Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

25
PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA DASAR PERCOBAAN II ANALISIS PARACETAMOL TOTAL DALAM CUPLIKAN URIN OLEH : KELOMPOK VIII : 1. WA ODE IDA FITRIAH 2. ANDI SITI ZAENAB .S 3. ROSIANA AGAPA 4. FEBRIYANTI SUHAMDANI 5. ULAN DWI SHINTA

description

Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

Transcript of Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

Page 1: Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA DASAR

PERCOBAAN II

ANALISIS PARACETAMOL TOTAL DALAM CUPLIKAN URIN

OLEH :

KELOMPOK VIII : 1. WA ODE IDA FITRIAH

                                      2. ANDI SITI ZAENAB .S

                                            3. ROSIANA AGAPA

                                                            4. FEBRIYANTI SUHAMDANI

                                               5. ULAN DWI SHINTA

ASISTEN          : LUKITA LESTARI , S.Farm.

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2015

Page 2: Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukan percobaan analisis paracetamol total dalam cuplikan urin

adalah:

1. Dapat memahami langkah-langkah analisis parasetamol dalam cuplikan urine

2. Dapat melakukan analisis dalam cuplikan urine

B. Latar Belakang

Obat merupakan sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan

untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam

penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan, kesehatan

dan kontrasepsi obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi rasa

sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Salah satu

sediaan yang populer saat ini adalah kombinasi parasetamol dan ibuprofen yang

merupakan obat analgesik. Obat ini digunakan untuk mengurangi atau

menghilangkan rasa nyeri dan menurunkan suhu badan yang tinggi. Misalnya pada

sakit kepala, sakit gigi, nyeri haid, keseleo, demam imunisasi, demam flu dan

sebagainya. Obat-obatan ini yang beredar sebagai obat bebas adalah untuk sakit yang

ringan, sedangkan untuk sakit yang berat misalnya: sakit karena batu ginjal, batu

empedu dan kanker) dan untuk demam yang berlarut-larut membutuhkan

pemeriksaan dokter (Mahdiyar, 2010).

Page 3: Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

Parameter farmakokinetika obat dapat diperoleh berdasarkan hasil pengukuran

kadar obat dan / atau metabolitnya di dalam cairan seperti darah, urin, saliva atau

cairan tubuh lainnya. Persyaratan yang dituntut bagi suatu metode analisa adalah jika

metode tersebut dapat memberikan nilai perolehan kembali yang tinggi (75-90% atau

lebih), kesalahan acak dan sistematik kurang dari 10%. Kepekaan dan selektivitas

merupakan kriteria lain yang penting dan nilainya tergantung pula dari alat pengukur

yang digunakan. Dalam percobaan ini akan dilakukan langkah-langkah yang perlu

dikerjakan untuk optimalisasi analisis, meliputi: Penentuan jangka waktu larutan obat

yang memberikan resapan tetap (khusus untuk reaksi warna), pembuatan kurva baku

(parasetamol), perhitungan nilai perolehan kembali, kesalahan acak dan kesalahan

sistematik dan penetapan panjang gelombang larutan obat yang memberikan resapan

maksimum (parasetamol) (Anonim, 2015).

Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek analgetik

ringansampai sedang, dan antipiretik yang ditimbulkan oleh gugus

aminobenzen.kombinasi parasetamol dan ibuprofen digunakan sebagai obat

analgesik,sedangkan campuran parasetamol dan kafein banyak ditemukan dalam

produk antiinfluenza yang berkhasiat sebagai analgetik dan antipiretik. Penetapan

kadar parasetamol pada tablet kombinasi zat aktif ini dapat dilakukan

denganmenggunakan metode spektrofotometri UV-VIS dan HPLC (Naid, 2011).

