Analisis Laporan Keuangan Gajah Tunggal 2006-2010
-
Upload
asti-mariana -
Category
Documents
-
view
420 -
download
37
description
Transcript of Analisis Laporan Keuangan Gajah Tunggal 2006-2010
BAB I
PENDAHULUAN
I.A. Latar Belakang Penelitian
Kinerja keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi perusahaan. Untuk melihat sehat tidaknya
suatu perusahaan tidak hanya dapat dinilai dari keadaan fisiknya saja, misalnya dilihat dari gedung,
pembangunan atau ekspansi. Faktor terpenting untuk dapat melihat perkembangan suatu perusahaan
terletak dalam unsur keuangannya, karena dari unsur tersebut juga dapat mengevaluasi apakah
kebijakan yang ditempuh suatu perusahaan sudah tepat atau belum, mengingat sudah begitu
kompleksnya permasalahan yang dapat menyebabkan kebangkrutan dikarenakan banyaknya
perusahaan yang akhirnya gulung tikar karena faktor keuangan yang tidak sehat. Dengan keadaan
sekarang ini, di mana persaingan ketat di bidang perekonomian sudah mulai masuk ke negara
Indonesia, maka jika seorang manajer perusahaan tidak memperhatikan faktor kesehatan keuangan
dalam perusahaannya, mungkin saja akan terjadi kebangkrutan. Analisis keuangan pada dasarnya
ingin melihat prospek dan risiko perusahaan. Prospek bisa dilihat dari tingkat
keuntungan (profitabilitas)dan risiko bisa dilihat dari kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan
keuangan atau mengalami kebangkrutan.
Untuk menghindari kebangkrutan tersebut maka seorang manajer perusahaan sangat penting untuk
selalu berusaha agar perusahaannya dapat terus berjalan atau dengan kata lain manajer tersebut
dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaannya yang ditempuh dengan cara selalu
memperhatikan dan mengadakan evaluasi terhadap perkembangan perusahaannya dari waktu ke
waktu. Seorang manajer harus dapat memahami kondisi keuangan perusahaannya, karena pada
dasarnya kondisi keuangan tersebut akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaannya secara
keseluruhan.
Salah satu alat yang dipakai untuk mengetahui kondisi keuangan, dalam hal ini tingkat kesehatan
suatu perusahaan adalah berwujud laporan keuangan yang disusun pada setiap akhir periode yang
berisi pertanggungjawaban dalam bidang keuangan atas berjalannya suatu usaha. Laporan finansial
merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat berkomunikasi antara data
finansial atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan data
atau aktivitas tersebut.
Data finansial yang dimaksud adalah data yang tercermin dalam suatu laporan finansial, yang
memberikan gambaran tentang keuangan suatu perusahaan, yang terdiri dari Neraca, Laporan Rugi
Laba serta laporan laporan keuangan lainnya. Dengan mengadakan analisa terhadap pos-pos neraca
akan dapat diketahui atau akan diperoleh gambaran tentang posisi keuangannya, sedangkan analisa
terhadap laporan rugi labanya akan memberikan gambaran tentang hasil atau perkembangan usaha
perusahaan yang bersangkutan.
Untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan perusahaan dapat digunakan alat analisis yang disebut
analisis rasio keuangan. Untuk melakukan analisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan rasio-rasio
keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio keuangan mungkin dihitung
berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam neraca saja, dalam laporan rugi-laba saja, atau pada
neraca dan laporan rugi-laba. Setiap analisis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang
dianggap mencerminkan aspek tertentu.
Rasio keuangan merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relative maupun absolute yang
menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lainnya dalam laporan
keuangan. Analisis laporan keuangan akan memberikan hasil yang terbaik jika digunakan dalam suatu
kombinasi untuk menunjukan suatu perubahan kondisi keuangan atau kinerja operasional selama
periode tertentu, lebih lanjut dapat memberikan gambaran suatu trend dan pola perubahan, yang
pada akhirnya bisa memberikan indikasi adanya risiko dan peluang bisnis.
Analisis rasio dapat memberikan penilaian terhadap laporan keuangan perusahaan. Pada Surat
Keputusan (SK) Menteri Keuangan RI No.826/KMK.013/1992 guna menentukan rasio rentabilitas,
likuiditas, dan solvabilitas yang digunakan oleh perusahaan tersebut sebagai dasar dalam penilaian
kinerja. Melakukan penelitian tentang manfaat dan pengaruh rasio keuangan dalam analisis kinerja
keuangan perbankan pada perusahaan go public yang tercatat di BEI merupakan alat analisis yaitu
rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas, hasilnya menyimpulkan bahwa
rasio-rasio keuangan mempunyai pengaruh terhadap kinerja keuangan secara parsial dan
berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja keuangan perusahaan. Meneliti tentang
perbandingan rasio-rasio keuangan pada perusahaan besar contohnya pada PT Gajah Tunggal Tbk
(perusahaan) di dirikan berdasarkan akta notaris no.54 tanggal 24 agustus 1951 dari Raden Meester
Soewandi, SH notaries dijakarta yang pertama kalinya pada tahun 1951 untuk memproduksi dan
mendistribusikan ban luar dan ban dalam sepeda. Sejak itu Perusahaan bertumbuh menjadi produsen
ban terpadu terbesar di Asia Tenggara. Perusahaan memperluasan produksi dengan membuat variasi
produk melalui produksi ban sepeda motor tahun 1971, diikuti oleh bas bias untuk penumpang dan
komersial di tahun 1981. Awal tahun 90an, perusahaan mulai memproduksi ban radial untuk mobil
berpenumpang dan truk.
Pada saat ini perusahaan mengoperasikan 5 pabrik ban dan ban dalam yang telah dimutakhirkan
untuk memproduksi berbagai tipe dan ukuran ban radial, ban bias dan ban sepeda motor, serta
mengoperasikan 2 pabrik yang memproduksi kain ban dan SBR (Styrene Butadiene Rubber) yang
terkait dengan fasilitas produksi ban. Kelima pabrik ban dan pabrik kain ban ini berlokasi di Tangerang,
sekitar 30 kilometer disebelah barat Jakarta, Indonesia. Sedangkan pabrik SBR milik Perusahaan
berlokasi di komplek Industri Kimia di Merak, Banten, sekitar 90 km disebelah barat Jakarta. Pada
tahun 2005, Perusahaan mulai melaksanakan program perluasan yang ditujukan untuk meningkatkan
kapasitas terpasang ban radial dan ban sepeda motor serta ban dalam sepeda motor di lokasi yang
berdekatan dengan pabrik ban yang sekarang ini berada. Berdasarkan program ini, kapasitas
terpasang ban radial akan meningkat dari 30.000 ban/hari menjadi 45.000 ban/hari. Perluasan ini akan
dikerjakan dalam tiga tahap. Kapasitas terpasang ban sepeda motor akan meningkat dari 37.000
ban/hari pada tahun 2005 menjadi 105.000 ban/hari juga dalam tahap penyelesaian. Pada saat ini
kapasitas ban sepeda motor sudah mencapai 59.000 ban/hari sedangkan kapasitas ban radial
meningkat menjadi 35.000 ban/hari.
Perusahaan terus berusaha mengurangi biaya produksi serta menjamin kelancaran pasokan bahan
baku untuk produksinya melalui strategi integrasi vertikal yang dilakukan dengan cara mengakuisisi
aset-aset yang memproduksi bahan baku utama yang dibutuhkan Perusahaan dalam proses
produksinya. Pada tahun 2004 Perusahaan mengintegrasikan aset produksi kain ban dan SBR. Pada
tahun 2008, sekitar setengah hasil produksi kain ban dan sepertiga dari produksi SBR Perusahaan
digunakan untuk produksi ban, sedangkan setengah sisanya dijual kepada pihak ketiga. Dengan
memperhatikan penelitian, penulis tertarik melakukan penelitian karena alasannya perusahaan
tersebut terdaftar di BEI dan sangat mudah mengambil data tentang laporan keuangan perusahaan
tersebut maka dari itu penulis ingin melakukan suatu penelitian dengan judul “Analisis Rentabilitas
dan Solvabilitas Laporan Keuangan pada PT. Gajah Tunggal Tbk”.
I.B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Setiap kegiatan dalam suatu perusahaan tidak pernah terlepas dari masalah keuangan. Hal ini tidak
dapat kita pungkiri, karena tanpa adanya sistem keuangan didalam perusahaan maka kegiatan yang
ada didalam perusahaan tidak akan dapat berjalan dengan baik untuk mencapai suatu tujuan
perusahaan.
Dalam penyusunan laporan keuangan, asumsi yang digunakan adalah harga yang relatif tetap.
Dengan kata lain tidak memperhitungkan perubahan harga yang terjadi seperti kebijakan ekonomi
oleh pemerintah sebagai pemegang kendali perekonomian dan pengaruh dari inflasi.
Konsep yang digunakan dalam mencatat transaksi akuntansi adalah konsep harga perolehan historis,
yaitu suatu transaksi dicatat dan ditampilkan dalam laporan keuangan sesuai dengan tanggal
transaksi tersebut terjadi.
2. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah kinerja keuangan pada PT. Gajah Tunggal Tbk dari tahun 2006 sampai 2010 ditinjau
dari Rentabilitas ?
2. Bagaimana kinerja keuangan pada PT. Gajah Tunggal Tbk dari tahun 2006 sampai 2010 di tinjau
dari Solvabilitas ?
I.C. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan PT. Gajah Tunggal dari
tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 ditinjau dari Rentabilitas dan Solvabilitas.
1.D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Perusahaan
Penyusunan skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam penyempurnaan kondisi
keuangan perusahaan.
b.Bagi Penulis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas
Ekonomi Universitas Satyagama, dan untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam penerapan
analisis rasio serta interprestasi dari hasil perhitungan tersebut.
1. c. Bagi pihak umum
Sebagai salah satu bahan pertimbangan dan perbandingan dalam menambah wawasan serta untuk
referensi bagi penelitian yang serupa pada lingkup yang lebih luas dalam bidang pembahasan yang
sama.
I.E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai sejumlah keterbatasan yaitu Periode yang digunakan hanya lima tahun yaitu
tahun 2006 sampai dengan 2010. Sehingga penelitian ini belum dapat dijadikan pedoman serta belum
bisa disimpulkan mengenai kinerja keuangan perusahaan secara umum. Sehubungan dengan jenis
analisis rasio yang digunakan sangat beragam, baik jenis maupun cara menghitungnya, serta
kemampuan dan waktu yang terbatas, maka penelitian ini penulis batasi dengan hanya menghitung
analisis rasio Rentabilitas dan rasio Solvabilitas perusahaan serta interprestasi dari masing-masing
rasio tersebut.
Alasan yang diambil oleh penulis karena rasio Rentabilitas dan rasio Solvabilitas tersebut sangat
bermanfaat dalam menilai kondisi keuangan perusahaan dalam suatu periode. Disamping itu pula
dengan mengetahui hasil dari rasio-rasio tersebut, maka keputusan yang diambil oleh pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan akan akurat.
Lingkup pembahasan rasio Rentabilitas dan rasio Solvabilitas perusahaan yang penulis maksud adalah
PT. Gajah Tunggal Tbk. Demikian halnya interprestasi dari masing-masing rasio tersebut hanya berlaku
untuk PT. Gajah Tunggal Tbk.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
II.A. Tinjauan Pustaka
1. Laporan Keuangan
a. Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu sumber informasi dalam pengambilan
keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Dalam penyusunan laporan
keuangan harus didasarkan pada prinsip-prinsip akuntansi yang lazim, agar informasi yang diberikan
tidak membuat salah penafsiran pembaca. Untuk lebih jelasnya mengenai laporan keuangan, dibawah
ini akan dikemukan beberapa pengertian laporan keuangan menurut para ahli, antara lain :
Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia Standar Akuntansi Keuangan no.1
(2009:27) mengemukakan sebagai berikut:
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana),
catatan-cacatan dan bagian integral dari laporan keuangan”.
Pengertian laporan keuangan menurut Munawir S dalam bukunya yang berjudul Analisa Laporan
Keuangan (2007) mengemukakan sebagai berikut: “Laporan keuangan merupakan hasil dari proses
akuntansi yang dapat memberikan informasi tentang suatu keadaan perusahaan sekaligus merupakan
alat komunikasi antara data keuangan dengan pihak yang berkepentingan dengan data perusahaan
tersebut”
Pengertian laporan keuangan menurut Zaki Baridwan dalam bukunya yang berjudul Intermediate
Accounting edisi 8 (2004: 17) adalah sebagai berikut :
“Laporan keuangan merupakan suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-
transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan tersebut
dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Di samping itu laporan keuangan dapat juga
digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar
perusahaan”.
Dari beberapa pengertian mengenai laporan keuangan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
yang dimaksud dengan laporan keuangan merupakan suatu informasi yang berisi rangkaian dari data
akuntansi selama satu periode yang disusun untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
berkepentingan baik intern perusahaan maupun ekstern perusahaan.
1. b. Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang disajikan kepada semua pihak yang berkepentingan dengan eksistensi
suatu perusahaan, pada hakikatnya merupakan suatu alat komunikasi. Artinya laporan keuangan
adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan dari suatu
perusahaan dan kegiatan-kegiatannya kepada mereka yang berkepentingan dengan perusahaan
tersebut. Menetapkan tujuan laporan keuangan merupakan langkah pertama yang harus dicapai,
karena hal ini menentukan tujuan dan arah akuntansi menyeluruh.
Tujuan Laporan Keuangan menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (2004:15)
tentang penyajian laporan keuangan menyebutkan bahwa:
”Tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan,
kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan,
dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukan
pertanggungjawaban(stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka”.
Sedangkan Tujuan Laporan Keuangan menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty dalam bukunya yang
berjudul Analisa Laporan Keuangan (2005:5) adalah sebagai berikut: ”Laporan Keuangan disusun
dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi”.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dibuatnya Laporan Keuangan adalah untuk
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja serta perubahannya yang dapat digunakan
untuk para pemakai laporan keuangan untuk meramalkan, membandingkan dan menilai dampak
keuangan yang timbul dari keputusan ekonomi yang diambil.
1. c. Yang berkepentingan dengan Laporan Keuangan.
