Proposal Penelitian Studi Kadar Mangan, Sulfat Dan Klorin Bebas Pada Air Sumur
ANALISIS PENGGUNAAN KLORIN(CL ) PADA BERAS YANG DI …repository.utu.ac.id/827/1/I-V.pdf · klorin...
Transcript of ANALISIS PENGGUNAAN KLORIN(CL ) PADA BERAS YANG DI …repository.utu.ac.id/827/1/I-V.pdf · klorin...
i
ANALISIS PENGGUNAAN KLORIN(CL2) PADA BERAS YANG
DI JUAL DI PASAR BINA USAHA MEULABOH
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
SARI RAHMI PUTRA
NIM : 07C10104162
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2015
ii
ANALISIS PENGGUNAAN KLORIN (CL2) PADA BERAS YANG
DIJUAL DIPASAR BINA USAHA MEULABOH
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
SARI RAHMI PUTRA
NIM : 07C10104162
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
2015
iii
ABSTRAK
Sari Rahmi Putra. 2015. Analisis Penggunaan Klorin(CI2) Pada Beras Yang Dijual
Dipasar Bina Usaha Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
Beras merupakan bahan makanan yang merupakan sumber energi bagi manusia.
Beras yang baik adalah beras yang dapat menghasilkan nasi yang empuk dan
memberikan aroma yang harum. Nasi merupakan salah satu bahan makanan pokok
yang mudah diolah dan disajikan, enak, mengandung energi yang cukup tinggi,
sehingga berpengaruh besar terhadap aktivitas tubuh. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi kandungan klorin pada beras yang di jual di pasar bina
usaha meulaboh dan mengetahui residu klorin pada beras. Penelitian ini merupakan
bersifat Exsperimen. Objek dalam penelitian ini adalah 3(tiga) jenis beras dan
kemudian diperiksa di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Banda Aceh dengan
menggunakan metode Photo Metrik.Berdasarkan hasil penelitian terdapat kandungan
klorin pada beras. Pada saat pencucian beras pertama terdapat kandungan klorin
sebesar >1000 Mg/L, sedangkan pada saat pencucian beras ketiga terdapat kandungan
klorin sebesar 4,55 Mg/L. Terjadi penurunan kandungan klorin pada setiap proses
pencucian yang dilakukan terhadap beras, dimana kandungan klorin semakin rendah
setelah proses pencucian beras kedua. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah bahwa
kandungan klorin tetap ada baik pada saat setelah pencucian beras sebanyak dua kali
maupun pada saat pencucian yg ketiga kali, sehingga dapat membahayakan kesehatan
manusia baik jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Permenkes RI No.
772/Menkes/Per/XI/88, menyatakan bahwa klorin dilarang digunakan pada beras.
Disarankan kepada masyarakat khususnya para ibu rumah tangga sebaiknya
melakukan pencucian beras sebanyak tiga atau empat kali pencucian dengan tujuan
untuk mengurangi residu klorin pada beras.
Kata Kunci : Beras, Pasar, Klorin
iv
ABSTRACT
Sari Rahmi Putra. 2015 Analysis Of Substance Use of Chlorine (CI2) On Rice in
The Market Of The Business District Meulaboh, West Aceh.
Rice is a food that is a source of energy for humans. Good rice is rice that can
produce soft rice and provide a fragrant aroma. Rice is a staple food that is easily
processed and presented, tasty, contains a high enough energy, so a major effect on
the activity of the body. The aim of this study was to determine the chlorine content
of rice and determine residual chlorine in rice. This study is a descriptive survey. The
object of this research is three (3) types of rice and then checked in UPTD Health
Laboratory Banda Aceh using Photo Metrics Based on the findings contained
chlorine content in rice. By the time the first washing rice contained chlorine content
of > 1000 Mg / L, whereas at the moment there are three rice washing chlorine
content of 4.55 Mg / L. A decline in chlorine content in each washing process
performed on rice, in which the lower the chlorine content after the second rice
washing process. The conclusion of this study is that the chlorine content remains
good at the time after washing rice twice or when the rice in cold conditions, so as to
endanger human health both short term and long term. According Permenkes No.
772/Menkes/Per/XI/88, stating that the chlorine banned from use on rice. Suggested
to the community, especially the housewives should do wash rice three or four
washes with the goal to reduce residual chlorine in rice.
Keywords: Rice, Market, Chlorine
v
RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
Nama : SARI RAHMI PUTRA
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Tempat/Tanggal Lahir : Banda Aceh, 18 Mai 1987
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jalan Syah Kuala, Desa Suak Ribee, Kecamatan
Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat
Orang Tua/Wali
Ayah : (Alm) SARJANI
IBU : RAHMANIAH
B. Pendidikan Formal
1995 - 2001 : SD Negeri 19 Suak Ribee
2001 - 2004 : SMP Negeri 2 Meulaboh Aceh Barat
2004 - 2007 : SMA Negeri 2 Meulaboh Aceh Barat
Perguruan Tinggi : Universitas Teuku Umar Fakultas Kesehatan
Masyarakat (2007 s.d Selesai)
vi
KATA PERSEMBAHAN
Bissmillahirrahmanirahim
“apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “bilakah datangnya pertolongan Allah?” ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” (Q.s Al-Baqarah: 241).
Ya Robbi…
Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah awal bagiku untuk meraih cita-citaku.Tiada sujud syukurku selain berharap Engkau jadikan aku orang yang senantiasa berfikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini.Seuntai doa dan terima kasih ku ucapkan kepada ayahanda dan ibunda(Alm.Sarjani dan Rahmaniah) yang selama ini membesarkanku, mengorbankan seluruh hidupmu untukku, rasa sakit, rasa takut, capek, panasnya terik matahari tak di hiraukan, tak pernah kudengar keluhan dibibirmu. Itu semua kau lakukan demi anakmu. Ibu, terima kasih. Atas semangat, doa, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan sehingga aku kuat menjalani setiap rintangan yang ada. Ibu, Ayah, Jazakallah katsiran Aku mencintaimu karena Allah…
Sebuah karya tulis ini kupersembahkan kepada seluruh keluarga besarku.,, Ibunda dan Ayahnda tercinta (Alm.Sarjani dan Rahmaniah). Abang-abangku ( Abang Firdaus, Abang Afrizal dan Abang Fahrurrazi) dan Adikku yang tercinta (Darmawan) dan yang ku sayangi keponaanku yang lucu2 dan imut2.
Terima Kasih yang tak terhingga untuk Bapak, (Bapak Saifullah ),(Bapak
Afrizal),Bapak Jun Musnadi Is Dan Pak Drs. Moenawar, pak Hasrah Junaidi dari kalian aku mendapatkan pelajaran berharga dalam hidup ini. Dan terima kasihku, kuucap untuk teman-teman yang sholehah yang selaLu membuat aku bahagia bila didekat kalian bila rasa sedih menghampiriku, kalianlah yang selalu membuatku tersenyum, dan terus memberi Semagat ada Eka(doen), Dhinda, Fahmi, Pendra, Yossi, Akin, Roni,Andi, Dody , dex adah, dex Tia , dex Mutia, Abang Adi dan Kak Yus ,kak Eka, Kak Wiwik. Semoga persahabatan kita tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak aminnnnn…….. Thank’s you for all….
Sari Rahmi Putra , SKM
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada ALLAH SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga
dapat menyelesaikan Skipsi/tungas akhir yang berjudul :”Analisis Pengunaan Klorin
(CL2) Pada Beras Yang Di Jual Dipasar Bina Usaha Meulaboh Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat”. Skripsi adalah untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan dalam meraih derajat Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku
Umar.
Selama penelitian dan penyusun laporan penelitian dalam skipsi/tugas akhir
ini, penulis tidak luput dari kendala. Kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat
adanya bantuan, bimbingan dan dukungan berbangai pihak. Oleh karna itu, Penulis
ingin menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof DR Jasman J. Ma’ruf. SE. MBA selaku Rektor Universitas Teuku
Umar Meulaboh.
2. Ir. Yuliatul Muslimah MP selaku Dekan fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Teuku Umar Meulaboh.
3. Ibu Teungku Nih Farisni, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
4. Bapak Jun Musnadi Is, SKM, M.Kes selaku Komisi Pembimbing Ketua dan
Bapak Afrizal,SE. DN Com selaku Komisi Pembimbing Anggota, yang telah
memberikan bimbingan pengarahan dengan penuh perhatian selam penyusan
penelitian ini.
viii
5. Bapak Drs. Moenawar Iha, MM selaku Komisi Penguji Ketua serta Bapak
Hasrah Junaidi,SKM, M.Kes selaku Komisi Penguji Anggota yang telah
memberikan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Ibunda dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dukugan dan doa sampai
penelitian dan penulisan skripsi ini selesai.
