PENGARUH PERUBAHAN VARIABEL EKONOMI MAKRO...
Transcript of PENGARUH PERUBAHAN VARIABEL EKONOMI MAKRO...
PENGARUH PERUBAHAN VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP PERUBAHAN KESEHATAN
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Oleh :
V i v i A l v i a h NIM. 104081002524
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
PENGARUH PERUBAHAN VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP PERUBAHAN KESEHATAN
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
V i v i A l v i a h NIM. 104081002524
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
NIP. 150 317 955
Pembimbing II
Titi Dewi Warninda, SE.,MSi NIP. 150 368 746
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
ii
PENGARUH PERUBAHAN VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP PERUBAHAN KESEHATAN
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
V i v i A l v i a h NIM. 104081002524
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Prof. Dr. Ahmad Rodoni NIP. 150 317 955
Pembimbing II
Titi Dewi Warninda, SE.,MSi NIP. 150 368 746
Penguji Ahli
Indoyama Nasarudin, SE., MAB NIP. 131 474 891
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H / 2009 M
iii
Hari ini Rabu Tanggal Tiga September Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Vivi Alviah NIM. 104081002524 dengan Judul Skripsi ”PENGARUH PERUBAHAN VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP PERUBAHAN KESEHATAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR”. Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 03 September 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Ketua
Herni Ali HT, SE. MM Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
iv
Moto
“Jangan hanya diam dan pasrah menunggu sang waktu menentukan hitam
putihnya kehidupan kita. Terus bergerak ! Gunakan segenap kemampuan, akal
budi untuk memecahkan setiap masalah”
“Sesuatu yang besar terlahir dari sesuatu yang kecil”
“Segala sesuatu mungkin saja terjadi jika kita benar-benar menginginkannya”
”Pola fikir dan keyakinan adalah kekuatan dibelakang sistem sukses yang ada
didalam diri kita. Apapun yang kita bayangkan dan kita yakini terus menerus
dalam benak kita, pada akhirnya akan terwujud dalam kenyataan”
“Buah yang kau makan hari ini adalah hasil yang kau tanam kemarin”
”Kesempatan datang pada setiap orang tidak hanya sekali seumur hidup. Maka
jangan remehkan sekecil apapun kesempatan yang datang. Karena kesuksesan
besar sering kali diawali dengan kesempatan kecil yang mampu
kita manfaatkan menjadi peluang besar”
”Waktu adalah kehidupan, modal utama dan kekayaan paling berharga yang
dimiliki setiap orang”
v
PERSEMBAHAN
Tak ada kata yang terucap, tak ada kalam yang terukir
Yang ada hanya sembah sujud rasa syukur yang tak terhingga
Atas segala nikmat dan anugerah
Yang Engkau curahkan
Hingga detik ini
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada
Nabi Muhammad Shalallahu ’Alaihi Wassalam juga
Para sahabat dan keluarganya
Dengan rasa hormat dan penuh cinta
Ku persembahkan sebuah karya kecil ini untuk
Papah dan Mamah tercinta
Terima kasih atas segala doa yang selalu terucap disetiap sujudmu
Dengan naungan kasih yang takkan pernah terbalas
Ananda hanya mohon keikhlasanmu
Kakak, adik serta keluarga
Yang selama ini memberikan motivasi dan kasih sayang
Hingga aku mampu menjalani ini semua
Guru-guru dan para sahabatku yang senantiasa memberikan banyak
Pelajaran dalam setiap langkahku
Semoga Allah yang membalas semuanya itu dengan pahala yang tak terhingga
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Vivi Alviah
Tempat dan Tanggal Lahir : Bogor, 20 Oktober 1986
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jl.Raya Cogreg No. 07 Rt 02 Rw 02 Desa Cogreg
Kecamatan Parung Kabupaten Bogor
Kode Pos 16330
E-mail : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL :
1. SDN Cogreg II Parung 1992-1998
2. MTs. Nurul Falaah Gunungsindur 1998-2001
3. SMK Muhammadiyah (Akuntansi) Parung 2001-2004
4. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah (Fakultas Ekonomi
dan Ilmu Sosial – Manajemen
Keuangan dan Pasar Modal)
Jakarta 2004-2009
PENGALAMAN KERJA :
1. TKA dan TPA Nurul Ikhwan Guru 2004-2007
2. MTs. Nurul Falaah Guru 2006-sekarang
3. SMA Nurul Falaah Guru 2007-sekarang
4. PT.PLN Persero Magang 2008
5. PRIMAGAMA Guru 2009
vii
ABSTRACT
This research examines the influence of macro economic variables changing toward corporate performance changing. The value of corporate condition counted based on the growth of return on assets and return on equity. This research uses the model of multiple regression with pooled data. Dependent variable is the corporate performance changing and independent variables are macro economy variables changing (inflation, rupiah to US dollar exchange rate and gross domestic product).
The result of this research shows that macro economic variables individually and simultaneously have a significant effect to the changing of manufacture corporate performance (the growth of return on asset and return on equity) at alpha 5 %. The most influence variable towards the changing of corporate performance is a changing gross domestic product. The adjusted R squared growth of return on assets is 20,3 percent. It’s indicate that the growth of return on assets can be explained by macro economic changing at 20,3 percent, and 79,7 percent is explained by another variables. The adjusted R squared growth of return on equity at 23,9 percent. It’s indicate that the growth of return on equity can be explained by macro economic changing at 23,9 percent, and 76,1 percent is explained by another variables. Keyword : corporate performance changing (growth of return on assets and
return on equity and macro economic variables changing (inflation, rupiah to US dollar exchange rate and gross domestic product).
viii
ABSTRAK Penelitian ini menguji pengaruh perubahan variable ekonomi makro
terhadap perubahan kesehatan perusahaan. Penilaian kesehatan perusahaan didasarkan pada pertumbuhan Return on Assets (ROA) dan pertumbuhan Return on Equity (ROE). Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda dengan data panel. Variable dependen adalah perubahan kesehatan perusahaan (pertumbuhan ROA dan ROE dan variabel independen adalah perubahan variable ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto).
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan variabel makro ekonomi baik secara parsial maupun secara simultan, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan kesehatan perusahaan manufaktur (perubahan ROA dan ROE) pada tingkat alpha 5%. Adapun variabel yang paling berpengaruh terhadap perubahan kesehatan perusahaan adalah perubahan produk domestik bruto. Nilai adjusted R
2 pada perubahan ROA perusahaan manufaktur sebesar 20,3
%. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan variabel ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar 20,3% pada perubahan ROA perusahaan manufaktur, sedangkan 79,7% dijelaskan oleh variabel-variabel lain. Nilai adjusted R
2 pada
perubahan ROE perusahaan manufaktur sebesar 23,9 %. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan variabel ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar 23,9% pada perubahan ROE perusahaan manufaktur, sedangkan 76,1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain.
Kata kunci: Perubahan kesehatan perusahaan (perubahan ROA dan ROE) dan
perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto).
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan karunia, rahmat, dan hidayah-Nya serta kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “PENGARUH PERUBAHAN VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP PERUBAHAN KESEHATAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR”. Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan insya Allah kepada kita umatnya semoga kita mendapat syafaat beliau di hari kiamat nanti.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Jurusan Manajemen Peminatan Keuangan dan Pasar Modal Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini, antara lain:
1. Kedua orang tuaku yang tak pernah henti mendoakanku dalam setiap nafasnya serta selalu memberikan motivasi dalam setiap langkahku, sehingga aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial dan selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis serta selalu memotivasi dan membimbing dengan sabar.
3. Ibu Titi Dewi Warninda, SE.,MSi, selaku pembimbing II yang dengan penuh kesabaran dan ketulusan memberikan bimbingan, saran-saran dan dorongan agar penulis dapat segera menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan sekaligus sebagai penguji ahli Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial.
5. Seluruh dosen yang telah mendidik dan mengajarkan penulis serta memberikan ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan. Karyawan dan segenap civitas akademika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan pelayanan yang terbaik kepada mahasiswa.
x
6. Kakak-kakakku Een, Dede dan Iik, serta adikku Lili. Tak lupa keponakanku Putri, Lia, Dimas, Rizky dan Ghazan. Terima kasih ku ucapkan, atas segala bantuan dan motivasi kalianlah aku bisa seperti ini. Buat Dimas makasih ya komputernya anteh pinjem dulu... Semoga Allah yang membalas segala amal kebaikan kalian.
7. Keluarga Besar MTs dan SMA Nurul Falaah yang telah memberikan motivasi dan pelajaran yang amat berharga kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Buat pa Dori makasih ya selalu menulis nama saya dengan gelar SE sebagai doa, akhirnya sekarang kesampean...
8. Sahabatku Riyadhul Badi’ah yang selalu menemaniku dalam suka maupun duka. Tempat curhat yang tak pernah bosan memberikan semangat. Semoga persahabatan kita tidak akan pernah berakhir hingga maut yang menjemput.
9. Sahabat seperjuanganku Manajemen C khususnya : Abdul, Ahmad, Apri, Dennis, Diyah (guruku yang baik), Ekowati (makasih mba kosannya), Fahmi, Imam, Irsad, Isna (jangan menyerah ya bu...), Kania (jangan lupain aku ya...), Riyan, Miftah (pa guru yang baik), Arif (diem-diem udah tancap gas aja), Opank, Nisa (ayo nis berjuang), Cahyo, Iik (sahabat yang baik n ngangenin), Oka (katanya mo wisuda bareng..), Pani (kumaha daramang,,,), Rahman (temen paling jayus), Ramdan, Redy, Roby, Tya (temen belajar bareng, inget ga.. waktu belajar sambutan ampe kebawa mimpi???? Hiks...), Sodikin (diem-diem udah ngeduluin aja nich), Sugih, Sulis, Umi dan Leni. Juga temen-temen keuangan B, Titi, Santi, Tuti, Elih, Lia, Lista, de el el yang ga bisa disebutin satu persatu, namun nama kalian akan selalu terkenang dihatiku. Terima kasih sahabat, karena kalianlah aku bisa mengenal dunia lebih indah.
10. Bapak Bisri, SE, yang telah memberikan masukan dan pencerahan yang sangat berarti kepada penulis, sehingga dapat melanjutkan penelitian ini.
11. Semua pihak yang telah terlibat dan tidak terukir namanya dalam penyusunan skripsi ini, semoga tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada kalian semua.
xi
Dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada pada diri ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Atas segala kerendahan hati penulis menerima saran dan kritik yang dapat menjadikan skripsi ini lebih baik.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.
Jakarta, Maret 2009
Vivi Alviah
xii
DAFTAR ISI Halaman Pengesahan ................................................................................. ii
Halaman Motto .......................................................................................... v
Halaman Persembahan............................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................ vii
Abstract ...................................................................................................... viii
Abstrak ....................................................................................................... ix
Kata Pengantar ........................................................................................... x
Daftar Isi .................................................................................................... xiii
Daftar Tabel ............................................................................................... xv
Daftar Gambar............................................................................................ xvi
Daftar Lampiran......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan ................................................................... 13
B. Kesehatan dan Kinerja Keuangan ............................................ 15
C. Rasio Keuangan ....................................................................... 19
D. Ekonomi Makro ....................................................................... 24
1. Inflasi ................................................................................. 24
2. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika .................. 28
3. Produk Domestik Bruto ..................................................... 32
E. Penelitian Terdahulu ................................................................ 34
F. Kerangka Pemikiran................................................................. 37
G. Pengujian Hipotesis.................................................................. 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................ 41
B. Metode Penentuan Sampel....................................................... 41
xiii
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 42
D. Metode Analisis ....................................................................... 43
1. Uji Asumsi Klasik.............................................................. 43
2. Pengujian Hipotesis............................................................ 45
3. Regresi ............................................................................... 47
E. Operasional Variabel Penelitian............................................... 48
1. Dependen Variabel............................................................. 48
2. Independen Variabel .......................................................... 49
BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................... 51
1. Bursa Efek Indonesia ......................................................... 51
2. Bank Indonesia................................................................... 56
B. Penemuan dan Pembahasan ..................................................... 59
1. Hasil Analisis deskriptif..................................................... 59
2. Pengujian Asumsi Klasik ................................................... 61
3. Uji Hipotesis ...................................................................... 72
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan .............................................................................. 83
B. Implikasi Penelitian.................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 87
LAMPIRAN............................................................................................... 91
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
4.1 Hasil Analisis Deskriptif .................................................... 59
4.2 Hasil Uji Multikolinearitas Perubahan ROA ..................... 64
4.3 Hasil Uji Autokorelasi Perubahan ROA ............................ 65
4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Perubahan ROA.................. 66
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Perubahan ROE...................... 69
4.6 Hasil Uji Autokorelasi Perubahan ROE............................. 70
4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Perubahan ROE .................. 71
4.8 Hasil Pengujian Regresi Simultan Perubahan ROA .......... 72
4.9 Hasil Pengujian Regresi Simultan Perubahan ROE........... 73
4.10 Hasil Pengujian Regresi Parsial Perubahan ROA.............. 75
4.11 Hasil Pengujian Regresi Parsial Perubahan ROE .............. 76
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran .......................................................... 39
4.1 Hasil Uji Normalitas Perubahan ROA
Pada Saat Masih Ada Outlier ............................................. 62
4.2 Hasil Uji Normalitas Perubahan ROA
Setelah Tidak Ada Outlier.................................................. 63
4.3 Hasil Uji Normalitas Perubahan ROE
Pada Saat Masih Ada Outlier ............................................. 67
4.4 Hasil Uji Normalitas Perubahan ROE
Setelah Tidak Ada Outlier.................................................. 68
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Data Kesehatan Perusahaan Manufaktur ........................... 91
2 Data Variabel Ekonomi Makro ......................................... 98
3 Hasil Pengujian Data.......................................................... 102
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang
disebabkan kurs dollar Amerika terhadap rupiah mengalami kenaikan. Kurs
dollar Amerika sebelum krisis sekitar Rp.2000,00 tetapi setelah krisis
ekonomi menjadi sekitar Rp.9000,00. Hal ini mengakibatkan kesulitan
keuangan, terutama bagi perusahaan yang memiliki hutang dalam bentuk
dollar Amerika. Kondisi perekonomian nasional harus beradaptasi dengan
perekonomian global menuntut setiap pelaku ekonomi untuk berfikir secara
kritis dalam menyikapi hal tersebut, karena perekonomian nasional bergantung
pada situasi negara.
Perkembangan nilai tukar rupiah selama ini menunjukkan
kecenderungan terdepresiasi secara persisten. Walaupun rupiah sempat
menguat namun melemah kembali akibat keadaan yang tidak kondusif. Hal ini
disebabkan oleh masih rendahnya faktor market confidence yang berangkat
dari peningkatan country risk dan perubahan motif transaksi USD/IDR
menjadi speculative motive.
Didik J. Rachbini (2001: 72) dalam Tendi Haruman et. al (2005 : 86)
berpendapat bahwa ketidakstabilan sistem moneter suatu negara semakin
besar dari waktu kewaktu. Institusi yang bergerak dipasar valuta, saham dan
pasar uang lainnya semakin kuat pengaruhnya secara relatif terhadap suatu
sistem ekonomi.
1
Beberapa faktor internal yang turut memberikan tekanan atas
melemahnya rupiah terhadap dollar AS antara lain adalah masih tingginya
kekhawatiran terhadap stabilitas dibidang politik dan keamanan dalam jangka
pendek dan jangka panjang, pesimisnya pelaku bisnis dan investor luar negeri
terhadap pulihnya perekonomian nasional akibat kondisi pemerintahan,
ancaman terorisme, bencana alam, serta tingginya sensitivitas fluktuasi rupiah
terhadap berbagai isu negatif lainnya.
Pemerintah mengambil langkah dengan cara menaikkan tingkat suku
bunga SBI. Hal ini dilakukan untuk memerangi spekulasi valas, dengan
harapan dapat menahan merosotnya nilai tukar rupiah dan menarik investor
dalam rangka mendorong terjadinya perubahan komposisi assets kedalam
rupiah sehingga rupiah akan meningkat / terapresiasi.
Seorang investor harus mampu mengantisipasi resiko yang terjadi
dengan mendiversifikasikan investasinya untuk memperkecil resiko. Gruber
(2003:299) dalam Tendi Haruman et. al (2005 : 86), mengemukakan
mengenai jenis-jenis resiko sebagai berikut :”……that the risk of any stock
could be divided into systematic risk (market risk) and unsystematic risk (non
market risk)”.
Kenaikan tingkat suku bunga tidak otomatis akan diikuti oleh
pembelian asset besar-besaran oleh investor, karena dianggap membawa
konsekuensi meningkatnya biaya pemulihan ekonomi serta meningkatnya
biaya rekapitalisasi dan biaya yang harus ditanggung oleh bank sentral dalam
membiayai perbaikan ekonomi nasional. Kenaikan suku bunga yang tajam
2
justru merupakan signal bahwa perekonomian melambat, dan expected return
menjadi rendah. Hasilnya kenaikan suku bunga yang tajam itu justru
menyebabkan berpindahnya portofolio investasi asing ke valas sehingga
menekan nilai tukar rupiah lebih tajam lagi. Dalam kondisi ekonomi yang
kurang menguntungkan, harga barang juga dapat menyebabkan inflasi yang
tinggi juga menyertai kenaikan nilai tukar dan suku bunga.
Perusahaan yang go public di Indonesia hampir seluruhnya
mempunyai utang luar negeri (Machfoedz, 1999). Disaat perusahaan
mengalami kesulitan keuangan dan tidak sehat, masih ada perusahaan yang
berkinerja keuangan cukup bagus sehingga memungkinkan perusahaan
tersebut go public. Walau demikian, krisis ekonomi menyebabkan kinerja
perusahaan menurun. (Afni dan Ihalauw, 2002).
Sebagian perusahaan manufaktur di Indonesia selama krisis ekonomi
mengalami kesulitan keuangan yang disebabkan oleh depresiasi rupiah
terhadap dollar Amerika. Hal ini menjadikan perusahaan tidak mampu
memenuhi kewajibannya kepada kreditur, karena profitabilitas perusahaan
menurun.
