BAB IV REVITALISASI TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI...
Transcript of BAB IV REVITALISASI TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI...
77
BAB IV
REVITALISASI TEKNOLOGI INFORMASI
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM
A. Penerapan Teknologi dalam Pendidikan
Masalah-masalah pokok yang dihadapi pendidikan Islam selama ini
adalah mengenai peningkatan mutu pendidikan, pemerataan pendidikan dan
relevansi pendidikan dengan tantangan kemajuan zaman. Kenyataan-kenyataan
demikian menunjukkan bahwa pemecahan masalah-masalah pendidikan kita
membutuhkan alternatif-alternatif baru yang disesuaikan dengan kemajuan
zaman.
Berbagai potensi yang dimiliki teknologi informasi dimungkinkan
dijadikan sebagai suatu alternatif dalam pemecahan permasalahan tersebut.
Secara umum aplikasi teknologi dalam pendidikan akan mampu:
1. Menyebarkan informasi secara luas, seragam dan cepat
2. Membantu melengkapi dan —dalam hal tertentu— menggantikan tugas guru
3. Dipakai untuk melakukan tugas instruksional baik secara langsung maupun
sebagai produk sampingan
4. Menunjang kegiatan belajar masyarakat mengundang partisipasi masyarakat
5. Menambah keanekaragaman sumber maupun kesempatan belajar.
6. Menambah daya tarik untuk belajar
7. Membantu mengubah sikap pemakai
8. Mempengaruhi pandangan pemakai terhadap bahan dan proses
9. Mempunyai keuntungan rasio efektifitas biaya, bila dibandingkan dengan
sistem tradisional.
Pemilihan teknologi dalam pendidikan akan membuka kemungkinan
untuk lahirnya berbagai alternatif bentuk kelembagaan baru yang menyediakan
fasilitas belajar, disamping dapat melayani segala bentuk lembaga pendidikan
yang telah ada. Serangkaian kriteria pemanfaatan teknologi dalam, antara lain:
a. Harus dijaga kompatibilitasnya (kesesuaian) dengan sarana yang sudah ada
78
b. Dapat menstimulasikan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan
c. Mampu memacu usaha peningkatan mutu pendidikan
Dengan demikian, adanya penerapan suatu teknologi dalam pendidikan
akan sangat mungkin terjadi perubahan besar dalam interaksi belajar antara
sumber belajar dengan pembelajar. Salah satu kemungkinan perubahan tersebut
adalah penerapan teknologi informasi dalam pendidikan.
Bagi dunia pendidikan, kemajuan teknologi informasi telah membukakan
kesempatan yang amat luas bagi anggota masyarakat untuk memperoleh peluang
meningkatkan pengetahuan masing-masing. Teknologi informasi memungkinkan
orang belajar tanpa terikat oleh jarak dan waktu seperti yang dikenal dengan
sistem belajar jarak jauh (distance learning), di samping itu juga membantu
mengatasi kurangnya tenaga pengajar dan daya tampung sekolah formal dengan
sistem open learning, belajar dengan bantuan komputer computer assistant
learning serta bentuk-bentuk kegiatan belajar lainnya. Baik secara formal
maupun non formal yang dilaksanakan dengan sistem siaran pendidikan melalui
radio televisi dan media informasi lainnya.
Teknologi informasi juga berpengaruh terhadap pengembangan
kurikulum, pola interaksi pendidikan dan melahirkan berbagai bentuk lembaga
pendidikan. Pemanfaatan teknologi informasi yang tampak secara nyata saat ini
yaitu perannya sebagai alat atau media dalam pembelajaran.
Dilihat dari segi penggunaan media ada tiga kecenderungan dalam
penggunaannya, yaitu :
a. Dipakai secara masal yang meliputi, radio, televisi, teleback board
b. Dipakai dalam proses pembelajaran, seperti proyektor, film, bingkai
overhead, kaset video, kaset suara.
c. Dipakai secara individual, seperti komputer dengan segala perangkatnya.
Dalam dunia pendidikan teknologi komunikasi itu sedemikian penting
perannya dalam proses pendidikan belajar mengajar karena itu efektivitasnya
harus menjadi perhatian serius para praktisi pendidikan terutama guru melalui
proses komunikasi lebih efektif dan dengan demikian tujuan pendidikan bisa
79
tercapai secara optimal dan alat komunikasi juga penting sebagai pelengkap
untuk mencapai pengembangan intelektual dan kreatifitas anak didik.
B. Revitalisasi Teknologi Informasi dalam Proses Pembelajaran sebagai Upaya
Peningkatan Mutu Pendidikan
Dalam dunia pendidikan pada khususnya, pemanfaatan teknologi
informasi ini akan membawa perubahan yang sangat berarti baik dalam hal
sistem pendidikan yang akan dikembangkan, materi yang akan disampaikan,
bagaimana proses instruksional dan pembelajaran akan dilakukan, hambatan-
hambatan yang akan dihadapi baik oleh murid, guru dan penyelenggara
pendidikan. Dan bahkan mungkin salah satu faktor yang paling penting dalam
masalah Teknologi Informasi adalah masalah jaringan atau media akses yang
menjadi jembatan antara sumber belajar dan pihak-pihak yang terlibat dalam
proses belajar-mengajar.
