesin pengolahan kayu atau retooling

(penggantian mesin-mesin baru) khusus untuk industri kayu gergajian dan

kayu lapis dalam rangka peningkatan efisiensi produksi dan kualitas

produk, dan (5) pengendalian operasi industri khusus pada industri kayu

lapis dan pulp untuk mengatasi masalah kapasitas industri yang terlalu

besar, sehingga tingkat produksi sejalan dengan pasokan bahan baku

lestari sekaligus mengurangi praktek illegal logging.

2. Dukungan regulasi dan kebijakan pemerintah di bidang investasi dan

pengelolaan sumberdaya hutan dalam rangka mendukung pengembangan

sektor-sektor berbasis kehutanan. Hal ini penting dilakukan mengingat

sektor-sektor berbasis kehutanan memiliki potensi besar dalam mendorong

pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja dan meningkatkan

pendapatan rumahtangga terutama rumahtangga golongan pendapatan

rendah dalam rangka pengentasan kemiskinan. Kondisi ini sejalan dengan

Triple Track Strategy pembangunan sektor ekonomi yang menitikberatkan

pada Pro-Growth, Pro-Employment dan Pro-Poor.

3. Adanya keterkaitan yang kuat sektor-sektor berbasis kehutanan dalam

mendorong pertumbuhan sektor hulu-hilirnya, maka perlu adanya

Page 130: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

112

rekonstruksi pembangunan sektor-sektor berbasis kehutanan sebagai

sektor strategis dengan mengintegrasikan sektor-sektor berbasis kehutanan

ke dalam kebijakan makro ekonomi dan perbaikan di tingkat mikro.

8.2.2. Saran Penelitian Selanjutnya

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pertumbuhan sektor-sektor

berbasis kehutanan dengan menggunakan metode analisis yang lebih

lengkap dengan memasukan analisis kelembagaan agar diperoleh hasil

analisis yang lebih lengkap dan menyeluruh.

2. Perlu memasukan faktor lingkungan, mengingat isu tentang sektor

berbasis kehutanan sangat terkait erat dengan masalah lingkungan.

3. Disagregasi sektor perekonomian yang lebih rinci, agar mampu memotret

perekonomian secara lebih lengkap dan detail.

Page 131: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

DAFTAR PUSTAKA

Aosiasi Mebel Indonesia Komda Jepara. 2008. Menuju Tata Niaga Industri Furniture Berdaya Saing Global, Jepara.

Asosiasi Pengusaha Indonesia. 2009. Rekapitulasi UMP dan UMK 2008 dan 2009. Asosiasi Pengusaha Indonesia, Jakarta.

Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia. 2005. Indonesia Pulp and Paper Industry. Indonesia Pulp and Paper Association, Jakarta.

Badan Koordinasi dan Penanaman Modal. 2009. Gambaran PMA dan PMDN di Indonesia Tahun 1990 – 2008. Data Tidak Dipublikasikan.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2004. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta.

___________________________________. 2009. Evaluasi 4 Tahun Pelaksanaan RPJMN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2000. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

_________________. 2005a. Statistik Indonesia Tahun 2005. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

_________________. 2005b. Tabel Input - Output Indonesia Tahun 2005 Klasifikasi 175 Sektor. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

_________________. 2007. Survey Struktur Upah Tahun 2007. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

_________________. 2008a. Keadaan Pekerja di Indonesia Hasil Survey Angkatan Kerja Nasional Tahun 2008. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

__________________. 2008b. Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia Tahun 2008 Berdasarkan Hasil Susenas Panel Maret 2008. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

__________________. 2008c. Sistem Neraca Sosial Ekonomi Indonesia 2005.Badan Pusat Statistik, Jakarta.

_________________. 2009a. Statistik Indonesia Tahun 2008. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

__________________. 2009b. Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008. Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Page 132: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

114

Basu, K. 2000. Analytical Development Economics : The Less Developed Economy Revisited. The MIT Press, Massachusetts.

Cella, G. 1984. The Input-Output Measurement of Interindustry Linkages. Oxford Bulletin of Economics and Statistics, 46 (1) : 1-6.

Clements, B.J. and J.W. Rossi. 1991. Interindustry Linkages and Economic Development: The Case of Brazil Reconsidered. The Developing Economics, 29 (2): 167-187.

Departemen Kehutanan. 2006a. Kajian Kebijakan Prioritas : Operasionalisasi dan Implementasinya dalam Program dan Kegiatan Departemen Kehutanan.Sekretariat Jenderal Departemen Kehutanan, Jakarta.

__________________. 2006b. Statistik Bina Produksi Kehutanan Tahun 2005. Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta, Jakarta.

__________________. 2007a. Reposisi Kehutanan Indonesia. Biro Perencanaan dan Keuangan, Departemen Kehutanan, Jakarta.

__________________. 2007b. Road Map Revitalisasi Industri Kehutanan Indonesia. Departemen Kehutanan, Jakarta.

__________________. 2007c. Statistik Bina Produksi Kehutanan Tahun 2006. Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta.

_________________. 2008a. Revitalisasi Kehutanan Nasional. Direktorat Jenderal Bina Produksi dan Kehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta.

___________________. 2008b. Statistik Bina Produksi Kehutanan Tahun 2007. Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta.

__________________. 2008c. Ekspor dan Impor Komoditi Kehutanan. Pusat Rencana dan Statistik Kehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta.

__________________. 2009a. Statistik Kehutanan Indonesia Tahun 2008. Departemen Kehutanan, Jakarta.

__________________. 2009b. Statistik Bina Produksi Kehutanan Tahun 2008. Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta.

