ANALISIS PENGADAAN DAN PENGGUNAAN SUMBER DAYA …
Transcript of ANALISIS PENGADAAN DAN PENGGUNAAN SUMBER DAYA …
ANALISIS PENGADAAN DAN PENGGUNAAN SUMBER DAYA
LANSKAP UNTUK KAWASAN PERUMAHAN, PUSAT
PERBELANJAAN DAN HOTEL DI KOTA MAKASSAR
ISWAL FAJAR SULTAN
G111 13 332
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
ANALISIS PENGADAAN DAN PENGGUNAAN SUMBER DAYA
LANSKAP UNTUK KAWASAN PERUMAHAN, PUSAT
PERBELANJAAN DAN HOTEL DI KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi Agroteknologi
Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Hasanuddin
ISWAL FAJAR SULTAN
G111 13 332
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
iv
v
RINGKASAN
Iswal Fajar Sultan (G111 13 332) Analisis pengadaan dan penggunaan sumber
daya lanskap untuk kawasan perumahan, pusat perbelanjaan dan hotel di Kota
Makassar dibimbing oleh Tigin Dariati dan Hari Iswoyo
Pencanangan Makassar menuju kota dunia ikut mempengaruhi aktivitas
pembangunan Kota Makassar. Berdasarkan Permen PU No.5 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan, maka kawasan-kawasan perumahan dan bisnis mengoptimalkan ruang
terbuka hijau mereka dalam berbagai bentuk, seperti taman, plaza dan areal dengan
penataan lanskap untuk mencapai fungsi dan estetika.Konsekuensi dari penataan
lanskap yang dilakukan adalah adanya kebutuhan sumber daya (resource) yang
terkait dengan kegiatan perencanaan, perancangan, pembangunan hingga
pengelolaan karya lanskap tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
potensi pengadaan dan penggunaan sumber daya lanskap di Kota Makassar.
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk survei. Pengumpulan data dan informasi
dilakukan dengan teknik eksplorasi atau metode jelajah langsung dan observasi,
wawancara kepada pihak perancang dan pengelola. Berdasarkan informasi yang
diperoleh dari ketiga lokasi diketahui bahwa penggunaan sumber daya lanskap
(perencanaan, perancangan dan pelaksana) masih didominasi oleh sumber daya
lanskap dari Jawa. Demikian juga untuk penyedia soft material dan hard material
lebih banyak mendatangkan material-material lanskap dari Pulau Jawa. Hal ini
disebabkan karena harga yang lebih murah dibandingkan penyedia lokal. Penyedia
material di Kota Makassar kesulitan dalam menyediakan material lanskap dalam
jumlah besar, hal ini karena terbatasnya lahan yang dapat digunakan.
Kata Kunci : Sumber Daya Lanskap, perumahan, pusat perbelanjaan, hotel,
vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Maha
Pemilik dari segala pemilik karena atas Kehendak, Rahmat dan Hidayah-Nyalah
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa pula Salam serta
Salawat senantiasa penulis haturkan kepada Nabiullah Muhammad SAW sebagai
Suri Tauladan umat manusia.
Ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada:
1. Ibunda Sriwati dan Ayahanda Sultan yang senantiasa melimpahkan doa-doa
terbaik untuk penulis. Juga sebagai motivator terbesar bagi penulis serta
senantiasa melimpahkan kasih sayang dan dukungan yang tiada hentinya
kepada penulis, beserta seluruh keluarga besar yang tidak sempat penulis
sebutkan satu persatu.
2. Ibu Tigin Dariati S.P., MES dan Bapak Dr. Hari Iswoyo, SP. M.Si selaku
pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dalam membimbing,
memberi arahan serta nasehat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
3. Ibu Dr. Ifayanti Ridwan Saleh, SP., MP. selaku penasihat akademik dan juga
selaku penguji, Ibu Cri Wahyuni Brahmiyanti, SP., M.Si. dan Ibu Dr. Ir.
Novaty Eny Dungga, MP. selaku penguji yang banyak memberikan masukan
kepada penulis pada saat seminar.
4. Para Dosen dan Staf Pengajar Mata Kuliah, yang telah memberi ilmu dan
pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan.
5. Bapak Faisal Mahyuddin, Bapak Junardi, Bapak Irdam selaku narasumber
terkait pengadaan sumber daya lanskap kawasan Mall Ratu Indah, Citra Land
dan Hotel Maxone.
6. Bapak Said, Ibu Hania, Bapak Mail, Bapak Sukin, Pak Hendri, Pak
Saharullah, Pak H. Serang dan Pak Saenal yang telah memberi informasi
terkait pengadaan dan pemenuhan sumber daya lanskap di Sulawesi Selatan,
khususnya Makassar.
vii
7. Terima Kasih kepada Firnawati yang tidak hentinya memberikan semangat,
motivasi dan bantuan dalam penelitian ini.
8. Terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini, terkhusus kepada Nursyamsih Taufik, Inda
Ridayani Ari, Kurniawan, Muh. Nasrul, Yopie Brian, Shofliyah Dwi Cahyani,
yang telah banyak membantu selama penelitian dan penyelesaian tugas akhir
ini.
9. Terima kasih kepada Muhammad Rizky, Hendra Triantoro, Moh. Dwika
Maharditya, Raiyan Ardansyah, Novianto Pambudi, Ahmad Maulana dan
Satria Dwi Cahya, S.E yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
10. Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRO-UH), KKN Tematik Pulau
Miangas dan tim Asisten Klimatologi, tempat penulis dalam berproses dan
belajar. Lembaga yang telah banyak mengajarkan banyak hal kepada penulis.
11. Teman-teman Agroteknologi 2013, Teman-Teman Katalis 2013, Adinda
Sintesis 014, serta kakanda Viabilitas 012, yang telah memberikan banyak
ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama ini.
12. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Dengan sangat rendah hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik serta saran yang membangun dari pembaca
sangat diharapkan oleh penulis demi perkembangan dan kemajuan ilmu
pengetahuan nantinya Semoga makalah skripsi ini dapat memberi manfaat bagi
para pembaca terutama bagi penulis. Aamiin.
Akhir Qalam Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, November 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
1.4 Kegunaan Penelitian............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 4
2.1 Sumber Daya Lanskap ......................................................................... 4
2.1.1 Soft Material................................................................................ 6
2.1.2 Hard Material .............................................................................. 8
2.2 Perencanaan, Perancangan dan Pengelolaan Lanskap ......................... 11
2.3 Lanskap Kota ....................................................................................... 13
2.4 Lanskap Hotel ...................................................................................... 14
2.5 Lanskap Perumahan ............................................................................. 16
2.6 Lanskap Pusat Perbelanjaan ................................................................. 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 20
3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................... 20
3.2 Bahan dan Alat Penelitian .................................................................... 20
3.3 Metode Penelitian................................................................................. 20
3.3.1 Inventarisasi dan Wawancara .................................................... 20
3.3.2 Analisis ....................................................................................... 21
3.4 Bagan Penelitian................................................................................... 22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 23
4.1 Inventarisasi Kondisi Umum di Lokasi Studi ..................................... 23
4.1.1 Hotel Maxone .............................................................................. 23
ix
4.1.2 Mall Ratu Indah........................................................................... 23
4.1.3 Citra Land.................................................................................... 24
4.2 Sumber Daya Lanskap ......................................................................... 26
4.2.1 Soft Material................................................................................ 26
4.2.2 Hard Material .............................................................................. 33
4.2.3 Sumber Daya Manusia ................................................................ 36
4.2.3.1 Perencanaan dan Desain ..................................................... 36
4.2.3.2 Pengerjaan, Pengelolaan dan Pemeliharaan Taman ........... 37
4.3 Penyedia Lokal Sumber Daya Lanskap ............................................... 39
4.3.1 Soft Material................................................................................ 39
4.3.2 Hard Material .............................................................................. 42
4.4 Analisis SWOT .................................................................................... 45
4.4.1 Analisis Faktor Internal ............................................................... 46
4.4.2 Analisis Faktor Eksternal ............................................................ 46
4.4.3 Strategi Pengembangan Pengadaan dan Penggunaan Sumber daya
lanskap di kawasan Perumahan, Pusat Perbelanjaan dan Hotel di
Makassar ..................................................................................... 47
4.5 Pembahasan .......................................................................................... 49
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 54
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 54
5.2 Saran ..................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 55
LAMPIRAN .................................................................................................... 57
x
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian .............................................. 21
2. Jenis tanaman di Hotel Maxone ................................................................. 27
3. Jenis tanaman di Mall Ratu Indah .............................................................. 28
4. Jenis tanaman di Citra Land ....................................................................... 30
5. Hard material Maxone Hotel ..................................................................... 35
6. Hard materia Mall Ratu Indah ................................................................... 35
7. Hard material Citra Land........................................................................... 35
8. Beberapa sumber daya lokal penyedia soft material ................................. 40
9. Beberapa sumber daya lokal penyedia hard material ................................ 42
10. Klasifikasi isu strategi Pengadaan dan Penggunaan sumber daya lanskap di
kawasan Perumahan, Pusat Perbelanjaan dan Hotel di Makassar............. 48
11. Matriks rangkuman .................................................................................... 49
xi
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Lokasi Studi Hotel Maxone ....................................................................... 23
2. Lokasi Studi Mall Ratu Indah .................................................................... 24
3. Lokasi Studi Citra Land ............................................................................. 25
4. Grafik Sumber/asal soft material yang digunakan di lokasi studi ............. 26
5. Grafik Penggunaan hard material .............................................................. 33
6. Gambar hard material di Citra Land yang didatangkan dari Pulau Jawa .. 36
7. Grafik Keterlibatan tenaga professional perencanaan/perancangan lanskap
Di Lokasi studi ........................................................................................... 37
8. Grafik Pengerjaan, pengelolaan dan pemeliharaan taman ......................... 38
Lampiran
2. Dokumentasi Kegiatan di Kawasan Maxone Hotel ................................... 59
3. Dokumentasi Kegiatan di Kawasan Mall Ratu Indah ................................ 60
4. Dokumentasi Kegiatan di Kawasan Citra Land ......................................... 61
5. Jenis Tanaman di Hotel Maxone ................................................................ 62
6. Jenis Tanaman di Mall Ratu Indah............................................................. 65
7. Jenis Tanaman di Citra Land...................................................................... 70
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Pertanyaan Wawancara .............................................................................. 59
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Makassar sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, memiliki ragam
dan tingkat aktivitas yang tinggi. Pencanangan Makassar menuju kota dunia ikut
mempengaruhi aktivitas pembangunan Kota Makassar. Aktivitas-aktivitas
pembangunan tersebut antara lain pembangunan pusat-pusat perbelanjaan (mall),
kompleks perumahan serta pembangunan hotel-hotel.
Selama dua tahun terakhir jumlah hotel dan perumahan di Kota Makassar
terus bertambah. Aktivitas pembangunan baik itu perumahan, pusat perbelanjaan
dan hotel tentu memiliki kriteria masing-masing. Persaingan bisnis yang ketat
menjadi tantangan besar untuk menjaga eksistensi mereka. Kehadiran Permen PU
No.5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka
Hijau di Kawasan Perkotaan, mendorong kawasan-kawasan perumahan dan bisnis
tersebut untuk mengoptimalkan ruang terbuka hijau mereka dalam berbagai wujud,
utamanya sebagai taman, plaza dan areal dengan penataan lanskap yang menarik
untuk mencapai fungsi dan estetika lanskap yang lebih baik.
Konsekuensi dari penataan lanskap yang dilakukan adalah adanya
kebutuhan sumber daya (resource) yang lebih siap yang terkait dengan kegiatan
perencanaan, perancangan, pembangunan hingga pengelolaan karya lanskap
tersebut. Sumber daya yang dimaksud antara lain berupa elemen kasar, elemen
lunak (tanaman), hingga sumber daya manusia mencakup tenaga ahli perancangan
lanskap hingga tenaga kerja yang terlibat.
2
Penyedia tanaman hias di Kota Makassar sudah cukup banyak. Tetapi,
berdasarkan survei awal yang dilakukan terhadap pengusaha tanaman hias dan
elemen pelengkap lanskap di Makassar, diperoleh informasi bahwa secara umum
pemenuhan kebutuhan sumber tanaman masih bergantung kepada pengadaan dari
luar Makassar, terutama untuk tanaman hias dan elemen pelengkap lanskap. Hal ini
menjadi suatu peluang sekaligus tantangan untuk mengetahui mengapa Makassar
belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
Peluang pelaksanaan kegiatan arsitektur lanskap di Kota Makassar cukup
besar dengan giatnya pembangunan fisik untuk kebutuhan kota, pusat-pusat
perbelanjaan, kompleks perumahan, dan hotel-hotel banyak dibangun. Untuk
memperindah tempat tersebut dan agar lebih nyaman bagi pengguna dan
pengunjung fasilitas-fasilitas tersebut, saat ini banyak dilengkapi dengan taman-
taman. Salah satu kompleks perumahan di Makassar yang memiliki kawasan hijau
yang luas yaitu Perumahan Citra Land. Sedangkan untuk pusat perbelanjaan dengan
ruang terbuka yang memiliki taman-taman yang cukup tertata adalah Mall Ratu
Indah. Hotel Maxone merupakan salah satu hotel di Kota Makassar yang memiliki
ruang terbuka hijau cukup besar dan tertata dengan baik. Dengan demikian,
pemilihan lokasi studi didasari oleh alasan-alasan tersebut.
Selain pemenuhan kebutuhan tanaman hias dan elemen pelengkap lanskap
lainnya di Kota Makassar, informasi tentang sumber daya manusia dalam bidang
lanskap juga perlu diketahui. Dengan demikian informasi tentang penggunaan jasa
konsultan perencanaan lanskap hingga kontraktor pelaksana pekerjaan lanskap juga
perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana sumber daya manusia lokal dalam
bidang lanskap telah termanfaatkan.
