Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
-
Upload
devri-radistya -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
Transcript of Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
1/20
Page 1 of20
Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan
antara PMK No 17/PMK.03/2013 dengan PMK No. 199/PMK.03/2007
s.t.d.d. PMK No.82/PMK.03/2011
BAB I UMUM
Dalam PMK No 17/PMK.03/2013 terdapat tambahan- Pasal 1 angka 5 mengenai verifikasi.
- Pasal 1 angka 9 mengenai surat pemberitahuan pemeriksaan lapangan
- Pasal 1 angka 10 mengenai surat panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor
- Pasal 1 angka 13 mengenai tempat penyimpanan buku, catatan, dan dokumen
- Pasal 1 angka 20 LHP Sumir
Dalam PMK 199
- Pasal 1 angka 15 mengenai penghasilan kena pajak tdak dapat dihitung
- Pasal 1 angka 18 tentang jangka waktu pembahasan akhir hasil pemeriksaan
BAB II TUJUAN PEMERIKSAAN
Sama, mengenai tujuan pemeriksaan: untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakandan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
BAB III PEMERIKSAAN UNTUK MENGUJI KEPATUHANPMK 199 terdiri atas 4 ayat,
sedangkan dalam PMK 17/PMK.03/2013 hanya ada satu ayat saja dan sama dengan pasal 3 ayat (1) PMK
199
Pasal 4 PMK 17 terdiri atas 2 ayat:
- Pasal 4 ayat 1 PMK 17 sama dengan pasal 3 ayat 2 PMK 199 => pasal 17B UU KUP
- Pasal 4 ayat 2 PMK 17 sama dengan pasal 3 ayat 3 PMK 199 mengenai pemeriksaan untuk
menguji pemenuhan kewajiban perpajakan dalam hal memenuhi kriteria sbb:
PMK 199 PMK 17
menyampaikan Surat Pemberitahuan yang
menyatakan lebih bayar, termasuk yang telah
diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pajak;
Wajib Pajak menyampaikan Surat
Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar,
selain yang mengajukan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) => 17B
menyampaikan Surat Pemberitahuan yang
menyatakan rugi;
Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak;
tidak rnenyampaikan atau menyampaikan Surat
Pernberitahuan tetapi melampaui jangka waktu
yang telah ditetapkan dalam Surat Teguran;
Wajib Pajak menyampaikan Surat
Pemberitahuan yang menyatakan rugi;
melakukan penggabungan, peleburan,
pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya;
atau
Wajib Pajak melakukan penggabungan,
peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran,
atau akan meninggalkan Indonesia untuk
selama-lamanya;
menyampaikan Surat Pemberitahuan yang
memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil
analisis risiko (risk based selection)
Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku
atau metode pembukuan atau
karena dilakukannya penilaian kembali aktiva
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
2/20
Page 2 of20
mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan
Wajib Pajak yang tidak dipenuhi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
tetap;
Wajib Pajak tidak menyampaikan atau
menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi
melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan
dalam surat teguran yang terpilih untuk
dilakukan Pemeriksaan berdasarkan analisis
risiko; atau
Wajib Pajak menyampaikan Surat
Pemberitahuan yang terpilih untuk dilakukan
Pemeriksaan berdasarkan analisis risiko.
Pasal 5 PMK 17 = Pasal 4 PMK 199
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan dengan
pemeriksaan kantor atau pemeriksaan lapangan
PMK 199 PMK 17
Wajib Pajak mengajukan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B
Undang-Undang KUP.
Pemeriksaan kantor atau lapangan
Wajib Pajak yang mengajukan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B
Undang-Undang KUP.
pemeriksaan kantor, dengan syarat:
- laporan keuangan Wajib Pajak untuk
Tahun Pajak yang diperiksa diaudit oleh
akuntan publik atau laporan keuangan
salah satu Tahun Pajak dari 2 (dua)
Tahun Pajak sebelum Tahun Pajak yang
diperiksa telah diaudit oleh akuntanpublik, dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian; dan
- Wajib Pajak tidak sedang dilakukan
Pemeriksaan Bukti Permulaan,
penyidikan, atau penuntutan tindak
pidana perpajakan, dan/atau Wajib Pajak
dalam 5 (lima) tahun terakhir
tidak pernah dipidana karena melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan.
menyampaikan Surat Pemberitahuan yang
menyatakan lebih bayar, termasuk yang telahdiberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pajak;
pemeriksaan kantor atau lapangan
Wajib Pajak menyampaikan Surat
Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar,selain yang mengajukan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) => 17B
Diatur oleh Dirjen Pajak
menyampaikan Surat Pemberitahuan yang
menyatakan rugi;
Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian
pendahuluan kelebihan pembayaran pajak;
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
3/20
Page 3 of20
pemeriksaan lapangan (dapat dengan
pemeriksaan kantor yang ketentuannya diatur
dengan Per Dirjen Pajak
Diatur oleh Dirjen Pajak
tidak rnenyampaikan atau menyampaikan Surat
Pernberitahuan tetapi melampaui jangka waktu
yang telah ditetapkan dalam Surat Teguran;
pemeriksaan lapangan (dapat dengan
pemeriksaan kantor yang ketentuannya diatur
dengan Per Dirjen Pajak
Wajib Pajak menyampaikan Surat
Pemberitahuan yang menyatakan rugi;
Diatur oleh Dirjen Pajak
melakukan penggabungan, peleburan,
pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya;
atau
pemeriksaan lapangan (dapat dengan
pemeriksaan kantor yang ketentuannya diatur
dengan Per Dirjen Pajak
Wajib Pajak melakukan penggabungan,
peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran,
atau akan meninggalkan Indonesia untuk
selama-lamanya;
Diatur oleh Dirjen Pajak
menyampaikan Surat Pemberitahuan yang
memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil
analisis risiko (risk based selection)
mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan
Wajib Pajak yang tidak dipenuhi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
pemeriksaan lapangan (dapat dengan
pemeriksaan kantor yang ketentuannya diatur
dengan Per Dirjen Pajak
Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku
atau metode pembukuan atau
karena dilakukannya penilaian kembali aktiva
tetap; => beda, alasannya?
Diatur oleh Dirjen Pajak
Wajib Pajak tidak menyampaikan atau
menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi
melampaui jangka waktu yang telah ditetapkan
dalam surat teguran yang terpilih untuk
dilakukan Pemeriksaan berdasarkan analisis
risiko; atau
pemeriksaan lapangan
. Wajib Pajak menyampaikan Surat
Pemberitahuan yang terpilih untuk dilakukan
Pemeriksaan berdasarkan analisis risiko.
Pemeriksaan lapangan
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
4/20
Page 4 of20
Pasal 5 ayat 5 PMK 17 sama dengan pasal 4 ayat 5 PMK 199
Dalam hal Pemeriksaan Kantor ditemukan indikasi transaksi yang terkait dengan transfer
pricing dan/atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan,
pelaksanaan Pemeriksaan Kantor diubah menjadi Pemeriksaan Lapangan.
