Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan .Part 1fff
-
Upload
nandpratama -
Category
Documents
-
view
25 -
download
2
description
Transcript of Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan .Part 1fff
PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN
BADAN SEBAGAI UPAYA EFISIENSI PEMBAYARAN
PAJAK PT SINAR SASONGKO
Dosen :
Syafii, SE, M.Ak
Di Susun Oleh :
1. Ryan Yahuda T.P. Pesiwarissa (11023001)
2. Siska Kumala (11023008)
3. Nofita Nurdiana (11023010)
4. Andiko Leksono (11023051)
5. Indra Adi Sukardono (11023065)
6. Dwi Indanah Zulfa (11023057)
7. Yosef Aristo Besin L (12023184)
UNIVERSITAS BHAYANGKARA
TAHUN AJARAN 20013-2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan
HidayahNya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas
sehari-hari.Penyusun juga panjatkan kehadiran ALLAH SWT, karena hanya dengan kerido’an-
NYA Makalah dengan judul “ PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN
BADAN SEBAGAI UPAYA EFISIENSI PEMBAYARAN PAJAK PT SINAR
SASONGKO ” ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari betul sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah ini tidak
akan terwujud dan masih jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
penulis berharap saran dan kritik demi perbaikan-perbaikan lebih lanjut.
Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi yang
membutuhkan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pajak mempunyai kontribusi dari Wajib Pajak kepada negara yang terutang oleh Orang
Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi kemakmuran rakyat. Berdasarkan fungsi pajak yang
ada, fungsi anggaran inilah yang menempatkan pajak sebagai alat bagi pemerintah untuk
menghasilkan penerimaan yang setinggi –tingginya dari sektor pajak. Oleh karena itusetiap
perusahaan memerlukan menejemen agar dapat merencanakan peerencanaan pajak dengan benar
dan sesuai dengan peraturan perundang – undangan. Sebagai perusahaan yang berorientasi laba
maka manajemen akan berusaha untuk mendapatkan laba yang optimal dengan cara
meminimalkan biaya – biaya yang ada. Berikut data laporan pajak penghasilan lima tahun
terakhir PT Sinar Sasongko.
Tabel 1.1 Laporan Pajak Penghasilan PT Sinar Sasongko
Tahun Pajak Pajak Terutang Realisasi
2007 573.994.868 573.994.868
2008 591.747.287 591.747.287
2009 609.106.831 609.106.831
2010 632.838.226 632.838.226
2011 649.064.889 649.046.889
Berdasarkan tarif pajak penghasilan badan tersebut PT Sinar Sasongko harus membayar
pajak sesuai dengan peraturan yang berlaku, PT Sinar Sasongko belum menggunakan
perencanaan pajak sebagai upaya mengefisienkan pembayaran pajak.
Berdasarkan uraian di atas maka kami mengambil tema “Penerapan Perencanaan
Pajak Penghasilan Badan Sebagai Upaya Efsiensi Pembayaran Pajak PT Sinar Sasongko”.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara mengetahui penerapan pajak yang dilakukan PT. Sinar Sasongko dalam
mengefisienkan pajak penghasilan badan ?
b. Bagaimanakah tahapan dalam membuat perencanaan pajak penghasilan badan PT. Sinar
Sasongko ?
c. Bagaimana manajemen pajak yang baik?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apakah penerapan perencanaan pajak yang dilakukan PT Sinar Sasongko
dapat mengefisienkan pajak penghasilan badan
b. Untuk mengetahui tahapan dalam membuat perencanaan pajak
c. Mengetahui manajemen pajak yang baik
1.4 Manfaat
a. Sebagai bahan analisis terhadap aplikasi perencanaan pajak dalam perusahaan
b. Sebagai bahan ajar untuk civitas akademika atau yang membutuhkan pengertian tentang
perencanaan pajak pada perusahaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar-dasar Perpajakan
Pada dasarnya, pajak dipungut oleh Pemerintah untuk membiayai Anggaran Pembiayaan
dan Belanja Negara (APBN). Pemungutan pajak harus didasarkan pada undang-undang
perpajakan yang telah ada. Peraturan perundang-undangan perpajakan yang telah mengatur
tentang pajak Pajak Penghasilan yang berlaku sejak 1 januari 1984 adalah Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan yang sekarang telah diubah menjadi Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008. Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983, sistem
perpajakan yang dianut oleh Negara Indonesia adalah self asessment system. Dalam sistem ini,
wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri kewajiban
pajaknya.
2.2 Pajak Soemitro (dikutip dalam Herry 2011,h.7)
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang – Undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontra – prestasi) yang langsung dapat
ditunjukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
2.3 Fungsi Pajak
Ada dua fingsi pajak yaitu fungsi pendanaan : sebagai salah satu sumber penerimaan
negara yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin
maupun pengeluaran untuk pembangunan, dan fungsi mengatur : pajak yang tinggi akan
dikenakan untuk konsumsi sesuatu yang kurang bermanfaat agar dapat mengurangi gaya hidup
konsumtif, dan tarif pajak untuk ekspor 0%, untuk mendorong ekspor produk Indonesia dipasar
dunia.