3
Berdasarkan hal tersebut dilakukan studi untuk mengetahui penggunaan
sumber daya lanskap oleh pengguna jasa dan material lanskap seperti hotel, mall
dan perumahan di kota Makassar.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Belum adanya data lengkap mengenai sumberdaya yang banyak digunakan
untuk lanskap kawasan hotel, mall dan perumahan di Kota Makassar
2. Kemampuan penyedia jasa dan material lanskap di kota Makassar untuk
memenuhi kebutuhan kawasan hotel, mall dan perumahan di Makassar
3. Tantangan dan hambatan para penyedia jasa dan material lanskap dalam
memenuhi kebutuhan kawasan-kawasan komersil tersebut.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui potensi pemanfaatan sumber daya material dan jasa
lanskap di kota Makassar
2. Untuk mengetahui permasalahan yang terkait dengan penyediaan sumber
daya jasa dan material lanskap di kota Makassar
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak-pihak
yang terkait dengan pemanfaatan sumber daya jasa dan material lanskap, baik pihak
pengguna maupun pihak penyedia sumber daya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumber Daya Lanskap
Arsitektur Lanskap merupakan suatu ilmu dan seni yang digunakan untuk
merencanakan (planning), mengatur (design), serta mengatur lahan, penyusunan
elemen-elemen alam dan buatan melalui aplikasi ilmu pengetahuan dan budaya,
dengan memperhatikan keseimbangan kebutuhan pelayanan dan pemeliharaan
sumber daya hingga pada akhirnya dapat tersaji suatu lingkungan yang fungsional
dan estetis (Hakim, 2000).
Menurut Suharto (dalam Susanti, 2000) lanskap mencakup semua elemen
pada wajak/karakter tapak, baik elemen alami (natural landscape), elemen buatan
(artificial landscape) dan penghuni atau makhluk hidup yang ada di dalamnya
(termasuk manusia). Berarti juga sebidang lahan berpagar yang digunakan untuk
mendapatkan kesenangan, kegembiraan, dan kenyamanan. Dari pengertian–
pengertian beberapa ahli diatas dapat dikatakan bahwa Lanskap merupakan suatu
perencanaan antara manusia dan lingkungan yang mencakup semua elemen alam,
baik yang buatan maupun yang alamiah, dengan memperhatikan aspek estetika
untuk mendapatkan kesenangan dan kenyamanan.
Dalam merancang sebuah taman agar dapat berfungsi secara maksimal dan
estetis, perlu dilakukan pemilihan dan penataan secara detail terhadap elemen-
elemennya (Arifin, 2006). Menurut Sulistyantara (2002) elemen taman, atau
disebut juga unsur taman, adalah apa saja yang berkaitan dengan taman. Elemen
taman dapat dibedakan berdasarkan karakternya menjadi :
5
Material Lunak (soft material) terdiri dari tanaman dan satwa yang ada di
lahan maupun yang diadakan pada taman. Manusia juga dapat dipandang sebagai
elemen lunak yaitu yang berkepentingan langsung (pemilik) maupun yang tidak
langsung. Dalam merencanakan taman, unsur manusia (sosial) sangat perlu di
perhatikan.
Material Keras (hard material) mencakup semua elemen taman yang
sifat/karakternya keras dan tidak hidup seperti: tanah, batuan, pekerasan/paving,
jalan setapak, pagar, bangunan taman, dan bangunan rumah. Elemen ini juga
memunculkan karakter yang kaku, keras, gersang dan sebagainya.
Hakim dan Utomo (2008) menyatakan bahwa elemen Lanskap pada
dasarnya dapat dibagi menjadi dua yaitu: elemen keras perkerasan dan bahan statis,
dan elemen lembut tanaman dan air. Elemen lembut tidak mempunyai bentuk yang
tetap dan selalu berkembang sesuai masa pertumbuhannya sehingga menyebabkan
bentuk dan ukuran yang selalu berubah. Perubahan tersebut terlihat dari bentuk,
tekstur, warna, dan ukurannya. Perubahan ini disebabkan oleh tanaman merupakan
mahluk yang selalu tumbuh dan dipengaruhi oleh faktor alam dan tempat
tumbuhnya. Berdasarkan masa daunnya tanaman tropis di bagi menjadi dua macam,
yakni: (1) tanaman yang menggugurkan daun (decideous plants) dan (2) tanaman
yang hijau sepanjang tahun (evergreen).
Dalam kaitannya dengan perencanaan Lanskap, tata hijau (planting design)
merupakan suatu hal pokok yang menjadi dasar dalam pembentukan luar. Penataan
dan perancangan tanaman mencakup; habitat tanaman, karakteristik tanaman,
fungsi tanaman, dan peletakan tanaman (Hakim dan Utomo, 2004).
6
Elemen pembentuk taman sering juga disebut sebagai unsur taman yang
merupakan segala bentuk benda ataupun keadaan yang berhubungan dengan taman.
Elemen atau unsur pembentuk taman, selaras dengan namanya, secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi penampilan dan kualitas suatu taman.
Bilamana elemen taman tersebut didasarkan pada karakter atau kesan
kekerasannya, dibedakan menjadi elemen taman bahan keras (hard material) dan
elemen taman bahan lunak (soft material) (Handayani, 2009).
2.1.1 Soft Material
Elemen lunak adalah elemen pendukung yang biasanya merupakan
vegetasi, seperti pepohonan, perdu dan rerumputan. Penggunaan tanaman sangat
berperan terhadap hasil penataan suatu Lanskap. Elemen tanaman memiliki
beberapa sifat khas yang membedakannya dengan berbagai elemen lainnya.
Karakteristik yang paling penting dan menonjol adalah bahwa tanaman merupakan
elemen yang hidup dan tumbuh. Setiap peletakan unsur tanaman dalam Lanskap
harus memiliki tujuan dan fungsi yang jelas. Tanaman dalam penataan Lanskap
memiliki tiga fungsi utama: (1) fungsi arsitektural, yaitu pemanfaatan tanaman
untuk membentuk bidang-bidang tegak terutama dalam membentuk ruang; (2)
fungsi lingkungan, yaitu fungsi tanaman yang lebih ditekankan untuk menciptakan
kenyamanan dan keamanan dari faktor-faktor gangguan lingkungan, seperti polusi,
erosi dan lain-lain; dan (3) fungsi estetis tanaman, yaitu untuk memberikan nilai-
nilai keindahan dalam mendukung kedua fungsi di atas (Handayani, 2009).
Vegetasi merupakan material Lanskap yang hidup dan terus berkembang.
Pertumbuhan tanaman akan mempengaruhi ukuran besar tanaman, bentuk tanaman,
tekstur,dan warna selama masa pertumbuhannya. Dengan demikian, kualitas dan
7
kuantitas ruang terbuka terus berkembang dan berubah sesuai dengan pertumbuhan
tanaman jadi dalam perancangan lanskap, tanaman sangat erat hubungannya
dengan waktu dan perubahan karakteristik tanaman (Sukawi, 2008).
Pohon atau perdu dapat berdiri sendiri sebagai elemen skluptural pada
lanskap atau dapat digunakan sebagai enclosure, sebagai tirai penghalang
pemandangan yang kurang baik, menciptakan privasi, menahan suara atau angin,
memberi latar belakang suatu obyek atau memberi naungan yang teduh di musim
panas. Rumput tidak hanya digunakan sebagai elemen permukaan, tetapi dapat juga
digunakan sebagai penahan erosi serta memberi berbagai variasi warna dan tekstur.
Dalam perencanaan tapak, tanaman dapat dikategorikan berdasarkan : jenis (besar
kecilnya pohon, perdu /semak, rumput), fungsi (fungsi ekologis pohon, fungsi fisik
pohon, fungsi estetis pohon), bentuk dan struktur (tinggi dan lebar pohon),
ketahanan (keadaan tanah, iklim, topografi, penyakit), warna batang, bunga serta
buahnya (berguna atau tidak). Penyusunan tanaman didasarkan pada hubungan di
antara tanaman tersebut, dalam hal ukuran, bentuk, tekstur, dan warnanya. Tanaman
dapat disusun menjadi taman atau tempat bernaung, memberi tirai pemandangan,
menahan angin atau memberi bayangan. Jenis tanaman sangat penting digunakan
sebagai elemen rancangan. Tanaman dapat membentuk suatu ruang, memberi
privasi, atau sebagai titik tangkap perhatian. Tanaman dapat memberi keteduhan,
sebagai penahan angin, ataupun sebagai penutup tanah, dapat juga menyaring atau
memberi batas pemandangan, dan mempunyai pola bayangan yang menarik
sepanjang siang hari (Sukawi, 2008).
Pemilihan jenis tanaman maupun cara pengaturan penanamannya harus
mengikuti rencana penanaman yang disusun untuk memenuhi fungsi serta
8
estetikanya. Apabila pola pengelompokan serta susunan jenis tanaman, ukuran,
bentuk, tekstur, dan warnanya masing-masing telah diketahui dengan baik maka
perencana dapat menyusun sendiri tata tanamnya berdasarkan satu atau beberapa
sifat tanaman- tanaman tersebut (Sukawi, 2008).
Jenis vegetasi dapat juga dikelompokan dalam hubungannya dengan
keadaan topografi atau kerena adanya struktur arsitektural atau dapat juga
membentuk suatu transisi antara permukaan lahan dan bangunan. Batas antara lahan
perkerasan dan vegetasi yang sudah ada adalah 1,80 m, namun hal ini masih dapat
bervariasi bergantung ukuran pohon dan kondisi tapak (Sukawi, 2008).
Perletakan pohon, perdu, semak, ground cover dan rumput dapat menahan
pantulan sinar dari perkerasan, air dan menahan jatuhnya sinar ke daerah yang
membutuhkan keteduhan. Sebagai elemen peralihan Untuk memperlembut garis-
garis bangunan sebagaimana bahan-bahan tersebut memasuki bidang permukaan
tanah dan untuk mengurangi perluasan yang terlihat dari daerah yang diperkeras
yang luas. Bahan-bahan tersebut dapat menghalangi pemandangan buruk atau
mengalihkan perhatian ke tempat lain (Sukawi, 2008).
2.2.2 Hard Material
Elemen keras (hardscape) merupakan unsur tidak hidup dalam lanskap dan
berfungsi sebagai unsur pendukung untuk meningkatkan kualitas lanskap tersebut.
Elemen keras dapat berupa lampu-lampu taman, bangku dan meja taman, gazebo,
kolam, bebatuan, kerikil dan lain-lain (Handayani, 2009)
Elemen keras (hard material) yang berupa perkerasan, bangunan dan
sebagainya. Dalam pembentukan perkerasan, dua hal yang perlu di perhatikan
adalah fungsi dan estetika. Fungsi, yaitu kegunaan dan pemanfaatan serta waktu
9
pemakaian pada siang atau malam hari. Sedangkan estetika, yaitu bentuk desain,
ukuran/patokan umum, material (bentuk, tekstur, dan warna), keamanan konstruksi,
atau pola (pattern) (Hakim dan Utomo, 2003).
Elemen hard material terdiri atas: bangunan taman, material batu-batuan,
perkerasan dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk bangunan taman antara lain shelter,
gazebo, pergola, bangku, jembatan, lampu jalan setapak, plaza, kolam dan
perpipaan. Pada taman rekreasi biasanya ditambahkan dengan bangunan toilet,
perkantoran, pusat informasi, gudang dan mushola (Arifin dan Nurhayati, 2005)
Santoso (2010), hard material atau elemen keras suatu taman merupakan
salah satu elemen penyususn taman. Dalam suatu taman, elemen keras tidak
berubah baik dalam bentuk, warna ataupun ukurannya. Elemen keras dihadirkan
dalam suatu taman diperuntukan sebagai pelengkap keindahan penampilan suatu
taman. Adapun elemen hard material antara lain :
1. Batu-batuan
Dihadirkan untuk menambah kesan alami dan indah.
2. Potongan-potongan Kayu
Dihadirkan untuk lebih membuat taman terasa alami.
3. Lantai atau Perkerasan
Elemen keras taman ini berpengaruh kuat pada kesan keseluruhan taman,
dikarenakan bahan, warna maupun teksturnya ikut berpengaruh terhadap
terciptanya suasana tertentu dari ruangan yang bersangkutan.
4. Jalan Setapak
Merupakan elemen taman yang ditujukan agar pengguna taman mudah
bergerak.
10
5. Tangga
Tangga dalam taman dapat berupa tangga dari rumah ke taman atau tangga
antar bagian taman.
6. Dinding/pagar
Dinding/pagar dalam taman berfungsi dalam mengontrol, memberi arah dan
suasana, serta pembatas ruang taman atau penutup efektif.
7. Gazebo/shelter
Difungsikan sebagai tempat istirahat sejenak atau tempat berteduh. Agar
elemen taman ini nampak indah dan menyatu dengan elemen taman lainnya,
maka gazebo atau shelter sebaiknya :
a) Sesuai dengan desain atau gaya taman
b) Proporsional dalam ukuran
c) Bahan tahan cuaca dan mudah perawatannya
d) Struktur kuat dan kokoh
e) Letakkan pada tempat yang cocok
8. Pergola
Merupakan elemen keras taman yang berfungsi sebagai peneduh di taman
yang dirambati beberapa tumbuhan merambat/melilit. Sering digunakan
sebagai garasi atau penghubung antar ruang yang berjauhan
9. Kolam dan Air terjun
Fungsi dihadirkannya kolam atau air terjun dalam suatu taman adalah :
a) Menambah kesejukan
b) Menambah ketenangan
c) Merubah suasana
11
10. Bangku Taman
11. Bak Tanaman
12. Lampu Hias (lampu taman)
2.2 Perencanaan, Perancangan dan Pengelolaan Lanskap
Perencanaan lanskap adalah seni menciptakan lingkungan fisik luar yang
menyokong tindakan manusia, dimana proses perencanaan dimulai dengan
memahami orang-orang yang akan menggunakan tapak tersebut dan kebijakan yang
ada. Dalam perencanaan tapak, tidak ada satupun elemen yang dapat diubah tanpa
memberikan pengaruh yang luas. Tapak bukanlah sekedar kumpulan dari bangunan
dan jalan, tetapi juga merupakan sistem dari struktur, permukaan, ruang, makhluk
hidup, iklim, dan lain-lain (Lynch, 1981 dalam Gani, 2010).