1. Potensi Teknologi Informasi dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran
Dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya, teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) dipandang akan mampu merubah dan
mentransformasikan pendidikan ke arah yang betul-betul tidak terbayangkan
sebelumnya. John Gardner dari Stanfor University pernah menyampaikan
keyakinannya, bahwa dalam waktu 20 tahun dari sekarang saja orang akan
menyaksikan betapa apa yang dipraktekkan di dunia pendidikan saat ini
adalah sesuatu yang sangat primitif.1
Oleh karena itu dunia pendidikan semakin dituntut untuk mampu
mengantisipasi proses perubahan sosial yang berlangsung demikian cepat.
Tantangan yang dimunculkan oleh era informasi sekarang ini terutama
berkaitan dengan semakin dibutuhkannya kemampuan belajar secara cepat
dan tepat dari setiap orang sesuai dengan kompetensi dan sains yang
dikembangkannya. Kemampuan tersebut penting oleh karena dunia kerja
1Muhammad Amin Bakri, Potensi E-learning dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran di Lingkungan Perguruan Tinggi, http://jurnalresultan.com/artikel/tulisan_Amin_v_5.htm, hlm. 1.
80
mengalami dinamika perkembangan yang sangat cepat, sehingga secara
otomatis juga membutuhkan penyesuaian dan adaptasi pengetahuan dan
keterampilan yang mendukung. Era ekonomi berbasis pengetahuan ditandai
dengan semakin signifikannya model pengetahuan sebagai aset utama bisnis,
tetapi juga dicirikan oleh semakin pendeknya usia sebuah pengetahuan atau
keterampilan.
Oleh karena itu, lembaga pendidikan Islam tidaklah mungkin
diharapkan dapat mencakup semua kemampuan yang harus dimiliki anak
didiknya untuk dapat terjun dan berperan dalam masyarakat. Di lembaga ini
siswa lebih diharapkan dapat belajar dan menguasai kemampuan dan
keterampilan belajar dengan memanfaatkan multi sumber yang ada di
sekitarnya serta dengan menggunakan alat dan strategi yang paling tepat
untuk itu. Pendidikan Islam diharapkan tidak hanya memberikan bekal
pengetahuan keagamaan dan keterampilan baru yang sesuai dengan
kebutuhan dunia riil sekarang, tetapi juga dituntut untuk membiasakan dan
mengondisikan anak didiknya dalam menjadikan belajar sebagai sebuah
proses yang tak pernah berhenti. Bahwa belajar adalah proses yang tidak
dibatasi oleh kurikulum baku, melainkan sebuah aktifitas yang hanya
mungkin dibatasi oleh target dan tujuan oleh si pembelajar sendiri. Dalam
konteks inilah, keberadaan dan perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi patut mendapat perhatian serius.
a. Potensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pendidikan
Banyak potensi dan keunggulan Teknologi Informasi yang sering
dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan dunia pendidikan, diantaranya
adalah:
1) Akses yang lebih luas. Teknologi informasi dinilai dapat memberikan
akses yang lebih luas bagi sistem penyebaran dan pemerataan
pendidikan. Baik dengan menggunakan teknologi telekomunikasi
seperti radio, televisi, satelit ataupun teknologi baru seperti internet,
penyebaran materi dan konten pembelajaran terbukti dapat
81
menjangkau pembelajar dalam cakupan area geografis yang lebih luas
dengan waktu yang lebih cepat.
2) Peningkatan kualitas pembelajaran. Teknologi informasi dinilai dapat
berperan penting dalam hal peningkatan kualitas pembelajaran. Hal
ini disebabkan oleh karena cukup banyak potensi yang berupa
fasilitas-fasilitas yang terkandung dalam teknologi tersebut.
3) Efektifitas dan efisiensi dalam manajemen pembelajaran. Potensi TIK
juga mencakup persoalan pengelolaan penyelenggaraan proses belajar
mengajar secara lebih efektif dan efisien. Hal ini berkaitan dengan
persoalan-persoalan manajemen sumber pengetahuan, pemantauan
kompetensi pembelajar, pengelolaan penjadwalan, sistem pelaporan
dan penyebaran prestasi akademik mahasiswa, serta pengembangan
komunitas pendidikan.
4) Pendidikan sepanjang hayat. Melalui aplikasinya dalam banyak
teknologi (TV, radio, CD-Rom, www, internet), TIK dianggap dapat
mendukung paradigma pendidikan sepanjang hayat, karena batasan
ruang lingkup dan waktu belajar akhirnya hanya akan ditentukan oleh
pihak pembelajar sendiri sesuai dengan target kompetensi yang
diinginkan.
Aplikasi TIK dalam dunia pendidikan, kini lebih banyak dikenal
dengan istilah e-learning. Jika Information Communication Teknologis
(ICT) adalah istilah global yang lebih mewakili makna integrasi teknologi
informasi dan komunikasi yang kini berkembang sangat cepat itu, maka
e-learning memiliki makna yang lebih khusus menjurus kepada
pemanfaatan berbagai aplikasi ICT dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan.
82
Berikut diantara keunggulan-keunggulan e-learning yang dapat
dimanfaatkan dalam dunia pendidikan:
1) Live learning, adalah fasilitas e-learning yang dapat dimanfaatkan
pembelajar untuk dapat berinteraksi dengan narasumber secara online
dengan memanfaatkan sejumlah fasilitas, seperti media-rich (teks,
gambar berkualitas tinggi, audio/video, dan animasi), e-mail, chat
maupun virtual class.
2) Interactive learning, adalah fasilitas yang memungkinkan pembelajar
dapat menikmati proses pembelajaran secara aktif dan interaktif
melalui fasilitas hans-on labs, real world simulation, progress report,
maupun on-line mentoring, selain itu, assessment test merupakan
salah satu fasilitas yang dapat membantu pembelajar mengukur
kemampuan dan kebutuhan kompetensinya secara mandiri.