Sedangkan dalam buku Sofyan Safri Harafah yang berjudul Analisa Kritis Laporan Keuangan
(2001:120-125), ada 12 pihak-pihak yang berkepentingan atau para pemakai laporan keuangan adalah
:
1) Pemegang saham
2) Investor
3) Analisa Pasar Modal
4) Manajer
5) Karyawan dan Serikat Pekerja
6) Instansi Pajak
7) Pemberi Dana (Kreditur)
8) Supplier
9) Pemerintah atau Lembaga Pengatur Resmi
10) Langganan
11) Lembaga Swadaya Masyarakat
12) Peneliti/Akademisi/Lembaga Peringkat
Adapun penjelasan mengenai para pemakai laporan keuangan sebagai berikut :
a) Pemegang Saham
Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaan, aset, hutang, modal, hasil, biaya
dan laba. Pemegang saham juga ingin melihat prestasi perusahaan dalam pengelolaan manajemen
yang diberikan dan juga mengetahui jumlah deviden yang akan diterima, jumlah pendapatan per
saham, jumlah laba yang ditahan. Dari informasi tersebut pemegang saham dapat mengambil
keputusan apakah ia akan mempertahankan sahamnya, menjual atau menambahnya.
b) Investor
Investor dalam hal tertentu juga sama seperti pemegang saham. Bagi investor potensial ia akan
melihat kemungkinan potensi keuntungan yang akan diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan.
c) Analisa Pasar Modal
Analis pasar modal selalu melakukan analisa tajam dan lengkap terhadap laporan keuangan
perusahaan yang go publik maupun berpotensi masuk pasar modal. Analisa pasar modal dapat
mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan. Apakah layak disarankan
untuk dibeli sahamnya, dijual atau dipertahankan. Informasi ini akan disampaikan kepada
langganannya berupa investor baik individual maupun lembaga.
d) Manajer
Manajer juga berhak untuk mengetahui situasi ekonomi perusahaan yang dipimpinnya. Seorang
manajer selalu dihadapkan kepada seribu masalah yang memerlukan keputusan cepat dan setiap
saat. Untuk sampai pada keputusan yang tepat maka manajer harus mengetahui selengkap-
lengkapnya kondisi keuangan perusahaan baik posisi semua pos neraca (aset, hutang, modal), laba
rugi likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, break even, laba kotor dan sebagainya.
e) Karyawan dan Serikat Pekerja
Karyawan pun perlu mengetahui kondisi keuangan perusahaan untuk menetapkan apakah ia masih
harus bekerja di perusahaan tersebut atau pindah. Karyawan juga perlu mengetahui hasil usaha
perusahaan supaya ia bisa menilai apakah penghasilan (renumerasi) yang diterimanya adil atau tidak
dan juga mengetahui jumlah modal yang dimiliki karyawan. Demikian juga tentang cadangan dan
pensiun, asuransi kesehatan, asuransi atau jaminan sosial tenaga kerja (jamsostek) dinegara yang
demokrasi dan hak-hak dilindungi informasi seperti ini agat penting.
f) Instansi Pajak
Perusahaan selalu memiliki kewajiban Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
Pajak Pembangunan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn Bm), Pajak Daerah, Retribusi, Pajak
Penghasilan (PPh). Perusahaan juga dikenakan potongan, perhitungan dan pembayarannya. Semua
kewajiban ini mestinya akan tergambar dalam laporan keuangan, dengan demikian instansi pajak
(fiskus) dalam hal ini dapat menggunakan laporan keuangan sebagai dasar menentukan kebenaran
perhitungan pajak, pembayaran pajak, pemotongan pajak, retribusi dan juga untuk dasar pemindahan.
g) Pemberi Dana
Sama seperti pemegang saham investor, lender seperti Bank, Investment Fund, perusahaan leasing,
juga dapat mengetahui informasi tentang situasi dan kondisi perusahaan baik yang sudah diberi
pinjaman maupun yang akan diberi pinjaman. Bagi yang sudah diberikan laporan keuangan dapat
menyajikan informasi tentang penggunaan dana yang diberikan, kondisi keuangan seperti likuiditas,
solvabilitas, rentabilitas perusahaan. Bagi perusahaan calon kreditur laporan keuangan dapat menjadi
sumber informasi untuk menilai kelayakan perusahaan utuk menerima kredit yang akan diluncurkan.
h) Supplier
Supplier hampir sama dengan kreditur. Laporan keuangan bisa menjadi informasi untuk mengetahui
apakah perusahaan layak diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan dan sejauh mana
potensi risiko yang dimiliki perusahaan.
i) Pemerintah dan Lembaga Pengatur Resmi
Pemerintahan dan lembaga pengatur resmi sangat membutuhkan laporan keuangan. Karena ingin
mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah ditetapkannya. Laporan
keuangan dapat memberikan informasi apakah perusahaan telah mentaati standar laporan yang
ditetapkan atau belum. Jika belum maka lembaga dapat memberikan teguran atau sanksinya.
j) Langganan
Langganan dalam era modern sepeti sekarang ini khususnya di negara maju benar-benar raja. Dengan
konsep ekonomi pasar dan ekonomi persaingan konsumen sangat diuntungkan dan ia juga berhak
mendapat layanan memuaskan (satisfaction quarentee) dengan harga equilibrium, dalam kondisi ini
konsumen terlindungi dari kemungkinan praktek yang merugikan baik dari sisi kualitas, kuantitas,
harga dan lain sebagainya.
k) Lembaga Swadaya Masyarakat
Banyak jenis Lembaga Swadaya Masyarakat. Untuk lembaga swadaya masyarakat tertentu bisa saja
memerlukan laporan keuangan misalnya lembaga swadaya masyarakat yang bergerak melindungi
konsumen, lingkungan, serikat pekerja. Lembaga swadaya masyarakat seperti ini membutuhkan
laporan keuangan untuk menilai sejauh mana perusahaan merugikan pihak tertentu yang
dilindunginya.
l) Peneliti/Akademisi/Lembaga Peringkat
Bagi peneliti maupun akademisi laporan keuangan sangat penting sebagai data primer dalam
melakukan penelitian terhadap topik tertentu yang berkaitan dengan laporan keuangan atau
perusahaan. Laporan keuangan menjadi bahan dasar yang diolah untuk mengambil kesimpulan dari
suatu hipotesa atau penelitian yang dilakukan.
d. Bentuk-bentuk Laporan Keuangan
Dalam menganalisa dan menafsirkan laporan keuangan, seorang penganalisis harus mempunyai
pengertian mengenai bentuk-bentuk maupun prinsip-prinsip penyusunan laporan keuangan serta
masalah yang mungkin timbul dalam penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari
neraca, rugi laba dan arus kas.
Menurut PSAK No. 1 (Revisi 2009) yang disahkan pada tanggal 15 Desember 2009 dan mulai yang
efektif berlaku untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011,
laporan keuangan yang lengkap harus meliputi komponen-komponen berikut ini :
1) Laporan posisi keuangan pada akhir periode.
2) Laporan laba rugi komprehensif selama periode.
3) Laporan perubahan ekuitas selama periode.
4) Laporan arus kas selama periode.
5) Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi
penjelasan lain dan
6) Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan
suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan
keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
Bentuk-bentuk laporan keuangan yang dapat kita jumpai antara lain adalah sebagai berikut :
1) Neraca (Balance Sheet)
A) Aset (Harta)Dalam pengertian aset tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, akan tetapi juga
termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus
dialokasikan pada penghasailan yang akan datang, serta aset yang tidak berwujud lainnya. Pada
dasarnya asset dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian utama yaitu :
(1) Aset Lancar
Adalah uang kas dan aset lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau dapat ditukarkan
menjadi uang tunai atau dijual dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam
perputaran kegiatan peruahaan yang normal).
Yang termasuk kelompok aset lancar ini adalah uang kas dan aset lainnya yang dapat diharapkan
untuk dicairkan atau dapat ditukarkan menjadi uang tunai atau dijual dalam periode berikutnya (paling
lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perubahaan yang normal), antara lain sebagai
berikut :
(a) Kas atau uang tunai, yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, uang tunai
yang dimiliki perusahaan tetapi sudah ditentukan penggunaanya termasuk dalam pos kas.
(b) Investasi jangka pendek atau surat berharga yang bersifat sementara.
(c) Piutang wesel adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel
atau perjanjian yang diatur dalam undang-undang.
(d) Piutang dagang adalah tagiahan kepada pihak lain (kepada kreditor atau langganan) sebagai
akibatnya adanya penjualan barang dagangan secara kredit.
(e) Persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca
masih ada di gudang atau yang belum dijual.
(f) Penghasilan yang masih harus diterima adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan
karena perusahaan telah memberikan jasa atau prestasinya, tetapi belum diterima pembayarannya,
sehingga merupakan tagihan.
(g) Biaya yang dibayar dimuka adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa atau prestasi pihak lain,
tetapi pengeluaran ini belum menjadi biaya atau jasa prestasi pihak lain itu belum dinikmati oleh
perusahaan pada periode ini melainkan pada periode berikutnya.
(2) Aset Tidak Lancar
Adalah aset yang memiliki umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur
lebih dari satu tahun atau tidak habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan).
Yang termasuk dalam asset lancar (tetap) adalah :
(a) Investasi jangka panjang (saham dari perusahaan lain) berupa saham dari perusahaan lain.
(b) Aset yang memiliki umur tak terbatas seperti tanah, gedung, mesin, inventaris, kendaraan dan
perlengkapan.
(c) Aset tidak berwujud adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi
merupakan suatu hak yang memiliki nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam
kegiatan perusahaan, misalnya goodwill, lisensi, hak cipta dan lain-lain.
(d) Beban yang ditangguhkan adalah menunjukan adanya pengeluaran atau biaya yang memiliki
manfaat jangka panjang atau suatu pengeluaran yang dibebankan juga pada periode-periode
berikutnya, misalnya biaya pemasaran, biaya penelitian dan diskonto obligasi.
(e) Aset lain-lain adalah menunjukan kekayaan atau aktiva perusahaan tidak dapat atau yang belum
dapat dimasukan dalam klasifikasi sebelumnya misalnya gedung dalam proses, tanah dalam
penyelesaian dan sebagainya.
B) Liabilitas
Liabilitas atau yang di sebut juga hutang merupakan sisi kredit atau pasiva neraca yang menunjukkan
sumber kekayaan perusahaan. Adapun beberapa pengertian aktiva yang berasal dari berbagai sumber
diantaranya adalah:
Pengertian hutang menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni dalam bukunya Manajemen Keuangan
(2005:4) menyatakan bahwa : “Hutang (kewajiban) merupakan utang perusahaan masa kini yang
timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber
daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi”.
Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi,
dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditur. Hutang
perusahaan dapat dibedakan menjadi hutang lancar dan hutang jangka panjang.
Hutang lancar (hutang jangka pendek) adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya
atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan
menggunakan aset lancar yang dimiliki perusahaan, Hutang lancar meliputi :
(1) Hutang dagang adalah hutang yang timbul karena adanya pembelian barang dagangan kredit.
(2) Hutang wesel adalah hitungan yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur dengan undang-
undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu tertentu di masa yang akan
datang.
(3) Hutang pajak, baik pajak perusahaan maupun pajak pendapatan karyawan yang belum disetor ke
kas negara.
(4) Biaya yang harus dibayar adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan
pembayarannya.
Sedangkan hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan jangka waktu pembayarannya (jatuh
temponya) masih lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca.
Hutang jangka panjang terdiri dari :
(a) Hutang obligasi
(b) Hutang hipotik adalah hutang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu
C) EkuitasEkuitas adalah merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukan
dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan atau kelebihan aset yang dimiliki oleh
perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.
2) Laporan Laba Rugi
Sama halnya dengan neraca, laporan laba rugi tidak akan mengalami perubahan yang berarti
walaupun terjadi perubahan yang berarti walaupun terjadi perubahan yang signifikan dibidang
akuntansi. Hal ini dikarenakan laporan laba-rugi merupakan bagian dari laporan keuangan yang
menggambarkan berhasil atau tidaknya suatu perusahaan dalam memperoleh laba selama satu
periode.
Laporan laba rugi juga dapat memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta
biaya-biaya yang terjadi selama periode tertentu.
Unsur-unsur yang tedapat dalam laporan laba rugi antara lain adalah sebagai berikut :
a) Pendapatan
Adalah setiap aliran masuk atau penambahan aktiva dari suatu satuan usaha atau pelunasan
kewajiban atau kombinasi keduanya melalui pengiriman atau dihasilkannya suatu barang, pemberian
jasa atau aktivitas lain yang merupakan kegiatan utama perusahaan.
b) Beban (biaya)
Adalah setiap aliran keluar atau penggunaan aktiva atau timbulnya kewajiban atau kombinasi
keduanya dalam rangka pengiriman atau dihasilkan suatu barang, pemberian jasa, atau aktiva lain
yang merupakan kegiatan utama perusahaan.
c) Laba atau Rugi
Laba adalah Selisih lebih dari pendapatan atas biaya, atau bisa juga dikatakan merupakan kenaikan
ekuitas (aset bersih) yang berasal dari transaksi yang bersifat insidentil atau tidak sering terjadi pada
perusahaan serta dari semua transaksi atau kejadian lain serta keadaan yang mempengaruhi entitas
kecuali yang berasal dari pendapatan yang diperoleh dari pemilik atau penanaman modal oleh pemilik
perusahaan. Sedangkan rugi adalah Selisih kurang dari pendapatan atas biaya atau penurunan ekuitas
(aset bersih) yang berasal dari transaksi yang bersifat insidentil atau tidak sering terjadi serta dari
semua transaksi dan kejadian lain serta keadaan yang mempengaruhi entitas kecuali yang berasal
dari beban atau penanaman modal oleh pemilik.
3) Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau
kekayaan selama periode yang bersangkutan. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan
ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan :
a) Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan,
b) Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang
berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas,
c) Pengaruh komulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan
mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait,
d) Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik.
e) Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahan, dan
f) Rekonsiliasi antar nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada
awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. Laporan perubahan
ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran
modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari
kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan.
4) Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan bagian dari laporan keuangan yang menggambarkan tentang aliran dana
selama satu periode akuntansi, dimana aliran dana ini terdiri darimana dana tersebut diperoleh dan
untuk apa dana tersebut dipergunakan oleh perusahaan.
Unsur-unsur yang terdapat dalam laporan arus kas adalah sebagai berikut :
a) Cash In Flow
Merupakan sumber dana yang diperoleh perusahaan meliputi :
(1) Sumber dana dari kegiatan operasi, meliputi : penjualan, penerimaan dari pelanggan, bunga,
sewa, royalti, retribusi pajak, dan pendapatan lain yang berhubungan dengan operasi perusahaan.
(2) Sumber dana dari kegiatan investasi, meliputi : penjualan aktiva tetap, pendapatan dari kegiatan
investasi, dan pendapatan lain yang berhubungan dengan investasi yang dilakukan oleh perusahaan.
(3) Sumber dana dari kegiatan pendanaan, meliputi : pinjaman dari bank, pemegang saham, emisi
saham, pendapatan dari bank, dan pendapatan lain yang berhubungan dengan pendanaan
perusahaan.
b) Cash out flow
Merupakan arus penggunaan dana yang meliputi :
(1) Kegiatan operasi, meliputi : pembayaran kepada pelanggan, pembayaran upah dan gaji, bunga
pinjaman, sewa, pajak, dan pengeluaran lain yang berhubungan dengan operasi perusahaan.
(2) Kegiatan investasi, meliputi : pembelian aktiva tetap, investasi dan pengeluaran lain yang
berhubungan dengan investasi yang dilakukan oleh perusahaan.
(3) Kegiatan pendanaan, meliputi : pembayaran pinjaman bank, pembayaran deviden kepada
pemegang saham dan pembayaran lain yang berhubungan dengan kegiatan pendanaan perusahaan.
5) Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan adalah catatan-catatan yang digunakan untuk menjelaskan akun-akun
yang ada di dalam laporan keuangan serta penjelasan tentang metode-metode yang digunakan
perusahaan beserta perhitungannya, seperti metode penyusutan, metode persediaan, dan lain
sebagainya.
2. Analisis Laporan Keuangan
a. Pengertian Analisa Laporan Keuangan
Informasi dalam laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting bagi para
pengguna laporan keuangan dalam mengambil suatu keputusan ekonomi. Namun di lain sisi di
temukan bahwa ternyata laporan keuangan masih memiliki keterbatasan dalam informasi yang di
sajian di dalamnya. Dengan melakukan analisis lebih lanjut terhadap laporan keuangan melalui proses
perbandingan, evaluasi dan analisis tren akan di peroleh prediksi tentang apa yang mungkin terjadi di
masa yang akan datang.
Menurut Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya yang berjudul Analisis Kritis atas Laporan Keuangan
(2004 : 107) menyatakan bahwa :
“Analisis laporan keuangan merupakan penguraian pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi
yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna
antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan
untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan
keputusan yang tepat”.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Analisis sendiri didefinisikan sebagai berikut:
“Penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan
antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan”.
Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan yang dimaksud analisa laporan keuangan adalah suatu
proses yang dilakukan untuk mengetahui apakah posisi keuangan dan hasil-hasil yang diperoleh suatu
perusahaan sesuai dengan hasil yang ditargetkan manajemen atau tidak dengan melakukan
perbandingan-perbandingan atas data yang satu dengan data yang lain dalam laporan keuangan
tersebut.
b. Metode dan Teknik Analisa Laporan Keuangan.
Metode dan teknik analisis yang digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-
pos yang ada dalam laporan keuangan sehingga dapat diketahui perubahan dari masing-masing pos
bila dibandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu atau
dibandingkan dengan alat pembanding lainnya, misalnya dibandingkan dengan laporan keuangan
yang dianggarkan (laporan keuangan performa) atau dengan laporan keuangan dari perusahaan lain.
Tujuan dari setiap metode dan teknik analisa adalah untuk menyederhanakan data sehingga dapat
lebih dimengerti. Dalam menganalisa, langkah pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan data
yang diperlukan, mengukur, kemudian menganalisa dan menginterprestasikan sehingga data tersebut
menjadi lebih berarti.
Menurut S. Munawir, dalam bukunya yang berjudul Analisa Laporan Keuangan (2004:36) sebagai
berikut :
“metode dan teknik analisis digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos
yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan masing-masing pos pos
tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu
atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding”.
Dengan demikian tujuan setiap metode dan teknik analisis adalah untuk menyederhanakan data
sehingga dapat dimengerti oleh yang berkepentingan. Menurut Munawir (2004:38) Ada dua metode
analisis yang digunakan dalam analisis laporan keuangan yaitu:
1) Analisa Horizontal
Yaitu analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau
beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya. Metode ini disebut juga metode analisis
dinamis.
2) Analisa Vertikal
Yaitu analisis dengan mengadakan perbandingan antara pos yang satu dengan pos lainnya dalam
laporan keuangan yang hanya meliputi satu periode, sehingga hanya akan diketahui keadaan
keuangan atau hasil operasi pada saat itu juga ini disebut juga Metode analisis statis, karena
kesimpulan yang dapat diperoleh hanya untuk periode itu saja tanpa mengetahui perkembangannya.
Adapun teknik dan metode analisa laporan keuangan yang biasa digunakan dalam menganalisa
laporan keuangan adalah sebagai berikut :
a) Analisa perbandingan laporan keuangan metode dan teknik analisa dengan cara
memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode dan teknik analisa dengan cara
memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih dengan menunjukan data absolut,
kenaikan atau penurunan dalam jumlah moneter, kenaikan atau penurunan dalam prosentase,
perbandingan yang dinyatakan dalam rasio dan prosentase dari total. Analisa dengan metode ini akan
dapat diketahui perubahan-perubahan yang terjadi dan perubahan mana yang memerlukan penelitian
lebih lanjut.
b) Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan dinyatakan dalam prosentase
adalah suatu metode atau teknik analisa untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan keuangannya,
apakah menunjukan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
c) Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement adalah suatu metode
analisa untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya,
juga untuk mengetahui struktur permodalan dan komposisi biaya/beban yang terjadi dihubungkan
dengan jumlah penjualannya.
d) Analisa sumber dan penggunaan modal kerja adalah suatu analisa untuk mengetahui sumber-
sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja
dalam periode tertentu.
e) Analisa sumber dan penggunaan kas adalah suatu analisa untuk mengetahui sebab-sebab
berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas
selama periode tertentu.
f) Analisa rasio adalah sutau periode analisa untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu
dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
g) Analisa perubahan laba kotor adalah suatu metode dan teknik analisa untuk menganalisa sebab-
sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau periode laba
kotor suatu periode dengan laba yang dianggarkan untuk periode tertentu.
h) Analisa break even point adalah analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai
oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum
memperoleh laba, dengan analisa ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian
untuk berbagai tingkat penjualan.
Semua metode dan teknik analisis yang telah disebutkan diatas merupakan permulaan proses analisis
yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan dan setiap periode analisis mempunyai tujuan
yang sama, yaitu membuat agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu
unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Dengan menggunakan alat analisis berupa rasio
ini dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya
keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan
dengan angka ratio perbandingan yang digunakan sebagai standar.
Seperti telah dijelaskan bahwa analisis rasio adalah suatu analisis untuk mengetahui hubungan dari
pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba secara individu atau kombinasi dari kedua
laporan tersebut. Dengan menggunakan analisis rasio dimungkinkan tingkat likuiditas, leverage,
aktivitas serta rentabilitas suatu perusahaan dapat ditentukan, dan dengan menggunakan suatu rasio
pembanding maka dapat ditentukan baik buruknya kondisi keuangan perusahaan.
Penggolongan angka rasio menurut Drs. S Munawir, Ak dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan
(2004:68 ) adalah sebagai berikut :
1) Penggolongan berdasarkan sumber data, penggolongan ini dibedakan menjadi :
a) Rasio neraca yaitu rasio yang sumber datanya diambil dari neraca seperti : current ratio, acid test
ratio, quick ratio, dll.
b) Rasio laporan laba rugi yaitu rasio yang sumber datanya diambil dari laporan laba rugi
seperti :Gross profit margin ratio, Net operating margin ratio, Operating ratio, dll.
c) Rasio antar laporan yaitu ratio yang sumber datanya diambil dari neraca dan laporan laba rugi
seperti : Inventory turn over, Account receivable turn over, dll.
2) Penggolongan rasio berdasarkan tujuan penganalisis, penggolongan ini dibagi menjadi :
a) Rasio likuiditas, yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financial
jangka pendek.
b) Rasio Leverage, yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang. Sering
disebut rasio solvabilitas.
c) Rasio aktifitas, yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan dana yang tertentu
yang tercermin dari perputaran modalnya.
d) Rasio Profitabilitas, mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Informasi yang diperoleh dari setiap ratio :
(1) Current Ratio
Current ratio yang tinggi menunjukkan jaminan yang lebih baik atas hutang jangka pendek. Tetapi
apabila terlalu tinggi, efeknya terhadap earning power juga kurang baik, karena tidak semua modal
kerja dapat didayagunakan.
(2) Quick Ratio
Elemen-elemen aktiva lancar selain inventaris, dianggap paling likuid untuk menjamin pembayaran
hutang pada saat jatuh tempo. Kreditur akan memperhatikan ratio ini dalam pemberian kredit. Apabila
ratio ini kurang dari 100% maka posisi likuiditas dianggap kurang baik.
(3) Cash Ratio
Cash ditambah efek-efek tertentu merupakan alat likuid yang paling dipercaya. Bertambah tinggi cash
ratio berarti jumlah uang tunai yang tersedia makin besar, sehingga pelunasan hutang pada saatnya
tidak akan mengalami kesulitan, tetapi apabila terlalu tinggi akan mengurangi potensi
mempertinggirate of return.
(4) Debt To Equity Ratio
Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dari pihak kreditur. Makin tinggi ratio ini
berarti semakin besar dana yang diambil dari luar. Ditinjau dari sudut solvabilitas, ratio yang tinggi
relatif kurang baik, karena bila terjadi likuidasi, perusahaan akan mengalami kebangkrutan.
(5) Time Interest Earned Ratio
Kreditur disamping melihat besarnya hutang dan kekayaan yang menjamin, juga memperhatikan
kemampuan perusahaan dalam memberikan service atas hutang tersebut. Dengan demikian time
interest earned ratio yang rendah, menunjukkan gejala yang kurang menguntungkan, karena laba
yang tersedia untuk membayar beban bunga relatif kecil dan sebaliknya.
(6) Total Asset Turn Over
Perputaran yang lamban dari aktiva menunjukkan adanya hambatan. Kemungkinan turunnya
penjualan akan mempengaruhi ratio ini. Diharapkan perputaran total aset akan semakin baik, yang
berarti pemakaian lebih efisian.
(7) Fixed Asset Turn Over
Semakin rendah fixed assets turn over, berarti penggunaan aktiva tetap kurang efisien, karena
adanyaidle capacity.
(8) Receivable Turn Over
Receivable turn over yang tinggi menunjukkan semakin cepat lebih pendek. Bila periode pengumpulan
piutang lebih panjang dari term of credit berarti kurang baik.
(9) Inventory Turn Over
Bila ratio rendah berarti masih banyak stok yang belum terjual. Hal ini akan menghambat cash flow,
sehingga berpengaruh terhadap keuntungan.
(10) Gross Profit Margin dan Profit Margin
Rasio ini dipengaruhi oleh penjualan dan biaya operasi. Rasio yang rendah, bisa menyebabkan
penjualan turun lebih besar dari turunnya ongkos, dan sebaliknya. Setiap perusahaan berkepentingan
terhadap profit margin yang lebih tinggi.
(11) Operating Ratio
Semakin tinggi rasio ini semakin kurang baik, karena biaya-biaya operasi berarti naik. Gejala ini
menunjukkan kemungkinan adanya pemborosan.
(12) Earning Power
Tinggi rendahnya earning power memberikan indikasi seberapa jauh efisiensi penggunaan modal, dan
turun naik penjualan dan biaya. Diharapkan earning power yang diperoleh akan lebih besar dari cost of
capital, dan dana yang digunakan. Earning power atau rate of return dapat juga dihitung berdasarkan
EBIT atau laba operasi.
Rasio-rasio yang telah disebutkan diatas dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada
penganalisis tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila
angka rasio tersebut dibandingkan dengan :
1) Standart rasio atau rasio rata-rata dari seluruh industri semacam, dimana perusahaan yang data
keuangannya sedang dianalisis menjadi anggotanya.
2) Rasio yang telah ditentukan dalam anggaran perusahaan yang bersangkutan.
3) Rasio-rasio yang sejenis, diwaktu-waktu yang lalu (rasio historis) dari perusahaan yang
bersangkutan.
4) Rasio keuangan dari perusahaan lain yang sejenis yang merupakan pesaing yang dinilai cukup
baik atau berhasil dalam usahanya.
c. Analisa Rasio
Dalam menganalisis laporan keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk, penulis hanya menggunakan 2 (dua)
rasio, yaitu :
1) Rasio Solvabilitas ( Leverage )
pengertian Solvabilitas ( Leverage ) menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz Jr dalam
buku Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan (2005:209) yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan
Deny Arnos Kwary menerangkan: “Rasio hutang (Leverage) adalah rasio yang menunjukkan sejauh
mana perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio leverage atau rasio solvabilitas adalah rasio untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut
dilikuidasi”.
Semakin besar tingkat Leverage perusahaan, akan semakin besar jumlah hutang yang digunakan dan
semakin besar pula risiko bisnis yang dihadapi terutama apabila kondisi perekonomian memburuk.
Menurut Sutrisno dalam buku Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi (2007:249) ada empat
rasio Leverage yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan dalam menjadikan indikator perhitungan,
Sebagai berikut:
a)Debt to Total Assets Ratio
b) Debt to Equity Ratio
c) Long Term Debt to Equito Ratio (LTDtER)
d) Time Interest Earned
(1) Debt to Total Asset Ratio
Menurut Arthur J. Keawn, David F. Scott Jr, John D. Martin dan J. William Petty dalam buku Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan (2001:98) yang diterjemahkan oleh Chaerul D. Djakman memberikan
pengertian mengenai Debt to Total Assets Ratio adalah “Rasio total hutang dengan total aktiva yang
biasa disebut rasio hutang (debt ratio), mengukur besarnya persentase utang baik utang jangka
pendek maupun jangka panjang untuk mendanai aktiva perusahaan”.