Proses perencanaan dan perancangan lanskap melibatkan tenaga professional
dalam desain lanskap, yang tidak hanya memahami orang-orang yang akan
menggunakan tapak tetapi juga memahami aspek-aspek penting dari peruntukan
bentang lanskap yang akan direncanakan. Menurut Knudson (1980 dalam
Setiawan, 2008) menyatakan bahwa perencanaan adalah proses mengumpulkan dan
menginterpretasikan data, memproyeksikannya ke masa depan, mengidentifikasi
masalah dan memberi pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalah-
masalah tersebut.
Inventarisasi adalah suatu kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan
fakta mengenai sumber daya alam untuk perencanaan pengelolaan sumber daya
tersebut. Kegiatan inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang
jenis-jenis tumbuhan yang ada di suatu daerah. Kegiatan inventarisasi meliputi
kegiatan eksplorasi dan identifikasi (Kintom, 2013)
12
Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik
individu yang beranekaragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson.
Pengertian identifikasi berbeda sekali dengan pengertian klasifikasi. Identifikasi
berkaitan erat dengan ciri-ciri taksonomik dan akan menuntun sebuah sampel ke
dalam suatu urutan kunci identifikasi, sedangkan klasifikasi berhubungan dengan
upaya mengevaluasi sejumlah besar ciri-ciri (Tjitrosoepomo, 2005).
Pengelolaan dan pemeliharaan lanskap bertujuan untuk menjaga dan
merawat areal taman dengan segala elemen taman yang ada di dalamnya agar
kondisinya tetap baik dan sedapat mungkin mempertahankan tujuan desain.
Pemeliharaan fisik merupakan bagian dari pengelolaan dan pemeliharaan lanskap.
Pemeliharaan ideal merupakan pemeliharaan sesuai dengan tujuan dan desain awal.
Pemeliharaan fisik merupakan pemeliharaan untuk menjaga kondisi taman agar
tetap terjaga keindahan, keasrian, kenyamanan, dan keamanan taman. Pemeliharaan
fisik meliputi pemeliharaan elemen keras dan elemen lunak (Arifin, 2006).
Bentuk kegiatan pemeliharaan fisik, meliputi penyiraman, pemangkasan,
penggemburan tanah, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit,
penyulaman, dan pemindahan tanaman. Kegiatan pemeliharaan perlu dilakukan
untuk mempertahankan kualitan keindahan dan kenyamanan taman.
Dalam melakukan pengelolaan lanskap, terdapat 4 faktor yang
mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu pengelolaan lanskap (Arifin, 2006),
antara lain:
1. Faktor Fisik, meliputi sumberdaya lahan-taman, iklim, peralatan, dan bahan-
bahan pemeliharaan.
2. Faktor Biologi, meliputi jenis tanaman dan hewan atau satwa liar.
13
3. Faktor Sosial Budaya, meliputi organisasi pengelola, sumber daya manusia,
perilaku pengunjung dan pengalaman berekreasi.
4. Faktor Ekonomi, meliputi ketersediaan dana dan kemampuan pengguna atau
masyarakat.
2.3 Lanskap Kota
Lanskap kota merupakan lanskap buatan manusia sebagai akibat dari
aktivitas manusia dalam mengelola lingkungan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Lanskap kota terjadi karena adanya pengorganisasian ruang yang
mencerminkan kegiatan masyarakat setiap hari. Lanskap kota merupakan suatu
wajah bentang alam kota, tidak semata-mata sebagai lingkungan pertamanan dalam
arti sempit, tetapi mencakup segala hal ruang luar (exterior, outdoor) baik yang
alami maupun yang buatan dengan segala elemennya, baik keras (hardscape)
maupun lunak (softscape) (Simonds dan Starke, 2006).
Kota adalah tempat yang dapat dipandang dan dirasakan dari berbagai
macam sudut pandang yang dapat menggambarkan keaktifan, keberagaman, dan
kompleksitasnya. Selain itu, kota merupakan tempat tinggal dari beberapa ribu
penduduk atau lebih (Branch, 1995).
Tarigan (2005) mengemukakan beberapa pandangan tentang kota sebagai
sebuah pusat, yaitu sebagai berikut.
1) Kota adalah pusat pemerintahan.
2) Kota merupakan sebuah pusat perdagangan (kegiatan ekonomi dan industri
yang berkembang).
3) Kota merupakan pusat pelayanan jasa (administrasi bagi warga kota itu
sendiri).
14
4) Kota merupakan pusat prasarana perkotaan yang meliputi jalan, listrik,
persampahan, dan lain-lain.
5) Kota merupakan sebuah fasilitas sosial yang meliputi fasilitas pendidikan,
olahraga, rekreasi, dan lain-lain.
6) Kota merupakan pusat komunikasi dan pangkalan transportasi, artinya dari
kota tersebut masyarakat dapat berhubungan dengan banyak tujuan dengan
berbagai pilihan alat penghubung.
7) Kota merupakan pusat lokasi tempat pemukiman yang tertata dengan baik.
Menurut Simonds dan Starke (2006), lanskap kota yang ideal adalah kota-
kota yang diwujudkan sebagai suatu seni umum tiga dimensi, serta dalam kerangka
pola-pola dan bentuk dari ruang-ruang terbuka yang penuh arti. Lanskap kota
tersebut tercermin dalam plaza, alun-alun, lapangan, gedung, dan air mancur seperti
yang terdapat pada kota-kota lama di Eropa pada abad ke–18 yang masih
meninggalkan kesan memikat sampai sekarang.
2.4 Lanskap Hotel
Hotel merupakan bangunan yang mengakomodasi kepentingan manusia
dengan menyediakan jasa penginapan serta pelayanan yang menyertainya (Joseph,
1974). Selanjutnya disebutkan bahwa hotel dengan kualitas tinggi dapat berfungsi
sebagai civic centres dan membentuk citra penting dari kota tempatnya berdiri.
Badan Pusat Statistik (1996 dalam Zoraida, 2005) mendefinisikan hotel
sebagai suatu usaha mempergunakan suatu bangunan/sebagian daripadanya yang
disediakan dimana setiap orang dapat menginap dan makan serta memperoleh
pelayanan dan fasilitas lainnya dengan pembayaran. Selanjutnya disebutkan dasar
15
persyaratan penilaian suatu hotel tergolong berbintang (satu sampai lima) atau non
bintang di antaranya adalah :
1. Persyaratan fisik, meliputi lokasi hotel, kondisi bangunan, dan sebagainya.
2. Bentuk pelayanan yang diberikan.
3. Klasifikasi tenaga kerja, meliputi pendidikan, kesejahteraan pegawai, dan
sebagainya.
4. Fasilitas olahraga dan rekreasi lainnya yang tersedia, seperti lapangan tenis,
kolam renang, dan sebagainya.
Menurut Hill (1995), hotel kelas atas dituntut untuk menyajikan hardscape
(elemen keras) dan softscape (elemen lunak/vegetasi) yang memiliki kualitas
tinggi. Banyak hotel yang membanggakan kualitas lanskap yang dimilikinya
sehingga dilengkapi dengan fasilitas pemeliharaan yang lengkap, bahkan dengan
nurseri tanaman.
Lanskap sebuah hotel dapat meningkatkan kualitas hotel tersebut. Taman
pada hotel dapat diasosiasikan dengan fungsi taman sebagai area rekreasi dan nilai
estetis yang dihasilkannya. Nilai estetis lanskap yang ingin dicapai pada hotel
adalah tinggi, sehingga biasanya tercipta suatu lanskap yang sangat detail dan
memerlukan pemeliharaan yang intensif. Hal ini menyebabkan pengelolaan lanskap
sebuah hotel penting (Zoraida, 2005).
Pengelolaan lanskap hotel mencakup aspek pemeliharaan (maintenance),
manajemen dan administrasi. Pemeliharaan lanskap dimaksudkan untuk menjaga
dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar
kondisinya tetap baik atau sedapat mungkin mempertahankan pada keadaan yang
sesuai dengan desain semula (Sternloff & Warren, 1984 dalam Zoraida, 2005).
16
Hotel-hotel yang memiliki area luar yang luas memanfaatkannya untuk area
parkir dan dikelilingi dengan taman. Keberadaan tanaman-tanaman pada hotel yang
didekorasi dengan tata letak yang baik, mampu menjadi daya tarik tersendiri buat
para tamu hotel (Ridwan, 2014).
2.5 Lanskap Perumahan
Perumahan merupakan sekumpulan atau kesatuan rumah yang terpisah di
atas petak-petak lahan individual atau sebagai kompleks rumah gandeng,
condominium, atau apartemen (Laurie, 1986).
Kumpulan rumah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti
sarana jalan, saluran air kotor, tempat sampah, sumber air bersih, lampu jalan,
lapangan tempat bermain anak-anak, sekolah, tempat ibadah, balai pertemuan, dan
pusat kesehatan masyarakat, serta harus bebas banjir merupakan standar perumahan
yang baik. Pada dasarnya standar arsitektur bangunan untuk perumahan umum
ditujukan untuk dapat menyediakan rumah tinggal agar dapat memenuhi
persyaratan rumah tinggal yang sehat dan menyenangkan (Chandra, 2007).
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1992, pemukiman
diartikan sebagai suatu bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik
yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai tempat
tinggal atau hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan. Penataan jalur hijau di dalam kawasan pemukiman memungkinkan
pencapaian kenyamanan dan keamanan bagi penghuninya
Aspek yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan pembangunan
pemukiman, antara lain aspek ekonomi, sosial, serta ekologi dari kawasan yang
dibangun. Semakin sempitnya lahan perkotaan mengakibatkan pembangunan
17
permukiman banyak mengalami kendala, salah satunya adalah penyediaan ruang
terbuka. Ruang terbuka mencakup pengertian ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang
terbuka lainnya yang berupa kawasan tanpa bangunan diantara kawasan terbangun.
Ruang terbuka berperan sebagai penyeimbang antara daerah yang terbangun
dengan daerah terbuka (Kastoer, 1995 dalam Amanda, 2012).
Laurie (1986) dalam Dahria, (2015), menyatakan bahwa lanskap
permukiman adalah perubahan bentuk historis dari situasi, dimana taman
dipertahankan dalam wujud rumahnya sendiri sampai wujud lainnya (taman
lingkungan) serta permukiman–permukiman ditata dalam suatu kawasan yang lebih
luas seperti pembangunan kota-kota baru. Pelaksanaan pembangunan setiap
perumahan harus sesuai dengan proporsi yang ditetapkan, yaitu 60 % untuk
konstruksi dan 40 % untuk ruang terbuka, dengan perbandingan 1 : 3 : 6 untuk
perumahan rumah mewah, rumah menengah, dan rumah sederhana.
Sedangkan Koefisien Dasar Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah
angka prosentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan
yang diperuntukan bagi pertamanan/penghijauan/pertanian dan luas tanah
perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai (Zaki, 2014)
2.6 Lanskap Pusat Perbelanjaan (Mall)
Mall adalah pusat perbelanjaan yang berintikan satu atau beberapa
departement store besar sebagai daya tarik dari retail-retail kecil dan rumah makan
dengan tipologi bangunan seperti toko yang menghadap ke koridor utama mall atau
pedestrian yang merupakan unsur utama dari sebuah pusat perbelanjaan (mall),
dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai ruang komunal bagi terselenggaranya
interaksi antar pengunjung dan pedagang (Utama, 2016)
18
Menurut Green Building Council Indonesia (2014), ada beberapa ringkasan
kriteria yang menjadi penilaian utama untuk sertifikasi terhadap bangunan sebagai
green building salah satunya yaitu tentang tepat guna lahan, sebagai berikut :
1. Adanya area Lanskap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari struktur
bangunan dan struktur sederhana bangunan taman (hardscape) di atas
permukaan tanah atau di bawah tanah dengan kriteria sebagai berikut :
a) Untuk konstruksi baru, luas areanya adalah minimal 10% dari luas total
lahan.
b) Untuk renovasi utama (major renovation), luas areanya adalah minimal
50% dari ruang terbuka yang bebas basement dalam tapak.
2. Memilih daerah pembangunan yang dilengkapi minimal delapan dari 12
prasarana sarana kota.
3. Terdapat minimal 7 (tujuh) jenis fasilitas umum dalam jarak pencapaian
jalan utama sejauh 1500 m dari tapak.
4. Adanya tempat parkir sepeda yang aman sebanyak satu unit parkir per 20
pengguna gedung hingga maksimal 100 unit parkir sepeda
5. Adanya area Lanskap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari
bangunan taman (hardscape) yang terletak di atas permukaan tanah seluas
minimal 40% luas total lahan. Luas area yang diperhitungkan adalah
termasuk yang tersebut di Prasyarat 1, taman di atas basement, roof garden,
terrace garden, dan wall garden.
6. Menggunakan green roof sebesar 50% dari luas atap yang tidak digunakan
untuk mechanical electrical (ME), dihitung dari luas tajuk.
19
7. Desain Lanskap berupa vegetasi (softscape) pada sirkulasi utama pejalan
kaki menunjukkan adanya pelindung dari panas akibat radiasi matahari.
8. Pengurangan beban volume limpasan air hujan ke jaringan drainase kota
dari lokasi bangunan hingga 50%, yang dihitung menggunakan nilai
intensitas curah hujan sebesar 50 mm/hari.
9. Menggunakan teknologi-teknologi yang dapat mengurangi debit limpasan
air hujan
20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai Mei 2017 di
kawasan komersial perumahan (Citra Land), hotel (Maxone Hotel), mall (Mall Ratu
Indah), Pengusaha tanaman hias (nursery) dan Pengusaha hard material (Furniture
Lanskap) di Makassar.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang diperlukan adalah daftar wawancara dan peta kota Makassar.
