ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

106
i ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM USAHA MENGEFISIENSIKAN BEBAN PAJAK PADA BADAN USAHA KOPERASI (Studi Kasus pada Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Elen Setiyaning Berliyanti NIM: 107082003393 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432H/2011M

Transcript of ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

Page 1: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

i

ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM USAHA

MENGEFISIENSIKAN BEBAN PAJAK PADA BADAN USAHA

KOPERASI

(Studi Kasus pada Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Elen Setiyaning Berliyanti

NIM: 107082003393

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432H/2011M

Page 2: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

ii

ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM USAHA

MENGEFISIENSIKAN BEBAN PAJAK PADA BADAN USAHA

KOPERASI

(Studi Kasus pada Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Elen Setiyaning Berliyanti

NIM: 107082003393

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Afif Sulfa SE, M.Si, Ak.

NIP.19570617 198503 1 002

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432H/2011

Page 3: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Rabu, 27 April 2011 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas

mahasiswa:

1. Nama : Elen Setiyaning Berliyanti

2. NIM : 107082003393

3. Jurusan : Akuntansi Pajak

4. Judul Skripsi : Analisis Penerapan Perencanaan Pajak dalam Usaha

Mengefisiensikan Beban Pajak pada Badan Usaha

Koperasi (Studi Kasus pada Koperasi Pegawai B2TKS

KOSUPALUK)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk

melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 April 2011

1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS ( )

NIP.19570617 198503 1 002 Ketua

2. Afif Sulfa SE, M.Si, Ak. ( )

Sekretaris

3. Wilda Farah, SE, M.Si ( )

NIP. 19830326 200912 2 005 Penguji Ahli

Page 4: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

iv

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu, 1 Juni 2011 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Elen Setiyaning Berliyanti

2. NIM : 107082003393

3. Jurusan : Akuntansi

4. Judul Skripsi : Analisis Penerapan Perencanaan Pajak dalam Usaha

Mengefisiensikan Beban Pajak pada Badan Usaha

Koperasi (Studi Kasus pada Koperasi Pegawai B2TKS

KOSUPALUK)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama proses ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa

tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 1 Juni 2011

1. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( )

NIP.19690203 200112 1 003 Ketua

2. Rahmawati, SE., MM ( )

NIP.19770814 200604 2 003 Sekretaris

3. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS ( )

NIP. 19570617 198503 1 002 Pembimbing I

4. Afif Sulfa SE, Ak, M.Si ( )

Pembimbing II

5. Yessi Fitri SE., Ak, M.Si ( )

NIP.19760924 200604 2 002 Penguji Ahli

Page 5: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

v

LEMBAR PERNYATAAN

KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Elen Setiyaning Berliyanti

No. Induk Mahasiswa : 107082003393

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan

2. tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa ijin pemilik karya

4. mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas

karya ini

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap

untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Tangerang, 9 Mei 2011

Yang Menyatakan,

(Elen Setiyaning Berliyanti)

Page 6: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Elen Setiyaning Berliyanti

2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 27 November 1988

3. Alamat : Perumahan Dasana Indah Blok UC 5/8

Jl. Merpati VI Rt 004/025 Bonang

Kelapa Dua Tangerang 15821

4. Telepon : 08569827928 / 021-5469457

II. PENDIDIKAN

1. TK Islam Cut Nyak Dhin Bonang Tahun 1993-1995

2. SD Islamic Village Tangerang Tahun 1995-2001

3. SLTP Negeri 9 Tangerang Tahun 2001-2004

4. SMA Negeri 7 Tangerang Tahun 2004-2007

5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007-2011

III. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Totot Subiyanto

2. Ibu : Ipah Holipah

3. Alamat : Perumahan Dasana Indah Blok UC 5/8

Jl. Merpati VI Rt 004/025 Bonang

Kelapa Dua Tangerang 15821

4. Telepon : 021-5469457

Page 7: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

vii

ABSTRACT

This is a case study research at Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK

located in Puspiptek Tangerang. The title of the research is “The Analysis of Tax

Planning Application as an Effort to Process the Tax Burden Efficiently in

Cooperative Enterpries.”

The purpose of the research is to know how the tax planning application

done by the cooperative enterprises can make the tax burden processed efficiently.

This research used descriptive analysis method within the case study research

design. The type of the research is the quantitative descriptive. The data was

obtained by analyzing the financial report year 2008 and 2009 of the cooperative

enterprises, and by interviewing the competent parties in the income tax

calculation field. The data analysis was done by doing fiscal reconciliation and by

transferring undeductible expenses become deductible expenses, then also by

comparing the tax burden before and after processing tax planning.

From the analysis, it is proven that processing tax planning will make the

tax burden of the income tax efficient within about Rp 5.791.500 or 11,78% for

year 2008 and Rp. 3.548.790 or 4,5% for year 2009. It can be concluded that a

proper tax planning will save the income tax of the corporate tax payers. Based

on the above conclusion, the writer suggests that it is better for the corporate

enterprises to apply a tax planning properly to efficient the tax burden payable.

Keywords: Tax planning, income tax expense cooperative

Page 8: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

viii

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang dilakukan pada Koperasi

Pegawai B2TKS KOSUPALUK yang berada di kawasan Puspiptek Tangerang.

Judul penelitian ini adalah “Analisis Penerapan Perencanaan Pajak dalam

Usaha Mengefisiensikan Beban Pajak pada Badan Usaha Koperasi.” Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa penerapan

perencanaan pajak yang dilakukan koperasi terbukti dapat mengefisiensikan

beban pajak. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan

rancangan penelitian studi kasus. Jenis penelitiannya adalah deskriptif kuantitatif.

Data diperoleh dengan cara menganalisis laporan keuangan koperasi tahun 2008

dan 2009 dan wawancara kepada pihak-pihak yang berkompeten dari bagian yang

terkait dengan perhitungan PPh badan. Analisis data diperoleh dengan melakukan

rekonsiliasi fiskal dan mengalihkan biaya yang tidak dapat dikurangkan menjadi

biaya yang dapat dikurangkan, kemudian membandingkan beban pajak sebelum

dan sesudah melakukan perencanaan pajak.

Dari analisis yang dilakukan terbukti bahwa dengan adanya perencanaan

pajak akan terjadi efisiensi atas beban PPh koperasi sebesar Rp 5.791.500 atau

11,78% untuk tahun 2008 dan Rp. 3.548.790 atau 4,5% untuk tahun 2009. Dari

hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya perencanaan pajak

yang tepat, maka dapat menghemat pajak penghasilan yang terutang pada wajib

pajak badan. Berdasarkan kesimpulan diatas, penulis menyarankan sebaiknya

koperasi menerapkan perencanaan pajak yang tepat sehingga dapat

mengefisiensikan beban pajak terutang.

Kata kunci: Perencanaan pajak, beban PPh koperasi

Page 9: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-

Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Analisis Penerapan Perencanaan Pajak dalam Usaha

Mengefisiensikan Beban Pajak pada Badan Usaha Koperasi (Studi Kasus

pada Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK)”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan mencapai

gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Ayah dan Ibu (Totot Subiyanto dan Ipah Holipah), yang telah memberikan

semangat dan dukungan baik material maupun non material serta doa yang

tiada henti-hentinya kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dosen Pembimbing Skripsi I yang

telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan

dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Rahmawati, SE., MM, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si, selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang

telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan

dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Seluruh staf pengajar dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

7. Keluargaku, khususnya adikku Dewo Septiyan Laksana yang telah

menyemangati dan memberikan banyak inspirasi dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Page 10: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

x

8. Bapak Milirman, selaku Ketua Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK yang

telah membantu dan memberikan izin untuk melakukan penelitian di koperasi.

9. Bapak Agus Okasa Rahardja, SE, MM, selaku Bendahara Koperasi Pegawai

B2TKS KOSUPALUK yang telah membantu dan memberikan data-data yang

diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

10. Ibu Dra. Gita Puspita, MM, selaku Sekretaris Koperasi Pegawai B2TKS

KOSUPALUK yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

11. Bapak RM. Heru PS. Puspokusumo, selaku Manajer Adm. dan Umum serta

KA Unit Waserda yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

12. Ibu Aat Adminiyenti, yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

13. Segenap Pengurus dan Pengelola Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK.

14. Segenap Staf dan Karyawan B2TKS.

15. Sahabatku Bella Novitasari yang telah menyemangati dan memberikan banyak

inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

16. Sahabat-sahabatku di kampus tercinta yang selalu menemani dalam susah dan

senang, Suryani Taher, Silvy Ramalia, Dinar Khomsah, Dina Kartika, Alumni

Akuntansi C 2007, dan Alumni Akuntansi Pajak C 2007 mudah-mudahan kita

bisa kumpul bareng lagi dan tidak terputus silaturahminya.

17. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna

dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik

yang membangun dari berbagai pihak.

Tangerang, 9 Mei 2011

(Elen Setiyaning Berliyanti )

Page 11: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ......................... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJI SKRIPSI................................................. iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAAN KARYA ILMIAH .............. v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................... vi

ABSTRACT ................................................................................................. vii

ABSTRAK ................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................ ix

DAFTAR ISI ............................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1

B. Perumusan Masalah...................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 8

A. Dasar-Dasar Perpajakan.............................................................. 8

1. Pengertian Pajak .................................................................... 8

2. Fungsi Pajak .......................................................................... 9

3. Jenis Pajak ............................................................................. 10

4. Perlawanan Terhadap Pajak .................................................. 11

5. Sistem Pemungutan Pajak ..................................................... 12

B. Pajak Penghasilan ....................................................................... 13

1. Pengertian Pajak Penghasilan ............................................... 13

2. Subjek Pajak Penghasilan ..................................................... 14

3. Bukan Subjek Pajak Penghasilan .......................................... 16

Page 12: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

xii

4. Objek Pajak Penghasilan ....................................................... 16

5. Pajak Penghasilan Final ........................................................ 19

6. Bukan Objek Pajak ............................................................... 19

C. Penyesuaian Fiskal ...................................................................... 22

1. Deductible Expense ............................................................... 23

2. Non Deductible Expense ....................................................... 25

3. Beda Tetap ............................................................................. 28

4. Beda Waktu ........................................................................... 28

D. Perencanaan Pajak ...................................................................... 29

1. Pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning) ..................... 29

2. Tujuan dan Manfaat Tax Planning ....................................... 30

3. Strategi dalam Tax Planning ................................................ 31

4. Aspek-Aspek dalam Tax Planning ....................................... 34

5. Tahapan Tax Planning .......................................................... 35

E. Efisiensi ....................................................................................... 36

1. Efisiensi Secara Umum ......................................................... 36

2. Efisiensi Beban Pajak ........................................................... 37

F. Koperasi ...................................................................................... 37

1. Pengertian Koperasi ............................................................... 37

2. Fungsi dan Peran Koperasi .................................................... 38

3. Prinsip Koperasi .................................................................... 39

4. Bentuk dan Jenis Koperasi .................................................... 39

5. Sumber Modal Koperasi ....................................................... 42

6. Perangkat Organisasi Koperasi ............................................. 44

G. Penelitian Terdahulu.................................................................... 45

H. Skema Kerangka Pemikiran........................................................ 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 49

A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 49

B. Metode Penentuan Sampel ......................................................... 49

C. Metode Pengumpulan Data......................................................... 49

D. Metode Analisis Data.................................................................. 50

Page 13: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

xiii

E. Definisi Operasional Variabel .................................................... 51

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................. 53

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................. 53

1. Sejarah Singkat ...................................................................... 53

2. Visi, Misi dan Komitmen Utama ........................................... 54

3. Struktur Organisasi ................................................................ 55

4. Kebijakan Akuntansi Koperasi .............................................. 57

B. Hasil Analisis Data ...................................................................... 58

1. Perhitungan Pajak Penghasilan Sebelum Perencanaan

Pajak ...................................................................................... 58

2. Perhitungan Pajak Penghasilan Setelah Perencanaan

Pajak ...................................................................................... 63

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .............................................. 69

A. Kesimpulan .................................................................................. 69

B. Implikasi ...................................................................................... 69

C. Saran ............................................................................................ 69

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 71

LAMPIRAN .................................................................................................. 74

Page 14: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

xiv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Perbedaan Koperasi dengan Badan Usaha Lainnya ..................... 4

2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan

Penelitian Selanjutnya .................................................................. 46

4.1 Masa Manfaat Aktiva Tetap ......................................................... 57

4.2 Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2008.................................................... 60

4.3 Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2009.................................................... 62

4.4 Koreksi Fiskal yang Dapat Dihindari............................................ 64

4.5 Perbandingan Besarnya PPh Terutang........................................... 66

4.6 Perhitungan Pajak Tangguhan ...................................................... 67

Page 15: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

xv

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Strategi-Strategi dalam Meminimalkan Jumlah

Pajak yang Harus Dibayar .................... ...................... 34

2.2 Penerapan Perencanaan Pajak dalam Mengefisiensikan

Beban Pajak Koperasi .......................................................... 48

4.1 Struktur Organisasi KOSUPALUK ..................................... 56

Page 16: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 ................................... 74

2. Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 ................................... 84

3. Laporan Rugi Laba KOSUPALUK Tahun 2008 ................... 87

4. Laporan Rugi Laba KOSUPALUK Tahun 2009 ................... 88

5. Rincian Biaya Koperasi Tahun 2008 ..................................... 89

6. Rincian Biaya Koperasi Tahun 2009 ..................................... 90

Page 17: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk

mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung

dari masyarakat guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan

nasional dan ekonomi masyarakat. Sistem pemungutan pajak yang berlaku di

Indonesia adalah self assessment system, yang menuntut Wajib Pajak untuk

mematuhi kewajiban perpajakan (tax compliance) dengan secara proaktif

mengelola administrasi perpajakannya. Self assessment system memberikan

wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak

terutang mulai dari menghitung, melapor dan menyetor jumlah pajak terutang,

sedangkan sistem pembayaran (payment) yang berlaku dapat dilakukan sendiri

oleh Wajib Pajak maupun melalui pemotongan pihak ketiga (withholding

system).

Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang

akan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara baik rutin maupun

pembangunan. Sedangkan bagi suatu badan usaha, pajak merupakan beban

yang akan mengurangi laba bersih. Untuk itu diperlukan usaha semaksimal

mungkin untuk meminimalisasi beban pajak yang ditanggungnya.

Meminimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik

secara legal yaitu masih dalam bingkai undang-undang perpajakan maupun

dengan cara melanggar undang-undang perpajakan. Meminimalisasi beban

Page 18: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

2

pajak dengan tidak melanggar peraturan perundang-undangan perpajakan

dikenal dengan perencanaan pajak (tax planning). Perencanaan pajak dapat

diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk

meminimalkan besarnnya jumlah pajak terutang sesuai dengan undang-undang

perpajakan yang berlaku. Perencanaan pajak merupakan langkah awal dalam

manajemen pajak. Manajemen pajak itu sendiri merupakan sarana untuk

memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar, tetapi jumlah pajak yang

dibayarkan dapat ditekan seminimal mungkin untuk memperoleh laba dan

likuiditas yang diharapkan. Langkah selanjutnya adalah pelaksanaan

kewajiban perpajakan (tax implementation) dan pengendalian pajak (tax

control). Pada tahap perencanaan pajak ini dilakukan pengumpulan dan

penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya agar dapat diseleksi jenis

tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan

perencanaan pajak (tax planning) adalah untuk meminimumkan kewajiban

pajak. Pada dasarnya, perencanaan pajak harus memenuhi syarat-syarat,

diantaranya tidak melanggar ketentuan perpajakan, secara bisnis dapat

diterima dan bukti-bukti pendukungnya memadai.

Sesuai dengan prinsip ekonomi untuk mencari keuntungan semaksimal

mungkin dengan biaya seminimal mungkin, maka pelaksanaan perancanaan

pajak pada suatu badan usaha sangat diperlukan dalam mengurangi beban

pajak yang dapat mengurangi laba bersih yang akan diperoleh. Salah satu

bentuk badan usaha yang perlu menerapkan perencanaan pajak adalah

koperasi. Walaupun koperasi tidak semata-mata mencari keuntungan, namun

Page 19: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

3

sebagai badan usaha yang berbadan hukum, koperasi juga memerlukan

perencanaan pajak yang baik agar semua kegiatan yang dilakukan oleh

koperasi dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan yang dicita-

citakan oleh koperasi.

Koperasi adalah lembaga usaha yang berbadan hukum yang dalam

operasionalnya dijalankan dengan berdasarkan manajemen koperasi yang

terdiri dari rapat anggota, pengurus, dan badan pengawas. Koperasi memiliki

peran sebagai gerakan ekonomi dan badan usaha. Dengan dua peran tersebut,

koperasi diharapkan mampu menghadapi distorsi pasar serta menciptakan

keseimbangan sebagai akibat berlakunya prinsip bisnis yang semata-mata

bermotif ekonomi. Selain itu koperasi juga diharapkan dapat menjadi wadah

ekonomi yang mampu menciptakan efektifitas dan efisiensi yang tinggi,

karena selain bertumpu dengan kekuatan manusia (anggota) sebagai pemilik

sekaligus pelanggan bisnis, koperasi juga ditopang oleh kekuatan sumber-

sumber ekonomi lainnya, seperti pasar, mesin, modal, dan sebagainya. Dalam

menjalankan usahanya, status hukum koperasi sama dengan badan usaha

lainnya, yaitu tunduk pada peraturan-peraturan yang mengatur tentang

kewajiban sebagai badan usaha, seperti kewajiban memiliki status hukum

seperti akta pendirian dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Secara umum

perbedaan antara koperasi dengan badan usaha lainnya terletak pada

kepemilikan, permodalan, pengawasan, pengambilan keputusan, tujuan dan

balas jasa.

Page 20: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

4

Tabel.1.1

Perbedaan Koperasi dengan Badan Usaha Lainnya

Sumber: Materi Perkuliahan Ekonomi Koperasi.

Perbedaan yang ada antara koperasi dengan badan usaha lainnya

sesungguhnya menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat prinsip antara

koperasi dengan badan usaha lainnya. Dengan karakter perbedaan tersebut,

maka sesungguhnya menjadikan koperasi sebagai bentuk lembaga yang

INDIKATOR KOPERASI BUKAN KOPERASI

Kepemilikan Kepemilikan oleh

anggota dengan tidak

membedakan kepada

jumlah modal yang

disetor.

Kepemilikan perorangan

yang ditentukan oleh

setoran modal atau

penyertaan modal dalam

bentuk saham.

Permodalan Modal diperoleh dari

anggota dalam bentuk

simpanan pokok dan

simpanan wajib.

Modal disetor oleh

pemilik atau orang atau

kelompok yang

menyertakan saham.

Pengambilan

Keputusan

Keputusan tertinggi

diambil dalam rapat

anggota dengan tidak

membedakan antara satu

anggota dengan anggota

lainnya.

Keputusan tertinggi

diambil berdasarkan

kepemilikan modal atau

saham. Orang atau

kelompok yang memiliki

modal atau saham

terbesar, maka ia yang

memiliki suara lebih besar

dari orang atau kelompok

lainnya.

Pengawasan Pengawasan dalam

koperasi dilakukan oleh

anggota melalui rapat

anggota dan pelaksanaan

dilakukan oleh badan

pengawasan.

Pengawasan dilakukan

oleh pemilik saham

melalui komisaris yang

merupakan representasi

dari pemilik modal atau

saham.

Tujuan Ditujukan untuk tujuan

sosial sekaligus tujuan

ekonomi.

Lebih kepada keuntungan.

Balas Jasa Didasarkan oleh

partisipasi anggota dalam

bentuk sisa hasil usaha

(SHU).

Didasarkan oleh

kepemilikan modal atau

saham dalam bentuk

deviden.

Page 21: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

5

dijadikan bagi usaha perorangan yang umumnya berskala mikro dan kecil

akan lebih efektif guna mewujudkan demokrasi ekonomi.

Gloritho (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh penerapan

pajak untuk meminimalkan beban pajak pada PT. XYZ dan hasilnya dengan

melakukan perencanaan pajak, terjadi efisiensi pajak perusahaan sebesar

22,50%. Gusvita dan Cut Dien Dwianna Ade (2010) melakukan penelitian

mengenai perencanaan pajak atas skema penagihan jasa outsourcing dan

hasilnya adalah perencanaan pajak yang dapat dilakukan atas skema

penagihan jasa PT. Z adalah surat Keterangan Bebas PPh 23, perencanaan

dalam menghadapi pemeriksaan, dan perencanaan pajak secara keseluruhan.

Penulis memilih koperasi sebagai objek penelitian karena penelitian

mengenai perencanaan pajak yang pernah dilakukan sebelumnya lebih banyak

dilakukan pada badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Selain

itu, koperasi merupakan badan usaha yang tidak hanya bertujuan untuk

mencari keuntungan, tetapi juga memiliki tujuan untuk mewujudkan dan

mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan usaha bersama

berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Studi Kasus

dilakukan di Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK karena koperasi

tersebut memiliki penghasilan bruto dan penghasilan kena pajak yang cukup

besar sehingga penulis beranggapan perlunya penerapan perencanaan pajak

pada koperasi. Penelitian yang dilakukan sebelumnya hanya meneliti

penerapan pajak dalam satu tahun, sedangkan penelitian selanjutnya akan

dilakukan dalam dua tahun, yaitu untuk tahun pajak 2008 dan 2009.

Page 22: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

6

Berdasarkan uraian-uraian tersebut penelitian ini diberi judul “Analisis

Penerapan Perencanaan Pajak dalam Usaha Mengefisiensikan Beban

Pajak pada Badan Usaha Koperasi (Studi Kasus pada Koperasi Pegawai

B2TKS KOSUPALUK).”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah penerapan perencanaan

pajak yang dilakukan pada koperasi terbukti dapat mengefisiensikan beban

pajak?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah yang ada, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menganalisa penerapan perencanaan pajak yang

dilakukan pada koperasi sehingga dapat mengefisiensikan beban pajak.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Bagi Koperasi

Memberikan masukan dan pertimbangan pada koperasi tentang usaha

meminimalkan beban pajak dengan tidak melanggar undang-undang (tax

planning).

Page 23: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

7

2. Manfaat Bagi Penulis

Menambah dan mengembangkan wawasan peneliti, khususnya dalam hal

perencanaan pajak, dengan cara membandingkan teori yang diperoleh

dengan kenyataan atau kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan.

3. Manfaat Bagi Pembaca

Memberikan informasi mengenai penerapan perencanaan pajak dalam

usaha mengefisiensikan beban pajak pada badan usaha koperasi dan

diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan acuan untuk penelitian

selanjutnya, bagi siapa saja yang berminat untuk melakukan penelitian

dalam tema yang sama dengan peneliti ini.

Page 24: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar-Dasar Perpajakan

1. Pengertian Pajak

Beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli yang dikutip oleh

Erly Suandy (2008:9-10) antara lain:

a. NJ. Feldmann

“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang

kepada pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara

umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan

untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.”

b. MJH. Smeets

“Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui

norma-norma umum dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya

kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual,

dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.”

c. Soeparman Soemahamidjaja

“Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut

oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup

biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai

kesejahteraan umum.”

d. Rochmat Sumitro

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-

undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal

(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang

digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki

unsur-unsur berikut:

Page 25: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

9

a. yang berhak memungut pajak hanyalah negara dengan iuran berupa

uang atau barang;

b. pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta

aturan pelaksanaannya;

c. tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung

dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan

adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah; dan

d. digunakan untuk membiayai keperluan rumah tangga negara, yakni

pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

2. Fungsi Pajak

Menurut Waluyo (2008:6) pajak memiliki dua fungsi, yaitu fungsi

penerimaan dan mengatur.

a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi

pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh:

dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

b. Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan

kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenaknnya

pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, sehingga konsumsi

terhadap minuman keras tersebut dapat ditekan. Demikian pula

terhadap barang mewah.

Page 26: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

10

3. Jenis Pajak

Menurut Waluyo (2008:12) pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga

kelompok, yaitu menurut golongan, sifat, pemungut dan pengelolanya.

a. Pajak menurut golongan terdiri dari pajak langsung dan tidak

langsung.

1) Pajak Langsung

Pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak

dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain

atau pihak lain. Contoh: Pajak Penghasilan.

2) Pajak Tidak Langsung

Pajak yang dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain

atau pihak ketiga. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.

b. Pajak menurut sifat terdiri dari pajak subjektif dan objektif.

1) Pajak Subjektif

Pajak yang pengenaannya memperhatikan pada keadaan pribadi

Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan keadaan

subjeknya. Contohnya: Pajak Penghasilan.

2) Pajak Objektif

Pajak yang pengenaanya memperhatikan pada objeknya baik pada

berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang

mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa

memperhatikan keadaan subjek pajak maupun tempat tinggal.

Page 27: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

11

Contohnya: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah.

c. Pajak menurut pemungut dan pengelola terdiri dari pajak pusat dan

daerah.

1) Pajak Pusat

Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contohnya:

Pajak Penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan.

2) Pajak Daerah

Pajak yang dipungut oleh Pemerintah daerah baik Daerah Tingkat I

maupun Daerah Tingkat II dan digunakan untuk membiayai rumah

tangga daerah masing-masing. Contoh: Pajak Reklame, Pajak

Hiburan.

