PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN...

48
i PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA DENGAN DIYANET ISLERI BASKANLIGI TURKI DALAM MENGATUR KEHIDUPAN BERAGAMA SKRIPSI Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Oleh : SETYABUDHI WAHYU HIDAYAT 8111415292 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Transcript of PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN...

Page 1: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

i

PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN DIYANET ISLERI BASKANLIGI TURKI

DALAM MENGATUR KEHIDUPAN BERAGAMA

SKRIPSI

Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

Oleh :

SETYABUDHI WAHYU HIDAYAT

8111415292

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Page 2: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas
Page 3: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas
Page 4: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas
Page 5: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Seseorang yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti memiliki pikiran yang

baik. Dan seseorang yang memiliki pikiran yang baik mendapatkan kenikmatan hidup”

(Badiuzzaman Said Nursi)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW

2. Kedua orang tuaku tercinta ayahanda alm. Tri Budi Rachmanto, BA dan ibunda

Suharsi, S.Pd. yang tiada henti memberikan doa dan dukungan baik moral

maupun material.

3. Kakakku Fajar Budhi Kurniawan, S.H. dan adikku Alif Budhi Santosa yang

selalu memberikan semangat dan dukungan.

4. Separuh jiwaku Fatimatu Solekah yang selalu memberikan semangat dan

inspirasi.

5. Teman seperjuanganku Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri

Semarang;

6. Almamaterku tercinta, Universitas Negeri Semarang.

Page 6: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah senantiasa memberikan rahmat, taufik,

hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN AGAMA

REPUBLIK INDONESIA DENGAN DIYANET ISLERI BASKANLIGI TURKI

DALAM MENGATUR KEHIDUPAN BERAGAMA”.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini mendapatkan bantuan, dukungan,

dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang;

2. Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si. Dekan Fakultas Hukum Universitas Negeri

Semarang

3. Dani Muhtada, M.Ag., M.P.A. Ph.D Dosen Pembimbing yang telah sabar

memberikan bimbingan, arahan, dan semangat kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan;

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang yang

telah membagikan ilmu, wawasan, dan kebajikannya kepada penulis

selama menjalani perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Negeri

Semarang;

5. Seluruh pegawai dan staff bagian Tata Usaha di Fakultas Hukum

Universitas Negeri Semarang yang selalu dengan keramahan dan

Page 7: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

vii

kerendahan hatinya mampu membentuk karakter penulis untuk selalu

sopan dan santun kepada setiap orang;

6. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Negeri Semarang; dan

7. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan

bimbingannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Harapan penulis semoga skripsi dengan judul “PERBANDINGAN

KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK

INDONESIA DENGAN DIYANET ISLERI BASKANLIGI TURKI DALAM

MENGATUR KEHIDUPAN BERAGAMA” dapat bermanfaat dan memberikan

sumbangan ilmu pengetahuan untuk khalayak umum.

Semarang, 18 Februari 2019

Penulis

Page 8: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

viii

ABSTRAK

Hidayat, Setyabudhi Wahyu. 2019. “PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN

TUGAS KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA DENGAN DIYANET

ISLERI BASKANLIGI TURKI DALAM MENGATUR KEHIDUPAN

BERAGAMA”. Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara.

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dani Muhtada, M.Ag.,

M.P.A., Ph.D

Kata Kunci: Perbandingan, Kementerian Agama, Diyanet

Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 Tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Agama dan Peraturan Nomor 633 Republik Turki Tentang Struktur

dan Tugas Diyanet İşleri Başkanlığı merupakan dasar penyelenggaraan pengaturan

kehidupan beragama Kementerian Agama Republik Indonesia dan Diyanet İşleri

Başkanlığı Turki. Konstitusi Indonesia dan Turki beramanat untuk melakukan

pengaturan kehidupan beragama. Namun pengaturan di masing-masing negara

ditemukan berbagai persamaan dan perbedaan. Penulisan skripsi ini bertujuan

mendiskripsikan perbandingan antara tugas dan kewenangan serta struktur

kelembagaan kedua lembaga dalam mengatur kehidupan beragama

Perbandingan dilakukan terhadap obyek penyelidikan dan dalam perbandingan

Hukum Administrasi Negara yang menjadi obyeknya adalah “Administrative Law”

yakni Hukum Administrasi Negara positif yang merupakan hukum mengenai

organisasi pemerintahan negara tertentu..

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan

pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian yuridis normatif. Teknik

pengumpulan data meliputi studi kepustakaan.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa tugas dan kewenangan kedua lembaga

dalam mengatur kehidupan beragama disusun secara terstruktur sesuai dengan

konstitusi dan komposisi masyarakat di kedua negara. Kementerian Agama Republik

Indonesia mengatur semua agama yang ada di Indonesia secara keseluruhan. Selain itu

Kementerian Agama Republik Indonesia mengatur berbagai bidang keagamaan seperti

adanya Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) hingga adanya Pusat

Kerukunan Umat Beragama untuk mewadahi keragaman masyarakat Indonesia.

Diyanet Isleri Baskanligi Turki hanya mengatur kehidupan beragama masyarakat Islam

Sunni di Turki. Namun demikian pengaturan kehidupan beragama di Turki dilakukan

secara rinci dari pengaturan tingkat nasional hingga tempat-tempat ibadah di tiap

daerah.

Simpulan dari penelitian ini adalah persamaan bidang-bidang yang diatur seperti

halnya haji dan umrah dan perbedaan seperti agama-agama yang diatur. Saran penulis

kepada Pemerintah Indonesia agar dapat mempertimbangkan adanya pelatihan serta

memberikan pendapatan yang layak dan/atau menjadikan profesi Imam dan Khotib

serta pendakwah sebagai pegawai negara.

Page 9: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i

PENGESAHAN......................................................................................... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS.......................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI............. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................... v

KATA PENGANTAR............................................................................... vi

ABSTRAK................................................................................................. viii

DAFTAR ISI............................................................................................. ix

DAFTAR BAGAN.................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1

1.1. Latar Belakang.................................................................................. 1

1.2. Identifikasi Masalah.......................................................................... 7

1.3. Pembatasan Masalah......................................................................... 7

1.4. Rumusan Masalah............................................................................. 8

1.5. Tujuan Penelitian.............................................................................. 8

1.6. Manfaat Penelitian............................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 10

2.1. Penelitian Terdahulu.......................................................................... 10

2.2. Teori Perbandingan Hukum........................................................... 11

Page 10: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

x

2.3. Teori Konstitusi............................................................................. 13

2.4. Teori Kewenangan........................................................................ 16

2.5. Teori Lembaga Negara.................................................................. 17

2.6. Teori Good Governance................................................................ 18

2.7. Pengaturan Agama di Indonesia dan Turki....................................... 23

2.8. Kerangka Berpikir............................................................................. 29

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................... 30

3.1. Pendekatan Penelitian........................................................................ 30

3.2. Jenis Penelitian.................................................................................. 31

3.3. Fokus Penelitian................................................................................ 32

3.4. Sumber Data..................................................................................... 33

3.5. Teknik Pengumpulan Data............................................................... 34

3.6. Validitas Data................................................................................... 35

3.7. Analisis Data..................................................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................ 35

4.1. Profil Lembaga.................................................................................. 35

4.1.1. Kementerian Agama Republik Indonesia......................................... 35

4.1.2. Diyanet Isleri Baskanligi Turki......................................................... 43

4.2. Perbandingan Kewenangan dan Tugas Kementerian Agama

Republik Indonesia dan Diyanet Isleri

Baskanligi..........................................................................................

46

4.2.1. Kewenangan dan Tugas Kementerian Agama RI.............................. 46

Page 11: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

xi

4.2.2. Kewenangan dan Tugas Diyanet Isleri Baskanligi Turki................... 62

4.2.3. Perbandingan Kewenangan dan Tugas.............................................. 78

4.3. Perbandingan Struktur Kelembagaan Kementerian Agama

Republik Indonesia dan Diyanet Isleri Baskanligi

..........................................................................................................

84

4.3.1. Struktur Kelembagaan Kementerian Agama RI................................ 84

4.3.2. Struktur Kelembagaan Diyanet Isleri Baskanligi Turki.................... 85

4.3.3. Perbandingan Struktur Kelembagaan............................................... 89

BAB V PENUTUP.................................................................................... 91

5.1. Simpulan............................................................................................ 91

5.2. Saran.................................................................................................. 94

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 95

Page 12: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

xii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Struktur Organisasi Kementerian Agama Republik

Indonesia.............................................................................

