ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini...
Transcript of ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini...
ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL”
DI KABUPATEN BOYOLALI
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Program Studi Agrobisnis
Oleh :
Triana Yuliastuti
H0305041
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
PERNYATAAN
Dengan ini kami selaku Tim Pembimbing Skripsi Mahasiswa Program Sarjana :
Nama : Triana Yuliastuti
NIM : H0305041
Jurusan/Program Studi : Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Menyetujui Naskah Publikasi Ilmiah yang disusun oleh yang bersangkutan dan dipublikasikan
dengan / tanpa*) mencantumkan nama tim pembimbing sebagai Co-Author.
Pembimbing Utama
Dr. Ir. Minar Ferichani, MP NIP :19670331 199303 2 001
Pembimbing Pendamping
R. Kunto Adi, SP. MP. NIP : 19731017 200312 1 002
*) Coret yang tidak perlu
ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON ”AMPEL”
DI KABUPATEN BOYOLALI
Triana Yuliastuti H 0305041
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas dan efisiensi usaha pembuatan abon sapi pada industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali, mengetahui besarnya nilai tambah per bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan abon dari keempat jenis abon yaitu abon ”Ampel”, ”Jalak”, ”Rusa” dan ”Empat Sekawan” dan mengetahui besarnya nilai tambah per tenaga kerja yang digunakan pada usaha pembuatan abon sapi pada industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali. Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Penentuan daerah sampel dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu Industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali yang merupakan industri abon sapi yang mempunyai kapasitas produksi terbesar di Kabupaten Boyolali, belum pernah dilakukan penelitian tentang analisis nilai tambah pada industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali, dan data yang diperlukan tersedia di lokasi penelitian. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan pencatatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan abon sapi selama Bulan Juni 2009 sebesar Rp 228.683.188,00. Penerimaan rata-rata yang diperoleh pengusaha adalah Rp 246.900.000,000/bulan dan keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.18.216.812,00 per bulan. Nilai Profitabilitas pada Industri Abon ”Ampel” adalah sebesar 7,96 % yang menunjukkan bahwa usaha ini profitabel. Usaha pembuatan abon sapi pada Industri Abon ”Sapi” di Kabupaten Boyolali yang dijalankan selama ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan R/C rasio lebih dari satu yaitu sebesar 1,08 yang berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan sebesar 1,08 kali dari biaya yang dikeluarkan. Nilai tambah perbahan baku yang diberikan oleh abon ”Ampel” adalah sebesar Rp 10.545,91; abon ”Jalak” sebesar Rp 14.665,67; abon ”Rusa” sebesar Rp 17.576,52 dan abon ”Empat Sekawan” sebesar Rp 28.891,82. Besarnya nilai tambah pertenaga kerja pada abon ”Ampel” sebesar Rp 19.139,59 ; abon ”Jalak” sebesar Rp 20.228,52 ; abon ”Rusa” sebesar Rp 19.139,59 dan abon ”Empat Sekawan” sebesar Rp 26.216,63. Kata Kunci : Abon Sapi, Keuntungan, profitabilitas, efisiensi, nilai tambah
Value Added Analysis in Abon “Ampel” Industry
in Boyolali Regency
Triana Yuliastuti
H 0305041
ABSTRACT
The objective of this research are to know the level of the cost, revenue, profit, provitability, and efficiency of abon producing at Abon “Ampel” industry in Boyolali Regency, to know the value added for each raw material that used to produce Abon “Ampel”, “Jalak”, “Rusa”, and “Empat Sekawan”, and also to know the value added for each labor in Abon “Ampel” industry in Boyolali Regency. The basic method of this research is analistis descriptive method. The sampling is Abon “Ampel” industry area in Boyolali Regency determined by purposive method that is as its capacity to produce in the highest number in Boyolali Regency, the research about the value added the industry Abon “Ampel” in Boyolali Regency has never been done before, and the data needed is availabel in the research location. The data which are both primary and secondary data are collected through observation, direct interview and recording.
The result of this reseach shows that the total average cost spent by those industrialist in Juni 2009 is Rp 228.683.188,1. The average revenue is Rp 246.900.000,00 and the profit is Rp 18.216.811,9 per month. The running bussines of Abon “Ampel” in Boyolali Regency is efficient and profitable. It has been proved by its efficiency value (R/C racio) 1,08. It means that for every rupiah which has been spent will obtain revenue as many as 1,08 times from the spending cost and profitability value 7,96%. The value added of each raw material are Rp 10.545,91 for Abon “Ampel” ; Rp 14.665,67 for Abon “Jalak”; Rp 17.576,52 for Abon “Rusa” and Rp 28.891,82 for Abon “Empat Sekawan”. The value added of each labor are Rp 19.139,59 for Abon “Ampel”; Rp 20.228,52 for Abon “Jalak”; Rp 19.139,59 for Abon “Rusa” and Rp 26.217,63 for Abon “Empat Sekawan”.
Keyword: Abon Sapi, profit, profitability, efficiency, value added.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan industri pengolahan pangan di Indonesia yang didukung oleh
sumberdaya alam pertanian, baik nabati maupun hewani yang mampu menghasilkan
berbagai produk olahan yang dapat dibuat dan dikembangkan dari sumber daya alam lokal
atau daerah. Saat ini di beberapa negara Asia banyak produk pangan yang diangkat dari
jenis pangan lokal dan diolah secara tradisional. Dengan berkembangnya produk lokal
tersebut, maka jumlah dan jenis produk pangan menjadi semakin banyak jumlahnya
(Soleh, 2003).
Petani dengan segala keterbatasan yang dimiliki seringkali kurang memperhatikan
aspek pengolahan hasil. Seringkali ditemui hasil pertanian yang langsung dijual karena
mereka ingin mendapatkan uang kontan untuk keperluan yang mendesak, karena
kebutuhan yang mendesak ini maka kegiatan panen yang mereka lakukan juga menjadi
kurang sempurna dan akibatnya nilai tambah hasil pertanian tersebut menjadi rendah
(Soekartawi, 2001).
Langkah-langkah pokok dalam pembangunan agribisnis hasil ternak sebagai usaha
meningkatkan nilai tambah yang lebih besar melalui pembangunan industri pengolahan
hasil peternakan yang mencangkup dukungan penyediaan bahan sarana produksi maupun
mesin dan peralatan pengolahan hasil ternak melalui pertumbuhan industri kecil pedesaan
maupun melalui pengembangan kelompok industri hulu dan hilir. Berbagai teknologi
penanganan, pengawetan dan pengolahan dapat meningkatkan kualitas dan nilai tambah
produk hasil ternak (Bakar, 2007).
