ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK...
Transcript of ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK...
i
ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK
TERHADAP SIMPANAN MUDHARABAH PERBANKAN
SYARIAH DI INDONESIA
(Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia)
SKRIPSI
Oleh:
Nur Hakimah
NIM: 104081002512
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430H/2009M
ii
ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK
TERHADAP SIMPANAN MUDHARABAH PERBANKAN
SYARIAH DI INDONESIA
(Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Nur Hakimah
NIM : 104081002512
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Arief Mufraini LC, M,Si
NIP. 196902032001121003 NIP. 19770122200312.1.00
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
iii
ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK
TERHADAP SIMPANAN MUDHARABAH PERBANKAN
SYARIAH DI INDONESIA (Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Nur Hakimah
NIM : 104081002512
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Arief Mufraini, LC, M.Si
NIP. 196902032001121003 NIP. 19770122200312.1.00
Penguji Ahli
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 195706171985031002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
iv
Hari ini Kamis Sembilan Belas Maret Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian
Komprehensif, atas nama Nur Hakimah NIM: 104081002512 dengan judul skripsi
“ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK
TERHADAP SIMPANAN MUDHARABAH PERBANKAN
SYARIAH DI INDONESIA”. Memperhatikan kemampuan mahasiswa
tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 Maret 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Indoyama Nasarudin, SE, MAB
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Nur Hakimah
Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 8 Maret 1985
Alamat : Jl. Blok Masjid RT.01/04 NO.1 Pondok Aren
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Telepon : 085692280172 / 02194688358
Email/FS/FB : [email protected]
Hobi : Membaca novel, memasak, menyanyi, menulis
Warna Favorit : Biru
Cita-cita : Penulis buku, khairunnaas ‘anfa’uhum linnaas.
II. PENDIDIKAN FORMAL
Madrasah Ibtidaiyah Maraqil Falah Tangerang 1991-1997
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Swasta La Tansa Lebak Banten 1997-2000
Sekolah Menengah Umum Swasta La Tansa Lebak Banten 2000-2003
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2004-2009
III. PENGALAMAN ORGANISASI
Pengurus Konsulat Tangerang Pondok Pesantren La tansa Banten 2002-2003
Pengurus Osis Divisi I Pondok Pesantren La Tansa Banten 2002-2003
Panitia Studi Banding Gontor-Ponorogo Jawa Timur 2002-2003
Jaringan Pendidikan Pemilu Rakyat Banten (JPPR) 2007
IV. PENDIDIKAN NON FORMAL
Kursus Bahasa Inggris SLTP La Tansa 1997
Pelatihan Jurnalistik Harian Republika Jakarta 2001
Pelatihan Metode Iqra Pondok Pesantren La Tansa 2002
Training of Operational Bangking Simultan FEIS UIN Jakarta 2007
Kursus Bahasa Inggris ILP Ciputat 2009
vi
ABSTRACT
The objective of this research to know financial performance the relationship
Bank Syariah sharing saving and deposit of mudharabah by using Bank Muamalat
Indonesia as research object.
The test in this research uses of mudharabah as dependent variable and financial
ratio those are ROE, CAR, FDR, BOPO, and NPF as its independent variable. This ratio
is as financial ratios which used consistenly by research of info bank in assessing and
rating banking of national. Data which is used in this research is annual financial
statement of publication of PT Bank Muamalat Indonesia Tbk for year 2005-2007.
By using analyzer of SPSS 16.0 for windows model multiple regression,
correlation and path analysis.
Keyword: financial performance, sharing saving and deposit of mudharabah
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan bank syariah
dan simpana mudharabah yang diperoleh dari Bank Muamalat Indonesia sebagai objek penelitian
Uji pada penelitian ini yaitu Simpanan Mudharabah sebagai variable dependen,
dan rasio-rasio keuangan bank seperti ROE, CAR, FDR, BOPO, dan NPF sebagai
variabel independen. Rasio keuangan bank ini diperoleh dan digunakan secara konsisiten
sebagai penelitian atau info bagi perbankan nasional. Data yang digunakan adalah laporan
keuangan bank yang dipublikasikan oleh Bank Muamalata Indonesia Tbk pada periode
2005 sampai 2007.
Alat analisis yang digunakan dengan menggunakan Windows SPSS 16.0 dengan
model Regresi berganda, korelasi dan Uji path analisis.
Kata kunci: Kinerja Keuangan, Simpanan Mudharabah
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan seluruh alam, Tuhan yang Maha
Pengasih dan Maha Penyayang, karunia dan pancaran cahaya ilmu-Nya, keMaha
Agungnya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita akhiirul anbiyaa, manusia paling
sempurna, Nabi Muhammad saw, yang membawa umat manusia kepada
penyempurnaan akhlak.
Penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan berbagai
pihak. Penulis telah mendapatkan begitu banyak bantuan baik berupa moril
maupun materil, motivasi, bimbingan, petunjuk maupun sarana dan prasarana dari
berbagai pihak sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan
baik. Dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ayahanda tersayang H. Muhidir, setiap kata-katanya adalah nasihat, setiap
perilakunya adalah tauladan, diamnya adalah kesabaran. Terima kasih telah
menjadi ayah terhebat di seluruh dunia. Terima kasih atas peluh dan kerja
kerasnya, tetesan air mata dan doa di sujud-sujud malamnya. Ibunda terkasih
HJ. Sumiyati, setiap kerja kerasnya adalah motivasi bagi ananda, terima kasih
atas segala curahan doa dan kasih sayangnya, yang selalu mengantarkan
makanan dan minuman ketika penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini,
love you mom, so much. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih
sayang-Nya, selalu memberikan kesehatan dan umur panjang untuk mereka.
2. Untuk keluarga tersayang, terima kasih untuk kedua abangku, Bang omat dan
Bang Yoyon atas semua doa dan motivasinya. Untuk my lovely sister K Mut,
terima kasih untuk segala dukungannya, doa-doanya, kasih sayang dan
candanya, tempat berbagi dalam suka dan duka. Teruntuk adik-adikku Jamal
dan Sahal, terima kasih untuk motivasinya ya, lebih giat lagi belajarnya. Dan
kupersembahkan untuk kedua nenekku, terima kasih atas doa-doa, dan kasih
sayangnya selamanya ini.
ix
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Selaku Dekan FEIS UIN Jakarta semoga
karunia Allah senantiasa dilimpahkan kepada bapak. Semoga Allah senantiasa
memberikan kesehatan dan keselamatan agar daapt menjalankan Amanah
yang bapak pegang dengan sebaik-baiknya. Amin.
4. Bapak Indoyama Nasarudin, SE, MAB selaku kajur FEIS UIN Jakarta.
5. Bapak prof. Dr. Ahmad Rodoni, dan Bapak Arief Mufraini Lc, M.Si yang
telah memberikan pengarahan dengan sabar dan meluangkan waktunya untuk
penyelesaian skripsi ini. Semoga ilmu yang bapak berikan bermanfaat untuk
kita semua.
6. Seluruh civitas akademika dan dosen FEIS yang telah sabar dan ikhlas
mengajarkan ilmunya dan berbagi pengalaman.
7. Kepada semua Staff FEIS terima kasih atas kerja sama dan jasa-jasanya. Pak
Bambang yang lucu dan baik hati, Bu Siska, Bu Lili, Pak Rahmat yang baik
banget, yang begitu dengan sabarnya melayani segala kebutuhan saya di
akademik, terimakasih juga buat Pak Sugeng dan Bu Umi atas kesabarannya
untuk mengurus perbaikan nilai-nilai saya, Para OB, terima kasih sudah
dengan ikhlas dan sabar membersihakan lingkungan fakultas, semoga menjadi
amal. Pak Ali si penjaga perpustakaan, maaf ya pak suka telat ngembaliin
bukunya.
8. Untuk Dyah, terima kasih atas semua motivasi dan dukungannya sehingga
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Terima kasih udah dengan sabar
ngajarin cara ngolah data dan sebagainya. Untuk Tante Suprapti dan Om
Hartana yang selalu memberikan motivasi untuk cepat-cepat menyelesaikan
penulisan skripsi ini, yang sudah sering diganggu waktu istirahatnya,maaf ya
om, tante. Untuk Sugih, teman sekaligus guru bagi penulis, yang dengan
sabarnya berbagi ilmu, menjelaskan hal-hal yang penulis tidak pahami dalam
penulisan skripsi ini. Semoga Allah yang akan membalas kebaikan dan
ketulusan hati kalian.
9. Teruntuk seseorang yang sudah mengisi dan menemani hari-hariku menjadi
lebih berwarna Andreas Nurwidodo Hartono, terima kasih atas segala doa,
bantuan dan motivasinya.
x
10. Untuk sahabat-sahabat Manajemen C Nisa si narsis imut yang baik hati, Vivi
bu guru yang penyabar, Eko si wonder woman, Pani si sunda tea, Kania yang
ceria, Umi yang betawi abis, Leni yang ga ada kabarnya, Isna for a yellow day
when i met U, untuk hari-hari yang sudah dilalui dalam suka dan duka, Tia
untuk semua sharing, motivasi, bantuan, kostannya, untuk segala macam
bantuan yang selalu diberikan kepada penulis, untuk cerita-ceritanya yang
selalu diulang-ulang, hehehe, terima kasih banyak kawan. Rahman, Oka, Ikin,
Redy, Miftah, Abdul, Roby, Ahmad, Imam, Arief, Denis dan semua teman-
teman yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu.
11. Teman-teman Manajemen Perbankan angkatan 2004, Miftah, Mail, Badai,
Opik, Gita, Nila, Ima dan yang lain-lain, semoga ilmu kita dapat bermanfaat
untuk kita dan orang lain. Semoga kita menjadi bankir-bankir selanjutnya,
amin.
12. Teman-teman seperjuangan Kompre, Nafi, Nanin, Tia, Dyah, Oka, Rahman
mudah-mudahan ilmu yang sudah didapat tidak hilang begitu saja, bisa
bermanfaat untuk kita dan orang lain di kemudian hari, amin.
13. Untuk Mas Day dan Tia, terima kasih banyak atas bantuannya selama ini,
yang sudah dengan rela kostannya dimonopoli, dipinjemin komputernya
seharian buat revisi, udah mau ngeditin photo buat daftar sidang, hehehe..
14. Sahabat-sahabatku Genk Tempe Hilmi, Yuli, K Barkah, seluruh teman-teman
Scientist dan Ankabut, terima kasih banyak untuk tidak bosan-bosannya
mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.
15. Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak. Amin..
Jakarta, Juni 2009
Nur Hakimah
xi
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... v
ABSTRACT..................................................................................................... vi
ABSTRAK...................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR.................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah.............................................................................. 14
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian............................................. 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 17
A. Definisi Bank dan Bank Umum............................................................ 17
1. Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional................. 21
2. Prinsip Operasional Perbankan Syariah........................................... 23
B. Pengertian Kinerja................................................................................ 24
C. Pengertian Mudharabah ....................................................................... 29
1. Rukun Mudharabah........................................................................ 30
2. Simpanan Mudharabah .................................................................. 33
3. Kontrak Al Mudharabah ................................................................. 34
D. Analisis Jalur........................................................................................ 38
xii
E. Penelitian Terdahulu............................................................................. 39
1. Penelitian Kiagus Andi (2005)........................................................ 39
2. Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin (2003) ................................ 40
3. Superadmin (2007) ......................................................................... 41
F. Kerangka Berpikir ................................................................................ 42
G. Hipotesa Penelitian............................................................................... 44
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 46
A. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 46
B. Metode penentuan Sampel.................................................................... 46
C. Metode Pengumpulan Data................................................................... 47
D. Metode Analisis Data ........................................................................... 47
1. Deskripsi Data Penelitian................................................................ 47
2. Analisis Pengujian dengan Analisis Jalur (Path Analisys) ............... 49
E. Operasional Variabel ............................................................................ 54
1. Variabel Dependen ......................................................................... 55
2. Variabel Independen....................................................................... 55
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 58
A. Sekilas Gambaran Umum Tentang Bank Muamalat Indonesia.............. 58
1. Sejarah Singkat Bank Muamalat Indonesia ..................................... 58
2. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia Tbk ................................. 60
B. Hasil dan Pembahasan.......................................................................... 60
1. Deskripsi Data Penelitian................................................................ 60
2. Analisis Pengujian dengan Analisis Jalur (Path Analisys) ............... 66
xiii
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ................................................ 83
A. Kesimpulan .......................................................................................... 83
B. Keterbatasan......................................................................................... 84
C. Implikasi .............................................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 86
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................. 88
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah ......................... 11
1.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga ..................................................... 13
1.3 Perkembangan Jenis-jenis Pembiayaan ........................................... 13
2.1 Perbedaan Paradigma Bank Syariah dan Bank Konvensional.......... 22
2.2 Perbedaan Dasar Kegiatan Usaha Perbankan Syariah dan
Konvensional.................................................................................. 22
4.1 Uji Koefisien Determinasi .............................................................. 69
4.2 Uji F ............................................................................................... 71
4.3 Uji T............................................................................................... 73
4.4 Korelasi .......................................................................................... 77
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Skema Al Mudharabah ................................................................... 36
2.2 Diagram Kemitraan Bank Syariah .................................................. 37
2.3 Kerangka berpikir ........................................................................... 43
3.1 Model Diagram Jalur ...................................................................... 50
3.2 Diagram Jalur ................................................................................. 51
4.1 Data Simpanan Mudharabah Bank Muamalat Indonesia
2005-2007 ...................................................................................... 62
4.2 Data ROE Bank Muamalat Indonesia 2005-2007............................ 62
4.3 Data CAR Bank Muamalat Indonesia 2005-2007............................ 63
4.4 Data FDR Bank Muamalat Indonesia 2005-2007 ............................ 64
4.5 Data BOPO Bank Muamalat Indonesia 2005-2007 ......................... 64
4.6 Data NPF Bank Muamalat Indonesia 2005-2007 ............................ 65
4.7 Model Diagram Jalur berdasarkan Paradigma ................................. 67
4.8 Diagram Jalur ................................................................................. 68
4.9 Hasil Diagram Jalur ........................................................................ 82
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Data Mentah ................................................................................. 89
2 Hasil Output SPSS Uji Regresi Berganda...................................... 95
3 Hasil Output SPSS Uji Korelasi .................................................... 97
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam membolehkan semua bentuk transaksi yang adil, jujur, benar,
dan dapat mewujudkan kemaslahatan umat manusia, sebaliknya melarang
bentuk transaksi yang mengandung unsur penipuan, kedzaliman, eksploitasi,
merusak dan merugikan.
Karenanya, Islam telah menggariskan prinsip-prinsip umum tentang
ekonomi, terutama yang berkaitan dengan etika-moral (akhlak). Islam adalah
agama yang semua ajarannya terkait dengan tujuan utusannya yaitu Muhamad
untuk menyempurnakan akhlak.
Islam selalu mengkaitkan akhlak dengan keimanan seseorang.
Tidaklah seseorang itu dianggap beriman jika ia tidak amanah, tidur kenyang
sementara tetangganya kelaparan, berzina, mencuri, minum, memutuskan
hubungan silaturahmi, menyakiti hati tetangga, dan tidak bisa berkata benar.
Karenanya, seluruh ajaran Islam tidak bisa terlepas dari nilai moral, tanpa
kecuali masalah-masalah yang terkait dengan perekonomian.
Berdirinya IDB (Islamic Development Bank) pada sidang menteri
keuangan di Jeddah tahun 1975, menjadi titik awal gagasan pendirian bank-
bank syariah di berbagai negara. Pada akhir periode 1970-an dan awal dekade
1980-an, bank-bank syariah bermunculan di Mesir, Sudan, negara-negara
Teluk, Pakistan, Iran, Malaysia, Bangladesh, serta Turki (Antonio, 2001:21).
2
Berkembangnya bank syariah di kancah internasional, memberi
pengaruh bagi pengembangan bank syariah di Indonesia. Mengingat Indonesia
berpenduduk 88% muslim (Sensus Penduduk, 2000), maka pantaslah bila
awal pendiriannya kental dengan peluang captive market yang dimiliki
Indonesia.
