ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TRANSFORMASI STRUKTURAL ...
Transcript of ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TRANSFORMASI STRUKTURAL ...
Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis
ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN TRANSFORMASI STRUKTURALDI PROVINSI JAWA TIMUR
TAHUN 2000 - 2010
Anita RoosmawarniIEU International Business School
SoekarnotoFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
ABSTRAK
Dalam kerangka pencapaian tujuan pembangunan ekonomi daerah dibutuhkan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada karakteristik daerah (endogenous development), dengan memanfaatkan potensi-potensi sumberdaya lokal. Identifikasi sektor ekonomi yang potensial (basis) menjadi kebutuhan bagi optimalisasi proses dan keberhasilan pembangunan ekonomi, dimana proses tranformasi struktural sedang terjadi di dalamnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sektor-sektor ekonomi yang menjadi basis di masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dan untuk mengetahui struktur pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota baik secara sektoral maupun secara agregat terhadap Provinsi Jawa Timur. Terjadinya transformasi struktural sedikit banyak akan memberikan dampak bagi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Location Quetiont (LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP), analisis overlay, dan analisis Shift Share.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sektor jasa merupakan sektor yang menjadi basis di hampir 30 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Pertumbuhan sektor pertanian, sektor indutri pengolahan, dan sektor bangunan cenderung mengalami perlambatan sebaliknya semua sektor tersier yang meliputi : sektor perdagangan, hotel, dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; dan sektor jasa cenderung mengalami pertumbuhan yang positif. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan sektor dengan pertumbuhan tertinggi yang terjadi di 33 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur. Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa di Provinsi Jawa Timur sedang terjadi transformasi struktural yang ditandai dengan menurunnya peranan sektor pertanian, dan semakin meningkatnya peranan sektor jasa. Kondisi ini sekaligus bertentangan dengan teori Kuznets yang menyatakan bahwa proses transformasi struktural ditandani dengan bergesernya pernanan sektor pertanian ke sektor industri manufaktur, dan selanjutnya ke sektor jasa.
Kata kunci : LQ, MRP, dan transformasi struktural
ABSTRACT
Within the framework of regional economic development goals needed policy development based on regional characteristics (endogenous development), by exploiting the potential of local resources. Identification of potential economic sectors (base) is needed for the optimization process and the success of economic development, where the process of structural transformation is happening in it.
The purpose of this study is to analyze the economic sectors which are the basis in each district/city in East Java province and to determine the structure of economic growth in the county/city both sectoral and aggregate the province of East Java. Structural transformation to some extent will have an impact on overall economic growth. Analysis tools used in this study is Location Quetiont (LQ), Growth Ratio Model (MRP), overlay analysis, and shift share analysis.
Results of this study showed that the service sector is a sector which is the basis in nearly 30 districts/cities in East Java Province. Growth in agriculture, processing industries, and the construction sector likely slowed otherwise all tertiary sectors which include: trade, hotels, and restaurants; transport and communication, finance, leasing, and services company, and the services sector is likely to experience growth positive. Trade,
- -13
hotels and restaurants is a sector with the highest growth occurring in 33 districts/cities in East Java Province. Shift share analysis results showed that in the province of East Java is going structural transformation characterized by decreasing the role of the agricultural sector, and the increasing role of the service sector. This condition as well as contrary to the Kuznets theory which states that the process of structural transformation contribution marked by shifting agriculture to manufacturing and then to services sector.
Keywords : LQ, MRP, and structural transformation
Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis
PENDAHULUAN hasil bahwasanya besar kecilnya negara serta kebijakan perdagangan yang dianut memberikan
Latar Belakang pengaruh yang nyata terhadap cepat atau lambatnya Hampir setiap negara berkembang telah menjadikan proses perubahan struktural yang terjadi. Pola pembangunan sebagai sebuah komitmen bangsa pertumbuhan negara besar menunjukkan bahwa untuk mengejar ketertinggalannya dalam berbagai pangsa sektor industri dalam PDB meningkat cepat, aspek kehidupan. Salah satunya adalah pembangunan dan sebaliknya pangsa sektor primer dalam PDB ekonomi yang merupakan bagian integral dari pemba- secara terus menerus mengalami penurunan. Lebih ngunan nasional suatu negara (Sarwedi, 2010:1). lanjut, peneliti membagi struktur produksi ke dalam Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, sektor primer (pertanian dan pertambangan), sektor umumnya perencanaan pembangunan lebih industri (industri pengolahan dan bangunan) dan berorientasi pada strategi pertumbuhan ekonomi sektor jasa (Dasril, 1993:16).(growth oriented strategy) dan diyakini bahwa
Kajian empiris Syrquin dan Chenery terhadap 101 kesejahteraan masyarakat terjadi bersamaan dengan negara selama kurun waktu 1950-1970, berhasil pertumbuhan GNP per kapita yang cepat, yang mengidentifikasi 21 indikator perubahan struktural diharapkan akan terjadi penetesan ke bawah (trickle melalui tiga proses yang mengikuti pertumbuhan, down effect) kepada masyarakat luas dalam bentuk yaitu proses akumulasi, proses alokasi, proses lapangan pekerjaan maupun kesempatan ekonomi demografis, dan distribusi. Berbeda dengan studi yang lainnya, Budiharsono (1996:5).sebelumnya, Syrquin dan Chenery membagi struktur
Asumsi penekanan pembangunan pada pertumbuhan produksi ke dalam empat sektor, terdiri dari sektor ekonomi ternyata tidak memberi dampak yang besar primer (pertanian dan pertambangan), sektor industri terhadap perkembangan ekonomi di semua negara. (pengolahan dan bangunan), sektor utility/pelayanan Pengalaman pada tahun 1950-an, banyak negara- umum (listrik, gas, air minum, pengangkutan dan negara berhasil mencapai tingkat pertumbuhan komunikasi), dan sektor jasa (Budiharsono, 1996:39).ekonomi yang tinggi, akan tetapi gagal memperbaiki