Industri yang kegiatannya mengolah daging sapi menjadi bahan makanan untuk
dikonsumsi salah satunya adalah industri abon sapi. Abon merupakan daging cincang
yang telah dihaluskan, dididihkan, dan kemudian digoreng. Penampilanya biasanya
berwarna cokelat terang hingga kehitaman. Abon tampak seperti serat, karena didominasi
oleh serat-serat otot yang mengering. Daging yang biasa digunakan untuk membuat abon
berasal dari sapi, sehingga orang mengenal dengan sebutan abon sapi (Anonima, 2008).
Kabupaten Boyolali merupakan salah satu daerah yang memiliki produk makanan
yang cukup banyak dan beraneka ragam jenisnya. Produk makanan yang cukup menonjol
yaitu abon sapi. Pemasaran dari produk ini cukup lancar dan juga kualitasnya dapat
bersaing dengan produk sejenis dari daerah lainnya (Deperindag Boyolali, 2006).
Industri Abon “Ampel” mempunyai kapasitas produksi paling besar di Kabupaten
Boyolali sehingga penelitian ini dilakukan di industri Abon “Ampel”.
B. Perumusan Masalah
1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas dan efisiensi dari usaha
pembuatan abon sapi pada industri “Abon Ampel” di Kabupaten Boyolali?
2. Berapa besarnya nilai tambah per bahan baku yng digunakan untuk menghasilkan dari
keempat jenis abon yang dihasilkan yaitu abon dengan merk “Ampel”, “Jalak”,
“Rusa” dan “Empat Sekawan” pada usaha pembuatan abon sapi pada industri Abon
“Ampel” di Kabupaten Boyolali?
3. Berapa besarnya nilai tambah per tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan
keempat jenis abon yang dihasilkan yaitu abon dengan merek “Ampel”, “Jalak”,
“Rusa” dan “Empat Sekawan” pada usaha pembuatan abon sapi pada Industri Abon
“Ampel” di Kabupaten Boyolali?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas dan efisiensi dari
usaha pembuatan abon sapi pada Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali.
2. Mengetahui besarnya nilai tambah per bahan baku yang digunakan untuk
menghasilkan dari keempat jenis abon yang dihasilkan yaitu merk Abon “Ampel”,
Abon “Jalak”, “Rusa” dan “Empat Sekawan” pada usaha pembuatan abon sapi pada
industri “Abon Ampel” di Kabupaten Boyolali.
3. Mengetahui besarnya nilai tambah per tenaga kerja yang digunakan untuk
menghasilkan keempat jenis abon yang dihasilkan yaitu abon dengan merek “Ampel”,
“Jalak”, “Rusa” dan “Empat Sekawan” pada usaha pembuatan abon sapi pada Industri
Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan tambahan wawasan
khususnya pada permasalahan dalam penelitian ini, disamping berguna sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Bagi pemerintah daerah setempat, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
sumbangan pemikiran dalam pengambilan kebijakan terutama dalam pengembangan
usaha pembuatan abon sapi.
3. Bagi industri Abon “Ampel” Di Kabupaten Boyolali, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pengetahuan dan informasi mengenai nilai tambah yang
dapat diperoleh dari usaha yang sedang dijalankan.
4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan
informasi dan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atas penelitian-
penelitian yang sesuai.
E. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Gambar 1 berikut ini: Industri Abon Sapi
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah Analisis Nilai Tambah Daging Sapi Pada Industri “Abon Ampel”di Kabupaten Boyolali.
F. Hipotesis
1. Diduga usaha industri Abon Sapi yang diusahakan di Kabupaten Boyolali
menguntungkan, profitabel dan sudah efisien.
2. Diduga usaha industri Abon Sapi yang diusahakan di Kabupaten Boyolali memberikan
Nilai Tambah per bahan baku.
Masukan (input)
Proses Produksi Keluaran (Output)
Biaya Tetap a. Tenaga kerja b. Penyusutan alat c. Bunga modal
investasi d. Pajak (PBB & PPh)
Biaya Variabel a. Bahan Baku b. Bahan Penolong c. Bahan Bakar d. Pemasaran e. Transportasi f. Listrik g. Telepon
Biaya Total
Penerimaan
Keuntungan Profitabilitas Efisiensi
Nilai Tambah
Nilai Tambah Perbahan Baku
Nilai Tambah Pertenaga Kerja
3. Diduga usaha industri Abon Sapi yang diusahakan di Kabupaten Boyolali memberikan
Nilai Tambah per tenaga kerja.
G. Asumsi
1. Harga input dan output menggunakan harga yang berlaku pada saat penelitian di
daerah penelitian.
2. Semua sarana produksi diperoleh dari hasil penelitian.
3. Semua hasil produksi dijual.
H. Pembatasan Masalah
1. Analisis nilai tambah yang dimaksud dalam penelitian ini didasari pada biaya,
penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi, dan nilai tambah per bahan baku dan
per tenaga kerja pada industri Abon Ampel di Kabupaten Boyolali.
2. Penelitian ini menggunakan data produksi dan biaya pada usaha abon sapi selama
periode satu bulan yaitu pada Bulan Juni 2009 (4 kali proses produksi dalam setiap
merek).
II. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar dalam penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Surakhmad (1994),
bentuk-bentuk metode ini banyak, namun ada sifat-sifat tertentu yang pada umumnya
terdapat dalam metode deskriptif yang dipandang sebagai ciri, yakni :
a) Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang
pada masalah-masalah yang aktual.
b) Data yang dikumpulkan kemudian disusun, dijelaskan dan dianalisis (karena metode
ini sering disebut pula metode analitik).