4. Perlawanan Terhadap Pajak

Menurut Waluyo (2008:13) perlawanan terhadap pajak dapat dibagi

menjadi perlawanan pasif dan perlawanan aktif.

a. Perlawanan Pasif

Perlawanan pasif berupa hambatan yang mempersulit pemungutan

pajak dan mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi.

b. Perlawanan Aktif

Perlawanan aktif secara nyata terlihat pada semua usaha dan perbuatan

yang secara langsung ditujukan kepada pemerintah (fiskus) dengan

tujuan untuk menghindari pajak.

Page 28: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

12

5. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Waluyo (2008:17) sistem pemungutan pajak dapat dibagi

menjadi Official Assessment System, Self Assessment System, dan

Withholding System.

a. Official Assessment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya

pajak yang terutang. Ciri-ciri Official Assessment System adalah:

1) wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada

fiskus;

2) Wajib Pajak bersifat pasif; dan

3) utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh

fiskus.

b. Self Assessment System

Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang,

kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,

memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak

yang harus dibayar.

c. Withholding System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi

kewenangan kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut

besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

Page 29: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

13

B. Pajak Penghasilan

1. Pengertian Pajak Penghasilan

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 (revisi 2009)

Penghasilan didefinisikan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan

Penyajian Laporan Keuangan sebagai peningkatan manfaat ekonomi

selama periode akuntansi dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset

atau penurunan liabilitas yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak

berasal dari kontribusi penanaman modal.

Suandy (2008:45) menyatakan pendapatnya tentang pajak penghasilan,

yaitu:

“Pajak Penghasilan (PPh) termasuk dalam kategori sebagai pajak

subjektif, artinya pajak yang dikenakan karena ada subjeknya yakni

telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam peraturan

perpajakan. Sehingga terdapat ketegasan bahwa apabila tidak ada

subjek pajaknya, maka jelas tidak dapat dikenakan PPh.”

Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pengertian pajak

penghasilan yaitu:

“Pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh baik yang berasal

dari dalam negeri maupun luar negeri yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang

bersangkutan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pajak penghasilan adalah

pajak subjektif yang dikenakan atas setiap tambahan kemampuan

ekonomis yang diperoleh Wajib Pajak dalam tahun pajak baik dari dalam

negeri maupun luar negeri yang dapat digunakan untuk konsumsi atau

menambah kekayaan.

Page 30: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

14

2. Subjek Pajak Penghasilan

Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang pajak

penghasilan, yang menjadi subjek pajak penghasilan adalah:

a. orang pribadi;

b. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang

berhak;

c. badan; dan

d. bentuk usaha tetap (BUT).

Subjek pajak penghasilan terdiri dari subjek pajak dalam negeri dan

subjek pajak dalam negeri.

a. Subjek pajak dalam negeri adalah:

1) subjek pajak pribadi yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal di

Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183

(seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua

belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak

berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal

di Indonesia.

2) subjek pajak badan yaitu badan yang didirikan atau bertempat

kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan

pemerintah yang memenuhi kriteria:

(a) pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

Page 31: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

15

(b) pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah;

(c) penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah

Pusat atau Pemerintah Daerah; dan

(d) pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional

negara; dan

3) warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan

yang berhak.

b. Subjek pajak luar negeri adalah:

1) orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada

di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari

dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di

Indonesia;

2) orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu

12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat

kedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh

panghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.

Page 32: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

16

3. Bukan Subjek Pajak Penghasilan

Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang pajak

penghasilan, yang tidak termasuk subjek pajak adalah sebagai berikut:

a. kantor perwakilan negara asing;

b. pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-

pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan

kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersamasama

mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia

tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar jabatan atau

pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan memberikan

perlakuan timbal balik;

c. organisasi-organisasi internasional dengan syarat:

1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut; dan

2) tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh

penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada

pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota;

d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional, dengan syarat

bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan,

atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

4. Objek Pajak Penghasilan

Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (1) yang

menjadi objek pajak penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan

ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari

Page 33: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

17

Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi

atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan

nama dan dalam bentuk apapun, termasuk :

a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium,

komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk

lainnya kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang Pajak

Penghasilan;

b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;

c. laba usaha;

d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,

persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau

penyertaan modal;

2) keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham,

sekutu atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan, dan

badan lainnya;

3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,

pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau reorganisasi

dengan nama dan dalam bentuk apapun;

4) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau

sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam

garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan, badan

Page 34: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

18

pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang

pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang

ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri

Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,

kepemilikan atau penguasaan antara pihak pihak yang

bersangkutan;

5) keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau

seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan,

atau permodalan dalam perusahaan pertambangan;

e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai

biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;

f. bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang;

g. dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari

perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil

usaha koperasi;

h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah

tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

l. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;

m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

Page 35: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

19

n. premi asuransi;

o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang

terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;

p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak;

q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;

r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang

mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan

s. surplus Bank Indonesia.

5. Pajak Penghasilan Final

Penghasilan yang dikenakan pajak bersifat final menurut Undang-

Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (2) adalah:

a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya;

b. penghasilan berupa hadiah undian;

c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya;

d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau

bangunan;

e. penghasilan tertentu lainnya.

6. Bukan Objek Pajak

Yang dikecualikan dari objek pajak menurut Undang-Undang No. 36

Tahun 2008 pasal 4 ayat (3) adalah:

Page 36: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

20

a. Bantuan sumbangan dan harta hibah:

1) bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan

amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan

oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang

berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi

pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh

lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah

dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang

ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Pemerintah; dan

2) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan,

badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang

menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur

dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang

tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau

penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

b. warisan;

c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan;

d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari

Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan

Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final;

Page 37: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

21

e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi

sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi

jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan

terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha

milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal

pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di

Indonesia dengan syarat:

1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

2) bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha

milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada

badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh

lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya

telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi

kerja maupun pegawai;

h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun

sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu

yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,

persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi termasuk pemegang unit

penyertaan kontrak investasi kolektif;

Page 38: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

22

j. dihapus;

k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan

menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia;

l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya

diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan;

m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba

yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan

pengembangan; dan

n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

C. Penyesuaian Fiskal

Penyesuain fiskal diperlukan karena terdapat perbedaan antara laporan

keuangan secara fiskal dengan laporan keuangan secara komersial.

Penyesuaian fiskal dikelompokkan menjadi dua, yaitu penyesuaian fiskal

positif dan penyesuaian fiskal negatif. Penyesuaian fiskal positif akan

mengakibatkan jumlah penghasilan menjadi lebih besar, sehingga menaikkan

jumlah pajak terutang. Sedangkan penyesuaian fiskal negatif mengakibatkan

jumlah penghasilan menjadi lebih kecil sehingga menurunkan jumlah pajak

terutang.

Page 39: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

23

1. Deductible Expense

Deductible Expense merupakan pengeluaran yang dapat dibebankan

sebagai biaya yaitu pengeluaran yang mempunyai hubungan langsung

dengan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan yang merupakan objek pajak yang pembebannya dapat

dilakukan selama tahun pengeluaran atau selama masa manfaat dari

pengeluaran tersebut. Biaya-biaya dapat dijadikan pengurang penghasilan

dalam koreksi fiskal diatur dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2008

pasal 6 ayat (1), yaitu:

a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan

kegiatan usaha, antara lain:

1) biaya pembelian bahan;

2) biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,

honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan

dalam bentuk uang;

3) bunga, sewa, dan royalti;

4) biaya perjalanan;

5) biaya pengolahan limbah;

6) premi asuransi;

7) biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan;

8) biaya administrasi; dan

9) pajak kecuali Pajak Penghasilan;

Page 40: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

24

b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan

amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain

yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;

c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan;

d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan

digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan;

e. kerugian selisih kurs mata uang asing;

f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di

Indonesia;

g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;

h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:

1) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;

2) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat

ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan

3) telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri

atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau

adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan

piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang

bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum

Page 41: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

25

atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya

telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;

4) syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk

penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;

yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan;

i. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang

ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

j. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang

dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan

Pemerintah;

k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur

dengan Peraturan Pemerintah;

l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan

Peraturan Pemerintah; dan

m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

2. Non Deductible Expense

Non Deductible Expense merupakan pengeluaran yang tidak dapat

dibebankan sebagai biaya, yaitu pengeluaran untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek pajak

atau pengeluaran yang dilakukan tidak dalam batas-batas yang wajar

Page 42: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

26

sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yang baik. Biaya-biaya yang tidak

dapat dijadikan pengurang penghasilan dalam koreksi fiskal diatur dalam

Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 9 ayat (1), yaitu:

a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti

dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi

kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi

pemegang saham, sekutu, atau anggota;

c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:

1) cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha

lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,

perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;

2) cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial

yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;

3) cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;

4) cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;

5) cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan

6) cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan

limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri;

yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan;

d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang

Page 43: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

27

pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut

dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;

e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan

makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau

imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan

yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang

saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai

imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;

g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b,

kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)

huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan

amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh

pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi

pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga

keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang

ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;

h. Pajak Penghasilan;

i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi

Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;

Page 44: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

28

j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau

perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;

k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi

pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-

undangan di bidang perpajakan.

3. Beda Tetap

Yang dimaksud dengan beda tetap (permanen) dalam penyesuaian

fiskal menurut Paryan (2009:12) adalah perbedaan pengakuan menurut

komersial dan fiskal, seperti:

a. menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan

menurut ketentuan PPh bukan penghasilan;

b. menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan

menurut ketentuan PPh telah dikenakan PPh yang bersifat final; dan

c. menurut akuntansi komersial merupakan beban (biaya), sedangkan

menurut ketentuan PPh tidak dapat dibebankan sebagai pengurang

penghasilan bruto.

4. Beda Waktu

Menurut Paryan (2009:12) beda waktu (temporer) merupakan

perbedaan metode yang digunakan antara akuntansi komersial dengan

ketentuan fiskal. Perbedaan waktu dalam penyesuaian fiskal ini dapat

menimbulkan pajak tangguhan. Aktiva pajak tangguhan dan kewajiban

pajak tangguhan yang disebabkan oleh perbedaan temporer akan

terpulihkan di masa datang karena jumlah yang akan diakui sebagai biaya

Page 45: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

29

atau pendapatan akan sama antara akuntansi dan pajak, hanya berbeda

alokasi waktunya saja. Sedangkan Aktiva pajak tangguhan yang timbul

dari kompensasi rugi akan terpulihkan bila perusahaan menggunakan

kompensasi rugi tersebut pada tahun di mana perusahaan memperoleh laba

fiskal. Bila kompensasi rugi tersebut tidak terpakai dan menjadi hangus,

maka Aktiva pajak tangguhan yang timbul harus disesuaikan. Beda waktu

tersebut seperti:

a. metode penyusutan;

b. metode penilaian persediaan;

c. penyisihan piutang tak tertagih;

d. rugi-laba selisih kurs.

D. Perencanaan Pajak

1. Pengertian Perencanaan Pajak (Tax Planning)

Perencanaan pajak (tax planning) merujuk kepada proses merekayasa

usaha dan transaksi Wajib Pajak supaya utang pajak berada dalam jumlah

yang minimal tetapi masih dalam bingkai peraturan perpajakan. Namun

demikian, perencanaan pajak juga dapat berkonotasi positif sebagai

perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar dan

tepat waktu sehingga dapat menghindari pemborosan sumber daya secara

optimal.

Page 46: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

30

Zain (2005:67) memberikan rumusan tentang perencanaan pajak,

yaitu:

“Perencanaan pajak adalah merupakan tindakan perstrukturan yang

terkait dengan konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya

kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi

pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat

mengefisiensikan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah,

melalui apa yang disebut dengan penghindaran pajak (Tax

Avoidance) dan bukan penyelundupan pajak (Tax Evasion) yang

merupakan tindak pidana fiskal yang tidak akan ditoleransi.”

Tjahjono dan Husein yang dikutip dari Umaimah (2005:45) juga

memberikan pendapat mengenai perencanaan pajak, yaitu:

“Perencanaan pajak (tax planning) adalah proses mengorganisasi

usaha Wajib Pajak atau kelompok Wajib Pajak sedemikian rupa

sehingga utang pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak-

pajak lainnya berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang

hal ini dimungkinkan oleh ketentuan perundang-undangan

perpajakan.”

Dari dua definisi yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa

perencanaan pajak adalah tindakan yang dilakukan oleh Wajib Pajak untuk

mengefisiensikan jumlah pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak-

pajak lainnya dengan cara penghindaran pajak (Tax Avoidance) yang tidak

melanggar ketentuan perundang-undangan perpajakan.

