Makalah PBL 1-Felicia Ananda

25
Pembunuhan Akibat Kekerasan Tajam di Sungai Kering Felicia Ananda Baeha Waruwu 102011410 / F6 [email protected] Mahasiswi Fakultas Kedokteran UKRIDA Pendahuluan Ilmu kedokteran forensik adalah cabang dari salah spesialistik ilmu kedokteran, yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan. Dalam perkembangannya, ilmu kedokteran forensik tidak semata-mata bermanfaat dalam urusan penegakan hukum dan keadilan di lingkup pengadilan saja, tetapi bermanfaat juga dalam segi kehidupan bermasyarakat lain. Misalnya dalam membantu penyelesaian klaim asuransi yang adil, pemecahan masalah kepaternitasan, membantu upaya keelamatan kerja dalam bidang industri dan otomotif dengan pengumpulan data korban kecelakaan industri maupun kecelakaan lalu-lintas lainnya. Dalam menjalankan fungsinya sebagai dokter yang diminta untuk membantu dalam pemeriksaan kedokteran forensik oleh penyidik, dokter juga dituntut oleh undang-undang untuk melakukannya dengan jujur serta menggunakan pengetahuan yang sebaik- baiknya. Bantuan yang wajib diberikan adalah pemeriksaan terhadap korban baik yang hidup atau sudah mati. Dokter diharapkan dapat menemukan kelainan yang terjadi pada tubuh korban (hidup/mati) dan sebab kematiannya. 1 PBL BLOK 30 | 1

description

blok 30 FORENSIK

Transcript of Makalah PBL 1-Felicia Ananda

Page 1: Makalah PBL 1-Felicia Ananda

Pembunuhan Akibat Kekerasan Tajam di Sungai KeringFelicia Ananda Baeha Waruwu

102011410 / F6

[email protected]

Mahasiswi Fakultas Kedokteran UKRIDA

Pendahuluan

Ilmu kedokteran forensik adalah cabang dari salah spesialistik ilmu kedokteran, yang

mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta

keadilan. Dalam perkembangannya, ilmu kedokteran forensik tidak semata-mata bermanfaat

dalam urusan penegakan hukum dan keadilan di lingkup pengadilan saja, tetapi bermanfaat

juga dalam segi kehidupan bermasyarakat lain. Misalnya dalam membantu penyelesaian

klaim asuransi yang adil, pemecahan masalah kepaternitasan, membantu upaya keelamatan

kerja dalam bidang industri dan otomotif dengan pengumpulan data korban kecelakaan

industri maupun kecelakaan lalu-lintas lainnya. Dalam menjalankan fungsinya sebagai dokter

yang diminta untuk membantu dalam pemeriksaan kedokteran forensik oleh penyidik, dokter

juga dituntut oleh undang-undang untuk melakukannya dengan jujur serta menggunakan

pengetahuan yang sebaik-baiknya. Bantuan yang wajib diberikan adalah pemeriksaan

terhadap korban baik yang hidup atau sudah mati. Dokter diharapkan dapat menemukan

kelainan yang terjadi pada tubuh korban (hidup/mati) dan sebab kematiannya.1

Skenario

Seorang laki-laki ditemukan di sebuah sungai kering yang penuh batu-batuan dalam

keadaan mati tertelungkup. Ia menggenakan kaos dalam (oblong) dan celana panjang yang

dibagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya. Lehernya terikat lengan

baju (yang kemudian diketahui sebagai baju miliknya sendiri) dan ujung lengan baju lainnya

terikat ke sebuahn dahan pohon perdu setinggi 60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun

leher memang terjerat oleh baju tersebut. Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun

masih dijumpai adanya satu luka terbuka di daerah ketiak kiri yang memperlihatkan

pembuluh darah ketiak yang putus, dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan

dan kiri yang memiliki ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam. Perlu diketahui

bahwa rumah terdekat dari TKP adalah kira-kira 2 km. TKP adalah suatu daerah perbukitan

yang berhutan cukup lebat.

PBL BLOK 30 | 1

Page 2: Makalah PBL 1-Felicia Ananda

Metode Pencarian Barang Bukti

Identitas Pelaku

Identitas KorbanVeR

Rumusan Masalah

Pemeriksaan Awal

TTV Tanda Pasti Kematian

Saat Mati

Cara Mati

TKP

Prosedur Penuntutan

UU / Dasar Hukum

Rumusan Masalah

Seorang laki-laki diemukan disebuah sungai kering berbatuan dalam keadaan mati

tertelungkup.

Mind Mapping

Hipotesis

Laki-laki ini diduga mati karena dibunuh.

Tinjauan Pustaka

Dasar Hukum

Pasal 1 KUHP2

(26) Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyelidikan,

penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri

dan ia alami sendiri.

(27) Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidanan yang berupa

keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri

dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dan pengetahuannya itu.

PBL BLOK 30 | 2

Page 3: Makalah PBL 1-Felicia Ananda

(28) Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian

khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna

kepentingan pemeriksaan.

