ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

96
ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN REALISASI ANGGARAN PADA BADAN PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN WAJO SKRIPSI Oleh RISKA NIM 105731110816 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR 2020

Transcript of ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

Page 1: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN REALISASI ANGGARAN PADA BADAN PENDAPATAN

DAERAH KABUPATEN WAJO

SKRIPSI

Oleh

RISKA

NIM 105731110816

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2020

Page 2: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

ii

ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN REALISASI ANGGARAN PADA BADAN PENDAPATAN

DAERAH KABUPATEN WAJO

SKRIPSI

Oleh

RISKA

NIM 105731110816

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi (S.Ak) Pada Jurusan

Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

2020

Page 3: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO HIDUP

“Tidak ada kesuksesan melainkan dengan pertolongan Allah”

(Q.S. Huud:88 )

“Jangan tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tapi tuntut dirimu

karena menunda adabmu kepada Allah”

(Penulis)

PERSEMBAHAN

Karya Ilmiah ini saya persembahkan untuk:

Ayah dan Ibu tercinta yang selalu mendoakan, memberi semangat, inspirasi, dan

kasih sayang yang tulus. Saudara-saudariku yang selalu memberi dukungan dan

semangat.Serta sahabat dan teman-teman yang telah memberi banyak motivasi.

Page 4: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

iv

Page 5: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

v

Page 6: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

vi

Page 7: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya.

Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad

SAW beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat

yang tiada ternilai manakala penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja

Belanja Daerah Dalam Laporan Realisasi Anggaran Pada Badan Pendapatan

Daerah Kabupaten Wajo”.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam

menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiya Makassar.

Teristimewah dan terutama penulis sampaikan ucapan terimakasih

kepada kedua orang tua penulis bapak Sukri dan ibu Muliana yang senantiasa

memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tanpa

pamrih, saudara-saudara tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan

semangat hingga akhir studi ini, serta seluruh keluarga besar atas segala

pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan untuk keberhasilan

penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada

penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan akhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula

penghargaan yang setinggi-tingginya dan terimakasih banyak disampaikan

Page 8: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

viii

dengan hormat kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag.selaku Rektor Universitas

MuhammadiyahMakassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE.,MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas MuhammadiyahMakassar.

3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si.Ak.CA.CSP, selaku Ketua

Program Studi Akuntansi Universitas MuhammadiyahMakassar.

4. Ibu Asriati, SE.,M.Si., selaku Pembimbing I yang senantiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis

sehingga skripsi selesai denganbaik.

5. Ibu Muttiarni, SE.,M.Si, selaku pembimbing II yang telah berkenan

membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujianskripsi.

6. Bapak/Ibu asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah dalam menuangkan

ilmunya kepada penulis selama mengikutikuliah.

7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

MuhammadiyahMakassar.

8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi

Akuntansi Angkatan 2016 yang selalu belajar bersama yang tidak

sedikit bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studipenulis.

9. Terimakasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa penulis tulis satu

persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan

dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

Page 9: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

ix

skripsiini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skripsi ini masi

sangat jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya

para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan

kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.

Semoga Skripsi yang sederhana inidapat bermanfaat bagi semua

pihak, utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah

Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamualaikum Wr.Wb.

Makassar, 31 Oktober 2020

Riska

Page 10: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

x

ABSTRAK

RISKA, 2020.Analisis Kinerja Belanja Daerah Dalam Laporan Realisasi Anggaran Pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbinng oleh Pembimbing I Asriati dan Pembimbng II Muttiarni.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja belanja daerah dalam laporan realisasi anggaran mengenai selisih antara realisasi belanja dengan anggaran belanja, perkembangan belanja daerah, keseimbangan belanja daerah, dan tingkat efisiensi belanja.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, data yang digunakan adalah data skunder berupa rincian Laporan Realisasi Anggaran Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo Tahun Anggaran 2017-2019.Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis varians belanja, analisis pertumbuhan belanja, analisis keserasian belanja, dan rasio efisiensi belanja.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil analisis varians belanja pada tahun 2017 dan tahun 2018 kinerja belanja dinillai baik serta, pada tahun 2019 kinerja belanja dinilai kurang baik. Analisis pertumbuhan belanja menunjukan hasil bahwa pada tahun 2017-2018 mengalami penurunan sedangkan pada tahun 2018-2019 pertumbuhan belanja mengalami kenaikan. Berdasarkan analisis keserasian belanja yaitu rasio belanja modal terhadap total belanja pada tahun 2017 yaitu 27.90 % menunjukkan adanya kinerja yang kurang baik, pada tahun 2018 yaitu 17.80 % menujukkan adanya kinerja yang baik, serta pada tahun 2019 yaitu 28.67 % rasio belanja modal terhadap total belanja juga menunjukkan kinerja yang kurang baik. Berdasarkan rasio efisiensi belanja pada tahun 2017 sampai dengan 2018 menunjukkan kategori efisien yaitu 96.74 % dan 92.76 % sedangkan pada tahun 2019 termasuk dalam kategori tidak efisien yaitu 101.44 %.

Kata Kunci : Kinerja Belanja, Laporan Realisasi Anggaran

Page 11: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

xi

ABSTRACT

RISKA, 2020.Analysis of Regional Expenditure Performance in the Budget Realization Report at the Regional Revenue Agency of Wajo Regency, Thesis, Faculty of Economics and Business, Department of Accounting, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Asriati and Supervisor II Muttiarni.

This study aims to determine the performance of regional expenditures in the budget realization report regarding the difference between expenditure realization and the expenditure budget, regional expenditure development, regional expenditure balance, and the level of spending savings. This research is a quantitative descriptive study, the data used is secondary data in the form of details of the Wajo Regency Regional Revenue Agency Budget Realization Report for the 2017-2019 Fiscal Year. The analysis technique used is the analysis of the variance of expenditures, the analysis of the growth of expenditures, the analysis of the balance of expenditures, and the expenditure efficiency ratio.

The results of this study indicate that the results of the analysis of the variance of spending in 2017 and 2018 are considered to be good performance and, in 2019, the performance of spending is considered to be poor. The analysis of expenditure growth shows that in 2017-2018 it has decreased, while in 2018-2019 the growth of spending has increased. Based on the analysis of the balance of expenditures, namely the ratio of capital expenditure to total expenditure in 2017, namely 27.90%, indicates a poor performance, in 2018 17.80% indicates a good performance, and in 2019 it is 28.67% the ratio of capital expenditure to total expenditure as well. shows poor performance. Based on the expenditure efficiency ratio in 2017 to 2018, it shows the efficient category, namely 96.74% and 92.76%, while in 2019 it is included in the inefficient category, namely 101.44%.

Keywords: Expenditure Performance, Budget Realization Report

Page 12: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL .............................................................................................................. i

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ........................ Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................... x

ABSTRACT ........................................................................................................ xi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 10

A. Tinjauan Teori ........................................................................................ 10

1. Anggaran Sektor Publik ....................................................................... 10

2. Laporan Realisasi Anggaran ................................................................ 15

3. Pengukuran Kinerja Sektor Publik ....................................................... 17

4. Analisis Kinerja Belanja Daerah ........................................................... 19

B. Tinjauan Empiris ..................................................................................... 27

C. Kerangka Konsep ................................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 36

A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 36

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 36

C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ...................................... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 38

Page 13: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

xiii

E. Teknik Analisis ....................................................................................... 38

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ......................................... 40

A. Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Wajo ....................................... 40

B. Visi dan Misi Kabupaten Wajo ................................................................ 41

C. Pemerintahan Daerah Kabupaten Wajo ................................................. 43

D. Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo ......................................... 43

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 46

A. Hasil Penelitian....................................................................................... 46

B. Pembahasan .......................................................................................... 53

BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 59

A. Kesimpulan ............................................................................................ 59

B. Saran ..................................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 62

DAFTAR LAMPIRAN

Page 14: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 27

Tabel 5. 1 Analisis Varians Belanja .................................................................... 47

Tabel 5. 2 Analisis Pertumbuhan Belanja .......................................................... 49

Tabel 5. 3 Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Modal ......................... 50

Tabel 5. 4 Rasio Efisiensi Belanja ...................................................................... 52

Page 15: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Konsep ................................................................................... 34

Page 16: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengelolaan keuangan daerah sebagai salah satu cara

pemerintah daerah untuk mengelola keuangan mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, penganggaran, pelaporan, penatausahaan/akuntansi,

pengawasan dan pertanggungjawaban keuangan daerah. Kesuksesan suatu

otonomi daerah tidak lepas dari peran pemerintah dalam mengelola

keuangan.Melalui pengelolaan keuangan daerah, pemerintah dan

masyarakat dapat mengetahui kemampuan anggaran daerah dalam

membiayai belanja daerah, serta menunjukkan bahwa uang/dana publik

telah dibelanjakan secara ekonomis, efisien, dan efektif.

Pengelolaan keuangan daerah yang baik mempertimbangkan

prinsip-prinsip transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. Transparansi

dalam mengelola keuangan daerah akan memberikan informasi yang aktual

dan faktual kepada publik, kemudian partisipasi publik/masyarakat sangat

diperlukan dalam proses pengambilan keputusan, serta akuntabilitas

merupakan tanggungjawab pemerintah daerah dalam memberikan informasi

sebagai pemenuhan hah-hak publik. Dalam penyusunan laporan keuangan

harus berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sehingga

dapat mencapai good governance. Terkait dengan standar akuntansi ini,

pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun

2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang menjadi pedoman bagi

pemerintah pusat dan daerah dalam menyajikan laporan keuangan.

Page 17: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

2

Penyajian laporan keuangan berdasarkan PSAP 01 yaitu terdiri dari Laporan

Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

(Laporan Perubahan SAL), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan

Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas, serta Catatan Atas Laporan

Keuangan (CALK).

Sejauh ini, anggaran merupakan hal yang sangat penting karena

pengelolaannya menunjukkan bagaimana kinerja pemerintah daerah dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kualitas kinerja pemerintah

dapat dilihat dari cara pemerintah dalam mengelola keuangan. Laporan

Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu komponen yang digunakan

dalam penilaian kinerja. Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran (LRA),

maka dapat dilakukan analisis kinerja laporan keuangan seperti analisis

kinerja belanja, analisis pembiayaan, serta analisis pendapatan. Penilaian

kinerja dilakukan untuk melihat seberapa jauh kegiatan yang direncanakan

telah terealisasi atau telah mencapai target keberhasilan.

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah satu

komponen laporan keuangan pemerintah yang menyajikan laporan

mengenai perbandingan antara anggaran pendapatan dan belanja dengan

realisasi dalam satu tahun anggaran. Laporan Relisasi Anggaran (LRA)

terdiri dari anggaran pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan.

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyediakan informasi mengenai

realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan

pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing

diperbandingkan dengan anggarannya (Ratmono dan Sholihin, 2017:25 ).

Page 18: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

3

Perencanaan dalam menyiapkan anggaran sangatlah penting,

karena dengan adanya anggaran dalam organisasi dapat memberi

gambaran jelas tentang organisasi sektor publik dimasa mendatang.Untuk

menilai kinerja pimpinan organisasi sektor publik juga dapat dengan

menggunakan anggaran.

Perencanaan anggaran yang kurang baik akan berdampak

terhadap anggaran belanja yang terutang. Kecenderungan yang terjadi pada

Kabupaten/Kota terkait perencanaan anggaran dalam proses

penyelenggaraan pemerintah daerah adalah adanya penyelewengan

terhadap dana APBD seperti korupsi dana anggaran, ketimpangan yang

terjadi terkait adanya pengeluaran-pengeluaran yang melebihi anggaran,

serta adanya penggelembungan (mark up) belanja dari belanja wajar dan

masih banyak lagi peyimpangan yang mungkin terjadi terkait anggaran

pemerintah daerah.

Tujuh proyek pembangunan Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas) di Kabupaten Wajo, kini menjadi sorotan pihak kejaksaan. Satu

puskesmas diantaranya sudah terbukti, bahkan lima diantaranya telah

ditetapkan sebagai terpidana dari kasus korupsi Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD). Proyek yang menyebabkan kerugian negara

sebesar Rp 200 juta di Puskesmas Tosora telah melalui sidang di

Pengadilan Tipikor Makassar.Seperti diketahui, kasus dugaan korupsi tujuh

proyek pembangunan Puskesmas di Kabupaten Wajo telah bergulir sejak

Desember 2017, lalu.Dalam kasus tersebut, kerugian negara masih tahap

penyidikan, namun diduga cukup besar.Anggaran pembangunan tujuh

puskesmas tersebut menggunakan APBD tahun 2015, kemudian

Page 19: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

4

mendapatkan tambahan anggaran dari Dana Alokasi Khusus (DAK) 2016.

Selain Puskesmas Tosora, enam proyek lainnya yakni Puskesmas Liu,

Puskesmas Gilireng, Puskesmas Salobulo, Puskesmas Belawa, Puskesmas

Pitumpanua dan Puskesmas Tanasitolo (Parepos.co.id, 2020).

Perkara mengenai pengeluaran anggaran yang besar

dibandingkan dengan penerimaan, pada tahun 2019 pemerintah Kabupaten

Wajo bupati wajo Amran Mahmud menjelaskan bahwa APBD Kabupaten

Wajo tahun 2019 mengalami defisit sebesar Rp 67 Miliar lebih.Hal ini terjadi

karena jumlah pendapatan daerah Kab.Wajo lebih kecil daripada jumlah

belanja daerahnya.Defisit ini merupakan defisit pemerintah tahun 2018 yang

lalu yang harus ditanggung tahun 2019.Disamping defisit, APBD tahun 2019

juga ternyata belum mengakomodir visi misi bupati Wajo 2019-2024. Untuk

menutupi defisit tersebut dibutuhkan dana Rp 220 Miliar (Fajar.co.id, 2019).

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo merupakan lembaga

pemerintah yang berperan dalam menyelenggarakan pemungutan

pendapatan daerah.Sehingga sangat penting bagi Badan Pendapatan

Daerah untuk menetapkan analisis dalam menggunakan anggaran serta

belanja daerah.Pengukuran/penilaian kinerja dilakuakan untuk mengukur

pencapaian pelaksanaan kegiatan dengan tujuan mencapai visi dan misi

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo. Adapun visi Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo yaitu terwujudnya pendapatan daerah

yang produktif dalam menunjang pelaksanaan pemerintahan dan

pembangunan kabupaten wajo, serta misi dari Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Wajo yaitu mewujudkan sumber-sumber penerimaan pendapatan

Page 20: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

5

daerah, mewujudkan fleksibilitas landasan hukum dibanding pajak daerah

dan meningkatkan aparatur yang profesional.

