Analisis Pembangunan Dilihat Dari Segi Hukum Lingkungan

6
Analisis Pembangunan dilihat dari Segi Hukum Lingkungan Salah satu definisi pembangunan yaitu pembangunan adalah Perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan, yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri (Inayatullah, 1967). Pembangunan juga telah didefinisikan sebagai pertumbuhan plus perubahan, yang merupakan kombinasi berbagai proses ekonomi, sosial dan politik, untuk mencapai kehidupan yang lebih baik (United Nations, 1972). Selain pengertian tersebut, Surna (1992) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai kegiatan-kegiatan yang direncanakan dalam mengolah sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan untuk kelangsungan hidup manusia. Pada hakekatnya ada tiga domain dalam pembangunan, yaitu : domain ekonomi,domain social. Dan domain ekologi . Himpunan bagian yang saling berhubungan antara domain yang satu dengan domain yang lain.Dari hubungan ketiga domain tersebut maka menghasilkan tiga paradigma pembangunan, yaitu: (1) pembangunan sosial (social development); (2) pembangunan berwawasan lingkungan (environmental development); (3) pembangunan yang berpusatkan pada rakyat (people centered development). Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah pembangunan berkelanjutan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara menserasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk menopangnya. Prinsip pembangunan berwawasan lingkungan adalah pendayagunaan sumber daya alam sebagai pokok kemakmuran rakyat dilakukan secara terencana, bertanggungjawab, dan sesuai daya dukungnya dengan mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat serta

Transcript of Analisis Pembangunan Dilihat Dari Segi Hukum Lingkungan

Page 1: Analisis Pembangunan Dilihat Dari Segi Hukum Lingkungan

Analisis Pembangunan dilihat dari Segi Hukum Lingkungan

Salah satu definisi pembangunan yaitu pembangunan adalah Perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan, yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri (Inayatullah, 1967). Pembangunan juga telah didefinisikan sebagai pertumbuhan plus perubahan, yang merupakan kombinasi berbagai proses ekonomi, sosial dan politik, untuk mencapai kehidupan yang lebih baik (United Nations, 1972). Selain pengertian tersebut, Surna (1992) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai kegiatan-kegiatan yang direncanakan dalam mengolah sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan untuk kelangsungan hidup manusia.

Pada hakekatnya ada tiga domain dalam pembangunan, yaitu : domain ekonomi,domain social. Dan domain ekologi. Himpunan bagian yang saling berhubungan antara domain yang satu dengan domain yang lain.Dari hubungan ketiga domain tersebut maka menghasilkan tiga paradigma pembangunan, yaitu:(1) pembangunan sosial (social development);(2) pembangunan berwawasan lingkungan (environmental development);(3) pembangunan yang berpusatkan pada rakyat (people centered development).

Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah pembangunan berkelanjutan yang mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan cara menserasikan aktivitas manusia dengan kemampuan sumber daya alam untuk menopangnya.Prinsip pembangunan berwawasan lingkungan adalah pendayagunaan sumber daya alam sebagai pokok kemakmuran rakyat dilakukan secara terencana, bertanggungjawab, dan sesuai daya dukungnya dengan mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat serta memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup bagi pembangunan berkelanjutan (sustainable development).          Konsep pembangunan ini bertujuan membangun kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang mampu menyelaraskan tanggung jawab moral dengan strategi pembangunan berwawasan lingkungan. Hal ini perlu ditegaskan mengingat adanya kecenderungan gaya hidup konsumerisme, hingga bergesernya potensi fisik alami manusia (nature of human physical potention) akibat meluasnya pemanfaatan perangkat teknologi (dependent on technological instruments) dalam proses pembangunan itu berlangsung.          Konsep pembangunan yang ramah lingkungan ini bersifat ekonomis, karena dapat menghasilkan keuntungan lebih besar dengan modal yang lebih kecil yang bersifat bekelanjutan (sustainable). Baik dari segi lingkungan biogeofisik-kimia—karena tidak terjadi kerusakan—maupun sosial-ekonomi dan budaya.          Problem pembangunan yang hanya bertumpu pada satu aspek menyebabkan keterbelakangan dan kemiskinan menjadi suatu hal yang rumit, yang memperdebatkan tentang perbedaan urgensi. Karena itu, strategi pembangunan yang konseptual harus meletakkan konsep pembangunan dengan unsur SDM yang integral dan bermoral.

Page 2: Analisis Pembangunan Dilihat Dari Segi Hukum Lingkungan

              Pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia telah dinyatakan dalam berbagai kemauan politik pemerintah berupa berbagai kebijakan, program dan kegiatan. Tetapi karena adanya keterbatasan sumber dana dan hambatan sosial-politik, kultural, dan sumber daya lainnya, maka pengelolaan lingkungan hidup menjadi sangat marginal. Faktor yang memengaruhi marginalisasi pengelolaan lingkungan hidup adalah kerumitan masalah lingkungan dan penegakan hukumnya.          Faktor pertama, berupa kerumitan masalah lingkungan di Indonesia dicirikan oleh jumlah penduduk yang tinggi, dengan penyebaran yang tidak merata. Adanya tingkat kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan, membuat sebagian besar penduduk sulit memahami konsep pelestarian lingkungan hidup.          Faktor kedua, disebabkan kurangnya koordinasi dan integrasi pengelolaan lingkungan hidup—tujuan dan sasaran program pembangunan nasional, baik antara daerah, dunia usaha maupun masyarakat luas.          Faktor ketiga, adalah terbatasnya mandat kelembagaan. Apabila masalah pengelolaan lingkungan hidup belum diinternalisasikan di semua bidang, maka masalah kerusakan atau pencemaran lingkungan hidup akan terus timbul. Untuk mengatasinya, masalah mandat lembaga lingkungan perlu dipertegas dengan kewenangan penuh dari pemerintah yang didukung alokasi dan SDM yang memadai serta struktur organisasi yang solid.