Pasal 133 KUHAP2

(7) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seseorang korban baik luka,

keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia

berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakmian atau

dokter dan atau ahli lainnya.

(1) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara

tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau

pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

(2) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit

harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan

diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan

kepada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Pasal 179 KUHAP2

(1) Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau

dokter ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan

(2) Semua ketentuan tersebut di atas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang

memberikan keterangan ahli, dengan ketetuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji

akan memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut

pengetahuan dalam bidang keahliannya.

Pasal 184 KUHAP2

(1) Alat bukti yang sah ialah :

a. Keterangan saksi;

b. Keterangan ahli;

c. Surat;

d. Petunjuk;

e. Keterangan terdakwa.

(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan.

PBL BLOK 30 | 3

Page 4: Makalah PBL 1-Felicia Ananda

Pasal 267 KUHP2

(1) Seorang dokter yang dengan sengaja memberikan surat keterangan palsu tentang ada

atau tidaknya penyakit, kelamahan atau cacat, diancam dengan pidana penjara paling lama

empat tahun.

(2) Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seseorang kedalam

rumah sakit jiwa atau untuk menahannya di situ, dijatuhkan pidana penjara paling lama

delapan tahun enam bulan.

(3) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat

keterangan palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran.

Pasal 338 KUHP2

Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan

dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 339 KUHP2

Pembunuhan yang diikuti, disertai atau didahului oleh suatu perbuatan pidana, yang

dilakukan dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pelaksanaannya, atau

untuk melepaskan diri sendiri maupun peserta lainnya dari pidana dalam hal tertangkap

tangan, ataupun untuk memastikan penguasaan barang yang diperolehnya secara melawan

hukum, diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling

lama dua puluh tahun.

Pasal 340 KUHP2

Barang siapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang

lain, diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara

seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.

Visum et Repertum

Visum et repertum adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter, berisi temuan

dan pendapat berdasarkan keilmuannya tentang hasil pemeriksaan medis terhadap manusia

atau bagian dari tubuh manusia, baik yang hidup maupun mati, atas permintaan tertulis

(resmi) dari penyidik yang berwenang yang dibuat atas sumpah atau dikuatkan dengan

sumpah, untuk kepentingan peradilan. Seperti yang sudah dikatakan dalam pasal 133

PBL BLOK 30 | 4

Page 5: Makalah PBL 1-Felicia Ananda

KUHAP ayat 1 dan 2 dan pasal 184 KUHAP.3 Di dalam Lembaran Negara tahun 1973 No.

350 pasal 1 dan pasal 2 yang menyatakan bahwa Visum et Repertum adalah suatu keterangan

tertulis yang dibuat oleh dokter atas sumpah atau janji tentang apa yang dilihat pada benda

yang diperiksanya yang mempunyai daya bukti dalam perkara-perkara pidana. Sehingga,

Visum et Repertum diartikan sebagai keterangan ahli dalam bentuk surat. Beberapa ketentuan

yang harus dipenuhi adalah : 4

- Surat permintaan pembuatan VeR hanya boleh diminta oleh penyidik dan dibuat oleh

pihak yang diberikan wewenang sesuai KUHAP.

- VeR psikiatrik dibuat hanya jika hakim membutuhkannya.

- Mengikuti ketentuan yang berlaku dalam memperlakukan barang bukti yang dimaksud

dalam KUHAP.

- VeR dibuat oleh dokter yang sudah disumpah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, agar

memeuhi persyaratannya secara yuridis.

- VeR sebgaimana halnya surat resmi yang diapakai untuk perkara di pengadilan harus

memenuhi ketentuan yang berlaku.

VeR dibutuhkan dalam kasus-kasus luka, keracunan, dan mati. Dalam surat

permohonannya, pihak penyidik akan mencantumkan visum apa yang harus dilakukan sesuai

dengan kebutuhan penyidikan. Dalam kasus korban luka, jenis kasus yang umumnya

dimintakan adalah kasus kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan kerja, penganiayaan, percobaan

pembunuhan, kekerasan terhdap perempuan, kekerasan terhadap anak, dugaan malpraktek.3

VeR terdiri atas lima bagian yaitu projustitia, pendahuluan, pemberitaan, kesimpulan,

dan penutup. Projustitia adalah sebagia bagian untuk pemenuhan syarat yuridis untuk

pengganti materai. Pendahuluan memuat identitas dokter, instansi pemeriksa, identitas

peminta VeR, waktu pemeriksaan, nomor dan tanggal surat permintaan, serta identitas korban

yang diperiksa sesuai dengan permintaan VeR. Hasil pemeriksaan memuat segala sesuatu

yang dilihat dan ditemukan pada barang bukti yang diperiksa oleh dokter, dengan atau tanpa

pemeriksaan lanjutan yang dianggap perlu. Kesimpulan memuat inti dari bagian hasil

pemeriksaan yang disertai dengan pendapat dokter. Penutup memuat pernyataan bahwa VeR

tersebut dibuat atas sumpah dokter dan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya dan

sebenar-benarnya.3,4

Dalam VeR keterangan yang harus diberikan oleh dokter kepada pihak penyidik

adalah identitas korban, sebab kematian, perkiraan cara kematian. Walaupun dokter tidak

PBL BLOK 30 | 5

Page 6: Makalah PBL 1-Felicia Ananda

boleh memastikan cara kematian secara jelas di dalam VeR (karena tidak melihat kejadian

secara jelas), dokter harus dapat menjelaskan hal tersebut secara tersirat didalam kesimpulan.

