ANALISIS KINERJA ZAKAT DAERAH DENGAN MENGGUNAKAN...
Transcript of ANALISIS KINERJA ZAKAT DAERAH DENGAN MENGGUNAKAN...
1
ANALISIS KINERJA ZAKAT DAERAH DENGAN MENGGUNAKAN
INDEKS ZAKAT NASIONAL PADA BAZNAS KOTA TANGERANG
SELATAN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat – Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
(S.E.)
Oleh :
RATIH NURASRI
11140860000010
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYAHTULLAH JAKARTA
1440 H/2019
ii
iii
iv
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Ratih Nurasri
Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 12 November 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Kranji No.59 RT/RW 004/006 Kel.
Ciganjur
Kec. Jagakarsa Kota Jakarta Selatan
Nomor Hp : 085215864999
Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
2002 – 2007 : SD Islam Al-Fajar
2007 – 2011 : SMPN 163 Jakarta
2011 – 2014 : MAN 13 Jakata
2014 – 2019 : UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
Anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) 2014
Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah Divisi Eksternal
periode 2016 – 2017
vii
ABSTRACT
This study aims to measure the achievements of zakat management activities and
provide an overview of the role of government and society or referred to as the
macro dimension and in the institutional perspective of zakat and the impact of
zakat on mustahik included in the micro dimension. The method used is
quantitative in calculating the value of the National Zakat Index (IZN) as an
instrument to measure the performance of zakat management in BAZNAS
districts or city. Through IZN it can provide indicative and pervariable indices.
Based on the calculation results of the BAZNAS Kota Tangerang Selatan IZN on
the macro dimension is worth 0.3 where this index is in the less good category and
the micro dimension is 0.66 this index is in the good category. So the results of
the BAZNAS Kota Tangerang Selatan IZN value in aggregate are These 0.516
values represent the performance achievements of the management of BAZNAS
Kota Tangerang Selatan in the Fairly Good category.
Keywords: Performance, Zakat, BAZNAS, National Zakat Index (IZN)
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur capaian kegiatan pengelolaan zakat dan
memberikan gambaran sejauh mana peran pemerintah dan masyarakat atau
disebut sebagai dimensi makro serta dalam perspektif kelembagaan zakat maupun
dampak zakat terhadap mustahik yang termasuk dalam dimensi mikro. Metode
yang digunakan adalah kuantitatif dalam menghitung nilai Indeks Zakat Nasional
(IZN) sebagai instrumen untuk mengukur kinerja pengelolaan zakat pada
BAZNAS Kabupaten mapun Kota. Melalui IZN dapat memberikan indeks-indeks
perindikator dan juga pervariabel. Berdasarkan hasil perhitungan IZN BAZNAS
Kota Tangerang Selatan pada dimensi makro adalah bernilai 0,3 dimana indeks ini
berada pada kategori kurang baik dan pada dimensi mikro bernilai 0,66 indeks ini
berada pada kategori baik. Sehingga hasil nilai IZN BAZNAS Kota Tangerang
Selatan secara agregat adalah 0,516 nilai tersebut adalah menggambarkan capaian
kinerja pengelolaan zakat BAZNAS Kota Tangerang Selatan masuk dalam
kategori Cukup Baik.
Kata Kunci : Kinerja, Zakat, BAZNAS, Indeks Zakat Nasional (IZN)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW
yang telah berjuang hingga kita dapat menikmati indahnya Islam hingga saat ini,,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan sebaik-
baiknya. Tujuan penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini berjudul “Analisis Kinerja Zakat Daerah Dengan
Menggunakan Indeks Zakat Nasional Pada BAZNAS Kota Tangerang
Selatan”. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada banyak pihak
dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi para pembacanya.
Proses penyusunan skripsi ini juga tidak terlepas dari doa, bimbingan,
bantuan, dukungan, dan motivasi dari orang – orang yang terbaik yang ada di
sekeliling penulis. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa
terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan berbagai macam nikmat dan
pertolongan sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini
dengan baik. Tanpa pertolongan-Mu maka penyelesaian skripsi ini akan
sulit terjadi.
2. Keluarga tercinta untuk segala kasih sayangnya yang tulus tiada henti,
yaitu Bapak, Ibu, dan Kakak yang selalu mendoakan, memberikan
semangat, membimbing, ketika penulis merasa lelah dan jenuh dalam
menyelesaikan skripsi. Kemudian juga kepada kakak dan abang yang
x
selalu memberikan motivasi dengan berbagi pengalaman agar penulis
segera menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Ibu Dr. Titi Dewi Warninda, SE.,
M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Bapak Dr. Indo Yama
Nasaruddin, SE., MAB selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum,
dan Bapak Dr. Muhammad Nur Rianto Al-Arif, SE., M.Si selaku Wakil
Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni.
4. Ibu Dr. Erika Amelia, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Syariah dan Ibu Dwi Nur‟aini Ihsan, M.M selaku Sekretaris Program
Studi Ekonomi Syariah.
5. Dr. Burhanuddin Yusuf, M.M., M.A sebagai penasehat akademik yang
selalu memberikan arahan, bimbingan, dan saran setiap semester dalam
kegiatan perkuliahan.
6. Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., M.A dan Ibu RR Tini Anggareni,
ST., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktunya untuk membimbing, mengarahkan, memberikan saran, motivasi,
dan ilmu yang bermanfaat kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga Allah senantiasa
memberkahi dan membalas kebaikan bapak dan ibu.
7. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan ilmu yang berharga dan bermanfaat bagi penulis. Serta
karyawan dan staff UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan pelayanan terbaik dan membantu selama perkuliahan.
Semoga Allah memberikan pahala yang banyak atas kebaikan bapak dan
ibu semuanya.
8. Terimakasih banyak kepada sahabat-sahabat perkuliahan Sherly Tia
Ananda, Khairunissa Anggraeni, Zety Nasyatia, Eka Putri Rahayu, Vinna
Yuliana, Infa Sekar Pramesti, Jatu Indri Puspitasari yang telah menemani
dan mengisi hari – hari perkuliahan sejak semester awal hingga sekarang.
xi
Terimakasih atas kebahagiaan, perjuangan, dan kebersamaannya selama
ini.
9. Terimakasih banyak pula kepada sahabat-sahabat terbaik Indri
Kusumawardani, Nissa Mardhiana, serta Nuraini yang selalu ada untuk
memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis hingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dalam menghilangkan kejenuhan.
10. Kelompok KKN 88 MAPAN yang telah melewati hidup satu bulan
bersama dengan suka duka, terimakasih atas pelajaran yang telah
diberikan.
11. Terimakasih kepada teman-teman Ekonomi Syariah angkatan 2014 atas
kebersamaan dan perjuangan yang telah dilalui bersama selama
perkuliahan berlangsung.
12. Terimakasih kepada pihak Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Jakarta dan Perpustakaan FEB selama penulis mengerjakan skripsi
disana.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan sehubungan dengan keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
yang dimiliki penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran
serta masukan, baik kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamua’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSHIF .................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ........................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAAN KARYA ILMIAH ............. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian............................................................................. 11
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................................ 13
1. Konsep Zakat ............................................................................ 13
2. Pengelolaan Zakat Pada Masa Islam ......................................... 15
a. Pada Masa Rasulullah SAW ................................................. 15
b. Pada Masa Khulafa „Al-Rasyidin ......................................... 17
3. Macam-Macam Zakat ............................................................... 21
a. Zakat Fitrah ........................................................................... 21
b. Zakat Maal ............................................................................ 22
4. Pendistribusian Zakat ................................................................ 32
xiii
5. Orang-Orang Yang Berhak Menerima Zakat (Mustahik Zakat) 35
6. Kinerja ....................................................................................... 37
7. Konsep Indeks Zakat Nasional.................................................. 39
a. Definisi Indeks Zakat Nasional (IZN)................................... 39
b. Tahapan Indeks Zakat Nasional (IZN) .................................. 42
c. Komponen Indeks Zakat Nasional (IZN) .............................. 43
d. Dimensi Makro ..................................................................... 45
e. Dimensi Mikro ...................................................................... 46
B. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 57
C. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 61
B. Metode Penentuan Sampel .............................................................. 62
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 64
D. Metode Analisis Data ...................................................................... 66
E. Definisi Operasional Indikator dan Variabel .................................. 80
F. Klasifikasi Dimensi, Indikator dan Variabel ................................... 83
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................ 85
1. Sejarah Singkat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Kota Tangerang Selatan............................................................ 85
2. Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasioanal (BAZNAS)
Kota Tangerang Selatan ............................................................. 86
B. Hasil Penelitian ................................................................................ 87
1. Perhitungan Indeks Variabel Dimensi Makro ............................ 87
a. Indeks Variabel Lembaga Zakat Resmi, Muzaki dan
Mustahik ............................................................................... 88
b. Indeks Variabel Rasio Jumlah Muzaki Individu Terhadap
Jumlah Rumah Tangga ........................................................... 88
c. Indeks Variabel Rasio Jumlah Muzaki Badan Terhadap
Jumlah Badan Usaha .............................................................. 88
2. Perhitungan Indeks Variabel Dimensi Mikro ............................. 89
a. Indeks Variabel Penghimpunan ............................................. 89
b. Indeks Variabel Pengelolaan ................................................. 90
c. Indeks Variabel Penyaluran ................................................... 90
d. Indeks Variabel Pelaporan ..................................................... 92
xiv
e. Indeks Kesejahateraan CIBEST ............................................. 93
f. Modifikasi IPM ...................................................................... 99
g. Indeks Variabel Kemandirian dan Karakteristik Rumah
Tangga ................................................................................... 101
3. Perhitungan Indeks Indikator Dimensi Makro ........................... 104
a. Indeks Indikator Regulasi ...................................................... 104
b. Indeks Indikator Dukungan APBD ........................................ 105
c. Indeks Indikator Database Lembaga Zakat ........................... 105
4. Perhitungan Indeks Indikator Dimensi Mikro ............................ 106
a. Indeks Indikator Kelembagaan .............................................. 106
b. Indeks Indikator Dampak Zakat ............................................ 106
5. Perhitungan Indeks Dimensi Makro ........................................... 107
6. Perhitungan Indeks Dimensi Mikro ............................................ 109
7. Perhitungan Indeks Zakat Nasional (IZN) ................................. 110
C. Pembahasan Penelitian .................................................................... 112
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 115
B. Saran ................................................................................................ 116
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 118
LAMPIRAN ............................................................................................... 122
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Nisab dan Banyaknya Zakat Sapi .............................................. 26
Tabel 2.2. Nisab dan banyaknya Zakat Kambing ....................................... 27
Tabel 2.3. Komponen Indeks Zakat Nasional ............................................. 45
Tabel 2.4. Skor Indikator Kebutuhan Spiritual ........................................... 51
Tabel 2.5..Rumus Perhitungan Indeks CIBEST ......................................... 53
Tabel 2.6..Kriteria Indeks Kemandirian ...................................................... 56
Tabel 2.7. Penelitian Terdahulu .................................................................. 57
Tabel 3.1. Komponen Indeks Zakat Nasional ............................................. 67
Tabel 3.2. Skoring Dimensi Makro ............................................................. 68
Tabel 3.3. Skoring Dimensi Mikro ............................................................. 69
Tabel 3.4. Skor Indikator Kebutuhan Spiritual ........................................... 74
Tabel 3.5. Rumus Perhitungan Indeks CIBEST ......................................... 76
Tabel 3.6. Kriteria Indeks Kemandirian ...................................................... 78
Tabel 3.7. Definisi Operasional Indikator dan Variabel ............................. 80
Tabel 3.8. Klasifikasi Dimensi, Indikator, dan Variabel............................. 83
Tabel 4.1. Karakteristik Rumah Tangga Mustahik dan Kemandirian ........ 101
Tabel 4.2. Indeks Dimensi Makro ............................................................... 108
Tabel 4.3. Indeks Dimensi Mikro ............................................................... 110
Tabel 4.4. Indeks Zakat Nasional BAZNAS Kota Tangerang Selatan ....... 111
Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Komponen IZN BAZNAS Kota Tangerang
Selatan ......................................................................................................... 112
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Jumlah Penduduk Miskin Kota Tangerang Selatan ............... 2
Gambar 2.1. Kuadran CIBEST ................................................................... 50
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Komponen IZN .................................... 60
Gambar 4.1. Struktur Organisasi BAZNAS Kota Tangerang Selatan ........ 86
Gambar 4.2. Kuadran CIBEST Sebelum .................................................... 94
Gambar 4.3. Kuadran CIBEST Sesudah ..................................................... 97
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Angka Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah dan
Rata-Rata Lama Sekolah ....................................................... 122
Lampiran 2 : Data Garis Kemiskinan dan Data Hasil Survei Rata-rata
Lama Sekolah Mustahik Kota Tangerang Selatan ................ 123
Lampiran 3 : Data Mustahik Berdasarkan Indeks Kesejahteraan CIBEST 124
Lampiran 4 : Data Mustahik Untuk Aktivitas Spiritual .............................. 127
Lampiran 5 : Data Hasil Pengukuran Indeks Zakat Nasional BAZNAS
Kota Tangerang Selatan ........................................................ 130
Lampiran 6 : Kuesioner Lembaga BAZNAS Kabupaten/Kota .................. 132
Lampiran 7 : Kuesioner Pendataan Mustahik ............................................ 134
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan sebuah Negara besar dengan jumlah penduduk
terbesar ke empat di dunia. Negara tersebut memiliki sumber daya alam yang
melimpah serta wilayah yang luas meskipun Indonesia negara besar akan tetapi
belum semua penduduk indonesia mengalami kesejahteraan dalam mencukupi
kebutuhan dalam hidupnya. Saat ini kemiskinan masih saja tidak bisa lepas dari
Indonesia yang ditandai dengan kesejangan sosial, kesulitan dalam hal ekonomi,
serta tingkat kriminalitas yang tinggi. Kemiskinan saat ini masih terjadi di
Indonesia, berdasarkan data dari BPS bulan Maret 2017, jumlah penduduk miskin
di Indonesia mencapai 27,77 juta orang (10,64 persen), bertambah sebesar 6,90 ribu
orang dibandingkan dengan kondisi September 2016 yang sebesar 27,76 juta orang
(10,70 persen). Sedangkan pada bulan September 2017, jumlah penduduk miskin di
Indonesia mencapai 26,58 juta orang (10,12 persen), berkurang sebesar 1,19 juta
orang dibandingkan dengan kondisi Maret 2017 yang sebesar 27,77 juta orang
(10,64 persen).
Provinsi Banten memiliki 8 kabupaten/kota pada provinsinya. Diantara
Kabupaten/Kota tersebut terdapat Kota Tangerang Selatan. Kota Tangerang Selatan
merupakan kota dengan jumlah penduduk terbanyak ketiga setelah Kabupaten
2
Tangerang dan Kota Tangerang. Berdasarkan data BPS Jumlah Penduduk Miskin
Kota Tangerang Selatan pada tahun 2013 sampai tahun 2017 sebagai berikut :
Gambar 1.1 Jumlah Penduduk Miskin Tangerang Selatan
Berdasarkan Gambar 1.1. ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin
di Kota Tangerang Selatan mengalami peningkatan dari tahun 2013 sampai tahun
2017. Peningkatan jumlah penduduk miskin terjadi pada tahun 2015, 2016 dan
2017. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan sebesar 600 jiwa. Kemudian, berlanjut
pada tahun 2016 meningkat sebesar 490 jiwa. Lalu, meningkat juga pada tahun
2017 sebesar 2350 jiwa. Akan tetapi juga mengalami penurunan sebesar 110 jiwa
pada tahun 2014. Sehingga diperlukan suatu upaya untuk mengurangi tingkat
kemiskinan yang terjadi di Kota Tangerang Selatan ini. Program pemerintah dalam
pengentasan kemiskinan serta mengurangi kesenjangan telah banyak dilaksanakan.
Misalnya, Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Peningkatan
Pendapatan Petani-nelayan kecil (P4K), Inpres Desa Tertinggal (IDT), Beras
Miskin (Raskin), Bantuan Langsung Tunai (BLT), dan lain lain. Namun,
Tahun2013
Tahun2014
Tahun2015
Tahun2016
Tahun2017
Series1 25,4 25,29 25,89 26,38 28,73
23
24
25
26
27
28
29
dal
am r
ibu
jiw
a
Jumlah Penduduk Miskin
3
dikarenakan ketidakjelasan kelompok sasaran, program penanggulangan
kemiskinan yang dilakukan selama ini menjadi kurang efektif dan rawan
penyimpangan (Farchatunnisa, 2017, 1).
Kemiskinan saat ini adalah suatu konsep yang multidimensi dan sulit
didefinisikan dalam definisi yang bersifat tunggal. Banyak pakar dari berbagai
disiplin ilmu telah mencoba mendefinisikan konsep kemiskinan ini. Namun belum
ada yang menyepakati definisi kemiskinan ini yang disepakati bersama. Perspektif
yang digunakanpun beragam mulai dari perspektif ekonomi, sosiologi hingga
perspektif moralitas (Beik dan Arsyianti, 2016, 68)
Langkah yang dapat diambil untuk mengurangi kemiskinan yang saat ini
masih dirasakan oleh masyarakat akibat dari permasalahan ekonomi dan sosial hal
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan zakat. Zakat merupakan salah satu
pilar dalam rukun Islam sebagai bentuk tindakan sosial yang wajib dilakukan oleh
setiap Muslim (Muhammad, 2016, 250). Terkait dengan aspek ketuhanan
(hablunminallah) banyak ayat- ayat Al-Quran yang menyebutkan masalah zakat,
termasuk diantaranya 27 ayat yang menyandingkan kewajiban zakat dengan
kewajiban shalat secara bersamaan (Ali, 2006, 1). Bahkan Rasulullah menempatkan
zakat sebagai salah satu pilar utama dalam menegakkan agama Islam (HR. Sahih
Bukhari). Sedangkan terkait dengan aspek sosial (hablunminnaas), perintah zakat
dapat dipahami sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam upaya
mewujudkan kesejahteran sosial kemasyarakatan, sehingga zakat diharapkan dapat
meminimalisir kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin dengan
4
meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada level individu yang akan terakumulasi
pada level masyarakat (Ali, 2006, 2).
Salah satu hikmah dan manfaat zakat dari sisi pembangunan umat, zakat
merupakan salah satu instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang
dikelola dengan baik dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus
pemerataan pendapatan. (Hafidhuddin, 2002, 14 )
Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat menjelaskan bahwa lembaga pengelola zakat, di Indonesia
terdapat lembaga pengelolaan zakat Pengelolaan zakat terbagi menjadi dua yaitu
BAZ (Badan Amil Zakat) dan LAZ (Lembaga Amil Zakat). BAZ merupakan
organisasi pengelolaan zakat yang di bentuk dengan kepengurusan yang terdiri atas
unsur pemerintah dan masyarakat. BAZ yang kepengurusannya berada di tingkat
nasional di sebut dengan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS). Serta Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) memiliki kepengurusan yang berada pada tingkat
daerah kabupaten/kota yang disebut dengan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA).
Sedangkan LAZ merupakan organisasi pengelolaan zakat yang dibentuk atas dasar
keinginan masyarakat itu sendiri sehingga kepengurusannya dikelola oleh suatu
masyarakat yang memiliki tujuan sama dalam hal perzakatan.
Organisasi pengelola zakat (OPZ) adalah organisasi intermediasi antara
pemberi zakat (Muzakki) dengan penerima zakat (Mustahiq). Fungsi OPZ seperti
lembaga keuangan, sehingga harus dikelola dengan prinsip-prinsip keuangan dan
professional. Hingga kini, Indonesia belum berhasil mengelola zakat, infak,
sedekah dan wakaf. Hal ini menunjukkan belum profesionalnya pengumpulan dan
5
penyaluran ZIS. Beberapa hal menjadi penyebab belum profesionalnya manajemen
zakat. Pertama, pemahaman masyarakat yang masih tradisional. Kedua, karena
kemampuan manajemen organisasi pengelola zakat masih kurang (Muviyanti,
2017, 240)
Menurut Al-Qardhawi (2005, 93) dalam Ahmad Atabik (2015, 54)
menjelaskan bahwa terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk dapat
mendapatkan kesuksesan dalam mengelola zakat pada masa kontemporer ini,
khususnya apabila pengelolaan zakat ditangani oleh suatu lembaga zakat: pertama,
menetapkan perluasan dalam kewajiban zakat. Maksudnya, semua harta yang
berkembang mempunyai tanggungan wajib zakat dan berpotensi sebagai investasi
bagi penanganan kemiskinan. Kedua, mengelola zakat dari harta tetap dan tidak
tetap harus secara baik dan transparan, bisa dikelola oleh lembaga yang telah
ditunjuk oleh pemerintah. Ketiga, dalam pengelolaan zakat harus tertib administrasi
yang accountable dan dikelola oleh para penanggung jawab yang professional.
Keempat, di saat zakat telah dikumpulkan oleh amil (pengelola zakat), zakat harus
didistribusikan secara accountable juga, dengan memberikan kepada para
mustahiknya.
Dalam outlook zakat Indonesia ada beberapa penelitian yang telah di
lakukan oleh para peneliti lainnya diantaranya pertama studi PIRAC ( Public
Interest Research and Advocacy Center ) menunjukkan bahwa potensi zakat di
Indonesia memiliki kecenderungan meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan survei
yang dilakukan di 10 kota besar di Indonesia, PIRAC menunjukkan bahwa potensi
rata - rata zakat per muzaki mencapai Rp 684.550,00 pada tahun 2007, meningkat
6
dari sebelumnya yaitu Rp 416.000,00 pada tahun 2004. Kedua PEBS FEUI
menggunakan pendekatan jumlah muzaki dari populasi Muslim Indonesia dengan
asumsi 95 persen muzaki yang membayar zakat, maka dapat diproyeksikan potensi
penghimpunan dana zakat pada tahun 2009 mencapai Rp 12,7 triliun (Indonesia
Economic Outlook (2010) dalam Outlook Zakat Indonesia 2018, 2017, 3). Selain
itu penelitian yang dilakukan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjukkan
bahwa potensi zakat nasional dapat mencapai Rp 19,3 triliun (Outlook Zakat
Indonesia 2018, 2017, 3).
Kemudian pada pada penelitian Firdaus et al ( 2012, 65) menyebutkan
bahwa potensi zakat nasional pada tahun 2011 mencapai angka 3,4 persen dari total
PDB, atau dengan kata lain potensi zakat di Indonesia diperkirakan mencapai Rp
217 triliun. Jumlah ini meliputi potensi penghimpunan zakat dari berbagai area,
seperti zakat di rumah tangga, perusahaan swasta, BUMN, serta deposito dan
tabungan. Sedangkan menurut data Forum Zakat (FOZ) realisasi penghimpunan
yang diperoleh oleh OPZ formal pada tahun 2009 1,12 triliun sementara tahun 2011
mencapai 1,8 triliun.
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Provinsi Banten menyebut realisasi
penghimpunan zakat di Banten pada tahun 2016 baru mencapai angka Rp 50 miliar.
Angka ini terhitung hanya 1 persen dari total pontesi zakat yang mencapai Rp 50
triliun. Ketua BAZNAS Provinsi Banten, Prof Dr H Suparman Usman
mengatakan, total penghimpunan zakat yang diterima tersebut merupakan kalkulasi
penerimaan zakat tahun 2016 dari 8 kabupaten/kota dan Lembaga Amil Zakat
(LAZ). (https://www.kabar-banten.com/potensi-zakat-di-banten-rp-50-triliun/ diakses
7
tanggal 22 Agustus 2017 pukul 21.15). Sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa
realisasi penghimpunan zakat masih sedikit dari potensi penghimpunan zakat oleh
karena itu diperlukan sesuatu cara agar penghimpunan zakat dapat meningkat pada
setiap tahunnya. Setidaknya dapat mengurangi tingkat kemiskinan yang masih ada
sampai saat ini.
Pada realisasi zakat yang terkumpul dari Lembaga Amil Zakat (LAZ)
memperlihatkan belum optimalnya kegiatan pengumpulan dan pengelolaan zakat
oleh organisasi pengelola zakat (OPZ). Untuk mengukur kinerja pengumpulan dan
pengelolaan zakat oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) pada tahun 2016
Pusat kajian strategis BAZNAS memiliki instrumen untuk mengukur kinerja
perzakatan pengelola Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang disebut Indeks
Zakat Nasional (IZN), melalui instrumen ini diharapkan Lembaga pengelola zakat
dapat meningkatkan kinerja perzakatan.
Berbagai faktor-faktor yang menjadi penyebab belum optimalnya dalam
pengelolaan zakat. mengidentifikasikannya menjadi 4 yaitu; (1) ketidakefektifan
organisasi pengumpul zakat, (2) kos administrasi yang tinggi untuk mengelola
zakat, (3) informasi tentang pentingnya membayar zakat yang tidak efektif dan (4)
ketidakpercayaan para muzaki (pembayar zakat) terhadap organisasi pengelola
zakat (OPZ) ( Hafidhuddin (2008) dalam Laela 2010, 127) . Kemudian menurut
Rahman tiga syarat untuk mencapai efektifitas OPZ yaitu (1) adanya ukuran zakat
yang jelas dan obyektif atas kekayaan bisnis (2) adanya standard praktik akuntansi
zakat dan (3) adanya sistem pengukuran kinerja (Rahman, 2006, 92)
8
Potensi zakat yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan peluang bagi
terwujudnya kesejahteraan. Namun ini akan sulit tercapai jika masyarakat tidak
diberikan pengertian agar tercipta pemahaman yang lebih baik tentang kemiskinan,
zakat dan penggunaannya. Selain itu peran pemerintah dalam merespons
perkembangan kesadaran berzakat sebagai bagian dari upaya memperkuat ekonomi
Indonesia perlu ditingkatkan dengan mewujudkan visi bersama antar pemerintah
dan amil zakat. Hal ini perlu dilakukan agar agenda pemberdayaan dan pengentasan
kemiskinan dapat berjalan secara sinergi serta berupaya melibatkan lembaga
keuangan agar tercipta satu kesatuan yang utuh dalam mengoptimalkan zakat
sebagai jaminan sosial di masyarakat (Noor, 2013:243-244).
