Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

21
ANALISIS KONTRASTIF PEMBENTUKAN KATA KERJA (VERBA) BAHASA INDONESIA DAN BAHASA SUNDA Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kontrastif dan Analisis Kesalahan Dosen Pengampu: 1. Prof. Dr. Emzir, M.Pd. 2. Prof. Dr. Jenny Disusun Oleh Marlina (7316080108) PROGRAM S-2 PENDIDIKAN BAHASA PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2009

description

Sedikit analisis pembentukan kata kerja dalam bahasa Sunda Makalah ini ditulis pada tahun 2009

Transcript of Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

Page 1: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

ANALISIS KONTRASTIF PEMBENTUKAN KATA KERJA (VERBA)

BAHASA INDONESIA DAN BAHASA SUNDA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kontrastif dan Analisis

Kesalahan

Dosen Pengampu: 1. Prof. Dr. Emzir, M.Pd.

2. Prof. Dr. Jenny

Disusun Oleh

Marlina (7316080108)

PROGRAM S-2 PENDIDIKAN BAHASA

PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2009

Page 2: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran bahasa kedua (B2) seringkali mendapat interferensi dari bahasa pertama

(B1) pembelajar. Interferensi ini memberikan pengaruh baik langsung atau tidak langsung

bagi kelangsungan pembelajaran bahasa target. Pengaruh-pengaruh yang muncul

cenderung menjadi kesulitan yang menghambat bagi pembelajar dalam menguasai

bahasa target. Adanya interferensi yang menimbulkan kesulitan-kesulitan dalam belajar

bahasa target menjadi tantangan tersendiri bagi para pengajar bahasa, khususnya dalam

pengajaran bahasa kedua. Tantangan tersebut adalah kemampuan pengajar dalam

meminimalisasi interferensi tersebut sehingga dalam prosesnya, pembelajaran bahasa

kedua akan berjalan dengan lebih baik.

Salah satu cara untuk meminimalisasi interferensi tersebut adalah dengan memprediksi

kemungkinan-kemungkinan interferensi yang muncul. Dengan adanya prediksi-prediksi

tersebut, pengajar dapat mencoba menemukan solusi dan memberikan fokus pada

kesulitan-kesulitan yang mungkin muncul dari interferensi tersebut. Dengan demikian,

pengajar dapat lebih memusatkan pada hal-hal yang diprediksi dapat menciptakan

kesulitan bagi pembelajar. Prediksi tersebut dapat dilakukan dengan melakukan analisis

kontrastif antara bahasa pertama dengan bahasa target.

Salah satu bahasa yang memiliki jumlah penutur yang cukup besar di Indonesia adalah

bahasa Sunda. Suku Sunda yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa pertama

tersebar di kepulauan Jawa dan memiliki populasi yang besar. Dalam pengajaran bahasa

Indonesia, para penutur bahasa Sunda memiliki kecenderungan untuk menghadapi

kesulitan-kesulitan dalam mempelajari bahasa target karena adanya interferensi dari

bahasa pertamanya. Interferensi ini dapat disebabkan karena adanya perbedaan antara

kedua bahasa mulai dari tataran fonologi, morfologi, maupun tataran sintaksisnya.

Page 3: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

Salah satu kajian dalam tataran morfologi berbicara tentang pembentukan kata.

Pembentukan kata sebagai sebuah proses membentuk kata hingga menempati kategori

kata tertentu merupakan proses yang cukup kompleks. Khususnya jika melihat perbedaan

dari dua bahasa. Salah satu proses pembentukan kata yang sama-sama terjadi dalam

bahasa Sunda dan bahasa Indonesia adalah proses pengimbuhan atau afiksasi.

Kategori verba atau kata kerja dalam sebuah bahasa merupakan kategori kata yang

sangat luas cakupannya. Kata-kata ini dapat dibentuk dari beberapa bentuk afiks dengan

kata dasar atau akar kata dengan kategori yang cukup bervariasi. Bentuk afiksasi dalam

bahasa Indonesia dan bahasa Sunda khususnya dalam pembentukan kata kerja memiliki

beberapa perbedaa. Dengan adanya perbedaan tersebut diprediksikan apabila pembelajar

mempelajari pembentukan kata kerja dalam bahasa target maka akan ditemui beberapa

kesulitan dalam mempelajari bahasa target. Oleh karena itulah diperlukan adanya analisis

kontrastif antara pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia dengan pembentukan

kata kerja dalam bahasa Sunda.

B. Perumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah analisis kontrastif

pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda?”

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan membandingkan antara

pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda.

D. Kebermaknaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bersifat deskriptif dan

komparatif tentang pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda

bagi para pembaca dan dapat membantu para guru bahasa Indonesia dalam mengajarkan

pembentukan kata kerja.

Page 4: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

E. Ruang Lingkup

Permasalahan dalam penulisan ini dibatasi pada deskripsi dan perbandingan antara

pembentukan kata kerja dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda melalui afiksasi,

khususnya untuk prefiks dan sufiks.

F. Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dekriptif komparatif, yakni

secara kualitatif mendekripsikan pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia dan

dalam bahasa Sunda dan membandingkan atau mengkontraskan keduanya baik dari segi

persamaan maupun perbedaannya.

Page 5: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Hakikat Analisis Kontrastif

Dinyatakan oleh Henry Guntur sebagai berikut:

Analisis kontrastif adalah komparasi sistem-sistem linguistik dua bahasa, misalnya sistem bunyi atau sistem gramatikal. Analisis ini dimulai sejak tahun 1950 dan 1960-an sebagai suatu aplikasi linguistik struktural pada pengajaran bahasa dan didasarkan pada asumsi-asumsi berikut: a. Kesukaran –kesukaran utama dalam mempelajari suatu bahasa baru disebabkan

oleh interferensi bahasa pertama. b. Kesukaran-kesukaran tersebut dapat diprediksi atau diperkirakan oleh analisis

kontrastif. c. Materi atau bahan pengajaran dapat memanfaatkan analisis kontrastif untuk

mengurangi efek-efek interferensi. 1

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa analisis kontrastif ini adalah

sebuah analisis perbandingan atau komparasi pada sistem-sistem linguistik yang

digunakan untuk membandingkan antara bahasa pertama dan bahasa kedua. Analisis ini

didasarkan pada asumsi bahwa terdapat pengaruh atau disebut interferensi dari bahasa

pertama terhadap pembelajaran bahasa kedua. Tugas dari analisis kontrastif adalah

memprediksikan interferensi tersebut sehingga dalam pembelajaran bahasa, interferensi

tersebut dapat dikurangi.

Carl James menjelaskan perihal tujuan dilakukannya analisis kontrastif sebagai berikut:

Contrastive Analysis see it as their goal to explain certain aspects of L2 learning. Their means are descriptive accounts of the learner’s L1 and the L2 to be learnt, and techniques for the comparison of these descriptions. In other words, the goals belongs to psychology while the means are derived from linguistic science.2

(Analisis kontrastif dilihat dalam tujuannya merupakan sebuah sarana untuk menjelaskan aspek-aspek tertentu dari pembelajaran bahasa kedua (L2) dengan cara-cara yang berbentuk laporan deskriptif dari bahasa pertama (L1) pelajar dan bahasa kedua (L2) yang dapat dianalisis dengan teknik-teknik untuk membandingkan deskripsi-deskripsi tersebut. Dengan kata lain ini termasuk dalam tataran psikologi sedangkan tata caranya diperoleh dari ilmu linguisti).

1 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Analisis Kontrastif, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti PPLPTK, 1989), p. 5. 2 Carl James, Contrastive Analysis, (London: Longman, 1980), p.27.

Page 6: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

Bila dilihat dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa kajian analisis kontrastif

merupakan kajian yang menggabungkan dua bidang sekaligus, yakni bidang psikologi dan

bidang linguistik.

Sementara itu, Carl James juga menambahkan tentang kajian yang dapat dianalisis dalam

analisis kontrastif antara lain pada tingkatan fonologi, leksikal dan tata bahasa. Penjelasan

tentang deskripsi linguistik yang disebutkan di atas dipaparkan secara lebih jelas sebagai

berikut:

No one of these deskriptives statements encapsulates a total description of L, of course: but the more there are, the fuller the description becomes. Notice the each statement retricts it self to some aspect of L simultaneously. So i) says a little about sounds systems of L; ii) says something about its lexical stock; iii) describes and aspect of word information, or morfhology of L; while iv) talks of the arrangement of words in L, the syntax. 3 (Tidak ada satupun dari pernyataan deskriptif menjabarkan secara lengkap deskrips bahasa dalam pembelajaran:, Namun demikian, itu merupakan bagian menjadi bagian dari keseluruhan deskripsi. Setiap pernyataan memiliki aspek yang simultan. Jadi i) katakana sedikit tentang system bunyi dalam bahasa, ii) bicarakan tentang informasi leksikal yang berhubungan dengan makna dan pemakaian kata dalam bahasa, iii) gambarkan dan informasikan aspek-aspek morfologi dalam bahasa, di samping iv) bicarakan tentang aturan pemakaian bahasa dalam klausa dan kalimat, yang disebut dengan sintaksis).