B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian
Pengambilan lokasi penelitian secara sengaja (purposive), yaitu pada industri
Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali dengan alasan bahwa :
1) Industri Abon “Ampel” merupakan perusahaan abon sapi yang memiliki kapasitas
produksi perbulan terbesar di Kabupaten Boyolali,
2) Belum pernah dilakukan penelitian tentang analisis nilai tambah daging sapi pada
industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali selain itu
3) Data yang diperlukan tersedia di lokasi penelitian.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data (a) Wawancara, (b) Observasi, dan (c) Pencatatan
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan Sumber Data (a) Data Primer, (b) Data Sekunder
E. Metode Analisis Data
1. Biaya, Penerimaan, Keuntungan, Profitabilitas, dan Efisiensi
a. Biaya TC = TFC + TVC
dimana :
TC = biaya total usaha pembuatan abon sapi (rupiah), TFC = total biaya tetap
usaha pembuatan abon sapi (rupiah), TVC = total biaya variabel usaha
pembuatan abon sapi (rupiah)
b. Penerimaan TR = Q x P
dimana :
TR = penerimaan total usaha pembuatan abon sapi (rupiah), Q = jumlah abon sapi
yang dihasilkan (kg), P = harga abon sapi (Rupiah/bungkus)
c. Keuntungan π = TR – TC
dimana :
π = keuntungan usaha industri abon sapi (Rupiah), TR = penerimaan total
industri abon sapi (Rupiah), TC = biaya total industri abon sapi (Rupiah)
d. Profitabilitas usaha Profitabilitas = %100 xTC
keterangan :
π = keuntungan usaha industri abon sapi (Rupiah) dan TC = biaya total usaha
pembuatan abon sapi (Rupiah).
e. Efisiensi usaha Efisiensi = CR
dimana :
R = penerimaan usaha pembuatan abon sapi (Rupiah) dan C = biaya total usaha
pembuatan abon sapi (Rupiah)
2. Analisis nilai tambah :
a. Nilai Tambah Bruto (NTb)
NTb = Na - BA
b. Nilai Tambah Netto(NTn)
NTn = NTb – NP
ekonomisumursisanilaiawalnilaiNP
c. Nilai Tambah per Bahan Baku
NTbb = NTb :∑ bb
Keterangan untuk a, b, dan c:
BA = biaya antara (Rp)
Na = Nilai Produk akhir (Rp)
NTb = Nilai tambah bruto (Rp)
NP = Nilai penyusutan (Rp)
NTn = Nilai tambah netto (Rp)
NTbb = Nilai tambah per bahan baku yang digunakan (Rp/kg)
∑ bb = Jumlah bahan baku yang digunakan (kg)
3. Analisis nilai tambah per tenaga kerja :
NTtk = NTb : ∑TK
Keterangan:
NTtk = Nilai tambah per tenaga kerja (Rp/JKO)
NTb = Nilai tambah bruto (Rp)
∑TK = Jumlah jam kerja (JKO)
(Tarigan, 2005)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Industri Abon ”Ampel” beralamat di Jalan Raya Ampel no. 764 yang lebih
lengkapnya di Dukuh Nyamplung Kidul, RT 01 Rw 06, Desa Urutsewu, Kecamatan
Ampel, Kabupaten Boyolali. Lokasi atau letak dari Industri Abon ”Ampel” srategis karena
berada di jalan utama Solo-Semarang dan terletak di dekat Pasar Ampel. Selain itu
Industri Abon ”Ampel” juga berada dekat dengan pemasok bahan baku abon yaitu Rumah
Potong Hewan (RPH) Kabupaten Boyolali.
Industri Abon ”Ampel” didirikan oleh Bapak Sugiyanto Widodo pada tahun 1972
dan didirikan diatas tanah seluas kurang lebih 300 m2. Perusahaan tersebut terdiri dari dua
bangunan yaitu di bagian depan merupakan toko dan tempat tinggal dari Bapak Sugiyanto
Widodo, kemudian untuk di bagian belakang merupakan tempat produksi dari mulai dari
kegiatan pembersihan daging sampai dengan pengemasan atau packing. Dari awal
pendirian lokasi pendirian perusahaan tidak pernah berpindah tempat tetapi hanya
dilakukan penyesuaian tempat produksi sesuai dengan perkembangan perusahaan.
Untuk mendirikan Industri Abon ”Ampel” tersebut syarat ijin yang paling utama
adalah perijinan dari departemen kesehatan RI Nomor 005/11.30/90, dan untuk SIUP
yaitu Nomor : 0086/11.32/PK/VI/2007-PI . Ijin dari departemen kesehatan RI ini sangat
penting karena produksi abon erat kaitannya dengan kebutuhan makanan sehingga harus
memenuhi syarat kesehatan dan keamanan untuk dikonsumsi masyarakat.
Pada saat berdirinya Industri Abon ”Ampel” diawali dengan modal uang sendiri
sebesar Rp. 12.000.000,00 yang sampai sekarang masih bertahan walau ditengah adanya
krisis ekonomi. Selain modal berupa uang dalam usaha industri abon sapi ini terdapat
modal lain berupa Sumber Daya Manusia (SDM), tenaga kerja pada awal berdiri
perusahaan ini untuk produksi hanya sebanyak 13 orang dan tenaga kerja untuk
memasarkan produk sebanyak 2 orang.
Industri Abon ”Ampel” untuk saat ini memiliki 21 orang tenaga kerja yang sudah
terbagi atas tugas masing-masing sesuai dengan kemampuan dan keahliannya yaitu 5
orang tenaga kerja ahli yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan proses produksi, 5
orang tenaga kerja untuk proses pembuatan adonan, 11 orang tenaga kerja untuk proses
penggorengan dan pembungkusan abon yang telah jadi
B. Pemasaran
Industri Abon ”Ampel” merupakan industri lokal sehingga produknya sebagian
besar dipasarkan di daerah sekitar lokasi industri. Adapun daerah pemasaran yang telah
dijangkau oleh Industri Abon ”Ampel” antara lain :
- Boyolali - Bandung
- Solo - Jakarta
- Semarang
- Salatiga
Untuk memperluas penyampaian barang atau hasil produksi dari produsen ke tangan
konsumen, salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah pemilihan saluran distribusi
yang digunakan Oleh Industri Abon ”Ampel”adalah :
- Produsen Konsumen
- Produsen Pengecer Konsumen
- Produsen Pedagang besar Pengecer Konsumen
C. Proses Produksi Pembuatan Abon Sapi
Adapun tahapan proses produksi pembuatan abon sapi di Industri Abon “Ampel”
dapat digambarkan dalam skema berikut ini.
Daging Sapi
Cuci Bersih
Gambar 2. Proses Produksi Pembuatan Abon Sapi Pada Industri Abon ”Ampel” di kabupaten Boyolali
D. Analisis Usaha Industri Abon ”Ampel”
1. Analisis Biaya
a. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam industri Industri Abon
”Ampel” yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi abon sapi yang
dihasilkan.