Pembangunan sistem pengelolaan zakat yang melibatkan struktur
kemasyarakatan yang paling dekat dengan masyarakat itu sendiri harus tetap
dikerjakan dan dikembangkan walaupun membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Menggali dan mengembangkan potensi zakat memang membutuhkan waktu yang
panjang tetapi masyarakat harus optimis bahwa sistem zakat ini mampu
memberikan solusi bagi masalah kemiskinan yang sudah berlarut-larut. Potensi
zakat yang sudah ada harus tetap dipertahankan dan kesadaran untuk membayar
zakat harus semakin ditingkatkan sehingga peran zakat dalam proses mengentaskan
kemiskinan menjadi semakin diakui dan mendapat kepercayaan dari masyarakat
luas ( Firmansyah (2009) dalam Amalia dan Kasyful Mahalli 2012, 71)
Sebagaimana kita ketahui pengelolaan zakat dilakukan dengan cara
pengumpulan, pendistribusian serta pendayagunaan zakat namun pengelolaan zakat
saat ini masih belum optimal dan belum tepat sasaran. Saat ini masyarakat masih
9
banyak yang belum percaya akan lembaga zakat itu sendiri, masyarakat lebih
senang untuk memberikan zakatnya kepada orang yang dikenal ketimbang
menggunakan jasa lembaga zakat. Hal itu menjadi salah satu permasalahan dalam
dunia perzakatan. Seharusnya lembaga zakat dikelola dengan manajemen yang baik
agar masyarakat percaya akan kehadiran lembaga zakat itu sendiri. Suatu hal yang
dapat memberikan kepercayaan kepada masyarakat akan kehadiran lembaga zakat
yaitu dengan pelaporan atau pengauditan dalam setiap penghimpunan hingga
pendistribusian zakat pada setiap tahunnya. Dengan adanya pelaporan
menunjukkan kinerja lembaga zakat pada tahap yang memberikan kepercayaan
kepada masyarakat. Selain itu masyarakat juga akan percaya kepada lembaga zakat
jika kinerja dari lembaga zakat itu baik. Kinerja lembaga zakat dalam hal
pengelolaannya dapat di evaluasi dengan menggunakan indeks zakat nasional yang
dibuat oleh pusat kajian strategis badan amil zakat nasional (BAZNAS). Indeks
zakat nasional (IZN) merupakan suatu alat ukur yang dapat mengevaluasi
perkembangan kondisi perzakatan pada tingkat nasional hingga daerah. Dalam
Indeks Zakat Nasional terdapat dua dimensi yaitu dimensi makro dan mikro. Pada
dimensi makro terdapat indikator yaitu regulasi, dukungan APBN, serta database
lembaga zakat. Kecuali indikator regulasi, serta dukungan APBN yang tidak
diturunkan kembali menjadi variabel namun untuk indikator database lembaga
zakat di turunkan lagi menjadi variabel yaitu database jumlah lembaga zakat resmi
(muzaki dan mustahik), rasio muzaki individu, rasio muzaki badan usaha.
Sedangkan pada dimensi mikro terdapat indikator kelembagaan dan dampak zakat.
Pada indikator kelembagaan diturunkan lagi menjadi variabel di antarannya yaitu
10
penghimpunan, pengelolaan, penyaluran, dan pelaporan. Sedangkan untuk indikator
dampak zakat diturunkan menjadi variabel yaitu kesejahteraan material dan
spiritual (indeks kesejahteraan CIBEST), pendidikan dan kesehatan (modifikasi
IPM), dan kemandirian. Pada setiap dimensi, indikator serta variabel terdapat
bobot yang berbeda - beda sehingga dapat hitung dengan model estimasi
perhitungan yang sudah ada. Dengan adanya indeks zakat nasional diharapkan
dapat mengetahui sejauh mana kesejahteraan dari mustahik itu sendiri, serta
mengetahui kinerja dari lembaga zakat itu sendiri apakah sudah pada tahap yang
telah ditentukan oleh indeks zakat nasional.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis berkeinginan untuk meneliti
kinerja lembaga zakat dalam hal pengelolaan yang dilakukannya sejauh ini dengan
judul : “ANALISIS KINERJA ZAKAT DAERAH DENGAN
MENGGUNAKAN INDEKS ZAKAT NASIONAL PADA BAZNAS KOTA
TANGERANG SELATAN”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka rumusan
masalah adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mengukur kondisi kinerja pengelolaan zakat pada BAZNAS Kota
Tangerang Selatan yang menggunakan IZN dengan melalui capaian indikator
baik pada dimensi makro maupun dimensi mikro ?
11
2. Bagaimana kesesuaian kinerja BAZNAS Kota Tangerang Selatan yang
menggunakan IZN dengan melalui capaian indikator baik pada dimensi makro
maupun dimensi mikro ?
C. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis kondisi kinerja pengelolaan zakat pada BAZNAS Kota
Tangerang Selatan yang menggunakan IZN dengan melalui capaian indikator
baik pada dimensi makro maupun dimensi mikro.
2. Untuk menganalisis kesesuaian kinerja BAZNAS Kota Tangerang Selatan
yang menggunakan IZN dengan melalui capaian indikator baik pada dimensi
makro maupun dimensi mikro.
D. Manfaat Penelitian
a. Penulis
Penelitian ini untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dibidang
ekonomi syariah khususnya tentang Indeks Zakat Nasional dan memberikan
informasi berharga bagi penulis mengenai gambaran indikator kinerja pada
pengelolaan zakat di BAZNAS Kota Tangerang Selatan
b. Institusi
Hasil penelitian ini memberikan informasi kepada pemerintah atau lembaga
amil zakat yang berkepentingan mengenai kinerja BAZNAS dalam pengelolaan
zakat di BAZNAS Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten, Penelitian ini
dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat regulasi daerah tentang
12
pengelolaan zakat, hasil dari penelitian ini sebagai bahan informasi evaluasi
kinerja pengelolaan pada BAZNAS Kota Tangerang. Selatan
c. Akademisi
Melalui penelitian ini dapat memberikan informasi tentang ilmu
pengetahuan dibidang ekonomi syariah pada penerapan mengukur kinerja
pengelolaan zakat oleh BAZNAS tingkat Kabupaten/Kota yang menggunakan
Intrumen Indeks Zakat Nasional.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Konsep Zakat
Ditinjau dari segi bahasa kata zakat merupakan kata dasar dari zakat
yang berarti suci, berkah, tumbuh dan terpuji. Sedangkan dari segi istilah fiqh,
zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada
orang yang berhak menerimanya, disamping berarti mengeluarkan jumlah
tertentu itu sendiri (Al-Qardhawi, 1995: 34). Menurut Wawan Shofwan
Shalehuddin (2011) dalam Nurul Huda, dkk (2015, 2) makna zakat dalam
syariah terkandung dua aspek di dalamnya. Pertama, sebab dikeluarkan zakat
itu karena adanya proses tumbuh kembang pada harta itu sendiri atau tumbuh
kembang pada aspek pahala yang menjadi semakin banyak dan subur
disebabkan mengeluarkan zakat. atau keterkaitan adanya zakat itu semata-mata
karena memiliki sifat tumbuh kembang seperti zakat tijarah dan zira‟aah.
Kedua, pensucian karena zakat adalah pensucian atas kerakusan, kebakhilan
jiwa, dan kotoran-kotoran lainnya sekaligus pensucian jiwa manusia dari dosa-
dosanya.
Menurut Hafidhuddin (2002, 7) bahwa hubungan antara pengertian zakat
menurut bahasa dan pengertian menurut istilah sangat erat sekali, harta yang
dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan
14
bertambah, suci dan baik sebagaimana dinyatakan Allah dalam QS. At-Taubah
[9] ayat 103 dan QS. Ar-Ruum [30] ayat 39 :
Artinya : ”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” ( QS At-Taubah [9] ayat 103)
Artinya : ” Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi
Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk
mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang
yang melipat gandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Ruum [30] ayat 39)
Selain itu menurut UU No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,
bahwa zakat adalah harta yang wajib di keluarkan oleh seorang Muslim atau
badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai syariat
Islam.
15
2. Pengelolaan Zakat Pada Masa Islam
a. Pada Masa Rasululalah SAW
Pengsyari‟atan zakat tampak seiring dengan upaya pembinaan tatanan
sosial yang baru dibangun oleh Nabi Muhammad SAW setelah beliau berada di
Madinah. Sedangkan selama berada di Mekkah bangunan keislaman hanya
terfokus pada bidang aqidah, qashas dan akhlaq. Baru pada periode Madinah,
Nabi melakukan pembangunan dalam segala bidang, tidak saja bidang aqidah
dan akhlaq, akan tetapi juga memperlihatkan bangunan mua’amalat dengan
konteksnya yang sangat luas dan menyeluruh. Termasuk bangunan ekonomi
sebagai salah satu tulang punggug bagi pembangunan ummat Islam bahkan
ummat manusia secara keseluruhan. (Kementerian Agama, 2013, 19)
Nabi Muhammad SAW tercatat membentuk baitul maal yang melakukan
pengumpulan dan pendistribusian zakat dengan amil sebagai pegawainya dengan
lembaga ini, pengumpulan zakat dilakukan secara wajib bagi orang yang sudah
mencapai batas minimal. (Kementerian Agama, 2013, 19)
Pengelolaan zakat di zaman Rasulullah SAW, banyak ayat Al- Qur‟an
yang menjelaskan bahwa Allah SWT secara tegas memberi perintah kepada
Nabi Muhammad SAW untuk mengambil zakat. Al-Qur‟an juga menegaskan
bahwa zakat harus diambil oleh para petugas untuk melakukan hal tersebut.
Ayat-ayat yang turun di Madinah menegaskan zakat itu wajib dalam bentuk
perintah yang tegas dan instruksi pelaksanaan yang jelas. Juga terdapat berbagai
bentuk pertanyaan dan ungkapan yang menegaskan wajibnya zakat.
(Kementerian Agama, 2013, 20)
16
Ulama berpendapat bahwa adanya porsi zakat yang diperuntukan bagi
„amil merupakan suatu indikasi bahwa zakat sewajarnya dikelola oleh lembaga
khusus zakat atau yang disebut dengan „amil bukan oleh individu muzaki
sendiri. Rasululah SAW pernah mempekerjakan seorang pemuda suku Asad,
yang bernama Ibnu Lutaibah, untuk mengurus zakat Bani Sulaim. Pernah pula
mengutus Ali bin Abi Thalib ke Yaman untuk menjadi amil zakat. Menurut
Yusuf Al-Qardawi, Nabi Muhammad SAW telah mengutus lebih dari 25 amil ke
seluruh plosok Negara dengan memberi peritah dengan pengumpulan sekaligus
mendistribusikan zakat sampai habis sebelum kembali ke Madinah.
(Kementerian Agama, 2013, 20)
Pembukuan zakat juga dipisahkan dari pendapat Negara lainnya,
pencatatan zakat juga dibedakan atara pemasukan dan pengeluaran, dimana
keduanya harus terperinci dengan jelas, meskipun tanggal penerimaan dan
pengeluaran harus sama. Selain itu, Nabi SAW berpesan pada para „amil agar
berlaku adil dan ramah, sehingga tidak mengambil lebih dari pada yang sudah
ditetapkan dan tidak berlaku kasar baik pada muzaki maupun mustahiq. Secara
garis besar dapat dikatakan bahwa pada zaman Nabi SAW pengelolaan zakat
bersifat terpusat dan ditangani secara terpusat, namun demikian pengelolaan
zakat pada saat itu secara institusional dianggap sederhana dan masih terbatas
dengan sifatnya yang teralokasi dan sementara, dimana jumlah zakat
terdistribusi akan tergantung pada jumlah zakat yang terkumpul pada daerah
atau kawasan tertentu, dan uang zakat yang terkumpul langsung didistribusikan
kepada para mustahiq tanpa sisa. (Kementerian Agama, 2013, 21)
17
b. Pada Masa Khulafa‟ Al-Rasyidin
1. Abu Bakar Ash-Shidiq
Setelah Rasulullah SAW wafat, banyak kabillah – kabillah yang
menolak untuk membayar zakat dengan alasan bahwa zakat merupakan
perjanjian antara mereka dan Nabi SAW, sehingga setelah beliau wafat
maka kewajiban tersebut menjadi gugur. Abu bakar yang menjadi khalifah
pertama penerus Nabi SAW memutuskan untuk memerangi mereka yang
menolak membayar zakat dan menganggap mereka sebagai orang murtad.
Perang ini kemudian terkenal dengan sebutan Harbu Riddah atau perang
melawan pemurtadan. Perang ini tercatat sebagai perang pertama di dunia
yang dilakukan sebuah Negara demi membela hak kaum miskin atas orang
kaya (Kementerian Agama, 2012, 21). Menurut golongan ingkar zakat ini,
zakat tidak wajib ditunaikan pasca wafatnya Nabi SAW. Pemahaman yang
salah ini hanya terbatas di kalangan suku-suku Arab Baduwi. Suku-suku
Arab Baduwi ini menganggap pembayaran zakat sebagai hukuman atau
beban yang merugikan (Faisal, 2011, 248).
2. Umar bin Khattab
Setelah wafanya Abu Bakar dan dengan perluasan wilayah Negara
Islam yang mencakup dua kerajaan Romawi (Syria, Palestina, dan Mesir)
dan seluruh kerajaan Persia termasuk Irak, ditambah dengan melimpahnya
kekayaan Negara pada masa khilafah, telah memicu adanya perubahan
sistem pengelolaan zakat. Kedua faktor tersebut mengharuskan adanya
18
intitusionalisasi yang lebih tinggi dari pengelolaan zakat. Perubahan ini
tercermin secara jelas pada masa khalifah Umar bin Khattab, Umar
mencontoh sistem administrasi yang diterapakan di Persia, dimana sistem
administrasi pemerintahan dibagi menjadi delapan provinsi, yaitu Mekkah,
Madinah, Syria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Umar
kemudian mendirikan apa yang disebut Al-Dawawin yang sama fungsinya
dengan baitul maal pada zaman Nabi Muhammmad SAW dimana ia
merupakan sebuah badan audit Negara yang bertanggung jawab atas
pembukuan pemasukan dan pengeluaran Negara. Al-Dawawin juga
diperkirakan mencatat zakat yang didistribusikan kepada para mustahiq
sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Pengembangan yang dilakukan
Umar terhadap baitul maal merupakan kontribusi Umar kepada dunia
Islam. Pada masa Umar pula sistem pemungutan zakat secara langsung
oleh Negara, yang dimulai dengan pemerintahan Abdullah bin Mas‟ud di
Kuffah dimana porsi zakat dipotong dari pembayaran Negara. Meskipun
hal ini pernah diterapkan Khalifah Abu Bakar, namun pada masa Umar
proses pengurangan tersebut menjadi lebih tersistematis (Kementerian
Agama, 2013, 22).
Pada masa Rasulullah SAW jumlah kuda di Arab masih sangat
sedikit, terutama kuda yang dimiliki oleh kaum muslimin karena
digunakan untuk kebutuhan pribadi dan jihad. Misalkan pada perang
badar, pasukan kaum muslim yang berjumlah 313 orang hanya memiliki
dua kuda. Pada saat pengepungan Bani Quraizha (5 H), pasukan kaum
19
muslimin memiliki 36 kuda. Pada tahun yang sama, di Hudaibiyah mereka
mempunyai sekitar dua ratus kuda. Karena zakat dibebankan kepada
barang-barang yang memiliki produktivitas, maka seekor kuda yang
dimiliki kaum muslimin ketika itu tidak dikenakan zakat (Karim, 2010,68)
Pada periode selanjutnya perdagangan kuda dilakukan secara
besar-besaran di Syiria dan berbagai wilayah kekuasaan Islam lainnya,
beberapa kuda memiliki nilai jual yang tinggi, karena maraknya
perdagangan kuda pada saat itu, maka kaum muslimin menanyakan kepada
Gubernur Syiria yaitu Abu Ubaidah tentang kewajiban zakat kuda,
kemudian Abu Ubaid memberitahukan bahwa tidak dikenakan zakat atas
kuda. Kemudian muncul lah usul dari kaum muslimin kepada khalifah,
Umar, kemudian Umar menanggapinya dengan memberikan intruksi
kepada Gubernur untuk menarik zakat atas kuda dan mendistribusikan
kepada para fakir, miskin serta budak. (Karim, 2010,69).
Al-Mu’allaf Qulubuhum secara terminologi adalah sekelompok
orang yang dibujuk hatinya agar bergabung kepada Islam, atau agar
mereka menahan diri dari melakukan kejahatan terhadap orang Islam, atau
orang yang jasanya diharapkan untuk membantu dan membela kaum
muslimin (Sabiq, 1983, 328)
Beliau juga orang pertama yang meninjau kembali mustahiq zakat.
misalnya golongan yang diperuntukkan kepada orang yang dijinakkan
hatinya (al-Muallafatu Qulubuhum) mengenai syarat-syarat pemberiannya
(al-Akkad, 1978,169). Beliau berpendapat bahwa hikmah pemberian
20
bagian zakat untuk golongan ini sudah tidak relevan lagi pada waktu itu.
Dalam hal ini, bukan berarti Umar menyampingkan ayat-ayat Allah SWT
tersebut, akan tapi beliau telah menemukan al-Fai (pemberian) lain yang
lebih khusus bagi mereka. Dari ayat itu sendiri mereka lebih kepada
golongan yang perlu dilindungi (diberdayakan) bukan lagi untuk
dilembutkan hatinya, karena sudah tidak perlu lagi untuk melembutkan
mereka karena mereka sudah kuat (At-Tamawi, 1976, 171).
3. Usman bin Affan
Pada masa Usman bin Affan, meskipun kekayaan Negara Islam
mulai melimpah dan jumlah zakat juga lebih dari mencukupi kebutuhan
para mustahiq, namun administrasi zakat justru mengalami kemunduran.
Hal ini justru dikarenakan kelimpahan tersebut, dimana Utsman memberi
kebebasan kepada „amil dan Individu untuk mendistribusikan zakat kepada
siapapun yang mereka nilai layak menerimanya. Zakat tersebut adalah
yang tidak kentara seperti zakat perdagangan, zakat emas, zakat perak, dan
perhiasan lainnya. Keputusan Utsman ini juga dilatarbelakangi oleh
keinginan meminimalkan biaya pengelolaan zakat dimana beliau menilai
bahwa biaya yang dibutuhkan untuk mengumpulkan dana zakat tersebut
akan tinggi dikarenakan sifatnya yang tidak mudah diketahui oleh aparat
Negara. (Kementerian Agama, 2013, 23).
Pengelolaan zakat pada masa „Usman dibagi menjadi dua macam:
(1) Zakat al-amwal az-zahirah (harta benda yang tampak), seperti binatang
ternak dan hasil bumi, dan (2) Zakat al-amwal al-batiniyah (harta benda
21
yang tidak tampak atau tersembunyi), seperti uang dan barang perniagaan.
Zakat kategori pertama dikumpulkan oleh Negara, sedangkan yang kedua
diserahkan kepada masing-masing individu yang berkewajiban
mengeluarkan zakatnya sendiri sebagai bentuk self assessment (Permono,
1995, 131).
4. Ali bin Abi Thalib
Situasi politik pada masa kepemimpinan khalifah Ali bin Abi
Thalib berjalan tidak stabil, penuh peperangan dan pertumpahan darah.
Akan tetapi, Ali bin Abi Thalib tetap mencurahkan perhatiannya yang
sangat serius dalam mengelola zakat. Ia melihat bahwa zakat merupakan
urat nadi kehidupan bagi pemerintahan dan agama. Ketika Ali bin Abi
Thalib bertemu dengan orang-orang fakir miskin dan para pengemis buta
yang beragama non-muslim (Nasrani), ia menyatakan biaya hidup mereka
harus ditanggung oleh Baitul Mal. Khalifah Ali bin Abi Thalib juga ikut
terjun langsung dalam mendistribusikan zakat kepada para mustahiq
(delapan golongan yang berhak menerima zakat) (Qodir, 1988,34).
3. Macam – Macam Zakat
Pada dasarnya zakat terbagi menjadi dua macam di antaranya adalah
(Kartika, 2006,21) :
a. Zakat Fitrah
Zakat fitrah merupakan zakat yang wajib di keluarkan menjelang hari
raya idul fitri oleh setiap muslimin baik tua, muda, ataupun bayi yang baru
22
lahir. Zakat ini biasanya di bentuk sebagai makanan pokok seperti beras.
Besaran dari zakat ini adalah 2,5kg atau 3,5liter beras yang biasanya di
konsumsi, pembayaran zakat fitrah ini bias dilakukan dengan membayarkan
harga dari makanan pokok daerah tersebut.
Zakat ini dikeluarkan sebagai tanda syukur kita kepada Allah karena
telah menyelesaikan ibadah puasa. Selain itu zakat fitrah juga dapat
menggembirakan hati para fakir miskin di hari raya Idul Fitri. Zakat fitrah
juga dimaksudkan untuk membersihkan dosa yang mungkin ada ketika
seseorang melakukan puasa ramadhan.
b. Zakat Maal
Zakat maal merupakan bagian dari harta kekayaan seseorang (juga
badan hukum) yang wajib di keluarkan untuk golongan tertentu, setelah di
miliki dalam jangka waktu tertentu, dan jumlah minimal tertentu. Dalam
Undang Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Pada
pasal 4 ayat 2 menyebutkan bahwa harta yang di kenai zakat maal berupa
emas, perak, uang, hasil pertanian dan perusahaan, hasil pertambangan, hasil
peternakan, hasil pendapatan dan jasa, serta rikaz.
Di masa Rasulullah SAW zakat hanya diwajibkan pada lima jenis harta
yaitu 1) emas dan perak; 2) barang perniagaan;3) binatang-binatang yang
mencari makan sendiri seperti unta, sapi dan kambing; 4) tanaman dari
tumbuh tumbuhan 5) barang logam dan barang-barang simpana jahiliyah.
Sementara itu di masa khulafaurrasyidin terdapat beberapa macam harta yang
diperlukan oleh kemaslahatan umat supaya diwajibkan zakat. Maka, di masa
23
Umar bin Khattab difardhukan zakat atas barang yang dikeluarkan dari laut,
ambar, mutiara, mirjan dan lain-lain yang menjadi harta sebagaimana
diwajibkan zakat atas barang-barang yang dibawa keluar dan didatangkan ke
dalam negeri (Abdullah, 2015, 303).
Sebagaimana kita ketahui pada umumnya di masa terdahulu atau masa
ulama klasik harta yang wajib di zakati hanya di kategorikan meliputi zakat
emas dan perak, zakat perdagangan, zakat hewan ternak, zakat pertanian dan
zakat barang temuan dan barang tambang. Kemudian seiring perkembangan
zaman yang makin berkembang dan dunia perekonomian yang makin pesat
maka harta yang wajib di zakati kategori ruang lingkupnya semakin luas yang
mana kategori tersebut didapatkan dari hasil ijtihad para ulama kontemporer,
kategori zakat tersebut meliputi zakat madu dan produksi hewani, zakat
investasi, pabrik, gedung serta profesi.
Adapun kategori zakat maal sebagaimana berikut ini :
1. Zakat Emas dan Perak
Adapun syarat utama zakat pada emas dan perak adalah mencapai
nishab dan telah berlalu satu tahun. Berdasarkan hadist riwayat Abu
Dawud, nishab zakat emas adalah dua puluh misqal atau dua puluh dinar,
sedangkan nishab zakat perak adalah dua ratus dirham. Dua puluh misqal
atau dua puluh dinar, menurut Yusuf al-Qaradhawi (1991) adalah sama
dengan delapan puluh lima gram emas. Dua ratus dirham sama dengan
lima ratus sembilan puluh lima gram perak. (Hafidhuddin, 2002, 33)
24
2. Zakat Perdagangan
Ada tiga syarat utama kewajiban zakat pada perdagangan yaitu sebagai
berikut : (Ibnu Majah (2002) dalam Didin Hafidhuddin, 2002, 34)
a. Niat Berdagang
Niat berdagang atau niat memperjual belikan komoditas-komoditas
tertentu ini merupakan syarat yang sangat penting.
b. Mencapai Nishab
Nishab dari zakat harta perdagangan adalah sama dengan nishab dari
zakat emas dan perak, yaitu senilai dua puluh misqal atau dua puluh dinar
emas atau dua ratus dirham perak. (Qaradhawi, 1991, 789)
c. Telah Berlalu Waktu Satu Tahun
3. Zakat Hewan Ternak
Zakat diwajibkan pada binatang ternak dikarenakan banyaknya
perkembangan harta pada bidang ini, baik dari binatang ternak itu sendiri
maupun keturunan-keturunannya. Selain itu, pada binatang ternak karena
banyaknya manfaat yang dapat diambil dari binatang ternak tersebut. Selain
itu penjaminannya tergolong gampang dan murah, sehingga zakat ditetapkan
pada jenis harta ini (Al-Ba‟iy,2006, 29)
Syarat-syarat mengeluarkan zakat binatang ternak : (Hasan, 2006, 29-31)
a. Sampai Nisab
Binatang Ternak yang dikeluarkan zakatnya harus mencapai
jumlah tertentu, yaitu sampai nisabnya (batas minimal dikenakan zakat),
tidak hanya asal sudah mempunyai beberapa ekor, sudah dikenakan zakat.
25
b. Haul (Telah dimiliki satu tahun)
Bintang ternak itu dikeluarkan zakatnya sesudah sampai satu tahun.
Kententuan ini berlaku berdasarkan praktik yang telah berlaku, yang
pernah dilaksanakan Rasulullah dan khalifah sesudah beliau (Khalifah Abu
Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib).
Sebagai landasan haul itu adalah sabda Rasululah SAW yang artinya :
”Tidak dikenakan zakat harta, sehingga sampai satu tahun.” (HR Abu
Daud).
c. Binatang Gembala
Binatang ternak itu sengaja diurus sepanjang tahun, supaya dapat
diambil manfaatnya, seperti susunya, dagingnya, dan untuk
dikembangbiakkan. Binatang gembalaan harus diberi makan dan
minumnya, apakah pada padang rumput atau tempat yang khusus untuk
ternak itu, seperti kandang.
Binatang yang dipergunakan untuk keperluan pribadi (termasuk
tamu), tidak dikenakan zakatnya apakah untuk keperluan sawah (ladang)
atau angkutan (transportasi).
d. Tidak Dipekerjakan
Binatang ternak yang dipergunakan (dimanfaatkan) untuk
kepentingan pemiliknya, tidak dikenakan zakatnya, seperti menggarap
tanah pertanian, dijadikan sebagai alat untuk mengambil air guna
menyiram tanaman dan untuk alat angkutan. Sabda Nabi, yang artinya :
”Sapi yang dipekerjakan tidak dikenakan zakat.” (HR Abu „Ubaid).
26
Binatang ternak yang wajib zakat : (Hasan, 2006, 31-36)
1. Zakat Sapi (Kerbau)
Adapun berdasarkan hadis Mu‟adz bin Jabal yang diriwayatkan
oleh Ahmad dari Msyruq, yaitu nabi memerintahkan Mu‟adz supaya
setiap 30 ekor sapi di ambil zakatnya seekor sapi yang berumur satu
tahun dan diatur sebagai berikut :
Tabel 2.1. Nisab dan Banyaknya Zakat Sapi
Nisab Sapi Banyaknya Zakat
30 ekor 1 ekor anak sapi jantan atau betina umur
1 tahun
40 ekor 1 ekor anak sapi betina umur 2 tahun
60 ekor 2 ekor anak sapi jantan
70 ekor 1 ekor anak sapi betina umur 2 tahun dan
1 ekor anak sapi jantan umur 1 tahun
80 ekor 2 ekor anak sapi betina umur 2 tahun
90 ekor 3 ekor anak sapi jantan umur 1 tahun
100 ekor 1 ekor anak sapi betina umur 1 tahun dan
2 ekor anak sapi jantan umur 1 tahun
110 ekor 2 ekor anak sapi betina umur 2 tahun dan
1 ekor anak sapi jantan umur 1 tahun
120 ekor 3 ekor anak sapi betina umur 2 tahun dan
3 ekor anak sapi jantan umur 1 tahun
27
2. Zakat Kambing (Domba)
Zakat kambing (domba), wajib berdasarkan hadis dan ijma‟,
dalam hadis disebutkan, yang artinya :
”Zakat kambing (domba), bila sampai 40 ekor sampai 120 ekor, 1 ekor
kambing.” (HR Bukhari)
Lebih rinci dikemukakan sebagai berikut ini :
Tabel 2.2. Nisab dan Banyaknya Zakat Kambing
Nisab Kambing (Domba) Banyak Zakat
40 – 120 ekor 1 ekor kambing
121 – 200 ekor 2 ekor kambing
201 – 399 ekor 3 ekor kambing
121 – 499 ekor 4 ekor kambing
201 – 599 ekor 5 ekor kambing
Ada beberapa hal yang perlu diketahui pemilik kambing
(domba) pada saat mengeluarkan zakat, yaitu :
a. Mutu
Zakat yang diberikan tidak boleh cacat, seperti terluka,
terlalu tua, pincang dan sebagainya sebab cacat itu mengurangi
manfaat dan harganya, sebagaimana firman Allah, yang artinya :
”Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa
yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu
memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya,
padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincing-kan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah
Mahakaya lagi Maha Terpuji.” (Al- Baqarah (2) : 267)
28
b. Jenis Kelamin
Menurut Hanafi, zakatnya boleh betina dan boleh pula jantan
tidak ada perbedaan, demikian juga pendapat Malik. Sedangkan
pendapat menurut Hambali, tidak boleh dikeluarkan zakatnya jantan,
bila nisabnya (bilangannya) betina. Jadi, dilihat dari kambing yang
dizakati.
c. Umur
Umur kambing (domba) yang dijadikan zakat, ada perbedaan
pendapat. Malik memandang sama kambing dan domba, karena
jenisnya sama. Zakatnya sudah dipandang memadai kalau sudah
berumur satu tahun. Syafi‟i dan Ahmad mengatakan anak kambing
jantan umur satu tahun dan anak domba jantan umur enam bulan.
