Analisis Penerapan Kebijakan Tax Amnesty Indonesia dalam ...
Transcript of Analisis Penerapan Kebijakan Tax Amnesty Indonesia dalam ...
Universitas Katolik Parahyangan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Terakreditasi A
SK BAN –PT NO: 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014
Analisis Penerapan Kebijakan Tax Amnesty Indonesia
dalam Merespons Fenomena Panama Papers
Skripsi
Oleh
Zalika Dwi Affryna
2015330164
Bandung
2019
Universitas Katolik Parahyangan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Terakreditasi A
SK BAN –PT NO: 451/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014
Analisis Penerapan Kebijakan Tax Amnesty Indonesia
dalam Merespons Fenomena Panama Papers
Skripsi
Oleh
Zalika Dwi Affryna
2015330164
Pembimbing
Stanislaus Risadi Apresian, S.IP, M.A.
Bandung
2019
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Hubungan Internasional
Tanda Pengesahan Skripsi
Nama : Zalika Dwi Affryna
Nomor Pokok : 2015330164
Judul : Analisis Penerapan Kebijakan Tax Amnesty Indonesia
dalam Merespons Fenomena Panama Papers
Telah diuji dalam Ujian Sidang jenjang Sarjana
Pada Selasa, 8 Januari 2019
Dan dinyatakan LULUS
Tim Penguji
Ketua sidang merangkap anggota
Dr. A. Irawan Justiniarto H. : ________________________
Sekretaris
Stanislaus Risadi Apresian, S.IP., M.A. : ________________________
Anggota
Dr. Aknolt Kristian Pakpahan : ________________________
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Dr. Pius Sugeng Prasetyo, M.Si
i
PERNYATAAN
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama : Zalika Dwi Affryna
NPM : 2015330164
Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional
Judul : Analisis Penerapan Kebijakan Tax Amnesty Indonesia dalam
Merespons Fenomena Panama Papers
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini merupakan hasil karya tulis ilmiah sendiri
dan bukanlah merupakan karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
akademik oleh pihak lain. Adapun karya atau pendapat pihak lain yang dikutip,
ditulis sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang berlaku.
Pernyataan ini saya buat dengan penuh tanggung jawab dan bersedia menerima
konsekuensi apapun sesuai aturan yang berlaku apabila dikemudian hari diketahui
bahwa pernyataan ini tidak benar.
Bandung, 8 Januari 2019
Zalika Dwi Affryna
ii
ABSTRAK
Nama : Zalika Dwi Affryna
NPM : 2015330164
Judul : Analisis Penerapan Kebijakan Tax Amnesty Indonesia dalam
Merespons Fenomena Panama Papers
Semenjak kebocoran dokumen sebesar 2,6 TB—berisikan aktivitas offshore
investment yang dilakukan dalam firma hukum Mossack Fonseca—dipublikasikan
kepada seluruh dunia, berbagai negara mencoba untuk menindaklanjutinya
dengan cara yang beragam. Indonesia yakin bahwa mengimplementasikan
kebijakan tax amnesty merupakan cara efektif guna meminimalisir dampak
berkesinambungan dari fenomena yang disebut sebagai Panama Papers, sekaligus
mereformasi sistem perpajakan yang dipercayai masih terdapat kelemahan. Maka,
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses dan hasil upaya pemerintah
Indonesia untuk menerapkan kebijakan tax amnesty guna merespons fenomena
Panama Papers, beiringan dengan pertanyaan penelitian yaitu, apa dampak
Panama Papers terhadap sektor pajak Indonesia dan bagaimana Indonesia
menyikapinya melalui kebijakan tax amnesty? Dalam menjawab pertanyaan
penelitian tersebut, penulis akan menggunakan teori Realisme Neo-Klasik dengan
metode penelitian kualititatif melalui studi dokumen. Pada akhirnya, penulis
menemukan bahwa Panama Papers membuahkan tingkat penghindaran pajak yang
besar dikarenakan tidak sedikit masyarakat Indonesia yang melakukan aktivitas
offshore sehingga menghambat proses penerimaan pajak. Hal ini menghasilkan
ratifikasi kebijakan tax amnesty oleh DPR. Tekanan dari berbagai pihak
mengakibatkan hasil kebijakan tax amnesty yang kurang dari ekspektasi. Namun,
terlepas dari semua itu tax amnesty Indonesia merupakan yang terbaik sepanjang
masa dan sukses dalam menyikapi Panama Papers.
Kata Kunci: Panama Papers, Tax Amnesty, offshore investment, pajak
iii
ABSTRACT
Name : Zalika Dwi Affryna
Student Number : 2015330164
Title : The Analysis of the Implementation of Indonesia’s Tax
Amnesty Policy in Response towards the Panama Papers
Phenomenon
Since the leak of 2.6 TB of data—consisting activities of offshore
investments based in Mossack Fonseca’s law firm—were published worldwide,
states from across the world made various attempts in response towards this
phenomenon. Indonesia believes that implementing tax amnesty policy would be an
effective approach to further reduce the impact that the Panama Papers would
cause, in addition to that it would also reformed Indonesia’s taxation system away
from deficiency. Therefore, the purpose of this research is to analyze the process
and results of Indonesia’s tax amnesty policy as an attempt to respond the Panama
Papers phenomenon. Question arises within the research is what is the impact of
the Panama Papers towards Indonesia’s taxation system and how would Indonesia
respond to it through its tax amnesty policy? To answer the research question
provided, the author will apply Neo-Classical Realism as its theoretical framework
followed by a qualitative method as its approach, through the study of qualitative
documents. Research finds that the level of tax avoidance are in a great risk, the
reason for this is because of the big amount of people that is involved in offshore
activities coming from the Panama Papers. This phenomenan also caused the
ratification of tax amnesty by the Indonesia’s legislative system to come to a
success. The pressure coming from several actors caused tax amnesty policy to
experience a disvantage to fulfill its target. However, despite the previous
statement, Indonesia’s tax amnesty implementation is one of history’s greatest
achievement and Indonesia manage to respond to Panama Papers sensibly.
Keywords: Panama Papers, Tax Amnesty, offshore investment, tax
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas limpahan Rahmat dan Karunia Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul ‘Analisis Penerapan
Kebijakan Tax Amnesty Indonesia dalam Merespons Fenomena Panama Papers’.
Penyelesaian ini merupakan salah satu persyaratan untuk memnuhi syarat kelulusan
di Program Studi S1 Ilmu Hubungan Internasional dan memperoleh gelar Sarjana
Sosial Fakultas Ilmu Politik Universitas Katolik Parahyangan.
Pembahasan mengenai kondisi internasional yang memberikan dampak
terhadap keberlangsungan suatu negara merupakan inti dari penelitian ini. Panama
Papers memainkan perannya sebagai sebuah tekanan internasional yang membuat
Indonesia harus menindaklanjuti fenomena tersebut dikarenakan memuat sebuah
permasalahan yang menyangkut warga negaranya. Tindak lanjut pemerintah
Indonesia berupa penerapan kebijakan tax amnesty yang dipercayai dapat
menimalisir dampak berkesinambungan.