Seperti dengan menjelaskan ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan sudah menunjukan

kepada pihak penyidik bahwa korban mati secara tidak wajar. Dalam kasus kejahatan seksual,

maka dalam VeR harus dijelaskan mengenai tanda-tanda persetubuhan, tanda kekerasan,

perkiraan umur, dan apakah korban pantas untuk dikawin. Pada kasus korban hidup seperti

dalam penganiayaan, dijelaskan tentang jenis luka dan derajat lukanya. Pada kasus psikiatrik,

maka VeR yang dibuat harus memberikan kejelasan tentang kondisi kejiwaan tersangka,

kejahatan yang dilakukan berhubungan dengan sakit jiwanya, dan penjelasan tentang

psikodinamiknya sampai kejahatan dapat terjadi.4

Dalam penulisan kesimpulan, dibuat ringkasan mengenai perlukaan tersebut (memar

dan lecet pada wajah, luka terbuka di lengan, luka tembak masuk pada tungkai, dll.

Menyimpulkan jenis kekerasan yang timbul, baik kekerasan tumpul, tajam, senjata api, atau

karena zat kimia. Untuk penilaian derajat luka dilakukan melalui penilaian medis seorang

dokter. Interpretasi luka derajat tiga didasarkan pada pasal 90 KUHP tentang luka berat yaitu

mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali atau yang

menimbulkan bahaya maut; menyebabkan kehilangan salah satu panca indera; mendapat

cacat berat; menderita sakit lumpuh; terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;

serta menyebabkan gugur atau matinya kandungan seorang perempuan. Luka-luka yang tidak

membutuhkan perawatan ataupun intervensi medis serta tidak mengganggu fungsi

digolongkan dalam luka derajat satu. Sedangkan untuk luka-luka yang tidak memenuhi

kriteria derajat 1 dan 3, digolongkan dalam luka derajat dua. Untuk kasus kekerasan fisik

pada anak, penulisan kesimpulan mengacu pada pasal 80 UU Perlindungan Anak. Sedang

pada kasus KDRT mengacu pada UU Penghapusan KDRT pasal 6.3

Tempat Kejadian Perkara

Tempat kejadian perkara (TKP) adalah tempat ditemukannya benda bukti dan/atau

tempat terjadinya peristiwa kejahatan atau yang diduga kejahatan menurut suatu kesaksian.

Meskipun nantinya terbukti bahwa ditempat tersebut tidak pernah terjadi tindak pidana,

tempat itu tetap disebut sebagai TKP. Kehadiran dokter dalam TKP tergantung pada

kasusnya, yang pertimbangannya dapat dilihat dari sudut korban, tempat kejadian, kejadian

atau tersangkanya. Dasar pemeriksaan TKP adalah dengan prinsip hexameter yaitu menjawab

pertanyaan apa kejadiannya, siapa yang berperan didalamnya, dimana terjadinya, kapan

PBL BLOK 30 | 6

Page 7: Makalah PBL 1-Felicia Ananda

terjadi, bagaimana terjadinya, dengan apa melakukan kejadian itu, dan kenapa terjadi

peristiwa itu.1

Dalam perkara pembunuhan, biasanya akan ditemukan barang bukti korban manusia

ataupun bagian dari manusia serta barang bukti lainnya. Dalam kasus pembunuhan juga bisa

ditemukan lokasi lain dimana barang bukti penting lain dapat ditemukan. TKP seperti ini

disebut sebagia TKP multiple. Dalam mengolah TKP penyidik tidak berdiri sendiri,

melainkan didukung oleh unsur dukungan laboratorium kriminalistik maupun kedokteran

forensik. Pengolahan TKP terdiri dari (a) pengamatan umum, (b) membuat sketsa dan

pemotretan, (c) penanganan korban, (d) penangan saksi dan tersangka, serta (e) pengumpulan

barang-barang bukti.5

a. Pengamatan umum5

Pada pengamatan umum, penyidik dapat memperoleh gambaran umum TKP secara

menyeluruh sebelum sampai pada TKP “sebenernya” agar dapat melakukan

pemeriksaand engan cermat dan detail.

