ANALISIS PENGAWASAN PRODUKSI DALAM MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/8998/1/Skripsi...
Transcript of ANALISIS PENGAWASAN PRODUKSI DALAM MENINGKATKAN …etheses.iainponorogo.ac.id/8998/1/Skripsi...
ANALISIS PENGAWASAN PRODUKSI DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS PRODUK DI PERUSAHAAN AULIA JAYA BAKERY AND
COOKIES PONOROGO
SKRIPSI
Oleh:
FIDA RAHAYU RAHMAWATI
NIM. 210715003
Pembimbing:
ANJAR KUSUSIYANAH, M.Hum
NIP. 198807072019032020
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
ii
ABSTRAK
Rahmawati, Fida Rahayu. 2020. Analisis Pengawasan Produksi Dalam
Meningkatkan Kualitas Produk Di Perusahaan Aulia Jaya Bakery And
Cookies Ponorogo. Skripsi. Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing,
Anjar Kususiyanah, M.Hum.
Kata Kunci : Pengawasan Produksi, Kualitas produk.
Pengawasan Produksi adalah kegiatan untuk mengoordinir aktivitas-
aktivitas pengerjaan atau pengelolaan agar waktu penyelesaian yang telah
ditentukan terlebih dahulu dapat dicapai dengan efektif dan efisien. Dengan
adanya pengawasan diharapkan penyimpangan yang mungkin terjadi dapat
ditekan sehingga kemungkinan timbulnya kerugian yang besar dapat
diminimalisir. Sedangkan pada kenyataanya di Perusahaan Aulia Jaya Bakery &
Cookies Ponorogo menunjukkan bahwa pengawasan produksi yang ada masih
belum maksimal, hal tersebut dikarenakan kualitas produk yang dihasilkan di
perusahaan belum stabil (ada beberapa produk cacat, misalnya banyak produk
yang gosong, bentuk dan ukuran produk yang tidak sesuai standar perusahaan)
namun penjualan tetap stabil.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Untuk mengetahui analisis
pengawasan kualitas produksi di Perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies
Ponorogo, (2) Untuk mengetahui peran pengawasan produksi dalam
meningkatkan kualitas produk di Perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies
Ponorogo.
Penelitian ini dirancang menggunakan metode kualitatif. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi.
Lokasinya di Jl. Mboro, Desa lembah, Kecamatan babadan, Kabupaten Ponorogo.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Berdasarkan analisis
pengawasan kualitas produksi menunjukkan bahwa di Perusahaan Aulia Jaya
Bakery and Cookies Ponorogo belum sepenuhnya berjalan sesuai dengan tujuan
perusahaan hal itu dibuktikan belum semua indikator dapat tercapai. Akan tetapi
keempat indikator yang lain yang meliputi kinerja, reliabilitas, estetika dan
persepsi kualitas sudah dapat dikatakan tercapai. Kemudian dalam kaitannya
dengan indikator fitur, daya tahan, kesesuaian dengan spesifikasi pada produk
masih terdapat kekurangan. Sehingga pengawasan kualitas produksi di
Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo belum memenuhi tujuan
maupun prosedur perusahaan. (2) Peran pengawasan dalam meningkatkan kualitas
produkdi Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo yaitu seperti
karyawan dapat menyelesaikan hasil kegiatan produksi sesuai apa yang telah
ditargetkan oleh perusahaan, karyawan akan lebih maksimal dalam melaksanakan
kegiatan proses produksi, serta menyelesaikan pekerjaan sesuai target perusahaan.
Tetapi di Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo masih belum
menerapkan pengawasan yang sesuai dengan tujuan perusahaan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Timbulnya persaingan yang semakin tajam di antara perusahaan yang
sejenis disebabkan oleh pertumbuhan dalam dunia usaha. Hal ini diperlukan
penanganan yang serius agar suatu perusahaan mampu menjaga kelangsungan
hidupnya dan mampu bersaing dengan perusahaan lainnya. Persaingan ini
dapat berdampak kepada konsumen, yaitu konsumen akan dihadapkan pada
berbagai pilihan produk atau jasa baik dalam bentuk, ukuran, maupun mutu.
Oleh karena itu masing-masing perusahaan dituntut untuk dapat mencapai
tujuannya.1
Dalam kegiatan produksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Dalam hal ini produsen
diharuskan meningkatkan kualitas dan kuantitas setiap produk yang dihasilkan
agar berdampak baik bagi suatu perusahaan. Pada prinsipnya dalam
menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, salah satunya harus
mengutamakan pengawasan.2 Sehingga dalam menjalankan suatu proses
produksi maka tidak akan ada kejanggalan produk yang akan dipasarkan dan
tentunya akan berdampak baik bagi perusahaan dan konsumennya.
Produksi adalah sesuatu yang dihasilkan oleh perusahaan baik
berbentuk barang (goods) maupun jasa (services) dalam suatu periode waktu
1 A. Ahyari, Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi, (Yogyakarta: BPFE
UGM, 2002), 53. 2 Adiwarman, Ekonomi Mikro, (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2012), 5.
2
yang selanjutnya dihitung sebagai nilai tambah bagi perusahaan. Namun dalam
memproduksi suatu produk juga harus dengan adanya ketelitian, pemeliharaan,
dan pengembangan mutu pada setiap dilakukannya proses produksi.3 Dari
adanya proses produksi yang bertujuan untuk menciptakan produk yang
mempunyai kualitas dan nilai guna saat dipasarkan maka tentunya sangat
diperlukan proses pengawasan produksi. Hal tersebut dilakukan agar para
konsumen yakin akan produk yang ditawarkan benar-benar memiliki kualitas
dan kuantitas yang sangat baik. Untuk mendapatkan suatu hasil produk yang
baik dan bermutu tinggi maka diperlukan pengawasan produksi.
Pengawasan produksi adalah kegiatan untuk mengkoordinir aktivitas-
aktivitas pengerjaan atau pengelolaan agar waktu penyelesaian yang telah
ditentukan terlebih dahulu dapat dicapai dengan efektif dan efisien.4
Sebenarnya pengawasan produksi juga merupakan suatu sistem jaringan
menyeluruh dari suatu pabrik yang mengawasi jalannya proses produksi agar
barang-barang yang dihasilkan sesuai dengan rencana yang telah dibuat, baik
mengenai harga, biaya produksi dan kuantitas maupun kualitasnya.
Pada setiap perusahaan memerlukan pengawasan dari pihak manajer.
Pengawasan ini dilakukan oleh manajer sebagai suatu usaha untuk
membandingkan apakah yang dilakukan sesuai dengan rencana yang
ditetapkan ataukah tidak.5 Hal ini berarti juga pengawasan merupakan tindakan
3 Irham Fahmi, Manajemen Produksi dan Operasi (Bandung: Alfabeta, 2012),2. 4 Sofjan Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 1999), 148. 5 Lubis Ibrahim, Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen (Jakarta:
Ghalia Indonesia, 1985), 155.
3
atau kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai
dengan rencana yang ditetapkan atau hasil kerja yang dikehendaki.
Pengawasan kerja merupakan hal yang sangat penting dalam
perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Sebab dengan adanya pengawasan
kerja yang baik, maka suatu pekerjaan akan dapat berjalan lancar dan dapat
menghasilkan suatu hasil kerja yang optimal.6 Semakin lancarnya kerja dan
disertai pengawasan yang baik akan dapat mengakibatkan suatu pekerjaan yang
dapat menghasilkan suatu hasil produksi yang baik serta mengalami kemajuan.
Dengan pengawasan kerja yang baik akan mendorong karyawan lebih giat
dalam bekerja dan menghasilkan kinerja yang tinggi.
Pengawasan diperlukan dalam mengembangkan suatu usaha,
pengawasan yang baik dapat membantu menjaga kualitas produk yang
dihasilkan dalam suatu perusahaan. Pengawasan dalam perusahaan dikatakan
baik jika tidak terjadi masalah selama proses produksi berlangsung dan produk
yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Pengawasan yang ideal yaitu
menunjukkan kesalahan kepada karyawan dengan cara yang sebaik-baiknya
dan memberikan nasihat dan petunjuk bahwa cara kerja yang teliti serta rapi
dan efektif dapat membawa manusia ke arah kemajuan yang diharapkan.7
Perusahaan Aulia Jaya Bakery And Cookies adalah sebuah usaha di
bidang makanan yang dimiliki oleh ibu Sunarsih, M.BA yang berlokasi di Jl.
Mboro Ds. Lembah Kec. Babadan Kab. Ponorogo. Perusahaan ini mulai
dijalankan dan dikembangkan oleh Ibu Sunarsih mulai tahun 1988 sesuai
6 Ibid, 155. 7Aep Nurul hidayat, “Konsep Pengawasan,” dalam
https://aepnurulhidayat.wordpress.com/ (diakses pada tanggal 31 Januari 2019, jam 20.51).
4
dengan tahun berdirinya perusahaan tersebut. Untuk membantu menyelesaikan
produksi roti perusahaan Aulia Jaya memiliki lima orang karyawan.
Perusahaan ini memproduksi berbagai macam produk roti basah (bakery),
seperti roti abon, donat isi 4 varian rasa, roti coklat, cum-cum, roti cream
meses dan keju, roti pisang coklat, dan roti isi vanilla. Sedangkan cookies
misalnya nastar, kastengel, putri salju, choco cookies, pulm cookies, tetapi
untuk cookies hanya diproduksi pada saat menjelang lebaran Idul Fitri.
Berdasarkan hasil wawancara dari beberapa karyawan menunjukkan
bahwa pengawasan produksi yang ada di perusahaan Aulia Jaya Bakery And
Cookies masih belum optimal hal tersebut dikarenakan pimpinan tidak
mengawasi secara langsung kegiatan produksi dikarenakan usaha roti ini hanya
usaha sampingan dan beliau sendiri adalah pekerja kantoran, walaupun ada
beberapa CCTV di beberapa tempat tetapi karyawan masih bisa menghindar
apabila melakukan kesalahan produksi, misalnya kelalaian karyawan yang
terlalu lama memanggang roti di oven sehingga membuat roti menjadi over
cook, proses pencampuran roti dengan mayones tidak merata sehingga
membuat roti menjadi terlalu kering dan susah untuk diberikan toping. Selain
itu, pimpinan juga kurang perhatian kepada karyawannya sehingga
mengakibatkan rendahnya kinerja karyawan dalam pencapaian tugas hal itu
dibuktikan dengan apabila ada pemesanan banyak selesainya tidak tepat waktu
atau lebih dari waktu yang akan ditargetkan, namun penjualan masih tetap
stabil.8 Sehingga masalah tersebut tidak sesuai dengan indikator kualitas
8 Reni, Wawancara, 10 November 2018.
5
produk yaitu kinerja, fitur, reliabilitas, kesesuaian dengan spesifikasi, daya
tahan, estetika, persepsi kualitas.
Pengawasan produksi tentu juga berpengaruh kepada kualitas produk
yang dihasilkan oleh perusahaan. Untuk mengetahui pengawasan produksi
yang efektif harus sesuai dengan akurat, tepat waktu, objektif dan menyeluruh,
terpusat pada titik-titik pengawasan strategik, realistik secara ekonomi, realistik
secara organisasional, terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, fleksibel,
bersifat sebagai petunjuk dan operasional, diterima para anggota organisasi.9
Berdasarkan hasil pengamatan, banyak karyawan yang selama kegiatan
produksi tidak memakai perlengkapan produksi misalnya sarung tangan,
celemek, sehingga produk menjadi tidak higienis dan kualitas produk menjadi
menurun, selain itu banyak karyawan yang bermain handphone saat
berlangsungnya kegiatan produksi, padahal di peraturan tata tertib Perusahaan
sudah tertera namun karyawan tetap saja tidak mematuhi hal itu disebabkan
karena kurangnya perhatian dan pengawasan langsung dari Pimpinan
Perusahaan.10
Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan diatas penulis tertarik
untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang akan dituangkan dalam bentuk
Skripsi yang berjudul“Analisis Pengawasan Produksi dalam Meningkatkan
Kualitas Produk di Perusahaan Aulia Jaya Bakery And Cookies
Ponorogo”.