Ucapan terimakasih penulis diberikan kepada kedua orang tua, khusunya
kepada dosen pembimbing skripsi, Stanislaus Risadi Apresian S.IP, M.A., atas
segala masukan yang diberikan guna menigkatkan kualitas dari skripsi ini dan juga
atas kesabarannya dalam membimbing penulis selama proses pembuatan skripsi.
Penulis memohon maaf apabila penelitian ini masih mengandung
kekurangan, dikarenakan penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu, penulis terbuka terhadap segala masukan dan kritikan
mengenai penelitian ini guna menunjang perbaikan terhadap skripsi ini. Semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca maupun pihak yang sedang
merancang topik serupa.
Bandung, 1 Januari 2019
Zalika Dwi Affryna
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Proses pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dari berbagai
pihak. Dalam halaman ini penulis ingin mengekspresikan rasa syukur dan terima
kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan, doa, moral support, keberadaan
mereka.
---
Pertama, penulis ucapkan rasa syukur dan terimakasih kepada Allah SWT
yang selama ini sudah menemaninya dalam segala kondisi, yang dapat menengkan
hati, memberikan rasa kepercayaan diri, dan memberikan pencerahan dalam
pembuatan penelitian ini.
Kedua, kepada kedua orang tua, Jeffry Yandi dan Chrisna Edie
Damayanti, atas rasa kepercayaan yang diberikan kepada penulis agar dapat
menyelesaikan skripsi ini. Ditambah membantu penelitian dalam bentuk perhatian,
rasa kasih sayang, dana, motivasi, serta doa yang tiada hentinya. Penulis yakin
bahwa keberadaan kedua orang tua membuat semua ini dapat terjadi dan penulis
sangat bersyukur atas hal itu. Semoga penulis dapat membuatnya bangga.
Ketiga, kepada saudara yang (mungkin) telah mendoakan dan mendukung
penulis dalam prosesnya untuk menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih
Muhammad Alfi Respati dan Zirrasyi Ramadhani J. Putra.
Ke-empat, terima kasih kepada dosen pembimbing yang tak kenal lelah dan
memiliki tingkat kesabaran yang tinggi dalam mebimbing penulis dan teman-
temannya dalam menyelesaikan skripsi ini, Mas Stanislaus Risadi Apresian.
Tanpa beliau, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi dengan baik dan tertata.
Ke-lima, terima kasih atas doa dan dukungan moral yang diberikan kepada
teman sejati yang selalu ada semenjak SMA, Luthfan Rasyad Maulana. Tanpamu
penulis tidak mungkin memiliki motivasi untuk mengejar gelar yang diimpikannya
semenjak masuk perkuliahan sebagai mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional.
Tanpamu penulis tidak akan menjadi dirinya yang sudah jauh lebih baik sebelum
bertemu dan menjalin hubungan persahabatan ini.
vi
Ke-enam, terimakasih penulis ucapkan kepada Nindyo Setiawan,
Valentinus Marchelle, Joshua Adrian, Jessica Andriani, Henry Mulyana dan
Ridzky Atmaji sudah meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan kontribusi
secara nyata selama proses pembuatan skripsi. Penulis pun juga merasakan dampak
positif yang diberikan kepada orang-orang hebat tersebut
Ke-tujuh, kepada teman curhat, teman dalam perkuliahan yang selalu setia
menemani, mendukung, menghibur, dan mendoakan penulis untuk mencapai segala
sesuatu, Anggie Rahmawati Hariyadi. Teman seperjuangan yang berawal dari
Semester Pendek sampai saat ini mendoakan dan mendukung penulis dalam proses
perkuliahan, Fajrina Nadira Marlen. Teman dari awal ospek bertemu lalu menjadi
sahabat dan memperkenalkan saya kepada orang-orang dari jurusan lain sehingga
sekarang membuat penulis dijauhi dari worst nightmarenya, ucapan terima kasih
jatuh pada Gendis Salmadita dan Peter Arnoldus. Teman satu kos yang datang
dengan penuh kejutan dan dapat diandalkan, Rebecca Christine Tampubolon.
Ke-delapan teruntuk teman SMA yang selalu ada di saat-saat yang tidak
diharapkan, seperti ulangtahun, sidang skripsi, masa kelam dan lainnya. Terima
kasih sudah menyempatkan waktu dan tenaga untuk bertemu dan bercerita. Yang
selalu ada di setiap harinya, terima kasih kalian tau siapa kalian.
Terakhir, kepada teman-teman yang bersedia menemani penulis dan
mengisinya dengan hiburan selama waktu kelam saat merancang dan membuat
skripsi. Segala rencana dadakannya, traktirannya, wacana yang terwujudkan,
sleepless nightsnya, reunian, pengalaman barunya, bakmi tasiknya, sengatan ubur-
uburnya, dan lainnya. Semua itu membuahkan persahabatan dan momen yang tak
akan pernah terlupakan dan momen-momen tersebut telah berkontribusi banyak
dalam kehidupan perkuliahan penulis.
---
Maka dari itu, saya ucapkan terimakasih banyak.
