Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

33
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN (EKOTUM) ANALISA VEGETASI (METODE KUADRAT) O L E H Yulia (F05109031) Kelompok : 2 PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

description

Laporan Praktikum Ekologi Tumbuhan

Transcript of Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

Page 1: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN (EKOTUM)

ANALISA VEGETASI (METODE KUADRAT)

O

L

E

H

Yulia

(F05109031)

Kelompok : 2

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2011

Page 2: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah

istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan

bagian hidup yang tersusun dari tetumbuhan yang menempati

suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput,

dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi.

Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk

mempelajari kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada

suatu tempat (Anonim, 2011).

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi

jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan.

Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat

kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa

petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga

hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan

petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan (Marpaung,

2009).

Berbeda dengan inventaris hutan titik beratnya terletak pada

komposisi jenis pohon. Dari segi floristis ekologi untuk daerah yang

homogen dapat digunakan random sampling, sedangkan untuk penelitian

ekologi lebih tepat digunakan sistematik sampling, bahkan purposive

sampling pun juga dibolehkan (Dedy, 2009).

Cara peletakan petak contoh ada dua, yaitu cara acak (random

sampling) dan cara sistematik (systematic sampling), random samping

hanya mungkin digunakan jika vegetasi homogen, misalnya hutan

tanaman atau padang rumput (artinya, kita bebas menempatkan petak

contoh dimana saja, karena peluang menemukan jenis bebeda tiap petak

1

Page 3: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

contoh relatif kecil). Sedangkan untuk penelitian dianjurkan untuk

menggunakan sistematik sampling, karena lebih mudah dalam

pelaksanaannya dan data yang dihasilkan dapat bersifat representative.

Bahkan dalam keadaan tertentu, dapat digunakan purposive sampling.

Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar

agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas,

tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung

dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa

vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan

luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut,

maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan

menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu

petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal

petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur

yang mewakili jika menggunakan metode jalur.

Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat

pada petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-

jenis yang ditemukan kembali didaftarkan. Pekerjaan berhenti sampai

dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan yang

berarti pada banyaknya jenis. Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar

jika penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis

lebih dari 5-10%. Untuk luas petak awal tergantung surveyor, bisa

menggunakan luas 1m x1m atau 2m x 2m atau 20m x 20m, karena yang

penting adalah konsistensi luas petak berikutnya yang merupakan dua kali

luas petak awal dan kemampuan pengerjaannya dilapangan (Marpaung,

2009).

Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam

membentuk populasinya, dimana sifat – sifatnya bila di analisa akan

menolong dalam menentukan struktur komunitas. Sifat – sifat individu ini

dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan

memberikan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa

2

Page 4: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density),

atau banyaknya (abudance).

Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang

harus dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan

mempengaruhi data yang diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah :

1. Ukuran petak.

2. Bentuk petak.

3. Jumlah petak.

4. Cara meletakkan petak di lapangan (Dedy, 2009).

Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa

vegetasi ini. Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau

sering disebut dengan kuarter.  Metode ini sering sekali disebut juga

dengan plot less method karena tidak membutrhkan plot dengan ukuran

tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan

pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa

denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkanwaktu yang

sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk

hutan atau vcegetasi kompleks lainnya.

Metode kuadran umunya dilakukan bila vegetasi tingkat pohon saja

yagng jadi bahan penelitiaan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunan

untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya.

Metode Kuadran

Pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon saja yang

menjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan

untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya.

Ada dua macam metode yang umum digunakan :

a. Point-quarter

Yaitu metode yang penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan

disepanjanggaris transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan

secara acak atau sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat

3

Page 5: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

dari arah kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah kuadran. Pada

masing-masing kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas

penutupan satu pohon yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu

diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran.

b. Wandering-quarter

Yaitu suatu metode dengan cara membuat suatu garis transek dan

menetapkan titik sebagai titik awal pengukuran. Dengan menggunakan

kompas ditentukan satu kuadran (sudut 90) yang berpusat pada titik awal

tersebut dan membelah garis transek dengan dua sudut sama besar.