Tabel 1. Biaya Tetap Usaha Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali Selama Satu Bulan (Juni 2009)
No. Jenis Biaya Tetap Biaya (Rp/bulan)
Persentase (%)
1. Tenaga kerja 13.800.000 72,60 2. Pajak (PBB & PPH) 2.401.000 12,63 3. Penyusutan peralatan 1.514.524 7,97 4. Bunga modal investasi 1.291.576 6,79 Jumlah 19.007.100 100,00
Sumber : Analisis Data Sekunder
Tabel 1 dapat menunjukkan bahwa jumlah rata-rata biaya tetap yang
dikeluarkan Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali selama satu bulan
yaitu sebesar Rp 19.007.100. Sumber terbesar dari biaya tetap yaitu biaya tenaga
kerja yaitu sebesar Rp 13.800.000,00 atau sebesar 72,60 % dalam sebulan. Biaya
tetap terbesar kedua yaitu pajak sebesar Rp 2.401.000,00 atau sebesar 12,63 %
dari total biaya tetap dalam satu bulan. Untuk biaya tetap terbesar ketiga yaitu
penyusutan peralatan sebesar Rp 1.514.524 atau 7,97 % dari total biaya tetap yang
dikeluarkan oleh Industri Abon ”Ampel” dalam satu bulan.
b. Biaya Variabel
Tabel 2. Biaya Variabel Usaha Industri Abon “Ampel” Di Kabupaten Boyolali Dalam Satu Bulan (Juni 2009).
No. Jenis Biaya Variabel Biaya (Rp)/bulan Persentase (%) 1. Bahan Baku 157.300.000 75,02
2. Bahan penolong 23.186.088 11,06 3. Bahan Bakar 8.000.000 3,81
4. Bahan Pengemasan 7.665.000 3,66 5. Listrik 525.000 0,25
6. Pemasaran 12.000.000 5,72 7. Telepon 1.000.000 0,48
Jumlah 209.676.088,00 100,00
Sumber : Analisis Data Sekunder
Tabel 2 menunjukkan besarnya rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan
Industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali selama satu bulan adalah sebesar
Rp. 209.676.088,00. Biaya variabel terbesar yang dikeluarkan selama satu bulan
adalah biaya bahan baku yaitu sebesar Rp 157.300.000,00 atau sebesar 75,02 %
dari total biaya variabel yang dikeluarkan. Biaya variabel terbesar kedua yang
dikeluarkan adalah biaya bahan penolong yaitu sebesar Rp 23.186.088,00
(11,06 %).
Biaya variabel terbesar ketiga yaitu biaya pemasaran yang besarnya
mencapai Rp 12.000.000,00 atau sebesar 5,72 % dari total biaya variabel yang
dikeluarkan. Biaya variabel terbesar keempat adalah biaya bahan bakar yaitu
sebesar Rp 8.000.000,00 atau sebesar 3,81 % dari total besarnya biaya variabel
yang dikeluarkan.
Kemudian untuk biaya variabel terbesar kelima adalah biaya pengemasan
yaitu sebesar Rp 7.665.000,00 ( 3,66 %) perbulan. Kemasan pada Industri Abon
”Ampel” terdiri dari dua macam yaitu toples dan plastik. Biaya penggunaan
telepon merupakan biaya variabel yang dikeluarkan terbesar keenam yaitu sebesar
Rp 1.000.000,00 atau sebesar 0,48 % dari total biaya variabel yang dikeluarkan
setiap satu bulan. Biaya variabel terkecil yaitu pada urutan ketujuh yang
dikelurkan untuk pengolahan abon sapi yaitu biaya listrik adalah sebesar
Rp 525.000,00 atau 0,25% dari total biaya variabel yang dikeluarkan.
c. Biaya Total
Biaya total adalah hasil dari penjumlahan seluruh biaya tetap dan biaya
variabel yang dikeluarkan selama proses produksi.
Tabel 3. Biaya Total Usaha Industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali Selama Satu Bulan (Juni 2009).
No. Jenis Biaya Total Biaya Total (Rp/bulan) Persentase (%) 1. Biaya Tetap 19.007.100 8,31 2. Biaya Variabel 209.676.088 91,69
Jumlah 228.683.188 100,00 Sumber : Analisis Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui rata-rata biaya total yang dikeluarkan
Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali selama satu bulan adalah sebesar
Rp 228.683.188. Biaya terbesar yang dikeluarkan dalam usaha pembuatan abon
sapi berasal dari biaya variabel yaitu sebesar Rp 19.007.100 atau 91,69% dari
total biaya total yang dikeluarkan dan biaya tetap sebesar Rp 19.007.100 atau
(8,31 %) dari total biaya.
2. Penerimaan
Penerimaan merupakan perkalian antara total produk dengan harga persatuan
produk yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Penerimaan usaha Industri Abon
“Ampel” di Kabupaten Boyolali merupakan nilai penjualan keseluruhan Abon sapi.
Tabel 4. Penerimaan Usaha Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali Selama Satu Bulan (Juni 2009).
No Jenis Kemasan Ukuran (kg)
Produksi /bulan(bungkus)
Harga per Bungkus (Rp)
Penerimaan (Rp)(bulan)
1. 2.
Toples (Ampel) Plastik Jalak Rusa 4sekawann
0,25
0,25 0,25 0,25
2.400
2.800 3.200 3.440
30.000
22.500 17.500 16.250
72.000.000,00 63.000.000,00 56.000.000,00 55.900.000,00
Jumlah Penerimaan 246.900.000,00 Sumber : Analisis Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui besarnya penerimaan per bulan pada usaha
Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali sebesar Rp 246.900.000,00.
Penerimaan ini berasal dari hasil penjualan abon sapi berbagai kemasan dan kualitas
yaitu kemasan toples berukuran 250 gram seharga Rp 30.000,00 per toples untuk abon
dengan kualitas yang pertama yaitu yang memiliki merek abon “Ampel”, kemudian
untuk kemasan plastik digunakan untuk abon sapi dengan kualitas kedua, ketiga dan
keempat dengan ukuran sama yaitu per 250 gram. Untuk kualitas yang kedua yaitu
abon sapi dengan merek “Jalak” setiap 250 gram seharga Rp 22.500,00, kualitas ketiga
yaitu abon sapi dengan merek ‘Rusa” setiap 250 gram seharga Rp 17.500,00 dan yang
terakhir yaitu untuk abon sapi kualitas keempat yaitu dengan merek “Empat Sekawan”
setiap 250 gram seharga Rp 16.250,00.
3. Keuntungan
Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total.
Tabel 5. Keuntungan Usaha Industri Abon ”Ampel” Di Kabupaten Boyolali Selama Satu Bulan (Juni 2009)
No Uraian Keuntungan (Rp) 1 Penerimaan 246.900.000,00 2 Total Biaya 228.683.188,00
Keuntungan 18.216.812,00 Sumber : Analisis Data Sekunder
Keuntungan Industri Abon ”Ampel” dapat dilihat pada Tabel 5 dengan
perhitungan sebagai berikut penerimaan per bulan sebesar Rp 246.900.000,00 dan
total biaya untuk proses produksi sebesar Rp 228.683.188,00 per bulan sehingga dapat
diketahui keuntungan yang diterima perusahaan sebesar Rp 18.216.812,00 per bulan.
