Panduan Analisis SaHaBaT

35
Pengantar Buku ini adalah bagian tidak terpisahkan dari Program Analisis SaHaBaT (Sasaran, Hambatan, Bantuan dan Tindakan) Pribadi yang diselenggarakan untuk mahasiswa Magister Manajemen Universitas Indonesia Sebagian dari tulisan-tulisan yang dimuat dibuku ini merupakan rangkuman dari buku “Manajemen Sumber Daya Manusia Liwat Konsep AKU, karangan Dr. R Matindas. Bagian lainnya khusus disusun untuk kepentingan Program Analisis SaHaBaT Pribadi. P-A-S Pribadi adalah sebuah program yang ditujukan untuk membantu peserta mengenali dan mengembangkan dirinya. Program ini merupakan salah satu cara penerapan Konsep AKU, yaitu sebuah konsep mengenai kesatuan Ambisi (Hal yang ingin dicapai), Kenyataan (internal maupun eksternal) dan Usaha (tindakan yang dilakukan untuk mencapai Ambisi). P-A-S Pribadi diawali dengan kegiatan pengantar yang bertujuan menjelaskan proses belajar melalui pendekatan eksperimental, yaitu pendekatan belajar yang mendorong pesertanya ikut berpartisipasi aktif dalam menyimpulkan hasil belajar. Dalam kegiatan pengantar ini dijelaskan bahwa tujuan P-A-S Pribadi adalah membantu peserta mengenal dan mengembangkan dirinya. Untuk itu akan ada berbagai tugas yang harus dikerjakan peserta. Tugas-tugas itu kemudian dinilai, baik oleh peserta yang bersangkutan maupun oleh rekan peserta lainnya. Untuk objektivitas penilaian diri, adakalanya peserta harus mengumpulkan hasil pekerjaannya untuk dinilai oleh orang lain. Pada waktu mengumpulkan hasil karyanya, ia dilarang menuliskan nama asli dan dianjurkan untuk hanya menuliskan nomor sandinya saja (Tiap peserta akan mendapatkan nomor sandi yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri). Setelah selesai dinilai, pemandu program akan meletakkan tumpukan karya peserta di atas meja dan tiap peserta dapat mengambil kembali karyanya dengan melihat nomor sandi yang dicantumkannya. Setelah kegiatan pengantar ini, secara berturut-turut P-A-S Pribadi dilanjutkan dengan kegiatan sebagai berikut: Analisis Keinginan. 0

description

Bahan bacaan untuk program analisis SaHaBaT

Transcript of Panduan Analisis SaHaBaT

Page 1: Panduan Analisis SaHaBaT

Pengantar

Buku ini adalah bagian tidak terpisahkan dari Program Analisis SaHaBaT (Sasaran, Hambatan, Bantuan dan Tindakan) Pribadi yang diselenggarakan untuk mahasiswa Magister Manajemen Universitas Indonesia

Sebagian dari tulisan-tulisan yang dimuat dibuku ini merupakan rangkuman dari buku “Manajemen Sumber Daya Manusia Liwat Konsep AKU, karangan Dr. R Matindas. Bagian lainnya khusus disusun untuk kepentingan Program Analisis SaHaBaT Pribadi.

P-A-S Pribadi adalah sebuah program yang ditujukan untuk membantu peserta mengenali dan mengembangkan dirinya. Program ini merupakan salah satu cara penerapan Konsep AKU, yaitu sebuah konsep mengenai kesatuan Ambisi (Hal yang ingin dicapai), Kenyataan (internal maupun eksternal) dan Usaha (tindakan yang dilakukan untuk mencapai Ambisi).

P-A-S Pribadi diawali dengan kegiatan pengantar yang bertujuan menjelaskan proses belajar melalui pendekatan eksperimental, yaitu pendekatan belajar yang mendorong pesertanya ikut berpartisipasi aktif dalam menyimpulkan hasil belajar. Dalam kegiatan pengantar ini dijelaskan bahwa tujuan P-A-S Pribadi adalah membantu peserta mengenal dan mengembangkan dirinya. Untuk itu akan ada berbagai tugas yang harus dikerjakan peserta.

Tugas-tugas itu kemudian dinilai, baik oleh peserta yang bersangkutan maupun oleh rekan peserta lainnya. Untuk objektivitas penilaian diri, adakalanya peserta harus mengumpulkan hasil pekerjaannya untuk dinilai oleh orang lain. Pada waktu mengumpulkan hasil karyanya, ia dilarang menuliskan nama asli dan dianjurkan untuk hanya menuliskan nomor sandinya saja (Tiap peserta akan mendapatkan nomor sandi yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri). Setelah selesai dinilai, pemandu program akan meletakkan tumpukan karya peserta di atas meja dan tiap peserta dapat mengambil kembali karyanya dengan melihat nomor sandi yang dicantumkannya.

Setelah kegiatan pengantar ini, secara berturut-turut P-A-S Pribadi dilanjutkan dengan kegiatan sebagai berikut:

Analisis Keinginan.Dalam kegiatan ini peserta diminta mengisi lembar kerja eksplorasi keinginan. Tugas peserta adalah menulis sebanyak mungkin hal yang saat ini menjadi keinginannya. Setelah itu peserta akan dipandu secara bertahap untuk menganalisis keinginannya melalui perhitungan indeks Ambisi, yang meliputi perhitungan nilai manfaat, nilai peluang, nilai urgensi dan nilai harmoni.

Ceramah singkat tentang Konsep AKU dan Analisis SaHaBaT.Dalam kegiatan ini peserta akan mendapatkan penjelasan tentang Konsep AKU yang mendasari kegiatan ini. Setelah itu, peserta mendapatkan penjelasan singkat mengenai garis besar prosedur Analisis SaHaBaT.

0

Page 2: Panduan Analisis SaHaBaT

Diskusi Tentang Faktor yang Berperan dalam KeberhasilanDalam kegiatan ini peserta diminta menyelesaikan sebuah inventori yang mengukur keyakinannya mengenai peranan nasib, rencana dan usaha terhadap pencapaian keberhasilan. Setelah selesai, peserta mendiskusikan hasilnya Dalam kegiatan ini peserta diminta mengisi sejumlah pertanyaan pengantar diskusi dan kemudian mendiskusikan jawabannya dengan peserta lain. Di akhir kegiatan, pemandu program memberikan ceramah singkat tentang manajemen tantangan.

Pengkuran HasSil PribadiDalam kegiatan ini, peserta mendapat penjelasan tentang konsep HasSil (Hasrat untuk berhasil), yang berdasarkan penelitian terbukti mempunyai peranan besar dalam keberhasilan sese-orang. Dijelaskan pula bahwa tinggi rendahnya HasSil seseorang dapat diukur melalui cerita yang dibuatnya. Peserta kemudian diminta menuliskan tiga cerita dan diajarkan cara untuk menentukan kadar HasSil berdasarkan cerita yang dibuatnya. Cerita yang dibuat peserta kemudian dinilai oleh tiga orang peserta lain. Para penilai tidak pernah tahu siapa pemilik cerita yang mereka nilai.

Eksperimen Pilihan dan KeputusanDalam kegiatan ini peserta diminta bermain dadu berdasarkan aturan main tertentu. Keputusan-keputusan yang dibuat peserta dicatat dalam suatu lembar protokol. Setelah itu peserta diajarkan cara menganalisa suatu protokol untuk menyimpulkan kecenderungan seseorang dalam menghadapi situasi yang mengandung berbagai kemungkinan. Peserta diminta mendiskusikan bagaimana seharusnya seseorang bertindak dalam situasi-situasi tertentu, dan setelah itu diminta untuk menganalisis sendiri data pribadinya. Pemandu program kemudian menjelaskan perlunya seseorang memiliki prioritas Ambisi

Penjabaran Ambisi Pemandu program mengawali kegiatan ini dengan merangkum semua kesimpulan yang telah dibuat peserta pada kegiatan sebelumnya, khususnya yang berkaitan dengan perlunya seseorang memiliki prioritas Ambisi. Kemudian peserta diminta mendiskusikan pentingnya ukuran keberhasilan dalam penyusunan sebuah rencana. Setelah itu peserta diperkenalkan dengan konsep Ambisi-susulan, Ambisi-prasyarat serta Ambisi-rintangan. Atas dasar penjelasan itu peserta diminta membuat peta-Ambisi Pribadi, lengkap dengan ukuran keberhasilannya..

1

Page 3: Panduan Analisis SaHaBaT

Berpikir Strategik Kegiatan ini dilaksanakan untuk membantu peserta membiasakan diri berpikir dalam paradigma “untuk ini, ….. perlu itu”. Pola pemikiran ini dibutuhkan untuk menyusun rencana bagi pengembangan dirinya.

Penyusunan Rencana KerjaDalam kegiatan ini peserta diminta mengisi lembar kerja penyusunan rencana pengembangan diri. Setelah itu, peserta mempresentasikan ringkasan rencana pengembangan dirinya untuk mendapat komentar dari teman-temannya.

Rangkuman dan PenutupanDalam kegiatan penutup, pemandu program merangkum kembali semua hal yang telah dilakukan dan disimpulkan bersama.