Kemudian dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan danjarak

satu pohon terdekat dengan titik pusat kuadran. Penarikan contoh sampling

dengan metode-metode diatas umumnya digunakan pada penelitian-

penelitian yang bersifat kuantitatif.

Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:

a. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.

b. Count/list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung

jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di

dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang

diselidiki.

c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi

persentase tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk

memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap

spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal

dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis

tanaman. Cara umum untuk mengetahui basal area pohon dapat dengan

mengukur diameter pohon pada tinggi 1,375 meter (setinggi dada).

d. Chart quadrat: Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut

Pantograf. Metode ini ter-utama berguna dalam mereproduksi secara tepat

tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap- tiap spesies yang vegetasinya

tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter.

4

Page 6: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf. Planimeter merupakan

alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran

suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya (Natassa, et. al.,

2010).

Hasil pengukuran lapangan dilakukan dianalisis data untuk

mengetahui kondisi kawasan yang diukur secara kuantitatif. Dibawah ini

adalah beberapa rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil

analisa vegetasi, yaitu :

a. Indeks Nilai Penting (INP)

Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi

suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting

menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks

Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif

(KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR), (Mueller-

Dombois dan ellenberg, 1974; Soerianegara dan Indrawan, 2005).

b. Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman jenis adalah parameter yang sangat berguna untuk

membandingkan dua komunitas, terutama untuk mempelajari pengaruh

gangguan biotik, untuk mengetahui tingkatan suksesi atau kestabilan suatu

komunitas. Keanekaragaman jenis ditentukan dengan menggunakan rumus

Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener :

dimana : H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener

5

Page 7: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

ni = Jumlah individu jenis ke-n

N = Total jumlah individu

a. Indeks Kekayaan Jenis dari Margallef (R1)

dimana :

R1 = Indeks kekayaan Margallef

S = Jumlah jenis

N = Total jumlah individu

a. Indeks Kemerataan Jenis

Dimana :

E = Indeks kemerataan jenis

H’ = Indeks keanekaragaman jenis

S = Jumlah jenis

Berdasarkan Magurran (1988) besaran R1 < 3.5 menunjukkan

kekayaan jenis yang tergolong rendah, R1 = 3.5 – 5.0 menunjukkan

kekayaan jenis tergolong sedang dan R1tergolong tinggi jika > 5.0.

Besaran H’ < 1.5 menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong

rendah, H’ = 1.5 – 3.5 menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong

sedang dan H’ > 3.5 menunjukkan keanekaragaman tergolong tinggi.

Besaran E’ < 0.3 menunjukkan kemerataan jenis tergolong rendah, E’

= 0.3 – 0.6 kemerataan jenis tergolong sedang dan E’ > 0.6 maka

kemerataaan jenis tergolong tinggi.

a. Koefisien Kesamaan Komunitas

Untuk mengetahui kesamaan relatif dari komposisi jenis dan struktur

antara dua tegakan yang dibandingkan dapat menggunakan rumus sebagai

berikut (Bray dan Curtis, 1957 dalam Soerianegara dan Indrawan, 2005) :

6

Page 8: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

dimana :

IS = Koefisien masyarakat atau koefisien kesamaan komunitas

W = Jumlah nilai yang sama dan nilai terendah ( < ) dari jenis-jenis yang terdapat

dalam dua tegakan yang dibandingkan

a, b = Jumlah nilai kuantitatif dari semua jenis yang terdapat pada tegakan pertama

dan kedua

Nilai koefisien kesamaan komunitas berkisar antara 0-100 %.

Semakin mendekati nilai 100%, keadaan tegakan yang dibandingkan

mempunyai kesamaan yang tinggi. Dari nilai kesamaan komunitas (IS)

dapat ditentukan koefisien ketidaksamaan komunitas (ID) yang besarnya

100 – IS. Untuk menghitung IS, dapat digunakan nilai kerapatan,

biomassa, penutupan tajuk atau INP.