vii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ...................................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
ABSTRACT ........................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR AKRONIM ......................................................................................... xii
BAB I: PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 4
1.2.1 Deskripsi Masalah ............................................................................... 4
1.2.2 Pembatasan Masalah ........................................................................... 6
1.2.3 Perumusan Masalah ............................................................................ 7
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................... 7
1.3.1 Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
1.3.2 Kegunaan Penelitian............................................................................ 8
1.4 Kajian Literatur ....................................................................................... 8
viii
1.5 Kerangka Pemikiran .............................................................................. 13
1.6 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ............................ 19
1.6.1 Metode Penelitian.............................................................................. 19
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 20
1.7 Sistematika Pembahasan ....................................................................... 21
BAB II: FENOMENA PANAMA PAPERS ..................................................... 24
2.1 Aktivitas offshore, tax haven, dan shell corporations ............................. 24
2.2 Kronologi Fenomena Panama Papers .................................................. 32
2.2.1 Profil Firma Hukum Mossack Fonseca ............................................... 32
2.2.2 Panama Papers .................................................................................... 37
2.3 Dampak Fenomena Panama Papers........................................................ 41
2.3.1 Dampak Internasional ......................................................................... 41
2.3.2 Dampak Nasional ................................................................................ 47
BAB III: RESPONS PEMERINTAH INDONESIA DALAM
MENANGGULANGI FENOMENA PANAMA PAPERS MELALUI
PENERAPAN KEBIJAKAN TAX AMNESTY ................................................. 51
3.1 Kondisi Ekonomi Indonesia Sebelum Fenomena Panama Papers ....... 51
3.2 Upaya Pemerintah Indonesia ................................................................... 54
3.3 Kebijakan Tax Amnesty di Indonesia ...................................................... 58
BAB IV: ANALISIS DAN HASIL DARI KEBIJAKAN TAX AMNESTY
INDONESIA DALAM MERESPONS PANAMA PAPERS ........................... 66
4.1 Faktor Eksternal dalam Pemberlakuan Kebijakan Tax Amnesty ........ 66
4.2 Faktor Internal dalam Pemberlakuan Kebijakan Tax Amnesty .......... 69
ix
4.3 Indikator International Pressure dalam Penerapan Tax Amnesty
Indonesia .......................................................................................................... 70
4.4 Indikator Political Legitimacy dalam Penerapan Tax Amnesty Indonesia
.................................................................................................................. 75
4.5 Compromising in deeds oleh Pemerintah Indonesia ............................... 78
4.6 Hasil dari Kebijakan Tax Amnesty .......................................................... 82
BAB V: KONKLUSI ........................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 93
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Lokasi letaknya perusahaan offshore di seluruh dunia.............................................. 25
Gambar 2.2.2.1 Pembagian hasil spesifikasi data dari total arsip yang bocor ........................... 37
Gambar 2.2.2.2 Jumlah per TB dari kasus kebocoran yang serupa seperti Panama Papers . 39
Gambar 3.1 Rancangan Anggaran pada Tahun Pertama Pemerintahan Jokowi-JK ................ 53
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.5 International Pressure-Political Legitimacy Model beserta contoh kasus ........... 17
Tabel 4.3 Bagan dari International Pressure-Political Legitimacy Model ........................... 79
xii
DAFTAR AKRONIM
APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BVI British Virgin Island
DJP Direktorat Jenderal Pajak
FATF Financial Action Task Force
GDP Gross Domestic Product
HI Hubungan Internasional
HOGL Heritage Oil and Gas Ltd
IMF International Monetary Fund
IRS Internal Revenue Service
Kemenkeu Kementerian Keuangan
KPP Kantor Pelayanan Pajak
MNC Multinational Corporation
OECD Organisation for Economic Cooperation and Development
SPH Surat Pernyataan Harta
SWOT Strengths Weaknesses Opportunities and Threats
SZ Süddeutsche Zeitung
TB Terra-bytes
UU Undang Undang
WP Wajib Pajak
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Globalisasi merupakan salah satu sumber utama dalam menjunjung tinggi
prinsip kebebasan dalam bertindak. Dengan tujuan untuk melampaui perbatasan
yang dapat mengekang perkembangan seorang diri. Fenomena ini menyebabkan
aktor non-negara bermunculan dan memainkan peran yang signifikan dalam ruang
lingkup internasional.1 Salah satu aktor yang turut serta memengaruhi dunia adalah
bisnis—seperti Multinational Corporation (MNC) yang kehadirannya
bersinggungan dengan berbagai negara. Bisnis merupakan entitas yang memiliki
tujuan utama yaitu untuk memperoleh keuntungan, guna dapat berkembang dan
bertahan dalam kompetisi domestik maupun global antar satu sama lain.2
Namun, metode pemerolehan keuntungan bisa beragam, dan di dalam
keberagaman itu bisnis cenderung melakukan kecurangan untuk mencapai tujuan
utama tersebut, yakni memaksimalkan keuntungan. Contoh yang mencerminkan
aktivitas tersebut seperti menghindari kewajiban pajak bagi pemilik usaha maupun
entitas yang sedang dikelolanya. Dapat diketahui, bahwa setiap entitas yang berada
dalam wilayah suatu negara memiliki kewajiban untuk membayar pajak, terkecuali
1 Justin Ervin dan Zachary Alden Smith, Globalization (California: ABC-CLIO, 2008) hlm 2-5. 2 Charles W. L. Hill, International Business: Competing in the Global Marketplace (New York:
McGraw Hill, 2003), hlm 408-411
2
individu yang diperbolehkan menunda kewajiban pajak—tergantung kepada setiap
regulasi yang berada di negara tersebut. Di setiap negara, seperti Indonesia, dapat
dipastikan memiliki Undang-Undang yang mengatur tata cara perpajakan—seperti
di Indonesia yang tercantum dalam UU No 28 tahun 2007.3
Penerimaan pajak yang diperoleh oleh Indonesia akan dialokasikan
sepenuhnya untuk memenuhi kepentingan nasionalnya, seperti menghasilkan
perkembangan bertahap bagi negara dalam berbagai sektor. Dana dari perolehan
pajak tersebut sangat diperlukan, terutama untuk menutupi pengeluaran negara
yang telah dilampaui utang sebesar Rp 4.225 triliun (pada tahun 2016).4 Namun,
pengusaha Indonesia cenderung melakukan kecurangan dimana mereka
menyembunyikan harta kekayaannya dalam investasi offshore yang terkenal
dengan tax haven atau surga pajaknya.
Investasi offshore dikenal dengan jaminan keamanan dan kerahasiaan dalam
menjaga harta nasabah dan juga mengurangi pengeluaran (cost reduction) yang
akan dikenakan dalam sektor pajak. Aspek kerahasiaan tersebut membuat harta
yang dimiliki tidak sepenuhnya diketahui oleh pihak negara, maupun tercatat dalam
daftar penghasilan Wajib Pajak (WP). Akan tetapi, pada April 2016, terdapat
sebuah kebocoran dokumen bersifat kontroversial dari firma hukum Mossack
Fonsesca yang disebut dengan Panama Papers.5 Firma hukum yang berbasis di
3 “Perubahan/Penyempurnaan Undang-Undang,” Direktorat Jenderal Pajak, diakses pada 20
Februari 2018, http://ketentuan.pajak.go.id/index.php?r=aturan/rinci&idcrypt=oJamop0%3D 4 Idris Rusadi Putra, “Desember 2016, Utang Luar Negeri Indonesia Tembus Rp 4.255 Triliun,”
Merdeka.com, diakses pada 25 Februari 2018, https://www.merdeka.com/uang/desember-2016-
utang-luar-negeri-indonesia-tembus-rp-4225-triliun.html 5 Luke Harding, “What are Panama Papers? A Guide to History’s Biggest Data Leak,” Guardian
News and Media Limited, diakses pada 20 febrari 2018,
https://www.theguardian.com/news/2016/apr/03/what-you-need-to-know-about-the-panama-
papers
3
Panama, sebuah negara di kawasan Amerika Tengah,6 merupakan sebuah badan
yang bergerak sebagai penyedia jasa layanan investasi offshore khususnya pada
pendirian shell corporation. Mossack Fonseca bertanggungjawab sepenuhnya atas
transaksi nasabahnya dalam berinvestasi agar aktivitas tersebut dapat memiliki
basis hukum dan jaminan privasi. Dokumen yang tertera dalam Panama Papers
meliputi sebanyak 2,6 terabyte (TB), dari laporan berkas transaksi maupun
kepemilikan shell corporation—merupakan salah satu bentuk investasi offshore—
yang tersimpan dalam Mossack Fonseca. Dari nominal tersebut, menunjukan
betapa banyak pengusaha, maupun individu kelas atas lainnya, yang mencoba untuk
memanipulasi harta kekayaannya guna menghindari pembayaran pajak di negara
asalnya.7
Sekitar 2.961 individu berkewarganegaraan Indonesia tercatat dalam dokumen
Panama Papers, yang mencakup pengusaha dan politisi negara. Fenomena ini
memberikan dampak terhadap Indonesia untuk menindaklanjuti dengan aksi nyata
guna merepatriasi uang yang berada di luar negeri dan meningkatkan pendapatan
negara dalam sektor pajak. Salah satu cara yang tercantum dalam program kerja
presiden Jokowi adalah dengan mengimplementasikan kebijakan tax amnesty bagi
para oknum yang mencoba untuk memanipulasi harta kekayaannya dengan cara
menyembunyikannya di luar negeri. Akan tetapi, muncul pertanyaan dan kritikan
tentang keputusan eksekusi kebijakan domestik ini, dalam penelitian ini akan
6 “Where is Panama?”, worldatlas.com, diakses pada 26 Februari 2018,
https://www.worldatlas.com/na/pa/where-is-panama.html 7 Luke Harding, “What are Panama Papers? A Guide to History’s Biggest Data Leak.”