Kuznets (1971), menyatakan bahwa proses transfor-taraf hidup sebagian besar penduduknya. Pemba-masi struktural negara maju cenderung seragam ngunan ekonomi dipandang sebagai proses yang antara satu negara dengan yang lain. Komposisi menyebabkan pendapatan per kapita penduduk Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor pertanian meningkat dalam jangka panjang, disertai dengan akan menurun, hasil dari sektor industri pada awalnya perbaikan distribusi pendapatan dan pergeseran akan naik tetapi kemudian turun, dan hasil dari sektor struktur ekonomi/transformasi struktural (Chenery jasa akan selalu meningkat. Negara-negara maju dan Srinivasan, 1988:11).mengalami proses pertumbuhan yang panjang dalam
Studi empiris Chenery menyimpulkan bahwa perekonomiannya terutama terkait dengan pertum-pembangunan merupakan suatu proses pertumbuhan
buhan PDBnya.dan perubahan yang dapat diamati dimana ciri-cirinya hampir sama untuk semua negara. Pergeseran Studi empiris El-Hadj, dengan sampel 38 negara struktur ekonomi dalam proses pembangunan suatu berkembang di Sub-Saharan Afrika, Asia Timur dan negara dapat dibedakan berdasarkan pada persentase Tenggara serta Amerika Latin, menghasilkan tenaga kerja yang berada di sektor primer, sekunder simpulan bahwasanya semua negara mengawali dan tersier (Syrquin, 1988:212). Taylor dan Chenery, pertumbuhan ekonominya dengan suatu proses yang mengkaji pola perubahan struktural selama periode disebut dengan transformasi struktural, akan tetapi 1950-1963 dengan cross section, dan membuahkan pola transformasi struktural yang terjadi tidak sama
- -14
Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis
antara satu negara dengan negara yang lain. Hasil daerah dapat diamati dari beberapa indikator yang penelitian menegaskan bahwa teori Kuznets tidak lazim digunakan, yakni Produk Domestik Regional berlaku di negara-negara berkembang. Bruto (PDRB) yang bisa menjadi petunjuk kinerja
perekonomian dan ukuran kemajuan suatu daerah, di Transformasi struktural merupakan gejala alamiah samping tetap memperhatikan tingkat pertumbuhan, yang harus dialami oleh perekonomian yang sedang pendapatan per kapita, dan pergeseran struktur tumbuh, dan kebijaksanaan rekayasa transformasi ekonomi.struktur harus ditujukan untuk memaksimumkan
Akan tetapi pembangunan daerah seringkali dampak positif dari transformasi. Hill (1996) mengu-
dihadapkan pada suatu permasalahan yang timbul raikan transformasi struktural pada periode 1966-
pada penetapan skala prioritas kebijakan pemba-1992 dengan obyek penelitian perekonomian
ngunan yang didasarkan pada kekhasan daerah Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(endogenous development). Seiring dengan otonomi transformasi struktural yang terjadi di Indonesia pada
daerah, maka kewenangan yang dimiliki daerah kurun waktu tersebut dinilai sangat terlalu cepat. Hal
dalam mengelola segala bentuk sumber daya dan ini ditandai dengan sumbangan sektor pertanian
pembiayaan, diharapkan akan mampu memberi terhadap GDP telah menyusut hingga kurang dari
dampak yang positif bagi kemajuan perekonomian setengahnya sejak tahun 1966, dan pada tahun 1992
daerah serta tercipta peningkatan pembangunan sumbangannya hanya tinggal 36% (Amir dan
daerah secara optimal. Pembangunan daerah akan Nazara, 2005:5).
memanfaatkan aspek-aspek yang secara ekonomi Pembangunan ekonomi di daerah adalah sebuah berpotensi dikembangkan dalam rangka mengem-proses yang selayaknya dilakukan bersama oleh bangkan kemandirian kabupaten/kota.pemerintah dan masyarakat untuk mengelola sumber
Rumusan Masalahdaya dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan swasta guna menciptakan 1. Sektor-sektor ekonomi apa sajakah yang menjadi lapangan kerja baru yang dan mendorong pertum- basis untuk dikembangkan sebagai penunjang buhan ekonomi. Potensi sumber daya alam yang pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur? banyak tersedia di Provinsi Jawa Timur merupakan 2. Bagaimanakah pola dan struktur pertumbuhan salah satu modal dalam meningkatkan perekonomian ekonomi di Provinsi Jawa Timur? daerah. Dilihat dari kondisi alam, sektor pertanian
3. Bagaimanakah proses transformasi struktural masih menjadi gantungan hidup masyarakat di yang terjadi di Provinsi Jawa Timur?Provinsi Jawa Timur, meskipun peranannya
berangsur-angsur tergeser oleh sektor industri pengolahan. Keberhasilan pembangunan ekonomi
TINJAUAN PUSTAKA 2. Hidayat Amir dan Suahasil Nazara (2005), melakukan studi tentang transformasi struktural
Penelitian Terdahulu dan identifikasi terhadap sektor-sektor unggulan Penelitian tentang identifikasi terhadap sektor di Jawa Timur pada tahun 1994-2000. Dengan ekonomi yang potensial dan transformasi struktural memanfaatkan analisis Input-Output, kesimpulan
yang bisa diambil dari penelitian ini adalah telah pernah dilakukan beberapa peneliti dengan terjadi pergeseran dalam beberapa sektor menggunakan berbagai pendekatan alat analisis unggulan dan angka pengganda sektoral. Peranan yang berbeda-beda yaitu : sektor industri lainnya dan sektor industri 1. Anwar, dkk (1995) melakukan penelitian selama makanan, minuman dan tembakau sangat 1969-1991 tentang prospek ekonomi Indonesia dominan dari sisi besaran outputnya, juga dalam jangka pendek. Kesimpulan yang ada yaitu memiliki angka pengganda yang cukup tinggi. bahwa terdapat kecenderungan bahwa (1) sektor
pertanian cenderung terlalu cepat menurun 3. Haynes dan Dinc (1997), melakukan penelitian di pangsanya terhadap PDB, (2) pangsa sektor Amerika Serikat periode 1960-1990 untuk industri manufaktur cenedrung masih lebih rendah mengetahui perekonomian dan perubahan dari pola normalnya, (3) pangsa sektor jasa pekerjaan pada dua belas negara bagian yang cenderung lebih besar dari pola normalnya, terdiri dari enam negara bagian di kawasan disebabkan menonjolnya sektor informal dalam matahari (Arizona, California, Florida, Kentucky, pembentukan nilai tambah bruto perdagangan. Tennesse dan Texas) dan enam negara bagian di
- -15
Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis
kawasan salju (Illinois, Massachuzet, Michigan, pada wilayah tertentu yang disesuaikan dengan New York, Ohio dan Pennsylvania) dengan kemampuan fisik, sosial ekonomi regional tersebut, menggunakan alat analisis shift-share. serta harus didasarkan pada peraturan yang berlaku.
