Analisis Penanggulangan Banjir Kota Bekasi Dengan ... · Tanah non-vegetasi 3,262.554 2,333.643...
-
Upload
nguyenhuong -
Category
Documents
-
view
239 -
download
1
Transcript of Analisis Penanggulangan Banjir Kota Bekasi Dengan ... · Tanah non-vegetasi 3,262.554 2,333.643...
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu
Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS
yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi
Hulu didasarkan pada letak Bendung Bekasi pada 106o 59’ 35” Bujur Timur, 060
14’ 09 Lintang Selatan yang memisahkan sistem tata air Sungai Bekasi Hulu dan
Hilir.
Keterangan
Gambar 10 Sungai pada DAS Bekasi Hulu.
Sungai Cikeas
Sungai Cileungsi
PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU
Utara
Batas DAS
Sungai
1060 45’ BT 107
0 05’ BT
60 45’ LS
60 10’ LS
Sungai Citeurep
Sungai Bekasi Hulu
Sungai Cijanggel
Sungai Cikeruh Sungai Cibadak
Sungai Ciherang
Bendung Bekasi
23
Dalam Sub DAS Cileungsi terdapat empat DAS yaitu Cikeruh, Cibadak,
Cikeruh dan Cijanggel (Tabel 1)
Tabel 1 Sub-DAS Bekasi Hulu
Sub DAS Luas DAS
(ha) Elevasi Tengah
(m)
Cileungsi 26.525,9
Ciherang 2.071,2 509
Cibadak 2.497,2 482
Cikeruh 1.790,9 400
Cijanggel 3.480,6 417
Cikeas 11.352,9 460
Bekasi Hulu 1.166,2
DAS Bekasi Hulu 39.045,0
Sumber : Bakosurtanal, 2008
Sub-DAS terbesar pada DAS Bekasi Hulu ialah Sub-DAS Cileungsi dengan
luas 26.525,9 ha atau 67,9 % dari total DAS Bekasi hulu, sedangkan Luas Sub-
DAS Cikeas sebesar 11.352,9 ha atau 29,1 %. Data ini menunjukkan
pengaruhSub-DAS Cileungsi akan lebih dominan dalam mempengaruhi banjir
Kota Bekasi jika dibandingkan dengan Sub-DAS Cikeas karena luasnya hampir
mencapai 2,3 kali. DAS terkecil adalah Sub-DAS Cikeruh dengan luas 1.790,9 ha
atau hanya 3,8 % dari keseluruhan DAS, terletak di hilir DAS Bekasi Hulu dan
merupakan bagian dari Sub-DAS Cileungsi.
Sungai-Sungai Pada DAS Bekasi Hulu
Pada DAS Bekasi Hulu, terdapat 3 (tiga) sungai utama yaitu Sungai
Bekasi Hulu, Cikeas, Cileungsi dan 5 (lima) anak sungai Citeurep, Cikeruh,
Ciherang, Cibadak dan Cijanggel (Gambar 10 dan Tabel 2). Sungai terpanjang
adalah Sungai Cikeas sepanjang 49.924 m, sedangkan sungai terpendek adalah
Sungai Bekasi Hulu sepanjang 10.596 m yang terletak di bagian hilir DAS Bekasi
Hulu. Sungai lain yang sangat dominan adalah Sungai Cileungsi dengan
panjang 41.829 m dan jika dilihat dari total aliran, maka Sungai Ciluengsi dapat
ditambahkan dengan Sungai Cibadak sehingga panjang total menjadi 50.670 m
bahkan lebih panjang dari sungai Cikeas.
24
Tabel 2 Sungai-Sungai di DAS Bekasi Hulu
Nama Sungai DAS Panjang (m)
Cileungsi 50.670,0
Cikeruh Cileungsi 3.974,0
Ciherang Cileungsi 5.120,0
Cibadak Cileungsi 8.841,0
Cijanggel Cileungsi 3.664,0
Cileungsi Cileungsi 41.829,0
Citeurep Cileungsi 12.963,0
Cikeas 49.924,0
Bekasi Hulu 10.596,0
Total 127.102,8
Sumber : Bakosurtanal, 2008
Data aliran rerata Sungai Bekasi Hulu ditunjukkan pada Tabel 3. Debit
maksimum terbesar terjadi pada bulan Februari sebesar 585,6 m3/dt dan
terendah pada bulan September sebesar 47,3 m3/dt, sedangkan debit minimal
terkecil terjadi pada bulan September sebesar 1,3 m3/dt dan terbesar pada bulan
Januari sebesar 9,7 m3/dt. Debit rerata terbesar terjadi pada bulan Februari
sebesar 104,3 m3/dt dan terkecil pada bulan September sebesar 4,5 m3/dt.