` Farmakokkinetika obat parasetamol sebagai berikut: Parasetamol diabsorpsi

cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma

dicapai dalam waktu ½ jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar

Page 4: Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

ke seluruh cairan tubuh. Dalam plasma, 25% parasetamol terikat protein plasma, dan

dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian asetaminofen 80% dikonjugasi

dengan asam glukoronat dan sebagian kecil lainnya dengan asam sulfat. Selain itu

dapat mengalami hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan

methemoglobinemia dan hemolisis eritrosit. Obat ini diekskresi melalui ginjal,

sebagian kecil sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk

terkonjugasi (Shargel, 2005).

Kepekaan dan selektivitas merupakan kriteria lain yang penting dan nilainya

tergantung pula dari alat pengukur yang dipakai. Dalam percobaan ini akan dilakukan

langkah-langkah yang perlu dikerjakan untuk optimalisasi analisis meliputi(Rustiani

dkk, 2011) :

1. Penentuan jangka waktu larutan obat yang memberikan resapan tetap  (khusus

untuk reaksi warna).

2. Penetapan panjang gelombang larutan obat yang memberikan resapan maksimum

(parasetamol).

3. Pembuatan kurva baku (parasetamol).

4. Perhitungan nilai perolehan kembali, kesalahan acak dan kesalahan sistematik.

Ketersediaan hayati merupakan kecepatan dan jumlah obat yang mencapai

sirkulasi sistemik dan secara keseluruhan menunjukkan kinetik dan perbandingan zat

aktif yang mencapai peredaran darah terhadap jumlah obat yang diberikan.

Ketersediaan hayati obat yang diformulasi menjadi sediaan farmasi merupakan

bagian dari salah satu tujuan rancangan bentuk sediaan dan yang terpenting untuk

Page 5: Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

keefektifan obat tersebut. Pengkajian terhadap ketersediaan hayati ini tergantung pada

absorpsi obat ke dalam sirkulasi umum serta pengukuran dari obat yang terabsorpsi

tersebut. Dalam menaksir ketersediaan hayati ada tiga parameter yang biasanya

diukur yang an profil konsentrasi dalam darah dan waktu dari obat yang diberikan

(Rustiani, 2011).

Ketersediaan hayati merupakan suatu penerapan baru yang kegunaannya tidak

perlu diragukan lagi. Penerapan ketersediaan hayati berkembang dalam dua arah,

yaitu (Rustiani, 2011):

1. Farmasi klinik yang berkaitan dengan rasionalisasi keadaan individu penderita,

artinya penyesuaian pasologi yang tepat pada setiap penderita, dengan

mempertimbangkan perubahan farmakokinetika in vivo, baik karena interaksi obat

maupun karena fungsi fisiolagi.

2. Farmasetika yang berkaitan dengan rasionalisasi pengembangan suatu obat, yaitu

penyesuaian optimal jalur pemberian obat dan bentuk sediaan terhadap

karakteristik farmakokinetika zat aktif.

Page 6: Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

BAB II

METODE KERJA

1. Alat Dan Bahan

a. Alat :

1. Spektrofotometer

2. Botol

3. Pipet ukur

4. Tabung reaksi

5. Rak tabung

6. Beaker glass

7. Pipet tetes

B. Bahan :

1. Paracetamol

2. Sampel urin dari probandus laki-laki dan perempuan

3. Sarung tangan

4. Masker

5. Water steril

6. Aquades

7. Alkohol

8. HCl

Page 7: Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

2. Cara Kerja

A.    Pemberian Paracetamol dengan Pengumpulan Urin

Cuplikan urin harus dikumpulkan selama waktu 6 jam. Probandus dapat

meminum obat dan dapat mengumpulkan cuplikan urin sehari sebelum dianalisis.

Cuplikan urin dapat disimpan selama 1 malam pada suhu 40C tanpa penguraian yang

berarti.

1.  Untuk menjaga aliran urin, subjek harus minum 200 ml air setelah 30 menit.

Cuplikan ini digunakan sebagai blanko, catat volumenya.

2.   Paracetamol 500 mg diminum dengan 200 ml air dan waktu mulai dicatat. Ini

adalah waktu jam ke nol.

3.    Setelah 1 jam, kandung kemih dikosongkan, banyaknya volume urin diukur dan

dicatat serta ditandai. Ambil kurang lebih 15 ml. Probandus minum 200 ml air.