PASAL 6
Pasal 6 PMK 17 sama dengan pasal 6 PMK 199 mengatur mengenai standar pemeriksaan untuk menguji
pemenuhan kewajiban. Standar pemeriksaan meliputi:
- standar umum Pemeriksaan,
- standar pelaksanaan Pemeriksaan, dan
- standar pelaporan hasil Pemeriksaan.
PASAL 7
Pasal 7 pmk 17 sama dengan pasal 7 PMK 199 mengatur mengenai standar umum pemeriksaan untuk
menguji pemenuhan kewajiban.
Standar umum pemeriksaan merupakan standar yang bersifat pribadi dan berkaitan dengan
persyaratan Pemeriksa Pajak. Syarat pemeriksa pajak, yaitu:a. telah mendapat pendidikan dan pelatihan teknis yang cukup serta memiliki
keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak;
b. menggunakan keterampilannya secara cermat dan seksama;
c. jujur dan bersih dari tindakan-tindakan tercela serta senantiasa mengutamakan
kepentingan negara; dan
d. taat terhadap berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Jika diperlukan, pemeriksaan dapat dilaksanakan oleh tenaga ahli dari luar DJP yang ditunjuk oleh Dirjen
Pajak.
PASAL 8
Pasal 8 PMK 17 sama dengan pasal 8 PMK 199 mengatur mengenai standar pelaksanaan pemeriksaanuntuk menguji pemenuhan kewajiban perpajakan.
PMK 199 PMK 17
pelaksanaan Pemeriksaan harus didahului
dengan persiapan yang baik, sesuai dengan
tujuan Pemeriksaan, dan mendapat pengawasan
yang seksama;
pelaksanaan Pemeriksaan harus didahului
dengan persiapan yang baik sesuai dengan
tujuan Pemeriksaan, yang paling sedikit meliputi
kegiatan mengumpulkan dan mempelajari data
Wajib Pajak, menyusun rencana Pemeriksaan
(audit plan), dan menyusun program
Pemeriksaan (audit program), serta mendapat
pengawasan yang seksama;
luas Pemeriksaan (audit scope) ditentukan
berdasarkan petunjuk yang diperoleh yang harus
dikembangkan melalui pencocokan data,
pengamatan, permintaan keterangan,
konfirmasi, teknik sampling, dan pengujian
lainnya berkenaan dengan Pemeriksaan;
Pemeriksaan dilaksanakan dengan melakukan
pengujian berdasarkan metode dan teknik
Pemeriksaan sesuai dengan
programPemeriksaan (audit program) yang telah
disusun;
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
5/20
Page 5 of20
temuan Pemeriksaan harus didasarkan pada
bukti kompeten yang cukup dan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan;
temuan hasil Pemeriksaan harus didasarkan
pada bukti kompeten yang cukup dan
berdasarkan ketentuan peraturan
perundangundangan perpajakan;
Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim Pemeriksa
Pajak yang terdiri dari seorang supervisor,
seorang ketua tim dan seorang atau lebih
anggota tim;
Pemeriksaan dilakukan oleh suatu tim Pemeriksa
Pajak yang terdiri dari seorang supervisor,
seorang ketua tim, dan seorang atau lebih
anggota tim, dan dalam keadaan tertentu ketua
tim dapat merangkap sebagai anggota tim;
Tim Pemeriksa Pajak sebagaimana dimaksud
pada huruf d dapat dibantu oleh seorang atau
lebih yang memiliki keahlian tertentu yang bukan
merupakan Pemeriksa Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), baik yangberasal dari Direktorat Jenderal Pajak maupun
yang berasal dari instansi di luar Direktorat
Jenderal Pajak yang telah ditunjuk oleh Direktur
jenderal Pajak sebagai tenaga ahli seperti
peterjemah bahasa, ahli di bidang teknologi
informasi, dan pengacara;
tim Pemeriksa Pajak sebagaimana dimaksud
pada huruf d dapat dibantu oleh seorang atau
lebih yang memiliki keahlian tertentu, baik yang
berasal dari Direktorat Jenderal Pajak, maupun
yang berasal dari instansi di luar DirektoratJenderal Pajak yang telah ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Pajak, sebagai tenaga ahli seperti
penerjemah bahasa, ahli di bidang teknologi
informasi, dan pengacara;
apabila diperlukan, Pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dapat dilakukan secara bersama-sama dengan
tim pemeriksa dari instansi lain;
apabila diperlukan, Pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dapat dilakukan secara bersama-sama dengan
tim pemeriksa dari instansi lain;
Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantorDirektorat Jenderal Pajak, tempat kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, tempat
tinggal Wajib Pajak, atau di tempat lain yang
dianggap perlu oleh Pemeriksa Pajak;
Pemeriksaan dapat dilaksanakan di kantorDirektorat Jenderal Pajak, tempat tinggal atau
tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan
usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak,
dan/atau atau tempat lain yang dianggap perlu
oleh Pemeriksa Pajak;
Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan
apabila diperlukan dapat dilanjutkan di luar jam
kerja;
Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan
apabila diperlukan dapat dilanjutkan di luar jam
kerja; dan
pelaksanaan Pemeriksaan didokumentasikan
dalam bentuk Kertas Kerja Pemeriksaan;
pelaksanaan Pemeriksaan didokumentasikan
dalam bentuk KKP.
Laporan Hasil Pemeriksaan digunakan sebagai
dasar penerbitan surat ketetapan pajak dan/atau
Surat Tagihan Pajak.
Pasal 9 PMK 17 sama dengan pasal 9 PMK 199, mengatur mengenai Kertas Kerja Pemeriksaan
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
6/20
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
7/20
Page 7 of20
f. memberikan hak hadir kepada Wajib Pajak
dalam rangka Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan dalam batas waktu yang telah
ditentukan;
menyampaikan SPHP kepada Wajib Pajak;
g. melakukan pembinaan kepada Wajib Pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan;
memberikan hak untuk hadir kepada Wajib Pajak
dalam rangka Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan pada waktu yang telah ditentukan;
h. mengembalikan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan, dan dokumen lainnya yang dipinjam
dari Wajib Pajak paling lama 7 (tujuh) hari sejak
tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan;
menyampaikan Kuesioner Pemeriksaan kepada
Wajib Pajak;
i. merahasiakan kepada pihak lain yang tidak
berhak segala sesuatu yang diketahui atau
diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak
dalam rangka Pemeriksaan.
melakukan pembinaan kepada Wajib Pajak
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dengan menyampaikan
saran secara tertulis;
mengembalikan buku, catatan, dan/atau
dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan, dan dokumen lainnya yang dipinjam
dari Wajib Pajak;
merahasiakan kepada pihak lain yang tidak
berhak atas segala sesuatu yang diketahui
atau diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak
dalam rangka Pemeriksaan.
