ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini...

24
ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI KABUPATEN BOYOLALI Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Program Studi Agrobisnis Oleh : Triana Yuliastuti H0305041 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini...

Page 1: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL”

DI KABUPATEN BOYOLALI

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/ Program Studi Agrobisnis

Oleh :

Triana Yuliastuti

H0305041

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

PERNYATAAN

Dengan ini kami selaku Tim Pembimbing Skripsi Mahasiswa Program Sarjana :

Nama : Triana Yuliastuti

NIM : H0305041

Jurusan/Program Studi : Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis

Menyetujui Naskah Publikasi Ilmiah yang disusun oleh yang bersangkutan dan dipublikasikan

dengan / tanpa*) mencantumkan nama tim pembimbing sebagai Co-Author.

Pembimbing Utama

Dr. Ir. Minar Ferichani, MP NIP :19670331 199303 2 001

Pembimbing Pendamping

R. Kunto Adi, SP. MP. NIP : 19731017 200312 1 002

*) Coret yang tidak perlu

ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON ”AMPEL”

Page 3: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

DI KABUPATEN BOYOLALI

Triana Yuliastuti H 0305041

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas dan efisiensi usaha pembuatan abon sapi pada industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali, mengetahui besarnya nilai tambah per bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan abon dari keempat jenis abon yaitu abon ”Ampel”, ”Jalak”, ”Rusa” dan ”Empat Sekawan” dan mengetahui besarnya nilai tambah per tenaga kerja yang digunakan pada usaha pembuatan abon sapi pada industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali. Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Penentuan daerah sampel dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu Industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali yang merupakan industri abon sapi yang mempunyai kapasitas produksi terbesar di Kabupaten Boyolali, belum pernah dilakukan penelitian tentang analisis nilai tambah pada industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali, dan data yang diperlukan tersedia di lokasi penelitian. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan pencatatan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan abon sapi selama Bulan Juni 2009 sebesar Rp 228.683.188,00. Penerimaan rata-rata yang diperoleh pengusaha adalah Rp 246.900.000,000/bulan dan keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.18.216.812,00 per bulan. Nilai Profitabilitas pada Industri Abon ”Ampel” adalah sebesar 7,96 % yang menunjukkan bahwa usaha ini profitabel. Usaha pembuatan abon sapi pada Industri Abon ”Sapi” di Kabupaten Boyolali yang dijalankan selama ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan R/C rasio lebih dari satu yaitu sebesar 1,08 yang berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan sebesar 1,08 kali dari biaya yang dikeluarkan. Nilai tambah perbahan baku yang diberikan oleh abon ”Ampel” adalah sebesar Rp 10.545,91; abon ”Jalak” sebesar Rp 14.665,67; abon ”Rusa” sebesar Rp 17.576,52 dan abon ”Empat Sekawan” sebesar Rp 28.891,82. Besarnya nilai tambah pertenaga kerja pada abon ”Ampel” sebesar Rp 19.139,59 ; abon ”Jalak” sebesar Rp 20.228,52 ; abon ”Rusa” sebesar Rp 19.139,59 dan abon ”Empat Sekawan” sebesar Rp 26.216,63. Kata Kunci : Abon Sapi, Keuntungan, profitabilitas, efisiensi, nilai tambah

Value Added Analysis in Abon “Ampel” Industry

Page 4: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

in Boyolali Regency

Triana Yuliastuti

H 0305041

ABSTRACT

The objective of this research are to know the level of the cost, revenue, profit, provitability, and efficiency of abon producing at Abon “Ampel” industry in Boyolali Regency, to know the value added for each raw material that used to produce Abon “Ampel”, “Jalak”, “Rusa”, and “Empat Sekawan”, and also to know the value added for each labor in Abon “Ampel” industry in Boyolali Regency. The basic method of this research is analistis descriptive method. The sampling is Abon “Ampel” industry area in Boyolali Regency determined by purposive method that is as its capacity to produce in the highest number in Boyolali Regency, the research about the value added the industry Abon “Ampel” in Boyolali Regency has never been done before, and the data needed is availabel in the research location. The data which are both primary and secondary data are collected through observation, direct interview and recording.

The result of this reseach shows that the total average cost spent by those industrialist in Juni 2009 is Rp 228.683.188,1. The average revenue is Rp 246.900.000,00 and the profit is Rp 18.216.811,9 per month. The running bussines of Abon “Ampel” in Boyolali Regency is efficient and profitable. It has been proved by its efficiency value (R/C racio) 1,08. It means that for every rupiah which has been spent will obtain revenue as many as 1,08 times from the spending cost and profitability value 7,96%. The value added of each raw material are Rp 10.545,91 for Abon “Ampel” ; Rp 14.665,67 for Abon “Jalak”; Rp 17.576,52 for Abon “Rusa” and Rp 28.891,82 for Abon “Empat Sekawan”. The value added of each labor are Rp 19.139,59 for Abon “Ampel”; Rp 20.228,52 for Abon “Jalak”; Rp 19.139,59 for Abon “Rusa” and Rp 26.217,63 for Abon “Empat Sekawan”.

Keyword: Abon Sapi, profit, profitability, efficiency, value added.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan industri pengolahan pangan di Indonesia yang didukung oleh

sumberdaya alam pertanian, baik nabati maupun hewani yang mampu menghasilkan

berbagai produk olahan yang dapat dibuat dan dikembangkan dari sumber daya alam lokal

Page 5: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

atau daerah. Saat ini di beberapa negara Asia banyak produk pangan yang diangkat dari

jenis pangan lokal dan diolah secara tradisional. Dengan berkembangnya produk lokal

tersebut, maka jumlah dan jenis produk pangan menjadi semakin banyak jumlahnya

(Soleh, 2003).

Petani dengan segala keterbatasan yang dimiliki seringkali kurang memperhatikan

aspek pengolahan hasil. Seringkali ditemui hasil pertanian yang langsung dijual karena

mereka ingin mendapatkan uang kontan untuk keperluan yang mendesak, karena

kebutuhan yang mendesak ini maka kegiatan panen yang mereka lakukan juga menjadi

kurang sempurna dan akibatnya nilai tambah hasil pertanian tersebut menjadi rendah

(Soekartawi, 2001).

Langkah-langkah pokok dalam pembangunan agribisnis hasil ternak sebagai usaha

meningkatkan nilai tambah yang lebih besar melalui pembangunan industri pengolahan

hasil peternakan yang mencangkup dukungan penyediaan bahan sarana produksi maupun

mesin dan peralatan pengolahan hasil ternak melalui pertumbuhan industri kecil pedesaan

maupun melalui pengembangan kelompok industri hulu dan hilir. Berbagai teknologi

penanganan, pengawetan dan pengolahan dapat meningkatkan kualitas dan nilai tambah

produk hasil ternak (Bakar, 2007).