9 T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2015), 371. 10
Penulis, Observasi, 08 November 2018.
6
B. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan agar lebih terarah, maka penulis akan
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana analisis pengawasan produksi di Perusahaan Aulia Jaya Bakery
& Cookies Ponorogo?
2. Bagaimana peran pengawasan produksi dalam meningkatkan kualitas
produk di Perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies Ponorogo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini secara umum
bertujuan untuk menganalisa secara menyeluruh jawaban dari rumusan
masalah yang diperinci sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui analisis pengawasan produksi di Perusahaan Aulia Jaya
Bakery & Cookies Ponorogo.
2. Untuk mengetahui peran pengawasan produksi dalam meningkatkan
kualitas produk di Perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies Ponorogo.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang akan penulis lakukan, diharapkan mempunyai
manfaat di masa sekarang dan masa yang akan datang, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pengetahuan tentang pengawasan produksi dalam
meningkatkan kualitas produk perusahaan pada Perusahaan Aulia Jaya
Bakery & Cookies Ponorogo.
7
b. Memberikan masukan pada Perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies
Ponorogo untuk selalu meningkatkan produk agar lebih kuat untuk
bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya.
c. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang berminat dalam
bidang yang terkait dalam penelitian ini.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti, merupakan kesempatan bagi peneliti untuk menambah
pengetahuan dan wawasan serta sebagai latihan dalam menerapkan
ilmu yang telah didapatkan sewaktu perkuliahan sehingga dapat
dijadikan bekal dan masukan dalam mengembangan potensi diri untuk
menjadi seorang wirausaha.
b. Bagi Perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies Ponorogo, sebagai
masukan, instropeksi dan motivasi untuk terus meningkatkan
pengawasan produksi dan kualitas produk-produknya.
c. Bagi masyarakat, sebagai masukan untuk lebih mengetahui kualitas
produk-produk pada Perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies
Ponorogo.
E. Studi Penelitian Terdahulu
Venty Putri Damayanti, “Quality Control dalam Meningkatkan Kualitas
Produk Perusahaan pada Perusahaan Pusat Oleh-oleh Haji dan Umroh di
Kawasan Religi Sunan Ampel Surabaya”, Skripsi (Surabaya: UIN Sunan
Ampel Surabaya, 2018). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses yang
yang dilakukan oleh tim Quality Control dalam upaya meningkatkan kualitas
8
pada produk-produk ada tiga tahap proses penyaringan kualitas yaitu proses
saat kedatangan barang, proses pengemasan, dan proses pelepasan barang.
Proses-proses tersebut dilakukan untuk lebih memberikan produk yang
memiliki kualitas tinggi dan dapat layak untuk bersaing di pasar nasional atau
internasional. Sejalan dengan penelitian di atas disimpulkan bahwa tim
Quality Control memiliki tiga tahap proses pengendalian kualitas, yakni
dengan dilakukannya proses-proses ini agar menjadikan produk-produk PT
Usaha Utama Bersaudara adalah produk yang bernilai kualitas tinggi dan
dapat memenuhi kepuasan para konsumen.
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Venty Putri Damayanti yaitu pembahasan, variabel, dan studi kasus yang
berbeda, pada penelitian Venty menggunakan variabel Quality Control dan
kualitas produk dengan studi kasus di Perusahaan Pusat Oleh-oleh Haji dan
Umroh di Kawasan Religi Sunan Ampel Surabaya, sedangkan pada penelitian
ini variabel yang digunakan yaitu pengawasan produksi dan kualitas produk
dengan studi kasus di Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo.
Peneliti melanjutkan penelitian dari Venty Putri Damayanti, tetapi
peneliti disini membahas mulai dari pengawasan produksi dalam
meningkatkan kualitas produk pada Perusahaan Aulia Jaya Bakery and
Cookies Ponorogo, sedangkan penelitian Venty Putri Damayanti hanya
membahas Quality Control atau pengendalian dalam meningkatkan kualitas
produk pada Perusahaan Pusat Oleh-oleh Haji dan Umroh di Kawasan Religi
Sunan Ampel Surabaya.
9
Nur Fauziati, “Analisis Pengawasan Mutu Produk dengan
Menggunakan Metode SPC (Statistical Processing Control)”, Skripsi
(Purwokerto: STAIN Purwokerto, 2015).Hasil penelitian dari analisis metode
SPC dapat diketahui dari checksheet menunjukkan jumlah produksi bulan
Maret-Mei 2014 sejumlah 1.046.360 lembar dengan total kerusakan sejumlah
21.869 dan rata-rata kerusakan sebesar 2.09%. Nilai ini apabila dibandingkan
dengan target kerusakan perusahaan dalam setiap kali kegiatan produksi
sebesar 5% sehingga sudah memenuhi target. Dengan metode statifikasi,
histogram dan diagram pareto diperoleh jumlah kerusakan dominan
disebabkan karena hasil cetakan berbayang sebanyak 8.944, warna kurang
merata 3.769, kertas berkerut 5.833, hasil cetakan kotor 3.016 dan penomoran
salah 307 lembar. Dengan peta kendali p tingkat kegagalan produk Percetakan
Buana raya masih terjadi penyimpangan di luar batas kendali UCL di minggu
ke-5 dan ke-12, yang ditelusuri penyebabnya dengan fishbone diagram
dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi baik dari material, metode, manusia,
mesin maupun lingkungan kerja. Analisis pengawasan mutu dalam perspektif
Ekonomi Islam, Percetakan Buana Raya telah menjalankan pengawasan sesuai
dengan prinsip produksi Islam. Dengan bahan baku yang bermutu dan halal,
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengolahan limbah serta
pembagian kerja terencana dengan baik.
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian Nur Fauziati yaitu
perbedaan diantara keduanya terletak pada latar belakang, pembahasan,
variabel, studi kasus yang berbeda, pada penelitian Nur Fauziati menggunakan
10
variabel pengawasan mutu produk dan metode SPC dengan Objek di
Percetakan Buana raya pada tahun 2015, sedangkan pada penelitian ini
variabel yang digunakan yaitupengawasan produksi dan kualitas produk
dengan studi kasus di Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo
pada tahun 2019.
Peneliti melanjutkan penelitian dari Nur Fauziati, tetapi peneliti disini
menganalisis pengawasan produksi dalam meningkatkan kualitas produk
Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo tanpa menggunakan
metode seperti penelitian yang dilakukan oleh Nur Fauziati yaitu analisis
pengawasan mutu produk yang menggunakan metode SPC (Statistical
Processing Control) di Percetakan Buana raya.
Prasetya Mulya, “Analisis Pelaksanaan Pengawasan Produksi dan
Layout untuk Meningkatkan Kualitas Produk yang Dihasilkan pada Pabrik
Tulen Pematangsiantar,” Jurnal SULTANIST, 1 (Juni, 2017).Hasil penelitian
dapat disimpulkan sebagai berikut: Pertama, pengawasan produksi pada
Pabrik Tulen Pematangsiantar masih belum optimal karena masih adanya
kelalaian yang terjadi selama proses produksi berlangsung. Kedua, penataan
tata letak pada Pabrik Tulen Pematangsiantar masih belum optimal karena
pengawas masih mengalami kesulitan dalam mengawasi proses produksi yang
sedang berlangsung. Yang ketiga, Kerugian akibat produk rusak yang dialami
Pabrik Tulen Pematangsiantar mengakibatkan pemilik perusahaan harus
menaikkan harga produk agar kualitas produk yang dihasilkan tidak
berkurang.
11
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Prasetya Mulya yaitu perbedaan diantara keduanya terletak pada variabel
dan studi kasus yang berbeda, penelitian Prasetya Mulya menggunakan
variabel pengawasan produksi dan layout, serta kualitas produk dengan objek
penelitian di Pabrik Tulen Pematangsiantar pada tahun 2017, sedangkan pada
penelitian ini variabel yang digunakan yaitu pengawasan produksi dan kualitas
produk dengan studi kasus di Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies
Ponorogo yang dilakukan pada tahun 2019.
Peneliti melanjutkan penelitian dari Prasetya Mulya, tetapi peneliti
disini menganalisis pengawasan produksi dalam meningkatkan kualitas
produk Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo, sedangkan
penelitian oleh Prasetya Mulya juga membahas tentang pelaksanaan
pengawasan produksi tetapi juga ditambah dengan variabel Layout untuk
meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan pada Pabrik Tulen
Pematangsiantar.
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini jenis penelitian yang digunakan
penulis adalah penelitian lapangan (field research). Dengan cara penulis
mencari data secara langsung untuk melihat objek penelitian. Oleh karena
itu penulis ingin mengetahui bagaimana pengawasan produksi dalam
meningkatkan kualitas produk perusahaan pada Perusahaan Aulia Jaya
Bakery & Cookies Ponorogo.
12
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif, yaitu tata cara penelitian dengan menggunakan pengamatan dan
wawancara. Di sini peneliti meneliti pengawasan produksi secara
langsung kepada karyawan maupun pihak-pihak Perusahaan Aulia Jaya
Bakery & Cookies Ponorogo baik melalui ucapan maupun tindakan.
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang berarti prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif yakni berupa kata-kata
tertulis ataupun ucapan dari karyawan dan tingkah laku subyek yang
diamati. Melalui pendekatan ini, peneliti melakukan analisis pengawasan
produksi pada Perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies Ponorogo dalam
meningkatkan kualitas produknya.
2. Kehadiran Peneliti
Untuk memahami pengawasan produksi dalam meningkatkan
kualitas produk di Perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies Ponorogo
dalam meningkatkan kualitas produknyadibutuhkan keterlibatan langsung
peneliti terhadap obyek yang ada dilapangan. Oleh karena itu instrumen
ini adalah peneliti itu sendiri sebagai instrumen. Hal ini dikarenakan dalam
ciri penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari keikut sertaan peneliti
sebab peran penelitilah yang menentukan skenarionya.11 Dengan peran
serta peneliti tersebut, peneliti diharapkan dapat mengetahui secara
langsung aktifitas dan kegiatan yang sedang terjadi.
11 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 177.
13
Pengamatan berperan serta merupakan penelitian yang bercirikan
interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan
subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu, data dalam bentuk
catatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa
gangguan.12 Oleh karena itu dalam penelitian ini, posisi peneliti adalah
sebagai pengamat penuh, yakni peneliti hanya mengamati seluruh proses
penelitian yang ada di lapangan dan tidak ikut berpartisipasi dalam hal
kegiatan yang diteliti.
3. Lokasi/Tempat Penelitian (Penelitian Lapangan)
Lokasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah pada Perusahaan
Aulia Jaya Bakery & Cookies Ponorogo, Jl. Mboro Ds. Lembah
Kecamatan Babadan Kabupaten Ponorogo. Penulis mengambil lokasi ini
dikarenakan sebelumnya pernah menjadi tempat magang penulis selama
kurang lebih dua bulan. Hal ini dapat memudahkan penulis dalam
melakukan penelitian.
4. Sumber Data
Sumber data ada dua, yaitu manusia dan bukan manusia. Sumber
data manusia berfungsi sebagai informan kunci. Sedangkan sumber data
bukan manusia berupa dokumen yang relevan dengan fokus penelitian.13
Sumber data manusia berfungsi sebagai subyek atau informan (key
informants).