2

Page 4: Panduan Analisis SaHaBaT

RANGKUMAN KONSEP AKU

PengertianKonsep A-K-U adalah kumpulan pedoman tentang cara-cara memecahkan masalah dan mengembangkan diri. Konsep ini diilhami oleh kesadaran bahwa hampir seluruh tingkah laku manusia pada dasarnya adalah Usaha untuk mencapai sesuatu. Dalam kerangka konsep A-K-U, hal yang ingin dicapai manusia ini disebut sebagai Ambisi. Dengan sendirinya, keberhasilan seseorang dalam mencapai Ambisi ini akan tergantung pada Kenyataan yang dihadapi maupun pada Usaha yang dilakukan. Ketiga istilah ini; yaitu Ambisi, Kenyataan dan Usaha secara kebetulan membentuk singkatan A-K-U. Keterpaduan antara ketiga unsur tersebut (Ambisi-Kenyataan-dan Usaha) merupakan dasar yang membentuk kepribadian manusia. Setiap individu memiliki gambaran A-K-U masing-masing, yang berbeda dari A-K-U individu lain.

A-K-U yang dimiliki seseorang akan terbentuk dengan baik bila ada keselarasan antara masing-masing unsurnya. Ini berarti Ambisi yang dimiliki seseorang haruslah disesuaikan dengan Kenyataan yang ada, serta didukung oleh Usaha yang tepat. Perlu diingat bahwa yang dimaksud dengan Kenyataan di sini meliputi baik kenyataan di luar diri seseorang (misalnya situasi di lingkungannya) maupun kenyataan yang berada di dalam dirinya (kemampuan, emosi dan seba-gainya).

Secara sederhana, konsep A-K-U berisi ajaran tentang cara-cara untuk menguji sejauh mana seseorang telah memiliki keselarasan A-K-U, dan hal-hal apa yang harus dilakukan seandainya A-K-U itu belum selaras.Ambisi

Dalam konsep A-K-U, kata Ambisi digunakan untuk menerangkan segala sesuatu yang ingin dicapai seseorang, baik secara sadar maupun tidak sadar. Di sini perlu ditekankan bahwa yang ingin dicapai haruslah dibedakan dari keinginan untuk mencapai. Yang ingin dicapai adalah Ambisi, dan istilah ini dekat pengertiannya dengan tujuan, sasaran atau target. Di lain pihak keinginan untuk mencapai adalah unsur kecenderungan (merupakan bagian dari kenyataan internal) dan pengertiannya lebih dekat kepada hasrat, niat atau nafsu. Tercapainya Ambisi akan menimbulkan perasaan senang, puas atau perasaan positif lainnya, sementara kegagalan dalam mencapai Ambisi akan menimbulkan perasaan-perasaan kecewa, sedih, kesal atau perasaan negatif lainnya.

Pada suatu waktu atau suatu jangka waktu tertentu mungkin saja timbul lebih dari satu Ambisi pada diri seseorang. Ambisi-ambisi yang timbul secara bersamaan ini dapat saling mendukung, misalnya Ambisi untuk menjadi ibu dan istri yang baik dengan Ambisi untuk belajar mengatur waktu. Disuatu saat bisa juga Ambisi-Ambisi yang ada bersama-sama justru saling bertentangan.

Ambisi yang saling bertentangan ini bisa saling menghambat. Misalnya saja Ambisi untuk dapat menyediakan waktu yang banyak bagi kegiatan sosial dengan ambisi untuk mendapatkan uang banyak dengan bekerja karena harus membantu keuangan keluarga. Ambisi yang saling bertentangan ini biasanya

3

Page 5: Panduan Analisis SaHaBaT

menimbulkan kebingungan atau konflik pada seseorang. Apabila berada dalam keadaan demikian, maka seseorang harus mampu memilih mana Ambisi yang paling di pentingkan, agar tidak terjadi konflik. Konflik atau kebingungan yang terus menerus akan menim-bulkan perasaan yang tidak menyenangkan, bahkan dapat menimbulkan stress .

Kenyataan

Kenyataan adalah hal-hal yang dapat mendukung maupun menghambat pencapaian suatu ambisi. Kenyataan ini dapat dibedakan menjadi kenyataan eksternal (yang berada diluar diri individu) dan kenyataan internal (yang merupakan ciri-ciri pribadi yang melekat pada diri individu yang bersangkutan). Kenyataan internal meliputi berbagai hal seperti Sistim Nilai dan Asumsi (yaitu kumpulan keyakinan individu mengenai benar-salahnya, baik-buruknya atau penting-tidaknya hal-hal tertentu), Kesanggupan (yang meliputi kemampuan bernalar, kemampuan untuk mengendalikan diri, ketrampilan sosial maupun motorik, serta lain-lain kemampuan), dan kecendrungan pribadi (yang meliputi Kebiasaan, Temperamen, dan Gaya Kerja). Kenyataan internal ada yang bersifat menetap dan ada pula yang dapat diubah atau dikembangkan.

Hal-hal yang sudah terberi sejak lahir, misalnya cacat fisik, keterbatasan kecerdasan/inteligensi atau hal-hal lain yang bersifat bawaan, biasanya tidak dapat diubah atau dikembangkan. Sedangkan Kemampuan berbahasa Inggris atau ketrampilan cara kerja adalah hal-hal yang dapat dikembangkan.

Peningkatan dari Kemampuan yang dapat dikembangkan merupakan dasar dari pengembangan A-K-U karena sesungguhnya diantara ketiga unsur A-K-U hanya Kemampuanlah yang memiliki sifat kumulatif. Ambisi yang telah dicapai akan "hilang" dari komposisi A-K-U demikian pula Usaha yang telah dilakukan untuk mencapai Ambisi tersebut. Ambisi dan Usaha senantiasa berubah-ubah dari waktu ke waktu, sementara Kemampuan selalu bertambah.

Sesuatu yang semula merupakan Ambisi dimasa yang akan datang mungkin telah berubah menjadi bagian dari Kemampuan. Seorang wanita yang dulunya punya Ambisi untuk belajar memasak dan kemudian menjadi akhli masak, setelah berumah tangga keakhlian memasak yang dulu adalah Ambisinya, sekarang sudah menjadi bagian dari Kemampuannya sebagai ibu rumah tangga.

Karena pengembangan A-K-U terutama ditandai oleh perkembangan Kemampuan, dan antara A-K-U harus ada keselerasan, maka Ambisi dan Usaha yang baik adalah yang mengarah pada pengembangan Kemampuan. Dengan kata lain, Ambisi dan Usaha yang hanya mengarah pada pencapaian kenikmatan, bukanlah Ambisi dan Usaha yang merupakan ciri kearah pengem-bangan pribadi yang baik / efektif.

UsahaUsaha adalah tindakan nyata yang dilakukan seseorang untuk mencapai Ambisinya. Tindakan nyata tidak harus selalu berupa perbuatan yang dapat dilihat orang. Berpikir merupakan salah satu Usaha, meskipun berpikir tidak dapat dengan mudah diamati. Walaupun Usaha dilakukan oleh individu secara

4

Page 6: Panduan Analisis SaHaBaT

sadar dan dengan perencanaan yang matang, namun tetap ada kemungkinan bahwa Usaha itu tidak efektif untuk mencapai Ambisi tertentu. Misalnya seseorang berusaha keras untuk membuka pintu dengan cara mendorong dan menarik kearah depan dengan paksa, tapi tidak berhasil, karena pintu itu sebenarnya hanya dapat dibuka dengan cara menggesernya ke arah kanan. Contoh lain lagi, seorang ibu menginginkan anaknya punya nilai-nilai baik dalam rapornya dengan menekankan pada anak untuk selalu belajar pada sore hari dimana konsentrasinya masih tinggi. Sementara itu anak yang juga punya keinginan untuk pandai tidak bisa belajar pada sore hari. Ia lebih berhasil bila be-lajar pada malam hari atau belajar bersama-sama dengan teman. Jadi, sebenarnya dalam hal ini untuk mendapatkan nilai baik dalam rapor, anak tidak harus selalu belajar pada sore hari, tetapi masih ada beberapa cara lain yang bisa ditempuh.

Pada dasarnya untuk mencapai Ambisi selalu ada berbagai alternatif Usaha yang satu dengan lainnya berbeda-beda efektivitasnya. Oleh karena itu, untuk mencapai Ambisi seseorang lebih dahulu harus memikirkan alternatif apa saja yang tersedia dan kalau mungkin menciptakan alternatif lain, khususnya apabila alternatif yang ada dinilai kurang efektif. Bila semua alternatif Usaha dinilai tidak efektif atau tidak akan efektif, perlu dilakukan peninjauan lebih jauh apakah Ambisi yang ingin dicapai sesuai dengan Kemampuan yang dimiliki.

Struktur dan dinamika AKU.

Sebagai identitas dari sistem swabina, kesatuan AKU merupakan suatu struktur yang melakukan kegiatan. Kegiatan dari struktur itu disebut sebagai dinamika AKU. Secara ringkas, struktur AKU dapat dilihat dalam bagan di halaman berikut. (Penjelasan lebih lengkap mengenai struktur dan dinamika AKU dapat dilihat dalam buku Manajemen SDM Liwat Konsep AKU, karya R. Matindas.,1997).

Dinamika AKU merupakan proses dari perkembangan AKU. Dalam proses itu terjadi suatu daur (siklus) yang digambarkan sebagai berikut:

Manusia dilahirkan dengan sejumlah potensi yang sekaligus menghasilkan tendensi (kecenderungan) bagi perkembangan manusia yang bersangkutan.