Dornbusch, R. dan S. Fisher. 1992. Makroekonomi. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Greenpeace Southeast Asia Jakarta. 1996. Kayu Lapis Indonesia. Greenpeace, Jakarta

Page 133: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

115

Hardjanto. 2003. Keragaan dan Pengembangan Usaha Kayu Rakyat di Pulau Jawa. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Hess, P. dan C. Ross. 2000. Economic Development : Theories, Evidence and Policies. The Dryden Press, North Carolina.

Institut Pertanian Bogor. 2007. Kajian Ekonomi Kayu Lapis dan Kayu Gergajian dalam Peningkatan Nilai Ekspor. Insitut Pertanian Bogor, Bogor.

Jackson, R.W. and A.T. Murray. 2002. Alternative Formulations for Updating Input-Output Matrices. Research Paper, 1 (9): 1-16, Montreal.

Mankiw, N.G. 2000. Macroeconomics. Worth Publisher, New York.

Miller, R.E. dan P.D. Blair. 1985. Input-Output Analysis: Foundations and Extensions, Prentice-Hall, New Jersey.

Noor, A. 2004. Analisis Ekonomi Deforestasi dan Reforestasi Hutan di Kabupaten Kutai Timur. Tesis Magister Sains. Program Pascasarjana, Universitas Indonesia, Depok.

Nurrochmat, D.R, et al. 2010. Neraca Pembangunan Hijau : Konsep dan Implikasi Bisnis Karbon dan Tata Air di Sektor Kehutanan. Penerbit IPB Press, Bogor.

Rasmussen, R. 1956. Studies in Intersectoral Relations. North Holland Publishing Company, Amsterdam.

Santosa, B. 2006. Peranan Ekonomi Kehutanan di Provinsi Jawa Tengah : Analisis Pemanfaatan Hutan dan Penanggulangan Kebocoran Pendapatan. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sonis, M. and G.JD. Hewings. 2000. Expended Miyazawa Framework : Labour and Capital Income, Savings, Consumption, and Investment Links. Working Paper. REAL 00-T-14. Illinois.

Suwarna, A. 2007. Dampak Bantuan Dana Rehabilitasi Lahan Milik Terhadap Pendapatan Masyarakat dan Perekonomian Wilayah di Kabupaten Garut. Disertasi Doktor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Todaro, M. P. 2000. Ekonomi Pembangunan. PT. Erlangga, Jakarta.

West, G.R. 1993. Input – Output Analysis for Practitioners. Department of Economics, University of Queensland, Brisbane.

Winoto, J. dan H. Siregar. 2005. Peranan Pembangunan Infrastruktur Dalam Menggerakan Sektor Riil. Makalah Sidang Pleno ISEI IX, Jakarta.

Page 134: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

116

Yudhoyono, S.B. dan Boediono. 2009. Membangun Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Makalah Tentang Visi, Misi dan Program Aksi Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2009 – 2014, Jakarta.

Zuhdi. 1999. Analisis Pengembangan Industri Pengolahan Implikasinya Terhadap Kebijakan Pembangunan Ekonomi di DKI Jakarta. Tesis Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik. Program Pascasarjana, Universitas Indonesia, Jakarta.

Page 135: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

LAMPIRAN

Page 136: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

137

Lampiran 9. Hasil Analisis Dekomposisi Pertumbuhan Struktural Sektor-Sektor Berbasis Kehutanan Tahun 2005 – 2008

9.a. Dekomposisi Pertumbuhan Output Sektor-Sektor Berbasis Kehutanan Menurut Sumber Pertumbuhan (Rp Miliar )

Sektor Domestic

Final Demand

Exsport Ekspansion

Import Substitution

TechnologicalChange

Total

5 27 996 -1 107 1 346 18 199 46 4346 18 610 -715 1 084 13 940 32 9197 29 518 3 767 4 092 13 272 50 6488 38 604 -4 934 931 8 636 43 2389 5 863 9 553 3 684 7 849 26 949

9.b. Dekomposisi Pertumbuhan Output Sektor-Sektor Berbasis Kehutanan Menurut Sumber Pertumbuhan (%)

Sektor Domestic

Final Demand

Exsport Ekspansion

Import Substitution

Technological Change

Total

5 60.3 -2.4 2.9 39.2 100.06 56.5 -2.2 3.3 42.3 100.07 58.3 7.4 8.1 26.2 100.08 89.3 -11.4 2.2 20.0 100.09 21.8 35.4 13.7 29.1 100.0

Page 137: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

138

Lampiran 10.Dampak Peningkatan Output Sektor Kayu dan Hasil Hutan Lainnya (Kehutanan) Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga

CHANGE FINAL DEMAND EFFECTS ON INCOME DISTRIBUTION (RP MILIAR)IO Miyazawa Tesis

─────────────────────────────────────────────────────────────────────────SECTOR F.DEMAND INDUST CONS'M TOTAL (%) FLOW-ON (%)───────────────────────────────────────────────────────────────────────── 1 0.00 0.22 0.81 1.03 4.1 1.03 4.2 2 0.00 0.12 0.30 0.42 1.7 0.42 1.7 3 0.00 0.12 0.44 0.56 2.2 0.56 2.3 4 0.00 0.08 0.28 0.36 1.4 0.36 1.5 5 1.00 0.03 0.03 1.06 4.2 0.06 0.2 6 0.00 0.01 0.02 0.02 0.1 0.02 0.1 7 0.00 0.00 0.01 0.02 0.1 0.02 0.1 8 0.00 0.02 0.06 0.08 0.3 0.08 0.3 9 0.00 0.01 0.03 0.04 0.2 0.04 0.210 0.00 0.16 0.58 0.74 2.9 0.74 3.011 0.00 0.35 1.22 1.57 6.2 1.57 6.512 0.00 0.01 0.03 0.04 0.2 0.04 0.213 0.00 0.05 0.17 0.23 0.9 0.23 0.914 0.00 0.01 0.03 0.04 0.1 0.04 0.115 0.00 0.07 0.23 0.30 1.2 0.30 1.316 0.00 0.04 0.20 0.24 1.0 0.24 1.017 0.00 0.26 1.05 1.31 5.2 1.31 5.418 0.00 0.17 0.51 0.68 2.7 0.68 2.819 0.00 0.00 0.01 0.01 0.0 0.01 0.020 0.00 0.01 0.02 0.03 0.1 0.03 0.121 0.00 0.06 0.21 0.27 1.1 0.27 1.122 0.00 0.34 1.26 1.60 6.3 1.60 6.623 0.00 0.05 0.18 0.23 0.9 0.23 0.924 0.00 0.05 0.18 0.23 0.9 0.23 0.925 0.00 0.32 1.13 1.45 5.8 1.45 6.026 0.00 0.14 0.50 0.64 2.5 0.64 2.627 0.00 0.19 0.66 0.86 3.4 0.86 3.528 0.00 0.07 0.26 0.34 1.3 0.34 1.429 0.00 0.23 0.83 1.06 4.2 1.06 4.430 0.00 0.21 3.37 3.57 14.2 3.57 14.731 0.00 0.27 1.05 1.33 5.2 1.33 5.532 0.00 0.27 1.15 1.42 5.6 1.42 5.933 0.00 0.11 0.58 0.69 2.7 0.69 2.834 0.00 0.60 1.16 1.76 7.0 1.76 7.235 0.00 0.22 0.62 0.84 3.3 0.84 3.536 0.00 0.03 0.17 0.20 0.8 0.20 0.8

─────────────────────────────────────────────────────────────────────────TOTAL 1.00 4.91 19.34 25.25 100.0 24.25 100.0MULTIPLIER 1.00 4.91 19.34 25.25 24.25─────────────────────────────────────────────────────────────────────────

Page 138: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

139

Lampiran 11.Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Kayu Gergajian Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga

CHANGE FINAL DEMAND EFFECTS ON INCOME DISTRIBUTION (RP MILIAR) IO Miyazawa Tesis─────────────────────────────────────────────────────────────────────────SECTOR F.DEMAND INDUST CONS'M TOTAL (%) FLOW-ON (%)───────────────────────────────────────────────────────────────────────── 1 0.00 0.22 0.73 0.95 4.0 0.95 4.2 2 0.00 0.09 0.27 0.36 1.5 0.36 1.6 3 0.00 0.12 0.40 0.52 2.2 0.52 2.3 4 0.00 0.08 0.25 0.33 1.4 0.33 1.5 5 0.00 0.21 0.03 0.24 1.0 0.24 1.0 6 1.00 0.10 0.02 1.12 4.7 0.12 0.5 7 0.00 0.00 0.01 0.01 0.1 0.01 0.1 8 0.00 0.02 0.05 0.07 0.3 0.07 0.3 9 0.00 0.01 0.03 0.04 0.1 0.04 0.210 0.00 0.16 0.52 0.68 2.9 0.68 3.011 0.00 0.36 1.10 1.45 6.1 1.45 6.412 0.00 0.01 0.03 0.04 0.2 0.04 0.213 0.00 0.06 0.16 0.21 0.9 0.21 0.914 0.00 0.01 0.02 0.03 0.1 0.03 0.115 0.00 0.07 0.21 0.28 1.2 0.28 1.216 0.00 0.04 0.18 0.22 0.9 0.22 1.017 0.00 0.26 0.95 1.21 5.1 1.21 5.318 0.00 0.18 0.46 0.64 2.7 0.64 2.819 0.00 0.00 0.00 0.01 0.0 0.01 0.020 0.00 0.01 0.02 0.03 0.1 0.03 0.121 0.00 0.05 0.19 0.24 1.0 0.24 1.122 0.00 0.31 1.13 1.44 6.1 1.44 6.423 0.00 0.05 0.16 0.22 0.9 0.22 1.024 0.00 0.04 0.16 0.20 0.8 0.20 0.925 0.00 0.36 1.02 1.38 5.8 1.38 6.126 0.00 0.14 0.45 0.59 2.5 0.59 2.627 0.00 0.22 0.60 0.81 3.4 0.81 3.628 0.00 0.08 0.24 0.31 1.3 0.31 1.429 0.00 0.25 0.75 1.00 4.2 1.00 4.430 0.00 0.21 3.03 3.24 13.7 3.24 14.331 0.00 0.33 0.95 1.28 5.4 1.28 5.632 0.00 0.38 1.04 1.43 6.0 1.43 6.333 0.00 0.14 0.52 0.66 2.8 0.66 2.934 0.00 0.41 1.05 1.46 6.2 1.46 6.535 0.00 0.21 0.56 0.77 3.2 0.77 3.436 0.00 0.03 0.15 0.18 0.8 0.18 0.8

─────────────────────────────────────────────────────────────────────────TOTAL 1.00 5.21 17.43 23.64 100.0 22.64 100.0MULTIPLIER 1.00 5.21 17.43 23.64 22.64─────────────────────────────────────────────────────────────────────────

Page 139: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

140

Lampiran 12.Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Kayu Lapis Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga

CHANGE FINAL DEMAND EFFECTS ON INCOME DISTRIBUTION (RP MILIAR)IO Miyazawa Tesis

─────────────────────────────────────────────────────────────────────────SECTOR F.DEMAND INDUST CONS'M TOTAL (%) FLOW-ON (%)───────────────────────────────────────────────────────────────────────── 1 0.00 0.22 0.75 0.97 4.0 0.97 4.1 2 0.00 0.09 0.28 0.37 1.5 0.37 1.6 3 0.00 0.12 0.41 0.53 2.2 0.53 2.3 4 0.00 0.08 0.26 0.34 1.4 0.34 1.5 5 0.00 0.13 0.03 0.16 0.7 0.16 0.7 6 0.00 0.05 0.02 0.07 0.3 0.07 0.3 7 1.00 0.05 0.01 1.06 4.4 0.06 0.3 8 0.00 0.02 0.06 0.08 0.3 0.08 0.3 9 0.00 0.01 0.03 0.04 0.2 0.04 0.210 0.00 0.20 0.54 0.74 3.0 0.74 3.211 0.00 0.35 1.13 1.48 6.1 1.48 6.312 0.00 0.01 0.03 0.04 0.1 0.04 0.213 0.00 0.05 0.16 0.22 0.9 0.22 0.914 0.00 0.01 0.03 0.03 0.1 0.03 0.115 0.00 0.07 0.22 0.29 1.2 0.29 1.316 0.00 0.04 0.19 0.23 0.9 0.23 1.017 0.00 0.37 0.98 1.34 5.5 1.34 5.818 0.00 0.20 0.48 0.68 2.8 0.68 2.919 0.00 0.00 0.01 0.01 0.0 0.01 0.020 0.00 0.01 0.02 0.03 0.1 0.03 0.121 0.00 0.05 0.19 0.25 1.0 0.25 1.122 0.00 0.33 1.17 1.49 6.1 1.49 6.423 0.00 0.06 0.17 0.23 0.9 0.23 1.024 0.00 0.04 0.16 0.20 0.8 0.20 0.925 0.00 0.36 1.05 1.41 5.8 1.41 6.126 0.00 0.15 0.46 0.61 2.5 0.61 2.627 0.00 0.26 0.62 0.87 3.6 0.87 3.828 0.00 0.08 0.24 0.32 1.3 0.32 1.429 0.00 0.26 0.77 1.03 4.2 1.03 4.430 0.00 0.22 3.13 3.35 13.8 3.35 14.431 0.00 0.31 0.98 1.29 5.3 1.29 5.632 0.00 0.37 1.07 1.45 5.9 1.45 6.233 0.00 0.14 0.54 0.68 2.8 0.68 2.934 0.00 0.39 1.08 1.46 6.0 1.46 6.335 0.00 0.20 0.58 0.78 3.2 0.78 3.336 0.00 0.03 0.16 0.19 0.8 0.19 0.8

─────────────────────────────────────────────────────────────────────────TOTAL 1.00 5.33 17.98 24.30 100.0 23.30 100.0MULTIPLIER 1.00 5.33 17.98 24.30 23.30─────────────────────────────────────────────────────────────────────────

Page 140: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

141

Lampiran 13.Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Pulp Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga

CHANGE FINAL DEMAND EFFECTS ON INCOME DISTRIBUTION (RP MILIAR)IO Miyazawa Tesis

─────────────────────────────────────────────────────────────────────────SECTOR F.DEMAND INDUST CONS'M TOTAL (%) FLOW-ON (%)───────────────────────────────────────────────────────────────────────── 1 0.00 0.25 0.77 1.01 3.9 1.01 4.1 2 0.00 0.10 0.28 0.38 1.5 0.38 1.6 3 0.00 0.13 0.42 0.55 2.1 0.55 2.2 4 0.00 0.09 0.26 0.35 1.4 0.35 1.4 5 0.00 0.07 0.03 0.10 0.4 0.10 0.4 6 0.00 0.01 0.02 0.03 0.1 0.03 0.1 7 0.00 0.00 0.01 0.01 0.1 0.01 0.1 8 0.00 0.02 0.06 0.08 0.3 0.08 0.3 9 1.00 0.44 0.03 1.47 5.7 0.47 1.910 0.00 0.24 0.55 0.79 3.1 0.79 3.211 0.00 0.37 1.16 1.53 6.0 1.53 6.212 0.00 0.01 0.03 0.04 0.1 0.04 0.213 0.00 0.06 0.17 0.22 0.9 0.22 0.914 0.00 0.01 0.03 0.04 0.1 0.04 0.115 0.00 0.07 0.22 0.30 1.2 0.30 1.216 0.00 0.05 0.19 0.25 1.0 0.25 1.017 0.00 0.40 1.00 1.40 5.4 1.40 5.718 0.00 0.25 0.49 0.74 2.9 0.74 3.019 0.00 0.00 0.01 0.01 0.0 0.01 0.020 0.00 0.01 0.02 0.03 0.1 0.03 0.121 0.00 0.06 0.20 0.26 1.0 0.26 1.022 0.00 0.38 1.19 1.58 6.2 1.58 6.423 0.00 0.06 0.17 0.23 0.9 0.23 0.924 0.00 0.05 0.17 0.21 0.8 0.21 0.925 0.00 0.47 1.08 1.55 6.0 1.55 6.326 0.00 0.17 0.48 0.64 2.5 0.64 2.627 0.00 0.30 0.63 0.93 3.6 0.93 3.828 0.00 0.09 0.25 0.34 1.3 0.34 1.429 0.00 0.34 0.79 1.13 4.4 1.13 4.630 0.00 0.23 3.20 3.43 13.4 3.43 13.931 0.00 0.34 1.00 1.34 5.2 1.34 5.432 0.00 0.41 1.10 1.50 5.9 1.50 6.133 0.00 0.16 0.55 0.71 2.8 0.71 2.934 0.00 0.40 1.10 1.50 5.9 1.50 6.135 0.00 0.21 0.59 0.80 3.1 0.80 3.336 0.00 0.04 0.16 0.20 0.8 0.20 0.8

─────────────────────────────────────────────────────────────────────────TOTAL 1.00 6.29 18.38 25.67 100.0 24.67 100.0MULTIPLIER 1.00 6.29 18.38 25.67 24.67─────────────────────────────────────────────────────────────────────────

Page 141: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

142

Lampiran 14.Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Mebel dan Kerajinan Kayu-Rotan Terhadap Distribusi Pendapatan Rumahtangga

