ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO … · kemudian melapor ke pabrik. Saat ini, salah...
Transcript of ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO … · kemudian melapor ke pabrik. Saat ini, salah...
ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU
ISO 9001:2008 PADA KANTOR MANAJEMEN MUTU
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Oleh
ARIEF MAULANA
H24070088
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN
ARIEF MAULANA. H24070088. Analisis Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada Kantor Manajemen Mutu Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan H. MUSA HUBEIS.
Penerapan TQM membuat organisasi harus memelihara standar mutu disegala aspek bisnis organisasi bersangkutan. Salah satu standar sistem manajemen mutu (SMM) yang telah berkembang adalah ISO 9001 yang merupakan alat pencapaian tujuan mutu yang diharapkan mampu menjawab tantangan globalisasi yang terjadi dengan cara meningkatkan efisiensi dan efektifitas untuk memuaskan para stakeholder. Untuk itu, Kantor Manajemen Mutu (KMM) Institut Pertanian Bogor (IPB) membuktikan diri sebagai organisasi handal yang meraih sertifikat ISO 9001:2008 dengan nomor Quality System Certification (QSC) 00769 yang dikeluarkan oleh PT Sucofindo International Certification Services (Sucofindo ICS).
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi penerapan ISO 9001:2008 pada KMM IPB dan mengidentifikasi unsur-unsur dalam penerapan SMM ISO 9001:2008, aktor-aktor yang berperan, tujuan yang diinginkan dalam penerapan ISO 9001:2008, serta alternatif yang dilakukan untuk membuat penerapan SMM ISO 9001:2008 berjalan efektif. Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif. Pengolahan data kualitatif menggunakan analisis deskriptif berdasarkan literatur organisasi dan hasil wawancara dengan pihak organisasi yang terdiri dari perwakilan Top Management, Middle Management dan Low Management yang memiliki pemahaman mengenai penerapan ISO 9001:2008 di KMM IPB. Data yang terkumpul diolah dengan metode proses hirarki analitik PHA dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Excell 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan SMM ISO 9001:2008 pada KMM IPB telah memenuhi seluruh klausul yang dipersyaratkan dalam SMM ISO 9001:2008. Unsur-unsur dalam penerapan SMM ISO 9001:2008 adalah SMM, tanggungjawab manajemen, manajemen sumber daya, realisasi produk, serta perbaikan, analisis dan peningkatan; aktor yang paling memiliki peranan dalam penerapan ISO 9001:2000 adalah top management; tujuan yang ingin dicapai melalui penerapan ISO 9001:2008 adalah peningkatan mutu pelayanan dan; alternatif tindakan berupa Rapat Tinjauan Manajemen (prioritas 1) dan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) (prioritas 2).
ANALISIS PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN MUTU
ISO 9001:2008 PADA KANTOR MANAJEMEN MUTU
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
ARIEF MAULANA
H24070088
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Analisis Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
pada Kantor Manajemen Mutu Institut Pertanian Bogor
Nama : Arief Maulana
NRP : H24070088
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA)
NIP : 195506261980031002
Mengetahui :
Ketua Departemen
(Dr. Ir. Jono Munandar, MSc)
NIP : 196101231986011002
Tanggal Lulus :
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Arief Maulana yang dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23
Februari 1990, dari pasangan Jauhari Koesnindar dan Sumiati. Penulis merupakan
anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan di TK Aisyiah 4
Depok pada tahun 1994-1995, lalu melanjutkan pendidikannya di MI Al
Awwabin pada tahun 1995-1996 dan SDN Anyelir 1 Depok pada 1996-2001,
serta melanjutkan ke SLTP Negeri 2 Depok pada tahun 2001-2004 dan
meneruskan pendidikan di SMA Negeri 1 Depok pada tahun 2004-2007.
Pada tahun 2007, penulis resmi diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)
dengan memilih program studi Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, serta memilih program supporting course.
v
KATA PENGANTAR
Aassalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan rasa syukur kepada Allah SWT penulis panjatkan atas Rahmat
dan Hidayah yang diberikan–Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi berjudul “Analisis Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
pada Kantor Manajemen Mutu Institut Pertanian Bogor” sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa tulisan skripsi masih memiliki kekurangan,
maka kritik dan saran senantiasa diharapkan sebagai bahan evaluasi dan
penyempurnaan. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan, baik kalangan akademis maupun umum.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bogor, Juni 2011
Penulis
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA sebagai dosen pembimbing
yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis.
2. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc. dan Nur Hadi Wijaya, S.TP. MM. sebagai
dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk menguji dan
memberikan masukan kepada penulis.
3. Deddy C. Sutarman, SP, MM yang telah memberikan tambahan pengetahuan
mengenai metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
4. Ibu dan Bapak atas doa restu dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
5. Kedua saudaraku Yoga Pratama dan Rheza Aulia Rahman.
6. Seluruh pihak Kantor Manajemen Mutu (KMM) IPB, terutama Bapak Srihadi,
Bapak Fredinan dan Mas Danang karena telah mengijinkan melakukan
penelitian di KMM, serta memberikan data dan informasi yang dibutuhkan
dalam penelitian.
7. Seluruh staf pengajar Departemen Manajemen, FEM, IPB yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan, serta mendidik penulis.
8. Niken Puspitaningrum yang telah menyadarkan penulis untuk segera
menyelesaikan tugas akhir agar tidak tersusul oleh para junior.
9. Teman-teman satu bimbingan : Elis, Devi, Serly, Suci, Upeh, Lena, Rari dan
Yodia atas kerjasama, dukungan dan doanya.
10. Seluruh karyawan Tata Usaha Departemen Manajemen, FEM, IPB.
11. Teman-teman se-SMA : Ardie, Monik, Dimas dan Dara.
12. Teman-teman penghuni Pondok KPK.
13. Teman-teman Manajemen angkatan 44.
14. Teman-teman TPB.
15. Seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
16. Seluruh pihak yang tidak terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah
membalas semua kebaikan mereka.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ....................................................................................... i RIWAYAT HIDUP .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR .......................................................................... v UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ........................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xi I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah .................................................................. 2 1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................... 3 1.4. Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 4 2.1. Mutu .......................................................................................... 4
2.1.1. Pengertian Mutu ............................................................ 4 2.1.2. Dimensi Mutu ............................................................... 5
2.2. Manajemen Mutu Terpadu ........................................................ 6 2.2.1. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu .......................... 6 2.2.2. Ciri-Ciri Manajemen Mutu Terpadu ............................. 7 2.2.3. Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu Terpadu ................... 7
2.3. Sistem Manajemen Mutu ISO 9000 .......................................... 8 2.3.1. Pengertian SMM ISO 9000 ........................................... 8 2.3.2. Hirarki SMM ISO 9000 ................................................ 9 2.3.3. Prinsip SMM ISO 9000 ................................................. 10 2.3.4. Manfaat SMM ISO 9000 ............................................... 12 2.3.5. Langkah–Langkah Penerapan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9000:2000 .................................................... 12 2.3.6. Klausul dan Persyaratan Standar ISO 9001:2000 ......... 14 2.3.7. Perubahan–Perubahan pada Sistem Manajemen
Mutu ISO 9000:2008 .................................................... 16 2.4. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ......................................... 19
III. METODE PENELITIAN .............................................................. 20 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian................................................. 20 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 22 3.3. Pengumpulan Data .................................................................... 22 3.4. Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 22
viii
IV. HASIL DAN PEMMBAHASAN .................................................. 32
4.1. Gambaran Umum Kantor Manajemen Mutu IPB.................... 32 4.1.1. Profil KMM IPB ............................................................ 32 4.1.2. Tugas dan Wewenang KMM IPB .................................. 33 4.1.3. Fungsi KMM IPB ........................................................... 33 4.1.4. Visi dan Misi KMM IPB ................................................ 34 4.1.5. Struktur Organisasi KMM IPB ...................................... 34 4.1.6. Kebijakan Mutu KMM IPB ........................................... 34
4.2. Langkah-langkah Sertifikasi SMM ISO 9001:2008 ................. 35 4.3. Penerapan SMM ISO 9001:2008 pada KMM IPB ................... 37
4.3.1. Unsur SMM ISO 9001:2008 .......................................... 46 4.3.2 Aktor ............................................................................... 55 4.3.3 Tujuan ............................................................................. 56 4.3.4 Alternatif Tindakan ......................................................... 57
4.4. Penyusunan Struktur Hirarki .................................................... 58 4.5. Analisis Prioritas Faktor, Aktor, Tujuan dan Alternatif ........... 60 4.6. Implikasi Manajerial ................................................................. 63
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 65 1. Kesimpulan ........................................................................................ 65 2. Saran .................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 66
LAMPIRAN .......................................................................................... 67
ix
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Nilai skala banding berpasangan ........................................................ 24 2. Matriks pendapat individu ................................................................. 27 3. Matriks pendapat gabungan ............................................................... 28 4. Nilai RI utuk matriks berukuran n ....................................................... 30 5. Susunan prioritas faktor/unsur ............................................................ 62 6. Susunan prioritas aktor ........................................................................ 63 7. Susunan prioritas tujuan ...................................................................... 63 8. Susunan prioritas alternatif tindakan ................................................... 64
x
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Sudut pandang mutu dalam rantai nilai ............................................... 5 2. Model proses SMM ISO 9001:2000 ................................................... 8 3. Hirarki dokumen SMM ....................................................................... 9 4. Kerangka pemikiran penelitian ........................................................... 21 5. Struktur hirarki identifikasi permasalahan .......................................... 26 6. Susunan hirarki strategi penerapan ISO 9001:2008 pada KMM IPB . 59
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Daftar pertanyaan wawancara kepada pihak KMM IPB .................... 68 2. Angket penelitian ............................................................................... 69 3. Struktur organisasi KMM IPB ........................................................... 77 4. Sasaran mutu ...................................................................................... 78 5. Bentuk matriks pendapat .................................................................... 84 6. Hasil pengolahan data ......................................................................... 86
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Kebutuhan terhadap mutu sudah ada sejak jaman mesir kuno yang
melalui pengendalian mutu pada batu-batu yang digunakan dalam pembuatan
piramida. Hingga saat ini, mutu masih memiliki peranan yang penting.
Konsep mutu modern telah berubah sejak masa ke masa. Dimulai dengan
konsep inspector yang mengukur hasil produksi berdasarkan spesifikasi
kemudian melapor ke pabrik. Saat ini, salah satu konsep mutu yang
berkembang adalah manajemen mutu terpadu (total quality management atau
TQM). Manajemen mutu terpadu (MMT) merupakan suatu sistem dan/atau
pendekatan manajemen organisasi yang bertumpu pada mutu (quality), baik
produk, proses maupun sumber daya organisasi tersebut yang tujuan akhirnya
adalah memenuhi kepuasan pelanggan dan memberikan keuntungan bagi
organisasi tersebut, termasuk didalamnya pemasok dan masyarakat.
Penerapan TQM membuat organisasi harus memelihara standar mutu
disegala aspek bisnis organisasi bersangkutan. Hal ini untuk memastikan
bahwa segala sesuatu dikerjakan dengan benar sejak awal dan dapat
mengurangi ataupun menghilangkan cacat (defect) dan pemborosan (waste)
selama operasi (Http://www.min-consulting, 2011). Inti dari penarapan
standar mutu adalah terjaganya mutu hasil dari suatu produk, yaitu suatu
sistem knowledge sharing yang memungkinkan setiap orang untuk
menghasilkan hal sama dengan mutu sama, sehingga akan mengurangi
ketergantungan terhadap satu orang (Wangtry, 2009).
Salah satu standar sistem manajemen mutu (SMM) yang telah
berkembang adalah ISO 9001, yang merupakan alat pencapaian tujuan mutu
yang diharapkan mampu menjawab tantangan globalisasi yang terjadi,
dengan cara meningkatkan efisiensi dan efektifitas agar mampu memuaskan
para stakeholder. ISO 9001 telah mengalami beberapa kali revisi, yaitu ISO
9001:2008 merupakan revisi dari ISO 9001 versi tahun 2000 atau biasa
dikenal dengan ISO 9001:2000. Revisi ISO 9001 dilakukan dengan tujuan
2
mengembangan standar lebih sederhana yang dapat diaplikasikan setara bagi
organisasi kecil, menengah dan besar, disamping memberikan hasil aktifitas
proses dari organisasi dan meningkatkan kesesuaian/integrasi dengan ISO
14000.
Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu lembaga
pendidikan tinggi yang memiliki peranan sangat besar untuk menyiapkan
sumber daya manusia (SDM) yang memenuhi kriteria mutu pendidikan. Hal
ini selaras dengan kebijakan Menteri Pendidikan Nasional dalam
meningkatkan mutu pendidikan tinggi di Indonesia. Di samping itu jajaran
Deprartemen Pendidikan Nasional telah menerapkan kebijakan bahwa setiap
unit utama organisasi baik unit kerja pusat maupun daerah untuk meraih
sertifikat ISO 9001:2008.
Oleh karena itu, strategi pembangunan pendidikan IPB mengalami
perubahan, yaitu sistem penjaminan mutu diarahkan untuk menghasilkan
mutu penyelenggaraan pendidikan yang sesuai visi, misi dan tujuan IPB.
KMM IPB, sebagai organisasi pelaksana penjaminan mutu IPB berupaya
menata dan mengembangkan sistem penjaminan mutu yang telah ada agar
dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan di IPB,
diantaranya menerapkan SMM ISO 9001:2008.
KMM berhasil menjalankan SMM yang diakui secara internasional,
yang ditunjukkan perolehan sertifikat ISO 9001:2008 yang diterbitkan
tanggal 26 Agustus 2009. Dalam konteks KMM IPB, SMM ISO 9001:2008
belum lama diterapkan, maka untuk itu dilakukan penelitian untuk
mengetahui strategi yang dilakukan dalam penerapan ISO 9001:2008.
1.2. Perumusan Masalah
KMM IPB berhasil membuktikan diri sebagai organisasi yang handal
dengan meraih sertifikat ISO 9001:2008 dengan nomor QSC 00769 yang
dikeluarkan oleh PT Sucofindo International Certification Services
(Sucofindo ICS). Keberhasilan perolehan Sertifikat ISO 9001 : 2008 adalah
bukti pengakuan dunia internasional terhadap SMM pendidikan, khususnya
terhadap sistem manajemen KMM IPB sebagai organisasi penjamin mutu
pendidikan IPB.
3
Dari hal yang telah dikemukakan, maka dapat disusun permasalahan
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penerapan SMM ISO 9001:2008 pada KMM IPB ?
2. Faktor-faktor apakah yang penting dalam penerapan SMM ISO 9001:2008
pada KMM IPB ?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi penerapan ISO 9001:2008 pada KMM IPB.
2. Menganalisis faktor-faktor penerapan sistem manajemen mutu ISO
9001:2008 dengan Proses Hirarki Analitik (PHA).
I.4. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam rangka memberikan alternatif tindakan
agar penerapan ISO 9001:2008 pada KMM IPB menjadi efektif, dimana
pemilihan alternatif hasil penelitian merupakan kewenangan pihak terkait.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Mutu
2.1.1. Pengertian Mutu
Pengertian mutu sangat beraneka ragam. Tidak ada definisi yang
pasti mengenai mutu karena setiap orang/organisasi memiliki kriteria
masing-masing dalam mendefinisikan mutu. Juran dalam Heizer and
Render (1993) mendefinisikan mutu sebagai kecocokan dalam
penggunaan produk. Crosby dalam Heizer and Render (1993)
menyebutkan “Quality means conformance to requirements”. Di
Indonesia, salah satu pengertian mutu yang ada (SNI 19-9000:2000
dalam Herjanto, 2007), yaitu mutu adalah derajat yang dicapai oleh
karakteristik inheren dalam memenuhi persyaratan. Sedangkan menurut
ISO 9000:2008 Mutu (Quality) adalah “Degree to which a set of
inherent characteristics fulfils requirements” (QIMS, 2010).
Evans and Lindsay (2007) menyatakan, terdapat lima (5) sudut
pandang dalam mendefinisikan mutu :
a. Sudut pandang penilaian (judgemental perspective). Shewhart dalam
Evans and Lindsay (2007) yang menyatakan mutu adalah kegunaan
dari produk.
b. Sudut pandang berdasarkan produk (product-based perspective).
Mutu merupakan fungsi dari peubah yang spesifik dan terukur, serta
perbedaan dalam mutu mencerminkan perbedaan kuantitas pada
beberapa atribut produk.
c. Sudut pandang berdasarkan pengguna (user-based perspective).
Sudut pandang ini beranggapan bahwa mutu ditentukan berdasarkan
keinginan pelanggan, atau mutu didefinisikan sebagai kecocokan
untuk digunakan, atau seberapa baik produk tersebut melakukan
fungsinya
5
d. Sudut pandang berdasarkan nilai (value-based perspective). Pada
sudut pandang ini, mutu dapat dilihat dari hubungan antara kegunaan
atau kepuasan terhadap harga.
e. Sudut pandang berdasarkan manufaktur (manufacture-based
perspective). Mutu sebagai hasil praktek rekayasa dan manufaktur
yang diinginkan atau kesesuaian dengan kepuasan.
Meskipun mutu produk merupakan faktor penting untuk semua
individu di seluruh rantai nilai, mutu dipandang tergantung pada posisi
seseorang dalam rantai nilai (Evans and Lindsay, 2008), seperti termuat
pada Gambar 1.
Gambar 1. Sudut pandang mutu dalam rantai nilai
2.1.2. Dimensi Mutu
Ukuran mutu tidaklah hanya berupa suatu peubah atau suatu
atribut saja, melainkan mengandung beberapa dimensi. baik kuantitatif
maupun kualitatif. Barang memiliki karakteristik yang berbeda dengan
jasa. Oleh karenanya, dimensi mutu barang dibedakan dengan dimensi
mutu untuk jasa (Herjanto, 2007).