Glasson (1977) dalam Suparta (2009:32), 4. Budiharsono (1996), penelitian tentang proses pembangunan ekonomi daerah (region), erat transformasi struktural dan pertumbuhan ekonomi kaitannya dengan potensi ekonomi dan karakteristik di Indonesia selama kurun waktu 1969-1987. yang dimiliki oleh daerah serta adanya keterkaitan Hasilnya adalah bahwa proses transformasi (linkage) kegiatan ekonomi antar daerah sekitarnya. struktural antar daerah selama kurun waktu Potensi ekonomi maupun karakteristik yang dimiliki penelitian, terjadi penyimpangan apabila diban-suatu daerah akan berbeda-beda antara yang satu dingkan dengan pola normal Chenery-Syrquin. dengan yang lain.Penelitian ini menghasilkan simpulan bahwasa-
nya secara relatif, provinsi di Kawasan Barat Teori pembangunan W. Arthur Lewis pada dasarnya Indonesia (KBI) pertumbuhan ekonominya membahas proses pembangunan yang terjadi antara (PDRB) lebih cepat jika dibandingkan dengan desa dan kota, dengan mengikutsertakan proses provinsi di Kawasan Timur Indonesia (KTI). urbanisasi yang terjadi antara kedua tempat tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang mantap di KBI Teori ini juga membahas pola investasi yang terjadi di disebabkan karena kualitas sumber daya manusia sektor modern dan juga sistem penetapan upah yang yang relatif baik, struktur industri (manufaktur) berlaku di sektor modern, yang pada akhirnya akan dan pertanian, khususnya perkebunan besar yang berpengaruh besar terhadap arus urbanisasi relatif sudah maju. (Kuncoro, 1997:51).
Teori Chenery dikenal dengan teori pattern of Landasan Teoridevelopment, yang fokus terhadap perubahan struktur Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai penje-dalam tahapan proses perubahan ekonomi, industri lasan mengenai faktor-faktor apa yang menentukan dan struktur perkonomian negara berkembang, yang kenaikan output perkapita dalam jangka panjang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke (Boediono, 1999:2). Kuznet dalam Todaro sektor industri sebagai roda penggerak ekonomi. (2000:144), enam karakteristik proses pertumbuhan Hasil penelitian yang dilakukan Chenery tentang ekonomi yang bisa ditemui di hampir semua negara transformasi struktur produksi menunjukkan bahwa maju, yaitu :sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita,
1. tingkat pertumbuhan output per kapita dan perekonomian suatu negara akan bergeser dari yang pertumbuhan penduduk tinggi, semula mengandalkan sektor pertanian menuju ke
2. tingkat kenaikan produktivitas faktor total tinggi, sektor industri (Kuncoro, 1997:58).
3. tingkat transformasi ekonomi yang tinggi, Abipraja (1993:35), bahwa perubahan struktur ekonomi dalam proses pembangunan bukan hanya 4. tingkat transformasi sosial dan ideologi yang perubahan struktur ekonomi saja yang mengalami tinggi, perubahan, akan tetapi struktur sosial yang berubah
5. kecenderungan negara mulai menambah bagian dalam proses pembangunan adalah struktur dunia lainnya sebagai daerah pemasaran dan masyarakat pedesaan berubah ke arah masyarakat sumber bahan baku, dan perkotaan dan industri. Perubahan struktur bagi tiap
6. terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi negara/bangsa sangatlah berbeda, tergantung kepada tersedia/tidaknya sumber alam, arah perkembangan
Pertumbuhan ekonomi menurut Djojohadikusumo demokratis, sejarah sosio-politik, dan kebijaksanaan (1994:28) berpokok pada proses peningkatan yang dianut. Kebijaksanaan itulah yang menurut produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi Abipraja merupakan penentu arah perkembangan masyarakat. Kuznet dalam Jhingan (2003:57), dan perubahan struktural.pertumbuhan ekonomi adalah kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan semakin banyak Zadjuli (1985) dalam Sufri (2003:56), perubahan barang ekonomi kepada penduduknya, sesuai dengan struktur ekonomi dapat dilihat dari komposisi output kemajuan teknologi, kelembagaan dan ideologis. ataupun distribusi dari kegiatan ekonomi secara Hakikat pembangunan ekonomi regional adalah sektoral. Berkaitan dengan itu diungkapkan secara pelaksanaan dari pembangunan ekonomi nasional substansi perubahan struktur ekonomi tersebut.
- -16
Secara sektoral, struktur ekonomi dapat dilihat 3. Pendekatan berdasarkan dua sistem (dual menurut tiga dimensi pendekatan, yaitu : economic system)
1. Pendekatan menurut asal (source of income)
2. Pendekatan menurut penggunaan dari pendapatan (disposible income)
Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis
KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka Konseptual
Pembangunan Provinsi Jawa Timur
Analisis Komponen Pertumbuhandan Pergeseran Struktur Ekonomi
Identifikasi Penentuan Sektor Basisdan Laju Pertumbuhan Sektoral
Shift Share
Overlay
MRPLQ
Prioritas Pembangunan Daerah
Kebijakan Pembangunan Provinsi Jawa Timur
Model yang akan digunakan diawali dengan shift Proportionality Shift (PS). Studi ini juga didukung share analysis (SSA), dengan menekankan pada dua dengan model Location Quotient (LQ) dan Model komponen utama yakni Differential Shift (DS) dan Rasio Pertumbuhan (MRP).