Sejak dilahirkan, manusia hidup dalam suatu lingkungan yang merupakan kenyataan eksternal yang bersifat objektif.

Kenyataan objektif ini dipersepsikan menjadi kenyataan subjektif dan diintegrasikan ke dalam sistem nilai dan asumsi manusia yang bersangkutan. Sistem nilai dan asumsi ini merupakan bagian dari kenyataan internal. Di samping sistem nilai dan asumsi, kenyataan internal juga meliputi Kecenderungan dan Kesanggupan (lihat bagan struktur AKU)

Selain kenyataan yang ada saat sekarang, ada juga kenyataan masa lalu (yang mungkin sudah berubah) dan ada hal-hal yang mungkin menjadi kenyataan dimasa depan.

Di antara kemungkinan-kemungkinan itu ada hal-hal yang diinginkan (diharapkan atau ditargetkan) untuk suatu waktu benar-benat menjadi kenyataan. Hal inilah yang disebut sebagai Ambisi

Ambisi mendorong manusia untuk melakukan tindakan-tindakan demi tercapainya Ambisi itu.

5

Page 7: Panduan Analisis SaHaBaT

Dalam bertindak (ber-Usaha) manusia tidak bisa mengabaikan kenyataan eksternal yang ada. Terjadilah interaksi antara kenyataan eksternal yang objektif dengan kenyataan internal, khususnya yang berupa kecenderungan manusia yang bersangkutan.

Kecenderungan mendorong manusia untuk melakukan tindakan tertentu. Berhasil tidaknya individu melakukan tindakan, dipengaruhi oleh batas-batas kesanggupannya. Setelah tindakkan itu dilakukan belum ada jaminan bahwa ia mencapai Ambisinya. Ada kemungkinan, tindakan yang ia lakukan tidak punya dampak atau tidak efektif dalam mengubah kenyataan eksternal. (Misalkan seorang menghadapi kenyataan bahwa ia dimarahi atasannya. Peristiwa ini memicu sejumlah pemikiran dalam dirinya. Ia bisa kemudian menyimpulkan bahwa ia harus tersenyum pada atasannya untuk meredakan kemarahan sang atasan. Ada kemungkinan ia tidak berhasil tersenyum, karena pada saat yang bersamaan ada kecenderungan dalam dirinya untuk menangis atau untuk menampar atasannya. Andaikan ia berhasil untuk tersenyum, belum ada jaminan bahwa senyumnya benar-benar meredakan kemarahan sang atasan.

Proposisi Konsep AKU

Yang dimaksud dengan proposisi konsep A-K-U adalah pernyataan-pernyataan yang dapat berupa

penjelasan mengenai suatu konsep, atau

penegasan mengenai hubungan sebab akibat antara dua peristiwa atau gejala. Salah satu contohnya adalah proposisi yang berbunyi: Makin jelas faktor yang mendasari ambisi, makin banyak kemungkinan usaha yang bisa ditempuh.

saran yang sebaiknya dilakukan seseorang agar ia dapat mencapai keselarasan antara unsur-unsur A-K-U nya. Contoh proposisi yang berisi saran adalah: Untuk mengembangkan diri, seseorang terlebih dahulu harus mengenal dasar Ambisinya.

Berikut ini diajukan sejumlah proposisi utama dari konsep A-K-U:

1. Konsep AKU adalah rangkuman terpadu dari berbagai teori Psikologi, khususnya yang berkaitan dengan struktur dan dinamika kepribadian, serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

2. Setiap manusia memiliki gambaran A-K-U masing-masing, yang berbeda dari gambaran A-K-U orang lain. Gambaran A-K-U ini merupakan kesatuan dari unsur unsur Ambisi-Kenyataan dan Usaha dari orang yang bersangkuan.

3. A-K-U setiap individu adalah sesuatu yang dinamis yang mungkin berubah dari waktu ke waktu. Perubahan A-K-U ini merupakan proses perkembangan kepribadian dengan catatan bahwa perubahan tidak selalu menghasilkan gambaran yang lebih baik dari yang sebelumnya.

4. Perubahan A-K-U terutama terjadi sebagai akibat dari pengalaman dan

6

Page 8: Panduan Analisis SaHaBaT

karena itu perubahan ini dapat diarahkan; antara lain dengan secara se-ngaja memberikan pengalaman tertentu kepada seseorang. Pendidikan adalah salah satu contoh di mana kepada seseorang secara sengaja diberikan pengalaman tertentu.

5. Seseorang -- pada saat yang bersamaan-- bisa saja memiliki beberapa Ambisi yang tidak sejalan satu dengan lainnya. Keadaan seperti ini disebut sebagai konflik Ambisi.

6. Pangkal dari setiap masalah yang dihadapi seseorang adalah ketidak selarasan antara unsur unsur A-K-U nya. Ketidak selarasan ini biasanya terjadi diantara beberapa Ambisi, antara Ambisi dan Kondisi yang ada atau antara Ambisi / Kondisi dengan Usaha yang dilakukan.

7. Hampir setiap Ambisi sesungguhnya merupakan perantara bagi Ambisi lain yang lebih tinggi, dan sebagian besarAmbisi harus dicapai secara bertahap. Ini berarti bahwa suatu Ambisi yang 'besar' dapat dipecah pecah menjadi sejumlah Ambisi yang lebih kecil.

8. Kumpulan sejumlah Ambisi yang saling terkait satu dengan lainnya disebut sebagai 'Struktur-Ambisi'. Struktur Ambisi yang baik/sehat adalah struktur yang tidak berisi sejumlah Ambisi yang saling bertentangan satu dengan lainnya.

9. Sebuah Ambisi yang merupakan prasyarat bagi terpenuhinya Ambisi yang lain disebut sebagai Ambisi-Perantara. Susunan dari sejumlah Ambisi-Perantara menuju Ambisi yang utama disebut sebagai Anak-Tangga-Ambisi.

10. Dasar dari Ambisi adalah kebutuhan, yaitu keadaan tidak seimbang dalam diri seseorang yang mendorongnya melakukan sesuatu --secara sadar maupun tidak-- untuk mencapai kembali keadaan seimbang. Ketidak seimbangan ini dapat berupa ketidak seimbangan fisiologik [biologis] maupun ketidak seimbangan psikis [kejiwaan]

11. Ambisi yang sama dapat saja berasal dari kebutuhan yang berbeda, sementara kebutuhan yang sama juga dapat melahirkan Ambisi yang berberda. Dengan kata lain, Ambisi hanya merupakan alternatif sasaran yang dapat memenuhi kebutuhan yang lebih mendasar.

12. Untuk memudahkan seseorang menyelesaikan konflik Ambisi yang ada, yang bersangkutan harus menyusun skala prioritas Ambisi yang berisi daftar dari Ambisi Ambisi yang harus didahulukan dari Ambisi lainnya.

13. Karena Ambisi hanya merupakan alternatif sasaran bagi pemuasan suatu kebutuhan, maka kegagalan dalam mencapai suatu Ambisi umumnya tidak akan membawa dampak negatif, bila kebutuhan yang mendasarinya masih dapat dipuaskan melalui pencapaian Ambisi lainnya.

14. Kenyataan dapat bersifat internal, yaitu hal-hal yang ada atau melekat dalam diri seseorang, maupun eksternal yaitu hal hal yang ada dilingkungan orang yang bersangkutan.

7

Page 9: Panduan Analisis SaHaBaT

15. Salah satu Kenyataan internal yang sangat penting adalah Kemampuan. Yang dimaksud dengan kemampuan mencakup baik hal-hal yang bersifat fisik atau mental, maupun yang bersifat sosial-finansial. Relasi yang dimiliki seseorang adalah juga bagian dari kemampuannya.

16. Kenyataan internal lain yang sangat mempengaruhi gambaran AKU seseorang adalah SINA. Sina (sistim nilai dan asumsi) adalah penafsiran subjektif seseorang terhadap realitas [baik yang menyangkut dirinya sendiri maupun yang berkaitan dengan lingkungannya], dan berisi kumpulan keyakinan seseorang tentang benar/salah, baik/buruk, penting/tidak-penting nya hal hal tertentu dalam hidup individu tersebut.

17. Kemampuan ada yang dapat dikembangkan, dan ada yang relatif menetap. Bila Ambisi berada di atas Kemampuan yang relatif menetap, sebaiknya Ambisi ini di'perkecil'. Sebaliknya, jika Ambisi berada di atas kemampuan yang dapat dikembangkan, maka Kemampuan yang harus diubah.

18. Untuk satu jenis Ambisi, umumnya ada lebih dari satu kemungkinan Usaha, dan tiap tiap alternatif Usaha ini memiliki perbedaan efektifitas.

19. Mengembangkan diri adalah hak yang sekaligus merupa kan kewajiban tiap orang, Untuk itu diperlukan adanya sejumlah pegangan atau petunjuk, baik yang bersifat praktis, maupun yang bersifat konseptual. Salah satu konsepsi yang dapat dijadikan pegangan adalah konsep keselarasan A-K-U, yang berisi ajaran-ajaran untuk menyelaraskan Ambisi-Kondisi dan Usaha seseorang.

20. Untuk mengembangkan gambaran A-K-Unya, seseorang harus lebih dahulu mengenali Ambisi dan Kondisinya. Kemudian atas dasar pengenalan ini memikirkan berbagai kemungkinan Usaha dan lalu memilih salah satu Usaha yang punya peluang keberhasilan paling besar serta dampak negatif paling kecil.