Keuntungan yang diterima oleh Industri Abon ”Ampel” dipengaruhi oleh jumlah
produk, harga, dan biaya yang dikeluarkan. Semakin banyak abon sapi yang
dihasilkan dengan biaya yang rendah dan harga jual tinggi maka keuntungan yang
diperoleh Industri Abon ”Ampel” juga semakin besar.
4. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha dengan biaya total
yang dinyatakan dalam persen. Untuk mengetahui besarnya profitabilitas dari usaha
Industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6. Profitabilitas Usaha Industri Abon ”Ampel”di Kabupaten Boyolali Selama Satu Bulan (Juni 2009)
No Uraian Profitabilitas (Rp)/bulan 1 Keuntungan (Rp) 18.216.8112,00 2 Biaya Total(Rp) 228.683.188,00
Profitabilitas Usaha 7,96 % Sumber : Analisis Data Sekunder
Tabel 6 menunjukkan bahwa profitabilitas atau tingkat keuntungan dari usaha
Industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali pada bulan Juni 2009 adalah sebesar
7,96 %. Hal ini berarti setiap modal sebesar Rp 100,00 yang diinvestasikan akan
diperoleh keuntungan Rp 7,96. Usaha Industri Abon “Ampel” ini termasuk dalam
kriteria menguntungkan karena memiliki nilai profitabilitas lebih dari nol persen.
5. Efisiensi
Efisiensi usaha merupakan perbandingan antara total penerimaan yang diperoleh
pengusaha abon sapi dengan total biaya yang telah dikeluarkan, atau lebih dikenal
dengan istilah R/C Rasio. Untuk mengetahui efisiensi usaha Industri Abon “Ampel”di
Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 7. Efisiensi Usaha Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali Bulan Juni 2009.
No Uraian Rata-rata Pengusaha 1 Penerimaan (Rp) 246.900.000,00 2 Biaya Total (Rp) 228.683.188,00
Efisiensi Usaha 1,08 Sumber : Analisis Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa nilai efisiensi usaha Industri Abon
“Ampel” di Kabupaten Boyolali sebesar 1,08. Berdasarkan kriteria yang digunakan,
maka usaha ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan nilai R/C rasio lebih dari satu.
R/C rasio ini menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang
dikeluarkan untuk memproduksi. Nilai R/C rasio 1,08 berarti bahwa setiap Rp 100
biaya yang dikeluarkan dalam suatu awal kegiatan usaha memberikan penerimaan
sebesar 1,08 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Sebagai contohnya, dalam awal
kegiatan pengusaha abon sapi mengeluarkan biaya Rp 100.000,00 maka pengusaha
akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 108.000,00. Semakin besar penerimaan
yang diperoleh pengusaha maka akan semakin besar pula R/C rasionya.
6. Analisis Nilai Tambah Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai
oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Pada dasarnya nilai tambah
adalah balas jasa yang diberikan kepada faktor tenaga kerja, modal dan manajemen.
Tabel 8. Analisis Nilai Tambah Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali Dalam Satu Bulan (Juni 2009).
No Uraian Jumlah A. Abon “Ampel” 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nilai produk akhir (Rp) Biaya antara (Rp) Nilai tambah bruto (Rp)(1-3) Nilai Penyusutan (Rp) Nilai tambah neto (Rp) (3-4) Jumlah bahan baku (kg) Nilai tambah pe bahan baku (Rp) (3/6) Jumlah jam kerja (jam) Nilai tambah per tenaga kerja (Rp) (3/8)
72.000.000,00 61.454.088,00 10.545.912,00
1.514.524,00 9.031.388,00
1.000,00 10.545,91
551,00 19.139,59
B. Abon “Jalak” 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nilai produk akhir (Rp) Biaya antara (Rp) Nilai tambah bruto (Rp)(1-3) Nilai Penyusutan (Rp) Nilai tambah neto (Rp) (3-4) Jumlah bahan baku (kg) Nilai tambah pe bahan baku (Rp) (3/6) Jumlah jam kerja (jam) Nilai tambah per tenaga kerja (Rp) (3/8)
63.000.000,00 51.854.088,00 11.145.192,00
1.514.524,00 9.631.388,00
760,00 14.665,67
551,00 20.228,52
C. Abon “Rusa” 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nilai produk akhir (Rp) Biaya antara (Rp) Nilai tambah bruto (Rp)(1-3) Nilai Penyusutan (Rp) Nilai tambah neto (Rp) (3-4) Jumlah bahan baku (kg) Nilai tambah pe bahan baku (Rp) (3/6) Jumlah jam kerja (jam) Nilai tambah per tenaga kerja (Rp) (3/8)
56.000.000,00 45.454.088,00 10.545.912,00
1.514.524,00 9.031.388,00
600,00 17.576,52
551,00 19.139,59
D. Abon” Empat Sekawan” 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Nilai produk akhir (Rp) Biaya antara (Rp) Nilai tambah bruto (Rp)(1-3) Nilai Penyusutan (Rp) Nilai tambah neto (Rp) (3-4) Jumlah bahan baku (kg) Nilai tambah pe bahan baku (Rp) (3/6) Jumlah jam kerja (jam) Nilai tambah per tenaga kerja (Rp) (3/8)
55.900.000,00 41.454.088,00 14.445.912,00
1.514.524,00 12.931.388,00
500,00 28.891,82
551,00 26.725,31
Sumber : Analisis Data Sekunder
1. Nilai Tambah Bruto Pada Industri Abon “Ampel”
Nilai tambah Bruto (NTb) diperoleh dengan menghitung selisih antara nilai
produk akhir dan biaya antara. Nilai produk akhir pada usaha ini adalah nilai yang
diberikan konsumen kepada abon sapi yang dijual pengusaha. Sedangkan biaya antara
adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi selama satu bulan serta jasa.