12 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2008), 106. 13 S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif (Bandung: Taristo, 2003), 55.
14
Pemilihan dan penentuan sumber data tidak hanya di dasarkan pada
banyaknya informan, tetapi lebih dipentingkan pada pemenuhan data,
sehingga sumber data di lapangan dapat berubah-ubah sesuai dengan
kebutuhan penelitian.
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti melakukan
wawancara dengan beberapa sumber data manusia, yaitu di antaranya:14
a. Pemilik Perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies Ponorogo
b. Para Karyawan Aulia Jaya Bakery & Cookies Ponorogo
c. Pembeli/Konsumen Roti buatan Aulia Jaya Bakery & Cookies
Ponorogo
5. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam
pengumpulan data skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut:
a. Observasi, merupakan cara pengumpulan data melalui proses
pencatatan perilaku subjek (orang), objek (benda) atau kejadian yang
sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-
individu yang diteliti.15 Dalam hal ini, penulis melakukan observasi di
lapangan dengan cara langsung datang ke Perusahaan Aulia Jaya
Bakery and Cookies Ponorogo untuk mengamati pengawasan produksi
di perusahaan tersebut.
14 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 172. 15 Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2016), 111.
15
b. Wawancara, merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan
pertanyaan secara lisan kepada subjek penelitian.16 Dalam hal ini,
penulis melakukan wawancara terhadap pimpinan dan karyawan
Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo untuk
mengetahui data tentang pengawasan produksi, kualitas produk, dan
peran pengawasan di perusahaan tersebut. Wawancara yang dilakukan
penulis bersifat terbuka yakni pihak narasumber mengetahui bahwa
mereka bertindak sebagai responden wawancara.
c. Dokumentasi, adalah catatan peristiwa dimana bahwa bukti berupa
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.17
Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data dalam hal :
1) Sejarah berdirinya Perusahaan Aulia Jaya Bakery And Cookies
Ponorogo.
2) Visi dan Misi Perusahaan Aulia Jaya Bakery And Cookies
Ponorogo.
3) Perizinan Perusahaan Aulia Jaya Bakery And Cookies Ponorogo.
4) Struktur Organisasi Perusahaan Aulia Jaya Bakery And Cookies
Ponorogo.
6. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
16 Anwar Sanusi, Metode Penelitian Bisnis (Jakarta: Salemba Empat, 2011), 105. 17 Sugiyono, Metode Penelitian, 240.
16
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan mutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.18
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu
dengan menggunakan metode induktif. Analisis data induktif menurut
paradigma naturalistik adalah analisis atas data spesifik dari lapangan
menjadi unit-unit dilanjutkan dengan kategorisasi.19 Dalam teknik ini,
peneliti mengamati permasalahan yang bersifat khusus terkait peran
pengawasan produksi dalam meningkatkan kualitas produksi pada
Perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies, kemudian menyederhanakan
data dengan memilih hal-hal yang pokok sesuai dengan fokus penelitian.
Selanjutnya hal-hal pokok tersebut diamati dan dibandingkan dengan teori-
teori pengawasan produksi serta dianalisis. Dari hasil analisis tersebut,
maka dapat ditarik kesimpulan terkait peran pengawasan produksi di
Perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies dalam meningkatkan kualitas
produksi.
7. Pengecekan Keabsahan Temuan
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbarui dari
konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (realibilitas) dan disesuaikan
dengan tuntutan pengetahuan, kriteria, serta paradigmanya sendiri.20
Adapun tekniknya dalam pengecekan keabsahan data yang digunakan
peneliti, yaitu menggunakan teknik triangulasi, yang meliputi:
18 Moleong, Metode Penelitian, 248. 19
Aji Damanuri, Metode Penelitian Muamalah (Ponorogo: STAIN Po Press, 2010), 153. 20 Moleong, Metode Penelitian, 321.
17
a. Peneliti mengajukan berbagai variasi macam pertanyaan terkait
pengawasan produksi pada Perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies
kepada pemilik dan karyawan perusahaan.
b. Peneliti melakukan pengecekan dengan berbagai sumber data. Hal ini
peneliti melakukan wawancara untuk mengecek kebenaran kepada
pihak-pihak terkait.
c. Peneliti membandingkan data hasil dari pengamatan dengan data yang
diperoleh dari wawancara. Dalam hal ini setelah peneliti melakukan
observasi terkait pengawasan produksi kemudian peneliti juga
melakukan wawancara terkait kebenaran yang peneliti temukan saat
melakukan observasi.
G. Sitematika Pembahasan
Bab I, merupakan bab pendahuluan yang menjadi pengantar dalam
menjelaskan mengapa penelitian ini menarik untuk di teliti, apa yang diteliti,
dan untuk apa penelitian dilakukan. Pada bab ini diuraikan mengenai latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
studi penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II, merupakan kajian teori yang terdiri dari konsep produk,
kualitas produksi, pengawasan produksi dan peran pengawasan produksi.
Bab III, merupakan isi dari data-data yang ada di lapangan yang
meliputi profil Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo,
pengawasan produksi di Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies
18
Ponorogo, kualitas produk di Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies
Ponorogo, dan peran pengawasan produksi di Perusahaan Aulia Jaya Bakery
and Cookies Ponorogo.
Bab IV, pada bab ini berisikan analisis dari penulis untuk mendapatkan
kesimpulan. Analisisnya meliputi pengawasan produksi di Perusahaan Aulia
Jaya Bakery and Cookies Ponorogo, kualitas poduk di Perusahaan Aulia Jaya
Bakery and Cookies Ponorogo, peran pengawasan produksi di Perusahaan
Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo.
Bab V, merupakan bab penutup. Dalam bab ini diungkapkan tentang
kesimpulan yang diperoleh dari hasil penulisan skripsi ini dan akan
disampaikan pula saran bagi pihak terkait.
19
BAB II
PRODUK, KUALITAS PRODUK DAN PENGAWASAN PRODUKSI
A. Produk
1. Pengertian Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan. Secara konseptual produk adalah
pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan
sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan
kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas
organisasi serta daya beli pasar, selain itu produk dapat pula didefinisikan
sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil
produksinya.1
Produk adalah suatu barang nyata yang dapat terlihat atau berwujud
dan bahkan dapat dipegang yang dirancang untuk memuaskan keinginan
atau kebutuhan konsumen.
Produk dapat didefinisikan sebagai hasil produksi yang meliputi
konsep total. Secara terpadu yang meliputi konsep total secara terpadu
konsep tersebut meliputi barang, kemasan, merek, label, pelayanan dan
jaminannya.2
1 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran (Jakarta: Erlangga, 2008). 2 Harman Malau, Manajemen Pemasaran (Bandung: Alfabeta, 2017), 31.
20
Produk merupakan segala sesuatu yang diterima oleh konsumen atau
pembeli industrial pada saat melakukan pembelian atau penggunaan produk.
Secara lebih formal, produk adalah seluruh kepuasan fisik dan psikologis
yang diterima oleh pembeli akibat pembelian atau penggunaan sebuah
produk.
Peran produk ada 3 yaitu:
a. Peran manfaat utama. Peran manfaat utama dari suatu produk adalah
peran berdasarkan keberadaan kegunaan dasarnya. Pengguna fokus
terhadap manfaat dasar dari penggunaan produk. Manfaat itu biasanya
sesuai dengan kegunaan yang sebenarnya.
b. Peran fungsi. Peran fungsi dari suatu produk adalah peran produk
berdasarkan rancangan fungsi dasarnya.
c. Peran pelengkap. Peran pelengkap dari suatu produk adalah produk
yang berperan untuk melengkapi produk utama. Produk yang ditambahi
berbagai manfaat dan layanan, sehingga dapat memberikan tambahan
kepuasan.
2. Karakteristik Produk
Menurut Amstrong dan Kotler, ada beberapa aspek yang melengkapi
dan menyertai produk (karakteristik atribut produk) adalah:3
a. Merek (Brand)
Merek (Brand) adalah istilah untuk mengidentifikasi produk dari suatu
kelompok penjual dan membedakannya dari produk perusahaan lainnya.
3 Philip Kotler, dkk. Prinsip-Prinsip Pemasaran (Jakarta: Erlangga, 2001), 354.
21
Pemberian merek pada suatu produk merupakan masalah pokok dalam
strategi produk. Memberikan nama pada merek itu mahal dan memakan
waktu dan dapat membuat produk tersebut berhasil atau tidak. Maka dari
itu merek yang baik akan menambah ketertarikan konsumen dan
mendapatkan keberhasilan yang memuaskan pada suatu penjualan
produk.
b. Pengemasan (Packing)
Pengemasan (Packing) adalah suatu proses perancangan dan proses
pembungkusan untuk mengemas produk.
c. Kualitas Produk (Product Quality)
Kualitas Produk (Product Quality) adalah keunggulan suatu produk
untuk menjalankan fungsinya seperti kehandalan, daya tahan, ketepatan,
kemudahan operasi dan perbaikan. Peningkatan kualitas produk
perusahaan dapat menerapkan program “Total Quality Management
(TQM)”, program ini selain membantu untuk mengurangi tingkat
kerusakan pada produk juga cara untuk meningkatkan nilai pelanggan.
3. Manfaat dan Fungsi Produk
Sebuah produk dapat diidentifikasi berdasarkan manfaat dan
fungsinya. Tingkat pentingnya masing-masing manfaat dan fungsi produk
ini akan berbeda-beda pada segmen pasar yang berbeda. Manfaat dan fungsi
produk ini berbeda dalam cakupan berikut:4
4 Ibid,
22
a. Layanan yang disediakan
b. Harga yang ditawarkan
c. Desainnya
d. Kemasan
e. Jaminan atau garansi fisiknya
Perubahan salah satu atau lebih dari lima cakupan diatas membedakan
nilai produk itu sendiri. Setiap perubahan apa pun dari cakupan ini akan
membentuk perbedaan produk nilai kepuasan kepada pengguna. Perubahan
nilai itu dapat menjadi diferensiasi sebuah produk yang bisa menjadi produk
baru bagi pelanggan dan bisa menjadi segmen baru dalam pasar.
4. Tingkatan Produk
Di bawah ini merupakan macam-macam dari tingkatan produk,
sebagai berikut: 5
a. Manfaat inti (Core Benefit) adalah layanan dasar atau manfaat yang
sesungguhnya dari produk yang dibeli oleh pelanggan.
b. Produk dasar (Basic Product) adalah bentuk dasar dari suatu produk
yang dapat dirasakan oleh panca indra.
c. Produk yang diharapkan (Expected Product) adalah beberapa atribut
dan kondisi yang biasanya diharapkan pembeli ketika membeli suatu
produk.
5 Ibid,
23
d. Produk tingkat (Augmented Product) adalag sesuatu yang membedakan
antara produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan dengan produk
yang ditawarkan oleh pesaingnya.
e. Potensi produk (Potential Product) adalah semua argumentasi dan
perubahan bentuk yang dialami oleh suatu produk di masa datang.6
5. Klasifikasi Produk
Klasifikasi produk terbagi menjadi empat bagian, yaitu:7
a. Berdasarkan ketahanannya
1) Barang tahan lama, yaitu barang yang mempunyai wujud dan dapat
bertahan lama, dapat digunakan berulang kali, dan umur barang
tersebut dalam pemakaian normal minimal satu tahun atau lebih.
2) Barang tidak tahan lama, yaitu barang yang mempunyai wujud dan
langsung habis dikonsumsi dalam satu pemakaian, atau umur barang
tersebut dalam pemakaian normal kurang dari satu tahun.
b. Berdasarkan pengguna akhir
1) Produk konsumen, yaitu barang yang dibeli oleh konsumen yang
digunakan sendiri.
