Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …€¦ · Web viewSektor-sektor yang mengalami...

25
MODUL PERKULIAHAN 8. TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia dan Proses Perubahannya Tradisional Menuju Modern Rural Menuju Urban Proses yang Menyertai Transformasional Akumulasi Alokasi Demografi Struktural Ketenagakerjaan Distribusi Pendapatan Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis S-1 Akuntansi 08 MK84041 Hirdinis M, SE, MM. Abstract Kompetensi Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan dan penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi kelanjutan pembangunan itu sendiri.. Diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia dan Proses Perubahannya

Transcript of Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …€¦ · Web viewSektor-sektor yang mengalami...

Page 1: Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …€¦ · Web viewSektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor Pertanian dan sektor Sektor yang lain masing-masing mengalami

MODUL PERKULIAHAN

8. TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN INDONESIA

Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia dan Proses Perubahannya Tradisional Menuju Modern Rural Menuju Urban

Proses yang Menyertai Transformasional Akumulasi Alokasi Demografi Struktural Ketenagakerjaan Distribusi Pendapatan

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Ekonomi dan Bisnis S-1 Akuntansi 08 MK84041 Hirdinis M, SE, MM.

Abstract KompetensiTransformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan dan penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi kelanjutan pembangunan itu sendiri..

Diharapkan mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menjelaskan Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia dan Proses Perubahannya

Page 2: Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …€¦ · Web viewSektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor Pertanian dan sektor Sektor yang lain masing-masing mengalami

Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia dan Proses Perubahannya Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok:

1. Pertumbuhan ekonomi,

2. Penanggulangan kemiskinan,

3. Perubahan atau transformasi struktur ekonomi,

4. Keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.

Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan

pertumbuhan dan penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi kelanjutan

pembangunan itu sendiri. Secara umum transformasi struktural berarti suatu proses

perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri atau jasa dengan

hubungan positif antara pertumbuhan output dan produktivitas yang dinamis sebagai motor

utama penggerak pertumbuhan ekonomi, dimana masing-masing sektor akan mengalami

proses transformasi yang berbeda-beda.

Sektor pertanian selama ini masih memegang peranan penting baik di tingkat nasional

maupun regional, namun peranan tersebut cenderung menurun sejalan dengan peningkatan

pendapatan per kapita yang mencerminkan suatu proses transformasi struktural (Ikhsan dan

Armand : 1993). Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional antara lain adalah

menyediakan kebutuhan bahan pangan, menyediakan bahan baku industri, sebagai pasar

potensial bagi produk-produk yang dihasilkan oleh industri, sumber tenaga kerja dan

pembentukan modal yang diperlukan bagi pembangunan sektor lain, sumber perolehan

devisa (Harianto : 2007).

Tradisional Menuju Modern

Dalam bidang ekonomi tradisional, uang dirasa tidak begitu penting. Meski mereka juga

membutuhkan uang dalam memenuhi kebutuhannya, mereka tidak antusias untuk

mendapatkan uang. Investasi uang secara berlebih biasanya dengan menggunakan cara

investasi dalam bentuk perhiasan. Pola berbelanja tradisional yaitu dengan berbelanja

setiap hari, karena penghasilan yang didapat setiap harinya pun tidak begitu besar. Meski

demikian, ekonomi tradisional ini biasanya semakin mengentalkan kesederhanaannya

dengan adanya ucapan syukur dengan hidup.

‘17 2 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningHirdinis M, SE, MM. http://www.mercubuana.ac.id

Page 3: Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …€¦ · Web viewSektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor Pertanian dan sektor Sektor yang lain masing-masing mengalami

Mata pencaharian kehidupan tradisional sangatlah tidak menentu. Hal ini dikarenakan

tradisional masih banyak yang tidak mengenal adanya spesialisasi kerja pada konsep

secara tradisional. Sehingga berpengaruh terhadap penghasilan yang tidak tetap yang tidak

bisa selalu diharapkan setiap saat. Maka, taraf hidupnya pun masih sangat rendah sekali.

Contoh : Petani, nelayan. Pada umumnya negara-negara berkembang (developing

countries) termasuk Indonesia di sebut negara agraris dan negara-negara yang termasuk

negara-negara belum berkembang (under developed countries) yang pertaniannya masih

sangat tradisional dikategorikan negara agraris tradisional.

Pengertian kata modern merupakan suatu hasil dari proses modernisasi. Modernisasi

adalah suatu proses transformasi atau suatu perubahan sosial yang terarah dari suatu

keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang menuju ke arah yang lebih baik yang

diwujudkan dalam segala aspek dengan harapan akan tercapai suatu kehidupan yang lebih

lebih maju, berkembang dan makmur. Modernisasi melahirkan suatu konsep modern,

biasanya erat kaitannya dengan sesuatu yang terkini atau baru. Modern identik dengan

menjadi kota atau menjadi industry, sehingga perubahan dari tradisional ke modern, akan

identik dengan perubahan dari situasi desa menjadi kota, dan perubahan dari kehidupan

agraris ke industri. Ekonomi modern, berorientasi pada efisiensi (maksimum atau optimum).

Ciri utamanya adalah kemampuan untuk memelihara pertumbuhan yang berkelanjutan (self

sustaining growth). Mekanisme ekonomi modern adalah pasar. Sistem ekonomi yang

demikian memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Memiliki daya yang memungkinkan pengembangan dan penyerapan teknologi (gagasan-

gagasan) baru.

b. Peran industri dan jasa lebih besar dibandingkan pertanian.

c. Ada keseimbangan antara modal manusia yang berkualitas dengan modal fisik.

d. Sektor formal lebih dominan dibandingkan dengan sektor informal.