3. Zakat Kuda
Para ulama sependapat, bahwa kuda yang dipergunakan oleh
pemiliknya untuk kepentingan pribadi, seperti untuk tunggangan, alat
transportasi tidak dikenakan zakat. Demikian juga untuk kepentingan
perang mempertahankan negara, tidak dikenakan zakat.
Adapun kuda yang sengaja dikembangkan pada padang rumput
atau tidak, tetap dikeluarkan zakatnya. Demikian menurut pendapat
Abu Hanifah. Menurut Abu Hanifah nisabnya 5 ekor kuda (pendapat
yang dipandang kuat). Setiap ekor zakatnya 1 dinar, dan kalau dinilai
dengan uang (dirham) setiap 200 dirham zakatnya 5 dirham (1/40 dari
29
harga). Atau sama saja dengan mengeluarkan zakat 2,5 % sebagaimana
zakat barang dagangan.
4. Zakat Pertanian dan Perkebunan
Dalam kajian fikih klasik, hasil pertanian adalah semua hasil pertanian
yang ditanam dengan menggunakan bibit biji-bijian yang hasilnya dapat
dimakan oleh manusia dan hewan serta yang lainnya. Sedangkan yang
dimaksud hasil perkebunan adalah buah-buahan yang berasal dari pepohonan
atau umbi-umbian. Sistem pengairan pertanian dan perkebunan objek zakat
mendapat perhatian lebih dalam kajian zakat karena kedua hal tersebut
berkaitan dengan volume persentase wajib zakatnya (Mufraini, 2006, 85-86)
Nisab zakat hasil pertanian dan perkebunan yaitu sebagai berikut :
(Mufraini, 2006, 87)
Mayoritas fuqaha berpendapat bahwa zakat hasil pertanian dan
perkebunan tidak wajib dikeluarkan kecuali telah mencapai nisab tertentu
yaitu 5 Sha‟. Sedangkan bagi hasil bumi yang tidak dapat ditimbang seperti
kapas, linen dan sayur, maka nisabnya adalah senilai harga 5 Sha‟atau yang
setara dengan 200 dirham. Nisab tersebut dihitung setelah panen dan
keringnya buah. Untuk beberapa jenis buah tertentu diperbolehkan untuk
melaksanakan penaksiran sebelum masa panen tiba.
5. Zakat Barang Tambang dan Hasil Laut
Nisab zakat barang tambang dan hasik laut yaitu sebagai berikut :
(Mufraini, 2006, 116)
30
a. Nisab barang tambang: mayoritas imam mazhab (Syafi‟i, Maliki, Hambali)
berpendapat bahwa nisab dari barang tambang sama seperti nisab emas
dan perak yaitu 85 gram atau 200 dirham.
b. Untuk harta karun tidak ada ketentuan nisabnya seperti halnya harta
rampasan perang, banyak ataupun sedikit wajib dikeluarkan zakatnya.
c. Nisab hasil laut sama dengan nisab barang tambang.
d. Nisab hasil industri perikanan juga di samakan (di-qiyaskan) dengan nisab
barang tambang.
6. Zakat Profesi
Ruang lingkup zakat profesi adalah seluruh pendapatan yang
dihasilkan seseorang yang biasanya dalam bentuk gaji, upah, honorarium, dan
nama lainnya yang sejenis sepanjang pendapatan tersebut tidak merupakan
suatu pengembalian (yield/return) dari harta, investasi, atau modal.
Pendapatan yang dihasilkan dari kerja profesi tertentu (dokter, pengacara)
masuk dalam ruang lingkup zakat ini sepanjang unsur kerja mempunyai
peranan yang paling mendasar dalam menghasilkan pendapatan tersebut
(Mufraini, 2006, 79)
Dengan demikian contoh-contoh yang termasuk ke dalam kategori
zakat profesi adalah : (Mufraini, 2006, 80)
a. Gaji, upah, honorarium dan nama lainnya (aktif income) dari pendapatan
tetap yang mempunyai kesamaan substansi yang dihasilkan oleh orang
dari sebuah unit perekonomian swasta ataupun milik pemerintah. Dalam
31
sebuah negara Islam terminologi pendapatan ini disebut seabagai
Alu‟tiyaat (pemberian).
b. Pendapatan yang dihasilkan dari kerja profesi tertentu (pasif income)
seperti dokter, akuntan dan lain sebagainya, term pendapatan ini dikenal
dalam Negara Islam sebagai Al mal mustafaad (pendapatan tidak tetap).
Nisab zakat profesi yaitu sebagai berikut : (Mufraini, 2006, 80-81)
a. Para ahli fikih kontemporer berpendapat bahwa nisab zakat profesi di-
qiyaskan (analogikan) dengan nisab kategori asset wajib zakat keuangan
yaitu 85 gram emas atau 200 dirham perak dan dengan syarat
kepemilikannya telah melalui kesempurnaan masa haul.
b. Sedangkan untuk pendapatan dari hasil kerja profesi (pasif income) para
fuqaha berpendapat nisab zakatnya dapat di qiyas-kan (analogikan)
dengan zakat hasil perkebunan dan pertanian yaitu 750 kg beras (5 sha‟)
dari benih hasil pertanian dan dalam hal ini tidak disyaratkan
kepemilikan satu tahun ( tidak memerlukan masa haul). Hanya saja
setelah keluarnya UU Nomor 17 Tahun 2000 yang diberlakukan mulai
Tahun 2001 tentang perubahan ketiga atas UU Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan (Pasal 4 ayat 3), maka kewajibannnya zakat
dari penghasilan profesional jenis ini harus dikalikan sebesar 2,5 %
sebaga tarif untuk setiap akhir masa haul. Hal ini dikarenakan UU
tersebut tidak secara jelas mendefinisikan penghasilan dari asset wajib
zakat yang dimaksud.
32
4. Pendistribusian Zakat
Model pendistribusian harta zakat oleh muzaki ada dua cara yaitu dapat
dilakukan secara langsung kepada mustahik atau lewat lembaga zakat yang
nantinya akan disalurkan kepada mustahik (Al-Qaradawi, 1996, 510). Distribusi
zakat terkadang hanya bersirkulasi pada suatu tempat tertentu, ketika zakat tidak
dikelola secara keseimbangan dan diberikan langsung oleh si pemberi zakat
(muzaki) kepada mustahik. Hal ini salah satu faktor penyebabnya karena kurang
adanya lembaga zakat yang profesional, yang menyampaikan dana zakat
tersebut kepada umat yang membutuhkan juga berimplikasi pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat. (Hafidhuddin, 2002, 264).
Ada beberapa prinsip yang mendasari proses distribusi dalam Ekonomi
Islam yang terlahir dari Q.S Al Hasyr (59): 7 yang artinya “agar harta itu jangan
hanya beredar di antara golongan kaya di kalangan kamu”. Prinsip tersebut
yakni : (Ghofur: 2013,76-86)
a. Larangan riba dan gharar
Larangan terhadap riba bertujuan untuk menjauhkan manusia dari
tindakan mengambil harta atau hak milik orang lain dengan jalan yang tidak
baik menurut hukum Islam (Desmadi Saharuddin, 2015, 65)
Gharar diartikan sebagai ketidakpastian dalam transaksi. Islam
melarang seseorang bertransaksi atas suatu barang yang kualitasnya tidak
diketahui karena kedua belah pihak tidak tahu pasti apa yang mereka
transaksikan keadilan dalam distribusi diartikan sebagai suatu distribusi
33
b. Keadilan dalam distribusi
Pendapatan dan kekayaan, secara adil sesuai dengan norma - norma
yang diterima secara universal. Keadilan distribusi dalam Ekonomi Islam
memiliki tujuan yakni agar kekayaan tidak menumpuk satu bagian kecil
masyarakat, tetapi selalu beredar dalam masyarakat. Keadilan distribusi
menjamin terciptanya pembagian yang adil dalam kemakmuran, sehingga
memberikan kontribusi pada kualitas hidup yang lebih baik. Zakat, infak dan
sedekah merupakan salah satu hal yang dapat menciptakan distribusi yang
adil.
c. Konsep kepemilikan dalam Islam
Kepemilikan terhadap harta tidak menutup kewajiban untuk tidak
melupakan hak–hak orang miskin yang terdapat pada harta tersebut. Ketika
manusia menyadari bahwa dalam harta yang dimiliki terdapat hak orang lain,
secara langsung mempersempit jurang pemisah antara si kaya dan si miskin.
Hal ini juga merupakan salah satu hikmah berzakat, berinfak, ataupun
bersedekah.
d. Larangan menumpuk harta
Menumpuk harta berlebihan akan berimbas pada rusaknya sistem
sosial dengan munculnya kelas - kelas yang mementingkan kepentingan
pribadi. Di samping itu penumpukan harta dapat melemahkan daya beli
masyarakat dan menghambat mekanisme pasar bekerja secara adil, karena
34
harta tidak tersebar di masyarakat. Hal itu dapat dicegah melalui instrumen
ZIS. Mewajibkan bagi yang mendapatkan harta berlebih untuk mengeluarkan
zakat sebagai kompensasi bagi penyucian dan pembersih harta atas hak orang
lain.
Agar dana zakat yang disalurkan dapat berdaya guna dan berhasil guna,
maka pemanfaatannya harus selektif untuk konsumtif atau produktif. Masing-
masing dari kebutuhan konsumtif dan produktif tersebut kemudian dibagi dua,
yaitu konsumtif tradisional dan konsumtif kreatif, sedangkan yang berbentuk
produktif dibagi menjadi produktif konvensional dan produktif kreatif.
(Fakhruddin, 2008, 314 – 315)
1. Konsumtif Tradisional
Pendistribusan zakat secara konsumtif tradisional adalah bahwa
zakat dibagikan kepada mustahiq dengan secara langsung untuk kebutuhan
konsumsi sehari-hari, seperti pembagian zakat fitrah berupa beras dan uang
kepada fakir miskin setiap idul fitri.
2. Konsumtif Kreatif
Pendistribusian zakat secara konsumtif kreatif adalah zakat yang
diwujudkan dalam bentuk barang konsumtif dan digunakan untuk
membantu orang miskin dalam mengatasi permasalahan sosial dan
ekonomi yang dihadapinya. Bantuan tersebut antara lain berupa alat - alat
sekolah dan beasiswa untuk para pelajar, bantuan sarana ibadah seperti
sarung dan mukena, bantuan alat pertanian, seperti cangkul untuk petani,
gerobak jualan untuk pedagang kecil dan sebagainya.
35
3. Produktif Konvensional
Pendistribusian zakat secara produktif konvensional adalah zakat
yang diberikan dalam bentuk barang - barang produktif, di mana dengan
menggunakan barang - barang tersebut, para mustahiq dapat menciptakan
suatu usaha, seperti pemberian bantuan ternak kambing, sapi perahan atau
untuk membajak sawah, alat pertukangan, mesin jahit dan sebagainya.
4. Produktif Kreatif
Pendistribusian zakat secara produktif kreatif adalah zakat yang
diwujudkan dalam bentuk pemberian modal bergulir, baik untuk
permodalan proyek sosial, seperti membangun sekolah, sarana kesehatan
atau tempat ibadah maupun sebagai modal usaha untuk membantu atau
bagi pengembangan usaha para pedagang atau pengusaha kecil.
5. Orang – orang yang berhak menerima zakat (mustahik zakat)
Zakat adalah mengeluarkan sebagian harta kepada orang yang berhak
menerima bantuan zakat berdasarkan nisab (batasan harta yang di keluarkan
untuk mengeluarkan zakat) yang mana kepemilikan harta tersebut merupakan
milik individu selama satu tahun. Sebagaimana mana kita ketahui orang – orang
yang berhak menerima zakat (mustahik) sudah tercantum di dalam Al-Qur‟an
pada surat At-Taubah ayat 60 yang mana terdapat delapan golongan atau asnaf
yang berhak menerima dana zakat. Menurut Al-Arif (2015, 281) terdapat
delapan asnaf yang berhak menerima zakat sebagaimana berikut ini :
1. Fakir merupakan kondisi seseorang yang tidak mempunyai sumber
penghasilan sehingga hidupnya sehari-hari sangat kekurangan.
36
2. Miskin merupakan kondisi seseorang yang mempunyai sumber penghasilan,
tetapi penghasilan yang diperoleh masih sangat kecil sehingga tidak mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya.
3. Amil, yaitu individu, lembaga, atau institusi pengelolaan zakat. mereka
berhak menerima zakat untuk operasional dan biaya hidup mereka karena
amil juga manusia biasa yang mempunyai kebutuhan. Akan tetapi, besaran
jatah untuk amil dibatasi maksimal hanya 12,5 %. Diharapkan dengan
memasukkan amil sebagai salah satu asnaf penerima zakat, memacu mereka
untuk bekerja lebih baik lagi bagi kemaslahatan dan kesejahteraan umat.
4. Mualaf, yaitu individu yang baru saja masuk ke dalam Islam. Mereka berhak
menerima zakat karena masuknya mereka ke dalam Islam, mereka dikucilkan
dari kehidupan yang membuat mereka terkucil dalam hal ekonomi. Alasan
inilah yang menjadikan muallaf berhak untuk menerima zakat.
5. Riqab atau budak adalah manusia diperlakukan tidak layak yang dianggap
sebagai benda. Pada saat ini budak tidak ada lagi, tetapi kondisi yang
mendekat hal tersebut masih ada. Sebagai contoh, tenaga kerja Indonesia
(TKI), terutama wanita yangs sering menerima peralakuan yang tidak
manusiawi dari majikannya. Karena di beberapa negara, pembantu masih
dianggap sebagai budak, dan budak termasuk kelompok yang halal untuk
digauli.
6. Gharimin adalah individu yang terlilit utang dan utang tersebut dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan bukan untuk keperluan maksiat,
seperti judi. Pada konteks kekinian timbul pemikiran apakah asnaf ini dapat
37
diperluas dengan utang yang dilakukan oleh negara, agar dana zakat mampu
pula membebaskan pemerintah dari utang yang membelit. Meskipun
perluasan konteks ini masih harus melalui berbagai kajian ilmiah.
7. Fisabilillah merupakan kondisi individu yang berjuang untuk menegakkan
agama Allah SWT. Hal ini terjadi pada para mujahid Islam di Palestina atau
Afghanistan yang berjuang untuk menegakkan agama Allah SWT. Dalam
melawan imprealisme Amerika Serikat dan sekutunya. Para mujahid ini
berhak untuk menerima zakat. Dana bagi pembangunan masjid, rumah sakit,
pesantren, madrasah, ataupun sekolah dapat dikategorikan sebagai perjuangan
di jalan Allah SWT. (fisabilillah), serta mampu memberikan kesegaran
spiritual kepada kaum Muslim yang membutuhkan.
8. Ibnu Sabil, yaitu individu yang sedang dalam perjalanan dan perjalanan yang
dilakukan adalah untuk kebajikan, bukan untuk maksiat. Seseorang yang
sedang dalam perjalanan dakwah berhak untuk mendapatkan zakat. asnaf ini
dapat pula di perluas menjadi beasiswa bagi para pelajar dan mahasiswa.
Buya Hamka dalam buku tafsir Hamka menyebutkan bahwa meskipun orang
tersebut di daerah asalnya adalah orang yang mampu, pada saat ia sedang
menempuh pendidikan di luar daerahnya, ia layak untuk menerima zakat
dalam bentuk beasiswa yang tetapi tidak hanya SPP, melainkan turut pula
biaya hidup dan buku.
6. Kinerja
Menurut Rue dan Byar (1981:375) dalam Ismail Nawawi (2013:212)
bahwa kinerja adalah sebagai tingkat pencapaian hasil. Sedangkan Menurut
38
Suntoro (1999, 12) dalam Ismail Nawawi (2013, 212) bahwa kinerja adalah
hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu
organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam
rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak
melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Menurut Gibson,
Ivancevich dan Donnelly dalam Lijan Poltak (2012) dalam suatu organisasi atau
dalam masyarakat, para individu menyumbangkan kinerjanya kepada kelompok,
selanjutnya kelompok akan menyumbangkan kinerjanya kepada organisasi atau
masyarakat. Dalam organisasi yang efektif, manajemen selalu menciptakan
sinergi yang positif, yang menghasilkan satu keseluruhan menjadi lebih besar
dari jumlah seluruh komponen bagiannya.
Menurut Withmore, (1997) dalam Lijan Poltak (2012:6) kinerja
merupakan ekspresi potensi seseorang dalam memenuhi tanggung jawabnya
dengan menetapkan standard tertentu. Untuk meningkatkan kinerja yang
optimum perlu ditetapkan standard yang jelas, yang dapat menjadi acuan bagi
seluruh pegawai. Kinerja pegawai akan tercipta jika pegawai dapat
melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. Menurut Prawirosentono (1999)
dalam Lijan Poltak (2012:9) kinerja organisasi atau lembaga sangat dipengaruhi
oleh kinerja individu, oleh sebab itu apabila kinerja organisasi ingin diperbaiki
tentunya kinerja individu perlu diperhatikan. Menurut Engkoswara (1992) dalam
Lijan Poltak (2012:10) kinerja pegawai haruslah terencana secara
berkesinambungan, sebab peningkatan kinerja pegawai bukan merupakan
39
peristiwa seketika tetapi memerlukan suatu perencanaan dan tindakan yang
tertata dengan baik untuk kurun waktu tertentu.
7. Konsep Indeks Zakat Nasional (IZN)
a. Definisi Indeks Zakat Nasional (IZN)
Indeks Zakat Nasional (IZN) yaitu sebuah alat ukur yang dibentuk oleh
pusat kajian strategis BAZNAS pada tahun tahun 2016. IZN merupakan
sebuah alat ukur yang dibangun dengan tujuan untuk mengevaluasi
perkembangan kondisi perzakatan pada level agregat (nasioal dan provinsi).
IZN diharapkan mampu menjadi indikator yang dapat memberikan gambaran
sejauh mana zakat telah berperan terhadap kesejahteraan mustahik, dan juga
dapat menujukkan pada tahap apa institusi zakat telah dibangun, baik secara
internal kelembagaan, partisipasi masyarakat, maupun dari sisi dukungan
yang diberikan pemerintah. IZN pada akhirnya menjadi sebuah ukuran
standard yang dapat dipakai oleh regulator, lembaga zakat, dan juga
masyarakat dalam mengevaluasi perkembangan zakat secara nasional
(PUSKAS BAZNAS IZN, 2016, 17)
Penyusunan IZN menggunakan penelitian berbasis Mixed Methods.
Mixed methods research merupakan sebuah metodologi penelitian yang
menggabungkan metode kualitatif dan metode kuantitatif dalam melibatkan
proses mengumpulkan, menganalisis dan mengintegrasikan metode
kuantitatif (misalnya survei dan pembetukan model ekonomi) dan penelitian
kualitatif (misalnya Desk Study, FGD, wawancara). Metode ini adalah sebuah
pendekatan yang relatif baru yang sering kali digunakan sebagai standard
40
dalam penelitian sosial sejak tahun 1980an (Tashakkori dan Tedlie, 2003).
Dalam kajian ini, metode kualitatif digunakan dalam menyusun komponen
pembentukan IZN, sedangkan metode kuantitatif di gunakan dalam
membentuk model estimasi penghitungannya (PUSKAS BAZNAS IZN,
2016, 19).
Terdapat tiga metode kualitatif yang digunakan dalam penyusunan
IZN yaitu Desk Study, Focus Group Discussion (FGD), dan Expert
Judgement. Desk Study merupakan kajian literatur yang dilakukan dengan
mengambil referensi dan literatur dari berbagai sumber yang terkait dengan
pengukuran indeks dan isu-isu yang berhubungan langsung dan tidak
langsung tentang zakat. Kajian literatur tidak hanya dari sisi penelitian terkait,
tetapi juga dilakukan dalam konteks mencari landasan syariah yang menjadi
dasar penyusunan setiap komponen dalam IZN (PUSKAS BAZNAS IZN,
2016, 19).
Pemerolehan informasi dan penyusunan IZN ini juga dilakukan
melalui mekanisme Focus Group Discussion yang dilakukan sebanyak 2 kali.
FGD melibatkan para pakar zakat yang berasal dari BAZNAS, Forum Zakat
(FOZ) dan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI),
pakar ekonomi dari BI, dan juga akademisi dalam bidang ekonomi Islam.
Setelah proses FGD, metode expert judgement yaitu dengan meminta
masukan secara langsung dan tertulis khususnya dalam penentuan bobot dari
dimensi, indikator dan variabel yang terpilih, juga dilakukan untuk
41
mendapatkan hasil kajian yang lebih valid (PUSKAS BAZNAS IZN, 2016,
19-20).
Sementara pada sisi kuantitatif, metode estimasi penghitungan yang
dilakukan dalam memperoleh nilai IZN menggunakan metode yang
dinamakan Multi-Stage Weighted Index. Metode ini menggabungkan
beberapa proses tahapan pembobotan yang diberikan pada setiap komponen
penyusun indeks. Metode ini menjadi pendekatan yang paling tepat karena
komponen penyusun IZN terdiri dari 3 bagian, yaitu: dimensi, indikator, dan
variabel. Sehingga pembobotan yang diberikan pada setiap komponen
tersebut harus dilakukan bertahap dan bersifat prosedural (PUSKAS
BAZNAS IZN, 2016, 20-21).
Dalam menentukan komponen-komponen yang membentuk IZN, tim
peneliti puskas juga menetapkan sebuah pedoman yang menjadi konsep dasar
dalam keseluruhan proses penyusunan yang dilakukan. Pedoman tersebut
kami singkat dengan istilah SMART, yaitu: (PUSKAS BAZNAS IZN, 2016,
21)
a. Spesific; komponen yang disajikan harus spesifik
b. Measurable; komponen yang disajikan harus dapat diukur
c. Applicabble; komponen yang disajikan dapat diaplikasikan
d. Reliable; komponen yang disajikan adalah dapat dipercaya
e. Timely; penghitungan yang dilakukan bersifat berkala
42
Konsep dasar ini menjadi acuan yang sangat penting dalam proses
penyusunan IZN. Satu saja pedoman ini tidak dapat dilakukan, maka akan
sangat sulit membentuk sebuah ukuran indeks yang dapat berfungsi dengan
baik. Pedoman yang dibuat ini juga dimaksudkan agar IZN menjadi standard
yang dapat diimplementasikan tidak hanya ditingkat nasional, tetapi juga di
tingkat daerah sehingga ruang lingkup menjadi lebih luas dan dalam.
(PUSKAS BAZNAS IZN, 2016, 21)
b. Tahapan Penyusunan IZN
Kajian penyusunan IZN dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan
formulasi indeks dengan dimensi, indikator, dan variabel yang dapat
merefleksikan kondisi perkembangan zakat di Indonesia. Dalam kajian ini
pembahasan dimulai dengan pemilihan dimensi-dimensi yang akan
merefleksikan indeks yang akan disusun. Dimensi ini merupakan komponen
penyusun yang bersifat paling luas, menangkap keseluruhan bagian yang
menyusun IZN. Dimensi selanjutnya dijabarkan dalam indikator-indikator yang
menyusun dimensi tersebut. Setelah didapatkan dimensi dan indikator yang
menyusun IZN, kemudian dipaparkan lebih detail dalam bentuk variabel
terpilih (PUSKAS BAZNAS IZN, 2016, 21-22).
Langkah berikutnya adalah dengan memberikan pembobotan kepada
masing-masing dimensi, indikator dan juga variabel tersebut. Tahapan
pembobotan diperlukan untuk menentukan berapa proporsi kontribusi dari
setiap komponen penyusun indeks. Pembobotan yang diberikan harus melalui
43
metode yang melibatkan masukan dari para ahli ekonomi dan perzakatan
(PUSKAS BAZNAS IZN, 2016, 22).
Setelah didapatkan seluruh komponen pembentuk IZN, beserta bobot
kontribusinya, maka langkah terakhir adalah menentukan metode kuantitatif
untuk menghitung indeks tersebut. Dalam penghitungan indeks, selain
ditentukan formula penghitungannya, juga diperlukan tahapan
menghitungnya. Hal ini dikarenakan, seperti disebutkan dalam bagian metode
penyusun, komponen pembentuk IZN terdiri dari beberapa bagian yang
dirinci lagi kedalam sub bagian sehingga proses penghitungan bersifat
multiple steps (PUSKAS BAZNAS, 2016, 22).
c. Komponen IZN
Adapun komponen IZN yang diperoleh, secara umum dibentuk oleh
dua dimensi yaitu dimensi makro dan dimensi mikro. Dimensi makro
merefleksikan bagaimana peran pemerintah dan masyarakat secara agregat
dalam berkontribusi membangun institusi zakat. Dimensi ini memiliki 3
indikator yaitu regulasi, dukungan anggaran pemerintah (APBN), dan
database lembaga zakat. Kecuali regulasi dan dukungan anggaran pemerintah,
indikator database lembaga zakat kemudian diturunkan kembali menjadi 3
variabel yaitu: jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik, rasio
muzaki individu, dan rasio muzaki badan usaha. (PUSKAS BAZNAS IZN,
2016,23)
44
Sementara itu dimensi mikro merupakan bagian yang disusun dalam
perspektif kelembagaan zakat dan penerima manfaat dari zakat atau mustahik.
Secara teknis penyusunan, dimensi mikro memiliki dua indikator yaitu
performa lembaga zakat dan dampak zakat terhadap mustahik. Indikator
performa lembaga zakat kemudian dibuat lebih terperinci ke dalam 4 variabel
yang mengukur performa lembaga dari aspek penghimpunan, pengelolaan,
penyaluran, dan pelaporan. Sedangkan indikator dampak zakat merupakan
gabungan 5 variabel yang melihat dampak secara ekonomi, spiritual,
pendidikan, kesehatan, dan kemandirian (PUSKAS BAZNAS IZN, 2016, 23)
Untuk pembobotan pada masing-masing dimensi, indikator, dan
variabel merupakan ketetapan dari para ahli ekonomi dan perzakatan yang
tidak dipublish bagaimana cara mendapatkan angka bobot tersebut. Yang
disebutkan dalam BAZNAS IZN (2016, 22) yaitu ”Tahapan pembobotan
diperlukan untuk menentukan berapa proporsi kontribusi dari setiap
komponen penyusun indeks. Pembobotan yang diberikan harus melalui
metode yang melibatkan masukan dari para ahli ekonomi dan perzakatan ”.