Industri yang kegiatannya mengolah daging sapi menjadi bahan makanan untuk

dikonsumsi salah satunya adalah industri abon sapi. Abon merupakan daging cincang

yang telah dihaluskan, dididihkan, dan kemudian digoreng. Penampilanya biasanya

berwarna cokelat terang hingga kehitaman. Abon tampak seperti serat, karena didominasi

oleh serat-serat otot yang mengering. Daging yang biasa digunakan untuk membuat abon

berasal dari sapi, sehingga orang mengenal dengan sebutan abon sapi (Anonima, 2008).

Kabupaten Boyolali merupakan salah satu daerah yang memiliki produk makanan

yang cukup banyak dan beraneka ragam jenisnya. Produk makanan yang cukup menonjol

yaitu abon sapi. Pemasaran dari produk ini cukup lancar dan juga kualitasnya dapat

bersaing dengan produk sejenis dari daerah lainnya (Deperindag Boyolali, 2006).

Industri Abon “Ampel” mempunyai kapasitas produksi paling besar di Kabupaten

Boyolali sehingga penelitian ini dilakukan di industri Abon “Ampel”.

B. Perumusan Masalah

1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas dan efisiensi dari usaha

pembuatan abon sapi pada industri “Abon Ampel” di Kabupaten Boyolali?

2. Berapa besarnya nilai tambah per bahan baku yng digunakan untuk menghasilkan dari

keempat jenis abon yang dihasilkan yaitu abon dengan merk “Ampel”, “Jalak”,

Page 6: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

“Rusa” dan “Empat Sekawan” pada usaha pembuatan abon sapi pada industri Abon

“Ampel” di Kabupaten Boyolali?

3. Berapa besarnya nilai tambah per tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan

keempat jenis abon yang dihasilkan yaitu abon dengan merek “Ampel”, “Jalak”,

“Rusa” dan “Empat Sekawan” pada usaha pembuatan abon sapi pada Industri Abon

“Ampel” di Kabupaten Boyolali?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, profitabilitas dan efisiensi dari

usaha pembuatan abon sapi pada Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali.

2. Mengetahui besarnya nilai tambah per bahan baku yang digunakan untuk

menghasilkan dari keempat jenis abon yang dihasilkan yaitu merk Abon “Ampel”,

Abon “Jalak”, “Rusa” dan “Empat Sekawan” pada usaha pembuatan abon sapi pada

industri “Abon Ampel” di Kabupaten Boyolali.

3. Mengetahui besarnya nilai tambah per tenaga kerja yang digunakan untuk

menghasilkan keempat jenis abon yang dihasilkan yaitu abon dengan merek “Ampel”,

“Jalak”, “Rusa” dan “Empat Sekawan” pada usaha pembuatan abon sapi pada Industri

Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan tambahan wawasan

khususnya pada permasalahan dalam penelitian ini, disamping berguna sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Bagi pemerintah daerah setempat, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

sumbangan pemikiran dalam pengambilan kebijakan terutama dalam pengembangan

usaha pembuatan abon sapi.

3. Bagi industri Abon “Ampel” Di Kabupaten Boyolali, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan pengetahuan dan informasi mengenai nilai tambah yang

dapat diperoleh dari usaha yang sedang dijalankan.

4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan

informasi dan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya atas penelitian-

penelitian yang sesuai.

E. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 1 berikut ini: Industri Abon Sapi

Page 7: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah Analisis Nilai Tambah Daging Sapi Pada Industri “Abon Ampel”di Kabupaten Boyolali.

F. Hipotesis

1. Diduga usaha industri Abon Sapi yang diusahakan di Kabupaten Boyolali

menguntungkan, profitabel dan sudah efisien.

2. Diduga usaha industri Abon Sapi yang diusahakan di Kabupaten Boyolali memberikan

Nilai Tambah per bahan baku.

Masukan (input)

Proses Produksi Keluaran (Output)

Biaya Tetap a. Tenaga kerja b. Penyusutan alat c. Bunga modal

investasi d. Pajak (PBB & PPh)

Biaya Variabel a. Bahan Baku b. Bahan Penolong c. Bahan Bakar d. Pemasaran e. Transportasi f. Listrik g. Telepon

Biaya Total

Penerimaan

Keuntungan Profitabilitas Efisiensi

Nilai Tambah

Nilai Tambah Perbahan Baku

Nilai Tambah Pertenaga Kerja

Page 8: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

3. Diduga usaha industri Abon Sapi yang diusahakan di Kabupaten Boyolali memberikan

Nilai Tambah per tenaga kerja.

G. Asumsi

1. Harga input dan output menggunakan harga yang berlaku pada saat penelitian di

daerah penelitian.

2. Semua sarana produksi diperoleh dari hasil penelitian.

3. Semua hasil produksi dijual.

H. Pembatasan Masalah

1. Analisis nilai tambah yang dimaksud dalam penelitian ini didasari pada biaya,

penerimaan, keuntungan, profitabilitas, efisiensi, dan nilai tambah per bahan baku dan

per tenaga kerja pada industri Abon Ampel di Kabupaten Boyolali.

2. Penelitian ini menggunakan data produksi dan biaya pada usaha abon sapi selama

periode satu bulan yaitu pada Bulan Juni 2009 (4 kali proses produksi dalam setiap

merek).

II. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar dalam penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Surakhmad (1994),

bentuk-bentuk metode ini banyak, namun ada sifat-sifat tertentu yang pada umumnya

terdapat dalam metode deskriptif yang dipandang sebagai ciri, yakni :

a) Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang

pada masalah-masalah yang aktual.

b) Data yang dikumpulkan kemudian disusun, dijelaskan dan dianalisis (karena metode

ini sering disebut pula metode analitik).

