Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi,...

27
PERTUMBUHAN EKONOMI MAKRO DI INDONESIA BESERTA FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro diampu oleh Prof. Dr. Ir.Darsono, M.Si DISUSUN OLEH : Yeny Widyastuti H0810124 AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Transcript of Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi,...

Page 1: Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, tingkat

PERTUMBUHAN EKONOMI MAKRO DI INDONESIA BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro diampu oleh

Prof. Dr. Ir.Darsono, M.Si

DISUSUN OLEH :

Yeny Widyastuti H0810124

AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA2011

Page 2: Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, tingkat

I. PENDAHULUANSetiap Negara di dunia mengalami pertumbuhan ekonomi menurut

pengalaman serta hasilnya sendiri-sendiri. Dalam proses pertumbuhan

ekonominya, sekelompok Negara mengalami pertumbuhan pesat dan

menjadi maju, modern serta kaya dengan tingkat pendapatan per kapita

tinggi, sebagian lagi sedang-sedang saja, sementara sebagian besar

lainnya sangat lambat pertumbuhan ekonominya, terbelakang, miskin

dan tingkat pendapatan per kapita sangat rendah. Yang terbelakang ini

umumnya disebut kelompok negara-negara sedang berkembang

termasuk Negara Indonesia.

Kondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-

variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB),

pertumbuhan ekonomi, tingkat kesempatan kerja, laju inflasi/tingkat

harga, Jumlah uang beredar, stok kapital nasional, tingkat konsumsi,

laju investasi, dan jumlah tabungan nasional. Dilihat dari indikator-

indikator makro ekonomi Indonesia ada beberapa perubahan yang

menunjukkan peningkatan. Meskipun demikian, tingkat investasi dan

kesempatan kerja masih tetap rendah. Permintaan aggregat dapat

dilihat dari segi konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,

kegiatan investasi, dan kegiatan ekspor impor, Sedangkan penawaran

aggregat bisa dilihat dari segi PDB dari masing-masing sektor.

Permintaan aggregat dan penawaran aggregat mencerminkan kegiatan

ekonomi secara keseluruhan. Apakah kegiatan ekonomi meningkat

atau menurun dapat dilihat dari kedua sisi permintaan.

Sejak krisis sampai sekarang investasi belum menarik para

penanam modal. Ada dua tantangan investasi, yaitu tantangan untuk

menarik modal baru dan tantangan untuk mempertahankan modal yang

sudah ada di Indonesia. Oleh karena itu dalam hal ini akan dibahas

mengenai analisis pertumbuhan ekonomi serta faktor-faktor yang

mempengaruhi dan menghambatnya, serta mencoba menganalisis

berbagai kemungkinan pemecahannya.

Page 3: Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, tingkat

II. KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKASetelah kita mengetahui duduk persoalan mengenai masalah -

masalah pokok apa yang dikaji dalam ekonomi makro, maka

pertanyaan selanjutnya adalah mengetahui bagaimana mengaji

masalah- masalah tersebut sehingga bisa diperoleh jawaban yang

diinginkan.

Terdapat dua aspek utama dalam kerangka teori ini. Yang pertarna

adalah aspek mengenai “apa yang menjadi faktor penyebab masalah

ekonomi makro” dan yang kedua adalah aspek mengenai “bagaimana

cara mengatasi permasalahan ekonomi makro tersebut”. Untuk

menjawab masalah-masalah tersebut disini akan digunakan beberapa

teori diantaranya adalah :

Dasar Filsafat Teori Keynes

Menghadapi masalah depresi dan pengangguran yang begitu

hebat, kaum sosialis di negara-negara Barat mengatakan bahwa

kesalahannya terletak pada sistem perekonomian itu sendiri, yaitu

sistem laissez faire atau liberalisme atau kapitalisme. Selama kita

masih mempercayakan pengelolaan perekonomian kita pada para

rodusen swasta yang perdefinisi hanya bertujuan mengejar

keuntungan mereka pribadi, maka depresi, pengangguran, dan juga

inflasi akan tetap menjadi penyakit perekonomian yang menghantui

Kita dan waktu ke waktu. Penyakit-penyakit ini adalah konsekuensi

logis dan sistem kapitalisme. Mereka (kaum sosialis) mengusulkan

perombakan sistem perekonornian menjadi sistem sosialis, yaitu

sistem di mana faktor-produksi tidak lagi bisa dirniliki oleh pengusaha

swasta, tetapi hanya bisa dimiliki oleh negara (masyarakat). Semua

kegiatan produksi dikuasai negara, yang dalam teori paling tidak,

mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan

pribadi/golongan. Motif mengejar keuntungan bukan lagi sebagai

motif utama untuk menggerakkan produksi (seperti dalam sistem

kapitalis).