Tabel 3 Aliran rerata Sungai Bekasi Hulu (2007)
Bulan Debit ( m
3/dt )
Maksimum Minimum Rerata
Januari 507,3 9,7 78,4
Februari 585,6 8,9 104,3
Maret 487,4 9,7 84,6
April 358,8 6,4 52,8
Mei 157,4 9,7 29,4
Juni 182,6 7,9 19,3
Juli 372,9 7,9 18.9
Agustus 250,2 6,2 12,4
September 47,3 1,3 4,5
Oktober 66,0 2,5 7,4
November 349,5 7,4 24,6
Desember 259,8 6,5 42,3
Sumber : Balai Besar Ciliwung –Cisadane, 2008
25
Curah Hujan dan Suhu Udara
Curah hujan tahunan rerata pada DAS Bekasi Hulu berdasarkan data
statistik di dataran rendah + 1.800 mm dan untuk daerah pegunungan + 3.500
mm. Pada bulan Januari dan Desember curah hujan di daerah pegunungan
cukup lebat. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari dan hari hujan
terbanyak pada bulan Desember. Suhu udara DAS Bekasi Hulu berkisar antara
280 - 320, sedang untuk zona pengunungan 18,90C - 25,20 C.
Curah hujan rerata tahunan keseluruhan DAS Bekasi Hulu sebesar 3.210
mm dengan curah hujan terbesar di stasiun Cariu yang terletak di hulu DAS ini,
sedangkan curah hujan rerata tahunan yang terkecil adalah di Stasiun Halim
Perdana Kusuma sebesar 1.901 mm yang terletak di DKI Jakarta.
Curah hujan harian maksimum yang pernah terjadi terbesar di stasiun
Cariu sebesar 345 mm dan kemudian di stasiun Bekasi sebesar 250 mm. Curah
hujan ini yang menyebabkan banjir yang terjadi pada tahun 2002 di Kota Bekasi.
Sementara itu pada bagian tengah curah hujan harian rerata tertinggi pada
stasiun Cileungsi sebesar 110,4 mm yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap banjir Kota Bekasi. Koordinat geografis stasiun pengukur curah hujan
dan data curah hujan dapat dilihat pada Lampiran 2.
Topografi
Bila ditinjau secara topografis DAS Bekasi Hulu terletak pada dataran
landai dan perbukitan bergelombang. Daerah dataran terletak pada Kota Bekasi
yang merupakan bagian hilir DAS Bekasi Hulu, dengan elevasi titik tengah pada
27 m. Kawasan hulu masih terdiri dari daerah bergelombang seperti DAS
Cikeruh, Ciherang, Cibadak dan Cijanggel yang terletak pada elevasi titik tengah
pada 400 m, 509 m, 482 m dan 417 m.
Secara umum DAS Bekasi Hulu didominasi lahan dengan kemiringan
0-8 % seluas 34.073,2 ha atau 87,3 % dari keseluruhan DAS, sebagian lagi di
bagian hulu dengan kemiringan 8-15 % seluas 2.615,1 atau 6,7 % dan
kemiringan 25-40 % seluas 1.820,9 ha atau 4,7 %. Sub DAS Cijanggel dan
Ciherang terdapat memiliki lereng yang relatif terjal yaitu 25–40 % dengan luas
sebesar 539,0 dan 557,9 ha. Kelerengan ini dibentuk oleh pengunungan yang
terletak di sebelah selatan DAS Bekasi Hulu.
26
Sumber : Bakosurtanal, 2008
Secara rinci klasifikasi kemiringan lereng untuk masing-masing Sub-DAS
Bekasi Hulu dapat ditunjukkan pada Tabel 4 dan Gambar 11.