4
ditelusuri dampak kebijakan dan fenomena Panama Papers terhadap negara
Indonesia.8
1.2 Identifikasi Masalah
1.2.1 Deskripsi Masalah
Dokumen rahasia yang terkenal dengan sebutan ‘Panama Papers’ terbongkar
dalam jumlah 2,6 TB dan telah mencetak rekor dunia perihal kebocoran terbesar
dalam sejarah. Fenomena ini menjadi kontroversial dan mengikat dikarenakan
memuat persoalan besar dalam sistematika pajak global pada tahun 2016. 9
Dokumen tersebut berisikan nama-nama pengusaha, bintang film, maupun politisi
yang dinyatakan telah melakukan investasi offshore. Salah satu motif dalam
menerapkan investasi offshore adalah untuk membatasi transparansi atas harta
kekayaan seorang individu sehingga tidak terkontaminasi oleh unsur kriminalitas
yang sedang melanda wilayahnya—seperti korupsi. Dengan jaminan perlindungan
yang tinggi menyebabkan kerahasiaan transaksi dan indetintas terjaga dari
kemungkinan ancaman yang akan terjadi. Investasi offshore juga dipergunakan bagi
pengusaha untuk menghindari pajak yang berlebihan (double taxation), dimana
biasa dikenakan kepada dua wilayah atau lebih.10 Jenis investasi ini pun tidak
8 Ibid. 9 Ibid. 10 Investopedia Staff, “Pros and Cons of Offshore Investing,” Investopedia, diakses pada 24
Februari 2018, https://www.investopedia.com/articles/02/020602.asp
5
dikenai biaya pajak yang tinggi, melainkan terkadang tidak dikenai pajak sama
sekali, pemahaman ini dikenal sebagai tax haven.11
Permasalahan utama dalam fenomena bocornya dokumen ini adalah status
legal para pelaku investor offshore yang disalah-gunakan untuk menghindari pajak,
melakukan pencucian uang dari hasil kriminal maupun membuat shell corporation
guna mendanai organisasi kriminal seperti terroris. Shell corporation merupakan
sebuah perusahaan yang eksistensinya berada dalam kertas dokumen saja. Tidak
ada bentuk konkret maupun aktivitas ekonomi yang berjalan dalam perusahaan ini,
maka dari itu sangat mudah untuk mendirikan sebuah shell corporation dengan
bantuan firma hukum setempat.12
Law firm atau firma hukum yang terpusat di Panama di sebut Mossack
Fonseca, dimana merupakan sumber primer dari daftar nama dalam Panama Papers.
Badan ini yang bertanggungjawab atas legalitas mereka dan seluruh transaksi shell
corporation yang dilakukan oleh setiap individu. Dari jutaan daftar nama yang
berada dalam Panama Papers, dapat diketahui bahwa yang berkewarganegaraan
Indonesia meliputi sekitar 2.961 individu dan perusahaan dalam dokumen
tersebut.13
Hal ini menjadi sebuah permasalahan bagi Indonesia, dikarenakan terdapat
2.961 individu maupun badan yang diketahui menyimpan harta dari jangkauan
11 “Identifying Tax Havens and Offshore Finance Centres,” tax justice network, diakses pada 24
Februari 2018, https://www.taxjustice.net/cms/upload/pdf/Identifying_Tax_Havens_Jul_07.pdf 12 Drake Forester, “The Truth About Shell Companies: The Good, The Bad, and The Ugly,”
AllBusiness.com, diakses pada 21 September 2018, https://www.allbusiness.com/shell-companies-
legitimate-uses-corruption-105041-1.html 13 “Ada 2.961 Nama dari Indonesia di Bocoran ‘Panama Papers’,”PT Kompas Cyber Media,
diakses pada 25 Februari 2018,
http://internasional.kompas.com/read/2016/04/04/19113441/Ada.2.961.Nama.dari.Indonesia.di.Bo
coran.Panama.Papers.
6
pemerintah, yang memiliki arti bahwa 2.961 warga tersebut telah menghindari
kewajiban pembayaran pajak atas harta tersebut. Jika tidak diatasi, pemerintah tidak
dapat memperoleh pajak secara menyeluruh, dikarenakan telah terbukti bahwa
sebagian dari masyarakatnya masih melakukan pelanggaran dengan tidak
mendeklarasikan seluruh hartanya kepada otoritas pajak negara asal.
Maka dari itu, Panama Papers adalah sebuah fenomena yang membuahkan
suatu penyertaan bukti nyata atas individu yang memiliki investasi offshore, dimana
membuat pemerintah Indonesia antusias dalam mengimplementasikan tax amnesty
sebagai salah satu cara untuk mendeklarasi harta individu yang berada di luar
dan/atau merepatriasikannya ke dalam negeri guna meningkatkan pendapatan
negara dalam sektor pajak.
1.2.2 Pembatasan Masalah
Fenomena Panama Papers telah menjadi sorotan pihak internasional pada April
2016 dan telah membawa dampak bagi seluruh negara. Sementara pada waktu yang
bersamaan, Jokowi sudah mengetahui serangkaian informasi mengenai warga
negaranya yang dipercaya telah melakukan penghindaran pajak dengan cara
menyembunyikan hartanya dalam investasi offshore—berupa mendirikan shell
corporation. Dampak yang diberikan oleh Panama Papers dapat dirasakan terhadap
beberapa sektor yang ada dalam suatu negara, seperti ekonomi, sosial, politik, dan
lainnya. Namun, penelitian ini akan membatasi dampak yang dirasakan oleh negara
Indonesia dari segi penerimaan pajak negara. Maka dari pernyataan tersebut, dapat
diketahui bahwa fenomena ini membuahkan dampak sehingga terdapat keinginan
7
untuk mengatasi permasalahan ini dengan merealisasikan tax amnesty sebagai
solusi utama dalam menanggulangi penghindaran pajak.
