Bioteknologi Dekomposisi Bahan Organik
-
Upload
cristianoibey -
Category
Documents
-
view
3.144 -
download
7
Transcript of Bioteknologi Dekomposisi Bahan Organik
BIOTEKNOLOGI DEKOMPOSISI BAHAN
ORGANIK
Bahan Organik
Limbah pertanian (tanaman atau hewan), Hasil samping industri manufaktur, Sisa kebun, Limbah lain-lain (misalnya makanan, kayu,
perca, lumpur, dll.), Segala sesuatu yang dapat dibiodegradasi
Bahan Organik dari Dapur Kulit buah, Cangkang telur, Kertas bungkus (hindari yang dilapis plastik), Sisa sayuran, Tea bags, Bubuk kopi
Bahan Organik dari Kebun/Halaman Rumah
Potongan rumput, Ranting kecil-
Terutama ranting muda dan lunak, Gulma
Hati-hati terhadap gulma ganas, Bunga-bunga mati, Dedaunan, Tanaman tua
Sumber Bahan Organik Lainnya Jerami, Sisa kandang, Rambut, Bulu
Semua bahan dipotong-potong kecil
Bahan yang Tidak Disarankan untuk Dikomposkan:
Kotoran hewan peliharaan, Sisa hewan (daging, ikan, tulang, lemak, telur,
susu), Potongan kayu besar, Gulma yang ganas, Bahan bukan organik
Mengapa Dikomposkan?
■ Limbah organik berpotensi sebagai sumber pencemaran nutrien.
■ Kompos menguntungkan bagi tanah – 11 kg N, 5,9 kg P (sebagai P2O5), dan 3,2 kg K (sebagai K2O) per ton kompos.
■ Berkelanjutan dari sudut pandang lingkungan.
Dekomposisi Bahan Organik (1) Campuran bahan organik dengan komposisi
yang kompleks mulai dari gula sederhana dan pati hingga molekul kompleks seperti selulosa dan lignin merupakan bahan kompos.
Mikroba pengompos mula-mula mengkonsumsi senyawa yang mudah didegradasi.
Dekomposisi bahan organik dalam proses pengomposan terjadi bertahap.
Dekomposisi Bahan Organik (2) Bahan kompos yang mengandung bahan sulit
terdekomposisi seperti lignin membutuhkan waktu pengomposan lebih lama (dekomposisi lignin terjadi lebih cepat pada fase pendinginan).
Senyawa yang beracun terhadap tanaman hilang pada fase pematangan.
Dekomposisi Bahan Organik (3)
Pengomposan
Proses dekomposisi bahan organik oleh organisme termasuk bakteri, fungi, aktinomisetes, cacing, dan serangga.
Proses pengomposan aerobik (ada oksigen bebas, dikehendaki karena
lebih cepat) anaerobik (tanpa oksigen bebas, kurang
dikehendaki karena lambat dan bau).
Mikroba Pengompos Bacillus sp. termofil merupakan
bakteri berbentuk batang yang sering ditemukan dalam kompos Bacillus sp. Sering ditemukan pula alam bentuk rangkaian. Perhatikan bahwa bakteri ini menghasilkan spora yang menyebabkannya mampu bertahan pada suhu tinggi (di atas 65C).