2.4 Manajemen Pajak
Manajemen pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar
tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan
likuiditas yang diharapkan (Sophar Lumbantoruan,1996).
Sophar Lumbantoruan seperti yang dikutip oleh Suandy (2011,h.6) mendefinisikan
manajemen pajak adalah cara untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar tetapi
jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba dan
likuiditas yang diharapkan.
Menurut Zain (2005:5) manajemen pajak adalah merupakan suatu proses
mengorganisasikan usaha wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga
hutang pajaknya baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya berada dalam posisi
seminimal mungkin, sepanjang hal ini dimungkinkan oleh ketentuan peraturan perpajakan yang
berlaku.
Tujuan manajemen pajak dapat menjadi dua, yaitu :
a. Menerapkan peraturan perpajakan secara benar
b. Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya
Tujuan manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen pajak yang
terdiri atas:
1. Perencanaan Pajak (Tax Planning)
Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini
dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis
tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak
adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak.
Perencanaan pajak merupakan tindakan legal pengendalian transaksi terkait dengan
konsekuensi potensi pajak, pajak yang dapat mengefisiensikan jumlah pajak yang ditransfer ke
pemerintah.
Tujuan Perencanaan Pajak adalah merekayasa agar beban pajak (Tax Burden) serendah
mungkin dengan memanfaatkan peraturan yang ada tetapi berbeda dengan tujuan pembuatan
Undang-undang maka tax planning disini sama dengan tax avoidance karena secara hakikat
ekonomis kedua-duanya berusaha untuk memaksimalkan penghasilan setelah pajak (after tax
return) karena pajak merupakan unsur pengurang laba yang tersedia baik untuk dibagikan
kepada pemegang saham maupun diinvestasikan kembali.
Dalam buku Mohammad Zain (2006 : 67) pengertian perencanaan pajak adalah sebagai
berikut: “Perencanaan pajak merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi
potensi pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi
pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefisienkan jumlah
pajak yang akan di transfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut sebagai penghindaran pajak
(tax avoidance) dan bukan penyeludupan pajak (tax evasion) yang merupakan tindak pidana
fiskal yang tidak akan di toleransi. Walaupun kedua cara tersebut kedengarannya mempunyai
konotasi yang sama sebagai tindak kriminal, namun suatu hal yang jelas berbeda disini bahwa
penghindaran pajak adalah perbuatan legal yang masih dalam ruang lingkup pemajakan dan
tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, sedang penyeludupan
pajak jelas-jelas merupakan perbuatan illegal yang melanggar ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan”
Perencanaan perpajakan umumnya selalu dimulai dengan meyakinkan apakah suatu
transaksi atau fenomena terkena pajak.Kalau fenomena tersebut terkena pajak, apakah dapat
diupayakan untuk dikecualikan atau dikurangi jumlah pajaknya, selanjutnya apakah pembayaran
pajak dimaksud dapat ditunda pembayarannya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, setip wajib
pajak akan membuat rencana pengenaan pajak atas setiap tindakan secara seksama. Dengan
demikian, bisa dikatakan bahwa perencanaan pajak adalah proses pengambilan faktor non pajak
yang material untuk menentukan:
a. Apakah
b. Kapan
c. Bagaimana, dan
d. Dengan siapa dilakukan transaksi, operasi, dan hubungan dagang yang memungkinkan
tercapainya beban pajak pada tax events yang serendah mungkin dan sejalan dengan
tercapainya tujuan perusahaan.
2. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan (Tax Implementation)
Setelah tahap perencanaan, maka langkah selanjutnya adalah mengimpelementasikannya
baik secara formal maupun material.Harus dipastikan bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan
telah memenuhi peraturan perpajakan yang berlaku.manajemen pajak tidak dimaksudkan untuk
melanggar peraturan dan jika dalam pelaksanaanya menyimpang dari peraturan yang berlaku,
maka praktik tersebut telah menyimpang dari tujuan manajemen pajak.
Untuk mencapai tujuan manajemen pajak ada dua hal yang perlu dikuasai dan
dilaksanakan, yaitu :
a. Memahami ketentuan peraturan perpajakan
b. Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat
Apabila implementasi tax planning pada perusahaan dilakukan secara baik dan benar, hal
tersebut akan memberikan beberapa manfaat bagi perusahaan yang diantaranya, adalah:
a. Penghematan kas keluar, pajak dianggap sebagai unsur biaya yang dapat diminimalisasi
dalam proses operasional perusahaan.
b. Mengatur aliran kas, dengan tax planning yang dikelola secara cermat, perusahaan dapat
menyusun anggaran kas secara lebih akurat, mengestimasi kebutuhan kas terhadap pajak dan
menentukan waktu pembayarannya, sehingga tidak terlalu awal atau terlambat yang
mengakibatkan denda atau sanksi.