Debt to ratio atau debt to asset ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan
antara total hutang dengan total aktiva. Artinya seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh
hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva dengan
rumus :
Total Debt Rumus : Debt To Assetts Ratio = X 100 Total Assets
(2) Debt to Equity Ratio
Menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz Jr dalam buku Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan (2005:235) yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary memberikan
pengertian mengenai Debt to Equity Ratio yaitu “ Rasio hutang dengan ekuitas (Debt to Equity
Ratio)menunjukkan sejauh mana pendanaan dari hutang digunakan jika dibandingkan dengan
pendanaan ekuitas”. Debt to equity ratio adalah rasio yang membandingkan utang perusahaan
dengan total ekuitas. DER merupakan financial leverage yang dipertimbangkan sebagai variabel
keuangan karena secara teoritis menunjukkan resiko suatu perusahaan sehingga berdampak pada
ketidakpastian harga saham. DER yang tinggi mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja
perusahaan karena tingkat utang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar yang
berarti mengurangi keuntungan.
Total utang ( debt )
Rumus : Debt To Equity Ratio = X 100 Ekuitas
(3) Long Term Debt To Equito Ratio (LTDtER)LTDeER Merupakan Rasio Antara Utang Jangka Panjang Dengan Modal Sendiri. Tujuannya Adalah Untuk Mengukur Berapa Bagian Dari Setiap Rupiah Modal Sendiri Yang Dijadikan Jaminan Utang Jangka Panjang Dengan Cara Membandingkan Antara Utang Jangka Panjang Dengan Modal Sendiri Yang Disediakan Oleh Perusahaan. Long Term DebtRumus : Long Term Debt = X 100 Equity
(4) Time Interest Earned
Menurut Darsono dan Ashari dalam bukunya yang Berjudul Pedoman Praktis Memahami Laporan
Keuangan (2005:55) memberikan pengertian mengenai Time Interest Earned Ratio yaitu “Time
Interest Earned Ratio rasio yang berguna untuk mengetahui kemampuan laba dalam membayar biaya
bunga untuk periode sekarang”.
(Ebit) Rumus : Times Interest Earned = X100 Biaya Bunga ( Interest ) 2) Rasio Rentabilitas
Analisis rasio rentabilitas penting dalam menganalisis laporan keuangan dan analisis pengembalian.
Analisis rentabilits lebih dari ukuran akuntansi, seperti: penjualan, harga pokok penjualan, serta beban
operasi dan beban non operasi untuk menilai sumber, daya tahan (persistence), pengukuran, dan
hubungan ekonomi utamanya. Hasil penilaian ini memungkinkan kita untuk mengestimasikan
pengembalian dan karakteristik risiko perusahaan dengan lebih baik. Analisis rentabilitas juga
memungkinkan kita untuk membedakan antara kinerja yang terkait dengan keputusan operasi dan
kinerja yang terkait dengan keputusan pendanaan dan investasi.
Bagi investor ekuitas, laba merupakan satu-satunya faktor penentu perubahan nilai efek (sekuritas).
Pengukuran dan peramalan laba merupakan pekerjaan paling penting bagi investor ekuitas. Bagi
kreditor laba dan arus kas operasi umumnya merupakan sumber pembayaran bunga dan pokok.
Menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz Jr dalam buku Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan (2007:254) yang diterjemahkan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary menerangkan:
“Rasio Rentabilitas yaitu rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi”.
Berdasarkan pengertian diatas kita dapat menarik kesimpulan mengenai rasio rentabilitas memiliki
peranan yang sangat penting dalam menganalisis Laporan Keuangan khususnya bagi investor atau
pun kreditor dalam melihat kinerja perusahaan dalam menanamkan investasinya. Rasio rentabilitas ini
berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan perusahaan. Semakin besar tingkat
rentabilitas menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Menurut Sutrisno
dalam buku Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi (2007:253) menyebutkan ada beberapa
indikator untuk mengukur tingkat rasio rentabilitas yaitu:
a) Gross Profit Margin
b) Net Operating Profit Margin (OPM) ratio
c) Net Profit Margin (NPM) Ratio
d) Return On Assets (ROA)
e) Return On Equity (ROE)
f) Return On Invesment (ROI)
(1) Gross Profit Margin (GPM) Ratio
Menurut Sutrisno dalam buku Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi (2006:254)
menyebutkan arti dari Gross Profit Margin yaitu: Gross Profit Margin merupakan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai”.
Gross Profit Margin Rasio =Laba Kotor
x 100%Penjualan Bersih
(2) Net Operating Profit Margin (OPM) ratio
Menunjukkan laba bersih operasi sebelum bunga dan pajak (net Operating Income) yang dihasilkan
oleh setiap rupiah penjualan, dengan rumus :
Net Operating Income =
Laba Bersih Sebelum Pajak
x 100%Penjualan Bersih
(3) Net Profit Margin (NPM) Ratio
Menunjukkan laba bersih setelah pajak per rupiah dari penjualan, dengan rumus :
Net Profit Margin Ratio = Laba Bersih Setelah Pajak
x 100% Penjualan bersih
(4) Rate of Return on Investment (ROI) Ratio
Menunjukkan kemampuan dari keseluruhan investasi dalam aktiva untuk menghasilkan laba, dengan
rumus :
ROI =Laba bersih setelah pajak
x 100%Jumlah Aktiva
(5) Rate of Return On Total Assets (ROA) Ratio
Menunjukkan kemampuan dari keseluruhan investasi dalam aktiva untuk menghasilkan laba bersih
setelah pajak, dengan rumus :
ROA =
Laba bersih sebelum pajak
x 100%Jumlah Aktiva
(6) Rate Of Return On Equity (ROE) Ratio
Menunjukkan kemampuan dari keseluruhan modal sendiri untuk menghasilkan laba bagi para
pemegang saham, dengan rumus :
ROE =
Laba bersih sebelum pajak
x 100%Jumlah Modal
II. B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang akan diterapkan untuk mengetahui peranan analisis rasio dalam
mengevaluasi kondisi keuangan PT. Gajah Tunggal tbk adalah sebagai berikut :
1. Menyajikan kembali informasi yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan selama 5 (lima)
periode yaitu tahun 2006 sampai dengan 2010.
2. Menghitung rasio Solvabilitas dan rasio Rentabilitas dari laporan keuangan selama 5 (lima) periode.
3. Menganalisis dan menginterprestasikan hasil perhitungan rasio-rasio tersebut dalam kaitannya
dengan penilaian terhadap kondisi keuangan perusahaan.
Kerangka pemikiran tersebut diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar II.1
Kerangka Pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN
III.A. Rancangan Penelitian
Menurut Sugiyono dalam bukunya Statistika Untuk Penelitian (2003:13) mengungkapkan jenis
penelititan ditinjau dari jenis data dan analisis, antara lain adalah:
1. Penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan maksud memperoleh data yang berbentuk angka,
atau data kualitatif yang diangkakan.
2. Penelitian kualitatif, Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar.
Data kualitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (scoring).
Berdasarkan teori tersebut diatas, maka dapat diambil pengertian bahwa penelitian kuantitatif dan
kualitatif dilakukan untuk mendapatkan data yang sesuai dengan metode rasional. Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dimana data yang diperoleh dari
sampel populasi penelitian kemudian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan lalu di
interprestasikan.
Rancangan penelitian ini merupakan rancangan penelitian survei yaitu penelitian ini dilakukan dengan
cara melakukan pengamatan dimana indikator mengenai variabel merupakan jawaban-jawaban
terhadap pertanyaan yang diberikan kepada responden baik secara lisan maupun tertulis.
Penelitian ini digunakan untuk menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan ditinjau dari rasio rentabilitas
dan solvabilitas salah satu perusahaan yaitu PT. Gajah Tunggal Tbk Jakarta dari tahun 2006-2010.
III.B. Variabel dan Pengukuran
1. Variabel Penelitian
Variabel yang akan digunakan penulis pada penelitian ini adalah rasio Rentabilitas dan rasio
Solvabilitas berdasarkan data dalam laporan keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk. selama 5 tahun.
2. Pengukuran
Pengukuran yang dilakukan dengan melihat perkembangan rasio-rasio tersebut dari tahun ke tahun
sehingga diperoleh gambaran mengenai kondisi keuangan perusahaan.
III. C. Prosedur Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara :
1. Metode Interview
Metode Interview atau di sebut juga metode wawancara yaitu suatu metode pengumpulan data yang
dilakukan melalui Tanya jawab secara langsung dengan sumber data. Sehubungan dengan hal ini
Margono dengan judul bukunya Metodologi Penelitian Pendidikan (2003:165) mengemukakan bahwa:
“Interview merupakan alat pengumpulan informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan,
untuk dijawab secara lisan juga, ciri utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka
antara pencari informasi dengan sumber informasi”.
1. Metode Observasi (Pengamatan).
Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat
secara sistimatik gejala-gejala yang diselidiki. Menjelaskan pengamatan akan menjadi alat
pengumpulan data yang baik apabila:
1. Mengabdi pada tujuan penelitian
2. Direncanakan secara sistematik
3. Dicatat dan dihubungkan dengan proposisi-prosposisi yang umum.
4. Dapat dicetak dan dikontrol validitas, relibilitas, dan ketelitianya.
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi, yaitu dengan membuat salinan atau mengadakan arsip-arsip dan catatan-catatan
perusahaan yang ada mengenai neraca, laporan rugilaba, jumlah produksi, jumlah karyawan,
pelayanan yang diberikan, gambaran umum perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan
sertaLibrary Research (Riset Kepustakaan) Riset kepustakaan adalah pengumpulan data sekunder
dengan cara membaca serta mempelajari buku-buku literatur, dan teori yang diperoleh dibangku
kuliah serta sumber yang relevan dengan penelitian ini. Riset kepustakaan ini sangat membantu dan
memudahkan penyusunan skripsi dari teori
III.D. Metode Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menyediakan laporan keuangan yang diperoleh dari perusahaan yang bersangkutan meliputi
neraca dan laporan rugi-laba pada tahun 2006-2010.
2. Melakukan analisis laporan keuangan dengan rasio keuangan, yang meliputi:
a. Rentabilitas
Menurut SK Menteri Keuangan RI No.826/KMK.013/1992 merupakan perbandingan antara laba
sebelum pajak dengan modal rata-rata yang digunakan dalam tahun yang bersangkutan, atau dapat
dirumuskan dengan :
Laba Sebelum Pajak
= X 100 %
Modal Rata-Rata yang Digunakan
Dalam laba sebelum pajak tersebut di atas tidak termasuk laba hasil penjualan aktiva tetap. Modal
rata-rata yang digunakan diperoleh dari rata-rata aktiva lancar dan aktiva tetap netto (aktiva lancar
dan aktiva tetap netto awal tahun ditambah aktiva lancar dan aktiva tetap netto akhir tahun dibagi
dua) termasuk penyertaan (investasi jangka pendek).
1. Solvabilitas
Menurut SK Menteri Keuangan RI No.826/KMK.013/1992 merupakan perbandingan jumlah aktiva
dengan jumlah hutang atau dapat dirumuskan :
Jumlah Aset
= X 100 %
Jumlah Hutang
III.E Rencana Penelitian
Rencana penelitian dimulai dengan persiapan dan pengajuan outline, pengumpulan data, analisis data,
penusunan skripsi dan bimbingan yang dilaksanakan sejak bulan januari sampai dengan bulan mei.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.A. Deskripsi Objek Penelitian1. Gambaran Umum Perusahaan
PT. Gajah Tunggal Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan akta notaris No. 54 tanggal 24 Agustus
1951 dari Raden Meester Soewandi, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. J.A.5/69/23 tanggal 29 Mei 1952 serta
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 63 tanggal 5 Agustus 1952, Tambahan No.
884.
Anggaran Dasar Perusahaan telah disesuaikan dengan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 mengenai
Perseroan Terbatas, dengan akta No. 13 tanggal 22 Nopember 2007 dari Amrul Partomuan Pohan SH,
Lex Legibus Magister, Notaris di Jakarta dan telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. C-06556.HT.01.04-TH.2007
tanggal 13 Desember 2007. Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan pabrik berlokasi di Tangerang
dan Serang. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Wisma Hayam Wuruk, Lantai 10 Jl. Hayam Wuruk
8, Jakarta.
PT. Gajah Tunggal Tbk. memulai produksi bannya dengan ban sepeda. Sejak itu Perusahaan
bertumbuh menjadi produsen ban terpadu terbesar di Asia Tenggara. Perusahaan memperluasan
produksi dengan membuat variasi produk melalui produksi ban sepeda motor tahun 1971, Diikuti oleh
bas bias untuk penumpang dan komersial di tahun 1981. Awal tahun 90an, Perusahaan mulai
memproduksi ban radial untuk mobil berpenumpang dan truk.
Pada saat ini Perusahaan mengoperasikan 5 pabrik ban dan ban dalam yang telah dimutakhirkan
untuk memproduksi berbagai tipe dan ukuran ban radial, ban bias dan ban sepeda motor, serta
mengoperasikan 2 pabrik yang memproduksi kain ban dan SBR (Styrene Butadiene Rubber) yang
terkait dengan fasilitas produksi ban. Kelima pabrik ban dan pabrik kain ban ini berlokasi di Tangerang,
sekitar 30 kilometer disebelah barat Jakarta, Indonesia. Sedangkan pabrik SBR milik Perusahaan
berlokasi di komplek Industri Kimia di Merak, Banten, sekitar 90 km disebelah barat Jakarta.
Pada tahun 2005, Perusahaan mulai melaksanakan program perluasan yang ditujukan untuk
meningkatkan kapasitas terpasang ban radial dan ban sepeda motor serta ban dalam sepeda motor di
lokasi yang berdekatan dengan pabrik ban yang sekarang ini berada. Berdasarkan program ini,
kapasitas terpasang ban radial akan meningkat dari 30.000 ban/hari menjadi 45.000 ban/hari.
