BAB IV REVITALISASI TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI...

36
77 BAB IV REVITALISASI TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM A. Penerapan Teknologi dalam Pendidikan Masalah-masalah pokok yang dihadapi pendidikan Islam selama ini adalah mengenai peningkatan mutu pendidikan, pemerataan pendidikan dan relevansi pendidikan dengan tantangan kemajuan zaman. Kenyataan-kenyataan demikian menunjukkan bahwa pemecahan masalah-masalah pendidikan kita membutuhkan alternatif-alternatif baru yang disesuaikan dengan kemajuan zaman. Berbagai potensi yang dimiliki teknologi informasi dimungkinkan dijadikan sebagai suatu alternatif dalam pemecahan permasalahan tersebut. Secara umum aplikasi teknologi dalam pendidikan akan mampu: 1. Menyebarkan informasi secara luas, seragam dan cepat 2. Membantu melengkapi dan —dalam hal tertentu— menggantikan tugas guru 3. Dipakai untuk melakukan tugas instruksional baik secara langsung maupun sebagai produk sampingan 4. Menunjang kegiatan belajar masyarakat mengundang partisipasi masyarakat 5. Menambah keanekaragaman sumber maupun kesempatan belajar. 6. Menambah daya tarik untuk belajar 7. Membantu mengubah sikap pemakai 8. Mempengaruhi pandangan pemakai terhadap bahan dan proses 9. Mempunyai keuntungan rasio efektifitas biaya, bila dibandingkan dengan sistem tradisional. Pemilihan teknologi dalam pendidikan akan membuka kemungkinan untuk lahirnya berbagai alternatif bentuk kelembagaan baru yang menyediakan fasilitas belajar, disamping dapat melayani segala bentuk lembaga pendidikan yang telah ada. Serangkaian kriteria pemanfaatan teknologi dalam, antara lain: a. Harus dijaga kompatibilitasnya (kesesuaian) dengan sarana yang sudah ada

Transcript of BAB IV REVITALISASI TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI...

77

BAB IV

REVITALISASI TEKNOLOGI INFORMASI

SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM

A. Penerapan Teknologi dalam Pendidikan

Masalah-masalah pokok yang dihadapi pendidikan Islam selama ini

adalah mengenai peningkatan mutu pendidikan, pemerataan pendidikan dan

relevansi pendidikan dengan tantangan kemajuan zaman. Kenyataan-kenyataan

demikian menunjukkan bahwa pemecahan masalah-masalah pendidikan kita

membutuhkan alternatif-alternatif baru yang disesuaikan dengan kemajuan

zaman.

Berbagai potensi yang dimiliki teknologi informasi dimungkinkan

dijadikan sebagai suatu alternatif dalam pemecahan permasalahan tersebut.

Secara umum aplikasi teknologi dalam pendidikan akan mampu:

1. Menyebarkan informasi secara luas, seragam dan cepat

2. Membantu melengkapi dan —dalam hal tertentu— menggantikan tugas guru

3. Dipakai untuk melakukan tugas instruksional baik secara langsung maupun

sebagai produk sampingan

4. Menunjang kegiatan belajar masyarakat mengundang partisipasi masyarakat

5. Menambah keanekaragaman sumber maupun kesempatan belajar.

6. Menambah daya tarik untuk belajar

7. Membantu mengubah sikap pemakai

8. Mempengaruhi pandangan pemakai terhadap bahan dan proses

9. Mempunyai keuntungan rasio efektifitas biaya, bila dibandingkan dengan

sistem tradisional.

Pemilihan teknologi dalam pendidikan akan membuka kemungkinan

untuk lahirnya berbagai alternatif bentuk kelembagaan baru yang menyediakan

fasilitas belajar, disamping dapat melayani segala bentuk lembaga pendidikan

yang telah ada. Serangkaian kriteria pemanfaatan teknologi dalam, antara lain:

a. Harus dijaga kompatibilitasnya (kesesuaian) dengan sarana yang sudah ada

78

b. Dapat menstimulasikan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan

c. Mampu memacu usaha peningkatan mutu pendidikan

Dengan demikian, adanya penerapan suatu teknologi dalam pendidikan

akan sangat mungkin terjadi perubahan besar dalam interaksi belajar antara

sumber belajar dengan pembelajar. Salah satu kemungkinan perubahan tersebut

adalah penerapan teknologi informasi dalam pendidikan.

Bagi dunia pendidikan, kemajuan teknologi informasi telah membukakan

kesempatan yang amat luas bagi anggota masyarakat untuk memperoleh peluang

meningkatkan pengetahuan masing-masing. Teknologi informasi memungkinkan

orang belajar tanpa terikat oleh jarak dan waktu seperti yang dikenal dengan

sistem belajar jarak jauh (distance learning), di samping itu juga membantu

mengatasi kurangnya tenaga pengajar dan daya tampung sekolah formal dengan

sistem open learning, belajar dengan bantuan komputer computer assistant

learning serta bentuk-bentuk kegiatan belajar lainnya. Baik secara formal

maupun non formal yang dilaksanakan dengan sistem siaran pendidikan melalui

radio televisi dan media informasi lainnya.

Teknologi informasi juga berpengaruh terhadap pengembangan

kurikulum, pola interaksi pendidikan dan melahirkan berbagai bentuk lembaga

pendidikan. Pemanfaatan teknologi informasi yang tampak secara nyata saat ini

yaitu perannya sebagai alat atau media dalam pembelajaran.

Dilihat dari segi penggunaan media ada tiga kecenderungan dalam

penggunaannya, yaitu :

a. Dipakai secara masal yang meliputi, radio, televisi, teleback board

b. Dipakai dalam proses pembelajaran, seperti proyektor, film, bingkai

overhead, kaset video, kaset suara.

c. Dipakai secara individual, seperti komputer dengan segala perangkatnya.