Page 4: Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, tingkat

“Obat” semacam ini ternyata dianggap terlalu drastis, dan orang-

orang di negara-negara Barat yang sudah begitu lama terbiasa

dengan kebebasan berusaha tidak banyak yang bisa menerimanya.

Mengubah sistem semacam itu berarti mengubah cara hidup dan ke

biasaan hidup yang sudah mendarah daging pada mereka. Tentunya

ada “obat” yang tidak terlalu pahit yang bisa menolong sistem

perekonomian mereka. Keynes ada pada posisi yang unik dalam se

jarah pemikiran ekonomi Barat, karena pada saat-saat krisis ideologi

semacam itu ia bisa menawarkan suatu pemecahan yang merupakan

“jalan tengah”.

Keynes mengatakan bahwa untuk menolong sistem

perekonomian negara-negara tersebut, orang harus bersedia

meninggalkan ideologi laissez faire yang murni yang terkandung

dalam pemikiran Klasik. Tidak bisa tidak, demikian Keynes,

Pemerintah harus melakukan lebih banyak campur tangan yang aktif

dalam mengendalikan perekonomian nasional. Pendapat bahwa

peranan Pemerintah dalam kegiatan ekonomi harus seminimal

mungkin sehingga tidak merongrong hak asasi manusia, kebebasan

berusaha dan mengabdikan pada bekerjanya “natural laws”, haruslah

ditinggalkan atau pling tidak diubah. Keynes berpendapat bahwa

kegiatan produk dan pemilikan faktor-faktor produksi, masih tetap

bisa dipercayakan kepada pengusaha swasta, tetapi sekarang

pemerintah wajib melakukan kebijaksanaan yang aktif untuk

mempengaruhi gerak perekonomian.

Dalam masa depresi misalnya, Pemerintah harus bersedia (atau

diperbolehkan) untuk melaksanakan program-program dan kegiatan-

kegiatan yang langsung bisa menyerap tenaga kerja yang tidak dapat

memperoleh pekerjaan di sektor swasta, meskipun hal itu hanya bisa

dilaksanakan dengan mengakibatkan defisit di anggaran belanja

negara. (Perlu ditekankan di sini bahwa pada waktu itu sistem

anggaran beda yang seimbang adalah satu-satunya sistem yang

Page 5: Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, tingkat

dianggap terbaik bidang pengelolaan keuangan negara). Sebaliknya,

bila terjadi inflasi yang disebabkan karena permintaan masyarakat

akan barang barang/jasa melebihi apa yang bisa diproduksikan

dengain kapasita yang ada, Pemerintahpun harus bersedia

mengurangi pengeluarannya sehingga terjadi surplus dalam

anggaran belanjanya. Surplus anggaran ini bisa merupakan rem bagi

permintaan masyarakat yang berlebihan tadi. Yang perlu

digarisbawahi di sini adalah bahwa Pemerintah harus bersedia

melakukan kebijaksanaan secara aktif dan sadar. Keynes tidak

percaya akan kekuatan hakiki dari sistem laissez faire untuk

mengkoreksi diri sendiri, yaitu untuk kembali kepada posisi “full

employment” secara otomatis. Full enployment merupakan sesuatu

yang hanya bisa dicapai dengan tindakan-tindakan terencana, dan

bukan sesuatu yang akan datang dengan sendirinya. Inilah inti dan

ideologi Keynesian isme.

Kebijakan Fiskal

Kebijaksanaan  fiskal adalah kebijaksanaan yang kedua dibidang

pengendalian makro adalah. Kebijaksanaan moneter dan

kebijaksanaan fiskal adalah dua kebijaksanaan yang merupakan alat

utama bagi perencana ekonomi nasional untuk mengendalikan

keseimbangan makro perekonomiannya. Keduanya  sangat erat

berkaitan satu sama lain, sehingga dalam praktek yang sering

dijumpai adalah kebijaksanaan fiskal yang juga mempunyai

konsekuensi-konsekuensi moneter atau kebijaksanaan moneter

dengan konsekuensi-konsekuensi fiskal. Kebijaksanaan-

kebijaksanaan semacam ini mungkin lebih cocok disebut

‘kebijaksanaan fiskal-moneter”.

