ANALISIS PERBANDINGAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK …digilib.unila.ac.id/56508/2/SKRIPSI TANPA BAB...
-
Upload
duongtuyen -
Category
Documents
-
view
243 -
download
6
Transcript of ANALISIS PERBANDINGAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK …digilib.unila.ac.id/56508/2/SKRIPSI TANPA BAB...
ANALISIS PERBANDINGAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM
DAN SESUDAH PENERAPAN PROGRAM E-FILING DALAM
MELAPORKAN SPT TAHUNAN ORANG PRIBADI
(Studi Empiris pada Kantor Pelayanan Pajak di Provinsi Lampung Periode
2012-2017)
(SKRIPSI)
Oleh
FESA MARISA CINTIA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ii
ABSTRAK
ANALISIS PERBANDINGAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM
DAN SESUDAH PENERAPAN PROGRAM E-FILING DALAM
MELAPORKAN SPT TAHUNAN ORANG PRIBADI
(Studi Empiris pada Kantor Pelayanan Pajak di Provinsi Lampung Periode
2012-2017)
Oleh
FESA MARISA CINTIA
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan
antara kepatuhan wajib pajak sebelum dan sesudah penerapan program e-filing
dalam melaporkan SPT tahunan orang pribadi.
Peneliti menggunakan metode sampling jenuh pada penelitian ini. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini merupakan wajib pajak yang terdaftar di kantor
pelayanan pajak di provinsi lampung untuk tahun 2012 sampai dengan 2017.
Sampel yang diperoleh adalah sebanyak 18 sampel. Hipotesis dalam penelitian ini
diuji meggunakan metode wilcoxon signed rank test untuk menguji apakah
terdapat perbedaan yang signifikan antara kepatuhan wajib pajak sebelum dan
sesudah dilakukannya program e-filing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara kepatuhan wajib pajak sebelum dan sesudah dilakukannya program e-filing.
Kata Kunci : Kepatuhan Wajib Pajak, Sebelum, Sesudah, e-Filing
iii
ABSTRACT
ANALYSIS OF COMPARISON OF TAX COMPLIANCE COMPLIANCE
BEFORE AND AFTER THE APPLICATION OF E-FILING PROGRAMS IN
REPORTING LETTER OF NOTIFICATION PRIVATE PERSON (Empirical
Study On Tax Service Offices In Lampung Province Period 2012-2017)
By
FESA MARISA CINTIA
This study aims to examine whether there are significant differences between
taxpayer compliance before and after the application of e-filing programs in
reporting the annual letter of notification of an private person.
The researcher used the saturated sampling method in this study. The population
used in this study is taxpayers registered in the tax service office in Lampung
province for 2012 to 2017. The samples obtained were 18 samples. The hypothesis in
this study was tested using the Wilcoxon signed rank test method to test whether there
were significant differences between taxpayer compliance before and after the e-
filing program.
The results showed that there was no significant difference between taxpayer
compliance before and after the e-filing program.
Keywords : Taxpayer Compliance, Before, After, e-Filing.
ANALISIS PERBANDINGAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK SEBELUM
DAN SESUDAH PENERAPAN PROGRAM E-FILING DALAM
MELAPORKAN SPT TAHUNAN ORANG PRIBADI
(Studi Empiris pada Kantor Pelayanan Pajak di Provinsi Lampung Periode
2012-2017)
Oleh
FESA MARISA CINTIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 11 Juli 1995,
dari pasangan Bapak Hi Idrus Jamal (Alm) dan Ibu Hj Lola
Zera, S.Pd. Penulis merupakan anak keempat dari empat
bersaudara.
Penulis menempuh pendidikan mulai jenjeng Taman Kanak-kanak di TK. Pertiwi
Kotabumi Lampung Utara yang diselesaikan pada tahun 2001, pendidikan sekolah
dasar di SD Negeri 4 Tanjung Aman pada tahun 2007, lalu melanjutkan
pendidikan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 7 Kotabumi yang selesai
pada tahun 2010, dan pendidikan sekolah menengah Atas di SMA Negeri 3
Kotabumi yang selesai pada tahun 2013.
Pada tahun 2013, penulis diterima sebagai mahasiswi Jurusan Diploma III
Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Program Diploma (PMPD). Pada tahun 2015
penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Kedaton dan lulus pada bulan maret tahun 2016. Penulis terdaftar sebagai
mahasiswa S1 Akuntansi pada bulan September 2016 melalui jalur Alih Program
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
ix
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbilalamin
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala karunia, berkah dan rahmat yang
begitu besar kepada penulis.
Kupersembahkan skripsi ini kepada :
Kedua orangtuaku tercinta, buyah Idrus dan Umi Lola.
Terimakasih kepada Umi dan Buyah yang telah mendidik, membesarkan ku
dengan penuh kesabaran dan pengorbanan yang sangat luar biasa, dan senantiasa
memberi dukungan rohani dan jasmani, serta do’a didalam setiap sujudnya, demi
keberhasilanku . Semoga Allah SWT senantiasa memberikan perlindungan di
dunia maupun di akhirat untuk Umi dan Buyah. Amin
Kakak-Kakakku tersayang
Ferie Irza Irawan, S.SI., M.H., M.Ak.
Febi Rendhi Habibi, S.Sos.
Fegi Irvan Adhitia, S.T.
Yang memberikanku semangat motivasi, dukungan dan moril serta Do’anya.
Seluruh keluarga, sahabat dan teman-temanku yang selalu memberikan
semangat, doa, dan dukungan tiada henti.
Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
x
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain, dan hanya kepada Allah lah hendaknya kamu berharap.”
(Q.S. Al- Insyirah: 6-8)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaumku
mengubah nasibnya sendiri
(Arra’du ayat 11)
“Jangan kamu membandingkan usahamu dengan usaha orang lain tetapi berilah
usaha terbaikmu untuk mencapai sesuatu yang kau harapkan.”
(Fesa Marisa Cintia)
xi
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Analisis Perbandingan Kepatuhan Wajib Pajak Sebelum Dan Sesudah
Penerapan Program E-Filing Dalam Melaporkan SPT Tahunan Orang
Pribadi (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak di Provinsi Lampung
Periode 2012-2017)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama proses
penyusunan dan penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt. selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., Akt. selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
xii
4. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt. selaku Pembimbing Utama, terima
kasih atas bimbingan, arahan, dan waktunya selama ini sehingga penulis
bias menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Yunia Amelia, S.E., M.Sc., CA.selaku Pembimbing Pendamping,
terima kasih atas bimbingan, arahan, dan waktunya selama ini sehingga
penulis bias menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Tri Joko Prasetyo, S.E., M.Si., Akt. selaku Dosen Penguji
Utama yang telah memberikan saran-saran yang membangun mengenai
pengetahuan untuk penyempurnaan skripsi ini.
7. Ibu Ninuk Dewi K, S.E., M.Sc., Akt.., selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan saran dan nasihat selama penulis
menjadi mahasiswa.
8. Seluruh Bapak/Ibu Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya, serta
pembelajaran selama proses perkuliahan berlangsung.
9. Seluruh karyawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih telah
memberikan bantuan dan pelayanan terbaik selama penulis menempuh
pendidikan di Universitas Lampung.
10. Kedua orang tuaku tercinta, Buyah Hi Idrus Jamal (Alm) dan Umi Hj Lola
Zera, S.Pd. terima kasih atas segala bentuk pengorbanan, perjuangan,
kasih sayang, support, sabar dan didikan, serta doanya.
11. Kakak-kakakku Kiay ija, Abang Eno, Uda Egi dan ketiga ayuk iparku
yang luar biasa menyayangiku, terima kasih atas kasih sayang dan
xiii
dukungannya selama ini. serta ponakan-ponakan binda tersayang terima
kasih atas kebahagiaan yang telah kalian berikan.
12. Terima kasih Noven Iriyadi Ibrahim, S.E. yang telah memberikan
semangat, doa, kebahagiaan dan selalu ada membantuku disaat apapun.
13. Sahabat terbaiku, Erentina, Tiay AY, Betik ati, mb Yuli, dan kory terima
kasih atas segala kebaikan kalian selama ini.
14. Teman-teman seperjuangan Konversi Akuntansi 2013, Aripuddin, Arifah,
Betik, Devia, Dimas, Dwinta, Dyah, Hurin, Icha, Indah mon , Meryza,
Mbak Aik, Melati, Riska, Ruri, Tria, Yogi, dan Mbak yuli. Terimakasih
tim sukses disetiap acara, baik seminar hingga kompre. Hidup
HIMAKON!
15. Teman baru seperjuangan skripsi Mba Susi, Mba Nadya dan Kak Ferry.
16. Seluruh Teman-teman KKN Kecamatan Merbau Mataram.
17. Seluruh teman-temanku yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,
yang telah membantu dan mendoakan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Atas bantuan dan dukungannya, penulis mengucapkan terimakasih, semoga amal
perbuatan kalian semua akan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam proses penulisan skripsi ini, akan
tetapi sedikit harapan, semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi yang
membacanya.