2) Produk industri, yaitu barang yang dibeli konsumen untuk dibisniskan
yaitu dijual kembali atau diproses untuk menghasilkan barang lain
untuk dijual kemudian.
6 Harman Malau, Manajemen Pemasaran, 55. 7 Ibid., 33.
24
c. Berdasarkan jenis konsumsi
1) Produk nyaman, adalah kelompok barang dimana pembeli tidak lagi
melakukan banyak analisa atau pertimbangan keputusan untuk
membelinya karena telah dikenal dengan baik dan telah sering
dgunakan sebelumnya.
2) Produk biasa, adalah kelompok barang-barang dimana pembeli perlu
melakukan beberapa analisa atau pertimbangan keputusan untuk
membelinya. Pembeli mencari perbandingan produk-produk yang
sejenis untuk memastikan bahwa pilihan kualitas, harga, dan model
yang didapat merupakan pilihan terbaik.
3) Produk khusus, adalah barang-barang dimana pembeli sangat perlu
melakukan banyak analisa dan banyak pertimbangan keputusan untuk
membelinya. Pembeli menggunakan banyak waktu berpikir dan
biasanya meminta pendapat orang lain sebelum membelinya.
4) Produk luar, adalah barang-barang dimana pembeli tidak merasa perlu
atau masih belum menyadari bahwa barang itu penting bahi dirinya.
d. Klasifikasi produk industri8
1) Bahan dan suku cadang, adalah produk yang menjadi salah satu faktor
dalam produk, yang dapat diolah kembali untuk menjadi bahan suatu
produk. Termasuk bahan baku, bahan jadi, dan suku cadang.
2) Barang modal, adalah produk industri dasar dalam produksi.
Termasuk barang yang dibangun dan peralatan tambahan. Barang
8 Ibid,
25
yang dibangun adalah bangunan dan peralatan yang tetap. Sedangkan
peralatan tambahan adalah mesin dan peralatan pabrik yang dapat
dipindah-pindah, dan juga peralatan kantor.
3) Perlengkapan dan jasa, adalah produk industri yang bukan produk
akhir. Perlengkapan operasi dan barang-barang untuk memelihara
serta memperbaiki termasuk dalam kategori perlengkapan, sedangkan
pemeliharaan dan perbaikan, dan jasa pemberian saran dalam bisnis
termasuk ke dalam kategori jasa.
B. Kualitas Produk
1. Pengertian Kualitas Produk
Kualitas produk adalah karakteristik produk dalam kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan bersifat laten.9
Menurut Garvin dan A. Dale Timpe menjelaskan bahwa kualitas merupakan
keunggulan yang dimiliki oleh produk tersebut. Kualitas dalam pandangan
konsumen merupakan hal yang mempunyai ruang lingkup tersendiri yang
berbeda dengan kualitas dalam pandangan produsen saat mengeluarkan
suatu produk yang dikenal kualitas sebenarnya.10
Kualitas merupakan seberapa baik sebuah produk sesuai kebutuhan
spesifik dari pelanggan. Kualitas meliputi kualitas kinerja, kualitas
kesesuaian, daya tahan dan keandalan. Kualitas kinerja mengacu pada
tingkat dimana karakteristik produk itu beroperasi. Kualitas kesesuaian
9 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran (Jakarta: Erlangga, 2008). 10 Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa (Bandung: Alfabeta,
2011).
26
merupakan tingkat dimana semua unit yang diproduksi identik dan
memenuhi spesifikasi sasaran yang dijanjikan. Daya tahan adalah suatu
ukuran usia operasi produk yang diharapkan dalam kondisi normal atau
berat. Adapun keandalan merupakan ukuran suatu produk tidak akan rusak
atau gagal dalam suatu periode waktu tertentu.11
Kualitas merupakan keseluruhan dari ciri serta sifat barang dan jasa dan
berpengaruh pada kemampuan memenuhi kebutuhan yang dinyatakan
maupun yang tersirat.
Menurut Boetsh Denis mendefinisikan bahwa kualitas merupakan suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, dan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan. Baik buruknya kualitas barang dapat
dihasilkan dan dilihat dari konsistensi keterpenuhan harapan dan kebutuhan
konsumen, disamping harus mampu memenuhi standar yang dipersyaratkan
oleh konsumen. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kualitas produk
hendaknya dinilai secara periodik dan berkesinambungan sehingga terlihat
konsistensi keterpenuhan diatas standar.12
Kualitas produk adalah perpaduan antara sifat dan karakteristik yang
menentukan sejauh mana keluaran dapat memenuhi prasyarat kebutuhan
pelanggan atau menilai sampai seberapa jauh sifat dan karakteristik itu
memenuhi kebutuhannya. Kualitas produk dan jasa yang tertinggi
merupakan hal utama yang diharapkan oleh konsumen.
11 M. Suyanto, Marketing Strategy Top Brand Indonesia (Yogyakarta: CV. Andi Offset,
2007), 111. 12 Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa (Yogyakarta: Andi, 2008), 146.
27
2. Indikator Kualitas Produk
Dibawah ini merupakan macam-macam dari indikator kualitas produk,
sebagai berikut:
a. Kinerja (Performance), berhubungan dengan karakteristik dasar dari
sebuah produk. Misalnya warnanya, bentuknya, kualitasnya dan semua
yang tampak dari luar.
b. Fitur (Features), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk
menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen
terhadap produk tersebut.
c. Reliabilitas (reliability), merupakan probabilitas bahwa produk akan
memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin kecil
kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat
diandalkan.
d. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance of specifications), yaitu
sejauh mana karakteristik dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi
tertentu dari konsumen dan tidak ditemukannya cacat pada produk.
e. Daya tahan (durability), yaitu berapa lama atau umur produk yang
bersangkutan mampu bertahan sebelum produk tersebut harus diganti.
Semakin besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka
semakin besar pula daya produk.
f. Estetika, yaitu berkaitan dengan penampilan luar suatu produk.
28
g. Persepsi kualitas (perceived quality), adalah cara pandang konsumen
terhadap produk tersebut sesuai informasi yang diterima bersma dengan
keterbatasan yang dimiliki konsumen.13
3. Faktor-faktor Kualitas Produk
Menurut Assauri, ada tiga faktor kualitas pada suatu produk, yaitu:14
a. Fungsi suatu
Fungsi suatu barang yang dihasilkan harus memperhatikan fungsi
tujuannya yaitu untuk apa barang tersebut digunakan.
b. Wujud
Para konsumen selalu memperhatikan pertama kalinya ialah kualitas
pada produk tersebut yaitu wujud luar dari produk tersebut. Wujud luar
suatu produk tersebut tidak hanya dilihat dari bentuk tetapi juga warna,
pembungkusan, dll.
c. Biaya barang
Biaya atau harga dari suatu produk akan dapat menentukan kualitas dari
barang tersebut. Hal ini terlihat bahwa barang-barang yang mempunyai
barang mahal dapat menunjukkan bahwa kualitas barang tersebut lebih
baik.
13 Ibid,. 147. 14 Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, 1993), 28.
29
C. Pengawasan Produksi
1. Pengertian Pengawasan dan Pengawasan produksi
Pengawasan secara umum dapat didefinisikan sebagai cara suatu
organisasi mewujudkan kinerja yang efektif dan efisien, serta lebih jauh
mendukung terwujudnya visi dan misi organisasi.15
Menurut Soemardjo Tjitrosidojo arti istilah pengawasan adalah suatu
bentuk pengamatan yang umumnya dilakukan secara menyeluruh, dengan
jalan mengadakan perbandingan antara yang dikonstatir dan yang
seharusnya dilaksanakan.16
Pengawasan ini berkaitan erat sekali dengan fungsi perencanaan dan
kedua fungsi ini merupakan hal yang saling mengisi, karena:
a. Pengawasan harus terlebih dahulu direncanakan.
b. Pengawasan baru dapat dilakukan jika ada rencana.
c. Pelaksanaan rencana akan baik, jika pengawasan dilakukan dengan baik.
d. Tujuan dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah
pengawasan atau penilaian dilakukan.
Pengawasan Produksi adalah kegiatan untuk mengoordinir aktivitas-
aktivitas pengerjaan atau pengelolaan agar waktu penyelesaian yang telah
ditentukan terlebih dahulu dapat dicapai dengan efektif dan efisien.17
Sebenarnya pengawasan produksi juga merupakan suatu sistem jaringan
syaraf dari suatu pabrik yang mengawasi jalannya proses produksi agar
15 Irham Fahmi, Manajemen Produksi dan Operasi (Bandung: Alfabeta, 2012), 181. 16 Ibid., 183. 17 Sofjan Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, 1999), 148.
30
barang-barang yang dihasilkan sesuai dengan rencana yang telah dibuat,
baik mengenai harga, biaya, kuantitas maupun kualitasnya.
2. Indikator Pengawasan Produksi
Pengawasan yang efektif mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Akurat. Informasi atas kinerja harus akurat. Ketidak akuratan data dari
suatu sistem pengawasan dapat mengakibatkan organisasi mengambil
tindakan yang akan menemui kegagalan untuk memperbaiki suatu
permasalahan.
b. Tepat waktu. Informasi harus dihimpun, diarahkan, dan segera dievaluasi
jika akan diambil tindakan tepat pada waktunya guna menghasilkan
perbaikan.
c. Objektif dan komprehensif. Informasi dalam suatu sistem pengawasan
harus mudah dipahami dan dianggap objektif oleh individu yang
menggunakannya.
d. Dipusatkan pada tempat pengawasan strategis. Sistem pengawasan
strategis sebaiknya dipusatkan pada bidang yang paling banyak
kemungkinan akan terjadi penyimpangan standar, dan kemungkinan
menimbulkan kerugian yang paling besar.
e. Ekonomi realistik. Pengeluaran biaya untuk implementasi harus ditekan
seminimum mungkin sehingga terhindar dari pemborosan yang tidak
berguna.
f. Organisasi realistik. Sistem pengawasan harus dapat digabungkan
dengan realitas organisasi. Misalnya, individu harus dapat melihat
31
hubungan antara tingkat kinerjayang harus dicapai dan imbalan yang
akan menyusul kemudian.
g. Fleksibel. Pada setiap organisasi pengawasan harus mengandung sifat
fleksibel yang sedemikian rupa sehingga organisasi tersebut dapat segera
bertindak untuk mengatasi perubahan yang merugikan atau
memanfaatkan peluang baru. 18
h. Diterima para anggota organisasi. Agar sistem pengawasan dapat
diterima oleh para anggota organisasi, pengawasan tersebut harus
berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai.
3. Tipe-tipe Pengawasan Produksi
Secara konsep pengawasan tersebut memiliki banyak tipe. Menurut T.
Hani Handoko ada tiga tipe pengawasan, yaitu:19
a. Pengawasan pendahuluan, dirancang untuk mengantisipasi masalah-
masalah atau penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan
koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.
b. Pengawasan concurrent, adalah proses dimana suatu aspek tertentu dari
suatu prosedur harus disetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi
dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjtkan, atau menjadi semacam
peralatan double check yang lebih menjamin ketepatan pelaksanaan suatu
kegiatan.
c. Pengawasan umpan balik, juga dikenal sebagai past-action controls,
mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.