METODE PENELITIAN Teknik Analisis
1. National Share (NS)Rancangan Penelitian yang Digunakan
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitatif, yang memberikan gambaran secara umum dengan pokok bahasan yang diteliti dalam bentuk data atau angka yang kemudian dianalisis, diklasifikasikan,
2. Proportional Shift (PS)dan diintepretasikan dalam bentuk uraian, tentang kondisi sektor-sektor ekonomi di Provinsi Jawa Timur.
Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data melalui studi 3. Differential Shift (DS)
dokumenter (documentary study) pada Badan Pusat Statistik. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang berkala (time series) dengan periode penelitian dari tahun 2000-2010.
NS = Ei,t nr,i,t–
EN,t
EN,t–n
– E nr,i,t–
PS =r,i,t
Δ EN,i,t
EN,i,t –n
Δ EN,t
EN,t –n
– x Er,i,t–n
DS =r,i,t
Δ Er,i,t
Er,i,t –n
Δ EN,i,t
EN,i,t –n
– x Er,i,t–n
- -17
Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Dimana : l Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi/RPR E = PDRB t = periode t (Provinsi Jawa Timur)t-1 = periode sebelumnya i = sektor/industri tertentur = daerah tertentu n = nasional
4. Location Quotient (LQ)
l Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi/RPS (kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur)
Dimana :X : PDRB sektor i pada daerah kabupaten/kotar
RV : total PDRB daerah kabupaten/kotar
X : PDRB sektor i pada Provinsi Jawa Timurn
: total PDRB Provinsi Jawa Timur n
LQ =
Xr
RVr
Xn
RVn
RP =r
ΔEiR
ΔEiR(t)
ΔER
ΔER(t)
RP =s
ΔEij
ΔEiR(t)
ΔER
ΔER(t)
ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Location Quotient (LQ)
Kab. / Kota1
No.Rata-rata LQ Tiap Sektor
2 3 4 5 6 7 8 9
Kab. PacitanKab. PonorogoKab. TrenggalekKab. TulungagungKab. BlitarKab. KediriKab. MalangKab. LumajangKab. JemberKab. BanyuwangiKab. BondowosoKab. SitubondoKab. ProbolinggoKab. PasuruanKab. SidoarjoKab. MojokertoKab. JombangKab.NganjukKab. MadiunKab. MagetanKab. NgawiKab. BojonegoroKab. TubanKab. LamonganKab. GresikKab. BangkalanKab. SampangKab. PamekasanKab. SumenepKota KediriKota BlitarKota MalangKota Probolinggo
01.02.03.04.05.06.07.08.09.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.26.27.28.29.30.31.32.33.
2,981,731,321,311,571,551,531,652,502,890,301,281,320,490,490,881,280,961,100,360,363,946,810,111,160,835,180,743,490,000,030,040,01
0,130,260,270,610,120,730,640,540,330,240,480,380,611,141,941,380,400,340,120,290,230,270,730,181,780,160,030,070,092,690,391,190,55
0,540,910,300,750,380,290,850,500,580,390,390,630,781,370,990,650,950,300,610,630,390,582,020,942,410,520,430,750,070,161,670,601,28
2,171,610,880,530,510,280,421,060,710,150,580,791,190,670,450,480,620,451,661,691,220,991,240,820,991,490,751,220,510,051,310,620,15
0,400,970,811,120,900,900,900,840,760,850,721,260,770,790,820,811,151,241,030,911,050,810,620,990,770,960,720,460,640,720,911,361,44
0,900,880,730,830,410,420,660,850,810,750,420,770,820,501,520,650,760,390,530,380,550,790,470,320,471,100,420,740,550,182,610,832,41
1,741,220,872,281,070,730,781,111,171,261,230,750,820,760,270,540,760,780,800,851,141,080,780,690,750,950,731,270,870,682,401,571,43
2,341,752,011,062,781,881,681,902,342,642,621,762,031,400,221,231,801,912,001,972,061,911,592,720,582,022,742,993,080,010,470,030,53
1,861,512,321,371,141,291,661,221,120,641,150,981,031,150,480,791,231,451,952,081,601,620,781,220,371,651,251,781,070,132,281,461,16
- -18
Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Kota PasuruanKota MojokertoKota MadiunKota SurabayaKota Batu
34.35.36.37.38.
0,100,000,020,010,13
0,560,540,681,020,28
1,772,331,141,580,99
1,971,012,631,960,36
1,341,371,071,321,76
2,112,581,881,740,61
1,571,481,921,260,85
0,270,130,130,011,11
1,351,581,870,931,41
Kab. / Kota1
No.Rata-rata LQ Tiap Sektor
2 3 4 5 6 7 8 9
Nilai RPR Tiap Sektor
1 2 3 4 5 6 7 8 9
0,4747-
1,1425+
0,6581-
1,3692+
0,5418-
1,5346+
1,7027+
1,2170+
1,0615+
Rata-rataNotasi
Kab. / Kota1
No.2 3 4 5 6 7 8 9
Kab. PacitanKab. PonorogoKab. TrenggalekKab. TulungagungKab. BlitarKab. KediriKab. MalangKab. LumajangKab. JemberKab. BanyuwangiKab. BondowosoKab. SitubondoKab. ProbolinggoKab. PasuruanKab. SidoarjoKab. MojokertoKab. JombangKab.NganjukKab. MadiunKab. MagetanKab. NgawiKab. BojonegoroKab. TubanKab. LamonganKab. GresikKab. BangkalanKab. SampangKab. PamekasanKab. SumenepKota KediriKota BlitarKota MalangKota ProbolinggoKota PasuruanKota MojokertoKota MadiunKota SurabayaKota Batu
01.02.03.04.05.06.07.08.09.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.26.27.28.29.30.31.32.33.34.35.36.37.38.