Dengan demikian, organisasi dan manajemen produksi menjadi wahana yang penting dalam

sistem ekonomi modern. Sebagai konsekuensinya ada pemisahan antara pemilikan dan

pengelolaan (manajemen) aset dan kegiatan produksi. Selain itu, peran informasi dan

teknologi informasi semakin besar dan pada akhirnya menjadi dominan. Sebagai akibatnya

ekonomi modern makin tidak mengenal tapal batas negara. Sistem ekonomi modern bersifat

mandiri. Mandiri tidak berarti keterisolasian, karena dalam hubungannya dengan ekonomi-

ekonomi lainnya, ekonomi yang modern mempunyai keunggulan-keunggulan yang

membuatnya memiliki kekuatan tawar-menawar (bargaining power) dalam hubungan saling

ketergantungan antar ekonomi.

‘17 3 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningHirdinis M, SE, MM. http://www.mercubuana.ac.id

Page 4: Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …€¦ · Web viewSektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor Pertanian dan sektor Sektor yang lain masing-masing mengalami

Mata pencaharian kehidupan modern sebagian besar bertumpu pada sektor industri. Disini,

kehidupan modern dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan iptek di dalam menunjang

pembangunan negara. Kehidupan modern menuntut menggunakan teknologi-teknologi

modern dalam bermata pencaharian. Oleh karena itu, kehidupan modern lebih banyak

menggunakan tenaga mesin daripada menggunakan tenaga manusia seperti pada

kehidupan modern dalam bermata pencaharian. Pada kehidupan modern, taraf

kehidupannya pun cukup tinggi dalam bermata pencaharian. Contoh : Pegawai, dokter,

arsitek, karyawan.

Ada dua teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan struktur

ekonomi, yakni dari Arthur Lewis tentang migrasi dan Hollis Chenery tentang teori

transformasi struktural.

a. Teori Arthur Lewis (Teori migrasi)

Teori Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di

daerah pedesaan dan daerah perkotaan. Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian

suatu negara pada dasarnya terbagi atas dua, yaitu perekonomian tradisional di

pedesaan yang didominasi sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan

dengan industri sebagai sektor utama. Karena perekonomian masih bersifat tradisional

dan subsistem, dan di pedesaan tingkat pertumbuhan penduduk sangat tinggi, maka

terjadi over-supplay tenaga kerja yang ditandai dengan produk marginal bernilai nol dan

tingkat upah riil yang rendah. Produk marjinal sama dengan 0 berarti fungsi produksi

sector pertanian telah optimal. Jika jumlah TK > titik optimal, maka produktivitas

menurun dan upah menurun. Dengan mengurangi jumlah TK yang terlalu banyak

dibandingkan tanah dan capital tidak merubah jumlah outputnya. Diperkotaan, sector

industry kekurangan TK, sehingga produktivitas TK menjadi tinggi dan nilai produk

marjinalnya positif yang menunjukkan fungsi produksinya belum mencapai titik optimal,

sehingga upahnya juga tinggi. Perbedaan upah ini menyebabkan migrasi/urbanisasi TK

dari desa ke kota, sehingga upah TK meningkat dan akhirnya pendapatan Negara

meningkat. Pendapatan yang meningkat meningkatkan permintaan makanan (output

meningkat) dan dalam jangka panjang perekonomian pedesaan tumbuh dan

permintaan produk industry dan jasa meningkat yang menjadi motor utama

pertumbuhan output dan diversifikasi produk non pertanian.

b. Teori Hollis Chenery (Teori transformasi structural/pattern of development)

Kerangka pemikiran Chenery pada dasarnya sama dengan teori model Lewis. Teori

Chenery dikenal dengan teori pattern of development, dimana dalam teori ini fokus

pada perubahan struktural dalam tahapan proses perubahan ekonomi di negara sedang

berkembang, yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke industri

‘17 4 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningHirdinis M, SE, MM. http://www.mercubuana.ac.id

Page 5: Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …€¦ · Web viewSektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor Pertanian dan sektor Sektor yang lain masing-masing mengalami

sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi. Dalam penelitiannya Chenery dan

Syirquin mengidentifikasi bahwa peningkatan perubahan pendapatan perkapita

masyarakat membawa perubahan ke arah konsumeristik dari penekanan pada

makanan dan kebutuhan pokok lainnya ke arah barang-barang manufaktur dan jasa.

Perubahan struktur ekonomi berbarengan dengan petumbuhan PDB yang merupakan

total pertumbuhan nilai tambah dari semua sektor ekonomi. Secara umum dalam

proses pembangunan terjadi transformasi ekonomi, dimana pangsa PDB dari sektor

industri meningkat dan sektor pertanian mengalami penurunan. Teori ini memfokuskan

pada perubahan struktur ekonomi di LDCs yang mengalami transformasi dari pertanian

tradisional ke sector industry sebagai penggerak utama pertumbuhan. Penelitian

Chenery menunjukkan peningkatan pendapatan perkapita merubah:

1) Pola konsumsi dari makanan dan kebutuhan pokok ke produk manufaktur dan jasa

2) Akumulasi capital secara fisik dan SDM

3) Perkambangan kota dan industry

4) Penurunan laju pertumbuhan penduduk

5) Ukuran keluarga yang kecil

6) Sector ekonomi didominasi oleh sector non primer terutama industry

Rural Menuju Urban

Pengertian desa dan perdesaan sering dikaitkan dengan pengertian rural dan village, dan

sering pula dibandingkan dengan kota (town/city) dan perkotaan (urban).

Landis (1948) mendefinisikan desa menjadi tiga menurut tujuan analisis, yaitu: (1) analisis

statistik; desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan dengan penduduk kurang dari 2.500

orang (2) analisis sosial-psikologik; desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang

penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan bersifat informal diantara sesama

warganya, dan (3) analisis ekonomi; desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan dengan

penduduknya tergantung kepada pertanian.