CHANGE FINAL DEMAND EFFECTS ON INCOME DISTRIBUTION (RP MILIAR)IO Miyazawa Tesis

─────────────────────────────────────────────────────────────────────────SECTOR F.DEMAND INDUST CONS'M TOTAL (%) FLOW-ON (%)───────────────────────────────────────────────────────────────────────── 1 0.00 0.24 0.80 1.03 4.0 1.03 4.1 2 0.00 0.12 0.29 0.41 1.6 0.41 1.6 3 0.00 0.13 0.43 0.57 2.2 0.57 2.3 4 0.00 0.09 0.27 0.36 1.4 0.36 1.4 5 0.00 0.17 0.03 0.19 0.7 0.19 0.8 6 0.00 0.25 0.02 0.27 1.0 0.27 1.1 7 0.00 0.04 0.01 0.05 0.2 0.05 0.2 8 1.00 0.05 0.06 1.11 4.3 0.11 0.4 9 0.00 0.01 0.03 0.04 0.2 0.04 0.210 0.00 0.20 0.57 0.77 2.9 0.77 3.111 0.00 0.39 1.20 1.59 6.1 1.59 6.312 0.00 0.01 0.03 0.04 0.1 0.04 0.213 0.00 0.06 0.17 0.23 0.9 0.23 0.914 0.00 0.01 0.03 0.04 0.1 0.04 0.115 0.00 0.08 0.23 0.31 1.2 0.31 1.216 0.00 0.05 0.20 0.24 0.9 0.24 1.017 0.00 0.33 1.04 1.37 5.3 1.37 5.518 0.00 0.20 0.51 0.70 2.7 0.70 2.819 0.00 0.00 0.01 0.01 0.0 0.01 0.020 0.00 0.01 0.02 0.03 0.1 0.03 0.121 0.00 0.07 0.21 0.27 1.0 0.27 1.122 0.00 0.33 1.24 1.57 6.0 1.57 6.323 0.00 0.06 0.18 0.24 0.9 0.24 1.024 0.00 0.04 0.17 0.22 0.8 0.22 0.925 0.00 0.43 1.12 1.55 6.0 1.55 6.226 0.00 0.15 0.49 0.64 2.5 0.64 2.627 0.00 0.26 0.66 0.91 3.5 0.91 3.628 0.00 0.09 0.26 0.34 1.3 0.34 1.429 0.00 0.28 0.82 1.10 4.2 1.10 4.430 0.00 0.23 3.33 3.56 13.7 3.56 14.231 0.00 0.34 1.04 1.38 5.3 1.38 5.532 0.00 0.40 1.14 1.54 5.9 1.54 6.233 0.00 0.15 0.57 0.72 2.8 0.72 2.934 0.00 0.43 1.15 1.57 6.0 1.57 6.335 0.00 0.21 0.61 0.83 3.2 0.83 3.336 0.00 0.03 0.17 0.20 0.8 0.20 0.8

─────────────────────────────────────────────────────────────────────────TOTAL 1.00 5.93 19.12 26.04 100.0 25.04 100.0MULTIPLIER 1.00 5.93 19.12 26.04 25.04─────────────────────────────────────────────────────────────────────────

Page 142: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

143

Lampiran 15.Dampak Peningkatan Output Sektor Kayu dan Hasil Hutan Lainnya (Kehutanan) Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja

FINAL DEMAND EMPLOYMENT EFFECTS (u) IO 2008 TESIS─────────────────────────────────────────────────────────────────────────SECTOR F.DEMAND INDUST CONS'M TOTAL (%) FLOW-ON (%)───────────────────────────────────────────────────────────────────────── 1 0.00 0.12 3.30 3.42 8.2 3.42 30.0 2 0.00 1.25 0.48 1.73 4.1 1.73 15.2 3 0.00 0.02 0.25 0.27 0.6 0.27 2.4 4 0.00 0.00 0.05 0.05 0.1 0.05 0.5 5 30.56 0.59 0.05 31.19 74.4 0.64 5.6 6 0.00 0.01 0.02 0.03 0.1 0.03 0.3 7 0.00 0.01 0.01 0.02 0.0 0.02 0.2 8 0.00 0.00 0.04 0.04 0.1 0.04 0.4 9 0.00 0.01 0.01 0.02 0.1 0.02 0.210 0.00 0.05 0.04 0.09 0.2 0.09 0.811 0.00 0.01 0.19 0.20 0.5 0.20 1.712 0.00 0.00 0.01 0.01 0.0 0.01 0.113 0.00 0.00 0.03 0.03 0.1 0.03 0.214 0.00 0.00 0.01 0.01 0.0 0.01 0.115 0.00 0.04 0.15 0.19 0.4 0.19 1.616 0.00 0.02 0.02 0.03 0.1 0.03 0.317 0.00 0.07 0.12 0.19 0.5 0.19 1.718 0.00 0.03 0.02 0.05 0.1 0.05 0.419 0.00 0.00 0.00 0.00 0.0 0.00 0.020 0.00 0.01 0.01 0.01 0.0 0.01 0.121 0.00 0.03 0.01 0.05 0.1 0.05 0.422 0.00 0.17 0.13 0.30 0.7 0.30 2.623 0.00 0.01 0.02 0.02 0.1 0.02 0.224 0.00 0.10 0.02 0.12 0.3 0.12 1.125 0.00 0.51 1.16 1.66 4.0 1.66 14.626 0.00 0.03 0.22 0.25 0.6 0.25 2.227 0.00 0.35 0.39 0.74 1.8 0.74 6.528 0.00 0.01 0.06 0.08 0.2 0.08 0.729 0.00 0.09 0.11 0.20 0.5 0.20 1.730 0.00 0.34 0.57 0.92 2.2 0.92 8.1

─────────────────────────────────────────────────────────────────────────TOTAL 30.56 3.88 7.50 41.93 100.0 11.38 100.0MULTIPLIER 1.00 0.13 0.25 1.37 0.37─────────────────────────────────────────────────────────────────────────