Dikaitkan dengan hukum lingkungan maka pembangunan yang diperkirakan memiliki dampak terhadap lingkungan dipersyaratkan untuk memperhatikan lingkungan hidup.Maka,setiap aktivitas pembangunan yang berhubungan / bersangkutan dengan lingkungan,memerlukan suatu standar mengenai Baku Mutu Lingkungan (BML).Baku mutu Lingkungan diperlukan untuk memberikan pedoman terhadap pengelolaan lingkungan secara konkret; dasar hukumnya terdapat dalam Pasal 14 UUPLH (UU No. 23 Tahun 1997) yang diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP)".

Ketentuan ini berbeda dengan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang

Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menetapkan : bahwa Baku

Mutu Lingkungan diatur dengan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, Baku Mutu

Lingkungan merupakan instrumen yang penting dalam pengelolaan lingkungan hidup. Adanya

aktivitas atau kegiatan produksi yang tidak sesuai dengan Baku Mutu Lingkungan yang ada,

berarti telah terjadi pelanggaran terhadap ketentuan hukum yang berlaku. Pada tingkat tertentu,

jika terjadi pencemaran lingkungan, maka hal tersebut depat diklarifikasikan sebagai suatu tindak

pidana terhadap lingkungan hidup. Hal ini dapat diproses secara hukum ke pengadilan.

Masalah lingkungan tidak selesai dengan memberlakukan Undang-Undang dan

komitmen untuk melaksanakannya. Penetaoan suatu Undang-Undang yang mengandung

instrumen hukum masih diuji dengan pelaksanaan dan merupakan bagian dari mata rantai

pengaturan pengelolaan lingkungan. Dalam merumuskan kebijakan lingkungan, Pemerintah

Page 3: Analisis Pembangunan Dilihat Dari Segi Hukum Lingkungan

lazimnya menetapkan tujuan yang hendak dicapai. Kebijakan lingkungan disertai tindak lanjut

pengarahan dengan cara bagaimana penetapan tujuan dapat dicapai agar ditaati masyarakat.

Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH)

mendasari kebijaksanaan lingkungan di Indonesia, karena Undang-Undang, peraturan

pemerintah dan peraturan pelaksanaan lainnya merupakan instrumen kebijaksanaan. Instrumen

kebijaksanaan lingkungan perlu ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan lingkungan

dami kepastian hukum dan mencerminkan arti penting hukum bagi penyelesaian masalah

lingkungan. Instrumen hukum kebijaksanaan lingkungan tetapkan oleh pemerintah melalui

berbagai sarana yang bersifat pencegahan, atau setidak-tidaknya pemulihan, sampai tahap normal

kualitas lingkungan.

Istilah " mutu" dapat menimbulkan pengertian yang ambivalen dan banyak orang yang senang menggunakan istilah "Nilai Ambang Batas". Perbedaan kedua istilah itu adalah bahwa Mutu Lingkungan mempunyai karakter diwajibkan. Dengan demikian, Mutu Lingkungan selalu merupkan Nilai Ambang Batas tetapi tidak semua Nilai Ambang Batas merupakan Mutu Lingkungan selama tidak diwajibkan berdasarkan ketentuan hukum. Karena dari aspek yuridis dan teknis ekologi, fungsi Mutu Lingkungan dalam pengelolaan lingkungan terutama untuk menentukan ada atau tidak ada pencemaran terhadap lingkungan. Untuk menentukan ada atau tidak ada kerusakan lingkungan, UUPLH mengintrodusir istilah Kriteria Kerusakan Lingkungan (KBKL), bagi kegiatan yang mempunyai "dampak besar dan penting" terhadap lingkungan, Mutu Lingkungan dikaitkan lebih jauh dengan prosedur AMDL. Mutu Lingkungan harus tercermin dalam rencana pengelolaan lingkungan (RKL). Mutu Lingkungan dipakai sebagai pedoman bagi PKL sebagai persyaratan perizinan suatu rencana kegiatan.

Oleh karena itu penegakan hukum lingkungan semakin penting sebagai salah satu sarana untuk mempertahankan dan melestarikan lingkungan hidup yang baik. Penegakan hukum yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup meliputi aspek hukum pidana, perdata, tata usaha negara dan hukum internasional.

Konsep PembangunanPembangunan meniru model Barat, sebenarnya belum tentu cocok bagi konsep untuk negara-negara berkembang. Yang mencolok dirasakan adalah terciptanya keadaan ketergantungan negara-negara berkembang kepada negara maju, terutama dalam bidang ekonomi.

Page 4: Analisis Pembangunan Dilihat Dari Segi Hukum Lingkungan

DAFTAR PUSTAKA

Azhar, Penegakan Hukum Lingkungan di Indonesia, palembang, Universitas Sriwijaya, September, 2003.

Hadjon, Philipus. M, et al. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Yogyakarta, UGM Press, 1998.

Kementrian Lingkungan Hidup RI, HImpunan Peraturan Perundang-Undangan Lingkungan Hidup. Jakarta, 2002

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Emil Salim. 1993. Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta : LP3ES.