3. Pengendalian Pajak (Tax Contol)
Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak telah dilaksanakan
sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah memenuhi persyaratan formal maupun
material.Hal terpenting dalam pengendalian pajak adalah pemeriksaan pembayaran pajak.Oleh
sebab itu, pengendalian dan pengaturan arus kas sangat penting dalam strategi penghematan
pajak.
2.5 Motivasi Perencanaan Pajak
Motivasi yang mendasari dilakukannya suatu perencanaan pajak umumnya bersumber
dari tiga unsur perpajakan, yaitu :
a. Kebijakan Perpajakan
b. Undang –undang Perpajakan
c. Administrasi Perpajakan
2.6 Tahapan Dalam Membuat Perencanaan Pajak
Dalam arus globalisasi, seorang manajer harus memperhitungkan adanya kegiatan
bersifat lokal untuk membuat suatu perencanaan pajak, karena itu perusahaan hasus mempunyai
strategi perencanaan secara menyeluruh.
Urutan tahap –tahap berikut ini :
1. Menganalisis Informasi yang ada
2. Membuat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak.
3. Mengevaluasi pelaksanaan rencana pajak.
4. Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak.
5. Memutakhirkan rencana pajak.
2.7 Strategi Dalam Perencanaan Pajak
a. Tax Saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif pengenaan
pajak dengan tarif yang lebih rendah.
b. Tax Avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan menghindari pengenaan
pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek pajak.
c. Menghindari Pelanggaran atas Peraturan Perpajakan dengan menguasai peraturan pajak yang
berlaku, perusahaan dapat menghindari timbulnya sanksi perpajakan
d. Menunda Pembayaran Kewajiban Pajak menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa
melanggar peraturan yang berlaku dapat dilakukan melalui penundaan pembayaran PPN.
e. Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan Wajib Pajak sering kurang memperoleh
informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan yang merupakan pajak
dibayar dimuka.
2.8 Pajak Penghasilan
Definisi Penghasilan menurut Undang – undang PPh Pasal 4 ayat (1) UU Nomor 7 tahun
1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – undang Nomor 36 tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan,yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
Pajak penghasilan menurut Prabowo (2004:21) mengandung dua pengertian yang
disatukan dengan yang lainnya. Pengertian pertama mengenai arti pajak secara bebas dapat
dikatakan sebagai suatu kewajiban kenegaraan berupa pengabdian serta peran aktif warga negara
dan anggota masyarakat untuk membiayai berbagai keperluan negara yang berupa pembangunan
nasional yang pelaksanaannya diatur dalam undang-undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan
kesejahteraan bangsa dan negara. Sementara penghasilan adalah jumlah uang yang diterima atas
usaha yang dilakukan oleh perseorangan, badan, dan bentuk usaha lainnya yang dapat digunakan
untuk aktivitas 3 ekonomi seperti mengkonsumsi dan/atau menimbun serta menambah kekayaan.
Dengan demikian, secara garis besar, pajak penghasilan merupakan pajak yang dikenakan
atas penghasilan yang diterima atau diperoleh subjek pajak dalam satu masa pajak.
Sesuai dengan Undang–undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
Terutang Tarif PPh Pasal 31huruf e.
Wajib pajak dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000
(lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh
persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang
dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
Perhitungan PPh terutang berdasarkan Pasal 31E dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Jika Peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000 maka perhitungan PPh terutangyaitu
sebagai berikut:
PPh terutang = 50% X 25% X seluruh penghasilan Kena Pajak.
2. Penghasilan bruto lebih dari Rp 4.800.000.000 sampai dengan Rp 50.000.000.000 maka
perhitungan PPh terutang yaitu sebagai berikut:
Perhitungan penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas
yaitu :
Perhitungan Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh
fasilitas yaitu Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh
fasilitas.
2.9 Perencanaan Pajak untuk Pajak Penghasilan
a. Penghasilan yang Menjadi Objek Pajak
b. Penghasilan yang Dikecualikan sebagai Objek Pajak
c. Penghasilan yang Pajaknya Dikenakan secara Final
d. Biaya yang Boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto
e. Biaya yang Tidak Boleh Dikurangkan dari Penghasilan Bruto
f. Biaya yang Boleh Dikurangkan Sebesar 50%
2.10 Strategi untuk Mengefisienkan Beban PPh Badan
a. Pemilihan alternatif dasar pembukuan, basis kas atau basis akrual.
b. Pengelolaan transaksi yang berkaitan dengan pemberi kesejahteraan kepada karyawan.
c. Pemilihan metode penilaian persediaan.
d. Pemilihan sumber dana dalam pengadaan asset tetap.
e. Pemilihan metode penyusutan aset tetap dan amortisasi aset tidak berwujud.
f. Transaksi yang beraitan dengan pemungutan pajak (withholding tax).
g. Optimalisasi pengkreditan pajak yang telah dibayar.
h. Permohonan penurunan pembayaran angsuran masa (PPh Pasal 25 bulanan).
i. Pengajuan surat keterangan bebas (SKB) PPh Pasal 22 dan Pasal 23.
j. Rekonsliasi SPT.
k. Penyertaan modal pada perseroan terbatas dalam negeri.