Analisis belanja daerah sangat penting dilakukan untuk

mengetahui apakah pemerintah daerah telah menggunakan APBD dengan

ekonomis, dan sebaik mungkin, tidak mengeluarkan anggaran yang tidak

diperlukan dan menghindari pengeluaran yang tidak tepat sasaran.

Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran, terdapat metode analisis

anggaran yang dapat digunakan salah satunya analisis belanja yaitu berupa

Analisis Varians Belanja, Analisis Pertumbuhan Belanja, Analisis Keserasian

Belanja dan Rasio Efisiensi Belanja.

Analisis varians belanja dalam penelitian Grace Yunita Liando dan

Ingriani Elim (2016) menunjukkan hasil dalam kategori baik.Hasil penelitian

dari Fransiskus X. W Katit dan Sherly Pinatik (2016) juga menunjukkan

bahwa analisis varians belanja dalam kategori baik. Sama halnya dengan

penelitian Andre P. Tulangow dan Treesje Runtu (2016), Sakina Nusarifa

Tantri Dan Putri Irmawati (2018), Sri Suartini (2019) analisis varians belanja

menunjukkan hasil dalam kategori baik.

Analisis pertumbuhan belanja dalam penelitian Cenissa Sajow,

dkk (2017) dan penelitian Tia Setiani dan Rika Nurul Madila (2019)

menunjukkan adanya peningkatan belanja.Sejalan dengan penelitian

Fransiskus X. W Katit dan Sherly Pinatik (2016) juga menunjukkan adanya

peningkatanbelanja.Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Fika Widya

Apriyanti, dkk.(2019) dan penelitian Warti Ratnasari dan Siti Munawaroh

(2019) yang menunjukkan pertumbuhan belanja bersaldo negative.

Page 21: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

6

Analisis keserasian belanja dalam penelitian Andre P. Tulangow

dan Treesje Runtu (2016) menunjukkan hasil dalam kategori baik.Hal ini

tidak sejalan dengan penelitian Fika Widya Apriyanti, dkk.(2019) yang

menunjukkan hasil dalam kategori kurang baik.

Analisis efisiensi belanja dalam penelitian Grace Yunita Liando

dan Ingriani Elim (2016) menunjukkan hasil dalam kategori stabil.Hal ini

sejalan dengan penelitian Melania Rampengan, dkk (2016) dan Sri Suartini

(2019) yang menunjukkan hasil dalam kategori baik. Penelitian Fika Widya

Apriyanti, dkk. (2019) juga menunjukkan hasil yang cukup efisien.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti sebelumya terkait topik penelitian ini, terdapat beberapa

perbedaan.Perbedaan tersebut terletak pada objek yang diteliti, periode

penelitian yang dilakukan, fokus penelitian, serta jenis penelitian yang

dilakukan. Objek penelitian pada penelitan ini adalah Badan Pendapatan

Daerah Kabupaten Wajo pada periode tahun anggaran 2017-2019,

sedangkan penelitian-penelitian sebelumnya objek penelitiannya berupa

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) kota maupun

kabupaten dan dinas-dinas lainnya dengan periode penelitian yang beragam

mulai tahun 2009 sampai dengan 2018. Selain itu, perbedaan penelitian ini

dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah terletak pada fokus

penelitian. Penelitian ini hanya terfokus pada kinerja belanja daerah pada

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo tahun anggaran 2017-2019,

sedangkan penelitian-penelitian sebelumnya berfokus bukan hanya pada

kinerja belanja daerah tetapi juga pada analisis kinerja pendapatan dan

belanja daerah, analisis realisasi anggaran, dan analisis efisiensi dan

Page 22: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

7

efektivitas anggaran pendapatan dan belanja pada Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah dan dinas-dinas terkait.

Adanya penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi pada

Kabupaten/Kota terutamanya pada pemerintah Kabupaten Wajo seperti

yang telah disebutkan sebelumnya, menarik minat penulis untuk melakukan

analisis terkait dengan anggaran belanja daerah pada pemerintah

Kabupaten Wajo.Anggaran yang telah disusun harus relevan dan juga dapat

dipercaya sesuai dengan keadaan sebenarnya sehingga menghasilkan

informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu,

penulis akan melakukan pengkajian dan analisis lebih lanjut dalam penelitian

dengan judul “Analisis Kinerja Belanja dalam Laporan Realisasi

Anggaran pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kinerja belanja daerah dalam Laporan Realisasi

Anggaranmengenai selisih antara realisasi belanja dengan anggaran

belanja?

2. Bagaimana perkembangan belanja daerah dalam Laporan Realisasi

Anggaran dari tahun ke tahun berdasarkan realisasi belanja tahun

sekarang dengan tahun sebelumnya?

Page 23: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

8

3. Bagaimana keseimbangan belanja daerah dalam Laporan Realisasi

Anggaran berdasarkan perbandingan antara realisasi belanja modal

dengan total belanja daerah?

4. Bagaimana tingkat efisiensi belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran

berdasarkan perbandingan antara realisasi belanja dengan anggaran

belanja?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas maka penelitian

ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimanakahkinerja belanja daerah dalam Laporan

Realisasi Anggaran mengenai selisih antara realisasi belanja dengan

anggaran belanja.

2. Untuk mengetahui bagaimanakahperkembangan belanja daerah dalam

Laporan Realisasi Anggaran dari tahun ke tahun berdasarkan realisasi

belanja tahun sekarang dengan tahun sebelumnya.

3. Untuk mengetahui bagaimanakahkeseimbangan belanja daerah dalam

Laporan Realisasi Anggaran berdasarkan perbandingan antara realisasi

belanja modal dengan total belanja daerah.

4. Untuk mengetahui bagaimanakahtingkat efisiensi belanja dalam Laporan

Realisasi Anggaran berdasarkan perbandingan antara realisasi belanja

dengan anggaran belanja.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Page 24: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

9

Melalui penelitian ini penulis diharapkan dapat memperoleh

pengetahuan dan kemampuan yang lebih melalui teori-teori yang telah

didapatkan khususnya mengenai Analisis Kinerja Belanja dalam

Laporan Realisasi Anggaran (LRA).

2. Bagi Organisasi

Melalui penelitian ini diharapkan Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Wajo menjadikan penelitian ini sebagai tambahan informasi dan

referensi dalam menganalisis kinerja belanja dalam Laporan Realisasi

Anggaran (LRA).

3. Bagi Pembaca

Melalui penelitian ini diharapkan pembaca dapat memahami mengenai

analisis kinerja belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA), serta

dapat digunakan sebagai bahan referensi.

Page 25: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Anggaran Sektor Publik

1.1. Pengertian Anggaran Sektor Publik

Anggaran sektor publik adalah pertanggungjawaban

dari pemegang manajemen organisasi untuk memberikan

informasi tentang segala aktivitas dan kegiatan organisasi kepada

pihak pemilik organisasi atas pengelolaan dana publik dan

pelaksanaan berupa rencana-rencana program yang dibiayai

dengan uang publik (Sujarweni, 2015:28).

Menurut Halim dan Kusufi (2016:48) Anggaran adalah

dokumen yang berisi estimasi kinerja, baik berupa penerimaan

dan pengeluaran, yang disajikan dalam ukuran moneter yang akan

dicapai pada periode waktu tertentu dan menyertakan data masa

lalu sebagai bentuk pengendalian dan penilaian kinerja.

Menurut Mahsun, et.all (2015:65) anggaran merupakan

pernyataan mengenai estimasi kinerja yang akan dicapai oleh

suatu organisasi dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam

ukuran moneter. Dalam organisasi sektor publik anggaran

merupakan instrument akuntabilitas atas pengelolaan dana public

dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang

publik.

Page 26: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

11

Menurut Ratnasari dan Munawaroh (2019) anggaran

dalam pemerintahan merupakan rencana yang dibuat dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

Anggaran dalam sebuah organisasi memiliki peran yang sangat

penting dalam proses penilian kinerja yaitu sebagai alat,

stabilisasi, distribusi, alokasi sumber daya publik, perencanaan

dan pengendalian.

Menurut Sujarweni (2015:29) secara singkat anggaran

publik merupakan rencana finansial yang menyatakan:

a. Berapa biaya-biaya atas rencana yang telah dibuat.

b. Berapa banyak dan bagaimana cara memperoleh uang untuk

mendanai rencana-rencana tersebut.

1.2. Fungsi Anggaran Sektor Publik

Bagi pemerintah daerah, anggaran merupakan suatu

rencana operasional keuangan yang menggambarkan

pengeluaran dan penerimaan dalam satu tahun anggaran.

Menurut Halim dan Kusufi (2016:48) anggaran sektor

publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu:

1) Anggaran Sebagai Alat Perencanaan (Planning Tool)

Anggaran merupakan alat pengendali manajemen dalam

rangka mencapai tujuan. Anggaran sektor publik digunakan

untuk merencanakan kegiatan apa saja yang akan dilakukan

oleh organisasi sektor publik beserta rincian biaya yang

dibutuhkan dan rencana sumber pendapatan yang akan

diperoleh organisasi sektor publik.

Page 27: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

12

2) Anggaran Sebagai Alat Pengendalian (Control Tool)

Anggaran sebagai alat pengendali manajerial, anggaran ini

berfungsi untuk meyakinkan organisasi sektor publik bahwa

organisasi mempunyai sumber dana untuk membiayai

rencana program-program organisasi. Anggaran sebagai

pengendali manajemen organisasi untuk tidak melakukan

pemborosan dan bekerja secara efisien tanpa ada korupsi.

3) Angaran Sebagai Alat Kebijakan Fiskal (Fiscal Tool)

Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal digunakan untuk

mengetahui bagaimana kebijakan fiskal yang akan dijalankan

organisasi sektor publik, dengan demikian akan mudah untuk

memprediksi dan mengestimasi ekonomi dan organisasi.

Anggaran dapat digunakan untuk mendorong, mengkordinasi

dan memfasilitasi kegiatan ekonomi masyarakat untuk

mempercepat pertumbuhan ekonomi.

4) Anggaran Sebagai Alat Politik (Political Tool)

Anggaran dapat digunakan sebagai alat politik yaitu bentuk

dokumen politik yang dapat dijadikan komitmen kesepakatan

eksekutif dan legislative atas penggunaan dana publik untuk

kepentingan tertentu.

5) Anggaran Sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi

(Coordination and Communication Tool)

Proses penyusunan anggaran dilakukan komunikasi dan

koordinasi antar unit kerja. Perencanaan dan pelaksanaan

anggaran harus dikomunikasikan keseluruh bagian

Page 28: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

13

organisasi.Anggaran publik yang disusun dengan baik dan

mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja di

dalam pencapaian tujuan organisasi.

6) Anggaran Sebagai Alat Penilaian Kinerja (Performance

Measurement Tool)

Perencanaan anggaran dan pelaksanaannya akan menjadi

penilaian kinerja manajemen organisasi publik. Kinerja

manajemen dan pimpinan akan dinilai berdasarkan

pencapaian target anggaran serta pelaksanaan efisiensi

anggaran. Anggaran merupakan alat yang efektif untuk

melakukan pengendalian dan penilalian kinerja.

7) Anggaran Sebagai Alat Motivasi (Motivation Tool)

Anggaran dapat digunakan untuk memberi motivasi bagi

pimpinan dan karyawan dalam bekerja secara efektif dan

efisien. Membuat anggaran yang tepat dan dapat

melaksanakannya sesuai target dan tujuan organisasi, maka

manajemen dikatakan mempunyai kinerja yang baik.

8) Anggaran Sebagai Alat untuk Menciptakan Ruang Publik

(Public Sphere)

Anggaran publik dapat digunakan sebagai alat untuk

menciptakan ruang publik, dimana keberadaan anggaran tidak

boleh diabaikan oleh berbagai organisasi sektor publik seperti

kabinet, birokrat dan DPR/MPR, maupun masyarakat, LSM,

perguruan tinggi dan organisasi kemasyarakatan lalinnya.

1.3. Jenis-jenis Anggaran Sektor Publik

Page 29: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

14

Menurut Mahmudi (2016:69) adabeberapa jenis

anggaran, yaitu:

1) Line Item Budget

Sistem anggaran ini menyajikan belanja berdasarkan input

atau sumber daya yang digunakan, tetapi tidak mengukur

efisiensi dan efektivitas program karena tidak dilakukan

pengkaitan antara input dengan output.

2) Incremental Budget

Incremental budget merupakan sistem penganggaran yang

hanya menambah atau mengurangi jumlah anggaran dengan

menggunakan data anggaran tahun lalu sebagai dasar

anggaran tahun depan. Dalam praktiknya incremental budget

seringkali diikuti dengan sistem line item budget.

3) Planning, Programming, Budgeting System (PPBS)

PPBS merupakan sistem penganggaran yang penyusunan

anggarannya berdasarkan program.Setiap unit kerja memiliki

visi, misi, tujuan, dan strategi organisasi yang dituangkan

dalam renstra unit kerja. Renstra unit kerja kemudian

dijabarkan dalam rencana operasional yang berisi program

kerja beserta target kinerjanya.

4) Zero Based Budget (ZBB)

Zero Based Budget merupakan sistem penganggaran yang

berbasis nol atau mulai dari nol. ZBB menjadikan setiap

anggaran merupakan anggaran yang baru sehingga dimulai

dari nol.

Page 30: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

15

5) Performance Budget

Performance Budget merupakan sistem penganggaran yang

dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara anggaran

(input) dengan keluaran (output) dan hasil (outcome) yang

diharapkan dari kegiatan dan program termasuk efisiensi

dalam pencapaian keluaran dan hasil tersebut.

2. Laporan Realisasi Anggaran

2.1. Pengertian Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) merupakan salah

satu komponen laporan keuangan pemerintah yang menyajikan

laporan mengenai perbandingan antara anggaran pendapatan dan

belanja dengan realisasi dalam satu tahun anggaran. Laporan

Relisasi Anggaran (LRA) terdiri dari anggaran pendapatan,

belanja, transfer, dan pembiayaan. Laporan Realisasi Anggaran

(LRA) menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan-

LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari

suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan

dengan anggarannya (Ratmono dan Sholihin, 2017:25).

2.2. Periode Pelaporan Realisasi Anggaran

MenurutPeraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010

tentang Standar Akuntansi Pemerintah, PSAP 03 mengenai

Laporan Realisasi Anggaran paragraf 10, PeriodePelaporan

Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam

setahun. Dalam situasi tertentu tanggal laporan suatu entitas

berubah dan Laporan Realisasi Anggaran tahunan disajikan

Page 31: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

16

dengan suatu periode yang lebih panjang atau pendek dari satu

tahun, entitas mengungkapkan informasi sebagai berikut:

a. Alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;

b. Fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan

Realisasi Anggaran dan catatan-catatan terkait tidak dapat

diperbandingkan.