3) Learning management, adalah fasilitas e-learning dimana staf
akademik dapat merancang, mendesain, mengelola dan memonitor
proses pembelajaran secara mudah dan efektif. Fasilitas yang tersedia
untuk melakukan tugas-tugas tersebut adalah flexible registration and
approval process, reporting and portfolio, personalized delivery,
performance and competency management, serta skill gap analisis.
4) Learning content management, adalah fasilitas dimana para
narasumber dapat dengan mudah dan efektif mendesain dan membuat
materi pelajaran, baik dari awal maupun melalui proses reuse
terhadap knowledge object yang tersimpan dalam repository. Ada
banyak fasilitas e-learning yang akan mendukung proses tersebut,
diantaranya adalah collaborative workflow, repurpose content, test
development, dan simulation editor.
87
5) Learning community, adalah sebuah fasilitas dimana para pembelajar
maupun narasumber dapat membangun komunitas pembelajaran
dalam rangka memperdalam penguasaan materi yang diinginkan
dengan menggunakan fasilitas seperti peer-to-peer chat, threaded
discussion, FAQ section, maupun dengan memanfaatkan link dengan
sumber-sumber terkait lainnya.
b. Implementasi E-learning dalam Proses Pembelajaran
Secara sederhana, strategi pemanfaatan teknologi informasi
sebagai media transformasi materi dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.4: Jaringan dan Latihan Publik2
Mengingat ragamnya fitur dan fasilitas e-learning yang tersedia,
maka implementasinya dalam sistem penyelenggaraan pendidikan Islam
perlu dituangkan dalam platform standar yang akan membantu proses
analisis, rancangan, pengembangan, implementasi dan pengelolaan
2A.P. Hardhono, Pemanfaatan Teknologi Informasi yang Telah Diterapkan dalam Proses
Pengajaran di Indonesia, http://psi.ut.ac.id/Jurnal/71hardono.htm, hlm. 5
88
pendidikan kelak. Salah satu platform standar aplikasi e-learning dalam
lembaga pendidikan, seperti digambarkan berikut.
Gambar 1.5: Platform Standar Implementasi E-Learning dalam Lembaga Pendidikan3
Dari ilustrasi di atas, tampak bahwa implementasi e-learning di
lingkungan lembaga pendidikan, berimplikasi hampir ke seluruh aktifitas
akademis yang ada. Ruang implementasi ini mencakup mulai dari
penyiapan dan pembuatan materi, penyebaran materi, proses
pembelajaran, registrasi siswa, latihan dan ujian sampai pada pengelolaan
administrasi akademis, seperti informasi siswa maupun laporan
perkembangan kompetensi siswa.
Potensi yang dimiliki e-learning cukup menjanjikan bagi upaya
peningkatan kualitas pendidikan Islam. Bagaimanapun, segenap potensi
ini hanya dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin jika proses
implementasinya dilakukan secara tepat dan terencana. Analisis yang
cukup terhadap kondisi obyektif masing-masing lembaga pendidikan,
terutama menyangkut infrastruktur yang dimilikinya, akan memberikan
gambaran tantangan model dan cara implementasi e-learning yang
bagaimana yang paling cocok diterapkan pada lembaga tersebut
2. Inovasi E-learning dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam
3Sumber IMS Global Learning Consortium, dalam Muhammad Amin Bakri, Op. cit, hlm. 5
89
Seiring perkembangan teknologi informasi, model e-learning mulai
dikembangkan, sehingga kajian dan penelitian sangat diperlukan. Hakekat e-
learning adalah bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam
format digital melalui teknologi internet. Sistem ini dapat digunakan dalam
pendidikan jarak jauh atau pendidikan konvensional. Oleh karena itu
mengembangkan model ini tidak sekedar menyajikan materi pelajaran ke
dalam internet tetapi perlu dipertimbangkan secara logis dan memegang
prinsip pembelajaran. Begitu pula desain pembelajaran yang sederhana,
personal dan cepat, serta adanya unsur hiburan akan menjadikan peserta didik
betah belajar di depan internet seolah-olah mereka belajar di dalam kelas.
Di Indonesia pemanfaatan teknologi internet dimulai sekitar tahun
1995, ketika Indointernet membuka jasa layanan internet. Kemudian tahun
1997-an mulai berkembang pesat. Namun harus diakui bahwa kini
pemanfaatan teknologi informasi ini masih didominasi oleh lembaga seperti
perbankan, media massa atau kalangan industri. Jika melihat potensi internet,
sudah saatnya potensi-potensi yang dimiliki teknologi ini dimanfaatkan
secara optimal dalam dunia pendidikan, termasuk pendidikan Islam.
Sebenarnya pemanfaatan teknologi internet untuk pendidikan di
Indonesia secara resmi dimulai sejak dibentuknya Telematika tahun 1996.
Masih di tahun yang sama dibentuk Asian Internet Interconnection
Initiatives.4 Jaringan yang dikoordinir oleh ITB ini bertujuan untuk
pengenalan dan pengembangan teknologi internet untuk pendidikan dan riset,
pengembangan backbone internet pendidikan dan riset di Asia Pasifik
bersama-sama perguruan tinggi di kawasan ASEAN dan Jepang, serta
pengembangan informasi internet yang meliputi aspek ilmu pengetahuan,
teknologi, budaya, sosial dan ekonomi. Hingga kini sudah ada 21 lembaga
pendidikan tinggi (negeri dan swasta), lembaga riset nasional, serta instansi
terkait yang telah bergabung.