Menurut Roucek & Warren (1962), masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai berikut:

(1) peranan kelompok primer sangat besar; (2) faktor geografik sangat menentukan

pembentukan kelompok masyarakat; (3) hubungan lebih bersifat intim dan awet; (4) struktur

masyarakat bersifat homogen; (5) tingkat mobilitas sosial rendah; (6) keluarga lebih

ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi; (7) proporsi jumlah anak cukup besar dalam

struktur kependudukan.

Sorokin dan Zimmerman (dalam Smith dan Zop, 1970) mengemukakan sejumlah faktor

yang menjadi dasar dalam menentukan karakteristik desa dan kota, yaitu mata pencaharian,

‘17 5 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningHirdinis M, SE, MM. http://www.mercubuana.ac.id

Page 6: Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …€¦ · Web viewSektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor Pertanian dan sektor Sektor yang lain masing-masing mengalami

ukuran komunitas, tingkat kepadatan penduduk, lingkungan, differensiasi sosial, stratifikasi

sosial, interaksi sosial dan solidaritas sosial. Bergel (1995) mendefinisikan desa sebagai

setiap permukiman para petani. Sedangkan Koentjaraningrat (1977) mendefinisikan desa

sebagai komunitas kecil yang menetap tetap di suatu tempat.

Perdesaan (rural) menurut Wojowasito dan Poerwodarminto (1972) diartikan seperti desa

atau seperti di desa" dan perkotaan (urban) diartikan seperti kota atau seperti di kota.

Berdasarkan batasan tersebut, perdesaan dan perkotaan mengacu kepada karakteristik

masyarakat, sedangkan desa dan kota merujuk pada suatu satuan wilayah administrasi atau

teritorial. Dalam kaitan ini suatu daerah perdesaan dapat mencakup beberapa desa.

Berbagai pengertian tersebut tidak dapat diterapkan secara universal untuk desa-desa di

Indonesia karena kondisi yang sangat beragam antara satu dengan yang lainnya. Bagi

daerah yang lebih maju khususnya di Pulau Jawa dan Pulau Bali, antara desa dan kota tidak

lagi terdapat perbedaan yang jelas sehingga pengertian dan karakteristik tersebut menjadi

tidak berlaku. Namun, bagi daerah yang belum berkembang khususnya desa-desa di luar

Pulau Jawa dan Pulau Bali, pengertian tersebut masih cukup relevan.

Orientasi pembangunan ekonomi Indonesia yang lebih menekankan pertumbuhan (growth),

turut pula memperparah ketimpangan wilayah khususnya antara desa-kota. Investasi

ekonomi (infrastruktur dan kelembagaan) mayoritas diarahkan untuk melayani daerah

perkotaan yang relatif memiliki pertumbuhan cepat. Ekonomi desa tidak memperoleh nilai

tambah yang proporsional akibat dari wilayah perkotaan hanya sekedar menjadi pipa

pemasaran (marketing pipe) dari arus komoditas primer dari perdesaan. Dalam konteks

demikian, wajar apabila terjadi pengurasan sumber daya (backwash effect) oleh kota

terhadap desa secara sistematis dan kota hanya mengambil keuntungan dari jasa distribusi

semata, sehingga seringkali terjadi kebocoran wilayah (regional leakages) yang merugikan

pertumbuhan ekonomi daerah itu sendiri. Disamping itu, adanya aliran produk/jasa

perkotaan yang harus dibayar oleh masyarakat perdesaan melalui aliran dana/kapital dari

desa ke kota. Kondisi ini secara umum dikenal dengan rendahnya nilai tukar (terms of trade)

produk/jasa (dalam bentuk dana/kapital) masyarakat perdesaan terhadap poduk/jasa

perkotaan (Haeruman, 2001). Dengan kata lain, dari sisi ekonomi terjadi arus pembentukan

surplus (nilai tambah) yang cenderung eksplotatif dimana desa menjual produk mentahnya

ke kota dengan harga murah, dan selanjutnya melalui proses pengolahan (off-farm) kota

menjadikan desa sebagai pasar dengan margin harga yang lebih besar. Belum lagi jumlah

kredit dan pinjaman yang disalurkan ke perdesaan jauh lebih kecil dari jumlah dana yang

ditabung masyarakat perdesaan melalui perbankan, sehingga yang terjadi adalah subsidi

desa terhadap kota.

‘17 6 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningHirdinis M, SE, MM. http://www.mercubuana.ac.id

Page 7: Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …€¦ · Web viewSektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor Pertanian dan sektor Sektor yang lain masing-masing mengalami

Pertentangan dan ketimpangan antara kawasan perkotaan (urban area) dan kawasan

perdesaan (rural area) tidak saja terjadi dalam tataran praktek operasional namun juga telah

memasuki tataran teoritik – akademik. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 25

Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas), tantangan kedepan

adalah bagaimana mewujudkan keterkaitan ekonomi tersebut yang ditandai sejumlah

indikator diantaranya terbangunnya akses ke pasar, penguasaan informasi dan teknologi,

jaringan pemasaran, berkembangnya jaringan kerja produksi, pengolahan dan pemasaran,

distribusi input, modal, sumber daya manusia, sebagai prasyarat kunci untuk membangun

perdesaan.

Keterkaitan ekonomi kedua wilayah tersebut dapat ditandai dengan desa memiliki daya tarik

untuk investasi produksi dan tenaga kerja sedangkan kota memiliki daya tarik sebagai

tempat pemasaran. Lembaga intermediary dapat memberikan layanan pengembangan

bisnis meliputi (1) layanan informasi; (2) layanan konsultasi; (3) layanan pelatihan; (4)

pendampingan; (5) kontak bisnis; (6) fasilitasi dalam memperluas akses ke pasar; (7)

fasilitasi dalam pengembangan organisasi dan managemen; (8) fasilitasi memperoleh

permodalan; (9) fasilitasi dalam pengembangan teknologi; (10) penyusunan proposal

pengembangan bisnis.