Bandar Lampung, 29 Maret 2019
Penulis,
Fesa Marisa Cintia
xiv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
ABSTRACT ......................................................................................................... iii
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. v
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. vi
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ vii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................ viii
PERSEMBAHAN ................................................................................................ ix
MOTTO .................................................................................................................. x
SANWACANA .................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 5
1.3 Batasan Masalah ..................................................................................... 5
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasaran Teori .................................................................................... 8
2.1.1 Teori Kepatuhan ........................................................................... 8
2.1.2 Teori Legitimasi ........................................................................... 9
2.2 Pajak ....................................................................................................... 9
2.2.1 Fungsi Pajak ............................................................................... 11
2.2.2 Jenis Pajak .................................................................................. 11
2.2.3 Asas Pemungutan Pajak ............................................................. 13
2.3 Surat Pemberitahuan (SPT) .................................................................. 13
2.3.1 Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) ............................................ 14
2.3.2 Jenis Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan) ................. 15
2.4 Pengguna e-filling ................................................................................ 16
2.5 Peraturan Penerapan e-Filing ............................................................... 17
2.5.1 Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER-01/PJ/2017
tentang Penyampaian Surat Pemberitahuan Elektronik
................................................................................................ 17
2.5.2 Peraturan Menteri Perdayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Surat Edaran Nomor 8
Tahun 2015 ................................................................................ 28
2.5.3 Electronic filling system (e-Filling) ........................................... 30
2.5.4 Penyampain SPT Tahunan secara e-Filling ............................... 30
2.5.5 Melaporkan SPT Tahunan dengan aplikasi e-Filling ................. 32
xv
2.6 Kepatuhan Wajib Pajak ........................................................................ 37
2.6.1 Pengertian Kepatuhan ................................................................ 37
2.6.2 Syarat-syarat menjadi wajib pajak patuh ................................... 38
2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 39
2.8 Kerangka Pemikiran ............................................................................. 40
2.9 Hipotesis ............................................................................................... 41
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian ................................................................................... 42
3.2 Populasi dan Sampel ............................................................................ 42
3.2.1 Populasi ...................................................................................... 42
3.2.2 Sampel ....................................................................................... 43
3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 43
3.4 Operasional Variabel Penelitian ........................................................... 44
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................ 45
3.5.1 Ukuran wajib pajak patuh .......................................................... 45
3.5.2 Statistik Deskriptif...................................................................... 46
3.5.3 Uji Normalitas ............................................................................ 46
3.5.4 Uji Beda...................................................................................... 47
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Analisis Data ............................................................................... 49
4.1.1 Analisis Deskriptif...................................................................... 49
4.2 Hasil Pengujian Hipotesis ................................................................... 51
4.2.1 Uji Statistik Deskriptif .............................................................. 51
4.2.2 Uji Normalitas .......................................................................... 52
4.2.3 Uji Beda ..................................................................................... 53
4.3 Pembahasan .......................................................................................... 55
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ............................................................................................... 57
5.2 Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 58
5.4 Saran .................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ..................................................................... 39
Tabel 4.1 Data Wajib Pajak ................................................................................... 49
Tabel 4.2 Pemilihan Sampel .................................................................................. 50
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif ................................................................................. 51
Tabel 4.4 Case Processing Summary ..................................................................... 52
Tabel 4.5 Test of Normality ................................................................................... 52
Tabel 4.6 Wilcoxon Signed Ranks Test .................................................................. 53
Tabel 4.7 Tingkat Kepatuhan ................................................................................. 54
Tabel 4.8 Paired Sampel T-Test ............................................................................. 53
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Tahapan e-filling ............................................................................... 32
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran .......................................................................... 40
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi hukum. Hukum
selalu digunakan dalam menjalankan kehidupan kenegaraan dan kebangsaan.
Pedoman serta hukum tertinggi di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945.
Dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat, disebutkan bahwa tujuan
pemerintah negara Indonesia antara lain adalah memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
pendanaan yang besar. Salah satu sumber penerimaan negara yang memberikan
kontribusi cukup besar adalah dari sektor pajak.
Menurut Soemitro dalam Resmi (2014) mendefinisikan pajak adalah iuran
rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi
tersebut kemudian disempurnakan, menjadi Pajak adalah peralihan kekayaan dari
pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplus-
nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk
membiayai public investment.
Peranan pajak dalam pembangunan berhubungan dalam pembangunan
nasional baik pada sektor swasta maupun umum. Pendapatan pajak dapat
menjamin kestabilan bagi tersedianya sumber penerimaan negara. Pemerintah
2
dapat melaksanakan pembangunan dengan baik, memperlancar roda
pemerintahan, menyediakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kemajuan
kehidupan ekonomi masyarakat menjadi lebih baik, tanpa pajak sebagian besar
kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan, besarnya kontribusi pajak dapat
menjamin kestabilan bagi tersedianya sumber penerimaan negara.
Perpajakan di Indonesia berjalan dengan dinamis melalui perubahan seperti
organisasi, sistem, sarana dan prasarana kerja, peraturan maupun aparat yang
mengelola pajak, yang telah memberikan kontribusi pada penerimaan negara,
dengan adanya reformasi perpajakan diharapkan dapat menjangkau seluruh
lapisan masyarakat dengan tarif pajak progresif. Namun tingkat kesadaran
membayar pajak masyarakat indonesia terbilang cukup rendah karena masih
banyak orang yang tidak membayarkan kewajiban pajaknya (Herawan dan
Waluyo, 2014).
Salah satu bentuk modernisasi perpajakan dalam hal pengggunaan teknologi
informasi dalam administrasi perpajakan adalah penerapan media elektronik e-
system. Tujuan dalam penggunaan teknologi informasi dalam administrasi
perpajakan untuk meningkatkan keefisienan. Salah satu jenis e-system adalah e-
filing. Menurut website DJP, keunggulan dari sistem e-filing ini adalah go green,
yaitu melakukan penghematan kertas dengan sistem pelaporan pajak online, selain
itu dengan menggunakan sistem ini, dinilai lebih aman dan tepat karena
menggunakan sistem berbasis komputer. e-filing digunakan untuk mempermudah
wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban pelaporan pajak terhutang, sebelum
adanya media elektronik e-filing, wajib pajak yang ingin melaporkan surat
pemberitahuan pajak terhutang harus melaporkan sendiri ke kantor Direktorat
3
Jenderal Pajak atau dikirim melalui kantor pos secara tercatat atau ketentuan lain
sesuai dengan Undang-undang No. 16 Tahun 2000 Pasal 6 ayat 1 dan 2.
Program elektronik sistem perpajakan yang terdapat di Indonesia khusunya e-
filing sudah ada sejak tahun 2010 namun belum banyak yang menggunakannya.
Berdasarkan Peraturan Kementrian Keuangan Republik Indonesia Direktorat
Jendral Pajak dimana mengeluarkan peraturan Nomor PER-03/PJ/2015 tentang
penyampaian surat pemberitahuan elektronik. Berdasarkan pasal 7 ayat (a) sampai
(e) yang menyatakan bahwa peraturan ini mulai diberlakukan pada tanggal 13
Februari 2015.
Realisasi penerimaan perpajakan untuk 2017 telah mencapai 91,0% atau
menjadi yang tertinggi dibandingkan dengan realisasi pada dua tahun sebelumnya
yang berada di kisaran 83%. Hal itu diungkapkan pada saat konferensi pers terkait
dengan perkembangan ekonomi makro dan realisasi APBN-Perubahan tahun
anggaran 2017 di kementerian keuangan, oleh menteri keuangan Sri Mulyani di
Jakarta pusat, Selasa (2/1/2017). Pajak mencapai 91% ini pertama kali sejak 2
tahun terakhir yang hanya 83%, realisasi penerimaan sektor perpajakan mencapai
Rp 1.339,8 triliun. Jika dibandingkan 2016 maka tumbuh 4,3%, dan kalau
menghilangkan komponen tax amnesty tumbuh12,4%.
Penerimaan PPN 2017 mencapai lebih 100,6%, lebih dari 100%. Tahun 2016
PPn itu hanya 86%, 2016 gross negatif 2,7%, tahun 2017 itu tumbuh 16%. Ini
menunjukkan penerimaan perpajakan tren yang makin sehat, dan ini menopang
APBN. Penerimaan Bea dan Cukai, realisasinya di atas 100% dan menjadi
pertama kali sejak tiga tahun yang lalu, penerimaan bea dan cukai mencapai Rp
192,3 triliun atau 101,7% dari target Rp 189,1 triliun. Cukai sebesar Rp 153,3
4
triliun atau 100,1% dari target Rp 153,2 triliun, bea masuk Rp 35,0 triliun atau
105,1% dari target Rp 33,3 triliun, dan bea keluar sebesar Rp 4,0 triliun atau
149,9% dari target Rp 2,7 triliun. Penerimaan kepabeanan dan cukai, bea dan
cukai mencapai Rp 192,3 triliun atau 101,7%, ini capaian pertama sejak 3 tahun
yang lalu melebihi target APBN. (https://www.kemenkeu.go.id).
Berdasarkan data penerimaan perpajakan tahun 2017 menunjukkan adanya
peningkatan di sektor perpajakan yang merupakan penerimaan negara terbesar,
hal ini tidak meningkat dengan sendirinya namun ada berbagai langakah yang
dilakukan dapertemen perpajakan untuk meningkatkan penerimaan perpajakan,
tentunya agar target penerimaan pajak tersebut tercapai. Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) telah menyusun langkah optimalisasi penerimaan pajak yang dijabarkan
dalam bentuk program kerja strategis, salah satu yang ditempuh DJP adalah
penyempurnaan sistem administrasi perpajakan untuk meningkatkan kepatuhan
wajib pajak, saat ini DJP telah menyempurnakan cara pelaporan Surat
Pemberitahuan (SPT) dengan menggunakan internet atau e-filing.
Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-05/PJ./2005
tanggal 12 Januari 2005 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan
secara Elektronik (e-filing) melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP), e-
filing adalah suatu cara penyampaian surat pemberitahuan atau pemberitahuan
perpanjangan SPT tahunan yang dilakukan secara on-line yang real time.
Direktorat Jenderal Pajak telah mengeluarkan sebuah Surat Keputusan Direktorat
Jenderal Pajak Nomor Kep-88/PJ/2004 mengenai pelaporan SPT secara elektronik
melalui produk e-filing pada bulan Mei 2004.
5
Adanya sistem pelaporan pajak dengan menggunakan e-filing dapat
memudahkan Wajib Pajak. Wajib Pajak dapat melaporkan SPTnya 24 jam selama 7
hari. Hal ini berarti wajib pajak dapat melaporkan SPTnya meskipun pada hari libur.