Gambar 11 Kemiringan lereng DAS Bekasi
Utara
KEMIRINGAN LERENG DAS BEKASI HULU
1060 45’ BT 107
0 05’ BT
60 45’ LS
Keterangan:
27
Tabel 4 Klasifikasi kemiringan lereng DAS Bekasi Hulu
DAS Luas (ha)
0 – 8 % 8 – 15 % 15 – 25 % 25 – 40 % > 40 %
Cikeas 8.441,0 37,4 19,8 1,9 0
Cileungsi 24.466,0 2.577,7 515,1 1.819,0 0,8
Cikeruh 1.297,1 216,1 15,7 261,5 0,6
Ciherang 1.327,1 98,1 88,0 557,9 0
Cibadak 2.378,8 45,5 27,4 45,3 0,2
Cijanggel 2.570,3 241,3 129,9 539,0 0
DAS Bekasi Hulu 34.073,2 2.615,1 534,9 1.820,9 0,8
Sumber : Bakosurtanal, 2008
Kemiringan Sungai Cileungsi cukup curam mulai dari titik tertinggi pada
DAS Ciherang pada + 520 m sampai dengan Bendung Bekasi pada + 18 m
dengan jarak 50.670,0 m, sedangkan kemiringan Sungai Cikeas relatif lebih kecil
dibandingkan Sungai Cileungsi mulai dari titik tertinggi + 460 m di Cikeas Hilir
sampai dengan + 18 m pada Bendung Bekasi dengan jarak 49.924,0 m.
Hubungan elevasi dengan jarak sungai Cileungsi dan Cikeas dapat dilihat pada
Gambar 12.
Pertemuan Sungai Cikeas dan Cileungsi terjadi pada elevasi + 29,00 m
dan mengalir melalui Kali Bekasi pada elevasi + 18.00 m, sedangkan AWLR
Mitra Lestari pada elevasi + 27,00 m (Lampiran 1) .
28
Tabel 5 Penggunaan lahan DAS Bekasi Hulu (2008)
Gambar 12 Hubungan elevasi dengan jarak Sungai Cileungsi dan Cikeas.
DAS
Luas Penggunaan lahan
(Ha)
Cileungsi Cikeas Bekasi Hulu
Badan Air 102.643 106.432 345,9
Hutan 1,953.630 8.520 1.890,5
Pemukiman 4,465.560 3,134.910 9.232,8
Perkebunan 4,882.450 1,631.283 6.653,5
Sawah irigasi 1,828.630 159.642 1.536,3
Sawah Tadah Hujan 256.645 4.394 264,6
Semak Belukar 5,212.136 269.456 6.156,0
Tanah non-vegetasi 3,262.554 2,333.643 4.661,2
Tegalan 4,561.624 3,704.580 8.304,2
Total 26,525.872 11,352.860 39.045,0
Cileungsi
Cikeas
Bekasi Hulu Jarak (m)
Elevasi (m ) +520 m
+460 m
+29 m
+18 m
49.924,0
50.670,0
29
Jenis Tanah
Berdasarkan peta semidetail skala 1: 50.000 untuk wilayah Bekasi dan
sekitarnya (Jabotabek III) yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Tanah (1981),
ternyata DAS Bekasi Hulu terdiri atas tanah Paleudults, Eutropepts dan
Tropudelfs, sehingga termasuk dalam kelompok hidrologi tanah B.
Penggunaan Lahan
Berdasarkan peta penggunaan lahan yang dibentuk dari data Bakosurtanal
(2008) oleh Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (Gambar 13), secara
umum penggunaan lahan DAS Bekasi Hulu dapat dibedakan menjadi 8 jenis
pemanfaatan lahan yaitu (1) Air, (2) Hutan, (3) Pemukiman dan industri (4)
Perkebunan, (5) Sawah irigasi, (6) Sawah tadah hujan, (7) Semak belukar, (8)
Tanah kosong dan (9) Tegalan.