7. Bapak/Ibu Dosen dan Staf pegawai di Fakultas Keseahtan Masyarakat yang
memberikan ilmu dan nasehat selam mengikuti pendidikan di Universitas
Teuku Umar (UTU) Meulaboh.
8. Teman-teman di Fakultas Keseahtan Masyarakat Universitan Teuku Umar
(UTU) Meulaboh.
9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan Skripsi ini yang tidak dapat
di sebut satu persatu.
Akhir kata penulis berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi Fakultas
Keseahtan Masyarakat Khususnya, dan bagi mereka yang membacanya.
Penulis
Sari Rahmi putra
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL DALAM ............................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................. ii
LEMBARAN PENGESAHAN ............................................................ iii
LEMBARAN PENGESAHAN PENGUJI .......................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .......................................................................... viiii
DAFTAR ISI......... ............................................................................. . xi
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xv
BAB I : PENDAHULUAN ........................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah .......................................................... 5
1.3.1. Tujuan Penelitian .................................................. 5
1.3.2. Tujuan Umum ....................................................... 5
1.3. Tujuan khusus ................................................................... 6
1.4.1. Manfaat Penelitian ................................................. 6
1.4.2. Manfaat Teoristis ................................................... 6
1.4.3. Manfaat Aplikatif .................................................. 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA .................................................. 8
2.1 Beras ................................................................................ 8
2.2 Defenisi Beras .................................................................. 8
2.3 Sifat dan Mutu Beras ......................................................... 9
2.4 Tempat Penyimpanan Beras .............................................. 12
2.2 Klorin ............................................................................... 13
2.2.1 Defenisi Klorin ....................................................... 13
2.2.2 Sumber dan Kegunaan Klorin ................................. 15
2.2.3 Sifat Klorin ........................................................... 16
2.2.4 Bahaya Klorin Terhadap Kesehatan......................... 17
2.2.5 Ciri-Ciri Beras Berklorin ......................................... 19
x
2.2.6 Peraturan Larangan Zal Klorin pada Beras ....... 20
2.2.7 Pemutih yang diperbolehkn dan dilarang ......... 21
2.2.8 Kebiasaan Pencucian Beras............................... 22
2.2.9 Skema Penelitian ............................................. 25
BAB III : METODE PENELITIAN ............................................... 26
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ............................. 26
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................. 26
3.3 Populasi dan Sampel ............................................. 26
3.3.1 Populasi ..................................................... 26
3.3.2 Sampel ......................................................... 27
3.4 Uji Laboratorium ................................................... 28
3.4.1 Alat dan Bahan .......................................... 28
3.5 Cara Pengijian ....................................................... 29
3.6 Metode Pengumpulan Data ..................................... 30
3.6.1 Data Primer .................................................. 30
3.6.2 Data Sekunder ............................................. 30
3.7 Analisis Data .......................................................... 30
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................... 31
4.1 Deskripsi Lokasi penelitian ..................................... 31
4.2 Hasil Penelitian ..................................................... 31
4.2.1 Hasil Uji ...................................................... 31
4.3 Kadar Klorin ..................................................... ..... 32
4.3.1 Hasil Uji ...................................... .................. 32
4.4 Pembahasan ............................................................. 33
4.4.1 Beras MD........................................................ 34
4.4.2 Beras Anggrek\IR64 ..................................... . 34
4.4.3 Beras Piring Nasi ........................................... 35
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN .......................................... 39
5.1. Kesimpulan ................................................................... 39
5.2. Saran ............................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Sifat Fisik Klorin (Cl2 ) ....................................................... 14
Tabel 2.2. Ciri-ciri Beras Berpemutih dan Tanpa pemutih ................. 20
Tabel 3.1. Beberapa Merek Beras Yang di Jual di Pasar Bina
Usaha Meulaboh ............................................................... 27
Tabel 4.1.Hasil Pemeriksaan Sampel .................................................. 32
Tabel 4.2.Kadar Klorin ( Cl2 ) Dalam Sampel .................................... 32
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Zat Klorin (Cl2 ) ............................................................... 14
Gambar 2.2. Langkah – langkah Penelitian ........................................... 25
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran I : Surat Penelitian
2. Lampiran II : Selesai Melakukan Penelitian
3. Lampiran III : Hasil Pemeriksaan
4. Lampitan IV : Foto-foto Pemerisaan Sampel di UPTD Balai Kesehatan
Banda Aceh
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidup, manusia berusaha
memenuhi kebutuhan primernya dan salah satu kebutuhan primer tersebut adalah
makanan dan masyarakat Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokoknya.
Beras yang sudah menjadi nasi merupakan salah satu bahan makanan pokok yang
mudah diolah, mudah disajikan, enak, dan mengandung nilai energi cukup tinggi,
sehingga berpengaruh besar terhadap aktivitas tubuh atau kesehatan (Ahmad, 2000).
Sebagai makanan pokok, beras memberikan beberapa keuntungan. Selain
rasanya netral, beras setelah dimasak memberikan volume yang cukup besar dengan
kandungan kalori yang cukup tinggi, serta dapat memberikan berbagai zat gizi lain
yang penting bagi tubuh, seperti protein dan beberapa jenis mineral (Ahmad, 2000).
Penelitian mengenai klorin pada beras sudah pernah diteliti. Beberapa
penelitian terdahulu yang berkaitan dengan zat klorin adalah Perbedaan Kadar
Klorin pada Beras Sebelum dan Sesudah di Masak di Kecamatan Medan Helvetia
Tahun 2008 (Sinuhaji, 2009).
Beras yang mempunyai cita rasa nasi yang enak mempunyai hubungan
dengan selera dan preferensi konsumen serta akan menentukan harga beras. Secara
tidak langsung, faktor mutu beras di klasifikasikan berdasarkan nama atau jenis
(brand name) beras atau varietas padi. Respons konsumen terhadap beras bermutu
2
2
sangat tinggi. Agar konsumen mendapatkan jaminan mutu beras yang ada dipasar
maka dalam perdagangan beras harus diterapkan sistem standardisasi mutu beras.
Beras harus diuji mutunya sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) mutu
beras giling pada laboratorium uji yang terakreditasi dan di buktikan berdasarkan
sertifikat hasil uji (Suismono 2002).
Pemanfaatan klorin sebagai bahan kimia telah di salah gunakan, yaitu sebagai
bahan pemutih atau pengilat beras. Para penjual mempraktikkan tindak kriminal
tersebut untuk meraup keuntungan yang besar dengan mengancam keselamatan
konsumen. Penggunaan klorin dimaksudkan agar beras yang berstandar medium
dapat menjadi beras berkualitas super. Dizaman sekarang ini segala macam makanan
diIndonesia itu tidak murni dan banyak mengandung zat kimia tambahan yang
berbahaya. Berdasarkan pemberitaan yang beredar, beras mengandung zat klorin
(pemutih kain/pembasmi hama) ditemukan di Sumatera Utara. Dinas Perindag, Balai
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) serta Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu
Barang (BPSBM) memastikan beras berpemutih dijual dipasaran. Berdasarkan hasil
uji dilaboratorium bahwa, dari 19 sampel beras yang diambil dari pengecer, gudang
beras serta kilang padi di Medan, Deli Serdang dan Serdang Bedagai, ternyata satu
diantaranya positif mengandung klorin. Di lain pihak, Balai Pengawasan Obat dan
Makanan Kota Tangerang menemukan kadar klorin seberat 0,05 ppm dalam beras
curah yang diperdagangkan dipasar tradisional, Tangerang. Berdasarkan hasil
penelitian Dinas Kesehatan Kota Tangerang dapat diketahui bahwa klorin akan
3
3
tetap melekat sampai beras tersebut telah dimasak menjadi nasi. Hanya saja, kadarnya
sudah berkurang (Stefi, 2007).
Klorin selain berdampak pada kesehatan juga berdampak pada lingkungan,
baik itu air, udara dan komunitas yang ada dilingkungan tersebut. Adapun beberapa
dampak yang disebabkan oleh penggunaan klorin ini adalah dampak jangka panjang
dan jangka pendek. Besar dampaknya yang ditimbulkan klorin sangat tergantung
pada kadar, jenis senyawa klorin dan yang terpenting tingkat toksisitas senyawa
tersebut. Pengaruh klorin pada kesehtan dapat menggganggu sistem kekebalan tubuh,
merusak hati dan ginjal, gangguan pencernaan, gangguan pada sistem saraf dapat
menyebabkan kanker dan gangguan sistem reproduksi yang dapat menyebabkan
keguguran (Norlatifah, 2012).