18 Ibid, 19 Ibid., 185.
32
4. Langkah-langkah Pengawasan Produksi
Dalam melaksanakan pengawasan produksi ada beberapa langkah yang
bisa dilakukan, dan tujuan dari setiap langkah tersebut untuk membuat
pekerjaan yang dihasilkan betul-betul sesuai dengan yang diharapkan. Ada 4
macam langkah dalam pengawasan produksi yaitu:20
a. Planning
Langkah-langkah selanjutnya seperti routing, scheduling, dan
dispatching akan berfungsi jika planning sudah dibuat pada saat
permulaan.
b. Routing
Pengawasan atas tingkat pekerjaan tertentu dinamakan routing. Jika
pekerjaan produk menggunakan beberapa mesin dan mesin-mesin itu
digunakan untuk berbagai proses yang berbeda, dapat dibayangkan
bagaimana pentingnya routing ditetapkan.
c. Scheduling
Tujuan scheduling adalah menjaga kelancaran pekerjaan, menghindarkan
konflik dan kelalaian dalam menggunakan mesin, dan membuat table
waktu kapan bahan mentah diperlukan.
d. Dispatching
Orang yang bertanggung jawab dalam dispatching harus menjaga waktu
mulai tugas dan waktu selesainya suatu pekerjaan.
20 Ibid., 186.
33
5. Jenis-jenis Pengawasan Produksi
Jenis-jenis pengawasan sendiri dibagi menjadi empat macam, yaitu: 21
a. Flow Control
Flow Control atau pengawasan arus adalah pengawasan produksi yang
dilakukan terhadap arus pekerjaan sehingga dapat menjamin kelancaran
proses pengerjaan. Pada pengawasan ini dibutuhkan suatu tingkat hasil
(output) yang agak tetap atau konstan. Oleh karena itu flow control ini
dijalankan pada produksi yang terus-menerus, dimana bahan-bahan yang
digunakan dalam proses mempunyai arus yang relatif tetap, dan jenis
mesin yang digunakan adalah mesin khusus , serta hasil produksinya
mempunyai bentuk dan jenis yang sama dalam jangka waktu tertentu.
b. Order control
Order control atau pengawasan pengerjaan pesanan adalah pengawasan
produksi yang dilakukan terhadap produk yang dikerjakan, sehingga
produk yang dikerjakan itu dapat sesuai dengan keinginan si pemesan
baik mengenai bentuk, jenis dan kualitasnya. Pada pengawasan ini, tiap-
tiap produk pesanan harus dipisahkan dari produk pesanan yang lain,
dimana tiap-tiap pesanan mempunyai nomer pesanannya sendiri. Oleh
karena itu order control ini dijalankan pada produksi dengan proses yang
terputus-putus dimana jenis mesin yang digunakan adalah mesin yang
serba guna, dan barang yang diproduksi mempunyai jenis dan bentuk
yang berubah-ubah sesuai dengan pesanan.
21 Ibid,
34
c. Load control
Load control biasanya bersangkutan dengan penyusunan schedule-
schedule untuk satu atau lebih mesin-mesin penting. Suatu mesin besar
atau mesin kunci mungkin digunakan untuk pengerjaan produk-produk
berbagai ukuran dan variasi.22 Load control terutama mengatur
pembebanan mesin-mesin kunci tersebut dan mengidentifikasikan
kebutuhan setiap order agar kuantitas atau tingkat produksi dapat
dikendalikan,
d. Block control
Block control, bentuk lain dari order control, biasanya digunakan dalam
industri pakaian jadi. Pengawasan ini mengelompokkan order-order
menurut model, ukuran, dan style tertentu, dan kemudian
menggabungkannya menjadi semacam “blocks”. Suatu block adalah
sejumlah produk yang dapat diproduksikan pabrik dalam periode waktu
tertentu misal satu hari. Block control bertujuan agar pengerjaan
kelompok barang yang memerlukan proses sama dapat dilakukan secara
efektif agar proses produksi dapat berjalan dengan konstan.23
6. Alasan-alasan Pengawasan Produksi Diperlukan
Secara umum ada beberapa alasan mengapa dalam suatu organisasi
diperlukan pengawasan, yaitu:24
22 Ibid, 23 T. Hani Handoko, Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi (Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta, 1999), 254. 24 Irham Fahmi, Manajemen Produksi dan Operasi, 187.
35
a. Agar kualitas output yang dihasilkan menjadi lebih baik dan sesuai
dengan keinginan banyak pihak, khusunya pengguna produk.
b. Terbentuknya konsep manajemen sesuai dengan yang diinginkan oleh
pihak komisaris maupun manajemen perusahaan.
c. Dengan adanya pengawasan maksimal diharapkan tujuan dan keinginan
terbentuknya Good Corporate Governance (GCG) akan dapat
diwujudkan. Pembentukan GCG lebih jauh telah memposisikan
terwujudnya organisasi yang bersih (clean organization) dan manajemen
yang profesional.
7. Peran Pengawasan Produksi
Secara umum ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan
diberlakukannya pengawasan pada suatu organisasi, yaitu:
a. Pengawasan memiliki peran penting terutama dalam memastikan setiap
pekerjaan terlaksana sesuai dengan yang direncanakan, misalnya
ketepatan waktu karyawan dalam menyelesaikan tugas.
b. Disamping itu pengawasan juga memiliki peran dalam membantu
manajer dalam mengawal dan mewujudkan keinginan visi dan misi
perusahaan, beberapa visi dan misi sebagian sudah diwujudkan manajer
dengan cara menciptakan tenaga ahli yang kompeten sehingga
mengahasilkan produk yang berkualitas dan dapat memuaskan
konsumen, serta memperluas lapangan pekerjaan khususnya bagi
masyarakat sekitar perusahaan.
36
c. Pengawasan bernilai positif dalam membangun hubungan yang baik
antara pimpinan dan karyawan. Hubungan yang baik tentunya akan
menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, namun perusahaan ini
melakukan pengawasan melalui cctv sehingga terjadi pengawasan secara
tidak langsung, oleh karena itu hubungan yang terjalin antara pimpinan
dan karyawan hanya sebatas atasan dan bawahan bukan sebagai rekan
kerja.
d. Pengawasan yang baik memiliki peran dalam mengembangkan
keyakinan para stakeholders pada organisasi. Stakeholders adalah
mereka yang memiliki kepedulian tinggi pada organisasi. Mereka yang
dikategorikan sebagai stakeholders adalah pemerintah, kreditur, supplier
(pemasok), investor, akuntan publik, karyawan, dan lain-lain.25 Hal ini
dapat dilakukan dengan cara menghasilkan produk yang sesuai dengan
selera konsumen dengan harga terjangkau dan rasanya yang enak.
25 Ibid.,184.
37
BAB III
PENGAWASAN KUALITAS PRODUK PADA PERUSAHAAN AULIA
JAYA BACERY & COOKIES PONOROGO
A. Deskripsi Data Umum
1. Profil Lembaga
Nama Usaha : Aulia Jaya Bakery&Cookies
Jenis Usaha : Roti (Bakery&Cookies)
Nama Pemilik : Ibu Sunarsih
Kegiatan : Memproduksi, Pengepakan, dan Penjualan
2. Sejarah Perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies
Keterbatasan biaya tidak membuat Ibu Sunarsih patah arang untuk
melanjutkan mimpinya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi (Perguruan
Tinggi Swasta). Tahun 1988, beliau dengan nekat mendaftarkan dirinya
masuk ke Universitas Muhammadiyah di Ponorogo dengan mengambil
jurusan Manajemen. Untuk membiayai kuliah tersebut, beliau berinisiatif
menjual bawang di sekitar Babadan.
Setelah berjalannya waktu, beliau mendapatkan oleh-oleh dari
kakaknya yang ada di Kalimantan yaitu berupa roti. Dari roti inilah beliau
merasa tertantang untuk mencoba membuat dan menjualnya di kantin
kampus. Setelah bertanya-tanya terkait bahan-bahan roti tersebut dan cara
membuatnya kepada kakaknya, beliau langsung mencoba memproduksi
hanya seperempat bahan terlebih dahulu. Dari seperempat bahan tersebut
beliau mendapat keuntungan sebesar RP. 1.000.
38
Selang beberapa hari, penjualan beliau mengalami progres yang
signifikan. Hingga akhirnya bahan roti yang dibuat semula hanya
seperempat bertambah menjadi satu kilo, dua kilo, dan seterusnya. Dari
progres tersebut, membuat bu Sunarsih menjadi semangat untuk menekuni
usaha roti yang dirintisnya sendiri dari nol. Setelah 3 tahun usaha beliau
berjalan dan sudah memiliki karyawan 2 orang.
Awal dekade 90-an, usaha roti bu Sunarsih mengalami krisis
modal, akibatnya membuat usaha beliau mengalami penurunan jumlah
produksi yang begitu drastis. Namun, tidak sampai membuat usaha beliau
gulung tikar.
Selanjutnya, sekitar tahun 1992 saat suaminya meninggal setelah
menjabat 7 bulan menjadi kepala desa, bu Sunarsih mendapat panggilan
dari Bupati Ponorogo dan menawarkan kursus Roti di Jakarta. Kursus
tersebut dilakukan selama 6 bulan dengan mentor langsung dari Amerika.
Selama kursus, beliau mendapatkan pelatihan dan dibekali beberapa resep
roti yang sampai saat ini beliau gunakan. Setalah selesai kursus, beliau
mendapatkan izin operasi membuka usaha roti dengan nama “Aulia Jaya”.
Nama Aulia tersebut, merupakan hasil inisiatif beliau sendiri dengan
mengambil nama dari anak pertamanya yang sekarang sudah memiliki hak
paten.41
Selanjutnya pada tahun 2000, usaha beliau mendapat pesaing dari
kota Blitar. Kemudian untuk mampu bersaing dengan usaha dari Blitar,
41 Sunarsih, Wawancara, Ponorogo, 08 November 2018.
39
beliau melakukan inovasi-inovasi terhadap produknya. Seperti halnya,
menambah varian rasa pada roti dan juga memperluas pemasarannya.
Hingga saat ini, produk rotinya sudah tersebar luas salah satu kampus dan
pondok-pondok yang ada di Ponorogo, sedangkan untuk cookiesnya
dipasarkan di swalayan-swalayan yang ada di Ponorogo.
3. Visi dan Misi Perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies
a. Visi
Menyediakan produk roti yang berkualitas tinggi namun dengan harga
yang terjangkau yang bersaing serta memberikan pelayanan terhadap
konsumen yang memuaskan.
b. Misi
1) Menciptakan tenaga kerja yang ahli dan kompeten.
2) Menjadi perusahaan yang terdepan di bidangnya.
3) Memuaskan konsumen.
4) Memperluas lapangan kerja untuk masyarakat sekitar tempat
produksi pada khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.
4. Struktur Organisasi Perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies
Struktur organisasi berfungsi untuk kinerja disuatu perusahaan
supaya lebih terarah, dan akan diketahui sampai dimana wewenang dan
tanggung jawab yang dimiliki oleh karyawan dalam menjalankan tugas.
Struktur organisasi dari perusahaan Aulia Jaya Bakery &Cookies, yaitu
sebagai berikut:
40
Gambar: 3.1 Struktur Organisasi Aulia Jaya Bakery & Cookies
5. Job Deskripsi
a. Pimpinan
Dalam perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies, seorang
pemimpin bertugas memimpin perusahaan dan bertanggung jawab
terhadap seluruh kelangsungan perusahaan dalam menjalankan tugas.
Selain itu seorang pemimpin tertinggi dalam suatu badan perusahaan
bertugas mengembangkan serta memajukan perusahaannya. Kemudian
pimpinan perusahaan juga bertugas membuat perencanaan jangka
panjang dan jangka pendek perusahaan, mengorganisasi seluruh divisi
serta bawahan, melakukan pengawasan (controlling) terhadap kinerja
seluruh karyawan. Di samping itu, pemimpin juga bertugas dalam
memilih dan memberhentikan karyawan yang bekerja di
Pimpinan
Sunarsih, M.BA.