Alat-alat yang diperlukan, antara lain, alat tulis, kamera, alat perekam suara dan
perangkat komputer untuk kegiatan di lapangan dan pengolahan data
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk survey. Pengumpulan data dan
informasi dilakukan dengan teknik eksplorasi atau metode jelajah langsung dan
observasi, wawancara kepada pihak perancang dan pengelola. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis dengan metode SWOT
3.3.1 Invetarisasi dan Wawancara
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data primer. Data primer diperoleh
melalui hasil survei lapangan, dan wawancara. Wawancara dilakukan kepada pihak
pengelola dan pemilik kawasan yang telah ditentukan. Hal yang diwawancarai
berupa nama tanaman, jumlah tanaman, asal tanaman dan desainer taman. Data
diperoleh dengan melakukan survei lapang untuk melihat secara langsung keadaan
biofisik tapak saat ini serta dilakukan pula wawancara terhadap pihak yang
21
berhubungan dengan pengembangan tapak. Pihak pihak yang diwawancarai antara
lain:
1. Desainer dan pengelola taman (Citra Land, Maxone Hotel, dan Mall ratu
Indah)
2. Pengusaha tanaman di kota Makassar
3. Pengusaha Hard Material / Furniture Lanskap
Tabel 1. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian
Jenis Data Sumber Data Cara Pengambilan Data
Data Primer berupa :
SDM
Jenis Tanaman
Jenis hard
material
Pengelola Ruang Terbuka
Hijau (RTH) / Taman Mall :
Ratu Indah
Hotel Maxone
Perumahan Citra Land
1. Wawancara
2. Survei Lapang
Data Primer berupa :
Jenis tanaman
Jenis hard
material
Pengusaha Tanaman
Pengusaha hard material /
Furniture Lanskap
1. Wawancara
2. Survei Lapang
3. Dokumen Responden
3.3.2 Analisis
Tahap analisis merupakan tahapan pengolahan data yang telah
diinventarisasi. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengts) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
22
3.4 Bagan Penelitian
Alur atau bagan dari penelitian ini sebagai berikut :
IDENTIFIKASI SUMBER DAYA LANSKAP
(JASA DAN MATERIAL)
PENGGUNA PENYEDIA
JASA MATERIAL
PEMENUHAN
KEBUTUHAN
JASA MATERIAL
LOKAL REGIONAL NASIONAL LOKAL REGIONAL NASIONAL
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Inventarisasi Kondisi Umum di Lokasi Studi
4.1.1 Hotel Maxone
Hotel Maxone salah satu kawasan perhotelan di Makassar yang menjadikan
konsep taman sebagai salah satu daya tarik dengan menawarkan hotel yang nyaman
dan asri. Desainer Hotel Maxone berasal dari Outsourching Jakarta. Pemilihan jasa
outsourching dari Jakarta didasari oleh kepercayaan owner pada pengalaman dari
pihak outsourching itu sendiri. Luas ruang terbuka hijau Maxone hampir mencapai
setengah dari luas hotel itu sendiri. Desainer Maxone menerapkan konsep
perhotelan yang nyaman dan asri, dengan penataan tanaman yang menyajikan
keindahan dan kenyamanan pada hotel.
Gambar 1 Lokasi Studi Hotel Maxone
Pengelolaan taman di Hotel Maxone sendiri berada dalam tanggung jawab
Executive Housekeeper yang dikepalai oleh Bapak Irdham. Akan tetapi jika
terdapat tanaman yang mati atau akan diganti maka pihak outsourching
bertanggung jawab atas itu, sebab mereka masih terikat kontrak dengan pihak hotel.
4.1.2 Mall Ratu Indah
Mall Ratu Indah (Mari) salah satu kawasan Mall di Makassar yang memiliki
ruang terbuka hijau yang cukup luas. Mall ini sendiri untuk pertamanannya atau
ruang terbuka hijaunya didesain pada tahun 1999 oleh PT. PP (Perumahan
24
Pembangunan) yang berasal dari jawa. Desainer menerapkan konsep semi informal
yang dimana desain ini terdapat unsur tegasnya yang dipadukan dengan taman-
taman atau tanaman. Taman – taman atau tanaman yang dikerjakan diperuntukan
untuk memanjaakan pandangan mata pengunjung, dan memperindah mall itu
sendiri. Pada dasarnya desain Mari adalah desain yang tetap dipertahankan dari
desain awal tetapi untuk jenis tanaman diganti sesuai dengan kondisi tanaman itu
sendiri dengan pertimbangan pihak owner mall. Mari memiliki RTH kurang lebih
20% dari luas mall secara keseluruhan.
Pengelolaan taman di Mall Ratu Indah menjadi salah satu aspek yang
diprioritaskan oleh pihak mall. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya divisi khusus
yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan pemeliharaan taman. Selain itu
setiap tahunnya dilakukan lelang untuk pengelolaan taman di Mall Ratu Indah
untuk satu tahun berikutnya.
Gambar 2 Lokasi Studi Mall Ratu Indah
4.1.3 Citra Land
Citra Land adalah salah satu kawasan perumahan di Makassar yang
menjadikan konsep taman sebagai salah satu daya tarik dengan menawarkan
perumahan yang nyaman dan asri. Desain perumahan Citra Land dikerjakan oleh
seorang Lulusan Universitas Indonesia pada jurusan Arsitektur. Setelah desain
ditetapkan maka digunakan jasa konsultan yang bertugas untuk memberi saran dan
25
pendapat tentang bagaimana konsep lanskap yang digunakan. Sebelumnya,
pengelolaan lanskap pada kawasan Citra Land berada dalam tanggung jawab pihak
konsultan lanskap, akan tetapi dengan berbagai pertimbangan pengelolaan laskap
Citra Land diserahkan kepada seorang ahli Arsitektur Lanskap asal Malang,
kemudian setelah 4 tahun dilanjutkan oleh Bapak Junardin, S.P.,MS yang
sebelumnya bekerja bersama ahli Arsitektur lanskap asal Malang. Bapak Junardin
merupakan salah satu alumni Unhas Jurusan Budidaya Pertanian Minat Arsitektur
Lanskap.
Pemilihan jasa desainer dari Jawa didasari oleh pengalaman dari desainer
itu sendiri dan juga lisensi yang dimilikinya. Desainer Citra Land mengusung tema
The Art of Living Green, dapat dikatakan bahwa Citra Land menyajikan perumahan
atau lingkungan yang hijau dan memiliki seni. Tema The Art of Living Green betul-
betul memberikan kawasan perumahan yang sangat berbeda, konsep lingkungan
hijau memberikan suasana yang nyaman dan asri dan juga seni akan penataan
tanaman-tanaman, penataan rumah-rumah yang tertata rapi.
Gambar 3 Lokasi Studi Citra Land
26
4.2 Sumber Daya Lanskap
4.2.1 Soft Material
Soft material menjadi elemen yang sangat penting dalam sebuah taman.
Seiring dengan kemajuan di perkotaan yang semakin pesat, tak dapat dihindari
hadirnya bangunan-bangunan yang terus mengurangi luasan ruang terbuka hijau.
Hal ini menjadikan pihak-pihak pelaku bisnis untuk terus berinovasi terhadap
konsep yang mereka tawarkan, salah satunya yaitu dengan mengahadirkan konsep
taman atau lingkungan yang hijau sebagai salah satu daya tarik yang dimiliki.
Maxone Hotel, Mall Ratu Indah dan Citra Land adalah beberapa lokasi yang
menjadikan lingkungan yang hijau sebagai daya tarik utama mereka. Pemenuhan
soft material/tanaman yang digunakan didatangkan baik dari dalam maupun luar
Kota Makassar.
Gambar 4 Grafik Sumber/Asal Soft material yang digunakan di Lokasi Studi
12%
94%
3%0% 2% 0%
88%
4%
97%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Maxone Hotel Mall Ratu Indah Citra Land
Lokal Regional Nasional
27
Daftar tanaman yang digunakan di Hotel Maxone dan daerah asal
pengadaanya dapat dilihat pada Tabel 2 dan lampiran 5
Tabel 2 Jenis Tanaman yang digunakan Hotel Maxone
No. Nama Tanaman Nama Latin Asal
Tanaman
1 Agave Agave Americana L Jawa
2 Andong Merah Cordyline fruticosa (L.) A.Chev. Jawa
3 Aralia Osmoxylon lineare 'Yellow' Jawa
4 Asoka Merah Ixora coccinea L. Jawa
5 Bakung Air Mancur Hymenocallis Speciosa Jawa
6 Balibong - Jawa
7 Bawang Bawangan Zephyranthes spp Jawa
8 Bayam Merah Aerva sanguinolenta (L) Bl. Makassar
9 Bodhi Ficus religiosa L Jawa
10 Dadap Madura Buaya Erythirna variegata L. Var.
Orientalis (L.) Merr Jawa
11 Flamboyan Merha Delonix regia Jawa
12 Hanjuang Cordyline Makassar
13 Iris Neomarica longifolia Jawa
14 Kamboja Fosil Plumeria sp Jawa
15 Kana President Hijau Canna indica Jawa
16 Kana President Kuning Canna indica Jawa
17 Kana President Merah Canna indica Jawa
18 Kayu Putih Melaleuca leucadendra Jawa
19 Ketapang Kencana Terminalia mantaly Jawa
20 Koptri Azadirachta indica Jawa
21 Landep Barleriae Prionitis L Jawa
22 Lili Brazil Dianella tasmanica Makassar
23 Love Grass Eragrostis tef Jawa
24 Marble Echinodorus cordifolius 'Marble
Queen' Jawa
25 Melati Gambir Jasminum officinale Jawa
26 Palm Kanari Phoenix canariensis Jawa
27 Palm Kol Licuala grandis Jawa
28 Palm Kuning Dypsis lutescens Jawa
29 Palm Kurma Phoenix dactylifera Jawa
30 Palm Lontar Borassus flabellifer Makassar
31 Palm Moleri Livistona muelleri palm Jawa
32 Palm Sadeng Saribus rotundifolius Jawa
33 Palm Wasingtonia Washingtonia robusta Jawa
34 Pandan Duri Kuning Pandanus tectorius Jawa
35 Philodendron Phoilodendron sp Jawa
36 Pisang Heliconia Heliconia colinsiana Jawa
37 Pisang Kalatea Calathea lutea Makassar
38 Pulai Alstonia scholaris Jawa
28
No. Nama Tanaman Nama Latin Asal
Tanaman
39 Puring Zet Codiaeum sp. Jawa
40 Rowelia Tegak Ruellia malacorperma Jawa
41 Sakura Pink Prunus serrulata Lindl Jawa
42 Sarbena - Jawa
43 Sikas Cycas Jawa
44 Solobium Schizolobium parahyba Jawa
45 Tabebuya Kuning Tabebuia caraiba Jawa
46 Tabebuya Pink Tabebuia impetiginosa Jawa
47 Talas Cente Alocasia macrorrhiza schott Jawa
48 Ubi Kuning Ipomoea batatas marguerite Makassar
49 Yukka Yucca aloifolia Jawa
Sumber: Data Sekunder Setelah diolah, 2017
Untuk soft material pada Hotel Maxone, tanaman yang ditanam sebagian
besar didatangkan dari Pulau Jawa meskipun ada juga beberapa yang diperoleh di
Makassar. Meskipun tanaman yang digunakan tersedia di Makassar, akan tetapi
untuk kebutuhan dalam jumlah yang besar ketersediaan tanaman di Kota Makassar
tidak mencukupi.
Beberapa penggunaan tanaman berasal dari jawa dengan alasan lebih
mudahnya mendatangkan tanaman dalam jumlah banyak dan juga ada beberapa
tanaman yang belum ada di Makassar misalnya tanaman Koptri. Maxone Hotel juga
menggunakana tanaman dari Kota Makassar. Tanaman-tanaman ini banyak
digunakan di trotoar jalan Hotel Maxone. Selain itu, untuk mengganti tanaman yang
mati atau menambah jumlah tanaman, tanaman yang digunakan juga berasal dari
Kota Makassar.
Daftar tanaman yang digunakan di Mall Ratu Indah dan daerah asal
pengadaanya dapat dilihat pada Tabel 3 dan lampiran 6.
Tabel 3 Jenis Tanaman yang digunakan Mall Ratu Indah
No Nama Tanaman Nama Latin Asal
Tanaman
1 Agave Agave Americana L Makassar
2 Asoka Ixora coccinea L. Makassar
3 Bambu Hias Bambusa sp Jawa
29
No Nama Tanaman Nama Latin Asal
Tanaman
4 Bunga Kertas Bougainvillea Makassar
5 Cemara Kipas Platycladus orientalis Makassar
6 Daun Philo Phoilodendron sp Makassar
7 Dracaena Dracaena sp Makassar
8 Glodokan Tiang Polyalthia longifolia Makassar
9 Hanjuang Cordyline Makassar
10 Iris Neomarica longifolia Makassar
11 Jatimas Cordia subcordata Makassar
12 Kacang Hias Arachis pintoi Makassar
13 Kaktus Cactaceae Makassar
14 Kamboja Plumeria sp Makassar
15 Kelapa Sawit Elais guinensiss Jacq Makassar
16 Ketapang Kencana Terminalia mantaly Jawa
17 Ki Hujan Samanea saman Makassar
18 Krokot Hijau Portulaca Oleracea L. Makassar
19 Krokot Merah Portulaca Oleracea L. Makassar
20 Krokot Putih Portulaca Oleracea L. Makassar
21 Lidah Mertua Sansevieria Makassar
22 Lili Paris Chlorophytum comosum Makassar
23 Lontar Borassus flabellifer Jeneponto
24 Marble Echinodorus cordifolius 'Marble
Queen' Makassar
25 Melati Jepang Hijau Pseuderanthemum reticulatum Makassar
26 Melati Jepang Putih Pseuderanthemum reticulatum Makassar
27 Nanas Hias Ananas bracteatus Makassar
28 Nyanyian India Dracaena Reflexa Variegata Makassar
29 Ophiopogan Ophiopogon japonicus Makassar
30 Paku Kelabang Nephrolepis exaltata Makassar
31 Palem Bajul - Makassar
32 Palem Botol Hyophorbe lagenicaulis Makassar
33 Palem Ekor Tupai Wodyetia bifurcata Makassar
34 Palem Kenari Phoenix canariensis Makassar
35 Palem Kipas Livistona saribus Makassar
36 Palem Kuning Dypsis lutescens Makassar
37 Palem Putri Roystonea regia Makassar
38 Palem Segitiga Dypsis lutescens Makassar
39 Palem Waregu Rhapis humilis Makassar
40 Pandan Bali Cordyline australis Makassar
41 Pandan Kuning Pandanus tectorius Makassar
42 Patah Tulang Euphorbia tirucalli Makassar
43 Pisang Heliconia Heliconia colinsiana Makassar
44 Pohon Daun Kupu-Kupu Bauhinia purpurea L Makassar
45 Pohon Jambu Syzygium aqueum Makassar
46 Pohon Sri Kaya Annona squamosa Makassar
47 Pucuk Merah Syzygium oleina Makassar
30
No Nama Tanaman Nama Latin Asal
Tanaman
48 Puring Codiaeum sp. Makassar
49 Rumput Gajah Mini Pennisetum purpureum schamach Makassar
50 Sambang Darah Excoecaria cochinchinensis Makassar
51 Spider Lili Lycoris radiata Makassar
52 Tanjung Mimusops elengi Makassar
53 Ubi Hias Ipomoea batatas marguerite Makassar
54 Vernonia Vernonia arborea Scherb.Ham Makassar
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2017
Soft material pada kawasan Mall Ratu Indah menggunakan tanaman yang
sebagian besar berasal dari Makassar, hanya kurang lebih 3 jenis tanaman yang
didatangkan dari Jawa. Mall Ratu Indah menggunakan tanaman dari Makassar
karena kebutuhan tanaman tersebut dapat disanggupi di Makassar. Mall Ratu Indah
ini sendiri menjadikan Tanaman Lontar sebagai vocal point. Tanaman lontar dipilih
untuk menunjukkan karakteristik Sulawesi Selatan. Pada Mari terdapat 6 pohon
tanaman lontar yang ditanam.