Kondisi perusahaan yang rentan terhadap perubahan variabel ekonomi
makro bisa diidentifikasi sejak dini dengan mendeteksi kinerja keuangan
perusahaan (Machfoedz, 1999). Dampak krisis ekonomi pada variabel-
variabel ekonomi makro dapat dilihat antara lain dari inflasi menjadi tinggi,
terjadinya depresiasi kurs rupiah terhadap dollar Amerika yang besar,
turunnya IHSG di BEI, turunnya penjualan yang diakibatkan oleh
3
melemahnya daya beli masyarakat sehingga permintaan domestik menurun,
banyak perusahaan ditutup atau hanya beroperasi pada setengah kapasitas
terpasangnya karena tingginya bahan baku yang dipacu oleh apresiasi kurs
rupiah terhadap dollar Amerika (Santoso, 1998).
Berlanjut lagi dengan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM) dunia Oktober 2005 lalu membawa dampak yang cukup besar bagi
perekonomian Indonesia terutama pada perusahaan perdagangan eceran.
Karena kenaikan BBM dunia ini mengakibatkan tingkat suku bunga ikut
meningkat dan inflasi yang tinggi sehingga menyebabkan harga barang-barang
eceran juga mengalami peningkatan. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan
untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan untuk mengetahui apakah
kinerja keuangan perusahaan sudah menghasilkan laba yang besar bagi
pemegang saham.
Analisis rasio keuangan merupakan suatu alternatif untuk menguji
apakah informasi keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan
bermanfaat untuk melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap harga saham
dipasar modal. Tingkat kesehatan perusahaan penting artinya bagi perusahaan
untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga
kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan yang pada
akhirnya dapat menghindari adanya kemungkinan kebangkrutan (likuidasi)
pada perusahaan.
Resiko likuidasi terhadap perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui
laporan keuangan, dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan
4
yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Analisis laporan keuangan
merupakan alat yang sangat penting untuk mengetahui posisi keuangan
perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan
strategi perusahaan yang telah dilaksanakan.
Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi
perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan,
yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau
prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola
perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan resiko dan peluang yang
melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Makna dan kegunaan rasio
keuangan dalam praktek bisnis pada kenyataannya bersifat subjektif
tergantung kepada untuk apa suatu analisis dilakukan dan dalam konteks apa
analisis tersebut diaplikasikan (Helfert, 1991).
Kinerja dari suatu perusahaan yang go public merupakan gambaran
atau indikator yang dapat menunjukkan bisa atau tidaknya perusahaan
meningkatkan kekayaan pemegang saham (share holder). Pengukuran kinerja
perusahaan harus dilakukan oleh pihak manajemen secara kontinyu agar dapat
menentukan berhasil tidaknya perusahaan mewujudkan tujuan yaitu
memaksimalkan kesejahteraan atau kekayaan pemegang saham.
Salah satu alasan yang paling logis mengapa investor atau share holder
tetap mempertahankan investasinya adalah ”kepuasan” yang bisa dirasakan
dinikmati investor dari hasil kinerja perusahaan investasinya.
5
Media yang dapat digunakan untuk meneliti kondisi kesehatan
perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan
rugi-laba, ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan.
Laporan keuangan menurut Munawir (1995:5) adalah dua daftar yang
disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan, dua daftar
tersebut adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar
pendapatan atau rugi-laba. Pada akhir-akhir ini perseroan telah menambahkan
daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba
ditahan).
Kinerja perusahaan berkaitan erat dengan tingkat kesehatan perusahaan
karena dilihat dari laporan keuangan perusahaan bersangkutan. Bila kinerja
perusahaan tersebut baik, maka kesehatan perusahaan juga baik begitu pula
sebaliknya.
Beberapa penelitian tentang kinerja perusahaan dan variabel ekonomi
makro sudah dilakukan antara lain oleh Robertson (1985). Robertson (1985)
mengemukakan rasio likuiditas, leverage, profitabilitas dan aktivitas untuk
menilai kesehatan perusahaan dimasa yang akan datang. Penelitian kesehatan
perusahaan ini dilakukan dengan menyesuaikan informasi laporan keuangan
dengan adjustment nilai uang dan harga inflasi.
Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Umi Murtini dan Nathalia
Dewi yang menganalisis kesehatan perusahaan dengan menggunakan rasio
keuangan pada dasarnya dengan membandingkan rasio perusahaan dengan
rasio industri, maka akan dapat diketahui apakah perusahaan yang
6
bersangkutan itu dalam aspek keuangan tertentu berada diatas rata-rata
industri, berada pada rata-rata industri atau terletak dibawah rata-rata industri.
Apabila suatu perusahaan diketahui berada dibawah rata-rata industri
haruslah dianalisis faktor-faktor yang menyebabkannya. Kemudian diambil
kebijakan keuangan untuk meningkatkan rasionya menjadi berada dalam rata-
rata industri atau diatas rata-rata industri. Banyak perusahaan-perusahaan yang
sehat mempunyai current rasio kurang dari 200 % (Hilmawan, 2004).
Analisis laporan keuangan meliputi perhitungan dan interpretasi
laporan keuangan. Untuk menilai kinerja perusahaan biasanya dilihat dari lima
aspek yaitu likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas dan penilaian
(Copeland, 1997) dalam (Sutrisno, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa rasio
keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi kesehatan perusahaan.
Penelitian tentang prediksi tingkat kesehatan perusahaan juga telah
dilakukan oleh Peni Sawitri, adapun objek yang diteliti adalah perusahaan
asuransi jiwa dan analisa dilakukan dengan metode multiple diskriminan
anlaysis (MDA). Adapula penelitian mengenai analisis pengaruh krisis
moneter dan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan
manufaktur yang dilakukan oleh Widanarni Pujiastuti, metode yang digunakan
adalah dengan Principal Component Analysis. Penelitian lainnya telah
dilakukan oleh Nehseh Bangun, yaitu analisis tingkat kesehatan perusahaan
dalam menentukan presentase pengurangan hutang pajak bumi dan bangunan
(PBB) atas wajib pajak badan. Adapun metode yang digunakan dalam meneliti
tingkat kesehatan perusahaan adalah berdasarkan Keputusan Menteri
7
Keuangan RI No. 198/KMK 016/ 1998 tentang penilaian tingkat kesehatan
BUMN.
Beberapa penelitian juga telah dilakukan untuk menguji manfaat rasio
keuangan dalam menganalisa tingkat kesehatan perusahaan, seperti Zaenudin
dan Hartono (1999), Rofiqoh (2001) dan Sutrisno (2004), namun masih jarang
yang meneliti tentang kesehatan perusahaan dipengaruhi faktor eksternal
seperti variabel ekonomi makro.
Pengukuran kesehatan perusahaan dapat dilihat dari kinerja perusahaan
itu sendiri, karena kinerja dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau
tujuan perusahaan, tingkat pencapaian misi perusahaan, tingkat pencapaian
pelaksanaan tugas secara aktual dan pencapaian misi perusahaan. Kinerja juga
dapat diartikan sebagai prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode
tertentu yang akhirnya mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut.
Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan oleh Waspodo dan Toto Aryanto
(2005) yang meneliti pengaruh variabel ekonomi makro dan faktor ekonomi
mikro terhadap kesehatan perusahaan dilihat dari perubahan ROE (return on
equity) perusahaan karena dinilai perusahaan yang sehat dapat diukur dari
tingkat profitabilitas yang dimiliki. Begitupula penelitian yang telah dilakukan
oleh Toto Sugiharto dan Maharani Ika Lestari, meneliti pengaruh variabel
ekonomi makro terhadap ROA (Return on Asset), ROE (Return on Equity)
dan LDR (Loan to Deposit Ratio) untuk menilai kinerja bank devisa dan non
devisa.
8
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti
pengaruh variabel-variabel ekonomi makro yang diwakili oleh perubahan
inflasi, perubahan nilai tukar dollar terhadap rupiah dan perubahan PDB
(produk Domestik Bruto) terhadap kesehatan perusahaan yang dinilai dari
rasio profitabilitas yaitu diwakili oleh perubahan ROA (Return on Asset) dan
ROE (Return on Equity) perusahaan khususnya pada sektor industri
manufaktur. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul “PENGARUH
PERUBAHAN VARIABEL EKONOMI MAKRO TERHADAP
PERUBAHAN KESEHATAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, penulis dapat
merumuskan masalah yaitu sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh perubahan variabel ekonomi makro (inflasi,
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan PDB) secara simultan
terhadap perubahan ROA (Return on Asset) perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Apakah terdapat pengaruh perubahan variabel ekonomi makro (inflasi,
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan PDB) secara parsial
terhadap perubahan ROA (Return on Asset) perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Apakah terdapat pengaruh perubahan variabel ekonomi makro (inflasi,
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan PDB) secara simultan
9
terhadap perubahan ROE (Return on Equity) perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
4. Apakah terdapat pengaruh perubahan variabel ekonomi makro (inflasi,
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan PDB) secara parsial
terhadap perubahan ROE (Return on Equity) perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
5. Variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap perubahan ROA
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
6. Variabel manakah yang paling berpengaruh terhadap perubahan ROE
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Memberikan bukti empiris apakah perubahan variabel ekonomi makro
(inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan PDB) secara
simultan berpengaruh secara signifikan tehadap perubahan ROA
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI).
b. Memberikan bukti empiris apakah perubahan variabel ekonomi makro
(inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan PDB) secara
parsial berpengaruh secara signifikan tehadap perubahan ROA
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI).
10
c. Memberikan bukti empiris apakah perubahan variabel ekonomi makro
(inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan PDB) secara
simultan berpengaruh secara signifikan tehadap perubahan ROE
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI).
d. Memberikan bukti empiris apakah perubahan variabel ekonomi makro
(inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan PDB) secara
parsial berpengaruh secara signifikan tehadap perubahan ROE
perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI).
e. Memberikan bukti empiris variabel manakah yang paling berpengaruh
terhadap perubahan ROA perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
f. Memberikan bukti empiris variabel manakah yang paling berpengaruh
terhadap perubahan ROE perusahaan manufaktur di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
a. Penulis
Menambah pengetahuan mengenai perubahan ekonomi secara
makro serta dampaknya bagi kesehatan perusahaan khususnya perusahaan
manufaktur, yang diukur pula dengan menghitung rasio keuangan
sehingga penulis dapat lebih memahami dan mendalami pengetahuan
tentang manajemen keuangan perusahaan.
11
b. Investor
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi investor
dalam mengambil keputusan ketika akan melakukan investasi, khususnya
investasi dalam perusahaan manufaktur, karena kesehatan perusahaan
merupakan cerminan dari kinerja perusahaan itu sendiri apalagi jika
diketahui pengaruh variabel ekonomi makro terhadap kinerja perusahaan
tersebut, sehingga investor tidak salah ketika memilih perusahaan yang
akan dipilihnya untuk berinvestasi.
c. Akademis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangsih ilmu
pengetahuan dalam bidang keuangan dan masukan bagi mahasiswa yang
akan melanjutkan penelitian ini.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan
Kane (1999) dalam Sutrisno (2004) menyatakan bahwa salah satu alat
yang dapat digunakan untuk menganalisis kondisi kesehatan perusahaan
adalah laporan keuangan. Setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai
uang, dicatat dan diolah sedemikian rupa sehingga mengasilkan informasi
keuangan yang akurat, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut PSAK tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh
sabagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh
keuangan dari kejadian masa lalu.
3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya.
Ada empat tujuan laporan keuangan menurut Casteen. et. al (1998),
yaitu :
1. Menyediakan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan
finansial (financial decision making).
13
Tujuan utama laporan keuangan adalah menyediakan informasi
yang berguna bagi investor, investor potensial, kreditor dan pengguna
laporan keuangan lainnya dalam membuat keputusan investasi yang
rasional, kredit dan keputusan lain yang serupa.
2. Menyediakan informasi arus kas (Cash Flow)
Laporan keuangan harus mampu menyediakan informasi dapat
membantu investor, investor potensial, kreditor dan pengguna laporan
keuangan lainnya, untuk menilai (mengestimasi) jumlah, waktu dan
ketidakpastian penerimaan kas dari deviden atau bunga, seperti hasil dari
penjualan, penebusan, atau sekuritas dan pinjaman yang jatuh tempo.
3. Menyediakan informasi sumber-sumber ekonomi perusahaan
Laporan keuangan harus menyediakan informasi tentang sumber-
sumber ekonomi perusahaan, seperti arus kas tahun yang akan datang yang
meliputi kas masuk dan kas keluar (cash inflow and outflows), serta
pengaruh-pengaruh transaksi, kejadian dan keadaan-keadaan ekonomi
terhadap sumber-sumber ekonomi tersebut.
4. Menyediakan informasi kinerja manajemen
Selain tiga tujuan diatas, laporan keuangan juga bertujuan untuk
menyediakan informasi yang dibutuhkan guna memonitor dan
mengevaluasi kinerja manajemen perusahaan dalam mengelola sumber-
sumber daya yang ada di perusahaan.
Dilihat dari tujuan laporan keuangan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa laporan keuangan merupakan media komunikasi bagi pihak manajemen
14
dan pemilik serta pihak-pihak lain yang berkepentingan seperti pemerintah,
pelanggan, pemasok dan lain-lain. Untuk memahami laporan keuangan maka
para pemakai laporan keuangan harus memiliki pengetahuan dasar mengenai
elemen-elemen laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi,
dan laporan perubahan posisi keuangan.
B. Kesehatan dan Kinerja Perusahaan
Perusahaan dalam menentukan alternatif kebijakan perlu
mengumpulkan data yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan pengambilan keputusan. Salah satu data yang dapat membantu
memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan alternatif
tindakan perusahaan adalah data kinerja perusahaan.
Kinerja dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tujuan
perusahaan, tingkat pencapaian misi perusahaan, dan tingkat pencapaian
pelaksanaan tugas secara aktual. Kinerja juga dapat diartikan sebagai prestasi
yang dicapai suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu yang
mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut.
Penilaian kinerja perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat
penting karena berdasarkan hasil penilaian tersebut ukuran keberhasilan
perusahaan selama suatu periode tertentu dapat diketahui dan dengan
demikian hasil penilaian tersebut dapat digunakan sebagai pedoman bagi
usaha perbaikan maupun peningkatan kinerja perusahaan selanjutnya.
15
Dalam menetapkan ukuran kinerja perusahaan yang profit oriented
maka tujuannya jelas, yaitu meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang
saham. Dengan demikian profitabilitas merupakan ukuran penting bagi
perusahaan, disamping ukuran-ukuran lain yang berkaitan dengan hal tersebut
(G. Sugiyarso dan F. Winarni : 2005, 111).
Penilaian kesehatan perusahaan merupakan analisis kinerja keuangan
perusahaan yang diatur sesuai ketentuan perusahaan. Penilaian kesehatan
perusahaan mencerminkan kinerja dan kondisi perusahaan.
Suharsini (1993), mengatakan kinerja merupakan terjemahan dari kata
penampilan, berarti sesuatu yang dapat diamati oleh orang lain. Disimpulkan
bahwa kinerja adalah kemampuan dalam melaksanakan tugas yang dapat
meningkatkan fungsi motivasi secara terus menerus. Kinerja merupakan
penilaian suatu operasi dari perusahaan. Hal ini membuat adanya tanggapan
dari pihak luar perusahaan terhadap suatu perusahaan. Pengukuran kinerja
dilakukan perusahaan untuk melakukan perbaikan dan pengendalian atas
kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Melalui
pengukuran kinerja perusahaan dapat menentukan strategi lebih tepat.
Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan baik oleh manajemen,
pemegang saham, pemerintah karena menyangkut distribusi kesejahteraan
diantara mereka. Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui berbagai macam
variabel.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan
diantaranya faktor lingkungan bisnis eksternal seperti kebijakan pemerintah,
16
kekuatan hukum dan politik, teknologi, sumberdaya, pesaing, selera pelanggan
dan pengelolaan perusahaan. Lingkungan bisnis eksternal merupakan
lingkungan yang berada diluar organisasi, namun dipertimbangkan dalam
pengambilan keputusan bisnis. Lingkungan bisnis (business environment),
dapat dibedakan atas lingkungan eksternal dan lingkungan internal (Wheelen
& Hunger: 2000, 9). Pearce and Robinson (2000:71) membedakan lingkungan
bisnis atas lingkungan jauh, lingkungan industri dan lingkungan operasional.
Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri.
Lingkungan internal terdiri dari struktur (structure), budaya (culture), sumber
daya (resources) (Wheelen &Hunger: 2000; 10) dalam (Umi Murtini dan
Nathalia Dewi, 2006).
Analisis rasio keuangan merupakan suatu alternatif untuk menguji
apakah informasi keuangan yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan
bermanfaat untuk melakukan klasifikasi atau prediksi terhadap harga saham
dipasar modal. Tingkat kesehatan perusahaan penting artinya bagi perusahaan
untuk meningkatkan efisiensi dalam menjalankan usahanya, sehingga
kemampuan untuk memperoleh keuntungan dapat ditingkatkan yang pada
akhirnya dapat menghindari adanya kemungkinan kebangkrutan (likuidasi)
pada perusahaan.
Analisis kesehatan perusahaan dapat dilakukan dengan melihat kinerja
perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Menurut Munawir
(2004:5) yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah dua daftar yang
disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar
17
itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau
daftar laba rugi. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi
perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus
atau daftar laba yang tak dibagikan ( laba yang ditahan ).
Sugiyarso(2006:1), mengatakan bahwa laporan keuangan (financial
statement) merupakan daftar ringkasan akhir transaksi keuangan organisasi
yang menunjukkan kegiatan operasional organisasi dan akibatnya selama
tahun buku yang bersangkutan.
Lontoh dan Lindrawati (2004:1), laporan keuangan merupakan media
komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan. Pentingnya laporan keuangan juga
diungkapkan Belkoui bahwa laporan keuangan merupakan sarana
mempertanggung jawabkan apa yang telah dilakukan manajer atas sumber
daya pemilik.
Laporan keuangan bertujuan untuk memonitor dan mengevaluasi
kinerja manajemen (Chasteen,et.al, 1998) dalam (Sutrisno, 2004). Ukuran
kinerja perusahaan dapat dilihat dari perspektif internal dan perspektif
eksternal (Keown,et.al, 2001). Perspektif internal mengacu pada ukuran
efisiensi yang dapat dievaluasi berdasarkan standar internal, sedangkan
perspektif eksternal mengacu pada ukuran efektivitas yang didasarkan
satandar eksternal yang dijadikan sebagai benchmark.