Panama Papers merupakan faktor pendorong peresmian kebijakan tax amnesty
yang berhasil diimplementasikan mulai dari Juli 2016 sampai Maret 2017. Maka,
analisis dari penelitian ini akan dibatasi dari segi waktu dimana akan diawali
dengan keberadaan fenomena Panama Papers dan diakhiri pada batas terakhir
pembukaan kebijakan tax amnesty. Penelitian ini akan disertai oleh hasil akhir yang
dihasilkan oleh kebijakan tax amnesty setelah semua partisipan tercatat guna
menilai pencapaian yang dihasilkan oleh kebijakan ini. Dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini memiliki rentang waktu dari April 2016 sampai Maret 2017.
1.2.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang
tercantum sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh penulis akan berdasarkan
pada pertanyaan berikut: “Apa dampak Panama Papers terhadap sektor pajak
Indonesia dan bagaimana Indonesia menyikapinya melalui kebijakan tax
amnesty?”
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui dampak fenomena Panama
Papers yang dirasakan oleh Indonesia dalam sektor perpajakannya yang sedang
8
mengalami proses reformasi. Ditambah, implementasi kebijakan tax amnesty yang
dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menanggulangi perkara penghindaran
pajak yang dihasilkan oleh 2.961 warga negara Indonesia yang tercatat dalam daftar
Panama Papers.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam memahami suatu
fenomena internasional, seperti Panama Papers, yang dapat memberi dampak
kepada kondisi internal suatu negara sehingga negara memiliki tendensi untuk
bertindak dan merespons. Salah satu reaksi yang dapat diperlihatkan adalah dalam
bentuk penerapan sebuah kebijakan domestik, seperti tax amnesty, yang dipercaya
dapat menegasikan kondisi yang tidak diinginkan untuk terjadi. Penulis berharap
bahwa negara dapat merespons terhadap tekanan dari kondisi internasional dengan
bijak dan memprioritaskan pemenuhan kepentingan negara, sebagaimana yang
harus dilakukan oleh setiap negara.
1.4 Kajian Literatur
Literatur yang tertera di dalam penelitian ini berjumlah tiga buah, dan memliki
hubungan dengan implementasi kebijakan tax amnesty di Indonesia dan juga faktor
yang memengaruhi kebijakan tersebut—Panama Papers. Pemilihan literatur oleh
penulis memenuhi tujuan untuk menjadikannya sebagai pedoman dan komparasi
penelitian dari akademisi yang merancang literatur serupa dengan topik penelitian.
9
Literatur pertama memiliki judul “Pengaruh Program Pengampunan Pajak
Terhadap Efektivitas Penerimaan Pajak di Indonesia” yang bersumber dari Olivia
Adam, Hartati Tuli, dan Siti Pratiwi Husain pada tahun 2017. Pertama, jurnal ini
dibuka dengan penjelasan penelitian, dimana tertera definisi dari variabel judul,
teori yang digunakan untuk memperkuat hasil penelitian dan metode penelitian
yang diambil. Lalu, dilanjutkan oleh analisis komprehensif mengenai topic, dimana
dibahaskan bahwa efektivitas tax amnesty terhadap penerimaan pajak di Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Indonesia. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa
implementasi tax amnesty tidak memenuhi standar keefektivisan 100% dari seluruh
KPP di Indonesia, namun dapat dibilang 16% dari KPP sudah mencapai tingkat
keefektivisan. Selain itu, tambahan dari hasil penelitian, efek dari tax amnesty
berkontribusi banyak dalam penerimaan alternatif sumber pajak. 14
Literatur ini dapat membantu penilaian hasil dari kebijakan tax amnesty dan
juga menunjukkan keefektivannya melalui KPP yang berada di Indonesia.
Meskipun target keefektivan tidak tercapai dari hasil yang telah diperoleh, namun
kata dari ‘efektif’ ini mengundang berbagai makna sehingga penulis hanya akan
mengkaji dari hasil yang diperolehnya melalui berbagai sumber yang dipercaya
untuk dapat menyimpulkan hasil dari tax amnesty.
Kedua, terdapat literatur yang berjudul “Ancaman Panama Papers
(Penyelenggara Negara yang Terlibat) dan Tax Amnesty Menyandera APBN P
2016” yang dirangkai dan diciptakan oleh Yenny Sucipto pada tahun 2016. Dalam
14 Olivia Adam, Hartati Tuli, dan Siti Pratiwi Husain, “Pengaruh Program Pengampunan Pajak
Terhadap Efektivisas Penerimaan Pajak di Indonesia”, Jurnal Ilmu Akuntansi 10, no. 1 (2017): 61-
70
10
jurnal ini terpaparkan sebuah saran bahwa tax amnesty atau pengampunan pajak
bukanlah kebijakan yang tepat yang diimplementasikan oleh pemerintah untuk
menuntaskan permasalahan Panama Papers. Ada pula alasan-alasan yang
disinggung oleh penulis literatur, seperti tax amnesty hanya berlaku dalam jangka
pendek dan tidak ada dampak berkelanjutan yang dapat diterima—dimana berpikir
bahwa dampak yang diterima hanya sekedar penerimaan atau repatriasi pajak dari
luar ke Indonesia. Penulis literatur menyarankan bahwa solusi utama untuk
meningkatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia harus
melakukan reformasi sistem perpajakan negara secara menyeluruh, karena dari situ
dapat meminimalisir oknum WP untuk melakukan kecurangan seperti melarikan
uang ke luar negeri, menyembunyikan jumlah harta kekayaannya dan menghindari
pajak. 15
Pada literatur kedua ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa kebijakan tax amnesty
sebelum diterapkan oleh Presiden Joko Widodo mengalami kritikan berupa
ketidakefektivan dalam pemilihan keputusan. Penulis literatur menyarankan untuk
mengadakan reformasi sistem perpajakan guna menghasilkan dampak positif dalam
pendapatan negara. Kolerasi dengan penelitian adalah bahwa adanya hambatan
yang dialami oleh pemerintah, terutama presiden Jokowi, dalam meratifikasi
kebijakan domestiknya yaitu tax amnesty. Namun, kritikan seperti ini pun tidak
menjadi alasan bagi pemerintah untuk tidak menjalankan kebijakan tax amnesty
15 Yenny Sucipto, “Ancaman Panama Papers (Penyelenggara Negara yang Terlibat) dan Tax
Amnesty Menyandera APBN P 2016,” FITRA, diakses pada 6 Februari 2018,
https://seknasfitra.org/wp-content/uploads/2016/04/Rilis-FITRA-Tax-Amnesty-Panama-dan-
APBNP-2016.pdf
11
bagi oknum WP yang telah melanggar maupun belum mendeklarasikan harta
sepenuhnya kepada negara.