Sistem ini sangat bermanfaat untuk wajib pajak yang tidak melapokan SPTnya
dengan alasan sibuk. Selain itu, dengan adanya e-filing ini dapat mengurangi biaya
yang ditimbulkan dari penggunaan kertas. Namun, faktanya masih banyak Wajib
Pajak yang belum mengerti sepenuhnya cara melaporkan SPTnya secara elektronik,
padahal banyak manfaat yang didapatkan apabila menggunakan e-filing ini.
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul
“Analisis Perbandingan Kepatuhan Wajib Pajak Sebelum Dan Sesudah
Penerapan Program E-Filing Dalam Melaporkan SPT Tahunan Orang
Pribadi (Studi Empiris Pada Kantor Pelayanan Pajak di Provinsi Lampung
Periode 2012-2017)”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dengan uraian yang telah diungkapkan dalam latar belakang
penelitian, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kepatuhan wajib pajak sebelum
dan sesudah penerapan program e-Filing dalam melaporkan SPT tahunan orang
pribadi (OP).
1.3 Batasan Masalah
1. Penelitian ini hanya difokuskan pada objek penelitian sebatas Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) yang ada diprovinsi lampung yaitu KPP Pratama
Teluk Betung, KPP Pratama Tanjung Karang, KPP Pratama Kedaton, KPP
6
Pratama Natar, KPP Pratama Metro, KPP Pratama Kotabumi, selain itu
penelitian ini hanya memfokuskan penelitian pada wajib pajak orang pribadi.
2. Penelitian ini hanya akan membahas seberapa besar pengaruh yang didapat
sebelum dan sesudah penerapan program e-filling yang terfokus pada wajib
pajak orang pribadi yang melaporkan SPT tahunan.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis meliputi :
Untuk mengetahui perbedaan kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan SPT
tahunan orang pribadi (OP) sebelum dan sesudah program penerapan e-Filling.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat bermanfaat bagi pihak yang
berkepentingan., manfaat yang diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini
adalah :
1. Bagi Direktorat Jendral Pajak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi
bagi pemerintahan khususnya Direktorat Jenderal Pajak (DJP) sebagai
bahan evaluasi dalam membantu penerapan sistem yang lebih baik dan
efektif dalam pengembangan E-filling.
2. Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan refrensi bagi
akademisi maupun yang membacanya yang bertujuan sebagai bahan
7
perbandingan ketika nanti akan melakukan penelitian atau yang mencari
bahan lain-lain.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Kepatuhan
Teori kepatuhan telah diteliti pada ilmu-ilmu sosial khususnya dibidang
psikologis dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses
sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu (saleh,
2004). Menurut Lunenburg (2012) Teori kepatuhan adalah sebuah pendekatan
terhadap struktur organisasi yang mengintegrasikan ide-ide dari model klasik dan
partisipasi manajemen. Sedangkan, menurut H.C Kelman (1958) Compliance
diartikan sebagai suatu kepatuhan yang didasarkan pada harapan akan suatu
imbalan dan usaha untuk menghindarkan diri dari hukuman yang mungkin
dijatuhkan.
Teori kepatuhan dapat mendorong seseorang untuk lebih mematuhi
peraturan yang berlaku, sama halnya dengan penerapan program e-filing yang
dilakukan oleh direktorat jendral pajak untuk menggiring masayarakat agar
melaporkan SPT tahunan pajak orang pribadi secara online dan tepat waktu. Teori
kepatuhan menjelaskan bahwa dalam penelitian ini wajib pajak orang pribadi
diharuskan dapat bersikap taat dan patuh dalam peraturan yang berlaku
dilingkungan kerja, oleh karena itu wajib pajak merupakan kunci utama dalam
menghitung rasio kepatuhan dimana wajib pajak orang pribadi digunakan sebagai
9
alat ukur dalam rasio kepatuhan. Teori ini sesuai dengan apa yang akan diteliti
dimana kepatuahan merupakan hal utama dan sebagai pendukung penelitian.
2.1.2 Teori Legitimasi
Legitimasi dapat dianggap sebagai menyamakan persepsi atau asumsi
bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas adalah merupakan tindakan
yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma, nilai, kepercayaan
dan definisi yang dikembangkan secara sosial (Suchman, 1995). O’Donovan
(2000) berpendapat bahwa Legitimasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan
masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari
perusahaan dari masyarakat.
Dengan demikian, legitimasi memiliki manfaat untuk mendukung
keberlangsungan hidup suatu entitas. Dasar pemikiran teori ini adalah organisasi
atau perusahaan akan terus berlanjut keberadaannya jika masyarakat menyadari
bahwa organisasi beroperasi untuk sistem nilai yang sepadan dengan sistem nilai
masyarakat itu sendiri. Teori legitimasi menganjurkan entitas untuk meyakinkan
bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat.
2.2 Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi)
yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umumSoemitro dalam (Resmi, 2014).”Definisi tersebut kemudian
disempurnakan, menjadi“Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat
10
kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus”-nya
digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai
public investment.”
Definisi pajak yang dikemukakan oleh Djajadiningrat, yaitu: “Pajak sebagai
suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang
disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan
tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan
pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara
secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.”
Menurut Nurhidayah (2015), menyimpulkan bahwa Wajib Pajak adalah subyek
pajak yang terdiri dari orang pribadi atau badan yang memenuhi syarat-syarat
obyektif yang ditentukan oleh Undang-Undang, yaitu menerima atau memperoleh
penghasilan kena pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menurut Pohan (2014), ciri-ciri pengertian pajak adalah:
1. Pajak dipungut dengan kekuatan berdasarkan undang-undang
danperaturan-peraturan pelaksanaannya.
2. Untuk pembayaran pajak tidak ada kontrapretasi individual dari
pemerintah yang langsung dapat ditunjuk.
3. Pajak dipungut oleh Negara sebagai sumber keungan Negara (budgetair),
baik oleh pemerintah pusat maupun daerah.
4. Pajak diperuntunkan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
pemerintah dalam penyelenggraan pemerintah, yang bila dari
11
pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai
public investment.
5. Pajak juga memiliki tujuan yang non budgetair yang merupakan
penjabaran dari fungsi mengatur.
2.2.1 Fungsi Pajak
Mardiasmo (2011) menjelaskan bahwa pajak dibagi menjadi dua yaitu:
1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Fungsi budgetair disebut dengan fungsi utama pajak atau fungsi fiscal, yaitu
suatu fungsi dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukan dana
secara optimal kekas Negara berdasarkan undang-undang yang berlaku.
2. Fungsi Regularend (Pengatur)
Fungsi Regulerend disebut juga sebagai fungsi tambahan bagi pajak, yaitu
suatu fungsi dalam mana pajak dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan
tertentu.
2.2.2 Jenis Pajak
Resmi (2014) menjelaskan bahwapajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga
jenis kelompok yaitu sebagai berikut:
1. Menurut golongan atau pembebanan, dibagi menjadi berikut ini:
a. Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat
dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak
yang bersangkutan. Contoh : Pajak penghasilan (PPh).
12
b. Pajak tidak langsung
Pajak tidak lansung adalah adalah pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain. Contoh: Pajak pertambahan nilai.
2. Menurut sifat, dibagi menjadi sebagai berikut:
a. Pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti
memperhatikan keadaan dari wajib Pajak.
Contoh : Pajak penghasilan.
b. Pajak objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib Pajak. Contoh: Pajak
pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah.
3. Menurut pemungut dan pengelolanya, adalah sebagai berikut:
a. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak
penghasilan, pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang
mewah, pajak bumi dan bangunan, dan bea materai.
b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: pajak
kendaraan bermotor, pajak reklame, pajak hiburan, bea perolehan atas
tanah dan bangunan, pajak bumi dan bangunan sektor perkotaan dan
pedesaan.
13
2.2.3 Asas pemungutan pajak
Waluyo (2011) menyatakan terdapat tiga asas pemungutan pajak, yaitu :
1. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal diwilayahnya baik
penghasilan yang berasal dari dalam negri maupun dari luar negri. Setiap
wajib pajak yang berdomisili atau bertempat tinggal diwilayah Indonesia
(wajib pajak dalam negri) dikenakan pajak atas seluruh penghasilan yang
diperolehnya baik dari Indonesia maupun dari luar Indonesia.
2. Asas Sumber
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas
penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat
tinggal Wajib Pajak. Setiap orang yang memperoleh penghasilan dari
indonesia dikenakan pajak atas penghasilan yang diperolehnya tadi.
3. Asas kebangsaan
Asas ini menyatakan bahwa penggunaan pajak dihubungkan dengan
kebangsaan suatu Negara.
2.3 Surat Pemberitahuan (SPT)
Pohan (2014) mendefinisikan surat pemberitahuan adalah surat yang
digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan penghitungan dan/atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/harta dan
kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
14
Menurut Diana dan Setiawati (2014) menjelaskan ada dua Surat pemberitahuan
yaitu :
1. Surat Pemeberitahuan (SPT) Tahunan, adalah Surat Pemberitahuan untuk
satu tahun pajak atau bagian tahun pajak. Tahun pajak adalah jangka
waktu 1 tahun kalender kecuali bila Wajib Pajak menggunakan tahun
buku yang tidak sama dengan tahun kalender. Bagian tahun pajak adalah
bagian dari jangka waktu 1 tahun pajak.
2. Surat Pemberitahuan (SPT) Masa, adalah surat Pemberitahuan untuk
suatu masa pajak. Masa pajak adalah jangka waktu yang menjadi dasar
bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak
terutang dalam suatu jangka waktu tertentu. Masa pajak sama dengan 1
bulan kalender. SPT Masa ini dipakai oleh pemotong atau pemungut
pajak untuk melaporkan pajak yang dipotong atau dipungut dan
disetorkan dalam setiap masa.