Selain itu, untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan,
analisis laporan keuangan memerlukan beberapa tolok ukur. Tolok ukur yang
18
sering dipakai adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data
keuangan atau lebih. Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio dapat
memberikan hasil (informasi) yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan
prestasi perusahaan dibandingkan bila hanya didasarkan atas data keuangan
sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio (Horne, 1995) dalam (Sutrisno,
2004).
C. Rasio Keuangan
Rasio keuangan sebagai instrumen analisis prestasi perusahaan yang
menjelaskan berbagai hubungan indikator keuangan dan menunjukkan
perusahaan dalam kondisi kesehatan keuangan atau prestasi dimasa lalu.
Analisis rasio keuangan, meskipun didasarkan pada data dan kondisi masa lalu
tetapi dimaksudkan untuk menilai resiko dan peluang dimasa yang akan
datang (Helfert, 1991). Rasio keuangan mencerminkan kondisi kesehatan
keuangan. Suryo (2002), rasio keuangan suatu perusahaan tidak bisa
disamakan, karena semua tergantung masing-masing perusahaan tersebut.
Perhitungan rasio-rasio keuangan menggunakan data masa lalu. Data masa
lalu digunakan sebagai landasan untuk memprediksi masa depan. Kinerja
perusahaan dinilai dengan rasio keuangan perusahaan.
Riyanto (1995:329), dalam mengadakan interpretasi dan analisa
laporan finansiil suatu perusahaan, seorang penganalisa finansiil memerlukan
adanya ukuran atau ”yard stick” tertentu. Ukuran yang sering digunakan
dalam analisa finansiil adalah ”rasio”. Pengertian rasio itu sebenarnya
19
hanyalah alat yang dinyatakan dalam ”arithmatical term” yang dapat
digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansiil.
Macamnya rasio finansiil banyak sekali, karena rasio dapat dibuat menurut
kebutuhan penganalisa.
Penganalisa finansiil dalam mengadakan analisa rasio finansiil pada
dasarnya dapat melakukannya dengan 2 (dua) macam cara pembandingan,
yaitu :
1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari
waktu-waktu yang lalu (ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang
diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang
sama. Misalnya current ratio tahun 2005 dibandingkan dengan ratio dari
tahun-tahun sebelumnya. Dengan cara pembandingan tersebut akan dapat
diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun-ketahun.
Dengan menganalisa satu macam rasio saja tidak banyak artinya, karena
kita dapat mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan adanya
perubahan tersebut.
2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan/
company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang
sejenis atau industri (rasio industri/rasio rata-rata/rasio standard) untuk
waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio
industri akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan itu
dalam aspek finansiil tertentu berada diatas rata-rata industri (above
20
average), berada pada rata-rata (average) atau terletak dibawah rata-rata
(below average).
Analisis rasio keuangan yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan
perhitungan rugi-laba satu dengan lainnya dapat memberikan gambaran
tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis
rasio juga dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan
penilaian posisinya pada saat ini. Analisis rasio juga memungkinkan manajer
keuangan perusahaan memperkirakan reaksi para kreditor dan investor dan
memberikan pandangan kedalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat
diperoleh. Jadi perhitungan rasio digunakan karena dengan cara ini akan
diperoleh perbandingan yang lebih berguna dari pada melihat angka saja
(Horn dan Wachhowicz, 1997) dalam (Sutrisno, 2004).
Rasio-rasio dikelompokkan kedalam lima kelompok dasar, yaitu :
likuiditas, leverage, aktivitas, profitabilitas, dan penilaian (Husnan dan Puji
Astuti, 2002). Rasio yang dihasilkan banyak sekali jumlahnya, akan tetapi
dalam prakteknya hanya digunakan beberapa jenis rasio saja. Walaupun rasio-
rasio merupakan alat yang sangat berguna, tetapi tidak terlepas dari beberapa
keterbatasan dan harus digunakan dengan hati-hati. Rasio disusun dari data
akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan
bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.
Adapun rasio-rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan adalah :
21
1. Rasio Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu atau kemampuan perusahaan
dalam meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang dicapai (martono,
2002). Kemampuan menghasilkan laba tersebut diukur dengan :
• Return on Asset : Perbandingan antara laba setelah pajak dengan total
aktiva
• Return on Equity : perbandingan antara laba dengan modal
2. Rasio likuiditas
Rasio likuiditas dapat diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang-hutang (kewajiban) jangka pendek pada saat jatuh
tempo. Ada beberapa macam rasio yang digunakan seperti:
• Current Ratio: perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang
lancar.
• Quick Ratio: perbandingan antara aktiva lancar dikurang dengan
persediaan dibagi hutang lancar.
Net Profit After Taxes Shareholders Equity Return on Equity =
Current Assets Current Liabilities Current Ratio =
Current Assets-Inventory Current Liabilities Quick Ratio =
Net Profit After Taxes Total Asset Return on Asset =
22
3. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
Rasio yang digunakan pada rasio solvabilitas adalah:
• Debt to Equity Ratio: rasio yang menyatakan perbandingan antara
hutang lancar dengan modal sendiri.
4. Rasio Leverage
Leverage adalah penggunaan aktiva dan sumber dana oleh perusahaan
yang memiliki beban tetap dengan maksud meningkatkan keuntungan
potensial pemegang saham. Rasio leverage dihitung dengan rumus :
5. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan
secara optimal, kemudian dengan membandingkan rasio aktivitas dengan
standar industri dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam
industri.
• Rasio Total Assets Turnover merupakan ukuran mengenai tingkat
efisiensi penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Semakin
tinggi rasio ini maka semakin efektif perusahaan menggunakan aktiva.
Total Debt Current Liabilities Debt to Equity Ratio =
Total Debt Total Assets Leverage Ratio =
Net Sales Total Asset Total Assets Turnover =
23
D. Ekonomi Makro
1. Inflasi
Inflasi adalah keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan barang
dalam perekonomian suatu negara secara keseluruhan (Sasana, 2004). Inflasi
merupakan ukuran ekonomi yang digunakan untuk menggambarkan
peningkatan harga rata-rata barang dan jasa yang diproduksi oleh sistem
perekonomian (Tandelilin, 2001).
Putong (2003) mengatakan bahwa inflasi adalah proses kenaikan
harga-harga umum barang secara terus menerus. Kebalikan dari inflasi adalah
deflasi, yaitu penurunan harga secara terus-menerus. Akibat deflasi adalah
daya beli masyarakat bertambah besar sehingga pada tahap awal barang-
barang menjadi langka. Akan tetapi, pada tahap berikutnya jumlah barang
makin banyak karena makin berkurangnya daya beli masyarakat. Akibat dari
inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara
riil tingkat pendapatannya juga menurun.
Beberapa teori yang membahas mengenai inflasi diantaranya :
a. Teori Kuantitas
Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi, tetapi
dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh para ahli
ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model
kaum moneteris (monetarist models). Teori ini menekankan pada peranan
jumlah uang beredar dan harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan
harga terhadap timbulnya inflasi.
24
Inti dari teori ini adalah sebagai berikut :
1) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar,
baik uang kartal maupun giral.
2) Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar
dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di
masa mendatang.
b. Keynesian Model
Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi
karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya,
sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang
(permintaan agregat) melebihi jumlah barang-barang yang tersedia
(penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan
jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka
pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi
kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum
monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan
fenomena inflasi dalam jangka pendek.
Dengan keadaan daya beli antara golongan yang ada di masyarakat
tidak sama (heretogen), maka selanjutnya akan terjadi realokasi barang-barang
yang tersedia dari golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang relatif
rendah kepada golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang lebih besar.
Kejadian ini akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga, laju inflasi akan
berhenti hanya apabila salah satu golongan masyarakat tidak bisa lagi
25
memperoleh dana (tidak lagi memiliki daya beli) untuk membiayai pembelian
barang pada tingkat harga yang berlaku, sehingga permintaan efektif
masyarakat secara keseluruhan tidak lagi melebihi supply barang (inflationary
gap menghilang).
c. Mark-up Model
Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua
komponen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara
perubahan kedua komponen ini dengan perubahan harga dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Price = Cost + Profit Margin
Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan sebagai
suatu prosentase tertentu dari jumlah cost of production, maka rumus tersebut
dapat dijabarkan menjadi :
Price = Cost + ( a% x Cost )
Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponen-
komponen yang menyusun cost of production dan atau penaikan pada profit
margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual komoditi di
pasar.
Pada saat terjadi inflasi, harga barang-barang cenderung naik, maka hal
ini menyebabkan meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan.
Peningkatan biaya produksi menyebabkan harga jual produksi meningkat
sehingga akan mengurangi kuantitas produk yang dijual, akibatnya laba
menjadi menurun.
26
Angka inflasi dihitung berdasarkan angka indeks yang dikumpulkan
dari beberapa macam barang yang diperjualbelikan di pasar dengan masing-
masing tingkat harga (yang dimaksud dengan barang-barang disini adalah
barang yang paling banyak dan merupakan kebutuhan pokok/utama bagi
masyarakat). Berdasarkan data harga tersebut, disusunlah suatu angka yang
diindeks. Angka indeks yang memperhitungkan semua barang yang dibeli
oleh konsumen pada masing-masing harganya disebut indeks harga konsumen
(IHK atau consumer price index = CPI). Berdasarkan indeks harga konsumen
dapat dihitung besarnya laju kenaikan harga-harga secara umum dalam
periode tertentu, biasanya setiap bulan, 3 bulan, dan 1 tahun. Selain
menggunakan IHK, tingkat inflasi juga dapat dihitung dengan menggunakan
GNP atau PDB deflator, yaitu membandingkan GNP atau PDB yang diukur
berdasarkan harga berlaku (GNP atau PDB nominal) terhadap GNP atau PDB
konstan (GNP atau PDB riil).
Adapun rumus untuk menghitung tingkat inflasi adalah :
Keterangan : In = inflasi
IHKn = indeks harga konsumen tahun berikutnya
IHKn-1 = indeks harga konsumen tahun dasar
Dfn = GNP atau PDB deflator tahun berikutnya
Dfn-1 = GNP atau PDB deflator tahun awal (sebelumnya)
1. In = x 100%
2. In = x 100%
IHKn – IHKn-1 IHKn-1
Dfn – Dfn-1 Dfn-1
27
2. Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat
Nilai tukar mata uang suatu negara ditentukan oleh interaksi
permintaan dan penawaran akan mata uang tersebut. Pada umumnya
permintaan mata uang asing muncul dari kebutuhan untuk mempertukarkan
mata uang domestik kedalam mata uang asing.
Penentuan nilai tukar mata uang merupakan hal yang sangat penting
dalam perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang suatu negara akan
saling berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang negara lain. Perubahan nilai
tukar mata uang tertentu akan mengakibatkan efek nyata dalam pengaruhnya
terhadap perekonomian negara tersebut, terutama pada perusahaan-perusahaan
yang terlibat dalam aktivitas perdagangan internasional. Perubahan nilai tukar
mata uang akan menghasilkan perubahan langsung pada harga-harga relatif
domestik dan barang-barang impor. Secara umum pengaruh perubahan nilai
tukar terhadap suatu perusahaan tergantung pada posisi perusahaan tersebut
terhadap perubahan nilai tukar mata uang. Pada perusahaan pengimpor baik
barang jadi maupun bahan baku dimana harga ditentukan oleh pasar
internasional mendapatkan cash flow (expense) pada setiap perubahan nilai
tukar mata uang negaranya, nilai tukar mata uang juga biasa disebut kurs
valuta asing dalam hal ini berarti kurs dollar.
Kurs valuta asing adalah harga dari satu mata uang yang diukur dalam
mata uang asing lainnya. Hal ini ditentukan dalam bursa valas timbul dari
kebutuhan untuk membayar barang dan jasa serta asset yang berasal dari luar
28
negeri. Permintaan atas satu mata uang dalam bursa valas menentukan
penawaran mata uang. Dengan rumus (Dominick Salvatore, 1997) :
Permintaan dan penawaran valas menentukan kurs valas.
Meningkatnya permintaan serta menurunnya penawaran valas mengakibatkan
apresiasi kurs yang menaikkan nilai mata uang. Sebaliknya menurunnya
permintaan serta meningkatnya penawaran valas menyebabkan depresiasi kurs
menurunkan nilai mata uang.
a. Sistem Kurs Tetap
Sistem kurs tetap bercirikan kurs stabil yang diperkenankan
berfluktuasi dalam batas-batas sempit mengelilingi nilai pasar, dimana
kedua batas tersebut tetap tetapi tidak kekal. Keunggulan utama sistem
kurs tetap adalah bahwa kurs tetap memberikan tindakan stabilitas kurs
dan dengan demikian menghilangkan sumber ketidakpastian dan
ketidakstabilan harga yang lebih jauh. Kelemahan utama sistem ini adalah
bahwa kurs tetap mengemudikan/mensubordinasi sasaran-sasaran ekonomi
ekternal. Hal ini dapat menghasilkan beban-beban sosial dan ekonomi
yang merugikan.
b. Sistem Kurs Mengambang
Sistem kurs mengambang bebas bercirikan kurs yang bebas
bereaksi terhadap perubahan dan penawaran valuta asing. Pengumuman BI
mengenai perubahan kebijakan menjadi Floating Exchange Rate untuk
∆ Kurs = x 100 Kursx – Kursx-1 Kursx-1
29
rupiah dengan US dollar, membuat likuidasi semakin ketat dan dollar AS
semakin tinggi. Keunggulan pertama kurs mengambang adalah bahwa kurs
menyesuaikan secara otomatis untuk mengamankan keseimbangan neraca
pembayaran. Kelemahan utamanya adalah bahwa kurs mengakibatkan
ketidakstabilan harga yang meredam perdagangan dan mengurangi
kesejahteraan ekonomi. Kurs mengambang merupakan sistem kurs yang
paling tidak rumit dan amat sesuai dengan model persaingan kompetitif
dimana tidak terdapat campur tangan pemerintah untuk mendukung kurs
dan kurs bebas bereaksi terhadap perubahan kondisi pasar dan juga
perubahan faktor-faktor yang mendasari permintaan dan penawaran valuta
asing.
Dalam teori dikatakan bahwa semakin menguatnya nilai US dollar
terhadap rupiah berarti terjadi depresiasi terhadap rupiah dan sebaliknya
terjadi apresiasi pada US dollar, dengan kondisi seperti ini apabila investor
asing masuk dengan membawa US dollar maka nilai investasinya menjadi
murah. Secara teoritis menyatakan bahwa semakin menguatnya nilai rupiah
terhadap US dollar maka semakin berminat investor asing masuk. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel kurs dollar terhadap harga
saham mempunyai kolerasi negatif, artinya semakin turun kurs dollar terhadap
rupiah akan menaikkan harga saham.
Semakin kuat mata uang suatu negara relatif terhadap mata uang asing
akan menyebabkan harga barang impor semakin murah. Hal ini akan
menurunkan biaya produksi dan laju inflasi, ceteris paribus. Penguatan rupiah
30
akan berdampak positif bagi penghematan devisa dalam pembiayaan impor
masyarakat dan penurunan laju inflasi, yang pada akhirnya dapat memperkuat
ekspor Indonesia ke luar negeri (Purnawan, 2002).
Kurs dollar terhadap rupiah melemah maka bahan baku menjadi mahal
sehingga dalam pengolahan bahan baku menjadi barang jadi juga mahal.
Perusahaan di Indonesia seringkali mengambil bahan baku dari luar negeri
dalam pembayaran disaat kurs dollar terhadap rupiah melemah maka akan
menjadi berlipat ganda pembayarannya. Di sisi lain perusahaan yang
melakukan ekspor produknya keluar negeri maka akan mendapat laba lebih
besar. Jadi kurs dollar terhadap rupiah melemah terdapat sisi positif dan
negatif bagi perusahaan di Indonesia.
Sadono Sukirno (2004:397), kurs valuta asing atau kurs mata uang
asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan
dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing juga dapat didefinisikan
sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang
dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Adapun penetuan
kurs dalam pasar bebas adalah berdasarkan permintaan dan penawaran mata
uang asing itu sendiri.
Pada era globalisasi ini banyak investor asing yang menanamkan
investasinya di negara lain baik itu menyangkut kegiatan di sektor riil
maupun sektor keuangan. Dalam kegiatan investasi ini para investor
menggunakan valuta asing sebagai alat transaksi yang sah. Bagi pemodal
asing terdapat dua sumber risiko sewaktu mereka menginvestasikan dananya
31
di pasar modal internasional, yaitu perubahan harga saham dan perubahan kurs
valuta asing. Besarnya kurs suatu negara terhadap mata uang negara lainnya
bisaanya ditentukan oleh keadaan perekonomian suatu negara. Kurs mata
uang merupakan perbedaan nilai antar mata uang.
Foreign Exchange Rate ini tidak tetap dan selalu berubah mengikuti
penawaran dan permintaan pada pasar valuta asing. Jika nilai tukar rupiah
mengalami penurunan maka indeks harga saham juga akan menurun (Tendi
Haruman,. dkk, 2005:3).
Nittayagasetwat (1999), dalam penelitiannya membuktikan bahwa
kesehatan perusahaan sensitif terhadap variabel-variabel ekonomi makro.
3. Produk Domestik Bruto (PDB)
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang
diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya
per tahun). PDB berbeda dari produk nasional bruto karena memasukkan
pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara tersebut.
Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa
memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor
produksi dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul
faktor produksi yang digunakan.
Salah satu tolok ukur terpenting dalam mengukur tingkat pertumbuhan
ekonomi suatu negara adalah dengan melihat Produk Domestik Bruto (PDB).
PDB merupakan catatan tentang jumlah nilai rupiah dari barang dan jasa akhir
32
yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam suatu negara untuk waktu
satu tahun. Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung
PDB suatu negara, yaitu:
a. Pendekatan pendapatan
b. Pendekatan pengeluaran
c. Pendekatan nilai tambah
Produk Domestik Bruto merupakan nilai barang-barang dan jasa-jasa
yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu
(Sadono Sukirno, 2001:33). Atau dapat juga diartikan nilai barang dan jasa
dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik
warga negara tersebut dan negara asing.