B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian

Pengambilan lokasi penelitian secara sengaja (purposive), yaitu pada industri

Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali dengan alasan bahwa :

1) Industri Abon “Ampel” merupakan perusahaan abon sapi yang memiliki kapasitas

produksi perbulan terbesar di Kabupaten Boyolali,

2) Belum pernah dilakukan penelitian tentang analisis nilai tambah daging sapi pada

industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali selain itu

3) Data yang diperlukan tersedia di lokasi penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Page 9: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

Teknik Pengumpulan Data (a) Wawancara, (b) Observasi, dan (c) Pencatatan

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan Sumber Data (a) Data Primer, (b) Data Sekunder

E. Metode Analisis Data

1. Biaya, Penerimaan, Keuntungan, Profitabilitas, dan Efisiensi

a. Biaya TC = TFC + TVC

dimana :

TC = biaya total usaha pembuatan abon sapi (rupiah), TFC = total biaya tetap

usaha pembuatan abon sapi (rupiah), TVC = total biaya variabel usaha

pembuatan abon sapi (rupiah)

b. Penerimaan TR = Q x P

dimana :

TR = penerimaan total usaha pembuatan abon sapi (rupiah), Q = jumlah abon sapi

yang dihasilkan (kg), P = harga abon sapi (Rupiah/bungkus)

c. Keuntungan π = TR – TC

dimana :

π = keuntungan usaha industri abon sapi (Rupiah), TR = penerimaan total

industri abon sapi (Rupiah), TC = biaya total industri abon sapi (Rupiah)

d. Profitabilitas usaha Profitabilitas = %100 xTC

keterangan :

π = keuntungan usaha industri abon sapi (Rupiah) dan TC = biaya total usaha

pembuatan abon sapi (Rupiah).

e. Efisiensi usaha Efisiensi = CR

dimana :

R = penerimaan usaha pembuatan abon sapi (Rupiah) dan C = biaya total usaha

pembuatan abon sapi (Rupiah)

2. Analisis nilai tambah :

a. Nilai Tambah Bruto (NTb)

NTb = Na - BA

b. Nilai Tambah Netto(NTn)

Page 10: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

NTn = NTb – NP

ekonomisumursisanilaiawalnilaiNP

c. Nilai Tambah per Bahan Baku

NTbb = NTb :∑ bb

Keterangan untuk a, b, dan c:

BA = biaya antara (Rp)

Na = Nilai Produk akhir (Rp)

NTb = Nilai tambah bruto (Rp)

NP = Nilai penyusutan (Rp)

NTn = Nilai tambah netto (Rp)

NTbb = Nilai tambah per bahan baku yang digunakan (Rp/kg)

∑ bb = Jumlah bahan baku yang digunakan (kg)

3. Analisis nilai tambah per tenaga kerja :

NTtk = NTb : ∑TK

Keterangan:

NTtk = Nilai tambah per tenaga kerja (Rp/JKO)

NTb = Nilai tambah bruto (Rp)

∑TK = Jumlah jam kerja (JKO)

(Tarigan, 2005)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Industri Abon ”Ampel” beralamat di Jalan Raya Ampel no. 764 yang lebih

lengkapnya di Dukuh Nyamplung Kidul, RT 01 Rw 06, Desa Urutsewu, Kecamatan

Ampel, Kabupaten Boyolali. Lokasi atau letak dari Industri Abon ”Ampel” srategis karena

berada di jalan utama Solo-Semarang dan terletak di dekat Pasar Ampel. Selain itu

Industri Abon ”Ampel” juga berada dekat dengan pemasok bahan baku abon yaitu Rumah

Potong Hewan (RPH) Kabupaten Boyolali.

Industri Abon ”Ampel” didirikan oleh Bapak Sugiyanto Widodo pada tahun 1972

dan didirikan diatas tanah seluas kurang lebih 300 m2. Perusahaan tersebut terdiri dari dua

bangunan yaitu di bagian depan merupakan toko dan tempat tinggal dari Bapak Sugiyanto

Widodo, kemudian untuk di bagian belakang merupakan tempat produksi dari mulai dari

kegiatan pembersihan daging sampai dengan pengemasan atau packing. Dari awal

Page 11: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

pendirian lokasi pendirian perusahaan tidak pernah berpindah tempat tetapi hanya

dilakukan penyesuaian tempat produksi sesuai dengan perkembangan perusahaan.

Untuk mendirikan Industri Abon ”Ampel” tersebut syarat ijin yang paling utama

adalah perijinan dari departemen kesehatan RI Nomor 005/11.30/90, dan untuk SIUP

yaitu Nomor : 0086/11.32/PK/VI/2007-PI . Ijin dari departemen kesehatan RI ini sangat

penting karena produksi abon erat kaitannya dengan kebutuhan makanan sehingga harus

memenuhi syarat kesehatan dan keamanan untuk dikonsumsi masyarakat.

Pada saat berdirinya Industri Abon ”Ampel” diawali dengan modal uang sendiri

sebesar Rp. 12.000.000,00 yang sampai sekarang masih bertahan walau ditengah adanya

krisis ekonomi. Selain modal berupa uang dalam usaha industri abon sapi ini terdapat

modal lain berupa Sumber Daya Manusia (SDM), tenaga kerja pada awal berdiri

perusahaan ini untuk produksi hanya sebanyak 13 orang dan tenaga kerja untuk

memasarkan produk sebanyak 2 orang.

Industri Abon ”Ampel” untuk saat ini memiliki 21 orang tenaga kerja yang sudah

terbagi atas tugas masing-masing sesuai dengan kemampuan dan keahliannya yaitu 5

orang tenaga kerja ahli yang bertugas untuk mengawasi pelaksanaan proses produksi, 5

orang tenaga kerja untuk proses pembuatan adonan, 11 orang tenaga kerja untuk proses

penggorengan dan pembungkusan abon yang telah jadi

B. Pemasaran

Industri Abon ”Ampel” merupakan industri lokal sehingga produknya sebagian

besar dipasarkan di daerah sekitar lokasi industri. Adapun daerah pemasaran yang telah

dijangkau oleh Industri Abon ”Ampel” antara lain :

- Boyolali - Bandung

- Solo - Jakarta

- Semarang

- Salatiga

Untuk memperluas penyampaian barang atau hasil produksi dari produsen ke tangan

konsumen, salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah pemilihan saluran distribusi

yang digunakan Oleh Industri Abon ”Ampel”adalah :

- Produsen Konsumen

- Produsen Pengecer Konsumen

- Produsen Pedagang besar Pengecer Konsumen

C. Proses Produksi Pembuatan Abon Sapi

Adapun tahapan proses produksi pembuatan abon sapi di Industri Abon “Ampel”

dapat digambarkan dalam skema berikut ini.

Daging Sapi

Cuci Bersih

Page 12: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

Gambar 2. Proses Produksi Pembuatan Abon Sapi Pada Industri Abon ”Ampel” di kabupaten Boyolali

D. Analisis Usaha Industri Abon ”Ampel”

1. Analisis Biaya

a. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang digunakan dalam industri Industri Abon

”Ampel” yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi abon sapi yang

dihasilkan.