2.11 Koreksi Fiskal
1. .Koreksi Fiskal Positif adalah koreksi / penyesuaian yang akan mengakibatkan
meningkatnya laba kena pajak yang pada akhirnya akan membuat PPh Badan terhutangnya
juga akan meningkat.
2. Koreksi Fiskal Negatif adalah penyesuaian yang akan mengakibatkan menurunnya laba kena
pajak yang membuat PPh badan terhutangnya juga akan menurun.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini di kumpulkan referensi tentang hal–hal yang berhubungan dengan
bagaimana pelaksanaan perencanaan pajak sebagai upaya efisiensi pembayaran pajak.
Menurut Emzir (2008,h.28) analisis dapat dilakukan dengan cara pendekatan kuantitatif,
pendekatan kualitatif dan pendekatan mixed methods.
1. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang secara primer menggunakan paradigm
Postpositivist yang secara primer menggunakan ilmu pengetahuan (seperti pemikiran Sebab
akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis dan pertanyaan spesifik menggunakan pengukuran
dan observasi, serta pengujian teori) menggunakan strategi penilaian seperti eksperimen dan
survei yang memerlukan data statistik.
2. Pendekatan kualitatif adalah merupakan salah satu pendekatan yang secara primer
menggunakan paradigma pengetahuan berdasarkan struktivist (seperti makna jamak dan
pengalaman individual, makna yang secara sosial dan historis dibangun dengan maksud
mengembangkan satu teori atau pola) atau pandangan advokasi / partisipatori (seperti
orientasi politik, isu, kolaboratif atau orientasi perubahan) atau keduanya
3. Pendekatan mixed methods merupakan salah satu pendekatan yang cenderung didasarkan
pada paradigma pengetahuan pragmatik (seperti orientasi konsekuensi, orientasi masal ah
dan pluralistik). Pendekatan ini menggunakan strategi penelitian yang melibatkan
pengumpulan data baik secara simultan maupun secara sequensial untuk memahami masalah
penelitian sebaik–baiknya.Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif yang secara primer menggunakan paradigma pengetahuan berdasarkan
struktivist seperti makna jamak dan pengalaman individual, dengan maksud peneliti dapat
mendeskripsikan secara jelas dan rinci tentang analisis yang akan digunakan dalam
penelitian ini dengan menyajikan uraian mengenai apakah penerapan perencanaan pajak
penghasilan dapat mengefisienkan pembayaran pajak PT Sinar Sasongko.
3.2 Objek / Subjek Penelitian
Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan suatu data dengan tujuan
tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid dan reliable. Dalam sub bab ini yang menjadi objek
dalam penelitian adalah PT Sinar Sasongko yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit.
Sedangkan subjeknya adalah laporan keuangan PT Sinar Sasongko yang akan diteliti lebih dalam
lagi tentang laporan keuangan yang tidak menggunakan perencanaan perpajakan.
Alasan penulis memilih PT Sinar Sasongko sebagai objek penelitian karena penulis ingin
melihat apakah penerapan perencanaan pajak dalam pengelolaan keuangan pada PT Sinar
Sasongko dapat mengefisienkan pembayaran pajak penghasilan perusahaan.
3.3 Pemilihan Informan Kunci
Dalam sub bab ini peneliti menggunakan informan sebagai sumber data penelitian atau
yang berhubungan secara langsung dengan penelitian tidak menggunakan populasi dan sampel,
karena bentuk penelitiannya merupakan penelitian deskriptif.
3.4 Jenis Data
Dilihat dari cara memperolehnya dapat disimpulkan bahwa jenis data terbagi menjadi dua
yaitu data primer dan data skunder.
a. Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber
asli tanpa melalui media perantara dan secara khusus dikumpulkan peneliti untuk menjawab
pertanyaan–pertanyaan peneliti.
b. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
lengsung atau melalui media perantara. Data sekunder yang umumnya berupa bukti, catatan
atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan kumpulan dari nilai–nilai yang mencerminkan karakteristik dari
individu–individu dari suatu populasi. Data bisa berupa angka, huruf maupun gambar. Beberapa
teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu dengan cara :
1. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan percakapan dalam
bentuk tanya jawab secara lisan. Proses percakapan dapat dilakukan dengan tatap muka.
2. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara diperoleh melalui dokumen–
dokumen. Data–data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi cenderung merupakan
data sekunder.
3. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan memerlukan pengamatan–pengamatan
secara langsung atau seksama pada pelaksanaan operasi perusahaan untuk mendapatkan data
yang sistematis dan objektif.
4. Studi Literatur berisi uraian tentang teori, temuan dan bahan peneliti lain yang diperoleh dari
bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian. Uraian dalam studi literatur ini
diarahkan untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas tentang pemecahan masalah yang
sudah diuraian dalam rumusan masalah. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk
memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam melakukan penelitian
mengenai penerapan perencanaan pajak penghasilan sebagai upaya efisiensi pembayaran
pajak PT Sinar Sasongko dalam keadaan yang sebenarnya.