21. Pengenalan terhadap Ambisi harus pula meliputi pengenalan terhadap Kebutuhan yang mendasari Ambisi itu, serta Anak Tangga Ambisi dan Ambisi Perantara yang merupakan prasyaratnya. Usaha pengenalan ini dapat terbantu dengan kebiasaan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri setiap kali muncul keinginan untuk mengusahakan sesuatu. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan antara lain adalah :

- mengapa saya menginginkan hal ini.

- apa yang saya dapat jika berhasil mencapai hal ini

- apa yang sesungguhnya saya inginkan

- dan sebagainya

22. Pengenalan terhadap Ambisi juga dapat terbantu bila seseorang terbiasa untuk merumuskan Ambisinya secara khusus / spesifik. Seseorang yang ingin membaca buku Lima Sekawan misalnya, lebih baik menyadari sungguh sungguh bahwa ia ingin membaca dan bukan ingin membeli buku itu.

8

Page 10: Panduan Analisis SaHaBaT

23. Setelah mengenali sebuah Ambisi dan Kebutuhan yang mendasarinya, ada baiknya untuk juga melakukan pengujian terhadap kesungguhan Ambisi itu. Apakah Ambisi itu benar benar diinginkan? Apakah siap untuk mengorbankan hal hal tertentu [kalau memang harus dikorbankan]? Jika kita tidak akan kecewa, malu atau sedih bila sebuah Ambisi tertentu tidak tercapai, maka besar kemungkinan Ambisi itu tidak sungguh sungguh diinginkan.

24. Langkah lebih jauh yang perlu dilakukan adalah menguji peluang keberhasilan. Langkah ini sesungguhnya adalah langkah pengecekkan terhadap keselarasan antara Ambisi dan Kondisi, khususnya dengan Kemampuan yang ada. Dengan sendirinya hal ini hanya dapat dilakukan melalui pengenalan terhadap unsur Kondisi, baik yang internal maupun yang eksternal.

25. Bila pengujian terhadap peluang keberhasilan menunjukkan bahwa Ambisi tertentu kemungkinan besar akan berakhir dengan kegagalan, maka ada baiknya untuk memikirkan Ambisi lain yang dapat memenuhi kebutuhan yang mendasari Ambisi [yang akan gagal tercapai] itu.

26. Jika hasil pengujian menunjukkan kemungkinan bahwa Ambisi itu akan tercapai maka langkah selanjutnya yang perlu adalah mengembangkan berbagai alternatif Usaha, mempertimbangkan efektifitas masing masing alternatif, dan kemudian memilih serta melaksanakan alternatif yang terbaik.

Penerapan konsep AKU.

Konsep AKU terutama diterapkan untuk pengenalan dan pengembangan diri serta untuk pemecahan masalah.

Pengenalan diri dilakukan dengan tujuan agar seseorang mengenali dirinya dan melalui pengenalan ini mampu melakukan hal-hal yang dibutuhkan untuk mengembangkan dirinya. Dalam konsep AKU, mengembangkan diri berarti mengubah Sina yang tidak akurat, mengubah kecenderungan kecendrungan yang tidak produktif dan mengembangkan kemampuan dan keterampilan khususnya dalam pemecahan masalah.

Untuk membantu proses pengenalan diri ada sejumlah pemikiran yang perlu dijadikan pegangan.

Pengembangan diri pada dasarnya adalah pengembangan kualitas kenyataan internal.

Di samping pengembangan kesanggupan, yang juga sangat penting dikembangkan adalah citra diri, yaitu bagian kenyataan internal yang merangkum keyakinan seseorang mengenai dirinya, baik mengenai kesanggupannya, mengenai kewajibannya maupun mengenai hak-haknya.

Citra diri meliputi hal-hal yang menimbulkan perasaan senang dan perasaan tidak senang.

Citra diri juga meliputi gambaran yang sesuai dengan kenyataan dan yang bertentangan dengan kenyataan.

9

Page 11: Panduan Analisis SaHaBaT

Yang ideal adalah citra diri dengan “jendela 1” yang besar (jendela 1 adalah bagian citra diri yang sesuai dengan kenyataan dan menimbulkan perasaan bahagia).

Memperbesar jendela satu dapat dilakukan dengan meningkatkan akurasi citra diri (melalui feed-back, renungan diri dan bantuan inventori) serta penerimaan diri (self acceptance).

Self acceptance dapat ditumbuhkan melalui:

Kajian Nilai, untuk membebaskan diri dari rasa bersalah karena memiliki sifat-sifat tertentu,

Latihan mensyukuri kenyataan

Untuk membantu pengembangan Citra Diri yang sehat, pelatihan berbasiskan konsep AKU akan diawali dengan rangkaian kegiatan untuk membantu mengenali berbagai unsur kenyataan internal dan mendiskusikan akurasi Sina peserta, khususnya yang berkaitan dengan pandangan tentang nasib, pandangan tentang tuntutan, larangan dan anjuran yang berlaku dilingkungan. Setelah itu peserta diajak untuk memikirkan kesanggupan-kesanggupan yang perlu ia kembangkan dan memikirkan kecenderungan-kecenderungan yang perlu diperbaiki.

Untuk pemecahan masalah, konsep AKU menganjurkan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Rumus dasar untuk menerapkan konsep AKU adalah menentukan Usaha yang perlu dilakukan dalam mencapai Ambisi. Sehubungan dengan ini perlu diingat bahwa pencapaian Ambisi umumnya hanya dapat dilakukan dengan mengubah Kenyataan; baik kenyataan internal maupun kenyataan eksternal (jika kenyataan tidak dapat diubah seseorang harus bersedia mengubah Ambisinya, karena jika ia tidak mau mengubah Ambisinya ia akan tetap tinggal dalam persoalan yang tidak terpecahkan). Orang yang harus meng-usahakan perubahan Kenyataan itu sepantasnya adalah orang yang menginginkan Ambisi yang bersangkutan. Jika Kenyataan itu hanya dapat diubah oleh orang lain, maka orang yang menginginkan Ambisi yang ber-sangkutan harus berusaha melakukan sesuatu agar orang lain itu bersedia membantunya).

2. Untuk menentukan Usaha yang harus dilakukan perlu dilakukan analisis yang mendalam mengenai Ambisi dan kenyataan yang ada. Menganalis Ambisi dan Kenyataan berarti berusaha menyadari dasar, kepentingan, kesungguhan dan peluang keberhasilan sebuah Ambisi. Menyadari dasar Ambisi berarti mengenali Ambisi lain yang sebetulnya ingin dicapai melalui pencapaian Ambisi yang sedang dipikirkan. Sehubungan dengan ini perlu diingat bahwa kebanyakan Ambisi ada demi Ambisi lain yang lebih tinggi. Ambisi untuk memperoleh pekerjaan sebetulnya didasari oleh Ambisi untuk mendapatkan penghasilan, sementara Ambisi untuk mendapatkan penghasilan sebetulnya didasari oleh Ambisi untuk bisa membeli sebuah rumah. Lebih jauh, Ambisi untuk membeli rumah didasari pula oleh Ambisi lain, dan seterusnya.

10

Page 12: Panduan Analisis SaHaBaT

3. Dasar paling dalam dari sebuah Ambisi sebenarnya adalah kebutuhan yang tidak seluruhnya disadari. Kebutuhan itu bisa berupa kebutuhan untuk men-dapatkan kenikmatan, menda-patkan ketentraman, mendapatkan kehangatan, mendapatkan kekuasaan dan penghormatan, atau bisa juga un-tuk mendapatkan rasa keberhasilan.

Menyadari dasar Ambisi seringkali memungkinkan seseorang menemukan cara lain mencapai kebutuhannya pada saat Ambisi yang sedang dipikir-kannya kelihatan sulit untuk dicapai.

4. Selain menyadari dasar Ambisi, seseorang juga perlu memeriksa penting-tidaknya Ambisi itu, maupun mungkin tidaknya ia mencapai Ambisi yang bersangkutan. Ia juga perlu menguji lebih jauh apakah ia sungguh-sungguh menginginkan Ambisi yang bersangkutan ataukah sesungguhnya meng-inginkan hal lain yang dikiranya dapat ia capai dengan mencapai Ambisi yang dipikirkannya itu.

5 Baru setelah seseorang yakin benar pada Ambisi yang ingin, penting, dan mungkin dicapai, ia dapat mulai usahanya dengan menentukan hal-hal nyata yang harus ia lakukan untuk mencapai Ambisi itu.

Analisis SaHaBaT Pribadi

Istilah SaHaBaT adalah singkatan dari Sasaran, Hambatan, Bantuan dan Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan.

Analisis SasaranAnalisis Sasaran pada dasarnya adalah analisis terhadap Ambisi. Analisis ini harus meliputi analisis untuk menemukan dan merumuskan sebuah sasaran yang layak diperjuangkan dan mendapat prioritas. Pada dasarnya analisis Sasaran dimulai dengan mengkaji berbagai Ambisi yang ada, lalu membanding-bandingkan suatu Ambisi dengan Ambisi-Ambisi lainnya. Dengan melihat persamaan yang ada dalam berbagai Ambisi, seseorang mungkin memperoleh insight mengenai dasar atau akar dari berbagai Ambisinya.