Klorin adalah bahan kimia yang biasanya digunakan sebagai pembunuh
kuman. Klorin sekarang bukan hanya digunakan untuk bahan pakaian dan kertas
saja, tetapi telah digunakan sebagai bahan pemutih/pengilat beras, agar beras yang
standar medium seperti beras berkualitas super. Zat itu akan bereaksi dengan air
membentuk asam hipoklorus yang diketahui dapat merusak sel-sel dalam tubuh.
Klorin berwujud gas berwarna kuning kehijauan dengan bau cukup menyengat.
Dampak dari beras yang mengandung klorin itu tidak terjadi sekarang. Bahaya untuk
kesehatan baru akan muncul 15 hingga 20 tahun mendatang, khususnya apabila kita
mengonsumsi beras tersebut secara terus menerus. Zat klorin yang ada di dalam beras
akan menggerus usus pada lambung (korosit). Akibatnya, lambung rawan terhadap
penyakit maag. Dalam jangka panjang, mengkonsumsi beras yang mengandung
4
4
klorin akan mengakibatkan penyakit kanker hati dan ginjal (Departemen Luar Negeri
Republik Indonesia, 2007).
Di Provinsi Aceh Bahan Tambahan Pangan (BTM) masih banyak digunakan
oleh produsen industri seperti bahan pengawet, pewarna, dan pemanis buatan.
Gubenur Aceh dr.Zaini Abdullah mengatakan bahwa: jenis-jenis bahan tambahan
pangan tersebut (pemanis, pengawet dan pewarna sintetis) sangat membahayakan
kesehatan manusia. Dampak dari makanan dan minumnan yang menggunakan
pengawet buatan seperti boraks, formalin, siklamat, Klorin atau sejenisnya itu tidak
langsung sakit setelah dikonsumsi, tetapi beberapa tahun kemudian barulah dirasakan
akibatnya (Serambi Indonesia, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaukan oleh Rajagukguk pada tahun
2008 di laboratorium Daerah Keseahtan Medan baik secara kualitatif maupun
kuantitatif, bahwa terdapat kadar klorin yang relatif tinggi dan berada diatas ambang
batas yang dapat ditolerir oleh tubuh pada empat merek beras yang dijual di pasar
Sukaramai, Kota Medan.(Sunuhaji,2009)
Berdasarkan pemberitaan di salah satu televisi Nasional, adanya beras putih
berklorin yang beredar di pasar Indonesia, peneliti menduga adanya kandungan klorin
pada beras putih, salah satunya di pasar bina usaha meulaboh yaitu pasar yang terluas
satu-satunya pasar di meulaboh. Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti di Pasar
Bina Usaha Meulaboh ada banyak beras yang dijual oleh pedagang beras. Tidak
menutup kemungkinan beras yang dijual di Pasar Bina Usaha Meulaboh mengandung
5
5
klorin. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengetahui adanya
kandungan klorin pada beras putih di Pasar Bina Usaha Meulaboh.
Dari hasil observasi dan wawancara awal yang telah peneliti lakukan pada
beberapa konsumen di Pasar Bina Usaha Meulaboh sebagian besar konsumen
memilih kualitas beras yang putih, bersih, licin dan wangi walaupun harganya mahal
tanpa memikirkan dampak dan akibat bagi kesehatan dalam mengkonsumsi beras
yang memiliki kualitas bermutu dan mengabaikan cara dalam proses pengolahan
beras terutama tentang bahaya klorin pada beras yang dijual di pasar.
Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang kandungan kadar klorin pada beras yang dijual di Pasar Bina Usaha
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi
masalahnya adalah, ”Analisis Pengunaan Zat Klorin pada Beras yang dijual diPasar
Bina Usaha Meulaboh Kabupaten Aceh Barat?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya pengunaan Zat Klorin pada Beras yang Dijual
Dipasar Bina Usaha Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
6
6
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengidentifikasi Zat Klorin(CI2) pada Beras Putih yang di Jual di
Pasar Bina Usaha Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Teoristis
a. Hasil penelitian ini digunakna untuk bahan acuan dalam proses
pengembangan keilmuan.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka menambah
wacana keilmuan di dunia kesehatan.
c. Untuk bahan promosi kesehatan bagi kalangan masyarakat dalam memilih
makanan jadi yang aman untuk dikonsumsi.
d. Untuk menambah pengetahuan dalam mengembangkan wawasan berfikir
penulis dalam mengaplikasikan teori dengan kenyataan serta menggunakan
cara mengkaji ilmiah dalam menyikapi permasalahan tentang indikasi
kandungan klorin pada beras.
1.4.2. Manfaat Aplikatif
1. Memberikan informasi mengenai bahaya penggunaan klorin pada beras yang
dikonsumsi oleh masyarakat sehari–hari sehingga masyarakat lebih teliti
dalam membeli beras.
2. Masukan kepada pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten
Aceh Barat, BPOM Aceh dan berbagai pihak terkait dalam penelitian ini,
7
7
khususnya tentang kadar kandungan klorin pada beras yang dijual dipasar
Bina Usaha Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Beras
2.1.1 Defenisi Beras
Beras adalah suatu bahan makanan yang merupakan sumber pemberi energi
untuk manusia. Zat-zat gizi yang terkandung dalam beras sangat mudah dicerna, oleh
karena itu beras mempunyai nilai gizi yang sangat tinggi. Beras dipilih menjadi
makanan pokok karena sumber daya alam lingkungan mendukung penyediaannya
dalam jumlah yang cukup, mudah, cepat pengolahannya, memberi kenikmatan pada
saat menyantap, dan aman dari segi kesehatan (Haryadi, 2006).
Beras merupakan bahan pokok terpenting bagi manusia khususnya di
Indonesia. Sebagai makanan pokok, beras memberikan beberapa keuntungan, selain
rasa yang netral, beras setelah dimasak akan memberikan volume yang cukup besar
dengan kandungan kalori yang cukup tinggi, karbohidrat, lemak dan vitamin, serta
dapat memberikan berbagai zat gizi lain yang penting bagi tubuh, seperti protein dan
beberapa jenis mineral (Sinuhaji, 2009).
Beras yang mempunyai cita rasa nasi yang enak mempunyai hubungan
dengan selera dan preferensi konsumen serta akan menentukan harga beras. Secara
tidak langsung, faktor mutu beras di klasifikasikan berdasarkan nama atau jenis
(brand name) beras atau varietas padi. Respons konsumen terhadap beras bermutu
sangat tinggi. Agar konsumen mendapatkan jaminan mutu beras yang ada di pasaran
9
maka dalam perdagangan beras harus diterapkan sistem standardisasi mutu beras.
Beras harus diuji mutunya sesuai dengan Standar Nasional Indonesia(SNI) mutu
beras giling pada laboratorium uji yang terakreditasi dan di buktikan berdasarkan
sertifikat hasil uji (Suismono, 2007).
Secara umum beras giling harus memenuhi persyaratan bebas hama dan
penyakit, bebas bau (apek/asam) atau pun bau asam lainnya, bebas dari campuran
bekatul, dan bebas dari tanda-tanda adanya bahan kimia yang membahayakan. Dalam
SNI yang telah direvisi, beras giling dikelompokkan menjadi lima kelas mutu. SNI
untuk beras giling bertujuan untuk mengantisipasi terjadi nya manipulasi mutu beras
dipasaran, terutama karena pengoplosan atau pencampuran antar kualitas atau antar-
varietas. Tujuan pengujian mutu beras adalah untuk melakukan pengukuran atau
identifikasi secara kuantitatif terhadap karakter fisik beras dan menentukan klasifikasi
mutu beras yang diinginkan pasar dan konsumen (suismono, 2007)
2.1.2 Sifat dan Mutu Beras
1. Sifat Beras.
Sifat beras sangat menentukan mutu rasa nasi yang dihasilkan. Lebih
khusus lagi, mutu ditentukan oleh kandungan amilosa, kandungan protein dan
kandungan lemak. Pengaruh lemak terutama muncul setelah beras disimpan.
Kerusakan lemak mengakibatkan penurunan mutu beras. Kandungan amilosa
berkorelasi positif dengan aroma nasi dan berkorelasi negatif dengan tingkat
kelunakan, kelekatan, warna dan kilap. Sifat-sifat tersebut di belakang
10
berkorelasi dengan kandungan amilopektin. Rasio antara kandungan amilosa
dengan kandungan amilopektin merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan mutu tekstur nasi, baik dalam keadaan masih hangat maupun
sudah mendingin hingga suhu kamar (Norlatifah, 2012).