Pemeriksaan kantor
memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa
Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepadaWajib Pajak pada waktu Pemeriksaan; (sama
dengan poin b di atas)
menjelaskan alasan dan tujuan Pemeriksaan
kepada Wajib Pajak yang akan diperiksa; (sama
dengan poin c)
memperlihatkan Surat Tugas kepada Wajib Pajak
apabila susunan tim Pemeriksa Pajak mengalami
perubahan; (sama dengan poin d)
memberitahukan secara tertulis hasil
Pemeriksaan kepada Wajib Pajak; (mirip poin e)
melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaanapabila Wajib Pajak hadir dalam batas waktu
yang telah ditentukan;
memberi petunjuk kepada Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakan dalam tahun-
tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan; (mirip poin g)
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
8/20
Page 8 of20
mengembalikan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan, dan dokumen lainnya yang dipinjam
dari Wajib Pajak paling lama 7 (tujuh) hari sejak
tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan; (sama
dengan poin h)
merahasiakan kepada pihak lain yang tidak
berhak segala sesuatu yang diketahui atau
diberitahukan kepadanya oleh Wajib Pajak
dalam rangka Pemeriksaan. (sama dengan poin i)
PASAL 12
Pasal 12 PMK 17 dan pasal 12 PMK 199 mengatur mengenai kewenangan pemeriksa pajak.
Pasal 12 ayat 1 dalam hal pemeriksaan lapangan, antara PMK 17 dan PMK 199 isinya sama.
Pasal 12 ayat 2 dalam hal pemeriksaan kantor, antara PMK 17 dan PMK 199 isinya juga sama.
PASAL 13
Pasal 13 PMK 17 mengatur mengenai hak wajib pajak yang tidak dipisah antara pemeriksaan lapangandan pemeriksaan kantor.
Pasal 13 PMK 199 mengatur mengenai hak wajib pajak, yang dibedakan antara pemeriksaan kantor dan
pemeriksaan lapangan
PMK 199 PMK 17
Lapangan Kantor Kantor/Lapangan
meminta kepada Pemeriksa
Pajak untuk memperlihatkan
Tanda Pengenal Pemeriksa
Pajak dan Surat Perintah
Pemeriksaan;
meminta kepada Pemeriksa
Pajak untuk memperlihatkan
Tanda Pengenal Pemeriksa
Pajak dan Surat Perintah
Pemeriksaan;
meminta kepada
PemeriksaPajak untuk
memperlihatkan Tanda
Pengenal Pemeriksa Pajak dan
SP2;
meminta kepada Pemeriksa
Pajak untuk memberikan
pemberitahuan secara tertulis
sehubungan dengan
pelaksanaan Pemeriksaan
Lapangan;
meminta kepada Pemeriksa
Pajak untuk memberikan
penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
meminta kepada Pemeriksa
Pajak untuk memberikan Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan
Lapangan dalam hal
Pemeriksaan dilakukan dengan
jenis Pemeriksaan Lapangan;
meminta kepada Pemeriksa
Pajak untuk memberikan
penjelasan tentang alasan dantujuan Pemeriksaan;
meminta kepada Pemeriksa
Pajak untuk memperlihatkan
Surat Tugas apabila susunanPemeriksa Pajak mengalami
pergantian;
meminta kepada Pemeriksa
Pajak untuk memperlihatkan
surat yang berisi perubahan timPemeriksa Pajak apabila
susunan keanggotaan tim
Pemeriksa Pajak mengalami
perubahan;
meminta kepada Pemeriksa
Pajak untuk memperlihatkan
meminta kepada Pemeriksa
Pajak untuk memberikan
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
9/20
Page 9 of20
Surat Tugas apabila susunan
Tim Pemeriksa Pajak
mengalami perubahan;
penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
menerima Surat
Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan;
menerima Surat
Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan;
Menerima SPHP
menghadiri Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan dalam jangka
waktu yang telah ditentukan;
menghadiri Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan dalam jangka
waktu yang telah ditentukan;
menghadiri Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan pada waktu
yang telah ditentukan;
mengajukan permohonan
untuk dilakukan pembahasan
oleh Tim Pembahas, dalam hal
terdapat perbedaan pendapat
antara Wajib Pajak dengan
Pemeriksa Pajak dalam
Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan;
mengajukan permohonan
untuk dilakukan pembahasan
oleh Tim Pembahas, dalam hal
terdapat perbedaan pendapat
antara Wajib Pajak dengan
Pemeriksa Pajak dalam
Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan;
mengajukan permohonan
untuk dilakukan pembahasan
dengan Tim Quality Assurance
Pemeriksaan, dalam hal masih
terdapat hasil Pemeriksaan
yang belum disepakati antara
Pemeriksa Pajak dengan Wajib
Pajak pada saat Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan;
memberikan pendapat atau
penilaian atas pelaksanaan
pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian
tormulir Kuesioner
Pemeriksaan.
memberikan pendapat atau
penilaian atas pelaksanaan
Pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian formulir
Kuesioner Pemeriksaan.
memberikan pendapat atau
penilaian atas pelaksanaan
Pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian
Kuesioner Pemeriksaan.
PASAL 14
Pasal 14 mengatur mengenai kewajiban wajib pajak dalam pemeriksaan untuk menguji pemenuhan
kewajiban perpajakan. Antara PMK 17 dan PMK 199 isinya sama.
PASAL 15 PASAL 19 PMK 17 mengenai jangka waktu pemeriksaan diatur pada pasal 5 PMK 199
Pasal 5 PMK 199 mengatur mengenai jangka waktu pemeriksaan:
- Pemeriksaan kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan dapat
diperpanjang menjadi paling lama 6 (enam) bulan yang dihitung sejak tanggal Wajib Pajak
datang memenuhi surat panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor sampai dengan tanggal
Laporan Hasil Pemeriksaan.
- Pemeriksaan Lapangan dilakukan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan dan dapat
diperpanjang menjadi paling lama 8 (delapan) bulan yang dihitung sejak tanggal Surat Perintah
Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.
Apabila ditemukan indikasi transfer pricing, pemeriksaan lapangan dilaksanakan dalam jangka waktu
paling lama 2 tahun.
Pemeriksaan harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak.
Pasal 15 PMK 17
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan dalam
jangka waktu Pemeriksaan yang meliputi:
- jangka waktu pengujian; dan
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
10/20
Page 10 of20
- jangka waktu Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan pelaporan.