2.3. Komponen Laporan Realisasi Anggaran

Menurut Mahmudi (2019:73) Laporan Realisasi

Anggaran terdiri atas enam elemen yaitu:Pertama,

pendapatanterdiri atas tiga komponen yaitu: Pendapatan Asli

Daerah (PAD), pendapatan transfer, dan lain-lain pendapatan

yang sah.Kedua, belanja, pos belanja diklasifikasikan menjadi tiga

yaitu: belanja operasi, belanja modal, dan belanja tak

terduga.Ketiga, Transfer pada dasarnya juga merupakan bagian

dari belanja pemerintah. Untuk pemerintah provinsi pengeluaran

transfer berupa Transfer/Bagi Hasil pendapatan ke

Kabupaten/Kota.Keempat, surplus/defisit selisih antara

pendapatan dan belanja dicatat dalam pos surplus/defisit.Surplus

adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama satu

periode anggaran, sedangkan defisit merupakan selisih kurang

antara pendapatan dengan belanja selama satu periode

anggaran.Kelima, pembiayaan dikategorikan menjadi dua, yaitu:

penerimaan pembiayaan, dan pengeluaraan. Selisih antara

penerimaan pembiayaan dengan pengeluaran pembiayaan dalam

periode tahun anggran dicatat dalam pos pembiayaan

Page 32: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

17

neto.Keenam, SiLPA/AiKPA(Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan

Anggaran) adalah selisih lebih/kurang antara realisasi penerimaan

dan pengeluaran daerah selama periode anggaran.SiLPA/SiKPA

dapat dihitung dari nilai pada pos Surplus/Defisit ditambah dengan

pos Pembiayaan Neto.

3. Pengukuran Kinerja Sektor Publik

3.1. Pengertian Pengukuran Kinerja

Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan

dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang

tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.Istilah kinerja

sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat

keberhasilan individu maupun kelompok individu.Kinerja bisa

diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut

mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan (Mahsun,

2016:25).

Menurut Sujarweni (2015:107) Kinerja merupakan hasil

kerja yang dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan dengan tujuan

untuk mencapai sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.

Menurut Mahmudi (2015:21), kinerja organisasi tidak

semata-mata dipengaruhi oleh kinerja individual atau kinerja tim

saja, namun dipengaruhi oleh faktor yang lebih luas dan kompleks,

misalnya faktor lingkungan baik internal maupun eksternal. Faktor

lingkungan meliputi faktor ekonomi, sosial, politik, keamanan dan

hukum yang didalamnya organisasi beroperasi. Selain faktor

Page 33: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

18

lingkungan eksternal, faktor lain yang mempengaruhi kinerja

organisasi adalah kepemimpinan, struktur organisasi, strategi

pilihan, dukungan teknologi, kultur organisasi dan proses

organisasi.

Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk

memenuhi tiga maksud.Pertama, pengukuran kinerja sektorpublik

dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja

pemerintah.Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu

pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja.

Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas

organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanan publik.

Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk

pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.Ketiga,

ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan

pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi

kelembagaan (Ulum, 2012:20).

3.2. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja

Menurut Ulum (2012:21) secara umum tujuan sistem

pengukuran kinerja adalah yaitu untuk mengomunikasikan strategi

secara lebih baik (top down and botton up); untuk mengukur

kinerja finansial dan nonfinansial secara berimbang sehingga

dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi; untuk

mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level

menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal

congruence; serta sebagai alat untuk mencapai keputusan

Page 34: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

19

berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang

rasional.

3.3. Manfaat Pengukuran Kinerja

Menurut Mahsun (2016:33) manfaat pengukuran kinerja

antara lain memberikan pemahaman mengenai ukuran yang

digunakan untuk menilai kinerja manajemen; memberikan arah

untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan; untuk

memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan

membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan

tindakan korektif untuk memperbaiki kinerja; sebagai dasar untuk

memberikan penghargaan dan hukuman (reward & punishment)

secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai

dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati; sebagai

alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka

memperbaiki kinerja organisasi; membantu mengidentifikasikan

apakah keputusan pelanggan sudah terpenuhi; membantu

memahami proses kegiatan instansi pemerintah; dan memastikan

bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

4. Analisis Kinerja Belanja Daerah

4.1. Pengertian Belanja Daerah

Menurut Mahmudi (2019, 153) Belanja daerah dapat

didefinisikan sebagai semua pengeluaran dari Rekening Kas

Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dalam periode tahun

anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh

pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah.

Page 35: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

20

Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang

mengurangi kekayaan bersih yang terjadi akibat transaksi masa

lalu.Namun dalam hal ini perlu dipahami bahwa belanja daerah

berbeda dengan pengeluaran daerah.Tidak semua pengeluaran

yang dilakukan pemerintah daerah yang menyebabkan

berkurangnya kas di rekening Kas Umum Daerah dikategorikan

sebagai belanja.Namun setiap belanja merupakan pengeluaran

pemerintah daerah (Mahmudi, 2019:153).

4.2. Jenis-jenis Analisis Kinerja Belanja Daerah

4.2.1. Analisis Varians Belanja

Analisis varians merupakan analisis terhadap

perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan

anggaran.Analisis varians cukup sederhana namun dapat

memberikan informasi yang sangat berarti.Berdasarkan

laporan Realisasi Anggaran yang disajikan, pembaca

laporan dapat mengetahui secara langsung besarnya

varians anggaran belanja dengan realisasinya yang bisa

dinyatakan dalam bentuk nilai nominalnya atau

persentasenya. Selisih anggaran belanja dikategorikan

menjadi dua jenis, yaitu: selisih disukai (fafourable

variance) dan selisih tidak disukai (unfavourable variance).

Dalam hal realisasi belanja lebih kecil dari anggarannya

maka disebut favourable variance, sedangkan jika realisasi

belanja lebih besar dari anggarannya maka dikategorikan

unfavourable variance (Mahmudi, 2019:155).

Page 36: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

21

Analisis ini dirumuskan sebagai berukut:

𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 − 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

Selisih relisasi belanja dengan yang

dianggarakan yang cukup signifikan bisa memberikan dua

kemungkinan, pertama hal itu menunjukkan adanya

efisiensi anggaran.Kedua justru sebaliknya, jika terjadi

selisih kurang maka sangat mungkin telah terjadi

kelemahan dalam perencanaan anggaran sehingga

estimasi belanjanya kurang tepat, atau tidak terserapnya

anggaran tersebut bisa jadi disebabkan karena ada

program dan kegiatan yang tidak dilaksanakan eksekutif

padahal sudah diamanatkan dalam anggaran. (Mahmudi,

2019:155).

Ketika melakukan analisis varians anggaran,

hendaknya tidak terpaku pada persentase penghematan

yang berhasil dilakukan, tetapi juga jumlah

nominalnya.Meskipun secara persentase kecil, tetapi jika

secara nominal cukup signifikan, maka dapat dikatakan

kinerjanya baik. Penyerapan anggaran yang terlalu rendah,

misalnya dibawah 90% justru bisa jadi dinilai kurang baik,

karena mengesankan adanya kelemahan dalam

perencanaan anggaran misalnya adanya

penggelembungan (mark up) belanja dari belanja wajarnya

atau mungkin banyak program yang tidak dijalankan. Oleh

karenanya untuk menghindari kejadian tersebut pemerintah

Page 37: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

22

perlu melakukan anallisis standar belanja yang akurat

(Mahmudi, 2019:157).

Secara normatif, anggaran belanja merupakan

batas tertinggi pengeluaran yang boleh dilakukan.Kinerja

pemerintah dinilai baik apabila pemerintah daerah mampu

melakukan efesiensi belanja.Sebaliknya jika realisasi

belanja lebih besar dari jumlah yang dianggarakan maka

hal itu mengindikasikan adanya kinerja anggaran yang

kurang baik.Namun harus dikaji lebih lanjut apakah

realisasi anggaran yang lebih kecil dari anggaran

disebabkan karena kinerja yang baik (goog performance)

ataukah justru sebaliknya kinerja yang buruk (bad

performance).Jika hal itu karena pengendalian anggaran

yang ketat yang dilakukan pemerintah daerah, maka hal itu

memang benar-benar merupakan prestasi. Tetapi jika tidak

terserapnya anggaran belanja tersebut disebabkan kerena

adanya program dan kegiatan yang tidak dilaksanakan

atau karena penetapan harga satuan yang jauh melebihi

nilai pasar, maka hal itu bukan menunjukkan kinerja

anggaran yang baik, sehingga penghematan belanja yang

ditampilkan merupakan prestasi yang semu. Namun itupun

masih lebih baik daripada terjadi pemborosan anggaran,

sebab penghematan anggaran tahun sekarang dapat

digunakan untuk pembiayaan tahun berikutnya (Mahmudi,

2019:158)

Page 38: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

23

4.2.2. Analisis Pertumbuhan Belanja

Analisis pertumbuhan belanja bermanfaat untuk

mengetahui perlkembangan belanja dari tahun ke

tahun.Pada umumnya belanja memiliki kecenderungan

untuk selalu naik.Alasan kenaikan belanja biasanya

dikaitkan dengan penyesuaian terhadap inflasi, perubahan

kurs rupiah, perubahan jumlah cakupan layanan, dan

penyesuaian faktor makro ekonomi.Analisis perumbuhan

belanja dilakukan untuk mengetahui berapa besar

pertumbuhan masing-masing belanja, apakah

pertumbuhan tersebut rasional dan dapat

dipertanggungjawabkan.Pertumbuhan belanja harus diikuti

pertumbuhan pendapatan yang seimbang, sebab jika tidak

maka dalam jangka menengah dapat mengganggu

kesinambungan dan kesehatan fiskal daerah (Mahmudi,

2019:158).

Pertumbuhan belanja daerah dapat dihitung

dengan rumus berikut:

𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡

= 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡 − 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡 − 1

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡 − 1

Apabila secara keseluruhan pertumbuhan

belanja daerah mengalami kenaikan dari tahun

sebelumnya, untuk menilai apakah kenaikan tersebut

masih dalam batas kewajaran atau tidak maka perlu dilihat

Page 39: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

24

berapa besarnya inflasi pada tahun tersebut, berapa

tambahan cakupan pelayanan, berapa pertumbuhan

penduduk, belanja apa yang paling besar mempengaruhi

kenaikan pertumbuhan tersebut, apa alasan kenaikan

belanja tersebut, apakah kenaikan belanja disebabkan

karena faktor internal yang relatif terencana dan terkendali

ataukah faktor eksternal yang diluar kendali pemerintah

(Mahmudi, 2019:160).

Jika dilihat dari perspektif pertumbuhan belanja,

sistem anggaran berbasis kinerja berbeda dengan

anggaran tradisional. Sistem anggaran tradisional memiliki

karakteristik yaitu pos-pos anggarannya tetap (line-item)

dan selalu meningkat setipa tahunnya (incrementalism),

sehingga kecenderungannya setiap tahun akan terjadi

kenaikan anggaran meskipun sebenarnya kenaikan

tersebut tidak prioritas atau bahkan tidak diperlukan.

Namun dengan digunakannya anggaran berbasis kinerja

yang mana setiap anggaran harus dikaitkan dengan target

kinerja, maka kecenderungan untuk terus meningkatkan

anggaran tidak perlu terjadi. Pertumbuhan anggaran

belanja tentu bisa saja negative atau lebih kecil dari tahun

sebelumnya jika memang belanja tersebut tidak prioritas

untuk tahun sekarang. Anggaran tertentu yang tidak

menambah nilai bahkan bisa dihilangkan atau dipangkas

dan dialihkan untuk belanja lain yang prioritasnya lebih

Page 40: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

25

penting. Prinsipnya pertumbuhan belanja harus terencana

dan terkendali dengan baik agar kesinambungan dan

stabilitas fiskal daerah terjaga (Mahmudi, 2019:160).

4.2.3. Analisis Keserasian Belanja

Analisis keserasian belanja bermanfaat untuk

mengetahui keseimbangan antar belanja. Analisis belanja

modal terhadap total belanja merupakan perbandingan

antara total realisasi belanja modal dengan total belanja

daerah. Berdasarkan rasio ini, pembaca laporan dapat

mengetahui porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk

investasi dalam bentuk belanja modal pada tahun

anggaran bersangkutan.Pengeluaran belanja modal yang

dilakukan memberikan manfaat jangka menengah dan

panjang.Selain itu, belanja modal juga tidak bersifat rutin.

Belanja modal ini akan mempengaruhi neraca pemerintah

daerah, yaitu menambah aset daerah (Mahmudi,

2019:162).

Pemerintah daerah dengan tingkat pendapatan

daerah rendah pada umumnya justru memiliki proporsi

tingkat belanja modal yang lebih tinggi dibandingkan

pemerintah daerah dengan pendapatan tinggi.Hal ini

disebabkan pemerintah daerah dengan pendapatan rendah

berorientasi untuk giat melakukan belanja modal sebagai

bagian dari investasi modal jangka panjang, sedangkan

pemerintah daerah yang pendapatannya tinggi biasanya

Page 41: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

26

telah memiliki aset modal yang mencukupi. Pada umumnya

proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah

adalah antara 5-20 persen.(Mahmudi, 2019:163).

Rasio belanja modal ini dirumuskan sebagai

berikut:

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑡ℎ𝑑 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑥 100 %

Analisis Keserasian menggambarkan bagaimana

pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada

Belanja Rutin dan Belanja Pembangunannya secara

optimal. Semakin tinggi persentase dana yang dialokasikan

untuk Belanja Rutin berarti persentase Belanja investasi

(Belanja Pembangunan) yang digunakan untuk

menyediakan sarana dan prasarana ekonomi masyarakat

cenderung semakin kecil (Halim, 2007:236).