Nilai RPS Per Sektor
-1,161,271,890,730,361,122,06
-0,470,870,261,961,02
-1,2194,37-7,361,651,470,800,670,070,633,95
-0,812,571,574,321,293,52
-5,59-0,91-0,530,33
-2,280,410,000,69
-0,121,68
-++--++---++-+-++----+-+++++---------+
1,303,880,701,210,091,381,310,552,11
-0,641,89
-0,593,411,380,690,890,861,031,680,070,180,002,220,891,212,120,968,680,011,441,270,62
-1,130,830,440,650,280,49
++-+-++-+-+-++---++---+-++-+-++-------
7,670,722,093,025,631,38
-0,56-0,081,322,012,041,41
-0,661,831,491,240,262,482,332,562,851,533,680,750,261,103,463,73
-0,110,211,444,23
-0,021,241,121,511,411,52
+-++++--++++-+++-++++++--+++--++-+++++
-4,274,480,721,40
-0,540,432,03
-0,050,22
-9,980,38
-1,53-2,482,95
-1,190,67
-2,09-0,390,12
-2,08-1,190,361,140,89
-0,8111,110,151,771,132,451,321,127,791,10
-3,120,320,651,96
-+-+--+------+--------+--+-+++++++---+
3,851,351,830,752,071,611,421,181,791,551,591,651,451,092,371,522,251,212,161,982,021,592,191,771,160,612,392,582,17
-0,631,511,281,770,940,411,691,431,00
+++-+++++++++++++++++++++-+++-+++--+++
2,151,340,414,00-0,530,820,291,001,580,931,090,736,182,152,691,33-1,231,091,510,092,470,831,421,431,661,391,251,890,103,520,210,380,861,421,151,651,691,88
++-+---++---++++--+-+-++++++-+---+++++
-4,54-0,670,881,310,570,761,940,851,110,790,96
-0,642,251,881,070,960,021,100,65
-0,19-0,840,481,831,821,173,911,452,371,393,261,161,141,461,391,471,041,041,51
---+--+-+---+++--+----++++++++++++++++
1,34-0,800,900,950,690,360,380,920,411,180,681,220,21
-0,02-0,860,700,740,580,470,870,660,420,170,630,20
-1,210,43
-0,061,92
-0,730,46
-0,190,810,22
18,850,24
-0,180,65
+--------+-+----------------+-----+---
3,240,520,590,240,911,291,063,151,070,540,790,980,110,831,120,820,372,170,511,511,181,020,900,654,501,840,801,751,742,380,991,362,691,034,090,681,111,39
+----++++-----+--+-+++--++-+++-++++--+
Keterangan1 Sektor Pertanian2 Sektor Pertambangan & Penggalian3 Sektor Industri Pengolahan
4 Sektor Listrik, Gas, & Air Bersih 7 Sektor Pengangkutan & Komunikasi5 Sektor Bangunan 8 Sektor Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan6 Sektor Perdagangan, Hotel, & Restoran 9 Sektor Jasa-Jasa
- -19
Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Kab. / KotaNo.Sektor
2 3 4 5 6 7 81 9
Kab. Tulungagung
Kab. Pacitan
Kab. Ponorogo
Kab. Trenggalek
Kab. Blitar
Kab. Kediri
Kab. Malang
Kab. Lumajang
Kab. Jember
Kab. Banyuwangi
Kab. Bondowoso
Kab. Situbondo
Kab. Probolinggo
Kab. Pasuruan
Kab. Sidoarjo
Kab. Mojokerto
Kab. Jombang
Kab.Nganjuk
Kab. Madiun
Kab. Magetan
Kab. Ngawi
Kab. Bojonegoro
Kab. Tuban
Kab. Lamongan
Kab. Gresik
Kab. Bangkalan
Kab. Sampang
Kab. Pamekasan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
9.
11.
10.
12.
13.
14.
Kab. / KotaNo.Sektor
2 3 4 5 6 7 81 9
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
15.
23.
25.
24.
26.
27.
28.
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
+---
+-+-
+-++
+---
+---
+---
+---
+-+-
+---
+-+-
+-+-
+-+-
+---
+---
++--
++--
++++
++--
++-+
++-+
++++
++--
++--
++++
++++
++++
++--
++++
+---
+---
+---
+-+-
+-++
+-++
+-++
+-+-
+-++
+-++
+-++
+-+
+-++
+-++
+
++++
++++
++++
++++
++--
++++
++--
++--
++++
++--
++++
++-+
++--
++++
+-++
+---
+---
+---
+-++
+-+-
+-++
+---
+---
+-++
+---
+-++
+---
+-++
++-+
++-+
++++
++-+
++-+
++-+
++-+
++++
++++
++-+
++++
++--
++-+
++-+
++--
++-+
++--
++++
++-+
++--
++--
++++
++-+
++--
++-+
++--
++++
++-+
++-+
++++
++-+
++-+
++-+
++--
++++
++--
++--
++-+
++--
++--
++++
++++
++--
++--
++--
++--
++--
++++
++--
++++
++--
++--
++--
++--
++--
++--
+---
+-+-
+---
+-+-
+-+-
+---
+---
+---
+-+-
+-++
+---
+---
+---
+---
++--
++++
++++
++--
++--
++--
++-+
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++
+---
+-++
+-++
+-++
+-+-
+-+-
+-+-
+-++
+-++
+-++
+-++
+-+-
+-+-
+-++
++--
++++
++--
++++
++++
++-+
++++
++++
++++
++--
++--
++++
++--
++++
+---
+-+-
+---
+---
+---
+-+-
+-+-
+-++
+---
+-++
+---
+-++
+---
--++
++++
++++
++++
++--
++++
++-+
++-+
++-+
++++
++-+
++-+
++-+
++++
++++
++++
++-+
++--
++-+
++++
++-+
++--
++-+
++-+
++++
++++
++--
++-+
++-+
++-+
++--
++++
++-+
++--
++++
++++
++++
++++
++++
++-+
++-+
++++
++++
++--
++++
++--
++++
++--
++--
++--
++--
++--
++--
++++
++--
++--
++--
Indikator Indikator
- -20
Kab. / KotaNo.Sektor
2 3 4 5 6 7 81 9
30.
31.
32.
33.
29.
Kab. / KotaNo.Sektor
2 3 4 5 6 7 81 9
35.
36.
37.
38.
34.