84

Bagan 2. Struktur Kepresidenan Turki............................................... 85

Bagan 3. Struktur Organisasi Diyanet Isleri

Baskanligi............................................................................

86

Page 13: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Logo Kementerian Agama Republik Indonesia................. 35

Gambar 2. Logo Diyanet Isleri Baskanligi Turki................................. 37

Page 14: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Agama merupakan sebuah kata berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang

berarti "tradisi" atau "a" berarti tidak; "gama" berarti kacau. Sehingga agama berarti

tidak kacau. Dapat juga diartikan suatu peraturan yang bertujuan untuk mencapai

kehidupan manusia ke arah dan tujuan tertentu. Émile Durkheim (Durkheim, 1915:10)

mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas

kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Agama merupakan

sistem yang mengatur keimanan dan peribadatan seseorang kepada Tuhan.

Menurut Black’s Law Dictionary, kata Agama atau dalam bahasa Inggris

disebut Religion dideskripsikan sebagai (Black, 1990:1455):

“Man’s relation to Divinity, to reverence, worship, obedience, and submission to

mandates and precepts of supernatural or superior beings. In its broadest sense

includes all forms of belief in the existence of superior beings exercising power over

human beings by volition, imposing rules of conduct, with future rewards and

punishments.”

Agama merupakan relasi seseorang dengan sebuah entitas tertinggi yang

memberikan perintah dan larangan yang berwujud sebuah peraturan yang akan

berimbas pada ganjaran maupun hukuman yang akan didapat seseorang di kemudian

hari. Relasi tersebut didasari pada keyakinan hati tanpa paksaan apapun.

Page 15: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

2

Melissa Crouch (Crouch, 2012: 3) menjelaskan mengenai kehidupan beragama

dan bernegara di Indonesia sebagai berikut:

“Indonesia is a multi-religious society with a long history of religious tolerance. It is

the largest Muslim-majority country in the world. It is also the world’s third largest

democracy. The Constitution is not based on Islamic law, but rather the state ideology

of the Pancasila, which upholds Belief in Almighty God. This principle of Belief in God

is protected by what is known in Indonesia as the ‘Blasphemy Law’.”

Sejarah toleransi beragama di Indonesia telah berlangsung sejak lama.

Indonesia merupakan negara dengan penduduk Islam terbanyak di dunia. Namun,

konstitusi Indonesia tidak menggunakan hukum Islam sebagai dasarnya, melainkan

menggunakan Pancasila, yang di antaranya menjunjung tinggi Ketuhanan. Prinsip

kepercayaan terhadap Tuhan ini dilindungi di Indonesia dengan apa yang disebut

“Hukum Penodaan Agama”.

Norma dasar bangsa Indonesia, agama ditempatkan pada posisi tertinggi yaitu

dalam Pancasila Sila Pertama yang berbunyi “Ketuhanan yang Maha Esa”. Sedangkan

dalam Undang-Undang Dasar 1945 terdapat beberapa pasal mengenai agama yaitu

pasal 28E (1) tentang hak beragama dan menjalankan ibadah, pasal 28I (1) yang

memperjelas hak beragama sebagai hak yang tidak bisa dikurangi, serta secara khusus

disebutkan pada pasal 29 (1) negara Indonesia berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa

dan pada ayat (2) ditegaskan bahwa negara menjamin kemerdekaan beragama di

Indonesia.

Dilihat dari pernyataan di atas jelas bahwa Indonesia sangat menjunjung tinggi

religiositas para warga negaranya. Seperti yang kita ketahui di Indonesia terdapat enam

agama resmi yang diakui oleh pemerintah. Keenam agama tersebut adalah Islam,

Page 16: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

3

Kristen, Katholik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Dari keenam agama tersebut, agama

Islam merupakan agama dengan jumlah pemeluk terbanyak di Indonesia. Menurut hasil

sensus tahun 2010, 87,18% dari 237.641.326 penduduk Indonesia adalah pemeluk

Islam (BPS, 2010).

Pembentukan Kementerian Agama di Indonesia berawal dari usulan sidang

pleno BP-KNIP tanggal 25-28 Nopember 1945. Usul tersebut mendapat sambutan dan

dikuatkan oleh tokoh-tokoh Islam yang hadir dalam sidang KNIP pada waktu itu.

Tanpa pemungutan suara, Presiden Soekarno memberi isyarat kepada Wakil Presiden

Mohamad Hatta, yang kemudian menyatakan, bahwa Adanya Kementerian Agama

tersendiri mendapat perhatian pemerintah. Sebagai realisasi dari janji tersebut, pada 3

januari 1946 pemerintah mengeluarkan ketetapan NO.1/S.D. yang antara lain berbunyi:

Presiden Republik Indonesia, Mengingat: Usul Perdana Menteri dan Badan Pekerja

Komite Nasional Pusat, memutuskan: Mengadakan Departemen Agama.

Turki adalah satu-satunya negara mayoritas Islam yang menganut paham

sekuler. Di Turki urusan Agama terpisah dengan nurusan negara dan pemerintahan.

Sebagian besar penduduk Turki menganut agama Islam dengan persentase sebesar 98%

umat muslim dari keseluruhan penduduk Turki. Sebagian besar muslim di Turki

mengikuti paham sunni dan sebagian kecil lainnya dalah kaum Syi'ah yang terdiri

berbagai sekte, seperti Alevi, Ja'fari, dan Alawi (Hacket, 2012:23).

Survei terbaru tahun 2016 yang dilakukan oleh lembaga penelitian sosial asal

Perancis Ipsos melaporkan bahwa komposisi agama penduduk Turki adalah 83%

menganut agama Islam dari berbagai denominasi. Sebagian besar muslim di Turki

menganut paham sunni dengan persentase 65% dari total keseluruhan penduduk Turki,

Page 17: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

4

pengikut paham Islam Syi'ah berjumlah 4% dari total penduduk Turki. Kaum muslim

Syi'ah di Turki terdiri dari berbagai kelompok, antara lain Alevi, Ja'fari, dan Alawi.

Terdapat kategori 'muslim yang tidak tergabung dalam kelompok/sekte agama tertentu'

dengan angka yang cukup besar yaitu sebanyak 14% dari keseluruhan populasi Turki.

Orang-orang yang menyatakan dirinya tidak beragama sebanyak 7%, dan persentase

pemeluk agama Kristen dengan berbagai denominasi tercatat sebesar 2%. (Ipsos, 2016)

Terdapat juga orang-orang Yahudi di Turki. Kehadiran Yahudi di Turki sudah

ada sejak abad ke-5 Masehi dan terdapat pula gelombang migrasi orang-orang Yahudi

dari Spanyol dan Portugal ketika masa Kesultanan Utsmaniyah berkuasa di wilayah

yang sekarang kita kenal sebagai Turki. Sebagian besar orang Turki keturunan Yahudi

telah bermigrasi ke Israel, namun masih terdapat populasi orang Yahudi yang bertahan

tinggal Turki. Orang Yahudi di Turki diperkirakan berjumlah sekitar 17.400 sampai

18.000 jiwa. (Jewish Virtual Library, 2017)

Sebelum berubah menjadi Republik Turki, Kesultanan Ottoman mengalami

kejayaan sebagai penguasa di tiga benua selama lebih dari tiga abad. Setelah kekalahan

dari Sekutu pada Perang Dunia I, Kesultanan Ottoman kehilangan sebagian besar

wilayah kekuasaannya. Kekalahan ini disebut-sebut sebagai puncak kemunduran

Kesultanan Ottoman. Akhirnya, beberapa tahun kemudian Kesultanan ini bubar.

Faktor-faktor kemunduran tersebut menjadi perdebatan sengit di kalangan

cendekiawan Muslim. Muncul tiga kelompok, yaitu Islam politik, sekuler dan Islam

kultural (Khamami, 2016: 250).