4.2.4. Rasio Efisiensi Belanja

Rasio efisiensi belanja merupakan perbandingan

antara realisasi belanja dengan anggaran belanja.Rasio

efisiensi belanja ini digunakan untuk mengukur tingkat

penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah.Angka

yang dihasilkan dari rasio efisiensi ini tidak bersifat absolut,

tetapi relatif. Artinya tidak ada standar baku yang dianggap

baik untuk rasio ini. Kita hanya dapat mengatakan bahwa

tahun ini belanja pemerintah daerah relative lebih efisien

dibandingkan tahun lalu, Unit A lebih efisien dari Unit

Page 42: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

27

B.Pemerintah daerah dinilai telah melakukan efisiensi

anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%,

sebaliknya jika lebih maka mengindikasikan telah terjadi

pemborosan anggaran (Mahmudi, 2019:164). Rasio

efisiensi belanja dirumuskan sebagai berikut:

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎× 100%

Menurut Mahsun (2009:187) Semakin kecil nilai

rasio ini maka semakin efisien kinerja pemerintah daerah

dalam melakukan anggarkan belanja daerah. Secara umum,

nilai efesiensi dikategorikan sebagai berikut:

a. Efisien :<100%

b. Efesiensi Berimbang :=100%

c. Tidak Efisien : >100%

B. Tinjauan Empiris

Beberapa peneliltian terdahulu yang pernah diteliti oleh peneliti

sebelumnya terkait dengan topik penelitian ini diantaranya adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti

Judul Penelitian

Jenis Penelitian

Hasil Penelitian

1 Grace Yunita Liando dan Ingriani Elim (2016)

Analisis Kinerja Belanja Dalam Laporan Realisasi Anggaran

Deskriptif Kualitatif dan Deskriptid Kuantitatif

Hasil penelitian ini yaitu belanja pada LRA untuk T.A 2011-2014 menunjukkan bahwa kinerja belanja PemKab Kepulauan Sangihe dinilai baik dan

Page 43: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

28

(Lra) Pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe

terus melakukan perbaikan setiap tahun dalam pemanfaatan realisasi belanja. Pertumbuhan belanja mulai terlihat pada T.A 2013 dan 2014 dibandingkan dengan T.A 2011 dan 2012. Sehingga diharapkan pada tahun selanjutnya PemKab Kepulauan Sangihe sebaiknya mengalokasikan belanja daerah dalam porsi yang seimbang sesuai dengan kebutuhan pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat serta Pimpinan DPPKAD sebaiknya meninjau lebih jauh manfaat serta pengalokasian belanja daerah sehingga dapat meningkatkan efektivitas, produktivitas dan efisiensi belanja di masa yang akan datang.

2 Fransiskus X. W Katit dan Sherly Pinatik (2016)

Analisis Kinerja Belanja pada Pemerintah Daerah Kabupaten Asmat Provinsi Papua

Deskriptif Kulaitatif

Selama tahun 2013-2015 Pemerintah Daerah Kabupaten Asmat memanfaatkan anggaran belanja dengan baik dimana realisasi belanja yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Asmat lebih kecil dari Anggaran yang telah direncanakan. Dari beberapa analisis yang telah dilakukan Pemerintah daerah Kabupaten Asmat Sudah menunjukan hasil yang positif dalam kinerja belanja. Namun pemerintah daerah lebih mempertimbangkan dimana belanja yang di dalamnya mengenai kepentingan umum harus lebih ditingkatkan.

3 Andre P. Analisis Deskriptif Hasil penelitian pada APBD

Page 44: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

29

Tulangow dan Treesje Runtu (2016)

Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Minahasa

Kualitatif Kabupaten Minahasa, menunjukan bahwa dalam tiga tahun penelitian pemerintah Kabupaten Minahasa belum terlalu baik dalam merealisasikan pendapatan daerahnya. Berbeda dengan belanja daerah, dalam tiga tahun penelitian pemerintah kabupaten Minahasa sudah baik dalam merealisasikan belanjanya dengan tidak melebihi dengan jumlah yang dianggarkan.

4 Melania Rampengan, dkk (2016)

Analisis Efektifitas Dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Manado

Deskriptif Kualitatif

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2015 dan 2014 masuk dalam kriteria tingkat yang cukup efektif, dan pada tahun 2011, 2012, 2013 masuk dalam kriteria yang kurang efektif, dikarenakan realisasi anggaran belanja memiliki perbedaan yang jauh dengan target anggaran belanja. Sehingga ada beberapa kegiatan yang dianggarkan tapi tidak dilaksanakan, tetapi untuk kegiatan lainnya yang sudah dianggarkan telah dilaksanakan secara efektif. Dalam pelaksanaan anggaran belanja BAPPEDA Kota Manado tahun 2011-2015 secara keseluruhan sudah diolah secara efisien. Dimana pelaksanaan anggaran pada tahun 2011, 2012, 2013, 2015 dikategorikan sangat efisien dan pada tahun 2014 dikategorikan efisien.

5 Cenissa Sajow, dkk (2017)

Analisis Realisasi Anggaran Belanja

Deskriptif Kuantitatif

Hasil penelitian ini yaitu dari tingkat efektivitas belanja, Kota Tomohon lebih efektif dibandingkan dengan

Page 45: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

30

Daerah pada Pemerintah Kota Tomohon dan Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan

Kabupaten Minahasa Selatan. Tingkat efisiensi belanja, Kota Tomohon lebih efisien dibandingkan dengan Kabupaten Minahasa Selatan. Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Selatan menunjukan adanya pertumbuhan belanja yang positif.

6 Sakina Nusarifa Tantri Dan Putri Irmawati (2018)

Analisis Kinerja Anggaran Belanja Pada Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012 - 2016

Deskriptif Kualitatif

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa: (1) hasil analisis varians belanja dan analisis pertumbuhan belanja di Dinas Kebudayaan Daerah istimewa Yogyakarta sudah berjalan dengan baik; (2) analisis keserasian belanja menunjukkan bahwa dinas sudah melakukan harmonisasi belanja daerah; (3) Dinas Kebudayaan Daerah istimewa Yogyakarta sudah melakukan efisiensi dengan menggunakan anggaran tidak melebihi realisasinya. Namun, terdapat salah satu program yang tidak berjalan secara efisien dan untuk hasil perhitungan dari rasio efektivitas dinas terkait dinilai sudah efektif dalam menggunakan nggaran belanja tidak langsung. Secara keseluruhan, kinerja anggaran belanja Dinas Kebudayaan Daerah istimewa Yogyakarta tahun 2012-2016 baik.

7 Sri Suartini (2019)

Analisis Laporan Realisasi Anggaran Khusus Kelurahan 2016 - 2017 Studi Kasus

Deskriptif Kuantitatif

Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan maka simpulan yang dapat diperoleh mengenai Analisis Laporang Realisasi Anggaran Khusus Kelurahan (AKK) Tahun 2016-2017

Page 46: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

31

(Kelurahan Adiarsa Barat Kabupaten Karawang)

(Studi kasus Kelurahan Adiarsa Barat Kabupaten Karawang Barat) adalah Sebagai berikut : Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran T.A 2016 sampai dengan T.A 2017 masing-masing adalah sebagai berikut: T.A 2016 realisasi belanja sebesar 92.78 % dan T.A 2017 sebesar 97.27% dari yang dianggarkan. Hal ini menunjukan adanya kinerja Belanja daerah yang baik yaitu dengan adanya efisiensi belanja untuk tahun anggaran 2016 sebesar 7.22 % dari total Anggaran , dan untuk T.A 2017 sebesar 2.73% dari total Anggaran.

8 Fika Widya Apriyanti, dkk. (2019)

Analisis Kinerja Belanja Dalam Laporan Realisasi Anggaran Pada Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Kab. Serdang Bedagai

Deskriptif Kualitatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terlihat dari realisasi belanja tidak ada yang melebihi dari anggaran belanja dengan angka rata-rata persentase mencapai 93,84% yang menunjukkan hasil bahwa kinerja belanja dinilai baik dan menunjukkan bahwa adanya penghematan penggunaan penyerapan realisasi anggaran. Analisis Pertumbuhan Belanja Daerah menunjukkan bahwa Kinerja Belanja BPKA Kabupaten Serdang Bedagai mengalami pertumbuhan negatif. Yang artinya bahwa daerah belum mampu meningkatkan pertumbuhan daerahnya. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Kabupaten Serdang Bedagai telah melakukan efisiensi belanja terbukti

Page 47: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

32

dengan rata-rata rasio efisiensi mencapai sebesar 90,29% yang tidak melebihi anggaran belanja.

9 Warti Ratnasari dan Siti Munawaroh (2019)

Analisis Kinerja Belanja Dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Pada Dinas Sosial Kabupaten Berau

Deskriptif Kuantitatif

Hasil Penelitian Menunjukkan kinerja belanja dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada Dinas Sosial Kabupaten Berau menurun pada Tahun 2017, dibuktikan dari: 1). Tahun 2017 jumlah anggaran belanja (Rp10.830.810.200) dan realisasi belanja (Rp 9.770.219.869) menurun pada Tahun 2016 dengan anggaran belanja Rp14.879.889.739 dan realisasinya Rp12.558.626.940. 2). Varians belanja pada Tahun 2017 (9,79%) lebih rendah dari Tahun 2016 (15,60%). 3). Rasio pertumbuhan belanja pada Tahun 2017 turun sebesar 22,20%.

10 Tia Setiani dan Rika Nurul Madila (2019)

Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pada Pemerintah Kota Cimahi Periode 2009-2018

Deskriptif Kualitatif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1)Realisasi pendapatan telah melebihi jumlah yang dianggarkan dengan presentase rata-rata sudah diatas 90%. Artinya, Pemerintah Kota Cimahi dari tahun 2009-2018 sudah dikatakan cukup baik dalam mengelola sumber pendapatan daerah 2)Realisasi belanja tidak melebihi jumlah yang dianggarkan. Artinya, Pemerintah Kota Cimahi dari tahun 2009-2018 sudah dikatakan cukup baik dalam mengelola sumber pengeluaran daerah. 3) Tingkat kemandirian pemerintah Kota Cimahi

Page 48: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

33

Penelitian yang disebutkan dan dijelaskan diatas merupakan

penelitian yang memiliki topik dan bahasan yang dapat digunakan sebagai

acuan peneliti dalam melakukan penelitian ini. Penelitian sebelumnya

tersebut membahas topik penelitian yang sama dengan topik penelitian yang

akan dibahas dalam penelitian ini, namun pada fokus bahasan yang akan

diuraikan terdapat perbedaan.

dari tahun 2009-2018 rata-rata sebesar 22,65%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemandirian masih tergolong sangat rendah.

Page 49: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

34

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teori penelitian

yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disusun kerangka konseptual

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Konsep

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo dalam proses melakukan

penilaian kinerja belanja daerah dapat dilakukan dengan beberapa analisis

Badan Pendapatan

Daerah Kab. Wajo

Analisis Kineja Belanja

Daerah

Laporan Realisasi

Anggaran

Analisis Varians

Belanja

Analisis

Pertumbuhan

Belanja

Analisis

Keserasian

Belanja

Rasio Efisiensi

Belanja

Baik/Kurang Baik, Efisien/Tidak Efisien

Page 50: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

35

kinerja belanja pada Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Analisis tersebut

meliputi Analisis Varians Belanja, Analisis Pertumbuhan Belanja, Analisis

Keserasian Belanja, serta Rasio Efisiensi Belanja.Analisis yang dilakukan pada

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) tersebut menjelaskan mengenai kemampuan

pemerintah Kabupaten Wajo dalam mengelola anggarannya atau bagaimana

kinerja belanja daerah dalam satu tahun anggaran.

Page 51: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskriptif kuantitatif.Deskriptif kuantitatif adalah suatu metode analisis data

yang dilakukan dengan mengumpulkan, menyusun dan menginterpretasikan

data berupa angka-angka yang nantinya akan digunakan untuk memberikan

gambaran sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai suatu keadaan.Data-

data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data keuangan Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo yaitu Laporan Realisasi Anggaran

Badan Pendapatan Daerah Kabuapten Wajo Tahun 2017-2019.Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui kinerja belanja dalam Laporan Realisasi

Anggaran pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo yang terletak di Jl. Lamaddukkelleng

No. 1 Sengkang.Waktu penelitian yang digunakandimulai pada tanggal 15

Juli sampai dengan 2 Agustus 2020.

C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran

Definisi operasional merupakan batasan yang diberikan terhadap

suatu variabel agar variabel dapat diukur menggunakan instrument atau alat

ukur. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah kinerja yang dapat

Page 52: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

37

diartikan sebagai kegiatan/aktivitas yang dapat diukur dari suatu organisasi

sebagai bagian dari pengukuran keberhasilan pekerjaan.

Menurut Sujarweni (2015:107) Kinerja merupakan hasil kerja yang

dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan dengan tujuan untuk mencapai

sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.

Adapun variabel yang digunakan dalam penenelitian ini yaitu

analisis anggaran belanja.. Kinerja anggaran belanja dalam Laporan

Realisasi Anggaran (LRA) dapat diukur dengan menggunakan analisis

kinerja belanja yakni:

1) Analisis Varians Belanja merupakan analisis terhadap perbedaan atau

selisih antara realisasi belanja dengan anggaran. Kinerja pemerintah

daerah dinilai kurang baik jika terdapat selisih lebih (realisasi belanja

melebihi jumlah yang diangarkan) sedangkan jika terdapat selisih

kurang (realisasi belanja kurang dari jumlah yang dianggarkan) maka

kinerja belanja daerah dalam pengelolaan keuangan daerah dinilai baik.

2) Analisis Pertumbuhan Belanja merupakan analisis untuk mengetahui

perkembangan belanja dari tahun ke tahun.Pada umumnya belanja

memiliki kecenderungan untuk selalu naik. Alasan kenaikan belanja

biasanya dikaitkan dengan penyesuaian terhadap inflasi, perubahan

kurs rupiah, perubahan jumlah cakupan layanan dan penyesuaian faktor

makro ekonomi.

3) Analisis Keserasian Belanja merupakan analisis untuk mengetahui

keseimbangan antar belanja dengan perbandingan antara total realisasi

belanja modal dengan total belanja daerah.Pembaca laporan dapat

Page 53: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

38

mengetahui porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk investasi

dalam bentuk belanja modal pada tahun anggaran bersangkutan.

4) Rasio Efisiensi Belanja merupakan perbandingan antara realisasi

belanja dengan anggaran belanja. Rasio efisiensi belanja ini digunakan

untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang dilakukan

pemerintah. Pemerintah daerah dinilai telah melakukan efisiensi

anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100%, sebaliknya jika lebih

maka mengindikasikan telah terjadi pemborosan anggaran.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu dengan cara dokumentasi. Pengumpulan data dengan cara

dokumentasi berupa dokumen-dokumen, catatan, transkrip, buku dan

sebagainya.Pengumpulan data dilakukan agar memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian ini.Data yang digunakan adalah data sekunder,

data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.Data tersebut

berupa rincian Laporan Ralisasi Anggaran Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Wajo Tahun 2017-2019.