Dalam dunia pendidikan teknologi komunikasi itu sedemikian penting

perannya dalam proses pendidikan belajar mengajar karena itu efektivitasnya

harus menjadi perhatian serius para praktisi pendidikan terutama guru melalui

proses komunikasi lebih efektif dan dengan demikian tujuan pendidikan bisa

79

tercapai secara optimal dan alat komunikasi juga penting sebagai pelengkap

untuk mencapai pengembangan intelektual dan kreatifitas anak didik.

B. Revitalisasi Teknologi Informasi dalam Proses Pembelajaran sebagai Upaya

Peningkatan Mutu Pendidikan

Dalam dunia pendidikan pada khususnya, pemanfaatan teknologi

informasi ini akan membawa perubahan yang sangat berarti baik dalam hal

sistem pendidikan yang akan dikembangkan, materi yang akan disampaikan,

bagaimana proses instruksional dan pembelajaran akan dilakukan, hambatan-

hambatan yang akan dihadapi baik oleh murid, guru dan penyelenggara

pendidikan. Dan bahkan mungkin salah satu faktor yang paling penting dalam

masalah Teknologi Informasi adalah masalah jaringan atau media akses yang

menjadi jembatan antara sumber belajar dan pihak-pihak yang terlibat dalam

proses belajar-mengajar.

1. Potensi Teknologi Informasi dalam Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran

Dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya, teknologi

informasi dan komunikasi (TIK) dipandang akan mampu merubah dan

mentransformasikan pendidikan ke arah yang betul-betul tidak terbayangkan

sebelumnya. John Gardner dari Stanfor University pernah menyampaikan

keyakinannya, bahwa dalam waktu 20 tahun dari sekarang saja orang akan

menyaksikan betapa apa yang dipraktekkan di dunia pendidikan saat ini

adalah sesuatu yang sangat primitif.1

Oleh karena itu dunia pendidikan semakin dituntut untuk mampu

mengantisipasi proses perubahan sosial yang berlangsung demikian cepat.

Tantangan yang dimunculkan oleh era informasi sekarang ini terutama

berkaitan dengan semakin dibutuhkannya kemampuan belajar secara cepat

dan tepat dari setiap orang sesuai dengan kompetensi dan sains yang

dikembangkannya. Kemampuan tersebut penting oleh karena dunia kerja

1Muhammad Amin Bakri, Potensi E-learning dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran di Lingkungan Perguruan Tinggi, http://jurnalresultan.com/artikel/tulisan_Amin_v_5.htm, hlm. 1.

80

mengalami dinamika perkembangan yang sangat cepat, sehingga secara

otomatis juga membutuhkan penyesuaian dan adaptasi pengetahuan dan

keterampilan yang mendukung. Era ekonomi berbasis pengetahuan ditandai

dengan semakin signifikannya model pengetahuan sebagai aset utama bisnis,

tetapi juga dicirikan oleh semakin pendeknya usia sebuah pengetahuan atau

keterampilan.

Oleh karena itu, lembaga pendidikan Islam tidaklah mungkin

diharapkan dapat mencakup semua kemampuan yang harus dimiliki anak

didiknya untuk dapat terjun dan berperan dalam masyarakat. Di lembaga ini

siswa lebih diharapkan dapat belajar dan menguasai kemampuan dan

keterampilan belajar dengan memanfaatkan multi sumber yang ada di

sekitarnya serta dengan menggunakan alat dan strategi yang paling tepat

untuk itu. Pendidikan Islam diharapkan tidak hanya memberikan bekal

pengetahuan keagamaan dan keterampilan baru yang sesuai dengan

kebutuhan dunia riil sekarang, tetapi juga dituntut untuk membiasakan dan

mengondisikan anak didiknya dalam menjadikan belajar sebagai sebuah

proses yang tak pernah berhenti. Bahwa belajar adalah proses yang tidak

dibatasi oleh kurikulum baku, melainkan sebuah aktifitas yang hanya

mungkin dibatasi oleh target dan tujuan oleh si pembelajar sendiri. Dalam

konteks inilah, keberadaan dan perkembangan teknologi informasi dan

komunikasi patut mendapat perhatian serius.

a. Potensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pendidikan

Banyak potensi dan keunggulan Teknologi Informasi yang sering

dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan dunia pendidikan, diantaranya

adalah:

1) Akses yang lebih luas. Teknologi informasi dinilai dapat memberikan

akses yang lebih luas bagi sistem penyebaran dan pemerataan

pendidikan. Baik dengan menggunakan teknologi telekomunikasi

seperti radio, televisi, satelit ataupun teknologi baru seperti internet,

penyebaran materi dan konten pembelajaran terbukti dapat

81

menjangkau pembelajar dalam cakupan area geografis yang lebih luas

dengan waktu yang lebih cepat.

2) Peningkatan kualitas pembelajaran. Teknologi informasi dinilai dapat

berperan penting dalam hal peningkatan kualitas pembelajaran. Hal

ini disebabkan oleh karena cukup banyak potensi yang berupa

fasilitas-fasilitas yang terkandung dalam teknologi tersebut.

3) Efektifitas dan efisiensi dalam manajemen pembelajaran. Potensi TIK

juga mencakup persoalan pengelolaan penyelenggaraan proses belajar

mengajar secara lebih efektif dan efisien. Hal ini berkaitan dengan

persoalan-persoalan manajemen sumber pengetahuan, pemantauan

kompetensi pembelajar, pengelolaan penjadwalan, sistem pelaporan

dan penyebaran prestasi akademik mahasiswa, serta pengembangan

komunitas pendidikan.