Biaya antara yang digunakan dalam Industri Abon “Ampel” adalah biaya bahan baku
(daging sapi), biaya bahan penolong (bumbu dan minyak goreng) dan biaya
transportasi. Semakin besar biaya antara, maka akan semakin kecil NTb yang
diperoleh dan sebaliknya
Nilai tambah bruto (NTb) pada Abon “Ampel” adalah Rp 10.545.478,00. Hal ini
berarti usaha abon untuk merek Abon “Ampel mampu memberikan nilai tambah
sebesar Rp 10.545.478,00 pada daging sapi. Nilai produk akhir pada abon bermerek
Abon “Ampel” adalah Rp 72.000.000,00 dan biaya antaranya adalah Rp
61.454.088,00. Nilai Tambah Bruto (NTB) pada produk Abon “Jalak” adalah sebesar
Rp 11.145.912,00 dan untuk biaya antara dan nilai produk akhir sebesar Rp
51.854.088,00 dan Rp 63.000.000,00. Untuk Nilai Tambah Bruto pada produk Abon
“Rusa” adalah sebesar Rp 10.545.912,00 dengan nilai produk akhir sebesar Rp
56.000.000,00 dan biaya antara yaitu Rp 45.454.088,00. Kemudian yang terakhir
untuk Nilai Tambah Bruto pada Abon merek “Empat Sekawan” yaitu sebesar Rp
14.445.912,00 dengan besar nilai produk akhir yaitu Rp 55.900.000,00 dan biaya
antaranya adalah Rp 41.454.088,00.
Dapat diketahui bahwa NTb pada Industri Abon “Ampel” paling kecil diberikan
pada produk abon dengan merek Abon “Ampel” yaitu sebesar Rp 10.545.912,00. Ini
disebabkan meskipun nilai produk akhir dari Abon “Ampel” besar yaitu
Rp 72.000.000,00 tetapi biaya antara yang digunakan dalam proses produksi juga
besar yaitu Rp 61.454.088,00. Biaya antara dalam Abon “Ampel” tinggi karena
dibutuhkan untuk membeli bahan yang berupa daging sapi, minyak goreng dan
bumbu. Dalam pembuatan abon dengan merek “Ampel” tidak menggunakan
campuran kacang tanah (murni daging sapi) sehingga biaya yang dikeluarkan tinggi.
NTb terbesar yaitu produk abon dengan merek “Empat Sekawan” yaitu sebesar
Rp 14.445.912,00. Biaya antara yang dikeluarkan dalam pembuatan abon dengan
merek “Empat Sekawan” rendah yaitu sebesar Rp 41.454.088,00 berupa pembelian
daging sapi, kacang tanah, bumbu dan minyak. Proporsi kacang tanah yang digunkan
sebagai campuran abon sama jumlahnya dengan daging sapi yaitu 1:1 sehingga
dengan harga kacang tanah yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga daging
sapi menyebabkan biaya antara yang dikeluarkan juga rendah.
NTb terbesar kedua yaitu abon dengan merek “Jalak” yaitu sebesar
Rp 11.145.192,00. Ini sebabkan karena nilai akhir produk pada merek “Jalak” cukup
tinggi yang dilihat dari harga jual yang masih tinggi. Pada merek Abon “Jalak” sudah
mulai ada campuran kacang tanah dalam pembuatannya yaitu sekitar 33 %. Ini
mengakibatkan biaya antara lebih rendah jika dibandingkan dengan abon “Ampel”
yang hanya berbahan baku daging sapi saja.
Walaupun harga jual produknya rendah karena produk yang dihasilkan banyak
sehingga nilai produk yang dihasilkan tinggi. Sedangkan biaya antara yang
dikeluarkan dalam abon “Rusa” terbentuk dari pembelian daging sapi, kacang tanah,
bumbu dan minyak goreng. Perbandingan antara bahan baku dan kacang tanah adalah
sebesar 3:2, walaupun biaya yang digunakan untuk membeli daging itu lebih sedikit,
tetapi juga dibutuhkan biaya untuk pembelian kacang tanah juga besar. Sehingga
diperoleh total biaya antara yang besar yang menyebabkan nilai tambah yang
diperoleh kecil.
.Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa rata-rata besarnya Nilai
Tambah Bruto pada Industri Abon “Ampel” adalah sebesar Rp 11.670.912,00.
2. Nilai Tambah Neto Pada Industri Abon “Ampel”
Nilai tambah neto (NTn) adalah selisih antara nilai tambah bruto dengan
penyusutan peralatan. Nilai tambah neto yang diberikan pada produk abon dengan
merek “Ampel” adalah sebesar Rp 9.031.388,00 dengan nilai penyusutan alat sebesar
Rp 1.514.524,00. Nilai tambah neto pada abon merek “Jalak” adalah sebesar
Rp 9.631.388,00 dengan besar penyusutan alatnya adalah Rp 1.514.524,00. Sedangkan
untuk nilai tambah neto dan penyusutan alat pada abon merek “Rusa” adalah sebesar
Rp 9.031.388,00 dan Rp 1.514.524,00. Kemudian yang terakhir yaitu abon “Empat
Sekawan” memberikan nilai tambah neto sebesar Rp 12.931.388,00 dan penyusutan
alat Rp 1.514.524,00.
Sama halnya dengan nilai tambah bruto, nilai tambah neto paling besar diberikan
oleh abon dengan merek “Empat Sekawan”. NTn terkecil diberikan oleh abon
“Ampel”. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai tambah neto pada
Industri Abon ‘Ampel” adalah sebesar Rp 10.156.388,00
3. Nilai Tambah Per Bahan Baku Pada Industri Abon “Ampel”
Nilai tambah per bahan baku (NTbb) adalah nilai tambah atau balas jasa yang
diberikan kepada setiap kilogram bahan baku. Dalam penelitian ini berarti nilai
tambah yang diberikan kepada setiap satu kilogram daging sapi. Rata-rata nilai tambah
per bahan baku pada Industri Abon “Ampel adalah sebesar Rp 17.919,98. NTbb pada
merek abon “Ampel” diperoleh sebesar Rp 10.545,91 untuk setiap kilogram daging
sapi. Hal ini berarti setiap satu kilogram daging sapi dapat memberikan nilai tambah
sebesar Rp 10.545,91.
Kemudian NTbb yang diberikan oleh abon dengan merek “Jalak” adalah sebesar
Rp 14.665,65 dalam setiap kilogram daging sapi. Ini berarti setiap kilogram daging
sapi dapat memberikan nilai tambah sebesar Rp 14.665,65. Nilai tambah per bahan
baku untuk abon dengan merek ”Rusa” adalah sebesar Rp 17.576,52 yang berarti
setiap satu kilogram daging sapi yang digunakan untuk membuat abon sapi merek
”Rusa” dapat memberikan nilai tambah sebesar Rp 17.576,52. Sedangkan untuk nilai
tambah per bahan baku yang diberikan oleh abon ”Empat Sekawan” yaitu sebesar
Rp 28.891,82 yang berarti setiap kilogram daging yang digunakan untuk membuat
abon dengan merek ”Empat Sekawan” memberikan nilai tambah sebesar
Rp 28.891,82.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa merek “Empat Sekawan” memiliki
Nilai tambah perbahan baku paling besar. Ini disebabkan karena meskipun harga
jualnya rendah tetapi biaya antara yang dikeluarkan juga rendah dengan hasil produk
lebih banyak. Pada produk “Empat Sekawan” memiliki campuran kacang tanah yang
paling banyak. Semakin banyak campuran kacang tanah yang digunakan maka
semakin kecil penyusutan pada produk akhir abon sapi.