4.    Prosedur yang sama (seperti angka 3) diulang dengan interval waktu: 2,3,4,5 dan

6 jam.

B.   Analisis Cuplikan Paracetamol Total dalam Urin

1.   Tentukan kadar paracetamol total dalam cuplikan urin pada masing masing

interval waktu yang telah ditentukan (jam ke-1, 2, 3, 4, 5 dan 6). Untuk

penetapan kadarnya:

a. Ambil 1 ml cuplikan urin dan tambahkan 4 ml HCL 4 M kedalam tabung

reaksi.

b. Cukupkan volumenya menjadi 10 ml dengan aquadestcampur homogen.

c. Lakukan pembacaan serapan pada panjang gelombang 252 nm.

Page 8: Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

BAB IV

HASIL DAN PERCOBAAN

Hasil pengamatan pada praktikum ini adalah :

a. Kurva standar

           

A B S

ppm

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0

0

1

2

3

4

5

S td. C a l. P arameters

K 1:K 0:

R :R 2:

35.77090.0000

0.80290.6447

b. Tabel data standar :

Absorbansi Konsentrasi (ppm)

-0,063 10,068 20,036 30,061 40,125 5

          

Page 9: Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

c. Persamaan linear

               

-0.1 -0.05 0 0.05 0.1 0.150123456

f(x) = 19.4936922849354 x + 2.11498637026393R² = 0.719317245314118

Persamaan linear dari data standar

Konsentrasi (ppm)

Linear (Konsentrasi (ppm))

Linear (Konsentrasi (ppm))

Absorbansi

Kons

entr

asi (

ppm

)

d. Tabel absorbansi sampel urin

   Sampel Absorbansi Konsentrasi (ppm)

1 Perempuan jam ke 1 -0,661 -23.6481 Low 2 Perempuan jam ke 2 -1,009 -36.0999 Low 3 Perempuan jam ke 3 5 178.8543 High4 Perempuan jam ke 4 5 178.8543 High5 Perempuan jam ke 5 -1,207 -43.1754 Low 6 Perempuan jam ke 6 5 178.8543 High7 Laki-laki jam ke 1 5 178.8543 High8 Laki-laki jam ke 2 5 178.8543 High9 Laki-laki jam ke 3 5 178.8543 High10 Laki-laki jam ke 4 5 178.8543 High11 Laki-laki jam ke 5 5 178.8543 High12 Laki-laki jam ke 6 5 178.8543 High

e. Perhitungan

Sampel urin perempuan jam ke 1Y = ax + b-0,661 = 19,49 x + 2,11519,49 x = 0,312X = - 0,016

Sampel urin perempuan jam ke 2Y = ax + b

Page 10: Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

-1,009 = 19,49 x + 2,11519,49 x = - 0,4770X = - 0,024

Sampel urin perempuan jam ke 3Y = ax + b5 = 19,49 x + 2,11519,49 x = 2,364X = 0,121

Sampel urin perempuan jam ke 4Y = ax + b5 = 19,49 x + 2,11519,49 x = 2,364X = 0,121

Sampel urin perempuan jam ke 5Y = ax + b-1,207 = 19,49 x + 2,11519,49 x = -0,570X = -0,029

Sampel urin perempuan jam ke 6Y = ax + b5 = 19,49 x + 2,11519,49 x = 2,364X = 0,121

Sampel urin laki-laki jam ke 1Y = ax + b5 = 19,49 x + 2,11519,49 x = 2,364X = 0,121

Sampel urin laki-laki jam ke 2Y = ax + b5 = 19,49 x + 2,11519,49 x = 2,364X = 0,121

Sampel urin laki-laki jam ke 3Y = ax + b5 = 19,49 x + 2,11519,49 x = 2,364

Page 11: Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

X = 0,121 Sampel urin laki-laki jam ke 4

Y = ax + b5 = 19,49 x + 2,11519,49 x = 2,364X = 0,121

Sampel urin laki-laki jam ke 5Y = ax + b5 = 19,49 x + 2,11519,49 x = 2,364X = 0,121

Sampel urin laki-laki jam ke 6Y = ax + b5 = 19,49 x + 2,11519,49 x = 2,364X = 0,121

Page 12: Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

BAB IV

PEMBAHASAN

Urin atau air seni merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang

kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin

diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh

ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Fungsi utama urin adalah untuk

membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.Anggapan umum

menganggap urin sebagai zat yang “kotor”. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan

urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga

urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan

saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir

tidak berbau ketika keluar dari tubuh.