4) Pendidikan sepanjang hayat. Melalui aplikasinya dalam banyak

teknologi (TV, radio, CD-Rom, www, internet), TIK dianggap dapat

mendukung paradigma pendidikan sepanjang hayat, karena batasan

ruang lingkup dan waktu belajar akhirnya hanya akan ditentukan oleh

pihak pembelajar sendiri sesuai dengan target kompetensi yang

diinginkan.

Aplikasi TIK dalam dunia pendidikan, kini lebih banyak dikenal

dengan istilah e-learning. Jika Information Communication Teknologis

(ICT) adalah istilah global yang lebih mewakili makna integrasi teknologi

informasi dan komunikasi yang kini berkembang sangat cepat itu, maka

e-learning memiliki makna yang lebih khusus menjurus kepada

pemanfaatan berbagai aplikasi ICT dalam rangka meningkatkan kualitas

pendidikan.

82

Berikut diantara keunggulan-keunggulan e-learning yang dapat

dimanfaatkan dalam dunia pendidikan:

1) Live learning, adalah fasilitas e-learning yang dapat dimanfaatkan

pembelajar untuk dapat berinteraksi dengan narasumber secara online

dengan memanfaatkan sejumlah fasilitas, seperti media-rich (teks,

gambar berkualitas tinggi, audio/video, dan animasi), e-mail, chat

maupun virtual class.

2) Interactive learning, adalah fasilitas yang memungkinkan pembelajar

dapat menikmati proses pembelajaran secara aktif dan interaktif

melalui fasilitas hans-on labs, real world simulation, progress report,

maupun on-line mentoring, selain itu, assessment test merupakan

salah satu fasilitas yang dapat membantu pembelajar mengukur

kemampuan dan kebutuhan kompetensinya secara mandiri.

3) Learning management, adalah fasilitas e-learning dimana staf

akademik dapat merancang, mendesain, mengelola dan memonitor

proses pembelajaran secara mudah dan efektif. Fasilitas yang tersedia

untuk melakukan tugas-tugas tersebut adalah flexible registration and

approval process, reporting and portfolio, personalized delivery,

performance and competency management, serta skill gap analisis.

4) Learning content management, adalah fasilitas dimana para

narasumber dapat dengan mudah dan efektif mendesain dan membuat

materi pelajaran, baik dari awal maupun melalui proses reuse

terhadap knowledge object yang tersimpan dalam repository. Ada

banyak fasilitas e-learning yang akan mendukung proses tersebut,

diantaranya adalah collaborative workflow, repurpose content, test

development, dan simulation editor.

83

84

85

86

87

5) Learning community, adalah sebuah fasilitas dimana para pembelajar

maupun narasumber dapat membangun komunitas pembelajaran

dalam rangka memperdalam penguasaan materi yang diinginkan

dengan menggunakan fasilitas seperti peer-to-peer chat, threaded

discussion, FAQ section, maupun dengan memanfaatkan link dengan

sumber-sumber terkait lainnya.

b. Implementasi E-learning dalam Proses Pembelajaran

Secara sederhana, strategi pemanfaatan teknologi informasi

sebagai media transformasi materi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.4: Jaringan dan Latihan Publik2

Mengingat ragamnya fitur dan fasilitas e-learning yang tersedia,

maka implementasinya dalam sistem penyelenggaraan pendidikan Islam

perlu dituangkan dalam platform standar yang akan membantu proses

analisis, rancangan, pengembangan, implementasi dan pengelolaan

2A.P. Hardhono, Pemanfaatan Teknologi Informasi yang Telah Diterapkan dalam Proses

Pengajaran di Indonesia, http://psi.ut.ac.id/Jurnal/71hardono.htm, hlm. 5

88

pendidikan kelak. Salah satu platform standar aplikasi e-learning dalam

lembaga pendidikan, seperti digambarkan berikut.

Gambar 1.5: Platform Standar Implementasi E-Learning dalam Lembaga Pendidikan3

Dari ilustrasi di atas, tampak bahwa implementasi e-learning di

lingkungan lembaga pendidikan, berimplikasi hampir ke seluruh aktifitas

akademis yang ada. Ruang implementasi ini mencakup mulai dari

penyiapan dan pembuatan materi, penyebaran materi, proses

pembelajaran, registrasi siswa, latihan dan ujian sampai pada pengelolaan

administrasi akademis, seperti informasi siswa maupun laporan

perkembangan kompetensi siswa.

Potensi yang dimiliki e-learning cukup menjanjikan bagi upaya

peningkatan kualitas pendidikan Islam. Bagaimanapun, segenap potensi

ini hanya dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin jika proses

implementasinya dilakukan secara tepat dan terencana. Analisis yang

cukup terhadap kondisi obyektif masing-masing lembaga pendidikan,

terutama menyangkut infrastruktur yang dimilikinya, akan memberikan

gambaran tantangan model dan cara implementasi e-learning yang

bagaimana yang paling cocok diterapkan pada lembaga tersebut

2. Inovasi E-learning dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam

3Sumber IMS Global Learning Consortium, dalam Muhammad Amin Bakri, Op. cit, hlm. 5

89

Seiring perkembangan teknologi informasi, model e-learning mulai

dikembangkan, sehingga kajian dan penelitian sangat diperlukan. Hakekat e-

learning adalah bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam

format digital melalui teknologi internet. Sistem ini dapat digunakan dalam

pendidikan jarak jauh atau pendidikan konvensional. Oleh karena itu

mengembangkan model ini tidak sekedar menyajikan materi pelajaran ke

dalam internet tetapi perlu dipertimbangkan secara logis dan memegang

prinsip pembelajaran. Begitu pula desain pembelajaran yang sederhana,

personal dan cepat, serta adanya unsur hiburan akan menjadikan peserta didik

betah belajar di depan internet seolah-olah mereka belajar di dalam kelas.