E. Teknik Analisis

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis kinerja

belanja daerah.Analisis kinerja belanja daerah digunakan untuk mengetahui

apakah pemerintah daerah telah menggunakan anggaran dengansebaik

mungkin. Analisis kinerja belanja daerah yang digunakan dalam penelitian ini

diantaranya:

1) Analisis Varians Belanja

Page 54: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

39

𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 − 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

2) Analisis Pertumbuhan Belanja

𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡

= 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡 − 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡 − 1

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡 − 1

3) Analisis Keserasian Belanja

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑡ℎ𝑑 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ 𝑥 100%

4) Rasio Efisiensi Belanja

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑥 100%

Page 55: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

40

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Letak dan Kondisi Geografis Kabupaten Wajo

Kabupaten Wajo merupakan salah satu Daerah Tingkat II di

Provinsi Sulawesi Selatan.Ibukota kabupaten ini terletak di Sengkang

dengan jarak kurang lebih 250 km dari Makassar Ibukota Provinsi Sulawesi

Selatan. Luas wilayah Kabupaten Wajo adalah 2.056,19 km² atau 4,1% dari

luas Provinsi Sulawesi Selatan dengan rincian penggunaan lahan terdiri dari

lahan sawah 86.297 Ha (34,43%) dan lahan kering 164.322 Ha (65,57%)

serta memiliki jumlah penduduk kurang lebih 400.000 jiwa.

Secara geografis, Kabupaten Wajo terletak pada 3°39’ - 4°16’

Lintang Selatan dan 119°53’ - 120°27’ Bujur Timur. Sebagaian besar

wilayahnya berupa daratan rendah hingga daratan rendah bergelombang

dengan ketinggian wilayah 0-520 Mdpl. Hanya sebagian kecil yang berupa

perbukitan dibagian utara.Bagian timur berupa daratan rendah dan pasir

Teluk Bone, termasuk pulau-pulau pasir di perairan Teluk Bone.Sedangkan

bagian barat merupakan daratan alluvial Danau Tempe-Danau Sidenreng.

Adapun batas wilayah Kabupaten Wajo sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Luwu dan Kabupaten Sidrap

Sebelah Selatan : Kabupaten Bone dan Kabupaten Soppeng

Sebelah Timur : Teluk Bone

Sebelah Utara : Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Sidrap

Page 56: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

41

Kabupaten Wajo terbagi menjadi 14 wilayah Kecamatan yaitu

Belawa, Bola, Gilireng, Keera, Majauleng, Maniangpajo, Pammana,

Penrang, Pitumpanua, Sabbang Paru, Sajoanging, Takkalalla, Tanasitolo,

Tempe.Selanjutnya dari ke 14 wilayah Kecamatan di dalamnya terbentuk

wilayah-wilayah yang lebih kecil, yaitu secara keseluruhan terbentuk 44

wilayah yang berstatus Kelurahan dan 132 wilayah yang berstatus Desa.

Terdapat 6 Kecamatan yang merupakan wilayah pesisir pantai yaitu

Kecamatan Pitumpanua, Kecamatan Keera, Kecamatan Takkalalla,

Kecamatan Sajoanging, Kecamatan Penrang, dan Kecamatan Bola. Jumlah

desa yang masuk dalam 6 Kecamatan tersebut adalah 25 Desa yang

langsung berada dipantai pesisir dan perbatasan dengan laut, sedangkan 42

Desa yang berada di daratan.

Masing-masing wilayah Kecamatan tersebut mempunyai potensi

sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda, meskipun

perbedaan tersebut relatif kecil sehingga pemanfaatan sumber-sumber yang

ada relatif sama untuk menunjang pertumbuhan pembangunan di

wilayahnya.

B. Visi dan Misi Kabupaten Wajo

Visi : ”Menjadikan Kabupaten Wajo sebagai salah satu Kabupaten

terbaik di Sulawesi Selatan dan pelayanan hak dasar masyarakat dan tata

pemerintah yang profesional”. Untuk mewujudkan visi pembangunan

Kabupaten Wajo, ditetapkan Misi sebagai berikut:

a. Menciptakan iklim yang kondusif bagi kehidupan yang aman, damai,

religius dan inovatif serta implementasi pemberdayaan masyarakat. Misi

ini bertujuan mewujudkan kondisi yang aman dan damai, religius dan

Page 57: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

42

inovatif sehingga proses pembangunan dapat berjalan tanpa kendala

faktor keamanan.

b. Menguatkan kelembagaan dan sumber daya aparatur dalam

mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Misi ini bertujuan

mewujudkan pemerintahan Kabupaten Wajo yang baik, bersih,

bertanggung jawab (profesional), taat asas (peraturan dan

perundangan), menjunjung kesetaraan dan demokrasi. Hal ini

diwujudkan melalui penyempurnaan mekanisme kerja, manajemen,

struktur organisasi untuk menjamin efektivitas dan efisiensi

peyelenggaraan pelayanan publik untuk menghasilkan nilai tambah dan

pelayanan prima bagi masyarakat.

c. Mengakselerasi laju mesin-mesin pertumbuhan dalam proses produksi

berbasis ekonomi kerakyatan. Misi ketiga ini bertujuan untuk tercapainya

pemerataan dan pertumbuhan ekonomi termasuk membentuk

kemandirian sosial dan ekonomi masyarakat Wajo dengan

memanfaatkan potensi wilayah secara optimal, diiringi dengan upaya

mendorong usaha-usaha untuk mengurangi ketergantungan pada satu

sektor tertentu kepada sektor unggulan lainnya, menuju masyarakat

yang berkualitas, maju, dan mandiri, dalam keanekaragaman penduduk

dan kegiatannya.

d. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan dalam pemenuhan hak

dasar masyarakat. Misi keempat bertujuan untuk menciptakan

masyarakat yang berkualitas, maju, mandiri, dan sejahtera dengan

membangun keunggulan komparatif dan kompetitif di masing-masing

wilayah dan didukung oleh SDM yang berkualitas.

Page 58: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

43

C. Pemerintahan Daerah Kabupaten Wajo

Adapun susunan struktur pemerintah daerah Kabupaten Wajo

periode 2019-2024 terdiri atas:

a. Bupati Wajo : Dr. H. Amran Mahmud, S.Sos.,M.Si

b. Wakil Bupati Wajo : H. Amran, S.E

c. Sekretaris Daerah : H. Amiruddin. A, S.Sos., M.M

D. Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo terletak di Jl.

Lamaddukkelleng No. 1 Sengkang.Badan Pendapatan Daerah Kabupaten

Wajo memiliki peran dalam urusan pendapatan daerah.Adapun visi Badan

Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo yaitu terwujudnya pendapatan daerah

yang produktif dalam menunjang pelaksanaan pemerintahan dan

pembangunan kabupaten wajo. Visi tersebut disusun atas dasar komitmen

seluruh anggota organisasi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo

untuk memenuhi tuntutan dan dinamika masyarakat Kabupaten Wajo dalam

rangka mewujudkan sistem pengelolaan Pendapatan Daerah yang

berpengaruh pada tata laksana Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

yang baik dan bersih (good and clean government) dan dilaksanakan secara

bertahap dan berkelanjutan. Serta misi dari Badan Pendapatan Daerah

Kabupaten Wajo yaitu mewujudkan sumber-sumber penerimaan pendapatan

daerah, mewujudkan fleksibilitas landasan hukum dibanding pajak

daerahdan meningkatkan aparatur yang profesional.Dalam

mengimplementasikan Misi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo

yang telah ditetapkan, diperlukan penajaman misi dengan memperhatikan

skala prioritas dari apa yang hendak dicapai oleh organisasi. Sehubungan

Page 59: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

44

dengan hal tersebut tujuan dan sasaran dari masing-masing misi yang

ditetapkan Badan Pendapatan daerah Kabupaten Wajo adalah sebagai

berikut:

Misi (1) : Mewujudkan sumber-sumber penerimaan pendapatan

daerah yang optimal.

Tujuan : Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor

pajak daerah.

Sasaran : Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pajak daerah.

Misi (2) : Mewujudkan fleksibilitas landasan hukum dibidang pajak

daerah.

Tujuan : Terciptanya landasan hukum dibidang pajak daerah yang

sesuai kondisi berkenaan.

Sasaran : Melakukan penyempurnaan ketentuan Peraturan

Perundang-Undangan yang berkaitan dengan pajak daerah.

Misi (3) : Meningkatkan aparatur yang profesional.

Tujuan : Meningkatkan kualitas pelayanan aparatur dalam

pengelolaan administrasi kepegawaian dan pajak daerah.

Sasaran : Terciptanya Pengelolaan Administrasi Kepegawaian dan

Pajak Daerah sesuai ketentuan yang berlaku.

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo juga memiliki

beberapa tugas dan fungsi lain. Salah satu tugasnya adalah sebagai

pengendali dalam urusan pemungutan pendapatan daerah di wilayahnya

dan mengarahkan instansi lain dalam proses pelaksanaan, perencanaan,

dan pengendalian sampai dengan evaluasi pemungutan pendapatan daerah.

Adapun fungsi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo yaitu

Page 60: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

45

menentukan kebijakan dalam bidang pendapatan daerah, pelaporan atas

penagihan pajak daerah, retribusi dan penerimaan daerah lainnya,

pemungutan pendapatan daerah, penyuluhan pajak, memberikan izin bidang

pendapatan daerah, penyusunan rencana pendapatan daerah, hingga

evaluasi pendapatan daerahnya.

Page 61: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

46

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan data Laporan Realisasi Anggaran yang diperoleh dari

Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo, maka hasil analisis yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Analisis Varians Belanja

Analisis varians belanja merupakan analisis teradapap

perbedaan atau selisih antara realisasi belanja dengan anggaran

belanja.Kinerja pemerintah dinilai baik apabila pemerintah daerah

mampu melakukan efisiensi belanja.Sebaliknya jika realisasi belanja

lebih besar dari jumlah yang dianggarakan maka hal itu

mengindikasikan adanya kinerja anggaran yang kurang baik. Analisis

varians belanja dirumuskan sebagai berikut:

𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 = 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 − 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

a. Tahun 2017

𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 = Rp 1,329,042,084,063.98 – Rp 1,373,779,867,750.78

= Rp (44,737,783,686.80)

b. Tahun 2018

𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 = Rp 1,198,701,815,095.47 – Rp 1,292,330,332,010.50

= Rp (93,628,516,915.03)

Page 62: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

47

c. Tahun 2019

𝐴𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 = Rp 1,343,057,373,501.56 – Rp 1,324,056,517,490.13

= Rp 19,000,856,011.43

Tabel 5.1 Analisis Varians Belanja Kabupaten Wajo

Tahun Anggaran 2017-2019

Tahun Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Varian/Selisih

2017 1,373,779,867,750.78 1,329,042,084,063.98 (44,737,783,686.80)

2018 1,292,330,332,010.50 1,198,701,815,095.47 (93,628,516,915.03)

2019 1,324,056,517,490.13 1,343,057,373,501.56 19,000,856,011.43

Sumber: Data diolah (2020)

Berdasarkan table 5.1, analisis varians belanja daerah

Kabupaten Wajo pada tahun 2017 dan tahun 2018 menunjukkan bahwa

realisasi belanja tidak melebihi anggaran belanja sehingga dapat

dikategorikan baik. Hal ini dapat dilihat dari Laporan Realisasi Anggaran

pada tahun 2017 yang menunjukkan nilai anggaran belanja operasi

sebesar Rp 982.189.263.733,78 lebih besar dari realisasi yaitu Rp

956.516.570.042,18, belanja modal menunjukkan nilai anggaran

sebesar Rp 388.799.686.782,00 lebih besar dari realisasi yaitu Rp

370.850.927.060,90, kemudian belanja tak terduga menunjukkan nilai

anggaran sebesar Rp 2.790.917.235,00 lebih besar dari realisasi yaitu

1.674.586.960,90. Sama halnya tahun 2017, pada tahun 2018 nilai

anggaraan belanja operasi sebesar Rp 1.040.356.707.169,50 lebih

besar dari realisasi yaitu Rp 983.407.147.403,25, belanja modal

menunjukkan nilai anggaran sebesar Rp 249.715.673.241,00 lebih

besar dari realisasi yaitu Rp 213.370.399.448,22, kemudian belanja tak

Page 63: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

48

terduga menunjukkan nilai anggaran sebesar Rp 2.257.951.600,00

lebih besar dari realisasi yaitu 1.924.268.244,00.

Namun pada tahun 2019 analisis varians belanja menunjukkan

bahwa realisasi belanja lebih besar dari pada anggaran belanja, terlihat

bahwa adanya kinerja anggaran yang kurang baik. Hal ini dapat dilihat

pada Laporan Realisasi Anggaran yang menunjukkan nilai realisasi

belanja modal sebesar Rp 385.032.158.912,69 lebih besar dari yang

dianggarakan yaitu Rp 326.436.425.941,00.

2. Analisis Pertumbuhan Belanja

Analisis pertumbuhan belanja bermanfaat untuk mengetahui

perkembangan belanja dari tahun ke tahun.Pada umumnya belanja

memiliki kecenderungan untuk selalu naik.Alasan kenaikan belanja

biasanya dikaitkan dengan penyesuaian terhadap inflasi, perubahan

kurs rupiah, perubahan jumlah cakupan layanan, dan penyesuaian

faktor makro ekonomi.Analisis pertumbuhan belanja dilakukan untuk

mengetahui berapa besar pertumbuhan masing-masing belanja, apakah

pertumbuhan tersebut rasional dan dapat dipertanggungjawabkan.

Analisis pertumbuhan belanja dirumuskan sebagai berikut:

𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡

= 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡 − 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡 − 1

𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 𝑇ℎ𝑛 𝑡 − 1

a. Tahun 2017 - Tahun 2018

𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 = 𝑅𝑝 1,198,701,815,095.47 − 𝑅𝑝 1,329,042,084,063.98

𝑅𝑝 1,329,042,084,063.98

= Rp (130,340,268,968.51)

b. Tahun 2018 – Tahun 2019

Page 64: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

49

𝑃𝑒𝑟𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ𝑎𝑛𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 = 𝑅𝑝 1,343,057,373,501.56 − 𝑅𝑝 1,198,701,815,095.47

Rp 1,198,701,815,095.47

= Rp 144,355,558,406.09

Tabel 5.2 Analisis Pertumbuhan Belanja Kabupaten Wajo

Tahun Anggaran 2017-2019

Uraian Realisasi Belanja

Tahun t (Rp) Realisasi Belanja

Tahun t-1 (Rp) Pertumbuhan (Rp)

2017-2018 1,198,701,815,095.47 1,329,042,084,063.98 (130,340,268,968.51)

2018-2019 1,343,057,373,501.56 1,198,701,815,095.47 144,355,558,406.09

Sumber: Data diolah (2020)

Berdasarkan table 5.2, analisis pertumbuhan belanja daerah

Kabupaten Wajo menunjukaan pertumbuhan belanja pada tahun 2017

sampai dengan tahun 2018 adalah negatif atau lebih kecil dari tahun

sebelumnya. Hal ini dapat dilihat pada Laporan Realisasi Anggaran

yang menunjukkan nilai realisasi belanja modal pada tahun 2018 yaitu

sebesar Rp 213.370.399.448,22 sedangkan pada tahun 2017 yaitu Rp

370.850.927.060,90 lebih besar dari tahun 2018.