Arus Produk
Arus informasi
Barang dan Jasa
Kebutuhan
Mutu berdasarkan produk
Pelanggan Mutu berdasarkan
nilai
Mutu berdasarkan manufaktur
Distribusi
Desain
Manufaktur
Pemasaran
Mutu berdasarkan pengguna
6
Secara umum, menurut Herjanto (2007), mutu barang dapat
dilihat dari empat (4) dimensi utama berikut ini :
a. Kinerja (performance atau operation).
Dimensi utama yang banyak dipertimbangkan oleh konsumen ialah
kinerja atau operasi dari produk.
b. Keandalan (reliability/durability).
Mencerminkan keandalan suatu produk, yaitu kepercayaan atas
kemampuan atau ketahanannya.
c. Kenampakan (appearance/features).
Menunjukkan daya tarik suatu produk yang membedakannya dengan
produk lain. Kenampakan sangat dipengaruhi oleh desain dan atribut
lain yang ada dalam produk.
d. Kesesuaian (conformance).
Kesesuaian berhubungan dengan pemenuhan terhadap spesifikasi
atau standar yang ditentukan.
Herjanto (2007) juga menjelaskan bahwa dimensi mutu dalam
jasa memiliki lima (5) dimesi utama, yaitu :
a. Keandalan, yaitu kemampuan melaksanakan jasa secara akurat dan
cepat.
b. Responsif, yaitu kemauan untuk membantu pelanggan dan
memberikan jasay ang sesuai dengan harapan pelanggan.
c. Bentuk nyata, yaitu fasilitas fisik, peralatan dan penampilan
personal.
d. Jaminan, yaitu pengetahuan dan sikap pegawai serta kemampuan
mereka untuk menunjukkan kepercayaan, keyakinan dan kesopanan
e. Empati, yaitu perhatian individual yang diberikan kepada pelanggan.
2.2. Manajemen Mutu Terpadu (TQM)
2.2.1. Pengertian MMT
Salusu (1996) menyatakan manajemen mutu terpadu adalah
suatu komitmen yang penuh kesungguhan untuk meningkatkan mutu,
berjangka panjang, serta membutuhkan penggunaan peralatan dan
7
teknik-teknik tertentu, Namun, sebenarnya bukanlah peralatan dan
teknik yang terutama, tetapi justru komitmen itu sendiri. MMT adalah
manajemen yang menciptakan dan mengembangkan seperangkat nilai
dan keyakinan yang akan membuat setiap orang mengetahui bahwa
kualitas untuk konsumen adalah tuntutan yang paling utama
Marimin (2004) menjelaskan bahwa MMT merupakan sistem
manajemen yang mengikutsertakan seluruh anggota dalam organisasi
dalam menerapkan konsep dan teknik kendali mutu untuk mendapatkan
kepuasan pelanggan dan orang yang mengerjakan.
2.2.2. Ciri-ciri Manajemen Mutu Terpadu
Terdapat tiga (3) ciri dari MMT (Marimin, 2004), yaitu :
a. Melibatkan seluruh karyawan dari semua tingkatan atau yang biasa
disebut dengan manajemen partisipatif.
b. Menerapkan konsep pengendalian mutu, dengan memutar daur
PDCA (plan, do, check and action) yang dikenal kemudian sebagai
delapan langkah pemecahan masalah.
c. Menerapkan metoda statistik, sebagai salah satu alat pemecahan
masalah.
2.2.3. Prinsip-Prinsip MMT
Prinsip-prinsip yang diterapkan dalam manajemen mutu terpadu
adalah (Http://www.min-consulting, 2011) :
a. Mutu (quality) dapat dan harus dikelola.
b. Setiap orang memiliki pelanggan yang harus dipuaskan.
c. Adalah proses, bukan orang, yang menjadi masalah.
d. Setiap karyawan bertanggung jawab terhadap mutu.
e. Masalah harus dicegah, bukan sekedar diperbaiki.
f. Mutu harus diukur, sehingga dapat dikendalikan.
g. Peningkatan mutu harus berkesinambungan.
h. Tujuan mutu haruslah berdasarkan pada persyaratan pelanggan.
8
2.3. SMM ISO 9000
2.3.1. Pengertian SMM ISO 9000
ISO 9000 adalah suatu standar internasional untuk SMM. ISO
9000 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk
desain dan penilaian SMM suatu organisasi yang bertujuan untuk
menjamin organisasi yang bersangkutan mampu menyediakan produk
yang memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan (Gaspersz,
2001).
ISO 9000 bukan merupakan standar produk, tetapi merupakan
standar dari sistem manajemen suatu organisasi yang apabila diterapkan
dalam organisasi tersebut akan mempengaruhi bagaimana produk itu
dihasilkan, mulai dari tingkat perencanaan, perancangan, pembuatan
dan perakitan hingga penyerahan ke pelanggan (Http://www.min-
consulting, 2011).
Menurut Gaspersz (2001), model proses dari ISO 9001:2000
terdiri dari lima (5) bagian utama yang menjabarkan sistem manajemcn
organisasi (Gambar 2) , yaitu :
a. SMM
b. Tanggungjawab manajemen
c. Manajemen sumber daya
d. Realisasi produk
e. Analisis, pengukuran dan peningkatan
Gambar 2. Model proses SMM ISO 9001:2000
9
2.3.2. Hirarki SMM ISO 9000
Dokumentasi SMM dapat diatur baik mengikuti proses-
proses perusahaan maupun mengikuti struktur standar mutu yang
berlaku, ataupun gabungan keduanya. Struktur dokumentasi SMM
perusahaan dapat diuraikan dalam hirarki. Struktur ini dibuat untuk
memudahkan distribusi, pemeliharaan dan pemahaman dokumentasi
tersebut. Pengembangan hirarki tersebut tergantung pada kondisi
dan budaya perusahaan (Http://www.min-consulting, 2011). Pada
umumnya hirarki dokumentasi dalam SMM seperti ditunjukkan
pada pada Gambar 3.
CATATAN 1 Hirarki boleh disesuaikan untuk memenuhi
kebutuhan organisasi.
CATATAN 2 Formulir dapat diterapkan pada seluruh tahapan (tier)
pada hirarki di atas.
Gambar 3. Hirarki dokumen SMM
Tier 1. Manual mutu
Seperti dijelaskan di atas, manual mutu merupakan rumusan
umum mengenai SMM perusahaan yang berisi kebijakan-kebijakan,
sasaran umum perusahaan dan tanggungjawab berkaitan dengan
penerapan SMM ISO 9001:2008.
Tier 2. Prosedur operasi standar
Prosedur merupakan penjabaran dari manual mutu dalam
menerapkan SMM. Prosedur atau biasa disebut sebagai prosedur
operasi standar (standard operating procedure, atau SOP) adalah
Rekaman/Catatan
Instruksi Kerja, Desain, Bagan Alir, dll
Prosedur
Manual Mutu
Tier 4
Tier 3
Tier 2
Tier 1
10
suatu kumpulan instruksi yang memiliki kekuatan sebagai suatu
petunjuk atau direktif. Hal ini mencakup hal-hal dari operasi yang
memiliki tata cara pelaksanaan yang telah baku atau
terstandardisasi, tanpa kehilangan efektivitasnya. Proses yang
terstandarisasi dengan baik akan memberikan jaminan terhadap
kesesuaian mutu produk yang akan dihasilkan.
Tier 3. Instruksi Kerja dan Formulir
Setelah proses dan sistem didefinisikan, berikutnya perlu
dijabarkan bagaimana proses atau sistem tersebut dilakukan. Pada
kelompok ini, dapat disebutkan beberapa metode penjabaran proses,
sistem dan prosedur berikut :
a. Instruksi kerja adalah dokumen yang berisi uraian atau urutan
kegiatan untuk melaksanakan satu proses/fungsi/kegiatan yang
dapat dinyatakan dalam gambar, diagram, bagan alir atau
pernyataan terstruktur.
b. Formulir adalah dokumen yang digunakan untuk merekam data,
dimana data ini nantinya merupakan bukti-bukti dari hasil suatu
kegiatan dalam satu proses, sehingga formulir yang telah terisi
data akan menjadi rekaman mutu.
Tier 4. Rekaman/Formulir
Rekaman merupakan bentuk pemdokumentasian terhadap
bukti-bukti obyektif penerapan sistem dan prosedur (sisdur).
Sebagaimana dokumen yang lain, rekaman harus dipelihara dan
dikendalikan oleh perusahaan.
2.3.3. Prinsip SMM ISO 9000
ISO 9000 disusun berdasarkan pada delapan (8) prinsip
manajemen mutu. Prinsip-prinsip ini dapat digunakan oleh manajemen
senior sebagai suatu kerangka kerja (framework) yang membimbing
organisasi menuju peningkatan kinerja (Http://www.min-consulting,
2011).
11
Delapan (8) prinsip manajemen mutu yang menjadi landasan
penyusunan ISO 9000 (Http://www.min-consulting, 2011) adalah :
a. Fokus pada pelanggan
Organisasi tergantung pada pelanggannya, maka manajemen
organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan sekarang dan akan
datang, harus memenuhi kebutuhan pelanggan dan giat berusaha
melebihi harapan pelanggan.
b. Kepemimpinan
Pimpinan puncak organisasi menetapkan kesatuan tujuan dan arah
dari organisasi. Mereka harus menciptakan dan memelihara
lingkungan internal agar orang-orang dapat menjadi terlibat secara
penuh dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
c. Pelibatan orang
Orang pada semua tingkat merupakan faktor yang sangat penting
dari suatu organisasi dan keterlibatannya secara penuh akan
memungkinkan kemampuan digunakan untuk manfaat organisasi.
d. Pendekatan proses
Suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara lebih efisien,
apabila aktivitas dan sumber-sumber daya yang berkaitan dikelola
sebagai suatu proses.
e. Pendekatan sistem pada manajemen
Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan dari proses-proses
yang saling berkaitan sebagai suatu sistem akan memberikan
kontribusi pada efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai
tujuan-tujuannya.
f. Perbaikan berkesinambung
Perbaikan berkesinambung didefinisikan sebagai suatu proses yang
berfokus pada upaya terus-menerus meningkatkan efektivitas
dan/atau efisiensi organisasi untuk memenuhi kebijakan dan tujuan
dari organisasi itu.
12
g. Pendekatan fakta pada pengambilan keputusan
Keputusan yang efektif adalah yang berdasarkan pada analisis data
dan informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah,
sehingga masalah-masalah mutu dapat terselesaikan secara efektif
dan efisien.
h. Hubungan yang saling menguntungkan dengan pemasok
Suatu organisasi dan pemasoknya adalah saling tergantung, dan
suatu hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan
kemampuan bersama dalam menciptakan nilai tambah.
2.3.4. Manfaat SMM ISO 9000
Dalam menerapkan ISO 9000, manfaat yang dapat diperoleh
(Umar, 2000) adalah :
a. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui
jaminan mutu yang terorganisasi dan sistematik.
b. Organisasi yang telah bersertifikasi ISO 9000 diizinkan untuk
mengiklankan bahwa mutu perusahaan telah diakui secara
internasional.
c. Audit mutu yang merupakan sebagian tugas ISO 9000 tidak perlu
dikerjakan lagi oieh organisasi.
d. Operasi organisasi dapat menjadi lebih efektif dan efisien.
e. Meningkatkan kesadaran akan mutu dalam organisasi termasuk di
dalamnya kultur anggota organisasi untuk terus mempertahankan
sertifikat ISO 9000 tersebut.
2.3.5. Langkah–Langkah Penerapan SMM ISO 9000:2000
Untuk menerapkan SMM ISO 9000:2000, langkah–langkah
yang harus dilakukan (Umar, 2000) adalah :
a. Memperoleh komitmen dari manajemen puncak.
Tanpa komitmen manajemen, maka registrasi tidak mungkin.
13
b. Membentuk komite pengarah atau koordinator ISO.
Komite ini akan memantau proses agar sesuai dengan standar unsur-
unsur dalam sistem mutu ISO 9000, termasuk mengangkat auditor
internal untuk ISO 9000.
c. Mempelajari standar-standar dan menilai kebutuhan-kebutuhan ISO
9000.
Memahami sistem mutu ISO 9000 dan unsur-unsurnya adalah kunci
sukses untuk diperolehnya registrasi.
d. Melakukan pelatihan.
Pelatihan hendaknya melibatkan semua staf organisasi perusahaan
itu.
e. Memulai tinjauan ulang manajemen.
Pimpinan organisasi harus mendelegasikan tanggungjawab mutu dari
organisasi perusahaan kepada wakil manajemen, yang biasanya
adalah manajer mutu. Tinjauan ulang manajemen harus dimulai
dengan memfokuskan pada standar sistem mutu ISO 9000 yang
dipilih (apakah ISO 9001, 9002, atau ISO 9003).
f. Identifikasi kebijakan mutu, prosedur dan instruksi yang dibutuhkan
dituangkan dalam dokumen tertulis.
Para manajer hendaknya diberi tanggungjawab atau
bertanggungjawab untuk menjamin bahwa dokumen-dokumen itu
ada.
g. Implementasi sistem manajemen ISO 9000.
Dengan mengacu pada pembangunan sistem ISO 9000, sistem mutu
yang ada selama ini harus dimodifikasi dan didokumentasikan.
h. Memulai audit sistem mutu perusahaan.
Setelah sistem ISO 9000 diterapkan selama beberapa bulan, auditor
kualitas internal yang telah dilatih perlu memeriksa sistem. Hasil-
hasil audit kualitas internal harus menunjukkan bahwa sistem mutu
yang ada telah memenuhi unsur-unsur dalam sistem ISO 9000.
14
i. Memilih registrar.
Jika manajemen yakin bahwa sistem jaminan mutu perusahaan telah
memenuhi standar sistem ISO 9000, maka manajemen perlu memilih
registrar untuk mulai melakukan penilaian.
j. Registrasi.
Apabila sistem ISO 9000 yang diimplementasikan dalam organisasi
dianggap telah sesuai dengan persyaratan sistem mutu ISO 9000 dan
karena itu dinyatakan lulus dalam penilalan, maka sertifikat ISO
9000 akan diberikan.
2.3.6. Klausul dan Persyaratan Standar ISO 9001:2000
ISO 9001:2000 merupakan revisi dari ISO 9001:1994. Terdapat
perubahan yang signifikan dalam ISO 9001:2000 dibandingkan dengan
versi 1994 (ISO 9001:1994). Klausul-klausul ISO 9001:2000
(Gaspersz, 2001) adalah :
1. Ruang lingkup
1.1. Umum
1.2. Aplikasi
2. Referensi normatif
3. Istilah dan definisi
4. Sistem manajemen mutu (SMM)
4.1. Persyaratan umum
4.2 Persyaratan dokumentasi
4.2.1. Umum
4.2.2. Manual mutu
4.2.3. Pengendalian dokumen
4.2.4. Pengendalian catatan mutu
5. Tanggungjawab manajemen
5.1. Komitmen manajemen
5.2. Fokus pada pelanggan
5.3. Kebijakan mutu
15
5.4. Perencanaan
5.4.1. Tujuan mutu
5.4.2. Perencanaan SMM
5.5 Tanggungjawab, wewenang dan komunikasi
5.5.1. Tanggungjawab dan wewenang
5.5.2. Wakil manajemen
5.5.3. Komunikasi internal
5.6 Peninjauan ulang manajemen
5.6.1. Umum
5.6.2. Input peninjauan ulang
5.6.3. Output peninjauan ulang
6. Manajemen Sumber Daya
6.1. Penyediaan sumber daya
6.2. Sumber daya manusia
6.2.1. Umum
6.2.2. Kompetensi, kesadaran dan pelatihan
6.3. Infrastruktur
6.4. Lingkungan kerja
7. Realisasi produk
7.1. Perencanaan realisasi produk
7.2. Proses yang berkaitan dengan pelanggan
7.2.1. Identifikasi persyaratan yang berkaitan dengan produk
7.2.2.Peninjauan ulang persyaratan yang terkait dengan
pelanggan
7.2.3. Komunikasi pelanggan
7.3. Desain dan pengembangan
7.3.1. Perencanaan desain dan pengembangan
7.3.2. Input desain dan pengembangan
7.3.3. Output desain dan pengembangan
7.3.4. Peninjauan ulang desain dan pengembangan
7.3.5. Verifikasi desain dan pengembangan
7.3.6. Validasi desain dan pengembangan
16
7.3.7. Pengendalian perubahan desain dan pengembangan
7.4. Pembelian
7.4.1. Proses pembelian
7.4.2. Informasi pembelian
7.4.3. Verifikasi produk yang dibeli
7.5. Ketentuan produksi dan pelayanan
7.5.1. Ketentuan pengendalian produksi dan pelayanan
7.5.2.Validasi dari proses pengoperasian produksi dan pelayanan
7.5.3. Identifikasi dan kemampuan telusur
7.5.4. Hak milik pelanggan
7.5.5. Penjagaan atau pemeliharaan produk
7.6 Pengendalian peralatan pengukuran dan pemantauan
8. Pengukuran dan pemantauan
8.1 Umum
8.2 Pengukuran dan pemantauan
8.2.1. Kepuasan pelanggan
8.2.2. Audit internal
8.2.3. Pengukuran dan pemantauan proses
8.3 Pengendalian produk nonkonformans
8.4 Analisis data
8.5 Peningkatan
8.5.1. Peningkatan terus-menerus
8.5.2. Tindakan korektif
8.5.3. Tindakan preventif
2.3.7. Perubahan–Perubahan pada SMM ISO 9000:2008
Secara umum, penekanan versi 2008 adalah pada kepatuhannya
terhadap perundang-undangan yang berlaku, seperti juga pada
persyaratan pelanggan dan produk dalam rangka kesesuaiannya
dengan sistem yang lain, seperti environment management system
(EMS ISO 14000) dan ocupational health and safety management
(OHSAS 18000).