2. Tujuan dan Manfaat Tax Planning

Menurut Yenni Mangonting (1999:45) tujuan dan manfaat tax

planning adalah sebagai berikut:

a. Tujuan tax planning secara lebih khusus ditujukan untuk memenuhi

hal-hal sebagai berikut :

1) menghilangkan/menghapus pajak sama sekali;

Page 47: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

31

2) menghilangkan/menghapus pajak dalam tahun berjalan;

3) menunda pengakuan penghasilan;

4) mengubah penghasilan rutin berbentuk capital gain;

5) memperluas bisnis atau melakukan ekspansi usaha dengan

membentuk badan usaha baru;

6) menghindari pengenaan pajak ganda; dan

7) menghindari bentuk penghasilan yang bersifat rutin atau teratur

atau membentuk, memperbanyak atau mempercepat pengurangan

pajak.

b. Manfaat tax planning adalah:

1) penghematan kas keluar, karena pajak merupakan unsur biaya yang

dapat dikurangi; dan

2) mengatur aliran kas, karena dengan perencanaan pajak yang

matang dapat diestimasi kebutuhan kas untuk pajak dan

menentukan saat pembayaran sehingga perusahaan dapat

menyusun anggaran kas secara lebih akurat.

3. Strategi dalam Tax Planning

Strategi-strategi yang dapat dilakukan dalam tax planning menurut

Aviantara (2008) antara lain:

a. Tax saving

Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui

pemilihan alternatif pengenaan pajak dengan tarif yang lebih

rendah. Misalnya, perusahaan yang memiliki penghasilan kena

Page 48: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

32

pajak lebih dari Rp. 100 juta dapat melakukan perubahan

pemberian natura kepada karyawan menjadi tunjangan dalam

bentuk uang.

b. Tax avoidance

Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan

menghindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan

merupakan objek pajak. Misalnya, perusahaan yang masih

mengalami kerugian, perlu mengubah tunjangan karyawan

dalam bentuk uang menjadi pemberian natura karena natura

bukan merupakan objek pajak PPh Pasal 21.

c. Menunda pembayaran kewajiban pajak

Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan

yang berlaku dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN.

Penundaan ini dilakukan dengan menunda penerbitan faktur

pajak keluaran hingga batas waktu yang diperkenankan,

khususnya untuk penjualan kredit. Dalam hal ini, penjual dapat

menerbitkan faktur pajak pada akhir bulan berikutnya setelah

bulan penyerahan barang.

d. Menghindari pelanggaran atas peraturan perpajakan

Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, perusahaan

dapat menghindari timbulnya sanksi perpajakan misalnya berupa

sanksi administrasi: denda, bunga, atau kenaikan.

Page 49: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

33

e. Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan

Dengan mengoptimalkan jumlah kredit pajak yang diperkenankan

maka akan mengurangi beban pajak yang terutang, sehingga laba

yang dihasilkan akan lebih besar.

Sedangkan menurut Sophar Lumbantoruan yang dikutip oleh

Yenni Mangonting (1999:47), ada beberapa cara yang dilakukan atau

dipraktekkan Wajib Pajak untuk meminimalkan pajak yang harus

dibayar baik secara legal maupun maupun ilegal. Untuk strategi-

strategi dengan cara yang legal biasanya dilakukan dengan

memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur dalam undang-undang atau

dalam hal ini memanfaatkan celah-celah yang ada dalam undang-

undang (loopholes). Strategi-strategi tersebut akan dijelaskan dengan

gambar berikut ini.

Page 50: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

34

Gambar. 2.1

Strategi-Strategi dalam Meminimalkan Jumlah Pajak yang Harus

Dibayar

Sumber: Yeni Mangonting, Tax Planning: Sebuah Pengantar Sebagai

Alternatif Meminimalkan Pajak, Jurnal Akuntansi dan Keuangan,

Universitas Kristen Petra, Vol. 1, No. 1, Hal 43-53, 1999

4. Aspek-aspek dalam Tax Planning

Menurut Aviantara (2008) aspek-aspek dalam tax planning terdiri dari

aspek formal dan administratif serta aspek material.

Pengelakkan Pajak dalam

Strategi Penghematan Pajak

Yang Tidak Merugikan

Penerimaan Negara

Merugikan

Penerimaan Negara

Melalui

Transaksi

Melalui Proses

Produksi

Cara yang

Diperkenan

kan oleh

Undang-

Undang

Cara

yang

Tidak

Diperke-

nankan

oleh

Undang-

Undang

Kapitalisasi Transformasi

Pengelakan

(Avoidance)

Penyelun-

dupan

(evasion) Penge-

cualian

Melalui

Undang-

Undang

Perjanji-

an Pajak

Konvensi

Internasi-

onal

Pergeseran

Page 51: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

35

a. Aspek Formal dan Administratif

Aspek formal dan administratif yang harus dipenuhi suatu badan

usaha untuk dapat melakukan perencanaan pajak antara lain:

1) Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor

Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pengukuhan Pengusaha

Kena Pajak (NPPKP).

2) Menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.

3) Memotong dan/atau memungut pajak.

4) Membayar pajak.

5) Menyampaikan Surat Pemberitahuan.

b. Aspek Material

Aspek material ini berhubungan dengan perhitungan pajak. Basis

penghitungan pajak adalah objek pajak. Dalam rangka optimalisasi

alokasi sumber dana, manajemen akan merencanakan

pembayaran pajak yang tidak lebih dan tidak kurang. Untuk itu,

objek pajak harus dilaporkan secara benar dan lengkap.

5. Tahapan Tax Planning

Tahapan dalam Tax Planning menurut Aviantara (2008) antara lain

adalah sebagai berikut:

a. menganalisis informasi yang ada (analyzing the existing data base);

b. membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak

(designing one or more possible tax plans);

c. mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak (evaluating a tax plan);

Page 52: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

36

d. mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak

(debugging the tax plans);

e. memutakhirkan rencana pajak (updating the tax plan).

E. Efisiensi

1. Efisiensi Secara Umum

Menurut Cendiman (2009) efisiensi merupakan perbandingan terbaik

antara suatu kegiatan dengan hasilnya. Menurut definisi ini, efisiensi

terdiri atas 2 unsur yaitu kegiatan dan hasil dari kegiatan tersebut.

a. Unsur Kegiatan

Suatu kegiatan dianggap mewujudkan efisiensi jika suatu hasil tertentu

tercapai dengan kegiatan terkecil. Unsur kegiatan terdiri dari 5

subunsur, yaitu pikiran, tenaga, bahan, waktu, dan ruang.

b. Unsur Hasil

Suatu hasil dianggap mewujudkan efisiensi jika dengan suatu kegiatan

tertentu mencapai hasil yang terbesar. Unsur hasil terdiri dari 2

subunsur, yaitu jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas).

Menurut Danfar (2009) tingkat efisiensi dapat diketahui dengan cara

membandingkan antara output yang dihasilkan dengan input yang

digunakan. Jika hasilnya lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan

terjadi efisiensi. Namun sebaliknya, jika hasilnya kurang dari 1 (satu),

maka tidak terjadi efisiensi.

Page 53: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

37

2. Efisiensi Beban Pajak

Secara finansial, pajak dapat mengurangi laba yang diperoleh oleh

seseorang atau suatu badan usaha. Pajak yang harus ditanggung oleh

Wajib Pajak merupakan beban yang dapat mempengaruhi besarnya laba

bersih yang diperoleh. Jika beban adalah suatu penurunan atau

berkurangnya nilai modal akibat penggunaan aset, maka hal tersebut

seharusnya dapat ditekan seminimal mungkin. Penurunan nilai modal

karena penggunaan aset yang disebabkan oleh penggunaan yang tidak

perlu merupakan suatu pemborosan yang harus dihindari karena dapat

mempengaruhi laba yang akan diperoleh.

Efisiensi bertujuan untuk menghindari pemborosan-pemborosan

sumber daya yang dapat mempengaruhi laba usaha. Penghindaran

pemborosan tersebut merupakan upaya optimalisasi alokasi sumber daya

dengan melakukan aktivitas dengan benar disamping melakukan aktivitas

yang seharusnya dilakukan. Salah satu cara efisiensi beban pajak yang

dapat dilakukan adalah dengan melakukan perencanaan pajak.

F. Koperasi

1. Pengertian Koperasi

Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992

tentang perkoperasian, yaitu:

“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau

badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasar

prinsip koperasi, sehingga sebagai gerakan ekonomi rakyat yang

berdasar atas asas kekeluargaan.”

Page 54: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

38

Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 (Revisi 1998),

disebutkan bahwa:

“Karateristik utama koperasi yang membedakan dengan badan usaha

lain, yaitu anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas ganda

maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna

jasa koperasi. Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh

seluruh anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak suara yang

sama dalam setiap keputusan yang diambil koperasi. Pembagian

keuntungan koperasi atau SHU biasanya dihitung berdasarkan andil

anggota tersebut dalam koperasi, misalnya dengan melakukan

pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau penjualan yang

dilakukan oleh anggota.”

Berdasarkan dua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa koperasi

adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum

koperasi yang memiliki identitas ganda, yaitu sebagai pemilik sekaligus

pengguna jasa koperasi yang melaksanakan kegiatannya berdasar atas asas

kekeluargaan. Sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas

kekeluargaan, koperasi memiliki tujuan untuk kepentingan anggotanya

antara lain meningkatkan kesejahteraan, menyediakan kebutuhan,

membantu modal, dan mengembangkan usaha.

2. Fungsi dan Peran Koperasi

Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan

bahwa fungsi dan peran koperasi sebagai berikut:

a. membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;

b. berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas

kehidupan manusia dan masyarakat; dan

Page 55: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

39

c. memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan

ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko-

gurunya;

d. berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian

nasional, yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas

kekeluargaan dan demokrasi ekonomi; dan

e. mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi

para pelajar bangsa.

3. Prinsip Koperasi

Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Pasal 5 disebutkan

prinsip koperasi, yaitu:

a. keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;

b. pengelolaan dilakukan secara demokratis;

c. pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding

dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota (andil anggota

tersebut dalam koperasi);

d. pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;

e. kemandirian;

f. pendidikan perkoprasian; dan

g. kerjasama antar koperasi.

4. Bentuk dan Jenis Koperasi

Menurut Ichsan (2008) usaha koperasi disesuaikan dengan kondisi

organisasi dan kepentingan anggotanya. Berdasar kondisi dan kepentingan

Page 56: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

40

inilah muncul jenis-jenis koperasi yang terdiri dari koperasi berdasarkan

jenis usahanya dan keanggotaanya.

a. Koperasi Berdasarkan Jenis Usahanya

Secara umum, berdasar jenis usaha, koperasi terdiri atas Koperasi

Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Serba Usaha (KSU), Koperasi

Konsumsi, dan Koperasi Produksi.

1) Koperasi Simpan Pinjam (KSP)

KSP adalah koperasi yang memiliki usaha tunggal yaitu

menampung simpanan anggota dan melayani peminjaman.

Anggota yang menabung (menyimpan) akan mendapatkan imbalan

jasa dan bagi peminjam dikenakan jasa. Besarnya jasa bagi

penabung dan peminjam ditentukan melalui rapat anggota. Dari

sinilah, kegiatan usaha koperasi dapat dikatakan “dari, oleh, dan

untuk anggota.”

2) Koperasi Serba Usaha (KSU)

KSU adalah koperasi yang bidang usahanya bermacam-macam.

Misalnya, unit usaha simpan pinjam, unit pertokoan untuk

melayani kebutuhan sehari-hari anggota juga masyarakat, unit

produksi, unit wartel.

3) Koperasi Konsumsi

Koperasi konsumsi adalah koperasi yang bidang usahanya

menyediakan kebutuhan sehari-hari anggota. Kebutuhan yang

Page 57: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

41

dimaksud misalnya kebutuhan bahan makanan, pakaian, perabot

rumah tangga.

4) Koperasi Produksi

Koperasi produksi adalah koperasi yang bidang usahanya membuat

barang (memproduksi) dan menjual secara bersama-sama. Anggota

koperasi ini pada umumnya sudah memiliki usaha dan melalui

koperasi para anggota mendapatkan bantuan modal dan pemasaran.

b. Koperasi Berdasarkan Keanggotaannya

Koperasi berdasarkan keanggotaannya ini terdiri dari Koperasi

Unit Desa, Koperasi Pegawai Republik Indonesia, dan koperasi

sekolah.

1) Koperasi Unit Desa (KUD)

Koperasi Unit Desa adalah koperasi yang beranggotakan

masyarakat pedesaan. Koperasi ini melakukan kegiatan usaha

ekonomi pedesaan, terutama pertanian. Untuk itu, kegiatan yang

dilakukan KUD antara lain menyediakan pupuk, obat pemberantas

hama tanaman, benih, alat pertanian, dan memberi penyuluhan

teknis pertanian.

2) Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI)

Koperasi ini beranggotakan para pegawai negeri. Sebelum KPRI,

koperasi ini bernama Koperasi Pegawai Negeri (KPN). KPRI

bertujuan terutama meningkatkan kesejateraan para pegawai negeri

Page 58: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

42

(anggota). KPRI dapat didirikan di lingkup departemen atau

instansi.