3.6 Teknik Analisis Data
Metode analisis dapat dilakukan dengan cara :
1. Analisis Kualitatif adalah analisis yang dilakukan jika data yang dikumpulkan hanya sedikit,
bersifat monografis atau berwujud kasus–kasus, sehingga tidak dapat disusun kedalam
struktur klasifikatoris.
2. Analisis Kuantitatif adalah analisis yang dilakukan jika data yang dikumpulkan berjumlah
besar dan mudah diklasifikasikan kedalam kategori.
Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang dipergunakan dalam penelitian
ini dengan menggunakan teknik analisis kualitatif. Teknik analisis yang akan digunakan dalam
penelitian ini dengan mengumpulkan, menyajikan dan menguraikan data mengenai apakah
penerapan perencanaan pajak penghasilan dapat mengefisienkan pembayaran pajak PT Sinar
Sasongko.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Objek Penelitian PT. Sinar Sasongko berdiri tanggal 30 september 1991 berdasarkan akte
Notaris Tina Chandra Gerung, SH. Nomor 81/SPK/1991. Perusahaan yang didirikan oleh Bapak
Indra Gumulja, dkk ini bergerak di bidang produksi dan penjualan kelapa sawit yang berpusat di
jalan Branjangan No 5 Rt 24 – 9 Ilir Palembang Sumatra Selatan dan mempunyai lokasi di
Kebun Jaya Bakti, Mesuji Ogan Komering Ilir (OKI). PT. Sinar Sasongko hanya memfokuskan
diri pada perkebunan saja. PT. Sinar Sasongko memiliki hubungan dengan PT. Sumsel Oil
Refinery dan PT. Sinar Medali Mas sebagai perusahaan pengolah TBS menjadi minyak goreng.
Dua perusahaan ini adalah perusahaan swasta. Hubungan antara PT. Sinar Sasongko dengan PT.
Sumsel Oil Refinery dan PT. Sinar Medali Mas hanyalah hubungan antar penjual dan pembeli.
Tidak ada kerjasama khusus lainnya. Jumlah pekerja pada PT. Sinar Sasongko 243 orang yang
meliputi 43 orang executive committee dan 200 buruh pekerja.
4.1.1 Struktur Organisasi PT. Sinar Sasongko
Struktur organisasi ini berguna untuk mengetahui jabatan–jabatan yang ada dalam
organisasi, tingkat kedudukan, dan hubungan–hubungan wewenang dan tanggung jawab yang
ada dalam organisasi. Struktur organisasi juga memegang peranan penting di dalam perusahaan
terutama dalam menjalin kerja sama antar bagian dalam perusahaan tersebut. Struktur organisasi
pada PT Sinar Sasongko dapat dilihat pada gambar 4.1
4.2 Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.2.1 Hasil Penelitian
Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan
perpajakan dan digunakan untuk perhitungan pajak. Dalam laporan keuangan ini tersedia
informasi yang menyangkut posisi keuangan atau perubahan posisi keuangan suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah bersar pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan.
PT Sinar Sasongko merupakan perusahaan yang juga melakukan pembukuan untuk
menyediakan informasi yang menyangkut laporan keuangan perusahaan agar dapat dinilai
kinerjanya. Berikut laporan Laba/ Rugi PT Sinar Sasongko untuk tahun yang berakhir 2011.
Laporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2011
(Sebelum Perencanaan Pajak)
Keterangan Menurut Akuntansi PENDAPATAN Penjualan TBS Rp 11,597,741,567
JUMLAH PENDAPATAN Rp 11,597,741,567 BIAYA OPERASIONAL Upah tenaga kerja harian Rp 1,124,235,800 Biaya Pengangkutan TBS Rp 113,751,750 Biaya Perlengkapan Panen Rp 33,508,000 Biaya Sarana dan Prasarana Rp 749,474,300 Biaya Pembelian Pupuk Rp 2,093,254,200 Biaya Pembelian Racun Hama Rp 16,197,500 Biaya Pemeliharaan Tanaman Rp 333,500
JUMLAH BIAYA OPERASIONAL Rp 4,130,755,050 BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI Biaya Gaji Rp 2,233,982,800 Jamsostek Rp 3,351,900 Biaya Keperluan Kantor Rp 567,953,700 Biaya Keperluan Bengkel Rp 11,907,925 Biaya Telepon, Air, Listrik Rp 20,124,100 Biaya Bahan Bakar Minyak Rp 654,934,500 Biaya Bank Rp 7,042,000 Biaya Bangunan Rp 28,977,100 Biaya Kendaraan Rp 292,003,350 Biaya Mesin Rp 8,888,000 Biaya Parkir Rp 247,000 Biaya Bunga Rp 119,000 Biaya Rupa - Rupa Pajak Rp 101,167,900 Biaya Asuransi Rp 55,719,900 Rp 206,856,382 JUMLAH BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI Rp 4,193,257,557
JUMLAH BIAYA Rp 8,324,030,607 LABA BERSIH SEBELUM PAJAK Rp 3,273,710,960
PT Sinar Sasongko hanya menyajikan laporan Laba/ Rugi karena untuk melihat
pencapaian laba yang telah dianggarkan dan mengeluarkan biaya–biaya yang diperlukan selama
kegiatan perusahaan berlangsung. Dari laporan keuangan yang telah disajikan dapat dihitung
biaya pajak terutang PT Sinar Sasongko sebesar :
Laba fiscal Rp. 3.273.710.960
Tarif pasal 31E UU No 36 Tahun 2008 untuk pajak penghasilan wajib pajak badan tahun 2011
dalam perhitungan PPh terutang
1. Jumlah penghasilan kena pajak yang memperoleh fasilitas :
(Rp 4.800.000.000 :Rp 11.597.741.567.) X Rp 3.273.710.960 = Rp 1.354.902.807.