Pembahasan ini diawali  mengenai hubungan antara APBN dan

kebijaksanaan fiskal. Hal ini sejalan dengan pengertian umum bahwa

kebijaksanaan fiskal adalah kebijaksanaan yang dilaksanakan lewat

APBN. Dalam bagian selanjutnya kita akan meneliti apakah

Page 6: Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, tingkat

pengaruh dan suatu “kebijaksanaan fiskal”, yang dicerminkan oleh

suatu struktur APBN tertentu, ter hadap perekonomian. Akhirnya kita

akan mengambil sebuah contoh untuk menunjukkan bagaimana kita

bisa memperkirakan pengaruh dan suatu kebijaksanaan fiskal

dengan menggunakan aijabar sederhana.

Inflasi

Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak

mendapatkan perhatian para pemikir ekonomi. Pada asasnya inflasi

merupakan gelaja ekonomi yang berupa naiknya tingkat harga.

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat

secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua

barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu

meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya.

Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.

Inflasi adalah suatu kenaikan harga yang terus menerus dari

barang-barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang

saja dan sesaat). Menurut definisi ini kenaikan harga yang sporadis

bukan dikatakan sebagai inflasi (Ackley dalam Iswardono,1993).

III.DATA DAN PEMBAHASAN1) Macam Masalah Ekonomi Makro dan Faktor-Faktornya

Berikut ini merupakan data-data tentang permasalahan ekonomi

makro yang terjadi di Indonesia :

a. Masalah Kemiskinan dan Pemerataan

Pada akhir tahun 1996 jumlah penduduk miskin Indonesia

sebesar 22,5 juta jiwa atau sekitar 11,4% dari jumlah seluruh

penduduk Indonesia. Namun, sebagai akibat dari krisis ekonomi

yang berkepanjangan sejak pertengahan tahun 1997, jumlah

penduduk miskin pada akhir tahun itu melonjak menjadi sebesar

47 juta jiwa atau sekitar 23,5% dari jumlah keseluruhan penduduk

Indonesia. Pada akhir tahun 2000, jumlah penduduk miskin turun

Page 7: Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, tingkat

sedikit menjadi sebesar 37,3 juta jiwa atau sekitar 19% dari

jumlah seluruh penduduk Indonesia. Dari segi distribusi

pendapatan nasional, penduduk Indonesia berada dalam

kemiskinan. Sebagian besar kekayaan banyak dimiliki kelompok

berpenghasilan besar atau kelompok kaya Indonesia.

b. Krisis Nilai Tukar

Krisis mata uang yang telah mengguncang Negara-negara Asia

pada awal tahun 1997, akhirnya menerpa perekonomian

Indonesia. Nilai tukar rupiah yang semula dikaitkan dengan dolar

AS secara tetap mulai diguncang spekulan yang menyebabkan

keguncangan pada perekonomian yang juga sangat tergantung

pada pinjaman luar negeri sektor swasta. Pemerintah

menghadapi krisis nilai tukar ini dengan melakukan intervensi di

pasar untuk menyelamatkan cadangan devisa yang semakin

menyusut. Pemerintah menerapkan kebijakan nilai tukar yang

mengambang bebas sebagai pengganti kebijakan nilai tukar yang

mengambang terkendali.

c. Masalah Utang Luar Negeri

Kebijakan nilai tukar yang mengambang terkendali pada saat

sebelum krisis ternyata menyimpan kekhawatiran. Depresiasi

penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama

dolar AS yang relatif tetap dari tahun ke tahun menyebabkan

sebagian besar utang luar negeri tidak dilindungi dengan fasilitas

lindung nilai (hedging) sehingga pada saat krisis nilai tukar terjadi

dalam sekejap nilai utang tersebut membengkak. Pada

tahun1997, besarnya utang luar negeri tercatat 63% dari PDB dan

pada tahun 1998 melambung menjadi 152% dari PDB. Untuk

mengatasi ini, pemerintah melakukan penjadwalan ulang utang

luar negeri dengan pihak peminjam. Pemerintah juga

menggandeng lembaga-lembaga keuangan internasional untuk

membantu menyelesaikan masalah ini.