Pemeriksaan kantor Pemeriksaan lapangan
Jangka waktu pengujian paling lama 4 (empat) bulan,
yang dihitung sejak
tanggal Wajib Pajak, wakil,
kuasa dari Wajib Pajak,
pegawai, atau anggota keluarga
yang telah dewasa dari Wajib
Pajak datang memenuhi Surat
Panggilan Dalam Rangka
Pemeriksaan Kantor sampai
dengan tanggal SPHP
disampaikan kepada Wajib
Pajak, wakil, kuasa, pegawai,
atau anggota keluarga
yang telah dewasa dari Wajib
Pajak.
paling lama 6 (enam) bulan,
yang dihitung sejak
Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan
disampaikan kepada Wajib
Pajak, wakil, kuasa, pegawai,
atau anggota keluarga yang
telah dewasa dari Wajib Pajak,
sampai dengan tanggal SPHP
disampaikan kepada Wajib
Pajak, wakil, kuasa, pegawai,
atau anggota keluarga yang
telah dewasa dari Wajib Pajak.
jangka waktu PembahasanAkhir Hasil Pemeriksaan dan
pelaporan.
paling lama 2 (dua) bulan, yangdihitung sejak tanggal SPHP
disampaikan kepada
Wajib Pajak, wakil, kuasa,
pegawai, atau anggota yang
telah dewasa dari Wajib Pajak
sampai dengan tanggal LHP.
paling lama 2 (dua) bulan, yangdihitung sejak tanggal SPHP
disampaikan kepada
Wajib Pajak, wakil, kuasa,
pegawai, atau anggota yang
telah dewasa dari Wajib Pajak
sampai dengan tanggal LHP.
PASAL 16, perpanjangan jangka waktu pengujian pemeriksaan lapangan
Jangka waktu pengujian pemeriksaan lapangan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling laa 2
(dua) bulan, dilakukan dalam hal:
a. Pemeriksaan Lapangan diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak lainnya;b. terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak ketiga;
c. ruang lingkup Pemeriksaan Lapangan meliputi seluruh jenis pajak; dan/atau berdasarkan
pertimbangan kepala unit pelaksana Pemeriksaan.
Jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2)
yang terkait dengan:
a. Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi;
b. Wajib Pajak dalam satu grup; atau
c. Wajib Pajak yang terindikasi melakukan transaksi transfer pricing dan/atau transaksi khusus lain
yang berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan,
dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan dan dapat dilakukan paling banyak 3
(tiga) kali sesuai dengan kebutuhan waktu untuk melakukan pengujian.
PASAL 17, perpanjangan jangka waktu pemeriksaan kantor
Jangka waktu pengujian Pemeriksaan Kantor dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 2 (dua)
bulan, dalam hal:
a. Pemeriksaan Kantor diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak lainnya;
b. terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak ketiga;
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
11/20
Page 11 of20
c. ruang lingkup Pemeriksaan Kantor meliputi seluruh jenis pajak; dan/atau berdasarkan
pertimbangan kepala unit pelaksana Pemeriksaan.
PASAL 18,
Dalam hal dilakukan perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan, kepala unit
pelaksana Pemeriksaan harus menyampaikan pemberitahuan perpanjangan jangka waktu pengujian
secara tertulis kepada Wajib Pajak.
PASAL 19
Apabila jangka waktu perpanjangan pengujian pemeriksaan lapangan telah berakhir, SPHP harus
disampaikan kepada WP.
Dalam hal Pemeriksaan dilakukan karena Wajib Pajak mengajukan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak, jangka waktu memperhatikan jangka waktu penyelesaian
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B
Undang-Undang KUP.
PASAL 20-27 yang ada di PMK 17 mengacu pada PMK 82 tahun 2011
Pasal 20
Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan diselesaikan dengan cara:
- menghentikan Pemeriksaan dengan membuat LHP Sumir; atau
- membuat LHP, sebagai dasar penerbitan surat ketetapan pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pasal 21
Penyelesaian Pemeriksaan dengan membuat LHP Sumir dilakukan dalam hal:
Penyelesaian Pemeriksaan dengan membuat LHP Sumir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a
dilakukan dalam hal:a. Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak
yang diperiksa:
1) tidak ditemukan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan diterbitkan; atau
2) tidak memenuhi panggilan Pemeriksaan dalam jangka waktu 4 (empat) bulan sejak tanggal Surat
Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor diterbitkan.
b. Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yang ditangguhkan karena ditindaklanjuti
dengan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara
terbuka tersebut:
1) tidak dilanjutkan dengan penyidikan karena Wajib Pajak mengungkapkan
ketidakbenaran perbuatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) Undang-UndangKUP;
2) tidak dilanjutkan dengan penyidikan tetapi diselesaikan dengan menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A Undang-Undang KUP;
atau
3) dilanjutkan dengan penyidikan tetapi penyidikannya dihentikan karena tidak
dilakukan penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44B Undang-Undang KUP
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
12/20
Page 12 of20
c. Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yang ditangguhkan karena ditindaklanjuti
dengan penyidikan sebagai tindak lanjut Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup dan penyidikan
tersebut dihentikan karena memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44B Undang-
Undang KUP.
d. Pemeriksaan Ulang tidak mengakibatkan adanya tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan dalam surat ketetapan pajak sebelumnya.e. Terdapat keadaan tertentu berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak.
Pasal 22
Mengatur mengenai penyelesaian pemeriksaan dengan membuat LHP, sebagai dasar penerbitan surat
ketetapan pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan yang dilakukan dalam hal:
a. Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib
Pajak yang dilakukan Pemeriksaan sehubungan dengan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP:
1) tidak ditemukan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan diterbitkan; atau
2) tidak memenuhi panggilan Pemeriksaan dalam jangka waktu 4 (empat) bulan
sejak tanggal Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor diterbitkan.
b. Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib
Pajak yang dilakukan Pemeriksaan ditemukan atau memenuhi panggilan Pemeriksaan,
dan Pemeriksaan dapat diselesaikan dalam jangka waktu Pemeriksaan.
c. Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib
Pajak yang dilakukan Pemeriksaan ditemukan atau memenuhi panggilan Pemeriksaan, dan
pengujian kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan belum dapat diselesaikan sampai
dengan:
1) berakhirnya perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) atau ayat (3); atau
2) berakhirnya perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Kantor
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1).