Daftar tanaman yang digunakan di Citra Land dan daerah asal
pengadaannya dapat dilihat pada Tabel 4 dan lampiran 7
Tabel 4 Jenis Tanaman yang digunakan Citra Land
No Nama Tanaman Nama Latin Asal Tanaman
1 Adam Hawa Rhoeo discolor Jawa
2 Agave Agave Americana L Jawa
3 Alang Alang Imperata cylindrica Jawa
4 Amarilis Amaryllis Jawa
5 Bambu Hias Bambusa sp Jawa
6 Batavia Jatropha pandurifolia Jawa
7 Bayam Merah Aerva sanguinolenta (L) Bl. Jawa
8 Belimbing Averrhoa carambola Jawa
9 Bintaro Cerbera manghas Jawa
10 Bunga Pukul 8 Turnera ulmifolia Jawa
11 Bunga Pukul 9 Portulaca grandiflora Jawa
12 Bunga Terkini Euphorbia Jawa
13 Bunga Terompet Allamanda cathartica Jawa
14 Dadap Merah Erythrina crista-galli Jawa
15 Daun Miana Coleus benth Jawa
16 Difenbachia Dieffenbachia amoena Jawa
17 Dresena Marginata Dracaena marginata Jawa
31
No Nama Tanaman Nama Latin Asal Tanaman
18 Dresena Reflexa Dracaena reflexa Jawa
19 Glodokan Tiang Polyalthia longifolia Jawa
20 Hanjuang Cordyline Jawa
21 Iris Neomarica longifolia Jawa
22 Jarak Ricinus communis Jawa
23 Jepetan Kuku Cauchy Murtopo Jawa
24 Kacang Hias Arachis pintoi Jawa
25 Kamboja Plumeria sp Jawa
26 Kana Kana Varigata Jawa
27 Kastuba Euphorbia pulcherrima Jawa
28 Kelapa Cocos nucifera Jawa
29 Kembang Kertas Bougainvillea Jawa
30 Ki Hujan Samanea saman Makassar
31 Krokot Hijau Portulaca Oleracea L. Jawa
32 Krokot Merah Portulaca Oleracea L. Jawa
33 Lili Laba Laba Lycoris radiata Jawa
34 Lili Paris Chlorophytum comosum Jawa
35 Lontar Borassus flabellifer Makassar
36 Melati Jepang Pseuderanthemum reticulatum Jawa
37 Nanas Hias Ananas bracteatus Jawa
38 Oleander Nerium oleander Jawa
39 Ophioponn Jaburan Ophiopogon japonicus Jawa
40 Pakis Aji Cycas rumphii Jawa
41 Paku Kelabang Nephrolepis exaltata Jawa
42 Palem Kuning Dypsis lutescens Jawa
43 Palem Merah Cyrtostachys renda Jawa
44 Palem Putri Roystonea regia Jawa
45 Palem Sabal Sabal palmetto Jawa
46 Pandan Pandanus amaryllifolius Jawa
47 Pandan Bali Cordyline australis Jawa
48 Pandan Kuning Pandanus tectorius Jawa
49 Peperonia Scandes False philodendron varigata Jawa
50 Philo Jari Pinnatifidum Sp Jawa
51 Pisang Heliconia Heliconia colinsiana Jawa
52 Pisang Kipas Ravenala madagascariensis Jawa
53 Pohon Jambu Syzygium aqueum Jawa
54 Pohon Mangga Mangifera indica Jawa
55 Pohon Pisang Musa paradisiaca Jawa
56 Pohon Pisang
Kalatea Calathea lutea Jawa
57 Pucuk Merah Syzygium oleana Jawa
58 Puring Codiaeum sp. Jawa
59 Puring Garuda Codiaeum sp. Jawa
60 Puring Kerupuk Codiaeum sp. Jawa
61 Puring Spagethi Codiaeum sp. Jawa
32
No Nama Tanaman Nama Latin Asal Tanaman
62 Reulia Ungu Ruellia angustifolia Jawa
63 Sambang Darah Excoecaria cochinchinensis Jawa
64 Sri Rejeki Aglaonema Jawa
65 Tabebuya Tabebuia Jawa
66 Taiwa Beauty Cuphea hyssopifolia Jawa
67 Talas Colocasia esculenta Jawa
68 Tri Color Dracaena marginata tricolor Jawa
69 Ubi Hias Ipomoea batatas marguerite Jawa
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2017
Citra Land dengan tema The Art of Living Green yang menyajikan
lingkungan yang asri, hal ini pasti membutuhkan tanaman dalam jumlah yang
banyak dan beragam. Tanaman yang ditanam di Citra Land sebagian besar
didatangkan dari Pulau Jawa, meskipun tanaman yang digunakan adalah jenis
tanaman yang juga tersedia di Makassar, akan tetapi untuk kebutuhan dalam jumlah
yang besar ketersediaan tanaman di Kota Makassar tidak dapat mencukupi dan juga
harga tanaman yang didatangkan dari Pulau Jawa lebih murah dibanding di kota
Makassar.
Citra Land menggunakan tanaman lokal sebagai landmarknya yaitu pohon
lontar, hal ini untuk menunjukkan ciri khas tanaman daerah Sulawesi Selatan. Citra
Land juga menitikberatkan konsep taman yang edukatif, dimana pada beberapa
klaster di Citra Land sendiri memiliki tema taman klasternya masing-masing.
Konsep edukasi dapat dilihat berupa adanya Botani Garden dan tanaman yang ada
diberikan label nama tanaman. Hal ini ditujukan agar orang-orang yang tinggal di
perumahan tersebut dapat mengenal jenis– jenis tanaman yang ditanam di kawasan
Citra Land.
33
4.2.2 Hard Material
Selain soft material kehadiran hard material di dalam sebuah taman tentu
sangat dibutuhkan. Selain untuk menghindari konsep yang monoton, hard material
menjadi elemen-elemen untuk melengkapi fasilitas di dalam sebuah taman.
Pada kawasan Maxone Hotel, Mall Ratu Indah dan Citra Land masing-
masing menghadirkan hard material yang berbeda-beda. Hal ini disesuaikan dengn
konsep bangunan dan konsep taman, serta aktivitas pengguna didalam kawasan
tersebut.
Gambar 5 Grafik Penggunaan hard material
Jumlah hard material yang digunakan bergantung pada ketersediaan hard
material yang dibutuhkan. Di Mall Ratu Indah seluruhnya menggunakan hard
material yang berasal dari kota Makassar dan sekitarnya (lokal) hal ini disebabkan
karena hard material yang dibutuhkan seluruhnya tersedia di Kota Makassar selain
itu jumlah yang dibutuhkan juga sedikit. Di Citra Land dan Maxone Hotel hard
material yang digunakan sebagian berasal dari Kota Makassar sebagian pula
berasal dari luar Kota Makassar. Hal ini disebabkan oleh hard material yang
63%
100%
50%
38%
0%
50%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Maxone Hotel Mall Ratu Indah Citra Land
Lokal Regional / Nasional
34
dibutuhkan tidak semua tersedia di Kota Makassar. Sehingga pihak pengelola
mendatangkan dari luar Kota Makassar.
Hard material merupakan salah satu kebutuhan dalam suatu pertanaman.
Maxone Hotel yang mengusung tema hotel yang asri dan sejuk juga memadukan
dengan hard material yang cocok dengan tata letak tanamannya. Hard material
yang digunakan pada Maxone Hotel sendiri itu beragam, sesuai dengan kebutuhan
yang diperuntukan dan juga ditambah dengan nilai estetika yang dapat
menyesuaikan dengan tamannya. Hard material pada kawasan ini didatangkan dari
Jawa dan juga Makassar.
Pada kawasan Mall Ratu Indah hard material yang digunakan seluruhnya
didatangkan dari Makassar dan sekitarnya, sebab kebutuhan hard material yang
tidak terlalu beragam dan juga hard material yang diinginkan untuk penyesuaian
konsep taman dapat dengan mudah didapatkan di Makassar.
Sedangkan Citra Land sendiri sama halnya dengan Hotel Maxone yang
menggunakan hard material yang dapat diperoleh dari Makassar dan juga dari
Jawa. Akan tetapi hard material yang digunakan sebagian besar berasal dari Pulau
Jawa. Sebab penggunaan hard material di kawasan Citra Land adalah bagian dari
konsep pembangunan atau desain perumahan. Berikut daftar hard material di
kawasan Maxone Hotel, Mall Ratu Indah dan Citra Land. Konsep pembangunan
yang terencana dan terikat, menjadi salah satu alasan mengapa hard material yang
digunakan di Citra Land sebagian besar didatangkan dari Pulau Jawa.
35
Tabel 5 Hard material Maxone Hotel
No Jenis Hard material Asal
1 Air Mancur Makassar
2 Gazebo Jawa
3 Lampu Taman Makassar
4 Pavling Blok Makassar
5 Bangku Taman Jawa
6 Playground Jawa
7 Pot Tanaman Makassar
8 Batu Taman Makassar
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2017
Tabel 6 Hard material Mall Ratu Indah
No Jenis Hard material Asal
1 Pot Tanaman Makassar
2 Lampu Taman Makassar
3 Kolam Ikan Makassar
4 Batu Alam Makassar
5 Air Mancur Makassar
6 Pevling Blok Makassar
7 Bangku Taman Makassar
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2017
Tabel 7 Hard material Citra Land
No Jenis Hard material Asal
1 Patung Kuda Jawa
2 Tugu Manusia Jawa
3 Lampu Taman Makassar
4 Ornamen Median Makassar
5 Pot Tanaman Makassar
6 Batu Taman Makassar
7 Air Mancur Jawa
8 Playground Jawa
9 Ornamen Taman Jawa
10 Bangku Taman Jawa
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2017
36
a b
c d
Gambar 6 Beberapa Hard Material di Citra Land yang didatangkan dari Pulau
Jawa
4.2.3 Sumber Daya Manusia
4.2.3.1 Perencanaan dan Desain
Proses perencanaan lanskap merupakan aspek penting dari kegiatan
penataan lanskap, sehingga perencanaan lanskap harus dilakukan secara cermat dan
professional. Dalam praktiknya, perencanaan lanskap meliputi kegiatan survey,
inventarisasi, analisis dan sintesis, sketching (pembuatan sketsa), dan terwujudnya
konsep perencanaan hingga pembuatan desain dan rancangan lanskap. Selain itu
desain juga dilengkapi dengan rancangan anggaran biaya (RAB) yang harus dibuat
secara detail. Dengan demikian perencanaan menjadi tahapan yang sangat penting
dalam membuat desain lanskap. Dibutuhkan tenaga ahli yang profesional dan
memahami konsep taman yang akan dibangun.
Berikut ini hasil pengamatan pada lokasi studi yang terkait dengan tenaga
professional yang terlibat dalam kegiatan perencanaan dan desain lanskap.
37
Gambar 7 Grafik Keterlibatan Tenaga Profesional Perencanaan/Perancangan
Lanskap di Lokasi Studi
Seluruh lokasi studi adalah kawasan domain publik sehingga terikat oleh
peraturan yang terkait dengan penerapann standar keamanan dan kenyamanan.
Oleh sebab itu seluruh pihak yang terlibat dalam proses perencanaan dan desain
adalah konsultan yang telah memiliki pengalaman atau jam terbang yang lebih
banyak.
4.2.3.2 Pengerjaan, Pengelolaan dan Pemeliharaan Taman
Proses pengerjaan sebuah taman tentu membutuhkan waktu, biaya serta
tenaga ahli. Untuk kebutuhan perusahaan-perusahaan besar tentu pemilihan pekerja
taman menjadi petimbangan yang sangat penting dan memperhatikan kriteria-
kriteria yang dibutuhkan. Tidak hanya untuk pengerjaan taman, pada tahapan
pengelolaan dan pemeliharaan taman juga dibutuhkan tenaga-tenaga yang ahli
didalam bidangnya. Untuk proses pemeliharaan taman pada umumnya dilakukan
oleh pihak kedua yang dipekerjakan oleh pekerja taman sebelumnya. Akan tetapi
setalah melalui bimbingan atau proses belajar tentang teknik pemeliharaan yang
dilakukan pada taman tersebut.