Page 8: Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, tingkat

d. Masalah Perbankan dan Kredit Macet

Besarnya utang luar negeri mengakibatkan permasalahan

selanjutnya pada sistem perbankan. Banyak usaha yang macet

karena meningkatnya beban utang mengakibatkan semakin

banyaknya kredit yang macet sehingga beberapa bank

mengalami kesulitan likuiditas. Kesulitan likuiditas makin parah

ketika sebagian masyarakat kehilangan kepercayaannya

terhadap sejumlah bank sehingga terjadi penarikan dana oleh

masyarakat secara besar-besaran (rush). Goncangan yang terjadi

pada sistem perbankan menimbulkan goncangan yang lebih

besar pada sistem perbankan secara keseluruhan, sehingga

perekonomian juga akan terseret ke jurang kehancuran. Alasan-

alasan di atas menyebabkan pemerintah memutuskan untuk

menyelamatkan bank-bank yang mengalami masalah likuiditas

tersebut dengan memberikan bantuan likuiditas. Namun untuk

mengendalikan laju inflasi, bank sentral harus menarik kembali

uang tersebut melalui operasi pasar terbuka. Hal ini dilakukan

dengan meningkatnya suku bunga SBI. Kebijakan ini kemudian

menimbulkan dilema karena peningkatan suku bunga

menyebabkan beban bagi para peminjam (debitor). Akibatnya

tingkat kredit macet di sistem perbankan meningkat dengan

pesat. Dilema semakin kompleks di saat system perbankan

mencoba mempertahankan likuiditas yang mereka miliki dengan

meningkatkan suku bungan simpanan melebihi suku bunga

pinjaman sehingga mereka mengalami kerugian yang berakibat

pengikisan modal yang mereka miliki.

e. Masalah Inflasi

Masalah inflasi yang terjadi di Indonesia tidak terlepas kaitannya

dengan masalah krisis nilai tukar rupiah dan krisis perbankan

yang selama ini terjadi. Pada tahun 2004 tingkat inflasi Indonesia

pernah mencapai angka 10,5%. Ini terjadi karena harga barang-

Page 9: Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, tingkat

barang terus naik sebagai akibat dari dorongan permintaan yang

tinggi. Tingginya laju inflasi tersebut jelas melebihi sasaran inflasi

BI sehingga BI perlu melakukan pengetatan di bidang moneter.

Pengetatan moneter tidak dapat dilakukan secara drastis dan

berlebihan karena akan mengancam kelangsungan proses

penyehatan perbankan dan program restrukturisasi perusahaan.

f. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran

Menurunnya kualitas pertumbuhan ekonomi tahun 2005-2006

tercermin dari anjloknya daya serap pertumbuhan ekonomi

terhadap angkatan kerja. Bila di masa lalu setiap 1%

pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan lapangan kerja

hingga 240 ribu maka pada 2005-2006 setiap pertumbuhan

ekonomi hanya mampu menghasilkan 40-50 ribu lapangan kerja.

Berkurangnya daya serap lapangan kerja berarti meningkatnya

penduduk miskin dan tingkat pengangguran. Untuk menekan

angka pengangguran dan kemiskinan, pemerintah perlu

menyelamatkan industri-industri padat karya dan perbaikan irigasi

bagi pertanian.

Dari berbagai kenyataan masalah ekonomi makro diatas,maka

dapat kita identifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi suatu negara. Faktor-faktor tersebut yaitu :

Perubahan dan kemajuan teknologi

Kemajuan dan perubahan teknologi merupakan proses yang

lama. Akumulasi kemajuan teknologi yang terjadi sudah

sedemikian majunya di Negara telah berkembang, misalnya rotasi

penanaman membutuhkan peralatan mesin-mesin pertanian

lainnya dan ini akan sangat menaikkan produktivitas. Kemajuan

teknologi ada yang bersifat penghematan kapital yang justru tidak

membutuhkan kapital lebih banyak. Perubahan dan kemajuan

teknologi perlu didukung oleh tersedianya entrepreneur, tenaga

Page 10: Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, tingkat

kerja trampil, serta sumber-sumber alam esensial. Bila tidak ada

faktor-faktor pendukung maka manfaat factor kemajuan teknologi

tak dapat direalisasi untuk pertumbuhan ekonomi.