* harus diselesaikan dengan menyampaikan SPHP dalam jangka waktu paling lama 7
(tujuh) hari kerja sejak berakhirnya:
a. perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Lapangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) atau ayat (3); atau
b. perpanjangan jangka waktu pengujian Pemeriksaan Kantor sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1), dan melanjutkan tahapan Pemeriksaan sampai
dengan pembuatan LHP.
d. Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yang ditangguhkan karenaditindaklanjuti dengan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dan Pemeriksaan Bukti
Permulaan secara terbuka tersebut:
1) dihentikan karena Wajib Pajak orang pribadi yang dilakukan Pemeriksaan
Bukti Permulaan secara terbuka meninggal dunia;
2) dihentikan karena tidak ditemukan adanya bukti permulaan tindak pidana di
bidang perpajakan;
3) dilanjutkan dengan penyidikan namun penyidikannya dihentikan karena
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
13/20
Page 13 of20
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44A Undang-Undang KUP; atau
4) dilanjutkan dengan penyidikan dan penuntutan serta telah terdapat Putusan
Pengadilan mengenai tindak pidana di bidang perpajakan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dan salinan Putusan Pengadilan tersebut telah diterima oleh
Direktur Jenderal Pajak.
e. Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yang ditangguhkan karenaditindaklanjuti dengan penyidikan sebagai tindak lanjut Pemeriksaan Bukti Permulaan secara
tertutup dan penyidikan tersebut:
1) dihentikan karena memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
44A Undang-Undang KUP; atau
2) dilanjutkan dengan penuntutan serta telah terdapat Putusan Pengadilan mengenai tindak
pidana di bidang perpajakan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan salinan
Putusan Pengadilan tersebut telah diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.
Pasal 23
mengatur mengenai ketentuan pemeriksaan terhadap WP tidak ditemukan atau tidak memenuhi
panggilan pemeriksaan yang dapat dilakukan kembali apabila dikemudian hari WP ditemukan. Pajak
terutang tehadap WP ini ditetapkan secara jabatan
Pasal 24
Mengatur mengenai SP2 dan Surat yang berisi perubahan tim pemeriksa pajak
Pasal 25-27
mengatur mengenai pemberitahuan dan panggilan pemeriksaan, dan pertemuan dengan Wajib Pajak
BAGIAN 9 - PEMINJAMAN DOKUMEN (Pasal 28-31)
1. Terdapat tambahan wewenang pemeriksa pajak dalam hal mengakses dan / atau mengunduh data
elektronik diperlukan peralatan dan / atau keahlian khusus, pemeriksa pajak dapat meminta
bantuan pada :
a. Wajib Pajak untuk menyediakan tenaga ahli dan / atau peralatan yang diperlukan.
b. Pihak lain yang memiliki kemampuan khusus baik di dalam maupun luar DJP.
2. Terdapat tambahan tentang peringatan tertulis apabila permintaan peminjaman dokumen belum
dipenuhi oleh Wajib Pajak, yakni apabila belum lewat dari jangka waktu satu bulan sejak surat
permintaan peminjaman dokumen disampaikan maka dapat disampaikan surat peringatan tertulis
yakni dalam jangka waktu 2 minggu dan 3 minggu sejak surat peminjaman dokumen disampaikan.
BAGIAN 10 - PENYEGELAN (Pasal 32-35)
1. Terdapat tambahan petunjuk tekhnis tentang tata cara penyegelan hingga pembukaan segel untuk
mengamankan dokumen Wajib Pajak yang mungkin akan dapat memberikan petunjuk bagi
pemeriksaan agar tidak dipindahkan, dihilangkan, dimusnahkan, diubah, dirusak, ditukar, atau
dipalsukan oleh Wajib Pajak dengan cara tidak memberikan akses pada pemeriksa.
BAGIAN 11 - PENOLAKAN PEMERIKSAAN (Pasal 36-38)
1. Apabila dalam pemeriksaan lapangan Wajib Pajak tidak berada di tempat maka selain tetap
melanjutkan pemeriksaan tanpa kehadiran Wajib Pajak terdapat opsi baru yaitu menunda
pemeriksaan untuk dilanjutkan di kesempatan berikutnya.
2. Terdapat aturan tambahan tentang penolakan pemenuhan panggilan oleh Wajib Pajak dalam rangka
pemeriksaan kantor.
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
14/20
Page 14 of20
BAGIAN 12 - PENJELASAN WAJIB PAJAK DAN PIHAK KETIGA (Pasal 39-40)
1. Pemberian keterangan oleh Wajib Pajak selain dengan memenuhi surat panggilan dapat dilakukan
saat dilakukan juga pemeriksaan lapangan.
2. Petunjuk tekhnis permintaan keterangan pihak ketiga dihilangkan, diganti dengan sesuai PMK yang
mengatur tata cara permintaan keterangan pada pihak ketiga.
BAGIAN 13 - PEMBERITAHUAN HASIL PEMERIKSAAN DAN PEMBAHASAN AKHIR (Pasal 41-50)
1. Jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis atas SPHP oleh Wajib Pajak diubah dari 3 hari untuk
pemeriksaan kantor dan 7 hari untuk pemeriksaan lapangan dari diterimanya SPHP oleh Wajib
Pajak, menjadi keduanya 7 hari sejak SPHP diterima Wajib Pajak dan dapat diperpanjang paling lama
3 hari.
2. Penyampaian undangan untuk hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan wajib disampaikan
paling lama 3 hari sejak tanggapan SPHP diterima dari Wajib Pajak
3. Wajib Pajak memiliki hak permohonan pembahasan dengan tim quality assurance pemeriksaan
dalam hal terdapat hal yang masih belum disepakati dalam risalah pembahasan dengan mengajukan
permohonan kepada Kakanwil DJP atau Direktur Pemeriksaan dan Penagihan.
4. Tim quality assurance adalah bentukan Kakanwil DJP atau Direktur Pemeriksaan dan Penagihan atasnama Direktur Jenderal Pajak yang terdiri dari 1 ketua, 1 sekretaris, dan 3 anggota yang lantas akan
mengundang Wajib Pajak untuk membahas hal yang masih belum disepakati dalam risalah
pembahasan.
Tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal Pajak dalam rangka membahas hasil Pemeriksaan yang belum
disepakati antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan guna
menghasilkan Pemeriksaan yang berkualitas.
a. Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan dengan Tim Quality Assurance, pembahasan harus tetap
dilakukan dan hasil pembahasan dituangkan dalam risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan.
b. Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak hadir dalam pembahasan dengan Tim Quality
Assurance Pemeriksaan namun menolak menandatangani risalah Tim Quality AssurancePemeriksaan, maka dibuat catatan mengenai penolakan tersebut dalam risalah Tim Quality
Assurance Pemeriksaan.
c. Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan dengan Tim Quality
Assurance Pemeriksaan maka dibuat berita acara ketidakhadiran WP. Pembahasan dengan Tim
Quality Assurance Pemeriksaan dianggap telah dilakukan.
Surat Panggilan
Pemeriksa Pajak memanggil Wajib Pajak dengan mengirimkan surat panggilan untuk menandatangani
berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dapat disampaikan secara langsung atau melalui
faksimili.
Dalam hal surat panggilan disampaikan secara langsung dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib
Pajak menolak untuk menerima surat panggilan tersebut, Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak
harus menandatangani surat penolakan menerima surat panggilan untuk menandatangani berita acara
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Kemudian Pemeriksa Pajak membuat berita acara penolakan
menerima surat panggilan untuk menandatangani berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.