Perluasan ini akan dikerjakan dalam tiga tahap. Kapasitas terpasang ban sepeda motor akan
meningkat dari 37.000 ban/hari pada tahun 2005 menjadi 105.000 ban/hari juga dalam tahap
penyelesaian. Pada saat ini kapasitas ban sepeda motor sudah mencapai 59.000 ban/hari sedangkan
kapasitas ban radial meningkat menjadi 35.000 ban/hari.
Perusahaan terus berusaha mengurangi biaya produksi serta menjamin kelancaran pasokan bahan
baku untuk produksinya melalui strategi integrasi vertikal yang dilakukan dengan cara mengakuisisi
aset-aset yang memproduksi bahan baku utama yang dibutuhkan Perusahaan dalam proses
produksinya Pada tahun 2004 Perusahaan mengintegrasikan aset produksi kain ban dan SBR. Pada
tahun 2008, sekitar setengah hasil produksi kain ban dan sepertiga dari produksi SBR Perusahaan
digunakan untuk produksi ban, sedangkan setengah sisanya dijual kepada pihak ketiga.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama
meliputi bidang industri pembuatan barang-barang dari karet, termasuk ban dalam dan luar segala
jenis kendaraan, barang atau alat. Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1953.
Hasil produksi Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri, termasuk ke Amerika Serikat, Asia,
Australia dan Eropa. Jumlah karyawan Perusahaan 11.724 karyawan tahun 2010 dan 10.988 karyawan
tahun 2009.
2. Struktur Organisasi, Uraian Tugas Dan Wewenanga.Struktur Organisasi
Setiap perusahaan dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan, tidak boleh mengabaikan struktur
organisasi dan dalam menyusun suatu struktur organisasi tiap-tiap perusahaan itu berbeda-beda.
Oleh karena itu, perlu ditetapkan terlebih dahulu pekerjaan-pekerjaan, wewenang serta tanggung
jawab pekerjaan yang harus dilaksanakannya. Dalam pekerjaan-pekerjaan ini harus dibagi menjadi
tugas yang lebih kecil agar dapat dilaksanakan oleh setiap personil perusahaan. Penetapan tugas dan
pembagian pekerjaan tersebut pada umumnya disebut struktur organisasi. Dengan adanya struktur
organisasi ini maka akan jelas apa tugas dan tanggung jawab serta wewenang para pekerja dari suatu
badan usaha serta lembaga dalam hal mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. PT
Gajah Tunggal Tbk menggunakan struktur organisasi dengan sistem garis artinya setiap bagian
mempunyai tugas dan tanggung jawab secara lurus pada bagian yang ada dibawahnya. Adapun
struktur organisasi PT. Gajah Tunggal Tbk dapat diperhatikan dalam bentuk seperti berikut ini :
Gambar IV.1.
sumber : PT. Gajah Tunggal Tbk
b. Uraian Tugas dan Wewenang
Adapun pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan tugas dan tanggung jawab dari masing-
masing bagian dalam struktur organisasi tersebut adalah :
1) President Director
Presiden direktur adalah pimpinan tertinggi dalam suatu perusahaan. Pimpinan tertinggi ini memiliki
tanggung jawab dalam memimpin dan mengarahkan perusahaan, yaitu dalam hal:
a)Menyusun strategi dan visi
b) Menjalin hubungan dan kemitraan strategis
c) Mengatur investasi, alokasi dan divestasi
d) Memimpin direksi
e) Memastikan bahwa prinsip tata kelola perusahaan benar-benar diterapkan dengan baik
f) Membuat rencana pengembangan perusahaan dan usaha perusahaan dalam jangka pendek
dan jangka panjang.
g) Bertanggung jawab penuh dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan perseroan
dalam mencapai maksud dan tujuannya.
h) Menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai perusahaan.
2) Vice President Director ( Wakil Presiden Direktur )
Tugas dan tanggung jawab Wakil Presiden Di rektur :
a) Bersama-sama Presiden Direktur menetapkan strategi jangka panjang perusahaan,
b) membantu pelaksanaan dan tugas Presiden Direktur lainnya. Khususnya dalam merumuskan
strategi dibidang pemasaran serta pengembangan produk
c) Menentukan arah dan strategi yang tepat dalam hal inovasi dan pengembangan produk sesuai
dengan tuntutan dan perkembangan teknologi.
d) Memberikan arahan yang tepat dan strategis kepada Sales & Distritbution Unit yang berada di
beberapa cabang utama di seluruh Indonesia.
3) Chief Financial Officer
CFO singkatan Bahasa Inggris dari Chief Financial Officer, Indonesia: Kepala pejabat keuangan atau
terkadang disebut pula CFOO singkatan Bahasa Inggris dari Chief Financial and Operating Officer,
Indonesia: Kepala pejabat keuangan dan operasional Tugas dan tanggung jawabnya Chief Financial
Officer :
a) Bertanggung jawab untuk mengelola resiko keuangan korporasi.
b) Pejabat ini juga bertanggung jawab untuk perencanaan keuangan dan pencatatan, serta
pelaporan keuangan untuk manajemen yang lebih tinggi.
c) Dalam beberapa sektor CFO juga bertanggung jawab untuk analisis data. Jabatan ini setara
dengan direktur keuangan, jabatan yang umum di Inggris.
d) CFO biasanya memberi laporan kepada Chief executive officer dan ke dewan direksi, dan
tambahan mungkin duduk di dewan.
4) Chief Operating Officer
a) Peran utama dari COO secara rutin salah satu manajemen operasi, yang berarti bahwa COO
bertanggung jawab atas, pengembangan desain, operasi perbaikan, dan sistem-sistem yang
menciptakan dan memberikan produk perusahaan.
b) COO bertanggung jawab untuk memastikan bahwa operasi bisnis yang efisien dan efektif.
c) Bertanggung jawab pengelolaan yang baik sumber daya, distribusi barang dan jasa kepada
pelanggan, dan analisis sistem antrian dilakukan.
d) Perencanaan oleh pelanggan prioritas, karyawan dan persyaratan organisasi Pengelolaan dan
pemantauan staf, tingkat, Pengetahuan-Keterampilan-Atribut, Harapan dan motivasi untuk memenuhi
persyaratan organisasi.
e) Mengemudi ukuran kinerja untuk operasi (termasuk pertimbangan efisiensi dibandingkan
efektivitas), sering dalam bentuk dashboard nyaman untuk meninjau indikator kunci tingkat tinggi.
5) Director CCIR
Director CCIR yaitu Kepanjangan dari (Director of Corporate Communications and Investor Relations)
Direktur Komunikasi Perusahaan dan Hubungan Investor Tugasnya sebagai berikut:
a) Tugas utama adalah memastikan bahwa Perusahaan memenuhi dan mentaati hukum, peraturan
dan ketentuan pasar modal.
b) Juru bicara dalam mengkomunikasikan kebijakan dan pencapaian perusahaan kepada para
pemegang saham, investor, analis pasar modal, media massa, masyarakat umum, pejabat pemerintah
dan pengawas pasar modal.
c) Memprogramkan (CSR) Corporate social responsibility Perusahaan.
6) Director Finance & Accounting
Tugas dari pada Direktur Keuangan dan Akuntansi adalah sebagai berikut:
a) Melakukan analisis terhadap laporan keuangan dan laporan akuntansi manajemen perusahaan.
b) Melaksanakan pengendalian dan pengawasan bidang keuangan sesuai dengan target yang
ditentukan.
c) Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).
d) Mengusulkan sistem dan prosedur akuntansi dan keuangan yang memadai untuk pengembangan
sistem informasi akuntansi & keuangan dan bentuk-bentuk pelaporan.
e) Mengevaluasi dan menyampaikan laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan arus
kas) yang auditable secara berkala beserta perinciannya (bulanan, triwulan maupun akhir tahun)
sesuai dengan kebijakan akuntansi kepada Direksi.
f) Mengevaluasi kajian kelayakan investasi dalam surat-surat berharga, akuisisi, merger dan
privatisasi.
g) Melaksanakan perencanaan dan pengendalian anggaran bulanan, triwulanan dan tahunan.
h) Memberikan pertimbangan mengenai kebutuhan dana yang tidak tersedia alokasi anggarannya
dan kebutuhan dana lain di luar anggaran.
i) Mengevaluasi rencana kebutuhan biaya operasional dan modal kerja serta rencana penerimaan
dan pengeluaran Kas/Bank.
7) Director Production
Direktur produksi memiliki fungsi umumnya mengelola dan memberdayakan sumber daya produksi,
sarana dan prasarana sehingga tercapainya kinerja bidang produksi secara optimal. Tugas – tugas
direktur produksi yaitu :
a) menetapkan dan mewujudkan sasaran strategi di bidang produksi.
b) Menetapkan upaya strategi di bidang produksi.
c) Menetapkan sistem kerja bidang produksi untuk mewujudkan operational excellence
d) Menterjemahkan kebutuhan pasar menjadi pelaksana operational bidang produksi.
e) Melaksanakan bidang program sertifikasi ISO 9000 dan ISO 14000 dan SMK3
f) Mengendalikan biaya produksi pada tingkat yang lebih efisien.
g) Mensuksekan pelaksanaan sistem manajemen ISO 9000 dan ISO 14000 dan SMK3
h) Menetapkan sistem sarana dan prasara informasi melalui teknik informasi (TI) yang
terintegrasikan dan berbasis data base, serta memberdayagunakan secara maksimal.
8) Director R & D
tugas dan wewenang Direktur Penelitian dan Pengembangan (R&D) :
a) Melakukan berbagai penelitian, pengembangan dan inovasi produk yang telah ada agar sesuai
dengan keinginan pasar, bahkan jika perlu mengeluarkan produk baru demi kesinambungan pasar
b) Membuat ramalan ke depan atas kelangsungan produknya.
c) Biasanya R & D dibagi lagi ke beberapa bagian berdasarkan berbagai macam tujuan. misalnya
berdasarkan jangka waktu observasi (panjang / pendek) atau berdasarkan tujuan (ekonomi yang
sudah jelas / belum ada nilai ekonomi)
d) perencanaan Bisnis, pengelolaan performansi dan operasional unit serta pengendalian sistem
mutu unit R&D.
e) pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan riset dan pengembangan Infrastruktur,
ManagementNetwork/Jaringan, Service & Product dan Bisnis.
9) Director Non Tire Industries
Direktur ( Non Tire Industries ) Non Ban Industri memiliki fungsi dan Tugas yaitu :
a) Menetapkan sistem pengendalian persediaan hasil produksi serta bahan baku dan pelengkap non
tire industri.
b) Menetapkan pedoman harga barang dan jasa non tire industri.
c) Menetapkan kebijakan dalam menyiasati perkembangan pasar dan perilaku pesaing non tire
industri.
d) Menginformasikan kebutuhan pasar secara berkesinambungan kepada Vice President Director.
10) Director Global Development
Direcrot Global Development yang di sebut juga Direktur Global Pengembangan memiliki tugas dan
fungsi yaitu
a) Merencanakan, mengembangkan dan mengimplementasikan strategi pengembangan Menyeluruh
perusahaan.
b) Menetapkan dan memelihara sistem yang sesuai untuk mengukur aspek-aspek penting kinerja
organisasi.
c) Memonitor, mengukur dan melaporkan tentang rencana-rencana pengembangan dan
pencapaiannya di dalam bentuk-bentuk / format dan rentang waktu yang telah disetujui
d) Melakukan pengaturan kerja bawahan langsung (yang melakukan direct report kepadanya)
e) Mengelola dan mengendalikan pembelanjaan perdepartemen sesuai anggaran-anggaran yang
sudah disetujui
f) Bertindak sebagai penghubung dengan para director functional / manajer department yang lain
agar memahami semua aspek-aspek penting dalam pengembangan perusahaan, dan untuk
memastikan mereka telah mendapatkan informasi yang tepat dan mencukupi tentang sasaran, tujuan
/ obyektif dan pencapaian-pencapaian dari pengembangan Perusahaan,
g) Memelihara kesadaran dan pengetahuan tentang teori pengembangan organisasi yang up to date /
sesuai zaman dan metoda-metodanya serta menyediakan penafsiran yang pantas kepada para
direktur, para manajer dan staf di dalam organisasi
h) Memastikan setiap aktivitas mempunyai benang merah serta terintegrasikan dengan
persyaratan-persyaratan organisasi (organizational requirements) untuk bidang-bidang manajemen
mutu, kesehatan dan keselamatan kerja, syarat-syarat hukum, kebijakan-kebijakan dan tugas umum
kepedulian lingkungan.
3. Kegiatan Usaha
a. Macam – macam Produksi.
Sebagai pelopor industri ban nasional, Perusahaan menghasilkan produk kualitas terbaik dengan
menggunakan fasilitas produksi yang berstandar tinggi. Perusahaan saat ini mengoperasikan lima
pabrik ban, yang berlokasi di kompleks industri seluas 126 hektar, yang terdiri dari pabrik ban radial,
ban bias, ban sepeda motor, ban dalam, flap dan pemrosesan dan pengolahan daur ulang bahan karet.
Pengendalian jaminan mutu menyatu ke dalam berbagai tahapan proses produksi di seluruh pabrik
Perusahaan sesuai dengan standar di seluruh pabrik Perusahaan sesuai dengan standar internasional,
seperti ISO/TS 16949, yang diterima dengan baik oleh industri otomotif Jepang, Amerika dan Eropa.
Selain ISO/TS 16949, pada tahun 2009 Perusahaan juga menerima sertifikasi ISO 14001, sebuah
pengakuan terhadap system manajemen lingkungan Perusahaan yang berstandar tinggi.
b. Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan oleh Perusahaan dalam produksi ban adalah karet alam, karet
sintetis, kain ban, karbon hitam (carbon black), kawat baja (steel cord) dan bahan kimia pemroses
karet lainnya. Kain ban dan karet sintetis diproduksi oleh Perusahaan untuk memastikan ketersediaan
dan memperkuat pengendalian biaya, namun masih mengandalkan persediaan bahan kimia,
sepertibutadiene, styrene dan benang nilon polyster.
c. Pemasaran
Setiap perusahaan dalam membuat produk mempunyai tujuan agar produk tersebut merupakan
kebutuhan dan keinginan dari para konsumen, maka konsumen akan berusaha untuk memperolehnya.