Tabel 1. Biaya Tetap Usaha Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali Selama Satu Bulan (Juni 2009)

No. Jenis Biaya Tetap Biaya (Rp/bulan)

Persentase (%)

Page 13: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

1. Tenaga kerja 13.800.000 72,60 2. Pajak (PBB & PPH) 2.401.000 12,63 3. Penyusutan peralatan 1.514.524 7,97 4. Bunga modal investasi 1.291.576 6,79 Jumlah 19.007.100 100,00

Sumber : Analisis Data Sekunder

Tabel 1 dapat menunjukkan bahwa jumlah rata-rata biaya tetap yang

dikeluarkan Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali selama satu bulan

yaitu sebesar Rp 19.007.100. Sumber terbesar dari biaya tetap yaitu biaya tenaga

kerja yaitu sebesar Rp 13.800.000,00 atau sebesar 72,60 % dalam sebulan. Biaya

tetap terbesar kedua yaitu pajak sebesar Rp 2.401.000,00 atau sebesar 12,63 %

dari total biaya tetap dalam satu bulan. Untuk biaya tetap terbesar ketiga yaitu

penyusutan peralatan sebesar Rp 1.514.524 atau 7,97 % dari total biaya tetap yang

dikeluarkan oleh Industri Abon ”Ampel” dalam satu bulan.

b. Biaya Variabel

Tabel 2. Biaya Variabel Usaha Industri Abon “Ampel” Di Kabupaten Boyolali Dalam Satu Bulan (Juni 2009).

No. Jenis Biaya Variabel Biaya (Rp)/bulan Persentase (%) 1. Bahan Baku 157.300.000 75,02

2. Bahan penolong 23.186.088 11,06 3. Bahan Bakar 8.000.000 3,81

4. Bahan Pengemasan 7.665.000 3,66 5. Listrik 525.000 0,25

6. Pemasaran 12.000.000 5,72 7. Telepon 1.000.000 0,48

Jumlah 209.676.088,00 100,00

Sumber : Analisis Data Sekunder

Tabel 2 menunjukkan besarnya rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan

Industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali selama satu bulan adalah sebesar

Rp. 209.676.088,00. Biaya variabel terbesar yang dikeluarkan selama satu bulan

adalah biaya bahan baku yaitu sebesar Rp 157.300.000,00 atau sebesar 75,02 %

dari total biaya variabel yang dikeluarkan. Biaya variabel terbesar kedua yang

dikeluarkan adalah biaya bahan penolong yaitu sebesar Rp 23.186.088,00

(11,06 %).

Biaya variabel terbesar ketiga yaitu biaya pemasaran yang besarnya

mencapai Rp 12.000.000,00 atau sebesar 5,72 % dari total biaya variabel yang

dikeluarkan. Biaya variabel terbesar keempat adalah biaya bahan bakar yaitu

Page 14: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

sebesar Rp 8.000.000,00 atau sebesar 3,81 % dari total besarnya biaya variabel

yang dikeluarkan.

Kemudian untuk biaya variabel terbesar kelima adalah biaya pengemasan

yaitu sebesar Rp 7.665.000,00 ( 3,66 %) perbulan. Kemasan pada Industri Abon

”Ampel” terdiri dari dua macam yaitu toples dan plastik. Biaya penggunaan

telepon merupakan biaya variabel yang dikeluarkan terbesar keenam yaitu sebesar

Rp 1.000.000,00 atau sebesar 0,48 % dari total biaya variabel yang dikeluarkan

setiap satu bulan. Biaya variabel terkecil yaitu pada urutan ketujuh yang

dikelurkan untuk pengolahan abon sapi yaitu biaya listrik adalah sebesar

Rp 525.000,00 atau 0,25% dari total biaya variabel yang dikeluarkan.

c. Biaya Total

Biaya total adalah hasil dari penjumlahan seluruh biaya tetap dan biaya

variabel yang dikeluarkan selama proses produksi.

Tabel 3. Biaya Total Usaha Industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali Selama Satu Bulan (Juni 2009).

No. Jenis Biaya Total Biaya Total (Rp/bulan) Persentase (%) 1. Biaya Tetap 19.007.100 8,31 2. Biaya Variabel 209.676.088 91,69

Jumlah 228.683.188 100,00 Sumber : Analisis Data Sekunder

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui rata-rata biaya total yang dikeluarkan

Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali selama satu bulan adalah sebesar

Rp 228.683.188. Biaya terbesar yang dikeluarkan dalam usaha pembuatan abon

sapi berasal dari biaya variabel yaitu sebesar Rp 19.007.100 atau 91,69% dari

total biaya total yang dikeluarkan dan biaya tetap sebesar Rp 19.007.100 atau

(8,31 %) dari total biaya.

2. Penerimaan

Penerimaan merupakan perkalian antara total produk dengan harga persatuan

produk yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Penerimaan usaha Industri Abon

“Ampel” di Kabupaten Boyolali merupakan nilai penjualan keseluruhan Abon sapi.

Tabel 4. Penerimaan Usaha Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali Selama Satu Bulan (Juni 2009).

Page 15: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

No Jenis Kemasan Ukuran (kg)

Produksi /bulan(bungkus)

Harga per Bungkus (Rp)

Penerimaan (Rp)(bulan)

1. 2.

Toples (Ampel) Plastik Jalak Rusa 4sekawann

0,25

0,25 0,25 0,25

2.400

2.800 3.200 3.440

30.000

22.500 17.500 16.250

72.000.000,00 63.000.000,00 56.000.000,00 55.900.000,00

Jumlah Penerimaan 246.900.000,00 Sumber : Analisis Data Sekunder

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui besarnya penerimaan per bulan pada usaha

Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali sebesar Rp 246.900.000,00.

Penerimaan ini berasal dari hasil penjualan abon sapi berbagai kemasan dan kualitas

yaitu kemasan toples berukuran 250 gram seharga Rp 30.000,00 per toples untuk abon

dengan kualitas yang pertama yaitu yang memiliki merek abon “Ampel”, kemudian

untuk kemasan plastik digunakan untuk abon sapi dengan kualitas kedua, ketiga dan

keempat dengan ukuran sama yaitu per 250 gram. Untuk kualitas yang kedua yaitu

abon sapi dengan merek “Jalak” setiap 250 gram seharga Rp 22.500,00, kualitas ketiga

yaitu abon sapi dengan merek ‘Rusa” setiap 250 gram seharga Rp 17.500,00 dan yang

terakhir yaitu untuk abon sapi kualitas keempat yaitu dengan merek “Empat Sekawan”

setiap 250 gram seharga Rp 16.250,00.

3. Keuntungan

Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total.

Tabel 5. Keuntungan Usaha Industri Abon ”Ampel” Di Kabupaten Boyolali Selama Satu Bulan (Juni 2009)

No Uraian Keuntungan (Rp) 1 Penerimaan 246.900.000,00 2 Total Biaya 228.683.188,00

Keuntungan 18.216.812,00 Sumber : Analisis Data Sekunder

Keuntungan Industri Abon ”Ampel” dapat dilihat pada Tabel 5 dengan

perhitungan sebagai berikut penerimaan per bulan sebesar Rp 246.900.000,00 dan

total biaya untuk proses produksi sebesar Rp 228.683.188,00 per bulan sehingga dapat

diketahui keuntungan yang diterima perusahaan sebesar Rp 18.216.812,00 per bulan.