4lihat di www.ai3.itb.ac.id/Indonesia.
90
Pemanfaatan internet untuk pendidikan ini tidak hanya untuk
pendidikan jarak jauh, akan tetapi juga dikembangkan dalam sistem
pendidikan konvensional. Kini sudah banyak lembaga pendidikan terutama
perguruan tinggi yang sudah mulai merintis dan mengembangkan model
pembelajaran berbasis internet dalam mendukung sistem pendidikan
konvensional. Namun suatu inovasi selalu saja menimbulkan pro dan kontra.
Yang pro dengan berbagai dalih meyakinkan akan manfaat kecanggihan
teknologi ini, seperti; memudahkan komunikasi, sumber informasi dunia,
memudahkan kerjasama, hiburan dan kemudahan aktifitas lainnya.
Sebaliknya yang kontra menunjukkan sisi negatifnya, antara lain; biaya relatif
besar dan mudah masuknya pengaruh negatif budaya asing.
Internet sebagai media baru ini belum begitu familier dengan
masyarakat, termasuk personil lembaga pendidikan. Oleh karena itu, sangat
perlu terus dilakukan kajian, penelitian dan pengembangan model e-learning.
Tulisan ini akan mencoba menjelaskan e-learning dan kemungkinan
pengembangan modelnya dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam.
a. Internet Sebagai Media Pembelajaran
Penemuan internet dianggap sebagai penemuan yang cukup besar,
yang mengubah dunia yang bersifat lokal atau regional menjadi global.
Karena internet terdapat sumber-sumber informasi dunia yang dapat
diakses oleh siapapun dan dimanapun melalui jaringan internet. Melalui
internet faktor jarak dan waktu sudah tidak menjadi masalah. Dunia
seolah-olah menjadi kecil, dan komunikasi menjadi mudah. Dalam hal ini
Onno W. Purbo (2001) melukiskan bahwa internet juga telah mengubah
metode komunikasi massa dan penyebaran data atau informasi secara
fleksibel dna mengintegrasikan seluruh bentuk media massa konvensional
seperti media cetak dan audio visual.
Setiap introduksi suatu teknologi pendidikan tertentu yang baru
seperti pemanfaatan internet, maka ada empat hal yang perlu disiapkan,
yaitu:
91
1). Melakukan penyesuaian kurikulum. Kurikulum sifatnya holistik di
mana pengetahuan, ketrampilan dan nilai (values) diintegrasikan
dengan kebutuhan di era informasi ini. Kurikulumnya bersifat
competency based curriculum (kurikulum berbasis kompetensi).
2). Melakukan variasi cara mengajar untuk mencapai dasar kompetensi
yang ingin dicapai dengan bantuan internet.
3). Melakukan penilaian dengan memanfaatkan teknologi yang ada
(menggunakan komputer, online assessment system).
4). Menyediakan material pembelajaran seperti buku, komputer,
multimedia, studio, dll yang memadai. Materi pembelajaran yang
disimpan di komputer dapat diakses dengan mudah baik oleh guru
maupun siswa.
Lima aplikasi standar yang dapat digunakan untuk keperluan
pendidikan (termasuk pendidikan Islam), yaitu; e-mail, milis, news group,
FTP dan www.
1) Electronic Mail (e-mail)
Aplikasi yang paling banyak dan luas penggunaanya dalam
pelayanan jaringan network adalah e-mail. E-mail adalah sistem surat
menyurat melalui komputer yang saling terhubung dengan jaringan
global. E-mail merupakan pelayanan karakteristik dari jaringan matrix
global dimana semua jaringan komputer dapat saling berkirim surat
atau mail.
Fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh e-mail adalah membalas
surat seperti reply to author atau reply to all. Meneruskan surat
forward, sekaligus menambahkan dengan forward attaché mengirim
surat dengan sent dan receive, e-mail yang sudah dikirim dalam sent
item. Surat-surat dalam e-mail dapat dimanajemeni dengan folder.
Pada keadaan standar folder yang ada dalam internet adalah
inbox, out box, deleted items, sent items. Inbox adalah folder untuk
menempatkan e-mail yang baru kita terima. Outbox folder dimana e-
92
mail yang akan kita kirim di tempatkan. Deleted items adalah folder e-
mail yang telah kita hapus. Sent items adalah folder e-mail yang telah
kita kirim.
E-mail memiliki keunggulan khusus dari segi waktu untuk
menyampaikan pesan instant delivery, sehingga pada waktu yang
bersamaan sebuah pesan dapat disampaikan seketika ke beberapa
pihak. Ini merupakan implementasi pada mailing list yang arahnya
merupakan diskusi antar pengguna dalam grup jaringan.
E-mail juga mempunyai peran dalam mengaitkan satu orang
dengan orang lain di seluruh penjuru dunia. Karenanya e-mail bisa
merupakan kerjasama tim. Di samping itu tentu saja email dapat
mengakses informasi global.
2) Mailing List (milis)
Milis adalah yang paling menonjol dan sering digunakan untuk
berkomunikasi dengan banyak orang atau kelompok dalam jaringan
adalah dengan Listserv list. Listserv adalah perangkat lunak yang
menangani mailing list secara otomatis pada jaringan komputer. Jika
diinginkan kita menerima surat atau berita dari list topik tertentu,
maka kita tinggal memasukkan nama ke dalam list. Jika kita sudah
tidak menginginkan nya lagi, maka kita tinggal hapus nama kita pada
list.