Kerangka Literatur yang terakhir berjudul “Analisis Implementasi
Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di Indonesia” yang dituliskan oleh Ragimun
pada tahun 2014. Literatur ini berupa jurnal resmi yang dikeluarkan oleh
Kementerian Keuangan Indonesia yang berisikan tentang implementasi tax amnesty
di Indonesia yang sudah diwacanakan untuk meningkatkan pemasukan negara
secara bertahap. Jurnal resmi ini menjelaskan mengenai keuntungan dan kerugian
yang akan diperoleh jika pemerintah Indonesia memutuskan untuk
mengimplementasi kebijakan ini kepada warganya, dengan cara menjabarkannya
ke dalam analisis SWOT (strength-weakness-opportunity-threat).
Analisis SWOT mencakup kekuatan, kelemahan, oportunitas, dan ancaman
yang dapat dihadapi oleh pemerintah jika menerapkan kebijakan tax amnesty.
Contoh dari SWOT adalah keberadaan warga yang ikut serta sebagai partisipan tax
amnesty untuk mendeklarasi dan/ atau repatriasi harta dimana akan meningkatkan
statistik penerimaan pajak, hal ini merupakan strength (kekuatan) yang menjadi
unggulan jika Indonesia menerapkan kebijakan ini. Selain itu, salah satu weakness
(kelemahan) yang tertera adalah kemungkinan kegagalan yang memungkinakna
untuk terjadi, seperti yang telah tercerminkan dalam pengimplementasian tax
amnesty di Indonesia sebelumnya. Indonesia pernah mengimplementasikan
kebijakan ini dan dapat dinyatakan kurang efektif yang dapat dilihat dari hasil akhir
12
yang diciptakan dimana merupakan salah satu alasan yang dapat menumbuhkan
kekhawatiran untuk menjalankan kebijakan ini.16
Selain itu, juga dijelaskan best practices tax amnesty yang dilakukan oleh
negara lain seperti di Afrika Selatan dan Korea Selatan sebagai acuan—dan juga
komparasi—bagi Indonesia untuk melakukan kebijakan pajak berupa tax amnesty.
Dapat diketahui bahwa jurnal ini dirangkai sedemikian rupa untuk memprediksi
outcome atau hasil dari kebijakan yang di rancang oleh Presiden Jokowi dan juga
Kementerian Keuangan pada saat itu, Sri Mulyani, dan juga jurnal ini diterbitkan
serta dituliskan sebelum kebijakan tax amnesty diimplementasikan pada Juni 2016.
Dalam jurnal ini juga terpaparkan prediksi berupa dampak yang dapat dirasakan
oleh Indonesia setelah mengimplementasikan kebijakan tax amnesty, meskipun
terdapat kelemahan yang dapat menjadi hambatan namun dibalik kelemahan akan
tertera kekuatan yang memungkinkan untuk menutup segala kelemahan yang ada.
Di dalam artikel ini pula, pemerintah Indonesia melihat oportunitas dalam
mengimplementasikan kebijakan ini, dikarenakan terdapat banyak negara yang
telah mencoba menjalankan kebijakan ini sebelumnya dan hasil dari pencapaiannya
dapat dikategorikan sebagai upaya yang sukses dan memberikan banyak manfaat
bagi negara maupun masyarakatnya. Negara lain juga dapat menjadi panduan bagi
Indonesia untuk menyukseskan kebijakan tax amnesty ini.
Jurnal ini berkontribusi dalam segi pemikiran pemerintah dalam
menyukseskan dan merealisasikan kebijakan tax amnesty dari segala kelemahan,
16 Ragimun, “Analisis Implementasi Pengampunan Pajak (Tax Amnesty) di Indonesia,”
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, diakses pada 6 Februari 2018,
https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/analisis%20implementasi%20tax%20amnesty%20
di%20indonesia.pdf
13
kekuatan, oportunitas, dan hambatan yang ada dapat diketahui bahwa pemerintah
Indonesia telah memikirkan secara matang penerapan kebijakan ini. Pemerintah
yakin bahwa kebijakan ini dapat membawakan kesejahteraan dan manfaat bagi
Indonesia yang berkelanjutan. Sikap antusias yang digambarkan oleh pemerintah
membuat tax amnesty berhasil untuk direalisasikan dan mencapai hasil yang akan
dibahas dalam penelitian ini.
1.5 Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini, teori yang akan digunakan adalah teori Realisme Neo-
Klasik yang merupakan sebuah teori turunan dari salah satu grand theory dalam
ilmu hubungan internasional, yaitu teori Realisme. Berbeda dengan teori turunan
realisme lainnya—seperti klasikal realisme dan struktural realisme, yang hanya
berpusat pada satu pendekatan—,realisme neo-klasik memiliki sifat pendekatan
yang tidak hanya terbatas pada faktor individu (klasikal realisme) atau sebuah
kerangka sistem (struktural realisme), melainkan memiliki pendekatan multilevel
yaitu memiliki banyak pemahaman yang dapat ditelusuri dimana melingkupi
individu, sistem domestik dan kerangka sistem internasional.17
Teori ini merupakan paham yang menguraikan bahwa kebijakan luar negeri
dirangkai sedemikian rupa oleh pemimpin negara guna memenuhi kepentingan
nasional yang dimilikinya. Dalam menjalankan kebijakan luar negerinya, akan
dipengaruhi oleh distribusi kekuasaan dalam sistem internasional dan state
17 Kai He, ‘Indonesia’s Foreign Policy after Soeharto’, International Pressure, Democratization,
and Policy Change (Aug 2007): hlm 3
14
behaviour membuat pemerintah negara harus menyesuaikan tindakan yang ingin
diambil dengan bijak. Namun, pemimpin negara memiliki batasan tertentu untuk
menentukan kebijakan luar negeri yang ingin diterapkan guna memenuhi
kepentingan nasional yang tetap melekat di dalamnya. Kepentingan nasional atau
dikenal sebagai national interest merupakan sebuah kebutuhan vital yang disusun
secara rasional oleh suatu negara dan dapat mengalami perubahan yang dipengaruhi
oleh situasi dan kondisi. Pemenuhan kepentingan nasional sebuah negara dapat
membuatnya bertahan hidup di dalam sistem internasional yang bersifat anarkis.18
Batasan untuk menentukan kebijakan luar negeri dipengaruhi oleh kondisi
eksternal dan internal, dalam artian sebuah negara selalu memiliki tekanan dari
sistem internasional yang bersifat anarkis dan kondisi domestik–opini masyarakat,
bencana alam, ancaman, dan lainnya–yang terlibat. Maka dapat disimpulkan bahwa
realisme neo-klasik menjelaskan mengenai keputusan negara berupa tindakan
politik luar negeri untuk bertindak sesuai dengan kondisi internasional dan
kekuatan legitimasi politik yang dimiliki seorang pemimpin negara.19
Dalam menulusuri teori realisme neo-klasik terdapat sebuah model bernama
‘The International Pressure-Political Legitimacy Model’ yang menjadi salah satu
pendekatan untuk menjelaskan keputusan negara—diterapkan oleh pemimpin
negara—untuk bertindak sesuai dengan kondisi internasional dan politik