Wajib Pajak harus memenuhi panggilan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah surat
panggilan untuk menandatangani berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan diterima oleh Wajib
Pajak. Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak memenuhi panggilan, namun menolak
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
15/20
Page 15 of20
menandatangani berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak membuat catatan
mengenai penolakan penandatanganan pada berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.Dalam
hal Wajib Pajak tidak memenuhi panggilan, Pemeriksa Pajak membuat catatan pada berita acara
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan mengenai tidak dipenuhinya panggilan.
Dokumen yang dapat dipertimbangkan dalam Pembahasan Akhir
Dalam hal terhadap Wajib Pajak dilakukan penetapan secara jabatan, buku, catatan, dan/atau dokumen,
termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang dapat dipertimbangkan oleh
Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan terbatas pada:
1. penghitungan peredaran usaha atau penghasilan bruto dalam rangka penghitungan penghasilan
secara jabatan; dan
2. kredit pajak sebagai pengurang Pajak Penghasilan.
Perbedaaan : Dalam PMK 17 Tahun 2013 ini, penjelasan atas Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan dan
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dijelaskan secara lebih detail dibanding PMK sebelumnya.
A. Pelaporan Hasil Pemeriksaan dan Pengembalian Dokumen
Prosedur, pengujian atas bukti yang dikumpulkan dan simpulan dituangkan dalam Kertas Kerja
Pemeriksaan (KKP) dan ditelaah oleh supervisor kemudian dibuat Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP), NotaPerhitungan (Nothit) sebagai dasar penerbitan SKP/STP.
Pajak yang terutang dalam surat ketetapan pajak dihitung sesuai dengan Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan, kecuali:
a. Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan akhir tetapi menyampaikan tanggapan tertulis, pajak
yang terutang berdasarkan SPHP dengan memperhatikan tanggapan tertulis dari WP .
b. Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan akhir dan tidak menyampaikan tanggapan tertulis, pajak
yang terutang berdasarkan SPHP dan WP dianggap menyetujui.
Buku, catatan, dan dokumen yang dipinjam harus dikembalikan kepada Wajib Pajak dengan
menggunakan bukti peminjaman dan pengembalian buku, catatan dan dokumen paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja sejak tanggal LHP.
Perbedaaan : Dalam PMK sebelumnya, tidak dijelaskan mengenai ketentuan ini yaitu Pelaporan HasilPemeriksaan dan Pengembalian Dokumen.
B. Pembatalan Hasil Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan atau surat ketetapan pajak dibatalkan dikarenakan :
1. Pemeriksaan dilakukan tanpa penyampaian SPHP,
2. Pemeriksaan Tanpa Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
Atas pembatalan tersebut, proses Pemeriksaan harus dilanjutkan dengan melaksanakan prosedur
penyampaian SPHP dan/atau Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.
Terkait dengan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17B ayat (1) Undang-Undang KUP, Pemeriksaan dilanjutkan dengan penerbitan:
1. Surat ketetapan pajak sesuai dengan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan apabila jangka waktu
12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (1) Undang-Undang KUP
belum terlewati; atau
2. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sesuai dengan Surat Pemberitahuan apabila jangka waktu 12
(dua belas) bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (1) Undang- Undang KUP
terlewati.
Perbedaaan : Dalam PMK 17 Tahun 2013 ini, penjelasan atas Pembatalan Hasil Pemeriksaan
dijelaskan secara lebih detail dibanding PMK sebelumnya yaitu penjelasan terkait permohonan
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
16/20
Page 16 of20
pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (1)
Undang-Undang KUP.
C. Pengungkapan Ketidakbenaran Pengisian Surat Pemberitahuan Selama Pemeriksaan
Wajib Pajak dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri secara tertulis mengenai ketidakbenaran
pengisian Surat Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,
sepanjang Pemeriksa Pajak belum menyampaikan SPHP.
Laporan tersendiri secara tertulis harus ditandatangani oleh Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib
Pajak dan dilampiri dengan:
1. penghitungan pajak yang kurang dibayar sebenarnya dalam format Surat Pemberitahuan;
2. Surat Setoran Pajak atas pelunasan pajak yang kurang dibayar; dan
3. Surat Setoran Pajak atas pembayaran sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50%.
Pemriksaan tetap dilanjutkan dan menghasilkan surat ketetapan pajak sesuai dengan keadaan dan
pertimbangan atas laporan tersendiri yang disampaikan oleh WP.
Perbedaaan : Dalam PMK 17 Tahun 2013 ini, penjelasan atas pengungkapan ketidakbenaran pengisian
SPT selama Pemeriksaan dijelaskan secara lebih detail dibanding PMK sebelumnya.
D. Usulan Pemeriksaan Bukti PermulaanPemeriksaan dapat diusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka apabila:
1. ditemukan adanya indikasi tindak pidana di bidang perpajakan,
2. Wajib Pajak menolak untuk dilakukan pemeriksaan dan terhadap WP tersebut tidak dilakukan
penghitungan penghasilan kena pajak secara jabatan.
Dalam hal Pemeriksaan yang dilakukan merupakan Pemeriksaan atas permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP, usulan
Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka harus memperhatikan jangka waktu penyelesaian
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak tersebut.
Perbedaan :
1. Dalam hal Pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak badan dan Wajib Pajak tidak memenuhi
sebagian atau seluruh permintaan peminjaman sehingga besarnya penghasilan kena pajak tidakdapat dihitung, Pemeriksa Pajak mengusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan
E. Penangguhan Pemeriksaan
Dalam hal usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka disetujui oleh pejabat yang berwenang,
pelaksanaan Pemeriksaan ditangguhkan dengan membuat laporan kemajuan Pemeriksaan sampai
dengan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka:
1. diselesaikan karena Wajib Pajak mengungkapkan ketidakbenaran perbuatan,
2. diselesaikan dengan penerbitan SKKB Pasal 13A,
3. dihentikan karena WP OP meninggal dunia,
4. dihentikan karena tidak ditemukan adanya bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan,
5. Penyidikan dihentikan sesuai dengan ketentuan Pasal 44A Undang-Undang KUP atau Pasal 44B
Undang Undang KUP, atau
6. Putusan pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan telah mempunyai kekuatan hukum
tetap dan salinan putusan pengadilan tersebut telah diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.
Pemeriksaan yang ditangguhkan tersebut dapat :
1. Dilanjutkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, apabila:
a. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dihentikan karena WP OP yang bersangkutan
meninggal dunia,
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
17/20
Page 17 of20
b. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dihentikan karena tidak ditemukan adanya bukti
permulaan tindak pidana di bidang perpajakan,
c. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dilanjutkan dengan penyidikan namun penyidikan
dihentikan karena memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44A Undang-
Undang KUP; atau
d. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dilanjutkan dengan penyidikan dan penuntutan
serta telah terdapat putusan pengadilan mengenai tindak pidana di bidang perpajakan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan salinan putusan pengadilan tersebut telah
diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.