Disamping itu, membandingkan suatu Ambisi dengan Ambisi-Ambisi lainnya juga memungkinkan seseorang menemukan Ambisi-Ambisi yang saling bertentangan satu dengan lainnya dan atas dasar itu berpikir lebih jauh mengenai perlunya menentukan prioritas.

Langkah berikut dalam analisis Sasaran adalah menghitung nilai Ambisi dari tiap Ambisi dan kemudian memilih sejumlah kecil Ambisi yang diprioritaskan (lihat penjelasan mengenai cara perhitungan Indeks Ambisi di bagian lain buku ini)

Jika sebuah Ambisi telah ditetapkan menjadi sasaran, maka perumusannya harus dilakukan dengan cara yang memungkinkan dilakukannya penilaian secara objektif. Kata-kata yang digunakan untuk merumuskan Ambisi harus jelas, terukur dan tidak memungkinkan berbagai interpretasi. (Lihat Tolok Ukur Keberhasilan)

11

Page 13: Panduan Analisis SaHaBaT

Analisis Dampak sebuah Ambisi

Disamping menganalisis manfaat dan peluang sebuah Ambisi , ada perlunya untuk juga memikirkan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh sebuah Ambisi, khususnya yang berkaitan dengan tuntutan, larangan dan anjuran yang berasal dari lingkungan eksternal.

Analisis Hambatan dan Bantuan.

Analisis Hambatan dan Bantuan pada dasarnya adalah analisis terhadap kenyataan. Analisis terhadap kenyataan dapat di pilah-pilah menjadi analisis terhadap hal-hal yang membantu dan yang menghambat Ambisi tertentu. Secara lebih rinci, pemilihan juga bisa dilakukan dengan membedakan kenyataan internal dan kenyataan eksternal. Seringkali orang lupa pada beberapa faktor yang dapat menghambat atau membantu. Untuk memperkecil kemungkinan alpa, ada baiknya membiasakan diri menggunakan daftar sidik (check list).

Beberapa hal yang merupakan faktor bantuan dan hambatan dapat dilakukan baik terhadap kenyataan internal maupun terhadap kenyataan eksternal. Bantuan maupun hambatan dapat berasal dari:

Peraturan yang berlaku di lingkungan

Tradisi dan adat istiadat

Kecenderungan yang sedang berlangsung

Orang atau institusi yang mungkin berminat kerja sama

Modal yang tersedia

Waktu yang tersedia

Teknologi dan peralatan yang ada

Analisis terhadap Hambatan dan Bantuan sebetulnya dibutuhkan untuk menemukan Tindakan yang perlu dilakukan. Tiap-tiap Hambatan harus diusahakan pemecahannya, sementara tiap Bantuan harus diusahakan untuk dimanfaatkan.

Analisis TindakanAnalisis Tindakan adalah analisis untuk menemukan langkah-langkah yang harus dilakukan demi pencapaian Ambisi. Dengan sendirinya analisis ini dapat dilakukan dengan memperhatikan analisis Sasaran, Hambatan dan Bantuan. Selain itu ada sejumlah pertanyaan yang dapat merangsang pemikiran dalam menentukan tindakan yang harus dilakukan. Pertanyaan-pertanyaan itu antara lain adalah:

Informasi apa saja yang perlu dikumpulkan demi pencapaian Ambisi

Keahlian apa saja yang perlu dikuasai agar Ambisi dapat dicapai

Siapa-siapa saja yang harus dihubungi untuk memperlancar pencapaian Ambisi

Peralatan-peralatan apa saja yang harus disiapkan

12

Page 14: Panduan Analisis SaHaBaT

Selain memperhatikan hal-hal di atas, perumusan tindakan harus dilakukan secara seksama sehingga jelas, Apa yang harus dilakukan, Siapa yang harus melakukan, Kapan akan dilakukan, Kapan harus selesai, dan Bagaimana cara melakukannya.

Bagan Penerapan Konsep AKU

13

Ambisi yang mungkin tetapi belum tentu tercapai pasti memerlukan usaha untuk

memperkecil ketidakpastian dan memperbesar

kemungkinan. Pikirkan hal-hal yang harus dilakukan

untuk ini

Sebuah Ambisi biasanya ada demi Ambisi lain yang lebih tinggi. Ada kalanya Ambisi yang lebih tinggi masih mungkin dicapai

tanpa harus mencapai Ambisi tertentu yang semula dianggap harus dicapai.

Rumuskan Ambisi yang lebih tinggi tersebut

Kembangkan alternatif cara pencapaian Ambisi

Analisis dampak dan peluang masing-masing

alternatif

Pilih alternatif terbaik

Jalankan alternatif

Monitor hasilnya

RumuskanAmbisi

Mungkin? Pasti?

Ambisi yang pasti tercapai , tidak

memerlukan perhatian. Gunakan enerji untuk memikirkan ambisi

lain

Tidak ada gunanya memikirkan Ambisi yang tidak penting , pasti tidak

mungkin tercapai. Gunakan enerji untuk Ambisi lain

Penting?YA

YA

YA

TIDAK

TIDAK

Page 15: Panduan Analisis SaHaBaT

Perhitungan Indeks Ambisi

Indeks Ambisi adalah angka yang menunjukkan nilai kelayakan sebuah Ambisi. Ambisi dengan nilai yang tinggi perlu mendapat prioritas lebih tinggi dari Ambisi dengan nilai yang lebih rendah.

Indeks Ambisi adalah nilai total dari berbagai nilai yang dapat diberikan untuk sebuah Ambisi. Berikut adalah macam-macam nilai yang dapat diberikan pada sebuah Ambisi.

Nilai Kesungguhan (Disebut juga sebagai nilai intensitas).

Nilai kesungguhan sebuah Ambisi adalah ukuran sejauh mana Ambisi yang bersangkutan akan dijadikan prioritas jika dibandingkan dengan Ambisi-ambisi lainnya. Untuk menentukan kesungguhan sebuah Ambisi, ada sejumlah pertanyaan yang dapat diajukan. Pertanyaan-pertanyaan itu antara lain adalah:

Apakah Ambisi ini akan dikorbankan jika usaha pencapaiannya bertentangan dengan pencapaian Ambisi lainnya. Jika jawabnya adalah “ya” maka berarti Ambisi ini bukan Ambisi yang memiliki prioritas tinggi.

Bagaimanakah perasaan yang akan muncul jika Ambisi ini gagal dicapai?. Jika kegagalan tidak akan mengakibat perasaan sedih, kecewa atau malu, maka Ambisi yang bersangkutan tidak tergolong sebagai Ambisi yang sangat diinginkan.

Apakah Ambisi ini akan tetap diusahakan jika pada awal Usaha akan ditemui berbagai kesulitan? Jika tidak, maka Ambisi ini tidak sungguh-sungguh dii-nginkan

Nilai Peluang.Nilai peluang sebuah Ambisi adalah ukuran kemungkinan tercapainya Ambisi yang bersangkutan. Ambisi yang sudah pasti akan tercapai, adalah Ambisi yang sudah tidak perlu terlalu diperhatikan. Usaha sebaiknya dilakukan untuk Ambisi-Ambisi yang mempunyai peluang keberhasilan relatif tinggi, tetapi masih mungkin gagal jika tidak sungguh-sungguh diperjuangkan. Juga perlu dipertanyakan apakah peluang keberhasilan Ambisi yang bersangkutan dapat ditingkatkan melalui Usaha nyata. Ada beberapa Ambisi yang memang mungkin tercapai, tetapi pencapaiannya sama sekali tidak tergantung pada Usaha melainkan pada nasib baik. Ambisi-Ambisi seperti ini tidak perlu diperjuangkan, karena hasilnya toh akan tergantung pada nasib.

Nilai ManfaatNilai manfaat sebuah Ambisi adalah ukuran kepentingan Ambisi yang bersangkutan. Ada beberapa Ambisi yang memang benar-benar diinginkan, tetapi sebetulnya tidak perlu diperjuangkan. Ambisi-Ambisi yang lebih terarah pa-da kenikmatan atau kepada kebanggaan semu, bukanlah Ambisi yang penting. Pencapaian Ambisi seperti ini tidak akan meningkatkan kesanggupan seseorang

14

Page 16: Panduan Analisis SaHaBaT

untuk mencapai ambisi yang lebih tinggi / lebih besar di kemudian hari. Sebaliknya, Ambisi yang berorientasi pada kenikmatan seringkali menguras kesanggupan / modal seseorang, khususnya kesanggupan finansial, dan “cadangan waktu produktif”. Jika kegagalan pencapaian sebuah Ambisi tidak akan membawa akibat-akibat yang tidak diinginkan, maka Ambisi itu tergolong sebagai Ambisi yang tidak penting.

Nilai Urgensi.Nilai urgensi adalah nilai yang menggambarkan kemendesakkan Ambisi yang bersangkutan. Ada sejumlah Ambisi yang penting tetapi pencapaiannya masih bisa ditunda. Yang harus didahulukan adalah pencapaian Ambisi yang segera diperlukan demi mencapai Ambisi lain yang lebih tinggi

Nilai Harmoni.Nilai keharmonisan sebuah Ambisi adalah ukuran keselarasan sebuah Ambisi dengan Ambisi lainnya, dan dengan kenyataan yang ada. Ambisi yang bertentan-gan dengan Ambisi lain atau bertentangan dengan moral pribadi atau budaya perusahaan, adalah Ambisi dengan nilai Keharmonisan yang rendah.