Besarnya prosentase nilai tambah per bahan baku dibanding dengan besarnya
nilai tambah bruto yaitu pada merek Abon “Ampel” adalah sebesar 0,1%, pada Abon
“Jalak” sebesar 0,13%, Abon “Rusa” 0,16% dan pada merek Abon “Empat Sekawan”
adalah sebesar 0,20%. Nilai Tambah per bahan baku merupakan nilai tambah atau
balas jasa yang diberikan kepada setiap kilogram bahan baku. Nilai dari hasil tersebut
dapat dilihat bahwa angka prosentase nilai tambah per bahan baku pada setiap merek
masih rendah jika dibandingkan dengan suku bunga deposito pada Bulan Juni 2009,
karena suku bunga pada Bulan Juni adalah sebesar 8,6 %.
4. Nilai Tambah Per Tenaga Kerja Pada Industri Abon “Ampel”
Nilai tambah per tenaga kerja (NTtk) merupakan balas jasa yang diberikan
kepada setiap 1 jam kerja para tenaga kerja dalam proses produksi. Dari Tabel diatas
dapat diketahui bahwa nilai tambah per tenaga kerja pada merek abon “Ampel” adalah
sebesar Rp 19.139,59. Ini berarti setiap satu jam kerja dapat memberikan nilai tambah
sebesar Rp 19.139,59. Untuk abon “Jalak” besar dari nilai tambah per tenaga kerja
(NTtk) adalah sebesar Rp 20.228,52 yang berarti bahwa setiap satu jam kerja dapat
memberikan nilai tambah sebesar Rp 20.228,52. kemudian untuk abon “Rusa” nilai
tambah per tenaga kerjanya adalah sebesar Rp 19.139,59 yang berarti bahwa setiap
satu jam kerja dapat memberikan nilai tambah sebesar Rp 19.139,59. Kemudian yang
terakhir adalah pada abon “Empat Sekawan” memiliki nilai tambah per tenaga kerja
sebesar Rp 26.217,63. Ini berarti bahwa setiap satu jam kerja bisa memperoleh atau
memberi nilai tambah sebesar Rp 26.217,63.
Nilai tambah tenaga kerja (NTtk) paling besar diberikan pada abon dengan
merek “Empat Sekawan” karena untuk perjam yang sama dalam bekerja dari keempat
produk yaitu abon “Ampel”, “Jalak”, “Rusa” dan “Empat Sekawan” , abon “Empat
Sekawan” menghasilkan jumlah abon yang lebih banyak (lebih produktif).
Besarnya prosentase nilai tambah per tenaga kerja dibanding dengan besarnya
nilai tambah bruto yaitu pada keempat merek sama merek Abon “Ampel”, “Jalak”,
“Rusa” dan “Empat Sekawan” yaitu sebesar 0,18%. Nilai tambah per tenaga kerja
merupakan balas jasa yang diberikan kepada setiap 1 jam kerja para tenaga kerja
dalam proses produksi. Dari angka tersebut dapat dilihat bahwa angka prosentase nilai
tambah per tenaga kerja pada setiap merek masih rendah jika dibandingkan dengan
suku bunga deposito pada Bulan Juni 2009, karena suku bunga pada Bulan Juni adalah
sebesar 8,6 %. Sehingga sebaikknya dilakukan perbaikan pada sistem manejemen
pada para tenaga kerja agar prosentase menjadi lebih besar dari tingkat suku bunga
deposito.
E. Kendala Yang Dihadapi Usaha Industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali
Dalam kegiatan usahanya, Industri Abon ”Ampel” dihadapkan pada beberapa
kendala yang diantaranya adalah banyaknya pesaing dari industri abon lain yang khusunya
berada di Kecamatan Ampel. Dengan adanya pesaing tersebut dapat mempengaruhi
konsumen dalam memilih abon yang akan dibeli sehingga dapat menurunkan jumlah
penjualan abon sapi. Masalah yang lain adalah ketersediaan bahan baku yaitu daging sapi
yang memenuhi kualitas yang diinginkan oleh perusahaan. Untuk membuat abon sapi
dibutuhkan daging sapi segar dan tidak semua bagian dapat dibuat untuk membuat abon,
bagian yang dibutuhkan untuk membuat abon yaitu pada bagian paha yang banyak
mengandung serat yang ditujukan agar mutu dari abon yang dihasilkan baik. Selain itu
karena belakangan ini marak diberitakan adanya daging glonggongan, membuat
perusahaan semakin sulit untuk mendapatkan kualitas daging yang baik.
C. Prospek Usaha Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali
Usaha abon sapi yang diusahakan pada Industri Abon “Ampel” masih dapat berjalan
dengan baik dan memiliki prospek untuk kedepannya. Ini dapat dilihat dari beberapa segi.
Salah satu diantaranya yaitu dari segi bahan baku, yaitu kemudahan dalam memperoleh
bahan baku dari abon sapi yaitu daging sapi karena di Kabupaten Boyolali khususnya
untuk Kecamatan Ampel sendiri merupakan salah satu sentra dari ternak sapi potong.
Selain itu Industri Abon “Ampel” sendiri lokasinya dekat dengan Rumah Pemotongan
Hewan “RPH” Kabupaten Boyolali.
Dari segi produksi, industri Abon “Ampel” memproduksi abon sapi yang memiliki
kualitas yang cukup baik, ini dapat dilihat bahwa produksi abon dari industri Abon
“Ampel” dapat bersaing dengan industri-industri abon sapi lainnya, selain itu jumlah
produksi abon sapi yang dihasilkan dari awal berdirinya industri sampai sekarang terus
meningkat.