‘17 7 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningHirdinis M, SE, MM. http://www.mercubuana.ac.id

Page 8: Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …€¦ · Web viewSektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor Pertanian dan sektor Sektor yang lain masing-masing mengalami

Proses yang Menyertai Transformasional Akumulasi

Proses pemanfaatan sumber daya untuk meningkatkan kapasitas produksi seiring dengan

peningkatan pendapatan perkapita suatu Negara. Akumulasi dapat ditelusuri lewat

peningkatan physical capital (infrastruktur) dan human capital (tenaga kerja). Sumber daya

produksi adalah aset-aset produktif atau faktor-faktor produksi (Tanah, tenaga kerja, kapital

produksi (output) diperlukan peningkatan atau tambahan faktor-faktor produksi (input).

Akumulasi menyangkut proses pembinaan sumber daya produksi (produktive resources)

untuk meningkatkan kemampuan berproduksi secara kontinu. Selama masa pembangunan

25 tahun telah terjadi akumulasi sumber daya produksi dalam jumlah yang besar dan sangat

berarti. Indikator adanya akumulasi sumber daya produksi :

a. Produk domestik bruto (PDB, GDP) secara riil meningkat 4 kali lipat. Tingkat hidup rata-

rata (GDP per kapita) meningkat 2,5 kali lipat.

b. Keberhasilan penyediaan pangan : Pelita I sebagai negara pengimpor beras terbesar,

sedangkan akhir Pelita III sudah mencapai swasembada beras.

c. Keberhasilan melaksanakan Program Keluarga Berencana (KB) : dari Pelita I – Pelita V

(25 tahun) tingkat pertambahan penduduk turun dari 2,5% menjadi 1,7%.

d. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan trend meningkat: meskipun lajunya mengalami

siklus naik-turun. Secara rata-rata diperkirakan masih 6,8% setahun.

e. Investasi rata-rata per tahun meningkat: dalam Pelita I rata-rata 15% (dari PDB), sedang

dalam Pelita V rata-rata mencapai 33%.

Kelemahan/ kekurangan yang menyertai proses akumulasi :

a. Pelaksanaan Investasi modal kurang efisien dan efektif : nisbah tambahan investasi

terhadap tambahan hasil (ICOR = Incremental Capital Output Ratio) selama 10 tahun

(1984-1993) angkanya terlalu besar, yaitu 5 (investasi rata-rata 33,4%, laju pertumbuhan

ekonomi 6,8% sehingga ICOR = 33,4 : 6,8 = 4,9 atau dibulatkan 5).

Memang benar bahwa dalam proses pembangunan investasi untuk infrastruktur bersifat

slow vielding dan low vielding, tetapi sebagian pemborosan karena kelemahan teknis

dalam perencanaan, penyelenggaraan dan perawatan proyek-proyek investasi serta

kelemahan institusional (organisasi) seperti penyimpangan, penyelewenanga. Jadi

inefisiensi karena terjadinya mismanagement

b. Terjadi saving-investment gap

‘17 8 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningHirdinis M, SE, MM. http://www.mercubuana.ac.id

Page 9: Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …€¦ · Web viewSektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor Pertanian dan sektor Sektor yang lain masing-masing mengalami

Besarnya investasi tidak diimbangi oleh tabungan nasional yang memadai, tingkat

investasi melampaui tingkat tabungan. Selama Pelita V tingkat investasi 33,4%,

sedangkan tingkat tabungan nasional hanya 29,9% (dari PN).

1) Kekurangan dana untuk investasi sebesar 3,5% (33,4% - 29,9%) harus ditutup

dengan pemasukan modal dari luar negeri.

2) Masalah di atas menunjukkan pentingnya usaha untuk meningkatkan tabungan

nasional dengan disertai upaya untuk menurunkan angka ICOR.

c. Adanya Perbedaan laju pertumbuhan sektor pertanian dan laju pertumbuhan sektor

industri

Secara menyeluruh laju pertumbuhan ekonomi selama Pelita V mencapai 6,8 per tahun,

dimana laju pertumbuhan sektor pertanian hanya 2,7% per tahun, sedangkan laju

pertumbuhan sektor industri mencapai 11% per tahun.

1) Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas dan pendapatan riil di sektor industri lebih

besar sekitar 4 kali lipat daripada sektor pertanian.

2) Tanpa intervensi aktif dari pihak kebijaksanaan negara, ketimpangan itu cenderung

berlangsung terus, bahkan akan menjadi semakin besar.

Alokasi

Sumber daya produksi khususnya investasi sangat penting bagi pembangunan baik secara

kuantitatif (menyangkut jumlahnya) maupun secara kualitatif (menyangkut alokasinya).

Alokasi sumber dayaproduksi dalam proses pembangunan menyangkut pola penggunaan

sumber daya produksi antar sektor, antar daerah dan antar lingkungan kota dan daerah

pedesaan. Selama PJPT I telah terjadi perubahan struktural di bidang produksi dan

perdagangan, namun mengenai k esempatan kerja tetap statis.

a. Struktur Produksi : Pelita I (1969-1973) sektor pertanian menyumbang 44%, sektor

industri 9%. Menjelang akhir Pelita V (1989-1993) sektor pertanian menyumbang 19%,

sedang sektor industri sudah 20%. Dari sudut peranan industri, Indonesia memasuki

kategori negara semi industri.

b. Struktur Perdagangan, dilihat dari jenis komoditi dan sumbangannya terhadap nilai

ekspor : Akhir Pelita I (1973) sumbangan minak dan gas bumi (Migas) sebesar 75%,

sumbangan sektor di luar migas (non migas) sebesar 25%. Pada akhir Pelita V (1993)

terjadi perubahan perimbangan, yaitu dari sektor migas 34%, sedang dari sektor non

migas meningkat 66%.