17
Berikut ini adalah ringkasan perubahan-perubahannya
(Http://www.min-consulting, 2011) :
a. Klausul 4.1: kata mengidentifikasikan (identify) pada butir (a)
diganti dengan menetapkan (determine). Catatan 2 ditambahkan
guna merefleksikan kenyataan bahwa proses luar (outsourced)
dapat dikaitkan juga ke pasal 7.4. Catatan 3 menguraikan jenis-
jenis pengendalian yang dapat diterapkan pada proses luar tersebut.
b. Klausul 4.2.1: Butir (e) mengenai rekaman (records) dihilangkan
dan digabungkan ke butir (c). Tambahan pada catatan 1
mengklarifikasikan bahwa satu dokumen tunggal dapat berisi lebih
dari satu prosedur terdokumentasi yang dipersyaratkan atau
sebaliknya, satu prosedur terdokumentasi yang dipersyaratkan
dapat dapat didokumentasikan lebih dari satu dokumen.
c. Klausul 4.2.3: Klarifikasi pada butir (f) bahwa dokumen eksternal
ditetapkan oleh perusahaan terkait dengan keperluan perencanaan
dan pelaksanaan SMM.
d. Klausul 4.2.4: Redaksional dibuat lebih ringkas, namun persyaratan
tetap, tidak berubah.
e. Klausul 5.5.2: Klarifikasi bahwa wakil manajemen diambil dari
anggota manajemen perusahaan.
f. Klausul 6.2.1: Penekanan pada kalimat, “… yang mempengaruhi
mutu produk …” menjadi, “… yang mempengaruhi kesesuaian
terhadap persyaratan produk …”.
g. Klausul 6.2.2: Penekanan pada butir (b) bahwa pelatihan adalah
dalam rangka peningkatan kompetensi personil. Penekanan pada
butir (c) bahwa ketimbang evaluasi keefektifan pelatihan,
perusahaan hendaknya memastikan kompetensi yang diperlukan
terpenuhi.
h. Klausul 6.3: Penambahan sistem informasi pada butir (c).
i. Klausul 6.4: Catatan ditambahkan guna menjelaskan istilah
lingkungan kerja.
18
j. Klausul 7.1: Penambahan pengukuran (measurement) pada butir
(c).
k. Klausul 7.2.1: Penekanan pada kalimat, “ … dan kegiatan pasca
penyerahan,” menjadi, “… dan untuk kegiatan pasca penyerahan,”
pada butir (a). Perubahan kata berkaitan (related) menjadi
diterapkan (applicable) pada butir (c). Perubahan kata ditetapkan
(determined) menjadi dipertimbangkan keperluannya (considered
necessary) pada butir (d). Catatan ditambahkan guna menjelaskan
apa yang dimaksud dengan kegiatan pasca penyerahan itu.
l. Klausul 7.3.1: Catatan ditambahkan untuk menjelaskan bahwa
tinjauan, verifikasi dan validasi desain adalah kegiatan yang
terpisah, namun dapat dilakukan sendiri-sendiri ataupun
bersamaan.
m. Klausul 7.3.3: Kalimat, “ … harus disajikan dalam bentuk … ( …
shall be provided in a form …)” menjadi, “ … harus dalam bentuk
…( … shall be in a form …)”. Catatan ditambahkan guna
memasukan informasi rinci mengenai preservasi produk harus
dimasukkan dalam informasi penyediaan jasa dan proses produksi.
n. Klausul 7.5.3: Penekanan bahwa idenifikasi status produk
hendaknya diseluruh proses realisasi produk.
o. Klausul 7.5.4: Penekanan bahwa perusahaan harus melaporkan
kepada pelanggan atas ketidaksesuain milik pelanggan yang
diketemukan. Data personal ditambahkan pada catatan yang
menjelaskan mengenai definisi milik pelanggan.
p. Klausul 7.5.5: Penekanan pada pemeliharaan kesesuaian terhadap
persyaratan selama proses internal dan penyerahan.
q. Klausul 7.6: Kata peralatan (devices) diganti dengan perangkat
(equipment). Acuan ke 7.2.1 ditiadakan. Penekanan pada butir (c)
bahwa perangkat pemantauan dan pengukuran harus memiliki
identitas. Perubahan pada catatan, bahwa referensi ISO 10012-1
dan ISO 10012-2 dihilangkan dan diganti dengan penjelasan
mengenai verifikasi dan manajemen konfigurasi perangkat lunak
19
komputer bila digunakan dalam proses pemantauan dan
pengukuran.
r. Klausul 8.2.1: Catatan ditambahkan menjelaskan beberapa contoh
bagaimana pengukuran terhadap kepuasan pelanggan dilakukan.
s. Klausul 8.2.2: Penekanan pada tanggungjawab manajemen
terhadap area yang diaudit untuk memastikan tindakan koreksi dan
korektif yang diperlukan. Perubahan referensi pada catatan yang
kini mengacu ke ISO 19011.
t. Klausul 8.2.3: Kalimat, “… untuk memastikan kesesuaian produk”
dihilangkan. Catatan ditambahkan untuk menjelaskan bahwa
perusahaan sebaiknya mempertimbangkan tipe dan jangkauan yang
tepat dari pemantauan dan pengukuran ditiap prosesnya, guna
keefektifan SMM.
u. Klausul 8.2.4: Kalimat, “Bukti kesesuaian dengan kriteria
keberterimaan …” dihapus. Penekanan terhadap rekaman yang
menunjukkan personil yang berwenang melepaskan produk ke
pelanggan.
v. Klausul 8.3: penekanan terhadap ketidaksesuaian yang ditemukan
setelah penyerahan atau dipakai dipindahkan ke butir (d).
2.4. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Wulandari (2009) melakukan penelitian berjudul “Kajian Penerapan
Sistem Manajemen Mutu (SMM) ISO 9001:2000 Pada PT. Unitex Tbk,
Bogor”. Faktor-faktor yang menjadi permasalahan dalam penerapan SMM
ISO 9001:2000 adalah SMM, tanggungjawab manajemen, manajemen
sumber daya, realisasi produk, serta perbaikan, analisis dan peningkatan.
Permasalahan tersebut dianalisis dengan menggunakan metode proses hirarki
analitik. Dari hasil analisis, yang harus dilakukan perusahaan adalah
memperbaiki sistem informasi.
Kusumaningrum (2009) melakukan penelitian mengenai penerapan
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Pada PT. Mah Sing Indonesia.
Dengan menggunakan analytical hierarchy process (AHP), dengan faktor-
faktor yang menjadi permasalahan dalam penerapan SMM ISO 9001:2000
20
adalah SMM, tanggungjawab manajemen, manajemen sumber daya, realisasi
produk, serta perbaikan, analisis dan peningkatan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa SMM merupakan faktor utama dalam permasalahan
penerapan SMM ISO 9001:2000 dan tindakan yang paling utama dilakukan
adalah meningkatkan kerjasama tim dalam perusahaan.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Penelitian tentang penerapan ISO 9001:2008 pada KMM IPB diawali
dengan mencari gambaran umum organisasi, yaitu mengenai visi dan misi,
serta struktur organisasi. Selanjutnya, menganalisis penerapan ISO 9001:2008
dengan melakukan wawancara dan pengamatan langsung, serta dokumentasi
internal perusahaan untuk mengetahui strategi penerapan SMM ISO
9001:2008 pada KMM IPB.
Hasil dari analisis tersebut disusun menjadi hirarki yang setiap
unsurnya dinilai oleh pakar yang terkait dengan penerapan ISO 9001:2008
pada KMM IPB melalui pengisian angket. Alat analisis yang digunakan
adalah metode AHP dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Microsoft
Excel 2007.
Berdasarkan hasil pengolahan AHP berupa pembobotan dan susunan
prioritas, dapat diajukan masukan berupa saran atau rekomendasi alternatif
tindakan yang dapat dilaksanakan oleh pihak Manajemen KMM IPB dalam
rangka pelaksanaan SMM ISO 9001:2008. Uraian di atas dapat dijabarkan
dalam kerangka pemikiran penelitian pada Gambar 4.
21
Gambar 4. Kerangka pemikiran penelitian
Kantor Manajemen Mutu
Institut Pertanian Bogor
(KMM IPB)
Visi dan Misi
KMM IPB
Identifikasi Penerapan
SMM ISO 9001:2008
Pada KMM IPB
Identifikasi
Strategi Penerapan
ISO 9001:2008
Proses Hirarki Analitik
(PHA)
Rekomendasi Alternatif Tindakan
Penerapan ISO 9001:2008
Um
pan Balik
22
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di KMM IPB, dengan pertimbangan
organisasi telah mendapatkan sertifikat ISO 9001:2008 dari bulan Maret-
April 2011.
3.3. Pengumpulan Data
Penarikan contoh dalam penelitian ini adalah nonprobability
sampling, yaitu teknik purposive sampling, penggunaan tekhnik ini memilih
anggota berdasarkan kriteria tertentu (Hermawan, 2006). Dalam penelitian
ini, digunakan dua (2) kriteria, yaitu contoh merupakan perwakilan dari tiap
tingkatan manajemen pada KMM IPB dan yang paling memiliki pemahaman
paling luas mengenai ISO 9001:2008 pada KMM IPB, serta dianggap paling
berkompeten di KMM IPB..
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
pihak manajemen melalui kegiatan wawancara semi terstruktur (Lampiran 1),
pengamatan langsung di lapangan dan pengisian kuesioner (Lampiran 2)
dilakukan oleh pihak yang dianggap paling berkompeten di KMM IPB. Data
sekunder berupa studi literatur dan data lain yang berkaitan dengan topik
penelitian ini diperoleh dari perpustakaan, dokumen, buku, internet, serta
literatur-literatur atau tulisan-tulisan yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4. Pengolahan dan Analisis Data
a. Analisis Deskriptif
Dalam penelitian ini dilakukan analisis deskriptif untuk mengolah
data yang bersifat kualitatif. Analisis data deskriptif adatah cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud mernbuat kesimpulan yang berlaku
untuk umum/generalisasi (Purwoto, 2007). Analisis deskriptif digunakan
untuk menganalisis data yang diperoleh melalui wawancara. Data
dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama ke dalam tabel. Setelah
data dikelompokkan ke dalam tabel, selanjutnya jawaban-jawaban
dipersentasekan berdasarkan jumlah responden. Persentase tersebut
23
merupakan jawaban paling dominan dari masing-masing peubah yang
diteliti. Rumusnya sebagai berikut :
fi
Σ fi
Keterangan:
P = Persentase responden yang memilih kategori tertentu
fi = Jumlah responden yang memilih kategori tertentu
Σ fi = Total jawaban
b. Analytical Hierarchy Process
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan metode AHP.
Berdasarkan kerangka kerja AHP, penelitian ini diawali dengan
pengumpulan data dan informasi yang digunakan untuk menyusun struktur
hirarki. Struktur hirarki disusun sesuai dengan kebutuhan serta didasarkan
pada teori dalam literatur dan hasil wawancara dengan pihak perusahaan
yang bertindak sebagai pengambil keputusan.
Kuesioner diberikan untuk mengetahui pembobotan setiap unsur
pada setiap tingkatan dalam hirarki. Data yang diperoleh dari responden
kemudian diproses dengan menggunakan software komputer Microsoft
Excel 2007. Hasil pengolahannya dianalisis dan disajikan dalam bentuk
uraian, gambar dan tabel.
Penggunaan AHP sebagai alat analisis dalam penelitian ini
dikarenakan metode ini mampu menyederhanakan permasalahan kompleks
yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya,
serta menyusunnya kedalam hierarki. Selain itu, metode ini dapat disajikan
secara grafik yang dapat memudahkan pihak-pihak yang terlibat dalam
pengambilan keputusan (Marimin, 2004).
Ide dasar prinsip kerja AHP (Marimin, 2004) adalah:
1. Penyusunan Hierarki.
Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-
unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disueun menjadi struktur
hierarki.
P = x 100%
24
2. Penilaian Kriteria dan alternatif
Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan.
Menurut Saaty dalam Marimin (2004), untuk berbagai persoalan, skala 1
sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan
definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada
label berikut:
Tabel 1. Nilai skala banding berpasangan
Nilai Keterangan
1 Kriteria /Alternatif A sama penting dengan
kriteria/alternatif B
3 A sedikit lebih penting dari B
5 A jelas lebih penting dari B
7 A sangat jelas lebih penting dari B
9 A mutlak lebih penting dari B
2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan
Nilai perbandingan A dengan B adalah 1 (satu) dibagi dengan nilai
pebandingan B dengan A.
3. Penentuan Prioritas
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan
berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif
kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif.
Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat
dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk
menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan
manipulasi matriks atau melalui penyelesaiaan persamaan matematik.
4. Konsistensi Logis
Semua elemen dikeklmpokkan secara logis dan diperingkatkan
secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
25
Langkah-langkah dalam analisis metode AHP secara umum
dibagi dalam delapan (8) langkah (Saaty, 1991), yaitu :
1) Mendefinisikan permasalah dan merinci pemecahan yang diinginkan.
Fokus dari analisis ini adalah identifikasi permasalahan mutu
perusahaan dan kinerja setiap bagian yang ada pada perusahaan untuk
mencapai tujuannya. Untuk mengetahuinya dapat dilakukan dengan
cara wawancara kepada pihak terkait. Setelah ditentukan fokus
analisis, selanjutnya ditentukan komponen-komponen dan
pendefinisian masing-masing komponen.
2) Membuat struktur hirarki dari sudut pandang manajemen secara
menyeluruh. Setelah komponen-komponen dari fokus analisis
diketahui, lalu dilakukan pembuatan hirarki. Hirarki merupakan
abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar
komponen dan dampaknya terhadap sistem. Pembuatan hirarki
bertujuan untuk mengetahui tingkatan-tingkatan analisis. Penyusunan
hirarki terdiri dari beberapa tingkatan, dari seperangkat peubah. Pada
fokus identifikasi permasalahan tersusun beberapa tingkatan seperti
tingkat 1 adalah fokus sasaran atau cita-cita utama, tingkat 2 adalah
faktor atau kriteria masalah, tingkat 3 adalah aktor atau pelaku, tingkat
4 merupakan obyektif atau tujuan yang ingin dicapai yang sesuai
dengan sasaran pada tingkat 1 dan di tingkat 5 adalah skenario atau
alternatif kegiatan atau tindakan yang dapat diambil untuk mengatasi
masalah yang ada. Contoh struktur hirarki dari identifikasi
permasalahan mutu dapat dilihat pada Gambar 5.
26
Gambar 5. Struktur hirarki identifikasi permasalahan (Saaty, 1991)
3) Menyusun Matriks Gabungan
Matriks gabungan berpasangan adalah matriks yang membandingkan
bobot unsur dalam suatu hirarki dengan unsur-unsur dalam hirarki
atasnya.
4) Mengumpulkan semua pertimbangan yang dilakukan dari hasil
perbandingan yang diperoleh pada langkah 3. Setelah matriks
perbandingan berpasangan antar unsur dibuat, selanjutnya dilakukan
perbandingan berpasangan antar setiap unsur pada kolom ke-i dengan
setiap unsur pada baris ke-j, yang berhubungan dengan fokus
identifikasi permasalahan. Pembandingan berpasangan antar unsur-
unsur tersebut dilakukan dengan pertanyaan: “seberapa kuat unsur
pada baris ke-i didominasi, dipengaruhi, dipenuhi atau diuntungkan
oleh fokus permasalahan, dibandingkan dengan kolom ke-j ?” jika
unsur-unsur yang diperbandingkan merupakan suatu peluang atau
waktu, maka pertanyaannya adalah “seberapa lebih mungkin suatu
unsur baris ke-i dibandingkan dengan unsur kolom ke-j, sehubungan
dengan fokus ?”. Menurut Saaty (1991), untuk mengisi matriks
banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada
Tingkat 1 Fokus/ Ultimate Goal
Tingkat 2 Faktor/ Kriteria Masalah
Tingkat 3 Aktor/ Pelaku
Tingkat 4 Tujuan/ Penyebab Masalah
Tingkat 5 Skenario/ Alternatif
Identifikasi Masalah (UG)
F1
F2
F3
F4
F7
F58
F6
A1
A2
A3
A4
A5
T1
T2
T3
T4
S1
S2
S3
S4
27
Tabel 1. Pengisian Matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis
diagonal dari kiri atas ke kanan bawah.
5) Memasukkan nilai-nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang
diagonal utama. Angka 1-9 digunakan bila F1 lebih mendominasi atau
dipengaruhi sifat G dibandingkan dengan F2, sedangkan F1 kurang
mendominasi atau mempengaruhi dibandingkan F2 maka digunakan
angka kebalikannya.
6) Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan
dalam hirarki tersebut.
Pembandingan dilanjutkan untuk semua unsur pada setiap tingkat
keputusan yang terbatas pada hirarki, berkenaan dengan kriteria unsur di
atasnya. Matriks pembandingan dalam model AHP dibedakan menjadi :
1. Matriks Pendapat Individu (MPI)
Matriks ini merupakan matriks hasil pembandingan yang dilakukan
oleh individu, dengan unsur yang disimbolkan dengan aij, yaitu unsur
matriks pada baris ke-i dalam kolom ke-j (Tabel 2).
Tabel 2. Matriks pendapat individu
G A1 A2 A3 ... An
A1 a11 a12 a13 ... a1n
A2 a21 a22 a23 ... a2n
A3 a31 a32 a33 ... a3n
... ... ... ... ... ...
An an1 an2 an3 ... amn
2. Matriks Pendapat Gabungan (MPG)
Matriks yang terdiri dari susunan baru yang unsurnya (gij) berasal dari
rataan geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio
inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10% dan setiap unsur
pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang
lain tidak terjadi konflik (Tabel 3).
Tabel
Rataan geometrik dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut
Gij
aij(k)
k
7) Mensintesis prioritas untuk
prioritas.
dilakukan setelah mengisi MPI dan MPG, yaitu :
i. Pengolahan horizontal
Pengolahan digunakan untuk menyusun prioritas unsur keputusan
untuk satu level
level di atasnya. Tahapan yang harus ditempuh sebagai berikut
i) Pengolahan baris (Z
ii) Perhitungan vektor prioritas dengan rumus:
Zi = unsur pendapat
N = jumlah unsur
i,j = 1,2,3,....,n
Tabel 3. Matriks pendapat gabungan
G G1 G2 G3 ...