Menurut Sukarno, di Turki yang baru, Islam dibebaskan dari negara, negara

sudah tidak mencampuri urusan itu. Bukan anti terhadap Islam dan tidak pula

Page 18: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

5

mematikan peranan ini. Buktinya, orang masih terus bersembahyang; masjid berfungsi;

dan aturan-aturan keagamaan masih berlaku. Tampaknya ini yang salah dalam

kacamata konservatisme lokal dan internasional kala itu, bahwa sekularisasi adalah

penghapusan agama. Sukarno di sini tampak sudah menerawang bentuk negara

Indonesia ke depan, bahwa sekularisasi yang dimaksud lebih menggambarkan ke depan

Indonesia, di mana sekularisasi tidak berarti meninggalkan agama. Bahkan Sukarno

mengungkap fakta sebaliknya, “Bukan sahaja di Turki, tapi dimana-mana sahaja, di

mana pemerintah campur tangan di dalam urusan agama di situ menjadilah ia satu

halangan besar yang tak dapat dienyahkan” (Almakin, 2016: 325).

“Islamists also need to be distinguished by the means whereby they strive to attain their

goals. Some operate within a parliamentary, democratic context (e.g., in Turkey,

Jordan, and Morocco), others as militant underground movements and terrorists (e.g.,

inPakistan, Afghanistan, and Egypt). In Turkey, Islamists make up approx. 10 percent

of the country’s population.”

Menurut survei yang dilakukan oleh lembaga penelitian sosial Perancis Ipsos,

agama Kristen adalah agama terbesar kedua di Turki dengan persentase sekitar 2% dari

keseluruhan penduduk Turki. Sebagian besar orang Kristen di Turki berasal dari

denominasi gereja-gereja ritus timur. Denominasi Kristen yang terdapat di Turki saat

ini antara lain adalah Gereja Apostolik Armenia, Gereja Ortodoks Siria, Gereja

Ortodoks Yunani, Antiokhia Yunani, Gereja Ortodoks Bulgaria, Gereja Ortodoks

Georgia, Gereja Katolik Roma, Gereja Katolik Kaldea, dan sebagian kecil lainnya

adalah penganut paham protestanisme.

Page 19: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

6

Turki adalah negara sekuler tanpa agama resmi, Konstitusi Turki mengatur

kebebasan beragama dan hati nurani. Di Turki, Diyanet (bahasa Turki: Diyanet İşleri

Başkanlığı, bahasa Inggris: Directorate of Religious Affairs, Bahasa Indonesia:

Direktorat Urusan Keagamaan) adalah institusi negara yang didirikan pada tahun 1924

berdasarkan Pasal 136 Konstitusi Turki. Institusi ini didirikan oleh Majelis Agung

Nasional Turki sebagai penerus Shaykh al-Islām setelah pembubaran Kekhalifahan

Utsmaniyah.

Reformasi yang terjadi pada masa Kesultanan Utsmaniyah di abad ke-20

masehi telah banyak mengubah Turki dalam banyak aspek. Salah satu perubahan yang

terbilang cukup signifikan adalah penerapan paham sekularisme di Turki yang digagas

oleh Mustafa Kemal Atatürk. Meskipun mengaku sebagai negara sekuler, Republik

Turki melonggarkan beberapa aturan yang biasanya diterapkan di negara sekuler

lainnya, seperti:

Pemerintah Turki tidak melakukan pemisahan antara negara dan agama

(terdapat sebuah lembaga negara yang mengatur urusan agama, Diyanet İşleri

Başkanlığı) Negara memiliki fungsi pengawasan terhadap kegiatan keagamaan di

Turki. Hal ini sesuai dengan Pasal 2.1 Konstitusi Republik Turki yang menjelaskan

bahwa Turki merupakan sebuah negara yang sekuler yang berbentuk Republik dan

menganut prinsip demokrasi.

Urusan yang berkaitan dengan keagamaan di Turki diambil oleh sebuah

lembaga negara yang bernama Diyanet İşleri Başkanlığı atau dalam Bahasa Indonesia

disebut dengan Direktorat Kementerian Urusan Agama. Diyanet İşleri Başkanlığı

pertama kali dibentuk oleh Bapak Bangsa Turki, Mustafa Kemal Atatürk, melalui

Page 20: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

7

Majelis Agung Nasional Turki sebagai penerus Shaykh al-Islām setelah pembubaran

Kesultanan Utsmaniyah. Diyanet mengemban tanggung jawab atas seluruh masjid

(hanya masjid Sunni) di seluruh wilayah kedaulatan Turki. Diyanet memiliki

wewenang untuk mengurus operasional masjid seperti merekrut pengurus dan imam

masjid sebagai pegawai negeri sipil.

Sesuai dengan ketetapan konstitusi Turki, Diyanet memiliki kewajiban untuk

"menjalankan tugas terkait dengan kepercayaan, ibadah, dan etika Islam, dan

mencerahkan masyarakat mengenai agama mereka, dan mengelola tempat-tempat

ibadah yang suci”. Diyanet juga bertanggung jawab atas khotbah jumat yang

disampaikan oleh imam setiap minggu di masjid-masjid saat berlangsungnya ibadah

salat Jumat. Terdapat sekitar 85.000 masjid di dalam wilayah negara Turki dan 2.000

masjid lain di luar negeri yang beroperasi di bawah pengawasan Diyanet. Diyanet

menyediakan pendidikan Al-Quran untuk anak-anak dan melatih serta merekrut para

imam sebagai pegawai negeri sipil untuk bertugas di masjid-masjid dibawah

pengawasan pemerintah. Biaya operasional Diyanet İşleri Başkanlığı hanya diambil

dari pajak dan sumbangan dari kalangan umat muslim sunni. Agama dan kepercayaan

lain di Turki harus melakukan swadana untuk kebutuhan keuangan operasional

kegiatan agama mereka (Akgonul, 2005:20).

Seperti yang telah ditetapkan oleh hukum, kewajiban Diyanet adalah

"menjalankan tugas terkait dengan kepercayaan, ibadah, dan etika Islam, dan

mencerahkan masyarakat mengenai agama mereka, dan mengelola tempat-tempat

ibadah yang suci”. Diyanet merumuskan khotbah mingguan yang disampaikan di

85.000 masjid di Turki dan 2.000 masjid lain di luar negeri yang beroperasi di bawah

Page 21: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

8

pengawasan Diyanet. Diyanet menyediakan pendidikan Al-Quran untuk anak-anak dan

melatih serta mempekerjakan imam-imam Turki yang secara teknis dianggap sebagai

pegawai negeri.

Dari sini dapat dilihat bahwa Indonesia dan Turki memiliki persamaan.

Persamaan tersebut adalah kedua negara ini memiliki jumlah penduduk yang menganut

ajaran Islam dengan populasi terbanyak di negaranya. Selain itu, kedua negara ini juga

menjunjung tinggi kebebasan beragama, meskipun memiliki perbedaan dalam

penerapannya. Indonesia memiliki agama-agama resmi, sedangkan dalam konstitusi

Turki mengatur adanya kebebasan beragama dari hati nurani dan memisahkan urusan

agama dengan urusan pemerintahan. Tentu hal ini akan memberikan dampak pada

perbedaan pengaturan mengenai kehidupan beragama berikut lembaga yang mengatur

urusan tersebut.

1.2. Identifikasi Masalah

Permasalahan penelitian yang penulis tuliskan pada latar belakang di atas dapat

diidentifikasi permasalahannya sebagai berikut:

1. Keikutsertaan pemerintah Indonesia dan Turki dalam mengatur kehidupan

beragama yang pada dasarnya adalah kebutuhan tiap masing-masing individu.

2. Prioritas terhadap penganut agama tertentu dalam pengaturan kehidupan

beragama.

3. Perbedaan subtansi keagamaan yang diatur di masing-masing negara.

1.3. Pembatasan Masalah

Page 22: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

9

Pembatasan masalah bertujuan agar penelititan skripsi ini tidak menyimpang

dan mengambang dari tujuan semula direncanakan sehingga mempermudah

mendapatkan data dan informasi yang diperlukan. Maka dari itu penulis menetapkan

batasan-batasan sebagai berikut:

1. Sumber kewenangan pengaturan kehidupan beragama oleh Kementerian

Agama Republik Indonesia dan Diyanet Isleri Baskanligi.

2. Persamaan dan perbedaan tugas Kementerian Agama Republik Indonesia dan

Diyanet Isleri Baskanligi Turki dalam mengatur kehidupan beragama.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang tersebut di atas maka dapat dikemukakan rumusan

masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perbandingan tugas dan kewenangan Kementerian Agama

Republik Indonesia dan Diyanet İşleri Başkanlığı Turki sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku?