Terjadi proses diversifikasi di bidang produksi dan perdaganagn : Akhir Pelita V

sumbangan sektor non-migas (66%) terdiri dari : 71% produk industri, 15% produk

pertanian dan 4% hasil pertambangan.

‘17 9 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningHirdinis M, SE, MM. http://www.mercubuana.ac.id

Page 10: Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …€¦ · Web viewSektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor Pertanian dan sektor Sektor yang lain masing-masing mengalami

c. Perkembangan Kesempatan Kerja : selama 25 tahun struktur dan sifat kesempatan kerja

masih tetap statis :

Pelita I Pelita V Pelita VI

1970 1992 1996

Sektor Pertanian :

- Sumbangan Produksi 44% 18%

- Daya Serap Kerja 56% 47%

Sektor Industri :

- Sumbangan produksi 11% 21% 25%

- Daya Serap Kerja 9% 12% 7%

1) Jadi struktur lapangan kerja tidak banyak mengalami perubahan (relatif statis), yakni

masih tertumpu pada sektor pertanian. Sebab sumbangan produksi yang mengalami

penurunan 26%, hanya diikuti penurunan kesempatan kerja 9%. Sebaliknya

sumbanga produksi sektor industri yang meningkat 10%, hanya diikuti pertambahan

kesempatan kerja 3%.

2) Ketidakserasian antara perubahan struktur produksi dan struktur Lapangan kerja itu

ada kaitannya dengan sifat khas yang melekat pada perekonomian Indonesia

(negara berkembang), yaitu :

a) Permintaan tenaga meningkat lebih cepat dikawasan perkotaan

b) Mobilitas tenaga kerja antar sektor kurang lancar

c) Tidak akses yang sama untuk mendapatkann modal berupa dana atau tanah

yang baik

d) Investasi dan penerapan teknologi diutamakan di bidang modern pada masing-

masing sektor

e) Laju pertambahan penduduk melampaui tingkat permintaan tenaga kerja.

3) Keadaan seperti di atas menyebabkan di antara sektor pertanian dan sektor industri

terjadi ketimpangan dan perbedaan : laju pertumbuhan, tingkat produktivitasnya dan

tingkat pendapatan riilnya.

Demografi

Peningkatan pendapatan perkapita juga membawa perubahan mendasar dalam struktur

penduduk. Transisi kependudukan bukan hanya penurunan angka kematian, namun juga

menunjukan peningkatan intensitas urbanisasi. Urbanisasi itu sendiri bukan hanya dipicu

perpindahan fisik manusia dari desa ke kota, namun juga perubahan status daerah dari

pedesaan menjadi perkotaan

‘17 10 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningHirdinis M, SE, MM. http://www.mercubuana.ac.id

Page 11: Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …€¦ · Web viewSektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor Pertanian dan sektor Sektor yang lain masing-masing mengalami

Secara demografi (kependudukan) dan labour (ketenagakerjaan) terlihat dengan jelas

bahwa menurunnya kontribusi sektor pertanian selama 35 tahun terakhir juga diiringi dengan

transformasi demografis (kependudukan) dan labour (ketenagakerjaan), dimana jumlah

tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian menurun drastis dari mayoritas 53% ditahun

1985 menjadi tinggal 32% pada tahun 2015. Dan tenaga kerja yang semula bekerja di sektor

Pertanian kemudian berpindah ke sektor ekonomi yang lain. Sektor Industri Pengolahan

semula pada 1985 menyerap komposisi tenaga kerja 9% kemudian meningkat menjadi 15%

pada 2015. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang semula menyerap tenaga kerja

15% kemudian meningkat menjadi 22%. Sektor Jasa yang semula menyerap tenaga kerja

15% kemudian meningkat sehingga menyerap tenaga kerja 17%.

Pergeseran dan transformasi struktur Labour (Ketenagakerjaan) secara langsung

mencerminkan terjadinya transformasi struktur Demografi (Kependudukan) di Indonesia

selama 35 tahun terakhir, dimana para pekerja sektor pertanian yang semula 53% pada

tahun 1985 bekerja di wilayah pedesaan, maka pada tahun 2015 hanya 32% yang bekerja

di wilayah pedesaan, ada pergerakan tenaga kerja dari desa ke kota, terjadi migrasi pekerja

sebesar 21% selama 35 tahun terakhir. Lapangan pekerjaan di kota menjadi lebih

menjanjikan dan besar potensinya daripada lapangan pekerjaan di pedesaan, terjadi

urbanisasi yang semakin besar dari tahun-ketahun, pedesaan ditinggalkan para penduduk

dan pemudanya.

Migrasi sebesar 21% pekerja dari pedesaan ke perkotaan akan menuntut terpenuhinya

fasilitas infrastruktur kesehatan, pendidikan, perumahan, pasar tempat transaksi barang dan

jasa, serta fasilitas pendukung lainnya. Fasilitas infrastruktur demikian tentu memerlukan

lahan dan tanah yang sangat luas, apabila kebutuhan lahan dan tanah tidak dapat dipenuhi

dari dalam wilayah perkotaan, tentu saja akan merambah lahan dan tanah di daerah

pedesaan disekitar wilayah perkotaan, yang pada gilirannya akan melahirkan proses alih

fungsi lahan secara besar-besarnya dan pada jangka panjang akan mempengaruhi

perubahan Tata Ruang Wilayah. Artinya ada proses legitimasi terhadap berkurangnya luas

lahan pertanian secara konsisten. Menurunnya kontribusi sektor pertanian terhadap PDB

selama puluan tahun, salah satunya juga merupakan akibat langsung dari terjadinya proses

transfomasi Demografi (Kependudukan) dan Labour (Ketenagakerjaan), serta diakibatkan

juga oleh semakin meningkatnya kontribusi sektor non pertanian terhadap PDB.