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
NSPSDSPS + DS
Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Kab. Sumenep
Kota Kediri
Kota Blitar
Kota Malang
Kota Probolinggo
Kota Pasuruan
Kota Mojokerto
Kota Madiun
Kota Surabaya
Kota Batu
+---
+---
+-+-
+---
+-+-
++--
++--
++--
++--
++--
+---
+---
+-++
+-+-
+---
++-+
++++
++--
++++
++--
+-+-
+-++
+-++
+-++
+-++
++-+
++--
++++
++-+
++++
++--
++++
++-+
++--
++--
++++
++++
++++
++
+
++++
++--
++++
++++
++++
++++
+---
+-++
+-++
+---
+-+-
++--
++--
++--
++--
++++
+-+-
+---
+
+-
+---
+---
++-+
++--
++-+
++++
++++
+-++
+---
+---
+-+-
+-++
++--
++--
++++
++++
++-+
++-+
++-+
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++++
++-+
++++
++++
++++
++++
Pembahasan
Kab. / KotaNo.
Kab. PacitanKab. PonorogoKab. TrenggalekKab. TulungagungKab. BlitarKab. KediriKab. MalangKab. LumajangKab. JemberKab. BanyuwangiKab. BondowosoKab. SitubondoKab. ProbolinggoKab. PasuruanKab. SidoarjoKab. MojokertoKab. JombangKab.NganjukKab. MadiunKab. MagetanKab. NgawiKab. BojonegoroKab. TubanKab. LamonganKab. GresikKab. BangkalanKab. SampangKab. PamekasanKab. SumenepKota KediriKota BlitarKota Malang
01.02.03.04.05.06.07.08.09.10.11.12.13.14.15.16.17.18.19.20.21.22.23.24.25.26.27.28.29.30.31.32.
1
Sektor Ekonomi
2 3 4 5 6 7 8 9
CMCTCMTTCMTTCMTTCMTTCMTTCMTTCMTTCMTTCMCTCMTTCMCTCMTTCMTT
RTCMTTCMTTCMTTCMTTCMTTCMTTCMTTCMTTCMTT
RTCMTTCMTTCMTTCMCT
RTRTRT
CMTTCMCTCMCTCMTTCMTTCMCTCMCTCMTTCMTTCMTT
BCCMCTCMTT
BCRTBC
CMCTRT
CMTTRTRT
CMCTCMTT
BCCMCT
BCCMCT
BCCMTT
RTRTRT
BCBCRTBCRTBCBCRTBCRTBCRTBC
CMCTCMTTCMTT
RTBCBCRTRTRTBCRT
CMCTBCRTBCRT
CMCTBC
CMTT
BCRTBCBCBCBCRTRTBCBCBCBCRT
CMCTBCBCRTBCBCBCBCBC
CMCTRT
CMTTBCBCBCRTRT
CMCTBC
CMTTCMCT
RTBCRTRTBC
CMTTRTRTRTRT
CMTTBCRTRTRTRT
CMTTCMTTCMTT
RTCMCT
RTRT
CMCTRT
CMCTBCBC
CMCTBC
BCBCBC
CMTTRTBCBCBCBCBCBC
CMCTBCBCBCBC
CMCTCMCTCMCT
BCCMCT
BCBCBCBCRTBCBCBCRTBC
CMCT
BCBCRTBCRTRTRTRTBCRTBCRTBCBC
CMCTBCRTBCBCRTBCRTBCBCBC
CMCTBCBCRTBC
CMTTRT
CMTTCMTT
RTCMCTCMTT
RTBC
CMTTCMCTCMTTCMTT
RTBCBCBCRTRTBCRTRT
CMTTCMTT
BCBCBCBCBC
CMCTBCBC
CMCTCMCT
CMCTCMTTCMTTCMTTCMTTCMCTCMCTCMCTCMCT
RTCMTT
RTCMTTCMTT
BCRT
CMTTCMCTCMTTCMCTCMCTCMCT
RTCMTT
BCCMCTCMTTCMCTCMCT
BCCMTTCMCT
Indikator Indikator
- -21
Kab. / KotaNo.
Kota ProbolinggoKota PasuruanKota MojokertoKota MadiunKota SurabayaKota Batu
33.34.35.36.37.38.
1
Sektor Ekonomi
2 3 4 5 6 7 8 9
RTRTBCRTRT
CMTT
RTRTRTRTRTBC
RTRTRTRT
CMTTRT
CMTTCMCTCMCTCMCTCMCT
BC
BCCMCTCMTTCMTTCMTT
BC
CMCTCMTTCMTTCMCTCMCTCMTT
CMTTCMCTCMCTCMCTCMCT
BC
CMCTCMCTCMCTCMCTCMCT
BC
CMCTCMCTCMCTCMTT
BCCMCT
Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Sektor bertipologi “Cepat Maju Cepat Tumbuh/ buhan ekonomi dari sektor-sektor tersebut di tingkat CMCT” mencerminkan bahwa sektor tersebut selain Provinsi Jawa Timur. Berdasakan nilai PS + DS memberikan kontribusi yang tinggi, juga mengalami kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur yang mempu-pertumbuhan tinggi, meliputi Kota Pasuruan, Kota nyai nilai positif untuk sektor pertanian hanya 4 Mojokerto, Kota Madiun, dan Kota Surabaya. Daerah kabupaten/kota, yang meliputi Kab. Trenggalek, Kab. yang tidak mempunyai sektor yang memenuhi kriteria Lamongan, Kota Madiun, dan Kota Mojokerto. Pada CMCT : Kab. Blitar, Kab. Bondowoso, Kab. Probo- sektor industri pengolahan, terdapat 16 kabupaten/ linggo, Kab. Mojokerto, dan Kab. Lamongan. Sektor kota yang memiliki nilai PS + DS positif, antara lain yang bertipologi “Cepat Maju Tapi Tertekan/ CMTT” Kab. Blitar, Kab. Kediri, Kab. Malang, Kab. Jember, bisa diinterpretasikan bahwa sektor tersebut hanya Kab. Banyuwangi, Kab. Bondowoso, Kab. Proboling-memberikan kontribusi yang tinggi, namun tingkat go, Kab. Mojokerto, Kab. Jombang, Kab. Nganjuk, pertumbuhannya sudah mulai menurun. Dengan kata Kab. Bojonegoro, Kab. Tuban, Kab. Lamongan, Kab. lain sektor ini sudah mulai mengalami tingkat Gresik, Kab. Pamekasan, dan Kota Blitar. Sedangkan pertumbuhan jenuh, meliputi Kab. Tulungagung, pada sektor perdagangan, hotel dan restoran lebih dari Kab. Blitar, Kab. Lumajang, Kab. Probolinggo, dan 90% kabupaten/kota memiliki nilai PS + DS yang Kab. Madiun. Sedangkan daerah yang tidak mempu- positif, atau hanya terdapat 3 kabupaten/kota yang nyai sektor yang memenuhi kriteria ini adalah Kab. memiliki nilai PS + DS negatif, antara lain Kab. Situbondo dan Kab. Kediri. Sektor yang bertipologi Situbondo, Kab. Kediri, dan Kab. Pasuruan Secara ”Berkembang Cepat/BC” bisa diartikan bahwasanya proportional shift, nilai PS sebagian bernilai positif sektor tersebut memberikan kontribusi yang rendah, dan sebagian negatif. Nilai PS untuk sektor pertanian namun pertumbuhannya cepat, dan sektor yang dan sektor industri