2. Jumlah penghasilan kena pajak yang tidak memperoleh fasilitas:
Rp 3.273.710.960. – Rp 1.354.902.807. = Rp 1.918.808.153.
3. Pajak penghasilan yang terutang :
(50% X25% X Rp1.354.902.807) + (25%X Rp1.918.808.153) =
(Rp 169.362.850.) + (Rp 479.7032.038.) =
Rp 649.064.889.
Penghasilan kena pajak terutang tahun 2011 Rp 649.064.889.
Laba bersih setelah pajak Rp 2.624.646
Dari perhitungan yang dilakukan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi
kewajiban perpajakan PT Sinar Sasongko termasuk nominal yang tidak sedikit yaitu sebesar Rp
649.064.889, jadi setiap bulan PT Sinar Sasongko dikenakan biaya untuk kewajiban
perpajakannya adalah sebesar Rp 54.088.740. Kewajiban perpajakan yang dilaksanakan oleh PT
Sinar Sasongko sudah sesuai dengan kewajiban menurut peraturan pemerintah.
Perencanaan melalui PPh Ps.21 KaryawanAnalisis Kasus:1. Pajak Ditanggung PerusahaanGaji setahun Rp 50.000.000Pengurang:Biaya jabatan (5%) = Rp 2.500.000Iuran Pensiun (1%) = Rp 1.000.000Iuran THT (1,5%) = Rp 700.000PTKP (K/3) = Rp 32.400.000
Rp 36.150.000 PKP Rp 13.850.000PPh = 5% x Rp 13.850.000 = Rp 692.500Jadi pengeluaran perusahaan sebesar Rp. 50.692.500 yang mana Rp. 692.500 ditanggung perusahaan namun menurut pasal 9 UU PPh Pasal 5 Per /2009 pajak yang ditanggung tidak boleh diakui sebagai biaya, oleh karena itu perusahaan kami anjurkan menggunakan tunjangan pajak.
2. Pemberian Tunjangan PajakGaji setahun Rp 50.000.000Tunjangan Pajak Rp 1.500.000Jumlah Penghasilan Bruto Rp 51.500.000Pengurang:Biaya jabatan (5%) = Rp 2.570.000Iuran Pensiun (2%) = Rp 1.030.000Iuran THT (1,5%) = Rp 772.000
PTKP (K/3) = Rp 32.400.000 Rp 36.777.500
PKP Rp 14.723.000PPh = 5% x Rp 14.723.000 = Rp 763.150Kena tunjangan pajak dapat diakui sebagai biaya, maka ada koreksi fiskal terhadap laporan
keuangan.
4.2.2 Hasil Pembahasan
Dari hasil laporan Laba/Rugi PT Sinar Sasongko yang telah disajiakn tadi, peneliti
membuat laporan keuangan fiskal. Berikut adalah laporan keuangan fiskal PT Sinar Sasongko :
Tabel 4.2 Laporan Laba / Rugi PT Sinar Sasongko Menurut Koreksi.