2. Bagaimana perbandingan struktur kelembagaan Kementerian Agama Republik

Indonesia dan Diyanet İşleri Başkanlığı Turki?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Untuk mendeskripsikan perbandingan tugas dan kewenangan Kementerian

Agama Republik Indonesia dan Diyanet İşleri Başkanlığı Turki sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 23: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

10

2. Untuk mendeskripsikan perbandingan struktur kelembagaan Kementerian

Agama Republik Indonesia dan Diyanet İşleri Başkanlığı Turki.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diberikan melalui penelitian ini adalah:

1. Diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan dalam pengembangan

bidang ilmu hukum khususnya hukum tata negara dan hukum administrasi

negara, mengenai perbandingan tugas dan kewenangan Kementerian Agama

Republik Indonesia dan Diyanet İşleri Başkanlığı Turki

2. Diharapkan dapat memberikan sumbangan dan masukan bagi pembuat

kebijakan, agar dalam menjalankan tugas dan kewenangannya Kementerian

Agama Republik Indonesia dapat bekerja secara maksimal.

Page 24: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian

mengenai Perbandingan Kementerian Agama Republik Indonesia dan Diyanet Isleri

Baskanligi Turki dalam Mengatur Kehiduapan Beragama belum pernah diteliti dalam

topik permasalah yang sama. Meskipun demikian, terdapat beberapa judul mengenai

perbandiangan hukum dengan berbagai topik kajian, yaitu:

No Nama

Peneliti

Judul

Penelitian

Fokus kajian Unsur Kebaruan

1. Dedi Pahroji

& Holyness

N

Singadimed

ja

(2012)

Perbandingan

Sistem Hukum

Ketenagakerja

an Negara

Malaysia Dan

Negara

Indonesia

Dalam

Perlindungan

Hukum Dan

Penegakan

Hak Asasi

Manusia

Perlindungan

HAM di dalam

sistem hukum

ketenagakerjaan

di Indonesia dan

Malaysia

Penelitian ini akan

membandingkan

tugas dan

kewenangan

Lembaga Negara

yang mengurusi

bidang agama di

Turki dan Indonesia

2. Andrew

Harding dan

Peter

Leyland

(2009)

The

Constitutional

Courts Of

Thailand And

Indonesia: Two

Case Studies

From South

East Asia

Mahkamah

konstitusi yang

berada di

Indonesia dan

Thailand

Penelitian ini akan

membandingkan

tugas dan

kewenangan

Lembaga Negara

yang mengurusi

bidang agama di

Turki dan Indonesia

3. Arif

Setiawan

Perbandingan

Pengaturan

Penyelenggara

Penyelenggaraan

pendidikan

profesi advokat

Penelitian ini akan

membandingkan

tugas dan

Page 25: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

12

2.2. Teori Perbandingan Hukum

Membandingkan itu berarti mencari persamaan dan perbedaan dari satu obyek

atau lebih. Proses perbandingan dapat diibaratkan sebagai suatu kegiatan untuk

mengadakan identifikasi terhadap persamaan / perbedaan antara dua gejala tertentu

atau lebih (Soekanto, 1977 : 10).

Dalam kepustakaan bahasa asing untuk Perbandingan Hukum Administrasi

Negara terdapat istilah-istilah yang berikut:

a. Samuel E. Finer : Comparative Government;

b. Jean Blandel : An Introduction to Comparative Government;

c. Nimrod Raphaeli : Introduction to Comparative Public Administration;

d. Roy C. Maeridis : The Study of Comparative Govenment;

e. Samuel A. Johnson : Essentials of Comparative Government;

Mata pelajaran Perbandingan Hukum Administrasi Negara yang dalam bahasa

asing digunakan istilah : “Comparative Administrative Law”, Ataupun istilah

“Comparative Government”, maupun istilah “Vergelijkende administratiefrecht” di

dalamnya tersangkut suatu metode penyelidikan yang bersifat “Comparative” atau

“vergelijkend” yakni perbandingan.

Lucky

Suryo

Wicaksono

Siti Anisah

Eko Rial

Nugroho

(2017)

n Pendidikan

Profesi

Advokat (PPA)

Di Indonesia

Dan Amerika

Serikat

baik di Indonesia

maupun di

Amerika Serikat

kewenangan

Lembaga Negara

yang mengurusi

bidang agama di

Turki dan Indonesia

Page 26: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

13

Adapun metode perbandingan ialah suatu metode mengadakan perbandingan di

antara dua atau lebih obyek penyelidikan untuk menambah dan memperdalam tentang

obyek-obyek yang diselidiki, dalam hal perbandingan hukum administrasi negara,

dibandingkan hukum administrasi negara/pemerintahan Republik Indonesia dengan

hukum administrasi/pemerintahan negara atau negara-negara lain tertentu.

Dengan demikian dalam mengadakan perbandingan ini terdapat obyek yang

hendak diperbandingkan itu sudah diketahui sebelumnya, namun pengetahuan kita

mengenai obyek penyelidikan itu belum tegas dan jelas. Oleh karena perbandingan itu

harus diadakan terhadap dua atau lebih obyek penyelidikan yang memuat baik

persamaan-persamaan maupun perbedaan-perbedaan itulah yang memperlihatkan

hakikat sebenarnya dari objek-objek yang dibandingkan itu; sehingga dengan demikian

biasanya metode perbandingan itu didasarkan kepada metode deskripsi (pelukisan),

analisa (penguraian), teori dan penilaian (evaluasi) dan karena itu dapat bersifat

induktif-deduktif.

Perbandingan dilakukan terhadap obyek penyelidikan dan dalam perbandingan

Hukum Administrasi Negara yang menjadi obyeknya adalah “Administrative Law”

yakni Hukum Administrasi Negara positif yang merupakan hukum mengenai

organisasi pemerintahan negara tertentu. Perbandingan Hukum Administrasi Negara

sebagai salah satu cabang dari ilmu pengetahuan kenegaraan, pada umumnya

mempunyai obyek lapangan penyelidikan bukan hanya satu negara saja melainkan

berbagai negara di dunia (Kansil, 2010: 4-5).

Penelitian ini membandingkan tentang tugas dan kewenangan dari Kementerian

Agama Republik Indonesia dengan Diyanet Isleri Baskanligi Turki. Perbandingan

Page 27: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

14

tersebut juga dilakukan dengan melihat struktur kelembagaan kedua lembaga secara

keseluruhan. Kedudukan kedua lembaga dalam tata pemerintahan di masing-masing

negara turut dikaji.

2.3. Teori Konstitusi

Istilah konstitusi dalam arti pembentukan, berasal dari bahasa Perancis yaitu

constituer, yang berarti membentuk. Yang dimaksud dengan membentuk disini adalah

membentuk suatu negara (Riyanto, 2000: 17).

Dalam pembentukan suatu negara tentu diperlukan sebuah dasar ataupun

fondasi. Fondasi tersebut berguna untuk menentukan arah suatu negara akan

dikembangkan dan dibangun. Fondasi dari suatu negara memperhatikan budaya dan

nilai luhur yang hidup di dalam bangsa yang mendiami wilayah negara tersebut.

Konstitusi dapat pula diartikan sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang

mengatur kekuasaan pemerintahan, hak-hak pihak yang diperintah (rakyat), dan

hubungan di antara keduanya. Konstitusi bisa berupa catatan tertulis; konstitusi dapat

ditemukan dalam bentuk dokumen yang bisa diubah atau diamandemen menurut

kebutuhan dan perkembangan zaman; atau konstitusi dapat juga berwujud sekumpulan

hukum terpisah dan memiliki otoritas khusus sebagai hukum konstitusi. Atau, bisa pula

dasar-dasar konstitusi tersebut ditetapkan dalam satu atau dua undang-undang dasar

sedangkan selebihnya bergantung pada otoritas kekuatan adat-istiadat atau kebiasaan

(Strong, 2007: 14-15).

Fungsi dasar konstitusi ialah mengatur pembatasan kekuasaan dalam negara.

Sebagaimana yang diungkapkan oleh Prof. Bagir Manan bahwa konstitusi ialah

Page 28: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

15

sekelompok ketentuan yang mengatur organisasi negara dan susunan pemerintahan

suatu negara (Arto, 2001: 10).