Upaya intensif pendirian bank syariah di Indonesia dapat ditelusuri
jejaknya sejak tahun 1988 di saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan
Oktober (Pakto) yang berisi liberalisasi industri perbankan. Para ulama waktu
itu telah berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tapi tidak ada satu
perangkat hukum yang dapat dirujuk kecuali bahwa perbankan dapat saja
menetapkan bunga sebesar 0%. Setelah adanya rekomendasi dari lokakarya
ulama tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, tanggal 19-22
Agustus 1990, kemudian diikuti dengan undang-undang No. 7 tahun 1992
tentang perbankan, dimana perbankan bagi hasil diakomodasikan, maka Bank
Muamalat Indonesia merupakan bank umum syariah pertama yang beroperasi
di Indonesia. Pendirian Bank Muamalat ini diikuti oleh pendirian bank-bank
perkreditan syariah. Namun demikian, adanya kedua jenis bank tersebut belum
sanggup menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah. Oleh Karen itu, maka
dibangunlah lembaga-lembaga simpan-pinjam yang disebut Baitul Maal wa
Tamwil (BMT) (Zainul Arifin, 2008:26).
Ketergantungan sistem perekonomian terhadap perbankan telah
demikian besar, sehingga hampir mustahil untuk mengabaikan peran
perbankan dalam kegiatan ekonomi suatu bangsa. Persoalan yang masih
3
menjadi perdebatan adalah bagaimana keabsahan sistem perbankan tersebut
(terutama penerapan sistem bunga jika dikaitkan dengan ajaran agama Islam).
Untuk itu, keberadaan bank syariah patut dilihat sebagai sebuah upaya
menerapkan kegiatan perbankan yang tidak bertentangan dengan kaidah-
kaidah agama.
PT. Bank Muamalat Indonesia adalah bank umum pertama di
Indonesia yang beroperasi berdasarkan syariah Islam dengan landasan operasi
berbasis bagi hasil (profit sharing), di bawah Undang-undang No. 7 tahun
1992 tentang perbankan. Hingga kini bank syariah telah berkembang pesat,
dan sekitar tiga tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Melalui sistem syariah penghimpunan dananya mengalami
peningkatan 52% pertahun dan ini melebihi perbankan dengan sistem
konvensional. Tidak kurang dari 176 bank syariah telah beroperasi (Jurnal
Manajemen Gajayana, 2004).
Atas pertimbangan itu, sudah saatnya kalangan perbankan syariah
memberikan perhatian lebih pada pola pembiyaan selain murabahah, yaitu
dengan meningkatkan prosentase pembiyaan melalui skema mudharabah dan
musyarakah. Perbankan syariah membutuhkan suatu investment modes yang
berdasarkan pada risk-return modes. Untuk menghindari kerugian, maka bank
syariah perlu melakukan beberapa langkah, yaitu: diversifikasi portofolio
evaluasi mendalam dan hati-hati terhadap proyek yang akan dibiayai; dan
menelusuri dan menganalisis latar belakang nasabah yang akan mendapatkan
pembiayaan.
4
Ada beberapa dampak yang timbul dari peningkatan prosentase
pembiayaan melalui pola mudharabah dan musyarakah. Pertama, akan
menggairahkan sektor riil. Investasi akan meningkat, yang disertai dengan
pembukaan lapangan kerja baru. Akibatnya tingkat pengangguran akan dapat
dikurangi dan pendapatan masyarakat akan bertambah. Kedua, ditinjau dari
sisi nasabah. Nasabah akan memiliki dua pilihan, apakah akan
mendepositokan dananya pada bank syariah atau pada bank konvensional.
Nasabah akan membandingkan secara cermat antara expected rate of return
yang ditawarkan bank syariah dengan tingkat suku bunga yang ditawarkan
oleh bank konvensional, dimana selama ini fakta telah membuktikan, bahwa
ternyata rate of return bank syariah lebih tinggi bila dibandingkan dengan
interest rate yang berlaku pada bank konvensional. Sehingga ini akan menjadi
faktor pendorong meningkatnya jumlah nasabah (Ma’ruf Amin, 2007).
Dengan minimnya pengetahuan masyarakat tentang sistem dan prinsip
perbankan syariah maka dirasa perlu untuk melaksanakakn kegiatan sosialisasi
perbankan syariah kepada kalangan masyarakat umum dengan memberikan
informasi yang efektif mengenai keberadaan dan eksistensi perbankan syariah.
Informasi tersebut dapat diperoleh dari lingkungan. Untuk
menggunakan suatu barang/jasa setiap individu dipengaruhi oleh banyak hal,
terutama lingkungannya, seperti budaya (culture), keluarga (family), kelas
social (social class), dan kelompok referensi (refence groups).
Tahun 2006 merupakan tahun yang penuh dinamika bagi industri
perbankan syariah. Sebagai bagian dari perekonomian nasional, dinamika
5
ekonomi yang berkembang khususnya di sektor riil mempengaruhi
perkembangan perbankan syariah. Kondisi perekonomian yang pada awal
2006 masih sangat kuat dipengaruhi oleh dampak lanjutan kenaikan
BBM tahun 2005, yang ditandai dengan tingginya inflasi dan suku bunga,
kenaikan biaya produksi serta melemahnya daya beli masyarakat,
menciptakan iklim yang kurang kondusif pada dunia usaha termasuk
perbankan syariah. Namun sejalan dengan kestabilan makro yang semakin
meningkat, pada semester kedua 2006 ekspansi perekonomian secara lebih
luas mulai terlihat, sehingga kinerja industri perbankan syariah kembali
menemukan momentumnya, ditandai dengan pertumbuhan volume usaha
yang tinggi. Dinamika industri yang terjadi menyebabkan sejumlah indikator
kinerja seperti pertumbuhan dana pihak ketiga, pembiayaan dan
profitabilitas menunjukkan perbaikan dibanding tahun sebelumnya, namun
sebaliknya indikator seperti tingkat risiko portofolio pembiayaan dan
kecukupan modal mengalami penurunan meskipun masih dalam koridor
kehati-hatian yang dipersyaratkan.
Terlepas dari dinamika keuangan yang terjadi, perkembangan
perbankan syariah pada 2006 memberikan sejumlah indikasi positif
ditinjau dari kemajuan pencapaian visi pengembangan yang ditetapkan.
Meningkatnya share industri perbankan syariah dari 1,4% menjadi 1,6% yang
diikuti dengan pelaksanaan fungsi intermediasi secara optimal yang
ditunjukkan rasio financing to deposit (FDR) sebesar 98,9% memberikan
harapan terpeliharanya keberpihakan perbankan dalam mendorong sektor riil
6
sebagai basis perekonomian nasional.Dengan pendekatan nilai dan
karakteristik operasional yang berbeda, kontribusi tersebut lebih jauh lagi
diyakini juga memberikan kemanfaatan dalam hal pembangunan sosial
kemasyarakatan. Pada periode laporan, kemanfaatan dimaksud secara nyata
diwujudkan melalui berbagai aktivitas dalam kerangka program perbankan
syariah peduli umat. Kebijakan yang ditempuh dalam pengem- bangan
perbankan syariah secara umum mengacu pada cetak biru pengembangan
perbankan syariah yang pada tahun 2006 difokuskan pada upaya
memperkuat struktur industri sebagai bagian dari tahap kedua implementasi
cetak biru. Selain itu kebijakan yang ditempuh juga diarahkan untuk
mengantisipasi tantangan maupun dinamika yang dihadapi perbankan syariah
guna mempertahankan momentum pertumbuhannya.
Selama tahun 2006 jumlah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah mengalami peningkatan, yaitu masing-
masing sebanyak 1 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 13 BPRS. Secara industri
pada akhir 2005 terdapat 3 Bank Umum Syariah (BUS), 20 UUS dan 105
BPRS. Sejalan peningkatan tersebut, jaringan kantor bank syariah (termasuk
kantor kas, kantor cabang pembantu dan Unit Pelayanan Syariah) juga
mengalami peningkatan sebanyak 40 kantor sehingga menjadi 636 kantor pada
akhir tahun 2006.
Selama tahun 2006 industri perbankan syariah mengalami peningkatan
volume usaha sebesar Rp5,8 triliun sehingga pada akhir periode laporan
mencapai Rp26,7 triliun. Peningkatan tersebut memperbesar pangsa aset
7
perbankan syariah terhadap total aset perbankan nasional dari 1,4% pada akhir
tahun 2005 menjadi 1,6% pada akhir 2006.Di sisi penghimpunan dana,
perkembangan DPK perbankan syariah pada tahun 2006 diwarnai kondisi
persaingan penghimpunan dana yang semakin ketat pada industri perbankan
secara umum, terlebih dengan semakin menariknya alternatif investasi
melalui pasar modal. Pertumbuhan DPK perbankan syariah mengalami
tekanan dalam kondisi suku bunga perbankan yang tinggi di awal 2006,
namun seiring dengan penurunan suku bunga sejak semester kedua, DPK
yang dihimpun perbankan syariah meningkat secara signifikan sehingga
mampu mencapai pertumbuhan sebesar 32,7%, atau lebih tinggi dari laju
pertumbuhan tahun 2005 sebesar 31,4%. Peningkatan tersebut
menyebabkan share DPK perbankan syariah terhadap perbankan nasional
meningkat dari 1,4% (2005) menjadi 1,6 %. pembiayaan masih berjalan
optimal, dengan laju pertumbuhan sebesar 34,2% atau melebihi baik laju
pertumbuhan DPK yang dihimpun sepanjang 2006 maupun laju pertumbuhan
pembiayaan pada tahun sebelumnya. Ditengah kondisi perbankan nasional
yang masih menghadapi berbagai kendala dalam upaya meningkatkan
penyaluran dana ke berbagai sektor produksi, perkembangan pembiayaan
dimaksud menjadi sangat berarti dan mampu mengangkat pangsa
pembiayaan perbankan syariah pada skala nasional dari 2,2% pada tahun
2005 menjadi 2,6% pada tahun laporan. Pertumbuhan pembiayaan yang masih
cukup tinggi dalam kondisi sektor riil yang belum kondusif, berdampak pada
meningkatnya jumlah pembiayaan bermasalah (non performing financing)
8
yang dihadapi perbankan syariah. Kondisi ini menyebabkan terjadinya
penurunan kualitas pembiayaan bank syariah sebagaimana tercermin dari
rasio NPF (gross) perbankan syariah yang meningkat hingga mencapai 4,8%
pada posisi akhir 2006.
Akhir 2006 memberikan catatan fantastik tentang keunggulan sistem
Perbankan Islam yang merupakan salah satu aspek penting syariat islam dalam
bidang ekonomi di banding perbankan konvensional. Hal ini terlihat dari
perbandingan beberapa aspek performance operasi sistem perbankan meliputi
Non Performing Loan/Financing (NPL/NPF), Financing/Loan to Deposits
Ratio (FDR/LDR), simpanan bank di SBI atau SWBI, dan kinerjanya dalam
menggerakkan sektor riil.
Rasio pembiayaan perbankan syariah terhadap dana pihak ketiga
(financing to deposits ratio atau FDR) juga tinggi, sebesar 111% lebih
dibanding perbankan nasional yang hanya sekitar 62%. Apa artinya?
Perbankan syariah secara sempurna mengemban fungsinya sebagai lembaga
intermediasi. Dari 100% dana yang dikumpulkannya dari pihak ketiga,
semuanya disalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan kepada sektor riil.
Bahkan tidak cukup itu, sebanyak 11% dari pembiayaan itu didanai dari modal
mereka sendiri. Beban yang ditimbulkan bank syariah karena penempatan
dana dalam bentuk Sertifikat Wadiah BI (SWBI) juga sangat kecil. Artinya,
beban yang dipikul BI juga ringan (http://Alihozi77.blogspot.com).
Industri perbankan syariah pada tahun 2007 diperkirakan akan kembali
mengalami pertumbuhan yang signifikan. Perkiraan tersebut didukung adanya
9
ekspektasi penguatan sisi permintaan yang berasal dari meningkatnya daya
beli masyarakat maupun perbaikan ekonomi secara umum. Arah pergerakan
suku bunga yang diperkirakan semakin kondusif sebagai respon terhadap
perkembangan yang positif pada sisi makro, juga akan berimplikasi pada
meningkatnya daya saing produk penghimpunan dana perbankan syariah.
Kebutuhan akan pembiayaan usaha dari perbankan akan turut meningkat
sejalan dengan membaiknya kondisi permintaan dan menurunnya risiko
usaha, yang akan berdampak pada terciptanya iklim yang lebih kondusif bagi
perbankan syariah untuk merealisasikan potensi pertumbuhannya. Disamping
itu, keyakinan terhadap membaiknya prospek industri juga tercermin dari
ditetapkannya target pertumbuhan yang sangat signifikan oleh beberapa bank
syariah. Peningkatan target tersebut juga merupakan wujud partisipasi
perbankan dalam program percepatan pengembangan industri untuk
mencapai target indikatif pangsa pasar di 2008.
Sebagai satu industri yang baru berkembang dengan tingkat
pertumbuhan yang relatif cepat, telah terjadi kecenderungan semakin
meningkatnya minat pelaku perbankan untuk masuk kedalam industri
perbankan syariah. Hal ini ditandai dengan bertumbuhnya bank-bank
baru yang masuk kedalam industri perbankan syariah selama tahun 2006.
Pada tahun 2006, Bank Indonesia telah mengeluarkan 1 izin usaha pembukaan
Unit Usaha Syariah baru, 9 izin usaha pendirian BPR Syariah, 4 izin konversi
BPR konvensional menjadi BPR Syariah, serta perizinan akuisisi 2 BPR
Syariah. Dari sisi ekspansi usaha, telah dikeluarkan izin pembukaan 20 kantor
10
cabang syariah (terdiri dari 9 kantor cabang dari Bank Umum Syariah dan 11
kantor cabang syariah dari Unit Usaha Syariah), 54 persetujuan pembukaan
kantor dibawah kantor cabang syariah serta 464 layanan syariah dari unit
usaha syariah. Dibanding tahun 2005, terdapat penurunan jumlah
pembukaan kantor cabang syariah oleh Unit Usaha Syariah. Pada tahun
2005 izin pembukaan kantor cabang syariah sebanyak 25 kantor cabang
syariah sedangkan tahun ini hanya 11 kantor cabang syariah. Hal ini terjadi
sebagai dampak dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia No.8/3/PBI/2006
tanggal 30 Januari 2006 tentang perubahan kegiatan usaha bank umum
konvensional menjadi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah dan pembukaan kantor bank yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum konvensional
yang memberi kemudahan bagi Unit Usaha Syariah untuk memperluas
jaringan kantor syariah melalui pembukaan layanan syariah. Sebagian besar
Unit Usaha Syariah membuka layanan syariah di kantor-kantor
konvensionalnya karena penyebaran jaringan kantor konvensional jauh lebih
banyak dan luas, selain itu biaya investasi yang lebih rendah.
Seiring dengan dinamika tersebut, kinerja perbankan syariah
khususnya pada paro kedua tahun 2006 kembali menemukan momentumnya.
Hingga akhir tahun 2006, pembiayaan yang diberikan (PYD) perbankan
syariah meningkat sebesar Rp5,2 triliun dari tahun sebelumnya sehingga
mendorong kenaikan rasio Financing to Deposit (FDR) perbankan syariah
dari 97,8% pada akhir 2005 menjadi 98,9%. Dalam periode yang sama,
11
Kelompok Bank 2002 2003 2004 2005 2006
Bank Umum Syariah 2 2 3 3 3
Unit Usaha Syariah 6 8 15 19 20
BPRS 83 84 86 92 105
Jumlah Kantor BUS & UUS 127 299 401 504 531
Jumlah Layanan Syariah - - - - 456
Sumber: Bank Indonesia
jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun meningkat sebesar Rp5,1
triliun sehingga memberikan indikasi bahwa seluruh dana yang dihimpun dari
masyarakat dapat disalurkan oleh perbankan syariah atau dengan kata lain
fungsi intermediasi perbankan syariah telah berjalan optimal.
Sejalan dengan bertambahnya jumlah bank syariah yang beroperasi,
jaringan kantor bank syariah juga mengalami peningkatan yang signifikan.