Dalam farmakokinetik, urin dapat digunakan sebagai salah satu objek

pemeriksaan selain plasma darah, untuk penentuan beberapa parameter

farmakokinetik. Parameter Farmakokinetik Data eksresi obat lewat urine dapat

dipakai untuk memperkirakan bioavailabilitas. Agar dapat diperkirakan yang sahih,

obat harus dieksresi dengan jumlah yang bermakna di dalam urine dan cuplikan urine

harus dikumpulkan secara lengkap. Jumlah kumulatif obat yang dieksresi dalam urine

secara langsung berhubungan dengan jumlah total obat yang terabsorbsi.

Pada praktikum ini telah dilakukan identifikasi suatu senyawa obat yang telah

dimetabolisme oleh tubuh yang diekskresikan lewat urin untuk mengetahui apakah

parasetamol masih tersisa di dalam urin setelah rentang waktu tertentu . Obat yang

Page 13: Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

kami gunakan pada percobaan ini adalah parasetamol.  Telah diketahui bahwa

Parasetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik /

analgesik. Paracetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan yang

disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping itu, paracetamol

juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan

sampai sedang. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis

obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.

Parasetamol digunakan karena paracetamol dapat diabsorpsi cepat dan

sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam

waktu ½ jam dan massa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar keseluruh

cairan tubuh. Dalam plasma 25% parasetamol sehingga identifikasinya pun akan

lebih mudah, Kedua obat ini dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian

asetaminofen (80%) dikonjugasikan dengan asam glukoronat dan sebagian kecil

lainnya dengan dengan asam sulfat. Selain itu kedua obat ini dapat mengalami

hidroksilasi. Metabolit hasil hidroksilasi ini dapat menimbulkan methemoglobinemia

dan hemolisis eritrosit. Kedua obat ini diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil

sebagai parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi. 

Parasetamol berikatan dengan sulfat dan glukuronida terjadi di hati.

Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek analgetik ringan

sampai sedang, dan antipiretik yang ditimbulkan oleh gugus aminobenzen.

kombinasi parasetamol dan ibuprofen digunakan sebagai obat analgesik, sedangkan

campuran parasetamol dan kafein banyak ditemukan dalam produk antiinfluenza

Page 14: Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

yang berkhasiat sebagai analgetik dan antipiretik. Penetapan kadar parasetamol pada

tablet kombinasi zat aktif ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode

spektrofotometri UV-VIS. Spektrofotometer UV-VIS adalah alat untuk analisa

unsur-unsur berkadar rendah secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Penentuan

secara kualitatif berdasarkan puncak-puncak yang dihasilkkan pada spektrum suatu

unsur tertentunta pada panjang gelombang tertentu, sedangkan penentuan secara

kuantitatif berdasarkan nilai absorbansi yang dihasilkan dari spektrum senyawa

kompleks unsur yang dianalisa dengan pengompleks yang sesuai. Digunakan dalam

penentuan kadar senyawa organik yang mempunyai struktur kromofor. Penentuan

kadar dilakukan dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang maksimum

agar dapat memberikan absorbansi tertinggi untuk setiap konsentrasi.

Spektrofotometri UV VIS memiliki kekurangan untuk menetapkan kadar obat yang

merupakan campuran dari beberapa zat aktif.