2. Dihentikan dengan membuat LHP Sumir, apabila:
a. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka diselesaikan karena Wajib Pajak mengungkapkan
ketidakbenaran perbuatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang
KUP;
b. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka tidak dilanjutkan dengan penyidikan tetapi
diselesaikan dengan menerbitkan SKPKB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A Undang-
Undang KUP; atau
c. Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dilanjutkan dengan penyidikan tetapi
penyidikannya dihentikan karena tidak dilakukan penuntutan sebagaimana dimaksud dalamPasal 44B Undang-Undang KUP.
Pemeriksaan Bukti Permulaan Secara Tertutup
Pemeriksaan terhadap WP juga dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup, Pemeriksaan
tersebut ditangguhkan dengan membuat laporan kemajuan Pemeriksaan apabila Pemeriksaan Bukti
Permulaan secara tertutup ditindaklanjuti dengan penyidikan.
Penangguhan Pemeriksaan tersebut dilakukan sampai dengan:
1. Penyidikan dihentikan sesuai dengan Pasal 44A atau Pasal 44B Undang-Undang KUP; atau
2. putusan pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan yang telah memiliki kekuatan
hukum tetap dan salinan atas keputusan tersebut telah diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.
Pemeriksaan yang ditangguhkan sebagaimana dapat :1. Dilanjutkan, apabila:
a. penyidikan dihentikan karena Pasal 44A Undang-Undang KUP; atau
b. putusan pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap dan salinan atas keputusan tersebut telah diterima oleh Direktur
Jenderal Pajak.
2. Dihentikan, apabila penyidikan dihentikan karena Pasal 44B Undang-Undang KUP.
Jangka waktu pengujian atas pemeriksaan yang ditangguhkan tersebut diperpanjang untuk jangka waktu
paling lama 4 (empat) bulan.
Perbedaan :
1. Untuk usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan terkait dengan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-Undang KUP,
penyelesaian Pemeriksaan ditangguhkan sampai dengan:
a. Pemeriksaan Bukti Permulaan diselesaikan dan tidak dilanjutkan dengan penyidikan;
b. penyidikan dihentikan dan tidak dilakukan penuntutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44A Undang-Undang KUP; atau
c. diterimanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang
menyatakan Wajib Pajak bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum.
Pemeriksaan yang ditangguhkan dilanjutkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, apabila:
a. Pemeriksaan Bukti Permulaan tidak dilanjutkan dengan penyidikan,
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
18/20
Page 18 of20
b. penyidikan dihentikan karena tidak dilakukan penuntutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44A Undang-Undang KUP; atau
c. diterima putusan pengadilan yang telah. mempunyai kekuatan hukum tetap yang
menyatakan Wajib Pajak bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum.
Jangka waktu pemeriksaan diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan.
F. Pemeriksaan Ulang
Pemeriksaan Ulang hanya dapat dilakukan berdasarkan instruksi atau persetujuan Direktur Jenderal
Pajak yang dikarenakan adanya data baru, termasuk data semula yang belum terungkap. Hasil dari
pemeriksaan ulang yaitu terbitnya :
a. SKPKBT, adanya tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan dalam surat ketetapan pajak
sebelumnya.
b. LHP Sumir, tidak mengakibatkan adanya tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan dalam
surat ketetapan pajak sebelumnya.
c. Keputusan Mengenai Rugi Fiskal, tidak mengakibatkan adanya tambahan atas jumlah pajak yang
telah ditetapkan dalam surat ketetapan pajak sebelumnya tetapi terdapat perubahan jumlah rugi
fiskal
Perbedaan : Pada PMK sebelumnya yaitu :
a. Berdasarkan instruksi atau persetujuan Direktur Jenderal Pajak yang dikarenakan
adanya data baru, termasuk data semula yang belum terungkap dan instruksi
berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak.
b. Hasil dari pemeriksaan ulang hanya diterbitkan SKPKBT
BAB IV PEMERIKSAAN UNTUK TUJUAN LAIN
Pemeriksaan tujuan lain yang dilakukan oleh pemeriksa memiliki ruang lingkup untuk tujuan
lain yang dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat
meliputi penentuan, pencocokan, atau pengumpulan materi yang berkaitan dengan tujuan pemeriksaan.Pada dasarnya pada ruang lingkup dan kriteria pemeriksaan tujuan lain ini tidak ada perbedaan
mendasar baik pada PMK NOMOR 17/PMK.03/2013 maupun pada aturan PMK Nomor 199/ PMK.03/
2007, namun pada aturan baru tahun 2013 pada pemberian NPWP jabatan, penghapusan NPWP, dan
pengukuhan atau penvabutan PKP ditambahkan keterangan selain yang dilakukan Verifikasi. Hal ini
digunakan karena munculnya aturan verifikasi yang juga dapat melakukan 3 hal tersebut pada tahun
2012 melalui PMK Nomor 146/PMK.03/2012, sehingga perlu pembatasan mana saja yang merupakan
bagian dari pemeriksaan agar tidak tumpang tindih dengan kegiatan verifikasi. Pemeriksaan tujuan lain
ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan kantor ataupun lapangan.
Standar pemeriksaan yang dituliskan pada PMK NOMOR 17/PMK.03/2013 ditambahkan bahwa
standar pemeriksaan dipakai sebagai ukuran mutu Pemeriksaan yang merupakan capaian minimum
yang harus dicapai dalam melaksanakan Pemeriksaan. Pada pemeriksaan tujuan lain ini ditambahkan
pula bahwa ketua tim dapat merangkap anggota tim pada suatu kedaan tertentu dan pada poin g aturan
lama dihilangkan yaitu Laporan Hasil Pemeriksaan untuk tujuan lain digunakan sebagai dasar penerbitan
surat keputusan atau sebagai bahan masukan untuk pembuatan keputusan.
Kewajiban dan kewenangan pemeriksa pajak pada pemeriksaan tujuan lain terdapat beberapa
poin perbedaan dimana terdapat kewajiban tambahan menyampaikan Kuesioner Pemeriksaan kepada
Wajib Pajak. Sedangkan pada poin lain hanya terdapat perubahan sedikit dimana pada poin a ditegaskan
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
19/20
Page 19 of20
bahwa pemberitahuan tertulis dilakukan dengan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan atau
Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor, penghapusan batas waktu pengembalian dokumen
WP, serta menghapus kewajiban pembuatan KKP pada bagian ini karena kewajiban pembuatan KKP
sudah tercantum pada pasal 75 PMK NOMOR 17/PMK.03/2013. Kewenangan pemeriksa pajak yang
tercantum pada aturan ini tetap sama dengan aturan sebelumnya.
Perbedaan pada hak Wajib Pajak terletak pada penegasan bahwa pemberitahuan secara tertulis
itu berupa Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan atau Surat Panggilan Dalam Rangka
Pemeriksaan Kantor dan surat tugas dapat berupa surat yang berisi perubahan tim saja.