Selama periode laporan, jumlah kantor bank syariah (termasuk kantor kas,
kantor cabang pembantu dan Unit Pelayanan Syariah) bertambah 40 kantor
dari 596 kantor pada akhir tahun 2005. Ditinjau dari penyebarannya, jaringan
kantor perbankan syariah kini telah menjangkau masyarakat di lebih dari 70
kabupaten/kodya di 31 propinsi. Jumlah tersebut belum termasuk jaringan
kantor cabang bank konvensional penyedia layanan syariah (office
channeling) sebanyak 456 kantor yang umumnya baru beroperasi pada
semester kedua tahun 2006. Hal ini mengindikasikan para pemilik dana
masih melihat potensi yang cukup tinggi untuk pengembangan perbankan
syariah, khususnya ke wilayah-wilayah potensial di luar ibu kota propinsi.
Tabel 1.1
Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah
12
Dari sisi penghimpunan dana, perkembangan DPK perbankan syariah
pada tahun 2006 diwarnai kondisi persaingan penghimpunan dana yang semakin
ketat pada industri perbankan secara umum, terlebih dengan semakin
menariknya alternatif investasi melalui pasar modal. Dalam kondisi suku
bunga yang tinggi, daya tarik produk penghimpunan dana perbankan
syariah mengalami penurunan secara relatif terhadap produk perbankan
konvensional sehingga pertumbuhan PDK pada paruh pertama tahun 2006
mengalami tekanan hingga ke level 5,5% (y-t-d). Namun seiring dengan
penurunan suku bunga sejak paruh kedua tahun 2006, DPK yang dihimpun
perbankan syariah meningkat secara signifikan sehingga mampu
mencapai pertumbuhan sebesar 32,7% yang terutama didukung oleh
pertumbuhan DPK UUS yang mencapai 80,8%. Pertumbuhan tersebut
lebih tinggi dari laju pertumbuhan tahun 2005 sebesar 31,4%, sehingga
mendorong peningkatan share DPK perbankan syariah terhadap perbankan
nasional dari 1,4% menjadi 1,6%.
Struktur DPK perbankan syariah masih didominasi oleh dana
investasi tidak terikat, namun menunjukkan kecenderungan bergeser ke
arah giro dan tabungan (wadiah maupun mudharabah) yang memiliki
maturitas relatif pendek. Hal ini mengindikasikan preferensi likuiditas
nasabah perbankan syariah yang cenderung meningkat sepanjang tahun
2006.
13
2005 2006 2005 2006 2005 2006
Simpanan Wadiah
Giro 2.045 3.416 26,2 67 13,1 16,5
Tabungan 60 122 35,5 105 0,4 0,6
Lainnya 130 210 379,3 61,6 0,8 1
Investasi Mudharabah
Tabungan 4.181 6.098 31 45,9 26,8 29,5
Deposito 9.166 10.826 31,4 18,1 58,8 52,4
Total 15.582 20.672 31,4 32,7 100 100
Sumber: Bank Indonesia
Pangsa (%)Jumlah (Miliar) Pertumbuhan (%)Jenis Dana
2005 2006 2005 2006 2005 2006
Musyarakah 1.898 2.335 49,40 23,0 12,5 11,4
Mudharabah 3.124 4.062 51,50 30,0 20,5 19,9
Piutang Murabahah 9.487 12.624 24,20 33,1 62,3 61,7
Piutang Istishna 282 337 (10,00) 19,6 1,8 1,6
Qard 125 250 26,20 100,6 0,8 1,2
Ijarah 316 836 201,80 164,7 2,1 4,1
Total 15.232 20.445 32,6 34,2 100 100
Sumber: Bank Indonesia
Pangsa (%)Jumlah (Miliar) Pertumbuhan (%)Jenis Pembiayaan
Tabel 1.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga
Tabel 1.3
Perkembangan Jenis-jenis Pembiayaan
Dari penjelasan di atas, menjadi penting kini untuk mengetahui
pengaruh apa saja yang memotivasi depositor untuk menyimpan dananya di
bank syariah, dan mengetahui apa saja yang mempengaruhi besarnya
penghimpunan dana pihak ketiga bank syariah di Indonesia khususnya
simpanan mudharabah.
14
Dilatarbelakangi oleh kondisi tersebut, penulis mencoba menganalisis
berbagai variabel yang menentukan besarnya simpanan simpanan mudharabah
perbankan syariah di Indonesia, untuk itu penulis mengambil judul :
“ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK
TERHADAP SIMPANAN MUDHARABAH PERBANKAN SYARIAH DI
INDONESIA”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis mengidentifikasikan
permasalahan yang ada sebagai berikut :
1. Berapa besar CAR, ROE, BOPO, NPF, dan FDR mempengaruhi
Simpanan Mudharabah?
2. Bagaimana pengaruh CAR, ROE, BOPO, NPF, dan FDR terhadap
simpanan mudharabah baik secara sendiri-sendiri (parsial) maupun secara
gabungan (simultan)?
3. Variabel mana di antara CAR, ROE, BOPO, NPF, dan FDR yang paling
besar pengaruhnya terhadap simpanan mudharabah?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh CAR, ROE, FDR, BOPO, dan NPF dengan
Simpanan Mudharabah
2. Menganalisis variabel independen yang paling dominan mempengaruhi
variabel dependen
15
3. Menganalisis seberapa besar variabel independen mampu mempengaruhi
variabel dependen.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini memberikan kesempatan untuk menambah wawasan dan
kreatifitas berpikir, serta dapat dijadikan sebagai sarana pembanding
dalam penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah
dengan penerapannya di dunia kerja.
2. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi bank-bank
syariah di Indonesia, khususnya pada bank Muammalat Indonesia. Hasil
penelitian ini merupakan salah satu upaya lebih memahami apa dan
bagaimana bank syariah, dan melihat apakah kinerja keuangan
berpengaruh secara signifikan terhadap simpanan mudharabah pada bank
syariah. Selain itu, kepercayaan nasabah diharapkan dapat meningkat
karena rasa keingintahuan nasabah lambat laun akan dapat memahami
mekanisme perbankan syariah dari penelitian ini. Penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan kajian perbankan syariah dalam meningkatkan
manajemen dananya.
3. Bagi praktisi
Khususnya dari pihak perbankan syariah, hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai
bahan dalam mengevaluasi dan menentukan kebijakan perbankan yang
16
harus dikembangkan guna meningkatkan partisipasi muslim dalam
menyimpan dananya di perbankan syariah, khususnya penghimpunan
simpanan mudharabah.
4. Bagi akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan menambah referensi untuk penelitian
sejenisnya, pemasyarakatan ilmu ekonomi syariah dan memacu motivasi
untuk melakukan penelitian sejenis sehingga menghasilkan penelitian
yang lebih baik.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Bank dan Bank Umum
Menurut UU perbankan nomor 10 tahun 1998, pengertian bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan yang
dimaksud perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut bank, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan
usahanya.
Bank Umum menurut UU Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang didalam kegiatannya memberikan jasa dalam
lalulintas pembayaran. Berdasarkan UU Perbankan nomor 14 tahun 1967,
bank umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama
menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya
terutama memberikan kredit jangka pendek, sedangkan menurut UU
Perbankan nomor 7 tahun 1992, bank umum adalah bank yang dapat
memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.
Banyak definisi mengenai bank, pada dasarnya semua defiinisi tersebut
tidak berbeda satu sama lain, perbedaannya hanya pada tugas atau usaha bank.
Bank dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang tugas utamanya
sebagai perantara (financial intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan
permintaan kredit pada waktu yang ditentukan (Ahmad Rodoni, 2006:21)
18
Pengertian bank menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan
yang kemudian diubah deangan UU No. 10 Tahun 1998, yaitu bank adalah
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan,
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat
(Ahmad Rodoni, 2006:21).
Menurut UU RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998
tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah “badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak”
(Kasmir, 2005:23).
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa
bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya
aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Sehingga
berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah uang.
Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari
masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah
kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah
mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas.
Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara
memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya
dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat
adalah seperti giro, tabungan, sertifikat deposito, dan deposito berjangka.
19
Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat,
maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau dijualkan kembali
ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit
(lending). Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada
penerima kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi.
Sedangkan berdasarkan prinsip syariah dapat berdasarkan bagi hasil atau
penyertaan modal (Kasmir, 2005:24).
Pengertian bank yang lain dikemukakan oleh Frederick Mishkin
(1994): “Banks are financial institutions that accept money deposits and make
loans”. Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan
memberikan pinjaman.
Tabungan dari masyarakat di bank akan memberikan manfaat apabila
ia digunakan untuk kegiatan produktif (investasi). Apabila tabungan hanya
ditimbun tanpa diinvestasikan, maka ia bagaikan “seonggok” harta yang tidak
berguna (Karim, 2001:18).
Islam tidak menyukai adanya tindakan penimbunan harta yang sia-sia,
sebagaimana telah diperingatkan oleh Al Qur’an (At Takasur: 1-2). Islam
tidak memberikan insentif terhadap tabungan yang tidak diinvestasikan,
namun diberikan insentif untuk melakukan investasi. Konsekuensi logis dari
investasi adalah munculnya kemungkinan untung dan rugi.
Tabungan membuat penyimpan dana menangguhkan present
consumption untuk future consumption, dan pada umumnya, present
consumption lebih disukai, sehingga penundaan konsumsi meminta
kompensasi.
20
Dalam setiap perekonomian, selalu ada keadaan inflasi dan deflasi.
Bila keadaan inflasi menjadi alasan adanya time value of money, seharusnya
deflasi menjadi alasan negative time value of money. Ternyata hal ini tidak
berlaku. Hanya satu kondisi yang diakomodasi oleh konsep time value of
money, yaitu kondisi inflasi sedangkan kondisi deflasi diabaikan.
Ekonomi syariah menolak keadaan yang disebut al ghunmu bilaghurmi
(gaining return without responsibility for any risk) dan al kharaj biladhaman
(gaining income without responsibility for any expenses) itu. Keadaan yang
juga ditolak oleh ilmu keuangan berdasarkan prinsip return goes along with
risk (Karim, 2001:37).
Dalam ekonomi syariah, penggunaan sejenis discount rate dalam
menentukan harga mu’ajjal (bayar tangguh) dapat dibenarkan karena
pertimbangan berikut (Karim, 2001: 38):
1. Jual beli dan sewa menyewa adalah sektor riil yang menimbulkan
economic value added (nilai tambah ekonomis).
2. Tertahannya hak si penjual yang telah melaksanakan kewajiban dengan
menyerahkan barang atau jasa sehingga ia tidak dapat melaksanakan
kewajibannya kepada pihak lain.
Discount rate dapat pula digunakan dalam menentukan nisbah bagi
hasil. Dalam hal ini, nisbah dikalikan actual return, bukan dengan expected
return. Transaksi bagi hasil berbeda dengan transaksi jual-beli atau transaksi
sewa-menyewa. Sebab, dalam transaksi bagi hasil, hubungan yang tercipta
bukan antara penjual dan pembeli, atau penyewa dan yang menyewakan,
21
melainkan antar pemodal dan yang memproduktifkan modal tersebut. Si
pemodal melaksanakan kewajibannya dengan menyerahkan sejumlah modal,
sedangkan yang memproduktifkan modal melaksanakan kewajibannya dengan
memproduktifkannya. Hak bagi mereka berdua timbul ketika usaha
memproduktifkan modal tersebut menghasilkan pendapatan atau keuntungan.
Mereka berbagi hasil atas pendapatan atau keuntungan tersebut sesuai
dengan kesempatan awal, baik berdasarkan pendapatan atau berdasarkan
keuntungan.
1. Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
Kajian akademis mengenai perbankan syariah banyak berintikan
pada keraguan para ekonom atau bankir akan sistem perbankan syariah
yang diterapkan dalam sistem perekonomian. Sementara itu, perbankan
konvensional yang kita kenal sekarang merupakan hasil dari proses
perkembangan yang panjang dan berjalan dengan mapan dalam
masyarakat, maka tidaklah mengejutkan bila persepsi orang mengenai
bank selalu terkait dengan suku bunga .Perkembangan persepsi masyarakat
mengenai perbedaan perbankan syariah dan perbankan konvensionalpun
masih begitu minim.
Secara garis besar terdapat beberapa perbedaan paradigma diantara
keduanya:
22
Tabel 2.1 Perbedaan Paradigma Bank Syariah dan Bank Konvensional
FAKTOR BANK KONVENSIONAL BANK SYARIAH
Hubungan bank
dengan nasabah
Investor dengan investor Kreiditur dan debitur
Sistem pendapatan
usaha
Bunga, Fee Bagi hasil, Marjin, Fee
Organisasi Tidak terdapat struktur
pengawasan syariah
Terdapat struktur pengawasan
syariah yaitu Badan Pengawas Syariah
Penyaluran
Pembiayaan
Liberal untuk tujuan keuntungan Adanya batasan-batasan,
memperhatikan unsur moral
dan lingkungan.
Tingkat risiko
umum dalam usaha
Risiko menengah-tinggi karena
adanya transaksi spekulasi
Risiko menengah-rendah
karena malarang transaksi
spekulasi
Penanggung resiko
investasi
Satu sisi hanya pada bank Dua sisi yaitu bank dan
nasabah (deposan maupun
debitur).
Sumber: Antonio, 2001
Selain perbedaan paradigma, terdapat pula perbedaan dasar kegiatan
usaha bank konvensional dan bank syariah :
Tabel 2.2
Perbedaan Dasar Kegiatan Usaha Perbankan Syariah dan Konvensional
Dasar Kegiatan
usaha
Bank
Konvension
al
Bank
Syariah
Keterangan
Kredit (bunga) √ Penyaluran kredit atau peneneman dana lainnya.
Pembiayaan
(bagi hasil)
√ Prinsip mudharabah dan musyarakah
Jual Beli √ Prinsip bai / salam
Sewa-beli √ Prinsip ijarah
Simpanan dana
(bunga)
√ Deposito, tabungan, atau giro
Investasi dana
(bagi hasil)
√ Investasi tidak terbatas, deposito,
tabungan , giro.
Investasi
terbatas/khusus
√ Prinsip mudharabah muqayyadah
Jasa perbankan √ √ Prinsip ujrah (bank syariah), fee base
income (bank konvensional)
Sumber: Antonio, 2001
23
2. Prinsip Operasional Perbankan Syariah
Perbankan syariah dan perbankan konvensional menawarkan produk
perbankan yang hampir serupa, termasuk tabungan, deposito dan giro.
Perbedaannya bahwa di bank syariah tidak menawarkan dan menerima
bunga yang dilarang dalam Islam. Secara umum, konsep sistem
operasional bank syariah adalah :
a. Bank syariah sebagai penghimpun dana dari pihak surplus dana, yaitu
pihak yang mempercayakan uangnya kepada bank untuk disimpan dan
dikelola sesuai hukum syariah. Dana yang dimaksud adalah dana dari
pihak pertama ( pemodal dan pemegang saham), dana pihak kedua
(pinjaman dari bank dan bukan bank, atau pinjaman dari Bank
Indonesia), dan dana pihak ketiga (nasabah).
b. Bank syariah sebagai penyalur dana bagi pihak yang membutuhkan,
baik berupa kredit atau pembiayaan. Secara umum, pembiayaan yang
diberikan oleh bank syraiah meliputi tiga kerangka (aqad), yaitu
pembiayaan yang beraqad tijarah (jual beli), pembiayaan yang beraqad
syarikah (kerjasama atau kongsi) dan pembiayaan yang beraqad hasan
(kebajikan) (Antonio, 1999).
Ada beberapa prinsip yang melandasi produk-produk bank syariah
yang sudah ditawarkan kepada masyarakat (Antonio, 1999: 121-188) yaitu:
1. Prinsip Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment)
2. Prinsip Musyarakah (Parthnership, Project Financing)
3. Prinsip Wadiah (Depository)
24
4. Prinsip Jual Beli ( Al Buyu’ atau sale and purchase)
5. Jasa-jasa lain seperti Ijarah (Operational lease), wakalah (Deputyship),
Kafalah ( Guaranty), Hawalah ( Transfer Service), Rahn (Mortgage).
6. Prinsip Al Qard (Benevolent Loan) atau pinjaman kebaikan.
B. Pengertian Kinerja
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI, 1996) kinerja perusahaan
dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan.
Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali
digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di
masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti
pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.
Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap
perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu
tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang
diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana
formal yang dituangkan dalam anggaran (Anita Febryani dan Rahadian
Zulfadin: 2003).
Sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki
kelebihan dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana, diperlukan bank
25
dengan kinerja keuangan yang sehat, sehingga fungsi intermediasi dapat
berjalan lancar.
Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank maka dapat dilihat
laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank secara periodik. Laporan
keuangan juga sekaligus menggambarkan kinerja bank selama periode
tersebut. Laporan keuangan sangat berguna terutama bagi pemilik,
manajemen, pemerintah, dan masyarakat sebagai nasabah bank, guna
mengetahui kondisi bank tersebut. Setiap laporan yang disajikan haruslah
dibuat sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Kasmir, 2007:263).
Analisis laporan finansial (financial statement analysis), khususnya
mencurahkan perhatian kepada perhitungan rasio agar dapat mengevaluasi
keadaan finansial pada masa lalu, sekarang dan memproyeksikan masa yang
akan datang. Analisis rasional merupakan bentuk atau cara yang umum
digunakan dalam analisis laporan finansial. Dengan kata lain, diantara alat-alat
analisis yang digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan yang
dihadapi pasar dibidang keuangan, adalah analisis rasio (financial ratio
analysis). Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun
absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara faktor yang satu dengan
yang lainnya dari suatu laporan finansial. Rasio-rasio keuangan bank
umumnya diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu rasio likuiditas atau
liquidity ratio, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas (Kasmir, 2007: 263-
264).
Bank yang selalu dapat menjaga kinerjanya dengan baik terutama
tingkat profitabilitas yang tinggi dan mampu membagikan dividen dengan
26
baik serta prospek usahanya dapat selalu berkembang dan dapat memenuhi
ketentuan prudential banking regulation dengan baik, maka kemungkinan
nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar sekunder dan jumlah dana
dari pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan akan naik. Kenaikan nilai saham
dan jumlah dana pihak ketiga ini merupakan salah satu indikator naiknya
kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan. Kepercayaan dan
loyalitas pemilik dana terhadap bank merupakan faktor yang sangat membantu
dan mempermudah pihak manajemen bank untuk menyusun strategi bisnis
yang baik. Sebaliknya para pemilik dana yang kurang menaruh kepercayaan
kepada bank yang bersangkutan maka loyalitasnya pun juga sangat tipis, hal
ini sangat tidak menguntungkan bagi bank yang bersangkutan karena para
pemilik dana ini sewaktu-waktu dapat menarik dananya dan memindahkannya
ke bank lain.
Adapun variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat
profitabilitas suatu bank adalah CAR, FDR, BOPO, dan NPL. Rasio
profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil
pengembalian yang dihasilkan dari pinjaman dan investasi. Indikator yang
biasa digunakan utnuk mengukur kinerja profitabilitas bank adalah ROE
(Return on Equity) yaitu rasio yang menggamabarkan besarnya kembalian atas
total modal untuk menghasilkan keuntungan. Modal merupakan salah satu
faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung
resiko kerugian, semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank
tersebut untuk menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang
27
berisiko. Jika nilai CAR tinggi (sesuai ketentuan BI 8%) berarti bank tersebut
mampu membiayai operasi bank, keadaan yang menguntungkan bank tersebut
akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas (Mudrajad
Kuncoro dan Suhardjono , 2002: 573). CAR diukur dengan membagi modal
dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR).
FDR adalah rasio antara jumlah kredit yang diberikan bank dengan
dana yang diterima oleh bank. FDR ditentukkan oleh perbandingan antara
jumlah pinjaman yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu
mencakup giro, simpanan berjangka (deposito), dan tabungan. FDR tersebut
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar kredit maka
pendapatan yang diperoleh naik, karena pendapatan naik secara otomatis laba
juga akan mengalami kenaikan. Laju pertumbuhan dana pihak ketiga dan
pembiayaan yang tinggi menyebabkan financing to deposit ratio atau FDR
perbankan syariah tergolong tinggi dan mencerminkan fungsi intermediasi
bank syariah yang berjalan baik.
Akhir 2006 memberikan catatan fantastik tentang keunggulan sistem
perbankan Islam yang merupakan salah satu aspek penting syariat Islam dalam
bidang ekonomi di banding perbankan konvensional. Hal ini terlihat dari
perbandingan beberapa aspek performance operasi sistem perbankan meliputi
Non Performing Loan/Financing (NPL/NPF), Financing/Loan to Deposits
Ratio (FDR/LDR), simpanan bank di SBI atau SWBI, dan kinerjanya dalam
menggerakkan sektor riil. (Nur Kholis, 2006).
28
Berikutnya adalah hubungan kapasitas kredit terhadap penawaran
kredit. Semakin tinggi kapasitas kredit (NPF) yang dimiliki oleh perbankan
syariah, maka semakin besar dana yang dapat disalurkan (FDR). Oleh sebab
itu, hubungan antara kapasitas kredit (NPF) terhadap dengan penawaran kredit
(FDR) adalah positif. Hasil estimasi menunjukkan kesesuaian dengan teori
yakni kenaikan kapasitas kredit akan meningkatkan penawaran kredit.
Hubungan kredit macet (NPF) dengan penawaran kredit perbankan
syariah adalah negatif. Semakin tinggi kredit macet akan menyebabkan
penurunan penawaran kredit perbankan syariah. Hasil estimasi sesuai dengan
teori ini, yakni meningkatnya kredit macet (NPF) akan menurunkan
panawaran kredit perbankan syariah. Hubungan nisbah pinjaman dan
simpanan (FDR) terhadap penawaran kredit perbankan syariah adalah positif.
Semakin tinggi FDR maka akan semakin meningkatkan kredit perbankan
syariah. Hasil estimasi menunjukkan kesesuaiannya dengan teori, yaitu
semakin tinggi FDR akan mendorong peningkatan penawaran kredit.
Berdasarkan hasil persamaan simultan itu, kegentingan kredit perbankan
syariah disebabkan oleh sisi permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan
dengan semakin tinggi nisbah mudharabah (MD) menyebabkan penurunan
permintaan kredit perbankan syariah. Sementara dari sudut penawaran kredit,
kredit macet (NPF) merupakan faktor utama yang dapat mengurangi
penawaran kredit (Lukman Hakim, 2006).
Rasio pembiayaan perbankan syariah terhadap dana pihak ketiga
(financing to deposits ratio atau FDR) juga tinggi, sebesar 111% lebih
dibanding perbankan nasional yang hanya sekitar 62%. Artinya perbankan
29
syariah secara sempurna mengemban fungsinya sebagai lembaga
intermediasi. Dari 100% dana yang dikumpulkan bank dari pihak ketiga,
semuanya disalurkan kembali dalam bentuk pembiayaan (FDR) kepada sektor
riil.
Hal ini menjelaskan bahwa antara CAR dan FDR memiliki hubungan
satu sama lain, apabila modal (CAR) yang dimiliki oleh suatu bank atau
perusahaan tinggi maka semakin kuat kemampuan bank tersebut untuk
menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang beresiko.
BOPO (Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok rasio yang mengukur
efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan dengan jalur
membandingkan satu terhadap lainnya. Berbagai angka pendapatan dan
pengeluaran dari laporan rugi laba dan terhadap angka-angka dalam neraca.
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional
dan pendapatan operasional, yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin
rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut dalam mengendalikan
biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya maka keuntungan yang
diperoleh bank akan semakin besar (Andi, 2005).
C. Pengertian Mudharabah
Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak
zaman nabi, bahkan telah dipraktikkan oleh bangsa Arab sebelum turunnya
Islam. Ketika Nabi Muhamad saw berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan
30
akad mudharabah dengan Khadijah. Dengan demikian, ditinjau dari segi
hukum Islam, maka praktek mudharabah ini dibolehkan, baik menurut Al-
Quran, Sunnah, maupun Ijma’ (Adiwarman Karim, 2004: 190)
Mudharabah berasal dari kata dharb yang artinya memukul atau
berjalan. Pergertian memukul dan berjalan ini sesungguhnya merupakan
gambaran seseorang yang menggerakkan tangan dan kaki untuk melakukan
usaha. Sedangkan secara teknis, mudharabah adalah kesepakatan dua pihak,
dimana pihak pertama, disebut shahibul maal menyediakan seluruh dana, dan
pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.
Namun apabila rugi, maka kerugian itu akan ditanggung pemilik dana selama
kerugian tersebut bukan disebabkan oleh pengelola dana. Jika kerugian itu
akibat dari pengelola dana maka ia wajib bertanggung jawab atas kerugian
tersebut (Antonio, 2001:137).
1. Rukun Mudharabah
Faktor-faktor yang harus ada (rukun) dalam akad mudharabah adalah:
a. Pelaku (pemilik modal maupun pelaksana usaha)
Pelaku, jelaslah bahwa rukun dalam akad mudharabah sama
dengan rukun dalam jual-beli ditambah satu faktor tambahan, yakni
nisbah keuntungan. Faktor pertama (pelaku) kiranya sudah cukup jelas.
Dalam akad mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak
pertama bertindak sebagai pemililk modal (shahibul maal), sedangkan
pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (mudharib atau ‘amil).
Tanpa dua pelaku ini, maka akad mudharabah tidak ada.
31
b. Objek mudharabah (modal dan kerja)
Objek. Faktor kedua (objek mudharabah) merupakan
konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku.
Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah,
sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek
mudaharabah. Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau
barang yang dirinci berapa nilai uangnya. Sedangkan kerja yang
diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill,
management skill, dan lain-lain. Tanpa dua objek ini, akad
mudharabah pun tidak akan ada.
c. Persetujuan kedua belah pihak (ijab-qabul)
Persetujuan. Faktor ketiga, yakni persetujuan kedua belah
pihak, merupakan konsekuensi dari prinsip an-taraddin minkum
(sama-sama rela). Di sini kedua belah pihak harus secara suka rela
bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. Si
pemilik dana setuju dengan perannya untuk mengontribusikan dana,
sementara si pelaksana usaha pun setuju dengan perannya
mengontribusikan kerja.
Nisbah keuntungan. Faktor yang keempat (yakni nisbah) adalah
rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad
jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan atas kerjanya, sedangkan
shahibul maal mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah
keuntungan inilah yang mencegah terjadinya perselisihan antara kedua
32
belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan (Adiwarman
Karim, 2007:205)
d. Nisbah keuntungan
Nisbah keuntungan. Faktor yang keempat (yakni nisbah) adalah
rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad
jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan atas kerjanya, sedangkan
shahibul maal mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah
keuntungan inilah yang mencegah terjadinya perselisihan antara kedua
belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan (Adiwarman
Karim, 2007:205)
Nisbah Keuntungan Pembiayaan Mudharabah
1) Prosentase. Nisbah keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk
prosentase antara kedua pihak, bukan dinyatakan dalam nilali
nominal tertentu. Jadi nisbah kekuntungnan itu misalnya adalah
50:50, 70:30 atau 60:40, atau bahkan 99:1. jadi nisbah keuntungan
ditentukan berdasarkan kesepakatan, bukan berdasarkan porsi
setoran modal, tentu dapat saja bila disepakati ditentukan nisbah
keuntungan sebesar porsi setoran modal. Nisbah keuntungan tidak
boleh dinyatakan dalam bentuk nominal tertentu.
2) Bagi untung dan bagi rugi. Ketentuan itu merupakan konsekuensi
logis dari karakteristik akad mudharabah itu sendiri, yang
tergolong ke dalam kontrak investasi (natural uncertainty
contracts). Dalam kontrak ini, return dan timing cash flow kita
tergantung kepada kinerja sektor riilnya. Bila laba bisnisnya besar,
33
kedua belah pihak mendapat bagian yang besar pula. Bila laba
bisnisnya kecil, mereka mendapat bagian yang kecil juga
(Adiwarman, 2007:206-207).
2. Simpanan Mudharabah
Bank syariah sebagai lembaga intermediasi keuangan melakukan
aktivitas penghimpunan dana. Bentuk deposito dan tabungan mudharabah
adalah usaha penghimpunan dana yang paling umum dalam perbankan
syariah.
Dalam aplikasi perbankan, akad mudharabah ini bisa diterapkan
dalam pembiayaan maupun penghimpunan dana. Aplikasi dalam
penghimpunan dana inilah yang kemudian disebut deposito mudharabah.
Dalam hal ini deposan bertindak sebagai shahibul maal, sedangkan bank
bertindak sebagi mudharib. Deposito mudharabah dapat dicairkan sesuai
jangka waktu yang disepakati 1, 3, 6, atau 12 bulan. Pada saat jatuh tempo
nanti, bank akan membagikan keuntungan sesuai nisbah yang disepakati.
Secara tehnik perbankan, ada beberapa hal yang harus dilakukan,
antara lain :
a. Bank wajib memberitahukan kepada pemilik dana mengenai nisbah
dan tatacara pemberitahuan keuntungan dan pembagian keuntungan.
b. Sebagai tanda bukti simpanan deposito, bank wajib menerbitkan
sertifikat atau tanda bukti penyimpanan deposito kepada deposan.
c. Ketentuan lain yang berkaitan dengan deposito dapat diberlakukan
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, tetap berlaku.
34
3. Kontrak Al Mudharabah
Perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi
lainnya adalah tidak diterapkannya bunga sebagai pranata beroperasinya
sistem ekonomi tersebut. Dalam sistem ekonomi Islam, bunga dapat
dinyatakan sebagai riba yang “haram” hukumnya menurut syariah
Islamiyah. Sebagai gantinya, sistem ekonomi Islam menggantinya dengan
pranata “bagi hasil” yang dihalalkan oleh syariah Islamiyah berdasarkan
Al Quran dan Al Hadist. Dalam praktiknya, ketentuan bagi hasil usaha
harus ditentukan di muka atau pada awal akad/kontrak usaha disepakati
oleh pihak-pihak yang terlibat dalam akad. Porsi bagi hasil biasanya
ditentukan dengan suatu perbandingan, misalnya 40:60 yang berarti bahwa
atas hasil usaha yang dijalankan oleh mitra usaha akan didistribusikan
sebesar 40% kepada pemilik dana/investor (shahibul maal) dan sebesar
60% didistribusikan kepada pengelola dana (mudharib).
Dalam praktiknya, mekanisme perhitungan bagi hasil dapat
didasarkan pada dua cara, profit sharing (bagi laba) dan revenue sharing
(bagi pendapatan), yakni sebagai berikut:
a. Profit sharing (bagi laba)
Perhitungan bagi hasil menurut profit sharing adalah
perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada laba dari pengelola
dana, yaitu pendapatan usaha dikurangi dengan beban usaha untuk
mendapatkan pendapatan usaha tersebut.
Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik
umum dan landasan dasar bagi operasional bank Islam secara
35
keseluruhan. Berdasarkan prinsip ini, bank Islam akan berfungsi
sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang
meminjam dana. Dengan penabung, bank berfungsi sebagai mudharib
(pengelola), sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal
(penyandang dana). Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang
menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak. Sedangkan
dengan pengusaha/peminjam dana, bank berfungsi sebagai shahibul
maal sementara pengusaha sebagai mudharib pengelola dana bank.
Secara syariah, prinsip ini berdasarkan pada kaidah al
mudharabah. Berdasarkan prinsip ini, bank syariah akan berfungsi
sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang
meminjam dana. Dengan penabung bertindak sebagai shahibul maal
(pemilik dana). Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang
menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak.
b. Revenue sharing (bagi pendapatan)
Perhitungan bagi hasil menurut revenue sharing adalah
perhitungan bagi hasil yang mendasarkan pada revenue (pendapatan)
dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi dengan
beban usaha untuk mendapatkan pendapatan usaha tersebut.
Di sisi lain, dengan pengusaha atau peminjam dana, bank
syariah akan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana), baik dari
tabungan, deposito, giro maupun dana bank sendiri yang berupa modal
pemegang saham. Sementara itu pengusaha atau peminjam akan
berfungsi sebagai mudharib (pengelola) karena melakukan usaha
36
dengan cara mengelola dana bank. Berikut penjelasan gambarnya
(Antonio, 2001:98).
Gambar 2.1 Skema Al Mudharabah
Sumber: Antonio, 2001
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa Mudharabah adalah
akad kerjasama usaha antara shahibul maal (pemilik dana) dan mudharib
(pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan di muka,
jika usaha mengalami kerugian maka seluruh kerugian ditanggung oleh
pemilik dana, kecuali jika ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh
pengelola dana, seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan
dana (Slamet Wiyono, 2006).