Loper Roti
Sardi Karyawan
Reni
Intan
Sri
Loper Roti
Suprapto
41
perusahaannya, serta juga memberi gaji maupun bonus terhadap
karyawannya.
b. Karyawan
Adapun tugas karyawan yaitu bertugasdalamkegiatanproduksiroti
(dari tahap mentah sampai matang) dankegiatanlainnya yang ada di
Aulia JayaBakery&Cookies, seperti:
1). Pengemasan, baik pengemasan yang menggunakan plastik maupun
toples.
2). Penempelan stiker pada plastik roti, stikernya berupa nama usaha
dan jenis rotinya.
3). Mengecek stock bahan-bahan roti.
4). Membeli bahan-bahan roti yang sudah habis.
5). Melayani pemesanan catering.
c. Loper
1). Mengantarkan roti dan pesanan catering ke konsumen.
2). Mengganti atau memperbarui roti dari tempat pemesanan.
3). Memperluas pemasaran.42
6. Portofolio Usaha
Usaha Aulia Jaya Bakery & Cookies merupakan usaha yang
bergerak dalam bidang produksi roti baik roti basah maupun kering.
Namun, selain memproduksi roti, usaha ini juga melayani pesanan
catering. Adapun jenis-jenis roti yang diproduksi yaitu meliputi:
42 Sunarsih, Wawancara, Ponorogo, 08 November 2018.
42
a. Roti Abon Gulung
Roti abon gulung yaitu roti yang bentuknya digulung kemudian
pinggirannya diolesi sweet mayones dan ditaburi abon. Harga pada roti
ini yaitu Rp. 2.500.
b. Donat Toping
Ada jenis 4 donat toping yang diproduksi oleh Aulia Jaya Bakery
&Cookies antara lain toping meses, kacang, kacang + meses, dan keju.
Untuk harganya sama dengan roti abon gulung yaitu Rp. 2.500.
c. Donat Isi
Berbeda dengan donat toping, donat isi merupakan donat yang
dalamnya berisi selai. Adapun macamnya yaitu donat isi coklat,
strawberry, blueberry, dan melon. Untuk harganya yaitu Rp. 1.500.
d. Roti Coklat
Adapun ciri khas dari roti ini yaitu full dengan lumuran coklat
kemudian diberi toping kacang dan dibekukan dalam freezer. Untuk
harganya yaitu Rp. 2.500.
e. Cum-Cum
Roti cum-cum merupakan roti yang bentuknya seperti corong dan
isinya yaitu vanilla dan coklat. Harganya yaitu Rp. 2.000.
43
f. Roti Cream
Ada 2 jenis roti cream yang diproduksi oleh Aulia Jaya Bakery
&Cookies yaitu diisi cream keju dan cream meses. Roti ini dibandroli
dengan harga Rp. 1.500.
g. Roti Pisang Coklat
Sesuai dengan namanya, roti ini merupakan roti yang isinya pisang
coklat. Untuk harganya sama dengan roti cream dan donat isi yaitu Rp.
1.500.
h. Roti Abon
Berbeda dengan roti abon gulung, pada roti ini bentuknya lonjong
dan isinya berupa saos dan mayones, kemudian atsanya ditaburi abon.
Untuk harganya yaitu Rp. 2.000.
i. Roti Isi Vanilla
Bentuk pada roti ini sama dengan roti abon yaitu lonjong, akan
tetapi yang membedakan adalah isinya. Pada roti ini isinya yaitu vanilla
dan luar roti ini dilumuri coklat. Kemudian untuk harganya sama
dengan roti abon, yaitu Rp. 2.000.
j. Cookies (Roti Kering)
Roti kering yang diproduksi oleh usaha Aulia Jaya Bakery
&Cookies yaitu berupa roti kering untuk lebaran, seperti nastar, kue
putri salju, dan lain sebagainya. Jadi roti ini hanya diproduksi saat
menjelang lebaran hari raya Idul Fitri.43
43 Sunarsih, Wawancara, Ponorogo, 08 November 2018.
44
7. Proses Produksi
Ada beberapa tahapan yang harus dijalankan dalam proses
produksi roti dari mentah sampai siap dijual, tahapannya yaitu sebagai
berikut:
a. Seleksi bahan-bahan roti
Pada tahap pertama, menyeleksi bahan-bahan yang digunakan
untuk produksi roti dengan menyesuaikan jenis roti apa yang akan
dibuat. Kemudian setelah bahan-bahan sudah terpilih, maka selanjutnya
bahan-bahan tersebut disiapkan sesuai dengan kebutuhan dan diperiksa
kualitasnya serta harus diketahui sifat-sifat bahan tersebut. Bagi
pengusaha selain memilih bahan yang kualitas terbaik juga harus
memperhatikan harga untuk menghitung biaya produksi dan hargajual.
Selain itu, daya tahan bahan-bahan dan cara penyimpanan yang baik
harus diperhatikan juga agar bahan tidak cepat rusak.
b. Penimbangan bahan
Setelah mempersiapkan bahan-bahan roti, maka tahapan
selanjutnya yang dilakukan produsen roti yaitu menimbang bahan agar
sesuai dengan takaran. Bahan-bahan yang perlu melakukan
penimbangan yaitu seperti, tepung terigu, mentega, susu bubuk, gula,
dan lain sebagainya. Dalam proses penimbangan yaitu menggunakan
alat khusus penimbangan, jadi tidak disarankan menggunakan alat-alat
lain seperti gelas, cangkir, sendok, dan lain-lain.
45
c. Pengadukan bahan (Mixing)
Pada tahap ketiga yaitu pengadukan bahan menjadi satu. Setelah
bahan-bahan sudah ditimbang makan semua bahan tersebut di
masukkan ke dalam mixer untuk mencampurkan semua bahan. Pada
tahap ini membutuhkan waktu sekitar 25-30 menit setiap sekali adukan.
Adapun fungsi pengadukan adalah mencampur secara merata semua
bahan, untuk mendapatkan adonan yang sempurna dari bahan-bahan
roti serta membuat adonan agar menjadi lunak.
d. Memotong dan menimbang adonan
Setelah melewati proses pengadukan bahan, maka tahapan
selanjutnya membagi-bagi adonan menurut berat yang dikehendaki agar
menghasilkan produk yang seragam. Pada tahapan ini dilakukan secara
langsung setelah adonan sudah diaduk, sebab jika setelah pengadukan
selesai kemudian menunda tahapan pemotongan maka nanti adonan
akan sulit untuk dibentuk sebab adonan sudah menjadi kaku.
e. Membentuk adonan
Setelah adonan dipotong-potong dan ditimbang sesuai takarannya,
maka selanjutnya adonan di bentuk sesuai dengan jenis rotinya. Adapun
adonan yang dibentuk bulat itu untuk jenis roti seperti roti krim, donat
isi, dan donat toping. Sedangkan adonan yang dibentuk lonjong untuk
jenis roti krim vanilla, roti abon, dan roti pisang coklat. Kemudian
untuk adonan yang dibuat memanjang kemudian dililitkan di corong
yang berbentuk kerucut ini untuk jenis roti cum-cum. Untuk roti abon
46
gulung adonannya digulung di loyang secara merata. Selanjutnya
adonan yang dibentuk seperti lempeng itu untuk jenis roti coklat.44
f. Meletakkan adonan di loyang
Tahap selanjutnya, setalah adonan sudah dibentuk maka di tata dan
diletakkan dalam loyang yang permukaannya sudah diolesi dengan
mentaga. Sedangkan untuk roti donat toping dan donat isi diletakan
dalam loyang yang permukaannya sudah ditaburi dengan tepung terigu,
agar adonan untuk donat tidak lengket dalam loyang.
g. Pengembangan adonan
Setelah adonan sudah tertata dalam loyang, maka selanjutnya
adonan dimasukkan dalam oven dengan tujuan mengembangkan
adonan untuk mencapai bentuk dan mutu yang baik. Pada tahap ini
membutuhkan waktu sekitar 1-2 jam dan pada suhu tertentu.
h. Pemanggangan roti
Pada tahap ini, setelah adonan di oven, maka dimasukkan dalam
mesin pemanggang. Pemanggangan merupakan proses pematangan
adonan menjadi roti yang siap saji dan menimbulkan aroma yang khas.
Untuk pemanggangan diharuskan roti tidak boleh sampai gosong, jika
sampai gosong makan warna dari roti menjadi coklat kehitaman dan
membuat tekstur roti menjadi keras serta rasanya menjadi pahit. Dan
tahap ini membutuhkan waktu sekitar 10-20 menit.
44 Sunarsih, Wawancara, Ponorogo, 08 November 2018.
47
i. Pelepasan roti dari loyang
Pada tahap ini, yaitu proses pelepasan roti dari loyang setelah roti
mengalami proses pemanggangan sampai matang untuk didinginkan.
Setelah matang roti harus segera dikeluarkan dari mesin pemanggang
dan setelah beberapa menit roti dilepaskan dari loyang. Jika dibiarkan
pada loyang panas kemungkinan permukaan bawah yang kontak dengan
loyang akan menjadi gosong. Kemudian rotinya dikelompokkan sesuai
dengan jenis-jenisnya.
j. Pemberian isi roti
Setelah roti dipilih dan dikelompokkan sesuai dengan jenisnya,
maka tahap selanjutnya pemberian isi roti. Pemberian isi roti ini
disesuaikan dengan jenis rotinya. Adapun isi roti meliputi selai 4 rasa
(coklat, blueberry, strawberry, dan melon), krim, meses, keju, vanilla,
mayones, sweet mayones, sauspedas, dan lain sebagainya.
k. Pengepakan
Pada tahap terakhir, setelah roti diberi isi sesuai dengan jenisnya,
maka tahap terakhirnya yaitu pengepakan roti. Untuk tempat
pengepakannya yaitu berupa plastik yang sudah ditempeli sticker (nama
perusahaan dan jenis roti). Setelah pengepakan, maka roti ditata dalam
loyang yang sudah disediakan dan ditaruh di rak guna untuk loper
besok.
48
B. Pengawasan Produksi di Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies
Ponorogo
Kualitas merupakan seberapa baik sebuah produk sesuai kebutuhan
spesifik dari pelanggan. Kualitas meliputi kualitas kinerja, kualitas kesesuaian,
daya tahan dan keandalan. Kualitas kinerja mengacu pada tingkat dimana
karakteristik produk itu beroperasi. Kualitas kesesuaian merupakan tingkat
dimana semua unit yang diproduksi identik dan memenuhi spesifikasi sasaran
yang dijanjikan. Daya tahan adalah suatu ukuran usia operasi produk yang
diharapkan dalam kondisi normal atau berat. Adapun keandalan merupakan
ukuran suatu produk tidak akan rusak atau gagal dalam suatu periode waktu
tertentu.