b. Sketsa dan foto5

Sketsa adalah gambaran sederhana yang menunjukan letak dan posisi tubuh diantara

obyek yang tidak bergerak terhadap obyek-obyek lainnya yang ada di TKP. Sketsa

merupakan diagram yang spesifik, selektif, sederhana, dan jelas. Foto dapat dipakai untuk

mengabadikan setiap barang bukti relevan yang diketemukan dan memperkuat ataupun

menyingkirkan barang-barang bukti yang tidak diperlukan selain itu dapat digunakan

sebagai pengganti barang bukti yang secara fisik tidak dapat dihadirkan dalam

persidangan.

c. Penanganan korban5

Untuk menangani korban harus diperhatikan dulu kondisi dari korbannya, masih dalam

keadaan hidup, diragukan, atau sudah mati. Prinsip pertolongan pertama harus tetap

diutamakan jika korban masih dalam keadaan hidup atau diragukan. Pada korban mati

jika memang diperlukan untuk dilakukan pemeriksaan, bisa dilakukan pemeriksaan untuk

memperkirakan berapa lama korban telah meninggal, sebab-sebabnya, cara dan pola

kematiannya, atua hal-hal lain yang dianggap perlu. Jika segala sesuatunya telah

dilakukan, korban diberi label identitas dan permintaan visum untuk selanjutnya dikirim

ke kamar mayat RS guna pemeriksaan lanjut sesuai permintaan penyidik.

d. Penanganan saksi dan tersangka5

PBL BLOK 30 | 7

Page 8: Makalah PBL 1-Felicia Ananda

Pada saksi dan tersangka dilakukan wawancara atau pemeriksaan singkat untuk

mrngetahui tentang keterlibatannya dalam tindak pidana yang telah terjadi. Sehingga

dapat juga dilakukan pencarian petunjuk-petunjuk lain guna pengembangan penyelidikan.

e. Penanganan barang bukti5

Penanganan barang bukti yang didapat di TKP merupakan jasa dari Dr. Edmund Locard

yang menuliskan dalam naskahnya yang menyimpulkan bahwa bertemunya korban dan

pelaku dalam suatu tindak pidana berakibat (a) korban menahan sesuatu benda dari

pelaku atau meninggalkan sesuatu pada pelaku; (b) pelaku meninggalkan sesuatu pada

korban atau TKP; (c) benda dan atau sesuatu dari TKP akan terbawa oleh pelaku.

Pemeriksaan kedokteran forensik di TKP adalah dengan prinsip dengan tidak menjaga

agar tidak mengubah apapun. Semua benda bukti yang ditemukan agar dikirimkan ke

laboratorium setelah sebelumnya diamankan sesuai prosedur. Ada beberapa hal yang dapat

mempersulit penyidikan seperti memegang benda di TKP tanpa sarung tangan, mengganggu

bercak darah, membuat jejak baru, atau memeriksa sambil merokok. Mayat yang ditemukan

dimasukan kedalam plastik atau kantung khusus jenazah. Namun sebelum dimasukan dalam

kantung, dapat dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan sidik jari. Bercak darah yang

ditemukan di lantai atau dinding diperiksa apakah berasal dari vena atau arteri, jatuh dengan

kecepatan (tubuh yang bergerak) atau jatuh bebas, kapan saat perlukaannya, dan dihubungkan

dengan perkiraan bagaimana terjadinya peristiwa. Benda-benda barang bukti lain seperti

pakaian, rambut, peluru, dan lain-lain dapat dimasukan dalam amplop. Benda bukti cair

dimasukan dalam tabung reaksi kering dan untuk barang bukti kering di atas dasar kasar

harus dikerok dan dimasukan dalam amplop atau kantong plastik. Bercak pada kain-kain

yang besar dapat digunting dan dimasukan dalam amplop. Semua benda bukti harus dilabel

dan diberi keterangan tentang jenis benda, lokasi penemuan, saat penemuan, dan keterangan

lain yang diperlukan.1

Mayat dan benda bukti biologis/medis, termasuk obat atau racun, dikirim ke instalasi

kdeokteran forensik atau ke RS umum untuk diperiksa. Jika tidak tersedia sarana

pemeriksaan laboratorium forensik, makan dapat dikirimkan ke laboratorium kepolisian atau

kebagian kedokteran forensik. Benda bukti bukan biologis dapat langsung dikirim ke

laboratorium kriminal/forensik kepolisian daerah setempat.1 Ada beberapa metode pencarian

barang bukti yaitu strip method, double strip or grid method, spiral method, zone method, dan

wheel method. Dengan menggunakan metode yang sistematis dalam mencari barang bukti di

TKP, dapat dipastikan proses penyidikan akan berjalan dengan lancar dan memberikan hasil

PBL BLOK 30 | 8

Page 9: Makalah PBL 1-Felicia Ananda

memuaskan dan dengan demikian berarti kesulitan-kesulitan dalam persidangan dapat diatasi,

khususnya dalam hal pembuktian telah terjadinya suatu kejahatan dan kaitannya dengan

terdakwa pelaku kejahatan.6

Tanatologi

Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati yaitu mati somatis, mati suri,

mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang otak). Mati somatis terjadi akibat

terhentinya fungsi ketiga sistem vital tubuh (SSP, kardiovaskular, dan pernapasan) yang

menetap. Mati suri adalah terhentinya kerja ketiga sistem vital tubuh tersebut yang ditentukan

dengan alat kedokteran sederhana. Mati seluler adalah kematian organ atau jaringan tubuh

yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Mati serebral adalah kerusakan kedua

hemisfer otak yang irreversibel kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem

lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.