Hans Kelsen (Kelsen, 2007: 244-245) mempertimbangkan tatanan hukum

nasional, konstitusi merupakan jenjang tertinggi hukum positif. Disini konstitusi

dipahami dalam pengertian material yakni:

“Kita memahami konstitusi sebagai norma atau sekumpulan norma

positif yang mengatur penciptaan norma-norma hukum. Konstitusi bisa

diciptakan oleh adat atau dengan tindakan tertentu yang dilakukan oleh

satu atau sekelompok individu, yakni melalui tindakan legislatif.

Kostitusi dalam pengertian material harus dibedakan dari konstitusi

dalam pengertian formal, yakni sebuah dokumen yang dinamakan

Konstitusi yang, sebagai konstitusi tertulis, bisa berisi tidak hanya

norma-norma yang mengatur penciptaan norma hukum (yakni,

legislasi), namun juga norma-norma tentang subyek-subyek lain yang

penting secara politis; dan, selain itu, regulasi yang menurutnya norma-

norma yang terkandung di dalam dokumen ini dapat dihapus atau

diubah-tidak sama dengan undang-undang biasa, namun dengan

prosedur khusus dan dengan persyaratan yang lebih ketat”.

Undang-Undang Dasar menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat

kekuasaan ini bekerjasama dan menyesuaikan diri satu sama lain dan Undang-Undang

Dasar juga merekam hubungan-hubungan kekuasaan satu sama lain (Budiardjo, 1981:

95-96). Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 hanya berisi 37 pasal, maka sifat

Undang-Undang Dasar adalah singkat dan supel. Maknanya Undang-Undang Dasar

hanya memuat aturan-aturan pokoknya saja. Supel mengandung makna masyarakat itu

selalu berubah dan mengalami perkembangan, maka kita harus menjaga supaya tidak

ketinggalan zaman.

Menurut Padmowahyono di dalam buku Kaelan (Kaelan, 2010: 177) seluruh

kegiatan negara dikelompokkan menjadi dua macam: (1) Penyelenggaraan kehidupan

negara; (2) Penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Oleh karena sifatnya tertulis maka

Page 29: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

16

Undang-Undang Dasar rumusnya jelas yaitu merupakan hukum positif yang mengikat

pemerintah sebagai penyelenggara negara dan setiap warga negara. Aturan-aturan

pokoknyaharus selalu dikembangkan dan disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Undang-Undang Dasar 1945 dalam tertib hukum Indonesia merupakan peraturan

hukum positif yang tertinggi, disamping sebagai alat kontrol terhadap norma-norma

hukum positif yang lebih rendah dalam hierarkis tertib hukum Indonesia.

Sifat hukum dasar tertulis tersebut dapat dirinci sebagai berikut : (1) peraturan

perundangan yang tertinggi dalam negara, (2) memuat aturan-aturan pokok

ketatanegaraan, (3) mengikat hak pada pemerintah, lembaga-lembaga kenegaraan,

lembagalembaga kemasyarakatan, warga negara dan penduduk dimana saja berada, (4)

menjadi alat pengontrol dan alat pengecek apakah peraturan hukum dan peraturan

perundang-undangan dibawahnya sesuai dengan ketentuan UndangUndang Dasar, (5)

menjadi dasar dan sumber hukum bagi peraturan hukum dan peraturan perundangan di

bawahnya.

Konstitusi Republik Turki (bahasa Turki: Türkiye Cumhuriyeti Anayasası),

dikenal juga dengan nama Konsitusi 1982, adalah hukum dasar Turki. Konstitusi ini

menetapkan lembaga pemerintahan Turki serta menetapkan prinsip dan aturan

kepemimpinan negara bersamaan dengan tanggung jawabnya terhadap warga

negaranya. Konstitusi ini juga menetapkan hak dan tanggung jawab warga negara

Turki seraya mengatur pedoman bagi pendelegasian dan pelaksanaan kedaulatan yang

dimiliki bangsa Turki. Konsitusi ini disahkan pada tanggal 7 November 1982,

menggantikan Konstitusi 1961 yang berlaku sebelumnya. Konstitusi 1982 telah

diamendemen sebanyak tujuh belas kali, dua di antaranya (tahun 2007 dan 2010)

Page 30: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

17

melalui suatu referendum, satu di antaranya (tahun 1987) sebagian melalui referendum.

Secara keseluruhan, 113 dari 117 pasal Konstitusi 1982 telah diamendemen.

Konstitusi menegaskan bahwa Turki adalah republik sekuler (2.1) dan

demokratis (2.1) (1.1) yang memperoleh kedaulatannya (6.1) dari rakyat. Kedaulatan

berada di tangan Bangsa Turki, yang mendelegasikan latihannya ke parlemen tunggal

yang terpilih, Majelis Nasional Agung Turki.

Pasal 4 menyatakan ketidakmampuan prinsip-prinsip pendirian Republik

diteorikan dalam tiga Pasal pertama dan melarang setiap proposal untuk modifikasi

mereka. Pembukaan juga melibatkan prinsip-prinsip nasionalisme, yang diteorikan

sebagai "kesejahteraan material dan spiritual Republik". Sifat dasar Turki adalah laïcité

(2), persamaan sosial (2), persamaan di depan hukum (10), bentuk pemerintahan

Republik (1), ketidakterbandingan Republik dan Negara Turki (3.1). "Jadi, ia

menetapkan untuk mendirikan negara-bangsa kesatuan berdasarkan prinsip-prinsip

demokrasi sekuler.

Tujuan dan Tugas dasar Negara diteorikan dalam Pasal 5. Konstitusi

menetapkan pemisahan kekuasaan antara Kekuasaan Legislatif (7.1), Kekuasaan

Eksekutif (8.1), dan Kekuasaan Kehakiman (9.1) dari negara. Pemisahan kekuasaan

antara legislatif dan eksekutif adalah longgar, sedangkan yang antara eksekutif dan

legislatif dengan peradilan adalah yang ketat.

2.4. Teori Kewenangan

Marbun (1997: 54) menjelaskan mengenai wewenang atau kewenangan

sebagai berikut:

Page 31: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

18

Secara konseptual, istilah wewenang atau kewenangan sering

disejajarkan dengan istilah Belanda “bevoegdheid” (yang berarti

wewenang atau berkuasa). Wewenang merupakan bagian yang sangat

penting dalam Hukum Tata Pemerintahan (Hukum Administrasi),

karena pemerintahan baru dapat menjalankan fungsinya atas dasar

wewenang yang diperolehnya. Keabsahan tindakan pemerintahan

diukur berdasarkan wewenang yang diatur dalam peraturan perundang-

undangan. Perihal kewenangan dapat dilihat dari Konstitusi Negara

yang memberikan legitimasi kepada Badan Publik dan Lembaga

Negara dalam menjalankan fungsinya. Wewenang adalah kemampuan

bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk

melakukan hubungan dan perbuatan hukum.

Stroink dan Steenbeek sebagaimana dikutip oleh Ridwan, mengemukakan

pandangan yang berbeda, sebagai berikut: “Bahwa hanya ada 2 (dua) cara untuk

memperoleh wewenang, yaitu atribusi dan delegasi. Atribusi berkenaan dengan

penyerahan wewenang baru, sedangkan delegasi menyangkut pelimpahan wewenang

yang telah ada (oleh organ yang telah memperoleh wewenang secara atributif kepada

organ lain; jadi delegasi secara logis selalu didahului oleh atribusi). Mengenai mandat,

tidak dibicarakan mengenai penyerahan wewenang atau pelimbahan wewenang.

Dalam hal mandat tidak terjadi perubahan wewenang apapun (dalam arti yuridis

formal), yang ada hanyalah hubungan internal” (Ridwan, 2003: 74-75).

2.5. Teori Lembaga Negara

Istilah organ negara atau lembaga negara dapat dibedakan dari perkataan organ

atau lembaga swasta, lembaga masyarakat, atau yang biasa disebut Ornop atau

Organisasi Nonpemerintahan yang dalam bahasa Inggris disebut Non-Government

Organization atau Non-Governmental Organization (NGO’s). Lembaga Negara itu

dapat berada dalam ranah legislatif, eksekutif, yudikatif, ataupun yang bersifat

campuran (Asshiddiqie, 2010:27).