Untuk tiap-tiap Nilai yang diuraikan di atas, sebuah Ambisi bisa saja diberikan angka tertentu misalnya angka antara 1 sampai 5. Kemudian dengan menjumlahkan Nilai Kesungguhan, Nilai Peluang, Nilai Manfaat, Nilai Urgensi dan Nilai Keharmonisan, diperoleh satu Nilai yang menggambarkan layak tidaknya suatu gagasan mengenai Ambisi dirumuskan menjadi Sasaran.

15

Page 17: Panduan Analisis SaHaBaT

Manjemen TantanganManajemen tantangan adalah kegiatan untuk mengelola tantangan. Untuk itu, terlebih dahulu perlu disadari apa sesungguhnya yang merupakan hakikat tantangan. Juga perlu dipahami beda yang mendasar antara tantangan dengan rintangan. Berikut ini diuraikan serba singkat hal-hal yang berkaitan dengan manajemen tantangan, dengan sistimatikan sebagai berikut:

A Hakikat tantangan B. Manfaat tantangan C. Cara mengolah tantangan

1. Ciptakan tantangan 2 Rumuskan tantangan3. Pelajari/analisis tantangan4. Buat keputusan5. Susun rencana6. Analisis hasil

A. Hakikat tantangan1. Tantangan bukan hambatan

Tantangan bisa bisa dicari, bisa dihindari. Hambatan muncul sendiri dan perlu diatasi

2. Tantangan adalah kesempatan Tantangan bisa dimanfaatkan untuk mencapai kemajuan

3. Tantangan mengandung risiko Menghadapi tantangan orang bisa berhasil tetapi juga bisa gagal Sesuatu jadi menantang karena adanya ketidakpastian

B. Manfaat tantangan 1. Membuat orang lebih giat

Karena tantangan dapat menimbulkan kegagalan, orang akan lebih giat berusaha dan bekerja.

2. Membuat usaha lebih terarah Tantangan membuat orang sadar akan adanya sesuatu yang harus diperjuangkan. Karena itu jadi lebih terarah.Tanpa tantangan orang akan bertindak tanpa arah dan menyia-nyiakan banyak waktu dan tenaga

3. Membantu pengenalan diriKeberhasilan / kegagalan membantu orang mengenali kemampuannya. Adanya tantangan membuat orang berpikir dan menganalisa kemampuan

4. Membuat hidup jadi bermaknaTantangan membuat orang keluar dari rutinitas yang menjemukan. Hidup jadi bervariasi dan lebih menarik.Keberhasilan mengerjakan hal yang menantang memberikan rasa puas yang lebih besar dan meningkatkan harga diri.

16

Page 18: Panduan Analisis SaHaBaT

C. Cara mengolah tantangan

1. Ciptakan tantangan dengan mengajukan pertanyaan:Adakah cara lain untuk mengerjakan tugas-tugas saya sehingga hasilnya akan lebih baikAdakah kebiasan-kebiasaan saya yang perlu diubah atau diperbaikiAdakah potensi saya yang belum dipakai atau dikembangkanApa saja keinginan saya yang belum tercapai

2. Rumuskan tantanganBuatlah target yang jelas dan terukur

3. Pelajari / analisis tantangan Pelajari konsekuensi yang dapat ditimbulkan oleh sebuah tantangan

Apa saja yang harus dikorbankan untuk mencapai tantangan ituRelakah saya mengorbankan hal hal ituApa saja akibat yang mungkin timbul kalau gagalSiapkah saya menanggung akibat itu

4. Pelajari Nilai manfaat sebuah tantanganApa kepuasan dan keberuntungan yang bakal dicapai kalau berhasilSebandingkah dengan pengorbanan yang diberikanApakah saya benar benar ingin mencapainya

5. Pelajari kesulitan / resiko yang harus dihadapiMampukah saya mencapai tantangan iniApakah tantangan ini tidak terlalu besar / kecil

6. Buat keputusan Terima , tolak atau sesuaikan tantangan

7. Susun dan laksanakan rencana Buat rencana dan alternatifnyaTentukan hal-hal yang harus SAYA lakukan

8. Analisis Hasil Apa yang sudah tercapai? Sesuaikah dengan target? Apa yang masih harus dilakukan?

17

Page 19: Panduan Analisis SaHaBaT

Pedoman Pengukuran HasSil Pribadi

1. Khayalan yang dimiliki seseorang –misalnya cerita yang ia buat-- dapat dijadikan indikator dari kuat lemahnya hasrat orang itu untuk mencapai prestasi. Keyakinan ini didasarkan pada kenyataan bahwa cerita yang dibuat seseorang senantiasa dipengaruhi oleh faktor internal orang yang bersangkutan.

2. Langkah pertama dalam menilai cerita adalah memeriksa apakah dalam cerita tersebut ada salah satu tokoh yang punya tujuan tertentu. Bila tidak, cerita yang bersangkutan langsung diberi nilai nol (0).

3. Adanya tujuan tidak selalu perlu dinyatakan secara eksplisit. Kalimat seperti: Ia sedang bekerja keras agar dapat menyelesaikan tugasnya sebelum pukul 21.00" menunjukkan bahwa yang bersangkutan punya tujuan, yaitu menyelesaikan pekerjaannya sebelum pukul 21.00”. Kata-kata seperti untuk, demi, agar dan sebagainya adalah indikator adanya tujuan.

4. Setiap tujuan yang terungkap dalam cerita diberi nilai tertentu tergantung dari sifat tujuannya. Tujuan yang bersifat prestatif diberi nilai +1, sementara tujuan yang bersifat mengejar kenikmatan, kekuasaan atau kebersamaan mendapat nilai -1. Tujuan yang tergolong prestatif adalah tujuan-tujuan yang:

Memiliki ukuran keberhasilan yang pasti

Mengharuskan kerja-keras dalam jangka waktu yang panjang

Unik, lain dari yang lain

Bersifat memperbaiki atau meningkatkan hasil sebelumnya

Mencerminkan adanya keinginan untuk bersaing dengan orang lain.

5. Cerita yang mengandung tujuan prestatif perlu diperiksa lebih jauh untuk menentukan kekuatan motif-prestatif yang dikandungnya. Tambahan nilai +1 diberikan untuk masing-masing katagori di bawah ini, jika hal ini dilakukan demi tercapainya tujuan prestatif yang bersangkutan.

a Kegiatan / aktivitas

Nilai untuk katagori aktivitas diberikan bila jelas-jelas disebutkan adanya tindakan nyata yang dikerjakan demi tercapainya tujuan prestatif yang bersangkutan

b Keinginan

Nilai untuk katagori keinginan diberikan jika secara eksplisit disebutkan bahwa sang tokoh cerita menginginkan atau mengharapkan atau membutuhkan tercapainya tujuan prestatif yang bersangkutan.

c Hambatan pribadi

Nilai untuk katagori ini diberikan bila dalam cerita diungkapkan adanya kondisi pribadi sang tokoh yang dapat menghambat tercapainya tujuan prestatif yang diinginkan. Nilai untuk katagori ini tidak diberikan bila kelemahan yang diungkapkan tidak relevan dengan tujuan prestatif yang ingin dicapai.

d Hambatan Lingkungan

18

Page 20: Panduan Analisis SaHaBaT

NIlai untuk katagori ini diberikan bila disebutkan adanya kondisi lingkungan yang dapat menghambat pencapaian tujuan

e Bayangan Keberhasilan

Nilai untuk katagori ini diberikan bila secara eksplisit disebutkan adanya pemikiran sang tokoh cerita tentang kemungkinan ia berhasil mencapai tujuan prestatifnya.

f Bayangan Kegagalan

NIlai ini diberikan bila secara eksplisit terungkap adanya pemikiran bahwa sang tokoh melihat adanya kemungkinan ia akan gagal mencapai tujuannya. Penyebutan Hambatan Lingkungan tidak otomatis menunjukkan adanya perkiraan tentang kemungkinan gagal.

g Pemikiran tentang Bantuan atau Kemungkinan Bantuan

Nilai untuk katagori ini diberikan bila sang tokoh memikirkan bantuan yang dapat ia harapkan, atau bila ia mendapat bantuan, termasuk bantuan yang tidak diminta. Nilai juga diberikan bila sang tokoh memikirkan alternatif bantuan, walaupun tidak jelas apakah ia pada akhirnya mendapatkan bantuan itu atau sebaliknya tidak mendapatkan bantuan.

h Perasaan-perasaan Positif

Nilai ini diberikan bila disebutkan adanya perasaan positif (senang, gembira, puas) pada tokoh yang bersangkutan ketika ia memikirkan keberhasilannya, atau ketika ia pada akhirnya benar-benar berhasil.

i Perasaan Negatif

Nilai ini diberikan bila sang tokoh memikirkan, atau menunjukkan adanya perasaan negatif (sedih, takut, kecewa, jengkel) ketika memikirkan kemungkinan gagal, atau ketika benar-benar gagal dalam mencapai tujuannya.

j Thema

Nilai ini diberikan jika thema cerita yang dibuat adalah tentang usaha mencapai suatu tujuan yang prestatif.