Perbedaan jangka waktu pemeriksaan pada dua aturan ini cukup signifikan dimana pada
pemeriksaan kantor langsung ditetapkan paling lama 14 hari sedangkan pada aturan sebelumnya adalah
7 hari dan dapat diperpanjang paling lama 14 hari dan pihak yang datang memenuhi surat panggilan
juga diperluas dimana pada aturan baru menjadi 4 pihak yakni: Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau
anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak. Perbedaan jangka waktu ini juga terdapat pada
pemeriksaan lapangan dimana pemeriksaan lapangan ditetapkan langsung paling lama 4 bulan tanpa
perpanjangan sedangkan pada aturan sebelumnya 2 bulan yang dapat diperpanjang menjadi 4 bulan.
Pada aturan baru waktu pemeriksaan dihitung sejak tanggal Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Lapangan disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah
dewasa dari Wajib Pajak, sedangkan pada aturan sebelumnya sejak tanggal Surat Perintah Pemeriksaan.
Hal ini menegaskan bila WP tidak menerima Surat Pemberitahuan Pemeriksaan maka pemeriksaan
belum dimulai dan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan yang dibuat bersamaan dengan SP2 ini
disampaikan paling lambat 5 hari kerja oleh pemeriksa pajak. Pada aturan baru ditegaskan pula apabila
dalam jangka waktu pemeriksaan berakhir, maka pemeriksaan harus diselesaikan. Hal ini untuk
memberikan kepastian terhadap WP yang diperiksa sehingga tidak ada pemeriksaan yang menggantung
jauh melewati batas waktu karena tidak ditegaskan dalam aturan sebelumnya.
1. Terdapat tambahan 1 pasal (pasal 82) yang mengatur mengenai SP2 dan Surat yang Berisi Perubahan
Tim Pemeriksa Pajak, yang secara ringkas mengatur bahwa pemeriksa dalam rangka pemeriksaanlapangan untuk tujuan lain tergabung dalam tim berdasarkan SP2, yang diterbitkan untuk satu atau
beberapa Masa Pajak dalam bagian tahun pajak; atau Tahun Pajak yang sama untuk bagian tahun
pajak yang sama untuk bagian tahun pajak atau tahun pajak terhadap 1 WP, yang bila diubah tidak
perlu menerbitkan SP2 baru, cukup menerbitkan surat yang berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak.
2. Terdapat tambahan mengenai Pemberitahuan dan Panggilan Pemeriksaan yang diatur dalam 2 pasal
(Pasal 83 dan 84) yang secara singkat berisi sebagai berikut:
Pasal 83 - Dalam hal pemeriksaan untuk tujuan lain, baik pemeriksaan lapangan maupun kantor
harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan terlebih dahulu dan diterbitkan untuk
masa/bagian tahun/tahun pajak sesuai SP2
Pasal 84 - Surat Pemberitahuan Pemeriksaan dapat disampaikan melalui faksimili, pos, atau jasa
pengiriman lain yang memiliki bukti pengiriman. Untuk Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan
dapat disampaikan langsung kepada WP saat dimulainya Pemeriksaan Lapangan. Jika WP tidak
berada di tempat saat disampaikan langsung maka dapat disampaikan pada wakil/kuasa WP,
pegawai yang dianggap dapat mewakili (dalam hal pemeriksaan WP Badan), dan anggota keluarga
WP yang telah dewasa dan dianggap dapat mewakili. Dalam hal pihak-pihak tersebut tidak dapat
ditemui, Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dikirim dengan pos atau jasa pengiriman lain
dan dianggap telah disampaikan.
3. Surat Penolakan Pemeriksaan dapat ditandatangani oleh kuasa Wajib Pajak.
-
8/11/2019 Analisis perbandingan tata cara pemeriksaan.pdf
20/20
Page 20 of20
4. Pemeriksaan untuk tujuan lain yang dilakukan dalam rangka penentuan satu atau lebih tempat
terutang PPN tidak lagi termasuk dalam permohonan WP yang tidak dapat diproses atau tidak dapat
dipertimbangkan berdasarkan Surat Penolakan Pemeriksaan atau Berita Acara Penolakan
Pemeriksaan.
BAB V - PENYAMPAIAN KUESIONER PEMERIKSAAN
Terdapat tambahan bab mengenai penyampaian kuesioner pemeriksaan yang diatur dalam satu pasal
(Pasal 90) yang secara ringkas berisi mengenai:
1. Pemeriksa wajib menyampaikan kuesioner pemeriksaan kepada WP yang diperiksa.
2. Dalam pemeriksaan untuk uji kepatuhan penyampaian kuesioner dilakukan saat pertemuan dengan
Wajib Pajak
3. Dalam pemeriksaan untuk tujuan lain penyampaian kuesioner dilakukan saat penyampaian Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan atau ketika WP memenuhi panggilan dalam rangka
pemeriksaan Kantor
4. Kuesioner dapat disampaikan ke unit-unit pelaksana pemeriksaan DJP.
BAB VI - KETENTUAN LAIN-LAIN
Terdapat perubahan dan penambahan pasal mengenai ketentuan lainnya, antara lain:
1. Pemeriksa Pajak tidak dikenakan sanksi jika pemeriksaan sudah sesuai standar, didasari itikad baik,
dan sesuai peraturan perundang-undangan
2. Standar Pemeriksaan diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
3. Dokumen-dokumen yang dapat diterbitkan/digunakan dalam rangka pemeriksaan pajak dibuat
menggunakan format sesuai contoh sebagaimana tercantum dalam lampiran I - X yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari PMK 17/PMK.03/2013
BAB VII - KETENTUAN PERALIHAN
Terdapat tambahan mengenai ketentuan peralihan yang diatur dalam 1 pasal (Pasal 94) sebagai berikut:
1. Terhadap SP2 yang terbit sebelum berlakunya PMK 17/PMK.03/2013 dan belum selesai,
penyelesaian selanjutnya dilakukan berdasarkan peraturan ini.
2. Terhadap pemeriksaan yang dilanjutkan dengan BuPer (Bukti Permulaan) dan telah dibuat LHP Sumir
dapat dilakukan pemeriksaan dalam rangka penerbitan SKP sepanjang hasil BuPer tidak ada indikasi
pidana perpajakan.
BAB VIII KETENTUAN PENUTUP
1. Pada saat PMK 17/PMK.03/2013 berlaku maka aturan-aturan berikut dinyatakan tidak berlaku:a. PMK nomor 191/PMK.03/2007
b. PMK nomor 198/PMK.03/2007
c. PMK nomor 199/PMK.03/2007
d. PMK nomor 82/PMK.03/2011
2. PMK 17/PMK.03/2013 mulai berlaku pada tanggal 1 Pebruari 2013.