Faktor sosio-kultural dan kelembagaan

Pembangunan ekonomi tak hanya meliputi pertumbuhan ekonomi

yang menyangkut lingkungan fisik saja, tetapi juga meliputi

perubahan sosial dan kelembagaan misalnya perubahan cara

bagaimana masyarakat berfikir dan bertindak, dll.

Dari segi politis, banyak sistem politik di Negara sedang

berkembang bersifat represif, diktatorial dan koruptif . Keputusan-

keputusan politik lebih didasarkan pada pertimbangan-

pertimbangan untuk memperoleh gengsi di masyarakat

internasional daripada untuk mendorong pembangunan. Karena

sektor pertanian mendominasi kegiatan ekonomi mereka, maka

pengaturan kelembagaan yang menyangkut pemilikan tanah

baru, diarahkan mendorong program pembangunan. Masalah

kelembagaan land form merupakan masalah mendesak. Land

form lebih banyak merupakan keputusan politik tetapi paling tidak

mempunyai landasan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Lingkaran setan kemiskinan

Negara-negara miskin sedang berkembang menghadapi masalah

dalam mengkombinasikan elemen-elemen penawaran

pertumbuhan ekonomi yaitu sumber-sumber alam, capital, tenaga

kerja, dan teknologi. Negara-negara tersebut terperangkap dalam

lingkaran setan kemiskinan.

Page 11: Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, tingkat

Negara-negara miskin sedang berkembang mempunyai

karakteristik utama berupa rendahnya pendapatan per kapita yang

disebabkan karena laju pertumbuhan penduduknya tinggi serta

berlakunya hokum pertambahan hasil yang semakin berkurang.

Lingkaran setan kemiskinan berarti bahwa suatu Negara itu miskin

karena ia miskin. Pendapatan per kapita rendah mengakibatkan

tabungan dan investasi rendah. Tabungan dan investasi rendah ini

di satu sisi mengakibatkan akumulasi capital rendah dan di sisi lain

mengakibatkan rendahnya tingkat permintaan. Akumulasi capital

serta permintaan rendah berikutnya mengakibatkan rendahnya

produktivitas dan selanjutnya kembali mengakibatkan rendahnya

pendapatan per kapita. Dan lengkaplah lingkaran setan kemiskinan.

Tabungan dan Investasi Rendah

-Karakteristik Negara Miskin Sedang Berkembang

-Laju Pertambahn Penduduk Yang Cepat

-Hukum Pertambahan Hasil Yang Berkurang

Pendapatan Perkapita Rendah

Akumulasi Kapital Rendah

Permintaan Rendah

Produktivitas Rendah

Page 12: Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, tingkat

2) Peranan Penting Pemerintah Dalam Pertumbuhan EkonomiPeranan serta pengaruh pemerintah sangat penting dalam

proses menaikkan laju pertumbuhan ekonomi dan menaikkan taraf

hidup masyarakat. Hal ini terlihat dari halangan-halangan yang

dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang dalam memacu

laju pertumbuhan ekonominya.

a) Beberapa negara sedang berkembang mengalami

ketidakstabilan sosial, politik, dan ekonomi. Adanya

pemerintahan yang kuat dan berwibawa diperlukan bagi

terciptanya iklim bekerja dan berusaha yang merupakan motor

pertumbuhan ekonomi.

b) Ketidakmampuan sektor swasta melaksanakan fungsi

entrepreneurial yang bersedia dan mampu mengadakan

akumulasi capital dan mengambil inisiatif mengadakan investasi

yang diperlukan untuk memotori proses pertumbuhan.

c) Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil akumulasi capital dan

investasi yang dilakukan terutama oleh sektor swasta yang dapat

menaikkan produktivitas perekonomian.

d) Rendahnya tabungan-investasi masyarakat (sektor swasta)

merupakan penyebab timbulnya dilema kemiskinan yang

menghambat pertumbuhan ekonomi.

e) Hambatan sosial utama dalam menaikkan taraf hidup

masyarakat adalah jumlah penduduk yang sangat besar dan laju

pertumbuhannya yang sangat cepat.