Di Indonesia pemanfaatan teknologi internet dimulai sekitar tahun

1995, ketika Indointernet membuka jasa layanan internet. Kemudian tahun

1997-an mulai berkembang pesat. Namun harus diakui bahwa kini

pemanfaatan teknologi informasi ini masih didominasi oleh lembaga seperti

perbankan, media massa atau kalangan industri. Jika melihat potensi internet,

sudah saatnya potensi-potensi yang dimiliki teknologi ini dimanfaatkan

secara optimal dalam dunia pendidikan, termasuk pendidikan Islam.

Sebenarnya pemanfaatan teknologi internet untuk pendidikan di

Indonesia secara resmi dimulai sejak dibentuknya Telematika tahun 1996.

Masih di tahun yang sama dibentuk Asian Internet Interconnection

Initiatives.4 Jaringan yang dikoordinir oleh ITB ini bertujuan untuk

pengenalan dan pengembangan teknologi internet untuk pendidikan dan riset,

pengembangan backbone internet pendidikan dan riset di Asia Pasifik

bersama-sama perguruan tinggi di kawasan ASEAN dan Jepang, serta

pengembangan informasi internet yang meliputi aspek ilmu pengetahuan,

teknologi, budaya, sosial dan ekonomi. Hingga kini sudah ada 21 lembaga

pendidikan tinggi (negeri dan swasta), lembaga riset nasional, serta instansi

terkait yang telah bergabung.

4lihat di www.ai3.itb.ac.id/Indonesia.

90

Pemanfaatan internet untuk pendidikan ini tidak hanya untuk

pendidikan jarak jauh, akan tetapi juga dikembangkan dalam sistem

pendidikan konvensional. Kini sudah banyak lembaga pendidikan terutama

perguruan tinggi yang sudah mulai merintis dan mengembangkan model

pembelajaran berbasis internet dalam mendukung sistem pendidikan

konvensional. Namun suatu inovasi selalu saja menimbulkan pro dan kontra.

Yang pro dengan berbagai dalih meyakinkan akan manfaat kecanggihan

teknologi ini, seperti; memudahkan komunikasi, sumber informasi dunia,

memudahkan kerjasama, hiburan dan kemudahan aktifitas lainnya.

Sebaliknya yang kontra menunjukkan sisi negatifnya, antara lain; biaya relatif

besar dan mudah masuknya pengaruh negatif budaya asing.

Internet sebagai media baru ini belum begitu familier dengan

masyarakat, termasuk personil lembaga pendidikan. Oleh karena itu, sangat

perlu terus dilakukan kajian, penelitian dan pengembangan model e-learning.

Tulisan ini akan mencoba menjelaskan e-learning dan kemungkinan

pengembangan modelnya dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam.

a. Internet Sebagai Media Pembelajaran

Penemuan internet dianggap sebagai penemuan yang cukup besar,

yang mengubah dunia yang bersifat lokal atau regional menjadi global.

Karena internet terdapat sumber-sumber informasi dunia yang dapat

diakses oleh siapapun dan dimanapun melalui jaringan internet. Melalui

internet faktor jarak dan waktu sudah tidak menjadi masalah. Dunia

seolah-olah menjadi kecil, dan komunikasi menjadi mudah. Dalam hal ini

Onno W. Purbo (2001) melukiskan bahwa internet juga telah mengubah

metode komunikasi massa dan penyebaran data atau informasi secara

fleksibel dna mengintegrasikan seluruh bentuk media massa konvensional

seperti media cetak dan audio visual.

Setiap introduksi suatu teknologi pendidikan tertentu yang baru

seperti pemanfaatan internet, maka ada empat hal yang perlu disiapkan,

yaitu:

91

1). Melakukan penyesuaian kurikulum. Kurikulum sifatnya holistik di

mana pengetahuan, ketrampilan dan nilai (values) diintegrasikan

dengan kebutuhan di era informasi ini. Kurikulumnya bersifat

competency based curriculum (kurikulum berbasis kompetensi).

2). Melakukan variasi cara mengajar untuk mencapai dasar kompetensi

yang ingin dicapai dengan bantuan internet.

3). Melakukan penilaian dengan memanfaatkan teknologi yang ada

(menggunakan komputer, online assessment system).

4). Menyediakan material pembelajaran seperti buku, komputer,

multimedia, studio, dll yang memadai. Materi pembelajaran yang

disimpan di komputer dapat diakses dengan mudah baik oleh guru

maupun siswa.

Lima aplikasi standar yang dapat digunakan untuk keperluan

pendidikan (termasuk pendidikan Islam), yaitu; e-mail, milis, news group,

FTP dan www.

1) Electronic Mail (e-mail)

Aplikasi yang paling banyak dan luas penggunaanya dalam

pelayanan jaringan network adalah e-mail. E-mail adalah sistem surat

menyurat melalui komputer yang saling terhubung dengan jaringan

global. E-mail merupakan pelayanan karakteristik dari jaringan matrix

global dimana semua jaringan komputer dapat saling berkirim surat

atau mail.

Fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh e-mail adalah membalas

surat seperti reply to author atau reply to all. Meneruskan surat

forward, sekaligus menambahkan dengan forward attaché mengirim

surat dengan sent dan receive, e-mail yang sudah dikirim dalam sent

item. Surat-surat dalam e-mail dapat dimanajemeni dengan folder.

Pada keadaan standar folder yang ada dalam internet adalah

inbox, out box, deleted items, sent items. Inbox adalah folder untuk

menempatkan e-mail yang baru kita terima. Outbox folder dimana e-

92

mail yang akan kita kirim di tempatkan. Deleted items adalah folder e-

mail yang telah kita hapus. Sent items adalah folder e-mail yang telah

kita kirim.

E-mail memiliki keunggulan khusus dari segi waktu untuk

menyampaikan pesan instant delivery, sehingga pada waktu yang

bersamaan sebuah pesan dapat disampaikan seketika ke beberapa

pihak. Ini merupakan implementasi pada mailing list yang arahnya

merupakan diskusi antar pengguna dalam grup jaringan.