G1 g11 g12 g13 ... g
G2 g21 g22 g23 ... g
G3 g31 g32 g33 ... g
... ... ... ... ...
Gn gn1 gn2 gn3 ... g
geometrik dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut
,dimana ................................
= unsur MPG baris ke-i, kolom ke-j
= unsur baris ke-i, kolom ke-j dari MPI ke
= indeks MPI dari individu ke-k yang memenuhi
persyaratan
= perkalian dari unsur k = 1 sampai k
Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor
Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua
dilakukan setelah mengisi MPI dan MPG, yaitu :
Pengolahan horizontal
Pengolahan digunakan untuk menyusun prioritas unsur keputusan
untuk satu level hirarki keputusan terhadap unsur yang berada satu
level di atasnya. Tahapan yang harus ditempuh sebagai berikut
Pengolahan baris (Zi) dengan menggunakan rumus
,dimana ……………………
Perhitungan vektor prioritas dengan rumus:
= unsur pendapat gabungan
= jumlah unsur
= 1,2,3,....,n
28
Gn
g1n
g2n
g3n
...
gmn
geometrik dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut :
................................ (1)
j
j dari MPI ke-k
k yang memenuhi
= m
melakukan pembobotan vektor-vektor
Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua (2) tahap, yang
Pengolahan digunakan untuk menyusun prioritas unsur keputusan
hirarki keputusan terhadap unsur yang berada satu
level di atasnya. Tahapan yang harus ditempuh sebagai berikut :
) dengan menggunakan rumus :
…………………… (2)
VPi = unsur vektor prioritas ke
iii) Perhitungan nilai eigen maksimum dengan menggunakan
rumus
VA = a
VA = VB
ii. Pengolahan vertikal
Pengolahan vertika
setiap unsur pada tingkat hirarki keputusan terhadap sasaran utama.
Hasil akhir dari pengolahan vertikal ini merupakan bobot prioritas
pengaruh setiap unsu
terhadap sasaran utama. Rumus yang digunakan yaitu :
Untuk p
Dimana:
NPHpq
NPTt(q
r =Jumlah unsur yang ada pada tingkat ke
s =Jumlah unsur yang ada pada tingkat (q
q =Tingkat/level dalam hirarki.
Kedua proses pengolahan diatas dapat dilakukan pada MPI dan
MPG. Pengolahan vertikal dapat dilakukan setelah pengolaha
horizontal sel
memenuhi persyaratan rasio konsistensi (CR). Ras
,dimana ...................................
i = unsur vektor prioritas ke-i
Perhitungan nilai eigen maksimum dengan menggunakan
rumus :
= aiVPi dengan VA = (VA
VA = VB = Vektor antara
Pengolahan vertikal
Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh
setiap unsur pada tingkat hirarki keputusan terhadap sasaran utama.
Hasil akhir dari pengolahan vertikal ini merupakan bobot prioritas
pengaruh setiap unsur pada tingkat keputusan paling bawah
terhadap sasaran utama. Rumus yang digunakan yaitu :
p = 1,2,3,...,n q = 1,2,3,...,n
Dimana:
pq (t,q-1) =Nilai prioritas pengaruh unsur ke
terhadap unsur ke-t pada tingkat di atasnya (q
nilai diperoleh dari pengolahan horizontal.
NPTt(q-1) =Nilai prioritas pengaruh unsur ke
ke (q-1) terhadap sasaran utama.
=Jumlah unsur yang ada pada tingkat ke-q
=Jumlah unsur yang ada pada tingkat (q-1)
=Tingkat/level dalam hirarki.
Kedua proses pengolahan diatas dapat dilakukan pada MPI dan
MPG. Pengolahan vertikal dapat dilakukan setelah pengolaha
horizontal selesai dilakukan, dengan syarat MPI atau MPG
memenuhi persyaratan rasio konsistensi (CR). Ras
dengan VB = (VAB
Untuk i = 1, 2, 3,..., n........... (4)
29
................................... (3)
Perhitungan nilai eigen maksimum dengan menggunakan
(VAi)
digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh
setiap unsur pada tingkat hirarki keputusan terhadap sasaran utama.
Hasil akhir dari pengolahan vertikal ini merupakan bobot prioritas
r pada tingkat keputusan paling bawah
terhadap sasaran utama. Rumus yang digunakan yaitu :
.............. .. (5)
=Nilai prioritas pengaruh unsur ke-p tingkat ke-q
tingkat di atasnya (q-1),
nilai diperoleh dari pengolahan horizontal.
=Nilai prioritas pengaruh unsur ke-t pada tingkat
Kedua proses pengolahan diatas dapat dilakukan pada MPI dan
MPG. Pengolahan vertikal dapat dilakukan setelah pengolahan
sai dilakukan, dengan syarat MPI atau MPG
memenuhi persyaratan rasio konsistensi (CR). Rasio konsistensi
(VABi)
= 1, 2, 3,..., n........... (4)
diperoleh dari nilai perbandingan antara indeks konsistensi (CI)
dengan nilai indeks acak (RI). Jika nilai rasio konsisitensi (CR)
0,1 (10
Tingkat konsistensi (CI) dirumuskan dengan (F
λmax= Eigen Value
n = Jumlah unsur yang diperbandingkan
Nilai nisbah konsistensi diperoleh dari:
RI =
Tabel 4. Nilai RI utuk matriks berukuran n(1
N
RI 0.00
N
RI 1.45
Jika indeks konsistensi terlalu tinggi, maka dicari simpangan RMS
ai....an = set angka hasil percobaan
bi...bn = set angka yang diketahui
n = set jumlah unsur/percobaan
8) Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki.
Langkah terakhir adalah mengevaluasi setiap indeks konsistensi untuk
seluruh hirarki dengan mengalika
prioritas utama kriteria yang bersangkutan d
hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan persyaratan sejenis
menggunakan indeks inkonsistensi acak yang sesuai dengan dimensi
diperoleh dari nilai perbandingan antara indeks konsistensi (CI)
dengan nilai indeks acak (RI). Jika nilai rasio konsisitensi (CR)
0,1 (10%), maka tingkat konsistennya baik dan dapat diterima.
Tingkat konsistensi (CI) dirumuskan dengan (Ferwidarto, 1996)
,dimana.........................
Eigen Value maksimum
n = Jumlah unsur yang diperbandingkan
Nilai nisbah konsistensi diperoleh dari:
,dimana..............................
= Random indeks, yang merupakan nilai yang dikeluarkan
oleh Oak Ridge Laboratory dari matriks yang berorde 1
15 dengan menggunakan contoh berukuran 100.
. Nilai RI utuk matriks berukuran n(1-15)
1 2 3 4 5 6 7
0.00 0.00 0.58 0.90 1.12 1.24 1.34
9 10 11 12 13 14 15
1.45 1.49 1.51 1.48 1.56 1.67 1.59
Jika indeks konsistensi terlalu tinggi, maka dicari simpangan RMS
,dimana..............
= set angka hasil percobaan
= set angka yang diketahui
n = set jumlah unsur/percobaan
Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki.
Langkah terakhir adalah mengevaluasi setiap indeks konsistensi untuk
seluruh hirarki dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan
prioritas utama kriteria yang bersangkutan dengan menjumlahkan
hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan persyaratan sejenis
menggunakan indeks inkonsistensi acak yang sesuai dengan dimensi
30
diperoleh dari nilai perbandingan antara indeks konsistensi (CI)
dengan nilai indeks acak (RI). Jika nilai rasio konsisitensi (CR) ≤
), maka tingkat konsistennya baik dan dapat diterima.
erwidarto, 1996) :
,dimana................................ (6)
,dimana.............................. (7)
yang merupakan nilai yang dikeluarkan
dari matriks yang berorde 1-
15 dengan menggunakan contoh berukuran 100.
8
1.41
Jika indeks konsistensi terlalu tinggi, maka dicari simpangan RMS
................. (8)
Langkah terakhir adalah mengevaluasi setiap indeks konsistensi untuk
n setiap indeks konsistensi dengan
ngan menjumlahkan
hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan persyaratan sejenis
menggunakan indeks inkonsistensi acak yang sesuai dengan dimensi
31
masing-masing matriks. Dengan cara yang sama, pada setiap indeks
inkonsistensi acak dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang
bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Untuk memperoleh hasil
yang baik, rasio inkonsistensi hirarki bernilai kurang dari atau sama
dengan 10%.
32
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum KMM IPB
4.1.1. Profil KMM IPB
KMM IPB dibentuk pada Bulan April 2008. Sebelumnya, unit
ini merupakan bagian dari Direktorat Administrasi dan Jaminan Mutu
Pendidikan (AJMP). Kebijakan struktur organisasi IPB terbaru
membagi fungsi eks Direktorat Administrasi dan Jaminan Mutu
Pendidikan (AJMP) menjadi dua (2), yakni Direktorat Adminitrasi dan
Pendidikan (Dit.AP), serta Kantor Manajemen Mutu (KMM).
KMM IPB merupakan unit kerja yang bertanggung jawab
kepada Rektor, memiliki tugas teknis dan administrasi dalam proses
pengembangan, penetapan dan pemenuhan standar mutu (penjaminan
mutu) penyelenggaraan program dan kegiatan institut, baik dalam
bidang akademik (pendidikan, penelitian dan pengabdian pada
masyarakat) maupun non-akademik (administrasi dan manajemen)
sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan
(Http://kmm.ipb.ac.id, 2011).
Sebagai organisasi pelaksana penjaminan mutu IPB, KMM
berupaya menata dan mengembangkan sistem penjaminan mutu yang
telah ada agar dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan mutu
pendidikan di IPB. Dalam hal ini, tujuan dibentuknya KMM IPB
adalah untuk membentuk sistem penjaminan mutu yang handal di IPB
dan terlaksananya proses penjaminan mutu, agar seluruh unit dan
individu IPB selalu mengutamakan mutu, serta memantapkan dan
mengkoordinasikan pelaksanaan SMM, agar dapat dilaksanakan secara
terencana dan sistematis dengan harapan dapat mempertahankan dan
meningkatkan mutu secara berkelanjutan terhadap penyelenggaraan
perguruan tinggi berdasar pada prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas dan
akuntabilitas.
33
4.1.2. Tugas dan Wewenang KMM IPB
Mengembangkan SMM penyelenggaraan perguruan tinggi di
tingkat IPB, termasuk di dalamnya sistem jaminan mutu, memfasilitasi
penyiapan perangkat yang diperlukan untuk implementasi SMM, serta
memantau dan mengevaluasi pelaksanaan SMM (Http://kmm.ipb.ac.id,
2011).
Lingkup kerja KMM mencakup pengkoordinasian penjaminan
mutu pada seluruh penyelenggaraan perguruan tinggi di IPB, baik
bidang akademik maupun non-akademik (Http://kmm.ipb.ac.id, 2011).
KMM bertugas dalam :
a. Pengkoordinasian perencanaan dan pelaksanaan sistem penjaminan
mutu secara keseluruhan.
b. Pengkoordinasian pembuatan perangkat yang diperlukan dalam
pelaksanaan sistem penjaminan mutu.
c. Pengkoordinasian dalam monitoring pelaksanaan sistem
penjaminan mutu.
d. Pengkoordinasian pelaksanaan internal assessment.
e. Pengkoordinasian pelaksanaan pelaporan pelaksanaan penjaminan
mutu kepada Rektor.
4.1.3. Fungsi KMM IPB
Fungsi dari KMM IPB adalah (Http://kmm.ipb.ac.id, 2011) :
a. Sebagai unit kerja yang mengembangkan SMM penyelenggaraan
perguruan tinggi di tingkat institut (pendidikan, penelitian,
pemberdayaan masyarakat, administrasi dan manajemen), termasuk
di dalamnya model sistem dan instrumen yang diperlukan dalam
penjaminan mutunya.
b. Sebagai unit kerja yang menetapkan dan menegakkan penerapan
standar mutu penyelenggaraan IPB, serta melakukan evaluasi
secara berkala tingkat pemenuhannya.
c. Sebagai unit kerja yang memonitor dan evaluasi pelaksanaan
manajemen mutu dan jaminan mutu, serta menjamin mekanisme
reenergisasi SMM dan jaminan mutu.
34
d. Sebagai unit kerja yang mengembangkan kapasitas manajemen
mutu pada pengelola IPB, dosen dan tenaga penunjang.
4.1.4. Visi dan Misi KMM IPB
Visi dari KMM IPB adalah “Menjadi yang Terdepan dalam
Penyelenggaraan Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi”. Sedangkan
Misi dari KMM IPB adalah :
a. Mendorong terbentuknya Sistem Penjaminan Mutu yang handal di
IPB.
b. Mendorong terlaksananya proses jaminan mutu agar seluruh unit
dan individu di IPB selalu mengutamakan Quality.
4.1.5. Struktur Organisasi KMM IPB
Organisasi KMM dijalankan oleh Kepala Kantor, Kepala
Bidang (Bidang Penjaminan Mutu dan Bidang Akreditasi dan
Sertifikasi) dan staf penunjang. Dalam menjalankan organisasinya.
Kepala Kantor dan Kepala Bidang dijabat oleh tenaga pendidik
berpendidikan Doktor. Staf penunjang terdiri tiga (3) orang tenaga
kependidikan (pegawai negeri sipil) dan empat orang tenaga honorer
dengan latar belakang pendidikan sarjana (dua orang), Sekolah
Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) (tiga orang) dan Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP) (dua orang). Di samping pendidikan formal,
di antara tenaga penunjang tersebut telah mengikuti pendidikan dan
pelatihan (diklat) ketatausahaan, kearsipan, dan keuangan. Struktur
organisasi KMM IPB dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.1.6. Kebijakan Mutu KMM IPB
KMM IPB, bertekad untuk secara terus menerus memberikan
pelayanan sesuai harapan pelanggan dalam mendorong proses
penerapan SMM di seluruh unit dan individu di lingkungan IPB,
dengan senantiasa berpedoman kepada peraturan perundangan yang
berlaku dalam penyelenggaraan pendidikan.
35
KMM IPB melakukan hal berikut :
1. Melaksanakan sosialisasi secara rutin kepada unit-unit dan individu
untuk memberikan pemahaman pentingnya penyelenggaraan
kegiatan bermutu.
2. Mendorong terbentuknya perangkat organisasi yang berorientasi
terhadap penciptaan budaya mutu sesuai dengan tujuan/sasaran
mutu IPB.
3. Senantiasa berperan aktif dalam mendorong penerapan SMM di
unit-unit/departemen yang ada di lingkungan IPB mengacu pada
kriteria standar nasional dan standar internasional.
4. Menyusun pedoman/standar pelaksanaan kegiatan sebagai rujukan
dalam menerapkan SMM maupun penilaian/evaluasi
keberhasilannya.
5. Meningkatkan kompetensi SDM KMM IPB.
Kebijakan mutu ini akan selalu dievaluasi secara terus menerus sesuai
perkembangan kegiatan penyelenggaraan pendidikan tinggi. Dalam
mencapai kebijakan mutu tersebut, KMM IPB menyusun sasaran
mutu. Sasaran mutu KMM IPB dapat dilihat pada Lampiran 4.
4.2. Langkah-langkah Sertifikasi SMM ISO 9001:2008 pada KMM IPB
Proses pendaftaran ISO pada KMM berlangsung melalui proses yang
sangat panjang yang dilakukan selama satu tahun. Dimulai dengan
memperbaiki acuan sesuai dengan ISO, yaitu setiap orang dalam orgnisasi
harus menjalankan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) secara profesional.
Selain itu, juga dilakukan pembenahan proses pelaksanaan kegiatan dalam
KMM, membenahi sistem pelayanan perngarsipan sesuai acuan ISO. Dalam
tahap ini, masih banyak hal yang tidak sesuai dengan ISO, berupa
pengarsipan yang kurang teratur serta struktur organisasi yang belum
optimal.
KMM menggunakan jasa konsultan ISO yang bertugas meninjau
kegiatan yang ada di dalam KMM. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
Manajemen KMM dalam melakukan proses sertifikasi. KMM juga menunjuk
36
PT Sucofindo International Certification Services (Sucofindo ICS) sebagai
badan sertifikasi ISO, karena telah memiliki legalitas permit.
Setelah itu KMM mempersiapkan pedoman mutu yang digunakan
sebagai acuan proses yang dilakukan dalam KMM dan untuk memperjelas
tupoksi dalam organisasi. Pedoman mutu tersebut berisi struktur organisasi,
kebijakan mutu, sasaran mutu dan referensi silang prosedur SMM KMM
dengan persyaratan ISO 9001:2008 untuk menentukan ruang lingkup
penerapan ISO 9001:2008. Selain itu KMM juga membentuk dua (2) bidang
pokok untuk menunjang tugas KMM, yaitu Bidang Penjaminan Mutu dan
Bidang Akreditasi dan Sertifikasi. Hal lain yang juga dilakukan adalah
pembagian staf agar tidak terjadi overlap dalam menjalankan fungsi,
memperbaiki sistem pengarsipan dengan memberikan nomor yang jelas
untuk memudahkan pengendalian dokumen serta perbaikan administrasi.
Setelah melakukan persiapan selama tiga (3) bulan, KMM melakukan
audit internal dengan menggunakan audit internal IPB sebanyak delapan (8)
orang. Audit internal IPB mengaudit seluruh komponen dalam KMM.
Komponen tersebut adalah Kepala KMM, Wakil manajemen, Bidang
Penjaminan Mutu, Bidang Akreditasi dan Sertifikasi, serta Bidang Tata
Usaha. Wakil manajemen merupakan orang yang ditunjuk Kepala KMM
untuk pengurusan ISO dalam KMM. Dalam hasil audit internal tersebut,
terdapat tiga (3) komponen yang belum sesuai dengan ketentuan atau belum
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi), yaitu Bidang Penjaminan
Mutu, Bidang Akreditasi dan Sertifikasi, serta Bidang Tata Usaha. Audit
internal tersebut memberikan rekomendasi sebagai upaya perbaikan dalam
menghadapi audit sertifikasi.