NASABAH
BANK
PERJANJIAN BAGI HASIL
Modal 100% Keahlian/
Keterampila
PROYEK USAHA
Pembagian
Keuntungan
MODAL %XNisbah %YNisbah
Pengambilan
Modal Pokok
37
Shahibul Maal Shahibul Maal Akad :
Mudharabah, musyarakah
Akad mudharabah Murabahah, bai as-salam
dll.
Penabung Bank Nasabah
Peminjam
Dalam pelaksanaannya Mudharabah dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu mudharabah muthlaqah (investasi tidak terikat) dan mudharabah
muqayyadah (investasi terikat). Mudharabah muthlaqah adalah akad
mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada
pengelola dana dalam pengelolaan investasi, sedangkan mudharabah
muqayyadah adalah akad mudharabah dimana pemilik dana memberikan
batasan kepada pengelola dana mengenai tempat, cara, dan objek investasi.
Dalam operasional mudharabah, bank syariah dapat bertindak
sebagai pemilik dana maupun pengelola dana. Apabila bank bertindak
sebagai pemililk dana yang disalurkan disebut pembiayaan mudharabah.
Apabila bank bertindak sebagai pengelola dana maka, dalam akad
mudharabah muqayyadah, dana yang diterima disajikan dalam laporan
perubahan investasi terikat sebagai investasi terikat dari nasabah. Dalam
akad mudharabah muthlaqah, dana yang diterima disajikan dalam neraca
sebagai investasi tidak terikat. Mengenai pengembalian pembiayaan
mudharabah dapat dilakukan bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau
pada saat diakhirinya akad mudharabah.
Gambar 2.2 Diagram Kemitraan Bank Syariah
Sumber : Antonio, 2001:138
38
D. Analisis Jalur
Analisis jalur merupakan bagian analisis yang digunakan untuk
menganalisis hubungan kausal antarvariabel di mana variabel-variabel bebas
mempengaruhi variabel tergantung, baik secara langsung maupun tidak
langsung, melalui satu atau lebih variabel perantara. (Jonathan Sarwono,
2006:147)
Analisis jalur (Path Analisys) merupakan perluasan dari analisis
regresi liniear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi
untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model causal) yang telah
ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori. Apa yang dapat dilakukan oleh
analisis jalur adalah menentukan pola hubungan antara tiga atau lebih variabel
dan tidak dapat digunakan untuk mengkonfirmasi atau menolak hipotesis
kausalitas imajiner. ((Imam Ghozali, 2003:160).
Dalam dunia ilmu pengetahuan hubungan sebab akibat antara dua
variabel atau lebih telah mendapat banyak perhatian walaupun bukan tanpa
tantangan. Para ahli sangat ketat dalam menetapkan adanya hubungan sebab
akibat. Untuk dapat menyatakan adanya hubungan sebab akibat antara dua
variabel, harus dipenuhi tiga syarat yaitu:
1. Terdapat hubungan atau korelasi antara dua variabel.
2. Terdapat urutan waktu yang benar, yaitu variabel bebas terjadi lebih
dahulu dari pada variabel terikat. Dapat juga dikatakan bahwa hubungan
antara kedua variabel tidak simetrik, artinya tidak timbal balik.
3. Tidak terdapat variabel lain yang dapat menjelaskan adanya hubungan atau
korelasi yang ditemukan seperti tersebut pada syarat pertama di atas.
39
Untuk dapat memenuhi ketiga syarat tersebut, metode penelititan yang
paling tepat adalah eksperimen. Dengan kata lain, metode penelitian yang
paling tepat untuk menguji hubungan sebab akibat antara dua variabel adalah
eksperimen. Kalau eksperimen tidak dapat dilakukan, maka yang dilakukan
oleh para peneliti adalah melakukan kontrol statistik, termasuk analisis jalur
(path analisys) (Irawan Soehartono, 2003:1-2).
Supranto dalam bukunya Analisis Multivariat menuliskan beberapa
asumsi dalam analisis jalur. Berikut ini diuraikan beberapa asumsi yang perlu
diperhatikan dalam analisis jalur:
1. Variabel endogen harus normal, paling tidak berupa skala interval atau
yang paling baik skala rasio.
2. Seperti model linear lainnya, analisis jalur juga mendasarkan pada
hubungan variabel yang linear dan additive (bukan multiplicative).
3. Data psikometrik selalu mengandung kesalahan pengukuran. Seperti kita
ketahui, data yang berasal dari kuesioner (daftar pertanyaan) akan
mengandung banyak kesalahan dari berbagai sumber. Maka perlu
dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas (validity dan reliability)
(J. Supranto, 2004:234-235).
E. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian Kiagus Andi (2005)
Kiagus Andi dalam penelitiannya, Pengaruh Kinerja Keuangan
Bank Terhadap Bagi Hasil Simpanan Mudharabah Bank Syariah: Studi
Kasus Bank Muamalat Indonesia (BMI). Dalam penelitiannya itu
40
digunakan data sekunder dengan runtun waktu tahunan yaitu periode
laporan keuangan tahun 1999-2003 yang diperoleh dari berbagai sumber
seperti Laporan Tahunan PT Bank Muamalat Indonesia Tbk yang
diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM),
http://www.muamalatbank.com, dan beberapa sumber pendukung lainnya.
Variabel dependen yang digunakan adalah Tingkat Bagi Hasil
Simpanan Mudharabah dan variabel independen yang digunakan adalah
ROA, ROE, FDR, GWM, BOPO, NIM, dan CAR. Penelitiannya
menggunakan model Regresi Linier dengan perangkat SPSS 11.0.
Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan Kiagus Andi
menunjukkan bahwa simpanan mudharabah merupakan salah satu jenis
produk bank syariah yang memiliki prosentasi terbesar dari seluruh dana
pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank syariah, yaitu rata-rata
84,40% selama lima tahun periode Laporan Keuangan BMI. Total aktiva
BMI sejak tahun 1999 hingga periode laporan keuangan 2003 meningkat
cukup besar yaitu 377.22% atau rata-rata meningkat 47.59% setiap
tahunnya. Begitu juga yang terjadi pada dana pihak ketiga, sejak tahun
1999 hingga periode laporan keuangan tahun 2003, dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun BMI rata-rata meningkat 45.34% setiap tahunnya.
2. Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin (2003)
Anita Febryani dan Rahadian Zulfadin dalam penelitiannya,
Analisis Kinerja Keuangan Bank Devisa dan Bank Non Devisa di
Indonesia periode 2000-2001. Data yang digunakan merupakan data
41
sekunder yaitu laporan keuangan tahun 2000-2001 berupa neraca dan
laporan laba rugi bank devisa dan bank non devisa yang ada di Bank
Indonesia. Metode yang digunakan adalah dengan uji hipotesis untuk
mengetahui perbandingan bank devisa dan non devisa. Variabel dari
penelitian ini adalah kinerja keuangan bank devisa dan non devisa yang
tercatat di Bank Indonesia dan indikator-indikator yang digunakan untuk
menilai kinerja bank adalah rasio-rasio keuangan yang terdiri dari rasio
rentabilitas yaitu Return on Assets dan Return on Equity serta rasio
likuiditas yaitu Loan to Deposit Ratio. Skala pengukuran yang digunakan
dalam penelitian ini adalah skala rasio.
3. Superadmin (2007)
Superadmin dalam penelitiannya berjudul, Pengaruh CAR (Capital
Adequacy Ratio), FDR (Financing to Deposit Ratio) BOPO (Rasio Biaya
operasional terhadap pendapatan operasional) dan NPL (Non Performing
Loan) terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri Periode Januari: 2004
Oktober: 2006. Penelitian ini dilakukan di Bank Syariah Mandiri dengan
tujuan mengetahui tingkat profitabilitas pada bank tersebut juga bertujuan
untuk membandingkan tingkat profitabilitas bank syariah dengan bank
konvensional.
Penelitian ini menjelaskan tingkat profitabilitas yang dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah CAR (Capital
Adequacy Ratio), FDR (Financing Deposit to Ratio), BOPO (Biaya
Operasional Terhadap Pendapatan Operasional), dan NPL (Non
42
Performing Loan). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan bank syariah mandiri
periode Januari 2004–Oktober 2006. Metode analisis yang digunakan
adalah asumsi klasik. Selanjutnya diolah dengan menggunakan regresi.
Hasil dari penelitian ini memberikan penjelasan bahwa tingkat
profitabilitas bank syariah mandiri tergolong baik walaupun dilihat dari
sisi CAR masih ada kekurangan, hal tersebut karena bank syariah mandiri
lebih mengedepankan sektor riil. Hal tersebut yang membuat CAR masih
kurang karena pembiayaan sektor riil tergolong sangat beresiko. Tapi
dilihat dari variabel lainnya bank syariah mandiri masih layak menjadi
bank syariah yang tergolong memiliki profitabilitas yang baik.
F. Kerangka Berpikir
Bank syariah adalah bank yang berazaskan antara lain, pada asas
kemitraan, keadilan, transparansi, dan universal serta melakukan kegiatan
usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah. Falsafah yang mendasari
kegiatan usaha bank adalah keprcayaan masyarakat. Seperti halnya bank
konvensional, bank syariah juga berfungsi sebagai suatu lembaga
intermediasi, yaitu mengerahkan dana dari masysrakat dalam bentuk titipan
(giro, tabungan) serta dalam bentuk investasi/mudharabah (tabungan dan
deposito) dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat
yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan.
Sebagai lembaga intermediasi antara pihak-pihak yang memiliki
kelebihan dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana, diperlukan bank
43
dengan kinerja keuangan yang sehat, sehingga fungsi intermediasi dapat
berjalan lancer, karena itu tugas pimpinan bank bersama-sama dengan
penyedia kredit menjaga kualitas aktiva produktivitasnya agar tetap baik dan
tidak ada kredit bermasalah sehingga akan mengurangi biaya operasional.
Dari uraian di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai
berikut:
Gambar: 2.3 Kerangka berpikir
Variabel Independen:
ROE, CAR, FDR, BOPO, NPF
Variabel Dependen:
Simpanan Mudharabah
Menentukan Hipotesis
Menentukan Model Diagram jalur
Membuat Diagram Jalur
Interpretasi
PT Bank Muamalat
Membuat Desain Variabel, Input Data, dan Analisis Data
Regresi dan Korelasi
Laporan Keuangan Bank Indonesia
44
G. Hipotesa Penelitian
Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua
variabel atau lebih dalam rumusan proposisi yang dapat diuji secara empiris.
Hipotesis dalam penelitian kuantitatif, seperti yang telah dijelaskan, hipotesis
dikembangkan dari telaah teororitis sebagai jawaban sementara dari masalah
atau pertanyaan penelitian yang memerlukan pengujian secara empiris.
(Bambang Supomo, 1999).
Berdasarkan kerangka pemikiran yang ada dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
Ha1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara ROE dengan Simpanan
Mudharabah secara parsial
Ha2: Terdapat pengaruh yang signifikan antara CAR dengan Simpanan
Mudharabah secara parsial
Ha3: Terdapat pengaruh yang signifikan antara FDR dengan Simpanan
Mudharabah secara parsial
Ha4: Terdapat pengaruh yang signifikan antara BOPO dengan Simpanan
Mudharabah secara parsial
Ha5: Terdapat pengaruh yang signifikan antara NPF dengan Simpanan
Mudharabah secara parsial
Ha6: Terdapat pengaruh yang signifikan antara ROE, CAR, FDR, NPF,
BOPO, dan NPF dengan Simpanan Mudharabah secara simultan
45
Pengambilan keputusuan:
- Jika Sig / probabilitas > 0,05, maka H0 diterima
- Jika Sig / probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak
Atau
- Jika T hitung < T tabel, maka H0 diterima
- Jika T hitung > T tabel, maka H0 ditolak
- Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima
- Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai analisis pengaruh kinerja
keuangan terhadap simpanan mudharabah periode 2005-2007 dengan
menggunakan metode analisis jalur (path analysis) dan model yang digunakan
adalah regresi berganda. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah simpanan mudharabah sebagai variabel dependen, CAR, ROE, BOPO,
NPF, dan FDR sebagai variabel independen. Penelitian ini dilakukan pada
Bank Muamalat Indonesia, dan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah
bulanan Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia dan laporan
keuangan Bank Muamalat Indonesia, serta hasil penelitian yang sudah ada
yang berhubungan untuk kemudian diolah dengan program Excel, dan
SPSS 16.0.
B. Metode penentuan Sampel
Penentuan sampel penelitian ini menggunakan metode convenience
sampling, yaitu anggota sampel yang dipilih berdasarkan kemudahan
memperoleh data dan tidak menyusahkan mengukurnya serta bersifat
kooperatif, dikarenakan luasnya prosedur pemilihan responden sampel
penelitian (Abdul Hamid, 2007:24).
47
C. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Lapangan
Metode pengumpulan data ini melalui pengamatan langsung
terhadap objek penelitian untuk memperoleh data yang mempengaruhi
simpanan mudharabah yang diperoleh dari data perbankan syariah dan
statistik perbankan syariah di Indonesia.
2. Metode Kepustakaan
Metode yang dilakukan dengan jalan memilih dan mempelajari
dasar-dasar teori melalui literatur dan menelaah buku atau referensi
lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian.
D. Metode Analisis Data
1. Deskripsi Data Penelitian
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan fasilitas
elektronik dengan menggunakan program Microsoft Excel, dan SPSS
16.0. Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan
teknik penentuan sampel, yaitu jugdement sampling atau disebut juga
purposive sampling. Sampel penelitian diperoleh dari laporan keuangan
Bank Muamalat Indonesia Tbk dan data statistik laporan keuangan
perbankan syariah yang dihimpun oleh Bank Indonesia selama periode
2005-2007, dengan kriteria sampel yang telah dibuat oleh penulis.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 36 bulan dari data yang
diperoleh dengan variabel-variabel yang telah dipilih oleh peneliti, yaitu
data bulanan Simpanan Mudharabah (SM), data bulanan CAR, ROE,
48
BOPO, NPF, dan FDR yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan Bank
Muamalat Indonesia selama tahun pengamatan. Langkah selanjutnya
adalah dengan meneliti laporan keuangan tahunan sampel, untuk
mendapatkan data yang diperlukan sehubungan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti.
Analisis penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif
kuantitatif, analisis deskriptif kuantitatif dilakukan dengan cara
menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasikannya. Sedangkan
metode kuantitatif adalah metode suatu penyelidikan tentang masalah
berdasarkan suatu teori yang terdiri dari variabel-variabel, diukur dengan
angka dan dianalisis dengan prosedur statistik untuk menentukan apakah
generalisasi prediktif teori tersebut benar (John W, 2002).
Rancangan penelitian yang dipilih berupa model Regresi dan
Korelasi Pearson. Untuk pengujian hipotesis menggunakan analisis jalur
(path analysis). Analisis jalur (path analysis) merupakan bagian analisis
regresi yang digunakan untuk menganalisis hubungan kausal antarvariabel
di mana variabel-variabel bebas mempengaruhi variabel tergantung, baik
secara langsung maupun tidak langsung, melalui satu atau lebih variabel
perantara (Jonathan Sarwono, 2006).
Penelitian ini pada dasarnya menguji pengaruh linier antara
variabel independen yaitu rasio-rasio keuangan dengan simpanan
mudharabah sebagai variabel dependen. Rasio-rasio keuangan dalam
penelitian ini adalah rasio-rasio keuangan yang secara konsisten digunakan
49
infobank dalam mengukur kinerja keuangan peride laporan keuangan
2005-2007.
2. Analisis Pengujian dengan Analisis Jalur (Path Analisys)
Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan
sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya
mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga
secara tidak langsung.
Adapun asumsi analisi jalur mengikuti asumsi umum regresi linear,
yaitu:
a. Model regresi harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka
signifikansi pada ANOVA sebesar < 0.05
b. Prediktor yang digunakan sebagai variabel bebas harus layak.
Kelayakan ini diketahui jika angka Standard Error of Estimate <
Standard Deviation
c. Koefesien regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan Uji T.