Pemahaman di atas memberikan penjabaran bahwa dalam analisis kontrastif

pendeskripsian harus mencakup empat hal yakni mencakup kajian fonologi yang

membicarakan tentang system bunyi bahasa, kajian makna secara leksikal, kajian

morfologi, sampai pada kaijan sintaksisnya.

B. Hakikat Kata Kerja dan Pembentukan Kata Kerja

Dinyatakan oleh Kridalaksana bahwa secara sintaksis, sebuah satuan gramatikal dapat

diketahui berkategori verba dari perilakunya dalam satuan yang lebih besar. Sebuah kata

dapat diketahui berkategori verba dari perilakunya dalam frase. Cirinya adalah dnegan

kemunginan kata tersebut didampingi partikel tidak dan ketidakmungkinannya kata

3 Ibid., p. 28.

Page 7: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

tersebut didampingi oleh partikel di, ke, dari, atau dengan partikel seperti sangat, lebih,

atau agak.4

Dari pernyataan itu dapat diketahui bahwa sebuah kata dapat dikategorikan sebagai kata

kerja bila dalam bentuknya yang lebih luas (frase) dapat didampingi oleh kata tidak.

Chaer menyatakan kata kerja sebagai kata yang dapat diikuti oleh frase dengan...., baik

yang menyatakan alat, keadaan, maupun penyerta.5

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa sebuah kata dapat digolongkan

sebagai kata kerja bila kata tersebut dapat dibentuk menjadi frase menggunakan kata

dengan....

Adapun pengklasifikasian kata kerja menurut Kridalaksana dapat dirangkum sebagai

berikut:

Verba dapat dibagi menjadi verba dasar bebas dan verba turunan. Verba dasar bebas

adalah verba yang berupa morfem dasar bebas. Contohnya seperti kata duduk, makan,

mandi, dsb. Sementara itu, yang dimaksud dengan verba turunan adalah verba yang telah

mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses, atau berupa panduan leksem. Contoh

verba berafiks adalah ajari, bernyanyi, menari, dsb. Contoh verba bereduplikasi adalah

bangun-bangun, ingat-ingat, dsb. Contoh verba berproses gabung adalah tersenyum-

senyum, bernyanyi-nyanyi, dsb. Contoh verba majemuk adalah cuci mata, campur tangan,

dsb.6

Sementara itu, tak jauh beda dengan Kridalaksana, Chaer juga membedakan kata kerja

berdasarkan strukturnya menjadi kata kerja dasar dan kata kerja berimbuhan. Kata kerja

dasar adalah kata kerja yang belum diberi imbuhan, seperti kata pergi, pulang, tulis, dsb.

4 Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua, (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2008), p. 51 5 Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), p. 100. 6 Kridalaksana, Op. Cit., p.p. 51-52.

Page 8: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

Kata kerja berimbuhan adalah kata kerja yang dibentuk dari kata kerja dasar yang

mungkin kata benda, kata kerja, kata sifat, atau jenis kata lain dari imbuhan.7

Berdasarkan dua pendapat tersebut maka dapat dietahui bahwa kata kerja terdiri atas dua

jenis, yakni kata kerja dasar dan kata kerja turunan atau disebut juga kata kerja

berimbuhan.

Adapun dari segi subkategorisasinya atau dari banyaknya nomina yang mendampingi,

verba dapat dibagi menjadi verba transitif dan verba intransitif. Dijelaskan lebih lanjut

bahwa yang disbeut verba intransitif adalah verba yang menghindarkan objek atau tidak

memerlukan objek. Sementara itu, yang dimaksud dengan verba transitif adalah verba

yang mempunyai atau harus mendampingi objek.8

Pembentukan kata dinyatakan oleh Kridalaksana sebagai bagian dari satuan sintaksis.

Subsistem pembentukan kata disebut dengan morfologi leksikal atau morfologi derivatif.