legetimasinya. Model pendekatan ini dikemukakan oleh Kai He, dimana
menjelaskan mengenai tipe balancing dan tipe kompromi yang harus negara
18 Ken Kiyono, A Study on the Concept of The National Interest of Hans J. Morgenthau: As The
Standard of American Foreign Policy 49, No. 3 (Okt 1969), hlm 2-3 19 Norrin M. Ripsman, Jeffrey W. Taliaferro, dan Steven E. Lobell, Neo Classical Realist: Theory
of International Politics (New York: Oxford University Press, 2016) hlm 17-31
15
lakukan demi mencapai tindakan yang baik, proposional, dan dapat memenuhi
kepentingan nasionalnya. Lalu, ada pula variabel-variabel yang memengaruhi
keputusan negara untuk melakukan balancing maupun kompromi, yaitu kondisi
internasional dan legitimasi politik dalam negeri. 20
Terdapat dua metode untuk menerapkan balancing yaitu, internal balancing
dan external balancing. Jika kondisi internasional memiliki tensi yang tinggi dan
beriringan dengan kemampuan kondisi domestik yang memadai—pemerintah yang
dapat mengakomodir negaranya—, maka negara siap untuk berfokus dan beranjak
kepada kondisi eksternal (external balance) karena dipercayai bahwa dengan
mefokuskan keluar akan mendapatkan dukungan positif dari pihak luar. Jika
sebaliknya, internal balance, maka negara dipercaya memiliki politik legitimasi
yang tinggi sedangkan tekanan dari sistem internasional tidak menandakan adanya
ancaman maupun tekanan yang signifikan sehingga pemimpin negara dapat
berfokus kepada negara untuk membenahi maupun menghindari kemungkinan
ancaman yang dapat menghambat pemenuhan kepentingan nasionalnya di
kemudian hari.21
Dalam menerapkan kompromi ada dua cara yang dikemukakan oleh Kai He
yaitu, compromising in deeds dan compromising in words. Suatu negara akan
melakukan compromising in deeds jika adanya tekanan yang tinggi dari lingkungan
internasional terkait suatu isu namun rendahnya tingkat legitimasi politik yang ada
dalam pemerintahan suatu negara. Maka dari itu, suatu negara cenderung
20 Kai He, ‘Indonesia’s Foreign Policy after Soeharto’, International Pressure, Democratization,
and Policy Change, hlm 5 21 Ibid. hlm 6-8
16
melakukan tindakan yang beriringan dengan negara lain, yang dipercayai memiliki
kekuatan yang lebih besar, guna mencapai kompromi. Kepentingan nasional negara
yang telah ditetapkan tidak sepenuhnya akan terpenuhi melalui compromising in
deeds, dikarenakan dengan legitimasi yang rendah menyebabkan adanya hambatan
dalam bertindak dan menanggapi tekanan internasional. Hal ini merupakan salah
satu risiko dari tindakan yang harus diambil oleh negara. Meskipun memiliki
legitimasi politik yang rendah, namun metode ini tidak membatasi pemimpin
negara untuk tidak melakukan sebuah tindakan demi memperjuangkan kepentingan
nasionalnya.
Compromising in words dideskripsikan sebagai suatu tindakan melalui
perkataan untuk mencapai kompromi. Keputusan ini dilakukan oleh pemimpin
negara dikarenakan tensi internasional dan legitimasi politik negara yang serupa,
yaitu sama-sama dalam tingkat terendah. Maka, negara cenderung untuk
meminimalisir kekhawatirannya, dimana pada akhirnya tidak menghilangkan
substansi penting yang terkandung dalam kepentingan nasionalnya.22
22 Ibid. hlm 5
17
Tabel 1.5 International Pressure-Political Legitimacy Model beserta contoh kasus
Sumber: Indonesia’ foreign policy after Soeharto23
Penelitian ini akan memfokuskan penggunaan metode compromise in
deeds, sehingga penulis akan menjelaskan terlebih mengenai metode ini agar dapat
meningkatkan pemahaman mengenai pembahasan teori jika dikaitkan dengan
penelitian. Kai He menyertakan contoh dalam metode compromise in deeds,
dimana pada kepemimpinan Habibie—dalam merespons kasus Timor Timur—
telah diterapkan metode ini. Tingkat legitimasi politik Habibie pada saat itu ada
pada tingkat terendah dimana Indonesia baru saja mengalami tragedi 1998 yang
membuat segala bidang dari Indonesia runtuh—perekonomian, sosial, politik dan
lainnya—, terutama terdapat pernyataan pengunduran diri dari Soeharto yang
sewaktu itu menjabat sebagai presiden Indonesia. Selain itu, masyarakat—terutama
para aktivis dari mahasiswa—memiliki sifat skeptis atas terpilihnya B. J. Habibie
sebagai presiden Indonesia.
23 Ibid. hlm 8
External
Balancing
(Wahid’s looking
to Asia Policy)
Internal Balancing
(Megawati’s
Aceh Policy)
Compromising in
Deeds
(Habibie’s East
Timor Policy)
Compromising in
Words
(Habibie’s China
Policy)
High Low
Low
Hig
h
International Pressure
Poli
tica
l L
egit
imacy
18
Pada masa pemerintahannya, Habibie mengalami kesulitan untuk menahan
aksi separatis dari Timor Timur dimana terkandung banyak sekali tekanan dari luar
Indonesia. Tekanan ini berupa aksi intervensi yang dilakukan oleh negara yang
merasa Timor Timur berhak mendapatkan kemerdekaannya, melihat Indonesia
memiliki sejarah menguasai wilayah itu dengan kekerasan senjata. Maka, Habibie
menyetujui adanya intervensi, terlebih referendum bagi kasus ini guna membuka
keterlibatan Timor Timur dalam pengambilan keputusan atas kemerdekaannya. Hal
ini membuat Indonesia kehilangan Timor Timur sebagai bagian dari wilayahnya,
dimana merupakan kepentingan nasional yang tidak terpenuhi.24
Dapat disimpulkan bahwa model yang dirancang oleh Kai He memuat aspek
tekanan internasional yang dapat membentuk perilaku negara dalam bertindak,
beriringan dengan politik legitimasi suatu pemimpin yang harus menghadapi
kemungkinan tekanan yang diberikan oleh negara lain. Maka, negara harus
memahami tingkat politik legitimasi pemimpinnya agar dapat menentukan tindakan
yang tepat diantara external balance, internal balance, compromise in words, dan
compromise in deeds.25
24 Ibid. hlm 10-13 25 Ibid. hlm 7
19
1.6 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1.6.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif. Terdapat sifat-sifat yang membedakan metode kualitatif dengan
yang metode lainnya, yaitu tidak adanya eksperimen nyata yang dilakukan di dalam
laboratorium melainkan peneliti kualitatif langsung terjun ke lapangan yang mereka
rasa perlu diteliti dan dicermati permasalahan utama dari berbagai sumber secara
menyeluruh (holistic). 26 Data yang peroleh pertama-tama akan melalui porses
validitas untuk memastikan kredibelitas yang ada sehingga data menjadi akurat.27
Lalu, data diorganisir dan diterapkan prinsip induktif maupun deduktif sehingga
hasil dari penelitian tertata rapih.