Laporan Laba / Rugi
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2011
Keterangan Menurut Akuntansi Koreksi Fiskal Menurut Akuntansi PENDAPATAN Penjualan TBS Rp 11,597,741,567 Rp 11,597,741,567
JUMLAH PENDAPATAN Rp 11,597,741,567 Rp 11,597,741,567 BIAYA OPERASIONAL Upah tenaga kerja harian Rp 1,124,235,800 Rp 1,124,235,800 Biaya Pengangkutan TBS Rp 113,751,750 Rp 113,751,750 Biaya Perlengkapan Panen Rp 33,508,000 Rp 33,508,000 Biaya Sarana dan Prasarana Rp 749,474,300 Rp 749,474,300 Biaya Pembelian Pupuk Rp 2,093,254,200 Rp 2,093,254,200 Biaya Pembelian Racun Hama Rp 16,197,500 Rp 16,197,500 Biaya Pemeliharaan Tanaman Rp 333,500 Rp 333,500
JUMLAH BIAYA OPERASIONAL Rp 4,130,755,050 Rp 4,130,755,050 BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI Biaya Gaji Rp 2,233,982,800 Rp 2,233,982,800 Jamsostek Rp 3,351,900 Rp 3,351,900 Biaya Keperluan Kantor Rp 567,953,700 Rp (60,000,000) Rp 627,953,700 Biaya Keperluan Bengkel Rp 11,907,925 Rp 11,907,925 Biaya Telepon, Air, Listrik Rp 20,124,100 Rp 20,124,100 Biaya Bahan Bakar Minyak Rp 654,934,500 Rp 654,934,500 Biaya Bank Rp 7,042,000 Rp 7,042,000 Biaya Bangunan Rp 28,977,100 Rp 28,977,100 Biaya Kendaraan Rp 292,003,350 Rp 292,003,350 Biaya Mesin Rp 8,888,000 Rp 8,888,000 Biaya Parkir Rp 247,000 Rp 247,000 Biaya Bunga Rp 119,000 Rp 119,000 Biaya Rupa - Rupa Pajak Rp 101,167,900 Rp 300,000,000 Rp 401,167,900
Biaya Asuransi Rp 55,719,900 Rp 55,719,900 Rp 206,856,382 Rp 206,856,382
JUMLAH BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI Rp 4,193,257,557
Rp (360,000,000) Rp 4,553,275,557
JUMLAH BIAYA Rp 8,324,030,607 Rp (360,000,000) Rp 8,684,030,607
LABA BERSIH SEBELUM PAJAK Rp 3,273,710,960 Rp 2,913,710,953
Koreksi Fiskal yang dilakukan oleh peneliti yaitu pada biaya umum dan administrasi.
1. Biaya umum dan administrasi
a. Biaya Keperluan Kantor PT Sinar Sasongko memberikan biaya pengembangan sumber
daya manusia kepada karyawan untuk lokasi perkebunan guna meningkatkan keamanan
perusahaan.
Dalam undang–undang perpajakan pasal 6 ayat 1 huruf g yaitu biaya beasiswa,
magang, dan pelatihan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) diperkenankan
ditambah pada biaya perusahaan, karena dapat menunjang keamanan dilokasi dan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan serta SDM terebut mendapat bekal untuk dapat
melaksanaan tugas dan tanggung jawabnya secara lebih baik.
Tabel 4.3 Laporan Laba / Rugi PT Sinar Sasongko
Laporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2011
(Sesudah Perencanaan Pajak)
Keterangan Menurut Akuntansi
PENDAPATAN
Penjualan TBS Rp 11,597,741,567
JUMLAH PENDAPATAN Rp 11,597,741,567
BIAYA OPERASIONAL
Upah tenaga kerja harian Rp 1,124,235,800
Biaya Pengangkutan TBS Rp 113,751,750
Biaya Perlengkapan Panen Rp 33,508,000
Biaya Sarana dan Prasarana Rp 749,474,300
Biaya Pembelian Pupuk Rp 2,093,254,200
Biaya Pembelian Racun Hama Rp 16,197,500
Biaya Pemeliharaan Tanaman Rp 333,500
JUMLAH BIAYA OPERASIONAL Rp 4,130,755,050
BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI
Biaya Gaji Rp 2,233,982,800
Jamsostek Rp 3,351,900
Biaya Keperluan Kantor Rp 627,953,700
Biaya Keperluan Bengkel Rp 11,907,925
Biaya Telepon, Air, Listrik Rp 20,124,100
Biaya Bahan Bakar Minyak Rp 654,934,500
Biaya Bank Rp 7,042,000
Biaya Bangunan Rp 28,977,100
Biaya Kendaraan Rp 292,003,350
Biaya Mesin Rp 8,888,000
Biaya Parkir Rp 247,000
Biaya Bunga Rp 119,000
Biaya Rupa - Rupa Pajak Rp 401,167,900
Biaya Asuransi Rp 55,719,900
Rp 206,856,382
JUMLAH BIAYA UMUM DAN ADMINISTRASI Rp 4,553,275,557
JUMLAH BIAYA Rp 8,684,030,607
LABA BERSIH SEBELUM PAJAK Rp 2,913,710,953
Dari laporan laba/ rugi setelah dilakukan koreksi fiskal maka dapat dihitung pajak
penghasilan badan PT Sinar Sasongko sebagai berikut:
Laba fiscal Rp. 2.913.710.953.
Tarif pasal 31E UU No 36 Tahun 2008 untuk pajak penghasilan wajib pajak badan tahun 2011
dalam perhitungan PPh terutang :
1. Jumlah penghasilan kena pajak yang memperoleh fasilitas :
(Rp 4.800.000.000 : Rp 11.597.741.567) X Rp 2.913.710.953 = Rp 1.330.070.386.
2. Jumlah penghasilan kena pajak yang tidak memperoleh fasilitas :
Rp 2.913.710.953. – Rp 1.330.070.386;. = Rp 1.583.890.573.