Mati otak terjadi jika telah terjadi kerusakan seluruh isi neronal intrakranial yang menetap,

termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak, maka dapat dikatakan

seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi sehingga alat bantu dapat

dimatikan.1

Tanda-tanda kematian yang penting adalah terhentinya denyut jantung, terhentinya

pergerakan pernafasan, kulit terlihat pucat, melemasnya otot-otot tubuh, dan terhentinya

aktivitas otak. Lalu nantinya akab berlanjut dengan munculnya tanda-tanda penurunan suhu

tubuh mayat, terjadinya lebam mayat, terjadinya kaku mayat, terjadinya pembusukan, dan

PBL BLOK 30 | 9

Gambar 1. Metode Pencarian Barang BuktiSumber : Forensic Science Middle Schoolers ; http://www.livebinders.com/play/play/788594

Page 10: Makalah PBL 1-Felicia Ananda

( 98,6 F - suhu ) 1,5

terjadinya adipocere dan mummifikasi. Namun adipocere dan mummifikasi dapat dikatakan

jarang dijumpai oleh karena memerlukan berbagai faktor, kondisi yang tidak selamanya ada,

khususnya di Indonesia.7

Saat kematian korban hanya dapat diperkirakan karena penentuan kematian secara

pasti sampai saat ini belum dimungkinkan. Perkiraan saat kematian dapat diketahui dari

informasi para saksi, petunjuk yang ada di TKP (jam/arloji, tanggal pada surat kabar yang

tertinggal, surat, makanan di meja makan, dll), dan pemeriksaan mayat secara terinci.

Pemeriksaan mayat yang dimaksud adalah dengan memeriksa penurunan suhu mayat (algor

mortis), lebam mayat (livor mortis), kaku mayat, pemeriksaan isi lambung, dan pembusukan.

Penurunan suhu mayat pada seseorang yang sudah mati maka suhu tubuhnya akan menurun

sampai sesuai dengan suhu sekitarnya Rumus perkiraan saat kematian berdasarkan penurunan

suhu adalah :

Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dengan termometer biasa atau elektronik. Jika yang

dipakai adalah termometer biasa maka pengukuran dilakukan di dalam rektum sedalam 10 cm

dan dibaca kurang lebih setelah 3 menit. Untuk pengukuran dengan termometer elektronik,

maka pengukuran dapat langsung segera dilakukan.7

Lebam mayat timbul karena terhentinya peredaran darah yang menyebabkan darah

berkumpul mencari tempat yang paling rendah. Nantinya akan timbul warna merah ungu

pada daerah tersebut. Lebam mayat akan mulai tampak setelah 30 menit post-mortal,

maksimal intensitasnya akan tercapai pada 8-12 jam post-mortal. Kaku mayat timbul karena

adanya perubahan enzimatik serta perubahan metabolisme dan kimiawi lainnya pada otot

seluruh tubuh. Kaku akan timbul setelah 2 jam post-mortal dan maksimal 10-12 jam post-

mortal, dan akan menetap selama 24 jam. Setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang

sesuai menurut urutan terdapatnya kaku mayat (rahang, leher, lengan, dan tungkai).

Cadaveric spasm adalah kekauan mayat yang terjadi segera setelah seseorang mati yang tidak

melalui fase relaksasipelemasan otot seperti yang terjadi pada kaku mayat. Hal ini dapat

terjadi jika ada ketegangan atau stress emosional sebelum korban mati. Pada orang yang mati

terbakar dapat timbul pugelistic at titude, yang member kesan seperti sikap seorang petinju.

Hal ini timbul karena terjadinya penggumpalan protein/koagulasi. Cold stiffening adalah

PBL BLOK 30 | 10

Page 11: Makalah PBL 1-Felicia Ananda

kondisi kekauan pada mayat yang terbaring pada tempat yang bersuhu rendah, sehingga kita

bisa mendengar suara derik ketika melakukan perlawanan terhadap kaku mayat. Suara derik

timbul karena pecahnya cairan dalam sendi yang membeku.7

Pemeriksaan lambung dilakukan juga untuk memperkirakan saat kematian korban.