Di Indonesia, perhitungan nilai PDB yang dilakukan oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) adalah PDB dengan pendekatan nilai tambah. Menurut BPS
(2002) nilai PDB suatu negara tersebut sebenarnya sama dengan nilai tambah
yang diciptakan oleh semua sektor kegiatan ekonomi (lapangan usaha)
dinegara tersebut. Untuk mempermudah perhitungan nilai tambah, BPS
membagi sektor perekonomian di Indonesia menjadi sembilan sektor usaha,
yaitu:
1) Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan
2) Pertambangan dan penggalian
3) Perindustrian Pengolahan
4) Listrik, Gas, dan Air Bersih
5) Bangunan (konstruksi)
33
6) Perdagangan, Hotel dan Restoran
7) Angkutan dan Komunikasi
8) Keuangan, Persewaan dan jasa Perusahaan
9) Jasa-jasa
Perhitungan nilai PDB dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan
diantaranya: pertama, untuk keperluan analisis ekonomi serta perencanaan
pembangunan nasional; kedua, sebagai salah satu tolok ukur atau instrumen
untuk menilai keberhasilan pembangunan nasional; ketiga, untuk mengetahui
hasil-hasil pembangunan; dan keempat, untuk menyusun rencana
pembangunan nasional secara lebih rinci.
E. Penelitian Terdahulu
Tirapat dan Nittayagasetwat (1999), meneliti tentang variabel ekonomi
makro yaitu, indeks harga konsumen (inflasi), suku bunga, indeks produksi
manufaktur dan peredaran uang terhadap kesehatan perusahaan. Pada
penelitian tersebut membuktikan variabel ekonomi makaro yang paling
mempengaruhi kondisi kesulitan keuangan perusahaan yang pada akhirnya
sampai pada kondisi perusahaan menjadi bangkrut adalah indeks harga
konsumen (inflasi). Penelitian tersebut membuktikan bahwa semakin sensitive
perusahaan terhadap inflasi maka semakin tinggi probabilitas perusahaan
mengalami kondisi ketidakpastian keuangan.
Murtini dan Dewi (2006), meneliti tentang pengaruh perubahan
variabel ekonomi makro terhadap perubahan kesehatan perusahaan
34
manufaktur. Dalam penelitian ini perusahaan yang diteliti adalah perusahaan
manufaktur yang go public. Perusahaan tersebut berjumlah 143 perusahaan
yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang digunakan ialah data
tahunan sejak 1997-2000. Dari analisis dapat disimpulkan keseluruhan
perubahan variabel ekonomi makro yaitu inflasi, tingkat bunga dan kurs dollar
Amerika terhadap rupiah mempengaruhi perubahan kesehatan perusahaan.
Perubahan variabel ekonomi makro yang paling mempengaruhi perubahan
kesehatan perusahaan manufaktur adalah perubahan kurs dollar Amerika
terhadap rupiah.
Peni Sawitri (2002), meneliti tentang prediksi tingkat kesehatan
perusahaan asuransi jiwa termasuk kemungkinan kebangkrutanya dengan
rasio-rasio keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti apakah laporan
keuangan dapat digunakan untuk memprediksi tingkat kesehatan perusahaan
asuransi jiwa termasuk kemungkinan kebangkrutannya dengan rasio-rasio
keuangan.
Data sekunder berupa hasil peringkat Asuransi Jiwa yang telah
dilakukan Biro Riset Infobank per Desember 2000 terhadap 60 perusahaan
asuransi jiwa digunakan dalam analisa. Analisa dilakukan menggunakan
metode Multiple Discriminant Analysis (MDA) yaitu model dari fungsi
diskriminan atau disebut dengan linear discriminant function terhadap rasio-
rasio versi Biro Riset Infobank tersebut.
Penelitian ini mengambil data sekunder berupa hasil peringkat
Asuransi Jiwa yang telah dilakukan Biro Riset InfoBank per Desember 2000
35
terhadap 60 perusahaan dimana 7 diantaranya tidak diikutsertakan dalam
peringkat, karena tidak ada data. Penelitian ini mengambil jumlah sampel
seimbang antara perusahaan sehat dan yang tidak sehat berdasarkan peringkat
predikat yaitu bagus hingga sangat bagus dikelompokkan pada perusahaan
sehat sebanyak 22 perusahaan dan yang berpredikat cukup bagus hingga tidak
bagus dikelompokkan pada perusahaan tidak sehat juga sebanyak 22
perusahaan. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kesehatan keuangan perusahaan asuransi. Nilai variabel 2 jika perusahaan
tersebut sehat dan1 jika perusahaan tersebut tidak sehat. Sedangkan variabel
bebasnya adalah 10 rasio kriteria versi Biro Riset InfoBank.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa semua kriteria rasio yang
dipilih oleh Biro Riset InfoBank masih belum dapat dijadikan estimator atau
penentu ukuran kesehatan perusahaan asuransi jiwa karena hanya 44,9 % saja
ketepatannya, jadi masih banyak variabel lain yang sebenarnya menjadi
ukuran kesehatan perusahaan asuransi jiwa.
Penelitian dihadapkan pada beberapa keterbatasan. Pertama, periode
pengamatan hanyalah satu tahun sehingga tidak representatif untuk mengukur
kesehatan perusahaan asuransi jiwa. Keterbatasan kedua, variabel pengukuran
kesehatan perusahaan asuransi masih belum memasukkan faktor-faktor lain
yang mungkin berpengaruh seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat
suku bunga dan lain-lain.
Sutrisno (2004) meneliti tentang analisis tingkat kesehatan dn potensi
kebangkrutan (studi empiris pada perusahaan property dan real estate yang
36
terdaftar di BEJ). Pada penelitian ini digunakan metode RLS berdasarkan SK
Menteri Keuangan No. 826/KMK-013/1992 untuk mengukur tingkat
kesehatan perusahaan dan metode diskriminasi altman untuk memprediksi
kebangkrutan perusahaan. Dari analisis tersebut disimpulkan bahwa
perusahaan property dan real estate tahun 1999-2003 rata-rata berada pada
kondisi tidak sehat karena memiliki bobot ≤ 90 dan diprediksi akan
mengalami kebangkrutan.
Waspodo dan Toto Aryanto (2005) yang meneliti pengaruh variabel
ekonomi makro dan faktor ekonomi mikro terhadap kesehatan perusahaan
dilihat dari perubahan ROE (return on equity) perusahaan karena dinilai
perusahaan yang sehat dapat diukur dari tingkat profitabilitas yang dimiliki.
Begitupula penelitian yang telah dilakukan oleh Toto Sugiharto dan Maharani
Ika Lestari, meneliti pengaruh variabel ekonomi makro terhadap ROA (Return
on Asset), ROE (Return on Equity) dan LDR (Loan to Deposit Ratio) untuk
menilai kinerja bank devisa dan non devisa.
F. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini akan menguji apakah variabel-variabel perubahan
ekonomi makro berpengaruh positif atau negatif secara simultan maupun
secara parsial terhadap perubahan kesehatan perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
Variabel ekonomi makro yang digunakan dalam penelitian ini adalah
inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Pendapatan Domestik
37
Bruto (PDB). Adapun untuk mengetahui tingkat kesehatan perusahaan,
peneliti menggunakan salah satu dari rasio keuangan perusahaan yaitu rasio
profitabilitas, dengan cara menghitung ROA (Return on Assets) dan ROE
(Return on Equity) perusahaan yang tergolong kedalam industri manufaktur.
Alasan penulis menggunakan rasio ini karena berdasarkan penelitian
sebelumnya untuk mengukur kesehatan perusahaan salah satunya adalah
dilihat dari pertumbuhan labanya. Semakin tinggi rasio ini, berarti semakin
baik produktifitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih dan kondisi
perusahaan dapat dikatakan sehat.
38
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Variabel Dependent Perubahan ROA
Uji Asumsi Klasik
Interpretasi
Perusahaan Manufaktur yang Go Public Periode 2003-2007
Bursa Efek Indonesia (BEI)
Variabel Independent • Perubahan Inflasi • Perubahan Nilai Tukar
Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat
• Perubahan Produk Domestik Bruto (PDB)
Variabel Independent • Perubahan Inflasi • Perubahan Nilai Tukar
Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat
• Perubahan Produk Domestik Bruto (PDB)
Analisis Regresi Berganda - Uji F-test - Uji T-test - Koefisien Determinasi
Model Regresi
Variabel Dependent Perubahan ROE
39
G. Pengujian Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kembali pengaruh perubahan
variabel-variabel ekonomi makro terhadap perubahan kesehatan perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan analisis dan temuan
peneliti terdahulu, maka hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut :
Ha1 : Perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto) secara simultan
berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan ROA (Return on
Assets).
Ha2 : Perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto) secara parsial berpengaruh
secara signifikan terhadap perubahan ROA (Return on Assets).
Ha3 : Perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto) secara simultan
berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan ROE (Return on
Equity).
Ha4 : Perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto) secara parsial berpengaruh
secara signifikan terhadap perubahan ROE (Return on Equity).
Ha5 : Perubahan variabel ekonomi makro yang paling berpengaruh terhadap
perubahan ROA adalah perubahan PDB (Produk Domestik Bruto).
Ha6 : Perubahan variabel ekonomi makro yang paling berpengaruh terhadap
perubahan ROE adalah perubahan PDB (Produk Domestik Bruto).
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk dapat menguji hipotesis yang diajukan
mengenai pengaruh perubahan variabel ekonomi makro sebagai variabel
independent terhadap perubahan kesehatan perusahaan manufaktur sebagai
variabel dependent. Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Fokus penelitian merupakan perusahaan manufaktur yang sudah Go Public
dan listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Perusahaan yang diteliti memiliki laporan keuangan lengkap sesuai dengan
periode penelitian yaitu sejak Desember 2003 sampai Desember 2007.
3. Variabel dependent adalah kesehatan perusahaan manufaktur yang diukur
dengan rasio keuangan yaitu rasio profitabilitas yang terdiri dari ROA dan
ROE.
4. Variabel independent adalah variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika dan Pendapatan Domestik Bruto).
B. Metode Penentuan Sampel
Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling, yaitu sampel yang ditentukan sendiri oleh kepentingan
peneliti karena bersifat situasional. Adapun kriteria perusahaan yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
41
1. Perusahaan manufaktur yang sudah Go Public yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode penelitian (tahun 2003-2007) dan termasuk
dalam kategori Manufacturing pada buku ICMD.
2. Perusahaan manufaktur yang memiliki laporan keuangan tahunan yang
lengkap selama periode penelitian yaitu 2003-2007.
3. Laporan keuangan tersebut berakhir tahun fiskal 31 Desember.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data-data atau informasi yang
berhubungan dengan substansi penelitian, penulis menggunakan teknik-teknik
pengumpulan data untuk mendukung pelaksanaan penelitian ini dengan cara
sebagi berikut :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh teori-teori yang mendukung
penelitian ini, yaitu dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji, serta
menelaah literatur-literatur berupa buku, makalah dan jurnal yang
berhubungan dengan topik penelitian.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian ini menggunakan data sekunder, oleh karena itu penulis
memperoleh data berupa laporan statisik ekonomi dan keuangan Indonesia
tahunan di Bank Indonesia yaitu data variabel ekonomi makro sesuai
dengan periode penelitian yaitu 2003-2007. Sedangkan untuk laporan rasio
keuangan dapat diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory
(ICMD).
42
D. Metode Analisis
1. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian regresi linier berganda maka dilakukan
pengujian asumsi klasik berupa normalitas, multikolinealiritas, autokorelasi
dan heteroskedastisitas.
a. Uji normalitas data
Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan
distribusi data. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi dependen variabel dan independent variabel ataupun keduanya
mempunyai distribusi yang normal atau tidak. Menurut Singgih Santoso
(2004 : 124) ada beberapa cara untuk mendeteksi normalitas yaitu dengan
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar
pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah :
• Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal maka model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas.
• Jika data menyebar dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini digunakan untuk mendeteksi adanya hubungan yang
sempurna dan pasti diantara variabel bebas yang dianalisis.
Multikolonieritas dapat dilihat dati nilai Tolerance dan lawannya Variance
Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel
independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
43
Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai Tolerance <0,10 atau sama dengan nilai
VIF>10. Kriteria pengujian adalah apabila nilai Tolerance berada dibawah
0,01 atau nilai VIF diatas 10 maka terjadi multikolinearitas.
c. Uji Autokorelasi
Salah satu asumsi dari model regresi linier klasik adalah bahwa tidak ada
autokorelasi atau korelasi serial (autocorrelation or serrial correlation)
antara kesalahan pengganggu.
Untuk mendeteksi gejala autokorelasi dapat djadikan dasar
pengambilan keputusan sebagai berikut :
1) Angka D-W dibawah -2, berarti terdapat autokorelasi positif
2) Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak terdapat autokorelasi
3) Angka D-W diatas +2, berarti terdapat autokorelasi negative
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi
ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan beberapa
cara, namun pada penelitian kali ini penulis melakukan Uji Park. Jika
44
parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asumsi
homoskedastisitas pada data model tersebut tidak ditolak.
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji F-Test
Uji statistik F digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari
seluruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat.
Hipotesis dirumuskan sebagai berikut:
Ho : b1, b2, b3 = 0, berarti secara bersama-sama tidak ada pengaruh
signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Ha : b1, b2, b3 ≠ 0, berarti secara bersama-sama ada pengaruh signifikan
dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Nilai F hitung dapat dicari dengan menggunakan rumus (Gujarati,
1995 dalam Ulupui 2005):
F hitung = R2 / (k – 1) (1-R2) / (n-k)
Untuk menentukan nilai F-tabel, tingkat signifikansi yang
digunakan sebesar 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df =
(n-k) dan (k-1) di mana n adalah jumlah observasi, k adalah jumlah
variabel termasuk intersep dengan kriteria uji yang digunakan adalah:
Jika F hit > F tabel, maka Ho ditolak
Jika F hit < F tabel, maka Ho diterima
45
b. Uji T-Test
Uji t digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari
variabel bebasnya. Hipotesis yang digunakan adalah
Ho : b1, b2, b3 = 0, artinya secara parsial tidak ada pengaruh signifikan
dari variabel independen terhadap variabel dependen.
Ha : b1, b2, b3 ≠ 0, artinya secara parsial ada pengaruh signifikan dari
variabel independen terhadap variabel dependen.
Nilai t statistik dapat dicari dengan rumus (Gujarati, 1995 dalam
Ulupui, 2005):
t-hit = Koefisien regresi bi Standar deviasi bi
Untuk menentukan nilai t-statistik tabel ditentukan tingkat
signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df = (n-k-1) di mana n adalah
jumlah observasi dan k adalah jumlah variabel termasuk intersep dengan
kriteria uji adalah:
• Jika t hit > t tabel, maka Ho ditolak
• Jika t hit < t tabel, maka Ho diterima
c. Koefisien Determinan
Untuk melihat kontribusi kemampuan menjelaskan variabel bebas
secara bersama-sama terhadap variansi variabel terikat dapat dilihat dari
koefiesien determinasi (Adjusted R2), di mana nilai koefisiennya antara
0 ≤ 1. Hal ini berarti bahwa nilai Adjusted R2 yang semakin besar
mendekati 1 merupakan indikator yang menunjukkan semakin kuatnya
46
kemampuan menjelaskan perubahan variabel independen terhadap variabel
dependen.
3. Regresi
Peneliti dalam menganalisis pengaruh perubahan variabel ekonomi
makro sebagai variabel independen terhadap perubahan kesehatatan
perusahaan (ROA dan ROE) sebagai variabel dependen melalui tahap-tahap
sebagai berikut:
• Menentukan sampel perusahaan yang diambil dalam penelitian ini sesuai
dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan selama periode Desember
2003 sampai Desember 2007.
• Melakukan analisis deskriptif menghitung nilai deviasi standar, mean,
maksimum dan minimum pada variabel independen dan variabel
dependen.
• Melakukan pengujian asumsi klasik sebagai persyaratan sebelum
melakukan analisa dengan regresi berganda.
• Analisis selanjutnya yaitu melakukan analisis regresi yang bertujuan untuk
mencari adanya hubungan antara variabel dependen dengan satu atau lebih
variabel independen. Dimana variabel dependen yang di uji adalah
perubahan ROA dan perubahan ROE serta variabel independent antara
lain perubahan inflasi, perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika dan perubahan Produk domestik Bruto (PDB).
47
• Analisis selanjutnya yaitu metode regresi linier berganda (multiple linear
regression method) yang digunakan untuk membuktikan hipotesa di atas.
Perumusan metode tersebut sebagai berikut :
Y1 = a + β1X
1 + β
2X
2 + β
3X
3 + e
Y2 = a + β1X
1 + β
2X
2 + β
3X
3 + e
Dimana :
Y1 = Perubahan ROA
Y2 = Perubahan ROE
a = Konstanta
βi
= Koefisien regresi dari variabel independen ke i.
X1 = Perubahan Inflasi
X2 = Perubahan Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar Amerika serikat
X3 = Perubahan Produk domestik Bruto (PDB)
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Dependen Variabel
Variabel dependen pada penelitian ini adalah Perubahan ROA dan
Perubahan ROE perusahaan yang termasuk kedalam industri manufaktur.
a. ROA (Return on Assets) merupakan salah satu dari rasio probabilitas
sebagai alat ukur untuk mengetahui seberapa besar suatu perusahaan dapat
menghasilkan return (keuntungan) dari total asset yang dimilikinya yang
dinyatakan dalam (%) dan ini merupakan satu cara untuk mengetahui
48
tingkat kesehatan perusahaan. Kemampuan menghasilkan laba tersebut
diukur dengan :
Return on Asset : Perbandingan antara laba setelah pajak dengan total
aktiva
(ROA tahun ke t – ROA tahun ke t-1)
ROA tahun ke t-1 Perubahan ROA =
b ROE (Return on Equity) merupakan salah satu dari rasio probabilitas juga,
namun bedanya bahwa ROE ini menghitung seberapa besar suatu
perusahaan dapat menghasilkan return (tingkat pengembalian investasi)
atas pemilik atau pemegang saham dan dinyatakan dalam (%) dengan
rumus sebagai berikut :
Return on Equity : perbandingan antara laba dengan modal
(ROE tahun ke t – ROE tahun ke t-1)
ROE tahun ke t-1 Perubahan ROE =
2. Independen Variabel
Pada penelitian ini digunakan 3 (tiga) variabel independen, yaitu:
a. Perubahan inflasi
Inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku
dalam sesuatu perekonomian (Sadono Sukirno, 2001:15).