Demikian juga pada produk Gajah Tunggal berusaha semaksimal mungkin untuk dapat memenuhi
kebutuhan pangsa pasarnya dengan memenuhi permintaan konsumen akan produk ban berkualitas
siap pakai ke berbagai daerah di Indonesia, diantaranya:
1) Dalam Negeri :
Industri Ban Tangerang, Jakarta, Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan sekitarnya.
2) Luar Negeri :
a) Amerika Serikat
b) Asia
c) Eropa
d) Timur Tengah dan
e) Australia
IV.A. Analisis DataUntuk dapat memproleh gambaran tentang perkembangan finansial suatu perusahaan, perlu
mengadakan analisa atau interprestasi terhadap data finansial dari perusahaan bersangkutan, dimana
data finansial itu tercermin didalam laporan keuangan. Ukuran yang sering digunakan dalam analisa
finansial adalah ratio.
Meskipun analisis rasio mampu memberikan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan keadaan
operasi dan kondisi keuangan perusahaan, terdapat juga unsur keterbatasan informasi yang
membutuhkan kehati – hatian dalam mempertimbangkan masalah yang terdapat dalam perusahaan
Laporan Keuangan dibuat agar dapat digunakan suatu kegunaan yang penting adalah dalam
menganalisis kesehatan ekonomi perusahaan. analisa Laporan Keuangan menyangkut pemeriksaaan
keterkaitan angka–angka dalam laporan keuangan dan trend angka – angka dalam beberapa periode,
satu tujuan dari analisis laporan keuangan menggunakan kinerja perusahaan yang lalu untuk
memperkirakan bagaimana akan terjadi dimasa yang akan datang.
Sebagai dasar analisis ratio Rentabilitas dan rasio Solvabilitas yang menjadi fokus dalam penelitian
ini, Berikut penulis sajikan laporan neraca dan laba rugi pada PT Gajah Tunggal Tbk dari tahun 2006
sampai dengan tahun 2010.
Bentuk laporan tersebut adalah report form dari tahun ketahun seperti terlihat pada tabel berikut di
bawah ini:
Tabel IV.1
PT. GAJAH TUNGGAL TBK
NERACA TAHUN 2006-2010
Keterangan
2006
Rp juta/ Rpmilion
2007
Rp juta/ Rpmilion
2008
Rp juta/ Rpmilion
2009
Rp juta/ Rpmilion
2010
Rp juta/ Rpmilion
Aset Lancar
Kas dan setara kas
240.122572.947 169.621 815.459 866.078
Investasi sementara
122.888758.418 376.634 457.788 648.791
Piutang usaha
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
4.360 42.657 35.379 38.402 82.819
Pihak ketiga-setelah di kurangi penyesihan piutang ragu-ragu
603.503 665.740 506.181 606.248 1.215.125
Piutang lain-lain
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
12.397 17.640 69.069
Piutang lain-lain kepada pihak ketiga-setelah dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu
77.197 112.850 115.657 68.562 182.448
Persediaan1 .059.6
11936.260 1.399.407 862.152 1.089.211
Uang muka 214.638 296.133 242.438 345.158 262.823
Pajak di bayar di muka 93.957 51.949 191.543 145.281 43.727
Biaya di bayar di muka 6.944 8.423 7.851 18.596 29.093
Jumlah Aset Lancar2 .423.2
203.445.377 3.057.108 3.375.286 4.489.184
Aset Tidak Lancar
Piutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa
741.528 760.077 736.490 736.490 710.016
Aset pajak tangguhan – bersih
23.423 33.180 184.912 30.162 7.414
Investasi saham 366.494 396.017 296.371 322.754 371.951
Investasi jangka panjang 334.792 221.304 229.677
Aset tetap – setelah dikurangi akumulasi Penyusutan
3.185.429
3.269.739 3.618.630 3.609.236 4.075.764
Uang muka pembelian aset tetap
535.931 550.303 485.256 468.502 487.561
Jumlah Aset Tidak Lancar
4.852.805
5.009.316 5.656.451 5.501.860 5.882.383
JUMLAH AKTIVA7.276.02
58.454.693 8.713.559 8.877.146
10.371.567
KEWAJIBAN DAN EKUITAS
Hutang Bank 7.956 33.693
Hutang Usaha
Pihak yang mempunyai hubungan istimewa
108.981 117.196 145.060 141.671 144.925
Pihak Ketiga 526.957 430.158 1.134.833 575.872 917.343
Hutang lain-lain kepada pihak ketiga
58.714 60.020 65.512 91.652 129.489
Hutang pajak 75.991 44.897 21.961 132.884 20.174
Hutang deviden 1.636 1.684 1.734 1.734 1.850
Biaya yang harus di bayar 220.879 265.702 310.490 128.124 205.387
Uang muka penjualan 12.824 116.689 346.238 261.242 244.292
Wesel jangka panjang yang jatuh tempo dalam setahun
233.260 523.690 11.700 1.333.197 884.286
Jumlah kewajiban lancar
1.247.198
1.560.032 2.071.221 1.333.179 2.549.406
Kewajiban tidak lancar
Hutang kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa
1.010 1.256 1.575 1.706
Wesel bayar jangka panjang
511.143 10.064
Hutang obligasi-bersih2.886.40
53.928.952 4.580.897 4.044.221 3.876.423
Jaminan penyalur 285.859 297.896 98.063 482.781
Kewajiban imbalan pasca kerja
209.168 270.679 312.378 344.599 419.141
Jumlah kewajiban tidak lancar
3.893.585
4.508.847 4.992.913 4.873.307 4.295.564
Ekuitas
Modal saham1.584.00
01.742.400 1.742.400 1.742.400 1.742.400
Agio saham 51.500 51.500 51.500 51.500 51.500
Selisih nilai transaksi restrukturasi
(494.895)
(494.895)( 494.895
)(494.895) (494.895)
Selisih transaksi perubahan ekuitas
412.398 412.398 404.497 411.637 408.817
Laba belum di realisasikan dari pemilik efek yang tersedia
2.995 20.166 (66.110) 42.655 123.060
Saldo Laba
Ditentukan penggunannya
10.000 20.000 30.000 30.000 40.000
Tidak ditentukan penggunannya
569.244 634.245 (17.967) 887.363 1.655.715
Jumlah ekuitas2.135.24
22.385.814 1.649.425 2.670.660 3.526.597
Jumlahkewajiban dan ekuitas
7.276.025
8.454.693 8.713.559 8.877.14610.371.56
7
sumber : PT. Gajah Tunggal Tbk
Tabel IV.2
PT. GAJAH TUNGGAL TBK
LOPORAN LABA RUGI KONSOLIDASI
sumber :
PT. Gajah
Tunggal
Tbk
Keterangan
2006
Rpjuta/ Rpmilion
2007
Rpjuta/ Rpmilion
2008
Rpjuta/ Rpmilion
2009
Rpjuta/ Rpmilion
2010
Rpjuta/ Rpmilion
Penjualan bersih 5.470.730 6 .659.854 7.963.473 7.936.432 9.853.904
Beban pokok penjualan
4.739.297 5 .484.650 6.828.388 6.114.847 7.915.174
Laba kotor 731.433 1 .175.204 1.135.085 1.821.585 1.938.730
Beban usaha
Penjualan 216.432 3 03.556 308.409 472.738 435.497
Umum dan administrasi
149.880 2 06.899 245.323 203.857 215.806
Jumlah beban usaha
366.312 5 10.455 553.732 676.595 651.303
Laba usaha 365.121 6 64.749 581.353 1.144.990 1.287.427
Penghasilan bunga 8 .221 1 6.366 12.329 19.873 56.831
Keuntungan (kerugian) kurs mata uang asing
315.911 (132.131) (786.364) 486.892 113.191
Beban bunga dan keuangan
(379.490) (411.503) (462.994) (420.280) (366.552)
Lain-lain bersih 684 (13.853) (1.849) 26.581 (19.425)
BebanLain-lain bersih
(54.674) (541.121)(1.279.475
)113.066 (215.955)
Bagian laba (rugi) bersih perusahaan asosiasi
(77.179) 1 6.693 (76.077) 15.557 48.968
Laba sebelum pajak
233.268 1 40.321 (774.199) 1.273.613 1.120.440
Beban Pajak Bersih
Beban pajak-bersih (114.867) (49.480) 149.411 (368.283) (289.816)
Pajak Kini (2.321) (213.553) (267.068)
Pajak tangguhan 151.732 (154.750) (22.748)
Laba dari aktivitas normal
118.401
Pos luar biasa
Laba bersih 118.401 90.841 (624.788) 905.330 830.624
Laba bersih persaham
Termasuk pos luar biasa
37 29 (179) 260 238
1. Analisis Rasio Rentabilitas
Rumus rentabilitas yang digunakan adalah perbandingan laba sebelum pajak dengan rata-rata modal
yang digunakan.
Rasio rentabilitas terbagi dalam :
1. a. Gross Profit Margin
2. b. Net Operating Profit Margin (OPM) ratio
3. c. Net Profit Margin (NPM) Ratio
4. d. Return On Assets (ROA)
5. e. Return On Equity (ROE)
6. f. Return On Invesment (ROI)
1. a. Gross Profit Margin Rasio ( Margin Laba Kotor)
Gross Profit Margin Ratio adalah perbandingan antara laba kotor atas penjualan dengan penjualan
bersih, dengan rumus :
kan rasio yang menunjukkan tingkat kemampuan suatu perusahaan dengan aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan laba.Gross Profit Margin Rasio =
Laba Kotor
x 100%
Penjualan Bersih
Perhitungan Gross Profit Margin Ratio untuk PT. Gajah Tunggal.tbk dari tahun 2006 sampai dengan
tahun 2010 adalah sebagai berikut :
Tahun 2006 = 731.433.000.000
x 100% =13%5.470.730.000.000
Tahun 2007 =1.175.204.000.000
x 100% =18%6.659.854.000.000
Tahun 2008 = 1.135.085.000.000
x100% = 14%
7.963.473.000.000
Tahun 2009 =
1.821.585.000.000x100% = 23%
7.936.432.000.000
Tahun 2010 =1.938.730.000.000
x100% = 20%9.853.904.000.000
Dari hasil perhitungan dapat diintepretasikan bahwa pada tahun 2006 gross profit margin sebesar 13%
yang berarti dari setiap Rp 100, penjualan menghasilkan laba kotor sebesar Rp 13, dan pada tahun
2007 gross profit margin mengalami kenaikan menjadi 18% artinya dari setiap Rp 100, penjualan
menghasilkan laba kotor Rp 18, Setelah itu penurunan kembali terjadi pada tahun 2008 menjadi 14% .
Pada tahun 2009 gross profit margin sebesar 23% berarti dari setiap Rp 100,- penjualan menghasilkan
laba kotor Rp 23. Dan pada tahun 2010 gross profit margin sebesar 20% berarti dari setiap Rp 100,-
penjualan menghasilkan laba kotor Rp 20.
Kenaikan Gross profit margin ratio yang terjadi pada tahun 2006 ke 2007 disebabkan karena naiknya
penjualan bersih yang di karenakan naiknya volume penjualan dan harga jual, Sedangkan Pada tahun
2008 Gross profit margin menurun karena turunnya laba kotor yang dikarenakan krisis ekonomi global
dan mengakibatkan melemahnya perekonomian dunia jadi berkurangnya permintaan atas produk-
produk pada PT. Gajah Tunggal Tbk. Pada standar industri untuk rasio ini adalah 30%, pada tahun
1996 sampai tahun 2010 berada di bawah rata-rata standar industri
Namun perbedaan ini tidak begitu jauh sehingga dapat dikatakan kinerja keuangan perusahaan sudah
cukup baik walaupun tidak begitu maksimal.
1. b. Net Operating Profit Margin Ratio
Net Operating Profit Margin Ratio adalah perbandingan antara laba bersih sebelum pajak dengan
penjualan bersih, dengan rumus :
Net Operating Profit Margin Ratio =Laba Bersih Sebelum Pajak
x100% Penjualan Bersih
Perhitungan Net Operating Profit Margin Ratio untuk gajah tunggal tbk dari tahun 2006 sampai dengan
tahun 2010 adalah :
Tahun 2006 = 233.268.000.000
x 100% = 4%5.470.730.000.000
Tahun 2007 = 140.321.000.000
x 100% = 2%6.659.854.000.000
Tahun 2008 = 774.199.000.000 x 100% = 10%
7.963.473.000.000
Tahun 2009 =1.273.613.000.000
x 100% = 16%7.936.432.000.000
Tahun 2010 =1.120.440.000.000
x 100% = 11%9.853.904.000.000
Dari hasil perhitungan di atas dapat diintepretasikan bahwa pada tahun 2006 operating profit margin
sebesar 4% yang menunjukkan besarnya tingkat laba usaha yang dihasilkan dari setiap Rp 100,
penjualan menghasilkan laba usaha sebesar Rp 4. Pada tahun 2007 operating profit margin menurun
sebesar 2% yang berarti setiap penjualan Rp 100, menghasilkan laba usaha Rp 2. Pada tahun 2008
operating profit margin sebesar 10% yang berarti setiap penjualan Rp 100, menghasilkan laba usaha
Rp 10. Pada tahun 2009 operating profit margin sebesar 16% yang berarti setiap penjualan Rp 100,
menghasilkan laba usaha Rp 16. Pada tahun 2010 operating profit margin sebesar 11% yang berarti
setiap penjualan Rp 100, menghasilkan laba usaha Rp 11.
Tahun 2006-2007 mengalami penurunan kerena laba bersih sebelum pajak menurun yang disebabkan
oleh melemahnya mata uang rupiah pada akhir tahun 2007 yang menyebabkan kerugian non tunai
dari konversi mata uang rupiah terhadap dollar. Sedangkan pada tahun 2007-2009 mengalami
peningkatan, walaupun pada tahun itu mengalami kenaikan biaya bahan baku yang melonjak tinggi
yang menyebabkan biaya pokok meningkat terus menerus dan memaksa perusahaan untuk
menyesuaikan harga jual, Namun perusahaan berhasil meningkatkan penjualan dari tahun
sebelumnya.