E-mail juga mempunyai peran dalam mengaitkan satu orang

dengan orang lain di seluruh penjuru dunia. Karenanya e-mail bisa

merupakan kerjasama tim. Di samping itu tentu saja email dapat

mengakses informasi global.

2) Mailing List (milis)

Milis adalah yang paling menonjol dan sering digunakan untuk

berkomunikasi dengan banyak orang atau kelompok dalam jaringan

adalah dengan Listserv list. Listserv adalah perangkat lunak yang

menangani mailing list secara otomatis pada jaringan komputer. Jika

diinginkan kita menerima surat atau berita dari list topik tertentu,

maka kita tinggal memasukkan nama ke dalam list. Jika kita sudah

tidak menginginkan nya lagi, maka kita tinggal hapus nama kita pada

list.

Sedangkan list adalah daftar dengan siapa saja kita berdiskusi.

Setiap orang pada umumnya dapat mengirimkan surat untuk

dikirimkan pada list akan tetapi supaya surat itu ingin didistribusikan

dalam banyak pengguna dalam listserv, pada umumnya setiap listserv

mempunyai moderator (gatekeeper) agar pembicaraan dalam list tidak

memanas.

List diskusi untuk pendidikan dimulai dengan pengembangan

BITNET untuk komunikasi peneliti dan pendidik. Bentuk list ini

93

mirip dengan faculty longe discussion, conference presentation dan

conversation.

3) Newsgroup

Newsgroup adalah kelompok diskusi dalam UseNet yang

membahas suatu topik masalah tertentu. Lain halnya dengan milis,

newsgroup memiliki server sendiri. Sebelum kita dapat berperan serta

kita harus terdaftar terlebih dahulu, tetapi tanpa harus meminta ijin

kepada administrator.

Daftar Newsgroup telah disediakan oleh ISP anda, sehingga

kita tinggal memilih Newsgroup mana yang ingin kita daftari.

Newsgroup yang terdapat di internet ada yang moderated (dengan

moderator) dan ada yang unmoderated (tanpa moderator). Network

News adalah berita yang terdapat pada jaringan Usenet.

Protocol ini pertama kali dikembangkan oleh Biran Kantor dari

UC San Diego menggunakan NNTP, yaitu Network News Transfer

Protokol, protokol yang berperan dalam bertukar berita dalam

jaringan Usenet. Selain itu secara spesifik untuk subyek tertentu,

seperti olah raga, bisnis, penelitian dan lain-lain.

4) File Transfer Protocol (FTP)

Aplikasi program FTP prinsipnya memindahkan file antar host

dan berupa konsep client-server, yang interaktif, keamanan yang lebih

terjamin, bisa otorisasi, tidak semua klien bisa akses.

FTP anonim, fasilitas FTP dengan alamat email sebagai

password. FTP mail merupakan pelayanan yang menginginkan file

pada FTP server diakses melalui email bukan melalui FTP klien.

TRICKLE merupakan program berfungsi sama dengan

FTPmail, kelebihannya adalah automated-updated mail. Cara

pengoperasiannya lebih mudah.

5) World Wide Web (WWW)

94

Web adalah sarana mutakhir untuk menjelajahi cyberspace.

Web merupakan pelayanan internet terdistribusi dengan konsep

hypertext antar dokumen yang berkaitan dengan bahasa HTML

(Hyper Teks Mark up Language) untuk format dokumen. Dengan

hotlink pemakai dapat menggunakan semua cara-cara konvensional

search tool secara mudah.

WWW menggunakan protocol perantara untuk mengakses yaitu

dengan Hyper Text Transfer Protocol (HTTP). WWW menyediakan

akses ke berbagai pelayanan, mirip dengan gopher, tetapi WWW

memperbolehkan user untuk menuliskan teks bagi pencari dokumen

lain dalam kemasan hyper text. HTML editor antara lain WordlA,

Webauthor, Webwizard, Hotmetal, HotDog dan HTMLed.

Perkembangan sekarang ini tidak hanya berbasis HTML

semata tetapi juga berkait dengan hypermedia dan multimedia.

Bahasa HTML sendiri diilhami oleh Ted Nelson pada tahun

1965. Uniform Resources Locator (URL) adalah alam yang

memberikan petunjuk arah dan letak suatu sumber di internet.

Informasi yang ada di URL antara lain nama host, jalur direktori dari

sumber.

Gambar 1.6: Hubungan Hypertext, Hypermedia dan Multimedia5

5Khoe Yao Tung, Pendidikan dan Riset di Internet. (Jakarta: Dinastindo, 2000), hlm. 65.

Multimedia termasuk hypermedia dan hypertext

Hypertext diagram, tabel, gambar non linear

Hypermedia multiple format interaktif text, gambar, animasi,

audio transversal non linear

95

Sebelum WWW ini terkenal terdapat dua browser yang cukup

banyak digunakan, yaitu Mosaic dan Netscape. Mosaic dan Netscape

adalah sebuah browser (pencari jejak) dengan fasilitas gambar yang

berfungsi untuk mengakses pelayanan internet WWW.

Dengan fasilitas yang dimilikinya, paling tidak ada tiga kelebihan

penggunaan internet dalam pendidikan yaitu:

1) Peserta didik dapat dengan mudah mengambil mata pelajaran di

manapun di seluruh dunia tanpa batas institusi atau batas negara.

2) Peserta didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli dalam

bidang yang diminatinya.

3) Materi belajar dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia

tanpa bergantung pada tempat di mana siswa belajar. Disamping itu

kini hadir perpustakaan virtual yang lebih dinamis dan bisa digunakan

di seluruh dunia.