Pada hari sertifikasi, dua orang dari Sucofindo ICS melakukan audit
pada lima (5) komponen KMM. Sucofindo ICS juga melakukan pengujian
dokumen berupa KMM harus mampu menyediakan dokumen yang diminta
auditor dalam waktu yang terbatas. Setelah dua hari dilakukan audit
sertifikasi, KMM IPB dinyatakan layak untuk memperoleh sertifikat ISO
9001:2008.
37
4.3. Penerapan SMM ISO 9001:2008 pada KMM IPB
Penerapan ISO 9001:2008 pada KMM IPB dapat dijelaskan melalui
klausul-klausul dalam ISO 9001:2008 itu sendiri, yaitu :
Klausul 1. RUANG LINGKUP
Klausul l .1. Umum
Kegiatan jasa KMM IPB menggunakan prinsip-prinsip SMM dengan
berpedoman pada peraturan yang berlaku, agar dapat menghasilkan mutu
pelayaan yang sesuai harapan pelanggan/stakeholder. SMM kegiatan KMM
diterapkan mulai dari proses identifikasi kebijakan/arahan Rektor sampai
menjadi pedoman yang dapat digunakan oleh unit sebagai referensi atau
rujukan kegiatan di masing-masing unit.
Klausul 1.2. Aplikasi
SMM ISO 9001:2008 di KMM IPB diaplikasikan pada proses
“koordinasi proses implementasi penjaminan mutu IPB dan pendampingan
proses akreditasi dan sertifikasi”, kecuali proses evaluasi proses belajar
mengajar dan proses survei kepuasn mahasiswa.
KMM IPB melaksanakan hal ini untuk meningkatkan mutu IPB
secara umum agar sesuai dengan kebutuhan dan mendorong unit-unit dalam
IPB melaksanakan mutu sesuai dengan periodenya.
Klausul 2. REFERENSI NORMATIF
Pada bagian ini dijelaskan tentang istilah-istilah penting yang
berkaitan dengan SMM ISO 9001:2008. Istilah tersebut meliputi pemasok,
organisasi dan pelanggan.
Klausul 3. ISTILAH DAN DEFINISI
Klausul ini memuat bahwa istilah dan definisi-definisi yang berlaku
dalam ISO 9001:2000. Istilah “organisasi” menggantikan istilah “pemasok”,
dalam ISO 9001:1994, serta istilah “pemasok” menggantikan istilah
“subkontraktor”. Istilah produk dalam ISO 9001:2000 dapat berarti barang
dan atau jasa.
38
Klausul 4. SMM
Klausul 4.1. Persyaratan Umum
KMM IPB mengadopsi, merancang, menerapkan, memelihara
dan menyempurnakan secara terus menerus SMM mengacu
persyaratan standar ISO 9001:2008. Tujuan pengadopsian SMM ini
dalam upaya mendukung penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran
di IPB yang bermutu sesuai dengan harapan pelanggan serta
memenuhi peraturan yang berlaku dalam bidang pendidikan dan
pengajaran.
Klausul 4.2. Persyaratan Dokumentasi
Klausul 4.2.1. Umum
KMM IPB menjelaskan tentang persyaratan dokumen untuk
menetapkan SMM dengan :
a. Menyusun kebijakan mutu KMM IPB.
b. Menyusun sasaran mutu pada setiap bidang terkait sesuai struktur
organisasi KMM IPB.
c. Menyusun pedoman mutu.
d. Menyusun prosedur operasional baku (POB) tentang :
1. Pengendalian dokumen dan data.
2. Pengendalian rekaman.
3. Audit internal.
4. Pengendalian produk tidak sesuai.
5. Perbaikan.
6. Pencegahan.
7. Prosedur teknis operasional sesuai kebutuhan.
e. Menstandarisasi format formulir.
Klausul 4.2.2. Manual Mutu
KMM IPB menetapkan manual mutu yang mencakup ruang
lingkup penerapan, pengecualian dari persyaratan yang tidak
diterapkan, prosedur-prosedur yang ditetetapkan dan referensi silang.
39
Klausul 4.2.3. Pengendalian Dokumen
KMM IPB mengendalikan dokumen yang diperlukan dalam
SMM dengan cara :
a. Setiap dokumen disahkan oleh Top Management.
b. Melengkapi form usulan penerbitan/perubahan dokumen, bilamana
terdapat perubahan dokumen.
c. Membuat daftar doumen internal.
d. Membuat daftar dokumen eksternal.
e. Membuat riwayat perubahan dokumen.
f. Membuat daftar formulir.
g. Membuat daftar distribusi dokumen.
h. Membuat salinan master dan salinan terkendali.
Klausul 4.2.4. Pengendalian Catatan Mutu
KMM IPB mengendalikan catatan mutu dengan cara :
a. Membuat daftar rekaman mutu.
b. Memelihara arsip mengacu daftar rekaman.
Klausul 5. TANGGUNGJAWAB MANAJEMEN
Klausul 5.1 Komitmen Manajemen
Klausul ini menekankan pada komitmen pimpinan dalam
memastikan penerapan SMM berjalan efektif. Hal tersebut
diwujudkan dengan :
a. Memastikan SMM ISO 9001:2008 dijalankan di semua fungsi
yang ada.
b. Mensosialisasikan kebijakan, prosedur dan aturan yang terkait
dengan penerapan SMM.
Klausul 5.2 Fokus Pelanggan
KMM IPB mengidentifikasi persyaratan terkait pelanggan
dengan melakukan :
a. Memastikan persyaratan pelanggan dan persyaratan peraturan
dipenuhi.
b. Memastikan standar pelayanan minimal (SPM) dipahami dan
dijalankan.
40
Klausul 5.3 Kebijakan Mutu
Kebijakan mutu KMM IPB harus disosialisasikan dan
dipastikan dipahami oleh seluruh karyawan dan pegawai yang terlibat
proses pelayanan termasuk sekretaris.
Klausul 5.4 Perencanaan
Klausul 5.4.1 Tujuan Mutu
KMM IPB menyusun sasaran mutu yang specific,
measurable, attainable, realistic and time bound (SMART), serta
membuat alat bukti monitoring pencapaian sasaran mutu.
Klausul 5.4.2 Perencanaan SMM
KMM IPB memastikan semua persyaratan SMM ISO
9001:2008 terpenuhi, dijalankan dan terdokumentasi serta
memastikan proses-proses yang ada terstandar melalui prosedur
operasional baku (POB) yang terdokumentasi.
Klausul 5.5 Tanggungjawab, Wewenang dan Komunikasi
Klausul 5.5.1 Tanggungjawab dan Wewenang
Pimpinan organisasi memastikan tanggungjawab dan
wewenang dikomunikasikan dalam organisasi dalam hal persyaratan
jabatan dan tupoksi, terutama pejabat struktural.
Klausul 5.5.2 Wakil Manajemen
Pimpinan KMM IPB menunjuk wakil manajemen dengan
tugas yaitu :
a. Memastikan SMM ISO 9001:2008 dijalankan.
b. Melaporkan kepada pimpinan puncak atas perkembangan
penerapan ISO.
c. Memastikan kesadaran pegawai atas pemenuhan persyaratan
pelanggan.
Klausul 5.5.3 Komunikasi Internal
Pimpinan KMM IPB menetapkan proses komunikasi internal
yang memadai dalam SMM dengan cara membuat risalah-risalah
rapat serta memastikan sosialisasi terdokumentasi dengan baik.
41
Klausul 5.6 Peninjauan Ulang Manajemen
Klausul 5.6.1 Umum
KMM IPB meninjau ulang SMM dengan rapat peninjauan
ulang manajemen minimal tiga (3) bulan sekali untuk memastikan
kesesuaian dan efektivitas SMM.
Klausul 5.6.2 Input Peninjauan Ulang
Masukan peninjauan ulang manajemen mencakup :
a. Hasil audit internal.
b. Umpan balik pelanggan.
c. Kinerja KMM IPB.
d. Status perbaikan.
e. Status pencegahan.
f. Hasil rapat tinjauan manajemen (RTM) sebelumnya.
g. Penyempurnaan SMM.
h. Perubahan SMM.
Klausul 5.6.3 Output Peninjauan Ulang
Hasil dari peninjauan ulang yang dicatat dalam notulen rapat
mencakup keputusan dan tindakan-tindakan meliputi :
a. Efektivitas penerapan SMM.
b. Perbaikan proses
c. Sumber daya yang dibutuhkan.
Klausul 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA
Klausul 6.1 Penyediaan Sumber Daya
KMM IPB menetapkan kebijakan bagi penetapan penyediaan
sumber daya yang sesuai dengan SMM, yaitu :
a. KMM IPB menetapkan dan menyediakan sumber daya yang
diperlukan untuk menerapkan dan memelihara SMM dan terus
menerus memperbaiki keefektifannya.
b. KMM IPB mengutamakan kepuasan pelanggan dengan
menyediakan sumber daya yang memenuhi persyaratan pelanggan.
42
Klausul 6.2 Sumber Daya Manusia
Klausul 6.2.1 Umum
KMM IPB menyediakan dan mengelola sumber daya manusia
(SDM). Organisasi menjamin bahwa petugas/pegawai untuk ditunjuk
memiliki kompetensi yang memadai atas tugas dan tanggung
jawabnya. Peningkatan kompetensi SDM KMM dilakukan baik
melalui direktorat SDM atau dilaksanakan secara mandiri.
Kalusul 6.2.2 Kompetensi, Kesadaran dan Pelatihan
KMM IPB menetapkan pendidikan, pelatihan, keterampilan
dan pengalaman/job specification karyawan yang melaksanakan
pekerjaan dapat mempengaruhi mutu.
Oleh karena itu, KMM IPB :
a. Membuat analisa kebutuhan pelatihan
b. Menyediakan pelatihan untuk karyawan.
c. Membuat evaluasi hasil pelatihan.
Klausul 6.3 Infrastruktur
KMM IPB menetapkan infrastruktur yang dibutuhkan dalam
mendukung sistem penyelenggaraan kegiatan bermutu serta sesuai
nilai-nilai dan kode etik yang harus dipegang. Penyediaan dan
pemeliharaan infrastruktur menjadi tanggungjawab rumah tangga IPB
KMM IPB membuat program pemeliharaan sarana dan
prasarana serta membuat standar kelengkapan minimal ruang
pelayanan dipastikan dibuat dan checklist pemeriksaan dijalankan
setiap hari.
Klausul 6.4 Lingkungan Kerja
KMM IPB membuat program dan jadwal pemeliharaan
kebersihan, memonitor pelaksanaan kebersihan dipastikan checklist-
nya tersedia dan dijalankan dengan baik, serta memastikan prosedur
tanggap darurat tersedia dan dijalankan.
43
Klausul 7. REALISASI PRODUK
Klausul 7.1 Perencanaan Realisasi Produk
KMM IPB :
a. Memastikan sasaran mutu dipahami dan dijalankan serta dimonitor
pencapainannya.
b. Memastikan POB dipahami semua karyawan.
c. Memastikan kriteria evaluasi dan penilaian sudah ditetapkan.
d. Menyimpan arsip-arsip monitoring pencapaian sasaran dengan
baik.
Klausul 7.2 Proses yang Terkait dengan Pelanggan
Klausul 7.2.1 Identifikasi Persyaratan yang Terkait dengan Produk
KMM IPB membuat kriteria/persyaratan atau aturan-aturan
pelayanan dan dipahami oleh unit lain melalui :
a. Persyaratan pelanggan.
b. Persyaratan KMM IPB.
c. Peraturan yang berlaku.
d. Persyaratan lain yang tidak tertulis.
Klausul 7.2.2 Peninjauan-Ulang Persyaratan yang Terkait dengan Pelanggan
KMM IPB memastikan ada mekanisme pemastian bahwa
pelanggan memahami peraturan dan tata tertib pelayanan melalui :
a. Persyaratan pelayanan ditetapkan.
b. menyelesaikan persyataran jika terdapat perbedaan.
c. Organisasi mempunyai kesanggupan untuk melayani dengan baik.
Klausul 7.2.3 Komunikasi Pelanggan
KMM IPB mengatur komunikasi dengan pelanggan melalui :
a. Ada petugas yang menangani informasi (petugas pelayanan
informasi)
b. Ada saluran komunikasi untuk memfasilitasi pelanggan dalam
menyampaikan komplain atau saran perbaikan.
44
Klausul 7.3 Desain dan Pengembangan
Persyaratan standar ini tidak diterapkan karena dalam
penyediaan layanan mengacu Surat Keputusan Rektor IPB, tentang
Sistem Penjaminan Mutu di IPB
Klausul 7.4 Pembelian
Persyaratan standar ini tidak dapat diterapkan karena proses
pembelian barang dan material untuk mendukung kegiatan KMM
dilaksanakan oleh Direktorat Fasilitas dan Properti
Klausul 7.5 Ketentuan Produksi dan Pelayanan
Klausul 7.5.1 Ketentuan Pengendalian Produksi dan Pelayanan
Prosedur-prosedur teknis di setiap bidang ditetapkan dan
dijalankan serta alat-alat evaluasi, monitoring, serta bukti verifikasi &
validasi disimpan dengan baik.
Klausul 7.5.2 Validasi dari Proses untuk Pengoperasian Produksi dan Pelayanan
Persyaratan standar ini tidak dapat diterapkan karena dalam
penyediaan layanan setiap tahapan proses dapat dilakukan verifikasi
dan validasi.
Klausul 7.5.3 Identifikasi dan Kemampuan Telusur (Traceability)
KMM IPB memastikan bilamana terjadi ketidaksesuaian,
dapat ditelusuri penyebab terjadinya ketidaksesuaian.
Klausul 7.5.4 Hak Milik Pelanggan
KMM IPB memastikan arsip data-data yang diserahkan
pelanggan terkelola dengan baik serta ruangan arsip harus terpelihara
dari kemungkinan arsip rusak.
Klausul 7.5.5 Penjagaan/Pemeliharaan Produk
Organisasi memelihara kesesuaian produk secara konsisten
melalui briefing dan debriefing konsisten dijalankan, serta risalah
rapatnya terdokumentasi dan terpelihara.
45
Klausul 7.6 Pengendalian Peralatan Pengukuran dan Pemantauan
Persyaratan standar ini tidak diterapkan karena dalam
menyediakan pelayanan, KMM tidak memerlukan alat-alat ukur
tertentu untuk menilai keberhasilan dan akurasi jasa yang
disampaikan kepada pelanggan.
Klausul 8. PENGUKURAN, ANALISIS DAN PENINGKATAN
Klausul 8.1 Umum
KMM IPB merencanakan dan menerapkan proses
pemantauan, pengukuran, analisis dan perbaikan yang diberlakukan
untuk :
a. Memperagakan kesesuaian produk.
b. Memastikan kesesuaian SMM.
c. Memperbaiki keefektifan SMM secara terus menerus.
Klausul 8.2 Pengukuran dan Pemantauan
Klausul 8.2.1 Kepuasan Pelanggan
KMM IPB melakukan pengukuran kepuasan pelanggan sesuai
prosedur yang ditetapkan.
Klausul 8.2.2 Audit Internal
KMM IPB melakukan audit internal sesuai prosedur yang
ditetapkan.
Klausul 8.2.3 Pengukuran dan Pemantauan Proses
KMM IPB melakukan monitoring pencapaian sasaran mutu
dan arsipnya disimpan dengan baik.
Klausul 8.2.4 Pengukuran dan Pemantauan Produk
Organisasi memantau dan mengukur persyaratan produk
dengan membuat survei kepuasan pelanggan.
Klausul 8.3 Pengendalian Produk Tidak Sesuai (Nonkonformans)
Organisasi mengendalikan produk yang tidak sesuai dengan
persyaratan produk dengan cara :
a. Menyusun prosedur pengandalian tidak sesuai.
b. Memastikan pelayanan yang tidak sesuai teridentifikasi dengan
baik.
46
c. Memastikan komplain tercatat dan ditindak lanjuti dengan baik.
Hasil tindak lanjut diarsipkan dengan baik.
Klausul 8.4 Analisis Data
Proses analisis data pada KMM IPB digunakan untuk
menunjukkan efektivitas penerapan SMM. KMM IPB melakukan
analisa data yang meliputi pencapaian sasaran, kepuasan pelanggan,
pemasok (supplier) dan lain lain.
Klausul 8.5 Peningkatan
Klausul 8.5.1 Peningkatan Terus-Menerus
KMM IPB terus-menerus memperbaiki keefektifan SMM
melalui kebijakan mutu, sasaran mutu, hasil audit, analisa data,
tindakan perbaikan dan pencegahan, serta tinjauan manajemen.
Klausul 8.5.2 Tindakan Korektif
KMM IPB menyusun prosedur perbaikan dan memastikan
perbaikan dilaksanakan efektif
Klausul 8.5.3 Tindakan Preventif
KMM IPB menyusun prosedur pencegahan dan memastikan
pencegahan dilaksanakan efektif.
4.3.1. Unsur SMM ISO 9001:2008
KMM IPB telah memenuhi semua persyaratan yang ada dalam
setiap klausul SMM ISO 9001:2008. Unsur-unsur yang ada pada SMM
ISO 9001:2008 di KMM IPB, yaitu SMM, tanggungjawab manajemen,
manajemen sumber daya, realisasi produk dan pengukuran, analisis dan
peningkatan.
1. SMM
KMM memiliki SMM dalam menjalankan perannya. SMM
yang digunakan oleh KMM didokumentasikan untuk digunakan
sebagai pijakan dalam pelasanaan SMM dan untuk proses
pengukuran terhadap keefektifan dan efisiensi SMM tersebut.
Dengan demikian adanya proses dokumentasi SMM akan
memungkinkan untuk dilakukannya pengembangan.