Contoh-contoh

Cerita 1:

Anak itu berlari cepat-cepat agar bisa sampai ke sekolah sebelum pelajaran dimulai. Cerita ini mendapat 1 nilai positif untuk tujuan prestatif (sampai disekolah sebelum pelajaran dimulai; ada ukuran keberhasilan) dan 1 nilai positif lainnya untuk kegiatan (berlari). Karena tidak secara eksplisit disebutkan bahwa ia ingin sampai sebelum terlambat, cerita ini tidak mendapat skor untuk katagori keinginan.

Cerita 2:

19

Page 21: Panduan Analisis SaHaBaT

Orang-orang ini berkumpul untuk merayakan keberhasilan mereka menjuarai perlombaan paduan suara. Yang ditengah adalah dirigennya dan yang berdiri dekat jendela adalah pemain piano. Mereka sangat senang karena kerja keras mereka telah memberikan hasil. Tujuan yang disebutkan dalam cerita ini adalah tujuan yang tidak bersifat prestatif. Orang-orang ini berkumpul untuk merayakan keberhasilan. Perasaan senang yang disebutkan tidak berkaitan dengan tujuan yang bersifat prestatif, karena itu tidak mendapat nilai. Tindakan bekerja keras yang disebutkan juga tidak mendapatkan nilai.

Cerita 3:

Ia sungguh-sungguh memusatkan perhatiannya pada eksperimen ini. Minggu lalu ia telah melaporkan hasil percobaan yang membuat banyak orang merasa kagum. Ia sendiri merasa senang dengan hasil percobaan minggu lalu. Tetapi ia menemukan adanya suatu kesalahan yang ingin ia perbaiki. Ia tidak yakin ia akan berhasil, tetapi ia akan mencobanya Tujuan yang diungkapkan adalah memperbaiki kesalahan, tujuan ini adalah tujuan yang bersifat prestatif. Untuk tujuan ini ada tindakan memusatkan perhatian dan ada pemikiran tentang kemungkinan gagal. Perasaan senang tidak mendapatkan nilai karena perasaan itu berkaitan dengan percobaan minggu lalu dan bukan dengan tujuan memperbaiki kesalahan. Cerita ini juga mendapat skor untuk thema.

20

Page 22: Panduan Analisis SaHaBaT

Penjabaran Ambisi

Yang dimaksud dengan penjabaran Ambisi adalah kegiatan merinci sebuah Ambisi dan menentukan ukuran keberhasilannya.

Pada umumnya Ambisi senantiasa berkaitan dengan sejumlah Ambisi lain baik yang merupakan Ambisi-susulan, Ambisi-prasyarat, Ambisi-alternatif maupun Ambisi-perintang.

Jika AmbisiX diusahakan demi mempermudah tercapainya AmbisiY maka AmbisiY disebut sebagai Ambisi-susulan dari AmbisiX.

Di lain pihak jika untuk mencapai AmbisiX seseorang lebih dahulu harus berhasil mencapai AmbisiP, maka AmbisiP disebut sebagai Ambisi-prasyarat.

Di samping Ambisi-susulan dan Ambisi-prasyarat, ada jenis Ambisi lain yang disebut sebagai Ambisi-perintang. Jika Usaha untuk mencapai AmbisiR akan menyebabkan seseorang mengalami kesulitan untuk mencapai AmbisiX, maka AmbisiR disebut sebagai Ambisi-perintang bagi AmbisiX

Melalui penjabaran Ambisi seseorang berusaha membuat semacam peta-Ambisi dimana tergambar keterkaitan antara satu Ambisi dengan Ambisi lainnya.

Selain menggambarkan Ambisi-Ambisi yang merupakan Ambisi-susulan, Ambisi-prasyarat dan Ambisi-perintang penjabaran Ambisi juga meliputi kegiatan merumuskan ukuran keberhasilan dari Ambisi yang jadi pusat per-hatian

Tolok Ukur Keberhasilan

Pengertian

Tolok Ukur Keberhasilan adalah sasaran minimal yang harus dicapai, sebelum suatu program dapat dikatakan berhasil.

Dengan kata lain bila sasaran minimal ini tidak tercapai, program yang bersangkutan tidak dapat dikatakan berhasil, atau dengan kata lain harus dianggap gagal.

PersyaratanAgar dapat dijadikan patokan penilaian, Tolok Ukur Keberhasilan harus dirumuskan dengan bahasa yang sangat jelas atau dengan ukuran yang mengandung kepastian sehingga tidak memungkinkan terjadinya berbagai macam interpretasi.

21

Page 23: Panduan Analisis SaHaBaT

Ini berarti perumusan Tolok Ukur Keberhasilan harus menghindari penggunaan kata kata yang mempunyai pengertian relatif seperti :"baik atau buruk ", "cepat atau lambat", "banyak atau sedikit", "besar atau kecil", menarik atau membosankan" "mungkin" dan sebagainya.

Beberapa Cara Merumuskan Tolok Ukur

Mencantumkan batas Waktu. Ukuran Waktu bisa meliputi batas waktu selesainya suatu program (misalnya :"pencetakan undangan sudah harus selesai sebelum tanggal 2 Februari l989”), atau lama waktu yang diizinkan untuk satu kegiatan (misalnya : "rapat yang bersangkutan dapat diselesaikan maksimal dalam waktu dua setengah jam”).

Menyebutkan jumlah angka yang pastiUkuran jumlah dapat meliputi jumlah orang, jumlah uang, jumlah nilai dan sebagainya. Beberapa contoh Tolok Ukur yang menyangkut jumlah adalah : Rapat harus dihadiri oleh minimal 2/3 jumlah anggota. Di akhir bulan Maret sudah harus terkumpul dana sebesar dua

seperempat juta rupiah.

Mencantumkan mutu minimal yang diharapkan.Contoh Tolok Ukur yang menyangkut Mutu adalah : Target yang akan dicapai minimal juara dua. Dalam kepengurusan yang akan datang saya minimal menjabat ketua

seksi. Film propaganda ini akan dibintangi oleh sekurang kurangnya dua artis

yang minimal pernah dinominasikan untuk mendapat piala Citra.

Fungsi/ manfaat Tolok Ukur

1. Tolok Ukur menjamin adanya objektivitas dalam menilai keberhasilan suatu kegiatan program. Objektif disini berarti penilaian tidak akan tergantung pada subjek yang melakukan penilaian melainkan pada objek yang dinilai. Bandingkan saja (diantara dua rumusan berikut) mana yang lebih menjamin adanya objektivitas.

a. Meningkatkan partisipasi mahasiswa dalam latihan rutin bola volley,

b. Selama periode ini, akan diselenggarakan minimal 64 kali latihan rutin, dan tiap latihan minimal dihadiri oleh 15 orang, dan tiap sesi latihan akan berlangsung minimal 2 jam.

2. Tolok ukur yang baik akan memudahkan seseorang menilai sejauh mana hasil yang telah diperoleh menyimpang dari yang direncanakan. Dengan menetapkan batas waktu yang pasti (misalnya selambat lambatanya jam 12.15), kita akan tahu berapa jam / menit kita terlambat atau terlalu cepat. Pengetahuan ini dibutuhkan untuk dijadikan pertimbangan sewaktu akan merumuskan target yang akan datang.

22

Page 24: Panduan Analisis SaHaBaT

3. Fungsi utama dari tolok ukur adalah memberikan petunjuk mengenai hal hal yang harus dilakukan bagi tercapainya sasaran yang ditetapkan. Seseorang yang hanya mengatakan "ingin meningkatkan pengetahuan bahasa Inggris" tidak terlalu jelas mengenai hal yang harus dilakukan dibandingkan dengan orang yang mengatakan "lulus Grade 6 di PPIA".

4. Tolok Ukur memudahkan kita dalam menentukan prioritas tujuan yang ingin dicapai, terutama bila sebuah kegiatan memiliki beberapa tujuan. Perhatikan contoh berikut.: Sebuah kelompok ingin menyelengarakan pertunjukkan kesenian dalam dalam rangka pengumpulan dana. Penyelenggara mungkin berharap agar pengunjung acara ini cukup banyak dan disamping itu juga menghasilkan keuntungan. Menjelang saat pertunjukkan, penyelenggara dihadapkan pada kondisi bahwa karcis tidak laku dijual, tetapi sebetulnya walaupun banyak karcis yang tidak terjual, panitia sudah memperoleh keuntungan yang berasal dari para sponsor. Bila karcis yang tidak terjual tetap disimpan, maka pertunjukkan akan sepi penonton. Sebaliknya bila karcis dibagikan secara cuma-cuma, panitia justru harus menambah jumlah pengeluaran, karena karcis ini berlaku juga untuk kupon makan. Kondisi di atas menyebabkan penyelenggara dihadapkan pada dua pilihan:

a. Menyelenggarakan pertunjukkan yang menguntungkan tetapi sepi penonton, atau

b. Menyelenggarakan pertunjukkan yang dihadiri banyak orang tetapi membawa kerugian.

Panitia mungkin tidak perlu bingung bila sasarannya secara pasti dirumuskan sebagai: "menyelenggarakan pertunjukkan yang dihadiri minimal oleh dua ratus orang"

5. Disamping semua manfaat di atas, adanya Tolok Ukur juga memudahkan seseorang untuk memperkirakan tingkat kesulitan suatu rencana.