Koefesien regresi signifikan jika T hitung > T table (nilai kritis)
d. Tidak boleh terjadi multikolinieritas, artinya tidak boleh terjadi
korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah antar variabel bebas.
e. Tidak terjadi otokorelasi. Terjadi otokorelasi jika angka Dubin dan
Watson sebesar < 1 dan > 3.
Untuk menyelesaikan penelitian ini, maka sebelumnya data dapat
diolah dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Menentukan model diagram jalurnya berdasarkan paradigma hubungan
variabel seperti di bawah ini:
50
Gambar: 3.1 Model Diagram Jalur
€
Keterangan:
ROE merupakan variabel bebas pertama dan diberi simbol X1
CAR merupakan variabel bebas kedua dan diberi simbol X2
FDR merupakan variabel bebas ketiga dan diberi simbol X3
BOPO merupakan variabel bebas keempat dan diberi simbol X4
NPF merupakan variabel bebas kelima dan diberi simbol X5
Simpanan Mudharabah merupakan variabel tergantung dan diberi simbol Y1
X1
X4
X3
X2
Y
X5
51
b. Menentukan hipotesis, hipotesis yang akan diuji sebagai berikut:
1) Ada hubungan korelasi antara ROE, CAR, FDR, BOPO, dan NPF.
2) ROE, CAR, FDR, BOPO, dan NPF secara bersama-sama
mempengaruhi simpanan mudharabah baik secara sendiri-sendiri
(parsial) maupun secara gabungan (simultan).
Gambar 3.2 Diagram Jalur
Diagram jalur di atas hanya terdiri atas satu persamaan struktural
yang juga disebut mempunyai substruktur. X1, X2, X3, X4, dan X5
disebut variabel eksogen dan Y sebagai variabel endogen.
rX-
rX-
rX-
rX4X5
rX-
rX-
rX-
rX-
PyX1
X1
X4
X3
X2
Y
X5
PyX3
PyX4
PyX5
PyX2
rX-
rX-
€
52
Persamaan strukturalnya dapat dilihat seperti di bawah ini:
Y1 = PyX1 + PyX2 + PyX3 + PyX4 + PyX5 + Є
c. Membuat desain variabel, memasukkan data, dan menganalisis data.
1) Menganalisis Persamaan Regresinya.
Pada bagian analisis regresi, analisis dibagi menjadi dua:
pertama melihat pengaruh secara gabungan (simultan) dan kedua
melihat pengaruh secara sendiri-sendiri (parsial).
a) Melihat pengaruh ROE, CAR, FDR, BOPO, dan NPF secara
simultan terhadap simpanan mudharabah.
Untuk melihat pengaruh ROE, CAR, FDR, BOPO, dan
NPF secara gabungan, maka dapat dilihat hasil dari
penghitungan dalam model summary, dengan melihat angka R
square (R2). Uji ini digunakan untuk mengukur kedekatan
hubungan dari model yang dipakai.
Koefisien determinasi yaitu angka yang menunjukkan
besarnya kemampuan varians atau penyebaran dari variabel-
variabel bebas yang menerangkan variabel tidak bebas atau
angka yang menunjukkan seberapa besar variabel tidak bebas
dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya.
Besarnya nilai koefisien determinasi adalah antara 0
hingga 1 (0 < R2 <1), dimana nilai koefisien mendekati 1, maka
model tersebut dikatakan baik karena semakin dekat hubungan
antara variabel bebas dengan variabel tidak bebasnya.
53
Untuk mengetahui apakah model regresi sudah benar
atau masih salah, maka diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis F
digunakan untuk melihat pengaruh variabel secara simultan
atau secara gabungan.
Pengujian Uji F dapat dilakukan dengan dua cara.
Pertama, dengan membandingkan besarnya angka F penelitian
(F hitung) dengan F tabel. Kedua, dengan cara membandingkan
angka taraf signifikansi (sig) hasil penghitungan dengan taraf
signifikansi 0,05 (5%).
Menggunakan cara pertama atau membandingkan
besarnya angka F hitung dengan F tabel.
(1) menghitung F penelitian (F hitung)
(2) membandingkan nilai pada F tabel dengan ketentuan
sebagai berikut:
Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK)
dengan ketentuan numerator: jumlah variabel – 1 atau 6 – 1
= 5 dan denumerator.
(3) menentukan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:
Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak
b) Untuk melihat besarnya pengaruh variabel ROE, CAR, FDR,
BOPO, dan NPF terhadap simpanan mudharabah secara
parsial, maka dapat digunakan dengan Uji T.
54
Uji T statistik digunakan untuk menguji pengaruh
parsial dari variabel-variabel independen terhadap variabel
dependennya. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis:
H0 : βi = 0, variabel bebas tidak mempengaruhi variabel tidak bebas
H1 : βi ≠ 0, variabel bebas mempengaruhi variabel tidak bebas
Dengan menguji dua arah dalam signifikansi ½ α, dan
derajat kebebasan (degree of freedom, df ) = n – k (n = jumlah
observasi dan k = jumlah parameter termasuk konstanta), maka
hasil pengujian akan menunjukkan :
H0 : diterima bila t-stat < t-tabel
H1 : ditolak bila t-stat > t-tabel
2) Menganalisis persamaan korelasi
Analisis korelasi sederhana digunakan untuk mencari
hubungan antara dua variabel. Hasil analisis dari korelasi adalah
koefisien korelasi yang menunjukkan kekuatan kelemahan dari
suatu hubungan. Nilai koefisien korelasi ini akan berada pada
kisaran angka minus satu (-1) sampai plus satu (+1) (Purbayu Budi
Santoso dan Ashari,2005:119).
E. Operasional Variabel
Operasional variabel merupakan pendefinisian dan serangkaian
variabel yang digunakan dalam penulisan penelitian ini. Hal ini dipandang
perlu agar ada kesamaan makna atas suatu variabel yang mungkin mempunyai
makna ganda dalam pendefinisian variabel-variabel sampai dengan
pengukuran dan cara pengukurannya.
55
Operasional variabel yang digunakan pada penelitian ini meliputi:
1. Variabel Dependen
Variabel terikat atau variabel Y adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel bebas. Dalam hal ini adalah simpanan Mudharabah (Trust
Financing, Trust Investment ). Total simpanan mudharabah merupakan
keseluruhan dana nasabah yang disimpan dalam bentuk tabungan
mudharabah dan deposito mudharabah. Secara teknis pengertian
mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi
pengelola. Keuntungan usaha dibagi (bagi hasil) sesuai kesepakatan dalam
kontrak. Aplikasi dalam perbankan syariah diterapkan pada time deposit
(tabungan berjangka) dan saving deposit (tabungan). Mudharabah adalah
elemen Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah. Dana Pihak Ketiga
yang tercatat secara agregat dalam Statistik Perbankan Syariah Bank
Indonesia ini terdiri atas giro wadiah, tabungan mudharabah, dan deposito
mudharabah. Dalam penelitian ini penulis mengambil tabungan
mudharabah dan deposito mudharabah (simpanan mudharabah) sebagai
variabel dependen.
2. Variabel Independen
Variabel bebas atau variabel X adalah variabel yang diduga secara
bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, yaitu:
a. Rasio Profitabilitas (Rentabilitas Rasio)
Rasio ini merupakan salah satu alat untuk mengukur kinerja
keuangan bank dan digunakan untuk melihat kemampuan bank dalam
56
menghasilkan pendapatan. Dalam penelitian ini, rasio profitabilitas
yang digunakan untuk melihat pengaruh dengan simpanan
mudharabah bank syariah adalah dengan rasio ROE (Return on Equity
Capital).
Return on Equity Capital merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola
capital yang ada untuk mendapatkan net income (Kasmir, 2007:280).
b. Rasio Kecukupan Modal (Rasio Solvabilitas)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam
mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Dalam penelitian
ini, rasio kecukupan modal yang digunakan untuk melihat pengaruh
dengan simpanan mudharabah bank syariah adalah dengan rasio CAR
(Capital Adequacy Ratio)
Capital Adequacy Ratio merupakan rasio untuk mengukur
permodalan dan cadangan penghapusan dalam menanggung
perkreditan, terutama resiko yang terjadi karena bunga gagal tagih
(Kasmir, 2007:277).
c. Rasio Likuiditas
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu bank
dalam memenuhi kewajiban dari deposan. Dalam penelitian ini, rasio
likuiditas yang digunakan untuk melihat pengaruh dengan simpanan
mudharabah bank syariah adalah dengan rasio FDR (Finance to
Deposit Ratio).
57
Finance to Deposit Ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan
dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang
digunakan (Kasmir, 2007:272).
d. Rasio Efisiensi
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha
bank dan profitabilitas yang dicapai oleh bank. Rasio yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan BOPO dan NPF.
Angka BOPO diperoleh dengan membandingkan antara biaya
operasional dengan pendapatan operasional.
e. OCR (Operating Cost Ratio)/BOPO
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Angka
BOPO diperoleh dengan membandingkan antara biaya operasional
dengan pendapatan operasionalnya (Kiagus Andi, 2005).
f. Non Performing Financing ( NPF)
Merupakan resiko pembiayaan bermasalah sehingga bank
syariah perlu mengatur strategi agar tingkat NPF di bank syariah tidak
dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Pembiayaan bermasalah adalah
suatu kondisi pembiayaan, dimana ada suatu penyimpangan utama
dalam pembayaran kembali pembiayaan yang menyebabkan
kelambatan dalam pengembalian atau diperlukan tindakan yuridis
dalam pengembalian atau kemungkinan potensial loss.
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Tentang Bank Muamalat Indonesia
1. Sejarah Singkat Bank Muamalat Indonesia
Upaya intensif pendirian bank syariah di Indonesia dapat ditelusuri
sejak tahun 1988 di saat pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan
Oktober (Pakto) yang berisi liberalisasi industri perbankan. Para ulama
waktu itu telah berusaha untuk mendirikan bank bebas bunga, tapi tidak
ada satu perangkat hukum yang dapat dirujuk kecuali bahwa perbankan
dapat saja menetapkan bunga sebesar 0%. Setelah adanya rekomendasi
dari lokakarya ulama tentang bunga bank dan perbankan di Cisarua,
Bogor, tanggal 19-22 Agustus 1990, kemudian diikuti dengan undang-
undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, dimana perbankan bagi hasil
diakomodasikan, maka Bank Muamalat Indonesia merupakan bank umum
syariah pertama yang beroperasi di Indonesia. Pendirian Bank Muamalat
ini diikuti oleh pendirian bank-bank perkreditan syariah. Namun demikian,
adanya kedua jenis bank tersebut belum sanggup menjangkau masyarakat
Islam lapisan bawah. Oleh karena itu, maka dibangunlah lembaga-lembaga
simpan-pinjam yang disebut Baitul Maal wa Tamwil (BMT) (Zainul
Arifin, 1999:26)
PT. Bank Muamalat Indonesia adalah bank umum pertama
diIndonesia yang beroperasi berdasarkan syariah Islam dengan landasan
operasi berbasis bagi hasil (profit sharing), dibawah undang-undang No. 7
59
tahun 1992 tentang perbankan. Hingga kini bank syariah telah berkembang
pesat, dan sekitar tiga tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Melalui sistem syariah penghimpunan dananya
mengalami peningkatan 52% pertahun dan ini melebihi perbankan dengan
sistem konvensional, tidak kurang dari 176 bank syariah telah beroperasi
(Jurnal manajeman Gajayana, 2004).
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan,
Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa.
Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai bank
syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun
produk yang terus dikembangkan.
Pada akhir tahun 90-an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara.
Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen
korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998,
rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan
mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah,
yaitu Rp 39,9 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat
mencari pemodal yang potensial dan ditanggapi secara positif oleh Islamic
Development Banking (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi.
Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi salah satu
pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara
tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan
60
sekaligus keberhasilan Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut,
Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba
berkat upaya dan dedikasi setiap kru Bank Muamalat, ditunjang oleh
kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta
ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank
syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2
triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta perolehan
laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar pada tahun 2004.
2. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia Tbk
a. Visi
Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual,
dikagumi di pasar rasional.
b. Misi
Menjadi role model Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan
penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen,
dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi
stakeholder.
B. Hasil dan Pembahasan
1. Deskripsi Data Penelitian
Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan fasilitas
elektronik dengan menggunakan program Microsoft Excel, dan SPSS 16.0.
Langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan teknik
61
penentuan sampel, yaitu jugdement sampling atau disebut juga purposive
sampling. Sampel penelitian diperoleh dari laporan keuangan Bank
Muamalat Indonesia Tbk dan data statistik laporan keuangan perbankan
syariah yang dihimpun oleh Bank Indonesia selama periode 2005 sampai
dengan tahun 2007, dengan kriteria sampel yang telah dibuat oleh penulis.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 36 bulan dari data yang
diperolah dengan variabel-variabel yang telah dipilih oleh peneliti, yaitu
data bulanan Simpanan Mudharabah (SM), data bulanan CAR, ROE,
BOPO, NPF, dan FDR yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan Bank
Muamalat Indonesia selama tahun pengamatan. Langkah selanjutnya
adalah dengan meneliti laporan keuangan tahunan sampel, untuk
mendapatkan data yang diperlukan sehubungan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti.
a. Simpanan Mudharabah
Dalam hal ini adalah simpanan Mudharabah (Trust Financing,
Trust Investment). Total simpanan mudharabah merupakan
keseluruhan dana nasabah yang disimpan dalam bentuk tabungan
mudharabah dan deposito mudharabah. Data diperoleh dari laporan
keuangan Bank Muamalat Indonesia dan laporan keuangan data
statistik perbankan Syariah Bank Indonesia selama kurun waktu
penelitian. Adapun data Simpanan Mudaharabah adalah seperti yang
ada pada gambar 4.1 sebagai berikut:
62
0%
20%
40%
60%
80%
100%
BULAN JUNI DESEMBER
2007
2006
2005
0%
20%
40%
60%
80%
100%
BULAN JUNI DESEMBER
2007
2006
2005
Gambar 4.1 Data Simpanan Mudharabah Bank Muamalat Indonesia 2005-2007
Sumber: Bank Indonesia, Laporan Bulanan 2005-2007 (data diolah)
b. ROE (Return on Equity Capital)
ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada untuk
mendapatkan net income. (Kasmir, 2007:280). Data diperoleh dari
laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia dan laporan keuangan
data statistik perbankan Syariah Bank Indonesia selama kurun waktu
penelitian. Adapun data ROE adalah seperti yang ada pada gambar 4.2
sebagai berikut:
Gambar 4.2 Data ROE Bank Muamalat Indonesia 2005-2007
Sumber: Bank Indonesia, Laporan Bulanan 2005-2007 (data diolah)
63
0%
20%
40%
60%
80%
100%
BULAN JUNI DESEMBER
2007
2006
2005
c. CAR (Capital Adequacy Ratio)
CAR merupakan rasio untuk mengukur permodalan dan
cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama
resiko yang terjadi karena bunga gagal tagih. (Kasmir, 2007:277). Data
diperoleh dari laporan keuangan Bank Muamalat Indonesia dan
laporan keuangan data statistik perbankan Syariah Bank Indonesia
selama kurun waktu penelitian. Adapun data CAR adalah seperti yang
ada pada gambar 4.3 sebagai berikut:
Gambar 4.3 Data CAR Bank Muamalat Indonesia 2005-2007
Sumber: Bank Indonesia, Laporan Bulanan 2005-2007 (data diolah)
d. FDR (Finance to Deposit Ratio)
FDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
komposisi jumlah pembiayaan yang diberikan dibandingkan dengan
jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. (Kasmir,
2007:272). Data diperoleh dari laporan keuangan Bank Muamalat
Indonesia dan laporan keuangan data statistik perbankan Syariah Bank
Indonesia selama kurun waktu penelitian. Adapun data FDR adalah
seperti yang ada pada gambar 4.4 sebagai berikut:
64
0%
20%
40%
60%
80%
100%
BULA
N
FEBR
UARI
APR
IL
JUNI
AGUSTU
S
OKTO
BER
DESEM
BER
2007
2006
2005
0%
20%
40%
60%
80%
100%
BULA
N
FEBR
UARI
APR
IL
JUNI
AGUSTU
S
OKTO
BER
DESEM
BER
2007
2006
2005
Gambar 4.4 Data FDR Bank Muamalat Indonesia 2005-2007
Sumber: Bank Indonesia, Laporan Bulanan 2005-2007 (data diolah)
e. OCR (Operating Cost Ratio)/BOPO
OCR/BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.