Keuntungan yang diterima oleh Industri Abon ”Ampel” dipengaruhi oleh jumlah

produk, harga, dan biaya yang dikeluarkan. Semakin banyak abon sapi yang

dihasilkan dengan biaya yang rendah dan harga jual tinggi maka keuntungan yang

diperoleh Industri Abon ”Ampel” juga semakin besar.

Page 16: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

4. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan hasil bagi antara keuntungan usaha dengan biaya total

yang dinyatakan dalam persen. Untuk mengetahui besarnya profitabilitas dari usaha

Industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 6. Profitabilitas Usaha Industri Abon ”Ampel”di Kabupaten Boyolali Selama Satu Bulan (Juni 2009)

No Uraian Profitabilitas (Rp)/bulan 1 Keuntungan (Rp) 18.216.8112,00 2 Biaya Total(Rp) 228.683.188,00

Profitabilitas Usaha 7,96 % Sumber : Analisis Data Sekunder

Tabel 6 menunjukkan bahwa profitabilitas atau tingkat keuntungan dari usaha

Industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali pada bulan Juni 2009 adalah sebesar

7,96 %. Hal ini berarti setiap modal sebesar Rp 100,00 yang diinvestasikan akan

diperoleh keuntungan Rp 7,96. Usaha Industri Abon “Ampel” ini termasuk dalam

kriteria menguntungkan karena memiliki nilai profitabilitas lebih dari nol persen.

5. Efisiensi

Efisiensi usaha merupakan perbandingan antara total penerimaan yang diperoleh

pengusaha abon sapi dengan total biaya yang telah dikeluarkan, atau lebih dikenal

dengan istilah R/C Rasio. Untuk mengetahui efisiensi usaha Industri Abon “Ampel”di

Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 7. Efisiensi Usaha Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali Bulan Juni 2009.

No Uraian Rata-rata Pengusaha 1 Penerimaan (Rp) 246.900.000,00 2 Biaya Total (Rp) 228.683.188,00

Efisiensi Usaha 1,08 Sumber : Analisis Data Sekunder

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa nilai efisiensi usaha Industri Abon

“Ampel” di Kabupaten Boyolali sebesar 1,08. Berdasarkan kriteria yang digunakan,

maka usaha ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan nilai R/C rasio lebih dari satu.

R/C rasio ini menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang

dikeluarkan untuk memproduksi. Nilai R/C rasio 1,08 berarti bahwa setiap Rp 100

biaya yang dikeluarkan dalam suatu awal kegiatan usaha memberikan penerimaan

sebesar 1,08 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Sebagai contohnya, dalam awal

kegiatan pengusaha abon sapi mengeluarkan biaya Rp 100.000,00 maka pengusaha

akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 108.000,00. Semakin besar penerimaan

yang diperoleh pengusaha maka akan semakin besar pula R/C rasionya.

Page 17: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

6. Analisis Nilai Tambah Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai

oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai input antara. Pada dasarnya nilai tambah

adalah balas jasa yang diberikan kepada faktor tenaga kerja, modal dan manajemen.

Tabel 8. Analisis Nilai Tambah Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali Dalam Satu Bulan (Juni 2009).

No Uraian Jumlah A. Abon “Ampel” 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Nilai produk akhir (Rp) Biaya antara (Rp) Nilai tambah bruto (Rp)(1-3) Nilai Penyusutan (Rp) Nilai tambah neto (Rp) (3-4) Jumlah bahan baku (kg) Nilai tambah pe bahan baku (Rp) (3/6) Jumlah jam kerja (jam) Nilai tambah per tenaga kerja (Rp) (3/8)

72.000.000,00 61.454.088,00 10.545.912,00

1.514.524,00 9.031.388,00

1.000,00 10.545,91

551,00 19.139,59

B. Abon “Jalak” 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Nilai produk akhir (Rp) Biaya antara (Rp) Nilai tambah bruto (Rp)(1-3) Nilai Penyusutan (Rp) Nilai tambah neto (Rp) (3-4) Jumlah bahan baku (kg) Nilai tambah pe bahan baku (Rp) (3/6) Jumlah jam kerja (jam) Nilai tambah per tenaga kerja (Rp) (3/8)

63.000.000,00 51.854.088,00 11.145.192,00

1.514.524,00 9.631.388,00

760,00 14.665,67

551,00 20.228,52

C. Abon “Rusa” 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Nilai produk akhir (Rp) Biaya antara (Rp) Nilai tambah bruto (Rp)(1-3) Nilai Penyusutan (Rp) Nilai tambah neto (Rp) (3-4) Jumlah bahan baku (kg) Nilai tambah pe bahan baku (Rp) (3/6) Jumlah jam kerja (jam) Nilai tambah per tenaga kerja (Rp) (3/8)

56.000.000,00 45.454.088,00 10.545.912,00

1.514.524,00 9.031.388,00

600,00 17.576,52

551,00 19.139,59

D. Abon” Empat Sekawan” 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Nilai produk akhir (Rp) Biaya antara (Rp) Nilai tambah bruto (Rp)(1-3) Nilai Penyusutan (Rp) Nilai tambah neto (Rp) (3-4) Jumlah bahan baku (kg) Nilai tambah pe bahan baku (Rp) (3/6) Jumlah jam kerja (jam) Nilai tambah per tenaga kerja (Rp) (3/8)

55.900.000,00 41.454.088,00 14.445.912,00

1.514.524,00 12.931.388,00

500,00 28.891,82

551,00 26.725,31

Sumber : Analisis Data Sekunder

1. Nilai Tambah Bruto Pada Industri Abon “Ampel”

Nilai tambah Bruto (NTb) diperoleh dengan menghitung selisih antara nilai

produk akhir dan biaya antara. Nilai produk akhir pada usaha ini adalah nilai yang

diberikan konsumen kepada abon sapi yang dijual pengusaha. Sedangkan biaya antara

Page 18: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi selama satu bulan serta jasa.