Net Profit After Taxes Shareholders Equity Return on Equity = x 100%
Net Profit After Taxes Total Asset Return on Asset = x 100%
49
Tingkat inflasi dalam penelitian ini diperoleh melalui situs
www.bi.go.id
Untuk menghitung perubahan inflasi dilakukan dengan cara :
Perubahan inflasi =
b. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serikat adalah penilaian
pertukaran mata uang suatu negara (Indonesia) dengan negara lain
(Amerika Serikat). Nilai tukar ini telah ditentukan oleh Bank
Indonesia. Perubahan kurs ini juga diperoleh dari situs www.bi.go.id
Adapun cara untuk menghitung perubahan nilai tukar dari tahun
ketahun adalah :
Perubahan kurs =
c. Perubahan Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto merupakan nilai barang-barang dan jasa-jasa
yang diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu.
(Sadono Sukirno, 2001:33). Nilai PDB diperoleh dari situs
www.bi.go.id . Adapun cara untuk menghitung perubahan PDB adalah:
Perubahan PDB =
(inflasi tahun ke t – inflasi tahun ke t-1) inflasi tahun ke t-1
(Kurs Dollar tahun ke t – Kurs Dollar tahun ke t-1) Kurs Dollar tahun ke t-1
(PDB tahun ke t – PDB tahun ke t-1) PDB tahun ke t-1
50
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Bursa Efek Indonesia
a. Sejarah Bursa Efek Indonesia
PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) pertama kali berdiri pada zaman
pemerintahan Hindia Belanda, yang kemudian dibentuk ulang melalui
Undang-Undang Darurat No. 13 tahun 1951, dan selanjutnya dipertegas
oleh Undang-Undang Republik Indonesia No. 15 tahun 1952. selama dua
dasawarsa kemudian BEJ mengalami pasang surut yang ditandai pula oleh
pemberhentian kegiatan sepanjang decade 60-an dan awal 70-an. Pada
tahun 1977, pemerintah Indonesia menghidupkan kembali BEJ dengan
mencatatkan saham 13 perusahaan PMA. Namun demikian, baru sekitar
decade 80-an dan awal 90-an, BEJ benar-benar berkembang menjadi bursa
efek seperti yang kita kenal sekarang sebagai Bursa Efek Indonesia.
Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, dalam Bahasa Inggris
Indonesia Stock Exchange (ISX) adalah sebuah pasar saham yang
merupakan hasil penggabungan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan Bursa
Efek Surabaya (BES), di mana Bursa Efek Surabaya melebur ke dalam
Bursa Efek Jakarta. Perusahaan hasil penggabungan usaha ini memulai
operasinya pada 1 Desember 2007. Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh
Direktur Utama Erry Firmansyah, mantan direktur utama BEJ. Mantan
51
Direktur Utama BES Guntur Pasaribu menjabat sebagai Direktur
Perdagangan Fixed Income dan Derivatif, Keanggotaan dan Partisipan.
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu
didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah
colonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan
dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan,
bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami
kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang
dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada
pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan
operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal
pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami
pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang
dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia
dapat dilihat sebagai berikut:
1) 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di
Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.
2) 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
52
3) 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan
Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.
4) Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.
5) 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang
Dunia II.
6) 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat
Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman
(Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro
Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi
Pemerintah RI (1950).
7) 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek
semakin tidak aktif.
8) 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum.
9) 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar
Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.
Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public
PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
10) 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen
perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
53
11) 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87)
yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan
Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di
Indonesia.
12) 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal
diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat
meningkat.
13) 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE),
sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
14) Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88
(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go
public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan
pasar modal.
15) 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek
Surabaya.
16) 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
17) 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan
dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
54
18) 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No.
8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai
diberlakukan mulai Januari 1996.
19) 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
20) 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai
diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
21) 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh
(remote trading).
22) 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
b. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia yang menjadi penyelengara pasar modal di
Indonesia memiliki visi dan misi sebagai berikut:
• Visi :
Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas dunia.
• Misi :
1) Menjadikan bursa efek sebagai penggerak utama pertumbuhan
ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi Investor lokal
maupun asing.
2) Sebagai institusi yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar
dan teknologi dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.
55
3) Organisasi yang independen dengan fokus pada unsure bisnis,
transformasi struktural maupun kultural menuju tren global.
4) Lembaga bursa yang berwibawa, transparan, memiliki integritas tinggi
sebagai Centre of Competence and Exellence di pasar modal.
5) Meningkatkan kualitas produk dan layanan jasa terbaik melalui
pemberdayaan SDM.
2. Bank Indonesia
a. Sejarah Bank Indonesia
Sejarah kelembagaan Bank Indonesia dimulai sejak berlakunya
Undang-Undang (UU) No. 11/1953 tentang Penetapan Undang-Undang
Pokok Bank Indonesia pada tanggal 1 Juli 1953. Dalam melakukan
tugasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan
Moneter, Direksi, dan Dewan Penasehat. Di tangan Dewan Moneter inilah,
kebijakan moneter ditetapkan, meski tanggung jawabnya berada pada
pemerintah. Setelah sempat dilebur ke dalam bank tunggal, pada masa
awal orde baru, landasan Bank Indonesia berubah melalui UU No.
13/1968 tentang Bank Sentral. Sejak saat itu, Bank Indonesia berfungsi
sebagai bank sentral dan sekaligus membantu pemerintah dalam
pembangunan dengan menjalankan kebijakan yang ditetapkan pemerintah
dengan bantuan Dewan Moneter. Dengan demikian, Bank Indonesia tidak
lagi dipimpin oleh Dewan Moneter.
56
Setelah orde baru berlalu, Bank Indonesia dapat mencapai
independensinya melalui UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia yang
kemudian diubah dengan UU No. 3/2004. Sejak saat itu, Bank Indonesia
memiliki kedudukan khusus dalam struktur kenegaraan sebagai lembaga
negara yang independent dan bebas dari campur tangan pemerintah
dan/atau pihak-pihak lain. Namun, dalam melaksanakan kebijakan
moneter secara berkelanjutan, konsisten, dan transparan, Bank Indonesia
harus mempertimbangkan pula kebijakan umum pemerintah di bidang
perekonomian.
b. Visi, Misi, Nilai Strategis dan Sasaran Bank Indonesia
• Visi
Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara
nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis
yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil.
• Misi
Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui
pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem
keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang
berkesinambungan.
• Nilai-Nilai Strategis
- Kompetensi
- Integritas
57
- Transparansi
- Akuntabilitas
- Kebersamaan (KITA - Kompak)
• Sasaran Strategis
Untuk mewujudkan Misi, Visi dan Nilai-nilai Strategis
tersebut, Bank Indonesia menetapkan sasaran strategis jangka
menengah panjang, yaitu :
1) Terpeliharanya Kestabilan Moneter.
2) Terpeliharanya Stabilitas Sistem Keuangan.
3) Terpeliharanya kondisi keuangan Bank Indonesia yang sehat dan
akuntabel.
4) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen moneter.
5) Memelihara SSK : (i) melalui efektifitas pengaturan dan
pengawasan bank, surveillance/ sektor keuangan, dan manajemen
krisis serta(ii) mendorong fungsi intermediasi.
6) Memelihara keamanan dan efisiensi sistem pembayaran.
7) Meningkatkan kapabilitas organisasi, SDM dan sistem informasi.
8) Memperkuat institusi melalui /good governance/, efektivitas
komunikasi dan kerangka hukum.
9) Mengoptimalkan pencapaian dan manfaat inisiatif Bank Indonesia.
58
B. Penemuan Dan Pembahasan
1. Hasil Analisis Deskriptif
Penelitian ini menggunakan data panel (pooling data) dengan jumlah
sampel sebanyak 122 perusahaan dan dilakukan selama 5 tahun, jadi jumlah
keseluruhan sampel sebanyak 610 observasi. Namun karena peneliti
menggunakan variabel perubahan atas setiap variabel independen maupun
variabel dependen, jadi jumlah observasi yang dipakai selama 4 tahun dan
berjumlah 488 observasi.
Observasi sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan selama
periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Analisis deskripsi dilakukan
untuk menghitung nilai deviasi standar, mean, maksimum dan minimum pada
variabel dependen dan variabel independen. Berdasarkan perhitungan yang
telah dilakukan pada masing-masing variabel yang diteliti, maka diperoleh
hasil sebagaimana yang tercantum dalam tabel 1 berikut ini:
Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PERUBAHAN ROA 488 -9.0000 15.0000 .109459 2.0959475
PERUBAHAN ROE 488 -8.7500 12.0000 .208691 1.8881587
PERUBAHAN INFLASI 488 -.5196 .7162 .092707 .4585648
PERUBAHAN KURS 488 -.0824 .0975 .029355 .0674801
PERUBAHAN PDB 488 .1401 .2084 .184321 .0270043
Valid N (listwise) 488 Sumber : Output SPSS
59
Tabel 4.1 menyajikan gambaran statistik dari variabel Perubahan
ROA, Perubahan ROE, Perubahan Inflasi, Perubahan Kurs dan Perubahan
PDB. Secara statistik dapat diketahui bahwa pada 488 observasi yang
dijadikan sampel, variabel Perubahan ROA perusahaan manufaktur memiliki
nilai minimum -9,00 yaitu terdapat pada perusahaan Panasia Indosintex Tbk,
terjadi pada tahun 2005 dan nilai terbesar 15,00 pada perusahaan Beton Jaya
Manunggal Tbk, terjadi pada tahun 2004, dengan nilai rata-rata -0,135469 dan
standar deviasi 2,1325530.
Variabel Perubahan ROE memiliki nilai minimum -8,7500 yang
terdapat pada perusahaan Charoen Pokphand Indonesia Tbk, terjadi pada
tahun 2004 dan nilai maximum 12,00 pada perusahaan Karwell Indonesia
Tbk, terjadi pada tahun 2006, dengan nilai rata-rata 0.016287 dan standar
deviasi 2,0523340.
Variabel Perubahan Inflasi memiliki nilai minimum -0.5196, terjadi
pada tahun 2007 dan nilai maksimum 0.7162, terjadi pada tahun 2005 dengan
nilai rata-rata 0.092707 dan standar deviasi 0.4585648.
Variabel Perubahan Kurs atau nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat memiliki nilai minimum -0.0824, terjadi pada tahun 2006 dan
nilai maximum 0.0975, terjadi pada tahun 2004 dengan nilai rata-rata
0.029355 dan standar deviasi 0.0674801.
Variabel Perubahan Produk Domestik Bruto (PDB) memiliki nilai
minimum 0.1404, terjadi pada tahun 2004 dan nilai maximum 0.2084, terjadi
60
pada tahun 2005 dengan nilai rata-rata 0.184321 dan standar deviasi
0.0270043.
2. Pengujian Asumsi Klasik
Dalam penggunaan analisis regresi agar menunjukkan hubungan yang
valid atau tidak bias maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik dengan
tujuan agar model regresi yang diperoleh memenuhi kriteria BLUE (best linier
unbiased estimator). Adapun uji asumsi klasik meliputi normalitas,
multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.
2.1 Uji Asumsi Klasik Model Regresi Linear Persamaan 1
• Variabel Dependen : Perubahan ROA (Return on Assets)
• Variabel Independen : Perubahan inflasi, perubahan nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan
perubahan Produk Domestik Bruto (PDB).
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai
distribusi normal ataukah tidak. Untuk mendeteksi normalitas data suatu
model regresi dapat diidentifikasikan dari grafik scatter plot. Model regresi
yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
Hasil pengujian penelitian ini, berdasarkan pengaruh perubahan inflasi,
perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan perubahan
PDB terhadap perubahan ROA perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut:
61
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Perubahan ROA
Pada Saat Masih Ada Outlier
Sumber : Output SPSS
Dari hasil scatter plot di atas dapat diketahui bahwa data tersebut tidak
terdistribusi normal karena titik-titik yang menyebar tidak berada di sekitar
garis diagonal.
Agar dapat memenuhi asumsi normalitas data, dimana nilai-nilai
outlier telah dikeluarkan sehingga mendapatkan observasi sebanyak 405
perusahaan. Outlier adalah nilai yang terpisah dari kumpulan observasi yang
dapat bernilai sangat besar atau sangat kecil. Tujuannya adalah untuk
menentukan atau mengevaluasi kesahihan suatu model, baik untuk melihat
pelanggaran terhadap asumsi maupun untuk melihat penyimpangan nilai
prediksi terhadap nilai sesungguhnya (Nachrawi dan Usman, 2006:135).
62
Hasil dari uji normalitas data setelah dilakukan pembuangan terhadap
data yang outlier dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Perubahan ROA
Setelah Tidak Ada Outlier
Sumber : Output SPSS
Dari hasil scatter plot di atas dapat diketahui bahwa data tersebut telah
terdistribusi normal karena titik-titik yang menyebar berada di sekitar garis
diagonal. Sehingga penelitian ini dapat dikatakan telah memenuh asumsi
normalitas data.
b. Uji Multikolinieritas
Pengujian terhadap gejala multikolenieritas berguna untuk mengetahui
apakah ada hubungan linear sempurna antara beberapa atau semua variabel
63
independen yang dipergunakan dalam model regresi penelitian ini. Untuk
mengetahui apakah antara variabel independent mempunyai kolinieritas yang
kuat atau tidak, digunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance
(TOL). Jika tolerance value di bawah 0,10 dan nilai VIF di atas 10 maka
terjadi multikolenieritas.
Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinieritas Perubahan ROA
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
(Constant)
PERUBAHAN INFLASI .651 1.535
PERUBAHAN KURS .599 1.669
1
PERUBAHAN PDB .427 2.343
a. Dependent Variabel: PERUBAHAN ROA
Sumber : Output SPSS
Tabel di atas memperlihatkan hasil pengujian multikolinieritas. Hasil
pengujian tersebut menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi
multikolinieritas. Hal ini ditunjukkan dengan tolerance value masing-masing
variabel berada di atas 0,10 dan nilai VIF berada di bawah 10. Dengan
demikian model regresi dalam penelitian ini terbebas dari gelaja
multikolinieritas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara anggota seperangkat data observasi yang diurutkan waktu. Untuk
64
mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi digunakan metode Durbin
Watson Test (D-W Test). Kriteria pengujian adalah apabila nilai D-W diantara
-2 sampai +2, berarti tidak terdapat autokorelasi.
Tabel 4.3
Hasil Uji Autokorelasi Perubahan ROA
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .457a .209 .203 .7289595 1.882
a. Predictors: (Constant), PERUBAHAN PDB, PERUBAHAN INFLASI, PERUBAHAN
KURS
b. Dependent Variabel: PERUBAHAN ROA Sumber : Output SPSS
Dengan melihat tabel 4.3 diperoleh perhitungan D-W adalah 1,882
sedangkan dari kriteia uji, nilai D-W yang terletak antara -2 sampai +2 maka
terbebas dari gejala autokorelasi. Oleh karena hasil perhitungan D-W sebesar
1,882 maka model tersebut tidak mengandung autokorelasi baik positif
maupun negatif.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi
65
ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan beberapa
cara, namun pada penelitian kali ini penulis melakukan Uji Park. Jika
parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asumsi
homoskedastisitas pada data model tersebut tidak ditolak.
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas Perubahan ROA
dengan Uji Park
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -.211 .934 -.226 .821
PERUBAHAN INFLASI -.185 .233 -.046 -.792 .429
PERUBAHAN KURS .911 1.669 .034 .546 .586
1
PERUBAHAN PDB .541 4.940 .008 .110 .913
a. Dependent Variabel: Ln_U2iY1 Sumber : Output SPSS
Dari tabel 4.4 diatas dketahui bahwa hasil regresi dari parameter beta
tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homoskedastisitas pada data
model tersebut tidak dapat ditolak atau dengan kata lain tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas pada model regresi tersebut.
2.2 Uji Asumsi Klasik Model Regresi Linear Persamaan 2
• Variabel Dependen : Perubahan ROE (Return on Equity)
• Variabel Independen : Perubahan inflasi, perubahan nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan
perubahan Produk Domestik Bruto (PDB).
66
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai
distribusi normal ataukah tidak. Untuk mendeteksi normalitas data suatu
model regresi dapat diidentifikasikan dari grafik scatter plot. Model regresi
yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
Hasil pengujian penelitian ini, berdasarkan pengaruh perubahan inflasi,
perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan perubahan
PDB terhadap perubahan ROE perusahaan manufaktur adalah sebagai berikut:
Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas Perubahan ROE
Pada Saat Masih Ada Outlier
Sumber : Output SPSS
67
Dari hasil scatter plot di atas dapat diketahui bahwa data tersebut tidak
terdistribusi normal karena titik-titik yang menyebar tidak berada di sekitar
garis diagonal.
Agar dapat memenuhi asumsi normalitas data, dimana nilai-nilai
outlier telah dikeluarkan sehingga mendapatkan observasi sebanyak 405
perusahaan. Outlier adalah nilai yang terpisah dari kumpulan observasi yang
dapat bernilai sangat besar atau sangat kecil. Tujuannya adalah untuk
menentukan atau mengevaluasi kesahihan suatu model, baik untuk melihat
pelanggaran terhdapa asumsi maupun untuk melihat penyimpangan nilai
prediksi terhadap nilai sesungguhnya (Nachrawi dan Usman, 2006:135).
Hasil dari uji normalitas data setelah dilakukan pembuangan terhadap
data uang outlier dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Gambar 4.4 Hasil Uji Normalitas Perubahan ROE
Setelah Tidak Ada Outlier
Sumber : Output SPSS
68
Dari hasil scatter plot di atas dapat diketahui bahwa data tersebut telah
terdistribusi normal karena titik-titik yang menyebar berada di sekitar garis
diagonal. Sehingga penelitian ini dapat dikatakan telah memenuhi asumsi
normalitas data.
b. Uji Multikolinieritas
Pengujian terhadap gejala multikolenieritas berguna untuk mengetahui
apakah ada hubungan linear sempurna antara beberapa atau semua variabel
independen yang dipergunakan dalam model regresi penelitian ini. Untuk
mengetahui apakah antara variabel independent mempunyai kolinieritas yang
kuat atau tidak, digunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance
(TOL). Jika tolerance value di bawah 0,10 dan nilai VIF di atas 10 maka
terjadi multikolenieritas.