E-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang

dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Oleh karena

itu e-learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan

juga sistem pendidikan konvensional. Dalam pendidikan konvensional

fungsi e-learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model

pembelajaran konvensional.

b. Pertimbangan Aplikasi E-learning dalam Pendidikan Islam

Pertimbangan memutuskan penggunaan sistem e-learning dalam

sistem pendidikan Islam yang masih menggunakan metode konvensional

tentu saja bukan didasarkan pada trend, ikut-ikutan teknologi internet,

tetapi perlu dikaji secara matang. Oleh karena itu para penyusun dan

pengambil kebijakan perlu melakukan observasi dan studi kelayakan.

Beberapa pertanyaan yang perlu dijadikan pertimbangan antara lain:

4) Anggaran biaya yang diperlukan. Bandingkan biaya untuk pendidikan

konvensional dengan biaya aplikasi e-learning, dengan pertimbangan

96

97

98

99

100

101

102

103

104

efisiensi dan efektifitas hasil yang didapat. Melalui e-learning, biaya

mendirikan bangunan sekolah, buku-buku, tenaga pengajar dan biaya

operasional peserta didik dapat ditekan. Oleh karena itu pendidikan jarak

jauh atau sistem pendidikan konvensional yang massal akan lebih efisien

dengan aplikasi e-learning.

5) Materi apa saja yang menjadi prioritas untuk dimasukkan pada model

e-learning sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan, atau semua

materi perlu dimasukkan.

6) Pengalihan dari sistem konvensional ke sistem e-learning apakah bisa

dilakukan sendiri atau perlu kerjasama dengan instansi lain, seperti

perguruan tinggi (yang memiliki SDM yang relevan) dan kalangan

industri (terutama industri software) sangat potensial dijadikan mitra

kerjasama.

7) Apakah perubahan ini bisa diterima (diadopsi) dengan baik oleh

sasaran. Sebagai hasil inovasi, proses difusi sangat diperlukan. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Oos M. Anwas (2003) menunjukkan

bahwa adopsi inovasi e-learning dalam tahapan pembentukan sikap di

kalangan akademisi masih bervariasi. Banyak faktor yang

menentukan, diantaranya akses informasi internet, kedekatan dengan

teknologi komunikasi dan informasi dan derajat kebutuhan terhadap

internet. Tetapi yang menarik dari penelitian ini adalah adalah faktor

kondusivitas organisasi dapat mempengaruhinya. Dalm organisasi

yang kondusif, akademisi cenderung lebih baik dalam mengadopsi e-

learning dibanding dengan organisasi yang kurang kondusif.

8) Bagaimana menerapkan perubahan tersebut sehingga bisa tercapai

secara efektif dan efisien, serta bagaimana kelanjutan operasional

termasuk evaluasi dan tindak lanjut.

c. Pengembangan Model e-learning dalam Pendidikan Islam

Pengembangan model e-learning perlu dirancang secara cermat

sesuai tujuan yang diinginkan. Jika kita setuju bahwa e-learning di

105

dalamnya juga termasuk pembelajaran berbasis internet, maka pendapat

Haughey (1998) perlu dipertimbangkan dalam pengembangan e-learning.

Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem

pembelajaran berbasis internet, yaitu Web Course, Web Centric Course,

dan Web Enhanced Course”.

a. Web Course

Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan

pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya

terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar,

diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan

pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet.

Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.

b. Web Centric Course

Web centric course adalah penggunaan internet yang

memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional).

Sebagian materi disampaikan melalui internet, dan sebagian lagi

melalui tatap muka, fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini

pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari

materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga

diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang

relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak

diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet

tersebut.

c. Web Enhanced Course

Model Web Enhanced Course adalah pemanfaatan internet

untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan

di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan

komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta

didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan narasumber lain.

Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai

teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa

106

mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan

pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan

diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan

kecakapan lain yang diperlukan.

Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati,

ada tiga hal yang harus dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu;

sederhana, personal dan cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan

peserta didik dalam memanfaatkan teknologi yang ada, dengan

kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan

sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu yang belajar peserta didik

dapat diefisienkan untuk belajar itu sendiri dan bukan pada belajar

menggunakan sistem e-learning-nya.

Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik

seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di

depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal,

peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan

yang dihadapinya. Hal ini peserta didik betah berlama-lama di depan

layar komputernya.

Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan proses. Respon

yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan

demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh

pengajar atau pengelola.

Untuk meningkatkan daya tarik belajar, Onno W. Purbo

menambahkan perlunya menggunakan teori games. Teori ini setelah

diadakan sebuah pengamatan terhadap perilaku para penggemar games

komputer yang berkembang sangat cepat. Bermain games komputer

sangatlah mengasyikkan, para pemain akan dibuat hanyut dengan karakter

yang dimainkannya lewat komputer tersebut.

Fenomena ini sangat menarik dalam mendesain e-learning.

Dengan membuat sistem e-learning yang mampu menghanyutkan peserta

107

didik untuk mengikuti setiap langkah belajar didalamnya seperti

layaknya ketika bermain sebuah game. Penerapan teori game dalam

merancang materi e-learning perlu dipertimbangkan karena pada

dasarnya setiap manusia menyukai permainan.

Secara ringkas, e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta

didik belajar secara konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam

sistem digital melalui internet. Oleh karena itu e-learning perlu

mengadaptasi unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam sistem

pembelajaran konvensional. Misalnya dimulai dari perumusan tujuan

yang operasional yang dapat diukur, ada apersepsi atau pretest,

membangkitkan motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif, uraian

materi yang jelas contoh-contoh kongkrit, problem solving, tanya jawab,

diskusi, postest, sampai penugasan dan kegiatan tindak lanjut. oleh

karena itu merancang e-learning perlu melibatkan pihak terkait, antara

lain pengajar, ahli materi, ahli komputer, programmer, seniman dll,

3. Kendala Implementasi Teknologi Informasi dalam Pendidikan

Jika memang teknologi informasi dan komunikasi memiliki banyak

manfaat, tentunya ingin kita gunakan secepatnya. Namun ada beberapa

kendala di Indonesia yang menyebabkan teknologi informasi dan komunikasi

dan Internet belum dapat digunakan seoptimal mungkin. Kesiapan

pemerintah Indonesia masih patut dipertanyakan dalam hal ini.