Apakah kompos? Produk yang dihasilkan dari dekomposisi
terkendali bahan organik secara biologis dalam keadaan aerobik
Stabil dalam bentuk yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman
Keamanan biologisnya terjaga oleh panas yang dihasilkan selama proses pembentukannya
Menyediakan humus, nutrien, dan unsur mikro bagi tanah
Keuntungan Pemberian Kompos ke Dalam Tanah Memperbaiki struktur tanah, mengurangi BV
tanah, meningkatkan permeabilitas (mengurangi potensi erosi)
Mengurangi pemadatan, meningkatkan kemampuan tanah menahan air
Mengubah dan menstabilkan pH Meningkatkan kapasitas pertukaran kation
(memungkinkan tanah menahan nutrien lebih lama, mengurangi pencucian nutrien)
Menghidupi biota tanah – tanah lebih sehat Menekan pertumbuhan penyakit tanaman
Keuntungan Lain Pemberian Kompos
■ Mengikat logam berat dan pencemar lainnya, mengurangi kemungkinannya tercuci dan terserap mahluk hidup
■ Mendegradasi pencemar berbasis minyak bumi dalam tanah
■ Memacu restorasi lahan basah (wetland) dengan menstimulasi karakter lahan basah
■ Kompos yang lebih kasar digunakan sebagai mulsa untuk mengendalikan erosi
■ Berfungsi sebagai penyaring dan mengurangi pencemar dalam air permukaan
Proses Pengomposan (1)
Kondisi lingkungan yang mendukung proses pengomposan: Kecukupan air Kecukupan oksigen Kecukupan nutrien untuk mikroba Kesesuaian suhu (hangat)
Proses Pengomposan (4)
Output Panas Uap air Karbon Dioksida Nutrien dan mineral (kompos)
Proses terjadi secara alami, tetapi dapat dipercepat dengan mengendalikan elemen-elemen esensial
Diagram Proses Pengomposan
Pelaksanaan Pengomposan (1) Di bagian dasar pengomposan ditebarkan (15-25
Cm) bahan pengembang (bulking material). Bahan dengan kandungan karbon tinggi seperti
dedaunan kering dan dahan. Ditambahkan pupuk kandang, sisa makanan,
dan potongan rumput (berat sama). Ditebarkan lagi (15-25 Cm) bahan pengembang
(bulking material). Bahan-bahan dicampur merata
Pelaksanaan Pengomposan (2)
Beri sungkup bila pengomposan skala kecil. Balikkan kompos 1-2 kali seminggu.
Untuk menjamin kecukupan udara. Mencegah kekeringan di bagian luar dan atas
kompos.
Monitor kelembaban dan tambahkan air bila diperlukan.
Waktu Waktu yang dibutuhkan untuk mengubah bahan
baku kompos menjadi kompos matang tergantung pada:
Bahan baku yang digunakan Campuran bahan baku Suhu Kelembaban, dan Frekuensi penghawaan.
Untuk memperoleh waktu pengomposan terpendek, perlu diperhatikan kecukupan air, kecukupan nitrogen dan kecukupan udara.
Pematangan (1) Pematangan terjadi pada suhu mesofilik dalam
waktu bisa sampai 6 bulan, tergantung bahan yang dikomposkan.
Pada fase ini tingkat konsumsi oksigen, penghasilan panas, dan evaporasi berlangsung melambat.
10
20
30
40
50
60
70
80
Time
Tem
per
atu
re (
ºC)
thermophilic stage
mesophilic stage
intensive decomposition curing
stable & mature compost
pasteurised orfresh compost
Pematangan (2) Pematangan merupakan
proses aerobik sehingga perlu kecukupan hawa.
Ukuran tumpukan harus kecil (tinggi ~1 m) dan kelembaban tidak boleh berlebih (>70%) bila tidak menggunakan pemompaan.
Tumpukan besar memerlukan pemompaan untuk menjaga suasana aerobik.
Sistem Pengomposan Komersial Setidaknya ada 8 sistem pengomposan
komersial.
Semua sistem mengatur suhu, oksigen, dan kelembaban.