Dalam kegiatan produksi, pengawasan sangat diperlukan di perusahaan
untuk meningkatkan kualitas produksi. Hal ini yang dilakukan oleh
perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo dalam mengawasi
kegiatan produksi terdapat dua cara, yaitu pengawasan secara langsung dan
tidak langsung. Pengawasan secara langsung dilakukan dengan cara pimpinan
perusahaan datang langsung ke tempat produksi kemudian mengawasi para
karyawan, sedangkan pengawasan secara tidak langsung, melalui CCTV yang
dipasang oleh pimpinan perusahaan dan ditempatkan di beberapa sudut lokasi
proses produksi.45
Pengawasan produksi merupakan salah satu bagian terpenting dalam
suatu aktivitas produksi. Berdasarkan pengamatan peneliti di Perusahaan
45 Penulis, Observasi, 08 November 2018.
49
Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo pimpinan jarang mengawasi
kegiatan produksi hal itu dikarenakan pimpinan perusahaan mempunyai
pekerjaan lain, yaitu sebagai pekerja kantoran, selain itu pimpinan juga tidak
menunjuk salah satu karyawan untuk diberi tanggung jawab mengawasi
proses produksi selama pimpinan tidak berada di perusahaan. Dengan
pengawasan yang kurang maksimal ini, mengakibatkan karyawan belum
mampu menyelesaikan target produksi tepat waktu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sunarsih selaku pimpinan
perusahaan, beliau mengatakan bahwa jarang melakukan pengawasan
terhadap kegiatan produksi secara langsung karena memiliki pekerjaan yang
lain yang berada di luar perusahaan. Sehingga beliau memilih mengandalkan
CCTV yang berjumlah 4 dan dipasang di beberapa sudut lokasi proses
produksi seperti di gudang, tempat membuat adonan, pengovenan, dan
pengemasan. Beliau menambahkan, dengan menggunakan CCTV maka
kegiatan proses produksi dapat terawasi secara menyeluruh atau dapat
mengawasi di setiap sudut lokasi proses produksi.46
Menurut Reni Yulianti mengatakan bahwa dalam kegiatan produksi
pimpinan jarang sekali datang ke proses produksi untuk mengawasi,
sekalipun datang ke tempat proses produksi itupun dipagi hari dan hanya
sebentar.47 Hal yang sama juga disampaikan oleh karyawan yang bernama
Intan Pratiwi dan Suprapto, mengatakan bahwa selama bekerja di Perusahaan
Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo pimpinan jarang melakukan
46 Sunarsih, Wawancara, Ponorogo, 15 September 2019
47 Reni Yulianti, Wawancara, Ponorogo, 15 September 2019
50
pengawasan proses produksi dikarenakan pimpinan juga mempunyai
kesibukan di luar perusahaan.48
Berdasarkan hasil wawancara dari seorang konsumen yaitu saudara
Verdina wahyu Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo
mengatakan bahwa produk aulia memiliki produk yang berkualitas mulai dari
rasanya dan sesuai dengan harganya, kemudian produk yang dihasilkan oleh
perusahaan cukup bervariasi walaupun terkadang bentuk rotinya setiap waktu
tidak selalu sama. Selanjutnya daya tahan roti yang dipasarkan kurang lebih
bertahan 5 hari.49
C. Peran Pengawasan Produksi dalam Meningkatkan Kualitas Produk Di
Perusahaan Aulia Jaya Bakery &Cookies Ponorogo
Peran pengawasan produksi dalam meningkatkan kualitas produk di
perusahaan yaitu dapat membantu pelaksanaan proses produksi agar lebih
efisien dan lancar dengan biaya minimal dan sesuai waktu yang telah
ditargetkan. Untuk menjaga ketepatan waktu dalam melakukan kegiatan
produksi, maka banyak pimpinan mengadakan pengawasan produksi dan
memberinya tanggung jawab untuk mengetahui keadaan seluruh pesanan
dalam perusahaan dan mengkoordinasi seluruh aspek aspek pengerjaannya
dari awal dimulainya kegiatan produksi sampai akhir kegiatan produksi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sunarsih, beliau mengatakan
bahwa peran pengawasan itu sangat penting dalam meningkatkan kualitas
produk yaitu seperti karyawan dapat melaksanakan hasil kegiatan produksi
48 Intan Pratiwi & Prapto, Wawancara, Ponorogo, 15 September 2019 49
Verdina wahyu, Wawancara, Ponorogo, 15 September 2019
51
sesuai apa yang telah ditargetkan atau direncanakan. Selain itu, pengawasan
dapat membantu pelaksanaan proses produksi agar lebih efisien dan lancar
dengan biaya minimum tetapi hasilnya juga bisa maksimal. Kemudian peran
pengawasan juga dapat menjalin kedekatan antara seorang pimpinan dan
karyawan sehingga dapat mewujudkan visi dan misi perusahaan.
Menurut sardi mengatakan bahwa peran pengawasan dalam
meningkatkan kualitas produk yaitu dengan adanya pengawasan, karyawan
akan lebih maksimal dalam melaksanakan kegiatan proses produksi sehingga
tidak akan melakukan kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan perusahaan,
sedangkan menurut Intan Pratiwi mengatakan bahwa dengan adanya
pengawasan karyawan dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan apa yang
sudah ditargetkan oleh pimpinan, serta karyawan tidak bekerja dengan
seenaknya sendiri karena mereka tahu pimpinan sedang tidak mengawasi
secara langsung.50
Menurut hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, karena
pimpinan jarang sekali mengawasi kegiatan proses produksi sehingga
karyawan dalam menyelesaikan target tidak selesai dengan tepatwaktu, selain
itu karyawan juga masih melakukan kesalahan yang dapat mengakibatkan
kerugian perusahaan misalnya, kelalaian karyawan yang terlalu lama
memanggang roti di oven sehingga membuat roti menjadi over cook, proses
pencampuran roti dengan mayones tidak merata sehingga membuat roti
menjadi terlalu kering dan susah untuk diberikan toping.
50 Sardi, Wawancara, Ponorogo, 15 September 2019
52
BAB IV
ANALISIS PENGAWASAN PRODUKSI DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS PRODUK DI PERUSAHAAN AULIA JAYA BAKERY AND
COOKIES PONOROGO
A. Analisis Pengawasan Produksi di Perusahaan Aulia Jaya Bakery &
Cookies Ponorogo
Pengawasan secara umum dapat didefinisikan sebagai cara suatu
organisasi mewujudkan kinerja yang efektif dan efisien, serta lebih jauh
mendukung terwujudnya visi dan misi organisasi.Sedangkan pengawasan
produksi adalah kegiatan untuk mengkoordinir aktivitas-aktivitas pengerjaan
atau pengelolaan agar waktu penyelesaian yang telah ditentukan terlebih
dahulu dapat dicapai dengan efektif dan efisien.Sebenarnya pengawasan
produksi juga merupakan suatu sistem jaringan syaraf dari suatu pabrik yang
mengawasi jalannya proses produksi agar barang-barang yang dihasilkan
sesuai dengan rencana yang telah dibuat, baik mengenai harga, biaya,
kuantitas maupun kualitasnya.
Pengawasan sangat diperlukan agar tercapai indikator dari kualitas
tersebut. Adapun indikator pengawasan yang efektif yaitu sebagai berikut:
1. Akurat.
Informasi atas kinerja harus akurat. Ketidak akuratan data dari
suatu sistem pengawasan dapat mengakibatkan organisasi mengambil
tindakan yang akan menemui kegagalan untuk memperbaiki suatu
permasalahan. Dalam indikator ini, pihak pimpinan telah mengawasi
53
secara akurat terkait proses produksi. Ini dibuktikan dengan adanya cctv di
beberapa titik, di mana cctv bisa mengawasi secara penuh dan akurat.
2. Tepat waktu. Informasi harus dihimpun, diarahkan, dan segera dievaluasi
jika akan diambil tindakan tepat pada waktunya guna menghasilkan
perbaikan. Pada indikator ini, pimpinan mengawasi produksi roti tepat
waktu. Ini dibuktikan dengan adanya pengawasan setiap pagi dan juga
breafing serta arahan dari pimpinan kepada karyawan.
3. Objektif dan komprehensif. Informasi dalam suatu sistem pengawasan
harus mudah dipahami dan dianggap objektif oleh individu yang
menggunakannya. Ketika dalam pengawasan produksi, pihak pimpinan
perusahaan juga bersifat objektif, sebab sistem pengawasan tersebut
mudah dipahami oleh karyawan. Sehingga akhirnya dapat melancarakan
proses produksi roti yang dikerjakan para karyawan.
4. Dipusatkan pada tempat pengawasan strategis. Sistem pengawasan
strategis sebaiknya dipusatkan pada bidang yang paling banyak
kemungkinan akan terjadi penyimpangan standar, dan kemungkinan
menimbulkan kerugian yang paling besar. Pada indikator ini, pimpinan
telah memusatkan pengawasan dengan menggunakan cctv yang
ditempatkan pada titik tempat produksi, seperti tenpat oven, pengemasan,
adonan, gudang, dan sebagainya.
5. Ekonomi realistik. Pengeluaran biaya untuk implementasi harus ditekan
seminimum mungkin sehingga terhindar dari pemborosan yang tidak
berguna.
54
6. Organisasi realistik. Sistem pengawasan harus dapat digabungkan dengan
realitas organisasi. Misalnya, individu harus dapat melihat hubungan
antara tingkat kinerja yang harus dicapai dan imbalan yang akan menyusul
kemudian.
7. Fleksibel. Pada setiap organisasi pengawasan harus mengandung sifat
fleksibel yang sedemikian rupa sehingga organisasi tersebut dapat segera
bertindak untuk mengatasi perubahan yang merugikan atau memanfaatkan
peluang baru.
8. Diterima para anggota organisasi. Agar sistem pengawasan dapat diterima
oleh para anggota organisasi, pengawasan tersebut harus berkaitan dengan
tujuan yang ingin dicapai. Pada indikator ini, pengawasan produksi yang
dilakukan oleh pimpinan telah diterima oleh para karyawan baik
pengawasan secara langsung maupun tidak langsung. Ini dibuktikan
dengan tidak adanya protes dari para karyawan kepada pimpinan terhadap
pengawasan produksi.
Berdasarkan analisa di atas dapat diketahui bahwa indikator-indikator
dari pengawasan produksi telah menunjukkan sepenuhnya sesuai dengan apa
yang dilakukan oleh Perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies dalam hal
pengawasan produksi roti. Dimulai dari indikator pertama yaitu akurat hingga
indikator yang terakhir yakni diterima para anggota organisasi.
55
B. Analisis Peran Pengawasan Produksi dalam Meningkatkan Kualitas
Produk Di Perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies Ponorogo
Peran pengawasan produksi dalam meningkatkan kualitas produk di
perusahaan yaitu dapat membantu pelaksanaan proses produksi agar lebih
efisien dan lancar dengan biaya minimal dan sesuai waktu yang telah
ditargetkan. Untuk menjaga ketepatan waktu dalam melakukan kegiatan
produksi, maka banyak pimpinan mengadakan pengawasan produksi dan
memberinya tanggung jawab untuk mengetahui keadaan seluruh pesanan
dalam perusahaan dan mengkoordinasi seluruh aspek aspek pengerjaannya
dari awal dimulainya kegiatan produksi sampai akhir kegiatan produksi.
Pengawasan diperlukan untuk tetap dapat memantau setiap
pelaksanaan kegiatan agar tetap sesuai dengan tujuannya. Apabila dalam
pelaksanaan pengawasan ditemukan adanya kesalahan atau penyimpangan
maka dapat segera dilakukan perbaikan supaya tidak mengakibatkan
kesalahan yang lebih besar bahkan untuk mencegah terjadinya kesalahan yang
sama di kemudian hari. Karena kesalahan dapat terjadi dalam setiap
pelaksanaan kegiatan proses produksi.
Secara umum ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan
diberlakukannya pengawasan pada suatu organisasi, yaitu:
a. Pengawasan memiliki peran penting terutama dalam memastikan setiap
pekerjaan terlaksana sesuai dengan yang direncanakan.
b. Disamping itu pengawasan juga memiliki peran dalam membantu manajer
dalam mengawal dan mewujudkan keinginan visi dan misi perusahaan,
56
dan tidak terkecuali telah menempatkan manajer sebagai pihak yang
memiliki wewenang sentral di suatu organisasi.
c. Pengawasan bernilai positif dalam membangun hubungan yang baik antara
pemimpin dan karyawan.
d. Pengawasan yang baik memiliki peran dalam mengembangkan keyakinan
para stakeholders pada organisasi. Stakeholders adalah mereka yang
memiliki kepedulian tinggi pada organisasi. Mereka yang dikategorikan
sebagai stakeholders adalah pemerintah, kreditur, supplier (pemasok),
investor, akuntan public, karyawan, dan lain-lain.