Berikut Tabel 2.3. Komponen Indeks Zakat Nasional : (PUSKAS BAZNAS
IZN, 2016, 24)
45
Tabel 2.3. Komponen Indeks Zakat Nasional
Dimensi
Bobot
Kontribusi Indikator
Bobot
Kontribusi Variabel
Bobot
Kontribusi
Makro Regulasi (X11) 0.30 Regulasi 1.00
(X1) 0.40 Dukungan APBN (X12) 0.40 Dukungan APBN 1.00
Database Lembaga
Zakat (X13) 0.30
Database Jumlah Lembaga
Zakat Resmi, Muzaki dan
Mustahik (X131) 0.33
Database Jumlah Lembaga
Rasio Muzaki Individu (X132) 0.33
Rasio Muzaki Badan (X133) 0.33
Penghimpunan (X211) 0.30
Kelembagaan (X21) 0.40 Pengelolaan (X212) 0.20
Mikro 0.60 Penyaluran (X213) 0.30
Pelaporan (X214) 0.20
Dampak Zakat (X22) 0.60
Kesejahteraan Material dan
Spiritual (Indeks
Kesejahteraan CIBEST) (X221)
0.40
Pendidikan dan Kesehatan (
Modifikasi IPM) (X222)
0.40
Kemandirian (X223) 0.20
d. Dimensi Makro
Berdasarkan pada dimensi makro terdapat indikator pada dimensi
tersebut. Indikator tersebut terbagi menjadi tiga yaitu indikator regulasi,
indikator dukungan APBN, dan indikator database lembaga zakat. Salah satu
dari indikator tersebut memiliki sebuah turunan variabel lagi yaitu pada
46
indikator database lembaga zakat. Sementara itu pada indikator regulasi dan
indikator dukungan APBN tidak memiliki turunan variabel. Dari indikator
database lembaga zakat turunan tiga variabel tersebut terdiri dari : database
jumlah lembaga zakat resmi, muzaki, dan mustahik kemudian rasio muzaki
individu serta rasio muzaki badan usaha. Pada setiap indikator dan variabel
tersebut memiliki bobot kontribusi di dalamnya yang dapat dilihat pada Tabel
2.3. di atas. Untuk mengetahui penjelasan pada setiap indikator dan variabel
tersebut selanjutnya dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini.
1. Indikator Regulasi, Dukungan APBN dan Database Lembaga Zakat
Pada masing-masing setiap indikator regulasi, dukungan APBN
dan database lembaga zakat memiliki alat ukur berupa skala likert atau
skoring dimensi makro pada setiap indikator dan variabel didalamnya.
Skala likert atau skoring dimensi makro tersebut bersumber atau telah
disusun oleh Pusat Kajian Strategis BAZNAS. Pada skala likert atau
skoring dimensi makro tersebut terdapat kriteria-kriteria di dalamnya.
Sehingga pada penelitian ini, peneliti mengacu pada skala likert atau
skoring dimensi makro yang telah disusun oleh Pusat Kajian Strategis
Baznas. Adapun skala likert atau skoring dimensi makro tersebut dapat
dilihat pada lampiran dibelakang ini.
e. Dimensi Mikro
Berdasarkan pada dimensi mikro terdapat dua indikator pada dimensi
tersebut. Indikator tersebut terbagi menjadi dua yaitu, indikator kelembagaan
47
dan indikator dampak zakat. pada indiator kelembagaan terdapat empat
turunan variabel lagi. Variabel tersebut terdiri dari, penghimpunan,
pengelolaan, penyaluran dan pelaporan. Kemudian pada indikator dampak
zakat memiliki tiga turunan variabel lagi di antaranya yaitu, kesejahteraan
material dan spiritual (indeks kesejahteraan CIBEST), pendidikan dan
kesehatan (modifikasi IPM) dan kemandirian. Pada setiap indikator dan
variabel memiliki bobot kontribusi didalamnya sebagaimana pada Tabel 2.3.
Untuk mengetahui penjelasan pada setiap indikator dan variabel selanjutnya
dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini.
1. Indikator Kelembagaan
Pada dimensi mikro terdapat indikator kelembagaan yang mana
pada indikator tersebut memiliki turunan variabel lagi yang terbagi
menjadi empat variabel diantaranya yaitu : penghimpunan, pengelolaan,
penyaluran, dan pelaporan. Pada ke empat variabel tersebut memiliki alat
ukur berupa skala likert atau skoring dimensi mikro pada masing-masing
variabel di dalamnya. Skala likert atau skoring dimensi mikro tersebut
bersumber atau telah di susun oleh Pusat Kajian Strategis BAZNAS.
Sehingga pada penelitian ini, peneliti mengacu pada skala likert atau
skoring dimensi mikro yang telah di susun oleh Pusat Kajian Strategis
BAZNAS. Adapun skala likert atau skoring dimensi mikro tersebut dapat
di dilihat pada lampiran di belakang ini.
48
2. Indikator Dampak Zakat
Dalam indikator dampak zakat memiliki turunan variabel lagi
pada indicator tersebut. Turunan variabel pada indikator tersebut memilki
tiga turunan variabel yang terdiri dari kesejahteraan material dan spiritual
(indeks kesejahteraan CIBEST), pendidikan dan kesehatan (modifikasi
IPM) serta kemandirian. Dari ketiga variabel tersebut memiliki sebuah
perhitungan dan penjelasan pada masing-masing variabel tersebut.
Adapun penjelasan dari ketiga variabel tersebut akan dijelaskan
sebagaimana berikut ini :
1. Model CIBEST
Pada kompenen IZN di indikator dampak zakat terdapat
variabel (Indeks Kesejahteraan CIBEST) pada dimensi mikro. Model
CIBEST (Center of Islamic Business and Economic Studies) adalah
upaya untuk mengembangkan pendekatan kesejahteraan kemiskinan
yang didasarkan pada konsepsi bahwa alat untuk mengukur
kesejahteraan dan kemiskinan tidak semata mata didasarkan pada
material semata, namun juga pendekatan spiritual. Hal ini didasarkan
pada konsep pemenuhan kebutuhan, dimana Al-Qur‟an dan Hadist
telah menggariskan bahwa pada dasarnya kebutuhan manusia terdiri
atas dua hal, yaitu kebutuhan material dan spiritual. (Beik, I.S dan
Arsyianti, 2016, 196).
49
Dalam model CIBEST, membagi kondisi suatu rumah tangga
atau keluarga ke dalam empat kemungkinan keadaan, diantaranya
yaitu : (Beik, I.S dan Arsyianti, 2015, 13)
Keluarga Sejahtera (Kuadran-I) : sebagai kategori tertinggi, dimana
rumah tangga dapat memenuhi kebutuhan material dan spiritual
secara komplit.
Keluarga Miskin Material (Kuadran-II): jika keluarga hanya
mampu memenuhi kebutuhan spiritualnya, tapi tidak mampu
memenuhi kebutuhan materialnya.
Keluarga Miskin Spiritual (Kuadran-III): jika keluarga hanya
mampu memenuhi kebutuhan materialnya, tapi tidak mampu
memenuhi kebutuhan spiritualnya.
Keluarga Miskin Absolut (Kuadran-IV): sebagai tingkat terendah,
dimana keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan material dan
spiritualnya.
Berdasarkan konsepsi ini, maka Beik, I.S dan Arsyianti (2016,
197) kemudian menyusun formula untuk menghitung indeks
kesejahteraan, indeks kemiskinan material, indeks kemiskinan
spiritual dan indeks kemiskinan absolut berdasarkan kuadran CIBEST.
Kuadran CIBEST sendiri disusun berdasarkan empat kemungkinan
keadaan sebagaimana telah dijelaskan di atas.
50
Gambar 2.1. Kuadran CIBEST
(Beik dan Arsyianti, 2015, 13)
Untuk mengetahui apakah suatu keluarga itu berkecukupan
secara material dan spiritual, maka besarnya kebutuhan material dan
kebutuhan spiritual harus dihitung terlebih dahulu. Rumah
tangga/keluarga dikatakan mampu secara material apabila pendapatan
mereka berada di atas nilai garis kemiskinan material atau MV.
Sebaliknya rumah tangga/keluarga dikatakan miskin secara material
apabila pendapatan mereka di bawah nilai MV. untuk menghitung
nilai MV dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari tiga
pendekatan. Pertama, melakukan survei kebutuhan minimal yang
harus dipenuhi oleh satu rumah tangga dalam satu bulan. Kedua, jika
di karenakan keterbatasan dana dan waktu survei tidak dapat
dilaksanakan, maka yang dapat dilakukan adalah dengan
memodifikasi pendekatan BPS terkait garis kemiskinan per kapita per
51
bulan menjadi garis kemiskinan (GK) per rumah tangga per bulan.
Modifikasi ini dapat dilakukan dengan cara mengalikan nilai GK
tersebut dengan besaran jumlah rata-rata anggota keluarga/rumah
tangga di suatu wilayah pengamatan. Ketiga, menggunakan standar
nishab zakat penghasilan atau zakat perdagangan (Beik, I.S dan
Arsyianti, 2017, 91-92)
Sedangkan untuk mengukur nilai kebutuhan spiritual dapat di
gunakan dengan menggunakan skala likert. Pada skala likert tersebut
peneliti dapat melihat nilai garis kemiskinan spiritual atau SV. Berikut
Tabel 2.2. terdapat skor pelaksanaan ibadah shalat, zakat, puasa, skor
lingkungan keluarga/rumah tangga, dan skor kebijakan pemerintah :
(Beik, I.S dan Arsyianti, 2017, 93)
Tabel 2.4. Skor Indikator Kebutuhan Spiritual
No Variabel
Skala likert Standard
kemiskinan
1 2 3 4 5
1 Shalat
Melarang
orang lain
shalat
Menolak
konsep shalat
Melaksanakan
shalat wajib
tidak rutin
Melaksanakan
shalat wajib rutin
tetapi tidak selalu
berjamaah
Melaksanakan
shalat wajib
rutin berjamaah
dan melakukan
shalat sunnah Skor rata-rata
untuk keluarga
yang secara
spiritual
miskin adalah
3 (SV=3)
2 Puasa
Melarang
orang lain
Puasa
Menolak
konsep Puasa
Melaksanakan
puasa wajib
tidak penuh
Hanya
melaksanakan
puasa wajib secara
penuh
Melaksanakan
puasa wajib dan
puasa sunnah
3 Zakat dan
Infak
Melarang
orang lain
zakat dan
Menolak zakat
dan infak Tidak pernah
berinfak walau
Membayar zakat
fitrah dan zakat
Membayar zakat
fitrah, zakat
harta dan infak/
52
infak sekali setahun harta shadaqah
4 Lingkungan
Keluarga
Melarang
anggota
keluarga
ibadah
Menolak
pelaksanaan
ibadah
Menganggap
ibadah urusan
keluarga
Medukung ibadah
anggota
keluarganya
Membangun
suana keluarga
yg mendukung
ibadah secara
bersama
5 Kebijakan
Pemerintah
Melarang
setiap
keluarga
ibadah
Menolak
pelaksanaan
ibadah
Menganggap
ibadah urusan
masyarakat
Mendukung
ibadah
Menciptakan
suana kondusif
untuk ibadah
Pada model CIBEST ini skala likert yang digunakan yaitu 1
sampai 5, di mana angka 1 diindikasi untuk nilai terburuk, dan angka
5 untuk penilaian paling baik. Meskipun angka 3 menjadi standard
minimal pada miskin spiritual, yang membedakan keluarga miskin
dan kaya secara spiritual, keluarga yang termasuk dalam penilaian
tersebut dianggap tidak memiliki kesadaran untuk menjalankan
ibadahnya secara rutin. Untuk penilaian 1 dan 2, dapat diasumsikan
bahwa mereka tidak mendukung ajaran agamanya, dan bahkan lebih
buruk lagi jika lingkungan dan pemerintah juga tidak mendukung.
(PUSKAS BAZNAS, 2017,15)
Garis kemiskinan spiritual atau Spritual Value (SV) bernilai 3.
Rumah tangga dikategorikan masuk dalam miskin spiritual apabila
skor SV kurang dari atau sama dengan 3. Hal ini di karena rumah
tangga tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan ibadah wajib.
(PUSKAS BAZNAS, 2017, 15)
53
Perhitungan skor spiritual individu anggota rumah
tangga/keluarga di dasarkan pada rumus berikut ini : (Beik, I.S dan
Arsyianti, 2017, 94)
𝐻𝑖 𝑉𝑝𝑖 𝑉𝑓𝑖 𝑉𝑧𝑖 𝑉𝑖 𝑉𝑔𝑖
5
Keterangan :
𝐻𝑖 : skor aktual anggota keluarga ke-i
𝑉𝑝𝑖 : skor shalat anggota keluarga ke-i
𝑉𝑓𝑖 : skor puasa anggota keluarga ke-i
𝑉𝑧𝑖 : skor zakat dan infak anggota keluarga ke-i
𝑉𝑖 : skor lingkungan keluarga menurut anggota keluarga ke-i
𝑉𝑔𝑖 : skor kebijakan pemerintah menurut anggota keluarga ke-i
Tabel 2.5. Rumus Perhitungan Indeks CIBEST
54
Beik, I.S dan Arsyianti (2015, 17)
2. Modifikasi IPM
Pada komponen IZN di indikator dampak zakat terdapat
variabel modifikasi IPM (pendidikan dan kesehatan) pada dimensi
mikro. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu indikator penting
untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup
manusia (masyarakat/penduduk). Kemudian IPM diperkenalkan
oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun
1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human
Development Report (HDR). IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar
yaitu : umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standard
hidup layak.
Pada dimensi umur panjang dan hidup sehat dapat diukur
dengan menggunakan angka harapan hidup saat lahir. Kemudian pada
dimensi pengetahuan dapat diujur dengan menggunakan harapan lama
sekolah dan rata-rata lama sekolah serta yang terakhir pada dimensi
standard hidup layak menggunakan produk nasional bruto perkapita.
Pada dimensi mikro pada IZN ini Indeks Pembangunan Manusia yang
digunakan menggunakan modifikasi IPM pada dimensi pendidikan
dan kesehatan atau dengan dimensi umur panjang dan hidup sehat
serta pengetahuan. Sehingga modifikasi IPM untuk dimensi kesehatan
dapat dirumuskan sebagai berikut (Putri, 2017, 17-18 ) :
55
Modifikasi IPM untuk dimensi kesehatan
𝐼𝑘𝑒𝑠𝑒𝑎𝑡𝑎𝑛
𝐴𝐻𝐻 𝐴𝐻𝐻
𝑚𝑖𝑛
𝐴𝐻𝐻𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛
Keterangan :
AHH : Angka Harapan Hidup
AHHmin
: 20 (standard UNDP)
AHHmaks
: 85 (standard UNDP)
Modifikasi IPM untuk dimensi pendidikan
𝐼𝐻𝐿𝑆
𝐻𝐿𝑆 𝐻𝐿𝑆
𝑚𝑖𝑛
𝐻𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
Keterangan :
𝐻𝐿𝑆 : Harapan Lama Sekolah
𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
: 0 (standard UNDP)
𝐻𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠
: 18 (standard UNDP)
𝐼𝑅𝐿𝑆
𝑅𝐿𝑆 𝑅𝐿𝑆
𝑚𝑖𝑛
𝑅𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑅𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
Keterangan :
𝑅𝐿𝑆 : Rata-rata lama sekolah
𝑅𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
: 0 (standard UNDP)
56
𝑅𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠
: 15 (standard UNDP)
𝐼𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛
𝐼𝐻𝐿𝑆
𝐼𝑅𝐿𝑆
2
Dengan demikian, Modifikasi IPM dapat dirumuskan sebagai
beikut :
3. Kemandirian
Pada komponen IZN di indikator dampak zakat terdapat
variabel kemandirian pada dimensi mikro. Pada variabel kemandirian,
variabel dilihat dari para penerima manfaat (mustahik). Kemandirian
para mustahik dilihat dari dua hal yaitu memiliki pekerjaan tetap atau
usaha/bisnis dan mempunyai tabungan. Pada variabel ini untuk
menentukan penilaiannya telah disiapkan alat berupa skala likert yang
telah dibentuk oleh pusat kajian strategis BAZNAS. Berikut Tabel 2.6.
skala likert pada variabel kemandirian:
Tabel 2.6. Kriteria Indeks Kemandirian
Kriteria
(1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 = cukup, 4 = kuat, 5 = sangat kuat)
1 2 3 4 5
57
Tidak memiliki
pekerjaan dan
usaha/bisnis
Memiliki pekerjaan
tidak tetap
(serabutan)
Hanya memiliki
salah satu dari
pekerjaan tetap atau
usaha/bisnis
Memiliki salah satu
dari pekerjaan tetap
atau usaha/bisnis dan
memiliki tabungan
Memiliki pekerjaan
tetap, usaha/bisnis
dan tabungan
(PUSKAS BAZNAS, 2017, 20)
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.7. Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti/
Judul Penelitian
Metode Analisis Perbedaan Persamaan Hasil Penelitian
1 Hidayaneu
Farchatunissa,
Analisis Kinerja
BAZNAS Kota
Bandung Dengan
Pendekatan
Indeks Zakat
Nasional
Skripsi ini
membahas tentang
pengukuran indeks
kinerja lembaga
Zakat di BAZNAS
Kota Bandung
dengan
menggunakan
metode Indeks
Zakat Nasional.
Sampel
penelitian
dilakukan di
Kota Bandung
pada tahun 2017.
Tidak menulis
cara menghitung
indeks variabel,
indeks indikator,
indeks dimensi
makro dan
mikro, dan
indeks zakat
nasional.
Variabel,
indikator, dan
metode
penelitian
mengggunakan
metode IZN.
Berdasarkan penghitung
nilai IZN BAZNAS
Kota Bandung adalah
0,355 Nilai tersebut
menunjukkan bahwa
kinerja BAZNAS kota
Bandung kurang baik.
Nilai indeks pada
dimensi makro, adalah
0.047 dengan kategori
kinerja tidak baik,
sedangkan nilai indeks
pada dimensi mikro
yaitu 0,56 dan termasuk
dalam kategori kinerja
cukup baik
58
2 Nadhia
Shalehanti,
Analisis Kinerja
BAZIS Kota
Jakarta Selatan
Skripsi ini
membahas tentang
pengukuran indeks
kinerja lembaga
Zakat di BAZIS
Kota Jakarta
Selatan dengan
menggunakan
metode Indeks
Zakat Nasional.
Sampel
penelitian
dilakukan di
Kota Jakarta
Selatan pada
tahun 2017.
Tidak menulis
cara menghitung
indeks variabel
dan indeks
indikator dampak
zakat.
Variabel,
indikator, dan
metode
penelitian
mengggunakan
metode IZN.
Berdasarkan penghitung
nilai IZN BAZIS Kota
Jakarta Selatan adalah
0,501 Nilai tersebut
menunjukkan bahwa
kinerja BAZIS kota
Jakarta Selatan Cukup
baik. Nilai indeks pada
dimensi makro, adalah
0.42475 dengan
kategori kinerja cukup
baik, sedangkan nilai
indeks pada dimensi
mikro yaitu 0,55 dan
termasuk dalam
kategori kinerja cukup
baik
3. Yunita
Hermawati
Putri,
Analisis Kinerja
Pengelolaan Zakat
Di Badan Amil
Zakat Nasional
(Baznas) Kota
Yogyakarta
Skripsi ini
membahas tentang
pengukuran indeks
kinerja lembaga
Zakat di BAZNAS
Kota Yogyakarta
dengan
menggunakan
metode Indeks
Zakat Nasional.
Sampel
penelitian
dilakukan di
Kota Yogyakarta
pada tahun 2017.
Tidak menulis
cara menghitung
indeks variabel,
indeks indikator
kelembagaan,
dan indeks
indikator dampak
zakat.
Variabel,
indikator, dan
metode
penelitian
mengggunakan
metode IZN.
Berdasarkan penghitung
nilai IZN BAZNAS
Kota Yogyakarta adalah
0.4338. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa
kinerja BAZNAS kota
Yogyakarta sudah
cukup baik. Nilai
indeks pada dimensi
makro, adalah 0.0495
dengan kategori kinerja
tidak baik, sedangkan
nilai indeks pada
dimensi mikro yaitu
0.69 dan termasuk
dalam kategori kinerja
baik
4. Ulfah Laelatul
Hilmiyah,
Analisis Kinerja
Perzakatan
BAZNAS
Kapubaten Bogor
Skripsi ini
membahas tentang
pengukuran indeks
kinerja lembaga
Zakat di BAZNAS
Kabupaten Bogor
dengan
menggunakan
metode Indeks
Zakat Nasional.
Sampel
penelitian
dilakukan di
Kabupaten Bogor
pada tahun 2017.
Tidak menulis
cara menghitung
indeks variabel.
Variabel,
indikator, dan
metode
penelitian
mengggunakan
metode IZN.
Berdasarkan penghitung
nilai IZN BAZNAS
Kabupaten Bogor
adalah 0.532 Nilai
tersebut menunjukkan
bahwa kinerja
BAZNAS Kabupaten
Bogor sudah cukup
baik. Nilai indeks pada
dimensi makro, adalah
0.4 dengan kategori
kinerja kurang baik,
sedangkan nilai indeks
pada dimensi mikro
59
yaitu 0.62 dan termasuk
dalam kategori kinerja
baik
60
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Komponen IZN
61
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja dari Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Tangerang Selatan yang telah memberikan
kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan dana zakat (mustahik) pada
program bantuan dana usaha serta mengukur sejauh mana kinerja dari lembaga
zakat ini dalam menjalankan organisasi yang telah dijalankan selama ini.
Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian lapangan (Field Research)
yang mana peneliti mengamati secara langsung terhadap objek yang dilakukan agar
mendapatkan data dan informasi yang terjadi dilapangan. Penelitian ini di lakukan
secara langsung di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Tangerang
Selatan dengan melibatkan pegawai BAZNAS serta mustahik yang mendapat
bantuan dana zakat dari program lembaga tersebut.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian empirik (berdasarkan
bukti-bukti atau data nyata) yang dilakukan secara sistematik tentang fenomena
sosial atau alam dengan menggunakan metode atau tehnik statistik, matematik
maupun perhitungan lainnya. Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk
mengembangkan atau menerapkan model-model statistika/matematik, teori dan
62
atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena yang diteliti tersebut (Asra, 2015,
25-26).
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari : objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008, 90).
Menurut Cooper (2003) dalam Sudaryono (2017, 165) populasi berkaitan dengan
seluruh kelompok orang, peristiwa atau benda yang menjadi pusat perhatian
penelitian untuk diteliti. Menurut Umar Sekaran (2006) dalam Suryani dkk (2015,
191) populasi terdiri dari elemen dan kelompok populasi. Elemen adalah salah satu
anggota populasi, sedangkan kelompok populasi merupakan kumpulan semua
elemen. Berdasarkan pada penjelasan pendapat tersebut, sehingga yang akan
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mustahik yang meneriman bantuan
modal usaha pada program bina usaha mandiri yang diberikan oleh BAZNAS Kota
Tangerang Selatan pada tahun 2018.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2008, 91). Selain itu sampel adalah sebagian dari
populasi yang akan diambil untuk diteliti dan hasil penelitiannya digunakan sebagai
representasi dari populasi secara keseluruhan (Suryani & Hendryadi, 2015, 192).
Pada penelitian ini sampel yang di gunakan adalah sebagian dari mustahik
BAZNAS Kota Tangerang Selatan yang menerima batuan modal usaha.
63
Teknik pengambilan sampel dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
pengambilan sampel probabilitas dan pengambilan sampel nonprobabilitas.
Menurut Sugiyono (2008, 92) sampel probabilitas adalah teknik pengambilan
sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi simple random
sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified
random sampling, cluster sampling. Sedangkan sampel nonprobabilitas adalah
teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini
meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh, snowball.
Metode sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sampling
Purposive. Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008, 96). Pada penelitian ini untuk menentukan
ukuran sampel yaitu dengan menggunakan rumus slovin. Metode pengumpulan
sampel yang digunakan dengan rumus slovin dengan tingkat kesalahan atau
toleransi eror 10 persen, sebagaimana berikut dengan rumus slovin yaitu : (Ruslan,
2006, 150)
Keterangan :
n : Ukuran Sampel
N : Ukuran Populasi
64
e : Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
dapat ditolerir (10%)
Dengan populasi (N) sebanyak 2512 orang dan tingkat kesalahan (e) 10 %
maka besarnya sampel minimal yang bias mewakili penelitian ini adalah :
Pada rumus berikut besaran minimal sampel berdasarkan hasil perhitungan
rumus slovin adalah 96,17 atau dibulatkan menjadi 96 respoden. Namun pada
penilitian ini respoden yang digunakan sebanyak 100 orang.
C. Metode Pengumpulan Data
Pada metode pengumpulan data hal tersebut dapat dilakukan berdasarkan
sumber data yang digunakan. Terdapat dua kelompok penelitian menurut sumber
data yang digunakan yaitu :
a. Data Primer
Sumber data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti terhadap
sumber datanya. Pengumpulan data tersebut didapatkan oleh peneliti dengan
65
cara mewawancara kepada respoden melalui tanya jawab kemudian
menyebarkan kuesioner (angket) kepada respoden yang ditemui. Hal tersebut
sebagaimana mana berikut :
1. Wawancara
Menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2018, 231) wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara di lakukan dengan tanya jawab secara langsung kepada
pihak BAZNAS Kota Tangerang Selatan serta kepada mustahik yang
menerima zakat melalui bantuan modal usaha dari BAZNAS Kota Tangerang
Selatan yang dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2019,
data yang diambil pada laporan periode tahun 2018 BAZNAS Kota
Tangerang Selatan.
2. Kuesioner (angket)
Kusioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
respoden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2008, 162). Pada penelitian ini
peneliti memberikan sebuah pertanyaan-pertanyaan tertulis secara langsung
kepada pihak BAZNAS Kota Tangerang Selatan serta mustahik yang
menerima zakat melalui bantuan modal usaha dari BAZNAS Kota Tangerang
Selatan sebagai respoden.
66
b. Data Sekunder
Data yang di peroleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah
dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi
(Suryani dan Hendryadi, 2015, 171). Data sekunder dapat di peroleh melalui
sumber antara lain : Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS), Buku, Jurnal, Majalah, Surat Kabar dan lain sebagainya.
D. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini menggunakan komponen Indeks Zakat Nasional
(IZN) yang dibentuk oleh Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional
(PUSKAS BAZNAS) yang dikeluarkan pada tahun 2016. Komponen Indeks
Zakat Nasional (IZN) terbagi menjadi dua dimensi yaitu dimensi makro dan
dimensi mikro. Dimensi makro merefleksikan bagaimana peran pemerintah dan
masyarakat secara agregat dalam berkontribusi membangun institusi zakat.