Sedangkan list adalah daftar dengan siapa saja kita berdiskusi.
Setiap orang pada umumnya dapat mengirimkan surat untuk
dikirimkan pada list akan tetapi supaya surat itu ingin didistribusikan
dalam banyak pengguna dalam listserv, pada umumnya setiap listserv
mempunyai moderator (gatekeeper) agar pembicaraan dalam list tidak
memanas.
List diskusi untuk pendidikan dimulai dengan pengembangan
BITNET untuk komunikasi peneliti dan pendidik. Bentuk list ini
93
mirip dengan faculty longe discussion, conference presentation dan
conversation.
3) Newsgroup
Newsgroup adalah kelompok diskusi dalam UseNet yang
membahas suatu topik masalah tertentu. Lain halnya dengan milis,
newsgroup memiliki server sendiri. Sebelum kita dapat berperan serta
kita harus terdaftar terlebih dahulu, tetapi tanpa harus meminta ijin
kepada administrator.
Daftar Newsgroup telah disediakan oleh ISP anda, sehingga
kita tinggal memilih Newsgroup mana yang ingin kita daftari.
Newsgroup yang terdapat di internet ada yang moderated (dengan
moderator) dan ada yang unmoderated (tanpa moderator). Network
News adalah berita yang terdapat pada jaringan Usenet.
Protocol ini pertama kali dikembangkan oleh Biran Kantor dari
UC San Diego menggunakan NNTP, yaitu Network News Transfer
Protokol, protokol yang berperan dalam bertukar berita dalam
jaringan Usenet. Selain itu secara spesifik untuk subyek tertentu,
seperti olah raga, bisnis, penelitian dan lain-lain.
4) File Transfer Protocol (FTP)
Aplikasi program FTP prinsipnya memindahkan file antar host
dan berupa konsep client-server, yang interaktif, keamanan yang lebih
terjamin, bisa otorisasi, tidak semua klien bisa akses.
FTP anonim, fasilitas FTP dengan alamat email sebagai
password. FTP mail merupakan pelayanan yang menginginkan file
pada FTP server diakses melalui email bukan melalui FTP klien.
TRICKLE merupakan program berfungsi sama dengan
FTPmail, kelebihannya adalah automated-updated mail. Cara
pengoperasiannya lebih mudah.
5) World Wide Web (WWW)
94
Web adalah sarana mutakhir untuk menjelajahi cyberspace.
Web merupakan pelayanan internet terdistribusi dengan konsep
hypertext antar dokumen yang berkaitan dengan bahasa HTML
(Hyper Teks Mark up Language) untuk format dokumen. Dengan
hotlink pemakai dapat menggunakan semua cara-cara konvensional
search tool secara mudah.
WWW menggunakan protocol perantara untuk mengakses yaitu
dengan Hyper Text Transfer Protocol (HTTP). WWW menyediakan
akses ke berbagai pelayanan, mirip dengan gopher, tetapi WWW
memperbolehkan user untuk menuliskan teks bagi pencari dokumen
lain dalam kemasan hyper text. HTML editor antara lain WordlA,
Webauthor, Webwizard, Hotmetal, HotDog dan HTMLed.
Perkembangan sekarang ini tidak hanya berbasis HTML
semata tetapi juga berkait dengan hypermedia dan multimedia.
Bahasa HTML sendiri diilhami oleh Ted Nelson pada tahun
1965. Uniform Resources Locator (URL) adalah alam yang
memberikan petunjuk arah dan letak suatu sumber di internet.
Informasi yang ada di URL antara lain nama host, jalur direktori dari
sumber.
Gambar 1.6: Hubungan Hypertext, Hypermedia dan Multimedia5
5Khoe Yao Tung, Pendidikan dan Riset di Internet. (Jakarta: Dinastindo, 2000), hlm. 65.
Multimedia termasuk hypermedia dan hypertext
Hypertext diagram, tabel, gambar non linear
Hypermedia multiple format interaktif text, gambar, animasi,
audio transversal non linear
95
Sebelum WWW ini terkenal terdapat dua browser yang cukup
banyak digunakan, yaitu Mosaic dan Netscape. Mosaic dan Netscape
adalah sebuah browser (pencari jejak) dengan fasilitas gambar yang
berfungsi untuk mengakses pelayanan internet WWW.
Dengan fasilitas yang dimilikinya, paling tidak ada tiga kelebihan
penggunaan internet dalam pendidikan yaitu:
1) Peserta didik dapat dengan mudah mengambil mata pelajaran di
manapun di seluruh dunia tanpa batas institusi atau batas negara.
2) Peserta didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli dalam
bidang yang diminatinya.
3) Materi belajar dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia
tanpa bergantung pada tempat di mana siswa belajar. Disamping itu
kini hadir perpustakaan virtual yang lebih dinamis dan bisa digunakan
di seluruh dunia.
E-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang
dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Oleh karena
itu e-learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan
juga sistem pendidikan konvensional. Dalam pendidikan konvensional
fungsi e-learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model
pembelajaran konvensional.
b. Pertimbangan Aplikasi E-learning dalam Pendidikan Islam
Pertimbangan memutuskan penggunaan sistem e-learning dalam
sistem pendidikan Islam yang masih menggunakan metode konvensional
tentu saja bukan didasarkan pada trend, ikut-ikutan teknologi internet,
tetapi perlu dikaji secara matang. Oleh karena itu para penyusun dan
pengambil kebijakan perlu melakukan observasi dan studi kelayakan.