47
2. Tanggungjawab Manajemen
Pimpinan membuktikan komitmen dengan memastikan
SMM ISO 9001:2008 dijalankan disemua fungsi yang ada. Namun,
pelaksanaan dari SMM merupakan tanggungjawab dari setiap
tingkatan manajerial. Bentuk tanggungjawab tersebut dengan
pembuatan kebijakan mutu dan memastikan KMM berfokus pada
pelanggan.
3. Manajemen Sumber Daya
KMM menggunakan sumber daya yang diperlukan dalam
penerapan SMM ISO 9001:2008. Sumber daya tersebut meliputi
SDM, infrastruktur dan lingkungan kerja.
a. Sumber Daya Manusia
Dalam menyelenggarakan kegiatan, Kepala Kantor akan
menyediakan dan mengelola SDM. Organisasi menjamin bahwa
petugas/pegawai yang ditunjuk memiliki kompetensi yang
memadai atas tugas dan tanggung jawabnya. Peningkatan
kompetensi sumberdaya manusia KMM dilakukan baik melalui
direktorat SDM atau dilaksanakan secara mandiri.
b. Infrastruktur dan Lingkungan Kerja
Kepala Kantor menetapkan infrastruktur yang
dibutuhkan dalam mendukung sistem penyelenggaraan kegiatan
berkualitas serta sesuai nilai-nilai dan kode etik yang harus
dipegang. Penyediaan dan pemeliharaan infrastruktur menjadi
tanggungjawab rumah tangga IPB.
c. Kewenangan
Penetapan asesor yang melakukan asesmen merupakan
wewenang Rektor. Sedangkan peningkatan kompetensi asesor
yang melakukan asesmen merupakan wewenang Kepala KMM.
d. Kompetensi
Kepala Kantor bertanggung jawab untuk memastikan
semua personil di semua tingkatan proses menyadari relevansi
dan pentingnya kegiatan atas kontribusinya terhadap pencapaian
48
kinerja yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebagai
konsekuensi logis dari aktifitas-aktifrtas yang dijalankan.
4. Realisasi Produk
Produk dari KMM IPB adalah pengkoordinasian
implementasi sistem penjaminan mutu yang telah ada agar dapat
memberikan kontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan di IPB,
pendampingan dan pemantauan proses sertifikasi, serta akreditasi
pada setiap unit dan individu di lingkungan IPB. KMM IPB
merencanakan dan mengembangkan proses yang dibutuhkan untuk
realisasi produk. Dalam unsur ini terdapat beberapa pengecualian
dari persyaratan yang tidak diterapkan.
Proses kegiatan KMM adalah sebagai berikut :
a. Sistem Penjaminan Mutu IPB
Penyusunan dan Penetapan Sistem Penjaminan Mutu
Penyusunan sistem penjaminan mutu oleh KMM
didasarkan kepada (1) arahan dan program kerja Rektor IPB
tentang SMM di lingkungan IPB, (2) sistem penjaminan mutu
yang dikembangkan di lingkungan pendidikan tinggi dan (3)
Kebijakan Departemen Pendidikan Nasional. Standar dan
parameter yang digunakan mengadopsi standar dan parameter
yang digunakan Badan Akreditasi Nasional (BAN-PT), Standar
Nasional Pendidikan (SNP) dan Sistem Penjaminan Mutu
Perguruan Tinggi (SPMPT).
Proses penyusunan sistem penjaminan mutu melibatkan
Komite Penjaminan Mutu Institut (KPMI). Output dari Sistem
Penjaminan Mutu yang digunakan ditetapkan dalam bentuk Surat
Keputusan Rektor IPB dan menjadi rujukan pelaksanaan di unit-
unit di lingkungan IPB.
Sosialisasi Sistem Penjaminan Mutu
Sosialisasi Sistem Penjaminan Mutu dilakukan untuk
memberikan pemahaman mengenai sistem penjaminan mutu
yang telah ditetapkan oleh Rektor IPB. Sosialisasi dilakukan
49
dengan melibatkan KPMI atau pihak lain yang berkompeten.
Penetapan personel pelaksana sosialisasi melalui surat penugasan
Kepala KMM. Sosialisasi dilaksanakan minimal satu tahun satu
kali dan sekurang-kurangnya dihadiri oleh wakil-wakil unit yang
ada di lingkungan IPB.
Asesmen Penerapan di Unit Penerapan atas sistem penjaminan mutu oleh unit-unit
dilakukan mengacu kepada Peraturan Rektor IPB tentang Sistem
Penjaminan Mutu yang telah ditetapkan. Dekan/Kepala
LPPM/Direktur Diploma dibantu oleh GPM bertanggung jawab
untuk keberhasilan penerapan di tingkat Fakultas/LPPM/Program
Diploma. Ketua Departemen/Kepala Pusat/Pimpinan unit lainnya
yang setara dibantu oleh GKM bertanggung jawab untuk
keberhasilan penerapan di tingkat Departemen/Pusat/Unit
lainnya.
Pemastian proses penerapan dilakukan melalui asesmen
oleh tim AMI (Asesor Mutu Internal) yang terdiri atas sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang yaitu satu (1) orang ketua dan dua (2)
orang anggota. Pembentukan tim AMI ditetapkan melalui Surat
Keputusan Rektor.
Asesmen dilakukan melalui desk evaluation dan visitasi
ke unit kerja. Penetapan jadwal asesmen, personel pelaksana,
mekanisme pelaksanaan asesmen dan pelaporan diatur dalam
prosedur teknis yang ditetapkan oleh Rektor atas usulan Kepala
KMM.
Pembahasan dengan KPMI
Berdasarkan laporan hasil asesmen oleh tim AMI, Kepala
Bidang Penjaminan Mutu melakukan tinjauan dan evaluasi yang
meliputi kelengkapan laporan, kedalaman asesmen dan
kecukupan mengacu prosedur asesmen yang berlaku. Selanjutnya
Kepala Bidang Penjaminan Mutu membuat kompilasi dan
resume hasil asesmen.
50
Hasil tinjauan dan resume laporan, selanjutnya dibahas
bersama KPMI untuk menetapkan tindaklanjut terhadap hasil
asesmen. Jadwal pembahasan, agenda pembahasan dan output
yang diharapkan ditetapkan oleh Kepala KMM.
Rekomendasi dan Pelaporan
Berdasarkan hasil pembahasan bersama KPMI, dibuat
rekomendasi hasil asesmen. Kepala Bidang Penjaminan Mutu
bertanggung jawab untuk penyusunan laporan hasil asesmen
yang berisikan antara lain :
1. Kinerja unit dalam penerapan sistem penjaminan mutu.
2. Sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang
direncanakan.
3. Rekomendasi penyempumaan.
Laporan hasil asesmen disampaikan kepada Rektor IPB,
untuk selanjutnya disampaikan ke setiap unit kerja di lingkungan
IPB.
b. Sistem Akreditasi dan Sertifikasi
Pendataan Status dan Sosialisasi Sistem Akreditasi dan
Sertifikasi
Pendataan status akreditasi dan sertifikasi dimaksudkan
untuk mengetahui status akreditasi dan sertifikasi unit-unit yang
berada di lingkungan IPB. Pendataan status dilakukan melalui
borang-borang/format standar yang sama untuk seluruh unit.
Kepala Bidang Akreditasi dan Sertifikasi bertanggung jawab
untuk menyusun dan menetapkan borang-borang/format-format
status akreditasi dan sertifikasi unit-unit dan mensosialisasikan
tatacara pengisian borang-borang/format sampai dipastikan
setiap unit memahami dan dapat melakukan pengisian dengan
benar.
Pendataan status dilakukan sekurang-kurangnya
dilakukan satu tahun satu kali dengan mengelompokkan status
masing-masing unit dalam 3 (tiga) kategori:
51
1. Belum mendapatkan akreditasi.
2. Sudah mendapat akreditasi (A dan Non A).
3. Akreditasi yang diperoleh sudah kadaluarsa.
Berdasarkan hasil pendataan status akreditasi/sertifikasi
Kepala KMM menetapkan unit-unit yang dianggap perlu untuk
ditindaklanjuti dalam bentuk sosialisasi sistem
akreditasi/sertifikasi yang mencakup pengisian borang-
borang/format standar dan penyusunan dokumen. Borang-
borang/format standar mengacu pada standar BAN-PT atau
standar lain yang digunakan.
Kepala Bidang Akreditasi dan Sertifikasi menetapkan
jadwal sosialisasi dan peserta yang akan diundang. Surat
undangan sosialisasi akan ditandatangani oleh Kepala KMM.
Pemantauan
Pemantauan status akreditasi dan sertifikasi dilakukan
sekurang-kurangnya satu tahun satu kali berdasarkan Iaporan
yang disampaikan oleh unit-unit. Pemantauan dilakukan secara
desk audit berdasarkan Iaporan hasil pendataan status akreditasi
dan sertifikasi unit.
Asesmen
Asesmen dimaksudkan untuk menilai pencapaian kinerja
unit berdasarkan hasil pemantauan (desk audit). Asesmen
dilakukan oleh tim AMI (Asesor Mutu Internal) yang terdiri atas
sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang, yaitu satu (1) orang ketua
dan dua (2) orang anggota. Nama-nama asesor pelaksana
ditetapkan melalui Surat Keputusan Rektor. Pelaksanaan
asesmen melalui surat tugas yang ditandatangani oleh Kepala
KMM.
Asesmen dilakukan melalui desk audit dan visitasi ke
lapangan. Penetapan jadwal asesmen, personil pelaksana dan
mekanisme pelaksanaan asesmen dan pelaporan diatur dalam
prosedur teknis yang ditetapkan oleh Kepala KMM.
52
Penyampaian ke Departemen/Unit
Berdasarkan laporan hasil asesmen dari tim AMI, Kepala
Bidang Akreditasi dan Sertifikasi melakukan tinjauan dan
evaluasi yang meliputi kelengkapan laporan, kedalaman asesmen
dan kecukupan mengacu prosedur asesmen yang berlaku.
Selanjutnya Kepala Bidang Akreditasi dan Sertifikasi membuat
kompilasi dan resume hasil asesmen.
Penyampaian ke Departemen/unit oleh Kepala KMM
dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sejak laporan diterima
dari tim AMI dan berisikan :
1. Kriteria/rujukan yang digunakan.
2. Hasil asesmen.
3. Rekomendasi penyempumaan.
Pelaporan
Pelaporan hasil kegiatan dibuat secara reguler dan
disampaikan kepada Rektor IPB. Laporan yang disampaikan
sekurang-kurangnya berisikan :
1. Status akreditasi dan/atau Sertifikasi unit.
2. Garis besar hasil asesmen.
3. Rekomendasi/saran penyempumaan.
5. Pengukuran, Analisis dan Peningkatan
Proses pengukuran, analisis, dan perbaikan merupakan satu
proses penting yang bertujuan untuk mengetahui kondisi aktual
organisasi. Disisi lain, proses pengukuran juga dilakukan untuk
mengetahui tingkat ketercapaian kebutuhan dan kepuasan
pelanggan.
a. Evaluasi Kegiatan
Evaluasi kegiatan KMM dilakukan untuk memastikan
kesesuaian waktu dan hasil yang dicapai mengacu rencana yang
telah ditetapkan. Evaluasi meliputi :
1. Kesesuaian tahapan kegiatan dengan rencana yang
ditetapkan
53
2. Kesesuaian waktu pelaksanaan kegiatan dari jadwal yang
ditentukan
3. Masukan-masukan dari unit-unit
b. Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Kepala Kantor memastikan dalam satu tahun satu kali
dilakukan pemantauan atas kepuasan pelanggan, karena hal
tersebut merupakan ukuran keberhasilan kinerja KMM-
Pelaksanaan pengukuran dilakukan paling lambat bulan Januari
untuk proses kegiatan tahun sebelumnya. Mekanisme
pengukuran, borang-borang dan atat evaluasi yang digunakan
ditetapkan dalam prosedur teknis.
c. Audit Sistem Manajemen Mutu
Audit internal harus dilakukan secara reguler untuk
memantau dan mengukur kinerja SMM. Tim audit internal telah
ditetapkan oleh Kepala KMM. Sasaran audit internal antara lain:
1. Mengevaluasi perencanaan kegiatan.
2. Mengevaluasi pemenuhan SMM.
3. Mengevaluasi pemenuhan persyaratan yang ditetapkan
sebagaimana tertuang dalam peraturan yang berlaku.
Perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan hasil audit internal
merupakan tanggung jawab tim audit internal.
d. Perbaikan dan Penyempurnaan
Setiap penyimpangan dalam proses pelayanan, output
yang dihasilkan dilakukan perbafkan dan pencegahan sesuai
besar kecilnya dampak yang ditimbulkan, serta kesesuaian
dengan mutu jasa yang dihasilkan.
Tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam
melakukan perbaikan, meliputi :
1. Menetapkan penyebab penyimpangan.
2. Mengevaluasi perbaikan yang dibutuhkan guna
memastikan tidak terulangnya hal yang sama dikemudian
hari.
54
3. Melakukan perekaman atas hasil perbaikan yang telah
dilakukan.
4. Menetapkan dan menerapkan perbaikan yang diperlukan.
5. Melakukan peninjauan efektifrtas perbaikan yang telah
dilakukan.
Tahapan yang harus dilakukan dalam melakukan
pencegahan untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan,
yaitu :
1. Menetapkan indikator-indikator yang merupakan
informasi awal akan terjadinya penyimpangan.
2. Menyelidiki penyebab-penyebab yang dapat menimbulkan
penyimpangan.
3. Mengevaluasi tindakan pencegahan yang harus dilakukan
guna memastikan penyimpangan tidak akan terjadi.
4. Menetapkan dan menerapkan tindakan pencegahan.
5. Melakukan perekaman atas hasil tindakan pencegahan yang
dilakukan.
6. Meninjau efektifitas tindakan pencegahan yang dilakukan.
Kepala KMM bertanggungjawab untuk memastikan
semua data hasil pemantauan, serta pengukuran dan SMM
dilakukan analisa tepat dan akurat. Data hasil analisa dijadikan
masukan dalam rangka upaya perbaikan dan penyempurnaan
kinerja operasional. Kepala KMM secara periodik melakukan
evaluasi atas efektifitas penerapan SMM secara komprehensif
bersama-sama dengan Kepaia Bidang dan staf terkait.
Peninjauan yang dilakukan meliputi pemastian
penerapan SMM, kecukupan sumber daya, efektifitas serta
menilai kemungkinan adanya peluang-peluang untuk
menyempurnakan atau perubahan SMM.
Masukan-masukan dalam tinjauan manajemen tersebut
dievaluasi yang meliputi informasi-informasi antara lain :
1. Hasil-hasil audit internal.
55
2. Saran-saran pelanggan.
3. Kinerja proses.
4. Status perbaikan dan pencegahan.
5. Hasil-hasil tindak lanjut evaluasi sebelumnya.
6. Perubahan-perubahan yang potensial yang mempengaruhi
kualitas jasa.
7. Usulan-usulan perbaikan atau penyempurnaan.
Output hasil evaluasi merupakan keputusan yang
mempunyai dampak positif terhadap kinerja organisasi, antara
lain :
1. Penyempurnaan dan efektifitas penerapan sistem manajemen
mutu.
2. Penyempurnaan atas sarana dan prasarana operasional.
3. Kebutuhan sumber daya.
4.3.2 Aktor
Aktor atau pelaku adalah pihak-pihak yang berkaitan dan
bertanggung jawab dalam pelaksanaan SMM ISO 9001:2008 di KMM
IPB. Dalam KMM IPB tidak ada tim khusus dalam ISO 9001:2008,
semua SDM yang ada memainkan perannya dalam penerapan ISO
9001:2008.
Terdapat tiga (3) pihak yang berkaitan dan bertanggungjawab
dalam pelaksanaan SMM ISO 9001:2008 pada KMM IPB, yaitu :
1. Top Management
Top management atau manajemen puncak dalam KMM IPB
adalah Kepala Kantor Manajemen Mutu. Pihak ini berperan dalam
memimpin, mengkoordinir dan mengelola kegiatan manajemen
mutu, meliputi kebijakan mutu, sasaran mutu dan sistem
penjaminan mutu, baik pada bidang akademik (pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat) maupun non
akademik (Administrasi dan Manajemen). Seluruh kebijakan dan
kegiatan yang dilakukan KMM IPB harus mendapat persetujuan
dari top management.
56
2. Middle management
Middle management dalam pada KMM IPB terdiri dari
Kabid Penjaminan Mutu, Kabid Akreditasi dan Sertifikasi (A/S),
serta Koordinator Tata Usaha. Pihak ini bertugas Memimpin,
mengkoordinir mengelola kegiatan pelaksanaan pengembangan dan
pelaksanaan penjaminan mutu bidang akademik (pendidikan,
penelitian dan pengabdian pada masyarakat) dan non akademik agar
mutunya dapat terus pertahankan dan ditingkatkan, serta penyiapan
proses akreditasi dan sertifikasi unit kerja oleh instansi eksternal.
Selain itu, middle management juga bertugas merumuskan dan
menyusun kebijakan teknis di bidang administrasi yang meliputi
ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, perlengkapan, dokumentasi
dan kearsipan, serta perencanaan dan evaluasi program kerja.
3. Low management
Low management pada KMM IPB terdiri dari pihak yang
garis komandonya berada dibawah Koordinator Tata Usaha, yaitu
Pemegang Uang Sediaan (PUS), Sekretaris, Staf Evaluasi, Staf
Penjaminan Mutu, Seksi A/S dan Website, Seksi Umum. Pihak ini
bertindak sesuai dengan prosedur dari kebijakan mutu yang telah
ditetapkan.
4.3.3 Tujuan
Penerapan ISO 9001:2008 pada KMM memiliki dua (2) tujuan
utama, yaitu :
1. Peningkatan mutu pelayanan
Sebagai organisasi pelaksana penjaminan mutu IPB, KMM
mengarahkan dan mengendalikan proses pendidikan di IPB dalam
penetapan kebijakan, sasaran, rencana dan proses/prosedur mutu,
serta pencapaiannya secara berkelanjutan. Penerapan ISO
diharapkan mampu meningkatkan mutu KMM dalam pelayanan
terhadap unit-unit di IPB. Hal ini yang secara tidak langsung
diharapkan mampu meningkatkan mutu IPB secara umum.