Beras yang mengandung amilosa tinggi menghasilkan nasi yang pera
dan ”kering”, sebaliknya beras yang mengandung amilosa rendah
menghasilkan nasi yang lengket dan lunak menyatakan bahwa sifat-sifat
tekstur nasi yang meliputi kelengketan, konsistensi dan ciri viskogram nasi
tidak dapat dijelaskan berdasarkan kandungan amilosa saja, tetapi ciri-ciri
tersebut berkaitan dengan kandungan amilosa terlarut. Makin tinggi
kandungan amilosa tak larut, konsistensi nasi setelah dingin makin kuat,
sedangkan kelengketan dan viskositas (Haryadi, 2006).
2. Beras
Beras sangat bergantung pada mutu padi yang akan digiling dan sarana
mekanis yang digunakan dalam penggilingan. Selain itu, mutu padi juga
dipengaruhi oleh genetik tanaman, cuaca, waktu pemanenan, dan penanganan
pascapanen. Pemilihan beras merupakan ungkapan selera pribadi konsumen,
ditentukan oleh faktor subjektif dan dipengaruhi oleh lokasi, suku bangsa atau
etnis, lingkungan, pendidikan, status sosial ekonomi, jenis pekerjaan, dan
tingkat pendapatan. (Haryadi, 2006).
11
Secara umum mutu beras dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1 Mutu giling.
Mutu giling merupakan salah satu faktor penting yang menentukan mutu
beras. Mutu giling mencakup berbagai ciri, yaitu rendemen beras giling,
rendemen beras kepala, persentase beras pecah dan derajat sosoh beras.
(Cahyadi, 2112).
2 Mutu kemurnian biji.
Ketampakan biji pada umumnya ditentukan berdasar keburaman
endosperm, yaitu bagian biji yang tampak putih buram, baik pada sisi dorsal
biji, sisi 12 ventral, maupun tengah biji. Keburaman biji menentukan mutu
beras yang dalam persyaratan mutu dikenal sebagai butir mengapur. Jenis
pengujian mutu beras meliputi beras kepala, beras patah, butir menir, butir
kapur, serta butir kuning dan rusak dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Beras kepala, yaitu butir beras sehat maupun cacat yang mempunyai
ukuran lebih besar atau sama dengan 75% bagian dari butir beras utuh.
b. Beras patah, yaitu butir beras sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran
lebih besar dari 25% sampai dengan lebih kecil 75% bagian dari butir beras
utuh.
c. Butir menir, yaitu butir beras sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran
lebih kecil dari 25% bagian butir berasutuh.
d. Butir kapur, yaitu butir beras yang separuh bagian atau lebih berwarna
putih seperti kapur dan bertekstur lunak yang disebabkan faktor fisiologis.
12
e. Butir kuning, yaitu butir beras utuh, beras kepala, beras patah, dan menir
yang berwarna kuning atau kuning kecoklatan. (BPTP Sumatera Selatan
2006).
3. Mutu rasa
Di Indonesia, mutu masak belum dijadikan syarat dalam menetapkan
mutu beras. Lain halnya dengan dunia internasional, khususnya di Amerika
Serikat, mutu rasa merupakan salah satu persyaratan terutama dalam
pengolahan beras. Ciri-ciri umum yang mempengaruhi mutu masak ialah
perkembangan volume, kemampuan mengikat air, stabilitas pengalengan nasi
parboiling, lama waktu memasak dan sifat viskositas pati.
2.1.3 Tempat Penyimpanan Beras
Penyimpanan beras harus dilakukan dengan baik untuk melindungi beras dari
pengaruh cuaca dan hama, mencegah atau menghambat perubahan mutu dan nilai
gizi. Penyimpanan beras dalam waktu lama dengan kondisi kurang baik akan
menimbulkan kerusakan pada bau dan cita rasa beras. Faktor-faktor yang memegang
peranan penting dalam penyimpanan beras di antaranya adalah kadar air beras,
kelembaban nisbi dan suhu ruangan, serta lama waktu penyimpanan (Hanny, 2002).
Penyimpanan pada suhu rendah akan lebih aman dibandingkan suhu tinggi.
Beras giling akan mengalami perubahan rasa dan aroma jika disimpan pada suhu 150
C selama 3-4 bulan. Beras yang dibungkus dengan kantung plastik dan disimpan pada
13
suhu 8,5 – 130 C, masih mempunyai aroma dan rasa yang baik setelah disimpan lebih
dari 7 bulan (Hanny, 2002).
2.2 Klorin
2.2.1 Defenisi Klorin
Klorin, klor (Cl) adalah unsur halogen yang berat atomnya 35,46. Warnanya
hijau kekuning - kuningan. Titik didihnya -34,7 0C, titik bekunya 0,102
0C, kepadatan
2,488 atau 2 ½ kali berat udara. Klor pada tekanan dan suhu biasa bersifat gas dan
dalam tekanan rendah mencair. Klor tidak dapat bebas di alam tetapi terdapat di
senyawa terutama terdapat dalam logam Natrium, Magnesium dan yang paling
banyak terdapat pada Natrium Chloride (NaCl). Klorin merupakan hasil tambahan
yang terbuat dari sodium Hydroxide dengan cara mengelektrosasikan Sodium
Hydroxide (Adiwisastra, 2000).
Klor (berasal dari bahasa Yunani yaitu Chloros yang berarti “hijau pucat”).
Adalah unsur kimia dengan nomor atom 17 dan simbol Cl. Klor termasuk golongan
halogen (Norlatifah, 2012).
14
Gambar 2,1. Zat Klorin
Tabel 2.1. Sifat Fisik Klorin
Sifat-Sifat
Klorin
Pada suhu kamar Berwarna kuning kehijauan
Berat molekul 70,9 dalton
Titik didih -290F (-340C)
Titik beku -1500F (-1010C)
Gaya berat (Specific
Gravity)
1,56 pada titik didih
Tekanan uap air 5,168 mmHg pada 680F (200C)
Berat jenis gas 2,5
Daya larut dalam air 0,7% pada 680F (200C)
15
Seperti halnya pemutih H2O2 (Hidrogen Peroksida), pemutih jenis dasar
klorin (Sodium Hipoklorit dan Kalsium Hipoklorit) juga mempunyai sifat multi
fungsi yaitu selain sebagai pemutih, kedua senyawa tersebut juga bisa sebagai
penghilang noda maupun desinfektan. Pemutih jenis dasar klorin terdiri dari dua jenis
yaitu padat dan cair. Pemutih padat adalah Kalsium Hipoklorit (CaOCl2) berupa
bubuk putih. Pada umumnya masyarakat mengenal senyawa ini sebagai kaporit.
Kaporit lazim untuk menyuci hamakan air ledeng dan kolam renang. Kelemahan
kaporit adalah kelarutannya tidak sempurna, dimana selalu tersisa padatan dan tidak
bisa dibuang sembarangan. Sodium Hipoklorit (NaOCl) sudah lama dikenal sebagai
produk pemutih yang handal. Hal mendasar yang perlu diketahui mengenai
pembuatan pemutih dari NaOCl adalah pengenalan terhadap senyawa atau bahan
NaOCl itu sendiri. Sodium Hipoklorit (NaOCl) merupakan cairan berwarna sedikit
kekuningan, beraroma khas dan menyengat. Bahan NaOCl mudah larut dalam air
dengan derajat kelarutan mencapai 100% dan sedikit lebih berat dibandingkan dengan
air (berat jenis air lebih dari satu) serta bersifat sedikit basa (Parnomo,2003).
2.2.2 Sumbar dan Kegunaan Klorin
Klorin sangat penting digunakan sebagai pemutih dalam pabrik kertas dan
pakaian. Klorin juga digunakan sebagai bahan kimia pereaksi dalam pabrik logam
klorida, bahan pelarut kkorinasi, pestisida, polimer, karet sintetis dan refrigetan.
Sodium hipoklorit yang merupakan komponen/produk pemutih yang diperdagangkan,
16
larutan pembersih, dan desinfektan untuk air minum dan sistem penyaringan air
buangan/limbah dan kolam renang (Norlatifah, 2012).
Saat ini klorin sangat banyak digunakan dalam industri-industri besar maupun
dalam rumah tangga. Digunakan pada industri kertas dan tekstil. Klorin juga
digunakan untuk manufaktur, peptisida dan hebrisida, misalnya DDT, untuk alat
pendingin, obat farmasi, vinyl (pipa PVC), bahan pembersih dan perawatan air dan
air limbah. Agar dapat digunakan maka klorin dikombinasi dengan senyawa organik
(bahan kimia yang mempunyai unsur karbon) yang biasanya menghasilkan
organoklorin. Organoklorin adalah senyawa kimia yang beracun dan berbahaya bagi
kesehatan karena dapat terkontaminasi dan resisten didalam tubuh makhluk hidup
(Darniadi S, 2007).