Beberapa pertanyaan yang perlu dijadikan pertimbangan antara lain:
4) Anggaran biaya yang diperlukan. Bandingkan biaya untuk pendidikan
konvensional dengan biaya aplikasi e-learning, dengan pertimbangan
104
efisiensi dan efektifitas hasil yang didapat. Melalui e-learning, biaya
mendirikan bangunan sekolah, buku-buku, tenaga pengajar dan biaya
operasional peserta didik dapat ditekan. Oleh karena itu pendidikan jarak
jauh atau sistem pendidikan konvensional yang massal akan lebih efisien
dengan aplikasi e-learning.
5) Materi apa saja yang menjadi prioritas untuk dimasukkan pada model
e-learning sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan, atau semua
materi perlu dimasukkan.
6) Pengalihan dari sistem konvensional ke sistem e-learning apakah bisa
dilakukan sendiri atau perlu kerjasama dengan instansi lain, seperti
perguruan tinggi (yang memiliki SDM yang relevan) dan kalangan
industri (terutama industri software) sangat potensial dijadikan mitra
kerjasama.
7) Apakah perubahan ini bisa diterima (diadopsi) dengan baik oleh
sasaran. Sebagai hasil inovasi, proses difusi sangat diperlukan. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Oos M. Anwas (2003) menunjukkan
bahwa adopsi inovasi e-learning dalam tahapan pembentukan sikap di
kalangan akademisi masih bervariasi. Banyak faktor yang
menentukan, diantaranya akses informasi internet, kedekatan dengan
teknologi komunikasi dan informasi dan derajat kebutuhan terhadap
internet. Tetapi yang menarik dari penelitian ini adalah adalah faktor
kondusivitas organisasi dapat mempengaruhinya. Dalm organisasi
yang kondusif, akademisi cenderung lebih baik dalam mengadopsi e-
learning dibanding dengan organisasi yang kurang kondusif.
8) Bagaimana menerapkan perubahan tersebut sehingga bisa tercapai
secara efektif dan efisien, serta bagaimana kelanjutan operasional
termasuk evaluasi dan tindak lanjut.
c. Pengembangan Model e-learning dalam Pendidikan Islam
Pengembangan model e-learning perlu dirancang secara cermat
sesuai tujuan yang diinginkan. Jika kita setuju bahwa e-learning di
105
dalamnya juga termasuk pembelajaran berbasis internet, maka pendapat
Haughey (1998) perlu dipertimbangkan dalam pengembangan e-learning.
Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem
pembelajaran berbasis internet, yaitu Web Course, Web Centric Course,
dan Web Enhanced Course”.
a. Web Course
Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan
pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya
terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar,
diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan
pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet.
Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.
b. Web Centric Course
Web centric course adalah penggunaan internet yang
memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional).
Sebagian materi disampaikan melalui internet, dan sebagian lagi
melalui tatap muka, fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini
pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari
materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga
diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang
relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak
diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet
tersebut.
c. Web Enhanced Course
Model Web Enhanced Course adalah pemanfaatan internet
untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan
di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan
komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta
didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan narasumber lain.
Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai
teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa
106
mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan
pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan
diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan
kecakapan lain yang diperlukan.
Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati,
ada tiga hal yang harus dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu;
sederhana, personal dan cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan
peserta didik dalam memanfaatkan teknologi yang ada, dengan
kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan
sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu yang belajar peserta didik
dapat diefisienkan untuk belajar itu sendiri dan bukan pada belajar
menggunakan sistem e-learning-nya.
Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik
seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di
depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal,
peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan
yang dihadapinya. Hal ini peserta didik betah berlama-lama di depan
layar komputernya.
Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan proses. Respon
yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan
demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh
pengajar atau pengelola.
Untuk meningkatkan daya tarik belajar, Onno W. Purbo
menambahkan perlunya menggunakan teori games. Teori ini setelah
diadakan sebuah pengamatan terhadap perilaku para penggemar games
komputer yang berkembang sangat cepat. Bermain games komputer
sangatlah mengasyikkan, para pemain akan dibuat hanyut dengan karakter
yang dimainkannya lewat komputer tersebut.
Fenomena ini sangat menarik dalam mendesain e-learning.
Dengan membuat sistem e-learning yang mampu menghanyutkan peserta
107
didik untuk mengikuti setiap langkah belajar didalamnya seperti
layaknya ketika bermain sebuah game. Penerapan teori game dalam
merancang materi e-learning perlu dipertimbangkan karena pada
dasarnya setiap manusia menyukai permainan.
Secara ringkas, e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta
didik belajar secara konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam
sistem digital melalui internet. Oleh karena itu e-learning perlu
mengadaptasi unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam sistem
pembelajaran konvensional. Misalnya dimulai dari perumusan tujuan
yang operasional yang dapat diukur, ada apersepsi atau pretest,
membangkitkan motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif, uraian
materi yang jelas contoh-contoh kongkrit, problem solving, tanya jawab,
diskusi, postest, sampai penugasan dan kegiatan tindak lanjut. oleh
karena itu merancang e-learning perlu melibatkan pihak terkait, antara
lain pengajar, ahli materi, ahli komputer, programmer, seniman dll,
3. Kendala Implementasi Teknologi Informasi dalam Pendidikan
Jika memang teknologi informasi dan komunikasi memiliki banyak
manfaat, tentunya ingin kita gunakan secepatnya. Namun ada beberapa
kendala di Indonesia yang menyebabkan teknologi informasi dan komunikasi
dan Internet belum dapat digunakan seoptimal mungkin. Kesiapan
pemerintah Indonesia masih patut dipertanyakan dalam hal ini.