Salah satu penyebab utama adalah kurangnya ketersediaan sumber

daya manusia, proses transformasi teknologi, infrastruktur telekomunikasi

dan perangkat hukumnya yang mengaturnya. Infrastruktur hukum yang

melandasi operasional pendidikan di Indonesia belum cukup memadai untuk

menampung perkembangan baru berupa penerapan teknologi informasi untuk

pendidikan ini. Perlu diketahui bahwa cyber law belum diterapkan pada dunia

hukum di Indonesia.

Selain itu masih terdapat kekurangan pada hal pengadaan infrastruktur

teknologi telekomunikasi, multimedia dan informasi yang merupakan

108

prasyarat terselenggaranya teknologi informasi dan komunikasi untuk

pendidikan atau disebut dengan istilah e-learning. Sementara penetrasi

komputer (PC) di Indonesia masih rendah. Biaya penggunaan jasa

telekomunikasi juga masih mahal bahkan jaringan telepon masih belum

tersedia di berbagai tempat di Indonesia.. Untuk itu perlu dipikirkan akses ke

Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah.

Sementara itu tempat akses Internet dapat diperlebar jangkauannya

melalui fasilitas di kampus, sekolahan, dan bahkan melalui warung Internet.

Hal ini tentunya dihadapkan kembali kepada pihak pemerintah,

penyelenggara pendidikan maupun pihak swasta —walaupun pada akhirnya

terpulang juga kepada pemerintah. Sebab pemerintah lah yang dapat

menciptakan iklim kebijakan dan regulasi yang kondusif bagi investasi

swasta di bidang pendidikan. Namun sementara pemerintah sendiri masih

demikian pelit untuk mengalokasikan dana untuk kebutuhan pendidikan.

C. Format Pendidikan Islam yang Bermutu

Membangun suatu sistem pendidikan yang baik berarti menyelenggarakan

kegiatan pendidikan yang mampu membentuk kepribadian peserta didik. Dan

kepribadian seseorang itu ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pengalaman

belajarnya. Dengan demikian kegiatan pendidikan yang baik menuntut

konsekuensi dengan menciptakan lingkungan belajar dalam suatu arena (area)

belajar yang secara sengaja direkayasa sedemikian rupa sehingga kegiatan belajar

mengajar tersebut menjadi sesuatu yang menarik dan memunculkan gairah

belajar yang tinggi pada diri peserta didik sehingga dapat membentuk

pengetahuan, sikap dan keterampilan yang ditargetkan. Untuk membangun

sekolah yang menggairahkan, maka seluruh proses kegiatan belajar mengajar

hendaknya dibangun secara integratif, stimulatif, fasilitatif dan motivatif.6

1. Integratif (Terpadu)

6Fahmy Alaydroes, Latar Belakang, Visi dan Format Sekolah Islam Terpadu,

http://www.jsit.or.id/makalah2.php, hlm. 3.

109

Sekolah yang bermutu hendaknya menjadikan sistem dan pola

penyelenggaraannya terpadu dalam aspek:

a. Kurikulum, yakni mengintegrasikan kurikulum pendidikan umum dan

agama, baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif. Pengertian

kuantitatif berarti memberikan porsi pendidikan umum dan agama secara

seimbang. Sementara pengertian kualitatif berarti menjadikan pendidikan

umum diperkaya dengan perspektif agama, dan pendidikan agama

diperkaya dengan pendidikan umum. Dengan memadukan kurikulum

umum dan agama dalam suatu jalinan kegiatan belajar mengajar, maka

diharapkan peserta didik dapat memahami esensi ilmu dalam perspektif

yang utuh. Mengetahui sesuatu untuk tujuan manfaat dan maslahat, dan

mengamalkan keimanan dengan ilmu dan pengetahuan yang luas.

b. Kegiatan belajar mengajar, yakni memadukan secara utuh ranah kognitif,

afektif dan psikomotor dalam seluruh aktivitas belajar. Konsekuensinya,

seluruh kegiatan belajar harus menstimulasi ketiga ranah tersebut dengan

menggunakan berbagai pendekatan (metode dan sarana) belajar. Belajar

tidak boleh lagi hanya terpaku pada pembahasan-pembahasan konsep dan

teori belaka. Setiap pokok bahasan harus berupaya menarik minat anak

terhadap pokok bahasan serta membimbing mereka untuk masuk pada

dunia aplikasinya.

Belajar melalui pengalaman (experiential learning) menjadi suatu

pendekatan yang sangat perlu mendapat perhatian dari pengelola sekolah.

Dengan pendekatan langsung pada praktek yang memberikan pengalaman

nyata kepada anak didik tentang pokok bahasan. Experiential learning

juga akan menumbuhkan semangat dan motivasi belajar yang tinggi,

karena suasana menyenangkan dan menantang akan selalu mereka

dapatkan. Proses pembelajaran juga semestinya melibatkan semua

inteligensi (multiple intelligences).

Oleh karena itu pendekatan yang dilakukan dalam mengoptimalkan

pendekatan belajar berbasis student active learning. Siswa mesti

dirangsang untuk aktif terlibat dalam setiap aktivitas, dan guru lebih

110

kepada fungsi fasilitator dan motivator, dalam memanfaatkan segala

sumber dan media belajar yang ada.

c. Peran serta, yakni melibatkan pihak orang tua dan kalangan eksternal

(masyarakat) sekolah untuk berperan serta menjadi fasilitator pendidikan.