Pola penggunaan lahan pada DAS Bekasi Hulu bagian hulu didominasi
tegalan, perkebunan dan hutan masing-masing sebesar 4.478,7 ha, 2.798,1 ha
dan 2.129,2 ha, sedangkan pada bagian tengah didominasi tegalan, perkebunan
dan permukiman masing-masing sebesar 2.778,6 ha, 2.560,2 ha dan 2.006,0
ha, sedangkan pada bagian hilir didominasi permukiman, tegalan dan
perkebunan dengan masing-masing seluas 3.820,0 ha, 2.660,2 ha dan 2.058,6
ha .
Tegalan yang merupakan penggunaan lahan terbesar di DAS Bekasi hulu
dengan luas sebesar 8.304,2 ha merupakan tersebar baik di bagian hulu, hilir
maupun bagian tengah dari DAS. Luasan tegalan terbesar terdapat pada DAS
Cileungsi sebesar 4.561,6 ha.
Pemukiman dengan luas sebesar 9.232,8 ha menempati hampir
keseluruhan DAS baik di hulu, tengah terlebih lagi di bagian hilir. Luasan
permukiman terbesar terletak pada DAS Cileungsi seluas 4.465,6 ha dan DAS
Cikeas seluas 3.134,9 ha, jika ditinjau dari prosentasenya maka terbesar terletak
pada bagian hilir DAS Bekasi Hulu sebesar 67,8 % dan DAS Cileungsi sebesar
32,4 %.
.
30
Sumber : Bakosurtanal, 2008
Gambar 13 Penggunaan lahan DAS Bekasi Hulu Tahun 2008.
PENGGUNAAN LAHAN DAS BEKASI
HULU
Utara
1060 45’ BT 107
0 05’ BT
60 45’ LS
60 10’ LS
Keterangan:
31
Pengelolaan Lahan
Hasil pengamatan lapangan tentang kondisi aktual penggunaan lahan di
DAS Bekasi menunjukkan bahwa penggunaan lahan tegalan umumnya
merupakan lahan tanaman semusim yang ditanami sekali sampai dua kali
setahun. Penggunaan lahan tegalan biasanya ditanami dengan pola monokultur
seperti singkong, jagung dan kacang tanah.
Gambar 14 menunjukkan bahwa lahan tegalan ditanami singkong dan
kacang tanah dengan pola monokultur dan jarak tanam yang relatif renggang
sehingga permukaan tanah terbuka. Ini menunjukkan bahwa tanah yang
ditanami tersebut terlihat labil karena tanah diolah secara terus-menerus
sehingga strukturnya menjadi lebih halus dan terlepas dari bongkahan-
bongkahan asalnya. Kondisi semacam ini akan memudahkan hujan untuk
menghancurkan partikel-partikel tanah yang pada akhirnya akan meningkatkan
limpasan atau menaikan koefisien limpasan.
Gambar 14 Tegalan dengan Tanaman singkong dan Kacang Tanah.
Petani di DAS Bekasi mempunyai kebiasaan melakukan pengolahan tanah
secara intensif sebelum musim tanam tiba. Tanah-tanah yang sudah diolah
dibiarkan terbuka hingga hujan datang. Interval waktu sejak tanah terbuka hingga
kanopi tanaman dapat menutup tanah, merupakan waktu yang rawan terjadinya
permasalahan struktur tanah.
32
Gambar 15 Lahan Terbuka dengan Sedikit Tanaman Penutup.
Wilayah Administrasi dan Demografi
DAS Bekasi Hulu
Pada DAS Kali Bekasi Hulu terdapat 21 desa diluar Kota Bekasi seperti
yang ditunjukkan pada Lampiran 8. Jumlah penduduk pada DAS Bekasi Hulu
pada tahun 2007 adalah 2.642.000 jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar
4.258 jiwa/km2 (BPS, 2008). Berdasarkan RTRW Jawa Barat 2010 diperkirakan
pertambahan penduduk sebesar 1,7-1,8 % pertahun sehingga diperkirakan
jumlah penduduk pada DAS Bekasi Hulu pada tahun 2010 sebesar
2.956.000 jiwa dengan kepadatan sebesar 4.924 jiwa/km2. Data ini menunjukkan
perlunya penataan penggunaan lahan yang optimal agar tidak merusak DAS.