Larutan standar yang digunakan yaitu parasetamol murni. Analisis cuplikan

paracetamol total dalam urin dilakukan dengan mentukan kadar paracetamol total

dalam cuplikan urin pada masing masing interval waktu yang telah ditentukan (jam

ke-1, 2, 3, 4, 5 dan 6). Untuk penetapan kadarnya, diambil 1 ml cuplikan urin dan

ditambahkan 4 ml HCL 4 M ke dalam tabung reaksi, cukupkan volumenya menjadi

10 ml dengan aquadest campur homogen, lakukan pembacaan serapan pada panjang

gelombang 252 nm. HCl digunakan dengan tujuan untuk merubah suasana menjadi

asam dan paractamol akan diubah menjadi paraminofel dan asam asetat.

Page 15: Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

Analisis menggunakan spektrofotometer didapatkan hasil, yakni pada sampel

urin pria jam pertama sampai jam ke enam memiliki nilai absorbansi yang sama yaitu

5, hal ini dikarenakan sampel yang diukur sangat pekat sehingga konsentrasi

parasetamol yang diperoleh dari sampel yaitu sebesar 178.8543 ppm. Sedangkan hasil

yang diperoleh pada sampel urin wanita pada jam pertama sampai jam ke enam

memiliki nilai absorbansi yang berbeda yaitu pada jam pertama -0,661, jam kedua -

1,009, jam ketiga, keempat dan keenam yaitu 5, jam kelima -1,009.

Faktor-faktor tertentu dapat mempersulit untuk mendapatkan data eksresi urin

yang sahih. Beberapa faktor tersebut antara lain : Suatu fraksi yang bermakna dari

obat tidak berubah harus dieksresi dalam urin, teknik penetapan kadar harus spesifik

untuk obat tidak berubah, dan harus tidak dipengaruhi oleh metabolit-metabolit obat

obat yang mempunyai struktur kimia serupa diperlukan pengambilan cuplikan yang

sering untuk mendapatkan gambaran kurva yang baik. Cuplikan data urin hendaknya

dikumpulkan secara berkala sampai hampir semua obat dieksresi. Suatu grafik dari

kumulatif obat yang dieksresi vs waktu akan menghasilkan kurva yang mendekati

asimtot pada “waktu tak terhingga”.

Page 16: Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

BAB V

KLESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari percobaan ini, adalah sebagai berikut.

1. Langkah-langkah analisis paracetamol dalam cuplikan urin adalah

mengumpulkan cuplikan urin selama waktu 6 jam. Probandus dapat meminum

obat dan dapat mengumpulkan cuplikan urin sehari sebelum dianalisis. Cuplikan

urin dapat disimpan selama 1 malam pada suhu 40C tanpa penguraian yang

berarti.

2.   Analisis cuplikan paracetamol total dalam urin adalah dengan mentukan kadar

paracetamol total dalam cuplikan urin pada masing masing interval waktu yang

telah ditentukan (jam ke-1, 2, 3, 4, 5 dan 6). Untuk penetapan kadarnya:Ambil 1

ml cuplikan urin dan tambahkan 4 ml HCL 4 M kedalam tabung reaksi,

cukupkan volumenya menjadi 10 ml dengan aquadest campur homogen, lakukan

pembacaan serapan pada panjang gelombang 252 nm. Selanjutnya hitung

parameter farmakokinetik paracetamol.

Page 17: Analisis Paracetamol Total Dalam Cuplikan Urin[1]

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015, Buku Penuntun Farmakokinetika Dasar, Fakultas Farmasi, Universitas Halu Oleo.

Naid, T., Kasim, S., Pakaya, M., 2011, Penetapan Kadar Parasetamol DalamTabletKombinasi Parasetamol Dengan Kofein Secara SpektrofotometriUltraviolet-Sinar Tampak, Majalah Farmasi dan Farmakologi, Vol. 15, No.2, Hal. 77 – 82

Rustiani, E., Rokhmah, NN., Fatmi, M., 2011, Penuntun Praktikum Farmakokinetik. Bogor: Universitas Pakuan.

Shargel Leon, Yu Andrew B.C, 2005, Biofarmasetika dan Farmakokinetik Edisi ke-2, Airlangga University Press.