Paling umum: Sistem turned windrow
Turned windrows
Turned windrow
Most common system for waste of low odour generating potential Low capital costs unless concrete pads are installed High operating costs Very flexible system - a range of organic materials can be composted
and adjustments can be made within a composting cycle Aeration by turning with front-end loader or specialised machine Slow rate of decomposition due to varying conditions in pile Stable compost in 3-12 months Windrows can be outdoors or formed under a roof (no sides) Great care needed for effective odour and leachate control
Passively aerated windrow
Passively aerated windrow
Cheapest system; no turning Windrows must be covered with finished compost to reduce odours May be more space efficient than turned windrows Reduced flexibility - careful preparation of starting materials
essential Little control of temperature and aeration during composting Compost in 10-12 weeks; further curing usually required
Aerated static pile
Aerated static pile
Medium capital costs Medium operating costs Forced aeration Reduced flexibility - careful preparation of feedstock is essential Space efficient Piles usually must be covered (e.g. with compost) to reduce odours Some control of temperature and aeration resulting in faster
composting (6-12 weeks); further curing usually required
Aerated covered windrow
Aerated covered windrow
Medium capital costs Medium operating costs Cover for windrows reusable Forced aeration; computer control of composting possible Reduced flexibility - careful preparation of feedstock essential Space efficient Improved control of temperature and aeration resulting in faster
composting (3-6 weeks); further curing usually required
Rotating drums
Rotating drum
High capital cost Medium operating costs Less preparation of starting materials required due to constant
mixing and size reduction Rapid initial decomposition in drum (up to seven days) Further decomposition required in windrows or aerated static piles Provides mixing and aeration by means of drum rotation and forced
aeration
Agitated bed or channel
Agitated bed or channel
High capital cost Medium operating costs Flexible system – both forced aeration and mechanical mixing used Space efficient Beds are covered in a fully enclosed building or roof Good capacity for odour and leachate control Rapid composting: 2-4 weeks; further curing usually required
In-vessel (horizontal configuration)
In-vessel (horizontal configuration)
High capital cost Automated system Uniform temperature and oxygen profile throughout contents of
vessel Composting vessels can be housed in a building or outdoors Excellent control of odours and leachate Can be located with minimal buffer distances Very fast composting (7-14 days) Further curing in windrows or in-vessel usually required
In-vessel (vertical configuration)
In-vessel (vertical configuration)
High capital cost Automated system Uniform temperature and oxygen profile throughout contents of
vessel Composting vessels can be housed in a building or outdoors Excellent control of odours and leachate Can be located with minimal buffer distances Very fast composting (7-14 days) Further curing in windrows or in-vessel usually required
Waktu yang Dibutuhkan oleh Berbagai Sistem Pengomposan
Active compostingtime
Method Materials Range
(weeks)
Typical
(weeks)
Curing(weeks
)
Windrow –infrequent turninga
Garden organicsManure +amendments
26 – 5212 – 32
3624
164 – 8
Windrow –frequent turning b
Garden organics +manure
4 – 16 8 4 – 8
Passively aeratedwindrow
Manure + bedding orFood organics +garden organics
10 – 128 – 10
––
4 – 84 – 8
Aerated static pile Biosolids +woodchips
3 – 5 4 4 – 8
Rectangularagitated bay
Biosolids + gardenorganics or manure +sawdust
2 – 4 3 4 – 8
Rotating drums Biosolids / foodorganics + gardenorganics
0.5 – 2 – 8 c
In-vessel (verticalconfiguration)
Biosolids / foodorganics + gardenorganics
1 – 2 – 8 c
Masalah yang Sering Muncul dalam Pengomposan
Masalah Penyebab/Pemecahan
Bau busuk Terlalu basah/ tambahkan bahan pengembang
Bau tidak busuk, tidak ada dekomposisi
N terlalu sedikit/ tambahkan sumber NUkuran terlalu besar/ perkecil ukuran
Tumpukan kering Kurang bahan hijauan atau kelembaban/ tambahkan bahan hijauan dan air
HIPERLINK TINGKAT 1 (AIR)
Kandungan air (1) Air dibutuhkan pada semua reaksi enzimatik,
oleh karenanya kecukupan air harus terjaga agar pengomposan berlangsung cepat.
Terjadi kehilangan air melalui penguapan selama proses pengomposan.
Penguapan berfungsi mengendalikan over hetaed pada proses pengomposan.
Kandungan air (2) Kandungan air optimum – 50% sampai 60%
(basah) < 30% - proses pengomposan berhenti < 50% - proses pengomposan lambat karena
mikroba kekeringan >60% - pemadatan, terbentuk kondisi anaerobik,
pembusukan/fermentasi (bau)
Penyiraman selama proses pengomposan Satu meter kubik sampah kebun membutuhkan –
200 sampai 300 liter air
Kandungan air (3) Pengomposan dalam skala kecil pada musim
kering perlu diberi sungkup plastik untuk mempertahankan kelembaban.
Hindari penambahan air yang terlalu banyak. Terlalu banyak air melindi nutrien terlarut (misalnya,
nitrogen) Terlalu banyak air mengurangi ketersediaan
oksigen, membentuk zona anaerob, memperlambat proses pengomposan, dan terbentuk bau busuk.