57
2. Referensi
KMM IPB sebagai unit yang mengembangkan SMM
penyelenggaraan perguruan tinggi di tingkat IPB, melalui sertifikasi
ISO 9001:2008 ini mampu membuat semua unit-unit yang berada
di lingkungan IPB secara bertahap dapat menerapkan SMM ISO
9001:2008.
4.3.4 Alternatif Tindakan
Dalam membuat penerapan SMM ISO 9001:2008 berjalan
efektif, maka KMM melakukan beberapa hal, yaitu :
1. Rapat Tinjauan Manajemen (RTM)
Proses ini juga merupakan salah satu kegiatan yang wajib
dilakukan suatu organisasi/perusahaan yang sudah atau sedang
mengadopsi SMM ISO. RTM pada KMM dilakukan setiap tiga (3)
bulan sekali. Tujuan dari pelaksanaan RTM adalah untuk meninjau
hasil implementasi SMM dengan mengidntifikasi masalah yang
terjadi kemudian menindaklanjuti masalah tersebut. Sebagai contoh,
saat diidentifikasi membutuhkan tambahan staf, melalui RTM ini,
KMM dapat menentukan sumber daya yang dibutuhkan sehingga
dapat meningkatkan kinerjanya.
2. Pendidikan dan Pelatihan (Diklat)
Penyelenggaraan Diklat ISO 9001:2008 bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai ISO 9001:2008 dengan
membentuk pola pikir karyawan dan selalu berorientasi pada proses
perbaikan dan peningkatan mutu karyawan, serta untuk memberikan
pemahaman yang merata dan cukup bagi karyawan untuk penerapan
SMM ISO 9001:2008. Selama ini kegiatan diklat terhadap SMM
belum dilakukan secara intensif, masih terbatas pada karyawan baru
yang masuk ke organisasi dan selama pemeliharaan SMM, kegiatan
pedidikan dan pelatihan baru dilakukan sebanyak dua (2) kali.
Adanya diklat yang lebih intensif diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan karyawan mengenai ISO 9001:2008, sehingga
terbentuk perilaku yang berdasarkan ISO.
58
4.4. Penyusunan Struktur Hirarki
Model struktur hirarki yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari
lima (5) tingkat, yang rinciannya dapat dilihat pada Gambar 6. Tingkat
pertama adalah fokus atau goals, yaitu strategi penerapan SMM ISO 9001:
2008 pada KMM IPB. Pemilihan fokus ini bertujuan untuk mengetahui
prioritas alternatif yang dilakukan untuk membuat efektif penerapan ISO
9001:2008 pada KMM. Selain itu, pemilihan fokus ini sebagai bentuk
pemenuhan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional, serta sertifikat ISO
9001:2008 merupakan sertifikat yang harus dipertahankan melalui
surveillance audit.
Pada tingkat dua adalah faktor atau unsur yang terdiri dari lima (5)
faktor, yaitu SMM, tanggungjawab manajemen, manajemen sumber daya,
realisasi produk, serta analisis, pengukuran dan peningkatan. Kelima faktor
tersebut merupakan unsur-unsur yang terdapat SMM ISO 9001:2008.
Tingkat ketiga adalah aktor yang terdiri dari top management, middle
management dan low management. Pemilihan ketiga aktor tersebut
merupakan tingkatan organisasi dalam KMM IPB.
Pada tingkatan keempat, yaitu tujuan yang ingin dicapai melalui
penerapan SMM ISO 9001:2008 pada KMM IPB adalah untuk meningkatkan
mutu KMM dalam pelayanan terhadap unit-unit di IPB, serta untuk
mendorong semua unit-unit yang berada di lingkungan IPB menerapkan
SMM ISO 9001:2008.
Tingkat kelima adalah alternatif tindakan yang dilakukan agar
penerapan SMM ISO 9001:2008 pada KMM IPB berjalan efektif dan efisien.
Tindakan tersebut adalah pendidikan dan pelatihan (diklat) dan melakukan
Rapat Tinjauan Manajemen (RTM).
59
Gambar 6. Susunan hirarki strategi penerapan ISO 9001:2008 pada KMM IPB
Strategi penerapan SMM ISO 9001:2008 pada KMM IPB
Fokus
Unsur
Aktor
Tujuan
Alternatif Tindakan
Pengukuran, Analisis dan Peningkatan
(0,106)
Realisasi Produk (0,341)
Manajemen Sumber Daya
(0,079)
Tanggungjawab Manajemen
(0,224)
SMM (0,250)
Top Management (0,5144)
Middle Management (0,3323)
Low Management (0,1533)
Rapat Tinjauan Manajemen (0,6131)
Pendidikan dan Pelatihan (0,3869)
Peningkatan Mutu Pelayanan (0,4253)
Referensi (0,5747)
60
4.5. Analisis Prioritas Faktor, Aktor, Tujuan dan Alternatif
Hasil pengolahan (Lampiran 5 dan 6) pada level dua (faktor/unsur)
menunjukkan bahwa unsur-unsur SMM ISO 9001:2008 yang ada pada KMM
IPB berturut-turut adalah SMM (0,2497), manajemen sumber daya (0,0791),
realisasi produk (0,3408), tanggungjawab manajemen (0,2245), serta
pengukuran, analisis dan peningkatan (0,1059) seperti yang terlihat pada
Tabel 5.
Dari kelima unsur tersebut dapat diketahui unsur utama yang perlu
diperhatikan dalam penerapan SMM ISO 9001:2008 dengan memilih nilai
bobot tertinggi sebagai prioritas utama. Dengan demikian realisasi produk,
SMM dan tanggungjawab manajemen menjadi unsur utama yang harus
mendapatkan perhatian lebih dibandingkan dengan unsur-unsur SMM ISO
9001:2008 lainnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa realisasi produk menjadi
unsur yang terpenting dalam penerapan SMM ISO 9001:2008. Hal ini
dikarenakan unsur ini merupakan bagaimana KMM mendefinisikan proses
realisasi produk yang efektif, sehingga produk yang dihasilkan mempu
memenuhi kepuasan setiap stakeholder.
Unsur terpenting berikutnya adalah SMM, unsur ini menjadi penting
karena menetapkan kerangka kerja untuk proses peningkatan mutu lebih
lanjut dengan membakukan proses guna memastikan konsistensi dan mampu
menelusuri serta meningkatkan hubungan antar fungsi yang mempengaruhi
mutu, sehingga produk yang dihasilkan dapat terjaga. Kemudian,
tanggungjawab manajemen menempati peringkat ketiga. Fungsi dari unsur ini
adalah menjamin SMM yang ada berlangsung dengan baik.
61
Tabel 5. Susunan prioritas faktor/unsur
Unsur Bobot Prioritas
Realisasi Produk 0,341 1
SMM 0,250 2
Tanggungjawab Manajemen 0,224 3
Pengukuran, Analisis dan Peningkatan 0,106 4
Manajemen Sumber Daya 0,079 5
Hasil pengolahan pada level tiga (aktor) menunjukkan bahwa aktor
yang berperan dalam penerapan ISO 9001:2008 secara berurutan adalah top
management (0,5144), middle management (0,3323) dan low management
(0,1533), seperti yang terlihat pada Tabel 6.
Aktor utama yang bertanggungjawab dalam penerapan SMM ISO
9001:2008 ini dapat dipilih berdasarkan nilai bobot yang terbesar hingga
yang rendah. Dengan demikian top management merupakan aktor terpenting
dalam penerapan SMM ISO 9001:2008.
Top management mempunyai peranan yang terpenting dalam
pelaksanaan SMM ISO 9001:2008 pada KMM IPB. Hal ini dikarenakan
semua keputusan yang akan dijalankan organisasi harus berada di bawah
persetujuan adalah top management, serta bertugas untuk mengelola kegiatan
manajemen mutu baik pada bidang akademik (pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat) maupun non akademik (administrasi dan
manajemen). Selanjutnya pihak middle management akan
menginterpretasikan kebijakan-kebijakan yang telah diputuskan oleh top
management. Setelah kebijakan diintepretasikan oleh middle management,
pihak low management akan melaksanakan kebijakan yang diputuskan sesuai
ketentuan yang telah disahkan.
62
Tabel 6. Susunan prioritas aktor
Aktor Bobot Prioritas
Top Management 0,5144 1
Middle Management 0,3323 2
Low Management 0,1533 3
Hasil pengolahan pada level empat (tujuan) menunjukkan bahwa
secara berurutan tujuan yang ingin dicapai melalui penerapan ISO 9001:2008
adalah peningkatan mutu pelayanan (0,4253) dan referensi (0,5747) seperti
yang terlihat pada Tabel 3.
Pemilihan tujuan utama dilakukan sama seperti yang lain, yaitu
memilih nilai bobot dari yang tertinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa referensi menjadi prioritas pertama, dikarenakan adanya harapan
semua unit yang berada dalam lingkungan IPB menerapkan SMM ISO
9001:2008, maka KMM IPB sebagai unit pendampingan dan pemantauan
proses sertifikasi dan akreditasi perlu menerapkan SMM ISO 9001:2008,
selain itu hal tersebut sesuai dengan kebijakan mutu KMM, yaitu berperan
aktif dalam mendorong penerapan SMM di unit-unit/departemen yang ada di
lingkungan IPB mengacu pada kriteria standar nasional dan standar
internasional.
Peningkatan mutu pelayanan menduduki prioritas kedua. KMM IPB
melalui penerapan SMM ISO 9001:2008, ingin menjamin mutu produk dan
memenuhi kepuasan pelanggan dengan meningkatkan mutu KMM dalam
pelayanan terhadap unit-unit di IPB. Hal ini diharapkan dapat dilaksanakan
karena pekerjaan KMM dapat distandarisasi, sehingga dapat dilakukan
perkembangan yang berkelanjutan.
Tabel 6. Susunan prioritas tujuan
Tujuan Bobot Prioritas
Referensi 0,5747 1
Peningkatan mutu pelayanan 0,4253 2
63
Hasil pengolahan pada level lima (alternatif tindakan) menunjukkan
bahwa secara berurutan alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk
membuat penerapan SMM ISO 9001:2008 berjalan efektif adalah Diklat
(0,3869) dan Rapat Tinjauan Manajemen (0,6131) seperti yang terlihat pada
Tabel 7.
Dari informasi tersebut, prioritas pertama yang harus dilakukan
adalah melakukan Rapat Tinjauan Manajemen secara berkala. Kegiatan ini
bersifat pengkajian atas penerapan SMM ISO 9001:2008 secara menyeluruh
dan bertujuan untuk megetahui status pelaksanaan dan implementasi sistem
manajemen di KMM IPB. Dengan dilakukan secara berkala, diharapkan
penerapan SMM ISO 9001:2008 dapat terus berjalan secara efektif melalui
pengidentifikasian permasalahan yang terjadi dan menindaklanjuti hasil
tinjauan manajemen tersebut.
Prioritas kedua dalam alternatif yang dilakukan oleh KMM IPB
adalah sosialisasi dan diklat. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan
pemahaman kepada karyawan mengenai SMM. Kurangnya sosialisasi
menyebabkan rendahnya pemahaman karyawan terhadap sistem mutu yang
berdampak pada kurangnya keinginan untuk mendukung penerapan sistem
mutu yang ada. Selain itu, kegiatan diklat dapat dilakukan secara berkala
untuk meningkatkan pola pikir karyawan, agar mampu bekerja dengan
mengedepankan mutu untuk mendukung penerapan SMM ISO 9001:2008.
Tabel 7. Susunan prioritas alternatif tindakan
Alternatif Bobot Prioritas
Rapat Tinjauan Manajemen 0,6131 1
Diklat 0,3869 2
4.6. Implikasi Manajerial
Dari hasil penelitian ini, terdapat dua (2) alternatif tindakan yang
dapat dilakukan oleh KMM IPB dalam memelihara penerapan SMM ISO
9001:2008, yaitu diklat dan RTM. RTM sebagai prioritas pertama dapat
dilakukan secara berkala untuk mengetahui status pelaksanaan dan
64
implementasi SMM di KMM IPB secara periodik, misalnya setiap dua (2)
bulan sekali.
Prioritas yang kedua adalah diklat dengan tujuan memperbaiki tingkat
pemahaman karyawan terhadap SMM yang dilakukan organisasi. Bentuk dari
tindakan tersebut adalah dilakukannya pelatihan ISO 9001:2008 minimal satu
(1) kali setahun kepada karyawan. Dengan diklat tersebut diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman mengenai SMM, sehingga dapat memicu
karyawan untuk berkerja dengan mindset ISO.
Kedua alternatif tersebut dapat memberikan manfaat pada organisasi,
diantaranya adalah proses realisasi produk dapat terjaga sehingga dapat
memuaskan pelanggan, dalam hal ini unit atau individu yang menerima
produk yang dihasilkan KMM IPB. Selain untuk menghadapi audit
surveillance, alternatif yang ada dapat dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman karyawannya sebagai wujud pembelajaran SMM.
Penerapan SMM ISO 9001:2008 pada KMM IPB merupakan bentuk
upaya peningkatan mutu berkelanjutan terutama dalam mutu pendidikan
tinggi, sehingga tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dengan
penerapan ISO 9001:2008 yang efektif pada KMM IPB, sebagai penjamin
mutu tingkat institut, maka kegiatan penyelenggaraan program dan kegiatan
institut baik dalam bidang akademik (pendidikan, penelitian dan pengabdian
pada masyarakat) maupun non akademik (administrasi dan manajemen) dapat
berjalan sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan. Dan untuk unit-
unit di lingkungan IPB terutama unit akademik (pendidikan, penelitian dan
pengembangan masyarakat) dapat tersertifikasi ISO 9001:2008 baru
kemudian unit non akademik.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1. Penerapan SMM ISO 9001:2008 pada KMM IPB telah berjalan sejak
tahun 2009, dimana seluruh klausul yang dipersyaratkan dalam standar
tersebut telah dipenuhi dan dilaksanakan oleh organisasi.
2. Unsur-unsur yang ada dalam penerapan SMM ISO 9001:2008 berdasarkan
(a) hirarki penyusunnya adalah SMM, tanggungjawab manajemen,
manajemen sumber daya, realisasi produk, serta perbaikan, analisis dan
peningkatan; (b) aktor yang paling memegang peranan dalam penerapan
SMM ISO 9001:2008 adalah top management dan middle management;
(c) tujuan dari penerapan SMM ISO 9001:2008 adalah peningkatan mutu
pelayanan dan referensi; (d) alternatif tindakan berupa RTM (prioritas 1)
dan diklat (prioritas 2)
2. Saran
1. KMM perlu melaksanakan RTM secara berkala dan melaksanakannya
dengan sungguh-sungguh agar dapat memantau status penerapan SMM
ISO 9001:2008 secara menyeluruh.
2. Melakukan diklat secara intensif untuk menambah pemahaman karyawan
mengenai SMM ISO 9001:2008. Dengan hal tersebut, maka kegiatan
penjaminan mutu dapat berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Evans, J. R. and Lindsay, W. M. 2008. The Management and Control of Quality (7th Edition). Thomson South-Western, Ohio.
Gaspersz, V. 2001. ISO 9001 : 2000 and continual quality improvement. Gramedia, Jakarta.
Heizer, J. and B. Render. 1993. Production and Operations Management: Strategies and Tactics. Prentice Hall, New Jersey.
Herjanto, E. 2007. Manajemen Operasi (Edisi ketiga). Grasindo, Jakarta.
Hermawan, A. 2006. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Grasindo, Jakarta.
Http://kmm.ipb.ac.id/ [2 Maret 2011].
Http://www.min-consulting.com [7 Februari 2011].
Kusumaningrum, H. 2009. Kajian Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000 (Studi Kasus Pada Perusahaan Otomotif PT. Mah Sing Indonesia. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Grasindo, Jakarta.
Purwoto, A. 2007. Panduan Lab Statistik Inferensial. Grasindo, Jakarta.
QIMS. 2010. ISO 9001: 2008 – Sistem Manajemen Mutu (COQ-01). http://qims-consulting.com/?p=70. [8 Februari 2011].
Saaty, T. L. 1991. Pengambilan Keputusan : Bagi Para Pemimpin (Terjemahan). PT. Pusaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Salusu, J. 1996. Pengambilan Keputusan Strategik. Gramedia, Jakarta.
Umar, H. 2000. Business an Introduction. Gramedia, Jakarta.
Wangtry. 2009. Standar Mutu. http://wangtry.wordpress.com/2009/02/11/standar-mutu/. [11 Februari 2011]
Wulandari, R. 2009. Kajian Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2000 Pada PT. Unitex Tbk, Bogor. Skripsi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
68
Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara kepada pihak KMM IPB
1. Apakah visi dari KMM IPB ? 2. Apakah Misi dari KMM IPB ? 3. Bagaimanakah struktur organisasi KMM IPB ? 4. Bagaimanakah pengelolaan mutu yang dilakukan terkait dengan klausul-
klausul dalam ISO 9001:2008 ? 5. Masalah apakah yang dihadapi KMM IPB selama menerapkan ISO
9001:2008 ? 6. Siapakah yang berperan dalam penerapan ISO 9001:2008 ? 7. Apakah tujuan dari penerapan ISO 9001:2008 pada KMM IPB ? 8. Apakah yang dapat dilakukan KMM IPB untuk mengatasi permasalahan
dalam penerapan ISO 9001:2008 ?
69
Lampiran 2. Angket penelitian
ANALISIS PENERAPAN ISO 9001:2008 PADA KANTOR MANAJEMEN MUTU INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Oleh :
Nama : Arief Maulana Jurusan/Fak : Manajemen/Fakulas Ekonomi dan Manajemen Universitas : Institut Pertanian Bogor
Saya mengharapkan kesediaan dari Bapak/Ibu, untuk mengisi kuesioner ini secara benar dan obyektif, karena hasil dari kuesioner ini akan digunakan untuk bahan penelitian dengan tujuan ilmiah.