Lahan Terbuka Tanpa Tindakan Konservasi
33
Kota Bekasi
Kota Bekasi terletak dibagian hilir DAS Bekasi Hulu dan merupakan
daerah yang terkena dampak banjir sebagai akibat kondisi DAS Bekasi Hulu.
Kota Bekasi memiliki luas wilayah sebesar 2.104,9 ha dengan batas wilayah
administrasi sebelah utara Kabupaten Bekasi, sebelah selatan Kabupaten Bogor,
sebelah barat Provinsi DKI Jakarta dan sebelah timur juga dibatasi Kabupaten
Bekasi. Kota Bekasi terdiri atas 10 kecamatan dengan total penduduk sebesar
2.143.804 jiwa dengan kepadatan 9.023 jiwa per km2 pada tahun 2008.
Rincian luas wilayah administrasi, jumlah penduduk dan kepadatan
penduduk masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 6. Dari kesepuluh
kecamatan tersebut di atas, terlihat perkembangan penduduk dari tahun 1998
sampai dengan tahun 2000 relatif sangat cepat. Perkembangan dari tahun 2002
s/d 2008 dapat ditunjukkan pada Gambar 16.
Tabel 6 Luas wilayah, jumlah dan kepadatan penduduk per kecamatan (2008)
Kecamatan Luas Wilayah (ha) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk
(jiwa/km2)
Pondok Gede 1.629 224.176 13.762
Jati Sampurna 1.449 73.744 5.089
Pondok Melati 1.856 118.935 6.408
Jati Asih 2.200 165.520 7.524
Bantar Gebang 1.705 78.224 4.588
Mustika Jaya 2.473 92.932 3.758
Bekasi Timur 1.349 276.496 20.496
Rawa Lumbu 1.567 184.380 11.766
Bekasi Selatan 1.496 207.744 13.887
Bekasi Barat 1.889 287.989 15.246
Medan Satria 1.471 160.152 10.887
Bekasi Utara 1.965 273.512 13.919
Total 21.049 2.143.804
Sumber : BPS 2008
Berdasarkan batasan DAS, maka hanya 4 Kecamatan yang terletak di
daerah rawan banjir atau berpotensi mengalami banjir yaitu Kecamatan Jatih
Asih, Rawa Lumbu, Bekasi Selatan dan Bekasi Timur. Luasan Kota Bekasi yang
berada dalam DAS Bekasi Hulu adalah 1.162,2 ha dengan jumlah penduduk
sebesar 564.639 jiwa ( Biro Pusat Statistik, 2008).
34
Kecamatan Jati Asih terdiri atas 6 Kelurahan yaitu Jati Sari, Jati Luhur, Jati
Rasa, Jati Mekar dan Jati Keramat, dan Kecamatan Rawa Lumbu terdiri atas 4
Kelurahan yaitu Bojong Menteng, Bojong Rawa Lumbu, Sepanjang Jaya dan
Pengasinan. Kecamatan Bekasi Selatan terdiri dari 5 Kelurahan yaitu Jaka
Mulya, Jaka Setia, Pekayon Jaya, Marga Jaya dan Kayuringin Jaya. Kecamatan
Bekasi Timur terdiri atas kelurahan Margahayu, Bekasi Jaya, Duren Jaya dan
Aren Jaya. Sebagian dari tiga kecamatan yaitu Jati Asih, Rawa Lumbu dan
Bekasi Selatan yang berada pada lokasi penelitian atau berada di DAS Bendung
Bekasi.
Kelurahan yang secara langsung berada di tepi Kali Bekasi Hulu yang
berpotensi banjir antara lain Kelurahan Jati Rasa, Jati Asih, Jaka Setia, Pekayon
Jaya, Bojong Rawa Lumbu dan Bojong Menteng. Keenam kelurahan tersebut
berada di bantaran Sungai Bekasi Hulu dan merupakan permukiman yang
dibangun oleh pengembang.
Gambar 16 Perkembangan penduduk Kota Bekasi (BPS, 2008).
1500
1600
1700
1800
1900
2000
2100
2200
1 3 5
Jumlah Penduduk (1000 jiwa)
Tahun
Perkembangan Penduduk Kota Bekasi
2005 2006 2004 2003 2002 2007