3) Strategi Pembangunan EkonomiBeberapa contoh strategi pembangunan ekonomi antara lain :

Industrialisasi Versus Pembangunan Pertanian

Secara sepintas industrialisasi dikatakan sebagai satu-

satunya cara mencapai pertumbuhan ekonomi dengan pesat.

Karena itu diharapkan dengan menempuh strategi industrialisasi

Page 13: Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, tingkat

maka taraf hidup akan naik dengan cepat. Namun banyak usaha

industrialisasi yang dilakukan di negara-negara berkembang

hasilnya tidak memuaskan dengan mengorbankan

pembangunan sektor pertanian.

Di pihak lain pembanguna pertanian bersifat menggunakan

teknologi padat tenaga kerja dan secara relative menggunakan

lebih sedikit capital ; meskipun dalam investasi pada pembuatan

jalan, saluran dan fasilitas pengairan, serta pengembangan

teknologinya. Kenaikan produktivitas sektor pertanian

memungkinkan perekonomian dengan menggunakan tenaga

kerja lebih sedikit menghasilkan kuantitas output bahan makanan

yang sama. Dengan demikian sebagian dari tenaga kerja dapat

dipindahkan ke sector industry tanpa menurunkan output sector

pertanian.

Substitusi Impor Versus Promosi Ekspor

Strategi industrialisasi via substitusi impor pada dasarnya

dilakukan dengan membangun industri yang menghasilkan

barang-barang yang semula diimpor. Selanjutnya barang-barang

tersebut dikenakan tariff bea masuk tinggi agar industri di dalam

negeri dapat bersaing dengan barang-barang yang semula

diimpor. Jadi industrialisasi dilaksanakan dengan membangun

tembok tarif untuk melindungi industri di dalam negeri yang

masih baru.

Alternatif kebijakan lain adalah strategi industrialisasi via

promosi ekspor. Kebijakan ini menekankan pada industrialisasi

pada kegiatan produksi di dalam negeri yang memiliki

keunggulan komparatif hingga dapat memproduksinya dengan

biaya rendah dan bersaing dengan menjualnya di pasar

internasional. Kebijakan ini menjamin luasnya pasar di luar

negeri dan kenaikan efisiensi mungkin dicapai akibat adanya

Page 14: Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, tingkat

persaingan. Kebijakan ini menunjukkan keberhasilan di negara-

negara industryibaru.

Perlunya Diversifikasi

Pengadaan diversifikasi dengan pengembangan ekspor

nonmigas bagi negara-negara pengekspor utama minyak dan

gas bumi merupakan upaya mempertahankan atau menstabilkan

penerimaan devisanya.

4) Aspek Hubungan Ekonomi Internasional Dalam Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan ekonomi internasional, terutama dengan negara-

negara maju dan berkembang dapat membantu memacu proses

pertumbuhan ekonomi di negara-negara sedang berkembang.

Hubungan ini berupa :

Perluasan Perdagangan

Negara-negara maju telah berkembang merupakan sumber

barang-barang kapital. Penurunan atau peniadaan penghalang

perdagangan baik berupa tarif ataupun kuota akan memperluas

pasar ekspor ke negara-negara maju telah berkembang oleh

negara-negara miskin sedang berkembang. Keterkaitan dengan

perekonomian luar negeri mungkin memberikan dampak negatif

terhadap perekonomian di negara-negara miskin sedang

berkembang karena resesi atau kelesuan kegiatan ekonomi di

negara kaya telah berkembang akan menurunkan permintaan

impornya.

Aliran Penanaman Modal (Investasi) Asing

Gambaran lingkaran setan kemiskinan di negara-negara

sedang berkembang menekankan pentingnya peranan akumulasi

kapital untuk memacu pencapaian pertumbuhan ekonomi. Aliran

investasi asing dari luar negeri baik oleh sektor pemerintah

Page 15: Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, tingkat

maupun swasta asing dapat merupakan suplemen atau

pelengkap bagi usaha pemecahan lingkaran setan kemiskinan.

Bantuan Luar Negeri Berupa Hadiah dan Pinjaman

Bantuan asing bisa diberikan secara langsung atau melalui

lembaga keuangan internasional. Contoh bantuan langsung

berupa hadiah atau pinjaman diberikan oleh US-AID (United

States Agency for Internasional Development). Lembaga bantuan

keuanagn internasional utama adalah kelompok Bank Dunia yang

terdiri atas Bank Dunia itu sendiri dan dua lembaga bantuan

keuangan afiliasinya, yaitu IDA (The International Development

Association) dan IFC (The International Finance Corporation).