Kandungan air (4) Kelembaban
Sisa makanan 70% Pupuk kandang dan lumpur 72% - 84% Gergajian kayu 19% - 65% Cardboard rusak 8% Kertas cetakan 3% - 8%
HIPERLINK TINGKAT 1 (OKSIGEN)
Pentingnya Oksigen Konsumsi karbon untuk mendapatkan energi
memerlukan oksigen sebagai elektron akseptor. Konsentrasi oksigen di udara 21%, tetapi
aktifitas mikroba aerob memerlukan konsentrasi oksigen di atas 5%.
Konsentrasi oksigen optimum untuk pengomposan adalah 10-14%.
Mikroba anaerobik (tumbuh tanpa oksigen bebas) menyebabkan bau busuk pada kompos
Porositas dan Penghawaan
Porositas optimum 35% - 50% > 50% - kehilangan energi lebih besar daripada
panas yang dihasilkan suhu pengomposan lebih rendah
< 35% - suasana anaerobik (bau)
Penghawaan – mengendalikan suhu, mengurangi kelembaban dan CO2, dan mencukupkan oksigen
Aliran udara yang dibutuhkan sebanding dengan aktivitas biologisl
Konsentrasi O2 < 5% - suasana anaerobik
Sifat Fisik Campuran Bahan Kompos Sifat fisik bahan (porositas dan struktur)
dipengaruhi oleh ukuran partikel dan bentuk. Sifat fisik mempengaruhi proses pengomposan
melalui pengaruhnya pada aerasi. Sifat fisik campuran kompos dapat disesuaikan
melalui pemilihan bahan yang akan dikomposkan dan pengecilan ukuran.
Bahan yang ditambahkan untuk menyesuaikan sifat fisik disebut bahan pengembang (bulking agents).
Ukuran & Distribusi Partikel (1)
Keseimbangan: Luas permukaan untuk pertumbuhan mikroba
(biofilm) Porositas yang cukup untuk penghawaan (35% -
50%)
Ukuran optimum tergantung jenis bahan
Ukuran & Distribusi Partikel (2)
Partikel yang lebih besar (> 1”) Luas permukaan kecil Bagian dalam partikel tidak terkomposkan karena
kekurangan oksigen
Partikel yang lebih kecil (< 1/8”)■ Cenderung memadat■ Menghambat masuknya udara ke dalam tumpukan
Mekanisme aerasi – turned windrows Dalam sistem pengomposan turned windrows,
aerasi terjadi melalui mekanisme konveksi dan difusi.
Perlu porositas tinggi (>20% v/v).
HOT!
Convective air flow in a turned windrow
Profil Oksigen Dengan naiknya suhu konsentrasi oksigen
menjadi tidak merata.
Pembalikan atau pemompaan udara diperlukan untuk menjamin ketersediaan udara.
Aerasi diperlukan agar kecepatan dekomposisi tetap tinggi dan tidak terbentuk bau busuk.
Profil Oksigen - turned windrow
Distance from exterior surface of pile (m)
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6
Oxy
gen
conc
entr
atio
ns th
ree
days
af
ter
turn
ing
(%, v
/v)
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
Time (days)
0 2 4 6 8 10 12 14
Oxygen concentration at centre of pile (%
, v/v)
0
5
10
15
20
T TT
Mekanisme aerasi – aerated static piles
Pada sistem pengomposan aerated static pile atau in-vessel digunakan pemompaan.
Kadang diperlukan penyungkupan agar terbentuk panas merata.
HIPERLINK TINGKAT 1 (NUTRIEN)
Nutrien Penting dalam Pengomposan Karbon (C) dalam bahan organik adalah sumber
energi dan dasar building block sel mikroba.
Nitrogen (N) bersama C merupakan unsur paling penting, sering merupakan faktor pembatas.
Mikroba membutuhkan 25-30 bagian karbon untuk setiap bagian nitrogen untuk membentuk protein (C:N 25-30:1).
Bahan dengan nisbah C:N optimum menghasilkan kecepatan dekomposisi yang tinggi.
Nisbah C:N ratio dan nutrien lainnya Nisbah C:N 20-40:1 sesuai untuk pengomposan.
Setelah proses pengomposan nisbah C:N secara bertahap turun menjadi 10-20:1.