Page 32: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

19

Menurut Natabaya, penyusunan UUD 1945 sebelum perubahan, cenderung

konsisten menggunakan istilah badan negara, bukan lembaga negara atau organ negara.

Sedangkan UUD Tahun 1945 setelah perubahan keempat (tahun 2002), melanjutkan

kebiasaan MPR sebelum masa reformasi dengan tidak konsisten menggunakan

peristilahan lembaga negara, organ negara, dan badan negara (Asshiddiqie, 2010: 28).

Lembaga negara yang diatur dan dibentuk oleh Undang-Undang Dasar

merupakan organkonstitusi, sedangkan yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang

merupakan organ Undang-Undang, sementara yang hanya dibentuk karena keputusan

Presiden tentunya lebih rendah lagi tingkatan dan derajat perlakuan hukum terhadap

pejabat yang duduk di dalamnya. Demikian pula jika lembaga yang dimaksud dibentuk

dan diberi kekuasaan berdasarkan Peraturan Daerah, tentu lebih rendah lagi

tingkatannya. Kedudukan lembaga yang berbeda-beda tingkatannya inilah yang ikut

mempengaruhi kedudukan peraturan yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga

tersebut (Asshiddiqie, 2010: 37).

2.6. Teori Good Governance

Ridwan HR (2014: 234) memberikan penjelasan tentang Asas-Asas Umum

Pemerintahan yang Baik sebagai berikut bahwa Pemahaman mengenai AAUPB tidak

hanya dapat dilihat dari segi kebahasaan saja namun juga dari segi sejarahnya, karena

asas ini timbul dari sejarah juga. Dengan bersandar pada kedua konteks ini, Asas-Asas

Umum Pemerintahan yang Baik dapat dipahami sebagai asas-asas umum yang

dijadikan dasar dan tata cara dalam penyelenggaraan pemerintahan yang layak, yang

dengan cara demikian penyelenggaraan pemerintahan menjadi baik, sopan, adil,

Page 33: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

20

terhormat, bebas dari kedzaliman, pelanggaran peraturan, tindakan penyalahgunaan

wewenang, dan tindakan sewenang-wenang.

Berbeda dari pemahaman sebelumnya, Jazim Hamidi di dalam buku Sinamo

(2010:142) memberi pengertian tentang Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik

(AAUPB), antara lain:

a. AAUPB merupakan nilai-nilai etik yang hidup dan berkembang dalam

lingkungan hukum Administrasi Negara;

b. AAUPB berfungsi sebagai pegangan bagi para pejabat administrasi negara

dalam menjalankan fungsinya, merupakan alat uji bagi hakim administrasi

dalam menilai tindakan administrasi negara (yang berwujud penetapan atau

beschikking) dan sebagai dasar pengajuan gugatan bagi pihak penggugat;

c. Sebagian besar dari AAUPB masih merupakan asas-asas yang tidak tertulis,

masih abstrak, dan dapat digali dalam praktik kehidupan di masyarakat;

d. Sebagian asas yang lain sudah menjadi kaidah hukum tertulis dan terpencar

dalam berbagai peraturan hukum positif.

AAUPB dalam kepustakaan berbahasa Indonesia masih terbilang cukup minim,

sehingga ketika membahasan AAUPB yang sering rujukan yang sering digunakan

adalah AAUPB yang coba dikelompokkan oleh Kuntjoro Purbopranoto (Ridwan,

2014:244-245) dalam bukunya yang berjudul “Beberapa Catatan Hukum Tata

Pemerintahan dan Peradilan Administrasi Negara” mengetengahkan 13 asas yaitu:

a. Asas kepastian hukum (principle of legal security)

Asas kepastian hukum, memiliki dua aspek yaitu aspek hukum material dan

aspek hukum formal. Dalam aspek hukum material terkait dengan asas

Page 34: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

21

kepercayaan. asas kepastian hukum menghalangi penarikan kembali/perubahan

ketetapan. Asas ini menghormati hak yang telah diperoleh seseorang

berdasarkan suatu keputusan pemerintah, meskipun keputusan itu salah

sedangkan aspek hukum formal, memberikan hak kepada yang berkepentingan

untuk mengetahui dengan tepat apa yang dikehendaki suatu ketetapan

b. Asas keseimbangan (principle of proportionality)

Asas Keseimbangan, asas ini menghendaki adanya keseimbangan antara

hukuman jabatan dan kelalaian atau kealpaan pegawai dan adanya kriteria yang

jelas mengenai jenis-jenis atau kualifikasi pelanggaran atau kealpaan.

c. Asas kesamaan (principle of equality)

Asas Kesamaan dalam mengambil Keputusan, asas ini menghendaki badan

pemerintahan mengambil tindakan yang sama (dalam arti tidak bertentangan)

atas kasus-kasus yang faktanya sama. Asas ini memaksa pemerintah untuk

menjalankan kebijaksanaan. Aturan kebijaksanaan, memberi arah pada

pelaksanaan wewenang bebas.

d. Asas bertindak cermat (principle of carefuleness)

Asas Bertindak Cermat, asas ini menghendaki pemerintah bertindak cermat

dalam melakukan aktivitas penyelenggaraan tugas pemerintahan sehingga tidak

menimbulkan kerugian bagi warga negara. Dalam menerbitkan ketetapan,

pemerintah harus mempertimbangkan secara cermat dan teliti semua faktor

yang terkait dengan materi ketetapan, mendengar dan mempertimbangkan

alasan-alasan yang diajukan oleh pihak yang berkepentingan,

mempertimbangkan akibat hukum yang timbul dari ketetapan.

Page 35: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

22

e. Asas motivasi untuk setiap putusan (principle of motivation)

Asas Motivasi untuk Keputusan, asas ini menghendaki setiap ketetapan harus

mempunyai motivasi/alasan yang cukup sebagai dasar dalam menerbitkan

ketetapan. Alasan harus jelas, terang, benar, obyektif, dan adil. Alasan sedapat

mungkin tercantum dalam ketetapan sehingga yang tidak puas dapat

mengajukan banding dengan menggunakan alasan tersebut. Alasan digunakan

hakim administrasi untuk menilai ketetapan yang disengketakan.

f. Asas jangan mencampurkan adukan wewenang (principle of non misuse of

competence)

Asas tidak mencampuradukkan kewenangan, di mana pejabat tata usaha negara

memiliki wewenang yang sudah ditentukan dalam perat perundang-undangan

(baik dari segi materi, wilayah, waktu) untuk melakukan tindakan hukum dalam

rangka melayani/mengatur warga negara.

g. Asas permainan yang layak (principle of fair play)

Asas Permainan yang layak (fair play), asas ini menghendaki agar warga negara

diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk mencari kebenaran dan keadilan

serta diberi kesempatan untuk membela diri dengan memberikan argumentasi-

argumentasi sebelum dijatuhkannya putusan administrasi.

h. Asas keadilan atau kewajaran (principle of reasonableness or prohibion of

arbitrariness)

Asas keadilan dan kewajaran, asas keadilan menuntut tindakan secara

proposional, sesuai, seimbang, selaras dengan hak setiap orang. Asas kewajaran

Page 36: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

23

menekankan agar setiap aktivitas pemerintah memperhatikan nilai-nilai yang

berlaku di tengah masyarakat, baik itu berkaitan dengan moral, adat istiadat.

i. Asas menanggapi penghargaan yang wajar (principle of meeting raised

expectation)

Asas kepercayaan dan menanggapi Penghargaan yang Wajar, asas ini

menghendaki agar setiap tindakan yang dilakukan pemerintah harus

menimbulkan harapan-harapan bagi warga negara. Asas meniadakan akibat-

akibat suatu keputusan yang batal (principle of undoing the consequences of an

annulled decision)

Asas kepercayaan dan menanggapi penghargaan yang wajar, asas ini

menghendaki agar setiap tindakan yang dilakukan pemerintah harus

menimbulkan harapan-harapan bagi warga negara.

j. Asas perlindungan atas pandangan hidup (principle of protecting the personal

way of life)

Asas perlindungan atas Pandangan atau cara hidup pribadi, asas ini menghendaki

pemerintah melindungi hak atas kehidupan pribadi setiap pegawai negeri dan

warga negara. Penerapan asas ini dikaitkan dengan sistem keyakinan, kesusilaan,

dan norma-norma yang dijunjung tinggi masyarakat.

k. Asas kebijaksanaan (sepientia)

Asas kebijaksanaan, asas ini menghendaki pemerintah dalam melaksanakan

tugas dan pekerjaannya diberi kebebasan dan keleluasaan untuk menerapkan

kebijaksanaan tanpa harus terpaku pada perat perundang-undangan formal.

l. Asas penyelenggaraan kepentingan umum (the principle of public service)

Page 37: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

24

Penyelenggaraan kepentingan umum, asas ini menghendaki agar pemerintah

dalam melaksanakan tugasnya selalu mengutamakan kepentingan umum, yakni

kepentingan yang mencakup semua aspek kehidupan orang banyak. Mengingat

kelemahan asas legalitas, pemerintah dapat bertindak atas dasar kebijaksanaan

untuk menyelenggarakan kepentingan umum.