Dimensi ini memiliki 3 indikator yaitu regulasi, dukungan anggaran pemerintah
(APBN), dan database lembaga zakat. Kecuali regulasi dan dukungan anggaran
pemerintah, indikator database lembaga zakat kemudian diturunkan kembali
menjadi 3 variabel yaitu: jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik,
rasio muzaki individu, dan rasio muzaki badan usaha. Sedangkan pada dimensi
mikro merupakan bagian yang disusun dalam perspektif kelembagaan zakat dan
penerima manfaat zakat atau mustahik. Secara teknis penyusunan, dimensi
mikro memiliki dua indikator yaitu performa lembaga zakat dan dampak zakat
terhadap mustahik. Indikator performa lembaga zakat kemudian dibuat lebih
terperinci ke dalam 4 variabel yang mengukur performa lembaga dari aspek
67
penghimpunan, pengelolaan, penyaluran, dan pelaporan. Sedangkan indikator
dampak zakat merupakan gabungan 5 variabel yang melihat dampak secara
ekonomi, spiritual, pendidikan, kesehatan, dan kemandirian (PUSKAS
BAZNAS IZN, 2016, 23 – 24). Berikut Tabel 3.1. Komponen Indeks Zakat
Nasional :
Tabel 3.1 Komponen Indeks Zakat Nasional
Dimensi
Bobot
Kontribusi Indikator
Bobot
Kontribusi Variabel
Bobot
Kontribusi
Makro Regulasi (X11) 0.30 Regulasi 1.00
(X1) 0.40 Dukungan APBN (X12) 0.40 Dukungan APBN 1.00
Database Lembaga
Zakat (X13) 0.30
Database Jumlah Lembaga
Zakat Resmi, Muzaki dan
Mustahik (X131) 0.33
Rasio Muzaki Individu (X132) 0.33
Rasio Muzaki Badan (X133) 0.33
Penghimpunan (X211) 0.30
Kelembagaan (X21) 0.40 Pengelolaan (X212) 0.20
Mikro 0.60 Penyaluran (X213) 0.30
Pelaporan (X214) 0.20
Dampak Zakat (X22) 0.60
Kesejahteraan Material dan
Spiritual (Indeks
Kesejahteraan CIBEST) (X221)
0.40
Pendidikan dan Kesehatan (
Modifikasi IPM) (X222)
0.40
Kemandirian (X223) 0.20
68
1. Perhitungan pada Indeks Zakat Nasional (IZN)
Tahap pertama, membuat skoring skala likert dengan rentang 1-5 ,
dimana 1 menggambarkan kondisi paling buruk dan 5 kondisi paling baik.
Skoring ini dibuat untuk keseluruhan variabel penyusun Indeks : (PUSKAS
BAZNAS IZN, 2016. 25 – 28)
Tabel 3.2. Skoring Dimensi Makro
Dimensi Makro
No Variabel
Kriteria
(1= sangat lemah, 2= lemah, 3= cukup, 4= kuat, 5= sangat kuat)
1 2 3 4 5
1
Regulasi
Daerah
(untuk
penghitungan
level provinsi)
Memiliki
Perda zakat
di tingkat
provinsi dan
Perda zakat
di <25%
kab/kota
tersebut
Memiliki
Perda zakat
di tingkat
provinsi dan
Perda zakat
sekurang-
kurangya di
25%
kab/kota di
provinsi
tersebut
Memiliki
Perda zakat
di tingkat
provinsi dan
Perda zakat
sekurang-
kurangya di
50%
kab/kota di
provinsi
tersebut
Memiliki
Perda zakat
di tingkat
provinsi dan
Perda zakat
sekurang-
kurangya di
75%
kab/kota di
provinsi
tersebut
Memiliki Perda
zakat di tingkat
provinsi dan
Perda zakat di
seluruh
kab/kota di
provinsi
tersebut
2 APBD untuk
BAZNAS
daerah (untuk
penghitungan
level provinsi)
Rasio
kontribusi
APBD
terhadap
biaya
operasional
BAZNAS
daerah
< 20%
Rasio
kontribusi
APBD
terhadap
biaya
operasional
BAZNAS
daerah
sekurang-
kurangnya
20%
Rasio
kontribusi
APBD
terhadap
operasional
biaya
BAZNAS
daerah
sekurang-
kurangnya
30%
Rasio
kontribusi
APBD
terhadap
biaya
operasional
BAZNAS
daerah
sekurang-
kurangnya
50%
Rasio
kontribusi
APBD terhadap
biaya
operasional
BAZNAS
daerah
sekurang-
kurangnya 75%
3 Jumlah Lembaga
Zakat Resmi,
Muzaki, dan
Mustahik
Tidak
memiliki
database
dari jumlah
lembaga
zakat resmi,
jumlah
muzaki dan
mustahik
Memiliki 1
dari
database
jumlah
lembaga
zakat resmi,
jumlah
muzaki, dan
mustahik
Memiliki 2
dari dabase
jumlah
lembaga
zakat resmi,
jumlah
muzaki dan
mustahik
per lembaga
Memiliki
dabase
jumlah
lembaga
zakat resmi,
jumlah
muzaki dan
mustahik
per lembaga
Memiliki
dabase jumlah
lembaga zakat
resmi, jumlah
muzaki dan
mustahik
lembaga zakat
resmi per
lembaga serta
69
Keterangan :
Regulasi dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda)
Tabel 3.3. Skoring Dimensi Mikro
per lembaga per lembaga peta
persebarannya
4 Rasio Jumlah
Muzaki Individu
terhadap Jumlah
Rumah Tangga
Nasional
Rasio
jumlah
muzaki
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
rumah
tangga
Nasional <1
%
Rasio
jumlah
muzaki
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
rumah
tangga
Nasional
1-3,9 %
Rasio
jumlah
muzaki
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
rumah
tangga
Nasional
4-6,9 %
Rasio
jumlah
muzaki
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
rumah
tangga
Nasional
7-10 %
Rasio jumlah
muzaki
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
rumah
tangga
Nasional
>10 %
5 Rasio Jumlah
Muzaki Badan
terhadap Jumlah
Badan Usaha
Nasional
Rasio
jumlah
muzaki
badan
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
jumlah
badan usaha
<1 %
Rasio
jumlah
muzaki
badan
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
jumlah
badan usaha
1-1.9 %
Rasio
jumlah
muzaki
badan
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
jumlah
badan usaha
2-2.9 %
Rasio
jumlah
muzaki
badan
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
jumlah
badan usaha
3-3.9 %
Rasio jumlah
muzaki badan
terdaftar
(memiliki
NPWZ)
terhadap
jumlah badan
usaha ≥ 4 %
Dimensi Mikro
No Variabel
Kriteria
(1= sangat lemah, 2= lemah, 3= cukup, 4= kuat, 5= sangat kuat)
1 2 3 4 5
1 Penghimpunan Pertumbuha
n (YoY) < 5
%
Pertumbuha
n (YoY) 5 -
9 %
Pertumbuha
n (YoY) 10
- 14%
Pertumbuha
n (YoY) 15
- 19 %
Pertumbuhan
(YoY) > 20 %
2 Pengelolaan Tidak
memiliki
SOP
pengolaan
zakat,
rencana
stategis,
sertifikasi
ISO/
Memiliki
sekurang-
kurangya 1
dari SOP
pengolalan
zakat,
rencana
stategis,
seritfikasi
Memiliki
sekurang-
kurangya 2
dari SOP
pengolalan
zakat,
rencana
stategis,
serifikasi
Memiliki
sekurang-
kurangya 3
dari SOP
pengolalan
zakat,
rencana
stategis,
sertifikasi
Memiliki
SOP
pengolalan
zakat, rencana
stategis,
sertifikasi
ISO/
manajemen
mutu, dan
70
Keterangan :
ACR = Allocation to Collection Ratio, PS = Program Sosial (Konsumtif), PE =
Program Ekonomi (Produktif), PD = Program Dakwah
manajemen
mutu, dan
program
kerja
tahunan
ISO/
manajemen
mutu, dan
program
kerja
tahunan
ISO/
manajemen
mutu, dan
program
kerja
tahunan
ISO/
manajemen
mutu, dan
program
kerja
tahunan
program kerja
tahunan
3 Penyaluran ACR <20 % ACR 20 –
49 %
ACR 50 –
69 %
ACR 70 –
89 %
ACR ≥ 90 %
PS > 12
bulan
PS 9-12
bulan
PS 6-<9
bulan
PS 3-<6
bulan
PS < 3 bulan
PE > 15
bulan
PE 12-15
bulan
PE 9-<12
bulan
PE 6-<9
bulan
PE < 6 bulan
Tidak ada
anggaran
untuk PD
PD minimal
dialokasika
n 0.1-<2.5
% anggaran
PD minimal
dialokasika
n 2.5-<7.5
% anggaran
PD minimal
dialokasika
n 7.5-<10%
anggaran
PD minimal
dialoaksikan ≥
10 %
anggaran
4 Pelaporan Tidak
memiliki
laporan
keuangan
Memiliki
laporan
keuangan
yang tidak
teraudit
Memiliki
laporan
keuangan
teraudit
tidak WTP
Memiliki
laporan
keuangan
teraudit
WTP dan
publikasi
pelaporan
berkala
Memiliki
laporan
keuangan
teraudit
WTP,
memiliki
laporan audit
syariah dan
publikasi
pelaporan
secara berkala
5 Indeks
Kesejahteraan
CIBEST (W)
Nilai Indeks
0 – 0.20
Nilai indeks
0.21 – 0.40
Nilai Indeks
0.41 – 0.60
Nilai Indeks
0.61 – 0.80
Nilai indeks >
0.80
6 Modifikasi IPM
(Indeks
Pembangnan
Manusia)
Nilai Indeks
0 – 0.20
Nilai Indeks
0.21 – 0.40
Nilai Indeks
0.41 – 0.60
Nilai Indeks
0.61 – 0.80
Nilai Indeks >
0.80
7 Kemandirian Tidak
memiliki
pekerjaan
dan usaha/
bisnis
Memiliki
pekerjaan
tidak tetap
(serabutan)
Hanya
memiliki
salah satu
dari
pekerjaan
tetap atau
usaha/
bisnis
Memiliki
salah satu
dari
pekerjaan
tetap atau
usaha/
bisnis dan
memiliki
tabungan
Memiliki
pekerjaan
tetap, usaha/
bisnis dan
tabungan
71
Tahap kedua, menghitung indeks setiap variabel. Rumus yang dilakukan
untuk penghitungan indeks pada setiap variabel adalah :
𝐼𝑖
𝑆𝑖 𝑆
𝑚𝑖𝑛
𝑆𝑚𝑎𝑥
𝑆𝑚𝑖𝑛
Keterangan :
𝐼𝑖 : Indeks pada variabel i
𝑆𝑖 : Nilai skor aktual pada pengukuran variabel i
𝑆𝑚𝑎𝑥
: Skor maksimal
𝑆𝑚𝑖𝑛
: Skor minimal
Adapun nilai indeks yang dihasilkan akan berada pada rentang 0.00 –
1.00. Ini berarti semakin rendah nilai indeks yang didapatkan semakin buruk
kinerja perzakatan nasional, dan semakin besar nilai indeks yang diperoleh
berarti semakin baik kondisi perzakatan. Nilai 0.00 berarti indeks zakat nasional
yang diperoleh adalah paling rendah yaitu “nol”. Sedangkan nilai 1.00 berarti
nilai indeks paling tinggi, yaitu “sempurna”.
Tahap ketiga, kemudian mengalikan indeks yang diperoleh pada setiap
variabel dengan bobot masing-masing untuk memperoleh indeks pada indikator.
Dua indikator yaitu regulasi dan anggaran pemerintah tidak diturunkan ke
variabel yang lebih detail sehingga tidak memerlukan perhitungan khusus pada
72
tahap ini. Sedangkan tiga indikator lain, yang diturunkan ke dalam beberapa
variabel, memiliki perhitungan khusus yaitu
X13 = 0.33X131 + 0.33X132 + 0.33X133
Keterangan :
X13 : Indeks Indikator Database Lembaga Zakat
X131 : Indeks Variabel Jumlah Lembaga Zakat Resmi, Muzakki, dan
Mustahik
X132 : Indeks Variabel Rasio Muzaki Individu Terhadap Jumlah Rumah
Tangga
X133 : Indeks Variabel Rasio Muzaki Badan Terhadap Jumlah Badan
Usaha Nasional
X21 = 0.30X211 + 0.20X212 + 0.30X213 + 0.20X214
Keterangan :
X21 : Indeks Indikator Kelembagaan
X211 : Indeks Variabel Penghimpunan
X212 : Indeks Variabel Pengelolaan
X213 : Indeks Variabel Penyaluran
X214 : Indeks Variabel Pelaporan
X22 = 0.40X221 + 0.40X222 + 0.20X223
Keterangan :
73
X22 : Indeks Indikator Dampak Zakat
X221 : Indeks Variabel Kesejahteraan CIBEST (material dan spiritual)
X222 : Indeks Variabel Modifikasi IPM
X223 : Indeks Variabel Kemandirian
Untuk mendapatkan indeks variabel kesejahteraan material dan
spiritual (CIBEST), modifikasi IPM, dan kemandirian, berikut cara perhitungan
indeks-indeks tersebut :
1. Model CIBEST
Indeks kemiskinan yang digunakan dalam menentukan kondisi rumah
tangga mustahik adalah indeks kemiskinan Islami Center of Islamic Business
and Economics Studies (CIBEST) dari Institut Pertanian Bogor (IPB) yang
dikembangkan oleh Beik dan Arsyianti (2015).
Pada model CIBEST terdapat kuadran CIBEST yang terbagi menjadi
empat kategori yaitu : kategori kesejahteraan, kemiskinan material,
kemiskinan spritual dan kemiskinan absolut. Pembagian kuadran pada model
CIBEST didasarkan pada kemampuan dan kondisi rumah tangga mereka di
dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritualnya.
Kategori tersebut terbagi menjadi 4 kuandran di antaranya yaitu :
kuadran I (Sejahtera) dimana pada kuadran pertama ini rumah tangga mampu
memenuhi kebutuhan materialnya dan spriritualnya, pada kuandran II
(kemiskinan material) di mana rumah tangga mampu memenuhi kebutuhan
spiritual akan tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan materialnya, pada
74
kuandran III (kemiskinan spiritual) di mana rumah tangga mampu memenuhi
kebutuhan materialnya akan tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan
spritualnya, dan kuadran IV (Kemiskinan absolut) rumah tangga tidak mampu
memenuhi kebutuhan material serta spiritualnya secara sekaligus.
Suatu rumah tangga/keluarga dikatakan mampu secara material
apabila pendapatan mereka berada di atas nilai MV (Material Value).
Demikian sebaliknya, rumah tangga/keluarga dikatakan miskin secara
material apabila pendapatan mereka berada dibawah nilai MV. Nilai ini dapat
didasarkan pada nilai standard Garis Kemiskinan (GK) yang dikeluarkan oleh
pemerintah yaitu BPS. Maka Nilai MV dapat dihitung dengan Garis
kemiskinan di kalikan dengan jumlah anggota keluarga/rumah tangga
sehingga menjadi nilai MV (Garis kemiskinan material). Garis kemiskinan
Kota Tangerang Selatan berdasarkan BPS pada tahun 2017 sebesar Rp
494.784
Sedangkan pada kebutuhan spiritual untuk mengetahui apakah orang
tersebut sudah memenuhi kebutuhan spritualnya atau belum, dapat dihitung
dengan menggunakan Garis kemiskinan spiritual atau SV (Spiritual Value)
pada indikator kebutuhan spiritual yang sudah ada. Berikut Tabel 3.4. untuk
skor indikator kebutuhan spiritual :
Tabel 3.4. Skor Indikator Kebutuhan Spiritual
No Variabel
Skala likert Standard
kemiskinan
1 2 3 4 5
1 Shalat Melarang
orang lain Menolak
Melaksanakan
shalat wajib
Melaksanakan
shalat wajib rutin
Melaksanakan
shalat wajib
Skor rata-rata
untuk keluarga
75
shalat konsep shalat tidak rutin tetapi tidak selalu
berjamaah rutin berjamaah
dan melakukan
shalat sunnah
yang secara
spiritual
miskin adalah
3 (SV=3)
2 Puasa
Melarang
orang lain
Puasa
Menolak
konsep Puasa
Melaksanakan
puasa wajib
tidak penuh
Hanya
melaksanakan
puasa wajib secara
penuh
Melaksanakan
puasa wajib dan
puasa sunnah
3 Zakat dan
Infak
Melarang
orang lain
zakat dan
infak
Menolak zakat
dan infak
Tidak pernah
berinfak walau
sekali setahun
Membayar zakat
fitrah dan zakat
harta
Membayar zakat
fitrah, zakat
harta dan infak/
shadaqah
4 Lingkungan
Keluarga
Melarang
anggota
keluarga
ibadah
Menolak
pelaksanaan
ibadah
Menganggap
ibadah urusan
keluarga
Medukung ibadah
anggota
keluarganya
Membangun
suana keluarga
yg mendukung
ibadah secara
bersama
5 Kebijakan
Pemerintah
Melarang
setiap
keluarga
ibadah
Menolak
pelaksanaan
ibadah
Menganggap
ibadah urusan
masyarakat
Mendukung
ibadah
Menciptakan
suana kondusif
untuk ibadah
(Beik dan Arsyianti, 2017, 93)
Berdasarkan indikator kebutuhan spiritual didapatkan garis kemiskinan
spiritual atau spiritual value (SV). Rumah tangga/keluarga dikategorikan
masuk dalam miskin spiritual apabila memiliki skor SV kurang dari atau sama
dengan 3. Hal ini karena rumah tangga tersebut belum mampu memenuhi
kebutuhan ibadah wajib. Perhitungan skor spiritual individu anggota rumah
tangga/keluarga di dasarkan pada rumus berikut ini :
𝐻𝑖 𝑉𝑝𝑖 𝑉𝑓𝑖 𝑉𝑧𝑖 𝑉𝑖 𝑉𝑔𝑖
5
Keterangan :
76
𝐻𝑖 : skor aktual anggota keluarga ke-i
𝑉𝑝𝑖 : skor shalat anggota keluarga ke-i
𝑉𝑓𝑖 : skor puasa anggota keluarga ke-i
𝑉𝑧𝑖 : skor zakat dan infak anggota keluarga ke-i
𝑉𝑖 : skor lingkungan keluarga menurut anggota keluarga ke-i
𝑉𝑔𝑖 : skor kebijakan pemerintah menurut anggota keluarga ke-i
Tabel 3.5. Rumus perhitungan Indeks CIBEST
2. Modifikasi IPM
Dalam menghitung Indeks Zakat Nasional (IZN), komponen IPM
yang digunakan adalah dimensi kesehatan dan dimensi pendidikan. Setiap
dimensi IPM distandarisasi dengan nilai minimum dan maksimum
77
berdasarkan United Nation Developent Programme-UNDP. Modifikasi IPM
dapat dirumuskan sebagai berikut (Putri, 2017, 17-18) :
Modifikasi IPM untuk dimensi kesehatan
𝐼𝑘𝑒𝑠𝑒𝑎𝑡𝑎𝑛
𝐴𝐻𝐻 𝐴𝐻𝐻
𝑚𝑖𝑛
𝐴𝐻𝐻𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛
Keterangan :
𝐴𝐻𝐻 : Angka Harapan Hidup
𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛
: 20 (standard UNDP)
𝐴𝐻𝐻𝑚𝑎𝑘𝑠
: 85 (standard UNDP)
Modifikasi IPM untuk dimensi pendidikan
𝐼𝐻𝐿𝑆
𝐻𝐿𝑆 𝐻𝐿𝑆
𝑚𝑖𝑛
𝐻𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠
𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
Keterangan :
𝐻𝐿𝑆 : Harapan Lama Sekolah
𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
: 0 (standard UNDP)
𝐻𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠
: 18 (standard UNDP)
𝐼𝑅𝐿𝑆
𝑅𝐿𝑆 𝑅𝐿𝑆
𝑚𝑖𝑛
𝑅𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠
𝑅𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
Keterangan :
78
𝑅𝐿𝑆 : Rata-rata lama sekolah
𝑅𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
: 0 (standard UNDP)
𝑅𝐿𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠
: 15 (standard UNDP)
𝐼𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛
𝐼𝐻𝐿𝑆
𝐼𝑅𝐿𝑆
2
Dengan demikian, Modifikasi IPM dapat dirumuskan sebagai beikut :
3. Kemandirian
Kemandirian para mustahik tersebut dilihat dari dua hal yaitu
memiliki pekerjaan tetap atau usaha/bisnis dan mempunyai tabungan. Untuk
menentukan penilaiannya maka telah disiapkan alatnya berupa skala likert
yang telah ditentukan di dalam Indeks Zakat Nasional. Adapun Skala likert
pada variabel kamandirian dapat dilihat pada Tabel 3.6. di bawah ini:
(PUSKAS BASNAS, 2017, 20)
Tabel 3.6. Kriteria Indeks Kemandirian
Kriteria
(1 = sangat lemah, 2 = lemah, 3 = cukup, 4 = kuat, 5 = sangat kuat)
1 2 3 4 5
Tidak memiliki
pekerjaan dan
usaha/bisnis
Memiliki pekerjaan
tidak tetap
(serabutan)
Hanya memiliki
salah satu dari
pekerjaan tetap atau
usaha/bisnis
Memiliki salah satu
dari pekerjaan tetap
atau usaha/bisnis
dan memiliki
Memiliki pekerjaan
tetap, usaha/bisnis
dan tabungan
79
tabungan
Tahap keempat, mengalikan indeks yang diperoleh pada setiap indikator
dengan bobot masing-masing, untuk memperoleh indeks pada dimensi makro
dan dimensi mikro,
X1 = 0.30X11 + 0.40X12 + 0.30X13
Keterangan :
X1 : Indeks Dimensi Makro
X11 : Indeks Indikator Regulasi
X12 : Indeks Indikator Dukungan APBD
X13 : Indeks Indikator Database Lembaga Zakat
X2 = 0.4X21 + 0.60X22
Keterangan :
X2 : Indeks Dimensi Mikro
X21 : Indeks Indikator Kelembagaan
X22 : Indeks Indikator Dampak Zakat
Tahap Terakhir, adalah mengalikan indeks yang diperoleh pada setiap
dimensi dengan bobot masing-masing untuk memperoleh Indeks Zakat Nasional,
yaitu :
IZN = 0.40X1 + 0.60X2
Keterangan :
IZN : Indeks Zakat Nasional
80
X1 : Dimensi Makro
X2 : Dimensi Mikro
Hasil dari pengukuran indeks zakat nasional di bagi kedalam 5 kriteria
a. 0 – 0,2 = Tidak Baik
b. 0,21 – 0,4 = Kurang Baik
c. 0,41 – 0,6 = Cukup Baik
d. 0,61 – 0,8 = Baik
e. 0,81 – 1,0 = Sangat Baik
E. Definisi Operasional Indikator dan Variabel
Berikut definisi operasional indikator dan variabel dalam penelitian ini :
Tabel 3.7. Definisi Operasional Indikator dan Variabel
No Keterangan Definisi Operasional
1 Regulasi Adalah indikator dari dimensi makro dalam komponen IZN
yang menyatakan bahwa BAZNAS wilayah administratif
tersebut apakah telah memiliki regulasi berupa Peraturan
daerah tentang zakat sebagai payung hukum dalam
pelaksanaan pengelolaan zakat.
2 Dukungan APBN Adalah indikator dari dimensi makro dalam komponen IZN
yang menyatakan bahwa BAZNAS wilayah administratif
tersebut apakah dalam proses pengelolaan zakat mendapat
bantuan APBD untuk biaya operasional.
3 Database Lembaga Zakat Adalah indikator dari dimensi makro dalam komponen IZN
81
yang menyatakan bahwa apakah BAZNAS wilayah
administratif tersebut telah memiliki database lembaga zakat
resmi, muzakki dan mustahik, rasio muzakki individu serta
rasio muzakki badan usaha.
4 Kelembagaan Adalah indikator dari dimensi mikro dalam komponen IZN
yang menyatakan bahwa BAZNAS wilayah administratif
tersebut telah melakukan proses-proses penghimpunan,
pengelolaan, penyaluran dan pelaporan sesuai dengan skoring
pada dimensi mikro.
5 Dampak Zakat adalah indikator dari dimensi mikro dalam komponen IZN
yang menyatakan bahwa BAZNAS wilayah administratif
tersebut telah melakukan proses kegiatan-kegiatan
pengeloaan data zakat mengenai kesejateraaan material dan
spritual (indeks kesejahteraan CIBEST), pendidikan dan
kesejahteraan (modifikasi IPM) serta kemandirian.
Lembaga Zakat resmi
Muzaki dan Mustahik
Adalah variabel dari turunan indikator database lembaga
zakat yang menyatakan apakah BAZNAS wilayah
administratif tersebut telah memiliki database lembaga zakat
resmi, muzaki, dan mustahik.
6 Rasio Muzaki Individu Adalah variabel dari turunan indikator database lembaga
zakat yang menyatakan apakah BAZNAS wilayah
administratif tersebut telah memiliki database rasio muzaki
individu terhadap rumah tangga nasional.
Rasio Muzaki Badan Adalah variabel dari turunan indikator database lembaga
zakat yang menyatakan apakah BAZNAS wilayah
administratif tersebut telah memiliki database rasio muzaki
badan terhadap jumlah badan usaha nasional.
82
7 Penghimpunan Adalah variabel dari turunan indikator kelembagaan yang
menyatakan apakah BAZNAS wilayah administratif tersebut
telah melaksanakan penghimpunan sesuai dengan skoring
pada dimensi mikro dalam variabel penghimpunan.
8 Pengelolaan Adalah variabel dari turunan indikator kelembagaan yang
menyatakan apakah BAZNAS wilayah administratif tersebut
telah melaksanakan pengelolaan sesuai dengan skoring pada
dimensi mikro dalam variabel pengelolaan.
9 Penyaluran Adalah variabel dari turunan indikator kelembagaan yang
menyatakan apakah BAZNAS wilayah administratif tersebut
telah melaksanakan penyaluran sesuai dengan skoring pada
dimensi mikro dalam variabel penyaluran.
10 Pelaporan Adalah variabel dari turunan indikator kelembagaan yang
menyatakan apakah BAZNAS wilayah administratif tersebut
telah melaksanakan pelaporan sesuai dengan skoring pada
dimensi mikro dalam variabel pelaporan.
11 Kesejateraaan Material
dan Spritual (lndeks
kesejahteraan CIBEST)
Adalah variabel dari turunan indikator dampak zakat yang
menyatakan bahwa BAZNAS wilayah administratif tersebut
telah mengolah data indeks kesejahteraan CIBEST hasilnya
dinilai sesuai dengan skoring pada dimensi mikro dalam
variabel Kesejateraaan Material dan Spritual (lndeks
kesejahteraan CIBEST).
12 Pendidikan dan
Kesejahteraan (modifikasi
IPM)
Adalah variabel dari turunan indikator dampak zakat yang
menyatakan bahwa BAZNAS wilayah administratif tersebut
telah mengolah data modifikasi IPM hasilnya dinilai sesuai
dengan skoring pada dimensi mikro dalam variabel
pendidikan dan kesejahteraan (modifikasi IPM).
83
13 Kemandirian
Adalah variabel dari turunan indikator dampak zakat yang
menyatakan bahwa BAZNAS wilayah administratif tersebut
telah mengolah data kemandirian hasilnya dinilai sesuai
dengan skoring pada dimensi mikro dalam variabel
kemandirian.