Bank Dunia mempunyai tujuan utama membantu negara-negara

sedang berkembang mencapai pertumbuhan ekonominya.

Page 16: Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, tingkat

DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, Faried. 1990. Ekonomikamakro. Yogyakarta : BPFE.

2008. Perkembangan Beberapa Indikator Makro.

http://www.bappenas.go.id/node/45/742/perkembangan-beberapa-

indikator-makro-/. Diakses pada tanggal 5 Oktober 2011.

2011. Permasalahan Ekonomi Makro. http://agusyantono.wordpress.com .

Diakses pada tanggal 5 Oktober 2011.

Page 17: Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, tingkat

LAMPIRAN

1. Situasi perekonomian Indonesia diliputi awan kelabu selama semester I

tahun 1998 ini. Data sangat sementara dari BPS tentang pertumbuhan

ekonomi, menunjukkan indikasi kontraksi yang bertambah besar dalam

triwulan II dibandingkan triwulan I. Jika pada triwulan I komponen

permintaan dari luar (ekspor dan impor) masih memberikan sumbangan

positif kepada pertumbuhan ekonomi sementara komponen permintaan

dalam negeri sudah kontraksi, maka dalam triwulan II semua komponen

mengalami kontraksi. Salah satu faktor penyebab situasi yang

memburuk ini adalah rusaknya jaringan distribusi di dalam negeri akibat

gejolak sosial politik pada bulan Mei 1998. Dengan kerusakan ini

nampaknya pihak asing meragukan kelangsungan persediaan barang

dari Indonesia. Kegiatan ekonomi yang sedang kontraksi antara lain

tercermin dari produksi industri di dalam negeri yang merosot tajam.

Pertumbuhan produksi mobil hingga triwulan kedua tahun 1998 sudah

menurun sekitar - 90 persen di banding triwulan yang sama tahun 1997.

Pada triwulan kedua tahun 1997 produksi mobil mengalami periode

"boom". Sedangkan pertumbuhan produksi kendaraan roda dua

mengalami penurunan sekitar - 80 persen dalam periode yang sama.

2. Pengaruh langsung dari menurunnya produksi industri dan rusaknya

jaringan distribusi adalah meningkatnya harga barang yang cenderung

tinggi. Tingkat inflasi dari kelompok pangan mencapai 32,13 persen

selama empat bulan pelaksanaan tahun anggaran 1998/99. Kenaikan

harga barang pangan yang tergolong tinggi dalam kelompok ini adalah

bumbu-bumbuan, lemak dan minyak, serta padi-padian. Selain itu,

kenaikan harga yang cukup tinggi juga terjadi pada kelompok makanan

jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 29,37 persen dan

kelompok sandang sebesar 35,84 persen. Tingkat inflasi umum selama

periode tersebut adalah sebesar 25,16 persen. Perkembangan harga

ketiga kelompok barang ini terlihat pada grafik 2 berikut ini.

Page 18: Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, tingkat

Sumber: Biro Pusat Statistik (BPS), 1998

3. Upaya penyelesaian pembiayaan perdagangan telah menunjukkan

hasil awal yang menggembirakan dengan meningkatnya ekspor non-

migas selama triwulan pertama tahun 1998 sebesar 11,5 persen

dibanding periode yang sama tahun 1997. Beberapa komoditi yang

berpotensi menunjang ekspor dalam tahun ini antara lain emas, semen

dan bahan bangunan, kulit dan hasil dari kulit. Sementara itu,

penerimaan dari ekspor migas merosot tajam sebesar -28,9 persen

dalam triwulan pertama tahun 1998 dibanding triwulan pertama tahun

1997. Pasar minyak dunia tampaknya sedang mengalami "over supply"

yang tercermin dari terus menurunnya harga minyak mentah Indonesia

menjadi 12,09 dollar AS per barel pada bulan Juni 1998.

Page 19: Web viewKondisi makro ekonomi Indonesia dapat dilihat dari segi variabel-variabel makro ekonomi, yang meliputi Product Domestic Bruto (PDB), pertumbuhan ekonomi, tingkat

Sumber: Bank Indonesia, 1998