Bahan dengan nisbah C:N rendah (<15:1) cepat terdekomposisi, tetapi mudah menghasilkan bau busuk karena cepatnya konsumsi oksigen yang mengakibatkan suasana anaerob.
Mikroba juga memerlukan fosfor, sulfur, dan unsur mikro tetapi pengaruhnya langsung belum banyak diteliti.
Proses Pengomposan (2)
Nutrien yang sering ditambahkan adalah nitrogen, fosfat, dan kapur.
Nisbah C:P optimum 75-150:1 Pupuk kandang merupakan sumber nitrogen. Abu kayu (bukan arang) merupakan sumber
fosfor dan kalium. Kapur merupakan sumber kalsium untuk
mengendalikan keasaman
Keseimbangan Nutrien dalam Pengomposan (2)
Nisbah C/N – target 20-40:1 > 40:1 – tidak cukup makanan bagi populasi mikroba < 20:1 – kehilangan nitrogen dalam bentuk amonia
(bau menyengat)
Nisbah C:N Berbagai Bahan Kompos
Sisa makanan C:N ~ 15:1
Sisa kebun C:N ~ 50 - 80:1
Serutan kayu C:N ~ 200 - 300:1
Pupuk kandang C:N ~ 5 - 10:1
Nisbah C:N Berbagai Bahan KomposFeedstock Moisture Structure C:N %N
Mixed tree and shrub prunings dry to moist good 70-90 0.5-1
Eucalyptus bark dry good 250 0.2
Eucalyptus sawdust dry average 500 0.1
Pinus radiata bark dry good 500 0.1
Pinus radiata sawdust dry average 550 0.09
Grass clippings moist to wet poor 9-25 2-6
Food organics moist to wet average 14-16 1.9-2.9
Vegetable produce wet poor 19 2.7
Fruit wet poor 20-49 0.9-2.6
Fish moist to wet poor 2.6-5 6.5-14.2
Mixed solid waste - average 34-80 0.6-1.3
Biosolids moist to wet poor 5-16 2-6.9
Wool scour waste:
(1) raw decanter sludge
(2) raw flocculated sludge
moist
moist
poor
poor
13.8
19
0.81
1.61
Tannery waste (hair) dry to moist average 3.1-4.3 11.7-14.8
Mixed abattoir wastes moist to wet poor 2-4 7-10
Chicken manure (layers) dry to moist poor 3-10 4-10
Chicken manure (broiler) dry to moist poor 12-15 1.6-3.9
Newsprint dry poor 398-852 0.06-0.14
Paper dry poor 127-178 0.2-0.25
Wheaten straw dry good 100-150 0.3-0.5
Seaweed (kelp) dry to moist average 25 1.5
Sawdust dry poor 200-750 0.06-0.8
HIPERLINK TINGKAT 1 (SUHU)
Suhu Pengomposan Suhu merupakan pengendali proses yang
penting – perlu dimonitor dengan seksama Suhu optimum: 55o C. – 65o C. Suhu di atas 55o C akan membunuh patogen,
fecal coliform & parasit Suhu di pengomposan terbuka mencapai 55o C
selama 15 hari
Suhu optimum dicapai dengan mengatur aliran udara melalui pembalikan dan ukuran tumpukan
Pengelolaan Suhu Mengapa suhu selama pengomposan meningkat
? Panas dihasilkan dari metabolisme senyawa organik,
misalnya glukosa:
C6H12O6 + 6O2 -----> 6CO2 + 6H2O + KALOR
Akumulasi kalor mengakibatkan peningkatan suhu.
Pengomposan skala kecil (<1-2 m3) mungkin tidak menghasilkan panas karena hilang melalui konveksi.
Perubahan Suhu selama Pengomposan (1)
Perubahan Suhu selama Pengomposan (2)
Suhu membatasi aktifitas mikroba sehinga juga membatasi kecepatan degradasi bahan organik.
Kecepatan dekomposisi bahan organik tertinggi terjadi pada suhu 35-55 ºC.
Kondisi termofilik terjadi sejak suhu mencapai 45ºC.
Perubahan Suhu selama Pengomposan (3)
Saat pembentukan kompos yang stabil dan matang juga tercermin dari suhu .