Adapun proses pembentukan kata sebagai kajian morfologi dalam bahasa Indonesia terdiri

atas:

(1) derivasi zero

(2) afiksasi

(3) reduplikasi

(4) abreviasi (pemendekan)

(5) komposisi (perpaduan)

(6) derivasi balik

(7) metanalisis 9

Afiksasi sebagai bagian dari pembentukan kata yang terjadi dalam bahasa, pada

umumnya terjadi dalam bahasa apa pun. Demikian halnya dengan bahasa Indonesia

maupun bahasa Sunda.

7 Chaer, Loc. Cit.. 8 Kridalaksana, Loc. Cit. 9 Harimurti Kridalaksana, Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), p. 10.

Page 9: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

Afiksasi sendiri dinyatakan oleh Kridalaksana sebagai proses yang mengubah sebuah

leksem atau kata menjadi kata kompleks. Dalam hal ini, leksem berubah menjadi menjadi

kategori tertentu sehingga berstatus kata atau apabila telah menjadi kata maka akan

berganti kategori . Hal ini juga akan mempengaruhi makna kata tersebut. Dalam bahasa

Indonesia terdapat jenis-jenis afiks yang diklasifikasikan sebagai berikut:

(1) Prefiks, yakni afiks yang diletakkan di muka dasar, seperti me- di-, ber-, dsb.

(2) Infiks, yakni afiks yang diletakkan di dalam dasar, seperti –el-, -er-, dsb.

(3) Sufiks, yakni afiks yang diletakkan di belakang dasar, seperti –an, -kan, -i, dsb.

(4) Simulfiks, yakni afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan

pada dasar, seperti kopi – ngopi, soto – nyoto, dsb.

(5) Konfiks, yakni afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka dasar dan satu di

belakang bentuk dasar.

(6) Superfiks atau suprafiks, yakni afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri

suprasegmental

(7) Interfiks, yakni jenis infiks yang muncul di antara dua unsur.

(8) Transfiks, yakni jenis afiks yang menyebabkan bentuk dasar terbagi.

(9) Kombinasi afiks, yakni kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan

dasar.10

Berdasarkan jenis-jenis afiks tersebut dapat dikatakan bahwa proses afiksasi merupakan

proses pembentukan kata yang sangat produktif dalam bahasa.

10 Ibid., p.p. 28-29.

Page 10: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

BAB III

ANALISIS

A. Deskripsi Pembentukan Kata Kerja Bahasa Indonesia dan Bahasa Sunda

Carl James menyatakan tahapan-tahapan dalam analisis kontrastif sebagai berikut:

“Now, any CA (Contrastive Analysis) involved two steps: first, there is the stage of

description when each of the two languages is described on the appropriate level; the

second stage is the stage of juxtaposition for comparison”11

(Dalam setiap kajian Analisis KOntrastif selalu dilibatkan dua tahapan: yang pertama,

tahap pengkajian yang mendeskripsikan masing-masing bahasa secara tepat dalam level

yang sejajar; kedua adalamh membandingkan keduanya).

Berdasarkan pendapat tersebut maka analisis berikut akan dilakukan dengan dua tahapan,

yang pertama adalah mendeskripsikan pembentukan kata kerja untuk masing-masing

bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Sunda. Kemudian, akan dilanjutkan dengan

tahap selanjutnya, yakni tahap membandingkan pembentukan kata kerja untuk dua

bahasa tersebut.

Berikut ini akan dideskripsikan pembentukan kata kerja dalam Bahasa Indonesia dan

Bahasa Sunda.

1) Pembentukan Kata Kerja dalam Bahasa Indonesia

Dalam pengimbuhan bahasa Indonesia, kata kerja dalam bahasa Indonesia dibentuk

menggunakan beberapa imbuhan. Imbuhan-imbuhan tersebut dinyatakan oleh Chaer

sebagai berikut:

(a) awalan me- contohnya pada kata-kata menulis, membaca, melihat, dsb.

(b) Awalan ber- contohnya pada kata-kata berdiri, berlatih, berkuda, dsb.

(c) Awalan di- contohnya pada kata-kata ditulis, dibaca, dilihat, dsb.

11 Carl James, Op. Cit., p.30.

Page 11: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

(d) Awalan ter- contohnya pada kata-kata tertulis, terbaca, terlihat, dsb.

(e) Awalan per- contohnya pada kata-kata perpanjang, percepat, persingkat, dsb.