pengolahan di semua kabupaten/ mempunyai tipologi seperti ini biasanya menjadi kota di Provinsi Jawa Timur bernilai negatif. Sedang-sektor andalan di masa yang akan datang, meliputi kan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kab. Bondowoso, Kab. Pasuruan, Kab. Pamekasan, semua kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur bernilai dan Kota Batu. Sedangkan daerah yang tidak positif. Nilai PS yang positif juga terjadi pada sektor mempunyai sektor yang memenuhi kriteria ini adalah pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, Kab. Jombang dan Kota Madiun. Sektor bertipologi persewaan, dan jasa perusahaan; serta pada sektor ”Relatif Tertinggal/RT” merupakan sektor yang jasa-jasa. Nilai PS positif mengandung makna bahwa secara kotribusi maupun pertumbuhannya sama-sama di setiap kabupaten/kota memiliki potensi dalam rendah, sehingga memerlukan penanganan dan sektor-sektor tersebut yang secara regional tumbuh kebijakan khusus untuk meningkatkan kontribusinya dengan cepat. Hasil penghitungan shift share ini terhadap aktivitas ekonomi daerah. Daerah yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh El-Hadj paling banyak memiliki sektor relatif tertinggal bahwasanya di negara berkembang terjadi pergeseran adalah Kab. Situbondo, Kab. Jombang, kemudian struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor tersier, disusul Kab. Trenggalek, Kab. Blitar, Kab. Banyu- yaitu dari sektor pertanian ke sektor jasa.wangi, Kab. Magetan, dan Kab. Kediri. Sedangkan daerah yang tidak mempunyai sektor yang memenuhi kriteria RT adalah Kab. Pacitan, Kab. Tulungagung, Kab. Pasuruan, dan Kab. Pamekasan
Hasil perhitungan shift-share per sektor untuk kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur dapat diamatidalam tabel di atas. Nilai PS + DS yang positif artinya pertumbuhan ekonomi sektor-sektor tersebut di kabupaten/kota lebih cepat dari rata-rata pertum-
- -22
Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur mempunyai sektor tertentu yang menjadi basis bagi perekonomian daerah. Melalui pendekatan LQ terlihat jelas bahwasanya sektor jasa merupakan sektor basis di hampir seluruh wilayah Provinsi Jawa Timur, dimana terdapat 30 kabupaten/kota yang memiliki nilai LQ>1 selama periode penelitian. Berikutnya adalah sektor pertanian, dimana terdapat 28 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur yang memiliki nilai LQ>1 selama periode penelitian.
2. Pertumbuhan sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor bangunan di Provinsi Jawa Timur cenderung mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Jawa Timur secara keseluruhan, yang ditunjukkan dengan nilai RPR yang negatif (RPR<1). Sebalik-nya, pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas dan air bersih; dan semua sektor tersier yang terdiri dari sektor perda-gangan, hotel, dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta sektor jasa cenderung mengalami pertumbuhan yang positif jika diban-dingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Jawa Timur (RPR > 1).
3. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupa-kan sektor yang mengalami pertumbuhan terting-gi, dimana terdapat 33 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur yang pertumbuhan pada sektor ini lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor yang sama di wilayah Provinsi Jawa Timur, yang dibuktikan dengan nilai RPS yang positif (RPS>1). Kondisi ini berbanding terbalik pada sektor pertanian,
tipologi "RT", antara lain : 1). sektor industri peng-olahan; 2). sektor bangunan; 3). sektor pengang-kutan dan komunikasi; 4). sektor keuangan, persewaan, dan jasa peruahaan; dan 5). sektor jasa-jasa. Berikutnya adalah Kab. Jombang dengan 5 (lima) sektor ekonomi yang bertipologi "RT", antara lain : 1). sektor industri pengolahan; 2). sektor listrik, gas, dan air bersih; 3). sektor bangunan; 4). sektor keuangan, persewaan, dan jasa peruahaan; dan 5). sektor jasa-jasa.
5. Hasil penghitungan shift share Provinsi Jawa Timur tahun 2000-2010 sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh El-Hadj bahwasanya di negara-negara berkembang terjadi pergeseran struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor tersier, yaitu dari sektor pertanian ke sektor jasa.
Saran
1. Daerah yang termasuk dalam klasifikasi daerah BC karena memiliki tingkat pertumbuhan PDRB rata-rata di atas Provinsi Jawa Timur, sebaiknya lebih memprioritaskan program perencanaan daerah pada peningkatan pendapatan perkapita-nya. Demikian pula bagi daerah-daerah yang termasuk dalam daerah CMTT agar lebih memprioritaskan program perencanaan daerah-nya pada pertumbuhan PDRB.