Sebagai contoh, kita membandingkan tingkat permudaan semai hutan

primer dengan hutan setelah ditebang dan dapat dilihat pada tabel 2 berikut

ini :

Tabel 2. Nilai Kesamaan Kerapatan antara Hutan Primer dengan

Hutan setelah ditebang pada tingkat Semai

Maka nilai kesamaan komunitas (IS) = ((2 x 55) / (224 + 84)) x

100% = 35.71%

Nilai diatas menunjukkan bahwa antara kondisi primer dan setelah

ditebang dari segi jumlah individu (kerapatan) hanya mempunyai tingkat

kesamaan sekitar 35.71% artinya setelah dilakukan penebangan terjadi

kehilangan jumlah individu sekitar 64.29%.

f. Indeks Dominasi

Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan

penyebaran jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada

satu jenis, nilai indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika

beberapa jenis mendominasi secara bersama-sama maka nilai indeks

7

Page 9: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

dominasi akan rendah. Untuk menentukan nilai indeks dominasi

digunakan rumus Simpson (1949) dalam Misra (1973) sebagai berikut :

Dimana :

C : Indeks dominasi

ni : Nilai penting masing-masing jenis ke-n

N : Total nilai penting dari seluruh jenis (Marpaung, 2009).

Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan

bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan :

1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya.

2. Mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan bawah, yang dimaksud

tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah

tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-

alang dan vegetasi semak belukar (Desmawati, et. al, 2011).

Adapun parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara

langsung adalah :

1. Nama jenis (lokal atau botanis)

2.  Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan

3. Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap

lahan

4. Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk

menghitung volume pohon.

5. Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC),

penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat

diketahui ditaksir ukuran volume pohon (Marpaung, 2009).

Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon,

perdu, serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri

dari dua komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi

8

Page 10: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang

menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar

dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah

dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi,

sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut

sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor

lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena pengaruh

anthropogenic (Desmawati, et. al, 2011).

Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari

komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang

menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan

penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari :

1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan

memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.

2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain

(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau

hemi-parasit.

3. Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya

memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut

keluar tangkai daun.

4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan

biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang

dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.

5. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak

berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya

seperti kayu atau belukar.

6. Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak

menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki

bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki

tangkai lembut yang kadang-kadang keras.

7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki

satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.

9

Page 11: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya,

yaitu :

a. Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang

dari 1.5 m.

b. Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan

berdiameter kurang dari 10 cm.

c. Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm

(Marpaung, 2009).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui komposisi

jenis, peranan, penyebaran dan struktur dari suatu tipe vegetasi yang

diamati.

C. Permasalahan

Permasalahan:

1. Jenis tumbuhan apa saja yang didapat pada petak metode kuadrat?

2. Bagaimanakah penyebaran dari tumbuhan pada petak metode kuadrat?

3. Bagaimana kondisi lapangan yang dipakai dalam membuat petak

metode kuadrat?

4. Alasan digunakannya petak metode kuadrat?

BAB II

10

Page 12: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

METODELOGI

A. Waktu dan Tempat

Hari/ tanggal : Selasa 1 Nopember 2011

Waktu Pelaksanaan : 10.00 WIB

Tempat : Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Untan dan

Lapangan terbuka di depan Laboratorium

Pendidikan Biologi FKIP Untan.

B. Alat dan Bahan

Alat :

- Tali raffia

- Meteran

- Pancang

- Hand Counter

- ATK

- Buku identifikasi

Bahan :

- Komunitas tertentu

C. Cara Kerja

1. Tentukan suatu areal tipe vegetasi yang menjadi objek untuk dianalisis.

2. Luas petak contoh ditentukan dari hasil pembuatan Kurva Species

Area dan banyaknya petak contoh tergantung dari biaya, waktu dan

tenaga. Tetapi dari berbagai pengalaman, pada dasarnya ukuran petak

contoh seluas 1 x 1 m2 dibuat untuk analisis tumbuhan herba.

3. Penentuan awal petak contoh dapat dilakukan secara acak atau secara

sistematis atau kombinasi keduanya yaitu pertama dibuat acak dan

selanjutnya dilakukan secara sistematis.

4. Dalam setiap petak contoh dicatat data setiap individu jenis yang ada.

11

Page 13: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

4. 5.