(f) Akhiran –kan contohnya pada kata-kata tuliskan, bacakan, damaikan, dsb.

(g) Akhiran –i contohnya pada kata-kata tulisi, diami, datangi, dsb.12

12 Chaer. Op. Cit., p. 101

No. Imbuhan

Pembentuk

Kata Kerja

Kata Dasar

(Kelas Kata)

Kata Bentukan

(Kelas Kata)

Kalimat Fungsi

1. Imbuhan me- Lihat (V) Melihat (V) Saya melihat

air terjun.

Membentuk kata

kerja transitif

Bawa (V) Membawa (V) Kakak

membawa

keranjang dari

pasar.

Membentuk kata

kerja transitif

Putih (A) Memutih (V) Rambut kakek

sudah memutih.

Membentuk kata

kerja intransitif.

Utara (N) Mengutara (V) Dia terus

mengutara,

padahal temen-

temannya

menuju ke

barat.

Membentuk kata

kerja intransitif.

Cat (N) Mengecat (V) Ayah mengecat

tembok rumah.

Membentuk kata

kerja transitif.

2. Imbuhan ber- Air (N) Berair (V) Mataku berair. Membentuk kata

kerja intransitif

Racun (N) Beracun (V) Makanan itu

beracun.

Membentuk kata

kerja intransitif

Kerja (V) Bekerja (V) Aku bekerja di Membentuk kata

Page 12: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

kantor. kerja intransitif

3. Imbuhan di- Baca (V) Dibaca (V) Buku itu dibaca

adik.

Membentuk kata

kerja pasif

4. Imbuhan ter- Siksa (V) Tersiksa (V) Membentuk kata

kerja pasif

Robek (V) Kertas itu terobek

Iwan.

Membentuk kata

kerja pasif

5. Imbuhan per- Singkat (A) Persingkat (V) Persingkat

tulisanmu.

Membentuk kata

kerja perintah

Luas (A) Perluas (V) Gubernur akan

meninjau

bangunan yang

telah kita

perluas.

Membentuk kata

kerja perintah

Lunak (A) Perlunak (V) Syarat-

syaratnya tentu

kami perlunak

untuk mereka.

Membnetuk kata

kerja perintah

dalam keterangan

tambahan pada

subjek atau objek

6. Imbuhan -i Tulis (V) Tulisi (V) Tolong tulisi

kertas kosong

itu.

Membentuk kata

kerja transitif

dalam kalimat

perintah.

Tembak (V) Tembaki (V) Gedung ini

mereka tembaki

sampai hancur

Membentuk kata

kerja transitif

dalam kalimat

pasif.

Surat (N) Surati (V) Orang yang

hendak kamu

surati sudah

Membentuk kata

kerja transitif

dalam keterangan

Page 13: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

Imbuhan-imbuhan di atas merupakan imbuhan yang berfungsi membentuk verba dalam

bahasa Indonesia.13

2) Pembentukan Kata Kerja dalam Bahasa Sunda

Pembentukan kata kerja dalam bahasa Sunda secara umum bersifat derivasi. Dinyatakan

oleh Robin bahwa derivasi yang membentuk kata kerja antara lain terbagi atas derivasi

verba ke verba, dan nomina dari verba. Hasil bentukan kata yang berupa verba dibagi atas

verba transitif (Vt) dan verba intransitif (Vi). Verba transitif adalah verba yang memiliki

bentuk aktif dan pasif (aVt dan pVt).14

Berikut ini akan disajikan sebuah tabel analisis pembentukan kata kerja dalam bahasa

Sunda yang dijabarkan oleh Robin.15

No. Imbuhan

Pembentuk

Kata Kerja

Kata Dasar

(Kelas Kata)

Kata Bentukan

(Kelas Kata)

Kalimat Fungsi

1 Sufiks -an Dadak (Vi) Dadakan (Vi) Ieu rencana

dadakan.

Membentuk

verba intransitif

Balanja (Vt) Ngabalanjaan

(Vt)

Manehna

ngabalanjaan

indungna.

Membentuk

verba transitif.

Aku (Vt) (A) Akuan (Vi) Anjeunna mah

jalma akuan ka

Membentuk

verba

13 Ibid , p.p. 201-255. 14 R.H. Robbins. Sistem dan Struktur Bahasa Sunda,(Jakarta: Djambatan, 1983), p.. p. 80-83. 15 Ibid., p.p. 94-108.

ada di sini. tambahan pada

subjek atau

predikat.