Pertumbuhan belanja pada tahun 2018 sampai dengan tahun

2019 adalah positif atau lebih besar dari tahun sebelumnya. Hal ini

dapat dilihat pada Laporan Realisasi Anggaran yang menunjukkan nilai

realisasi belanja modal pada tahun 2019 sebesar Rp

385.032.158.912,69 sedangkan pada tahun 2018 sebesar Rp

213.370.399.448,22 lebih kecil dari tahun 2019.

3. Analisis Keserasian Belanja

Analisis keserasian belanja bermanfaat untuk mengetahui

keseimbangan antar belanja. Rasio belanja modal terhadap total belanja

merupakan perbandingan antara total realisasi belanja modal dengan

Page 65: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

50

total belanja daerah. Analisis belanja modal terhadap total belanja

dirumuskan sebagai berikut:

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙𝑡ℎ𝑑𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎𝐷𝑎𝑒𝑟𝑎ℎ

a. Tahun 2017

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙𝑡ℎ𝑑𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =Rp 370,850,927,060.90

Rp 1,329,042,084,063.98𝑥 100%

= 27.90 %

b. Tahun 2018

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙𝑡ℎ𝑑𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =Rp 213,370,399,448.22

Rp 1,198,701,815,095.47𝑥 100%

= 17.80 %

c. Tahun 2019

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙𝑡ℎ𝑑𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =Rp 385,032,158,912.69

Rp 1,343,057,373,501.56𝑥 100%

= 28.67 %

Tabel 5.3 Rasio Belanja Modal Terhadap Total Belanja Kabupaten Wajo

Tahun Anggaran 2017-2019

Tahun Realisasi Belanja

Modal (Rp) Total Belanja Daerah

(Rp)

Rasio Belanja Modal Terhadap Total

belanja (%)

2017 370,850,927,060.90 1,329,042,084,063.98 27.90

2018 213,370,399,448.22 1,198,701,815,095.47 17.80

2019 385,032,158,912.69 1,343,057,373,501.56 28.67

Sumber: Data diolah (2020)

Berdasarkan tabel 5.3, rasio belanja modal terhadapat total

belanja menunjukkan persentase tingkat belanja modal terhadap total

belanja daerah pada tahun 2017, 2018 dan 2019. Tingkat belanja modal

terhadap total belanja daerah paling rendah terjadi pada tahun 2018,

Page 66: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

51

sedangkan tingkat belanja modal terhadap total belanja paling tinggi

terjadi pada tahun 2019. Hal ini dapat dilihat pada Laporan Realisasi

Anggaranyang menunjukkan nilai realisasi belanja modal pada tahun

2017 sebesar Rp 370,850,927,060.90, pada tahun 2018 sebesar Rp

213,370,399,448.22, dan pada tahun 2019 sebesar Rp

385,032,158,912.69 dari total belanja darah.

4. Rasio Efisiensi Belanja

Rasio efisiensi belanja merupakan perbandingan antara

realisasi belanja dengan anggaran belanja.Rasio efisiensi belanja ini

digunakan untuk mengukur tingkat penghematan anggaran yang

dilakukan pemerintah. Nilai efesiensi dikategorikan sebagai berikut:

d. Efisien :<100%

e. Efesiensi Berimbang : =100%

f. Tidak Efisien : >100%

Rasio efesiensi belanja daerah dapat dirumuskan sebagai

berikut:

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎

𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎𝑥 100%

a. Tahun 2017

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =Rp 1,329,042,084,063.98

Rp 1,373,779,867,750.78 𝑥 100%

= 96.74 %

b. Tahun 2018

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =Rp 1,198,701,815,095.47

Rp 1,292,330,332,010.50 𝑥 100%

= 92.76 %

c. Tahun 2019

Page 67: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

52

𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐵𝑒𝑙𝑎𝑛𝑗𝑎 =Rp 1,343,057,373,501.56

Rp 1,324,056,517,490.13 𝑥 100%

= 101.44 %

Tabel 5.4 Rasio Efisiensi Belanja Kabupaten Wajo

Tahun Anggaran 2017-2019

Tahun Realisasi Belanja (Rp) Anggaran Belanja (Rp)

Rasio Efisiensi Belanja (%)

2017 1,329,042,084,063.98 1,373,779,867,750.78 96.74

2018 1,198,701,815,095.47 1,292,330,332,010.50 92.76

2019 1,343,057,373,501.56 1,324,056,517,490.13 101.44

Sumber: Data diolah (2020)

Berdasarkan tabel 5.4, Rasio efisiensi belanja daerah

Kabupaten Wajo pada tahun 2017yang menunjukkan nilai anggaran

belanja operasi sebesar Rp 982.189.263.733,78 lebih besar dari

realisasi yaitu Rp 956.516.570.042,18, belanja modal menunjukkan nilai

anggaran sebesar Rp 388.799.686.782,00 lebih besar dari realisasi

yaitu Rp 370.850.927.060,90, kemudian belanja tak terduga

menunjukkan nilai anggaran sebesar Rp 2.790.917.235,00 lebih besar

dari realisasi yaitu Rp 1.674.586.960,90.Secara keseluruhan realisasi

belanja masih lebih kecil dari anggaran belanja atau dibawah 100%.

Tahun 2018 nilai anggaraan belanja operasi sebesar Rp

1.040.356.707.169,50 lebih besar dari realisasi yaitu Rp

983.407.147.403,25, belanja modal menunjukkan nilai anggaran

sebesar Rp 249.715.673.241,00 lebih besar dari realisasi yaitu Rp

213.370.399.448,22, kemudian belanja tak terduga menunjukkan nilai

anggaran sebesar Rp 2.257.951.600,00 lebih besar dari realisasi yaitu

Rp 1.924.268.244,00. Sama halnya tahun 2017, pada tahun

Page 68: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

53

2018menunjukkan bahwa pemerintah Kabupaten Wajo telah melakukan

efisiensi anggaran karena secara keseluruhan realisasi anggaran

belanja masih lebih kecil dari anggaran belanja atau dibawah 100%.

Sedangkan pada tahun 2019 rasio efisiensi menunjukkan tingkat

persentase diatas 100%. Hal ini dapat dilihat pada Laporan Realisasi

Anggaran nilai realisasi belanja modal sebesar Rp 385.032.158.912,69

lebih besar dari yang dianggarakan yaitu Rp 326.436.425.941,00yang

mengindikasikan bahwa pada tahun 2019 pemerintah Kabupten Wajo

masih kurang dalam melakukan efisiensi anggaran karena realisasi

belanja lebih besar dari yang dianggarakan atau melebihi dari 100%.

B. Pembahasan

Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa Analisis Kinerja

Belanja Daerah pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo tahun

anggaran 2017-2019 yaitu meliputi:

1. Analisis Varians

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan untuk mengetahui

selisih antara realisasi belanja dengan anggaran belanja, maka

diketahui bahwa pada tahun 2017 menunjukkan hasil varians/selisih

sebesar Rp (44,737,783,686.80), pada tahun 2018 menunjukkan

varians/selisih sebesar Rp (93,628,516,915.03). Secara keseluruhan

pemerintah daerah Kabupaten Wajo pada tahun 2017-2018 analisis

varians belanja menunjukkan nilai negatif, artinya realisasi anggaran

tidak melebihi dari jumlah yang dianggarkan sehingga kinerja anggaran

belanja Kabupaten Wajo dinilai baik dan pada tahun 2017 realisasi dan

anggaran belanja daerah lebih rendah dari tahun 2018.

Page 69: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

54

Analisis varians belanja pada tahun 2019 menunjukkan

varaians/selisih positif yaitu sebesar Rp 19,000,856,011.43, artinya

realisasi anggaran belanja melebihi dari jumlah yang dianggarakan.Hal

ini terjadi karena adanya jumlah realisasi anggaran yang digunakan

untuk pengeluaran belanja modal peralatan dan mesin serta belanja

modal jalan, irigasi dan jaringan lebih besar dari jumlah yang

dianggarkan.Karena realisasi belanja lebih besar dari anggaran maka

hal tersebut mengindikasikan adanya kinerja anggaran yang kurang baik

pada pemerintah daerah Kabupaten Wajo.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Fika Widya

Apriyanti, et.all.(2019) menunjukkan hasil bahwa Kabupaten Serdang

Bedagai memiliki kinerja yang baik yaitu pada tahun 2015-2017realisasi

belanja tidak ada yang melebihi dari anggaran belanja.Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Fransiskus X. W Katit dan Sherly Pinatik (2016)

juga menunjukkan hasil yang berbeda dari penelitian ini, realisasi

anggaran pada pemerintah Kabupaten Asmat juga tidak ada yang

melebihi anggaran belanja.

2. Analisis Pertumbuhan Belanja

Berdasarkan hasil analisis pertumbuhan belanja yang

dilakukan untuk mengetahui perkembangan belanja dari tahun ke tahun,

maka hasil analisis menunjukkan bahwa pada tahun 2017 sampai

dengan tahun 2019 pertumbuhan belanja mengalami fluktuasi. Pada

tahun 2017 sampai dengan tahun 2018 pertumbuhan belanja

mengalami penurunan sebesar Rp 130,340,268,968.51, realisasi

anggaran tahun 2017 lebih besar dari pada tahun 2018 atau bernilai

Page 70: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

55

negatif. Hal ini disebabkan karena adanya pengurangan penggunaan

anggaran di beberapa pos-pos belanja, salain itu anggaran belanja juga

mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.Hal ini berarti bahwa

pada tahun tersebut pemerintah daerah Kabupaten Wajo belum mampu

meningkatkan daerahnya.

Sementara, pada tahun 2018 sampai dengan tahun 2019

pertumbuhan belanja mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp

144,355,558,406.09, realisasi anggaran tahun 2018 lebih kecil dari

tahun 2019 atau bernilai positif. Hal ini di sebabkan karena adanya

kenaikan penggunaan anggaran di beberapa pos belanja, salah satunya

kenaikan terbesar terjadi pada pos belanja modal yaitu sebesar Rp

171,661,759,464.47 dari tahun sebelumya.Hal ini berarti bahwa

pemerintah Kabupaten Wajo telah mampu meningkatkan pertumbuhan

daerahnya dari tahun sebelumnya.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fika Widya Apriyanti,

et.all. (2019) yang menunjukkan hasil Kabupaten Serdang Bedagai pada

tahun 2015 dan 2017 mengalami penurunan anggaran atau

pertumbuhan negatif artinya pemerintah daerah belum mampu

meningkatkan daerahnya, sedangkan pada tahun 2016 mengalami

kenaikan anggaran atau pertumbuhan positif. Penelitian yang dilakukan

oleh Tia Setiani dan Rika Nurul Madila (2019) menunjukkan hasil yang

berbeda yaitu Pemerintah Kota Cimahi pada periode 2009-2018 terus

mengalami pertumbuhan positif artinya Pemerintah Kota Cimahi dalam

mengelola pengeluaran/belanja daerah dikatakan cukup baik dalam

merealisasikan belanja daerahnya.

Page 71: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

56

3. Analisis Keserasian Belanja

Berdasarkan hasil analisis keserasian belanja yaitu Rasio

belanja modal terhadap total belanja yang dilakukan untuk mengetahui

keseimbangan antar belanja, maka pada tahun 2017 menunjukkan rasio

belanja modal terhadap total belanja sebesar 27,90% proporsinya

melebihi dari 5-20%, hal ini menunjukkan adanya kinerja yang kurang

baik karena melebihi dari proporsi belanja. Pemerintah daerah

Kabupaten Wajo menggunakan 27, 90% dari total belanja untuk belanja

modal, artinya pemerintah daerah giat melakukan investasi jangka

panjang untuk memenuhi asetnya.

Kemudian pada tahun 2018 rasio belanja modal terhadap total

belanja mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar

17,80%, artinya pemerintah Kabupaten Wajo menggunakan 17,80% dari

total belanja untuk belanja modal. Hal ini menunjukkan adanya kinerja

yang baik karena masih berada dalam proporsi belanja yaitu antara 5-

20%.

Pada tahun 2019 rasio belanja modal terhadap total belanja

kembali mengalami kenaikan yaitu sebesar 28,67% melebihi dari

proporsi belanja. Kenaikan ini disebabkan karena adanya kenaikan

penggunaaan anggaran belanja yang signifikan terhadapa belanja

modal jalan, irigasi dan jaringan dari tahun sebelumnya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sakina Nusarifa

Tantri Dan Putri Irmawati (2018) yang menunjukkan hasil rasio belanja

modal pada Dinas Kebudayaan DIY masih berfluktuasi, dimana pada

taun 2012 dan 2015 rasio belanja modal terhadap total belanja melebihi

Page 72: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

57

proporsi belanja, hal ini disebabkan karena dinas lebih berorientasi pada

belanja operasi.Berbeda dengan penelitian Fika Widya Apriyanti, et.all.

(2019) yang menunjukkan hasil bahwa pada Kabupaten Serdang

Bedagai rasio belanja modal terhadap total belanja kurang dari proporsi

belanja sehingga mengidikasikan adanya kinerja yang kurang baik.

4. Rasio Efisiensi Belanja

Berdasarkan hasil perhitungan rasio efisiensi belanja yang

dilakukan untuk mengetahui perbandingan realisasi belanja dengan

anggaran belanja, maka pada tahun 2017 menunjukkan tingkat efisien

penggunaan belanja adalah sebesar 96,74%, hal ini menunjukkan

adanya penghematan anggaran yang dilakukan pemeritah karena tidak

melebihi dari 100% maka termasuk dalam kategori efisien. Kemudian

pada tahun 2018 menunjukkan tingkat efisien penggunaan anggaran

sebesar 92,76%, sama halnya pada tahun 2017 pemerintah telah

melakukan penghematan anggaran namun pada tahun 2018 pemerintah

daerah Kabupaten Wajo lebih efisien dari tahun sebelumnya.