2.7. Pengaturan Agama di Indonesia dan Turki

Berdasarkan teori pembagian kekuasaan, kekuasaan di suatu negara dibagi

menjadi eksekutif, legislatif dan yudikatif. Dalam menyelenggarakan dan

melaksanakan administrasi negara, kekuasaan eksekutiflah yang memiliki kewenangan

tersebut.

Sesuai dengan UUD 1945, kekuasaan eksekutif tertinggi dipegang oleh

presiden. Presiden dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh menteri-menteri negara.

Sedangkan dalam pembentukan, pengubahan dan pembubaran kementerian negara

diatur oleh undang-undang.

Kementerian Agama Republik Indonesia dibentuk atas beberapa dasar hukum.

Pertama dalam Pasal 29 ayat 1 dan ayat 2 UUD 1945 berisi "Negara berdasar atas Ke-

Tuhanan Yang Maha Esa" dan "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk

untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan

kepercayaannya itu". Kemudian pada Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009

tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara. Tugas dan fungsi dari

Kementerian Agama dijabarkan di Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia

Nomor 42 Tahun 2016 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Agama.

Page 38: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

25

Diyanet İşleri Başkanlığı Turki dalam melaksanakan tugasnya memiliki dasar

hukum yaitu pada Pasal 136 Konstitusi Turki. Selain itu terdapat pula peraturan-

peraturan pelaksanaan tugasnya antara lain Peraturan Nomor 633 tahun 1965 tentang

Pembentukan dan Tugas-Tugas Diyanet İşleri Başkanlığı.

Menurut Miriam Budiardjo (1982:45), fungsi minimum dari suatu negara

terlepas dari ideologi yang dianutnya adalah melaksanakan penertiban (law and order),

menjaga kesatuan dan persatuan sebagai suatu bangsa/negara, menjaga keamanan

masyarakat Fungsi kedua adalah mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran

rakyat, baik dalam aspek materiel maupun spiritual, rohani dan jasmani. Fungsi ketiga

yaitu pertahanan, hal ini juga menjaga segala kem ungkinan serarigan dari luar. Fungsi

keempat adalah menjunjung tinggi keadilan yang dilaksanakan melalui lembaga

peradilan.

L. V. Ballard di dalam buku Soehino (1980:16) secara sederhana menyatakan

bahwa tujuan negara yang terutama adalah memelihara ketertiban dan peradaban,

sedangkan fungsinya ialah menciptakan syarat-syarat dan perhubungan yang

memuaskan bagi semua warga negara. Negara memiliki wewenang untuk

mengatur kehidupan beragama dalam lingkup negara tersebut. Hal ini tidak lain

disebabkan negara memiliki tugas untuk menjamin kesejahteraan warga

masyarakatnya dan melindungi mereka dari pelanggaran-pelanggaran mengenai Hak

Asasi Manusia.

Page 39: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

26

2.4. Kerangka Berpikir

Perbandingan Tugas dan Kewenangan Kemeterian Agama Republik Indonesia

dan Diyanet Isleri Baskanligi Turki Dalam Mengatur Kehidupan Beragama

Landasan Teori 1) Teori Perbandingan

Hukum 2) Teori Konstitusi 3) Teori Kewenangan 4) Teori Lembaga Negara 5) Teori Good Governance

Pendekatan Penelitian : Metode Kualitatif

Jenis Penelitian : Yuridis Normatif

Tugas dan kewenangan Lembaga Negara yang

ideal dalam mengatur kehidupan beragama

Kehidupan beragama yang tertib dan adil

Page 40: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

91

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan Hasil Penelitian dan Pembahasan pada bab sebelumnya, maka

dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:

5.1.1 Mengenai Perbandingan Tugas dan Kewenangan Kementerian Agama Republik

Indonesia dan Diyanet Isleri Baskanligi Perspektif Peraturan Menteri Agama Nomor

42 Tahun 2016 dan Peraturan Nomor 633 Republik Turki

Kementerian Agama Republik Indonesia memiliki tugas menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang agama untuk membantu Presiden dalam

menyelenggarakan pemerintahan negara. Tugas-tugas tersebut meliputi beberapa

fungsi yaitu a) perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang bimbingan

masyarakat Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Khonghucu, penyelenggaraan

haji dan umrah, dan pendidikan agama dan keagamaan. b) koordinasi pelaksanaan

tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur

organisasi pada Kementerian Agama. c) pengelolaan barang milik/kekayaan Negara

yang menjadi tanggung jawab Kementerian Agama. d) pengawasan atas pelaksanaan

tugas pada Kementerian Agama. e) pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas

pelaksanaan urusan Kementerian Agama di daerah. f) pelaksanaan kegiatan teknis dari

pusat sampai ke daerah. g) pelaksanaan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan

pengembangan di bidang agama dan keagamaan. h) pelaksanaan penyelenggaraan

jaminan produk halal. i) pelaksanaan dukungan substantif kepada seluruh unsur

organisasi pada Kementerian Agama. Kewenangan Kementerian Agama Republik

Page 41: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

92

Indonesia merupakan kewenangan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Diyanet İşleri Başkanlığı merupakan sebuah institusi yang terikat dengan

Kepresidenan yang menjalankan urusan mengenai kepentingan kepercayaan, ibadah

dan ahlak Agama Islam, memberikan pencerahan pada masyarakat perihal agama, dan

mengatur tempat-tempat ibadah. Diyanet İşleri Başkanlığı memiliki kewenangan untuk

mengatur kehidupan beragama di Turki dengan tetap menggunakan prinsip

sekularisme. Di samping itu Diyanet İşleri Başkanlığı tidak diperbolehkan untuk

memasuki ranah politik kenegaraan dalam menjalankan tugasnya. Kewenangan

Diyanet İşleri Başkanlığı diperoleh langsung dalam nomenklatur Konstitusi Turki yaitu

dalam Pasal 136 Konstitusi Turki

5.1.2 Mengenai Perbandingan Struktur Kelembagaan Kementerian Agama Republik

Indonesia dan Diyanet Isleri Baskanligi Perspektif Peraturan Menteri Agama Nomor

42 Tahun 2016 dan Peraturan Nomor 633 Republik Turki

Beberapa persamaan kedua lembaga tersebut adalah: a) Kedua Lembaga

tersebut melakukan pengawasan teknis keagamaan khususnya agama islam. b) Kedua

Lembaga tersebut memiliki tugas pokok yang sama yaitu mengatur urusan agama dan

peribadatan di dalam masing-masing negara. c) Terdapat Unit kerja yang mempunyai

tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian

dukungan administrasi kepada seluruh unit-unit kerja. d) Terdapat unit kerja yang

bertugas menyusun peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan advokasi hukum.

f)Terdapat unit kerja yang bertugas mengelola barang milik/kekayaan negara dan

pelayanan pengadaan barang/jasa. g)Terdapat unit kerja yang bertugas memeriksa dan

Page 42: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

93

mengawasi kinerja unit-unit kerja lain. h)Terdapat unit kerja yang memiliki tugas

membuat dan mengawasi publikasi-publikasi keagamaan yang akan disampaikan

kepada masyarakat.