Page 14: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

saha wae. intransitif.

Omong (Vt) Omongan (Vt) Bapa

ngomongan

abdi.

Membentuk

verba transitif

Incu (N) incuan Bapa abdi tos

incuan.

Membentuk

verba intransitif

Duit (N) Ngaduitan (Vt) Bapa ngaduitan

abdi.

Membentuk

kata kerja

transitif

2 Sufiks -eun Leungit (Vi) Leungiteun (Vt) Ibu leungiteun

emas.

Membentuk

kata kerja

transitif

3. Prefiks ba- Dami (Vi) Badami (Vi) Anjeunna

hoyong badami.

Membentuk

verba intransitif

Darat (N) Badarat (V) Enjing abdi

bade badarat.

Membentuk

verba

intransitif.

4. Prefiks barang Cokot (V) barangcokot Anjeunna sok

barangcokot

banda batur.

Membentuk

kata kerja

transitif

5. Prefiks sang Hareup (N) Nyanghareup (V) Imahna

nyanghareup

masjid.

Membentuk

verba transitif

6. Prefiks si- Beungeut (N) Sibeungeut (V) Abdi

sibeungeut di

susukan.

Membentuk

kata kerja

intransitif

7. Prefiks ka- Abur (V) Kabur (V) Abdi kabur ti

bumi

Membentuk

verba

intransitif.

8. Prefiks pa- Antel (V) Paantel (V) Maranehna Membentuk

Page 15: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

paantel ku

sabab tiris.

verba

intransitif.

9. Aduk (V) Paaduk (V) Adonan eta tos

paaduk.

Membentuk

verba intransitif

10. Prefiks pi- Butuh (V) Mibutuh (V) Abdi mibutuh

artos.

Membentuk

verba transitif

Indung (N) Miindung (V) Anjeunna

miindung ka

Mak Ijah.

Membentuk

verba transitif.

11. Prefiks silih- Tenjo (V) Silihtenjo (V) Aranjeuuna silih

tenjo.

Membentuk

verba

intransitif.

12. Prefiks ti- Beubeut (Vt)

(A)

Tibeubeut (V) Si Orok

tibeubeut tina

kasur.

Membentuk

verba intransitif

B. Perbandingan Pembentukan Kata Kerja dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa

Sunda

Berdasarkan deskripsi pembentukan kata kerja dua bahasa di atas, dapat dijabarkan

sebuah perbandingan dari dua segi, yakni dari persamaan dan perbedaannya.

Sebagai acuan, tabel deskripsi pembentukan kata dalam bahasa Sunda yang dijabarkan di

atas akan diterjemakhan secara terperinci ke dalam bahasa Indonesia (Tabel tersebut

disajikan dalam dua bahasa)

No. Imbuhan

Pembentuk

Kata Kerja

Kata Dasar

(Kelas Kata)

Kata Bentukan

(Kelas Kata)

Kalimat Fungsi

1 Sufiks -an Dadak (Vi), tiba-

tiba

Dadakan (Vi)

Mendadak (V)

Ieu rencana dadakan.

Ini rencana

Membentuk

verba intransitif

Page 16: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

mendadak.

Balanja (Vt)

Berbelanja (V)

Ngabalanjaan (Vt)

Memberi belanja

(V)

Manehna

ngabalanjaan

indungna.

Dia memberi belanja

ibunya

Membentuk

verba transitif.

Aku (Vt) (A)

Mengaku (V)

Akuan (Vi)

Suka mengaku (V)

Anjeunna mah jalma

akuan ka saha wae.

Dia itu orang yang

suka mengaku

kepada siapa saja.

Membentuk

verba intransitif.

Incu (N)

Cucu (N)

Incuan (V)

Bercucu (V)

Bapa abdi tos incuan.

Ayah saya sudah

bercucu

Membentuk

verba intransitif

Duit (N)

Uang (N)

Ngaduitan (Vt)

Memberi uang

kepada (V)

Bapa ngaduitan abdi.

Ayah memberi uang

kepada saya.

Membentuk

kata kerja

transitif

2 Sufiks -eun Leungit (Vi)

Hilang (V)

Leungiteun (Vt)

Kehilangan (V)

Ibu leungiteun emas.

Ibu kehilangan emas.

Membentuk

kata kerja

transitif

3. Prefiks ba- Dami (Vi)

Setuju (A)

Badami (Vi)

Berunding (V)

Anjeunna hoyong

badami.