Sedangkan pada tahun 2019 rasio efisiensi belanja menunjukkan tingkat

efisiensi penggunaan anggaran melebihi 100% yaitu sebesar 101,44%

yang termasuk dalam kategori tidak efisien. Hal ini menunjukkan pada

tahun 2019, pemerintah daerah lebih boros dalam menggunakan

anggaran belanja dari tahun sebelumnya.Terlihat pada tahun 2019

jumlah realisasi anggaran melebihi dari anggaran belanja.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Grace

Yunita Liando dan Ingriani Elim (2016) yang menunjukkan hasil

pemerintah Kabupaten Kepulauan Sangihe pada tahun 2011-2014

Page 73: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

58

dapat melakukan penghematan anggaran karena realisasi anggaran

belanja tidak ada yang melebihi jumlah yang telah dianggarkan.

Begitupun dengan penelitian Melania Rampengan, et.all.(2016) yang

menunjukkan hasil Badan Perencanaan Pembangunan Daeraah secara

keseluruhan diolah secara baik, dimana anggran belanja tahun 2011-

2015 dikategorikan efisien.

Page 74: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

59

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah di

uraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan analisis varians belanja secara keseluruhan pemerintah

daerah Kabupaten Wajo pada tahun 2017 menunjukkan nilai sebesar

Rp (44,737,783,686.80)dan tahun 2018 sebesarRp (93,628,516,915.03),

hal ini berarti bahwa realisasi belanja tidak melebihi anggaran belanja

sehingga dapat dikategorikan baik. Namun pada tahun 2019 analisis

varians belanja menunjukkan nilai sebesar Rp 19,000,856,011.43, yang

berarti bahwa realisasi belanja lebih besar dari pada anggaran belanja,

terlihat bahwa adanya kinerja anggaran yang kurang baik.

2. Berdasarkan hasil analisis pertumbuhan belanja diketahui bahwa

pertumbuhan belanja pemerintah daerah Kabupaten Wajo pada tahun

2017 sampai dengan tahun 2018 adalah negatif atau lebih kecil dari

tahun sebelunya yaitu sebesar Rp 130,340,268,968.51, hal ini berarti

bahwa pada tahun tersebut pemerintah daerah Kabupaten Wajo belum

mampu meningkatkan pertumbuhan daerahnya. Sedangkan

pertumbuhan belanja pada tahun 2018 sampai dengan tahun 2019

adalah positif atau lebih besar dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp

144,355,558,406.09, hal ini berarti bahwa pemerintah Kabupaten Wajo

Page 75: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

60

telah mampu meningkatkan pertumbuhan daerahnya dari tahun

sebelumnya.

3. Berdasarkan analisis keserasian belanja yaitu rasio belanja modal

terhadap total belanja pada tahun 2017 menunjukkan rasio sebesar

27,90% proporsinya melebihi dari 5-20%, hal ini menunjukkan adanya

kinerja yang kurang baik karena melebihi dari proporsi belanja. Pada

tahun 2018 menunjukkan rasio sebesar 17,80%. Hal ini menunjukkan

adanya kinerja yang baik karena masih berada dalam proporsi belanja

yaitu antara 5-20%. Pada tahun 2019 menunjukkan rasio sebesar

28,67% melebihi dari proporsi belanja.

4. Berdasarkan rasio efisiensi belanja secara keseluruhan pada tahun

2017 sampai dengan tahun 2018 menunjukkan adaya penghematan

anggaran yang dilakukan pemeritah karena tidak melebihi dari 100%

yaitu sebesar 96,74% dan 92,76%. Sedangkan pada tahun 2019

menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan anggaran melebihi 100%

yaitu sebesar 101,44% yang termasuk dalam kategori tidak efisien.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah Kabupaten Wajo diharapkan lebih memperhatikan realisasi

belanja yang meleihi anggaran belanja dan mempertahankan kinerja

belanja yang sudah baik.

2. Pemerintah daerah Kabupaten Wajo diharapkan lebih memperhatikan

kinerja dalam pengelolaan belanja modal sehingga tidak melebihi dari

proporsi belanja yang seharusnya.

Page 76: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

61

3. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dalam melakukan penelitian agar

lebih rinci dan akurat. Selain itu, juga dapat menambah analisis yang

digunakan sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih lengkap dari

pada hasil penelitian oleh penulis.

Page 77: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

62

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, F. W., Tiara, S., & Dewi, R. S. 2019. Analisis Kinerja Belanja Dalam Laporan Realisasi Anggaran Pada Badan Pengelola Keuangan Dan Aset Kabupaten Serdang Bedagai. In Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Vol. 2, No. 2.

Halim, A., dan Kusufi, M.S. 2016.Teori, Konsep, dan Aplikasi Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat: Jakarta.

Katit, F. X., & Pinatik, S. 2016. Analisis Kinerja Belanja Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Asmat Provinsi Papua. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Vol.4(3).

Liando, G. Y., & Elim, I. 2016. Analisis Kinerja Belanja Dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Vol. 4(1).

Mahmudi. 2015. Manajemen kinerja Sektor Publik. UPP STIM YKPN: Yogyakarta.

Mahmudi. 2019. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. UPP STIM YKPN: Yogyakarta.

Mahsun, Moh,et.all. 2015. Akuntansi Sektor Publik. BPFE: Yogyakarta.

Mahsun, Mohamad. 2016. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. BPFE: Yogyakarta..

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) 03 tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas. Fokusindo Mandiri: Bandung.

Rampengan, M. 2016. Analisis Efektifitas dan Efisiensi Pelaksanaan Anggaran Belanja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Manado. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, Vol. 16(3).

Ratmono, D., dan Sholohin, M. 2017.Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual. UPP STIM YKPN : Yogyakarta.

Ratnasari, W., & Munawaroh, S. 2019.Analisis Kinerja Belanja Dalam Laporan Realisasi Anggaran (Lra) Pada Dinas Sosial Kabupaten Berau. Jemma| Journal of Economic, Management and Accounting, Vol. 2(1).

Sajow, C., Morasa, J., & Wokas, H. R. 2017. Analisis Realisasi Anggaran Belanja Daerah Pada Pemerintah Kota Tomohon Dan Pemerintah Kabupaten

Page 78: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

63

Minahasa Selatan. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Vol. 5(2).

Setiani, T., & Madila, R. N. 2020.Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pada Pemerintah Kota Cimahi Periode 2009-2018. Jurnal Akuntansi, Vol. 12(02).

Suartini, S. 2019. Analisis Laporan Realisasi Anggaran Khusus Kelurahan (Akk) 2016-2017 Studi Kasus (Kelurahan Adiarsa Barat Kabupaten Karawang). Eqien: Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 6(2).

Sujarweni, V. Wiratna. 2015. Akuntansi Sektor Publik. Pustaka Baru Press : Yogyakarta.

Tantri, S. N., & Irmawati, P. 2018. Analisis Kinerja Anggaran Belanja Pada Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012–2016. Jati: Jurnal Akuntansi Terapan Indonesia, Vol. 1(1).

Tulangow, A. P., & Runtu, T. 2016. Analisis Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Minahasa. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Vol. 4(3).

Ulum, Ihyaul. 2012. Audit Sektor Publik. PT Bumi Aksara: Jakarta.

Page 79: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2017

PEMERINTAH KABUPATEN WAJO

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

periode 1 Januari s.d 31 Desember 2017

REALISASI

KODE

REKENING URAIAN

ANGGARAN

s/d PERIODE LALU PERIODE INI TOTAL

4

PENDAPATAN – LRA

1,520,449,197,003.60 0.00 1,469,725,300,064.13 1,469,725,300,064.13 (50,723,896,939.47)

4 . 1

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LRA

179,236,991,010.00 0.00 177,730,310,816.13 177,730,310,816.13 (1,506,680,193.87)

4 .1 . 1

Pendapatan Pajak Daerah – LRA

30,324,313,826.00 0.00 31,992,173,514.75 31,992,173,514.75 1,667,859,688.75

4 .1 . 2

Pendapatan Retribusi Daerah – LRA

16,223,195,150.00 0.00 14,701,940,129.91 14,701,940,129.91 (1,521,255,020.09)

4 .1 . 3

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan – LRA

15,383,403,446.00 0.00 15,383,403,123.82 15,383,403,123.82 (322.18)

4 .1 . 4

Lain-lain PAD Yang Sah – LRA

117,306,078,588.00 0.00 115,652,794,047.65 115,652,794,047.65 (1,653,284,540.35)

Page 80: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

4 . 2

PENDAPATAN TRANSFER – LRA

1,339,010,279,900.60 0.00 1,289,205,525,611.00 1,289,205,525,611.00 (49,804,754,289.60)

4 .2 . 1

Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - LRA

1,158,596,855,337.00 0.00 1,108,701,941,740.00 1,108,701,941,740.00 (49,894,913,597.00)

4 .2 . 2

Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya

– LRA

118,665,441,000.00 0.00 118,665,440,600.00 118,665,440,600.00 (400.00)

4 .2 . 3

Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya – LRA

60,367,983,563.60 0.00 60,735,688,871.00 60,735,688,871.00 367,705,307.40

4 .2 . 4

Bantuan Keuangan – LRA

1,380,000,000.00 0.00 1,102,454,400.00 1,102,454,400.00 (277,545,600.00)

4 . 3

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH – LRA

2,201,926,093.00 0.00 2,789,463,637.00 2,789,463,637.00 587,537,544.00

4 .3 . 1

Pendapatan Hibah – LRA

2,201,926,093.00 0.00 2,789,463,637.00 2,789,463,637.00 587,537,544.00

5

BELANJA

1,373,779,867,750.78 0.00 1,329,042,084,063.98 1,329,042,084,063.98 (44,737,783,686.80)

5 . 1

BELANJA OPERASI

982,189,263,733.78 0.00 956,516,570,042.18 956,516,570,042.18 (25,672,693,691.60)

5 .1 . 1

Belanja Pegawai

552,395,871,702.78 0.00 540,842,389,359.00 540,842,389,359.00 (11,553,482,343.78)

5 .1 . 2

Belanja Barang dan Jasa

372,359,795,777.00 0.00 360,168,263,635.64 360,168,263,635.64 (12,191,532,141.36)

5 .1 . 3

Belanja Bunga

70,000,000.00 0.00 16,439,758.94 16,439,758.94 (53,560,241.06)

5 .1 . 5

Belanja Hibah

57,308,596,254.00 0.00 55,449,752,288.60 55,449,752,288.60 (1,858,843,965.40)

5 .1 . 6

Belanja Bantuan Sosial

55,000,000.00 0.00 39,725,000.00 39,725,000.00 (15,275,000.00)

5 . 2

BELANJA MODAL

388,799,686,782.00 0.00 370,850,927,060.90 370,850,927,060.90 (17,948,759,721.10)

5 .2 . 1

Belanja Modal Tanah

7,995,977,000.00 0.00 6,472,251,640.00 6,472,251,640.00 (1,523,725,360.00)

5 .2 . 2

Belanja Modal Peralatan dan Mesin

75,362,793,392.00 0.00 73,783,098,858.99 73,783,098,858.99 (1,579,694,533.01)

5 .2 . 3

Belanja Modal Gedung dan Bangunan

66,819,397,527.00 0.00 65,040,309,120.00 65,040,309,120.00 (1,779,088,407.00)

Page 81: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

5 .2 . 4

Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan

224,729,443,025.00 0.00 212,275,029,805.91 212,275,029,805.91 (12,454,413,219.09)

5 .2 . 5

Belanja Modal Aset Tetap Lainnya

13,622,075,838.00 0.00 13,260,238,636.00 13,260,238,636.00 (361,837,202.00)

5 .2 . 6

Belanja Aset Lainnya

270,000,000.00 0.00 19,999,000.00 19,999,000.00 (250,001,000.00)

5 . 3

BELANJA TAK TERDUGA

2,790,917,235.00 0.00 1,674,586,960.90 1,674,586,960.90 (1,116,330,274.10)

5 .3 . 1

Belanja Tak Terduga

2,790,917,235.00 0.00 1,674,586,960.90 1,674,586,960.90 (1,116,330,274.10)

6

TRANSFER

194,553,246,914.00 0.00 153,680,732,709.83 153,680,732,709.83 (40,872,514,204.17)

6 . 2

TRANSFER BANTUAN KEUANGAN

194,553,246,914.00 0.00 153,680,732,709.83 153,680,732,709.83 (40,872,514,204.17)

6 .2 . 2

Transfer Bantuan Keuangan ke Desa

193,492,594,310.00 0.00 152,620,080,105.83 152,620,080,105.83 (40,872,514,204.17)

6 .2 . 3

Transfer Bantuan Keuangan Lainnya

1,060,652,604.00 0.00 1,060,652,604.00 1,060,652,604.00 0.00

SURPLUS / DEFISIT

(47,883,917,661.18) 0.00 (12,997,516,709.68) (12,997,516,709.68) 34,886,400,951.50

7 . 1

PENERIMAAN PEMBIAYAAN

55,068,418,112.18 0.00 55,258,330,732.18 55,258,330,732.18 189,912,620.00

7 .1 . 1

Penggunaan SiLPA

55,068,418,112.18 0.00 55,258,330,732.18 55,258,330,732.18 189,912,620.00

7 . 2

PENGELUARAN PEMBIAYAAN

7,184,500,451.00 0.00 7,184,500,451.00 7,184,500,451.00 0.00

7 .2 . 2

Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah

7,000,000,000.00 0.00 7,000,000,000.00 7,000,000,000.00 0.00

7 .2 . 3

Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri

184,500,451.00 0.00 184,500,451.00 184,500,451.00 0.00

PEMBIAYAAN NETTO

47,883,917,661.18 0.00 48,073,830,281.18 48,073,830,281.18 189,912,620.00

SISA LEBIH/KURANG PEMBIAYAAN TAHUN

BERKENAAN

0.00 0.00 35,076,313,571.50 35,076,313,571.50 35,076,313,571.50

Page 82: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

Lampiran 2. Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2018

PEMERINTAH KABUPATEN WAJO

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

periode 1 Januari s.d 31 Desember 2018

REALISASI

KODE

REKENING URAIAN

ANGGARAN

s/d PERIODE LALU PERIODE INI TOTAL

4

PENDAPATAN – LRA

1,495,477,075,619.00 138,119,221.00 1,407,603,616,014.33 1,407,741,735,235.33 (87,735,340,383.67)

4 . 1

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LRA

158,486,345,674.00 138,119,221.00 134,000,960,863.33 134,139,080,084.33 (24,347,265,589.67)