F. Klasifikasi Dimensi, Indikator, dan Variabel
Berikut klasifikasi dimensi, indikator, dan variabel penelitian ini :
Tabel 3.8. Klasifikasi Dimensi, Indikator, dan Variabel
No Dimensi Indikator Nama Variabel Notasi
Variabel
1 Makro X1
Regulasi X11
Dukungan APBN X12
Database Lembaga
Zakat X13
Database Jumlah
Lembaga Zakat
Muzakki dan Mustahik
X131
Rasio Muzakki
Individu X132
Rasio Muzakki Badan X133
2 Mikro X2
Kelembagaan X21
Penghimpunan X211
Pengelolaan X212
Penyaluran X213
Pelaporan X214
Dampak Zakat X22
84
Kesejateraaan Material
dan Spritual (lndeks
kesejahteraan CIBEST)
X221
Pendidikan dan
Kesjahteraan
(modifikasi IPM)
X222
Kemandirian X223
85
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Tangerang
Selatan
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Tangerang Selatan
merupakan badan amil bentukan pemerintah nonstruktural yang bertugas untuk
menghimpun, mengelola, menyalurkan dan melakukan pelaporan pada dana
zakat pada tingkat Kabupaten/Kota. BAZNAS Kota Tangerang Selatan
dibentuk melalui Keputusan Walikota No. 451.12/Kep 252-Huk./2010 Tanggal
23 Juli 2010 sebagai realisasi dari UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan
zakat di Kota Tangerang Selatan. Akan tetapi pada saat ini BAZNAS Kota
Tangerang Selatan sudah mengikuti aturan berdasarkan UU No. 23 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan Zakat. Dengan mengikuti aturan UU yang telah di
perbaharui sehingga kemudian BAZNAS Kota Tangerang Selatan tidak
menggunakan lagi struktur yang terdahulu. Sebelum berganti nama sampai saat
ini menjadi BAZNAS Kota Tangerang Selatan, pada tahun 2009 dulunya
dinamakan sebagai Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang
Selatan. BAZNAS Kota Tangerang Selatan membentuk UPZ (Unit
Pengumpulan Zakat) diantaranya di masjid, musholla, perusahaan maupun
diperangkat daerah seperti di dinas dan kecamatan yang ada pada wilayah
86
administratif Kota Tangerang Selatan. Dengan dibentuknya UPZ diharapkan
dapat meminimalisir penghimpunan-penghimpunan zakat, sehingga tidak lagi
bersifat liar.
2. Struktur Organisasi Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota
Tangerang Selatan
Gambar 4.1. Struktur Organisasi BAZNAS Kota Tangerang Selatan
Berdasarkan Gambar 4.1. menunjukkan bahwa struktur organisasi
tertinggi pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan adalah Ketua BAZNAS Kota
Tangerang Selatan. Kemudian Ketua BAZNAS Kota Tangerang Selatan
87
membawahi 4 Wakil Ketua. Wakil Ketua terdiri dari Wakil Ketua I, Wakil
Ketua II, Wakil Ketua III, Wakil Ketua IV. Pada masing – masing Wakil Ketua
membawahi staf-staf yang lainnya.
B. Hasil Penelitian
1. Perhitungan Indeks Variabel Dimensi Makro
Dimensi makro dalam komponen penyusunan Indeks Zakat Nasional
menggambarkan bagaimana kontribusi pemerintah dan partisipasi masyarakat
terhadap zakat. Dimensi makro terdiri atas tiga indikator, yaitu regulasi (X11),
dukungan APBD (X12), dan database lembaga zakat (X13). Dua indikator yaitu
regulasi dan anggaran pemerintah tidak diturunkan ke variabel yang lebih detail
sehingga tidak memerlukan perhitungan khusus pada tahap ini. Untuk indikator
database lembaga zakat memiliki 3 variabel yaitu jumlah lembaga zakat resmi,
muzaki, dan mustahik (X131), rasio muzaki individu (X132), dan rasio muzaki
badan usaha (X133). Berikut hasil perhitungan indeks dimensi makro yang
diawali menghitung variabel – variabelnya :
a. Indeks Variabel Jumlah Lembaga Zakat Resmi, Muzaki, dan Mustahik
BAZNAS Kota Tangerang Selatan tidak memiliki database jumlah
lembaga zakat resmi serta tidak memiliki kelengkapan database terkait
jumlah muzaki dan mustahik per lembaga dari Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Berdasarkan Tabel 3.2. skoring makro, hal ini termasuk berskor 1. Maka,
88
perhitungan indeks jumlah lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik
sebagai berikut :
𝐼
Berdasarkan hasil perhitungan. indeks jumlah lembaga zakat resmi,
muzakki, dan mustahik bernilai 0 yang artinya kinerja lembaga zakat resmi,
muzakki, dan mustahik di BAZNAS Kota Tangerang Selatan tidak baik.
b. Indeks Variabel Rasio Jumlah Muzaki Individu Terhadap Jumlah Rumah
Tangga Kota Tangerang Selatan
Jumlah muzaki yang terdaftar pada BAZNAS Tangsel tidak memiliki
NPWZ terhadap Rumah Tangga Nasional. NPWZ adalah Nomor Pokok
Wajib Zakat. Berdasarkan Tabel 3.2. skoring dimensi makro, hal ini termasuk
berskor 1. Maka, perhitungan indeks rasio jumlah muzakki individu sebagai
berikut :
𝐼
Berdasarkan hasil perhitungan. indeks rasio jumlah muzakki individu
terhadap jumlah rumah tangga Tangerang Selatan bernilai 0 yang artinya
kinerja muzakki individu BAZNAS Kota Tangerang Selatan tidak baik.
c. Indeks Variabel Rasio Jumlah Muzaki Badan Terhadap Jumlah Badan Usaha
BAZNAS Kota Tangerang Selatan tidak memiliki jumlah muzaki
badan yang terdaftar pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan
89
Tabel 3.2. skoring dimensi makro, hal ini termasuk berskor 1. Maka,
perhitungan indeks jumlah muzakki badan terhadap jumlah badan usaha :
𝐼
Berdasarkan hasil perhitungan. indeks rasio jumlah muzakki badan
terhadap jumlah badan usaha Kota Tangerang Selatan bernilai 0 yang artinya
kinerja muzakki badan usaha di BAZNAS Kota Tangerang Selatan tidak baik.
2. Perhitungan Indeks Variabel Dimensi Mikro
Dimensi mikro menggambarkan kinerja lembaga melalui aspek
kelembagaan dan dampak zakat terhadap mustahik. Komponen penyusun
dimensi mikro terdiri atas dua indikator yaitu indikator kelembagaan (X21) dan
indikator dampak zakat (X22). Indikator kelembagaan memiliki empat variabel
yaitu penghimpunan (X211), pengelolaan (X212), penyaluran (X213), dan
pelaporan (X214). Indikator dampak zakat memiliki tiga variabel yaitu indeks
kesejahteraan CIBEST (X221), modifikasi IPM (X222), dan kemandirian (X223).
Berikut hasil perhitungan indeks dimensi mikro yang diawali menghitung
variabel – variabelnya :
a. Indeks Variabel Penghimpunan
Berdasarkan laporan keuangan BAZNAS Kota Tangerang Selatan,
penghimpunan dana zakat tahun 2017 sebesar Rp 4.570.958.420,00
mengalami penurunan pada tahun 2018 sejumlah Rp 4.301.537.795,00. Yang
berarti penurunan YoY. Berdasarkan Tabel 3.3. skoring dimensi mikro, hal
90
ini termasuk berskor 1. Maka, perhitungan indeks penghimpunan sebagai
berikut :
𝐼
Berdasarkan hasil perhitungan. Indeks penghimpunan bernilai 0 yang
artinya kinerja penghimpunan di BAZNAS Kota Tangerang Selatan tidak
baik.
b. Indeks Variabel Pengelolaan
Pada pengelolaan BAZNAS Kota Tangerang Selatan telah memiliki
program kerja, rencana strategis (Renstra), standar operasional prosedur
(SOP) berupa SOP keuangan, dan belum memiliki sertifikasi ISO. Yang
artinya, berdasarkan Tabel 3.3. skoring mikro, hal ini termasuk berskor 4
karena masuk ke dalam kategori memiliki sekurang-kurangnya 3 (BAZNAS
Tangerang Selatan telah memiliki SOP pengelolaan zakat, rencana strategis,
dan program kerja tahunan. Maka, perhitungan indeks pengelolaan sebagai
berikut :
𝐼
Berdasarkan hasil perhitungan. Indeks pengelolaan bernilai 0,75 yang
artinya kinerja pengelolaan BAZNAS Kota Tangerang Selatan baik.
c. Indeks Variabel Penyaluran
Pada penyaluran dana zakat BAZNAS Kota Tangerang Selatan
terdapat ACR, Program Sosial (PS), Program Ekonomi (PE), dan Program
91
Dakwah (PD). ACR adalah Allocation to Collection Ratio yaitu rasio
perbandingan antara proporsi dana zakat yang disalurkan dengan dana zakat
yang dihimpun. Dana yang disalurkan Rp 3.027.906.688,00 dan dana zakat
yang dihimpun Rp 4.301.537.795,00 berarti ACR sebesar 70,39%.
Penyaluran dana zakat sebagian besar disalurkan kepada fakir miskin
sejumlah Rp 1.922.832.951,00. Berdasarkan Tabel 3.3. skoring dimensi
mikro, ACR BAZNAS Tangerang Selatan termasuk berskor 4.
Kemudian, untuk program sosial (PS) diadakan dilakukan jangka 3
bulan sampai 6 bulan berupa biaya temporer seperti biaya tunggakkan anak
sekolah, biaya hidup (bayar uang kontrakan), Ibnu Sabil (orang tidak punya
biaya untuk pulang kampung) seperti tiket. Selain itu, ada biaya regular
seperti beasiswa. Berdasarkan Tabel 3.3. skoring dimensi mikro, Program
Sosial (PS) BAZNAS Tangerang Selatan termasuk berskor 4. Program
Ekonomi (PE) dilakukan jangka 9 bulan sampai 12 bulan berupa bantuan
modal usaha sebesar Rp 500.000,00/mustahik. Yang artinya, berdasarkan
Tabel 3.3. skoring dimensi mikro, Program Ekonomi BAZNAS Kota
Tangerang Selatan termasuk berskor 3.
Untuk program dakwah/penyaluran Fii Sabilillah sebesar Rp
283.100.000,00. Sedangkan, APBD BAZNAS Kota Tangserang Selatan
sebesar Rp 600.000.000. Maka, program dakwah 47,18% dari APBD. Yang
artinya, berdasarkan Tabel 3.3. skoring dimensi mikro, program dakwah
BAZNAS Kota Tangerang Selatan pada tahun 2018 termasuk berskor 5.
Maka, perhitungan indeks pengelolaan sebagai berikut :
92
a. Indeks ACR
𝐼
b. Indeks Program Sosial
𝐼
c. Indeks Program Ekonomi
𝐼
d. Indeks Program Dakwah
𝐼
Maka, untuk hasil indeks penyaluran BAZNAS Kota Tangerang
Selatan adalah :
𝐼
Berdasarkan hasil perhitungan. Indeks penyaluran bernilai 0,75 yang
artinya kinerja penyaluran BAZNAS Kota Tangerang Selatan baik.
d. Indeks Variabel Pelaporan
BAZNAS Kota Tangerang Selatan memiliki laporan keuangan
yang teraudit WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) belum dipublikasi
pelaporan secara berkala. Yang artinya, berdasarkan Tabel 3.3. skoring
93
dimensi mikro, variabel pelaporan termasuk berskor 4. Maka perhitungan
indeks pelaporan sebagai berikut :
𝐼
Berdasarkan hasil perhitungan. Indeks pelaporan bernilai 0,75 yang
artinya kinerja pelaporan BAZNAS Kota Tangerang Selatan baik.
e. Indeks Variabel Kesejahteraan CIBEST
Indikator Indeks kesejahteraan CIBEST menggambarkan dampak
zakat terhadap tingkat pendapatan dan keimanan mustahik. Terdapat 4
kuadran pada model CIBEST. Kuadran I menggambarkan mustahik yang
kaya material dan spiritual. Kuadran II menggambarkan kondisi mustahik
yang miskin secara material tetapi kaya secara spiritual. Kuadran III
menggambarkan kondisi mustahik yang kaya secara material tetapi miskin
spiritual. Kuadran IV menggambarkan kondisi mustahik yang secara
material maupun spiritual miskin atau disebut dengan miskin absolut.
Berikut hasil perhitungan berdasarkan model CIBEST sebelum menerima
bantuan dana zakat :
𝑘𝑒 𝑢𝑎 𝑔𝑎
𝑘𝑒 𝑢𝑎 𝑔𝑎
𝑚 𝑘𝑒 𝑢𝑎 𝑔𝑎
𝑘𝑒 𝑢𝑎 𝑔𝑎
𝑠 𝑘𝑒 𝑢𝑎 𝑔𝑎
𝑘𝑒 𝑢𝑎 𝑔𝑎
𝑎 𝑘𝑒 𝑢𝑎 𝑔𝑎
𝑘𝑒 𝑢𝑎 𝑔𝑎
94
Keterangan :
: Kuadran 1 (Indeks kesejahteraan)
𝑚 : Kuadran II (Indeks Kemiskinan Material)
𝑠 : Kuadran III (Indeks Kemiskinan Spiritual)
𝑎 : Kuadran IV (Indeks Kemiskinan Absolut)
Gambar 4.2. Kuadran CIBEST Sebelum
Berdasarkan data terdapat 57 rumah tangga mustahik yang masuk
dalam kategori sejahtera yaitu di kuadran I. Kuadran I terletak pada sumbu
positif baik pada garis kemiskinan material dan juga garis kemiskinan
spiritual. Hal ini menggambarkan bahwa sebanyak 57 rumah tangga
mustahik mampu memenuhi kebutuhan kebutuhan material dan kebutuhan
spiritualnya meskipun belum mendapatkan bantuan dana zakat dari
BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
95
Berikutnya kuadran II menggambarkan rumah tangga mustahik
yang masuk dalam kategori miskin material. Kuadran II ini terletak di
sumbu negatif pada garis kemiskinan material dan terletak di sumbu positif
pada garis kemiskinan spiritual. Oleh karena itu, pada kuadran II
digambarkan bahwa sebanyak 27 rumah tangga mustahik mengalami
kondisi kemiskinan material yang artinya rumah tangga tersebut sudah
mampu mencukupi kebutuhan spiritual tetapi belum mampu mencukupi
kebutuhan material sebelum adanya bantuan dana zakat.
Kemudian, pada kuadran III, kuadran ini terletak di sumbu negatif
baik pada garis kemiskinan spiritual dan di sumbu positif pada garis
kemiskinan material, sehingga kuadran III menggambarkan kemiskinan
spiritual yang dialami rumah tangga mustahik. Sebelum mendapatkan
bantuan dana zakat, terdapat 11 rumah tangga yang masuk kedalam
kategori miskin spiritual. Artinya, 11 rumah tangga mustahik tersebut
sudah mampu memenuhi kebutuhan material tetapi belum mampu
memenuhi kebutuhan spiritual.
Kuadran IV adalah kuadran yang terakhir, terletak di sumbu negatif
baik pada garis kemiskinan spiritual dan juga garis kemiskinan material,
artinya rumah tangga yang masuk dalam kuadran IV dikategorikan
kedalam rumah tangga yang mengalami kemiskinan absolut. Kemiskinan
absolut menggambarkan rumah tangga mustahik yang tidak mampu
mencukupi kebutuhan material dan kebutuhan spiritualnya. Ditemukan
96
sebanyak 5 rumah tangga mustahik masuk dalam kategori miskin absolut
ketika sebelum adanya bantuan zakat dari BAZNAS Kota Tangerang
Selatan.
Berikut hasil perhitungan berdasarkan model CIBEST sesudah
menerima bantuan dana zakat :
𝑘𝑒 𝑢𝑎 𝑔𝑎
𝑘𝑒 𝑢𝑎 𝑔𝑎
𝑚 𝑘𝑒 𝑢𝑎 𝑔𝑎
𝑘𝑒 𝑢𝑎 𝑔𝑎
𝑠 𝑘𝑒 𝑢𝑎 𝑔𝑎
𝑘𝑒 𝑢𝑎 𝑔𝑎
𝑎 𝑘𝑒 𝑢𝑎 𝑔𝑎
𝑘𝑒 𝑢𝑎 𝑔𝑎
Keterangan :
: Kuadran 1 (Indeks kesejahteraan)
𝑚 : Kuadran II (Indeks Kemiskinan Material)
𝑠 : Kuadran III (Indeks Kemiskinan Spiritual)
𝑎 : Kuadran IV (Indeks Kemiskinan Absolut)
Gambar 4.3. Kuadran CIBEST Sesudah
97
Berdasarkan data mustahik yang menerima bantuan zakat maka
terdapat 78 rumah tangga mustahik yang masuk dalam kategori sejahtera
yaitu di kuadran I. Kuadran I terletak pada sumbu positif baik pada garis
kemiskinan material dan juga garis kemiskinan spiritual. Hal ini
menggambarkan bahwa sebanyak 78 rumah tangga mustahik mampu
memenuhi kebutuhan kebutuhan material dan kebutuhan spiritualnya
setelah menerima bantuan zakat dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
Berikutnya kuadran II menggambarkan rumah tangga mustahik
yang masuk dalam kategori miskin material. Kuadran II ini terletak di
sumbu negatif pada garis kemiskinan material dan terletak di sumbu positif
pada garis kemiskinan spiritual. Oleh karena itu, pada kuadran II
digambarkan bahwa sebanyak 20 rumah tangga mustahik mengalami
kondisi kemiskinan material yang artinya rumah tangga tersebut sudah
mampu mencukupi kebutuhan spiritual tetapi belum mampu mencukupi
98
kebutuhan material walaupun setelah menerima bantuan zakat dari
BAZNAS Kota Tangerang Selatan.
Kemudian, pada kuadran III, kuadran ini terletak di sumbu negatif
baik pada garis kemiskinan spiritual dan di sumbu positif pada garis
kemiskinan material, sehingga kuadran III menggambarkan kemiskinan
spiritual yang dialami rumah tangga mustahik. Setelah mendapatkan
bantuan dana zakat, maka terdapat 2 rumah tangga yang masuk kedalam
kategori miskin spiritual. Artinya, 2 rumah tangga mustahik tersebut sudah
mampu memenuhi kebutuhan material tetapi belum mampu memenuhi
kebutuhan spiritual setelah menerima bantuan zakat.
Kuadran IV adalah kuadran yang terakhir, terletak di sumbu negatif
baik pada garis kemiskinan spiritual dan juga garis kemiskinan material,
artinya rumah tangga yang masuk dalam kuadran IV dikategorikan
kedalam rumah tangga yang mengalami kemiskinan absolut. Kemiskinan
absolut menggambarkan rumah tangga mustahik yang tidak mampu
mencukupi kebutuhan material dan kebutuhan spiritualnya. Berdasarkan
data tidak terdapat rumah tangga mustahik masuk dalam kategori miskin
absolut setelah menerima bantuan zakat dari BAZNAS Kota Tangerang
Selatan.
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, indeks kesejahteraan (W)
CIBEST adalah 0,78. Yang artinya indeks tersebut masuk ke kondisi
99
aktual antara 0,61 – 0,80 berskor 4. Maka indeks kesejahteraan CIBEST
(W) adalah :
𝐼
Berdasarkan hasil perhitungan. Indeks kesejahteraan CIBEST
bernilai 0,75 yang artinya kinerja pemberian dana zakat BAZNAS Kota
Tangerang Selatan baik.
f. Indeks Variabel Modifikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Untuk menghitung Indeks Pembangunan Manusia, digunakan
indeks kesehatan dan indeks pendidikan. Oleh karena itu, hitung indeks
kesehatan terlebih dahulu dengan menggunakan Angka Harapan Hidup
Kota Tangerang Selatan tahun 2018 yang didapat dari website bps
(bps.go.id). Angka Harapan Hidup Tangerang Selatan tahun 2018 belum
dipublish. Oleh karena itu, peneliti menggunakan Angka Harapan Hidup
2017 sebesar 72,16. Angka Harapan Hidup maksimal dan minimal didapat
dari UNDP. Berikut perhitungan indeks kesehatan.
𝐼
Selanjutnya, menghitung Indeks Pendidikan dengan menggunakan
Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah Kota Tangerang
Selatan tahun 2018. Data Harapan Lama Sekolah dan Rata – rata Lama
Sekolah tahun 2018 belum dipublish dari bps.go.id. Oleh karena itu,
peneliti menggunakan HLS Tangerang Selatan tahun 2017 sebesar 14,39
100
sedangkan untuk data RLS di ambil dari hasil perhitungan data survei
mustahik sebesar 10,83 dalam lampiran 2. Angka HLS minimal dan
maksimal serta RLS minimal dan maksimal yang dipublish oleh bps
mengacu kepada UNDP. Berikut perhitungan Indeks Pendidikan :
𝐼
𝐼
𝐼
Maka Indeks Modifikasi IPM sebesar
𝐼 √
Berdasarkan hasil perhitungan IPM sebesar 0,61 yang artinya
berskor 4 karena nilai indeksnya 0,61 – 0,80. Maka, perhitungan indeks
modifikasi IPM sebagai berikut :
𝐼
Berdasarkan hasil perhitungan, indeks modifikasi IPM adalah 0,75
yang artinya modifikasi IPM BAZNAS Kota Tangerang Selatan baik.
101
g. Indeks Variabel Kemandirian dan Karakteristik Rumah Tangga
Variabel kemandirian menggambarkan sejauh mana zakat dapat
berdampak pada tingkat produktivitas dan menjadikan mustahik mampu
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tabel 4.1. Kemandirian dan Karakteristik Rumah tangga
Karakteristik Data
Jumlah Presentase
Jenis Kelamin
Laki-laki 25 25
Perempuan 75 75
Usia
26 - 40 25 25
41 - 55 47 47
56 - 70 28 28
Pendidikan
SD 12 12
SMP 19 19
SMA 66 66
S1 3 3
Pekerjaan
Pedagang 88 88
Wiraswasta 8 8
102
Karakteristik Data
Jumlah Presentase
Guru 1 1
Karyawan 3 3
Ukuran Keluarga
1 – 3 orang 44 44
4 – 6 orang 52 52
>6 orang 4 4
Status pernikahan
Belum Menikah 4 4
Menikah 84 84
Duda/Janda 12 12
Kemandirian
Tidak memiliki pekerjaan dan usaha /bisnis 0 0
Memiliki pekerjaan tidak tetap (serabutan) 0 0
Hanya memiliki salah satu dari pekerjaan
tetap atau usaha /bisnis
24 24
Memiliki salah satu dari pekerjaan tetap atau
usaha / bisnis dan memiliki tabungan
76 76
Memiliki pekerjaan tetap, usaha/bisnis dan
tabungan
0 0
103
Berdasarkan Tabel 4.1. mayoritas penerima bantuan dana zakat
yang diberikan oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan berjenis kelamin
perempuan sebesar 75 persen. Sedangkan rumah tangga dengan jenis
kelamin laki – laki sebesar 25 persen. Dari segi usia, mayoritas rumah
tangga berada pada usia produktif yaitu usia 26-40 tahun sebesar 25 persen
dan rentang usia 41-55 tahun terdapat sebesar 47 persen. Rumah tangga
yang berada pada usia tidak produktif atau lebih dari 56 tahun terdapat 28
persen.
Tingkat pendidikan responden hasil pengumpulan data mustahik
adalah sebagai berikut terdapat dalam tabel 4.1 yaitu pendidikan Sekolah
Dasar yaitu sebanyak 12 orang atau sebesar 12 persen. Rumah tangga
dengan pendidikan SMP terdapat sebanyak 19 orang atau sebesar 19
persen, sedangkan Pendidikan SMA terdapat sebanyak 66 orang atau
sebesar 66 persen, sedangkan lebih dari 3 orang atau 3 persen untuk rumah
tangga mustahik berpendidikan lebih dari SMA yaitu S1.
Mayoritas pekerjaan rumah tangga mustahik adalah pedagang
sejumlah 88 orang atau sebesar 88 persen, sedangkan pekerjaan sebagai
wiraswasta 8 orang atau 8 persen. Selanjutnya, untuk pekerjaan guru
sebanyak 1 orang atau sebesar 1 persen dan karyawan sejumlah 3 orang
atau sebesar 3 persen.
Variabel kemandirian mendapatkan skor empat artinya rata-rata
rumah tangga mustahik memiliki salah satu dari pekerjaan tetap atau
usaha/bisnis dan memiliki tabungan. Akan tetapi, untuk memberikan
104
zakat kepada para mustahik, BAZNAS langsung menyerahkan tanpa
rekening tabungan. Yang artinya kemandirian BAZNAS Kota Tangerang
Selatan 2018 berskor 4. Berikut indeks kemandirian :
𝐼
Berdasarkan hasil perhitungan. Indeks kemandirian bernilai 0,75
yang artinya kinerja kemandirian BAZNAS Kota Tangerang Selatan baik.
3. Perhitungan Indeks Indikator Dimensi Makro
Setelah mendapatkan indeks setiap variabel makro, kemudian
menghitung indeks indikator dimensi makro dengan cara mengalikan indeks
variabel dengan bobot masing – masing variabel. Pada dimensi makro ada tiga
indikator yaitu regulasi, dukungan APBD, dan database lembaga zakat. Berikut
hasil perhitungan indeks indikator dimensi makro :
a. Indeks Indikator Regulasi (X11)
BAZNAS Kota Tangerang Selatan tidak memiliki Peraturan Daerah
yang mengatur tentang zakat. Kondisi aktual tidak terdapat Instruksi dari
Walikota Tangerang Selatan sehingga tidak ada Peraturan Daerah untuk
BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan Tabel 3.2. skoring dimensi
makro, regulasi termasuk berskor 1. Maka, perhitungan indeks indikator
regulasi sebagai berikut :
105
Berdasarkan hasil perhitungan indeks indikator regulasi bernilai 0
yang artinya kinerja regulasi di BAZNAS Kota Tangerang Selatan tidak baik.
b. Indeks Indikator Dukungan APBD (X12)
BAZNAS Kota Tangerang Selatan dari tahun ketahun mendapat
alokasi APBD setiap tahun. APBD tahun 2018 sebesar Rp. 600.000.000,-.
Dengan biaya operasional BAZNAS Tangerang Selatan sebesar Rp
1.015.423.379,-. Biaya operasional dibebankan pada APBD melalui bantuan
hibah pemerintah daerah Kota Tangerang Selatan. Maka, rasio kontribusi
APBD terhadap biaya operasional BAZNAS Kota Tangerang Selatan
mencapai 59 %. Berdasarkan Tabel 3.2. skoring dimensi makro, dukungan
APBD termasuk berskor 4. Maka, perhitungan indeks indikator dukungan
APBD sebagai berikut :
Berdasarkan hasil perhitungan. Indeks indikator dukungan APBD
bernilai 0,75 yang artinya kinerja dukungan APBD di BAZNAS Kota
Tangerang Selatan baik.
c. Indeks Indikator Database Lembaga Zakat (X13)
Hasil indeks variabel database jumlah lembaga zakat resmi, muzakki,
dan mustahik (X131) adalah 0, hasil indeks variabel rasio muzaki individu
(X132) adalah 0, hasil indeks variabel rasio muzaki badan (X133) adalah 0.