Dia ingin berunding.

Membentuk

verba intransitif

Darat (N)

Darat (N)

Badarat (V)

Berjalan darat (V)

Enjing abdi bade

badarat.

Besok saya akan

berjalan darat.

Membentuk

verba intransitif.

4. Prefiks barang Cokot (V)

Mengambil (V)

Barangcokot (V)

Mengambili-ambili

(V)

Anjeunna sok

barangcokot banda

batur.

Membentuk

kata kerja

transitif

Page 17: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

Dia suka mengambil-

ambili barang orang

lain.

5. Prefiks sang Hareup (N)

Depan (N)

Nyanghareup (V)

Menghadap (V)

Imahna nyanghareup

masjid.

Rumahnya

menghadap masjid.

Membentuk

verba transitif

6. Prefiks si- Beungeut (N)

Wajah (N)

Sibeungeut (V)

Mencuci muka (V)

Abdi sibeungeut di

susukan.

Saya mencuci muka

di sungai.

Membentuk

kata kerja

intransitif

7. Prefiks ka- Abur (V)

Melepas (V)

Kabur (V)

Lari (V)

Abdi kabur ti bumi.

Saya lari dari rumah.

Membentuk

verba intransitif.

8. Prefiks pa- Antel (V)

Rapat (A)

Paantel (V)

Saling merapat (V)

Maranehna paantel

ku sabab tiris.

Mereka saling

merapat karena

dingin.

Membentuk

verba intransitif.

9. Aduk (V)

Aduk (V)

Paaduk (V)

Teraduk (V)

Adonan eta tos

paaduk.

Adonan itu sudah

teraduk.

Membentuk

verba intransitif

10. Prefiks pi- Butuh (V)

Butuh (V)

Mibutuh (V)

Membutuhkan (V)

Abdi mibutuh artos.

Saya membutuhkan

uang.

Membentuk

verba transitif

Indung (N)

Ibu (N)

Miindung (V)

Mencintai seperti

ibu (V)

Anjeunna miindung

Mak Ijah.

Dia mencintai seperti

Ibu Mak Ijah.

Membentuk

verba transitif.

11. Prefiks silih- Tenjo (V) Silihtenjo (V) Aranjeuuna silih tenjo. Membentuk

Page 18: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

Melihat (V) Saling melihat (V) Mereka saling

melihat.

verba intransitif.

12. Prefiks ti- Beubeut (Vt) (A)

Banting (V)

Tibeubeut (V)

Terbanting (V)

Si Orok tibeubeut tina

kasur.

Si bayi terbanting dari

kasur.

Membentuk

verba intransitif

a. Persamaan Pembentukan Kata Kerja

Persamaan yang ditemukan dalam pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia dan

bahasa Sunda adalah sebagai berikut:

a) Kata kerja dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda salah satunya terjadi melalui

pengimbuhan. Imbuhan tersebut dapat dilihat dalam tabel di atas.

b) Kata kerja dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Sunda merupakan kata kerja

transitif dan kata kerja intransitif.

c) Imbuhan ti- dan pa- dalam bahasa Sunda memiliki makna yang sama dengan imbuhan

ter- dalam bahasa Indonesia untuk beberapa kata dan imbuhan ba- serta –an dalam

bahasa Sunda memiliki makna yang sama dengan imbuhan ber- dalam bahasa

Indonesia untuk beberapa kata tertentu.

b. Perbedaan Pembentukan Kata Kerja

Bila dikontraskan antara kedua bahasa tersebut, pembentukan kata kerja yang terjadi

memiliki perbedaan sebagai berikut:

a) Imbuhan pembentuk kata kerja dalam bahasa Indonesia terdiri atas prefiks me-, ber,

ter, -per, dan di -. Sementara untuk sufiksnya adalah sufiks –kan dan sufiks –i. Dalam

bahasa Sunda, pembentukan kata kerja terjadi melalui pengimbuhan yang lebih

beraneka ragam. Imbuhan-imbuhan tersebut adalah sufiks –an dan –eun, prefiks ba-,

barang-, sang-, si-, ka-, pa-, pi-, silih-, dan ti-.

b) Dalam pembentukan kata kerja bahasa Indonesia, beberapa imbuhan yang digunakan

seperti me-, ber-, dan ter- dapat mengalami perubahan bunyi. Imbuhan-imbuhan

Page 19: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

tersebut memiliki beberapa alomorf, sehingga terdapat beberapa bentuk yang berbeda

untuk kata-kata yang berbeda. Contohnya dalam imbuhan me- terdapat alomorf me-,

mem-, meng-, meny-, menge, men-. Terdapat enam alomorf untuk imbuhan tersebut.