4 .1 . 1

Pendapatan Pajak Daerah – LRA

35,154,313,826.00 0.00 34,622,288,206.50 34,622,288,206.50 (532,025,619.50)

4 .1 . 2

Pendapatan Retribusi Daerah - LRA

14,772,350,000.00 138,069,400.00 11,084,758,817.20 11,222,828,217.20 (3,549,521,782.80)

4 .1 . 3

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang Dipisahkan – LRA

15,384,000,000.00 0.00 14,144,241,966.00 14,144,241,966.00 (1,239,758,034.00)

4 .1 . 4

Lain-lain PAD Yang Sah – LRA

93,175,681,848.00 49,821.00 74,149,671,873.63 74,149,721,694.63 (19,025,960,153.37)

4 . 2

PENDAPATAN TRANSFER – LRA

1,285,488,910,778.00 0.00 1,225,595,524,572.00 1,225,595,524,572.00 (59,893,386,206.00)

4 .2 . 1

Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - LRA

1,096,294,232,356.00 0.00 1,047,331,470,105.00 1,047,331,470,105.00 (48,962,762,251.00)

4 .2 . 2

Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya – LRA

122,469,771,000.00 0.00 122,163,127,626.00 122,163,127,626.00 (306,643,374.00)

Page 83: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

4 .2 . 3

Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya – LRA

66,724,907,422.00 0.00 56,100,926,841.00 56,100,926,841.00 (10,623,980,581.00)

4 . 3

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH – LRA

51,501,819,167.00 0.00 48,007,130,579.00 48,007,130,579.00 (3,494,688,588.00)

4 .3 . 1

Pendapatan Hibah – LRA

51,501,819,167.00 0.00 48,007,130,579.00 48,007,130,579.00 (3,494,688,588.00)

5

BELANJA

1,292,330,332,010.50 0.00 1,198,701,815,095.47 1,198,701,815,095.47 (93,628,516,915.03)

5 . 1

BELANJA OPERASI

1,040,356,707,169.50 0.00 983,407,147,403.25 983,407,147,403.25 (56,949,559,766.25)

5 .1 . 1

Belanja Pegawai

604,700,544,100.50 0.00 588,884,977,023.30 588,884,977,023.30 (15,815,567,077.20)

5 .1 . 2

Belanja Barang dan Jasa

352,509,125,567.00 0.00 326,639,488,005.95 326,639,488,005.95 (25,869,637,561.05)

5 .1 . 3

Belanja Bunga

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

5 .1 . 5

Belanja Hibah

76,987,037,502.00 0.00 61,848,682,374.00 61,848,682,374.00 (15,138,355,128.00)

5 .1 . 6

Belanja Bantuan Sosial

6,160,000,000.00 0.00 6,034,000,000.00 6,034,000,000.00 (126,000,000.00)

5 . 2

BELANJA MODAL

249,715,673,241.00 0.00 213,370,399,448.22 213,370,399,448.22 (36,345,273,792.78)

5 .2 . 1

Belanja Modal Tanah

2,235,000,000.00 0.00 2,024,699,450.00 2,024,699,450.00 (210,300,550.00)

5 .2 . 2

Belanja Modal Peralatan dan Mesin

44,553,254,601.00 0.00 41,578,959,148.22 41,578,959,148.22 (2,974,295,452.78)

5 .2 . 3

Belanja Modal Gedung dan Bangunan

56,056,448,650.00 0.00 49,438,813,425.00 49,438,813,425.00 (6,617,635,225.00)

5 .2 . 4

Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan

136,751,824,478.00 0.00 110,854,446,191.00 110,854,446,191.00 (25,897,378,287.00)

5 .2 . 5

Belanja Modal Aset Tetap Lainnya

10,119,145,512.00 0.00 9,473,481,234.00 9,473,481,234.00 (645,664,278.00)

5 . 3

BELANJA TAK TERDUGA

2,257,951,600.00 0.00 1,924,268,244.00 1,924,268,244.00 (333,683,356.00)

5 .3 . 1

Belanja Tak Terduga

2,257,951,600.00 0.00 1,924,268,244.00 1,924,268,244.00 (333,683,356.00)

Page 84: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

6

TRANSFER

230,198,057,180.00 0.00 229,884,751,379.09 229,884,751,379.09 (313,305,800.91)

6 . 1

TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN

4,654,849,520.00 0.00 4,265,467,076.44 4,265,467,076.44 (389,382,443.56)

6 .1 . 1

Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah

3,415,321,202.00 0.00 3,257,557,277.00 3,257,557,277.00 (157,763,925.00)

6 .1 . 2

Transfer Bagi Hasil Retribusi Daerah

1,239,528,318.00 0.00 1,007,909,799.44 1,007,909,799.44 (231,618,518.56)

6 . 2

TRANSFER BANTUAN KEUANGAN

225,543,207,660.00 0.00 225,619,284,302.65 225,619,284,302.65 76,076,642.65

6 .2 . 2

Transfer Bantuan Keuangan ke Desa

120,410,157,700.00 0.00 120,563,405,042.65 120,563,405,042.65 153,247,342.65

6 .2 . 3

Transfer Bantuan Keuangan Lainnya

913,278,960.00 0.00 913,278,960.00 913,278,960.00 0.00

6 .2 . 4

Transfer Dana Otonomi Khusus

104,219,771,000.00 0.00 104,142,600,300.00 104,142,600,300.00 (77,170,700.00)

SURPLUS / DEFISIT

(27,051,313,571.50) 138,119,221.00 (20,982,950,460.23) (20,844,831,239.23) 6,206,482,332.27

7 . 1

PENERIMAAN PEMBIAYAAN

35,076,313,571.50 0.00 35,081,020,170.50 35,081,020,170.50 4,706,599.00

7 .1 . 1

Penggunaan SiLPA

35,076,313,571.50 0.00 35,081,020,170.50 35,081,020,170.50 4,706,599.00

7 . 2

PENGELUARAN PEMBIAYAAN

8,025,000,000.00 0.00 7,722,000,000.00 7,722,000,000.00 (303,000,000.00)

7 .2 . 2

Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah

Daerah

8,000,000,000.00 0.00 7,697,000,000.00 7,697,000,000.00 (303,000,000.00)

7 .2 . 7

Pembayaran Utang Jangka Panjang Lainnya

25,000,000.00 0.00 25,000,000.00 25,000,000.00 0.00

PEMBIAYAAN NETTO

27,051,313,571.50 0.00 27,359,020,170.50 27,359,020,170.50 307,706,599.00

SISA LEBIH/KURANG PEMBIAYAAN TAHUN

BERKENAAN

0.00 138,119,221.00 6,376,069,710.27 6,514,188,931.27 6,514,188,931.27

Page 85: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

Lampiran 3. Laporan Realisasi Anggaran Tahun 2019

PEMERINTAH KABUPATEN WAJO

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

periode 1 Januari s.d 31 Desember 2019

REALISASI

KODE

REKENING URAIAN

ANGGARAN

s/d PERIODE LALU PERIODE INI TOTAL

4

PENDAPATAN – LRA

1,531,846,958,584.94 0.00 1,575,433,188,853.20 1,575,433,188,853.20 43,586,230,268.26

4 . 1

PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LRA

145,771,992,155.00 0.00 142,164,594,329.05 142,164,594,329.05 (3,607,397,825.95)

4 .1 . 1

Pendapatan Pajak Daerah - LRA

36,553,088,504.00 0.00 37,334,127,531.67 37,334,127,531.67 781,039,027.67

4 .1 . 2

Pendapatan Retribusi Daerah - LRA

17,478,607,236.00 0.00 14,527,673,219.25 14,527,673,219.25 (2,950,934,016.75)

4 .1 . 3

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan

Daerah yang Dipisahkan - LRA

16,150,196,376.00 0.00 16,150,196,376.00 16,150,196,376.00 0.00

4 .1 . 4

Lain-lain PAD Yang Sah - LRA

75,590,100,039.00 0.00 74,152,597,202.13 74,152,597,202.13 (1,437,502,836.87)

4 . 2

PENDAPATAN TRANSFER - LRA

1,332,542,608,429.94 0.00 1,297,772,393,811.15 1,297,772,393,811.15 (34,770,214,618.79)

4 .2 . 1

Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - LRA

1,115,073,421,429.94 0.00 1,075,874,461,764.00 1,075,874,461,764.00 (39,198,959,665.94)

4 .2 . 2

Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat -

Lainnya - LRA

151,619,187,000.00 0.00 151,619,189,000.00 151,619,189,000.00 2,000.00

Page 86: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

4 .2 . 3

Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya - LRA

65,850,000,000.00 0.00 70,278,743,047.15 70,278,743,047.15 4,428,743,047.15

4 . 3

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH - LRA

53,532,358,000.00 0.00 135,496,200,713.00 135,496,200,713.00 81,963,842,713.00

4 .3 . 1

Pendapatan Hibah - LRA

53,532,358,000.00 0.00 135,496,200,713.00 135,496,200,713.00 81,963,842,713.00

5

BELANJA

1,324,056,517,490.13 0.00 1,343,057,373,501.56 1,343,057,373,501.56 19,000,856,011.43

5 . 1

BELANJA OPERASI

996,061,139,949.13 0.00 956,546,931,540.87 956,546,931,540.87 (39,514,208,408.26)

5 .1 . 1

Belanja Pegawai

627,139,021,439.59 0.00 612,418,860,600.00 612,418,860,600.00 (14,720,160,839.59)

5 .1 . 2

Belanja Barang dan Jasa

330,007,487,241.00 0.00 307,347,280,366.87 307,347,280,366.87 (22,660,206,874.13)

5 .1 . 5

Belanja Hibah

35,012,964,564.00 0.00 33,180,634,494.00 33,180,634,494.00 (1,832,330,070.00)

5 .1 . 6

Belanja Bantuan Sosial

3,901,666,704.54 0.00 3,600,156,080.00 3,600,156,080.00 (301,510,624.54)

5 . 2

BELANJA MODAL

326,436,425,941.00 0.00 385,032,158,912.69 385,032,158,912.69 58,595,732,971.69

5 .2 . 1

Belanja Modal Tanah

1,204,000,000.00 0.00 1,137,691,750.00 1,137,691,750.00 (66,308,250.00)

5 .2 . 2

Belanja Modal Peralatan dan Mesin

51,409,356,061.00 0.00 53,143,236,699.70 53,143,236,699.70 1,733,880,638.70

5 .2 . 3

Belanja Modal Gedung dan Bangunan

55,481,641,425.00 0.00 52,233,776,991.00 52,233,776,991.00 (3,247,864,434.00)

5 .2 . 4

Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan

204,716,299,514.00 0.00 268,021,270,858.99 268,021,270,858.99 63,304,971,344.99

5 .2 . 5

Belanja Modal Aset Tetap Lainnya

13,625,128,941.00 0.00 10,496,182,613.00 10,496,182,613.00 (3,128,946,328.00)

5 . 3

BELANJA TAK TERDUGA

1,558,951,600.00 0.00 1,478,283,048.00 1,478,283,048.00 (80,668,552.00)

5 .3 . 1

Belanja Tak Terduga

1,558,951,600.00 0.00 1,478,283,048.00 1,478,283,048.00 (80,668,552.00)

6

TRANSFER

210,166,510,805.08 0.00 209,180,551,620.05 209,180,551,620.05 (985,959,185.03)

Page 87: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

6 . 1

TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN

5,628,659,845.08 0.00 4,694,043,593.05 4,694,043,593.05 (934,616,252.03)

6 .1 . 1

Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah

3,880,799,121.48 0.00 3,613,036,514.18 3,613,036,514.18 (267,762,607.30)

6 .1 . 2

Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya

1,747,860,723.60 0.00 1,081,007,078.87 1,081,007,078.87 (666,853,644.73)

6 . 2

TRANSFER BANTUAN KEUANGAN

204,537,850,960.00 0.00 204,486,508,027.00 204,486,508,027.00 (51,342,933.00)

6 .2 . 2

Transfer Bantuan Keuangan ke Desa

84,594,475,000.00 0.00 84,589,375,000.00 84,589,375,000.00 (5,100,000.00)

6 .2 . 3

Transfer Bantuan Keuangan Lainnya

913,278,960.00 0.00 867,036,027.00 867,036,027.00 (46,242,933.00)

6 .2 . 4

Transfer Dana Otonomi Khusus

119,030,097,000.00 0.00 119,030,097,000.00 119,030,097,000.00 0.00

SURPLUS / DEFISIT

(2,376,069,710.27) 0.00 23,195,263,731.59 23,195,263,731.59 25,571,333,441.86

7 . 1

PENERIMAAN PEMBIAYAAN

6,376,069,710.27 0.00 6,376,069,710.27 6,376,069,710.27 0.00

7 .1 . 1

Penggunaan SiLPA

6,376,069,710.27 0.00 6,376,069,710.27 6,376,069,710.27 0.00

7 . 2

PENGELUARAN PEMBIAYAAN

4,000,000,000.00 0.00 4,000,000,000.00 4,000,000,000.00 0.00

7 .2 . 2

Penyertaan Modal/Investasi Pemerintah Daerah

4,000,000,000.00 0.00 4,000,000,000.00 4,000,000,000.00 0.00

PEMBIAYAAN NETTO

2,376,069,710.27 0.00 2,376,069,710.27 2,376,069,710.27 0.00

SISA LEBIH/KURANG PEMBIAYAAN TAHUN

BERKENAAN

0.00 0.00 25,571,333,441.86 25,571,333,441.86 25,571,333,441.86

Page 88: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

Lampiran 4.Struktur Organisasi Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Wajo

Page 89: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …
Page 90: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …
Page 91: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …
Page 92: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …
Page 93: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …
Page 94: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …
Page 95: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …
Page 96: ANALISIS KINERJA BELANJA DAERAH DALAM LAPORAN …

BIOGRAFI PENULIS

Riska, Lahir pada tanggal 30 November 1998 di

Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan. Penulis

merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, dari

pasangan Sukri dan Muliana.Penulis sekarang bertempat

tinggal di Desa Kalola Kecamatan Maniangpajo

Kabupaten Wajo.

Pendidikan yang telah ditempuh oleh penulis yaitu SD Negeri 275 Kalolalulus

pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMP

Negeri 2 Maniangpajo lulus pada tahun 2013, kemudian penulis melanjutkan

pendidikan ke tingkat SMK di SMK Negeri 1 Sengkang lulus pada tahun 2016

dan penulis melanjutkan pendidikan di program S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi

Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar sampai dengan sekarang.

Sampai dengan penulisan skripsi ini penulis masih terdaftar sebagai mahasiswi

program S1 Akuntansi di Universitas Muhammadiyah Makassar.