2.3.1 Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)
Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) bagi Wajib Pajak adalah sebagai sarana
untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang dan untuk melaporkan terutang (Pohan, 2014) :
a. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
dan/atau pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 Tahun Pajak
atau Bagian Tahun Pajak.
b. penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak.
c. harta dan kewajiban, dan/atau
15
d pembayaran dan pemotongan atau pemungut tentang pemotongan atau
pemumgutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa
Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku.
2.3.2 Jenis Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan)
Menurut Diana dan Setiawati (2014), jenis Surat Pemberitahuan Tahunan
yang saat ini dipakai untuk administrasi perpajakan adalah sebagai berikut :
a. 1770 (Surat Pemberitahuan yang digunakan untuk melaporkan besarnya
pajak penghasilan yang terutang dalam suatu tahun pajak oleh Wajib
Pajak Orang Pribadi yang mendapat penghasilan dari pekerjaan bebas).
b. 1770S (Surat Pemberitahuan yang digunakan untuk melaporkan besarnya
pajak penghasilan yang terutang dalam suatu tahun pajak oleh Wajib
Pajak Orang Pribadi yang mendapat penghasilan hanya dari satu atau
lebih pemberi kerja, jadi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak
melakukan pekerjaan bebas).
c. 1770SS (Surat Pemberitahuan yang digunakan untuk melaporkan
besarnya pajak penghasilan yang terutang dalam suatu tahun pajak oleh
Wajib Pajak Orang Pribadi yang mendapat penghasilan hanya dari satu
atau lebih pemberi kerja, dan maksimum penghasilan adalah 60 juta
rupiah setahun).
d. 1721 (Surat Pemberitahuan yang digunakan untuk melaporkan besarnya
Pajak Penghasilan Pasal 21 dan atau Pasal 26 yang telah dipotong oleh
Pemotong Pajak PPh Pasal 21 dan atau PPh Pasal 26).
16
e. 1771 (Surat Pemberitahuan yang digunakan untuk melaporkan besarnya
pajak penghasilan yang terutang dalam suatu tahun pajak oleh Wajib
Pajak Badan).
2.4 Pengguna e-Filing
Pengguna e-filing adalah Wajib Pajak. Wajib pajak adalah orang pribadi
atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,
yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan (Diana dan Setiawati, 2014). Setiap
Wajib Pajak mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal pajak yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal.
1. Wajib Pajak dibedakan menjadi tiga yaitu :
a. Wajib pajak pribadi adalah setiap orang pribadi yang memilik
penghasilan di atas pendapatan tidak kena pajak, di Indonesia, setiap
orang wajib mendaftarkan diri dan mempunyai Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP), kecuali ditentukan dalam Undang-Undang.
b. Wajib Pajak Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan
usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma,
kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
17
lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif
dan bentuk usaha tetap.
c. Wajib Pajak Bendaharawan adalah Bendaharawan Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Instansi atau lembaga pemerintah, Lembaga
Negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Luar
Negeri, yang membayar gaji, upah, tunjangan, honorarium dan
pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan,
jasa atau kegiatan.
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada
wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang
dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya, oleh karena itu kepada
setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu NPWP (Diana dan Setiawati,
2014).
2.5 Peraturan Penerapan e-Filing
2.5.1 Peraturan Direktorat Jendral Pajak Nomor PER-01/PJ/2017 tentang
Penyampaian Surat Pemberitahuan Elektronik
Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini, yang dimaksud dengan:
1. Kantor Pelayanan Pajak yang selanjutnya disebut KPP adalah Kantor
Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dan/atau tempat
Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan.
18
2. Surat Pemberitahuan yang selanjutnya disebut SPT adalah surat yang
oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau
pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau
harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
3. Surat Pemberitahuan Tahunan yang selanjutnya disebut SPT Tahunan
adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian
Tahun Pajak.
4. Surat Pemberitahuan Masa yang selanjutnya disebut SPT Masa adalah
Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.
5. SPT Elektronik adalah SPT yang disampaikan dalam bentuk dokumen
elektronik.
6. SPT Tahunan Elektronik adalah SPT Tahunan Pajak Penghasilan yang
disampaikan dalam bentuk dokumen elektronik, baik berupa SPT
Normal maupun SPT Pembetulan.
7. SPT Masa Elektronik adalah SPT Masa Pajak Penghasilan dan SPT
Masa Pajak Pertambahan Nilai yang disampaikan dalam bentuk
dokumen elektronik, baik berupa SPT Normal maupun SPT
Pembetulan.
8. Aplikasi SPT Elektronik adalah perangkat lunak yang dapat digunakan
untuk membuat SPT Elektronik baik yang disediakan oleh Direktorat
Jenderal Pajak maupun penyedia layanan SPT Elektronik.
19
9. e-FIN adalah nomor identitas yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Pajak kepada Wajib Pajak yang melakukan transaksi elektronik dengan
Direktorat Jenderal Pajak.
10. Tanda Tangan Elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas
informasi elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan
informasi elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan
autentikasi.
11. Kode Verifikasi adalah sekumpulan angka atau huruf atau kombinasi
angka dan huruf yang dihasilkan oleh sistem informasi Direktorat
Jenderal Pajak atau dari perangkat yang ditentukan oleh Direktorat
Jenderal Pajak yang digunakan untuk keamanan dalam proses
penyampaian SPT Elektronik.
12. Notifikasi adalah pemberitahuan kepada Wajib Pajak mengenai status
SPT Elektronik yang disampaikan melalui saluran tertentu.
13. Sertifikat Elektronik (Digital Certificate) adalah sertifikat yang bersifat
elektronik yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan identitas yang
menunjukkan status subjek hukum para pihak dalam transaksi
elektronik yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak atau
penyelenggara sertifikasi elektronik.
14. Penyalur SPT Elektronik adalah pihak yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Pajak untuk menyalurkan SPT Elektronik ke Direktorat
Jenderal Pajak melalui laman Penyalur SPT Elektronik.
15. Saluran Suara Digital adalah sarana penyampaian SPT Elektronik
melalui interaksi antara Wajib Pajak dengan sistem informasi Direktorat
20
Jenderal Pajak menggunakan suara Wajib Pajak dan/atau nada tombol
papan kunci (keypad) telepon yang digunakan oleh Wajib Pajak.
16. Bukti Penerimaan Elektronik adalah informasi yang meliputi nama,
Nomor Pokok Wajib Pajak, tanggal, jam, dan Nomor Tanda Terima
Elektronik yang tertera pada hasil cetakan bukti penerimaan, dalam hal
penyampaian SPT Elektronik dilakukan melalui laman Direktorat
Jenderal Pajak, atau informasi yang meliputi nama, Nomor Pokok
Wajib Pajak, tanggal, jam, Nomor Tanda Terima Elektronik dan Nomor
Transaksi Pengiriman serta nama Penyalur SPT Elektronik, yang tertera
pada hasil cetakan bukti penerimaan, dalam hal penyampaian SPT
Elektronik dilakukan melalui Penyalur SPT Elektronik, yang berfungsi
sebagai tanda terima penyampaian SPT Elektronik.
17. Nomor Transaksi Penerimaan Negara yang selanjutnya disingkat NTPN
adalah nomor bukti transaksi penerimaan yang diterbitkan melalui
Modul Penerimaan Negara.
18. Konsultan Pajak adalah orang yang memberikan jasa konsultasi
perpajakan kepada Wajib Pajak dalam rangka melaksanakan hak dan
memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.
Pasal 2
1. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap, dan jelas,
dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,
satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke
KPP atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
21
2. SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disampaikan dalam bentuk
SPT Elektronik.
3. SPT Tahunan Elektronik wajib disampaikan oleh Wajib Pajak yang:
a. diwajibkan menyampaikan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dalam
bentuk dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan dan memiliki kewajiban untuk melaporkan
SPT Tahunan Pajak Penghasilan;
b. diwajibkan menyampaikan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai dalam
bentuk dokumen elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan dan memiliki kewajiban untuk melaporkan
SPT Tahunan Pajak Penghasilan;
c. sudah pernah menyampaikan SPT Tahunan Elektronik;
d. terdaftar di KPP Madya, KPP di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan KPP di lingkungan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar;
e. menggunakan jasa konsultan pajak dalam pemenuhan kewajiban pengisian
SPT Tahunan Pajak Penghasilan; dan/atau
f. laporan keuangannya diaudit oleh akuntan publik
4. SPT Masa Elektronik wajib disampaikan oleh Wajib Pajak yang:
a. terdaftar di KPP Madya, KPP di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Jakarta Khusus, dan KPP di lingkungan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar; dan/atau
b. sudah pernah menyampaikan SPT Masa Elektronik.
22
5. Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT Elektronik ke KPP dengan cara:
a. Langsung.
b. dikirim melalui pos dengan bukti pengiriman surat.
c. dikirim melalui perusahaan jasa ekspedisi/kurir dengan bukti pengiriman
surat; atau
d. melalui saluran tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak
sesuai dengan perkembangan teknologi informasi.
6. Saluran tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf d meliputi:
a. laman Direktorat Jenderal Pajak;
b. laman Penyalur SPT Elektronik;
c. saluran suara digital yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak untuk
Wajib Pajak tertentu;
d. jaringan komunikasi data yang terhubung khusus antara Direktorat
Jenderal Pajak dengan Wajib Pajak; dan
e. saluran lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Pasal 3
1. Wajib Pajak harus melampirkan keterangan dan/atau dokumen yang
disyaratkan dalam SPT Elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan, dengan cara:
a. menyampaikan dalam format Portable Document Format (PDF) dalam
satu file, dalam hal SPT Elektronik disampaikan secara langsung, melalui
pos, atau melalui perusahaan jasa ekspedisi/kurir sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (5) huruf a, huruf b, dan huruf c; atau
23
b. mengunggah, dalam hal SPT Elektronik disampaikan melalui saluran
tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (6).
2. Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Wajib
Pajak Orang Pribadi yang menyampaikan SPT Tahunan Pajak Penghasilan
1770 S atau 1770 SS dengan status nihil atau kurang bayar melalui saluran
tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (6) tidak diharuskan untuk
menyampaikan atau mengunggah keterangan dan/atau dokumen yang
disyaratkan sebagai berikut:
a. fotokopi Formulir 1721 A1/A2 atau bukti potong Pajak Penghasilan;
b. bukti pembayaran;
c. Surat Kuasa Khusus;
d. surat keterangan kematian;
e. penghitungan angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 tahun berikutnya;
f. perhitungan Pajak Penghasilan terutang bagi Wajib Pajak Kawin Pisah
Harta dan/atau mempunyai NPWP sendiri; dan/atau
g. fotokopi bukti pembayaran zakat atau sumbangan keagamaan yang
bersifat wajib.
Pasal 4
1. Batas waktu penyampaian SPT Elektronik mengikuti ketentuan batas waktu
penyampaian SPT sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan.
2. Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT Elektronik melalui saluran tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (6) dalam jangka waktu 24 (dua
24
puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan standar Waktu
Indonesia Bagian Barat.
Pasal 5
1. Wajib Pajak dapat menyampaikan SPT Elektronik melalui saluran tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (6) dalam jangka waktu 24 (dua
puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan standar Waktu
Indonesia Bagian Barat.
2. Lembar penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan contoh
format sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
3. SPT Elektronik Wajib Pajak telah lengkap dalam hal:
a. data elemen SPT Elektronik; dan
b. keterangan dan/atau dokumen yang harus dilampirkan dalam SPT
Elektronik,
telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
Pasal 6
Berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (l), atas SPT
Elektronik yang disampaikan dengan cara langsung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (5) huruf a berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. kepada Wajib Pajak diberikan bukti penerimaan dalam hal SPT Elektronik
dinyatakan lengkap; atau
25
b. KPP mengembalikan SPT Elektronik beserta lembar penelitian dalam hal
SPT Elektronik dinyatakan tidak lengkap.
Pasal 7
1. Berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), atas
SPT Elektronik yang disampaikan melalui pos atau perusahaan jasa
ekspedisi/kurir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) huruf b dan
huruf c berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. bukti dan tanggal pengiriman surat dianggap sebagai tanda bukti dan
tanggal penerimaan dalam hal SPT Elektronik dinyatakan lengkap; atau
b. KPP menerbitkan surat permintaan kelengkapan SPT Elektronik dengan
menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal
ini dalam hal SPT Elektronik dinyatakan tidak lengkap.
2. Dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak surat permintaan kelengkapan
SPT Elektronik diterbitkan, Wajib Pajak harus menyampaikan kelengkapan
SPT Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b ke KPP.
3. Dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan kelengkapan SPT Elektronik
dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), KPP
menyampaikan surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak yang menyatakan
bahwa SPT dianggap tidak disampaikan dengan menggunakan contoh format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
26
4. Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan kelengkapan SPT Elektronik dalam
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tanggal penyampaian
SPT Elektronik adalah tanggal pengiriman surat.
Pasal 8
1. Dalam hal SPT Elektronik disampaikan melalui saluran tertentu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (6), kepada Wajib Pajak diberikan Bukti
Penerimaan Elektronik.
2. Bukti Penerimaan Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dianggap
sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan sepanjang SPT Elektronik
tersebut telah lengkap.
3. Atas penyampaian SPT Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
telah diterbitkan Bukti Penerimaan Elektronik, KPP dapat melakukan
penelitian kelengkapan SPT Elektronik.
4. Berdasarkan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (3), berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. Bukti Penerimaan Elektronik merupakan bukti penerimaan dalam hal SPT
Elektronik dinyatakan lengkap; atau
b. KPP menerbitkan surat permintaan kelengkapan SPT Elektronik dengan
menggunakan contoh format sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal
ini dalam hal SPT Elektronik dinyatakan tidak lengkap.
5. Dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak surat permintaan kelengkapan
SPT Elektronik diterbitkan, Wajib Pajak harus menyampaikan kelengkapan
SPT Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b ke KPP.
27
6. Dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak surat permintaan kelengkapan
SPT Elektronik diterbitkan, Wajib Pajak harus menyampaikan kelengkapan
SPT Elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b ke KPP.
7. Dalam hal Wajib Pajak menyampaikan kelengkapan SPT Elektronik dalam
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (5), tanggal penyampaian
SPT Elektronik adalah tanggal Bukti Penerimaan Elektronik.
Pasal 9
Dalam hal Wajib Pajak melakukan pembetulan atas SPT Elektronik yang telah
disampaikan, pembetulan SPT tersebut harus disampaikan dalam bentuk SPT
Elektronik.
Pasal 10
Dalam hal SPT Elektronik yang disampaikan oleh Wajib Pajak merupakan SPT
dengan status Lebih Bayar dengan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak, jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian
dihitung sejak tanggal SPT Elektronik diterima lengkap.
Pasal 11
Tata cara dan prosedur penyampaian SPT Elektronik:
a. secara langsung, melalui pos, atau perusahaan jasa ekspedisi/kurir;
b. melalui laman Direktorat Jenderal Pajak;
c. melalui Penyalur SPT Elektronik;
d. melalui jaringan komunikasi data yang terhubung khusus antara Direktorat
Jenderal Pajak dengan Wajib Pajak; dan
e. melalui saluran lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak berupa
Formulir SPT Digital,
28
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Lampiran IV yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini.
Pasal 12
Pada saat berlakunya Peraturan Direktur Jendral ini, Peraturan Direktur Jendral
Pajak Nomor PER-03/PJ/2015 tentang penyampaian surat pemberitahuan
elektronik, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 13
Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
2.5.2 Peraturan Menteri Perdayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia Surat Edaran Nomor 8 Tahun 2015
Dalam rangka meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi,
khususnya bagi Aparatur Sipil Negara/Anggota Tentara Nasional Indonesia
/Kepolisian Republik Indonesia (ASN/TNI/Polri), khususnya terkait dengan
kewajiban perpajakan, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi telah menerbitkan Surat Edaran Nomor
SE/02/M.PAN/3/2009 tanggal 31 Maret 2009, yang intinya agar seluruh pejabat
dan PNS mematuhi ketentuan peraturan perpajakan dengan mendaftarkan diri
sebagai Wajib Pajak, membayar pajak, serta mengisi dan menyampaikan SPT
Tahunan PPh.
1. ASN/TNI/Polri wajib menaati dan mematuhi segala Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan Perpajakan yang berlaku, yaitu memiliki NPWP,
membayar pajak, mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan PPh dengan
benar, lengkap, jelas dan tepat waktu.
29
2. ASN/TNI/Polri melaporkan SPT Tahunan PPh melalui e-Filing. Informasi
terkait tata cara pelaporan SPT Tahunan PPh melalui e-Filing, dapat
diperoleh melalui situs resmi DJP, menghubungi Kring Pajak 1500200,
menghubungi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdekat.
3. Bendahara Pemerintah wajib menerbitkan bukti pemotongan PPh Pasal 21
(Fomulir 1721-A2) paling lambat 1 (satu) bulan setelah tahun kalender
berakhir. Sebagai contoh, untuk Tahun Pajak 2015, maka bukti potong agar
diterbitkan paling lambat tanggal 31 Januari 2016.
4. Setiap pimpinan unit kerja melakukan koordinasi dengan unit kerja DJP
tempat bendahara pemerintah terdaftar sebagai Wajib Pajak sehingga
pelaksanaan sosialisasi pelaporan SPT Tahunan PPh melalui e-Filing dapat
berjalan dengan lancar.
5. ASN/TNI/Polri, Bendahara Pemerintah, dan Pejabat yang tidak mentaati
peraturan perundang-undangan perpajakan dapat dijatuhi hukuman sesuai
dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
6. Setiap Instansi Pemerintah dihimbau untuk berkoordinasi dengan unit kerja
Direktorat Jenderal Pajak untuk pendaftaran e-Filing dan sosialisasi
pengisian SPT Tahunan PPh melalui e-Filing.
7. Setiap pimpinan unit Direktorat Jenderal Pajak agar memfasilitasi
permohonan e-FIN dari Kementerian/Lembaga/Instansi Pemerintah Daerah,
sekaligus memberikan sosialisasi pemanfaatan e-Filing.
30
2.5.3 Electronic Filing System (e-Filing)
E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT dan penyampaian
Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan
secara online dan real time melalui penyedia jasa aplikasi (Diana dan Setiawati,
2014). Berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor Per-01/PJ/2014,
tentang tata cara Penyampaian SPT secara elektronik (e-filing) bagi Wajib Pajak
Orang Pribadi yang menggunakan formulir 1770s atau 1770ss bahwa e-filing
adalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) dan penyampaian
Pemberitahuan Perpanjangan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan secara
elektronik untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dengan memanfaatkan jalur
komunikasi internet secara online dan realtime melalui website Direktorat
Jenderal (http://www.pajak.go.id).
2.5.4 Penyampaian SPT Tahunan secara e-Filing
Saat ini aplikasi e-filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak baru
dapat memfasilitasi pelaporan formulir 1770S dan 1770SS, sedangkan formulir
lainnya dapat dilaporkan melalui Penyedia Jasa Aplikasi (Application Service
Provider-ASP). Diana dan Setiawati (2014), menjelaskan Wajib Pajak dapat
menyampaikan SPT dan Pemberitahuan Perpanjangaan SPT Tahunan secara
elektronik (e-filing) melalui satu atau beberapa beberapa Perusahaan Penyedia
Jasa Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak. Perusahan
Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Berbentuk badan,
b. Memiliki izin usaha Penyedia Jasa Aplikasi (ASP),
31
c. Mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak, dan
d. Menandatangani perjanjian dengan Direktorat Jenderal Pajak.