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas Perubahan ROE
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
(Constant)
PERUBAHAN
INFLASI .691 1.447
PERUBAHAN KURS .594 1.684
1
PERUBAHAN PDB .444 2.251
a. Dependent Variabel: PERUBAHAN ROE
Sumber : Output SPSS
69
Tabel di atas memperlihatkan hasil pengujian multikolinieritas. Hasil
pengujian tersebut menunjukkan bahwa dalam model regresi tidak terjadi
multikolinieritas. Hal ini ditunjukkan dengan tolerance value masing-masing
variabel berada di atas 0,10 dan nilai VIF berada di bawah 10. Dengan
demikian model regresi dalam penelitian ini terbebas dari gejala
multikolinieritas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara anggota seperangkat data observasi yang diurutkan waktu. Untuk
mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi digunakan metode Durbin
Watson Test (D-W Test). Kriteria pengujian adalah apabila nilai D-W diantara
-2 sampai +2, berarti tidak terdapat autokorelasi.
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Perubahan ROE
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .495a .245 .239 .6730077 1.892
a. Predictors: (Constant), PERUBAHAN PDB, PERUBAHAN INFLASI, PERUBAHAN
KURS
b. Dependent Variabel: PERUBAHAN ROE
Dengan melihat tabel 4.6 diperoleh perhitungan D-W adalah 1,892
sedangkan dari kriteia uji, nilai D-W yang terletak antara -2 sampai +2 maka
terbebas dari gejala autokorelasi. Oleh karena hasil perhitungan D-W sebesar
70
1,882 maka model tersebut tidak mengandung autokorelasi baik positif
maupun negatif.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
dapat dilakukan dengan beberapa cara, namun pada penelitian kali ini penulis
melakukan Uji Park. Jika parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka
asumsi homoskedastisitas pada data model tersebut tidak ditolak.
Tabel 4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas Perubahan ROE
dengan Uji Park
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -1.075 .902 -1.192 .234
PERUBAHAN INFLASI -.221 .226 -.056 -.979 .328
PERUBAHAN KURS 1.924 1.612 .074 1.193 .233
1
PERUBAHAN PDB 4.487 4.773 .067 .940 .348
a. Dependent Variabel: Ln_U2iY2 Sumber : Output SPSS
Dari tabel 4.7 diatas diketahui bahwa hasil regresi dari parameter beta
tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homoskedastisitas pada data
71
model tersebut tidak dapat ditolak atau dengan kata lain tidak terdapat gejala
heteroskedastisitas pada model regresi tersebut.
3. Uji Hipotesis
a. Uji F-Test
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen
(perubahan inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Produk
Domestik Bruto) terhadap variabel dependen perubahan kesehatan
perusahaan (perubahan Return on Assets dan Return on Equity) pada
perusahaan-perusahaan yang tergolong kedalam industri manufaktur di
Bursa Efek Indonesia (BEI) secara simultan atau bersama-sama.
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Regresi Simultan Perubahan ROA
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 56.350 3 18.783 35.348 .000a
Residual 213.084 401 .531 1
Total 269.434 404 F-tabel = 2.627158 ; sig = 0.05
a. Predictors: (Constant), PERUBAHAN PDB, PERUBAHAN INFLASI, PERUBAHAN KURS
b. Dependent Variabel: PERUBAHAN ROA Sumber : Output SPSS
Berdasarkan pada tabel 4.8 diatas, menunjukkan nilai f-hitung
sebesar 35.348 lebih besar dari f-tabel yaitu 2.627158 dan nilai
probabilitas signifikansinya dibawah 5 % yang berarti secara simultan
perubahan variable ekonomi makro memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perubahan ROA perusahaan manufaktur.
72
Hasil pengujian ini mendukung hipotesis Ha1 yang menyatakan
bahwa perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto) berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap perubahan ROA (Return on Assets).
Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Waspodo dan Toto Aryanto (2005) dalam penelitiannya tentang pengaruh
variabel-variabel ekonomi makro dan faktor mikro terhadap ROA dan
ROE industri manufaktur otomotive di Indonesia tahun 1996-2005 yang
menunjukkan bahwa perubahan variabel ekonomi makro berpengaruh
signifikan secara simultan (bersama-sama) terhadap perubahan ROA dan
ROE perusahaan.
Tabel 4.9
Hasil Pengujian Regresi Simultan Perubahan ROE
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 58.965 3 19.655 43.394 .000a
Residual 181.629 401 .453 1
Total 240.593 404 F-tabel = 2.627158 ; sig = 0.05
a. Predictors: (Constant), PERUBAHAN PDB, PERUBAHAN INFLASI, PERUBAHAN KURS
b. Dependent Variabel: PERUBAHAN ROE Sumber: Output SPSS
Berdasarkan pada tabel 4.9 diatas, menunjukkan nilai f-hitung
sebesar 43.394 lebih besar dari f-tabel yaitu 2.627158 dan nilai
probabilitas signifikansinya dibawah 5 % yang berarti secara simultan
73
perubahan variable ekonomi makro memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap perubahan ROE perusahaan manufaktur.
Hasil pengujian ini mendukung hipotesis Ha3 yang menyatakan
bahwa perubahan variabel ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto) berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap perubahan ROE (Return on Equity).
Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Waspodo dan Toto Aryanto (2005) dalam penelitiannya tentang pengaruh
variabel-variabel ekonomi makro dan faktor mikro terhadap ROA dan
ROE industri manufaktur otomotive di Indonesia tahun 1996-2005 yang
menunjukkan bahwa perubahan variabel ekonomi makro berpengaruh
signifikan secara simultan (bersama-sama) terhadap perubahan ROA dan
ROE perusahaan.
b. Uji T-Test
Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
(perubahan inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Produk
Domestik Bruto) terhadap variabel dependen perubahan kesehatan
perusahaan (perubahan Return on Assets dan Return on Equity) pada
perusahaan-perusahaan yang tergolong kedalam industri manufaktur di
Bursa Efek Indonesia (BEI) secara parsial atau masing-masing.
74
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Regresi Parsial Perubahan ROA
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) 1.034 .387
2.674 .008
PERUBAHAN INFLASI -.270 .099 -.151 -2.738 .006
PERUBAHAN KURS 2.932 .684 .246 4.286 .000
1
PERUBAHAN PDB 5.207 2.051 .173 2.539 .011
t-tabel = 1,965897 ; sig. = 0,05
a. Dependent Variabel: PERUBAHAN ROA
Sumber : Output SPSS
Pada tabel 4.10 diatas menunjukkan nilai t-hitung variabel
konstanta, perubahan inflasi, kurs dan PDB masing-masing sebesar 2.674,
-2.738, 4.286 dan 2.539 dimana nilai tersebut berada diatas nilai t-tabel
yaitu 1.966 dan dilihat dari nilai probabilitas signifikansinya berada
dibawah 5 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel perubahan
ekonomi makro berpengaruh signifikan secara parsial terhadap perubahan
ROA perusahaan manufaktur.
Penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Maharani Ika Lestari dan Toto Sugiharto (2007) yang meneliti
pengaruh variabel makro terhadap kinerja dan likuiditas bank devisa dan
non devisa. Adapun hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel
ekonomi makro tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA
perusahaan. Hal ini terjadi karena dimungkinkan adanya perbedaan
karakteristik sampel, jumlah observasi dan periode penelitian.
75
Tabel 4.11 Hasil Pengujian Regresi Parsial Perubahan ROE
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) .922 .353
2.611 .009
PERUBAHAN INFLASI -.212 .088 -.126 -2.417 .016
PERUBAHAN KURS 3.589 .646 .313 5.552 .000
1
PERUBAHAN PDB 4.740 1.865 .165 2.542 .011
a. Dependent Variabel: PERUBAHAN ROE
Sumber : Output SPSS
Selanjutnya pada tabel 4.11 diatas menunjukkan nilai t-hitung
variabel konstanta, perubahan inflasi, kurs dan PDB masing-masing
sebesar 2.611, -2.417, 5.552 dan 2.542 dimana nilai tersebut berada diatas
nilai t-tabel yaitu 1.966 dan dilihat dari nilai probabilitas signifikansinya
berada dibawah 5 %. Hal ini dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel
perubahan ekonomi makro berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
perubahan ROE perusahaan manufaktur.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh
Waspodo dan Toto Aryanto (2005) dalam penelitiannya tentang pengaruh
variabel-variabel ekonomi makro dan faktor mikro terhadap ROE industri
manufaktur otomotive di Indonesia tahun 1996-2005 yang menunjukkan
bahwa perubahan variabel ekonomi makro berpengaruh signifikan secara
parsial terhadap perubahan ROE perusahaan.
76
4. Koefisien Determinasi ( Adj R Square)
Melalui pengujian serentak dapat diketahui besarnya koefisien
determinasi (Adj R2). Dari koefisien determinasi (Adj R
2) dapat diketahui
derajat ketepatan dari analisis regresi linier berganda menunjukkan
besarnya variasi sumbangan seluruh variabel independen terhadap variabel
dependennya.
Nilai adjusted R2
pada perubahan ROA perusahaan manufaktur
sebesar 20,3 % sebagaimana terlihat nilainya pada tabel 4.4 hasil uji
autokorelasi perubahan ROA, hal 65. Ini berarti perubahan variabel
ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar 20,3% pada perubahan
ROA perusahaan manufaktur, sedangkan 79,7% dijelaskan oleh variabel-
variabel lain.
Sedangkan pada perubahan ROE perusahaan manufaktur nilai
adjusted R2 sebesar 23,9 % sebagaimana terlihat nilainya pada tabel 4.6
hasil uji autokorelasi perubahan ROE, hal 70. Ini berarti perubahan
variabel ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar 23,9% pada
perubahan ROE perusahaan manufaktur, sedangkan 76,1% dijelaskan oleh
variabel-variabel lain.
3. Hasil Penelitian
Pengujian terhadap penelitian ini dilakukan melalui uji regresi linier
berganda. Adapun hasil analisinya adalah sebagai berikut:
77
a. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh perubahan variabel
ekonomi makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
dan Produk Domestik Bruto) terhadap perubahan kesehatan perusahaan
(ROA dan ROE) yang tergolong kedalam industri manufaktur di Bursa
Efek Indonesia adalah sebagai berikut :
Dari tabel 4.10 hasil pengujian regresi parsial perubahan ROA hal
75 di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk perubahan
ROA perusahaan tergolong kedalam industri manufaktur di Bursa Efek
Indonesia (BEI) adalah sebagai berikut:
• Persamaan 1:
Y1 = 1,034 - 0,270 X1 + 2,932 X2 + 5,207 X3
Koefisien-koefisien pada persamaan 1 regresi linier berganda di
atas dapat diartikan sebagai berikut:
a. Tanda pada koefisien regresi mencerminkan hubungan antara variabel
independen (perubahan inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika dan produk domestik Bruto) dengan variabel dependen
(perubahan Return on Assets) pada perusahaan-perusahaan yang
tergolong kedalam industri manufaktur. Tanda positif (+) berarti
terdapat hubungan yang positif atau searah antara variabel independen
dengan variabel dependen. Semakin meningkat nilai variabel
independen (perubahan inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika dan produk domestik Bruto) maka semakin meningkat pula
78
nilai variabel dependen (perubahan Return on Assets) pada
perusahaan-perusahaan yang tergolong kedalam industri manufaktur di
Bursa Efek Indonesia (BEI), begitu juga sebaliknya.
b. Koefisien regresi untuk variabel perubahan inflasi (X1) sebesar -0.270
menunjukkan bahwa jika variabel perubahan inflasi (X1) meningkat
satu satuan persen maka akan berpengaruh negatif terhadap variabel
dependen perubahan ROA sebesar -0.270. Inflasi berpengaruh negatif
terhadap perubahan kesehatan perusahaan (ROA dan ROE). Hal ini
bisa terjadi karena ketika inflasi tinggi akan menyebabkan daya beli
masyarakat menurun dan biaya produksi menjadi mahal. Dari kondisi
ini akan membuat kemampuan perusahaan dalam menciptakan
keuntungan menjadi berkurang sehingga profitabilitas perusahaan
menurun.
c. Koefisien regresi untuk variabel perubahan nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika (X2) sebesar 2,932 menunjukkan bahwa jika variabel
perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (X2) meningkat
satu satuan rupiah maka akan berpengaruh positif terhadap variabel
dependen perubahan ROA sebesar 2,932. Perubahan nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika berpengaruh positif terhadap perubahan
kesehatan perusahaan. Hal ini diasumsikan bahwa, ketika nilai rupiah
menguat maka perusahaan yang melakukan ekspor barang ke luar
negeri akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak, sehingga
profitabilitasnya meningkat.
79
d. Koefisien regresi untuk variabel perubahan Produk Domestik Bruto
(PDB) (X3) sebesar 5,207 menunjukkan bahwa jika variabel
perubahan Produk domestik Bruto (X3) meningkat satu satuan rupiah
maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen perubahan
ROA sebesar 5,207. Perubahan PDB berpengaruh positif terhadap
perubahan kesehatan perusahaan manufaktur. Hal ini bisa terjadi
karena ketika PDB meningkat secara otomatis daya beli masyarakat
meningkat, sehingga perusahaan dapat memproduksi lebih banyak
yang akhirnya mengakibatkan profitabilitas meningkat. Selain dilihat
dari posisi daya beli, ketika PDB naik, maka kecenderungan
masyarakat untuk melakukan investasi lebih tinggi, sehingga
perusahaan dapat menambah modalnya untuk meningkatkan laba
• Persamaan 2:
Y2 = 0,922 - 0,212 X1 + 3,589 X2 + 4,740 X3
Koefisien-koefisien pada persamaan 2 regresi linier berganda di
atas dapat diartikan sebagai berikut:
a. Tanda pada koefisien regresi mencerminkan hubungan antara variabel
independen (perubahan inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika dan produk domestik Bruto) dengan variabel dependen
(perubahan Return on Eqiuty) pada perusahaan-perusahaan yang
tergolong kedalam industri manufaktur. Tanda positif (+) berarti
terdapat hubungan yang positif atau searah antara variabel independen
80
dengan variabel dependen. Semakin meningkat nilai variabel
independen (perubahan inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar
Amerika dan produk domestik Bruto) maka semakin meningkat pula
nilai variabel dependen (perubahan Return on Eqiuty) pada
perusahaan-perusahaan yang tergolong kedalam industri manufaktur di
Bursa Efek Indonesia (BEI), begitu juga sebaliknya.
b. Koefisien regresi untuk variabel perubahan inflasi (X1) sebesar -0.212
menunjukkan bahwa jika variabel perubahan inflasi (X1) meningkat
satu satuan persen maka akan berpengaruh negatif terhadap variabel
dependen perubahan ROE sebesar -0.212. Inflasi berpengaruh negatif
terhadap perubahan kesehatan perusahaan (ROA dan ROE). Hal ini
bisa terjadi karena ketika inflasi tinggi akan menyebabkan daya beli
masyarakat menurun dan biaya produksi menjadi mahal. Dari kondisi
ini akan membuat kemampuan perusahaan dalam menciptakan
keuntungan menjadi berkurang sehingga profitabilitas perusahaan
menurun.
c. Koefisien regresi untuk variabel perubahan nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika (X2) sebesar 3,589 menunjukkan bahwa jika variabel
perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika (X2) meningkat
satu satuan rupiah maka akan berpengaruh positif terhadap variabel
dependen perubahan ROE sebesar 3,589. Perubahan nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika berpengaruh positif terhadap perubahan
kesehatan perusahaan. Hal ini diasumsikan bahwa, ketika nilai rupiah
81
menguat maka perusahaan yang melakukan ekspor barang ke luar
negeri akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak, sehingga
profitabilitasnya meningkat.
d. Koefisien regresi untuk variabel perubahan Produk Domestik Bruto
(PDB) (X3) sebesar 4,740 menunjukkan bahwa jika variabel
perubahan Produk domestik Bruto (X3) meningkat satu satuan rupiah
maka akan berpengaruh positif terhadap variabel dependen perubahan
ROE sebesar 4,740. Perubahan PDB berpengaruh positif terhadap
perubahan kesehatan perusahaan manufaktur. Hal ini bisa terjadi
karena ketika PDB meningkat secara otomatis daya beli masyarakat
meningkat, sehingga perusahaan dapat memproduksi lebih banyak
yang akhirnya mengakibatkan profitabilitas meningkat. Selain dilihat
dari posisi daya beli, ketika PDB naik, maka kecenderungan
masyarakat untuk melakukan investasi lebih tinggi, sehingga
perusahaan dapat menambah modalnya untuk meningkatkan laba
82
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap perubahan ROA dan perubahan
ROE perusahaan yang tergolong industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia
(BEI) variabel dependen, dengan perubahan inflasi, nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika dan Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai variabel
independen, selama jangka waktu lima tahun dimulai dari periode 2003
sampai dengan 2007 adalah sebagai berikut :
1. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa seluruh variabel perubahan ekonomi
makro (inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dan Produk
Domestik Bruto) berpengaruh secara signifikan baik secara parsial
maupun secara simultan terhadap perubahan kesehatan perusahaan yang
diukur dengan perubahan Return on Assets (ROA) maupun Return on
Equity (ROE) perusahaan manufaktur.
2. Secara parsial perubahan inflasi berpengaruh negatif terhadap perubahan
kesehatan perusahaan (ROA dan ROE). Hal ini bisa terjadi karena ketika
inflasi tinggi akan menyebabkan daya beli masyarakat menurun dan biaya
produksi menjadi mahal. Dari kondisi ini akan membuat kemampuan
perusahaan dalam menciptakan keuntungan menjadi berkurang sehingga
profitabilitas perusahaan menurun.
83
3. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berpengaruh positif
terhadap perubahan kesehatan perusahaan. Hal ini diasumsikan bahwa,
ketika nilai rupiah menguat maka perusahaan yang melakukan ekspor
barang ke luar negeri akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak,
sehingga profitabilitasnya meningkat.