Orang tua harus ikut secara aktif memberikan dorongan dan

bantuan baik secara individual kepada putra-putrinya maupun kesertaan

mereka terlibat di dalam sekolah dalam serangkaian program yang

sistematis. Keterlibatan orang tua memberikan pengaruh yang sangat

signifikan dalam meningkatkan performance sekolah.

Sedangkan elemen masyarakat dalam konteks sekolah terpadu

harus dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam bingkai

pembelajaran. Sekolah yang baik seharusnya menjadikan segala apa yang

ada di tengah masyarakat sebagai sumber belajar yang kaya dan nyata.

Siswa dapat melihat langsung berbagai fenomena sosiologis, industri dan

ekonomi, budaya, penerapan hukum, model pemerintahan, kelembagaan,

bahkan sampai pada dunia kriminalitas dapat mempelajarinya secara

seksama. Dalam beberapa program instruksional, siswa juga dapat terjun

langsung berinteraksi dengan bagian-bagian masyarakat tertentu untuk

menumbuhkan rasa kebersamaan dan kepedulian akan nasib mereka.

d. Iklim sekolah, yakni lingkungan pergaulan, tata hubungan, pola perilaku

dan segenap peraturan yang diwujudkan dalam kerangka nilai-nilai Islam

yang syar'i maupun yang kauni. Nilai Islam yang syar'i melandasi segala

aspek perilaku dan peraturan yang mencerminkan akhlak karimah.

Sedangkan nilai Islam yang kauni mewujud dalam pola penataan

lingkungan yang sesuai dengan hukum-hukum alam, seperti penataan

kebersihan, kerapihan, keteraturan, keefektifan, kemudahan, kesehatan,

kelogisan, keharmonisan, keseimbangan dan lain sebagainya.

2. Stimulatif

Kegiatan belajar yang efektif haruslah mampu memberikan stimulasi

yang optimal kepada peserta didik. Memberikan stimulasi yang optimal

111

sebaiknya menyesuaikan diri dengan bagaimana sifat-sifat dan gaya kognitif

bekerja. Dalam hal ini psikologi kognitif dapat memberikan sumbangan yang

berarti dalam upaya mengoptimalkan kemampuan daya serap anak dalam

konteks belajar.

Kiwari, pendekatan quantum learning mencoba menerapkan prinsip-

prinsip psikologi pendidikan ke dalam ruang kelas sedemikian rupa sehingga

kegiatan belajar diarahkan untuk dapat menstimulasi seluruh indra anak

melalui serangkaian kegiatan yang menggunakan multimedia. Inti dari

quantum learning adalah bagaimana menciptakan proses pembelajaran yang

menyenangkan, memompa motivasi belajar dan efektif.7

3. Fasilitatif

Kegiatan belajar mengajar harus mampu menyediakan seluas-luasnya

sumber dan media belajar. Belajar tidak hanya terpaku pada ruang kelas dan

sumber belajar tradisional. Sumber dan media belajar haruslah diperluas tidak

hanya di lingkungan sekolah, namun juga di lingkungan alam sekitar,

masyarakat, instansi/lembaga, keluarga, mesjid, dan bisa juga memanfaatkan

teknologi modern seperti internet dan sebagainya.

Berbagai kegiatan informal juga dapat dijadikan media bagi proses

belajar mereka, seperti: dalam hal berpakaian, aktivitas makan dan jajan,

aktivitas ibadah, aktivitas kebersihan, aktivitas sosial. Dengan memperluas

sumber dan media belajar, maka peserta didik akan mendapatkan pengalaman

yang membentuk kepribadian.

4. Motivatif

Kegiatan belajar mengajar harus mampu membangkitkan motivasi

berprestasi pada peserta didik. Dengan tumbuhnya need of achievement pada

setiap siswa, maka ia akan selalu menjadikan seluruh aktivitasnya untuk

meraih prestasi. Untuk dapat membangkitkan kebutuhan untuk selalu meraih

7Ibid, hlm. 5.

112

prestasi, maka setiap pengalaman belajar anak haruslah dirasakan sebagai

sesuatu pengalaman yang menyenangkan dan sekaligus menantang.

Kegiatan belajar mengajar harus dirancang sedemikian rupa sehingga

terjadi proses interaktif antara peserta didik dengan sumber dan media

belajar. Di sinilah pentingnya kemampuan guru untuk membuat suasana dan

cara belajar dengan menggunakan berbagai pendekatan yang atraktif, yang

pada dasarnya adalah merangsang seluruh indera peserta didik dan

memanipulasi ranah kognitif, afektif serta psikomotor sekaligus.

Berbagai pendekatan yang atraktif antara lain: simulasi, role playing,

eksperimen, eksplorasi, observasi, kompetisi, kooperasi (team work), proyek,

brainstorming, diskusi dan seminar, lokakarya. Semua metode dapat

diterapkan dengan menggunakan problem solving based learning, research

based learning, dan small group based leraning.8 Sebaliknya, kegiatan

belajar mengajar yang hanya mengandalkan stimulasi kognitif cenderung

akan membosankan, dan potensial mengancam runtuhnya need of

achievement pada peserta didik. Apalagi bila muatan kurikulum terasa berat,

sehingga belajar menjadi suatu beban yang melelahkan dan menjemukan.

Lingkungan belajar yang motivatif juga harus memunculkan iklim

sekolah yang sehat yang ditandai dengan pola interaksi dan pergaulan yang

hangat bersahabat diantara seluruh tenaga pendidikan dengan anak didik

tanpa kehilangan ketegasan dan kewibawaan mereka.

8Ibid, hlm. 6