1. c. Net Profit Margin Ratio
Net Profit Margin Ratio adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak (EAT) dengan penjualan
bersih, dengan rumus :
Net Profit Margin Ratio =Laba Bersih Setelah Pajak
x100% Penjualan bersih
Perhitungan Net Profit Margin Ratio untuk PT. Gajah Tunggal tbk dari tahun 2006 sampai dengan tahun
2010 adalah sebagai berikut :
Tahun 2006 = 118.401.000.000
x 100% = 2%5.470.730.000.000
Tahun 2007 = 90.841.000.000
x 100% = 1%6.659.854.000.000
Tahun 2008 = 624.788.000.000
x 100% = 8%7.963.473.000.000
Tahun 2009 = 905.330.000.000
x 100% = 11%7.936.432.000.000
Tahun 2010 = 830.624.000.000
x 100% = 8%9.853.904.000.000
Dari hasil perhitungan di atas dapat diintepretasikan bahwa Pada tahun 2006 Net profit margin
ratiosebesar 2% dari penjualan Rp.100, penjualan mengandung laba bersih setelah pajak (EAT)
sebesar Rp 2 untuk tahun 2006. Pada tahun 2007 Net profit margin ratio sebesar 1% hal ini berarti
setiap penjualan Rp 100, memberikan konstribusi laba bersih sebesar Rp 1, Sedangkan pada tahun
2008 mengalami kenaikan sebesar 8% angka ini menunjukkan bahwa dari setiap penjualan Rp 100,
memberikan kontribusi laba bersih Rp 8.
Pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 11% yang artinya setiap penjualan Rp 100,
memberikan konstribusi laba bersih sebesar Rp 11. Dan pada tahun 2010 net profit margin
ratiosebesar Rp 8% hal ini berarti bahwa setiap penjualan Rp 100, memberikan konstribusi laba
sebesar Rp 8. Selama kurun waktu 5 (lima) tahun kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2009 sebesar
11%, kenaikan dan penurunan Net profit margin dipengaruhi oleh perubahan laba bersih yang
dihasilkan dari kegiatan usaha yang dijalankan oleh PT.Gajah Tunggal tbk.
1. d. Rate of Return on Investment Ratio (ROI)
Rate of Return on Investment Ratio adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak (EAT)
dengan Aktiva (aset), dengan rumus :
Return on Investment Ratio = Laba Bersih Setelah Pajak
x 100% Jumlah Aktiva
Perhitungan Rate of Return on Investment Ratio untuk PT. Gajah Tunggal Tbk dari tahun 2006
sampai dengan tahun 2010 adalah :
118.401.000.000
Tahun 2006 = X 100% = 2%
7.276.025.000.000
90.841.000.000
Tahun 2007 = X100% = 1%
8.454.693.000.000
624.788.000.000
Tahun 2008 = X100% = 7%
8.713.559.000.000
905.330.000.000
Tahun 2009 = X100% = 10%
8.877.146.000.000
830.624.000.000
Tahun 2010 = X100% = 8%
10.371.567.000.000
Dari hasil perhitungan di atas dapat diintepretasikan bahwa setiap Rp 100, modal yang diinvestasikan
menghasilkan laba bersih setelah pajak (EAT) sebesar Rp 2 untuk tahun 2006. Sementara pada tahun
2007 mengalami penurunan sebesar 1% yang artinya setiap Rp 100, modal yang diinvestasikan
menghasilkan laba bersih setelah pajak Rp 1. Namun pada tahun 2008-2009 mengalami kenaikan
menjadi 7% dan 10% kenaikan ini dipengaruhi oleh naiknya laba bersih setelah pajak yang juga diikuti
oleh naiknya tingkat perputaran aktiva. pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 8% yang
artinya setiap Rp 100, modal yang diinvestasikan menghasilkan laba bersih setelah pajak Rp8.
jika kita perhatikan aktiva dari tahun 2006 hingga 2010 mengalami peningkatan terus. hal itu di
karenakan pada tahun 2008 meluncurkan sebuah situs internet yang baru ini yang menyediakan
informasi yang bermanfaat bagi para pengunjung dari berbagai kalangan, terutama bagi para investor
ataupun masyarakat yang mau menanamkan investasinya ke perusahaan PT. Gajah Tunggal Tbk
tersebut. Alhasil pada tahun 2009 adalah peningkatan tertinggi Return On Invesment kerena
meningkatnya laba bersih setelah pajak (EAT) terhadap modal yang di investasikan.
1. e. Rate of Return on Total Assets Ratio (ROA)
Rate of Return on Total Assets Ratio adalah perbandingan antara laba bersih sebelum pajak (EBIT)
dengan jumlah aktiva, dengan rumus :
(ROA) = x 100%
Laba bersih sebelum pajak
Jumlah Aktiva
Perhitungan Rate of Return on Total Assets Ratio untuk PT. Gajah Tunggal Tbk dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2010 adalah sebagai berikut :
233.268.000.000
Tahun 2006 = X 100% = 3%
7.276.025.000.000
140.321.000.000
Tahun 2007 = X100% = 2%
8.454.693.000.000
774.199.000.000
Tahun 2008 = X100% = 9%
8.713.559.000.000
1.273.613.000.000
Tahun 2009 = X100% = 14%
8.877.146.000.000
1.120.440.000.000
Tahun 2010 = X100% = 11%
10.371.567.000.000
Dari hasil perhitungan di atas dapat diintepretasikan bahwa Rate of Return on Total Assets
Ratiosebesar 3% artinya setiap Rp 100, modal yang diinvestasikan menghasilkan laba bersih sebelum
pajak sebesar Rp 3, untuk tahun 2006. Pada tahun 2007 sebesar 2% yang berarti setiap Rp 100,
modal yang investasikan menghasilkan laba bersih sebelum pajak sebesar Rp 2, sedangkan tahun
2008 mengalami kenaikan sebesar 9% .kenaikan rasio ini dipengaruhi kenaikan laba bersih yang juga
diikuti kenaikan jumlah aktiva. Sementara tahun 2009 return of total asset mengalami kenaikan
kembali sebesar 14% di karenakan total aktiva bertambah karena pada tahun ini melakukan
pertukaran obligasi dengan menerbitkan obligasi baru anak perusahaan PT. Gajah Tunggal Tbk yang
tercatat di bursa saham singapura. Dan untuk tahun 2010 Rate of Return on Total Assets
Ratio mengalami penurunan sebesar 11% hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 100, modal yang
diinvestasikan menghasilkan laba bersih Rp 11.
1. f. Rate of Return on Equity Ratio (ROE)
Rate of Return on Equity Ratio adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak (EAT) dengan
jumlah
modal,
dengan
rumus :
Perhitungan Rate of Return on Equity Ratio untuk PT. Gajah Tunggal tbk dari tahun 2006 sampai
dengan tahun 2010 adalah sebagai berikut:
118.401.000.000
Tahun 2006 = X 100% = 6%
2 .135.242.000.000
90.841.000.000
Tahun 2007 = X100% = 4%
2.385.814.000.000
624.788.000.000
Tahun 2008 = X100% = 38%
1.649.425.000.000
905.330.000.000
Tahun 2009 = X100%=34%
2.670.660.000.000
830.624.000.000
Tahun 2010 = X100% =24%
3.526.597.000.000
Rate of Return on Equity Ratio =
Laba bersih setelah pajak
x 100%
Jumlah Modal
Dari hasil perhitungan di atas dapat diintepretasikan bahwa return on equity pada tahun 2006 sebesar
6% yang berarti setiap Rp 100, modal saham yang ditanamkan dapat menghasilkan keuntungan Rp 6.
Dan pada tahun 2007 return on equity juga mengalami penurunan sebesar 4% dibandingkan tahun
sebelumnya. Tetapi pada tahun 2008 tingkat pengembalian modal mengalami peningkatan yaitu 38%,
sedangkan untuk tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 34% berarti setiap Rp 100, modal saham
yang ditanamkan dapat menghasilkan kuntungan Rp 34, dan pada tahun 2010 mengalami penurunan
sebesar 24% dari tahun sebelumnya hal ini berarti bahwa setiap Rp 100, modal saham yang
ditanamkan dapat menghasilkan kuntungan Rp 24. Selama kurun waktu 5 (lima) tahun, dari tahun
2006 sampai dengan 2010 terjadi kenaikan dan penurunan equity ratio, biasanya perubahan rasio ini
dipengaruhi oleh naiknya laba bersih setelah pajak yang diikuti naiknya jumlah ekuitas.
1. 2. Analisa Rasio Solvabilitas
Solvability ratio adalah rasio yang mengukur perbandingan antara total aktiva dengan seluruh hutang-
hutangnya kepada pihak luar perusahaan. Rasio ini juga digunakan untuk mengukur besarnya dana
untuk penanaman modal oleh para pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang
diperoleh dari para kreditur perusahaan
Para kreditur biasanya melihat jumlah modal pemilik guna mengetahui batas keamanan pemberian
kredit kepada perusahaan yang bersangkutan. Para investor atau pemilik perusahaan akan
mendapatkan manfaat penggunaan modal asing atau hutang karena mendapatkan tambahan dana
tanpa harus kehilangan kendali terhadap perusahaan.
Jenis-jenis Rasio Solvabilitas adapun jenis rasio solvabilitas yang sering digunakan perusahaan :
a. Debt to asset ratio (debt ratio)
b. Debt to equity ratio
c. Long term debt to equity ratio
d. Times interest earned
a. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Rasio ini merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang
dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau
seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Semakin tinggi rasio ini
maka pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk
memperoleh tambahan pinjaman karena di khawatirkan perusahan tidak mampu menutupi utang-
utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Sebaliknya semakin rendah rasio ini maka semakin
kecil perusahaan dibiayai dari utang.
Total DebtRumus : Debt To Assetts Ratio = X 100 Total Assets
Perhitungan Debt to assetts Ratio untuk Gajah Tunggal Tbk dari tahun 2006 sampai dengan tahun
2010 adalah sebagai berikut :
dik :
total debt = total utang
total assets = total aktiva
Debt To Asset Rasio Tahun 2006 Sebesar 71 % Artinya Setiap Total Utang Rp 100 Di Jaminkan Oleh Total Aktiva Sebesar Rp 71. Debt To Asset Rasio Tahun 2007 Sebesar 72 % Artinya Setiap Total Utang Rp 100 Di Jaminkan Oleh Total Aktiva Sebesar Rp 72. Debt To Asset Rasio Tahun 2008 Sebesar 81 % Artinya Setiap Total Utang Rp 100 Di Jaminkan Oleh Total Aktiva Sebesar Rp 81. Debt To Asset Rasio Tahun 2009 Sebesar 70 % Artinya Setiap Total Utang Rp 100 Di Jaminkan Oleh Total Aktiva Sebesar Rp 70. Debt To Asset Ratio Tahun 2010 Sebesar 66% Artinya Setiap Total Utang Rp 100 Dijaminkan Oleh Total Aktiva Sebesar Rp66. Total Debt To Total Aset Ratio Tahun 2006-2008 Terjadi Peningkatan Yang Disebabkan Bertambahnya Total Aktiva, Sedangkan Pada Tahun 2009-2010 Terjadi Penurunan Di Sebabkan Menurunnya Total Aktiva. Standar Industri Untuk Rasio Ini Adalah Sebesar 35%. Pada Tahun 1996 Sampai 2010 Memiliki Debt Ratio Yang Di Atas Standar Industri Dimana Menunjukkan Bahwa Kinerja Keuangannya Dalam Kategori Baik.B. Debt To Equity Ratio
Tahun 2006 =
5.140.783.000.000
x 100% = 71%
7.276.025.000.000
Tahun 2007 =
6.068.879.000.000
x 100% = 72%8.454.693.000.000
Tahun 2008 =7.064.134.000.000
x 100% = 81%8.713.559.000.000
Tahun 2009 =6.206.486.000.000
x 100% = 70%8.877.146.000.000
Tahun 2010 =6.844.970.000.000
x 100% = 66%10.371.567.000.000
Rasio Ini Merupakan Rasio Yang Digunakan Untuk Menilai Utang Dengan Ekuitas. Rasio Ini Dicari Dengan Cara Membandingkan Antara Seluruh Utang Termasuk Utang Lancar Dengan Seluruh Ekuitas. Rasio Ini Berguna Untuk Mengetahui Jumlah Dana Yang Disediakan Pinjaman (Kreditor) Dengan Pemilik Perusahaan. Dengan Kata Lain Rasio Ini Berfungsi Untuk Mengetahui Setiap Rupiah Modal Sendiri Yang Dijadikan Untuk Jaminan Utang. Bagi ( Kreditor) Semakin Besar Rasio Ini Maka Akan Semakin Tidak Menguntungkan Karena Akan Semakin Besar Rasio Yang Ditanggung Atas Kegagalan Yang Mungkin Terjadi Di Perusahaan. Sebaliknya Semakin Rendah Rasio Ini Maka Semakin Tinggi Tingkat Pendanaan Yang Disediakan Pemilik Dan Semakin Besar Batas Pengamanan Bagi Peminjam Jika Terjadi Kerugian Atau Penyusutan Terhadap Nilai Aktiva. Rasio Ini Juga Menunjukan Kelayakan Dan Resiko Keuangan Perusahaan.
Total UtangRumus : Debt To Equity Ratio = X 100 Ekuitas
Perhitungan Debt to Equity Rasio untuk Gajah Tunggal Tbk dari tahun 2006 sampai dengan tahun
2010 adalah sebagai berikut :
5.140.783.000.000
Tahun 2006 = X 100% = 241%
2.135.242.000.000
6.068.879.000.000
Tahun 2007 = X100% = 254%
2.385.814.000.000
7.064.134.000.000
Tahun 2008 = X100% = 428%
1.649.425.000.000
6.206.486.000.000
Tahun 2009 = X100% = 232%
2.670.660.000.000
6.844.970.000.000
Tahun 2010 = X100% =194%
3.526.597.000.000
Total Debt to Total Equity tahun 2006 sebesar 241% artinya setiap total hutang Rp 100 dijaminkan
oleh modal sendiri sebesar Rp. 241. Total Debt to Total Equity tahun 2007 sebesar 254% artinya setiap
total hutang Rp 100 dijaminkan oleh modal sendiri sebesar Rp. 254. Total Debt to Total Equity tahun
2008 sebesar 428% artinya setiap total hutang Rp 100 dijaminkan oleh modal sendiri sebesar Rp.