4. Perubahan PDB berpengaruh positif terhadap perubahan kesehatan
perusahaan manufaktur. Hal ini bisa terjadi karena ketika PDB meningkat
secara otomatis daya beli masyarakat meningkat, sehingga perusahaan
dapat memproduksi lebih banyak yang akhirnya mengakibatkan
profitabilitas meningkat. Selain dilihat dari posisi daya beli, ketika PDB
naik, maka kecenderungan masyarakat untuk melakukan investasi lebih
tinggi, sehingga perusahaan dapat menambah modalnya untuk
meningkatkan laba.
5. Variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap perubahan kesehatan
perusahaan manufaktur baik terhadap ROA maupun ROE adalah variabel
perubahan Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini diasumsikan bahwa
PDB memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan laba
perusahaan.
6. Nilai adjusted R squared (R2) atau tingkat koefisien determinasi pada
perubahan ROA perusahaan manufaktur sebesar 20,3 %. Ini berarti
perubahan variabel ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar
20,3% pada perubahan ROA perusahaan manufaktur, sedangkan 79,7%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain.
84
7. Nilai adjusted R squared (R2) atau tingkat koefisien determinasi pada
perubahan ROE perusahaan manufaktur sebesar 23,9 %. Ini berarti
perubahan variabel ekonomi makro hanya dapat menjelaskan sebesar
23,9% pada perubahan ROE perusahaan manufaktur, sedangkan 76,1%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain.
B. Implikasi Penelitian
Dalam penelitian ini tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan,
sehingga membuat hasil penelitian ini kurang sempurna. Keterbatasan-
keterbatasan tersebut diantaranya :
1. Variabel independen yang digunakan hanya variabel makro yaitu variabel
eksternal perusahaan dan yang digunakan hanya tiga variabel, sementara
masih terdapat variabel makro yang lainnya.
2. Data yang digunakan adalah data tahunan.
3. Sampel yang digunakan hanya terbatas pada perusahaan yang tergolong
industri manufaktur.
4. Periode penelitian hanya 5 tahun dan karena data yang digunakan adalah
data perubahan maka sampel yang digunakan selama 4 tahun.
5. Perubahan kesehatan perusahaan hanya diukur dari rasio profitabilitas saja
yang diwakili oleh perubahan ROA dan ROE, sementara masih banyak
faktor lain yang dapat mengukur tingkat kesehatan perusahaan.
85
Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berimplikasi kepada
beberapa pihak, antara lain sebagai berikut :
• Bagi investor, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi
tambahan yang bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
melakukan investasi di pasar modal.
• Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan
dengan menambah variabel-variabel lain, baik variabel internal maupun
variabel eksternal perusahaan. Adapun untuk mengukur tingkat kesehatan
perusahaan bisa digunakan metode lain dan periode waktu penelitian bisa
lebih panjang dengan sampel yang lebih luas.
• Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan
pengetahuan.
86
DAFTAR PUSTAKA Afni, Ummu Arifa dan Ihalauw, John. “Manajemen Earning dalam Penawaran
Perdana Saham di bursa Efek Jakarta Periode 1998-2000”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dian ekonomi, Vol 8 No.2, 2002.
Antariksa, Riki. “Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas ”, Jurnal
Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islami, EKSIS, 2004. Auliyah dan Hamzah, A. “Analisis Karakteristik Perusahaan, Industri dan
Ekonomi Makro terhadap Return Saham Syariah di BEJ”, Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang, tahun 2005.
Bangun, Nehseh. “Analisis Tingkat Kesehatan Perusahaan Dalam Menentukan
Presentase Pengurangan Hutang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) atas Wajib Pajak Badan”, Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2002.
Fauzan. “Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi terhadap Indeks Harga
Saham Sektoral di BEJ”, skripsi S1 yang tidak dipublikasikan, FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007.
Ghozali, Imam. “Analisis Multivariate dengan Program SPSS”, Edisi 3,
Universitas Diponegoro, 2000. Halim, Abdul. “Analisis Investasi”, edisi kedua, Salemba Empat, Malang, 2005. Haruman, Tendi, dkk. “Pengaruh Nilai Tukar Rupiah per Dollar AS, Tingkat
Suku Bunga SBI, dan Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi STEI No. 2, Juni 2005.
Himawan, Sugijatmo, “Pengaruh Proporsi Kepemilikan Saham Publik Terhadap
Rasio Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”, Tesis S2, Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2004.
Husnan, Suad. “ Dasar-Dasar Teori Potofolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi
ketiga cetakan kedua, Unit Penerbit dan PercetakanAMP YKPN, Yogyakarta 2001.
Indrawati, Yulia. “Ekonometrika II_Part Panel Data”, 2006. Lestari dan Sugiharto, T. “Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya”, Jurnal Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek dan Sipil), Vol 2, Agustus 2007.
87
Machfoedz, Mas’ud, “Profil Kinerja Financial Perusahaan yang Go Public di Pasar Modal ASEAN”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, vol 14 No. 3, 1999.
Marniati. “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Deposito dan
Inflasi terhadap Kinerja Pasar Modal Indonesia”, skripsi S1 yang tidak dipublikasikan, FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2005.
Murtini, Umi dan Dewi, Nathalia. “ Pengaruh Perubahan Variabel Ekonomi
Makro terhadap Perubahan Kesehatan Perusahaan Manufaktur”, Jurnal Riset Manajemen dan Bisnis, Vol 1 No.1, Universitas Kristen Duta Wacana, Juli 2006.
Mulyono, Sri. “Statistika Untuk Ekonomi”, Edisi 2, Lembaga Penerbit FEUI,
Jakarta, 2003. Nachrowi, Jalal. “Pendekatan Populer dan Praktis EKONOMETRIKA Untuk
Analisis Ekonomi dan Keuangan”, Edisi 1, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 2006.
Pudjiastuti, Widanarni. “Analisis Pengaruh Faktor Krisis Moneter dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur”, Tesis S2, Universitas Gajah Mada, 2002.
Putong, Iskandar. “ Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro”, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 2000. Reksoprayitno, Sudiyono. “Ekonomi Makro: Analisa IS-LM dan Permintaan-
Penawaran Agregatip”, Edisi ketiga cetakan kedua, Liberty, Yogyakarta, 1981.
Riyanto, Bambang. “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi 4. Robertson, John, “A Ratio Model to Measure Change in Financial Health”,
Management Accounting, pp 55-57, 1985. Sarjono, Haryadi. “Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Prediksi
Kemungkinan Kebangkrutan Dengan Model Diskriminan Altman Pada Sepuluh Perusahaan property di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Universitas Bunda Mulia, Jakarta, 2007.
Sawitri, Peni. “Prediksi Tingkat Kesehatan Perusahaan Asuransi Jiwa Termasuk
Kemungkinan Kebangkrutannya dengan Rasio-Rasio Keuangan”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, No. 2, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma, 2002.
88
Sawir, Agnes, “ Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan”, cetakan ketiga, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003
Sudjono. “Analisis Keseimbangan dan Hubungan Simultan antara Variabel
Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham”, Jurnal Ekonomi, Jakarta, Agustus 2007.
Sutrisno. ”Analisis Tingkat Kesehatan dan Potensi Kebangkrutan (Studi empiris
pada perusahaan property dan real estate yang etrdaftar di BEJ)”, skripsi S1 yang tidak dipublikasikan, FEIS UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2004.
Sukirno, Sadono. “Makroekonomi : Teori Pengantar ”, Edisi ketiga cetakan
keenam belas, Rajawali Pers, September 2004. Sasongko dan Wulandari, N. “Pengaruh EVA dan Rasio-Rasio Profitabilitas
Terhadap harga Saham”, Jurnal Keuangan, Vol 19 No. 1, Empirika, Juni 2006.
Tandelilin, Eduardus, “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”, Edisi
pertama, BPFE, Yogyakarta, 2001. ULUPUI, I G. K. A., ”Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage, Aktivitas,
Dan Profitabilitas Terhadap Return Saham”, Jurnal Akuntansi; Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, 2005.
Utami, Mudji dan Rahayu, Mudjilah. “ Peran Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi
dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi”, Jurnal Ekonomi Manajemen, Vol 5 No.2, Universitas Kristen Petra, September 2003.
Waspodo dan Aryanto. “Pengaruh Variabel-Variabel Ekonomi Makro dan Faktor
Mikro terhadap Return on Equity Sektor Industri Manufaktur Otomotiv di Indonesia Tahun 1996-2005”, Thesis Media Pressindo, Yogyakarta, Juni 2005.
Winarni dan Sugiyarso. “Pemahaman Laporan Keuangan, Pengelolaan Aktiva,
Kewajiban dan Modal serta Pengukuran Kinerja Perusahaan”, Media Pressindo, Yogyakarta, Juni 2005.
89
LAMPIRAN - LAMPIRAN
90
LAMPIRAN 1
DATA PERUBAHAN KESEHATAN PERUSAHAAN
(PERUBAHAN ROA DAN ROE)
INDUSTRI MANUFAKTUR
TAHUN 2004-2007
91
DATA PERUBAHAN RETURN ON ASSETS (ROA)
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
PERIODE 2004-2007
No Nama Perusahaan D_ROA 04
D_ROA 05
D_ROA 06
D_ROA 07
1 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 0.8571 0.0000 -0.1429 0.5000 2 Holcim Indonesia Tbk -3.5000 0.2857 -1.4000 -0.9000 3 Semen Gresik (Persero) Tbk 0.4000 1.0000 0.2143 0.2353 4 Asahimas Flat Glass Tbk 0.1818 0.0769 -1.0714 -8.0000 5 Arwana Citramulia Tbk 0.2500 0.0000 -0.4000 0.1667 6 Intikeramik Alamasri Industri Tbk 1.0400 1.8000 -0.6000 4.0000 7 Mulia Industrindo Tbk -4.7500 0.0000 -0.1333 0.6154 8 Surya Toto Indonesia Tbk 0.3333 0.7500 0.2857 -0.2222 9 Alumindo Light Mental Industry Tbk 0.2500 2.0000 0.4000 -0.4286
10 Betonjaya Manunggal Tbk 15.0000 0.2500 -0.6667 6.5000 11 Citra Tubindo Tbk 0.0000 2.0000 0.8571 0.4615 12 Indal Aluminium Industry Tbk 0.7692 0.3333 -1.5000 -0.5000 13 Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk 1.3000 1.3077 -0.5000 0.5000 14 Jaya Pari Steel Corp Tbk 0.1364 -0.3200 -0.1765 0.5714 15 Lion Metal Works Tbk 0.6000 -0.2500 -0.0833 0.0000 16 Lionmesh Prima Tbk 1.6000 0.2308 -0.4000 0.3333 17 Pelangi Indah Canindo Tbk 1.0000 1.5000 0.0000 0.0000 18 Tembaga Mulia Semanan Tbk 2.0000 1.0000 -2.5000 -1.0333 19 Budi Acid Jaya Tbk 0.2500 0.3333 9.0000 0.5000 20 Colorpak Indonesia Tbk 0.0000 0.1250 -0.1429 -0.1667 21 Duta Pertiwi Nusantara Tbk -5.0000 0.2500 -1.6667 1.0000 22 Ekadharma Internasional Tbk 0.0000 0.0000 0.1429 -0.2500 23 Eterindo Wahanatama Tbk 1.3810 1.1250 1.0000 0.5000 24 Intanwijaya Internasional Tbk 0.4000 0.1429 -1.5000 -1.0000 25 Resource Alam Indonesia Tbk 0.8000 9.0000 6.0000 -0.4286 26 Sorini Corporation Tbk 0.1667 0.1429 -0.3333 1.7500 27 Unggul Indah Cahaya Tbk 1.0000 0.6667 -0.8000 1.5000 28 Argha Karya Prima Ind. Tbk 0.9833 1.0000 0.0000 1.0000 29 Asiaplast Industries Tbk -3.0000 0.5000 -1.0200 4.0000 30 Berlina Tbk 0.3333 -0.7500 -2.0000 -5.0000 31 Dynaplast Tbk 0.2857 -0.6000 -1.5000 -2.0000 32 Fatrapolindo Nusa Industri Tbk 7.0000 1.1250 -0.4118 0.7000 33 Kageo Igar Jaya Tbk 0.2857 -0.4444 -0.4000 0.6667 34 Lapindo Internasional Tbk 2.0000 2.5000 -1.2857 -0.5000 35 Siwani Makmur Tbk 0.2000 -0.2500 -0.3333 -0.5000 36 Trias Sentosa 0.8000 -0.5000 0.0000 0.0000 37 Charoen Pokphand Indonesia Tbk -3.6667 -1.2500 1.5000 0.2000 38 JAPFA Comfeed Indonesia Tbk 2.2000 -1.1667 6.0000 -0.1429 39 Sieard Produce Tbk 0.5000 -0.0833 -1.3636 -0.2500 40 Barito Pacific Timber Tbk 1.7143 -7.0000 -0.9867 6.5000 41 Daya Sakti Unggul Corporation Tbk 0.8333 9.0000 -0.4615 1.2857
92
DATA PERUBAHAN RETURN ON ASSETS (ROA)
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
PERIODE 2004-2007
No Nama Perusahaan D_ROA 04
D_ROA 05
D_ROA 06
D_ROA 07
42 Surya Dumai Industri Tbk 1.3200 1.3750 -0.4737 1.000043 Sumalindo Lestari Jaya Tbk -4.5000 -0.9929 -4.0000 -2.000044 Tirta Mahakam Playwood Industry Tbk 0.0000 0.0000 -0.8000 4.000045 Fajar Surya Wisesa Tbk 0.9000 0.0000 0.2000 0.333346 Indah Kiat Pulp &Paper Corp Tbk 0.0000 -1.2000 -5.0000 1.025047 Surabaya Agung Industry Pulp 0.4167 0.6471 -1.0357 -4.000048 Suparma Tbk 1.5000 -1.1667 1.0000 0.500049 Tjiwi Kimia Tbk 3.0000 -1.7500 -2.0000 0.900050 Astra Int'l Tbk 0.1250 -0.1429 -0.5000 0.666751 Astra Otoparts Tbk 0.1818 0.0000 0.0000 0.222252 Goodyear Indonesia Tbk 0.5000 -1.3333 -4.0000 0.500053 Gajah Tunggal Tbk 0.1429 -0.3750 -0.6000 0.000054 Indomobil Sukses Internasional Tbk 1.2500 -1.4000 -1.7500 1.666755 Indospring Tbk -3.5000 -0.8000 -1.4000 6.500056 Multi Prima Sejahtera Tbk 3.0000 4.0000 -0.9000 -8.000057 Nipress -3.0000 -2.0000 1.0000 0.250058 Prima Alloy Steel Universal Tbk 0.0000 -0.6667 -0.5000 0.200059 Selamat Sempurna Tbk 0.1250 0.0000 0.0000 0.111160 Argo Pantes Tbk -0.2857 0.1667 -0.9286 3.000061 Centex (Saham Seri B) 0.0000 4.0000 -1.8000 0.250062 Centex 0.0000 4.0000 -1.8000 0.250063 Eratex Djaja Limited Tbk 1.5000 0.4000 -0.7143 0.500064 Ever Shine Textile Industry Tbk 0.4000 -0.3333 0.0000 1.020065 Panasia Indosintex Tbk 0.5000 -9.0000 -0.9963 2.333366 Indorama Synthetics Tbk 0.0000 -0.6000 -0.2500 1.000067 Karwell Indonesia Tbk 1.0167 0.0000 -4.0000 1.130468 Hanson International Tbk 1.1333 -1.5000 1.7600 0.420369 Hanson International Tbk (Seri B) 1.1333 -2.2500 1.7600 0.420370 APAC Citra Centertex Tbk 0.4286 -0.2500 -1.0667 1.500071 Panasia Filament Inti Tbk 0.3333 -0.3750 0.2000 1.166772 Pan Brother Tbk 0.4000 -0.5714 -0.3333 1.000073 Polysindo Eka Perkasa Tbk 0.8750 -0.5333 -0.9714 -1.666774 Roda Vivatex Tbk 1.0000 0.5000 0.0000 0.166775 Ricky Putra Globalindo Tbk 8.0000 0.0000 -0.2222 0.285776 Sunson Textile Manufacturer Tbk -6.0000 0.2000 -1.1667 -4.000077 Texmaco Jaya Tbk 0.0909 -0.2500 -0.7407 1.000078 Teijin Indonesia Fiber Tbk 0.9333 4.5000 0.6364 0.388979 Sepatu Bata Tbk 0.1333 -0.3846 -0.1250 0.000080 Primarindo Asia Infrastructur Tbk 0.2128 -0.5946 -1.3333 -2.200081 Surya Intrindo Makmur Tbk 0.2727 0.3750 -0.3636 1.142982 Sumi Indo Kabel Tbk 1.6667 1.0000 1.0000 0.5000