Klor merupakan desinfektan kimia yang digunakan secara luas, terutama
digunakan dalam klorinasi air untuk air minum. Paling efektif bekerja pada harga pH
yang rendah (Desrosier, 2008).
2.2.3 Sifat Klorin
Sifat kimia klorin sangat ditentukan oleh konfigurasi elektron pada kulit
terluarnya. Keadaan ini membuatnya tidak stabil dan sangat efektif. Hal ini
mengakibatkan karena strukturnya belum mempunyai 8 elektron untuk mendapatkan
strukur elektron gas mulia. Selain itu klorin bersifat sebagai oksidator. Seperti halnya
oksigen, klorin juga membantu reaksi pembakaran dengan mengahasilkan panas
17
cahaya. Dalam air laut maupaun sungai, klorin akan terhidrolisa membentuk asam
hipoklorit (HClO) yang merupakan suatu oksidator (Chandra, 2006).
2.2.4 Bahaya klorin Terhadap Kesehatan
Penggunaan klorin saat ini semakin marak terjadi di masyarakat. Tidak lagi
hanya digunakan sebagai bahan baku pada industri tetapi juga di tambahan di dalam
makanan. Keberadaan klorin sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Klorin,
dalam bentuk gas maupun cairan dapat mengakibatkan luka permanen bahkan
kematian. Pada umumnya luka permanen terjadi disebabkan oleh asap gas klorin.
Klorin sangat potensial untuk menyebabkan penyakit di kerongkongan, hidung, dan
tract respiratory (saluran kerongkongan dekat paru-paru). Klorin juga sangat
membahayakan sistem pernafasan terutama anak-anak. Dalam bentuk gas, klor dapat
merusak membran mukus dalam wujud cair dapat menghacurkan kulit. Tingkat
klorida sering naik turun bersama dengan tingkat natrium. Ini karena natrium klorida
atau garam merupakan unsur utama dalam darah (Chandra, 2006).
Dampak mengkonsumsi beras yang mengandung klorin tidak terjadi sekarang.
Bahaya untuk kesehatan akan muncul 15 - 20 tahun mendatang. Khususnya jika kita
mengkonsumsi beras tersebut secara terus menerus (Stefi, 2007).
Batas paparan gas klor 1 ppm dan kadar 0,1% sudah dapat mengakibatkan
kematian dalam beberapa menit. Mengidentifikasi dari muntahan dan napas penderita
18
keracunan, tercium bau gas klor. Selain itu, gas klor akan memutihkan warna pakaian
atau kain yang basah (Stefi, 2007).
Bahaya keracunan oleh gas klor yang dapat terjadi, yaitu (Adiwisastra, 2000) :
1. Keracunan Akut.
Keracunan akut adalah keracunan yang terjadi secara mendadak atau
tiba-tiba yang diakibatkan pemajanan sesuatu yang bersifat toksin dalam dosis
tinggi. Keracunan akut disini dapat disebabkan karena menghirup gas klor
dengan konsentrasi tinggi.
Gejala-gejala keracunan oleh gas klor, yaitu (Adiwisastra, 2000) :
a. Tenggorokan terasa gatal, pedih/panas.
b. Batuk terus menerus yang disebabkan pengaruh rangsangan reflex alat
pernafasan.
c. Pernafasan (kalau menarik nafas) akan terasa sakit dan sesak.
d. Muka kelihatan kemerah-merahan.
e. Mata tersa pedih akibat rangsangan selaput lender konjungtiva.
f. Batuk kadang-kadang disertai darah dan muntah-muntah hebat.
g. Menghisap gas klor dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan terhenti
nya pernafasan.
19
Efek toksik klorin yang terutama adalah sifat korosifnya. Kemampuan
oksidasi klorin sangat kuat, dimana di dalam air klorin akan melepaskan
oksigen dan hidrogen klorida yang menyebabkan kerusakan jaringan. Sebagai
alternatif, klorin dirubah menjadi asam hipoklorit yang dapat menembus sel
dan bereaksi dengan protein sitoplasmik yang dapat merusak struktur sel (U.S.
Department Of Health And Human Services, 2007).
2. Keracunan Kronis
Keracunan kronis merupakan keracunan yang disebabkan oleh
pemanajan sesuatu yang bersifat toksin dalam waktu yang lama, tetapi dalam
kosentrasi yang rendah. Dalam hal ini keracunan kronis disebabkan karena
menghirup gas klor sehingga dapat menyebabkan hilangnya rasa pada indra
penciuman, merusak gigi/gigi keropos (Adiwisastra, 2000).
2.2.5 Ciri-ciri beras berklorin
Indonesia menjadikan beras sebagai makanan pokok. Dalam memilih beras
tentunya, masyarakat menginginkan beras yang putih, bersih dan mengkilap. Tapi
kini banyak beredar di pasaran yang diduga mengandung zat-zat bebahaya
diantaranya pemutih (klorin) yang sangat berbahaya bagi tubuh terutama lambung
(Stefi, 2007).
Zat klor sebenarnya dibutuhkan oleh tubuh sebagai salah satu zat penguat,
namun jika kadarnya tidak terawasi atau melebihi ambang batas dalam tubuh, maka
20
dapat mengakibatkan sejumlah gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan yang dapat
ditimbulkan akibat mengkonsumsi beras yang mengandung klorin dalam jangka
panjang adalah seperti gangguan pada ginjal dan hati (Irma, 2013).
Adapun ciri-ciri beras yang mengandung klorin terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.2. Ciri beras berpemutih dan tanpa pemutih (Norlatifah, 2012).
NO Besar Berpemutih Beras tanpa Pemutih
1 Warna putih sekali Warna putih kelabu
2 Beras lebih mengkilat Beras tidak mengkilat
3 Licin dan tercium bau kimia Kesat dan tidak berbau
4 Jika di cuci, warna air hasil cucian
beras keliatan bening
Jika di cuci warna air beras keruh dan
kekuningan
5 Jika beras direndam sealama 3 hari
tetap bening dan tidak berbau
Jika beras direndam selama 3 hari,
beras akan menimbulkan bau tidak
sedap
2.2.6 Peraturan larangan zat klroin pada beras
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 772/Menkes/Per/XI/1988 tentang
Bahan Tambahan Makanan. Bahwa klorin tidak tercatat sebagai Bahan Tambah
Pangan (BTP) dalam kelompok pemutih dan Pematang tepung.
21
Pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 32/Permentan/OT.140/3/2007
tentang pelarangan penggunaan bahan kimia berbahaya pada proses penggilingan
padi, huller dan penyosohan beras. Peraturan tersebut berisi pelarangan bahan kimia
berbahaya pada proses penggilingan padi, huller dan penyosoh beras. Peraturan ini
bertujuan untuk menjamin mutu beras bebas dari bahan kimia berbahaya, memberi
perlindungan terhadap masyarakat atas mutu dan keamanan pangan serta memberi
ketenteraman bagi masyarakat terhadap beras yang dikonsumsi. Bahan kimia
berbahaya yang dilarang digunakan dalam proses penggilingan padi, huller dan
penyosoh beras tersebut antara lain berisi larangan penggunaan klorin dan
senyawanya, asam borat dan garamnya, asam salisilat dan garamnya,
dietilpirokarbonat (diethylpirocarbonate DEPC), dulsin (dulcin), kloramfenikol
(chloramphenicol), nitrofurazon (nitrofurazone), larutan formaldehyde/formalin,
rodhamin B, paraformadehyde, tiroksan dan kuning metanil.
2.2.7 Pemutih yang diperbolehkan dan dilarang
Pemutih yang diperbolehkan yaitu bahan–bahan tambahan pangan yang
tergolong ke dalam pemutih dan pematang tepung umumnya adalah senyawa organik
dan garam – garam organik. Beberapa persenyawaan tersebut adalah asam askorbat,
kalsium steroil-2-laktilat, natrium steroil fumarat, natrium-2-laktilat, dan L-sistein
(Cahyadi,2012).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999
tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 772/Menkes/Per/XI/1988
22
tentang Bahan Tambahan Makanan yang diizinkan pemutih dan pematang tepung
diantaranya asam askorbat, aseton peroksida, azodikar bonamida, kalsium stearoil-2-
laktilat, natrium stearyl fumarat, natrium stearoil-2-laktilat dan L-sisteina.
Adapun zat pemutih yang dilarang antara lain klorin dan senyawanya. Hal ini
tercantum Pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 32/Permentan/OT.140/3/2007
Sedangkan gas nitrogen triklorida juga dapat berfungsi sebagai pemucat dan
pengembang dan pernah digunakan di Amerika Serikat, meskipun dilarang FDA
karena penyebab gangguan kesehatan pada anjing dan binatang percobaan lain bila
diberikan cukup banyak (Cahyadi, 2012).