Beberapa perbedaan kedua lembaga tersebut adalah: a) Kementerian Agama

Republik Indonesia mengatur kehidupan beragama seluruh umat beragama yang diakui

di Indonesia. Sedangkan Diyanet Isleri Baskanligi hanya mengatur kehidupan

beragama umat muslim di Turki. b) Kementerian Agama Republik Indonesia

merupakan sebuah Kementerian dan dipimpin oleh seorang menteri yaitu Menteri

Agama. Sedangkan Diyanet İşleri Başkanlığı Turki merupakan sebuah institusi di

bawah Jenderal Administrasi Kepresidenan Turki dan dipimpin oleh seorang Baskan

atau Kepala. c) Kementerian Agama Republik Indonesia dibentuk melalui urusan yang

disebutkan dalam konstitusi. Sedangkan pembentukan Diyanet İşleri Başkanlığı telah

disebutkan di dalam nomenklatur konstitusi secara jelas. d)Kementerian Agama

Republik Indonesia memiliki Unit-unit kerja yang mengatur urusan agama selain

agama islam yaitu Deputi Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen, Deputi Jenderal

Bimbingan Masyarakat Katolik, Deputi Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu, dan

Deputi Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha. e) Kementerian Agama Republik

Indonesia memiliki unit kerja Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH)

yang bertugas memberikan perlindungan terhadap umat Islam agar dapat

memanfaatkan produk-produk yang halal secara agama. f) Kementerian Agama

Republik Indonesia memiliki Pusat Kerukunan Umat Beragama. Pusat ini diadakan

untuk mewadahi macam-macam agama yang ada di Indonesia. Kedua terdapat Pusat

Bimbingan dan Pendidikan Khonghucu. Pusat ini bertujuan untuk membimbing

Page 43: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

94

masyarakat Khonghucu di Indonesia. g) Diyanet Isleri Baskanligi Turki mengatur

konten yang disampaikan kepada umat islam hingga tataran khotbah yang disampaikan

di masjid. Imam dan Khotib merupakan pegawai negara yang merupakan pegawai tetap

dengan rangkaian seleksi untuk mengisinya.

5.2. Saran

Berdasarkan beberapa temuan simpulan tersebut di atas, maka dapat disajikan

saran sebagai berikut:

1. Kepada Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Agama Republik

Indonesia dapat mempertimbangkan adanya pelatihan terhadap para Imam dan

Khotib serta pendakwah yang ada dalam lingkup Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

2. Kepada Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Agama Republik

Indonesia dapat mempertimbangkan peningkatan kesejahteraan para Imam dan

Khotib serta pendakwah yang ada dalam lingkup Negara Kesatuan Republik

Indonesia dengan memberikan pendapatan yang layak dan/atau menjadikan

profesi tersebut sebagai pegawai negara.

Page 44: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

95

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Achmadi, Abu dan Cholid Narbuko, Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

2005.

Akgönül, Samim. 2005. Religions de Turquie, religions des Turcs: nouveaux

acteurs dans l'Europe élargie - L'Harmattan

Ali, Zainuddin. 2014. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika

Arto, A. Mukti. 2001. Konsepsi Ideal Mahkamah Agung. Jogjakarta : Pustaka

Pelajar

Asshiddiqie, Jimly. 2010. Perkembangan & Konsolidasi Lembaga Negara Pasca

Amandemen. Jakarta: Sinar Grafika

Black, Henry Campbell, M.A. 1990. Black’s Law Dictionary. ST Paul, Minn:

West Publishing Co.

Budiardjo, Miriam. 1981. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia

CST Kansil Dan Christine St Kansil. 2010. Perbandingan Administrasi Negara.

Jakarta: Rineka Cipta

Durkheim, Emile. 1915. The Elementary Forms of the Religious Life. London:

George Allen & Unwin.

Hacket, Conrad & Grim, Brian & Stonawski, Marcin & Skirbekk, Vegard &

Potančoková, Michaela & Abel, Guy. 2012. The Global Religious

Landscape. Washington: PEW

Hartono, Soenarjati.1986. Kapita Selekta Perbandingan Hukum. Bandung:

Alumni.

Page 45: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

96

Ibrahim, Johnny. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif.

Malang: Bayumedia Publishing

Kaelan. 2010. Pendidkan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Kasim, Ifdhal. 2001. Hak Sipil dan Politik: Esai-Esai Pilihan. Jakarta: Lembaga

Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM)

Mahmud, P Marzuki. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenadia Group

Ridwan, HR. 2003. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: UII Pres

Riyanto, Astim. 2000. Teori Konstitusi. Bandung: Yapemdo

SF. Marbun. 1997. Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administrasi di

Indonesia. Yogyakarta: Liberty

Sinamo, Nomensen. 2010. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Jala Permata

Aksara.

Soehino.1980. Ilmu Negara. Yogyakarta: Liberty.

Soekanto, Soerjono. 2006. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat.

Depok: Rajawali Pers.

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1999. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia

Indonesia

Soerjono, Soekanto dan Sri Mamudji. 2006. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta:

Raja. Grafindo Persada

Waluyo, Bambang. 2002. Penelitian Hukum Dalam Praktek. Jakarta: Sinar

Grafika

Page 46: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

97

B. Peraturan Perundang-undangan

Republik Indonesia

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara

Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi

Kementerian Negara

Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 Tentang Kementerian Agama

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2010 Tentang

Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Agama.

Republik Turki

Konstitusi Republik Turki tahun 1982

Peraturan Nomor 633 tahun 1965 tentang Pembentukan dan Tugas-Tugas Diyanet

İşleri Başkanlığı.

C. Jurnal

Almakin. Tanggalkan Khalifah Di Bumi Ini:Membaca Narasi Sukarno tentang

Sekularisme Turki Jurnal Al-Tahrir, 16 (2): 313-338

Crouch, Melissa. 2012. Asian Journal of Comparative Law: 7(1): 1-50

Khamami, Akhamad Rizqon. 2016. Erdoğan Versus Gülen: Perebutan Pengaruh

antara Islam Politik Post-Islamis dengan Islam Kultural Apolitis. Jurnal Al-

Tahrir, 16 (2): 247-266

Öniş, Ziya. 2001. Political Islam at the Crossroads. From Hegemony to Co-

Existence. Contemporary Politics. 7 (4): 281-298

Page 47: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

98

D. Artikel

Badan Pusat Statistik. (2010). Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang

Dianut. Sensus Penduduk 2010. Available at

https://pkub.kemenag.go.id/files/pkub/file/file/Data/zuqi1368036766.pdf

(Diakses tanggal 2018-11-20)

Cemal Karakas. (2007). Turkey: Islam and Laicism Between the Interests of State,

Politics, and Society. Frankfurt : Peace Research Institute Frankfurt.

Available at http://www.hsfk.de/fileadmin/HSFK/hsfk_downloads/

prif78.pdf

Central Intelligence Agency. The World Factbook Available at www.cia.gov

(Diakses tanggal 2018-11-20)

Diyanet Isleri Baskanligi. (2001). The President of Religious-Affairs. Available at

https://www.diyanet.gov.tr/en-US/Institutional/Detail//23/the-president-of-

religious-affairs. (Diakses tanggal 2018-11-20)

Diyanet Isleri Baskanligi. (2018). General Directorate of Human Resources.

Available at https://www.diyanet.gov.tr/en-US/Organization/Detail//14/

general-directorate-of-human-resources. (Diakses tanggal 2018-11-20)

Kementerian Agama RI. (2016). Sejarah Pembentukan Kementerian Agama.

Available at https://kemenag.go.id/home/artikel/42956/sejarah (Diakses

tanggal 2018- 12-20)

Mustafa Balbay. (2011). 1982 Anayasasi'nda Değişen Maddeler. Available at

http://www.odatv.com/n.php?n=177-maddeden-113u-degisti-hangi-82-

anayasasi-1110111200 (Diakses tanggal 2018-11-20)

Page 48: PERBANDINGAN KEWENANGAN DAN TUGAS KEMENTERIAN …lib.unnes.ac.id/36084/1/8111415292_Optimized.pdf · Skripsi Bagian Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara. Fakultas Hukum Universitas

99

Sara Khojoyan. (2009). Armenian in Istanbul: Diaspora in Turkey welcomes the

setting of relations and waits more steps from both countries- Available

at https://www.armenianow.com/news/10672/armenian_in_

istanbul_diaspora_in_t (Diakses tanggal 2018-11-20)

Svante Cornell. (2015). "The Rise of Diyanet: the Politicization of Turkey's

Directorate of Religious Affairs". Available at

https://www.turkeyanalyst.org/publications/turkey-analystarticles/item/463

-the-rise-of-diyanet-the-politicization-of-turkey’s- directorate-ofreligious

-affairs.html (Diakses tanggal 2018-11-20)