3) Koperasi Sekolah

Koperasi Sekolah memiliki anggota dari warga sekolah, yaitu guru,

karyawan, dan siswa. Koperasi sekolah memiliki kegiatan usaha

menyediakan kebutuhan warga sekolah, seperti buku pelajaran, alat

tulis, makanan, dan lain-lain. Keberadaan koperasi sekolah bukan

semata-mata sebagai kegiatan ekonomi, melainkan sebagai media

pendidikan bagi siswa antara lain berorganisasi, kepemimpinan,

tanggung jawab, dan kejujuran.

5. Sumber Modal Koperasi

Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan

kegiatan usahanya koperasi memerlukan modal. Menurut Ichsan (2008)

modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan modal pinjaman.

a. Modal sendiri meliputi sumber modal sebagai berikut:

1) Simpanan Pokok

Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh

anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota.

Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama yang

bersangkutan masih menjadi anggota koperasi. Simpanan pokok

jumlahnya sama untuk setiap anggota.

Page 59: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

43

2) Simpanan Wajib

Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus

dibayarkan oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan

kesempatan tertentu, misalnya tiap bulan dengan jumlah simpanan

yang sama untuk setiap bulannya. Simpanan wajib tidak dapat

diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota

koperasi.

3) Simpanan khusus/lain-lain

Simpanan khusus/lain-lain ini dapat berupa simpanan sukarela

(simpanan yang dapat diambil kapan saja), Simpanan Qurban, dan

Deposito Berjangka.

4) Dana Cadangan

Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari

penyisihan Sisa Hasil usaha, yang dimaksudkan untuk pemupukan

modal sendiri, pembagian kepada anggota yang keluar dari

keanggotaan koperasi, dan untuk menutup kerugian koperasi bila

diperlukan.

5) Hibah

Hibah adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai

dengan uang yang diterima dari pihak lain yang bersifat

hibah/pemberian dan tidak mengikat.

b. Modal pinjaman koperasi berasal dari pihak-pihak sebagai berikut:

1) Anggota dan calon anggota

Page 60: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

44

2) Koperasi lainnya dan/atau anggotanya yang didasari dengan

perjanjian kerjasama antarkoperasi

3) Bank dan Lembaga keuangan bukan banklembaga keuangan

lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan perudang-

undangan yang berlaku

4) Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya yang dilakukan

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku

5) Sumber lain yang sah

6. Perangkat Organisasi Koperasi

Perangkat organisasi koperasi menurut Ichsan (2008) terdiri dari rapat

anggota, pengurus, dan pengawas.

a. Rapat Anggota

Rapat anggota adalah wadah aspirasi anggota dan pemegang

kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Sebagai pemegang kekuasaan

tertinggi, maka segala kebijakan yang berlaku dalam koperasi harus

melewati persetujuan rapat anggota terlebih dahulu, termasuk

pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian personalia pengurus dan

pengawas.

b. Pengurus

Pengurus adalah badan yang dibentuk oleh rapat anggota dan disertai

dan diserahi mandat untuk melaksanakan kepemimpinan koperasi, baik

dibidang organisasi maupun usaha. Anggota pengurus dipilih dari dan

Page 61: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

45

oleh anggota koperasi dalam rapat anggota. Dalam menjalankan

tugasnya, pengurus bertanggung jawab terhadap rapat anggota. Atas

persetujuan rapat anggota pengurus dapat mengangkat manajer untuk

mengelola koperasi. Namun pengurus tetap bertanggung jawab pada

rapat anggota.

c. Pengawas

Pengawas adalah suatu badan yang dibentuk untuk melaksanakan

pengawasan terhadap kinerja pengurus. Anggota pengawas dipilih oleh

anggota koperasi di rapat anggota. Dalam pelaksanaannya, pengawas

berhak mendapatkan setiap laporan pengurus, tetapi merahasiakannya

kepada pihak ketiga. Pengawas bertanggung jawab kepada rapat

anggota.

G. Penelitian Terdahulu

Penulis membandingkan penelitian yang dilakukan dengan penelitian-

penelitian terdahulu dalam hal judul penelitian, jenis penelitian, variabel

penelitian, dan hasil penelitiannya. Perbandingan penelitian-penelitian

terdahulu dengan penelitian yang dilakukan selanjutnya mengenai

perencanaan pajak akan dijelaskan dalam tabel berikut ini.

Page 62: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

46

Page 63: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

47

Page 64: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

48

H. Skema Kerangka Pemikiran

Berdasarkan judul skripsi di atas maka kerangka pemikiran yang dapat

dibuat adalah sebagai berikut

Gambar. 2.2

Penerapan Perencanaan Pajak dalam Mengefisiensikan Beban Pajak Koperasi

Efisiensi Beban

Pajak Penghasilan

Tax Saving

Penerapan

Perencanaan

Pajak

Ketaatan

Perpajakan

Tax

Avoidance

Page 65: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

49

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengambil objek Koperasi Pegawai B2TKS Kosupaluk

yang berada di kawasan Puspiptek Serpong Tangerang. Penelitian ini

ditujukan untuk mengetahui penerapan perencanaan pajak dalam usaha

mengefisiensikan beban pajak pada badan usaha koperasi khususnya pada

Koperasi B2TKS Kosupaluk

B. Metode Penentuan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Convenience Sampling atau pemilihan sampel yang berdasarkan

kemudahan. Menurut Abdul Hamid (2007:30) convenience sampling adalah

istilah umum yang mencakup variasi luasnya prosedur pemilihan responden.

Convenience Sampling berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi,

tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif.

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Menurut Uma Sekaran (2006:77) data sekunder adalah data yang diperoleh

melalui sumber yang ada yaitu, data yang telah ada dan tidak perlu

dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Dokumen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah laporan keuangan khususnya laporan laba rugi dan Surat

Pemberitahuan (SPT) periode tahun 2008 dan 2009. Selain itu, didapatkan

Page 66: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

50

pula data yang berhubungan dengan sejarah, struktur organisasi, dan aktivitas

utama Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih meyakinkan, selain menggunakan

data sekunder peneliti juga menggunakan data primer. Menurut Uma Sekaran

(2006:77) data primer adalah data yang dikumpulkan untuk penelitian dari

tempat aktual terjadinya peristiwa. Data primer yang digunakan dalam

penelitian ini diperoleh dengan wawancara. Teknik wawancara dilakukan

dengan melakukan tanya jawab langsung kepada pihak-pihak yang

berkompeten dari bagian yang terkait dengan perhitungan PPh badan.

D. Metode Analisis Data

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif analisis dengan rancangan penelitian studi kasus. Menurut

Santoso (2008) metode deskriptif analisis dengan rancangan penelitian studi

kasus yaitu suatu metode penelitian dengan cara mengumpulkan data yang ada

kemudian diolah, dianalisis, dan diteliti lebih lanjut dengan dasar-dasar yang

diperoleh untuk kemudian dianalisa dan diambil kesimpulan secara kuantitatif.

Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-

bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian

kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model

matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena

alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian

kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara

Page 67: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

51

pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan

kuantitatif.

Penelitian kuantitatif dengan mengunakan format deskriptif bertujuan

untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau

berbagai variabel yang timbul di masyarakat, yang menjadi obyek penelitian

ini, berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian mengangkat ke permukaan

karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tersebut. Pada

umumnya penelitian ini menggunakan statistik induktif untuk menganalisis

data penelitiannya.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan alat analisis, yaitu dengan

melakukan rekonsiliasi fiskal yang terdiri dari koreksi fiskal positif dan

koreksi fiskal negatif pada biaya-biaya terhadap penghasilan kena pajak dan

laporan laba rugi perusahaan. Untuk menghitung besarnya persentase efisiensi

pajak setelah dilakukan perencanaan pajak dengan menggunakan rumus:

T = P 0 – P1 x 100 %

P0

Keterangan:

T = Besarnya % efisiensi pajak.

P 0 = Besarnya pajak penghasilan sebelum perencanaan pajak.

P1 = Besarnya pajak penghasilan setelah perencanaan pajak.

E. Definisi Operasional Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah beban

pajak koperasi dan perencanaan pajak.

Page 68: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

52

1. Beban pajak koperasi adalah jumlah pajak yang harus ditanggung oleh

pihak koperasi atas kegiatan usaha yang dilakukan oleh koperasi tersebut

yang dapat mengurangi laba usaha. Beban pajak ini diukur dengan cara:

a. mengidentifikasi biaya-biaya yang diperbolehkan dalam pajak;

b. penggunaan tarif pajak sesuai dengan undang-undang perpajakan yang

berlaku.

2. Perencanaan pajak (tax planning) adalah proses mengorganisasi usaha

Wajib Pajak atau kelompok Wajib Pajak sedemikian rupa sehingga utang

pajaknya berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang hal ini

dimungkinkan oleh ketentuan perundang-undangan perpajakan maupun

secara komersial.

Perencanaan pajak ini dapat dilakukan dengan cara:

a. memaksimalkan penghasilan yang bukan objek pajak atau telah

dikenakan PPh final;

b. memaksimalkan biaya fiskal.

c. pemilihan metode akuntansi;

d. pemilihan bentuk kesejahteraan.

Page 69: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

53

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Singkat

Koperasi pegawai B2TKS (KOSUPALUK) didirikan di Tangerang

pada tanggal 16 Juni 1997 dengan akta pendirian yang disahkan oleh

Departemen koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Republik Indonesia

kantor wilayah Jawa Barat dengan nomor 261/BH/KWK.10/VI-1997.

Nama sesuai akta pendirian adalah Koperasi Pegawai RI UPT-

Laboratorium Uji Konstruksi (KOSUPALUK), Kemudian seiring dengan

perkembangan yanng ada pada tahun 2008 diubah menjadi Koperasi

Pegawai B2TKS (KOSUPALUK).

KOSUPALUK merupakan Koperasi Pegawai Negeri dilingkungan

Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS). Pada mulanya

keanggotaan koperasi terbatas pada pegawai negeri yang masih aktif pada

B2TKS, namun seiring dengan perkembangan usaha koperasi,

keanggotaan koperasi diperluas dengan diperbolehkannya pensiunan

pegawai negeri sipil untuk tetap menjadi anggota.

Produk dan jasa yang diberikan koperasi ditujukan untuk anggota dan

bukan anggota. Kegiatan usaha yang ditujukan untuk anggota antara lain

kegiatan simpan-pinjam dan warung serba ada (waserda). Kegiatan simpan

pinjam dilaksanakan dengan menggunakan dana internal koperasi dan

dana kerjasama dengan perbankan. Produk dan jasa yang ditujukan kepada

Page 70: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

54

bukan anggota antara lain fotokopi, jasa umum, jasa teknologi dan

prounjas. Fotokopi secara khusus diselenggarakan untuk melayani

kebutuhan B2TKS dan anggota koperasi sendiri, sedangkan jasa umum,

jasa teknologi dan prounjas ditujukan untuk melayani kebutuhan

perusahaan-perusahaan yang membutuhkan jasa pengujian-pengujian dan

analisa konstruksi. Sebagian besar customer dari KOSUPALUK

merupakan perusahaan-perusahaan besar yang ada di Indonesia.

Dalam operasionalnya, koperasi bekerja sama dengan B2TKS.

Kerjasama ini merupakan kerjasama yang saling menguntungkan kedua

belah pihak. Dikarenakan sebagian besar anggota koperasi merupakan

pegawai pada B2TKS, hal tersebut menjadi kunci utama suksesnya usaha

koperasi. Oleh karenanya, peranan pengurus dalam menjalin kerjasama

yang baik dengan manajemen B2TKS sangat diperlukan guna

kelangsungan usaha koperasi.

2. Visi, Misi, dan Komitmen Utama

a. Visi

Visi dari Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK adalah

meningkatkan kesejahtaraan dan taraf hidup anggota pada khususnya

dan masyarakat pada umumnya, serta menjadi gerakan ekonomi rakyat

dan ikut membangun tatanan perekonomian nasional.

b. Misi

Misi dari Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK adalah:

Page 71: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

55

1) menyelenggarakan Kegiatan usaha terkait dengan kegiatan usaha

anggota;

2) ekspansi layanan dengan membuka peluang usaha dengan non

anggota;

3) ekspansi tempat usaha dengan membuka cabang/perwakilan

ditempat lain; dan

4) kerjasama dengan koperasi dan usaha lain dalam dan luar negeri.

c. Komitmen Utama

Komitmen Utama dari Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK

adalah:

1) sukarela dan terbuka;

2) demokratis;

3) adil proposional;

4) pendidikan;

5) kerja sama dan gotong royong;

6) musyawarah; dan

7) profesional.

3. Struktur Organisasi

Struktur organisasai Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK terdiri

dari Rapat Anggota, Penasehat, Dewan Pengurus, Dewan Pengawas,

Manajer Administrasi. Dewan Pengurus membawahi seluruh unit yang ada

di koperasi yang terdiri dari unit simpan pinjam, unit waserda dan

fotokopi, unit jasa umum, unit jasa teknologi, dan prounjas.