Seperti yang kita tahu bahwa waktu pengosongan lambung adalah 4-6 jam sebelum

diteruskan kedalam usus. Jadi apabila pada lambung korban ditemukan sisa makanan yang

masih belum tercena dapat diperkirakan bahwa kematian korban adalah terjadi dalam waktu

kurang 4-6 jam setelah makan terakhir. Pembusukan pada mayat berbeda-beda kecepatannya

tergantung dari berbagai faktor, terutama faktor lingkungan. Pembusukan mayat dimulai

sekitar 48 jam setelah seseorang mati, ini dapat dikenali dari adanya warna hijau-kemerahan

pada dinding perut bagian kanan bawah. Pembusukan berlanjut dengan terbentuknya

gelembung-gelembung yang berisi cairan merah kehitaman, pembengkakan pada seluruh

tubuh, tubuh terlihat menggembung, lidah keluar, bibir membengkak dan mencucur, bola

mata menonjol keluar, kulit ari mengelupas. Pada keadaan lebih lanjut, gas pembusukan yang

berada dalam tubuh akan menyebabkan pecahnya dinding perut yang diikuti pula dengan

hancurnya bagian tubuh yang lunak, sehingga akan tinggal kerangkanya saja.7

Identifikasi Korban

Ada sembilan metode yang dipakai untuk menentukan jati diri korban yaitu sidik jari,

metode visual, pakaian, perhiasaan, dokumen, medis, gigi, serologi, dan metode eklusi.

Namun sidik jari adalah metode yang tidak lazim digunakan oleh dokter. Metode visual

adalah metode yang sederhana, yaitu dengan memperlihatkan wajah korban kepada pihak

keluarga. Dengan syarat keadaan mayat masih baik dan tidak rusak berat. Pencatatan yang

teliti atas pakaian, bahan yang dipakai, mode serta adanya tulisan pada pakaian (merk,

laundry, penjahit, inisial nama) dapat memberikan informasi mengenai korban juga.

Perhiasana juga merupakan metode identifikasi yang baik, walaupun tubuh korban telah

rusak/hangus. Inisial yang terdapat pada cincin dapat memeberikan informasi siapa si

pemberi cincin tersebut, dengan demikian dapat pula diketahui identitas korban. Dokumen-

dokumen seperti KTP, SIM, paspor, kartu golongan darah, dan lainnya yang bisa ditemukan

dalam tas/dompet korban. Medis merupakan metode identifikasi yang selalu dapat dipakai

dan mempunyai nilai tinggi dalam hal ketepatannya, terutama pada korban yang mempunyai

status medis yang baik. Jenis kelamin, perkiraan tinggi badan, berat badan, umur, serta warna

rambut dan mata termasuk dalam klasifikasi tanda medis umum. Sedangkan untuk tanda

PBL BLOK 30 | 11

Page 12: Makalah PBL 1-Felicia Ananda

medis yang khusus adalah bentuk-cacat fisik, bekas operasi, tumor, tato, dan lainnya.

Pemeriksaan gigi sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi ahli forensik , namun dalam

prakteknya hampir semua pemeriksaan dilakukan oleh dokter spesialis forensik khususnya

patologi forensik. Yang dilihat adalah sifat khusus dari gigi seperti ketahanannya serta tidak

ada kesamaan bentuk gigi pada setiap manusia. Pemeriksaan gigi mempunyai nilai yang sama

tinggi seperti pada sidik jari, khususnya jika mayat sudah busuk/rusak dan bila ada data

antemortem record akan lebih mempermudaha pemeriksaan. Gigi juga bisa dipakai untuk

membantu dalam memperkirakan umur, kebiasaan, suku, dan pekerjaan korban. Sidik jari

dapat menetukan identitas secara pasti oleh karena sefat khususnya yang pada setiap orang

akan berbeda walaupun pada kasus saudara kembar satu telur. Keterbatasannya hanyalah jika

korban sudah rusak/membusuk. Pemeriksaan serologi adalah pemeriksaan lain yang juga

dipakai dengan prinsip bahwa umumnya golongan darah seseorang dapat ditentukan dari

pemeriksaan darah, air mani, dan cairan tubuh lainnya. Orang yang demikian termasuk

golongan sekretor (75%-80% penduduk). Pada golongan non-sekretor, golongan darah hanya

dapat ditentukan dari pemeriksaan darah saja. Metode eksklusi dipakai biasanya pada kasus

kecelakaan masal, seperti pada jatuhnya pesawat terbang. 4,7

Traumatologi Forensik

Luka akibat kekerasan benda tajam

Gambaran umum luka yang dapat dilihat pada kekerasan akibat benda tajam adalah

tepi dan dinding luka yang rata, berbentuk garis, tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar

luka berbetuk garis atau titik. Dalam kedokteran forensik luka akibat benda tajam dapat yang

banyak dijumpai adalah bentuk luka iris dan luka tusuk. Bentuk dari luka yang disebabkan

oleh pisau yang mengenai tubuh korban dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sifat dari

pisau (bentuk, ketajaman ujung, dan ketajaman dari kedua tepinya, bermata satu atau mata

dua), bagaimana pisau itu mengenai dan masuk kedalam tubuh, tempat dimana luka berada.4