Biaya antara yang digunakan dalam Industri Abon “Ampel” adalah biaya bahan baku

(daging sapi), biaya bahan penolong (bumbu dan minyak goreng) dan biaya

transportasi. Semakin besar biaya antara, maka akan semakin kecil NTb yang

diperoleh dan sebaliknya

Nilai tambah bruto (NTb) pada Abon “Ampel” adalah Rp 10.545.478,00. Hal ini

berarti usaha abon untuk merek Abon “Ampel mampu memberikan nilai tambah

sebesar Rp 10.545.478,00 pada daging sapi. Nilai produk akhir pada abon bermerek

Abon “Ampel” adalah Rp 72.000.000,00 dan biaya antaranya adalah Rp

61.454.088,00. Nilai Tambah Bruto (NTB) pada produk Abon “Jalak” adalah sebesar

Rp 11.145.912,00 dan untuk biaya antara dan nilai produk akhir sebesar Rp

51.854.088,00 dan Rp 63.000.000,00. Untuk Nilai Tambah Bruto pada produk Abon

“Rusa” adalah sebesar Rp 10.545.912,00 dengan nilai produk akhir sebesar Rp

56.000.000,00 dan biaya antara yaitu Rp 45.454.088,00. Kemudian yang terakhir

untuk Nilai Tambah Bruto pada Abon merek “Empat Sekawan” yaitu sebesar Rp

14.445.912,00 dengan besar nilai produk akhir yaitu Rp 55.900.000,00 dan biaya

antaranya adalah Rp 41.454.088,00.

Dapat diketahui bahwa NTb pada Industri Abon “Ampel” paling kecil diberikan

pada produk abon dengan merek Abon “Ampel” yaitu sebesar Rp 10.545.912,00. Ini

disebabkan meskipun nilai produk akhir dari Abon “Ampel” besar yaitu

Rp 72.000.000,00 tetapi biaya antara yang digunakan dalam proses produksi juga

besar yaitu Rp 61.454.088,00. Biaya antara dalam Abon “Ampel” tinggi karena

dibutuhkan untuk membeli bahan yang berupa daging sapi, minyak goreng dan

bumbu. Dalam pembuatan abon dengan merek “Ampel” tidak menggunakan

campuran kacang tanah (murni daging sapi) sehingga biaya yang dikeluarkan tinggi.

NTb terbesar yaitu produk abon dengan merek “Empat Sekawan” yaitu sebesar

Rp 14.445.912,00. Biaya antara yang dikeluarkan dalam pembuatan abon dengan

merek “Empat Sekawan” rendah yaitu sebesar Rp 41.454.088,00 berupa pembelian

daging sapi, kacang tanah, bumbu dan minyak. Proporsi kacang tanah yang digunkan

sebagai campuran abon sama jumlahnya dengan daging sapi yaitu 1:1 sehingga

dengan harga kacang tanah yang lebih kecil jika dibandingkan dengan harga daging

sapi menyebabkan biaya antara yang dikeluarkan juga rendah.

NTb terbesar kedua yaitu abon dengan merek “Jalak” yaitu sebesar

Rp 11.145.192,00. Ini sebabkan karena nilai akhir produk pada merek “Jalak” cukup

tinggi yang dilihat dari harga jual yang masih tinggi. Pada merek Abon “Jalak” sudah

Page 19: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

mulai ada campuran kacang tanah dalam pembuatannya yaitu sekitar 33 %. Ini

mengakibatkan biaya antara lebih rendah jika dibandingkan dengan abon “Ampel”

yang hanya berbahan baku daging sapi saja.

Walaupun harga jual produknya rendah karena produk yang dihasilkan banyak

sehingga nilai produk yang dihasilkan tinggi. Sedangkan biaya antara yang

dikeluarkan dalam abon “Rusa” terbentuk dari pembelian daging sapi, kacang tanah,

bumbu dan minyak goreng. Perbandingan antara bahan baku dan kacang tanah adalah

sebesar 3:2, walaupun biaya yang digunakan untuk membeli daging itu lebih sedikit,

tetapi juga dibutuhkan biaya untuk pembelian kacang tanah juga besar. Sehingga

diperoleh total biaya antara yang besar yang menyebabkan nilai tambah yang

diperoleh kecil.

.Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa rata-rata besarnya Nilai

Tambah Bruto pada Industri Abon “Ampel” adalah sebesar Rp 11.670.912,00.

2. Nilai Tambah Neto Pada Industri Abon “Ampel”

Nilai tambah neto (NTn) adalah selisih antara nilai tambah bruto dengan

penyusutan peralatan. Nilai tambah neto yang diberikan pada produk abon dengan

merek “Ampel” adalah sebesar Rp 9.031.388,00 dengan nilai penyusutan alat sebesar

Rp 1.514.524,00. Nilai tambah neto pada abon merek “Jalak” adalah sebesar

Rp 9.631.388,00 dengan besar penyusutan alatnya adalah Rp 1.514.524,00. Sedangkan

untuk nilai tambah neto dan penyusutan alat pada abon merek “Rusa” adalah sebesar

Rp 9.031.388,00 dan Rp 1.514.524,00. Kemudian yang terakhir yaitu abon “Empat

Sekawan” memberikan nilai tambah neto sebesar Rp 12.931.388,00 dan penyusutan

alat Rp 1.514.524,00.

Sama halnya dengan nilai tambah bruto, nilai tambah neto paling besar diberikan

oleh abon dengan merek “Empat Sekawan”. NTn terkecil diberikan oleh abon

“Ampel”. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai tambah neto pada

Industri Abon ‘Ampel” adalah sebesar Rp 10.156.388,00

3. Nilai Tambah Per Bahan Baku Pada Industri Abon “Ampel”

Nilai tambah per bahan baku (NTbb) adalah nilai tambah atau balas jasa yang

diberikan kepada setiap kilogram bahan baku. Dalam penelitian ini berarti nilai

tambah yang diberikan kepada setiap satu kilogram daging sapi. Rata-rata nilai tambah

per bahan baku pada Industri Abon “Ampel adalah sebesar Rp 17.919,98. NTbb pada

merek abon “Ampel” diperoleh sebesar Rp 10.545,91 untuk setiap kilogram daging

sapi. Hal ini berarti setiap satu kilogram daging sapi dapat memberikan nilai tambah

sebesar Rp 10.545,91.

Page 20: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

Kemudian NTbb yang diberikan oleh abon dengan merek “Jalak” adalah sebesar

Rp 14.665,65 dalam setiap kilogram daging sapi. Ini berarti setiap kilogram daging

sapi dapat memberikan nilai tambah sebesar Rp 14.665,65. Nilai tambah per bahan

baku untuk abon dengan merek ”Rusa” adalah sebesar Rp 17.576,52 yang berarti

setiap satu kilogram daging sapi yang digunakan untuk membuat abon sapi merek

”Rusa” dapat memberikan nilai tambah sebesar Rp 17.576,52. Sedangkan untuk nilai

tambah per bahan baku yang diberikan oleh abon ”Empat Sekawan” yaitu sebesar

Rp 28.891,82 yang berarti setiap kilogram daging yang digunakan untuk membuat

abon dengan merek ”Empat Sekawan” memberikan nilai tambah sebesar

Rp 28.891,82.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa merek “Empat Sekawan” memiliki

Nilai tambah perbahan baku paling besar. Ini disebabkan karena meskipun harga

jualnya rendah tetapi biaya antara yang dikeluarkan juga rendah dengan hasil produk

lebih banyak. Pada produk “Empat Sekawan” memiliki campuran kacang tanah yang

paling banyak. Semakin banyak campuran kacang tanah yang digunakan maka

semakin kecil penyusutan pada produk akhir abon sapi.