Penelitian kualitatif bersifat emergent design dimana konsep awal dari
penelitian tidak dapat ditentukan secara konkret, dikarenakan akan terjadi proses
penyusuaian yang mengakibatkan terjadinya perubahan setelah peneliti menulusuri
data-data yang diperoleh dalam lapangan. Perubahan tidak selalu dialami namun
dapat mempertajam fokus penelitian, maka hal ini menjadi salah satu faktor yang
menjadi penelitian valid. 28 Metode kualitatif juga menyajikan penelitian yang
bersifat deskriptif, dimana dapat menjelaskan maupun menggambarkan objek
penelitian secara detail agar dapat dipahami oleh pembaca secara menyeluruh.29
26 John W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, & Mixed Methods Approaches
Fourth Edition, (Croydon: Sage Publications, 2014) hlm 185-186 27 Ibid. hlm 201-203 28 Ibid. hlm 185-186 29 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2007) hlm 9
20
Terdapat lima jenis tradisi untuk menerapkan penelitian kualitatif yaitu
dengan cara studi biografi, studi fenomena, ground theory, etnografi, dan studi
kasus. 30 Penelitian ini akan menerapkan studi kasus, dimana peneliti akan
menafsirkan dan meluruskan suatu pengertian yang merujuk kepada suatu
fenomena, isu maupun proses sosial kepada pembaca sehingga dapat dipahami.31
Dalam penelitian ini akan dijelaskan mengenai fenomena Panama Papers yang
merupakan sebuah kasus dalam dunia internasional dan bagaimana fenomena
tersebut dapat memberikan dampak terhadap dunia, seperti penerapan kebijakan tax
amnesty di Indonesia.
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam menyusun sebuah karya ilmiah menggunakan
metode kualitatif dapat beragam, seperti melakukan observasi di lapangan
(qualitative observations), melakukan wawancara kepada pihak yang terkait
(qualitative interviews), mengkaji dokumen (qualitative documents), dan meneliti
data berbentuk suara maupun visual (qualitative audio and visual materials).32
Penelitian ini hanya akan menggunakan teknik pengumpulan data qualitative
documents atau studi dokumen. Teknik ini mengutamakan pencarian data dengan
cara mengkaji dokumen. Dokumen yang diperoleh dapat berasal dari dua sumber
30 John W Creswell, Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Traditions,
(Thousand Oaks, CA: Sage Publications, 1998), hlm 47-62 31 Ibid. hlm 15 32 John W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, & Mixed Methods Approaches
Fourth Edition, hlm 190
21
yaitu, dokumen publik seperti koran, laporan resmi, dan artikel, atau dokumen
privat seperti, buku harian, jurnal privat, dan surat.33
Seiring dengan penelitian yang berisfat deskriptif, maka penulis akan
memfokuskan sumber penelitian kepada kedua tipe, dokumen publik dan dokumen
privat. Hal ini dapat menghasilkan keberagaman dalam pemerolehan informasi, dan
juga dapat meningkatkan pemahaman akan Panama Papers dan kebijakan tax
amnesty yang merupakan variabel dari penelitian. Seluruh data yang telah diperoleh
akan mengalami proses penyaringan, seleksi, dan evaluasi agar sesuai dan sejalan
dengan analisis di dalam penelitian.34
1.7 Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan ini, akan dikembangkan dalam penjabaran beberapa bab
sebagai berikut:
Bab I adalah sebuah pendahuluan dari penelitian. Berisikan gambaran yang
akan dibahas oleh penulis di segmen selanjutnya. Dalam seksi ini, telah tertera sub-
bab yang mengandung latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, kerangka konseptual, kerangka pemikiran, kerangka
teori, kajian literatur, metode penelitian, teknik pengumpulan data dan sistematika
pembahasan masalah.
Bab II akan menjelaskan mengenai Panama Papers yang dimulai dengan
penjabaran mengenai aktivitas investasi offshore dan shell corporation yang
33 Ibid. 34 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, hlm 9
22
merupakan aktivitas utama yang terkandung dalam Panama Papers. Selanjutnya,
pembahasan akan merujuk kepada kronologi bocornya dokumen dari aktivitas
investasi offshore di Panama yang berasal dari firma hukum Mossack Fonseca.
Dampak dari Panama Papers terhadap negara, terutama Indonesia, juga
dielaborasikan dalam bagian ini guna mengetahui efek dari suatu fenomena
internasional dan cara setiap negara menanggapinya.
Bab III akan membahas mengenai kebijakan tax amnesty yang
implementasikan pada masa pemerintahan Jokowi. Diawali dengan sejarah dari
pemberlakuan kebijakan tax amnesty di Indonesia untuk memperlihatkan
perbedaan dalam penerapan dari sisi eksekutor—komparasi eksekusi diantara
pemimpin yang berbeda. Latar belakang ekonomi Indonesia, sebelum Panama
Papers diterbitkan, akan dibahas secara ringkas, dimana pajak belum bisa dilakukan
secara progresif dan masih ada pihak yang belum tercatat sebagai WP. Dalam bab
ini pula akan dibahas mekanisme dan hambatan dari penerapan tax amnesty yang
dimulai pada Juli 2016 hingga Maret 2017.
Bab IV akan dipaparkan keterkaitan dua variabel yang terkandung dalam judul
penelitian, Panama Papers dan tax amnesty untuk menjawab pertanyaan penelitian
yang telah diajukan sebelumnya. Panama Papers merupakan sebuah pemicu bagi
pemerintah Indonesia untuk meratrifikasi tax amnesty guna meningkatkan
pendapatan negara untuk membangun visi-misi presiden Jokowi, tercantum pada
program kerja Nawa Cita, yang diharapkan dapat merepatriasi uang warga negera
Indonesia yang disimpan di luar negeri. Dikolerasikan dengan teori realisme neo-
klasik dan model international pressure-political legitimacy yang dicetuskan oleh
23
Kai He menggambarkan upaya pemerintah untuk menyukseskan kebijakan tax
amnesty yang dapat berkontribusi dalam pemenuhan kepentingan nasional
Indonesia.
Bab V merupakan bagian terakhir dari penelitian yang berisikan mengenai
kesimpulan dari keseluruhan penelitian.