1.

3. 2.

5. Hitung data (lihat penghitungan).

6. Tentukan besarnya Indeks Nilai Penting (INP) dari masing-masing

jenis dengan menjumlahkan parameter masing-masing jenis tersebut.

7. Tentukan Perbandingan Nilai Penting (SDR). SDR menunjukkan

jumlah Indeks Nilai Penting dibagi dengan besaran yang

membentuknya. SDR dipakai karena jumlahnya tidak lebih dari 100%

sehingga mudah unutk diinterpretasikan.

Gambar 1. Contoh Petak Metode Kuadrat

BAB III

ANALISIS DATA

12

Page 14: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Data Pengamatan Metode Kuadrat

No

.Species

Jumlah

Individ

u

Jumlah

PlotKM KR (%) FM FR (%) NP

1. Cynodon dactylon 125 5 25 13.31085 1 13.51351 26.82437

2. Cyperus rotundus 6 1 6 3.194605 0.2 2.702703 5.897307

3. Bryum sp. 2 1 2 1.064868 0.2 2.702703 3.767571

4. Zoysia matrella 27 4 6.75 3.59393 0.8 10.81081 14.40474

5. Eleocharis dulcis 49 4 12.25 6.522318 0.8 10.81081 17.33313

6.Saccharum

spontaneum360 5 72 38.33526 1 13.51351 51.84877

7. Chloris barbata 27 5 5.4 2.875144 1 13.51351 16.38866

8.Paspaium

commersoni39 4 9.75 5.191233 0.8 10.81081 16.00204

9.Kyllinga

morocephala14 3 4.666667 2.484693 0.6 8.108108 10.5928

10. Ischaemum timorense 36 3 12 6.389209 0.6 8.108108 14.49732

11. Caladium sp. 14 1 14 7.454078 0.2 2.702703 10.15678

12. Fimbristylis anrua 18 1 18 9.583814 0.2 2.702703 12.28652

Σ Jumlah 717 37 187.8167 100 7.4 100 200

Keterangan :

KM= Kerapatan Mutlak

KR = Kerapatan Relatif

FM = Frekuensi Mutlak

FR = Frekuensi Relatif

NP = Nilai Penting

13

Page 15: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

B. Pembahasan

Pada praktikum Analisa Vegetasi dengan metode kuadrat ini didapat

12 spesies tumbuhan. Tumbuhan tersebut adalah Cynodon dactylon,

Cyperus rotundus, Bryum sp., Zoysia matrella, Eleocharis dulcis,

Saccharum spontaneum, Chloris barbata, Paspaium commersoni,

Kyllinga morocephala, Ischaemum timorense, Caladium sp. dan

Fimbristylis anrua.

Tumbuhan-tumbuhan tersebut tersebat pada 5 plot yang di amati.

Beberapa tumbuhan ada yang menempati seluruh plot, dan ada juga yang

hanya ditemukan pada 3, 4 atau hanya di 1 plot saja.

Pada Cynodon dactylon dapat ditemui pada seluruh plot dengan

total individu 125. Cyperus rotundus hanya ditemukan pada 1 plot dan

berjumlah 6 individu. Bryum sp. juga hanya menempati 1 plot dan

diteukan 2 individu. Tumbuhan Zoysia matrella menempati 4 plot dengan

total individunya 27. Eleocharis dulcis dapat ditemukan pada 4 plot juga

dan ditemukan 49 individu. Tumbuhan Saccharum spontaneum

menempati 5 plot dengan total individu 360. Chloris barbata menempati 5

plot dengan jumlah individu 27. Paspaium commersoni menempati 4 plot

dengan total individu 39. Kyllinga morocephala menempati 3 plot dengan

total individu yang ditemukan adalah 14. Ischaemum timorense yang

ditemukan ada 36 individu yang menmepati 3 plot. Caladium sp.

menempati hanya 1 plot dengan jumlah 14 individu. Fimbristylis anrua

menempati hanya 1 plot juga dan dengan jumlah individu 18.