Untuk mengakses aplikasi e-filing melalui website Direktorat Jenderal Pajak
ketik alamat : efiling.pajak.go.id. atau lebih lengkapnya :
https://efiling.pajak.go.id/index.
Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang telah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak
untuk menyediakan layanan e-Filing, yaitu :
http://www.pajakku.com
http://www.laporpajak.com
http://www.layananpajak.com
http://www.spt.co.id
32
2.5.5 Melaporkan SPT Tahunan dengan Aplikasi e-Filing
Tahapan melaporkan SPT tahunan dengan aplikasi e-filing menurut website
(http://erakini.com/efiling-pajak-online) adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Tahapan e-Filing
Penjelasan tahapan melaporkan SPT tahunan dengan aplikasi e-filing :
1. Meminta Electronic Filing Identification Number (e-FIN)
a. Mengajukan permohonan e-FIN ke KPP terdekat dengan ketentuan :
1. Menunjukkan asli kartu identitas diri atau kuasanya
2. Melampirkan fotokopi identitas diri dan kartu NPWP atau Surat
Keterangan Terdaftar
3. Melampirkan surat kuasa khusus bermeterai dan fotokopi identitas diri
Wajib Pajak apabila dikuasakan.
1. Meminta e-FIN
2. Registrasi
3. Aktivasi
4. Membuat SPT
5. Meminta Kode Verifikasi
6. Mengirim SPT
33
b. E-FIN diterbitkan paling lama satu hari kerja setelah permohonan diterima
secara lengkap dan benar.
c. Apabila tidak diaktivasi dalam jangka waktu paling lama 30 hari, maka e-
FIN tidak dapat dipergunakan, sehingga wajib pajak harus mengajukan
permohonan kembali untuk memperoleh e-FIN yang baru.
d. Apabila e-FIN hilang, wajib pajak dapat mengajukan permohonan
pencetakan ulang dengan syarat menunjukan asli kartu Nomor Pokok Wajib
Pajak (NPWP) atau Surat Keterangan Terdaftar (SKT), atau bagi pengusaha
kena pajak dengan syarat menunjukan asli Surat Pengukuhan Kena Pajak
(SPPKP).
e. Wajib pajak yang usdah mendapatkan e-FIN harus mendaftarkan diri
melalui website pada satu atau beberapa Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi
(ASP) yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
f. Setelah mendaftarkan diri, wajib pajak akan memperoleh Sertifikasi digital
certificate (DC) dari Direktorat Jenderal Pajak melalui ASP dimana wajib
pajak mendaftarkan diri.
g. Digital certificate (DC) seterusnya akan digunakan sebagai alat yang
berfungsi sebagai pengaman data wajib pajak dalam setiap proses
penyampaian SPT dan pemberitahuan perpanjang SPT Tahunan secara
elektronik (e-filling) melalui suatu Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi
(ASP) ke Direktorat Jendral Pajak.
34
2. Registrasi
a. Mengisi form registrasi e-filing
formulir ini digunakan untuk melakukan pendaftaran Wajib Pajak menjadi e-
filer (Wajib Pajak yang melaporkan SPT melalui e-filing), untuk menjadi e-
filer, pastikan sudah memperoleh E-FIN dari KPP terdekat. Pengisian Form
Registrasi e-filing sebagai berikut :
1. Isi NPWP secara lengkap
2. Isi E-FIN yang diperoleh dari KPP
3. Isi nomor telepon selular
4. Isi alamat email yang valid dan aktif, untuk menerima pesan dari sistem
b. Isi password untuk login kedalam aplikasi e-filing dan ulangi sekali lagi,
c. Isi kode keamanan yang tertera pada Form registrasi,
d. Setelah semua diisi lengkap, sistem akan memberitahu apabila registrasi telah
berhasil, kemudian lanjutkan dengan mengecek balasan memalui email.
3. Aktivasi
a. Pada kotak masuk email pilih pesan yang berasal dari e-filing, kemudian ada
aktivasi yang berisi nomor identitas pengguna (username) dan juga nomor
kata sandi (password),
b. Pada email pengguna wajib pajak diberi petunjuk untuk mengaktifkan
terlebih dahulu dengan cara klik link tautan yang terdapat dalam pesan
tersebut,
c. Berikutnya, akan muncul konfirmasi bahwa aktivasi akun berhasil.
35
4. Membuat SPT
a. Login dengan akun e-filing, masukkan NPWP dan Password pada kolom
login yang telah dikirim via email.
b. Untuk melaporkan SPT Tahunan melalui e-filing, klik tombol e-filing.
c. Klik salah satu tulisan buat SPT (untuk memilih sesuai jenis SPT yang
digunakan).
d. Jawab Pertanyaan yang ada, misalnya (1) tidak melakukan usaha/pekerjaan
bebas (2) tidak pisah harta (3) ya, kurang dari 60 juta. Kemudian klik pada
SPT 1770SS atau sesuai dengan jenis SPT yang digunakan.
e. Isi data formulir, lalu pilih tahun pajak yang ingin dilaporkan, dan pilih
status SPT terdapat dua pilihan (1) normal dan (2) pembetulan, untuk status
SPT: jika belum pernah melaporkan SPT untuk tahun tersebut, pilih normal,
dan jika sudah pernah, dan sudah menerima tanda terima tetapi ingin
membetulkan, pilih pembetulan, kemudian klik berikutnya.
f. Lengkapi semua isian bagian pada formulir Pajak Pengahasilan, sesuaikan
dengan bukti potong A1/A2 yang dimiliki, setela selesai, klik berikutnya.
g. Isi bagian pada formulir Pengahasilan yang dikenakan PPh final dan yang
dikecualikan dari Objek Pajak, jika memiliki penghasilan yang dikenai PPh
final dan PPH yang tidak termasuk objek pajak, jka tidak ada, langsung klik
berikutnya.
h. Isi jumlah total harta dan kewajiban/utang yang dimiliki pada bagian harta
dan kewajiban. Isi sesuai keadaan sebenarnya, setelah itu klik berikutnya.
36
5. Meminta Kode Vertifikasi
a. Klik kode vertifikasi sebelum mengirimkan SPT, kode vertifikasi bisa
dikirim memalui email maupun nomor handphone.
b. Salin (copy) atau catat kode verfikasi yang masuk.
6. Mengirim SPT
a. Paste/tempel atau tulis 6 dijit kode verifikasi di kolom yang sudah
disediakan, selanjutnya klik kirim.
b. Semua tahapan telah berhasil dijalankan, bahwa telah selesai menyampaikan
SPT via e-filing,
c. Selanjutnya akan menerima tanda terima SPT elektronik via email.
Diana dan Setiawati (2014), menjelaskan mengenai alat kelengkapan e-filing
adalah sebagai berikut :
1. ASP atau Application Service Provider atau Penyedia Jasa Aplikasi adalah
perusahaan yang telah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang
dapat menyalurkan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara
elektronik langsung ke Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
2. Surat Permohonan memperoleh e-FIN adalah surat yang diajukan oleh
Wajib Pajak sebagai permohonan untuk melaksanakan e-filing.
3. E-FIN atau Electronic Filing Identification Number adalah nomor identitas
yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat terdaftar kepada
Wajib Pajak (WP) yang mengajukan permohonan e-filing. E-FIN ini tidak
sama dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
37
4. Digital Certificate adalah sebuah sertifikat berbentuk digital yang diberikan
oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk kepentingan pengamanan data
SPT. Sertifikat ini mirip dengan sertifikat yang diberikan oleh pihak yang
berkompeten untuk menjamin validitas transaksi saat melakukan
pembayaran secara online. Sertifikat ini digunakan untuk proteksi data SPT
dalam bentuk encryption (pengacakan) sehingga hanya bisa dibaca oleh
sistem tertentu (dalam hal ini sistem penerimaan SPT ASP dan Direktorat
Jenderal Pajak) dengan nama dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
tertentu pula.
5. E-SPT adalah Surat Pemberitahuan Masa atau Surat Pemberitahuan
Tahunan (SPT) yang berbentuk formulir elektronik (Compact Disk) yang
merupakan pengganti lembar manual.
2.6 Kepatuhan Wajib Pajak
2.6.1 Pengertian Kepatuhan
Nurmantu Safri (2003), mendefinisikan kepatuhan perpajakan adalah Suatu
keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan
melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Kepatuhan formal, yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi
kewajiban perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-
undang perpajakan.
b. Kepatuhan material, yaitu yang meliputi kepatuhan formal yakni, wajib
pajak yang memenuhi kepatuhan material adalah wajib pajak yang mengisi
dengan jujur, lengkap, dan benar Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai
38
ketentuan dan menyampaikannya ke KPP sebelum batas waktu berakhir.
Misalnya ketentuan batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak
Penghasilan (SPT PPh) Tahunan 31 Maret. Apabila wajib pajak telah
melaporkan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan
sebelum atau pada tanggal 31 Maret maka wajib pajak telah memenuhi
ketentuan formal, akan tetapi isinya belum tentu memenuhi ketentuan
material, yaitu suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantif
memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa
undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat meliputi kepatuhan
material adalah wajib pajak yang mengisi dengan jujur, lengkap dan benar
Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai ketentuan dan menyampaikannya ke KPP
sebelum batas waktu berakhir.
2.6.2 Syarat-syarat Menjadi Wajib Pajak Patuh
Kepatuhan pajak merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur
berapa besar kinerja administrasi perpajakan oleh institusi pemungut pajak.Untuk
itu dengan adanya penerapan sistem aplikasi e-SPT ini diharapkan dapat
berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak. Adapun syarat-syarat
menjadi wajib patuh sebagai berikut :
a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan dalam 2
(dua) tahun terakhir,
b. Dalam tahun terakhir penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak lebih
dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut;
39
c. SPT Masa yang terlambat itu disampaikan tidak lewat dari batas waktu
penyampaian SPT Masa pajak berikutnya.
d. Tidak mempunyai tunggakan Pajak untuk semua jenis pajak:
1) Kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak
2) Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang
diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir
e. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir.