Maka, perhitungan indeks indikator database lembaga zakat sebagai berikut :
106
X13 = 0,33X131 + 0,33X132 + 0,33X133
= 0,33(0) + 0,33(0) + 0,33(0)
= 0
Berdasarkan hasil perhitungan. indeks indikator database lembaga
zakat bernilai 0 yang artinya kinerja database lembaga zakat BAZNAS Kota
Tangerang Selatan tidak baik.
4. Perhitungan Indeks Indikator Dimensi Mikro
a. Indeks Indikator Kelembagaan (X22)
Hasil indeks variabel penghimpunan (X211) adalah 0. Hasil indeks
variabel pengelolaan (X212) adalah 0,75. Hasil indeks variabel penyaluran
(X213) adalah 0,75. Hasil indeks variabel pelaporan (X214) adalah 0,75. Maka,
perhitungan indeks indikator kelembagaan sebagai berikut :
X21 = 0,30X211 + 0,20X212 + 0,30X213 + 0,20X214
= 0,30(0) + 0,20(0,75) + 0,30(0,75) + 0,20(0,75)
= 0,525
Berdasarkan hasil perhitungan. indeks indikator kelembagaan bernilai
0,525 yang artinya kinerja kelembagaan zakat BAZNAS Kota Tangerang
Selatan baik.
b. Indeks Indikator Dampak Zakat (X22)
Hasil indeks variabel kesejahteraan material dan spiritual (Indeks
Kesejahteraan CIBEST) (X221) adalah 0,75. Hasil indeks variabel
modifikasi IPM (pendidikan dan kesehatan) (X222) adalah 0,75. Hasil
107
indeks variabel kemandirian (X223) adalah 0,75. Maka, perhitungan indeks
indikator dampak zakat sebagai berikut :
X22 = 0,40X221 + 0,40X222 + 0,20X223
= 0,40(0,75) + 0,40(0,75) + 0,20(0,75)
= 0,75
Berdasarkan hasil perhitungan. indeks indikator dampak zakat
bernilai 0,75 yang artinya pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat
melalui program layanan mustahik oleh BAZNAS Kota Tangerang Selatan
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
5. Perhitungan Indeks Dimensi Makro
Hasil perhitungan berikutnya yaitu dengan mengalikan nilai indeks yang
diperoleh pada setiap indikator dengan bobot masing – masing untuk
memperoleh indeks pada dimensi makro. Indeks indikator regulasi adalah 0,
indeks indikator APBD adalah 0,75, indeks indikator database lembaga zakat
adalah 0. Berikut hitungan indeks dimensi makro, yaitu :
X1 = 0,30X11 + 0,40X12 + 0,30X13
= 0,30(0) + 0,40(0,75) + 0,30(0)
= 0,30
Berdasarkan hasil perhitungan, indeks dimensi makro sebesar 0,30,
indeks ini berada pada kategori kurang baik yaitu pada rentang 0,21-0,40. Indeks
dimensi makro didapatkan dari hasil perhitungan komponen penyusun dimensi
makro disajikan dalam Tabel 4.2. :
108
Tabel 4.2. Indeks Dimensi Makro
Berdasarkan Tabel 4.2. menunjukkan bahwa dimensi makro
mendapatkan nilai indeks sebesar 0,3, artinya kinerja perzakatan ditinjau dari
sisi makro yaitu peran pemerintah dan partisipasi masyarakat Kota Tangerang
Selatan kurang baik. Berdasarkan indeks indikator regulasi mendapatkan nilai 0
karena Kota Tangerang Selatan tidak memiliki Peraturan Daerah (Perda) yang
mengatur tentang pengelolaan zakat.
Meskipun tidak memiliki Peraturan Daerah (Perda) Zakat tetapi
mendapatkan alokasi dana APBD melalui bantuan hibah pemda Kota
Tangerang Selatan untuk BAZNAS Kota Tangerang Selatan. Biaya operasional
seluruhnya dibebankan pada anggaran pemerintah dan belanja daerah. Indeks
indikator database lembaga zakat juga nol yang artinya kinerja lembaga terkait
database lembaga zakat tidak baik. Hal ini dikarenakan semua indeks variabel
turunan database lembaga zakat bernilai nol. Indeks variabel jumlah lembaga
No Variabel Bobot Indeks Variabel Indikator Indeks Indikator Bobot Dimensi Indeks Dimensi
1 Regulasi (X11) 0 0.3
2 Dukungan APBD (X12) 0.75 0.4
3 Database Jumlah Lembaga ZAKAT Resmi (X131) 0.33 0 0
4 Rasio Muzaki Individu (132) 0.33 0 0
5 Rasio Muzaki Badan (X133) 0.33 0 0
Database Lembaga Zakat (X13) 0 0.3
Makro (X1) 0.3
109
zakat resmi, muzaki, mustahik, dan jumlah rasio muzakki individu, serta jumlah
rasio muzakki badan usaha sebesar nol.
6. Perhitungan Indeks Dimensi Mikro
Hasil perhitungan berikutnya yaitu dengan mengalikan nilai indeks yang
diperoleh pada setiap indikator dengan bobot masing – masing untuk
memperoleh indeks pada dimensi mikro. Dimensi mikro menggambarkan
kinerja lembaga melalui aspek kelembagaan dan dampak zakat terhadap
mustahik. Komponen penyusun dimensi mikro terdiri atas dua indikator yaitu
indikator kelembagaan dan indikator dampak zakat. Indeks indikator
kelembagaan adalah 0,525 dan indeks indikator dampak zakat adalah 0,75.
Berikut hitungan indeks dimensi mikro, yaitu :
X2 = 0,40X21 + 0,60X22
= 0,40(0,525) + 0,60(0,75)
= 0,66
Berdasarkan hasil perhitungan, indeks dimensi mikro sebesar 0,66 indeks
ini berada pada kategori baik yaitu pada rentang 0,61-0,80. Indeks dimensi
mikro didapatkan dari hasil perhitungan komponen penyusun dimensi mikro
disajikan dalam Tabel 4.3 :
110
Tabel 4.3. Indeks Dimensi Mikro
Berdasarkan Tabel 4.3. menunjukkan bahwa indeks dimensi mikro
bernilai 0,66 yang artinya kinerja lembaga BAZNAS Kota Tangerang Selatan
dari perspektif kelembagaan yang terdiri dari penghimpunan, pengelolaan,
penyaluran, dan pelaporannya serta dampak zakat yang terdiri dari indeks
kesejahteraan (CIBEST), Modifikasi IPM, dan kemandirian memiliki nilai
indeks variabel yang baik masing - masing sebesar 0,75 kecuali penghimpunan
mendapatkan 0 karena jumlah penghimpunan dana zakat pada tahun 2018 turun
dari jumlah penghimpunan zakat tahun 2017.
7. Perhitungan Indeks Zakat Nasional (IZN)
Hasil perhitungan berikutnya yaitu dengan mengalikan nilai indeks yang
diperoleh pada setiap dimensi dengan bobot masing-masing untuk memperoleh
indeks zakat nasional. Berikut hasil perhitungan IZN BAZNAS Kota Tangerang
Selatan :
Tabel 4.4. Indeks Zakat Nasional BAZNAS Kota Tangerang Selatan
No Variabel Bobot Indeks Variabel Indikator Indeks Indikator Bobot Dimensi Indeks Dimensi
6 Penghimpunan (X211) 0,3 0 0
7 Pengelolaan (X212) 0,2 0,75 0,15
8 Penyaluran (X213) 0,3 0,75 0,225
9 Pelaporan (X214) 0,2 0,75 0,15
Kelembagaan (X21) 0,525 0,4
10 CIBEST (X221) 0,4 0,75 0,3
11 IPM (X222) 0,4 0,75 0,3
12 Kemandirian (X223) 0,2 0,75 0,15
Dampak Zakat (X22) 0,75 0,6
Mikro (X2) 0,66
111
Berdasarkan Tabel 4.4. menunjukkan bahwa hasil perhitungan Indeks
Zakat Nasional sebesar 0,516 yang artinya kinerja perzakatan BAZNAS Kota
Tangerang Selatan cukup baik karena berdasarkan kinerja pada aspek
kelembagaan dan dampak zakat berkontribusi dengan baik terhadap perzakatan
di Kota Tangerang Selatan. Meskipun pada sisi makro yaitu dilihat dari peran
pemerintah dan partisipasi masyarakat kurang baik.
Dimensi Indeks Dimensi Bobot
Makro (X1) 0,3 0,4
IZN 0,516
Mikro (X2) 0,66 0,6
112
C. Pembahasan Penelitian
Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Komponen IZN BAZNAS Kota Tangerang
Selatan
Berdasarkan Tabel 4.5. ini menunjukkan bahwa :
a. Indeks Zakat Nasional pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan senilai 0,516
yang artinya artinya kinerja perzakatan BAZNAS Kota Tangerang Selatan cukup
baik dengan indeks dimensi makro senilai 0,3 dan indeks mikro senilai 0,66.
Indeks dimensi makro pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan lebih kecil
dibandingkan indeks dimensi mikro karena nilai indeks indikator regulasi,
dukungan APBD, database lembaga zakat masing – masing bernilai 0; 0,75; dan
0. Hal ini dikarenakan pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan, tidak terdapat
regulasi berupa peraturan daerah (Perda) dan tidak terdapat database jumlah
lembaga zakat resmi, muzakki, dan mustahik, tidak terdapat rasio muzaki
individu, dan juga tidak terdapat rasio muzaki badan. Hal ini menunjukkan
Indikator Indeks Indikator Bobot Dimensi Indeks Dimensi Bobot
Regulasi (X11) 0 0,3
Dukungan APBD (X12) 0,75 0,4
0
0
0
Database Lembaga Zakat (X13) 0 0,3
Makro (X1) 0,3 0,4
0 IZN 0,516
0,15
0,225
0,15
Kelembagaan (X21) 0,525 0,4
0,3
0,3
0,15
Dampak Zakat (X22) 0,75 0,6
Mikro (X2) 0,66 0,6
113
bahwa kontribusi zakat pada ekonomi makro masih rendah walaupun dana
APBD tahun 2018 sebesar Rp 600.000.000,00.
b. Indeks dimensi mikro lebih besar dibandingkan makro dikarenakan nilai indeks
indikator kelembagaan dan dampak zakat masing – masing bernilai 0,525 dan
0,75. Hal ini dikarenakan pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam indeks
variabel yang ada pada dimensi mikro yang terdiri dari pengelolaan, penyaluran,
pelaporan, indeks kesejahteraan (CIBEST), modifikasi IPM, dan kemandirian
kecuali penghimpunan memiliki nilai indeks yang besar. Hal ini menunjukkan
bahwa perzakatan dalam dimensi mikro, yang berhubungan dengan pihak
mustahik dan muzaki, memiliki kontribusi yang baik untuk perzakatan Kota
Tangerang Selatan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Hidayaneu (2017) di BAZNAS Kota Bandung, Nadhia (2017) di BAZIS
Kota Jakarta Selatan, Yunita (2017) di BAZNAS Kota Yogyakarta, Ulfah (2017)
di BAZNAS Kabupaten Bogor, yang menunjukkan bahwa indeks dimensi mikro
lebih besar dibandingkan dimensi makro dikarenakan tidak adanya regulasi.
Yang artinya, kontribusi dari sisi mikro seperti penghimpunan, pengelolaan,
penyaluran, pelaporan, indeks kesejahteraan (CIBEST) , modifikasi IPM, dan
kemandirian lebih besar.
Kesesuaian pelaksanaan kinerja indeks zakat nasional BAZNAS Kota
Tangerang Selatan pada dimensi makro berdasarkan metode IZN adalah kurang
baik dengan indeks senilai 0,3 dikarenakan belum ada regulasi berupa perda dan
database lembaga zakat. Tidak hanya di BAZNAS Kota Tangerang Selatan saja
114
yang belum ada regulasi, menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Hidayaneu (2017) di BAZNAS Kota Bandung, Nadhia (2017) di BAZIS Kota
Jakarta Selatan, Yunita (2017) di BAZNAS Kota Yogyakarta, dan Ulfah (2017)
di BAZNAS Kabupaten Bogor juga belum terdapat regulasi.
Kesesuaian pelaksanaan kinerja indeks zakat nasional BAZNAS Kota
Tangerang Selatan pada dimensi mikro berdasarkan metode IZN adalah baik
dengan indeks senilai 0,66 dikarenakan indeks indikator kelembagaan dan
dampak zakat menghasilkan indeks yang bernilai baik dari variabel
penghimpunan, pengelolaan, penyaluran, pelaporan, indeks kesejahteraan
(CIBEST), modifikasi IPM, dan kemandirian. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hidayaneu (2017) di BAZNAS Kota
Bandung, Nadhia (2017) di BAZIS Kota Jakarta Selatan, Yunita (2017) di
BAZNAS Kota Yogyakarta, dan Ulfah (2017) di BAZNAS Kabupaten Bogor.
115
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang
diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Indeks Zakat Nasional pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan senilai 0,516
yang artinya artinya kinerja perzakatan BAZNAS Kota Tangerang Selatan
cukup baik dengan indeks dimensi makro senilai 0,3 dan indeks mikro senilai
0,66. Indeks dimensi makro pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan lebih
kecil dibandingkan indeks dimensi mikro karena nilai indeks indikator
regulasi, dukungan APBD, database lembaga zakat masing – masing bernilai 0
untuk indikator regulasi , bernilai 0,75 untuk indikator dukungan APBD, dan
bernilai 0 untuk indikator database lembaga zakat. Sedangkan untuk dimensi
mikro pada indeks indikator kelembagaan dan indikator dampak zakat
menghasilkan nilai yaitu 0,525 untuk indikator kelembagaan dan bernilai 0,75
untuk indikator dampak zakat.
2. Dalam pelaksanaan kesesuaian kinerja BAZNAS Kota Tangerang Selatan pada
dimensi makro terhadap kinerja Indeks Zakat Nasional BAZNAS Kota
Tangerang Selatan adalah kurang baik dengan indeks senilai 0,3 dikarenakan
belum ada regulasi berupa Peraturan Daerah (PERDA) tentang wajib zakat
dan database lembaga zakat yang dimiliki oleh BAZNAS Kota Tangerang
116
Selatan. Sedangkan pelaksanaan kesesuaian kinerja BAZNAS Kota Tangerang
Selatan pada dimensi mikro terhadap kinerja Indeks Zakat Nasional BAZNAS
Kota Tangerang Selatan adalah bernilai baik dengan indeks senilai 0,66
dikarenakan indeks indikator kelembagaan dan dampak zakat menghasilkan
indeks yang bernilai baik dari variabel-variabel penghimpunan dana,
pengelolaan, penyaluran, pelaporan, kesejahteraan material dan spiritual
(indeks kesejahteraan CIBEST), pendidikan dan kesehatan (modifikasi IPM),
serta kemandirian mustahik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran sebagai
berikut :
1. Bagi Walikota Kota Tangerang Selatan sebaiknya mengeluarkan Peraturan
Daerah (PERDA) tentang wajib zakat untuk aktifitas perzakatan di Kota
Tangerang Selatan, diharapkan dengan adanya PERDA tersebut
penghimpuan dana zakat akan lebih meningkat dan akan mesejahterakan
mustahik.
2. Bagi BAZNAS Kota Tangerang Selatan sebaiknya memiliki database
jumlah lembaga zakat resmi, database muzaki, dan database mustahik.
BAZNAS Kota Tangerang Selatan sebaiknya juga memiliki jumlah
database muzaki individu terhadap rumah tangga nasional dengan memiliki
NPWZ (nomor pokok wajib zakat), serta memiliki database jumlah muzaki
badan terhadap badan usaha dengan memiliki NPWZ.
117
3. Bagi peneliti berikutnya sebaiknya lebih mempertajam lagi dalam membuat
instrumen pengumpulan data yang berkaitan dengan analisa dampak zakat
terhadap mustahik baik dari perspektif ekonomi maupun sosiologi,
sehingga penelitian tersebut menambah khazanah mengenai dampak zakat
mulai dari perspektif ekonomi hingga sosiologi, dan penelitian tersebut
nantinya dapat diintegrasikan dari berbagai disiplin ilmu.
118
DAFTAR PUSTAKA
Al – Qur‟an
Abdullah, Junaidi dan Aristoni. 2015. Reformulasi Harta Sebagai Sumber Zakat
Dalam Preskpektif Ulama Kontemporer. Jurnal Zakat dan Wakaf Vol.2 No. 2
Adamu Muhammad, Sani dan Ram Al-Jaffri Saad. 2016. Moderating Effect of Attitude
of Toward Zakat Payment on the Relationship Between Moral Reasoning and
Intention to Pay Zakat. Kuala Lumpur : Universiti Utara Malaysia
Al-Akkad, Abbas Mahmood. 1978. Kecemelangan Umar Ibn Khattab. Jakarta : Bulan
Bintang
Al-Ba‟iy, Abdul Al-Hamid Mahmud. 2006. Ekonomi Zakat. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Al Arif, M. Nur Rianto. 2015. Pengantar Ekonomi Syariah: Teori dan Praktik.
Bandung: Pustaka Setia.
Al-Qaradhawi, Yusuf. 1991. Fiqh Zakat. Beirut : Muassasah Risalah
Al-Qaradhawi, Yusuf. 1996. Hukm Az-Zakah. Bandung : Mizan
Al - Qardhawi,Yusuf. 1995. Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan, terjemahan,
Jakarta: Gema Insani Press
Amalia dan Kasyful Mahalli. 2012. Potensi Dan Peranan Zakat Dalam Mengetaskan
Kemiskinan Di Kota Medan. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 1 No.1
Asra, Abuzar dkk. 2016. Metode Penelitian Survei . Bogor: In Media.
Atabik, Ahmad. 2015. Manajamen Pengelolaan Zakat Yang Efektif Di Era
Kontemporer. Jurnal Zakat dan Wakaf Vol.2 No.1
At –Tamawi, Sulaiman Muhammad. 1976. Umar Ibn Al-Khattab Wa Usul As-Siyasati
Wa Al-Idarati Al-Hadisah. Kairo : Dar Al – Fikr Al- Arabi
Beik, Irfan Syauqi. 2016. Islamisasi Ilmu Ekonomi. Jurnal Ekonomi Islam Vol. 7 No.
2
119
Beik, Irfan Syauqi dan Laily Dwi Arsyianti. 2017. Ekonomi Pembagunan Syariah.
Jakarta : RajaGrafindo Persada.
Faisal. 2011. Sejarah Pengelolaan Zakat Di Dunia Muslim dan Indonesia (Pendekatan
Teori Investigasi-Sejarah Charles Peirce dan Defisit Kebenaran Lieven Boeve)
Lampung : IAIN Raden Intan
Fakhruddin. 2008. Fiqh & Manajemen Zakat Di Indonesia. Malang : UIN Malang
Press
Farchatunissa, Hidayaneu. 2017. Analisis Kinerja Baznas Kota Bandung dengan
Pendeketan Indeks Zakat Nasional. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Firdaus, M., Beik, I. S., Irawan, T., Juanda, B. (2012). Economic Estimation
andDeterminations of Zakat Potential in Indonesia (Working Paper Series)
Jeddah: Islamic Research and Training Institute.
Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta : Gema Insani
Hasan, M.Ali. 2006. Zakat dan Infak . Jakarta : Prenada Media Group
Hilmiyah, Ulfah Laelatul. 2017. Analisis Kinerja Perzakatan BAZNAS Kabupaten
Bogor. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Huda, Nurul dkk. 2015. Zakat Prespektif Mikro – Makro. Jakarta : Prenada Media
Group.
Kartika, Elsi. 2006. Pedoman Pengelolaan Zakat. Semarang : UNNES Press
Karim, Adiwarman Azwar. 2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Kementerian Agama Republik Indonesia. 2013. Modul Penyuluhan Zakat. Jakarta.
Laela, Sugiyarti Fatimah. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kinerja Organisasi Pengelola Zakat. Jurnal Islamic Finance & Business
Review Vol. 5 No.2
Mufraini, M.Arif. 2006. Akuntasi dan Manajamen Zakat. Jakarta : Prenada Media
Group
120
Muhammad Ali, Nuruddin. 2006. Zakat sebagai Instrumen dalam Kebijakan Fiskal.
Jakarta: Rajawali.
Musviyanti. 2017. Pengukuran Kinerja Organisasi Pengelola Zakat: Studi pada
BAZNAS Kota Balikpapan dan LAZ Pupuk Kaltim. Jurnal Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Mulawarman Samarinda Vol.1
Nawawi, Ismail. 2013. Budaya Organisasi Kepemimpinan dan Kinerja. Jakarta :
Prenada Media Group.
Ngasifuddin, Muhammad. 2015. Konsep Sistem Pengelolaan Zakat Di Indonesia
Pengetas Kemiskinan Pendekatan Sejarah Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia
Vol. V No.2
Noor, Ruslan Abdul Ghofur. 2013. Konsep Distribusi Dalam Ekonomi Islam dan
Format Keadilan Ekonomi Indonesia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Qodir, Abdurrachman. 1998. Zakat dalam Dimensi Mahdhah Dan Sosial. Jakarta:
Raja Grafindo Persada
Permono, Sjechul Hadi. 1995. Pemerintah Republik Indonesia Sebagai Pengelola
Zakat. Jakarta: Pustaka Firdaus
Puskas BAZNAS. 2017. Dampak Zakat Terhadap Kesejahteraan Mustahik di
Indonesia. Jakarta : Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS).
Puskas BAZNAS. 2016. Indeks Zakat Nasional. Jakarta : Pusat Kajian Strategis Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
Puskas BAZNAS. 2017. Outlook Zakat Indonesia 2018. Jakarta : Pusat Kajian
Strategis Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
Putri, Yunita Hermawati. 2017. Analisis Kinerja Pengelolaan di Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) Kota Yogyakarta. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Rahman, Abdul Rahim Abdul. 2006. Pre-Requisites for Effective Intregration of
Zakah Into Mainstream Islamic Financial System in Malaysia. Jurnal Islamic
Economic Studies, Vol. 14 No. 1 & 2
121
Ruslan,, Rosady. 2006. Metode Penelitian Publlic Relations dan Komunikasi. Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada
Sabiq, Al-Sayyid. 1983. Fiqih al-Sunah. Beirut: Daarul Fikr, Jilid 1
Saharuddin, Desmadi. 2015. Pembayaran Ganti Rugi pada Asuransi Syariah. Jakarta:
Praneda Media Grup.
Shalehanti, Nadhia. 2017. Analisis Kinerja BAZIS Kota Jakarta Selatan. Bogor :
Institut Pertanian Bogor
Sinambela. Lijan Poltak. 2012. Kinerja Pegawai, Teori Pengukuran dan Implikasi.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Sudaryono. 2017. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Edisi Keempat. Jakarta:
Penerbit Salemba Empat.
Suryani & Hendryadi. 2015. Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi pada
Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta: Prenada Media
Group.