Proses demografi itu terutama terjadi, sebagai akibat dari perubahan pada struktur

permintaan, struktur produksi, dan perbaikan fasilitas kesehatan, gizi serta pendidikan yang

timbul seiring dengan pertumbuhan pendapatan per-kapita. Terdapat tiga aspek yang perlu

dilihat dari proses Demografi ini::

‘17 11 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningHirdinis M, SE, MM. http://www.mercubuana.ac.id

Page 12: Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …€¦ · Web viewSektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor Pertanian dan sektor Sektor yang lain masing-masing mengalami

1. Ketenagakerjaan yang meliputi ;

a. Lapangan pekerjaan

b. Status pekerjaan

c. Jenis Pekerjaan

2. Pertumbuhan Penduduk (Crude Birth Ratio dan Crude Death Ratio)

Dalam demografi, ada istilah “transisi demografi”, di mana istilah tersebut mengacu

pada proses pergeseran dari suatu keadaan tingkat kelahiran dan tingkat kematian

tinggi ke keadaan tingkat kelahiran dan tingkat kematian rendah. Lebih jelasnya adalah

suatu peralihan dari keadaan awal di mana dialami tingkat fertilitas tinggi dengan tingkat

mortalitas tinggi pula (penduduk pada tahap ini lebih kurang stabil). Keadaan ini disusul

dengan tahap di mana penduduk bertambah dengan laju yang pesat, karena tingkat

kematian menurun, akan tetapi tidak disertai dengan menurunnya tingkat kelahiran.

Akhirnya pada tahap yang lebih lanjut perkembangan menuju pada suatu

“keseimbangan” perihal masalah penduduk. Pada tahap akhir ini tingkat fertilitas sudah

sangat menurun sehingga memadai tingkat kematian yang rendah.

Dengan semakin meningkatnya pendapatan per-kapita, perubahan pada aspek sosial-

ekonomi dan dengan semakin tingginya tingkat pendidikan masyarakat, tingkat

kelahiran juga akan turun dengan cepat. Sehingga tingkat pertumbuhan penduduk

menurun dan dengan sendirinya jumlah penduduk yang menjadi tanggungan penduduk

usia kerja akan menurun.

3. Tempat Tinggal Penduduk.

Gerak arus penduduk dari masyarakat desa yang secara massal menuju ke kawasan

kota-kota adalah merupakan fenomena umum di semua negara berkembang. Banyak di

kalangan ahli ekonomi pembangunan yang berpendapat bahwa pokok masalah yang

dihadapi negara-negara berkembang di masa yang akan datang adalah berkisar pada

migrasi penduduk secara massal dari desa ke kota, dan proses ini terus akan berlanjut.

Ciri-cirinya:

a). Lapangan Pekerjaan

Nagr / N turun dan Nnon-agr / N sebaliknya meningkat

Nagr / N > GVAagr / GDP dan selebihnya

GDP / N > GVAagr / Nagr

GDPagr / N < GDPnon-agr / N

b). Status Pekerjaan

N w+t / N meningkat di mana w+t / GNP juga meningkat

(Tidak terjadi di Indonesia)

c). Jenis Pekerjaan

Nprof+Manajer / N cenderung meningkat

‘17 12 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningHirdinis M, SE, MM. http://www.mercubuana.ac.id

Page 13: Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …€¦ · Web viewSektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor Pertanian dan sektor Sektor yang lain masing-masing mengalami

Struktural Ketenagakerjaan

Transformasi struktural ketenagakerjaan merupakan prasyarat dari peningkatan dan

kesinambungan pertumbuhan dan penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi

kelanjutan pembangunan. Kenyataannya,pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak disertai

dengan perubahan struktur tenaga kerja yang berimbang..artinya titik balik untuk aktivitas

ekonomi tercapai lebih dahulu dibanding titik balik penggunaan tenaga kerja. Sehingga

terjadi masalah-masalah yang seringkali diperdebatkan diantaranya apakah pangsa PDB

sebanding dengan penurunan pangsa serapan tenaga kerja sektoral dan industri mana yang

berkembang lebih cepat, agroindustri atau industri manufaktur. Apabila transformasi kurang

seimbang dikuatirkan akan terjadi proses pemiskinan dan eksploitasi sumber daya manusia

pada sektor primer. Perubahan struktur produksi juga mengakibatkan pergeseran dan

perubahan struktur ketenagakerjaan. Komponen, proses perubahan struktur perekonomian

di Indonesia ditandai dengan:

1. Merosotnya pangsa sektor primer (pertanian)

2. Meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri)

3. Pangsa sektor jasa kurang lebih konstan, tetapi kontribusinya akan meningkat sejalan

dengan pertumbuhan ekonomi.

Di Indonesia, struktur tenaga kerja dibedakan menurut jam kerja, jenis kelamin, umur, dan

tingkat pendidikan.

Struktur Tenaga Kerja 1980-2005

Perubahan struktur tenaga kerja di Indonesia terus terjadi seiring dengan perubahan dan

perkembangan teknologi dari tahun ke tahun. Pergeseran dan perubahan tenaga kerja

dikarenakan pergeseran lahan dan perubahan paradigma tenaga kerja. Perubahan

paradigma tenaga kerja disebabkan oleh peluang kerja yang ada di dunia kerja. Tenaga

kerja yang bekerja di sektor pertanian mengalami penurunan., tenaga kerja yang dulunya

bekerja di sektor pertanian banyak yang beralih ke sektor industri dan jasa. Bukan hanya di

sektor pekerjaan, tenaga kerja pada struktur pekerjaan juga mengalami perubahan. Tenaga

kerja menurut jam kerja mengalami perubahan. Pada tahun 1980 struktur tenaga kerja terdiri

dari 35,99% tenaga kerja yang bekerja

Perubahan struktur tenaga kerja pada mulai tergambarkan 25 tahun berikutnya. Pada tahun

2005 strukturnya menjadi 32,9% tenaga kerja yang bekerja. Perubahan struktur tenaga kerja

juga terjadi menurut jenis kelamin. Tenaga kerja yang dulunya didominasi oleh laki-laki

mengalami perubahan. Pada tahun 1980 sampai tahun 2000, struktur tenaga kerja masih

didominasi oleh tenaga kerja laki-laki sekalipun tenaga kerja perempuan mengalami

peningkatan.