Dari segi pemasaran, selain dipasarkan di sekitar lokasi industri, jangkauan
pemasaran dari abon yang dihasilkan oleh Industri Abon “Ampel” sudah cukup luas yaitu
antara lain daerah Solo, Semarang, Salatiga, Bandung dan Jakarta. Sehingga dengan itu
abon yang dihasilkan oleh Industri Abon “Ampel” sudah banyak dikenal orang dan cukup
mudah dalam memasarkannya.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada Usaha pembuatan abon sapi pada Industri Abon “Sapi” di Kabupaten Boyolali
biaya total yang dikeluarkan dalam satu bulan yaitu sebesar Rp 228.683.188,00 untuk
penerimaannya adalah sebesar Rp 246.900.000,00, lalu untuk keuntungan Industri
Abon “Ampel” adalah sebesar Rp 18.216.812,00. Selanjutnya nilai Profitabilitas dan
efisiensi yaitu untuk profitabilitas adalah sebesar 7,96 %. Hal ini berarti setiap modal
sebesar Rp 100,00 yang diinvestasikan akan diperoleh keuntungan Rp 7,96. Untuk
efisiensi adalah sebesar 1,08 maka usaha ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan
nilai R/C rasio lebih dari satu.
2. Nilai tambah bruto, nilai tambah neto dan nilai tambah per bahan baku yang dapat
diperoleh pada Industri Abon “Ampel” adalah sebagai berikut:
a) Nilai tambah bruto paling besar diberikan oleh abon “Empat Sekawan” yaitu
sebesar Rp 14.445.912,00,00 dan ikuti oleh abon ” Jalak”, ”Rusa”, dan ”Ampel”
yaitu secara berturut-turut sebesar Rp 11.145.912,00 dan Rp 10.545,912,00.
b) Nilai tambah neto terbesar dihasilkan sama dengan nilai tambah bruto yaitu produk
abon dengan merek “Empat Sekawan” yaitu sebesar Rp 12.931,388,00; lalu
terbesar kedua yaitu abon “Jalak” sebesar Rp 9.631,388,00. Selanjutnya untuk
terbesar ketiga dan keempat yaitu abon “Rusa dan “Ampel” yaitu sebesar
Rp 9.031.388,00.
c) Nilai tambah per bahan baku paling besar diberikan oleh abon “Empat Sekawan”
yaitu sebesar Rp 28.891,82. Untuk terbesar kedua, ketiga dan keempat secara
berturut-turut adalah abon “Rusa” dengan Rp 17.576,52; abon “Jalak” sebesar
Rp 14.665,67 dan terakhir adalah abon “Ampel” sebesar Rp 10.545,91. Besarnya
prosentase nilai tambah per bahan baku dibanding dengan besarnya nilai tambah
bruto yaitu pada merek Abon “Ampel” adalah sebesar 0,1%, pada Abon “Jalak”
sebesar 0,13%, Abon “Rusa” 0,16% dan pada merek Abon “Empat Sekawan”
adalah sebesar 0,20%. hasil tersebut dapat dilihat bahwa angka prosentase nilai
tambah per bahan baku pada setiap merek masih rendah jika dibandingkan dengan
suku bunga deposito pada Bulan Juni 2009, karena suku bunga pada Bulan Juni
adalah sebesar 8,6 %.
3. Besarnya nilai tambah per tenaga kerja dapat diketahui sebagai berikut:
Besarnya nilai tambah pertenaga kerja pada Industri Abon “Ampel” paling besar
diberikan produk abon “Empat Sekawan” yaitu sebesar Rp 26.217,63. kemudian untuk
terbesar kedua, ketiga dan keempat yaitu abon dengan merek “ Rusa”, “Jalak”, dan
“Ampel” yaitu secara berturut-turut sebesar Rp 19.139,59; Rp 20.228,52 dan yang
terakhir adalah sebesar Rp 19.139,59. Besarnya prosentase nilai tambah per tenaga
kerja dibanding dengan besarnya nilai tambah bruto yaitu pada keempat merek sama
merek Abon “Ampel”, “Jalak”, “Rusa” dan “Empat Sekawan” yaitu sebesar 0,18%.
Dari angka tersebut dapat dilihat bahwa angka prosentase nilai tambah per tenaga
kerja pada setiap merek masih rendah jika dibandingkan dengan suku bunga deposito
pada Bulan Juni 2009, karena suku bunga pada Bulan Juni adalah sebesar 8,6 %.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Agar keuntungan, profitabilitas, dan efisiensi dapat lebih ditingkatkan maka
perusahaan seharusnya lebih dapat menekan pengeluaran khususnya untuk biaya
tenaga kerja yang biayanya cukup besar yaitu dengan cara mengefektifkan kerja dari
para tenaga kerja sehingga produksi dapat ditingkatkan, sehingga dengan biaya tenaga
kerja yang tetap akan dapat diperoleh hasil produksi dari abon sapi yang lebih banyak.
2. Agar usaha abon sapi pada Industri Abon ”Ampel” tidak kalah bersaing dengan
industri-industri abon sapi yang lain maka sebaiknya Industri Abon ”Ampel” harus
dapat meningkatkan kualitas dari abon sapi yang diproduksi. Salah satu cara untuk
meningkatkan kualitasnya yaitu dengan cara lebih hati-hati dan selektif dalam memilih
bahan baku yaitu kualitas dari daging sapi khususnya pada merek Abon “Ampel” yang
menggunakan bahan baku 100% daging sapi, kemudian untuk merek Abon “Jalak”,
“Rusa”, dan “Empat Sekawan” selain selektif memilih kualitas dari daging sapi juga
memperhatikan kualitas dari bahan tambahan atau campuran yaitu kacang tanah
karena ini akan sangat berpengaruh terhadap mutu dari abon yang dihasilkan,
misalnya kacang tanah yang digunakan tidak tercampur dengan kacang tanah yang
sudah busuk atau sudah mengeluarkan jamur.
DAFTAR PUSTAKA
Abu bakar. 2007. Strategi Peningkatan Kualitas Produk Melalui Teknologi Pascapanen Dalam Pengembangan Agribisnis Kambing. Dalam http://peternakan.litbang.deptan.go.id/downloadintoteknis/kambing potong/. Diakses pada tanggal 27 Desember 2008 pukul 20.00 WIB.
Anonima. 2008. Abon Sapi. Dalam http://depkes.go.id. Diakses Jumat, 26 Desember 2008 pukul 15.00 WIB.
Deperindag Boyolali. 2006. Profil Usaha Kecil di Kabupaten Boyolali. Kabupaten Boyolali.
Soekartawi. 2001. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soleh, M. 2003. Perbaikan Mutu dan Keamanan Pangan Produk Olahan Hasil Industri Kecil
Melalui Analisa Bahaya dan Penentuan Titik Kendali Dalam Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 6 Januari 2003. Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPTP). Jawa Timur.
Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional. Bumi Aksara. Jakarta.