2.2.8 Kebiasaan pencucian beras
Beras mengandung bekatul meskipun dalam jumlah sedikit. Adanya bekatul
ini yang menyebabkan air cucian beras menjadi keruh atau kotor. Bekatul berasal dari
proses penyosohan beras atau gesekan antar butir beras. Keberadaan bekatul pada
beras sebenarnya tidak dikehendaki karena dianggap sebagai kotoran. Namun dalam
jumlah sedikit, keberadaan bekatul pada beras dipandang wajar dan dapat diterima
(Khalimah, 2013).
Dari aspek gizi, bekatul memang baik bagi tubuh. Oleh karena itu, sebenarnya
beras dapat langsung dimasak tanpa harus mencucinya terlebih dahulu. Hal ini dapat
dilakukan terutama jika keadaan beras sudah bersih. Tetapi nasi yang dihasilkan dari
beras yang dimasak tanpa dicuci kemungkinan memiliki aroma dan rasa yang kurang
23
disukai karena masih mengandung bekatul. Selain itu, mungkin juga lebih cepat basi.
Proses pencucian beras akan menghilangkan bekatul. Hal itu berarti mengurangi zat
gizi beras seperti vitamin B (Khalimah, 2013).
Beras yang bersih tidak perlu dicuci lagi. Namun, sudah merupakan kebiasaan
ibu untuk mencuci beras sampai bersih baru ditanak. Mencuci beras akan membuang
zat-zat gizi yang sangat diperlukan tubuh, terutama bagi anak-anak dalam masa
pertumbuhannya (Sitorus, 2013).
Pada waktu membeli beras di pasar dianjurkan untuk membeli beras yang
bersih. Jika beras itu ternyata kurang bersih juga, cukup mencucinya sekali saja.
Itupun dengan cara menuangkan cukup air lalu menggoyang-goyang wadah beras itu,
kemudian ditiriskan airnya. Sebaiknya jangan mengaduk - aduk beras dengan kedua
tangan, karena hanya akan membuang segenap zat-zat gizi yang sangat diperlukan
tubuh. Dalam suatu penelitian, mencuci beras berarti kehilangan 25% vitamin B-nya.
Ini cukup besar artinya bagi yang menggunakan beras sebagai bahan makanan pokok
(Sitorus, 2013).
Dengan pencucian yang berlebihan (digosok dengan kuat), vitamin B1 pada
beras akan larut dan hilang bersama air pencuci. Dianjurkan, pencucian beras
sebaiknya hanya untuk menghilangkan benda-benda asing yang terikut seperti sisa
bekatul dan debu, bukan menggosoknya hingga nutrisi pada lapisan kulit ari larut dan
hilang bersama air pencuci (Sitorus, 2013).
24
Klorin yang terdapat pada beras sebenarnya dapat hilang dengan pencucian
yang berulang-ulang. Klorin akan larut di dalam air cucian beras. Semakin banyak
pencucian yang dilakukan, maka kemungkinan akan hilangnya klorin pada beras juga
semakin besar. Hilangnya klorin pada beras bergantung juga pada kandungan klorin
itu sendiri.
Kebiasaan ibu-ibu di masyarakat dalam mencuci beras adalah mencuci beras
sampai airnya bersih. Pada beras berklorin, air cucian beras terlihat tidak keruh. Hal
ini membuat para ibu merasa tidak perlu mencuci beras berulang-ulang. Beberapa ibu
hanya mencuci beras sebanyak 1 sampai 3 kali. Padahal klorin pada beras akan larut
ketika dicuci, untuk itu perlu dilakukan pencucian yang berulang-ulang pada beras
berklorin meskipun hal itu akan mengurangi vitaminnya.
Kebiasaan ibu-ibu rumah tangga di Indonesia, beras dicuci sebelum dimasak.
Pencucian dengan air yang banyak atau dengan air yang mengalir dengan diaduk
keras-keras dengan tangan sampai air cuciannya bening, adalah cara yang tidak
dianjurkan. Dengan cara mencuci demikian, banyak zat gizi yang larut dalam air akan
terbuang percuma yang terpenting adalah berbagai vitamin dari kelompok vitamin B
(Sitorus, 2013).
Mencuci yang baik adalah beras diletakkan dalam wadah kemudian diberi air
bersih, lalu diaduk dengan ringan saja, agar kotoran yang lebih ringan dari air akan
terapung dan dapat dibuang bersama air pencuci itu. Mencuci cukup satu kali saja,
tidak perlu diulang-ulang sampai air pencucinya menjadi bening (Irma, 2013).
25
2.3 Skema penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dengan mengikuti alur atau langkah-langkah sebagai
berikut :
Gambar 2.2 : langkah-langkah penelitian
Cucian I
Beras
Hasil
Pemeriksaan klorin
tidak
ada
Cucian III
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan
Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat Eksperimen dengan
menggunakan metode Photo Metrik untuk mengetahui keberadaan kandungan klorin
(CL2) yang terdapat didalam beras yang dijual dipasar Bina Usaha Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan Pasar Bina Usaha Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 18 Jan sampai 19 Mai tahun 2015.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh beras yang putih dan bersih, dari
seluruh merek dan nama beras yang dipasarkan oleh 50 tempat penjual beras yang
terdapat dipasar Bina Usahan Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. sebanyak ±100
merek beras yang tersebar dari barbagai daerah maupun luar daerah yang dipasarakan
oleh pedagang atau toko penjual beras yang terdiri dari 20 toko biasa, 10 toko yg
lantai dua dan 20 penjual di kios kecil yang tardapat dipasar Bina Usaha Meulaboh
Kabupaten Aceh Barat.
27
Tabel 3.1 Beberapa Merek Beras yang di pasarkam di Bina Usaha Meulaboh.
No
Nama Toko
Merk Beras
Produksi
1. Mulia Jaya Armada Kapal Cv. Yusima – Pidie Jaya
2. Rahmat Kurnia Dua Merpati TD. – Sigli
3. UD. Sahabat MB Cv. Meutuah Baru – BNA
4. Jaya Bersama Aceh Premium Cv. Divre Aceh
5. Ban Timoh Mama Papa KP. Ecco Jaya – Aceh Jaya
6. Rizqi Geubrina Anggrek Tangse
7. UD. Salam Rambutan Yamika Arbis – Medan
8. Sehati Berkisar Saudara Pratama – Medan
9. Sahabat Tani Kura – Kura Beras Import Vietnam
10. UD. Baroena Anak Terbang Beras Import Thailand
3.3.2 Sampel
Menurut Sumantri (2011), sampel yaitu sebagian populasi yang ciri-cirinya
diselidiki atau diukur. Sampel pada penelitian ini yaitu beberapa beras yang putih dan
bersih yang terdapat di pasar bina usaha Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Yaitu
terdapat 3 merek beras dari berbagai daerah. Pengambilan sampel dilakukan secara
purposive sampling yaitu beras yang dijual dipasar bina usaha meulaboh yang terdiri
dari beras bermerek anggrek dari Tanse yang di jual di salah satu pedangan beras,
beras bermerek MD dari Pidie yang dijual di salah satu pedangan beras dan beras
28
bermerek piring nasi dari Medan yang di jual di salah satu pedangan beras.
Keterbatasan pengambilan sampel dipilih tiga dikarnakan biaya yang terlalu mahal
saat melakukan pemeriksaan di Labolatorium.
3.4 Uji Laboraturium
Di lakukan di UPTD Balai Labolatorium Kesehatan Banda Aceh.
3.4.1 Alat dan Bahan
a. Alat
- Aute Selector
- Beaker Glass
- Erlenmeyer
- Plastik
- Timbangan
- Glass Ukur
- Tabung Reaksi
- Pipet Volume 10 ml
- Kuvet
- Fiiller
- Cawan dan
- Mortil
29
b. Bahan
Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
- Aquades
- CL2-1,
- CL2-2
3.5 Cara pengujian
Uji Laboratoriaum dilakukan di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Banda
Aceh :
1) Uji Klorin I
Sampel di timbang 50 gram, di rendam 50 ml air aquades, selama 15
menit, digiling kemudian disedot menggunkan pipet volume 10 ml, lalu diisi
dalam erlenmeyer. Tambahkan Reagent CL2-1 sebanyak 1 sendok takar,
Reagent CL2-2 sebanyak dua tetes, tutup tabung rekasi, Lalu diamkan. Setelah
terjadi endapan warna air dalam tabung berubah ke merah jambu
menunjukkan adanya clorin. Lalu di baca dengan mengunakan Photo Lab.