Page 143: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

144

Lampiran 16.Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Kayu Gergajian Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja

FINAL DEMAND EMPLOYMENT EFFECTS (u) IO 2008 TESIS─────────────────────────────────────────────────────────────────────────SECTOR F.DEMAND INDUST CONS'M TOTAL (%) FLOW-ON (%)───────────────────────────────────────────────────────────────────────── 1 0.00 0.11 4.53 4.65 10.7 4.65 21.4 2 0.00 0.32 0.66 0.98 2.3 0.98 4.5 3 0.00 0.01 0.34 0.35 0.8 0.35 1.6 4 0.00 0.00 0.07 0.07 0.2 0.07 0.3 5 0.00 6.24 0.07 6.31 14.5 6.31 29.0 6 21.73 2.06 0.03 23.82 54.8 2.10 9.6 7 0.00 0.01 0.01 0.01 0.0 0.01 0.1 8 0.00 0.01 0.05 0.07 0.2 0.07 0.3 9 0.00 0.01 0.02 0.02 0.1 0.02 0.110 0.00 0.05 0.06 0.11 0.2 0.11 0.511 0.00 0.01 0.26 0.27 0.6 0.27 1.212 0.00 0.00 0.01 0.01 0.0 0.01 0.013 0.00 0.00 0.04 0.04 0.1 0.04 0.214 0.00 0.00 0.01 0.01 0.0 0.01 0.115 0.00 0.02 0.21 0.23 0.5 0.23 1.016 0.00 0.01 0.03 0.04 0.1 0.04 0.217 0.00 0.08 0.17 0.24 0.6 0.24 1.118 0.00 0.04 0.03 0.06 0.1 0.06 0.319 0.00 0.00 0.00 0.00 0.0 0.00 0.020 0.00 0.00 0.01 0.01 0.0 0.01 0.121 0.00 0.01 0.02 0.03 0.1 0.03 0.222 0.00 0.10 0.18 0.28 0.6 0.28 1.323 0.00 0.02 0.02 0.04 0.1 0.04 0.224 0.00 0.04 0.03 0.07 0.2 0.07 0.325 0.00 1.18 1.59 2.77 6.4 2.77 12.726 0.00 0.03 0.30 0.33 0.8 0.33 1.527 0.00 0.59 0.54 1.13 2.6 1.13 5.228 0.00 0.02 0.09 0.11 0.3 0.11 0.529 0.00 0.13 0.15 0.28 0.7 0.28 1.330 0.00 0.32 0.79 1.11 2.6 1.11 5.1

─────────────────────────────────────────────────────────────────────────TOTAL 21.73 11.43 10.32 43.48 100.0 21.75 100.0MULTIPLIER 1.00 0.53 0.47 2.00 1.00─────────────────────────────────────────────────────────────────────────

Page 144: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

145

Lampiran 17.Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Kayu Lapis Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja

FINAL DEMAND EMPLOYMENT EFFECTS (u) IO 2008 TESIS─────────────────────────────────────────────────────────────────────────SECTOR F.DEMAND INDUST CONS'M TOTAL (%) FLOW-ON (%)───────────────────────────────────────────────────────────────────────── 1 0.00 0.32 3.60 3.92 13.2 3.92 20.7 2 0.00 0.52 0.52 1.05 3.5 1.05 5.5 3 0.00 0.05 0.27 0.32 1.1 0.32 1.7 4 0.00 0.00 0.05 0.06 0.2 0.06 0.3 5 0.00 3.82 0.05 3.88 13.0 3.88 20.5 6 0.00 1.05 0.03 1.07 3.6 1.07 5.7 7 10.86 0.54 0.01 11.41 38.3 0.55 2.9 8 0.00 0.03 0.04 0.08 0.3 0.08 0.4 9 0.00 0.01 0.01 0.03 0.1 0.03 0.110 0.00 0.11 0.05 0.16 0.5 0.16 0.811 0.00 0.02 0.21 0.23 0.8 0.23 1.212 0.00 0.00 0.01 0.01 0.0 0.01 0.013 0.00 0.00 0.03 0.03 0.1 0.03 0.214 0.00 0.01 0.01 0.02 0.1 0.02 0.115 0.00 0.10 0.16 0.26 0.9 0.26 1.416 0.00 0.02 0.02 0.05 0.2 0.05 0.217 0.00 0.36 0.13 0.49 1.6 0.49 2.618 0.00 0.06 0.02 0.08 0.3 0.08 0.419 0.00 0.00 0.00 0.00 0.0 0.00 0.020 0.00 0.01 0.01 0.02 0.1 0.02 0.121 0.00 0.02 0.02 0.03 0.1 0.03 0.222 0.00 0.16 0.14 0.30 1.0 0.30 1.623 0.00 0.03 0.02 0.05 0.2 0.05 0.224 0.00 0.04 0.03 0.07 0.2 0.07 0.425 0.00 1.43 1.26 2.69 9.0 2.69 14.226 0.00 0.14 0.24 0.38 1.3 0.38 2.027 0.00 1.13 0.43 1.56 5.2 1.56 8.228 0.00 0.03 0.07 0.10 0.3 0.10 0.529 0.00 0.17 0.12 0.29 1.0 0.29 1.530 0.00 0.57 0.63 1.20 4.0 1.20 6.3

─────────────────────────────────────────────────────────────────────────TOTAL 10.86 10.76 8.19 29.81 100.0 18.95 100.0MULTIPLIER 1.00 0.99 0.75 2.75 1.75─────────────────────────────────────────────────────────────────────────

Page 145: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

146

Lampiran 18.Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Pulp Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja

FINAL DEMAND EMPLOYMENT EFFECTS (u) IO 2008 TESIS─────────────────────────────────────────────────────────────────────────SECTOR F.DEMAND INDUST CONS'M TOTAL (%) FLOW-ON (%)───────────────────────────────────────────────────────────────────────── 1 0.00 1.33 4.42 5.75 16.4 5.75 22.8 2 0.00 0.50 0.64 1.15 3.3 1.15 4.6 3 0.00 0.07 0.33 0.40 1.1 0.40 1.6 4 0.00 0.00 0.07 0.07 0.2 0.07 0.3 5 0.00 2.03 0.07 2.10 6.0 2.10 8.3 6 0.00 0.07 0.03 0.10 0.3 0.10 0.4 7 0.00 0.01 0.01 0.02 0.1 0.02 0.1 8 0.00 0.05 0.05 0.10 0.3 0.10 0.4 9 9.82 4.28 0.02 14.13 40.3 4.30 17.010 0.00 0.16 0.06 0.21 0.6 0.21 0.811 0.00 0.03 0.26 0.28 0.8 0.28 1.112 0.00 0.00 0.01 0.01 0.0 0.01 0.013 0.00 0.00 0.04 0.04 0.1 0.04 0.114 0.00 0.01 0.01 0.02 0.0 0.02 0.115 0.00 0.04 0.20 0.24 0.7 0.24 1.016 0.00 0.05 0.03 0.07 0.2 0.07 0.317 0.00 0.39 0.16 0.56 1.6 0.56 2.218 0.00 0.09 0.03 0.11 0.3 0.11 0.419 0.00 0.00 0.00 0.00 0.0 0.00 0.020 0.00 0.01 0.01 0.01 0.0 0.01 0.121 0.00 0.02 0.02 0.04 0.1 0.04 0.222 0.00 0.25 0.17 0.42 1.2 0.42 1.723 0.00 0.03 0.02 0.05 0.1 0.05 0.224 0.00 0.06 0.03 0.09 0.3 0.09 0.425 0.00 3.01 1.55 4.57 13.0 4.57 18.126 0.00 0.20 0.30 0.50 1.4 0.50 2.027 0.00 1.48 0.53 2.01 5.7 2.01 8.028 0.00 0.06 0.09 0.15 0.4 0.15 0.629 0.00 0.35 0.15 0.50 1.4 0.50 2.030 0.00 0.61 0.77 1.38 3.9 1.38 5.5

─────────────────────────────────────────────────────────────────────────TOTAL 9.82 15.19 10.06 35.08 100.0 25.25 100.0MULTIPLIER 1.00 1.55 1.02 3.57 2.57─────────────────────────────────────────────────────────────────────────

Page 146: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

147

Lampiran 19.Dampak Peningkatan Output Sektor Industri Mebel dan Kerajinan Kayu-Rotan Terhadap Penciptaan Lapangan Kerja

FINAL DEMAND EMPLOYMENT EFFECTS (u) IO 2008 TESIS─────────────────────────────────────────────────────────────────────────SECTOR F.DEMAND INDUST CONS'M TOTAL (%) FLOW-ON (%)───────────────────────────────────────────────────────────────────────── 1 0.00 0.46 4.16 4.62 12.6 4.62 17.3 2 0.00 1.00 0.61 1.61 4.4 1.61 6.0 3 0.00 0.03 0.31 0.35 0.9 0.35 1.3 4 0.00 0.00 0.06 0.07 0.2 0.07 0.3 5 0.00 4.83 0.06 4.89 13.3 4.89 18.3 6 0.00 5.31 0.03 5.34 14.5 5.34 20.0 7 0.00 0.41 0.01 0.42 1.1 0.42 1.6 8 9.94 0.28 0.05 10.26 28.0 0.33 1.2 9 0.00 0.02 0.02 0.03 0.1 0.03 0.110 0.00 0.09 0.05 0.14 0.4 0.14 0.511 0.00 0.04 0.24 0.29 0.8 0.29 1.112 0.00 0.00 0.01 0.01 0.0 0.01 0.013 0.00 0.00 0.03 0.03 0.1 0.03 0.114 0.00 0.01 0.01 0.02 0.1 0.02 0.115 0.00 0.08 0.19 0.27 0.7 0.27 1.016 0.00 0.03 0.02 0.05 0.1 0.05 0.217 0.00 0.24 0.15 0.39 1.1 0.39 1.518 0.00 0.05 0.03 0.07 0.2 0.07 0.319 0.00 0.00 0.00 0.00 0.0 0.00 0.020 0.00 0.02 0.01 0.03 0.1 0.03 0.121 0.00 0.03 0.02 0.05 0.1 0.05 0.222 0.00 0.11 0.16 0.28 0.8 0.28 1.023 0.00 0.03 0.02 0.05 0.1 0.05 0.224 0.00 0.06 0.03 0.08 0.2 0.08 0.325 0.00 2.31 1.46 3.77 10.3 3.77 14.126 0.00 0.06 0.28 0.34 0.9 0.34 1.327 0.00 0.98 0.49 1.48 4.0 1.48 5.528 0.00 0.05 0.08 0.13 0.4 0.13 0.529 0.00 0.20 0.14 0.34 0.9 0.34 1.330 0.00 0.56 0.72 1.29 3.5 1.29 4.8

─────────────────────────────────────────────────────────────────────────TOTAL 9.94 17.30 9.46 36.69 100.0 26.76 100.0MULTIPLIER 1.00 1.74 0.95 3.69 2.69─────────────────────────────────────────────────────────────────────────