Page 72: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

56

Gambar. 4.1

Struktur Organisasi KOSUPALUK

Sumber: Laporan Keuangan KOSUPALUK

RAPAT ANGGOTA

PENASEHAT

DEWAN

PENGAWAS

Manajer

Administrasi

DEWAN

PENGURUS

Unit

Waserda dan

Fotokopi

Unit

Simpan

Pinjam

Unit Jasa

Teknologi

Unit Jasa

Umum

Prounjas

Staff

Staff

Staff

Staff

Staff

Page 73: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

57

4. Kebijakan Akuntansi Koperasi

Laporan keuangan Koperasi disusun dengan mengacu pada Standar

Akuntansi Keuangan Nomor 27 (Revisi 1998) tentang Akuntansi

Perkoperasian. Mata uang yang digunakan dalam laporan keuangan adalah

mata uang Rupiah (Rp). Laporan keuangan disusun dengan menggunakan

prinsip dan karakter akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan

berdasarkan nilai historis. Laporan arus kas disusun dengan menggunakan

metode langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas

operasi, investasi, dan keuangan. Persediaan dinilai berdasarkan harga

perolehan. Harga perolehan ditetapkan berdasarkan metode masuk

pertama keluar pertama (FIFO). Penyisihan persediaan usang ditentukan

berdasarkan hasil ppenelaahan terhadap keadaan persediaan pada tanggal

neraca. Aktiva tetap dinyatakan berdasarkan harga perolehan dikurangi

akumulasi penyusutan. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode

garis lurus (straight line method) berdasarkan taksiran masa manfaat

berikut:

Tabel. 4.1

Masa Manfaat Aktiva Tetap

Aktiva Tetap Masa Manfaat

Gedung dan Bangunan 20 tahun

Kendaraan 8 tahun

Peralatan dan Mesin 4-8 tahun

Komputer 4 tahun

Sumber: Laporan Keuangan KOSUPALUK

Pengakuan pendapatan dan beban dilakukan secara akrual. Pendapatan

diakui pada saat barang atau jasa diserahkan kepada pelanggan. Apabila

Page 74: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

58

jasa diberikan dalam jangka waktu lebih dari satu periode, pendapatan

diakui berdasarkan prosentase penyelesaian jasa selesai diberikan.

Sementara beban-beban koperasi diakui pada saat terjadinya.

KOSUPALUK sebagai wajib pajak badan telah memiliki NPWP dan

berkewajiban menghitung, mengisi, menandatangani, dan menyampaikan

Surat Pemberitahuan (SPT). SPT tersebut diisi dengan informasi yang

sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu menurut peraturan perpajakan yang

berlaku. SPT juga harus diisi dengan dasar laporan laba rugi fiskal.

Beban pajak kini ditetapkan berdasarkan taksiran laba kena pajak

tahun berjalan. Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan diakui atas

perbedaan waktu antara aktiva dan kewajiban untuk tujuan komersial dan

untuk tujuan perpajakan disetiap tanggal pelaporan. Rekonsiliasi fiskal

dilakukan untuk mengetahui besarnya penghasilan kena pajak (PKP) suatu

badan. Penyesuaian yang dilakukan dalam rekonsiliasi fiskal ini dilakukan

pada pos-pos penghasilan dan biaya yang menurut fiskal boleh

dikurangkan atau ditambahkan.

B. Hasil Analisis Data

1. Perhitungan Pajak Penghasilan Sebelum Perencanaan Pajak

Dasar dalam perhitungan pajak adalah laba usaha. Laba merupakan

selisih antara total pendapatan dikurangi dengan biaya, dimana pendapatan

mengukur aliran masuk aktiva bersih setelah dikurangi dengan hutang dari

penjualan barang atau jasa. Untuk dapat mengetahui laba secara fiskal

Page 75: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

59

diperlukan rekonsiliasi fiskal. Penulis menggunakan data laporan laba rugi

koperasi untuk periode tahun 2008 dan 2009.

a. Periode Tahun 2008

Untuk periode tahun 2008 penulis menganalisis pendapatan dan beban-

beban yang menurut fiskal tidak boleh ditambahkan dan dikurangkan.

Hasil analisis tersebut adalah:

1) Beban entertain sebesar Rp. 10.342.500 tidak boleh dibiayakan

karena tidak memiliki bukti-bukti rincian secara jelas.

2) Beban sumbangan sebesar Rp. 5.700.000 tidak boleh dibiayakan

karena tidak termasuk dalam sumbangan yang diatur sesuai dengan

Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1) huruf i

sampai dengan huruf m.

3) Kurang pembebanan penyusutan peralatan sebesar Rp.649.635.

4) Beban umum lainnya sebesar Rp. 1.627.175 tidak boleh dibiayakan

karena tidak memiliki bukti-bukti rincian yang jelas.

5) Pendapatan jasa giro sebesar Rp. 8.158.816 tidak boleh

ditambahkan karena telah dikenakan pajak final.

6) Pajak bunga sebesar Rp. 1.635.231 tidak boleh dibiayakan karena

termasuk ke dalam sanksi administrasi berupa bunga yang tidak

boleh menjadi pengurang sesuai dengan Undang-Undang No. 36

Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1) huruf k;

7) Beban pajak PPh sebesar Rp. 184.750 tidak boleh dibiayakan

karena termasuk ke dalam pajak penghasilan yang tidak boleh

Page 76: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

60

menjadi pengurang sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun

2008 Pasal 9 ayat (1) huruf h.

Rekonsiliasi fiskal yang dilakukan oleh koperasi akan disajikan dalam

tabel berikut ini.

Tabel. 4.2

Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2008

Laba Sebelum Pajak Rp. 211.540.479

Koreksi Beda Tetap

Beban Entertain Rp. 10.342.500

Beban Sumbangan Rp. 5.700.000

Beban Umum Lainnya Rp. 1.627.175

Pendapatan Jasa Giro (Rp. 8.158.816)

Pajak Bunga Rp. 1.635.231

Beban Pajak PPh Rp. 184.750

Total Beda Tetap Rp. 11.330.840

Koreksi Beda Waktu

Beban Penyusutan (Rp. 649.635)

Total Beda Waktu (Rp. 649.635)

PKP Rp. 222.221.684

Pembulatan Rp. 222.221.000

Sumber: Laporan Keuangan KOSUPALUK

Perhitungan PPh terutang periode tahun 2008 adalah sebagai berikut:

PPh terutang: 10 % x Rp. 50.000.000 Rp. 5.000.000

15 % x Rp. 50.000.000 Rp. 7.500.000

30 % x Rp. 122.221.000 Rp. 36.666.300

Jumlah PPh terutang tahun 2008 Rp. 49.166.300

b. Periode Tahun 2009

Untuk periode tahun 2009 penulis juga menganalisis pendapatan dan

beban-beban yang menurut fiskal tidak boleh ditambahkan dan

dikurangkan. Hasil analisis tersebut adalah:

Page 77: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

61

1) Beban entertain sebesar Rp. 14.872.000 tidak boleh dibiayakan

karena tidak memiliki bukti-bukti rincian secara jelas.

2) Beban sumbangan sebesar Rp. 2.800.000 tidak boleh dibiayakan

karena tidak termasuk dalam sumbangan yang diatur sesuai dengan

Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1) huruf i

sampai dengan huruf m.

3) Kelebihan pembebanan penyusutan peralatan sebesar Rp. 968.450

4) Beban lain-lain sebesar Rp. 4.847.508 tidak boleh dibiayakan

karena tidak memiliki bukti-bukti rincian yang jelas.

5) Pendapatan jasa giro sebesar Rp. 9.550.023 tidak boleh

ditambahkan karena telah dikenakan pajak final.

6) Pajak bunga sebesar Rp. 1.835.813 tidak boleh dibiayakan karena

termasuk ke dalam sanksi administrasi berupa bunga yang tidak

boleh menjadi pengurang sesuai dengan Undang-Undang No. 36

Tahun 2008 Pasal 9 ayat (1) huruf k.

7) Beban pajak PPh sebesar Rp. 600.000 tidak boleh dibiayakan

karena termasuk ke dalam pajak penghasilan yang tidak boleh

menjadi pengurang sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun

2008 Pasal 9 ayat (1) huruf h.

Rekonsiliasi fiskal yang dilakukan oleh koperasi akan disajikan dalam

tabel berikut ini.

Page 78: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

62

Tabel. 4.3

Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2009

Laba Sebelum Pajak Rp. 525.309.531

Koreksi Beda Tetap

Beban Entertain Rp. 14.872.000

Beban Sumbangan Rp. 2.800.000

Beban Lain-Lain Rp. 4.847.508

Pendapatan Jasa Giro (Rp. 9.550.023)

Pajak Bunga Rp. 1.835.813

Beban Pajak PPh Rp. 600.000

Total Beda Tetap Rp. 15.405.298

Koreksi Beda Waktu

Beban Penyusutan Rp. 968.450

Total Beda Waktu Rp. 968.450

PKP Rp. 541.683.279

Pembulatan Rp. 541.683.000

Sumber: Laporan Keuangan KOSUPALUK

Untuk Perhitungan PPh terutang periode tahun 2009 menggunakan

tarif PPh Pasal 31 E ayat (1), yaitu:

1) Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang

memperoleh fasilitas

Rp. 4.800.000.000 x Rp. 541.683.000 = Rp. 519.609.754

Rp. 5.003.906.064

2) Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang

tidak memperoleh fasilitas

Rp. 541.683.000 – Rp. 519.609.754 = Rp. 22.073.246

PPh terutang:

( 50% x 28% ) x Rp. 519.509.754 = Rp. 72.745.366

28% x Rp. 22.073.246 = Rp. 6.180.509

Jumlah PPh terutang 2009 = Rp. 78.925.875

Page 79: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

63

2. Perhitungan Pajak Penghasilan Setelah Perencanaan Pajak

Perencanaan pajak yang dapat dilakukan oleh koperasi antara lain

adalah dengan cara mengidentifikasi beban yang tidak boleh dikurangkan

pada penghasilan dan berupaya memanfaatkan pengecualian yang ada.

Akun-akun pendapatan dan beban koperasi yang direkonsiliasi fiskal pada

periode tahun 2008 dan 2009 hampir sama, oleh karena itu penulis

membuat perencanaan pajak yang sama pada kedua periode tersebut.

Perencanaan pajak yang dapat dilakukan adalah:

a. Beban entertain sebesar Rp. 10.342.500 pada tahun 2008 dan Rp.

14.872.000 pada tahun 2009 tidak dapat dikurangkan karena tidak

memiliki daftar nominatif dan bukti-bukti rincian yang jelas. Agar

beban-beban tersebut dapat dikurangkan maka koperasi seharusnya

membuat daftar nominatif beserta dengan bukti-bukti rincian yang

jelas.

b. Beban lain-lain sebesar Rp. 1.627.175 pada tahun 2008 dan Rp.

4.847.500 pada tahun 2009 tidak dapat dikurangkan karena merupakan

biaya yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan

memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek pajak. Agar

dapat dikurangkan maka biaya-biaya tersebut dialihkan sebagai biaya

yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara

penghasilan yang merupakan objek pajak.

c. Sumbangan sebesar Rp. 5.700.000 pada tahun 2008 dan Rp. 2.800.000

pada tahun 2009 dialihkan kepada sumbangan yang diatur sesuai

Page 80: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

64

dengan Peraturan Pemerintah sebagaimana tercantum dalam Undang-

Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan

huruf m agar dapat diakui sebagai pengurang penghasilan.

d. Mengikuti perkembangan peraturan perpajakan dan melaksanakan

administrasi perpajakan sesuai dengan peraturan yang belaku sehingga

terhindar dari sanksi, seperti pajak bunga sebesar Rp. 1.635.231 pada

tahun 2008 dan Rp. 1.835.813 pada tahun 2009.

Beban-beban yang dapat dialihkan koperasi agar dapat menjadi

pengurang dalam penghasilan kena pajak antara lain disajikan dalam tabel

berikut ini.