2.7 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Kamelia
(2008)
Analisis Pengaruh
Kepatuhan Wajib Pajak
Sebelum Dan Sesudah
Penerapan Program E-SPT
Dalam Melaporkan SPT
Masa PPN
Hasil penelitian dengan
menggunakan spearman rank
menunjukan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan
antara jumlah SPT masa PPN
yang diterima sebelum dan
sesudah penerapan program e-
SPT.
Pada uji wilcoxon match pairs
test, terdapat perbedaan antara
jumlah SPT masa PPN yang
diterima sebelum dan sesudah
penerapan program e-SPT.
2 Astusi
(2015)
Analisis Penerapan e-
filling Sebagai Upaya
Meningkatkan Kepatuhan
Wajib Pajak Dalam
Penyampaian Surat
PemberitahuAN (SPT)
Tahunan pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama
penerapane-filing dinilai
mampu mengatasi
permasalahan yang terjadi
selama ini di antaranya adalah
antrian penyampaian SPT dari
wajib pajak yang memasuki
jatuh tempo pelaporan dan
petugas perekaman data SPT
40
Sumber : Kamelia (2008), Astute (2015) dan Akib dan Amdayati (2016)
2.8 Kerangka Pemikiran
Sebelum adanya program e-filing
Sesudah adanya program e-filing
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Gresik Utara di Kantor Pelayanan Pajak
yang jumlahnya terbatas
sehingga proses perekaman
menjadi lambat. Program e-
Filing memberikan banyak
manfaat baik pada Wajib
Pajak maupun aparatur Kantor
Pelayanan Pajak Pratama.
3 Akib dan
Amdayani
(2016)
Analisis Penerapan Sistem
e-filling Dalam
Menyampaikan Surat
Pemberitahuan (SPT)
Wajib Pajak Orang Pribadi
(Studi pada KPP Pratama
Kediri )
Tidak terdapat perbedaan
antara kepatuhan wajib pajak
yang menyampaikan SPT
Tahunan pph WPOP diKPP
Pratama Kedari sebelum dan
sesusah penerapan sistem e-
filling melalui website DJP
yang disebabkan karena
belum efektifnya penerapan
sistem e-filling tersebut.
KepatuhanWajib Pajak
Jumlah SPT Tahunan OP Yang diterima
Jumlah SPT Tahunan OP Yang diterima
41
2.9 Hipotesis
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siti Hawa Kamelia yang
berjudul Analisis Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak Sebelum Dan Sesudah
Penerapan e-SPT Dalam Melaporkan SPT Masa PPN tahun 2008 yang digunakan
sebagai referensi oleh penulis. Hasil dari penelitiannya yaitu :
1. Terdapat perbedaan yang sigrifikan antara kepatuhan wajib pajak sebelum
dan sesudah program e-SPT dalam melaporkan SPT Masa PPN yang
diterima.
2. Jumlah sampel (N) yang digunakan berjumlah 12 sampel (jumlah
sebelum dan sesudah SPT Masa PPN yang diterima), dengan tingkat
continuity corrected (kelanjutan koreksi) untuk melihat seberapa besar
pengaruh e-SPT terhadap kepatuhan wajib pajak PPN Masa, dalam
penelitian ini pengaruhnya sebesar 1,000
Dari hasil penelitian diatas maka peneliti mengambil hipotesis sebagai berikut:
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kepatuhan wajib pajak sebelum
dan sesudah dilakukannya program e-Filing.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang ada
di provinsi lampung yaitu : KPP Pratama Teluk Betung, KPP Pratama Tanjung
Karang, KPP Pratama Kedaton, KPP Pratama Natar, KPP Pratama Metro, KPP
Pratama Kotabumi. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah seberapa besar
perbedaan kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan SPT Tahunan Orang Pribadi
sebelum dan sesudah penerapan program e-filing pada Kantor Pelayanan Pajak
yang ada di provinsi lampung. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah
berupa data sekunder yang di ambil dari masing-masing kantor pelayanan pajak
yang ada diprovinsi lampung yaitu KPP Pratama Teluk Betung, KPP Pratama
Tanjung Karang, KPP Pratama Kedaton, KPP Pratama Natar, KPP Pratama
Metro, KPP Pratama Kotabumi.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakterisktik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Adapun
populasi pada penelitian ini merupakan wajib pajak yang terdaftar di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) yaitu: KPP Pratama Teluk Betung, KPP Pratama Tanjung
43
Karang, KPP Pratama Kedaton, KPP Pratama Natar, KPP Pratama Metro, KPP
Pratama Kotabumi.
3.2.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2013), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini
merupakan seluruh kantor pelayanan pajak yang terdapat diprovinsi lampung.
Dimana kantor pelayanan pajak yang menyediakan data yang dibutuhkan peneliti
yaitu data dari 2012-2017. Serta kantor pelayanan pajak yang telah menerapkan
program e-filing minimal ditahun 2015, diantaranya : KPP Pratama Teluk Betung,
KPP Pratama Tanjung Karang, KPP Pratama Kedaton, KPP Pratama Natar, KPP
Pratama Metro, KPP Pratama Kotabumi. Adapun penentuan metode yang
digunakan adalah sampling jenuh, dimana metode ini merupakan teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini
sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau
penelitian yang ingin membuat generalisasi kesalahan yang sangat kecil.
3.3 Teknik Pengumpilan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data
yang diukur dalam skala angka (numerik). Penelitian ini menggunakan data
sekunder. Menurut Sugiyono (2013), data sekunder merupakan sumber data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara
(diperoleh dan dicatat oleh pihmak lain). Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan untuk penelitian ini antara lain:
44
1. Studi Lapangan
a. Obsevasi (Pengamatan)
Indrianto (2002), menjelaskan obsevasi adalah penelitian mengumpulkan
bukti, catatan atau laporan histories yang telah tersusun dalam arsip (data
dokumen) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
b. Interview (Wawancara)
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan
dengan judul skripsi dan untuk mendapatkan gambaran yang lebih
lengkap, maka penulis perlu melakukan wawancara kepada pihak yang
mewakili berbagai tingkatan dalam objek yang diteliti.
2. Studi Kepustakaan
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan,
membaca, dan memahami buku, literature, catatan perkuliahan, artikel,
data dari internet, ketentuan dalam undang-undang perpajakan yang
relevan dengan permasalahan.
3.4 Operasional Variabel Penelitian
Untuk menguji kepatuhan wajib pajak sebelum dan sesudah adanya program
e-filing dalam melaporkan SPT tahunan orang pribadi pada kantor pelayanan
pajak pratama kedaton, ditetapkan beberapa variable untuk diteliti yang terdiri :
1. E-filing adalah aplikasi (program komputer)yang dikembangkan oleh dirjen
pajak yang digunakan untuk penyampaian SPT dan penyampaian
Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik yang
dilakukan secara online dan real time.
45
2. Kepatuhan Wajib Pajak adalah kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang
terdaftar pada kantor pelayanan pajak (KPP) dalam melaporkan SPT
tahunan dalam sifat patuh atau ketaatan dalam melaksanakan kewajiban
perpajakan.
3.5 Teknik Analisis Data
3.5.1 Ukuran Wajib Pajak Patuh
Menurut keputusan menteri keuangan Nomor 235/KMK.03/2003 tanggal 3
juni 2003 yang menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak dapat ditetapkan
berdasarkah hal-hal sebagai berikut :
a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
dalam 2 (dua) tahun terakhir,
b. Dalam tahun terakhir penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak
lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak
berturut-turut;
c. SPT Masa yang terlambat itu disampaikan tidak lewat dari batas waktu
penyampaian SPT Masa pajak berikutnya.
d. Tidak mempunyai tunggakan Pajak untuk semua jenis pajak:
1) Kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak
2) Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang
diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir
e. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir.
46
Dapat disimpulkan bahwa huruf (a) sampai dengan (e) merupakan syarat atau
ukuran kepatuahan wajip pajak yang ditetapkan oleh keputusan menteri keuangan
Nomor 235/KMK.03/2003 tanggal 3 juni 2003. Adapun rumus untuk mencari %
(Persentase) Tingkat kepatuhan adalah sebagai berikut :
(
)
3.5.2 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganlisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi (Sugiyono, 2013).
Ghozali (2016), mendefinisikan statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan
distribusi).
3.5.3 Uji Normalitas
Lupiyoadi dan Ikhsan (2015) menjelaskan uji normalitas data merupakan uji
distribusi data yang akan dianalisis, apakah penyebarannya normal atau tidak,
sehingga dapat digunakan dalam analisis parametik. Apabila data tidak
berdistribusi normal, maka kita tidak dapat menggunaakan analisis parametik
melainkan menggunakan analisis non-parametik. Untuk mendeteksi normalitas
47
data dapat dilakukan dengan menguji metode Shapiro-wilk test. Pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
berdistribusi normal atau tidak. Sampel berdistribusi normal apabila Asymptotic
sig > tingkat keyakinan yang digunakan dalam pengujian, dalam hal ini adalah
95% atau = 5%. Sebaliknya dikatakan tidak normal apabila Asymptotic sig <
tingkat keyakinan.