Suhu di atas 55ºC dibutuhkan untuk mendeaktifasi benih gulma, patogen tanaman, hewan, dan manusia.
Profil Suhu Suhu dalam sistem pengomposan tidak
seragam. Perbedaan antara bagian permukaan dan
bagian tengah sistem pengomposan windrow dapat mencapai 20-45C.
Pada sistem pengomposan in-vessel perbedaan hanya 2-5C.
Diperlukan pemaparan sekurangnya 3 hari pada suhu 55C guna membunuh benih gulma, mikroba patogen dan parasit.
Pemaparan ini merupakan kunci dari upaya minimalisasi resiko dalam proses pengomposan.
Perubahan Suhu selama Pengomposan (4)
Time (weeks)
0 2 4 6 8 10 12 14
Tem
pera
ture
(°C
)
10
20
30
40
50
60
70
80
centre
outer surface (10 cm deep)
Time (weeks)
0 2 4 6 8 10 12 14
Tem
pera
ture
(°C
)
10
20
30
40
50
60
70
80
centre
outer surface (10 cm deep)
Turned windrow In-vessel
Perubahan Suhu dan Suksesi Mikroba (1) Suhu mempengaruhi komposisi dalam populasi
mikroba. Periode awal proses pengomposan dicirikan
oleh aktifitas mikroba (terutama bakteri) mesofilik yang meningkat pesat dan ditunjukkan oleh peningkatan suhu.
Setelah suhu meningkat, mikroba mesofilik akan mati dan mikroba termofilik mulai mendominasi.
Perubahan Suhu dan Suksesi Mikroba (2) Ketika suhu mencapai 65-70ºC, aktifitas
mikroba termofilik juga menjadi terhambat, kecuali bakteri pembentuk spora.
Kecepatan dekomposisi menjadi lambat. Selama masa penurunan suhu, jamur dan
aktinomisetes mulai mengkolonisasi dan mendekomposisi bahan yang lebih sulit terombak seperti selulosa dan lignin.
HIPERLINK TINGKAT 2 (PEMBUSUKAN)
Terbentuknya Bau Busuk selama Pengomposan (1)
Terbentuknya bau busuk terkait dengan munculnya suasana anaerobik.
Bau busuk pada pengomposan dihasilkan oleh gas atau asap (partikel padat di fasa gas).
Terbentuknya Bau Busuk selama Pengomposan (2)
Compound Formula Characteristic odour Threshold
(nL/L)
Ethanal CH3CHO Pungent 2
Butanoic acid CH3CH2CH2COOH Rancid 0.28
Ammonia NH3 Pungent 37
Trimethyl amine (CH3)3N Pungent 4
3-methylindole (skatole) C6H5C(CH3)CHNH Faecal 7.5x10-5
Hydrogen sulfide H2S Rotten egg 1.1
Carbon oxysulfide COS Pungent -
Dimethyl sulfide CH3SCH3 Foul 20
Dimethyl disulfide CH3SSCH3 Foul -
Diethyl sulfide CH3CH2SCH2CH3 Foul 0.25
Methanethiol CH3SH Decaying cabbage 1.1
Ethanethiol CH3CH2SH Decaying cabbage 0.016
1-Propanethiol CH3CH2CH2SH Unpleasant 0.075
1-Butanethiol CH3CH2CH2CH2SH Skunk like 1.4
NH3 adalah gas paling bermasalah
Penanganan Bau Busuk Bau busuk dapat mudah diatasi pada sistem
pengomposan in-vessel atau aerated static pile.
Gas berbau dialirkan ke biofilter (dapat menggunakan kompos jadi).
Bakteri dalam biofilter dapat memanfaatkan gas berbau sebagai nutrien.
HIPERLINK TINGKAT 2 (pH)
pH Optimum 6.5 – 8.0
Aktifitas bakteri merajai
Di bawah 6.5 Fungi lebih dominan daripada bakteri Proses pengomposan dapat terhambat Dapat dicegah dengan menjaga O2 > 5%
Di atas 8.0 Terbentuk gas amonia, bila bahan kompos
mengandung banyak N Populasi mikroba menurun
Perubahan pH selama Proses Pengomposan
TERIMA KASIH ATAS
PERHATIANNYA