93
DATA PERUBAHAN RETURN ON ASSETS (ROA)
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
PERIODE 2004-2007
No Nama Perusahaan D_ROA
04 D_ROA
05 D_ROA
06 D_ROA
07 83 Jembo Cable company Tbk 2.0000 -4.3333 -1.2000 2.000084 GT Kabel Indonesia Tbk 6.0000 -1.3571 1.2000 0.545585 Kabelindo Murni Tbk 0.5000 -1.4545 -0.2000 0.500086 Sucaco Tbk 2.0000 -2.3333 0.0000 0.375087 Voksel Electric Tbk 1.2500 -1.8889 0.0000 0.125088 Arona Binasejati Tbk 0.5000 0.0000 -8.0000 3.285789 Ades Water Indonesia Tbk -3.0000 -0.6042 -0.0351 0.000090 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 1.0100 -0.5000 3.0000 0.250091 Aqua Golden Mississippi Tbk 0.0000 -0.3571 -0.3333 0.333392 Cahaya Kalbar Tbk -9.0000 -0.2500 -1.8333 0.400093 Davomas Abadi Tbk 0.4000 -0.1667 0.4000 0.142994 Delta Djakarta Tbk 0.1000 0.1111 -0.3000 0.000095 Indofood Sukses Makmur Tbk 0.5000 -0.5000 3.0000 0.000096 Multi Bintang Indonesia Tbk 0.2105 0.0000 -0.2000 0.164797 Mayora indah Tbk 0.0000 -0.5714 1.0000 0.333398 Prasidha Aneka Niaga Tbk 0.9979 3.0000 -0.9048 1.500099 Sekar Laut Tbk -4.8000 -1.2368 -0.9468 0.6000
100 Siantar Top Tbk 0.0000 -0.6667 0.5000 0.0000101 Suba Indah Tbk 0.0833 -4.0000 -1.1795 0.0000102 Ultra Jaya Milk Indo.Tbk 0.6000 0.0000 1.5000 3.0000103 BAT Indonesia Tbk 1.3750 -2.0000 -4.3333 0.6000104 Gudang Garam Tbk 0.1818 0.0000 -0.4444 0.2000105 HM Sampoerna Tbk 0.2143 0.1765 0.4000 0.0000106 Bentoel Internasional Investama Tbk 0.0000 1.0000 0.0000 0.1667107 Darya-Varia Laboratoria Tbk 0.0000 0.0833 -0.3077 0.3500108 Indofarma Tbk 1.0500 1.0000 0.0000 2.0000109 Kimia Farma (Persero) Tbk 1.3333 -0.4286 -0.2500 0.6667110 Kalbe Farma Tbk 0.0769 0.1667 0.0714 0.0667111 Merck Indonesia Tbk 0.1600 -0.1034 0.1923 0.0323112 Pyridam Farma Tbk 1.0000 0.0000 0.0000 0.0000113 Schering Plough Indonesia Tbk 1.2439 0.0000 2.0000 -2.6667114 Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk 0.1176 -0.8421 0.2500 0.0800115 Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk (PS) 0.1176 -0.8421 0.2500 0.0800116 Tempo Scan PacificTbk 0.1176 -0.1333 -0.1538 0.1818117 Mustika Ratu Tbk 0.4286 -0.2500 0.0000 0.3333118 Mandom Indonesia Tbk 0.0625 0.0000 -0.1176 0.2667119 Unilever Indonesia Tbk 0.0526 -0.0750 0.0000 0.0541120 Kedawung Setia Industrial Tbk 0.5000 -0.6667 -1.2000 4.0000121 Kedaung Indah Can Tbk 0.5714 -0.4545 0.8333 -0.0909122 Langgeng Makmur Ind. Tbk 0.2500 -3.6000 -0.9615 2.0000
94
DATA PERUBAHAN RETURN ON EQUITY (ROE)
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
PERIODE 2004-2007
No Nama Perusahaan D_ROE 04 D_ROE 05
D_ROE 06
D_ROE 07
1 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk 6.5000 0.2800 -0.2308 0.40002 Holcim Indonesia Tbk -2.3889 0.6923 -1.4444 0.87503 Semen Gresik (Persero) Tbk 0.8667 0.5000 -0.9900 0.16674 Asahimas Flat Glass Tbk 0.3000 0.1053 -1.0556 4.00005 Arwana Citramulia Tbk 0.5263 0.3260 -0.2857 0.26676 Intikeramik Alamasri Industri Tbk 0.1875 2.5000 -0.8571 -0.50007 Mulia Industrindo Tbk 1.0465 0.6111 -0.3043 -0.37508 Surya Toto Indonesia Tbk 0.2800 1.5556 -0.2300 0.25009 Alumindo Light Mental Industry Tbk 0.5000 0.3000 0.8000 0.4444
10 Betonjaya Manunggal Tbk 4.0000 1.2727 -0.5714 1.100011 Citra Tubindo Tbk 0.0000 3.0000 -1.4167 -0.137912 Indal Aluminium Industry Tbk 2.0455 0.7273 -1.4600 -0.739113 Jakarta Kyoei Steel Works Ltd Tbk 0.6716 -0.5625 1.6667 -0.500014 Jaya Pari Steel Corp Tbk 1.9167 -0.3000 0.2857 -0.600015 Lion Metal Works Tbk 0.6552 0.3871 -0.6600 0.000016 Lionmesh Prima Tbk 0.6667 1.2308 -0.4211 0.272717 Pelangi Indah Canindo Tbk 1.3846 0.0000 0.0000 -0.666718 Tembaga Mulia Semanan Tbk 1.1667 3.7500 -1.5030 1.047619 Budi Acid Jaya Tbk 1.5714 1.2360 8.0000 0.222220 Colorpak Indonesia Tbk 0.2300 0.3300 0.5230 0.830021 Duta Pertiwi Nusantara Tbk -4.0000 0.1250 -1.5000 -3.500022 Ekadharma Internasional Tbk 0.0000 1.2500 -0.1111 0.000023 Eterindo Wahanatama Tbk 0.1111 0.1250 0.0000 -1.000024 Intanwijaya Internasional Tbk 0.3333 1.3300 0.0000 0.666725 Resource Alam Indonesia Tbk 1.4783 9.0000 7.3333 -0.400026 Sorini Corporation Tbk 0.3333 0.7333 -0.2000 1.500027 Unggul Indah Cahaya Tbk 0.7000 1.0000 -0.7500 0.000028 Argha Karya Prima Ind. Tbk 0.2833 0.4000 0.0000 2.000029 Asiaplast Industries Tbk 1.1429 0.8182 1.0167 3.000030 Berlina Tbk 0.9863 -0.5833 -1.4000 0.500031 Dynaplast Tbk 0.2600 -0.5000 -0.2810 0.600032 Fatrapolindo Nusa Industri Tbk 0.8333 2.5455 -2.5000 6.437533 Kageo Igar Jaya Tbk 0.2000 0.0000 0.0000 0.500034 Lapindo Internasional Tbk 0.1200 -5.2500 -2.0000 -0.333335 Siwani Makmur Tbk 0.3333 -0.1667 -0.5000 0.133036 Trias Sentosa 1.0000 -0.3333 0.5000 -0.150037 Charoen Pokphand Indonesia Tbk -8.7500 1.1935 2.3333 0.000038 JAPFA Comfeed Indonesia Tbk 0.1667 -1.2308 2.3333 1.311739 Sieard Produce Tbk 4.7115 -1.3300 -1.3077 -0.454540 Barito Pacific Timber Tbk 0.4333 0.2264 -0.9846 -1.692341 Daya Sakti Unggul Corporation Tbk 1.4906 -1.5000 -1.8229 0.4444
95
DATA PERUBAHAN RETURN ON EQUITY (ROE)
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
PERIODE 2004-2007
No Nama Perusahaan D_ROE 04
D_ROE 05
D_ROE 06
D_ROE 07
42 Surya Dumai Industri Tbk -1.2258 -0.3333 -0.6071 1.030043 Sumalindo Lestari Jaya Tbk 0.7667 -0.6530 -5.3333 -1.923144 Tirta Mahakam Playwood Industry Tbk 1.2258 0.0000 -0.8000 0.200045 Fajar Surya Wisesa Tbk 0.2500 -1.5000 8.0000 -1.090946 Indah Kiat Pulp &Paper Corp Tbk -0.1765 1.1429 -6.0000 0.411847 Surabaya Agung Industry Pulp 4.5000 0.1364 0.0000 0.200048 Suparma Tbk -7.5000 -1.0541 1.5000 -0.666749 Tjiwi Kimia Tbk 0.9200 1.6000 -0.3704 -0.166750 Astra Int'l Tbk 0.1765 -0.1818 -0.1176 1.714351 Astra Otoparts Tbk 1.1429 -0.3660 -0.6471 0.000052 Goodyear Indonesia Tbk 0.1316 -1.3333 -4.0000 -2.000053 Gajah Tunggal Tbk 0.5882 0.3929 -0.6471 -0.266754 Indomobil Sukses Internasional Tbk -1.5806 -1.5556 -1.7000 0.333355 Indospring Tbk 3.3333 -0.6538 -1.3333 7.000056 Multi Prima Sejahtera Tbk 3.0000 3.5000 -0.3269 -6.500057 Nipress -2.3333 -2.0000 -1.2500 0.375058 Prima Alloy Steel Universal Tbk 0.8000 -0.6000 -1.5000 1.025059 Selamat Sempurna Tbk 0.5625 -0.0588 -0.3260 1.400060 Argo Pantes Tbk 1.5806 -0.5764 -0.7869 1.157961 Centex (Saham Seri B) 1.3200 0.0000 -2.0000 4.833362 Centex 0.0000 0.0000 -2.0000 0.390263 Eratex Djaja Limited Tbk 0.3077 -1.7635 -0.7168 0.390264 Ever Shine Textile Industry Tbk -0.5000 0.2500 -0.3333 1.100065 Panasia Indosintex Tbk -0.5000 -4.5000 -0.5976 -3.000066 Indorama Synthetics Tbk 0.0000 0.5000 0.0000 4.100067 Karwell Indonesia Tbk 1.7500 1.0000 12.0000 -2.615468 Hanson International Tbk 0.5000 -2.0000 -1.0556 5.250069 Hanson International Tbk (Seri B) 0.5000 -3.5000 -0.5200 5.250070 APAC Citra Centertex Tbk 0.0000 -0.7500 0.0000 1.541771 Panasia Filament Inti Tbk 1.0200 -0.1379 -0.9714 0.000072 Pan Brother Tbk 1.2000 0.1818 -0.4286 0.796073 Polysindo Eka Perkasa Tbk 1.2000 -0.3000 -0.1333 0.654874 Roda Vivatex Tbk 1.5821 -0.7500 -1.1739 0.000075 Ricky Putra Globalindo Tbk 0.1373 -0.1538 0.0000 0.833376 Sunson Textile Manufacturer Tbk 0.3750 -0.3529 0.2143 0.416777 Texmaco Jaya Tbk 0.5385 1.4500 -1.3333 0.607678 Teijin Indonesia Fiber Tbk 0.3333 6.0000 -7.7143 0.571479 Sepatu Bata Tbk 0.5185 -0.3000 1.2300 0.117680 Primarindo Asia Infrastructur Tbk 1.7692 0.0000 -0.7143 0.357181 Surya Intrindo Makmur Tbk 0.9000 0.3000 1.3333 0.389882 Sumi Indo Kabel Tbk 0.1304 2.5000 -0.5885 0.2727
96
DATA PERUBAHAN RETURN ON EQUITY (ROE)
PERUSAHAAN MANUFAKTUR
PERIODE 2004-2007
No Nama Perusahaan D_ROE 04
D_ROE 05
D_ROE 06
D_ROE 07
83 Jembo Cable company Tbk 0.3750 -4.0000 -0.3000 0.625084 GT Kabel Indonesia Tbk 0.2500 -2.4118 0.0000 0.450085 Kabelindo Murni Tbk -0.3939 -0.6000 -0.1667 0.100086 Sucaco Tbk 1.6667 -0.8000 -0.5662 0.076987 Voksel Electric Tbk 0.0000 -1.5000 -1.5000 0.108188 Arona Binasejati Tbk 1.4110 0.5200 -4.6667 0.400089 Ades Water Indonesia Tbk 0.3939 -2.5281 0.3125 1.461590 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0.5625 0.5000 -1.3636 0.850091 Aqua Golden Mississippi Tbk 0.6000 -1.1602 -0.6667 0.000092 Cahaya Kalbar Tbk 1.0111 -0.6000 0.2857 0.166793 Davomas Abadi Tbk 0.3704 -0.3846 0.2350 0.500094 Delta Djakarta Tbk 0.1250 1.0000 -1.0000 0.375095 Indofood Sukses Makmur Tbk 0.1833 -0.1429 3.3333 0.645096 Multi Bintang Indonesia Tbk 0.4000 -0.2727 0.9116 0.416797 Mayora indah Tbk 0.2941 -0.6667 -0.5990 0.230898 Prasidha Aneka Niaga Tbk 0.0000 -2.1667 0.0000 1.800099 Sekar Laut Tbk 0.9988 3.0000 0.0000 0.0000
100 Siantar Top Tbk 0.1000 -0.1515 1.0000 0.0000101 Suba Indah Tbk 0.4865 -0.5000 0.4286 0.2703102 Ultra Jaya Milk Indo.Tbk 0.0000 -0.6667 -0.1923 0.3333103 BAT Indonesia Tbk 1.3333 -2.2500 -4.6000 0.1637104 Gudang Garam Tbk 0.1176 0.0000 0.2000 0.1795105 HM Sampoerna Tbk 0.7083 0.0000 0.2778 0.1795106 Bentoel Internasional Investama Tbk 0.5000 0.2683 0.2500 0.2150107 Darya-Varia Laboratoria Tbk 0.0588 0.6667 0.1667 0.3333108 Indofarma Tbk 1.0600 0.1250 -0.1481 0.3125109 Kimia Farma (Persero) Tbk 0.6667 -0.3333 -0.1563 0.0000110 Kalbe Farma Tbk 0.2051 0.4000 0.5000 0.1200111 Merck Indonesia Tbk 0.1563 0.5230 -0.1765 0.2311112 Pyridam Farma Tbk 1.0000 0.1351 0.0000 2.0000113 Schering Plough Indonesia Tbk 1.3953 0.0000 -3.0602 0.5440114 Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk 0.3333 0.8438 6.8000 0.6470115 Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk (PS) 0.3333 -0.8438 6.8000 0.2880116 Tempo Scan PacificTbk 0.2935 0.1053 -0.1765 0.3550117 Mustika Ratu Tbk 0.4444 -0.4000 0.0000 0.9870118 Mandom Indonesia Tbk 0.1667 0.0000 -0.2000 0.2440119 Unilever Indonesia Tbk 0.0323 0.0000 0.1061 0.3220120 Kedawung Setia Industrial Tbk 0.8667 -0.6786 -1.1111 0.8870121 Kedaung Indah Can Tbk 0.3333 -0.3500 -0.9231 0.3250122 Langgeng Makmur Ind. Tbk 0.9963 -1.1115 -0.9714 0.6540
97
LAMPIRAN 2
DATA VARIABEL EKONOMI MAKRO
TAHUN 2003-2007
98
TINGKAT INFLASI
PERIODE 2003-2007
TAHUN TINGKAT
INFLASI 2003 0,0679 2004 0,0606 2005 0,1040 2006 0,1333 2007 0,0640
PERUBAHAN INFLASI
PERIODE 2004-2007
TAHUN PERUBAHAN INFLASI
2004 -0.107511 2005 0.716172 2006 0.281731 2007 -0.519565
99
NILAI TUKAR RUPIAH
TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT
PERIODE 2003-2007
TAHUN NILAI KURS 2003 Rp. 8465,00 2004 Rp. 9290,00 2005 Rp. 9830,00 2006 Rp. 9020,00 2007 Rp. 9419,00
PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH
TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT
PERIODE 2004-2007
TAHUN PERUBAHAN KURS
2004 0,09746013 2005 0,05812702 2006 -0,08240080 2007 0,04423503
100
PRODUK DOMESTIK BRUTO
PERIODE 2003-2007
(MILIAR Rp.)
TAHUN NILAI PDB
2003 2.013.674,6 2004 2.295.826,2 2005 2.774.281,1 2006 3.339.479,6 2007 3.957.403,9
PERUBAHAN PRODUK DOMESTIK BRUTO
PERIODE 2004-2007
TAHUN NILAI PDB 2004 0,140117773 2005 0,208402056 2006 0,203727914 2007 0,185036106
101 101
LAMPIRAN 3
HASIL PENGUJIAN DATA
METODE REGRESI LINIER BERGANDA
DENGAN PROGRAM SPSS 16
102
A. Hasil Uji Normalitas Variabel Perubahan ROA Pada Saat Masih Terdapat
Data Yang Outlier
B. Hasil Uji Normalitas Variabel Perubahan ROA Setelah Tidak Ada Data
Yang Outlier
103
C. Hasil Regresi Berganda Variabel Perubahan ROA
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .457a .209 .203 .7289595 1.882
a. Predictors: (Constant), PERUBAHAN PDB, PERUBAHAN INFLASI, PERUBAHAN
KURS
b. Dependent Variable: PERUBAHAN ROA
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 56.350 3 18.783 35.348 .000a
Residual 213.084 401 .531 1
Total 269.434 404
a. Predictors: (Constant), PERUBAHAN PDB, PERUBAHAN INFLASI, PERUBAHAN KURS
b. Dependent Variable: PERUBAHAN ROA
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) 1.034 .387
2.674 .008
PERUBAHAN INFLASI -.270 .099 -.151 -2.738 .006 .651 1.535
PERUBAHAN KURS 2.932 .684 .246 4.286 .000 .599 1.669
1
PERUBAHAN PDB 5.207 2.051 .173 2.539 .011 .427 2.343
a. Dependent Variable: PERUBAHAN ROA
104
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -.211 .934 -.226 .821
PERUBAHAN INFLASI -.185 .233 -.046 -.792 .429
PERUBAHAN KURS .911 1.669 .034 .546 .586
1
PERUBAHAN PDB .541 4.940 .008 .110 .913
a. Dependent Variable: Ln_U2iY1
(Hasil Uji Heteroskedastisitas Perubahan ROA dengan Uji Park)
105
D. Hasil Uji Normalitas Variabel Perubahan ROE Pada Saat Masih Terdapat
Data Yang Outlier
E. Hasil Uji Normalitas Variabel Perubahan ROE Setelah Tidak Ada Data
Yang Outlier
106
F. Hasil Regresi Berganda Variabel Perubahan ROE
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .495a .245 .239 .6730077 1.892
a. Predictors: (Constant), PERUBAHAN PDB, PERUBAHAN INFLASI, PERUBAHAN
KURS
b. Dependent Variable: PERUBAHAN ROE
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 58.965 3 19.655 43.394 .000a
Residual 181.629 401 .453 1
Total 240.593 404
a. Predictors: (Constant), PERUBAHAN PDB, PERUBAHAN INFLASI, PERUBAHAN KURS
b. Dependent Variable: PERUBAHAN ROE
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Collinearity
Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
(Constant) .922 .353
2.611 .009
PERUBAHAN INFLASI -.212 .088 -.126 -2.417 .016 .691 1.447
PERUBAHAN KURS 3.589 .646 .313 5.552 .000 .594 1.684
1
PERUBAHAN PDB 4.740 1.865 .165 2.542 .011 .444 2.251
a. Dependent Variable: PERUBAHAN ROE
107
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
(Constant) -1.075 .902 -1.192 .234
PERUBAHAN INFLASI -.221 .226 -.056 -.979 .328
PERUBAHAN KURS 1.924 1.612 .074 1.193 .233
1
PERUBAHAN PDB 4.487 4.773 .067 .940 .348
a. Dependent Variable: Ln_U2iY2
(Hasil Uji Heteroskedastisitas Perubahan ROE dengan Uji Park)
108