Identitas Responden
Nama : Jabatan :
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
70
Lanjutan Lampiran 2. Angket
A. PETUNJUK I. UMUM
1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden dengan
menjawab setiap pertanyaan tertulis.
2. Jawaban dapat merupakan jawaban pribadi ataupun hasil diskusi atau
pemikiran dengan orang lain.
3. Pertanyaan yang ditujukan adalah membandingkan data dua (2) faktor
berdasarkan tingkat kepentingan/besarya peranan dengan memberikan
skala penilaian (lihat petunjuk II).
4. Dalam pengisian kuesioner ini, diharapkan responden melakukan dengan
sekaligus (tidak tertunda).
II. SKALA PENILAIAN Berilah nilai pada kolom yang tersedia pada tabel skala penilaian
dengan memilih nilai yang ditentukan, berdasarkan tingkat/besarnya
peranan dari faktor yang dibandingkan dengan ketentuan di bawah ini.
Misalnya, A dibandingkan dengan B, maka berilah nilai :
Faktor Lebih Penting Lebih Penting Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
A
√
B √ √ √ √
Skala Penilaian :
Nilai skala 2,4,6,8 diberikan apabila terdapat sedikit saja perbedaan dengan
patokan-patokan di atas.
9 Mutlak lebih penting 7 Sangat jelas lebih penting 5 Jelas lebih penting 3 Sedikit lebih penting 1 Sama penting
71
Lanjutan Lampiran 2.
CONTOH
Apabila jenis kebutuhan hidup seperti bernafas, makan, minum,
mendengarkan radio, menonton televisi dibandingkan dengan tingkat
kepentingannya dalam memenuhi kebutuhan manusia, maka jika :
Bernafas jelas lebih penting dari mendengarkan radio
Minum sedikit lebih penting dari makan
Mendengarkan radio sama penting dengan menonton televisi
Minum sedikit lebih penting dari makan
Bernafas mutlak lebih penting dari mendengarkan radio
Dapat diukur dengan memberikan nilai skala banding berikut :
Faktor Lebih Penting Lebih Penting Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Bernafas √ Mendengarkan Radio
Minum √ Makan
Mendengarkan Radio
√ Menonton Televisi
Makan √ Minum
Mendengarkan Radio
√ Bernafas
72
Lanjutan Lampiran 2. B. PERTANYAAN I. Dalam kaitannya dengan fokus hirarki yaitu strategi penerapan ISO 9001:
2008, faktor/unsur teridentifikasi adalah : Sistem Manajemen Mutu (SMM) :
SMM yang diterapkan oleh organisasi. Tanggungjawab Manajemen :
Tanggungjawab manajemen terhadap pelaksanaan ISO 9001: 2008 Manajemen Sumber Daya :
Pengelolaan sumber daya yang dimiliki organisasi Realisasi Produk :
Proses produksi produk Pengukuran, Analisis dan Peningkatan :
Pengukuran dan upaya peningkatan mutu manajemen oleh perusahaan
Untuk itu, bandingkanlah besarnya peranan/pengaruh/tingkat kepentingan kriteria masalah tersebut di atas :
Faktor Lebih Penting Lebih Penting Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
SMM Tanggungjawab Manajemen
SMM Manajemen Sumber Daya
SMM Realisasi Produk
SMM Pengukuran, Analisis dan Peningkatan
Tanggungjawab Manajemen Manajemen
Sumber Daya Tanggungjawab
Manajemen Realisasi Produk
Tanggungjawab Manajemen
Pengukuran, Analisis dan Peningkatan
Manajemen Sumber Daya Realisasi Produk
Manajemen Sumber Daya
Pengukuran, Analisis dan Peningkatan
Realisasi Produk
Pengukuran, Analisis dan Peningkatan
73
Lanjutan Lampiran 2.
II. Dalam kaitannya dengan unsur-unsur di atas, aktor-aktor yang berperan dalam penerapan ISO 9001:2008 adalah : Top Management :
Kepala KMM IPB Middle Management :
Kabid. Penjaminan Mutu, Kabid Akreditasi dan Sertifikasi dan Koordinator TU
Low Management : Pihak yang berada di bawah Koordinator TU
Untuk itu, bandingkanlah besarnya peranan/pengaruh/tingkat kepentingan aktor-aktor yang berperan/bertanggungjawab tersebut terhadap : 1. Masalah SMM
Faktor Lebih Penting Lebih Penting Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Top
Management Middle
Management Top
Management Low
Management Middle
Management Low
Management 2. Masalah Tanggungjawab Manajemen
Faktor Lebih Penting Lebih Penting Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Top
Management Middle
Management Top
Management Low
Management Middle
Management Low
Management 3. Masalah Manajemen Sumber Daya
Faktor Lebih Penting Lebih Penting Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Top
Management Middle
Management Top
Management Low
Management Middle
Management Low
Management
74
Lanjutan Lampiran 2. 4. Masalah Realisasi produk
Faktor Lebih Penting Lebih Penting Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Top
Management Middle
Management Top
Management Low
Management Middle
Management Low
Management 5. Masalah Pengukuran, Analisis dan Peningkatan
Faktor Lebih Penting Lebih Penting Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Top
Management Middle
Management Top
Management Low
Management Middle
Management Low
Management
75
Lanjutan Lampiran 2.
III. Dalam kaitannya dengan aktor-aktor yang berperan/bertanggung jawab dalam penerapan ISO 9001:2008, tujuan yang ingin diraih adalah : Peningkatan mutu pelayanan :
Untuk meningkatkan mutu IPB secara umum melalui peningkatan pelayanan terhadap unit-unit di IPB yang dilayani KMM.
Referensi : Sebagai rujukan bagi unit-unit di IPB yang ingin disertifikasi.
Untuk itu bandingkanlah besarnya peranan/pengaruh/tingkat kepentingan permasalahan yang dihadapi KMM IPB tersebut terhadap : 1. Top Management
Faktor Lebih Penting Lebih Penting Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Mutu
Pelayanan Referensi
2. Middle Management
Faktor Lebih Penting Lebih Penting Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Mutu
Pelayanan Referensi
3. Low Management
Faktor Lebih Penting Lebih Penting Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9 Mutu
Pelayanan Referensi
76
Lanjutan Lampiran 2.
IV. Dalam kaitannya dengan permasalahan yang dihadapi dalam penerapan ISO 9001: 2008, maka alternatif kegiatan/tindakan yang dapat diambil antara lain melalui : Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) :
Kegiatan yang dilakukuan untuk membentuk dan meningkatkan pola pikir karyawan sesuai dengan ISO
Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) : Kegiatan evaluasi yang dilakukan untuk menilai kinerja KMM.
Untuk itu, bandingkanlah besarnya peranan/pengaruh/tingkat kepentingan alternatif kegiatan/tindakan tersebut terhadap permasalahan : 1. Peningkatan mutu pelayanan
Faktor Lebih Penting Lebih Penting Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Diklat RTM
2. Referensi
Faktor Lebih Penting Lebih Penting Faktor 9 7 5 3 1 3 5 7 9
Diklat RTM
77
Lampiran 3. Struktur organisasi KMM IPB
Keterangan
TU : Tata Usaha
PUS : Pemegang Uang Sediaan
PM : Penjaminan Mutu
AS/Web : Akreditasi dan Sertifikasi
Kepala KMM : Dr. drh. Srihadi Agungpriyono, PAVet
Kabid Penjaminan Mutu : Dr. Ir. Feri Kusnandar, M.Sc
Kabid Akreditasi dan Sertifikasi (A/S) : Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc
Koordinator TU : Ade Supriatna
Pemegang Uang Sediaan (PUS) : Hasni Zakiah
Sekretaris : Siti Nur'aida
Staf Evaluasi : Budiyanto
Yatna Supriatna
Staf Penjaminan Mutu : Zudanang S. Ridho
Seksi A/S dan Website : Yusup
Seksi Umum : Kartini Septiani
78
Lampiran 4. Sasaran mutu
NO. SASARAN MUTU PERIODE PENGUKURAN
METODE PENGUKURAN
PROGRAM MENCAPAI SASARAN MUTU
. 1.
Terlaksananya sosialisasi Sistem Penjaminan Mutu kepada unit-unit di lingkungan IPB minimal 50% dari jumlah unit/departemen pada tahun 2009.
Satu semester satu kali
Menghitung persentase jumlah unit-unit yang mendapatkan sosialisasi penjaminan mutu IPB.
1. Melakukan sosialisasi kepada para Ketua Departemen.
2. Melakukan sosialisasi kepada para Kepala Pusat dan unit lain.
3. Melaksanakan sosialisasi untuk unit-unit yang berada di lingkungan rektorat.
2. Tersusunnya. standar/ pedoman/kriteria yang digunakan dalam proses asesmen bidang akademik di setiap departemen pada tahun 2009.
Akhir Tahun Menghitung persentase jumlah unit yang mempersiapkan dokumen asesmen
1. Menyusun draft pedoman penilaian. 2. Pembahasan bersama Tim Asesor Mutu
Internal (AMI) 3. Melakukan pembahasan bersama
Komite Penjaminan Mutu Institut (KPMI).
4. Menyusun final draft pedoman asesmen akademik.
5. Meminta pengesahan Rektor untuk menjadi pedoman asesmen bidang akademik.
3. Tersusunnya perangkat organisasi sistem penjaminan mutu di masing-masing unit
Satu semester satu kali
Menghitung persentase jumlah unit-unit yang telah memiliki perangkat organisasi sistem
1. Memonitor penyusunan struktur organisasi sistem penjaminan mutu di masing-masing unit melalui formulir isian.
79
Lanjutan Lampiran 4.
NO. SASARAN MUTU PERIODE PENGUKURAN
METODE PENGUKURAN
PROGRAM MENCAPAI SASARAN MUTU
minimal 50% pada tahun 2009.
penjaminan mutu IPB. 2. Menerima laporan hasil penyusunan perangkat organisasi sistem penjaminan mutu dari unit-unit
4. Terimplementasi sistem penjaminan mutu di unit-unit yang ada minimal 15% dari total unit di IPB dengan nilai rata- rata minimal 2 pada skala 0 sd 4. pada tahun 2009.
Akhir tahun Menghitung jumlah unit yang telah menerapkan sistem penjaminan mutu.
1. Mendorong tersusunnya dokumen evaluasi diri dan borang-borang yang diperlukan.
2. Membuat borang penilaian implementasi sistem penjaminan mutu di unit.
3. Memberikan pelatihan (training the trainer) kepada asesor yang ditunjuk.
4. Pelaksanaan asesmen oleh asesor. 5. Menerima hasil asesmen.
5. Diperolehnya sertifikat ISO 9001:2008 minimal 3 unit pada akhir tahun 2009.
Akhir tahun
Menghitung jumlah unit yang telah menerapkan sistem manajemen mutu
1. Melakukan sosialisasi pentingnya penerapan SMM ISO 9001 : 2008 ke unit-unit yang ada.
2. Mendorong unit untuk melakukan proses penerapan SMM ISO 9001:2008.
80
Lanjutan Lampiran 4.
NO. SASARAN MUTU PERIODE PENGUKURAN
METODE PENGUKURAN
PROGRAM MENCAPAI SASARAN MUTU
6. Terselenggaranya pemantauan kesiapan proses akreditasi, Minimal 90% prodi S1
yang belum mendapatkan Akreditasi A telah dipantau yang belum mendapatkan Akreditasi A telah dipantau kesiapan proses pengajuan akreditasi ke BAN PT.
Minimal 30% prodi SO telah dipantau kesiapan proses pengajuan akreditasi ke BAN PT.
Minimal 25% prodi S2 telah dipantau kesiapan proses pengajuan akreditasi ke BAN PT.
Minimal 25% prodi S3 telah dipantau kesiapan
Akhir Tahun Menghitung jumlah program studi yang telah dipantau kesiapan proses pengajuan akreditasi
1. Memberikan penjelasan dan pemahaman tentang dokumentasi yang diperlukan untuk keperluan akreditasi.
2. Melakukan pemantauan terhadap kesiapan proses akreditasi.
81
Lanjutan Lampiran 4.
NO. SASARAN MUTU PERIODE PENGUKURAN
METODE PENGUKURAN
PROGRAM MENCAPAI SASARAN MUTU
proses pengajuan akreditasi ke BAN PT.
7. Terselenggaranya pemantauan proses persiapan akreditasi internasional minimal 90% prodi S1.
Akhir tahun
Menghitung jumlah program studi yang siap mengajukan akreditasi internasional
1. Memberikan penjelasan dan pemahaman tentang dokumen dasar yang diperlukan untuk persiapan akreditasi internasional.
2. Melakukan pemantauan terhadap proses persiapan akreditasi internasional.
8. Pemutakhiran data untuk keperluan proses perangkingan perguruan tinggiversiTHE-QS paling lambat bulan Juli tahun berjalan.
Setiap tahun
Batas waktu pemutakhiran data
1. Mengumpulkan data dan unit untuk proses perangkingan.
2. Memasukkan data pada situs web THE-QS.
82
Lanjutan Lampiran 4.
NO. SASARAN MUTU PERIODE PENGUKURAN
METODE PENGUKURAN
PROGRAM MENCAPAI SASARAN MUTU
9. Meningkatnya kompetensi SDM KMM melalui pelatihan minimal 5 kali pada tahun 2009.
Akhir tahun
Menghitung jumlah pelatihan yang telah diselenggarakan.
1. Meiakukan analisis kebutuhan pelatihan/pengembangan pegawai.
2. Menentukan jenis-jenis pelatihan yang perlu diikuti/diselenggarakan.
3. Menetapkan peserta yang akan mengikuti pelatihan.
4. Melaksanakan pelatihan 5. Mendapatkan laporan hasil
keiikutsertaan pelatihan. 6. Meiakukan evaluasi peningkatan
kompetensi. 10 Terlaksananya Monitoring
dan Evaluasi (Monev) Program Hibah Kompetisi (PHK).
Setiap tahun Evaluasi Laporan PHK dan site visit.
1. POB tim monev PHK IPB 2. Rapat dan koordinasi tim 3. Pelaksanaan monev dan pelaporan
83
Lanjutan Lampiran 4.
NO. SASARAN MUTU PERIODE PENGUKURAN
METODE PENGUKURAN
PROGRAM MENCAPAI SASARAN MUTU
11.
Tersedianya Prosedur Operasional Baku (POB) di unit-unit rektorat
Satu tahun
Jumlah unit kerja yang memiliki POB
1. Pembahasan dan penyusunan POB oieh masing-masing unit
2. Kompilasi POB 3. Pengesahan POB oleh Rektor IPB
12.
Tersedianya laporan tahunan KMM
Setiap akhir tahun
Batas waktu pembuatan laporan
1. Raker KMM 2. Penyusunan laporan tahunan KMM
84
Lampiran 5. Bentuk matriks pendapat
1. Matriks pendapat gabungan untuk unsur/faktor
SMM : Sistem manajemen mutu
TJM : Tanggungjawab manajemen
MSD : Manajemen sumber daya
RP : Realisasi produk
PAP : Pengukuran, analisis dan peningkatan
SMM TJM MSD RP PAP SMM 1,00000 0,70307 4,28758 0,58480 2,75892 TJM 0,72480 1,00000 3,64088 0,52276 2,23682 MSD 0,16441 0,15981 1,00000 0,49324 0,84343 RP 1,70998 1,91293 3,00546 1,00000 2,07180 PAP 0,36246 0,34200 0,87700 0,58480 1,00000
2. Matriks pendapat gabungan untuk aktor
a. Terhadap sistem manajemen mutu Top Middle Low
Top 1,00 4,08 8,63 Middle 0,23 1,00 3,43 Low 0,15 0,19 1,00
b. Terhadap tanggungjawab manajemen Top Middle Low
Top 1,00 5,14 13,05 Middle 0,17 1,00 4,00 Low 0,12 0,13 1,00
c. Terhadap manajemen sumber daya Top Middle Low
Top 1,00 0,84 1,42 Middle 1,12 1,00 1,96 Low 0,58 0,52 1,00
85
Lanjutan Lampiran 5.
d. Terhadap realisasi produk Top Middle Low
Top 1,00 0,41 1,20 Middle 2,22 1,00 2,18 Low 0,69 0,57 1,00
e. Terhadap Pengukuran, analisis dan peningkatan Top Middle Low Top 1,00 1,71 1,58 Middle 0,58 1,00 1,28 Low 0,78 0,58 1,00
3. Matriks pendapat gabungan untuk tujuan
a. Terhadap top management Pelayanan Referensi Pelayanan 1,00 0,52 Referensi 1,91 1,00
b. Terhadap middle management
Pelayanan Referensi Pelayanan 1,00 0,78 Referensi 1,29 1,00
c. Terhadap low management
Pelayanan Referensi Pelayanan 1,00 2,08 Referensi 0,48 1,00
4. Matriks pendapat gabungan untuk tindakan alternatif
a. Terhadap peningkatan mutu pelayanan Diklat RTM Diklat 1,00 0,31 RTM 3,27 1,00
b. Terhadap referensi
Diklat RTM Diklat 1,00 1,00 RTM 1,00 1,00
86
Lampiran 6. Hasil pengolahan data
1. Penentuan Bobot Faktor
SMM : Sistem manajemen mutu
TJM : Tanggungjawab manajemen
MSD : Manajemen sumber daya
RP : Realisasi produk
PAP : Pengukuran, analisis dan peningkatan
2. Penentuan Bobot Aktor
TOP : Top management
MIDDLE : Middle management
LOW : Low management
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4
SMM
TJM
MSD
RP
PAP
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6
TOP
MIDDLE
LOW
Bobot
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6
87
Lanjutan Lampiran 6.
3. Penentuan Bobot Tujuan
4. Penentuan Bobot Tindakan Alternatif
RTM : Rapat tinjauan manajemen
DIKLAT : Pendidikan dan pelatihan
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Pelayanan
Referensi
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Diklat
RTM
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7