(Kiagus Andi, 2005). Data diperoleh dari laporan keuangan Bank
Muamalat Indonesia dan laporan keuangan data statistik perbankan
Syariah Bank Indonesia selama kurun waktu penelitian. Adapun data
BOPO adalah seperti yang ada pada gambar 4.5 sebagai berikut:
Gambar 4.5 Data BOPO Bank Muamalat Indonesia 2005-2007
Sumber: Bank Indonesia, Laporan Bulanan 2005-2007 (data diolah)
65
0%
20%
40%
60%
80%
100%
BULA
N
FEBR
UARI
APR
IL
JUNI
AGUSTU
S
OKTO
BER
DESEM
BER
2007
2006
2005
f. NPF (Non Performing Financing)
NPF merupakan resiko pembiayaan bermasalah sehingga bank
syariah perlu mengatur strategi agar tingkat NPF di bank syariah tidak
dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Pembiayaan bermasalah adalah
suatu kondisi pembiayaan, dimana ada suatu penyimpangan utama
dalam pembayaran kembali pembiayaan yang menyebabkan
kelambatan dalam pengembalian atau diperlukan tindakan yuridis
dalam pengembalian atau kemungkinan potensial loss. Data gambar
4.6 di bawah ini menunjukkan data NPF bulanan dari Januari 2005
sampai dengan Desember 2007. Data diperoleh dari Statistik Ekonomi
dan Keuangan Bank Indonesia.
Gambar 4.6
Data NPF Bank Muamalat Indonesia 2005-2007
Sumber: Bank Indonesia, Laporan Bulanan 2005-2007 (data diolah)
66
2. Analisis Pengujian dengan Analisis Jalur (Path Analisys)
Analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis hubungan
sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya
mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung tetapi juga
secara tidak langsung.
Adapun asumsi analisi jalur mengikuti asumsi umum regresi linear,
yaitu:
a. Model regresi harus layak. Kelayakan ini diketahui jika angka
signifikansi pada ANOVA sebesar < 0.05
b. Prediktor yang digunakan sebagai variabel bebas harus layak.
Kelayakan ini diketahui jika angka Standard Error of Estimate <
Standard Deviation
c. Koefesien regresi harus signifikan. Pengujian dilakukan dengan Uji T.
Koefesien regresi signifikan jika T hitung > T table (nilai kritis)
d. Tidak boleh terjadi multikolinieritas, artinya tidak boleh terjadi
korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah antar variabel bebas.
e. Tidak terjadi otokorelasi. Terjadi otokorelasi jika angka Dubin dan
Watson sebesar < 1 dan > 3.
Untuk menyelesaikan penelitian ini, maka sebelumnya data dapat
diolah dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Menentukan model diagram jalurnya berdasarkan paradigma hubungan
variabel seperti di bawah ini:
67
Gambar 4.7 Model Diagram Jalur berdasarkan Paradigma
€
Keterangan:
ROE merupakan variabel bebas pertama dan diberi simbol X1
CAR merupakan variabel bebas kedua dan diberi simbol X2
FDR merupakan variabel bebas ketiga dan diberi simbol X3
BOPO merupakan variabel bebas keempat dan diberi simbol X4
NPF merupakan variabel bebas kelima dan diberi simbol X5
Simpanan Mudharabah merupakan variabel tergantung dan diberi simbol Y1
X1
X4
X3
X2
Y
X5
68
b. Menentukan hipotesis, adapun hipotesis yang akan diuji sebagai
berikut:
1) Ada hubungan korelasi antara ROE, CAR, FDR, BOPO, dan NPF.
2) ROE, CAR, FDR, BOPO, dan NPF secara bersama-sama
mempengaruhi simpanan mudharabah baik secara sendiri-sendiri
(parsial) maupun secara gabungan (simultan).
c. Membuat diagram jalur
Gambar 4.8 Diagram Jalur
X1
X4
X3
X2
Y
X5
PyX1
PyX3
PyX4
PyX5
PyX2
rX1X5
rX1X4
rX1X3
rX1X2
rX4X5
rX3X5
rX2X5
rX2X3
rX3X4
rX2X4
€
69
Diagram jalur di atas hanya terdiri atas satu persamaan
struktural yang juga disebut mempunyai substruktur. X1, X2, X3, X4,
dan X5 disebut variabel eksogen dan Y sebagai variabel endogen.
Persamaan strukturalnya dapat dilihat seperti di bawah ini:
Y1 = PyX1 + PyX2 + PyX3 + PyX4 + PyX5 + Є
d. Membuat desain variabel, memasukkan data, menganalisis data, dan
menginterpretasi output.
1) Menganalisis Persamaan Regresinya.
Pada bagian analisis regresi, analisis dibagi menjadi dua:
pertama melihat pengaruh secara gabungan (simultan) dan kedua
melihat pengaruh secara sendiri-sendiri (parsial).
Untuk melihat pengaruh ROE, CAR, FDR, BOPO, dan
NPF secara simultan, maka dapat dilihat hasil dari penghitungan
dalam model summary, dengan melihat angka R square (R²) di
bawah ini.
Tabel 4.1 Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .820a .672 .617 .15269
a. Predictors: (Constant), NPF, CAR, ROE, BOPO, FDR
Sumber: Data diolah
70
Besarnya angka R² adalah 0,672. Angka tersebut dapat
digunakan untuk melihat besarnya pengaruh ROE, CAR, FDR,
BOPO, dan NPF terhadap simpanan mudharabah dengan cara
menghitung koefisien determinasi (KD) dengan menggunakan
rumus berikut:
KD = R² x 100%
KD = 0,672 x 100%
KD = 67,2%
Angka tersebut mempunyai maksud bahwa pengaruh ROE,
CAR, FDR, BOPO, dan NPF secara simultan terhadap simpanan
mudharabah adalah 67,2%. Adapun sisanya sebesar 32,8% (100%
- 67,2%) dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, besar
variabilitas simpanan mudharabah yang dapat diterangkan dengan
menggunakan variabel ROE, CAR, FDR, BOPO dan NPF 67,2%,
sedangkan pengaruh sebesar 32,8% disebabkan oleh variabel lain
di luar model ini.
Untuk mengetahui apakah model regresi di atas sudah
benar atau masih salah, maka diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis
F digunakan untuk melihat pengaruh variabel secara simultan
atau secara gabungan sebagaimana tertera dalam tabel di bawah
ini.
71
Tabel 4.2 Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 1.433 5 .287 12.291 .000a
Residual .699 30 .023
1
Total 2.132 35
a. Predictors: (Constant), NPF, CAR, ROE, BOPO, FDR
b. Dependent Variabel: LNSM
Sumber: Data diolah
H0: Tidak ada hubungan linier antara ROE, CAR, FDR, BOPO,
dan NPF dengan simpanan mudharabah.
H1: Ada hubungan linier antara ROE, CAR, FDR, BOPO, dan
NPF dengan simpanan mudharabah .
Pengujian Uji F dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,
membandingkan besarnya angka F penelitian (F hitung) dengan F
tabel. Kedua, membandingkan angka taraf signifikansi (sig) hasil
penghitungan dengan taraf signifikansi 0,05 (5%).
Menggunakan cara pertama atau membandingkan besarnya
angka F hitung dengan F tabel, yaitu menghitung F penelitian (F
hitung). F hitung menunjukkan angka sebesar 12,291.
Membandingkan nilai pada F tabel dengan ketentuan
sebagai berikut:
Taraf signifikansi 0,05 dan Derajat Kebebasan (DK) dengan
ketentuan numerator: jumlah variabel – 1 atau 6 – 1 = 5 dan
denumerator: jumlah sampel sebesar 36. dengan ketentuan tersebut
diperoleh angka F tabel sebesar 2,45.
72
Menentukan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:
- Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
- Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Dari hasil perhitungan tadi, didapatkan angka F hitung
sebesar 12,291 lebih besar dari F tabel sebesar 2,45. Maka, H0
ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara ROE,
CAR, FDR, BOPO, dan NPF dengan Simpanan Mudharabah.
Menggunakan cara kedua atau membandingkan besarnya
angka taraf signifikansi sebesar 0,05 dengan hipotesis sebagai
berikut:
Jika sig penelitian > 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika sig penelitian < 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
Berdasarkan perhitungan di atas, angka signifikansi
menunjukkan sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai alpha 0,05 maka
H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya, ada hubungan linier antara
ROE, CAR, FDR, BOPO, dan NPF dengan Simpanan
Mudharabah.
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel ROE, CAR,
FDR, BOPO, dan NPF terhadap Simpanan Mudharabah secara
parsial, maka dapat digunakan dengan Uji T, sedangkan untuk
melihat besarnya pengaruh angka beta atau Standardized
Coeffecient di bawah ini.
73
Tabel 4.3 Uji T
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 15.562 .511 30.440 .000
ROE .007 .005 .187 1.566 .128
CAR -.010 .015 -.078 -.675 .505
FDR .000 .002 -.047 -.256 .799
BOPO .009 .005 .254 1.852 .074
1
NPF .088 .022 .773 4.090 .000
a. Dependent Variabel: LNSM
Sumber: data diolah
a) Pengaruh antara ROE dan Simpanan Mudharabah
Menentukan hipotesis:
H0: Tidak terdapat pengaruh antara ROE dan simpanan
mudharabah
H1: Terdapat pengaruh antara ROE dan simpanan
mudharabah
Menghitung besarnya T hitung:
Jika T hitung > T tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika T hitung < T tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak
Didasarkan hasil penghitungan di atas, diperoleh angka
T hitung sebesar 1,566 lebih kecil dari T tabel sebesar 1,688
maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak terdapat
pengaruh antara ROE dengan simpanan mudharabah. Besarnya
74
pengaruh ROE terhadap simpanan mudharabah sebesar 0,187
atau dianggap tidak signifikan. Hal ini tercermin dalam angka
signifikansi sebesar 0,128 yang lebih besar dari 0,05.
b) Pengaruh antara CAR dan Simpanan Mudharabah
Menentukan hipotesis:
H0: tidak terdapat pengaruh antara CAR dengan simpanan
mudharabah
H1: terdapat pengaruh antara CAR dengan simpanan
mudharabah
Menghitung besarnya T hitung:
Jika T hitung > T tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika T hitung < T tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak
Berdasarkan hasil penghitungan di atas, diperoleh angka
T hitung sebesar -0,675 lebih kecil dari nilai T tabel sebesar -
1,688 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak
terdapat pengaruh antara CAR dengan Simpanan Mudharabah.
Kemudian besarnya pengaruh CAR terhadap Simpanan
Mudharabah adalah sebesar –0,078. Hal ini tercermin dalam
angka signifikansi sebesar 0,505 yang lebih besar dari 0,05.
c) Pengaruh FDR dan Simpanan Mudharabah
Menentukan hipotesis:
H0: tidak terdapat pengaruh antara FDR dengan simpanan
mudharabah
75
H1: terdapat pengaruh antara FDR dengan simpanan
mudharabah
Menghitung besarnya T hitung:
Jika T hitung > T tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika T hitung < T tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak
Berdasarkan hasil di atas diperoleh angka T hitung
sebesar -0,256 lebih kecil dari nilai T tabel sebesar 1,688
sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Artinya, tidak terdapat
pengaruh antara FDR dengan simpanan mudharabah. Jika
dilihat dari nilai beta maka besarnya pengaruh FDR terhadap
loyalitas adalah sebesar -0,047. Hal ini tercermin dalam angka
signifikansi sebesar 0,799 yang lebih besar dari 0,05.
d) Pengaruh BOPO dan Simpanan Mudharabah
Menentukan hipotesis:
H0: tidak ada pengaruh antara BOPO dengan simpanan
mudharabah
H1: terdapat pengaruh antara BOPO dengan simpanan
mudharabah
Menghitung besarnya T hitung:
Jika T hitung > T tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika T hitung < T tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak
Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh angka T
hitung sebesar 1,852 lebih besar dari nilai T tabel sebesar 1,688
76
sehingga H0 ditolak dan H1 diterima Artinya, terdapat
pengaruh antara BOPO dengan simpanan mudharabah.
Besarnya pengaruh BOPO terhadap simpanan mudharabah
sebesar 0,257 atau 25,7%. Hal ini tercermin dalam angka
signifikansi sebesar 0,074 yang lebih besar dari alpha 0,05.
e) Pengaruh antara NPF dan Simpanan Mudharabah
Menentukan hipotesis:
H0: tidak terdapat pengaruh antara NPF dengan simpanan
mudharabah
H1: terdapat pengaruh antara NPF dengan simpanan
mudharabah
Menghitung besarnya T hitung:
Jika T hitung > T tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima
Jika T hitung < T tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak
Berdasarkan penghitungan di atas, maka diperoleh
angka T hitung sebesar 4,090 lebih besar dari nilai T tabel
sebesar 1,688 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya,
terdapat pengaruh antara NPF dengan Simpanan
Mudharabah. Besarnya pengaruh NPF terhadap Simpanan
Mudharabah adalah 0,773 atau 77,3%. Hal ini tercermin dalam
angka signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari alpha
0,05.
77
2) Menganalisis Persamaan Korelasinya
Korelasi antara variabel ROE, CAR, FDR, BOPO, dan
NPF. Untuk mengetahui korelasi antara ROE, CAR, FDR, BOPO,
dan NPF dapat dilihat tabel di bawah ini:
Tabel 4.4
Korelasi
Correlations
ROE CAR FDR BOPO NPF
Pearson Correlation 1 -.272 -.169 .352* .110
Sig. (2-tailed) .109 .325 .035 .522
ROE
N 36 36 36 36 36
Pearson Correlation -.272 1 -.057 -.407* .084
Sig. (2-tailed) .109 .742 .014 .627
CAR
N 36 36 36 36 36
Pearson Correlation -.169 -.057 1 .349* -.818
**
Sig. (2-tailed) .325 .742 .037 .000
FDR
N 36 36 36 36 36
Pearson Correlation .352* -.407
* .349
* 1 -.424
*
Sig. (2-tailed) .035 .014 .037 .010
BOPO
N 36 36 36 36 36
Pearson Correlation .110 .084 -.818** -.424
* 1
Sig. (2-tailed) .522 .627 .000 .010
NPF
N 36 36 36 36 36
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Data diolah
78
a) Korelasi antara ROE dan CAR
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh angka
korelasi antara variabel ROE dan CAR sebesar -0,272. Untuk
menafsir angka tersebut, digunakan kriteria sebagai berikut:
(Jonathan Sarwono, 2006: 166)
• 0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah
• > 0,25 – 0,5 : Korelasi cukup
• > 0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
• > 0,75 – 1 : Korelasi sangat kuat
Korelasi sebesar -0,272 mempunyai maksud hubungan
antara variabel ROE dan CAR cukup dan tidak searah (karena
hasilnya negatif). Tidak searah artinya, jika ROE tinggi maka
CAR tidak berlaku sebaliknya. Korelasi dua variabel bersifat
tidak signifikan karena angka signifikannya sebesar 0,109 lebih
besar dari nilai alpha sebesar 0,05.
b) Korelasi antara ROE dan FDR
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh angka
korelasi antara ROE dan FDR sebesar -0,169. Korelasi sebesar
-0,169 mempunyai maksud hubungan antara variabel ROE dan
FDR sangat lemah dan tidak searah karena hasilnya negatif.
Tidak searah maksudnya, jika ROE tinggi, maka FDR tidak
berlaku sebaliknya. Korelasi dua variabel bersifat tidak
signifikan karena angka signifikannya sebesar 0,325 lebih
besar dari nilai alpha sebesar 0,05.
79
c) Korelasi antara ROE dan BOPO
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh angka
korelasi antara ROE dan BOPO sebesar 0,352. Korelasi sebesar
0,352 mempunyai maksud hubungan antara variabel ROE dan
BOPO cukup kuat dan searah karena hasilnya positif. Searah
maksudnya jika ROE tinggi maka BOPO juga akan tinggi.