Contoh Program Dengan Tolok Ukur Yang Rinci

Senat Mahasiswa Fak. Sastra Univ. Mojopahit ingin mengadakan lomba gerak jalan dengan sasaran yang dirumuskan sebagai berikut :

Lomba minimal diikuti oleh 25 regu, dan diantaranya harus termasuk regu Harian Sinar Majapahit.

Lomba ini dibuka oleh Menteri Pemuda dan Olah Raga

Kegiatan Lomba ini diliput oleh minimal 3 Surat Kabar termasuk diantaranya Harian Sinar Majapahit, dan liputan harus berukuran minimal 10 CM x 3 kolom dan ditempatkan di halaman 1 atau halaman2

Penghasilan yang diperoleh dari sponsor dan uang pendaftaran peserta, setelah dikurangi biaya harus minimal = empat juta rupiah.

Pembubaran panitia lomba sudah dapat diadakan paling lambat bulan Juni tanggal 12, dengan catatan semua laporan pertanggung jawaban kegiatan telah diterima dan disahkan oleh senat mahasiswa.

23

Page 25: Panduan Analisis SaHaBaT

Soal Latihan:

Buatlah penjabaran dari tiap-tiap Ambisi di bawah ini, lalu rumuskanlah ukuran keberhasilannya.

Menyelesaikan tugas akhir dalam pendidikan S2 Lulus dalam mata kuliah tertentu Mengurangi berat badan Meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris Mengurangi kebiasan merokok Meningkatkan kemampuan membagi waktu Menguasai teknik presentasi

24

Page 26: Panduan Analisis SaHaBaT

MANAJEMEN RISIKO 1 Banyak orang menahan napas ketika menyaksikan adegan akrobatik yang

dilakukan seorang penerbang. Tidak sedikit yang menganggap sang pilot sedang menempuh risiko yang sangat berbahaya. Di lain pihak, bagi pilot itu sendiri, tindakannya mungkin sama sekali tidak dianggap sebagai hal yang berbahaya. Ia terbiasa dengan kegiatan itu dan tahu betul cara-cara menghindari bahaya. Ia bahkan barangkali sudah punya persiapan untuk melakukan tindakan-tindak tertentu (misalnya meloncat dengan parasut) jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

2 Pilot yang diceritakan di atas satu waktu diejek sebagai pengecut ketika ia tidak berani menerima tantangan seorang petinju untuk berkelahi. Beberapa orang merasa heran karena pilot yang dianggapnya nekat dalam pertunjukan akrobatik ternyata tidak berani berkelahi melawan seorang petinju. Padahal, sangat mungkin bagi sang pilot, perkelahian dengan seorang petinju punyai nilai risiko yang jauh lebih besar dibandingkan dengan berakrobat dalam pe-sawat tempur.

3 Sesuatu yang merupakan risiko bagi seseorang sangat boleh jadi bukan risiko bagi orang lain. Oleh karena itu sebelum menggolongkan seseorang sebagai pengambil risiko tinggi, kita lebih dahulu harus mengenali berbagai karakteristik lain dari orang yag bersangkutan.

4 Pada dasarnya risiko adalah sesuatu yang belum terjadi, walaupun masih mungkin akan terjadi. Peluang terjadinya suatu akibat yang tidak diinginkan adalah ukuran besar kecilnya risiko yang dihadapi seseorang. Sesuatu pantas disebut sebagai berisiko tinggi jika akibat negatifnya (dalam ukuran subjektif) sangat mungkin terjadi.

5 Tiap-tiap orang punya cara tersendiri dalam berhadapan dengan risiko. Ada orang-orang yang cenderung menghindari risiko dengan cara tidak melakukan apa-apa. Daripada menghadapi risiko ban mobil pecah, ia memilih untuk tidak melakukan perjalanan. Orang lain, mungkin juga tidak melakukan apa-apa untuk memperkecil risiko, tetapi tetap berani menempuh bahaya dan bersedia menerima konsekuensinya. Orang yang lain lagi ber-usaha memperkecil risiko atau berusaha memperkecil akibat risiko.

6 Menolak menempuh risiko sering kali menghambat kemungkinan perkembangan, baik perkembangan diri pribadi maupun perkembangan organisasi. Untuk dapat berkembang orang harus mau mengambil risiko, tentu saja kita tidak menganjurkan orang untuk bertindak nekat.

7 Ada beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan sehubungan dengan kegiatan yang mengandung risiko.

a Dalam hidup kita hampir tidak mungkin terus-terus menghindari risiko. Ada situasi-situasi yang bagaimanapun juga memaksa kita membuat putusan yang mengandung risiko. Jika misalnya kita mendengar isu

25

Page 27: Panduan Analisis SaHaBaT

bahwa dolar akan naik kita dihadapkan pada situasi yang memaksa kita membuat putusan. Apapun putusan kita tetap saja ada risiko yang harus kita hadapi, karena isyu itu mungkin benar, tetapi mungkin juga tidak benar. Kalau kita tidak menukar uang kita dengan dolar, ada kemungkinan bahwa devaluasi benar-benar terjadi. Sebaliknya, jika kita menukarkan uang rupiah kita dengan dolar, masih ada kemungkinan tidak ada devaluasi.

b Yang kita bayangkan sebagai akibat, adalah sesuatu yang belum tentu terjadi. Kita perlu benar-benar memperhitungkan sejauh mana hal itu mungkin terjadi. Tetapi di lain pihak, kitapun harus sadar bahwa hal yang kita anggap tidak akan terjadi masih mungkin terjadi. Karena itu kita harus benar-benar teliti dalam memperhitungkan kemungkinan terjadinya sesuatu.

c Risiko --karena belum terjadi-- masih mungkin diperkecil. Banyak hal yang dapat (dan kadang-kadang harus) dilakukan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya hal yang tidak diharapkan. Kalau kita akan mengadakan perjalanan dan kuatir akan kemungkinan pecahnya ban mobil, kita dapat mengganti ban yang sudah tua dengan ban baru. Ini akan memperkecil kemungkinan ban pecah.

d Selain dapat memperkecil kemungkinan terjadi suatu kejadian, kita juga dapat memperkecil akibat buruk yang ditimbulkan oleh kejadian itu. Kalau kita masih tetap kuatir bahwa ban mobil yang baru pun masih mungkin pecah, kita dapat menyediakan ban serep untuk mengganti kalau ada ban yang pecah.

e Jika berdasarkan pertimbangan yang benar-benar matang kita sampai pada kesimpulan bahwa kita tidak mungkin memperkecil kemungkinan terjadinya sebuah peristiwa dan juga tidak bisa mengatasi akibat negatif yang ditimbulkannya, kita harus memutuskan untuk menghindari risiko. Kita memang dianjurkan untuk mengambil risiko, tetapi bukan dianjurkan untuk berlaku nekat.

Gaya RisikoIstilah Gaya Risiko adalah istilah yang digunakan untuk menggolong-golongkan manusia berdasarkan persamaan yang mereka miliki dalam caranya mengambil risiko. Melalui pengamatan terhadap kebiasaan perorangan dalam mengambil risiko, dapatlah diajukan 5 gaya risiko yaitu Gaya Deposan, Gaya Pialang, Gaya Saudagar, Gaya Penjudi dan Gaya Spekulan.

Gaya DeposanOrang dengan Gaya Deposan adalah orang-orang yang sangat berhati-hati dalam mengambil risiko. Mereka menghindari keputusan-keputusan yang mengandung risiko kegagalan. Mereka juga enggan bekerja keras untuk memperkecil risiko. Mereka lebih suka memilih alternatif dengan keuntungan yang kecil asal risikonya juga kecil

26

Page 28: Panduan Analisis SaHaBaT

Gaya PialangOrang dengan gaya Pialang umumnya mengambil risiko pada tingkat yang moderat. Mereka juga tidak bekerja keras untuk memperkecil risiko kegagalan, tetapi mereka membuat perhitungan-perhitungan yang teliti dalam memperkirakan kemungkinan-kemungkinan kegagalan. Mereka cukup bersedia menerima kegagalan yang menurut mereka dapat dikompensasikan dengan keberhasilan lain

Gaya SaudagarOrang dengan Gaya Saudagar mengambil risiko yang lebih tinggi dari orang bergaya Deposan tetapi risiko yang diambil umumnya risiko yang bisa sangat diperkecil melalui berbagai kegiatan pengamanan. Sebetulnya mereka juga menghindari kegagalan tetapi tidak terlalu takut pada kemungkinan-kemungkinan yang sangat jarang menjadi kenyataan

Gaya SpekulanOrang dengan gaya spekulan pada umumnya mempunyai pandangan hidup yang optimistik. Mereka mengambil risiko yang besar dengan harapan bahwa sesuatu akan berlangsung sesuai dengan perkiraan mereka. Sama dengan para Saudagar mereka juga berusaha menyiapkan tindakan alternatif dalam menghadapi kegagalan, tetapi risiko yang mereka ambil umumnya jauh lebih besar dari risiko yang diambil para saudagar.

Gaya PenjudiOrang dengan gaya Penjudi mengambil risiko tinggi tanpa berusaha untuk mengendalikan faktor-faktor yang bisa memperkecil kemungkinan kegagalan. Berbeda dengan Pialang yang menyiapkan diri untuk menutupi kegagalan dengan keberhasilan yang lain, para penjudi benar-benar menyerahkan dirinya pada nasib baik (yang sebetulnya tidak selalu bersahabat dengan mereka.)

27