‘17 13 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningHirdinis M, SE, MM. http://www.mercubuana.ac.id

Page 14: Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …€¦ · Web viewSektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor Pertanian dan sektor Sektor yang lain masing-masing mengalami

Perubahan struktur tenaga kerja dari tenaga kerja juga terjadi menurut umur tenaga kerja.

Tenaga kerja menurut umur diklasifikasi sebagai berikut , tenaga kerja usia muda (berumur

15-24 tahun), tenaga kerja usia prima (mengarah ke tenaga kerja umur 25-54), dan tenaga

kerja usia tua (berumur 55 tahun lebih). Pada tahun 1980, struktur tenaga kerja usia muda

sebanyak 24,27%, tenaga kerja usia prima sebanyak 63,73% , dan tenaga kerja usia tua

sebanyak 12%. Pada tahun 2005 atau 25 tahun berikutnya mengalami perubahan. Dari

keseluruhan tenaga kerja yang ada, tenaga kerja usia muda sebanyak 15,81%, tenaga kerja

usia prima sebanyak 71,11, dan tenaga kerja usia tua sebanyak 13,08%.

Perubahan struktur tenaga kerja menurut pendidikan pun mengalami perubahan selama 25

tahun terakhir. Struktur tenaga kerja berdasarkan pendidikan dipilih sebagai berikut,

berpendidikan Sekolah Dasar (SD) ke bawah atau ≤ SD dan berpendidikan Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) ke atas. Pada tahun 1980, tenaga kerja berpendidikan SD

ke bawah mendominasi pekerjaan baik secara keseluruhan maupun per sektor. Pada tahun

1980, secara keseluruhan struktur tenaga kerja berpendidikan ≤ SD sebanyak 88,34% dan

sisanya adalah tenaga kerja berpendidikan SLTP ke atas atau 11, 64%. Pada tahun 2005

struktur tenaga kerja berpendidikan ≤ SD menjadi 55,40% tenaga kerja dan tenaga kerja

berpendidikan SLTP ke atas sebanyak 44,60% tenaga kerja. Berdasarkan data tersebut,

pendidikan tenaga kerja terus mengalami peningkatan dan perbaikan.

Struktur Tenaga Kerja 2011-2013

Berdasarkan data BPS, komposisi penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan hingga

Februari 2013 tidak mengalami perubahan, dimana sektor pertanian, perdagangan, jasa

kemasyarakatan, dan sektor industri secara berurutan masih menjadi penyumbang terbesar

penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2012,

jumlah penduduk yang bekerja mengalami kenaikan terutama di sektor perdagangan

sebanyak 790 ribu orang (3,29 %), sektor konstruksi sebanyak 790 ribu orang (12,95 %),

serta sektor industri sebanyak 570 ribu orang (4,01 %). Sektor-sektor yang mengalami

penurunan adalah sektor Pertanian dan sektor Sektor yang lain masing-masing mengalami

penurunan jumlah penduduk bekerja sebesar 3,01 % dan 5,73 %.

Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat

diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama,

pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh

atau karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Pada Februari 2013 sebanyak 45,6 juta

orang (39,98 %) bekerja pada kegiatan formal dan 68,4 juta orang (60,02 %) bekerja pada

kegiatan informal. Jumlah pekerja formal bertambah sekitar 3,5 juta orang dan persentase

pekerja formal naik dari 37,29 % pada Februari 2012 menjadi 39,98 % pada Februari 2013.

Komponen pekerja informal terdiri dari penduduk bekerja dengan status berusaha sendiri,

‘17 14 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningHirdinis M, SE, MM. http://www.mercubuana.ac.id

Page 15: Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …€¦ · Web viewSektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor Pertanian dan sektor Sektor yang lain masing-masing mengalami

berusaha dibantu buruh tidak tetap, pekerja bebas di pertanian, pekerja bebas di

nonpertanian, dan pekerja keluargaatautak dibayar. Dalam setahun terakhir (Februari 2012–

Februari 2013), pekerja informal berkurang sebanyak 2,3 juta orang dan persentase pekerja

informal berkurang dari 62,71 % pada Februari 2012 menjadi 60,02 % pada Februari 2013.

Penurunan ini berasal dari hampir seluruh komponen pekerja informal, kecuali pekerja

bebas di nonpertanian.

Penyerapan tenaga kerja sampai Februari 2013 masih didominasi oleh penduduk bekerja

berpendidikan rendah, yaitu SD ke bawah 54,6 juta orang (47,90 %) dan sekolah menengah

pertama sebanyak 20,3 juta orang (17,80 %). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya

sebanyak 11,2 juta orang mencakup 3,2 juta orang (2,82 %) berpendidikan diploma dan

sebanyak 8,0 juta orang (6,96 %) berpendidikan universitas. Dalam setahun terakhir,

penduduk bekerja berpendidikan rendah menurun dari 75,8 juta orang (67,20 %) pada

Februari 2012 menjadi 74,9 juta orang (65,70 %) pada Februari 2013. Sementara, penduduk

bekerja berpendidikan tinggi meningkat dari 10,4 juta orang (9,19 %) pada Februari 2012

menjadi 11,2 juta orang (9,78 %) pada Februari 2013.