0% 0%20%
100% 100%
80%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Maxone Hotel Mall Ratu Indah Citra Land
Lokal Regional / Nasional
38
Gambar 8 Grafik Pengerjaan, Pengelolaan dan Pemeliharaan Taman
Penggunaan sumber daya lanskap pada kawasan Hotel Maxone, dalam
bidang pengerjaan taman, penanaman dan perawatan/pemeliharaan taman adalah
tanggung jawab dari pihak outsourching, sebab bentuk kerja sama yang dilakukan
adalah dalam bentuk kontrak kerja yang terikat. Untuk tahap awal pekerjaan taman
adalah tanggung jawab dari pihak outsourching, meliputi desain taman, penanaman,
dan pemeliharaan awal. Sebagian besar pekerja didatangkan dari Pulau Jawa atau
dari pihak outsourching sendiri. Adapun untuk penduduk lokal Makassar hanya
sebagian kecil, itupun untuk tujuan pemeliharaan selanjutnya atau pemeliharaan
jangka panjang.
Untuk Mall Ratu Indah dari segi sumber daya lanskap bagian pekerja yang
meliputi penanaman, dan juga pemeliharaan itu menggunakan orang-orang yang
berasal dari Makassar. Penanggung jawab taman di Mall Ratu Indah adalah pihak
luar yang terikat kontrak kerja per satu tahun. Penanggung jawab taman
bertanggung jawab untuk pemeliharaan tanaman termasuk mangganti tanaman
yang mati atau tanaman yang sudah tua. Pemeliharaan tanaman berupa penyiraman
0%
100%
50% 50%
100%
0%
100%
0%0%
100% 100%
0%0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Lokal Regional/Nasional Lokal Regional/Nasional
Pengerjaan Taman Perawatan dan Pengelolaan
Maxone Hotel Mall Ratu Indah Citra Land
39
dilakukan setiap hari, pemangkasan dilakukan per minggu serta per tiga bulan,
sedangkan untuk mengganti tanaman dilakukan setiap kali ada tanaman yang mati.
Penggunaan sumber daya lanskap pada kawasan Citra Land, dalam bidang
pengerjaan taman, penanaman dan perawatan/pemeliharaan taman adalah tanggung
jawab dari pihak kontraktor lanskap, sebab bentuk kerja sama yang dilakukan
adalah dalam bentuk kontrak kerja yang terikat. Untuk tahap awal desain dikerjakan
oleh Desainer Arsitek lalu diserahkan kepada Kontraktor Lanskap untuk
mengerjakan bidang Lanskapnya. Kontraktor Lanskap bertanggung jawab meliputi
desain taman, penanaman, dan pemeliharaan awal. Sebagian besar pekerja
didatangkan dari Pulau Jawa atau dari pihak kontraktor itu sendiri. Sedangkan
untuk penduduk lokal Makassar digunakan setalah 4 tahun berlalu (ketika Bapak
Junardin dirujuk sebagai Ahli Lanskap), dalam hal ini pekerja lokal sudah dipercaya
untuk melalukan desain taman, penanaman, pengelolaan dan juga pemeliharaan
jangka panjang
4.3 Penyedia Lokal Sumber Daya Lanskap
Berdasarkan hasil survey yang dilaksanakan di beberapa nursery di kota
Makassar yang menyediakan soft dan hard material diperoleh informasi tentang
pengadaan tanaman dan hard material yang digunakan sebagai elemen lanskap.
Berikut data tentang informasi soft material dan hard material.
4.3.1 Soft Material
Soft material menjadi elemen yang sangat penting dalam sebuah taman.
Seiring dengan kemajuan di perkotaan yang semakin pesat, tak dapat dhindari
hadirnya bangunan-bangunan yang terus mengurangi luasan ruang terbuka hijau.
Hal ini menjadikan pihak-pihak pelaku bisnis untuk terus berinovasi terhadap
40
pemenuhan ruang terbuka hijau. Salah satu cara yang dilakukan untuk memenuhi
ruang terbukan hijau dengan pengadaan tanaman-tanaman.
Pengadaan tanaman-tanaman yang diperuntukkan untuk kebutuhan taman
pribadi maupun kebutuhan hobi, Pengadaan soft material/tanaman merupakan
upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen berikut informasi
pengadaan tanaman di Kota Makassar.
Berikut adalah informasi penyedia lokal dari soft material lanskap di Kota
Makassar.
Tabel 8 Beberapa Sumber Lokal Penyedia Soft material
No. Nama
Penyedia
Lokasi
Menjual Asal Tanaman
Asal Tanaman
Lokal Regional Nasional
1 Pak Said Panaikang
Malang, Kediri,
Jakarta, Tanjung dan
Takalar
15% 10% 75%
2 Taman
Firdaus Panaikang Malang dan Tanjung 60% 0% 40%
3 Pak Mail Tanjung
Bunga
Malang, Makassar
dan Malino 45% 20% 35%
4 Pak Sukin Tanjung
Bunga
Malang, Kediri,
Sidrap, Malino,
Enrekang, Makassar
dan Takalar.
45% 30% 25%
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2017
1. Pak Said (Panaikang)
Tanaman yang dijual didatangkan dari Jawa (Malang, Kediri dan Jakarta),
Tanjung dan juga Takalar. Untuk tanaman jenis pohon banyak didatangkan dari
Jawa misalkan pohon cemara. Tanaman yang ada untuk dijual dan juga untuk
disewakan. Selain itu ditempat ini juga menyediakan jasa pembuatan taman untuk
kawasan rumah, mall, serta untuk kebutuhan taman instan dekorasi dalam ruangan.
Pembuatan taman juga meliputi pengadaan hard material (berupa pot bunga alam)
yang diperoleh di Makassar.
41
2. Taman Firdaus (Panaikang)
Tanaman yang dijual berasal dari Jawa (Malang) dan Tanjung. Tanaman
jenis bunga – bunga dan pohon banyak ia datangkan dari Pulau Jawa. Salah satu
yang ia datangkan dari Jawa itu bunga mawar. Ibu Hania juga memiliki karyawan
yang difokuskan ke dekorasi (taman instan) untuk acara pernikahan. Ibu Hania juga
banyak melakukan dekorasi di beberapa kampus dan juga hotel. Sedangkan untuk
penyewaan tanaman, ibu hania tidak menyewakan tanaman yang ia jual.
3. Pak Mail (Tanjung Bunga)
Tempat ini mendatangkan tanamannya dari Jawa, Makassar dan Malino.
Pak Mail dapat melakukan pengerjaan taman yang meliputi pengadaan soft material
dan hard material. Hard material disini juga ia peroleh dari Makassar. Pengadaan
hard material berdasarkan permintaan pembeli. Selain memperjual belikan
tanamannya biasanya ia juga sewakan untuk keperluan dekorasi dalam ruangan.
Selain mendatangkan dari jawa, disini juga melakukan pembibitan sendiri. Selain
itu Pak Mail juga menerima jasa untuk pengerjaan taman skala rumah.
4. Pak Sukin (Tanjung Bunga)
Tempat ini mendatangkan tanamannya dari Malang, Kediri, Sidrap,
Enrekang, Takalar. Seperti pak Mail ditempat ini juga dapat melakukan pengerjaan
taman. Pengadaannya juga meliputi hard dan soft material. Hard material juga
disediakan berdasakan permintaan pembeli, misalnya untuk kebutuhan pembuatan
taman. Ia bahkan melalukan pembibitan sendiri untuk memperbanyak tanaman
yang ia perjual belikan ataupun disewakan. Pak Sukin ini juga menyuplai
tanamannya ke penjual tanaman di Panaikang Makassar.
42
4.3.2 Hard Material
Selain soft material kehadiran hard material di dalam sebuah taman tentu
sangat dibutuhkan. Selain untuk menghindari konsep yang monoton, hard material
menjadi elemen untuk melengkapi fasilitas di dalam sebuah taman.
Pengadaan hard material yang diperuntukkan untuk kebutuhan taman
pribadi maupun kebutuhan hobi. Pengadaan hard material merupakan upaya yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Berikut informasi pengadaan
hard material di Kota Makassar.
Berikut adalah informasi penyedia lokal dari hard material lanskap di
Makassar.
Tabel 9 Beberapa Sumber Lokal Penyedia Hard material
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2017
Deskripsi spesifik pengadaan material yang disusun adalah sebagai berikut:
1. H. Serang (Takalar)
Gazebo yang dibuat Oleh H.Serang merupakan gazebo yang diproduksi
sendiri. Para pengrajin yang dipekerjakan sebagaian berasal dari Pulau Jawa dan
sebagian adalah warga lokal (Takalar). Pengerjaan gazebo tersebut lebih
dipercayakan pada pekerja dari Pulau Jawa. Adapun warga lokal, adalah membantu
sebagian pekerjaan yang dianggap dapat dikerjakan oleh warga lokal, misalnya
memotong kayu, mengamplas, dan mengecat. Sedangkan pekerja dari Pulau Jawa
No Nama Penjual
Pekerja Hard
Material Asal Bahan Baku
Jenis Hard material Lokal Regional/N
asional
Lokal Regional/
Nasional
1 H. Serang Meubel
( Takalar)
50% 50% 0% 100% Ayunan, Gazebo Ukuran
Kecil, Sedang Dan Besar.
2 Pak Saenal
(Takalar)
0% 100% 60% 40% Pergola, Ayunan, Jungkat
Jungkit, Gazebo Ukuran
Kecil, Sedang Dan Besar.
3 Pak Hendri
(Maros)
50% 50% 100% 0% Air Mancur dan Pot
Tanaman
4 Pak Saharullah
(Makassar) 100% 0% 100% 0%
Air Mancur dan Pot
Tanaman
43
yang akan menyelesaikan pekerjaan tersebut hingga menjadi sebuah gazebo. Bahan
baku utama untuk pembuatan gazebo yaitu kayu berasal dari daerah Takalar dan
Bulukumba. Di tempat ini diproduksi gazebo dalam berbagai ukuran, dari yang
berukuran kecil hingga besar. Harganya pun bergantung pada ukuran gazebo itu
sendiri.
Gazebo yang dibuat di tempat ini, dikerjakan berdasarkan permintaan
pembeli, selanjutnya setelah selesai dikerjakan gazebo tersebut akan diantarkan
langsung ke pemesan. Untuk memudahkan distribusi gazebo, maka gazebo yang
dibuat bersifat bongkar pasang. Setelah tiba di lokasi pemesan, gazebo dipasang
kembali. Di tempat ini tidak ada pembuatan gazebo yang bersifat permanen.
Tempat ini juga dapat membuat gazebo sesuai desain yang diinginkan tapi ini
terbatas dengan kemampuan pekerjanya.
2. Pak Saenal (Takalar)
Pak Saenal adalah seorang pengrajin meuble asal Kota Jepara. Seluruh
pekerjanya pun berasal dari Jepara. Bahan baku dalam pembuatan gazebo berasal
dari sekitar Kabupaten Takalar, Bulukumba, Enrekang, Jayapura dan Jepara. Di
tempat ini juga membuar gazebo yang berukuran kecil hingga berukuran besar.
Harganya pun bervariasi, tergantung ukuran, jenis kayu dan tingkat kesulitan
pembuatan gazebo.
Gazebo yang dibuat di tempat Pak Saenal dikerjakan di tempat Pak Saenal,
kemudian dianrtarkan ke pemesan. Sama halnya dengan gazebo yang di produksi
oleh H.Serang, gazebo yang dibuat olek Pak Saenal juga dapat dibongkar pasang.
Setelah tiba dilokasi pemesan, gazebo dipasang kembali. Pak Saenal juga melayani
pengerjaan gazebo di rumah pelanggan, jika pelanggannya memiliki bahan bakunya
44
sendiri. Tempat ini juga menerima pengerjan gazebo sesuai desain yang diinginkan
pembelinya. Selain membuat gazebo, salah satu hard material yang juga dapat
dikerjakan oleh Pak Saenal adalah pembuatan pergola.
3. Pak Hendri (Maros)
Pak Hendri adalah seorang pengrajin pot bunga dan air mancur di
Kabupaten Maros, akan tetapi Pak Hendri berasal dari Pulau Jawa. Di tempat ini ia
mempekerjakan orang Jawa, Maros dan Makassar. Teknik pembuatan pot bunga
yang diproduksi oleh Pak Hendri berbeda dengan yang dibuat pengrajin pada
umumnya yaitu menggunakan teknik cor, Pak Hendri memproduksi pot bunga
dengan menggunakan teknik cetak. Bahan utama yang ia gunakan adalah tanah.
Tanah tersebut kemudian dicetak mengikuti bentuk pot yang diinginkan kemudian
selanjutnya dilapisi dengan campuran semen dan pasir. Keunggulan dari teknik ini
adalah pot bunga yang dihasilkan lebih tahan lama. Untuk pemasarannya, hard
material yang dihasilkan oleh Pak Hendri telah dipasarkan ke beberapa daerah,
seperti Makassar, Maros, Pangkep, Pare-Pare, Pinrang, Selayar hingga ke Sulawesi
Barat. Pak Hendri juga bekerja sama dengan salah satu penjual tanaman di daerah
Pangkep untuk pemasaran pot bunga dan air mancur yang diproduksi olehnya.
Dalam pembuatan pot Bunga atau air mancur, tempat ini dapat membuat sesuai
desain yang diinginkan. Hard material ini dipergunakan pada kawasan pertamanan,
perumahan, kantor, hotel dan juga median jalan.
4. Pak Saharullah (Makassar)
Pak Saharullah adalah penduduk asli Makassar, seorang pengrajin hard
material. Sama halnya dengan Pak Hendri hard material yang ia buat juga berupa
pot bunga dan air mancur. Ditempat ini ia memperkerjakan orang Makassar. Pot
45
bunga dan air mancur yang diproduksi oleh Pak Saharullah, dibuat dengan
menggunakan teknik cor. Sehingga bahan baku utama yang digunakan adalah
campuran semen dan pasir, yang kemudian dituang ke dalam media cetakan.
Kelemahan dari teknik ini yaitu pot bunga yang dihasilkan mudah retak atau pecah.
Hard material ini biasa dibeli dan dipergunakan pada kawasan perkantoran, hotel
dan taman serta untuk kebutuhan perumahan. Dalam pembuatan pot bunga atau air
mancur, tempat ini tidak dapat membuat sesuai desain yang diinginkan. Beberapa
daerah pemasarannya antara lain Makassar, Pangkep dan Barru.