Salah satu penyebab utama adalah kurangnya ketersediaan sumber
daya manusia, proses transformasi teknologi, infrastruktur telekomunikasi
dan perangkat hukumnya yang mengaturnya. Infrastruktur hukum yang
melandasi operasional pendidikan di Indonesia belum cukup memadai untuk
menampung perkembangan baru berupa penerapan teknologi informasi untuk
pendidikan ini. Perlu diketahui bahwa cyber law belum diterapkan pada dunia
hukum di Indonesia.
Selain itu masih terdapat kekurangan pada hal pengadaan infrastruktur
teknologi telekomunikasi, multimedia dan informasi yang merupakan
108
prasyarat terselenggaranya teknologi informasi dan komunikasi untuk
pendidikan atau disebut dengan istilah e-learning. Sementara penetrasi
komputer (PC) di Indonesia masih rendah. Biaya penggunaan jasa
telekomunikasi juga masih mahal bahkan jaringan telepon masih belum
tersedia di berbagai tempat di Indonesia.. Untuk itu perlu dipikirkan akses ke
Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah.
Sementara itu tempat akses Internet dapat diperlebar jangkauannya
melalui fasilitas di kampus, sekolahan, dan bahkan melalui warung Internet.
Hal ini tentunya dihadapkan kembali kepada pihak pemerintah,
penyelenggara pendidikan maupun pihak swasta —walaupun pada akhirnya
terpulang juga kepada pemerintah. Sebab pemerintah lah yang dapat
menciptakan iklim kebijakan dan regulasi yang kondusif bagi investasi
swasta di bidang pendidikan. Namun sementara pemerintah sendiri masih
demikian pelit untuk mengalokasikan dana untuk kebutuhan pendidikan.
C. Format Pendidikan Islam yang Bermutu
Membangun suatu sistem pendidikan yang baik berarti menyelenggarakan
kegiatan pendidikan yang mampu membentuk kepribadian peserta didik. Dan
kepribadian seseorang itu ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pengalaman
belajarnya. Dengan demikian kegiatan pendidikan yang baik menuntut
konsekuensi dengan menciptakan lingkungan belajar dalam suatu arena (area)
belajar yang secara sengaja direkayasa sedemikian rupa sehingga kegiatan belajar
mengajar tersebut menjadi sesuatu yang menarik dan memunculkan gairah
belajar yang tinggi pada diri peserta didik sehingga dapat membentuk
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang ditargetkan. Untuk membangun
sekolah yang menggairahkan, maka seluruh proses kegiatan belajar mengajar
hendaknya dibangun secara integratif, stimulatif, fasilitatif dan motivatif.6
1. Integratif (Terpadu)
6Fahmy Alaydroes, Latar Belakang, Visi dan Format Sekolah Islam Terpadu,
http://www.jsit.or.id/makalah2.php, hlm. 3.
109
Sekolah yang bermutu hendaknya menjadikan sistem dan pola
penyelenggaraannya terpadu dalam aspek:
a. Kurikulum, yakni mengintegrasikan kurikulum pendidikan umum dan
agama, baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif. Pengertian
kuantitatif berarti memberikan porsi pendidikan umum dan agama secara
seimbang. Sementara pengertian kualitatif berarti menjadikan pendidikan
umum diperkaya dengan perspektif agama, dan pendidikan agama
diperkaya dengan pendidikan umum. Dengan memadukan kurikulum
umum dan agama dalam suatu jalinan kegiatan belajar mengajar, maka
diharapkan peserta didik dapat memahami esensi ilmu dalam perspektif
yang utuh. Mengetahui sesuatu untuk tujuan manfaat dan maslahat, dan
mengamalkan keimanan dengan ilmu dan pengetahuan yang luas.
b. Kegiatan belajar mengajar, yakni memadukan secara utuh ranah kognitif,
afektif dan psikomotor dalam seluruh aktivitas belajar. Konsekuensinya,
seluruh kegiatan belajar harus menstimulasi ketiga ranah tersebut dengan
menggunakan berbagai pendekatan (metode dan sarana) belajar. Belajar
tidak boleh lagi hanya terpaku pada pembahasan-pembahasan konsep dan
teori belaka. Setiap pokok bahasan harus berupaya menarik minat anak
terhadap pokok bahasan serta membimbing mereka untuk masuk pada
dunia aplikasinya.
Belajar melalui pengalaman (experiential learning) menjadi suatu
pendekatan yang sangat perlu mendapat perhatian dari pengelola sekolah.
Dengan pendekatan langsung pada praktek yang memberikan pengalaman
nyata kepada anak didik tentang pokok bahasan. Experiential learning
juga akan menumbuhkan semangat dan motivasi belajar yang tinggi,
karena suasana menyenangkan dan menantang akan selalu mereka
dapatkan. Proses pembelajaran juga semestinya melibatkan semua
inteligensi (multiple intelligences).
Oleh karena itu pendekatan yang dilakukan dalam mengoptimalkan
pendekatan belajar berbasis student active learning. Siswa mesti
dirangsang untuk aktif terlibat dalam setiap aktivitas, dan guru lebih
110
kepada fungsi fasilitator dan motivator, dalam memanfaatkan segala
sumber dan media belajar yang ada.
c. Peran serta, yakni melibatkan pihak orang tua dan kalangan eksternal
(masyarakat) sekolah untuk berperan serta menjadi fasilitator pendidikan.