Begitu juga dengan imbuhan ber- yang memiliki tiga alomorf yakni ber-, be-, dan bel-.

Sementara imbuhan per- memiliki dua alomorf, yakni per- pel-, dan pe- . Imbuhan ter-

memiliki alomorf ter- dan te-.

c) Dalam bahasa Sunda, perubahan bunyi terjadi pada kata-kata dasar atau disebut akar

kata tertentu bila kata tersebut memiliki huruf-huruf awal tertentu. Contohnya, kata

tenjo (akar kata berawalan huruf t berubah bunyi menjadi bunyi nasal menjadi nenjo).

Dalam bahasa Indonesia juga dikenal bentuk seperti ini dan disebut dengan simulfiks,

yakni contohnya pada kata kopi- yang menjadi ngopi atau soto –yang menjadi nyoto.

d) Beberapa akar kata dalam bahasa Sunda sudah merupakan kata bentukan dalam

bahasa Indonesia. Contoh yang dapat dilihat dari tabel di atas adalah kata dasar tenjo

dalam bahasa Sunda sama dengan kata melihat dalam bahasa Indonesia. Hal ini

menyebabkan ketika kata tersebut mendapat imbuhan maka akan sepadan maknanya

dengan imbuhan turunan dalam bahasa Indonesia. Contoh lainnya pada kata balanja

yang sama dengan berbelanja. Ketika diberi imbuhan –an menjadi ngabalanjaan

dalam bahasa Indonesia tidak lagi menjadi satu kata, melainkan menjadi memberi

belanja.

e) Dalam bahasa Sunda terdapat imbuhan pembentuk kata kerja seperti silih- dan

barang- yang dalam bahasa Indonesia bukan merupakan imbuhan melainkan terlihat

pada pemaknaannya.

f) Imbuhan sang- dalam bahasa Sunda ketika digunakan dalam akar kata berubah

menjadi nyang-. Contohnya pada kata nyanghareup.

Page 20: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan deskripsi dan perbandingan yang dilakukan melalui analisis kontrastif di atas

diperoleh kesimpulan perihal pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonsia dan bahasa

Sunda sebagai berikut:

1) Jumlah afiks pembentuk kata kerja dalam bahasa Indonesia dan bahasa Sunda

memiliki keanekaragaman yang berbeda. Dalam bahasa Indonesia, terdapat afiks

pembentuk kata kerja sebanyak 6 afiks, yakni 4 prefiks dan 2 sufiks. Dalam bahasa

Sunda terdapat 9 prefiks dan 2 sufiks.

2) Imbuhan ti- dan pa- dalam bahasa Sunda memiliki makna yang sama dengan imbuhan

ter- dalam bahasa Indonesia untuk beberapa kata dan imbuhan ba- serta –an dalam

bahasa Sunda memiliki makna yang sama dengan imbuhan ber- dalam bahasa

Indonesia untuk beberapa kata tertentu. Ini dapat dijadikan sebagai perbandingan

sehingga pembelajar dapat membandingkan persamaan-persamaan tersebut.

3) Dalam bahasa Indonesia terdapat alomorf yang membedakan bentuk imbuhan untuk

kata-kata dasar tertentu, sementara dalam bahasa Sunda, perubahan bunyi dari segi

fonologis terjadi untuk kata-kata dasar yang memiliki fonem awal tertentu.

4) Penerjemahan dari bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia akan mejadi lebih

kompleks untuk kata-kata tertentu, karena satu kata dalam bahasa Sunda dapat

diterjemahkan menjadi konstruksi yang lebih luas untuk bahasa Indonesia.

Page 21: Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.

2006.

James, Carl. Contrastive Analysis. London: Longman. 1980.

Kridalaksana, Harimurti. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1996.

Kridalaksana, Harimurti. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.2008.

Robbins, R.H. Sistem dan Struktur Bahasa Sunda. Jakarta: Djambatan. 1983.

Tarigan , Henry Guntur. Pengajaran Analisis Kontrasti.,(Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan Dirjen Dikti PPLPTK. 1989.