Page 147: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

148

Lampiran 20.Backward Linkages Sektor - Sektor Berbasis Kehutanan

OPEN INVERSE MATRIX COLUMN OUTPUT LINKAGES IO 2008 TESIS─────────────────────────────────────────────────────────────────────────Sector Column Column Standard Coefficient Backward Backward Total Mean Deviation Variation Linkage Spread───────────────────────────────────────────────────────────────────────── 1 1.3806 0.0460 0.1898 4.1246 0.7029 1.2614 2 1.7467 0.0582 0.1995 3.4258 0.8892 1.0477 3 2.0455 0.0682 0.2260 3.3150 1.0413 1.0138 4 1.4610 0.0487 0.2035 4.1785 0.7438 1.2779 5 1.4423 0.0481 0.1844 3.8351 0.7342 1.1729 6 1.7178 0.0573 0.2000 3.4921 0.8745 1.0680 7 2.0114 0.0670 0.1901 2.8350 1.0240 0.8670 8 2.2390 0.0746 0.1884 2.5247 1.1398 0.7721 9 2.6584 0.0886 0.2602 2.9368 1.3534 0.898210 1.3252 0.0442 0.2088 4.7259 0.6746 1.445311 2.2094 0.0736 0.2255 3.0614 1.1248 0.936312 2.1812 0.0727 0.1884 2.5918 1.1104 0.792713 1.7188 0.0573 0.1987 3.4689 0.8750 1.060914 2.4130 0.0804 0.2062 2.5633 1.2284 0.783915 2.3260 0.0775 0.2267 2.9240 1.1841 0.894316 2.3568 0.0786 0.2196 2.7951 1.1998 0.854817 2.3527 0.0784 0.2643 3.3699 1.1977 1.030618 1.5640 0.0521 0.2014 3.8637 0.7962 1.181619 1.8976 0.0633 0.1986 3.1397 0.9660 0.960220 1.9341 0.0645 0.1870 2.8999 0.9846 0.886921 2.1047 0.0702 0.2245 3.2000 1.0714 0.978722 2.5565 0.0852 0.2907 3.4119 1.3015 1.043523 2.0500 0.0683 0.2136 3.1258 1.0436 0.956024 2.2164 0.0739 0.1866 2.5256 1.1283 0.772425 1.8697 0.0623 0.1887 3.0280 0.9518 0.926126 2.0706 0.0690 0.1864 2.7009 1.0541 0.826027 2.1201 0.0707 0.2026 2.8668 1.0793 0.876728 1.3865 0.0462 0.1953 4.2262 0.7058 1.292529 1.5979 0.0533 0.2146 4.0282 0.8135 1.231930 1.9756 0.0659 0.1916 2.9088 1.0057 0.8896

─────────────────────────────────────────────────────────────────────────Total 58.9296 1.9643 6.2616 98.0931 30.0000 30.0000Average 1.9643 0.0655 0.2087 3.2698 1.0000 1.0000─────────────────────────────────────────────────────────────────────────Backward Linkage = Column Mean / Average Column MeanBackward Spread = Coefficient Variation / Average Coefficient Variation

Page 148: ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN … · dekomposisi pertumbuhan struktural berdasarkan tabel input-output ... berbagai organisasi mahasiswa antara lain Ketua KMS IPB,

149

Lampiran 21. Forward Linkages Sektor - Sektor Berbasis Kehutanan

OPEN INVERSE MATRIX COLUMN OUTPUT LINKAGES IO 2008 TESIS─────────────────────────────────────────────────────────────────────────Sector Column Column Standard Coefficient Forward Forward Total Mean Deviation Variation Linkage Spread───────────────────────────────────────────────────────────────────────── 1 2.0108 0.0670 0.2177 3.2487 0.9717 0.9640 2 2.8298 0.0943 0.2257 2.3928 1.3676 0.7101 3 1.8787 0.0626 0.2233 3.5664 0.9079 1.0583 4 1.6125 0.0538 0.2099 3.9049 0.7793 1.1588 5 2.3918 0.0797 0.2081 2.6101 1.1559 0.7746 6 2.3708 0.0790 0.2272 2.8749 1.1457 0.8531 7 2.0626 0.0688 0.2274 3.3081 0.9968 0.9817 8 1.3690 0.0456 0.1889 4.1404 0.6616 1.2287 9 3.2732 0.1091 0.3051 2.7964 1.5818 0.829810 2.8801 0.0960 0.2181 2.2719 1.3919 0.674211 1.5340 0.0511 0.2205 4.3122 0.7413 1.279612 1.4256 0.0475 0.1858 3.9102 0.6890 1.160413 1.1502 0.0383 0.2007 5.2346 0.5559 1.553414 2.2005 0.0733 0.2415 3.2919 1.0634 0.976915 1.4586 0.0486 0.2276 4.6813 0.7049 1.389216 2.3531 0.0784 0.2230 2.8427 1.1372 0.843617 3.0452 0.1015 0.2599 2.5607 1.4717 0.759918 2.5610 0.0854 0.1928 2.2583 1.2377 0.670219 2.1691 0.0723 0.2517 3.4818 1.0483 1.033220 2.0684 0.0689 0.2255 3.2704 0.9996 0.970521 2.5703 0.0857 0.2632 3.0723 1.2422 0.911722 2.2686 0.0756 0.2913 3.8527 1.0964 1.143323 2.3962 0.0799 0.2049 2.5654 1.1580 0.761324 1.1623 0.0387 0.1841 4.7506 0.5617 1.409725 1.7545 0.0585 0.1875 3.2062 0.8479 0.951426 1.3754 0.0458 0.1826 3.9825 0.6647 1.181827 2.0921 0.0697 0.1998 2.8644 1.0110 0.850028 1.8397 0.0613 0.1967 3.2070 0.8891 0.951729 2.5382 0.0846 0.2217 2.6201 1.2267 0.777530 1.4342 0.0478 0.1919 4.0151 0.6931 1.1915

─────────────────────────────────────────────────────────────────────────Total 62.0764 2.0692 6.6042 101.0949 30.0000 30.0000Average 2.0692 0.0690 0.2201 3.3698 1.0000 1.0000─────────────────────────────────────────────────────────────────────────Forward Linkage = Column Mean / Average Column MeanForward Spread = Coefficient Variation / Average Coefficient Variation