3.5.4 Uji Beda
Pengujian ini ditentukan dari hasil uji normalitas yang dilakukan dan sampel
penelitian yang digunakan. Sampel yang digunakan dalam uji beda adalah saling
berhubungan dan jika hasil uji normalitas menu jukan sampel berdistribusi normal
maka uji beda yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji parametik (Paired
Sampel T-Test). Tetapi jika sampel tidak berdistribusi normal maka uji beda yang
akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji non-parametik (Wilcoxon Signed
Rank Test). Hasil uji pada sampel dikatakan signifikan jika nilai Asymptotic sig
lebih kecil dari tingkat keyakinan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu 5%
ata 0,05. Sebaliknya, dikatakan tidak signifikan ketika nilai Asymptotic sig lebih
besar dari tingkat keyakinan.
a. Paired Sampel T-Test
Paired sample t-test digunakan untuk menguji perbedaan dua sampel
yang berpasangan. Sampel yang berpasangan diartikan sebagai sebuah
sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan yang
berbeda pada situasi sebelum dan sesudah proses (Santoso,2001). Paired
sampel t-test merupakan salah satu metode pengujian yang digunakan
48
untuk menguji keefektifan perlakuan, ditandai adanya perbedaan rata-rata
sebelum dan rata-rata sesudah diberikan perlakuan. Dasar pengembilan
keputusan untuk menerima atau menolak Ho pada uji paired sampel t-
test adalah sebagai berikut :
Jika probabilitas (Asymp.Sig)<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika probabilitas (Asymp.Sig)>0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b. Wilcoxon Signed Rank Test
Wicoxon signed rank test merupakan uji non parametric yang digunakan
untuk menganalisis data berpasangan karena adanya dua perlakuan yang
berbeda (Pramana, 2012). Wilcoxon signed rank test digunakan apabila
data tidak berdistribusi normal. Dasar pengambilan keputusan untuk
menerima atau menolak Ho pada uji wilcoxon signed rank test adalah
sebagai berikut :
Jika probabilitas (Asymp.Sig)<0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
Jika probabilitas (Asymp.Sig)>0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan
antara sebelum diterapkanya program e-filing dengan sesudah diterapkanya
program e-filing pada 6 (enam) kantor pelayanan pajak yang ada di provinsi
lampung. terdapat 18 sampel penelitian dari tahun 2012 sampai dengan tahun
2017. Penelitian ini menggunakan model perhitungan dengan rasio kepatuhan
dalam menghitung e-filing. Berdasarkan hasil analisis menggunakan model rasio
kepatuhan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:
1. Terdapat 7 sampel penelitian yang mengalami penurunan pada tingkat
kepatuhan wajib pajak dalam melaporkan spt tahunan menggunakan e-filing
dengan rata-rata penurunan sebesar 97.57% dan ada 11 sampel penelitian
yang mengalami peningkatan dengan rata-rata peningkatan sebesar 10.73%..
2. Penelitian ini tidak menunjukan hasil yang signifikan atau tidak terdapat
perbedaan antara sebelum diterapkannya program e-filing dengan sesudah
diterapkannya program e-filing dengan tingkat signifikansi sebesar 0,157 nilai
ini menunjukan lebih besar dari standar nilai signifikansi sebesar 0,05.
Dengan kata lain, wajib pajak kurang merespon dalam pelaporan
menggunakan e-filing dikarenakan kurangnya pengetahuan diprogram
tersebut dan kurangnya sosialisasi oleh pihak kantor pelayanan pajak
sehingga masyarakat kurang paham terhadap program e-filing hal ini juga
58
didasari karena kurangnya pendidikan masyarakat dan keterbatasan koneksi
di wilayah tertentu sehingga sulit untuk mengakses e-filling.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menggunakan satu model perhitungan e-filing yaitu
dengan rasio kepatuhan wajib pajak. Hal ini dikarenakan peneliti ingin
memfokuskan pada tingkat kepatuahan wajib pajak orang pribadi.
2. Penelitian ini hanya menggunakan kantor pelayanan pajak yang ada diprovinsi
lampung yang berjumlah 6 kantor pelayanan pajak. Hal ini dikarenakan
keterbatasan peneliti yang tidak bisa menjangkau seluruh kantor pelayanan
pajak atau KPP yang ada di bawah naungan kantor wilayah direktorat jenderal
pajak bengkulu dan lampung.
3. Penelitian ini hanya terfokus pada wajib pajak orang pribadi yang melaporkan
spt tahunan dari tahun 2012-2017.
5.3 Saran
Berdasarkan hasil analisis, pembahasan, kesimpulan, dan keterbatasan pada
penelitian ini, ada beberapa saran-saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan lebih dari satu model
perhitungan dalam menghitung e-filing.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel penelitian
dengan tidak terbatas hanya di provinsi lampung saja.
59
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah model uji analisis data agar
lebih bervariatif dari penelitian ini atau penelitian sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anastasia, Diana dan Lilis Setiawati. 2014. Perpajakan Teori dan Peraturan
Terkini. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Astuti, Inne Nidya. 2015. “Analisis Penerapan E-Filing Sebagai Upaya
Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak dalam Penyampaian Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan pada KPP Pratama Gresik Utara”. Universitas Negeri Surabaya.
Desmayanti, Esy. 2012. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan
Fasilitase-Filing oleh Wajib Pajak sebagai Sarana Penyampaian SPT Masa
secara Online dan Realtime (Kajian Empiris di Wilayah Kota Semarang)”.
Universitas Diponegoro. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.Vol.1, No. 1,
2012.
Direktorat Jenderal Pajak. 2004. Keputusan Nomor: KEP-88/PJ/2004 tentang
Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik.
http://pajakonline.com/engine/peraturan/index.php?dok=1&catid=6100&tag
=1003
Direktorat Jenderal Pajak. (2005). Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-05/PJ./2005 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan
secara elektronik (e-Filling) melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi.
http://www.pajak.go.id/ppajak.php?id=9334
Direktur Jenderal Pajak. 2011. Peraturan Nomor: PER-39/PJ/2011 tentang Tata
Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Bagi Wajib Pajak Orang
Pribadi yang Menggunakan Formulir 1770S dan 1770SS Secara e-Filing
Melalui Website Direktorat Jenderal Pajak
https://www.online-pajak.com/id/peraturan-dirjen-pajak-39pj2011
Direktorat Jenderal Pajak. 2013. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
39/PJ/2011 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Bagi
Wajib Pajak Orang Pribadi yang Menggunakan Formulir 1770S atau
1770SS secara e-Filing melalui Website Direktorat Jenderal Pajak.
http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=148
Direktorat Jenderal Pajak . 2014. Per-01/PJ/2014 Tentang Tata Cara Penyampaian
Surat Penyampaian dan/atau Perpanjangan Surat Pemberitahuan Tahunan
Secara Elektronik (e-Filing) melalui Direktorat Jenderal Pajak.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Herawan, Lavenia dan Waluyo (2014).“Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku wajib pajak terhadap penggunaane-filing (Studi di
Wilayah KPP PratamaKosambi)”. Jurnal. Ultima Accounting, Vol.6 No.2,
2014.Universitas Multimedia Nusantara.
http://erakini.com/efiling-pajak-online/diakses pada tanggal 27 februari 2018
https://multisite.itb.ac.id/ditkeu/wp-content/uploads/sites/22/2014/02/Sosialisasi
e-filing-bagi-Bendahara.pdfdiaksespadatanggal 27 februari 2018
http://efiling.pajak.go.id/, 27 februari 2018
https://www.kemenkeu.go.id)diakses pada tanggal 26 Februari 2018
Indriantoro, Nur dan Praktikum Metode Riset Bisnis. Jakarta Supomo, 2002, “
Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama,
Yogyakarta.
Kamelia, Siti Hawa. 2008.”Analisis Kepatuhan Wajib Pajak Sebelum dan Sesadah
Penerapan Program e-SPT Dalam Melaporkan SPT Masa PPN”.Jurnal,
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
Kelman HC. Compliance, identification, and internalization: Three processes of
attitude change. Journal of Conflict Resolution. 1958.
Laihad, Risal C.Y. 2013. “Pengaruh Perilaku Wajib Pajak Terhadap Penggunaan
E-Filing WajibPajak di Kota Manado”.Jurnal.Fakultas Ekonomi, Jurusan
Akuntansi Universitas Sam Ratulangi.
Lunenburg. (2012). Compliance Theory and Organizational Efektiveness.
International Journal Of Scholarly Academic Intellectual Diversity
Lupiyoadi dan Ikhsan. 2015.: Salemba Empat.
Maha, I Wayan H D dan Naniek Noviari (2016).“Faktor-faktor yang berpengaruh
pada intensitas perilaku dalam penggunaae-filing oleh wajib pajak orang
pribadi”.Jurnal. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Udayana, Bali.
Maryani, Ay. 2016. ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan E-Filling:
(Studi Pada Uin Syarif Hidayatullah Jakarta)”. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.Akuntabilitas: Jurnal Ilmu Akuntansi Volume 9
(2), Oktober 2016 P-ISSN: 1979-858X; E-ISSN: 2461-1190 Page 161 –
172.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Nurhidayah, Sari. 2015.”Pengaruh Penerapan Sistem E-filling Terhadap
Kepatuhan Wjib Pajak dengan Pemahaman Internet Sebagai Variabel
Pemoderasi Pada KPP Pratama Klaten”. Jurnal, Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta.
Nurmantu, Safri, Drs., Msi. “Pengantar Perpajakan”. Jakarta, Kelompok Yayasan
Obor, 2003.
O'Donovan.2000. Environmental Disclosure in the Annual Reports: Extending the
Applicability and Predictive Power of Legitimacy Theory. Accounting,
Auditing and Accountability Journal.
Pohan, Chairil Anwar, 2014. Pembahasan Komprehensif Perpajakan Indonesia
Teori dan Kasus, Jakarta :MitraWacana Media.
Resmi, Siti. 2014. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat Cara
Efiling Pajak Online 2017 Lengkap Gambar Perlangkah Diakses Tanggal 1
Maret 2018.
Saleh, A.E. (2004), Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif , Jakarta : Kencana.
Santoso, Singgih, 2001, SPSS Versi 10. Mengolah Data Statistik Secara
Profesional, penerbit PT Elek Media, Komputindo Kelompok Gramedia,
anggota IKAPI, Jakarta.
Suchman, M. C.: 1995, ‘Managing Legitimacy: Strategic and Institutional
Approaches’, Academy of Management.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Jk
Waluyo.2013. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.