2) Uji Klorin II
Sampel di cuci 2x kemudian air cucian beras di sedot menggunakan
pipet sebanyak 10 ml di masukan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 1
sendok takar Reagent CL2-1, kemudian tambahkan Reagent CL2-2 sebanyak
dua tetes dan tutup tabung kemudian di kocok. Diamkan 2 menit. Lalu baca
dengan menggunkan Photo Lab.
30
3.6 Metode Pengumpulan Data
3.6.1 Data Primer
Pengumpulan data diakukan secara obserpasi langsung ketempat pedangan
beras yang dipasarkan di Bina Usaha Melaboh Kabupaten Aceh Barat, kemudia
Diperiksa di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Banda Aceh.
3.6.2 Data sekunder
Pengumpulan data dilakukan dari berbagai informasi baik media massa, studi
kepustakaan, Artikel dan internet.
3.7 Analisis Data
Kadar clorin(CL2) yang diperoleh melalui uji kuantitatif kemudian
dibandingkan dengan Permenkes. RI. No. 772/Menkes/pers/XI/88 yaitu: Tidak di
perbolehkan adanya Clorine (CL2) dalam Beras.
31
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Pasar Bina Usaha Meulaboh Kabupaten Aceh Barat yaitu Pasar terluas yang
menjual berbagai macam – macam bahan makanan yang dibutukan setiap hari dalam
kehidupan serta kebutuhan pokok lainnya, Penelitian Kandungan Klorin pada Beras
yang di pasarkan di Pasar Bina Usaha Meulaboh Kabupaten Aceh Barat diambil dari
3 tempat pedagang beras yaitu pada toko UD.Sahabat dengan merek beras MD; Toko
Muliya Jaya dengan merek baras Anggrek dan pada Toko Sahabat Tani dengan
merek beras piring nasi.
4.2 Hasil penelitian
4.2.1 Hasil Uji
Berdasarkan hasil pengambilan sampel terdapat penjamah atau penjual beras
di Pasar Bina Usaha Meulaboh kabupaten Aceh Barat, terdapat 3 sampel dengan
simbul A, simbul B, dan simbul C. Dari ketiga sampel tersebut menunjukkan sanpel
yang di jual di Pasar Bina Usaha Meulaboh ada yang positif mengandung klorin, dari
hasil Uji Laboratorium di UPTD Laboratorium Kesehatan Banda Aceh pada tanggal
18 Mai sampai 19 Mai 2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
32
Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Sampel
No Kode
Sampel Kandungan Klorin
Positif Negatif
1 . A
2 . B
3 . C
Menurut Hasil Uji Laboratorium sebagai berikut :
A. Beras A telah di lakukan test Photo Lab hasilnya positif.
B. Beras B telah di lakukan test Photo Lab hasilnya positif.
C. Beras C telah di lakukan test Photo Lab hasilnya positif.
4.3 Kadar Klorin
4.3.1 Hasil Uji
Kadar klorin yang terdapat pada tiga sampel sebagai berikut :
Tabel 4.2 Kadar klorin dalam sampel
No Kode Sampel Kadar Klorin (Mg/L)
Cucian I Cucian III
1 A > 1000 4,55
2 B > 1000 4,23
3 C >1000 3,97
33
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa ketiga jenis sampel tersebut yang berada
dipasar Bina Usaha meulaboh mengandung zat berbaya yaitu Klorin.
4.4 Pembahasan
Penggunaan klorin pada beras untuk membuat beras menjadi lebih putih dan
mengkilap agar beras yang berstandar medium terlihat seperti beras yang berkualitas
super. Survei lapangan dan pengambilan sampel beras pada tanggal 18 Jan – 19 Mei
tahun 2015 dari keseluruhan beras yang di jual oleh pedagang beras di Pasar Bina
Usaha Meulaboh di ambil beberapa beras yang putih dan bersih saja dari berbagai
merek dan asal beras, dimana hanya 3 toko pedagang saja yang dijadikan tepat
pengambilan sampel beras. Pedagang menjual beberapa beras bermerek tapi hanya
beras yang kemasannya terbuka dengan melihat beras yang diduga mengandung
klorin sesuai ciri–ciri beras berklorin. Sampel yang akan identifikasi sebanyak 3
sampel beras berbagai merek.
Menurut Dinkes Kabupaten Sragen,2013. Penggunaan klorin dalam beras
dapat mengakibatkan beberapa dampak bagi kesehatan tubuh manusia diantaranya
adalah, menimbulkan kanker darah, merusak sel-sel darah, mengganggu fungsi
hati/lever. Untuk itu apa bila masyarakat yang mengkonsumsi beras harus melihat
terlebih dahulu kondisi fisik beras dikarnakan cari-ciri beras berklorin adalah putih,
mengkilat, licin dan berbau wagi.
Tentang hasil pemeriksaan kandungan klorin pada sampel melalui uji
laboratorium dengan mengunakan Photo Leb, klorin dapat diketahui bahwa dalam
34
sampel yang berada di Pasar Bina Usaha Meulaboh semua positif mengandung klorin
yaitu sebanyak 3 jenis sampel yang diperjual belikan di pasar bina usaha meulaboh
dan sekitarnya yaitu beras A, beras B dan beras C. Pemeriksaan pemutih/klorin pada
sampel dilakukan pada tanggal 18 Jan sampai 19 Mai 2015 di UPTD Balai
Laboratorium Kesehatan Banda Aceh , pengujian ini di lakukan dengan melihat
kandungan kadar pemutih/klorin pada sampel.
A. Beras MD
Dari hasil uji sampel di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan maka hasil nya
positif mengandung pemutih (klorin). Dari hasil uji sampel di UPTD Balai
Laboratorium Kesehatan maka hasil nya Positif mengandung klorin/pemutih.
Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa kadar klorin pada beras pada pencucian
pertama adalah > 1.000 mg/L. Pada kadar klorin setelah pencucian ketiga 4.55 mg/L
kadar klorinnya. Terlihat nilai mean perbedaan antara kadar klorin pada beras antara
pencucian pertama dan ketiga. Artinya terdapat perbedaan kadar klorin dengan
mengalami penurunan kadar kandungan klorin tersebut setelah dicuci.
B. Beras Anggrek/IR64
Dari hasil uji sampel di UPTD Balai laboratorium Kesehatan maka hasil nya
positif mengandung pemutih (klorin). Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa
kadar klorin pada beras pada pencucian pertama adalah > 1.000 mg/L. Pada kadar
klorin setelah pencucian ketiga 4.23 mg/L kadar klorinnya. Terlihat nilai mean
35
perbedaan antara kadar klorin pada beras antara pencucian pertama dan ketiga.
Artinya terdapat perbedaan kadar klorin dengan mengalami penurunan kadar
kandungan klorin tersebut setelah dicuci.
C. Beras Piring Nasi
Dari hasil uji sampel di UPTD Balai laboratorium Kesehatan maka hasilnya
positif mengandung pemutih (klorin). Berdasarkan hasil yang didapatkan bahwa
kadar klorin pada beras, pada pencucian pertama adalah > 1.000 mg/L. Pada kadar
klorin setelah pencucian ketiga 3,97 mg/L kadar klorinnya. Terlihat nilai mean
perbedaan antara kadar klorin pada beras antara pencucian pertama dan ketiga.
Artinya terdapat perbedaan kadar klorin dengan mengalami penurunan kadar
kandungan klorin tersebut setelah dicuci.
Pada identifikasi klorin pada beras, pemeriksaan dilakukan dua kali (duplo)
dikarenakan pada saat penelitian bisa terjadi kesalahan pada pengujian pertama serta
diperlukan ketepatan dan kecermatan dalam hasil uji yang dilakukan. Pada uji ini
digunakan reagen CL2-1 10% satu sendok takar dan CL
2-2 1% sebanyak 2 tetes
larutan. Pada hasil penelitian diperoleh semua sampel yang di uji mendapatkan hasil
positif atau mengandung klorin dalam sampel beras.
Pada ketiga sampel juga diuji menggunakan ciri-ciri beras berpemutih.
Pertama diuji dengan cara melihat warna beras, beras pada sampel putih sekali dan
mengkilap, beras licin dan tercium bau kimia. Kemudian beras di cuci menggunakan
36
air dan dikocok, diamkan beberapa menit dan warna hasil cucian beras jernih tidak
berkeruh. Beras direndam selama 3 hari dan menimbulkan bau tidak sedap.
Penelitian klorin yang dilakukan pada beras karena mengingat bahaya klorin
terhadap kesehatan dan berdasarkan Peraturan menteri kesehatan No. 722/Menkes/
Per/IX/88 Tentang Bahan Tambahan Makanan, disebutkan bahwa klorin tidak
tercatat sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam kelompok pemutih dan
pematang tepung, dan tidak boleh di pergunakan dalam pembuatan bahan makanan.