 Besarnya indeks nilai penting menunjukkan peranan jenis yang

bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Sehinga

dari pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa vegetasi

dominan yang tersebar pada lapangan di depan lab. P. Biologi FKIP Untan

adalah Saccharum spontaneum.

14

Page 16: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

Pemilihan tempat untuk pembuatan petak metode kuadrat haruslah

jauh dari naungan ataupun pohon. Karena bila terdapat naungan akan

mempengaruhi jenis spesies dan jumlahnya.

Digunakannya metode kuadrat karena metode ini mudah dan lebih

cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan

menaksir volumenya.

15

Page 17: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah :

1. Ditemukan 12 Spesies pada petak metode kuadrat dengan penyebaran

yang beraneka ragam.

2. Spesies yang mendominasi adalah Saccharum spontaneum.

3. Pemilihan tempat untuk pembuatan petak metode kuadrat haruslah

jauh dari naungan ataupun pohon. Karena bila terdapat naungan akan

mempengaruhi jenis spesies dan jumlahnya.

4. Digunakannya metode kuadrat karena metode ini mudah dan lebih

cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan

menaksir volumenya.

B. Saran

Adapun saran yang dapat diajukan, yaitu :

1. Pemilihan tempat untuk pembuatan petak metode kuadrat harus baik.

2. Ketelitian dalam penghitungan dan pengamatan spesies.

3. Ketelitian dalam mengidentifikasi tumbuhan.

16

Page 18: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Vegetasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Vegetasi. Diakses, Rabu 26

Oktober 2011.

Dedy. 2009. Analisa Vegetasi.

http://dydear.multiply.com/journal/item/15/Analisa_Vegetasi. Diakses,

Rabu 26 Oktober 2011.

Desmawati, et. al. 2011. Analisa Vegetasi. http://digilib.its.ac.id/ITS-

Undergraduate-3100007028754/6670. Diakses, Rabu 26 Oktober 2011.

Marpaung, Andre. 2009. Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi.

http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-bagaimana-

mempelajari-analisa-vegetasi/. Diakses, Rabu 26 Oktober 2011.

Natassa W. 2010. Laporan Analisis Vegetasi.

http://riyantilathyris.wordpress.com/2010/11/26/laporan-analisis-vegetasi/.

Diakses, Jumat 4 November 2011.

17

Page 19: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

LAMPIRAN

Tabel 1. Data Pengamatan Metode Kuadrat

No. Species

Jumlah

Individ

u

Jumlah

PlotKM KR (%) FM FR (%) NP

1. Cynodon dactylon 125 5 25 13.31085 1 13.51351 26.82437

2. Cyperus rotundus 6 1 6 3.194605 0.2 2.702703 5.897307

3. Bryum sp. 2 1 2 1.064868 0.2 2.702703 3.767571

4. Zoysia matrella 27 4 6.75 3.59393 0.8 10.81081 14.40474

5. Eleocharis dulcis 49 4 12.25 6.522318 0.8 10.81081 17.33313

6.Saccharum

spontaneum360 5 72 38.33526 1 13.51351 51.84877

7. Chloris barbata 27 5 5.4 2.875144 1 13.51351 16.38866

8.Paspaium

commersoni39 4 9.75 5.191233 0.8 10.81081 16.00204

9.Kyllinga

morocephala14 3 4.666667 2.484693 0.6 8.108108 10.5928

10. Ischaemum timorense 36 3 12 6.389209 0.6 8.108108 14.49732

11. Caladium sp. 14 1 14 7.454078 0.2 2.702703 10.15678

12. Fimbristylis anrua 18 1 18 9.583814 0.2 2.702703 12.28652

Σ Jumlah 717 37 187.8167 100 7.4 100 200

Keterangan :