Orang tua harus ikut secara aktif memberikan dorongan dan
bantuan baik secara individual kepada putra-putrinya maupun kesertaan
mereka terlibat di dalam sekolah dalam serangkaian program yang
sistematis. Keterlibatan orang tua memberikan pengaruh yang sangat
signifikan dalam meningkatkan performance sekolah.
Sedangkan elemen masyarakat dalam konteks sekolah terpadu
harus dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam bingkai
pembelajaran. Sekolah yang baik seharusnya menjadikan segala apa yang
ada di tengah masyarakat sebagai sumber belajar yang kaya dan nyata.
Siswa dapat melihat langsung berbagai fenomena sosiologis, industri dan
ekonomi, budaya, penerapan hukum, model pemerintahan, kelembagaan,
bahkan sampai pada dunia kriminalitas dapat mempelajarinya secara
seksama. Dalam beberapa program instruksional, siswa juga dapat terjun
langsung berinteraksi dengan bagian-bagian masyarakat tertentu untuk
menumbuhkan rasa kebersamaan dan kepedulian akan nasib mereka.
d. Iklim sekolah, yakni lingkungan pergaulan, tata hubungan, pola perilaku
dan segenap peraturan yang diwujudkan dalam kerangka nilai-nilai Islam
yang syar'i maupun yang kauni. Nilai Islam yang syar'i melandasi segala
aspek perilaku dan peraturan yang mencerminkan akhlak karimah.
Sedangkan nilai Islam yang kauni mewujud dalam pola penataan
lingkungan yang sesuai dengan hukum-hukum alam, seperti penataan
kebersihan, kerapihan, keteraturan, keefektifan, kemudahan, kesehatan,
kelogisan, keharmonisan, keseimbangan dan lain sebagainya.
2. Stimulatif
Kegiatan belajar yang efektif haruslah mampu memberikan stimulasi
yang optimal kepada peserta didik. Memberikan stimulasi yang optimal
111
sebaiknya menyesuaikan diri dengan bagaimana sifat-sifat dan gaya kognitif
bekerja. Dalam hal ini psikologi kognitif dapat memberikan sumbangan yang
berarti dalam upaya mengoptimalkan kemampuan daya serap anak dalam
konteks belajar.
Kiwari, pendekatan quantum learning mencoba menerapkan prinsip-
prinsip psikologi pendidikan ke dalam ruang kelas sedemikian rupa sehingga
kegiatan belajar diarahkan untuk dapat menstimulasi seluruh indra anak
melalui serangkaian kegiatan yang menggunakan multimedia. Inti dari
quantum learning adalah bagaimana menciptakan proses pembelajaran yang
menyenangkan, memompa motivasi belajar dan efektif.7
3. Fasilitatif
Kegiatan belajar mengajar harus mampu menyediakan seluas-luasnya
sumber dan media belajar. Belajar tidak hanya terpaku pada ruang kelas dan
sumber belajar tradisional. Sumber dan media belajar haruslah diperluas tidak
hanya di lingkungan sekolah, namun juga di lingkungan alam sekitar,
masyarakat, instansi/lembaga, keluarga, mesjid, dan bisa juga memanfaatkan
teknologi modern seperti internet dan sebagainya.
Berbagai kegiatan informal juga dapat dijadikan media bagi proses
belajar mereka, seperti: dalam hal berpakaian, aktivitas makan dan jajan,
aktivitas ibadah, aktivitas kebersihan, aktivitas sosial. Dengan memperluas
sumber dan media belajar, maka peserta didik akan mendapatkan pengalaman
yang membentuk kepribadian.
4. Motivatif
Kegiatan belajar mengajar harus mampu membangkitkan motivasi
berprestasi pada peserta didik. Dengan tumbuhnya need of achievement pada
setiap siswa, maka ia akan selalu menjadikan seluruh aktivitasnya untuk
meraih prestasi. Untuk dapat membangkitkan kebutuhan untuk selalu meraih
7Ibid, hlm. 5.
112
prestasi, maka setiap pengalaman belajar anak haruslah dirasakan sebagai
sesuatu pengalaman yang menyenangkan dan sekaligus menantang.
Kegiatan belajar mengajar harus dirancang sedemikian rupa sehingga
terjadi proses interaktif antara peserta didik dengan sumber dan media
belajar. Di sinilah pentingnya kemampuan guru untuk membuat suasana dan
cara belajar dengan menggunakan berbagai pendekatan yang atraktif, yang
pada dasarnya adalah merangsang seluruh indera peserta didik dan
memanipulasi ranah kognitif, afektif serta psikomotor sekaligus.
Berbagai pendekatan yang atraktif antara lain: simulasi, role playing,
eksperimen, eksplorasi, observasi, kompetisi, kooperasi (team work), proyek,
brainstorming, diskusi dan seminar, lokakarya. Semua metode dapat
diterapkan dengan menggunakan problem solving based learning, research
based learning, dan small group based leraning.8 Sebaliknya, kegiatan
belajar mengajar yang hanya mengandalkan stimulasi kognitif cenderung
akan membosankan, dan potensial mengancam runtuhnya need of
achievement pada peserta didik. Apalagi bila muatan kurikulum terasa berat,
sehingga belajar menjadi suatu beban yang melelahkan dan menjemukan.
Lingkungan belajar yang motivatif juga harus memunculkan iklim
sekolah yang sehat yang ditandai dengan pola interaksi dan pergaulan yang
hangat bersahabat diantara seluruh tenaga pendidikan dengan anak didik
tanpa kehilangan ketegasan dan kewibawaan mereka.
8Ibid, hlm. 6