Korelasi dua variabel bersifat signifikan karena angka
signifikansinya sebesar 0,035 lebih kecil dari nilai alpha
sebesar 0,05.
d) Korelasi antara ROE dan NPF
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh angka
korelasi antara ROE dan NPF sebesar 0,110. Korelasi sebesar
0,110 mempunyai maksud hubungan antara variabel ROE dan
NPF sangat lemah. Korelasi dua variabel bersifat tidak
signifikan, karena angka signifikansinya sebesar 0,522 lebih
besar dari nilai alpha sebesar 0,05.
e) Korelasi antara CAR dan FDR
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh angka
korelasi antara CAR dan FDR sebesar -0,057. Korelasi sebesar
-0,057 mempunyai maksud hubungan antara variabel CAR dan
FDR sangat lemah dan tidak searah karena hasilnya negatif.
Tidak searah maksdunya adalah jika CAR tinggi maka belum
tentu FDR juga akan tinggi. Korelasi dua variabel bersifat tidak
80
signifikan, karena angka signifikansinya sebesar 0,742 lebih
besar dari nilai alpha sebesar 0,05.
f) Korelasi antara CAR dan BOPO
Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh angka
korelasi antara CAR dan BOPO sebesar -0,407. Korelasi
sebesar -0,407 mempunyai maksud hubungan antara variabel
CAR dan BOPO cukup kuat dan tidak searah. Tidak searah
maksudnya adalah, jika CAR tinggi maka belum tentu bagi
BOPO. Korelasi dua variabel bersifat signifikan, karena angka
signifikansinya sebesar 0,014 lebih kecil dari nilai alpha
sebesar 0,05.
g) Korelasi antara CAR dan NPF
Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh angka
korelasi antara CAR dan NPF sebesar 0,084. Korelasi sebesar
0,084 mempunyai maksud hubungan antara variabel CAR dan
NPF sangat lemah karena hasilnya kurang dari 0,25. Korelasi
dua variabel bersifat tidak signifikan karena angka
signifikansinya sebesar 0,627 lebih besar dari nilai alpha
sebesar 0,05.
h) Korelasi antara FDR dan BOPO
Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh angka
korelasi antara FDR dan BOPO sebesar 0,349. Korelasi sebesar
0,349 mempunyai maksud hubungan yang cukup kuat dan
81
searah karena hasilnya positif. Searah maksudnya jika FDR
tinggi maka BOPO juga akan tinggi. Korelasi dua variabel
bersifat signifikan karena nilai signifikansinya sebesar 0,037
lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05.
i) Korelasi antara FDR dan NPF
Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh angka
korelasi antara FDR dan NPF sebesar -0,818. Korelasi sebesar -
0,818 mempunyai maksud hubungan yang sangat kuat dan
searah karena hasilnya menunjukkan angka lebih 0,75. Korelasi
dua variabel bersifat signifikan karena nilai signifikansinya
sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05.
j) Korelasi antara BOPO dan NPF
Berdasarkan perhitungan di atas maka diperoleh angka
korelasi antara BOPO dan NPF sebesar -0,424. Korelasi
sebesar -0,424 mempunyai maksud hubungan yang cukup kuat
dan tidak searah (karena hasilnya negatif). Korelasi dua
variabel bersifat signifikan karena nilai signifikansinya sebesar
0,010 lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05.
Berdasarkan hasil output dari uji regresi dan korelasi
variabel independent terhadap variabel dependen, maka dapat
digambarkan hasil diagram jalurnya seperti di bawah ini:
82
ROE
BOPO
FDR
CAR
SM
NPF
0,187
-0,047
0,257
0,773
-0,078
0,110
0,325
-0,169
-0,272
-0,424
-0,818
0,084
-0,057
0,349
-0,407
€
Gambar 4.9
Hasil Diagram Jalur
83
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil Regresi menunjukkan bahwa hanya variabel NPF yang berpengaruh
signifikan terhadap Simpanan Mudharabah, sedangkan variabel lainnya
(ROE, CAR, FDR, dan BOPO) tidak berpengaruh signifikan terhadap
Simpanan Mudharabah. Hasil ini membuktikan bahwa resiko
pembiayaann bermasalah pada Bank Muamalat Indonesia tidak dalam
kondisi yang mengkhawatirkan, dimana tidak terjadi penyimpangan utama
dalam tingkat pengembalian atas pembayaran kembali pembiayaan yang
diberikan BMI. Hal ini menyebabkan nasabah menginvestasikan dana
pihak ketiganya dalam bentuk Simpanan Mudharabah di BMI.
2. Berdasarkan hasil uji regresi variabel independen yang paling besar
pengaruhnya terhadap variabel dependen adalah variabel NPF. Hal ini
menunjukkan bahwa Bank Muamalat harus menunjukkan kemampuan
kolektibilitas dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan
secara optimal.
3. Berdasarkan tabel hasil Koefisien Determinasi terlihat bahwa besarnya R
Square adalah 0,672. Hal ini berarti 67,2% variabel Simpanan
Mudharabah dapat dijelaskan oleh lima variabel dependen, yaitu CAR,
84
ROE, FDR, BOPO, dan NPF, sedangkan sisanya sebesar 32,8% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak diteliti di luar model.
B. Keterbatasan
1. Penelitian ini hanya menggunakan 3 tahun periode penelitian. Diharapkan
peneliti selanjutnya dapat menambah periode penelitian, dan menambah
jumlah variabel, sehingga hasil penelitian dapat lebih membuktikan faktor-
faktor yang mempengaruhi Simpanan Mudharabah dan dapat
mencerminkan kondisi yang sesungguhnya.
2. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari satu bank yaitu Bank Muamalat
Indonesia Tbk, diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menambah
jumlah sampel dengan menggunakan data dari seluruh perusahaan
perbankan syariah di Indonesia, sehingga dapat lebih mewakili perusahaan
perbankan syariah di Indonesia.
3. Penelitian ini hanya meneliti sebagian variabel-variabel rasio keuangan
bank, diharapkan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti rasio-rasio
keuangan bank lainnya, sehingga akan lebih membuktikan faktor-faktor
yang mempengaruhi Simpanan Mudharabah dapat digunakan variabel-
variabel lain.
4. Penelitian selanjutnya diharapkan tidak hanya menggunakan metode
analisis Regresi Linier berganda dalam mengestimasi pengaruh variabel-
variabel independen terhadap variabel dependen, tetapi dapat
menggunakan metode lain seperti Analisi Lisrel, Uji Beda, dan lain-lain.
85
C. Implikasi
1. Dalam mencapai visi dan misi Islam sebagai agama yang universal, maka
benar-benar dibutuhkan peranan semua pihak dalam memperkenalkan
perbankan syariah kepada masyarakat luas, baik itu dari segi produk, sistem
maupun dan teknis yang digunakan.
2. Penulis mengharapkan agar penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat
kepada berbagai pihak, khususnya kepada Bank Muamalat Indonesia untuk
terus meningkatkan dan memperkenalkan produk-produk bank syariah,
salah satunya yaitu dengan lebih meningkatkan sistem bagi hasil, yang
dalam penulisan ini disimpulkan bahwa sistem bagi hasil pada perbankan
syariah khususnya Bank Muamalat tidak dapat mempengaruhi nasabah
untuk menyimpan uangnya.
3. Penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat dilanjutkan kembali, yaitu
dengan menambah variabel penelitian maupun dengan menambah periode
penelitian (tahun).
4. Penulisan skripsi ini masih dalam batas kemampuan penulis. Baik dalam
segi pengetahuan, sumber-sumber data penelitian yang didapat masih dalam
batas kekurang sempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kepada
penelitian selanjutnya agar dapat lebih baik.
86
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Ma’ruf. “Prospek Cerah Perbankan Islam”, LEKAS, Jakarta, 2007.
Antonio Syafi’I, Muhammad. “Bank Syariah dari Teori ke Praktik”, Gema Insani
Press dan Tazkia Cendikia, Jakarta, 2001.
Arifin, Zainul. “Memahami Bank Syariah”, ALVABET, Edisi kedua, Jakarta, 2008.
Arifin, Zainul. “Memahami Bank Syariah”, ALVABET, Jakarta,1999.
Ashari, dan Budi Purbayu Santoso. “Analisis Staistik dengan Microsoft Excel dan
SPSS”, ANDI, Yogyakarta, 2005.
Data Statistik Perbankan Syariah, Bank Indonesia, 2007.
Dodik, Siswantoro. ”Analisis Persepsi Pengaruh Pendapatan Bank Syariah
Terhadap Bagi Hasil Tabungan Mudharabah pada Bank Syariah”, Jurnal
PSKTT-UI, Jakarta, 2004.
Ghafur, Muhammad. “Pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Suku Bunga, dan
Pendapatan Terhadap Simpanan Mudharabah”, Jurnal Penelitian; Studi
Kasus Bank Muamalat Indonesia (BMI), 2003.
Hamid, Abdul. “buku Panduan Penulisan Skripsi”, fakultas ekonomi dan ilmu sosial univertsitas islam negeri syarif hidayatullah, Jakarta, 2007.
Hasanah, Listifa. ”Variabel-Variabel yang Berpengaruh terhadap Penggunaan
Jasa Perbankan Syariah di Bank BRI Syariah”, Jurnal Penelitian
Manajemen Gajayana Volume 1 No 1, Juni 2004.
Jurnal Bank Indonesia, ”Potensi, Preferensi, dan Perilaku Masyarakat Terhadap
Bank Syariah di Pulau jawa”, 2000.
Karim, Adiwarman. "Ekonomi Islam, Suatu kajian Ekonomi Makro”, IIIT,
Jakarta, 2001.
Karim, Adiwarman. “Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan”, Raja Grafindo
Persada, Edisi kedua, Jakarta, 2004.
Karim, Adiwarman. “Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan”, Raja Grafindo Persada, Edisi keempat, Jakarta, 2007.
87
Kasmir, SE, MM. “Manajemen Perbankan”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2007.
Kasmir, SE, MM. “Pemasaran Bank”, Kencana, Edisi Pertama, Cetakan Kedua, Jakarta, 2005.
Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2006.
Mangkuto, J Imbang. ”Pengaruh Bunga Deposito Kovensional dan Return
Deposito Mudharabah di Bank Muamalat Indonesia”, Jurnal PSKTT-UI, Jakarta, 2004.
Pratamasari, Frinta. “Pengaruh Kenaikan Tingkat Suku Bunga Terhadap
Kinerja Bank Syariah pada Bank Muamalat Indonesia cabang Malang”,
Jurnal Penelitian, Malang, 2006.
Rodoni, Ahmad. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, CSES Press, Jakarta,
2006.
Sarwono, Jonathan. “Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS”, ANDI,
Yogyakarta, 2006.
88
LAMPIRAN-LAMPIRAN
89
Lampiran 1
Data Mentah
Data Simpanan Mudharabah Bank Muamalat Indonesia 2005-2007
BULAN 2005 2006 2007
JANUARI 16,13 16,39 16,68
FEBRUARI 16,13 16,36 16,68
MARET 16,17 16,19 16,72
APRIL 16,23 16,38 16,78
MEI 16,22 16,26 16,86
JUNI 16,27 16,44 16,79
JULI 16,28 16,47 16,81
AGUSTUS 16,30 16,49 16,81
SEPTEMBER 16,28 16,54 16,88
OKTOBER 16,30 16,59 16,91
NOPEMBER 16,34 16,62 16,93
DESEMBER 16,42 16,66 16,66
Sumber: data sudah ditransform menggunakan SPSS 16.0
90
Data ROE Bank Muamalat Indonesia 2005-2007
BULAN 2005 2006 2007
JANUARI 2,8 3,1 3,7
FEBRUARI 5 4,41 9,6
MARET 8,19 7,71 11,4
APRIL 11,78 9,3 18,9
MEI 10,37 13,5 15,24
JUNI 12,7 14,86 12,33
JULI 14,67 13,23 25,56
AGUSTUS 16,99 18,4 16,87
SEPTEMBER 19,34 19,53 10,77
OKTOBER 21,75 22,03 18,65
NOPEMBER 22,76 23,6 23,48
DESEMBER 23,4 16,57 22,95
91
Data CAR Bank Muamalat Indonesia 2005-2007
BULAN 2005 2006 2007
JANUARI 14,9 19,96 16,98
FEBRUARI 14,11 17,76 16,35
MARET 11,6 16,99 15,2
APRIL 12,06 16,92 15,12
MEI 19,07 15,39 15,32
JUNI 18,2 15,19 14,5
JULI 17,27 15,2 14,45
AGUSTUS 17,12 14,9 13,22
SEPTEMBER 16,35 14,57 12,03
OKTOBER 15,19 15,31 15,82
NOPEMBER 12,01 14,47 16,33
DESEMBER 15,28 14,33 15,19
92
Data FDR Bank Muamalat Indonesia 2005-2007
BULAN 2005 2006 2007
JANUARI 98,8 46,25 40,49
FEBRUARI 101,6 48,2 43,8
MARET 103,5 49,04 42,8
APRIL 98,02 47,49 44,68
MEI 107,03 46,14 41,22
JUNI 105,7 46,68 40,23
JULI 109,06 44,27 42,28
AGUSTUS 110,1 43,32 42,12
SEPTEMBER 112 41,7 44,25
OKTOBER 110,4 40,6 46,98
NOPEMBER 110,15 47,38 45,35
DESEMBER 45,56 46,38 48,25
93
Data BOPO Bank Muamalat Indonesia 2005-2007
BULAN 2005 2006 2007
JANUARI 75,52 59,51 52,4
FEBRUARI 75,15 58,34 61,12
MARET 75,5 57,34 77,9
APRIL 73,13 59,9 77,8
MEI 72,6 61,2 55,25
JUNI 72,43 71,2 65,12
JULI 72,31 62,13 78,63
AGUSTUS 70,6 70,16 67,86
SEPTEMBER 71,86 64,13 76,44
OKTOBER 70 69,8 72,32
NOPEMBER 71,2 70,06 71,05
DESEMBER 68,08 69,4 72,31
94
Data NPF Bank Muamalat Indonesia 2005-2007
BULAN 2005 2006 2007
JANUARI 1,05 6,90 5,17
FEBRUARI 1,10 6,94 5,54
MARET 1,10 5,10 5,73
APRIL 1,07 5,30 6,14
MEI 1,10 5,20 6,17
JUNI 1,01 5,20 6,20
JULI 1,60 5,20 6,58
AGUSTUS 1,40 5,30 6,63
SEPTEMBER 1,40 4,90 6,29
OKTOBER 1,50 5,08 6,23
NOPEMBER 1,50 5,20 5,64
DESEMBER 6,50 4,90 5,99
95
Lampiran 2
Hasil Output SPSS Uji Regresi Berganda
Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Change Statistics
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
Durbin-
Watson
1 .820a .672 .617 .15269 .672 12.291 5 30 .000 .810
a. Predictors: (Constant), NPF, CAR, ROE, BOPO, FDR
b. Dependent Variabel: LNSM
Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 1.433 5 .287 12.291 .000a
Residual .699 30 .023
1
Total 2.132 35
a. Predictors: (Constant), NPF, CAR, ROE, BOPO, FDR
b. Dependent Variabel: LNSM
96
Uji T
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 15.562 .511 30.440 .000
ROE .007 .005 .187 1.566 .128
CAR -.010 .015 -.078 -.675 .505
FDR .000 .002 -.047 -.256 .799
BOPO .009 .005 .254 1.852 .074
1
NPF .088 .022 .773 4.090 .000
a. Dependent Variabel: LNSM
97
Lampiran 3
Hasil Output SPSS Uji Korelasi
Correlations
ROE CAR FDR BOPO NPF
Pearson Correlation 1 -.272 -.169 .352* .110
Sig. (2-tailed) .109 .325 .035 .522
ROE
N 36 36 36 36 36
Pearson Correlation -.272 1 -.057 -.407* .084
Sig. (2-tailed) .109 .742 .014 .627
CAR
N 36 36 36 36 36
Pearson Correlation -.169 -.057 1 .349* -.818
**
Sig. (2-tailed) .325 .742 .037 .000
FDR
N 36 36 36 36 36
Pearson Correlation .352* -.407
* .349
* 1 -.424
*
Sig. (2-tailed) .035 .014 .037 .010
BOPO
N 36 36 36 36 36
Pearson Correlation .110 .084 -.818** -.424
* 1
Sig. (2-tailed) .522 .627 .000 .010
NPF
N 36 36 36 36 36
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).