Distribusi Pendapatan

Distribusi pendapatan diukur secara kuantitatif melalui dua konsep yaitu: (1) tingkat

kemiskinan absolute (absolute poverty) yang menunjuk pada jumlah penduduk yang hidup

dibawah garis kemiskinan dan (2) ketimpangan relative (relative inequality) yang

berhubungan dengan pembagian pendapatan masyarakat antara golongan yang

berpendapatan rendah, menengah dan tinggi. Beberapa ekonom berpendapat bahwa

perbedaan pendapatan timbul karena adanya perbedaan dalam kepemilikan sumberdaya

dan faktor produksi, terutama kepemilikan barang modal (capital stock).

Perbedaan pendapatan ini terjadi karena perbedaan kepemilikan awal faktor produksi

menurut teori Neo-Klasik akan dapat dihilangkan atau dikurangi melalui suatu proses

penyesuaian otomatis. Dengan proses tersebut, hasil pembangunan akan menetes

kebawah (Trickle down) dan menyebar sehingga menimbulkan keseimbangan baru. Apabila

setelah proses tersebut masih ada perbedaan pendapatan yang cukup timpang, maka

pendekatan Keynesian yaitu melalui sistem perpajakan dan subsidi yang mana dapat

digunakan sebagai alat redistribusi pendapatan dan mengurangi kemiskinan. Pendapat lain

mengatakan adanya ketidak merataan pendapatan sebagai akibat dari ketidak sempurnaan

pasar, karena gangguan yang mengakibatkan persaingan dalam pasar tidak dapat bekerja

secara sempurna.

‘17 15 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningHirdinis M, SE, MM. http://www.mercubuana.ac.id

Page 16: Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …€¦ · Web viewSektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor Pertanian dan sektor Sektor yang lain masing-masing mengalami

Masalah distribusi pendapatan menyangkut kemiskinan dalam arti kemiskinan absolute

maupun dalam arti ketimpangan relative. Distribusi pendapatan dan kemiskinan berkaitan

dengan proses akumulasi dan alokasi. Yang mencakup dinamika dalam proses transformasi

secara menyeluruh. Bank Dunia melalui karya-karya tim ahlinya sejak pertengahan

dasawarsa tujuh-puluhan telah dirintis beberapa pedoman yang berfaedah sebagai tolok

ukur kuantitatif untuk menelaah persoalan distribusi pendapatan dalam kaitannya dengan

kesenjangan antara taraf hidup berbagai golongan masyarakat. Dalam hal pembagian

pendapatan nasional diantara golongan masyarakat, kriteria Bank Dunia (World Bank)

membedakan tiga (3) golongan masyarakat yaitu:

1. apabila 40% dari jumlah penduduk berpendapatan menerima kurang dari 12% dari

pendapatan nasional, dalam keadaan demikian terdapat ketimpangan yang mencolok

(gross inequality) pada pembagian pendapatan masyarakat.

2. Apabila golongan penduduk yang berpendapatan rendah itu menerima antara 12%

sampai dengan 17% dari pendapatan nasional, maka ketimpangan pada pembagian

pendapatan masyarakat bersifat sedang (moderate inequality).

3. Sedangkan apabila penerimaannya lebih besar dari 17% dari pendapatan nasional,

maka ketimpangannya bersifat relative kecil (low inequality).

Cara lain untuk mengukur derajat ketimpangan pada pembagian pendapatan nasional

adalah dengan penghitungan Gini Ratio ataupun Indeks Gini. Oleh sebab itu berkenaan

dengan ini, maka penduduk digolongkan dalam 10 kelompok setelah diurutkan menurut

tingkat pendapatannya., yaitu antara lain:

1. Distribusi pendapatan dianggap merata apabila 10% penduduk termiskin menerima

10% dari pendapatan nasional.

2. 40% penduduk termiskin menerima 40% dari pendapatan nasional, dan seterusnya.

3. Sebaliknya distribusi pendapatan menjadi timpang, apabila misalnya 99% dari

pendapatan nasional, diterima oleh hanya 1 persen dari penduduk.

4. Nilai Indeks Gini bergerak antara 0 sampai 1

5. Semakin kecil Indeks Gini-nya akan menggambarkan bahwa ketimpangannya juga

semakin kecil.

6. kriteria Indeks GINI tersebut lebih jauh dapat diklasifikasikan sebagai berikut; apabila X

< 0,4 dikategorikan merata

0,4 < x < 0,5 dikategorikan moderat

Dan > 0,5 diindikasikan tidak merata

Ide dasar perhitungan koefisien Gini sebenarnya berasal dari upaya pengukuran luas suatu

kurva yang menggambarkan distribusi pendapatan untuk seluruh kelompok pendapatan.

‘17 16 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningHirdinis M, SE, MM. http://www.mercubuana.ac.id

Page 17: Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia …€¦ · Web viewSektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor Pertanian dan sektor Sektor yang lain masing-masing mengalami

Daftar PustakaDumairi, 2005, Perekonomian Indonesia, Jakarta Erlangga.

Tambunan Tulus T.H. 2009. Perekonomian Indonesia, Bogor, Ghalia Indonesia.

Rural - Urban Economic Lingkages”

Tarigan Antonius, (2009), Konsep & Urgensinya Dalam Memperkuat Pembangunan Desa, http://www.bappenas.go.id/index.php/download_file /view/10656/2372/

Todaro Mjchael P dan Smith, Stephen C, 2003, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi Kedelapan, Jilid 2, Jakarta, Erlangga.

http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/pengangguran/

http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/2017

‘17 17 Perekonomian Indonesia

Pusat Bahan Ajar dan eLearningHirdinis M, SE, MM. http://www.mercubuana.ac.id