www.bps.go.id
www.baznas.go.id
https://www.kabar-banten.com/potensi-zakat-di-banten-rp-50-triliun/
122
Lampiran 1
Data Angka Harapan Hidup, Harapan Lama Sekolah dan
Rata-rata Lama Sekolah
No Kabupaten/Kota Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten/Kota (Tahun)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 Kab Pandeglang 62.26 62.46 62.66 62.83 62.91 63.51 63.77 64.04
2 Kab Lebak 65.49 65.63 65.74 65.83 65.88 66.28 66.43 66.59
3 Kab Tangerang 68.79 68.86 68.92 68.96 68.98 69.28 69.37 69.47
4 Kab Serang 62.56 62.75 62.90 63.03 63.09 63.59 63.81 64.02
5 Kota Tangerang 71.07 71.08 71.09 71.09 71.09 71.29 71.34 71.38
6 Kota Cilegon 65.72 65.78 65.84 65.84 65.85 66.15 66.24 66.32
7 Kota Serang 67.20 67.22 67.23 67.23 67.23 67.33 67.36 67.38
8 Kota Tangerang Selatan 72.04 72.07 72.09 72.10 72.11 72.12 72.14 72.16
Provinsi Banten 68.50 68.68 68.86 69.04 69.13 69.43 69.46 69.49
No Kabupaten/Kota Harapan Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota (Tahun)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 Kab Pandeglang 11.23 11.81 12.17 12.86 13.38 13.39 13.40 13.41
2 Kab Lebak 10.35 10.83 10.96 11.55 11.88 11.90 11.91 11.92
3 Kab Tangerang 10.77 10.99 11.18 11.44 11.65 11.89 12.11 12.51
4 Kab Serang 10.74 11.23 11.72 12.09 12.35 12.36 12.37 12.38
5 Kota Tangerang 11.56 11.86 12.23 12.60 12.86 12.90 13.41 13.44
6 Kota Cilegon 11.78 11.88 12.18 12.67 13.07 13.10 13.11 13.12
7 Kota Serang 10.98 11.27 11.82 11.92 12.34 12.36 12.63 12.64
8 Kota Tangerang Selatan 12.08 12.43 12.79 13.24 13.58 13.61 14.08 14.39
Provinsi Banten 11.02 11.41 11.79 12.05 12.31 12.35 12.70 12.78
No Kabupaten/Kota Rata-Rata Lama Sekolah Menurut Kabupaten/Kota (Tahun)
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 Kab Pandeglang 6.33 6.38 6.43 6.44 6.45 6.60 6.62 6.63
2 Kab Lebak 5.34 5.58 5.70 5.81 5.84 5.86 6.19 6.20
3 Kab Tangerang 7.85 7.96 8.07 8.18 8.20 8.22 8.23 8.24
4 Kab Serang 6.07 6.31 6.57 6.65 6.69 6.90 6.98 7.17
5 Kota Tangerang 9.64 9.75 9.76 9.82 10.20 10.20 10.28 10.29
6 Kota Cilegon 8.71 8.93 9.29 9.60 9.66 9.67 9.68 9.69
7 Kota Serang 8.32 8.39 8.48 8.56 8.58 8.59 8.60 8.61
8 Kota Tangerang Selatan - 10.87 11.09 11.48 11.56 11.57 11.58 11.77
Provinsi Banten 7.92 7.95 8.06 8.17 8.19 8.27 8.37 8.53
123
Lampiran 2
Data Garis Kemiskinan
No Kabupaten/Kota Garis Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota (rupiah/kapita/bulan)
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1 Kab Pandeglang 190.256 202.483 209.655 219.592 230.364 237.111 247.073 267.752 285.822
2 Kab Lebak 174.367 185.573 197.985 205.787 214.047 219.177 228.146 246.389 261.880
3 Kab Tangerang 241.607 258.155 290.423 311.141 335.291 351.789 372.431 405.902 423.486
4 Kab Serang 180.526 192.128 204.788 211.846 218.862 223.190 232.856 256.660 269.652
5 Kota Tangerang 284.093 303.551 337.543 365.205 398.513 421.554 455.228 496.349 508.551
6 Kota Cilegon 230.354 246.662 261.962 277.875 295.100 306.253 323.935 347.949 373.147
7 Kota Serang 185.597 197.525 213.617 224.964 236.039 242.977 255.614 281.926 296.819
8 Kota Tangerang Selatan - 275.643 317.887 344.681 378.303 401.696 433.967 472.968 494.784
Provinsi Banten 222.292 233.214 236.521 251.161 288.733 315.819 336.483 367.949 386.753
Sumber Badan Pusat Statistik
Data Hasil Survei Rata-rata Lama Sekolah Mustahik Kota Tangerang Selatan
No Pendidikan Jumlah
(Orang)
Lama
Pendidikan
Total
Lama
Pendidikan
1 SD 12 6 72
2 SMP 19 9 171
3 SMA 66 12 792
4 D3 - 15 -
5 S1 3 16 48
TOTAL 100 - 1.083
Rata-Lama Sekolah 10,83
124
Lampiran 3
Data Mustahik Berdasarkan Indeks Kesejahteraan Cibest
Sebelum Dan Sesudah Menerima Bantuan Zakat
Nilai Garis Kemiskinan Rp. 494.784 ,
No No Reg
Keluarga Jumlah
ART
Nilai Material
(MV)
Sebelum menerima Bantuan Zakat Sesudah menerima bantuan Zakat
Nilai Spiritual
(SV)
Pendapatan perbulan
Kondisi Material
Status Kuadran
Nilai Spiritual
(SV)
Pendapatan perbulan
Kondisi Material
Status Kuadran
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k)
1 Reg-001 4 1.979.136 4 1.250.000 Miskin Kuadran 2 4 1.750.000 Miskin Kuadran 2
2 Reg-002 1 494.784 4 1.250.000 - Kuadran 1 4 2.500.000 - Kuadran 1
3 Reg-003 6 2.968.704 4 3.250.000 - Kuadran 1 4 5.000.000 - Kuadran 1
4 Reg-004 3 1.484.352 4 1.875.000 - Kuadran 1 4 3.125.000 - Kuadran 1
5 Reg-005 3 1.484.352 4,4 2.000.000 - Kuadran 1 4,4 3.250.000 - Kuadran 1
6 Reg-006 5 2.473.920 4 2.000.000 Miskin Kuadran 2 4 3.000.000 - Kuadran 1
7 Reg-007 4 1.979.136 3 2.500.000 - Kuadran 3 3,6 3.000.000 - Kuadran 1
8 Reg-008 4 1.979.136 4 1.500.000 Miskin Kuadran 2 4 1.875.000 Miskin Kuadran 2
9 Reg-009 3 1.484.352 4 1.875.000 - Kuadran 1 4 2.500.000 - Kuadran 1
10 Reg-010 4 1.979.136 3 2.500.000 - Kuadran 3 3,2 3.750.000 - Kuadran 1
11 Reg-011 6 2.968.704 4 1.500.000 Miskin Kuadran 2 4 2.000.000 Miskin Kuadran 2
12 Reg-012 5 2.473.920 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 3.750.000 - Kuadran 1
13 Reg-013 8 3.958.272 4 4.250.000 - Kuadran 1 4 5.000.000 - Kuadran 1
14 Reg-014 4 1.979.136 4 1.500.000 Miskin Kuadran 2 4 2.000.000 - Kuadran 1
15 Reg-015 4 1.979.136 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 4.250.000 - Kuadran 1
16 Reg-016 5 2.473.920 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 3.750.000 - Kuadran 1
17 Reg-017 4 1.979.136 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 3.000.000 - Kuadran 1
18 Reg-018 1 494.784 4 1.250.000 - Kuadran 1 4 3.750.000 - Kuadran 1
19 Reg-019 5 2.473.920 3 2.500.000 - Kuadran 3 3,4 3.750.000 - Kuadran 1
20 Reg-020 3 1.484.352 3 2.500.000 - Kuadran 3 3,6 5.000.000 - Kuadran 1
21 Reg-021 5 2.473.920 3 1.000.000 Miskin Kuadran 4 3,4 2.000.000 Miskin Kuadran 2
22 Reg-022 3 1.484.352 4 2.000.000 - Kuadran 1 4 2.500.000 - Kuadran 1
23 Reg-023 5 2.473.920 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 4.000.000 - Kuadran 1
24 Reg-024 3 1.484.352 4 1.750.000 - Kuadran 1 4 2.500.000 - Kuadran 1
25 Reg-025 4 1.979.136 4 1.875.000 Miskin Kuadran 2 4 3.125.000 - Kuadran 1
26 Reg-026 3 1.484.352 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 3.750.000 - Kuadran 1
27 Reg-027 7 3.463.488 3 3.750.000 - Kuadran 3 3 5.000.000 - Kuadran 3
28 Reg-028 4 1.979.136 4 2.000.000 - Kuadran 1 4 3.750.000 - Kuadran 1
29 Reg-029 5 2.473.920 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 3.750.000 - Kuadran 1
30 Reg-030 2 989.568 4 1.250.000 - Kuadran 1 4 3.750.000 - Kuadran 1
31 Reg-031 4 1.979.136 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 4.000.000 - Kuadran 1
32 Reg-032 5 2.473.920 4 1.250.000 Miskin Kuadran 2 4 2.000.000 Miskin Kuadran 2
33 Reg-033 3 1.484.352 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 3.750.000 - Kuadran 1
34 Reg-034 4 1.979.136 4 1.250.000 Miskin Kuadran 2 4 1.750.000 Miskin Kuadran 2
35 Reg-035 3 1.484.352 4 1.750.000 - Kuadran 1 4 3.750.000 - Kuadran 1
36 Reg-036 5 2.473.920 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 3.500.000 - Kuadran 1
125
No No Reg
Keluarga Jumlah
ART
Nilai Material
(MV)
Sebelum menerima Bantuan Zakat Sesudah menerima bantuan Zakat
Nilai Spiritual
(SV)
Pendapatan perbulan
Kondisi Material
Status Kuadran
Nilai Spiritual
(SV)
Pendapatan perbulan
Kondisi Material
Status Kuadran
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k)
37 Reg-037 4 1.979.136 4 1.500.000 Miskin Kuadran 2 4 2.000.000 - Kuadran 1
38 Reg-038 2 989.568 4,4 1.250.000 - Kuadran 1 4,4 2.500.000 - Kuadran 1
39 Reg-039 4 1.979.136 4 1.750.000 Miskin Kuadran 2 4 2.500.000 - Kuadran 1
40 Reg-040 4 1.979.136 3 1.500.000 Miskin Kuadran 4 3,4 1.750.000 Miskin Kuadran 2
41 Reg-041 3 1.484.352 4 1.250.000 Miskin Kuadran 2 4 2.500.000 - Kuadran 1
42 Reg-042 5 2.473.920 4 1.250.000 Miskin Kuadran 2 4 2.000.000 Miskin Kuadran 2
43 Reg-043 4 1.979.136 3 2.500.000 - Kuadran 3 3,6 3.750.000 - Kuadran 1
44 Reg-044 3 1.484.352 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 3.500.000 - Kuadran 1
45 Reg-045 4 1.979.136 4 2.000.000 - Kuadran 1 4 3.125.000 - Kuadran 1
46 Reg-046 5 2.473.920 4,4 2.500.000 - Kuadran 1 4,4 3.125.000 - Kuadran 1
47 Reg-047 4 1.979.136 4 1.250.000 Miskin Kuadran 2 4 1.875.000 Miskin Kuadran 2
48 Reg-048 3 1.484.352 4 1.400.000 Miskin Kuadran 2 4 2.000.000 - Kuadran 1
49 Reg-049 1 494.784 4 1.250.000 - Kuadran 1 4 3.125.000 - Kuadran 1
50 Reg-050 2 989.568 4 1.250.000 - Kuadran 1 4 2.500.000 - Kuadran 1
51 Reg-051 4 1.979.136 4 1.250.000 Miskin Kuadran 2 4 3.750.000 - Kuadran 1
52 Reg-052 4 1.979.136 4 1.250.000 Miskin Kuadran 2 4 1.875.000 Miskin Kuadran 2
53 Reg-053 3 1.484.352 3 2.000.000 - Kuadran 3 3,8 2.000.000 - Kuadran 1
54 Reg-054 2 989.568 4 1.250.000 - Kuadran 1 4 3.125.000 - Kuadran 1
55 Reg-055 3 1.484.352 4 2.000.000 - Kuadran 1 4 3.125.000 - Kuadran 1
56 Reg-056 3 1.484.352 4 1.875.000 - Kuadran 1 4 2.500.000 - Kuadran 1
57 Reg-057 3 1.484.352 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 2.500.000 - Kuadran 1
58 Reg-058 6 2.968.704 4 2.500.000 Miskin Kuadran 2 4 2.000.000 Miskin Kuadran 2
59 Reg-059 3 1.484.352 4 1.250.000 Miskin Kuadran 2 4 1.875.000 - Kuadran 1
60 Reg-060 3 1.484.352 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 3.750.000 - Kuadran 1
61 Reg-061 4 1.979.136 4 2.000.000 - Kuadran 1 4 2.500.000 - Kuadran 1
62 Reg-062 3 1.484.352 4 2.000.000 - Kuadran 1 4 2.500.000 - Kuadran 1
63 Reg-063 3 1.484.352 4 1.750.000 - Kuadran 1 4 2.250.000 - Kuadran 1
64 Reg-064 3 1.484.352 4 1.875.000 - Kuadran 1 4 2.500.000 - Kuadran 1
65 Reg-065 3 1.484.352 4 2.000.000 - Kuadran 1 4 3.750.000 - Kuadran 1
66 Reg-066 7 3.463.488 4 2.500.000 Miskin Kuadran 2 4 3.125.000 Miskin Kuadran 2
67 Reg-067 3 1.484.352 4 1.750.000 - Kuadran 1 4 2.500.000 - Kuadran 1
68 Reg-068 4 1.979.136 3 1.250.000 Miskin Kuadran 4 3,4 1.875.000 Miskin Kuadran 2
69 Reg-069 3 1.484.352 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 2.500.000 - Kuadran 1
70 Reg-070 4 1.979.136 4 2.000.000 - Kuadran 1 4 2.500.000 - Kuadran 1
71 Reg-071 4 1.979.136 4 2.000.000 - Kuadran 1 4 3.125.000 - Kuadran 1
72 Reg-072 3 1.484.352 4 1.250.000 Miskin Kuadran 2 4 2.500.000 - Kuadran 1
73 Reg-073 2 989.568 4 1.250.000 - Kuadran 1 4 3.750.000 - Kuadran 1
74 Reg-074 3 1.484.352 4 2.000.000 - Kuadran 1 4 3.125.000 - Kuadran 1
75 Reg-075 4 1.979.136 4 1.250.000 Miskin Kuadran 2 4 1.875.000 Miskin Kuadran 2
76 Reg-076 3 1.484.352 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 2.500.000 - Kuadran 1
77 Reg-077 4 1.979.136 4 1.250.000 Miskin Kuadran 2 4 1.875.000 Miskin Kuadran 2
78 Reg-078 7 3.463.488 3 2.500.000 Miskin Kuadran 4 3,8 3.125.000 Miskin Kuadran 2
79 Reg-079 4 1.979.136 4 2.000.000 - Kuadran 1 4 3.750.000 - Kuadran 1
80 Reg-080 5 2.473.920 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 3.750.000 - Kuadran 1
126
No No Reg
Keluarga Jumlah
ART
Nilai Material
(MV)
Sebelum menerima Bantuan Zakat Sesudah menerima bantuan Zakat
Nilai Spiritual
(SV)
Pendapatan perbulan
Kondisi Material
Status Kuadran
Nilai Spiritual
(SV)
Pendapatan perbulan
Kondisi Material
Status Kuadran
(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (k)
81 Reg-081 4 1.979.136 3 1.250.000 Miskin Kuadran 4 3,4 1.500.000 Miskin Kuadran 2
82 Reg-082 4 1.979.136 4 2.000.000 - Kuadran 1 4 2.500.000 - Kuadran 1
83 Reg-083 4 1.979.136 4 1.250.000 Miskin Kuadran 2 4 2.000.000 - Kuadran 1
84 Reg-084 4 1.979.136 4 2.000.000 - Kuadran 1 4 3.125.000 - Kuadran 1
85 Reg-085 3 1.484.352 4 2.000.000 - Kuadran 1 4 2.500.000 - Kuadran 1
86 Reg-086 6 2.968.704 4 2.000.000 Miskin Kuadran 2 4 2.500.000 Miskin Kuadran 2
87 Reg-087 3 1.484.352 4 2.000.000 - Kuadran 1 4 2.500.000 - Kuadran 1
88 Reg-088 4 1.979.136 3 2.000.000 - Kuadran 3 3,2 4.000.000 - Kuadran 1
89 Reg-089 4 1.979.136 4 2.000.000 - Kuadran 1 4 3.750.000 - Kuadran 1
90 Reg-090 4 1.979.136 4 2.000.000 - Kuadran 1 4 3.125.000 - Kuadran 1
91 Reg-091 3 1.484.352 4 1.250.000 Miskin Kuadran 2 4 2.500.000 - Kuadran 1
92 Reg-092 1 494.784 3 1.250.000 - Kuadran 3 3 3.750.000 - Kuadran 3
93 Reg-093 3 1.484.352 3 2.500.000 - Kuadran 3 3,6 3.750.000 - Kuadran 1
94 Reg-094 6 2.968.704 4 2.000.000 Miskin Kuadran 2 4 2.500.000 Miskin Kuadran 2
95 Reg-095 4 1.979.136 4 1.250.000 Miskin Kuadran 2 4 1.500.000 Miskin Kuadran 2
96 Reg-096 3 1.484.352 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 4.000.000 - Kuadran 1
97 Reg-097 3 1.484.352 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 3.750.000 - Kuadran 1
98 Reg-098 4 1.979.136 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 3.750.000 - Kuadran 1
99 Reg-099 3 1.484.352 4 2.500.000 - Kuadran 1 4 2.500.000 - Kuadran 1
100 Reg-100 1 494.784 3 1.250.000 - Kuadran 3 4 2.000.000 - Kuadran 1
127
Lampiran 4
Data Mustahik Untuk Aktifitas Spiritual Sebelum Dan Sesudah
Menerima Bantuan Zakat
No No Reg
Keluarga
Jumlah
ART
Sebelum menerima Bantuan Zakat Sesudah menerima bantuan Zakat
Sholat Puasa Zakat
Ling-
kungan
Keluarga
Ke-
bijakan
Peme-
rintah
Nilai
Spiritual
(SV)
Sholat Puasa Zakat
Ling-
kungan
Keluarga
Ke-
bijakan
Peme-
rintah
Nilai
Spiritual
(SV)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
1 Reg-001 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 Reg-002 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 Reg-003 6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 Reg-004 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 Reg-005 3 5 5 4 4 4 4,4 5 5 4 4 4 4,4
6 Reg-006 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
7 Reg-007 4 2 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3,6
8 Reg-008 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
9 Reg-009 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
10 Reg-010 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3,2
11 Reg-011 6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
12 Reg-012 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
13 Reg-013 8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
14 Reg-014 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
15 Reg-015 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
16 Reg-016 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
17 Reg-017 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
18 Reg-018 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
19 Reg-019 5 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 4 3,4
20 Reg-020 3 3 3 2 3 4 3 4 3 4 3 4 3,6
21 Reg-021 5 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 4 3,4
22 Reg-022 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
23 Reg-023 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
24 Reg-024 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
25 Reg-025 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
26 Reg-026 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
27 Reg-027 7 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 4 3
28 Reg-028 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
29 Reg-029 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
30 Reg-030 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
31 Reg-031 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
128
No No Reg
Keluarga
Jumlah
ART
Sebelum menerima Bantuan Zakat Sesudah menerima bantuan Zakat
Sholat Puasa Zakat
Ling-
kungan
Keluarga
Ke-
bijakan
Peme-
rintah
Nilai
Spiritual
(SV)
Sholat Puasa Zakat
Ling-
kungan
Keluarga
Ke-
bijakan
Peme-
rintah
Nilai
Spiritual
(SV)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
32 Reg-032 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
33 Reg-033 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
34 Reg-034 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
35 Reg-035 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
36 Reg-036 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
37 Reg-037 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
38 Reg-038 2 5 5 4 4 4 4,4 5 5 4 4 4 4,4
39 Reg-039 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
40 Reg-040 4 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 4 3,4
41 Reg-041 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
42 Reg-042 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
43 Reg-043 4 3 3 2 3 4 3 4 3 4 3 4 3,6
44 Reg-044 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
45 Reg-045 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
46 Reg-046 5 5 5 4 4 4 4,4 5 5 4 4 4 4,4
47 Reg-047 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
48 Reg-048 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
49 Reg-049 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
50 Reg-050 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
51 Reg-051 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
52 Reg-052 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
53 Reg-053 3 3 3 3 2 4 3 4 3 4 4 4 3,8
54 Reg-054 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
55 Reg-055 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
56 Reg-056 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
57 Reg-057 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
58 Reg-058 6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
59 Reg-059 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
60 Reg-060 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
61 Reg-061 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
62 Reg-062 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
63 Reg-063 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
64 Reg-064 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
65 Reg-065 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
66 Reg-066 7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
67 Reg-067 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
68 Reg-068 4 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 4 3,4
129
No No Reg
Keluarga
Jumlah
ART
Sebelum menerima Bantuan Zakat Sesudah menerima bantuan Zakat
Sholat Puasa Zakat
Ling-
kungan
Keluarga
Ke-
bijakan
Peme-
rintah
Nilai
Spiritual
(SV)
Sholat Puasa Zakat
Ling-
kungan
Keluarga
Ke-
bijakan
Peme-
rintah
Nilai
Spiritual
(SV)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)
69 Reg-069 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
70 Reg-070 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
71 Reg-071 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
72 Reg-072 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
73 Reg-073 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
74 Reg-074 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
75 Reg-075 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
76 Reg-076 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
77 Reg-077 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
78 Reg-078 7 3 3 2 3 4 3 4 3 4 4 4 3,8
79 Reg-079 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
80 Reg-080 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
81 Reg-081 4 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3,4
82 Reg-082 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
83 Reg-083 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
84 Reg-084 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
85 Reg-085 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
86 Reg-086 6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
87 Reg-087 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
88 Reg-088 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3,2
89 Reg-089 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
90 Reg-090 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
91 Reg-091 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
92 Reg-092 1 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3
93 Reg-093 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3 4 4 3,6
94 Reg-094 6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
95 Reg-095 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
96 Reg-096 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
97 Reg-097 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
98 Reg-098 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
99 Reg-099 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
100 Reg-100 1 3 2 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4
130
Lampiran 5
Data Hasil Pengukuran Indek Zakat Nasional Baznas Kota Tangerang Selatan
BAZNAS Kabupaten/Kota : Kota Tangerang Selatan
No Indikator/Variabel Ketersediaan Keterangan
1 Regulasi Zakat Tingkat
Kabupaten/Kota
Tidak ada -
2 Dukungan APBD untuk Baznas
- Dukungan APBD Tahun 2017 Ada Rp. 500.000.000,-
- Biaya Operasional Tahun 2017 Rp. 873.423.850,-
- Dukungan APBD Tahun 2018 Ada Rp. 600.000.000,-
- Biaya Operasional Tahun 2018 Rp. 1.015.423.379,-
3 Database Lembaga Zakat a. Lembaga Zakat Resmi
yang diketahui adalah
Dompet Dhuafa, IZI,
Rumah Yatim, Nurul
Hayat, GYD dan
Rumah Zakat
Baznas Kota
Tangerang Selatan
belum mengeluarkan
rekomendasi
b. Jumlah Mustahik 2512 Jiwa
c. Jumlah Muzaki
Individu
Jumlah muzaki ada,
namun muzaki yang
terdaftar telah
memiliki NPWZ
belum ada
d. Jumlah Muzaki Badan
usaha
Jumlah Muzaki Badan
usaha ada namun
muzakki badan yang
terdaftar telah
memiliki NPWZ
belum ada
e. Rumah Tangga 406.291 RT (sumber
BPS)
f. Jumlah Total Badan
Usaha
892 Badan usaha
4 Kelembagaan
1, Penghimpunan dana Zakat
- Tahun 2017 Dana yang dihimpun Rp. 4.570.958.420,-
- Tahun 2018 Dana yang dihimpun Rp. 4.301.537.795,-
2. Pegelolaan
- Memiliki Program Kerja Ada
- Memiliki Rencana Strategis Ada
- Memiliki SOP Ada
131
- Memiliki ISO Tidak Ada
3. Penyaluran Dana
- Tahun 2017 Dana yang disalurkan Rp. 3.226.127.000,-
- Tahun 2018 Dana yang disalurkan Rp. 3.027.906.688,-
Penyaluran untuk Program Sosial (PS) Ada Jangka 9-12 bulanan
Penyaluran untuk Program Ekonomi (PE) Ada Jangka 3-6 bulanan
Penyaluran untuk Program Dakwah (PD) Ada Rp. 283.100.000,-
4. Pelaporan Memiliki laporan keuangan
yang teraudit
WTP tahun 2018 tanpa
publikasi
Laporan Audit Syariah tidak ada
132
Lampiran 6
KUESIONER LEMBAGA BAZNAS KABUPATEN/KOTA
BAZNAS Kabupaten/Kota : Kota Tangerang Selatan
No Indikator/Variabel Ketersediaan Keterangan
1. Regulasi Daerah
Peraturan daerah tentang Zakat Ada / Tidak ada * No Perda :
Tahun :
2, Dukungan APBN untuk Baznas
- Dukungan APBD Tahun 2017 Ada / Tidak ada * Rp . ...........................
- Biaya Operasional Tahun 2017 .Rp . ...........................
- Dukungan APBD Tahun 2018 Ada / Tidak ada * Rp . ...........................
- Biaya Operasional Tahun 2018 .Rp . ...........................
3. Database Lembaga Zakat
1. Daftar Lembaga Zakat Resmi
muzakki dan mustahik
Ada / Tidak ada * LAZ
1, ..............................
2, ..............................
3, ..............................
4, ..............................
5, ..............................
2. Rasio Muzakki Individu Jumlah mustahik
yang dalam database
..................... (jiwa)
Jumlah Muzakki
individu yang
memiliki NPWZ
dalam database
..................... (jiwa)
3. Rasio Muzakki Badan Usaha Jumlah muzakki
dalam badan usaha
(memiliki NPWZ
dalam database )
..................... (Jiwa)
Jumlah rumah tangga
Kota Tangsel
..................... (RT)
Jumlah badan usaha
Kota Tangsel
..................... (badan usaha)
4. A. Kelembagaan
1. Penghimpunan dana Zakat
133
No Indikator/Variabel Ketersediaan Keterangan
- Tahun 2017 Dana yang dihimpun Rp.
- Tahun 2018 Dana yang dihimpun Rp.
2. Pengelolaan
Memiliki Program Kerja ada / tidak ada *
Memiliki Rencana Strategis ada / tidak ada *
Memiliki SOP ada / tidak ada *
Memiliki ISO ada / tidak ada *
3. Penyaluran Dana
- Tahun 2017 Dana yang disalurkan Rp.
- Tahun 2018 Dana yang disalurkan Rp.
Penyaluran untuk Program Sosial
(PS)
ada / tidak ada * Jangka ,,,,, bulan
Penyaluran untuk Program
Ekonomi (PE)
ada / tidak ada * Jangka ,,,,, bulan
Penyaluran untuk Program
Dakwah (PD)
ada / tidak ada * Rp.
4. Pelaporan
Laporan keuangan ada / tidak ada * Teraudit / tidak Teraudit *
(Terpublikasi) ada / tidak ada * Hasil Audit .........................
134
LAMPIRAN 7
KUESIONER
I. Pengenalan Tempat dan Data Rumah Tangga
No Variabel Keterangan
1 Propinsi : Banten
2 Kabupaten/Kota : Kota Tangerang Selatan
3 Kecamatan : ..................................
4 Kelurahan : .................................
5 RT/RW : ...............
6 Nomor Rumah : ............... NIK ...............................................
7 Alamat : .................................................
8 Nama Kepala Keluarga : ................................................
9 Jenis Kelamin Laki-laki / Perempuan *
10 Tanggal Lahir : ...../......./ Umur : ...... Tahun
11 Jumlah Anggota RT : ............
12 Pendidikan : ......
1. Tidak pernah sekolah 2. SD 3. SLTP 4.SLTA
5. Diploma III 6. D4/S1
12 Pekerjaan (kemandirian) : ........... (1/2/3/4/5)
1. Tidak Memiliki Pekerjaan
2. Memiliki Pekerjaan tapi tidak tetap
3. Hanya memiliki satu pekerjaan/usaha bisnis
4. Memiliki salah satu pekerjaan tetap atau /usaha bisnis
dan memiliki tabungan
5. Memiliki pekerjaan tetap, usaha/bisnis dan memiliki
tabungan
13 Penghasilan perbulan
(Mustahik) Sebelum
Menerima Bantuan Zakat
: 1. Bulanan Rutin Rp. ..................................
2. Bulanan Non rutin Rp. ..................................
3. Pendapatan Tambahan Rp ..................................
Total Rp. ..................................
14 Penghasilan perbulan
(Mustahik) Sesudah
Menerima Bantuan Zakat
: 1. Bulanan Rutin Rp. ..................................
2. Bulanan Non rutin Rp. ..................................
3. Pendapatan Tambahan Rp ..................................
Total Rp. ..................................
15 Memiliki Tabungan dan
Simpanan/ di Bank
: Ya/Tidak
17 Aktifitas Kegiatan
Pembinan dan
Pendampingan dari
135
Baznas
a. Mengikuti kegiatan
aktifitas pembinaan
spiritual
: Ya / Tidak
b. Mengikuti bimbingan
teknis peningkatan
usaha/bisnis
Ya/ Tidak
II. Penerimaan Bantuan dari Baznas Kota Tangerang Selatan
Jenis Bantuan
Nilai Bantuan
Zakat per
Keluarga (Rp)
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Keagamaan
4. Kemanusiaan
5 Bantuan modal
6 Bina Usaha Mustahik
136
Evaluasi Kegiatan Ibadah spiritual mustahik sebelum dan sesudah menerima zakat
No Variabel
Sebelum Menerima
Zakat
Sesudah Menerima
Zakat KET
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Sholat
2 Puasa
3 Zakat dan Shadqah
4 Lingkungan Keluarga
5 Kebijakan Pemerintah
No Variabel Skala likert Standard
kemiskinan
1 2 3 4 5
1 Shalat
Melarang
orang lain
shalat
Menolak
konsep shalat
Melaksanakan
shalat wajib
tidak rutin
Melaksanakan
shalat wajib rutin
tetapi tidak selalu
berjamaah
Melaksanakan
shalat wajib
rutin berjamaah
dan melakukan
shalat sunnah
Skor rata-rata
untuk keluarga
yang secara
spiritual
miskin adalah
3 (SV=3)
2 Puasa
Melarang
orang lain
Puasa
Menolak
konsep Puasa
Melaksanakan
puasa wajib
tidak penuh
Hanya
melaksanakan
puasa wajib secara
penuh
Melaksanakan
puasa wajib dan
puasa sunnah
3 Zakat dan
Infak
Melarang
orang lain
zakat dan
infak
Menolak zakat
dan infak
Tidak pernah
berinfak walau
sekali setahun
Membayar zakat
fitrah dan zakat
harta
Membayar zakat
fitrah, zakat
harta dan infak/
shadaqah
4 Lingkungan
Keluarga
Melarang
anggota
keluarga
ibadah
Menolak
pelaksanaan
ibadah
Menganggap
ibadah urusan
keluarga
Medukung ibadah
anggota
keluarganya
Membangun
suana keluarga
yg mendukung
ibadah secara
bersama
5 Kebijakan
Pemerintah
Melarang
setiap
keluarga
ibadah
Menolak
pelaksanaan
ibadah
Menganggap
ibadah urusan
masyarakat
Mendukung
ibadah
Menciptakan
suana kondusif
untuk ibadah
137