Besarnya prosentase nilai tambah per bahan baku dibanding dengan besarnya

nilai tambah bruto yaitu pada merek Abon “Ampel” adalah sebesar 0,1%, pada Abon

“Jalak” sebesar 0,13%, Abon “Rusa” 0,16% dan pada merek Abon “Empat Sekawan”

adalah sebesar 0,20%. Nilai Tambah per bahan baku merupakan nilai tambah atau

balas jasa yang diberikan kepada setiap kilogram bahan baku. Nilai dari hasil tersebut

dapat dilihat bahwa angka prosentase nilai tambah per bahan baku pada setiap merek

masih rendah jika dibandingkan dengan suku bunga deposito pada Bulan Juni 2009,

karena suku bunga pada Bulan Juni adalah sebesar 8,6 %.

4. Nilai Tambah Per Tenaga Kerja Pada Industri Abon “Ampel”

Nilai tambah per tenaga kerja (NTtk) merupakan balas jasa yang diberikan

kepada setiap 1 jam kerja para tenaga kerja dalam proses produksi. Dari Tabel diatas

dapat diketahui bahwa nilai tambah per tenaga kerja pada merek abon “Ampel” adalah

sebesar Rp 19.139,59. Ini berarti setiap satu jam kerja dapat memberikan nilai tambah

sebesar Rp 19.139,59. Untuk abon “Jalak” besar dari nilai tambah per tenaga kerja

(NTtk) adalah sebesar Rp 20.228,52 yang berarti bahwa setiap satu jam kerja dapat

memberikan nilai tambah sebesar Rp 20.228,52. kemudian untuk abon “Rusa” nilai

tambah per tenaga kerjanya adalah sebesar Rp 19.139,59 yang berarti bahwa setiap

satu jam kerja dapat memberikan nilai tambah sebesar Rp 19.139,59. Kemudian yang

terakhir adalah pada abon “Empat Sekawan” memiliki nilai tambah per tenaga kerja

Page 21: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

sebesar Rp 26.217,63. Ini berarti bahwa setiap satu jam kerja bisa memperoleh atau

memberi nilai tambah sebesar Rp 26.217,63.

Nilai tambah tenaga kerja (NTtk) paling besar diberikan pada abon dengan

merek “Empat Sekawan” karena untuk perjam yang sama dalam bekerja dari keempat

produk yaitu abon “Ampel”, “Jalak”, “Rusa” dan “Empat Sekawan” , abon “Empat

Sekawan” menghasilkan jumlah abon yang lebih banyak (lebih produktif).

Besarnya prosentase nilai tambah per tenaga kerja dibanding dengan besarnya

nilai tambah bruto yaitu pada keempat merek sama merek Abon “Ampel”, “Jalak”,

“Rusa” dan “Empat Sekawan” yaitu sebesar 0,18%. Nilai tambah per tenaga kerja

merupakan balas jasa yang diberikan kepada setiap 1 jam kerja para tenaga kerja

dalam proses produksi. Dari angka tersebut dapat dilihat bahwa angka prosentase nilai

tambah per tenaga kerja pada setiap merek masih rendah jika dibandingkan dengan

suku bunga deposito pada Bulan Juni 2009, karena suku bunga pada Bulan Juni adalah

sebesar 8,6 %. Sehingga sebaikknya dilakukan perbaikan pada sistem manejemen

pada para tenaga kerja agar prosentase menjadi lebih besar dari tingkat suku bunga

deposito.

E. Kendala Yang Dihadapi Usaha Industri Abon ”Ampel” di Kabupaten Boyolali

Dalam kegiatan usahanya, Industri Abon ”Ampel” dihadapkan pada beberapa

kendala yang diantaranya adalah banyaknya pesaing dari industri abon lain yang khusunya

berada di Kecamatan Ampel. Dengan adanya pesaing tersebut dapat mempengaruhi

konsumen dalam memilih abon yang akan dibeli sehingga dapat menurunkan jumlah

penjualan abon sapi. Masalah yang lain adalah ketersediaan bahan baku yaitu daging sapi

yang memenuhi kualitas yang diinginkan oleh perusahaan. Untuk membuat abon sapi

dibutuhkan daging sapi segar dan tidak semua bagian dapat dibuat untuk membuat abon,

bagian yang dibutuhkan untuk membuat abon yaitu pada bagian paha yang banyak

mengandung serat yang ditujukan agar mutu dari abon yang dihasilkan baik. Selain itu

karena belakangan ini marak diberitakan adanya daging glonggongan, membuat

perusahaan semakin sulit untuk mendapatkan kualitas daging yang baik.

C. Prospek Usaha Industri Abon “Ampel” di Kabupaten Boyolali

Usaha abon sapi yang diusahakan pada Industri Abon “Ampel” masih dapat berjalan

dengan baik dan memiliki prospek untuk kedepannya. Ini dapat dilihat dari beberapa segi.

Salah satu diantaranya yaitu dari segi bahan baku, yaitu kemudahan dalam memperoleh

bahan baku dari abon sapi yaitu daging sapi karena di Kabupaten Boyolali khususnya

Page 22: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

untuk Kecamatan Ampel sendiri merupakan salah satu sentra dari ternak sapi potong.

Selain itu Industri Abon “Ampel” sendiri lokasinya dekat dengan Rumah Pemotongan

Hewan “RPH” Kabupaten Boyolali.

Dari segi produksi, industri Abon “Ampel” memproduksi abon sapi yang memiliki

kualitas yang cukup baik, ini dapat dilihat bahwa produksi abon dari industri Abon

“Ampel” dapat bersaing dengan industri-industri abon sapi lainnya, selain itu jumlah

produksi abon sapi yang dihasilkan dari awal berdirinya industri sampai sekarang terus

meningkat.