Tabel. 4.4

Koreksi Fiskal yang Dapat Dihindari

Tahun Koreksi Fiskal yang Dihindari Jumlah

2008 Beban Entertain

Beban Sumbangan

Beban Umum Lainnya

Pajak Bunga

Jumlah

Rp. 10.342.500

Rp. 5.700.000

Rp. 1.627.175

Rp. 1.635.231

Rp. 19.304.906

2009 Beban Entertain

Beban Sumbangan

Beban Lain-Lain

Pajak Bunga

Jumlah

Rp. 14.872.000

Rp. 2.800.000

Rp. 4.847.500

Rp. 1.835.813

Rp. 24.355.313

Sumber: Laporan Keuangan KOSUPALUK

Perhitungan PPh terutang koperasi setelah dilakukannya perencanaan

pajak pada periode tahun 2008 adalah sebagai berikut:

PKP Rp. 222.221.688

Koreksi Fiskal yang Dapat Dihindari (Rp. 19.304.906)

Laba Kena Pajak Rp. 202.916.782

Page 81: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

65

Pembulatan Rp. 202.916.000

PPh terutang: 10 % x Rp. 50.000.000 Rp. 5.000.000

15 % x Rp. 50.000.000 Rp. 7.500.000

30 % x Rp. 102.916.000 Rp. 30.874.800

Jumlah PPh terutang tahun 2008 Rp. 43.374.800

Sedangkan perhitungan PPh terutang koperasi setelah dilakukannya

perencanaan pajak pada periode tahun 2009 adalah sebagai berikut:

PKP Rp. 541.683.279

Koreksi Fiskal yang Dapat Dihindari (Rp. 24.355.313)

Laba Kena Pajak Rp. 517.327.966

Pembulatan Rp. 517.327.000

Untuk Perhitungan PPh terutang periode tahun 2009 menggunakan tarif

PPh Pasal 31 E ayat (1), yaitu:

1) Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang

memperoleh fasilitas

Rp. 4.800.000.000 x Rp. 517.327.000 = Rp. 496.246.246

Rp. 5.003.906.064

2) Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak

memperoleh fasilitas

Rp. 517.327.000 – Rp. 496.246.246 = Rp. 21.080.754

PPh terutang:

( 50% x 28% ) x Rp. 498.007.430 = Rp. 69.474.474

28% x Rp. 21.080.754 = Rp. 5.902.611

Jumlah PPh terutang 2009 = Rp. 75.377.085

Page 82: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

66

Besarnya efisiensi pajak koperasi pada periode tahun 2008 adalah sebagai

berikut:

Pajak penghasilan sebelum perencanaan pajak Rp. 49.166.300

Pajak penghasilan setelah perencanaan pajak (Rp. 43.374.800)

Efisiensi beban pajak penghasilan Rp. 5.791.500

Persentase : Rp. 5.791.500 x 100 % = 11,78 %

Rp. 49.166.300

Sedangkan besarnya efisiensi pajak koperasi pada periode tahun 2009

adalah sebagai berikut:

Pajak penghasilan sebelum perencanaan pajak Rp. 78.925.875

Pajak penghasilan setelah perencanaan pajak (Rp. 75.377.085)

Efisiensi beban pajak penghasilan Rp. 3.548.790

Persentase : Rp 3.548.790 x 100 % = 4,5 %

Rp. 78.925.875

Hasil perhitungan PPh terutang sebelum dan setelah perencanaan pajak

beserta besarnya penghematan pajak koperasi dan persentasenya akan

disajikan dalam tabel berikut.

Tabel. 4.5

Perbandingan Besarnya PPh Terutang

(Dalam Rupiah)

Tahun

Pajak

Sebelum

Perencanaan

Pajak

Setelah

Perencanaan

Pajak

Besarnya

Penghematan

Pajak

Persentase

Penghematan

Pajak

2008 49.166.300 43.374.800 5.791.500 11,78%

2009 78.925.875 75.377.085 3.548.790 4,5%

Sumber: Hasil Penelitian

Berdasarkan data dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dengan

penerapan perencanaan pajak pada koperasi dapat menghemat pengeluaran

Page 83: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

67

kewajiban pajak pada tahun 2008 sebesar Rp. 5.791.500 dan pada tahun

2009 sebesar Rp. 3.548.790. Dengan demikian, penerapan perencanaan

pajak dapat dijadikan alternatif dalam meminimalkan beban pajak.

Aktiva dan kewajiban pajak tangguhan pada koperasi diakui atas

perbedaan waktu antara aktiva dan kewajiban untuk tujuan komersial dan

untuk tujuan fiskal di setiap tanggal pelaporan. Manfaat pajak di masa

mendatang, seperti saldo rugi fiskal yang belum digunakan, diakui sejauh

besar kemungkinan manfaat pajak tersebut dapat direalisasikan. Aktiva

dan kewajiban pajak tangguhan diukur pada tarif pajak yang diharapkan

akan digunakan pada periode ketika aktiva direalisasi atau ketika

kewajiban dilunasi berdasarkan tarif pajak (dan peraturan perpajakan)

yang berlaku atau secara substansi telah diberlakukan pada tanggal neraca.

Pajak tangguhan bukan merupakan kewajiban pembayaran pajak, sehingga

pajak tangguhan ini tidak mempunyai dampak pada aliran kas koperasi.

Perhitungan pajak tangguhan koperasi akan disajikan dalam tabel berikut.

Tabel. 4.6

Perhitungan Pajak Tangguhan

(Dalam Rupiah)

Beda Waktu (Penyusutan) 2008 2009

Komersial 6.754.998 19.466.242

Fiskal 7.404.633 18.497.792

Selisih antara komersial dan fiskal ( 649.635) 968.450

Kewajiban (aktiva) pajak tangguhan 194.891 (271.166)

Sumber: Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil perhitungan dalam tabel di atas, dapat diketahui

bahwa pada tahun 2008 penyusutan peralatan menurut fiskal lebih besar

dari pada menurut komersial, maka selisih tersebut akan menyebabkan

Page 84: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

68

beban pajak kini menjadi lebih kecil, tetapi akan mengakibatkan

pengakuan beban pajak yang lebih besar secara komersial pada masa yang

akan datang. Dengan demikian, selisih tersebut akan menghasilkan

kewajiban pajak tangguhan. Sedangkan, pada tahun 2009 penyusutan

peralatan menurut fiskal lebih kecil dari pada menurut komersial, maka

selisih tersebut akan menyebabkan beban pajak kini menjadi lebih besar,

tetapi akan mengakibatkan pengakuan beban pajak yang lebih kecil secara

komersial pada masa yang akan datang. Dengan demikian, selisih tersebut

akan menghasilkan aktiva pajak tangguhan.

Page 85: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

69

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan, maka

dapat diperoleh kesimpulan bahwa penerapan perencanaan pajak yang

dilakukan di koperasi pada tahun 2008 dan 2009 terbukti dapat

mengefisiensikan beban pajak. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang telah

dicapai bahwa koperasi dapat mengefisiensikan beban pajaknya pada tahun

2008 sebesar 11,78 % dan pada tahun 2009 sebesar 4,5 %.

B. Implikasi

1. Perencanaan pajak dapat dipergunakan sebagai sarana pengelolaan pajak

yang dapat menunjang efisiensi beban pajak koperasi. Selain itu

perencanaan pajak juga berdampak positif bagi koperasi, yaitu koperasi

memiliki sisa hasil usaha (SHU) lebih besar sehingga dapat lebih

menyejahterakan para anggotanya.

2. Penelitian mengenai perencanaan pajak ini menambah pengetahuan bagi

penulis dan pembaca tentang cara-cara yang bisa dilakukan dalam usaha

penerapan perencanaan pajak pada koperasi sehingga dapat meminimalkan

beban pajak pada koperasi tersebut.

C. Saran

Berdasarkan pengamatan dan evaluasi yang telah dilakukan pada bab-

bab sebelumnya dan dihubungkan dengan kesimpulan di atas, maka dapat

Page 86: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

70

diajukan saran-saran yang dapat bermanfaat bagi koperasi dan dapat menjadi

pertimbangan dan masukan bagi penelitian selanjutnya. Saran-saran yang

dapat diajukan oleh penulis antara lain:

1. Penulis menyarankan kepada koperasi untuk melaksanakan perencanaan

pajak dengan baik melalui penganalisaan informasi yang ada secara teliti,

seperti mengikuti dan mengetahui perkembangan peraturan perpajakan

terbaru yang berlaku, melalui surat edaran yang dikeluarkan oleh Dirjen

Pajak, berita pajak, dan majalah atau koran yang berhubungan dengan

perpajakan dalam rangka meminimalisasi PPh terutang.

2. Koperasi sebaiknya membuat daftar nominatif beserta dengan bukti-bukti

rincian yang jelas agar beban-beban entertain dan beban lainnya dapat

dikurangkan sehingga dapat mengurangi jumlah pajak terutang.

3. Koperasi sebaiknya melaksanakan administrasi perpajakan sesuai dengan

peraturan pajak yang berlaku, seperti melakukan pembayaran dan

pelaporan SPT tepat waktu agar terhindar dari sanksi administrasi

perpajakan, dengan begitu akan mengurangi jumlah pajak yang terutang.

Page 87: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

71

DAFTAR PUSTAKA

Ade, Cut Dien Dwianna dan Gusvita. “Perencanaan Pajak atas Skema

Penagihan Jasa Outsorcing (Studi Kasus pada PT. Z Jakarta)”, 2010.

http://eprints.ui.ac.id/id/eprint/24552 (diakses tanggal 28 Maret 2011).

Anonim. “Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008”,

http://www.ortax.org/ortax/?mod=aturan&page=show&id=13430 (diakses

tanggal 1 Oktober 2010).

Anonim. “Proposal Evaluation Taxes Planning 21”, 2010,

http://arsipbadfacefansclub.blogspot.com/2010/03/proposal-evaluation taxes-

planning-21.html (diakses tanggal 26 Oktober 2010).

Anonim. “Tax Planning vs Creative Accounting”, 2010,

http://gemilangtrimeidhasari.wordpress.com/2010/02/20/tax-planning/

(diakses tanggal 26 Oktober 2010).

Aviantara, Aris. “Manajemen dan Perencanaan Pajak”, 2008,

http://aviantara.multiply.com/journal/item/5 (diakses tanggal 14 November

2010).

Cendiman. “Definisi Efisiensi”, 2009,

http://cendiman.blogspot.com/2009/11/definisi-efisiensi.html (diakses tanggal

5 Februari 2011).

Danfar. “Definisi / Pengertian Efisiensi”, 2009, http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efisiensi/ (diakses tanggal

5 Februari 2011).

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. “Exposure Draft Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan No. 23 (revisi 2009)”, Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta,

2009.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan. “Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

No. 27 Akuntansi Koperasi (revisi 1998)”, Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta,

1998.

Eviyana, Dwi Wijayanti. “Penerapan Tax Planning dalam Manajemen Pajak

untuk Efisiensi Pembayaran Beban Pajak Penghasilan Badan dan

Pengaruhnya terhadap Laporan Arus Kas pada PT Lembah Permata Biru”,

2008, http://eprints.umm.ac.id/eprint/5699 (diakses tanggal 28 Maret 2011).

Page 88: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

72

Fajarwati, Yuni. “Analisis Koreksi Fiskal atas Laporan Keuangan Komersial

dalam Rangka Penghematan Pajak Penghasilan”, 2007,

http://eprints.umm.ac.id/eprint/9522 (diakses tanggal 28 Maret 2011).

Ferdiyansyah, Nurul Cahya. “Penerapan Peencanaan Pajak (Tax Planning)

sebagai Upaya Penghematan Pajak Penghasilan pada Wajib Pajak Badan

(Studi Kasus pada UD Garinda Salt Engineering)”, 2010,

http://eprints.umm.ac.id/1880/1/PENERAPAN_PERENCANAAN_PAJAK.pdf .

(diakses tanggal 28 Maret 2011).

Gloritho. “Pengaruh Penerapan Perencanaan Pajak Biaya Pegawai Pada PT

XYZ Untuk Meminimalkan Beban Pajak dan Hubungannya Dengan Kinerja

Perusahaan”, Skripsi : Universitas Gunadarma, Jakarta, 2008.

Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta, 2007.

Ichsan. “Fungsi, Peran, dan Prinsip Koperasi”, 2008,

http://tunas63.wordpress.com/2008/10/09/fungsi-peran-dan-prinsip-koperasi/

(diakses tanggal 1 November 2010).

Ichsan. “Macam / Jenis Koperasi”, 2008,

http://tunas63.wordpress.com/2008/11/24/macamjenis-koperasi/ (diakses

tanggal 1 November 2010).

Laporan Keuangan Tahun 2008 Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK

Laporan Keuangan Tahun 2009 Koperasi Pegawai B2TKS KOSUPALUK

Mangoting, Yeni. “Tax Planning: Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif

Meminimalkan Pajak”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Universitas Kristen

Petra, Vol. 1, No. 1, Hal 43-53, 1999.

Paryan. “Modul Pajak Penghasilan Badan”, Pusat Pengembangan Akuntansi dan

Keuangan, Jakarta, 2009.

Santoso, Slamet. “Format Penelitian Kuantitatif (Materi III)”, 2008,

http://ssantoso.blogspot.com/2008/08/format-penelitian-kuantitatif materi.html

(diakses tanggal 18 Januari 2011).

Sekaran, Uma. “Metodologi Penelitian Untuk Bisnis”, Buku 1, Edisi 4, Salemba

Empat, Jakarta, 2006.

Suandy, Erly. “Hukum Pajak”, Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2008.