Kualitas produk dikatakan baik, apabila telah mencapai indikator
berikut, yaitu:
a. Kinerja (Performance), berhubungan dengan karakteristik dasar dari
sebuah produk. Misalnya warnanya, bentuknya, kualitasnya dan semua
yang tampak dari luar.
Menurut Reni Yulianti mengatakan bahwa dalam kegiatan
produksi pimpinan jarang sekali datang ke proses produksi untuk
mengawasi, sekalipun datang ke tempat proses produksi itupun dipagi hari
dan hanya sebentar. Hal yang sama juga disampaikan oleh karyawan yang
bernama Intan Pratiwi dan Suprapto, mengatakan bahwa selama bekerja di
Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo pimpinan jarang
melakukan pengawasan proses produksi dikarenakan pimpinan juga
mempunyai kesibukan di luar perusahaan.
57
Berdasarkan analisa diatas menunjukkan bahwa Perusahaan Aulia
Jaya Bakery and Cookies Ponorogo berkaitan dengan indikator kualitas
produk terkait dengan kinerja telah terpenuhi. Hal ini dikarenakan karena
pimpinan melakukan pengawasan secara terus menerus melalui cctv
menjadikan kinerja karyawan lebih disiplin. Hal ini dibuktikan dengan
kualitas produksi misalnya roti yang dihasilkan selalu sama baik
warnanya, bentuknya, kualitasnya dan semua yang tampak dari luar.
b. Fitur (Features), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk
menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen
terhadap produk tersebut.
Kemudian dalam kaitannya dengan indikator yang kedua yaitu fitur
menunjukkan bahwa karakteristik produk yang dimiliki oleh Perusahaan
Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo dilihat dari luarnya masih
kurang menarik, hal tersebut ditunjukkan dengan roti yang dihasilkan
kurang bervariasi dan toping yang diberikan di setiap roti tersebut kurang
banyak, serta tidak setiap kemasan roti diberi nama jenis roti dari
perusahaan, sehingga membuat konsumen yang melihat menjadi kurang
minat atau kurang tertarik untuk membeli.
c. Reliabilitas (reliability)danDaya tahan (durability),reliabilitasmerupakan
probabilitas bahwa produk akan memuaskan atau tidak dalam periode
waktu tertentu. Semakin kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka
produk tersebut dapat diandalkan.Sedangkan daya tahan (durability), yaitu
berapa lama atau umur produk yang bersangkutan mampu bertahan
58
sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi
pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya
produk.
Selanjutnya dalam indikator bagian reliabilitas dan daya tahan
menunjukkan bahwa berdasarkan wawancara dengan pimpinan
perusahaan Ibu Sunarsih mengatakan bahwa roti yang dihasilkan di
Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo hanya mampu
bertahan selama kurang lebih 5 hari saja.
d. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance of specifications), yaitu
sejauh mana karakteristik dasar dari sebuah produk memenuhi spesifikasi
tertentu dari konsumen dan tidak ditemukannya cacat pada produk.
Kemudian berkaitan dengan kesesuaian dengan spesifikasi
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa produk
sudah sesuai dengan ketentuan perusahaan, tetapi terkadang masih ada
produk yang bentuk dan ukurannya tidak sama setiap produksi dan
terdapat roti yang overcook atau keadaan gosong.
e. Estetika, yaitu berkaitan dengan penampilan luar suatu produk.
Kemudian selanjutnya berkaitan dengan hal estetika yaitu
menunjukkan bahwa berdasarkan observasi yang telah dilakukan roti yang
dihasilkan dari Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo
memiliki penampilan dari luar yang sesuai dengan ketentuan perusahaan.
Misalnya, ditunjukkan dengan mempunyai ciri khas yang menarik dalam
59
mengemas roti, terdapat stiker yang ditempel di bagian kemasan produk
yang berisi identitas perusahaan.
f. Persepsi kualitas (perceived quality), adalah cara pandang konsumen
terhadap produk tersebut sesuai informasi yang diterima bersama dengan
keterbatasan yang dimiliki konsumen.
Kemudian yang terakhir berkaitan denganindikatorpersepsi kualitas
menunjukkan bahwa berdasarkan wawancara dengan salah satu konsumen
yaitu saudari Verdina wahyu mengatakan bahwa produk yang dihasilkan
dari Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo harganya sudah
sesuai dengan kualitas produk yang diberikan perusahaan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Sunarsih, beliau
mengatakan bahwa peran pengawasan itu sangat penting dalam
meningkatkan kualitas produk yaitu seperti karyawan dapat melaksanakan
hasil kegiatan produksi sesuai apa yang telah ditargetkan atau direncanakan.
Selain itu, pengawasan dapat membantu pelaksanaan proses produksi agar
lebih efisien dan lancar dengan biaya minimum tetapi hasilnya juga bisa
maksimal.Sedangkan menurut hasil obervasi yang dilakukan oleh peneliti,
karenan pimpinan perusahaan jarang melakukan pengawasan secara
langsung hal itu mengakibatkan karyawan dalam melaksanakan kegiatan
produksi tidak selesai dengan waktu yang telah ditargetkan atau molor dari
yang seharusnya, misalnya karyawan yang seharusnya menyelesaikan tugas
sampai pukul 5 sore biasanya selesai lebih daripukul 6 sore.
60
Berdasarkan analisa diatas menunjukkan bahwa Perusahaan Aulia
Jaya Bakery and Cookies Ponorogo belum menerapkan pengawasan yang
sesuai dengan apa yang ditujukan di perusahaan, hal itu dibuktikan dengan
hasil produksi yang dihasilkan oleh karyawan perusahaan tidak selesai
dengan tepat waktu dan apabila tidak dilakukan pengawasan secara baik dan
efektif kemudian terjadi secara terus-menerus dalam jangka waktu yang
panjang tentu saja hal itu akan merugikan perusahaan itu sendiri.
Hal lain juga diungkapkan sardi, beliau mengatakan bahwa peran
pengawasan dalam meningkatkan kualitas produk yaitu dengan adanya
pengawasan, karyawan akan lebih maksimal dalam melaksanakan kegiatan
proses produksi sehingga tidak akan melakukan kesalahan-kesalahan yang
dapat merugikan perusahaan, serta pengawasan akan membantu pimpinan
dalam mengevaluasi kegiatan atau hasil produksi kemudian dari hasil
evaluasi tersebut pimpinan dapat mengambil tindakan perbaikan apabila ada
kegagalan atau hambatan dalam mencapai tujuan yang diinginkan
perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa
pengawasan yang diterapkan di Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies
Ponorogo belum efektif karena belum membantu pimpinan dalam
mewujudkan visi dan misi perusahaan sehingga kesahalan-kesalahan yang
terjadi sebelumnya kemungkinan besar dapat terulang di kemudian hari
apabila pimpinan tidak terjun langsung ke tempat produksi.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Intan Pratiwi, beliau
mengatakan bahwa dengan adanya pengawasan karyawan dapat
61
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan apa yang sudah ditargetkan oleh
pimpinan, serta karyawan tidak bekerja dengan seenaknya sendiri karena
pimpinan sedang tidak mengawasi secara langsung dikarenakan pimpinan
mempunyai tugas dan tanggung jawab di usaha yang lainnya. Tentu saja hal
tersebut menyulitkan karyawan untuk berkomunikasi dengan pimpinan secara
langsung karena pimpinan biasanya hanya datang dipagi hari itupun hanya
sebentar dan tidak setiap hari, sehinggahubungan yang
terjalinantarapimpinandengankaryawanmasihbelumkondusif.
Pengawasan kinerja karyawan memberikan dampak terhadap
kelangsungan perusahaan, misalnya pimpinan perusahaan dapat mengetahui
perilaku karyawan ketika melakukan kegiatan proses produksi, pimpinan
dapat menilai kinerja karyawan dalam menyelesaikan kegiatan proses
produksi, dengan adanya pengawasan juga dapat memaksimalkan waktu
produksi, sedangkan bagi karyawan dengan adanya pengawasan dapat
meningkatkan tanggungjawab karyawan terhadap tugas yang dikerjakan, serta
dapat membuat karyawan lebih disiplin dan menaati peraturan yang ada tanpa
melanggarnya.
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian penulis dalam pembahasan tersebut di atas mengenai
pengawasan produksi dalam meningkatkan kualitasproduk di Perusahaan Aulia
Jaya Bakery and Cookies Ponorogo, maka dapat diambil kesimpulan
diantaranya adalah:
1. Berdasarkan analisa di atas dapat diketahui bahwa indikator-indikator dari
pengawasan produksi telah menunjukkan sepenuhnya sesuai dengan apa
yang dilakukan oleh Perusahaan Aulia Jaya Bakery & Cookies dalam hal
pengawasan produksi roti. Dimulai dari indikator pertama yaitu akurat
hingga indikator yang terakhir yakni diterima para anggota organisasi.
2. Peran pengawasan dalam meningkatkan kualitas produk di Perusahaan
Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo yaitu seperti karyawan dapat
menyelesaikan hasil kegiatan produksi sesuai apa yang telah ditargetkan
oleh perusahaan, karyawan akan lebih maksimal dalam melaksanakan
kegiatan proses produksi, serta menyelesaikan pekerjaan sesuai target
perusahaan. Tetapi di Perusahaan Aulia Jaya Bakery and Cookies Ponorogo
masih belum menerapkan pengawasan yang sesuai dengan tujuan
perusahaan.
63
B. Saran-saran
Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka penulis dapat
mengemukakan beberapa saran, yaitu sebagai berikut:
1. Pimpinan perusahaan hendaknya mengawasi secara langsung kegiatan
proses produksi walaupun tidak dilakukan setiap hari seharusnya dilakukan
secara berkala agar produk yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan
apa yang telah di tentukan oleh perusahaan, serta karyawan juga harus
bekerja sesuai peraturan perusahaan walaupun pimpinan tidak selalu
mengawasi kegiatan proses produksi. Serta meningkatkan kualitas produk
yang sesuai dengan indikator kualitas produk yaitu: kinerja, reliabilitas,
estetika, persepsi kualitas, fitur, daya tahan, dan kesesuaian dengan
spesifikasi pada produk.
2. Menjalankan pengawasan sesuai dengan tujuan maupun prosedur
perusahaan.
62
64
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman. Ekonomi Mikro. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada. 2012.
Ahyari, A. Manajemen Produksi Perencanaan Sistem Produksi. Yogyakarta:
BPFE UGM. 2002.
Alma, Buchari. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung:
Alfabeta. 2011.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 1996.
Assauri, Sofjan. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 1999.
Damanuri, Aji. Metodologi Penelitian Mu’amalah. Ponorogo: STAIN Po
PRESS. 2010.
Fahmi, Irham. Manajemen Produksi Dan Operasi. Bandung: Alfabeta. 2012.
Handoko, T. Hani. Dasar-dasar Manajemen Produksidan Operasi.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. 1999.
---------. Manajemen. BPFE: Yogyakarta, 2015.
Ibrahim, Lubis. Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen.
Jakarta: Ghalia Indonesia. 1985.
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga. 2008.
Kotler, Philip, dkk. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga. 2001.
Malau, Harman. Manajemen Pemasaran. Bandung: Alfabeta. 2017.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2013.
Suyanto, M. Marketing Strategy Top Brand Indonesia. Yogyakarta: Andi
Offset. 2007.
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2010.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja RosdaKarya. 2007.
65
Situmorang, Syafizalhelmi. Analisis Data: Untuk Riset dan Bisnis. Medan:
USU Press. 2010.
Sanusi, Anwar. Metode Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. 2011.
Tjiptono, Fandy. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi. 2008.