Dari segi pemasaran, selain dipasarkan di sekitar lokasi industri, jangkauan

pemasaran dari abon yang dihasilkan oleh Industri Abon “Ampel” sudah cukup luas yaitu

antara lain daerah Solo, Semarang, Salatiga, Bandung dan Jakarta. Sehingga dengan itu

abon yang dihasilkan oleh Industri Abon “Ampel” sudah banyak dikenal orang dan cukup

mudah dalam memasarkannya.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada Usaha pembuatan abon sapi pada Industri Abon “Sapi” di Kabupaten Boyolali

biaya total yang dikeluarkan dalam satu bulan yaitu sebesar Rp 228.683.188,00 untuk

penerimaannya adalah sebesar Rp 246.900.000,00, lalu untuk keuntungan Industri

Abon “Ampel” adalah sebesar Rp 18.216.812,00. Selanjutnya nilai Profitabilitas dan

efisiensi yaitu untuk profitabilitas adalah sebesar 7,96 %. Hal ini berarti setiap modal

sebesar Rp 100,00 yang diinvestasikan akan diperoleh keuntungan Rp 7,96. Untuk

efisiensi adalah sebesar 1,08 maka usaha ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan

nilai R/C rasio lebih dari satu.

2. Nilai tambah bruto, nilai tambah neto dan nilai tambah per bahan baku yang dapat

diperoleh pada Industri Abon “Ampel” adalah sebagai berikut:

a) Nilai tambah bruto paling besar diberikan oleh abon “Empat Sekawan” yaitu

sebesar Rp 14.445.912,00,00 dan ikuti oleh abon ” Jalak”, ”Rusa”, dan ”Ampel”

yaitu secara berturut-turut sebesar Rp 11.145.912,00 dan Rp 10.545,912,00.

b) Nilai tambah neto terbesar dihasilkan sama dengan nilai tambah bruto yaitu produk

abon dengan merek “Empat Sekawan” yaitu sebesar Rp 12.931,388,00; lalu

terbesar kedua yaitu abon “Jalak” sebesar Rp 9.631,388,00. Selanjutnya untuk

Page 23: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

terbesar ketiga dan keempat yaitu abon “Rusa dan “Ampel” yaitu sebesar

Rp 9.031.388,00.

c) Nilai tambah per bahan baku paling besar diberikan oleh abon “Empat Sekawan”

yaitu sebesar Rp 28.891,82. Untuk terbesar kedua, ketiga dan keempat secara

berturut-turut adalah abon “Rusa” dengan Rp 17.576,52; abon “Jalak” sebesar

Rp 14.665,67 dan terakhir adalah abon “Ampel” sebesar Rp 10.545,91. Besarnya

prosentase nilai tambah per bahan baku dibanding dengan besarnya nilai tambah

bruto yaitu pada merek Abon “Ampel” adalah sebesar 0,1%, pada Abon “Jalak”

sebesar 0,13%, Abon “Rusa” 0,16% dan pada merek Abon “Empat Sekawan”

adalah sebesar 0,20%. hasil tersebut dapat dilihat bahwa angka prosentase nilai

tambah per bahan baku pada setiap merek masih rendah jika dibandingkan dengan

suku bunga deposito pada Bulan Juni 2009, karena suku bunga pada Bulan Juni

adalah sebesar 8,6 %.

3. Besarnya nilai tambah per tenaga kerja dapat diketahui sebagai berikut:

Besarnya nilai tambah pertenaga kerja pada Industri Abon “Ampel” paling besar

diberikan produk abon “Empat Sekawan” yaitu sebesar Rp 26.217,63. kemudian untuk

terbesar kedua, ketiga dan keempat yaitu abon dengan merek “ Rusa”, “Jalak”, dan

“Ampel” yaitu secara berturut-turut sebesar Rp 19.139,59; Rp 20.228,52 dan yang

terakhir adalah sebesar Rp 19.139,59. Besarnya prosentase nilai tambah per tenaga

kerja dibanding dengan besarnya nilai tambah bruto yaitu pada keempat merek sama

merek Abon “Ampel”, “Jalak”, “Rusa” dan “Empat Sekawan” yaitu sebesar 0,18%.

Dari angka tersebut dapat dilihat bahwa angka prosentase nilai tambah per tenaga

kerja pada setiap merek masih rendah jika dibandingkan dengan suku bunga deposito

pada Bulan Juni 2009, karena suku bunga pada Bulan Juni adalah sebesar 8,6 %.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Agar keuntungan, profitabilitas, dan efisiensi dapat lebih ditingkatkan maka

perusahaan seharusnya lebih dapat menekan pengeluaran khususnya untuk biaya

tenaga kerja yang biayanya cukup besar yaitu dengan cara mengefektifkan kerja dari

para tenaga kerja sehingga produksi dapat ditingkatkan, sehingga dengan biaya tenaga

kerja yang tetap akan dapat diperoleh hasil produksi dari abon sapi yang lebih banyak.

2. Agar usaha abon sapi pada Industri Abon ”Ampel” tidak kalah bersaing dengan

industri-industri abon sapi yang lain maka sebaiknya Industri Abon ”Ampel” harus

dapat meningkatkan kualitas dari abon sapi yang diproduksi. Salah satu cara untuk

meningkatkan kualitasnya yaitu dengan cara lebih hati-hati dan selektif dalam memilih

Page 24: ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON “AMPEL” DI .../Analisis...Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total rata-rata yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam pembuatan

bahan baku yaitu kualitas dari daging sapi khususnya pada merek Abon “Ampel” yang

menggunakan bahan baku 100% daging sapi, kemudian untuk merek Abon “Jalak”,

“Rusa”, dan “Empat Sekawan” selain selektif memilih kualitas dari daging sapi juga

memperhatikan kualitas dari bahan tambahan atau campuran yaitu kacang tanah

karena ini akan sangat berpengaruh terhadap mutu dari abon yang dihasilkan,

misalnya kacang tanah yang digunakan tidak tercampur dengan kacang tanah yang

sudah busuk atau sudah mengeluarkan jamur.

DAFTAR PUSTAKA

Abu bakar. 2007. Strategi Peningkatan Kualitas Produk Melalui Teknologi Pascapanen Dalam Pengembangan Agribisnis Kambing. Dalam http://peternakan.litbang.deptan.go.id/downloadintoteknis/kambing potong/. Diakses pada tanggal 27 Desember 2008 pukul 20.00 WIB.

Anonima. 2008. Abon Sapi. Dalam http://depkes.go.id. Diakses Jumat, 26 Desember 2008 pukul 15.00 WIB.

Deperindag Boyolali. 2006. Profil Usaha Kecil di Kabupaten Boyolali. Kabupaten Boyolali.

Soekartawi. 2001. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soleh, M. 2003. Perbaikan Mutu dan Keamanan Pangan Produk Olahan Hasil Industri Kecil

Melalui Analisa Bahaya dan Penentuan Titik Kendali Dalam Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian Vol 6 Januari 2003. Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPTP). Jawa Timur.

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional. Bumi Aksara. Jakarta.