Page 89: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

73

Umaimah. “Tax Planning untuk Penghematan Pembayaran Pajak pada Koperasi

Susu”X” di Jawa Timur”, Jurnal βετA: Universitas Muhammadiyah, Gresik,

Vol. 3, No. 2, Hal 104-116, 2005.

Waluyo. “Perpajakan Indonesia”, Buku 1, Edisi 8, Salemba Empat, Jakarta, 2008.

Zain, Muhammad. “Manajemen Perpajakan”, Salemba Empat, Jakarta, 2005.

Zatadini, Ksu Syariah. “Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992”, 2007,

http://ksusyariahzatadini.wordpress.com/2007/06/18/undang-undang koperasi-

no-25-tahun-1992/ (diakses tanggal 1 November 2010).

Page 90: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

74

DAFTAR LAMPIRAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 36 TAHUN 2008

TENTANG

PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG

NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa dalam upaya mengamankan penerimaan negara yang semakin

meningkat, mewujudkan sistem perpajakan yang netral, sederhana, stabil,

lebih memberikan keadilan, dan lebih dapat menciptakan kepastian hukum

serta transparansi perlu dilakukan perubahan terhadap Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1983 tentang Pajak Penghasilan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan Keempat atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan;

Mengingat :

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 23A Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983

Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262)

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 85, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740);

3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah

Page 91: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

75

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun

2000 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2000 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3985);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan:

UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK

PENGHASILAN.

Pasal 2

(1) Yang menjadi subjek pajak adalah:

a. 1. orang pribadi;

2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan

menggantikan yang berhak;

b. badan; dan

c. bentuk usaha tetap.

(1a) Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya

dipersamakan dengan subjek pajak badan.

(2) Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek

pajak luar negeri.

(3) Subjek pajak dalam negeri adalah:

a. orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi

yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)

hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi

yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai

niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;

b. badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia,

kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

1. pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan

Page 92: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

76

perundang-undangan;

2. pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah;

3. penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah

Pusat atau Pemerintah Daerah; dan

4. pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional

negara; dan

c. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan

yang berhak.

(4) Subjek pajak luar negeri adalah:

a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang

pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus

delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,

dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di

Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan

melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; dan

b. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang

pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus

delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,

dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di

Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari

Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan

melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

(5) Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang

pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari

dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan

dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan di Indonesia, yang dapat berupa:

a. tempat kedudukan manajemen;

b. cabang perusahaan;

c. kantor perwakilan;

d. gedung kantor;

e. pabrik;

f. bengkel;

g. gudang;

h. ruang untuk promosi dan penjualan;

i. pertambangan dan penggalian sumber alam;

j. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

k. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan,atau kehutanan;

l. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

Page 93: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

77

m. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh pegawai atau orang lain,

sepanjang dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka

waktu 12 (dua belas) bulan;

n. orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya

tidak bebas;

o. agen atau pegawai dari perusahan asuransi yang tidak didirikan dan

tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi

asuransi atau menanggung risiko di Indonesia; dan

p. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki,

disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik

untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet.

(6) Tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan ditetapkan oleh

Direktur Jenderal Pajak menurut keadaan yang sebenarnya.

Pasal 4

(1) Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan

kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang

berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk

konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,

dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa

yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan,

honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan

dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang

ini;

b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;

c. laba usaha;

d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:

1. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan,

persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau

penyertaan modal;

2. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang

saham, sekutu, atau anggota yang diperoleh perseroan,

persekutuan, dan badan lainnya;

3. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,

pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau

reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun;

4. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan,

atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga

sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan

keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk

yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan

usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut

Page 94: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

78

dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada

hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau

penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan; dan

5. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau

seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam

pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan

pertambangan;

e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan

sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak;

f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan

pengembalian utang;

g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen

dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa

hasil usaha koperasi;

h. royalti atau imbalan atas penggunaan hak;

i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;

k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan

jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;

l. keuntungan selisih kurs mata uang asing;

m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;

n. premi asuransi;

o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya

yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan

bebas;

p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum

dikenakan pajak;

q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;

r. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang

mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan

s. surplus Bank Indonesia.

(2) Penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final:

a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga

obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang

dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

b. penghasilan berupa hadiah undian;

c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi

derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan

saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan

pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau

bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan

tanah dan/atau bangunan; dan

Page 95: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

79

e. penghasilan tertentu lainnya,

yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

(3) Yang dikecualikan dari objek pajak adalah:

a. 1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh

badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau

disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima

zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya

wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang

diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau

disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima

sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan

atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; dan

2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis

keturunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan

pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau

orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang

ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Menteri Keuangan,

sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan,

atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

b. warisan;

c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham

atau sebagai pengganti penyertaan modal;

d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa

yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau

kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan

oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara

final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan

khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15;

e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi

sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi

jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;

f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan

terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha

milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal

pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di

Indonesia dengan syarat:

1. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

2. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan

usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan

saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah

Page 96: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

80

25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya

telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi

kerja maupun pegawai;

h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun

sebagaimana dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu

yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;

i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan

komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham,

persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang

unit penyertaan kontrak investasi kolektif;

j. dihapus;

k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan

menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan

pasangan usaha tersebut:

1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang

menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur

dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;

l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya

diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Keuangan;

m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba

yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian

dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang

membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan

prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan

pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun

sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih

lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan

n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Pasal 6

(1) Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk

usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk

mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:

Page 97: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

81

a. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan

kegiatan usaha, antara lain:

1. biaya pembelian bahan;

2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,

gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang

diberikan dalam bentuk uang;

3. bunga, sewa, dan royalti;

4. biaya perjalanan;

5. biaya pengolahan limbah;

6. premi asuransi;

7. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

8. biaya administrasi; dan

9. pajak kecuali Pajak Penghasilan;

b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan

amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya

lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;

c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan;

d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan

digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,

menagih, dan memelihara penghasilan;

e. kerugian selisih kurs mata uang asing;

f. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di

Indonesia;

g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;

h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:

1. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi

komersial;

2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak

dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan

3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan

Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang

negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan

piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang

bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan

umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur

bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang

tertentu;

4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku

untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k;

yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan

Page 98: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

82

Peraturan Menteri Keuangan;

i. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang

ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;

j. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang

dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan

Pemerintah;

k. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur

dengan Peraturan Pemerintah;

l. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan

Peraturan Pemerintah; dan

m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 9

(1) Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak

dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan:

a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti

dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi

kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;

b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi

pemegang saham, sekutu, atau anggota;

c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:

1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan

usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan

hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan

anjak piutang;

2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan

sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial;

3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;

4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;

5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan;

dan

6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat

pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah

industri,

yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan;

d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,

asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib

Page 99: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

83

Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan

premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang

bersangkutan;

e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa

yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali

penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta

penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di

daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan

yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang

saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa

sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;

g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b,

kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)

huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan

amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh

pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi

pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh

lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah,

yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan

Pemerintah;

h. Pajak Penghasilan;

i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi

Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;

j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau

perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;

k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi

pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-

undangan di bidang perpajakan.

Page 100: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

84

UNDANG-UNDANG

NOMOR 25 TAHUN1992

TENTANG PERKOPERASIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa Koperasi, baik sebagai gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan

usaha berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur

berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam tata

perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas

kekeluargaan dan demokrasi ekonomi;

b. bahwa Koperasi perlu lebih membangun dirinya dan dibangun menjadi kuat

dan mandiri berdasarkan prinsip Koperasi sehingga mampu berperan sebagai

sokoguru perekonomian nasional;

c. bahwa pembangunan Koperasi merupakan tugas dan tanggung jawab

Pemerintah dan seluruh rakyat;

d. bahwa untuk mewujudkan hal-hal tersebut dan menyelaraskan dengan

perkembangan keadaan, perlu mengatur kembali ketentuan tentang perkoperasian

dalam suatu Undang-undang sebagai pengganti Undang-undang Nomor 12 Tahun

1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian;

Mengingat :

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945;

Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERKOPERASIAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan

hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi

sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Page 101: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

85

2. Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan Koperasi.

3. Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-

seorang.

4. Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan

Koperasi.

5. Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi Koperasi dan kegiatan

perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama

Koperasi.

BAB II

LANDASAN, ASAS, DAN TUJUAN

Bagian Pertama

Landasan dan Asas

Pasal 2

Koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta berdasar

atas asas kekeluargaan.

Bagian Kedua

Tujuan

Pasal 3

Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional

dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur

berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

BAB III

FUNGSI, PERAN, DAN PRINSIP KOPERASI

Bagian Pertama

Fungsi dan Peran

Pasal 4

Fungsi dan peran Koperasi adalah:

a. membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;

Page 102: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

86

b. berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat;

c. memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai sokogurunya;

d. berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang

merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi

ekonomi.

Bagian Kedua

Prinsip Koperasi

Pasal 5

(1) Koperasi melaksanakan prinsip Koperasi sebagai berikut:

a. keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;

b. pengelolaan dilakukan secara demokratis;

c. pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya

jasa usaha masing-masing anggota;

d. pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal;

e. kemandirian.

(2) Dalam mengembangkan Koperasi, maka Koperasi melaksanakan pula prinsip

Koperasi sebagai berikut:

a. pendidikan perkoperasian;

b. kerja sama antarkoperasi.

Page 103: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

87

KOPERASI PEGAWAI B2TKS (KOSUPALUK)

LAPORAN RUGI LABA

Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2008

Pendapatan Rp. 4.205.538.701

Biaya Pokok Rp. 3.919.699.751

Laba Kotor Rp. 285.838.950

Beban Usaha

Beban Pemasaran Rp. 1.000.000

Beban Umum dan Adm Rp. 50.890.888

Beban Perkoperasian Rp. 10.064.500

Jumlah Beban Usaha Rp. 61.955.388

Laba Operasional Rp. 223.883.562

Pendapatan (Beban) Lain-Lain (Rp. 1.661.878)

Laba Sebelum Pajak Rp. 222.221.684

Pajak Penghasilan Rp. 49.166.300

Laba Bersih Rp. 173.055.384

Page 104: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

88

KOPERASI PEGAWAI B2TKS (KOSUPALUK)

LAPORAN RUGI LABA

Untuk Tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2009

Pendapatan Rp. 5.003.906.064

Biaya Pokok Rp. 4.637.732.895

Laba Kotor Rp. 636.173.169

Beban Usaha

Beban Pemasaran Rp. 1.000.000

Beban Umum dan Adm Rp. 88.993.293

Beban Perkoperasian Rp. 10.161.000

Jumlah Beban Usaha Rp. 100.154.293

Laba Operasional Rp. 536.018.876

Pendapatan (Beban) Lain-Lain Rp. 5.664.403

Laba Sebelum Pajak Rp. 541.683.279

Pajak Penghasilan Rp. 78.925.875

Laba Bersih Rp. 462.757.404

Page 105: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

89

RINCIAN BIAYA KOPERASI TAHUN 2008

(Dalam Rupiah)

Beban Sponsorship 1.000.000

Honor Lainnya 17.000.000

Tunjangan Komunikasi 150.000

Beban Telepon 150.000

Beban Entertain 10.342.500

Beban Sumbangan 5.700.000

Beban Perijinan 1.350.000

Beban Materai, Pos & Kurir 513.500

Beban ATK 8.342.033

Beban Fotokopi, Jilid & Press 1.934.000

Biaya Pemeliharaan Peralatan 950.000

Beban Penyusutan Peralatan 6.754.998

Beban Penyusutan Inv Buku 212.496

Beban Transport 11.586.226

Beban Konsumsi 1.298.000

Beban Umum Lainnya 1.627.175

Honor, Konsumsi, Insentif 5.300.000

Beban Dokumentasi Rapat 300.000

Beban Konsumsi Rapat 4.464.500

Adm Bank 1.491.000

Pajak Bunga 1.635.231

Materai Bank 170.878

Beban Pajak PPh 184.750

Jumlah 82.457.287

Page 106: ANALISIS PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK DALAM …

90

RINCIAN BIAYA KOPERASI TAHUN 2009

(Dalam Rupiah)

Beban Sponsorship 1.000.000

Gaji, Honor, Tunjangan 39.260.000

Beban Entertain & THR 14.872.000

Sumbangan 2.800.000

Beban Perijinan 1.500.000

Beban Materai, Pos & Kurir 1.550.500

Perlengkapan Kantor 8.170.673

Beban Penyusutan 19.466.242

Transportasi 17.678.820

Konsumsi 2.335.508

Lain-Lain 4.847.508

Honor, Komisi, Insentif 4.250.000

Beban Dokumentasi Rapat 500.000

Beban Konsumsi Rapat 4.661.000

Transportasi Rapat 750.000

Adm Bank 1.086.097

Pajak Bunga 1.835.813

Materai Bank 282.000

Beban Pajak PPh 600.000

Jumlah 127.446.161