4.4 Analisis SWOT
Analisis mengenai potensi dan kendala (secara internal eksternal)
Pengadaan dan Penggunaan sumber daya lanskap dikawasan Perumahan, Pusat
Perbelanjaan dan Hotel di Makassar didasarkan atas data yang telah diperoleh dari
hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, baik yang berupa data primer dan
data sekunder. Analisis SWOT meliputi kekuatan, peluang, kelemahan dan
ancaman. Dimana metode ini menunjukan hasil kinerja dengan menentukan
kombinasi faktor internal dan eksternal. Analisis SWOT membandingkan antara
faktor internal, yaitu kekuatan (strengths), dan kelemahan (weakness). Dengan
faktor eksternal yaitu peluang (opportunity), dan ancaman (threats).
Sesuai dengan metodologi analisis SWOT, maka kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weakness) disusun berdasarkan analisis faktor internal. Sementara
peluang (opportunity) dan ancaman (threats) disusun berdasarkan analisis faktor
eksternal. Secara terperinci analisis faktor internal dan analisis faktor eksternal
adalah sebagai berikut:
46
4.4.1 Analisis Faktor Internal
Beberapa faktor lingkungan internal yang mempengaruhi Pengadaan dan
Penggunaan sumber daya lanskap dikawasan Perumahan, Pusat Perbelanjaan dan
Hotel di Makassar, yaitu faktor kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness).
Adapun faktor kekuatan (strengths) tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tanaman yang digunakan dapat tumbuh dan dibudidayakan di Makassar
2. Lokasi yang dipilih adalah kawasan yang mengedepankan konsep tata hijau
3. Kawasan yang dipilih berada di lokasi yang strategis
4. Digunakannya Sumber Daya Manusia Lokal dan Penyedia Tanaman Hias
dan Elemen Lanskap secara bertahap.
Sedangkan faktor kelemahan (weakness) adalah sebagai berikut:
1. Sumber tanaman masih didatangkan dari luar Makassar
2. Kemampuan penyedia lokal masih kurang
3. Kurangnya keterampilan Sumber Daya Manusia Lokal
4.4.2 Analisis Faktor Eksternal
Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi Pengadaan dan Penggunaan
sumber daya lanskap dikawasan Perumahan, Pusat Perbelanjaan dan Hotel di
Makassar yaitu peluang (opportunity) dan kelemahan (treaths). Adapun faktor
peluang (opportunity) yang berpengaruh adalah sebagai berikut :
1. Industri tanaman hias yang mulai diminati masyarakat Makassar
2. Kebutuhan soft material semakin meningkat
3. Jumlah tenaga lanskap di Kota Makassar sudah cukup banyak.
4. Meningkatnya wawasan dan pengetahuan masyarakat tentang lanskap
Sedangkan faktor ancaman (treaths) yang berpengaruh adalah sebagai berikut :
47
1. Adanya jaminan tanaman jika didatangkan dari luar.
2. Harga tanaman di Jawa dan biaya yang digunakan lebih murah
3. Jumlah penduduk Kota Makassar yang semakin meningkat
4.4.3 Strategi Pengembangan Pengadaan dan Penggunaan sumber daya
lanskap dikawasan Perumahan, Pusat Perbelanjaan dan Hotel di
Makassar
Mengacu pada hasil identifikasi faktor internal dan faktor eksternal, maka
dirumuskan strategi Pengadaan dan Penggunaan sumber daya lanskap dikawasan
Perumahan, Pusat Perbelanjaan dan Hotel di Makassar. Pada tahap akhir, dilakukan
identifikasi dengan menggunakan matriks SWOT, yang akan menghasilkan empat
strategi dan akan menjadi strategi pengembangan Pengadaan dan Penggunaan
sumber daya lanskap dikawasan Perumahan, Pusat Perbelanjaan dan Hotel di
Makassar yaitu :
1) Strategi S-O, merupakan pertemuan antara kekuatan dan peluang, yaitu
mengoptimalkan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang sebesar-
besarnya.
2) Strategi S-T, merupakan pertemuan antara kekuatan dan ancaman, yaitu
mengoptimalkan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
3) Srategi W-O, merupakan pertemuan antara kelemahan dan peluang, yaitu
meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang sebesar-
besarnya.
4) Strategi W-T, merupakan pertemuan antara kelemahan dan ancaman, yaitu
dengan meminimalkan kelemahan untuk mencegah/mengatasi ancaman.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10.
48
Tabel 10 Klasifikasi isu strategi Pengadaan dan Penggunaan sumber daya lanskap dikawasan Perumahan, Pusat Perbelanjaan dan Hotel di Makassar Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1. Tanaman yang digunakan dapat tumbuh dan
dibudidayakan di Makassar
2. Lokasi yang dipilih adalah kawasan yang
mengedepankan konsep tata hijau
3. Kawasan yang dipilih berada di lokasi yang
strategis
4. Digunakannya Sumber Daya Manusia Lokal
dan Penyedia Tanaman Hias dan Elemen
Lanskap secara bertahap.
1. Sumber tanaman masih didatangkan dari luar
Makassar
2. Kemampuan penyedia lokal masih kalah
3. Kurangnya keterampilan Sumber Daya Manusia
Lokal
4. Kurangnya lahan kosong yang tersedia untuk
budidaya tanaman hias.
Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O
1. Industri tanaman hias yang mulai diminati
masyarakat Makassar
2. Kebutuhan soft material semakin meningkat
3. Jumlah tenaga lanskap di Kota Makassar sudah
cukup banyak.
4. Meningkatnya wawasan dan pengetahuan
masyarakat tentang lanskap
1. Perlunya diadakan suatu workshop untuk
meningkatkan pengetahuan dan wawasan
teknik-teknik budidaya tanaman hias
2. Adanya suatu kegiatan sebagai sarana
pengembangan dalam membudidayakan
tanaman hias
1. Pelatihan untuk memanfaatkan Sumber daya
manusia local dalam memenuhi tenaga lanskap di
Makassar
2. Sosialisasi dan pelatihan untuk meningkatkan
pengadaan tanaman hias dalam jumlah banyak .
Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T
1. Adanya jaminan tanaman jika didatangkan dari
luar.
2. Harga tanaman di Jawa dan biaya yang
digunakan lebih murah
3. Jumlah penduduk Kota Makassar yang semakin
meningkat
1. Diadakannya sosialisasi tentang bagaimana
mengurangi biaya dan harga tanaman hias
yang lebih murah.
2. Membentuk suatu Lembaga yang bertugas
untuk memberikan informasi terkait jenis-
jenis tanaman hias baru.
3. Membentuk lembaga yang bertugas untuk
memberikan informasi kepada masyarakat
tentang penataan taman, penjualan tanaman
hias dan elemen lanskap lainnya
1. Menentukan suatu lokasi yang dijadikan sebagai
sentra perbanyakan tanaman hias
2. Memberdayakan penyedia lokal tanaman hias di
Makassar dengan cara pelatihan-pelatihan
budidaya tanaman hias.
3. Melakukan studi banding ke daerah-daerah yang
dianggap menjadi sumber tanaman hias diluar
Kota Makassar.
49
4.5 Pembahasan
Bila diakumulasikan hasil studi penggunaan sumber daya lanskap untuk
seluruh komponen dari semua lokasi, maka dapat dikatakan bahwa penggunaan
sumber daya yang berasal dari luar Makassar dan luar regional Sulawesi lebih
dominan sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 15. Matriks rangkuman sumberdaya
lanskap pada lokasi studi sebagai berikut:
Tabel 11 Martiks Rangkuman sumberdaya lanskap pada lokasi studi
No Lokasi Perencanaan
dan Desain
Elemen Lanskap Pekerja
Taman
Pengelola dan
Pemeliharaan
Taman Soft
Material
Hard
Material
1 Maxone
Hotel
100%
Nasional
10%
Lokal,
90%
Nasional
100%
Nasional
100%
Nasional
50% Lokal,
50% Nasional
2 Mall Ratu
Indah
100%
Nasional
93%
Lokal,
2%
Regional,
5%
Nasional
50%
Lokal,
50%
Nasional
100%
Lokal 100% Nasional
3 Citra Land
20% Lokal,
80%
Nasional
3%
Lokal,
97%
Nasional
50%
Lokal,
50%
Nasional
100%
Nasional 100% Nasional
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2017
Berdasarkan informasi yang telah didapatkan dari ketiga lokasi diketahui
bahwa penggunaan sumber daya lanskap masih didominasi oleh orang-orang jawa.
Penggunaan sumber daya lanskap yang masih didominasi mencakup konsultan
lanskap, pekerja lanskap hingga ke pemenuhan soft material. Jika dilihat jenis-jenis
elemen lanskap yang digunakan khususnya soft material yang didatangkan dari luar
Makassar banyak diantaranya yang begitu mudah didapatkan di Makassar, akan
tetapi yang menyebabkan mereka juga didatangkan dari Jawa adalah harga yang
lebih murah dan tersedia dalam jumlah yang banyak, selain itu adanya garansi
penggantian tanaman jika dalam proses pengiriman terdapat tanaman yang mati,
50
dan juga pemikiran mendatangkan semua tanaman dari Jawa yang sesuai dengan
rencana untuk mempermudah atau lebih efisien dalam pemenuhan kebutuhan
tanaman. Tanaman-tanaman misalnya jenis lili paris yang digunakan pada Citra
Land sendiri dapat dengan mudah dijumpai di Makassar, namun untuk pengadaan
dalam jumlah yang banyak serta keragaman jenis tanaman membuat pihak pemilik
lebih memilih mendatangkan dari Pulau Jawa. Pihak kontraktor yang berasal dari
luar Kota Makassar juga menjadi salah satu alasan mengapa sebagian besar
kebutuhan pembangunan didatangkan dari Pulau Jawa, sebab pada umumnya
pembangunan lanskap taman adalah bagian dari tahapan pembangunan perumahan
maupun hotel.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa konsultan lanskap yang berasal dari
Jawa masih menjadi pilihan utama hal ini menjadi masalah yang serius, kawasan
yang berada di Makassar ini mengandalkan orang-orang luar. Padahal ada baiknya
jika menggunakan konsultan dari Makassar itu sendiri. Namun pemilihan konsultan
dari luar Makassar (jawa) didasari oleh fakta yang mendukung, konsultan lanskap
yang berasal dari jawa memiliki keterampilan dan keahlian serta pengalaman yang
lebih dibandingkan dengan jasa konsultan lanskap di Makassar. Padahal, tingkat
kepercayaan masyarakat adalah dengan memperhatikan hal-hal tersebut, yakni
keahlian dan pengalaman kerja sebagai tolak ukur kualitas dari desainer lanskap.
Salah satu alasan mengapa beberapa pihak jarang menggunakan konsultan lanskap,
bahkan terbilang jarang digunakan di Kota Makassar, dapat dikaitkan dengan tidak
adanya Jurusan atau program studi bidang Arsitektur Lanskap di kota Makassar
atau wilayah sulawesi, hal inilah yang juga menjadi salah satu penyebab mengapa
belum dikenalnya orang-orang konsultan lanskap yang berasal dari Makassar.
51
Di Universitas Hasanuddin (Unhas) sendiri terdapat bidang ilmu Arsitektur
Lanskap. Bidang ilmu arsitektur lanskap adalah bagian dari Departemen Budidaya
Pertanian., program studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian. Jumlah mahasiswa
yang mengambil bidang ilmu atau minat arsitektur lanskap setiap tahunnya
bervariasi dan cenderung meningkat. Saat ini di Departemen Budidaya Pertanian,
minat Arsitektur Lanskap dapat diambil pada Semester 5. Saat ini Arsitektur
Lanskap di Unhas memiliki Studio Lanskap yang membantu dalam proses
pembelajaraan mahasiswa, penggunaan software dan tidak lupa juga kegiatan
magang di suatu kawasan maupun praktek lapang yang ditujukan agar kemampuan
atau wawasan mengenai Arsitektur Lanskap lebih banyak. Lulusan-lulusan dari
Arsitektur Lanskap Unhas telah banyak yang melanjutkan studinya lebih lanjut dan
ada pula yang telah bekerja di bidang-bidang lanskap, misalnya saja Junardi yang
bekerja sebagai Konsultan Lanskap di Citra Land,
Minat Arsitektur Lanskap pada Departemen Budidaya Pertanian, tidaklah
sepopuler dengan Jurusan Arsitektur Lanskap di universitas-universitas di Pulau
Jawa, misalnya di Institut Pertanian Bogor atau Universitas Trisakti. Tak banyak
yang mengetahui tentang adanya bidang ilmu Arsitektur lanskap di Kota Makassar,
hal ini dapat disebabkan karena Arsitektur Lanskap di Fakultas Pertanian, Unhas
hanya menjadi bidang ilmu untuk menampung minat mahasiswa, berbeda halnya
dengan Universitas di Pulau Jawa yang menjadikan Arsitektur Lanskap adalah
sebuah Jurusan ataupun program studi.
Dari segi soft material pun masih banyak yang didatangkan dari Pulau Jawa
khususnya Kota Malang, berdasarkan hasil wawancara terhadap penjual tanaman
(nursery) di Makassar, dikatakan bahwa untuk memasok tanaman-tanaman yang
52
dijual masih mengandalkan dari tanaman yang didatangkan dari Pulau Jawa, salah
satu alasan mengapa lebih memilih mendatangkannya dari Pulau Jawa berkaitan
dengan kemampuan pihak nursery dari Pulau Jawa (kota Malang, misalnya) untuk
menyuplai tanaman dalam jumlah banyak dan juga dengan harga yang lebih murah.
Pada penyedia tanaman lokal juga masih cukup signifikan dalam mendatangkan
tanaman dari jawa, hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan atau kurang
mampunya sumber daya manusia unutk memperbanyak suatu tanaman yang
significan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan Makassar untuk memenuhi
kebutuhan tanaman dalam jumlah yang banyak serta jenis yang beragam belum
cukup memadai. Akan tetapi dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui
bahwa jumlah tanaman yang didatangkan dari Pulau Jawa mulai mengalami
penurunan, hal ini dikarenakan beberapa penjual tanaman sudah mampu melakukan
perbanyakan tanaman secara mandiri. Hal ini tentu menjadi salah atu bentuk
kemajuan dalam memnuhi kebutuhan soft material di Kota Makassar khususnya,
Bukan berarti tanaman di nursery didominasi oleh tanaman yang didatangkan dari
jawa, pihak nursery juga mendatangkan tanaman dari sekitar kota Makassar
misalnya saja dari Malino.