(U.S Departemen Of Health And Human Services, 2007)
Proses pencucian yang dilakukan sebanyak dua kali dan pemasakan akan
mengakibatkan penurunan kandungan klorin. Hal ini sesuai dengan sifat klorin yang
dapat dengan mudah larut dalam air (U.S. Departement Of Health And Human
Services, 2007).
Terdapatnya klorin pada sampel yang telah diuji menunjukkan bahwa pada
saat di penggilingan padi diduga ada dicampurkan zat klorin atau pemutih. Selain itu
juga dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan juga bahwa para pedagang beras di
Pasar Bina Usaha mencampurkan zat klorin atau pemutih pada beras yang mereka
jual kepada masyarakat.
Klorin atau pemutih banyak diperjual belikan di pasaran dalam bentuk
kalsium hipoklorit atau dikenal sebagai kaporit. Klorin sendiri adalah zat kimia yang
berfungsi sebagai desinfektan, pembunuh kuman dan pemutih di bidang industri,
misalnya bahan pemutih kertas dan pemutih pakaian. Zat klor sebenarnya dibutuhkan
oleh tubuh sebagai salah satu zat penguat, namun jika kadarnya tidak terawasi atau
37
melebihi ambang batas dalam tubuh, maka dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.
Klorin yang ditambahkan sebagai Bahan Tambahan Makanan bertujuan untuk
memutihkan, desinfektan dan untuk mempertahankan kualitas beras tersebut. Namun
produsen kurang peduli dengan dampak negatifnya, semua demi keuntungan semata.
Penggunaan klorin dalam beras dapat mengakibatkan beberapa dampak bagi
kesehatan tubuh manusia diantaranya adalah, menimbulkan kanker darah, merusak
sel-sel darah, mengganggu fungsi hati/lever, dapat merusak system pernafasan &
selaput lendir dalam tubuh apabila penggunaan klorin mencapai 3 hingga 5 ppm
dalam beras, dapat mengganggu kesehatan mata, kulit dan batuk-batuk apabila
penggunaan klorin mencapai 15 hingga 30 ppm dalam beras, serta dapat
menyebabkan kematian apabila penggunaan klorin diatas 30 ppm dalam beras
(Dinkes Kabupaten Sragen, 2008).
Dampak dari beras yang mengandung klorin itu tidak terjadi sekarang. Bahaya
untuk kesehatan baru akan muncul 15 hingga 20 tahun mendatang, khususnya bila
kita mengkonsumsi beras itu terus menerus/dalam jangka panjang (Stefi, 2007).
Dari hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa baik pada saat proses pencucian
beras maupun sesudah pemasakan beras menjadi nasi, ternyata kandungan klorin
masih tetap ada meskipun dalam jumlah yang sedikit. Apabila beras mengandung
klorin tersebut dikonsumsi secara terus menerus /dalam jangka panjang, maka akan
mengakibatkan gangguan pada kesehatan. Gangguan kesehatan yang dapat
ditimbulkan akibat mengkonsumsi beras yang mengandung klorin dalam jangka
panjang adalah seperti ganggguan pada ginjal dan hati (Irma, 2007).
38
Berdasarkan efek tersebut maka pemerintah tidak memasukkan klorin sebagai
Bahan Tambahan Pangan (BTP). Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan
RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999 tentang perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan No. 722/Menkes/per/XI/1988 tidak di perbolehkan adanya klorin,
disebutkan bahwa klorin tidak tercatat sebagai Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam
kelompok pemutih. Selain itu dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor:
32/Permentan/OT.140/3/2007 tentang Pelarangan Penggunaan Bahan Kimia
Berbahaya pada proses penggilingan padi, huller dan penyosohan beras, disebutkan
bahwa klorin dan senyawanya dilarang digunakan pada beras. Penyimpangan dalam
pemakaiannya akan membahayakan kesehatan manusia, khususnya buat generasi
muda sebagai penerus bangsa. Di bidang pangan, diperlukan sesuatu yang lebih baik
untuk masa yang akan datang, yaitu pangan yang aman untuk dikonsumsi, lebih
bermutu dan bergizi (U.S. Departement Of Health And Human Services, 2007 )
39
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa beras
yang dijual di Pasar Bina Usaha Meulaboh mengandung Klorin, dari 3 sampel beras
yaitu sebagai berikut :
1. Dari hasil uji laboratorium Beras Anggrek IR 64 positif terdeteksi klorin
dengan nilai bobot 4,55 mg/L
2. Dari hasil uji laboratorium Beras MD positif terdeteksi klorin dengan nilai
bobot 4,23 mg/L
3. Dari hasil uji laboratorium Beras piring Nasi positif terdeteksi klorin dengan
nilai bobot 3,97 mg/L
5.2 Saran
Melihat penggunaan Klorin (pemutih) pada beras sampai saat ini masih
digunakan sebagai pemutih dalam beras atau pun tepung untuk diperjualkan, maka
disarankan :
1. Koordinasi Pemerintah Daerah dan Instansi terkait dalam hal ini Dinas
Kesehatan Kabupaten Aceh Barat, memberi penyuluhan atau informasi kepada
masyarakat tentang bahaya bagi kesehatan bila klorin/pemutih dikonsumsi terus
menerus.
40
2. Kepada konsumen diharapkan lebih selektif dalam memilih beras yang
dikonsumsi dengan memperhatikan ciri-ciri beras yang tidak mengandung klorin
(pemutih) yaitu warna putih kelabu, tidak wagi, tidak mengkilat, dan kusam.
supaya aman untuk dikonsumsi.
3. Kepada BPOM Aceh dan berbagai pihak pengawasan terkait, untuk meneliti
secara berkala terhadap bahan tambahan makanan masyarakat, terutama tentang
klorin (pemutih) yang terkandung dalam beras agar dapat memberikan rasa aman
terhadap kesehatan masyarakat.
41
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, 2000. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Penerbit Sastra Hudaya.
Jakarta.
Adiwisastra, A. 2000. Sumber, Bahaya serta Penanggulangan Keracunan.
Penerbit Angkasa. Bandung.
Chandra, B. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Cahayadi W. 2012. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan.
Penerbit : unifersitas Sumut. Medan
Desrosier Norman W. 2008. Edisi Ketiga Teknologi Pengawetan Pangan. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.
Darniadi S,Suismono,Rahmawati. 2007, Identifikisi Bahan Tambahan Pangan
(BTP) Pemutih Klorin pada Beras. Penerbit : Universitas Sumatra Utara, Medan.
Haryadi, 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Penerbit Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Hadrian, 2006. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Penerbit Sastra Hudaya.
Jakarta.
Hanny, 2002. Simpan Dalam Suhu Rendah. Diakses 23 Februari 2014.
http://www.gizi.net
Irmayani,Khalimah,sitorus ; 2013. Kebiasaan Pencucian Raaskin dan Residu Zat Pemutih
(Klorin) Penerbit : Universitas Sumatra Utara, Medan.
Norlatifah, 2012.Identifikasi Klorin secara Kualitatif Pada Beras Yang di Jual
diPasar Besar Kecamatan Pahandut Palangka Raya. Penerbit : Universitas
Sumatra Utara, Medan.
42
Sinuhaji.D.N. 2009.Perbedaan Kandungan Klorin (Cl) Pada Beras Sebelum
dan Sesudah Dimasak. Penerbit : Universitas Sumatra Utara, Medan.
Serambi Indonesia. 2013. Gubenur : Periksa Ikan Berformalin. Kutaraja : Redaksi.
(online), http://aceh.tribunnews.com/2013/06/07/gubernur-periksa-ikan
berformalin, diakses pada 3 Juli 2014.
Stefi, 2007. Beras Putih Berpemutih. Diakses 18 janiari 2014.
Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1168/Menkes/X/1999. Tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 772/Menkes/Per/XI/1988. Tentang
Bahan Tambahan Makanan.
Parnomo, A. 2003. Pembuatan Cairan Pemutih. Diakses 23 Februari 2014.
U.S. Department Of Health And Human Services, 2007. Chlorine.
43
Alat untuk membaca sample uji
Melakukan pengocokan sample uji
44
Membaca cara kerja alat foto metrik
Memasukan sample dengan menggunakan pipet kedalam tabung elemayer
45
Mengecek ulang sample yang sudah positif
46
Saat sample sudah di campur dengan Reagen CL2-2
Mencatat sample yang sudah di ukur dengan menggunakan gelas ukur
47
Melihat alat-alat yang dipersiapkan oleh petugas Lab
48
interview dengan petugas di Lab
Membaca sample yang sudah di lakukan foto Lab