Sifat luka pada kasus pembunuhan

Cukup sulit untuk membunuh seseorang hanya dengan satu tusukan saja, kecuali bila

korban sedang dalam keadaan tidur, keadaan sangat lemah, atau diserang secara mendadak

dan terkena pada organ vitalnya. Jumlah luka umumnya akan lebih dari satu, tidak

mempunyai tempat atau lokasi khusus, seringkali didapatkan juga luka-luka yang didapat

sewaktu korban mengadakan perlawanan (luka tangkis/defense wound). Luka tangkis dapat

PBL BLOK 30 | 12

Page 13: Makalah PBL 1-Felicia Ananda

ditemukan pada daerah lengan bawah bagian dalam atau pada telapak tangan. Luka ditelapak

tangan mungkin terjadi jika korban berusaha menangkap atau merebut ataupun menangkis

serangan lawannya. Luka mematikan biasanya terjadi pada daerah leher, dada, dan daerah

perut dimana organ vital terdapat. Pada kasus pembunuhan dimana korban digorok lehernya,

maka arah dan letak luka yang mendatar, serta tidak adanya luka-luka percobaan, dan

didapatkannya luka tangkis dapat membedakannya dengan bunuh diri. Harus diingat juga

bahwa makin banyak benda atau senjata tajam yang berbentuk runcing-langsing, misalnya

pisau saku dan ganco. Dengan benda atau senjata tajam itu, pembunuhan dapat dilakukan

dengan jalan menghantamkan benda atau senjata tajam tersebut ke kepala korban, menembus

tulang, dan masuk kedalam otak. Pemeriksaan luar korban harus dilakukan dengan teliti dan

cermat.4

Interpretasi Kasus

Bagian Ilmu Kedokteran Forensik

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 7 Telp. (021) 56942061, Jakarta 11510

Jakarta, 28 Desember 2012

Nomor : 1234-SK.III/VER/5678/12/12

Perihal : Hasil Pemeriksaan luar mayat atas nama Surkimin

Lamp : -.-

PRO JUSTITIA

VISUM ET REPERTUM

Yang bertanda tangan dibawah ini, Felicia Ananda, dokter ahli kedokteran forensik pada Bagian Ilmu Kedokteran Forensik UKRIDA di Jakarta, atas permintaan tertulis dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia Resort Metropolitan Jakarta Barat Sektor Cengkareng tertanggal 27 Desember 2014, No. Pol : 070/VER/XII/2014/Res.CGK, dengan ini menerangkan bahwa pada tanggal 28 Desember 2014, pukul 08.00 Waktu Indonesia Bagian Barat, bertempat diruang bedah mayat RS UKRIDA, telah melakukan pemeriksaan luar mayat, atas mayat dengan keterangan sebagai berikut:----------------------------------------

Nama : Surkimin-------------------------------------------------------------------------Jenis kelamin : Laki-laki-------------------------------------------------------------------------Umur : 30 tahun-------------------------------------------------------------------------Warganegara : Indonesia------------------------------------------------------------------------

Agama:---------------

PBL BLOK 30 | 13

Page 14: Makalah PBL 1-Felicia Ananda

Lanjutan Visum et Repertum Nomor : 1234-SK.III/VER/5678/12/12Halaman ke 2 dari 3 halaman

Pekerjaan : ----------------------------------------------------------------------------------Alamat : ----------------------------------------------------------------------------------

Mayat telah diidentifikasi dengan sehelai label berwarna muda, dengan materai lak merah, terikat pada ibu jari kaki kanan.----------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------Hasil Pemeriksaan-------------------------------------------I. Pemeriksaan Luar 1. Mayat terbungkus kantong jenazah berwarna kuning, bahan plastik dengan resleting pada

bagian depan. -------------------------------------------------------------------------------------------

2. Tidak terdapat perhiasaan pada mayat.--------------------------------------------------------------3. Mayat berpakaian sebagai

berikut:-------------------------------------------------------------------a. Pakaian kaus berwarna putih berukuran L. Terdapat robekan dengan permukaan rata

pada daerah ketiak kiri berukuran empat setengah sentimeter kali setengah sentimeter dengan rembesan darah disekelilingnya. ------------------------------------------------------

b. Celana panjang berbahan katun tidak bermerek berwarna hitam dengan satu buah saku masing-masing pada sisi kanan dan kiri.-------------------------------------------------

c. Celana dalam warna putih dengan karet berwarna putih pada pinggang dengan tulisan Rider berwarna biru. ----------------------------------------------------------------------------

4. Kaku mayat sudah lengkap, ditemukan pada keempat anggota gerak.Lebam mayat terdapat pada bagian depan tubuh berwarna merah keunguan, tidak hilang pada penekanan.----------------------------------------------------------------------------------------

5. Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia, berumur 30 tahun, kulit berwarna kuning, gizi cukup, panjang badan seratus enam puluh delapan sentimeter dan berat badan lima puluh kilogram. ----------------------------------------------------------------------------------

6. Identitas khusus : ditemukan tato pada lengan atas bagian kanan bergambar tengkorak warna hitam.--------------------------------------------------------------------------------------------