KM= Kerapatan Mutlak

KR = Kerapatan Relatif

FM = Frekuensi Mutlak

FR = Frekuensi Relatif

NP = Nilai Penting

18

Page 20: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

KM = Jumlah dari individu dari suatu jenis i

Jumlah total luas areal yangdigunakanuntuk penarikan contoh

Cynodon dactylon = 125

5 = 25

Cyperus rotundus = 61

= 6

Bryum sp. = 21

= 2

Zoysia matrella = 274

= 6,75

Eleocharis dulcis = 494

= 12,25

Saccharum spontaneum = 360

5 = 72

Chloris barbata = 275

= 5,4

Paspaium commersoni = 394

= 9,75

Kyllinga morocephala = 143

=

4.666667

Ischaemum timorense = 363

= 12

Caladium sp. = 141

= 14

Fimbristylis anrua = 181

= 18

KR = Kerapatan mutlak dari jenis i

K erapatantotal seluruh jenis yang terambil dalam penarikan contoh x

100%

Cynodon dactylon = 25

187,8167 x

100% = 13.31085

Cyperus rotundus = 6

186,8167 x

100% = 3.194605

Bryum sp. = 2

186,8167 x 100% =

1.064868

Zoysia matrella = 6,75

186,8167 x 100%

= 3.59393

19

Page 21: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

Eleocharis dulcis = 12,25

186,8167 x

100% = 6.522318

Saccharum spontaneum = 72

186,8167

x 100% = 38.33526

Chloris barbata = 5,4

186,8167 x 100%

= 2.875144

Paspaium commersoni = 9,75

186,8167 x

100% = 5.191233

Kyllinga morocephala = 4,666667186,8167

x

100% = 2.484693

Ischaemum timorense = 12

186,8167 x

100% = 6.389209

Caladium sp. = 14

186,8167 x 100% =

7.454078

Fimbristylis anrua = 18

186,8167 x

100% = 9.583814

FM = Jumlah satuan petak contoh yangdiduduki oleh jenis i

Jumlahbanyaknya petak contohdibuat dalam analisa vegetasi

Cynodon dactylon = 55

= 1

Cyperus rotundus = 15

= 0,2

Bryum sp. = 15

= 0,2

Zoysia matrella = 45

= 0,8

Eleocharis dulcis = 45

= 0,8

Saccharum spontaneum = 55

= 1

Chloris barbata = 55

= 1

Paspaium commersoni = 45

= 0,8

Kyllinga morocephala = 35

= 0,6

Ischaemum timorense = 35

= 0,6

20

Page 22: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

Caladium sp. = 15

= 0,2 Fimbristylis anrua = 15

= 0,2

FR = Frekwensi mutlak dari jenis iFrekwensi total seluruh jenis

x 100%

Cynodon dactylon = 1

7,4 x 100% =

13.51351

Cyperus rotundus = 0,27,4

x 100% =

2.702703

Bryum sp. = 0,27,4

x 100% = 2.702703

Zoysia matrella = 0,87,4

x 100% =

10.81081

Eleocharis dulcis = 0,87,4

x 100% =

10.81081

Saccharum spontaneum = 1

7,4 x

100% = 13.51351

Chloris barbata = 1

7,4 x 100% =

13.51351

Paspaium commersoni = 0,87,4

x 100%

= 10.81081

Kyllinga morocephala = 0,67,4

x 100%

= 8.108108

Ischaemum timorense = 0,67,4

x 100%

= 8.108108

Caladium sp. = 0,27,4

x 100% =

2.702703

Fimbristylis anrua = 0,27,4

x 100% =

2.702703

NP = KR + FR

Cynodon dactylon = 13.31085 +

13.51351 = 26.82437

Cyperus rotundus = 3.194605 +

2.702703 = 5.897307

21

Page 23: Analisa Vegetasi (Metode Kuadrat)

Bryum sp. = 1.064868 + 2.702703 =

3.767571

Zoysia matrella = 3.59393 +

10.81081 = 14.40474

Eleocharis dulcis = 6.522318 +

10.81081 = 17.33313

Saccharum spontaneum = 38.33526

+ 13.51351 = 51.84877

Chloris barbata = 2.875144 +

13.51351 = 16.38866

Paspaium commersoni = 5.191233 +

10.81081 = 16.00204

Kyllinga morocephala = 2.484693 +

8.108108 = 10.5928

Ischaemum timorense = 6.389209 +

8.108108 = 14.49732

Caladium sp. = 7.454078 + 2.702703

= 10.15678

Fimbristylis anrua = 9.583814 +

2.702703 = 12.28652

22