Untuk hard material masih ada beberapa produsen di Maros ataupun di
Takalar yang menggunakan sumber daya manusia dari Jawa, bahkan tidak hanya
sebagai pekerja melainkan sebagai pemilik usaha. Pengadaan hard material berupa
pot tanaman dan air mancur di Maros pun didirikan oleh orang luar (jawa) dan
memperkejakan orang lokalnya, sedangkan di Takalar hard material berupa gazebo
pun dibuat oleh orang Jepara, ia mendirikan sendiri usaha pembuatan gazebo,
alasan mengapa orang-orang luar digunakan karena orang-orang jawa memiliki
53
tingkat ketelitian yang tinggi, ahli dalam membuat gazebo dengan desain-desain
yang rumit dan juga tingkat kerapian yang lebih baik dibandingkan orang lokal.
Pengadaan tanaman oleh orang lokal bukannya kalah oleh orang jawa,
orang-orang lokal di tempat pengadaan tanaman panaikang maupun di tanjung
bunga memiliki kemampuan atau keterampilan untuk melalukan perbanyakan
tanaman. Namun keterampilan yang dimiliki oleh pengusaha tanaman tidak
dibarengi dengan informasi teknologi tentang cara perbanyakan tanaman. Selain itu
tempat pembibitan atau nursery atau pun lahan untuk membibitkan saat ini
tergolong kecil dan tidak mendukung untuk dapat membibitkan tanaman dengan
jumlah yang banyak. Informasi tanaman yang sedang booming ataupun terbaru pun
juga lambat diketahui oleh orang-orang lokal, biasanya info tanaman yang sedang
booming atau terbaru lebih dulu diketahui oleh orang-orang jawa.
54
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pemanfaatan sumber daya material baik hard material maupun soft material
dan jasa lanskap di lokasi studi yaitu Kawasan Maxone Hotel, Mall Ratu
Indah dan Citra Land masih didominasi oleh pihak-pihak dari Pulau Jawa
(diluar kota Makassar).
2. Penyedia jasa Lanskap di Kota Makassar memiliki potensi pengetahuan dan
kemampuan untuk mendesain tanaman dan memperbanyak tanaman untuk
memenuhi kebutuhan tanaman lanskap, akan tetapi masih kalah bersaing
dengan penyedia jasa dari Jawa karena kurangnya pengalaman dan kurang
dikenal, serta tidak memiliki sertifikat keahlian di bidang lanskap.
3. Permasalahan yang terkait dengan penyediaan sumber daya jasa dan
material lanskap di kota Makassar berupa belum mampunya penyedia
tanaman untuk memproduksi dalam jumlah yang banyak karena
keterbatasan lahan serta biaya produksi yang tinggi sehingga harga jualnya
pun lebih mahal.
5.2 Saran
Hasil analisis tentang pengadaan dan penggunaan sumber daya lanskap di
Kota Makassar dapat menjadi acuan penting dalam menentukan kebijakan
khususnya pemanfaatan potensi kota Makassar dalam memenuhi kebutuhan sumber
daya lanskap. Baik untuk kebutuhan pembangunan fasilitas public maupun oleh
pihak swasta yang telah mendapat izin dari pemerintah.
55
DAFTAR PUSTAKA
Amanda, A. 2012. Pengelolaan Lanskap Perumahan Danau Bogor Raya Lingkup
Pt Bogor Raya Development, Skripsi. IPB. Bogor.
Arifin, HS. 2006. Pengelolaan Taman dan Pemeliharaan Taman pada Lanskap
Industri.Rajawali Press. Jakarta.
Arifin, H. S. dan Nurhayati, H. S. A. 2005. Pemeliharaan Taman. Edisi Revisi.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Branch, M.C. 1995. Perencanaan Kota Komprehensif. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Erlangga. Jakarta
Dahria, R. 2015. Evaluasi Pengelolaan Lanskap Kawasan Permukiman Alam
Sutera Serpong Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. IPB. Bogor
Gani, H. 2010. Konsep Perencanaan Lanskap Kota Banjarmasin Berbasis
Bioregion. Skripsi pada Departemen Arsitektur Lanskap, IPB, Bogor.
Green Building Council Indonesia, 2014. Perangkat Penilaian Greenship Greenship
Rating Tools. Indonesia
Handayani, Sri, 2009. Arsitektur Lanskap, Modul Kuliah Arsitektur UPI, Jakarta
Hakim, R. 2000. Thesis Analisis Kebijakan Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Kota
DKI Jakarta, Institut Teknologi Bandung. Bandung
Hakim, R. dan H. Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap:
Prinsip-Unsur dan Aplikasi. Bumi Aksara, Jakarta.
_____ dan _____. 2004. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap. Bumi
Aksara. Jakarta
_____ dan _____. 2008. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap: Prinsip,
Unsur dan Aplikasi Desain .Bumi Aksara. Jakarta
Hill, W.F. 1995. Landscape Handbook for the Tropics. Garden Art Press, Suffolk.
Joseph, R. 1974. Hotel. Dalam : The Encyclopedia Americana Internasional Ed.
(Vol. 14). Americana Coperation, New York.
Kintom, N., 2013. Inventarisasi Tumbuhan Bawah Di Kawasan Penambangan
Emas Desa Hulawa Kecamatan Sumalata Kabupaten Gorontalo Utara.
Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Laurie, M. 1986. Arsitektur Pertanaman (2nd ed). California; Berkeley.
Republik Indonesia. 1992. Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan
dan Permukiman. Lembaran Negara RI Tahun 1992, No. 115. Sekretariat
Negara. Jakarta
Ridwan, A. 2014. Studi Analisis Kebutuhan Air Sektor Nondomestik Kategori
Hotel Di Wilayah Kecamatan Ujung Pandang. Unhas. Makassar.
Santoso, B. B. 2010. Bahan Ajar : Pengantar Arsitektur Pertamanan. Universitas
Mataram. Mataram.
56
Setiawan, A.N. 2008. Perencanaan Lanskap Kawasan Pemukiman Bantaran Sungai
Berbasis Bioregion. Skripsi pada Departemen Arsitektur, Lanskap, IPB,
Bogor.
Simonds, J.O, B.W Starke. 2006. Landscape Architecture. New York (US):
McGraw- Hill Book Company. New York.
Sukawi, 2008. Bahan Ajar : Fungsi dan Peran Vegetasi dalam Lanskap. Universitas
Diponegoro. Semarang
Sulistyantara, B. 2002. Taman Rumah Tinggal. PT Penebar Swadaya. Jakarta.
Susanti, A. 2000, Pedoman Pengembangan Objek Wisata Agro, Gramedia. Jakarta.
Tarigan, R. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah (Edisi Revisi). Bumi
Aksara. Jakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
Utama, I, W, P. 2016. Beach Mall Di Gianyar. Skripsi. Universitas Udayana. Bali.
Zaki, K. 2014. Studi Tentang Taman Di Perumahan yang Berada Di Kabupaten Dan
Kota Bandung. Jurnal Penelitian. Bandung.
Zoraida, F.R. 2005. Pemeliharaan Lanskap Hotel Jakarta Hilton Internasional.
Skripsi. IPB. Bogor.
57
LAMPIRAN
Lampiran 1 Pertanyaan Wawancara
ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10, Makassar 90245 Telepon (0411) 586200, 584200 Faximile. (0411)
585188 Iswal Fajar Sultan / G111 13 332 / [email protected]
58
Identitas
Nama :
Tempat tinggal :
Umur :
Jabatan :
Pendidikan terakhir :
1. Siapa yang mendesain untuk taman di (perumahan, hotel, mall) ini ?
Individua tau Perusahaan ? Asal dari mana ?
2. Mengapa bapak / Ibu memilih menggunakan jasa desain lanskap dari
orang atau perusahaan ?
3. Apakah ada jenis tanaman khusus yang diinginkan pihak hotel / mall /
perumahan ?
4. Mengapa memilih jenis tersebut ? dari mana asal tanamannya ?
5. Bagaimana konsep desain dan pemeliharaannya ?
6. Secara umum dari mana asal tanaman yang digunakan, apakah berasal dari
dalam atau luar kota Makassar?
7. Mengapa tanaman didatangkan dari luar kota Makassar ?
8. Seberapa besar pengaruh keberadaan taman terhadap bisnis Bapak / Ibu ?
9. Nilai apa yang ingin dicapai dengan menghadirkan konsep lanskap seperti
(taman) ?
10. Bagaimana teknik pengelolaan khususnya perawatan tanaman itu sendiri ?
11. Apakah pihak desainer yang berasal dari luar juga membawa pekerjanya
dari luar atau menggunakan pekerja lokal ?
12. Berapa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan taman ini ?
13. Untuk pekerjaan taman itu sendiri, apakah juga didatangkan dari luar kota
Makassar ?
14. Untuk kawasan perumahan, apakah taman didepan rumah sudah termasuk
didesain atau pemilik rumah bias menggunakan jasa orang untuk taman
rumahya ?
--- Terima Kasih ---
59
Lampiran 2 Dokumentasi Kegiatan di Kawasan Maxone Hotel
Lampiran Gambar 1 Dokumentasi Kegiatan di Kawasan Maxone Hotel
60
Lampiran 3 Dokumentasi Kegiatan di Kawasan Mall Ratu Indah
Lampiran Gambar 2 Dokumentasi Kegiatan di Kawasan Mall Ratu Indah
61
Lampiran 4 Dokumentasi Kegiatan di Kawasan Citra Land
Lampiran Gambar 3
Dokumentasi Kegiatan di Kawasan Citra Land
62
Lampiran 5 Jenis Tanaman di Hotel Maxone.
1. Agave
2. Andong
3. Aralia
4. Asoka
5. Bakung Air Mancur
6. Balibong
7. Bawang Bawangan
8. Bayam Merah
9. Bodhi
10. Dadap Buaya Madura
11. Flamboyan
Merah
12. Hanjuang
13. Iris
14. Kamboja Fosil
15. Kana Hijau
16. Kana Kuning
17. Kana Merah
18. Kayu Putih
63
19. Ketapang Kencana
20. Koptri
21. Landep
22. Lili Brazil
23. Love Grass
24. Marble
25. Melati Gambir
26. Palem Kenari
27. Palem Kol
28. Palem Kuning
29. Palem Kurma
30. Palem Lontar
31. Palem Moreli
32. Palem Sadeng
33. Palem Washingtonia
34. Pandang Kuning
35. Philodendron
36. Pisang Heliconia
64
37. Pisang Kalatea
38. Pulai
39. Puring Zet
40. Reulia
41. Sakura Pink
42. Sabrena
43. Sikas
44. Solobium
43. Sikas
45. Tabebuya Kuning
46. Tabebuya Pink
47. Talas Sente
48. Ubi Hias
49. Yukka
65
Lampiran 6 Jenis Tanaman di Mall Ratu Indah.
1. Agave
2. Asoka
3. Bambu Hias
4. Bunga Kertas
5. Cemara Kipas
6. Daun Philo
7. Dracaena
8. Glodokan Tiang
9. Hanjuang
10. Iris
11. Kacang Hias
12. Jatimas
66
13. Kaktus
14. Kamboja
15. Kelapa Sawit
16. Ketapang Kencana
17. Ki Hujan
18. Krokot Merah
19. Krokot Hijau
20. Krokot Putih
21. Lidah Mertua
22. Lili Paris
23. Lontar
24. Marble
67
25. Melati Jepang Hijau
26. Melati Jepang Putih
27. Nanas Hias
28. Nyanyian India
29. Ophiopogan
30. Paku Kelabang
31. Palem Bajul
32. Palem Botol
33. Palem Ekor
Tupai
34. Palem Kenari
35. Palem Kipas
36. Palem Kuning
68
37. Palem Putri
38. Palem Segitiga
39. Palem Waregu
40. Pandan Bali
41. Pandan Kuning
42. Patah Tulang
43. Pisang Heliconia
44. Pohon Daun Kupu -
KUpu
45. Pohon Jambu
46. Pohon Srikaya
47. Pucuk Merah
48. Puring
69
49. Rumput Gajah Mini
50. Sambang Darah
51. Spider Lily
52. Tanjung
53. Ubi Hias
54. Vermonia
70
Lampiran 7 Jenis Tanaman di Citra Land.
2. Agave
1. Adam Hawa 3. Alang - Alang
4. Amarilis 5. Bambu Hias
6. Batavia
7. Bayam Merah
8. Belimbing
9. Bintaro
10. Bunga Pukul 8
11. Bunga Pukul 9
12. Bunga Terkini
13. Bunga Terompet
14. Dadap Merah
15. Daun Miana
16. Difenbachia
17. Drexena Margianata
18. Drexena Reflaxa
71
19. Glodokan Tiang
20. Hanjuang
21. Iris
22. Jarak
23. Jepetan Kuku
24. Kacang Hias
25. Kamboja
26. Kana
27. Kastuba
28. Kelapa
29. Kembang Kertas
30. Ki Hujan
31. Krokot Hijau
32. Krokot Merah
33. Lili Laba - Laba
34. Lili Paris
35. Lontar
36. Melati Jepang
72
37. Nanas Hias
38. Olender
39. Ophiopon Jaburan
40. Pakis Aji
41. Paku Kelabang
42. Palem Kuning
43. Palem Merah
44. Palem Putri
45. Palem Sabar
46. Pandan
47. Pandan Bali
48. Pandan Kuning
49. Peperoni Scandes
50. Philo Jari
51. Pisang Heliconia
52. Pisang Kipas
53. Pohon Jambu
54. Pohon Mangga
73
55. Pohon Pisang
56. Pohon Pisang Kalatea
57. Pucuk Merah
58. Puring
59. Puring Garuda
61. Puring Spagheti
60. Puring Kerupuk
62. Reulia Ungu
63. Sambang Darah
64. Sri Rejeki
65. Tabebuya
66. Taiwan Beauty
67. Talas
68. Tri Color
69. Ubi Hias