3. Pajak penghasilan yang terutang :
(50% X 25% X Rp 1.330.070.386.) + (25% X Rp 1.583.890.573) =
(Rp 166.258.798.) + (Rp 395.972.643.) = Rp 562.231.441
Penghasilan kena pajak terutang tahun 2011 Rp 562.231.441;
Laba bersih setelah pajak Rp. 2.351.479.512. Atau dapat disimpulkan pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Perbandingan Sebelum dan Sesudah Perencanaan Pajak
Keterangan Koreksi Sebelum Koreksi Sesudah Selisih
Laba Kena Pajak 3.273.710.960 2.913.710.953 360.000.000
PPh terutang 649.064.889 562.231.441 86.833.448
Laba sesudah pajak 2.624.646.071 2.351.479.512 273.166.559
Koreksi 273.166.559
Dari perhitungan diatas dapat terlihat jumlah pajak penghasilan yang terutang
mempunyai perbedaan yaitu dari Rp 649.064.889. (sebelum perencanaan pajak) menjadi Rp
637.168.941. (sesudah perencanaan pajak). Efisiensi yang dapat diperoleh dari perencanaan
tersebut dengan memanfaatkan peraturan UU No 36 Tahun 2008 tarif pasal 31E untuk tarif wajib
pajak badan tahun 2011 adalah sebesar Rp 11.895.948.
PT Sinar Sasongko merupakan wajib pajak yang taat. Hal ini terlihat dari tidak adanya
sanksi atau denda atas keterlambatan pemenuhan kewajiban perpajakan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka
kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini yaitu :
Sebelum melakukan perencanaan pajak, jumlah pajak yang dibayar PT Sinar Sasongko
sebesar Rp.649.064.889, setelah dilakukan perencanaan pajak jumlah pajak yang dibayar adalah
sebesar Rp. 562.231.441, artinya ada penghematan pajak sebesar Rp 86.833.448, penghematan
ini terjadi karena PT Sinar Sasongko memberikan pelatihan kepada karyawan atau memberikan
pengembangan SDM, hal ini diperbolehkan dalam undang–undang pajak penghasilan nomor 36
tahun 2008 pasal 6 ayat 1 huruf g, sehingga dapat mengurangi laba setelah pajak.
Apa yang dilakukan oleh PT Sinar Sasongko adalah salah satu contoh murni dari
perlukan tax planning di dunia bisnis. Perlu digaris bawahi bahwa tax planning yang diterapkan
oleh PT Sinar Sasongko adalah sesuai dengan ketetapan hukum dan sesuai ketentuan perundang
undangan, bukan merupakan tindakan tax avoiding yang melanggar hukum.
5.2 Saran
Berdasarkan uraian dari analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis
dapat memberikan saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi PT Sinar Sasongko
sehubungan dengan upaya untuk mencapai beban pajak yang efisien. Saran–sarannya adalah :
1. PT Sinar Sasongko perlu meningkatkan pengetahuan yang menyangkut tentang perencanaan
pajak supaya karyawan dan perusahaan benar–benar memahami peraturan perpajakan
berdasarkan undang–undang yang berlaku.
2. Perusahaan harus selalu aktif mengikuti perubahan dan perkembangan yang ada, hal ini
dilakukan supaya terhindar dari tindakan yang melanggar aturan perpajakan, yang dapat
mengakibatkan kerugian karena dapat dianggap sebagai penggelapan pajak (tax evasion).
3. PT Sinar Sasongko mengetahui manfaat dari perencanan pajak yaitu meminimalkan beban
pajak untuk memperoleh laba yang maksimal, maka dari itu perusahaan harus melakukan
perencanaan pajak dengan tepat, agar dapat melakukan penghematan.
DAFTAR PUSTAKA
Emzir 2008, Metodologi PenelitianPendidikan Kuantitatif dan Kualitatif,Rajawali Pers, Jakarta.
Jawak, Eni Ramayanti Br 2009,Penerapan Tax Planning Atas Pajak Penghasilan Badan Pada
PT AgriconPutra Citra Optima Cabang Medan.
Manggunsong, Soddin 2002, Penerapan Tax Planning Dalam Mengefisienkan Pembayaran
Pajak Penghasilan.
Mardiasmo 2006, Perpajakan Edisi Revisi 2006, Andi Offset, Yogjakarta.
Purwono, Herry 2010, Dasar – Dasar Perpajakan dan Akuntansi Pajak,Erlangga, Jakarta.
Resmi, Siti 2011, Perpajakan Teori dan Kasus, Edisi Enam Buku Satu, SalembaEmpat, Jakarta.
Silaen, Parulian 2011, Peneraapan Tax Planning Terhadap PPh Sebagai Upaya Efisiensi
Pembayaran Pajak Pada PT Perkebunan Sumatera Utara.
Suandy, Erly 2011, Perencanaan Pajak, Edisi Lima, Salemba Empat, Jakarta.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 mengenai Perubahan Keempat atasUndang-Undang No. 17
Tahun 2000tentang Pajak Penghasilan, PT. Cipta Bina Parama, Jakarta.