7. Rambut kepala sepanjang enam sentimeter, berwarna kecoklatan.-----------------------------Alis berwarna hitam, tumbuh lebat dengan panjang setengah sentimeter.---------------------Bulu mata berwarna hitam, lurus, panjang satu sentimeter.--------------------------------------

8. Kedua mata tertutup. Selaput bening mata jernih, kedua teleng mata bundar dengan garis tengah empat milimeter. Tirai mata berwarna coklat. Selaput bola mata kanan dan kiri terdapat bintik perdarahan, selaput kelopak mata kanan dan kiri terdapat bintik perdarahan. ---------------------------------------------------------------------------------------------

9. Hidung berbentuk mancung.--------------------------------------------------------------------------Daun telinga berbentuk normal. ---------------------------------------------------------------------Mulut tertutup.------------------------------------------------------------------------------------------

10. Gigi geligi : lengkap berjumlah tiga puluh dua.----------------------------------------------------11. Dari lubang hidung, telinga, mulut, dan lubang tubuh lainnya tidak keluar apa-apa.---------12. Dari lubang kemaluan dan lubang pelepasan tidak keluar apa-apa. ------------------------13. Luka-luka :

a. Pada leher terdapat luka lecet tekan warna cokelat, arah mendatar pada bagian depan satu sentimeter di bawah tulang jakun. --------------------------------------------------------

b. Pada daerah ketiak kiri terdapat luka sayat berukuran empat sentimeter kali setengah sentimeter dengan permukaan rata dan kedua sudut yang lancip. --------------------------

c. Pada tungkai bawah kanan, tiga sentimeter di atas mata kaki bagian luar terdapat luka iris berukuran lima sentimeter kali setengah sentimeter dengan permukaan rata dan----

PBL BLOK 30 | 14

Page 15: Makalah PBL 1-Felicia Ananda

kedua sudut yang ---------------

Lanjutan Visum et Repertum Nomor : 1234-SK.III/VER/5678/12/12Halaman ke 3 dari 3 halaman

kedua sudut yang lancip dan enam sentimeter di bawah lutut terdapat luka iris berukuran tujuh sentimeter kali satu sentimeter dengan permukaan rata dan kedua sudut yang lancip. ---------------------------------------------------------------------------------

d. Pada tungkai bawah kiri, delapan di bawah lutut terdapat luka iris berukuran lima sentimeter kali setengah sentimeter dengan permukaan rata dan kedua sudut yang lancip. -----------------------------------------------------------------------------------------------

14. Patah tulang tidak ada. --------------------------------------------------------------------------------

KesimpulanPada mayat seorang laki-laki berumur dua puluh tujuh tahun ini ditemukan jejas jerat

pada leher, berupa luka lecet tekan yang berjalan mendatar, ditemukan juga luka terbuka pada daerah ketiak kiri dan pada kedua tungkai bawah akibat kekerasan tajam.-------------------------

Demikianlah saya uraikan dengan sejujur-jujurnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaik-baiknya dengan mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana.------------------------------------------------------------------------------------------------

Dokter yang memeriksa,

dr. Felicia Ananda B WNIP 102011410

Kesimpulan

Kematian yang terjadi pada korban diatas adalah karena kekerasan benda tajam.

Prediksi waktu kematian dapat dilihat dari beberapa faktor dan keadaan yang timbul pada

mayat. Ada beberapa tanda kematian seperti hilangnya gerak pernafasan, kulit yang pucat,

penurunan tonus otot, dan hilangnya denyut jantung pada korban. Untuk pertanda pasti

kematian bisa dilihat dari mulai timbulnya kaku mayat, lebam mayat, pembusukan, dan

penurunan suhu mayat. Identifikasi korban juga harus dilakukan untuk bisa segera didapatkan

tersangka pembunuhan yang nantinya akan bisa dilakukan tindakan pengadilan sesuai hukum

berlaku.

Daftar Pustaka

1. Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Ilmu

kedokteran forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia ; 1997.

PBL BLOK 30 | 15

Page 16: Makalah PBL 1-Felicia Ananda

2. Safitry O. Kompilasi peraturan perundang-undangan terkait praktik kedokteran.

Jakarta : Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2014.h.7-30.

3. Safitry O. Mudah membuat visum et repertum kasus luka. Jakarta : Departemen Ilmu

Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;

2013.

4. Idries AM. Visum et repertum. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi ke-1.

Jakarta : Binarupa Aksara ; 1997.h.1-30.

5. Purwanti SH. Olah TKP. Dalam Pedoman Praktis Ilmu Kedokteran Forensik Bagi

Praktisi Hukum. Jakarta : CV Sagung Seto; 2009.h.111-20.

6. Tjiptomartono AL. Pemeriksaan di tempat kejadian perkara. Dalam Penerapan Ilmu

Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Jakarta : CV Sagung Seto; 9-36.

7. Idries AM. Sistematika pemeriksaan ilmu kedokteran forensik khusus pemeriksaan

mayat. Dalam Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses Penyidikan. Jakarta

: CV Sagung Seto; 37-52.

PBL BLOK 30 | 16