2. Dalam menetapkan kebijakan pembangunan dan pengembangan sektoral bagi perekonomian daerah, hendaknya lebih memprioritaskan sektor-sektor yang menjadi basis yang dimiliki oleh masing-masing kabupaten/kota, sehingga optima-lisasi pengembangan sektor basis akan membawa dampak positif bagi sektor-sektor non basis. Meskipun demikian sektor-sektor yang lainnya tetap mendapat perhatian secara proporsional sesuai dengan potensi dan peluang pengemba-
dimana pertumbuhan sektor ngannya, serta didukung dengan ketersediaan pertanian di 33 kabupaten/kota di Provinsi Jawa infrastruktur yang memadai.Timur cenderung mengalami perlambatan, yang ditunjukkan dengan nilai RPS negatif (RPS < 1)
4. Berdasarakan hasil analisis potensi ekonomi, maka Kota Pasuruan merupakan daerah yang paling banyak memiliki sektor ekonomi potensial dengan tipologi "CMCT". Kota Pasuruan memiliki 5 (lima) sektor dengan tipologi CMCT, antara lain : 1). sektor listrik, gas, dan air bersih; 2). sektor bangunan; 3). sektor pengangkutan dan komunikasi; 4). sektor keuangan, persewaan, dan jasa peruahaan; dan 5). sektor jasa-jasa. Sedang-kan Kab. Situbondo merupakan daerah yang paling banyak memiliki sektor ekonomi dengan
- -23
Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis
- -24
DAFTAR PUSTAKA
Abipraja, Soedjono, 1993, Ekonomi Pembangunan Pengantar dan Kebijaksanaan, Airlangga University Press
Adisasmita, Rahardjo, 2008, Pengembangan Wilayah Konsep dan Teori, Graha Ilmu, Jakarta
Anwar, M. Arsjad, 1995, Prospek Ekonomi Indonesia Jangka Pendek : Sumber Daya, Teknologi Dan Pembangunan, ISBN 9796052164, Universitas Indonesia, Jakarta
Arsyad, Lincoln, 1999, Pengantar Perencanaan Dan Pembangunan Ekonomi Daerah, Yogyakarta : BPFE
Bah, El-hadj, 2007, Structural Transformation in Developed and Developing Countries, W.P. Carey School of Business, Arizona State University
___________, 2007, Three-Sector Model of Structural Transformation and Economic Development, The University of Auckland, New Zeland.
___________, 2011, Strucutral Transformation Paths Across Country, University of Auckland, New Zeland
Blakely, Edward J, 1989, Planning Local Economic Development : Theory and Practice, Newbury Park, CA : Sage
Boediono, 1999, Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE, Yogyakarta
Budiharsono, Sugeng, 1996, Transformasi Struktural Dan Pertumbuhan Ekonomi Antar Daerah Di Indonesia 1969-1987, Disertasi, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Chenery, H.B., dan Syrquin, M., 1975, Pattern of Development 1950 - 1970, Oxford University Press, London
Dasril, Anna Siti Nurdjanah, 1993, Pertumbuhan Dan Perubahan Struktur Produksi Sektor Pertanian Dalam Industrialisasi Di Indonesia 1971-1990, Disertasi, Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Djojohadikusumo, Sumitro, 1994, Perkembangan Pemikiran Ekonomi : Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Jakarta, Penerbit : PT. Pustaka LP3ES Indonesia
Haynes, Kingsley and Dinc Mustafa, 1997, Productivity in Manufacturing Regions : A Multifactor/Shift Share Approach, Growth and Change, Volume 28, 201-221.www.google.com
Hidayat, Amir, Suahasil Nazara, 2005, Analisis Perubahan Struktur Ekonomi (Economic Landscape) Dan Kebijakan Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 1994 Dan 2000 : Analisis Input-Output, Jurnal Ekonomi Pembangunan Indonesia Edisi Januari 2005
Jhingan, M.L, 2003, Ekonomika Pembangunan dan Perencanaan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Kuncoro, Mudrajad, 2000, Ekonomi Pembangunan : Teori, Masalah, dan Kebijakan, Yogyakarta UPP AMP YKPN
_________________, 2004, Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Penerbit Erlangga, Jakarta
Miller, Mark M., dan Gibson, Lay James, Location Quetiont : A Basic Tool for Economic Development Analysis
Sarwedi, 2010, Analisis Determinan Perubahan Penawaran Barang Ekspor Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol. 12 No. 3, Bank Indonesia, Jakarta
Srinivasan, T.N., Chenery, Hollis, eds. 1988. The Handbook of Development Economics, vol. I. Amsterdam: North-Holland Press.
Sudarti, 2009, Penentuan Leading Sektor Pembangunan Daerah Kabupaten/Kota Di Jawa Timur, Humanity Volume V No 1 68-79, Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah, Malang
Sufri, Mukhlis, 2003, Analisis Daya Saing Komoditas Ekspor Non Migas Dan Perubahan Struktur Ekonomi Implikasinya Terhadap Kebijaksanaan Pembangunan Di Sulawesi Selatan, Disertasi, Program Pascasarjana, Universitas Airlangga, Surabaya
Suparta, I Wayan, 2009, Spillover Effect Perekonomian Provinsi DKI Jakarta Dan Sumatera Selatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 10 No. 1 32-48, Universitas Lampung
Syrquin, M, 1988, Patterns of Structural Change, Handbook of Development Economics, Elsevier Science Publishers B.V
Tambunan, Tulus T.H, 2001, Transformasi Ekonomi Di Indonesia, Jakarta : Penerbit : Salemba
_____________, 2003, Perekonomian Indonesia : Beberapa Masalah Penting, Jakarta : Penerbit : Ghalia Indonesia
Tarigan, Robinson. 2003. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi (edisi revisi), Bumi Aksara, Jakarta.
Todaro, Michael P and Stephen Smith, 2003, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Terjemahan, Jakarta : PT Erlangga
Yusuf, Maulana, 1999, Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Sebagai Salah Satu Analisis Alternatif Dalam Perencanaan Wilayah dan Kota, Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Volume XI, VII No 2 219-233
Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun XXV, No. 1 April 2015Jurnal Ekonomi dan Bisnis
- -25