428. TotalDebt to Total Equity tahun 2009 sebesar 232% artinya setiap total hutang Rp 100
dijaminkan oleh modal sendiri sebesar Rp. 232. Total Debt to Total Equity tahun 2010 sebesar 194%
artinya setiap total hutang Rp 100 dijaminkan oleh modal sendiri sebesar Rp. 194. pada tahun 2006-
2008 terjadi peningkatan yang mengindikasikan adanya peningkatan kemampuan perusahaan dalam
menjamin total utangnya dengan modal sendiri. Sedangkan pada tahun 2008-2010 terjadi penurunan
yang disebabkan adanya peningkatan total utang perusahaan. Periode tahun 2006-2010 kurang baik
karena angka rasionya di atas 100% , rasio di atas 100% sangat berbahaya bagi kreditur karena
jumlah utang lebih besar dari pada modal pemilik.
C. Long Term Debt To Equito Ratio (LTDtER)LTDeER Merupakan Rasio Antara Utang Jangka Panjang Dengan Modal Sendiri. Tujuannya Adalah Untuk Mengukur Berapa Bagian Dari Setiap Rupiah Modal Sendiri Yang Dijadikan Jaminan Utang Jangka Panjang Dengan Cara Membandingkan Antara Utang Jangka Panjang Dengan Modal Sendiri Yang Disediakan Oleh Perusahaan. Long Term DebtRumus : Long Term Debt = X 100Equity
Untuk Mencari LTDtER Tahun 2006 Sampai 2010 Maka : Dik :Long Term Debt = Total Utang Jangka PanjangEquity Total = Ekuitas
Pada
tahun
2006 dari
setiap
rupiah
modal
sendiri
yang
dijadikan
jaminan
untuk
utang
jangka
panjang
Rp. 182
dari
setiap
rupiah
modal
sendiri
digunakan untuk menjamin utang jangka panjang. Pada tahun 2007 dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang Rp. 189 dari setiap rupiah modal sendiri
digunakan untuk menjamin utang jangka panjang. Pada tahun 2008 dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang Rp. 303 dari setiap rupiah modal sendiri
digunakan untuk menjamin utang jangka panjang. Pada tahun 2009 dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang Rp. 182 dari setiap rupiah modal sendiri
digunakan untuk menjamin utang jangka panjang. Pada tahun 2010 dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan untuk utang jangka panjang Rp. 122 dari setiap rupiah modal sendiri
digunakan untuk menjamin utang jangka panjang.
Long term debt to equity tahun 2006, 2007 dan 2008 terjadi peningkatan, hal ini mengindikasikan
adanya Ketidakmampuan perusahaan dalam menjamin hutang jangka panjangnya oleh modal sendiri.
Namun pada tahun 2008-2010 terjadi penurunan dari tahun-tahun sebelumnya hal ini disebabkan
adanya penurunan hutang jangka panjang.
d. Time Interest Earned
Rasio ini merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Rasio ini untuk mencari jumlah
kali perolehan bunga. Rasio ini juga diartikan sebagai alat ukur untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar biaya bunga. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar kemungkinan
perusahaan dapat bunga pinjaman dan dapat menjadi ukuran untuk memperoleh tambahan
pinjaman baru dari kreditor. Demikian pula sebaliknya apabila rasionya rendah semakin rendah pula
kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan biaya lainnya.
(ebit)
Tahun 2006 =
3 3.893.585.000.000
x 100% = 182%
2.135.242.000.000
Tahun 2007 =4.508.847.000.000
x 100% = 189%2.385.814.000.000
Tahun 2008 =4.992.913.000.000
x 100% = 303%1.649.425.000.000
Tahun 2009 =4.873.307.000.000
x 100% = 182%2.670.660.000.000
Tahun 2010 =4.295.564.000.000
x 100% = 122%3.526.597.000.000
Rumus : Times Interest Earned = X100% Biaya Bunga
Untuk Mencari Times Interest Earned Tahun 2006 Sampai 2010 Maka:Dik :EBIT = Earning Before Interest And Tax Interest = Biaya Bunga
Times
interest
earned tahun 2006 adalah 96 kali atau dengan kata lain, biaya bunga dapat ditutup 96 kali atau
dengan kata lain, biaya bunga dapat ditutup 96 kali dari laba sebelum bunga dan pajak. Kemudian,
Untuk tahun 2007 adalah 162 kali atau dengan kata lain biaya bunga dapat ditutup 162 kali laba
sebelum bunga dan pajak. Untuk tahun 2008 adalah 126 kali atau dengan kata lain biaya bunga dapat
ditutup 126 kali laba sebelum bunga dan pajak . Untuk tahun 2009 adalah 272 kali atau dengan kata
lain biaya bunga dapat ditutup 272 kali laba sebelum bunga dan pajak . untuk tahun 2010 adalah 351
kali atau dengan kata lain biaya bunga dapat ditutup 351 kali laba sebelum bunga dan pajak. Standar
industri untuk rasio ini adalah sebesar 10 kali. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja
keuangan yang ditunjukkan oleh perusahaan. Pada Gajah Tunggal Tbk berada di atas standar indutri
yang menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan dalam kategori baik.
Berdasarkan penjabaran hasil penelitian yang penulis kemukakan di atas, penulis simpulkan dalam
bentuk tabel sebagai berikut:
Tahun 2006 =
365.121.000.000
x 100% = 96 x
379.490.000.000
Tahun 2007 = 664.749.000.000
x 100% = 162 x 411.503.000.000
Tahun 2008 = 581.353.000.000
x 100% = 126 x 462.994.000.000
Tahun 2009 =1.144.990.000.000
x 100% = 272 x 420.280.000.000
Tahun 2010 =1.287.427.000.000
x 100% = 351 x 366.552.000.000
Tabel IV.3
Analisa Laporan Rasio Keuangan Perusahaan
Pada PT. Gajah Tunggal Tbk
Tahun 2006-2010
Rasio Keuangan Perusahaan 2006 2007 2008 2009 2010
A. Rasio Rentabilitas
1. Gross Profit Margin Ratio 13% 18% 14% 23% 20%
2. Net Operating Profit Magin Ratio 4% 2% 10% 16% 11%
3. Net Profit Margin Ratio 2% 1% 8% 11% 8%
4. Rate of Return on Investment Ratio 2% 1% 7% 10% 8%
5. Rate of Return on Total Assets Ratio 3% 2% 9% 14% 11%
6. Rate of Return on Equity Ratio 6% 4% 38% 34% 24%
B. Rasio Solvabilitas
1. Debt to Asset Ratio 71% 72% 81% 70% 66%
2. Debt to Equity Ratio 241% 254% 428% 232% 194%
3. Long Term Debt to Equito Ratio 182% 189% 303% 182% 122%
4. Time Interest Earned 96x 162x 126x 272x 351x
Berdasarkan tabel di atas, dapat dianalisa lebih lanjut sebagai berikut :
1. 1. Rasio Rentabilitas
A. Gross Profit Margin RatioAngka Gross Profit Margin Ratio dalam laporan keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk antara tahun 2006
dengan tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 5%, antara tahun 2007 dengan tahun 2008
mengalami penurunan sebesar 4%, antara tahun 2008 dengan tahun 2009 mengalami peningkatan
sebesar 9%, dan antara tahun 2009 dengan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 3%.
B. Operating Profit Magin RatioAngka Net Operating Profit Magin Ratio dalam laporan keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk antara tahun
2006 dengan tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 2%, antara tahun 2007 dengan tahun 2008
mengalami peningkatan sebesar 8%, antara tahun 2008 dengan tahun 2009 mengalami peningkatan
sebesar 6%, dan antara tahun 2009 dengan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 5%.
C. Net Profit Margin RatioAngka Net Profit Margin Ratio dalam laporan keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk antara tahun 2006
dengan tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 1%, antara tahun 2007 dengan tahun 2008
mengalami peningkatan sebesar 7%, antara tahun 2008 dengan tahun 2009 mengalami peningkatan
sebesar 3%, dan antara tahun 2009 dengan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 3%.
D. Rate Of Return On Investment RatioAngka Rate of Return on Investment Ratio dalam laporan keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk antara
tahun 2006 dengan tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 1%, antara tahun 2007 dengan tahun
2008 mengalami peningkatan sebesar 6%, antara tahun 2008 dengan tahun 2009 mengalami
peningkatan sebesar 3%, dan antara tahun 2009 dengan tahun 2010 tmengalami penurunan 2%.
E. Rate Of Return On Total Assets RatioAngka Rate of Return on Total Assets Ratio dalam laporan keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk antara
tahun 2006 dengan tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 1%, antara tahun 2007 dengan tahun
2008 mengalami peningkatan sebesar 7%, antara tahun 2008 dengan tahun 2009 tidak mengalami
peningkatan 5% dan antara tahun 2009 dengan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 3%.
F. Rate Of Return On Equity RatioAngka Rate of Return on Equity Ratio dalam laporan keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk antara tahun
2006 dengan tahun 2007 mengalami penurunan sebesar 2%, antara tahun 2007 dengan tahun 2008
mengalami peningkatan sebesar 34%, antara tahun 2008 dengan tahun 2009 mengalami penurunan
sebesar 4%, dan antara tahun 2009 dengan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 10%.
1. b. Rasio Solvabilitas
1. a. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Debt to asset ratio dalam laporan keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk antara tahun 2006 dengan tahun
2007 mengalami peningkatan sebesar 1%, antara tahun 2007 dengan tahun 2008 mengalami
peningkatan kembali sebesar 9%, antara tahun 2008 dengan tahun 2009 mengalami penurunan
sebesar 11%, dan antara tahun 2009 dengan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 4%.
1. b. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio dalam laporan keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk antara tahun 2006 dengan tahun
2007 mengalami peningkatan sebesar 13%, antara tahun 2007 dengan tahun 2008 mengalami
peningkatan drastis sebesar 174%, antara tahun 2008 dengan tahun 2009 mengalami penurunan
sebesar 196%, dan antara tahun 2009 dengan tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 38%.
1. c. Long Term Debt to Equito Ratio
Long Term Debt to Equito Ratio dalam laporan keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk antara tahun 2006
dengan tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 7%, antara tahun 2007 dengan tahun 2008
mengalami peningkatan sebesar 114%, antara tahun 2008 dengan tahun 2009 mengalami penurunan
sebesar 121%, dan antara tahun 2009 dengan tahun 2010 mengalami penurunan kembali sebesar
60%.
1. d. Time Interest Earned
Time Interest Earned dalam laporan keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk antara tahun 2006 dengan
tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 66 kali, antara tahun 2007 dengan tahun 2008
mengalami penurunan sebesar 36 kali, antara tahun 2008 dengan tahun 2009 mengalami peningkatan
sebesar 146 kali, dan antara tahun 2009 dengan tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 79 kali.
Berdasarkan tinjauan analisis rasio keuangan di atas, Dapat diketahui gambaran mengenai kondisi
keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk untuk periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Diketahui
bahwa tingkat Solvabilitas dan Rentabilitas dari periode tahun 2006 sampai dengan periode tahun
2010 sangat fluktuatif. Artinya terjadi ketidakstabilan peningkatan per periode tahun yang ada.
Jika Dicermati, Secara Keseluruhan Kondisi Tingkat Solvabilitas Perusahaan Antara Tahun 2006-2008 Cenderung Mengalami Peningkatan. Hal Ini Dikarenakan Meningkatnya Total Hutang Seperti Halnya Hutang Jangka Panjang Dan Hutang Lancar Serta Meningkat Pula Total Aset .Tingkat Rentabilitas perusahaan antara periode tahun 2006 dengan periode tahun 2007 mengalami
penurunan. Kondisi ini terjadi akibat meningkatnya jumlah total aktiva dan modal. Faktor lain adalah
meningkatnya penjualan bersih, laba bersih sebelum pajak dan laba bersih setelah pajak tersebut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.A. Kesimpulan
Setelah membahas, menganalisis dan menginterprestasikan setiap rasio yang penulis uraikan sebelumnya mengenai
analisis rasio untuk mengevaluasi kondisi keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk, maka penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Tingkat Solvabilitas PT. Gajah Tunggal Tbk dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010
mengalamifluktuatif, Dari sudut Debt To Asset Rasio secara keseluruhan cukup baik. Terbukti dari
tahun 2006 sebesar 71%,tahun 2007 sebesar 72 %, tahun 2008 sebesar 81%, tahun 2009 sebesar
70 %, dan tahun 2010 sebesar 66%.
2. Rasio solvabilitas pada perusahaan dapat dikatakan solvable, karena dapt dilihat dari kedua
indikatornya yaitu total debt to total asset ratio dan long term debt to equity ratio, maka
perusahaan dapat memenuhi utang jangka pendek maupun utang jangka panjangnya.
3. Tingkat Rentabilitas dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 juga mengalami fluktuatif, artinya
terjadi ketidakstabilan peningkatan, Dari sudut Gross profit margin dari tahun 2006 sebesar 13%,
tahun 2007 sebesar 18%, tahun 2008 sebesar 14%, tahun 2009 sebesar 23%, dan 2010 sebesar
20%.
4. Rasio rentabilitas perusahaan pada umumnya dapat dikatakan profitable karena laba yang
dihasilkan pada umumnya mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
V.B. Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan peranan analisis ratio dalam menilai serta
mengevaluasi kondisi keuangan PT. Gajah Tunggal Tbk adalah sebagai berikut :
1. Rasio solvabilitas sudah cukup baik dan terus ditingkatkan dengan meningkatkan laba yang
dipeoleh dan menekan hutang. Rasio solvabilitas dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan
jumlah penghasilkan tanpa diikuti kenaikan biaya-biaya. Karena jika perusahaan tidak dapat
menggunakan modalnya secara efisien maka perusahaan akan mengalami kesulitan dalam
melunasi hutang-hutangnya..
2. Perusahaan harus dapat meningkatkan tingkat Rentabilitas dengan cara meningkatkan volume
penjualan, dimana nilai penjualan perusahaan adalah merupakan pendapatan perusahaan dalam
menentukan laba perusahaan dan perusahaan harus lebih menekan biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk dapat menentukan besarnya laba yang diperoleh perusahaan.